penerapan-model-pembelajaran-learning-cycle-5e
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH
DILENGKAPI LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN
ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA
KELAS VIII SMPN 4 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
SITI ASIYAH
NIM. K3308011
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Asiyah
NIM : K3308011
Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Kimia
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN MACROMEDIA
FLASH DILENGKAPI LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN ZAT ADIKTIF DAN
PSIKOTROPIKA KELAS VIII SMPN 4 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar hasil karya sendiri. Selain itu, sumber
informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Januari 2013
Siti Asiyah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH
DILENGKAPI LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN
ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA
KELAS VIII SMPN 4 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
SITI ASIYAH
K3308011
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Januari 2013
Pembimbing I,
Dr. rer.nat Sri Mulyani, M.Si
NIP.19650916 199103 2 003
Pembimbing II,
Nanik Dwi Nurhayati, S.Si.,M.Si.
NIP. 19721115 200604 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra.Bakti Mulyani, M.Si ........................
NIP. 19590725 198503 2 008
Sekretaris : Endang Susilowati, S.Si, M.Si .......................
NIP. 19700117 200003 2 001
Anggota I : Dr. rer.nat Sri Mulyani, M.Si .......................
NIP.19650916 199103 2 003
Anggota II : Nanik Dwi Nurhayati, S.Si.,M.Si. ........................
NIP. 19721115 200604 2 001
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Siti Asiyah. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE
5E BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH DILENGKAPI LKS UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
POKOK BAHASAN ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA KELAS VIII
SMPN 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012.Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) penerapan pembelajaran
Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan zat adiktif dan
psikotropika serta 2) penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan
macromedia flash dilengkapi LKS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIG SMP Negeri 4
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Data penelitian berupa prestasi belajar
kognitif, afektif dan aktivitas siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data menggunakan analisis
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan presentase aktivitas belajar siswa
pada siklus I berdasarkan observasi sebesar 69,02% dan siklus II sebesar 77,60%
(meningkat 8,58%), dan berdasarkan angket pada siklus I sebesar 72,33%
sedangkan siklus II sebesar 75,60% (meningkat 3,27%). Prestasi belajar siswa pada
siklus I, persentase ketuntasan belajar siswa adalah 69,56% dengan rata-rata nilai 81
dan pada siklus II meningkat menjadi 82,61% dengan rata-rata nilai 84,34.
Sedangkan untuk aspek afektif, ketercapaian rata-rata indikator adalah 66,90% pada
siklus I dan 70% pada siklus II. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi
LKS pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika dapat meningkatkan aktivitas
dan prestasi belajar siswa kelas VIIIG SMP Negeri 4 Surakarta tahun ajaran 2011/
2012 pada pembelajaran IPA.
Kata Kunci: learning cycle 5E, macromedia flash, LKS, Prestasi Belajar, zat
adiktif dan psikotropika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Siti Asiyah. THE IMPLEMENTATION OF LEARNING CYCLE 5E MODEL
ASSISTED BY STUDENT WORKSHEET AND MACROMEDIA FLASH TO
IMPROVE STUDENT LEARNING ACTIVITIES AND ACHIEVEMENT ON
SUBJECT ADDICTIVE AND PSYCHOTROPIC SUBSTANCES FOR CLASS
VIII SMPN 4 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2011/2012.minor thesis,
Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret University Surakarta.
January 2013.
The purpose of this research is to identify 1) the implementation of Learning
Cycle 5E model assisted by student worksheet and macromedia flash to improve
student learning activities on subject addictive and psychotropic substances and 2)
the implementation of Learning Cycle 5E model assisted by student worksheet and
macromedia flash to improve student achievement on subject addictive and
psychotropic substances.
This research method is classroom action research that consists of two cycles.
The subjects were junior high school students of class VIIIG SMP 4 Surakarta in
Academic Year 2011/2012. Research data were taken in the form of learning
achievement of cognitive, affective, and student activities. Data were collected
through interviews, observations, tests, and questionnaires. The data was analyzed
by using descriptive qualitative analysis technique.
The results showed that the percentage of student learning activities for the
cycle I based on observations increased of 69.02% and 77.60% for the cycle II (up
8.58%), for cycle I based on questionnaires increased of 72.33% and 75.60% for
cycle II (up 3.27%). In the aspect of student achievement, the percentage of
student’s learning accomplishment in the cycle I reached 69.56% with the average
score of 81 and in the cycle II reached 82.61% with the average score of 84.34.
Meanwhile, in the aspect of affective, the average achievement of the indicators in
the cycle I was 66.90% and 70% in the cycle II. Based on those results it can be
concluded that the implementation of learning cycle 5E model assisted by student
worksheet and macromedia flash on subject addictive and psychotropic substances
could increase the activity and student achievement grade VIIIG SMP 4 Surakarta
in academic year 2011/2012 on science learning.
Keywords: 5E learning cycle, macromedia flash, student worksheet, Learning
Achievement, addictive and psychotropic substances
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
” Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, Karena
didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk
berhasil ”
(Mario Teguh)
“kita tidak akan pernah merasa patah hati, kalo sekiranya tahu bahwa hati ini
hanya milik Allah, dan Allah yang menguasai hati ini, Allah pula yang
menggenggam hati ini ”.
(Yusuf Mansur)
“Banyak yang lebih beruntung dari dirimu, tapi jauh lebih banyak yang tak
seberuntung dirimu. Jangan siakan kesempatan dan selalu bersyukur”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Bapak dan Ibuku, kasih sayang dan do’amu yang selalu menyertaiku dan membuatku menjadi
lebih semangat.....
Kakak, Ade, Indra trimakasih atas cinta, kasih sayang, do’a dan nasehatnya selama ini...
Bu Mulyani dan Bu Nanik, trimakasih atas bimbingan dan nasehat yang ibu berikan selama
ini..
Bu Ponco dan pak Paryanto, trimakasih untuk semua nasehat, bimbingan dan kerjasamanya..
Penghuni kost Perbunerz trimakasih untuk kebersamaannya selama ini...
Pendidikan Kimia 2008…trimakasih buat kebersamaannya
Adik-adik kelas VIIIG SMP Negeri 4 Surakarta…
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
berkah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah skripsi ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian.
2. Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Dr.rer.nat Sri Mulyani, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyetujui
permohonan penyusunan skripsi dan memberikan bimbingan dalam penyusunan
skripsi.
5. Nanik Dwi Nurhayati, S.Si.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
6. Hariadi Giarso, S.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 4 Surakarta yang telah
mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Pontjowati, S.Pd, selaku guru mata pelajaran IPA SMP Negeri 4 Surakarta yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan
memberikan pengarahan.
8. Siswa-siswi kelas VIII A dan VIII G SMP Negeri 4 Surakarta atas bantuan dan
kerjasamanya.
9. Bapak dan ibu yang selalu memberikan doa restu dan dukungannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
10. Ade dan Indra yang selalu memberikan semangat dan keceriaan.
11. Teman-teman Kimia angkatan’08 terimakasih untuk segala dukungan,
persahabatan dan bantuannya.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
sempurnanya skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN............................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ v
ABSTRAK............................................................................................. vi
ABSTRACT........................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO............................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ ix
KATA PENGANTAR........................................................................... x
DAFTAR ISI.......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN........................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................. 4
C. Pembatasan Masalah............................................... 4
D. Perumusan Masalah................................................. 5
E. Tujuan Penelitian..................................................... 5
F. Manfaat Penelitian.................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI...................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka..................................................... 7
1. Pembelajaran Konstruktivisme.......................... 7
2. Pembelajaran learning Cycyle 5E.................... 8
3. Media Pembelajaran.......................................... 9
4. Lembar Kerja Siswa.......................................... 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
5. Prestasi Belajar................................................. 14
6. Aktivitas Belajar................................................
7. Materi Zat Adiktif dan Psikotropika.................
15
17
B. Kerangka Pemikiran................................................. 30
C. Hipotesis................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................... 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................. 33
B. Subjek dan Objek Penelitian....................................
C. Metode Penelitian....................................................
33
33
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data......................
a. Pengamatan.......................................................
b. Wawancara/Diskusi...........................................
c. Kajian Dokumen................................................
d. Angket...............................................................
e. Uji Kompetensi..................................................
34
35
35
36
36
37
E. Instrument Penelitian.............................................. 37
F. Analisis Data........................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................... 53
A. Deskripsi Kondisi Awal........................................ 53
B. Deskripsi siklus I................................................... 55
C. Deskripsi Siklus II................................................. 59
D. Hasil Pengamatan..................................................
E. Pembahasan...........................................................
62
67
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN............... 72
A. Kesimpulan............................................................... 72
B. Implikasi................................................................... 72
C. Saran......................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 75
LAMPIRAN........................................................................................... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persentase Ketuntasan Siswa 2
Tabel 2. Zat-zat kimia yang terdapat dalam rokok dan
dampaknya terhadap kesehatan
23
Tabel 3. Teknik Penilaian angket 36
Tabel 4. Variabel Aktivitas yang dinilai, Target Pencapaian dan
Instrument Penelitian
37
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Hasil Angket dan observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pra siklus tiap Indikator
Hasil Angket dan observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pada Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Hasil Observasi Aspek Aktivitas Siswa pada Proses
Pembelajaran ditinjau dari Pra siklus, Siklus I dan
Siklus II
Hasil Angket Aspek Aktivitas Siswa ditinjau dari Pra
siklus, Siklus I dan Siklus II
Hasil Tes Kognitif Siswa Tiap Indikator Kompetensi
Untuk Siklus I Dan Siklus II
Hasil Angket Afektif Siswa Tiap Indikator Pada Siklus
I dan Siklus II
54
62
65
66
68
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kandungan Bahan Kimia dalam Rokok 22
Gambar 2. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan 24
Gambar 3. Kerangka Berfikir 31
Gambar 4. Skema Analisa Data 48
Gambar 5. Skema Pemeriksaan Validitas Data 49
Gambar 6. Skema Prosedur Penelitian 52
Gambar 7. Grafik Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap
Indikator Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
64
Gambar 8. Grafik Kenaikan Persentase Skor Untuk Setiap
Indikator Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Pra
Siklus, Siklus I dan Siklus II
64
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Diagram Batang Kenaikan Persentase Untuk Tiap
Aspek Aktivitas pada Lembar Observasi Aktivitas
Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Diagram Batang Kenaikan Persentase Untuk Tiap
Aspek Aktivitas pada Hasil Angket Aktivitas Belajar
Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Diagram Batang Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Hasil Observasi Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
65
Gambar 12.
Gambar 13.
Diagram Batang Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Hasil Angket Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Diagram Batang Persentase Aktivitas Siswa Hasil
Angket pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
67
Gambar 14.
Gambar 15.
Diagram Batang Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Pada Siklus I dan Siklus II
Persentase Ketercapaian Hasil Angket Afektif Siswa
Tiap Indikator Pada Siklus I dan Siklus II
69
Gambar 16. Diagram Batang Penilaian Aspek Afektif Siswa Pada
Siklus I dan Siklus II
73
66
67
68
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I. Instrumen Pembelajaran
1. Silabus 78
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 80
3. Lembar Kerja Siswa 97
Lampiran II. Instrumen Penelitian
4. Kisi-kisi tryout instrument kognitif 116
5. Kisi-Kisi instrument kognitif 111
6. Soal Kognitif Siklus I 131
7. Soal Kognitif Siklus II 139
8. Tryout Angket Aktivitas Siswa 117
9. Angket Aktivitas Siswa 141
10. Pedoman Penilaian Angket Aktivitas Siswa 143
11. Indikator Observasi Aktivitas Siswa 145
12. Kisi-Kisi Penyusunan Angket aspek Afektif 149
13. Angket Tryout Penilaian Aspek Afektif 151
14. Angket Penilaian Aspek Afektif 153
15. Pedoman Penilaian Aspek Afektif 155
Lampiran III. Data Hasil Penelitian
16. Daftar Nama Siswa Kelas VIIIG SMP Negeri 4 Surakarta 159
17. Daftar Kelompok Siswa Kelas VIIIG SMP Negeri 4 Surakarta 160
18. Perhitungan Validitas Isi 160
19. Wawancara Pra Siklus 161
20. Analisis Tryout Kognitif 162
21. Hasil Kognitif Siklus I 163
22. Hasil Kognitif Siklus II 165
23. Hasil Tes Kognitif Siswa Tiap Indikator Kompetensi 167
24. Analisis Angket Tryout Aktivitas Belajar Siswa 168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
25. Analisis Observasi Aktivitas Belajar Siswa PraSiklus 169
26. Analisis Penilaian Angket Aktivitas Belajar Siswa Prasiklus 171
27. Hasil Penilaian Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus I 173
28. Hasil Penilaian Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus II 175
29. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I 177
30. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II 179
31. Analisis Tryout Afektif 181
32. Hasil Tes afektif Siklus I 182
33. Hasil Tes afektif Siklus II 184
34. Hasil Angket Afektif Siswa untuk tiap Indikator 186
Lampiran IV. Dokumentasi
35. Gambar Pelaksanaan Penelitian
1) Siklus I 187
2) Siklus II 188
Lampiran V. Perijinan
Surat Ijin Research/Penelitian 189
Surat Pengantar Ijin Menyusun Skripsi 190
Surat Ijin Menyusun Skripsi 200
Surat Keterangan Selesai Penelitian 201
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses belajar mengajar penggunaan metode yang tepat dalam
menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui serta
memahami segala sesuatu yang diajarkan oleh guru, sehingga melalui tes hasil
belajar dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa. Melalui pembelajaran
yang tepat, siswa diharapkan mampu memahami, menguasai materi ajar sehingga
prestasi belajar siswa meningkat dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar adalah cermin dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap di mana dalam KTSP sering disebut sebagai
kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor.
Pada kenyataannya, saat ini masih banyak pendidik yang belum
menerapkan pembelajaran yang mengacu pada KTSP. Pembelajaran TCL
(Teacher Centered Learning) masih sering diterapkan dalam proses belajar
mengajar di kelas dengan alasan pembelajaran TCL praktis dan tidak banyak
menyita waktu. Guru hanya menyajikan materi secara teoritik dan abstrak
sedangkan siswa pasif, siswa hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas.
Akibatnya siswa menjadi kurang aktif dalam memecahkan masalah, partisipasi
rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar
tidak efisien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.
Pembelajaran IPA adalah mata pelajaran yang wajib di Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Salah satu pokok bahasan pembelajaran IPA di SMP adalah zat
adiktif dan psikotropika yang merupakan salah satu pokok bahasan dalam
pelajaran IPA yang penting untuk dipelajari karena berhubungan erat dengan
kehidupan sehari-hari, bersifat informatif, memerlukan pemahaman dan hafalan
yang cukup dari siswa. Untuk itu diperlukan cara yang mudah dalam
penyampaian materi zat adiktif dan psikotropika agar siswa lebih aktif dan tidak
merasa jenuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Prestasi belajar siswa untuk pelajaran IPA khususnya pada pokok bahasan
zat adiktif dan psikotropika masih relatif rendah, seperti halnya di SMP Negeri 4
Surakarta. KKM pelajaran IPA untuk tahun 2011 yakni 75. Namun, masih banyak
siswa yang nilainya dibawah KKM. Hal tersebut ditunjukkan pada tabel 1 tentang
persentase ketuntasan siswa pada ulangan harian pokok bahasan Zat Adiktif dan
Psikotropika tahun pelajaran 2010/2011.
Tabel 1. Persentase Ketuntasan Siswa pada Ujian Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran IPA Siswa Kelas VIII program RSBI Semester II SMP Negeri 4
Surakarta
( Dokumentasi SMP N 4 Surakarta)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Surakarta yang beralamat di
jalan DI. Panjaitan No. 14 Surakarta, merupakan salah satu sekolah Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Surakarta. Berdasarkan pengamatan di
kelas VIII G dan dari wawancara dengan salah satu guru IPA di sekolah tersebut
yakni Bu Pontjowati dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi
di SMP Negeri 4 Surakarta sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar masih dominan
menggunakan metode ceramah.
2. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi jarang digunakan khususnya
untuk mata pelajaran IPA.
3. Siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran IPA. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan sikap siswa yang kurang aktif bertanya dan ragu-ragu
menjawab bila diberikan pertanyaan ataupun soal dari guru. Adapun siswa
yang aktif hanya sebagian kecil.
4. Sudah ada fasilitas ruang komputer, LCD, namun penggunaannya belum
maksimal.
Tahun
Ajaran Kelas Semester KKM
Jumlah siswa Persentase
ketuntasan
siswa Di atas
KKM
Di bawah
KKM
2010/2011
VIII A
VIII B
VIII C
VIII D
II
II
II
II
75
75
75
75
5
10
14
9
15
11
7
12
25%
47,6%
66,67%
42,8%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
5. Salah satu materi pembelajaran yang masih sulit dipahami dan dikuasai siswa
adalah pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika, hal ini mengakibatkan
kurang maksimalnya prestasi hasil belajar siswa.
