penerapan-model-pembelajaran-learning-cycle-5e

96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH DILENGKAPI LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA KELAS VIII SMPN 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: SITI ASIYAH NIM. K3308011 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013

Upload: khangminh22

Post on 09-Jan-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH

DILENGKAPI LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN

ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

KELAS VIII SMPN 4 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

SITI ASIYAH

NIM. K3308011

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Januari 2013

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Asiyah

NIM : K3308011

Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Kimia

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN MACROMEDIA

FLASH DILENGKAPI LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN ZAT ADIKTIF DAN

PSIKOTROPIKA KELAS VIII SMPN 4 SURAKARTA TAHUN

PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar hasil karya sendiri. Selain itu, sumber

informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Januari 2013

Siti Asiyah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH

DILENGKAPI LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN

ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

KELAS VIII SMPN 4 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh :

SITI ASIYAH

K3308011

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Januari 2013

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Januari 2013

Pembimbing I,

Dr. rer.nat Sri Mulyani, M.Si

NIP.19650916 199103 2 003

Pembimbing II,

Nanik Dwi Nurhayati, S.Si.,M.Si.

NIP. 19721115 200604 2 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi

salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra.Bakti Mulyani, M.Si ........................

NIP. 19590725 198503 2 008

Sekretaris : Endang Susilowati, S.Si, M.Si .......................

NIP. 19700117 200003 2 001

Anggota I : Dr. rer.nat Sri Mulyani, M.Si .......................

NIP.19650916 199103 2 003

Anggota II : Nanik Dwi Nurhayati, S.Si.,M.Si. ........................

NIP. 19721115 200604 2 001

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 19600727 198702 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Siti Asiyah. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

5E BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH DILENGKAPI LKS UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

POKOK BAHASAN ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA KELAS VIII

SMPN 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012.Skripsi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) penerapan pembelajaran

Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan zat adiktif dan

psikotropika serta 2) penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan

macromedia flash dilengkapi LKS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada

pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang

terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIG SMP Negeri 4

Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Data penelitian berupa prestasi belajar

kognitif, afektif dan aktivitas siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara, observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data menggunakan analisis

deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan presentase aktivitas belajar siswa

pada siklus I berdasarkan observasi sebesar 69,02% dan siklus II sebesar 77,60%

(meningkat 8,58%), dan berdasarkan angket pada siklus I sebesar 72,33%

sedangkan siklus II sebesar 75,60% (meningkat 3,27%). Prestasi belajar siswa pada

siklus I, persentase ketuntasan belajar siswa adalah 69,56% dengan rata-rata nilai 81

dan pada siklus II meningkat menjadi 82,61% dengan rata-rata nilai 84,34.

Sedangkan untuk aspek afektif, ketercapaian rata-rata indikator adalah 66,90% pada

siklus I dan 70% pada siklus II. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

penerapan pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi

LKS pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika dapat meningkatkan aktivitas

dan prestasi belajar siswa kelas VIIIG SMP Negeri 4 Surakarta tahun ajaran 2011/

2012 pada pembelajaran IPA.

Kata Kunci: learning cycle 5E, macromedia flash, LKS, Prestasi Belajar, zat

adiktif dan psikotropika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Siti Asiyah. THE IMPLEMENTATION OF LEARNING CYCLE 5E MODEL

ASSISTED BY STUDENT WORKSHEET AND MACROMEDIA FLASH TO

IMPROVE STUDENT LEARNING ACTIVITIES AND ACHIEVEMENT ON

SUBJECT ADDICTIVE AND PSYCHOTROPIC SUBSTANCES FOR CLASS

VIII SMPN 4 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2011/2012.minor thesis,

Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret University Surakarta.

January 2013.

The purpose of this research is to identify 1) the implementation of Learning

Cycle 5E model assisted by student worksheet and macromedia flash to improve

student learning activities on subject addictive and psychotropic substances and 2)

the implementation of Learning Cycle 5E model assisted by student worksheet and

macromedia flash to improve student achievement on subject addictive and

psychotropic substances.

This research method is classroom action research that consists of two cycles.

The subjects were junior high school students of class VIIIG SMP 4 Surakarta in

Academic Year 2011/2012. Research data were taken in the form of learning

achievement of cognitive, affective, and student activities. Data were collected

through interviews, observations, tests, and questionnaires. The data was analyzed

by using descriptive qualitative analysis technique.

The results showed that the percentage of student learning activities for the

cycle I based on observations increased of 69.02% and 77.60% for the cycle II (up

8.58%), for cycle I based on questionnaires increased of 72.33% and 75.60% for

cycle II (up 3.27%). In the aspect of student achievement, the percentage of

student’s learning accomplishment in the cycle I reached 69.56% with the average

score of 81 and in the cycle II reached 82.61% with the average score of 84.34.

Meanwhile, in the aspect of affective, the average achievement of the indicators in

the cycle I was 66.90% and 70% in the cycle II. Based on those results it can be

concluded that the implementation of learning cycle 5E model assisted by student

worksheet and macromedia flash on subject addictive and psychotropic substances

could increase the activity and student achievement grade VIIIG SMP 4 Surakarta

in academic year 2011/2012 on science learning.

Keywords: 5E learning cycle, macromedia flash, student worksheet, Learning

Achievement, addictive and psychotropic substances

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

” Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, Karena

didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk

berhasil ”

(Mario Teguh)

“kita tidak akan pernah merasa patah hati, kalo sekiranya tahu bahwa hati ini

hanya milik Allah, dan Allah yang menguasai hati ini, Allah pula yang

menggenggam hati ini ”.

(Yusuf Mansur)

“Banyak yang lebih beruntung dari dirimu, tapi jauh lebih banyak yang tak

seberuntung dirimu. Jangan siakan kesempatan dan selalu bersyukur”

(Penulis)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Bapak dan Ibuku, kasih sayang dan do’amu yang selalu menyertaiku dan membuatku menjadi

lebih semangat.....

Kakak, Ade, Indra trimakasih atas cinta, kasih sayang, do’a dan nasehatnya selama ini...

Bu Mulyani dan Bu Nanik, trimakasih atas bimbingan dan nasehat yang ibu berikan selama

ini..

Bu Ponco dan pak Paryanto, trimakasih untuk semua nasehat, bimbingan dan kerjasamanya..

Penghuni kost Perbunerz trimakasih untuk kebersamaannya selama ini...

Pendidikan Kimia 2008…trimakasih buat kebersamaannya

Adik-adik kelas VIIIG SMP Negeri 4 Surakarta…

Almamater

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

berkah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah skripsi ini, penulis

banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin penelitian.

2. Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

4. Dr.rer.nat Sri Mulyani, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyetujui

permohonan penyusunan skripsi dan memberikan bimbingan dalam penyusunan

skripsi.

5. Nanik Dwi Nurhayati, S.Si.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

6. Hariadi Giarso, S.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 4 Surakarta yang telah

mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Pontjowati, S.Pd, selaku guru mata pelajaran IPA SMP Negeri 4 Surakarta yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan

memberikan pengarahan.

8. Siswa-siswi kelas VIII A dan VIII G SMP Negeri 4 Surakarta atas bantuan dan

kerjasamanya.

9. Bapak dan ibu yang selalu memberikan doa restu dan dukungannya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

10. Ade dan Indra yang selalu memberikan semangat dan keceriaan.

11. Teman-teman Kimia angkatan’08 terimakasih untuk segala dukungan,

persahabatan dan bantuannya.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

sempurnanya skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN............................................................... ii

HALAMAN PENGAJUAN................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN................................................................ v

ABSTRAK............................................................................................. vi

ABSTRACT........................................................................................... vii

HALAMAN MOTTO............................................................................ viii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ ix

KATA PENGANTAR........................................................................... x

DAFTAR ISI.......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR............................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN........................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................... 1

B. Identifikasi Masalah................................................. 4

C. Pembatasan Masalah............................................... 4

D. Perumusan Masalah................................................. 5

E. Tujuan Penelitian..................................................... 5

F. Manfaat Penelitian.................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI...................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka..................................................... 7

1. Pembelajaran Konstruktivisme.......................... 7

2. Pembelajaran learning Cycyle 5E.................... 8

3. Media Pembelajaran.......................................... 9

4. Lembar Kerja Siswa.......................................... 11

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

5. Prestasi Belajar................................................. 14

6. Aktivitas Belajar................................................

7. Materi Zat Adiktif dan Psikotropika.................

15

17

B. Kerangka Pemikiran................................................. 30

C. Hipotesis................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................. 33

B. Subjek dan Objek Penelitian....................................

C. Metode Penelitian....................................................

33

33

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data......................

a. Pengamatan.......................................................

b. Wawancara/Diskusi...........................................

c. Kajian Dokumen................................................

d. Angket...............................................................

e. Uji Kompetensi..................................................

34

35

35

36

36

37

E. Instrument Penelitian.............................................. 37

F. Analisis Data........................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................... 53

A. Deskripsi Kondisi Awal........................................ 53

B. Deskripsi siklus I................................................... 55

C. Deskripsi Siklus II................................................. 59

D. Hasil Pengamatan..................................................

E. Pembahasan...........................................................

62

67

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN............... 72

A. Kesimpulan............................................................... 72

B. Implikasi................................................................... 72

C. Saran......................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 75

LAMPIRAN........................................................................................... 78

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Siswa 2

Tabel 2. Zat-zat kimia yang terdapat dalam rokok dan

dampaknya terhadap kesehatan

23

Tabel 3. Teknik Penilaian angket 36

Tabel 4. Variabel Aktivitas yang dinilai, Target Pencapaian dan

Instrument Penelitian

37

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

Tabel 9.

Tabel 10.

Hasil Angket dan observasi Aktivitas Belajar Siswa

Pra siklus tiap Indikator

Hasil Angket dan observasi Aktivitas Belajar Siswa

Pada Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

Hasil Observasi Aspek Aktivitas Siswa pada Proses

Pembelajaran ditinjau dari Pra siklus, Siklus I dan

Siklus II

Hasil Angket Aspek Aktivitas Siswa ditinjau dari Pra

siklus, Siklus I dan Siklus II

Hasil Tes Kognitif Siswa Tiap Indikator Kompetensi

Untuk Siklus I Dan Siklus II

Hasil Angket Afektif Siswa Tiap Indikator Pada Siklus

I dan Siklus II

54

62

65

66

68

71

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kandungan Bahan Kimia dalam Rokok 22

Gambar 2. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan 24

Gambar 3. Kerangka Berfikir 31

Gambar 4. Skema Analisa Data 48

Gambar 5. Skema Pemeriksaan Validitas Data 49

Gambar 6. Skema Prosedur Penelitian 52

Gambar 7. Grafik Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap

Indikator Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

64

Gambar 8. Grafik Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap

Indikator Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Pra

Siklus, Siklus I dan Siklus II

64

Gambar 9.

Gambar 10.

Gambar 11.

Diagram Batang Kenaikan Persentase Untuk Tiap

Aspek Aktivitas pada Lembar Observasi Aktivitas

Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Diagram Batang Kenaikan Persentase Untuk Tiap

Aspek Aktivitas pada Hasil Angket Aktivitas Belajar

Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Diagram Batang Persentase Aktivitas Belajar Siswa

Hasil Observasi Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

65

Gambar 12.

Gambar 13.

Diagram Batang Persentase Aktivitas Belajar Siswa

Hasil Angket Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Diagram Batang Persentase Aktivitas Siswa Hasil

Angket pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II

67

Gambar 14.

Gambar 15.

Diagram Batang Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

Pada Siklus I dan Siklus II

Persentase Ketercapaian Hasil Angket Afektif Siswa

Tiap Indikator Pada Siklus I dan Siklus II

69

Gambar 16. Diagram Batang Penilaian Aspek Afektif Siswa Pada

Siklus I dan Siklus II

73

66

67

68

72

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I. Instrumen Pembelajaran

1. Silabus 78

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 80

3. Lembar Kerja Siswa 97

Lampiran II. Instrumen Penelitian

4. Kisi-kisi tryout instrument kognitif 116

5. Kisi-Kisi instrument kognitif 111

6. Soal Kognitif Siklus I 131

7. Soal Kognitif Siklus II 139

8. Tryout Angket Aktivitas Siswa 117

9. Angket Aktivitas Siswa 141

10. Pedoman Penilaian Angket Aktivitas Siswa 143

11. Indikator Observasi Aktivitas Siswa 145

12. Kisi-Kisi Penyusunan Angket aspek Afektif 149

13. Angket Tryout Penilaian Aspek Afektif 151

14. Angket Penilaian Aspek Afektif 153

15. Pedoman Penilaian Aspek Afektif 155

Lampiran III. Data Hasil Penelitian

16. Daftar Nama Siswa Kelas VIIIG SMP Negeri 4 Surakarta 159

17. Daftar Kelompok Siswa Kelas VIIIG SMP Negeri 4 Surakarta 160

18. Perhitungan Validitas Isi 160

19. Wawancara Pra Siklus 161

20. Analisis Tryout Kognitif 162

21. Hasil Kognitif Siklus I 163

22. Hasil Kognitif Siklus II 165

23. Hasil Tes Kognitif Siswa Tiap Indikator Kompetensi 167

24. Analisis Angket Tryout Aktivitas Belajar Siswa 168

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

25. Analisis Observasi Aktivitas Belajar Siswa PraSiklus 169

26. Analisis Penilaian Angket Aktivitas Belajar Siswa Prasiklus 171

27. Hasil Penilaian Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus I 173

28. Hasil Penilaian Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus II 175

29. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I 177

30. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II 179

31. Analisis Tryout Afektif 181

32. Hasil Tes afektif Siklus I 182

33. Hasil Tes afektif Siklus II 184

34. Hasil Angket Afektif Siswa untuk tiap Indikator 186

Lampiran IV. Dokumentasi

35. Gambar Pelaksanaan Penelitian

1) Siklus I 187

2) Siklus II 188

Lampiran V. Perijinan

Surat Ijin Research/Penelitian 189

Surat Pengantar Ijin Menyusun Skripsi 190

Surat Ijin Menyusun Skripsi 200

Surat Keterangan Selesai Penelitian 201

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses belajar mengajar penggunaan metode yang tepat dalam

menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui serta

memahami segala sesuatu yang diajarkan oleh guru, sehingga melalui tes hasil

belajar dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa. Melalui pembelajaran

yang tepat, siswa diharapkan mampu memahami, menguasai materi ajar sehingga

prestasi belajar siswa meningkat dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari

prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar adalah cermin dari

pengetahuan, keterampilan, dan sikap di mana dalam KTSP sering disebut sebagai

kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor.

Pada kenyataannya, saat ini masih banyak pendidik yang belum

menerapkan pembelajaran yang mengacu pada KTSP. Pembelajaran TCL

(Teacher Centered Learning) masih sering diterapkan dalam proses belajar

mengajar di kelas dengan alasan pembelajaran TCL praktis dan tidak banyak

menyita waktu. Guru hanya menyajikan materi secara teoritik dan abstrak

sedangkan siswa pasif, siswa hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas.

Akibatnya siswa menjadi kurang aktif dalam memecahkan masalah, partisipasi

rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar

tidak efisien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.

Pembelajaran IPA adalah mata pelajaran yang wajib di Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Salah satu pokok bahasan pembelajaran IPA di SMP adalah zat

adiktif dan psikotropika yang merupakan salah satu pokok bahasan dalam

pelajaran IPA yang penting untuk dipelajari karena berhubungan erat dengan

kehidupan sehari-hari, bersifat informatif, memerlukan pemahaman dan hafalan

yang cukup dari siswa. Untuk itu diperlukan cara yang mudah dalam

penyampaian materi zat adiktif dan psikotropika agar siswa lebih aktif dan tidak

merasa jenuh.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Prestasi belajar siswa untuk pelajaran IPA khususnya pada pokok bahasan

zat adiktif dan psikotropika masih relatif rendah, seperti halnya di SMP Negeri 4

Surakarta. KKM pelajaran IPA untuk tahun 2011 yakni 75. Namun, masih banyak

siswa yang nilainya dibawah KKM. Hal tersebut ditunjukkan pada tabel 1 tentang

persentase ketuntasan siswa pada ulangan harian pokok bahasan Zat Adiktif dan

Psikotropika tahun pelajaran 2010/2011.

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Siswa pada Ujian Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran IPA Siswa Kelas VIII program RSBI Semester II SMP Negeri 4

Surakarta

( Dokumentasi SMP N 4 Surakarta)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Surakarta yang beralamat di

jalan DI. Panjaitan No. 14 Surakarta, merupakan salah satu sekolah Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Surakarta. Berdasarkan pengamatan di

kelas VIII G dan dari wawancara dengan salah satu guru IPA di sekolah tersebut

yakni Bu Pontjowati dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi

di SMP Negeri 4 Surakarta sebagai berikut :

1. Metode yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar masih dominan

menggunakan metode ceramah.

2. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi jarang digunakan khususnya

untuk mata pelajaran IPA.

3. Siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran IPA. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan sikap siswa yang kurang aktif bertanya dan ragu-ragu

menjawab bila diberikan pertanyaan ataupun soal dari guru. Adapun siswa

yang aktif hanya sebagian kecil.

4. Sudah ada fasilitas ruang komputer, LCD, namun penggunaannya belum

maksimal.

