pengaruh volume molase rebus dan lama fermentasi

128
i PENGARUH VOLUME MOLASE REBUS DAN LAMA FERMENTASI HIDROLISAT PROTEIN TANAMAN AZOLLA (Azolla pinnata) REBUS DENGAN STARTER KHAMIR LAUT SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI HASIL PERIKANAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Oleh : ACHMAD FAWZY NIM. 115080300111063 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: khangminh22

Post on 21-Feb-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGARUH VOLUME MOLASE REBUS DAN LAMA FERMENTASI

HIDROLISAT PROTEIN TANAMAN AZOLLA (Azolla pinnata) REBUS

DENGAN STARTER KHAMIR LAUT

SKRIPSI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI HASIL PERIKANAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Oleh :

ACHMAD FAWZY

NIM. 115080300111063

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

ii

PENGARUH VOLUME MOLASE REBUS DAN LAMA FERMENTASI

HIDROLISAT PROTEIN TANAMAN AZOLLA (Azolla pinnata) REBUS

DENGAN STARTER KHAMIR LAUT

SKRIPSI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI HASIL PERIKANAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan

di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh :

ACHMAD FAWZY

NIM. 115080300111063

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

iii

iv

PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya

juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain kecuali yang tertulis oleh naskah ini dan disebut dengan daftar

pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 8 Mei 2017

Mahasiswa

Achmad Fawzy

NIM. 115080300111063

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Moh. Artamo (Ayah), Hosmiati (Ibu), dan Julian Rizqi (Adik), serta

Keluarga Besar yang telah memberikan dukungan, semangat, dan do’a.

2. Prof. Ir. Sukoso, M.Sc. Ph. D selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini,

memberikan kultur khamir laut serta molase yang sangat membantu

dalam penelitian saya.

3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

pengetahuan dan membimbing saya dengan sabar hingga saya dapat

memahami materi penelitian saya.

4. Dr. Ir. Hartati Kartikaningsih, MS dan Hefti Salis Yufidasari, S.Pi, MP

selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan ilmu, kritik, dan

saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Teman-teman THP 2011 yang telah memberikan masukan, semangat,

dukungan, tukar pikiran dan pengalaman.

6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Malang, 8 Mei 2017

Penulis

vi

RINGKASAN

ACHMAD FAWZY, (115080300111063). Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi Hidrolisat Protein Tanaman Azolla (Azolla Pinnata) Rebus dengan Starter Khamir Laut (di bawah bimbingan Prof. Ir. Sukoso, M.Sc. Ph.D dan Dr. Ir. Yahya, MP). Bakso Ikan merupakan salah satu bentuk diversivikasi olahan hasil perikanan. Bakso adalah makanan yang sangat digemari baik dari kalangan menengah ke bawah sampai menengah ke atas sebagai makanan kecil, maupun makan besar dengan demikian bakso berpotensi untuk dikembangkan keanekaragamannya. Ikan memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yang bermanfaat bagi tubuh, serta kandungan asam lemak tak jenuhnya yang bermanfaat mengurangi kadar kolesterol dan sangat baik untuk kesehatan. Salah satu yang harus sangat diperhatikan dalam memilih produk bakso ikan dipasaran adalah dengan memilih kualitas bakso ikan yang sesuai standart SNI. Oleh karena itu penelitian ini berhubungan dengan pengujian kualitas Bakso ikan yang beredar di Pasar Modern Kota Malang.

Maksud atau tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui kualitas dari bakso ikan dari berbagai merk yang beredar di Pasar Modern Kota Malang. Karena kualitas dari berbagai merk bakso ikan yang beredar di pasar, terutama pasar modern belum tentu sesuai dengan standar SNI. Karena pada zaman sekarang ini produsen lebih mementingkan keuntungan sendiri dari pada kesehatan dan pasti konsumen yang akan dirugikan. Sedangkan konsumen sendiri berfikir kalau produk yang ada di pasar Modern itu semuanya berkualitas karena telah mendapat penyeleksian yang ketat. Tetapi kenyataannya belum ada suatu data atau penelitian valid yang menyatakan tentang kualitas dari bakso ikan yang beredar di Pasar Modern khususnya kota Malang kalau benar berkualitas dan sesuai standar.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan menggunakan metode penarikan sampel yaitu kuota sampling. Karena disesuaikan dengan jumlah sampel yang ingin diteliti dan juga karena peneliti tidak mengetahui berapa jumlah anggota populasi secara pasti. Terdapat variable bebas dan variable terikat dalam penelitian ini. Variabel bebas pada penelitian ini adalah bakso ikan dari berbagai merk yang terdapat di Pasar Modern Kota Malang yaitu merk bakso Ikan Kusno, Bumifood, Bernardi, Seafoodking, Champ dan Shifudo. Sedangkan variabel terikat dari penelitian ini ialah kadar air, kadar protein, kadar abu, kadar lemak, kadar karbohidrat dan tingkat kekenyalan.

Dari survei yang dilakukan terdapat 6 merk bakso ikan yang beredar di pasar modern Kota Malang. Pembelian bakso ikan dari merk yang berbeda bertujuan untuk mengetahui kualitas dari setiap produk yang beredar dengan dilihat dari analisi parameter kadar air, potein, lemak, abu, karbohirat dan uji tingkat kekenyalan. Dari setiap produk yang beredar tidak akan sama kualitasnya, karena formulasi dan proses pengolahan dari merk yang berbeda akan berbeda juga. Kemudian setiap sampel produk dari berbagai merk yang dibeli dari pasar modern dilakukan uji proksimat dan uji tingkat kekenyalan

Analisa data yang digunakan data penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana dan tiga kali ulangan. Rancangan yang digunakan untuk penelitian ini adalah rancangan acak lengkap sederhana dengan 3 kali ulangan. Semakin banyak ulangan data yang diperoleh akan semakin akurat. Selanjutnya di lakukan pengujian dengan analisa kadar air, protein, lemak, abu, karbohidrat dan uji tingkat kekenyalan.

vii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyajikan laporan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi Hidrolisat Protein

Tanaman Azolla (Azolla Pinnata) Rebus dengan Starter Khamir Laut”. Di dalam

tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi pertumbuhan khamir

laut, volume molase, dan lama fermentasi, serta kualitas hidrolisat protein Azolla

pinnata rebus yang dihasilkan dari proses hidrolisis khamir laut dengan

menggunakan volume molase dan lama fermentasi yang berbeda.

Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

dalam menyusun laporan skripsi ini, walaupun telah dikerahkan segala

kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak kekurangtepatan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, 8 Mei 2017

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL. ....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS. ................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH. ............................................................................ v

RINGKASAN. ................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR. ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 1.4 Hipotesis ............................................................................................. 4 1.5 Kegunaan Penelitian............................................................................ 5 1.6 Tempat dan Waktu Peneltian ............................................................. 5

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Azolla ................................................................................... 6 2.2 Fermentasi ........................................................................................... 8 2.3 Khamir Laut ......................................................................................... 9 2.4 Molase ................................................................................................. 13 2.5 Perebusan ........................................................................................... 15 2.6 Hidrolisat Protein Ikan .......................................................................... 16

3. METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian…………………………… .......................................... 19

3.1.1 Bahan Penelitian ......................................................................... 19 3.1.2 Alat Penelitian ............................................................................. 19

3.2 Metode Penelitian……………………………......... ............................... 20 3.2.1 Metode ........................................................................................ 20 3.2.2 Variabel ....................................................................................... 21 3.2.3 Rancangan Percobaan ............................................................... 21

3.3 Prosedur Penelitian……………………......... ........................................ 22 3.3.1 Prosedur Pembuatan Kultur Khamir ........................................... 22

ix

3.3.2 Prosedur Penentuan Fase Log Khamir Laut ............................... 23 3.3.3 Prosedur Pembuatan Hidrolisat Protein Tanaman Azolla ........... 25

3.4 Pengamatan dan Parameter………………………….…......... .............. 29 3.4.1 Pengamatan ................................................................................ 29 3.4.2 Rendemen .................................................................................. 29 3.4.3 Analisis Proksimat ....................................................................... 29

3.4.3.1 Analisis Kadar Air ........................................................... 29 3.4.3.2 Analisis Kadar Lemak ..................................................... 30 3.4.3.3 Analisis Kadar Protein ..................................................... 32 3.4.3.4 Analisis Kadar Abu ......................................................... 32 3.4.3.5 Analisis Kadar Karbohidrat .............................................. 33

3.4.4 Nilai pH ....................................................................................... 33 3.4.5 Kapasitas Emulsi ........................................................................ 34 3.4.6 Daya Buih ................................................................................... 34

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan ....................................................................... 36

4.1.1 Penentuan Fase Logaritmik ........................................................ 36 4.1.2 Penentuan Volume Molase Rebus dan Waktu Fermentasi ........ 40 4.1.3 Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus ...................................... 41

4.2 Penelitian Utama ................................................................................. 42 4.2.1 Rendemen Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................... 43 4.2.1.1 Rendemen Cairan ........................................................... 43 4.2.1.2 Rendemen Pasta ............................................................ 44 4.2.2 Analisis Proksimat Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ....... 45 4.2.2.1 Kadar Air ......................................................................... 45 4.2.2.2 Kadar Abu ....................................................................... 47 4.2.2.3 Kadar Lemak ................................................................... 49 4.2.2.4 Kadar Protein .................................................................. 50 4.2.2.5 Kadar Karbohidrat ........................................................... 52 4.2.3 Analisis pH .................................................................................. 54 4.2.4 Analisis Daya Buih ...................................................................... 56 4.2.5 Analisis Kapasitas Emulsi ........................................................... 57

4.3 Perlakuan Terbaik ................................................................................ 59

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 61 5.2 Saran ................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Nutrisi Azolla (%) Berdasarkan Berat Kering ........................ 7 2. Komposisi Kimia Khamir Laut .................................................................. 11 3. Komposisi Kimia Molase .......................................................................... 14 4. Model Rancangan Penelitian ................................................................... 22 5. Tabel berbagai perlakuan pada penelitian ............................................... 26 6. Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus .................................................... 42 7. Selisih Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .................................................... 46 8. Selisih Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan dengan Kontrol Awal Fermentasi ....................................... 48 9. Selisih Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .................................................... 49 10. Selisih Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .................................................... 51 11. Selisih Kadar Karbohidrat Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus dibandingkan dengan Kontrol Awal Fermentasi ............................ 53 12. Selisih pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .................................................... 55 13. Selisih Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .................................................... 56 14. Selisih Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi ......................................... 58 15. Komposisi Kimia Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ............. 60

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tanaman Azolla (Azolla pinnata).............................................................. 7 2. Khamir Laut .............................................................................................. 9 3. Proses Pengenceran Bertingkat Khamir Laut .......................................... 24 4. Diagram Alir Pembuatan Hidrolisat Protein Tanaman Azolla ................... 28 5. Pertumbuhan Sel Khamir Laut dengan Pengamatan Setiap 12 Jam

Sekali Selama 108 Jam ............................................................................ 36 6. Foto Pengamatan Sel Khamir Laut dengan Perbesaran 1000x ............... 38 7. Rata-rata Rendemen Cairan Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ..... 43 8. Rendemen Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ...................... 44 9. Rata-rata Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ......... 46 10. Rata-rata Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ....... 47 11. Rata-rata Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus ....................................................................................................... 49 12. Rata-rata Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus ....................................................................................................... 51 13. Rata-rata Kadar Karbohidrat Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus ....................................................................................................... 53 14. Rata-rata pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................... 54 15. Rata-rata Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ....... 56 16. Rata-rata Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus ....................................................................................................... 58

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan dalam Kultur Khamir Laut .................................................... 70 2. Diagram Alir Pembuatan Kultur Khamir Laut ............................................ 71 3. Perhitungan Pembuatan Media Pengenceran Khamir Laut ..................... 72 4. Diagram Alir Pembuatan Media Pengenceran Khamir Laut ..................... 73 5. Data Kepadatan Sel Khamir Laut ............................................................. 74 6. Jumlah Kepadatan Sel Khamir Laut Saat Dilakukan Pengenceran ......... 75 7. Data Pengamatan Pada Penelitian Pendahuluan .................................... 77 8. Hasil Analisis Nilai Rendemen dan Kandungan Nutrisi Kontrol

Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ............................................ 80

9. Data Pengamatan dan Analisis Data Rendemen Cairan Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ....................................................... 81

10. Data Pengamatan dan Analisis Data Rendemen Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda .............................................................. 83

11. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Air Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ........................................................................ 85

12. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Abu Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ........................................................................ 87

13. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Lemak Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ........................................................................ 89

14. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Protein Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda .............................................................. 91

15. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Karbohidrat Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda .............................................................. 93

16. Data Pengamatan dan Analisis Data pH Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ........................................................................ 95

17. Data Pengamatan dan Analisis Data Daya Buih Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda ........................................................................ 97

18. Data Pengamatan dan Analisis Data Kapasitas Emulsi Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda .............................................................. 99

19. Dokumentasi Pembuatan Kultur Khamir Laut .......................................... 101 20. Dokumentasi Pengamatan Kepadatan Khamir Laut ................................ 103 21. Dokumentasi Pembuatan Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla

Rebus ....................................................................................................... 104 22. Dokumentasi Analisis Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Tanaman

Azolla Rebus ............................................................................................ 106

xiii

23. Dokumentasi Analisis Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus .............................................................................. 107

24. Dokumentasi Analisis Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus .............................................................................. 109

25. Dokumentasi Analisis Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus .............................................................................................. 110

26. Dokumentasi Analisis pH Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus ......................................................................................................... 111

27. Dokumentasi Analisis Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus .............................................................................. 112

28. Dokumentasi Analisis Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus .............................................................................................. 113

29. Hasil Analisa Proksimat Tanaman Azolla Rebus ....................................... 114 30. Hasil Analisa Kadar Protein Hidrolisat Protein Tanaman Azolla

Rebus Terbaik ............................................................................................ 115

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Azolla pinnata adalah sejenis tanaman paku air yang tumbuh di sawah

atau kolam di daerah tropis yang bernilai gizi tinggi. Tanaman azolla potensial

digunakan sebagai pakan karena banyak terdapat di perairan tenang seperti

danau, kolam, rawa dan persawahan. Pertumbuhan azolla dalam waktu 3-4 hari

dapat memperbanyak diri menjadi dua kali lipat dari berat segar (Haetami dan

Sastrawibawa, 2005). Lumpkin dan Plucknet (1982) menyatakan kandungan

protein pada Azolla sp. sebesar 23,42% berat kering dengan komposisi asam

amino esensial yang lengkap. Kandungan protein yang tinggi dari tanaman azolla

belum dapat menggambarkan secara pasti nilai gizi yang sebenarnya. Sebagai

salah satu diversifikasi produk untuk mengolah azolla adalah dengan

mengolahnya menjadi hidrolisat protein.

Hidrolisat protein merupakan protein yang mengalami degradasi hidrolitik

dengan asam, basa, atau enzim proteolitik. Hasilnya berupa asam amino dan

peptida (Purbasari, 2008). Hidrolisis secara enzimatis lebih dipilih karena efisien,

murah, menghasilkan hidrolisat protein ikan tanpa kehilangan asam amino

esensial. Reaksi hidrolisis ini akan menghasilkan hidrolisat protein yang

berkualitas karena pH, kondisi suhu, dan waktu hidrolisis yang dapat terkontrol.

Penggunaan enzim didalam menghidrolisis protein dianggap paling aman dan

menguntungkan karena dapat berlangsung secara spesifik sehingga

dimungkinkan dapat mempengaruhi pembentukan peptida dan asam-asam

amino (Nurhayati et al., 2014). Pembuatan hidrolisat protein dengan

menggunakan enzim mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara fermentasi.

Fermentasi adalah proses perubahan substrat organik yang kompleks

menjadi komponen yang lebih sederhana dengan adanya aktivitas enzim dan

2

mikroba dalam keadaan terkontrol, dimana bahan-bahan atau komponen yang

dihasilkan dapat menghambat kegiatan mikroba pembusuk (Sastra, 2008). Lama

fermentasi yang berbeda dapat menghasilkan hasil hidrolisat yang berbeda

karena dalam selang waktu tersebut terjadi penguraian senyawa komplek

menjadi sederhana. Pada proses fermentasi tentunya terdapat mikroorganisme

yang berperan didalamnya. Pemilihan mikroorganisme harus disesuaikan

dengan kebutuhan yang akan dihasilkan yakni pembuatan hidrolisat protein.

Mikroorganisme yang akan digunakan dalam fermentasi adalah organisme yang

non patogenik, tidak membutuhkan nutrisi secara spesifik, mudah untuk dikultur,

dan dominan dalam pertumbuhannya, seperti khamir laut.

Khamir laut merupakan salah satu jenis khamir yang diisolasi langsung

dari laut. Merupakan organisme uniseluler dari golongan jamur, bersifat

kemoorganotrof, bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan

pertunasan atau pembelahan (Kreger, 1984). Khamir laut membutuhkan nutrisi

untuk kebutuhan hidupnya seperti sumber karbon dan sumber nitrogen. Khamir

dapat hidup dalam gula sederhana seperti glukosa, atau gula kompleks

disakarida yaitu sukrosa. Khamir mempunyai reaksi positif terhadap gula

rafinosa, trehalosa, maltosa, galaktosa, galaktosa, sukrosa, dan negatif pada

gula laktosa (Ahmad, 2005). Sumber karbon yang biasa digunakan sebagai

media pertumbuhan khamir laut adalah gula pasir. Molase banyak mengandung

gula sehingga dapat digunakan sebagai energi dan sumber karbon (Febriani,

2008).

Molase merupakan limbah cair hasil samping yang berasal dari

pembuatan gula tebu yang berupa cairan kental dan diperoleh dari tahap

pemisahan kristal gula, molase mengandung gula dengan kadar tinggi yaitu 50-

60%, sehingga molase dapat digunakan sebagai media fermentasi yang baik

(Juwita, 2012). Kandungan gula yang tinggi pada molase merupakan sumber

3

karbon untuk metabolisme dan pertumbuhan mikroba, sehingga dapat

ditambahkan pada proses fermentasi. Perebusan molase dilakukan, karena

selain dapat mengurangi kontaminasi dari mikroba juga dapat menguraikan

molase sukrosa menjadi lebih sederhana sehingga dapat langsung digunakan

untuk metabolisme khamir laut (Pangesti et al., 2012).

Sejauh ini belum ada penelitian mengenai khamir laut sebagai starter

dalam pembuatan hidrolisat protein dari tanaman azolla yang direbus dengan

cara fermentasi dan penambahan sumber karbon berupa molase rebus, maka

perlu adanya penelitian mengenai hal tersebut. Dari paparan yang telah

dijelaskan maka diperlukan kajian yang membahas tentang pemanfaatan khamir

laut sebagai biokatalisator dalam pembuatan hidrolisat protein azolla rebus.

1.2 Rumusan Masalah

Tanaman azolla memiliki kandungan protein yang cukup besar, namun

pemanfaatan tanaman azolla selama ini kurang optimal sehingga diperlukan

adanya diversifikasi dalam pengolahan tanaman azolla, misalnya hidrolisat

protein tanaman azolla. Adanya pengolahan tanaman azolla menjadi hidrolisat

protein dengan menggunakan fermentasi berpeluang dalam penyediaan pangan

yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Pemanfaatan khamir laut yang

mengandung berbagai enzim (protease) dalam fermentasi berpotensi untuk

meningkatkan kandungan protein dalam pembuatan hidrolisat protein tanaman

azolla. Penggunaan volume molase rebus dan lama fermentasi yang tepat

sangat menentukan kualitas hidrolisat protein tanaman azolla yang akan

didapatkan. Dari uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh penambahan volume molase rebus yang berbeda

terhadap karakteristik hidrolisat protein tanaman azolla?

4

Bagaimana pengaruh lama fermentasi yang berbeda terhadap

karakteristik hidrolisat protein tanaman azolla?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tentang pengaruh volume molase rebus dan lama

fermentasi hidrolisat protein tanaman azolla (Azolla pinnata) rebus dengan

starter khamir laut adalah:

Untuk mendapatkan volume molase rebus yang tepat terhadap

karakteristik hidrolisat protein tanaman azolla rebus.

Untuk mendapatkan lama fermentasi yang tepat terhadap karakteristik

hidrolisat protein tanaman azolla rebus.

Untuk mengetahui kandungan protein pada perlakuan terbaik hidrolisat

protein tanaman azolla rebus.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang mendasari penelitian ini adalah:

Diduga volume molase rebus berpengaruh terhadap kualitas hidrolisat

protein tanaman azolla rebus.

Diduga lama fermentasi berpengaruh terhadap kualitas hidrolisat protein

tanaman azolla rebus.

Diduga perlakuan terbaik menghasilkan hidrolisat dengan kandungan

protein yang tinggi.

5

1.5 Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

penggunaan volume molase rebus dan lama fermentasi berbeda dengan starter

khamir laut terhadap kualitas hidolisat protein tanaman azolla (Azolla pinnata)

rebus.

1.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Ikan,

Laboratorium Keamanan Hasil Perikanan, dan Laboratorium Perekayasaan

Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Pengujian

Mutu dan Keamanan Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas

Brawijaya, Malang, pada bulan Januari - November 2016.

