tugas seni budaya nama pelukis

46
Naturalisme Basuki Abdullah Lahir : Surakarta, Jawa Tengah, 27 Januari 1915 – 5 November 1993 (pada umur 78 tahun) Suku : Jawa Pendidikan : - Hollandsch – Inlandsche School (HIS) Katolik ; Meer Uitgebreid Lager Oderwijs (MULO) Katolik, Solo ; Academie Voor Beeldende Kunsten, serïŹkat Royal Internaonal of Art (RIA), di Den Haag, Belanda, 1993 Organisasi : Gerakan Poetra ; Pusat Tenaga Rakyat ; Keimin Bunka Sidhosjo (Pusat Kebudayaan Rezim Jepang) Dikenal karena : Maestro pelukis realis dan naturalis dan Diangkat sebagai pelukis resmi Istana Merdeka Orang tua : Abdullah Suriosubroto Kerabat : Dr. Wahidin Sudirohusodo (kakek) Link : hps://id.m.wikipedia.org/wiki/Basuki_Abdullah

Upload: independent

Post on 09-Dec-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NaturalismeBasuki Abdullah

Lahir : Surakarta, Jawa Tengah, 27 Januari 1915 – 5 November 1993 (pada umur 78 tahun)Suku : JawaPendidikan : - Hollandsch – Inlandsche School (HIS) Katolik ; Meer Uitgebreid Lager Oderwijs (MULO) Katolik, Solo ; Academie Voor Beeldende Kunsten, sertifikat Royal International of Art (RIA), di Den Haag, Belanda, 1993Organisasi : Gerakan Poetra ; Pusat Tenaga Rakyat ; Keimin Bunka Sidhosjo (Pusat Kebudayaan Rezim Jepang)Dikenal karena : Maestro pelukis realis dan naturalis dan Diangkat sebagai pelukis resmi Istana Merdeka Orang tua : Abdullah SuriosubrotoKerabat : Dr. Wahidin Sudirohusodo (kakek)

Link : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Basuki_Abdullah

Abdullah Suriobroto

Lahir : Semarang, 1878 – Yogyakarta, 1941)Ayah angkat : Wahidin SudirohusodoOrganisasi :Tokoh geraka nasional IndonesiaAnak : Sudjono Abdullah dan Basoeki AbdullahPendidikan : Sekolah kedokteran di Batavia dan Kuliah di Belanda (jurusan seni lukis lalu seni rupa)Karier : Setelah kuliah lalu pulang ke Indonesia sebagai pelukisDikenal sebagai : Pelukis Indonesia yang pertama pada abad ke-20

Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_Suriosubroto

R.M. Pirngadie

R. M. Pirngadie, (lahir di Banyumas, 1875 - meninggal tahun 1936 pada umur 61 tahun) adalah pelukis naturalis dari aliran Mooi Indie dari Hindia Belanda. Pada usia 11 tahun ia mulai berkerja di Kantor Register, membuat gambar peta dan disanalah ia pertama kali memegang kuas dan cat. Tahun 1889, ketika berusia 14 tahun, ia mulai belajar melukis pada seorang pelukis bangsa Jerman. Pada tahun 1928, ia bekerja pada Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (kini menjadi Museum Nasional), Jakarta.[1][2]

Penghargaan Piagam penghargaan lukisan terbaik pada pameran di Annual Fair Surabaya(1905) Penghargaan II pada pameran lukisan cat air, Surabaya (1907) Dua medali pada pameran lukisan, Surabaya (1912) Hadiah untuk lukisan pemandangan Indonesia terbaik pada The Gent Exposition (1913) Hadiah pertama untuk lukisan cat air terbaik pada Pameran Kolonial, Semarang (1914) Hadiah pertama dan kedua pada perlombaan membuat kulit buku terindah (1919) Anugerah Tanda Kehormatan Kelas Satyalancana Kebudayaan dari Kementerian

Kebudayan dan Pariwisata (2014)

Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Pirngadie

Biografi Claude Monet

 

     Pelukis Impresionis Perancis, Claude Oscar Monet, dilahirkan di Paris pada tahun 14 November 1840. Namun, masa kecilnya dihabiskan di Le Havre tempat ayahnya membuka sebuah toko grosir. Pada usia 15 tahun, ia mulai menjual lukisannya dijalan dan 4 tahun kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis dan pergi belajar di Academie Suisse, Paris. Setelah terpaksa mengikuti wajib militer, ditahun 1862 ia kembali ke Paris dan belajar di bawah bimbingan Charles Gleyre. Ditempat Itu, ia bersahabat dengan Edouard Manet dan Pierre Renoir.

     Monet dikenal akan detail yang luar biasa pada karyanya, sapuan-sapuan kuas ringan, warna-warna yang berani, dan efek cahaya yang berubah-ubah. Sukses pertamanya dimulai dari Gaun Hijau, lukisan istrinya, Camille, yang diterima galeri salon. Namun karya-karya berikutnya selalu ditolak sehingga ia jatuh miskin dan terpaksa meminjam uang kepada teman-temannya untuk membeli peralatan melukis. pada tahun 1874, Monet, Camille Pissarro, Edgar Degas, Paul Cezanne, dan beberapa pelukis lainnya membuat pameran diparis. ini lebih baik daripada memamerkannya di Salon Des Refuses. Pada 1880, setelah istrinya meninggal, sebuah lukisan Monet di terima di Salon. Namun karena Monet tidak menyukai posisi yang diberikan pada lukisan itu, ia menolak memamerkan karyanya di sana lagi.

     Kata Impresionisme, sebuah gerakan yang berciri pengamatan langsung terhadap alam, berasal dari salah satu lukisan Monet, Impression, Sunrise (1872). Seorang kritikus mengatakan bahwa karya ini mengingatkannya pada hiasan dinding karena lukisan ini tampak seperti sketsa dan belum selesai.

Link : http://dayakomputerku.blogspot.co.id/2011/02/biografi-claude-monet.html

Peter Paul Rubens

Pieter Pauwel (Peter Paul) Rubens (28 Juni 1577 – 30 Mei 1640) adalah seorang pelukis. Banyak orang melihatnya sebagai salah satu pelukis Flem dan Eropa paling terkenal pada abad ke-17. Ia melukis dengan gaya Baroque. Banyak lukisannya memiliki sentuhan sensual, beberapa diantaranya dianggap erotis.

Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Peter_Paul_Rubens

Realisme

Sindoesoedarsono SoedjojonoDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sindoedarsono Soedjojono

Lahir

Sindoedarsono SoedjojonoMei 1913

Hindia Belanda, Kisaran, Sumatera Utara.

Meninggal 25 April 1985 (umur 71) Indonesia, Jakarta.

Kebangsaan IndonesiaNama lain S. Sudjojono, Djon.Suku JawaPendidikan Hollandsch-Inlandsche School

(HIS), Jakarta. SMP Cimahi, Bandung. SMA di Perguruan Taman Siswa,

Yogyakarta. Belajar montir. Belajar melukis kepada Raden

Mas Pirngadie. Belajar melukis kepada Chioyi

Yazaki.

Pekerjaan

Guru Taman Siswa Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931.

Wakil DPR RI Partai Komunis Indonesia, 1956-1957.

Organisasi

Lembaga Kebudayaan Rakyat . Persatuan Ahli Gambar Indonesia. Seniman Indonesia Moeda (SIM)

di Madiun, Jawa Timur, 1946. S. Sudjojono Center.

Dikenal karena Bapak Seni Rupa Indonesia Modern.

Karya terkenal

Di Depan Kelambu Terbuka Cap Go Meh Kawan-kawan Revolusi Pengungsi Seko Tetangga Mia Istriku

Pasangan

Mia Bustam Rosalina Poppeck alias Rose

Pandanwangi

Anak Prof.Dr.Ir. Arifin Wardiman

Orang tua Sindudharmo Marijem

Kerabat Arian Arifin Wardiman (cucu) Tedjabayu Sudjojono

Penghargaan Anugerah Seni 1970

Sindoedarsono Soedjojono (Kisaran, Sumatera Utara Mei 1913 – 25 Maret, Jakarta, 1985) merupakan pelukis legendaris di Indonesia. Dengan diawali oleh Trisno Soemardjo, Sudjojono dijuluki sebagai Bapak Seni Rupa Indonesia Modern. Julukan ini diberikan kepadanya karena Sudjojono adalah senimaan pertama Indonesia yang memperkenalkan modernitas seni rupa Indonesia dengan konteks kondisi faktual bangsa Indonesia. Ia biasa menulis namanya dengan “S. Sudjojono”.

Biografi

Masa sekolah

Soedjojono terlahir Soedjiojono lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya, Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatera Utara, beristrikan Marijem, seorang buruh perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat oleh seorang guru HIS, Joedhokoesoemo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama panggilannya) diajak ke Jakarta (waktu itu masih bernama Batavia) pada 1925. Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu melanjutkan SMP di Cimahi, dan menyelesaikan SMA di Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah ia sempat belajar montir sebelum belajar melukis kepada RM Pirngadie selama beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada pelukis Jepang, Chioyi Yazaki.

Karier guru

Ia sempat menjadi guru di Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru di perguruan yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara itu. Ia ditugaskan oleh Ki Hajar Dewantara untuk membuka sekolah baru di Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931.

Pelukis

Namun ia kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran bersama pelukis Eropa di Bataviasche Kunstkring, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis. Pada tahun itu juga ia menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Oleh karena itu, masa itu disebut sebagai tonggak awal seni lukis modern berciri Indonesia. Ia sempat menjabat sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi. Selain sebagai pelukis, ia juga dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama di Indonesia. Lukisannya punya ciri khas kasar, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja ke kanvas. Obyek lukisannya lebih menonjol kepada kondisi faktual bangsa Indonesia yang diekspresikan secara jujur apa adanya.