Dari permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab
rendahnya prestasi belajar IPA karena proses belajar mengajar masih berpusat
pada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar
mengajar tersebut.
Belajar adalah proses yang dilakukan individu untuk dirinya sendiri, tidak
ada orang lain yang dapat menggantikan kedudukannya sebagai subjek belajar.
Orang lain hanya dapat membantu proses belajar seseorang. Diskusi kelompok
yang dilaksanakan oleh siswa dapat menjadi pengalaman bermakna karena
memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah
melalui suatu proses yang memberi kesempatan berpikir, berinteraksi sosial serta
berlatih bersikap positif. Guru lebih banyak bersifat sebagai motivator untuk
memberikan motivasi dan memperkenalkan materi IPA dengan lebih menarik,
menyenangkan sehingga siswa termotivasi dalam mempelajarinya. Siswa
bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Siswa yang diberi
kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri akan
mempermudah siswa untuk mengerti pengajaran tersebut dan sulit untuk
melupakannya.
Upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMP Negeri 4 Surakarta
salah satunya dapat dilakukan dengan metode pembelajaran konstruktivis. Abdul
Qadeer Soomro, dkk (2010) dalam jurnalnya menyatakan bahwa siswa yang
diberi metode pembelajaran konstruktivis menggunakan model learning cycle 5E
prestasi belajarnya meningkat bila dibandingkan dengan metode pembelajaran
tradisional.
Dalam pembelajaran konstruktivis siswa secara aktif membangun
pengetahuan mereka sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses
masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif.
Dalam kerja mental siswa, guru memegang peranan penting dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
memberikan dukungan, tantangan berpikir, melayani sebagai pelatih atau model,
namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran (Von Glaserfelt dalam Paul
Suparno, 1997:62).
Permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan di atas merupakan
masalah desain dan strategi pembelajaran kelas yang penting dan mendesak untuk
dipecahkan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR) yang berorientasi pada perbaikan kualitas pembelajaran
(Suharsimi Arikunto, 2006: 2). Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti dan guru
dapat melihat sendiri praktik pembelajaran dan dapat melakukan penelitian
terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Peneliti
dan guru secara refleksi dapat menganalisis dan mensintesis terhadap apa yang
dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan penelitian tindakan
kelas, pendidik dapat memperbaiki praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih
efektif ( Sarwiji Suwandi, 2008: 12).
Pemilihan metode pembelajaran konstruktivis model learning cycle 5E
berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dengan alasan metode tersebut
akan sangat membantu untuk mengatasi kejenuhan dan kepasifan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash
dilengkapi LKS dapat digunakan dalam pembelajaran IPA pada pokok
bahasan zat adiktif dan psikotropika?
2. Apakah pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash
dilengkapi LKS tepat digunakan dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan
zat adiktif dan psikotropika?
3. Apakah pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash
dilengkapi LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok
bahasan zat adiktif dan psikotropika?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
4. Apakah pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash
dilengkapi LKS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan zat adiktif dan psikotropika?
5. Bagaimana penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan
macromedia flash dilengkapi LKS pada pokok bahasan zat adiktif dan
psikotropika?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu
diberikan batasan masalah. Berdasar latar belakang masalah dan identifikasi
masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada :
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta semester
genap tahun ajaran 2011/2012
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah metode
pembelajaran konstruktivis model Learning Cycle 5E
3. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan adalah macromedia flash dan LKS
4. Materi Pelajaran
Materi pelajaran dibatasi pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika
5. Aktivitas
Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas siswa dalam belajar kimia yang
meliputi visual activities, oral activities, writing activities dan listening
activities (Paul B. Diedrich dalam Sardiman, A.M 1994 : 99).
6. Penilaian
Sistem penilaian yang dilakukan meliputi aspek kognitif dan aspek afektif.
Nilai aspek kognitif diperoleh dari tes siklus I dan tes siklus II. Sedangkan
penilaian aspek afektif didasarkan pada angket yang diisi oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah serta untuk memperjelas
permasalahan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia
flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok
bahasan zat adiktif dan psikotropika?
2. Apakah penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia
flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan zat adiktif dan psikotropika?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan
macromedia flash dilengkapi LKS dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa
pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.
2. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan
macromedia flash dilengkapi LKS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberi informasi penerapan pembelajaran Learning Cycle
5E pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini dapat dilihat dari hal-hal berikut :
a. Manfaat bagi Inovasi Pembelajaran
Meningkatkan kualitas atau memperbaiki proses pembelajaran serta
dapat meningkatkan pendekatan, metode, dan gaya pembelajaran yang
sebelumnya telah dilakukan oleh guru khususnya pada pokok bahasan zat
adiktif dan psikotropika.
b. Manfaat bagi Pengembangan Kurikulum di Tingkat Sekolah/ Kelas
Hasil dari penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan salah satu
masukan penting dalam pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kelas. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas ini, guru akan memiliki
pemahaman yang lebih baik terhadap teori dan pemikiran yang melandasi
reformasi kurikulum karena ia mengalami secara empirik implementasi dari
teori dan pemikiran yang abstrak itu di dalam kelas.
c. Manfaat Bagi Pengembangan Profesi Guru
Penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan profesionalisme guru
dalam proses pembelajaran. Melalui penelitian ini guru dituntut untuk
memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan proses pembelajaran yang
baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Konstruktivis
Konstruktivis adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri (Von Glaserfelt dalam Paul
Suparno, 1997:18). Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan,
bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam
belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi (Slavin, 1994)
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka
sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar
dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mental
aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam kerja mental
siswa, guru memegang peranan penting dengan cara memberikan dukungan,
tantangan berpikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetap
merupakan kunci pembelajaran (Von Glaserfelt dalam Paul Suparno, 1997:62).
Piaget adalah salah satu pioner yang menggunakan filsafat konstruktivis
dalam proses belajar. Piaget menyatakan bahwa anak membangun sendiri
skemanya serta membangun konsep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya.
Piaget membedakan perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat taraf,
yaitu (1) taraf sensori motor, (2) taraf pra-operasional, (3) taraf operasional
konkrit, dan (4) taraf operasional formal. Walaupun ada perbedaan individual
dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi Piaget mengasumsikan bahwa seluruh
siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan
kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif
berinteraksi dengan lingkungan.
Antara teori Piaget dan kostruktivis terdapat persamaan yaitu terletak pada
peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa-siswanya (Woolfolk
dalam Yusuf, 2007) dan membantu siswa menghubungkan antara apa yang sudah
diketahui siswa dengan apa yang sedang dan akan dipelajari (Abruscato dalam
yusuf, 2007). Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan
konstruksi pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan
terdahulu. Persepsi yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan persepsi
baru. Siswa menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru
berdasar realitas yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa.
Ada tiga prinsip yang mengambarkan konstruktivisme : (a) seseorang tidak
pernah benar-benar memahami dunia sebagaimana adanya karena tiap orang
membentuk keyakinan atas apa yang sebenarnya, (b) keyakinan/pengetahuan yang
sudah dimiliki seseorang menyaring atau mengubah informasi yang diterima
seseorang, (c) siswa membentuk suatu realitas berdasar pada keyakinan yang
dimiliki, kemampuan untuk bernalar, dan kemauan siswa untuk memadukan apa
yang mereka yakini dengan apa yang benar-benar mereka amati (Abruscato dalam
Yusuf, 2007).
2. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Learning Cycle merupakan model pembelajaran sains yang berbasis
konstuktivistik. Model ini dikembangkan oleh J. Myron Atkin, Robert Karplus
dan Kelompok SCIS (Science Curriculum Improvement Study), di Universitas
California, Berkeley, Amerika Serikat sejak tahun 1967 (Dean Zollman & N.
Sanjay Rebello, 1998: 1).
Thomas E. Lauer (2003: 518) menuturkan Learning Cycle pada mulanya
terdiri dari tiga tahap yaitu exploration, concept introduction, dan concept
application (E-I-A). Tiga tahap tersebut saat ini berkembang menjadi lima tahap
yang dikenal dengan nama Learning Cycle 5E (engagement, exploration,
explanation, elaboration/extention, dan evaluation). Hasil-hasil penelitian tentang
penerapan Learning Cycle 5E menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa tentang
sains menjadi lebih baik, konsep diingat lebih lama, meningkatnya kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
bernalar, dan keterampilan proses menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan
pendekatan pembelajaran tradisional.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam model pembelajaran Learning
Cycle 5E oleh Anthony W. Lorsbach (2002) dijelaskan sebagai berikut:
a) Tahap Engagement. Pada tahap ini guru menyiapkan atau mengondisikan
siswa untuk belajar, membangkitkan minat siswa pada pelajaran, dan
melakukan tanya jawab dalam mengeksplorasi pengetahuan awal siswa.
b) Tahap Exploration. Pada tahap ini siswa bekerja sama dalam kelompok-
kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru tanpa
pengajaran langsung dari guru. Siswa mempelajari konsep sendiri dari
berbagai sumber yang dimiliki dan mendiskusikan dengan teman
kelompoknya. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator.
c) Tahap Explanation. Tahap ini merupakan tahap diskusi klasikal. Pada
tahap ini siswa menjelaskan konsep hasil temuan kelompoknya dengan
kata-kata mereka sendiri, menunjukkan bukti dan klarifikasi dari
penjelasan mereka, serta membandingkan argumen yang mereka miliki
dengan argumen dari siswa lain.
d) Tahap Elaboration. Pada tahap ini siswa mengaplikasikan konsep yang
mereka dapatkan untuk menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah.
e) Tahap Evaluation. Evaluasi dapat dilakukan melalui pemberian tes (quiz)
atau open-ended question di akhir pembelajaran untuk mengetahui sejauh
mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari.
3. Media Pembelajaran Macromedia Flash
Dewasa ini, bahan ajar kimia merupakan salah satu sumber belajar yang
telah dikemas dalam berbagai bentuk, misalnya media cetak (buku teks, modul,
majalah atau jurnal ilmiah), rekaman audio visual, software komputer, dan lain-
lain.
Media komputer yang digunakan untuk menyampaikan materi zat adiktif
dan psikotropika menampilkan program macromedia flash player 8. Macromedia
flash merupakan suatu sofware paling populer saat ini dalam hal animasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dapat mewujudkan imajinasi dan daya khayal manusia yang tiada batas. Pokok
bahasan zat adiktif dan psikotropika dapat disajikan oleh software macromedia
flash. Untuk materi-materi yang bersifat konkret materi ini dapat disajikan dalam
bentuk audio visual yang berupa tampilan tulisan beserta suara penjelasan dari
materi yang ditampilkan, sedangkan materi-materi yang abstrak dapat disajikan
dalam bentuk animasi. Flash biasanya menyertakan suara animasi dalam bentuk
MP3.
Seperti media maupun metode yang lain, media komputer memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari media komputer antara lain:
a. Mengelola siswa untuk mencoba hal-hal baru tanpa takut salah.
b. Memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan masing-masing.
c. Siswa dapat belajar lebih efektif.
d. Membantu pengembangan sosialisasi dan sikap siswa secara positif.
e. Dapat membantu kemajuan siswa lebih cermat.
Sedangkan keterbatasan penggunaan media komputer antara lain:
a. Relatif masih tetap lebih mahal, sehingga biaya pemanfaatan komputer
dalam pembelajaran masih diperhitungkan.
b. Rancangan dan produksi software untuk tujuan pendidikan masih relatif
sedikit.
c. Sedikit sekali materi pelajaran yang dirancang menggunakan komputer.
d. Merancang materi pelajaran menggunakan komputer dapat dapat
menambah beban pekerjaan si perancang.
e. Kreativitas mungkin hanya terpaku pada pembelajaran yang disajikan
komputer sehingga respon siswa yang kreatif dan hakiki terbaikan.
(Tresna Sastrawijaya, 1988:166-167).
Menurut Oemar Hamalik (1989: 17) komputer merupakan salah satu
teknologi canggih yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara
cermat, cepat, dan dengan hasil yang akurat. Proses pembelajaran membutuhkan
peran komputer karena komputer bukan saja berfungsi sebagai alat bantu, namun
juga dapat sebagai bagian dari metode pembelajaran itu sendiri. Sebagai sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
metode pembelajaran, komputer dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa
terhadap mata pelajaran tertentu. Selain itu, komputer sendiri dapat berfungsi
sebagai salah satu sumber informasi, dengan demikian dapat menjadi sumber
belajar bagi siswa. Komputer sebagai alat yang dapat menerima informasi,
diterapkan untuk prosedur pemprosesan informasi, dan memberikan hasil
informasi baru dalam bentuk yang digunakan oleh pemakai.
Penggunaan komputer hanyalah untuk membantu siswa dalam memahami
konsep pelajaran, sedangkan penyelesaian soal tetap diserahkan pada kemampuan
siswa. Teknis penggunaan komputer sebagai media pembelajaran ini dilakukan
dalam ruang kelas, dimana siswa melihat tampilan bahan ajar melalui LCD
proyektor.
4. Lembar Kerja Siswa
a. Pengertian Lembar Kerja Siswa
Ada beberapa definisi Lembar Kerja Siswa dari para ahli antara lain:
(1) Djago Tarigan (1990: 47), menyebutkan LKS dapat digunakan dalam
membahas sesuatu pokok bahasan. LKS adalah lembaran-lembaran yang
berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang
terprogram. Di dalam lembaran tersebut terdapat informasi dan instruksi dari
guru kepada siswa supaya siswa dapat mengerjakan sendiri suatu aktifitas.
(2) Puslata (2007: 1) mengemukakan bahwa LKS adalah materi ajar yang
dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi
tersebut secara mandiri.
Menurut Arief S. Sadiman (2007: 93), Media LKS merupakan alat
bantu yang bertujuan untuk membantu siswa dalam menghadapi kesulitan
dalam belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran media LKS merupakan
salah satu kelompok media cetak. Salah satu media LKS yang saat ini masih
digunakan sebagai pedoman guru dan siswa dalam proses pembelajaran
adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa adalah sebuah buku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
yang berisi ringkasan materi untuk memperkaya, memperdalam dan
mengembangkan buku pokok.
Lembar kerja Siswa berisi tentang ringkasan materi, tugas- tugas dan
evaluasi. Ringkasan dimaksudkan untuk menyegarkan ingatan siswa
terhadap pokok bahasan yang disampaikan. Tugas dimaksudkan untuk
memantapkan penguasaan terhadap pokok bahasan yang dipelajari. Evaluasi
dimaksudkan untuk menguji tingkat penguasaan siswa terhadap materi suatu
bahasan.
Sedangkan dalam Sosialisasi KTSP (2007: 8) dijelaskan bahwa
beberapa pengertian LKS yaitu :
a) Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-
lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
b) Lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas.
c) Tugas-tugas yang yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori
dan atau praktik.
Berdasarkan pengertian LKS yang sudah disebutkan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa LKS adalah suatu lembar kegiatan yang berisi
petunjuk atau arahan dari guru kepada siswa agar dapat melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. LKS
mempunyai peran yang cukup penting dalam mengefektifkan proses belajar
mengajar dan diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami konsep
materi pelajaran secara mandiri.
b. Pengembangan dan Pemanfaatan LKS dalam Pembelajaran
Apabila guru menggunakan lembar kerja sebagai sarana pembelajaran
maka lembar kerja tersebut harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.
Suatu lembar kerja haruslah memenuhi berbagai persyaratan, diantaranya: 1)
susunan sistematis, 2) terarah kepada pencapaian tujuan pembelajaran, 3)
tegas, jelas, mudah dipahami siswa, 4) mengembangkan kreativitas siswa,
dan 5) produknya dapat dinilai (Djago Tarigan, 1990: 47).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Beberapa hal mengenai pengembangan dan pemanfaatan LKS dalam
pembelajaran: (1) Siswa akan mendapat uraian materi, tugas dan latihan
yang berkaitan dengan materi yang diberikan. (2) Desain untuk LKS harus
memperhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, dan kejelasan. (3)
Langkah-langkah dalam pengembangan LKS, yang meliputi: a) penentuan
tujuan instruksional, b) pengumpulan materi, c) penyusunan elemen, d) cek
dan penyempurnaan (Puslata, 2007: 1).
Menurut Chaerun Anwar (2007: 3) menyebutkan bahwa guru dapat
menentukan target pembelajaran yang bisa dicapai atau perubahan perilaku
siswa yang bisa diungkap serta sikap mental yang bisa dibentuk melalui
pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran IPA Lembar Kerja Siswa
berfungsi antara lain :
1. Sebagai alternatif guru untuk mengarahkan pembelajaran atau
memperkenalkan sesuatu kegiatan tertentu misalnya konsep, prinsip,
atau skill.
2. Mempercepat proses pembelajaran dan menghemat waktu penyajian
suatu topik.
