pengaruh volume molase rebus dan lama fermentasi
TRANSCRIPT
i
PENGARUH VOLUME MOLASE REBUS DAN LAMA FERMENTASI
HIDROLISAT PROTEIN TANAMAN AZOLLA (Azolla pinnata) REBUS
DENGAN STARTER KHAMIR LAUT
SKRIPSI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI HASIL PERIKANAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Oleh :
ACHMAD FAWZY
NIM. 115080300111063
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
PENGARUH VOLUME MOLASE REBUS DAN LAMA FERMENTASI
HIDROLISAT PROTEIN TANAMAN AZOLLA (Azolla pinnata) REBUS
DENGAN STARTER KHAMIR LAUT
SKRIPSI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI HASIL PERIKANAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
ACHMAD FAWZY
NIM. 115080300111063
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
iv
PERNYATAAN ORISINILITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain kecuali yang tertulis oleh naskah ini dan disebut dengan daftar
pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, 8 Mei 2017
Mahasiswa
Achmad Fawzy
NIM. 115080300111063
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Moh. Artamo (Ayah), Hosmiati (Ibu), dan Julian Rizqi (Adik), serta
Keluarga Besar yang telah memberikan dukungan, semangat, dan do’a.
2. Prof. Ir. Sukoso, M.Sc. Ph. D selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini,
memberikan kultur khamir laut serta molase yang sangat membantu
dalam penelitian saya.
3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
pengetahuan dan membimbing saya dengan sabar hingga saya dapat
memahami materi penelitian saya.
4. Dr. Ir. Hartati Kartikaningsih, MS dan Hefti Salis Yufidasari, S.Pi, MP
selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan ilmu, kritik, dan
saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Teman-teman THP 2011 yang telah memberikan masukan, semangat,
dukungan, tukar pikiran dan pengalaman.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Malang, 8 Mei 2017
Penulis
vi
RINGKASAN
ACHMAD FAWZY, (115080300111063). Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi Hidrolisat Protein Tanaman Azolla (Azolla Pinnata) Rebus dengan Starter Khamir Laut (di bawah bimbingan Prof. Ir. Sukoso, M.Sc. Ph.D dan Dr. Ir. Yahya, MP). Bakso Ikan merupakan salah satu bentuk diversivikasi olahan hasil perikanan. Bakso adalah makanan yang sangat digemari baik dari kalangan menengah ke bawah sampai menengah ke atas sebagai makanan kecil, maupun makan besar dengan demikian bakso berpotensi untuk dikembangkan keanekaragamannya. Ikan memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yang bermanfaat bagi tubuh, serta kandungan asam lemak tak jenuhnya yang bermanfaat mengurangi kadar kolesterol dan sangat baik untuk kesehatan. Salah satu yang harus sangat diperhatikan dalam memilih produk bakso ikan dipasaran adalah dengan memilih kualitas bakso ikan yang sesuai standart SNI. Oleh karena itu penelitian ini berhubungan dengan pengujian kualitas Bakso ikan yang beredar di Pasar Modern Kota Malang.
Maksud atau tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui kualitas dari bakso ikan dari berbagai merk yang beredar di Pasar Modern Kota Malang. Karena kualitas dari berbagai merk bakso ikan yang beredar di pasar, terutama pasar modern belum tentu sesuai dengan standar SNI. Karena pada zaman sekarang ini produsen lebih mementingkan keuntungan sendiri dari pada kesehatan dan pasti konsumen yang akan dirugikan. Sedangkan konsumen sendiri berfikir kalau produk yang ada di pasar Modern itu semuanya berkualitas karena telah mendapat penyeleksian yang ketat. Tetapi kenyataannya belum ada suatu data atau penelitian valid yang menyatakan tentang kualitas dari bakso ikan yang beredar di Pasar Modern khususnya kota Malang kalau benar berkualitas dan sesuai standar.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan menggunakan metode penarikan sampel yaitu kuota sampling. Karena disesuaikan dengan jumlah sampel yang ingin diteliti dan juga karena peneliti tidak mengetahui berapa jumlah anggota populasi secara pasti. Terdapat variable bebas dan variable terikat dalam penelitian ini. Variabel bebas pada penelitian ini adalah bakso ikan dari berbagai merk yang terdapat di Pasar Modern Kota Malang yaitu merk bakso Ikan Kusno, Bumifood, Bernardi, Seafoodking, Champ dan Shifudo. Sedangkan variabel terikat dari penelitian ini ialah kadar air, kadar protein, kadar abu, kadar lemak, kadar karbohidrat dan tingkat kekenyalan.
Dari survei yang dilakukan terdapat 6 merk bakso ikan yang beredar di pasar modern Kota Malang. Pembelian bakso ikan dari merk yang berbeda bertujuan untuk mengetahui kualitas dari setiap produk yang beredar dengan dilihat dari analisi parameter kadar air, potein, lemak, abu, karbohirat dan uji tingkat kekenyalan. Dari setiap produk yang beredar tidak akan sama kualitasnya, karena formulasi dan proses pengolahan dari merk yang berbeda akan berbeda juga. Kemudian setiap sampel produk dari berbagai merk yang dibeli dari pasar modern dilakukan uji proksimat dan uji tingkat kekenyalan
Analisa data yang digunakan data penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana dan tiga kali ulangan. Rancangan yang digunakan untuk penelitian ini adalah rancangan acak lengkap sederhana dengan 3 kali ulangan. Semakin banyak ulangan data yang diperoleh akan semakin akurat. Selanjutnya di lakukan pengujian dengan analisa kadar air, protein, lemak, abu, karbohidrat dan uji tingkat kekenyalan.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyajikan laporan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi Hidrolisat Protein
Tanaman Azolla (Azolla Pinnata) Rebus dengan Starter Khamir Laut”. Di dalam
tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi pertumbuhan khamir
laut, volume molase, dan lama fermentasi, serta kualitas hidrolisat protein Azolla
pinnata rebus yang dihasilkan dari proses hidrolisis khamir laut dengan
menggunakan volume molase dan lama fermentasi yang berbeda.
Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
dalam menyusun laporan skripsi ini, walaupun telah dikerahkan segala
kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak kekurangtepatan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Malang, 8 Mei 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL. ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS. ................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH. ............................................................................ v
RINGKASAN. ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR. ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 1.4 Hipotesis ............................................................................................. 4 1.5 Kegunaan Penelitian............................................................................ 5 1.6 Tempat dan Waktu Peneltian ............................................................. 5
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Azolla ................................................................................... 6 2.2 Fermentasi ........................................................................................... 8 2.3 Khamir Laut ......................................................................................... 9 2.4 Molase ................................................................................................. 13 2.5 Perebusan ........................................................................................... 15 2.6 Hidrolisat Protein Ikan .......................................................................... 16
3. METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian…………………………… .......................................... 19
3.1.1 Bahan Penelitian ......................................................................... 19 3.1.2 Alat Penelitian ............................................................................. 19
3.2 Metode Penelitian……………………………......... ............................... 20 3.2.1 Metode ........................................................................................ 20 3.2.2 Variabel ....................................................................................... 21 3.2.3 Rancangan Percobaan ............................................................... 21
3.3 Prosedur Penelitian……………………......... ........................................ 22 3.3.1 Prosedur Pembuatan Kultur Khamir ........................................... 22
ix
3.3.2 Prosedur Penentuan Fase Log Khamir Laut ............................... 23 3.3.3 Prosedur Pembuatan Hidrolisat Protein Tanaman Azolla ........... 25
3.4 Pengamatan dan Parameter………………………….…......... .............. 29 3.4.1 Pengamatan ................................................................................ 29 3.4.2 Rendemen .................................................................................. 29 3.4.3 Analisis Proksimat ....................................................................... 29
3.4.3.1 Analisis Kadar Air ........................................................... 29 3.4.3.2 Analisis Kadar Lemak ..................................................... 30 3.4.3.3 Analisis Kadar Protein ..................................................... 32 3.4.3.4 Analisis Kadar Abu ......................................................... 32 3.4.3.5 Analisis Kadar Karbohidrat .............................................. 33
3.4.4 Nilai pH ....................................................................................... 33 3.4.5 Kapasitas Emulsi ........................................................................ 34 3.4.6 Daya Buih ................................................................................... 34
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan ....................................................................... 36
4.1.1 Penentuan Fase Logaritmik ........................................................ 36 4.1.2 Penentuan Volume Molase Rebus dan Waktu Fermentasi ........ 40 4.1.3 Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus ...................................... 41
4.2 Penelitian Utama ................................................................................. 42 4.2.1 Rendemen Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................... 43 4.2.1.1 Rendemen Cairan ........................................................... 43 4.2.1.2 Rendemen Pasta ............................................................ 44 4.2.2 Analisis Proksimat Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ....... 45 4.2.2.1 Kadar Air ......................................................................... 45 4.2.2.2 Kadar Abu ....................................................................... 47 4.2.2.3 Kadar Lemak ................................................................... 49 4.2.2.4 Kadar Protein .................................................................. 50 4.2.2.5 Kadar Karbohidrat ........................................................... 52 4.2.3 Analisis pH .................................................................................. 54 4.2.4 Analisis Daya Buih ...................................................................... 56 4.2.5 Analisis Kapasitas Emulsi ........................................................... 57
4.3 Perlakuan Terbaik ................................................................................ 59
5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 61 5.2 Saran ................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan Nutrisi Azolla (%) Berdasarkan Berat Kering ........................ 7 2. Komposisi Kimia Khamir Laut .................................................................. 11 3. Komposisi Kimia Molase .......................................................................... 14 4. Model Rancangan Penelitian ................................................................... 22 5. Tabel berbagai perlakuan pada penelitian ............................................... 26 6. Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus .................................................... 42 7. Selisih Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .................................................... 46 8. Selisih Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan dengan Kontrol Awal Fermentasi ....................................... 48 9. Selisih Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .................................................... 49 10. Selisih Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .................................................... 51 11. Selisih Kadar Karbohidrat Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus dibandingkan dengan Kontrol Awal Fermentasi ............................ 53 12. Selisih pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .................................................... 55 13. Selisih Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .................................................... 56 14. Selisih Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi ......................................... 58 15. Komposisi Kimia Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ............. 60
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tanaman Azolla (Azolla pinnata).............................................................. 7 2. Khamir Laut .............................................................................................. 9 3. Proses Pengenceran Bertingkat Khamir Laut .......................................... 24 4. Diagram Alir Pembuatan Hidrolisat Protein Tanaman Azolla ................... 28 5. Pertumbuhan Sel Khamir Laut dengan Pengamatan Setiap 12 Jam
Sekali Selama 108 Jam ............................................................................ 36 6. Foto Pengamatan Sel Khamir Laut dengan Perbesaran 1000x ............... 38 7. Rata-rata Rendemen Cairan Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ..... 43 8. Rendemen Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ...................... 44 9. Rata-rata Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ......... 46 10. Rata-rata Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ....... 47 11. Rata-rata Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus ....................................................................................................... 49 12. Rata-rata Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus ....................................................................................................... 51 13. Rata-rata Kadar Karbohidrat Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus ....................................................................................................... 53 14. Rata-rata pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................... 54 15. Rata-rata Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ....... 56 16. Rata-rata Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus ....................................................................................................... 58
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Perhitungan dalam Kultur Khamir Laut .................................................... 70 2. Diagram Alir Pembuatan Kultur Khamir Laut ............................................ 71 3. Perhitungan Pembuatan Media Pengenceran Khamir Laut ..................... 72 4. Diagram Alir Pembuatan Media Pengenceran Khamir Laut ..................... 73 5. Data Kepadatan Sel Khamir Laut ............................................................. 74 6. Jumlah Kepadatan Sel Khamir Laut Saat Dilakukan Pengenceran ......... 75 7. Data Pengamatan Pada Penelitian Pendahuluan .................................... 77 8. Hasil Analisis Nilai Rendemen dan Kandungan Nutrisi Kontrol
Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ............................................ 80
9. Data Pengamatan dan Analisis Data Rendemen Cairan Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ....................................................... 81
10. Data Pengamatan dan Analisis Data Rendemen Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda .............................................................. 83
11. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Air Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ........................................................................ 85
12. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Abu Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ........................................................................ 87
13. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Lemak Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ........................................................................ 89
14. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Protein Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda .............................................................. 91
15. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Karbohidrat Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda .............................................................. 93
16. Data Pengamatan dan Analisis Data pH Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ........................................................................ 95
17. Data Pengamatan dan Analisis Data Daya Buih Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ........................................................................ 97
18. Data Pengamatan dan Analisis Data Kapasitas Emulsi Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda .............................................................. 99
19. Dokumentasi Pembuatan Kultur Khamir Laut .......................................... 101 20. Dokumentasi Pengamatan Kepadatan Khamir Laut ................................ 103 21. Dokumentasi Pembuatan Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla
Rebus ....................................................................................................... 104 22. Dokumentasi Analisis Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Tanaman
Azolla Rebus ............................................................................................ 106
xiii
23. Dokumentasi Analisis Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus .............................................................................. 107
24. Dokumentasi Analisis Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus .............................................................................. 109
25. Dokumentasi Analisis Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus .............................................................................................. 110
26. Dokumentasi Analisis pH Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus ......................................................................................................... 111
27. Dokumentasi Analisis Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus .............................................................................. 112
28. Dokumentasi Analisis Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus .............................................................................................. 113
29. Hasil Analisa Proksimat Tanaman Azolla Rebus ....................................... 114 30. Hasil Analisa Kadar Protein Hidrolisat Protein Tanaman Azolla
Rebus Terbaik ............................................................................................ 115
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Azolla pinnata adalah sejenis tanaman paku air yang tumbuh di sawah
atau kolam di daerah tropis yang bernilai gizi tinggi. Tanaman azolla potensial
digunakan sebagai pakan karena banyak terdapat di perairan tenang seperti
danau, kolam, rawa dan persawahan. Pertumbuhan azolla dalam waktu 3-4 hari
dapat memperbanyak diri menjadi dua kali lipat dari berat segar (Haetami dan
Sastrawibawa, 2005). Lumpkin dan Plucknet (1982) menyatakan kandungan
protein pada Azolla sp. sebesar 23,42% berat kering dengan komposisi asam
amino esensial yang lengkap. Kandungan protein yang tinggi dari tanaman azolla
belum dapat menggambarkan secara pasti nilai gizi yang sebenarnya. Sebagai
salah satu diversifikasi produk untuk mengolah azolla adalah dengan
mengolahnya menjadi hidrolisat protein.
Hidrolisat protein merupakan protein yang mengalami degradasi hidrolitik
dengan asam, basa, atau enzim proteolitik. Hasilnya berupa asam amino dan
peptida (Purbasari, 2008). Hidrolisis secara enzimatis lebih dipilih karena efisien,
murah, menghasilkan hidrolisat protein ikan tanpa kehilangan asam amino
esensial. Reaksi hidrolisis ini akan menghasilkan hidrolisat protein yang
berkualitas karena pH, kondisi suhu, dan waktu hidrolisis yang dapat terkontrol.
Penggunaan enzim didalam menghidrolisis protein dianggap paling aman dan
menguntungkan karena dapat berlangsung secara spesifik sehingga
dimungkinkan dapat mempengaruhi pembentukan peptida dan asam-asam
amino (Nurhayati et al., 2014). Pembuatan hidrolisat protein dengan
menggunakan enzim mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara fermentasi.
Fermentasi adalah proses perubahan substrat organik yang kompleks
menjadi komponen yang lebih sederhana dengan adanya aktivitas enzim dan
2
mikroba dalam keadaan terkontrol, dimana bahan-bahan atau komponen yang
dihasilkan dapat menghambat kegiatan mikroba pembusuk (Sastra, 2008). Lama
fermentasi yang berbeda dapat menghasilkan hasil hidrolisat yang berbeda
karena dalam selang waktu tersebut terjadi penguraian senyawa komplek
menjadi sederhana. Pada proses fermentasi tentunya terdapat mikroorganisme
yang berperan didalamnya. Pemilihan mikroorganisme harus disesuaikan
dengan kebutuhan yang akan dihasilkan yakni pembuatan hidrolisat protein.
Mikroorganisme yang akan digunakan dalam fermentasi adalah organisme yang
non patogenik, tidak membutuhkan nutrisi secara spesifik, mudah untuk dikultur,
dan dominan dalam pertumbuhannya, seperti khamir laut.
Khamir laut merupakan salah satu jenis khamir yang diisolasi langsung
dari laut. Merupakan organisme uniseluler dari golongan jamur, bersifat
kemoorganotrof, bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan
pertunasan atau pembelahan (Kreger, 1984). Khamir laut membutuhkan nutrisi
untuk kebutuhan hidupnya seperti sumber karbon dan sumber nitrogen. Khamir
dapat hidup dalam gula sederhana seperti glukosa, atau gula kompleks
disakarida yaitu sukrosa. Khamir mempunyai reaksi positif terhadap gula
rafinosa, trehalosa, maltosa, galaktosa, galaktosa, sukrosa, dan negatif pada
gula laktosa (Ahmad, 2005). Sumber karbon yang biasa digunakan sebagai
media pertumbuhan khamir laut adalah gula pasir. Molase banyak mengandung
gula sehingga dapat digunakan sebagai energi dan sumber karbon (Febriani,
2008).
Molase merupakan limbah cair hasil samping yang berasal dari
pembuatan gula tebu yang berupa cairan kental dan diperoleh dari tahap
pemisahan kristal gula, molase mengandung gula dengan kadar tinggi yaitu 50-
60%, sehingga molase dapat digunakan sebagai media fermentasi yang baik
(Juwita, 2012). Kandungan gula yang tinggi pada molase merupakan sumber
3
karbon untuk metabolisme dan pertumbuhan mikroba, sehingga dapat
ditambahkan pada proses fermentasi. Perebusan molase dilakukan, karena
selain dapat mengurangi kontaminasi dari mikroba juga dapat menguraikan
molase sukrosa menjadi lebih sederhana sehingga dapat langsung digunakan
untuk metabolisme khamir laut (Pangesti et al., 2012).
Sejauh ini belum ada penelitian mengenai khamir laut sebagai starter
dalam pembuatan hidrolisat protein dari tanaman azolla yang direbus dengan
cara fermentasi dan penambahan sumber karbon berupa molase rebus, maka
perlu adanya penelitian mengenai hal tersebut. Dari paparan yang telah
dijelaskan maka diperlukan kajian yang membahas tentang pemanfaatan khamir
laut sebagai biokatalisator dalam pembuatan hidrolisat protein azolla rebus.
1.2 Rumusan Masalah
Tanaman azolla memiliki kandungan protein yang cukup besar, namun
pemanfaatan tanaman azolla selama ini kurang optimal sehingga diperlukan
adanya diversifikasi dalam pengolahan tanaman azolla, misalnya hidrolisat
protein tanaman azolla. Adanya pengolahan tanaman azolla menjadi hidrolisat
protein dengan menggunakan fermentasi berpeluang dalam penyediaan pangan
yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Pemanfaatan khamir laut yang
mengandung berbagai enzim (protease) dalam fermentasi berpotensi untuk
meningkatkan kandungan protein dalam pembuatan hidrolisat protein tanaman
azolla. Penggunaan volume molase rebus dan lama fermentasi yang tepat
sangat menentukan kualitas hidrolisat protein tanaman azolla yang akan
didapatkan. Dari uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh penambahan volume molase rebus yang berbeda
terhadap karakteristik hidrolisat protein tanaman azolla?
4
Bagaimana pengaruh lama fermentasi yang berbeda terhadap
karakteristik hidrolisat protein tanaman azolla?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tentang pengaruh volume molase rebus dan lama
fermentasi hidrolisat protein tanaman azolla (Azolla pinnata) rebus dengan
starter khamir laut adalah:
Untuk mendapatkan volume molase rebus yang tepat terhadap
karakteristik hidrolisat protein tanaman azolla rebus.
Untuk mendapatkan lama fermentasi yang tepat terhadap karakteristik
hidrolisat protein tanaman azolla rebus.
Untuk mengetahui kandungan protein pada perlakuan terbaik hidrolisat
protein tanaman azolla rebus.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang mendasari penelitian ini adalah:
Diduga volume molase rebus berpengaruh terhadap kualitas hidrolisat
protein tanaman azolla rebus.
Diduga lama fermentasi berpengaruh terhadap kualitas hidrolisat protein
tanaman azolla rebus.
Diduga perlakuan terbaik menghasilkan hidrolisat dengan kandungan
protein yang tinggi.
5
1.5 Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
penggunaan volume molase rebus dan lama fermentasi berbeda dengan starter
khamir laut terhadap kualitas hidolisat protein tanaman azolla (Azolla pinnata)
rebus.
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Ikan,
Laboratorium Keamanan Hasil Perikanan, dan Laboratorium Perekayasaan
Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Pengujian
Mutu dan Keamanan Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang, pada bulan Januari - November 2016.
