new calista roy
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai
individu, kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan
dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari
penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus
pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model
konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli
keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma
keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat
memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam
batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami
konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan
keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam
dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan
pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalh
model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam
elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi Roy
menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif
1
karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki
sistem adaptif yang selalu beradaptsi.
Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian dan konsep dasar model keperawatan
Callista Roy.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan konsep dan teori model
praktek Callista Roy
3. Aplikasi pada Keperawatan Callista Roy
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Riwayat Calista Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of
Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los
Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada
tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in
Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los
Angeles.
Roy memulai pekerja dengan teori adaptasi keperawatan pada
tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los
Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
2
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan.
Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang
sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori
sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang
ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian
konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di
butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga
jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan
residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi
dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif.
Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “
Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H.
Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut
Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap
kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-
ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend
(1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).
Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai
suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan
dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda
keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih
dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
3
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan
model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi
lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey
penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan
sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi
keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan
profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan
bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya
telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan
dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih
jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.
Sumber Teori
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja
adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk
memulai membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai
tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat
adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
Focal stimuli :Individu segera menghadap
Konsektual Stimuli :Semua kehadiran stimuli yang
menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
4
Residual stimuli :Faktor lingkungan
mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang
mana menentukan stimulus akan mendatangkan respon hal yang
positif maupun negatif. Sesuai dengan teori Helson, adaptasi
adalah proses yang berdampak positif terhadap perubahan
lingkungan.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan
teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas model
dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik,
D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever
penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan
Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat
mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu
M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan
B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model
sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek
keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf
pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi,
menyaring dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga
memegang peranan penting untuk penyaringan model.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang
Roy dan profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan,
5
tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu
perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.
6
BAB IIIAPLIKASI KONSEP MODEL KEPERAWATAN ADAPTASI
DALAM KEPERAWATAN JIWA
Pengertian
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang
abstak dan dapat di organisir menjadi simbol-simbol yang nyata,
sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu
kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori itu sendiri
merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola nyata atau
suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau
kejadian yang du dasari oleh fakta-fakta yang telah di obserfasi
tapi kurang absolute atau bukti secara langsung.
Teori keperawatan menurut Barnum (1990) merupakan usaha-
usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan. Melalui teori keperawatan dapat di bedakan apakah
keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktivitas lainnya.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model
konsep dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini
mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri
yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja
dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep
keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan, mengingat dalam model keperawatan mengandung
komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang di dasari
sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin di capai dalam
memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya
7
pengetahuan dan keterampilan alam hal ini dibutuhkan oleh perawat
dalam mengembangkan tujuannya.
3.2 Karakteristik Teori Keperawatan
Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model
yang berhubungan dengan konsep keperawatan, juga memiliki
karakteristik diantaranya
a. Teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep
khusus yang berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keparawatan
sehingga teori keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan
yang ada di alam
b. Teori keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan
yang sesuai dengan kenyataan yang ada
c. Teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan
model konsep keperawatan.
d. Dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya
umum sehingga dapat digunakan pada kondisi apapun dalam praktek
keperawatan
e. Teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian
keperawatan sehingga dapat digunakan dalam pedoman praktek
keperawatan.
3.3 Faktor Pengaruh Teori Keperawatan
Dalam pengembangan teori keperawatan saat ini terdapat
beberapa pandangan yang dapat mempengaruhi teori keperawatan itu
8
sendiri diantaranya filosofi dari Florence nigtingale,
kebudayaan, system pendidikan, serta pengembangan ilmu
keperawatan.
1. Filosofi Florence Nigtingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-
dasar teori keprawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu
dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan
dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di
dalam perawatan orang yang sakit dikenal dengan teori
lingkungannya. Selain itu Florence juga membuat standar pada
pendidikan keparawatan serta standar pelaksanaan asuhan
keperawatan yang efisien. Beliau juga membedekan praktek
keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang
yang sakit dengan yang sehat.
2. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengharuh dala perkembangan teori-
teori keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam
memberikan pelayanan keperawatan akan lebih baik dilkukan oleh
wanita karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan
perawat, akan tetapi perubahan identitas dalam proses telah
berubah seiring dengan perkembangan keperawatan sebagai profesi
yang mandiri, demikian juga dahulu budaya perawat dibawah
pengawasan langsung dokter, dengan berjalannya dan diakuinya
keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak otonomi keperawatan
9
telah ada sehingga peran perawat dengan dokter bukan dibawah
pengawasan langsung akan tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar
dalam menjalankan tugas sebagai tim kesehatan.
