skripsi_didi_suryadi_full - copy.pdf - eprints repository
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PERATURAN BUPATI PANDEGLANG
NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
(Studi Kasus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk
Kabupaten Pandeglang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
DIDI SURYADI NIM. 6661120118
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG 2016
ABSTRAK
Didi Suryadi. 6661120118. 2016. Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang
Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi
Kasus di Desa Kupahandap). Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Abdul Hamid,
Ph,D dan Pembimbing II: Listyaningsih, S.Sos., M.Si.
Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya transparansi pengelolaan keuangan
di desa, belum tertib dan disiplinnya pengelolaan keuangan di desa, dan belum
siapnya SDM di Desa Kupahandap dalam menjalankan Peraturan Bupati ini.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Implementasi Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa (Studi Kasusu di Desa Kupahandap). Informan penelitian ini adalah Kepala
Desa, perangkatnya dan tokoh masyarakat. Teori yang digunakan adalah Van
Metter Van Horn dengan metode deskriptif, pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam menguji
keabsahan data menggunakan triangulasi dan member check. Hasil menunjukan
bahwa Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang ini di Desa Kupahandap sudah
baik namun ada beberapa hambatan seperti pegawai di desa kesulitan
menjalankan peraturan ini, komunikasi dan koordinasi antar pelaksana kebijakan
belum optimal. Saran penelitian adalah segera memberikan pelatihan kepada
perangkat desa dan memperbaiki proses komunikasi dan koordinasi antar
pelaksana.
Kata Kunci: Implementasi, Perbup, Keuangan Desa
ABSTRACT
Didi Suryadi.6661120118. Implementation of Pandeglang Regent Regulation
No 24 of 2015 on Rural Financial Management Guidelines. (Case Study in
Kupahandap Village) Study Program of Public Administration. Faculty of
Social Science and Political. Supervisor I: Abdul Hamid, Ph.D and Supervisor
II: Listyaningsih, S.Sos., M.Si.
Background of the research was lack of transparency of rural financial management in Kupa handap Village unpreparedness of human resources of Kupahandap Village in running of Regent Regulation No. 24 of 2015 on Rural Financial Management Guidelines (Case Study in Kupa Handap Village). Informant of the research was Head of Village, Staff and community figure. The research used theory of Van Metter Van Hom with descriptive method qualitative approach. Technique of collecting data was interview, observation and documentation. In testing validity of the data, the researcher used triangulation and member check. The result showed that the Implementation of Pandeglang Regent Regulation No 24 of 2015 on Rural Financial Management Guidelines in Kupahandap Village was running well, but there were some obstacles such as the staff village had difficulty in running this regulation, communication and coordination among the stakeholders has not optimal yet. Suggestion of the research was to give training to the village staff as soon as possible and improving the communicaton and coordinaton process among the stakeholders.
Keyword: Implementation, Regent Regulation, Rural Financial
Sebuah Tantangan Akan Selalu Menjadi Beban,
Jika Itu Hanya Dipikirkan.
Sebuah Cita-cita Juga Beban,
Jika Itu Hanya Angan-angan.
Skripsi ini ku persembahkan untuk Ayah beserta semua
keluarga ku dan khususnya untuk Almarhum Ibu
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
penulis buat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dengan judul “Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24
Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus di Desa
Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang)”.
Hasil penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Maka
dengan ketulusan hati dan dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan sehingga penulisan proposal skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Ucapan dan rasa hormat serta terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Nurokhman, S.Ikom., M.Ikom selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
sekaligus Dosen Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk
melakukan bimbingan dan memberikan masukan dalam setiap bimbingan
yang dilakukan selama ini.
7. Bapak Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Bapak Abdul Hamid, Ph.D selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk melakukan bimbingan dan memberikan masukan dalam
setiap bimbingan yang dilakukan selama ini.
9. Bapak Rd.Goenara Darajat, S.Sos. M.Si, Kepala Bidang Pemerintahan Desa
BPMPD Kabupaten Pandeglang.
10. Bapak Guruh Safaat, S.Sos., M.Si., Kasubid Pemerintahan, Pendidikan dan
Kebudayaan Bidang Sosial dan Budaya BAPPEDA Kabupaten Pandeglang.
11. Bapak Djuanda, S.H. Sekertaris Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang.
12. Bapak H. Zainuddin, Kepala Desa Kupahandap.
13. Perangkat Desa dan Segenap Masyrakat Desa Kupahandap.
14. Untuk Keluarga saya yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan
serta doa yang selalu mengiringi tiap langkah saya dalam menyelesaikan
proposal skripsi ini.
iii
15. Untuk sahabatku dari semester satu Adventure FC (Restu Ramadhan, Fahmy
Kurnia Eka Saputra, Didi Rosadi, M. Dodo Widarda, Pangku Shillazid, Abdul
Haris Djiwandono, Damar Aji Nusantara, M. Rafli Maulid, Pradytia
Herlyansah) yang selalu memberi dukungan kepada saya.
16. Teman-teman KKM 39 Desa Tonjong yang selalu memberikan dukungan
kepada saya.
17. Dan tidak lupa Teman-teman Administrasi Negara Angkatan 2012 yang selalu
berjuang bersama-sama serta saling mendukung satu sama lain dalam
mengerjakan tugas akhir.
Akhirnya penulis tak berhenti mengucapkan syukur kepada Allah SWT,
karena atas ridho-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis
menyadari banyak ditemukan kekurangan dalam penyajian materi. Oleh karen itu
penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. Penulis mengharapkan
masukan, baik kritik maupun saran dari pembaca yang membangun.
Serang, Agustus 2016
Penulis
Didi Suryadi
NIM. 6661120118
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 13
1.3 Batasan Masalah....................................................................................... 13
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 13
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 14
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 15
2.1 LandasanTeori .......................................................................................... 15
v
2.1.1 Definisi Kebijakan Publik .............................................................. 16
2.1.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik ................................... 19
2.1.3 Model-Model Implementasi Publik ............................................... 20
2.1.4 Otonomi Desa ................................................................................ 27
2.1.5 Otonomi Daerah ............................................................................. 28
2.1.6 Definisi Desa ................................................................................. 28
2.1.7 Pengertian Keuangan Desa ............................................................ 29
2.1.8 Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa ......................................... 29
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 32
2.3 Kerangka Berfikir..................................................................................... 33
2.4 Asumsi Dasar ........................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 38
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 38
3.2 Fokus Penelitian ...................................................................................... 39
3.3 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 39
3.4 Fenomena yang Diamati.......................................................................... 40
3.4.1 Definisi Konsep ............................................................................. 40
3.4.2 Definisi Operasional ...................................................................... 41
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................ 42
3.6 Informan Penelitian ................................................................................. 43
3.7 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 45
3.8 Analisis Data ........................................................................................... 48
3.9 Uji Keabsahan Data ................................................................................. 50
3.10 Jadwal Penelitian .................................................................................... 52
vi
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................... 53
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................... 53
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang ..................................... 53
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Cimanuk ........................................ 54
4.1.3 Gambaran Umum Desa Kupahandap ............................................ 55
4.2 Deskripsi Data ......................................................................................... 60
4.2.1 Informan Penelitian ....................................................................... 64
4.2.2 Pelaksanaan Perbup di Desa Kupahandap ..................................... 66
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 69
4.4 Pembahasan ............................................................................................. 89
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 99
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 99
5.2 Saran ........................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Sumber Pendapatan Desa ......................................................................... 5
Tabel 1.2 Perhitungan Pendapatan Desa Kecamatan Cimanuk ............................... 9
Tabel 3.1 Sumber Informan Penelitian .................................................................. 44
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ............................................................................. 47
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian.................................................................................... 52
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ........................................... 56
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ................................ 57
Tabel 4.3 Struktur Organisasi Desa Kupahandap .................................................. 59
Tabel 4.4 Inventaris Barang di Desa Kupahandap ................................................. 60
Tabel 4.5 Informan Penelitian ................................................................................ 65
Tabel 4.6 Ringkasan APBDesa Desa Kupahandap Tahun 2015 .......................... 68
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa ............................................... 7
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................... 36
Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Prasetya Irawan ......... 49
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa
Lampiran 2 Member Check
Lampiran 3 Transkip Data Penelitian
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 5 APBDesa Desa Kupahandap Tahun 2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai sebuah negara dibangun di atas dan dari desa. Dan desa
adalah pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Sejak lama,
desa telah memiliki sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial
masing-masing. Inilah yang menjadi cikal bakal sebuah negara bernama Indonesia
ini. Namun, sampai saat ini pembangunan desa masih dianggap seperempat mata
oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah terkait pembangunan desa terutama
pembangunan sumber daya manusianya sangat tidak terpikirkan. Istilah desa
disesuaikan dengan asal-usul, adat istiadat, dan nilai-nilai budaya masyarakat di
setiap daerah otonom di Indonesia. Setelah UUD 1945 diamandemen, istilah desa
tidak lagi disebut secara eksplisit.
Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan
Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum
perubahan) menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih
kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” (Desa Otonom) dan
“Volksgemeenschappen” (Desa Adat), seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di
Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-daerah itu
mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang
bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-
2
daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-
daerah itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut”. Oleh sebab itu,
keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan
hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keberagaman karakteristik dan jenis desa, atau yang disebut dengan nama
lain, tidak menjadi penghalang bagi para pendiri bangsa (founding fathers) ini
untuk menjatuhkan pilihannya pada bentuk negara kesatuan. Meskipun disadari
bahwa dalam suatu negara kesatuan perlu terdapat homogenitas, tetapi Negara
Kesatuan Republik Indonesia tetap memberikan pengakuan dan jaminan terhadap
keberadaan kesatuan masyarakat hukum dan kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak tradisionalnya.
Dalam kaitan susunan dan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, setelah
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
pengaturan desa atau disebut dengan nama lain dari segi pemerintahannya
mengacu pada ketentuan Pasal 18 ayat (7) yang menegaskan bahwa “Susunan dan
tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam undang-undang”.
Hal itu berarti bahwa Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 membuka kemungkinan adanya susunan
pemerintahan dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Melalui perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dipertegas
melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi “Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
3
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang”.
Dalam sejarah pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan
tentang Desa, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok
Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-
Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965
tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya
Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia, Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Desa memiliki hak otonomi asli berdasarkan hukum adat, dapat menentukan
susunan pemerintahan, mengatur dan mengurus rumah tangga, serta memiliki
kekayaan dan aset. oleh karena itu, eksistensi desa perlu ditegaskan untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Namun, deregulasi dan penataan
desa pasca beberapa kali amandemen terhadap konstitusi negara serta peraturan
perundangannya menimbulkan perspektif baru tentang pengaturan desa di
Indonesia. Dengan di undangkannya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang
Desa, sebagai sebuah kawasan yang otonom memang diberikan hak-hak istimewa,
4
diantaranya adalah terkait pengelolaan keuangan dan alokasi dana desa, pemilihan
kepala desa serta proses pembangunan desa.
Agar dapat melaksanakan perannya dalam mengatur dan mengurus
komunitasnya, desa berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 06 Tahun
2014 Tentang Desa, diberikan kewenangan yang mencakup, kewenangan
berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal bersekala desa, kewenangan yang
ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari
pelaksanaan otonomi desa adalah tersediannya dana yang cukup, sebab
pembiayaan atau keuangan merupakan faktor terpenting dalam mendukung
penyelenggaraan otonomi di desa. Sejalan dengan hal ini, di dalam Undang-
undang desa yang terbaru yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa menjelaskan bahwa desa nantinya akan mendapatkan kucuran dana sebesar
10% dari APBN, dimana kucuran dana tersebut tidak akan melewati perantar,
dana tersebut akan langsung sampai kepada desa.
Berdasarkan simulasi, jumlah APBN tahun 2014 dibagi dengan jumlah desa
di seluruh Indonesia, secara merata setiap desa akan memperoleh alokasi dana
desa dari APBN sekitar 850 juta. Dana tersebut bila ditambah dengan alokasi dana
desa (ADD), bagi hasil pajak dan retribusi daerah serta bantuan keuangan maka
setiap desa diperkirakan akan mengelola APBDesa tidak kurang dari 1,2 Milyar.
5
Persoalan krusial yang dihadapi oleh Pemerintahan desa adalah bagaimana
mengelola dana sebesar itu secara efektif, efisien dan akuntabel, sehingga dengan
demikian kemajuan masyarakat desa yang diharapkan dengan kehadiran Undang-
undang tersebut dapat diwujudkan. Dalam kaitannya membantu desa dalam
pengelolaan keuangan desanya, pada tahun 2014 Pemerintah memberikan
petunjuk teknis tentang pengelolaan keuangan di desa melalui Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Tabel 1.1
Sumber Pendapatan Desa
APBN 1. Bagian Dari Dana Desa
APBD 1. Bagian Dari Dana Perimbangan (ADD)
2. Bagian Dari Pajak Dan Retribusi Daerah
(sumber : BPMPD Kabupaten Pandeglang 2015)
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang
telah melaksanakan Undang-Undang Desa terbaru. Melalui dua Peraturan Bupati
(Perbup) yaitu, yang pertama Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 42 Tahun 2015
Tentang Penggunaan Dana Desa dan Peraturan Bupati Nomor 43 Tahun 2015
Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa di Desa yang
menjadikan syarat pencairan dana desa dari pusat ke daerah. Dengan demikian
setiap desa yang ada di Kabupaten Pandeglang wajib berpedoman kepada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Keuangan Desa dalam menjalankan atau mengelola keuangan desa yang ada di
desanya masing-maisng.
6
Terkait akan hal tersebut, dalam membantu desa untuk melakukan
pengelolaan keuangan dengan baik diperlukan standar yang dapat dijadikan acuan
dalam menjalankan pengelolaan keuangan di desa. Dalam kaitannya membantu
desa dalam pengelolaan keuangan desa, dengan menimbang berdasarkan pada
ketentuan pasal 43 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Keuangan Desa serta ketentuan pasal 105 Peraturan daerah
Kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, pada tahun 2015 pemerintah Kabupaten Pandeglang
memberikan petunjuk teknis melalui Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24
Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Menurut Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa dalam Bab
VIII, Bagian Kesatu, Pasal 71 Ayat 1, keuangan desa adalah semua hak dan
kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
desa. Keuangan desa pada dasarnya merupakan sub sistem dari keuangan negara
sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Tentang
Keuangan Negara. Dalam penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa
pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara adalah dari sisi
objek, subjek, proses dan tujuan.
Adapun dalam Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di jelaskan bahwa pengelolaan keuangan
desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Dalam
7
peraturan ini juga dijelaskan asas-asas pengelolaan keuangan desa, adapun asas-
asas pengelolaan keuangan tersebut yaitu, transparan, partisipatif, akuntabel serta
dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Gambar 1.1
Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa
(sumber : Peraturan Bupati Pandeglang No.24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa)
Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Kabupaten Pandeglang, Kabupaten
Pandeglang terdiri atas 35 Kecamatan dengan 13 Kelurahan dan 326 Desa.
Adapun total dana desa yang di peroleh Kabupaten Pandeglang tahun 2015
sebesar Rp.91,602,411,000. (sumber : BPMPD Kabupaten Pandeglang). Dana
tersebut dibagi atas 326 Desa yang ada di Kabupaten Pandeglang dengan
perhitungan 90% dibagi rata per desa dan 10% dibagi secara proporsional dengan
Tertib dan Disiplin
Anggaran
Transparan
AkuntabelPartisipatif
8
memperhitungkan, jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah kemiskinan serta
kesulitan letak geografis.
Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang
Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, peneliti
mengambil lokus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten. Adapun faktor yang menjadi latar belakang peneliti
mengambil lokus di Desa Kupahandap, karena menurut Bapak Gunara (Kabid
Pemerintahan Desa BPMPD Kabupaten Pandeglang) dalam wawancara peneliti
pada Lima Januari 2016 mengenai prestasi yang diperoleh oleh Desa Kupahandap,
beliau mengatakan bahwa Kecamatan Cimanuk merupakan kecamatan yang
paling baik dalam pelaporan administrasi keuangan di desa-desanya di Kabupaten
Pandeglang khususnya Desa Kupahandap. Menurut beliau Desa Kupahandap
dalam kurun waktu kisaran tahun 2008 desa tersebut masuk ke dalam Desa
Tertinggal (DT), namun dengan penggantian Kepala Desa yang baru pada tahun
tersebut yang memiliki kemampuan lebih dari Kepala Desa sebelumnya mampu
membawa perubahan yang sangat pesat baik itu dalam segi pemerintahan desa,
keamanana serta kebersihan di desa tersebut. Puncaknya Desa Kupahandap
meraih predikat desa terbaik se-Kabupaten Pandeglang di tahun 2011 serta
mendapatkan predikat ke-2 terbaik dalam perlombaan P2WKSS se-Provinsi
Banten.
Adapun besaran sumber pendapatan dana desa yang diperoleh oleh Desa
Kupahandap sebagai berikut :
9
Tabel 1.2
PENGHITUNGAN SUMBER PENDAPATAN DESA KECAMATAN
CIMANUK KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2015
No Nama Desa
Sumber Pendapatan Desa
Pagu Total per-Desa Bagian Dari
Dana Desa
Bagian Dari Dana
Perimbangan (ADD)
Bagian Dari Pajak Dan Retribusi Daerah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
CIMANUK
BATUBANTAR
KADUBUNGBANG
KUPAHANDAP
DALEMBALAR
KADUMADANG
ROCEK
KADUDODOL
GUNUNGDATAR
SEKONG
GUNUNGCUPU
286,257,499
273,139,511
280,663,777
273,615,310
277,556,454
283,623,524
284,960,856
277,745,904
276,100,618
272,543,611
274,738,983
375,420,729
341,634,619
361,013,787
342,860,068
353,010,702
368,636,780
372,081,153
353,498,642
349,261,117
340,099,847
345,754,150
20,670,965
15,664,279
16,224,387
13,494,309
12,797,663
14,596,887
18,050,929
16,989,503
17,877,414
13,988,249
13,581,074
682,349,193
630,438,409
657,901,951
629,969,687
643,364,818
666,857,191
675,092,939
648,234,049
643,239,148
626,631,707
634,074,207
TOTAL 3,060,946,049 3,903,271,594 173,935,658 7,138,153,301
(Sumber : BPMPD Kabupaten Pandeglang)
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan pada Januari 2016 di
Desa Kupahandap. Dalam pelaksanaan Pengimplementasian Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa di Desa Kupahandap ditemukan beberapa permasalahan. Adapun
permasalahan tersebut akan peneliti uraikan sebagai berikut: Pertama, masalah
transparansi terhadap masyarakat dalam pengelolaan keuangan desanya. Hal ini
dapat dilihat dari hasil observasi awal peneliti pada bulan Januari 2016 di Desa
Kupahandap, peneliti tidak menemukan papan pengumuman laporan keuangan
atau laporan realisasi anggaran setiap tahun di kantor desa maupun di sekitar
wilayah Desa Kupahandap. Padahal jelas dikatakan dalam Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
10
Desa pasal 37 ayat 1 yang berbunyi, Laporan realisasi dan laporan
pertanggungjawaban realisasi APBDesa diinformasikan kepada masyarakat secara
tertulis dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini
akan mengakibatkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam hal pengawasan
terhadap desa dalam melakukan pengelolaan keuangan desa sehingga dapat
memberikan celah atau ruang terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan
keuangan di desa. Hal ini membuktikan bahwa salah salah satu asas pengelolaan
keuangan desa yang tercantum dalam Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24
Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, yaitu asas transparan
belum dilakukan di Desa Kupahandap.