6
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Azolla (Azolla pinnata)
Azolla merupakan jenis tanaman pakuan air yang hidup di lingkungan
perairan dan mempunyai sebaran yang cukup luas. Tumbuhan ini tumbuh di
selokan dan air yang menggenang. Azolla berkembang biak secara vegetatif dan
tumbuh banyak sekali. Reproduksi seksual tidak biasa dilakukan sebagai
perkembangbiakan. Paku-pakuan biasanya berbentuk hijau kusut pada air yang
berlebih dapat menjadi kemerahan merupakan akumulasi dari pigmen antosianin
(Rao, 1993)
Menurut Sudjana (2014), para ahli taksonomi menggolongkan Azolla
pinnata sebagai berikut :
Regnum : Plantae Divisio : Pteridophyta Classis : Pteridopsida Ordo : Salviniales Familia : Salviniaceae Genus : Azolla Species : Azolla pinnata
Tanaman Azolla memiliki ciri-ciri: batang dan cabang mengapung di air
dan bercabang yang susunannya saling tumpang tindih. Akar terdapat pada ruas
cabang permukaan batang dan memiliki rambut-rambut akar dan tudung ruas
berselubung yang dapat gugur karena usia tua, akar memberi sambungan besar
terhadap berat basah total tanaman. Setiap daun Azolla terdiri dari helai daun
bawah dan helai daun atas merupakan daun yang bilobus (bagian atas tebal)
dan warna hijau mengandung klorofil atas dan bawah yang kontak dengan
bagian air tipis warna merah muda karena tidak mengandung klorofil. Daun
azolla selalu bergerombol yang menutupi seluruh permukaan tanaman, helaian
7
daun bawah sebagian tenggelam dalam air dan sedikit klorofil sedangkan helaian
daun atas di atas permukaan air mengandung klorofil yang tebal (Hasbi, 2005).
Gambar 1. Tanaman Azolla (Azolla pinnata)
Tanaman Azolla merupakan gulma air yang tidak termanfaatkan, tetapi
memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu 28,12% berat kering
(Handajani, 2000). Itulah alasan mengapa penelitian ini menggunakan tanaman
Azolla sebagai bahan baku pembuatan hidrolisat protein. Kandungan tanaman
Azolla dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Azolla (%) Berdasarkan Berat Kering
Unsur Kandungan
Abu 10,50
Lemak Kasar 3.0-3,30
Protein Kasar 24-30
Nitrogen 4,5
Fosfor 0,5-0,9
Kalium 2,0-4,5
Pati 6,54
Magnesium 0,5-0,65
Mangan 0,11- 0,16
Zat Besi 0,06-0,26
Gula Terlarut 3,5
Kalsium 0,4-1,0
Serat Kasar 9,1
Klorofil 0,34- 0,55
Sumber: Maftuchah, (1998)
8
2.2 Fermentasi
Fermentasi adalah proses menghasilkan energi dengan perombakan
senyawa organik. Fermentasi juga dapat diartikan suatu reaksi kimia yang
membebaskan energi melalui perombakan nutrisi (disimilasi) senyawa-senyawa
yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Senyawa substrat yang
merupakan sumber energi diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana
(Sulistyaningrum, 2008). Fermentasi merupakan salah satu upaya untuk
mengubah senyawa karbohidrat menjadi etanol dengan bantuan
mikroorganisme, fermentasi juga dapat dikatakan sebagai sutu proses
perubahan kimia yang disebabkan oleh aktivitas mikroba ataupun oleh aktivitas
enzim yang dihasilkan mikroba (Sebayang, 2006).
Pada proses fermentasi selalu berhubungan dengan lama waktu atau
lama waktu fermentasi, perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan
perbedaan pada pertumbuhan mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi
maka akan semakin banyak pula mikroorganisme yang tumbuh sampai nutrisi
pada media tersebut habis. Proses pemecahan karbohidrat dipengaruhi oleh
aktivitas mikroorganisme yang digunakan pada fermentasi (Hidayati et al., 2013).
Fermentasi hidrolisat protein kepala udang rebus dengan penambahan
khamir laut dan molase sebagai substrat dilakukan selama 12 hari (Budy, 2014).
Pada penelitian hidrolisat protein tanaman azolla segar (Azolla pinnata) dengan
volume molase rebus difermentasi dengan menggunakan waktu 12 hari.
Pada proses fermentasi terjadi penguraian senyawa dari bahan-bahan
protein kompleks. Proses fermentasi yang terjadi pada ikan merupakan proses
penguraian secara biologis atau semibiologis terhadap senyawa-senyawa
kompleks terutama protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana,
dimana protein ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptida
9
yang akan diurai lanjut menjadi komponen-komponen lain yang berperan dalam
pembentukan cita rasa (Adawyah, 2007).
2.3 Khamir Laut
Khamir adalah organisme seluler dari golongan jamur, bersifat
kemoorganotrof, bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan
pertunasan atau pembelahan (Febriani, 2006). Khamir termasuk fungi, tetapi
dibedakan dari kapang karena bentuknya yang uniseluler. Reproduksi vegetatif
pada khamir terutama pada pertunasan, sebagai sel tunggal, khamir tumbuh dan
berkembang biak dengan cepat dibandingkan dengan kapang yang tumbuh
dengan perkembangan filamen. Khamir berbeda dengan ganggang karena tidak
dapat melakukan fotosintesis dan berbeda dengan protozoa karena mempunyai
dinding sel yang kuat, khamir mudah dibedakan dari bakteri karena ukurannya
lebih besar dan morfologinya berbeda (Pelczar et al., 1978).
Khamir laut juga termasuk dalam golongan fungi dan dibedakan
bentuknya uniseluler sebagai sel tunggal. Khamir dapat tumbuh didalam larutan
yang pekat, seperti gula dan garam serta lebih menyukai suasana asam, serta
adanya oksigen dilingkungan hidupnya (Baila, 2004). Gambar khamir laut dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Khamir Laut
10
Khamir laut dapat menghasilkan berbagai enzim seperti proteinase,
amilase, deaminase, sukrose, maltose, fosfolipase, dan fosfatase, sehingga
dapat berperan dalam pembuatan hidrolisat protein (Sukoso, 2012). Adapun
kandungan nutrisi, asam amino, asam lemak, dan mineral kultur khamir laut
dapat dilihat pada Tabel 2.
11
Tabel 2. Komposisi Kimia Khamir Laut
Kandungan Presentase (%) mg/100gr
Analisa Proksimat Bahan kering 71,85 -
Protein 28,29 -
Lemak 0,34 -
BETN 4,33 -
Abu 66,09 -
Asam amino essensial Arginin 0,206 -
Histidin 0,262 -
Isoleucin 0,310 -
Leucin 0,318 -
Lisin 0,463 -
Threonin 0,187 -
Metionin+sistin 0,773 -
Valin 0,342 -
Phenylananin 0,274 -
Asam lemak Oleat 14,447 -
Linoleat 7,469 -
Linolenat 0,875 -
Stearat 28,726 -
Laurat 1,842 -
Palmitat 17,437 -
P - 2,276
Cl - 7,452,459
Zn - 266,241
Mg 0,09 -
Sumber: Febriani, 2010
Kandungan kimia dari khamir laut yaitu dinding sel terdiri dari glukan atau
selulosa khamir (3-35%), manan (30%), lemak (8,5-13%), protein (6-8%), dan
kitin (1-2%) dari berat kering sel. Protein pada dinding sel khamir tersebut
12
jumlahnya relatif konstan. Protein ini juga termasuk dalam enzim protease yang
dapat memecah substrat (Fardiaz, 1989).
Peningkatan jumlah massa mikroba pada proses fermentasi dapat
menyebabkan meningkatnya kandungan protein pada produk fermentasi yang
merupakan refleksi dari jumlah massas sel. Mikroba dapat menghasilkan enzim
yang mendegradasis senyawa-senyawa komplek menjadi lebih sederhana serta
mensintesis protein. Khamir laut dapat meningkatkan kandungan protein yang
ada didalam bahan dengan adanya aktifitas enzimatis dari enzim protease, serta
dengan lamanya waktu fermentasi memberikan kesempatan pada khamir untuk
tumbuh dan berkembang sehingga mampu meningkatkan massa mikrobial
protein (Anggorowati et al., 2012). Selama pertumbuhannya, sel khamir laut
menghasilkan senyawa seperti nukleotida, asam amino, faktor tumbuh yang
belum teridentifikasi (unidentified growth factor), yang menstimulir pertumbuhan
dan enzim (Made et al., 1996).
Mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi akan
memberikan hasil optimum apabila ditambahkan pada substrat ketika memasuki
fase log. Bila biakan yang digunakan terlalu muda atau waktu inkubasi terlalu
singkat, ada kemungkinan biakan tersebut masih dalam fase adaptasi, sehingga
pertumbuhan belum optimal, tetapi apabila waktu inkubasi terlalu lama
kemungkinan biakan telah mencapai fase stasioner, oleh karena itu biakan yang
paling baik berada pada fase log (Eka dan Halim, 2009). Fase log yaitu fase
dimana mikroba membelah dengan cepat dan konstan dan pada fase ini
kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh media tempat tumbuhnya
seperti pH dan kandungan nutrien, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan
kelembapan udara (Yuliana, 2008). Pada waktu pembiakan 72 jam, khamir laut
menunjukkan pertumbuhan jumlah sel terbanyak (Purwitasari et al., 2004).
13
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan khamir laut
meliputi Faktor intrinsik yaitu pH, aktivitas air, kamampuan mengoksidasi-reduksi,
kandungan nutrien, dan bahan karbon. Sedangkan faktor ekstrinsiknya yaitu
suhu penyimpanan, kelembapan, dan tekanan gas (Rustan, 2003).
Khamir laut memerlukan substrat dan lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhan hidupnya dan perkembangbiakannnya. Salah satunya yaitu unsur
dasar yang dibutuhkan khamir yaitu sumber karbon dan karbon yang berasal dari
gula pereduksi, selain itu sumber karbon yang digunakan harus memiliki
kandungan yang cukup tinggi dan sesuai (Sari et al., 2014). Selain itu, khamir
laut juga dapat berkembang biak dalam gula sederhana seperti glukosa ataupun
gula kompleks disakarida yaitu sukrosa (Ahmad, 2005).
2.4 Molase
Molase merupakan limbah yang berasal dari pengolahan tebu yang
berbentuk cairan yang kental, dan berwarna coklat tua kehitaman, memiliki
aroma yang berbau manis atau harum khas. Molase termasuk medium
pertumbuhan kompleks yang kaya akan sukrosa, gula yang umumnya dapat
difermentasi oleh khamir laut adalah glukosa, galaktosa, maltosa, sukrosa,
laktosa, trehalosa, melibiosa, dan rafinosa (Noviati, 2007). Pemanfaatan molase
selain digunakan untuk memperoleh etanol juga akan meningkatkan nilai
ekonomis molase. Molase mengandung antara lain : Sukrosa 55%, Gula
pereduksi 18,27%, Abu sulfat 12,74%, Pol 29,25%, Brick 81,27% (Yusma, 1999).
Komposisi kimia molase dapat dilihat pada Tabel 3.
14
Tabel 3. Komposisi Kimia Molase
Komposisi Kimia
Kandungan (%)
Molase Molase Rebus
Kandungan Gula
Air
Protein
Karbohidrat
Abu
Lemak
Gula reduksi
Sukrosa
66,20
23,23
6,36
4,13
0,08
1,5602
0,5299
64,63
24,64
5,73
4,95
0,05
2,1615
0,3962
Fruktosa 4,5652 3,9174
Asam Amino L-Asam Glutamat 2,912 3,594
L-Prolin 0,640 0,350
L-Alanin 0,610 0,512
L-Asam Aspartat 0,405 0,669
L-Serin 0,069 0,234
L-Glisin 0,051 0,187
L-Valin 0,046 0,124
L-Lisin 0,035 0,966
L-Leusin 0,027 0,121
L-Isoleusin 0,024 0,084
L-Treonin 0,021 0,112
L-Tirosin 0,015 0,060
L-Histidin 0,014 0,074
L-Fenilalanin 0,009 0,073
L-Metionin 0,008 0,034
L-Arginin 0,007 0,107
L-Sistein - 0,081
Sumber: (Rohim, 2014)
15
Sumber karbon yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan
S. cerevisiae yaitu glukosa, sukrosa, gula pasir, dan molase. Didapatkan
pertumbuhan S. cerevisiae dengan molase memiliki pertumbuhan yang paling
tinggi dibandingkan menggunakan sumber karbon lainnya. Molase sebagai
limbah pabrik gula dapat pula dipertimbangkan mengingat molase mampu
menghasilkan â-glukan sebaik glukosa. (Kusmiati et al., 2010). Hal ini
disebabkan kondisi fisiologi pertumbuhan sel lebih baik pada medium yang kaya,
dalam hal ini molase mengandung senyawa bernitrogen, garam organik, vitamin
dan elemen mikro yang mampu menstimulasi metabolisme sel (Compagno et al.,
1992).
Pada proses pembuatan hidrolisat protein tanaman azolla dengan teknik
fermentasi, volume molase yang digunakan sebanyak 3 kali perlakuan yaitu 100
mL, 150 mL, dan 200 mL. Penambahan sumber karbohidrat seperti molase ini
bertujuan untuk mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan
sumber energi yang cepat terbentuk dan cepat tersedia bagi mikroba tersebut.
Komposisi nutrisi molase dalam 100% bahan kering adalah 0,3% lemak kasar,
0,4% serat kasar, 3,94% protein kasar dan 11% abu (Sutardi,1981).
2.5 Perebusan
Perebusan adalah proses pemasakan dengan menggunakan suhu panas
(±100ºC), dan termasuk dalam kategori pemanasan basah karena menggunakan
media air (Ardiansari, 2012). Pengolahan panas merupakan salah satu cara yang
telah dikembangkan untuk memperpanjang daya simpan bahan pangan.
Pengolahan dapat menghasilkan produk pangan dengan sifat-sifat yaitu aman,
bergizi, dan dapat diterima dengan baik secara sensori maupun kimia sehingga
dapat lebih diterima oleh konsumen. Namun, perebusan juga dapat menimbulkan
hal yang sebaliknya seperti kehilangan zat-zat gizi dan perubahan sensori
16
(warna, tekstur, bau, dan cita rasa) yang kurang disukai oleh konsumen (Budy,
2014).
Pemasakan dengan melibatkan panas merupakan salah satu proses
pengolahan pangan yang banyak dilakukan baik pada skala rumah tangga atau
skala industri. Beberapa cara pemasakan yang umum dilakukan adalah
perebusan dan pengukusan. Perebusan adalah proses pemasakan dalam air
mendidih sekitar 1000C, yang dimana air sebagai media penghantar panas.
Pengukusan merupakan proses pemasakan dengan medium uap air panas yang
dihasilkan oleh air mendidih (Aisyah et al., 2014).
Bahan makanan mengandung molekul-molekul berbagai senyawa yang
terikat satu sama lain melalui ikatan hidrogen. Proses perebusan atau
pemanasan dengan media air dapat mengurangi daya tarik-menarik antara
molekul-molekul air dan memberikan cukup energi kepada molekul-molekul air
tersebut sehingga dapat mengatasi daya tarik menarik antar molekul bahan
pangan tersebut. Perebusan juga dapat memberikan pengaruh dalam perubahan
komponen kimia dari molase, dimana molase merupakan hasil samping dari
pembuatan gula sehingga tinggi akan kandungan sukrosa. Pada saat perebusan
molase, setiap molekul sukrosa akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa yang
disebut dengan gula invert (Winarno, 2004).
2.6 Hidrolisat Protein Ikan
Hidrolisat protein ikan adalah protein ikan yang telah terurai menjadi
turunan-turunan protein karena adanya proses hidrolisis oleh enzim asam
ataupun basa (Haslina, 2004). Hidrolisat protein dapat dibuat dari ikan yang
memiliki nilai ekomonis rendah. HPI juga dapat dibuat dari limbah ikan seperti
kepala, tulang, daging merah, isi perut, kulit, sisik, tulang kecil, dan sirip (Muzaifa
et al., 2012).
17
Hidrolisis protein mengalami degradasi hidrolitik dengan asam, basa, atau
dengan enzim proteolitik yang menghasilkan produk berupa asam amino dan
peptida. Pengunaan enzim dalam menghidrolisis protein dianggap paling aman
dan menguntungkan. Hal ini disebabkan kemampuan enzim proteolitik dalam
menghidrolisis protein dapat menghasilkan produk hidrolisat yang terhindar dari
perubahan dan kerusakan produk (Kurniawan, 2012).
Hidrolisat protein ikan merupakan produk yang dihasilkan dari penguraian
protein ikan menjadi senyawa-senyawa berantai pendek karena adanya proses
hidrolisis baik oleh enzim, asam maupun basa (Bernadetta et al., 2012) Pada
umumnya hidrolisat protein digunakan untuk memperbaiki karakteristik berbagai
produk pangan. Manfaat hidrolisat protein yaitu sebagai penyedap rasa, sebagai
lanjutan untuk isolasi asam amino, serta untuk pengobatan (Purbasari, 2008).
Faktor yang mempengaruhi terhadap kecepatan hidrolisis dan kekhasan
produk pada proses pembuatan hidrolisat protein yaitu, suhu, waktu hidrolisis,
dan konsentrasi enzim yang ditambahkan, sedangkan tingkat kerusakan asam
amino dipengaruhi oleh kemurnian protein dari bahan awal, serta kondisi dan
jenis bahan penghidrolisis yang digunakan. Lama proses hidrolisis merupakan
faktor yang paling berpengaruh terhadap mutu hidrolisat yang dihasilkan
(Haslina, 2004).
Hidrolisat protein dapat berbentuk cair, pasta, atau tepung yang bersifat
higroskopis. Produk hidrolisat mempunyai kelarutan tinggi pada air, kapasitas
emulsinya baik, serta kemampuan mengembang besar (Purbasari, 2008).
Produk hidrolisat protein memikiki rasa pahit yang merupakan ciri khas produk
HPI yang disebabkan oleh peptida berantai pendek sebagai produk hasil dari
pemecahan protein. Sedangkan rasa manis pada HPI disebabkan oleh asam
amino glisin selama hidrolisis, sedangkan rasa gurih yang dihasilkan disebabkan
oleh pembentukan oligipeptida yang tinggi dari asam glutamat selama proses
18
hidrolisis (Budy, 2014). Hidrolisat protein dapat berbentuk cair, pasta atau tepung
yang bersifat higroskopis. Hidrolisat protein yang berbentuk cair mengandung
30% padatan dan bentuk pasta yang mengandung 65% padatan (Johnson dan
Peterson, 1974).
19
3. METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
3.1.1 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan untuk kultur khamir laut terdiri dari air laut,
gula pasir, pupuk daun (hortigro), starter khamir laut, kapas, plastik wrap, dan
plastik. Bahan-bahan yang digunakan untuk perhitungan kepadatan sel khamir
laut terdiri dari stok khamir laut, gula pasir, pupuk daun (hortigro), kapas, alkohol
dan tissue. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan hidrolisat protein
terdiri dari tanaman Azolla (Azolla pinnata) segar yang didapatkan dari sawah-
sawah yang terletak di Desa Tegalgondo, Kecamatan Karangploso, Malang,
Jawa Timur, sebagai bahan dasar pembuatan hidrolisat protein, bahan dasar lain
yang digunakan yaitu molase, akuades dan inokulum khamir laut.
Bahan untuk analisis proksimat yaitu kertas label, kertas saring, benang
kasur, petroleum-ether, indikator metil orange, tablet kjeldahl, H3BO3, NaOH,
H2SO4. Bahan untuk uji pH, daya buih dan emulsi yaitu akuades dan minyak
jagung.
3.1.2 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan kultur khamir laut terdiri dari
botol kaca, kompor, panci, spatula, pipet volume, bola hisap, timbangan digital,
aerator, selang, corong dan beaker glass. Peralatan yang digunakan untuk
perhitungan kepadatan sel khamir laut terdiri dari mikroskop, hemocytometer,
mikropipet, cover glass, rak tabung reaksi, tabung reaksi, vortex mixer, bola
hisap, pipet volume 10 ml, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur, timbangan digital,
spatula, sprayer, dan corong. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan
20
hidrolisat protein tanaman Azolla rebus terdiri dari kompor, panci, waterbath,
beaker glass, timbangan digital, gelas ukur 100 ml, bola hisap, sendok, pipet
volume, piring, spatula, nampan, baskom, sentrifuge, selang, aerator, botol
plastik, blender, dan food processor.
Alat yang digunakan untuk analisis proksimat antara lain oven, cawan
petri, desikator, loyang, crushable tang, gelas ukur, corong, timbangan digital,
kuvet, sentrifuge, pipet tetes, pipet volume, bola hisap, cawan petri, spatula,
beaker glass, cawan porselen, destruksi, destilasi, statif, buret, hot plate, muffle,
gold fisch, gelas piala, dan sampel tube. Alat yang digunakan untuk analisis
emulsi dan daya buih yaitu pipet volume, cuvet, dan vortex mixer. Alat yang
digunakan untuk analisis pH yaitu pH meter, spatula, dan beaker glass.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen.
Metode penelitian eksperimen adalah metode sistematis guna membangun
hubungan yang mengandung fenomena dari sebab-akibat. Hal ini dilakukan
untuk memperoleh informasi tentang variabel mana yang menyebabkan sesuatu
terjadi dan variabel akibat dari terjadinya perubahan dalam suatu kondisi
eksperimen (Azizah, 2013).
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan kultur
khamir laut yang bertujuan untuk mendapatkan inokulum khamir laut yang
dipanen pada fase pertumbuhan atau log. Khamir laut digunakan sebagai starter
pada pembuatan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus. Setelah itu, menentukan
volume molase dan khamir laut yang bertujuan yaitu untuk memperoleh
konsentrasi dari volume molase dan khamir laut yang terbaik pada pembuatan
hidrolisat protein Azolla pinnata rebus. Terakhir yaitu proses pembuatan
21
hidrolisat protein tanaman azolla rebus dengan starter khamir laut dan volume
molase yang terbaik yang didapat dari penelitian tahap kedua. Sehingga pada
tahap ini digunakan perlakuan volume molase sebesar 100 ml, 150 ml, dan 200
ml dengan starter khamir laut sebesar 2,5 ml. setelah itu dilakukan analisa
proksimat, pH, kapasitas emulsi, dan daya buih.
