nawar file

23
http://beternakcara.blogspot.com/2014/01/jenis-jenis-perkawinan-pada- ternak.html Perkawinan Perkawinan merupakan bagian dari rentetan kegiatan dalam proses reproduksi. Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukkan sperma ke dalam alat kelamin betina. Perkawinan yang lazim digunakan pada ternak ada dua, yaitu : a. Perkawinan Alam Perkawinan hanya mungkin terjadi antara ternak jantan dengan ternak betina yang berahi, dimana ternak betina mau menerima ternak jantan. Perkawinan alam ini tidak diragukan keberhasilannya, karena semen yang diejakulasikan tanpa pengenceran dan didesposisikan pada “portiovaginalis services” atau mulut servic. b. Perkawinan buatan (kawin suntik /IB) Semen dimasukkan kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan alat buatan manusia. Perkawinan memungkinkan pertemuan spermatozoa dengan sel telur, sehingga perlu diperhatikan saat-saat ovulasi pada hewan betina agar perkawinan tepat pada waktunya. Ada tiga macam perkawinan yang dapat terjadi pada ternak, yaitu: a. In breeding, adalah perkawinan yang dilakukan antar saudara yang mempunyai hubungan keturunan dekat b. Grading up, adalah perkawinan antara pejantan unggul dengan sapi lokal yang diarahkan pada keturunan pejantan c. Cross breeding, adalah perkawinan antara dua bangsa yang telah diketahui dengan seksama masing-masing kemampuan produksinya. Cara pengaturan perkawinan dapat dilakukan dengan pengaturan sepenuhnya oleh manusia yang disebut “hand matting”, yaitu pemeliharaan sapi jantan dan betina dipisah, apabila ada betina yang berahi baru diambilkan pejantan untuk mengawininya, atau dilakukan Inseminasi Buatan (IB). Cara lain adalah “pastura matting”, yaitu sapi-sapi jantan dan betina dewasa pada musim kawin dilepas bersama- sama. Apabila terdapat sapi yang berahi, tanpa campur tangan manusia atau pemilik akan terjadi perkawinan.

Upload: independent

Post on 13-May-2023

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

http://beternakcara.blogspot.com/2014/01/jenis-jenis-perkawinan-pada-ternak.html Perkawinan

Perkawinan merupakan bagian dari rentetan kegiatan dalam prosesreproduksi. Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukkan sperma kedalam alat kelamin betina.

Perkawinan yang lazim digunakan pada ternak ada dua, yaitu :

a. Perkawinan Alam

Perkawinan hanya mungkin terjadi antara ternak jantan dengan ternakbetina yang berahi, dimana ternak betina mau menerima ternak jantan.Perkawinan alam ini tidak diragukan keberhasilannya, karena semen yangdiejakulasikan tanpa pengenceran dan didesposisikan pada“portiovaginalis services” atau mulut servic.

b. Perkawinan buatan (kawin suntik /IB)

Semen dimasukkan kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakanalat buatan manusia. Perkawinan memungkinkan pertemuan spermatozoadengan sel telur, sehingga perlu diperhatikan saat-saat ovulasi padahewan betina agar perkawinan tepat pada waktunya.

Ada tiga macam perkawinan yang dapat terjadi pada ternak, yaitu:

a. In breeding, adalah perkawinan yang dilakukan antar saudara yangmempunyai hubungan keturunan dekat

b. Grading up, adalah perkawinan antara pejantan unggul dengan sapilokal yang diarahkan pada keturunan pejantan

c. Cross breeding, adalah perkawinan antara dua bangsa yang telahdiketahui dengan seksama masing-masing kemampuan produksinya.

Cara pengaturan perkawinan dapat dilakukan dengan pengaturansepenuhnya oleh manusia yang disebut “hand matting”, yaitupemeliharaan sapi jantan dan betina dipisah, apabila ada betina yangberahi baru diambilkan pejantan untuk mengawininya, atau dilakukanInseminasi Buatan (IB). Cara lain adalah “pastura matting”, yaitusapi-sapi jantan dan betina dewasa pada musim kawin dilepas bersama-sama. Apabila terdapat sapi yang berahi, tanpa campur tangan manusiaatau pemilik akan terjadi perkawinan.

Untuk melaksanakan perkawinan perlu diperhatikan waktu yang setepat-tepatnya agar sapi betina dapat menjadi bunting atau terjadi konsepsi.Saat optimum untuk terjadinya konsepsi pada ternak sapi adalahpertengahan estrus sampai akhir estrus.

Jika terlihat gejala berahi pagi hari, maka inseminasi/perkawinanharus dilakukan paling lambat sore hari itu juga. Apabila terlihatgejala berahi pada sore hari, maka perkawinan paling lambat dilakukanesok hari berikutnya. Waktu perkawinan/inseminasi pada sapi dianjurkantidak melebihi 4 jam sebelum ovulasi berakhir.

Sistem perkawinan pada ternak domba/kambing selama ini adalahperkawinan secara alam, sedangkan perkawinan secara IB belum lazimdilaksanakan. Secara ekonomis perbandingan jumlah ternak jantansebaiknya setiap ekor pejantan untuk 20-25 ekor betina.

Dengan manajeman perkawinan yang baik, ternak domba dan kambing dapatmelahirkan setiap 8 atau 9 bulan sekali. Hal ini dapat dicapai denganpenyapihan anak pada umur 3-4 bulan, walaupun pada umur dua bulaninduk sudah dapat dikawinkan kembali.

Waktu yang baik untuk mengawinkan domba/kambing adalah 12-18 jamsetelah terlihat tanda-tanda pertama berahi. Betina yang berahidisarankan dicampur dengan pejantaan dalam satu kandang, untukmenghindari kegagalan perkawinan.

Pada babi betina, perkawinan dapat dilakukan antara 12-30 jam setelahtampak estrus, tetapi untuk babi induk yang durasi estrus sampaiterjadinya ovulasi lebih panjang, maka saat perkawinan dapat dilakukan18-36 jam setelah estrus tampak.

Babi jantan dewasa (umur lebih dari 10 bulan) dapat dikawinkan 6 kaliperminggu tanpa menunjukkan kejelekan fertilitas, sedangkan padapejantan muda (umur 6-7 bulan) dimana testisnya masih kecil dikawinkan2 kali perminggu.

Babi induk setelah anaknya disapih dapat dipercepat estrusnya bilakontak langsung dengan pejantan. Pengandangan induk yang menyusuidekat pejantan juga dapat mempercepat estrus.

Setelah pejantan muda mencapai pubertas (umur 6-10 bulan) harusdikandangkan dekat dengan kandang babi dara atau induk. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa babi jantan yang terisolir dari babi daraatau induk menyebabkan service performannya tertekan dan akhirnyapenggunaan pejantan untuk mengawini betina juga terlambat. Oleh karenaitu disarankan pemeliharaan babi pejantan muda bersama-sama denganbabi dara atau induk yang dalam kategori aktif untuk tujuan dipotong.