Kedua, belum tertib dan disiplin pengelolaan keuangannya di Desa
Kupahandap. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti
pada observasi awal bulan Januari 2016 dengan Bendahara Desa Kupahandap
yang mengatakan bahwa di Desa Kupahandap dalam penatausahaan penerimaan
dan pengeluaran masih menggunakan buku biasa dan masih di gabungkan
keduanya. Hal ini tidak sejalan dengan amanat yang terkandung dalam Peraturan
Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa, dimana dikatakan dalam peraturan tersebut bahwa bendahara
desa wajib menggunakan buku kas umum dan buku kas harian pembantu dalam
penatausahaan penerimaan dan pengeluaran pengelolaan keuangan di desa. Hal ini
juga membuktikan bahwa salah salah satu asas pengelolaan keuangan desa yang
tercantum dalam Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
11
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, yaitu asas tertib dan disiplin anggaran
belum dilakukan di Desa Kupahandap.
Ketiga, belum dibentuknya tim Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan
Desa (PTPKD) di Desa Kupahandap oleh Kepala Desa Kupahandap sehingga
dapat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan Peraturan Bupati Pandeglang ini,
dimana melihat akan peran pentingnya tim PTPKD di desa dalam membantu
Kepala Desa mengenai pelaksanaan pengelolaan keuangannya di desa sesuai
amanat yang tertuang dalam Peraturan Bupati Pandeglang tersebut.
Keempat, mengenai Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di
Desa Kupahandap baik itu perangkat desa dan masyarakatnya dalam
mengimplementasikan Peraturan Bupati Pandeglang ini. Dalam Peraturan Bupati
Pandeglang ini di jelaskan asas-asas tentang pengelolaan keuangan desa
diantaranya, transparan, partisipatif, akuntabel serta dilakukan dengan tertib dan
disiplin anggaran. Untuk menunjang agar asas-asas tersebut dapat di terapkan di
dalam pengelolaan keuangan desa di suatu desa harus ditunjang dengan sumber
daya manusia yang memadai, dalam hal ini yaitu kemampuan Kepala Desa dan
semua perangkat yang ada di desa harus memiliki kemampuan yang bisa
membantu berjalannya pengimplementasian Peraturan Bupati Pandeglang ini
berjalan dengan baik serta kemampuan masyarakat yang harus bisa menjadi peran
pengwasan atau kontroling bagi perangkat desa dalam menjalankan Peraturan
Bupati Pandeglang ini agar tidak terjadi penyimpangan dalam pengelolaan
keuangan di desa.
12
Namun kondisi yang ada di Desa Kupahandap keadaan sumberdaya
manusianya baik itu dari perangkat desa dan masyrakat yang ada di desanya
belum bisa dikatakan mampu menjalankan Peraturan Bupati Pandeglang ini, hal
ini dapat dilihat dari belum sepenuhnya asas-asas pengelolaan keuangan desa
dilakukan di Desa Kupahandap terutama asas transparansi serta tertib dan disiplin
anggaran. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sumberdaya manusia yang ada di
Desa Kupahandap baik perangkatnya maupun masyarakatnya selaku pelaku
implementor kebiajkan Peraturan Bupati Pandeglang ini belum siap dalam
menjalankan kebijakan tersebut. Hal ini juga akan mengakibatkan terjadinya
kegagalan dalam Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun
2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa ini.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun
2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus di Desa
Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang).”
13
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kurang transparansinya pemerintah desa kepada masyarakat dalam
pengelolaan keuangan desa.
2. Belum tertib dan disiplinnya pengelolaan keuangan di Desa
Kupahandap.
3. Belum dibentuknya tim Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
(PTPKD) di Desa Kupahandap.
4. Belum siapnya sumber daya manusia (SDM) di Desa Kupahandap
dalam mengimplementasikan Peraturan Bupati Pandeglang ini.
1.3 Batasan Masalah
Peneliti hanya membatasi penelitian ini pada bagaimana Implementasi
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus di Desa Kupahandap Kecamatan
Cimanuk Kabupaten Pandeglang).
1.4 Rumusan Masalah
Merujuk pada batasan masalah di atas, maka perumusan masalah dari
penelitian ini yakni, “Bagaimanakah Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang
Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi
Kasus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang)?.”
14
1.5 Tujuan Penelitian
Tanpa adanya tujuan penelitian, maka seorang peneliti tentunya akan
mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian. Sesuai dengan latar belakang
dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
bagaimana Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus di Desa Kupahandap
Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang).
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan
dan pengetahuan karena akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
dalam dunia akademisi khususnya Ilmu Admnistrasi Negara, terutama
yang berkaitan dengan kinerja aparatur pemerintah. Selain itu,
penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pengembangan studi
administrasi negara.
b. Secara Praktis
Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat mengembangakan kemampuan dan
penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti
pendidikan di Program Studi Ilmu Admnistrasi Negara Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa hingga saat ini.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Teori menurut Kerlinger dalam (Sugiyono,2012:41) mengemukakan
bahwa:
“Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena.”
Teori adalah seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan proposisi yang
berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan
antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.
William Wiersm dalam (Sugiyono,2012:41) menyatakan bahwa:
“A theory is a generalization or series of generalization by which we attempt to explain some phenomena in a systematic manner.”
Selain itu, teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat
digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. Cooper dan
Schindler dalam (Sugiyono,2012:41) menyatakan bahwa:
“A theory is a set of systematically interrelated concepts, definition, and proposition that are advanced to explain and predict phenomena (fact).”
Teori merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang tersusun
secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena. Dari beberapa pengertian teori, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
16
teori merupakan seperangkat konsep dan definisi untuk menganalisis suatu
fenomena secara sistematik dan holistik.Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti
menggunakan beberapa istilah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk
itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan dengan
permasalahan dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu administrasi mempunyai
peranan yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk menjelaskan
dan menjadi panduan dalam peneliatian.
Penggunaan teori dalam penelitian akan memberikan acuan bagi peneliti
dalam melakukan analisis terhadap masalah sehingga dapat menyusun pertanyaan
dengan rinci untuk penyelidikan sehingga memperoleh temuan lapangan yang
menjadi jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, pada bab
ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian, antara lain :
2.1.1 Definisi Kebijakan Publik
Kebijakan publik pada dasarnya terdiri dari dua kata yaitu kebijakan
dan publik. Secara etimologis istilah policy (kebijakan) berasal dari bahasa
Yunani, Sansakerta dan Latin. Akar kata policy dalam bahasa Yunani dan
Sansakerta yaitu polis (negara-kota) dan pur (kota), yang kemudian
dikembangkan dalam bahasa Latin menjadi politia (negara) dan pada
akhirnya dalam Bahasa Inggris pertengahan policie, yang berarti menangani
masalah-masalah publik atau administrasi dalam (Dunn, 2005:51).
Pengertian lain mengenai kebijakan dikemukakan oleh Carl Friedrech
dalam (Agustino, 2006:7) yang menyatakan bahwa :
17
“Kebijakan adalah serangkaian tindakan kegiatan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu
dimana terdapat hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan
dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud”.
Adapun pengertian publik dalam rangkaian kata publik policy
memiliki tiga konotasi, yaitu pemerintah, masyarakat, dan umum dalam
(Abidin,2012:7). Hal ini dapat dilihat dalam dimensi subjek, objek, dan
lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi subjek, kebijakan publik adalah
kebijakan dari pemerintah, sehingga salah satu ciri kebijakan adalah “what
government do or not to do”. Kebijakan dari pemerintahlah yang dapat
dianggap sebagai kebijakan yang resmi, sehingga mempunyai kewenangan
yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhinya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan sementara bahwa
kebijakan publik ialah serangkaian tindakan kegiatan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam menyelesaikan masalah-
masalah orang banyak.
Pengertian lain diutarakan oleh ahli seperti Thomas R Dye mengenai
kebijakan publik. Menurut Thomas R Dye dalam (Agustino,2006:7)
“kebijakan publik adalah apa yang dipilih pemerintah untuk di kerjakan atau
tidak dikerjakan”. Beradasarkan pengertian Thomas R Dye ini, baik apapun
yang dipilih pemerintah untuk dikerjakan maupun tidak dikerjakan itu
adalahsuatu kebijakan publik.
Definisi lain diutarakan oleh James E Anderson. Menurut James E
Anderson dalam (Subarsono,2005:2) “kebijakan publik sebagai kebijakan
18
yang ditetapkan oleh badan-badan pemerintah dan aparat pemerintah”.
Berdasarkan pengertian yang di ungkapkan oleh James E Anderson ini
kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat oleh
pejabat atau badan pemerintah dalam bidang teretentu seperti bidang
pendidikan, politik,ekonomi, pertanian, industry, dan pertahanan.
Adapun pengertian lain mengenai kebijakan publik ditawarkan oleh
seorang pakar dari Perancis, Limeux. Menurut Limeux dalam
(Wahab,2012:15) kebijakan publik ialah :
“Produk aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan untuk memecahkan
masalah publik yang dilakukakan oleh actor-aktor politik yang
sehubungannya terstruktur. Keseluruhan proses aktivitas itu
berlangsung sepanjang waktu”.
Berdasarkan pengertian tersebut menjelaskan kebijakan publik itu
serangkaian aktivitaas guna memecahkan masalah publik yang dilakukan
oleh aktor-aktor politik yaitu pejabat negara.
Seorang pakar dari Nigeria Chief J.O. Udoji memberikan pengertian
mengenai kebijakan publik. Menurut Chief J.O Udoji dalam
(Wahab,2012:15) mengatakan bahwa kebijakan publik ialah “suatu tindakan
bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang saling berkaitan
dan mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan
publik adalah suatu tindakan yang diputuskan oleh pemerintah maupun
badan-badan pemerintah yang berisi sanksi dan bertujuan untuk
memecahkan masalah publik serta mempengaruhi sebagaian besar
masyarakat.
19
2.1.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik
Impelementasi kebijakan merupakan langkah yang sangat penting
dalam proses kebijakan. Tanpa implementasi, suatu kebijakan hanyalah
merupakan sebuah dokumen yang tidak bermakna dalam kehidupan
bermasyarakat. Banyak kebijakan yang baik, yang mampu dibuat oleh
pemerintah, baik yang dirumuskan dengan meggunakan tenaga ahli dari laur
negeri, tetapi kemudian tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam
kehidupan negara tersebut karena tidak mampu atau tidak dilakasanakan.
Implementasi kebijakan merupakan tahap kelanjutan dari formulasi
kebijakan dan kemudian disahkan. Dalam praktiknya menurut Leo Agustino
dalam (2006:138) “implementasi merupakan suatu proses yang begitu
kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi
sebagai kepentingan”.
Implementasi kebijakan sendiri menurut Van Meter dan Van Horn
dalam (Agustino,2006:139), di definisikan, sebagai :
“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta
yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
digariskandalam keputusan kebijaksanaan”
Adapun pengertian lain berikan oleh Daniel Mazmanian dan Paul
Sabatier. Menurut Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam
(Agustino,2006:129) mendefinisikan Implementasi Kebijakan sebagai:
“Pelaksanaan Keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk
undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau
keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah
yang ingin di atasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran
20
yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau
mengatur proses im-plementasinya”.
Sedangkan menurut kamus Webster dalam (Wahab,2012:139)
meumuskan bahwa :
“istilah to implement (mengimplementasikan) itu berarti to provide the means for carrying out (menydiakan sarana untuk melaksanakan
sesuatu), to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat
terhadap sesuatu)”.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan
menyangkut 3 hal, yaitu (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan: (2)
adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan: (3) adanya hasil kegiatan.
Berdasarkan berbagai pengertian yang telah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu tindakan
pelaksanakan kebijakan guna memecahkan masalah yang dihadapi dan
mendapatkan hasil yang ingin dicapai.
2.1.3 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik
Dalam studi kebijakan publik terdapat, terdapat bebrapa model
implementasi kebiajakan publik yang dikemukakan oleh ahli yang melihat
variable-varabel apa saja yang dapat memepengaruhi kinerja implementasi
suatu kebijakan publik. Adapun ahli tersebut ialah Van Meter dan Van
Horn, Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier, George Edward III, dan
Marilee S. Grindle.
Menurut Model Implementasi kebijakan yang diutarakan Van Meter
dan Van Horn dalam (Agustino,2006:142) terdapat 6 variabel yang dapat
mempengaruhi kinerja impelementasi kebijakan publik, yaitu:
21
1. Standard dan Sasaran Kebijakan/Ukuruan dan Tujuan Kebijakan.
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat
keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan
memang realiistis dengan sosio-kultur yang mengada di level
pelaksanaan kebijakan.
2. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memenfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia, waktu
dan sumberadaya financial merupakan bentuk sumberdaya tersebut.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal
ini sangat penting banyak dipengarahi oleh ciri-ciri yang tepat serta
cocok dengan para agen pelaksananya
4. Sikap/Kecendrungan (Disposition) para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat
banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi
kebijakan publik.
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelakasana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam
implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi
diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi,
maka asumsinya keslahan-kesalah akan sangat kecil untuk terjadi.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.
Kondisi Ekonomi, social dan politik yang kondusif akan sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Begitupun
sebaliknya.
Sedangankan Menurut Model Implementasi Kebijakan yang di
utarakan Mazmanian dan Paul Sabatier dalam (Subarsono,2005:94)
terdapat 3 variabel yangdapat mempengaruhi kinerja impelementasi
kebijakan publik, yaitu :
1. Karakteristik dari Masalah
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan.
Di satu pihak ada beberapa masalah social secarateknis mudah
dipecahkan, seperti kekurangan air minum bagi penduduk atau harga
beras tiba-tiba naik. Di pihak lain terdapat masalah-masalah social
yang relatif sulit dipecahkan.
b. Tingkat kemeajemukan dari kelompok sasaran.
Ini berarti bahwa suatu program akan relative mudah
diimplementasikan apabila kelompok sasarannya adalah homogen.
c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi.
22
Sebuah program akan sulit diimpelementasikan apabila
sasarannya mencakup semua populasi. Begitupun sebaliknya.
d. Cakupan perubahan perilak yang di harapkan.
Sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau
bersifat kognitif akan relative lebih mudah diimplementasikan
daripada program yang bertujuan unutk mngubah sikap dan perilaku
masyarakat.
2. Karakteristik Kebijakan
a. Kejelasan isi kebijakan
Ini berarti semakin jelas dan rinci sebuah kebijakan akan mudah
diiplementasikan karena implementor mudah memahami dan
menterjemahkan dalam tindakannya.
b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis.
Kebijakan yang memiliki dasarteoritis memiliki sifat lebih
mantau karena sudah teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan
social tertentu perlu ada modifikasi.
c. Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut.
Sumber daya keuangan adalahfaktor krusial untuk setiap
program sosial.
d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai
institusi pelaksana.
Kegagalan program sering disebabkan kurangnya koordinasi
vertikaldan horizontal antar instansi yang terlibat dalam implementasi
program.
e. Kejelasan dan konsistensi aturan yangadapada badan pelaksana.
f. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan.
Rendahnya komitmen aparat untuk melaksanakan tugas dan
pekerjaan atau program dapat menyebabkan gagal suatu kebijakan
diimplementasikan.
g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi
dalam implementasi kebijakan.
Suatu program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat
untuk terlibat akanrelatif mendapat dukungan daripada program yang
tidak melibatkan masyarakat.
3. Variabel Lingkungan
a. Kondisi social ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi.
Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relative
mudah menerima program-program pembaharuan disbanding dengan
masyarakat yang masih tertutup dan tradisional. Demikian juga,
kemajuan teknologi akan membantu dalam proses keberhasilan
implementasi program.
b. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan.
Kebijakan yang berpihakterhadap publik tentunya
akanmendapat dukungan yang lebih banyak di bandingkan kebijakan
yang tidak berpihak pada publik.
c. Sikap dari kelompok pemilih.
23
Kelompok pemilih yang ada dalam masyarakat dapat
memepengaruhi implementasi kebijakan melalui berbagai cara lain,
(1) kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan
yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar dengan
maksud untukmengubah keputusan (2) kelompok pemilih dapat
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi badan-badan pelaksana
secara tidak langsun melalui kritik yang dipublikasikan terhadap
kinerja badan-badan pelaksana.
d. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.
Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan dalam
membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan prioritas
tujuan tersebut.
Adapun menurut Model Impelementasi Kebijakan yang diberikan oleh
George C. Edward III dalam (Agustino,2006:149) terdapat 4 variabel yang
mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik, yaitu ;
1. Komunikasi
Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
suatu kebijakan menurut George C. Eward III, adalah komunikasi.
Komunikasi menurutnya lebih lanjut sangat menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi
yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui
apa yang akan mereka kerjakan.
Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam
mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut di atas, yaitu:
a. Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang
terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian
(miskomunikasi), hal tersebut disebagiankan karena komunikasi telah
melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan
terdistorsi di tengah jalan.
b. Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan
(street-level-bureuacrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan
(tidak ambigu/mendua). Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu
menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana
membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi
pada tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan
yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu
komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau
dijalankan). Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah,
maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
2. Sumberdaya
24
Variabel atau faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi suatu kebijakan adalah sumberdaya. Indikator sumber-
sumberdaya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
a. Staf; sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf.
Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah
satunya disebagiankan oleh karena staf yang tidak mencukupi,
memadai, ataupun tidak kompeten dibidangnya. Penambahan jumlah
staf dan implementor saja tidak mencukupi, tetapi diperlukan pula
kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan
(kompeten dan kapabel) dalam meng-implementasikan kebijakan atau
melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.
b. Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua
bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara
melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang
harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan
tindakan. Kedua informasi mengenai data kepatuhan dari para
pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah
ditetapkan. Implementor harus mengetahui apakah orang lain yang
terlibat di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut patuh terhadap
hukum.
c. Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar
perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau
legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang
ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan
para implementor dimata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat
menggagalkan proses implementasi kebijakan. Tetapi, dalam konteks
yang lain, ketika wewenang formal tersebut ada, maka sering terjadi
kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di satu pihak,
efektivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan implementasi
kebijakan tetapi di sisi lain, efektivitas akan menyurut manakala
wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya
sendiri atau demi kepentingan ke-lompoknya.
d. Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam
implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang
mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki
wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas
pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan
tersebut tidak akan berhasil.
3. Disposisi
Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting
ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik.
Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana
kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi
juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga
dalam praktiknya tidak terjadi bias. Hal-hal penting yang perlu dicermati
pada variabel disposisi ini adalah :
25
a. Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para pelaksana akan
menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi
kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-
kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena itu,
pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah
orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah
ditetapkan; lebih khusus lagi pada kepentingan warga.
b. Insentif; Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan
untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah
dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya orang
bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi
insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para
pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya
tertentu mungkin akan menjadi faktor pendukung yang membuat para
pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini
dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest)
atau organisasi.
4. Struktur Birokrasi
Variabel keempat yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Kebijakan yang
begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika
struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal
ini akan menyebagiankan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif
dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah
kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan
secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.
Dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur
birokrasi/organisasi ke arah yang lebih baik, adalah: melakukan Standar
Operating Prosedures (SOPs) dan melaksanakan Fragmentasi. SOPs
adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (atau
pelaksana kebijakan/administratur/birokrat) untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatannya pada tiap harinya sesuai dengan standar yang
ditetapkan (atau standar minimum yang dibutuhkan warga). Sedangkan
pelaksanaan fragmentasi adalah upaya peyebaran tanggungjawab
kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktiuvitas pegawai diantara beberapa
unit kerja.
Dan menurut Model Impelemntasi Kebijakan yang di berikan oleh
Marielee S. Grindle dalam (Agustino,2006:154) terdapat 2 varibel besar
yang mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik , yaitu :
1. Content of Policy, meliputi : a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mem-pengaruhi)
Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam
pelaksanaanya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana
26
kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap
implementasinya. b. Type of benefit
Pada poin ini content of policy berupaya untuk menunjukkan
atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat
beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang
dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak
dilaksanakan. c. Extent of change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)
Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin
dicapai. Pada poin ini ingin dijelaskan bahwa seberapa berapa besar
perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi
kebijakan harus mempunyai skala yang jelas. d. Site of Decision Making
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang
peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada
bagian ini harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari
suatu kebijakan yang akan diimplementasikan. e. Program Implementer
Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus di
dukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan
kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. f. Resource Commited
Pelaksanaan suatu kebijakan harus di dukung oleh sumberdaya-
sumberdaya yang mendukung agar pelaksanaan-nya berjalan dengan
baik.
2. Context Of Policy, meliputi : a. Power, Interest, and Strategy of Actor involved
Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau
keuaaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para actor
yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaansuatu
implementasi kebijakan. b. Institusion and Regime Charateristic
Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga
berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin
dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut
mempengaruhi suatu kebijakan. c. Compliance and Responsiveness
Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu
kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari parapelaksana, maka
hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan
respon pelaksana dalam menangggapi suatu kebijakan.
27
2.1.4 Otonomi Desa
Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada
pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan
desa tersebut. Urusan pemerintahan berdasarkan asal-usul desa, urusan yang
menjadi wewenang pemerintahan Kabupaten atau Kota diserahkan
pengaturannya kepada desa.
Namun harus selalu diingat bahwa tiada hak tanpa kewajiban, tiada
kewenangan tanpa tanggungjawab dan tiada kebebasan tanpa batas. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam
penyelenggaraan otonomi desa harus tetap menjunjung nilai-nilai
tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa
dan negara Indonesia. Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi
desa menuntut tanggungjawab untuk memelihara integritas, persatuan dan
kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang
dilaksanakan dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku .
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 18
kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan
28
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. Dan menurut
Pasal 19 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa kewenangan desa
meliputi; kewenangan berdasarkan hak asal usul; kewenangan lokal berskala
Desa; kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan kewenangan lain
yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah.
2.1.5 Otonomi Daerah
Pengertian otonomi daerah secara etimologi yaitu, Istilah otonomi
berasal dari bahasa Yunani yang berarti auto dan nomous. Auto berarti
sendiri, dan nomus berarti hukum atau peraturan. Jadi pengertian otonomi
daerah adalah aturan yang mengatur daerahnya sendiri. Secara umum
pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus diri sendiri pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi
Daerah).
2.1.6 Definisi Desa
Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat
politik dan pemerintahan di indonesia jauh sebelum negara bangsa ini
terbentuk. Struktur sejenis desa, masyarakat adat dan sebagainya telah
menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting. Desa
merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan
29
hukumnya sendiri serta relatif mandiri. Hal ini antara lain ditunjukan dengan
tingkat keragaman yang tinggi. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa, mendefinisikan Desa adalah desa dan desa adat atau
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2.1.7 Pengertian Keuangan Desa
Menurut Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa dalam
Bab VIII, Bagian Kesatu, Pasal 71 Ayat 1, keuangan desa adalah semua hak
dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban desa.
Keuangan desa pada dasarnya merupakan sub sistem dari keuangan
negara sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003,
Tentang Keuangan Negara. Dalam penjelasan Undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan
keuangan negara adalah dari sisi objek, subjek, proses dan tujuan.
2.1.8 Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Desa
Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel,
partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Keuangan
30
desa dikelola dalam masa satu tahun anggaran yakni mulai tanggal satu
Januari sampai dengan tanggal tiga puluh satu Desember.
A. Transparan
Menurut Nordiawan dalam (Sujarweni,2015:28) transparan
memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak
untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggung-
jawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan. Transparan adalah prinsip yang menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan,
proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.
B. Akuntabel
Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu
tuntutan masyarakat yang harus dipenuhi. Salah satu pilar tata kelola
tersebut adalah akuntabilitas. Sabeni dan Ghozali dalam
(Sujarweni,2015:28) menyatakan “Akuntabilitas atau
pertanggungjawaban (accountability) merupakan suatu bentuk
keharusan seseorang (pimpinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin
bahwa tugas dan kewajiban yang diembannya sudah dilakasankan
sesuai ketentuan yang berlaku. Akuntabilitas dapat dilihat melalui
laporan tertulis yang informatif dan transaparan”. Mardiasmo dalam
31
(Sujarweni,2015:28) mengatakan “Akuntabilitas publik adalah
kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala
aktivitasnya dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada
pihak pemberi amanah (Principal) yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut”. Menurut Nordiawan
dalam (Sujarweni,2015:28) akuntabilitas adalah
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Akuntabilitas publik
adalah prinsip yang menjamin bahwa tiap-tiap kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintahan desa dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh
lapisan masyarakat secara terbuka.
C. Partisipatif
Partisipasi adalah prinsip dimana bahwa setiap warga desa pada
desa yang bersangkutan mempunyai hak untuk terlibat dalam setiap
pengambilan keputusan pada setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintahan desa di mana mereka tinggal. Keterlibatan masyarakat
dalam rangka pengambilan keputusan tersebut dapat secara langsung
dan tidak langsung.
32
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti akan
memaparkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.
Adapun hasil penelitian terdahulu tersebut yakni:
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Agus Subroto
dalam Tesisnya yang berjudul “Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi
Kasus Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan
Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008)”. Dalam penelitian tersebut,
ada tiga prinsip utama yang mendasari pengelolaan keuangan daerah.
Pertama, prinsip transparansi atau keterbukaan. Transparansi di sini
memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama
untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan
masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat banyak.
Kedua, prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban
publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan,
penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya
memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tetapi juga berhak untuk
menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran
tersebut.Ketiga, prinsip value for money. Prinsip ini berarti diterapkannya tiga
pokok dalam proses penganggaran yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektif. Ekonomi
berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan
kualitas tertentu pada harga yang murah. Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana
33
masyarakat tersebut dapat menghasilkan ouput yang maksimal (berdaya guna).
Efektifitas berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-
target atau tujuan kepentingan publik.
Dalam penelitian tersebut akuntabilitas sistem pengelolaan ADD
dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik (good governance). Prinsip atau kaidah-kaidah good governance adalah
adanya partisipasi, transparansi dan kebertanggungjawaban dalam pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan.Pengelolaan ADD sebagai bagian dari
pelaksanaan pembangunan di desa, sudah seharusnya memegang teguh prinsip-
prinsip yang merupakan indikator goodgovernance tersebut.
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Agus Subroto dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti memfokuskan penelitian
pada Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, sedangkan Agus Subroto hanya
memfokuskan penelitiannya pada akuntabilitas pengelolaan ADD nya saja untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur berpikir peneliti dalam menjelaskan
permasalahan penelitian. Penelitian mengenai Implementasi Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa (Studi Kasus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten
Pandeglang) ini menggunakan model Implementasi Kebijakan yang diutarakan
34
Van Meter dan Van Horn (Agustino,2006:142). Terdapat enam variabel yang
dapat mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik, yaitu :
1. Standard dan Sasaran Kebijakan/Ukuruan dan Tujuan Kebijakan.
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat
keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan
memang realiistis dengan sosio-kultur yang mengada di level
pelaksanaan kebijakan.
2. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung
dari kemampuan memenfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia,
waktu dan sumberadaya financial merupakan bentuk sumberdaya
tersebut.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi
formal dan informal yang akan terlibat pengimplementasian
kebijakan publik. Hal ini sangat penting banyak dipengarahi oleh
ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya
4. Sikap/Kecendrungan (Disposition) para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan
sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja
implementasi kebijakan publik.
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelakasana
35
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam
implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi
diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi,
maka asumsinya keslahan-kesalah akan sangat kecil untuk terjadi.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.
Kondisi Ekonomi, social dan politik yang kondusif akan sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan.
Begitupun sebaliknya.
36
Adapun kerangka berpikir peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
(Sumber: Peneliti, 2016)
Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus di Desa
Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang).
INPUT
Masalah :
1. Kurang transparansinya pemerintah desa kepada masyarakat dalam
pengelolaan keuangan desa.
2. Belum tertib dan disiplinnya pengelolaan keuangan di Desa Kupahandap.
3. Belum dibentuknya tim Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
(PTPKD) di Desa Kupahandap.
4. Belum siapnya sumber daya manusia (SDM) di Desa Kupahandap dalam
mengimplementasikan Peraturan Menteri Dalam Negeri ini.
PROSES
Model Implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn (Agustino,2006:142), yaitu :
1. Standard dan Sasaran Kebijakan-/Ukuruan dan Tujuan Kebijakan
2. Sumberdaya
3. Karakteristik Agen Pelaksana
4. Sikap/Kecendrungan (Disposition) para Pelaksana
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelakasana,
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Hasil (Output)
Perolehan gambaran mengenai Implemenentasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24
Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi kasus di Desa
Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang).
Dampak (Outcome)
Tercipatanya Pengelolaan Keuangan yang baik dan sesuai dengan Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
37
2.4 Asumsi Dasar
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dipaparkan di atas, serta hasil
pengamatan langsung di lapangan. Maka peneliti berasumsi bahwa
Implemenentasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi kasus di Desa Kupahandap
Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang) belum berjalan dengan optimal.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Dan Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Menurut Jane Richie di dalam buku karangan dalam
(Moleong,2013:6), penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia
sosial dan perspektifnya di dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan
persoalan manusia yang di teliti. Sehingga pemahaman mengenai dapat di pahami
secara kompherensif.
Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan
metode kasus. sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba dalam (Sayekti,1992:34)
yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga disebut dengan case
study ataupun qualitative, yaitu penelitian yang mendalam dan mendetail tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian. Lebih lanjut Sayekti
Pujosuwarno dalam (1986:1) mengemukakan pendapat Moh. Surya dan Djumhur
yang menyatakan bahwa studi kausu dapat diartikan sebagai suatu teknik
mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantunya
memperoleh penyesuaian diri yang baik.
Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk
mengetahui sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti
akan menggunakan metode studi kasus untuk mengungkap tentang Implementasi
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
39
Pengelolaan Keuangan Desa, dengan memahami dan memaknai pandangan serta
kejadian pada subyek penelitian dalam rangka menggali tentang Implementasi
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa (Studi kasus di Desa Kupahandap Kecamatan
Cimanuk Kabupaten Pandeglang). Pemilihan metode ini didasari pada fakta
bahwa tema dalam penelitian ini termasuk menarik untuk diungkapkan dalam
sebuah penelitian.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai batasan
masalah, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum
(Sugiyono,2012:32). Adapun fokus penelitian yang peneliti teliti adalah terkait
Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, khususnya mengenai permasalahan-
permasalahan yang timbul akibat pelaksanaan Peraturan Bupati Pandeglang
Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, sehingga
peneliti dapat memberikan rekomendasi terhadap pemecahan masalah, termasuk
juga dalam hal Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi kasus di Desa Kupahandap
Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang).
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian mengenai Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang
Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi
40
kasus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang) ini
dilakukan di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang
Provinsi Banten.
3.4 Fenomena yang Diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual berfungsi untuk memberikan penjelasan tentang
konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti
berdasarkan kerangka teori yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti
akan melakukan penelitian berkaitan dengan Implementasi Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa (Studi kasus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk
Kabupaten Pandeglang).
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari
Donald Van Metter dan Carl Van Horn (Agustino,2006:142), yang berisi
tentang enam dimensi pokok dalam menilai kinerja implementasi kebijakan
publik, yakni terdapat (1) Ukuran dan tujuan kebijakan, (2) Sumberdaya, (3)
Karakteristik agen pelaksana, (4) Sikap/kecenderungan (disposisi) para
pelaksana, (5) Komunikasi antar organisasi, serta (6) Lingkungan eksternal.
Sehingga menghasilkan output atau keluaran implementasi undang-undang
nomor 6 tahun 2014 tentang desa di Desa Kupahandap kecamatan cimanuk
kabupaten pandeglang (Studi terkait keuangan desa) berjalan dengan baik,
dengan outcome atau bahan masukan bagi desa yang ada di Indonesia
41
khususnya di kabupaten pandeglang agar dapat mengimplementasikan
undang-undang tentang desa dengan baik.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah Implementasi
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa (studi kasus di Desa Kupahandap Kecamatan
Cimanuk Kabupaten Pandeglang). Karena peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif, maka dalam penjelasan definisi operasional ini akan
dikemukakan fenomena-fenomena penelitian yang dikaitkan dengan konsep
yang digunakan yaitu enam variabel menurut Van Metter dan Van Horn
yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik, yaitu:
1) Ukuran dan tujuan kebijakan, yakni mengamati fenomena mengenai
ukuran dan tujuan serta ukuran keberhasilan Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa di Desa Kupahandap.
2) Sumber daya, dalam hal ini yakni mengamati fenomena terkait
kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam pengimplementasian
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kupahandap.
3) Karakteristik agen pelaksana, yakni meliputi organisasi formal dan
informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian kebijakan ini,
serta keseuaian cakupan wilayah Peraturan Bupati Pandeglang Nomor
42
24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dengan
agen pelaksananya.
4) Sikap/kecenderungan (disposition) para pelaksana, yakni mengamati
kecenderungan para pelaksana dalam berbagai bentuk penguatan
kelembagaan yang dilakukan, sikap pelaksana dalam menerima atau
menolak dalam pengimplementasian Peraturan Bupati Pandeglang
Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa
di Desa Kupahandap.
5) Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana, yakni mengamati
koordinasi antarorganisasi dan stake holder yang terlibat dalam
pengimplementasian Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun
2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di Desa
Kupahandap.
6) Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik, yakni mengamati fenomena
kondisi ekonomi dan sosial lingkungan, dukungan kelompok-kelompok
kepentingan dan elite politik, karakteristik para partisipan, serta opini
publik mengenai pelaksanaan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24
Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di Desa
Kupahandap.
3.5 Instrumen Penelitian
Adapun instrument yang digunakan dalam ”Implementasi Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa (Studi kasus di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten
43
Pandeglang)” ini adalah peneliti sendiri dengan menempatkan diri sebagai
participant observer. Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer dan
data skunder. Peneliti sebagai alat utama dalam penelitian kualitatif karena karena
peneliti dapat merasakan langsung, mengalami, melihat sendiri objek atau seubjek
yang sedang di telitinya, selain itu peneliti juga mampu menentukan kapan
penyimpulan data telah mencukupi, data telah jenuh dan kapan penelitian dapat
dihentikan dan peneliti juga dapat langsung melakukan pengumpulan data,
melakukan refleksi secara terusmenerus dan secara gradual membangun
pemahaman yang tuntas mengenai suatu dalam hal ini adalah ”Implementasi
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa (Studi kasus di Desa Kupahandap Kecamatan
Cimanuk Kabupaten Pandeglang)”.
Dimana yang menjadi data primer adalah data yang berupa kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan observasi.
Sedangkan data-data skunder yang didapatkan berupa dokumen tertulis. Adapun
alat-alat tambahan yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari: panduan
wawancara, alat perekam dan buku catatan.
3.6 Informan Penelitian
Informan penelitian merupakan sumber data yang digunakan pada penelitian
ini. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive, yaitu teknik
pengambilan data dari informan dengan pertimbangan bahwa orang yang
dijadikan informan penelitian merupakan orang yang mengetahui tentang
Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
44
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi kasus di Desa Kupahandap
Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang), sehingga memudahkan peneliti
untuk mendapatkan data yang diharapkan.
Adapun informan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 3.1
Sumber Informan Penelitian
Kode
Informan Informan Keterangan
I1 I1.1
I1.2
I1.3
Instansi Pemerintah
1. Kabid Pemerintahan Desa
BPMPD Kabupaten
Pandeglang
2. Kasubid Pemerintahan,
Pendidikan, dan Kebudayaan
Bidang Sosial dan Budaya
BAPPEDA Kabupaten
Pandeglang
3. Kepala Kecamatan Cimanuk
Kabupaten Pandeglang
Key Informan
I2 I2.1 I2.2 I2.3 I2.4 I2.5
Stakeholder
1. Kepala Desa Kupahandap
2. Sekertaris Desa Kupahandap
3. Bendahara Desa Kupahandap
4. Ketua BPD Desa Kupahandap
5. Ketua LPM Desa Kupahandap
Key Informan
I3 I3.1
I3.2
Masyarakat
1. Tokoh Masyarakat/Para
Ulama di Desa Kupahandap
2. Masyarakat di Desa
Kupahandp
Secondary Informan
(Sumber: Peneliti, 2016)
45
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Sebuah penelitian ilmiah dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian dan perlu dibuktikan kebenarannya dengan data-data yang ada di
lapangan. Data-data tersebut dikumpulkan dengan teknik yang di sebut sebagai
teknik pengumpulan data.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah dengan beberapa teknik, diantaranya yakni :
1. Pengamatan/Observasi
Observasi menurut Moleong dalam (2007:175) adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya.
Pengamatan/observasi menurut Moleong dalam (2007:176) dapat
diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan serta (partisipan)
dan cara yang tidak berperan serta (non partisipan). Pada pengamatan
berperan serta, pengamat melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai
pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari keompok yang
diamatinya. Namun, observasi tanpa berperan serta, pengamat hanya
melakukan satu fungsi saja yaitu mengadakan pengamatan.
Dalam penelitian ini, teknik observasi/pengamatan yang digunakan
adalah observasi/pengamatan tanpa peran serta. Adanya keterbatasan
waktu menyebabkan peneliti hanya melakukan satu fungsi observasi yaitu
hanya melakukan pengamatan tanpa harus menjadi anggota resmi dari
kelompok yang diamati.
46
2. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatapan muka antara
pewawancara dan informan dengan menggunakan pedoman wawancara
dalam (Nazir:2005). Adapun teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara
mendalam (indeph interview) adalah data yang diperoleh terdiri dari
kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan
dan pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah
orangyang memberikan informasi yang diperlukan selama proses
penelitian.
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu
berbagai keperluan yang dibutuhakan yaitu penentuan informan yang
terdiri dari informan kunci dan informan sekunder, kriteria informan dan
pedoman wawancara disusun dengan rapi dan terlebih dahulu dipahami
peneliti. Selain itu, sebelum melakukan wawancara peneliti juga
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian
b) Menjelaskan alas an informan terpilih untuk diwawancarai
c) Menjelaskan situasi atau badan yang melaksanakan
d) Mempersiapkan pencatatan data wawancara
Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada
informan yuntuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan
47
serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan jujur,
selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh
dengan cara pendekatan kata-kata dan merangkainya kembali dalam
bentuk kalimat dalam(Nazir:2005).
