tapal batas
TRANSCRIPT
PENYELESAIAN PERMASALAHAN BATAS TAPAL DESADI KABUPATEN GIANYAR BERDASARKAN NILAI -
NILAI DASAR YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA
Abstrak
Terjadinya permasalahan tapal batas desa di KabupatenGianyar terjadi karena tingginya nilai ekonomis dari tanah diperbatasan sehingga diperebutkan dan salahnya administrasidalam pembuatan alamat. Sehingga butuh suatu penyelesaiandalam masalah ini. Dalam penyelesaian masalah ini sangat eratkaitannya dalam nilai – nilai Pancasila sehingga nilai –nilai Pancasila sangat berperan dalam permasalahan ini.
Penyelesaian permasalahn tapas batas di KabupatenGianyar dapat diselesaikan dengan berlandaskan dengan nilai –nilai dari sila kedua, ketiga dan keempat yang memberikankita suatu prilaku yang mencerminkan suatu sikap yang taatkepada suatu keputusan yang telah dibuat oleh tim tapal batasKabupaten Gianyar, sikap yang mencerminkan rasa ingin bersatuantar pengurus maupun antar masyarakat di desa yangbersangkutan serta memiliki rasa kebersamaan dalammenyelesaikan suatu permasalahan dengan melakukan musyawarahdalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. Sementardilihat permasalahan dari segi administrasi penyelesaianmasalah ini dapat diselesaikan dengan melakukan pengecekan keinstansi terkait sehingga masalah ini akan dapat diselesaikandengan sebaik – baiknya.Kata Kunci : Tapal Batas Desa, Kabupaten Gianyar, Nilai –Nilai Pancasila
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan tapal batas desa memang sering menjadi
perdebatan di beberapa wilayah di Bali, terutama yang terjadi
di Kabupaten Gianyar. Di Kabupaten Gianyar terdapat beberapa
permasalahan tentang tapal batas desa. Seperti yang di desa
Buruan dengan desa Bedulu, desa Celuk dengan desa Singapadu,
desa Medahan dengan desa Keramas dan desa Ketewel dengan desa
Guwang. Permasalah tapal batas desa ini terjadi akibat adanya
pemekaran desa di daerah Gianyar sehingga menimbulkan suatu
permasalahan tentang tapal batas desa. Apalagi untuk saat ini
terdapat beberapa aspek yang membuat terjadinya pemasalahan
ini yaitu tentang fungsi dari lahan pada batas tapal batas
desa itu sehingga lahan tersebut diperebutkan karena nilai
ekonomis dari tanah tersebut sehinngga setiap desa akan ingin
memiliki lahan yang terdapat pada tapal batas desa tersebut
selain itu permasalahan ini juga terjadi karena administrasi
alamat surak pajak yang berbeda dengan alamat di sertifikat
tanah sehingga terjadi kesulitan dalam melakukan kegiatan
yang bersangkutan dengan tanah tersebut. Permasalahan batas
tapal desa ini dapat membuat terjadinya konflik
berkepanjangan antara para prajuru di masing – masing desa
bahkan dapat terjadi pada warga masing – masing desa sehingga
dari permasalah seperti ini dapat menyebabkan terjadinya
bentrokan antar desa. Pada makalah ini akan membahas tentang
bagaimana cara penyelesaian konflik batas tapal desa di
Kabupaten Gianyar dengan mengacu pada nilai – nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa
masalah yaitu :
1. Apa penyebab terjadinya permasalahan tapal batas desa
di Kabupaten Gianyar.
2. Bagaimana hubungan permasalahan tapal batas desa di
Kabupaten Gianyar dengan nilai – nilai Pancasila.
3. Bagaimana penyelesaian permasalahan tapal batas desa
di Kabupaten Gianyar dilihat dari nilai – nilai yang
terkandung dalam pancasila.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari makalah sebagai tugas dari
matakuliah Pancasila dan Kewarganegaraan serta untuk
mengetahui bagaimana hubungan nilai – nilai dari Pancasila
dari permasalahan ini dan mengetahui penyelesaian berdasarkan
nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai dasar bagi
kita untuk mengerti bagaimana pengamalan dari nilai – nilai
Pancasila dalam penyelesaian suatu masalah apalagi tentang
masalah batas tapal desa.
