x*e#rro#ffi*k - fip um

17
ffi x*e#rro#ffi*k Bgt*arlr lkrlfa llml*h , tlsa FE;*I!*$lln*a rrxccl &T TItrSERI *TAtJLilG

Upload: khangminh22

Post on 06-Feb-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ffix*e#rro#ffi*k

Bgt*arlr lkrlfa llml*h

, tlsa FE;*I!*$lln*a rrxccl&T TItrSERI *TAtJLilG

PROSIDING SEMINAR NASIONALPENGEMBANGAN MRIR PENDIDIK BERBASIS KARYA ILMIAH

Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang

Agustus 2015

Seminar Nasionalp."g.*U*gan Karir Per[didik Berbasi Karya ilmiah

Viiq57 hlm; 29,7 cm

ISBN : g7 8-602-7 1 820-9-7

KetuaPenYuntingAnggota

LayoutCover Design

: Sopingi (Universitas Negeri tvt{anq): Jlrharyanto (Universitas Negeri Malang)

tt trt u**ad Ardiansyah (Universitas Negeri Makasar)

I Putu Suarnaya (STKIP Agama Hindu Singaraja)

Siti Zaenab (STA}{N Gde Pudia Mataram)

Nursanjaya (AIN ZawiyahCot Kala Langsa Aceh)

: Agus Dwi Irawan K.: Agus Nurkhalimi

Hak cipta yang dilindungi

Undang-undang pada

Hak Penerbitan PadaDicetak oleh

: Pengarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negefi Malang

: Universitas Negeri Malang

Dilarang mengutiP a memperbanyak dalam bentuk apapun

tanpa izin tertulis dari penerbit

Penerbit Fakultas Ilmtr Pendidikan Universitas Negeri Malang

Jl Semarang 5 Malan$ Kode Pos 65145

Telp. (0341) 5s1312

KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Warahmatullahi wabarakaatuh.

Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT, Atas limpahan rahmat dan hidayah-

Nya Fakultas Ilmu Pendidik Universitas Negeri Malang dapat menyelenggarakan seminar

nasional dengan tema "Pengembangan Karir Pendidik Berbasis Karya Ilmiah" sesuai dengan

rencana yang ditetapkan. Seminar nasional ini bertujuan untuk memberikan sarana atau media

forum ilmiah yang dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas tenaga

pendidik (guru/dosJn) dan pendidikan di Indonesia.- Dewasa ini banyak kebijakan yang diambil pemerintah dalam rangka untuk

meningkatkan mutu pendidikan, akan tetapi implementasinya di lapangan masih banyak

menimbulkan problematika. Beberapa kebijakan yang masih menjadi perbincangan dalam

implementasinya adalah kebijakan tentang peningkatan karir tenaga pendidik (gur/dosen)

beibasis karya ilmiah. Melalui kegiatan semina nasional ini diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman terhadap kebijakan-kebijakan yang ada yang dapat mendorong peningkatan

kualitas pendidikan.Di sisi lain, peningkatan kualitas pendidikan juga banyak ditentukan oleh kualitas

sumber daya manusianya, terutama tenaga pendidiknya. Sojalan dengan berkembangnya ilmupengetahuan dan teknologi yang semakin pesat di era giobalisasi, semakin tinggi pula

icebututran akan kompetensi yang tarus dimiliki oleh pendidik. Melalui kegiatan ilmiah

seminar nasional ini, secara langsung juga akan dapat meningkatkan pengetahuan dan/atau

kompetensi para tenaga pendidik. Kegiatan seminar nasional ini juga dapat menjadi ajang

untuk mengekspresikan atau mengemukakan ide baru berkaitan dengan pelaksanaan upaya

peningkatan kemampuan tenaga pendidik dalam menghasilkan karya ilmiah, sebagai bagian

yang tiaat terpisah dari kegiatan pembelajaran. Semo ga proceeding hasil seminar nasional ini

dapat menjadi sumbangan pemikiran dan keilmuaan yang bermakna urituk memecahkan

peisoalan-persoalan peningkatan kemampuan tenaga pendidik dalam menghasilkan karya

itrniut. dan seka,ligus dapat menjadi inspirasi untuk perbaikan dan peningkatan kualitas

pendidikan di lndonesia.Semoga kegiatan seminar nasional ini mendapatkan ridha dari Allah SWT, dan

memiliki mani"aaiyang besar untuk penyelenggaraan dan peningkatan kualitas pendidikan.

Kami mengucapkan tJrima kasih yang setinggi-tingginya kepada segenap jajaran panitia,

pemateri, pu.tirip*, peserta, dan seluruh komponen yang mendukung terhadap pelaksanaan

kegiatan seminar nasional ini.

Wassal aamualaikum Warahmatullahi rvabarakaatuh

Salam sejahtera untuk kita semua.

Malang,23 Agustus 2015

Dekan,

Bambang Budi WiYono

DAFTAR ISI

Kata PengantmDaftar Isi

01 Peningkatan Keprofesional Guru oleh Kepala Sekolah Melalui PenelitianTindakan SekolahAli Imron

02 Pengembangan Karir Berbasis Peminatan Berkarya Ilmiah dan BerkaryaPengembangan Profesi PendidikSa'dun Akbar

03 Model Pelatihan Motivasional untuk Mendorong Tenaga Pendidik MelakukanPenelitianSultoni

04 Menumbuhkembangkan Budaya'Riset dalam Mendukung Kompetensi GuruSunarni,..,......;,.....,

05 lt4anajemen Pengembangan Karir Pendidik Berbasis Karya Ilmiah TerpublikasiMelalui Pemberdayaan KKG dan MGMPAli Nurhadi .,........:.,.......

06 Plagiarisme Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi Menurut Peraturan Perundang-undanganM Alif Habullah .....,...

07 Pengembangan Karir Tenaga Pendidik Berbasls Karya Ilmiah TerpublikasiM, Ubaidillah ............

08 Pengembangan Profesi Tenaga Pendidil: Melalui Krrya Ilmiah dalam RangkaMenuju Pendidikan yang BermutuR Bambang Sumarsono

09 Pengembangan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah bagi Pendidik PLS dalamTerang TransformatifSopingi

10 Upaya Mendorong Peningkatan Profesionalisasi Tenaga Pendidik danKependidikan Melalui Pola Penyiapan Calon Kepala Sekolah Berbasis KaryaIlmia-hM. Ardiansy ah ...,..,........ :,....,.........

11 Gunr: Pengembangan Karir ataukah Pengembangan ProfesiNurul Ufatin

12 Membangun Tradisi Menulis Ilmiah di Lingkungar.' Guru (Studi Kasus pada

SMPN di Kabupaten Lamongan)Fathurrahman ..,....,...,.

13 Harapan dan Kenyataan serta Strategi Peningkatan Kemampuan Guru dalam

Penulisan Karya Tulis IlmiahA. Supriyanto .........,....

