tela'ah qur`an surah al-baqarah ayat 184 dalam
TRANSCRIPT
TELA’AH QUR`AN SURAH AL-BAQARAH AYAT 184 DALAM
TAFSIR AHKAM AL-QUR`AN KARYA AL-JASSAS DAN AL-
HARASI
(Kajian Komparatif Tafsir Hanafiyah dan Tafsir Syafi’iyah)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Disusun Oleh:
Harfiah Mahaswahesti
NIM: 15210655
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
2019 M / 1440 H
TELAAH QUR`AN SURAH AL-BAQARAH AYAT 184 DALAM
TAFSIR AHKAM AL-QUR`AN KARYA AL-JASSAS DAN AL-
HARASI
(Kajian Komparatif Tafsir Hanafiyah dan Tafsir Syafi’iyah)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Disusun Oleh:
Harfiah Mahaswahesti
NIM: 15210655
Dosen Pembimbing:
Dr. Romlah Widayati, M. Ag.
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
2019 M / 1440 H
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Telaah Qur‟an Surah. Al-Baqarah Ayat 184 dalam Tafsir
Ahkâm Al-Qurân karya Al-Jassâs dan Al-Harâsi (Kajian Komparatif Tafsir
Hanafiyah dan Tafsir Syafi‟iyah)” yang disusun oleh Harfiah Mahaswahesti
Nomor Induk Mahasiswa: 15210655 telah melalui proses bimbingan dengan baik
dan dinilai oleh pembimbing telah dan memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan
dalam sidang Munaqasyah.
Jakarta, 09 Agustus 2019
Pembimbing
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul : “Telaah Qur`an Surah Al-Baqarah Ayat 184 dalam Tafsir Ahkâm
al-Qur`an karya Al-Jassâs dan Al-Harâsi (Kajian Komparatif Tafsir Hanafiyah dan
Tafsir Syafi‟iyah)” ini diajukan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Ushuluddin
dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta pada tanggal Agustus 2019. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Program Srata 1
(S1) pada Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir
Jakarta, 12 Agustus 2019
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., MA
Sidang Munaqosyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Hj. Nadjematul Faizah, SH., M. Hum Mamluatun Nafisah, S.Th.I., M. Ag
Penguji I Penguji II
Drs. Arison Sani, M.A Iffaty Zamimah, S.Th.I., M. Ag
Pembimbing
``
Dr. Hj. Romlah Widayati, M.A
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Harfiah Mahaswahesti
NIM : 15210655
Tempat/Tgl.Lahir : Banyumas, 14 Desember 1994
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul judul “Telaah Qur‟an Surah. Al-
Baqarah Ayat 184 dalam Tafsir Ahkâm Al-Qurân karya Al-Jassâs dan Al-Harâsi
(Kajian Komparatif Tafsir Hanafiyah dan Tafsir Syafi‟iyah)” adalah benar-benar
asli karya penulis kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 09 Agustus 2019
Harfiah Mahaswahesti
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta sumber
pelita dikala duka, sumber penyejuk dikala luka;
Bapak Martono dan Ibu Sukesih
Juga adik-adikku sekalian, yang mana kelak kalian juga akan menempuh dunia
akademik dikemudian hari dan menjadi generasi penerus keluarga. Jadilah yang
lebih baik dariku.
Dan kepada pembaca sekalian.
v
بسم الله الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah sang Maha Pencipta yang telah
memberikan yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga kita masih
bisa hidup dalam keadaan yang penuh berkah.
Shalawat serta salam senantiasa penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang berilmu
pengetahuan seprti halnya sekarang ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena atas
pertolongan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan judul “Telaah Qur`an Surah. Al-Baqarah Ayat 184 dalam Tafsir Ahkâm
Al-Qurân karya Al-Jassâs dan Al-Harrasi (Kajian Komparatif Tafsir Hanafiyah
dan Tafsir Syafi‟iyah)”. Selain itu penulis mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini. Terima kasih yang terdalam kepada:
1. Rektor Intitut Ilmu Al-Qur`an Jakarta, Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido
Yanggo, MA.,
2. Wakil Rektor I bidang Akademik, sekaligus ketua sidang munaqasyah, Dr.
Hj. Nadjematul Faizah, SH. M. Hum.,
3. Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan sekaligus dosen pembimbing, Ibu
Hj. Dr. Romlah Widayati, M. Ag. yang telah sabar dalam memberikan
arahan, nasehat juga bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir tersebut.
4. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc,
MA., beserta jajarannya yang telah berjasa dalam mengembangkan sarana
dan prasarana dalam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
5. Bapak dan Ibu dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah
mendidik dan membimbing penulis serta mengajarkan ilmu pengetahuan
yang bermanfaat.
6. Staf Fakultas Ushuluddin terima kasih atas semua waktu, semangat
dorongan dan motivasinya. Dan juga kepada Staf perpustakaan IIQ Jakarta.
7. Ucapan terimkasih kepada Instruktur Tahfidz Ibu Hj. Atiqoh, Ibu Hj. Ade
Halimah, Ibu Maunatul Mahmudah, dan Ibu Fatimah Askan juga Ka
Herlin, terimakasih atas waktu dan motivasi luar biasa kepada penulis
untuk lebih dekat dengan Al-Qur‟an.
vi
8. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Sofian Effendi,
S.Th.I., MA. yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan
saran dan masukan bagi penulis hingga masa sidang munaqasyah tiba.
9. Terimkasih kepada kedua orang tua yang tercinta Ibu dan Bapak saya,
yang telah mencurahkan segenap peluh dan tenaganya, serta sabar dalam
mendengarkan keluh kesah saya, dan dari keduanyalah doa-doa selalu
tercurahkan pada saya tanpa henti. Merekalah cahaya dalam hidup saya.
10. Terimakasih kepada keluarga rantauku, Mamah Ahsin, juga segenap
keluarga S.H.I.N.E, Mba Fadhilah, Unie Achi, Teh Eva, Mba Hikmah, Ka
Ni‟mah, Mba Ifty, Enisya juga Ka Nadia yang telah memberikan dukungan
pada penulis dalam proses menjalankan tahap-tahap menuju dan wisuda.
Terimakasih untuk kalian semua karena telah menjadi tempat bersandarku
diperantauan.
11. Terimakasih kepada teman-teman satu kelas dan satu fakultas yang telah
berjuang bersama-sama dalam menempih proses pahit dan manisnya
perjuangan dalam dunia akademik. Tanpa kalian hidupku takan berwarna
selama masa-masa perkuliahan.
12. Juga kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan dengan kebaiakan yang berlipat
ganda. Aamiin.