1.1 Batasan Masalah
Dari perumusan masalah diatas kami membatasi
permasalahannya sebagai berikut :
1. Hubungan permasalahan batas tapal desa di Kabupaten
Gianyar dengan nilai – nilai dari Pancasila.
2. Penyelesaian yang dapat diambil dari permasalahan
batas tapal desa di Kabupaten Gianyar berdasarkan
nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Etika Dalam Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara Pancasila
Pancasila merupakan suatu panduan bagi semua
masyarakat Indonesia untuk beretika baik. Secara etimologi
etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti
watak, adat ataupun kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya
dapat diartikan sebagai suatu kesediaan jiwa seseorang untuk
senantiasa patuh kepada seperangkat aturan kesusilaan. Dalam
konteks filsafat, etika membahas tentang tingkah laku manusia
dipandang dari segi baik dan buruk. Etika lebih banyak
bersangkut dengan prinsip – prinsip dasar pembanaran dalam
hubungan dengan tingkah laku manusia. Selanjutnya etika dapat
dibagi atas etika umum dan etika khusus. Etika umum
mempertanyakan prinsip – prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia. Sedangkan etika khusus membahas prinsip –
prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan
manusia. Etika khusus terbagi menjadi etika individual, yaitu
membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika
sosial membahasi kewajiban manusia terhadap manusia lain
dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya etika
membicarakan hal – hal yang berkaitan dengan nilai – nilai
seperti nilai baik dan buruk, nilai susila atau tidak susila,
nilai kesopanan, kerendahan hati dan sebagainya.
Moral merupakan patokan – patokan, kumpulan peraturan
lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup
dan bertindak agar menjadi manusia yang lebih baik. Moral
dengan etika hubungannya sangat erat, sebab etika merupakan
suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran – ajaran
dan pandangan moral dan etika merupakan ilmu pengetahuan yang
membahas prinsip – prinsip moralitas. Etika merupakan tingkah
laku yang bersifat umum universal berwujud teori dan bermuara
ke moral, sedangkan moral bersifat tindakan lokal, berwujud
praktek dan berupa hasil buah dari etika. Dalam etika
seseorang dapat memahami dan mengerti bahwa mengapa dan atas
dasar apa manusia harus hidup menurut norma – norma tertentu,
inilah kelebihan etika dibandingkan moral. Kekurangan etika
adalah tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan seseorang, sebab wewenang ini ada pada ajaran
moral.
Norma merupakan aturan – aturan dan ketentuan –
ketentuan yang mengikat warga masyarakat atau kelompok
tertentu dan menjadi panduan, tatanan, padanan dan
pengendalian sikap dan tingkah laku manusia. Agar manusia
mempunyai harga, moral mengandung integritas dan martabat
pribadi manusia. Sedangkan derajat kepribadian sangat
ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya, maka makna oral
yang terkandung dalam kepribadian seseorang tercermin dari
sikap dan tingkah lakunya. Oleh karena itu, norma sebagai
penuntun, panduan atau pengendalian sikap dan tingkah laku
manusia.
Nilai pada hakikatnya merupakan suatu sifat atau
kualitas yang melekat pada suatu objek, namun bukan objek itu
sendiri. Nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia yang kemudian nilai
dijadikan landasan, alas an dan motivasi dalam bersikap dan
berperilaku baik disadari maupun tidak disadari. Nilai
merupakan harga untuk manusia sebagai pribadi yang utuh,
misalnya kejujuran, kemanusiaan. Nilai akan lebih bermanfaat
dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia. Maka harus
lebih dikongkritkan lagi secara objektif, sehingga
memudahkannya dalam menjabarkannya dalam tingkah laku,
misalnya kepatuhan dalam norma hukum, agama, norma adat
istiadat dll.
