proposal penelitian pengaruh pemberian senyawa allelopati daun mangga gadung (mangifera indica l.)...
TRANSCRIPT
PROPOSAL KOMPETISI MENELITI MAHASISWA 2016
Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Senyawa Allelopati Daun Mangga
Gadung (Mangifera indica L.) Terhadap Perkecambahan
Gulma Jejagoan (Echinochloa crus-galli)
Nama Mahasiswa : Nurul Baroroh
NIM : 13620119
Jurusan : Biologi
Lama Kegiatan : 1 bulan
Biaya yang Diusulkan : 2.000.000 (dua juta rupiah)
Malang, 11 Mei 2016
Hormat saya,
Nurul Baroroh
13620119
Mengetahui/Menyetujui:
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing:
Malang, 11 Mei 2016 Malang, 11 Mei 2016
Dr. Evika Sandi Savitri, M.P Azizatur Rahmah
NIP. 197410182003122002 NIP.
Menyetujui,
Wakil Dekan Kemahasiswaan & Kerjasama
Dr. Ahmad Barizi, M.A
NIP. 197312121998031001
Lembar Pernyataan Orisinalitas
Dengan ini,
Nama : Nurul Baroroh
NIM : 13620119
Jurusan : Biologi
Angkatan tahun/semester : 2013/6 (enam)
Menyatakan banwa penelitian yang berjudul:
Pengaruh Pemberian Senyawa Allelopati Daun Mangga Gadung (Mangifera indica) Terhadap
Perkecambahan Gulma Jejagoan (Echinochloa crus-galli). Merupakan karya yang dapat
dipertanggung jawabkan orisinalitasnya. Apabila di kemudian hari ditemukan kecurangan
maka saya bersedia penilitian ini dibatalkan, mengembalikan dana bantuan penelitian dan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Malang, 11 Mei 2016
Nurul Baroroh
13620119
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mayoritas mata pencaharian penduduk Indonesia terutama di daerah pedesaan adalah
sebagai petani dan kebanyakan tanaman yang dibudidayakan satu diantaranya adalah padi
sawah. Telah diketahui area tanah persawahan di Indonesia milik para petani berdasarkan data
yang diperoleh dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementrian
Pertanian tahun 2014 bahwa statistika lahan pertanian tahun 2009-2013 seluas 8.112.103.00
Ha (Billah, 2014). Sehingga tidak menutup kemungkinan dengan banyaknya budidaya padi
sawah yang ditanam di lahan persawahan yang sangat luas tersebut untuk ditumbuhi tanaman
pengganggu atau yang disebut dengan gulma terutama gulma yang paling ganas. Dan menurut
penjelasan dari Chaniago (2009) gulma terganas tersebut dapat menurunkan produksi padi
sawah sampai 90% adalah dari jenis gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli), hal tersebut bila
dibiarkan berasosiasi dengan padi sawah dalam waktu yang lama. Gulma dalam hal ini dapat
menyaingi tanaman padi dalam pengambilan unsur hara, air, ruang, CO2 dan cahaya.
Pengendalian gulma pada tanaman padi di persawahan masih menggunakan herbisida
sintetik karena petani berpendapat menurut Lestari (2011) metode organik, gulma yang tumbuh
di lahan lebih banyak dan dibutuhkan tenaga yang lebih besar untuk memberantas gulma
tersebut. Selain itu, adanya herbisida organik yang ada yakni olahan pabrik masih belum bisa
optimal dalam pengendalian gulma yang ada di lapangan. Sedangkan yang telah diketahui dari
penelitian sebelumnya oleh Yulifrianti (2015) bahwa penggunaan herbisida sintetik cenderung
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Penggunaan herbisida sintetik jika dilakukan
terus menerus dapat merusak lingkungan, meningkatkan resistensi gulma terhadap herbisida
dan mengganggu kesehatan manusia sehingga diperlukan pengendalian alternatif.
Oleh karena itu, diperlukan pengoptimalan dan pemberian kesadaran kepada para
petani terkait efektivitas herbisida organik ketika diaplikasikan di lapangan. Namun dari
herbisida organik yang ada hanya mengendalikan gulma-gulma tertentu saja. Tidak
mengendalikan semua jenis dari gulma, maka dilakukan penelitian ini untuk memberikan
informasi kepada para petani terkait herbisida organik yang mampu mengendalikan berbagai
jenis gulma. Bila diperhatikan lebih lanjut Negara Indonesia memiliki banyak sekali tanaman
mangga, baik tanaman tersebut tumbuh dengan proses pembudidayaan maupun tumbuh liar.