Pandangan PolitikArian Arifin Wardiman salah satu cucu S. Sudjojono yang mewarisi talenta seninya (foto oleh Arbi Sumandoyo)

Sebagai seorang kritikus seni rupa, ia dianggap memiliki jiwa nasionalis. Djon sering mengecam Basoeki Abdoellah sebagai tidak nasionalistis karena hanya melukis keindahan Indonesia sekadar untuk memenuhi selera pasar turis. Dua pelukis ini pun kemudian dianggap sebagai musuh bebuyutan. Sengketa ini mencair ketika Ciputra, pengusaha penyuka seni rupa, mempertemukan Djon, Basoeki Abdoellah, dan Affandi dalam pameran bersama di Pasar Seni Ancol, Jakarta. Pada masa Orde Lama, ia pernah ikut dalam Lekra dan bahkan Partai Komunis Indonesia. Ia sempat menjadi wakil partai di parlemen. Namun, pada 1957, ia dipecat dari partai dengan alasan resmi pelanggaran etik karena ketidaksetiaan kepada keluarga/istri. Tahun 1959 setelah didesak tuntutan Mia Bustam, istri pertamanya, Sudjojono resmi bercerai dari Ibu yang memberi delapan anak untuk pasangan ini, setelah secara sembunyi-sembunyi mencintai Rosalina Poppeck - seorang sekretaris dan penyanyi - selama beberapa tahun, yang kemudian dinikahinya sekaligus mengganti nama istri barunya menjadi Rose Pandanwangi.

Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Sindoesoedarsono_Soedjojono

Realisme

ed Java Desindo 0 comment

>> LUKISAN DAN BIOGRAFI DULLAH

Pelukis Dullah lahir di Solo, Jawa Tengah, 17 September 1919, ia dikenal sebagai seorang pelukis realis. Corak lukisannya realistik. Mempunyai kegemaran melukis portrait (wajah) dan komposisi-komposisi yang menampilkan banyak orang (group). Diakui, Dullah belajar melukis dari dua orang Gurunya yang sekaligus merupakan pelukis ternama, yaitu S. Sudjojono dan Affandi. Meskipun demikian corak lukisannya tidak pernah mempunyai persamaan dengan dua orang gurunya tersebut.  

Pernah dikenal sebagai pelukis istana selama 10 tahun sejak awal tahun 1950-an, dengan tugas merestorasi lukisan (memperbaiki lukisan-lukisan yang rusak) dan menjadi bagian dalam penyusunan buku koleksi lukisan Presiden Soekarno. Dullah juga dikenal sebagai pelukis revolusi, karena dalam karya-karyanya banyak menyajikan lukisan dengan tema-tema perjuangan selama masa mempertahankan kemerdekaan.Pada waktu perang kemerdekaan II, saat Yogyakarta diduduki oleh tentara Belanda pada 19 Desember 1949 hingga 29 Juni 1950, Dullah memimpin anak didiknya yang masih belum berumur 17 tahun untuk melukis langsung peristiwa-peristiwa selama pendudukan Yogyakarta sebagai usaha pendokumentasian sejarah perjuangan bangsa. Lukisan-lukisan yang dihasilkan ketika itu diulas di surat-surat kabar, bahkan oleh Affandi dinilai sebagai karya satu-satunya di dunia.  Dullah merupakan salah seorang pelukis realis yang jarang berpameran. Tapi pamerannya bersama anak-anaknya di Gedung Agung (Istana Kepresidenan Yogya) tahun 1978, berhasil

menarik puluhan ribu orang. Meskipun pameran diperpanjang satu hari, pintu gerbang Gedung Agung bagian Utara sempat pula jebol. Pameran itu dilanjutkan 20 Desember 1979 hingga 2 Januari 1980, di Aldiron Plaza, Jakarta. Banyak orang kecewa karena ia tak menjual lukisannya.Bagi Dullah, melukis adalah media untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Dullah termasuk pendiri Himpunan Budaya Surakarta (HBS). Kemudian didirikannya sebuah sanggar di Pejeng, Bali. Pada setiap pameran baik didalam atau diluar negeri, karya murid-muridnya ikut disertakan.

Ia juga menulis sajak, beberapa sajaknya dimuat dalam bunga rampai sastra Indonesia yang di himpun oleh H.B Jassin. Pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan terbit dalam sebuah kumpulan di Pakistan. Sebuah puisinya yang berjudul Anak Rakyat ditulis tahun 1943 dan dimuat dalam Gema Tanah Air, barangkali sudah mengisyaratkan kegandrungannya kepada tema perjuangan dalam lukisan-lukisannya. Dullah mendirikan museum pribadi di Solo pada tahun 70-an, dan hingga kini museum tersebut masih representatif dan dikelola oleh pemerintah Kotamadya Surakarta.Banyak lukisan-lukisannya yang menjadi koleksi pejabat-pejabat penting pemerintahan, kolektor seni baik dalam maupun luar negeri, tokoh masayarakat dan orang terkemuka, diantaranya Presiden pertama RI Soekarno, Wakil Presiden pertama RI Muhammad Hatta, Adam Malik, mantan Presiden Amerika Serikat Eisenhower, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Walter Mondale, mantan Perdana Menteri Australia Rudolf Menzies dan museum seni lukis di Ceko.   

Link : http://lelang-lukisanmaestro.blogspot.co.id/2013/06/lukisan-karya-dullah.html

RomantismeRADEN SALEH

Masa kecil

Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga Jawa ningrat. Dia adalah cucu dari Sayyid Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan Arab.[4] Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang Belanda atasannya di Batavia. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School).

Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia Belanda. Seorang kenalannya, Prof. Caspar Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan Belgia, A.A.J. Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.

Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami seni lukis Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling Jawa mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang Indonesia di daerah yang disinggahi.

Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke Belanda. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen yang memerintah waktu itu (1819-1826), setelah ia melihat karya Raden Saleh.

Tahun 1829, nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Capellen membiayai Saleh belajar ke Belanda. Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen tertulis, selama perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu. Ini menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh.

Belajar ke Eropa

Foto studio Raden Saleh di Batavia, 1872.Foto studio istri Raden Saleh dan pembantunya di Batavia (sekitar tahun 1860-1872).

Dua tahun pertama di Eropa ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan tema pemandangan dari Andries Schelfhout karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang Belanda saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan.

Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.

Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "wis-, land-, meet- en werktuigkunde (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara Menteri Jajahan, Raja Willem I (1772-1843), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.

Saat pemerintahan Raja Willem II (1792-1849) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya Dresden, Jerman. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke Weimar, Jerman (1843). Ia kembali ke Belanda tahun 1844. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.

Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh romantisme Ferdinand Victor Eugene Delacroix (1798-1863), pelukis Perancis legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.

Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari 1848 di Paris, yang mau tak mau memengaruhi dirinya. Dari Perancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, Horace Vernet, ke Aljazair untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: Austria dan Italia. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun 1851 ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.

Kembali ke Hindia Belanda

Rumah Raden Saleh di Batavia tahun 1875-1885 (sekarang Rumah Sakit PGI Cikini)

Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1852 setelah 20 tahun menetap di Eropa. Dia bekerja sebagai konservator lukisan pemerintahan kolonial dan mengerjakan sejumlah portret untuk keluarga kerajaan Jawa, sambil terus melukis pemandangan. Namun dari itu, ia mengeluhkan akan ketidaknyamanannya di Jawa. "Disini orang hanya bicara tentang gula dan kopi, kopi dan gula" ujarnya di sebuah surat.

Saleh membangun sebuah rumah di sekitar Cikini yang didasarkan istana Callenberg, dimana ia pernah tinggal saat berada di Jerman. Dengan taman yang luas, sebagian besarnya dihibahkan untuk kebun binatang dan taman umum pada 1862, yang tutup saat peralihan abad. Pada 1960, Taman Ismail Marzuki dibangun di bekas taman tersebut, dan rumahnya sampai sekarang masih berdiri sebagai Rumah Sakit PGI Cikini.

Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat keturunan Kraton Yogyakarta bernama Raden Ayu Danudirja dan pindah ke Bogor, dimana ia menyewa sebuah rumah dekat Kebun Raya Bogor yang berpemandangan Gunung Salak. Di kemudian hari, Saleh membawa istrinya berjalan-jalan ke Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia. Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris, sakitnya masih tidak diketahui hingga sekarang, dan

keduanya pun pulang ke Bogor. Istrinya kemudian meninggal pada 31 Juli 1880, setelah kematian Saleh sendiri 3 bulan sebelumnya.

KematianPada Jum'at pagi 23 April 1880, Saleh tiba-tiba jatuh sakit. Ia mengaku diracuni oleh salah seorang pembantunya yang dituduh Saleh telah mencuri. Namun dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa aliran darahnya terhambat karena pengendapan yang terjadi dekat jatungnya. Ia dikuburkan dua hari kemudian di Kampung Empang, Bogor. Seperti yang dilaporkan koran Javanese Bode, pemakaman Raden "dihadiri sejumlah tuan tanah dan pegawai Belanda, serta sejumlah murid penasaran dari sekolah terdekat."

LukisanTokoh romantisme Delacroix dinilai memengaruhi karya-karya berikut Raden Saleh yang jelas menampilkan keyakinan romantismenya. Saat romantisme berkembang di Eropa di awal abad 19, Raden Saleh tinggal dan berkarya di Perancis (1844 - 1851).

Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas) sekaligus ketidakpastian takdir (dalam realitas). Ekspresi yang dirintis pelukis Perancis Gerricault (1791-1824) dan Delacroix ini diungkapkan dalam suasana dramatis yang mencekam, lukisan kecoklatan yang membuang warna abu-abu, dan ketegangan kritis antara hidup dan mati.

Lukisan-lukisannya yang dengan jelas menampilkan ekspresi ini adalah bukti Raden Saleh seorang romantisis. Konon, melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dll. Raden Saleh terkesan tak hanya menyerap pendidikan Barat tetapi juga mencernanya untuk menyikapi realitas

di hadapannya. Kesan kuat lainnya adalah Raden Saleh percaya pada idealisme kebebasan dan kemerdekaan, maka ia menentang penindasan.

Penangkapan Diponegoro

Raden Saleh terutama dikenang karena lukisan historisnya, Penangkapan Pangeran Diponegoro,[5] yang menggambarkan peristiwa pengkhianatan pihak Belanda kepada Pangeran Diponegoro yang mengakhiri Perang Jawa pada 1830. Sang Pangeran dibujuk untuk hadir di Magelang untuk membicarakan kemungkinan gencatan senjata, namun pihak Belanda tidak memenuhi jaminan keselamatannya, dan Diponegoro pun ditangkap.