2.2 Pancasila Sebagai Sumber Etika
Pancasila sebagai sumber etika merupakan tataran nilai
yang terkandung dalam pancasila sesuai dengan system nilai
dalam kehidupan manusia. Secara teoritis nilai – nilai
pancasila dapat dirincikan menurut jenjang dan jenisnya.
1. Menurut jenjangnya etika dibagi menjadi :
Nilai Religius
Nilai ini menempati nilai yang tertinggi dan melekat /
dimiliki tuhan yang maha esa yaitu nilai yang maha
agung, maha suci, absolud yang tercermin pada sila
pertama pancasila yaitu Ketuhanan yang maha esa.
Nilai Spiritual
Nilai ini melekat pada manusia, yaitu budi pekerti,
perangai, kemanusiaan dan rohani yang tercermin pada
sila kedua pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Nilai Vitalitas
Nilai ini melekat pada semua mahluk hidup, yaitu
mengenai daya hidup, kekuatan hidup dan pertahanan
hidup semua mahluk. Nilai ini tercermin pada sila
ketiga dan keempat dalam pancasila yaitu Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
Nilai Moral
Nilai ini melekat pada prilaku hidup semua manusia,
seperti asusila, perangai, ahlak, budi pekerti, tata
adab, sopan santun, yang tercermin pada sila kedua
Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Nilai Materil
Nilai ini melekat pada semua benda – benda dunia. Yang
wujudnya yaitu jasmani, badani, lahiriah dan kongkrit.
Yang tercermin dalam sila kelima pancasila yakni
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Menurut jenisnya dapat dibagi menjadi :
Nilai Ilahiah ialah nilai yang dimiliki Tuhan Yang
Maha Esa, yang ,melekat pada manusia yaitu berwujud
harapan, janji,keyakinan, kepercayaan, persaudaraan,
persahabatan.
Nilai etis adalah nilai yang dimiliki dan melekat pada
manusia, yaitu berwujud keberanian, kesabaran, rendah
hati, murah hati, suka menolong, kesopanan, keramahan.
Nilai estetis melekat pada semua mahluk duniawi, yaitu
berupa keindahan, seni, kesahduan, keelokan dan
keharmonisan.
Nilai Intelek yaitu melekat pada mahluk manusia
berwujud ilmiah, rasional, lohis, analisi, akaliah.
Selanjutnya secara konsepsional nilai – nilai yang
terkandung dalam pancasila terdiri dari nilai dasar, nilai
instrumental, nilai praksis. Penjelasan dari nilai – nilai
tersebut dapat dijelaskan berikut :
1. Nilai Dasar
Nilai dasar merupakan prinsip yang bersifat sangat
abstrak, umum dan tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Dengan kandungan kebenaran bagaikan aksioma, berkenaan
dengan eksistensi, sesuai cita – cita, tujuan, tatanan
dasar dan ciri khasnya yang pada dasarnya tidak
berubah sepanjang zaman. Nilai dasar pancasila
bersifat abadi, kekal, yang tidak dapat berubah,
wujudnya ialah sila – sila pancasila : Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan ? Perwakilan dan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental berupa penjabaran nilai dasar,
yaitu arahan kinerja untuk kurun waktu tertentu dan
kondisi tertentu. Sifat kontektual, harus disesuaikan
dengan tuntutan jaman. Nilai instrumental berupa
kebijakan, strategi, system, rencana, program dan
pryek. Pelaksanaan umum dari nilai dasar biasanya dari
wujud norma sosial ataupun norma hukum yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga –
lembaga yang bersifat dinamik. Menjabarkan nilai dasar
yang umum kedalam wujud kongkrit, sehingga dapat
sesuai dengan perkembangan jaman, merupakan semacam
tafsir politik terhadap nilai dasar umum tersebut.
3. Nilai Praksis
Nilai praktis merupakan nilai yang dilaksanakan dalam
kenyataan hidup sehari – hari, istilah praksis tidak
seluruhnya sama maknanya dengan istilah praktek.