Tahun

Ajaran Kelas Semester KKM

Jumlah siswa Persentase

ketuntasan

siswa Di atas

KKM

Di bawah

KKM

2010/2011

VIII A

VIII B

VIII C

VIII D

II

II

II

II

75

75

75

75

5

10

14

9

15

11

7

12

25%

47,6%

66,67%

42,8%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

5. Salah satu materi pembelajaran yang masih sulit dipahami dan dikuasai siswa

adalah pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika, hal ini mengakibatkan

kurang maksimalnya prestasi hasil belajar siswa.

Dari permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab

rendahnya prestasi belajar IPA karena proses belajar mengajar masih berpusat

pada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar

mengajar tersebut.

Belajar adalah proses yang dilakukan individu untuk dirinya sendiri, tidak

ada orang lain yang dapat menggantikan kedudukannya sebagai subjek belajar.

Orang lain hanya dapat membantu proses belajar seseorang. Diskusi kelompok

yang dilaksanakan oleh siswa dapat menjadi pengalaman bermakna karena

memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah

melalui suatu proses yang memberi kesempatan berpikir, berinteraksi sosial serta

berlatih bersikap positif. Guru lebih banyak bersifat sebagai motivator untuk

memberikan motivasi dan memperkenalkan materi IPA dengan lebih menarik,

menyenangkan sehingga siswa termotivasi dalam mempelajarinya. Siswa

bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Siswa yang diberi

kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri akan

mempermudah siswa untuk mengerti pengajaran tersebut dan sulit untuk

melupakannya.

Upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMP Negeri 4 Surakarta

salah satunya dapat dilakukan dengan metode pembelajaran konstruktivis. Abdul

Qadeer Soomro, dkk (2010) dalam jurnalnya menyatakan bahwa siswa yang

diberi metode pembelajaran konstruktivis menggunakan model learning cycle 5E

prestasi belajarnya meningkat bila dibandingkan dengan metode pembelajaran

tradisional.

Dalam pembelajaran konstruktivis siswa secara aktif membangun

pengetahuan mereka sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses

masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran

merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif.

Dalam kerja mental siswa, guru memegang peranan penting dengan cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

memberikan dukungan, tantangan berpikir, melayani sebagai pelatih atau model,

namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran (Von Glaserfelt dalam Paul

Suparno, 1997:62).

Permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan di atas merupakan

masalah desain dan strategi pembelajaran kelas yang penting dan mendesak untuk

dipecahkan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action

Research (CAR) yang berorientasi pada perbaikan kualitas pembelajaran

(Suharsimi Arikunto, 2006: 2). Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti dan guru

dapat melihat sendiri praktik pembelajaran dan dapat melakukan penelitian

terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Peneliti

dan guru secara refleksi dapat menganalisis dan mensintesis terhadap apa yang

dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan penelitian tindakan

kelas, pendidik dapat memperbaiki praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih

efektif ( Sarwiji Suwandi, 2008: 12).

Pemilihan metode pembelajaran konstruktivis model learning cycle 5E

berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dengan alasan metode tersebut

akan sangat membantu untuk mengatasi kejenuhan dan kepasifan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash

dilengkapi LKS dapat digunakan dalam pembelajaran IPA pada pokok

bahasan zat adiktif dan psikotropika?

2. Apakah pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash

dilengkapi LKS tepat digunakan dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan

zat adiktif dan psikotropika?

3. Apakah pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash

dilengkapi LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok

bahasan zat adiktif dan psikotropika?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

4. Apakah pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash

dilengkapi LKS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok

bahasan zat adiktif dan psikotropika?

5. Bagaimana penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan

macromedia flash dilengkapi LKS pada pokok bahasan zat adiktif dan

psikotropika?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu

diberikan batasan masalah. Berdasar latar belakang masalah dan identifikasi

masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada :

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta semester

genap tahun ajaran 2011/2012

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah metode

pembelajaran konstruktivis model Learning Cycle 5E

3. Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan adalah macromedia flash dan LKS

4. Materi Pelajaran

Materi pelajaran dibatasi pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika

5. Aktivitas

Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas siswa dalam belajar kimia yang

meliputi visual activities, oral activities, writing activities dan listening

activities (Paul B. Diedrich dalam Sardiman, A.M 1994 : 99).

6. Penilaian

Sistem penilaian yang dilakukan meliputi aspek kognitif dan aspek afektif.

Nilai aspek kognitif diperoleh dari tes siklus I dan tes siklus II. Sedangkan

penilaian aspek afektif didasarkan pada angket yang diisi oleh siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah serta untuk memperjelas

permasalahan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia

flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok

bahasan zat adiktif dan psikotropika?

2. Apakah penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia

flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok

bahasan zat adiktif dan psikotropika?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan

macromedia flash dilengkapi LKS dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa

pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.

2. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan

macromedia flash dilengkapi LKS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberi informasi penerapan pembelajaran Learning Cycle

5E pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dapat dilihat dari hal-hal berikut :

a. Manfaat bagi Inovasi Pembelajaran

Meningkatkan kualitas atau memperbaiki proses pembelajaran serta

dapat meningkatkan pendekatan, metode, dan gaya pembelajaran yang

sebelumnya telah dilakukan oleh guru khususnya pada pokok bahasan zat

adiktif dan psikotropika.

b. Manfaat bagi Pengembangan Kurikulum di Tingkat Sekolah/ Kelas

Hasil dari penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan salah satu

masukan penting dalam pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

kelas. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas ini, guru akan memiliki

pemahaman yang lebih baik terhadap teori dan pemikiran yang melandasi

reformasi kurikulum karena ia mengalami secara empirik implementasi dari

teori dan pemikiran yang abstrak itu di dalam kelas.

c. Manfaat Bagi Pengembangan Profesi Guru

Penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan profesionalisme guru

dalam proses pembelajaran. Melalui penelitian ini guru dituntut untuk

memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan proses pembelajaran yang

baru.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Konstruktivis

Konstruktivis adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri (Von Glaserfelt dalam Paul

Suparno, 1997:18). Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan,

bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam

belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat

pengetahuan yang lebih tinggi (Slavin, 1994)

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka

sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar

dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mental

aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam kerja mental

siswa, guru memegang peranan penting dengan cara memberikan dukungan,

tantangan berpikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetap

merupakan kunci pembelajaran (Von Glaserfelt dalam Paul Suparno, 1997:62).

Piaget adalah salah satu pioner yang menggunakan filsafat konstruktivis

dalam proses belajar. Piaget menyatakan bahwa anak membangun sendiri

skemanya serta membangun konsep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya.

Piaget membedakan perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat taraf,

yaitu (1) taraf sensori motor, (2) taraf pra-operasional, (3) taraf operasional

konkrit, dan (4) taraf operasional formal. Walaupun ada perbedaan individual

dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi Piaget mengasumsikan bahwa seluruh

siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun

pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan

kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif

berinteraksi dengan lingkungan.

Antara teori Piaget dan kostruktivis terdapat persamaan yaitu terletak pada

peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu

8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa-siswanya (Woolfolk

dalam Yusuf, 2007) dan membantu siswa menghubungkan antara apa yang sudah

diketahui siswa dengan apa yang sedang dan akan dipelajari (Abruscato dalam

yusuf, 2007). Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan

konstruksi pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan

terdahulu. Persepsi yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan persepsi

baru. Siswa menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru

berdasar realitas yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa.

Ada tiga prinsip yang mengambarkan konstruktivisme : (a) seseorang tidak

pernah benar-benar memahami dunia sebagaimana adanya karena tiap orang

membentuk keyakinan atas apa yang sebenarnya, (b) keyakinan/pengetahuan yang

sudah dimiliki seseorang menyaring atau mengubah informasi yang diterima

seseorang, (c) siswa membentuk suatu realitas berdasar pada keyakinan yang

dimiliki, kemampuan untuk bernalar, dan kemauan siswa untuk memadukan apa

yang mereka yakini dengan apa yang benar-benar mereka amati (Abruscato dalam

Yusuf, 2007).

2. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

Learning Cycle merupakan model pembelajaran sains yang berbasis

konstuktivistik. Model ini dikembangkan oleh J. Myron Atkin, Robert Karplus

dan Kelompok SCIS (Science Curriculum Improvement Study), di Universitas

California, Berkeley, Amerika Serikat sejak tahun 1967 (Dean Zollman & N.

Sanjay Rebello, 1998: 1).

Thomas E. Lauer (2003: 518) menuturkan Learning Cycle pada mulanya

terdiri dari tiga tahap yaitu exploration, concept introduction, dan concept

application (E-I-A). Tiga tahap tersebut saat ini berkembang menjadi lima tahap

yang dikenal dengan nama Learning Cycle 5E (engagement, exploration,

explanation, elaboration/extention, dan evaluation). Hasil-hasil penelitian tentang

penerapan Learning Cycle 5E menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa tentang

sains menjadi lebih baik, konsep diingat lebih lama, meningkatnya kemampuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

bernalar, dan keterampilan proses menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan

pendekatan pembelajaran tradisional.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam model pembelajaran Learning

Cycle 5E oleh Anthony W. Lorsbach (2002) dijelaskan sebagai berikut:

a) Tahap Engagement. Pada tahap ini guru menyiapkan atau mengondisikan

siswa untuk belajar, membangkitkan minat siswa pada pelajaran, dan

melakukan tanya jawab dalam mengeksplorasi pengetahuan awal siswa.

b) Tahap Exploration. Pada tahap ini siswa bekerja sama dalam kelompok-

kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru tanpa

pengajaran langsung dari guru. Siswa mempelajari konsep sendiri dari

berbagai sumber yang dimiliki dan mendiskusikan dengan teman

kelompoknya. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator.

c) Tahap Explanation. Tahap ini merupakan tahap diskusi klasikal. Pada

tahap ini siswa menjelaskan konsep hasil temuan kelompoknya dengan

kata-kata mereka sendiri, menunjukkan bukti dan klarifikasi dari

penjelasan mereka, serta membandingkan argumen yang mereka miliki

dengan argumen dari siswa lain.

d) Tahap Elaboration. Pada tahap ini siswa mengaplikasikan konsep yang

mereka dapatkan untuk menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah.

e) Tahap Evaluation. Evaluasi dapat dilakukan melalui pemberian tes (quiz)

atau open-ended question di akhir pembelajaran untuk mengetahui sejauh

mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari.

3. Media Pembelajaran Macromedia Flash

Dewasa ini, bahan ajar kimia merupakan salah satu sumber belajar yang

telah dikemas dalam berbagai bentuk, misalnya media cetak (buku teks, modul,

majalah atau jurnal ilmiah), rekaman audio visual, software komputer, dan lain-

lain.

Media komputer yang digunakan untuk menyampaikan materi zat adiktif

dan psikotropika menampilkan program macromedia flash player 8. Macromedia

flash merupakan suatu sofware paling populer saat ini dalam hal animasi yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dapat mewujudkan imajinasi dan daya khayal manusia yang tiada batas. Pokok

bahasan zat adiktif dan psikotropika dapat disajikan oleh software macromedia

flash. Untuk materi-materi yang bersifat konkret materi ini dapat disajikan dalam

bentuk audio visual yang berupa tampilan tulisan beserta suara penjelasan dari

materi yang ditampilkan, sedangkan materi-materi yang abstrak dapat disajikan

dalam bentuk animasi. Flash biasanya menyertakan suara animasi dalam bentuk

MP3.

Seperti media maupun metode yang lain, media komputer memiliki

kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari media komputer antara lain:

a. Mengelola siswa untuk mencoba hal-hal baru tanpa takut salah.

b. Memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan masing-masing.

c. Siswa dapat belajar lebih efektif.

d. Membantu pengembangan sosialisasi dan sikap siswa secara positif.

e. Dapat membantu kemajuan siswa lebih cermat.

Sedangkan keterbatasan penggunaan media komputer antara lain:

a. Relatif masih tetap lebih mahal, sehingga biaya pemanfaatan komputer

dalam pembelajaran masih diperhitungkan.

b. Rancangan dan produksi software untuk tujuan pendidikan masih relatif

sedikit.

c. Sedikit sekali materi pelajaran yang dirancang menggunakan komputer.

d. Merancang materi pelajaran menggunakan komputer dapat dapat

menambah beban pekerjaan si perancang.

e. Kreativitas mungkin hanya terpaku pada pembelajaran yang disajikan

komputer sehingga respon siswa yang kreatif dan hakiki terbaikan.

(Tresna Sastrawijaya, 1988:166-167).

Menurut Oemar Hamalik (1989: 17) komputer merupakan salah satu

teknologi canggih yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara

cermat, cepat, dan dengan hasil yang akurat. Proses pembelajaran membutuhkan

peran komputer karena komputer bukan saja berfungsi sebagai alat bantu, namun

juga dapat sebagai bagian dari metode pembelajaran itu sendiri. Sebagai sebuah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

metode pembelajaran, komputer dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa

terhadap mata pelajaran tertentu. Selain itu, komputer sendiri dapat berfungsi

sebagai salah satu sumber informasi, dengan demikian dapat menjadi sumber

belajar bagi siswa. Komputer sebagai alat yang dapat menerima informasi,

diterapkan untuk prosedur pemprosesan informasi, dan memberikan hasil

informasi baru dalam bentuk yang digunakan oleh pemakai.

Penggunaan komputer hanyalah untuk membantu siswa dalam memahami

konsep pelajaran, sedangkan penyelesaian soal tetap diserahkan pada kemampuan

siswa. Teknis penggunaan komputer sebagai media pembelajaran ini dilakukan

dalam ruang kelas, dimana siswa melihat tampilan bahan ajar melalui LCD

proyektor.

4. Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Ada beberapa definisi Lembar Kerja Siswa dari para ahli antara lain:

(1) Djago Tarigan (1990: 47), menyebutkan LKS dapat digunakan dalam

membahas sesuatu pokok bahasan. LKS adalah lembaran-lembaran yang

berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang

terprogram. Di dalam lembaran tersebut terdapat informasi dan instruksi dari

guru kepada siswa supaya siswa dapat mengerjakan sendiri suatu aktifitas.

(2) Puslata (2007: 1) mengemukakan bahwa LKS adalah materi ajar yang

dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi

tersebut secara mandiri.

Menurut Arief S. Sadiman (2007: 93), Media LKS merupakan alat

bantu yang bertujuan untuk membantu siswa dalam menghadapi kesulitan

dalam belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran media LKS merupakan

salah satu kelompok media cetak. Salah satu media LKS yang saat ini masih

digunakan sebagai pedoman guru dan siswa dalam proses pembelajaran

adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa adalah sebuah buku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

yang berisi ringkasan materi untuk memperkaya, memperdalam dan

mengembangkan buku pokok.

Lembar kerja Siswa berisi tentang ringkasan materi, tugas- tugas dan

evaluasi. Ringkasan dimaksudkan untuk menyegarkan ingatan siswa

terhadap pokok bahasan yang disampaikan. Tugas dimaksudkan untuk

memantapkan penguasaan terhadap pokok bahasan yang dipelajari. Evaluasi

dimaksudkan untuk menguji tingkat penguasaan siswa terhadap materi suatu

bahasan.

Sedangkan dalam Sosialisasi KTSP (2007: 8) dijelaskan bahwa

beberapa pengertian LKS yaitu :

a) Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-

lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

b) Lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk

menyelesaikan suatu tugas.

c) Tugas-tugas yang yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori

dan atau praktik.

Berdasarkan pengertian LKS yang sudah disebutkan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa LKS adalah suatu lembar kegiatan yang berisi

petunjuk atau arahan dari guru kepada siswa agar dapat melaksanakan

kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. LKS

mempunyai peran yang cukup penting dalam mengefektifkan proses belajar

mengajar dan diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami konsep

materi pelajaran secara mandiri.

b. Pengembangan dan Pemanfaatan LKS dalam Pembelajaran

Apabila guru menggunakan lembar kerja sebagai sarana pembelajaran

maka lembar kerja tersebut harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.

Suatu lembar kerja haruslah memenuhi berbagai persyaratan, diantaranya: 1)

susunan sistematis, 2) terarah kepada pencapaian tujuan pembelajaran, 3)

tegas, jelas, mudah dipahami siswa, 4) mengembangkan kreativitas siswa,

dan 5) produknya dapat dinilai (Djago Tarigan, 1990: 47).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Beberapa hal mengenai pengembangan dan pemanfaatan LKS dalam

pembelajaran: (1) Siswa akan mendapat uraian materi, tugas dan latihan

yang berkaitan dengan materi yang diberikan. (2) Desain untuk LKS harus

memperhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, dan kejelasan. (3)

Langkah-langkah dalam pengembangan LKS, yang meliputi: a) penentuan

tujuan instruksional, b) pengumpulan materi, c) penyusunan elemen, d) cek

dan penyempurnaan (Puslata, 2007: 1).

Menurut Chaerun Anwar (2007: 3) menyebutkan bahwa guru dapat

menentukan target pembelajaran yang bisa dicapai atau perubahan perilaku

siswa yang bisa diungkap serta sikap mental yang bisa dibentuk melalui

pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran IPA Lembar Kerja Siswa

berfungsi antara lain :

1. Sebagai alternatif guru untuk mengarahkan pembelajaran atau

memperkenalkan sesuatu kegiatan tertentu misalnya konsep, prinsip,

atau skill.