Adapun pedoman wawancara dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
Dimensi Indikator Pertanyaan Kode Informan
Ukuran Dan Tujuan
Kebijakan 1. Ukuran realistis
kebijakan
2. Tujuan realistis
kebijakan
1. Seperti apa ukuran realistis
kebijakannya?
2. Seperti apa tujuan realistis
kebijakannya?
I1, I2,I3
I1, I2,I3
Sumberdaya 1. Sumberdaya
manusia
2. Sumberdaya sarana
dan prasarana
1. Apakah kemampuan dari
pelaksana sudah sesuai?
2. Apakah fasilitas pelaksanaan
sudah cukup memadai?
I1, I2
I2
Karakteristik Agen
Pelaksana 1. Birokrasi/lembaga
1. Apakah karakteristik dari
implementor sudah sesuai untuk
kebijakan ini?
2. Siapa saja yang turut dilibatkan
dalam pelaksanaan kebijakan ini?
I1, I2,I3
I1, I2,I3
Sikap/Kecenderungan
Para Pelaksana 1. Inisiatif
2. Partisipatif
1. Bagaimana sikap pelaksana
dalam menjalankan kebijakan
ini?
2. Bagaimana respon agen
pelaksana dalam menerima
atau menolak kebijakan ini?
I1
I1, I2,I3
Komunikasi Antar
Organisasi dan Aktivitas Pelaksana
1. Komunikasi
1. Bagaimana proses komunikasi
dilakukan ?
2. Seperti apa koordinasi yang
dilakukan antara implementor
yang terlibat ?
I1, I2,I3
I1, I2,I3
48
Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik 1. Ekonomi, Sosial dan
Politik
1. Apakah kondisi ekonomi, sosial
dan politik turut mempengaruhi
kebijakan ini?
I1, I2,I3
(Sumber : Peneliti, 2016)
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari sesorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan,
peraturan, kebijakan, laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif dalam (Sugiyono,2012:82).
3.8 Analisis Data
Analisis Data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Ada beberapa
macam analisis data kualitatif, salah satunya yang akan peneliti gunakan dalam
penelitian ini yakni analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh Prasetya
Irawan. Seperti yang terlihat di gambar berikut:
Gambar 3.1
Komponen-Komponen Analisis Data Model Prasetya Irawan
(Sumber: Irawan, 2006)
49
Adapun penjelasan dari proses analisi data di atas adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data mentah
Tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah mengumpulkan data
mentah. Hal ini diperoleh melalui wawancara, observasi ke lapangan,
kajian pustaka.
2. Transkip data
Pada tahap ini peneliti mulai merubah data yang diperoleh (baik dari hasil
rekaman saat wawancara, hasil observasi maupun catatan lapangan yang
sebelumnya belum tersusun rapih) ke dalam bentuk tertulis.
3. Pembuatan koding
Pada tahap ketiga, peneliti membaca secara teliti transkip data yang telah
dibuat sebelumnya, kemudian memahami secara seksama sehingga
menemukan kata kunci yang akan di beri kode. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah peneliti pada saat akan mengkategorisasi data.
4. Kategorisasi data
Pada tahap keempat peneliti mulai menyederhanakan data dengan
membuat kategori-kategori tertentu.
5. Penyimpulan sementara
Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan sementara dari data yang
telah dikategorikan sebelumnya.
6. Triangulasi
Triangulasi adalah proses check and recheck antara suatu sumber data
dengan sumber data lainnya.
50
7. Penyimpulan akhir
Pada tahap terakhir, peneliti melakukan penyimpulan akhir atas hasil
penelitian. Dimana pada tahap ini peneliti dapat mengembangkan teori
baru, maupun mengembangkan teori yang sudah ada.
3.9 Uji Keabsahan Data
Data hasil penelitian kualitatif dapat dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan jika menggunakan uji keabsahan data. Uji keabsahan data
dalam kualitatif menurut Sugiyono (2005: 121) terdapat 4 macam pengujian yaitu
uji kredibilitas data, uji transferability, uji dependability, dan uji comfirmability.
Adapun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan uji kredibilitas yang
dilakukan melalui dua teknik pemeriksaan, yaitu triangulasi dan member check.
1. Triangulasi
Wiliam Wiersna (Sugiono,2005:125) Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.
51
3) Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu untuk menguji kredibilitas data, dilakukan melalui
pengecekan data dengan waktu dan situasi yang berbeda dan
dilakukan secara berulang-ulang hingga sampai ditemukan kepastian
datanya.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu triangulasi
yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
2. Mengadakan Member Check
Member check adalah, proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan Member check adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh
para pemveri data berarti data tersebut valid, sehingga semakin
kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan
berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti
perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya
tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
3.10 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti bagaimana Implementasi
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kupahandap. Adapaun waktu penelitian ini
dimulai dari bulan Oktober 2016.
52
Tabel 3.3 Jawal Penelitian
(Sumber: Peneliti, 2016)
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
2015 2016
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
1 Observasi Awal
2 Pengajuan Judul
3
Perizinan dan
observasi
lapangan
4 Penyusunan
Proposal
5 Bimbingan dan
perbaikan
6 Seminar
Proposal
7 Perbaikan
Proposal
8 Penelitian
Lapangan
9
Penulisan
Laporan (Bab
IV dan Bab V)
10 Sidang Skripsi
11 Revisi Skripsi
53
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang sebagai salah satu Kabupaten dari delapan
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang berada di ujung Pulau Jawa.
Secara administratif Kabupaten Pandeglang terdiri atas 35 Kecamatan
dengan 13 Kelurahan dan 326 Desa. Secara geografis, Kabupaten
Pandeglang terletak antara 6º21’-7º10’ Lintang Selatan dan 105º15’-106º11’
Bujur Timur, memiliki luas wilayah 274.689,91 ha atau 2.747 km².
Batas wilayah Kabupaten Serang terdiri dari:
1) Sebelah Utara : Kabupaten Serang
2) Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
3) Sebelah Barat : Selat Sunda
4) Sebelah Timur : Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang tidak terlalu sulit dijangkau dan relatif dekat
dengan Ibu kota Negara yang berjarak 111 Km. Namun pada sebagian besar
wilayah, terutama yang berada di wilayah selatan, memiliki aksesibilitas
yang rendah karena kurangnya dukungan infrastruktur. Kendala geografis
antara lain mengakibatkan daerah tertentu menjadi sulit dijangkau sehingga
menjadi terisolir dan tertinggal dari daerah lainnya. Terutama kawasan yang
terletak di puncak gunung, pesisir pantai, maupun didaratan yang tidak
54
terjangkau karena tidak ada akses dari kawasan tersebut ke kawasan yang
lebih maju.
Kabupaten Pandeglang mempunyai potensi dalam bidang pariwisata
yang handal. Kepariwisataan di Pandeglang terdiri dari objek wisata alam
dan seni budaya. Objek wisata alam Pandeglang terangkai mulai dari pantai
hingga gunung. Wisata pantai meliputi kawasan wisata Sumur, pantai
Tanjung Lesung, Bama, hingga ke sebelah utara yaitu pantai carita.
Sedangkan wisata gunung bisa dimulai dari gugusan perbukitan di Gunung
Aseupan, Gunung Pulosari, dan Gunung Karang.
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Cimanuk
Kecamatan Cimanuk berada disebelah barat wilayah Kabupaten
Pandeglang yang berada di Provinsi Banten. Ibukota Kecamatan Cimanuk
terletak di Desa Cimanuk dengan luas wilayah keseluruhan 23,64 km²,
Kecamatan Cimanuk terdiri dari sebelas Desa antara lain :
1. Desa Kadudodol
2. Desa Gunungdatar
3. Desa Gunungcupu
4. Desa Sekong
5. Desa Cimanuk
6. Desa Batubantar
7. Desa Kadumadang
8. Desa Rocek
9. Desa Dalembalar
55
10. Desa Kupahandap
11. Desa Kadubungbang
Kecamatan Cimanuk secara administrasi terdiri dari 11 desa, 48 rukun
warga (RW) dan 156 rukun tetangga (RT). Desa Kupahandap merupakan
desa terkecil dengan luas 1,51 km², sedangkan desa Kadubungbang
merupakan desa terbesar dengan luas 2,76 km² atau 11,68% dari luas
Kecamatan Cimanuk.
Kecamatan Cimanuk berjarak 10 km dari Kecamatan Pandeglang dan
memiliki batas administrasi, sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Kaduhejo
2) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Banjar
3) Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Cipeucang
4) Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Mekarjaya
Wilayah Kecamatan Cimanuk secara geografis terletak pada
06º28’16,5’ Lintang Selatan dan 106º00’00,0’ Bujur Timur. Dengan luas
wilayah 23.64 km² atau sebesar 8,7% dari luas wilayah Kabupaten
Pandeglang.
4.1.3 Gambaran Umum Desa Kupahandap
Desa Kupahandap merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Desa Kupahandap
mempunyai luas wilayah 151 Ha, yang terdiri dari luas pemukiman 57 Ha,
luas persawahan 82 Ha, luas perkebunan 6 Ha, luas kuburan 4 Ha, dan luas
56
prasarana umum lainnya 2 Ha. Desa Kupahandap mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut:
a) Sebelah Utara : Desa Bayu Mundu, Kec. Kadu Hejo
b) Sebelah Selatan : Desa Cimanuk, Kec. Cimanuk
c) Sebelah Timur : Desa Dalembalar, Kec. Cimanuk
d) Sebelah Barat : Desa Kadubungbang, Kec. Cimanuk
Penduduk Desa Kupahandap berjumlah 3036 jiwa, dengan jumlah
penduduk laki-laki 1622 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1414 jiwa.
Penduduk Desa Kupahandap semuanya beragama islam. Jumlah kepala
keluarga yang ada di Desa Kupahandap berjumlah 916 kepala keluarga.
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari monografi Desa
Kupahandap, jumlah penduduk Desa Kupahandap berdasarkan pendidikan,
mayoritas tingkat pendidikannya hanya sebatas Sekolah Dasar (SD).
Artinya, tingkat pendidikan masarakat Desa Kupahandap cukup rendah
(lihat Tabel 4.8).
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
PENDIDIKAN
Tingkatan Pendidikan Laki-laki Perempuan Total
Tamat D-3/sederajat 19 orang 25 orang 44 orang
Tamat S-1/sederajat 33 orang 37 orang 70 orang
Tamat S-2/sederajat 2 orang 0 orang 2 orang
Tamat SD/sederajat 1172 orang 1109 orang 2281 orang
57
Tamat SMA/sederajat 410 orang 368 orang 778 orang
Tamat SMP/sederajat 510 orang 488 orang 998 orang
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 49 orang 46 orang 95 orang
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play
group
84 orang 49 orang
133 orang
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 407 orang 334 orang 741 orang
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah
sekolah
0 orang 0 orang
0 orang
Jumlah Total 5142 orang
(Sumber: Monografi Desa Kupahandap)
Penduduk Desa Kupahandap dalam sistem ekonominya, mereka
bekerja dalam berbagai sektor. Mata pencaharian penduduk Desa
Kupahandap antara lain: buruh tani, buruh harian lepas, pedagang, karyawan
swasta, PNS, wiraswasta, guru, dan pekerjaan lainnya. Tetapi, masih ada
masyarakat Desa Kupahandap yang belum bekerja dan tidak mempunyai
pekerjaan tetap (lihat Tabel 4.9).
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
MATA PENCAHARIAN POKOK
Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total
Petani 63 orang 0 orang 63 orang
Buruh Tani 200 orang 25 orang 225 orang
Buruh Migran Perempuan 0 orang 0 orang 0 orang
58
Buruh Migran Laki-Laki 0 orang 0 orang 0 orang
Pegawai Negeri Sipil 8 orang 3 orang 11 orang
Pengrajin Industri Rumah Tangga 2 orang 0 orang 2 orang
Pedagang Keliling 9 orang 7 orang 16 orang
Peternak 2 orang 0 orang 2 orang
Nelayan 0 orang 0 orang 0 orang
Montir 9 orang 0 orang 9 orang
Dokter Swasta 0 orang 0 orang 0 orang
Bidan Swasta 0 orang 0 orang 0 orang
Perawat Swasta 0 orang 0 orang 0 orang
Pembantu Rumah Tangga 7 orang 20 orang 27 orang
TNI 0 orang 0 orang 0 orang
POLRI 0 orang 0 orang 0 orang
Pensiunan TNI/PNS/POLRI 0 orang 1 orang 1 orang
Karyawan Perusahan Swasta 150 orang 55 orang 205 orang
Jumlah Total Penduduk 561 Orang
(Sumber: Monografi Desa Kupahandap)
Di Desa Kupahandap total pegawai yang ada berjumlah 10 orang
beserta Kepala Desa, masing-masing menempati posisinya yang sudah
ditentukan. Kebanyakan pegawai di Desa Kupahandap perempuan hal ini
yang membedakannya dengan desa-desa lain. Adapun tingkat pendidikan
pegawai paling rendah yaitu lulusan S1 dan yang paling rendah yaitu SMA.
59
Dalam amanat Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa terdapat tim yang membantu Kepala
Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desanya yaitu tim
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). Adapun tim
PTPKD itu beranggotakan dari unsur perangkat desa yaitu, Sekertaris Desa,
Kepala Seksi dan Bendahara.
Tabel 4.3
Struktur Organisasi Desa Kupahandap
Sumber Daya Manusia Pegawai Desa Kupahandap
Nama Jabatan Umur Pendidikan
H. Zainuddin Kepala Desa 59 Tahun SMA
M. Juhdi Sekretaris Desa 41 Tahun SMA
Ati Nurniati Kasi Pemerintahan 27 Tahun SMA
Hj. Mulyati.P Kasi Pembangunan 50 Tahun S1
Nasrudin Kasi Kesra 33 Tahun SMA
Deti Kurniasih Kaur Administrasi 28 Tahun SMA
Khaerunisa Kaur Keuangan dan
Bendahara
28 Tahun S1
Abdul Rahman Kaur Umum 51 Tahun D3
Sri Rejeki Staf Administrasi 41 Tahun SMA
Rizky F.R Staf Umum 20 Tahun SMA
(Sumber: Monografi Desa Kupahandap)
60
Di Desa Kupahandap terdapat beberapa barang yang di miliki yaitu berupa,
peralatan kantor yang menunjang jalannya pelaksanaan pemerintahan di desa serta
barang-barang tambahan penunjang lainnya.
Tabel 4.4
Inventaris Barang di Desa Kupahandap
Nama Barang Jumlah
Mesin Tik 2 Buah
Meja 5 Buah
Kursi 50 Buah
Lemari Arsip 3 Buah
Komputer 1 Unit
Laptop 1 Unit
Kendaraan Dinas 2 Unit
Televisi 1 Unit
Mesin Printer 1 Unit
(Sumber: Monografi Desa Kupahandap)
4.2 Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan
dari hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori
Implementasi kebijakan menurut Van Metter dan Van Horn. Teori ini
menjelaskan bahwa ada 6 (enam) indikator Implementasi Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa, yaitu : (1) Ukuran dan tujuan kebijakan; (2) Sumber daya; (3) Karakteristik;
(4) Sikap kecenderungan para pelaksana; (5) Komunikasi antar organisasi dan
61
aktivitas pelaksana; (6) Lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Teori ini dinilai
dan dianggap lebih rasional dan tepat untuk menjawab permasalahan-
permasalahan yang ada pada Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor
24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (studi kasus di
Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang) ini.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif, sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk
kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil obeservasi lapangan dan
dokumentasi. Pada bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa, analisis data dalam
penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Prasetya Irawan,
yaitu Pengumpulan data mentah, transkip data, pembuatan koding, kategorisasi
data, penyimpulan sementara, triangulasi, penyimpulan akhir.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data mentah, yaitu
dengan wawancara, observasi lapangan dan dokumentasi.
Langkah kedua yang dilakukan adalah transkip data, yaitu pada tahap ini
peneliti merubah catatan lapangan dalam bentuk tulisan (semua data yang
diperoleh di lapangan). Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan transkip
data, peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu:
1. Kode Q1,2,3 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan.
2. Kode I1,2,3 dan seterusnya menandakan daftar urutan informan.
Langkah ketiga yang dilakukan adalah pembuatan koding, yaitu pada tahap
ini peneliti membaca ulang semua data yang sudah ditranskip, pada bagian-bagian
62
tertentu dari transkip data tersebut akan menemukan hal-hal penting yang perlu
peneliti catat untuk proses selanjutnya.
Langkah keempat yang dilakukan adalah kategorisasi data, yaitu pada tahap
ini peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara “mengikat” konsep-konsep
(kata-kata) kunci dalam satu besaran yang dinamakan “kategori”.
Langkah kelima yang dilakukan adalah pada tahap ini peneliti mengambil
kesimpulan meskipun masih bersifat sementara kesimpulan ini 100% harus
berdasarkan data.
Langkah keenam atau langkah terakhir yang dilakukan adalah triangulasi
yaitu pada tahap ini peneliti melakukan proses chek dan recheck antara sumber
data dengan sumber data lainnya.
Selanjutnya, peneliti akan melakukan analisis terhadap Implementasi
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa (Studi kasus di Desa Kupahandap Kecamatan
Cimanuk Kabupaten Pandeglang). Analisi yang akan dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan kategori dengan beberapa indikator yang dianggap sesuai
dengan masalah penelitian dan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya.
Kategori-kategori tersebut adalah:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Konsep implementasi kebijakan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24
Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (studi kasus di
Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang), dapat
63
diukur tingkat keberhasilannya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan tersebut
memang realistis dengan sosio kultur yang ada di level pelaksanan kebijakan.
2. Sumber Daya
Keberhasilan dari implementasi kebijakan Peraturan Bupati Pandeglang
Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa sangat
tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang ada. Manusia
merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu
keberhasilan proses implementasi, tetapi diluar sumber daya manusia, sumber
daya lainnya yang perlu di perhatikan seperti sumber daya finansial dan
sumber daya waktu.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pada karakteristik agen pelaksana ini meliputi organisasi formal (BPMPD
Kabupaten Pandeglang, BAPPEDA Kabupaten Pandeglang, Kecamatan
Cimanuk, Desa Kupahandap), yang terlibat dalam pengimplementasian
kebijakan publik.
4. Sikap dan Kecenderungan para Implementor
Sikap para prangkat desa dan kepala desa (Desa Kupahandap) untuk
mengimplementasikan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (studi kasus di Desa
Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang) agar berhasil
secara efektif dan efisien.
64
5. Komunikasi antar Organisasi/Lembaga Formal dan Aktivitas pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam Implementasi
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa (studi kasus di Desa Kupahandap Kecamatan
Cimanuk Kabupaten Pandeglang). Semakin baik koordinasi diantara
Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dengan Pemerintah Desa
maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan
begitupun sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja Implementasi
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa (studi kasus di Desa Kupahandap Kecamatan
Cimanuk Kabupaten Pandeglang) yang telah diterapkan, masyarakat sekitar
Desa Kupahandap kurang berpartisipasi atau tidak mendukung kebijakan ini
bisa membuat kegagalan dalam pengimplemntasian Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa. Oleh karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus
memperhatikan kondisi lingkungan eksternal.