Praksis harus selalu passed on values, sedangkan
praktek bisa bersifat value free, maka secara
hierarkhis praksis berada dibawah ilai instrumental
dan menjabarkan nilai instrumental tersebut secara
taat asas. Berbagai wujud penerapan Pancasila dalam
kenyataan sehari , baik oleh para penyelenggara Negara
maupun oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Aktualisasi Pancasila sebagai dasar etika tercermin
dalam sila – sila Pancasila yaitu dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Nilai Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Nilai sila pertama memiliki arti bahwa adanya
pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya tuhan
sebagai pencipta alam semesta. Dengan nilai ini
menyatakan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
religious bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan
juga memiliki arti adanya pengakuan akan kebebasan
untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama,
tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif
antar umat beragama.
2. Nilai Sila Kedua “ Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab”
Nilai sila kedua memiliki arti bahwa kesadaran sikap
dan prilaku sesuai dengan nilai – nilai moral dalam
hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
3. Nilai Sila Ketiga “ Persatuan Indonesia”
Nilai sila ketiga memiliki arti bahwa usaha kearah
bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa
nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia>
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai
sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki
bangsa Indonesia.
4. Nilai Sila Keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijakan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan.
Nilai sila ketiga memiliki arti bahwa kebebasan,
kemerdekaan dan kebersamaan dimiliki dan dikembangkan
dengan dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan
secara jujur dan terbuka dalam menata berbagai aspek
kehidupan.
5. Nilai Sila Kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”
Nilai sila ketiga memiliki arti bahwa membina dan
mengembangkan masyarakat yang berkeadilan sosial yang
mencakup kesamaan derajat dan pemerataan bagi setiap
orang atau setiap warga negara.
Sila – sila dalam pancasila merupakan satu kesatuan
integral dan integrative menjadikan dirinya sebagai referensi
kritik sosial kritis, komprehensif, serta sekaligus evaluasi
bagi etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa ataupun
bernegara. Konsekuensi dan implikasinya ialah bahwa norma
etis yang mencerminkan satu sila akan mendasari dan
mengarahkan sila – sila lain.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan disini adalah berupa studi
literature untuk mengidentifikasi bagaimana penyelesaian dari
masalah sengketa batas tapal desa yang terjadi di Kabupaten
Gianyar.
3.1 Cara Mendapatkan Data
Cara mendapatkan data dalam paper ini adalah dengan
cara mencari berita melalui internet sehingga mendapatkan
informasi tentang masalah yang terjadi karena konflik batas
tapal desa yang terjadi di Kabupaten Gianyar.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Penyebab Terjadinya Permasalahan Tapal Batas Desa Di
Kabupaten Gianyar
Permasalahan batas tapal desa memang sering terjadi,
permasalahan ini bermula dari suatu pemekaran desa dimana
dulunya adalah satu desa dan akhirnya berpisah dengan desa
induknya dan membuat desa yang baru sehingga akan menimbulkan
suatu polemic tentang batas tapal desa antara kedua desa
tersebut. Permasalahan seperti ini terjadi di Kabupaten
Gianyar. Bahkan untuk di Kabupaten Gianyar terjadi empat
permasalahan seperti ini yang terjadi di desa Buruan dengan
desa Bedulu, desa Celuk dengan desa Singapadu, desa Medahan
dengan desa Keramas dan desa Ketewel dengan desa Guwang.