Inbreeding dan Outbreeding dalam Peningkatan Produktivitas Ternak

Inbreeding dan Outbreeding dalam Peningkatan Produktivitas TernakInbreeding dan Outbreeding dalam Peningkatan Produktivitas Ternak

Latar Belakang. Di dalam biologi yang evolusiner, tekanan penyimpanganhasil pemuliaan mengacu pada kasus-kasus ketika keturunan dari persilangan antara individu dari populasi-populasi yang berbeda mempunyai produktivitas lebih rendah dibanding keturunan dari persilangan antara individu dari populasi yang sama. Peristiwa ini dapat terjadi di dalam dua arah. Pertama-tama, pemilihan dalam satu populasi akan menghasilkan suatu ukuran tubuh yang besar, sedangkan didalam ukuran tubuh populasi kecil yang lain boleh jadi lebih menguntungkan. Aliran gen antara populasi-populasi ini boleh menjurus kepada individu dengan ukuran-ukuran tubuh intermediate/antara, yang tidak akan adaptif dalam populasi manapun.

Di dalam istilah yang genetik, perkawinan tertutup (Biak-dalam/Inbreeding) adalah pembiakan dari dua Ternak yang berhubungan dengan satu sama lain. Dalam kebalikannya, silang luar, kedua orang tua secara total tidak bertalian. Karena semua keturunan yang murni dari binatang menyusur-galurkan sampai kembali kepada suatunomor terbatas secara relatif sebagai dasar semua pembiakan murni adalah oleh perkawinan tertutup (inbreeding), meski istilah itu tidak secara umum digunakan untuk mengacu pada persilangan-persilangan di mana nenek moyang pada umumnya tidak terjadi dan membendung suatu empat atau lima silsilah generasi.

Inbreeding depression Ini adalah penentuan suatu populasi dari gen resesif yang mengganggu melalui perkawinan-perkawinan antara saudara yang dekat. Karena terjadi persilangan, beberapa alel akan menghasilkan lebih banyak produktivitas pada individu dibanding alel-alel yang lain. Dalam alel-alel “lain” kelas, alel-alel yang jarang terdesak/terpendam bersifat mengganggu, ketika yang muncul sebagai suatu genotipe homozygous di dalam individu oleh karena persilangan

antar saudara, sangat mengurangi produktivitas dari setiap gen mereka.Alel-alel pengganggu muncul terus menerus melalui mutasi, sehingga mereka selalu hadir di suatu populasi pada frekwensii yang rendah. Umpamakan kita mempunyai dua alel, a dan a, di mana A adalah suatu alel yang normal dan a adalah satu alel yang mengganggu. Genotipe homozygous aa dari alel yang mengganggu adalah jarang di suatu populasi yang besar, karena dengan perjodohan yang acak, frekuensi yang diharapkan suatu homozigot adalah penyelarasan. Kenyataannya darifrekuensi alel p2, dan untuk suatu alel frekuensi rendah adalah suatu nilai yang kecil. AA individu adalah paling cocok tentang ke tiga genotipe-genotipe yang mungkin. Aa individu mempunyai produktivitas yang sama sebagai individu AA jika alel A adalah dominan pada suatu alel-alel, atau mereka mungkin punya beberapa intermediate/antara tingkat kebugaran jika dari alel persilangan itu alel-alel lebih meningkat kualitasnya. Sehingga, aa individu menunjukkan beberapa cirimengganggu akan mengurangi produktivitas suatu individu dalam populasi.

Sebaliknya depresi inbreeding adalah peningkatan penyimpangan hasil pemuliaan, yang sering dikenal sebagai tenaga bastar atau heterosis. Satu contoh dari peningkatan penyimpangan hasil pemuliaan adalah pemakaian tegangan bastar dari jagung, yang sangat di luar genotip galur saudara. Dari sudut pandang dari gen resesif yang mengganggu, tenaga bastar adalah tak lain hanya membalikkan depresi perkawinan saudara; yang Biak-dalamnya adalah penutup alel-alel yang mengganggu terdesak dengan individu pernyimpangan dari populasi-populasi yang berbeda. Pada umumnya, populasi-populasi yang berbeda jenis, sama menempatkan alel-alel pengganggu berbeda, maka keturunan persilangan antara orang tua dari dua populasi tidak akan menjadi homozygous untukalel-alel pengganggu yang sama. Keturunan yang lebih produktif dibanding orangtua disebabkan karena gen-gen tersebut disembunyikan oleh alel-alel (gen resesif) yang mengganggu; Jika keturunan hasil persilangan akan diizinkan untuk kawin secara acak di dalam generasi-generasi yang berikut, alel-alel yang mengganggu pemisahan akan ke luar oleh karena mekanika dari pewarisan Mendelian dan individu hasil homozygous untuk alel mengganggu akan mengurangi prodktivitas. Tetapi rata-rata tingkat produktivitas di dalam populasi itu akan tetap lebihtinggi dibanding tingkatan di dalam populasi ysng berkenaan dengan orangtua, karena frekuensi dari tiap alel yang mengganggu sudah dikurangi dengan percampuran.

Peristiwa ini terjadi secara dua arah. Salah satu cara adalah oleh "rawa" dari gen-gen di tempat itu beradaptasi di suatu populasi yang

liar dengan yang tersesat, sebagai contoh, suatu populasi tempat penetasan. Dalam hal ini, kompleks-kompleks gen adaptip di dalam populasi-populasi yang liar hanyalah mahluk yang digantikan oleh imigrasi gen-gen yang menyesuaikan diri dengan - lingkungan tempat penetasan atau kepada beberapa tempat yang lain. Sebagai contoh, pemilihan dalam satu populasi akan menghasilkan suatu ukuran tubuh yang besar, sedangkan di dalam ukuran tubuh populasi kecil yang lain boleh jadi lebih menguntungkan. Aliran gen antara populasi-populasi ini boleh menjurus kepada individu dengan ukuran-ukuran tubuh intermediate/antara, yang tidak akan adaptip di dalam populasi manapun. Tekanan penyimpangan hasil pemuliaan cara kedua dapat terjadioleh kecocokan-kecocokan fisiologis atau biokimia antara gen-gen di dalam populasi-populasi yang berbeda. Di dalam populasi-populasi lokal, yang terisolasi, alel-alel terpilih untuk hal positif, menyeluruh pada latar belakang genetik lokal. Karena tindakan gen yangtidak aditif, gen-gen yang sama mungkin punya rerata yang berbeda di dalam latarbelakang genetik yang berbeda, evolusi gen yang potensial di tempat itu kompleks coadapted. Keturunan antara orang tua dari dua populasi yang berbeda mungkin punya fenotipe-fenotipe yang bukanlah baik untuk setiap lingkungan. Adalah penting untuk mengingat-ingat bahwa dua mekanisme-mekanisme ini dari tekanan penyimpangan hasil pemuliaan dapat beroperasi pada waktu yang sama. Bagaimanapun, penentuan mekanisme lebih penting di dalam populasi tertentu sangat sulit. 