Jakarta, 09 Agustus 2019
Penyusun
Harfiah Mahaswahesti
vii
DAFTAR ISI
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS .................................................................... iii
PERSEMBAHAN ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................. xi
PEDOMAN TRASLITERASI ................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 8
D. Perumusan Masalah ......................................................................... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 9
F. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 10
G. Metoe Penelitian .............................................................................. 12
H. Teknik dan Sistematika Penulisan ................................................... 14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG METEDOLOGI ISTINBAT
HUKUM PADA MADZHAB HANAFI DAN SYAFI’I
A. Metode Istinbat Madzhab Hanafi dan Syafi‟i .................................. 16
1. Metode Istinbat Madzhab Hanafi ................................................ 16
2. Metode Istinbat Madzhab Syafi‟i ................................................ 29
B. Gambaran Umum Mengenai Ayat Hukum ...................................... 36
viii
1. Pengertian Ayat Ahkam dan Jenis-Jenisnya ............................... 36
2. Jumlah Ayat-Ayat Ahkam ........................................................... 40
3. Pengelompokan Ayat Ahkam ...................................................... 41
4. Karakteristik Ayat Ahkam ........................................................... 43
BAB III BIOGRAFI MUFASSIR DAN KARYA TAFSIRNYA
A. Biografi Abu Bakar Al-Jassâs .......................................................... 46
1. Riwayat Hidup Abu Bakar Al-Jassâs .......................................... 46
2. Kondisi Sosial Abu Bakar Al-Jassâs ........................................... 47
3. Pendapat Ulama terhadap Abu Bakar Al-Jassâs ......................... 47
4. Guru dan Murid Al-Jassâs ........................................................... 49
5. Karya-Karya Abu Bakar Al-Jassâs .............................................. 49
6. Profil Tafsir Ahkâm al-Qur`an .................................................... 50
a. Latar Belakang Penulisan ..................................................... 50
b. Sistematika Penulisan Tafsir ................................................ 51
c. Corak Tafsir .......................................................................... 53
d. Sumber Penulisan Tafsir ...................................................... 53
B. Biografi Al-Harâsi ............................................................................ 56
1. Riwayat Hidup Al-Harâsi ............................................................ 56
2. Kondisi Sosial Al-Harâsi ............................................................. 58
3. Pendapat Ulama terhadap Al-Harâsi ........................................... 59
4. Guru dan Murid Al-Harâsi .......................................................... 60
5. Karya-Karya Al-Harâsi ............................................................... 61
6. Profil Tafsir Ahkâm al-Qur`an .................................................... 61
a. Latar Belakang Penulisan ..................................................... 63
b. Sistematika Penulisan Tafsir ................................................ 63
c. Corak Tafsir .......................................................................... 64
d. Sumber Penulisan Tafsir ...................................................... 65
ix
BAB IV ANALISI QS. AL-BAQARAH AYAT 184 DALAM AL-QUR`AN
MENURUT TAFSIR AHKÂM AL-QUR`AN KARYA AL-JASSÂS DAN
TAFSIR AHKÂM AL-QUR`AN AL-HARÂSI
A. Penafsiran QS. Al-Baqarah ayat 184 ............................................... 67
1. Asbabun Nuzul ............................................................................ 68
2. Munasabah ................................................................................... 69
3. Makna Mufradat .......................................................................... 70
4. Penafsiran Al-Jassâs dan Al-Harâsi dalam Tafsir
Ahkâm al-Qur`an ......................................................................... 72
B. Analisis Perbedaan dan Persamaan antara Penafsiran
Al-Jassâs dan Al-Harâsi ................................................................... 88
C. Hikmah Disyariatkan Ayat Tersebut ................................................ 93
D. Relevansi Hukum Tersebut di Masyarakat ...................................... 95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 98
B. Saran ................................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 102
x
ABSTRAK
Ayat ahkam merupakan bagian dari sebagian ayat-ayat Al-Qur`an yang sering
bersentuhan langsung dengan kehidupan manusia dan salah satunya adalah ayat
yang berkaitan dengan puasa beserta semua syariat yang berkaitan dengan ibadah
tersebut. Maka seharusnya, ayat ini ditasfirkan dengan benar sebagai pedoman
hidup yang mengarahkan pada koridor kebaikan. Dengan seiring berkembangnya
disiplin ilmu yang semakin pesat, termasuk salah satunya adalah ilmu fiqih yang
mana dapat mempengaruhi seorang mufasir dalam tafsirannya. Sedangkan Islam
semakin berkembang dan menyebabkan ulama harus berijtihad dalam memaknai
sebuah ayat ahkam. Hal tersebut juga berpengaruh pada kecenderungan mufasir
dalam menuliskan tafsirnya sehingga mereka terlalu fanatic dan membawa
tafsirnya untuk melegitimasi madzhabnya tersebut. Namun semua itu tidak masalah
selama mempunyai argumen yang kuat dan tidak bertentangan dengan syariat.
Maka ada baiknya jika dari setiap diri masing-masing mengetahui argumen tersebut
agar adanya rasa toleransi dalam setiap ibdadah.
Penelitian ini mengkaji tentang beberapa rentetan mengenai ibadah puasa yang
terkandung dalam QS. Al-Baqarah ayat 184 yang ditafsirkan oleh mufasir klasik
yakni Al-Jassâs dan Al-Harâsi dalam Ahkâm al-Qur`an sebagai tafsir karya
keduanya yang dinilai fenomenal pada masanya. Sehingga penulis akan
mengkomparasikan kedua tafsir tersebut dan menganalisa dimana letak persamaan
dan perbedaan kedua mufasi tersebut dan bagaimana cara mufasir dalam
menafsirkan sebuah ayat ahkam.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif berupa library
research. Adapun pengumpulan data melalui kajian pustaka terhadap buku primer
yaitu Tafsir Ahkâm al-Qur`an karya Al-Jassâs dan Al-Harâsi serta buku-buku
lainnya yang terkait dengan pembahasan penulis. Adapun hasil penelitian dari QS.
Al-Baqarah yang penulis jadikan objek dari kajian ini adalah menilai bahwa kedua
mufasir sama-sama cenderung pada pendapat madzhab yang dianutnya. Karenanya,
tidak heran jika pada keduanya terdapat perbedaan dalam menafsirkan satu ayat
yang sama. Namun, disamping itu, penafsiran keduanya memiliki kesesuaian
dengan metode istinbat hukum dari setiap madzhab fiqih yang masih relevan
hingga kini.
Keyword: Tafsir Ahakam/Ayat Ahkam
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi ini berpedoman pada buku penulisan skripsi, tesis, dan disertasi
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Transliterasi Arab-Latin mengacu
pada berikut ini:
1. Konsonan
No. Arab Latin No. Arab Latin
Th ط .A 16 ا .1
Zh ظ .B 17 ة .2
„ ع .T 18 د .3
Gh ؽ .Ts 19 س .4
F ف .J 20 ج .5
Q ق .H 21 ح .6
K ن .Kh 22 خ .7
L ي .D 23 د .8
Dz 24. M ر .9
R 25. N س .10
Z 26. W ص .11
S 27. H ط .12
, ء .Sy 28 ػ .13
Sh 29. Y ؿ .14
Dh ض .15
xii
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal panjang Vokal Rangkap
Fathah : a آ : ȃ .. : ai
Kasrah : i : ȋ .. :au
Dhammah : u : ȗ
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (اي) qamariyah.
Kata sandang yang diikuti alif lam (اي) qamariyah di transliterasikan
sesuai dengan bunyinya.Contoh :
al-Madȋnah :اذ٠خ al-Baqarah : اجمشح
b. Kata Sandang yang diikuti oleh (اي) syamsiah
Kata sandang yang diikuti alif lam (اي) syamsiah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya. Contoh:
اشج : ar-rajul اغ١ذح :as-Sayyidah
ad-Dȃrimȋ: اذاس asy-syams :اؾؼ
c. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah (Tasydȋd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
( ) sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandengkan huruf yang bertanda tasydȋd.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang berada di tengah
xiii
kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
huruf syamsiah. Contoh:
آثبللا وغ Ȃmannȃ billȃhi :ء اش : wa ar-rukka‟i
ا آء ء ف اغ : Ȃmannȃas-Sufahȃ‟u از٠ إ :Inna al ladzȋna
d. Ta Marbȗthah (ح)
Ta Marbȗthah (ح) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na‟at),maka huruf tersebut diaksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh:
ح al-Af‟idah : ا ل فئذ
١ خ اإلعل خ ؼ ب ج al-Jȃmi‟ah al-Islȃmiyyah : ا
Sedangkan ta marbuthah (ح) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism) maka dialih aksarakan menjadi huruf
”t”. Contoh:
ا بصج خ خ ب .Ȃmilatun Nȃshibah„ : ػ
جش ى ا al-Ȃyat al-Kubra : ا ل ٠ خ
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf capital, akan tetapi
apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat,huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.
Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,
seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya.
Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf
yang ditulis capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:
„Ali Hasan al-„Ȃridh, al-Ȃsqallȃnȋ, al-Farmawȋ dan seterusnya. Khusus
xiv
untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan
huruf capital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fȃtihah dan seterusnya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengamalan Al-Qur‟an dalam kehidupan manusia merupakan
keniscayaan dari sebuah keyakinan bahwa Al-Qur`an adalah kitab suci yang
harus diposisikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai aspek kehidupan,
yang meliputi hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antar sesama
manusia dan juga hubungan manusia dengan alam. Dari sudut isi dan
kandungan, Al-Qur`an mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat. Di
dalamnya tak hanya dibahas soal ayat aqidah melainkan juga membahas ayat
hukum atau yang lebih dikenal dengan ayat al-âhkam. Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa ayat-ayat al-âhkam merupakan ayat-ayat Al-Qur`an yang
mengandung hukum dan peraturan yang terkait dengan perbuatan manusia.1
Walau begitu, Al-Qur`an tidak mempersempit peraturan-peraturan yang
wajib dilaksanakan manusia dalam pergaulan hidupnya yang berhubungan
dengan lingkungan masyarakat luas, namun tetap menitik beratkan pada
manusia untuk berpegang teguh pada hukum yang berkaitan dengan akidah,
akhlak dan ibadah agar menjadi manusia yang mempunyai kepribadian
mukmin yang sempurna dan terhormat.2
Eksistensi Al-Qur`an baik sebagai sumber hukum maupun sebagai
pedoman dasar dalam kehidupan ummat Islam, merupakan sesuatu yang
tidak boleh diragukan lagi keberadaanya, meskipun dalam aplikasinya di
tengah tengah masyarakat masih memerlukan penjabaran yang lebih rinci.
Oleh karena itu, umat Islam berkewajiban untuk mempelajari dan mendalami
1 Lilik Ummu Kultsum, Abd. Moqsith Ghazali, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam, (Jakarta:
UIN Press, 2015), Cet. ke-1, h. 12. 2 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Qur`an Al-Karim Bunaituhuu Al-Tasyrii‟iiyyat wa Khashaa-
isuhuu Al-Hadlaariyyat, M. Thohir. terj., (Yogyakarta: Penerbit Dinamika, 1996), Cet. ke-1,
h. 44.
2
isi kandungan Al-Qur`an serta merenungkan lafal-lafal dan kandungan
maknanya. Ketika Rasulullah masih ada, beliau menjadi referensi pertama
untuk memperoleh penjelasan lafal-lafal yang sukar dipahami oleh akal
pikiran. Namun ketika Rasulullah telah tiada, saat itu keadaan ummat Islam
mulai bertambah serta Islam mulai tersiar ke luar jazirah Arab serta
bermunculanlah kasus-kasus yang perlu segera dicari penyelesaian
hukumnya. Untuk itu, para sahabat mulai berijtihad dengan melihat dan
melakukan penalaran terhadap ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadits Rasulullah,
dan tidak jarang pula mereka menggunakan râ‟yu.3
Begitu setelah para sahabat tiada, tibalah pada masa empat imam fiqih
dengan masing-masing kaedah-kaedah istinbath hukumnya, juga ditambah
lagi dengan berbagai peristiwa yang membawa banyak persoalan baru dan
belum pernah terjadi sebelumnya, maka semakin bertambah pula sisi-sisi
perbedaan pendapat dalam memahami ayat-ayat Al-Qur`an. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan dari segi dalalahnya, yang mana setiap ahli
fiqih tentu berpegang pada apa yang dipandangnya benar, tetapi hal itu bukan
karena fanatisme terhadap suatu madzhab tertentu. Keadaan tetap berjalan
demikian, sampai datanglah masa taklid dan fanatisme madzhab. Pada masa
ini aktifitas para pengikut imam hanya terfokus pada penjelasan dan
pembelaan madzhab mereka sekalipun harus membawa ayat-ayat Al-Qur`an
kepada maknanya yang lemah dan jauh.4
Dari pemaparan diatas, pada hakikatnya perbedaan madzhab timbul
disebabkan karena perbedaan ijtihad juga kepentingan pribadi atau
kepentingan kelompok tertentu dalam aspek politik yang berkembang
menjadi faham dalam agama. Selain karena faktor politik tersebut, perbedaan
madzhab ini juga disebabkan oleh perbedaan dalam hal-hal teknis dalam
3 Syibli Syarjaya, Tafsir Ayat Ahkam, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), Cet. ke-1, h. 30.
4 Ariyanti, “Interpretasi Tafsir Ahkam”, Skripsi, Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta,
2016, h. 9, Tidak diterbitkan (t.d)
3
pemahaman serta kapasitas intelektual dari masing-masing madzhab tersebut.
Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor politik, sosial dan
intelektual menjadi penyebab adanya perbedaan madzhab tersebut.5
Dengan latar belakang keadaan semacam ini, tidak dipungkiri jika hal
tersebut dapat mempengaruhi seorang mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur`an, termasuk dalam ayat-ayat ahkam yang menjadi dasar Islam. Dan
sebagai salah satu akibatnya maka muncullah tafsir fiqih yang khusus
membahas ayat-ayat hukum dalam Al-Qur`an. Diantara beberapa tafsir yang
membahas mengenai ayat-ayat al-âhkam adalah tafsir Ahkâm Al-Qurân karya
al-Jassâs dan tafsir Ahkâm Al-Qurân karya al-Harâsi. Al-Jassâs (370 H)
merupakan seorang imam fiqih Hanafi pada abad keempat hijriyah. Dan
kitabnya Ahkâm Al-Qurân dipandang sebagai tafsir fiqih terpenting, terutama
bagi pengikut madzhab Hanafi. Dalam tafsirnya beliau mebatasi diri pada
penafsiran ayat yang berhubungan dengan hukum-hukum cabang. Ia
mengemukakan beberapa ayat lalu menjelaskan ayat tersebut pada
permasalahan fiqihnya. Al-Jassâs dinilai terlampau fanatik buta terhadap
Hanafi sehingga mendorongnya untuk menafsirkan penafsirannya untuk
mendukung mazhabnya yang menyebabkan ungkapan-ungkapanya dalam
membicarakan madzhab lain sangat pedas.6
Selain Al-Jassâs, ada seorang mufassir yang juga merupakan ahli dalam
bidang ilmu fiqih yang menganut madzhab Syafi‟i di Bagdad dan dikenal
dengan nama Al-Kiya al-Harâsi (504 H). Beliau merupakan ulama yang
sangat fanatik terhadap madzhabnya. Hal ini diketahui dari caranya mendebat
pendapat madzhab Imam Abu Hanifah yang dilakukannya. Dalam tafsirnya,
yakni tafsir Ahkâm Al-Qurân, beliau menafsirkan semua ayat-ayat ahkam dan
5 Muchtar Adam, Dinamika Perbandingan Madzhab, (Bandung: Makrifat Media
Utama), hal, 63-64 6 Manna‟ Khalil Al-Qathan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, terj. Mudzakir, (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa, 2013), Cet. ke-16, h. 518.