Berdasarkan penjelasan dari Sutono (2008) Sentra produksi mangga yang paling banyak
dintaranya adalah Indramayu, Cirebon, dan Majalengka di Jawa barat, Tegal, Kudus, Pati,
Magelang, dan Soyolali di Jawa Tengah, Pasuruan, Probolinggo, Nganjuk, dan Pamekasan di
Jawa Timur Juga di daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi
Selatan, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Kebanyakan dari masyarakat sendiri bagian tumbuhan mangga yang paling banyak
dimanfaatkan adalah buahnya, sedangkan bagian yang lain seperti daunnya jarang sekali
dimanfaatkan. Biasanya daun-daunnya rontok dan mengotori jalanan atau halaman rumah. Hal
ini dikarenakan daun mangga sangat asam untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Karena
kurang adanya pemanfaatan terkait daun mangga dan dengan adanya penelitian sebelumnya
oleh Yulifrianti (2015) bahwa daun mangga mengandung senyawa alelopati golongan fenol
antara lain ferulic, coumaric, benzoic, vanelic, chlorogenic, caffeic, hydroxybenzoic, dan
cinnamic. Telah terbukti di dalam Alquran Al Karim Surat Al An’am pada potongan ayat ke
59 yakni sebagai berikut:
...وما تسقط من ورقة إلا يعلمها
Artinya:
“dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)”
Ayat diatas membuktikan bahwa Allah mengetahui ada tidaknya sehelai daun yang
gugur. Bila diperhatikan dari lafadz يعلم yang arti bahasanya adalah mengetahui dan lafadz
dasarnya adalah معل yang dapat diartikan pengetahuan. Pengetahuan tidak hanya didasarkan
pada panca indra saja tetapi juga mengadalkan pemikiran dan penilitian dalam menguak atau
menyibak sesuatu yang belum jelas diketahui menjadi dapat diketahui. Berarti dalam ayat
tersebut Allah mengetahui melalui pengetahuan bahwa dalam sehelai daun terdapat banyak
kandungan yang dapat dimanfaatkan untuk manusia. Yakni dalam penelitian bahwa daun
mangga dari satu diantara daun dari berbagai tumbuhan memiliki banyak kandungan yang telah
disebutkan pada paragraf sebelumnya. Dan kandungan-kandungan tersebut merupakan
senyawa alelopati yang mana merupakan senyawa yang bersifat toksik yang dihasilkan oleh
suatu tanaman dan senyawa tersebut dikeluarkan oleh tumbuhan berupa metabolit sekunder
golongan terpenoid, fenol, alkaloid, asam lemak, steroid dan poliasetilen. Sehingga dalam
rangka mendukung gerakan pertanian organik di Indonesia, diperlukan herbisida organik yang
efektif berskala komersial yang dapat menekan pertumbuhan gulma terutama pada tanaman
padi sawah.
Senyawa terpenoid, flavonoid dan fenol adalah alelokimia yang bersifat menghambat
pembelahan sel. Senyawa fenol yang terkandung dalam daun mangga gadung akan
menghambat tahap metafase pada mitosis pada proses perkecambahan gulma jejagoan.
Gangguan pada tahapan metafase menyebabkan proses mitosis pada biji gulma jejagoan
terhambat, sehingga mengakibatkan penghambatan pembelahan dan pemanjangan sel
(Yulifrianti, 2015).
Pengaruh senyawa alelokimia terjadi pada saat proses pengangkutan air pada biji. Air
yang telah bercampur dengan ekstrak yang mengandung alelokimia akan mengganggu kerja
hormon asam giberelin (GA) sehingga GA tidak dapat menginduksi enzim α-amilase yang
mengakibatkan proses perkecambahan terganggu (Tanor dan Sumayku (2009)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Adakah pengaruh pemberian ekstrak daun mangga gadung (Mangifera indica) terhadap
perkecambahan gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli)?