14 Aplikasi Komunitas Menulis Bersama secara on-line sebagai Upaya Peningkatan

dan Penguatan Konten Tulisan Ilmiah antara Guru dan Dosen LPTKEka Pramono A. dan Henry Praherdhiono ..........,.,

15 Membangun Profesional Pendidik Melalui Penulisan Karya IlmiahAlif Mudi0no,..,.,.......

16 Tuntutan Guru Seni yang Profesional dan Kewajiban Menulis Karya IlmiahUsep Kustiawan ........

17 Karya-karya Ilmiah yang Dapat Dihasilkan oleh Konselor SekolahBlasius Boli Lasan

01

J)

43

55

67

75

19

27

83

93

101

109

115

t2s

135

147

1g Kaidah dan Kesalahan dalam Menulis Artikel Jumal: Panduan Praktis Bagi Guru

Prawoto

Meningfuatkan Profesionalisme Guru Melalui Karya Tulis Ilmiah

Samsila Yurni """""""""Pengembangan Karier Guru Sekolah Dasar Dapat Dilakukan Melalui Penelitian

Tindakan Kelas

Sri Harmini,..,....,.'.i.rgr*U*g* frof.ri Ui*bing* dan Konseling Berbasis Karya Ilmiah

Ella Faridati Zen

Kegiatan Mengajar Didasarkan pada Prinsip-prinsip Penelitian Ilmiah

Sukamti

Media sosial Sebagai Penguat Kecerdasan Emosional calon Guru pada

Lingkungan Belaj ar OnJine

Heiiy lidreswari dan Henry Prahediono

Rekonstruksi orientasi Pendidikan Nonformal di Era Tanpa Batas

Hardika

t57

165

ttl0

5nlx

ffiN II

j

,lmMl

t9

20

t75

17921

@

4M

,ilf,

ffi

#m

{ti

187

23

24

25

26

191

199

28

29

30

pesantren sebagai sistem Pendidikan Khas'Ntrsantara" ^^:?og I

Yuliati Hotofah..,'. 'v/ '

S6Biffio.i Sekolah Tempo Doeloe sebagai Alternatif Kebijakan

Pengembangan Guru Profesional

Tomas lriYanto,., 219

21 Upaya Peningkatan Kemampuan Calon Guru Pendidikan Khusus dalam

Pembelajaran dan Akses sumber Belajar Berbasis cyberwellnes Melalui

Penggunaan Cloud ComPuting ,,,<Umi Safiul U. dan Sinta Yuni ^S'.""""""" LLJ

Meneguhkan Peran Pendidik sebagai Gate Keeper dalam Mencegah Depresi dan

Perilaku Bunuh Diri pada Peserta Didik ,?qKhilman Rofi Azrni

Strategi Memotivasi Guru pada sekolah Mener,gah Pertama

Nursanjayaperan Guru PAUD dalam Membangun Karakter Anak usia 4-6 Tahun lvlenuju

NTB BersaingSiti ZaenabPeta Kompetensi untuk Pengembangan Karier Berbasis Penilaian Kinerja Guru

Teguh Triwiyanto dan Agus Timanpeigembangan Komik iloral sebagai Media Layanan Informasi bagi Siswa SMP

Arbin Janu dan lrene Maya Simon """""""""pengembangan Model Pembelajaran Kurikulum 2013 SD di Jawa Timur:

neidrt Purwito, Imain Suyitno, Titik Harsiati, I W'ayan Sutamapenerapan Model Role Playing untuk Meninglatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

IPS Kelas V Semester II di Sekolah Dasar

Sri 5ugiharri..,.......,.... 291

Peneripar, Model Pembelajaran PQ4R dalam Pembelajaran Analisis Konsep

Dasar IPS di Sekolah Dasar

Murtiningsih...............Shategi Meningkatkan Kinerja Guru: Apa Program yang Ditawarkan oleh Kepala

Sekolah?Iman Gunqwan,............Peningkatan Motivasi Kerja Guru Melalui Pengembangan Kepemimpinan Kepala

Sekolah

31

32

JJ

34

,.i.

i{ri135ittii 1rI

36

251

283

2b5

27s

t!1i

313

321

331'**'*'m#m*ffiffiffffi 34s

p.tn*f*t* Potenst "3i1;;h;;* , ---1^ 339

Observasi Ling)

Imam SuYitno' 'L' Internalisasi Sikap uasar v*vr' ^.

....'.. ' """"":":': ;ll^;";,-.iutui KaryaL ! 'i',,'mi*'t ,;i, o;;r;*"*j*; u'i'oi'ipi;i;;;;i "rui'i

r'tl Manu3atrran Mutu Guru rsttt'rurl*- 351t: vtunu3.ni., Mutu Guru renulrrrse' ^ -- 359;.,#.,l*1xi,i;6.i,ii.ii*ur,g;gid*,ii{1"*Ji.

+l Tuntutan Menutts l\11ryo ^ -'...-....

Istiqomah ,.'o"raiAit rit "t'O Menulis Karya U*l*.. . 315

44 Upaya Pengembangan KemamPuan Pendidik PLS unt

suripan aon ii'nia'"""':';"' '";""' " "'

45 '^Lfiiii"h' Menulis dan Menutts

Ardi Firman1tah"""':','-""'. --:it"nnegurasi rtt*"prs g;;i;'r' rt"yt 1:46 ;ffi;i impttmtntatif MembumrKtllr xw5*^--

lmiah ...."""""':"':,,'-^-,^"r Melalui

I Mide sekin""""""":''"' " '-'-n'i' dan Pengembangan

l(eprofesian

48 ntit"*tf Kualifikasi' Kompetensr' Lrc^ ' ---e ' 407

BerkelanlutlJr bagi Guru """""""":""""'--"""Mustiningsih " " " " " " " " :" " :- i;asi i.i*, rtl.*il*l" rtptt"i^pi"an Efekif

4q p.i*.*u"^gan Budaya organtsast Lrcrer^ ^'-- ........................:.

423+> i.rir^r' Ain .... . ...........,....:. . --^;;;'iidi..i;i'ri.i., ur sorrBurhangddin ........... " " "'," :" "* freatif Menggam

50 Penerapan Model P"*::11::il r\rvqu'^ 433)u

t#lr.1*iffi;l't,t' nttu.*u*r* p;;i;;*p"'e'*u*g*51 i.niiutu,* Kinerja Gufu metar'aur r Y^-e

............:..:.. .. 445

Karir """'-"""''-: p;;;;;i;;"ir"""i"isetorah . 4sl

sz ?,,lJlll' ;;;;ii;'* l,^':#*gm bagi LaYan

Diniy fffa"Vt*i--n"f'"'an "' ""' "'

(3o-ooo)C}

c{(o

t,q=do=Eo(nIE.cttr

E68E

ffi*dMffi,ffi*M

I

ffibr*hdffil#M

* :,:: : :.

6E ',,

.1..

L.':6-,.S. :.'.. :r::-:r,:...-. -

Gl

,,'"t,l..,:{l}l :r:,:.,1.: :::iir:,,,.i:,:,

.

l*.Jf ":.,,':

,.t:'.ol$---::..::- &,1:\1

-. ,:

--6'ailL-.oi=

rf

lEtrE

tstr 4

go*;tr(58.E

.E€

OE

i6b€D

'i.i

6 r:.

st -:

o ,, .,:

A

,,,:,.?{u

rit-

, tlt. t,:.:

{t :::

:tl::

?{,o-',.i

iEI

at.

--=-

-# --

qF

l\h\a-

\-p' I o

lnffi <

lP a. +

ffier*a:ffi Z

t r $

- -

ffifiEE

FffifrE

v-ll

I E

.-ffie

+f

ffi,.g=

.i: , '...