4
semua surat dalam Al-Qur`an dan memfokuskan pembahasan pada pendapat
madzhab Syafi‟i serta memberikan berbagai argumen sehingga tidak terdapat
celah bagi lawannya untuk mendebat pendapat beliau.7
Dari sekian banyak ayat al-âhkam yang ada pada Al-Qur`an, terdapat
beberapa ayat yang mensyariatkan berpuasa bagi ummat Islam, berikut
dengan ketentuan-ketentuan umum yang berlaku dan berhubungan dengan
puasa. Secara singkat definisi puasa dalam Islam adalah menahan diri dari
segala sesuatu yang membatalkan puasa dengan disertai niat berpuasa bagi
orang yang telah diwajibkan sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.8
Puasa sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu puasa sunnah dan wajib.
Adapun puasa bada bulan Ramadhan termasuk dalam jenis puasa wajib dan
merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima, yang diwajibkan pada
tahun kedua Hijriyah, yaitu tahun kedua sesudah Nabi Muhammad Saw.
Hijrah ke Madinah. Maka dari itu, hukumnya adalah fardhu‟ ain atas tiap-
tiap mukallaf (baligh dan berakal).9
Dalam beberapa referensi disebutkan, bahwasannya syarat
diwajibkannya menunaikan puasa Ramadhan adalah Islam, aqil, baligh,
mampu dan juga menetap (dalam artian bukan seorang musafir).10
Jika
seseorang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka orang
tersebut tidak wajib berpuasa Ramadhan. Selain golongan tersebut, maka
sudah barang pasti wajib baginya untuk menunaikan ibadah puasa dalam
keadaan apapun selagi masih memenuhi syarat. Namun Allah Swt. senantiasa
memberikan kemudahan dan keringanan bagi-orang-orang yang tidak mampu
7 Muhammad Taufiki, “Manhaj Tafsir Al-Kiya Al-Harrasi dalam Ahkâm Al-Qurân”,
dalam jurnal KORDINAT Vol. XVI No. 2 Oktober 2017), h. 198-200. 8 Gus Arifin, Fiqh Puasa Memahami: Puasa, Ramadhan, Zakat Fitrah, Hari Raya,
dan Halal bi Halal, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), Cet. ke-1, h. 77. 9 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Penerbit Sinar Baru Algesindo, Bandung: 2017), Cet.
ke-78, h. 220-221. 10
Gus Arifin, Fiqh Puasa Memahami: Puasa, Ramadhan, Zakat Fitrah, Hari Raya,
dan Halal bi Halal, h. 77.
5
dalam melaksanakan ibadah dan syariat yang ditentukan. Dalam hal ini
banyak para ulama merujuk pada QS. Al-Baqarah [2]: 184
ب أ ٠ب ش أ خ أ ٠ب ح ف شف ؼذ ع ػ بأ ش٠ض ى ب و ف د ؼذ د ػ ٱ ز٠ ١ش ۥ٠ ط١م خ ١شاف خ ع ر ط ف غى١ ب ۥفذ٠ خط ؼ
ز إو ١شى اخ ر ص أ ٨ر ؼ “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu
sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib
mengganti) sebanyak hari yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-
hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi
barangsiapa dengan kerelaan hati mengejar kebajikan maka itu
lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui”.
Ayat tersebut menjadi landasan banyak fuqaha dalam berpendapat
mengenai orang-orang yang mendapat rukhsah karena ketidak mampuannya
untuk berpuasa. Kata يطيقوه dalam ayat ini sepertinya patut diungkap lebih
dalam, karena dalam kalimat ini terdapat perbedaan dalam cara membacanya
yang mungkin saja bisa menjadi salah satu faktor para fuqaha berbeda dalam
mengambil istimbat hukum. Pada kata tersebut Jumhur, Abdullah bin
Abbas11
, Aisyah12
, Ikrimah13
dan beberapa sahabat lainnya mempunyai
bacaan yang berbeda-beda. Pada intinya, semua bacaan ini tertuju pada satu
maksud yakni االستطاعت atau انقدر yang artinya mampu. Maksudnya seseorang
mempunyai kewajiban untuk melakukan dan menunaikan perintah tersebut.
Namun Ibnu Abbas berpendapat, bahwasannya terdapat huruf “ال” pada kata
11
Abdullah bin Abbas, atau Ibnu Abbas adalah sahabat Nabi yang berhijrah bersama
adiknya pada tahun ke 5 hijriyah dalam usianya yang masih 8 tahun. Dan ketika ia sampai di
Madinah Rasulullah sedang berada di Khandak. (Yusuf al-Kandahlamy, Kehidupan Para
Sahabat Rasulullah saw, penej. Bey Arifin, h. 364) 12
Aisyah adalah putri dari Abu Bakar yang dinikahi oleh Rasulullah ketika usianya
mencapai 6 tahun. (Sulaiman an-Nadawi, Aisyah Ummul Mu‟minin, hal. 14) 13
Ikrimah adalah sahabat yang disambut keislamannya dengan gembira oleh
Rasulullah saw dan ia selalu hadir dalam segala medan jihad hingga ia syahid di Ajuadin
ketika melawan tentara Romawi. (Yusuf al-Kandahlamy, Kehidupan Para Sahabat
Rasulullah saw, penej. Bey Arifin, h. 165-166)
6
yang dihilangkan. Maka hakikat artinya menjadi يطيقوه يطيقوه ال , yang artinya
orang-orang yang tidak mampu seperti orang lansia, orang-orang yang lemah,
dan orang-orang yang berat (sangat sulit) dalam menunaikan ibada puasa.14
Adapun orang-orang yang dalam keadaan sulit untuk berpuasa diantaranya
orang yang sakit, seorang dalam keadaan musafir juga ibu hamil dan
menyusui. Beberapa ulama juga ada yang menambahkan seorang pekerja
keras masuk dalam golongan tersebut.15
Selain itu, ayat ini juga menjadi
rujukan para fuqaha dalam tata cara membayar fidyah bagi golongan
tersebut. Baik dari segi hukumnya, berapa ukurannya juga bagaimana cara
menunaikannya. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat ayat
tersebut dengan mengkolaborasikan pada persoalan fiqih yang akan dibahas
dalam tafsir ahkam.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan mencoba
membandingkan bagaimana penafsiran seorang mufassir yang memiliki
kecenderungan dalam ilmu fiqih pada madzhab Hanafi dan Syafi‟i khususnya
dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 184. Selain itu, penulis akan mencoba melihat
perbedaan penafsiran kedua madzhab tersebut dalam kitab tafsir Ahkâm Al-
Qurân karya Al-Jassâs dan juga pada tafsir Ahkâm Al-Qurân karya Al-
Harâsi. Adapun alasan penulis memilih ayat tersebut karena sampai saat ini,
masih banyak yang mempermasalahkan mengenai perbedaan pendapat dalam
hukum ibadah puasa, terlebih ummat Muslim akan bertemu Ramadhan tiap
tahunnya dan banyak pertanyaan seputar puasa beserta hal-hal terkait dengan
ibadah tersebut. Maka penulis ingin mengungkapkan bahwasannya setiap
madzhab memiliki landasan sendiri dalam beribadah dan memunculkan sikap
toleransi pada seseorang yang dianggap memiliki argumentasi yang berbeda.
