rekrutmen, seleksi, orientasi
TRANSCRIPT
1
MAKALAH
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
“PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA, JOB ANALYSIS (JOB
DESCRIPTION DAN JOB SPECIFICATION), JOB DESIGN (JOB
ROTATION, JOB ENLARGEMENT DAN JOB ENRICHMENT)
OLEH:
KELOMPOK 1
ALIH JENIS A 2015/2016
Dina Andesty 101511123007
Farisa Al Amin Avin 101511123013
Fitria Nur Rahmawati 101511123030
Arinda Zahra Puspitasari 101511123032
Inka Kartika Ningsih 101511123041
Shofi Dieni Masruroh 101511123045
Luthfiana Mayang Andraini 101511123050
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Tugas Manajemen Sumber Daya Manusia ini dengan tepat waktu. Topik yang
kami bahas saat ini yaitu: “Perencanaan Sumber Daya Manusia, Job Analysis
(Job Description Dan Job Specification), Job Design (Job Rotation, Job
Enlargement Dan Job Enrichment)”.
Adapun maksud dan tujuan kami dalam menyelesaikan tugas ini adalah
untuk menambah pengetahuan kami mengenai materi tersebut. Dengan upaya
yang kami lakukan, semoga Ibu Dosen selalu memberikan bimbingan kepada
kami, agar mendapatkan nilai yang kami harapkan dan dapat menyampaikan
persepsi dan standar pendidikan di Universitas Airlangga khususnya mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia. Pola dan penyajiannya diharapkan dapat
dimengerti dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih pada semua pihak yang ikut
membantu menyelesaikan tugas ini. Kritik dan saran selalu kami harapkan dalam
kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, September 2015
Tim Penyusun
Kelompok 1
3
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 Perencanaan Sumber Daya Manusia
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Pengertian Perencanaan Sumber Daya Manusia 1
1.3 Tujuan Perencanaan Sumber Daya Manusia 2
1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan PSDM 4
1.5 Syarat Perencanaan Sumber Daya Manusia yang Baik 5
1.6 Langkah-Langkah Perencanaan Sumber Daya Manusia 6
BAB 2 Job Analysis
2.1 Pengertian Job Analysis 7
2.2 Tujuan Job Analysis 8
2.3 Jenis Job Analysis 8
2.4 Metode Pengumpulan Data pada Job Analysis 11
2.5 Langkah-Langkah Job Analysis 13
2.6 Job Description 14
2.6.1 Pengertian Job Description 14
2.6.2 Tujuan Job Description 14
2.6.3 Unsur-Unsur Job Description 15
2.6.4 Penerapan Job Description 16
2.7 Job Specification 17
2.7.1 Pengertian Job Specification 17
2.7.2 Tujuan Job Specification 18
2.7.3 Unsur-unsur Job Specification 18
2.7.4 Penerapan Job Specification 19
BAB 3 Job Design 20
3.1 Pengertian Job Design 20
4
3.2 Tujuan Job Design 21
3.3 Metode Job Design 21
3.4 Job Rotation 22
3.4.1 Pengertian Job Rotation 22
3.4.2 Tujuan Job Rotation 22
3.4.3 Langkah-langkah Job Rotation 24
3.4.4 Penerapan Job Rotation 24
3.5 Job Enlargement 24
3.5.1 Pengertian Job Enlargement 24
3.5.2 Tujuan Job Enlargement 25
3.5.3 Penerapan Job Enlargement 25
3.6 Job Enrichment 26
3.6.1 Pengertian Job Enrichment 26
3.6.2 Tujuan Job Enrichment 26
3.6.3 Penerapan Job Enrichment 27
3.7 Contoh Kasus 27
BAB IV PEMBAHASAN 29
4.1 Analisa Kasus 29
BAB V PENUTUP 30
5.1 KESIMPULAN 30
5.2 SARAN 30
DAFTAR PUSTAKA 31
5
BAB 1
PERENCANAN SUMBER DAYA MANUSIA
1.1 Latar Belakang
Organisasi terdiri dari berbagai elemen yang salah satunya adalah
sumber daya manusia. Sedangkan sumberdaya lainnya adalah bahan,
mesin/peralatan, metoda/cara kerja dan modal. Berkenaan dengan
sumberdaya organisasi perlu diingat bahwa semua itu tidaklah tersedia secara
berlimpah. Ada keterbatasan yang mengakibatkan pemanfaatannya harus
dilakukan secara cermat. Proses manajemen yang baik harus bisa
memanfaatkan keterbatasan tersebut demi tercapainya tujuan organisasi.
Sebagaimana elemen organisasi yang lain sumberdaya manusia harus dikelola
dengan baik. Bahkan bisa dikatakan babwa pengelolaan organisasi pada
dasarnya adalah proses pengelolaan manusia. Semua organisasi apapun jenis,
ukuran, fungsi ataupun tujuannya harus beroperasi dengan dan melalui
manusia.
Dibandingkan dengan elemen-elemen yang lain memang dapat
dikatakan bahwa manusia adalah merupakan elemen yang paling dinamis dan
kompleks. Seringkali efisiensi pelaksanaan organisasi tergantung pada
pengelolaan dan pendayagunaan manusia, itulah sebabnya maka setiap
manajer harus mampu bekerja secara efektif dengan manusia, dan harus
mampu memecahkan bermacam-macam persoalan sehubungan dengan
pengelolaan sumberdaya manusia. Pengelolaan sumberdaya manusia di
dalam organisasi kemudian dikenal dengan manajemen Personalia dan
kemudian berkembang menjadi Manajemen Sumberdaya Manusia.
1.2 Pengertian Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan merupakan salah satu unsur dalam manajemen sehingga
banyak ketergantungan program kerja terhadap proses penyusunan rencana.
Menurut beberapa ahli, perencanaan sumber daya manusia adalah sebagai
berikut;
6
Gary dessler mengatakan Perencanaan pekerjaan atau personel adalah
proses menentukan posisi yang akan diisi dalam perusahaan, dan bagaimana
mengisinya.
Perencanaan SDM menurut R. Wayne Mondy yaitu proses sistematis
untuk mencocokan pasokan karyawan internal dan eksternal dengan
lowongan-lowongan pekerjaan yang diperkirakan muncul dalam organisasi
sepanjang periode waktu tertentu.
William B. Werther dan Keith Davis mengatakannya sebagai Proses
yang sistematis untuk meramalkan kebutuhan pegawai (demand) dan
ketersediaan (supply) pada masa yang akan datang, baik jumlah maupun
jenisnya, sehingga departemen sumber daya manusia dapat merencanakan
pelaksanaan rekrutmen, seleksi, pelatihan, dan aktivitas yang lain dengan
lebih baik.
Torrington & Tan Chwee Huat mengatakan Perencanaan sumber daya
manusia merupakan kegiatan khusus yang berkaitan dengan penentuan
kebutuhan sumber daya manusia perusahaan, baik kebutuhan jangka pendek
maupun kebutuhan jangka panjang.