.il

tIr{tl-T

D

.lc3

ED

g*:cl-tE$Jo-cl-

p*l:lie#tibry'{iF

,,'t*u-

trJ6eztrzS

zE

sS*<

=2*'dE

urt'ut o-go -qluJdz=zu, JE

T;

IfpgfrE

r i-*z----,lz<

Y,#-f;FzIII= U

JY

PESAI{TREN SEBAGAI SISTEM PENDIDIKAN KHAS NUSANTARA

Yuliati Hotifahlurulan BK FIP Universitas Negeri Malang

$mail : yuliati.hotifah.fi [email protected]. id

sekitar. Ssstem pendidikan yang di

Abstrak: pesantren merupakan sistem plndidikan tadisional yang telah diwarisi dari para tokoh pejuang syiar

u!u*u Islam di tndonesia. iirt.* pendidlkan pesantren yang khas merupakan qerqarluaS.aryara nilai-nilai ajaran

islam yang dibarva p*. *"ii ro"[o te lnaonfsia derrgin tinpa mengabaikan budaya lokal yang {a di.9ugd

tersebut. Ileberadaan p.r.no.n akin.menberm,ry:j:*':**ff::li:1':":Tf:"X1'*:Xt"Tl'.:Ifilt-;;irffii;i'iril;;,u-;i*",rd di p.quot ., mampu mengaiopsi. da1 ry.sada.nj::l l.*f:l'9l1*':I1,11,.[itur. Ssstem pinaiaif.un yungaig*uf.fn di pesantrin juga merupakan kolaborasi dari keduanya, seperti model

pendidikan pesantren yang-ada-di lu*u inenggulakal metode Y.anB khp, V*; !'!9!ll:::.':::'-t::?f":la"aUm miniaiani:an pendidikannya.. Setidaknya ada dua belas.prinsip

pesantren memiliki prinSip-prinSip Utamh dalam men;alail:an pen0l0Kannya.. Detlqar(Irya aqil uua uslo Pr.',vyang dipegang teguh p.dfi;ii; ttreooentric; (2).sukarela dalam pengabg'S: llllTlgrSlf::l*:i3:;;;;;;;;;;,-;;';i;;;,;. i;;id",g;';' tu'g'':'va vang-kom?l'l"n'ir 1T,t-:f.f1iiY.1^'fl,t"h:[ll

(5) kolektivitas; (6) ,fi;;'ir;i# t$ila;'(i) t eUeuasan terpimpln; (8) kemandi.lan (9) pesantren adalah

i.rrput *.n.u.i i6, d;;;"g""uJi; (rb) *eniamalkan ajaran gd' (ll) belajar di pesanten bukan untuk

mencari Ijazah; (12) restu t<ial artinya semua perbuatan yang dilakukan oleh setiap warga pesantren sangat

bergantung pada kerelaa; dan do'a dari kyai. Nitoi-nil.i iesunEen yang melekat kepada pribadi sanri adalah

tasamuh, ta,awun, r*irr,-i,|nuerienlasipada tenvujudnya khoiro ummah sebagoi wujud /s/am rohmatal lil

,alamiin.

Kata kunci: pesantren, sistem pendidikah, kearifan lokal, nusantara/

PENDAHTILUAI\I /pesantren merupakan lembaga sekaligus sistem pendidikan tertua di Indonesia. Beberapa

sejarahwan ada yang menyebut, $esantren telah ada pada zaman Wali Songo. Bahkan ketika

minginjakaan kakinya di Demak Jawa Tengah, yang pertama kali dilakukan Raden Fatah bukan

mendirikan kerajaan, melainkan ,.n[bungrn lembaga pendidikan dengan sistem sebagaimana layaknya

pesaptren. Dalam perkembangmnyq tentu saja banyak hal baru yang dilakukan oleh pesantren' Saat ini

misalnya, hampir semua pesanffen nfempunyai madrasah. Madrasah mempunyai pola pendidikan yang

mirip dengan sekolah. Karenanya, perlu dilakukan upaya yang sistematik unhrk mempertahankan,

membangkitkan dan mengembangkah pesantren sebagai sistem pendidikan'

pentingnya memperjuangkan pesantren tidak sekedar diakui sebagai lembaga pendidikan, tctapi

sebagai sistern pendidilai. Sistem [endidikan yang dimaksucl adalah seluruh komponen pendidikan

p.runtr.n yang saling terkait terpadtr untuk mencapai tujuan pendidikan pesantren. Upaya perumusan

sistem, pertama-tami aiumun dbngan mengidentifikasi tradisi dan nilai-nilai yang berlaku di

pesantren. Apabila sistem pendidik4n pesantren ini telah dirumuskan dan diaplikasikan dengan baik,

maka pesantren tidak lagi ierombang-ambing dan didominasi oleh dinamika madrasah yang nota bene

anak kandungnya senaii. Tetapi iustru bisa memberi kontribusi terhadap peningkatan madrasah

sekaligus bisa berkembang sebagai sistem pendidikan alternatif.

Maka dari itu, pesantren bukqh lagi tempat bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama sernata'

melainkan juga bisa memberikan pendidikan-pendidikan umum seperti sekolah pada umumnya'

Ditambah lagi dengan adanya pesarltren dengan model boarding school yang cukup menyita perhatian

masyarakat terhadap pesantren, nlaka peran pesantren kian terlihat nyata. Mereka yang pernah

mengenyam pendidikan di pesantrdn kemudian juga belajar di berbagai lembaga pendidikan lainnya,

baik di dalam maupun di ruar ne{eri, pada umumnya memandang pesantren tetap memiliki tempat

terhormat sebagai lembaga pendiciilan Islam khas Indonesia yang dapat diruntut pertalian keilmuan dan

kurikulumnya dengan puruaprrun pernbelajaran ilmu agama Islam di berbagai belahan dunia'

optimisme itu biasanya mendasark{n ptda bukti-bukti bahwa pesantren masih tetap terselenggara sejak

,.oiurnn tahun yang lalu, lulusannyal dapat memainkan peranan yang berharga di bidang keilmuan atau

209

210 Prosiding Seminar Nasional

kepemimpinan, dan. belum ada lembaga pendiCikan yang berhasil melahirkan ulama dari generasi ke

generasi dalam kapasitas slbagairnana yang diluluskan oleh pesantren,

Namun demikian dialkui, pasang surut peran posanffen sempat terjadi, baik karena faktor di dalam

maupun di luarnya. Pesan#en dari waktu ke waktu terus mengplami perubahan. Meskipun intensitas

dan bentuknya tidak samd antara yang satu dengan yang lainnya, perubahan itu dalam realitasnya

berdampakjauh bagi keberfadaan, peran dan pencapaian fujuan pesantren, serta pandangan masyarakat

luas terhadap lembaga perldiditan ini. Irorrisnya, tidak semua orang dan tokoh pesantren menyadari

sepenuhnya seluk-beluk perubahan tersebut. Sebagian dari mereka menyadari dan merencanakan

perubahan tersebut, tetapi belum mengantisipasi secara kritis dampaknya, baik bagi pesantren sendiri

moupun masyarakat sebagpi pemangku kepentingan utama bagi pesantren. Sedangkan sebagian lagi,

ada yarrg terperangkap re dalam perubahan tanpa didasari perencanaan apa pun selain hanya karena

kuatnya.tekanan dari luar. Dalam kondisi semacam itu, pendidikan di beberapa pesantren yang sering

disebut sebagai nendidikar{ khas Indonesia, sampai batas tertentu, berbias.menjadi pendidikan yangmengarah kepada formalisfn, sehingga keberartian peran luhur yang dulu pernah dienrbannya mulaidipertanyakan.