2. Mempercepat proses pembelajaran dan menghemat waktu penyajian

suatu topik.

3. Memudahkan penyelesaian tugas perorangan dan kelompok.

4. Meringankan kerja guru dalam memberi bantuan perorangan atau

remidi.

5. Mengoptimalkan media pembelajaran yang terbatas.

6. Membangkitkan minat siswa.

Dalam penelitian ini LKS dibuat untuk meningkatkan pemahaman

siswa melalui latihan-latihan soal. Slameto (2010: 87) mengemukakan

bahwa mengerjakan soal/tugas/latihan dan mengulang bahan pelajaran dapat

mempengaruhi hasil belajar. LKS berperan untuk melengkapi materi yang

disajikan setelah menggunakan macromedia flash dan sebagai bahan latihan

untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi zat adiktif dan

psikotropika.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

5. Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari kata “prestasi” dan “belajar”. Menurut Zainal

Arifin (1991: 2) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”,

kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha.

Dalam kamus bahasa Indonesia, arti dari prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Menurut Winkel (1991: 52) bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan yang

dicapai. Jadi hasil prestasi belajar menunjukkan tingkat keberhasilan seorang

siswa dalam proses belajar. Hasil belajar merupakan hal penting dalam proses

belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan seseorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang telah

dilaksanakan. Dengan demikian jika prestasi belajar siswa itu tinggi dapat

dikatakan bahwa proses belajar mengajar itu berhasil. Menurut Piaget dalam

Dimyati dan Moedjiono (1991: 14) proses pembelajaran terdiri dari empat

langkah yaitu: 1) menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri, 2)

memilih atau mengembangkan aktivitas belajar di kelas dengan topik tersebut, 3)

mengetahui kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang

menunjang suatu proses pemecahan masalah dan 4) menilai pelaksanaan tiap

kegiatan, memperhatikan keberhasilan serta melakukan revisi.

Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1988: 32) bahwa hasil atau

prestasi belajar dapat dibedakan menjadi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Mengenai prestasi belajar dalam penelitian ini, aspek yang diukur

yaitu :

a. Aspek Kognitif

Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait pada

percobaan yang dilakukan (Mulyati Arifin, 1995: 24). Untuk aspek

pengetahuan evaluasi dapat dilakukan melalui tes lisan maupun tertulis yang

relevan dengan materi pokok tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Menurut Mulyati Arifin (1995: 24) menyatakan bahwa aspek kognitif

dapat berupa pengetahuan dan keterampilan intelektual yang meliputi produk

ilmiah dan proses ilmiah. Produk ilmiah meliputi fakta-fakta, konsep-konsep,

prinsip-prinsip, generalisasi, teori dan penerapannya dalam kehidupan sehari-

hari. Sedangkan proses ilmiah meliputi pengamatan, pemahaman, aplikasi,

analisis dan evaluasi.

b. Aspek Afektif

Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, derajat

penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Evaluasi aspek afektif dalam

hal ini digunakan penilaian kecakapan hidup meliputi kesadaran diri,

kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial dan kecakapan akademik.

6. Aktivitas Belajar

Dalam proses belajar mengajar, aktivitas peserta didik merupakan hal yang

sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses belajar mengajar

yang ditempuh memperoleh hasil yang optimal.

Dalam belajar sangat diperlukan keaktifan, karena menurut Sardiman A.M

(1994: 94) “pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah

tingkah laku. Jadi melakukan kegiatan”. Sehingga tidak ada belajar kalau tidak

ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas diperlukan dalam proses belajar mengajar.

Pada umumnya peserta didik telah berusaha untuk belajar. Akan tetapi kadar

keaktifannya dalam belajar secara efektif kurang. Adapun kekurangaktifan peserta

didik belajar secara efektif menurut Tabrani Rusyan, et al (1994: 128-129) dapat

disebabkan antara lain oleh:

a. Hasil belajar yang digunakan pada umumnya hanya sampai tingkat

penguasaan. Para siswa pada umumnya belajar dengan menghafal saja.

Apabila telah hafal, maka siswa telah merasa cukup. Padahal dalam

belajar, hasil belajar tidak hanya dinyatakan dalam penguasaan saja tapi

juga perlu adanya penggunaan dan penilaian.

b. Sumber belajar yang digunakan pada umumnya hanya terbatas pada guru

dan satu-dua buku. Hal ini perlu dipertanyakan siswa apakah siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

mencatat penjelasan dari guru dengan efektif dan apakah satu-dua buku

itu dikuasainya dengan baik. Jika tidak, aktivitas belajar siswa kurang

optimal karena kurangnya sumber belajar yang digunakan.

c. Guru dalam mengajar kurang merangsang aktivitas belajar siswa secara

optimal. Sebagai contoh pada umumnya guru mengajar hanya dengan

menggunakan metode ceramah. Hal ini juga ditunjang oleh kurangnya

penguasaan dan keterampilan guru dalam menggunakan metode-metode

lain yang lebih bervariasi.

Rosseau dalam Sardiman, A.M (1994: 96) mengemukakan bahwa “segala

pengetahuan itu harus diperoleh dari pengamatan sendiri, pengalaman sendiri dan

penyelidikan sendiri”. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus

aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran maka

proses belajar mengajar tidak mungkin terjadi. Lebih lanjut Montessori dalam

Sardiman, A.M (1994: 96) menegaskan bahwa “anak-anak itu memiliki tenaga–

tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri, pendidik akan berperan

sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya”.

Dari dua pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa yang lebih banyak melakukan

aktivitas dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri sedangkan pendidik

hanya memberikan bimbingan dan merencanakan kegiatan untuk anak didiknya.

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa dalam kegiatan belajar siswa harus aktif sendiri.

Dengan kata lain dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas

belajar itu tidak akan berlangsung dengan baik.

Dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas

yang bersifat fisik maupun mental. Dalam belajar, kedua aktivitas tersebut harus

selalu terkait. Sebagai contoh, seseorang sedang belajar dengan membaca. Secara

fisik terlihat bahwa orang tadi membaca, tapi mungkin pikirannya tidak tertuju

pada buku yang sedang dibaca, kalau sudah demikian belajar itu tidak akan

optimal. Atau ada seseorang yang berpikir tentang sesuatu ide, tapi tidak dengan

aktivitas fisik misalnya dituangkan dalam tulisan atau disampaikan pada orang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

lain, maka ide atau pemikirannya tidak ada gunanya. Dengan demikian jelas

bahwa aktivitas itu dalam arti luas baik yang bersifat fisik maupun mental.

Aktivitas belajar siswa pada penelitian ini dibatasi pada aktivitas siswa

dalam belajar kimia yang diukur melalui observasi langsung terhadap setiap siswa

dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas.

Aktivitas belajar menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman, A.M (1994: 99)

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya membaca, memperhatikan

gambar, melakukan demonstrasi atau praktikum dan percobaan.

2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi.

3. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, tugas

dan mencatat.

4. listening activities, sebagai contoh menguraikan, percakapan, diskusi,

musik, pidato

Jadi dalam proses belajar mengajar guru harus dapat membangkitkan

aktivitas siswa dalam bertindak maupun berpikir. Dengan aktivitas siswa maka

pelajaran akan menjadi lebih berkesan, dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan

lagi dalam bentuk yang berbeda, misalnya bertanya, mengajukan pendapat,

melaksanakan tugas dan lain-lain. Bila siswa menjadi partisipan yang aktif maka

ia akan memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baik sehingga proses

belajar mengajar yang ditempuh akan memperoleh hasil yang optimal.

1. Zat Adiktif dan Psikotropika

a. Pengertian Zat Adiktif

Zat adiktif adalah bahan atau obat yang jika kita masukkan kedalam tubuh,

maka akan menimbulkan efek tertentu dan mengakibatkan kecanduan (adiksi)

atau keinginan untuk menggunakan secara terus-menerus. Hal itu terjadi karena

zat adiktif mengandung bahan kimia tertentu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

b. Pengelompokan Zat Adiktif

Secara umum Zat adiktif digolongkan kedalam narkotika, psikotropika,

dan zat adiktif lainnya atau sering disebut dengan NAPZA.

1) Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan

kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

a) Penggolongan Narkotika

(1) Opioda

Opioda adalah nama golongan zat yang memiliki khasiat mirip morfin.

Dalam bidang kedokteran, zat ini dimanfaatkan terutama sebagai analgesik

(penghilang rasa nyeri). Opioda alami berasal dari getah yang keluar dari kotak

biji tanaman Papaver somniferum yang belum masak. Getah ini disebut opium.

Didalam opium terkandung morfin, kodein dan tebain. Opioda digolongkan

menjadi tiga golongan, yaitu :

(a) Opioda alami, misalnya opium, morfin, kodein dan tebain.

(b) Opioda semi sintetis, yaitu opioda yang diperoleh dari bahan alami

dengan sedikit perubahan kimia, misalnya heroin dan hidromorfon.

(c) Opioda sintetis, misalnya meperidin, propoksefan, metadhon dan

levorfanol.

(2) Ganja

Ganja atau Mariyuana diperoleh dari tanaman Canabis sativa atau Canabis

indica. Ganja mengandung zat psikoaktif (zat yang dapat mempengaruhi mental,

emosi dan tingkah laku orang yang memakainya) yang disebabkan oleh zat kimia

yang dikandungnya yaitu THC (Delta 9 tetrahydrocannibinol). Kadar zat

psikoaktif tertinggi terdapat pada pucuk tanaman yang sedang berbunga. Dari

ganja diperoleh hashih, yaitu getah tanaman ganja yang dikeringkan dan dibentuk

berupa lempengan. Kadar zat psikoaktif dalam hashih dapat mencapai 15-30%.

Efek rasa dari penggunaan ganja adalah cenderung sangat santai, rasa gembira

berlebih, sering berfantasi, selera makan tinggi dan sensitif.

(3) Kokain

Kokain berasal dari tanaman koka (Erythroxylum coca) yang tumbuh di

Bolivia dan Peru. Kokain diisolasi dari daun koka, berupa kristal berwarna putih.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Kokain yang sering disalahgunakan biasanya dicampuri zat lain seperti gula.

Penyalahgunaan dapat melalui berbagai cara, seperti ditelan, disedot melalui

hidung, disuntik atau dirokok (Michael Purba, 2005:96-99). Efek rasa dari

pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar, kehilangan nafsu makan,

menambah rasa percaya diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.

b) Ciri Fisik Pengguna Narkotika

Secara fisik, pecandu narkotika dapat dikenali dengan beberapa ciri

sebagai berikut :

(1) Sering gelisah

(2) Badan kurus

(3) Pupil mata mengecil atau membesar

(4) Keluar air mata

(5) Sering berkeringat

(6) Badan lemas

(7) Sering mengantuk

(8) Tidak konsentrasi

c) Manfaat Narkotika Dalam Bidang Kedokteran.

Penggunaan obat-obat yang tergolong narkotika dalam bidang kesehatan

antara lain:

(1) Kokain digunakan sebagai penekan rasa sakit dikulit, digunakan untuk

anestesi (bius) khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan

(2) Kodein merupakan analgesik lemah. Kekuatannya sekitar 1/12 dari morfin.

Oleh karena itu, kodein tidak digunakan sebagai analgesik, tetapi sebagai

anti batuk yang kuat

(3) Morfin adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah. Morfin terutama

digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang hebat yang tidak dapat

diobati dengan analgetik non narkotika. Apabila rasa nyeri makin hebat

maka dosis yang digunakan juga makin tinggi. Morfin juga digunakan untuk

mengurangi rasa tegang pada penderita yang akan dioperasi.

(4) Heroin adalah obat bius yang sangat mudah membuat seseorang kecanduan

karena efeknya sangat kuat. Obat ini bisa ditemukan dalam bentuk pil,

bubuk dan juga dalam bentuk cairan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

(5) Methadone, saat ini methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan

ketergantungan opium. Antagonis opioid (analgetik narkotika) telah dibuat

untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid dan

digunakan sebagai analgesia bagi penderita rasa nyeri

(6) Meperidin (sering juga disebut petidin, demerol, atau dolantin), digunakan

sebagai analgesia. Obat ini efektif untuk terapi batuk dan diare. Daya kerja

meperidin lebih pendek dari morfin

(Michael Purba, 2005:96-99)

2) Psikotropika

Zat psikotropika adalah zat atau obat yang bukan narkotika yang bersifat

psikoaktif (memacu), melalui pengaruh yang selektif pada susunan syaraf pusat,

yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

a) Penggolongan Psikotropika

(1) Amfetamin

Amfetamin adalah stimulan susunan syaraf pusat seperti kokain, kafein

dan nikotin. Nama generik/turunan amfetamin adalah D-pseudo epinefrin.

Amfetamin disintesis pertama kali pada tahun 1887, tetapi baru dipasarkan

sebagai obat pada tahun 1932. Amfetamin dikenal juga dengan nama speed,

uppers, whiz, atau sulfat. Amfetamin sering digunakan untuk mengurangi berat

badan karena dapat menghilangkan rasa lapar. Amfetamin dibedakan menjadi dua

jenis yaitu:

(a) MDMA (metil dioksi metamfetamin) dikenal dengan nama ekstasi, inex

(b) Metamfetamin, dikenal dengan nama shabu (metamfetamin bekerja lebih lama

dibanding MDMA dan efek halusinasinya cukup kuat).

(2) Sedatif Hipnotik

Sedatif dan hipnotik adalah golongan zat yang dapat memberi efek

menenangkan dan kantuk. Ada berbagai golongan zat yang dimasukkan kedalam

sedatif-hipnotik, antara lain asam barbiturat dan benzodiazepin.

(a) Asam Barbiturat

Asam barbiturat disintesis pertama kali oleh Adolf van Bayer. Asam

barbiturat merupakan asam urat. Barbiturat tergolong depresan sususan syaraf

pusat. Dalam dosis kecil memberi efek menenangkan sedangkan dalam dosis

besar dapat menginduksi tidur. Pada dosis tinggi selain memberi efek sedasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

(menenangkan), barbiturat dapat menghambat pernapasan, menimbulkan

komplikasi jantung, tidur, koma dan kematian. Barbiturat banyak disalahgunakan

dengan nama pil koplo.

(b) Benzodiazepin

Benzodiazepin digunakan dalam bidang kedokteran untuk mengatasi

ansietas (rasa cemas), ketegangan, anti kejang atau untuk menimbulkan efek

sedasi. Dosis mematikannya tinggi, sehingga relatif lebih aman daripada sedatif-

hipnotik yang lain. Benzodiazepin yang sering disalahgunakan antara lain

nitrazapam (dumolid, mogadon), diazepam (valium dan pil Keluarga Berencana

(KB)), bromazepam dan flunitrazepam.

(c) Inhalansia dan solven

Zat yang digolongkan dalam inhalansia dan solven meliputi berbagai

senyawa organik yang berupa gas atau pelarut yang mudah menguap. Inhalansia

dan solven terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga dan kantor.

Contohnya yaitu perekat/lem, tinner, kloroform, freon, aseton dan bensin.

Pemakaian yang berlebihan dapat merusak berbagai organ tubuh, misalnya otak,

ginjal, paru, jantung dan sumsum tulang (Michael Purba, 2005:99-101).

b) Ciri Fisik Pengguna Psikotropika

Secara fisik, pecandu psikotropika dapat dikenali dengan beberapa ciri

sebagai berikut :

(1) Badan terlihat kurus dan tak bertenaga.

(2) Badan sering berkeringat dan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan

tubuh)

(3) Sering kejang-kejang dan nafas berdegup kencang

(4) Suhu badan tinggi

(5) Jantung tidak berfungsi dengan baik

(6) Denyut nadi sangat cepat, melebihi batas normal (>60 denyut/menit)

(7) Sering muntah

c) Manfaat Psikotropika Dalam Bidang Kedokteran

Penggunaan obat-obat yang tergolong psikotropika dalam bidang

kesehatan antara lain :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

(1) Asam barbiturat (pentobarbital dan secobarbitol) sering digunakan untuk

menghilangkan cemas sebelum operasi (obat penenang)

(2) Amfetamin (dan turunannya), digunakan untuk mengurangi depresi,

kecanduan alkohol, parkinson, hipotensi, kegemukan, keracunan zat

tertentu, menambah kewaspadaan, menghilangkan rasa kantuk dan lelah,

menambah keyakinan diri dan konsentrasi (Michael Purba, 2005: 99-101).

3) Zat Adiktif Lain

a) Penggolongan Zat Adiktif Lain

(1) Rokok

Rokok berasal dari daun tembakau yang dikeringkan dan dibentuk atau

hanya digulung dan dimasukkan kedalam pipa. Bila rokok dibakar akan

terjadi perubahan kimia.