6

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Azolla (Azolla pinnata)

Azolla merupakan jenis tanaman pakuan air yang hidup di lingkungan

perairan dan mempunyai sebaran yang cukup luas. Tumbuhan ini tumbuh di

selokan dan air yang menggenang. Azolla berkembang biak secara vegetatif dan

tumbuh banyak sekali. Reproduksi seksual tidak biasa dilakukan sebagai

perkembangbiakan. Paku-pakuan biasanya berbentuk hijau kusut pada air yang

berlebih dapat menjadi kemerahan merupakan akumulasi dari pigmen antosianin

(Rao, 1993)

Menurut Sudjana (2014), para ahli taksonomi menggolongkan Azolla

pinnata sebagai berikut :

Regnum : Plantae Divisio : Pteridophyta Classis : Pteridopsida Ordo : Salviniales Familia : Salviniaceae Genus : Azolla Species : Azolla pinnata

Tanaman Azolla memiliki ciri-ciri: batang dan cabang mengapung di air

dan bercabang yang susunannya saling tumpang tindih. Akar terdapat pada ruas

cabang permukaan batang dan memiliki rambut-rambut akar dan tudung ruas

berselubung yang dapat gugur karena usia tua, akar memberi sambungan besar

terhadap berat basah total tanaman. Setiap daun Azolla terdiri dari helai daun

bawah dan helai daun atas merupakan daun yang bilobus (bagian atas tebal)

dan warna hijau mengandung klorofil atas dan bawah yang kontak dengan

bagian air tipis warna merah muda karena tidak mengandung klorofil. Daun

azolla selalu bergerombol yang menutupi seluruh permukaan tanaman, helaian

7

daun bawah sebagian tenggelam dalam air dan sedikit klorofil sedangkan helaian

daun atas di atas permukaan air mengandung klorofil yang tebal (Hasbi, 2005).

Gambar 1. Tanaman Azolla (Azolla pinnata)

Tanaman Azolla merupakan gulma air yang tidak termanfaatkan, tetapi

memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu 28,12% berat kering

(Handajani, 2000). Itulah alasan mengapa penelitian ini menggunakan tanaman

Azolla sebagai bahan baku pembuatan hidrolisat protein. Kandungan tanaman

Azolla dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Azolla (%) Berdasarkan Berat Kering

Unsur Kandungan

Abu 10,50

Lemak Kasar 3.0-3,30

Protein Kasar 24-30

Nitrogen 4,5

Fosfor 0,5-0,9

Kalium 2,0-4,5

Pati 6,54

Magnesium 0,5-0,65

Mangan 0,11- 0,16

Zat Besi 0,06-0,26

Gula Terlarut 3,5

Kalsium 0,4-1,0

Serat Kasar 9,1

Klorofil 0,34- 0,55

Sumber: Maftuchah, (1998)

8

2.2 Fermentasi

Fermentasi adalah proses menghasilkan energi dengan perombakan

senyawa organik. Fermentasi juga dapat diartikan suatu reaksi kimia yang

membebaskan energi melalui perombakan nutrisi (disimilasi) senyawa-senyawa

yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Senyawa substrat yang

merupakan sumber energi diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana

(Sulistyaningrum, 2008). Fermentasi merupakan salah satu upaya untuk

mengubah senyawa karbohidrat menjadi etanol dengan bantuan

mikroorganisme, fermentasi juga dapat dikatakan sebagai sutu proses

perubahan kimia yang disebabkan oleh aktivitas mikroba ataupun oleh aktivitas

enzim yang dihasilkan mikroba (Sebayang, 2006).

Pada proses fermentasi selalu berhubungan dengan lama waktu atau

lama waktu fermentasi, perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan

perbedaan pada pertumbuhan mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi

maka akan semakin banyak pula mikroorganisme yang tumbuh sampai nutrisi

pada media tersebut habis. Proses pemecahan karbohidrat dipengaruhi oleh

aktivitas mikroorganisme yang digunakan pada fermentasi (Hidayati et al., 2013).

Fermentasi hidrolisat protein kepala udang rebus dengan penambahan

khamir laut dan molase sebagai substrat dilakukan selama 12 hari (Budy, 2014).

Pada penelitian hidrolisat protein tanaman azolla segar (Azolla pinnata) dengan

volume molase rebus difermentasi dengan menggunakan waktu 12 hari.

Pada proses fermentasi terjadi penguraian senyawa dari bahan-bahan

protein kompleks. Proses fermentasi yang terjadi pada ikan merupakan proses

penguraian secara biologis atau semibiologis terhadap senyawa-senyawa

kompleks terutama protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana,

dimana protein ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptida

9

yang akan diurai lanjut menjadi komponen-komponen lain yang berperan dalam

pembentukan cita rasa (Adawyah, 2007).

2.3 Khamir Laut

Khamir adalah organisme seluler dari golongan jamur, bersifat

kemoorganotrof, bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan

pertunasan atau pembelahan (Febriani, 2006). Khamir termasuk fungi, tetapi

dibedakan dari kapang karena bentuknya yang uniseluler. Reproduksi vegetatif

pada khamir terutama pada pertunasan, sebagai sel tunggal, khamir tumbuh dan

berkembang biak dengan cepat dibandingkan dengan kapang yang tumbuh

dengan perkembangan filamen. Khamir berbeda dengan ganggang karena tidak

dapat melakukan fotosintesis dan berbeda dengan protozoa karena mempunyai

dinding sel yang kuat, khamir mudah dibedakan dari bakteri karena ukurannya

lebih besar dan morfologinya berbeda (Pelczar et al., 1978).

Khamir laut juga termasuk dalam golongan fungi dan dibedakan

bentuknya uniseluler sebagai sel tunggal. Khamir dapat tumbuh didalam larutan

yang pekat, seperti gula dan garam serta lebih menyukai suasana asam, serta

adanya oksigen dilingkungan hidupnya (Baila, 2004). Gambar khamir laut dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Khamir Laut

10

Khamir laut dapat menghasilkan berbagai enzim seperti proteinase,

amilase, deaminase, sukrose, maltose, fosfolipase, dan fosfatase, sehingga

dapat berperan dalam pembuatan hidrolisat protein (Sukoso, 2012). Adapun

kandungan nutrisi, asam amino, asam lemak, dan mineral kultur khamir laut

dapat dilihat pada Tabel 2.

11

Tabel 2. Komposisi Kimia Khamir Laut

Kandungan Presentase (%) mg/100gr

Analisa Proksimat Bahan kering 71,85 -

Protein 28,29 -

Lemak 0,34 -

BETN 4,33 -

Abu 66,09 -

Asam amino essensial Arginin 0,206 -

Histidin 0,262 -

Isoleucin 0,310 -

Leucin 0,318 -

Lisin 0,463 -

Threonin 0,187 -

Metionin+sistin 0,773 -

Valin 0,342 -

Phenylananin 0,274 -

Asam lemak Oleat 14,447 -

Linoleat 7,469 -

Linolenat 0,875 -

Stearat 28,726 -

Laurat 1,842 -

Palmitat 17,437 -

P - 2,276

Cl - 7,452,459

Zn - 266,241

Mg 0,09 -

Sumber: Febriani, 2010

Kandungan kimia dari khamir laut yaitu dinding sel terdiri dari glukan atau

selulosa khamir (3-35%), manan (30%), lemak (8,5-13%), protein (6-8%), dan

kitin (1-2%) dari berat kering sel. Protein pada dinding sel khamir tersebut

12

jumlahnya relatif konstan. Protein ini juga termasuk dalam enzim protease yang

dapat memecah substrat (Fardiaz, 1989).

Peningkatan jumlah massa mikroba pada proses fermentasi dapat

menyebabkan meningkatnya kandungan protein pada produk fermentasi yang

merupakan refleksi dari jumlah massas sel. Mikroba dapat menghasilkan enzim

yang mendegradasis senyawa-senyawa komplek menjadi lebih sederhana serta

mensintesis protein. Khamir laut dapat meningkatkan kandungan protein yang

ada didalam bahan dengan adanya aktifitas enzimatis dari enzim protease, serta

dengan lamanya waktu fermentasi memberikan kesempatan pada khamir untuk

tumbuh dan berkembang sehingga mampu meningkatkan massa mikrobial

protein (Anggorowati et al., 2012). Selama pertumbuhannya, sel khamir laut

menghasilkan senyawa seperti nukleotida, asam amino, faktor tumbuh yang

belum teridentifikasi (unidentified growth factor), yang menstimulir pertumbuhan

dan enzim (Made et al., 1996).

Mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi akan

memberikan hasil optimum apabila ditambahkan pada substrat ketika memasuki

fase log. Bila biakan yang digunakan terlalu muda atau waktu inkubasi terlalu

singkat, ada kemungkinan biakan tersebut masih dalam fase adaptasi, sehingga

pertumbuhan belum optimal, tetapi apabila waktu inkubasi terlalu lama

kemungkinan biakan telah mencapai fase stasioner, oleh karena itu biakan yang

paling baik berada pada fase log (Eka dan Halim, 2009). Fase log yaitu fase

dimana mikroba membelah dengan cepat dan konstan dan pada fase ini

kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh media tempat tumbuhnya

seperti pH dan kandungan nutrien, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan

kelembapan udara (Yuliana, 2008). Pada waktu pembiakan 72 jam, khamir laut

menunjukkan pertumbuhan jumlah sel terbanyak (Purwitasari et al., 2004).

13

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan khamir laut

meliputi Faktor intrinsik yaitu pH, aktivitas air, kamampuan mengoksidasi-reduksi,

kandungan nutrien, dan bahan karbon. Sedangkan faktor ekstrinsiknya yaitu

suhu penyimpanan, kelembapan, dan tekanan gas (Rustan, 2003).

Khamir laut memerlukan substrat dan lingkungan yang sesuai untuk

pertumbuhan hidupnya dan perkembangbiakannnya. Salah satunya yaitu unsur

dasar yang dibutuhkan khamir yaitu sumber karbon dan karbon yang berasal dari

gula pereduksi, selain itu sumber karbon yang digunakan harus memiliki

kandungan yang cukup tinggi dan sesuai (Sari et al., 2014). Selain itu, khamir

laut juga dapat berkembang biak dalam gula sederhana seperti glukosa ataupun

gula kompleks disakarida yaitu sukrosa (Ahmad, 2005).

2.4 Molase

Molase merupakan limbah yang berasal dari pengolahan tebu yang

berbentuk cairan yang kental, dan berwarna coklat tua kehitaman, memiliki

aroma yang berbau manis atau harum khas. Molase termasuk medium

pertumbuhan kompleks yang kaya akan sukrosa, gula yang umumnya dapat

difermentasi oleh khamir laut adalah glukosa, galaktosa, maltosa, sukrosa,

laktosa, trehalosa, melibiosa, dan rafinosa (Noviati, 2007). Pemanfaatan molase

selain digunakan untuk memperoleh etanol juga akan meningkatkan nilai

ekonomis molase. Molase mengandung antara lain : Sukrosa 55%, Gula

pereduksi 18,27%, Abu sulfat 12,74%, Pol 29,25%, Brick 81,27% (Yusma, 1999).

Komposisi kimia molase dapat dilihat pada Tabel 3.

14

Tabel 3. Komposisi Kimia Molase

Komposisi Kimia

Kandungan (%)

Molase Molase Rebus

Kandungan Gula

Air

Protein

Karbohidrat

Abu

Lemak

Gula reduksi

Sukrosa

66,20

23,23

6,36

4,13

0,08

1,5602

0,5299

64,63

24,64

5,73

4,95

0,05

2,1615

0,3962

Fruktosa 4,5652 3,9174

Asam Amino L-Asam Glutamat 2,912 3,594

L-Prolin 0,640 0,350

L-Alanin 0,610 0,512

L-Asam Aspartat 0,405 0,669

L-Serin 0,069 0,234

L-Glisin 0,051 0,187

L-Valin 0,046 0,124

L-Lisin 0,035 0,966

L-Leusin 0,027 0,121

L-Isoleusin 0,024 0,084

L-Treonin 0,021 0,112

L-Tirosin 0,015 0,060

L-Histidin 0,014 0,074

L-Fenilalanin 0,009 0,073

L-Metionin 0,008 0,034

L-Arginin 0,007 0,107

L-Sistein - 0,081

Sumber: (Rohim, 2014)

15

Sumber karbon yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan

S. cerevisiae yaitu glukosa, sukrosa, gula pasir, dan molase. Didapatkan

pertumbuhan S. cerevisiae dengan molase memiliki pertumbuhan yang paling

tinggi dibandingkan menggunakan sumber karbon lainnya. Molase sebagai

limbah pabrik gula dapat pula dipertimbangkan mengingat molase mampu

menghasilkan â-glukan sebaik glukosa. (Kusmiati et al., 2010). Hal ini

disebabkan kondisi fisiologi pertumbuhan sel lebih baik pada medium yang kaya,

dalam hal ini molase mengandung senyawa bernitrogen, garam organik, vitamin

dan elemen mikro yang mampu menstimulasi metabolisme sel (Compagno et al.,

1992).

Pada proses pembuatan hidrolisat protein tanaman azolla dengan teknik

fermentasi, volume molase yang digunakan sebanyak 3 kali perlakuan yaitu 100

mL, 150 mL, dan 200 mL. Penambahan sumber karbohidrat seperti molase ini

bertujuan untuk mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan

sumber energi yang cepat terbentuk dan cepat tersedia bagi mikroba tersebut.

Komposisi nutrisi molase dalam 100% bahan kering adalah 0,3% lemak kasar,

0,4% serat kasar, 3,94% protein kasar dan 11% abu (Sutardi,1981).

2.5 Perebusan

Perebusan adalah proses pemasakan dengan menggunakan suhu panas

(±100ºC), dan termasuk dalam kategori pemanasan basah karena menggunakan

media air (Ardiansari, 2012). Pengolahan panas merupakan salah satu cara yang

telah dikembangkan untuk memperpanjang daya simpan bahan pangan.

Pengolahan dapat menghasilkan produk pangan dengan sifat-sifat yaitu aman,

bergizi, dan dapat diterima dengan baik secara sensori maupun kimia sehingga

dapat lebih diterima oleh konsumen. Namun, perebusan juga dapat menimbulkan

hal yang sebaliknya seperti kehilangan zat-zat gizi dan perubahan sensori

16

(warna, tekstur, bau, dan cita rasa) yang kurang disukai oleh konsumen (Budy,

2014).

Pemasakan dengan melibatkan panas merupakan salah satu proses

pengolahan pangan yang banyak dilakukan baik pada skala rumah tangga atau

skala industri. Beberapa cara pemasakan yang umum dilakukan adalah

perebusan dan pengukusan. Perebusan adalah proses pemasakan dalam air

mendidih sekitar 1000C, yang dimana air sebagai media penghantar panas.

Pengukusan merupakan proses pemasakan dengan medium uap air panas yang

dihasilkan oleh air mendidih (Aisyah et al., 2014).

Bahan makanan mengandung molekul-molekul berbagai senyawa yang

terikat satu sama lain melalui ikatan hidrogen. Proses perebusan atau

pemanasan dengan media air dapat mengurangi daya tarik-menarik antara

molekul-molekul air dan memberikan cukup energi kepada molekul-molekul air

tersebut sehingga dapat mengatasi daya tarik menarik antar molekul bahan

pangan tersebut. Perebusan juga dapat memberikan pengaruh dalam perubahan

komponen kimia dari molase, dimana molase merupakan hasil samping dari

pembuatan gula sehingga tinggi akan kandungan sukrosa. Pada saat perebusan

molase, setiap molekul sukrosa akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa yang

disebut dengan gula invert (Winarno, 2004).

2.6 Hidrolisat Protein Ikan

Hidrolisat protein ikan adalah protein ikan yang telah terurai menjadi

turunan-turunan protein karena adanya proses hidrolisis oleh enzim asam

ataupun basa (Haslina, 2004). Hidrolisat protein dapat dibuat dari ikan yang

memiliki nilai ekomonis rendah. HPI juga dapat dibuat dari limbah ikan seperti

kepala, tulang, daging merah, isi perut, kulit, sisik, tulang kecil, dan sirip (Muzaifa

et al., 2012).

17

Hidrolisis protein mengalami degradasi hidrolitik dengan asam, basa, atau

dengan enzim proteolitik yang menghasilkan produk berupa asam amino dan

peptida. Pengunaan enzim dalam menghidrolisis protein dianggap paling aman

dan menguntungkan. Hal ini disebabkan kemampuan enzim proteolitik dalam

menghidrolisis protein dapat menghasilkan produk hidrolisat yang terhindar dari

perubahan dan kerusakan produk (Kurniawan, 2012).

Hidrolisat protein ikan merupakan produk yang dihasilkan dari penguraian

protein ikan menjadi senyawa-senyawa berantai pendek karena adanya proses

hidrolisis baik oleh enzim, asam maupun basa (Bernadetta et al., 2012) Pada

umumnya hidrolisat protein digunakan untuk memperbaiki karakteristik berbagai

produk pangan. Manfaat hidrolisat protein yaitu sebagai penyedap rasa, sebagai

lanjutan untuk isolasi asam amino, serta untuk pengobatan (Purbasari, 2008).

Faktor yang mempengaruhi terhadap kecepatan hidrolisis dan kekhasan

produk pada proses pembuatan hidrolisat protein yaitu, suhu, waktu hidrolisis,

dan konsentrasi enzim yang ditambahkan, sedangkan tingkat kerusakan asam

amino dipengaruhi oleh kemurnian protein dari bahan awal, serta kondisi dan

jenis bahan penghidrolisis yang digunakan. Lama proses hidrolisis merupakan

faktor yang paling berpengaruh terhadap mutu hidrolisat yang dihasilkan

(Haslina, 2004).

Hidrolisat protein dapat berbentuk cair, pasta, atau tepung yang bersifat

higroskopis. Produk hidrolisat mempunyai kelarutan tinggi pada air, kapasitas

emulsinya baik, serta kemampuan mengembang besar (Purbasari, 2008).

Produk hidrolisat protein memikiki rasa pahit yang merupakan ciri khas produk

HPI yang disebabkan oleh peptida berantai pendek sebagai produk hasil dari

pemecahan protein. Sedangkan rasa manis pada HPI disebabkan oleh asam

amino glisin selama hidrolisis, sedangkan rasa gurih yang dihasilkan disebabkan

oleh pembentukan oligipeptida yang tinggi dari asam glutamat selama proses

18

hidrolisis (Budy, 2014). Hidrolisat protein dapat berbentuk cair, pasta atau tepung

yang bersifat higroskopis. Hidrolisat protein yang berbentuk cair mengandung

30% padatan dan bentuk pasta yang mengandung 65% padatan (Johnson dan

Peterson, 1974).

19

3. METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

3.1.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan untuk kultur khamir laut terdiri dari air laut,

gula pasir, pupuk daun (hortigro), starter khamir laut, kapas, plastik wrap, dan

plastik. Bahan-bahan yang digunakan untuk perhitungan kepadatan sel khamir

laut terdiri dari stok khamir laut, gula pasir, pupuk daun (hortigro), kapas, alkohol

dan tissue. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan hidrolisat protein

terdiri dari tanaman Azolla (Azolla pinnata) segar yang didapatkan dari sawah-

sawah yang terletak di Desa Tegalgondo, Kecamatan Karangploso, Malang,

Jawa Timur, sebagai bahan dasar pembuatan hidrolisat protein, bahan dasar lain

yang digunakan yaitu molase, akuades dan inokulum khamir laut.

Bahan untuk analisis proksimat yaitu kertas label, kertas saring, benang

kasur, petroleum-ether, indikator metil orange, tablet kjeldahl, H3BO3, NaOH,

H2SO4. Bahan untuk uji pH, daya buih dan emulsi yaitu akuades dan minyak

jagung.

3.1.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan kultur khamir laut terdiri dari

botol kaca, kompor, panci, spatula, pipet volume, bola hisap, timbangan digital,

aerator, selang, corong dan beaker glass. Peralatan yang digunakan untuk

perhitungan kepadatan sel khamir laut terdiri dari mikroskop, hemocytometer,

mikropipet, cover glass, rak tabung reaksi, tabung reaksi, vortex mixer, bola

hisap, pipet volume 10 ml, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur, timbangan digital,

spatula, sprayer, dan corong. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan

20

hidrolisat protein tanaman Azolla rebus terdiri dari kompor, panci, waterbath,

beaker glass, timbangan digital, gelas ukur 100 ml, bola hisap, sendok, pipet

volume, piring, spatula, nampan, baskom, sentrifuge, selang, aerator, botol

plastik, blender, dan food processor.

Alat yang digunakan untuk analisis proksimat antara lain oven, cawan

petri, desikator, loyang, crushable tang, gelas ukur, corong, timbangan digital,

kuvet, sentrifuge, pipet tetes, pipet volume, bola hisap, cawan petri, spatula,

beaker glass, cawan porselen, destruksi, destilasi, statif, buret, hot plate, muffle,

gold fisch, gelas piala, dan sampel tube. Alat yang digunakan untuk analisis

emulsi dan daya buih yaitu pipet volume, cuvet, dan vortex mixer. Alat yang

digunakan untuk analisis pH yaitu pH meter, spatula, dan beaker glass.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen.

Metode penelitian eksperimen adalah metode sistematis guna membangun

hubungan yang mengandung fenomena dari sebab-akibat. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh informasi tentang variabel mana yang menyebabkan sesuatu

terjadi dan variabel akibat dari terjadinya perubahan dalam suatu kondisi

eksperimen (Azizah, 2013).