PermasalahanTerkadang dalam melakukan persilangan di temukan beberapa hambatan. Pada inbreeding terjadinya perkawinan satu keluarga menyebabkan diturunkannya sifat-sifat resesif pada keturunan berikutnya, terkadang pula menimbulkan gen letal yang menyebabkan ternak mati setelah dilahirkan dan saat masih dalam kandungan. Demikian pula pada outbreeding. Penyilangan yang sering terjadi denganbangsa ternak yang lain menyebabkan hilangnya kepekaan alami ternak terhadap respon imun yang disebabkan oleh tingkat persilangan yang tinggi yang menghilangkan sifit-sifat asli dari suatu ternak. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, timbul suatu keinginan untuk membahas masalah-masalah tersebut secara lebih lanjut agar di dapati solusi yang lebih baik.

Pada dasarnya pemuliabiakan mengacu pada peningkatan mutu ternak dalampengembangannya terhadap dunia peternakan. Namun, kemajuan pemuliabiakan akan terasa lebih menguntungkan jika semua faktor-fakto yang negatif dapat dihilangkan seperti adanya gen resesif yang merusakternak hinggi terjadi kematian yang disebabkan oleh gen letal, hal

tersebut haruslah dicegah dengan tindakan prefentif oleh para pemulia ternak. Karena ketidakmampuan ternak yang telah di silangkan dalam beradaptasi terhadap lingkungan menjadi salah satu sorotan akan kualifikasi pemuliabiakan dalam dunia peternakan. Oleh karena itu pengakajian lebih lanjut terhadap masalah ini sangat diperlukan

InbreedingPerkawinan tertutup adalah perkawinan ternak-ternak yang mempunyai suatu hubungan yang semakin dekat kepada satu sama lain dibanding hubungan rerata di dalam populasi terkait. Ukuran nya adalahsehubungan dengan beberapa populasi, sama seperti ukuran hubungan adalah. Pembiakan murni adalah perkawinan tertutup sehubungan dengan keseluruhan jenis, ternak-ternak tetapi berdarah asli tidak banyak lekat hasil perkawinan keluarga sehubungan dengan keturunan mereka (Lush, 1963). Sedang Warwick (1984) mengemukakan Perkawinan tertutup adalah perkawinan individu yang lebih berhubungan erat dibanding para anggota rerata suatu keturunan atau populasi. Perkawinan tertutup meningkatkan homozygositas dan konsekuensi genetik dari perkawinan tertutup yang muncul secara langsung dari homozygositas yang ditingkatkan. Hal tersebut menegaskan bahwa Inbreeding (perkawinan Tertutup) adalah perkawinan antara saudara satu keturunan yang secara langsung meningkatkan Homozigositas.

Dalam perkawinan ternak yang jumlah populasinya relatif kecil maka sering terjadi perkawinan antar bapak dengan anak, anak dengan anak, kakek dengan cucu dan sebagainya. Nampaknya keadaan ini tak bisa dihindari sehingga dengan meningkatnya intensitas kawin antar keluargaatau inbreeding, akan diikuti pula oleh peningkatan koefisien inbreding. Peningkatan koefisien inbreeding akan di ikuti oleh penurunan kwalitas produksi atau bobot badan. Makin besar koefisien inbreedingnya maka makin besar pula penurunan bobot badan, secara teoritis setiap produksi dalam hal ini bobot badan sebesar 1 %. Mungkin faktor ini merupakan salah satu penyebab penurunan kualitas produksi ternak sapi di pulau Lombok (Syamsuddin, 1985).Menciptakan bangsa baru ternak mempunyai dua prosedur yaitu: (1) menciptakan bangsa baru ternak dari kombinasi bangsa , strain, atau tipe ternak lokal yang telah ada, dan (2) prosedur menciptakan bangsa baru ternak guna memenuhi permintaan khusus (Warwick dkk,1983). Sehingga Kasip (1988) menegaskan Dalam perkembangan terakhir ini, penciptaan bangsa baru ternak lebih banyak diarahkan kepada penciptaan bangsa baru guna memenuhi kebutuhan khusus yang sesuai dengan permintaan pasar. Dalam hal ini, bangsa baru ternak mungkin diciptakan dari suatu bangsa saja dengan tujuan memperoleh bangsa murni untuk type yang diinginkan, dan

mungkin pula di ciptakan dengan program perkawinan yang terus-menerus atau dengan saling menyilangkan bangsa crossbreed.

Kasip (1988) menambahkan bahwa faktor pendukukung pembentukan bangsa baru ini adalah dengan mengutip penjelasan dari Warwick (1983) yang menyatakan bahwa Keberhasilan usaha untuk menghasilkan bangsa baru ternak sangat tergantung pada dua faktor, yaitu pemanfaatan heterosis dan jumlah total ternak-ternak dalam populasi. Kemudian beliaupun menambahkan penjelasan dari Weatley (1979) yang menyatakan Adanya heterosis pada keturunan karena adanya pengaruh gen-gen dominan dan besarnya keunggulan dari type crossbred yang digunakan sebagai dasar dari suatu bangsa baru disebaabkan oleh kombinasi gen dengan pengaruh aditif lawan heterosis yang disebabkan oleh pengaruh gen non-aditif (Warwick dkk, 1983).Untuk kepentingan jumlah total ternak-ternak dalampopulasi warwick dkk. (1983) menyatakan, populasi yang digunakan untukmembentuk suatu bangsa baru harus cukup besar untuk mencegah derajat silang dalam naik lebih dari 0.5 sampai 1.0 persen tiap generasi. Bilasilang dalam meningkat lebih cepat lagi, maka produktivitas dapat cukup tertekan sehingga membahayakan keberhasilan dari bangsa baru itu.