3. Memudahkan penyelesaian tugas perorangan dan kelompok.
4. Meringankan kerja guru dalam memberi bantuan perorangan atau
remidi.
5. Mengoptimalkan media pembelajaran yang terbatas.
6. Membangkitkan minat siswa.
Dalam penelitian ini LKS dibuat untuk meningkatkan pemahaman
siswa melalui latihan-latihan soal. Slameto (2010: 87) mengemukakan
bahwa mengerjakan soal/tugas/latihan dan mengulang bahan pelajaran dapat
mempengaruhi hasil belajar. LKS berperan untuk melengkapi materi yang
disajikan setelah menggunakan macromedia flash dan sebagai bahan latihan
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi zat adiktif dan
psikotropika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
5. Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari kata “prestasi” dan “belajar”. Menurut Zainal
Arifin (1991: 2) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”,
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha.
Dalam kamus bahasa Indonesia, arti dari prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Menurut Winkel (1991: 52) bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan yang
dicapai. Jadi hasil prestasi belajar menunjukkan tingkat keberhasilan seorang
siswa dalam proses belajar. Hasil belajar merupakan hal penting dalam proses
belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan seseorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang telah
dilaksanakan. Dengan demikian jika prestasi belajar siswa itu tinggi dapat
dikatakan bahwa proses belajar mengajar itu berhasil. Menurut Piaget dalam
Dimyati dan Moedjiono (1991: 14) proses pembelajaran terdiri dari empat
langkah yaitu: 1) menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri, 2)
memilih atau mengembangkan aktivitas belajar di kelas dengan topik tersebut, 3)
mengetahui kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang
menunjang suatu proses pemecahan masalah dan 4) menilai pelaksanaan tiap
kegiatan, memperhatikan keberhasilan serta melakukan revisi.
Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1988: 32) bahwa hasil atau
prestasi belajar dapat dibedakan menjadi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Mengenai prestasi belajar dalam penelitian ini, aspek yang diukur
yaitu :
a. Aspek Kognitif
Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait pada
percobaan yang dilakukan (Mulyati Arifin, 1995: 24). Untuk aspek
pengetahuan evaluasi dapat dilakukan melalui tes lisan maupun tertulis yang
relevan dengan materi pokok tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Menurut Mulyati Arifin (1995: 24) menyatakan bahwa aspek kognitif
dapat berupa pengetahuan dan keterampilan intelektual yang meliputi produk
ilmiah dan proses ilmiah. Produk ilmiah meliputi fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, generalisasi, teori dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan proses ilmiah meliputi pengamatan, pemahaman, aplikasi,
analisis dan evaluasi.
b. Aspek Afektif
Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, derajat
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Evaluasi aspek afektif dalam
hal ini digunakan penilaian kecakapan hidup meliputi kesadaran diri,
kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial dan kecakapan akademik.
6. Aktivitas Belajar
Dalam proses belajar mengajar, aktivitas peserta didik merupakan hal yang
sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses belajar mengajar
yang ditempuh memperoleh hasil yang optimal.
Dalam belajar sangat diperlukan keaktifan, karena menurut Sardiman A.M
(1994: 94) “pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah
tingkah laku. Jadi melakukan kegiatan”. Sehingga tidak ada belajar kalau tidak
ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas diperlukan dalam proses belajar mengajar.
Pada umumnya peserta didik telah berusaha untuk belajar. Akan tetapi kadar
keaktifannya dalam belajar secara efektif kurang. Adapun kekurangaktifan peserta
didik belajar secara efektif menurut Tabrani Rusyan, et al (1994: 128-129) dapat
disebabkan antara lain oleh:
a. Hasil belajar yang digunakan pada umumnya hanya sampai tingkat
penguasaan. Para siswa pada umumnya belajar dengan menghafal saja.
Apabila telah hafal, maka siswa telah merasa cukup. Padahal dalam
belajar, hasil belajar tidak hanya dinyatakan dalam penguasaan saja tapi
juga perlu adanya penggunaan dan penilaian.
b. Sumber belajar yang digunakan pada umumnya hanya terbatas pada guru
dan satu-dua buku. Hal ini perlu dipertanyakan siswa apakah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
mencatat penjelasan dari guru dengan efektif dan apakah satu-dua buku
itu dikuasainya dengan baik. Jika tidak, aktivitas belajar siswa kurang
optimal karena kurangnya sumber belajar yang digunakan.
c. Guru dalam mengajar kurang merangsang aktivitas belajar siswa secara
optimal. Sebagai contoh pada umumnya guru mengajar hanya dengan
menggunakan metode ceramah. Hal ini juga ditunjang oleh kurangnya
penguasaan dan keterampilan guru dalam menggunakan metode-metode
lain yang lebih bervariasi.
Rosseau dalam Sardiman, A.M (1994: 96) mengemukakan bahwa “segala
pengetahuan itu harus diperoleh dari pengamatan sendiri, pengalaman sendiri dan
penyelidikan sendiri”. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus
aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran maka
proses belajar mengajar tidak mungkin terjadi. Lebih lanjut Montessori dalam
Sardiman, A.M (1994: 96) menegaskan bahwa “anak-anak itu memiliki tenaga–
tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri, pendidik akan berperan
sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya”.
Dari dua pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa yang lebih banyak melakukan
aktivitas dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri sedangkan pendidik
hanya memberikan bimbingan dan merencanakan kegiatan untuk anak didiknya.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa dalam kegiatan belajar siswa harus aktif sendiri.
Dengan kata lain dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas
belajar itu tidak akan berlangsung dengan baik.
Dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas
yang bersifat fisik maupun mental. Dalam belajar, kedua aktivitas tersebut harus
selalu terkait. Sebagai contoh, seseorang sedang belajar dengan membaca. Secara
fisik terlihat bahwa orang tadi membaca, tapi mungkin pikirannya tidak tertuju
pada buku yang sedang dibaca, kalau sudah demikian belajar itu tidak akan
optimal. Atau ada seseorang yang berpikir tentang sesuatu ide, tapi tidak dengan
aktivitas fisik misalnya dituangkan dalam tulisan atau disampaikan pada orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
lain, maka ide atau pemikirannya tidak ada gunanya. Dengan demikian jelas
bahwa aktivitas itu dalam arti luas baik yang bersifat fisik maupun mental.
Aktivitas belajar siswa pada penelitian ini dibatasi pada aktivitas siswa
dalam belajar kimia yang diukur melalui observasi langsung terhadap setiap siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas.
Aktivitas belajar menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman, A.M (1994: 99)
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Visual activities, yang termasuk didalamnya membaca, memperhatikan
gambar, melakukan demonstrasi atau praktikum dan percobaan.
2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi.
3. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, tugas
dan mencatat.
4. listening activities, sebagai contoh menguraikan, percakapan, diskusi,
musik, pidato
Jadi dalam proses belajar mengajar guru harus dapat membangkitkan
aktivitas siswa dalam bertindak maupun berpikir. Dengan aktivitas siswa maka
pelajaran akan menjadi lebih berkesan, dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan
lagi dalam bentuk yang berbeda, misalnya bertanya, mengajukan pendapat,
melaksanakan tugas dan lain-lain. Bila siswa menjadi partisipan yang aktif maka
ia akan memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baik sehingga proses
belajar mengajar yang ditempuh akan memperoleh hasil yang optimal.
1. Zat Adiktif dan Psikotropika
a. Pengertian Zat Adiktif
Zat adiktif adalah bahan atau obat yang jika kita masukkan kedalam tubuh,
maka akan menimbulkan efek tertentu dan mengakibatkan kecanduan (adiksi)
atau keinginan untuk menggunakan secara terus-menerus. Hal itu terjadi karena
zat adiktif mengandung bahan kimia tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Pengelompokan Zat Adiktif
Secara umum Zat adiktif digolongkan kedalam narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya atau sering disebut dengan NAPZA.
1) Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
a) Penggolongan Narkotika
(1) Opioda
Opioda adalah nama golongan zat yang memiliki khasiat mirip morfin.
Dalam bidang kedokteran, zat ini dimanfaatkan terutama sebagai analgesik
(penghilang rasa nyeri). Opioda alami berasal dari getah yang keluar dari kotak
biji tanaman Papaver somniferum yang belum masak. Getah ini disebut opium.
Didalam opium terkandung morfin, kodein dan tebain. Opioda digolongkan
menjadi tiga golongan, yaitu :
(a) Opioda alami, misalnya opium, morfin, kodein dan tebain.
(b) Opioda semi sintetis, yaitu opioda yang diperoleh dari bahan alami
dengan sedikit perubahan kimia, misalnya heroin dan hidromorfon.
(c) Opioda sintetis, misalnya meperidin, propoksefan, metadhon dan
levorfanol.
(2) Ganja
Ganja atau Mariyuana diperoleh dari tanaman Canabis sativa atau Canabis
indica. Ganja mengandung zat psikoaktif (zat yang dapat mempengaruhi mental,
emosi dan tingkah laku orang yang memakainya) yang disebabkan oleh zat kimia
yang dikandungnya yaitu THC (Delta 9 tetrahydrocannibinol). Kadar zat
psikoaktif tertinggi terdapat pada pucuk tanaman yang sedang berbunga. Dari
ganja diperoleh hashih, yaitu getah tanaman ganja yang dikeringkan dan dibentuk
berupa lempengan. Kadar zat psikoaktif dalam hashih dapat mencapai 15-30%.
Efek rasa dari penggunaan ganja adalah cenderung sangat santai, rasa gembira
berlebih, sering berfantasi, selera makan tinggi dan sensitif.
(3) Kokain
Kokain berasal dari tanaman koka (Erythroxylum coca) yang tumbuh di
Bolivia dan Peru. Kokain diisolasi dari daun koka, berupa kristal berwarna putih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Kokain yang sering disalahgunakan biasanya dicampuri zat lain seperti gula.
Penyalahgunaan dapat melalui berbagai cara, seperti ditelan, disedot melalui
hidung, disuntik atau dirokok (Michael Purba, 2005:96-99). Efek rasa dari
pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar, kehilangan nafsu makan,
menambah rasa percaya diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.
b) Ciri Fisik Pengguna Narkotika
Secara fisik, pecandu narkotika dapat dikenali dengan beberapa ciri
sebagai berikut :
(1) Sering gelisah
(2) Badan kurus
(3) Pupil mata mengecil atau membesar
(4) Keluar air mata
(5) Sering berkeringat
(6) Badan lemas
(7) Sering mengantuk
(8) Tidak konsentrasi
c) Manfaat Narkotika Dalam Bidang Kedokteran.
Penggunaan obat-obat yang tergolong narkotika dalam bidang kesehatan
antara lain:
(1) Kokain digunakan sebagai penekan rasa sakit dikulit, digunakan untuk
anestesi (bius) khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan
(2) Kodein merupakan analgesik lemah. Kekuatannya sekitar 1/12 dari morfin.
Oleh karena itu, kodein tidak digunakan sebagai analgesik, tetapi sebagai
anti batuk yang kuat
(3) Morfin adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah. Morfin terutama
digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang hebat yang tidak dapat
diobati dengan analgetik non narkotika. Apabila rasa nyeri makin hebat
maka dosis yang digunakan juga makin tinggi. Morfin juga digunakan untuk
mengurangi rasa tegang pada penderita yang akan dioperasi.
(4) Heroin adalah obat bius yang sangat mudah membuat seseorang kecanduan
karena efeknya sangat kuat. Obat ini bisa ditemukan dalam bentuk pil,
bubuk dan juga dalam bentuk cairan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(5) Methadone, saat ini methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan
ketergantungan opium. Antagonis opioid (analgetik narkotika) telah dibuat
untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid dan
digunakan sebagai analgesia bagi penderita rasa nyeri
(6) Meperidin (sering juga disebut petidin, demerol, atau dolantin), digunakan
sebagai analgesia. Obat ini efektif untuk terapi batuk dan diare. Daya kerja
meperidin lebih pendek dari morfin
(Michael Purba, 2005:96-99)
2) Psikotropika
Zat psikotropika adalah zat atau obat yang bukan narkotika yang bersifat
psikoaktif (memacu), melalui pengaruh yang selektif pada susunan syaraf pusat,
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
a) Penggolongan Psikotropika
(1) Amfetamin
Amfetamin adalah stimulan susunan syaraf pusat seperti kokain, kafein
dan nikotin. Nama generik/turunan amfetamin adalah D-pseudo epinefrin.
Amfetamin disintesis pertama kali pada tahun 1887, tetapi baru dipasarkan
sebagai obat pada tahun 1932. Amfetamin dikenal juga dengan nama speed,
uppers, whiz, atau sulfat. Amfetamin sering digunakan untuk mengurangi berat
badan karena dapat menghilangkan rasa lapar. Amfetamin dibedakan menjadi dua
jenis yaitu:
(a) MDMA (metil dioksi metamfetamin) dikenal dengan nama ekstasi, inex
(b) Metamfetamin, dikenal dengan nama shabu (metamfetamin bekerja lebih lama
dibanding MDMA dan efek halusinasinya cukup kuat).
(2) Sedatif Hipnotik
Sedatif dan hipnotik adalah golongan zat yang dapat memberi efek
menenangkan dan kantuk. Ada berbagai golongan zat yang dimasukkan kedalam
sedatif-hipnotik, antara lain asam barbiturat dan benzodiazepin.
(a) Asam Barbiturat
Asam barbiturat disintesis pertama kali oleh Adolf van Bayer. Asam
barbiturat merupakan asam urat. Barbiturat tergolong depresan sususan syaraf
pusat. Dalam dosis kecil memberi efek menenangkan sedangkan dalam dosis
besar dapat menginduksi tidur. Pada dosis tinggi selain memberi efek sedasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
(menenangkan), barbiturat dapat menghambat pernapasan, menimbulkan
komplikasi jantung, tidur, koma dan kematian. Barbiturat banyak disalahgunakan
dengan nama pil koplo.
(b) Benzodiazepin
Benzodiazepin digunakan dalam bidang kedokteran untuk mengatasi
ansietas (rasa cemas), ketegangan, anti kejang atau untuk menimbulkan efek
sedasi. Dosis mematikannya tinggi, sehingga relatif lebih aman daripada sedatif-
hipnotik yang lain. Benzodiazepin yang sering disalahgunakan antara lain
nitrazapam (dumolid, mogadon), diazepam (valium dan pil Keluarga Berencana
(KB)), bromazepam dan flunitrazepam.
(c) Inhalansia dan solven
Zat yang digolongkan dalam inhalansia dan solven meliputi berbagai
senyawa organik yang berupa gas atau pelarut yang mudah menguap. Inhalansia
dan solven terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga dan kantor.
Contohnya yaitu perekat/lem, tinner, kloroform, freon, aseton dan bensin.
Pemakaian yang berlebihan dapat merusak berbagai organ tubuh, misalnya otak,
ginjal, paru, jantung dan sumsum tulang (Michael Purba, 2005:99-101).
b) Ciri Fisik Pengguna Psikotropika
Secara fisik, pecandu psikotropika dapat dikenali dengan beberapa ciri
sebagai berikut :
(1) Badan terlihat kurus dan tak bertenaga.
(2) Badan sering berkeringat dan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan
tubuh)
(3) Sering kejang-kejang dan nafas berdegup kencang
(4) Suhu badan tinggi
(5) Jantung tidak berfungsi dengan baik
(6) Denyut nadi sangat cepat, melebihi batas normal (>60 denyut/menit)
(7) Sering muntah
c) Manfaat Psikotropika Dalam Bidang Kedokteran
Penggunaan obat-obat yang tergolong psikotropika dalam bidang
kesehatan antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(1) Asam barbiturat (pentobarbital dan secobarbitol) sering digunakan untuk
menghilangkan cemas sebelum operasi (obat penenang)
(2) Amfetamin (dan turunannya), digunakan untuk mengurangi depresi,
kecanduan alkohol, parkinson, hipotensi, kegemukan, keracunan zat
tertentu, menambah kewaspadaan, menghilangkan rasa kantuk dan lelah,
menambah keyakinan diri dan konsentrasi (Michael Purba, 2005: 99-101).
3) Zat Adiktif Lain
a) Penggolongan Zat Adiktif Lain
(1) Rokok
Rokok berasal dari daun tembakau yang dikeringkan dan dibentuk atau
hanya digulung dan dimasukkan kedalam pipa. Bila rokok dibakar akan
terjadi perubahan kimia.
