merancang pembelajaran melalui karya sastra
TRANSCRIPT
MAKALAHMERANCANG PEMBELAJARAN MELALUI KARYA
SASTRADi susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah bahasa Indonesia
Di susun oleh :
Dewi Puji L
Ainul Mardiyah
Risa Herlina
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DR.NUGROHO MAGETAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa. Karena atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Merancang
Pembelajaran bahasa melalui karya sastra. Makalah ini disusun
sebagai salah satu Tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua yang telah
membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan
penulisan Makalah ini. Segala upaya telah dilakukan untuk
menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila dalam
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
dijadikan masukan dalam penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
menambah pengetahuan dan wawasan tentang materi Merancang
pembelajaran melalui karya sastra.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan
semata-mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya
sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada
hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk
mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu,
sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan
yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir
dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk
mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan
yang penting didalam dunia pendidikan. Seperti yang kita
ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Apresiasi sastra
akan berjalan lancar jika berbahas seorang anak sudak baik.
Dalam apresiasi sastra manfaat yang sangat dirasakan adalah
adanya pengembangan jiwa, dimana kita dapat mengeksplore
seluruh potensi yang ada dalam diri kita terutama hal yang ada
dalam apresiasi sastra yaitu seperti puisi, prosa, dan drama.
Apresiasi sastra akan muncul jika pembelajaran berjalan
menyenangkan, adanya stimulus dan respon memberikan dampak
yang positif pada perkembangan apresiasi. Oleh karena itulah
peran guru dalam hal ini sangat diperlukan agar dapat
merangsang anak untuk dapat berapresiasi sastra dengan baik.
B. Rumusan masalah
1. Model pembelajaran seperti apa yang sesuai bagi anak
kelas redah ?
2. Mengapa pembelajaran sastra dianggap penting ?
3. Adakah kaitannya pembelajaran bahasa dan sastra dengan
bidang studi lain ?
C. Tujuan
1. Mengetahui model pembelajaran bahasa Indonesia yang
sesuai pada anak kelas rendah.
2. Mamahami pentingnya pembelajaran sastra pada siswa.
3. Keterkaitan pembelajaran sastra dengan bidang studi lain
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Karya sastra
Hal yang dihasilkan oleh manusia dikenal sebagai karya.
Dalam konteks lain, mungkin manusia dapat menghasilkan produk
intelektual (seperti sebuah lagu atau puisi) atau objek
material (rumah atau kerajinan).
Sastra adalah sesuatu yang mengacu pada milik atau berkaitan
dengan sastra (himpunan pengetahuan dengan menulis dan membaca
dengan baik, atau seni puisi, retorika dan tata bahasa).
Sebuah karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan
dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan
esterika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah,
baik dalam atau ketiga orang pertama, dengan plot dan melalui
penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu
mereka.
Menurut bentuk atau subjek, karya sastra mungkin memiliki
jenis yang berbeda seperti narasi (sebuah karya prosa, seperti
novel, atau cerita pendek), puisi (komposisi dalam ayat yang
mengekspresikan perasaan penulis), drama, epic (ayat-ayat yang
menceritakan perbuatan pahlawan atau dewa-dewa) atau mengajar
(yang berusaha untuk mengarahkan pembaca atau pendengar).
Karya sastra juga dapat berupa tulisan (buku atau media
cetak lain bermain cerita tanpa perubahan) atau lisan
(diwariskan dari generasi ke generasi dan sering berubahdari
waktu ke waktu, seperti legenda atau cerita rakyat). Karya-
karya juga dapat taktil, ketika disesuaikan dengan kebutuhan
orang-orang melalui Braille.
B. Pembelajaran Bahasa Melalui Prosa
Bagaimana caranya agar bahan belajar prosa yang disajikan
dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan pembelajaran?
Pertama, kita harus terlebih dahulu mengalami proses
pemilihan. Pemilihan bahan pengajaran merupakan salah satu
langkah penting dalam merancang pembelajaran. Selai pemilihan
bahan, hal yang perlu dipertimbangkan sewaktu merancang
pembelajaran adalah tujuan, strategi, dan sumber belajar. Di
bawah ini akan dideskripsikan satu persatu tentang tujuan,
strategi, dan sumber belajar.