D.A Soetisna menyatakan Perencanaan sumber daya manusia
didefinisikan sebagai suatu proses penilaian kebutuhan-kebutuhan sember
daya manusia dalam organisasi menyangkut sasaran organisasi dan
pembuatan rencana untuk memastikan bahwa organisasi yang bersangkutan
telah mempekerjakan tenaga yang kompeten dan stabil.
Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa perencanaan
sumber daya manusia merupakan proses penentuan kebutuhan sumber daya
manusia di sebuah organisasi atau perusahaan pada masa yang akan datang
berdasarkan persediaan tenaga kerja yang ada sekarang dan perubahan-
perubahan yang terjadi dimasa mendatang.
1.3 Tujuan Perencanaan SDM
a. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Pendayagunaan SDM
7
Yang dimaksud dengan efektifitas dan efisiensi pendayagunaan SDM yaitu
perencanaan SDM harus dimulai dengan kegiatan pengaturan kembali atau
penempatan ulang (restaffing/replacement) SDM. Tujuan dari penempatan
ulang adalah agar SDM yang dimiliki bekerja pada jabatan atau pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat memberikan
kontribusi maksimal pada pencapaian tujuan organisasi/perusahaan.
b. Meningkatkan Kecermatan dan Penghematan Pembiayaan
Rekrutmen dan seleksi untuk menindaklanjuti perencanaan SDM harus
didahului dengan melaksanakan penataan ulang tenaga kerja melalui
promosi dan pemindahan jabatan, mempensiunkan dan memberhentikan
pekerja sesuai alasan masing-masing sehingga biaya- biaya yang
berhubungan dengan pengadaan tenaga kerja dapat dihemat. Penataan
ulang tenaga kerja secara tepat akan menghemat pembiayaan dari
pengangkatan dan penambahan SDM baru.
c. Mendorong perilaku proaktif, dan tidak reaktif
Melalui perencanaan SDM yang baik, perusahaan atau organisasi dapat
membangun serangkaian tindakan yang responsif terhadap setiap dinamika
perkembangan bisnis yang ada. Hal ini dapat memacu SDM untuk dapat
lebih proaktif namun tidak reaktif terhadap operasional dan keputusan
organisasi atau perusahaan.
d. Memastikan Terpenuhinya Kebutuhan SDM yang Kompeten
Melalui perencanaan SDM, proses penempatan pegawai yang kompeten
dan tepat pada posisinya akan dapat tercapai dengan lebih optimal karena
perusahaan/ organisasi telah mengenali dengan baik kualitas SDM yang
dibutuhkan dan tersedia.
e. Mendorong terbangunnya Sistem Informasi SDM yang Akurat
Sistem informasi SDM yang akurat adalah salah satu elemen penting untuk
mendayagunakan kinerja organisasi atau perusahaan. Perencanaan SDM
akan mampu mendorong terbangunnya sistem informasi SDM yang handal
dan akurat dan tentunya ini sangat bermanfaat bagi perusahaan.
8
1.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Perencanaan SDM
Proses perencanaan sumber daya manusia dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain: (Handoko, 1997)
1) Lingkungan Eksternal
Perubahan-perubahan lingkungan sulit diprediksi dalam jangka
pendek dan kadang-kadang tidak mungkin diperkirakan dalam jangka
panjang.
a. Situasi ekonomi mempunyai pengaruh yang besar dan sulit diestimasi.
Sebagai contoh tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga sering
merupakan faktor penentu kondisi bisnis yang dihadapi perusahaan.
b. Kondisi sosial-politik-hukum atau peraturan pemerintah mempunyai
implikasi pada perencanaan sumber daya manusia misalnya melalui
berbagai peraturan di bidang personalia, perubahan sikap dan tingkah
laku, dan perubahan jam kerja, jelas akan mempengaruhi kebutuhan
SDM yang dibutuhkan oleh organisasi.
c. Perubahan-perubahan teknologi tidak hanya sulit diramal tetapi juga
sulit dinilai. Perkembangan teknologi produksi dengan komputer
akan mempengaruhi jumlah kebutuhan tenaga kerja manual yang
dibutuhkan orgaisasi.
d. Persaingan merupakan suatu tantangan eksternal lainnya yang akan
mempengaruhi permintaan sumber daya manusia dalam organisasi.
Sebagai contoh, semakin banyaknya perusahaan yang memproduksi
barang yang sama membuat perusahaan berlomba-lomba
memproduksi barang dengan kualitas terbaik. Ini menyebabkan
perusahaan melakukan efisiensi, salah satunya denga melakukan
pegurangan tenaga kerja.
2) Keputusan-keputusan Organisasional
Berbagai keputusan pokok organisasional mempengaruhi permintaan
sumber daya manusia.
a. Strategi organisasi sebagai cara untuk mencapai tujuan organisasi
dapat berubah sebagai akibat dari perubahan situasi internal dan
9
eksternal. Misalnya strategi organisasi yang menekankan pada
efisiensi. Salah satunya adalah metode kerja yang lebih menekankan
pada optimalisasi dan dapat mengakibatkan penciutan tenaga kerja
dengan mengurangi jumlah tenaga kerja yag dimiliki.
b. Dalam jangka pendek, para perencana menterjemahkan rencana-
rencana stratejik menjadi operasional dalam bentuk anggaran.
Besarnya anggaran adalah pengaruh jangka pendek yang paling berarti
pada kebutuhan sumber daya manusia.
c. Forecast penjualan dan produksi meskipun tidak setepat anggaran juga
menyebabkan perubahan kebutuhan personalia jangka pendek.
d. Perluasan usaha berarti kebutuhan sumber daya manusia baru.
e. Begitu juga, reorganisasi atau perancangan kembali pekerjaan-
pekerjaan dapat secara radikal merubah kebutuhan dan memerlukan
berbagai tingkat ketrampilan yang berbeda dari para karyawan di masa
mendatang.
f. Faktor-faktor Persediaan Karyawan
Permintaan sumber daya manusia dimodifakasi oleh kegiatan-kegiatan
karyawan. Pensiun, permohonan berhenti, terminasi, dan kematian
semuanya menaikkan kebutuhan personalia. Data masa lalu tentang
faktor-faktor tersebut dan trend perkembangannya bisa berfungsi
sebagai pedoman perencanaan yang akurat.
Strategi organisasi sangat berkaitan dan saling berhubungan dengan
strategi Sumber Daya Manusia karena keduanya berpengaruh terhadap kinerja
organisasi. Misalnya, rencana stragtegi organisasi untuk melakukan perluasan
perusahaan. maka harus strategi SDM tentang penambahan karyawan baru,
pelatihan, penilaian, dan sistem kompensasi sudah konsisten dengan strategi
perusahaan tersebut.
1.5 Syarat – syarat perencanaan SDM
a. Harus mengetahui secara jelas masalah yang akan direncanakannya.