(a) Zat Kimia yang Terkandung Dalam Rokok

Rokok merupakan salah satu zat adiktif. Didalam rokok terkandung zat-

zat yang berbahaya bagi tubuh. Kandungan bahan kimia yang terdapat pada

sebatang rokok terdapat pada Gambar 1.

ii)

Gambar 1. Kandungan Bahan Kimia dalam Rokok

(Sumber: Sugeng Y. I, dkk, 2011:32)

Dampak dari zat kimia yang terkandung dalam rokok dapat dilihat dalam Tabel 2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Tabel 2. Zat-zat kimia yang terdapat dalam rokok dan dampaknya terhadap

kesehatan

No Zat kimia Dampak bagi tubuh

1 Nikotin Menyebabkan kecanduan

Merusak jaringan otak

Menyebabkan darah lebih mudah membeku

Mengeraskan dinding arteri

2 Tar Membunuh sel dalam saluran udara dan paru-paru

Meningkatkan produksi lendir didalam paru-paru

3 Karbon

Monoksida

Mengikat hemoglobin sehingga darah kekurangan

oksigen yang dapat menyebabkan kematian

4 Bahan kimia

penyebab kanker

Memicu pertumbuhan kanker dalam tubuh

5 Bahan kimia

Pengganggu

(iritan)

Mengotori saluran udara dan kantung udara dalam

paru-paru

Menyebabkan batuk

Sumber: Nurul Kamilati, 2006: 64

(b) Penyakit yang Disebabkan oleh Rokok

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh rokok, diantaranya adalah: paru-

paru, iritasi saluran pernapasan, tekanan darah tinggi, kerusakan otot jantung

(jantung koroner), sesak nafas, batuk-batuk, kanker perut, kanker pankreas, dan

lain-lain. Organ-organ tubuh yang dapat mengalami gangguan akibat merokok

antara lain:

(1) Hidung yang merupakan indra penciuman menjadi kurang peka. Hal ini

karena adanya partikel-partikel panas yang terbawa oleh asap rokok

menempel pada rongga hidung.

(2) Mulut, gigi, dan lidah mengalami penurunan fungsi dan terjadi perubahan

fisik, misalnya gigi menjadi berwarna kuning dan bibir menjadi berwarna

kehitaman.

(3) Infeksi saluran pernafasan terjadi sebagai akibat dari asap yang dihisap dan

membawa partikel-partikel kecil yang menempel pada dinding saluran

pernafasan yang menyebabkan infeksi (radang tenggorokan)

(4) Kanker paru-paru menjadi ancaman terhebat bagi para perokok. Lendir

yang berlebihan akibat reaksi tubuh terhadap adanya zat asing (tar) masuk

pada paru-paru, menyebabkan batuk-batuk dan saluran bronkia meradang

yang disebut bronchitis. Bronkia adalah cabang pada paru-paru. Di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

samping itu, penyakit emphysema, juga mengancam jiwa perokok.

Penyakit emphysema adalah penyakit yang ditandai dengan rusaknya paru-

paru, yakni meningkatnya frekuensi nafas dan rasa nyeri luar biasa.

(5) Pengaruh nikotin dan karbon monoksida (CO), menyebabkan darah cepat

membeku, sehingga aliran darah dari dan ke jantung terhambat. Keadaan

ini menyebabkan jantung koroner, yang pada akhirnya dapat menyebabkan

pecahnya pembuluh darah (menyebabkan stroke).

(6) Gangguan lambung dan rahim, juga menjadi ancaman bagi perokok. Bayi

yang terlahir dari seorang ibu perokok, mempunyai kesehatan yang kurang

baik dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang bukan perokok

(Nurul Kamilati, 2006: 56).

Untuk mengetahui lebih jelas pengaruh rokok terhadap kesehatan tubuh

kita dapat dilihat pada gambar 2

Gambar 2. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan

(Sumber: Nurul Kamilati, 2006:65)

(c) Ciri Fisik Pengguna Rokok

Secara umum, para pecandu rokok dapat dikenali dari penampilan

fisiknya, diantaranya adalah:

(1) Bibir para perokok kebanyakan berwarna hitam. Hal ini karena adanya

reaksi dengan asap panas yang melalui organ tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

(2) Gigi para perokok berwarna kuning karena seringnya terkena nikotin,

sehingga email gigi rusak.

(3) Mata merah dan sering berair

(4) Sering batuk-batuk

(5) Kuku berwarna kuning (kotor)

(6) Mulut perokok biasanya berbau

(2) Minuman Keras (Alkohol)

Minuman keras meliputi seluruh jenis minuman yang mengandung alkohol

(nama kimianya etanol). Menurut catatan arkeologi, minuman beralkohol sudah

dikenal manusia sejak kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Di Indonesia, dikenal

beberapa minuman lokal yang beralkohol, misalnya brem, tuak, dan ciu. Alkohol

dapat dibuat melalui fermentasi (peragian) berbagai jenis bahan yang mengandung

gula, misalnya buah-buahan (seperti anggur dan apel), biji-bijian (beras dan

gandum), umbi-umbian (seperti singkong) dan madu.

(a) Penggolongan alkohol

Menurut peraturan Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan Departemen

Kesehatan, minuman keras dibagi kedalam tiga golongan berdasarkan kadar

alkohol didalamnya:

(1) Golongan A : Kadar alkohol 1-5%, misalnya bir.

(2) Golongan B : Kadar alkohol 5-20%, misalnya anggur.

(3) Golongan C : Kadar alkohol 20-45%, misalnya wiskey dan vodka

(Michael Purba, 2005: 93)

(b) Zat Kimia yang Terkandung dalam Minuman Keras

Minuman keras yang biasanya diminum para “pemabuk” didalamnya

terdapat suatu zat yang berbahaya bagi tubuh, yaitu alkohol. Sebenarnya alkohol

banyak memiliki manfaat bagi manusia, misalnya: sebagai desinfektan dan pelarut

pada produk kosmetik.

(c) Penyakit yang Disebabkan oleh Minuman Keras (alkohol)

Alkohol merupakan salah satu zat adiktif yang dapat mengakibatkan efek

ketagihan atau ketergantungan. Alkohol yang terkandung dalam minuman keras

dapat berbahaya bagi tubuh dan menimbulkan berbagai macam penyakit.

Diantaranya adalah kecanduan, kerusakan pada jaringan otak, gangguan perut dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

pencernaan, serta mempengaruhi fungsi kerja hati. Organ yang dapat mengalami

gangguan akibat penggunaan minuman keras antara lain:

(1) Fungsi otak terganggu yang menyebabkan kehilangan sistem koordinasi tubuh,

gangguan penglihatan, dan susah bicara. Jika penggunaan dicampur dengan

obat lain, dapat menyebabkan pingsan dan kejang-kejang.

(2) Fungsi kerja jantung tidak stabil dan denyut jantung berdegup keras.

(3) Produksi asam lambung meningkat dan menyebabkan terjadinya penyakit

maag kronis atau peradangan lambung (gastritis)

(4) Merusak organ hati yang berakibat pada mengerasnya hati karena tidak

berfungsi dengan baik, yang pada akhirnya dapat menyebabkan hepatitis

(cirrhosis)

(d) Ciri Fisik Pengguna Minuman Keras

Secara fisik, pecandu minuman keras dapat dikenali dengan beberapa ciri

sebagai berikut:

(1) Bola mata selalu bergerak. Hal ini karena adanya efek yang ditimbulkan

dari terganggunya sistem syaraf.

(2) Kesadaran menurun, selalu tampak gelisah, dan kadang-kadang menggigau

rahasia pribadi atau orang lain tanpa sadar.

(3) Cenderung menyendiri, termenung, dan berkhayal.

(4) Sering merasa gembira yang tidak wajar.

(5) Raut muka memerah dan terlihat tak terawat (kusut)

(6) Berbicara (tidak jelas) dan tidak terarah.

(7) Nafas para pecandu minuman keras, tercium aroma alkohol yang membuat

kita mual

(8) Badan menjadi lemah dan apabila berjalan akan terhuyung-huyung karena

sistem koordinasinya sudah tidak berfungsi dengan baik.

2) Manfaat Zat Adiktif Lain dalam Bidang Kedokteran

Penggunaan obat-obat yang tergolong zat adiktif lain dalam bidang

kesehatan antara lain:

(1) Pada dosis tertentu, nikotin yang terdapat pada rokok dapat digunakan

sebagai obat untuk memulihkan ingatan seseorang. Hal ini karena nikotin

dapat merangsang sensor penerima rangsangan di otak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

(2) Alkohol dapat membunuh kuman penyakit, sehingga biasanya digunakan

untuk membersihkan alat-alat kedokteran pada proses sterilisasi.

Berdasarkan efek yang ditimbulkan, narkotika, psikotropika, dan zat

adiktif lain (NAPZA) dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

1) Stimulan

Stimulan adalah zat yang merangsang sistem syaraf pusat sehingga

mempercepat proses-proses dalam tubuh, seperti meningkatnya detak jantung,

pernapasan dan tekanan darah. Stimulan membuat orang menjadi lebih siaga dan

menyembunyikan kelelahan. Contohnya antara lain kafein, nikotin, kokain, dan

amfetamin (shabu, ekstasi).

2) Depresant

Depresan menghasilkan aksi yang berkebalikan dengan stimulan.

Depresan menurunkan kesadaran terhadap dunia luar dan menidurkan. Depresan

memperlambat proses tubuh dan otak, seperti menurunkan tekanan darah, suhu

tubuh, detak jantung dan kontraksi otot. Depresan digunakan dalam bidang

kedokteran untuk terapi insomnia (sulit tidur) dan ketegangan. Contohnya alkohol

dan obat-obat penenang, seperti barbiturat, morfin, kodein, heroin.

3) Halusinogen

Halusinogen adalah zat yang dapat mempengaruhi sistem syaraf dan

menyebabkan halusinasi (berkhayal). Pengguna Zat ini mendengar atau melihat

sesuatu yang sebenarnya tidak nyata. Contohnya adalah LSD (Lysergic acid

diethyllamide), ganja (Michael Purba, 2005:86-87).

c. Dampak Penyalahgunaan Narkoba

1) Masalah Pribadi

Masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan narkoba pada pribadi

pengguna dapat berupa masalah fisik, masalah psikologis, dan masalah hukum.

a) Masalah fisik

Narkoba dapat merusak fungsi organ-organ tubuh pemakainya.

Masing-masing jenis narkoba mempunyai efek yang berbeda. Namun

secara umum, semua jenis zat adiktif merusak tubuh pemakainya.

b) Masalah hukum

Kasus yang terkait narkoba, mulai dari pemakai, pengedar, produsen

dan siapa saja yang berperan narkoba diancam hukuman yang sangat berat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Banyak negara yang menerapkan hukuman mati bagi pengedar

narkoba.(termasuk Indonesia)

c) Masalah psikologis/kecerdasan

Narkoba menurunkan kecerdasan, karena zat-zat tersebut

mengakibatkan kerusakan pada otak dan sistem syaraf. Meskipun dapat

disembuhkan, seorang pecandu akan kehilangan sebagian dari kemampuan

intelektualnya.

2) Masalah Keluarga

Narkoba membawa masalah serius bagi keluarga. Suatu keluarga yang

salah satu anggotanya menjadi pecandu akan menghadapi berbagai masalah, baik

masalah ekonomi, psikologis, maupun sosial. Pecandu memerlukan banyak uang.

Tidak mustahil dia menjual apa saja milik keluarganya untuk mendapatkan

narkoba. Keluarga menjadi terganggu dan malu terhadap lingkungan, serta dijauhi

masyarakat.

3) Masalah Masyarakat

Narkoba banyak menimbulkan masalah sosial antara pemakai dan

masyarakat disekitarnya, karena efek fisik maupun psikologis yang ditimbulkan.

Misalnya pencurian dan penganiayaan.

4) Masalah Negara

Negara sangat dirugikan oleh narkoba, bukan saja secara ekonomi, tetapi

juga karena kehilangan generasi penerus bangsa. Anak-anak muda yang

diharapkan menjadi pembangun, malah menjadi beban dan merusak kemajuan

bangsa.

d. Cara Menghindarkan Diri dari Narkoba

Meskipun narkoba yang mencakup narkotika, psikotropika, dan zat adiktif

mempunyai kegunaan, tetapi zat-zat tersebut tidak boleh digunakan secara

sembarangan. Berdasarkan hal tersebut, maka sebaiknya kita menghindarkan diri

dari narkoba, karena hal tersebut akan mencegah kita dari pengaruh buruk yang

disebabkan oleh narkoba. Adapun cara-cara untuk menghindarkan diri dari

narkoba antara lain:

1) Memahami akibat dari pengaruh negatif yang ditimbulakn dari pemakaian

narkoba.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

2) Mencari informasi-informasi mengenai para pecandu narkoba yang dapat

kita jadikan sebagai pelajaran yang berharga, sehingga kita tidak

mendekati dan mencoba menggunakan narkoba.

3) Memahami ancaman hukum yang dijatuhkan pada para bandar (penjual),

pengedar, dan pemakai atau pengguna narkoba, yaitu terdapat pada

Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-

Undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

4) Menjauhkan diri dari pergaulan yang tidak sehat, yakni pergaulan yang

menjurus kearah penggunaan narkoba dan perilaku sex bebas

5) Memperkuat keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa, agar segala kegiatan

dapat lebih terkontrol dan selalu menuju kearah kebaikan.

B. Penelitian yang Relevan

1. Liu, T.-C.,Peng,H.,Wu,W.-H.,& Lin,M.-S. (2009: 344-358). Dalam jurnalnya

yang berjudul The Effects of Mobile Natural-science Learning Based on the

5E Learning Cycle di sekolah dasar di Taiwan dalam pelajaran IPA

menunjukan bahwa model siklus belajar 5E dapat meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman ilmiah siswa.

2. Abdul Qadeer Soomro, dkk. (2010: 18). Dalam jurnalnya yang berjudul

Teaching Physics through Learning Cycle Model: An Experimental Study.

Menunjukan bahwa siswa SMP yang diberi metode siklus belajar 5E proses

belajar mengajar memberikan hasil yang meningkat dibanding dengan

metode pengajaran tradisional.

C. Kerangka Berpikir

Ilmu Kimia sebagai salah satu bagian dari pelajaran IPA yang diberikan di

sekolah menengah pertama seringkali menjadi momok bagi sebagian siswa. Hal

ini dikarenakan ilmu kimia merupakan ilmu yang baru mereka kenal dan bersifat

abstrak sehingga tidak cukup mudah untuk dipahami. Selain itu, metode

pembelajaran yang seringkali digunakan para guru di sekolah adalah metode

ceramah sehingga semakin membuat siswa tidak tertarik dengan ilmu kimia,

bosan dan pada akhirnya tidak paham terhadap materi yang diajarkan guru mereka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

di kelas. Siswa SMP yang merupakan anak didik usia remaja muda memiliki

karakteristik suka berkelompok dan kebutuhan mengaktualisasikan diri yang

tinggi, maka perlu kiranya dilaksanakan sebuah metode yang dapat melibatkan

siswa secara aktif dalam PBM yang sekaligus memberikan kesempatan bagi siswa

untuk dapat berinteraksi dengan siswa lainnya.

Sebagian besar pembelajaran IPA yang dilakukan di SMP Negeri 4

Surakarta masih menggunakan metode ceramah, sehingga siswa tidak ikut terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Guru kurang mengoptimalkan

penggunaan media dalam pembelajaran. Akibat dari kebiasaan tersebut siswa

menjadi kurang aktif dalam memecahkan masalah, partisipasi rendah, kerja sama

dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar tidak efisien dan pada

akhirnya prestasi belajar menjadi rendah.

Salah satu pokok bahasan pembelajaran IPA kelas VIII semester genap

SMP Negeri 4 Surakarta adalah zat adiktif dan psikotropika. Pokok bahasan zat

adiktif dan psikotropika yang merupakan salah satu pokok bahasan dalam

pelajaran IPA yang penting untuk dipelajari karena pokok bahasan tersebut

berhubungan erat dengan kehidupan dan pergaulan siswa sehari-hari, bersifat

informatif, memerlukan pemahaman yang cukup dari siswa dan banyak berisi

hafalan. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah

metode pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash dan

dilengkapi dengan LKS.

pembelajaran Learning Cycle 5E merupakan model pembelajaran yang

berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 5 tahap belajar yaitu engagement,

exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Dalam model ini terdapat

Diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yakni pada tahap exploration,

hal ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan

memecahkan suatu permasalahan khususnya yang menyangkut tentang materi zat

adiktif dan psikotropika.

Macromedia flash digunakan pada tahapan awal model Learning Cycle 5E

agar siswa tertarik dan keaktifan diri siswa timbul. Penggunaan Macromedia flash

sebagai media pembelajaran adalah tampilannya yang menarik dan disertai video

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

mengenai penggunaan zat adiktif dan psikotropika sehingga merangsang siswa

untuk berfikir dan berdiskusi. Disamping itu, gambar yang ditampilkan juga akan

mempermudah siswa dalam memahami pokok bahasan zat adiktif dan

psikotropika.

Sedangkan media cetak yang dapat digunakan adalah Lembar Kegiatan

Siswa (LKS) yang merupakan suatu lembar kerja yang berisi soal-soal tentang

pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika. LKS digunakan untuk mencari

penyelesaian dari permasalahan yang ada serta dapat mengukur kemampuan siswa

dengan menggunakan latihan soal yang ada di dalamnya.