Perkawinan tertutup adalah perjodohan individu yang lebih berhubungan erat dibanding para anggota rerata suatu keturunan atau populasi. Perkawinan tertutup meningkatkan homozygositas dan konsekuensi genetikdari perkawinan tertutup yang muncul secara langsung dari homozygositas yang ditingkatkan. Sehingga Warwick (1984) menegaskan bahwa Koefisien biak-dalam mengukur proporsi tempat yang mempunyai heterozigot di dalam populasi dasar, yang mungkin sudah menjadi homozigot ke perkawinan tertutup.Pane (1986), menjelaskan bahwa Jika penurunan dari ternak (subjek pedigri) mempunyai leluhur bersama yang bercermin dari pedigri keturunannya, mereka akan menjadi biak-dalam (inbred) dan derajat atau tingkat dari biak dalam tersebut dapat di hitung dan dinyatakan sebagai “koefisien biak dalam” (inbreeding coefficient). Jadi, tingkat membiak dalam tersebut tergantung dari berapa dekat hubungan keluarga antara kedua penurunnya, sebenarnya sudah dapat membiak-dalam, tetapi jika mereka tidak berhubungan keluarga satu sama lain maka subjek tersebut tidak akan membiak-dalam

Keuntungan dari perkawinan tertutup adalah (1) Perkawinan tertutup menghapuskan gen resesif yang tidak diinginkan dari bursa/stock-bursa/stock pembiakan; (2) karena gen-gen yang diinginkan sering binatang-binatang dominan, yang diinginkan baik sering prepotent. Prapotensi istilah berarti kemampuan dari suatu binatang, yang manapun

[jantan/pria] atau wanita untuk mengabadikan suatu karakteristik-karakteristik yang di-set yang diberi di dalam keturunan mereka; (3) oleh perkawinan tertutup bentuk atau keluarga-keluarga dapat dikembangkan sebagai dasar dari gen dominan ataupun resesif Murni; (4)perkawinan tertutup ditambahkan dengan pemilihan di atas periode waktusudah menimbulkan banyak keturunan yang berharga dari ternak; (5) Olehperkawinan tertutup dan pemilihan banyak rangkaian binatang-binatang labolaratorium seperti tikus-tikus, kelinci-kelinci, guineapigs (Marmut) dll, demikian di jelaskan Mukherjee, (1980). Pada umumnya, tindakan gen resesif adalah kurang baik kepada kesehatan. Hal ini bervariasi dari mereka yang gen-gen bersifat mematikan di dalam statusterpendam kepada mereka yang mempunyai pengaruh seperti itu yang sedikit bahwa itu dapat dengan susah dicatat atau tidak akan dicatat sama sekali. Oleh sebab itu Menurut Lasley, (1987), efek tak diinginkan yang manapun dari perkawinan tertutup adalah karena beberapa pasang gen resesif, masing-masing dimana hanya mempunyai suatu pengaruh merugikan yang sedikit pada ciri yang sama. Mungkin dari hampir semau aksi. jika tidak semua, meskipun seperti itu gen-genyang demikian kegagalannya itu untuk menghasilkan enzim-enzim yang diperlukan atau melalui produksi protein-protein tidak biasa dan campuran-campuran lain

Koefisien biak- dalam ialah suatu nilai atau tingkat dimana sifat heterozygot diperkecil atau sifat homozigot diperbesar generasi demi generasi di dalam suatu populasi ternak. Kalkulasi dari koefisien biak- dalam dilukiskan sebagai berikut:

Jika suatu populasi ternak tertutup (tidak ada lagi variasi generasi genetik yang masuk di luar), dan pembiakan langsung secara acak, maka tidak dapat dielakkan bahwa akan terjadi suatu peningkatan dari tingkat biak-dalam melalui perkawinan antara keluarga. Sehingga Pane, (1986) menyimpulkan bahwa misal di dalam kelompok sapi yang terdiri dari 2 pejantan dan 50 ekor betina, maka sifat heterozigot yang hilanganak menjadi (1/6 + 1/400) atau lebih kurang 6.5 %. 

OutbreedingSilang luar (biak-luar) yang dikombinasikan dengan pemilihan adalah suatu teknik sangat bermanfaat dalam perbaikan keturunan yang mencakup kepada ciri-ciri yang turun temurun yang sangat bermanfaat (Warwick, 1984). Lasley (1987) menambahkan bahwa Silang luar dikombinasikan dengan pemilihan adalah suatu teknik yang sangat bermanfaat dalam perbaikan keturunan yang mencakup kepada ciri-ciri yang turun temurun sangat bermanfaat. Silang luar, persilangan murni yang tidak bertalian dengan menternakkan binatang-binatang yang

dikawinkan di dalam keturunan yang sama disebut juga sebagai penyimpangan hasil pemuliaan. Perkawinan Ternak-ternak tidak memiliki nenek moyang, umum bersebelahan dari silsilah sampai dengan 4 sampai 6generasi dan keturunan-keturunan persilangan seperti itu dikenal sebagai persilangan jauh (Mukherjee, 1980). Pendapat lain dari Lush (1963) menyatakan bahwa Keturunan campuran adalah suatu bentuk spesialdari penyimpangan hasil pemuliaan di mana orang tua memiliki keturunan-keturunan yang berbeda. Itu secara umum mengakibatkan ukuranyang ditingkatkan, vitalitas dan kesuburan; tetapi jumlah dari peningkatan adalah variabel ini di dalam persilangan yang berbeda Lush(1963). Dari penjelasan di atas, dapat dilihat kesimpulannya di kemukakan oleh Pane (1980) yang mengatakan bahwa Istilah biak-luar sebenarnya kebalikan dari biak-dalam. Membiak-luar adalah perkawinan ternak yang hubungan keluarganya kurang dari hubungan kekeluargaan rata-rata ternak dari mana mereka berasal, Atau untuk mudahnya dari ternak yang tidak mempunyai leluhur bersama selama paling sedikit empat generasi.

Silang luar biasanya menerapkan hanya untuk perjodohan di dalam suatu keturunan yang murni. Bisa berarti hal yang sama sebagai penyimpangan hasil pemuliaan tetapi biasanya menyiratkan juga satu tujuan untuk kembali ke keluarga yang asli atau berusaha mengawinkan hasil penyimpangan pemuliaan (Lush, 1963). Adalah penting untuk mengingat-ingat bahwa dua mekanisme-mekanisme ini dari tekanan penyimpangan hasil pemuliaan dapat beroperasi pada waktu yang sama. Bagaimanapun, penentuan yang mekanisme lebih penting di dalam populasi tertentu adalah sangat sulit (Anonim, 2007).

Sebagai contoh, jika keturunannya adalah homozygot dominan (frekuensi dari gen dominan ialah 10) dan menternakkan dua homozygot yang ada untuk pasangan gen tertentu ( Frekuensi dan gen resesif itu adalah 10), semua keturunan dari suatu silang ternak-ternak dua keturunan iniakan heterozygot. Karena bentuk keturunan-keturunan adalah homozygous untuk alel-alel yang berbeda satu pasangan, jumlah maksimum dari heterozigositas adalah yang dicapai di dalam generasi F1. Dengan pemisahan gen-gen di dalam generasi-generasi yang kemudian, mengurangiheterozigot, seperti yang ditunjukkan di dalam contoh yang berikut. Statemen ini juga menerapkan ketika lebih dari satu pasang gen-gen mempengaruhi sifat tertentu, sehingga dinyatakan bermacam-macam derajat tingkat dari heterozigot. Jadi, Dengan demikian, kita berbicara tentang satu atau lebih ternak yang heterozygot dibanding yang lain untuk ciri-ciri tertentu (Lasley. 1987)Penyimpangan hasil pemuliaan adalah suku umum yang diberlakukan bagi setiap sistem