3.2.2 Variabel
Variabel adalah segala faktor yang berperan atau berpengaruh terhadap
suatu percobaan. Menurut Brink dan Wood (2000), variabel adalah faktor yang
mengandung lebih dari satu nilai di dalam metode statik. Variabel terdiri dari
variabel bebas yang artinya variabel penyebab atau variabel yang
mempengaruhi dimana variabel dalam kelompok sampel dibedakan. Dalam kata
lain peneliti harus dapat memisahkan sampel dalam kelompok alternatif
didasarkan pada variabel. Sedangkan variabel terikat yaitu faktor yang
diakibatkan oleh pengaruh tersebut.
Penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel bebas, variable terikat
dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah volume molase
rebus dan lama fermentasi, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini
adalah analisis proksimat (kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar abu, dan
kadar karbohidrat), pH, daya buih, dan kapasitas emulsi. Dan variable control
dalam penelitian ini yaitu penambahan inokulum khamir laut sebanyak 2,5 ml
pada setiap perlakuan.
3.2.3 Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan yaitu A = molase 100 ml, B = molase 150
22
ml, dan C = molase 200 ml dan lama fermentasi pada hari ke-0, ke-3, ke-6, ke-9,
dan ke-12. Model rancangan percobaan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Model Rancangan Penelitian
Tabel 4 . Rancangan Percobaan Penelitian
Perlakuan Kelompok Rerata Total
Volume 0 3 6 9 12
molase
100 ml
150 ml
200 ml
Hasil dari data diatas selanjutnya dilakukan analisis menggunakan ANOVA
menggunakan uji F dengan membandingkan antara F hitung dengan F tabel.
Jika F hitung < F tabel 5%, maka perlakuan tidak berbeda nyata.
Jika F hitung > F tabel 1%, maka perlakuan menyebabkan hasil sangat
berbeda nyata.
Jika F tabel 5% < F hitung < F tabel 1%, maka perlakuan menyebabkan hasil
berbeda nyata.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Prosedur Pembuatan Kultur Khamir
Prosedur pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkultur
khamir laut. Tahapan dalam mengkultur khamir laut menurut Sukoso (2012),
yaitu menyiapkan bahan-bahan yang digunakan. Bahan-bahan yang digunakan
yaitu air laut, gula pasir, pupuk daun, dan biakan khamir laut. Air laut yang
digunakan yaitu sebanyak 1000 ml. Setelah itu, air laut disterilkan dengan cara
23
direbus sampai mendidih kemudian air laut yang sudah direbus tersebut
didinginkan pada suhu kamar. Air laut steril yang sudah dingin kemudian
dimasukkan ke dalam botol gelas kaca, lalu ditambahkan gula pasir 0,5%
sebagai sumber nutrisi dan pupuk daun 0,2% sebagai sumber nitrogen (b:v)
serta dihomogenkan sehingga diperoleh media khamir laut. Lalu ditambah starter
khamir laut sebanyak 2 ml dan dihomogenkan. Kultur khamir laut yang telah siap
kemudian ditutup dengan kapas dan dilapisi plastik wrap untuk menghindari
kontaminasi yang tidak diinginkan, lalu diberi aerasi yang cukup untuk
menambah suplai oksigen dalam pertumbuhan khamir laut. Aerasi dilakukan
selama tiga hari untuk dilakukan pengamatan tingkat kepadatan sel khamir laut.
3.3.2 Prosedur Penentuan Fase Log Khamir Laut
Prosedur yang dilakukan untuk menetukan fase log dilakukan dengan
menggunakan haemocytometer dan mikroskop. Pengamatan dilakukan dengan
mengamati setiap 12 jam sekali kultur khamir untuk diukur kepadatannya dengan
menggunakan haemocytometer dan mikroskop.
Prosedur perhitungan kepadatan sel khamir laut yaitu pada hari pertama
sampai hari ke-tiga kultur khamir laut yang telah diaerasi diambil sebanyak 1 ml
untuk dilakukan penganceran dari 10-1 sampai 10-4. Namun terlebih dahulu
disiapkan media pengenceran yang akan digunakan. Prosedur pembuatan media
pengenceran yaitu air laut sebanyak 100 ml disterilkan dengan dipanaskan
sampai mendidih kemudian didinginkan pada suhu kamar, kemudian diambil air
laut steril sebanyak 50 ml dan dimasukkan ke dalam enlemeyer, kemudian
ditambah gula pasir sebanyak 0,25% (b:v) kemudian pupuk daun sebanyak 0,1%
(b:v) serta dihomogenkan.
Setelah media yang akan digunakan sudah siap, langkah selanjutnya
adalah perhitungan kepadatan sel khamir laut dengan menggunakan
24
haemocytometer. Prosedur kerja yang digunakan yaitu diambil 9 ml media
pengenceran kemudian dimasukkan pada masing-masing lima tabung reaksi
untuk diberi perlakuan tingkat pengenceran 10-1 sampai 10-4 dan satu sebagai
blanko. Tabung reaksi 10-1 yang telah berisi media ditambahkan kultur khamir
laut sebanyak 1 ml, lalu dihomogenkan dengan menggunakan vortex mixer.
Setelah itu, dari tabung reaksi 10-1 yang telah dihomogenkan diambil sebanyak 1
ml. untuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-2 dan dihomogenkan, serta
dilakukan dengan cara yang sama sampai tabung reaksi 10-4. Selanjutnya, dari
hasil pengenceran 10-4 diuji kepadatan khamir laut dengan mikroskop dan
haemocytometer.
Kultur khamir yang
telah diaerasi
Gambar 3. Proses Pengenceran Bertingkat Khamir Laut
Pengamatan kepadatan khamir laut dengan menggunakan pengamatan
mikroskop, yaitu dengan mengambil kultur khamir laut yang telah diaerasi
dengan menggunakan pipet tetes lalu diteteskan di atas hemocytometer dan
ditutup dengan cover glass. Preparat kultur khamir laut selanjutnya diamati di
bawah mikroskop pada skala pembesaran 400x Selanjutnya diamati dibawah
mikroskop pada perbesaran 400x. Kemudian dihitung sel khamir laut pada 5
kotak, yaitu ujung kiri bawah, ujung kiri atas, ujung kanan atas, ujung kanan
25
bawah, dan bagian tengah. Pengamatan kepadatan khamir laut dilakukan setiap
12 jam sekali mulai jam ke-0 sampai jam ke-108.
Pada pengamatan tingkat kepadatan khamir laut, ada fase log yang
ditandai dengan pertumbuhan sel yang paling tinggi dibandingkan dengan fase
lainnya. Fase log sendiri yakni fase dimana mikroorganisme mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat dan dapat dikatakan sebagai pertumbuhan
eksponensial. Pada fase log ini kebutuhan energi lebih tinggi dan sel menjadi
lebih sensitif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, pada fase ini mikroba
termasuk didalamnya khamir laut banyak memproduksi zat-zat metabolit yang
dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya (Waluyo, 2007).
3.3.3 Prosedur Pembuatan Hidrolisat Protein Tanaman Azolla
Pada pembuatan hidrolisat protein tanaman Azolla rebus, prosedur
pertama yang dilakukan yaitu mencuci bersih tanaman azolla. Setelah itu
tanaman Azolla dihaluskan menggunakan blender supaya tanaman azolla
mudah tercampur dengan komponen lain. Azolla yang sudah dihaluskan
kemudian direbus dengan menggunakan akuades 1:2 (b:v) suhu 600C selama 15
menit. Lalu ditimbang sebanyak 50 g untuk masing-masing perlakuan kemudian
dimasukkan kedalam botol. Pada penelitian ini juga menggunakan molase (tetes
tebu) rebus, dimana proses perebusannya dilakukan sampai mendidih karena
molase memiliki sifat sebagai sumber nitrogen dan sumber karbon yang dapat
digunakan sebagai pengganti gula sehingga mudah mengalami karamelisasi.
Pada penelitian ini menggunakan penambahan molase rebus dan lama
fermentasi yang berbeda. Perlakuan penelitian dengan berbagai variabel dapat
dilihat pada Tabel 5.
26
Tabel 5. Tabel berbagai perlakuan pada penelitian
Perlakuan Molase Rebus
Lama Fermentasi
1 2 3
A A1 A2 A3
B B1 B2 B3
C C1 C2 C3
D D1 D2 D3
E E1 E2 E3
Keterangan : A = lama Fermentasi 0 hari 1 = volume molase rebus 100 mL
B = lama Fermentasi 3 hari 2 = volume molase rebus 150 mL
C = lama Fermentasi 6 Hari 3 = volume molase rebus 200 mL
D = lama Fermentasi 9 hari
E = lama Fermentasi 12 hari
Pada penelitian ini molase yang digunakan menggunakan konsentrasi
yang berbeda-beda yaitu 100 ml, 150 ml dan 200 ml, tujuan diberikan
konsentrasi yang berbeda adalah untuk mengetahui efektifitas molase rebus
terhadap proses pembuatan hidrolisat protein tanaman azolla. Kemudian
ditambahkan inokulum khamir laut sebanyak 10 ml. Khamir laut yang digunakan
adalah khamir yang mengalami fase logaritmik karena itu adalah fase
pertumbuhan khamir laut menuju pertumbuhan tertinggi. Tujuan dari
penambahan khamir laut yaitu sebagai starter dalam proses hidrolisis tanaman
azolla. Lalu botol ditutup rapat dan diberi aerasi sebagai suplai oksigen.
Kemudian dilakukan proses fermentasi dan dilakukan pengamatan pada hari ke
0, 3, 6, 9 dan 12, tujuan dari lama fermentasi yang berbeda yaitu untuk
mengetahui tingkat efektifitas fermentasi dalam proses pembuatan hidrolisat
protein tanaman Azolla rebus.
Langkah selanjutnya yaitu dilakukan analisis terhadap hasil fermentasi
hari ke 0, 3, 6, 9 dan hari ke-12. Sebelum dilakukan analisis kandungan nilai gizi
hidrolisat protein tanaman azolla diperas terlebih dahulu menggunaan kain
27
blancu. Tujuan dari dilakukan pemerasan yaitu untuk memisahkan antara cairan
dan endapan pada sampel hidrolisat protein tersebut. Setelah itu, cairan
hidrolisat protein dioven vakum selama ±9 jam dengan suhu 55oC, tujuan dari
dilakukan pengovenan vakum menggunakan suhu 55oC adalah supaya tidak
merusak pada kadar protein dalam hidrolisat protein. Selain itu, kadar air
hidrolisat protein akan turun dan menjadi bentuk pasta. Hal tersebut terjadi
dikarenakan adanya proses evaporasi, dimana pada prinsipnya adalah
menguapkan air yang terdapat pada bahan (larutan pekat) menggunakan vakum
(tanpa ada udara) dengan tekanan tinggi.
Selanjutnya dilakukan analisi kimia antara lain analisis proksimat, pH,
emulsi dan daya buih. Analisis tersebut adalah karakteristik fisik dari hidrolisat
protein. Dari hasil analisa hidrolisat protein terbaik, selanjutnya dilakukan analisis
total asam amino. Prosedur skema kerja pembuatan hidrolisat protein tanaman
azolla dapat dilihat pada Gambar 4.
28
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Hidrolisat Protein Tanaman Azolla
Dicuci hingga bersih
Azolla yang sudah dihaluskan kemudian direbus dengan
menggunakan akuades 1:2 (b:v) suhu 60 0C selama 15 menit
Penghalusan dengan menggunakan blender
Ditimbang sebanyak 50 g
Penuangan ke dalam beaker glass
Penghomogenan
Substrat
Penghomogenan lalu dimasukkan ke dalam botol
Fermentasi selama 0, 3, 6, 9, 12 hari pada suhu ruang
Penyaringan dengan kain blancu
Cairan hidrolisat protein tanaman Azolla
segar
Pengeringan dalam oven vakum pada suhu 550C
550C
Penambahan molase
rebus 100 ml, 150 ml,
200 ml
Perebusan hingga
mendidih
Analisis : 1. Proksimat
2. pH
3. Daya buih
4. Kapasitas
emulsi
Penambahan inokulan khamir laut
sebanyak 10 ml
Pemberian aerasi dan penutupan dengan malam
Pasta hidrolisat protein tanaman Azolla
Tanaman Azolla
Molase
Padatan
29
3.4 Pengamatan dan Parameter
3.4.1 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi rendemen, analisa proksimat (kadar
air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat), pH, daya
buih, kapasitas emulsi, dan profil asam amino.
3.4.2 Rendemen
Menurut Yunita (2009), rendemen merupakan persentase perbandingan
antara produk yang dihasilkan terhadap bahan bakunya. Purbasari (2008),
mengatakan bahwa rendemen adalah jumlah persentase sampel akhir setelah
proses dan dinyatakan dalam % (persen). Rendemen produk hidrolisat protein
merupakan persentase banyaknya produk hidrolisat yang dihasilkan terhadap
bahan baku yang digunakan sebelum hidrolisis. Persamaan yang dapat
digunakan untuk menghitung rendemen adalah:
endemen
B 1
Keterangan : A = Berat akhir hidrolisat (setelah diperas dan dikeringkan) (g)
B = Berat awal sampel setelah pencampuran (g)
3.4.3 Analisis Proksimat
3.4.3.1 Analisis Kadar Air
Menurut Legowo et al., (2007), analisis yang digunakan adalah dengan
cara pengeringan. Metode pengeringan dengan oven didasarkan atas prinsip
perhitungan selisih bobot bahan (sampel) sebelum dan sesudah pengeringan.
Selisih bobot tersebut merupakan air yang teruapkan dan dihitung sebagai kadar
air bahan. Prinsip metode ini adalah mengeringkan sampel dalam oven dengan
suhu 100-1050C sampai bobot konstan dan selisih bobot awal dengan bobot
akhir dihitung sebagai kadar air. Prosedur dan perhitungan kadar air metode
pengeringan oven adalah sebagai berikut:
30
Siapkan cawan porselin yang telah diberi kode sesuai kode sampel,
kemudian panaskan dalam oven dengan suhu 100-1050C selama ± 24 jam.
Ambil cawan porselin, masukkan dalam desikator ± 15 menit, kemudian
cawan ditimbang.
Timbang sampel sebanyak 5 g dalam cawan porselin yang telah diketahui
beratnya.
Keringkan dalam oven pada suhu 100-1050C selama 4-6 jam. Ditimbang,
dioven kembali dan ditimbang hingga konstan. Bobot dianggap konstan
apabila selisih penimbangan tidak melebihi 0,2 mg.
Masukkan dalam desikator ± 15 menit, dilanjutkan dengan penimbangan.
Kadar air dapat dihitung dengan rumus:
Kadar air B
B 1
Dimana :
A : berat botol timbang
B : berat sampel
C : berat akhir (botol timbang + sampel) yang telah dikeringkan.
3.4.3.2 Analisis Kadar Lemak
Menurut Sudarmadji et al., (1989), analisis kadar lemak meggunakan
metode goldfisch. Metode goldfisch adalah metode yang digunakan untuk
ekstraksi lemak, dimana labu ekstraksi dirancang supaya pelarut melewati
sampel tanpa merendam sampel. Prinsip metode goldfisch adalah sampel yang
telah dihaluskan, dimasukkan ke dalam thimble kemudian dipasang dalam
tabung penyangga yang berlubang pada bagian bawah. Pelarut diletakkan dalam
gelas piala yang terdapat di bawah tabung penyangga. Saat dipanaskan, pelarut
naik dan dinginkan oleh kondensor sehingga terdapat embun dan menetes pada
sampel, sehingga bahan dibasahi oleh pelarut dan lemak terekstraksi yang
31
kemudian akan tertampung dalam gelas piala kembali. Prosedur dan perhitungan
analisis kadar lemak adalah sebagai berikut:
- Penimbangan sampel sebanyak 5 g.
- Peletakan dalam oven dengan suhu 105°C selama 24 jam.
- Peletakan kertas saring dan tali kedalam oven bersamaan dengan sampel.
- Peletakan kertas saring dan tali kedalam desikator dan penimbangan
sampel sebanyak 2 g.
- Penimbangan berat kertas saring dan tali menggunakan timbangan analitik
- Pembungkusan sampel dengan kertas saring.
- Pasanglah sampel pada sampel tube, yakni gelas penyangga yang bagian
bawahnya terbuka tepat di bawah kondensor alat destilasi Goldfisch.
- Dimasukkan pelarut petroleum eter secukupnya ke dalam gelas piala.
- Pasanglah gelas piala berisi pelarut pada kondensor sampai tepat, dan tak
dapat diputar lagi.
- Hidupkan aliran air pendingin dan kondensor.
- Naikkan pemanas listrik sampai menyentuh bagian bawah gelas piala dan
nyalakan pemanas listriknya.
- Proses ekstraksi 3-4 jam.
- Setelah selesai ekstraksi, pemanas dimatikan dan diturunkan. Setelah
sekiranya tidak ada tetesan pelarut, diambil thimble dan sisa dalam gelas
penyangga.
- Kemudian residu dikeringkan dalam oven 1050C sampai berat konstan.
Berat residu ini dinyatakan sebagai minyak atau lemak yang ada pada
bahan.
- Pendinginan sampel dalam desikator.
32
- Kadar emak dapat dihitung dengan rumus:
Kadar emak berat a al berat kertas saring berat akhir
berat a al sam el 1
3.4.3.3 Analisis Kadar Protein
Menurut Sudarmaji et al., (2003), pada prinsipnya penentuan kadar
protein dilakukan dengan metode Kjeldahl. Dimana dengan cara menghitung
presentase Nitrogen (N) terlarut yang terkandung oleh suatu bahan pangan.
Prosedur penentuan kadar protein dengan metode Kjedahl sebagai berikut:
- Diambil bahan yang telah dihaluskan sebanyak 0,5 g dan dimasukkan
kedalam labu kjedahl.
- Ditambah 15 ml H2SO4 pekat dan 2 g tablet kjeldahl sebagai katalisator.
- Dipanaskan dalam ruang asam selama 2-3 jam pada suhu 3700C sampai
jernih kehijauan.
- Setelah dingin ditambahkan akuades 100 ml dan 50 ml NaOH.
- Dilakukan destilasi dan menampung destilasi dalam enlemeyer yang telah
diberi 50 ml H3BO3 dan 1 tetes indikator MO (Metyl Orange).
- Destilasi berakhir dan dilakukan titrasi dengan larutan H2SO4 0,3 N hingga
warna merah muda tidak pudar.
- Kadar protein dapat dihitung dengan rumus:
Protein ml titrasi 2 ml blanko 2 1 , ,2
Berat sam el 1 1
3.4.3.4 Analisis Kadar Abu
Menurut Sudarmadji et al., (1989) analisis kadar abu adalah zat
anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Prinsip analisis kadar abu
adalah mengoksidasi zat organik pada suhu tinggi sekitas suhu 500-600oC
33
kemudian melakukan penimbangan zat yang masih tertinggal setelah proses
pembakaran.
Prosedur dan perhitungan analisis kadar abu adalah sebagai berikut:
- Dimasukkan kurs porselin kedalam oven selama 12 jam pada suhu 100-
1050C, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air
dan ditimbang beratnya.
- Sampel ditimbang sebanyak 2 g dan dimasukkan dalam kurs porselin yang
sudah dioven.
- Sampel dibakar diatas hot plate sampai tidak berasap.
- Dilakukan pengabuan sampel didalam muffle dengan suhu 6000C sampai
pengabuan sempurna. Lama pengabuan berbeda-beda dan berkisar antara
2-8 jam.
- Sampel yang sudah menjadi abu didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
- Kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Kadar bu berat kurs orselin akhir berat orselin a al
berat sam el 1
3.4.3.5 Analisis Karbohidrat
Menurut Winarno (2004), prinsip penentuan kadar karbohidrat dapat
diketahui dengan cara menghitung selisih % total kadar air, kadar lemak, kadar
abu dan kadar protein atau dengan cara perhitungan Carbohydrate by
Difference.
Karbohidrat 1 kadar air lemak rotein abu
3.4.4 Nilai pH
Menurut Sudarmadji et al., (1989), penetapan nilai pH dilakukan setelah
pH meter dikalibrasi terlebih dahulu. Sampel sebanyak 1 ml ditambahkan dengan
akuades perbandingan 1:10 (v:v), lalu dihomogenkan. Setelah itu, elektroda
34
dibilas dengan menggunakan akuades dan dikeringkan. Elektroda dicelupkan ke
dalam larutan sampel dan pengukuran pH dapat di set. Elektroda dibiarkan
tercelup beberapa saat sampai diperoleh nilai pH yang stabil dan kemudian
dicatat nilai pH sampel yang didapat.
3.4.5 Kapasitas Emulsi
Menurut Rieuwpassa et al., (2013), kapasitas emulsi yang baik bila bahan
dapat menyerap air dan minyak secara seimbang. Prinsip dari kapasitas emulsi
protein bergantung pada keseimbangan ikatan hidrofilik dan lipofilik. Kapasitas
emulsi diukur dengan cara 5 g sampel ditambahkan dengan 20 ml akuades dan
20 ml minyak jagung, kemudian dihomogenkan selama 1 menit. Lalu disentrifus
dengan kecepatan 7500 rpm selama 5 menit. Budy (2014) menyatakan prinsip
dari kapasitas emulsi pada protein bergantung pada keseimbangan ikatan
hidrofilik dan lipofilik.