Dari uraian di atas, diduga bahwa penggunaan model learning cycle 5E

dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. Skema kerangka

berpikir dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Kerangka Berpikir

Kondisi

Awal

Guru

Belum menerapkan

model learning cycle 5E

berbantuan macromedia

flash dilengkapi LKS

Siswa

aktivitas dan

prestasi belajar

siswa masih rendah

Tindakan

Menerapkan model

learning cycle 5E

berbantuan macromedia

flash dilengkapi LKS

Siklus I

Menerapkan tahapan-

tahapan pada model

learning cycle 5E

dengan dibantu oleh

macromedia flash

Siklus II

Memperbaiki tahapan

yang dirasa kurang

pada siklus I .

Kondisi

Akhir

Diduga melalui

penerapan model

learning cycle 5E

berbantuan macromedia

flash dilengkapi LKS

dapat meningkatkan

aktivitas dan prestasi

belajar siswa materi zat

adiktif dan psikotropika

aktivitas dan prestasi

belajar siswa belum

sesuai target yang

diharapkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dikemukakan

hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia

flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa materi zat

adiktif dan psikotropika

2. Penerapan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia

flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa materi zat

adiktif dan psikotropika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 4 Surakarta yang

beralamat di jalan DI. Panjaitan no. 14 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 pada

bulan Februari - Desember 2012 yang dilakukan secara bertahap. Adapun tahap –

tahap pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

a. Tahap persiapan meliputi persiapan dan perencanaan terdiri dari observasi

awal, pengajuan judul, permohonan ijin serta penyusunan instrumen.

Jangka waktu yang dibutuhkan 3 bulan yaitu bulan Februari sampai dengan

bulan April 2012.

b. Tahap Pelaksanaan, yaitu kegiatan penelitian di lapangan. Jangka waktu

yang diperlukan 2 bulan yaitu mulai bulan April – Mei 2012.

c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi analisis data dan penyusunan laporan.

Jangka waktu yang dibutuhkan 6 bulan yaitu bulan Juli hingga bulan

Desember 2012.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII G semester genap SMP Negeri

4 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Pemilihan subjek dalam penelitian ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa subjek kelas tersebut mempunyai

permasalahan yang telah teridentifikasi pada saat observasi awal. Penggunaan

metode dan media yang telah dirancang diharapkan dapat diterapkan pada siswa

kelas VIII G semester genap SMP Negeri 4 Surakarta. Objek penelitian ini adalah

aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dan prestasi belajar siswa terhadap

pembelajaran yang diterapkan.

C. Metode Penelitian

Pada dasarnya desain penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research) yang bersifat praktis dengan tujuan utama untuk

34

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran yang sehari-hari dialami oleh

guru dan siswa dimana pelaksanaannya dilakukan dalam kawasan kelas atau

sekolah tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif karena sumber data langsung berasal dari

permasalahan yang dihadapi guru atau peneliti dan data deskriptif berupa kata-

kata atau kalimat. Solusi dari permasalahan tersebut dirancang berdasarkan kajian

teori pembelajaran dan input dari lapangan. Adapun rancangan solusi merupakan

tindakan berupa penerapan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan

macromedia flash dilengkapi LKS dalam pengajaran materi zat adiktif dan

psikotropika. Agar diperoleh hasil yang maksimal, cara penerapan pembelajaran

learning cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dilakukan

melalui tindakan siklus dalam setiap pembelajarannya, maksudnya adalah cara

penerapan pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia flash pada

siklus pertama sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran siklus kedua,

hanya saja refleksi terhadap setiap pembelajaran berbeda tergantung pada fakta

dan interpretasi data yang ada. Prosedur dan langkah yang digunakan dalam

melaksanakan penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis

dan Mc Taggart dalam Kasihani Kasbolah (2001: 63-65) yaitu berupa model

spiral.

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data informasi tentang

keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif berupa

data hasil observasi, wawancara, kajian dokumen atau arsip dengan berpedoman

pada lembar pengamatan dan pemberian angket yang menggambarkan proses

pembelajaran di kelas. Aspek kuantitatif yang dimaksud adalah hasil penilaian

belajar dari pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika berupa nilai yang

diperoleh siswa dari tes kognitif, tes aspek afektif, dan tes angket aktivitas siswa

terhadap pembelajaran baik siklus I maupun siklus II.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data utama yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi:

a. Pengamatan

Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta

secara pasif. Pengamatan ini dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan

kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengamatan dilakukan oleh peneliti

dengan mengambil tempat duduk paling belakang. Dalam posisi itu peneliti

dapat lebih leluasa melaksanakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran.

b. Wawancara atau Diskusi

Wawancara atau diskusi dengan guru dilakukan setelah melakukan

pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan untuk

memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika. Dari

hasil wawancara, pengamatan dan kajian dokumen yang telah dilakukan maka

dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan

pembelajaran pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.

Dalam kegiatan diskusi itu peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: (1)

mengemukakan catatan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam

proses KBM sesuai dengan fokus penelitian, (2) mengemukakan segi-segi

kelebihan dan kekurangan guru dalam penerapan pembelajaran yang telah

direncanakan, (3) menyamakan persepsi antara guru dan peneliti tentang hal-

hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran zat adiktif

dan psikotropika. Dengan kata lain, pada akhir setiap kegiatan diskusi

disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk

meningkatkan keefektifan penerapan pembelajaran konstruktivisme learning

cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS sehingga dapat

meningkatkan aktivitas dan ketuntasan belajar siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

c. Kajian Dokumen

Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada

seperti kurikulum, rencana pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi

pelajaran.

d. Angket

Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang

berkaitan dengan proses belajar mengajar pada pokok bahasan zat adiktif dan

psikotropika. Angket diberikan pada akhir penelitian tindakan. Dengan

menganalisis informasi yang diperoleh dari angket tersebut, maka dapat diketahui

ada tidaknya peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kimia pokok

bahasan zat adiktif dan psikotropika.

Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup. Responden atau siswa

memberikan jawabannya dengan memilih salah satu jawaban yang telah tersedia

di dalam angket. Penyusunan angket diawali dengan pembuatan kisi-kisi angket.

Konsep alat ukur tersebut berisi variabel dan indikator yang disusun sesuai dengan

tujuan penilaian angket. Indikator yang telah disusun kemudian dijadikan sebagai

acuan untuk membuat item-item yang tertulis di dalam angket.

Penyusunan angket menggunakan skala Likert yaitu dengan menggunakan

rentang mulai dari pernyataan sangat positif sampai pernyataan sangat negatif,

alternatif pilihan jawaban yang diberikan adalah sangat setuju (SS), setuju (S),

tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) (Depdiknas, 2003: 20). Teknik

penilaian angket menggunakan skala Likert disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Teknik Penilaian Angket

Pernyataan Sangat

Setuju

Setuju Tidak

Setuju

Sangat Tidak

Setuju

Pernyataan Positif 4 3 2 1

Pernyataan Negatif 1 2 3 4

e. Uji Kompetensi

Uji kompetensi dilaksanakan di akhir siklus dan bertujuan untuk

mengetahui implikasi dari tindakan yang telah diberikan dalam proses

pembelajaran terhadap penguasaan konsep materi dan hasil belajar siswa pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika. Dengan kata lain, uji kompetensi

disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa. Uji

kompetensi dilaksanakan dua kali yaitu di akhir siklus I dan di akhir siklus II.

Target ketuntasan pada siklus I 70% dan 80% pada siklus II. Sedangkan untuk

variabel aktivitas dalam proses pembelajaran, target pencapaian serta instrumen

penilaiannya disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Variabel Aktivitas Belajar yang Dinilai, Target Pencapaian dan

Instrumen Penilaiannya

Aspek Indikator

Target (%) Instru

ment Siklus

I

Siklus

II

Oral

activities

Siswa bertanya jika ada hal yang

kurang jelas kepada guru. 50% 60%

Lembar

observasi

dan

angket

Siswa menjawab pertanyaan yang

diajukan guru tanpa ditunjuk. 50% 60%

Siswa aktif berdiskusi untuk

memecahkan masalah yang

diberikan oleh guru.

70% 80%

Siswa memberikan ide/gagasan

untuk memecahkan masalah

dalam diskusi kelompok.

70% 80%

Visual

activities

Siswa memberikan perhatian

selama presentasi kelompok. 70% 80%

Siswa mengamati penjelasan

tambahan dari guru di papan tulis. 70% 80%

Listening

activities

Siswa mendengarkan penjelasan

dari guru. 70% 80%

Siswa mendengarkan penjelasan

dari teman yang sedang

presentasi.

60% 70%

Writing

Activities

Siswa menulis hasil pemecahan

masalah dalam diskusi. 75% 85%

Siswa mencatat penjelasan dari

guru. 70% 80%

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu instrumen

pembelajaran dan instrumen penilaian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

1. Instrumen Pembelajaran

a. Silabus

Silabus yang digunakan dalam penelitian adalah silabus yang telah disusun

oleh sekolah.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti dan disetujui

guru dengan tujuan agar pelaksanaan PBM dapat terstruktur dengan baik.

2. Instrumen Penilaian

a. Instrumen Penilaian Kognitif

Dalam penelitian ini digunakan bentuk tes objektif untuk penilaian

kognitif. Adapun langkah pembuatan tes terdiri dari: (1) membuat kisi-kisi

soal tes, (2) menyusun soal tes dan (3) mengadakan uji coba tes (tryout).

Tes objektif yang digunakan sebagai instrumen terdiri dari 25 butir soal.

Sebelum tes digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, tes

diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tes tersebut

telah memenuhi persyaratan tes yang baik yaitu dalam hal validitas,

reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Uji coba instrumen tes

dilakukan pada siswa yang telah memperoleh pelajaran kimia pokok bahasan

zat adiktif dan psikotropika yaitu kelas VIII A SMP Negeri 4 Surakarta Tahun

Ajaran 2011/2012.

1) Validitas Tes

Suatu alat ukur dikatakan valid bilamana alat ukur tersebut isinya

sesuai untuk mengukur objek yang seharusnya diukur. Validitas yang diuji

dalam penelitian ini adalah validitas butir soal dan validitas isi.

a). Validitas butir soal

Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang

dimiliki oleh satu butir soal. Dalam penelitian ini bentuk soal yang

digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Jenis data yang diperoleh dari

hasil uji coba adalah jenis data dikotomi (pada pilihan ganda skor benar =

1 dan salah = 0) maka rumus yang harus digunakan adalah korelasi point

biserial. Depdiknas (2009: 14) menerangkan bahwa untuk menghitung

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial sebagai

berikut:

Keterangan : rpbis : koefisien korelasi point biserial

Mp : rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi

item yang dicari validitasnya

Mt : rerata skor total

St : standar deviasi dari skor total

p : proporsi siswa yang menjawab benar

q : proporsi siswa yang menjawab salah (q= 1-p)

Kriteria pengujian

Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel

Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel

Kriteria validitas suatu tes (rxy) adalah sebagai berikut :

0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)

0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)

0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)

0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)

>0,00 ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)

Keterangan : rpbi bernilai 0,00 memberikan arti tidak adanya

korelasi.

Koefisien korelasi biserial (rxy) menunjukkan validitas item dari

suatu butir soal yang selanjutnya disebut sebagai rhitung. Taraf signifikan

yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5%. Item dikatakan valid bila

harga rhitung ≥ rtabel.

Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui

harga kritik (rtabel) sebesar 0.444. Untuk jenis soal kognitif dilihat dari uji

validitas soal, untuk soal dengan jumlah 30 soal, kriteria soal valid

sebanyak 25 butir soal sedangkan 5 butir soal invalid sehingga harus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

ditiadakan. Maka jumlah soal yang digunakan untuk tes kognitif pada

siklus I dan siklus II masing-masing adalah 25 soal.

b) Validitas Isi

Validitas isi adalah kecocokan di antara isi alat ukur (tes) dengan isi

sasaran ukur. Artinya alat ukur yang memiliki validitas isi yang baik

adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang

seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum

dalam kurikulum.

Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas isi memenuhi

syarat atau tidak, digunakan formula Gregory dimana diperlukan 2

panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir

instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-

masing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya.

Formula Gregory adalah sebagai berikut:

Content Validity (CV) : DCBA

D

Keterangan :

A = jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis

B = jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan

menurut panelis II

C = jumlah item relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut

panelis II

D = jumlah item relevan menurut kedua panelis

Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat

dilanjutkan.

(Gregory, 2007: 123)

Validitas isi menunjukan nilai CV = 1,00. Hal ini berarti isi alat

ukur (tes) telah memenuhi syarat karena CV > 0,700. Adapun

perhitungan menggunakan rumus Gregory dapat dilihat di lampiran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2) Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek

yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama

pada waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk

obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR 20) yaitu sebagai

berikut :

Keterangan :

: koefisien realibilitas

n : jumlah item

S : deviasi standar

p : indeks kesukaran

q : 1-p

Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :

0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)

0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)

0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)

0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)

>0,00 ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)

Depdiknas (2009: 16)

Untuk jenis soal kognitif dilihat dari uji reliabilitas soal, nilai koefesien

reliabilitas tes untuk 30 soal kognitif adalah 0,820 dengan kriteria tinggi.

3) Taraf Pembeda Soal Suatu Item

Taraf pembeda suatu item adalah taraf sampai di mana jumlah jawaban

benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari

siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai) untuk suatu

item (Depdiknas, 2009: 11). Perbedaan jawaban benar dari siswa tergolong

kelompok atas dan bawah disebut Daya Pembeda (DP).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

D = JA

BA-

JB

BB

Keterangan :

DP : Daya Pembeda

BA : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong

kelompok atas

BB : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong

kelompok bawah

JA : jumlah siswa yang tergolong kelompok atas

JB : jumlah siswa yang tergolong bawah

Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :

0,71─ 1,00 : Baik sekali

0,41 ─ 0,70 : Baik

0,21 ─ 0,40 : Cukup

0,00 ─ 0,2 : Jelek

Bertanda negatif : Item yang bersangkutan daya pembedanya jelek

sekali

Hasil tryout instrumen penelitian untuk uji daya pembeda soal pada

aspek kognitif dengan jumlah soal 30 butir soal, kriteria soal baik sebanyak 23

butir soal, kriteria cukup sebanyak 2 butir soal dan kriteria jelek sebanyak 5

butir soal.

4) Taraf Kesukaran Suatu Item

Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang

menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan

indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan

hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang

seharusnya diperoleh dari suatu item.

P = JS

B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Keterangan :

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab benar

JS : Jumlah peserta

Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :

0,71 ─ 1,00 : Mudah

0,31 ─ 0,70 : Sedang

0,00 ─ 0,30 : Sukar

(Depdiknas, 2009: 9)

Hasil tryout instrumen penelitian untuk uji taraf kesukaran soal pada

aspek kognitif dengan jumlah soal 30 butir soal, kriteria soal mudah sebanyak

13 butir soal, kriteria sedang sebanyak 2 butir soal dan kriteria soal sukar

sebanyak 5 butir soal.

b. Instrumen Penilaian Afektif

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk memperoleh nilai afektif

siswa pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika. Kemampuan afektif

merupakan bagian dari hasil belajar. Keberhasilan pembelajaran pada ranah

kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif peserta didik.

Spesifikasi instrumen afektif dibagi kedalam lima ranah yaitu: sikap, minat,

konsep diri, nilai dan moral. Langkah pertama penyusunan instrumen afektif yaitu

menentukan definisi konseptual yang berasal dari teori-teori yang diambil dari

buku teks. Selanjutnya mengembangkan definisi operasional berdasarkan

kompetensi dasar yang bisa diukur. Definisi operasional kemudian dijabarkan

menjadi sejumlah indikator.

Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus

menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan jawaban

dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang sudah disediakan. Penyusunan

item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam

menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

alternatif jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor untuk angket ini

digunakan skala Likert dengan rentang skor 1 sampai 4 untuk item yang mengarah

pada jawaban positif.

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut

diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui

kualitas item angket.

1) Uji Validitas Skala

Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus product

moment sebagai berikut :

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)

X : hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya

Y : kriteria yang dipakai

N : jumlah subyek

Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel

Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel

Kriteria validitas suatu tes (rxy ) adalah sebagai berikut :

0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)

0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)

0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)

0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)

Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)

Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui

harga kritik (rtabel) sebesar 0,413. Untuk jenis soal afektif dilihat dari uji

validitas soal, untuk soal dengan jumlah sebanyak 40 soal, kriteria soal valid

sebanyak 35 butir soal sedangkan 5 butir soal invalid.

2) Uji Reliabilitas

Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat

memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas

suatu butir soal yang menghendaki gradualisasi penilaian digunakan penilaian

rumus alpha (digunakan untuk mencari realibilitas yang skornya bukan 1 atau

0) yaitu sebagai berikut :

rtt = α =

Keterangan :

rtt : koefisien realibilitas instrumen

N : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

ΣSi2 : jumlah kuadrat S tiap-tiap item

St2

: kuadrat dari S total keseluruhan item

St = 221XXN

N

Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :

0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)

0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)

0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)

0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)

>0,00 ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)

(Syaifuddin Azwar, 2009: 87)

Untuk jenis soal afektif dilihat dari uji reliabilitas soal, nilai koefesien

reliabilitas tes untuk 40 soal afektif adalah 0,91 dengan kriteria tinggi.

c. Angket Aktivitas Siswa

Angket aktivitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana keaktifan

siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil angket ini digunakan sebagai

salah satu sumber penentuan aktivitas siswa selain dari hasil observasi.