Pada waktu Saleh, peristiwa tersebut telah dilukis oleh pelukis Belanda Nicolaas Pieneman dan dikomisikan oleh Jenderal de Kock. Diduga Saleh melihat lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal di Eropa. Seakan tidak setuju dengan gambaran Pieneman, Raden memberikan sejumlah perubahan signifikan pada lukisan versinya; Pieneman menggambarkan peristiwa tersebut dari sebelah kanan, Saleh dari kiri. Sementara Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah

lesu dan pasrah, Saleh menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah. Pieneman memberi judul lukisannya Penyerahan Diri Diponegoro, Saleh memberi judul Penangkapan Diponegoro. Diketahui bahwa Saleh sengaja menggambar tokoh Belanda di lukisannya dengan kepala yang sedikit terlalu besar agar tampak lebih mengerikan.[5]

Perubahan-perubahan ini dipandang sebagai rasa nasionalisme pada diri Saleh akan tanah kelahirannya di Jawa. Hal ini juga dapat terlihat pada busana pengikut Diponegoro. Pieneman sendiri tidak pernah ke Hindia Belanda, dan karena itu ia menggambarkan pengikut Diponegoro seperti orang Arab.[5] Gambaran Saleh cenderung lebih akurat, dengan kain batik dan blangkon yang terlihat pada beberapa figur. Saleh juga menambahkan detil menarik, ia tidak melukiskan senjata apapun pada pengikut Diponegoro, bahkan keris Diponegoro pun tidak ada. Ini menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada bulan Ramadhan, karena itu Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik.

Setelah selesai dilukis pada 1857, Saleh mempersembahkan lukisannya kepada Raja Willem III di Den Haag. Penangkapan Pangeran Diponegoro baru pulang ke Indonesia pada 1978. Kepulangan lukisan tersebut merupakan perwujudan janji kebudayaan antara Indonesia-Belanda pada 1969, tentang kategori pengembalian kebudayaan milik Indonesia yang diambil, dipinjam, dan dipindahtangan ke Belanda pada masa lampau. Namun dari itu, lukisan Penangkapan tidak termasuk ketiga kategori tersebut, karena sejak awal Saleh memberikannya kepada Raja Belanda dan tidak pernah dimiliki Indonesia. Lukisan tersebut akhirnya diberikan sebagai hadiah dari Istana Kerajaan Belanda dan sekarang dipajang di Istana Negara, Jakarta.[5]

Peringatan dan penghargaanSelama hidupnya, banyak pejabat dan bangsawan Eropa yang mengagumi Raden Saleh. Lukisannya dipesan oleh tokoh-tokoh seperti bangsawan Sachsen Coburg-Gotha, keluarga Ratu Victoria, dan sejumlah gubernur jenderal seperti Johannes van den Bosch, Jean Chrétien Baud, dan Herman Willem Daendels. Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, di antaranya terdapat bintang Ridder der Orde van de Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), dan Ridder van de Witte Valk (R.W.V.).

Pada tahun 1883, diadakan pameran lukisan Raden Saleh di Amsterdam untuk memperingati tiga tahun wafatnya Saleh, atas prakarsa Raja Willem III dan Ernst dari Sachsen-Coburg-Gotha. Di antaranya terdapat lukisan Hutan Terbakar, Berburu Kerbau di Jawa, dan Penangkapan Pangeran Diponegoro

Sedangkan penghargaan dari pemerintah Indonesia diberikan pada tahun 1969 lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan secara anumerta, berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di Bogor yang dilakukan oleh Ir. Silaban atas perintah Presiden Soekarno, sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan perangko seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya.

Pada tahun 2008, sebuah kawah di planet Merkurius dinamai darinya.[6][7]

Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh

Fransisco Goya

Francisco JosĂ© de Goya y Lucientes (30 Maret 1746 – 16 April 1828) adalah pelukis dan seniman grafis dari Spanyol.

Goya adalah pelukis istana di Spanyol, juga seorang penulis sejarah. Ia dianggap sebagai seniman old master terakhir dan juga termasuk seniman modern pertama. Unsur-unsur dalam karya seninya yang subversif dan subjektif, juga keahliannya dalam teknik melukis, menjadikan karyanya sebagai acuan bagi seniman generasi selanjutnya seperti Manet dan Picasso.

Kebanyakan karya-karya Goya ditampilkan di Museo del Prado di Madrid.

Francisco Goya

LahirFrancisco José de Goya y Lucientes30 Maret 1746Fuendetodos, Aragon, Spanyol

Meninggal 16 April 1828 (umur 82)Bordeaux, Perancis

Kebangsaan SpanyolPendidikan José LuzånDikenal karena Lukisan, Gambar, Patung, Seni grafisKarya terkenal La maja desnuda/La maja vestida

The Third of May 1808 (1814)Black Paintings

Gerakan politik Romantisisme

Goya

Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Francisco_Goya

Joseph Mallord William TurnerDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

J. M. W. Turner

Self portrait, oil on canvas, circa 1799

Lahir

Joseph Mallord William Turnerc. late April – early May 1775; baptised 14 MayCovent Garden, London, England

Meninggal 19 December 1851 (aged 76)Cheyne Walk, Chelsea, England

Kebangsaan EnglishPendidikan Royal Academy of ArtsDikenal karena PaintingGerakan politik Romanticism

Joseph Mallord William Turner (14 Mei 1775 - 19 Desember 1851) adalah seorang pelukis lanskap zaman Romantic pelukis lanskap , air colourist, dan print maker pada jaman Renaisans.[1]

Turner dianggap sebagai tokoh kontroversial pada zamannya, namun kini Ia dianggap sebagai seniman lukis lanskap yang kemampuannya meningkat menyaingi lukisan bertema sejarah.[1] Meskipun terkenal sebagai pelukis dengan cat minyak, tetapi Turner juga merupakan salah satu pelukis cat air terhebat di Inggris.[2] Dia dikenal sebagai "pelukis cahaya" dan karyanya dianggap sebagai pengantar Romantis ke Impresionisme.[2] Beberapa karyanya sering dikutip sebagai contoh seni abstrak.[2]

Joseph Mallord William Turner dibaptis pada 14 Mei 1775, tapi tanggal lahirnya tidak diketahui.[3] Umumnya beberapa suber mengatakan bahwa ia lahir antara akhir April dan awal Mei.[3] Turner sendiri mengaku ia lahir pada tanggal 23 April, tetapi belum ada bukti yang kuat.[3] Ia lahir di Maiden Lane, Covent Garden , London, Inggris. Ayahnya, William Turner (1745-1721 September 1829) , adalah seorang tukang cukur dan pembuat wig, Ibunya, Mary Marshall, berasal dari keluarga tukang daging.[3] Ia juga memiliki seorang adik perempuan, Mary Ann, lahir di September 1778 tetapi meninggal pada usia empat bulan Agustus 1783.[3

Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Mallord_William_Turner

EkspresionismeVINCENT VAN GOGH

Biografi Van Gogh. Bernama lengkap Vincent Willem van Gogh lahir tanggal 30 Maret 1853 dan wafat tanggal 29 Juli 1890. Ia adalah pelukis pasca-impresionis Belanda. Lukisan-lukisan dan gambar-gambarnya termasuk karya seni yang terbaik, paling terkenal, dan paling mahal di dunia. Van Gogh dianggap sebagai salah satu pelukis terbesar dalam sejarah seni Eropa. Ia merupakan sulung dari 6 bersaudara, putra pendeta protestan di Groot Zundert, lukisannya beraliran posimpressionisme yang mewakili era spontanitas emosional dalam seni lukis. Vincent adalah orang yang muram, gelisah, dan temperamental, namun pengetahuannya sangat luas. Hal ini dapat dilihat di 700 surat yang dikirimkannya pada saudara yang paling dikasihinya, Theo, yang juga bertugas sebagai manajernya. Surat-surat ini kemudian diterbitkan sebagai catatan kehidupan Van Gogh pada 1911.

Pada masa mudanya Van Gogh bekerja pada sebuah perusahaan penjual karya seni, dan setelah beberapa waktu bekerja sebagai guru, ia melayani sebagai misionaris yang bekerja di wilayah pertambangan yang sangat miskin. Pada usia 16, Vincent dikirim belajar ke Den Haag untuk bekerja pada pamannya yang merupakan rekan perusahaan internasional yang berdagang karya seni. Disana ia belajar melukis pada Anton Mauve. Setelah gagal menangani klien, ia dikirim ke London dan kemudian berpindah-pindah ketempat paman-pamannya yang lain, sampai ia mengejutkan semua orang akan kemampuan berkothbahnya. Ia pun belajar disebuah pelatihan injil di Belgia, namun di tinggalkannya untuk bekerja sebagai pendeta dikalangan pekerja tambang miskin disana.

Pada usia 27 tahun, ia menemukan panggilan sejatinya dan kembali ke Belanda. Ia membuat sebuah karya yang sesuai dengan kemanusiaannya, pemakan kentang (1885), gelap dan muram, mengungkapkan kesedihan dan kemiskinan orang-orang dalam lukisannya. Tahun yang sama, ia mendaftar di akademi seni di Antwerpen, Belgia. Namun ia pergi pada hari ke dua, setelah gurunya mengatakan bahwa sapuan kuasnya terlalu berat. Dikota ini ia sempat dipengaruhi gaya lukisan Peter Paul Rubens dan pelukis Jepang bernama Hokusai (1760-1849).

Van Gogh Kemudian, ia dan Theo pergi keParis pada 1886. Setelah itu, Vincent pindah ke Arles, sementara Theo tetap tinggal dan bertugas menjual lukisannya. Van Gouh pun meninggalkan sapuan kuas yang berani dan realitas moralitasnya. Ia memutuskan menggunakan warna-warna cerah untuk mengungkapkan simbolime dalam lukisannya tentang ladang-ladang, pohon-pohon dan kehidupan pedesaan seperti Night watch (1888) dan Starry Night (1889). Ia kemudian mengundang pelukis Paul Gauguin untuk bergabung. Namun, setelah mereka bertengkar dan Gauguin pergi, Van Gogh mengalami depresi berat.

Awalnya mengikuti tipikal pelukis di zamannya dengan gaya impresionisme. Namun ketidakpuasan terhadap pengekangan ekspresi seni oleh pakem impresionisme membuat ia beralih pada gaya ekspresionisme. Vincent Van gogh didiagnosa menderita epilepsi yang cukup parah. Diagnosa ini dibuat oleh 2 orang dokter berbeda yang merawatnya. Van Gogh juga pernah memotong telinganya sendiri. Pada akhir hidupnya, ia merasa dirinya menjadi gila dan akhirnya menghabiskan sisa hidup di R.S. Jiwa Saint Paul-de-Mausole di Saint-RĂ©my-de-Provence,

Perancis. Di R.S. Jiwa Saint Paul-de-Mausole, dia tetap melukis.

sumber lain tentang kematiannya mengatakan bahwa Adiknya akhirnya mengirimnya kerumah sakit jiwa untuk beristirahat. Van Gogh merasa tenang di tempat itu dan mulai melukis lagi. Akhirnya ia keluar dan tinggal di sebuah pondokan. Depresinya yang belum hilang total membuatnya menembak dirinya sendiri pada 27 Juli 1890. Ia ditemukan oleh pemilik pondokannya dihutan, dan karena belum meninggal, adiknya pun dipanggil. Dua hari kemudian Van Gogh meninggal dan dimakamkan. Setelah Theo meninggal, ia pun dimakamkan di samping kakaknya. Selama masa hidupnya, Vincent Van Gogh hanya menjual 1 lukisan, "Red Vineyard at Arles" (1889).