1. Tujuan
Pada waktu merencang pembelajaran kita perlu menentuan
tujuan yang akan dicapai. Tujuan ini tentu yang sesuai dengan
program pengajaran yang telah digariskan dalam GBPP. Oleh
karena itu, kita perlu memeriksa program pengajaran yang
sesuai dengan kelas dan caturwulanya. Pada saat menentukan
tujuan yang akan dicapai kita perlu mengingat kondisi siswa
kita. Sudah memungkinkan atau belum tujuan tersebut dicapai
pada saat itu.
2. Bahan
Setelah tujuan ditentukan, kita perlu menyiapkan bahan-bahan
yang diperlukan. Bahan ini dapat kita ambil dari buku paket
( jika ada ), dapat pula kita ambil dari sumber lain ( buku
cerita, majalah, atau koran ). Namun dari mana pun kita
mengambil bahan tersebut, kita perlu mengadakan evaluasi
terhadap kriteria apa yang dapat digunakan dalam mengevaluasi
bahan prosa. Pertama harus sesuai dengan tujuan yang telah
kita tetapkan. Kemudian harus sesuai dengan yang dibutuhkan
anak. Dan terakhir sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
a. Sesuai dengan tujuan
Sesuai dengan tujuan, berarti sewaktu memilih bahan kita
perlu mengingat untuk tujuan apa bahan tersebut disediakan.
Bahan ini seharusnya memiliki day dukung yang kuat untuk
mencapai ujuan yang ditetapkan.
b. Sesuai dengan kebutuhan anak
Bahan prosa yang digunakan dalam pembelajaran bahasa perlu
memiliki kesesuaian dengan kebutuhan anak. Hal ini dimaksut
agar proses tersebut dapat memberi manfaat yang lebih banyak
bagi anak-anak. Sehubungan dengan itu Huck ( 1989:6-10) di
dalam bukunya bahwa sastra untuk anak-anak harus memiliki
nilai-nilai. Nilai tersebut mencakup nilai-nilai yang
bersifat personal, dan nilai-nilai yanng bersifat
pendidikan. Mengandung nilai personal berarti, sastra yang
kita pilih brisi hal-hal tyang dapat :
1) Memberikan kenikmatan
2) Memperkuat cara berpokir
3) Mengembangkan imajinasi
4) Memberikan pengalaman mengalami
5) Mengembangkan kemampuan berprilaku
6) Menyajikan pengalaman yang menyeluruh
Mengandung nilai-nilai pendidikan, berarti bahwa sstra
anak-anak selayaknya mengandung hal-hal yang dapat :
1) Mengembangkan bahasa
2) Membantu belajar Bahasa
3) Membantu belajar menulis.
c. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak
Bahan yang kita pilih perlu sesuai dengan dengan tingkat
perkembngan anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan tersebut
mampu memberikan nilai-nilai yang dibutuhkan anak-anak tanpa
terasa membebaninya. Bahan belajar yang sesuai untuk anak
ini dinyatakan oleh Norton ( 1989 ) di dalam bukunya yang
berjudul trought the Eyes of the Child an Introduction To Childern’s Literatur
sebagai mampu meningkatkan perkembangan anak ketingkat yang
lebih tinggi. Norton membagi fase perkembangan anak usia
sekolah sebagai berikut :
1) Sekolah Dasar kelas rendah : usia 6-8 tahun
2) Sekolah Dasar kelas seang : usia 8-10 tahun
3) Sekolah dasar kelas tinggi : usia 10-12 tahun
Setiap fase memiliki karakteristik tersendiri, dan Nortom
memberikan gambaran tentang implikasi setiap karakteristik
tersebut. Namun demikian, karakteristik demikian, dari
karakteristik ini implikasi yang ia gambarkan, kita dapat
memilih atau menyediakan buku cerita yang sesuai bagi anak-
anak.