Spesifikasi instrumen aktivitas siswa dibagi kedalam empat aspek yaitu:

oral activities, visual activities, listening activities, dan writing activities.

Langkah pertama penyusunan instrumen angket aktivitas yaitu menentukan

definisi selanjutnya mengembangkan definisi operasional kemudian

dijabarkan menjadi sejumlah indikator. Definisi konseptual, definisi

2

2

11

t

i

S

S

N

N

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

operasional dan indikator untuk setiap aspek keaktifan dapat dilihat pada

lampiran. Angket ini diisi siswa secara langsung setelah seluruh proses belajar

selesai dilaksanakan di dalam kelas. Dalam menjawab pertanyaan, siswa

hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah

disediakan. Pemberian skor untuk angket keaktifan digunakan skala 1 sampai

4.

Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui harga

kritik (rtabel) sebesar 0,413. Perhitungan uji validitas dan reliabilitas sama

dengan angket afektif. Untuk jenis soal angket aktivitas siswa dilihat dari uji

validitas soal, untuk soal dengan jumlah sebanyak 20 soal, kriteria soal valid

sebanyak 17 butir soal sedangkan 3 butir soal invalid. Untuk jenis soal angket

aktivitas dilihat dari uji reliabilitas soal, nilai koefesien reliabilitas tes untuk

20 soal afektif adalah 0,85 dengan kriteria tinggi.

d. Lembar Observasi Siswa dalam PBM

Lembar observasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

disusun berdasarkan indikator yang dinilai dan diisi secara objektif pada saat

proses belajar mengajar berlangsung.

F. Analisis Data

Analisis dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai sejak awal

sampai berakhirnya pengumpulan data. Hal ini penting karena akan membantu

peneliti dalam mengembangkan penjelasan dari kejadian atau situasi yang

berlangsung di dalam kelas yang diteliti. Data-data dari hasil penelitian di

lapangan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Teknik analisis

kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1995: 16-19) yang

dilakukan dalam tiga komponen yaitu 1) reduksi data, 2) penyajian data dan 3)

penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlanjut terus sesudah penelitian

sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data meliputi penyeleksian data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

melalui ringkasan atau uraian singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang

lebih luas sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang

merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai

dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-

masing siklus.

Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat

keteraturan dan penggolongan data. Data terkumpul disajikan secara sistematik

dan perlu diberi makna. Selanjutnya untuk mempermudah verifikasi dan analisis

data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang ada, diidentifikasi

secara khusus pada tiap-tiap siklus pembelajaran.

Adapun model analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang

disajikan dalam gambar 4 di bawah ini.

Pengumpulan Data

Sajian DataReduksi Data

simpulan dan Verifikasi

Gambar 4. Skema Analisis Data (Miles dan Huberman, 1995: 20)

G. Pemeriksaan Validitas Data

Data yang telah berhasil diperoleh, dikumpulkan, dan dicatat dalam

pelaksanaan tindakan, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Cara

pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benar-benar sesuai dan tepat

untuk menggali data yang diperlukan. Teknik yang diperlukan untuk memeriksa

validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi yaitu teknik

pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, yaitu

observasi. Menurut Lexy J. Moleong dalam Sarwiji Suwandi (2008: 69),

triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yang melakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

pengawasan atau observan. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan

adalah triangulasi metode. Teknik triangulasi metode dilakukan dengan

mengumpulkan data tetap dan mengumpulkan data yang berbeda-beda. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui teknik

observasi, wawancara, kajian dokumen atau arsip, angket, dan tes prestasi.

Adapun skema dari pemeriksaan validitas data yang digunakan dapat

dilihat pada gambar 5 di bawah ini.

Data

Wawancara/ Arsip

Observasi

Tes/ Angket

Sumber Data

Gambar 5. Skema Pemeriksaan Validitas Data (Lexy J. Moleong, 1995: 179)

H. Prosedur Penelitian

Prosedur dan langkah yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini

mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam

Kasihani Kasbolah (2001: 63-65) yaitu berupa model spiral. Perencanaan Kemmis

menggunakan sistem spiral reflektif diri yang dimulai dengan rencana tindakan

(planing), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 117), kegiatan ini disebut dengan satu siklus

kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-

tanda perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan

pada sikus kedua dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas. Berikut pemaparan

tentang hal-hal yang dilakukan dalam tiap-tiap langkah tersebut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

a. Observasi untuk mendapatkan gambaran awal mengenai keadaan belajar

mengajar khususnya mata pelajaran IPA pokok bahasan zat adiktif di SMP

Negeri 4 Surakarta.

b. Mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanan pembelajaran.

2. Tahap Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Menyusun serangkaian kegiatan yang berupa pelaksanaan tindakan yaitu

penerapan pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia flash

dilengkapi LKS pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika;

b. Menyusun instrumen penelitian meliputi lembar observasi atau

pengamatan aktivitas siswa, soal tes kognitif, angket aspek afektif maupun

keaktifan siswa selama pembelajaran.

3. Tahap Tindakan (Acting)

Tindakan yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki masalah. Kegiatan

yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain:

a. Menyelenggarakan tes awal berupa angket keaktifan untuk mengetahui

keadaan awal siswa;

b. Melaksanakan PBM sesuai langkah-langkah yang telah disusun dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran;

c. Melakukan kegiatan pemantauan proses pembelajaran melalui observasi

langsung;

d. Menyelenggarakan evaluasi untuk mengukur prestasi siswa;

e. Melakukan modifikasi berupa perbaikan atau penyempurnaan alternatif

tindakan apabila aktivitas dan prestasi belajar masih kurang memuaskan.

4. Tahap Observasi (Observing)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses observasi adalah:

a. Pengumpulan data;

b. Sumber data;

c. Critical friend dalam penelitian;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

d. Analisis data.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam observasi adalah sebagai

berikut:

a. Pelaksanaan pengamatan dilakukan baik oleh guru maupun peneliti

sendiri;

b. Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi;

c. Mendiskusikan dengan guru maupun dosen (sebagai critical friend)

terhadap hasil pengamatan setelah proses pembelajaran selesai;

d. Membuat kesimpulan hasil pengamatan.

Sedangkan langkah-langkah evaluasi dalam penelitian sebagai berikut:

a. Menyiapkan alat-alat evaluasi;

b. Melaksanakan evaluasi setelah proses pembelajaran selesai;

c. Melaksanakan analisis hasil evaluasi;

d. Kriteria keberhasilan tindakan.

5. Tahap Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang

terjadi pada siswa, suasana kelas, dan guru. Langkah-langkah dalam kegiatan

analisis dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Menganalisis tanggapan siswa pada lembar angket;

b. Mencocokkan pengamatan oleh guru pada lembar monitoring. Apabila hasil

pengamatan ternyata siswa mengikuti pelajaran dengan antusias yaitu siswa

aktif, perhatian siswa tertuju pada pelajaran, siswa merespon dan terjadi

komunikasi multi arah maka metode pembelajaran yang dilaksanakan

dinyatakan menarik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dari data hasil refleksi, baik keberhasilan maupun kegagalan dalam

pelaksanaan tindakan dapat diketahui, maka peneliti dengan guru mengadakan

diskusi untuk mengambil kesepakatan menentukan tindakan perbaikan berikutnya

(siklus II) dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Adapun

prosedur penelitian secara skematis dapat dilihat pada gambar 6.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Gambar 6. Skema Prosedur Penelitian

Rencana Tindakan I

Observasi

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan I

Rencana Tindakan Siklus

II

Refleksi

Observasi Pelaksanaan Tindakan II

Permasalahan

Belum Terselesaikan

Terselesaikan

Siklus Berikutnya

Siklus I

Siklus II

Terselesaikan

Belum Terselesaikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Keterlibatan dan penguasan konsep siswa dalam proses kegiatan belajar

mengajar dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan dari kualitas

pembelajaran. Keterlibatan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran akan

mampu menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan berpusat pada siswa,

dimana siswa tidak hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek dalam proses

pembelajaran. Keaktifan siswa ini selanjutnya mendukung keberhasilan siswa

dalam mencapai ketuntasan belajar, karena dengan terlibat aktif baik secara fisik,

emosional dan mental, siswa akan lebih mampu memahami materi yang sedang

dipelajari. Hal ini akan berdampak pada penguasaan konsep siswa yang

ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang mencapai nilai batas tuntas.

Data hasil wawancara dengan guru dan observasi awal yang telah

dilaksanakan pada tanggal 2 April 2012 dan 6 April 2012 di kelas VIII G SMP

Negeri 4 Surakarta menunjukkan bahwa masih rendahnya aktivitas siswa pada

saat pembelajaran berlangsung. Identifikasi lebih lanjut diketahui bahwa proses

belajar mengajar yang dilakukan oleh guru masih menggunakan metode ceramah

dengan memberikan contoh-contoh yang menguatkan tentang materi tersebut,

sehingga interaksi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa masih kurang.

Pada saat pembelajaran siswa hanya diam, siswa yang belum paham

materi lebih memilih bertanya kepada teman daripada bertanya kepada guru.

Siswa cenderung bertanya kepada teman dikarenakan siswa tidak percaya diri jika

harus bertanya kepada guru. Siswa yang lain hanya mendengarkan ceramah dari

guru dan lama-kelamaan siswa cenderung bosan kemudian melakukan aktivitas

selain belajar seperti asyik bermain dengan teman sebangku dan mengobrol. Guru

berusaha merangsang aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan mengadakan

tanya jawab. Pemberian tugas rumah kepada siswa juga dilakukan guru untuk

membuat siswa belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Hasil observasi aktivitas pra siklus yang dilaksanakan pada tanggal 23

April 2012 menunjukkan masih rendahnya aktivitas siswa pada saat proses

pembelajaran. Hasil angket dan observasi aktivitas belajar siswa pra siklus

disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Angket dan Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus Per

Indikator

Aspek Indikator Capaian

Persentase (%) Observasi Angket

Oral activities

(Martinis Yamin,

2007:84 dan

Sardiman, 2010).

Siswa bertanya jika ada hal yang kurang

jelas kepada guru.

41,30 66,85

Siswa menjawab pertanyaan yang

diajukan guru tanpa ditunjuk.

40,22 64,13

Siswa aktif berdiskusi untuk

memecahkan masalah yang diberikan

oleh guru.

63,04 73,91

Siswa memberikan ide/gagasan untuk

memecahkan masalah dalam diskusi

kelompok.

57,61 69,57

Visual activities

(Sardiman, 2010:

101).

Siswa memberikan perhatian selama

presentasi kelompok.

58,70 71,74

Siswa mengamati penjelasan tambahan

dari guru di papan tulis.

59,78 74,46

Listening

activities

(Sardiman, 2010:

101).

Siswa mendengarkan penjelasan dari

guru.

60,87 78,80

Siswa mendengarkan penjelasan dari

teman yang sedang presentasi.

58,70 70,11

Writing Activities

(Sardiman, 2010:

101).

Siswa menulis hasil pemecahan masalah

dalam diskusi.

56,52 68,48

Siswa mencatat penjelasan dari guru. 57,61 76,09

Rata-rata 55,43 71,41

Aktivitas belajar siswa kelas VIII G pada tabel tahap prasiklus berdasarkan

hasil lembar observasi masih rendah, dengan rata-rata capaian untuk setiap

indikator 55,43%, berdasarkan hasil angket menunjukan hasil yang cukup

meningkat yakni 71, 41%. Perhitungan rata-rata pencapaian indikator antara hasil

lembar observasi dan hasil angket terdapat perbedaan persentase. Perbedaan hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

dapat terjadi karena perbedaan sudut pandang dalam mencari informasi mengenai

aktivitas belajar siswa.

Berdasarkan analisis data pra siklus tentang kondisi awal, maka perlu

dilakukan tindakan dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII

G SMP Negeri 4 Surakarta. Tindakan tersebut berupa penerapan metode learning

cycle 5E berbantuan macromedia flash dan dilengkapi LKS pada kegiatan belajar

mengajar pada materi pokok zat adiktif dan psikotropika. Metode ini sangat sesuai

untuk meningkatkan aktivitas siswa karena selalu melibatkan siswa dalam

kegiatan belajar mengajar. Selain itu, metode learning cycle 5E dapat

meningkatkan kerjasama antar siswa. Metode ini mengharuskan semua siswa ikut

aktif dalam semua aktivitas kegiatan belajar mengajar.

B. Deskripsi Siklus I

1. Perencanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru melakukan kajian terhadap

silabus sekolah dan RPP yang sebelumnya telah disusun oleh guru. Silabus

tersebut disusun oleh sekolah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.

Silabus SMP Negeri 4 Surakarta selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.

Dalam silabus tersebut, alokasi waktu untuk menyampaikan materi zat adiktif dan

psikotropika adalah 5 jam pelajaran dan metode yang sebelumnya direncanakan

oleh guru pada materi pokok zat adiktif dan psikotropika adalah metode studi

pustaka dan latihan soal. Peneliti dan guru bersama-sama mengkaji silabus dari

sisi kegiatan pembelajaran atau pengalaman belajar yang nantinya akan dialami

siswa.

Berdasarkan hasil kajian di atas, peneliti dan guru kemudian mengganti

metode studi pustaka dengan metode learning cycle 5E yang dilengkapi media

macromedia flash dan LKS, diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran melalui pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar yang

dimaksud adalah siswa dapat mengkaji dan mendiskusikan materi yang

ditampilkan pada flash serta latihan soal yang terdapat pada LKS.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Selain melakukan kajian silabus dan RPP, guru dan peneliti mengkaji

materi yang terdapat pada buku pegangan siswa sebagai dasar penyusunan LKS.

Sub pokok bahasan yang terdapat pada buku IPA kimia pegangan siswa meliputi:

(1) Pengertian zat adiktif dan penggolongannya, (2) Kandungan zat adiktif dan

dampaknya, (3) Ciri fisik orang pecandu NAPZA, (4) Manfaat NAPZA dalam

bidang kedokteran, dan (5) Cara-cara menghindarkan diri dari pengaruh NAPZA.

Penerapan desain pembelajaran learning cycle 5E berbantuan

macromedia flash dilengkapi LKS dialokasikan 5 jam pelajaran. Pada siklus I,

proses pembelajaran direncanakan dua kali pertemuan yaitu 1 x 40 menit dan 2 x

80 menit. Media flash yang digunakan berisi video yang akan dilihat dan LKS

berisi latihan soal yang dikerjakan siswa secara berdiskusi dengan metode

learning cycle 5E.

Instrumen yang digunakan sebagai alat evaluasi prestasi belajar adalah

soal tes aspek kognitif. Instrumen ini telah diujicobakan pada siswa kelas VIII A

SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Instrumen yang telah

diujicobakan kemudian dianalisis untuk mengetahui kelayakannya sebagai alat

evaluasi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 25 soal objektif sebagai tes kognitif

yang akan digunakan sebagai evaluasi pada siklus I dan siklus II.

Instrumen lain yang digunakan adalah angket aspek afektif dan angket

aktivitas siswa yang sebelumnya juga telah ditryoutkan. Untuk pengamatan proses

pembelajaran juga dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa berdasarkan

lembar observasi yang telah disesuaikan dengan kisi-kisi.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan oleh peneliti, kemudian

diterapkan di kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I mulai dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2012.

Pembelajaran ini menggunakan metode pembelajaran konstruktivis learning cycle

5E dengan media macromedia flash serta dilengkapi dengan LKS. Pembelajaran

dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun peneliti dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

disetujui oleh guru mata pelajaran IPA. Berdasarkan rancangan pembelajaran

yang telah disusun, pelaksanaan pembelajaran materi zat adiktif dan psikotropika

di kelas VIII G membutuhkan 3 jam pelajaran atau 3 x 40 menit dan 2 jam

pelajaran untuk uji kompetensi.

Pada pertemuan pertama kompetensi yang akan dicapai adalah

mendeskripsikan sifat pengaruh zat adiktif dan psikotropika. Sebelum memulai

pembelajaran, guru memberikan informasi kepada siswa tentang pembelajaran

learning cycle 5E yang akan dilaksanakan. Tahapan-tahapan pada model learning

cycle 5E dimulai dari tahap Engagement, pada tahap ini guru menggali

pengetahuan awal siswa tentang materi zat adiktif dan psikotropika serta melihat

sejauh mana pemahaman awal siswa. Selanjutnya tahap Exploration, pada tahap

ini siswa dibagi dalam lima kelompok yang telah ditentukan guru dan langsung

diminta untuk mengatur posisi duduk sesuai dengan kelompok masing-masing.

Jumlah siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta tahun ajaran 2011/2012

adalah 23 siswa, sehingga tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Selanjutnya guru

membagikan LKS pada tiap siswa, kemudian siswa diberi kesempatan untuk

menyaksikan video pada flash yang telah diberikan kepada masing-masing

kelompok. Setelah itu, guru meminta siswa mengerjakan soal yang ada pada LKS,

siswa dapat membaca buku teks, mencari di internet untuk menemukan informasi

yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah. Guru memantau dan

membimbing siswa serta mengingatkan agar siswa aktif selama diskusi. Tahap

Explanation, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka,

sedangkan kelompok lain menanggapi jika terdapat penjelasan yang kurang sesuai

dengan pendapat mereka. Guru berperan dalam memotivasi siswa agar tidak

sungkan mengemukakan pendapat mereka. Tahap Elaboration, siswa kembali ke

kelompoknya dan mendiskusikan soal pemecahan masalah yang ada pada LKS.