Link : http://www.biografiku.com/2011/08/biografi-van-gogh-sang-pelukis-terkenal.html

AFFANDI

Affandi Koesoema (Cirebon, Jawa Barat, 1907 - 23 Mei 1990) adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, mungkin pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya ekspresionisnya dan romantisme yang khas. Pada tahun 1950-an ia banyak mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat. Pelukis yang produktif, Affandi telah melukis lebih dari dua ribu lukisan.

Biografi

Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon. Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya, memperoleh pendidikan HIS, MULO, dan selanjutnya tamat dari AMS, termasuk pendidikan yang hanya diperoleh oleh segelintir anak negeri.

Namun, bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam kehidupannya, dan memang telah menjadikan namanya tenar sama dengan tokoh atau pemuka bidang lainnya.

Pada umur 26 tahun, pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika Affandi.

Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis.

Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerja sama saling membantu sesama pelukis.

Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai—yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur—memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.

Poster propaganda Boeng, ajo, Boeng! karya Affandi, 1945

Ketika republik ini diproklamasikan 1945, banyak pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster yang merupakan ide Soekarno itu menggambarkan seseorang yang dirantai tapi rantainya sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Kata-kata yang dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari penyair Chairil Anwar. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah.

Bakat melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di Santiniketan, India, suatu akademi yang didirikan oleh Rabindranath Tagore. Ketika telah tiba di India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tidak memerlukan pendidikan melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan untuk mengadakan pameran keliling negeri India.

Sepulang dari India, Eropa, pada tahun lima puluhan, Affandi dicalonkan oleh PKI untuk mewakili orang-orang tak berpartai dalam pemilihan Konstituante. Dan terpilihlah dia, seperti Prof. Ir. Saloekoe Poerbodiningrat dsb, untuk mewakili orang-orang tak berpartai. Dalam sidang konstituante, menurut Basuki Resobowo yang teman pelukis juga, biasanya katanya Affandi cuma diam, kadang-kadang tidur. Tapi ketika sidang komisi, Affandi angkat bicara. Dia masuk komisi Perikemanusiaan (mungkin sekarang HAM) yang dipimpin Wikana, teman dekat Affandi juga sejak sebelum revolusi.

Topik yang diangkat Affandi adalah tentang perikebinatangan, bukan perikemanusiaan dan dianggap sebagai lelucon pada waktu itu. Affandi merupakan seorang pelukis rendah hati yang masih dekat dengan flora, fauna, dan lingkungan walau hidup di era teknologi. Ketika Affandi mempersoalkan 'Perikebinatangan' tahun 1955, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup masih sangat rendah.

Affandi juga termasuk pimpinan pusat Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), organisasi kebudayaan terbesar yang dibubarkan oleh rezim Suharto. Dia bagian seni rupa Lembaga Seni Rupa) bersama Basuki Resobowo, Henk Ngantung, dan sebagainya.

Pada tahun enampuluhan, gerakan anti imperialis AS sedang mengagresi Vietnam cukup gencar. Juga anti kebudayaan AS yang disebut sebagai 'kebudayaan imperialis'. Film-film Amerika, diboikot di negeri ini. Waktu itu Affandi mendapat undangan untuk pameran di gedung USIS Jakarta. Dan Affandi pun, pameran di sana.

Ketika sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yang mempersoalkan. Mengapa Affandi yang pimpinan Lekra kok pameran di tempat perwakilan agresor itu. Menanggapi persoalan ini, ada yang nyeletuk: "Pak Affandi memang pimpinan Lekra, tapi dia tak bisa membedakan antara Lekra dengan Lepra!" kata teman itu dengan kalem. Keruan saja semua tertawa.

Meski sudah melanglangbuana ke berbagai negara, Affandi dikenal sebagai sosok yang sederhana dan suka merendah. Pelukis yang kesukaannya makan nasi dengan tempe bakar ini mempunyai idola yang terbilang tak lazim. Orang-orang lain bila memilih wayang untuk idola, biasanya memilih yang bagus, ganteng, gagah, bijak, seperti; Arjuna, Gatutkaca, Bima, Krisna.

Namun, Affandi memilih Sokrasana yang wajahnya jelek namun sangat sakti. Tokoh wayang itu menurutnya merupakan perwakilan dari dirinya yang jauh dari wajah yang tampan. Meskipun begitu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) mengabadikan wajahnya dengan menerbitkan prangko baru seri tokoh seni/artis Indonesia. Menurut Helfy Dirix (cucu tertua Affandi) gambar yang digunakan untuk perangko itu adalah lukisan self-portrait Affandi tahun 1974, saat Affandi masih begitu getol dan produktif melukis di museum sekaligus kediamannya di tepi Kali Gajahwong Yogyakarta.

Affandi dan melukis

Potret diri Affandi diabadikan dalam perangko Indonesia seri Seniman Indonesia tahun 1997.

Semasa hidupnya, ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya lukis. Karya-karyanya yang dipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia selalu memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih gelar Doktor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974 ini dalam mengerjakan lukisannya, lebih sering menumpahkan langsung cairan cat dari tube-nya kemudian menyapu cat itu dengan jari-jarinya, bermain dan mengolah warna untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.

Dalam perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai seorang pelukis yang menganut aliran ekspresionisme atau abstrak. Sehingga seringkali lukisannya sangat sulit dimengerti oleh orang lain terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni lukis jika tanpa penjelasannya. Namun bagi pecinta lukisan hal demikianlah yang menambah daya tarikny

Kesederhanaan cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung sendiri ketika kritisi Barat menanyakan konsep dan teori lukisannya. Oleh para kritisi Barat, lukisan Affandi dianggap memberikan corak baru aliran ekspresionisme. Tapi ketika itu justru Affandi balik bertanya, Aliran apa itu?.

Bahkan hingga saat tuanya, Affandi membutakan diri dengan teori-teori. Bahkan ia dikenal sebagai pelukis yang tidak suka membaca. Baginya, huruf-huruf yang kecil dan renik dianggapnya momok besar.

Bahkan, dalam keseharian, ia sering mengatakan bahwa dirinya adalah pelukis kerbau, julukan yang diakunya karena dia merasa sebagai pelukis bodoh. Mungkin karena kerbau adalah binatang yang dianggap dungu dan bodoh. Sikap sang maestro yang tidak gemar berteori dan lebih suka bekerja secara nyata ini dibuktikan dengan kesungguhan dirinya menjalankan profesi sebagai pelukis yang tidak cuma musiman pameran. Bahkan terhadap bidang yang dipilihnya, dia tidak overacting.

Misalnya jawaban Affandi setiap kali ditanya kenapa dia melukis. Dengan enteng, dia menjawab, Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan. Bagi Affandi, melukis adalah bekerja. Dia melukis seperti orang lapar. Sampai pada kesan elitis soal sebutan pelukis, dia hanya ingin disebut sebagai tukang gambar.

Lebih jauh ia berdalih bahwa dirinya tidak cukup punya kepribadian besar untuk disebut seniman, dan ia tidak meletakkan kesenian di atas kepentingan keluarga. Kalau anak saya sakit, saya pun akan berhenti melukis, ucapnya.

Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, ia tetap menggeluti profesi sebagai pelukis. Kegiatan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia dimakamkan tidak jauh dari museum yang didirikannya itu.

Museum AffandiMuseum yang diresmikan oleh Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ketika itu dalam sejarahnya telah pernah dikunjungi oleh Mantan Presiden Soeharto dan Mantan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohammad pada Juni 1988 kala keduanya masih berkuasa. Museum ini didirikan tahun 1973 di atas tanah yang menjadi tempat tinggalnya.

Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di Museum Affandi, dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi. Lukisan-lukisan Affandi yang dipajang di galeri I adalah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai, sehingga tidak dijual.

Sedangkan galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal seperti Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar Sidik, dan lain-lain. Adapun galeri III berisi lukisan-lukisan keluarga Affandi.

Di dalam galeri III yang selesai dibangun tahun 1997, saat ini terpajang lukisan-lukisan terbaru Kartika Affandi yang dibuat pada tahun 1999. Lukisan itu antara lain "Apa yang Harus Kuperbuat" (Januari 99), "Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi" (Februari 99), "Tidak Adil" (Juni 99), "Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan KepadaNya" (Juli 99), dan lain-lain. Ada pula lukisan Maryati, Rukmini Yusuf, serta Juki Affandi.

Affandi di mata duniaAffandi memang hanyalah salah satu pelukis besar Indonesia bersama pelukis besar lainnya seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah dan lain-lain. Namun karena berbagai kelebihan dan keistimewaan karya-karyanya, para pengagumnya sampai menganugerahinya berbagai sebutan dan julukan membanggakan antara lain seperti julukan Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia bahkan julukan Maestro. Adalah Koran International Herald Tribune yang menjulukinya sebagai Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia, sementara di Florence, Italia dia telah diberi gelar Grand Maestro.

Berbagai penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari pria yang hampir seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Di antaranya, pada tahun 1977 ia mendapat Hadiah Perdamaian dari International Dag Hammershjoeld. Bahkan Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia pun mengangkatnya menjadi anggota Akademi Hak-Hak Asasi Manusia.

Dari dalam negeri sendiri, tidak kalah banyak penghargaan yang telah diterimanya, di antaranya, penghargaan "Bintang Jasa Utama" yang dianugerahkan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978. Dan sejak 1986 ia juga diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta. Bahkan seorang Penyair Angkatan 45 sebesar Chairil Anwar pun pernah menghadiahkannya sebuah sajak yang khusus untuknya yang berjudul "Kepada Pelukis Affandi".