Prosedur pengujian kapasitas emulsi adalah sebagai berikut:
- Timbang sampel sebanyak 1 g.
- Tambahkan 5 ml akuades dan 5 ml minyak jagung.
- Homogenkan selama 1 menit dan disentrifus dengan kecepatan 7500 rpm
selama 5 menit.
- Kapasitas emulsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Ka asitas mulsi olume emulsi setelah disentri us
olume a al 1
3.4.6 Daya Buih
Kestabilan buih merupakan ukuran kemampuan struktur buih untuk
bertahan kokoh atau tidak mencair selama waktu tertentu. Indikator kestabilan
buih adalah besarnya tirisan buih selama waktu tertentu dan dinyatakan dalam
bobot, volume atau derajat pencairan buih (Simon, 2014). Budy (2014)
35
menyatakan prinsip dari daya buih yaitu kekuatan protein dalam memerangkap
gas, dimana kapasitas buih bergantung pada fleksibilitas molekul dan sifat fisiko
kimia protein.
Prosedur Pengujian daya buih adalah sebagai berikut:
- Timbang sampel sebanyak 1 g lalu dimasukkan kedalam cuvet.
- Tambahkan 10 ml akuades.
- Pengukuran tinggi awal pada cuvet yang berisi sampel dan akuades.
- Dihomogenkan dengan cara dikocok selama 1 menit.
- Pengukuran tinggi buih yang terbentuk pada cuvet.
Rumus perhitungan daya buih adalah sebagai berikut:
Daya Buih olume busa yang terbentuk
olume a al 1
36
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penelitian Pendahuluan
4.1.1 Penentuan Fase Logaritmik
Fase logaritmik adalah fase meningkatnya aktivitas pertumbuhan sel
khamir laut, sehingga pada fase ini sel khamir laut mengalami pertumbuhan
populasi yang maksimum. Peningkatan aktivitas ini biasanya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain: sifat mikoorganisme, kandungan nutrisi pada media
kultur, kandungan oksigen, suhu, dan lain-lain. Penentuan fase logaritmik
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap tingkat kepadatan sel
khamir laut dengan menggunakan hemocytometer dan mikroskop. Berikut ini
adalah sel-sel khamir laut yang telah mengalami pertumbuhan dan pembelahan
selama waktu pengamatan yang telah dilakukan setiap 12 jam sekali. Hasil
pengamatan pertumbuhan sel khamir laut ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pertumbuhan Sel Khamir Laut dengan Pengamatan Setiap 12 Jam
Sekali Selama 108 Jam
y = -0,0314x2 + 0,3958x + 9,8425 R² = 0,8511
10
10,2
10,4
10,6
10,8
11
11,2
11,4
11,6
11,8
12
0 12 24 36 48 60 72 84 96 108
Ju
mla
h s
el /
ml
Waktu (Jam)
37
Pada Gambar 5 menunjukkan pertumbuhan khamir laut dimulai dari fase
lag sampai fase menuju kematian. Dimana fase lag terjadi pada jam ke-0 sampai
jam ke-12 yang ditandai dengan pertumbuhan yang berjalan secara lambat.
Gambar juga menunjukkan bahwa bentuk dari sel khamir laut yaitu bulat oval
dan terdapat tonjolan berukuran kecil yang menempel disampingnya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sedang mengalami pertunasan. Menurut Kabinawa
(2006), pada fase lag (adaptasi) inokulum yang baru ditransfer kedalam medium
pengulturan mengalami proses penyesuaian diri (adaptasi) terhadap medium
pertumbuhannya. Proses ini berjalan sekitar 10 jam setelah diinokulasi.
Selanjutnya, fase logaritmik terjadi jam ke-72, ditandai dengan peningkatan
maksimal sel khamir laut menjadi semakin tinggi dikarenakan banyaknya sel
khamir laut yang tumbuh dan melakukan pembelahan diri secara cepat. Fase
logaritmik merupakan saat yang tepat untuk mentransfer inokulum (biak)
kedalam medium pertumbuhan yang baru.
Tingkat pertumbuhan sel khamir laut tertinggi terjadi pada jam ke-72,
dapat dilihat dari hasil pengamatan dengan menggunakan hemocytometer
melalui mikroskop. Hasil pengamatan tingkat kepadatan sel khamir laut pada jam
ke-0 sampai jam ke-108 melalui mikroskop dengan pembesaran 1000x dapat
dilihat pada Gambar 6.
38
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g) (h) (i)
(j)
Gambar 6. Foto Pengamatan Sel Khamir Laut dengan Perbesaran 1000x. Pada
jam ke-0 (a), jam ke-12 (b), jam ke-24 (c), jam ke-36 (d), jam ke-48
(e), jam ke-60 (f), jam ke-72 (g), jam ke-84 (h), jam ke-96 (i), jam ke-
108 (j).
Pada Gambar 6 tampak bahwa sel khamir laut ada yang berbentuk oval,
bulat, dan menyerupai garis lurus. Beberapa sel khamir laut terlihat seperti
bulatan kecil. Bulatan kecil tersebut nantinya akan tumbuh besar dan berbentuk
menyerupai gelembung. Bulatan kecil ini disebut konodia. Konodia menunjukkan
39
bahwa sel khamir laut sedang mengalami pembelahan. Bentuk sel khamir
bermacam-macam yaitu bulat, oval, silinder, dan bulat panjang. Khamir adalah
mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran 5 sampai 20 mikron. Dalam kultur
yang sama, ukuran dan bentuk khamir laut mungkin berbeda karena adanya
pengaruh umur sel dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan khamir laut
(Fardiaz, 1989).
Pada Gambar 6, tampak bahwa pada jam ke-24 sampai jam ke-96 sel
khamir laut sedang melakukan pembelahan diri. Proses pembelahan sel khamir
laut terjadi secara aseksual dengan cara membentuk tunas. Dari proses
pertumbuhan sel khamir laut, pada jam ke-72 merupakan fase yang memiliki
jumlah populasi tertinggi yang ditandai dengan semakin banyaknya konidia dan
siap melakukan proses pelepasan. Oleh karena itu, fase ini disebut dengan fase
logaritmik, dimana pada pada jam ke-72 sel khamir laut mengalami pertumbuhan
dengan cepat dan konstan. Pada fase ini, kecepatan pertumbuhan khamir sangat
dipengaruhi oleh media pertumbuhan seperti pH dan kandungan nutrisi, juga
kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembapan udara (Yuliana, 2008).
Perkembangbiakan khamir dapat dilakukan dengan cara membentuk tunas
(budding), membelah diri (fission), atau membentuk askospora.
Pada Gambar 6, tampak bahwa pada jam ke-84 hingga jam ke-96,
pertumbuhan sel khamir laut mulai mengalami penurunan. Dalam hal ini, jumlah
populasi sel khamir laut semakin berkurang disebabkan karena sel khamir laut
yang terus mengalami pertumbuhan tetapi tidak diimbangi dengan jumlah nutrisi
yang tersedia hingga pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan sel khamir laut
menjadi menurun. Fase ini disebut dengan fase stasioner atau fase menuju
kematian. Pada fase stasioner, pertumbuhan sel inokulum konstan. Kematian sel
dapat disebabkan oleh habisnya jumlah nutrisi yang ada atau terjadinya
40
penimbunan dari senyawa hasil metabolisme yang mengandung racun bagi
pertumbuhan sel (Kabinawa, 2006).
4.1.2 Penentuan Volume Molase Rebus dan Waktu Fermentasi
Penentuan volume molase rebus dan lama fermentasi ini bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi terbaik yang selanjutnya digunakan sebagai landasan
untuk melakukan penelitian utama. Pada penentuan volume molase rebus dan
lama fermentasi, dilakukan dalam tiga kali percobaan dengan bahan baku Azolla
pinnata sebanyak 50 g. Pada percobaan pertama yaitu volume molase rebus
sebanyak 50 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml. Pada percobaan kedua
yaitu volume molase rebus sebanyak 50 ml, 100 ml, dan 150 ml dengan khamir
laut sebanyak 2,5 ml. Pada percobaan ketiga yaitu volume molase rebus
sebanyak 100 ml, 150 ml, dan 200 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml.
Pada percobaan pertama yaitu menggunakan volume molase rebus
sebanyak 50 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml, didapatkan hasil sampel
mengalami pembusukan setelah proses fermentasi berjalan selama 5 hari
dengan ciri-ciri berwarna cokelat pekat, berjamur dan berbau agak busuk. Hal ini
terjadi karena volume molase yang digunakan sedikit, sehingga tidak cukup
untuk digunakan sebagai media pertumbuhan substrat khamir laut yang
menyebabkan sampel yang dihasilkan menjadi padat kering dan sulit untuk
melakukan proses aerasi yang menyebabkan suplai oksigen dan proses agitasi
tidak dapat berjalan dengan baik. Menurut Juwita (2012), aerasi merupakan
faktor yang penting untuk pertumbuhan sel. Oksigen digunakan memecah
sumber karbon yang dapat menghasilkan energi untuk proses metabolisme dan
pertumbuhan sel.
Pada percobaan kedua yaitu menggunakan volume molase rebus
sebanyak 50 ml, 100 ml, dan 150 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml. Dari
41
percobaan kedua didapatkan hasil yaitu sampel dengan volume molase rebus
sebanyak 50 ml mengalami penurunan kadar cairan sehingga menjadi agak
kering setelah difermentasi selama 6 hari dengan ciri-ciri warna coklat pekat dan
bau agak busuk. Hal ini terjadi karena volume molase rebus yang digunakan
hanya sedikit sehingga proses fermentasi tidak dapat berlangsung hingga waktu
yang ditentukan. Pada sampel dengan volume molase rebus sebanyak 100 ml
dan 150 ml dapat melakukan proses fermentasi selama 12 hari dengan ciri-ciri
berbau khas fermentasi, berwarna coklat segar dan volume cairan berkurang
tetapi tidak sampai habis. Menurut Budy (2014), Hal ini terjadi dimungkinkan
karena selama fermentasi berlangsung akan menghasilkan asam-asam dan
karbondioksida yang sifatnya mudah menguap sehingga dapat keluar melalui
selang pembuangan dan cairan yang terdapat pada sampel akan berkurang.
Pada percobaan ketiga yaitu menggunakan volume molase rebus
sebanyak 100 ml, 150 ml, dan 200 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml,
semua proses fermentasi dapat berjalan dengan baik dan dapat bertahan sampai
hari ke-12 dengan ciri-ciri produk yang dihasilkan berwarna coklat segar,
beraroma khas fermentasi, dan cairan masih ada. Oleh karena itu, pada
penelitian utama bahan baku Azolla pinnata yang digunakan sebanyak 50 g
dengan volume molase rebus 100 ml, 150 ml, dan 200 ml. Sedangkan lama
fermentasi yang digunakan dalam penelitian utama yaitu 3, 6, 9, dan 12 hari.
4.1.3 Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Azolla
pinnata segar. Bahan baku didapat dari area persawahan di Desa Tegalgondo
Kecamatan Karangploso, Malang, Jawa Timur. Selanjutnya Azolla pinnata segar
direbus dan dilakukan analisis proksimat di Laboratorium Pengujian Mutu dan
Keamanan Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Hasil
42
analisis proksimat Azolla pinnata rebus dapat dilihat pada Lampiran 29. Tujuan
dari analisis kimia ini adalah untuk mengetahui kandungan gizi Azolla pinnata
rebus. Hasil analisis kimia Azolla pinnata rebus dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus
Sumber : Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya (2016)
4.2 Penelitian Utama
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, perlakuan
yang digunakan pada proses pembuatan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus
yaitu penambahan volume molase rebus sebanyak 100 ml, 150 ml, 200 ml dan
lama fermentasi yang digunakan yaitu 3, hari, 6 hari, 9 hari, dan 12 hari.
Inokulum khamir laut pada fase logaritmik yang digunakan yaitu sebanyak 2,5 ml.
Produk hidrolisat protein Azolla pinnata rebus pada penelitian ini yaitu berbentuk
pasta yang bertujuan untuk mempermudah proses analisis dan penyimpanan
produk. Melihat kemungkinan pemakaian hidrolisat protein Azolla pinnata rebus
sebagai suplemen pakan maka hasil dari penelitian utama akan dilakukan
analisis yang meliputi rendemen, analisis proksimat, pH, daya buih dan kapasitas
emulsi pada perlakuan terbaik.
Parameter Azolla pinnata Rebus
Kadar Air (%) 94,91
Kadar Abu (%) 0,50
Kadar Lemak (%) 2,51
Kadar Protein (%) 1,39
Kadar Karbohidrat (%) 0,69
43
4.2.1 Rendemen Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
4.2.1.1 Rendemen Cairan
Data pengamatan dan analisis data rendemen cairan hidrolisat protein
Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi berbeda
dapat dilihat pada Lampiran 9. Rata-rata rendemen cairan hidrolisat protein
Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Rata-rata Rendemen Cairan Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin lama proses fermentasi
maka akan mengakibatkan rendemen cairan hidrolisat protein Azolla pinnata
rebus semakin menurun. Hal ini dimungkinkan karena semakin lama proses
metabolisme khamir laut pada proses fermentasi maka semakin banyak
kandungan air dan nutrisi lainnya yang digunakan oleh khamir laut untuk
menghasilkan enzim-enzim yang dapat menghidrolisis protein dan lemak pada
substrat. Menurut Budy (2014), aktivitas hidrolisis yang tinggi menyebabkan
terurainya protein menjadi asam amino yang kemudian berubah menjadi H2O,
CO2, dan senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen (NH3, skatol, indol,
kadaverin, dan putresin). Semakin lama proses fermentasi maka akan berpotensi
90,4
21
94
3
83,2
62
44
9
78,6
57
58
4
65,7
30
73
8
91,8
11
03
4
86,5
01
16
0
79,1
88
61
1
72,7
65
95
9
91,9
82
54
7
89,4
97
19
1
83,8
79
80
6
80,8
36
49
8
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari
Re
nd
em
en
Ca
ira
n (
%)
Lama Fermentasi (Hari)
Molase 100 ml
Molase 150 ml
Molase 200 ml
44
terjadinya penguapan senyawa-senyawa volatil sehingga nilai rendemen cairan
akan mengalami penurunan.
Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk
perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu sangat berbeda
nyata terhadap rendemen cairan hidrolisat protein azolla rebus. Pada perlakuan
lama fermentasi yang berbeda juga didapatkan sangat berbeda nyata terhadap
nilai rendemen cairan hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan
rendemen cairan hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 9.
4.2.1.2 Rendemen Pasta
Data pengamatan dan analisis data rendemen pasta hidrolisat protein
Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi berbeda
dapat dilihat pada Lampiran 10. Rata-rata rendemen pasta hidrolisat protein
Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Rendemen Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
Pada Gambar 8 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan
mengakibatkan rendemen pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi
semakin rendah. Hal ini ada kaitannya dengan rendemen cairan yang dihasilkan
44,1
01600
42,9
18933
41,0
44000
39,0
74033
44,6
06433
42,7
82833
42,3
59367
40,1
60700
47,1
62500
46,3
36867
44,4
46800
42,8
32000
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari
Re
nd
em
en
Pa
sta
(%
)
Lama Fermentasi (Hari)
Molase 100 ml
Molase 150 ml
Molase 200 ml
45
sebelumnya, dimana rendemen pasta berbanding lurus dengan rendemen
cairan. Proses pengeringan didalam oven vakum bertujuan untuk menurunkan
kadar air dengan produk akhir yaitu berbentuk pasta. Dan dalam hal ini, akan
mengakibatkan kadar air dalam produk berkurang dan meningkatkan komponen
lain seperti kadar abu, kadar lemak, dan kadar protein. Pengeringan pada produk
hidrolisat hanya bertujuan untuk menghilangkan kandungan air pada sampel
(Hidayat, 2005). Hal inilah yang dapat menyebabkan rendemen pasta lebih
rendah dibanding rendemen cairan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus.
Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk
perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu sangat berbeda
nyata terhadap rendemen pasta hidrolisat protein azolla rebus. Pada
penggunaan lama fermentasi yang berbeda juga didapatkan sangat berbeda
nyata terhadap nilai rendemen pasta hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil
perhitungan rendemen pasta hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada
lampiran 10.
4.2.2 Analisis Proksimat Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
4.2.2.1 Kadar Air
Data pengamatan dan analisis data kadar air kontrol dan hidrolisat protein
Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang
berbeda dapat dilihat pada Lampiran 11. Rata-rata kadar air kontrol dan pasta
hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama
fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 9.
46
Gambar 9. Rata-rata Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
Tabel 7. Selisih Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi
Volume
Molase
Lama Fermentasi (Hari)
3 6 9 12
100 ml 1,921 2,886 3,139 3,397
150 ml 1,104 1,697 2,746 3,115
200 ml 2,384 2,420 3,221 4,481
Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa semakin lama proses fermentasi
maka akan mengakibatkan kadar air hidrolisat protein Azolla pinnata rebus
menjadi semakin menurun. Bila dilihat pada Tabel 7 terjadi penurunan kadar air
dengan selisih sebesar 1,1-4,48%. Hal ini dimungkinkan karena selama
fermentasi terjadi proses hidrolisis sehingga menyebabkan molekul-molekul air
yang dibebaskan. Budy (2014) menyatakan bahwa semakin lama fermentasi
maka kadar air akan semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat
fermentasi akan terjadi hidrolisis oleh khamir laut menjadi senyawa yang lebih
sederhana yang disertai dengan pelepasan kadar air. Hidrolisis oleh khamir laut
menyebabkan menurunnya kamampuan bahan dalam mempertahankan air
akibat kehilangan gugus hidroksil.
20,6
81
86
7
18,7
61
20
0
17,7
95
83
3
17,5
43
06
7
17,2
85
30
0
20,8
23
50
0
19,7
19
73
3
19,1
27
10
0
18,0
78
46
7
17,7
09
03
3
21,4
58
93
3
19,0
74
80
0
19,0
39
00
0
18,2
38
13
3
16,9
78
40
0
0
5
10
15
20
25
0 Hari (Kontrol)
3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari
Ka
da
r A
ir (
%)
Lama Fermentasi (Hari)
Molase 100 ml
Molase 150 ml
Molase 200 ml
47
Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk
perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu tidak berbeda nyata
terhadap kadar air hidrolisat protein azolla rebus. Pada perlakuan lama
fermentasi yang berbeda didapatkan pada hari ke-0 sangat berbeda nyata, hari
ke-3 berbeda nyata, dan hari ke-6, 9, dan 12 tidak berbeda nyata terhadap kadar
air hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan rendemen cairan
hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 11.
4.2.2.2 Kadar Abu
Data pengamatan dan analisis data kadar abu kontrol dan hidrolisat
protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi
yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 14. Rata-rata kadar abu kontrol dan
hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama
fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Rata-rata Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus
21,1
48068
19,9
63227
18,3
59426
17,2
29726
16,2
73581
21,4
22580
19,8
72116
18,0
60157
17,0
56884
16,4
19620
20,8
01003
19,4
37971
17,9
78091
16,7
76971
16,4
29315
0
5
10
15
20
25
0 Hari (Kontrol)
3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari
Ka
da
r A
bu
(%
)
Lama Fermentasi (Hari)
Molase 100 ml
Molase 150 ml
Molase 200 ml
48
Tabel 8. Selisih Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan dengan Kontrol Awal Fermentasi
Volume
Molase
Lama Fermentasi (Hari)
3 6 9 12
100 ml 1,185 2,789 3,918 4,874
150 ml 1,551 3,363 4,366 5,003
200 ml 1,363 2,823 4,024 4,372
Gambar 10 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan
mengakibatkan kadar abu hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi
semakin rendah. Bila dilihat pada Tabel 8 terjadi penurunan kadar abu dengan
selisih sebesar 1,18-5%. Hal ini dimungkinkan karena adanya pemanfaatan
mineral pada substrat untuk pertumbuhan dan perkembangan khamir laut,
sehingga peningkatan volume molase dapat menurunkan kadar abu. Penurunan
kadar abu ini dipengaruhi oleh penggunaan mineral untuk mempertahankan
hidup mikroorganisme. Karena mikroorganisme membutuhkan mineral untuk
mempertahankan hidupnya meskipun dalam jumlah yang sedikit (Nisa dan
Wardani, 2015). Menurut Ray (2001), mikroorganisme membutuhkan nutrisi yang
meliputi karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Hal ini sejalan dengan
Soeparno (1994), yang menyatakan bahwa semua mikroorganisme
membutuhkan mineral sebagai salah satu faktor pendukung pertumbuhan.
Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk
perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu tidak berbeda nyata
terhadap nilai kadar abu hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan lama
fermentasi yang berbeda didapatkan sangat berbeda nyata terhadap nilai kadar
abu hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan kadar abu hidrolisat
protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 12.