Siswa yang telah selesai mengerjakan dapat mempresentasikan hasil jawabannya.

Guru meminta perwakilan dari satu kelompok sedangkan siswa lain mengkritisi

sambil membandingkan dengan jawaban yang mereka miliki. Tahap Evaluation,

guru memberi pertanyaan untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi zat

adiktif dan psikotropika.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

3. Observasi Tindakan Siklus I

Dari pengamatan, terlihat semua siswa merasa antusias melakukan

kegiatan ini, mereka terlihat aktif ketika berdiskusi ataupun saat menanggapi

jawaban teman yang sedang presentasi di depan kelas, beberapa siswa masih

belum berperan aktif secara keseluruhan khususnya pada saat diskusi kelompok,

masih ada siswa yang bercanda dengan siswa lain sehingga kurang mengetahui

apa yang disampaikan oleh temannya. Hal ini yang juga menjadi faktor penyebab

sedikitnya siswa yang memberikan pendapat atau menanggapi hasil diskusi

kelompok lain saat dipresentasikan.

Pada pertemuan kedua, metode learning cycle 5E secara keseluruhan

juga diterapkan untuk memahami bagaimana cara menghindarkan diri dari

pengaruh zat adiktif dan psikotropika serta kegunaannya dalam bidang

kedokteran. Pada pertemuan kedua ini siswa tampak lebih bersemangat mengikuti

pelajaran dan lebih termotivasi dalam bertanya atau menyampaikan pendapatnya.

Saat diskusi kelompok mereka terlihat lebih aktif untuk memahami materi dan

menjawab pertanyaan. Suasana kelas menjadi lebih aktif dan pembelajaran tidak

lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa. Pada pertemuan terakhir di

siklus I, guru mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa.

Setelah siswa selesai mengerjakan tes, selanjutnya siswa diminta mengisi angket

aspek afektif dan angket aktivitas belajar.

4. Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil analisis angket aktivitas belajar siswa, observasi

aktivitas belajar siswa, dan hasil tes pada siklus I, maka dapat disampaikan

refleksi sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai guru masih kurang memberi pengetahuan awal sehingga

siswa kesulitan dalam mengerjakan soal LKS.

2. Siswa lebih banyak melihat flash sehingga waktu untuk mengerjakan soal

LKS lebih lama, maka diskusi tidak berjalan lancar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

3. Siswa masih malu-malu mempresentasikan hasil diskusi mereka, sehingga

banyak siswa yang memilih diam saat disuruh mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas.

4. Hasil observasi aktivitas belajar siswa ialah 69,56% siswa termasuk kategori

aktif.

5. Hasil angket aktivitas siswa 78,2% siswa termasuk kategori aktif.

6. Dari hasil penilaian aspek afektif siswa, rerata nilai afektif siswa per

indikator adalah 66,90.

7. Dari hasil tes pemahaman konsep siklus I, persentase ketuntasan siswa

69,56% dengan rerata nilai siswa adalah 81. Hasil ini belum mencapai target

untuk siklus I, serta masih ada siswa yang nilainya dibawah kriteria

ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 80 sehingga masih perlu

ditingkatkan kembali.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka pada siklus I perlu diadakan

perbaikan untuk tindakan pada siklus II yaitu:

1. Peneliti sebagai guru dapat memperluas atau memperdalam materi sebagai

pengetahuan awal siswa. Perluasan materi apersepsi yang berhubungan

dengan zat adiktif dan psikotropika juga perlu dilakukan agar siswa lebih

mudah dalam memahami materi.

2. Guru perlu mengatur waktu seefektif mungkin sehingga waktu untuk

berdiskusi dapat berjalan lancar.

3. Mengintensifkan pendampingan bagi siswa yang belum aktif agar terdorong

untuk berani menyampaikan pendapat atau menanggapi jawaban dalam

kegiatan diskusi.

C. Deskripsi Siklus II

1. Perencanaan Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I maka dilakukan perencanaan untuk

pelaksanaan tindakan pada siklus II. Pada siklus II, materi yang diberikan

difokuskan pada indikator kompetensi yang belum tuntas pada siklus I yaitu

memberikan contoh zat adiktif dan psikotropika serta mengetahui pencegahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

terhadap bahaya zat adiktif dan psikotropika. Tindakan pada siklus II lebih

difokuskan untuk penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala yang

terdapat pada siklus I. Rencana tindakan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

1) Siswa diminta mencari materi melalui berbagai sumber misalnya internet dan

buku referensi lain sehingga pada saat diskusi kelompok masing-masing siswa

telah mempersiapkan materi dengan baik dan siswa saling memberikan

pengetahuan yang berbeda.

2) Guru lebih tegas dan membatasi waktu diskusi sesuai dengan waktu yang

direncanakan dengan harapan siswa lebih cepat dalam memecahkan masalah

dan tepat waktu.

3) Guru berkeliling ke setiap kelompok untuk menekankan pada siswa agar

berani menyampaikan pendapat atau menanggapi jawaban kelompok yang

sedang persentasi.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II menggunakan instrumen

pembelajaran berupa silabus, RPP dan LKS. Instrumen Penelitian berupa angket

aktivitas belajar siswa dan lembar observasi aktivitas belajar siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tiga jam pelajaran atau 2 x 40 menit

pembelajaran dan 1 x 40 menit tes kognitif yang dimulai pada tanggal 23 Mei

2012. Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan

pelaksanaan tindakan siklus pertama, yaitu menggunakan metode learning cycle

5E pada materi zat adiktif dan psikotropika yang merupakan hasil refleksi dari

siklus pertama. Refleksi dari siklus pertama bertujuan untuk mengetahui hal-hal

yang dianggap sebagai kekurangan pada tindakan pertama dan membutuhkan

adanya perbaikan pada siklus kedua.

Pertemuan pertama, kompetensi yang akan dicapai adalah

mendeskripsikan sifat pengaruh zat adiktif dan psikotropika dan memahami

bagaimana cara menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika.

Tahapan-tahapan pada model learning cycle 5E dimulai dari tahap Engagement,

pada tahap ini guru menggali pengetahuan awal siswa tentang materi zat adiktif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

dan psikotropika serta melihat sejauh mana pemahaman awal siswa. Selanjutnya

tahap Exploration, pada tahap ini siswa dibagi dalam lima kelompok yang sama

seperti dalam pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru membagikan LKS pada

tiap siswa, kemudian siswa diberi kesempatan untuk melihat flash yang telah

diberikan kepada masing-masing kelompok. Setelah itu, guru meminta siswa

mengerjakan soal yang ada pada LKS. Tahap Explanation, salah satu kelompok

mempresentasikan hasil diskusi mereka, sedangkan kelompok lain menanggapi

jika terdapat penjelasan yang kurang sesuai dengan pendapat mereka. Guru

berperan dalam memotivasi siswa agar tidak sungkan mengeluarkan pendapat

mereka. Tahap Elaboration, siswa kembali ke kelompoknya dan mendiskusikan

soal pemecahan masalah yang ada pada LKS. Salah satu siswa maju ke depan

kelas dan membacakan hasil diskusi soal pemecahan masalah, sedangkan siswa

lainnya menanggapi jika ada jawaban lain yang berbeda, sehingga terjadi interaksi

siswa dengan siswa lain, sedangkan guru berperan dalam mengontrol jalannya

diskusi. Tahap Evaluation, guru memberi pertanyaan untuk menguji pemahaman

siswa terhadap materi zat adiktif dan psikotropika, serta menekankan agar siswa

berhati-hati terhadap penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika.

3. Observasi Siklus II

Pembelajaran IPA pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika

dengan metode pembelajaran learning cycle 5E dilengkapi flash dan LKS pada

siklus II berjalan sangat baik. Semua siswa aktif dalam kelompok, saat berdiskusi

semua anggota kelompok memberikan kontribusinya. Siswa juga tampak lebih

antusias dalam belajar pada siklus kedua ini. Siswa lebih berani dalam menjawab

soal dan memberikan tanggapan terhadap jawaban teman yang presentasi di depan

kelas.

4. Refleksi Siklus II

Pada siklus kedua ini semua target yang telah ditetapkan tercapai

dengan baik. Dari aspek aktivitas belajar siswa, 56,52% siswa termasuk kategori

aktif, sedangkan 39,13% tergolong sangat aktif yang hasilnya lebih baik dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

siklus I, meskipun siswa yang aktif pada siklus II lebih sedikit daripada siklus I

namun siswa yang sangat aktif persentasenya meningkat bila dibanding pada

siklus I. Dari penilaian aspek afektif siswa rata-rata tiap indikator ketercapaiannya

adalah 70, sedangkan dari aspek prestasi kognitif siswa yang telah mencapai

KKM pada siklus II ini sebanyak 19 siswa dari jumlah 23 siswa di kelas VIII G

dengan rerata nilai 84,34 dimana rerata ini telah mencapai batas ketuntasan.

D. Hasil Pengamatan

1. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran diukur melalui

kegiatan observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar

siswa yang dimaksud adalah sejauh mana siswa aktif pada saat pembelajaran

berlangsung, dengan aspek yang ditinjau adalah oral activities, visual activities,

listening activities dan writing activities. Adapun hasil angket dan observasi

aktivitas belajar siswa berdasarkan aspek yang ditinjau pada siklus I dan siklus II

disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Angket dan Observasi Aktivitas Siswa pada Proses Pembelajaran

Siklus I dan Siklus II

Aspek Indikator

Capaian Persentase (%)

Siklus I Siklus II

observasi angket observasi angket

Oral activities

(Martinis Yamin,

2007:84 dan

Sardiman, 2010:

101).

Siswa bertanya jika ada hal

yang kurang jelas kepada

guru.

53,26 66,85 59,78 51,09

Siswa menjawab

pertanyaan yang diajukan

guru tanpa ditunjuk.

51,08 65,22 60,87 54,35

Siswa aktif berdiskusi

untuk memecahkan

masalah yang diberikan

oleh guru.

70,65 73,36 79,34 79,35

Siswa memberikan

ide/gagasan untuk

memecahkan masalah

dalam diskusi kelompok.

72,82 71,19 82,60 79,35

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Aspek Indikator

Capaian Persentase (%)

Siklus I Siklus II

observasi angket observasi angket

Visual activities

(Sardiman, 2010:

101).

Siswa memberikan

perhatian selama presentasi

kelompok.

71,73 73,91 81,52 79,35

Siswa mengamati

penjelasan tambahan dari

guru di papan tulis.

70,65 78,26 79,34 80,98

Listening

activities

(Sardiman, 2010:

101).

Siswa mendengarkan

penjelasan dari guru. 70,65 78,80 84,78 80,98

Siswa mendengarkan

penjelasan dari teman yang

sedang presentasi.

72,82 69,57 80,43 82,61

Writing Activities

(Sardiman, 2010:

101).

Siswa menulis hasil

pemecahan masalah dalam

diskusi.

77,17 67,39 84,78 83,15

Siswa mencatat penjelasan

dari guru. 79,34 78,80 82,60 84,78

Rata-rata 69,017 72.33 77.60 75.60

Berdasarkan tabel 6 untuk hasil lembar observasi mengalami peningkatan

di setiap siklus. Peningkatan yang terjadi mencakup keempat aspek aktivitas

belajar siswa yang sedang diteliti yaitu oral activities, visual activities, listening

activities dan writing activities.

Pada hasil angket terlihat ada penurunan di siklus II untuk oral activities,

dimana kegiatan lebih bersifat fisik menggunakan indera pengecap. Namun

penurunan di siklus II hanya terdapat pada indikator siswa bertanya dan menjawab

pertanyaan dari guru, sedangkan indikator lainnya kembali mengalami

peningkatan. Perbedaan hasil angket dan lembar observasi terhadap aktivitas

belajar siswa dikarenakan perbedaan sudut pandang yang menilai. Kegiatan

observasi dilakukan secara objektif terhadap aktivitas belajar siswa selama proses

pembelajaran, sedangkan angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

aktivitas belajar siswa yang diisi secara subjektif menurut sudut pandang siswa

sendiri.

Peningkatan persentase untuk tiap indikator pada keempat aspek yang

diteliti berdasarkan hasil observasi dan angket pada pra siklus, siklus I dan siklus

II dapat dilihat pada gambar 7 dan gambar 8 berikut ini.

Gambar 7. Grafik Kenaikan Persentase Untuk Tiap Indikator Lembar Observasi

Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Gambar 8. Grafik Kenaikan Persentase Untuk Tiap Indikator Hasil Angket

Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus I

Keterangan: 1. Bertanya

2. Menjawab pertanyaan

3. Aktif berdiskusi

4. Memberi ide/gagasan

5. Perhatian selama persentasi

6. Mengamati penjelasan

tambahan

7. Mendengar penjelasan guru

8. Mendengar penjelasan teman

9. Menulis hasil pemecahan

masalah

10. Mencatat penjelasan guru

Keterangan: 1. Bertanya

2. Menjawab pertanyaan

3. Aktif berdiskusi

4. Memberi ide/gagasan

5. Perhatian selama persentasi

6. Mengamati penjelasan

tambahan

7. Mendengar penjelasan guru

8. Mendengar penjelasan teman

9. Menulis hasil pemecahan

masalah

10. Mencatat penjelasan guru

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Cap

aia

n P

erse

nta

se %

Indikator

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Peningkatan persentase untuk tiap aspek yang diteliti berdasarkan hasil

lembar observasi pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Observasi Aspek Aktivitas Siswa pada Proses Pembelajaran

ditinjau dari Pra siklus, Siklus I dan Siklus II

Aspek Capaian Persentase(%)

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Oral activities

50,54 61,95 70,65

Visual activities

59,24 71,19 80,43

Listening activities

59,78 71,73 82,60

Writing Activities 57,06 78,25 83,96

Gambar 9. Diagram Batang Kenaikan Persentase Untuk Tiap Aspek Aktivitas

pada Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Pada aspek aktivitas yang diteliti mencakup empat aspek aktivitas belajar

siswa yaitu oral activities, visual activities, listening activities dan writing

activities. Dari diagram batang diatas kenaikan persentasi untuk tiap aktivitas

belajar siswa jika dilihat pada lembar observasi terjadi kenaikan pada tiap

siklusnya. Hal ini membuktikan bahwa dengan model learning cycle 5E hampir di

empat aspek aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan.

01020304050607080

90

Oral activities

visual activities

Listening activities

Writing activities

50,5459,24 59,78

57,06

61,9571,19 71,73

78,2570,6580,43 82,6 83,96

Ca

pa

ian

Perse

nta

se (

%)

Aspek Aktivitas

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Peningkatan persentase untuk tiap aspek aktivitas yang diteliti berdasarkan

hasil angket aktivitas belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat

dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Hasil Angket Aspek Aktivitas Siswa ditinjau dari Pra siklus,

Siklus I dan Siklus II

Aspek Capaian Persentase(%)

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Oral activities

68,61 69,15 66,03

Visual activities

73,10 76,08 80,16

Listening activities

74,45 74,18 81,79

Writing Activities 72,28 73,09 84,26

Gambar 10. Diagram Batang Kenaikan Persentase Untuk Tiap Aspek Aktivitas

pada Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Dari diagram batang diatas terlihat ada sedikit penurunan pada siklus II

untuk aspek oral activities. Namun untuk aspek lainnya kembali mengalami

kenaikan. Adanya penurunan pada aspek oral activities ini dimungkinkan karena

adanya perbedaan sudut pandang dalam pengambilan data. Pada hasil lembar

observasi, data diambil perdasarkan pengamatan langsung saat proses

pembelajaran sedangkan pada hasil angket siswa sendiri yang mengisi angket

0102030405060708090

Oral activities

Visual activities

Listening activities

Writing activities

68,61 73,1 74,45 72,2869,15

76,08 74,18 73,09

66,03

80,16 81,79 84,26

Ca

pa

ian

Perse

nta

se (

%)

Aspek Aktivitas

Pra siklus

Siklus I

siklus II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

yang telah disediakan. Maka baik dari hasil observasi dan hasil angket, keduanya

menunjukan adanya peningkatan pada keempat aspek aktivitas yang diteliti

sehingga dapat dikatakan bahwa model learning cycle 5E dapat meningkatkan

aspek aktivitas belajar siswa meliputi oral activities, visual activities, listening

activities dan writing activities.

Peningkatan persentase aktivitas siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus

II ditinjau dari kriteria hasil pengukuran berdasar hasil observasi dan angket dapat

dilihat pada gambar 11 dan 12.