3. System Pendidikan
Pada system pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam
perkembangan teori keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan
belum mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan
tetapi sekarang keperawatan telah memiliki sistim pendidikan
keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit
sehingga teori-teori keperawatan juga berkembang dengan orientasi
pada pelayanan keperawatan.
4. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan di tandai dengan adanya
pengelompokan ilmu keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan
klinik dan ilmu keperawatan komunitas yang merupakan cabang ilmu
keperawatan yang terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan
pada tahun-tahun yang akan datang akan slalu ada cabang ilmu
keperawatan yang khusus ataw sub spesialisasi yang diakui sebagai
bagian ilmu keperawatan sehingga teori-teori keperawatan dapat di
kembangkan sesuai dengan kebutuhan atau lingkup bidang ilmu
keperawatan.
3.4 Tujuan Teori Keperawatan
10
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan
ilmu keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki
tujuan yang ingin di capai diantaranya:
1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-
alasan tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan
keperawatan, baik bentuk tindakan atau bentuk model praktek
keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.
2. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian
masalah dalam keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi
tujuan tindakan keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan
dapat dipertimbangkan.
3. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi
perawat untuk memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian
asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan dasar dalam
penyelesaian berbagai masalah keperawatan
4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari
asumsi dan filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan
pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan
berkembang.
3.5 Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy
Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan
lebih baik jika mengetahui filosofi, falsafah keperawatan.
Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang
mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu
yang lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris.
11
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston,
1995 ) : Roy memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi
menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah humanisme dan empat
yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu
memiliki rasa ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu
akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama dalam
kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari
solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki
holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan
integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah
bahwa ada hal yang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut
adalah :
a) Tujuan eksistensi manusia
b) Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c) Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d) Nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut
beberapa definisi dari konsep mayor Callista Roy,
a. sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang
saling berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang
meliputi adanya input, control, proses, output dan umpan balik.
b. derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari
stimulus fokal, konsektual dan residual.
12
c. problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan.
d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia
berespon adaptif.
e. stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan
kontribusi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus
fokal.
f. stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan
kontribusi terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di
validasi.
g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin.
h. kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
melalui proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil
keputusan dan belajar.
i. model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological,
fungsi peran, interdependensi dan konsep diri.
j. respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas
manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan
kehidupan.
k. fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan
dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan.
l. konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam
hubungannya di dalam hubungannya di lingkungan sosial.
13
n. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain
sebagai support sistem.
3.5.1 Model Konseptual Callista Roy
Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual,
sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkain ide global
tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian
terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus
adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu
keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial
menurut Roy :
Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu
dan praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi,
mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh
terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan
pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang.
Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan
kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih
khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan.
Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan
aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi
interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan adaptasi
dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih
14
ketika stimulus fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan
adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping
yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon
stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan
penyembuhan dan kesehatan.
Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai
sistem yang adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai
satu kesatuan yang memiliki input, control, output dan proses
umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem
adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk
mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah
karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang
saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa
unit untuk beberapa tujuan.
Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi
manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam
model keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep
adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan,
dalam hal ini manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang
adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dengan
15
lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama
dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal
dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang menghasilkan
respon adaptif dan inefektif.
Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di
dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi
manusia sebagai suatu sistem yang adaptif.
3.5.2 TEORI PENEGASAN
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme
yaitu
Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan
regulator.
Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu
fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan Interpendensi. Regulator
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor
cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor
yang telah disebutkan.
a. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan
fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar
fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,
yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat
16
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan
proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,
yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984
dalam Roy 1991).
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan
untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari
instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas
fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi
fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-
komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk
proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku)
dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,
trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan,
rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,
ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem
17
fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
(Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis
merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme
seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
(Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman
sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan
mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran
yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator
koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991)
b. Mode Konsep DiriMode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.
Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas
psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi
perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu
the physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa
kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang
kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri,
ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut.