2. Berapakah konsentrasi ekstrak daun mangga gadung (Mangifera indica) yang efektif
dalam menghambat perkecambahan gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemberian ekstrak daun mangga gadung
(Mangifera indica) terhadap perkecambahan gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli)
2. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun mangga gadung (Mangifera indica) yang efektif
dalam menghambat perkecambahan gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli)
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi ilmiah tentang tanaman yang berpotensi sebagai herbisida organik
bagi masyarakat luas
2. Digunakan petani untuk diaplikasikan dalam mematikan gulma secara pratumbuh
1.5 Batasan Masalah
Tumbuhan yang memiliki senyawa alelopati yang digunakan sebagai herbisida organik
dalam penelitian ini dibatasi pada tumbuhan mangga jenis gadung (Mangifera indica L.) dan
bagian tumbuhan yang digunakan adalah daunnya. Untuk gulma padi sawah yang dikendalikan
dibatasi pada gulma terganas dari jenis gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli) dan bagian
yang diambil adalah bijinya.
1.6 Hipotesis
Ada pengaruh pemberian ekstrak daun mangga gadung (Mangifera indica) terhadap
perkecambahan gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli).
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Mangga Gadung (Mangifera indica L.)
Klasifikasi tanaman mangga gadung Mangifera indica L.:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Sub kelas : Magnoliidae
Ordo : Sapindales
Famili :Anacardiacea
Genus : Mangifera
Spesies :Mangifera indica L. (Undang, 1991)
Gambar 1. Mangga Gadung (Mangifera indica)
Tanaman mangga ialah tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara
India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan
Indonesia. Tanaman mangga berasal dari famili Anarcadiaceae, genus Mangifera, species
Mangifera indica (Oktavianto, 2015). Genus dari keluarga Anacardiaceae yang berasal dari
Asia Tenggara tercatat ada 62 spesies enam belas spesies diantaranya memiliki buah yang dapat
dimakan, tetapi hanya spesies Mangifera caesia, Jack., Mangifera foetida, Lous., Mangifera
odorata, Grift., dan Mangifera indica, L. yang biasa dimakan. Diantara keempat spesies
mangga yang dapat dimakan tersebut, yang memiliki jenis paling banyak adalah Mangifera
indica, L. sebagian dari mangga tersebut terpenting memiliki aroma yang cukup kuat
(Oktavianto, 2015).
Pohon bisa mencapai 100 tahun lebih. Morfologi pohon mangga terdiri atas akar,
batang, daun, dan bunga. Bunga menghasilkan buah dan biji (plok) yang secara generatife
dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Akar tunggang pohon mangga sangat panjang, dapat
mencapai 6 m dalamnya. Pemanjangan akar tunggang akan berhenti kalau ujung akar telah
mencapai permukaan air tanah. Sesudah fase perpanjangan akar tunggang berhenti, lalu
bebentuk akar cabang dibawah makin sedikit. Paling banyak akar cabang terdapat pada
kedalaman 30-60 cm dibawah permukaan tanah. Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa
daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya
membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya (Oktavianto, 2015).
Aturan letak daun pada batang (phylloyaxy) biasanya 3/8, tetapi makin mendekati
ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran. Helai daun
bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40 cm, agak liat seperti
kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung
meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder. Beberapa variasi bentuk daun mangga yaitu:
lonjong dan ujungnya seperti mata tombak; berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti
mata tombak; berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing; berbentuk segi empat, ujungnya
membulat (Oktavianto, 2015). Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan,
keunguan atau kekuningan; yang di kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan
sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau
muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih (Oktavianto, 2015).
2.2 Senyawa Alelopati Daun Mangga
Daun mangga dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma karena menghasilkan
senyawa alelokimia yang dapat menghambat pertumbuhan gulma. Senyawa alelokimia
merupakan senyawa yang dikeluarkan oleh tumbuhan berupa metabolit sekunder golongan
terpenoid, fenol, alkaloid, asam lemak, steroid dan poliasetilen (Yulifrianti, 2015). Berdasarkan
hasil penelitian El-Rokiek et al, 2010, ekstrak daun mangga dapat mengahambat pertumbuhan
rumput teki (Cyperus rotundus L.) pada konsentrasi 25% karena ekstrak daun mangga
mengandung senyawa alelopati golongan fenol antara lain ferulic, coumaric, benzoic, vanelic,
chlorogenic, caffeic, hydroxybenzoic, dan cinnamic. Daun mangga mengandung senyawa
metabolit sekunder golongan fenol yaitu ferulik 5,98%, koumarik 15,49%, benzoik 10,32%,
vanelik 11,82%, khlorogenik 7,85%, caffeik 36,74%, gallik 3,78%, hidrobenzoik 2,87%, dan
cinamik 5,15%. Senyawa fenol merupakan salah satu senyawa alelopati yang bersifat
menghambat perkecambahan. Senyawa alelokimia yang terdapat di dalam ekstrak serasah daun
mangga diduga menghambat proses fotosintesis melalui penghambatan aktivitas enzim-enzim
yang diperlukan dalam fotosintesis sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan
berat kering tanaman menjadi berkurang.