Perkembangan Bahasa
No.
KARAKTERISTIK IMPLIKASI
1. Perkembangan bahasa
berjalan dengan menambahkan
beberapa kata baru terhadap
kosa kata meraka
Menyediakan waktu setiap
hari untuk membaca dan
memberi kesempatan untuk
berinteraksi lisan
2. Sebagian besar anak
menggunakan kalimat
kompleks dengan klause
ajektif dan klause
kondisional yang dimulai
dengan bila.
Membaca cerita yang
menyajikan model-model
yang mengembangkan
struktur bahasa anak-
anak.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, untuk
mengembangkan bahsa anak usia sekolah dasar tingkat rendah
perlu diupayakan :
1) Waktu untuk membaca
2) Memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi lisan
3) Memberikan cerita yang menyajikan model-model struktur
bahasa.
Perkembangan Kognitif
No. KARAKTERISTIK IMPLIKASI
1. Anak belajar membaca: mereka Menyediakan buku-buku
senang membaca buku-buku
yang mudah dan menunjukkan
kemampuan barunya.
yang mudah dibaca dapat
mengembangkan
keterampilan membaca
anak-anak
2. Mereka belajar menulis dan
menyenangi cerita kreasi
mereka sendiri
Memberi kesempata kepada
anak-anak untuk menulis,
menghias, dan
memperhatikan buku gambar
mereka.
3. Jangkauan perhatian
bertambah dan anak-anak
menyenangi cerita yang lebih
panjang daripada ketika
mereka berusia lima tahun
Mereka senang
mendengarkan cerita
panjang. Mereka mulai
menyukai cerita panjang
bila setiap babnya
dilengkapi dengan waktu
cerita
4. Anak-anak di bawah tujuh
tahun masih berpandangan
dekat dan belajar terus
tentang stuasi nyata.
Menyediakan pengalaman
dengan membei kesempatan
untuk melihat,
berdiskusi, dn
membuktikan informasi
5. Suatu waktu umur mereka
tepat pada tingkat yang
disebut plaget sebagai
oprasional kngkret.
Anak-anak dapat
dikembangkan ke arah
susunan baru berupa
aturan pengelompokan.
Mereka tidak dapat
melihat seluruh objek
namun dapat memahami
hubungan diantaranya.
Dalam tabel di atas ada hal yang sangat menarik, yaitu
bahwa mereka senang menunjukkan kemampun, dalam bidang membaca
maupun menulis. Hal ini dapat kita manfaatkan untuk
meningkatkan keterampilan anak-anak dibidang membaca dan
menulis.
Perkembangan Pribadi
No. KARAKTERITIK IMPLIKASI
1. Usia enam tahun tidak
memiliki keseimbangan emosi
seperti usia lima tahun.
Mereka lebih tegang, bisa
jadi menyerang guru atau
orang tua
Bantu anak-anak
menemukan jalan yang
layak untuk mengatasi
ketegangan mereka. Baca
cerita untuk melukiskan
bagaimana anak lain
mengatasi keteganganya.
2. Anak-anak meminta kebebasan
tetapi juga memerlukan
ketenangan dan keamanan dari
orang tua
Menyediakan kesempatan
bagi mereka untuk
menunjukkan kebebasan,
beri mereka kesempatan
untuk memilih buku dan
kegiatan yang tersedia
Pada fase ini menuntut kita sangat berhati-hati dalam
memilih proses yang akan dijadikan bahan belajar. Jika kurang
hati-hati, malah bisa meningkatkan ketegangan dan kebebasan
yang kurang baik.
Perkembangan Sosial
No. KARAKTERISTIK IMPLIKASI
1. Anak-anak akan menentang
orang tua ketika berada di
bawah tekanan
Besarkan hati mereka agar
kesensitifannya tersalur
ke dalam kegiatan yang
lebih bermanfaat
2. Mereka igin bermain denagn
anak-anak lain seringkali,
tetapi menuntut
Besarkan anak dengan
memberi kesempatan untuk
berperan dalam memecahkan
masalah yang serupa.