10
b. Harus mampu mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang SDM.
c. Harus mempunyai pengalaman luas tentang job analysis, organisasi dan
situasi persediaan SDM.
d. Harus mampu membaca situasi SDM masa kini dan masa mendatang.
e. Mampu memperkirakan peningkatan SDM dan teknologi masa depan.
f. Mengetahui secara luas peraturan dan kebijaksanaan perburuhan
pemerintah.
1.6 Langkah-Langkah Perencanaan SDM
Untuk sebuah perecanaan SDM yang baik, diperlukan tahapan-
tahapan atau langkah dasar yang harus ditempuh:
a. Analisis beberapa faktor penyebab perubahan kebutuhan sumber daya
manusia
b. Peramalan kebutuhan sumber daya manusia,
c. Penentuan kebutuhan sumber daya manusia di masa yang akan datang,
d. Analisis ketersediaan (supply) sumber daya manusia dan kemampuan
perusahaan,
e. Penentuan dan implementasi program.
11
BAB 2
JOB ANALYSIS
2.1 Pengertian Job Analysis
Definisi analisis jabatan menurut Hariandja (2007) adalah sebagai
berikut: ”Analisis jabatan adalah usaha untuk mencari tahu tentang jabatan
atau pekerjaan yang berkaitan dengan tugas-tugas yang dilakukan dalam
jabatan tersebut. Stephen Robbin (1993) mendefinisikan analisis jabatan
sebagai suatu bentuk pengembangan uraian terperinci dari tugas-tugas yang
harus dilakukan dalam suatu jabatan, penentuan hubungan dari satu jabatan
dengan jabatan lain yang ada, dan penentuan tentang pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan karyawan
untuk melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif.
Sementara itu analisis jabatan menurut Sofyandi (2008) adalah sebagai
berikut: Analisis jabatan (job analysis) merupakan suatu proses yang
sistematik untuk mengetahui mengenai isi dari suatu jabatan (jobcontent) yang
meliputi tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan, tanggung jawab, kewenangan, dan
kondisi kerja, dan mengenai syarat-syarat kualifikasi yang dibutuhkan
(jobrequirements) seperti pendidikan, keahlian, kemampuan, pengalaman
kerja, dan lain-lain, agar seseorang dapat menjalankan tugas-tugas dalam suatu
jabatan dengan baik.
Menurut Bernadin & Russel dalam Gomes (2003) analisis jabatan
adalah proses pengumpulan informasi mengenai suatu pekerjaan yang
dilakukan seorang pekerja, yang dilaksanakan dengan mengamati atau
mengadakan interview pada pekerjaan, dengan bukti-bukti yang benar dari
supervisor.
Sehingga menurut definisi-definisi diatas job analysis dapat
disimpulkan suatu proses untuk mengetahui tentang spesifikasi jabaran
pekerjaan agar seseorang dapat bekerja secara efektif dan efisien.
12
2.2 Tujuan Job Analyisis
Tujuan analisis pekerjaan menurut Moekijat (1999)
a. Mengorganisasikan dan mengintregasikan seluruh tenaga kerja
berdasarkan kewajiban dan tanggung jawab jabatan.
b. Menerima, memilih, dan menempatkan pegawai berdasarkan syarat-syarat
perseorangan: sifat-sifat, kepandaian, kecakapan dan sebagainya.
c. Mengadakan program pelatihan, guna memberikan pengetahuan dan
kecakapan yang diperlukan (menurut analisis jabatan) untuk
menyelesaikan jabatan dengan sebaik-baiknya.
d. Administrasi dan upah gaji yang berusaha memberikan kompensasi
berdasarkan kecakapan yang diperlukan, sukarnya tugas, beratnya
tanggungjawab, kondisi kerja, dan syarat-syarat perseorangan yang
diperlukan.
e. Mengadakan pemindahan dan kenaikan jabatan pegawai berdasarkan
syarat-syarat pengetahuan, kecakapan dan pengalaman tiap-tiap jabatan.
f. Mengatasi rasa tidak puas pegawai dengan memberikan tanggungjawab,
tugas dan perbandingan tingkat pembayaran yang seadil-adilnya.
g. Memperbaiki kondisi kerja yang menurut analisis pekerjaan berbahaya,
tidak menyenangkan dan tidak sehat.
h. Menentukan standar produksi melalui studi gerak dan waktu.
i. Meningkatkan produktivitas pegawai melalui penyederhanaan kerja dan
perbaikan metode berdasarkan analisis jabatan.
j. Mempermudah perencanaan organisasi, dengan memberikan perumusan
yang jelas dari tiap-tiap jabatan dan menunjukkan hubungan jabatan-
jabatan itu satu sama lain.
2.3 Jenis Job Analysis
Terdapat dua jenis analisis pekerjaan, yakni analisis pekerjaan
tradisional (traditional job analysis), dan analisis pekerjaan berorientasikan
hasil (result-oriented job analysis) (Gomes, 2003)
13
1) Traditional Job Analysis
Metode tradisional ini hanya mencari informasi dari 3 aspek :
a. Responsibility, merinci unit organisasi kepada siapa kedudukan harus
bertanggung jawab dan harus tunduk kepada pengarahan dan
pengendalian pelaksanaan.
b. Duties, kewajiban umum dari seseorang yang berada dalam suatu
kedudukan
c. Qualification, kualifikasi minimal yang diterima sebagai keyakinan
Kelemahan job analisis tradisional:
1) Uraian tugas hanya berupa tugas umum. Oleh karena itu jika uraian
tugas ini diterapkan pada sejumlah kedudukan maka perhatian tidak
ditujukan kepada sifat dasar dari setiap kedudukan secara spesifik.
Seorang pekerja bisa melakuan pekerjaan apa saja, yang masing-
masing pekerjaan mempunyai kewajibannya sendiri. Uraian tugas
menjadi terbuka, tidak tegas dan memungkinkan seorang supervisor
untuk menambahkannya.
2) Tidak ada syarat (conditions) bagi pelaksanaan suatu pekerjaan. Dari
perspektif pekerja tidak terdapat keterangan yang penting untuk suatu
kedudukan yang dipegang sehingga pekerja akan ragu apa yang
sebenarnya diharapkan dari kinerjanya
3) Tidak ada standar peformasi minimal bagi pekerja. Standar peformasi
minimal menjadi tolok ukur pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
Apabila tolok ukur itu tidak ada maka seorang pegawai tidak akan
mengetahui apa yang diinginkan seorang manajer dari hasil kerjanya,
apakah selama ini kerjanya sudah sesuai atau malah jauh dari apa yang
diharapkan.
4) Tidak merinci kuantitas dan kualitas waktu pelayanan yang diinginkan.
Ketika seorang pekerja tidak diberikan rincian kuantitas dan kualitas
waktu pelayanan yang diinginkan maka pekerja tersebut akan
14
melaksanakan pekerjaannya dengan kuantitas dan kualitas waktu yang
berbeda dari pekerja lainnya dalam suatu pekerjaan yang sama.