Hasil penelitian Saleem, et al., (2013) bahwa ekstrak daun mangga dapat menekan berat
kering gulma rumput kenari (Phalaris minor Retz.). Senyawa alelokimia pada ekstrak serasah
daun mangga sudah mampu memberikan pengaruh dalam menurunkan berat basah gulma
rumput grinting pada konsentrasi yang tinggi. Senyawa fenol yang terdapat pada ekstrak
serasah daun mangga dapat menghambat pertumbuhan rumput grinting. Penurunan berat basah
menunjukkan bahwa proses pertumbuhan mengalami penghambatan. Hal ini terjadi karena
terganggunya proses penyerapan air dan terhambatnya proses fotosintesis (Yulifrianti, 2015).
Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perkecambahan adalah
adanya senyawa alelopati yang bersifat menghambat pertumbuhan. Menurut Trenggono (1990)
pengaruh senyawa alelokimia terjadi pada saat proses pengangkutan air pada biji. Air yang
telah bercampur dengan ekstrak yang mengandung alelokimia akan mengganggu kerja hormon
asam giberelin (GA) sehingga GA tidak dapat menginduksi enzim α-amilase yang
mengakibatkan proses perkecambahan terganggu (Tanor dan Sumayku (2009).
Senyawa terpenoid, flavonoid dan fenol adalah alelokimia yang bersifat menghambat
pembelahan sel. Senyawa fenol menghambat tahap metafase pada mitosis. Gangguan pada
tahapan metafase menyebabkan proses mitosis terhambat, sehingga mengakibatkan
penghambatan pembelahan dan pemanjangan sel. Hambatan ini menyebakan tidak
bertambahnya jumlah dan ukuran sel, sehingga pertumbuhan memanjang atau pertumbuhan
tinggi tanaman terhambat (Yulifrianti, 2015).
2.3 Gulma Jejagoan (Echinochloa crus-galli)
Klasifikasi gulma rumput jejagoan (Echinochloa crus-galli):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Anak kelas : Liliidae
Bangsa : Cyperales
Suku : Graminae
Genus : Echinochloa
Spesies : Echinochloa crus-galli (Undang, 1991)
(a) (b) (c)
Gambar 2. (a) Biji Gulma jajagoan Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv, (b) Rumput jajagoan
Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv, (c) bunga jajagoan Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv,
Gulma jajagoan Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv. adalah gulma utama dan paling
merugikan pada pertanaman padi. Bila gulma ini dibiarkan berasosiasi dengan tanaman padi
untuk waktu yang cukup lama, dapat menyebabkan penurunan hasil sampai 90% (Kwesi et al.,
1991). Gulma E. cruss-galli menghasilkan banyak sekali biji per tanaman yang berguna untuk
penyebaran dan penjamin keberadaan gulma ini pada pertanaman padi (Kim dan Park, 1996).
Biji gulma E. cruss-galli mampu bertahan sampai 3 tahun di lahan (Chaniago, 2009).
Jejagoan berkembang biak secara generatif maupun secara vegetatif.
Perkembangbiakan secara generatif jajagoan ini mampu menghasilkan biji mencapai 40.000
biji dalam semusim (Djazuli, 2011). Dalam hal ini mengakibatkan penyebaran gulma jajagoan
sangat cepat. Akar dari E. crus-galli ditemukan mengandung 15 senyawa phytotoxic yang
dianggap allelokimia terhadap pertumbuhan spesies tanaman lain. Allelokimia yang dihasilkan
oleh tunas muda atau tumbuhan yang masih muda dapat menghambat pertumbuhan padi dan
tanaman lain yang tumbuh di dekatnya (Xuan et al., 2006)
Pengendalian gulma pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mengubah keseimbangan
ekologis yang bertujuan menekan pertumbuhan gulma, tetapi tidak berpengaruh negatif
terhadap tanaman budidaya. Dengan demikian diharapkan dengan adanya pengolahan tanah,
waktu tanam, pemupukan, jarak tanam dan varietas yang tepat, dapat menekan pertumbuhan
gulma sehingga persaingan antara tanaman dengan gulma tidak dapat terjadi. Biasanya
tanaman sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur sepertiga sampai setengah umur
tanaman. Maka pada saat itulah waktu yang tepat untuk dilakukan pengendalian gulma
(Djazuli, 2011).