3. Anak-anak merespon terhadap
bantuan atau pujian guru.
Mereka mencoba menyesuaikan
diri dan menyenangkan hati
guru
Izinkan mereka untuk
bekerja dan mendapat
pujian. Pujilah cara
mereka membaca dan
berilah buku-buku
4. Mereka menikmati tetap
duduk dan mendengarkan
cerita dibacakan disekolah,
di rumah, atau di
perpustakaan
Sering menyediakan waktu
untuk bercerita dan
membaca
5. Anak-anak memiliki pikiran
yang teguh tentang benar
Perkenalkan kepada mereka
nilai-nilai, kebiasaan,
dan salah dan standar tingkah laku
melalui orang tua mereka
6. Mereka ingin tahu tentang
perbedaan antara laki-laki
dan perempuan
Beri mereka buku yang
dapat membantu menjawab
pertanyaanya.
Dalam tabel-tabel ini dapat kita lihat, bahwa anak-anak
mempunyai potensi alamiah dalam hal belajar bahasa, kemampuan
kognitif, kepribadian, dan bersosialisasi. Potensi-potensi
tersebut akan berkembang lebih optimal dengan acar memberikan
bahan belajar yang sesuai untuk mereka. Dengan demikian,
tujuan yang telah kita tetapkan tercapai dengan baik, dan
kebutuhan anak terpenuhi.
3. Strategi
Memilih strategi, berarti membayangkan dan memikirkan proses
pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Akan dibuat
bagaimana yang telah kita pilih itu? Aktivitas apa yang akan
dilakukan guru, anak-anak di dalam kelas? Itulah pertanyaan
yang perlu di jawab pada saat memilih dan menetukan strategi
pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa.
Di dalam contoh di atas kita dapat melihat beberapa kegiatan
pembelajaran, seperti: mendengarkan cerita, tanya jawab,
menirukan, dan melanjutkan cerita. Kita dapat membuat berbagai
variasi strategi pembelajaran dari strategi-strategi yang
sudah kita ketahui.
4. Sumber Belajar
Pembelajaran bahasa melaui prosa dapat menggunakan berbagai
sumber belajar. Persiapkan semuanya dengan sebaik-baiknya,
sehingga proses pembelajaran yang kita sajikan menarik dan
efektif. Seperti apa yang dikatan Davis ( 1981:78 ) di dalam
bukunya yang berjudul instructional Techniqui bahwa guru yang efektif
itu mempersiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya sebelum
proses pembelajaran berlangsung. Namun persiapan itu jangan
sampai terlalu banyak dan kaku, karena jika demikian kita
akan kehilangan spontanitas sewaktu mengajar.
C. Pembelajaran Bahasa melalui Puisi dan Drama
A. Puisi
1. Pengertian
Norton (1983 : 321) dan Huck (1989 : 394) sama-sama
menyatakan bahwa puisi sulit untuk didefinisikan secara
tepat. Georgia di dalam Calkins (1989 : 297) menunjukkan
empat karakteristik puisi, yaitu:
a. Puisi menggunakan bahasa yang padat, setiap kata
penting;
b. Biasanya bahasa puisi bersifat figuratif: simile,
metafora, dan imajinasi;
c. Puisi bersifat ritmis;
Unit organisasinya: larik dan bait, sedangkan prosa unit
organisasinya kalimat dan paragraf.
Menurut Robert Fros puisi itu menyenangkan anak-anak, tetapi
juga membantu mereka dalam mengembangkan pengetahuan baru dan
cara baru untuk memahami dunianya. (dalam Huck, 1989 : 394).
Ciri-ciri sajak (puisi) yang lemah menurut sumardi, dkk.