pemuliaan di mana binatang-binatang dikawinkan lebih sedikit yang bersifat berhubungan erat dengan rerata dibanding dari populasi yang mana mereka datang. Heterosis adalah perbedaan di dalam kinerja dari keturunan dari rerata jenis-jenis yang berkenaan dengan orangtua yang sering mengamati menternakkan silang luar, mengawinkan yang bentuk sejenis, atau sejenis. Basis fisiologis dan genetik dari heterosis tidak jelas dipahami. Antar di dalam persilangan jenis, heterosis adalah paling nyata untuk ciri-ciri yang turun temurun rendah berhubungan dengan keuntungan kesuburan dan kelangsungan hidup di produksi komersial meskipun menternakkan dan kemungkinan mengawinkan yang sejenis di dalam garis keturunan-keturunan. teknik-teknik Menternakkan pada heterosis yang dirancang untuk ditingkatkan atau memperbaiki kemampuan menggabung bentuk atau kombinasi keturunan dapatmeningkatkan aplikabilitas pada ternak. Persilangan jenis, di mana perkawinan keledai dan kuda betina untuk menghasilkan keledai adalah terbaik yang dikenal, cukup untuk menjadi silang subur. Kesuburan sangat rendah atau di antara keturunan dari kebanyakan persilangan jenis (Warwick, 1984).

perkawinan mempunyai keuntungan yang berikut. (1) metoda ini adalah sangat efektif karena karakter-karakter yang sebagian besar di bawah kendali dari gen-gen dengan pengaruh penambahan seperti; produksi susu, laju pertumbuhan di dalam ternak, seperti pada daging sapi, dll.(2) sistim yang efektif untuk perbaikan genetika jika dikombinasikan dengan seleksi. (3) merupakan cara terbaik untuk kebanyakan perkawinanMukherjee (1980).

Mukherjee (1980) menyatakan Criss-Crossing adalah persilangan ternak yang terpisah dari Crosbreeding. Di mana keduanya sebagai silang alternatif, cara ini dikenal sebagai criss-crossing. Metoda itu diusulkan karena memanfaatkan heterosis di dalam kedua induk dan keturunan. Pane, (1980) menambahkan, Biak silang hingga saat in tetap memegang peranan penting dalam perbaikan mutu ternak. Banyak ternak yang disebut sekarang Murni (Pure Bred) sebenarnya adalah hasil biak silang beberapa waktu yang lalu dan masalah penentuan istilah antara hasil biak silang dan peranakan atau blasteran tetap ada.Persilangan rangkap tiga, Di dalam sistim ini tiga keturunan silang di suatu cara relatif. juga dikenal sebagai persimpangan hal persilangan. keturunan-keturunan digunakan di dalam sistim ini. induk dari persilangan menggunakan suatu pejantan dari keturunan-keturunan yang murni bergiliran. Keturunan campuran itu memiliki 4/7 warisan, dari keturunan dari pejantan 2/7 dan induk 1/7 bahan yang diturunkan dari induk sedang yang lain tetap diwariskan (Mukherjee, 1980).

Silang balik adalah perkawinan kembali suatu ternak keturunan campurandengan salah satu ras orangtua yang murni, untuk menghasilkannya. biasanya digunakan oleh peternak-peternak. Ketika salah satu dari orang tua memproses semua atau kebanyakan dari menerima ciri-ciri, silang balik mengizinkan suatu analisa yang pasti dari situasi genetika dibanding menhitung F2 (Mukherjee, 1980). Silang balik adalahkawin suatu binatang kawin silang kembali ke(pada yang sama jenis binatang sebagai salah seorang tentangnya perents. Keturunan campuran lebih menguntungkan karena kesuburannya paling tinggi dan induk dapat dijaga untuk periode waktu yang terpanjang dan di mana biaya merawat mereka adalah paling rendah. Sebagian besar untuk keturunan campuran pertimbangan ini diterapkan secara luas pada babi dan unggas dan berikutnya dengan domba-domba (Lush, 1963).

Biak-silang antara spesies, Hal ini belum bayak dimanfaatkan dalam dunia peternakan karena adanya kesulitan-kesulitan teknis dalam kelanjutan penyilangan ternak yang berbeda jumlah kromosomnya. Sperma dapat saja membuahi sel telur tetapi daya tahan hidup dari embrio umumnya menjadi rendah. Pada umumnya anak jantan pertama (F1) dari hasil persilangan tersebut menjadi mandul. Hingga saat ini, sebagai akibat dari nilai-nilai ekonomis, usaha yang berlanjut mengenai penyilangan antara spesies seakan-akan tidak diteruskan secara umum tetapi lebih ditujukan kepada keperluan-keperluan ilmiah dan penelitian. Dengan bertambah majunya teknologi, termasuk teknologi ilmu keturunan bukanlah mustahil jika di masa mendatang bidang ini menjadi penting dan dapat dilaksanakan dengan baik jika nilai ekonomisproduknya akan sangat menguntungkan.

Istilah biak-luar sebenarnya kebalikan dari biak-dalam. Membiak-luar adalah perkawinan ternak yang hubungan keluarganya kurang dari hubungan kekeluargaan rata-rata ternak dari mana mereka berasal, Atau untuk mudahnya dari ternak yang tidak mempunyai leluhur bersama selamapaling sedikit empat generasi. Sehingga dalam Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk (1997) memberikan contoh bahwa pada sapi-sapi yang Secara genetic seperti sapi Simmental, Limosin dan Brahman mempunyai mutu lebih baik dibandingkan sapi Bali akibatnya keturunan pejantan sapi Simental, Brahman dan Limosin juga mempunyai mutu genetik yang lebih baik diabandingkan keturunan pejantan sapi Bali.

Membiak-luar adalah suatu metode standar untuk memperbesar variasi populasi, biak secara fenotip atau genotip. Keadaan heterozigot dari populasi akan meningkat dan sebagai akibatnya kesegaran/ketahanan dan

daya adaptasi ternak terhadap lingkungan juga akan meningkat. Mastur dan M. Dohi (1996) memberikan contoh Untuk meningkatkan populasi dan produktivitas kambing pada usaha tani lahan kering guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Petani maka perlu diambil langkah-langkahupaya pengembagan salah satunya penyediaan bibit unggul. Menurut mereka, bila dipandang perlu dapat pula mendatangkan bibit kambing yang berasal dari daerah-daerah kering seperti Afrika yang cukup banyak terdapat, bangsa-bangsa kambing dengan pertumbuhan yang baik seperti kambing Mudian. Pejantan kambing ini dapat mencapai bobot badan 50 – 60 Kg.