(a) Zat Kimia yang Terkandung Dalam Rokok
Rokok merupakan salah satu zat adiktif. Didalam rokok terkandung zat-
zat yang berbahaya bagi tubuh. Kandungan bahan kimia yang terdapat pada
sebatang rokok terdapat pada Gambar 1.
ii)
Gambar 1. Kandungan Bahan Kimia dalam Rokok
(Sumber: Sugeng Y. I, dkk, 2011:32)
Dampak dari zat kimia yang terkandung dalam rokok dapat dilihat dalam Tabel 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Tabel 2. Zat-zat kimia yang terdapat dalam rokok dan dampaknya terhadap
kesehatan
No Zat kimia Dampak bagi tubuh
1 Nikotin Menyebabkan kecanduan
Merusak jaringan otak
Menyebabkan darah lebih mudah membeku
Mengeraskan dinding arteri
2 Tar Membunuh sel dalam saluran udara dan paru-paru
Meningkatkan produksi lendir didalam paru-paru
3 Karbon
Monoksida
Mengikat hemoglobin sehingga darah kekurangan
oksigen yang dapat menyebabkan kematian
4 Bahan kimia
penyebab kanker
Memicu pertumbuhan kanker dalam tubuh
5 Bahan kimia
Pengganggu
(iritan)
Mengotori saluran udara dan kantung udara dalam
paru-paru
Menyebabkan batuk
Sumber: Nurul Kamilati, 2006: 64
(b) Penyakit yang Disebabkan oleh Rokok
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh rokok, diantaranya adalah: paru-
paru, iritasi saluran pernapasan, tekanan darah tinggi, kerusakan otot jantung
(jantung koroner), sesak nafas, batuk-batuk, kanker perut, kanker pankreas, dan
lain-lain. Organ-organ tubuh yang dapat mengalami gangguan akibat merokok
antara lain:
(1) Hidung yang merupakan indra penciuman menjadi kurang peka. Hal ini
karena adanya partikel-partikel panas yang terbawa oleh asap rokok
menempel pada rongga hidung.
(2) Mulut, gigi, dan lidah mengalami penurunan fungsi dan terjadi perubahan
fisik, misalnya gigi menjadi berwarna kuning dan bibir menjadi berwarna
kehitaman.
(3) Infeksi saluran pernafasan terjadi sebagai akibat dari asap yang dihisap dan
membawa partikel-partikel kecil yang menempel pada dinding saluran
pernafasan yang menyebabkan infeksi (radang tenggorokan)
(4) Kanker paru-paru menjadi ancaman terhebat bagi para perokok. Lendir
yang berlebihan akibat reaksi tubuh terhadap adanya zat asing (tar) masuk
pada paru-paru, menyebabkan batuk-batuk dan saluran bronkia meradang
yang disebut bronchitis. Bronkia adalah cabang pada paru-paru. Di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
samping itu, penyakit emphysema, juga mengancam jiwa perokok.
Penyakit emphysema adalah penyakit yang ditandai dengan rusaknya paru-
paru, yakni meningkatnya frekuensi nafas dan rasa nyeri luar biasa.
(5) Pengaruh nikotin dan karbon monoksida (CO), menyebabkan darah cepat
membeku, sehingga aliran darah dari dan ke jantung terhambat. Keadaan
ini menyebabkan jantung koroner, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah (menyebabkan stroke).
(6) Gangguan lambung dan rahim, juga menjadi ancaman bagi perokok. Bayi
yang terlahir dari seorang ibu perokok, mempunyai kesehatan yang kurang
baik dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang bukan perokok
(Nurul Kamilati, 2006: 56).
Untuk mengetahui lebih jelas pengaruh rokok terhadap kesehatan tubuh
kita dapat dilihat pada gambar 2
Gambar 2. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan
(Sumber: Nurul Kamilati, 2006:65)
(c) Ciri Fisik Pengguna Rokok
Secara umum, para pecandu rokok dapat dikenali dari penampilan
fisiknya, diantaranya adalah:
(1) Bibir para perokok kebanyakan berwarna hitam. Hal ini karena adanya
reaksi dengan asap panas yang melalui organ tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(2) Gigi para perokok berwarna kuning karena seringnya terkena nikotin,
sehingga email gigi rusak.
(3) Mata merah dan sering berair
(4) Sering batuk-batuk
(5) Kuku berwarna kuning (kotor)
(6) Mulut perokok biasanya berbau
(2) Minuman Keras (Alkohol)
Minuman keras meliputi seluruh jenis minuman yang mengandung alkohol
(nama kimianya etanol). Menurut catatan arkeologi, minuman beralkohol sudah
dikenal manusia sejak kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Di Indonesia, dikenal
beberapa minuman lokal yang beralkohol, misalnya brem, tuak, dan ciu. Alkohol
dapat dibuat melalui fermentasi (peragian) berbagai jenis bahan yang mengandung
gula, misalnya buah-buahan (seperti anggur dan apel), biji-bijian (beras dan
gandum), umbi-umbian (seperti singkong) dan madu.
(a) Penggolongan alkohol
Menurut peraturan Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan Departemen
Kesehatan, minuman keras dibagi kedalam tiga golongan berdasarkan kadar
alkohol didalamnya:
(1) Golongan A : Kadar alkohol 1-5%, misalnya bir.
(2) Golongan B : Kadar alkohol 5-20%, misalnya anggur.
(3) Golongan C : Kadar alkohol 20-45%, misalnya wiskey dan vodka
(Michael Purba, 2005: 93)
(b) Zat Kimia yang Terkandung dalam Minuman Keras
Minuman keras yang biasanya diminum para “pemabuk” didalamnya
terdapat suatu zat yang berbahaya bagi tubuh, yaitu alkohol. Sebenarnya alkohol
banyak memiliki manfaat bagi manusia, misalnya: sebagai desinfektan dan pelarut
pada produk kosmetik.
(c) Penyakit yang Disebabkan oleh Minuman Keras (alkohol)
Alkohol merupakan salah satu zat adiktif yang dapat mengakibatkan efek
ketagihan atau ketergantungan. Alkohol yang terkandung dalam minuman keras
dapat berbahaya bagi tubuh dan menimbulkan berbagai macam penyakit.
Diantaranya adalah kecanduan, kerusakan pada jaringan otak, gangguan perut dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pencernaan, serta mempengaruhi fungsi kerja hati. Organ yang dapat mengalami
gangguan akibat penggunaan minuman keras antara lain:
(1) Fungsi otak terganggu yang menyebabkan kehilangan sistem koordinasi tubuh,
gangguan penglihatan, dan susah bicara. Jika penggunaan dicampur dengan
obat lain, dapat menyebabkan pingsan dan kejang-kejang.
(2) Fungsi kerja jantung tidak stabil dan denyut jantung berdegup keras.
(3) Produksi asam lambung meningkat dan menyebabkan terjadinya penyakit
maag kronis atau peradangan lambung (gastritis)
(4) Merusak organ hati yang berakibat pada mengerasnya hati karena tidak
berfungsi dengan baik, yang pada akhirnya dapat menyebabkan hepatitis
(cirrhosis)
(d) Ciri Fisik Pengguna Minuman Keras
Secara fisik, pecandu minuman keras dapat dikenali dengan beberapa ciri
sebagai berikut:
(1) Bola mata selalu bergerak. Hal ini karena adanya efek yang ditimbulkan
dari terganggunya sistem syaraf.
(2) Kesadaran menurun, selalu tampak gelisah, dan kadang-kadang menggigau
rahasia pribadi atau orang lain tanpa sadar.
(3) Cenderung menyendiri, termenung, dan berkhayal.
(4) Sering merasa gembira yang tidak wajar.
(5) Raut muka memerah dan terlihat tak terawat (kusut)
(6) Berbicara (tidak jelas) dan tidak terarah.
(7) Nafas para pecandu minuman keras, tercium aroma alkohol yang membuat
kita mual
(8) Badan menjadi lemah dan apabila berjalan akan terhuyung-huyung karena
sistem koordinasinya sudah tidak berfungsi dengan baik.
2) Manfaat Zat Adiktif Lain dalam Bidang Kedokteran
Penggunaan obat-obat yang tergolong zat adiktif lain dalam bidang
kesehatan antara lain:
(1) Pada dosis tertentu, nikotin yang terdapat pada rokok dapat digunakan
sebagai obat untuk memulihkan ingatan seseorang. Hal ini karena nikotin
dapat merangsang sensor penerima rangsangan di otak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
(2) Alkohol dapat membunuh kuman penyakit, sehingga biasanya digunakan
untuk membersihkan alat-alat kedokteran pada proses sterilisasi.
Berdasarkan efek yang ditimbulkan, narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif lain (NAPZA) dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
1) Stimulan
Stimulan adalah zat yang merangsang sistem syaraf pusat sehingga
mempercepat proses-proses dalam tubuh, seperti meningkatnya detak jantung,
pernapasan dan tekanan darah. Stimulan membuat orang menjadi lebih siaga dan
menyembunyikan kelelahan. Contohnya antara lain kafein, nikotin, kokain, dan
amfetamin (shabu, ekstasi).
2) Depresant
Depresan menghasilkan aksi yang berkebalikan dengan stimulan.
Depresan menurunkan kesadaran terhadap dunia luar dan menidurkan. Depresan
memperlambat proses tubuh dan otak, seperti menurunkan tekanan darah, suhu
tubuh, detak jantung dan kontraksi otot. Depresan digunakan dalam bidang
kedokteran untuk terapi insomnia (sulit tidur) dan ketegangan. Contohnya alkohol
dan obat-obat penenang, seperti barbiturat, morfin, kodein, heroin.
3) Halusinogen
Halusinogen adalah zat yang dapat mempengaruhi sistem syaraf dan
menyebabkan halusinasi (berkhayal). Pengguna Zat ini mendengar atau melihat
sesuatu yang sebenarnya tidak nyata. Contohnya adalah LSD (Lysergic acid
diethyllamide), ganja (Michael Purba, 2005:86-87).
c. Dampak Penyalahgunaan Narkoba
1) Masalah Pribadi
Masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan narkoba pada pribadi
pengguna dapat berupa masalah fisik, masalah psikologis, dan masalah hukum.
a) Masalah fisik
Narkoba dapat merusak fungsi organ-organ tubuh pemakainya.
Masing-masing jenis narkoba mempunyai efek yang berbeda. Namun
secara umum, semua jenis zat adiktif merusak tubuh pemakainya.
b) Masalah hukum
Kasus yang terkait narkoba, mulai dari pemakai, pengedar, produsen
dan siapa saja yang berperan narkoba diancam hukuman yang sangat berat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Banyak negara yang menerapkan hukuman mati bagi pengedar
narkoba.(termasuk Indonesia)
c) Masalah psikologis/kecerdasan
Narkoba menurunkan kecerdasan, karena zat-zat tersebut
mengakibatkan kerusakan pada otak dan sistem syaraf. Meskipun dapat
disembuhkan, seorang pecandu akan kehilangan sebagian dari kemampuan
intelektualnya.
2) Masalah Keluarga
Narkoba membawa masalah serius bagi keluarga. Suatu keluarga yang
salah satu anggotanya menjadi pecandu akan menghadapi berbagai masalah, baik
masalah ekonomi, psikologis, maupun sosial. Pecandu memerlukan banyak uang.
Tidak mustahil dia menjual apa saja milik keluarganya untuk mendapatkan
narkoba. Keluarga menjadi terganggu dan malu terhadap lingkungan, serta dijauhi
masyarakat.
3) Masalah Masyarakat
Narkoba banyak menimbulkan masalah sosial antara pemakai dan
masyarakat disekitarnya, karena efek fisik maupun psikologis yang ditimbulkan.
Misalnya pencurian dan penganiayaan.
4) Masalah Negara
Negara sangat dirugikan oleh narkoba, bukan saja secara ekonomi, tetapi
juga karena kehilangan generasi penerus bangsa. Anak-anak muda yang
diharapkan menjadi pembangun, malah menjadi beban dan merusak kemajuan
bangsa.
d. Cara Menghindarkan Diri dari Narkoba
Meskipun narkoba yang mencakup narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
mempunyai kegunaan, tetapi zat-zat tersebut tidak boleh digunakan secara
sembarangan. Berdasarkan hal tersebut, maka sebaiknya kita menghindarkan diri
dari narkoba, karena hal tersebut akan mencegah kita dari pengaruh buruk yang
disebabkan oleh narkoba. Adapun cara-cara untuk menghindarkan diri dari
narkoba antara lain:
1) Memahami akibat dari pengaruh negatif yang ditimbulakn dari pemakaian
narkoba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2) Mencari informasi-informasi mengenai para pecandu narkoba yang dapat
kita jadikan sebagai pelajaran yang berharga, sehingga kita tidak
mendekati dan mencoba menggunakan narkoba.
3) Memahami ancaman hukum yang dijatuhkan pada para bandar (penjual),
pengedar, dan pemakai atau pengguna narkoba, yaitu terdapat pada
Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-
Undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
4) Menjauhkan diri dari pergaulan yang tidak sehat, yakni pergaulan yang
menjurus kearah penggunaan narkoba dan perilaku sex bebas
5) Memperkuat keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa, agar segala kegiatan
dapat lebih terkontrol dan selalu menuju kearah kebaikan.
B. Penelitian yang Relevan
1. Liu, T.-C.,Peng,H.,Wu,W.-H.,& Lin,M.-S. (2009: 344-358). Dalam jurnalnya
yang berjudul The Effects of Mobile Natural-science Learning Based on the
5E Learning Cycle di sekolah dasar di Taiwan dalam pelajaran IPA
menunjukan bahwa model siklus belajar 5E dapat meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman ilmiah siswa.
2. Abdul Qadeer Soomro, dkk. (2010: 18). Dalam jurnalnya yang berjudul
Teaching Physics through Learning Cycle Model: An Experimental Study.
Menunjukan bahwa siswa SMP yang diberi metode siklus belajar 5E proses
belajar mengajar memberikan hasil yang meningkat dibanding dengan
metode pengajaran tradisional.
C. Kerangka Berpikir
Ilmu Kimia sebagai salah satu bagian dari pelajaran IPA yang diberikan di
sekolah menengah pertama seringkali menjadi momok bagi sebagian siswa. Hal
ini dikarenakan ilmu kimia merupakan ilmu yang baru mereka kenal dan bersifat
abstrak sehingga tidak cukup mudah untuk dipahami. Selain itu, metode
pembelajaran yang seringkali digunakan para guru di sekolah adalah metode
ceramah sehingga semakin membuat siswa tidak tertarik dengan ilmu kimia,
bosan dan pada akhirnya tidak paham terhadap materi yang diajarkan guru mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
di kelas. Siswa SMP yang merupakan anak didik usia remaja muda memiliki
karakteristik suka berkelompok dan kebutuhan mengaktualisasikan diri yang
tinggi, maka perlu kiranya dilaksanakan sebuah metode yang dapat melibatkan
siswa secara aktif dalam PBM yang sekaligus memberikan kesempatan bagi siswa
untuk dapat berinteraksi dengan siswa lainnya.
Sebagian besar pembelajaran IPA yang dilakukan di SMP Negeri 4
Surakarta masih menggunakan metode ceramah, sehingga siswa tidak ikut terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Guru kurang mengoptimalkan
penggunaan media dalam pembelajaran. Akibat dari kebiasaan tersebut siswa
menjadi kurang aktif dalam memecahkan masalah, partisipasi rendah, kerja sama
dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar tidak efisien dan pada
akhirnya prestasi belajar menjadi rendah.
Salah satu pokok bahasan pembelajaran IPA kelas VIII semester genap
SMP Negeri 4 Surakarta adalah zat adiktif dan psikotropika. Pokok bahasan zat
adiktif dan psikotropika yang merupakan salah satu pokok bahasan dalam
pelajaran IPA yang penting untuk dipelajari karena pokok bahasan tersebut
berhubungan erat dengan kehidupan dan pergaulan siswa sehari-hari, bersifat
informatif, memerlukan pemahaman yang cukup dari siswa dan banyak berisi
hafalan. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah
metode pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan macromedia flash dan
dilengkapi dengan LKS.
pembelajaran Learning Cycle 5E merupakan model pembelajaran yang
berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 5 tahap belajar yaitu engagement,
exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Dalam model ini terdapat
Diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yakni pada tahap exploration,
hal ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan
memecahkan suatu permasalahan khususnya yang menyangkut tentang materi zat
adiktif dan psikotropika.
Macromedia flash digunakan pada tahapan awal model Learning Cycle 5E
agar siswa tertarik dan keaktifan diri siswa timbul. Penggunaan Macromedia flash
sebagai media pembelajaran adalah tampilannya yang menarik dan disertai video
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
mengenai penggunaan zat adiktif dan psikotropika sehingga merangsang siswa
untuk berfikir dan berdiskusi. Disamping itu, gambar yang ditampilkan juga akan
mempermudah siswa dalam memahami pokok bahasan zat adiktif dan
psikotropika.
Sedangkan media cetak yang dapat digunakan adalah Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) yang merupakan suatu lembar kerja yang berisi soal-soal tentang
pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika. LKS digunakan untuk mencari
penyelesaian dari permasalahan yang ada serta dapat mengukur kemampuan siswa
dengan menggunakan latihan soal yang ada di dalamnya.