2) RODs (Result Oriented Job Description)
Analisis pekerjaan ini berasusmsi bahwa uraian pekerjaan menjadi lebih
bermanfaat apabila uraian pekerjaan tersebut memperjelas harapan
organisasi pada peforma pekerja serta keterkaitan antara tugas, standar,
kecakapan dan kualifikasi minimal. Informasi berdasarkan kepada :
a. Task, perilaku, kewajiban dan fungsi yang dibutuhkan untuk suatu
pekerjaan
b. Conditions, mencakup sifat dasar pekerjaan dan syarat yang
diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan. Dalam hal ini instruksi
supervisor atau petunjuk tertulis juga harus jelas.
c. Standards, harapan performatif yang objektif ditujukan untuk para
pekerja yang diturunkan melalui standar kuantitas dan kualitas yang
dikaitkan dengan tujuan organisasi
d. SKAs (skills, knowladge, and abilities) yang penting untuk
mendukung terlaksananya setiap tugas dengan baik
e. Qualifications, pendidikan, pengalaman serta kualifikasi lain yang
mendukung untuk memastikan bahwa pekerjanya mempunyai SKAs
yang diperlukan.
Kelebihan
1) Menyediakan suatu sarana yang menghubungkan antara input personil
terhadap output organisasi bagi perencana program
2) Menyediakan sarana memperkenalkan para pekerja baru atas harapan
dan tujuan organisasi. Serta bagi manajer dapat melakukan evaluasi
yang obyektif
3) Memberikan gambaran yang jelas kualifikasi minimal dan
penampatan para pegawai
15
4) Meningkatkan dampak produktifitas organisasi dan pekerja dari pada
membatasi dampak kepadaka manajemen kedudukan dan pemaksaan
pengawasan.
Kelemahan
Jenis analisis ini dituntut senantiasa meninjau kembali syarat dan
standar. Karena perkembangan teknologi misalnya sehingga syarat yang
mempengaruhi peformasi akan senantiasa berubah dan menuntut RODs
dirumuskan kembali dengan kondisi yang ada
Hasil dari analisis jabatan secara langsung ada dua, yang pertama
job description menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan,
hubungan pekerjaan dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu
dalam organisasi. Kedua, job spesification merupakan uraian persyaratan
kualitas minimum orang yang bisa diterima agar dapat menjalankan satu
jabatan dengan baik dan kompeten. Dalam pembahasan berikutnya akan
dijelaskan lebih rinci mengenai job description dan job specification
2.4 Metode Job Analysis
Analisis jabatan biasanya mengumpulkan informasi jabatan melalui
(Moekijat, 1999):
1. Daftar pertanyaan mengenai jabatan (job questionnaires) yang diberikan
pada pegawai-pegawai pelaksana atau pegawai mereka.
Keuntungan metode ini adalah:
a. Ada kemungkinan untuk menyelidiki semua jabatan lebih cepat dari
pada metode wawancara.
b. Memberikan kepercayaan pada pemegang jabatan dan kemampuannya
untuk menyusun laporan jabatan.
16
c. Daftar pertanyaan dapat digunakan untuk memberikan latar belakang
informasi untuk wawancara yang dilakukan guna menganalisis jabatan
dengan sebaik-baiknya.
Kelemahan metode ini:
a. Metode ini hanya dapat dipergunakan bagi pegawai yang dapat
membaca dan menulis.
b. Informasi yang diperoleh sering tidak lengkap dan tidak teratur.
2. Wawancara ( interview)
Wawancara ini dapat dilakukan dengan pegawai-pegawai pelaksana atau
dengan kepala mereka atau dengan kedua-duanya.
Keuntungan:
a. Dapat diperoleh informasi yang lebih lengkap dan lebih jelas daripada
dengan metode daftar pertanyaan.
b. Memberikan informasi yang tidak dengan segera dapat diselidiki.
c. Untuk membetulkan informasi yang kurang jelas yang diperoleh dari
metode lainnya.
Kelemahan:
a. Wawancara ini memakan waktu lebih lama dan lebih mahal dari
metode lain.
b. Sering ditafsirakn salah oleh para pegawai karena istilah-istilah yang
kurang dimengerti, apabila dilakukan oleh penganalisis pekerjaan.
3. Buku catatan harian (logs)
Pegawai mencatat segala sesuatu yang dia kerjakan setiap hari.
Keuntungan:
a. Pegawai bisa saja dapat bekerja dengan lebih baik.
b. Dapat mempersingkat waktu analis jabatan dalam mengadakan
observasi dan wawancara.
Kelemahan:
a. Umumnya informasi yang diperoleh tidak lengkap, karena tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh analis jabatan.
17
b. Memakan waktu yang lama.
4. Pengamatan (observasi)
Dengan observasi atau pemeriksaan (auditing) tiap jabatandan
mengadakan pembicaraan dengan pegawai pelaksana serta atasan mereka.
Keuntungan:
a. Informasi yang diperoloeh lebih lengkap dan lebih teliti.
b. Adanya keseragaman antara informasi yang dikumpulkan dengan
standar yang digunakan untuk penilaian.
Kelemahan:
a. Apabila pengamatan dilaksanakan dalam waktu tertentu maka analis
jabatan tidak memperoleh informasi yang lengkap.
5. Studi gerak (motion studi) adala suatu proses menganalisis suatu jabatan
untuk memperoleh metode mengerjakan jabatan atau bagian-bagian dari
padanya dengan metode yang mudah dan efektif serta ekonomis.
2.5 Langkah-Langkah Job Analysis
Dalam job analysis terdapat dua langkah utama yang harus dilakukan
(Gomes, 2003):
1. Penentuan tugas-tugas utama, kegiatan-kegiatan, perilaku-perilaku, dan
kewajiban yang akan dilaksanakan dalam pekerjaan.
2. Penetapan pengetahuan, kemampuan, kecakapan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas.
Menurut Sirait (2006), langkah-langkah job analysis adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan jumlah jabatan yang akan di analisis;
2. Tetapkan jumlah sampel/responden;
3. Susun daftar pertanyaan yang antara lain mencakup:
a. Kewajiban-kewajiban
b. Tanggungjawab
c. Human abilities
18
d. Hasil standar dari jabatan
4. Tetapkan teknik pengumpulan data
a. Interview
b. Kuesioner
c. Observasi atau
d. Kombinasi
2.6 Job Description
2.6.1 Pengertian Job Description
Menurut Ardana, Mujiati, dan Utama (2012:32), menyatakan
bahwa deskripsi pekerjaan adalah pernyataan tertulis yang meliputi
tugas, wewenang, tanggung jawab, dan hubungan-hubungan lini baik
ke atas maupun ke bawah. Deskripsi pekerjaan adalah pernyataan
faktual yang menyangkut tugas dan tanggung jawab dari suatu
pekerjaan tertentu.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009:150),memberikan
penjelasan yaitu deskripsi pekerjaan adalah catatan sistematis dan
teratur tentang tugas dan tanggung jawab suatu jabatan, didasarkan
pada kenyataan apa, bagaimana, mengapa, kapan dan dimana
pekerjaan dilaksanakan, dan kualifikasi orang yang menduduki
jabatan tersebut.