Biak silang hingga saat in tetap memegang peranan penting dalam perbaikan mutu ternak. Banyak ternak yang disebut sekarang Murni (PureBred) sebenarnya adalah hasil biak silang beberapa waktu yang lalu danmasalah penentuan istilah antara hasil biak silang dan peranakan atau blasteran tetap ada. Sehingga Warwick (1990) mengemukakan bahwa beberapa bangsa diketahui menjadi Inbreed atau mengalami perkawinan galur secara intensif selama tahap-tahap pembentukannya.

Biak-silang antara spesial, Hal ini banyak belum bayak dimanfaatkan dalam dunia peternakan karena adanya kesulitan-kesulitan teknis dalam kelanjutan penyilangan ternak yang berbeda jumlah kromosomnya. Sperma dapat saja membuahi sel telur tetapi daya tahan hidup dari embrio umumnya menjadi rendah. Pada umumnya anak jantan pertama (F1) dari hasil persilangan tersebut menjadi mandul. Hingga saat ini, sebagai akibat dari nilai-nilai ekonomis, usaha yang berlanjut mengenai penyilangan antara spesies seakan-akan tidak diteruskan secara umum tetapi lebih ditujukan kepada keperluan-keperluan ilmiah dan penelitian. Dengan bertambah majunya teknologi, termasuk teknologi ilmu keturunan bukanlah mustahil jika di masa mendatang bidang ini menjadi penting dan dapat dilaksanakan dengan baik jika nilai ekonomisproduknya akan sangat menguntungkan.

Biak-Silang antara keturunan Breed, Biak silang antara keturunan ialahperkawinan dari hewan atau ternak yang berbeda jenisnya. Meskipun secara tehnik yang dimaksud dengan istilah ini ialah membiak silangkandua keturunan murni, tetapi dalam aplikasinya sering dilaksanakan dengan suatu sistem yang lebih luas, misalnya membiak silang ulang duaketurunan, membiak silang tiga keturunan dan lain sebagainya (Pane, 1986). Sebagai suatu akibat dari proses silang-dalam yang memisahkan suatu populasi menjadi sub-populasi yang genetis berbeda, beberapa persilangan galur diharapkan lebih unggul dari populasi asalnya.

Silang Luar dan keturunan campuran. Pengaruh yang genetik dari silang luar dan keturunan campuran persisnya kebalikannya itu dari perkawinantertutup. Sedangkan perkawinan tertutup menuju ke untuk membuat lebih pasang gen-gen homozygous, ke luar melintas dan penyimpangan hasil pemuliaan cenderung untuk meningkatkan heterozigositas di dalam gen-gen di mana orang tua menguasai alel-alel yang berbeda. Lasley, (1987)memberikan contoh, bahwa jika yang keturunan adalah homozygous dominan(frekuensi dari gen dominan ia 10) dan menternakkan dua homozygous terdesak/terpendam untuk pasangan gen tertentu ( Frekuensi dan gen resesif itu adalah 10), semua keturunan dari suatu salib dari binatang-binatang dua keturunan ini akan heterozygous. Karena keturunan-keturunan dan bentuk yang adalah homozygous untuk alel-alel yang berbeda suatu pasangan, jumlah maksimum dari heterozigositas adalah yang dicapai di dalam generasi F1. Dengan pemisahan gen-gen di dalam generasi-generasi yang kemudiannya, heterozigositas mengurangi, seperti yang ditunjukkan di dalam contoh yang berikut. Statemen ini juga menerapkan ketika lebih dari satu pasang gen-gen mempengaruhi traid tertentu, sehingga bermacam-macam derajat tingkat dari heterozigositas dinyatakan. Jadi; Dengan demikian, kita berbicara tentang satu binatang selagi lebih, atau lebih sedikit, heterozygous dibanding yang lain untuk ciri-ciri tertentu.

KesimpulanPersilangan secara inbreeding merupakan cara untuk menemukangalur murni dalam keturunan sehigga pada dasarnya dilakukan berbagai cara untuk menemukan galur terbaik, untuk mendapatkan hasil yang maksimal inbreeding dilakukan dengan menyilangkan galur murni dari beberapa keturunan yang berkaitan antara beberapa generasi sehingga gen resesi yang letal yang terlihat tidak nampak. Juga terhadap responimun pada ternak yang memiliki gen homozigot resesif yang merugikan.

Sedangkan Outbreeding merupakan metode penyilangan campuran yang bertujuan untuk mengahasilkan ternak yang berkualitas dalam hal ini peningkatan produktivitas ternak itu sendiri.

SaranSaran yang dapat diambil dari tulisan ini adalah1. pemulia ternakniaga hendaknya jangan mengawinkan ternak-ternak yang berkerabat. Mereka akan menderita akibat adanya tekanan silang-dalam dan tidak mapu menjual ternak persilangannya dengan harga harga yang layak untukdapat mengganti kerugian karena penurunan hasil.2. dalam kelompok ternak bibit yang produksinya sedang, dan bila tersedia pejantan-pejantan yang tidak berkerabat dengan keunggulan yang sama atau melebihi pejantan-pejantan dalam kelompok itu biasanya tidak dilakukansilang-dalam atau perkawinan galur.3. biak-luar sangat baik dilakukan

untuk mendapat ternak yang berkualitas, peningkatan penyilangan ini disarankan dilakukan untuk meningkatkan kualitas gen pada ternak-ternak. Diposkan oleh KAVAL FARM di 03.07 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke http://kavalfarm.blogspot.com/2013/05/inbreeding-dan-outbreeding-dalam.html

Sistem perkawinan Out breeding pada ternakhttp://rizkyrahman.wordpress.com/2013/04/01/sistem-perkawinan-out-breeding-pada ternak/Apr1 by rizkyrahman

BAB IPENDAHULUAN

 1.1 Latar BelakangSistem perkawinan hewan adalah cabang ilmu hewan yang membahas evaluasi dari nilai genetik ternak dalam negeri. Bangsa (breeds) adalah kelompok hewan domestik dengan penampilan homogen, perilaku, dan karakteristik lain yang membedakannya dari hewan lain. Pengaturan perkawinan pada ternak sangat penting untuk tujuan mendapatkan keturunan yang unggul. Perkawinan ternak dapat dilakukan 2 cara, yaituinbreeding atau outbreedingDi dalam biologi yang evolusiner, tekanan penyimpangan hasil pemuliaanmengacu pada kasus-kasus ketika keturunan dari persilangan antara individu dari populasi-populasi yang berbeda mempunyai produktivitas lebih rendah dibanding keturunan dari persilangan antara individu dari