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan kultur

khamir laut yang bertujuan untuk mendapatkan inokulum khamir laut yang

dipanen pada fase pertumbuhan atau log. Khamir laut digunakan sebagai starter

pada pembuatan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus. Setelah itu, menentukan

volume molase dan khamir laut yang bertujuan yaitu untuk memperoleh

konsentrasi dari volume molase dan khamir laut yang terbaik pada pembuatan

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus. Terakhir yaitu proses pembuatan

21

hidrolisat protein tanaman azolla rebus dengan starter khamir laut dan volume

molase yang terbaik yang didapat dari penelitian tahap kedua. Sehingga pada

tahap ini digunakan perlakuan volume molase sebesar 100 ml, 150 ml, dan 200

ml dengan starter khamir laut sebesar 2,5 ml. setelah itu dilakukan analisa

proksimat, pH, kapasitas emulsi, dan daya buih.

3.2.2 Variabel

Variabel adalah segala faktor yang berperan atau berpengaruh terhadap

suatu percobaan. Menurut Brink dan Wood (2000), variabel adalah faktor yang

mengandung lebih dari satu nilai di dalam metode statik. Variabel terdiri dari

variabel bebas yang artinya variabel penyebab atau variabel yang

mempengaruhi dimana variabel dalam kelompok sampel dibedakan. Dalam kata

lain peneliti harus dapat memisahkan sampel dalam kelompok alternatif

didasarkan pada variabel. Sedangkan variabel terikat yaitu faktor yang

diakibatkan oleh pengaruh tersebut.

Penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel bebas, variable terikat

dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah volume molase

rebus dan lama fermentasi, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini

adalah analisis proksimat (kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar abu, dan

kadar karbohidrat), pH, daya buih, dan kapasitas emulsi. Dan variable control

dalam penelitian ini yaitu penambahan inokulum khamir laut sebanyak 2,5 ml

pada setiap perlakuan.

3.2.3 Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan yaitu A = molase 100 ml, B = molase 150

22

ml, dan C = molase 200 ml dan lama fermentasi pada hari ke-0, ke-3, ke-6, ke-9,

dan ke-12. Model rancangan percobaan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Model Rancangan Penelitian

Tabel 4 . Rancangan Percobaan Penelitian

Perlakuan Kelompok Rerata Total

Volume 0 3 6 9 12

molase

100 ml

150 ml

200 ml

Hasil dari data diatas selanjutnya dilakukan analisis menggunakan ANOVA

menggunakan uji F dengan membandingkan antara F hitung dengan F tabel.

Jika F hitung < F tabel 5%, maka perlakuan tidak berbeda nyata.

Jika F hitung > F tabel 1%, maka perlakuan menyebabkan hasil sangat

berbeda nyata.

Jika F tabel 5% < F hitung < F tabel 1%, maka perlakuan menyebabkan hasil

berbeda nyata.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Prosedur Pembuatan Kultur Khamir

Prosedur pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkultur

khamir laut. Tahapan dalam mengkultur khamir laut menurut Sukoso (2012),

yaitu menyiapkan bahan-bahan yang digunakan. Bahan-bahan yang digunakan

yaitu air laut, gula pasir, pupuk daun, dan biakan khamir laut. Air laut yang

digunakan yaitu sebanyak 1000 ml. Setelah itu, air laut disterilkan dengan cara

23

direbus sampai mendidih kemudian air laut yang sudah direbus tersebut

didinginkan pada suhu kamar. Air laut steril yang sudah dingin kemudian

dimasukkan ke dalam botol gelas kaca, lalu ditambahkan gula pasir 0,5%

sebagai sumber nutrisi dan pupuk daun 0,2% sebagai sumber nitrogen (b:v)

serta dihomogenkan sehingga diperoleh media khamir laut. Lalu ditambah starter

khamir laut sebanyak 2 ml dan dihomogenkan. Kultur khamir laut yang telah siap

kemudian ditutup dengan kapas dan dilapisi plastik wrap untuk menghindari

kontaminasi yang tidak diinginkan, lalu diberi aerasi yang cukup untuk

menambah suplai oksigen dalam pertumbuhan khamir laut. Aerasi dilakukan

selama tiga hari untuk dilakukan pengamatan tingkat kepadatan sel khamir laut.

3.3.2 Prosedur Penentuan Fase Log Khamir Laut

Prosedur yang dilakukan untuk menetukan fase log dilakukan dengan

menggunakan haemocytometer dan mikroskop. Pengamatan dilakukan dengan

mengamati setiap 12 jam sekali kultur khamir untuk diukur kepadatannya dengan

menggunakan haemocytometer dan mikroskop.

Prosedur perhitungan kepadatan sel khamir laut yaitu pada hari pertama

sampai hari ke-tiga kultur khamir laut yang telah diaerasi diambil sebanyak 1 ml

untuk dilakukan penganceran dari 10-1 sampai 10-4. Namun terlebih dahulu

disiapkan media pengenceran yang akan digunakan. Prosedur pembuatan media

pengenceran yaitu air laut sebanyak 100 ml disterilkan dengan dipanaskan

sampai mendidih kemudian didinginkan pada suhu kamar, kemudian diambil air

laut steril sebanyak 50 ml dan dimasukkan ke dalam enlemeyer, kemudian

ditambah gula pasir sebanyak 0,25% (b:v) kemudian pupuk daun sebanyak 0,1%

(b:v) serta dihomogenkan.

Setelah media yang akan digunakan sudah siap, langkah selanjutnya

adalah perhitungan kepadatan sel khamir laut dengan menggunakan

24

haemocytometer. Prosedur kerja yang digunakan yaitu diambil 9 ml media

pengenceran kemudian dimasukkan pada masing-masing lima tabung reaksi

untuk diberi perlakuan tingkat pengenceran 10-1 sampai 10-4 dan satu sebagai

blanko. Tabung reaksi 10-1 yang telah berisi media ditambahkan kultur khamir

laut sebanyak 1 ml, lalu dihomogenkan dengan menggunakan vortex mixer.

Setelah itu, dari tabung reaksi 10-1 yang telah dihomogenkan diambil sebanyak 1

ml. untuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-2 dan dihomogenkan, serta

dilakukan dengan cara yang sama sampai tabung reaksi 10-4. Selanjutnya, dari

hasil pengenceran 10-4 diuji kepadatan khamir laut dengan mikroskop dan

haemocytometer.

Kultur khamir yang

telah diaerasi

Gambar 3. Proses Pengenceran Bertingkat Khamir Laut

Pengamatan kepadatan khamir laut dengan menggunakan pengamatan

mikroskop, yaitu dengan mengambil kultur khamir laut yang telah diaerasi

dengan menggunakan pipet tetes lalu diteteskan di atas hemocytometer dan

ditutup dengan cover glass. Preparat kultur khamir laut selanjutnya diamati di

bawah mikroskop pada skala pembesaran 400x Selanjutnya diamati dibawah

mikroskop pada perbesaran 400x. Kemudian dihitung sel khamir laut pada 5

kotak, yaitu ujung kiri bawah, ujung kiri atas, ujung kanan atas, ujung kanan

25

bawah, dan bagian tengah. Pengamatan kepadatan khamir laut dilakukan setiap

12 jam sekali mulai jam ke-0 sampai jam ke-108.

Pada pengamatan tingkat kepadatan khamir laut, ada fase log yang

ditandai dengan pertumbuhan sel yang paling tinggi dibandingkan dengan fase

lainnya. Fase log sendiri yakni fase dimana mikroorganisme mengalami

pertumbuhan yang sangat cepat dan dapat dikatakan sebagai pertumbuhan

eksponensial. Pada fase log ini kebutuhan energi lebih tinggi dan sel menjadi

lebih sensitif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, pada fase ini mikroba

termasuk didalamnya khamir laut banyak memproduksi zat-zat metabolit yang

dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya (Waluyo, 2007).

3.3.3 Prosedur Pembuatan Hidrolisat Protein Tanaman Azolla

Pada pembuatan hidrolisat protein tanaman Azolla rebus, prosedur

pertama yang dilakukan yaitu mencuci bersih tanaman azolla. Setelah itu

tanaman Azolla dihaluskan menggunakan blender supaya tanaman azolla

mudah tercampur dengan komponen lain. Azolla yang sudah dihaluskan

kemudian direbus dengan menggunakan akuades 1:2 (b:v) suhu 600C selama 15

menit. Lalu ditimbang sebanyak 50 g untuk masing-masing perlakuan kemudian

dimasukkan kedalam botol. Pada penelitian ini juga menggunakan molase (tetes

tebu) rebus, dimana proses perebusannya dilakukan sampai mendidih karena

molase memiliki sifat sebagai sumber nitrogen dan sumber karbon yang dapat

digunakan sebagai pengganti gula sehingga mudah mengalami karamelisasi.

Pada penelitian ini menggunakan penambahan molase rebus dan lama

fermentasi yang berbeda. Perlakuan penelitian dengan berbagai variabel dapat

dilihat pada Tabel 5.

26

Tabel 5. Tabel berbagai perlakuan pada penelitian

Perlakuan Molase Rebus

Lama Fermentasi

1 2 3

A A1 A2 A3

B B1 B2 B3

C C1 C2 C3

D D1 D2 D3

E E1 E2 E3

Keterangan : A = lama Fermentasi 0 hari 1 = volume molase rebus 100 mL

B = lama Fermentasi 3 hari 2 = volume molase rebus 150 mL

C = lama Fermentasi 6 Hari 3 = volume molase rebus 200 mL

D = lama Fermentasi 9 hari

E = lama Fermentasi 12 hari

Pada penelitian ini molase yang digunakan menggunakan konsentrasi

yang berbeda-beda yaitu 100 ml, 150 ml dan 200 ml, tujuan diberikan

konsentrasi yang berbeda adalah untuk mengetahui efektifitas molase rebus

terhadap proses pembuatan hidrolisat protein tanaman azolla. Kemudian

ditambahkan inokulum khamir laut sebanyak 10 ml. Khamir laut yang digunakan

adalah khamir yang mengalami fase logaritmik karena itu adalah fase

pertumbuhan khamir laut menuju pertumbuhan tertinggi. Tujuan dari

penambahan khamir laut yaitu sebagai starter dalam proses hidrolisis tanaman

azolla. Lalu botol ditutup rapat dan diberi aerasi sebagai suplai oksigen.

Kemudian dilakukan proses fermentasi dan dilakukan pengamatan pada hari ke

0, 3, 6, 9 dan 12, tujuan dari lama fermentasi yang berbeda yaitu untuk

mengetahui tingkat efektifitas fermentasi dalam proses pembuatan hidrolisat

protein tanaman Azolla rebus.

Langkah selanjutnya yaitu dilakukan analisis terhadap hasil fermentasi

hari ke 0, 3, 6, 9 dan hari ke-12. Sebelum dilakukan analisis kandungan nilai gizi

hidrolisat protein tanaman azolla diperas terlebih dahulu menggunaan kain

27

blancu. Tujuan dari dilakukan pemerasan yaitu untuk memisahkan antara cairan

dan endapan pada sampel hidrolisat protein tersebut. Setelah itu, cairan

hidrolisat protein dioven vakum selama ±9 jam dengan suhu 55oC, tujuan dari

dilakukan pengovenan vakum menggunakan suhu 55oC adalah supaya tidak

merusak pada kadar protein dalam hidrolisat protein. Selain itu, kadar air

hidrolisat protein akan turun dan menjadi bentuk pasta. Hal tersebut terjadi

dikarenakan adanya proses evaporasi, dimana pada prinsipnya adalah

menguapkan air yang terdapat pada bahan (larutan pekat) menggunakan vakum

(tanpa ada udara) dengan tekanan tinggi.

Selanjutnya dilakukan analisi kimia antara lain analisis proksimat, pH,

emulsi dan daya buih. Analisis tersebut adalah karakteristik fisik dari hidrolisat

protein. Dari hasil analisa hidrolisat protein terbaik, selanjutnya dilakukan analisis

total asam amino. Prosedur skema kerja pembuatan hidrolisat protein tanaman

azolla dapat dilihat pada Gambar 4.

28

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Hidrolisat Protein Tanaman Azolla

Dicuci hingga bersih

Azolla yang sudah dihaluskan kemudian direbus dengan

menggunakan akuades 1:2 (b:v) suhu 60 0C selama 15 menit

Penghalusan dengan menggunakan blender

Ditimbang sebanyak 50 g

Penuangan ke dalam beaker glass

Penghomogenan

Substrat

Penghomogenan lalu dimasukkan ke dalam botol

Fermentasi selama 0, 3, 6, 9, 12 hari pada suhu ruang

Penyaringan dengan kain blancu

Cairan hidrolisat protein tanaman Azolla

segar

Pengeringan dalam oven vakum pada suhu 550C

550C

Penambahan molase

rebus 100 ml, 150 ml,

200 ml

Perebusan hingga

mendidih

Analisis : 1. Proksimat

2. pH

3. Daya buih

4. Kapasitas

emulsi

Penambahan inokulan khamir laut

sebanyak 10 ml

Pemberian aerasi dan penutupan dengan malam

Pasta hidrolisat protein tanaman Azolla

Tanaman Azolla

Molase

Padatan

29

3.4 Pengamatan dan Parameter

3.4.1 Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan meliputi rendemen, analisa proksimat (kadar

air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat), pH, daya

buih, kapasitas emulsi, dan profil asam amino.

3.4.2 Rendemen

Menurut Yunita (2009), rendemen merupakan persentase perbandingan

antara produk yang dihasilkan terhadap bahan bakunya. Purbasari (2008),

mengatakan bahwa rendemen adalah jumlah persentase sampel akhir setelah

proses dan dinyatakan dalam % (persen). Rendemen produk hidrolisat protein

merupakan persentase banyaknya produk hidrolisat yang dihasilkan terhadap

bahan baku yang digunakan sebelum hidrolisis. Persamaan yang dapat

digunakan untuk menghitung rendemen adalah:

endemen

B 1

Keterangan : A = Berat akhir hidrolisat (setelah diperas dan dikeringkan) (g)

B = Berat awal sampel setelah pencampuran (g)

3.4.3 Analisis Proksimat

3.4.3.1 Analisis Kadar Air

Menurut Legowo et al., (2007), analisis yang digunakan adalah dengan

cara pengeringan. Metode pengeringan dengan oven didasarkan atas prinsip

perhitungan selisih bobot bahan (sampel) sebelum dan sesudah pengeringan.

Selisih bobot tersebut merupakan air yang teruapkan dan dihitung sebagai kadar

air bahan. Prinsip metode ini adalah mengeringkan sampel dalam oven dengan

suhu 100-1050C sampai bobot konstan dan selisih bobot awal dengan bobot

akhir dihitung sebagai kadar air. Prosedur dan perhitungan kadar air metode

pengeringan oven adalah sebagai berikut:

30

Siapkan cawan porselin yang telah diberi kode sesuai kode sampel,

kemudian panaskan dalam oven dengan suhu 100-1050C selama ± 24 jam.

Ambil cawan porselin, masukkan dalam desikator ± 15 menit, kemudian

cawan ditimbang.

Timbang sampel sebanyak 5 g dalam cawan porselin yang telah diketahui

beratnya.

Keringkan dalam oven pada suhu 100-1050C selama 4-6 jam. Ditimbang,

dioven kembali dan ditimbang hingga konstan. Bobot dianggap konstan

apabila selisih penimbangan tidak melebihi 0,2 mg.

Masukkan dalam desikator ± 15 menit, dilanjutkan dengan penimbangan.

Kadar air dapat dihitung dengan rumus:

Kadar air B

B 1

Dimana :

A : berat botol timbang

B : berat sampel

C : berat akhir (botol timbang + sampel) yang telah dikeringkan.

3.4.3.2 Analisis Kadar Lemak

Menurut Sudarmadji et al., (1989), analisis kadar lemak meggunakan

metode goldfisch. Metode goldfisch adalah metode yang digunakan untuk

ekstraksi lemak, dimana labu ekstraksi dirancang supaya pelarut melewati

sampel tanpa merendam sampel. Prinsip metode goldfisch adalah sampel yang

telah dihaluskan, dimasukkan ke dalam thimble kemudian dipasang dalam

tabung penyangga yang berlubang pada bagian bawah. Pelarut diletakkan dalam

gelas piala yang terdapat di bawah tabung penyangga. Saat dipanaskan, pelarut

naik dan dinginkan oleh kondensor sehingga terdapat embun dan menetes pada

sampel, sehingga bahan dibasahi oleh pelarut dan lemak terekstraksi yang

31

kemudian akan tertampung dalam gelas piala kembali. Prosedur dan perhitungan

analisis kadar lemak adalah sebagai berikut:

- Penimbangan sampel sebanyak 5 g.

- Peletakan dalam oven dengan suhu 105°C selama 24 jam.

- Peletakan kertas saring dan tali kedalam oven bersamaan dengan sampel.

- Peletakan kertas saring dan tali kedalam desikator dan penimbangan

sampel sebanyak 2 g.

- Penimbangan berat kertas saring dan tali menggunakan timbangan analitik

- Pembungkusan sampel dengan kertas saring.

- Pasanglah sampel pada sampel tube, yakni gelas penyangga yang bagian

bawahnya terbuka tepat di bawah kondensor alat destilasi Goldfisch.

- Dimasukkan pelarut petroleum eter secukupnya ke dalam gelas piala.

- Pasanglah gelas piala berisi pelarut pada kondensor sampai tepat, dan tak

dapat diputar lagi.

- Hidupkan aliran air pendingin dan kondensor.

- Naikkan pemanas listrik sampai menyentuh bagian bawah gelas piala dan

nyalakan pemanas listriknya.

- Proses ekstraksi 3-4 jam.

- Setelah selesai ekstraksi, pemanas dimatikan dan diturunkan. Setelah

sekiranya tidak ada tetesan pelarut, diambil thimble dan sisa dalam gelas

penyangga.

- Kemudian residu dikeringkan dalam oven 1050C sampai berat konstan.

Berat residu ini dinyatakan sebagai minyak atau lemak yang ada pada

bahan.

- Pendinginan sampel dalam desikator.

32

- Kadar emak dapat dihitung dengan rumus:

Kadar emak berat a al berat kertas saring berat akhir

berat a al sam el 1

3.4.3.3 Analisis Kadar Protein

Menurut Sudarmaji et al., (2003), pada prinsipnya penentuan kadar

protein dilakukan dengan metode Kjeldahl. Dimana dengan cara menghitung

presentase Nitrogen (N) terlarut yang terkandung oleh suatu bahan pangan.

Prosedur penentuan kadar protein dengan metode Kjedahl sebagai berikut:

- Diambil bahan yang telah dihaluskan sebanyak 0,5 g dan dimasukkan

kedalam labu kjedahl.

- Ditambah 15 ml H2SO4 pekat dan 2 g tablet kjeldahl sebagai katalisator.

- Dipanaskan dalam ruang asam selama 2-3 jam pada suhu 3700C sampai

jernih kehijauan.

- Setelah dingin ditambahkan akuades 100 ml dan 50 ml NaOH.

- Dilakukan destilasi dan menampung destilasi dalam enlemeyer yang telah

diberi 50 ml H3BO3 dan 1 tetes indikator MO (Metyl Orange).

- Destilasi berakhir dan dilakukan titrasi dengan larutan H2SO4 0,3 N hingga

warna merah muda tidak pudar.

- Kadar protein dapat dihitung dengan rumus:

Protein ml titrasi 2 ml blanko 2 1 , ,2

Berat sam el 1 1

3.4.3.4 Analisis Kadar Abu

Menurut Sudarmadji et al., (1989) analisis kadar abu adalah zat

anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Prinsip analisis kadar abu

adalah mengoksidasi zat organik pada suhu tinggi sekitas suhu 500-600oC

33

kemudian melakukan penimbangan zat yang masih tertinggal setelah proses

pembakaran.

Prosedur dan perhitungan analisis kadar abu adalah sebagai berikut:

- Dimasukkan kurs porselin kedalam oven selama 12 jam pada suhu 100-

1050C, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air

dan ditimbang beratnya.

- Sampel ditimbang sebanyak 2 g dan dimasukkan dalam kurs porselin yang

sudah dioven.

- Sampel dibakar diatas hot plate sampai tidak berasap.

- Dilakukan pengabuan sampel didalam muffle dengan suhu 6000C sampai

pengabuan sempurna. Lama pengabuan berbeda-beda dan berkisar antara

2-8 jam.

- Sampel yang sudah menjadi abu didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

- Kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Kadar bu berat kurs orselin akhir berat orselin a al

berat sam el 1

3.4.3.5 Analisis Karbohidrat

Menurut Winarno (2004), prinsip penentuan kadar karbohidrat dapat

diketahui dengan cara menghitung selisih % total kadar air, kadar lemak, kadar

abu dan kadar protein atau dengan cara perhitungan Carbohydrate by

Difference.

Karbohidrat 1 kadar air lemak rotein abu

3.4.4 Nilai pH

Menurut Sudarmadji et al., (1989), penetapan nilai pH dilakukan setelah

pH meter dikalibrasi terlebih dahulu. Sampel sebanyak 1 ml ditambahkan dengan

akuades perbandingan 1:10 (v:v), lalu dihomogenkan. Setelah itu, elektroda

34

dibilas dengan menggunakan akuades dan dikeringkan. Elektroda dicelupkan ke

dalam larutan sampel dan pengukuran pH dapat di set. Elektroda dibiarkan

tercelup beberapa saat sampai diperoleh nilai pH yang stabil dan kemudian

dicatat nilai pH sampel yang didapat.