14
Abu Hayyan al-Andalusi, al-Bahru al-Muhith fi Al-Tafsir juz 2, (Bairut: Daar al-
Fikr, 2005), h. 188-189. 15
Gus Arifin, Fiqh Puasa Memahami: Puasa, Ramadhan, Zakat Fitrah, Hari Raya,
dan Halal bi Halal, h. 80.
7
Selain itu, ada hikmah disyariatkannya ayat tersebut yang belum diketahui
oleh kalangan masyarakat.
Oleh karenanya penulis tertarik untuk menyusun sebuah skripsi dengan
mengangkat judul “Telaah Qur`an Surah Al-Baqarah Ayat 184 dalam
Tafsir Ahkâm Al-Qurân karya Al-Jassâs dan Al-Hârasi (Kajian
Komparatif Tafsir Hanafiyah dan Tafsir Syafi’iyah).”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa hal yang
kiranya menarik untuk dibahas.
1. Berawal dari pentingnya peran Rasulullah sebagai sumber utama
dalam menafsirkan dan memahami nas-nas Al-Qur`an.
2. Seiring berkembangnya masa, semakin banyak banyak persoalan
yang belum pernah terjadi pada zaman Rasulullah menjadi faktor
yang mendorong para mujtahid untuk melakukan ijtihad demi
menemukan solusi yang tepat. Tentunya dengan beberapa macam
metode yang digunakan gunakan untuk berijtihad.
3. Berkembangnya Islam di berbagai daerah, juga dapat mempengaruhi
metode istinbat hukum yang digunakan para ulama. Karenanya
perbedaan masa, tempat dan kebiasaan masyarakat setempat yang
berbeda antara Hanafi dan Syafi‟i memiliki faktor yang berpengaruh
dalam hasil istinbat serta hukum yang berbeda pula.
4. Perbedaan dalam qira‟ât juga menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi sebuah hukum yang dihasilkan oleh Hanafi dan
Syaf‟i.
5. Disiplin ilmu yang semakin berkembang, seperti tafsir dengan corak
fiqhi yang ditulis oleh Al-Jassâs dan juga al-Harâsi dalam tafsir yang
dituliskan dalam karyanya yakni Tafsir Ahkâm Al-Qurân.
8
mengingat keduanya memiliki madzhab yang berbeda, maka perlu
diketahui perbedaan keduanya dalam menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur`an mulai dari metode, sistematika juga sumber penafsiran yang
digunakan oleh kedua mufasir tersebut. juga seberapa banyak
pengaruh yang dibawa dalam menafsirkan Al-Qur`an dari madzhab
fiqih yang dianut oleh masing-masing mufasir tersebut.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah penulis paparkan
sebelumnya, maka penulis akan membatasi masalah dari sekian masalah yang
telah kami paparkan. Melihat kecenderungan kedua mufasir tersebut pada
madzhab fiqih yang berbeda, maka perlu dibahas terlebih dahulu bagaimana
metode istinbat hukum yang digunakan oleh madzhab Hanafi dan Syafi‟i
yang mana akan berpengaruh pada penafsiran kedua mufasir tersebut yakni
dalam tafsir Ahkâm Al-Qurân karya al-Jasas dan Ahkâm Al-Qurân al-Harâsi
yang bercorak fiqih. Kemudian penulis akan membahas terlebih dahulu
beberapa tinjauan umum mengenai kitab tafsir Ahkâm Al-Qurân karya al-
Jassâs dan tafsir Ahkâm Al-Qurân karya al-Harâsi.
Karena luasnya penafsiran para kedua mufasir Al-Qur`an ini, maka
penulis akan membatasi pembahasan yang mana hanya terfokus pada ayat-
ayat al-ahkam. Setelah itu penulis akan membahas bagaimana penafsiran
kedua mufassir tersebut khususnya pada ayat-ayat al-ahkam yang ditafsirkan,
mengingat keduanya memiliki madzhab fiqih yang berbeda dengan argument
yang berbeda pula tentunya dalam menafsirkan ayat Al-Qur`an. Dari hal
tersebut maka akan dikemumukakan analisis perbedaan dan persamaan
penafsiran kedua mufasir tersebut yang memiliki kecenderungan dalam
bidang fiqih. Maka, untuk menganalisi hal tersebut, penulis akan
menggunakan metode istinbat hukum sebagai alat analisa.
9
D. Perumusan Masalah
Melihat dari beberapa masalah yang muncul berdasarkan latar belakang
yang telah penulis paparkan sebelumnya, maka untuk menghindari peluasan
pembahasan, penulis akan membatasi rumusan masalah penelitian tersebut
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut, yaitu:
Bagaimakah penafsiran al-Jassâs (370 H) dan al-Harâsi (504 H) dalam kedua
tafsirnya ketika menafsirkan QS. Al-Baqarah[2] ayat 184?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Melihat dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana penafisran al-Jassâs yang
dikenal sebagai mufassir dari kalangan madzhab Hanafi dan al-Harâsi yang
menganut madzhab Syafi‟i sebagai pembanding dari mufasir tersebut
mengenai ayat al-âhkam dalam QS. Al-Baqarah Ayat 184.
Selain itu penulis juga ingin menganalisis sejauh mana perbedaan dan
persamaan penafsiran kedua madzhab fiqih Hanafi dan Syafi‟i dalam
persepektif yang berbeda, namun dengan ayat al-âhkam yang sama.
Adapun manfaat peneilitian ini tebagi menjadi dua, yaitu
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah penulis ingin menunjukan
pengaruh kecenderungan suatu disiplin ilmu yang menjadi latar
belakang seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur`an,
khususnya pada ayat-ayat al-âhkam. Setelah itu, akan terlihat pula
bagaimana ciri khas madzhab Hanafi dan Syafi‟i dalam penafsiran
para mufassir secara umum. Selain itu penulis juga penulis berharap
bahwa karya ini dapat dijadikan masukan dan perbandingan untuk
penelitian yang sejenis dimasa mendatang dan memperkaya
khazanah pemikiran Islam khusunya dalam bidang tafsir.
10
2. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian tersebut adalah untuk
memperoleh data dalam menganalisa rumusan masalah yang telah
dikemukaan oleh penulis sebelumnya.
D. Tinjuan Pustaka
Sebagaimana fungsi dari tinjauan pustaka adalah kajian literatur yang
relevan dengan pokok bahasan penelitian yang akan dilakukan bahkan bisa
menjadi inspirasi penelitian tersebut. Maka dari itu, penulis mengambil
beberapa literasi yang masih berkaitan dengan tema yang akan dibahas pada
penelitian ini. Karenaya, penulis akan menguraikan beberapa tinjauan
pustaka dalam penelitian ini diantaranya:
1. Interpretasi Ayat-Ayat Hukum Madzhab Maliki dan Syafi‟i (Studi
Komparasi Kitab Al-Jami‟ li Ahkâm Al-Qurân Karya Al-Qurthubi
dan Kitab Ahkâm Al-Qurân Karya Al-Harrasi). Skripsi ini ditulis
oleh Ariyanti mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur`an pada tahun 2016.