49
4.2.2.3 Kadar Lemak
Data pengamatan dan analisis data kadar lemak kontrol dan hidrolisat
protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi
yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 12. Rata-rata kadar lemak kontrol dan
hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama
fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Rata-rata Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus
Tabel 9. Selisih Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi
Volume
Molase
Lama Fermentasi (Hari)
3 6 9 12
100 ml 0,282 0,568 0,835 1,133
150 ml 0,322 0,648 1,016 1,230
200 ml 0,331 0,619 1,100 1,339
Gambar 11 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan
mengakibatkan kadar lemak hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi
semakin rendah. Bila dilihat pada Tabel 9 terjadi penurunan kadar lemak dengan
selisih sebesar 0,28-1,33%. Hal ini dimungkinkan hidrolisat protein Azolla pinnata
rebus yang diberi perlakuan mengalami hidrolisis sehingga semakin banyak
lemak yang terdegradasi menjadi asam lemak dan gliserol. Selama fermentasi
4,1
421
52
3,8
598
91
3,5
744
21
3,3
173
10
3,0
085
74
4,2
320
79
3,9
095
81
3,5
838
28
3,2
160
81
3,0
221
54
4,1
985
20
3,8
679
56
3,5
79
62
8
3,0
989
71
2,8
621
70
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
0 Hari (Kontrol)
3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari
Ka
da
r L
em
ak
(%
)
Lama Fermentasi (Hari)
Molase 100 ml
Molase 150 ml
Molase 200 ml
50
terjadi hidrolisis lemak kira-kira 35% (Deliani, 2008). Beberapa reaksi katalisis
terjadi oleh enzim lipase antara lain hidrolisis, sintesis ester dan alkoholosis.
Dengan adanya aktivitas enzim lipase, maka produk fermentasi yang dihasilkan,
kadar lemaknya berkurang, sehingga terjadi penurunan kadar lemak pada
substrat selama fermentasi (Supriyati et al., 1998).
Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk
perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu tidak berbeda nyata
terhadap kadar lemak hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan lama
fermentasi yang berbeda didapatkan sangat berpengaruh nyata terhadap kadar
lemak hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan kadar lemak
hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 13.
4.2.2.4 Kadar Protein
Data pengamatan dan analisis data kadar protein kontrol dan hidrolisat
protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi
yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 13. Rata-rata kadar protein kontrol
dan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan
lama fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 12.
51
Gambar 12. Rata-rata Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus
Tabel 10. Selisih Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi
Volume
Molase
Lama Fermentasi (Hari)
3 6 9 12
100 ml 0,130 1,142 3,049 3,169
150 ml 1,538 2,465 4,077 4,095
200 ml 0,744 2,336 3,285 3,418
Gambar 12 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan
mengakibatkan kadar protein hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi
semakin tinggi. Bila dilihat pada Tabel 10 terjadi kenaikan kadar protein dengan
selisih sebesar 0,13-4,09%. Hal ini dimungkinkan karena adanya peningkatan
volume molase akan memacu pertumbuhan khamir laut, dimana khamir laut
merupakan protein sel tunggal. Molase juga dapat memicu menghasilkan
metabolit berupa enzim protease untuk menghidrolisis protein dari tanaman
azolla rebus. Semakin banyak volume molase yang ditambahkan, maka aktivitas
dari khamir laut akan semakin meningkat dan semakin meningkat pula enzim
yang dihasilkan oleh khamir laut.
15,0
19
99
0
14,7
90
00
0
16,0
32
38
4
18,0
59
00
0
17,9
39
00
0
14,4
31
68
7
15,9
69
94
4
16,8
96
82
3
18,5
08
78
1
18,5
27
04
8
15,2
99
46
1
16,0
43
37
8
17,6
35
22
9
18,5
84
00
0
18,7
17
10
8
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0 Hari (Kontrol)
3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari
Ka
da
r P
rote
in (
%)
Lama Fermentasi (Hari)
Molase 100 ml
Molase 150 ml
Molase 200 ml
52
Hal ini sesuai dengan penelitian Budy (2014), yaitu terjadi proses
hidrolisis pada substrat oleh enzim protease hasil dari metabolit khamir laut yang
dapat meningkatkan kadar protein akibat pemecahan protein menjadi asam-
asam amino. Sukoso (2012), menyatakan bahwa khamir laut dapat
menghasilkan enzim antara lain proteinase, amilase, deaminase, sukrose,
maltose, fosfolipase dan fosfatase.
Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk
perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu tidak berbeda nyata
terhadap kadar protein pasta hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan
lama fermentasi yang berbeda, perlakuan lama fermentasi hari ke-0 dan ke-3
didapatkan tidak berbeda nyata, pada hari ke-6 didapatkan berbeda nyata, dan
hari ke-9 dan ke-12 didapatkan sangat berpengaruh nyata terhadap kadar
protein pasta hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan kadar protein
hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 14.
4.2.2.5 Kadar Karbohidrat
Data pengamatan dan analisis data kadar karbohidrat kontrol dan
hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama
fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 15. Rata-rata kadar
karbohidrat kontrol dan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus (dalam berat
kering) dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang berbeda dapat
dilihat pada Gambar 13.
53
Gambar 13. Rata-rata Kadar Karbohidrat Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus
Tabel 11. Selisih Kadar Karbohidrat Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus dibandingkan dengan Kontrol Awal Fermentasi
Volume
Molase
Lama Fermentasi (Hari)
3 6 9 12
100 ml 3,617 5,230 4,843 6,486
150 ml 1,439 3,242 4,050 5,232
200 ml 3,334 3,536 5,060 6,771
Gambar 13 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan
mengakibatkan kadar karbohidrat hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi
semakin meningkat. Bila dilihat pada Tabel 11, terjadi peningkatan kadar
karbohidrat dengan selisih sebesar 1,44-6,77%. Hal ini dimungkinkan karena
perlakuan penambahan molase, dimana penambahan molase sangat
berpengaruh dalam produk fermentasi hidrolisat tanaman azolla. Fauzi (2009)
menambahkan bahwa molase mengandung 2-5% karbohidrat.
Perhitungan karbohidrat berdasarkan metode by difference yang dimana
perhitungan tersebut tidak menghitung jumlah karbohidrat secara utuh. Sehingga
peningkatan volume molase akan diimbangi dengan peningkatan kadar
karbohidrat. Billah (2009) menyatakan bahwa kenaikan kadar karbohidrat
39,0
07
92
3
42,6
25
23
5
44,2
37
93
6
43,8
51
21
9
45,4
93
86
0
39,0
90
15
4
40,5
28
62
5
42,3
32
09
2
43,1
39
78
8
44,3
22
14
5
38,2
42
08
2
41,5
75
89
5
41,7
68
05
1
43,3
01
90
0
45,0
13
00
7
34
36
38
40
42
44
46
48
0 Hari (Kontrol)
3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari
Ka
da
r K
arb
oh
idra
t (%
)
Lama Fermentasi (Hari)
Molase 100 ml
Molase 150 ml
Molase 200 ml
54
menunjukkan bahwa semakin lamanya waktu fermentasi (sampai waktu
optimum/hari) maka semakin besar pula kadar karbohidrat pada produk.
Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk
perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml tidak berbeda nyata
terhadap kadar karbohidrat pasta hidrolisat protein azolla rebus. Pada
penggunaan lama fermentasi yang berbeda, untuk perlakuan dengan lama
fermentasi hari ke-0 dan ke-3 didapatkan tidak berbeda nyata, pada hari ke-6
dan ke-9 didapatkan berpengaruh nyata, dan perlakuan lama fermentasi hari ke-
12 didapatkan sangat berpengaruh nyata. Data hasil perhitungan kadar
karbohidrat hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 15.
4.2.3 Analisis pH
Data pengamatan dan analisis data pH kontrol dan hidrolisat protein
Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang
berbeda dapat dilihat pada Lampiran 16. Rata-rata nilai pH kontrol dan hidrolisat
protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi
yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Rata-rata pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
4,7
9000
4,7
000
4,5
2000
4,4
9000
4,3
8000
4,7
3000
4,5
8000
4,5
6000
4,5
3000
4,4
8000 4,7
3000
4,6
000
4,5
4000
4,5
4000
4,3
2000
4
4,1
4,2
4,3
4,4
4,5
4,6
4,7
4,8
4,9
0 Hari (Kontrol)
3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari
pH
Lama Fermentasi (Hari)
Molase 100 ml
Molase 150 ml
Molase 200 ml
55
Tabel 12. Selisih pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus dibandingkan
Kontrol Awal Fermentasi
Volume
Molase
Lama Fermentasi (Hari)
3 6 9 12
100 ml 0,09 0,27 0,29 0,41
150 ml 0,15 0,17 0,19 0,25
200 ml 0,13 0,19 0,19 0,41
Gambar 14 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan
mengakibatkan pH hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi semakin
rendah. Bila dilihat pada Tabel 12 terjadi penurunan kadar pH dengan selisih
sebesar 0,09-0,41%. Hal ini dimungkinkan hasil dari produk fermentasi yaitu
bersifat asam. Semakin lama fermentasi maka semakin rendah pH yang
dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas khamir laut semakin meningkat
seiring lama fermentasi dan memicu mengeluarkan enzim yang banyak (Savitri,
2011). Penurunan pH selama proses fermentasi diakibatkan terbentuknya asam-
asam selama proses fermentasi berlangsung. Asam-asam yang terbentuk seperti
asam asetat, asam piruvat, dan asam laktat dapat menurunkan pH (Nurul et al.,
2013). Enzim yang lebih banyak akan meningkatkan proses hidrolisis protein
pada substrat menjadi peptida dan asam-asam amino sehingga pH semakin
menurun (Simanjarong et al., 2012). Karbohidrat dapat mempercepat penurunan
pH, karena karbohidrat merupakan energi bagi pertumbuhan mikroba pembentuk
asam laktat dan asam laktat yang dihasilkan bereaksi dengan NH3. Selain itu,
mikroba juga dapat memfiksasi NH3 sebagai sumber N untuk
perkembangbiakannya, sehingga mengurangi jumlah amonia (NH3) yang
terlepas ke atmosfer Nurul et al., (2013).
Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk
perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml tidak berbeda nyata
terhadap nilai pH pasta hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan lama
56
fermentasi yang berbeda, untuk perlakuan dengan lama fermentasi hari ke-0
tidak berbeda nyata, dan untuk perlakuan lama fermentasi hari ke-3, 6, 9, 12
didapatkan sangat berpengaruh nyata terhadap nilai pH pasta hidrolisat protein
azolla rebus. Data hasil perhitungan nilai pH hidrolisat protein azolla rebus dapat
dilihat pada lampiran 16.
4.2.4 Analisis Daya Buih
Data pengamatan dan analisis daya buih kontrol dan hidrolisat protein
Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang
berbeda dapat dilihat pada Lampiran 18. Rata-rata daya buih kontrol dan
hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama
fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Rata-rata Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
Tabel 13. Selisih Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi
Volume
Molase
Lama Fermentasi (Hari)
3 6 9 12
100 ml 0,004 0,009 0,015 0,024
150 ml 0,005 0,012 0,017 0,028
200 ml 0,001 0,005 0,009 0,032
,057733
,061800
,067067
,072800
,082100
,068000
,062800
,080367
,085467
,096400
,070400
,070967
,075233
,079067
,101733
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0 Hari (Kontrol)
3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari
Da
ya
Bu
ih (
%)
Lama Fermentasi (Hari)
Molase 100 ml
Molase 150 ml
Molase 200 ml
57
Gambar 15 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan
mengakibatkan daya buih hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi
semakin tinggi. Bila dilihat pada Tabel 13 terjadi penurunan kadar abu dengan
selisih sebesar 0,001-0,032%. Hal ini dimungkinkan selama proses fermentasi
terjadi hidrolisis protein yang membentuk asam-asam amino. Semakin banyak
jumlah protein yang terhidrolisis, maka asam amino hidrofobik akan terbentuk
yang kemudian mengabsorbsi fase udara-air sehingga terbentuk buih yang
banyak. Daya buih dipengaruhi oleh jumlah protein yang terhidrolisis selama
proses fermentasi (Koesoemawardani et al., 2001). Protein yang terhidrolisis
semakin banyak menyebabkan banyaknya asam amino hidrofobik yang
terbentuk dan berpengaruh pada semakin banyaknya daya buih. Asam amino
hidrofobik akan mengabsorbsi fase udara dan air sehingga terbentuk buih yang
banyak (Budy, 2014).
Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk
perlakuan volume molase 100 ml tidak berbeda nyata, dan perlakuan volume
molase 150 ml dan 200 ml didapatkan sangat berbeda nyata terhadap nilai daya
buih pada hidrolisat protein azolla. Pada penggunaan lama fermentasi yang
berbeda, untuk perlakuan dengan lama fermentasi hari ke-0 dan ke-3 tidak
berbeda nyata, untuk sampel dengan lama fermentasi hari ke-6, 9, dan 12,
didapatkan sangat berbeda nyata terhadap nilai daya buih pada sampel. Data
hasil perhitungan daya buih hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada
lampiran 17.
4.2.5 Analisis Kapasitas Emulsi
Data pengamatan dan analisis kapasitas emulsi kontrol dan hidrolisat
protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi
yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 17. Rata-rata kapasitas emulsi kontrol
58
dan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan
lama fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Rata-rata Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata
Rebus
Tabel 14. Selisih Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi
Volume
Molase
Lama Fermentasi (Hari)
3 6 9 12
100 ml 0,79 2,96 3,16 3,85
150 ml 1,09 1,49 1,94 2,94
200 ml 0,12 0,52 2,21 3,27
Gambar 16 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan
mengakibatkan kapasitas emulsi hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi
semakin rendah. Bila dilihat pada Tabel 14 terjadi peningkatan kapasitas emulsi
dengan selisih sebesar 0,12-3,85%. Hal ini sesuai dengan penelitian Fathony
(2014) yang melaporkan bahwa semakin lama fermentasi maka kapasitas emulsi
semakin menurun. Kapasitas emulsi disebabkan karena kemampuan bahan
dalam menyerap air dan minyak yang berkaitan dengan keseimbangan asam
amino hidrofobik (yang dapat berinteraksi dengan minyak) dan asam amino
hidrofilik (yang dapat berinteraksi dengan air) (McCarthy et al., 2013). Asam
amino memiliki gugus polar (hidrofilik) dan gugus non polar (hidrofobik). Oleh
52,7
18
56
7
51,9
27
82
6
49,7
54
35
8
49,5
62
02
5
48,8
65
75
8 51,6
98
26
4
52,7
88
10
0
50,2
00
36
7
49,7
58
20
0
48,7
56
81
0
52,9
76
93
3
52,7
50
69
3
52
,46
04
00
50,7
58
81
8
49,7
08
57
0
46
47
48
49
50
51
52
53
54
0 Hari (Kontrol)
3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari
Ka
ps
iat
Em
uls
i (%
)
Lama Fermentasi (Hari)
Molase 100 ml
Molase 150 ml
Molase 200 ml
59
karena itu, gugus polar pada asam amino akan berikatan dengan gugus polar
pada air dan gugus non polar pada asam amino akan berikatan dengan gugus
non polar pada minyak sehingga terbentuklah emulsi. Asam amino hasil hidrolisis
sebagian akan diserap oleh minyak yang memicu terbentuklah emulsi pada
hidrolisat protein (Koesoemawardani et al., 2011).
Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk
perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml, tidak berbeda nyata
terhadap nilai kapasitas emulsi hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan
lama fermentasi yang berbeda, didapatkan semua perlakuan tidak berbeda nyata
terhadap nilai kapasitas emulsi hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil
perhitungan kapasitas emulsi hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada
lampiran 18.
4.3 Perlakuan Terbaik
Berdasarkan hasil analisis proksimat dan parameter hidrolisat protein
Azolla pinnata rebus, diperoleh hasil tertinggi yaitu pada lama fermentasi 12 hari
dengan volume molase 200 ml. Hal ini ditinjau dari kandungan protein tertinggi
yang diperoleh dari pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan berbagai
perlakuan. Protein merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam
produk hidrolisat karena tujuan memproduksi produk hidrolisat adalah untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani. Tingkat mutu dari produk hidrolisat sangat
ditentukan dari kadar protein yang dikandung pada produk (Amalia, 2007).
Komposisi kimia pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dapat dilihat pada
Tabel 15.
60
Tabel 15. Komposisi Kimia Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus
* : Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya (2016).
Tabel 15 menunjukkan perbandingan Komposisi Kimia Pasta Hidrolisat
Protein Azolla pinnata Rebus (dalam berat kering) dengan Komposisi Kimia
Azolla pinnata Rebus. Kadar air Azolla pinnata rebus mengalami penurunan dari
94,91% menjadi 16,98%. Kadar protein mengalami peningkatan dari 1,39%
menjadi 18,71%. Bila dilakukan perhitungan dengan berat kering, kandungan
protein menurun dari 27,2% menjadi 18,71%. Penurunan protein diduga
disebabkan oleh denaturasi protein yang disebabkan oleh suhu pemanasan
tinggi sehingga pada sampel yang belum direbus kadar proteinnya lebih tinggi.
Menurut Sethiyarini (2008), penurunan kadar protein diakibatkan adanya flokuasi
yaitu penggumpalan dari partikel yang tidak stabil menjadi partikel yang
diendapkan. Denaturasi merupakan suatu perubahan atau modifikasi terhadap
struktur sekunder, tersier dan kuartener pada protein tanpa terjadinya
pemecahan ikatan kovalen.
Pada saat pemanasan, panas akan menembus ke dalam produk dan
menurunkan sifat fungsional protein. Pemanasan dapat merusak asam amino
dimana ketahanan protein oleh panas sangat terkait dengan asam amino
penyusun protein tersebut sehingga hal ini yang menyebabkan kadar protein
menurun dengan semakin meningkatnya suhu pemanasan (Yuniarti et al., 2013).
Parameter Pasta Hidrolisat Protein
Azolla pinnata Rebus
Azolla pinnata
Rebus*
Kadar Air (%) 16,98 94,91
Kadar Abu (%) 16,42 0,50
Kadar Lemak (%) 2,86 2,51
Kadar Protein (%) 18,71 1,39
Kadar Karbohidrat (%) 45,01 0,69
pH 4,32 -
Daya Buih (%) 0,10 -
Emulsi (%) 49,71 -
61
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian tentang Pengaruh Volume Molase Rebus dan
Lama Fermentasi Hidrolisat Protein Tanaman Azolla (Azolla pinnata) Rebus
dengan Starter Khamir Laut adalah:
Kualitas pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus terbaik yaitu pada
volume molase 200 ml dan lama fermentasi 12 hari dengan kandungan
nutrisi sebesar 16,98% kadar air, 2,86 % lemak, 18,71% protein, 16,42%
abu, 45,01% karbohidrat, 4,32 pH, 49,71% emulsi dan 0,10% buih.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan dari penelitian ini yaitu untuk hidrolisat
protein tanaman Azolla pinnata rebus dengan hasil terbaik perlunya dilakukan
penelitian lanjutan dan pengujian tingkat keamanan produk yang selanjutnya
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ataupun pangan.
62
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. PT Bumi Aksara: Jakarta. 159 hlm.
Agustina, A dan D. Rahmawati. 2016. Pengaruh Proses Perebusan Terhadap Kadar Protein yang Terkandung dalam Tauge Biji Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus). Jurnal Ilmiah Manuntung. 2(1): 44-50. 2016. ISSN: 2477-1821.
Ahmad, R. Z. 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces cerevisiae untuk Ternak. Balai Penelitian Veteriner: Bogor. hlm 49-53.
Aisyah, Y., Rasdiansyah, dan Muhaimin. 2014. Pengaruh Pemanasan Terhadap Aktivitas pada Beberapa Jenis Sayuran. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala: Darussalam Banda Aceh. hlm 6-7.
Alkili, Y. R. R. 2012. Karakteristik Ekstrakseluler Khamir Laut yang dipanen pada Fase Log dan Aktivitas Hidrolisisnya Terhadap Kualitas Protein Ikan Peperek (Leiognathus sp.). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang. 97 hlm.
Amalia, E. 2007. Pemanfaatan Kerang Hijau (Mytilus viridis) dalam Pembuatan Hidrolisat Protein Menggunakan Enzim Papain. Jurnal Sumberdaya Perairan. 5(1): 32-33.
Anggorowati, D. A., Setyawati H., dan Purba, A. B. P. 2012. Peningkatan Kandungan Protein Abon Nangka Muda. Jurnal Teknik Kimia. 7(1): 17-21.
Ardiansari, Y. M. 2012. Pengaruh Jenis Gadung dan Lama Perebusan Terhadap Kadar Sianida Gadung. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember: Jember. hlm: 20-21.
Azizah, N. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejujuran Di SMK Wongsorejo Gombong. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta. hlm: 5-6.
Baila, R, L. 2004. Potensi dan Prospek Yeast (Khamir) dalam Meningkatkan Diversifikasi Pangan di Indonesia. Depdiknas. Universitas Padjajaran: Bandung. hlm: 21-25.
Bernadeta, P. A. dan Imelda, H. S. 2012. Penentuan Kondisi Optimum Hidrolisat Protein dari Limbah Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) Berdasarkan Karakteristik Organoleptik. Jurnal Kimia Khatulistiwa. 1(1): 26-30. 2013. UNTAN.
Billah, Mu’tasim. 2 9. Peman aatan imbah Ikan Tuna Melalui Proses Fermentasi Anaerob Menggunakan Bakteri Ruminansia. Prodi Teknik Kimia FTI-UPNV Jatim. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 1(1): 48-57.
63
Brink, P. J dan M. J. Wood. 2000. Langkah Dasar dalam Perencanaan Riset Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta. 391 hlm.