Werther dan Davis (1996) memberikan definisi job description
“A job description is a written statement that explains the duties,
working conditions and other aspects of a specified job” sedangkan
Edwin B. Flippo (1984) mendefinisikan job description sebagai
berikut : “A job description is an origanized, factual statement of the
duties and responsibilities of a specific job. In brief it should tell :
what is to be done and way. It is a standard of function, in that it
19
defines the appropriate and authorized content of job. (Sirait, Justine
T, 2006)
2.6.2 Tujuan Job Description
Sesuai dengan pengertiannya bahwa deskripsi pekerjaan
adalah kumpulan informasi tertulis tentang suatu jabatan, maka
menurut Ardana, Mujiati dan Utama (2012:39), deskripsi pekerjaan
tersebut memberikan beberapa manfaat, antara lain :
a. Deskripsi pekerjaan membantu menghindari adanya kebingungan
dan memberikan pemahaman dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Dapat menghindari tumpang tindih tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas.
c. Memudahkan prosedur rekrutment, seleksi, pelatihan dan berbagai
aktivitas SDM.
d. Membantu pegawai dalam merencanakan karier, mengurangi
praktik deskriminasi dalam promosi dan pemindahan serta
memudahkan evaluasi pekerjaan untuk memastikan adanya
keadilan dalam pemberian kompensasi.
e. Bermanfaat dalam program keselamatan kerja, dapat menunjukkan
tindakan yang berbahaya dan mengadakan perubahan dalam
pelaksanaan.
f. Deskripsi pekerjaan penting dalam perencanaan perubahan
organisasi dan reorganisasi sesuai perkembangan keadaan.
g. Memberi arahan tentang pengalaman yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan.
h. Untuk memperbaiki administrasi dan pengendalian pekerjaan.
2.6.3 Unsur-unsur Job Description
Pada sebuah deskripsi pekerjaan, umumnya dicantumkan
informasi mengenai pekerjaan yang ditetapkan oleh seorang pegawai.
Menurut Garry Dessler dalam Ardana, Mujiati, dan Utama (2012),
20
bahwa tidak ada format standar dalam menulis suatu deskripsi
pekerjaan. Namun kebanyakan uraian pekerjaan memuat bagian-
bagian tentang identifikasi jabatan, ikhtisar/ringkasan jabatan,
hubungan, tanggung jawab, dan kewajiban, wewenang pemegang
jabatan, standar kerja tugas-tugas yang dilaksanakan, kondisi kerja,
dan spesifikasi jabatan.
Selain itu, menurut Edwin Flippo dalam Ardana, Mujiati dan
Utama (2012), menjelaskan pula bahwa deskripsi pekerjaan meliputi
indentitas pekerjaan; uraian singkat tentang pekerjaan; tugas-tugas
yaang dilaksanakan; pengawasan yang diberikan atau diterima;
hubungan dengan pekerjaan lain; mesin, alat dan bahan; kondisi kerja;
definisi dan istilah yang tidak biasa; dan penjelasan yang menambah
dan memperjelas hal-hal di tersebut atas.
Konsep mengenai deskripsi pekerjaan secara jelas yang
termuat dalam Pedoman Analisis Jabatan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendayagunaan Apartur Negara (KEP/29/M.PAN/6/2004)
yaitu berisi :
a. Nama Jabatan, yaitu tugas-tugas yang telah dikelompokkan diberi
nama yang mana harus mencerminkan isi dari tugasnya.
b. Ringkasan tugas, yaitu ikhtisar dari keseluruhan tugas yang ada
dalam suatu jabatan dan disusun dalam satu kalimat.
c. Hasil kerja, yaitu produk atau luaran (output) pekerjaan yang dapat
berupa benda atau sesuatu yang bersifat fisik; data, informasi,
layanan atau sesuatu yang bersifat non-fisik.
d. Bahan kerja, yaitu sesuatu yang diolah atau diproses dalam
pelaksanaan tugas-tugas jabatan untuk memperoleh hasil kerja.
e. Peralatan kerja, yaitu alat yang digunakan dalam melaksanakan
tugas.
f. Rincian tugas, yaitu tugas-tugas yang ada dalam suatu jabatan yang
berisi antara 5 (lima) sampai 12 (dua belas) tugas. Dalam rincian
tugas juga dijelaskan mengenai gambaran tentang apa yang
21
dikerjakan, mengapa harus dikerjakan, dan bagaimana cara
mengerjakannya.
2.6.4 Penerapan Job Description
- Nama Jabatan : Quality control
- Department: Quality Control
- Ringkasan Tugas:
Mengontrol dan memastikan kondisi bahan baku sesuai dengan
standart mutu hingga produk akan di release.
- Hubungan kerja: department gudang dan department produksi
- Rincian Tugas :
1. Mengontrol dan memastikan kondisi bahan baku dari supplier
sesuai dengan standart mutu
2. Mengontrol dan memastikan kondisi produk sesuai dengan standart
mutu produk,secara visual.
3. Mengontrol dan memastikan kondisi produk sesuai dengan standar
mutu produk sesuai parameter laboratorium
4. Memastikan jumlah produk yang akan di-release ke konsumen
sudah memenuhi standart mutu.
2.7 Job Specification
2.7.1 Pengertian Job Spesification
Pengerian Spesifikasi pekerjaan (job specification) menurut Para Ahli:
a. Robert L. Mathis & John H. Jackson : Menyebutkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan individu yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan dengan memuaskan.
b. Garry Dessler (1997) spesifikasi pekerjaan (job specification) ialah
suatu daftar tuntutan manusiawi atas suatu jabatan, yakni
pendidikan, keterampilan, kepribadian, dan lain-lain yang sesuai
dengan analisis jabatan
22
c. Edwin B. Flippo : Suatu pernyataan atau keterangan tentang syarat-
syarat minimum manusia yang layak yang perlu untuk
melaksanakan suatu jabatan dengan sebaik-baiknya.
d. Hanry Simamora (1995) spesifikasi pekerjaan (job specification)
ialah: keahlian, pengetahuan, dan kemampuan minimal yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan.
Sehingga job specification disusun berdasarkan uraian
pekerjaan dengan menjawab pertanyaan tentang ciri, karakteristik,
pendidikan, pengalaman dan yang lainnya dari orang yang akan
melaksanakan pekerjaan tersebut dengan baik. Spesifikasi pekerjaan
sering disebut dengan kualifikasi personal (personal qualification).