Pada skripsi ini, banyak dibahas mengenai metodologi penafsiran
masing-masing madzhab yakni madzhab Maliki dan Syafi‟i. Selain
itu diungkapkan juga gambaran penafsiran secara umum dari
penafsiran masing-masing mufassir dalam tafsirnya yang
dideskripsikan secara lengkap. Ayat-ayat ahkam yang diambil
merupakan ayat-ayat ahkam yang berkaitan seputar perceraian yang
terjai didalam rumah tangga. Sedangkan penulis akan membahas
khusu pada QS. Al-Baqarah Ayat 183-185 saja dengan
perbandingan madzhab fiqih yang berbeda pula yaitu madzhab
Hanafi dan Syafi‟i.
2. Menikahi Orang Musyrik Persepektif Al-Jashsash dan Al-Qurthubi
(Analisa Terhadap Surat Al-Baqarah : 221 dalam Tafsir Ahkâm Al-
Qurân dan Al-Jami‟ li Ahkâm Al-Qurân), karya Budy Prasetiawan
11
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Tafsir Hadis
yang ditulis tahun 2014. Dalam skripsi ini hanya memang
menggunakan kitab tafsir yang sama yaitu karya Al-Jassâs, namun
berbeda dalam kitab yang dikomparatifkan yaitu tafsir ahkam karya
Al-Qurthubi. Selain itu ayat yang dibahas disini khusu pada QS. Al-
Baqarah ayat 221, sedangkan penulis membahas pada QS. Al-
Baqarah Ayat 183-185. Selain itu, penulis juga mengambil kitab
yang berbeda sebagai komparatif yaitu tafsir ahkam karya Al-
Harrasi.
3. Qadha Puasa bagi Wanita Hamil dan Menyusui Menurut Pendapat
Ibnu Hazm. Skripsi karya Maharani mahasiswa UIN Sultan Syarif
Kasim Riau 2013. Dalam skripsi ini membahas beberapa ayat yang
sama yakni yang berkaitan dengan puasa, namun didalamnya hanya
menggunakan satu pendapat. Berbeda dengan penulis, penulis
mengkomparasikan pendapat pada ayat-ayat yang diangkat dengan
komparasi atas dua pendapat madzhab yang berbeda.
4. Skripsi Konsep Awal Waktu Imsak (Studi Perbandingan Antara
Pandangan Al-Jassâs dan Ibnu Arabi), Nur Said, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2002. Skripsi ini mengangkat kitab referensi
primer yang sama dengan penulis, namun berbeda pada
pengangkatan masalah yang dibahasnya. Skripsi ini membahas
bagaimana kedudukan waktu imsak menurut pandangan Al-Jassâs
dan Ibnu Arabi.
5. Perniagaan dalam Al-Qur`an (Studi Perbandingan Tafsir Ahkâm Al-
Qurân Karya Ibnu Arabi dan Ahkam Al-Qur‟an karya Al-Kiya Al-
Harrasi. Jurnal ini ditulis oleh Ahmad Musadad dari Universitas
Trunojoyo Madura. Pada jurnal ini banyak mengungkap mengenai
ayat-ayat tentang perniagaan yang akan menghasilkan rizki yang
12
terhindar dari hal-hal yang tidak halal. Sama seperti penulis, pada
jurnal ini juga menggunakan tafsir dari madzhab Syafi‟i yaitu karya
Al-Harrasi, namun dalam tarfsir komparasinya yaitu tafsir karya
Ibnu Arabi sedangkan penulis menggunakan tafsir Al-Jassâs. Selain
itu, penulis juga mengambil persoalan yang berbeda untuk dibahas
dalam tulisannya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah merupakan jenis penelitian pustaka
(library research), yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
data pustaka dengan beberapa cara seperti membaca, menelaah atau analisis
buku dan literatur lainnya yang berhubungan dengan skripsi, sehingga
penulis dapat memperoleh informasi guna menjadi sumber pembahasan yang
berkaitan dengan penelitian tersebut.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian tersebut meliputi dua
sumber, yaitu sumber data premier dan sumber data sekunder. Adapun
sumber data premier yang berupa ayat-ayat Al-Qur`an, kemudian tafsir
Ahkâm Al-Qurân karya Al-Jassâs sebagai referensi tafsir madzhab Hanafi,
dan tafsir Ahkâm Al-Qurân karya Al-Harâsi sebagai referensi tafsir madzhab
Syafi‟i sebagai pembandingnya. Selain itu penulis juga menggunakan Tafsir
Al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari‟ah wa al-Manhaj karya Wahbah az-
Zuhaili, juga Tafsir Al-Mishbah karya Quraish Shihab.
Kemudian untuk sumber data sekunder adalah buku-buku yang terkait
dengan penelitian penulis.
13
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk menemukan
data yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah
dengan mengambil sample dari ayat yang telah ditentukan dan menggunakan
analisis dokumen.
Dalam Al-Qur`an terdapat beberapa ayat yang menunjukan dan
mengidentifikasikan ayat-ayat al-âhkam yang akan dibagi menjadi beberapa
klasifikasi macam-macam ayat ahkam.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
teknik dokumentatif, yaitu dengan mengumpulkan berbagai sumber data
yang dianggap bersinggungan dengan tema penelitian ini.
4. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif-analisis,
yakni upaya mengkaji kemudian memaparkan keadaan objek yang akan
diteliti dengan merujuk pada data yang ada, kemudian menganalisanya
dengan pendekatan komparatif sehingga akan tampak jelas jawaban atas
masalah yang berhubungan dengan pokok permasalahan dan menghasilkan
hasil yang valid.
Data dan informasi yang diperoleh akan dianalisis dengan beberapa
metode, yakni:
1. Analisis historis, melakukan kajian terhadap informasi yang terdapat
dalam literatur tafsir berdasarkan data-data tafsir yang lebih valid
dan kredibel dengan obyek kajian.
2. Analisis isi, teknik yang digunakan untuk menganalisis dan
memahami teks. Analisis isi juga dapat diartikan sebagai teknik
14
penyelidikan yang berusaha menguraikan secara objektif dan
sistematik.
3. Komparatif, membandingkan antara data informasi tafsir yang satu
dengan yang lain, disamping juga membandingkan hasil analisis
obyek satu dengan yang lainnya.
F. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penulisan ini mengacu pada kepada pedoman penulisan yang
diberlakukan di IIQ cetakan ke-2 yang terbit pada tahun 2017. Sistematika
penulisan ini berguna untuk membagi bab per bab penulisan skripsi agar
lebih sistematis dalam bentuk essay.
Penelitian ini dibagi menjadi lima bab sebagai berikut:
Bab pertama, berisi pendahuluan yang mencangkup latar belakang
masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian teknik dan
sistematika penulisan.
Bab kedua, merupakan penjelasan mengenai metode istinbat dari
madzhab Hanafi dan Syafi‟i. Kemudian dijelaskan pula gambaran umum dan
pembagian jenis ayat-ayat ahkam.
Bab ketiga, penjelasan tentang tafsir Ahkâm Al-Qurân karya al-Jassâs
dan Ahkâm Al-Qurân karya al-Harâsi, yang mencangkup biogrfi mufassir,
riwayat singkat kehidupan kedua mufassir tersebut, telogi yang dianut serta
metode tafsir tersebut. Maka pada bab ini lebih fokus pada kajian tafsir
tersebut yang akan menjadi sumber primer pada penelitian ini.