3.4.5 Kapasitas Emulsi

Menurut Rieuwpassa et al., (2013), kapasitas emulsi yang baik bila bahan

dapat menyerap air dan minyak secara seimbang. Prinsip dari kapasitas emulsi

protein bergantung pada keseimbangan ikatan hidrofilik dan lipofilik. Kapasitas

emulsi diukur dengan cara 5 g sampel ditambahkan dengan 20 ml akuades dan

20 ml minyak jagung, kemudian dihomogenkan selama 1 menit. Lalu disentrifus

dengan kecepatan 7500 rpm selama 5 menit. Budy (2014) menyatakan prinsip

dari kapasitas emulsi pada protein bergantung pada keseimbangan ikatan

hidrofilik dan lipofilik.

Prosedur pengujian kapasitas emulsi adalah sebagai berikut:

- Timbang sampel sebanyak 1 g.

- Tambahkan 5 ml akuades dan 5 ml minyak jagung.

- Homogenkan selama 1 menit dan disentrifus dengan kecepatan 7500 rpm

selama 5 menit.

- Kapasitas emulsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Ka asitas mulsi olume emulsi setelah disentri us

olume a al 1

3.4.6 Daya Buih

Kestabilan buih merupakan ukuran kemampuan struktur buih untuk

bertahan kokoh atau tidak mencair selama waktu tertentu. Indikator kestabilan

buih adalah besarnya tirisan buih selama waktu tertentu dan dinyatakan dalam

bobot, volume atau derajat pencairan buih (Simon, 2014). Budy (2014)

35

menyatakan prinsip dari daya buih yaitu kekuatan protein dalam memerangkap

gas, dimana kapasitas buih bergantung pada fleksibilitas molekul dan sifat fisiko

kimia protein.

Prosedur Pengujian daya buih adalah sebagai berikut:

- Timbang sampel sebanyak 1 g lalu dimasukkan kedalam cuvet.

- Tambahkan 10 ml akuades.

- Pengukuran tinggi awal pada cuvet yang berisi sampel dan akuades.

- Dihomogenkan dengan cara dikocok selama 1 menit.

- Pengukuran tinggi buih yang terbentuk pada cuvet.

Rumus perhitungan daya buih adalah sebagai berikut:

Daya Buih olume busa yang terbentuk

olume a al 1

36

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Pendahuluan

4.1.1 Penentuan Fase Logaritmik

Fase logaritmik adalah fase meningkatnya aktivitas pertumbuhan sel

khamir laut, sehingga pada fase ini sel khamir laut mengalami pertumbuhan

populasi yang maksimum. Peningkatan aktivitas ini biasanya dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain: sifat mikoorganisme, kandungan nutrisi pada media

kultur, kandungan oksigen, suhu, dan lain-lain. Penentuan fase logaritmik

dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap tingkat kepadatan sel

khamir laut dengan menggunakan hemocytometer dan mikroskop. Berikut ini

adalah sel-sel khamir laut yang telah mengalami pertumbuhan dan pembelahan

selama waktu pengamatan yang telah dilakukan setiap 12 jam sekali. Hasil

pengamatan pertumbuhan sel khamir laut ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pertumbuhan Sel Khamir Laut dengan Pengamatan Setiap 12 Jam

Sekali Selama 108 Jam

y = -0,0314x2 + 0,3958x + 9,8425 R² = 0,8511

10

10,2

10,4

10,6

10,8

11

11,2

11,4

11,6

11,8

12

0 12 24 36 48 60 72 84 96 108

Ju

mla

h s

el /

ml

Waktu (Jam)

37

Pada Gambar 5 menunjukkan pertumbuhan khamir laut dimulai dari fase

lag sampai fase menuju kematian. Dimana fase lag terjadi pada jam ke-0 sampai

jam ke-12 yang ditandai dengan pertumbuhan yang berjalan secara lambat.

Gambar juga menunjukkan bahwa bentuk dari sel khamir laut yaitu bulat oval

dan terdapat tonjolan berukuran kecil yang menempel disampingnya. Hal

tersebut menunjukkan bahwa sedang mengalami pertunasan. Menurut Kabinawa

(2006), pada fase lag (adaptasi) inokulum yang baru ditransfer kedalam medium

pengulturan mengalami proses penyesuaian diri (adaptasi) terhadap medium

pertumbuhannya. Proses ini berjalan sekitar 10 jam setelah diinokulasi.

Selanjutnya, fase logaritmik terjadi jam ke-72, ditandai dengan peningkatan

maksimal sel khamir laut menjadi semakin tinggi dikarenakan banyaknya sel

khamir laut yang tumbuh dan melakukan pembelahan diri secara cepat. Fase

logaritmik merupakan saat yang tepat untuk mentransfer inokulum (biak)

kedalam medium pertumbuhan yang baru.

Tingkat pertumbuhan sel khamir laut tertinggi terjadi pada jam ke-72,

dapat dilihat dari hasil pengamatan dengan menggunakan hemocytometer

melalui mikroskop. Hasil pengamatan tingkat kepadatan sel khamir laut pada jam

ke-0 sampai jam ke-108 melalui mikroskop dengan pembesaran 1000x dapat

dilihat pada Gambar 6.

38

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(j)

Gambar 6. Foto Pengamatan Sel Khamir Laut dengan Perbesaran 1000x. Pada

jam ke-0 (a), jam ke-12 (b), jam ke-24 (c), jam ke-36 (d), jam ke-48

(e), jam ke-60 (f), jam ke-72 (g), jam ke-84 (h), jam ke-96 (i), jam ke-

108 (j).

Pada Gambar 6 tampak bahwa sel khamir laut ada yang berbentuk oval,

bulat, dan menyerupai garis lurus. Beberapa sel khamir laut terlihat seperti

bulatan kecil. Bulatan kecil tersebut nantinya akan tumbuh besar dan berbentuk

menyerupai gelembung. Bulatan kecil ini disebut konodia. Konodia menunjukkan

39

bahwa sel khamir laut sedang mengalami pembelahan. Bentuk sel khamir

bermacam-macam yaitu bulat, oval, silinder, dan bulat panjang. Khamir adalah

mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran 5 sampai 20 mikron. Dalam kultur

yang sama, ukuran dan bentuk khamir laut mungkin berbeda karena adanya

pengaruh umur sel dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan khamir laut

(Fardiaz, 1989).

Pada Gambar 6, tampak bahwa pada jam ke-24 sampai jam ke-96 sel

khamir laut sedang melakukan pembelahan diri. Proses pembelahan sel khamir

laut terjadi secara aseksual dengan cara membentuk tunas. Dari proses

pertumbuhan sel khamir laut, pada jam ke-72 merupakan fase yang memiliki

jumlah populasi tertinggi yang ditandai dengan semakin banyaknya konidia dan

siap melakukan proses pelepasan. Oleh karena itu, fase ini disebut dengan fase

logaritmik, dimana pada pada jam ke-72 sel khamir laut mengalami pertumbuhan

dengan cepat dan konstan. Pada fase ini, kecepatan pertumbuhan khamir sangat

dipengaruhi oleh media pertumbuhan seperti pH dan kandungan nutrisi, juga

kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembapan udara (Yuliana, 2008).

Perkembangbiakan khamir dapat dilakukan dengan cara membentuk tunas

(budding), membelah diri (fission), atau membentuk askospora.

Pada Gambar 6, tampak bahwa pada jam ke-84 hingga jam ke-96,

pertumbuhan sel khamir laut mulai mengalami penurunan. Dalam hal ini, jumlah

populasi sel khamir laut semakin berkurang disebabkan karena sel khamir laut

yang terus mengalami pertumbuhan tetapi tidak diimbangi dengan jumlah nutrisi

yang tersedia hingga pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan sel khamir laut

menjadi menurun. Fase ini disebut dengan fase stasioner atau fase menuju

kematian. Pada fase stasioner, pertumbuhan sel inokulum konstan. Kematian sel

dapat disebabkan oleh habisnya jumlah nutrisi yang ada atau terjadinya

40

penimbunan dari senyawa hasil metabolisme yang mengandung racun bagi

pertumbuhan sel (Kabinawa, 2006).

4.1.2 Penentuan Volume Molase Rebus dan Waktu Fermentasi

Penentuan volume molase rebus dan lama fermentasi ini bertujuan untuk

mengetahui konsentrasi terbaik yang selanjutnya digunakan sebagai landasan

untuk melakukan penelitian utama. Pada penentuan volume molase rebus dan

lama fermentasi, dilakukan dalam tiga kali percobaan dengan bahan baku Azolla

pinnata sebanyak 50 g. Pada percobaan pertama yaitu volume molase rebus

sebanyak 50 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml. Pada percobaan kedua

yaitu volume molase rebus sebanyak 50 ml, 100 ml, dan 150 ml dengan khamir

laut sebanyak 2,5 ml. Pada percobaan ketiga yaitu volume molase rebus

sebanyak 100 ml, 150 ml, dan 200 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml.

Pada percobaan pertama yaitu menggunakan volume molase rebus

sebanyak 50 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml, didapatkan hasil sampel

mengalami pembusukan setelah proses fermentasi berjalan selama 5 hari

dengan ciri-ciri berwarna cokelat pekat, berjamur dan berbau agak busuk. Hal ini

terjadi karena volume molase yang digunakan sedikit, sehingga tidak cukup

untuk digunakan sebagai media pertumbuhan substrat khamir laut yang

menyebabkan sampel yang dihasilkan menjadi padat kering dan sulit untuk

melakukan proses aerasi yang menyebabkan suplai oksigen dan proses agitasi

tidak dapat berjalan dengan baik. Menurut Juwita (2012), aerasi merupakan

faktor yang penting untuk pertumbuhan sel. Oksigen digunakan memecah

sumber karbon yang dapat menghasilkan energi untuk proses metabolisme dan

pertumbuhan sel.

Pada percobaan kedua yaitu menggunakan volume molase rebus

sebanyak 50 ml, 100 ml, dan 150 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml. Dari

41

percobaan kedua didapatkan hasil yaitu sampel dengan volume molase rebus

sebanyak 50 ml mengalami penurunan kadar cairan sehingga menjadi agak

kering setelah difermentasi selama 6 hari dengan ciri-ciri warna coklat pekat dan

bau agak busuk. Hal ini terjadi karena volume molase rebus yang digunakan

hanya sedikit sehingga proses fermentasi tidak dapat berlangsung hingga waktu

yang ditentukan. Pada sampel dengan volume molase rebus sebanyak 100 ml

dan 150 ml dapat melakukan proses fermentasi selama 12 hari dengan ciri-ciri

berbau khas fermentasi, berwarna coklat segar dan volume cairan berkurang

tetapi tidak sampai habis. Menurut Budy (2014), Hal ini terjadi dimungkinkan

karena selama fermentasi berlangsung akan menghasilkan asam-asam dan

karbondioksida yang sifatnya mudah menguap sehingga dapat keluar melalui

selang pembuangan dan cairan yang terdapat pada sampel akan berkurang.

Pada percobaan ketiga yaitu menggunakan volume molase rebus

sebanyak 100 ml, 150 ml, dan 200 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml,

semua proses fermentasi dapat berjalan dengan baik dan dapat bertahan sampai

hari ke-12 dengan ciri-ciri produk yang dihasilkan berwarna coklat segar,

beraroma khas fermentasi, dan cairan masih ada. Oleh karena itu, pada

penelitian utama bahan baku Azolla pinnata yang digunakan sebanyak 50 g

dengan volume molase rebus 100 ml, 150 ml, dan 200 ml. Sedangkan lama

fermentasi yang digunakan dalam penelitian utama yaitu 3, 6, 9, dan 12 hari.

4.1.3 Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Azolla

pinnata segar. Bahan baku didapat dari area persawahan di Desa Tegalgondo

Kecamatan Karangploso, Malang, Jawa Timur. Selanjutnya Azolla pinnata segar

direbus dan dilakukan analisis proksimat di Laboratorium Pengujian Mutu dan

Keamanan Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Hasil

42

analisis proksimat Azolla pinnata rebus dapat dilihat pada Lampiran 29. Tujuan

dari analisis kimia ini adalah untuk mengetahui kandungan gizi Azolla pinnata

rebus. Hasil analisis kimia Azolla pinnata rebus dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus

Sumber : Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan, Fakultas

Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya (2016)

4.2 Penelitian Utama

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, perlakuan

yang digunakan pada proses pembuatan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus

yaitu penambahan volume molase rebus sebanyak 100 ml, 150 ml, 200 ml dan

lama fermentasi yang digunakan yaitu 3, hari, 6 hari, 9 hari, dan 12 hari.

Inokulum khamir laut pada fase logaritmik yang digunakan yaitu sebanyak 2,5 ml.

Produk hidrolisat protein Azolla pinnata rebus pada penelitian ini yaitu berbentuk

pasta yang bertujuan untuk mempermudah proses analisis dan penyimpanan

produk. Melihat kemungkinan pemakaian hidrolisat protein Azolla pinnata rebus

sebagai suplemen pakan maka hasil dari penelitian utama akan dilakukan

analisis yang meliputi rendemen, analisis proksimat, pH, daya buih dan kapasitas

emulsi pada perlakuan terbaik.

Parameter Azolla pinnata Rebus

Kadar Air (%) 94,91

Kadar Abu (%) 0,50

Kadar Lemak (%) 2,51

Kadar Protein (%) 1,39

Kadar Karbohidrat (%) 0,69

43

4.2.1 Rendemen Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

4.2.1.1 Rendemen Cairan

Data pengamatan dan analisis data rendemen cairan hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi berbeda

dapat dilihat pada Lampiran 9. Rata-rata rendemen cairan hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang

berbeda dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Rata-rata Rendemen Cairan Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin lama proses fermentasi

maka akan mengakibatkan rendemen cairan hidrolisat protein Azolla pinnata

rebus semakin menurun. Hal ini dimungkinkan karena semakin lama proses

metabolisme khamir laut pada proses fermentasi maka semakin banyak

kandungan air dan nutrisi lainnya yang digunakan oleh khamir laut untuk

menghasilkan enzim-enzim yang dapat menghidrolisis protein dan lemak pada

substrat. Menurut Budy (2014), aktivitas hidrolisis yang tinggi menyebabkan

terurainya protein menjadi asam amino yang kemudian berubah menjadi H2O,

CO2, dan senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen (NH3, skatol, indol,

kadaverin, dan putresin). Semakin lama proses fermentasi maka akan berpotensi

90,4

21

94

3

83,2

62

44

9

78,6

57

58

4

65,7

30

73

8

91,8

11

03

4

86,5

01

16

0

79,1

88

61

1

72,7

65

95

9

91,9

82

54

7

89,4

97

19

1

83,8

79

80

6

80,8

36

49

8

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Re

nd

em

en

Ca

ira

n (

%)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

44

terjadinya penguapan senyawa-senyawa volatil sehingga nilai rendemen cairan

akan mengalami penurunan.

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu sangat berbeda

nyata terhadap rendemen cairan hidrolisat protein azolla rebus. Pada perlakuan

lama fermentasi yang berbeda juga didapatkan sangat berbeda nyata terhadap

nilai rendemen cairan hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan

rendemen cairan hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 9.

4.2.1.2 Rendemen Pasta

Data pengamatan dan analisis data rendemen pasta hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi berbeda

dapat dilihat pada Lampiran 10. Rata-rata rendemen pasta hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang

berbeda dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Rendemen Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

Pada Gambar 8 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan rendemen pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin rendah. Hal ini ada kaitannya dengan rendemen cairan yang dihasilkan

44,1

01600

42,9

18933

41,0

44000

39,0

74033

44,6

06433

42,7

82833

42,3

59367

40,1

60700

47,1

62500

46,3

36867

44,4

46800

42,8

32000

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Re

nd

em

en

Pa

sta

(%

)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

45

sebelumnya, dimana rendemen pasta berbanding lurus dengan rendemen

cairan. Proses pengeringan didalam oven vakum bertujuan untuk menurunkan

kadar air dengan produk akhir yaitu berbentuk pasta. Dan dalam hal ini, akan

mengakibatkan kadar air dalam produk berkurang dan meningkatkan komponen

lain seperti kadar abu, kadar lemak, dan kadar protein. Pengeringan pada produk

hidrolisat hanya bertujuan untuk menghilangkan kandungan air pada sampel

(Hidayat, 2005). Hal inilah yang dapat menyebabkan rendemen pasta lebih

rendah dibanding rendemen cairan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus.

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu sangat berbeda

nyata terhadap rendemen pasta hidrolisat protein azolla rebus. Pada

penggunaan lama fermentasi yang berbeda juga didapatkan sangat berbeda

nyata terhadap nilai rendemen pasta hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil

perhitungan rendemen pasta hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada

lampiran 10.

4.2.2 Analisis Proksimat Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

4.2.2.1 Kadar Air

Data pengamatan dan analisis data kadar air kontrol dan hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang

berbeda dapat dilihat pada Lampiran 11. Rata-rata kadar air kontrol dan pasta

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama

fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 9.

46

Gambar 9. Rata-rata Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

Tabel 7. Selisih Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume

Molase

Lama Fermentasi (Hari)

3 6 9 12

100 ml 1,921 2,886 3,139 3,397

150 ml 1,104 1,697 2,746 3,115

200 ml 2,384 2,420 3,221 4,481

Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa semakin lama proses fermentasi

maka akan mengakibatkan kadar air hidrolisat protein Azolla pinnata rebus

menjadi semakin menurun. Bila dilihat pada Tabel 7 terjadi penurunan kadar air

dengan selisih sebesar 1,1-4,48%. Hal ini dimungkinkan karena selama

fermentasi terjadi proses hidrolisis sehingga menyebabkan molekul-molekul air

yang dibebaskan. Budy (2014) menyatakan bahwa semakin lama fermentasi

maka kadar air akan semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat

fermentasi akan terjadi hidrolisis oleh khamir laut menjadi senyawa yang lebih

sederhana yang disertai dengan pelepasan kadar air. Hidrolisis oleh khamir laut

menyebabkan menurunnya kamampuan bahan dalam mempertahankan air

akibat kehilangan gugus hidroksil.

20,6

81

86

7

18,7

61

20

0

17,7

95

83

3

17,5

43

06

7

17,2

85

30

0

20,8

23

50

0

19,7

19

73

3

19,1

27

10

0

18,0

78

46

7

17,7

09

03

3

21,4

58

93

3

19,0

74

80

0

19,0

39

00

0

18,2

38

13

3

16,9

78

40

0

0

5

10

15

20

25

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Ka

da

r A

ir (

%)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

47

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu tidak berbeda nyata

terhadap kadar air hidrolisat protein azolla rebus. Pada perlakuan lama

fermentasi yang berbeda didapatkan pada hari ke-0 sangat berbeda nyata, hari

ke-3 berbeda nyata, dan hari ke-6, 9, dan 12 tidak berbeda nyata terhadap kadar

air hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan rendemen cairan

hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 11.

4.2.2.2 Kadar Abu

Data pengamatan dan analisis data kadar abu kontrol dan hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi

yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 14. Rata-rata kadar abu kontrol dan

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama

fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Rata-rata Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus

21,1

48068

19,9

63227

18,3

59426

17,2

29726

16,2

73581

21,4

22580

19,8

72116

18,0

60157

17,0

56884

16,4

19620

20,8

01003

19,4

37971

17,9

78091

16,7

76971

16,4

29315

0

5

10

15

20

25

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Ka

da

r A

bu

(%

)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

48

Tabel 8. Selisih Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan dengan Kontrol Awal Fermentasi

Volume

Molase

Lama Fermentasi (Hari)

3 6 9 12

100 ml 1,185 2,789 3,918 4,874

150 ml 1,551 3,363 4,366 5,003

200 ml 1,363 2,823 4,024 4,372

Gambar 10 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan kadar abu hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin rendah. Bila dilihat pada Tabel 8 terjadi penurunan kadar abu dengan

selisih sebesar 1,18-5%. Hal ini dimungkinkan karena adanya pemanfaatan

mineral pada substrat untuk pertumbuhan dan perkembangan khamir laut,

sehingga peningkatan volume molase dapat menurunkan kadar abu. Penurunan

kadar abu ini dipengaruhi oleh penggunaan mineral untuk mempertahankan

hidup mikroorganisme. Karena mikroorganisme membutuhkan mineral untuk

mempertahankan hidupnya meskipun dalam jumlah yang sedikit (Nisa dan

Wardani, 2015). Menurut Ray (2001), mikroorganisme membutuhkan nutrisi yang

meliputi karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Hal ini sejalan dengan

Soeparno (1994), yang menyatakan bahwa semua mikroorganisme

membutuhkan mineral sebagai salah satu faktor pendukung pertumbuhan.

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu tidak berbeda nyata

terhadap nilai kadar abu hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan lama

fermentasi yang berbeda didapatkan sangat berbeda nyata terhadap nilai kadar

abu hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan kadar abu hidrolisat

protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 12.