Sejak jaman reforma{i ketika globalisasi dan lebgralisasi melanda seluruh dunia terrnasuk Negaraini, maka nilai moral dalarh kehidupan sosial, gotong royong semakin memudar, dalam bidang senibudaya etika telah ditingg{lkan digantikan dengan gaya hidup yang hedonism. Kembali ke khittahpe:santren yang selalu menlkankan pada nilai kejujuran, kesederhanaan, kebersamaan dan pengabdianyang mendalam tanpa batas. Dari nilai-nilai tersebut tumbuh etos, rasa saling [percaya, budaya gotongroyong, kecintaan pada ilmu dan profesi tanpa batas, sebagai bentuk pengabdian pada Allah, yangdtasamrfkan sebesar-besarn$,a pada kemaslahatan umat manusia (Siroj, Z0lS:7)

Sebagai bukti nyata $ahwa pesantren telah melahirkan bairyak tokoh nasional, diantaranya KH.Abdur Rahman Wahid (gus Dur) dengan kekhasan rctorikanya, KH Hasyin Asy'ari, tokoh pergerakannasional yang mampu medggonr:ang kekuasaan Betanda. Demikian juga KH Wahab Hasbullah, KHWahid Hasyim, yang piawai dalam politi, sehingga sejak tahun 1943-an telah nrenjadi pimpinanShumubu (Menteri Agama) dan ketua Masyumi. Masih banyak lagi tokoh+okoh Nasional yang lahirdari pesantren' Pada intiny4, pesantren bisa menghasilkan pemimpin yang memiliki kepribadian yangkuat dalam beragama dan tidak tertinggal dalam. bidang sosial kemasyarakatan.

Saat ini sekolah-sekdlah semakin mengarah ke model pesantren, dengan label satu atap atauistilah Boarding School, Ini bukti nyata bahwa pendidikan model pesantren tidak diragukan lagi dalammembentuk karakter anak didik. Oleh karena itu, pendidikan model pesantren harus ter.usdikembangkan dan diperbanyak.

Apa Pondok Pesantren ? /Pesanhen puda u*u,4nyu ,,#ng juga disebut sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional di

mana seluruh siswa didik tilrggal bersaha dan belajar di bawah bimbingan seora.ng kiai, Asrama parasantri berada di lingkungan komplek pesanten, yang tcrdiri dari rumah kiai, masjid, ruang belajar,majlis mengaji, dan kegiatan-kegiatan lieagamaan lainnya. Pondok atau tempat tinggal para santri,merupakan ciri khas tradisi pesantren yang raernbedakanr,rya dengan sistem pendidikan lainnya yangberkembang di kebanyakan wilayah Islam negara-negara lain. Bahkan, sistem pondok ini pula yangmembedakan pesantren derlgan sistem pendidikan surau di Minangkabau. Dalam kategori hampirserupa, di Afganistan, para nflurid darr guru yang betunr rnenikah tinggal di masjid sekitar pesanffen.

Ada beberapa alasan mengapa pesantren harus menyediakan pondok (asrama) untuk tempattinggal para santrinya. Pertbma, kemasyhuran seorang kiai dan kedalaman pengetahuannya tentangislam, merupakan daya tarik santri darijauh untuk dapat menggali ilmu dari kiai tersebut secara terus-menerus dalam wa.ktur yang {angat larna. Seh,furgga tamruk keper,luan idutah, seorang sahtri harus mene1apbersama kiai. Kedua, hampif semua pesantren berada di desa-desa terpencil, jauh dari keramaian dan

r

Yuliati Hotifah, pesantren sebaga\ srstem pendrd\kan Khas Nusantara 2\\

::::j:iil::.J:T.lll_l*g ..1\y.::*k menampuns para santri, yang karenanya diperrukan

'Lr r rrrwrr6arrEBa1'Pkiainya seolah-olah t:p:ni l.l.hrl sendiri, sedangkan kiai memperlakukan santri seperti anaknyasendiri juga. Sikap timbal-balik ini menimbulkan suasana keakraban dan kebutuhan untuk salingberdekatan secara terus-menerus.

Selain'beberapa alasan di atas, kedudukan pondok pesantren juga sangat besar manfaatnya.Dengan sistem pondok, santri dapat konsentrasi belajar sepanjang hari. Kehidupan dengan modelpondok/asramajuga sangat mendukulng bagi pembentukan kepribadian santri, baik dalam tatabergaul dan bermasyarakat dengan lesama santri lainnya, Pelajaran yang diperoleh di kelas,

sekaligus diimplementasikan dalam kehidupan pesantren. Alam lingkungan pondok inilah para

tidak having, tetapi being terhadap ilrhu (Soepeno:2003)

Pentingnya pondok sebagai urf"*a para santri tergantung juga pada jumlah santri yang datangdari daerah yang jauh. Untuk pesantrbn kecil, misalnya, para santri banyak pula yang tinggal di rumah-rumah penduduk di sekitar pondok. Para santri memanfaatkan pbpdok hanya untuk keperluan tertentusaja. Di pesantren yang tergolong belar, seperti Tebuireng Jombng Jawa Timur, para santri harus relaberjejalan dengan sepuluh atau lima belas santri dalam satu kamar. Di luar semua yang te'lah disebutkandi atas, ada yang khas dari pondok, yaitu adanya pemisahan antara tempat tinggal santri laki-lakidengan perempuan. Sekat pemisah itu biasanya berupa tempat rumah kiai dan keluarga, masjid maupunruang kelas madrasah. Di sinilah letak pentingnya po:rdok sebagai elemen penting yang turut menopangkebprlangsungan tradisi p_esntren di Irtdonesia (Haedari, 2004)Geneologi Intelektual Pesantren

Salah satu traelisi agung di Inddnesia adalah tradisi pengajaran agama Islam seperti yang munculdi pesantren Jawa dan lembaga-lembdga serupa di luar Jawa serta semenanjung Malaya. Alasan pokokmuncurnya pesatitren ini adalah untuk mentransmisikan islam tradisional sebagaimana yang terdapatdalam kitab-kitab klasik yang ditulib berabad-abad yang lalu. Kitab-kitab ini di tndonesia dikenalsebagai kitab kuning. Sebagai lembhga pendidikan yang berbasis agama, pesantren pada mulanyamerupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyebaran agama lslam. Namun, dalamperkembangannya lembaga ini sefnakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak selalumengakselerasikan mobilitas vertikal, tetapi juga mobilitas horizontal. Pesantren kinitidak lagi berkutatpada kurikulum yang berbasis keagamaan sajq tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan

kekinian dalam masyarakat. Dengarf demikian, pesantren tidak lagi didakwa semata-mata sebagai

lembaga keagamaan murni, tetapi juga menjadi lembaga sosial yang hidup dan terus merespon

persoalan masyarakat sekitar. Oi sihi yang lain, blantika perkernbangan pesantren belakangan iniditandai dengan munculnya generasi baru pesantren. Genemsi baru ini tetap mewarisi tradisi keilmuanpesantren sebelumnya, juga berhasil meng-creat tradisi yang sama sekali baru sekaligus berhasil

mensinergikannya dengan perkembangan keilmuan mutakhir.