Budy, D. 2014. Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda dengan Starter Khamir Laut Terhadap Kualitas Hidrolisat Protein Kepala Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Rebus. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang. 174 hlm.
Compagno, C., Tura, A., Ranzi, B.M. & Martegani, E. 1992. Production of Fructose Diphosphate by Bioconversion Of Mollases with S. cerevisiae Cells. Journal of Biotech. 14(6): 495-498.
Deliani. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Protein, Lemak, Komposisi Asam Lemak dan Asam Fitat pada Pembuatan Tempe. Tesis. Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara: Medan.
Dewi, N. Y. 2013. Penetapan Kadar dan Analisis profil Protein dan Asam Amino Ekstrak Ampas Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn.) dengan Metode SDS-Page dan KCKT. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta. 77 hlm
Eka, A. P. dan Halim A. 2009. Pembuatan Bioethanol dari Nira Siwalan Secara Fermentasi Fese Cair Menggunakan Fermipan. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro: Semarang. hlm 3-5.
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 308 hlm.
Fathoni, A. 2014. Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda dengan Starter Khamir Laut Terhadap Kualitas Hidrolisat Protein Kepala Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang. hlm 5-6.
Fauzi, M. 2009. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri Asam Laktat (BAL) Biji Luwak Pada Beberapa Media. Laporan Penelitian. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Jember: Jember. hlm 17-18.
Febriani, M. 2006. Substitusi Protein Hewani dengan Tepung Kedelai dan Khamir Laut untuk Pakan Ikan Patin (Pangasius sp.) dan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis). Jurnal Perikanan Indonesia. 8(2): 169-176. ISSN: 0853-6384.
Febriani, M. 2008. Penggunaan Khamir Laut sebagai Biokatalisator dalam Pembuatan Silase Ikan Peperek (Leiognathus splendens) dan Silase Tanaman Azolla (Pomaceae sp.). Prosiding Bidang Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan: Malang, 08 November 2008. hlm 5-11.
Febriani, M. 2010. Penggunaan Khamir Laut sebagai Biokatalisator dalam Pembuatan Silase Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai Salah Satu Bahan Alternatif Pakan Ikan. Prosising Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. hlm 775-780.
64
Gbogouri, G. A., M. Linder, J. Fanni, dan M. Parmentier. 2004. Influence of Hydrolysis Degree on the Functional Properties of Salmon Byproducts Hydrolysates. Journal of Food Science. 69(8): 615-622.
Haetami dan Sastrawibawa, 2005. Evaluasi Kecernaan Tepung Azolla dalam Ransum Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Jurnal Bionatura. 7(3): 225-233. November 2005.
Handajani, H. 2000. Peningkatan Kadar Protein Tanaman Azolla Microphylla
dengan Mikrosimbion Anabaena Azollae dalam Berbagai Konsentrasi N
dan P yang Berbeda pada Media Tumbuh. Tesis. Program
Pascasarjana IPB: Bogor.
Haslina. 2004. Nilai Gizi Daya Cerna Protein dan Daya Terima Patilo Sebagai Makanan Jajanan yang Diperkaya dengan Hidrolisat Protein Ikan Mujair (Oreochromis mosambicus). Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro: Semarang.
Hidayat, T. 2005. Pembuatan Hidrolisat Protein dari Ikan Selar Kuning (Caranx leptolepis) dengan Menggunakan Enzim Papain. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Hidayati, D., Baido, D. dan Hastuti, S. 2013. Pola Pertumbuhan Ragi Tape pada Fermentasi Kulit Singkong. Teknologi Industri Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura. Jurnal Agrointek. 7(1): 6-10. Maret 2013.
Hasbi, H. 2005. Pemanfaatan Azolla pada Sistem Pertanian Terpadu. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiah Jember. hlm 7-8.
Juwita, R. 2012. Studi Produksi Alkohol dari Tetes Tebu (Saccharum officinarum L) Selama Proses Fermentasi. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin: Makassar. hlm :16.
Kabinawa, I. N. K. 2006. Spirulina: Ganggang Penggempuran Aneka Penyakit. PT. Agromedia Pustaka: Depok. 90 hlm.
Koesoemawardhani, D., Fibra N. dan Hidayati, S. 2011. Proses Pembuatan Hidrolisat Protein Ikan Rucah. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Lampung: Lampung. Jurnal Natur Indonesia. 13(3): 256-261.
Kreger, V. R. 1984. The Yeast of Taxonomic Study. Third Revised and Enlarged Edition Elsevier Science B.V. Amsterdam, 1082 pp.
Kurniawan, S. L., Hanggita S. R. J. 2012. Hidrolisat Protein Tinta Cumi (Loligo sp) dengan Enzim Papain. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Universitas Sriwijaya. Fistech. 1(1): 41-54.
Kusmiati, Thontowi, A., dan Nuswantara S. 2010. Efek Sumber Karbon Berbeda terhadap Produksi â-Glukan oleh Saccharomyces Cerevisiae pada Fermentor Air Lift. Jurnal Natur Indonesia. 13(2), Februari 2011: 138-145. ISSN 1410-9379. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.
65
Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. PT Dian Rakyat: Jakarta. 264 hlm.
Legowo, A. M., Nurwantoro, dan Sutaryo. 2007. Analisis Pangan. Buku Ajar Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro: Semarang. 48 hlm.
Lumpkin, T. A. and D. L. Plucknet. 1982. Azolla a Green Manure: Use Abd Management in Crop Production. Westview Tropical Agriculture Series. 230 hlm. ISBN: 978-0891584513.
Made, A., S. Saleh dan Andayani. 1996. Kajian Tentang Kualitas Produk Model Aktivitas dan Manfaat Penggunaan Kultur Khamir dalam Lahan Ternak Ayam. Direktorat Pembinaan dan Pengabdian pada Mayarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi. Depdikbud. Jakarta.
Maftuchah, 1998. Asosiasi Azolla dengan Anabaena Sebagai Sumber Nitrogen Alami dan Manfaatnya Sebagai Bahan Baku Protein. Pusat Bioteknologi Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.
Maulana, N. P., N. Sari, dan C. S. Budiyati. 2012. Pembuatan Kecap dari Ikan Gabus secara Hidrolisis Enzimatis Menggunakan Sari Nanas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 1(1): 270-27.
Muzaifa, M., N. Safriani, and F. Zakaria. 2012. Production of Protein Hydrolysates from Fish by-Product Prepared by Enzymatic Hydrolysis. Int. J. Bioflux Society. (5): 36-39.
Nisa, A. dan A. K. Wardani. 2015. Pengaruh Lama Pengasapan dan Lama Fermentasi Terhadap Sosis Fermentasi Ikan Lele (Clarias gariepinus). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4(1): 367-376. Januari 2016.
Noviati. 2007. Optimasi Kadar Molase dalam Medium Ekstrak Ubi Jalar untuk Pertumbuhan Isolat Khamir R1 dan R2 Pada Fermentor Air Lift 18 Liter. Universitas Sains dan Bioteknologi. Universitas Islam Syarif Hidayatullah: Jakarta. 69 hlm.
Nurhayati, T., Ella, S., Cholifah, dan Roni, N. 2014. Optimasi Proses Pembuatan Hidrolisat Jeroan Ikan Kakap Putih. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (JPHPI). 17(1): 43-44.
Nurul, A. F., M. Junus, dan M. Nasich. 2013. The Effects of Molasses Addition on Crude Protein and Crude Fibre Content of Biogas Sludge Solids. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Brawijaya: Malang. 8 hlm.
Pangesti, N. W. I., Pangastuti, A. dan Retnaningtyas. 2012. Penambahan Molase pada Produksi Enzim Xilanase Niger dengan Substrat Jerami Padi. Jurnal Bioteknologi. 9(2): 35-72. ISSN: 0216-68887.
Pelczar, M. J., R. D. Reid, and E. C. S. Chan. 1978. Microbiology. Fourth Edition. McGraw-Hill, Inc. New York. 576 hlm.
Purbasari, D. 2008. Produk dan Karakterisasi Hidrolisat Protein dari Kerang Mas Ngur (Atactodea striata). Program Studi Teknologi Hasil Perikanan . Institut Pertanian Bogor: Bogor. 77 hlm.
66
Purwitasari, E., Pangastuti, A., dan Ratna S. 2004. Pengaruh Media Tumbuh Terhadap Kadar Protein Saccharomyces cerevisiae dalam Pembuatan Protein Sel Tunggal. Jurnal Bioteknologi. 1(2): 37-42. November 2004. ISSN: 0216-6887, DOI: 10.13057/biotek/c010202.
Rao, N. S. 1993. Biofertilizers in Agriculture and Forestry: Third Revised Edition. Science Publisher, Inc. USA. hlm 152-159.
Ray, B. 2001. Fundamental Food Microbiology Second Edition. CRC Press, Boca Raton. 562 hlm.
Rieuwpassa, F. J., J. Santoso, dan Trilaksani, W. 2013. Karakterisasi Sifat Fungsional Konsentrat Protein Telur Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan. 5(2): 299-309.
Rita, I. 2011. Proses Emulsifikasi dan Analisis Biaya Produksi Minuman Emulsi Minyak Sawit Merah. Institut Pertanian Bogor. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 25(2):136-142. 2015.
Rohim, A. 2014. Pengaruh Perbedaan Penambahan Kadar Molase Rebus pada Medium Gula Terhadap Biomassa Sel Khamir Laut. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang.
Rustan, I. R. 2013. Studi Isolasi dan Identifikasi Asam Laktat dari Fermentasi Cabai Rawit (Capsium frutencens L). Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin Makassar: Makassar. hlm 31-32.
Sari, S. P. 2014. Substitusi Molase Rebus dengan Kadar yang Berbeda pada Medium Fermentasi Khamir Laut. Laporan Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya: Malang.
Sastra, W. 2008. Fermentasi Rusip. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Savitri, R. D. 2011. Aplikasi Proses Hidrolisis Enzimatis dan Fermentasi dalam Pengolahan Condiment Kupang Putih (Corbula faba H.). Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 101 hlm.
Sebayang, F. 2006. Pembuatan Etanol dari Molase Secara Fermentasi Menggunakan Sel Saccaromyces serevisiae yang Terimobilisasi pada Kalsium Alginat. Jurbal Teknologi Proses. 5(2): 68-74. Juli 2006. Departemen Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Setiawan, B. dan Purnomo, D. 2011. Validasi HPLC untuk Analisis Anion Fosfat dan Sulfat dalam Proses Pemurnian Torium dari Pasir Monasit. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN. Babarsari: Yogyakarta.
67
Sethiyarini. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan dengan Menggunakan Ekstraktor Vakum Terhadap Kualitas dan Rendemen Crude Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) dari Perairan Madura. Skripsi. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.
Simanjarong, E., K. Nia, dan H. Zahidah. 2012. Pengaruh Penggunaan Enzim Papain dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Karakteristik Kimia Kecap Tutut. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4): 209-220.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. 346 hlm.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 1989. Analisa Bahan Makanan dan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2007. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Sudjana, B. 2014. Pengunaan Azolla untuk Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Solusi. 1(2) April-Juni 2014. Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Singaperbangsa Karawang.
Sukoso. 2012. Eksplorasi Potensi Khamir Laut. PPSUB. Malang. 72 hlm.
Sulistyaningrum, L. S. 2008. Optimasi Fermentasi Asam kojat oleh Galur Mutan Aspergillus flavus. Skripsi. FMIPA UI. 2008. hlm 1-2.
Supriyati, T. Pasatibu, H. Hamid, dan A. Sinurat. 1998. Fermentasi Bungkil Inti Sawit Secara Substrat Padat dengan Menggunakan Aspergillus Niger. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 3(3): 165-170. Balai Penelitian Ternak: Bogor.
Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press: Malang. 372 hlm.
Winarno, F. G. 2004.Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 239 hlm.
Winarno, F. G. 2007.Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 253 hlm.
Yuliana, N. 2008. Kinetika Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat Isolat T5 yang Berasal dari Tempoyak. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung: Lampung.
Yuniarti, D. W., Titik D. S., Eddy S. 2013. Pengaruh Suhu Pengeringan Vakum Terhadap Kualitas Serbuk Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). THPi Student Journal. 1(1): 1-9. Universitas Brawijaya.
Yunita, A. 2009. Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen CPO (Crude palm oil) di Pabrik Kelapa Sawit Adolina. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. hlm 4-5.
68
Yusma. 1999. Pemanfaatan Limbah Molase dalam Pembuatan Etanol Secara Fermentasi. Puslitbang Farmasi, Badan Litbangkes, DepKes RI: Jakarta.
70
Lampiran 1. Perhitungan dalam Kultur Khamir Laut
Air laut = 1 liter = 1000 ml
Gula pasir 0,5 %
= ,
1 x 1000 ml = 5 ml = 5 cc = 5 cm3 = 5 gr
Jadi, gula pasir yang dibutuhkan sebanyak 5 gr
Pupuk daun 0,2 %
= ,2
1 x 1000 ml = 2 ml = 2 cc = 2 cm3 = 2 gr
Jadi, pupuk daun yang digunakan sebanyak 2 gr
Starter khamir laut 1 %
= 1
1 x 1000 ml = 10 ml
Jadi, starter khamir laut yang digunakan sebanyak 10 ml.
71
Lampiran 2. Diagram Alir Pembuatan Kultur Khamir Laut
Air laut sebanyak 1000 ml
Stok khamir laut mix
Penambahan
gula pasir 0,5
% dan pupuk
daun 0,2 %
(v:b)
Penambahan
starter khamir
laut sebanyak
0,2 % (v:v)
Disterilisasi dengan pemanasan sampai mendidih
Didinginkan pada suhu kamar
Penuangan ke dalam beaker glass
Penghomogenan
Penuangan ke dalam botol gelas kaca
Media khamir laut
Penutupan dengan kapas dan dilapisi dengan plastik wrap
Pemberian aerasi
72
Lampiran 3. Perhitungan Pembuatan Media Pengenceran Khamir Laut
Air laut = 50 ml
Gula pasir 0,25 %
= ,2
1 x 50 ml = 0,125 ml = 0,125 cc = 0,125 cm3 = 0,125 gr
Jadi, gula pasir yang dubutuhkan sebanyak 0,125 gr
Pupuk daun 0,1 %
= ,1
1 x 50 ml = 0,05 ml = 0,05 cc = 0,05 cm3 = 0,05 gr
Jadi, pupuk daun yang dibutuhkan sebanyak 0,05 gr
73
Lampiran 4. Diagram Alir Pembuatan Media Pengenceran Khamir Laut
Air laut sebanyak 100 ml
Media khamir laut
Pensterilan dengan pemanasan sampai mendidih
Pendinginan pada suhu kamar
Pengambilan air laut steril sebanyak 50 ml
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Penghomogenan
Penambahan gula
pasir sebanyak
0,25 % dan pupuk
daun sebanyak 1
% (v:b)
74
Lampiran 5. Data Kepadatan Sel Khamir Laut
Kolom
Jam ke-
0 12 24 36 48 60 72 84 96 108
Pojok Kanan Atas 2 13 17 15 23 35 87 51 34 22
Pojok Kanan Bawah 15 9 21 28 38 55 103 33 17 7
Pojok Kiri Atas 7 8 25 26 19 30 79 43 18 21
Pojok Kiri Bawah 4 11 22 35 32 47 91 45 22 16
Tengah 8 22 31 44 49 28 98 64 28 18
Jumlah 36 63 116 148 161 195 458 236 119 84
Jumlah Sel (Kotak Sedang) 7,2 12,6 23,2 29,6 32,2 39 91,6 47,2 23,8 16,8
Jumlah sel/ml 1,8 3,15 5,8 7,4 8,05 9,75 22,9 11,8 5,95 4,2
log Sel/ml 10,2552 10,4983 10,7634 10,8692 10,9057 10,989 11,3598 11,0718 10,7745 10,6232
74
75
Lampiran 6. Jumlah Kepadatan Sel Khamir Laut Saat Dilakukan
Pengenceran
Pengujian kepadatan sel khamir laut menggunakan kotak sedang pada
hemocymeter.