Untuk mendekatkan dan memperkenalkan karya-karyanya kepada para pecinta seni lukis, Affandi sering mengadakan pameran di berbagai tempat. Di negara India, dia telah mengadakan pameran keliling ke berbagai kota. Demikian juga di berbagai negara di Eropa, Amerika serta Australia. Di Eropa, ia telah mengadakan pameran antara lain di London, Amsterdam, Brussels, Paris, dan Roma. Begitu juga di negara-negara benua Amerika seperti di Brasil, Venezia, San Paulo, dan Amerika Serikat. Hal demikian jugalah yang membuat namanya dikenal di berbagai belahan dunia. Bahkan kurator terkenal asal Magelang, Oei Hong Djien, pernah memburu lukisan Affandi sampai ke Rio de Janeiro.

Pameran1. Museum of Modern Art (Rio de Janeiro, Brasil, 1966)2. East-West Center (Honolulu, 1988)3. Festival of Indonesia (AS, 1990-1992)4. Gate Foundation (Amsterdam, Belanda, 1993)5. Singapore Art Museum (1994)6. Centre for Strategic and International Studies (Jakarta, 1996)7. Indonesia-Japan Friendship Festival (Morioka, Tokyo, 1997)8. ASEAN Masterworks (Selangor, Kuala Lumpur, Malaysia, 1997-1998)9. Pameran keliling di berbagai kota di India.10. Pameran di Eropa al: London, Amsterdam, Brussels, Paris, Roma11. Pameran di benua Amerika al: Brasilia, Venezia, SĂŁo Paulo, Amerika Serikat12. Pameran di Australia

13. Affandi Alive di Museum Lippo Plaza Jogja

Buku tentang Affandi

1. Buku kenang-kenangan tentang Affandi, Prix International Dag Hammarskjöld, 1976, 189 halaman. Ditulis dalam empat bahasa, yaitu Bahasa Inggris, Belanda, Perancis, dan Indonesia.

2. Nugraha Sumaatmadja , buku tentang Affandi, Penerbitan Yayasan Kanisius, 19753. Ajip Rosidi , Zaini, Sudarmadji, Affandi 70 Tahun, Dewan Kesenian Jakarta, 1978. Diterbitkan

dalam rangka memperingati ulang tahun ketujuh puluh.4. Raka Sumichan dan Umar Kayam, buku tentang Affandi, Yayasan Bina Lestari Budaya Jakarta,

1987, 222 halaman. Diterbitkan dalam rangka memperingati 80 tahun Affandi, dalam dua bahasa, yakni Bahasa Inggris dan Indonesia.

Affandi

Lahir Affandi KoesoemaMonumen Museum Affandi

Pekerjaan

Guru Tukang sobek karcis Artisan pembuat gambar reklame

bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung.

Komisi Perikemanusiaan, Konstituante.

Organisasi Kelompok Lima Bandung. Lembaga Kebudayaan Rakyat .

Poesat Tenaga Rakjat , Seksi Kebudayaan Poetera.

Anggota Akademi Hak-Hak Azasi Manusia, Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia.

Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia), Yogyakarta, 1986.

Dikenal karena Pelukis ekspresionisme atau abstrakAgama Islam

Pasangan Maryati (istri pertama)Rubiyem (istri kedua)

Anak Kartika AffandiJuki Affandi

Orang tua Raden KoesoemaKerabat Helfy Dirix (cucu)

Penghargaan

Piagam Anugerah Seni, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1969.

Doktor Honoris Causa dari University of Singapore, 1974.

Dag Hammarskjöld, International Peace Prize (Florence, Italia, 1997).

Bintang Jasa Utama, tahun 1978. Julukan Pelukis Ekspresionis Baru

Indonesia oleh Koran International Herald Tribune.

Gelar Grand Maestro di Florence, Italia.

LINK : https://id.wikipedia.org/wiki/Affandi

Impresionisme

Biografi Georges Seurat: Kisah Maestro Pelukis Pointilisme

Baca juga

Sejarah & Karakteristik Aliran Seni Lukis Pointilisme

Georges-Pierre Seurat, merupakan pelukis yang dikenal menggunakan teknik kumpulan titik (dot) untuk membentuk gambaran suatu objek.

Seurat merupakan salah satu pelukis paling dikenal dari aliran Neo-impresionisme.

Neo-impresionis merupakan sekelompok pelukis yang tertarik pada penerapan prinsip-prinsip ilmiah pada seni.

Mereka berpikir bahwa presisi ilmiah dan aturan khusus akan meningkatkan kualitas seni tanpa harus membunuh spontanitas.

Para pelukis ini menghabiskan banyak waktu untuk membuat satu lukisan besar menggunakan teknik pointillisme dan divisionisme.

Awal Hidup

Georges-Pierre Seurat lahir pada tanggal 2 Desember 1859 di Paris.

Orang tuanya sangat kaya dan menyokong minat Seurat pada seni dengan memberikan dukungan finansial.

Ayahnya, Antoine-Chrisostome, merupakan seorang penyendiri sehingga tidak banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya sendiri.

Seurat dan saudara-saudaranya terutama dibesarkan oleh ibunya, Faivre Ernestine.

Kepribadian Seurat cenderung pendiam dan tertutup sehingga teman dekatnya tidak banyak tahu tentang kehidupan pribadinya dan metode kerjanya.

Belajat Seni

Setelah mendapatkan pengajaran privat dari pematung Justin Lequien, Seurat mendaftar di Ecole des Beaux-Arts pada tahun 1878.

Dia hanya belajar dua tahun untuk kemudian menjalani wajib militer selama setahun di pelabuhan Brest di Brittany.

Meskipun nampak santun, Seurat memiliki karakter keras dan disiplin sehingga kehidupan militer tampaknya tidak terlalu mengganggunya.

Selesai menjalani wajib militer, Seurat kembali ke Paris dengan membawa ide-ide artistik yang berbeda dari ajaran tradisional Ecole des Beaux-Arts.

Pada awalnya, dia berbagi sebuah studio bersama dengan beberapa teman namun kemudian bisa memperoleh studio sendiri untuk mengembangkan tekniknya.

Seurat dikenal memiliki dedikasi besar dan rela menghabiskan dua tahun untuk memperdalam teknik warna hitam dan putih.

Kesabaran seperti itulah yang kelak diperlukannya saat menekuni pointilisme.

Presisi ilmiah dan metode logis memberikan daya tarik bagi Seurat. Semua lukisannya dipetakan dengan hati-hati sebelumnya.

Sebelum mengerjakan karya sesungguhnya, dia membuat banyak sketsa yang kemudian digunakan sebagai rujukan.

Ide di balik menggunakan titik-titik kontras warna primer dalam lukisannya adalah untuk mempertahankan kemurnian dan kejernihan warna sehingga menghasilkan perpaduan sempurna di mata penonton.

Dia menyebut teknik ini sebagai divisionisme.

Karir Seniman

Karena tidak harus memikirkan biaya hidup, Seurat tidak harus membuat lukisan yang memenuhi selera publik dan bisa berkonsentrasi untuk memuaskan selera seninya sendiri.

Lukisan Seurat “Aman-Jean” terpilih untuk Pameran Salon Tahunan pada tahun 1883, tetapi pada tahun berikutnya, pejabat Salon tidak menunjukkan antusiasme untuk karyanya ‘Baignade Une, Asnieres’.

Seurat tidak surut, bergabung dengan seniman independen, mereka berhasil memamerkan karya lukisan mereka sendiri.

Seniman yang tergabung dalam kumpulan independen ini diantaranya adalah Paul Signac, Henri-Edmond Cross, dan lain-lain.

Misi mereka adalah untuk mengadakan pameran tahunan, tanpa terbebani dengan aturan-aturan kaku para juri Salon.

Seurat dan Paul Signac berbagi ide yang sama tentang lukisan sehingga persahabatan segera terjalin.

Seurat menempati studio berdekatan dengan Signac di Montmatre Boulevard de Clichy untuk kemudian menjalin kontak dengan impresionis.

Surat juga bertemu dengan Puvis de Chavannes dan amat mengagumi karya-karyanya.

Karya Seni

Karya seni pertama yang dipamerkan bersama dengan kelompok seniman independen adalah ‘Bathing at Asnieres’.

Sedangkan karya Seurat yang paling terkenal adalah ‘Sunday Afternoon on the Island of La Grande Jatte’ yang mulai dikerjakan tahun 1884 dan selesai pada tahun 1886.

‘La Grande Jatte’ dipamerkan pada tahun 1886 di Pameran Impresionis Kedelapan dan memicu kehebohan besar.

Ini adalah lukisan teduh dan megah yang merupakan refleksi dari kepribadian sang seniman.

Lukisan lain Seurat diantaranya ‘Port-en-Bessin’ dan ‘La Parade’, keduanya dibuat pada tahun 1888.

Semasa hidupnya, Seurat hanya menghasilkan tujuh lukisan besar yang masing-masing harus diselesaikan paling tidak selama setahun.

Dia juga menghasilkan beberapa lukisan lebih kecil dan banyak sketsa.

Objek lukisannya berkisar dari pemandangan, kehidupan di Paris hingga pertunjukan kabaret dan sirkus. Lukisan terakhirnya ‘The Circus’ belum sempat diselesaikan.

Pada tahun 1891, kumpulan seniman independen sedang mempersiapkan sebuah pameran, saat tiba-tiba Seurat jatuh sakit dan meninggal seminggu kemudian akibat meningitis saat baru berusia 31 tahun.

Orang tuanya baru mengetahui kehidupan rahasia Seurat dengan seorang wanita bernama Madelaine Knobloch dua hari sebelum dia meninggal.

Madelaine Knobloch merupakan model untuk lukisan ‘Woman Powdering Herself’. Hubungan gelap ini memberi Seurat seorang anak laki-laki berusia satu tahun bernama Pierre-Georges

LINK : http://www.amazine.co/22471/biografi-georges-seurat-kisah-maestro-pelukis-pointilisme/

PAUL CEZANNE

Paul CĂ©zanne (lahir di Aix-en-Provence, 19 Januari 1839 â€“ meninggal di Aix-en-Provence, 22 Oktober 1906 pada umur 67 tahun) adalah pelukis Perancis yang hidup pada masa Post Impresionis. Karyanya merupakan peralihan dari konsep seni abad 19 menuju kebebasan mutlak seni pada abad 20. Karyanya merupakan pemberontakan terhadap pakem impresionisme yang saat itu sedang populer dan menjadi inspirasi seniman pembaharu seperti gaya kubisme Picasso, meskipun gayanya sendiri belum bisa disebut kubisme. Karyanya juga menginspirasi seniman fauvisme

Karya-karya Paul CĂ©zanne memperlihatkan keahlian desain, warna, dan komposisi. Goresannya yang repetitif, sensitif, menggairahkan, dan mengeksplorasi mengesankan karakterisasi yang kuat. Beberapa sentuhan kuasnya sudah cukup menggambarkan keseluruhan objek yang kompleks dan abstraksi-abstraksi yang didapatkannya dari alam. Lukisan CĂ©zanne juga memperlihatkan studi subjektif yang teliti, pencarian, dan eksplorasi mendalam terhadap persepsi visual manusia.