Untuk pemekaran suatu desa telah dibuat surat keputusan namun
terjadi ketidakpuasan dari kedua belah pihak sehingga
terjadinya permasalahan seperti ini. Terjadinya permasalahan
seperti ini bukan hanya terjadi karena pemekaran suatu desa
tapi melainkan karena dilihat dari segi ekonomis areal
perbatasan tersebut. Apalagi seperti contoh pada desa Celuk
dengan desa Singapadu dimana pada areal tersebut merupakan
sentral kerajinan perhiasan dan kesenian sehingga nilai dari
daerah disana sangat ekonomis bagi desa. Seperti contoh lagi
permasalaha tapal batas desa yang terjadi di desa Medahan dan
Keramas. Dilihat dari segi ekonomis dapat dilihat perbatasan
antara desa Medahan dan Keramas yang terdapat di Jl. By Pass
Ida Bagus Mantra sangat ekonomis dari sisi ekonomisnya
apalagi untuk saat ini terdapat banyak pabrik – pabrik yang
bermunculan di area Jl. By Pass Ida Bagus Tersebut sehingga
sangat menguntungkan bagi desa tersebut. Nilai ekonomis dari
suatu tempat memang menjadi keuntungan bagi setiap desa dari
tempat tersebut. Apalagi yang kita tahu di Kabupaten Gianyar
merupakan kawasan daerah seni sehingga dari segi ekonomis
dapat menguntungkan bagi suatu desa dalam medapatkan
pendapatan untuk pengembangan desa itu sendiri. Selain dari
segi ekonomis permasalahan seperti ini terjadi karena
pemetaan pajak dari suatu lahan. Seperti contoh yang terjadi
di desa Medahan dan Keramas mengenai keluarnya
pensertifikatan tanah. Sertifikat tanah yang ada di Subak
Selukat (Desa Keramas) ketika keluar tahun berikutnya malah
keluar surat pajak yang berisikan alamat Desa Medahan
sehingga terjadi complain dari para pemilih tanah yang pada
sertifikat aslinya beralamatkan Desa Keramas. Permasalahan
seperti ini tentunya sangat merugikan bagi masyarakat yang
akan membuat masyarakat akan menjadi kerepotan dalam mengurus
administrasi pajak dari tanah tersebut. Permasalahan ini
dapat mengakibatkan terjadinya konflik antar pengurus desa
bahkan dapat menyebar kepada para masyarakat desa karena
ketidakpuasan dari masyarakat terhadap keputusan tersebut.
4.2 Hubungan Permasalahan Tapal Batas Desa Di Kabupaten
Gianyar Dengan Nilai – Nilai Yang Terkandung Dalam
Pancasila
Nilai – nilai Pancasila merupakan suatu landasan bagi
masyarakat dalam berprilaku baik atau buruk. Nilai – nilai
dari Pancasila menjadi pedoman bagi masyarakat dalam beretika
dalam kehidupan sehari – hari. Dalam permasalahan tapas batas
desa di Kabupaten Gianyar ini sangatlah banyak kaitannya
dalam nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila. Kita
sebagai masyarakat harusnya patuh dengan suatu keputusan yang
telah dibuat oleh dinas di kabupaten sehingga untuk
permasalahan tapal batas seperti ini dapat dihindarkan.
Permasalahan ini sangat bertentangan dengan nilai dari sila
kedua dan ketiga. Untuk sila kedua sangat bertentangan karena
sila kedua memiliki arti bahwa kesadaran sikap dan prilaku
sesuai dengan nilai – nilai moral dalam hidup bersama atas
dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal
sebagaimana mestinya. Dalam masalah ini sila kedua berarti
bagaimana cara kita sebagai perangkat desa maupun masyarakat
di desa tersebut mempunyai kesadaran sikap dan perilaku dalam
menerima keputusan yang telah dibuat oleh pihak tapal batas
Kabupaten Gianyar dalam mengambil keputusan ini sehingga akan
menemui titik terang dalam permasalahan ini. Sementara untuk
nilai dari sila ketiga yang memiliki arti usaha kearah
bersatu dalam kedaulatan rakyat untuk membina rasa
nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
masalah ini dapat diartikan bahwa dengan terjadinya masalah
ini maka tidak ada usaha untuk menuju kearah bersatu walaupun
disini dalam konteks desa sehingga untuk mencapai kearah
bersatu dalam kedaulatan rakyat untuk membina rasa persatuan
tidak akan tercapai dengan terjadinya konflik seperti ini.
Untuk menyelesaikan masalah seperti ini hendaknya para
pengurus desa maupun masyarakat harus mengamalkan nilai –
nilai dari sila kedua dan ketiga sehingga akan terciptanya
suatu penyelesaian. Penjelasan lebih rinci tentang
penyelesaian masalah tapat batas desa di Kabupaten Gianyar
ini akan dibahas sebagai berikut.