Kualifikasi personal ini terdiri atas dua kualifikasi. Pertama,
kualifikasi umum (general qualification), yaitu kualifikasi minimal
yang biasanya diperlukan untuk menempati suatu pos tertentu dalam
suatu jabatan tertentu dalam organisasi. Kedua adalah kualifikasi
spesifik (spesific qualification), yaitu kualifikasi tambahan yang
secara spesifik akan sangat dibutuhkan bagi pengisian jabatan tertentu.
2.7.2 Tujuan Job Specification
Job Specification biasanya digunakan untuk :
a. Sebagai dasar untuk melakukan rekruitmen, seleksi, dan
penempatan pegawai baru
b. Sebagai dasar untuk menentukan standar hasil kerja seseorang
c. Sebagai dasar untuk merancang program pendidikan dan latihan
d. Sebagai dasar untuk melakukan Evaluasi Jababatan
e. Sebagai dasar untuk menyusun jalur promosi
f. Untuk rnerencanakan perubahan dalam organisasi dan
penyederhanaan kerja
g. Sebagai dasar untuk mengembangkan program kesehatan dan
keselamatan kerja
23
2.7.3 Unsur-Unsur Job Spesification
Spesifikasi pekerjaan bagi setiap perusahaan tidak sama,
karena spesifikasi ini pada dasarnya disusun dari uraian pekerjaan
yang pada setiap perusahaan yang dibutuhkan berbeda. Misalnya ada
perusahaan yang membutuhkan tinggi badan, memakai kacamata atau
tidak, serta cantik atau tidak.
Beberapa hal yang pada umumnya dimasukkan dalam
Spesifikasi Jabatan adalah:
a. Persyaratan pendidikan, latihan, dan pengalaman kerja
b. Persyaratan pengetahuan dan keterampilan
c. Persyaratan fisik dan mental
d. Persyaratan umur dan jenis kelamin.
2.7.4 Penerapan Job Spesification
1. Nama jabatan : Quality Control
Departemen : Quality jjiControl
Lokasi : Surabaya
Pengawas : Plant Manager
Kode jabatan : QC-001
Tanggal : 1 September 2015
Disetujui oleh : General Manajer
2. Faktor-faktor keahlian
Pendidikan : Min D3/S1 Kimia
IPK : > 3,00
Pengalaman : min 1 tahun sebagai Quality Control
3. Faktor-faktor Sumber Daya
Teknis : Pengetahuan tentang material industri,
Prosedur produksi, penggunaan alat dan bahan.
Karakteristik : Inisiatif, kreatif, supel, dan kecerdasan,
4. Kondisi kerja : Pekerjaan sebagian besar berada dan dilakukan
dibagian lapangan dan laboratorium.
24
BAB 3
JOB DESIGN
3.1 Pengertian Job Design
Salah satu pendekatan terhadap pentingnya pekerjaan adalah job
design. Job design sebagai suatu pendekatan profesional dalam
rangka“improving existing jobs for people and productivity” (Mathis et al,
2004). Dalam melakukan job design (rancangan kerja) secara benar akan
menyempurnakan usaha pencapaian anggota dan produktifitas
organisasi.Dalam penerapan job design (rancangan kerja) hendaknya
memperhatikan hubungan antara teknologi dan manusia. Memfasilitasi
pencapaian tujuan perusahaan serta mengetahui kapasitas dan kebutuhan
karyawan yang melaksanakan pekerjaan tersebut.
Menurut Mathis et al (2004) pengertian job design (rancangan kerja)
adalah pengorganisasian tugas-tugas, wewenang, dan tanggung jawab ke
dalam suatu unit pekerjaan yang produktif. “Content of jobs and the effect of
the jobs on employees” adalah faktor penting yang perlu dicermati dalam job
design.
Sejalan dengan pengertian job design (racangan kerja) menurut Mathis,
pengertian job designmenurut Wherter et al (1996) dan Milkovich et al (1997)
adalah “job design is a process of organizing work into the task are required
to perform in specific job.”
Menurut Dessler (2004) pengertian job design (rancangan kerja)
adalah pernyataan tertulis tentang apa yang harus dilakukan oleh pekerja,
bagaimana orang itu melakukannya dan bagaimana kondisi kerjanya.
Rancangan kerja meliputi identifikasi pekerjaan, hubungan tugas, dan
tanggung jawab, standar wewenang dan pekerjaan, syarat kerja harus
diuraikan secara jelas, serta penjelasan tentang jabatan dibawah dan diatasya.
Menurut Mondy (2004) pengertian job design (rancangan kerja) adalah
proses menentukan tugas-tugas spesifik untuk dikerjakan, metode-metode
25
yang dipakai dalam menjalakan tugas-tugas tersebut dan cara pekerjaan yang
bersangkutan berhubungan dengan pekerjaan lain dalam organisasi.
3.2 Tujuan Job Design
Job design (rancangan kerja) haruslah dimiliki setiap organisasi atau
perusahaan karena memiliki peran penting dalam hal manajemen operasi
organisasi yang merakit sejumlah tugas menjadi sebuah pekerjaan agar
pekerjaan yang dilakukan menjadi terarah dan jelas dengan cara yang efektif
dan efisien. Inti dalam membuat job design (rancangan kerja) adalah
bagaimana membuat semua pekerjaan yang ada disusun secara sistematis dan
menjalin komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan (Sunarto, 2005).
Job design (rancangan kerja) diterapkan dengan tujuan :
a. Meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan (increase motivation of
individual and work performance) serta membantu mencapai aktualisasi
diri karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
b. Meningkatkan produktifitas organisasi dan kepuasan kerja karyawan (
productivity and quality of working life) serta mengatasi atau mengurangi
ketidakpuasan karyawan.
c. Fleksibiltas dan kemampuan melakukan proses kerja secara horizontal dan
hierarki.
d. Minat, tantangan, dan prestasi karyawan menjadi optimal.
3.3 Metode Job Design
Perusahaan belum tentu dapat melaksanakan Job design sesuai rencana
namun, akan menemui banyak permasalahan sehingga perusahaan harus
melakukan banyak penyesuaian. Beberapa bentuk penyesuaian yang
dilakukan oleh organisasi atau perusahaan digolongkan kedalam dua kondisi
yaitu underspecialization dan overspecialization. Kondisi underspecialization
merupakan kondisi dimana kompetensi karyawan lebih rendah dari tuntutan
kompetensi pekerjaan. Kondisi overspecialization merupakan kondisi dimana
kompetensi karyawan lebih tinggi dibanding pekerjaannya. Apabila terjadi hal
demikian dalam organisasi perlu dilakukan Job redesign karena job design
26
semula sudah tidak sesuai. Job redesign dibutuhkan untuk menyesuaian
kondisi-kondisi tertentu yang sesuai dengan keadaan karyawan. Bentuk job
redisgn meliputi job rotation, job enlargement, dan job enrichment. (Mathis et
al, 2004)
3.4 Job Rotation
3.4.1 Pengertian Job Rotation
Job Rotation ( rotasi jabatan ) memiliki beberapa pengertian,
berikut beberapa pengertian dari rotasi jabatan menurut beberapa ahli:
1. Hasibuan (2003:104) mengemukakan bahwa “Rotasi Jabatan
adalah perubahan tempat atau jabatan karyawan tetapi masih pada
rangking yang sama di dalam organisasi itu, istilah-istilah yang
sama dengan Rotasi Jabatan adalah mutasi, pemindahan dan
transfer”.