BiografiPaul CĂ©zanne lahir di Aix-en-Provence, salah satu bagian dari daerah selatan Perancis pada tanggal 19 Januari 1839. Provence adalah wilayah dengan struktur geografis yang kompleks dan beragam, dengan banyak dataran tinggi dan gunung yang membentang hingga bagian timur dari lembah Rhone. Iklimnya panas dan kering saat musim panas, dan dingin saat musim dingin. Ketinggiannya bervariasi dari dataran rendah hingga puncak gunung yang cukup mengesankan, dengan diliputi hutan pinus dan tumbuhan di sekitar batu gunung. Suasana seperti ini sering muncul dalam karya-karya CĂ©zanne.

Sejak kecil hubungan dengan ayahnya yang dikenal kasar tidak begitu baik. Hal ini bisa dilihat dari karya-karya awal CĂ©zanne yang memperlihatkan ekspresi kemarahan dan frustrasi.

Masa 1859 hingga 1861 dihabiskan CĂ©zanne untuk mendalami bidang hukum di Aix, dan mulai mengembangkan jiwa seninya lewat pelajaran seni. Ia kemudian memutuskan membangkang kepada keinginan ayahnya dengan berkonsentrasi penuh kepada seni dan meninggalkan Aix menuju Paris bersama sahabat karibnya Émile Zola pada tahun 1861. Namun ternyata ayahnya memberikan dukungan penuh, sehingga ia bisa meneruskan hidup dengan nyaman.

Di Paris, CĂ©zanne bertemu Pissarro dan beberapa seniman Impressionists lain. Pengaruh Pissarro cukup besar dalam perkembangan karya CĂ©zanne dan mereka kadang terlihat melukis bersama.

Karya awal CĂ©zanne banyak menampilkan pemandangan, dengan banyak objek besar dan berat yang dilukis secara imajinatif. Kemudian karyanya berkembang menjadi lebih ringan dengan pengamatan langsung sebagai hasil dari pengaruh gaya impresionisme. Gaya CĂ©zanne mirip dengan pendekatan arsitektural dalam rancang bentuk. Bidang pandang dipecah menjadi beberapa bagian kecil menjadi sudut pandang yang datar dengan beberapa sentuhan warna.

Vase of Flowers (1876), cat minyak di atas kanvas.

Salah satu kata-katanya yang terkenal "Aku ingin mereka ulang sudut pandang impresionisme menjadi lebih solid dan bertahan lama seperti karya-karya seni yang selama ini dipajang di museum". Hal ini seolah menggambarkan keteguhan untuk mengembangkan observasinya sendiri untuk menampilkan objek-objek di alam dengan metoda yang lebih akurat, termasuk dengan cara memecah permukaan objek menjadi goresan repetitif dan kecil. CĂ©zanne memiliki kecenderungan untuk selalu memandang objek dalam bentuk dan sentuhan-sentuhan warna yang lebih sederhana untuk menampilkan informasi sebanyak mungkin.

Pendekatan geometris CĂ©zanne ini memberikan pengaruh besar terhadap gaya kubisme Pablo Picasso, Georges Braque, dan Juan Gris. Jika karya-karya Kubisme disandingkan dengan karya-karya akhir CĂ©zannete, akan terlihat hubungan langsung antara pengamatan CĂ©zanne dengan pencapaian dalam Kubisme. Salah satu bagian penting dari kesamaan ini adalah kedalaman dan konsentrasi yang diterapkan CĂ©zanne untuk memperlihatkan pengamatannya terhadap alam. Masing-masing kita memiliki penglihatan binokular. Sebagai akibatnya setiap individu akan memiliki dua sudut pandang sekaligus yang diolah menjadi konsep kedalaman ruang oleh bagian

visual cortex otak. Konsep inilah yang digunakan CĂ©zanne sekaligus menjadi pengaruh bagi gaya kubisme. Hanya saja kubisme mengembangkan konsep ini lebih lanjut dengan tidak hanya berusaha menggunakan dua sudut pandang, tetapi banyak sudut pandang sekaligus dalam satu karya.

Karya-karya Cézanne pertama kali dipamerkan di Salon des Refusés pada tahun 1863, tempat karya-karya yang ditolak oleh kurator Paris Salon. Paris Salon terus menerus menolak karyanya dari periode 1864 hingga 1869.

Cézanne jarang sekali memamerkan karyanya dan terus bekerja dalam keterasingan di Provençe, jauh dari Paris. Ia berkonsentrasi dalam tiga bidang: still life, lukisan pemandian, dan Montagne Sainte-Victoire, yang berulangkali menjadi objek lukisannya.

Meskipun sentuhan religius jarang sekali muncul dalam karyanya, ia tetap penganut Katolik yang taat. Ia berkata “Saat aku memberikan penilaian terhadap seni, Aku akan meletakkan karyaku di samping karya Tuhan seperti pohon atau bunga. Jika bertentangan, itu bukanlah seni.”

Bagi kalangan seni modern pada abad 20, CĂ©zanne adalah bapak konsep kesenian modern. Pablo Picasso memanggilnya "Bapak bagi kita semua".

Menjelang akhir hidupnya CĂ©zanne bermusuhan dengan Zola akibat karya Zola yang dianggap melecehkan CĂ©zanne di novel L'ƒuvre (The Masterpiece, 1886) dan tidak pernah berbaikan kembali.

Pada 1906, CĂ©zanne jatuh pingsan saat membuat lukisan di luar ruangan dalam keadaan badai. Seminggu kemudian, pada 22 Oktober, ia meninggal akibat pneumonia.

Pada 10 Mei 1999, lukisan CĂ©zanne, Rideau, cruchon et compotier terjual seharga AS$60,5 juta, Lukisan keempat termahal untuk masa itu.

LINK : https://id.wikipedia.org/wiki/Paul_C%C3%A9zanne

Java Desindo 0 comment

>> LUKISAN DAN BIOGRAFI PAUL GAUGUIN EugĂšne Henri Paul Gauguin salah satu pelukis aestro Dunia asal Paris, Perancis yang lahir pada 7 Juni 1848 dan meninggal dunia pada 8 May 1903 dalam usia 54 tahun, ia adalah seorang tokoh pelukis bergaya Post-Impressionist. Eksperimennya yang berani dengan menggunakan warna membawanya pada gaya synthetist dari modern art di saat ekspresinya akan makna sesungguhnya dari subjek-subjek di karya-karya lukisnya, dalam pengaruh gaya cloisonnist, membuka jalan menuju Primitivisme dan jalan kembali menuju gaya pastoral (gaya lukis yang menggambarkan kehidupan para gembala di padang). Ia juga seorang pendukung yang sangat berpengaruh atas masuknya memahat kayu dan memotong kayu sebagai bentuk kesenian.

Bagi anda yang ingin memiliki koleksi lukisan karya Paul Gauguin dalam bentuk lukisan repro berkualitas karya seni tinggi, silahkan order di JAVADESINDO Art Gallery

LINK : http://lelang-lukisanmaestro.blogspot.co.id/2015/03/lukisan-dan-biografi-paul-gauguin.html

SURIALISME

Salvador Felip Jacint Dalí Domùnech (lahir 11 Mei 1904 – meninggal 23 Januari 1989 pada umur 84 tahun) adalah salah satu pelukis terpenting dari Spanyol. Ia dikenal lewat karya-karyanya yang surealis. Hasil karya dikenal karena kombinasi mimpi aneh (bizzare) dengan draftmanship dan keahlian menggambar yang luar biasa dipengaruhi oleh master Renaissance. Dali seorang artis dengan talenta dan imaginasi yang besar. Dia mengakui bahwa dia mencintai melakukan hal yang tidak biasa untuk menarik perhatian dirinya sendiri, yang kadang-kadang mengganggu penggemar yang mencintai lukisannya dan juga para pengkritiknya, karena perilaku "keteaterannya" yang eksentrik kadang-kadang membayangi hasil karyanya di perhatian publik.

Salvador DalĂ­

Salvador DalĂ­ pada 29 November 1939

Lahir

Salvador Domingo Felipe Jacinto DalĂ­ i DomĂšnech11 Mei 1904Figueres, Spanyol

Meninggal 23 Januari 1989 (umur 84)Figueres, Spanyol

Kebangsaan Spanyol

Pendidikan Real Academia de Bellas Artes de San Fernando, Madrid

Dikenal karena Lukisan, Menggambar, Fotografi, Seni patung, Menulis, Film

Karya terkenal The Persistence of Memory (1931)Face of Mae West Which May Be Used as an Apartment, (1935)Soft Construction with Boiled Beans (Premonition of Civil War) (1936)

Swans Reflecting Elephants (1937)Ballerina in a Death's Head (1939)Dream Caused by the Flight of a Bee Around a Pomegranate a Second Before Awakening (1944)The Temptation of St. Anthony (1946)Galatea of the Spheres (1952)Crucifixion (Corpus Hypercubus) (1954)

Gerakan politik Kubisme, Dadaisme, Surealisme

LINK : https://id.wikipedia.org/wiki/Salvador_Dal%C3%AD

KUBISME

Pablo Ruiz Picasso (lahir 25 Oktober 1881 â€“ meninggal 8 April 1973 pada umur 91 tahun) adalah seorang seniman yang terkenal dalam aliran kubisme dan dikenal sebagai pelukis revolusioner pada abad ke-20. Jenius seni yang cakap membuat patung, grafis, keramik, kostum penari balet sampai tata panggung. Lahir di Malaga, Spanyol 25 Oktober 1881 dengan nama lengkap Pablo (atau El Pablito) Diego JosĂ© Santiago Francisco de Paula Juan Nepomuceno CrispĂ­n Crispiniano de los Remedios Cipriano de la SantĂ­sima Trinidad Ruiz Blasco y Picasso LĂłpez. Ayahnya bernama Josse Ruiz Blasco, seorang profesor seni dan ibunya bernama Maria Picasso Lopez.