4.1 Penyelesaian Permasalahan Tapal Batas Di Kabupaten
Gianyar Berdasarkan Nilai – Nilai Yang Terkandung
Dalam Pancasila
Nilai – nilai Pancasila dapat menyelesaikan suatu
masalah dalam kehidupan seperti masalah yang dibahas pada
paper ini yaitu masalah penyelesaian tapal batas desa di
Kabupaten Gianyar. Permasalahan ini terjadi karena segi
ekonomis dari lahan yang terdapat di areal perbatasan desa
dan biaya administrasi pajak dari lahan diperbatasan yang
terjadi karena kesalahan alamat dari surat pajak lahan
tersebut. Dilihat dari nilai – nilai Pancasila permasalahan
ini dapat diselesaikan dengan cara melakukan suatu pertemuan
atau musyawarah antar pengurus desa yang berkaitan dengan
para tim dari tapal batas Kabupaten Gianyar dengan keadaan
kepala dingin serta dengan saling menerima keputusan yang
dibuat oleh para tim tapal batas desa. Cara ini sangat sesuai
dengan nilai – nilai dari Pancasila seperti pada nilai yang
terkandung dalam sila kedua, ketiga dan keempat yang
memberikan kita suatu prilaku yang mencerminkan suatu sikap
yang taat kepada suatu keputusan yang telah dibuat, sikap
yang mencerminkan rasa ingin bersatu antar pengurus maupun
antar masyarakat di desa yang bersangkutan serta memiliki
rasa kebersamaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dengan melakukan musyawarah dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang ada. Selain itu bila dilihat dari segi
administrasi karena berbedanya alamat di sertifikat dan surat
pajak di daerah perbatasan. Seharusnya permasalahan
administrasi ini diselesaikan dengan segera melaporkan ke
instasi terkait dengan permasalahan tersebut sehingga akan
mendapatkan suatu penyelesaian. Bisa saja permasalahan ini
terjadi karena kesalahan dari instansi terkait dalam
pengecekan tanah tersebut atau kesalahan dari pemilik tanah
yang tidak teliti dalam kepengurusan sertifikat maupun pajak
dari tanah pada area tersebut. Sehingga permasalahan tapal
batas desa di Kabupaten Gianyar ini dapat terselesaikan
dengan damai dan berdasarkan dengan nilai – nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari – hari.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
permasalahan tapal batas desa yang terjadi di Kabupaten
Gianyar terjadi karena nilai ekonomis dari tanah yang
bertempat di perbatasan desa tersebut dan dari segi
administrasi yang salah antara alamat yang terdapat di
sertifikat tanah dan alamat dari surat pajak yang didapatkan
maka dengan perbedaan ini akan membuat pemilik kesulitan
dalam mengurus administrasi dari tanah tersebut.
Nilai Pancasila merupakan suatu pedoman bagi kita
dalam menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari – hari. Seperti yang terjadi dengan
permasalahan tapal batas desa di Kabupaten Gianyar.
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan berlandaskan
dengan nilai – nilai dari sila kedua, ketiga dan keempat yang
memberikan kita suatu prilaku yang mencerminkan suatu sikap
yang taat kepada suatu keputusan yang telah dibuat, sikap
yang mencerminkan rasa ingin bersatu antar pengurus maupun
antar masyarakat di desa yang bersangkutan serta memiliki
rasa kebersamaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dengan melakukan musyawarah dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang ada.
Bila dilihat permasalahan dari segi administrasi
penyelesaian masalah ini dapat diselesaikan dengan melakukan
pengecekan ke instansi terkait sehingga masalah ini akan
dapat diselesaikan dengan sebaik – baiknya.
5.2 Saran
Dari pembahasan diatas maka dapat diberikan saran
bahwa untuk menyelesaiakn permasalahan tapal batas desa di
Kabupaten ini sebaiknya menggunan dasar dari nilai – nilai
dari Pancasila, sehingga dapat mencapai suatu hasil yang
memuaskan bagi semua pihak yang bersangkutan.