18
Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang
berat dalam area ini.
c. Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan
dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya .
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling
memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling
menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi
dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.
Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah
respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan
atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif
atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan
balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada
19
manusia sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator
adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan
lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis,
psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia
tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi,
termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan
membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.
3.6 Teori Calista Roy
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster
Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu
dan proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar
model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang
terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi
perubahan-perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas
kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan
respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan
20
perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan
baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat
dihindari dari kehidupan manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima
asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok,
masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic adaptif system”dalam
segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena
fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya
saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System
terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy,
1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang
dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan
yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual.
a). Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan
seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .
b). Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi
situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif
dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat
menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia,
isolasi sosial.
21
c). Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan
relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi
meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai
pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
toleransi tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas
regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
a). Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-
proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin.
Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal
cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator
sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai
perilaku regulator subsistem.
b). Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi
stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol
proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi,
penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan
22
dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan
mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi,
reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses
internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan
penilaian dan kasih sayang.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati,
diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari
dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk
sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang
adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif
dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan
dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan
yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif
perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk
menjelaskan proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem.
Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan secara
genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan
terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang
dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan
luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu
23
mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan
mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan
konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa
pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya
diantaranya:
a). Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang
selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
b). Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang
harus beradaptasi sesuaii dengan perubahan yang terjadi.
c). Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang
dikemukakan oleh roy, diantaranya:
1. Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi
dengan seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap
seseorang individu.
2. Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami
seseorang, dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang
dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur
secara subjektif.
3. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan
ciri tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses
penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
d). System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
1. Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi
fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas
24
dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit,
fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
2. Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang
mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan
orang lain.
3. Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan
dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola
interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
4. Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal
pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui
hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun
kelompok.
5. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan
energi agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan
kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga
proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.
Teori adaptasi suster Callista Roy memandang klien
sebagai suatu system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan
dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi
terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi
peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit
(Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul
ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan
lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus
beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :
25
Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
Pengembangan konsep diri positif
Penampilan peran sosial
Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya
masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi
terhadap hal tersebut. Kemudian asuhan keperawatan diberikan
dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi. Menurut Roy
terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :
1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan
individu, keluarga, kelompok, komunitas atau social. Masing-
masing dilakukan oleh perawat sebagai system adaptasi yang
holistic dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak terhadap
perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian, energi
antara system dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara
individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan
eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus
mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara
kontunyu beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.
Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik
sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan
proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik
manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan
26
aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi
dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model adaptasi
keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup,
terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan
perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia
dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit
fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk
beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi
adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan
lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus
termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya
dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal
yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang
stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang
biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem
adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem
kognator.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa
pemenuhan kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik
sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan
social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
27
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah
meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon
adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input
tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang
atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi
seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh
stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu
respon yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang
masuk. Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan
yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah
semua stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal yang
mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara
subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah
karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva
dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari
meninggal sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa
sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan
menjadikan dirinya secara terintegrasisecara keseluruhan, fisik,
mental dan social. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan
oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan
pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk
beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar
28
individu. Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan
oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)
tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam
mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat
pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
4. Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang
berasal dari internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan
berakibat terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan
kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi,
ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan
sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman,
kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis
(sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku
individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik
tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan
adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari
lingkungan sekitar.
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam
mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan
menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua,
diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah
tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
29
a) Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua
bagian, yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II.
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku
klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-
masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan
sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap
masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola
perubahan perilaku klien tentang ketidakefektifan respon atau
respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan
ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan
pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak
terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon
adaptif meliputi: genetic, jenis kelamin, tahap perkembangan,
obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran,
ketergantungan, pola interaksi social, mekanisme koping dan gaya,
strea fisik dan emosi, budaya dan lingkungan fisik
b) Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy
dan berhubungan dengan 4 mode adaptif . dalam mengaplikasikan
diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
30
Menggunakan diagnosa dengan pernyataan atau mengobservasi
dari perilaku yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya.
Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya adalah
“nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung
berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas”.
Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode
berhubungan dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya
jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di
luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai
adalah “kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik
(myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”
c) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan
tujuan merubah ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan
residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien
dalam koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan
dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan
kemampuan adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang
optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan
jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah
adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek
mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi
stimulus fokal, kontekstual dan residual.
31
d) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan
merubah atau memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli
dan juga memperluas kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi
sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
e) Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu
asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari
kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada
individu.
3.7 Proses Keperawatan Model Adaptasi Roy
Model Adaptasi Roy telah menggambarkan tahapan–tahapan dalam
proses keperawatan yang lengkap. Berdasarkan teori Roy, tahapan
proses keperawatan dimulai dari 2 level pengkajian , diagnosa
keperawatan, tujuan tindakan keperawatan, intervensi keperawatan
dan evaluasi keperawatan. Kelebihan proses keperawatan
berdasarkan Model Adaptasi Roy inii adalah pada tahap 2 level
pengkajian yang harus dilakukan perawat.
Pengkajian keperawatan dimulai dengan; level 1) perawat
mengkaji respon prilaku pasien terhadap stimulus yaitu fisiologis
adaptasi mode, konsep diri adaptasi mode, peran adaptasi mode dan
ketergantungan adaptasi mode, level 2) perawat mengkaji stressor
32
yang dihadapi pasein yaitu stimulus fokal & kontekstual ( yang
pada dasarnya merupakan faktor presipitasi dari masalah yang
dihadapi pasien) dan stimulus residual (yang pada dasarnya
merupakan faktor predisposisi dari masalah yang dihadapi pasien),
sehingga pengkajian yang dilakukan perawat lebih lengkap dan
perawat dapat menegakkan diagnosa lebih akurat dari pengkajian
tersebut.
Di tatanan keperawatan jiwa sendiri, pendekatan yang
digunakan pada Teori Adaptasi Roy ini sangat bermanfaat ketika
perawat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
jiwa, resiko gangguan dan sehat jiwa. Dengan teori ini, perawat
tidak hanya dapat mengintervensi tanda dan gejala tapi juga dapat
mengetahui & memberikan intervensi pada faktor presipitasi dan
faktor predisposisi dari masalah yang dihadapi pasien. Sehingga
perawat dapat mencegah pasien mengalami masalah resiko dan
gangguan jiwa, mengatasi masalah resiko dan gangguan jiwa dan
meningkatkan individu yang sehat agar tidak mengalami masalah
resiko dan gangguan jiwa.
Selain itu, dengan Teori Adaptasi Roy ini, perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan dapat lebih memahami tentang proses
adaptasi yang terjadi pada individu, yang dimulai dari adanya
stimulus/stressor yang dapat menjadikan individu mengalami
stress, proses mekanisme koping (kognator dan regulator) dan
effektor sebagai upaya individu mengatasi stressor dan terakhir
timbulnya respon prilaku individu terhadap stressor yang
33
dihadapinya. Teori ini hampir mirip dengan Teori Stress Adaptasi
Stuart-Laraia yang ada di keperawatan jiwa.
3.8 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy
Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori
sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini
masih menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu
memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam penerapan
konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori
dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek dan
model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji
respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi
fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode
interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor
yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan
residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa
lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami
individu, tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu,
proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk
mengatasi stress. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini
adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya
berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan
masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring )
34
pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai
perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada
keterikatan, timbal balik dan out come. Model penyesuaian roy
dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan oleh penulisnya
sebagai “ konsep artikulasi yang baik dari seseorang sebagai
pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang beraturan “ roy
dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari system
dan disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan
artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralatan untuk
praktik, pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya tentang
person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai
sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh
atau holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara
konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya. Antara sistem dan
lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan energi.
Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan
menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam
menghadapi perubahan ini individu harus memelihara integritas
dirinya dan selalu beradaptasi ) dan proses kontribusi perawat
terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat
4.2 Saran
36
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan
mempelajari setiap konsep dan model keperawatan yang sudah
berkembang dan mampu membandingkan teori dan model praktik yang
sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak
bertentangan dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon
adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit . Perawat dapat
mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual
maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli
berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk
mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan
regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien
agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya
akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat
dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon
adaptifnya akibat adanya perubahan lingkungan baik internal
maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami kecacatan
akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan
pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu
berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam
dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan
yang mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara
maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi
perannya secara optimal.
37