(1985: 25-32)
a. Sajak yang mengandung kata-kata, ungkapan, atau
pernyataan yang berlebihan atau bombastis;
b. Menampilkan masalah atau tema yang terlalu kecil,
jika dibandingkan dengan alat ekspresinya yang kuat;
c. Mengandung kelemahan penalaran;
d. Mengandung sisipan objek sehingga penonjolan objek
utama dan keutuhan sajak terganggu;
e. Mengandung lebih dari satu sudut panjang;
f. Pemakaian suatu gaya pengucapan atau gaya bahasa
yang kurang tepat;
g. Mengandung kelemahan rima;
h. Bersifat prosais;
i. Bersifat mengekor.
2. Pembelajaran Puisi
Puisi yang wujudnya sudah digambarkan di atas, dapat
dijadikan bahan pembelajaran yang bervariasi, umpamanya:
a. Membaca nyaring tunggal;
b. Membaca nyaring bersama;
c. Membaca nyaring dengan musik atau tepukan;
d. Membaca nyaring dengan nyanyi atau senandung;
e. Membaca nyaring dengan dramatisasi;
f. Bermain kata atau sajak berantai.
Itulah model pembelajaran puisi di kelas rendah. Adapun
model pembelajaran puisi yang lain yaitu sebagai berikut:
a. Bermain kata atau sajak
Berbeda dengan model-model yang lainnya, bermain kata atausajak saat ini tidak menggunakan puisi. Walaupun begitu pembelajaran tetap berhubungan dengan puisi. Kepada anak-anak
diperkenalkan salah satu unsur puisi, yaitu rima atau sajak. Permainan ini bertujuan membina penguasaan kosa kata, selain tentu saja memahami rima.
Jalannya permainan1) Guru menjelaskan peraturan permainan.
2) Permainan dibagi menjadi tiga regu (A, B, C).
3) Guru menuliskan tiga buah kata di papan tulis.
4) Setiap anggota dari ketiga regu, satu persatu secara
bergantian maju ke depan untuk menuliskan kata-kata
yang bersajak dengan kata yang ditulis oleh guru di
papan tulis.
5) Permainan diakhiri setelah batas waktu yang
disediakan habis atau setelah para pemain tidak dapat
menambahkan kata-kata bersajak tersebut.
6) Regu yang dapat mengumpulkan kata paling banyak
dinyatakan sebagai pemenangnya.
b. Bahan pembelajaran puisi
Seperti halnya pembelajaran melalui prosa, pembelajaranmelalui puisi pun memerlukan bahan terpilih agar tujuantercapai, juga dapat memenuhi kebutuhan anak-anak dan prosespembelajaran berlangsung menyenangkan.
Sumardi, dkk (1985 : 20 - 23), memberikan rambu-rambuyang harus dipertimbangkan sewaktu memilih bahan pembelajaranpuisi. Berikut adalah rambu-rambu yang harus dipertimbangkansewaktu memilih bahan pembelajaran puisi sebagai berikut:
1) Sesuai dengan lingkungan anak didik
2) Sesuai dengan kelompok usia anak didik
3) Keragaman sajak
4) Kesesuaian sajak dengan siswa
Selain Sumardi, Norton (1983 : 323 - 324) yang menggelutisastra untuk anak-anak, mengemukakan kriteria pemilihan puisiuntuk anak-anak, sebagai berikut:
1) Puisi untuk anak-anak adalah puisi yang berisi
kegembiraan dan rima.
2) Puisi untuk anak-anak seharusnya mengutamakan bunyi
bahasa dan membangkitkan semangat bermain bahasa.
3) Puisi untuk anak seharusnya memperbaiki ketajaman
imajinasi visual dan kesegaran kata-kata yang digunakan
di dalam ragam novel, untuk memperluas imajinasi mereka,
dan melihat atau mendengar kata-kata dalam cara baru.
4) Puisi untuk anak seharusnya menyajikan cerita
sederhana dan memperkenalkan tindakan yang dilakukan.
5) Puisi untuk anak bukan yang ditulis dengan dugaan
rendah kepada anak-anak.
6) Puisi yang sangat efektif disajikan dengan suatu
ketidaksempurnaan informasi yang seksama. Jadi ada ruang
bagi anak untuk menafsirkan, dan memungut sesuatu dari
puisi sendiri.