2.4 Lingkungan Pertumbuhan Gulma
Lingkungan merupakan kesatuan dari segala factor-faktor baik yang hidup (biotis)
maupun yang mati (abiotis) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangbiakan,
atau penyebaran dari segala jenis tumbuhan. Secara umum, lingkungan dapat
dikelompokkan menjadi dua komponen utama yaitu lingkungan makro dan mikro.
Lingkungan makro adalah keadaan lingkungan yang meliputi skala daerah yang luas,
termasuk di dalamnya adalah segala aspek iklim dan tanah seperti intensitas cahaya,
kelembaban, kecepatan angin dan suhu. Lingkungan yang mikro meliputi skala daerah
yang kecil dan sempit dimana lingkungan ini dapat dipengaruhi oleh adanya objek
(batuan,pohon dan lain sebagainya), zat kimia (hara, bahan organik, atau an organik) dan
tofografi (Sastroutomo, 1990).
Echinochloa crus-galli mampu mengurangi dan membersihkan kelebihan garam dari
tanah. Gulma ini juga dapat menghapus kadmium, tembaga, dan mendominasi tanah;
kemampuan ini meningkat ketika asam sitrat ditambahkan ke tanah (Kim dan Lee 2010).
Rumput jejagoan ini juga mampu mengumpulkan seng dari air limbah (Liu et al. 2007).
Perkecambahan dari E. crus-galli tidak terpengaruh ketika terpapar limbah dari tanaman coke,
limbah pabrik bubur kayu dan fasilitas pengolahan air limbah. Pertumbuhan bibit rumput
jejagoan meningkat setelah terkena beberapa polutan dari sebuah pabrik pengolahan air limbah
(Adamus et al. 2001). Kemampuan untuk menahan polutan yang tidak diketahui, bahkan
berkembang dalam beberapa kondisi, menunjukkan potensi untuk menggunakan E. crus-galli
di lahan basah untuk pengolahan air limbah.
Ekologi gulma Echinochloa crus-galli var. crus-galli akan tumbuh baik dalam kondisi
yang menguntungkan pertumbuhan tanaman padi. Lebih suka pada tanah basah dan akan
tumbuh bila sebagian batangnya terendam air. Gulma muda yang mirip dengan bibit padi dan
sering ikut ditanam tanpa disengaja. Pengurangan hasil padi paling gawat jika gulma tumbuh
dalam 60 hari setelah padi berkecambah. Tak satupun metode dapat mengedalikan gulma
secara tuntas di pertanaman. Suatu metode mungkin menekan species tertentu tetapi bebrapa
species lain mendapat pengaruh meguntungkan secara langsung atau tidak langsung. Bila suatu
metode dipraktekkan secara terus menerus pada beberapa musim maka pengaruh yang
menguntungkan itu cenderung mendominasi di musim selanjutnya. Hal inilah yang
memungkinkan timbulnya gulma-gulma utama (major seeds species) yang mendominasi suatu
pertanaman (Djazuli, 2011).
2.5 Ekstraksi
Perlakuan ekstrak serasah daun mangga dalam konsentrasi rendah yaitu konsentrasi
25% dan 35% yang masuk ke dalam jaringan daun telah dapat menghambat aktivitas fisiologis.
Namun pada konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 45% dan 55%, penghambatan berat basah
menjadi lebih tinggi. Rice (1974) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka
semakin tinggi juga pengaruh penghambatannya terhadap aktivitas fisiologis tanaman.
Konsentrasi ekstrak 35% merupakan konsentrasi terendah yang mampu menghambat
perkecambahan gulma yang ditunjukkan dengan menurunnya rerata panjang kecambah
menjadi 1,29 cm (Yulifrianti, 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN
2.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Konsentrasi yang
digunakan adalah konsentrasi 0%, 25%, 35%, 45% dan 55%. Masing-masing perlakuan
diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 25 unit percobaan.