2. Sastrohadiwiryo dalam skripsi Neni Kurniati (2008:9)
mengemukakan bahwa “Rotasi Jabatan adalah kegiatan
ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses pemindahan
fungsi, tanggung jawab dan status ketenagakerjaan tenaga kerja ke
situasi tertentu dengan tujuan agar tenaga kerja yang bersangkutan
memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan dapat
memberikan prestasi kerja yang semaksimal mungkin kepada
perusahaan”.
3. Hariandja (2006:157) mengemukakan bahwa “Rotasi Jabatan
adalah proses perpindahan posisi dalam pekerjaan secara
horinzontal dengan tujuan mengatasi kejenuhan dalam bekerja, dan
meningkatkan pengetahuan, serta keahlian karyawan”.
4. Robins (2006:649) mengemukakan bahwa “Rotasi Jabatan adalah
perubahan periodik karyawan dari satu tugas ke tugas yang lain
dengan tujuan untuk mengurangi kebosanan dan meningkatkan
motivasi lewat penganekaragaman kegiatan karyawan”.
3.4.2 Tujuan Job Rotation
27
Tujuan dari pelaksanaan Rotasi Jabatan adalah untuk
menciptakan atau meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam
suatu organisasi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahyudi
(2002:167) seperti berikut, “memperhatikan pengertian dari rotasi
jabatan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan secara umum
dilaksanakannya program ini adalah untuk menciptakan atau
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam organisasi”.
Sedangkan tujuan khusus dari pelaksanaan Rotasi Jabatan
menurut Wahyudi (2002:167) adalah:
1. Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan jabatan yang
ada dalam organisasi, sehingga dapat menjamin terjadinya kondisi
ketenagakerjaan yang stabil.
2. Membuka kesempatan untuk pengembangan karir.
3. Memperluas dan menambah pengetahuan.
4. Menghilangkan kejenuhan terhadap suatu jabatan.
5. Memberikan imbalan terhadap prestasi kerja.
6. Membuka kesempatan terjadinya persaingan dalam meningkatkan
prestasi kerja.
7. Sebagai pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran.
Hasibuan (2003:102) berpendapat bahwa tujuan dari Rotasi
Jabatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
2. Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi
pekerjaan atau jabatan.
3. Memperluas atau menambah pengetahuan karyawan.
4. Menghilangkan rasa jenuh atau bosan karyawan terhadap
pekerjaannya.
5. Memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya
meningkatkan karier yang lebih tinggi.
28
6. Untuk pelaksanaan sanksi atau hukuman atas pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan karyawan.
7. Untuk memberikan pengakuan atau imbalan terhadap prestasinya.
8. Sebagai alat pendorong agar spirit kerja meningkat melalui
persaingan terbuka.
3.4.3 Langkah-langkah Job Rotation
Hasibuan (2003:103), menyatakan ada dua cara pelaksanaan
Rotasi Jabatan yang dilakukan dalam organisasi, antara lain :
1. Cara tidak ilmiah, yang dilakukan dengan :
a. Tidak didasarkan kepada norma atau standar kriteria tertentu.
b. Berorientasi semata-mata kepada masa kerja dan ijazah, bukan
atas prestasi atau faktor-faktor riil.
c. Berorientasi kepada banyaknya anggaran yang tersedia, bukan
atas kebutuhan riil karyawan.
d. Berdasarkan spoil system.
2. Cara ilmiah, dilakukan dengan :
a. Berdasarkan norma atau standar kriteria tertentu, seperti analisis
pekerjaan.
b. Berorientasi pada kebutuhan yang riil/nyata.
c. Berorientasi pada formasi riil kepegawaian.
d. Berorientasi kepada tujuan yang beraneka ragam.
e. Berdasarkan objektivitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
3.4.4 Penerapan Job Rotation
Contoh penerapan job rotation misalnya di sebuah ruang VK dan nifas
rumah sakit, terjadi penurunan kerja bidan. Setelah dilakukan analisis,
ternyata terjadi kebosanan kerja di masing-masing ruangan. Dalam
rangka menngkatkan kinerja bidan, maka dilakukan rotasi bidan. Bidan
yang berada di ruang VK di rotasi ke ruang nifas. Begitu juga bidan
yang berkerja di ruang nifas. Merka di rotasi ke ruang VK.
3.5 Job Enlargement
29
3.5.1 Pengertian Job Enlargement
Job enlargement diartikan sebagai peningkatan jumlah
pekerjaan yang meliputi tugas dalam tingkat yang sama (Dessler,
2005).Di dalam job enlargement , individu akan mendapatkan
peningkatan area lingkup kerja melalui perluasan jangkauan tugas,
pekerjaan, dan tanggung jawab dalam level yang sama.
3.5.2 Tujuan Job Enlargement
1. Mengurangi kejenuhan terhadap pekerjaan yang monoton
Job Enlargement dirancang untuk mengurangi kejenuhan
karyawan terhadap satu jenis pekerjaan yang dilakukan secara
rutin, karena sifat alamiah seorang manusia yang akan merasa
bosan dengan rutinitas yang sama setiap hari.
2. Meningkatkan fleksibilitas kerja
Penambahan tugas yang dibebankan terhadap individu akan
memberikan suatu fleksibilitas pada aspek dan kondisi tertentu
dalam suatu pekerjaan.
3. Menjaga stabilitas pekerjaan
Ketika salah satu individu berhalangan hadir maka tidak
mengganggu kestabilan kerja dikarenakan individu yang lain bisa
menggantikan pekerjaan tersebut.
4. Efisiensi biaya
Dengan banyaknya jumlah individu yang bisa mengerjakan
banyak tugas dalam pekerjaan, maka perusahaan tidak perlu
menambah jumlah karyawan sehingga bisa meminimalisir
pengeluaran.
3.5.3 Penerapan Job Enlargement
Di Rumah Sakit Keluarga, seorang perawat dalam sehari
hanya mengerjakan tugas mengecek infus dan mengambil sampel
darah pasien. Setelah diterapkan job enlargement, perawat tersebut
dalam sehari harus mengerjakan 4 pekerjaan sekaligus yaitu,
30
mengecek infus, mengambil sampel darah pasien, mengantarkan obat
pada pasien, dan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien
mengenai cara merawat anggota keluarganya yang sedang sakit
tersebut.
3.6 Job Enrichment
3.6.1 Pengertian Job Enrichment
Job enrichment adalah memperluas rancangan tugas untuk
memberi arti lebih dan memberikan kepuasan kerja dengan cara
melibatkan pekerja dengan pekerjaan perencanaan, penyelenggaraan
organisasi dan pengawasan pekerjaan sehingga job enrichment
bertujuan untuk menambah tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan, menambah hak otonomi dan wewenang merancang
pekerjaan dan memperluas wawasan kerja.