Model pendidikan yang dibawla oleh generasi baru ini dianggap sesuai dengan kultur pondok

pesantren karena sifatnya yang flekslbel, telah menekankan kemandirian santri untuk belajar dengan

mengalami sendiri (exprerientat tearling),dan lebih penting lagitidak perlu mengubah pola dan sistern

pendidikan pondok pesantren salafi|,ah yang berlaku sepanjang abad 19. Mencetak lulusan yang

berkualitas dan memiliki kompetensi yang setira dengan lembaga pendidikan lainnya. Namun, tetap

mempertahankan nilai, tradisi dan hstem pendidikan yang ada. Bagi kalangan pondok pesantren

salafiyah sesuai dengan kaidah ushul fiqih, al-muhafadah 'aia al-qadim al-salih wa al-akhdh bi al-jadid

al-aslah (menjaga nilai lama yang bai[ dan mengadopsi hal baru yang lebih baik).

Generasi peneruslah yang haius bisa merubah pola pentlidikan pesantren salafiyah menjadi

pesantren yang modern. Namun, meskipun merubahnya menjadi kemodernan, tetapi tidak

menghilangkan nilai kesalafiyahan y4nB sudah melekat sejak dulu, karena inilah geneologi inteleketual

cara

dapat

santri

212 Prosiding Seminar Nasi(nal

\\

\.

tugas-tugas generasi selanjutnya untuk membangkitkan kembali

yang semakin menyusut dan yang hampir melupakan nilai-nilaipesantren sesungguhnya. Inilah

semangat belajar para ppta.lar

keagamaan.

Metode Belajar di Pesantren vDijelaskan dalam buku Pola Penyelenggaraan Pesantren Kilat, dalam tradisi pondok pesantren

dikenal beberapa metode ppng4iaran, antara lain;

L Bandongan atau Weton

Bandongan atau biapa disebut metodo wetonan adalah cara penyampaian kitab kuning di mana

seorang guru, kiai atau usladz membacakan dan menjelaskan isi kitab kuning. S'ementara santri, murid

atau siswa mendengarkan, memberi makna dan menerima wejangan. Dalam metode ini, guru berperar,

aktif, sementara murid betsifat pasif. Metode bandongan atau weton dapat bermanfaat ketika jumlah

murid oukup besar dan w{ktu yang tersedia relatif sedikit, sementara materi yang disampaikan cukup

banyak.12) Sedangkan NaBj, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan bandongan adalah mengikuti

dan memperhatikan. Prosfs pengajaran kiai membacakar, kata-perkata atau kalimat-perkalimat dan

menerjemahkan kemudian diterangkan arti maksudnya lebih jauh kepada para santri/murid.

2. Sorogan

Sorogan adalah mettde belajar yang berbeda dengan metode bandongan. Dalam metode sorogan,

murid membaca kitab ku/ping dan memberi makna, sementara guru mendengarkan sambil memberi

catatan, komentar atau bilnbingan bila diperlukan. Akan tetapi dalam metode ini, dialog antara guru

dengan murid belum atau tidak terjadi. Metode ini tepat bila diberikan kepada murid-murid seusia

ibtidaiyah/dasar dan tsanawiyyah/menengah, Sorogan berasal dari kata sorog yang berarti mengajukan.

Tata caranya acialah seor{ng santi rnenyodorkan sebuah kitab di hadapan kiai atau pembantu kiai,

ke,mudian kiai memberikarf tuntunan bagaimana cara membacanya dan menghafalkannya.

3. Hafalan

Hafalan adalah seluah metode pembelajaran yang mengharuskan murid mampu menghafal

naskah atau syair-syair delpgan tanpa melihat teks yang disaksikan oleh guru. Metode ini cukup relevan

untuk diberikan kepada rfrurid-murid usia anak-anak, tingkat dasar dan tingkat menengah. Karena

menghafat sama dengan {nengajak otak agar tetap bekerja. Jika diibaratkan pisau agar tidak cepat

tumpul, maka harus r"ri[rg diasah. Begitupun dengan otak manusia. Agar tidak mudah hilang

hafalannya juga harus sering diasah.

4. Diskusi(Munadarah)

Metode ini sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara murid atau santri membahasnya

bersama-sama melalui tukpr pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu yang ada dalam kitab

kuning *tau pelajaran lainirXa. Dalam metode ini, kiai atau guru bertindak sebagai moderator karena

metode diskusi bertujuan {Bar niurid atarr santri aktif cialam belajar. Melalui diskusi ini, akan tumbuh

dan berkembang pemikirarl-pemikiran kritis, analitis dan logis.

Pola pendidikan poqdok pesantren yang merupakan sistem asrama (boarding house) mengajarkan

pada para santri hidup secara mandiri, sederhana, kreatif dan berorientasi pada karya. Pola hidup khas

pondok pesantren seperti ini memberikan dampak positif ketika para santri mengikuti pendidikan

kesetaraan. Karena sistern metodologi dan pendekatan yang digunakan pada pendidikan kesetaraan

sepenuhnya sama dengan yang diterapkan pada pondok pesantren. Selain memberikan pengetahuan

umum dan agama, pendiflikan kesetaraan pondok pesantren memberikan bekal kepada para santri

kecakapan hidup yang rlrreliputi kecakapan pribadi, kecakapan intelektual, kecakapan sosial dan

kecakapan vokasional. Sistem pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk mengembangkan

kecakapan komprehensif, kompetitif dan mendorong agar para santri mampu mengimplementasikanpengetahuan dan kecakaphnnya dalam berkarya. Pembelajaran yang diimplementasikan dalam karyr

YliatiHotffah, Pesaritren sebagai Sistem Pendidikan Khas Nusantara 213

laksana buah dari "pohon ilmu". "alr'Ilm bila 'amal ka at-shajar bila thumar". Ilmu tak diiringi dengan

karya, ibarat pohon yang tak mengh4silkan buah (Abdullah Ibnul Mu'tazi, pepatah Arab)Pendidikan yang memberi motivasi untuk berkarya akan mernacu seseorang santri untuk belajar

dan mereguk pengetahuan sebanya,k mungkin. Karena dengan pernbelajaran dan pengetahuan yang

didapatkan, ia bisa membuat karya sebaik mungkin. Setiap santri akan memilikr sikap positif untuk

berlomba-lomba memperoleh kesuksesan. Baik sukses secara materi maupun sukses secara spiritual

agama. Maka, dengan sendirinya p4ra santri tumbuh dengan memiliki jiwa achievement, yaitu mental

untuk selalu mencapai prestasi tertirtggi dengan memberikan k6rya terbaik.

Untuk memilliki suatu karya terbaik, tentu saja tidak mudah untuk meraihnya. Tentu memiliki

pola pengembangan dalam belajar agar santri bisa berfikir secara rasional. Dan tentunya para santri

harus memiliki semangat yang tinggi untuk menciptakan suatu karya yang terbaik. Para santri juga

dididik agar menjadi seorang yang tprampil, informal leader, berorientasi keahlian, inventif dan kreatif.