49

4.2.2.3 Kadar Lemak

Data pengamatan dan analisis data kadar lemak kontrol dan hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi

yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 12. Rata-rata kadar lemak kontrol dan

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama

fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Rata-rata Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus

Tabel 9. Selisih Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume

Molase

Lama Fermentasi (Hari)

3 6 9 12

100 ml 0,282 0,568 0,835 1,133

150 ml 0,322 0,648 1,016 1,230

200 ml 0,331 0,619 1,100 1,339

Gambar 11 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan kadar lemak hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin rendah. Bila dilihat pada Tabel 9 terjadi penurunan kadar lemak dengan

selisih sebesar 0,28-1,33%. Hal ini dimungkinkan hidrolisat protein Azolla pinnata

rebus yang diberi perlakuan mengalami hidrolisis sehingga semakin banyak

lemak yang terdegradasi menjadi asam lemak dan gliserol. Selama fermentasi

4,1

421

52

3,8

598

91

3,5

744

21

3,3

173

10

3,0

085

74

4,2

320

79

3,9

095

81

3,5

838

28

3,2

160

81

3,0

221

54

4,1

985

20

3,8

679

56

3,5

79

62

8

3,0

989

71

2,8

621

70

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Ka

da

r L

em

ak

(%

)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

50

terjadi hidrolisis lemak kira-kira 35% (Deliani, 2008). Beberapa reaksi katalisis

terjadi oleh enzim lipase antara lain hidrolisis, sintesis ester dan alkoholosis.

Dengan adanya aktivitas enzim lipase, maka produk fermentasi yang dihasilkan,

kadar lemaknya berkurang, sehingga terjadi penurunan kadar lemak pada

substrat selama fermentasi (Supriyati et al., 1998).

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu tidak berbeda nyata

terhadap kadar lemak hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan lama

fermentasi yang berbeda didapatkan sangat berpengaruh nyata terhadap kadar

lemak hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan kadar lemak

hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 13.

4.2.2.4 Kadar Protein

Data pengamatan dan analisis data kadar protein kontrol dan hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi

yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 13. Rata-rata kadar protein kontrol

dan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan

lama fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 12.

51

Gambar 12. Rata-rata Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus

Tabel 10. Selisih Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume

Molase

Lama Fermentasi (Hari)

3 6 9 12

100 ml 0,130 1,142 3,049 3,169

150 ml 1,538 2,465 4,077 4,095

200 ml 0,744 2,336 3,285 3,418

Gambar 12 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan kadar protein hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin tinggi. Bila dilihat pada Tabel 10 terjadi kenaikan kadar protein dengan

selisih sebesar 0,13-4,09%. Hal ini dimungkinkan karena adanya peningkatan

volume molase akan memacu pertumbuhan khamir laut, dimana khamir laut

merupakan protein sel tunggal. Molase juga dapat memicu menghasilkan

metabolit berupa enzim protease untuk menghidrolisis protein dari tanaman

azolla rebus. Semakin banyak volume molase yang ditambahkan, maka aktivitas

dari khamir laut akan semakin meningkat dan semakin meningkat pula enzim

yang dihasilkan oleh khamir laut.

15,0

19

99

0

14,7

90

00

0

16,0

32

38

4

18,0

59

00

0

17,9

39

00

0

14,4

31

68

7

15,9

69

94

4

16,8

96

82

3

18,5

08

78

1

18,5

27

04

8

15,2

99

46

1

16,0

43

37

8

17,6

35

22

9

18,5

84

00

0

18,7

17

10

8

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Ka

da

r P

rote

in (

%)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

52

Hal ini sesuai dengan penelitian Budy (2014), yaitu terjadi proses

hidrolisis pada substrat oleh enzim protease hasil dari metabolit khamir laut yang

dapat meningkatkan kadar protein akibat pemecahan protein menjadi asam-

asam amino. Sukoso (2012), menyatakan bahwa khamir laut dapat

menghasilkan enzim antara lain proteinase, amilase, deaminase, sukrose,

maltose, fosfolipase dan fosfatase.

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml yaitu tidak berbeda nyata

terhadap kadar protein pasta hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan

lama fermentasi yang berbeda, perlakuan lama fermentasi hari ke-0 dan ke-3

didapatkan tidak berbeda nyata, pada hari ke-6 didapatkan berbeda nyata, dan

hari ke-9 dan ke-12 didapatkan sangat berpengaruh nyata terhadap kadar

protein pasta hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan kadar protein

hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 14.

4.2.2.5 Kadar Karbohidrat

Data pengamatan dan analisis data kadar karbohidrat kontrol dan

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama

fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 15. Rata-rata kadar

karbohidrat kontrol dan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus (dalam berat

kering) dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang berbeda dapat

dilihat pada Gambar 13.

53

Gambar 13. Rata-rata Kadar Karbohidrat Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus

Tabel 11. Selisih Kadar Karbohidrat Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus dibandingkan dengan Kontrol Awal Fermentasi

Volume

Molase

Lama Fermentasi (Hari)

3 6 9 12

100 ml 3,617 5,230 4,843 6,486

150 ml 1,439 3,242 4,050 5,232

200 ml 3,334 3,536 5,060 6,771

Gambar 13 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan kadar karbohidrat hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin meningkat. Bila dilihat pada Tabel 11, terjadi peningkatan kadar

karbohidrat dengan selisih sebesar 1,44-6,77%. Hal ini dimungkinkan karena

perlakuan penambahan molase, dimana penambahan molase sangat

berpengaruh dalam produk fermentasi hidrolisat tanaman azolla. Fauzi (2009)

menambahkan bahwa molase mengandung 2-5% karbohidrat.

Perhitungan karbohidrat berdasarkan metode by difference yang dimana

perhitungan tersebut tidak menghitung jumlah karbohidrat secara utuh. Sehingga

peningkatan volume molase akan diimbangi dengan peningkatan kadar

karbohidrat. Billah (2009) menyatakan bahwa kenaikan kadar karbohidrat

39,0

07

92

3

42,6

25

23

5

44,2

37

93

6

43,8

51

21

9

45,4

93

86

0

39,0

90

15

4

40,5

28

62

5

42,3

32

09

2

43,1

39

78

8

44,3

22

14

5

38,2

42

08

2

41,5

75

89

5

41,7

68

05

1

43,3

01

90

0

45,0

13

00

7

34

36

38

40

42

44

46

48

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Ka

da

r K

arb

oh

idra

t (%

)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

54

menunjukkan bahwa semakin lamanya waktu fermentasi (sampai waktu

optimum/hari) maka semakin besar pula kadar karbohidrat pada produk.

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml tidak berbeda nyata

terhadap kadar karbohidrat pasta hidrolisat protein azolla rebus. Pada

penggunaan lama fermentasi yang berbeda, untuk perlakuan dengan lama

fermentasi hari ke-0 dan ke-3 didapatkan tidak berbeda nyata, pada hari ke-6

dan ke-9 didapatkan berpengaruh nyata, dan perlakuan lama fermentasi hari ke-

12 didapatkan sangat berpengaruh nyata. Data hasil perhitungan kadar

karbohidrat hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 15.

4.2.3 Analisis pH

Data pengamatan dan analisis data pH kontrol dan hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang

berbeda dapat dilihat pada Lampiran 16. Rata-rata nilai pH kontrol dan hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi

yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Rata-rata pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

4,7

9000

4,7

000

4,5

2000

4,4

9000

4,3

8000

4,7

3000

4,5

8000

4,5

6000

4,5

3000

4,4

8000 4,7

3000

4,6

000

4,5

4000

4,5

4000

4,3

2000

4

4,1

4,2

4,3

4,4

4,5

4,6

4,7

4,8

4,9

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

pH

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

55

Tabel 12. Selisih pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus dibandingkan

Kontrol Awal Fermentasi

Volume

Molase

Lama Fermentasi (Hari)

3 6 9 12

100 ml 0,09 0,27 0,29 0,41

150 ml 0,15 0,17 0,19 0,25

200 ml 0,13 0,19 0,19 0,41

Gambar 14 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan pH hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi semakin

rendah. Bila dilihat pada Tabel 12 terjadi penurunan kadar pH dengan selisih

sebesar 0,09-0,41%. Hal ini dimungkinkan hasil dari produk fermentasi yaitu

bersifat asam. Semakin lama fermentasi maka semakin rendah pH yang

dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas khamir laut semakin meningkat

seiring lama fermentasi dan memicu mengeluarkan enzim yang banyak (Savitri,

2011). Penurunan pH selama proses fermentasi diakibatkan terbentuknya asam-

asam selama proses fermentasi berlangsung. Asam-asam yang terbentuk seperti

asam asetat, asam piruvat, dan asam laktat dapat menurunkan pH (Nurul et al.,

2013). Enzim yang lebih banyak akan meningkatkan proses hidrolisis protein

pada substrat menjadi peptida dan asam-asam amino sehingga pH semakin

menurun (Simanjarong et al., 2012). Karbohidrat dapat mempercepat penurunan

pH, karena karbohidrat merupakan energi bagi pertumbuhan mikroba pembentuk

asam laktat dan asam laktat yang dihasilkan bereaksi dengan NH3. Selain itu,

mikroba juga dapat memfiksasi NH3 sebagai sumber N untuk

perkembangbiakannya, sehingga mengurangi jumlah amonia (NH3) yang

terlepas ke atmosfer Nurul et al., (2013).

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml tidak berbeda nyata

terhadap nilai pH pasta hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan lama

56

fermentasi yang berbeda, untuk perlakuan dengan lama fermentasi hari ke-0

tidak berbeda nyata, dan untuk perlakuan lama fermentasi hari ke-3, 6, 9, 12

didapatkan sangat berpengaruh nyata terhadap nilai pH pasta hidrolisat protein

azolla rebus. Data hasil perhitungan nilai pH hidrolisat protein azolla rebus dapat

dilihat pada lampiran 16.

4.2.4 Analisis Daya Buih

Data pengamatan dan analisis daya buih kontrol dan hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi yang

berbeda dapat dilihat pada Lampiran 18. Rata-rata daya buih kontrol dan

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama

fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Rata-rata Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

Tabel 13. Selisih Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume

Molase

Lama Fermentasi (Hari)

3 6 9 12

100 ml 0,004 0,009 0,015 0,024

150 ml 0,005 0,012 0,017 0,028

200 ml 0,001 0,005 0,009 0,032

,057733

,061800

,067067

,072800

,082100

,068000

,062800

,080367

,085467

,096400

,070400

,070967

,075233

,079067

,101733

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

0,12

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Da

ya

Bu

ih (

%)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

57

Gambar 15 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan daya buih hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin tinggi. Bila dilihat pada Tabel 13 terjadi penurunan kadar abu dengan

selisih sebesar 0,001-0,032%. Hal ini dimungkinkan selama proses fermentasi

terjadi hidrolisis protein yang membentuk asam-asam amino. Semakin banyak

jumlah protein yang terhidrolisis, maka asam amino hidrofobik akan terbentuk

yang kemudian mengabsorbsi fase udara-air sehingga terbentuk buih yang

banyak. Daya buih dipengaruhi oleh jumlah protein yang terhidrolisis selama

proses fermentasi (Koesoemawardani et al., 2001). Protein yang terhidrolisis

semakin banyak menyebabkan banyaknya asam amino hidrofobik yang

terbentuk dan berpengaruh pada semakin banyaknya daya buih. Asam amino

hidrofobik akan mengabsorbsi fase udara dan air sehingga terbentuk buih yang

banyak (Budy, 2014).

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml tidak berbeda nyata, dan perlakuan volume

molase 150 ml dan 200 ml didapatkan sangat berbeda nyata terhadap nilai daya

buih pada hidrolisat protein azolla. Pada penggunaan lama fermentasi yang

berbeda, untuk perlakuan dengan lama fermentasi hari ke-0 dan ke-3 tidak

berbeda nyata, untuk sampel dengan lama fermentasi hari ke-6, 9, dan 12,

didapatkan sangat berbeda nyata terhadap nilai daya buih pada sampel. Data

hasil perhitungan daya buih hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada

lampiran 17.

4.2.5 Analisis Kapasitas Emulsi

Data pengamatan dan analisis kapasitas emulsi kontrol dan hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan lama fermentasi

yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 17. Rata-rata kapasitas emulsi kontrol

58

dan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase rebus dan

lama fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Rata-rata Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus

Tabel 14. Selisih Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume

Molase

Lama Fermentasi (Hari)

3 6 9 12

100 ml 0,79 2,96 3,16 3,85

150 ml 1,09 1,49 1,94 2,94

200 ml 0,12 0,52 2,21 3,27

Gambar 16 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan kapasitas emulsi hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin rendah. Bila dilihat pada Tabel 14 terjadi peningkatan kapasitas emulsi

dengan selisih sebesar 0,12-3,85%. Hal ini sesuai dengan penelitian Fathony

(2014) yang melaporkan bahwa semakin lama fermentasi maka kapasitas emulsi

semakin menurun. Kapasitas emulsi disebabkan karena kemampuan bahan

dalam menyerap air dan minyak yang berkaitan dengan keseimbangan asam

amino hidrofobik (yang dapat berinteraksi dengan minyak) dan asam amino

hidrofilik (yang dapat berinteraksi dengan air) (McCarthy et al., 2013). Asam

amino memiliki gugus polar (hidrofilik) dan gugus non polar (hidrofobik). Oleh

52,7

18

56

7

51,9

27

82

6

49,7

54

35

8

49,5

62

02

5

48,8

65

75

8 51,6

98

26

4

52,7

88

10

0

50,2

00

36

7

49,7

58

20

0

48,7

56

81

0

52,9

76

93

3

52,7

50

69

3

52

,46

04

00

50,7

58

81

8

49,7

08

57

0

46

47

48

49

50

51

52

53

54

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Ka

ps

iat

Em

uls

i (%

)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

59

karena itu, gugus polar pada asam amino akan berikatan dengan gugus polar

pada air dan gugus non polar pada asam amino akan berikatan dengan gugus

non polar pada minyak sehingga terbentuklah emulsi. Asam amino hasil hidrolisis

sebagian akan diserap oleh minyak yang memicu terbentuklah emulsi pada

hidrolisat protein (Koesoemawardani et al., 2011).

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml, tidak berbeda nyata

terhadap nilai kapasitas emulsi hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan

lama fermentasi yang berbeda, didapatkan semua perlakuan tidak berbeda nyata

terhadap nilai kapasitas emulsi hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil

perhitungan kapasitas emulsi hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada

lampiran 18.

4.3 Perlakuan Terbaik

Berdasarkan hasil analisis proksimat dan parameter hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus, diperoleh hasil tertinggi yaitu pada lama fermentasi 12 hari

dengan volume molase 200 ml. Hal ini ditinjau dari kandungan protein tertinggi

yang diperoleh dari pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan berbagai

perlakuan. Protein merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam

produk hidrolisat karena tujuan memproduksi produk hidrolisat adalah untuk

memenuhi kebutuhan protein hewani. Tingkat mutu dari produk hidrolisat sangat

ditentukan dari kadar protein yang dikandung pada produk (Amalia, 2007).

Komposisi kimia pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dapat dilihat pada

Tabel 15.

60

Tabel 15. Komposisi Kimia Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

* : Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan, Fakultas Teknologi

Pertanian, Universitas Brawijaya (2016).

Tabel 15 menunjukkan perbandingan Komposisi Kimia Pasta Hidrolisat

Protein Azolla pinnata Rebus (dalam berat kering) dengan Komposisi Kimia

Azolla pinnata Rebus. Kadar air Azolla pinnata rebus mengalami penurunan dari

94,91% menjadi 16,98%. Kadar protein mengalami peningkatan dari 1,39%

menjadi 18,71%. Bila dilakukan perhitungan dengan berat kering, kandungan

protein menurun dari 27,2% menjadi 18,71%. Penurunan protein diduga

disebabkan oleh denaturasi protein yang disebabkan oleh suhu pemanasan

tinggi sehingga pada sampel yang belum direbus kadar proteinnya lebih tinggi.

Menurut Sethiyarini (2008), penurunan kadar protein diakibatkan adanya flokuasi

yaitu penggumpalan dari partikel yang tidak stabil menjadi partikel yang

diendapkan. Denaturasi merupakan suatu perubahan atau modifikasi terhadap

struktur sekunder, tersier dan kuartener pada protein tanpa terjadinya

pemecahan ikatan kovalen.

Pada saat pemanasan, panas akan menembus ke dalam produk dan

menurunkan sifat fungsional protein. Pemanasan dapat merusak asam amino

dimana ketahanan protein oleh panas sangat terkait dengan asam amino

penyusun protein tersebut sehingga hal ini yang menyebabkan kadar protein

menurun dengan semakin meningkatnya suhu pemanasan (Yuniarti et al., 2013).

Parameter Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus

Azolla pinnata

Rebus*

Kadar Air (%) 16,98 94,91

Kadar Abu (%) 16,42 0,50

Kadar Lemak (%) 2,86 2,51

Kadar Protein (%) 18,71 1,39

Kadar Karbohidrat (%) 45,01 0,69

pH 4,32 -

Daya Buih (%) 0,10 -

Emulsi (%) 49,71 -

61

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian tentang Pengaruh Volume Molase Rebus dan

Lama Fermentasi Hidrolisat Protein Tanaman Azolla (Azolla pinnata) Rebus

dengan Starter Khamir Laut adalah:

Kualitas pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus terbaik yaitu pada

volume molase 200 ml dan lama fermentasi 12 hari dengan kandungan

nutrisi sebesar 16,98% kadar air, 2,86 % lemak, 18,71% protein, 16,42%

abu, 45,01% karbohidrat, 4,32 pH, 49,71% emulsi dan 0,10% buih.

5.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan dari penelitian ini yaitu untuk hidrolisat

protein tanaman Azolla pinnata rebus dengan hasil terbaik perlunya dilakukan

penelitian lanjutan dan pengujian tingkat keamanan produk yang selanjutnya

dapat dimanfaatkan sebagai pakan ataupun pangan.

62

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. PT Bumi Aksara: Jakarta. 159 hlm.

Agustina, A dan D. Rahmawati. 2016. Pengaruh Proses Perebusan Terhadap Kadar Protein yang Terkandung dalam Tauge Biji Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus). Jurnal Ilmiah Manuntung. 2(1): 44-50. 2016. ISSN: 2477-1821.

Ahmad, R. Z. 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces cerevisiae untuk Ternak. Balai Penelitian Veteriner: Bogor. hlm 49-53.

Aisyah, Y., Rasdiansyah, dan Muhaimin. 2014. Pengaruh Pemanasan Terhadap Aktivitas pada Beberapa Jenis Sayuran. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala: Darussalam Banda Aceh. hlm 6-7.

Alkili, Y. R. R. 2012. Karakteristik Ekstrakseluler Khamir Laut yang dipanen pada Fase Log dan Aktivitas Hidrolisisnya Terhadap Kualitas Protein Ikan Peperek (Leiognathus sp.). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang. 97 hlm.

Amalia, E. 2007. Pemanfaatan Kerang Hijau (Mytilus viridis) dalam Pembuatan Hidrolisat Protein Menggunakan Enzim Papain. Jurnal Sumberdaya Perairan. 5(1): 32-33.

Anggorowati, D. A., Setyawati H., dan Purba, A. B. P. 2012. Peningkatan Kandungan Protein Abon Nangka Muda. Jurnal Teknik Kimia. 7(1): 17-21.

Ardiansari, Y. M. 2012. Pengaruh Jenis Gadung dan Lama Perebusan Terhadap Kadar Sianida Gadung. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember: Jember. hlm: 20-21.

Azizah, N. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejujuran Di SMK Wongsorejo Gombong. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta. hlm: 5-6.

Baila, R, L. 2004. Potensi dan Prospek Yeast (Khamir) dalam Meningkatkan Diversifikasi Pangan di Indonesia. Depdiknas. Universitas Padjajaran: Bandung. hlm: 21-25.

Bernadeta, P. A. dan Imelda, H. S. 2012. Penentuan Kondisi Optimum Hidrolisat Protein dari Limbah Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) Berdasarkan Karakteristik Organoleptik. Jurnal Kimia Khatulistiwa. 1(1): 26-30. 2013. UNTAN.

Billah, Mu’tasim. 2 9. Peman aatan imbah Ikan Tuna Melalui Proses Fermentasi Anaerob Menggunakan Bakteri Ruminansia. Prodi Teknik Kimia FTI-UPNV Jatim. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 1(1): 48-57.

63

Brink, P. J dan M. J. Wood. 2000. Langkah Dasar dalam Perencanaan Riset Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta. 391 hlm.

Budy, D. 2014. Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda dengan Starter Khamir Laut Terhadap Kualitas Hidrolisat Protein Kepala Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Rebus. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang. 174 hlm.

Compagno, C., Tura, A., Ranzi, B.M. & Martegani, E. 1992. Production of Fructose Diphosphate by Bioconversion Of Mollases with S. cerevisiae Cells. Journal of Biotech. 14(6): 495-498.

Deliani. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Protein, Lemak, Komposisi Asam Lemak dan Asam Fitat pada Pembuatan Tempe. Tesis. Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara: Medan.

Dewi, N. Y. 2013. Penetapan Kadar dan Analisis profil Protein dan Asam Amino Ekstrak Ampas Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn.) dengan Metode SDS-Page dan KCKT. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta. 77 hlm

Eka, A. P. dan Halim A. 2009. Pembuatan Bioethanol dari Nira Siwalan Secara Fermentasi Fese Cair Menggunakan Fermipan. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro: Semarang. hlm 3-5.

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 308 hlm.

Fathoni, A. 2014. Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda dengan Starter Khamir Laut Terhadap Kualitas Hidrolisat Protein Kepala Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang. hlm 5-6.