PendidikanPicasso memiliki sifat yang selalu ingin belajar. Perbedaan kota atau negara bukan suatu halangan untuk memperoleh beragam ilmu. Di usia 14 tahun, ia lulus ujian masuk School of Fine Arts di Barcelona dan dua tahun pindah ke Madrid untuk belajar di Royal Academy. Tak lama kemudian dia kembali lagi ke Barcelona dan bergabung di Els Quatre Gats, tempat para penyair, artis dan kritikus untuk tukar menukar ide yang didapat dari luar Spanyol. Pada usia 23 tahun, Picasso pindah ke Paris, kota pusat seni dunia pada masa itu.

Karya-karya

Demoiselles d'Avignon

Banyak seniman-seniman masyhur ditandai oleh satu macam gaya dasar. Tidaklah demikian Picasso. Dia menampilkan ruang luas dari pelbagai gaya yang mencengangkan. Kritikus-kritikus seni memberi julukan seperti "periode biru", "periode merah muda", "periode neo-klasik", dan sebagainya. Dia merupakan salah satu dari cikal bakal "Kubisme," Dia kadang ikut serta, kadang menentang perkembangan-perkembangan baru dalam dunia lukis-melukis modern. Mungkin tak ada pelukis dalam sejarah yang sanggup melakukan karya dengan kualitas begitu tinggi dengan lewat begitu banyak gaya dan cara.

Picasso menghasilkan 20.000 karya dalam hidupnya. Yang menarik, Picasso sering berganti gaya lukisan. Ini bisa terjadi karena Picasso memiliki banyak teman. Seperti dari gaya lukisan biru dan merah jambu (karena lukisan didominasi warna biru dan merah jambu) berubah drastis ke gaya kubisme, akibat pengaruh pertemanannya dengan Georges Braque.

Gaya kubisme inilah yang mengejutkan dunia seni, karena mengubah persepsi orang akan suatu keindahan seni. Kalau sebelumnya lukisan wanita mudah dikenali wajah modelnya, oleh Picasso dibuat drastis sehingga bentuk lukisannya sulit dikenali lagi, seperti yang ia tuangkan lewat karya Demoiselles d'Avignon. Ini bukan berarti Picasso sembarangan saja membuat lukisan. Ia sebelumnya telah mempelajari karya pematung Iberia dan patung-patung Afrika lainnya (patung primitif) yang biasanya berbentuk melengkung dan tidak proporsional.

Ketidaksembarangan Picasso juga dibuktikan dengan beberapa eksperimen yang sering dilakukannya, terutama pada perspektif dan distorsi yang ada pada suatu lukisan. Sehingga gaya kubisme temuan Picasso ini mengubah wawasan dunia akan penilaian suatu lukisan. lukisan bukan saja sebagai keindahan seni, tetapi merupakan pula sebagai hasil penelitian dan eksperimen.

Inspirasi dari Kenyataan HidupPicasso adalah seniman yang melankolis, berkepribadian kuat, egois dan hidupnya sangat bebas. Tak heran, karya karyanya banyak mencerminkan kepribadiannnya itu. kepribadiannya yang kuat, egois dan bebas, banyak terlihat dari karya seninya yang berkesan kontroversial dan sangat ekspresif, beda dari yang pernah ada sebelumnya. Di sisi lain, kemelankolisan Picasso terungkap dari sifatnya yang sangat sensitif serta rinci dalam menilai suatu kenyataan hidup. Ia sanggup membuat kenyataan hidup itu sebagai sumber inspirasi karyanya. Misalnya. lukisan Mesra Cinta (periode biru) yang bersuasana muram dan pesimis, mencerminkan masa-masa sulit Picasso di tengah situasi yang kompetitif. Lukisan Guernica yang menjadi pusat mata di Museum Reina Sofia (Madrid) adalah goresan tangan dari hasil ingatannya pada tragedi berdarah awal tahun 1930-an di daerah Basque, Guernica terjadi ketika perang sipil dan jatuhnya ratusan bom. Kemudian burung merpati, simbol perdamaian dunia, ternyata juga merupakan rancangannya. Picasso menyelesaikan seni grafis itu setelah terisnpirasi oleh burung Melanesia, pemberian Henri Matisse.

Lebih unik lagi, Picasso juga menjadikan wanita sebagai sumber inspirasi. Konon, setiap wanita memberikan inspirasi berbeda baginya. Misalnya dari kekasihnya, Marie-Terese Walter, ia menghasilkan karya La Reve (mimpi) yang laku terjual 48.402.500 dolar AS. Dari kekasihnya yang lain, Eva Gouel, terlahir lukisan Femme Assise Dans Un Fauteuil, yang termasuk salah satu adikarya gaya kubistis. Tak heran jika Picasso sampai dijuluki Don Juan (playboy). Selain berganti-ganti kekasih, ia juga telah menikah beberapa kali, antara lain dengan Fernande Olivier, Marchelle Thumbert, Olga Kohklova dan Jaqueline Roque.

Pablo Picasso

Pablo Picasso

Lahir

Pablo Diego José Francisco de Paula Juan Nepomuceno María de los Remedios Cipriano de la Santísima Trinidad Ruiz y Picasso25 Oktober 1881Målaga, Spanyol

Meninggal 8 April 1973 (umur 91)Mougins, Perancis

Tempat peristirahatan

Chateau of Vauvenargues43,554142°LU 5,604438°BT

Kebangsaan Spanish

PendidikanJosé Ruiz y Blasco (ayah),Real Academia de Bellas Artes de San Fernando

Dikenal karena Painting, Drawing, Sculpture, Seni grafis, Keramik

Karya terkenalLes Demoiselles d'Avignon (1907)Guernica (1937)The Weeping Woman (1937)

Gerakan politik Kubisme

Pasangan Olga Khokhlova (1918–55)Jacqueline Roque (1961–73)

LINK : https://id.wikipedia.org/wiki/Pablo_Picasso

But Muchtar (lahir di Bandung, Hindia Belanda, 30 Desember 1930 â€“ meninggal di Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 30 Juni 1993 pada umur 62 tahun) adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal secara luas melalui karyanya berupa patung berjudul

Ikatan (dibuat tahun 1976) yang dipasang di depan gedung DPR/MPR Republik Indonesia, Senayan, Jakarta. Mengawali debutnya sebagai seniman sejak tahun 1951.[1][2][3]

Latar belakangDua kali ia itu tak lulus SD. Orang tuanya naik pitam. But diusir dari rumah, tiga tahun terpisah hubungan keluarga. Di SMP ia tertarik menjadi guru agama walaupun semasa kecilnya ia ingin menjadi tentara. Meningkat ke SMA cita-citanya menjadi sastrawan. Lulus SMA ingin menjadi diplomat, lalu mendaftar diri ke Akademi Dinas luar Negeri, akan tetapi ditampik. Dia menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Senirupa Institut Teknologi Bandung (ITB), kemudian melanjutkan ke Rhode Island School of Design, Art Students League of New York dan Massachusettes Institute of Technology, semuanya di Amerika Serikat. But dibesarkan di tengah lingkungan keluarga Banten yang taat dan kebelanda-belandaan. Sejak kecil ia tertarik kepada gambar-gambar ciptaan manusia. Mula-mula kepada gambar yang dibuat oleh ibunya sendiri, yang hingga kini tak dapat dilupakannya kelak. Kepribadiannya sebagai pelukis ditempa oleh Ries Mulder, seorang dosen Belanda.[4]

Sejak tahun 1954, karya-karyanya sudah dipamerkan. Tidak saja di Bandung, Jakarta atau Surabaya, melainkan juga di Kualalumpur, Singapura, Bangkok, New Delhi, London, Ithaca, New York, dan Rio de Jainero. But sudah menciptakan ratusan karya sejak mengawali debutnya sebagai pelukis, tahun 1951 dan pematung tahun 1960, kira-kira hanya 15 lukisan dan 4 patung dalam setahun. Semula dia menganut aliran naturalisme, kemudian lebih condong ke kubisme. Di antara lukisannya yang terkenal, adalah Wanita Bali yang ia lukis tahun 1957, mendapat hadiah Stralem pada First Asian Young Artist Exhibition di Tokyo, dan Potret Diri]], yang dimuat dalam buku Indonesian Art karangan Claire Holt. Sebuah patungnya, Ikatan yang dibuat tahun 1976 berdiri kukuh di halaman depan gedung DPR/MPR-RI.

Karier Asisten Ahli Seni Rupa ITB (1959) Rektor muda ITB (1962) Rektor ITB (1967) Rektor Kepala ITB (1977) Sekretaris Departemen Seni Rupa ITB (1968-1970) Ketua Departemen Seni Rupa ITB (1968-1970) Sekretaris Departemen Seni Rupa ITB (1970-1972) Ketua Departemen Seni Rupa ITB (1975-1977) Sekretaris ITB bidang Komunikasi dan kebudayaan (1977)

Prestasi

Hadiah Stralem First Asian Young Arts Exhibition di Tokyo untuk lukisan Wanita Bali

LINK : https://id.wikipedia.org/wiki/But_Muchtar

Prof. Kanjeng Raden Haryo Tumenggung H. Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo, MA (lahir Surakarta, 4 Desember 1931) adalah seorang pelukis Indonesia yang karyanya banyak diburu kolektor dalam dan luar negeri.

Pendidikan seni dan karierProf. KRHT H. Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo, MA pernah diangkat menjadi anggota Tentara Pelajar pada rentang tahun 1945 hingga 1948 sebagai wartawan pelukis yang menciptakan poster-poster untuk Balai Penerangan Divisi IV BKR/TKR/TNI di Solo. Karier militernya berakhir tahun 1948 ketika terjadi rasionalisasi dengan pangkat sersan mayor dan bersekolah lagi di SMA II Surakarta.[1]

Pada periode 1947-1952 bergabung dalam Seniman Indonesia Muda di Solo dan Yogyakarta; sejak awal berdiri tahun 1950, sebagai anggota aktif dalam pembentukan Himpunan Budaya Surakarta di Solo. Juga aktif mengikuti pameran-pameran seni rupa di Solo dan Yogyakarta.