Bab keempat, merupakan identifikasi ayat-ayat dan mencakup bagian
inti dari penelitian ini mulai dari sabab nuzul juga munasabah ayat tersebut
yang akan dikomparasikan dalam kedua tafsir yang digunakan dan analisis
dari kedua tafsir tersebut mengenai penafsiran ayat-ayat ahkam. Kemudain
15
penjelasan tentang persamaan dan perbedaan kedua mufasir dalam
menafsirkan persoalan yang terdapat pada ayat al-âhkam tersebut berikut
hikmah yang ada dalam ayat al-âhkam yang menjadi pembahasan dalam
tulisan ini
Bab kelima, merupakan akhir bagian akhir dari penelitian ini yang
berisi penutup. Bab ini meliputi hasil penelitian, beberapa kesimpulan yang
berisiskan jawaban atas beberapa rumusan masalah yang telah dikemukaan
sebelumnya pada bagian bab awal. Juga diakhiri dengan saran sebagai
pijakan penelitian lebih lanjut.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya penulis
menemukan beberapa kesimpulan. Untuk mempermudah pembaca, maka
penulis akan menyajikan analisis tersebut dalam bentuk tabulasi dibawah ini
No. Kasus Metode Istinbât Hasil Istinbat
1. Rukhsah bagi
Musafir dan
Orang yang
Sakit
Al-Harasi
Ijma‟ para
ulama
Boleh berbuka dan
mengganti puasanya
pada hari yang lain
Al-Jassas
Atsar dari Ibnu
Abbas
Boleh berbuka dan
mengganti puasanya
pada hari yang lain
2. Ketentuan
bagi Orang
yang telah
Lansia
Al-Harasi
Ijma‟ para
ulama
tidak berpuasa lebih
baik dan mengganti
puasanya dengan
membayar fidyah
Al-Jassas
Ijma‟ para
ulama
tidak berpuasa lebih
baik dan mengganti
puasanya dengan
membayar fidyah
3. Ketentuan
bagi Wanita
Hami dan
Menyusui
Al-Harasi
Ijma‟ para
ulama
Wanita hamil dan
menyusui
dibolehkan untuk
tidak berpuasa dan
mengganti puasanya
tersebut pada hari
yang lain. Namun,
jika ia khawatir juga
atas bayinya, maka
wajib baginya untuk
membayar fidyah
98
juga disamping ia
mengqadha
puasanya.
Al-Jassas
Wanita hamil dan
menyusui
dibolehkan untuk
tidak berpuasa dan
mengganti puasanya
tersebut pada hari
yang lain.
4. Tata Cara
Fidyah Al-Harasi
(tidak ditemukan
ukuran fidyah yang
ditentukan)
Al-Jassas
Sunnah Nabi
yang
diriwayatkan
oleh Ibnu Abbas
Ukuran fidyah yang
diberikan sebanyak
½ sha‟ (yang setara
dengan 1½ liter)
yang lebih baik dari
pada 1 mudd (yang
setara dengan ¾
liter). Cukup
memberikan pada
satu orang miskin
saja dalam sehari
untuk ganti puasa
yang telah
ditinggalkan.
5. Tata Cara
mengqadha
Puasa Al-Harasi
Melihat dari
lafadz yang
merupakan isim
nakiroh
Mengqadha puasa
boleh dilaksanakan
secara terpisah atau
berturut turut.
Al-Jassas
Ijma‟ para
ulama
Mengqadha puasa
boleh dilaksanakan
secara terpisah atau
berturut turut.
6. Ketentuan Al-Harasi Riwayat Ibnu wajib mengqadha
99
bagi yang
Mengakhirkan
Qadha Puasa
Abbas sembari membayar
fidyah sesuai hari
puasa yang dia
tinggalkan
Al-Jassas
Qiyas
(disamakan
sebagaimana
halnya dalam
membayar
hutang)
cukup dengan
mengqadha
puasanya saja tanpa
harus membayar
fidyah pula.
Dari beberapa persoalan tersebut, dapat penulis simpulkan
bahwasannya kedua mufasir memiliki beberapa persamaan dan perbedaan
pendapat dalam menafsirkan beberapa persoalan yang terdapat dalam ayat
tersebut. Diantara persoalan yang disepakati oleh keduanya ialah kebolehan
untuk tidak berpuasa bagi orang lansia dengan kewajibannya dalam
membayar fidyah, kebolehan berbuka bagi seorang musafir yang mana
keduanya juga sepakat bahwa puasanya musafir tetaplah lebih baik. Kemdian
dalam kebolehan berbuka bagi orang yang sakit dengan kewajiban
mengqadha setelah mereka sembuh.
Dan keduanya juga memiliki perbedaan pendapat dalam persoalan
hukum konsekuensi bagi wanita hamil dan menyusui jika mereka tidak
berpuasa karena keadaan mereka tersebut. Selain itu keduanya juga berbeda
dalam menentukan bagaimana hukum bagi seseorang yang mengakhirkan
dalam mengqadha puasa hingga tiba Ramadhan selanjutnya. Dari penafsiran
tersebut, penulis juga menyimpulkan bahwa keduanya memang cenderung
mengikuti masing-masing madzhab fiqih yang dianutnya. Pernyataan penulis
ini sesuai dengan pernyataan Ali Iyazi dan juga Husain adz-Zahabi yang
telah penulis cantumkan pada bab-bab sebelumnya.
100
B. Saran
1. Dalam melaksanakan syariat, Allah telah memberikan tuntunan yang
lengkap untuk hamba-Nya. Namun, Allah tidak hanya memberikan
perintah saja kepada hambanya, akan tetapi disamping itu Allah telah
memberikan keringan-keringan bagi orang yang tidak mampu
menjalankannya. Maka, boleh memakai rukhsah yang Allah berikan,
akan tetapi jangan melalaikan syariat Allah yang telah diperintahkan.
2. Setiap pendapat tentu memiliki dasar dan argument yang telah dibentuk
dengan baik. Maka untuk kedepannya, mari saling menghargai pendapat
yang dianut oleh orang lain, selagi masih dalam koridor beribadah dan
ketaatan kepada Allah Swt.