Fauzi, M. 2009. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri Asam Laktat (BAL) Biji Luwak Pada Beberapa Media. Laporan Penelitian. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Jember: Jember. hlm 17-18.

Febriani, M. 2006. Substitusi Protein Hewani dengan Tepung Kedelai dan Khamir Laut untuk Pakan Ikan Patin (Pangasius sp.) dan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis). Jurnal Perikanan Indonesia. 8(2): 169-176. ISSN: 0853-6384.

Febriani, M. 2008. Penggunaan Khamir Laut sebagai Biokatalisator dalam Pembuatan Silase Ikan Peperek (Leiognathus splendens) dan Silase Tanaman Azolla (Pomaceae sp.). Prosiding Bidang Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan: Malang, 08 November 2008. hlm 5-11.

Febriani, M. 2010. Penggunaan Khamir Laut sebagai Biokatalisator dalam Pembuatan Silase Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai Salah Satu Bahan Alternatif Pakan Ikan. Prosising Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. hlm 775-780.

64

Gbogouri, G. A., M. Linder, J. Fanni, dan M. Parmentier. 2004. Influence of Hydrolysis Degree on the Functional Properties of Salmon Byproducts Hydrolysates. Journal of Food Science. 69(8): 615-622.

Haetami dan Sastrawibawa, 2005. Evaluasi Kecernaan Tepung Azolla dalam Ransum Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Jurnal Bionatura. 7(3): 225-233. November 2005.

Handajani, H. 2000. Peningkatan Kadar Protein Tanaman Azolla Microphylla

dengan Mikrosimbion Anabaena Azollae dalam Berbagai Konsentrasi N

dan P yang Berbeda pada Media Tumbuh. Tesis. Program

Pascasarjana IPB: Bogor.

Haslina. 2004. Nilai Gizi Daya Cerna Protein dan Daya Terima Patilo Sebagai Makanan Jajanan yang Diperkaya dengan Hidrolisat Protein Ikan Mujair (Oreochromis mosambicus). Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro: Semarang.

Hidayat, T. 2005. Pembuatan Hidrolisat Protein dari Ikan Selar Kuning (Caranx leptolepis) dengan Menggunakan Enzim Papain. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Hidayati, D., Baido, D. dan Hastuti, S. 2013. Pola Pertumbuhan Ragi Tape pada Fermentasi Kulit Singkong. Teknologi Industri Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura. Jurnal Agrointek. 7(1): 6-10. Maret 2013.

Hasbi, H. 2005. Pemanfaatan Azolla pada Sistem Pertanian Terpadu. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiah Jember. hlm 7-8.

Juwita, R. 2012. Studi Produksi Alkohol dari Tetes Tebu (Saccharum officinarum L) Selama Proses Fermentasi. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin: Makassar. hlm :16.

Kabinawa, I. N. K. 2006. Spirulina: Ganggang Penggempuran Aneka Penyakit. PT. Agromedia Pustaka: Depok. 90 hlm.

Koesoemawardhani, D., Fibra N. dan Hidayati, S. 2011. Proses Pembuatan Hidrolisat Protein Ikan Rucah. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Lampung: Lampung. Jurnal Natur Indonesia. 13(3): 256-261.

Kreger, V. R. 1984. The Yeast of Taxonomic Study. Third Revised and Enlarged Edition Elsevier Science B.V. Amsterdam, 1082 pp.

Kurniawan, S. L., Hanggita S. R. J. 2012. Hidrolisat Protein Tinta Cumi (Loligo sp) dengan Enzim Papain. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Universitas Sriwijaya. Fistech. 1(1): 41-54.

Kusmiati, Thontowi, A., dan Nuswantara S. 2010. Efek Sumber Karbon Berbeda terhadap Produksi â-Glukan oleh Saccharomyces Cerevisiae pada Fermentor Air Lift. Jurnal Natur Indonesia. 13(2), Februari 2011: 138-145. ISSN 1410-9379. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.

65

Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. PT Dian Rakyat: Jakarta. 264 hlm.

Legowo, A. M., Nurwantoro, dan Sutaryo. 2007. Analisis Pangan. Buku Ajar Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro: Semarang. 48 hlm.

Lumpkin, T. A. and D. L. Plucknet. 1982. Azolla a Green Manure: Use Abd Management in Crop Production. Westview Tropical Agriculture Series. 230 hlm. ISBN: 978-0891584513.

Made, A., S. Saleh dan Andayani. 1996. Kajian Tentang Kualitas Produk Model Aktivitas dan Manfaat Penggunaan Kultur Khamir dalam Lahan Ternak Ayam. Direktorat Pembinaan dan Pengabdian pada Mayarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi. Depdikbud. Jakarta.

Maftuchah, 1998. Asosiasi Azolla dengan Anabaena Sebagai Sumber Nitrogen Alami dan Manfaatnya Sebagai Bahan Baku Protein. Pusat Bioteknologi Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.

Maulana, N. P., N. Sari, dan C. S. Budiyati. 2012. Pembuatan Kecap dari Ikan Gabus secara Hidrolisis Enzimatis Menggunakan Sari Nanas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 1(1): 270-27.

Muzaifa, M., N. Safriani, and F. Zakaria. 2012. Production of Protein Hydrolysates from Fish by-Product Prepared by Enzymatic Hydrolysis. Int. J. Bioflux Society. (5): 36-39.

Nisa, A. dan A. K. Wardani. 2015. Pengaruh Lama Pengasapan dan Lama Fermentasi Terhadap Sosis Fermentasi Ikan Lele (Clarias gariepinus). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4(1): 367-376. Januari 2016.

Noviati. 2007. Optimasi Kadar Molase dalam Medium Ekstrak Ubi Jalar untuk Pertumbuhan Isolat Khamir R1 dan R2 Pada Fermentor Air Lift 18 Liter. Universitas Sains dan Bioteknologi. Universitas Islam Syarif Hidayatullah: Jakarta. 69 hlm.

Nurhayati, T., Ella, S., Cholifah, dan Roni, N. 2014. Optimasi Proses Pembuatan Hidrolisat Jeroan Ikan Kakap Putih. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (JPHPI). 17(1): 43-44.

Nurul, A. F., M. Junus, dan M. Nasich. 2013. The Effects of Molasses Addition on Crude Protein and Crude Fibre Content of Biogas Sludge Solids. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Brawijaya: Malang. 8 hlm.

Pangesti, N. W. I., Pangastuti, A. dan Retnaningtyas. 2012. Penambahan Molase pada Produksi Enzim Xilanase Niger dengan Substrat Jerami Padi. Jurnal Bioteknologi. 9(2): 35-72. ISSN: 0216-68887.

Pelczar, M. J., R. D. Reid, and E. C. S. Chan. 1978. Microbiology. Fourth Edition. McGraw-Hill, Inc. New York. 576 hlm.

Purbasari, D. 2008. Produk dan Karakterisasi Hidrolisat Protein dari Kerang Mas Ngur (Atactodea striata). Program Studi Teknologi Hasil Perikanan . Institut Pertanian Bogor: Bogor. 77 hlm.

66

Purwitasari, E., Pangastuti, A., dan Ratna S. 2004. Pengaruh Media Tumbuh Terhadap Kadar Protein Saccharomyces cerevisiae dalam Pembuatan Protein Sel Tunggal. Jurnal Bioteknologi. 1(2): 37-42. November 2004. ISSN: 0216-6887, DOI: 10.13057/biotek/c010202.

Rao, N. S. 1993. Biofertilizers in Agriculture and Forestry: Third Revised Edition. Science Publisher, Inc. USA. hlm 152-159.

Ray, B. 2001. Fundamental Food Microbiology Second Edition. CRC Press, Boca Raton. 562 hlm.

Rieuwpassa, F. J., J. Santoso, dan Trilaksani, W. 2013. Karakterisasi Sifat Fungsional Konsentrat Protein Telur Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan. 5(2): 299-309.

Rita, I. 2011. Proses Emulsifikasi dan Analisis Biaya Produksi Minuman Emulsi Minyak Sawit Merah. Institut Pertanian Bogor. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 25(2):136-142. 2015.

Rohim, A. 2014. Pengaruh Perbedaan Penambahan Kadar Molase Rebus pada Medium Gula Terhadap Biomassa Sel Khamir Laut. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang.

Rustan, I. R. 2013. Studi Isolasi dan Identifikasi Asam Laktat dari Fermentasi Cabai Rawit (Capsium frutencens L). Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin Makassar: Makassar. hlm 31-32.

Sari, S. P. 2014. Substitusi Molase Rebus dengan Kadar yang Berbeda pada Medium Fermentasi Khamir Laut. Laporan Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya: Malang.

Sastra, W. 2008. Fermentasi Rusip. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Savitri, R. D. 2011. Aplikasi Proses Hidrolisis Enzimatis dan Fermentasi dalam Pengolahan Condiment Kupang Putih (Corbula faba H.). Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 101 hlm.

Sebayang, F. 2006. Pembuatan Etanol dari Molase Secara Fermentasi Menggunakan Sel Saccaromyces serevisiae yang Terimobilisasi pada Kalsium Alginat. Jurbal Teknologi Proses. 5(2): 68-74. Juli 2006. Departemen Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Setiawan, B. dan Purnomo, D. 2011. Validasi HPLC untuk Analisis Anion Fosfat dan Sulfat dalam Proses Pemurnian Torium dari Pasir Monasit. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN. Babarsari: Yogyakarta.

67

Sethiyarini. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan dengan Menggunakan Ekstraktor Vakum Terhadap Kualitas dan Rendemen Crude Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) dari Perairan Madura. Skripsi. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

Simanjarong, E., K. Nia, dan H. Zahidah. 2012. Pengaruh Penggunaan Enzim Papain dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Karakteristik Kimia Kecap Tutut. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4): 209-220.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. 346 hlm.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 1989. Analisa Bahan Makanan dan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2007. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Sudjana, B. 2014. Pengunaan Azolla untuk Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Solusi. 1(2) April-Juni 2014. Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Singaperbangsa Karawang.

Sukoso. 2012. Eksplorasi Potensi Khamir Laut. PPSUB. Malang. 72 hlm.

Sulistyaningrum, L. S. 2008. Optimasi Fermentasi Asam kojat oleh Galur Mutan Aspergillus flavus. Skripsi. FMIPA UI. 2008. hlm 1-2.

Supriyati, T. Pasatibu, H. Hamid, dan A. Sinurat. 1998. Fermentasi Bungkil Inti Sawit Secara Substrat Padat dengan Menggunakan Aspergillus Niger. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 3(3): 165-170. Balai Penelitian Ternak: Bogor.

Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press: Malang. 372 hlm.

Winarno, F. G. 2004.Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 239 hlm.

Winarno, F. G. 2007.Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 253 hlm.

Yuliana, N. 2008. Kinetika Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat Isolat T5 yang Berasal dari Tempoyak. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung: Lampung.

Yuniarti, D. W., Titik D. S., Eddy S. 2013. Pengaruh Suhu Pengeringan Vakum Terhadap Kualitas Serbuk Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). THPi Student Journal. 1(1): 1-9. Universitas Brawijaya.

Yunita, A. 2009. Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen CPO (Crude palm oil) di Pabrik Kelapa Sawit Adolina. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. hlm 4-5.

68

Yusma. 1999. Pemanfaatan Limbah Molase dalam Pembuatan Etanol Secara Fermentasi. Puslitbang Farmasi, Badan Litbangkes, DepKes RI: Jakarta.

69

LAMPIRAN

70

Lampiran 1. Perhitungan dalam Kultur Khamir Laut

Air laut = 1 liter = 1000 ml

Gula pasir 0,5 %

= ,

1 x 1000 ml = 5 ml = 5 cc = 5 cm3 = 5 gr

Jadi, gula pasir yang dibutuhkan sebanyak 5 gr

Pupuk daun 0,2 %

= ,2

1 x 1000 ml = 2 ml = 2 cc = 2 cm3 = 2 gr

Jadi, pupuk daun yang digunakan sebanyak 2 gr

Starter khamir laut 1 %

= 1

1 x 1000 ml = 10 ml

Jadi, starter khamir laut yang digunakan sebanyak 10 ml.

71

Lampiran 2. Diagram Alir Pembuatan Kultur Khamir Laut

Air laut sebanyak 1000 ml

Stok khamir laut mix

Penambahan

gula pasir 0,5

% dan pupuk

daun 0,2 %

(v:b)

Penambahan

starter khamir

laut sebanyak

0,2 % (v:v)

Disterilisasi dengan pemanasan sampai mendidih

Didinginkan pada suhu kamar

Penuangan ke dalam beaker glass

Penghomogenan

Penuangan ke dalam botol gelas kaca

Media khamir laut

Penutupan dengan kapas dan dilapisi dengan plastik wrap

Pemberian aerasi

72

Lampiran 3. Perhitungan Pembuatan Media Pengenceran Khamir Laut

Air laut = 50 ml

Gula pasir 0,25 %

= ,2

1 x 50 ml = 0,125 ml = 0,125 cc = 0,125 cm3 = 0,125 gr

Jadi, gula pasir yang dubutuhkan sebanyak 0,125 gr

Pupuk daun 0,1 %

= ,1

1 x 50 ml = 0,05 ml = 0,05 cc = 0,05 cm3 = 0,05 gr

Jadi, pupuk daun yang dibutuhkan sebanyak 0,05 gr

73

Lampiran 4. Diagram Alir Pembuatan Media Pengenceran Khamir Laut

Air laut sebanyak 100 ml

Media khamir laut

Pensterilan dengan pemanasan sampai mendidih

Pendinginan pada suhu kamar

Pengambilan air laut steril sebanyak 50 ml

dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Penghomogenan

Penambahan gula

pasir sebanyak

0,25 % dan pupuk

daun sebanyak 1

% (v:b)

74

Lampiran 5. Data Kepadatan Sel Khamir Laut

Kolom

Jam ke-

0 12 24 36 48 60 72 84 96 108

Pojok Kanan Atas 2 13 17 15 23 35 87 51 34 22

Pojok Kanan Bawah 15 9 21 28 38 55 103 33 17 7

Pojok Kiri Atas 7 8 25 26 19 30 79 43 18 21

Pojok Kiri Bawah 4 11 22 35 32 47 91 45 22 16

Tengah 8 22 31 44 49 28 98 64 28 18

Jumlah 36 63 116 148 161 195 458 236 119 84

Jumlah Sel (Kotak Sedang) 7,2 12,6 23,2 29,6 32,2 39 91,6 47,2 23,8 16,8

Jumlah sel/ml 1,8 3,15 5,8 7,4 8,05 9,75 22,9 11,8 5,95 4,2

log Sel/ml 10,2552 10,4983 10,7634 10,8692 10,9057 10,989 11,3598 11,0718 10,7745 10,6232

74

75

Lampiran 6. Jumlah Kepadatan Sel Khamir Laut Saat Dilakukan

Pengenceran

Pengujian kepadatan sel khamir laut menggunakan kotak sedang pada

hemocymeter.

Luas kotak sedang = p x l

= 0,2 mm x 0,2 mm

= 0,04 mm2

Volume kotak sedang = 0,04 mm2 x 0,1 mm

= 0,004 mm3

Karena 1 ml = 1 cm3

maka, = 0,004 mm3

= 0,000004 cm3

= 4 x 10-6 ml

Jadi, formula dalam menentukan jumlah sel yaitu :

Jumlah sel/ml = umah sel

1 - aktor engen eran 1

-

Atau

Jumlah sel/ml = Jumlah sel x ¼ x 106 x 104

76

Pengamatan jam ke-0

Jumlah sel/ ml = 7,2 x (1/4) x 106 x 104

= 1,8 x 1010 Sel/ ml

Log sel/ ml = 10,2552

Pengamatan jam ke-12

Jumlah sel/ ml = 12,6 x (1/4) x 106 x 104

= 3,15 x 1010 Sel/ ml

Log sel/ ml = 10,4983

Pengamatan jam ke-24

Jumlah sel/ ml = 23,2 x (1/4) x 106 x 104

= 5,8 x 1010 Sel/ ml

Log sel/ ml = 10,7634

Pengamatan jam ke-36

Jumlah sel/ ml = 29,6 x (1/4) x 106 x 104

= 7,4 x 1010 Sel/ ml

Log sel/ ml = 10,8692

Pengamatan jam ke-48

Jumlah sel/ ml = 32,2 x (1/4) x 106 x 104

= 8,05 x 1010 Sel/ ml

Log sel/ ml = 10,9057

Pengamatan jam ke-60

Jumlah sel/ ml = 31,8 x (1/4) x 106 x 104

= 9,75 x 1010 Sel/ ml

Log sel/ ml = 10,9890

Pengamatan jam ke-72

Jumlah sel/ ml = 91,8 x (1/4) x 106 x 104

= 22,9 x 1010 Sel/ ml

Log sel/ ml = 11,3598

Pengamatan jam ke-84

Jumlah sel/ ml = 47,2 x (1/4) x 106 x 104

= 11,8 x 1010 Sel/ ml

Log sel/ ml = 11,0718

Pengamatan jam ke-96

Jumlah sel/ ml = 23,8 x (1/4) x 106 x 104

= 5,95 x 1010 Sel/ ml

Log sel/ ml = 10,7745

Pengamatan jam ke-108

Jumlah sel/ ml = 16,8 x (1/4) x 106 x 104

= 4,2 x 1010 Sel/ ml

Log sel/ ml = 10,6232

77

Lampiran 7. Data Pengamatan Pada Penelitian Pendahuluan

Penelitian Pendahuluan Pertama

Keterangan Gambar

Hidrolisat protein tanaman azolla

dengan molase rebus 50 ml dan

khamir laut 2,5 ml

Bertahan selama 5 hari

Berwarna coklat

Berjamur

78

Penelitian Pendahuluan Kedua

Hidrolisat protein tanaman azolla rebus

dengan molase rebus 50 ml dan

khamir laut 2,5 ml

Bertahan selama 6 hari

Berwarna coklat

Sedikit berjamur, volume molase habis

Hidrolisat protein tanaman azolla rebus

dengan molase rebus 100 ml dan

khamir laut 2,5 ml

Bertahan selama 12 hari

Berwarna coklat

Bau molase

Sedikit berjamur, volume molase habis, dan

Hidrolisat protein tanaman azolla rebus

dengan molase rebus 150 ml dan

khamir laut 2,5 ml

Bertahan selama 12 hari

Berwarna coklat tua

Bau molase

Volume molase berkurang

Sedikit berbusa

79

Penelitian Pendahuluan Ketiga

Hidrolisat protein tanaman azolla rebus

dengan molase rebus 100 ml dan

khamir laut 2,5 ml

Bertahan selama 12 hari

Berwarna coklat

Bau molase

Sedikit berjamur, volume molase berkurang

Hidrolisat protein tanaman azolla rebus

dengan molase rebus 150 ml dan

khamir laut 2,5 ml

Bertahan selama 12 hari

Berwarna coklat pekat

Bau khas molase dan fermentasi

Volume molase berkurang

Hidrolisat protein tanaman azolla rebus

dengan molase rebus 200 ml dan

khamir laut 2,5 ml

Bertahan selama 12 hari

Berwarna coklat pekat

Bau khas molase

Volume molase berkurang

80

Lampiran 8. Hasil Analisis Nilai Rendemen dan Kandungan Nutrisi Kontrol Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan

Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda

Perlakuan Hasil Analisis

Lama Fermentasi

Volume Molase Segar

Rendemen Cairan (%)

Rendemen Pasta (%)

Kadar Air (%)

Kadar Abu (%)

Kadar Lemak

(%)

Kadar Protein

(%)

Kadar Karbohidrat

(%) pH

Daya Buih (%)

Kapasitas Emulsi

(%)

0 Hari (Kontrol)

100 ml

20,6818 21,1480 4,1421 15,0199 39,0079 4,79 0,0577 52,7185

150 ml

20,8235 21,4225 4,2320 14,4316 39,0901 4,73 0,0680 51,6982

200 ml

21,4589 20,8010 4,1985 15,2994 38,2420 4,73 0,0704 52,9769

3 Hari

100 ml 90,4219 44,1016 18,7612 19,9632 3,8598 14,7904 42,6252 4,69 0,0618 51,9278

150 ml 91,8110 44,6064 19,7197 19,8721 3,9095 15,9699 40,5286 4,58 0,0628 52,7881

200 ml 91,9825 47,1625 19,0748 19,4379 3,8679 16,0433 41,5758 4,60 0,0709 52,7506

6 Hari

100 ml 83,2624 42,9189 17,7958 18,3594 3,5744 16,0323 44,2379 4,52 0,0670 49,7543

150 ml 86,5011 42,7828 19,1271 18,0601 3,5838 16,8968 42,3320 4,56 0,0803 50,2003

200 ml 89,4971 46,3368 19,0390 17,9780 3,5796 17,6352 41,7680 4,54 0,0752 52,4604

9 Hari

100 ml 78,6575 41,0440 17,5431 17,2297 3,3173 18,0586 43,8512 4,49 0,0728 49,5620

150 ml 79,1886 42,3593 18,0784 17,0568 3,2160 18,5087 43,1397 4,53 0,0854 49,7582

200 ml 83,8798 44,4468 18,2381 16,7769 3,0989 18,5840 43,3019 4,54 0,0790 50,75881

12 Hari

100 ml 65,7307 39,0740 17,2853 16,2735 3,0085 17,9386 45,4938 4,38 0,0821 48,8657