Luas kotak sedang = p x l
= 0,2 mm x 0,2 mm
= 0,04 mm2
Volume kotak sedang = 0,04 mm2 x 0,1 mm
= 0,004 mm3
Karena 1 ml = 1 cm3
maka, = 0,004 mm3
= 0,000004 cm3
= 4 x 10-6 ml
Jadi, formula dalam menentukan jumlah sel yaitu :
Jumlah sel/ml = umah sel
1 - aktor engen eran 1
-
Atau
Jumlah sel/ml = Jumlah sel x ¼ x 106 x 104
76
Pengamatan jam ke-0
Jumlah sel/ ml = 7,2 x (1/4) x 106 x 104
= 1,8 x 1010 Sel/ ml
Log sel/ ml = 10,2552
Pengamatan jam ke-12
Jumlah sel/ ml = 12,6 x (1/4) x 106 x 104
= 3,15 x 1010 Sel/ ml
Log sel/ ml = 10,4983
Pengamatan jam ke-24
Jumlah sel/ ml = 23,2 x (1/4) x 106 x 104
= 5,8 x 1010 Sel/ ml
Log sel/ ml = 10,7634
Pengamatan jam ke-36
Jumlah sel/ ml = 29,6 x (1/4) x 106 x 104
= 7,4 x 1010 Sel/ ml
Log sel/ ml = 10,8692
Pengamatan jam ke-48
Jumlah sel/ ml = 32,2 x (1/4) x 106 x 104
= 8,05 x 1010 Sel/ ml
Log sel/ ml = 10,9057
Pengamatan jam ke-60
Jumlah sel/ ml = 31,8 x (1/4) x 106 x 104
= 9,75 x 1010 Sel/ ml
Log sel/ ml = 10,9890
Pengamatan jam ke-72
Jumlah sel/ ml = 91,8 x (1/4) x 106 x 104
= 22,9 x 1010 Sel/ ml
Log sel/ ml = 11,3598
Pengamatan jam ke-84
Jumlah sel/ ml = 47,2 x (1/4) x 106 x 104
= 11,8 x 1010 Sel/ ml
Log sel/ ml = 11,0718
Pengamatan jam ke-96
Jumlah sel/ ml = 23,8 x (1/4) x 106 x 104
= 5,95 x 1010 Sel/ ml
Log sel/ ml = 10,7745
Pengamatan jam ke-108
Jumlah sel/ ml = 16,8 x (1/4) x 106 x 104
= 4,2 x 1010 Sel/ ml
Log sel/ ml = 10,6232
77
Lampiran 7. Data Pengamatan Pada Penelitian Pendahuluan
Penelitian Pendahuluan Pertama
Keterangan Gambar
Hidrolisat protein tanaman azolla
dengan molase rebus 50 ml dan
khamir laut 2,5 ml
Bertahan selama 5 hari
Berwarna coklat
Berjamur
78
Penelitian Pendahuluan Kedua
Hidrolisat protein tanaman azolla rebus
dengan molase rebus 50 ml dan
khamir laut 2,5 ml
Bertahan selama 6 hari
Berwarna coklat
Sedikit berjamur, volume molase habis
Hidrolisat protein tanaman azolla rebus
dengan molase rebus 100 ml dan
khamir laut 2,5 ml
Bertahan selama 12 hari
Berwarna coklat
Bau molase
Sedikit berjamur, volume molase habis, dan
Hidrolisat protein tanaman azolla rebus
dengan molase rebus 150 ml dan
khamir laut 2,5 ml
Bertahan selama 12 hari
Berwarna coklat tua
Bau molase
Volume molase berkurang
Sedikit berbusa
79
Penelitian Pendahuluan Ketiga
Hidrolisat protein tanaman azolla rebus
dengan molase rebus 100 ml dan
khamir laut 2,5 ml
Bertahan selama 12 hari
Berwarna coklat
Bau molase
Sedikit berjamur, volume molase berkurang
Hidrolisat protein tanaman azolla rebus
dengan molase rebus 150 ml dan
khamir laut 2,5 ml
Bertahan selama 12 hari
Berwarna coklat pekat
Bau khas molase dan fermentasi
Volume molase berkurang
Hidrolisat protein tanaman azolla rebus
dengan molase rebus 200 ml dan
khamir laut 2,5 ml
Bertahan selama 12 hari
Berwarna coklat pekat
Bau khas molase
Volume molase berkurang
80
Lampiran 8. Hasil Analisis Nilai Rendemen dan Kandungan Nutrisi Kontrol Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan
Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda
Perlakuan Hasil Analisis
Lama Fermentasi
Volume Molase Segar
Rendemen Cairan (%)
Rendemen Pasta (%)
Kadar Air (%)
Kadar Abu (%)
Kadar Lemak
(%)
Kadar Protein
(%)
Kadar Karbohidrat
(%) pH
Daya Buih (%)
Kapasitas Emulsi
(%)
0 Hari (Kontrol)
100 ml
20,6818 21,1480 4,1421 15,0199 39,0079 4,79 0,0577 52,7185
150 ml
20,8235 21,4225 4,2320 14,4316 39,0901 4,73 0,0680 51,6982
200 ml
21,4589 20,8010 4,1985 15,2994 38,2420 4,73 0,0704 52,9769
3 Hari
100 ml 90,4219 44,1016 18,7612 19,9632 3,8598 14,7904 42,6252 4,69 0,0618 51,9278
150 ml 91,8110 44,6064 19,7197 19,8721 3,9095 15,9699 40,5286 4,58 0,0628 52,7881
200 ml 91,9825 47,1625 19,0748 19,4379 3,8679 16,0433 41,5758 4,60 0,0709 52,7506
6 Hari
100 ml 83,2624 42,9189 17,7958 18,3594 3,5744 16,0323 44,2379 4,52 0,0670 49,7543
150 ml 86,5011 42,7828 19,1271 18,0601 3,5838 16,8968 42,3320 4,56 0,0803 50,2003
200 ml 89,4971 46,3368 19,0390 17,9780 3,5796 17,6352 41,7680 4,54 0,0752 52,4604
9 Hari
100 ml 78,6575 41,0440 17,5431 17,2297 3,3173 18,0586 43,8512 4,49 0,0728 49,5620
150 ml 79,1886 42,3593 18,0784 17,0568 3,2160 18,5087 43,1397 4,53 0,0854 49,7582
200 ml 83,8798 44,4468 18,2381 16,7769 3,0989 18,5840 43,3019 4,54 0,0790 50,75881
12 Hari
100 ml 65,7307 39,0740 17,2853 16,2735 3,0085 17,9386 45,4938 4,38 0,0821 48,8657
150 ml 72,7659 40,1607 17,7090 16,4196 3,0221 18,5270 44,3221 4,48 0,0964 48,7568
200 ml 80,8364 42,8320 16,9784 16,4293 2,8621 18,7171 45,0130 4,32 0,1017 49,7085
81
Lampiran 9. Data Pengamatan dan Analisis Data Rendemen Cairan
Hidrolisat Protein Tanaman Azolla dengan Volume Molase
Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Total Rata -
Rata
Standar
Deviasi
Lama
Fermentasi
Volume
Molase I II III
3 Hari 100 ml 89,8470 90,1412 91,2776 271,2658 90,4219 0,7554
150 ml 90,8361 92,4183 92,1787 275,4331 91,8110 0,8527
200 ml 90,4691 92,1090 93,3695 275,9476 91,9825 1,4543
6 Hari 100 ml 83,1608 84,2415 82,3850 249,7873 83,2624 0,9324
150 ml 84,9379 86,8261 87,7394 259,5035 86,5011 1,4287
200 ml 88,5627 88,9627 90,9661 268,4916 89,4971 1,2877
9 Hari 100 ml 77,1903 79,8465 78,9359 235,9727 78,6575 1,3497
150 ml 78,7085 79,5260 79,3313 237,5658 79,1886 0,427
200 ml 84,1898 82,4266 85,0230 251,6394 83,8798 1,3256
12 Hari 100 ml 64,9137 66,1018 66,1767 197,1922 65,7307 0,7085
150 ml 72,2434 73,8461 72,2084 218,2979 72,7659 0,9355
200 ml 80,5796 79,8946 82,0353 242,5095 80,8364 1,0932
Perlakuan Kelompok
Total 3 6 9 12
100 ml 271,2658 249,79 235,973 197,192 954,218
150 ml 275,4331 259,5 237,566 218,298 990,8003
200 ml 275,9476 268,49 251,639 242,51 1038,588
Total 822,6465 777,78 725,178 658 2983,606
82
FK 247275,19
JK Total 2157,30
JK Perlakuan 2128,70
JK L 1673,60
JK V 298,34
JK L x V 156,76
JK Galat 28,60
SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan
Perlakuan 11 2128,70 193,59 162,41 2,22 3,09 Sangat Beda Nyata
L 3 1673,60 557,87 468,18 3,01 4,72 Sangat Beda Nyata
V 2 298,34 149,17 125,19 3,4 5,61 Sangat Beda Nyata
L x V 6 156,76 26,127 21,93 2,51 3,67 Sangat Beda Nyata
Galat 24 28,60 1,1915
Total 35 2157,30
Perlakuan Hari
Total Rerata S.Dev 3 6 9 12
100 ml 90,42 83,26 78,66 65,73 318,07 79,52 10,39
150 ml 91,81 86,5 79,19 72,77 330,27 82,57 8,33
200 ml 91,98 89,5 83,88 80,84 346,2 86,55 5,1
Total 274,22 259,26 241,73 219,33 994,53
Rerata 91,41 86,42 80,58 73,11
S.Dev 0,86 3,12 2,87 7,56
Nilai T Tabel 2,04
BNT 5% 1,82
Perlakuan Rataan
100 ml 150 ml 200 ml Notasi
79,52 82,57 86,55
100 ml 79,52 0 a
150 ml 82,57 3,05 0 b
200 ml 86,55 7,03 3,98 0 c
Kelompok Rataan
12 hari 9 hari 6 hari 3 hari Notasi
73,11 80,58 86,42 91,41
12 hari 73,11 0 a
9 hari 80,58 7,47 0 b
6 hari 86,42 13,31 5,84 0 c
3 hari 91,41 18,3 10,83 4,99 0 d
83
Lampiran 10. Data Pengamatan dan Analisis Data Rendemen Pasta
Hidrolisat Protein Tanaman Azolla dengan Volume Molase
Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Total Rata -
Rata
Standar
Deviasi
Lama
Fermentasi
Volume
Molase I II III
3 Hari 100 ml 44,4638 43,7745 44,0665 132,3048 44,1016 0,3459
150 ml 44,7333 44,0124 45,0736 133,8193 44,6064 0,5418
200 ml 47,3079 46,6784 47,5012 141,4875 47,1625 0,4302
6 Hari 100 ml 42,8945 42,0337 43,8286 128,7568 42,9189 0,8976
150 ml 43,1322 42,4398 42,7765 128,3485 42,7828 0,3462
200 ml 47,197 45,4158 46,3978 139,0106 46,3368 0,8921
9 Hari 100 ml 40,5923 40,1032 42,4365 123,1320 41,0440 1,2304
150 ml 41,8247 42,2099 43,0435 127,0781 42,3593 0,6229
200 ml 44,1912 43,8316 45,3176 133,3404 44,4468 0,7752
12 Hari 100 ml 38,7348 39,0622 39,4251 117,2221 39,0740 0,3453
150 ml 39,7554 39,9879 40,7388 120,4821 40,1607 0,5139
200 ml 42,4004 42,6379 43,4577 128,4960 42,8320 0,5547
Perlakuan Kelompok
Total 3 6 9 12
100 ml 132,3048 128,76 123,132 117,222 501,4157
150 ml 133,8193 128,35 127,078 120,482 509,728
200 ml 141,4875 139,01 133,34 128,496 542,3345
Total 407,6116 396,12 383,551 366,2 1553,478
84
FK 67035,96
JK Total 196,62
JK Perlakuan 185,59
JK L 104,99
JK V 77,96
JK L x V 2,63
JK Galat 11,03
SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan
Perlakuan 11 185,59 16,87 36,71 2,22 3,09 Sangat Beda Nyata
L 3 104,99 34,99 76,16 3,01 4,72 Sangat Beda Nyata
V 2 77,96 38,98 84,82 3,4 5,61 Sangat Beda Nyata
L x V 6 2,63 0,439 0,95 2,51 3,67 Tidak Beda Nyata
Galat 24 11,03 0,46
Total 35 196,62
Perlakuan Hari
Total Rerata S.Dev 3 6 9 12
100 ml 44,1 42,92 41,04 39,07 167,14 41,78 2,2
150 ml 44,61 42,78 42,36 40,16 169,91 42,48 1,83
200 ml 47,16 46,34 44,45 42,83 180,78 45,19 1,94
Total 135,87 132,04 127,85 122,07 517,83
Rerata 45,29 44,01 42,62 40,69
S.Dev 1,64 2,01 1,72 1,93
Nilai T Tabel 2,04
BNT 5% 1,13
Perlakuan Rataan
100 ml 150 ml 200 ml Notasi
41,78 42,48 45,19
100 ml 41,78 0 a
150 ml 42,48 0,7 0 a
200 ml 45,19 3,41 2,71 0 b
Kelompok Rataan
12 hari 9 hari 6 hari 3 hari Notasi
40,69 42,62 44,01 45,29
12 hari 40,69 0 a
9 hari 42,62 1,93 0 b
6 hari 44,01 3,32 1,39 0 c
3 hari 45,29 4,6 2,67 1,28 0 d
85
Lampiran 11. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Air Hidrolisat
Protein Tanaman Azolla dengan Volume Molase Rebus dan Lama
Fermentasi yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Total Rata -
Rata
Standar
Deviasi
Lama
Fermentasi
Volume
Molase I II III
0 Hari 100 ml 20,3736 22,0364 19,6356 62,0456 20,6818 1,2297
(Kontrol) 150 ml 20,6398 21,4832 20,3475 62,4705 20,8235 0,5897
200 ml 20,3443 22,8479 21,1846 64,3768 21,4589 1,2741
3 Hari 100 ml 18,0362 20,2149 18,0325 56,2836 18,7612 1,2589
150 ml 19,2948 20,9173 18,9471 59,1592 19,7197 1,0515
200 ml 18,5696 20,1822 18,4726 57,2244 19,0748 0,9602
6 Hari 100 ml 17,7201 18,9473 16,7201 53,3875 17,7958 1,1155
150 ml 18,8566 20,3764 18,1483 57,3813 19,1271 1,1384
200 ml 18,2843 20,2318 18,6009 57,117 19,0390 1,045
9 Hari 100 ml 17,5711 18,637 16,4211 52,6292 17,5431 1,1082
150 ml 17,8387 18,7242 17,6725 54,2354 18,0784 0,5653
200 ml 17,7079 19,3716 17,6349 54,7144 18,2381 0,9823
12 Hari 100 ml 17,2937 18,0234 16,5388 51,8559 17,2853 0,7423
150 ml 17,8461 17,7636 17,5174 53,1271 17,7090 0,171
200 ml 16,8847 17,3686 16,6819 50,9352 16,9784 0,3528
Perlakuan Kelompok
Total 0 3 6 9 12
100 ml 62,0456 56,284 53,3875 52,6292 51,8559 276,2018
150 ml 62,4705 59,159 57,3813 54,2354 53,1271 286,3735
200 ml 64,3768 57,224 57,117 54,7144 50,9352 284,3678
Total 188,8929 172,67 167,886 161,579 155,9182 846,9431
86
FK 15940,28
JK Total 105,93
JK Perlakuan 78,04
JK L 70,65
JK V 3,87
JK L x V 3,52
JK Galat 27,89
SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan
Perlakuan 14 78,04 5,57 5,99 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata
L 4 70,65 17,66 19 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata
V 2 3,87 1,93 2,08 3,32 5,39 Tidak Beda Nyata
L x V 8 3,52 0,44 0,47 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata
Galat 30 27,89 0,93
Total 44 105,93
Perlakuan Hari
Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12
100 ml 20,68 18,76 17,8 17,54 17,29 92,07 18,41 1,39
150 ml 20,82 19,72 19,13 18,08 17,71 95,46 19,09 1,26
200 ml 21,46 19,07 19,04 18,24 16,98 94,79 18,96 1,64
Total 62,96 57,56 55,96 53,86 51,97 282,31
Rerata 20,99 19,19 18,65 17,95 17,32
S.dev 0,41 0,49 0,74 0,36 0,37
Nilai T Tabel 2,02
BNT 5% 1,59
Perlakuan Rataan
100 ml 200 ml 150 ml Notasi
18,41 18,96 19,09 100 ml 18,41 0 a
200 ml 18,96 0,55 0 a
150 ml 19,09 0,68 0,13 0 a
Kelompok Rataan
12 hari 9 hari 6 hari 3 hari 0 hari Notasi
17,32 17,95 18,65 19,19 20,99
12 hari 17,32 0 a
9 hari 17,95 0,63 0 a
6 hari 18,65 1,33 0,7 0 a
3 hari 19,19 1,87 1,24 0,54 0 ab
0 hari 20,99 3,67 3,04 2,34 1,8 0 b
87
Lampiran 12. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Abu Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Total Rata -
Rata
Standar
Deviasi
Lama
Fermentasi
Volume
Molase I II III
0 Hari 100 ml 20,9172 21,6304 20,8967 63,4442 21,1481 0,4177
(Kontrol) 150 ml 21,4881 21,5392 21,2404 64,2677 21,4225 0,1598
200 ml 20,2957 21,2108 20,8965 62,403 20,8010 0,4649
3 Hari 100 ml 19,7505 20,2021 19,937 59,8897 19,9632 0,2269
150 ml 19,6566 20,1863 19,7734 59,6163 19,8721 0,2783
200 ml 19,3745 19,589 19,3505 58,3139 19,4379 0,1313
6 Hari 100 ml 18,2882 18,4503 18,3398 55,0783 18,3594 0,0828
150 ml 18,1479 18,2042 17,8284 54,1805 18,0601 0,2026
200 ml 17,7965 18,0554 18,0824 53,9343 17,9780 0,1578
9 Hari 100 ml 17,1778 17,5142 16,9971 51,6892 17,2297 0,2624
150 ml 16,9123 17,1681 17,0902 51,1707 17,0568 0,1310
200 ml 16,7767 16,9616 16,5926 50,3309 16,7769 0,1845
12 Hari 100 ml 16,0649 16,3944 16,3614 48,8207 16,2735 0,1814
150 ml 16,5041 16,5203 16,2344 49,2589 16,4196 0,1605
200 ml 16,3827 16,6634 16,2419 49,2879 16,4293 0,2145
Perlakuan Kelompok
Total 0 3 6 9 12
100 ml 63,4442 59,8897 55,0783 51,6892 48,8207 251,606
150 ml 64,2677 59,6163 54,1805 51,1707 49,2589 250,151
200 ml 62,403 58,3139 53,9343 50,3309 49,2879 246,447
Total 190,115 177,82 132,753 125,683 121,835 748,204
88
FK 12440,2
JK Total 3072,05
JK Perlakuan 3070,33
JK L 451,62
JK V 0,94
JK L x V 2617,78
JK Galat 1,72
SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan
Perlakuan 14 3070,3 219,31 3824,21 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata
L 4 451,62 112,91 1968,79 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata
V 2 0,94 0,47 8,23 3,32 5,39 Sangat Beda Nyata
L x V 8 2617,8 327,22 5705,91 2,27 3,17 Sangat Beda Nyata
Galat 30 1,72 0,06
Total 44 3072,1
Perlakuan Hari
Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12
100 ml 21,15 19,96 18,36 17,23 16,27 92,98 18,59 1,98
150 ml 21,42 19,87 18,06 17,06 16,42 92,83 18,57 2,06
200 ml 20,8 19,44 17,98 16,78 16,43 91,42 18,28 1,84
Total 63,37 59,27 54,4 51,06 49,12 277,23
Rerata 21,12 19,76 18,13 17,02 16,37
S.dev 0,31 0,28 0,2 0,23 0,09
Nilai T Tabel 2,02
BNT 5% 0,4
Perlakuan Rataan
200 ml 150 ml 100 ml Notasi
18,28 18,57 18,59
200 ml 18,28 0 a
150 ml 18,57 0,29 0 a
100 ml 18,59 0,31 0,02 0 a
Kelompok Rataan
12 hari 9 hari 6 hari 3 hari 0 hari Notasi
16,37 17,02 18,13 19,76 21,12
12 hari 16,37 0 a
9 hari 17,02 0,65 0 b
6 hari 18,13 1,76 1,11 0 c
3 hari 19,76 3,39 2,74 1,63 0 d
0 hari 21,12 4,75 4,1 2,99 1,36 0 e
89
Lampiran 13. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Lemak Hidrolisat
Protein Tanaman Azolla dengan Volume Molase Rebus dan
Lama Fermentasi yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Total Rata -
Rata
Standar
Deviasi
Lama
Fermentasi
Volume
Molase I II III
0 Hari 100 ml 4,0517 4,2421 4,1325 12,4265 4,1422 0,0955
(Kontrol) 150 ml 4,1247 4,3509 4,2205 12,6962 4,2321 0,1135
200 ml 3,9751 4,3674 4,2529 12,5956 4,1985 0,2017
3 Hari 100 ml 3,6348 3,9192 4,0254 11,5797 3,8599 0,2019
150 ml 3,7947 4,0093 3,9245 11,7287 3,9096 0,1080
200 ml 3,6084 3,9560 4,0393 11,6039 3,8680 0,2285
6 Hari 100 ml 3,5048 3,6356 3,5827 10,7233 3,5744 0,0657
150 ml 3,5021 3,7370 3,5122 10,7515 3,5838 0,1328
200 ml 3,5348 3,6450 3,5590 10,7389 3,5796 0,0579
9 Hari 100 ml 3,3762 3,3660 3,2096 9,95193 3,3173 0,0933
150 ml 3,1551 3,2341 3,2589 9,64824 3,2161 0,0542
200 ml 3,0728 3,1132 3,1107 9,29691 3,0990 0,0226
12 Hari 100 ml 2,9402 3,0768 3,0085 9,02572 3,0086 0,0682
150 ml 2,9976 3,0459 3,0228 9,06646 3,0222 0,0241
200 ml 2,8541 2,8437 2,8886 8,58651 2,8622 0,0235
Perlakuan Kelompok
Total 0 3 6 9 12
100 ml 12,4265 11,5797 10,7233 9,95193 9,0257 53,707
150 ml 12,6962 11,7287 10,7515 9,64824 9,0665 53,8912
200 ml 12,5956 11,6039 10,7389 9,29691 8,5865 52,8217
Total 37,7183 34,9123 32,2136 28,8971 26,6787 160,4199
90
FK 571,88
JK Total 9,35
JK Perlakuan 8,93
JK L 8,79
JK V 0,04
JK L x V 0,09
JK Galat 0,42
SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan
Perlakuan 14 8,93 0,64 45,4 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata
L 4 8,79 2,2 156,48 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata
V 2 0,04 0,02 1,55 3,32 5,39 Tidak Beda Nyata
L x V 8 0,09 0,01 0,82 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata
Galat 30 0,42 0,01
Total 44 9,35
Perlakuan Hari
Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12
100 ml 4,14 3,86 3,57 3,32 3,009 17,9 3,58 0,44
150 ml 4,23 3,91 3,58 3,22 3,02 17,96 3,59 0,49
200 ml 4,2 3,87 3,58 3,1 2,86 17,61 3,52 0,55
Total 12,57 11,64 10,74 9,63 8,89 53,47
Rerata 4,19 3,88 3,58 3,21 2,96
S.dev 0,05 0,03 0,005 0,11 0,09
Nilai T Tabel 2,02
BNT 5% 0,2
Perlakuan Rataan
200 ml 100 ml 150 ml Notasi
3,52 3,58 3,59
200 ml 3,52 0 a
100 ml 3,58 0,06 0 a
150 ml 3,59 0,07 0,01 0 a
Kelompok Rataan
12 hari 9 hari 6 hari 3 hari 0 hari Notasi
2,96 3,21 3,58 3,88 4,19
12 hari 2,96 0 a
9 hari 3,21 0,25 0 b
6 hari 3,58 0,62 0,37 0 c
3 hari 3,88 0,92 0,67 0,3 0 d
0 hari 4,19 1,23 0,98 0,61 0,31 0 e
91
Lampiran 14. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Protein Kontrol
dan Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan
Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Total Rata -
Rata
Standar
Deviasi
Lama
Fermentasi
Volume
Molase I II III
0 Hari 100 ml 15,5659 15,6031 13,8910 45,0600 15,0199 0,9779