7) Tema harus menyenangkan anak-anak, mengatakan
sesuatu pada anak-anak, menggelitik egonya, mengingatkan
kebahagiaan, menyentuh kejenakaannya, atau membangkitkan
semangat menggali.
8) Puisi seharusnya cukup baik dibaca ulang.
Menilai puisi dilakukan dengan cara mengajukan beberapapertanyaan sehubungan dengan puisi, menurut Huck ada sebelaspertanyaan untuk menilai puisi yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimana irama puisi memperkuat dan menciptakan
arti dalam puisi?
b. Bagaimana rima puisi, apakah bunyi terasa alamiah?
c. Bagaimana bunyi dalam puisi berkontribusi terhadap
arti? Apakah menggunakan aliterasi, onomatopia (bentuk
kata yang menirukan suara), atau repetisi?
d. Apakah puisi menyajikan imajinasi sensorik tentang
penglihatan, perabaan, penciuman, atau perasaan? Apakah
ini memberi kenikmatan kepada anak-anak, terutama
perasaan mereka?
e. Bagaimana kualitas imajinasi di dalam puisi? Apakah
membuat anak-anak melihat sesuatu dalam suatu cara yang
baru dan segar, ataukah dengan menggunakan cara yang
sudah usang atau klise?
f. Apakah figura bahasa penting untuk kehidupan anak-
anak? Apakah simile dan metafora membuat anak-anak
memahami dan mengapresiasi?
g. Bagaimana nada dalam puisi? Apakah mencerminkan masa
kanak-kanak? Apakah mendidik, mengkhotbahi, ataukah
menyajikan kenangan masa kanak-kanak dengan sentimentil?
h. Apakah puisi penting untuk anak-anak? Apakah mereka
menyukainya?
i. Bagaimana penyair menyajikan keintenan emosi dalam
puisi? Apakah setiap kata berfungsi meningkatkan
perangsangan perasaan?
j. Bagaimanakah tipografi puisi? Apakah penempatan kata
berkontribusi terhadap puisi?
k. Apakah tujuan puisi? Untuk bersenang-senang,
melukiskan sesuatu dengan cara yang segar, kritik
sosial, atau membuat kesejajaran dengan hidup? Seberapa
bagus penyair mencapai tujuan tersebut?
A. Drama
1. Pengertian
Hamzah (1985 : 145) menyatakan bahwa kegiatan drama bagi
anak-anak harus merupakan langkah rekreasi, senilai dengan
kegiatan bermain kelereng, layang-layang, sekolah-sekolahan,
rumah-rumahan, bermain boneka.
Jadi, drama itu tidak seperti yang dipentaskan orang dewasa.
Drama bagi mereka masih merupakan sarana untuk menarik minat,
melatih atau meletakkan dasar-dasar drama. Dengan demikian,
pembelajaran drama masih merupakan permainan.
2. Pembelajaran melalui Drama
Harymawan (1993) menyatakan bahwa seni teater memperoleh
dasar idenya atas kehendak manusia yang berwujud permainan dan
peniruan. Ini berarti bahwa dengan suka meniru, anak-anak
sudah memiliki naluri bermain drama. Pembelajaran drama yang
mencerminkan permainan antara lain dapat dilakukan dengan:
a. Pantomim
Sehubungan dengan pengertian pantomim, Hamzah (1985 : 51 -52) mengutip beberapa pendapat seperti ini:
1) Pantomim ialah seni menyatakan bermacam ide tanpa
media kata. Dan ini merupakan tahapan teknik paling
awal dalam kaitannya dengan latihan-latihan drama
(ommaney).
2) Pantomim adalah suatu pertunjukkan yang para
pemainnya mengekspresikan dirinya melalui isyarat
(American College Dictionary).
3) Pantomim ialah suatu cerita, suatu tema yang
diceritakan atau dikembangkan melalui gerak tubuh dan
wajah ekspresif (Groler Academic Encyclopedia)
Disekolah dasar kelas rendah, pantomim dapat dilakukan,misalnya sebagai berikut:
1) Meniru pantomim lain, dapat dilakukan apabila
sebelumnya kepada anak-anak diperlihatkan pantomim
yang dilakukan orang lain (contoh di bawa ke dalam
kelas).