150 ml 72,7659 40,1607 17,7090 16,4196 3,0221 18,5270 44,3221 4,48 0,0964 48,7568

200 ml 80,8364 42,8320 16,9784 16,4293 2,8621 18,7171 45,0130 4,32 0,1017 49,7085

81

Lampiran 9. Data Pengamatan dan Analisis Data Rendemen Cairan

Hidrolisat Protein Tanaman Azolla dengan Volume Molase

Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda

Perlakuan

Ulangan

Total Rata -

Rata

Standar

Deviasi

Lama

Fermentasi

Volume

Molase I II III

3 Hari 100 ml 89,8470 90,1412 91,2776 271,2658 90,4219 0,7554

150 ml 90,8361 92,4183 92,1787 275,4331 91,8110 0,8527

200 ml 90,4691 92,1090 93,3695 275,9476 91,9825 1,4543

6 Hari 100 ml 83,1608 84,2415 82,3850 249,7873 83,2624 0,9324

150 ml 84,9379 86,8261 87,7394 259,5035 86,5011 1,4287

200 ml 88,5627 88,9627 90,9661 268,4916 89,4971 1,2877

9 Hari 100 ml 77,1903 79,8465 78,9359 235,9727 78,6575 1,3497

150 ml 78,7085 79,5260 79,3313 237,5658 79,1886 0,427

200 ml 84,1898 82,4266 85,0230 251,6394 83,8798 1,3256

12 Hari 100 ml 64,9137 66,1018 66,1767 197,1922 65,7307 0,7085

150 ml 72,2434 73,8461 72,2084 218,2979 72,7659 0,9355

200 ml 80,5796 79,8946 82,0353 242,5095 80,8364 1,0932

Perlakuan Kelompok

Total 3 6 9 12

100 ml 271,2658 249,79 235,973 197,192 954,218

150 ml 275,4331 259,5 237,566 218,298 990,8003

200 ml 275,9476 268,49 251,639 242,51 1038,588

Total 822,6465 777,78 725,178 658 2983,606

82

FK 247275,19

JK Total 2157,30

JK Perlakuan 2128,70

JK L 1673,60

JK V 298,34

JK L x V 156,76

JK Galat 28,60

SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan

Perlakuan 11 2128,70 193,59 162,41 2,22 3,09 Sangat Beda Nyata

L 3 1673,60 557,87 468,18 3,01 4,72 Sangat Beda Nyata

V 2 298,34 149,17 125,19 3,4 5,61 Sangat Beda Nyata

L x V 6 156,76 26,127 21,93 2,51 3,67 Sangat Beda Nyata

Galat 24 28,60 1,1915

Total 35 2157,30

Perlakuan Hari

Total Rerata S.Dev 3 6 9 12

100 ml 90,42 83,26 78,66 65,73 318,07 79,52 10,39

150 ml 91,81 86,5 79,19 72,77 330,27 82,57 8,33

200 ml 91,98 89,5 83,88 80,84 346,2 86,55 5,1

Total 274,22 259,26 241,73 219,33 994,53

Rerata 91,41 86,42 80,58 73,11

S.Dev 0,86 3,12 2,87 7,56

Nilai T Tabel 2,04

BNT 5% 1,82

Perlakuan Rataan

100 ml 150 ml 200 ml Notasi

79,52 82,57 86,55

100 ml 79,52 0 a

150 ml 82,57 3,05 0 b

200 ml 86,55 7,03 3,98 0 c

Kelompok Rataan

12 hari 9 hari 6 hari 3 hari Notasi

73,11 80,58 86,42 91,41

12 hari 73,11 0 a

9 hari 80,58 7,47 0 b

6 hari 86,42 13,31 5,84 0 c

3 hari 91,41 18,3 10,83 4,99 0 d

83

Lampiran 10. Data Pengamatan dan Analisis Data Rendemen Pasta

Hidrolisat Protein Tanaman Azolla dengan Volume Molase

Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda

Perlakuan

Ulangan

Total Rata -

Rata

Standar

Deviasi

Lama

Fermentasi

Volume

Molase I II III

3 Hari 100 ml 44,4638 43,7745 44,0665 132,3048 44,1016 0,3459

150 ml 44,7333 44,0124 45,0736 133,8193 44,6064 0,5418

200 ml 47,3079 46,6784 47,5012 141,4875 47,1625 0,4302

6 Hari 100 ml 42,8945 42,0337 43,8286 128,7568 42,9189 0,8976

150 ml 43,1322 42,4398 42,7765 128,3485 42,7828 0,3462

200 ml 47,197 45,4158 46,3978 139,0106 46,3368 0,8921

9 Hari 100 ml 40,5923 40,1032 42,4365 123,1320 41,0440 1,2304

150 ml 41,8247 42,2099 43,0435 127,0781 42,3593 0,6229

200 ml 44,1912 43,8316 45,3176 133,3404 44,4468 0,7752

12 Hari 100 ml 38,7348 39,0622 39,4251 117,2221 39,0740 0,3453

150 ml 39,7554 39,9879 40,7388 120,4821 40,1607 0,5139

200 ml 42,4004 42,6379 43,4577 128,4960 42,8320 0,5547

Perlakuan Kelompok

Total 3 6 9 12

100 ml 132,3048 128,76 123,132 117,222 501,4157

150 ml 133,8193 128,35 127,078 120,482 509,728

200 ml 141,4875 139,01 133,34 128,496 542,3345

Total 407,6116 396,12 383,551 366,2 1553,478

84

FK 67035,96

JK Total 196,62

JK Perlakuan 185,59

JK L 104,99

JK V 77,96

JK L x V 2,63

JK Galat 11,03

SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan

Perlakuan 11 185,59 16,87 36,71 2,22 3,09 Sangat Beda Nyata

L 3 104,99 34,99 76,16 3,01 4,72 Sangat Beda Nyata

V 2 77,96 38,98 84,82 3,4 5,61 Sangat Beda Nyata

L x V 6 2,63 0,439 0,95 2,51 3,67 Tidak Beda Nyata

Galat 24 11,03 0,46

Total 35 196,62

Perlakuan Hari

Total Rerata S.Dev 3 6 9 12

100 ml 44,1 42,92 41,04 39,07 167,14 41,78 2,2

150 ml 44,61 42,78 42,36 40,16 169,91 42,48 1,83

200 ml 47,16 46,34 44,45 42,83 180,78 45,19 1,94

Total 135,87 132,04 127,85 122,07 517,83

Rerata 45,29 44,01 42,62 40,69

S.Dev 1,64 2,01 1,72 1,93

Nilai T Tabel 2,04

BNT 5% 1,13

Perlakuan Rataan

100 ml 150 ml 200 ml Notasi

41,78 42,48 45,19

100 ml 41,78 0 a

150 ml 42,48 0,7 0 a

200 ml 45,19 3,41 2,71 0 b

Kelompok Rataan

12 hari 9 hari 6 hari 3 hari Notasi

40,69 42,62 44,01 45,29

12 hari 40,69 0 a

9 hari 42,62 1,93 0 b

6 hari 44,01 3,32 1,39 0 c

3 hari 45,29 4,6 2,67 1,28 0 d

85

Lampiran 11. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Air Hidrolisat

Protein Tanaman Azolla dengan Volume Molase Rebus dan Lama

Fermentasi yang Berbeda

Perlakuan

Ulangan

Total Rata -

Rata

Standar

Deviasi

Lama

Fermentasi

Volume

Molase I II III

0 Hari 100 ml 20,3736 22,0364 19,6356 62,0456 20,6818 1,2297

(Kontrol) 150 ml 20,6398 21,4832 20,3475 62,4705 20,8235 0,5897

200 ml 20,3443 22,8479 21,1846 64,3768 21,4589 1,2741

3 Hari 100 ml 18,0362 20,2149 18,0325 56,2836 18,7612 1,2589

150 ml 19,2948 20,9173 18,9471 59,1592 19,7197 1,0515

200 ml 18,5696 20,1822 18,4726 57,2244 19,0748 0,9602

6 Hari 100 ml 17,7201 18,9473 16,7201 53,3875 17,7958 1,1155

150 ml 18,8566 20,3764 18,1483 57,3813 19,1271 1,1384

200 ml 18,2843 20,2318 18,6009 57,117 19,0390 1,045

9 Hari 100 ml 17,5711 18,637 16,4211 52,6292 17,5431 1,1082

150 ml 17,8387 18,7242 17,6725 54,2354 18,0784 0,5653

200 ml 17,7079 19,3716 17,6349 54,7144 18,2381 0,9823

12 Hari 100 ml 17,2937 18,0234 16,5388 51,8559 17,2853 0,7423

150 ml 17,8461 17,7636 17,5174 53,1271 17,7090 0,171

200 ml 16,8847 17,3686 16,6819 50,9352 16,9784 0,3528

Perlakuan Kelompok

Total 0 3 6 9 12

100 ml 62,0456 56,284 53,3875 52,6292 51,8559 276,2018

150 ml 62,4705 59,159 57,3813 54,2354 53,1271 286,3735

200 ml 64,3768 57,224 57,117 54,7144 50,9352 284,3678

Total 188,8929 172,67 167,886 161,579 155,9182 846,9431

86

FK 15940,28

JK Total 105,93

JK Perlakuan 78,04

JK L 70,65

JK V 3,87

JK L x V 3,52

JK Galat 27,89

SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan

Perlakuan 14 78,04 5,57 5,99 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata

L 4 70,65 17,66 19 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata

V 2 3,87 1,93 2,08 3,32 5,39 Tidak Beda Nyata

L x V 8 3,52 0,44 0,47 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata

Galat 30 27,89 0,93

Total 44 105,93

Perlakuan Hari

Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12

100 ml 20,68 18,76 17,8 17,54 17,29 92,07 18,41 1,39

150 ml 20,82 19,72 19,13 18,08 17,71 95,46 19,09 1,26

200 ml 21,46 19,07 19,04 18,24 16,98 94,79 18,96 1,64

Total 62,96 57,56 55,96 53,86 51,97 282,31

Rerata 20,99 19,19 18,65 17,95 17,32

S.dev 0,41 0,49 0,74 0,36 0,37

Nilai T Tabel 2,02

BNT 5% 1,59

Perlakuan Rataan

100 ml 200 ml 150 ml Notasi

18,41 18,96 19,09 100 ml 18,41 0 a

200 ml 18,96 0,55 0 a

150 ml 19,09 0,68 0,13 0 a

Kelompok Rataan

12 hari 9 hari 6 hari 3 hari 0 hari Notasi

17,32 17,95 18,65 19,19 20,99

12 hari 17,32 0 a

9 hari 17,95 0,63 0 a

6 hari 18,65 1,33 0,7 0 a

3 hari 19,19 1,87 1,24 0,54 0 ab

0 hari 20,99 3,67 3,04 2,34 1,8 0 b

87

Lampiran 12. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Abu Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda

Perlakuan

Ulangan

Total Rata -

Rata

Standar

Deviasi

Lama

Fermentasi

Volume

Molase I II III

0 Hari 100 ml 20,9172 21,6304 20,8967 63,4442 21,1481 0,4177

(Kontrol) 150 ml 21,4881 21,5392 21,2404 64,2677 21,4225 0,1598

200 ml 20,2957 21,2108 20,8965 62,403 20,8010 0,4649

3 Hari 100 ml 19,7505 20,2021 19,937 59,8897 19,9632 0,2269

150 ml 19,6566 20,1863 19,7734 59,6163 19,8721 0,2783

200 ml 19,3745 19,589 19,3505 58,3139 19,4379 0,1313

6 Hari 100 ml 18,2882 18,4503 18,3398 55,0783 18,3594 0,0828

150 ml 18,1479 18,2042 17,8284 54,1805 18,0601 0,2026

200 ml 17,7965 18,0554 18,0824 53,9343 17,9780 0,1578

9 Hari 100 ml 17,1778 17,5142 16,9971 51,6892 17,2297 0,2624

150 ml 16,9123 17,1681 17,0902 51,1707 17,0568 0,1310

200 ml 16,7767 16,9616 16,5926 50,3309 16,7769 0,1845

12 Hari 100 ml 16,0649 16,3944 16,3614 48,8207 16,2735 0,1814

150 ml 16,5041 16,5203 16,2344 49,2589 16,4196 0,1605

200 ml 16,3827 16,6634 16,2419 49,2879 16,4293 0,2145

Perlakuan Kelompok

Total 0 3 6 9 12

100 ml 63,4442 59,8897 55,0783 51,6892 48,8207 251,606

150 ml 64,2677 59,6163 54,1805 51,1707 49,2589 250,151

200 ml 62,403 58,3139 53,9343 50,3309 49,2879 246,447

Total 190,115 177,82 132,753 125,683 121,835 748,204

88

FK 12440,2

JK Total 3072,05

JK Perlakuan 3070,33

JK L 451,62

JK V 0,94

JK L x V 2617,78

JK Galat 1,72

SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan

Perlakuan 14 3070,3 219,31 3824,21 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata

L 4 451,62 112,91 1968,79 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata

V 2 0,94 0,47 8,23 3,32 5,39 Sangat Beda Nyata

L x V 8 2617,8 327,22 5705,91 2,27 3,17 Sangat Beda Nyata

Galat 30 1,72 0,06

Total 44 3072,1

Perlakuan Hari

Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12

100 ml 21,15 19,96 18,36 17,23 16,27 92,98 18,59 1,98

150 ml 21,42 19,87 18,06 17,06 16,42 92,83 18,57 2,06

200 ml 20,8 19,44 17,98 16,78 16,43 91,42 18,28 1,84

Total 63,37 59,27 54,4 51,06 49,12 277,23

Rerata 21,12 19,76 18,13 17,02 16,37

S.dev 0,31 0,28 0,2 0,23 0,09

Nilai T Tabel 2,02

BNT 5% 0,4

Perlakuan Rataan

200 ml 150 ml 100 ml Notasi

18,28 18,57 18,59

200 ml 18,28 0 a

150 ml 18,57 0,29 0 a

100 ml 18,59 0,31 0,02 0 a

Kelompok Rataan

12 hari 9 hari 6 hari 3 hari 0 hari Notasi

16,37 17,02 18,13 19,76 21,12

12 hari 16,37 0 a

9 hari 17,02 0,65 0 b

6 hari 18,13 1,76 1,11 0 c

3 hari 19,76 3,39 2,74 1,63 0 d

0 hari 21,12 4,75 4,1 2,99 1,36 0 e

89

Lampiran 13. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Lemak Hidrolisat

Protein Tanaman Azolla dengan Volume Molase Rebus dan

Lama Fermentasi yang Berbeda

Perlakuan

Ulangan

Total Rata -

Rata

Standar

Deviasi

Lama

Fermentasi

Volume

Molase I II III

0 Hari 100 ml 4,0517 4,2421 4,1325 12,4265 4,1422 0,0955

(Kontrol) 150 ml 4,1247 4,3509 4,2205 12,6962 4,2321 0,1135

200 ml 3,9751 4,3674 4,2529 12,5956 4,1985 0,2017

3 Hari 100 ml 3,6348 3,9192 4,0254 11,5797 3,8599 0,2019

150 ml 3,7947 4,0093 3,9245 11,7287 3,9096 0,1080

200 ml 3,6084 3,9560 4,0393 11,6039 3,8680 0,2285

6 Hari 100 ml 3,5048 3,6356 3,5827 10,7233 3,5744 0,0657

150 ml 3,5021 3,7370 3,5122 10,7515 3,5838 0,1328

200 ml 3,5348 3,6450 3,5590 10,7389 3,5796 0,0579

9 Hari 100 ml 3,3762 3,3660 3,2096 9,95193 3,3173 0,0933

150 ml 3,1551 3,2341 3,2589 9,64824 3,2161 0,0542

200 ml 3,0728 3,1132 3,1107 9,29691 3,0990 0,0226

12 Hari 100 ml 2,9402 3,0768 3,0085 9,02572 3,0086 0,0682

150 ml 2,9976 3,0459 3,0228 9,06646 3,0222 0,0241

200 ml 2,8541 2,8437 2,8886 8,58651 2,8622 0,0235

Perlakuan Kelompok

Total 0 3 6 9 12

100 ml 12,4265 11,5797 10,7233 9,95193 9,0257 53,707

150 ml 12,6962 11,7287 10,7515 9,64824 9,0665 53,8912

200 ml 12,5956 11,6039 10,7389 9,29691 8,5865 52,8217

Total 37,7183 34,9123 32,2136 28,8971 26,6787 160,4199

90

FK 571,88

JK Total 9,35

JK Perlakuan 8,93

JK L 8,79

JK V 0,04

JK L x V 0,09

JK Galat 0,42

SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan

Perlakuan 14 8,93 0,64 45,4 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata

L 4 8,79 2,2 156,48 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata

V 2 0,04 0,02 1,55 3,32 5,39 Tidak Beda Nyata

L x V 8 0,09 0,01 0,82 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata

Galat 30 0,42 0,01

Total 44 9,35

Perlakuan Hari

Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12

100 ml 4,14 3,86 3,57 3,32 3,009 17,9 3,58 0,44

150 ml 4,23 3,91 3,58 3,22 3,02 17,96 3,59 0,49

200 ml 4,2 3,87 3,58 3,1 2,86 17,61 3,52 0,55

Total 12,57 11,64 10,74 9,63 8,89 53,47

Rerata 4,19 3,88 3,58 3,21 2,96

S.dev 0,05 0,03 0,005 0,11 0,09

Nilai T Tabel 2,02

BNT 5% 0,2

Perlakuan Rataan

200 ml 100 ml 150 ml Notasi

3,52 3,58 3,59

200 ml 3,52 0 a

100 ml 3,58 0,06 0 a

150 ml 3,59 0,07 0,01 0 a

Kelompok Rataan

12 hari 9 hari 6 hari 3 hari 0 hari Notasi

2,96 3,21 3,58 3,88 4,19

12 hari 2,96 0 a

9 hari 3,21 0,25 0 b

6 hari 3,58 0,62 0,37 0 c

3 hari 3,88 0,92 0,67 0,3 0 d

0 hari 4,19 1,23 0,98 0,61 0,31 0 e

91

Lampiran 14. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Protein Kontrol

dan Pasta Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan

Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda

Perlakuan

Ulangan

Total Rata -

Rata

Standar

Deviasi

Lama

Fermentasi

Volume

Molase I II III

0 Hari 100 ml 15,5659 15,6031 13,8910 45,0600 15,0199 0,9779

(Kontrol) 150 ml 14,1609 15,3919 13,7423 43,2951 14,4316 0,8574

200 ml 14,1027 17,1526 14,6431 45,8984 15,2994 1,6274

3 Hari 100 ml 15,8271 15,3361 13,2082 44,3713 14,7904 1,3921

150 ml 16,1861 16,5684 15,1554 47,9098 15,9699 0,7308

200 ml 14,9663 16,2980 16,8659 48,1301 16,0433 0,9750

6 Hari 100 ml 16,5104 15,1695 16,4173 48,0972 16,0323 0,7487

150 ml 16,8521 15,5893 18,2490 50,6905 16,8968 1,3303

200 ml 17,6383 16,6961 18,5712 52,9057 17,6352 0,9375

9 Hari 100 ml 17,3717 17,9321 18,8722 54,1760 18,0586 0,7582

150 ml 18,2273 19,2693 18,0297 55,5263 18,5087 0,6660

200 ml 17,9657 19,094 18,6922 55,752 18,584 0,5718

12 Hari 100 ml 17,3324 18,9400 17,5436 53,8161 17,9386 0,8736

150 ml 18,5000 18,4658 18,6153 55,5811 18,5270 0,0783

200 ml 18,6922 19,0199 18,4392 56,1513 18,7171 0,2911

Perlakuan Kelompok

Total 0 3 6 9 12

100 ml 45,0600 44,3713 48,0972 54,176 53,8161 245,5206

150 ml 43,2951 47,9098 50,6905 55,5263 55,5811 253,0028

200 ml 45,8984 48,1301 52,9057 55,752 56,1513 258,8374

Total 134,253 140,411 151,693 165,454 165,549 757,3608

92

FK 12746,56

JK Total 126,1

JK Perlakuan 99,76

JK L 90,28

JK V 5,94

JK L x V 3,53

JK Galat 26,34

SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan

Perlakuan 14 99,76 7,13 8,11 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata

L 4 90,28 22,57 25,7 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata

V 2 5,94 2,97 3,38 3,32 5,39 Beda Nyata

L x V 8 3,53 0,44 0,5 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata

Galat 30 26,34 0,88

Total 44 126,1

Perlakuan Hari

Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12

100 ml 15,02 14,79 16,03 18,06 17,94 81,84 16,37 1,56

150 ml 14,43 15,97 16,9 18,51 18,53 84,33 16,87 1,75

200 ml 15,3 16,04 17,64 18,58 18,72 86,28 17,26 1,53

Total 44,75 46,8 50,56 55,15 55,18 252,45 50,49

Rerata 14,92 15,6 16,85 18,38 18,39

S.Dev 0,44 0,7 0,80 0,28 0,41

Nilai T Tabel 2,024

BNT 5% 1,55

Perlakuan Rataan

100 ml 150 ml 200 ml Notasi

16,37 16,87 17,256

100 ml 16,37 0 a

150 ml 16,87 0,5 0 a

200 ml 17,26 0,89 0,39 0 a

Kelompok Rataan

0 hari 3 hari 6 hari 9 hari 12 hari Notasi

14,92 15,6 16,85 18,38 18,39

0 hari 14,92 0 a

3 hari 15,6 0,68 0 a

6 hari 16,85 1,93 1,25 0 ab

9 hari 18,38 3,46 2,78 1,53 0 b

12 hari 18,39 3,47 2,79 1,54 0,01 0 b

93

Lampiran 15. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Karbohidrat Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda

Perlakuan

Ulangan

Total Rata -

Rata

Standar

Deviasi

Lama

Fermentasi

Volume

Molase I II III

0 Hari 100 ml 39,0915 36,4881 41,4442 117,024 39,0079 2,4791

(Kontrol) 150 ml 39,5865 37,2348 40,4492 117,27 39,0901 1,6636

200 ml 41,2822 34,4212 39,0229 114,726 38,2420 3,4965

3 Hari 100 ml 42,7512 40,3276 44,7969 127,876 42,6252 2,2372

150 ml 41,0677 38,3187 42,1995 121,586 40,5286 1,9957

200 ml 43,4812 39,9748 41,2717 124,728 41,5758 1,7728

6 Hari 100 ml 43,9765 43,7972 44,9401 132,714 44,2379 0,6146

150 ml 42,6412 42,093 42,2621 126,996 42,3320 0,2807

200 ml 42,7461 41,3716 41,1865 125,304 41,7680 0,8520

9 Hari 100 ml 44,5031 42,5506 44,4999 131,554 43,8512 1,1263

150 ml 43,8665 41,6042 43,9486 129,419 43,1397 1,3304

200 ml 44,4768 41,4595 43,9695 129,906 43,3019 1,6156

12 Hari 100 ml 46,3687 43,5653 46,5476 136,482 45,4938 1,6726

150 ml 44,1521 44,2043 44,6101 132,966 44,3221 0,2506

200 ml 45,1863 44,1044 45,7483 135,039 45,0130 0,8355

Perlakuan Kelompok

Total 0 3 6 9 12

100 ml 117,024 127,876 132,714 131,554 136,482 645,6485

150 ml 117,27 121,586 126,996 129,419 132,966 628,2384

200 ml 114,726 124,728 125,304 129,906 135,039 629,7028

Total 349,02 374,189 385,014 390,879 404,487 1903,5898

94

FK 80525,65

JK Total 300,86

JK Perlakuan 213,54

JK L 192,67

JK V 12,43

JK L x V 8,44

JK Galat 87,32

SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan

Perlakuan 14 213,54 15,25 5,24 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata

L 4 192,67 48,17 16,55 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata

V 2 12,43 6,22 2,13 3,32 5,39 Tidak Beda Nyata

L x V 8 8,44 1,05 0,36 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata

Galat 30 87,32 2,91

Total 44 300,86

Perlakuan Hari

Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12

100 ml 39,01 42,63 44,24 43,85 45,49 215,22 129,13 2,48

150 ml 39,09 40,53 42,33 43,14 44,32 209,41 125,65 2,08

200 ml 38,24 41,58 41,77 43,3 45,01 209,9 125,94 2,5

Total 116,34 124,73 128,34 130,29 134,83 634,53

Rerata 38,78 41,58 42,78 43,43 44,94

S.dev 0,47 1,05 1,29 0,37 0,59

Nilai T Tabel 2,02

BNT 5% 2,82

Perlakuan Rataan

150 ml 200 ml 100 ml Notasi

41,88 41,98 43,04

150 ml 41,88 0 a

200 ml 41,98 0,1 0 a

100 ml 43,04 1,16 1,06 0 a

Kelompok Rataan

0 hari 3hari 6 hari 9 hari 12 hari Notasi

38,78 41,58 42,78 43,43 44,94

0 hari 38,78 0 a

3 hari 41,58 2,8 0 a

6 hari 42,78 4 1,2 0 ab

9 hari 43,43 4,65 1,85 0,65 0 ab

12 hari 44,94 6,16 3,36 2,16 1,51 0 b

95

Lampiran 16. Data Pengamatan dan Analisis Data pH Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda

Perlakuan

Ulangan

Total Rata -

Rata

Standar

Deviasi

Lama

Fermentasi

Volume

Molase I II III

0 Hari 100 ml 4,80 4,73 4,83 14,36 4,79 0,0513

(Kontrol) 150 ml 4,76 4,68 4,76 14,20 4,73 0,0461

200 ml 4,72 4,76 4,71 14,19 4,73 0,0264

3 Hari 100 ml 4,67 4,70 4,72 14,09 4,69 0,0251

150 ml 4,49 4,61 4,65 13,75 4,58 0,0832

200 ml 4,57 4,54 4,69 13,80 4,60 0,0793

6 Hari 100 ml 4,43 4,61 4,52 13,56 4,52 0,09

150 ml 4,51 4,54 4,63 13,68 4,56 0,0624

200 ml 4,55 4,52 4,56 13,63 4,54 0,0208

9 Hari 100 ml 4,34 4,56 4,59 13,49 4,49 0,1365

150 ml 4,40 4,63 4,58 13,61 4,53 0,1209

200 ml 4,44 4,52 4,66 13,62 4,54 0,1135

12 Hari 100 ml 4,35 4,38 4,42 13,15 4,38 0,0351

150 ml 4,42 4,49 4,54 13,45 4,48 0,0602

200 ml 4,37 4,26 4,32 12,95 4,32 0,0551

Perlakuan Kelompok

Total 0 3 6 9 12

100 ml 14,36 14,09 13,56 13,49 13,15 68,65

150 ml 14,20 13,75 13,68 13,61 13,45 68,69

200 ml 14,19 13,80 13,63 13,62 12,95 68,19

Total 42,75 41,64 40,87 40,72 39,55 205,53

96

FK 938,72

JK Total 0,87

JK Perlakuan 0,7

JK L 0,62

JK V 0,01

JK L x V 0,07

JK Galat 0,17

SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan

Perlakuan 14 0,7 0,05 8,79 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata

L 4 0,62 0,16 27,41 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata

V 2 0,01 0,005 0,9 3,32 5,39 Tidak Beda Nyata

L x V 8 0,07 0,008 1,46 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata

Galat 30 0,17 0,006

Total 44 0,87

Perlakuan Hari

Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12

100 ml 4,79 4,69 4,52 4,49 4,38 22,87 4,57 0,16

150 ml 4,73 4,58 4,56 4,53 4,48 22,88 4,58 0,09

200 ml 4,73 4,6 4,54 4,54 4,32 22,73 4,55 0,15

Total 14,25 13,87 13,62 13,56 13,18 68,48

Rerata 4,75 4,62 4,54 4,52 4,39

S.dev 0,03 0,059 0,02 0,03 0,08

Nilai T Tabel 2,02

BNT 5% 0,12

Perlakuan Rataan

200 ml 100 ml 150 ml Notasi

4,546 4,574 4,576

200 ml 4,55 0 a

100 ml 4,57 0,028 0 a

150 ml 4,58 0,03 0,002 0 a

Kelompok Rataan

12 hari 9 hari 6 hari 3 hari 0 hari Notasi

4,39 4,52 4,54 4,62 4,75

12 hari 4,39 0 a

9 hari 4,52 0,13 0 b

6 hari 4,54 0,15 0,02 0 b

3 hari 4,62 0,23 0,10 0,08 0 b

0 hari 4,75 0,36 0,23 0,21 0,13 0 c

97

Lampiran 17. Data Pengamatan dan Analisis Daya Buih Hidrolisat Protein

Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus dan

Lama Fermentasi yang Berbeda

Perlakuan

Ulangan

Total Rata - Rata

Standar Deviasi Lama

Fermentasi Volume Molase

I II III

0 Hari 100 ml 0,0559 0,0593 0,0580 0,1732 0,0577 0,0017

(Kontrol) 150 ml 0,0675 0,0643 0,0722 0,2040 0,0680 0,0039

200 ml 0,0663 0,0702 0,0747 0,2112 0,0704 0,0042

3 Hari 100 ml 0,0619 0,0594 0,0641 0,1854 0,0618 0,0023

150 ml 0,0581 0,0687 0,0616 0,1884 0,0628 0,0054

200 ml 0,0677 0,077 0,0682 0,2129 0,0709 0,0052

6 Hari 100 ml 0,0622 0,0701 0,0689 0,2012 0,0670 0,0042

150 ml 0,0768 0,0834 0,0809 0,2411 0,0803 0,0033

200 ml 0,0758 0,0722 0,0777 0,2257 0,0752 0,0027

9 Hari 100 ml 0,0748 0,073 0,0706 0,2184 0,0728 0,0021

150 ml 0,0847 0,0864 0,0853 0,2564 0,0854 0,0008

200 ml 0,0802 0,0791 0,0779 0,2372 0,0790 0,0011

12 Hari 100 ml 0,0809 0,0838 0,0816 0,2463 0,0821 0,0015

150 ml 0,0939 0,0981 0,0972 0,2892 0,0964 0,0022

200 ml 0,1006 0,1095 0,0951 0,3052 0,1017 0,0072

Perlakuan Kelompok

Total 0 3 6 9 12

100 ml 0,1732 0,1854 0,2012 0,2184 0,2463 1,0245

150 ml 0,204 0,1884 0,2411 0,2564 0,2892 1,1791

200 ml 0,2112 0,2129 0,2257 0,2372 0,3052 1,1922

Total 0,5884 0,5867 0,668 0,712 0,8407 3,3958

98

FK 0,2562

JK Total 0,0068

JK Perlakuan 0,0064

JK L 0,0048

JK V 0,0011

JK L x V 0,0003

JK Galat 0,0004

SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan

Perlakuan 14 0,0064 0,0004 34,22 2,04 2,74 Sangat Beda Nyata

L 4 0,0048 0,0012 90,94 2,69 4,02 Sangat Beda Nyata

V 2 0,0011 0,0005 43,07 3,32 5,39 Sangat Beda Nyata

L x V 8 0,0003 4,91E-05 3,64 2,27 3,17 Sangat Beda Nyata

Galat 30 0,0004 1,35E-05

Total 44 0,0068

Perlakuan Hari

Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12

100 ml 0,06 0,06 0,07 0,07 0,08 0,34 0,07 0,0096

150 ml 0,07 0,06 0,08 0,09 0,1 0,39 0,08 0,0135

200 ml 0,07 0,07 0,08 0,08 0,1 0,4 0,08 0,0129

Total 0,2 0,2 0,23 0,24 0,28 1,13

Rerata 0,07 0,065 0,07 0,08 0,09

S.Dev 0,0067 0,005 0,007 0,006 0,01

Nilai T Tabel 2,024

BNT 5% 0,0061

Perlakuan Rataan

100 ml 150 ml 200 ml Notasi

0,0683 0,0786 0,07944

100 ml 0,0688 0 a

150 ml 0,0786 0,0103 0 b

200 ml 0,0794 0,0111 0,00086 0 b

Kelompok Rataan

3 hari 0 hari 6 hari 9 hari 12 hari Notasi

0,0651 0,0654 0,0741 0,079 0,0934

3 hari 0,0651 0 a

0 hari 0,0654 0,0002 0 a

6 hari 0,0741 0,009 0,0088 0 b

9 hari 0,079 0,0139 0,0137 0,0049 0 b

12 hari 0,0934 0,0282 0,028 0,0192 0,0143 0 c

99

Lampiran 18. Data Pengamatan dan Analisis Data Kapasitas Emulsi

Hidrolisat Protein Tanaman Azolla Rebus dengan Volume Molase Rebus

dan Lama Fermentasi yang Berbeda

Perlakuan

Ulangan

Total Rata -

Rata

Standar

Deviasi

Lama

Fermentasi

Volume

Molase I II III

0 Hari 100 ml 52,3459 52,9252 52,8846 158,1557 52,7185 0,3233

(Kontrol) 150 ml 51,3507 51,8573 51,8868 155,0948 51,6982 0,3013

200 ml 52,6445 52,4561 53,8302 158,9308 52,9769 0,7449

3 Hari 100 ml 52,0241 51,8363 51,9231 155,7835 51,9278 0,0939

150 ml 54,8932 52,1378 53,3333 158,3643 52,7881 0,6046

200 ml 52,7391 52,7352 52,7778 158,2520 52,7506 0,0235

6 Hari 100 ml 49,8326 50,3564 49,0740 149,2631 49,7543 0,6447

150 ml 49,9073 50,6938 50,2003 150,6011 50,2003 0,4298

200 ml 52,8475 52,1973 52,3364 157,3812 52,4604 0,3423

9 Hari 100 ml 49,8432 49,7688 49,0741 148,6860 49,5620 0,4242

150 ml 49,4897 49,7849 49,7582 149,2746 49,7582 0,2561

200 ml 50,6473 51,0053 50,6238 152,2765 50,7588 0,2137

12 Hari 100 ml 48,8463 48,6769 49,0740 146,5973 48,8657 0,1993

150 ml 48,7987 48,8736 48,5981 146,2704 48,7568 0,1424

200 ml 49,6493 50,3855 49,0909 149,1257 49,7085 0,6493

Perlakuan

Kelompok

Total

0 3 6 9 12

100 ml 158,1557 155,78 149,263 148,686 146,5973 758,4856

150 ml 155,0948 158,36 150,601 149,275 146,2704 759,6052

200 ml 158,9308 158,25 157,381 152,277 149,1257 775,9662

Total 472,1813 472,4 457,245 450,237 441,9934 2294,057

100

FK 116948,83

JK Total 317,88

JK Perlakuan 101,14

JK L 80,25

JK V 12,77

JK L x V 8,12

JK Galat 216,74

SK db JK KT Fhit F5% F1% Keterangan

Perlakuan 14 101,14 7,22 1 2,04 2,74 Tidak Beda Nyata

L 4 80,25 20,06 2,78 2,69 4,02 Beda Nyata

V 2 12,77 6,38 0,88 3,32 5,39 Tidak Beda Nyata

L x V 8 8,12 1,02 0,14 2,27 3,17 Tidak Beda Nyata

Galat 30 216,74 7,22

Total 44 317,88

Perlakuan Hari

Total Rerata S.Dev 0 3 6 9 12

100 ml 52,72 51,93 49,75 49,56 48,87 252,83 50,57 1,66

150 ml 51,7 52,79 50,2 49,76 48,76 253,2 50,64 1,6

200 ml 52,98 52,75 52,46 50,76 49,71 258,66 51,73 1,43

Total 157,39 157,47 152,41 150,08 147,33 764,69

Rerata 52,46 52,49 50,81 50,03 49,11

S.dev 0,68 0,49 1,45 0,64 0,52

Nilai T Tabel 2,02

BNT 5% 4,44

Perlakuan Rataan

100 ml 150 ml 200 ml Notasi

50,57 50,64 51,73

100 ml 50,57 0 a

150 ml 50,64 0,07 0 a

200 ml 51,73 1,16 1,09 0 a

Kelompok Rataan

12 hari 9 hari 6 hari 0 hari 3 hari Notasi

49,11 50,03 50,81 52,46 52,49

12 hari 49,11 0 a

9 hari 50,03 0,92 0 a

6 hari 50,81 1,7 0,78 0 a

0 hari 52,46 3,35 2,43 1,65 0 a

3 hari 52,49 3,38 2,46 1,68 0,02 0 a

101

Lampiran 19. Dokumentasi Pembuatan Kultur Khamir Laut

Air Laut Sebanyak 1000 ml

Penimbangan gula pasir sebanyak 5 gram

Perebusan air

Pensterilan dengan pemanasan sampai

mendidih

Penimbangan pupuk daun sebanyak 2 gram

Sterilisasi peralatan, Beker glass

Pendinginan pada suhu ruang

Dimasukkan dalam beaker glass

Sterilisasi selang

Sterilisasi botol kaca

102

Pemberian aerasi selama 3 hari

Penutupan dengan plastik wrap

Penambahan gula pasir

Penambahan pupuk daun

Penghomogenan

Penutupan dengan kapas

Penambahan Starter khamir laut sebanyak

10 ml

Penuangan ke dalam botol gelas

103

Lampiran 20. Dokumentasi Pengamatan Kepadatan Khamir Laut

Sterilisasi peralatan

Penimbangan gula pasir

seanyak 0,125 gram

Penimbangan pupuk daun

seanyak 0,05 gram

Pengukuran volume air

laut steril sebanyak 50 ml

Penuangan ke dalam

erlenmeyer

Penambahan gula pasir

dan pupuk daun

Penghomogenan

Penuangan media ke

dalam tabung reaksi Penambahan kultur khamir

laut mix sebanyak 1 ml

Pengenceran bertingkat

Penghomogenan dengan

vortex mixer

Hasil pengenceran

104

Lampiran 21. Dokumentasi Pembuatan Pasta Hidrolisat Protein

Tanaman Azolla Rebus

Tanaman azolla Dicuci hingga bersih

Diukur volume molase Penghomogen

Ditimbang sebagai

berat awal

Ditambahkan

khamir

sebanyak 2,5 ml

Dimasukkan kedalam

botol plastik

Dihaluskan

Penimbangan

sebanyak 50 g

105

Diberi aerasi dan

difermentasi selama

3, 6, 9, dan 12 hari

Ditimbang berat

akhir

Dipotong botol

plastik

Dihomogenkan

dengan diblender

Diletakkan pada

cawan petri

Ditata pada

loyang

Dikeringkan

dalam vacum

dryer

Hidrolisat protein

Azolla pinnata

106

Lampiran 22. Dokumentasi Analisis Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein

Tanaman Azolla Rebus

Penimbangan sampel

sebanyak 15 gram

Pengeringan cawan petri

dalam oven bersuhu

105oC selama 24 jam

dengan tutup setengah

terbuka

Pendinginan dalam

desikator selama

15 menit

Penimbangan cawan

beserta tutup

Pengeringan cawan petri

dalam oven bersuhu

105oC dengan tutup

setengah terbuka

Pendinginan dalam

desikator selama

15 menit

Penimbangan

berat akhir kadar air

107

Lampiran 23. Dokumentasi Analisis Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein

Tanaman Azolla Rebus

Penimbangan berat

benang

Pengeringan kertas saring

dan benang dalam oven

bersuhu 1050C

Pendinginan dalam

desikator selama

15 menit

15 menit

Penimbangan berat

kertas saring

Penghalusan sampel dari

kadar air

Penimbangan berat

sampel

Pembungkusan sampel

Pengekstraksian lemak

pada goldfisch

selama 3 jam

Pengeringan sampel

pada suhu 105oC

selama 24 jam

108

Pendinginan dalam desikator

selama 15 menit

Penimbangan berat

akhir

109

Lampiran 24. Dokumentasi Analisis Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein

Tanaman Azolla Rebus

Penimbangan sampel

sebanyak 0,5 gram

Penghalusan tablet

kjehdal

Penimbangan tablet

kjehdal sebanyak 2 gram

Destruksi sampel

dengan penambahan

katalis

Sampel hasil destruksi

berwarna kehijauan

Penambahan aquades

sebanyak 30 ml

Destilasi dan

ditambahkan NaOH dan

H2O

Didestilasi selama 3

menit

Ditambah 1,5 g

H3BO3 dan aquades

50 ml, dan metyl

orange kedalam

erlenmeyer

Hasil titrasi Dititrasi dengan H2SO4

0,4 N hingga berwarna

merah muda

110

Lampiran 25. Dokumentasi Analisis Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein

Tanaman Azolla Rebus

Penghalusan sampel dari

kadar lemak

Penimbangan berat

sampel sebanyak 2 g Pengarangan sampai

tidak berasap

Pengabuan dalam

muffle bersuhu 600oC

Pendinginan dalam

desikator selama

15 menit

Penimbangan berat

akhir

Pengeringan cawan

porselin dalam oven

bersuhu 105oC selama 24

jam

Pendinginan dalam

desikator selama

15 menit

15 menit

Penimbangan berat

cawan porselin

111

Lampiran 26. Dokumentasi Analisis pH Pasta Hidrolisat Protein

Tanaman Azolla Rebus

Penimbangan sampel

sebanyak 1 g

Penambahan aquadess

sebanyak 10 ml

Penghomogenan

Pembilasan elektroda pH

meter menggunakan

aquades

Hidupkan pH meter

Pengukuran nilai pH

hingga nilai stabil

Pencelupan elektroda

pada sampel

112

Lampiran 27. Dokumentasi Analisis Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat

Protein Tanaman Azolla Rebus

Penimbangan sampel

sebanyak 1 gram

Penuangan kedalam

cuvet

Pengukuran aquades

sebanyak 5 ml

Penambahan aquades 5

ml kedalam cuvet

Pengukuran minyak

jagung sebanyak 5 ml

Peletakan ke dalam

sentrifuse

Penambahan minyak

jagung kedalam cuvet

Penghomogenan

dengan sentrifuse

dengan kecepatan 7500

rpm selama 5 menit

Penghilangan fase

minyak pada sampel

Pengukuran volume

emulsi

Hasil sentrifuse

113

Lampiran 28. Dokumentasi Analisis Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein

Tanaman Azolla Rebus

Ditimbang sampel

sebanyak 1 g

Dimasukkan

cuvet Dikocok sampel

selama 1 menit

Daya buih

yang terbentuk

Diukur aquades

sebanyak 10 ml

Dimasukkan

cuvet

114

Lampiran 29. Hasil Analisa Proksimat Tanaman Azolla Rebus

115

Lampiran 30. Hasil Analisa Kadar Protein Hidrolisat Protein Tanaman Azolla

Rebus Terbaik