Sesuai dengan fungsinya yang komprehensif dan pendekatannya yang holistik, pesantren

memiliki prinsip-prinsip utama dalam menjalankan pendidikannya. Setidaknya ada dua belas prinsip

yang dipegang teguh pesantren: (f) theocentric; (2) Sukarela dalam pengabdian; (3) kearifan; (4)

kesederhanaan; (5) kolektivitas; (6) mengatur kegiatan bersama; (7) kebebasan terpimpin; (8)

kemandirian (9) pesantren adalah tehpat mencari ilmu dan mengabdi; (10) mengamalkan ajaran agama;

(11) belajar di pesantren bukan unfuk mencari ljazah; (12) restu kiai artinya semua perbuatan yang

dilakukan oleh setiap warga pesantfen sangat'oergantuug pada kerelaan dan do'a dari kiai. Nilai-nilaipesantren yang melekat kepada pribadi santri adalah tasamuh, ta'owun, tawazun, dan berientasi pada

terwujudnya khoiro ummah.

Santri adalah siswa yang belajar di pesantren, Zarnakhsyari Dhofier membagi santri membagi

dua kelompok: Santrimukim dan saLntri kalong, santri mukim adalah santri yang berasal dari daerah dan

menetap dalam kelompok pesantreg. Sebagai santri mukim mereka mempurryai kewajiban-kewajiban

tert6ntu. Santri kalong adalah santri yang berasa! dari masyarakat sekitar pesanffen atau yang biasanya

tidak menetap di pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik dari

rumahnya sendiri.

Selain dua istilah santri diatas, dalam dunia pesantren dikenaljuga istilah "santri kelana". Santri

kelana adalah santri yang pindah beflajar dari satu pesantren ke pesanfien lain untuk memperdalam ilmu

pengetahuan yang menjadi keahliart dari seorang kyai. Setelah pesantren mengadopsi sistem madrasah

tradisi santri kelana kini mulai diti4rggalkan. Dalam lembaga pendidikan islam yang disebut pesantren

sekurang-kurangnya ada unsur-unsur kiai yang mengajar dan mendidik sefta menjadi panutan, santri

yang belajar pada kiai, masjid setlagai tempat penyelenggaraan pendidikarr dan shalat jamaah, dan

asrama tempat tinggal para santri. Selain unsur-unsur kelembagaan, karakteristik pesantren juga dapat

dilihat dari struktur organisasinyA yang meliputi; Status kelembagaan, struktur organisasi, gaya

kepemimpinan, dan suksesi kepemimpinan.

Setiap pesantren memiliki s{ruktur yang berbeda-beda antara satu Cengan yang lainnya sesuai

dengan kebutuhan masing-masing. Ciri-ciri umum struktur organisasi pesantren dapat dijelaskan bahwa

pada dasarnya pesantren mempunyai dua sayap: sayap yang menjaga nilai-nilai kebenaran absolut dan

sayap yang menjaga nilai-nilai keQenaran relatif. Sayap pertama bertanggung jawab pada pelestarian

kebenaran atau kemurnian agama, sedangkan sayap kedua bertanggung jawab pada pengamalan nilai-

nilai absolut, baik dalam pesanfren maupun diluar pesantren. Ajaran kiai, ustad, kitab-kitab agama yang

diajarkan di pesantren diyakini mpmiliki kebenaran absolut oleh para santi, karena itu tidak perlu

dipertanyakan lagi kebenarar: dan keabsahan sebuah ajaran mereka hanya memahami dan

mengamalkannya.

Ada perbedaan yang paling penonjol antara pesantren di era pertumbuhan dan pesantren di era

perkembangan. Jika. pesanhen di era pertumbuhan lebih menitikberatkan transmisi mistisisme, di era

214 Prosiding Seminar Nasiqnal

perkembangan berdiri dan berkembang secara variatif, berciri khas sesuai kuriulum yangdikembangkan, di era perrumbuhan pesanhen, pada abad ke l6 sampai abad ke lg, kitab kuning sudahdipelajari umat lslam. Hal itu lebih banl'ak merujuk kepada kitab-kitab tuawuf panteistis,dan hanya-' ada dua kitab fiqh,yaitu :Al'Taqrib Fi al Fiqh dan Al-Idhaah Fi at Fiqh.pan ada dua kitab tafsir yangdipelajari, masing-masing; Al-Jalatain dan At-Baidhawi. wawasan intelektual pada abad ke-16 sampaiabad ke-18 dipandang lebih luas dibandingkan dengan pesantren di era abad ke-19, Hal ini bisadimaklumi karena alasan yang dipakainya adalah meru3u[ kepada kitab-kitab tasawuf yang memangkomprehensif dikaji pada masa pertumbuhan pesantren, mencakup tasawuf falsafi dan tasawufortodoks' sementara di erd perkembangan pesanhen, kitab tasawuf yang dikaji hanyalah kitab tasawufortodoks, seperti llrya ulumuddin(l@szuki dan El-Sahd, 2003:3),

Kitab yang diajarkan pada masa perRmbangan pesantren sangat komprehensif, di eraperkembangan pesantren rhulai dikembangkan pesantien salafiyah, karena ,.nguj*k; ,,rlu:,.,"'kuning terutama fiqih, tafsii dart tasawuf. Ada pula pesanhen alat, karena menitik ieratkan pada kajiannaahwu, shoraf; serta-ada pesantren al-qur'an yang mengkhususkan diri padaa hafalan kitab suci danilmu qiroat (bacaan al-quraln). Pendidikan di Pesantren pudu urornnya bersifat kombinasi antara tipesalafiyah dan Kholafiyaft. Disebut kholafiyah karena selain pendidikan pesantren, juga terdapatPendidikan Formal yakni RA, MI, MTs, dan MA, oleh karena itu kegiatan belajar mengajar dipesantren lebih fokus di wdktu sore sampai malam hari. Tetapi walaupun siang hari fokus di sekolahtidak terlepas dari pantauari pesantren. Bahka.n dengan adanya sekolah, pengetahuan serta wawasanpara santri lebih luas.

Pesantren terus berkernbang mengikuti lintasan sejarah kehidupan dengan tetap mempertahankanindenpendensinya dan konbistensinya dalam memainkan peran sebagai lembaga pendidikan danpemberdayaan sosial.