2) Meniru perbuatan nyata, berbeda dengan meniru
pantomim lain. Meniru perbuatan nyata, tidak perlu
menghadirkan contoh ke dalam kelas.
b. Sosio Drama
Mirip dengan pantomim meniru perbuatan nyata, namun adahal yang berbeda. Dalam pantomim dilakukan tanpa kata-kata,sedangkan dalam sosio drama menggunakan kata-kata.
c. Berekspresi dengan topeng
Pembelajaran berekspresi dengan topeng dapat berlangsungsebagai berikut:1) Guru memperlihatkan satu atau beberapa topeng.
2) Anak-anak diminta mengamati topeng-topeng tersebut.
3) Guru bertanya tentang ekspresi topeng (sedih,
gembira, marah, dan sebagainya)
4) Anak-anak diajak untuk meniru ekspresi tersebut.
5) Guru meminta seorang atau dua orang anak untuk
mengenakan topeng tersebut dan melakukan gerakan dan
atau dialog yang sesuai dengan ekspresi topeng
tersebut.
Permainan ini, bisa jadi akan sangat menarik bagi anak-anak, termasuk anak yang pemalu. Karena dengan topeng wajahmereka tertutup, jadi anak akan merasa terhindar dari rasamalu.
d. Bermain boneka
Bermain boneka bukan permainan yang asing bagi anak-anak.Hanya wujud bonekanya saja, mungkin yang berbeda. Bisa bonekadari kayu, batang daun singkong, kain dan kapas, plastik,karet, dan sebagainya. Di dalam pembelajaran, dapat digunakanboneka macam manapun yang dapat dengan mudah ditemukan. Carapermainannya sebagai berikut:
1) Anak-anak mengamati boneka, lalu memberi peran
kepada boneka tersebut.
2)Bermain, mengucapkan dialog sesuai dengan peran tadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya pembelajaran sastra anak akan merasa lebih
merasakan keingintahuan hidup, siswa diaajak untuk memiliki
kreatifitas tidak hanya dalam membuat memahami bagian dari
sastra saja seperti memahami puisi sederhana, isi dari cerita
atau cerpen, mengetahui watak dari tokoh dalam cerpen,
melainkan mereka dapat bereksplorasi sesuai keinginan mereka
seperti membuat puisi, membuat pantun, membuat cerita singkat
tentang keseharian mereka. Hingga akhirnya anak memiliki
talenta atau bakat dalam membuat karya sastra.
B. Saran
Apabila guru telah merancang model pembelajaran seperti apa
yang akan di lakukan, langkah-langkah apa seperti apa yang
harus dilakukan serta perencanaan yang matang maka kemungkinan
besar proses kegiatan belajar akan berlangsung dengan baik.
Demikian halnya dengan pembelajaran sastra Indonesia, dengan
harapan dapat bermakna bagi siswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya pembelajaran sastra anak akan merasa lebih
merasakan keingintahuan hidup, siswa diaajak untuk memiliki
kreatifitas tidak hanya dalam membuat memahami bagian dari
sastra saja seperti memahami puisi sederhana, isi dari cerita
atau cerpen, mengetahui watak dari tokoh dalam cerpen,
melainkan mereka dapat bereksplorasi sesuai keinginan mereka
seperti membuat puisi, membuat pantun, membuat cerita singkat
tentang keseharian mereka. Hingga akhirnya anak memiliki
talenta atau bakat dalam membuat karya sastra.
B. Saran
Apabila guru telah merancang model pembelajaran seperti
apa yang akan di lakukan, langkah-langkah apa seperti apa yang
harus dilakukan serta perencanaan yang matang maka kemungkinan
besar proses kegiatan belajar akan berlangsung dengan baik.
Demikian halnya dengan pembelajaran sastra Indonesia, dengan
harapan dapat bermakna bagi siswa.