S
Keterangan:
S : Sampel
K : Kelompok Gulma Jejagoan (Echinochloa crus-galli) masing-masing diisi 20 biji
gulma
P : Perlakuan dari konsentrasi P1: 0% (100% air), P2: 25% (25% ekstrak daun mangga
gadung dan 75% air), P3: 35% (35% ekstrak daun mangga gadung dan 65% air), P4:
45% (45% ekstrak daun mangga gadung dan P5: 55% air) dan 55% (55% ekstrak daun
mangga gadung dan 45% air)
H : Hasil
2.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus sampai 23 September 2016. Untuk
ekstaksi dilaksanakan di laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Genetika
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang. Untuk Uji Perkecambahan Biji Gulma Jejagoan dilaksanakan di Green House
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
K1
K2
K3
K4
K5
P1
P4
P3
P2
P5
H1
H5
H4
H3
H2
2.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah menggunakan Pisau untuk
memisahkan helai daun dari tulang daun dan memotong daun menjadi kecil-kecil. Kemudian
menggunakan Dry Blender untuk menghancurkan daun-daun mangga yang sudah dipotong-
potong kecil dan dikeringkan. Alat yang lainnya adalah beaker glass 500 mL, gelas ukur,
Rotary evaporator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan suatu larutan dari
pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia tertentu sesuai yang
diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan biasanya ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian
dipanaskan dengan bantuan penangas, dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan
oleh suatu pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (receiver flask). Kecepatan
alat ini dalam melakukan evaporasi sangat cepat, terutama bila dibantu oleh vakum.
Terjadinya bumping dan pembentukan busa juga dapat dihindari. Kelebihan lainnya
dari alat ini adalah diperolehnya kembali pelarut yang diuapkan. Prinsip kerja alat ini
didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut
terkumpul di atas, serta adanya kondensor (suhu dingin) yang menyebabkan uap ini
mengembun dan akhirnya jatuh ke tabung penerima (receiver flask). Setelah pelarutnya
diuapkan, akan dihasilkan ekstrak yang dapat berbentuk padatan (solid) atau cairan (liquid)
(Nugroho, et al. 1999). Biasanya ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi awal ini (ekstraksi dari
bahan tumbuhan) disebut sebagai ekstrak kasar (crude extract). Polybag ukuran 10x15 cm
sebanyak 25 buah, botol spray, erlenmeyer 250 mL, pipet tetes, corong gelas dan kertas saring.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun mangga (M. indica) yang
masih hijau 2 Kg, benih biji gulma 20 biji, Metanol p.a (CH3OH) 70% 200 mL, tanah, dan
akuades.
2.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada 3 yakni:
Variabel Bebas : Pemberian ekstrak daun mangga gadung (Mangifera indica L.)
Variabel Terikat : Pertumbuhan biji gulma Jejagoan (panjang kecambah gulma
Jejagoan)
Variabel Kontrol : Tanah, Intensitas cahaya, kelembapan udara, dan suhu
2.5 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini, untuk daun mangga gadung (Mangifera indica L.) diambil dari
perkebunan mangga gadung di Desa Tambahmulyo Jakenan Pati. Untuk biji gulma Jejagoan
diambil dari persawahan di Desa Tambahmulyo Jakenan Pati.
2.6 Prosedur Penelitian
Prosedur kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan Daun Mangga, dan Biji Rumput Jejagoan (Echinochloa crus-galli)
Daun mangga yang digunakan sebanyak 2 kg berat basah. Biji gulma rumput jejagoan
(Echinochloa crus-galli) yang digunakan yaitu berwarna hijau. Biji dikeluarkan dari
buah dan direndam dalam air. Biji yang tenggelam diambil dan digunakan pada
penelitian. Daun mangga dan biji rumput rumput jejagoan (Echinochloa crus-galli)
diambil dari lingkungan di persawahan Desa Tambahmulyo Jakenan Pati Jawa Tengah.
2. Preparasi Sampel
Daun mangga dicuci dengan air hingga bersih, kemudian dipotong kecil-kecil dan
dikeringanginkan tanpa terkena cahaya matahari secara langsung selama ± 2 minggu.
Sampel yang sudah kering di dry blender sampai menjadi bubuk sehingga diperoleh
berat kering (Nursal et al., 2006).