Tidak hanya itu, dalhm tataran vang lebih luas, pesantren juga berperan sebagai bentengpengawal moral, khususnya berken'aan dengan terjaganya tradisi kepesantrenan yang luhur dengannilai-nilai keteladanan, baik yang ditunjukkan oleh figur kiai maupun nilai-nilai agama yang diajarkandi pesantren' Peran seperti ini menempatkan pesantren sebagai kekuatan counter culture,demi tidakterjadinya alienasi budaya di tingkat lokal.Sebagai generasi santrli, maka jangan sampai kita kalah dengan para kiai terdahulu yang telahberhasil membangun bangsa ini melalui kiprahnya. Jika mereka saja bisa memajukan pesantren dengan

semangat juang yang tinggi, sehingga bisa membangun bangsa ini menjadi teuih uait clari sebelumnya,kenapa kita tidak bisa melakukan hal yang lebih dari itu? Drngun semangat dan tekad yang kuat, kitapasti bisa membuat peradabah baru di dunia tanpa harus mengliilangkan tradisi khas pesantren, karenasistem pendidikan di pesantren itulah yang akan menghantarkan kita sebagai bagian dari pembangunandan kemajuan bangsa ini.Kearifan Lokal pesantren

Budaya pesarttren terditi dari berbagai khasanah yang unik dan bercorak lokal. Budaya pesantrenberkembang dan rnenyatu dalam satu sistim relasional, yang diwariskan melalui berbagai pemodelan,simbolisasi, penghayatan, organisasi, transformasi diri yanf mempengaruhi kondisi psikologis sanhi.Budaya relasional ini memb(ntuk jalinan psikososial dan dimanifestasikan dalam berbagai kekuatandiri' sosial, lingkungan, trust1 spiritualitas dan dinamika keagamaan kaum santri. Nilai-nilai budayadihansformasikan melalui pengajaran, ritual-ritual, pengamall keagamaan, pembiasaan, pemodelan(itba) diskusi, refleksi, perlorhbaan, nrujahadah, konsistensi, pengabdian (abdi dalem), yang mengakarmenjadi budaya khas di pesantren.

sedangkan hubungan relasional di pesantren dapat dijalin secara sinergis melalui Kyai, Gus (kyaimuda)' ustadz, Badal (asisten), murabbi (pembimbing), dan satrran kelompok kecil dalam bentukorganisasi sebaya (A'la, Annilsah, Aziz dan Nluhaimin, 2007). Komponen ini saling berinteraksi dan

YuliatiHoltfah, Pesantren sebagai Sistem Pendidikan Khas Nusantara 215

membentuk karakteristik sosial budaya pesantren. Hal ini kem,udian terjadi akulturasi budaya yang

merupakan representasi antara kektlatan dari luar dan kekuatan dari dalam baik langsung berdampak

, pada diri santri atau sistem budaya yang membentuk watak lokal.

Melalui pendekatan ini makd pesantren memiliki peluang untuk melakukan pembenahan dan

pengembangan konseling psikologiS santri dari dalam pesantren itu sendiri (development from within)

dengan melihat seperangkat nilai (ruh al-ma'ha$, cita-cita (himmah), tuntutan perkembangan

masyarakat (himmah al-mujtami'ah)t, dankemampuan serta daya dukung pesantren secara nyata (caring

capacity and support system) (Chirzln, 2007).pesantren memberikan dasar pemahaman kearifan dalam membuahkan berbagai pengalaman

perkembangan kematangan psikologis yang dirajut secara kolektif oleh komunitas sanni dalam

memproses nalar dan kehidupan hatlnya serta menumbuhkan pengetahuan yang arif, nilai yang orisinil,

sekaligus sikap dan kepribadian Wira'[ yang rnenJadi benteng bagi stabilitas mental dan emosi

komunitas santri. Ia membentengi slkap dan kepribadian yang bijaksanq sehingga tidak bisa dipungkiri

bahwa pesantren merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses penempa kepribadian seseorang

untuk tangguh dan mampu survival menghadapi berbagai bentuk tantangan kehidupan. Kearifan dalam

bentuk yang nyata di pesantren dhpat diformulasikan dengan mengambil kearifan lokal pesanhen

melalui budaya, sejarah pesantren, rhodel dan ketokohan kiai, sikap hidup wira'i, mekanisme hubungan

kekerabatan serta tradisi yang berimetamorfosis melalui praktik hidup kaum santri dalam bentuk

internalisasi kehidupan dan hubungan interpersonal untuk memperkuat tatanan spiritualitas,

kematangan mental dan penguasaah ilmu, dan moralitas. Kearil'an selalu bertransformasi sepanjang

rentang kehidupan sebagai kerangkh penalaran diri, konseling eksistensial, empati, jalinan intuitif diri

dan orang lain (Kramer, 2000) yan$ bisa dikembangkan dari proses transmisi budaya dan pengalaman

hidup seseorang. Oleh karena itu kearifan banyak diterapkan dalam beragam domain manajemen

kehidupan, perencanaan hidup, re{iew diri. Proses ini dapat dijiwai sebagai salah satu cara yang

terintegrasi ke dalam. proses pelaksahaan penolong sebaya di pesanhen.

Santri cenderung beqproses secara bersamaan dan melihat kedudukan Santri sendiri sebagai

bentuk pengabdian tulus yang mading-masing selalu berusaha untuk menuju pada kualitas individu

dalam bentuk-bentuk tawadhu'. Santri cenderung tidak membedakart antar teman dalam proses diri.

Mereka memposisikan secara setard dan sama dalam wilayah pesantren. Hubungan sesama santri dapat

diciptakan untuk menumbuhkan reldsiperubahan individu sebagai bagian dari tugas dan tanggungjawab

anggota kelompok (organisasi, karnar, pertemanan) yang mengedepankan ukhuwah (persaudaraan),

tasamuh (kesetaraan) dan solidaritas. Praktik ini dapat dilakukan'dengan mengoptimalisasi relasi santri

melalui komunikasi hubungan sebala sanfri.

Multikultural di Pondok Pesantrdn

Indonesia merupakan salah sbtu negera yang berpenducluk terbanyak di Asia Tenggara dan Asia'

Dengan jumlah penduduk yang molebihi 200 juta jiwa, tentu saja tidak hanya satu budaya (Culture)

yang ada di dalamnya, melainkan lnultibudaya. Banynk suku, dan ras yang tinggal di wiliyah negera

lndonesia, dari Sabang sampai Merhuke dengan berbagai macam brrdaya yang berbeda-beda.

Kata multikulturalisme sendiri oleh Webster's New World College Dictionary diartikan sebagai

sistem nilai yang menerima kelonlpok lain secara sama sebagai satu kesatuan, tak peCuli perbedaan

,,budaya, gender, agama ataupun yang lain. Konsep ini tidak hanya mengakui perbedaan, tapi lebih

ikan penegasan bahwa s.gdl. perbedaan itu mempunyai kedudukan dan kesempatan yang sama

7 equel attention) di ruang publik.

Istilah multikulturalisme di Indonesia muncul masih tidak terlalu lama sehingga kalangan

p€santren yang tak pernah diajarka[r kitab berbahasa Inggris masih kurang memahami apa maksud dan

tujuan dari multikultralisme. Karena istilali ini merupakan perkembangan dari pemikiran post

modernisme di Barat, yang disebut kalangan sosiolog Barat sebagai teori multikultural (Mary Rogers,

mhtt!

I216 Prosiding Seminar Nasional

//Multikul,ural

Experiences, MulticulturalTheories, 1996). Teori ini bercirikan inklusif, memberdayakan

pihak lemah (tidak bebas nilai), serta menggugah ranah sosial dan intelektual untuk lebih terbuka dan

beragam.

Kaitannya dengan pesantren, multikulturalisme adalah. spirit alamiah yang telah tumbuh

berkembang sebelum istilAh ini dikenai. Dilihat dari segi namanya saja, pesantren terkesan unik, Nama

lembaga yang menjadi ldkus pendidikan Islam di Indonesia ini hersumber dari bahasa Sansekerta,

"santri" artinya orang yadg mendalami kitab suci. @hofier, 1994). Pesantren, dalam konteks budaya

lndonesia kuno, adalah tgmpat pemeluk agama Hindu dan Budha mempelajari dan mendalami kitab

sucinya. Istilah ini kemu{ian diadopsi oleh Islam. Hal ini menunjukkan bahwq kalangan pesantren

mudah bergaul dengan agdma lain.