Dari uraian di atas, diduga bahwa penggunaan model learning cycle 5E
dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. Skema kerangka
berpikir dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Kerangka Berpikir
Kondisi
Awal
Guru
Belum menerapkan
model learning cycle 5E
berbantuan macromedia
flash dilengkapi LKS
Siswa
aktivitas dan
prestasi belajar
siswa masih rendah
Tindakan
Menerapkan model
learning cycle 5E
berbantuan macromedia
flash dilengkapi LKS
Siklus I
Menerapkan tahapan-
tahapan pada model
learning cycle 5E
dengan dibantu oleh
macromedia flash
Siklus II
Memperbaiki tahapan
yang dirasa kurang
pada siklus I .
Kondisi
Akhir
Diduga melalui
penerapan model
learning cycle 5E
berbantuan macromedia
flash dilengkapi LKS
dapat meningkatkan
aktivitas dan prestasi
belajar siswa materi zat
adiktif dan psikotropika
aktivitas dan prestasi
belajar siswa belum
sesuai target yang
diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dikemukakan
hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia
flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa materi zat
adiktif dan psikotropika
2. Penerapan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia
flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa materi zat
adiktif dan psikotropika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 4 Surakarta yang
beralamat di jalan DI. Panjaitan no. 14 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 pada
bulan Februari - Desember 2012 yang dilakukan secara bertahap. Adapun tahap –
tahap pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Tahap persiapan meliputi persiapan dan perencanaan terdiri dari observasi
awal, pengajuan judul, permohonan ijin serta penyusunan instrumen.
Jangka waktu yang dibutuhkan 3 bulan yaitu bulan Februari sampai dengan
bulan April 2012.
b. Tahap Pelaksanaan, yaitu kegiatan penelitian di lapangan. Jangka waktu
yang diperlukan 2 bulan yaitu mulai bulan April – Mei 2012.
c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi analisis data dan penyusunan laporan.
Jangka waktu yang dibutuhkan 6 bulan yaitu bulan Juli hingga bulan
Desember 2012.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII G semester genap SMP Negeri
4 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Pemilihan subjek dalam penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa subjek kelas tersebut mempunyai
permasalahan yang telah teridentifikasi pada saat observasi awal. Penggunaan
metode dan media yang telah dirancang diharapkan dapat diterapkan pada siswa
kelas VIII G semester genap SMP Negeri 4 Surakarta. Objek penelitian ini adalah
aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dan prestasi belajar siswa terhadap
pembelajaran yang diterapkan.
C. Metode Penelitian
Pada dasarnya desain penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research) yang bersifat praktis dengan tujuan utama untuk
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran yang sehari-hari dialami oleh
guru dan siswa dimana pelaksanaannya dilakukan dalam kawasan kelas atau
sekolah tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif karena sumber data langsung berasal dari
permasalahan yang dihadapi guru atau peneliti dan data deskriptif berupa kata-
kata atau kalimat. Solusi dari permasalahan tersebut dirancang berdasarkan kajian
teori pembelajaran dan input dari lapangan. Adapun rancangan solusi merupakan
tindakan berupa penerapan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan
macromedia flash dilengkapi LKS dalam pengajaran materi zat adiktif dan
psikotropika. Agar diperoleh hasil yang maksimal, cara penerapan pembelajaran
learning cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dilakukan
melalui tindakan siklus dalam setiap pembelajarannya, maksudnya adalah cara
penerapan pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia flash pada
siklus pertama sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran siklus kedua,
hanya saja refleksi terhadap setiap pembelajaran berbeda tergantung pada fakta
dan interpretasi data yang ada. Prosedur dan langkah yang digunakan dalam
melaksanakan penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis
dan Mc Taggart dalam Kasihani Kasbolah (2001: 63-65) yaitu berupa model
spiral.
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data informasi tentang
keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif berupa
data hasil observasi, wawancara, kajian dokumen atau arsip dengan berpedoman
pada lembar pengamatan dan pemberian angket yang menggambarkan proses
pembelajaran di kelas. Aspek kuantitatif yang dimaksud adalah hasil penilaian
belajar dari pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika berupa nilai yang
diperoleh siswa dari tes kognitif, tes aspek afektif, dan tes angket aktivitas siswa
terhadap pembelajaran baik siklus I maupun siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data utama yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
a. Pengamatan
Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta
secara pasif. Pengamatan ini dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengamatan dilakukan oleh peneliti
dengan mengambil tempat duduk paling belakang. Dalam posisi itu peneliti
dapat lebih leluasa melaksanakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
b. Wawancara atau Diskusi
Wawancara atau diskusi dengan guru dilakukan setelah melakukan
pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika. Dari
hasil wawancara, pengamatan dan kajian dokumen yang telah dilakukan maka
dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan
pembelajaran pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika.
Dalam kegiatan diskusi itu peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: (1)
mengemukakan catatan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
proses KBM sesuai dengan fokus penelitian, (2) mengemukakan segi-segi
kelebihan dan kekurangan guru dalam penerapan pembelajaran yang telah
direncanakan, (3) menyamakan persepsi antara guru dan peneliti tentang hal-
hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran zat adiktif
dan psikotropika. Dengan kata lain, pada akhir setiap kegiatan diskusi
disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk
meningkatkan keefektifan penerapan pembelajaran konstruktivisme learning
cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS sehingga dapat
meningkatkan aktivitas dan ketuntasan belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c. Kajian Dokumen
Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada
seperti kurikulum, rencana pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi
pelajaran.
d. Angket
Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar pada pokok bahasan zat adiktif dan
psikotropika. Angket diberikan pada akhir penelitian tindakan. Dengan
menganalisis informasi yang diperoleh dari angket tersebut, maka dapat diketahui
ada tidaknya peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kimia pokok
bahasan zat adiktif dan psikotropika.
Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup. Responden atau siswa
memberikan jawabannya dengan memilih salah satu jawaban yang telah tersedia
di dalam angket. Penyusunan angket diawali dengan pembuatan kisi-kisi angket.
Konsep alat ukur tersebut berisi variabel dan indikator yang disusun sesuai dengan
tujuan penilaian angket. Indikator yang telah disusun kemudian dijadikan sebagai
acuan untuk membuat item-item yang tertulis di dalam angket.
Penyusunan angket menggunakan skala Likert yaitu dengan menggunakan
rentang mulai dari pernyataan sangat positif sampai pernyataan sangat negatif,
alternatif pilihan jawaban yang diberikan adalah sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) (Depdiknas, 2003: 20). Teknik
penilaian angket menggunakan skala Likert disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Teknik Penilaian Angket
Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat Tidak
Setuju
Pernyataan Positif 4 3 2 1
Pernyataan Negatif 1 2 3 4
e. Uji Kompetensi
Uji kompetensi dilaksanakan di akhir siklus dan bertujuan untuk
mengetahui implikasi dari tindakan yang telah diberikan dalam proses
pembelajaran terhadap penguasaan konsep materi dan hasil belajar siswa pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika. Dengan kata lain, uji kompetensi
disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa. Uji
kompetensi dilaksanakan dua kali yaitu di akhir siklus I dan di akhir siklus II.
Target ketuntasan pada siklus I 70% dan 80% pada siklus II. Sedangkan untuk
variabel aktivitas dalam proses pembelajaran, target pencapaian serta instrumen
penilaiannya disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Variabel Aktivitas Belajar yang Dinilai, Target Pencapaian dan
Instrumen Penilaiannya
Aspek Indikator
Target (%) Instru
ment Siklus
I
Siklus
II
Oral
activities
Siswa bertanya jika ada hal yang
kurang jelas kepada guru. 50% 60%
Lembar
observasi
dan
angket
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru tanpa ditunjuk. 50% 60%
Siswa aktif berdiskusi untuk
memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru.
70% 80%
Siswa memberikan ide/gagasan
untuk memecahkan masalah
dalam diskusi kelompok.
70% 80%
Visual
activities
Siswa memberikan perhatian
selama presentasi kelompok. 70% 80%
Siswa mengamati penjelasan
tambahan dari guru di papan tulis. 70% 80%
Listening
activities
Siswa mendengarkan penjelasan
dari guru. 70% 80%
Siswa mendengarkan penjelasan
dari teman yang sedang
presentasi.
60% 70%
Writing
Activities
Siswa menulis hasil pemecahan
masalah dalam diskusi. 75% 85%
Siswa mencatat penjelasan dari
guru. 70% 80%
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu instrumen
pembelajaran dan instrumen penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1. Instrumen Pembelajaran
a. Silabus
Silabus yang digunakan dalam penelitian adalah silabus yang telah disusun
oleh sekolah.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti dan disetujui
guru dengan tujuan agar pelaksanaan PBM dapat terstruktur dengan baik.
2. Instrumen Penilaian
a. Instrumen Penilaian Kognitif
Dalam penelitian ini digunakan bentuk tes objektif untuk penilaian
kognitif. Adapun langkah pembuatan tes terdiri dari: (1) membuat kisi-kisi
soal tes, (2) menyusun soal tes dan (3) mengadakan uji coba tes (tryout).
Tes objektif yang digunakan sebagai instrumen terdiri dari 25 butir soal.
Sebelum tes digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, tes
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tes tersebut
telah memenuhi persyaratan tes yang baik yaitu dalam hal validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Uji coba instrumen tes
dilakukan pada siswa yang telah memperoleh pelajaran kimia pokok bahasan
zat adiktif dan psikotropika yaitu kelas VIII A SMP Negeri 4 Surakarta Tahun
Ajaran 2011/2012.
1) Validitas Tes
Suatu alat ukur dikatakan valid bilamana alat ukur tersebut isinya
sesuai untuk mengukur objek yang seharusnya diukur. Validitas yang diuji
dalam penelitian ini adalah validitas butir soal dan validitas isi.
a). Validitas butir soal
Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang
dimiliki oleh satu butir soal. Dalam penelitian ini bentuk soal yang
digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Jenis data yang diperoleh dari
hasil uji coba adalah jenis data dikotomi (pada pilihan ganda skor benar =
1 dan salah = 0) maka rumus yang harus digunakan adalah korelasi point
biserial. Depdiknas (2009: 14) menerangkan bahwa untuk menghitung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial sebagai
berikut:
Keterangan : rpbis : koefisien korelasi point biserial
Mp : rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi
item yang dicari validitasnya
Mt : rerata skor total
St : standar deviasi dari skor total
p : proporsi siswa yang menjawab benar
q : proporsi siswa yang menjawab salah (q= 1-p)
Kriteria pengujian
Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel
Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel
Kriteria validitas suatu tes (rxy) adalah sebagai berikut :
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
>0,00 ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
Keterangan : rpbi bernilai 0,00 memberikan arti tidak adanya
korelasi.
Koefisien korelasi biserial (rxy) menunjukkan validitas item dari
suatu butir soal yang selanjutnya disebut sebagai rhitung. Taraf signifikan
yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5%. Item dikatakan valid bila
harga rhitung ≥ rtabel.
Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui
harga kritik (rtabel) sebesar 0.444. Untuk jenis soal kognitif dilihat dari uji
validitas soal, untuk soal dengan jumlah 30 soal, kriteria soal valid
sebanyak 25 butir soal sedangkan 5 butir soal invalid sehingga harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
ditiadakan. Maka jumlah soal yang digunakan untuk tes kognitif pada
siklus I dan siklus II masing-masing adalah 25 soal.
b) Validitas Isi
Validitas isi adalah kecocokan di antara isi alat ukur (tes) dengan isi
sasaran ukur. Artinya alat ukur yang memiliki validitas isi yang baik
adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang
seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum
dalam kurikulum.
Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas isi memenuhi
syarat atau tidak, digunakan formula Gregory dimana diperlukan 2
panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir
instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-
masing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya.
Formula Gregory adalah sebagai berikut:
Content Validity (CV) : DCBA
D
Keterangan :
A = jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B = jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan
menurut panelis II
C = jumlah item relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut
panelis II
D = jumlah item relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat
dilanjutkan.
(Gregory, 2007: 123)
Validitas isi menunjukan nilai CV = 1,00. Hal ini berarti isi alat
ukur (tes) telah memenuhi syarat karena CV > 0,700. Adapun
perhitungan menggunakan rumus Gregory dapat dilihat di lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2) Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek
yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama
pada waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk
obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR 20) yaitu sebagai
berikut :
Keterangan :
: koefisien realibilitas
n : jumlah item
S : deviasi standar
p : indeks kesukaran
q : 1-p
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
>0,00 ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
Depdiknas (2009: 16)
Untuk jenis soal kognitif dilihat dari uji reliabilitas soal, nilai koefesien
reliabilitas tes untuk 30 soal kognitif adalah 0,820 dengan kriteria tinggi.
3) Taraf Pembeda Soal Suatu Item
Taraf pembeda suatu item adalah taraf sampai di mana jumlah jawaban
benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari
siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai) untuk suatu
item (Depdiknas, 2009: 11). Perbedaan jawaban benar dari siswa tergolong
kelompok atas dan bawah disebut Daya Pembeda (DP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
D = JA
BA-
JB
BB
Keterangan :
DP : Daya Pembeda
BA : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong
kelompok atas
BB : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong
kelompok bawah
JA : jumlah siswa yang tergolong kelompok atas
JB : jumlah siswa yang tergolong bawah
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
0,71─ 1,00 : Baik sekali
0,41 ─ 0,70 : Baik
0,21 ─ 0,40 : Cukup
0,00 ─ 0,2 : Jelek
Bertanda negatif : Item yang bersangkutan daya pembedanya jelek
sekali
Hasil tryout instrumen penelitian untuk uji daya pembeda soal pada
aspek kognitif dengan jumlah soal 30 butir soal, kriteria soal baik sebanyak 23
butir soal, kriteria cukup sebanyak 2 butir soal dan kriteria jelek sebanyak 5
butir soal.
4) Taraf Kesukaran Suatu Item
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan
indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan
hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang
seharusnya diperoleh dari suatu item.
P = JS
B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab benar
JS : Jumlah peserta
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
0,71 ─ 1,00 : Mudah
0,31 ─ 0,70 : Sedang
0,00 ─ 0,30 : Sukar
(Depdiknas, 2009: 9)
Hasil tryout instrumen penelitian untuk uji taraf kesukaran soal pada
aspek kognitif dengan jumlah soal 30 butir soal, kriteria soal mudah sebanyak
13 butir soal, kriteria sedang sebanyak 2 butir soal dan kriteria soal sukar
sebanyak 5 butir soal.
b. Instrumen Penilaian Afektif
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk memperoleh nilai afektif
siswa pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika. Kemampuan afektif
merupakan bagian dari hasil belajar. Keberhasilan pembelajaran pada ranah
kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif peserta didik.
Spesifikasi instrumen afektif dibagi kedalam lima ranah yaitu: sikap, minat,
konsep diri, nilai dan moral. Langkah pertama penyusunan instrumen afektif yaitu
menentukan definisi konseptual yang berasal dari teori-teori yang diambil dari
buku teks. Selanjutnya mengembangkan definisi operasional berdasarkan
kompetensi dasar yang bisa diukur. Definisi operasional kemudian dijabarkan
menjadi sejumlah indikator.
Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus
menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan jawaban
dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang sudah disediakan. Penyusunan
item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
alternatif jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor untuk angket ini
digunakan skala Likert dengan rentang skor 1 sampai 4 untuk item yang mengarah
pada jawaban positif.
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut
diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui
kualitas item angket.
1) Uji Validitas Skala
Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus product
moment sebagai berikut :
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)
X : hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y : kriteria yang dipakai
N : jumlah subyek
Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel
Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel
Kriteria validitas suatu tes (rxy ) adalah sebagai berikut :
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui
harga kritik (rtabel) sebesar 0,413. Untuk jenis soal afektif dilihat dari uji
validitas soal, untuk soal dengan jumlah sebanyak 40 soal, kriteria soal valid
sebanyak 35 butir soal sedangkan 5 butir soal invalid.
2) Uji Reliabilitas
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas
suatu butir soal yang menghendaki gradualisasi penilaian digunakan penilaian
rumus alpha (digunakan untuk mencari realibilitas yang skornya bukan 1 atau
0) yaitu sebagai berikut :
rtt = α =
Keterangan :
rtt : koefisien realibilitas instrumen
N : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
ΣSi2 : jumlah kuadrat S tiap-tiap item
St2
: kuadrat dari S total keseluruhan item
St = 221XXN
N
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
>0,00 ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Syaifuddin Azwar, 2009: 87)
Untuk jenis soal afektif dilihat dari uji reliabilitas soal, nilai koefesien
reliabilitas tes untuk 40 soal afektif adalah 0,91 dengan kriteria tinggi.
c. Angket Aktivitas Siswa
Angket aktivitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana keaktifan
siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil angket ini digunakan sebagai
salah satu sumber penentuan aktivitas siswa selain dari hasil observasi.