101
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz al-Zarqani, Syeikh Muhammad, Manahil al-„Urfan fi Ulum Al-
Qur`an, Jakarta: Penerbit Gaya Media Pratama, 2002
Adam, Muchtar, Dinamika Perbandingan Madzhab, Bandung: Makrifat
Media Utama
Ahmad Al-Jassâs, Al-Imam Al-Islam Abu Bakar, Ahkam Al-Qur‟an, Beirut:
Dar al-Kutub al-Amaliyyah
Ahmad Musadad, “Perniagaan dalam Al-Qur`an (Studi Perbandingan Tafsir
Ahkamul Qur`an karya Ibnu Al-Arabi dan Tafsir Ahkamul Qur`an
Karya Al-Kiya Al-Harâsi)”, dalam jurnal Et-Tijarie Vol. 3, No. 2 Juli
2016
Ali Hasan, M., Perbandingan Mazhab, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Ali Iyazi, Sayyid Muhammad, Al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum
jilid 1, Iran: Wizaroh as-Tsaqofah wa al-Irsyad al-Islami, 1386
Amin Suma, Muhammad, Pengantar Tafsir Ahkâm, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002
Amir Ghofur, Saiful, Profil Para Mufassir Al-Qur`an, Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani, 2008
Al-Andalusi, Abu Hayyan, al-Bahru al-Muhith fi Al-Tafsir juz 2, Bairut:
Daar al-Fikr, 2005
Arifin, Gus, Fiqh Puasa Memahami: Puasa, Ramadhan, Zakat Fitrah, Hari
Raya, dan Halal bi Halal, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013
Ariyanti, “Interpretasi Tafsir Ahkam”, Skripsi, Institut Ilmu Al-Qur`an
Jakarta, 2016, h. 9, Tidak diterbitkan
Dyah Ayu Fitriani, “Kajian Kritis Atas Ahkam Al-Qur`an Karya Al-Jassas”,
Artikel, STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta, h. 3, Tidak diterbitkan
Dzuriyatam Mubarokah, “Penafsiran Kata Homonim Dalam Ayat Ahkam
dan Implikasinya Bagi Pembentukan Keluarga Sakinah (Kajian QS. Al-
102
Baqarah Ayat 228 dalam Kitab Tafsir Ahkam Al-Qur`an Karya Al-
Kiya Al-Harâsi)”, Tesis, STAIN Kudus, 2016, h. 41, Tidak diterbitkan
Al-Farmawi, Abdul Hayy, Al-Bidayah fi at-Tafsir al-Maudhui Dirasah
Manhajiyyah Maudhuiyyah, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002
Al-Hajjaj An-Naisaburi, Imam Abu Husain Muslim, Sahih Muslim, Jilid 3,
Kairo: Daar al-Hadits, 2010
Hakim, Husnul, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, Lingkar Studi Al-Qur`an,
Depok: 2013
Husain Az-Zahabi, Muhammad Sayyid, Al-Tafsir wa al-Mufassirun, Jilid 2,
Kairo: Maktabah Wahbiyah, 1976
Husnan, Djaelani, Perbandingan Mazhab dalam Hukum Islam, Jakarta:
Yayasan Wakaf Baitussalam Billy Moon
Ibrahim Al-Bukhari, Abu Abudullah Muhammad bin Isma‟il, Sahih Al-
Bukhari, Jilid 4, Kairo: Dar el-Hadits, 2004
Imam Yazid, “Ilmu Fikih dan Ilmu Ushul Fikih”, Diktat, UIN Sumatera
Utara Medan, 2016, h. 6. Tidak diterbitkan
Isa at-Tirmidzi, Muhammad, Sunan Tirmidzi, Kairo: New Book, 2017
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Belajar Mudah Ulum Al-Qur`an, Jakarta: Lentera
Basritama, 2002
Al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqh ala al-Madzahib al-Arba‟ah, Darul Ulum
Press, 1996
Khalil Al-Qathan, Manna‟, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2013
Al-Kiya Al-Harrasi, Al-Imam Al-Fiqhi Imaduddin, Ahkam al-Qur‟an, Beirut:
Dar al-Kutub al-Amaliyyah
Kholifah Al-Alif, “Madzahib al-Tafsir: Ahkam al-Qur`an karya Al-Jassas”,
Artikel, UIN Sunan Ampel Surabaya, h. 2, Tidak diterbitkan
103
Lilik Ummi Kultsum, “Tafsir Fiqhiy: Potret Pemikiran Al-Jassas dalam
Ahkam Al-Qur`an”, dalam jurnal REFLEKSI Vol. VI, No. 03 2004
Muhammad Taufiki, “Manhaj Tafsir Al-Kiya Al-Harrasi dalam Ahkam Al-
Qur`an”, dalam jurnal KORDINAT Vol. XVI No. 2 Oktober 2017
Mustafa Al-Maragi, Ahmad, Tafsir Al-Maragi, Semarang: CV. Toha Putra,
1993
Rahmawati, “Metode Istinbât Hukum (Telaah Pemikiran Tengku Muhammad
Hasbi Ash-Shiddieqy)”, Disertasi, UIN Alaudin Makasar, 2014, h. 34.
Tidak diterbitkan
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Penerbit Sinar Baru Algesindo, Bandung: 2017
Romli, Muqaranah Mazahib Fil Ushul , Jakarta: Radar Jaya Pratama, 1999
Rusyd, Ibnu, Bidayah al-Mujtahid, Jakarta: Pustaka Azzam IKAPI DKI,
2006
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`an
Vol. 1, Jakarta: Lentera Hati, 2012
Siti Khodijah, “Pengaruh Perbedaan Qiraat Terhadap Penafsiran Ayat Ahkam
(Studi Komparatif Terhadap al-Bayan Karya ath-Thabari dan kitab al-
Bahr al-Muhith karya Abu Hayyan al-Andalusi, Tesis, Institut Ilmu Al-
Qur`an Jakarta, 2015, h. 88, Tidak diterbitkan
Sulaiman bin Al-Asyasy, Abu Daud, Sunan Abu Daud, Jilid 2, Kairo: Dar el-
Hadits, 1999
As-Suyuthi, Jalaudin, Lubaabun Nuqul fii Asbaabin Nuzul, Depok: Gema
Insani, 2009
Syafi‟i, Rahmat, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010
Syarjaya, Syibli, Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta: Rajawali Press, 2008
Syarifudin, Amir, Ushul Fiqih Jilid 1, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009
104
Syarifudin, Amir, Ushul Fiqh Jilid 2, Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup,
2014
Syukri Saleh, Ahmad, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam
pandangan Fazlur Rahman, Jambi: Sulthan Thaha Press, 2007
Tahido Yanggo, Huzaemah, Pengantar Perbandingan Madzhab, Jakarta:
Logos, 1997
Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta:
Pustaka Phoenix, 2007
Ummu Kultsum, Lilik, Abd. Moqsith Ghazali, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam,
Jakarta: UIN Press, 2015
Wahab Khallaf, Abdul, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Toha Putra Group, 2014
Wahab Khallaf, Abdul, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama, 2014
Yazid Al-Qazwiniy, Abu Abdillah Muhammad, Sunan Ibnu Majah, Jilid 3,
Kairo: Dar el-hadits, 2005
Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Qur`an Al-Karim Bunaituhuu Al-Tasyri‟iyyat wa
Khasha-isuhu Al-Hadlaariyyat, Yogyakarta: Penerbit Dinamika, 1996
Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr,
2006
Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam jilid 3, Jakarta: Gema Insani Press, 2011
Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir Al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari‟ah wa al-
Manhaj jilid 1, Jakarta: Gema Insani, 2013
BIOGRAFI PENULIS
Harfiah Mahaswahesti, seorang putri satu-satunya
dari ketujuh bersaudara dari pasangan Martono dan
Sukesih. Lahir di Purwokerto, 14 Desember 1994.
Semasa kecilnya penulis mengenyam bangku
pendidikan pertamanya di SDIT Al-Irsyad 01
Purwokerto. Setelah lulus dari masa sekolah dasar,
ia memilih untuk merantau pada masa remajanya
dan menjadi anak pertama di keluarga yang
memutuskan untuk nyantri di Pondok Modern Daarussalam Putri di Ngawi
Jawa Timur. Alhamdulillah, karena doa dari kedua orang tua, setelah lulus
dari Jawa Timur penulis mendapatkan hidayah untuk mulai menghafal Al-
Qur`an di Ma‟had Tahfidz Al-Irsyad lil Banat di Pekalongan. Setelah
merampungkan hafalannya ia kemudian melanjutkan studinya ke jenjang S1
di Institut Ilmu al-Qur‟an, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Prodi Ilmu al-
Qur`an dan Tafsir. Alhamdulillah, atas restu orang tua dan guru, ia menjadi
sarjana pertama di keluarga pada bulan Agustus 2019. Semoga penulis selalu
mendapatkan hidayah dan ilmu yang bermanfaat kelak, Aamiin.