(Kontrol) 150 ml 14,1609 15,3919 13,7423 43,2951 14,4316 0,8574
200 ml 14,1027 17,1526 14,6431 45,8984 15,2994 1,6274
3 Hari 100 ml 15,8271 15,3361 13,2082 44,3713 14,7904 1,3921
150 ml 16,1861 16,5684 15,1554 47,9098 15,9699 0,7308
200 ml 14,9663 16,2980 16,8659 48,1301 16,0433 0,9750
6 Hari 100 ml 16,5104 15,1695 16,4173 48,0972 16,0323 0,7487
150 ml 16,8521 15,5893 18,2490 50,6905 16,8968 1,3303
200 ml 17,6383 16,6961 18,5712 52,9057 17,6352 0,9375
9 Hari 100 ml 17,3717 17,9321 18,8722 54,1760 18,0586 0,7582
150 ml 18,2273 19,2693 18,0297 55,5263 18,5087 0,6660
200 ml 17,9657 19,094 18,6922 55,752 18,584 0,5718
12 Hari 100 ml 17,3324 18,9400 17,5436 53,8161 17,9386 0,8736
150 ml 18,5000 18,4658 18,6153 55,5811 18,5270 0,0783
200 ml 18,6922 19,0199 18,4392 56,1513 18,7171 0,2911
Perlakuan Kelompok
Total 0 3 6 9 12
100 ml 45,0600 44,3713 48,0972 54,176 53,8161 245,5206
150 ml 43,2951 47,9098 50,6905 55,5263 55,5811 253,0028
200 ml 45,8984 48,1301 52,9057 55,752 56,1513 258,8374
Total 134,253 140,411 151,693 165,454 165,549 757,3608
92
FK 12746,56
JK Total 126,1
JK Perlakuan 99,76
JK L 90,28
JK V 5,94
JK L x V 3,53
JK Galat 26,34
SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan
Perlakuan 14 99,76 7,13 8,11 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata
L 4 90,28 22,57 25,7 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata
V 2 5,94 2,97 3,38 3,32 5,39 Beda Nyata
L x V 8 3,53 0,44 0,5 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata
Galat 30 26,34 0,88
Total 44 126,1
Perlakuan Hari
Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12
100 ml 15,02 14,79 16,03 18,06 17,94 81,84 16,37 1,56
150 ml 14,43 15,97 16,9 18,51 18,53 84,33 16,87 1,75
200 ml 15,3 16,04 17,64 18,58 18,72 86,28 17,26 1,53
Total 44,75 46,8 50,56 55,15 55,18 252,45 50,49
Rerata 14,92 15,6 16,85 18,38 18,39
S.Dev 0,44 0,7 0,80 0,28 0,41
Nilai T Tabel 2,024
BNT 5% 1,55
Perlakuan Rataan
100 ml 150 ml 200 ml Notasi
16,37 16,87 17,256
100 ml 16,37 0 a
150 ml 16,87 0,5 0 a
200 ml 17,26 0,89 0,39 0 a
Kelompok Rataan
0 hari 3 hari 6 hari 9 hari 12 hari Notasi
14,92 15,6 16,85 18,38 18,39
0 hari 14,92 0 a
3 hari 15,6 0,68 0 a
6 hari 16,85 1,93 1,25 0 ab
9 hari 18,38 3,46 2,78 1,53 0 b
12 hari 18,39 3,47 2,79 1,54 0,01 0 b
93
Lampiran 15. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Karbohidrat Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Total Rata -
Rata
Standar
Deviasi
Lama
Fermentasi
Volume
Molase I II III
0 Hari 100 ml 39,0915 36,4881 41,4442 117,024 39,0079 2,4791
(Kontrol) 150 ml 39,5865 37,2348 40,4492 117,27 39,0901 1,6636
200 ml 41,2822 34,4212 39,0229 114,726 38,2420 3,4965
3 Hari 100 ml 42,7512 40,3276 44,7969 127,876 42,6252 2,2372
150 ml 41,0677 38,3187 42,1995 121,586 40,5286 1,9957
200 ml 43,4812 39,9748 41,2717 124,728 41,5758 1,7728
6 Hari 100 ml 43,9765 43,7972 44,9401 132,714 44,2379 0,6146
150 ml 42,6412 42,093 42,2621 126,996 42,3320 0,2807
200 ml 42,7461 41,3716 41,1865 125,304 41,7680 0,8520
9 Hari 100 ml 44,5031 42,5506 44,4999 131,554 43,8512 1,1263
150 ml 43,8665 41,6042 43,9486 129,419 43,1397 1,3304
200 ml 44,4768 41,4595 43,9695 129,906 43,3019 1,6156
12 Hari 100 ml 46,3687 43,5653 46,5476 136,482 45,4938 1,6726
150 ml 44,1521 44,2043 44,6101 132,966 44,3221 0,2506
200 ml 45,1863 44,1044 45,7483 135,039 45,0130 0,8355
Perlakuan Kelompok
Total 0 3 6 9 12
100 ml 117,024 127,876 132,714 131,554 136,482 645,6485
150 ml 117,27 121,586 126,996 129,419 132,966 628,2384
200 ml 114,726 124,728 125,304 129,906 135,039 629,7028
Total 349,02 374,189 385,014 390,879 404,487 1903,5898
94
FK 80525,65
JK Total 300,86
JK Perlakuan 213,54
JK L 192,67
JK V 12,43
JK L x V 8,44
JK Galat 87,32
SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan
Perlakuan 14 213,54 15,25 5,24 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata
L 4 192,67 48,17 16,55 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata
V 2 12,43 6,22 2,13 3,32 5,39 Tidak Beda Nyata
L x V 8 8,44 1,05 0,36 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata
Galat 30 87,32 2,91
Total 44 300,86
Perlakuan Hari
Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12
100 ml 39,01 42,63 44,24 43,85 45,49 215,22 129,13 2,48
150 ml 39,09 40,53 42,33 43,14 44,32 209,41 125,65 2,08
200 ml 38,24 41,58 41,77 43,3 45,01 209,9 125,94 2,5
Total 116,34 124,73 128,34 130,29 134,83 634,53
Rerata 38,78 41,58 42,78 43,43 44,94
S.dev 0,47 1,05 1,29 0,37 0,59
Nilai T Tabel 2,02
BNT 5% 2,82
Perlakuan Rataan
150 ml 200 ml 100 ml Notasi
41,88 41,98 43,04
150 ml 41,88 0 a
200 ml 41,98 0,1 0 a
100 ml 43,04 1,16 1,06 0 a
Kelompok Rataan
0 hari 3hari 6 hari 9 hari 12 hari Notasi
38,78 41,58 42,78 43,43 44,94
0 hari 38,78 0 a
3 hari 41,58 2,8 0 a
6 hari 42,78 4 1,2 0 ab
9 hari 43,43 4,65 1,85 0,65 0 ab
12 hari 44,94 6,16 3,36 2,16 1,51 0 b
95
Lampiran 16. Data Pengamatan dan Analisis Data pH Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Total Rata -
Rata
Standar
Deviasi
Lama
Fermentasi
Volume
Molase I II III
0 Hari 100 ml 4,80 4,73 4,83 14,36 4,79 0,0513
(Kontrol) 150 ml 4,76 4,68 4,76 14,20 4,73 0,0461
200 ml 4,72 4,76 4,71 14,19 4,73 0,0264
3 Hari 100 ml 4,67 4,70 4,72 14,09 4,69 0,0251
150 ml 4,49 4,61 4,65 13,75 4,58 0,0832
200 ml 4,57 4,54 4,69 13,80 4,60 0,0793
6 Hari 100 ml 4,43 4,61 4,52 13,56 4,52 0,09
150 ml 4,51 4,54 4,63 13,68 4,56 0,0624
200 ml 4,55 4,52 4,56 13,63 4,54 0,0208
9 Hari 100 ml 4,34 4,56 4,59 13,49 4,49 0,1365
150 ml 4,40 4,63 4,58 13,61 4,53 0,1209
200 ml 4,44 4,52 4,66 13,62 4,54 0,1135
12 Hari 100 ml 4,35 4,38 4,42 13,15 4,38 0,0351
150 ml 4,42 4,49 4,54 13,45 4,48 0,0602
200 ml 4,37 4,26 4,32 12,95 4,32 0,0551
Perlakuan Kelompok
Total 0 3 6 9 12
100 ml 14,36 14,09 13,56 13,49 13,15 68,65
150 ml 14,20 13,75 13,68 13,61 13,45 68,69
200 ml 14,19 13,80 13,63 13,62 12,95 68,19
Total 42,75 41,64 40,87 40,72 39,55 205,53
96
FK 938,72
JK Total 0,87
JK Perlakuan 0,7
JK L 0,62
JK V 0,01
JK L x V 0,07
JK Galat 0,17
SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan
Perlakuan 14 0,7 0,05 8,79 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata
L 4 0,62 0,16 27,41 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata
V 2 0,01 0,005 0,9 3,32 5,39 Tidak Beda Nyata
L x V 8 0,07 0,008 1,46 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata
Galat 30 0,17 0,006
Total 44 0,87
Perlakuan Hari
Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12
100 ml 4,79 4,69 4,52 4,49 4,38 22,87 4,57 0,16
150 ml 4,73 4,58 4,56 4,53 4,48 22,88 4,58 0,09
200 ml 4,73 4,6 4,54 4,54 4,32 22,73 4,55 0,15
Total 14,25 13,87 13,62 13,56 13,18 68,48
Rerata 4,75 4,62 4,54 4,52 4,39
S.dev 0,03 0,059 0,02 0,03 0,08
Nilai T Tabel 2,02
BNT 5% 0,12
Perlakuan Rataan
200 ml 100 ml 150 ml Notasi
4,546 4,574 4,576
200 ml 4,55 0 a
100 ml 4,57 0,028 0 a
150 ml 4,58 0,03 0,002 0 a
Kelompok Rataan
12 hari 9 hari 6 hari 3 hari 0 hari Notasi
4,39 4,52 4,54 4,62 4,75
12 hari 4,39 0 a
9 hari 4,52 0,13 0 b
6 hari 4,54 0,15 0,02 0 b
3 hari 4,62 0,23 0,10 0,08 0 b
0 hari 4,75 0,36 0,23 0,21 0,13 0 c
97
Lampiran 17. Data Pengamatan dan Analisis Daya Buih Hidrolisat Protein
Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan
Lama Fermentasi yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Total Rata - Rata
Standar Deviasi Lama
Fermentasi Volume Molase
I II III
0 Hari 100 ml 0,0559 0,0593 0,0580 0,1732 0,0577 0,0017
(Kontrol) 150 ml 0,0675 0,0643 0,0722 0,2040 0,0680 0,0039
200 ml 0,0663 0,0702 0,0747 0,2112 0,0704 0,0042
3 Hari 100 ml 0,0619 0,0594 0,0641 0,1854 0,0618 0,0023
150 ml 0,0581 0,0687 0,0616 0,1884 0,0628 0,0054
200 ml 0,0677 0,077 0,0682 0,2129 0,0709 0,0052
6 Hari 100 ml 0,0622 0,0701 0,0689 0,2012 0,0670 0,0042
150 ml 0,0768 0,0834 0,0809 0,2411 0,0803 0,0033
200 ml 0,0758 0,0722 0,0777 0,2257 0,0752 0,0027
9 Hari 100 ml 0,0748 0,073 0,0706 0,2184 0,0728 0,0021
150 ml 0,0847 0,0864 0,0853 0,2564 0,0854 0,0008
200 ml 0,0802 0,0791 0,0779 0,2372 0,0790 0,0011
12 Hari 100 ml 0,0809 0,0838 0,0816 0,2463 0,0821 0,0015
150 ml 0,0939 0,0981 0,0972 0,2892 0,0964 0,0022
200 ml 0,1006 0,1095 0,0951 0,3052 0,1017 0,0072
Perlakuan Kelompok
Total 0 3 6 9 12
100 ml 0,1732 0,1854 0,2012 0,2184 0,2463 1,0245
150 ml 0,204 0,1884 0,2411 0,2564 0,2892 1,1791
200 ml 0,2112 0,2129 0,2257 0,2372 0,3052 1,1922
Total 0,5884 0,5867 0,668 0,712 0,8407 3,3958
98
FK 0,2562
JK Total 0,0068
JK Perlakuan 0,0064
JK L 0,0048
JK V 0,0011
JK L x V 0,0003
JK Galat 0,0004
SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan
Perlakuan 14 0,0064 0,0004 34,22 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata
L 4 0,0048 0,0012 90,94 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata
V 2 0,0011 0,0005 43,07 3,32 5,39 Sangat Beda Nyata
L x V 8 0,0003 4,91E-05 3,64 2,27 3,17 Sangat Beda Nyata
Galat 30 0,0004 1,35E-05
Total 44 0,0068
Perlakuan Hari
Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12
100 ml 0,06 0,06 0,07 0,07 0,08 0,34 0,07 0,0096
150 ml 0,07 0,06 0,08 0,09 0,1 0,39 0,08 0,0135
200 ml 0,07 0,07 0,08 0,08 0,1 0,4 0,08 0,0129
Total 0,2 0,2 0,23 0,24 0,28 1,13
Rerata 0,07 0,065 0,07 0,08 0,09
S.Dev 0,0067 0,005 0,007 0,006 0,01
Nilai T Tabel 2,024
BNT 5% 0,0061
Perlakuan Rataan
100 ml 150 ml 200 ml Notasi
0,0683 0,0786 0,07944
100 ml 0,0688 0 a
150 ml 0,0786 0,0103 0 b
200 ml 0,0794 0,0111 0,00086 0 b
Kelompok Rataan
3 hari 0 hari 6 hari 9 hari 12 hari Notasi
0,0651 0,0654 0,0741 0,079 0,0934
3 hari 0,0651 0 a
0 hari 0,0654 0,0002 0 a
6 hari 0,0741 0,009 0,0088 0 b
9 hari 0,079 0,0139 0,0137 0,0049 0 b
12 hari 0,0934 0,0282 0,028 0,0192 0,0143 0 c
99
Lampiran 18. Data Pengamatan dan Analisis Data Kapasitas Emulsi
Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus
dan Lama Fermentasi yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Total Rata -
Rata
Standar
Deviasi
Lama
Fermentasi
Volume
Molase I II III
0 Hari 100 ml 52,3459 52,9252 52,8846 158,1557 52,7185 0,3233
(Kontrol) 150 ml 51,3507 51,8573 51,8868 155,0948 51,6982 0,3013
200 ml 52,6445 52,4561 53,8302 158,9308 52,9769 0,7449
3 Hari 100 ml 52,0241 51,8363 51,9231 155,7835 51,9278 0,0939
150 ml 54,8932 52,1378 53,3333 158,3643 52,7881 0,6046
200 ml 52,7391 52,7352 52,7778 158,2520 52,7506 0,0235
6 Hari 100 ml 49,8326 50,3564 49,0740 149,2631 49,7543 0,6447
150 ml 49,9073 50,6938 50,2003 150,6011 50,2003 0,4298
200 ml 52,8475 52,1973 52,3364 157,3812 52,4604 0,3423
9 Hari 100 ml 49,8432 49,7688 49,0741 148,6860 49,5620 0,4242
150 ml 49,4897 49,7849 49,7582 149,2746 49,7582 0,2561
200 ml 50,6473 51,0053 50,6238 152,2765 50,7588 0,2137
12 Hari 100 ml 48,8463 48,6769 49,0740 146,5973 48,8657 0,1993
150 ml 48,7987 48,8736 48,5981 146,2704 48,7568 0,1424
200 ml 49,6493 50,3855 49,0909 149,1257 49,7085 0,6493
Perlakuan
Kelompok
Total
0 3 6 9 12
100 ml 158,1557 155,78 149,263 148,686 146,5973 758,4856
150 ml 155,0948 158,36 150,601 149,275 146,2704 759,6052
200 ml 158,9308 158,25 157,381 152,277 149,1257 775,9662
Total 472,1813 472,4 457,245 450,237 441,9934 2294,057
100
FK 116948,83
JK Total 317,88
JK Perlakuan 101,14
JK L 80,25
JK V 12,77
JK L x V 8,12
JK Galat 216,74
SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan
Perlakuan 14 101,14 7,22 1 2,04 2,74 Tidak Beda Nyata
L 4 80,25 20,06 2,78 2,69 4,02 Beda Nyata
V 2 12,77 6,38 0,88 3,32 5,39 Tidak Beda Nyata
L x V 8 8,12 1,02 0,14 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata
Galat 30 216,74 7,22
Total 44 317,88
Perlakuan Hari
Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12
100 ml 52,72 51,93 49,75 49,56 48,87 252,83 50,57 1,66
150 ml 51,7 52,79 50,2 49,76 48,76 253,2 50,64 1,6
200 ml 52,98 52,75 52,46 50,76 49,71 258,66 51,73 1,43
Total 157,39 157,47 152,41 150,08 147,33 764,69
Rerata 52,46 52,49 50,81 50,03 49,11
S.dev 0,68 0,49 1,45 0,64 0,52
Nilai T Tabel 2,02
BNT 5% 4,44
Perlakuan Rataan
100 ml 150 ml 200 ml Notasi
50,57 50,64 51,73
100 ml 50,57 0 a
150 ml 50,64 0,07 0 a
200 ml 51,73 1,16 1,09 0 a
Kelompok Rataan
12 hari 9 hari 6 hari 0 hari 3 hari Notasi
49,11 50,03 50,81 52,46 52,49
12 hari 49,11 0 a
9 hari 50,03 0,92 0 a
6 hari 50,81 1,7 0,78 0 a
0 hari 52,46 3,35 2,43 1,65 0 a
3 hari 52,49 3,38 2,46 1,68 0,02 0 a
101
Lampiran 19. Dokumentasi Pembuatan Kultur Khamir Laut
Air Laut Sebanyak 1000 ml
Penimbangan gula pasir sebanyak 5 gram
Perebusan air
Pensterilan dengan pemanasan sampai
mendidih
Penimbangan pupuk daun sebanyak 2 gram
Sterilisasi peralatan, Beker glass
Pendinginan pada suhu ruang
Dimasukkan dalam beaker glass
Sterilisasi selang
Sterilisasi botol kaca
102
Pemberian aerasi selama 3 hari
Penutupan dengan plastik wrap
Penambahan gula pasir
Penambahan pupuk daun
Penghomogenan
Penutupan dengan kapas
Penambahan Starter khamir laut sebanyak
10 ml
Penuangan ke dalam botol gelas
103
Lampiran 20. Dokumentasi Pengamatan Kepadatan Khamir Laut
Sterilisasi peralatan
Penimbangan gula pasir
seanyak 0,125 gram
Penimbangan pupuk daun
seanyak 0,05 gram
Pengukuran volume air
laut steril sebanyak 50 ml
Penuangan ke dalam
erlenmeyer
Penambahan gula pasir
dan pupuk daun
Penghomogenan
Penuangan media ke
dalam tabung reaksi Penambahan kultur khamir
laut mix sebanyak 1 ml
Pengenceran bertingkat
Penghomogenan dengan
vortex mixer
Hasil pengenceran
104
Lampiran 21. Dokumentasi Pembuatan Pasta Hidrolisat Protein
Tanaman Azolla Rebus
Tanaman azolla Dicuci hingga bersih
Diukur volume molase Penghomogen
Ditimbang sebagai
berat awal
Ditambahkan
khamir
sebanyak 2,5 ml
Dimasukkan kedalam
botol plastik
Dihaluskan
Penimbangan
sebanyak 50 g
105
Diberi aerasi dan
difermentasi selama
3, 6, 9, dan 12 hari
Ditimbang berat
akhir
Dipotong botol
plastik
Dihomogenkan
dengan diblender
Diletakkan pada
cawan petri
Ditata pada
loyang
Dikeringkan
dalam vacum
dryer
Hidrolisat protein
Azolla pinnata
106
Lampiran 22. Dokumentasi Analisis Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein
Tanaman Azolla Rebus
Penimbangan sampel
sebanyak 15 gram
Pengeringan cawan petri
dalam oven bersuhu
105oC selama 24 jam
dengan tutup setengah
terbuka
Pendinginan dalam
desikator selama
15 menit
Penimbangan cawan
beserta tutup
Pengeringan cawan petri
dalam oven bersuhu
105oC dengan tutup
setengah terbuka
Pendinginan dalam
desikator selama
15 menit
Penimbangan
berat akhir kadar air
107
Lampiran 23. Dokumentasi Analisis Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein
Tanaman Azolla Rebus
Penimbangan berat
benang
Pengeringan kertas saring
dan benang dalam oven
bersuhu 1050C
Pendinginan dalam
desikator selama
15 menit
15 menit
Penimbangan berat
kertas saring
Penghalusan sampel dari
kadar air
Penimbangan berat
sampel
Pembungkusan sampel
Pengekstraksian lemak
pada goldfisch
selama 3 jam
Pengeringan sampel
pada suhu 105oC
selama 24 jam
109
Lampiran 24. Dokumentasi Analisis Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein
Tanaman Azolla Rebus
Penimbangan sampel
sebanyak 0,5 gram
Penghalusan tablet
kjehdal
Penimbangan tablet
kjehdal sebanyak 2 gram
Destruksi sampel
dengan penambahan
katalis
Sampel hasil destruksi
berwarna kehijauan
Penambahan aquades
sebanyak 30 ml
Destilasi dan
ditambahkan NaOH dan
H2O
Didestilasi selama 3
menit
Ditambah 1,5 g
H3BO3 dan aquades
50 ml, dan metyl
orange kedalam
erlenmeyer
Hasil titrasi Dititrasi dengan H2SO4
0,4 N hingga berwarna
merah muda
110
Lampiran 25. Dokumentasi Analisis Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein
Tanaman Azolla Rebus
Penghalusan sampel dari
kadar lemak
Penimbangan berat
sampel sebanyak 2 g Pengarangan sampai
tidak berasap
Pengabuan dalam
muffle bersuhu 600oC
Pendinginan dalam
desikator selama
15 menit
Penimbangan berat
akhir
Pengeringan cawan
porselin dalam oven
bersuhu 105oC selama 24
jam
Pendinginan dalam
desikator selama
15 menit
15 menit
Penimbangan berat
cawan porselin
111
Lampiran 26. Dokumentasi Analisis pH Pasta Hidrolisat Protein
Tanaman Azolla Rebus
Penimbangan sampel
sebanyak 1 g
Penambahan aquadess
sebanyak 10 ml
Penghomogenan
Pembilasan elektroda pH
meter menggunakan
aquades
Hidupkan pH meter
Pengukuran nilai pH
hingga nilai stabil
Pencelupan elektroda
pada sampel
112
Lampiran 27. Dokumentasi Analisis Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat
Protein Tanaman Azolla Rebus
Penimbangan sampel
sebanyak 1 gram
Penuangan kedalam
cuvet
Pengukuran aquades
sebanyak 5 ml
Penambahan aquades 5
ml kedalam cuvet
Pengukuran minyak
jagung sebanyak 5 ml
Peletakan ke dalam
sentrifuse
Penambahan minyak
jagung kedalam cuvet
Penghomogenan
dengan sentrifuse
dengan kecepatan 7500
rpm selama 5 menit
Penghilangan fase
minyak pada sampel
Pengukuran volume
emulsi
Hasil sentrifuse
113
Lampiran 28. Dokumentasi Analisis Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein
Tanaman Azolla Rebus
Ditimbang sampel
sebanyak 1 g
Dimasukkan
cuvet Dikocok sampel
selama 1 menit
Daya buih
yang terbentuk
Diukur aquades
sebanyak 10 ml
Dimasukkan
cuvet