3. Ekstraksi Sampel
Ekstraksi sampel daun mangga dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 1 kg
serbuk daun mangga direndam dengan metanol p.a selama 4x24 jam dan dilakukan
pengadukan setiap hari. Semua meserat dari hasil penyaringan dikumpulkan menjadi
satu dan diuapkan dengan Rotary evaporator pada suhu 48 0C dengan kecepatan 90
rpm sampai semua metanol menguap sehingga diperoleh ekstrak kental (Olayele,
2007).
4. Uji Perkecambahan Biji Gulma Rumput Jejagoan (Echinochloa crus-galli)
Penelitian dilakukan pada saat gulma rumput jejagoan (Echinochloa crus-galli) belum
tumbuh (pra-tumbuh). Media tanam berupa tanah gambut dimasukkan ke dalam
polibag ukuran 10x15 cm. Polibag yang telah berisi tanah disiram hingga kapasitas
lapang, kemudian biji gulma rumput jejagoan (Echinochloa crus-galli) disebarkan
merata diatas permukaan tanah, masing-masing 20 biji dalam polibag. Pemberian
ekstrak daun mangga dengan cara penyemprotan dilakukan pada jam 10 pagi dimulai
pada saat penanaman. Penyemprotan pada biji sebanyak 5 mL larutan yang disesuaikan
dengan perlakuan dilakukan sampai biji gulma dan tanah di sekitar biji lembab.
Penelitian diakhiri pada hari ke-10 setelah tanam.
2.7 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analysis Of Variance (ANOVA).
Apabila hasil analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata, uji lanjutan dilakukan
menggunakan Duncan’s Multi Range Test (DMRT) pada taraf 5 % (Sihombing, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Adamus, P., T.J. Danielson, and A. Gonyaw. 2001. Indicators for Monitoring Biological
Integrity of Inland, Freshwater Wetlands: A survey of North American Technical
Literature (1990-2000). U.S. Environmental Protection Agency, Office of Water, Office
of Wetlands, Oceans, and Watersheds. Washington, DC. 219 pp
Bilah, Tassim. 2014. Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013. Jakarta: Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian
Chaniago, Irawati. 2009. Respon Pertumbuhan Awal Dan Aktivitas Enzim Peroksidase Gulma
Jajagoan (Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv.) Yang Berasosiasi Dengan Padi Genotipe
Lokal Sumatera Barat. Jurnal Jerami. Vol. 2. No. 3
Djazuli, Muhammad. 2011. Potensi Senyawa Alelopati Sebagai Herbisida Nabati Alternatif
Pada Budidaya Lada Organik. Semnas Pesnab. Vol. 4
El-Rokiek, G, Kowthar, R, El-Masry, Rafet & K. Nadia, Messiha. 2010.The Allelopathic Effect
of Mango Leaves on the Growth & Propagative Capacity of Purple Nutsedge (Cyperus
rotundus L.). Journal American Research. Vol. 6. No. 3. hal 151-159
Kim, S-H., and I-S. Lee. 2010. Comparison of the ability of organic acids and EDTA to enhance
the phytoextraction of metals from a multi-metal contaminated soil. Bulletin of
Environmental Contamination and Toxicology 84: 255—259
Kim, K. U., and K. H. Park. 1996. ‘Biology of paddy weeds’. In: Weed management in rice.
FAO. Rome. 139 pp.
Kwesi, A., A. N. Nyarko and S. K. de Datta. 1991. Hand Book of Weed Control in Rice. IRRI.
Los Banos. the Philippines. 100 pp.
Lestari, Dia Fitri Novita dkk. 2011. Gulma Di Pertanaman Padi (Oryza Sativa L.)
Konvensional, Transisi, Dan Organik. Fakultas Pertanian Gadjah Mada Yogyakarta
Liu, J., Y. Dong, H. Xu, D. Wong, and J. Xu. 2007. Accumulations of Cd, Pb and Zn by 19
wetland species in constructed wetland. Journal of Hazardous Materials. 147(3): 947—
95
Nugroho, B. W., Dadang, & Prijono, D. 1999. Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida
Alami. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu. Bogor: IPB
Nursal, WS & Juwita, WS. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roxb.) dalam
Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escheria coli dan Bacillus subtilis. Jurnal
Biogenesis. Vol. 2. No. 2. hal. 64-66
Oktavianto, Yoga. 2015. Karakterisasi Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) Cantek, Ireng,
Empok, Jempol Di Desa Tiron, Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri. Jurnal Produksi
Tanaman. Vol. 3. No. 2
Olayele, MT. 2007. Cytotoxicity and Antibacterial Activity of Methanolic Ekstract of
Hisbiscus sabdariffa. Journal of Medicinal Plants Research. Vol. 1. No. 1. hal 9-13
Rice, E. L. 1974. Allelopathy 2nd ed. Orlando Florida: Academic Press
Saleem. K, Perveen. S, Latif. F, Akhtar.KP & Arhsad.HMI. 2013. Identification of phenolics
in mango leaves extact and their allelopathic effect on canary grass and wheat. Journal.