populasi yang sama. Peristiwa ini dapat terjadi di dalam dua arah. Pertama-tama, pemilihan dalam satu populasi akan menghasilkan suatu ukuran tubuh yang besar, sedangkan di dalam ukuran tubuh populasi kecil yang lain boleh jadi lebih menguntungkan. Aliran gen antara populasi-populasi ini boleh menjurus kepada individu dengan ukuran-ukuran tubuh intermediate/antara, yang tidak akan adaptif dalam populasi manapun.Di dalam istilah yang genetik, perkawinan tertutup (Biak-dalam/Inbreeding) adalah pembiakan dari dua Ternak yang berhubungan dengan satu sama lain. Dalam kebalikannya, silang luar, kedua orang tua secara total tidak bertalian. Karena semua keturunan yang murni dari binatang menyusur-galurkan sampai kembali kepada suatunomor terbatas secara relatif sebagai dasar semua pembiakan murni adalah oleh perkawinan tertutup (inbreeding), meski istilah itu tidak secara umum digunakan untuk mengacu pada persilangan-persilangan di mana nenek moyang pada umumnya tidak terjadi dan membendung suatu empat atau lima silsilah generasi. Kasip (1988) menambahkan bahwa faktor pendukukung pembentukan bangsa baru ini adalah dengan mengutip penjelasan dari Warwick (1983) yang menyatakan bahwa Keberhasilan usaha untuk menghasilkan bangsa baru ternak sangat tergantung pada duafaktor, yaitu pemanfaatan heterosis dan jumlah total ternak-ternak dalam populasi. Kemudian beliaupun menambahkan penjelasan dari Weatley(1979) yang menyatakan Adanya heterosis pada keturunan karena adanya pengaruh gen-gen dominan dan besarnya keunggulan dari type crossbred yang digunakan sebagai dasar dari suatu bangsa baru disebaabkan oleh kombinasi gen dengan pengaruh aditif lawan heterosis yang disebabkan oleh pengaruh gen non-aditif (Warwick dkk, 1983).Untuk kepentingan jumlah total ternak-ternak dalam populasi warwick dkk. (1983) menyatakan, populasi yang digunakan untuk membentuk suatu bangsa baru harus cukup besar untuk mencegah derajat silang dalam naiklebih dari 0.5 sampai 1.0 persen tiap generasi. Bila silang dalam meningkat lebih cepat lagi, maka produktivitas dapat cukup tertekan sehingga membahayakan keberhasilan dari bangsa baru itu.1.2 PermasalahanTerkadang dalam melakukan persilangan di temukan beberapa hambatan. Pada inbreeding terjadinya perkawinan satu keluarga menyebabkan diturunkannya sifat-sifat resesif pada keturunan berikutnya, terkadang

pula menimbulkan gen letal yang menyebabkan ternak mati setelah dilahirkan dan saat masih dalam kandungan. Demikian pula pada outbreeding. Penyilangan yang sering terjadi dengan bangsa ternak yanglain menyebabkan hilangnya kepekaan alami ternak terhadap respon imun yang disebabkan oleh tingkat persilangan yang tinggi yang menghilangkan sifit-sifat asli dari suatu ternak. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, timbul suatu keinginan untuk membahas masalah-masalah tersebut secara lebih lanjut agar di dapati solusi yang lebih baik. 1.3 Tujuan

1. Untuk membantu memahami proses outbreeding dalam kehidupan ternakyang berkaitan langsung dengan produktivitasnya.

2. Untuk mengetahui mekanisme kerja Outbreeding dalam pemuliaanternak.

1.4 Manfaat    Dengan membahas tentang sistem perkawinan dan jenis perkawinan kita dapat membedakan tipe persilangan-persilangan pada ternak, mengetahui kelebihan sistem persilangan outbreeding dan juga kekurangan outbreeding dan dapat mempraktekkan pada hewan ternak. 

BAB IIPEMBAHASAN

  OutbreedingOutbreeding adalah system perkawinan hewan dari jenis yang sama tetapi yang tidak memiliki hubungan yang lebih dekat dari sedikitnya 4-6 generasi.Silang luar (biak-luar) yang dikombinasikan dengan pemilihan adalah suatu teknik sangat bermanfaat dalam perbaikan keturunan yang mencakupkepada ciri-ciri yang turun temurun yang sangat bermanfaat (Warwick, 1984). Dari penjelasan di atas, dapat dilihat kesimpulannya di kemukakan oleh Pane (1980) yang mengatakan bahwa Istilah biak-luar sebenarnya kebalikan dari biak-dalam. Membiak-luar adalah perkawinan

ternak yang hubungan keluarganya kurang dari hubungan kekeluargaan rata-rata ternak dari mana mereka berasal, Atau untuk mudahnya dari ternak yang tidak mempunyai leluhur bersama selama paling sedikit empat generasi. perkawinan mempunyai keuntungan yang berikut. (1) metoda ini adalah sangat efektif karena karakter-karakter yang sebagian besar di bawah kendali dari gen-gen dengan pengaruh penambahan seperti; produksi susu, laju pertumbuhan di dalam ternak, seperti pada daging sapi, dll. (2) sistim yang efektif untuk perbaikangenetika jika dikombinasikan dengan seleksi. (3) merupakan cara terbaik untuk kebanyakan perkawinan Mukherjee (1980).Istilah biak-luar sebenarnya kebalikan dari biak-dalam. Membiak-luar adalah perkawinan ternak yang hubungan keluarganya kurang dari hubungan kekeluargaan rata-rata ternak dari mana mereka berasal, Atau untuk mudahnya dari ternak yang tidak mempunyai leluhur bersama selamapaling sedikit empat generasi. Sehingga dalam Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk (1997) memberikan contoh bahwa pada sapi-sapi yang Secara genetic seperti sapi Simmental, Limosin dan Brahman mempunyai mutu lebih baik dibandingkan sapi Bali akibatnya keturunan pejantan sapi Simental, Brahman dan Limosin juga mempunyai mutu genetik yang lebih baik diabandingkan keturunan pejantan sapi Bali.Membiak-luar adalah suatu metode standar untuk memperbesar variasi populasi, biak secara fenotip atau genotip. Keadaan heterozigot dari populasi akan meningkat dan sebagai akibatnya kesegaran/ketahanan dan daya adaptasi ternak terhadap lingkungan juga akan meningkat. Mastur dan M. Dohi (1996) memberikan contoh Untuk meningkatkan populasi dan produktivitas kambing pada usaha tani lahan kering guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Petani maka perlu diambil langkah-langkahupaya pengembagan salah satunya penyediaan bibit unggul. Menurut mereka, bila dipandang perlu dapat pula mendatangkan bibit kambing yang berasal dari daerah-daerah kering seperti Afrika yang cukup banyak terdapat, bangsa-bangsa kambing dengan pertumbuhan yang baik seperti kambing Mudian. Pejantan kambing ini dapat mencapai bobot badan 50 – 60 Kg..Out breeding adalah perkawinan antara ternak yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Perkawinan ini bisa satu bangsa ternak, atau beda bangsa ternak, tergantung dari tujuan perkawinannya. Secara garisbesar out breeding dapat dibedakan menjadi :