4.2.1 Informan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive, yaitu
teknik pengambilan data dari informan dengan pertimbangan bahwa orang
yang dijadikan informan penelitian merupakan orang yang mengetahui
tentang Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015
65
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Studi kasus di Desa
Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang), sehingga
memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang diharapkan.
Adapun informan-informan yang dibutuhkan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Informan Penelitian
No. Kode Informan Nama/Jabatan Informan
1 I1.1 Kabid Pemerintahan Desa BPMPD Kabupaten Pandeglang
2 I1.2 Kasubid Pemerintahan, Pendidikan, dan Kebudayaan Bidang Sosial dan Budaya BAPPEDA Kabupaten Pandeglang
3 I1.3 Kepala Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang
4 I2.1 Kepala Desa Kupahandap
5 I2.2 Sekertaris Desa Kupahandap
6 I2.3 Bendahara Desa Kupahandap
7 I2.4 Ketua BPD Desa Kupahandap
8 I2.5 Ketua LPM Desa Kupahandap
9 I2.6 Ketua BUMDes Desa Kupahandap
10 I3.1 Tokoh Masyarakat/Para Kiayi di Desa
Kupahandap
11 I3.2 Masyarakat di Desa Kupahandap
(Sumber: Peneliti, 2016)
66
4.2.2 Pelaksanaan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa Di Desa Kupahandap
Menurut Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, keuangan desa adalah
semua kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu
berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban desa. Serta pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Adapun pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa di Desa Kupahandap sebagai berikut:
Perencanaan, dalam perencanaan pengelolaan keuangan di Desa
Kupahandap sudah bias dikatakan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari
setiap tahunnya di Desa Kupahandap selalu dilakasanakan Musyawarah
Pembangunan Desa (musrembangdes), dalam pelaksanaan musrembangdes
di desa kupahadap melibatkan semua unsur yang terlibat dalam pelaksanaan
pembangunan di desa, mulai dari BPD, perwakilan masyarakat semua
kalangan, tokoh masyarakat, para ulama, serta perangkat di desa beserta
ketua RT/RW semua yang ada di Desa Kupahandap. Dalam
musrembangdes tersebut pemerintah Desa Kupahandap mendengarkan dan
menampung semua aspirasi dari masyarakat, selanjutnya pemerintah desa
memilih mana aspirasi yang diutamakan untuk segera direalisasikan dengan
melihat tingkat kebutuhannya, setelah itu pemerintah Desa Kupahandap
menuangankan hasil musrembangdes tersebut ke dalam Anggaran
67
Pembelian dan Belanja Desa Kupahandap (APBDesa) yang di tetapkan
melalui Peraturan Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten
Pandeglang Nomor 01 Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja
Desa Tahun Anggaran 2015.
Pelaksanaan, dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa di Desa
Kupahandap semua dilaksanakan dengan melihat APBDesa yang sudah di
tetapkan melalui Perdes, sebelum pelaksanaan akan timbul transaksi
penerimaan dan pengeluaran desa sebagai pendanaan pelaksanaan APBDesa
di Desa Kupahandap, semua penerimaan dan pengeluaran desa di Desa
Kupahandap dalam rangka kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening
khusus kas desa yang dimiliki Desa Kupahandap, serta pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran desa di Desa Kupahandap sudah didukung oleh
bukti yang lengkap dan sah yang tertuang dalam setiap nota di dalam
pertanggungjawaban.
Adapun pendapatan Desa Kupahandap tahun 2015 yang tertuang
dalam APBDesa tahun 2015 yaitu sebesar Rp.629,969,000 yang terbagi atas
pendapatan asli desa, pendapatan transfer (Dana desa, bagi hasil pajak dan
retribusi daerah kabupaten, dan alokasi dana desa), dan pendapatan lain-lain.
Namun pendapatan Desa Kupahandap tahun 2015 semuanya hanya
bersumber dari pendapatan transfer, yaitu dana desa sebesar
Rp.273,615,000, bagi hasil pajak daerah sebesar Rp.13,494,000, dan alokasi
dana desa sebesar Rp.342,860,000. Adapun juga jumlah belanja Desa
Kupahandap tahun 2015 yang tertuang dalam APBDesa yaitu sebesar
68
Rp.629,969,000 yang terdiri atas belanja bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, bidang pembangunan desa, bidang pembinaan
kemasyarakatan, serta bidang pemberdayaan masyarakat. (Sumber:
APBDesa Kupahandap Tahun 2015).
Tabel 4.6
Ringkasan APBDesa Desa Kupahandap Tahun 2015
No. Uraian Anggaran (Rp)
1 PENDAPATAN
Dana Desa
Bagi Hasil Pajak
Alokasi Dana Desa
629,969,000
273,615,000
13,494,000
342,860,000
2 BELANJA
Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Bidang Pembangunan Desa
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
629,969,000
188,990,700
273,615,000
40,500,000
126,863,300 (Sumber: APBDesa Kupahandap Tahun 2015).
Jika melihat data di atas dimana total penerimaan sama dengan total
belanja desa dengan kata lain maka dalam APBDesa Kupahandap Tahun
2015 tidak terjadi surplus ataupun defisit anggaran sehingga dapat
disimpulkan pelaksanaan APBDesa tahun 2015 di Desa Kupahandap sudah
berjalan dengan baik.
Penatausahaan, dalam hal penatausahaan di Desa Kupahandap sudah
berjalan dengan baik, hal ini dikarnakan kepala Desa Kupahandap telah
menetapakan bendahara desa sebelum melaksanakan APBDesa. Sesuai
69
dengan yang terkandung dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, dimana dalam hal penatausahaan pengelolaan
keuangan desa kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan
desa harus menetapkan bendahara desa. Penetapan bendahara desa harus
dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan
berdasarkan keputusan kepala desa, dapat dilihat pada tabel (4.10 Struktur
Organisasi Desa Kupahandap halaman 64).
Pelaporan dan pertanggungjawaban, dalam hal pelaporan dan
pertanggungjawaban di Desa Kupahandap telah berjalan dengan baik, hal ini
dikarnakan kepala Desa Kupahandap dalam melaksanakan tugas,
kewenangan, hak, dan kewajiban telah melakukan penyempaian laporan
realisasi pelaksanaan APBDesa tahun 2015 kepada Bupati Pandeglang,
selain itu kepala desa juga telah menyampaikan Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa (LPPD) tahun 2015 kepada Bupati Pandeglang.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian merupakan isi dari hasil analisis data fakta
yang peneliti dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti
gunakan. Peneliti dalam penelitiannya ini menggunakan teori Van Metter dan Van
Horn (Agustino,2006:142), dimana dalam teori ini menjelaskan terdapat 6
variabel yang dapat mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik dapat
berjalan dengan baik yaitu sebagai berikut: (1) Ukuran dan Tujuan Kebijkan; (2)
Sumber Daya; (3) Karakteristik Agen Pelaksana; (4) Sikap dan Kecenderungan
70
Implementor; (5) Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana; (6)
Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik.
Adapun pembahasan yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Kinerja suatu implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya
dan jika hanya ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosial
kultur yang berada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau
tujuan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level warga,
maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik sampai titik yang dapat
dikatakan berhasil.
Kebijakan yang berbentuk Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun
2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa adalah kebijakan yang
ditunjukan untuk desa-desa yang ada di Kabupaten Pandeglang, dalam
permasalahan ukuran dan tujuan kebijakan Peraturan Bupati Pandeglang ini
sebetulnya sudah cukup realistis diterapkan di seluruh Desa yang ada di
Kabupaten Pandeglang khususnya di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, karena Peraturan Bupati Pandeglang ini
adalah peraturan yang memang dibutuhkan oleh semua desa-desa yang ada di
Kabupaten Pandeglang untuk menjadi acuan bagaimana desa bisa mengatur dan
mengelolaan keuangan desa yang jumlahnya sangat besar dengan baik.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Kabid Pemerintahan Desa
Badan Pembangunan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pandeglang,
beliau mengatakan sebagai berikut:
71
“Ya ukuran dari peraturan ini sudah jelas untuk mengetahui sejauh mana kemampuan desa-desa dalam mengelola keuangannya dengan baik, kalo tujuannya memberikan tata cara pengelolaan keuangan di desa yang baik dan benar sehingga tidak terjadi penyelewengan anggaran di desa”.(Wawancara: Selasa, 26 April 2016, 09.25 WIB. Kantor BPMPD
Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan wawancara dengan I1.1 dengan memberikan tata cara
pengelolaan keuangan di desa dengan baik dan benar, peraturan ini dirasa sudah
cukup efektif dalam membantu desa dalam pengelolaan keuangannya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Kasubid PPK Bidang Sosial dan Budaya
BAPPEDA Kabupaten Pandeglang:
“Ukuran dari Peraturan ini adalah membantu desa-desa dalam pengelolaan keuangannya yang begitu besar, adapun tujuannya yaitu menciptakan pengelolaan keuangan di desa yang transparan,partisipatif, akuntabel serta tertib dan disiplin anggaran”. (Wawancara: Rabu, 27 April
2016, 08.30 WIB. Kantor BAPPEDA Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan wawancara dengan I1.1 yang mengatakan bahwa ukuran dan
tujuan dari pelaksanaan peraturan ini sudah jelas, dalam kaitannya juga di
Kecamatan Cimanuk peneliti mewawancarai Camat Kecamatan Cimanuk:
“Ukuran dari pelaksanaan peraturan ini ya bisa dilihat dari bagaimana mereka bisa melakukan penataan dan penertiban pengelolaan keuangan di Desa nya. Tujuan dari pelaksanaan peraturan ini agar semua desa khususnya di kecamatan cimanuk pengelolaan keuangan desanya bisa mengikuti asas-asas pengelolaan keuangan desa yang tercantum dalam peraturan tersebut, terutama aspek transparansi yang harus bener-bener dilaksanakan agar masyarak dapat langsung mengawasinya”. (Wawancara:
Senin 2 Mei 2016 10.00 WIB. Kantor Kecamatan Cimanuk).
Berdasarkan wawancara dengan I1.3 di atas bahwa menjelaskan bahwa agar
setiap desa yang ada di kecamatan cimanuk dalam hal pengelolaan keuangan desa
72
harus bias mengikuti asas-asas pengelolaan keuangan desa yang terkandung dalam
Peraturan Bupati Pandeglang tersebut, khusus di Desa Kupahandap yang harus
wajib dilaksanakan yaitu masalah transparansi dalam hal pengelolaan keuangan di
desa.
Dengan adanya ukuran dan tujuan dari kebijakan ini, dari aspek yang terkait
lainnya juga berharap bisa yang terbaik, seperti yang dikatakan oleh tokoh
masyarakat di Desa Kupahandap, beliau mengatakan:
“Saya sebagai tokoh masyarakat di sini sih maunya engga muluk-muluk yang penting semua kemauan masyarakat sini kalau untuk kemaslahatan bersama yah harus diwujudkan”. (Wawancara: Rabu, 4 Mei 2016 16.00
WIB. Kediaman Informan, Kupahandap).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada I3.1 bisa disimpulkan bahwa
ukuran dan tujuan kebijakan sangat penting bagi kebijakan yang menyangkut
kebutuhan orang banyak dan beharap semua aspirasi masyarakat ditampung,
didengar dan direlisasikan oleh para pelaksana kebijakan.
Dalam pelaksanaan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa ini, ukuran dan tujuan kebijakan
berperan sangat penting untuk bisa mencapai kesuksesan dalam menertibkan
pengelolaan keuanga di desa agar menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi
masyarakat di Desa.
Sejauh ini ukuran dan tujuan kebijakan sudah sesuai dengan sosio kultur
yang artinya adalah sudah sesuai dengan kebiasaan dan kebutuhan dengan
lingkungan di masyarakat khususnya di masyarakat Desa Kupahandap, namun
dalam pelaksanaannya masih harus maksimal terutama dalam hal transparansi
terhadap masyarakat dalam realisasi pelaksanaan pengelolaan keuangan di desa
73
agar masyarakat bisa mengawasi dan terlibat secara langsung dalam pengelolaan
keuangan di desanya.
2. Sumber Daya
1) Sumber Daya Manusia
Indikator yang mempengaruhi suatu pelaksanaan dari kebijakan ialah
sumber daya, salah satunya adalah sumber daya manusia. Sumber daya
manusia adalah aspek penting dalam sebuah pelaksanaan kebijakan yang
menyangkut orang banyak, karena kesuksesan dari sebuah pelaksanaan
kebijakan adalah bagaimana pendekatan dari seorang implementor. Sumber
daya manusia yang ada di desa-desa dalam pemilihannya sepenuhnya
kewenangannya dipegang oleh kepala desa.
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kabid Pemerintahan Desa Badan
Pembangunan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pandeglang,
beliau mengatakan sebagai berikut:
“Kalau untuk pemilihan pegawai-pegawai yang ada di desa-desa semuanya tergantung kepala desanya, paling kita hanya memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para pegawai yang ada di desa sesuai dengan tupoksinya.”(Wawancara: Selasa, 26 April 2016, 09.25 WIB.
Kantor BPMPD Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan wawancara dengan I1.1 di atas dapat diketahui bahwa para
pegawai yang ada di desa dipilih langsung oleh kepala desanya sendiri. Namun
terlepas dari itu semua perekrutannya harus sesuai dengan tugas,fungsi dan
kemampuannya.
Seperti yang dikatakan oleh Kepala Kecamatan Cimanuk. Beliau
mengaatakan :
74
“Ya untuk perekrutan pegawai di desa semuanya tergantung kepala desanya yang paling penting perekrutannya harus sesuai dengan tugas, fungsi dan kemampuan yang dimilikinya asal jangan asal-asalan ajah merekrutnya.” (Wawancara: Senin 2 Mei 2016 10.00 WIB. Kantor
Kecamatan Cimanuk).
Berdasarkan wawancara dengan I1.3 di atas dapat diketahui bahwa dalam
perekrutan pegawai di desa harus sesuai dengan tugas, fungsi dan kemampuan
yang dimilikinya. Terkait akan hal itu sumber daya manusia yang ada di Desa
Kupahandap dipilih oleh kepala desa sesuai dengan tugas dan fungsinya, sesuai
harapan semua masyarakat bahwa sumber daya yang menjalankan kebijakan
sudah seharusnya orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, khususnya
dalam pengelolaan keuangan di desa.
Seperti yang dikatakan oleh kepala Desa Kupahandap, beliau mengatakan:
“Semua pegawai di desa dipilih langsung oleh saya, menurut saya sudah sesuai kebutuhan.” (Wawancara: Kamis 28 April 2016 10.00 WIB.
Kediaman Informan, Kupahandap)
Hal serupa juga dikatakan oleh Ketua BPD Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Di desa semua pegawai dipilih langsung oleh kepala desa, saya rasa kalau jumlah sudah sesuai kebutuhan walaupun keilmuannya yang saya tau tidak sesuai, tapi setidaknya mereka sudah yang terbaik yang ada di Desa Kupahandap.” (Wawancara: Selasa, 3 Mei 2016 16.00 WIB. Kediaman
Informan, Kupahandap)
Berdasarkan wawancara dengan I2.1 dan I2.4 di atas dapat diketahui bahwa
para pelaksana dari kebijakan ini dipilih langsung oleh kepala desa namun
penempatannya tidak sesuai dengan keilmuannya, seperti dibagian bendahara
diisi oleh orang yang lulusan dari sarjana pendidikan bahasa inggris.
75
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sekertaris Desa Kupahandap,
beliau mengatakan:
“Kalo kita sih disini pegawainya sudah cukup, pendidikan pegawai juga bisa dikatakan baik, disini ada sebagian lulusan sarjana dan sebagian lulusan SMA, meskipun keilmuannya tidak sesuai dengan penempatannya tapi setidaknya pendidikannya lumayan lah, mangkanya pelatihan-pelatihan buat kami sangat dibutuhkan apalagi tentang pengelolaan keuangan di desa sangat dibutuhkan oleh kami, soalnya selama ini pelatihan tentang keuangan hanya baru dua kali diberikan kepada kami, waktunya kemarin bulan Desember 2015 sama Februari 2016, dirasa menurut kami itu masih jauh kurang buat kami, agar kami paham betul-betul tentang tatacara mengelola keuangan dengan baik.” (Wawancara: Jumat 29 April 2016
09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)
Berdasarkan wawancara dengan I2.2 dapat kita ketahui bahwa pegawai
yang bertugas di Desa Kupahandap tingkat pendidikannya bisa dikatakan baik,
meskipun penempatannya tidak sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya.
Oleh karenanya pelatihan-pelatihan kepada perangkat desa khususnya
bendahara desa tentang pengelolaan keuangan di desa sangat dibutuhkan.
Senada dengan yang dikatakan oleh bendahara Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Ya, kalau untuk tingkat pendidikan alhamdulilah disini sebagian lulusan sarjana sebagian lagi lulusan sma, walaupun lulusannya tidak sesuai dengan keilmuannya, kaya saya, saya bendahara tapi saya lulusan Pendidikan Bahasa Inggris kan tidak sesuai, mangkanya kami butuh pelatihan-pelatihan tentang pengelolaan keuangan agar kami faham, sehingga kami tidak kesulitan dalam mengelola keuangan di desa kami, soalnya selama ini yang banyak diberikan pelatihan kepada kami kebanyakan tentang kesehatan, kewirausahaan, tanggap darurat bencana, yang keuangannya hanya dua kali dilakukan kemarin pada bulan Desember 2015 sama februari 2016.” (Wawancara: Selasa 3 Mei 2016 09.00 WIB.
Kantor Desa Kupahandap)
Berdasarkan wawancara dengan I2.3 bahwa bendahara di Desa
Kupahandap di isi oleh orang yang tidak memliki keilmuan tentang keuangan,
76
sehingga sering terjadi kesulitan Desa Kupahandap dalam mengelola
keuangannya dengan baik.
Setelah peneliti mewawancarai semua informan, mengobservasi, dan
melihat dokumentasi terkait sumber daya ini terutama dalam hal sumber daya
manusia dapat menarik kesimpulan bahwa implementor yang ada di Desa
Kupahandap dalam menjalankan Peratruan Bupati Pandeglang Nomor 24
Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, dilihat dari tingkat
pendidikan bisa dikatakan baik (lihat tabel 4.3 halaman 59), namun keilmuan
yang dimiliki para pegawai tidak sesuai dengan penempatannya, seperti
bendahara desa diisi oleh orang yang lulusan sarjana pendidikan bahasa inggris
yang tidak sesuai dengan penempatannya di bagian keuangan. Oleh karena itu
di Desa Kupahandap mengalami kesulitan dalam pengelolaan keuangannya,
Hal ini juga dikarnakan kurangnya sosialisai dan pelatihan yang diberikan oleh
daerah maupun pusat kepada perangkat desa terkait dalam pengelolaan
keuangan di desa. Selama ini pelatihan tentang keuangan yang diberikan
kepada perangkat desa di kupahandap hanya baru dua kali itupun waktunya
sudah terlambat karena pelaksanaan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24
Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa sudah di
implementasikan pada APBDesa tahun 2015.
2) Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Sumber Daya Sarana dan Prasarana adalah bukan lagi sekedar indikator
kesuksesan suatu pelaksanaan suatu kebijakan, melainkan suatu kebutuhan
bagi para pelaksana, dan sasaran kebijakan, untuk mendorong semangat dalam
77
melaksanakan tugas dan menjadikan pelaksanaan suatu kebijakan berjalan
efektif khusunya untuk para agen pelaksana.
Dalam pelaksanaan suatu kebijakan jika ingin pelaksanaan dan hasilnya
sesuai dengan yang diinginkan maka pembuat kebijakan dan pelaksana
kebijakan terkait harus memiliki sarana dan prasanan yang medukung dan
memadai dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Dalam pelaksanaan kebijakan
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kupahandap sarana dan prasarana sudah
mendukung, hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Ya untuk sarana dan prasarana dalam pengelolaan keuangan di desa kami saya rasa sudah cukup.” (Wawancara: Kamis 28 April 2016 10.00 WIB.
Kediaman Informan, Kupahandap)
Hal serupa juga sesui dengan yang diungkapkan oleh sekertaris Desa
Kupahandap, beliau mengatakan:
“Disini untuk sarana dan prasarana sudah memadai, kami punya komputer, printer ada juga mesin ketik jadi saya rasa untuk sarana dan prasarana sudah mendukung untuk kebijakan ini.” (Wawancara: Jumat 29 April 2016
09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)
Seperti yang dikatakan oleh I2.1 dan I2.2 Desa Kupahandap mempunyai
satu buah komputer, printer dan mesin ketik untuk mendukung pelaksanaan
kebijakan ini. Hal tersebut diperkuat oleh bendahara Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Ya untuk sarana dan prasarana disini kami sudah bisa dibilang memadai untuk mendukung kebijakan ini, kami disini punya satu unit komputer beserta printernya dan ada juga mesin ketik untuk mendukung bila ada gangguan listrik dan semuanya keadaannya baik dan bisa digunakan.” (Wawancara: Selasa 3 Mei 2016 09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)
78
Hal serupa juga dikatakan oleh Ketua BPD Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Ya saya rasa kalau sarana dan prasarana sudah cukup memadai sih disini mah, setiap ada acara juga seperti musrenbang sarana dan prasarananya juga sangat mendukung pelaksanaannya ko.” (Wawancara: Selasa, 3 Mei
2016 16.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap)
Berdasarkan hasil pernyataan di atas dari beberapa informan yang
peneliti wawancarai terkait dengan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
pengelolaan keuangan di Desa Kupahandap serta data yang peneliti peroleh di
lapangan dapat dilihat pada (tabel 4.11 di halaman 65), dapat ditarik
kesimpulan sementara bahwa sarana dan prasarana pendukung dalam
pelakasanaan pengelolaan keuangan di Desa Kupahandap sudah bisa dikatakan
cukup memadai. Hal ini dikaranakan di Desa Kupahandap sudah memiliki satu
unit komputer beserta printernya dan juga ada mesin ketik untuk mendukung
pelaksanaan pengelolaan keuangan di desanya.
3. Karakteristik Agen Pelaksana Birokrasi/Lembaga
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian kebijakan.
Hal ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi
oleh ciri yang tepat dan cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini
berkaitan dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan, pada beberapa
kebijakan dituntut pelaksana yang ketat dan disiplin. Pada konteks lain
diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selain itu, cakupan
79
atau luas wilayah menjadi pertimbangan penting dalam menentukan agen
pelaksana kebijakan.
Dalam Peraturan Bupati Pandeglang ini terkait pengelolaan keuangan
desa di Desa Kupahandap ini, semua implementor yang ada di Desa
Kupahandap memiliki latarbelakang pendidikan yang baik, meskipun keilmuan
yang dimilikinya tidak sesuai, sehingga untuk jadi pelakasan kebijakan yang
baik hanya tinggal butuh pelatihan-pelatihan kepada para implemntor, seperti
yang dikatakan oleh Kepala Desa Kupahandap, beliau mengatakan:
“kalau untuk pegawai disini saya rasa bisa dikatakan baik hal ini dapat dilihat dari latarbelakang pendidikannya, meskipun keilmuannya tidak sesuai, paling tinggal butuh pelatihan-pelatihan agar jadi pelaksana kebijakan yang sesuai dengan yang diharapkan.” (Wawancara: Kamis 28
April 2016 10.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap)
Hal serupa juga sesui dengan yang diungkapkan oleh sekertaris Desa
Kupahandap, beliau mengatakan:
“ya kalau pegawai disini bisa dikatakan baik, dari segi disiplin dan kepatuhannya paling kalau untuk hal-hal tertentu seperti pengelolaan keuangan di desa membutuhkan pelatihan-pelatihan agar tidak terjadi kesalahan, hal ini dikarnakan keilmuan pegawainya tidak sesuai, seperti bendahara kan bukan di isi oleh orang yang paham keuangan keilmuannya.” (Wawancara: Jumat 29 April 2016 09.00 WIB. Kantor Desa
Kupahandap)
Dari hasil wawancara oleh I1.1 dan I1.3, dapat diketahui bahwa semua
pelaksana yang ada di Desa Kupahandap sudah bisa dikatakan baik hal ini
dilihat dari latarbelakang pendidikannya, namun dalam hal keilmuan yang
dimilikinya tidak sesuai dengan penempatan kerjanya. Seperti yang
diungkapkan oleh bendahara Desa Kupahandap, beliau mengatakan:
“Ya kalau untuk disiplin dan pendidikan kami rasa kami bisa dikatakan baik, Cuma kendalanya hanya keilmuan yang kami miliki tidak sesuai
80
dengan penempatannya, oleh karenanya dalam hal pelaksanaan kebijakan di desa dalam hal teknis seperti contohnya pengelolaan keuangan desa saya butuh pelatihan agar saya faham dan bisa melaksankannya dengan baik.” (Wawancara: Selasa 3 Mei 2016 09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)
Dari pernyataan ketiga narasumber di atas, bisa diketahui bahwa para
pelaksana untuk organisasi formal sudah bisa dikatakan baik hanya perlu
pelatihan-pelatihan dalam hal teknis pelaksanaan kebijakan, hal ini dikarnakan
keilmuan para pegawai tidak sesuai dengan penempatan tugasnya.
Oleh karena itu peneliti menarik kesimpulan bahwa dalam hal ini para
pegawai di Desa Kupahandap dalam hal ini yang menjalankan peraturan
kebijakan ini sudah bisa dikatakan baik jika dilihat dari latarbelakang
pendidikan dan kedisiplinannya, namun permasalahannya keilmuan yang
dimiliki para pegawai tidak sesuai dengan penempatan tugasnya oleh karena itu
pelatihan-pelatihan kepada pegawai sangat dibutuhkan agar bisa menjadi agen
pelaksana kebijakan yang baik.
4. Komunikasi Antar Implementor
Komunikasi adalah cara yang paling ampuh dalam suatu pelaksanaan,
pelaksanaan kebijakan publik bisa berjalan dengan baik jika di dalamnya terdapat
kegiatan komunikasi yang lancar. Menurut Van Metter dan Van Horn (dalam
agustino 2012) kebijakan publik bisa berjalan dengan baik dan efektif jika
implementor bisa memahami standard dan tujuan dari kebijakannya. Komunikasi
dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang
apa yang menjadi standard dan tujuan harus konsisten dan seragam dari berbagai
sumber informasi. Disamping itu koordinasi juga merupakan mekanisme yang
ampuh dalam implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi di
81
antara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan
akan semakin kecil, demikian sebaliknya.
Komunikasi yang dilakukan untuk kebijakan ini sudah berjalan dengan baik,
antara pemerintah pusat, provinsi, daerah, kecamatan dan desa, seperti yang
dikatakan oleh Kabid Pemerintahan Desa Badan Pembangunan Masyarakat Dan
Pemerintahan Desa Kabupaten Pandeglang, beliau mengatakan sebagai berikut:
“Dalam kebijakan ini komunikasi yang dilakukan sudah berjalan dengan baik, kami juga berkomunikasi dengan baik dengan tingkat kecamatan dan desa selaku objek utama dalam kebijakan ini.” (Wawancara: Selasa, 26
April 2016, 09.25 WIB. Kantor BPMPD Kabupaten Pandeglang).
Hal serupa juga sesui dengan yang diungkapkan oleh Camat Kecamatan
Cimanuk, beliau mengatakan:
“Komunikasi kita berjalan dengan baik dari atas hingga kebawah yaitu desa, adapun komunikasi yang dilakukan yaitu dengan cara sosialisasi atau pelatihan yang diberikan kepada perangkat desa selaku implementor utama dalam kebijakan ini.” (Wawancara: Senin 2 Mei 2016 10.00 WIB. Kantor
Kecamatan Cimanuk).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1.1 dan I1.3, bahwa komunikasi yang
dilakukan dengan cara sosialisasi dan memberikan pelatihan kepada kepala desa
dan perangkatnya terkait kebijakan ini. Pernyataan tersebut diperkuat oleh kepala
Desa Kupahandap, beliau mengatakan:
“Ya selama ini komunikasi yang dilakukan yaitu sosialisasi dan pelatihan-pelatihan kepada kami, namun hanya sesekali tidak sering jadi kami rasa masih kurang.” (Wawancara: Kamis 28 April 2016 10.00 WIB. Kediaman
Informan, Kupahandap)
Hal serupa juga dikatakan oleh bendahara Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Kami masih kesulitan mengikuti aturan kebijakan ini dalam pengelolaan keuangan di desa kami, hal ini dikaranakan kurangnya sosialisasi dan
82
pelatihan-pelatihan kepada kami meskipun ada itu hanya sesekali, jadi kami sulit mengikutinya.” (Wawancara: Selasa 3 Mei 2016 09.00 WIB. Kantor
Desa Kupahandap)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I2.1 dan I2.3 dapat diketahui bahwa
sosialisasi terkait kebijakan ini sudah ada namun dirasa masih kurang dan
pelatihan-pelatihannya juga masih kurang bagi kepala desa dan perangkatnya
terkait pengelolaan keuangan di desa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan semua infroman terkait komunikasi
dan koordinasi, peneliti menarik kesimpulan bahwa implementasi Peraturan
Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa di Desa Kupahandap masih kurang maksimal, dikarenakan
kurangnya sosialisasi dan pelatihan kepada kepala desa dan perangkatnya,
sehingga mereka kesulitan menerapkan kebijakan ini di Desanya.
5. Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana
1) Inisiatif
Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik.
Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah
hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan
persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan biasanya bersifat top down
yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak
mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus
diselesaikan.
83
Dalam indikator Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana ini, terdapat
variabel tentang inisiatif. Variabel inisiatif dalam arti inisiatif dari para
pelaksana langsung dalam hal ini yaitu kepala desa dan perangkat Desa
Kupahandap yang menjalankan langsung kebijakan ini. Inisiatif yang dimaksud
adalah meliputi inisiatif dari para pelaksana dalam mendukung pelaksanaan
kebijakan ini. Seperti yang diungkapkan oleh kepala Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Ya apapun kebijakannya kalau untuk kebaikan kedepannya kami pasti dukung sepenuhnya,” (Wawancara: Kamis 28 April 2016 10.00 WIB.
Kediaman Informan, Kupahandap)
Menurut I2.1 kepala desa dan perangkatnya di Desa Kupahandap
sepenuhnya mendukung semua kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat,
provinsi ataupun daerah selama peraturan atau kebijakan tersebut baik untuk
masyarakat dan kedepannya atau perubahan ke arah yang elbih baik. Serupa
dengan yang dikatakan oleh sekertaris Desa Kupahandap, beliau mengatakan:
“Kami disini sangat mendukung apapun kebijakan itu jika untuk perubahan ke arah yang lebih baik kedepannya, yang paling penting sosialisasi kepada kaminya sampai dengan jelas dan kami memahaminya.” (Wawancara:
Jumat 29 April 2016 09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)
Dari pernyataan yang diungkapakan I2.2 di atas yang mengatakan akan
mendukung sepenuhnya apapun itu kebijakannya, namun selama ini sering
terkendala di sosialisasi yang dilakukan oleh pembuat kebijakannya sehingga
para pelaksana dilapangan yang langsung melaksanakan kebijakan sering
mengalami kesulitan dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan
sehingga tidak memahaminya spenuhnya esensi yang terkandung dalam suatu
kebijakan tersebut.
84
Sperti yang diungkapkan oleh bendahara Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Ya kalau untuk mendukung kami pasti mendukung, asal sosialisai kepada kaminya bener-bener sampai kami memahami isi kebijakan tersebut jangan hanya sekali atau dua kali tapi sampai kami memahami bener-bener agar kami bisa dengan benar menjalankan kebijakan tersebut.” (Wawancara:
Selasa 3 Mei 2016 09.00 WIB. Kantor Desa Kupahandap)
Dari semua yang peneliti wawancarai, sepenuhnya mendukung kebijakan
ini. Namun masih terkendala dalam hal sosialisasi yang dilakukan oleh
pembuat kebijakan yang belum optimal sehingga sering terjadi kesalahan
dalam pelaksanaan kebijakan, hal ini dikarnakan kurang memahaminya para
pelaksana kebijakan akan esensi yang terkandung dalam sebuah kebijakan
tersebut.
2) Partisipatif
Dalam pelaksanaannya, implementor harus mengetahui betul tentang
esensi yang terkandung dalam suatu kebijakan dengan memahami isi
kebijakannya sehingga para implementor dapat berpartisipasi sepenuhnya
dalam menjalankan kebijakannya, sehingga pelaksanaan kebijakan bisa
dipastikan berhasil dan tanpa mengalami kendala. Selain dari implementor,
partisipasi juga harusnya datang dari warga sekitar yang membantu dalam
pelaksanaannya. Seperti yang dikatakan oleh Kabid Pemerintahan Desa Badan
Pembangunan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pandeglang,
beliau mengatakan sebagai berikut:
“Iya tentu ada dari masyarakat, karena dalam kebijakan ini masyarakat jadi objek utama ukuran keberhasilan kebijakan ini, dalam kebijakan ini masyarakat berperan mengawasi pemerintahan desa agar tidak terjadi
85
penyelewengan dalam hal pengelolaan keuangan di desanya.” (Wawancara:
Selasa, 26 April 2016, 09.25 WIB. Kantor BPMPD Kabupaten Pandeglang).
Sama halnya seperti yang dikatakan oleh Camat Kecamatan Cimanuk,
beliau mengatakan:
“Iya pasti melibatkan masyarakat, dalam kebijakan ini masyarakat berperan mengawasi pemerintahan di desanya khususnya dalam pengelolaan keuangan dan realisasi pembangunannya.” (Wawancara:
Senin 2 Mei 2016 10.00 WIB. Kantor Kecamatan Cimanuk).
Dari wawancara dengan I1.1 dan I1.3 bisa diketahui bahwa dalam kebijakan
ini masyarakat dilibatkan yaitu sebagai pengawas pemerintahan di desa agar
tidak terjadi penyelewengan khusunya dalam pengelolaan keuangan dan
pembangunan di desanya. Sesuai dengan yang dikatakan oleh kepala Desa
Kupahandap, beliau mengatakan:
“Ya masyarakat disini sangat berpartisipasi dan kami yang terus menerus mengajak masyarakat agar terlibat langsung baik dalam pelaksanaan pembangunan maupun perencanaannya.” (Wawancara: Kamis 28 April
2016 10.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap)
Sama seperti yang dikatakan oleh sekertaris Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Masyarakat disini sangat aktif baik dalam ikut langsung dalam pembangunan maupun dalam perencanaan seperti munsrembang desa semua perwakilan dari kalangan masyarakat ikut dalam munsrembang desa setiap tahunnya.” (Wawancara: Jumat 29 April 2016 09.00 WIB. Kantor
Desa Kupahandap).
Berdasarkan wawancara dengan I2.1 dan I2.2 bisa kita ketahui bahwa
masyarakat sangat dilibatkan baik itu dalam pembangunan langsung maupun
perencanaannya di Desa Kupahandap ini. Pernyataan di atas diperkuat dengan
pernyataan dari tokoh masyarakat Desa Kupahandap, beliau mengatakan:
86
“Disini alhamdulilah berjalan dengan baik, kami masyrakat dari semua kalangan sangat dilibatkan dalam hal pembangunan dan perencanaan pembangunan di Desa Kupahandap.” (Wawancara: Senin 16 Mei 2016
15.30 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap).
Hal serupa juga dikatakan oleh masyarakat Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Ya kami dilibatkan dalam segala kegiatan yang dilakukan oleh desa baik itu dalam pembangunan maupun perencanaan, kami setiap tahun mengikuti munsrembang alhamdulila aspirasi-aspirasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Desa Kupahandap di dengar dan direalisasikan oleh desa.” (Wawancara: Kamis, 5 Mei 2016 16.00 WIB. Kediaman Informan,
Kupahandap).
Dari wawancara dengan I3.1 dan I3.2 bisa diketahui bahwa dalam kebijakan
ini masyarakat desa benar-benar dilibatkan dalam pelaksanaannya.
Partisipasi atau dukungan dari masyarakat sangat penting dalam
kebijakan ini, karena dalam kebijakan ini peran masyarakat sangat penting
yaitu mengawasi serta menjamin agar tidak terjadi penyelewengan keuangan di
desa. Serta dukungan dari masyarakat langsung menjadikan faktor berehasilan
implementasi kebijakan ini.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi
kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan
kebijakan publik. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik yang tidak kondusif
dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.
Karena itu, upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan
eksternal yang kondusif.
87
Dalam kebijakan ini lingkungan eksternal sangat mempengaruhi berhasil
atau tidaknya kebijakan ini. Seperti yang diakatakn oleh Kabid Pemerintahan Desa
Badan Pembangunan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pandeglang,
beliau mengatakan sebagai berikut:
“Kondisi masyarakat yang kondusif baik itu dari segi ekonomi, keadaan sosial dan politik dimasyarakat sangat mempengaruhi keberhasilan kebijakan ini.” (Wawancara: Selasa, 26 April 2016, 09.25 WIB. Kantor
BPMPD Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan wawancara dengan I1.1 dapat kita ketahui bahwa kondisi
masyarakat yang kondusif baik dalam segi ekonomi, keadaan sosial dan politik
sangat mempengaruhi keberhasilan kebijakan ini, sama seperti yang dikatakan
oleh Camat Kecamatan Cimanuk, beliau mengatakan:
“Ya, sudah pasti kondisi masyarakat yang kondusif akan sangat membantu berjalannya kebijakan ini dengan baik.” (Wawancara: Senin 2 Mei 2016
10.00 WIB. Kantor Kecamatan Cimanuk).
Berdasarkan wawancara dengan I1.3 kondisi masyarakat yang kondusif
sangat mempengaruhi kebijakan ini. Maka dari itu para pelaksana harus melihat
semua aspek tersebut agar tidak terjadi maslah dalam pelaksanaannya. Seperti
yang diungkapkan oleh kepala Desa Kupahandap, beliau mengatakan:
“Pasti, kondisi masyrakat yang kondusif baik itu dari segi ekonomi, keadaan soaila dan politik sangat mempengaruhi kebijakan ini, kita juga dalam pelaksanaannya melihat aspek itu.” (Wawancara: Kamis 28 April
2016 10.00 WIB. Kediaman Informan, Kupahandap)
Sama seperti yang diungkapakan oleh sekertaris Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Ya, masyarakat yang kondusif sangat mempengaruhi keberhasilan kebijakan ini dan alhamdulilah disini di kupahandap masyarakatnya keadaannya kondusif baik itu dari segi ekonomi, keadaan sosial dan politik karena dapat dilihat dari dukungan masyarakat kepada kami dalam setiap kebijakan atau program yang akan kami jalankan semua masyarakat sangat mendukung.” (Wawancara: Jumat 29 April 2016 09.00 WIB. Kantor Desa
Kupahandap).