Spesifikasi instrumen aktivitas siswa dibagi kedalam empat aspek yaitu:
oral activities, visual activities, listening activities, dan writing activities.
Langkah pertama penyusunan instrumen angket aktivitas yaitu menentukan
definisi selanjutnya mengembangkan definisi operasional kemudian
dijabarkan menjadi sejumlah indikator. Definisi konseptual, definisi
2
2
11
t
i
S
S
N
N
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
operasional dan indikator untuk setiap aspek keaktifan dapat dilihat pada
lampiran. Angket ini diisi siswa secara langsung setelah seluruh proses belajar
selesai dilaksanakan di dalam kelas. Dalam menjawab pertanyaan, siswa
hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah
disediakan. Pemberian skor untuk angket keaktifan digunakan skala 1 sampai
4.
Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui harga
kritik (rtabel) sebesar 0,413. Perhitungan uji validitas dan reliabilitas sama
dengan angket afektif. Untuk jenis soal angket aktivitas siswa dilihat dari uji
validitas soal, untuk soal dengan jumlah sebanyak 20 soal, kriteria soal valid
sebanyak 17 butir soal sedangkan 3 butir soal invalid. Untuk jenis soal angket
aktivitas dilihat dari uji reliabilitas soal, nilai koefesien reliabilitas tes untuk
20 soal afektif adalah 0,85 dengan kriteria tinggi.
d. Lembar Observasi Siswa dalam PBM
Lembar observasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
disusun berdasarkan indikator yang dinilai dan diisi secara objektif pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
F. Analisis Data
Analisis dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai sejak awal
sampai berakhirnya pengumpulan data. Hal ini penting karena akan membantu
peneliti dalam mengembangkan penjelasan dari kejadian atau situasi yang
berlangsung di dalam kelas yang diteliti. Data-data dari hasil penelitian di
lapangan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Teknik analisis
kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1995: 16-19) yang
dilakukan dalam tiga komponen yaitu 1) reduksi data, 2) penyajian data dan 3)
penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlanjut terus sesudah penelitian
sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data meliputi penyeleksian data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
melalui ringkasan atau uraian singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang
lebih luas sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang
merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai
dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-
masing siklus.
Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat
keteraturan dan penggolongan data. Data terkumpul disajikan secara sistematik
dan perlu diberi makna. Selanjutnya untuk mempermudah verifikasi dan analisis
data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang ada, diidentifikasi
secara khusus pada tiap-tiap siklus pembelajaran.
Adapun model analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang
disajikan dalam gambar 4 di bawah ini.
Pengumpulan Data
Sajian DataReduksi Data
simpulan dan Verifikasi
Gambar 4. Skema Analisis Data (Miles dan Huberman, 1995: 20)
G. Pemeriksaan Validitas Data
Data yang telah berhasil diperoleh, dikumpulkan, dan dicatat dalam
pelaksanaan tindakan, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Cara
pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benar-benar sesuai dan tepat
untuk menggali data yang diperlukan. Teknik yang diperlukan untuk memeriksa
validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, yaitu
observasi. Menurut Lexy J. Moleong dalam Sarwiji Suwandi (2008: 69),
triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yang melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
pengawasan atau observan. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan
adalah triangulasi metode. Teknik triangulasi metode dilakukan dengan
mengumpulkan data tetap dan mengumpulkan data yang berbeda-beda. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui teknik
observasi, wawancara, kajian dokumen atau arsip, angket, dan tes prestasi.
Adapun skema dari pemeriksaan validitas data yang digunakan dapat
dilihat pada gambar 5 di bawah ini.
Data
Wawancara/ Arsip
Observasi
Tes/ Angket
Sumber Data
Gambar 5. Skema Pemeriksaan Validitas Data (Lexy J. Moleong, 1995: 179)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini
mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam
Kasihani Kasbolah (2001: 63-65) yaitu berupa model spiral. Perencanaan Kemmis
menggunakan sistem spiral reflektif diri yang dimulai dengan rencana tindakan
(planing), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 117), kegiatan ini disebut dengan satu siklus
kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-
tanda perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan
pada sikus kedua dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas. Berikut pemaparan
tentang hal-hal yang dilakukan dalam tiap-tiap langkah tersebut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini kegiatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Observasi untuk mendapatkan gambaran awal mengenai keadaan belajar
mengajar khususnya mata pelajaran IPA pokok bahasan zat adiktif di SMP
Negeri 4 Surakarta.
b. Mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanan pembelajaran.
2. Tahap Perencanaan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Menyusun serangkaian kegiatan yang berupa pelaksanaan tindakan yaitu
penerapan pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia flash
dilengkapi LKS pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika;
b. Menyusun instrumen penelitian meliputi lembar observasi atau
pengamatan aktivitas siswa, soal tes kognitif, angket aspek afektif maupun
keaktifan siswa selama pembelajaran.
3. Tahap Tindakan (Acting)
Tindakan yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki masalah. Kegiatan
yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain:
a. Menyelenggarakan tes awal berupa angket keaktifan untuk mengetahui
keadaan awal siswa;
b. Melaksanakan PBM sesuai langkah-langkah yang telah disusun dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran;
c. Melakukan kegiatan pemantauan proses pembelajaran melalui observasi
langsung;
d. Menyelenggarakan evaluasi untuk mengukur prestasi siswa;
e. Melakukan modifikasi berupa perbaikan atau penyempurnaan alternatif
tindakan apabila aktivitas dan prestasi belajar masih kurang memuaskan.
4. Tahap Observasi (Observing)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses observasi adalah:
a. Pengumpulan data;
b. Sumber data;
c. Critical friend dalam penelitian;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
d. Analisis data.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam observasi adalah sebagai
berikut:
a. Pelaksanaan pengamatan dilakukan baik oleh guru maupun peneliti
sendiri;
b. Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi;
c. Mendiskusikan dengan guru maupun dosen (sebagai critical friend)
terhadap hasil pengamatan setelah proses pembelajaran selesai;
d. Membuat kesimpulan hasil pengamatan.
Sedangkan langkah-langkah evaluasi dalam penelitian sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat-alat evaluasi;
b. Melaksanakan evaluasi setelah proses pembelajaran selesai;
c. Melaksanakan analisis hasil evaluasi;
d. Kriteria keberhasilan tindakan.
5. Tahap Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang
terjadi pada siswa, suasana kelas, dan guru. Langkah-langkah dalam kegiatan
analisis dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Menganalisis tanggapan siswa pada lembar angket;
b. Mencocokkan pengamatan oleh guru pada lembar monitoring. Apabila hasil
pengamatan ternyata siswa mengikuti pelajaran dengan antusias yaitu siswa
aktif, perhatian siswa tertuju pada pelajaran, siswa merespon dan terjadi
komunikasi multi arah maka metode pembelajaran yang dilaksanakan
dinyatakan menarik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dari data hasil refleksi, baik keberhasilan maupun kegagalan dalam
pelaksanaan tindakan dapat diketahui, maka peneliti dengan guru mengadakan
diskusi untuk mengambil kesepakatan menentukan tindakan perbaikan berikutnya
(siklus II) dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Adapun
prosedur penelitian secara skematis dapat dilihat pada gambar 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 6. Skema Prosedur Penelitian
Rencana Tindakan I
Observasi
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan I
Rencana Tindakan Siklus
II
Refleksi
Observasi Pelaksanaan Tindakan II
Permasalahan
Belum Terselesaikan
Terselesaikan
Siklus Berikutnya
Siklus I
Siklus II
Terselesaikan
Belum Terselesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Keterlibatan dan penguasan konsep siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan dari kualitas
pembelajaran. Keterlibatan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran akan
mampu menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan berpusat pada siswa,
dimana siswa tidak hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek dalam proses
pembelajaran. Keaktifan siswa ini selanjutnya mendukung keberhasilan siswa
dalam mencapai ketuntasan belajar, karena dengan terlibat aktif baik secara fisik,
emosional dan mental, siswa akan lebih mampu memahami materi yang sedang
dipelajari. Hal ini akan berdampak pada penguasaan konsep siswa yang
ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang mencapai nilai batas tuntas.
Data hasil wawancara dengan guru dan observasi awal yang telah
dilaksanakan pada tanggal 2 April 2012 dan 6 April 2012 di kelas VIII G SMP
Negeri 4 Surakarta menunjukkan bahwa masih rendahnya aktivitas siswa pada
saat pembelajaran berlangsung. Identifikasi lebih lanjut diketahui bahwa proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru masih menggunakan metode ceramah
dengan memberikan contoh-contoh yang menguatkan tentang materi tersebut,
sehingga interaksi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa masih kurang.
Pada saat pembelajaran siswa hanya diam, siswa yang belum paham
materi lebih memilih bertanya kepada teman daripada bertanya kepada guru.
Siswa cenderung bertanya kepada teman dikarenakan siswa tidak percaya diri jika
harus bertanya kepada guru. Siswa yang lain hanya mendengarkan ceramah dari
guru dan lama-kelamaan siswa cenderung bosan kemudian melakukan aktivitas
selain belajar seperti asyik bermain dengan teman sebangku dan mengobrol. Guru
berusaha merangsang aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan mengadakan
tanya jawab. Pemberian tugas rumah kepada siswa juga dilakukan guru untuk
membuat siswa belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Hasil observasi aktivitas pra siklus yang dilaksanakan pada tanggal 23
April 2012 menunjukkan masih rendahnya aktivitas siswa pada saat proses
pembelajaran. Hasil angket dan observasi aktivitas belajar siswa pra siklus
disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Angket dan Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus Per
Indikator
Aspek Indikator Capaian
Persentase (%) Observasi Angket
Oral activities
(Martinis Yamin,
2007:84 dan
Sardiman, 2010).
Siswa bertanya jika ada hal yang kurang
jelas kepada guru.
41,30 66,85
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru tanpa ditunjuk.
40,22 64,13
Siswa aktif berdiskusi untuk
memecahkan masalah yang diberikan
oleh guru.
63,04 73,91
Siswa memberikan ide/gagasan untuk
memecahkan masalah dalam diskusi
kelompok.
57,61 69,57
Visual activities
(Sardiman, 2010:
101).
Siswa memberikan perhatian selama
presentasi kelompok.
58,70 71,74
Siswa mengamati penjelasan tambahan
dari guru di papan tulis.
59,78 74,46
Listening
activities
(Sardiman, 2010:
101).
Siswa mendengarkan penjelasan dari
guru.
60,87 78,80
Siswa mendengarkan penjelasan dari
teman yang sedang presentasi.
58,70 70,11
Writing Activities
(Sardiman, 2010:
101).
Siswa menulis hasil pemecahan masalah
dalam diskusi.
56,52 68,48
Siswa mencatat penjelasan dari guru. 57,61 76,09
Rata-rata 55,43 71,41
Aktivitas belajar siswa kelas VIII G pada tabel tahap prasiklus berdasarkan
hasil lembar observasi masih rendah, dengan rata-rata capaian untuk setiap
indikator 55,43%, berdasarkan hasil angket menunjukan hasil yang cukup
meningkat yakni 71, 41%. Perhitungan rata-rata pencapaian indikator antara hasil
lembar observasi dan hasil angket terdapat perbedaan persentase. Perbedaan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
dapat terjadi karena perbedaan sudut pandang dalam mencari informasi mengenai
aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan analisis data pra siklus tentang kondisi awal, maka perlu
dilakukan tindakan dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII
G SMP Negeri 4 Surakarta. Tindakan tersebut berupa penerapan metode learning
cycle 5E berbantuan macromedia flash dan dilengkapi LKS pada kegiatan belajar
mengajar pada materi pokok zat adiktif dan psikotropika. Metode ini sangat sesuai
untuk meningkatkan aktivitas siswa karena selalu melibatkan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Selain itu, metode learning cycle 5E dapat
meningkatkan kerjasama antar siswa. Metode ini mengharuskan semua siswa ikut
aktif dalam semua aktivitas kegiatan belajar mengajar.
B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru melakukan kajian terhadap
silabus sekolah dan RPP yang sebelumnya telah disusun oleh guru. Silabus
tersebut disusun oleh sekolah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.
Silabus SMP Negeri 4 Surakarta selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.
Dalam silabus tersebut, alokasi waktu untuk menyampaikan materi zat adiktif dan
psikotropika adalah 5 jam pelajaran dan metode yang sebelumnya direncanakan
oleh guru pada materi pokok zat adiktif dan psikotropika adalah metode studi
pustaka dan latihan soal. Peneliti dan guru bersama-sama mengkaji silabus dari
sisi kegiatan pembelajaran atau pengalaman belajar yang nantinya akan dialami
siswa.
Berdasarkan hasil kajian di atas, peneliti dan guru kemudian mengganti
metode studi pustaka dengan metode learning cycle 5E yang dilengkapi media
macromedia flash dan LKS, diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran melalui pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar yang
dimaksud adalah siswa dapat mengkaji dan mendiskusikan materi yang
ditampilkan pada flash serta latihan soal yang terdapat pada LKS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Selain melakukan kajian silabus dan RPP, guru dan peneliti mengkaji
materi yang terdapat pada buku pegangan siswa sebagai dasar penyusunan LKS.
Sub pokok bahasan yang terdapat pada buku IPA kimia pegangan siswa meliputi:
(1) Pengertian zat adiktif dan penggolongannya, (2) Kandungan zat adiktif dan
dampaknya, (3) Ciri fisik orang pecandu NAPZA, (4) Manfaat NAPZA dalam
bidang kedokteran, dan (5) Cara-cara menghindarkan diri dari pengaruh NAPZA.
Penerapan desain pembelajaran learning cycle 5E berbantuan
macromedia flash dilengkapi LKS dialokasikan 5 jam pelajaran. Pada siklus I,
proses pembelajaran direncanakan dua kali pertemuan yaitu 1 x 40 menit dan 2 x
80 menit. Media flash yang digunakan berisi video yang akan dilihat dan LKS
berisi latihan soal yang dikerjakan siswa secara berdiskusi dengan metode
learning cycle 5E.
Instrumen yang digunakan sebagai alat evaluasi prestasi belajar adalah
soal tes aspek kognitif. Instrumen ini telah diujicobakan pada siswa kelas VIII A
SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Instrumen yang telah
diujicobakan kemudian dianalisis untuk mengetahui kelayakannya sebagai alat
evaluasi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 25 soal objektif sebagai tes kognitif
yang akan digunakan sebagai evaluasi pada siklus I dan siklus II.
Instrumen lain yang digunakan adalah angket aspek afektif dan angket
aktivitas siswa yang sebelumnya juga telah ditryoutkan. Untuk pengamatan proses
pembelajaran juga dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa berdasarkan
lembar observasi yang telah disesuaikan dengan kisi-kisi.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan oleh peneliti, kemudian
diterapkan di kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I mulai dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2012.
Pembelajaran ini menggunakan metode pembelajaran konstruktivis learning cycle
5E dengan media macromedia flash serta dilengkapi dengan LKS. Pembelajaran
dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun peneliti dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
disetujui oleh guru mata pelajaran IPA. Berdasarkan rancangan pembelajaran
yang telah disusun, pelaksanaan pembelajaran materi zat adiktif dan psikotropika
di kelas VIII G membutuhkan 3 jam pelajaran atau 3 x 40 menit dan 2 jam
pelajaran untuk uji kompetensi.
Pada pertemuan pertama kompetensi yang akan dicapai adalah
mendeskripsikan sifat pengaruh zat adiktif dan psikotropika. Sebelum memulai
pembelajaran, guru memberikan informasi kepada siswa tentang pembelajaran
learning cycle 5E yang akan dilaksanakan. Tahapan-tahapan pada model learning
cycle 5E dimulai dari tahap Engagement, pada tahap ini guru menggali
pengetahuan awal siswa tentang materi zat adiktif dan psikotropika serta melihat
sejauh mana pemahaman awal siswa. Selanjutnya tahap Exploration, pada tahap
ini siswa dibagi dalam lima kelompok yang telah ditentukan guru dan langsung
diminta untuk mengatur posisi duduk sesuai dengan kelompok masing-masing.
Jumlah siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta tahun ajaran 2011/2012
adalah 23 siswa, sehingga tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Selanjutnya guru
membagikan LKS pada tiap siswa, kemudian siswa diberi kesempatan untuk
menyaksikan video pada flash yang telah diberikan kepada masing-masing
kelompok. Setelah itu, guru meminta siswa mengerjakan soal yang ada pada LKS,
siswa dapat membaca buku teks, mencari di internet untuk menemukan informasi
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah. Guru memantau dan
membimbing siswa serta mengingatkan agar siswa aktif selama diskusi. Tahap
Explanation, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka,
sedangkan kelompok lain menanggapi jika terdapat penjelasan yang kurang sesuai
dengan pendapat mereka. Guru berperan dalam memotivasi siswa agar tidak
sungkan mengemukakan pendapat mereka. Tahap Elaboration, siswa kembali ke
kelompoknya dan mendiskusikan soal pemecahan masalah yang ada pada LKS.