Pada tahun 1952 ia mulai memasuki pendidikan seni di Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung). Pada tahun 1955, ia juga menciptakan logo Keluarga Mahasiswa Seni Rupa (KMSR). Logo berbentuk sebuah palette dengan kata-kata "SENI RUPA BANDUNG" dengan lambang Universitas Indonesia. Setelah Maret 1959, bentuk Ganesha menggantikan logo UI di palette tersebut.[2]:32

Ia lulus sebagai sarjana seni rupa dan diwisuda pada hari Sabtu, 28 Februari 1959, tepat dua hari sebelum Institut Teknologi Bandung diresmikan (Senin, 2 Maret 1959).[2]:28 Pada tahun 1960

Srihadi mendapatkan beasiswa dari ICA untuk belajar di AS untuk melanjutkan kuliah di Ohio State University hingga mendapat gelar master of art pada tahun 1962.

Ia menikah dengan Dra Siti Farida Nawawi dan memiliki dua anak perempuan dan satu anak laki-laki, yaitu Tara Farina, MSc, Rati Farini, SH, LLM, dan Tri Krisnamurti Syailendra.[1]

Pada tanggal 1 Mei 1969 ia diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Pengangkatannya sebagai guru besar Seni Rupa pada tanggal 1 Desember 1992, sedangkan masa purnabakti sebagai PNS sejak tanggal 1 Januari 2007.[2]:27

Selain sebagai pelukis, ia juga mengajar sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung dan Institut Kesenian Jakarta.

Karakteristik karyaKarya Srihadi Soedarsono memiliki proses yang panjang dan berkelanjutan. Karya awal sangat dipengaruhi hasil pendidikan, yaitu geometris sintetik. Pada tahun 1960 mulai menuju eksperimentasi pada bentuk abstrak lewat tempelan potongan kertas dan spontanitas warna. Memasuki 1970 cenderung impresionis lewat cat air dan ekpresionis lewat cat miyak dan sering memasukkan unsur simbolis dalam lukisannya.

Terakhir karyanya muncul dalam bentuk simplifikasi dengan garis horison yang kuat, selain juga lukisan figur-figur puitis yang terinspirasi ajaran Zen.

PenghargaanSebagai pelukis senior dan sangat berdedikasi, ia mendapat banyak penghargaan, antara lain:

Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1971 Cultural Award dari Pemerintah Australia pada tahun 1973 Fulbright Grant dari Pemerintah Amerika Serikat pada tahun 1980 Hadiah terbaik di ajang Bienalle III Seni Lukis Indonesia

LINK : https://id.wikipedia.org/wiki/Srihadi_Soedarsono

FAJAR SIDIKLahir di Surabaya, Jawa Timur, 8 Februari 1930. Pendidikan formalnya di tempuh di HIS Yogyakarta, sedangkan SMP dan SMA-nya di Surabaya. Tahun 1952, kembali ke Yogyakarta mengikuti kuliah di UGM dan juga ASRI (1954). Selain itu ia juga ikut belajar melukis di Sanggar Pelukis Rakyat di bawah asuhan Hendra Gunawan dan Sudarso di tahun 1952, serta berkesempatan pula selama hampir satu setengah tahun (1968-1970) belajar di Selandia Baru tentang Art Restoration Technique and Conservation.

Sejak Tahun 1957-1961 bermukim di Bali, berkawan dengan sejumlah pelukis antara lain Alimin, Sri Widodo dan O.H. Supono. Pada akhir tahun 1961 kembali ke Yogyakarta dan mengajar di ASRI. Sejak 1966 menjadi dosen tetap di ASRI. Selanjutnya tahun 1967-1983 menjadi Ketua Jurusan Seni Lukis di alamaternya tersebut. Ia dikenal sebagai pengajar yang mampu merangsang diskusi tajam di lingkungan Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.

Corak lukisannya beralih dari realisme ke abstrak di awal tahun 60-an. Pilihannya terhadap lukisan abstrak, banyak dipengaruhi oleh masa perantauannya di Bali, yang dianggapnya hanya melukis ‘benda industri’, yang meskipun indah tak semestinya ditangkap sebagai obyek representasi. Ia menganggapnya telah menipu dirinya sendiri, sehingga menciptakan obyek-obyek sendiri untuk keperluan ekspresi.

"Entah mengapa," tulis Fadjar pada 1970-an, "hasil industri itu banyak yang bentuknya indah dan enak dilihat, tapi tidak untuk dilukis; mereka perlu rusak dulu baru bisa dilukis atau dibuat patung.... Saya kehilangan obyek-obyek pelukisan yang artistik dan puitis. Ah, daripada menggambar obyek-obyek hasil kreasi para desainer industri itu, mengapa tak menciptakan bentuk sendiri saja untuk keperluan ekspresi murni yang bisa memenuhi tuntutan batin yang paling dalam?" Diposkan oleh MENDJENK UYE

LINK : http://blogsenirupa.blogspot.co.id/2010/11/profil-seniman-fadjar-sidik.html

Mochtar Apin (lahir di Padangpanjang, Sumatera Barat, 10 Februari 1923 â€“ meninggal di Bandung, Jawa Barat, 1 Januari 1994 pada umur 70 tahun) adalah seorang pelukis dan pengajar Indonesia yang mengajar senirupa di Institut Teknologi Bandung. Ia merupakan salah seorang pendiri organisasi Gelanggang pada tahun 1946 bersama beberapa orang lainnya, yakni Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin dan Baharuddin Marasutan. Gelanggang adalah suatu organisasi para seniman yang mengusung atau memperjuangkan modernitas dan kebebasan dalam berekspresi.

Pendidikan INS Kayutanam , Sumatera Barat (1930-1933) HIS Muara Enim, Sumatera Selatan (1933-1937) MULO , Jakarta (1937-1941) Belajar menggambar dengan JV Lookeren dan HV Verlthuijen (1939-1940) AMS di Jakarta (1941-1942)

SMT di Jakarta (1943-1946) Sekolah Tinggi Sastra di Jakarta (1946–1948) Institut Teknologi Bandung (1948-1951) Kunstnijverheid-School, Amsterdam, Belanda (1951-1952) École Nationale SupĂ©rieure des Beaux-Arts, Paris, Perancis (1953-1957) Deutsche Akademie der Kunste, Berlin, Jerman Barat, (1957-1958) Belajar Litografi/offset/teknik seni grafis di Paris (1968)

Karier Ilustrator majalah Nusantara (1946) Ilustrator majalah Gema Suasana dan Pembangunan Pengajar Fakultas Seni Rupa ITB

Kegiatan lain Pendiri Organisasi Gelanggang (1946) Anggota Asia Pacific Regional Committee of International Art Association (1991)

Penghargaan Beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk menempuh pendidikan di École Nationale SupĂ©rieure

des Beaux-Arts, Paris, Perancis (1953-1957) Beasiswa dari Deutsche Akademie der Kunste, Berlin, Jerman Barat (1957-1958) Beasiswa dari Perancis untuk belajar litografi/offset/teknik seni grafis di Paris (1968) Penghargaan kebudayaan dari pemerintah Australia (1974)

LINK : https://id.wikipedia.org/wiki/Mochtar_Apin

NONREPRESENTATIF

Ahmad Sadali Lahir di Garut Jawa Barat tanggal 29 Juli 1924Pendidikan :HIS Boedi Prijaji di Garut (1938), MULO Pasoendan, Tasikmalaya (1941), AMS dan SMT di Yogyakarta (1945), Fakultas Teknik Universitas Indonesia jurusan Seni Rupa di Bandung (sekarang ITB), Departement of Fine Arts, State University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat, Arts Teachers College, Columbia University, New York, Amerika Serikat, Art Student League,Profesi : Dosen ITB (1953), Pembantu Rektor urusan Kemasyarakatan ITB, Profesor Seni Rupa, Pelukis, Pematung

Ahmad Sadali putra dari Haji Muhammad Djamhari dikenal hampir semua orang. Ia saudagar batik, pengusaha percetakan, pemilik sawah dan kebun. Karena itu, tak ada kesulitan menyekolahkan Dali dan saudara-saudaranya.

Mulai mengikuti pameran bersama pada 1951. Sejak itu Dali mencatat hampir 40 kali pameran, tujuh diantaranya pameran tunggal. Ia menerima anugerah seni dari pemerintah Indonesia, dan dianggap sebagai salah seorang perintis seni lukis abstrak Indonesia. Imajinasi abstrak yang total merupakan pegangan kreasi Sadali yang kemudian terjelma dalam susunan warna yang jernih. Dengan aksentuasi pada warna emas perada, yang mengisi dan membentuk bidang-bidang.

Warna-warna, kepingan-kepingan, bersit-bersit kejutan dari torehan emas perada, arahnya masih tetap satu, misteri. Sesuatu yang tak terjangkau, tetapi yang amat besar dan berkuasa. Sadali tak habis-habisnya menjangkau kebesaran Ilahi. Lukisan-lukisannya kadang kala memang boleh dicurigai, karena bertopang pada sesuatu yang menyebabkan orang harus memperhitungkannya. Ia bicara tentang sesuatu yang samar, sesuatu yang agung dan indah. Tetapi karena teknik dan intensitasnya telah mencapai kadar tertentu sehingga kita merasa ada kejujuran dalam pencarian, ia jadi meyakinkan. Sadali mengantarkan kita ke kaki Tuhan dengan bidang-bidang yang kaya, berwarna dan tak kehilangan emosi. Ia menjalin hubungan kita dengan dunia yang tak pernah benar-benar terjangkau itu.

Bukan hubungan atasan-bawahan, bukan hubungan kering, melainkan mesra. Rasa ketulusan dan kesungguhan tidak buyar karena nyala warna. Kemanisannya tak mengurangi kegempalannya. Pada 30 Desember 1978, lukisannya terpilih sebagai satu di antara tiga lukisan terbaik (bersama Lian Sahar dan Srihadi) pada Pameran Besar Seni Lukis Indonesia di TIM, Jakarta. Dalam lukisan yang berjudul Bidang Omber dan Sisa-sisa Emas, Sadali tampil dengan latar gelap kehitaman. Di sana sini pada tempat yang tepat, ada pancaran warna emas. Komposisi lukisan vertikal pada bidang gambar yang horisontal.

Menikah dengan Atikah, profesor yang senang musik klasik, membaca dan bertamasya ini merupakan ayah seorang anak tunggal lelaki. Ia mengetuai Komite Nasional untuk International Association of Arts dan Pusat Perhimpunan Kebudayaan Indonesia-Prancis. Diposkan oleh MENDJENK UYE

LINK : http://blogsenirupa.blogspot.co.id/2010/11/profil-ahmad-sadali.html