88
Berdasarkan wawancara dengan I2.1 dan I2.2, dapat diketahui bahwa kondisi
di masyarakat Desa Kupahandap sangat kondusif dan mendukung kebijakan ini,
pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan dari tokoh masyarakat Desa
Kupahandap, beliau mengatakan:
“Ya, alhamdulilah disini masyrakatnya sangat kondusif semuanya.” (Wawancara: Rabu, 4 Mei 2016 16.00 WIB. Kediaman Informan,
Kupahandap).
Hal senada juga dikatakan oleh masyarakat Desa Kupahandap, beliau
mengatakan:
“Disini masyarakatnya kondusif semua dan sangat mendukung setiap kebijakan atau kegiatan yang dilakukan desa untuk kebaikan masyarakat.” (Wawancara: Kamis, 5 Mei 2016 16.00 WIB. Kediaman Informan,
Kupahandap).
Berdasarkan hasil wawancara dengan semua infroman terkait lingkungan
ekonomi, sosial dan politik, peneliti menarik kesimpulan bahwa implementasi
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa dibutuhkan dukungan masyarakat yang kondusif dari
segi ekonomi, keadaan sosial dan politik demi terlaksananya kebijakan ini dengan
baik. Khusus di Desa Kupahandap keadaan masyarakatnya sangat kondusif baik
dari segi ekonomi, keadaan sosial dan politik dan sangat mendukung implementasi
kebijakan ini di Desa Kupahandap.
89
4.4 Pembahasan
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa ini dibuat demi melengkapi peraturan desa ditingkat
pusat sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa,
dimana dalam undang-undang tersebut yang banyak menaruh perhatian yaitu
tentang bantuan dana kepada desa yang jumlahnya semakin tinggi yaitu lebih dari
satu Milyar per Desa. Dengan pemasukan desa yang begitu besar dan melihat
kondisi desa-desa yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Pandeglang
yang masih kesulitan dalam mengelolaa keuangan desa agar tidak terjadi
penyelewengan dan kesalahan desa dalam mengelola keuangan yang begitu
besarnya pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang mengeluarkan Peraturan
Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa dengan tujuan memberikan pedoman dasar kepada desa-desa
yang ada di Kabupaten Pandeglang dalam mengelola keuangannya.
Dalama penelitian ini peneliti memfokus pada Implementasi atau
pelaksanaan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, dimana berdasarkan mekanisme
implementasi kebijakan menurut Donald Van Metter dan Carl Van Horn ada enam
faktor yang mempengaruhi agar implementasi kebijakan bisa berjalan dengan
baik, yaitu:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan: Ukuran dan Tujuan Kebijakan.
2. Sumber Daya: Manusia, Anggaran, Sarana dan Prasaran, Waktu.
90
3. Karakteristik Agen Pelaksana: Birokrasi/Lembaga.
4. Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana: Inisiatif, Partisipatif.
5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana: komunikasi dan
koordinasi.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik: Ekonomi, Sosial, Politik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kupahandap dinilai masih belum
optimal karena hasil dari observasi dan didukung dengan hasil wawancara peneliti
dengan para informan terdapat masalah-masalah teknis dalam pelaksanaannya.
Hal ini sesuai dengan pembahasan dimensi-dimensi yang peneliti gunakan sebagai
pedoman penelitian, yaitu:
1. Ukuran Dan Tujuan Kebijakan
Ukuran dan Tujuan Kebijakan, Pelaksanaan kebijakan sangat membutuhkan
perencanaan pelaksanaan dan perencanaan pencapaian yang baik, dimana
implementor yang bertugas sudah seharusnya mengetahui ukuran pelaksanaan dan
tujuan dari pelaksanaan tersebut agar bisa berjalan dengan sesuai perencanaan
dalam pelaksanaannya maupun tujuannya. Dalam indikator ukuran dan tujuan
disini memiliki variabel yang sama, yaitu ukuran dan tujuan kebijakan.
Dalam penelitian ini, ukuran dan tujuan kebijakan ini adalah bagaimana para
implementor memahami dan mengetahui ukuran dan maksud tujuan dari
dibuatnya Peraturan Bupati Pandeglang ini sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa lembaga pemerintah dan lapisan
91
masyarakat yang terkait dan mengetahui serta faham dengan maksud dan tujuan
dari kebijakan ini. Dari indikator tujuan kebijakannya adalah bagaimana
pemerintah pusat, provinsi dan daerah membantu pemerintah desa dalam
memberikan tata cara pengelolaan keuangan yang baik dan benar agar pemerintah
desa tidak kesulitan mengelolaa keuangan yang begitu besar dianggarkan
kepadanya.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran dan tujuan kebijakan sangat
positif karena dapat membantu memberikan pedoman kepada desa dalam tata cara
yang baik dalam pengelolaan keuangannya dan mendapat respon positif dari
lembaga-lembaga pemerintah di bawahnya. Dengan tujuan untuk membantu desa
dalam tata cara yang baik dalam pengelolaan keuangannya diharapkan menjadikan
solusi untuk desa yang kesulitan dalam mengelola keuangan yang begitu besar di
kelolanya khususnya di Desa Kupahandap.
Inisiatif dari pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang dalam hal keseriusan
membantu desa dalam pengelolaan keuangan di desa bisa dikatakan baik, hal ini
dapat dilihat dari dikeluarkannya Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun
2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Namun terkait dalam hal
implementasinya masih belum optimal hal ini dapat dilihat dari salah satu desa
yang peneliti teliti yaitu di Desa Kupahandap kecamatan Cimanuk kabupaten
Pandeglang, kepala desa dan perangkatnya belum memahami betul isi yang
terkandung dalam peraturan tersebut, hal ini dikarenakan sosialisai yang kurang
kepada kepala desa dan perangkatnya tentang peraturan ini, hal ini pula dapat
92
menghambat atau gagalnya implementasi Peraturan Bupati Pandeglang ini di Desa
Kupahandap Khususnya.
Dari indikator ukuran dan tujuan kebijakan tersebut, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa dalam pelakasanaan Peraturan Bupati Pandeglang
Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di Desa
Kupahandap sudah jelas, hal ini dapat dilihat dari isi yang tertuang dalam
peraturan tersebut. Dalam peraturan tersebut menjelaskan secara detail tata cara
atau pedoman teknis tentang pengelolaan keuangan di desa yang baik dan benar,
sehingga dapat membantu kepala desa dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan
di desanya.
Namun dalam pelaksanaan Peraturan Bupati ini harus ada keseriusan dari
pembuat kebijakan yaitu Pemerintah Daerah dalam hal mensosialisasikannya agar
peraturan ini benar-benar sampai ke desa, serta memastikan desa benar-benar telah
sanggup dalam menjalankannya sehingga terlaksana dengan baik pelaksanaannya.
Sebab selama ini yang terjadi khususnya di Kabupaten Pandeglang dari hasil yang
di temukan di lapangan oleh peneliti ketika ada sebuah kebijakan yang terkait
tentang desa Pemerintah Daerah dalam hal ini pembuat kebijakan seakan
memaksakan setiap peraturan yang dibuat tanpa melihat kondisi kesiapan setiap
desa, baik itu dari segi sumber daya manusia dan sarana dan prasarana pendukung
yang ada di desa. Seharusnya yang diinginkan atau diharapkan oleh setiap Kepala
Desa dan perangkatnya dalam setiap kebijakan yang di buat, Pemerintah Daerah
seharusnya memastikan bahwa desa siap melaksanakannya dengan cara terus
memberikan sosialisasi dan pelatihan yang berkala kepada Kepala Desa dan
93
perangkatnya terkait kebijakan yang dibuat serta terus mengawasi agar
pelaksanaannya terus berjalan dengan baik terkait tentang desa Pemerintah Daerah
bertanggungjawab
2. Sumber Daya
Indikator yang kedua yang juga mempengaruhi keberhasilan dari
implementasi kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal yang
penting, seperti yang diungkapkan oleh Van Metter dan Van Horn bahwa sumber
daya kebijakan harus juga tersedia dalam rangka untuk memperlancar administrasi
implementasi suatu kebijakan. Dalam penelitian ini ada dua indikator yang
mempengaruhi dari sumber daya yaitu, sumber daya manusia dan sumber daya
sarana dan prasarana.
Pertama yaitu sumber daya manusia, seluruh pelaksana atau sumberdaya
yang terkait dalam kebijakan ini di Desa Kupahandap dipilih langsung oleh kepala
desa dengan melihat kemampuan dan tingkat pendidikannya, meskipun keilmuan
yang dimilikinya tidak sesuai dengan penempatannya, seperti yang terjadi di Desa
Kupahandap bendahara desa di Desa Kupahandap di isi oleh seorang yang lulusan
dari Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris.
Selain itu peneliti juga menemukan masalah lain terkait sumber daya
manusia dalam implementasi Peraturan Bupati Pandeglang di Desa Kupahandap
ini, yaitu terdapat kekurang fahaman para implementor yaitu kepala desa,
sekertaris desa dan bendahara Desa Kupahandap dalam hal pembuatan laporan
pembukuan dan pertanggungjawaban yang baik dan yang sesuai dengan yang
terkandung dalam Peraturan Bupati Pandeglang itu sendiri, hal ini dikarenakan
94
kurangnya pelatihan kepada para implementor khususnya dalam hal teknis tata
cara pengelolaan keuangan desa. Adapun solusi dari permaslahan ini yaitu
pemberian pelatihan yang berkala dan terus menerus hingga para implementor
bener-bener faham dalam hal teknis pengelolaan keuangan di desa yang sesuai
dengan yang terkandung dalam Peraturan Bupati Pandeglang itu sendiri.
Kedua yaitu sarana dan prasarana, yang dimaksud dalam penelitian ini
peneliti mendefinisikan sarana dan prasarana yaitu fasilitas yang tersedia dan
membantu dalam pelaksanaan peraturan ini yang dimiliki oleh Desa Kupahandap.
Dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa Kupahandap dalam hal
membantu pelaksanaan kebijakan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun
2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kupahandap, dari
hasil wawancara dengan berbagai narasumber terkait dan dengan observasi
langsung oleh peneliti di lapangan peneliti menarik kesimpulan bahwa sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh Desa Kupahandap dalam hal membantu pelaksanaan
kebijakan Peraturan Bupati Pandeglang ini sudah tersedia dengan baik hal ini
dapat dilihat dari tabel 4.11.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Karakteristik agen pelaksana adalah bidang dan tugas dari masing-masing
implementor yang terkait dalam pelaksanaannya. Dari semua informan yang
peneliti wawancarai mengtakan bahwa karakteristik agen pelaksana sudah bisa
dikatakan baik dari segi kedisiplinan pegawai serta pendidikan yang dimilikinya.
Namun dalam hal penempatan pegawai tidak sesuai dengan keilmuan yang
dimilikinya.
95
Oleh karena itu peneliti menarik kesimpulan bahwa dalam hal ini para
pegawai di Desa Kupahandap dalam hal ini yang menjalankan Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa ini sudah bisa dikatakan baik jika dilihat dari tingkat pendidikan dan
kedisiplinannya, namun permasalahannya keilmuan yang dimiliki para pegawai
tidak sesuai dengan penempatan tugasnya, seperti yang terjadi pada posisi
bendahara desa di Desa Kupahandap di isi oleh seorang yang lulusan dari Sarjana
Pendidikan Bahasa Inggris, hal ini sudah jelas-jelas menunjukan bahwa adanya
ketidak sesuaian antara penempatan posisi kerja dengan latar belakang pendidikan
yang dimilikinya, oleh karena itu pelatihan-pelatihan kepada pegawai sangat
dibutuhkan agar bisa menjadi agen pelaksana kebijakan yang baik.
4. Sikap Kecenderungan Para Pelaksana
Pelaksana yang tersedia dalam pelaksanaannya adalah pelaksana yang sudah
terpilih sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya, maka dari itu sebisa
mungkin pelaksana yang bertanggung jawab di lapangan ialah para pelaksana
yang sudah seharusnya faham akan tugas poko dan fungsinya serta tidak ada
masalah ataupun penolakan dalam pemberian tugas menangani kebijakan ini.
Dalam indikator sikap/kecenderungan para pelaksana disini, peneliti meliputi
variabel insiatif dan partisipatif.
Pertama inisiatif yaitu, suatu gagasan dari para pelaksana yang terlibat
tentang lingkungan di sekitar yang tetap melihat dari aspek lingkungan dalam
pelaksanaannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan peneliti
menunjukan bahwa semua pelaksana di Desa Kupahandap menerima dengan
96
baik kebijakan ini, sebab menurut mereka setiap kebijakan tentang apapun itu
jika itu demi perubahan kearah yang lebih baik mereka akan terima dan
mengikutinya, yang terpenting dalam hal sosialisasinya setiap kebijkan dari atas
diharapkan bisa sampai kepada para implementor di bawah dengan baik dan
benar, sehingga para implemntor faham dan tidak kesulitan dalam menjalankan
atau mengimplementasikannya.
Kedua partisipatif yaitu, pelaksanaan kebijakan sangat membutuhkan
adanya kerja tim yang solid agar menimbulkan hasil yang sesuai dengan yang
diinginkan. Dalam variabel partisipatif ini dukungan dari masyarakat sangat
dibutuhkan agar implementasi kebijakan ini bisa berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam hal ini di Desa Kupahandap dukungan dari masyarakat sudah
bisa dikatakan sangat mendukung, dari hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti kepada semua informan menunjukan bahwa adanya dukungan yang
besar dari masyarakat terhadap implementor agar bisa menjalankan kebijakan
ini dengan baik, hal ini dapat dilihat dari setiap kegiatan apapun itu yang
dilakukan di desa dan untuk pembangunan desa masyarakat aktif terlibat di
dalamnya.
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana
Komunikasi merupakan suatu variabel yang tidak kalah penting dalam
pelaksanaan kebijakan, karena dengan adanya komunikasi yang lancar bisa
mewujudkan pelaksanaan yang baik dan lancar juga.
Dalam kenyataannya dalam pelaksanaan Implementasi Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
97
Desa di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang ini
komunikasi antar pelaksana atau implementor belum berjalan dengan baik, hal ini
dapat dilihat dari kurang memahaminya kepala desa dan perangkatnya tentang isi
yang tertuang dalam peraturan ini. Hal ini menunjukan bahwa komunikasi yang
terjalin selama ini dari para pelaksana yang terkait peraturan ini belum berjalan
dengan baik. Hal ini dikarnakan kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh para
implementor.
Dari penjelasan di atas, peneliti beranggapan bahwa indikator komunikasi
antar organisasi dan aktifitas pelaksana belum berjalan dengan optimal, dengan
adanya masalah tersebut dapat menghamabat pelaksanaan Peraturan Bupati ini
di Desa Kupahandap.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial Dan Politik
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi
publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn adalah,
sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik
yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak
kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi
kebijakan, karena itu upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula
memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.
Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara dengan semua infroman terkait
lingkungan ekonomi, sosial dan politik, peneliti menarik kesimpulan bahwa
implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dibutuhkan dukungan masyarakat yang
98
kondusif dari segi ekonomi, keadaan sosial dan politik demi terlaksananya
kebijakan ini dengan baik. Khusus di Desa Kupahandap keadaan masyarakatnya
sangat kondusif baik dari segi ekonomi, keadaan sosial dan politik. Hal ini dapat
dilihat dari tidak adanya konflik yang berkepanjangan antar individu masyarakat
serta antar kelompok masyarakat yang dapat merugikan masyarakat banyak dan
menghamabat setiap pelaksanaan yang dilakukan di desa, oleh karena itu
masyarakat di Desa Kupahandap sangat mendukung pelaksanaan Peraturan
kebijakan ini di Desa Kupahandap.
99
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan mengenai
Implementasi Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kupahandap Kecamatan Cimanuk
Kabupaten Pandeglang pelaksanaannya cukup baik, namun masih ada beberapa
masalah yang menghambat dalam pelaksanaan kebijakannya di Desa
Kupahandap.
Adapun faktor penghambat tersebut yaitu, sumberdaya manusia para
implementor di Desa Kupahandap kesulitan dalam menjalankan kebijakan
tersebut, hal ini dikarnakan tidak sesuainya beban kerja yang ditanggungnya
dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya serta ditambah dengan
kurangnya pelatihan-pelatihan terkait teknis dan tata cara pengelolaan keuangan di
desa yang baik kepada para pegawai di Desa Kupahandap khususnya Bendahara
Desa.
Selain itu juga faktor penghamabat pelaksanaan kebijakan datang dari
proses komunikasi dan koordinasi yang masih belum optimal yang dilakukan oleh
para implementor, hal ini dapat dilihat dari kurangnya pemahaman kepala desa
dan perangkat Desa Kupahandap terhadap isi yang terdapat di dalam Peraturan
Bupati Pandeglang ini, serta belum dibentuknya tim Pelaksana Teknis
Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) sehingga dalam pelaksanaan peraturan ini
di Desa Kupahandap belum sepenuhnya menjalankan asas-asas pengelolaan
100
keuangan di desa yang terdapat dalam Peraturan Buapati ini, hal ini dikarnakan
kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Pandeglang dalam hal mensosialisasikan peraturan ini kepada para Kepala Desa
dan perangkatnya.
5.2 Saran
Berdasarkan permasalahan yang peneliti dapatkan dari hasil observasi dan
wawancara dengan sejumlah informan, maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang dalam
membuat setiap kebijakan khususnya terkait peraturan di desa harus
mensosialisasikannya dengan sungguh-sungguh dan memastikan bahwa
sosialisasi betul-betul sampai kepada Pemerintahan Desa di bawah dan
meyakinkan bahwa Kepala Desa dan perangkatnya paham tentang isi yang
terdapat dalam kebijakan tersebut sehingga dapat menjalankannya sesuai
dengan isi yang terdapat dalam peraturan tersebut.
2. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang segera bisa
secepatnya memberikan pelatihan-pelatihan yang berkala dan
berkelanjutan kepada Kepala Desa dan perangkatnya terkait pengelolaan
keuangan di desa sehingga dapat melaksanakan semua asas-asas
pengelolaan keuangan di desa khususnya tertib dan disiplinnya
pengelolaan keuangan di Desa Kupahandap.
3. Diharapkan kepada Kepala Desa yang ada di Kabupaten Pandeglang
khusunya Kepala Desa Kupahandap dalam setiap perekrutan pegawai dan
101
penempatan kerja di desanya agar sesuai dengan latar belakang pendidikan
serta kemampuan yang dimilikinya, sehingga kinerja pegawai dan
pelaksanaan tugas dan fungsi di desa berjalan dengan baik.