Menurut Mathis dan Jackson (2006) Job Enrichment adalah
peningkatan kedalam sebuah pekerjaan dengan menambah tanggung
jawab untuk merencanakan, mengatur, mengendalikan, dan
mengevaluasi pekerjaan.
Menurut Simamora (2004) model karakteristik pekerjaan (job
characteristic models) merupakan suatu pendekatan terhadap
pemerkayaan pekerjaan (job enrichment) yang berusaha merancang
pekerjaan dengan cara memuaskan kebutuhan, pengakuan, dan
tanggung jawab. Pemerkayaan pekerjaan menambah sumber kepuasan
kepada pekerjaan. Metode ini meningkatkan tanggung jawab,
otonomi, dan kendali. Perubahan ini akan memberikan tantangan yang
lebih besar bagi organisasi dan diharapkan dapat meningkatkan
kepuasan kerja karyawan.
Job enrichment adalah meningkatkan otonomi seseorang dalam
mengatur pekerjaannya. Misalnya, seorang petugas di dalam
31
melakaukan pekerjaannya sebelumnya diatur oleh suatu prosedur yang
ketat, dimana dia tidak diberikan wewenang atau hak untu memilih
metode yang dia anggap paling efektif, untuk memilih bahan-bahan
yang dibutuhkan, atau untuk mengatur pekerjaannya. Perubahan ini
akan memberikan tantangan yang lebih besar bagi dia dan diharapkan
dapat meningkatkan kepuasan kerja dan produktifitas.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Job Enrichment adalah
perkembangan lebih lanjut dari Job Rotation & Job Enlargement.
Teori motivasi Herzberg menjelaskan bahwa untuk memotivasi
karyawan, jabatan perlu diperkaya (enriched) sehingga memberi
kesempatan untuk: achievement, recognition, responsibility,
advancement, growth.
3.6.2 Tujuan Job Enrichment
5. Membuat pekerjaan menjadi semakin berarti / bermakna,
menyenangkan, dan memuaskan.
6. Memberikan lebih banyak otonomi dalam merencanakan dan
mengontrol pekerjaannya.
7. Memberikan pekerja lebih banyak tanggung jawab.
8. Memberikan kesempatan – kesempatan kepada pekerja untuk
meraih penghargaan, pengakuan, peningkatan/kemajuan dan
pengembangan. Sehingga para pekerja lebih termotivasi untuk
bekerja lebih giat.
3.6.3 Penerapan Job Enrichment
Di sebuah perusahaan ada seorang kepala bagian marketing.
Oleh perusahaan ia akan dinaikan jabatannya sebagai manager
marketing di perusahaan tersebut. Sebelum ia naik ke jabatan tersebut,
perusahaan meminta agar ia mengambil kuliah untuk mendapatkan
gelar S2 dan juga ia diminta agar mengikuti training yang disediakan
oleh perusahaan. Hal tersebut berguna untuk menambah wawasan dan
32
kemampuan yang ia miliki, agar kemampuan tersebut dapat digunakan
untuk membantu memajukan perusahaan.
3.7 Contoh Kasus
Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufacture menerapkan
sistem kerja shift pada karyawannya. Jadwal kerja dibagi menjadi 2 shift
dengan lama kerja 7 jam/hari pada hari senin-jum`at dan 5 jam/hari pada hari
sabtu, dengan hari libur selama 1 hari yaitu pada hari minggu. Berkenaan
dengan meningkatnya permintaan konsumen, maka perusahaan mengalami
kendala untuk pemenuhan kebutuhan konsumen dikarenakan perbandingan
jam kerja dan kecepatan hasil produksi per shift masih belum mencukupi
permintaan konsumen. Perusahaan melakukam perbaikan shift kerja dengan
menambah shift kerja menjadi 3 shift. Hal ini sangat membantu karena hasil
produksi mengalami kenaikan dikarenakan aktivitas area produksi yang
meningkat (optimal).
Kebijakan yang diambil, memberikan konsekuensi bagi salah satu
departemen kerja, contohnya pada Departemen Quality Control. Jumlah
personel QC sebanyak 30 orang, terbagi dalam 2 shift. Masing-masing shift
sebanyak 15 orang dengan standar produk yang harus diperiksa sebanyak 50
buah per shift. Sehingga, akumulasi produk yang diperiksa sehari sebanyak
100 buah per hari. Dengan sistem baru yang diterapkan perusahaan, maka 30
orang personil terbagi dalam 3 shift. Masing-masing shift sebanyak 10 orang
dengan standar produk yang harus diperiksa adalah 50 buah per shift.
Sehingga, dengan sistem 3 shift didapatkan akumulasi standar produk yang
diperiksa sehari sebanyak 150 buah per hari.
33
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisa Kasus
Bertambahnya permintaan konsumen membuat perusahaan mencari
cara agar permintaan konsumen dapat terpenuhi. Setelah dilakukan analisis,
akhirnya diputuskan bahwa perusahaan akan menambah jadwal produksi
sehingga produk yang dihasilkan lebih banyak sehingga permintaan
konsumen terpenuhi. Hal ini menyebabkan sistem kerja dirubah dari 2 shift
menjadi 3 shift. Pada salah satu departemen, yaitu departemen Quality
Control, pemberdayaan personel dari 2 shift untuk mengisi 3 shift dapat
meningkatkan hasil produksi yang diperiksa. Konsep yang digunakan sesuai
dengan konsep Job Enlargement yaitu dengan penambahan beban kerja
karyawan dengan level yang sama.
34
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Perencanan sumber daya manusia adalah proses penentuan kebutuhan
sumber daya manusia di sebuah organisasi atau perusahaan pada masa
yang akan datang berdasarkan persediaan tenaga kerja yang ada sekarang
dan perubahan-perubahan yang terjadi.
2. Job Analysis merupakan suatu proses untuk mengetahui tentang spesifikasi
jabaran pekerjaan agar seseorang dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Keluaran analisis pekerjaan adalah adanya job description dan job
specification
3. Job design merupakan pernyataan tertulis tentang apa yang harus dilakukan
oleh pekerja, bagaimana orang itu melakukannya dan bagaimana kondisi
kerjanya. Job rotation, Job enlargement dan job enrichment merupakan
metode dari job design.
4. Kasus diatas sudah diatasi sesuai dengan tahap-tahap perencanaan Sumber
Daya Manusia. Sebelum mengeluarkan kebijakan terhadap sumber daya
manusia sudah dilakukan analisis terklebih dahulu.
5.2 SARAN
1. Bagi perusahaan metode perencanaan SDM sudah sesuai dengan
penerapan job enlargement penambahkan beban kerja karyawan.
2. Bagi perusahaan untuk menambah motivasi karyawan sebaiknya
memberikan reward.