1. Biak silang (cross breeding)2. Biak silang luar (out breeding)3. Biak tingkat (grading up)

Biak silang ( Cross-breeding )Cross breeding adalah persilangan antar ternak yang tidak sebangsa. Misal antara sapi Brahman dengan sapi Angus. Ayam Island Red dengan White Rock, dan lain-lain.Jenis persilangan ini memegang peranan penting dalam pemuliaan ternak,dengan kegunaan-kegunaan :1. Saling substitusi sifat yang diinginkan.2. Memanfaatkan keunggulan ternak dalam keadaan hetrozygot.Biak silang hingga saat ini tetap memegang peranan penting dalam perbaikan mutu ternak. Banyak ternak yang disebut sekarang Murni (PureBred) sebenarnya adalah hasil biak silang beberapa waktu yang lalu danmasalah penentuan istilah antara hasil biak silang dan peranakan atau blasteran tetap ada. Sehingga Warwick (1990) mengemukakan bahwa beberapa bangsa diketahui menjadi Inbreed atau mengalami perkawinan galur secara intensif selama tahap-tahap pembentukannya.Pola dan efek crossbreedingSecara genetis, crossbreed dan inbreed berlawanan. Dalam perkawinan sistem crossbreed, gen tetap bersifat hehetrozigot. Sementara itu, pada sistem inbreed, komposisi gen menjadi semakin homozigot sesuai dengan tingkat inbreednya, dan efek negatif yang berhubungan dengan stamina, cacat bawaan, dan tingkat produksi mungkin muncul dalam sistem ini. Peternakan modern saat ini sudah banyak yang berhasil menggunakan crossbreeding untuk mendapatkan ternak unggul sesuai dengan yang diharapkan. Keberhasilan untuk mendapatkan bibit unggul hasil crossbreeding tergantung pada kemampuan si peternak dalam menyeleksi indukan, memilih pasangan indukan, menilai hasil ternakan, dan menyimpulkan pola yang tepat. Mendapatkan pola yang tepat dalam crossbreeding haruslah berdasarkan pada uji coba, pengalaman, dan pengamatan yang berdasarkan pada jenis dan sifat ternak.Berikut ini bagan pola crossbreeding

 Contoh bangsa sapi baru yang terbentuk dari crossbreding :Sapi Santa GertrudisHasil perkawinan antara sapi Brahman dengan sapi Shorthorn.Sapi BrangusHasil perkawinan antara sapi Brahman dengan sapi Aberdin Angus. Komposisi darahnya adalah 3/8 Brahman, 5/8 Angus.Sapi Beef MasterHasil persilangan antara sapi Brahman, Shorthorn dan sapi Hereford, dengan komposisi darah : 25% Hereford, 25% Shorthorn, 50% Brahman.Sapi CharbrayHasil kawin silang sapi Brahman dengan sapi Charolais. Komposisi darahnya adalah 3/16 Brahman, dan 13/16 Charolais.Crisscrossing : Program crossbreeding berkelanjutan

Mukherjee (1980) menyatakan Criss-Crossing adalah persilangan ternak yang terpisah dari Crosbreeding. Di mana keduanya sebagai silang alternatif, cara ini dikenal sebagai criss-crossing. Metoda itu diusulkan karena memanfaatkan heterosis di dalam kedua induk dan keturunan. Pane, (1980) menambahkan, Biak silang hingga saat in tetap memegang peranan penting dalam perbaikan mutu ternak. Banyak ternak yang disebut sekarang Murni (Pure Bred) sebenarnya adalah hasil biak silang beberapa waktu yang lalu dan masalah penentuan istilah antara hasil biak silang dan peranakan atau blasteran tetap ada.3-breed Rotational Cross : crossbreeding berkelanjutan antara tiga bangsa ternak

 Out Crossing

Out crossing adalah persilangan antara ternak dalam yang satu bangsa tetapi tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Tujuan utama out crossingadalah untuk menjaga kemurnian bangsa ternak tertentu tanpa silang dalam. Grading UpGrading Up adalah perkawinan pejantan murni dari satu bangsa dengan betina yang belum didiskripsikan atau belum diperbaiki dan dengan keturunannya betina dari generasi ke generasi (Warwick et al., 1990).Grading up adalah persilangan balik yang dilakukan terus menerus dan diarahkan terhadap saru bangsa ternak tertentu. Contoh Grading up di Indonesia yaitu proses Ongolisasi (Sejak pemerintah Hindia Belanda). Sapi-sapi betina lokal Indonesia dikawinkan dengan pejantan Ongol terus menerus, sehingga terbentuk sapi yang disebut peranakan ongol (PO). Tujuan Grading Up adalah untuk memperbaiki ternak-ternak lokal. Kelemahan Grading up adalah dapat menyebabkan ternak-ternak lokal punah. Grading up adalah perkawinan yang digunakan untuk meningkatkan mutu genetik ternak yang diskrib (tidak jelas asal usulnya). Ternak dan kemudian keturunannya tersebut dikawinkan secara terus menerus dengan ternak yang memeiliki galur murni dan sifat yang jelas diharapkan. Semakin sering dilakukan perkawinan maka keturunannya akansemakin mendekati sifat yang diinginkan.Skema Grading up dapat dilihat pada gambar di bawah:

 BAB IIIPENUTUP

  3.1 Kesimpulan    Outbreeding merupakan metode penyilangan campuran yang bertujuan untuk mengahasilkan ternak yang berkualitas dalam hal ini peningkatan produktivitas ternak itu sendiri. Terdapat macam-macam outbreeding, yaitu crossbreeding atau biak silang, out cross, dan grading up. 3.2 Saran    biak-luar sangat baik dilakukan untuk mendapat ternak yang berkualitas, peningkatan penyilangan ini di sarankan dilakukan untuk meningkatkan kualitas gen pada ternak-ternak.  

DAFTAR PUSTAKA Lestari & I Putu Sudrama. 1999. Polimortisme Protein Ayam Kampung di Kota Madya Mataram. (S.H Dilaga dkk.1999. Bovine. UNRAM Press, Mataram.). 

Kasip., L. M. 1988. Pengamatan sifat kualitatif dan kuantitatif pada sapi Lestari, dkk. 1997. Bobot Badan dan Ukuran- Ukuran Tubuh Sapi Bali danpersilangannya Pada Umur sapih dan Umur Setahun. (Bovine Vol 6 No 16 Maret 1997 FAPET,UNRAM) http://www.ebooklibs.com/genetik_sapi_potong.htmlhttp://pustaka.unpad.ac.id/archives/51819/http://www.ebooklibs.com/red.php?web=http://disnaksulsel.info/index2.php?option=comhttp://pratamasandra.wordpress.com/2009/04/05/manfaat-heritabilitas-dalam-pemuliaan-ternak/

Lesley JF. 1987. Genetics of Livestock Improvement . Prentice Hall. 477 p. Warwick T. 1984. Breeding of the brubru shrike. Journal of African Ornithology , 55(2): 97 101. Lush JL. 1963. Animal breeding plans. Iowa State University. Iowa USA.