0

10

20

30

40

50

60

70

tidak aktif

(<16)

kurang aktif

(16-23)

aktif

(24-31)

sangat aktif

(≥32)

8.7

47.8243.48

00

21.74

69.56

8.690

4.35

56.52

39.13

Perse

nta

se (

%)

kriteria

prasiklus

siklus I

siklus II

Gambar 11. Diagram Batang Persentase Aktivitas Siswa Hasil Observasi pada Pra

siklus, Siklus I dan Siklus II

0

10

20

30

40

50

60

70

80

tidak aktif

(< 31)

kurang aktif

(32-47)

aktif

(48-63)

sangat aktif

(≥64)

04.35

78.26

17.39

0 0

78.26

21.74

0 0

69.57

30.43

Perse

nta

se (

%)

kriteria

prasiklus

siklus I

siklus II

Gambar 12. Diagram Batang Persentase Aktivitas Siswa Hasil Angket pada Pra

siklus, Siklus I dan Siklus II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Dari kedua diagram batang diatas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan

yang signifikan antara hasil observasi dan hasil angket khususnya pada kriteria

siswa kurang aktif. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan sudut pandang dalam

penilaian. Namun demikian, pada penilaian aktivitas belajar siswa ini baik

observasi maupun angket rata-rata nilai siswa dengan kriteria sangat baik

mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada saat kondisi awal yakni pada

hasil lembar observasi, persentase aktivitas belajar siswa dengan kriteria baik

adalah 43,48 %, meningkat menjadi 69,56 % pada siklus I dan 56,52 % pada

siklus II. Meskipun terlihat terjadi penurunan di siklus II, namun, persentase

sangat aktif meningkat dari 8, 69 % pada siklus I dan 39,13 % pada siklus II.

Terlihat bahwa pada siklus II terjadi kenaikan persentase aktivitas belajar siswa

bila dibandingkan siklus sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada hasil

angket meskipun dengan peningkatan yang sedikit berbeda.

2. Ketuntasan Belajar Siswa

Ketuntasan belajar siswa dalam pelajaran IPA khususnya pokok bahasan

zat adiktif dan psikotropika merupakan salah satu faktor yang menentukan

penelitian ini berhasil. Tes kognitif yang diujikan terdiri dari 25 soal objektif yang

isinya mencakup dua kompetensi dasar, yakni (1) Mendeskripsikan sifat pengaruh

zat adiktif dan psikotropika, (2) Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan

psikotropika.

Hasil tes kognitif siswa tiap indikator kompetensi untuk siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Hasil Tes Kognitif Siswa Tiap Indikator Kompetensi Untuk Siklus I Dan

Siklus II

Indikator Kompetensi % Ketercapaian

Siklus I Siklus II

1. Menyebutkan pengertian zat adiktif dan

psikotropika 100 100

2. Memberikan beberapa contoh zat adiktif dan

psikotropika 75,36 80,07

3. Mengetahui dampak negatif penyalahgunaan zat

adiktif dan psikotropika bagi kesehatan,

ekonomi dan sosial

80,43 86,96

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

100

75.3680.43

65.22

93.47100

80.0786.96

76.0986.95

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5

% K

ete

rca

paia

n

Indikator Kompetensi

Siklus I

Siklus II

Indikator Kompetensi % Ketercapaian

Siklus I Siklus II

4. Mengetahui pencegahan akibat penggunaan zat

adiktif dan psikotropika 65,22 76,09

5. Mengetahui kegunaan zat adiktif dan

psikotropika dalam bidang kesehatan 93,47 86,95

Rata - rata 82,89% 86,01%

Gambar 13. Persentase Ketercapaian Hasil Tes Kognitif Siswa Tiap

Indikator Kompetensi Pada Siklus I dan Siklus II

Pada diagram batang diatas untuk tiap indikator kompetensi mengalami

kenaikan pada siklus II namun untuk indikator kompetensi yakni mengetahui

kegunaan zat adiktif dan psikotropika dalam bidang kesehatan terjadi penurunan

sebesar 6,52%. Hal ini dimungkinkan karena siswa pada siklus II hanya terfokus

pada materi yang belum tuntas yakni indikator memberikan beberapa contoh zat

adiktif dan psikotropika, dan indikator mengetahui pencegahan akibat penggunaan

zat adiktif dan psikotropika sehingga fokus siswa untuk soal dengan indikator

mengetahui kegunaan zat adiktif dan psikotropika dalam bidang kesehatan sedikit

menurun. Meskipun demikian, berdasarkan tabel 17 hasil tes kognitif siswa tiap

indikator kompetensi rata-ratanya untuk siklus I sebesar 82,89% meningkat di

Siklus II menjadi 86,01%.

Pada siklus I persentase siswa yang mencapai ketuntasan adalah 69,56%.

Siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa dari 23 siswa kelas VIII G. Persentase

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

tersebut hampir melampaui target yang ditentukan sebelumnya yaitu 70% siswa

tuntas. Nilai batas minimum ketuntasan di kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta

untuk pelajaran IPA tahun 2012 adalah 80. Dilihat dari nilai rata-rata kelas, hasil

belajar kognitif siswa sudah mencapai batas tuntas (KKM) yang telah ditetapkan

yaitu 81.

Pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan adalah 82,61%. Siswa yang

belum tuntas sebanyak 4 siswa dari 23 siswa. Persentase ini telah mencapai target

siklus II yang ditentukan sebelumnya yaitu 80% siswa tuntas. Dilihat dari nilai

rata-rata kelas, hasil belajar kognitif siswa sudah mencapai batas tuntas (KKM)

yang telah ditetapkan yaitu 84,34. Adapun persentase ketuntasan belajar siswa

pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 14. Diagram Batang Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I

dan Siklus II

3. Penilaian Aspek Afektif

Selain penilaian kognitif, dilakukan juga penilaian afektif siswa untuk

memberikan informasi kepada guru tentang sikap siswa. Penilaian afektif

diperoleh dari angket yang diisi oleh siswa dalam pembelajaran pokok bahasan zat

adiktif dan psikotropika. Angket aspek afektif diberikan kepada siswa untuk

mengukur minat, sikap, nilai, konsep diri dan moral siswa terhadap mata pelajaran

kimia. Hasil angket afektif siswa tiap indikator dapat dilihat pada tabel 10 berikut

ini.

0

20

40

60

80

100

Siklus I siklus II

30,43

17,39

69,56

82,61

7080

% k

etu

nta

san

Tidak Tuntas

Tuntas

Target

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 10. Hasil Angket Afektif Siswa Tiap Indikator Pada Siklus I dan Siklus II

Indikator % Ketercapaian

Siklus I Siklus II

Minat 68,58 72,06

Sikap 69,38 71,74

Nilai 66,67 69,38

Konsep Diri 60,32 65,03

Moral 69,56 71,73

Rata-Rata 66,90% 70%

Gambar 15. Persentase Ketercapaian Hasil Angket Afektif Siswa Tiap Indikator

Pada Siklus I dan Siklus II

Angket afektif baik pada siklus I dan Siklus II di isi langsung oleh siswa

pada saat selesai mengerjakan tes kognitif. Berdasarkan diagram batang diatas

dapat dilihat untuk persentase ketercapaian hasil angket afektif siswa tiap

indikator yakni minat, sikap, nilai, konsep diri dan moral untuk siklus I dan siklus

II mengalami kenaikan persentase tiap indikatornya. Adapun diagram persentase

hasil penilaian aspek afektif siswa pada siklus I dan siklus II disajikan pada

gambar 14 berikut ini.

68.5869.38

66.67

60.32

69.56

72.06 71.74

69.38

65.03

71.73

54

56

58

60

62

64

66

68

70

72

74

Minat Sikap Nilai Konsep

Diri

Moral

% K

ete

rca

paia

n

Indikator

Siklus I

Siklus II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Gambar 16. Diagram Batang Persentase Hasil Penilaian Aspek Afektif Siswa pada

Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan diagram batang diatas dapat dilihat untuk persentase hasil

penilaian aspek afektif siswa pada siklus I dan siklus II terlihat persentase siswa

dengan kriteria baik dan kriteria kurang baik mengalami penurunan pada siklus II.

Namun, kriteria siswa sangat baik meningkat dari siklus I yang hanya 4,34%

meningkat menjadi 21,75%. Adapun penurunan pada kedua kriteria tersebut

dimungkinkan karena siswa menjadi lebih baik sikapnya hal ini terlihat dari

persentase dengan kriteria sangat baik pada siklus II meningkat bila dibandingkan

dengan siklus sebelumnya.

0102030405060708090

Sangat Baik (≥128)

Baik (96-127)

Kurang Baik (40-95)

Tidak Baik (<40)

4.34

86.96

8.70

21.75

73.91

4.34 0

Pe

rse

nta

se (%

)

Kriteria

Siklus I

Siklus II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

E. Pembahasan

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif.

Nilai edukatif menuntut terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Menurut Mulyani Sumantri dan Permana (2001: 114) proses belajar mengajar

merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik dalam situasi

pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.

Demi mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya, guru

perlu merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis dengan

memanfaatkan segala sesuatu untuk kepentingan pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran yang efektif dapat menunjang keberhasilan penguasaan konsep pada

diri siswa secara optimal.

Berdasarkan hasil observasi, angket dan wawancara pembelajaran

dengan menggunakan metode learning cycle 5E berbantuan macromedia flash

dilengkapi LKS mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Siswa aktif bertanya, menjawab, mengerjakan soal dan berdiskusi dalam

kelompok untuk memecahkan masalah. Belajar adalah proses yang dilakukan

individu untuk dirinya sendiri, tidak ada orang lain yang dapat menggantikan

kedudukannya sebagai subjek belajar. Orang lain hanya dapat membantu proses

belajar seseorang. Diskusi kelompok yang dilaksanakan oleh siswa dapat menjadi

pengalaman bermakna karena memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau

memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang memberi kesempatan

berpikir, berinteraksi sosial serta berlatih bersikap positif.

Pengamatan indikator memecahkan masalah dilakukan dengan diskusi

kelompok, siswa saling memberikan informasi yang sudah diketahui, hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Kunandar dkk (2008) yang menyatakan bahwa

kerjasama kelompok dapat membantu siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan

belajar dan mampu mempresentasikan hasil kerja sehingga aktivitas belajar siswa

meningkat. Kreke and Towns (1998) menyatakan bahwa ketika menerapkan

aktivitas belajar kelompok kecil lebih menekankan membantu kepentingan

perkembangan satu iklim kelas yang hangat, membantu dalam kemampuan

membangun hubungan antar pribadi, meningkatkan kemampuan pemecahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

masalah dan pemahaman konseptual. Belajar mandiri yang dilakukan siswa

bersama kelompok diharapkan mampu membuat siswa lebih memahami konsep

yang dipelajari dan bukan sekedar informasi dari guru. Guru lebih banyak bersifat

sebagai motivator, fasilitator dan katalisator sedang siswa bertindak sebagai aktor

pencari informasi dan pengetahuan. Siswa yang diberi kesempatan untuk melihat,

memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka akan mempermudah siswa

untuk mengerti pengajaran tersebut dan sulit untuk melupakannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penerapan metode learning

cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan

kualitas proses belajar yaitu aktivitas belajar siswa. Hasil observasi dan angket

aktivitas pra siklus yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa, aktivitas

belajar siswa pada saat mengikuti pelajaran IPA masih rendah. Siswa pasif dan

sebagian besar melakukan aktivitas diluar belajar (mengantuk, bercanda dan

bermain dengan teman). Berdasarkan pengamatan, setelah pelaksanaan tindakan

pada siklus I dan siklus II yang diterapkan pada pokok bahasan zat adiktif dan

psikotropika, aktivitas belajar siswa meningkat. Pada siklus I siswa sudah tidak

lagi melakukan aktivitas selain belajar walaupun sebagian siswa masih ada yang

malu-malu dalam menyampaikan pendapat. Namun, pada siklus II siswa terlihat

lebih berani menyampaikan pendapat dan lebih aktif berdiskusi dengan

kelompoknya.

Dalam penelitian ini untuk mengukur validitas data yang diperoleh,

penulis menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan proses

memastikan sesuatu (getting a fix) dari berbagai sudut pandang. Penulis

menggunakan triangulasi metode (methode triangulation), triangulasi instrumen

(Instrumental triangulation) dan triangulasi sumber (source triangulation).

Dengan menggunakan teknik triangulasi, maka data yang diperoleh dapat

dinyatakan valid. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hasil observasi selaras

dengan hasil angket. Dapat disimpulkan bahwa dari kedua cara pengamatan

tersebut hasilnya sama maka informasi tersebut dinyatakan valid. Hasil penelitian

menunjukkan peningkatan presentase aktivitas belajar siswa berdasarkan

observasi untuk siklus I rata-rata sebesar 69,02% dan siklus II sebesar 77,60%.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Peningkatan presentase aktivitas belajar siswa berdasarkan angket untuk siklus I

rata-rata sebesar 72,33% dan siklus II sebesar 75,60%.

Penggunaan metode learning cycle 5E membuat siswa lebih paham

dengan materi yang diajarkan. Siswa dituntut untuk meyelesaikan permasalahan

dengan kelompoknya sebelum membacakan atau mempersentasikan didepan

kelas, sehingga siswa dapat lebih memahami materi dan siswa lain dapat pula

mengemukakan pendapat atau argumennya. Metode learning cycle 5E menuntut

siswa aktif dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun

emosional guna mencapai hasil belajar yang optimal. Diskusi kelompok

memberikan kesempatan berpartisipasi yang lebih besar bagi setiap anggota

sehingga setiap siswa merasa terlibat dan puas terhadap belajarnya selain itu

mereka dapat saling bertukar pendapat satu dengan lainnya untuk menemukan

jawaban yang benar.

Dilihat dari hasil belajar siswa yang mencakup aspek ketuntasan belajar

dan afektif siswa, dapat dinyatakan bahwa penerapan metode learning cycle 5E

berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan kualitas

belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, rata-rata ketuntasan belajar

siswa sebelum tindakan adalah 50%. Setelah metode learning cycle 5E berbantuan

flash dilengkapi LKS diterapkan pada materi pokok zat adiktif dan psikotropika,

ketuntasan siswa dapat mencapai 69,56% pada siklus I dan 82,61% pada siklus II.

Hal tersebut dikarenakan jika pada siklus I masih ada materi yang kurang

dipahami siswa, pada siklus II siswa dapat mempelajari lagi materi yang kurang

dipahami sehingga persentase ketuntasan belajar siswa meningkat. Penerapan

metode learning cycle 5E berbantuan flash dilengkapi LKS juga mendapatkan

respon yang baik dari siswa. Bila dilihat dari aspek afektif siswa, ketercapaian

rata-rata indikator adalah 66,90% pada siklus I dan 70% pada siklus II. Siswa

dapat mengikuti alur pembelajaran dan menikmati kegiatan pembelajaran yang

diterapkan. Menurut E. Mulyasa (2005: 131) kualitas pembelajaran dapat dilihat

dari proses dan hasil. Penelitian dapat dikatakan berhasil apabila masing-masing

indikator yang diukur telah mencapai target yang ditetapkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Pada penelitian yang telah dilakukan masing-masing indikator proses

dan hasil belajar yang diukur telah mencapai target yang ditetapkan. Dari hasil

pengamatan dan pembahasan dapat dikatakan bahwa penerapan metode learning

cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan

kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta

Tahun Ajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan metode pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia

flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok

bahasan zat adiktif dan psikotropika kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta

tahun ajaran 2011/2012, dapat dilihat dari peningkatan persentase aktivitas

belajar siswa berdasarkan observasi untuk siklus I rata-rata sebesar 69,02%

dan siklus II sebesar 77,60% (meningkat 8,58%). Peningkatan persentase

aktivitas belajar siswa berdasarkan angket untuk siklus I rata-rata sebesar

72,33% dan siklus II sebesar 75,60% (meningkat 3,27%).

2. Penerapan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia

flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok

bahasan zat adiktif dan psikotropika kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta

tahun ajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini, prestasi belajar yang dimaksud

adalah peningkatan ketuntasan belajar dan aspek afektif siswa. Pada siklus I,

persentase ketuntasan belajar siswa 69,56% dengan rata-rata nilai 81 dan pada

siklus II persentase ketuntasan belajar siswa menjadi 82,61% dengan rata-rata

nilai 84,34. Sedangkan untuk aspek afektif, ketercapaian rata-rata indikator

adalah 66,90% pada siklus I dan 70% pada siklus II.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikemukakan

implikasi secara teoritis dan praktis.

1. Implikasi Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar

pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk mengadakan

upaya bersama antara guru, orang tua dan siswa serta pihak sekolah lainnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil dan proses belajar IPA

kimia secara maksimal.

2. Implikasi Praktis

Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran

konstruktivis learning cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS

dapat diterapkan pada kegiatan belajar mengajar IPA kimia untuk

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan zat

adiktif dan psikotropika.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Guru

Guru yang akan menyajikan materi zat adiktif dan psikotropika

menggunakan metode pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia

flash dilengkapi LKS, sebaiknya menambah latihan soal pada LKS dan

pemberian tugas mandiri bagi siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar siswa.

2. Siswa

a. Siswa hendaknya mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengikuti

proses pembelajaran dengan cara mencari informasi materi dari

berbagai sumber agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

b. Siswa hendaknya mengembangkan kemampuannya dalam

mengemukakan pendapat atau menanggapi pendapat dari siswa lain

sehingga pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.

3. Peneliti

a. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis

sedapat mungkin menganalisis kembali terlebih dahulu perangkat

pembelajaran yang telah dibuat untuk disesuaikan penggunaanya,

terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung dan

karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

b. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian

selanjutnya dengan mengaitkan aspek-aspek yang belum diungkapkan

dan dikembangkan.