Botani. Vol. 25. No.5. hal. 1527-1535
Sastroutomo. 1990. Ekologi gulma. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sihombing, Apriyana dkk. 2012. Pengaruh Alelopati Calopogonium mucunoides Desv.
Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Anakan Gulma Asystasia gangetica (L.) T.
Anderson. Jurnal Biospecies. Vol. 5. No. 2
Sutono. 2008. Budidaya Tanaman Mangga (Mangifera indica). Bogor: Balai Penelitian Tanah,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Tanor, MN, & Sumayku, BRA. 2009. Potensi Eugenol Tanaman Cengkeh terhadap
Perkecambahan Benih Jagung. Soil Environment. Vol. 1. No. 7. hal. 35-44
Trenggono, RM. 1990. Biologi Benih. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press
Undang, Ahmad Dasuki. 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB
Xuan, T.D., M. Chung III, T.D. Khanh, and S. Tawata. 2006. Identification of phytotoxic
substances from early growth of barnyard grass (Echinochloa crusgalli) root exudates.
Journal of Chemical Ecology. 32: 895—906
Yulifrianti, Elvrina. 2015. Potensi Alelopati Ekstrak Serasah Daun Mangga (Mangifera indica
(L.)) Terhadap Pertumbuhan Gulma Rumput Grinting (Cynodon dactylon (L.)) Press.
Jurnal Protobiont. Vol. 4. No. 1
Lampiran 1
1. Rincian Pembiayaan
No.
1
JENIS ANGGARAN
Belanja Bahan
HARGA
SATUAN
JUMLAH
(Rp)
KETERANGA
N
a. Pisau 1 buah 10.000 10.000
b. Beaker glass 500 Ml 1 buah 30.000 30.000
c. Gelas Ukur 5 Ml 2 buah 35.000 70.000
d. Poly bag 30
buah
500 15.000
e. Botol Spray 1 buah 13.000 13.000
f. Erlenmeyer 2 buah 25.000 50.000
g. Beaker glass 250 mL 1 buah 25.000 25.000
h. Kertas saring
Whathman no.1
1 pack 200.000 200.000
i. Methanol p.a 2,5 L 120.800 302.000
j. Aquadest 3 L 7.000 21.000
k. Corong gelas 2 buah 70.000 140.000
l. Kertas label 1 pack 4.000 4.000
2.
Biaya Transport
Lapangan
Jumlah 880.000
a. Bensin 50.000 50.000
b. ATK 150.000 150.000
Jumlah 200.000
Jumlah Total Rp. 2.000.000
Lampiran 2.
1. Rincian dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian (time schedule)
No. Uraian Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembelian
Bahan
2. Pelaksanaan
Penelitian
3. Penulisan
dan
Pengumpulan
Laporan
Lampiran 3
CURRICULUM VITAE
IDENTITAS DIRI
Nama : Nurul Baroroh
NIM : 13620119
Tempat dan Tanggal Lahir : Pati, 06 April 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Angkatan tahun/Semester : 2013/VI (enam)
Jurusan : Biologi
Alamat Rumah : Ds. Tambahmulyo Rt 01/Rw 03 Kec. Jakenan Kab, Pati
Telp./Hp. : 085600676044
Alamat e-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun Lulus Jenjang Pendidikan
1996/1997 RA Tarbiyatul Islamiyah Jakenan Pati
2003 MI Tarbiyatul Islamiyah Jakenan Pati
2006 MTs Tarbiyatul Islamiyah Jakenan Pati
2009 MA Nurul Qur’an Pucakwangi
2013 Muhadloroh Al-Anwar Sarang Rembang
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun Nama/Jenis Organisasi Jabatan/Jenjang
Keanggotaan
2009 Pondok Nurul Hidayah Ketua Pondok
2012 Pondok Al-Anwar Kebersihan
2015 El Zawa Kader
Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum vitae ini adalah benar dan
apabila terdapat kesalahan, saya bersedia mempertanggungjawabkannya.