Banyak orang menganggap bahwa pesantren dan santri tidak bisa menerima hal-hal baru atau

pemikiran modern yang di,itemukan oleh non-sanffi. Bahkan, masih banyak orang yang mengira santri

yang notabene orang pelantren tulen tidak bisa mengembangkan pemikiran atau bahkan membuat

pemikiran modern layaknla orang-orang di luar pesantren. Hal itu kurang tepat, karena sampai saat ini

sudah banyak orang-oran$ pesantren atau santri yang mempunyai pemikiran-pemikiran modern, sebut

saja Gus Dur (Alm.), Ntlr Cholis Madjid, bahkan pemikiran nrodern mereka melahirkan perubahan

peradaban kasanah keilmuan dalam lslam.

- Wahid (2001) men;L,ebut realitas pesantren seperti tergambar di atas dengan istilah "subkultur",

Maksudnya, keberadaan lesantren selalu berada dalam lingkup budaya tertentu. Karena itu, fenomena

multikulturalisme di duni{ pesantren adalah hal yang wajar. Kitab-kitab yang diajarkan pun tidak satu

mahdzab. Kitab al-Fiqh 'Ela al-Madzahib al-Arba'ahkarya Abdurrahman al-Juzairi merupakan salah

satu kitab wajib para santri saat mengadakan bahtsul masail karena di dalamnya banyak terdapat hukum

Fiqh yang bisa dijadikan landasan hukum untuk umat Islam yang memiliki kultur yang berbeda. Di

kalangan pesantren dike4al kaidah fiqh, al-ijtihdcl ld yunqaddtr bi al-ijtihdd, ijtihad itu tidak bisa

dibatalkan oleh ijtihad. Misal, dalam satu masalah, ada perbedaan pendapat. Maka, bukan berarti

pendapat yang satu lebih benar dari yang lain karena lebih akhir ijtihadnya atau alasan lain. Santri

diberikan keleluasaan untgk memilah dan memilih manakah yang sesuai untuk dijalankan.

Kondisi di atas mdrupakan dinamika multikulturalisme di kalangan pesantren. Hal ini senada

dengan falsafah lirna tiarlg penyanggah pesanren, yaitu tawasuth (berada di tengah atau moderasi),

tawazun (seimbang menjhga keseimbangan), tasamu& (toleransi), 'adalah (keadilan), dan terakhir

tasyawur (musyawarah).

IPENUTT.IP {

Pesantren tidak cukup berbangga hati dengan dengan sekedar mampu bertahanatau merasa puas

dengan sumbangan yang d,fibefikan oleh masa lalu. Signifikansi pesantren tidakhanya terletak pada duahal tersebut, tetapi kontri$usinya yang nyata bagi umat Islam secara khusus, dan masyarakat secaraurnurn, di masa kini dan ryasa yang akan datang, Era globalisasi di masa kini dan masa yang akandatang akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia tanpa terkecualipesantren. Jika pesantren ingin survive di tengah perkembangan dunia y4ng kompetitif, maka pesantrenharus mengevaluasi diri seOara kitis. Membiarkan saja eksistensi pesantren seperti apa adanya tidakakan memastikan eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang mengakar ditengah'tengah masyarakat. ferkembangan pesantren yang diharapkan di masa mendatang adalah sebuahperkembangan yang mengarah pada peningkatan kualitas pesantren secara lebih riil, sehinggakeberadaannya tidak sekeda[ menjadi pelengkap dalam proses perkembangan masyarakat,

Yuliati Hotifah,Pesantren sebagai Sistem Pendidikan Khas Nusantara 217

DAtr"TAR RUJI'KANA'la, A., Anisah, H., Azis, A, & Muhaimin, A. (2007). Praksis Pembelajaran Pesantren'

, Yogyakarta: Yayasan Selasih dan Forum PesantiEn'

Ahmad syaf i Nur.ztiot . Pesantrbn :Asal usul. Dln Pertumbyhan \lybapo,i D:tTl-:l:--

t,,i di Edit oleh Abuddin llata yang berjudul Seiarah Pertumbuhan Dan Perkembangan' L e ib aga - L e mb a ga P e ndi difan I s I am D i I ndo ne sia,Grasindo : J akarta.

. Azra, Azyuriar:di , ZOO:2, PendiCikan Islam;Tradisi Dan Modernisasi Menuiu Milenium Baru'

Logos:Jakarta.Bawani, Imam. 1993. Tradision$lisme dalam Pendictilan Islam Studi Tentang Daya Tahan

P e s antr en Tr adi s i onal. Sur{baya: At-Ikhlas'

Chirzin, M.H. 200it. irro*orn Se'lalu Tumbuh dan Berkembang. In N. M.D, A'A'la, H'

Anisah, A. erir, & A. Muhaimin, Praksis Pembelajaran Pesantren (pp.vii-x)'

Yogyakarta: Iiorum Pesantren dan Yayasan Selasih' -Dhofier, Zamakhsl,ari. 1985. Tladisi Peianffen Studi fefiang Pandangan Hidup,lakarta"

LP3ES.Fathunahman, pupuh. 2000. Kelnggutan Pendidikan Pesantreit; Alternatif Sistem Pendidikan

Terpadu Abod )ffL Bandu4g: Tunas Nusantara'

Ghazali, Bahri, M., Dr., MA. 2001 . Pendidilan Pesantren Berwdwasan Lingkungan. lakarta:

Pedoman llmul-Haedari, Amien, dkk. 2004. Vf*4 Depan Pesantren. Jakarta:IRD Press,2004

iil;;M"il,""if"rh*,. 1996. pondok Pesantrert dan Sistem Pendidiknn Nasional. Santri,

No. 03, Agustus'Hasbullah. |ggi. Sejarah pendibikan Islam di Indonesia Lintasan Seiarah Pertumbuhan dan

P e rkemb angan. J akuta: LISK.Hotifah, yuliati frotifah dan Rr#ah Husna. 2015. Penguatan Kapasitas Peer Helper berbasis

iearifan Lotwl P"o'""' Lupot* Hibah Penelitian Keriasama Antar Perguruan Tinggi-

pekerti, kerjasama dengan Universitas lslam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang'

Nadj, E. Shobirin. 1985 "}erlpektif Kepemimpinan dan Manajemen Pesantren". Dalam

Dawam Rahardjo. Perguladarr Dunia iesantren: Membangun dari Bawah. Jakar,ta: Media

Pratama

Qomar, Mujamil, Prof., Dr., M.Ag., 2001. Pesantren dari Transformcsi Metodologi Menuju

Demolaatis as i Institusi. Jal]carta: Erlangga'

Rahardjo, Dawam. 1974. Pesantt'en Dan Pembaharuar, LP3ES: Jakarta'

Siroj, "Said

Aqil. ,-ioti.- i;6* Sumber Inspirasi Budaya Nusantara; Menuju Masyarakat

Mutamaddin. Jakarta: LTN NUSumpeno, Ahmad.

"dki;P;ilLiuiur* Pesantren; Suatu Kaiian I(omparatif' Jakarta: Proyek

Pekapontren DePag zu, T.Th. 2004.

e /