Siswa yang telah selesai mengerjakan dapat mempresentasikan hasil jawabannya.
Guru meminta perwakilan dari satu kelompok sedangkan siswa lain mengkritisi
sambil membandingkan dengan jawaban yang mereka miliki. Tahap Evaluation,
guru memberi pertanyaan untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi zat
adiktif dan psikotropika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3. Observasi Tindakan Siklus I
Dari pengamatan, terlihat semua siswa merasa antusias melakukan
kegiatan ini, mereka terlihat aktif ketika berdiskusi ataupun saat menanggapi
jawaban teman yang sedang presentasi di depan kelas, beberapa siswa masih
belum berperan aktif secara keseluruhan khususnya pada saat diskusi kelompok,
masih ada siswa yang bercanda dengan siswa lain sehingga kurang mengetahui
apa yang disampaikan oleh temannya. Hal ini yang juga menjadi faktor penyebab
sedikitnya siswa yang memberikan pendapat atau menanggapi hasil diskusi
kelompok lain saat dipresentasikan.
Pada pertemuan kedua, metode learning cycle 5E secara keseluruhan
juga diterapkan untuk memahami bagaimana cara menghindarkan diri dari
pengaruh zat adiktif dan psikotropika serta kegunaannya dalam bidang
kedokteran. Pada pertemuan kedua ini siswa tampak lebih bersemangat mengikuti
pelajaran dan lebih termotivasi dalam bertanya atau menyampaikan pendapatnya.
Saat diskusi kelompok mereka terlihat lebih aktif untuk memahami materi dan
menjawab pertanyaan. Suasana kelas menjadi lebih aktif dan pembelajaran tidak
lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa. Pada pertemuan terakhir di
siklus I, guru mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa.
Setelah siswa selesai mengerjakan tes, selanjutnya siswa diminta mengisi angket
aspek afektif dan angket aktivitas belajar.
4. Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil analisis angket aktivitas belajar siswa, observasi
aktivitas belajar siswa, dan hasil tes pada siklus I, maka dapat disampaikan
refleksi sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai guru masih kurang memberi pengetahuan awal sehingga
siswa kesulitan dalam mengerjakan soal LKS.
2. Siswa lebih banyak melihat flash sehingga waktu untuk mengerjakan soal
LKS lebih lama, maka diskusi tidak berjalan lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3. Siswa masih malu-malu mempresentasikan hasil diskusi mereka, sehingga
banyak siswa yang memilih diam saat disuruh mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas.
4. Hasil observasi aktivitas belajar siswa ialah 69,56% siswa termasuk kategori
aktif.
5. Hasil angket aktivitas siswa 78,2% siswa termasuk kategori aktif.
6. Dari hasil penilaian aspek afektif siswa, rerata nilai afektif siswa per
indikator adalah 66,90.
7. Dari hasil tes pemahaman konsep siklus I, persentase ketuntasan siswa
69,56% dengan rerata nilai siswa adalah 81. Hasil ini belum mencapai target
untuk siklus I, serta masih ada siswa yang nilainya dibawah kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 80 sehingga masih perlu
ditingkatkan kembali.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka pada siklus I perlu diadakan
perbaikan untuk tindakan pada siklus II yaitu:
1. Peneliti sebagai guru dapat memperluas atau memperdalam materi sebagai
pengetahuan awal siswa. Perluasan materi apersepsi yang berhubungan
dengan zat adiktif dan psikotropika juga perlu dilakukan agar siswa lebih
mudah dalam memahami materi.
2. Guru perlu mengatur waktu seefektif mungkin sehingga waktu untuk
berdiskusi dapat berjalan lancar.
3. Mengintensifkan pendampingan bagi siswa yang belum aktif agar terdorong
untuk berani menyampaikan pendapat atau menanggapi jawaban dalam
kegiatan diskusi.
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I maka dilakukan perencanaan untuk
pelaksanaan tindakan pada siklus II. Pada siklus II, materi yang diberikan
difokuskan pada indikator kompetensi yang belum tuntas pada siklus I yaitu
memberikan contoh zat adiktif dan psikotropika serta mengetahui pencegahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
terhadap bahaya zat adiktif dan psikotropika. Tindakan pada siklus II lebih
difokuskan untuk penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala yang
terdapat pada siklus I. Rencana tindakan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:
1) Siswa diminta mencari materi melalui berbagai sumber misalnya internet dan
buku referensi lain sehingga pada saat diskusi kelompok masing-masing siswa
telah mempersiapkan materi dengan baik dan siswa saling memberikan
pengetahuan yang berbeda.
2) Guru lebih tegas dan membatasi waktu diskusi sesuai dengan waktu yang
direncanakan dengan harapan siswa lebih cepat dalam memecahkan masalah
dan tepat waktu.
3) Guru berkeliling ke setiap kelompok untuk menekankan pada siswa agar
berani menyampaikan pendapat atau menanggapi jawaban kelompok yang
sedang persentasi.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II menggunakan instrumen
pembelajaran berupa silabus, RPP dan LKS. Instrumen Penelitian berupa angket
aktivitas belajar siswa dan lembar observasi aktivitas belajar siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tiga jam pelajaran atau 2 x 40 menit
pembelajaran dan 1 x 40 menit tes kognitif yang dimulai pada tanggal 23 Mei
2012. Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan
pelaksanaan tindakan siklus pertama, yaitu menggunakan metode learning cycle
5E pada materi zat adiktif dan psikotropika yang merupakan hasil refleksi dari
siklus pertama. Refleksi dari siklus pertama bertujuan untuk mengetahui hal-hal
yang dianggap sebagai kekurangan pada tindakan pertama dan membutuhkan
adanya perbaikan pada siklus kedua.
Pertemuan pertama, kompetensi yang akan dicapai adalah
mendeskripsikan sifat pengaruh zat adiktif dan psikotropika dan memahami
bagaimana cara menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika.
Tahapan-tahapan pada model learning cycle 5E dimulai dari tahap Engagement,
pada tahap ini guru menggali pengetahuan awal siswa tentang materi zat adiktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dan psikotropika serta melihat sejauh mana pemahaman awal siswa. Selanjutnya
tahap Exploration, pada tahap ini siswa dibagi dalam lima kelompok yang sama
seperti dalam pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru membagikan LKS pada
tiap siswa, kemudian siswa diberi kesempatan untuk melihat flash yang telah
diberikan kepada masing-masing kelompok. Setelah itu, guru meminta siswa
mengerjakan soal yang ada pada LKS. Tahap Explanation, salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi mereka, sedangkan kelompok lain menanggapi
jika terdapat penjelasan yang kurang sesuai dengan pendapat mereka. Guru
berperan dalam memotivasi siswa agar tidak sungkan mengeluarkan pendapat
mereka. Tahap Elaboration, siswa kembali ke kelompoknya dan mendiskusikan
soal pemecahan masalah yang ada pada LKS. Salah satu siswa maju ke depan
kelas dan membacakan hasil diskusi soal pemecahan masalah, sedangkan siswa
lainnya menanggapi jika ada jawaban lain yang berbeda, sehingga terjadi interaksi
siswa dengan siswa lain, sedangkan guru berperan dalam mengontrol jalannya
diskusi. Tahap Evaluation, guru memberi pertanyaan untuk menguji pemahaman
siswa terhadap materi zat adiktif dan psikotropika, serta menekankan agar siswa
berhati-hati terhadap penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika.
3. Observasi Siklus II
Pembelajaran IPA pada pokok bahasan zat adiktif dan psikotropika
dengan metode pembelajaran learning cycle 5E dilengkapi flash dan LKS pada
siklus II berjalan sangat baik. Semua siswa aktif dalam kelompok, saat berdiskusi
semua anggota kelompok memberikan kontribusinya. Siswa juga tampak lebih
antusias dalam belajar pada siklus kedua ini. Siswa lebih berani dalam menjawab
soal dan memberikan tanggapan terhadap jawaban teman yang presentasi di depan
kelas.
4. Refleksi Siklus II
Pada siklus kedua ini semua target yang telah ditetapkan tercapai
dengan baik. Dari aspek aktivitas belajar siswa, 56,52% siswa termasuk kategori
aktif, sedangkan 39,13% tergolong sangat aktif yang hasilnya lebih baik dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
siklus I, meskipun siswa yang aktif pada siklus II lebih sedikit daripada siklus I
namun siswa yang sangat aktif persentasenya meningkat bila dibanding pada
siklus I. Dari penilaian aspek afektif siswa rata-rata tiap indikator ketercapaiannya
adalah 70, sedangkan dari aspek prestasi kognitif siswa yang telah mencapai
KKM pada siklus II ini sebanyak 19 siswa dari jumlah 23 siswa di kelas VIII G
dengan rerata nilai 84,34 dimana rerata ini telah mencapai batas ketuntasan.
D. Hasil Pengamatan
1. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran diukur melalui
kegiatan observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar
siswa yang dimaksud adalah sejauh mana siswa aktif pada saat pembelajaran
berlangsung, dengan aspek yang ditinjau adalah oral activities, visual activities,
listening activities dan writing activities. Adapun hasil angket dan observasi
aktivitas belajar siswa berdasarkan aspek yang ditinjau pada siklus I dan siklus II
disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Angket dan Observasi Aktivitas Siswa pada Proses Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
Aspek Indikator
Capaian Persentase (%)
Siklus I Siklus II
observasi angket observasi angket
Oral activities
(Martinis Yamin,
2007:84 dan
Sardiman, 2010:
101).
Siswa bertanya jika ada hal
yang kurang jelas kepada
guru.
53,26 66,85 59,78 51,09
Siswa menjawab
pertanyaan yang diajukan
guru tanpa ditunjuk.
51,08 65,22 60,87 54,35
Siswa aktif berdiskusi
untuk memecahkan
masalah yang diberikan
oleh guru.
70,65 73,36 79,34 79,35
Siswa memberikan
ide/gagasan untuk
memecahkan masalah
dalam diskusi kelompok.
72,82 71,19 82,60 79,35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Aspek Indikator
Capaian Persentase (%)
Siklus I Siklus II
observasi angket observasi angket
Visual activities
(Sardiman, 2010:
101).
Siswa memberikan
perhatian selama presentasi
kelompok.
71,73 73,91 81,52 79,35
Siswa mengamati
penjelasan tambahan dari
guru di papan tulis.
70,65 78,26 79,34 80,98
Listening
activities
(Sardiman, 2010:
101).
Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru. 70,65 78,80 84,78 80,98
Siswa mendengarkan
penjelasan dari teman yang
sedang presentasi.
72,82 69,57 80,43 82,61
Writing Activities
(Sardiman, 2010:
101).
Siswa menulis hasil
pemecahan masalah dalam
diskusi.
77,17 67,39 84,78 83,15
Siswa mencatat penjelasan
dari guru. 79,34 78,80 82,60 84,78
Rata-rata 69,017 72.33 77.60 75.60
Berdasarkan tabel 6 untuk hasil lembar observasi mengalami peningkatan
di setiap siklus. Peningkatan yang terjadi mencakup keempat aspek aktivitas
belajar siswa yang sedang diteliti yaitu oral activities, visual activities, listening
activities dan writing activities.
Pada hasil angket terlihat ada penurunan di siklus II untuk oral activities,
dimana kegiatan lebih bersifat fisik menggunakan indera pengecap. Namun
penurunan di siklus II hanya terdapat pada indikator siswa bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru, sedangkan indikator lainnya kembali mengalami
peningkatan. Perbedaan hasil angket dan lembar observasi terhadap aktivitas
belajar siswa dikarenakan perbedaan sudut pandang yang menilai. Kegiatan
observasi dilakukan secara objektif terhadap aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran, sedangkan angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
aktivitas belajar siswa yang diisi secara subjektif menurut sudut pandang siswa
sendiri.
Peningkatan persentase untuk tiap indikator pada keempat aspek yang
diteliti berdasarkan hasil observasi dan angket pada pra siklus, siklus I dan siklus
II dapat dilihat pada gambar 7 dan gambar 8 berikut ini.
Gambar 7. Grafik Kenaikan Persentase Untuk Tiap Indikator Lembar Observasi
Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Gambar 8. Grafik Kenaikan Persentase Untuk Tiap Indikator Hasil Angket
Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus I
Keterangan: 1. Bertanya
2. Menjawab pertanyaan
3. Aktif berdiskusi
4. Memberi ide/gagasan
5. Perhatian selama persentasi
6. Mengamati penjelasan
tambahan
7. Mendengar penjelasan guru
8. Mendengar penjelasan teman
9. Menulis hasil pemecahan
masalah
10. Mencatat penjelasan guru
Keterangan: 1. Bertanya
2. Menjawab pertanyaan
3. Aktif berdiskusi
4. Memberi ide/gagasan
5. Perhatian selama persentasi
6. Mengamati penjelasan
tambahan
7. Mendengar penjelasan guru
8. Mendengar penjelasan teman
9. Menulis hasil pemecahan
masalah
10. Mencatat penjelasan guru
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cap
aia
n P
erse
nta
se %
Indikator
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Peningkatan persentase untuk tiap aspek yang diteliti berdasarkan hasil
lembar observasi pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Observasi Aspek Aktivitas Siswa pada Proses Pembelajaran
ditinjau dari Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
Aspek Capaian Persentase(%)
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Oral activities
50,54 61,95 70,65
Visual activities
59,24 71,19 80,43
Listening activities
59,78 71,73 82,60
Writing Activities 57,06 78,25 83,96
Gambar 9. Diagram Batang Kenaikan Persentase Untuk Tiap Aspek Aktivitas
pada Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Pada aspek aktivitas yang diteliti mencakup empat aspek aktivitas belajar
siswa yaitu oral activities, visual activities, listening activities dan writing
activities. Dari diagram batang diatas kenaikan persentasi untuk tiap aktivitas
belajar siswa jika dilihat pada lembar observasi terjadi kenaikan pada tiap
siklusnya. Hal ini membuktikan bahwa dengan model learning cycle 5E hampir di
empat aspek aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan.
01020304050607080
90
Oral activities
visual activities
Listening activities
Writing activities
50,5459,24 59,78
57,06
61,9571,19 71,73
78,2570,6580,43 82,6 83,96
Ca
pa
ian
Perse
nta
se (
%)
Aspek Aktivitas
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Peningkatan persentase untuk tiap aspek aktivitas yang diteliti berdasarkan
hasil angket aktivitas belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil Angket Aspek Aktivitas Siswa ditinjau dari Pra siklus,
Siklus I dan Siklus II
Aspek Capaian Persentase(%)
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Oral activities
68,61 69,15 66,03
Visual activities
73,10 76,08 80,16
Listening activities
74,45 74,18 81,79
Writing Activities 72,28 73,09 84,26
Gambar 10. Diagram Batang Kenaikan Persentase Untuk Tiap Aspek Aktivitas
pada Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Dari diagram batang diatas terlihat ada sedikit penurunan pada siklus II
untuk aspek oral activities. Namun untuk aspek lainnya kembali mengalami
kenaikan. Adanya penurunan pada aspek oral activities ini dimungkinkan karena
adanya perbedaan sudut pandang dalam pengambilan data. Pada hasil lembar
observasi, data diambil perdasarkan pengamatan langsung saat proses
pembelajaran sedangkan pada hasil angket siswa sendiri yang mengisi angket
0102030405060708090
Oral activities
Visual activities
Listening activities
Writing activities
68,61 73,1 74,45 72,2869,15
76,08 74,18 73,09
66,03
80,16 81,79 84,26
Ca
pa
ian
Perse
nta
se (
%)
Aspek Aktivitas
Pra siklus
Siklus I
siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
yang telah disediakan. Maka baik dari hasil observasi dan hasil angket, keduanya
menunjukan adanya peningkatan pada keempat aspek aktivitas yang diteliti
sehingga dapat dikatakan bahwa model learning cycle 5E dapat meningkatkan
aspek aktivitas belajar siswa meliputi oral activities, visual activities, listening
activities dan writing activities.
Peningkatan persentase aktivitas siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus
II ditinjau dari kriteria hasil pengukuran berdasar hasil observasi dan angket dapat
dilihat pada gambar 11 dan 12.