Dan yang terakhir diharapkan kepada Kepala Desa Kupahandap agar segera
membentuk tim Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) dari
unsur perangkat desa yang sesuai dengan amant yang terdapat dalam Peraturan
Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa, untuk membantu Kepala Desa dalam pengelolaan keuangan di
desa sehingga pelaksanaannya sesuai dengan yang diharapkan dalam Peraturan
Bupati tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabet.
Abdul Wahab, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan. Malang : Bumi Aksara.
Dunn, William N. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy. J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Irawan, Prasetya. 2006. Materi Pokok Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta
: Universitas Terbuka.
Fuad, Anis dan Kandung Sapto N. 2012. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif.
Serang : Fisip Untirta Press.
Sujarweni, Wiratna V. 2015. Akutansi Desa Panduan Tata Kelola Keuangan
Desa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Soleh, Chabib dan Heru Rochmansjah. 2015. Pengelolaan Keuangan Desa Edisi
Revisi. Bandung : Fokusmedia.
Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik. Edisi 2. Jakarta : Salemba
Humanika.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
Peraturan :
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa
Sumber Lain :
Subroto, Agus. 2008. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus
Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan
Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008). Universitas Diponegoro
Semarang : Tesisi Yang Dipublikasikan.
Lampiran 1: Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 24 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa
Lampiran 3: TRANSKIP DATA PENELITIAN
No Pertanyaan Jawaban Informan
1 Seperti apa ukuran
dan tujuan realistis
dari pelaksanaan
Perbup No.24 Tahun
2015 Tentang
Pengelolaan
Keuangan Desa?
1. Ya ukuran dari peraturan ini sudah
jelas untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan desa-desa dalam
mengelola keuangannya dengan
baik, kalo tujuannya memberikan
tata cara pengelolaan keuangan di
desa yang baik dan benar sehingga
tidak terjadi penyelewengan
anggaran di desa.
2. Ukuran dari Peraturan ini adalah
membantu desa-desa dalam
pengelolaan keuangannya yang
begitu besar, adapun tujuannya
yaitu menciptakan pengelolaan
keuangan di desa yang transparan,
partisipatif, akuntabel serta tertib
dan disiplin anggaran.
3. Ukuran dari pelaksanaan peraturan
ini ya bisa dilihat dari bagaimana
desa bisa melakukan penataan dan
penertiban dalam pengelolaan
keuangan di desanya. Adapun
tujuannya dari pelaksanaan
I1.1
I1.2
I1.3
peraturan ini agar semua desa
khususnya di kecamatan Cimanuk
pengelolaan keuangan desanya bisa
mengikuti asas-asas yang
terkandung dalam peraturan ini.
4. Ukurannya yaitu bagaimana kami
desa bisa mengelolaa keuangan
yang begitu besar dengan baik,
adapun tujuannya yaitu membantu
kami agar pengelolaan keuangan di
desa bisa di kelola dengan baik dan
bermanfaat bagi masyarakat desa.
5. Ukurannya yaitu bagaiman kami di
desa bisa mengelola keuangannya
dengan baik, tujuannya yaitu
memberikan pedoman kepada kami
tentang pengelolaan keuangan yang
baik dan benar.
6. Yaa ukurannya bagaimana desa-
desa yang ada di Kabupaten
Pandeglang bisa mnegelola
keuangannya dengan baik,
tujuannya memberikan bantuan
teknis kepada desa tentang
pengelolaa keuangan desa yang baik
I2.1
I2.2
I2.3
dan benar.
7. Ya kita berharap tujuan dari
pelaksanaan peraturan ini adalah
menciptakan pengelolaan keuangan
desa yang baik di desa Kupahandap,
ukuran dari pelaksanaan peraturan
ini pemerintah daerah memberikan
pedoman teknis tentang pengelolaan
keuangan desa kepada desa-desa
yang ada di Kabupaten Pandeglang.
8. Ya saya berharap tujuan dari
peraturan ini membuat pengelolaan
keuangan desa yang baik di desa
Kupahandap, ukuran dari
pelaksanaan peraturan ini sejauh
mana pemerintah daerah membantu
desa dalam hal pengelolaan
keuangannya.
9. Saya sebagai tokoh masyarakat di
sini sih maunya engga muluk-muluk
mau peraturan seperti apapun yang
penting semua kemauan masyarakat
disini kalau untuk kemaslahatan
bersama yah harus diwujudkan,
alhamdulilah selama ini disini
I2.4
I2.5
I3.1
kemauan masyarakat yang
terpenting selalu diutamakan sama
pa lurah.
10. Saya sebagai masyarakat di sini sih
mau peraturan seperti apapun yang
penting semua kemauan masyarakat
disini terpenuhi, alhamdulilah
selama ini disini kemauan
masyarakat yang dibutuhkan
bersama selalu diutamakan sama pa
lurah.
I3.2
2. Bagaimana rekrutmen
SDM dalam
pelaksanaan/implemen
tasi Perbup ini?
Apakah sudah cukup
jumlahnya? (pegawai
di desa)
1. Kalau untuk pemilihan pegawai-
pegawai yang ada di desa-desa
semuanya tergantung kepala
desanya masing-masing, paling kita
hanya memberikan pelatihan dan
pendidikan kepada para pegawai
yang ada di desa sesuai dengan
tufoksinya masing-masing. Kalo
jumlahnya saya rasa sudah cukup.
2. Yang saya tau pegawai di desa
semuanya dipilih kewenangan
kepala desanya masing-masing
sepenuhnya. Kalo untuk jumlah yang
saya tau rasanya sudah cukup.
I1.1
I1.2
3. Ya untuk perekrutan pegawai di
desa semuanya tergantung kepala
desanya yang paling penting
perekrutannya harus sesuai dengan
tugas, fungsi dan kemampuan yang
dimilikinya asal jangan asal-asalan
ajah merekrutnya. Kalo untuk
jumlah sudah cukup.
4. Semua pegawai di desa dipilih
langsung oleh saya, menurut saya
sudah sesuai kebutuhan dan
jumlahnya juga sudah cukup.
5. Pegawai disini semuanya dipilih dan
di angkat langsung sama pa lurah,
kalo jumlahnya sih saya rasa sudah
cukup.
6. Pegawai disini semua dipilih
langsung sama pa lurah, jumlahnya
juga saya rasa sudah cukup karena
semua posisi sudah ada yang
nempatin dan tidak ada yang
merangkap jabatan.
7. Di desa semua pegawai dipilih
langsung sama pa lurah, saya rasa
kalau jumlah sudah sesuai
I1.3
I2.1
I2.2
I2.3
I2.4
kebutuhan.
8. Di desa Kupahandap semua
pegawai dipilih langsung sama pa
lurah, saya rasa kalau jumlah mah
sudah cukup.
9. Pegawai desa disini semuanya baik-
baik yang saya liat mereka melayani
masyarakat dengan baik selama ini
juga tidak ada keluhan ko tentang
mereka dari masyarakat, mungkin
karena mereka juga orang yang
faham dan berpendidikan.
10. Pegawai desa disini semuanya baik-
baik saya sering mengurus surat-
surat kesana mereka melayani
masyarakat dengan baikt, mungkin
karena mereka juga orang yang
faham dan berpendidikan.
I2.5
I3.1
I3.2
3. Bagaimana dengan
sarana dan prasarana
di desa, apakah sudah
cukup mendukung
untuk pelaksanaan
Perbup ini?
1. Ya saya rasa di semua desa
khususnya di kab. Pandeglang kalo
untuk sarana pendukung
pelaksanaan perbup ini sudah
memadai.
2. Kalo untuk sarana dan prasarana
I1.1
I1.2
saya rasa sudah mendukung, semua
desa pasti sudah menganggarkannya
dalam APBDesa nya sebelumnya.
3. Untuk sarana dan prasarana di desa
khususnya di kecamatan Cimanuk
sudah sangat mendukung, semuanya
sudah tersedia alat-alat pendukung
peraturan ini, seperti komputer,
printer dan foto copy, dan alat ketik
juga masih ada dan bisa digunakan
semuanya.
4. Yaa untuk sarana dan prasarana
dalam membantu pengelolaan
keuangan di desa kami saya rasa
sudah cukup, kami di sini sudah ada
computer, mesin cetak printer
beserta foto copy, serta mesin ketik
juga masih berfungsi dengan baik.
5. Di desa kami kalo untuk sarana dan
prasarana alhamdulilah bisa
dikatakan sudah lengkap untuk
membantu pelaksanaan administrasi
disini.
6. Ya untuk sarana dan prasarana
disini kami sudah bisa dibilang
I1.3
I2.1
I2.2
I2.3
memadai untuk mendukung
kebijakan ini, kami disini punya satu
unit komputer beserta printernya
dan ada juga mesin ketik untuk
mendukung bila ada gangguan
listrik dan semuanya keadaannya
baik dan bisa digunakan.
7. Ya saya rasa kalau sarana dan
prasarana sudah cukup memadai sih
disini mah, setiap ada acara juga
seperti musrenbang sarana dan
prasarananya juga sangat
mendukung pelaksanaannya ko.
8. Yang saya liat di kantor desa kalau
sarana dan prasarana sudah cukup
memadai sih disini mah, bisa
dikatakan lengkap lah.
9. Yang saya liat kalo ke kantor desa
kalo lagi ada acara, kalau sarana
dan prasarana sudah cukup
memadai, bisa dikatakan lengkap
lah.
10. Yang saya liat kalo ke kantor desa
kalo lagi mengurus surat-surat,
kalau sarana dan prasarana sudah
I2.4
I2.5
I3.1
I3.2
cukup memadai, pelayanan kepada
kami juga sangat dibantu oleh alat-
alat tersebut, jadi pelayanannya
cepet tidak lama sekarang mah
tinggal prin-prin ajah.
4. Apakah karakteristik
dari implementor
sudah sesuai untuk
kebijakan ini?
1. Ya saya rasa sudah sesuai, sekarang
hampir semua pegawai di desa yang
ada di Kabupaten Pandeglang
minimal lulusan SMA.
2. Saya rasa sudah sesuai, karena
sekarang wajib pegawai di desa
minimal lulusan SMA.
3. Sudah sesuai, Kepala Desa juga
sekarang semuanya lulusan minimal
SMA kami juga telah memberikan
pengerahan kepada semua Kepala
Desa agar semua pegawai di
desanya minimal lulusan SMA.
4. Kalau untuk pegawai di sini saya
rasa bisa dikatakan baik, hal ini
dapat dilihat dari latarbelakang
pendidikannya yang semua pegawai
minimal lulusan SMA semua disini.
5. Kalo latarbelakang pendidikan
pegawai alhamdulilah disini
I1.1
I1.2
I1.3
I2.1
I2.2
semuanya minimal lulusan SMA
sebagian juga ada yang lulusan
sarjana.
6. Sudah, disiplin pegawai dan
pendidikan kami rasa kami bisa
dikatakan sudah baik.
7. Untuk pegawai di desa sudah bagus
ko mereka bekerja dengan baik, liat
pendidikannya juga semua rasanya
orang-orang berpendidikan semua.
8. Untuk pegawai di desa kupahandap
mereka bekerja dengan baik, liat
pendidikannya juga semua orang-
orang berpendidikan semua.
I2.3
I2.4
I2.5
5. Bagaimana proses
komunikasi
dilakukan?
1. Dalam kebijakan ini komunikasi
yang dilakukan sudah berjalan
dengan baik, kami juga
berkomunikasi dengan baik dengan
tingkat kecamatan dan desa selaku
objek utama dalam kebijakan ini.
2. Yang saya ketahui komunikasinya
berjalan dengan baik, baik itu dari
pemerintah daerah kecamatan dan
desa itu sendiri selaku pelaksana
kebijakannya.
I1.1
I1.2
3. Komunikasi kita berjalan dengan
baik dari atas hingga kebawah yaitu
desa, adapun komunikasi yang
dilakukan yaitu dengan cara
sosialisasi atau pelatihan yang
diberikan kepada perangkat desa.
4. Yaa selama ini komunikasi yang
dilakukan yaitu sosialisasi, tapi
hanya sesekali dilakukannya.
5. Selama ini komunikasi hanya
dilakukan sebatas sosialisasi, itu
juga hanya sesekali saja.
6. Hanya sosialisasi saja selama ini
komunikasi yang dilakukan, itu juga
hanya sesekali saja.
I1.3
I2.1
I2.2
I2.3
6. Bagaimana koordinasi
anatar pelaksana
kebijakan?
1. Yah biasanya kita langsung
koordinasi ke kecamatan-kecamatan
selanjutnya kecamatan ke desa-desa.
2. Koordinasi yang dilakukan dalam
hal ini pemerintah daerah diwakili
oleh BPMPD turun langsung ke
kecamatan selanjutnya kecamatan le
desa-desa berkordinasi.
3. Koordinasi yang dilakukan
berurutan, pemerintah daerah yaitu
I1.1
I1.2
I1.3
BPMPD berkordinasi langsung
dengan kami selanjutnya kami yang
berkoordinasi dengan desa-desa
dalam hal terkait peraturan ini.
4. Kordinasi juga hanya dilakukan
sesekali saja.
5. Koordinasi juga dirasa masih sangat
kurang dilakukan oleh pemerintah
daerah maupun kecamatan.
6. Jarang dilakukan kayanya, seakan
masing-masing saja berjalannya.
I2.1
I2.2
I2.3
7. Bagaimana dukungan
dari para stakeholder
(kepala desa dan
perangkatnya)
pelaksana kebijakan
ini?
1. Sangat mendukung, kebijakan ini
kan ada untuk membantu mereka
dalam pengelolaan keuangannya.
2. Sangat mendukung, peraturan ini
kan memberikan pedoman kepada
mereka tentang pengelolaan
keuangan di desa, masa mau
membantu yang dibantunya tidak
mendukung kan tidak mungkin iya
kan.
3. Sangat, sangat medukung sekali
malah kepala desa khususnya di
kecamatan Cimanuk semuanya
sangat mendukung peraturan ini.
I1.1
I1.2
I1.3
4. Yaa apapun itu kebijakannya untuk
kami, jika itu untuk kebaikan bagi
kami dan masyarakat kami saya dan
semua yang ada di desa
Kupahandap akan dukung
sepenuhnya.
5. Kami disini sangat mendukung
apapun kebijakan itu jika untuk
perubahan ke arah yang lebih baik
kedepannya.
6. Ya kalau untuk mendukung kami
pasti mendukung, asal sosialisai
kepada kaminya bener-bener sampai
kami memahami isi kebijakan
tersebut jangan hanya sekali atau
dua kali tapi sampai kami
memahami bener-bener agar kami
bisa dengan benar menjalankan
kebijakan tersebut.
I2.1
I2.2
I2.3
8. Bagaimana partisipasi
masyarakat yang ada
di desa dalam
mendukung kebijakan
ini?
1. Ya saya rasa masyarakat cukup
berpartisipasi dan mendukung selagi
untuk kebaikan bagi mereka pasti
mereka mendukung.
2. Saya rasa kalo untuk kepentingan
masyarakat, masyarakat pasti ikut
I1.1
I1.2
mendukung.
3. Oh sangat antusias sekali dukungan
dari masyarakatnya, dengan adanya
peraturan ini kan menjadikan
pembangunan di desa lebih nyata
dan terasa dirasakan oleh
masyarakat langsung dampaknya,
jadi masyarakat sangat mendukung
sekali.
4. Yaa masyrakat disini sangat
berpartisipasi dan kami yang terus
menerus mengajak masyarakat agar
terlibat langsung baik dalam
pelaksanaan pembangunan maupun
perencanaannya.
5. Kalo latarbelakang pendidikan
pegawai alhamdulilah disini
semuanya minimal lulusan SMA
sebagian juga ada yang lulusan
sarjana.
6. Yang saya liat disini masyarakatnya
semuanya sangat aktif ko dalam hal
apapun itu yang akan dilakukan oleh
desa, selama untuk kebaikan
bersama mah masyrakat sangat
I1.3
I2.1
I2.2
I2.3
mendukung dan berpartisipasi.
7. Kalo soal partisipasi masyarakat
disini sudah jangan diragukan lagi,
alhamdulilah masyarakat disini
sangat berpartisipasi dalam hal
apapun, apalagi dalam
musrenbangdes setiap tahunnya
alhamdulilah masyarakat sangat
berpartisipasi dan memberikan
aspirasi-aspirasinya kepada desa.
8. Kalo soal partisipasi masyarakat
disini sangat bagus, alhamdulilah
masyarakat disini sangat
berpartisipasi dalam hal apapun,
apalagi dalam masalah
pemabngunan, gotongroyongnya
masih sangat kuat.
9. Kalo untuk dukungan masyarakat
disini sangat bagus, alhamdulilah
masyarakat disini sangat membantu
dalam hal apapun, apalagi dalam
hal gotongroyong apapun semuanya
membantu.
10. Kalo kami masyarakat selagi untuk
kepentingan bersama apapun yang
I2.4
I2.5
I3.1
I3.2
dilakukan pa lurah kami selalu
dukung.
9. Apakah kondisi
ekonomi, social dan
politik sangat
mempengaruhi
kebijakan ini?
1. Ya sangat mempengaruhi, kondisi
masyarakat yang kondusif baik itu
dari segi ekonomi, keadaan social
dan politik di masyarakat sangat
mempengaruhi keberhasilan
kebijakan ini.
2. Sangat, sangat mempengaruhi
malah. Setiap keberhasilan suatu
kebijakan sangat di tentukan dengan
keadaan masyarakat yang kondusif
dari segi apapun.
3. Ya, sudah pasti kondisi masyarakat
yang kondusif akan sangat
membantu berjalannya kebijakan ini
dengan baik.
4. Pasti, kondisi masyarakat yang
kondusif baik itu dari segi ekonomi,
keadaan social dan politik sangat
mempengaruhi keberhasilan
kebijakan ini, kami juga disini
sangat sekali memperhatikan aspek
tersebut agar terus tercipta
masyarakat yang kondusif disini.
I1.1
I1.2
I1.3
I2.1
5. Ya, masyarakat yang kondusif
sangat mempengaruhi keberhasilan
kebijakan ini dan alhamdulilah
disini di desa kupahandap
masyarakatnya keadaannya sangat
kondusif.
6. Sanagat mempengaruhi,
alhamdulilah disini keadaan
masyarakatnya cukup kondusif ko
semuanya.
7. Alhamdulilah disini keadaan
masyarakatnya sangat kondusif
mudah di atur dan mudah di ajak
asalkan untuk kebaikan bersama.
8. Alhamdulilah disini keadaan
masyarakatnya sangat kondusif dan
mudah dikendalikan.
9. Alhamdulilah disini keadaan
masyarakatnya sangat kondusif dan
mudah dikendalikan, masyarakat
disini masih sangat menjunjung
tinggi apa yang dikatakan tokoh
masyarakat atau kepala desa selagi
untuk kebaikan mah.
10. Alhamdulilah disini keadaan
I2.2
I2.3
I2.4
I2.5
I3.1
I3.2
masyarakatnya sangat kondusif dan
mudah dikendalikan, masyarakat
sangat menjunjung tinggi apa yang
dikatakan tokoh masyarakat atau
kepala desa selagi untuk kebaikan
mah.