0
10
20
30
40
50
60
70
tidak aktif
(<16)
kurang aktif
(16-23)
aktif
(24-31)
sangat aktif
(≥32)
8.7
47.8243.48
00
21.74
69.56
8.690
4.35
56.52
39.13
Perse
nta
se (
%)
kriteria
prasiklus
siklus I
siklus II
Gambar 11. Diagram Batang Persentase Aktivitas Siswa Hasil Observasi pada Pra
siklus, Siklus I dan Siklus II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
tidak aktif
(< 31)
kurang aktif
(32-47)
aktif
(48-63)
sangat aktif
(≥64)
04.35
78.26
17.39
0 0
78.26
21.74
0 0
69.57
30.43
Perse
nta
se (
%)
kriteria
prasiklus
siklus I
siklus II
Gambar 12. Diagram Batang Persentase Aktivitas Siswa Hasil Angket pada Pra
siklus, Siklus I dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dari kedua diagram batang diatas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara hasil observasi dan hasil angket khususnya pada kriteria
siswa kurang aktif. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan sudut pandang dalam
penilaian. Namun demikian, pada penilaian aktivitas belajar siswa ini baik
observasi maupun angket rata-rata nilai siswa dengan kriteria sangat baik
mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada saat kondisi awal yakni pada
hasil lembar observasi, persentase aktivitas belajar siswa dengan kriteria baik
adalah 43,48 %, meningkat menjadi 69,56 % pada siklus I dan 56,52 % pada
siklus II. Meskipun terlihat terjadi penurunan di siklus II, namun, persentase
sangat aktif meningkat dari 8, 69 % pada siklus I dan 39,13 % pada siklus II.
Terlihat bahwa pada siklus II terjadi kenaikan persentase aktivitas belajar siswa
bila dibandingkan siklus sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada hasil
angket meskipun dengan peningkatan yang sedikit berbeda.
2. Ketuntasan Belajar Siswa
Ketuntasan belajar siswa dalam pelajaran IPA khususnya pokok bahasan
zat adiktif dan psikotropika merupakan salah satu faktor yang menentukan
penelitian ini berhasil. Tes kognitif yang diujikan terdiri dari 25 soal objektif yang
isinya mencakup dua kompetensi dasar, yakni (1) Mendeskripsikan sifat pengaruh
zat adiktif dan psikotropika, (2) Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan
psikotropika.
Hasil tes kognitif siswa tiap indikator kompetensi untuk siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Hasil Tes Kognitif Siswa Tiap Indikator Kompetensi Untuk Siklus I Dan
Siklus II
Indikator Kompetensi % Ketercapaian
Siklus I Siklus II
1. Menyebutkan pengertian zat adiktif dan
psikotropika 100 100
2. Memberikan beberapa contoh zat adiktif dan
psikotropika 75,36 80,07
3. Mengetahui dampak negatif penyalahgunaan zat
adiktif dan psikotropika bagi kesehatan,
ekonomi dan sosial
80,43 86,96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
100
75.3680.43
65.22
93.47100
80.0786.96
76.0986.95
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5
% K
ete
rca
paia
n
Indikator Kompetensi
Siklus I
Siklus II
Indikator Kompetensi % Ketercapaian
Siklus I Siklus II
4. Mengetahui pencegahan akibat penggunaan zat
adiktif dan psikotropika 65,22 76,09
5. Mengetahui kegunaan zat adiktif dan
psikotropika dalam bidang kesehatan 93,47 86,95
Rata - rata 82,89% 86,01%
Gambar 13. Persentase Ketercapaian Hasil Tes Kognitif Siswa Tiap
Indikator Kompetensi Pada Siklus I dan Siklus II
Pada diagram batang diatas untuk tiap indikator kompetensi mengalami
kenaikan pada siklus II namun untuk indikator kompetensi yakni mengetahui
kegunaan zat adiktif dan psikotropika dalam bidang kesehatan terjadi penurunan
sebesar 6,52%. Hal ini dimungkinkan karena siswa pada siklus II hanya terfokus
pada materi yang belum tuntas yakni indikator memberikan beberapa contoh zat
adiktif dan psikotropika, dan indikator mengetahui pencegahan akibat penggunaan
zat adiktif dan psikotropika sehingga fokus siswa untuk soal dengan indikator
mengetahui kegunaan zat adiktif dan psikotropika dalam bidang kesehatan sedikit
menurun. Meskipun demikian, berdasarkan tabel 17 hasil tes kognitif siswa tiap
indikator kompetensi rata-ratanya untuk siklus I sebesar 82,89% meningkat di
Siklus II menjadi 86,01%.
Pada siklus I persentase siswa yang mencapai ketuntasan adalah 69,56%.
Siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa dari 23 siswa kelas VIII G. Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
tersebut hampir melampaui target yang ditentukan sebelumnya yaitu 70% siswa
tuntas. Nilai batas minimum ketuntasan di kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta
untuk pelajaran IPA tahun 2012 adalah 80. Dilihat dari nilai rata-rata kelas, hasil
belajar kognitif siswa sudah mencapai batas tuntas (KKM) yang telah ditetapkan
yaitu 81.
Pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan adalah 82,61%. Siswa yang
belum tuntas sebanyak 4 siswa dari 23 siswa. Persentase ini telah mencapai target
siklus II yang ditentukan sebelumnya yaitu 80% siswa tuntas. Dilihat dari nilai
rata-rata kelas, hasil belajar kognitif siswa sudah mencapai batas tuntas (KKM)
yang telah ditetapkan yaitu 84,34. Adapun persentase ketuntasan belajar siswa
pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 14. Diagram Batang Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I
dan Siklus II
3. Penilaian Aspek Afektif
Selain penilaian kognitif, dilakukan juga penilaian afektif siswa untuk
memberikan informasi kepada guru tentang sikap siswa. Penilaian afektif
diperoleh dari angket yang diisi oleh siswa dalam pembelajaran pokok bahasan zat
adiktif dan psikotropika. Angket aspek afektif diberikan kepada siswa untuk
mengukur minat, sikap, nilai, konsep diri dan moral siswa terhadap mata pelajaran
kimia. Hasil angket afektif siswa tiap indikator dapat dilihat pada tabel 10 berikut
ini.
0
20
40
60
80
100
Siklus I siklus II
30,43
17,39
69,56
82,61
7080
% k
etu
nta
san
Tidak Tuntas
Tuntas
Target
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 10. Hasil Angket Afektif Siswa Tiap Indikator Pada Siklus I dan Siklus II
Indikator % Ketercapaian
Siklus I Siklus II
Minat 68,58 72,06
Sikap 69,38 71,74
Nilai 66,67 69,38
Konsep Diri 60,32 65,03
Moral 69,56 71,73
Rata-Rata 66,90% 70%
Gambar 15. Persentase Ketercapaian Hasil Angket Afektif Siswa Tiap Indikator
Pada Siklus I dan Siklus II
Angket afektif baik pada siklus I dan Siklus II di isi langsung oleh siswa
pada saat selesai mengerjakan tes kognitif. Berdasarkan diagram batang diatas
dapat dilihat untuk persentase ketercapaian hasil angket afektif siswa tiap
indikator yakni minat, sikap, nilai, konsep diri dan moral untuk siklus I dan siklus
II mengalami kenaikan persentase tiap indikatornya. Adapun diagram persentase
hasil penilaian aspek afektif siswa pada siklus I dan siklus II disajikan pada
gambar 14 berikut ini.
68.5869.38
66.67
60.32
69.56
72.06 71.74
69.38
65.03
71.73
54
56
58
60
62
64
66
68
70
72
74
Minat Sikap Nilai Konsep
Diri
Moral
% K
ete
rca
paia
n
Indikator
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 16. Diagram Batang Persentase Hasil Penilaian Aspek Afektif Siswa pada
Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan diagram batang diatas dapat dilihat untuk persentase hasil
penilaian aspek afektif siswa pada siklus I dan siklus II terlihat persentase siswa
dengan kriteria baik dan kriteria kurang baik mengalami penurunan pada siklus II.
Namun, kriteria siswa sangat baik meningkat dari siklus I yang hanya 4,34%
meningkat menjadi 21,75%. Adapun penurunan pada kedua kriteria tersebut
dimungkinkan karena siswa menjadi lebih baik sikapnya hal ini terlihat dari
persentase dengan kriteria sangat baik pada siklus II meningkat bila dibandingkan
dengan siklus sebelumnya.
0102030405060708090
Sangat Baik (≥128)
Baik (96-127)
Kurang Baik (40-95)
Tidak Baik (<40)
4.34
86.96
8.70
21.75
73.91
4.34 0
Pe
rse
nta
se (%
)
Kriteria
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
E. Pembahasan
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif.
Nilai edukatif menuntut terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Menurut Mulyani Sumantri dan Permana (2001: 114) proses belajar mengajar
merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik dalam situasi
pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.
Demi mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya, guru
perlu merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis dengan
memanfaatkan segala sesuatu untuk kepentingan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang efektif dapat menunjang keberhasilan penguasaan konsep pada
diri siswa secara optimal.
Berdasarkan hasil observasi, angket dan wawancara pembelajaran
dengan menggunakan metode learning cycle 5E berbantuan macromedia flash
dilengkapi LKS mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Siswa aktif bertanya, menjawab, mengerjakan soal dan berdiskusi dalam
kelompok untuk memecahkan masalah. Belajar adalah proses yang dilakukan
individu untuk dirinya sendiri, tidak ada orang lain yang dapat menggantikan
kedudukannya sebagai subjek belajar. Orang lain hanya dapat membantu proses
belajar seseorang. Diskusi kelompok yang dilaksanakan oleh siswa dapat menjadi
pengalaman bermakna karena memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang memberi kesempatan
berpikir, berinteraksi sosial serta berlatih bersikap positif.
Pengamatan indikator memecahkan masalah dilakukan dengan diskusi
kelompok, siswa saling memberikan informasi yang sudah diketahui, hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Kunandar dkk (2008) yang menyatakan bahwa
kerjasama kelompok dapat membantu siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan
belajar dan mampu mempresentasikan hasil kerja sehingga aktivitas belajar siswa
meningkat. Kreke and Towns (1998) menyatakan bahwa ketika menerapkan
aktivitas belajar kelompok kecil lebih menekankan membantu kepentingan
perkembangan satu iklim kelas yang hangat, membantu dalam kemampuan
membangun hubungan antar pribadi, meningkatkan kemampuan pemecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
masalah dan pemahaman konseptual. Belajar mandiri yang dilakukan siswa
bersama kelompok diharapkan mampu membuat siswa lebih memahami konsep
yang dipelajari dan bukan sekedar informasi dari guru. Guru lebih banyak bersifat
sebagai motivator, fasilitator dan katalisator sedang siswa bertindak sebagai aktor
pencari informasi dan pengetahuan. Siswa yang diberi kesempatan untuk melihat,
memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka akan mempermudah siswa
untuk mengerti pengajaran tersebut dan sulit untuk melupakannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penerapan metode learning
cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan
kualitas proses belajar yaitu aktivitas belajar siswa. Hasil observasi dan angket
aktivitas pra siklus yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa, aktivitas
belajar siswa pada saat mengikuti pelajaran IPA masih rendah. Siswa pasif dan
sebagian besar melakukan aktivitas diluar belajar (mengantuk, bercanda dan
bermain dengan teman). Berdasarkan pengamatan, setelah pelaksanaan tindakan
pada siklus I dan siklus II yang diterapkan pada pokok bahasan zat adiktif dan
psikotropika, aktivitas belajar siswa meningkat. Pada siklus I siswa sudah tidak
lagi melakukan aktivitas selain belajar walaupun sebagian siswa masih ada yang
malu-malu dalam menyampaikan pendapat. Namun, pada siklus II siswa terlihat
lebih berani menyampaikan pendapat dan lebih aktif berdiskusi dengan
kelompoknya.
Dalam penelitian ini untuk mengukur validitas data yang diperoleh,
penulis menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan proses
memastikan sesuatu (getting a fix) dari berbagai sudut pandang. Penulis
menggunakan triangulasi metode (methode triangulation), triangulasi instrumen
(Instrumental triangulation) dan triangulasi sumber (source triangulation).
Dengan menggunakan teknik triangulasi, maka data yang diperoleh dapat
dinyatakan valid. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hasil observasi selaras
dengan hasil angket. Dapat disimpulkan bahwa dari kedua cara pengamatan
tersebut hasilnya sama maka informasi tersebut dinyatakan valid. Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan presentase aktivitas belajar siswa berdasarkan
observasi untuk siklus I rata-rata sebesar 69,02% dan siklus II sebesar 77,60%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Peningkatan presentase aktivitas belajar siswa berdasarkan angket untuk siklus I
rata-rata sebesar 72,33% dan siklus II sebesar 75,60%.
Penggunaan metode learning cycle 5E membuat siswa lebih paham
dengan materi yang diajarkan. Siswa dituntut untuk meyelesaikan permasalahan
dengan kelompoknya sebelum membacakan atau mempersentasikan didepan
kelas, sehingga siswa dapat lebih memahami materi dan siswa lain dapat pula
mengemukakan pendapat atau argumennya. Metode learning cycle 5E menuntut
siswa aktif dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun
emosional guna mencapai hasil belajar yang optimal. Diskusi kelompok
memberikan kesempatan berpartisipasi yang lebih besar bagi setiap anggota
sehingga setiap siswa merasa terlibat dan puas terhadap belajarnya selain itu
mereka dapat saling bertukar pendapat satu dengan lainnya untuk menemukan
jawaban yang benar.
Dilihat dari hasil belajar siswa yang mencakup aspek ketuntasan belajar
dan afektif siswa, dapat dinyatakan bahwa penerapan metode learning cycle 5E
berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan kualitas
belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, rata-rata ketuntasan belajar
siswa sebelum tindakan adalah 50%. Setelah metode learning cycle 5E berbantuan
flash dilengkapi LKS diterapkan pada materi pokok zat adiktif dan psikotropika,
ketuntasan siswa dapat mencapai 69,56% pada siklus I dan 82,61% pada siklus II.
Hal tersebut dikarenakan jika pada siklus I masih ada materi yang kurang
dipahami siswa, pada siklus II siswa dapat mempelajari lagi materi yang kurang
dipahami sehingga persentase ketuntasan belajar siswa meningkat. Penerapan
metode learning cycle 5E berbantuan flash dilengkapi LKS juga mendapatkan
respon yang baik dari siswa. Bila dilihat dari aspek afektif siswa, ketercapaian
rata-rata indikator adalah 66,90% pada siklus I dan 70% pada siklus II. Siswa
dapat mengikuti alur pembelajaran dan menikmati kegiatan pembelajaran yang
diterapkan. Menurut E. Mulyasa (2005: 131) kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari proses dan hasil. Penelitian dapat dikatakan berhasil apabila masing-masing
indikator yang diukur telah mencapai target yang ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Pada penelitian yang telah dilakukan masing-masing indikator proses
dan hasil belajar yang diukur telah mencapai target yang ditetapkan. Dari hasil
pengamatan dan pembahasan dapat dikatakan bahwa penerapan metode learning
cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan metode pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia
flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok
bahasan zat adiktif dan psikotropika kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta
tahun ajaran 2011/2012, dapat dilihat dari peningkatan persentase aktivitas
belajar siswa berdasarkan observasi untuk siklus I rata-rata sebesar 69,02%
dan siklus II sebesar 77,60% (meningkat 8,58%). Peningkatan persentase
aktivitas belajar siswa berdasarkan angket untuk siklus I rata-rata sebesar
72,33% dan siklus II sebesar 75,60% (meningkat 3,27%).
2. Penerapan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia
flash dilengkapi LKS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan zat adiktif dan psikotropika kelas VIII G SMP Negeri 4 Surakarta
tahun ajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini, prestasi belajar yang dimaksud
adalah peningkatan ketuntasan belajar dan aspek afektif siswa. Pada siklus I,
persentase ketuntasan belajar siswa 69,56% dengan rata-rata nilai 81 dan pada
siklus II persentase ketuntasan belajar siswa menjadi 82,61% dengan rata-rata
nilai 84,34. Sedangkan untuk aspek afektif, ketercapaian rata-rata indikator
adalah 66,90% pada siklus I dan 70% pada siklus II.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikemukakan
implikasi secara teoritis dan praktis.
1. Implikasi Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk mengadakan
upaya bersama antara guru, orang tua dan siswa serta pihak sekolah lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil dan proses belajar IPA
kimia secara maksimal.
2. Implikasi Praktis
Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran
konstruktivis learning cycle 5E berbantuan macromedia flash dilengkapi LKS
dapat diterapkan pada kegiatan belajar mengajar IPA kimia untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan zat
adiktif dan psikotropika.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Guru
Guru yang akan menyajikan materi zat adiktif dan psikotropika
menggunakan metode pembelajaran learning cycle 5E berbantuan macromedia
flash dilengkapi LKS, sebaiknya menambah latihan soal pada LKS dan
pemberian tugas mandiri bagi siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar siswa.
2. Siswa
a. Siswa hendaknya mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengikuti
proses pembelajaran dengan cara mencari informasi materi dari
berbagai sumber agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
b. Siswa hendaknya mengembangkan kemampuannya dalam
mengemukakan pendapat atau menanggapi pendapat dari siswa lain
sehingga pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.
3. Peneliti
a. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis
sedapat mungkin menganalisis kembali terlebih dahulu perangkat
pembelajaran yang telah dibuat untuk disesuaikan penggunaanya,
terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung dan
karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut.