merancang pembelajaran melalui karya sastra

26
MAKALAH MERANCANG PEMBELAJARAN MELALUI KARYA SASTRA Di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah bahasa Indonesia Di susun oleh : Dewi Puji L Ainul Mardiyah Risa Herlina PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: stkipdrnugroho

Post on 31-Mar-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAHMERANCANG PEMBELAJARAN MELALUI KARYA

SASTRADi susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah bahasa Indonesia

Di susun oleh :

Dewi Puji L

Ainul Mardiyah

Risa Herlina

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

DR.NUGROHO MAGETAN

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa. Karena atas  segala rahmat, petunjuk, dan karunia-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Merancang

Pembelajaran bahasa melalui karya sastra. Makalah ini disusun

sebagai salah satu Tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua yang telah

membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan

penulisan Makalah ini. Segala upaya telah dilakukan untuk

menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila dalam

makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat

dijadikan masukan dalam penyempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk

menambah pengetahuan dan wawasan tentang materi Merancang

pembelajaran melalui karya sastra.

Magetan, Maret

2015

Tim Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan

semata-mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya

sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada

hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk

mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu,

sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan

yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir

dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk

mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).

Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan

yang penting didalam dunia pendidikan. Seperti yang kita

ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan

bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Apresiasi sastra

akan berjalan lancar jika berbahas seorang anak sudak baik.

Dalam apresiasi sastra manfaat yang sangat dirasakan adalah

adanya pengembangan jiwa, dimana kita dapat mengeksplore

seluruh potensi yang ada dalam diri kita terutama hal yang ada

dalam apresiasi sastra yaitu seperti puisi, prosa, dan drama.

Apresiasi sastra akan muncul jika pembelajaran berjalan

menyenangkan, adanya stimulus dan respon memberikan dampak

yang positif pada perkembangan apresiasi. Oleh karena itulah

peran guru dalam hal ini sangat diperlukan agar dapat

merangsang anak untuk dapat berapresiasi sastra dengan baik.

B. Rumusan masalah

1. Model pembelajaran seperti apa yang sesuai bagi anak

kelas redah ?

2. Mengapa pembelajaran sastra dianggap penting ?

3. Adakah kaitannya pembelajaran bahasa dan sastra dengan

bidang studi lain ?

C. Tujuan

1. Mengetahui model pembelajaran bahasa Indonesia yang

sesuai pada anak kelas rendah.

2. Mamahami pentingnya pembelajaran sastra pada siswa.

3. Keterkaitan pembelajaran sastra dengan bidang studi lain

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karya sastra

Hal yang dihasilkan oleh manusia dikenal sebagai karya.

Dalam konteks lain, mungkin manusia dapat menghasilkan produk

intelektual (seperti sebuah lagu atau puisi) atau objek

material (rumah atau kerajinan).

Sastra adalah sesuatu yang mengacu pada milik atau berkaitan

dengan sastra (himpunan pengetahuan dengan menulis dan membaca

dengan baik, atau seni puisi, retorika dan tata bahasa).

Sebuah karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan

dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan

esterika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah,

baik dalam atau ketiga orang pertama, dengan plot dan melalui

penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu

mereka.

Menurut bentuk atau subjek, karya sastra mungkin memiliki

jenis yang berbeda seperti narasi (sebuah karya prosa, seperti

novel, atau cerita pendek), puisi (komposisi dalam ayat yang

mengekspresikan perasaan penulis), drama, epic (ayat-ayat yang

menceritakan perbuatan pahlawan atau dewa-dewa) atau mengajar

(yang berusaha untuk mengarahkan pembaca atau pendengar).

Karya sastra juga dapat berupa tulisan (buku atau media

cetak lain bermain cerita tanpa perubahan) atau lisan

(diwariskan dari generasi ke generasi dan sering berubahdari

waktu ke waktu, seperti legenda atau cerita rakyat). Karya-

karya juga dapat taktil, ketika disesuaikan dengan kebutuhan

orang-orang melalui Braille.

B. Pembelajaran Bahasa Melalui Prosa

Bagaimana caranya agar bahan belajar prosa yang disajikan

dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan pembelajaran?

Pertama, kita harus terlebih dahulu mengalami proses

pemilihan. Pemilihan bahan pengajaran merupakan salah satu

langkah penting dalam merancang pembelajaran. Selai pemilihan

bahan, hal yang perlu dipertimbangkan sewaktu merancang

pembelajaran adalah tujuan, strategi, dan sumber belajar. Di

bawah ini akan dideskripsikan satu persatu tentang tujuan,

strategi, dan sumber belajar.

1. Tujuan

Pada waktu merencang pembelajaran kita perlu menentuan

tujuan yang akan dicapai. Tujuan ini tentu yang sesuai dengan

program pengajaran yang telah digariskan dalam GBPP. Oleh

karena itu, kita perlu memeriksa program pengajaran yang

sesuai dengan kelas dan caturwulanya. Pada saat menentukan

tujuan yang akan dicapai kita perlu mengingat kondisi siswa

kita. Sudah memungkinkan atau belum tujuan tersebut dicapai

pada saat itu.

2. Bahan

Setelah tujuan ditentukan, kita perlu menyiapkan bahan-bahan

yang diperlukan. Bahan ini dapat kita ambil dari buku paket

( jika ada ), dapat pula kita ambil dari sumber lain ( buku

cerita, majalah, atau koran ). Namun dari mana pun kita

mengambil bahan tersebut, kita perlu mengadakan evaluasi

terhadap kriteria apa yang dapat digunakan dalam mengevaluasi

bahan prosa. Pertama harus sesuai dengan tujuan yang telah

kita tetapkan. Kemudian harus sesuai dengan yang dibutuhkan

anak. Dan terakhir sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

a. Sesuai dengan tujuan

Sesuai dengan tujuan, berarti sewaktu memilih bahan kita

perlu mengingat untuk tujuan apa bahan tersebut disediakan.

Bahan ini seharusnya memiliki day dukung yang kuat untuk

mencapai ujuan yang ditetapkan.

b. Sesuai dengan kebutuhan anak

Bahan prosa yang digunakan dalam pembelajaran bahasa perlu

memiliki kesesuaian dengan kebutuhan anak. Hal ini dimaksut

agar proses tersebut dapat memberi manfaat yang lebih banyak

bagi anak-anak. Sehubungan dengan itu Huck ( 1989:6-10) di

dalam bukunya bahwa sastra untuk anak-anak harus memiliki

nilai-nilai. Nilai tersebut mencakup nilai-nilai yang

bersifat personal, dan nilai-nilai yanng bersifat

pendidikan. Mengandung nilai personal berarti, sastra yang

kita pilih brisi hal-hal tyang dapat :

1) Memberikan kenikmatan

2) Memperkuat cara berpokir

3) Mengembangkan imajinasi

4) Memberikan pengalaman mengalami

5) Mengembangkan kemampuan berprilaku

6) Menyajikan pengalaman yang menyeluruh

Mengandung nilai-nilai pendidikan, berarti bahwa sstra

anak-anak selayaknya mengandung hal-hal yang dapat :

1) Mengembangkan bahasa

2) Membantu belajar Bahasa

3) Membantu belajar menulis.

c. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak

Bahan yang kita pilih perlu sesuai dengan dengan tingkat

perkembngan anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan tersebut

mampu memberikan nilai-nilai yang dibutuhkan anak-anak tanpa

terasa membebaninya. Bahan belajar yang sesuai untuk anak

ini dinyatakan oleh Norton ( 1989 ) di dalam bukunya yang

berjudul trought the Eyes of the Child an Introduction To Childern’s Literatur

sebagai mampu meningkatkan perkembangan anak ketingkat yang

lebih tinggi. Norton membagi fase perkembangan anak usia

sekolah sebagai berikut :

1) Sekolah Dasar kelas rendah : usia 6-8 tahun

2) Sekolah Dasar kelas seang : usia 8-10 tahun

3) Sekolah dasar kelas tinggi : usia 10-12 tahun

Setiap fase memiliki karakteristik tersendiri, dan Nortom

memberikan gambaran tentang implikasi setiap karakteristik

tersebut. Namun demikian, karakteristik demikian, dari

karakteristik ini implikasi yang ia gambarkan, kita dapat

memilih atau menyediakan buku cerita yang sesuai bagi anak-

anak.

Perkembangan Bahasa

No.

KARAKTERISTIK IMPLIKASI

1. Perkembangan bahasa

berjalan dengan menambahkan

beberapa kata baru terhadap

kosa kata meraka

Menyediakan waktu setiap

hari untuk membaca dan

memberi kesempatan untuk

berinteraksi lisan

2. Sebagian besar anak

menggunakan kalimat

kompleks dengan klause

ajektif dan klause

kondisional yang dimulai

dengan bila.

Membaca cerita yang

menyajikan model-model

yang mengembangkan

struktur bahasa anak-

anak.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, untuk

mengembangkan bahsa anak usia sekolah dasar tingkat rendah

perlu diupayakan :

1) Waktu untuk membaca

2) Memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi lisan

3) Memberikan cerita yang menyajikan model-model struktur

bahasa.

Perkembangan Kognitif

No. KARAKTERISTIK IMPLIKASI

1. Anak belajar membaca: mereka Menyediakan buku-buku

senang membaca buku-buku

yang mudah dan menunjukkan

kemampuan barunya.

yang mudah dibaca dapat

mengembangkan

keterampilan membaca

anak-anak

2. Mereka belajar menulis dan

menyenangi cerita kreasi

mereka sendiri

Memberi kesempata kepada

anak-anak untuk menulis,

menghias, dan

memperhatikan buku gambar

mereka.

3. Jangkauan perhatian

bertambah dan anak-anak

menyenangi cerita yang lebih

panjang daripada ketika

mereka berusia lima tahun

Mereka senang

mendengarkan cerita

panjang. Mereka mulai

menyukai cerita panjang

bila setiap babnya

dilengkapi dengan waktu

cerita

4. Anak-anak di bawah tujuh

tahun masih berpandangan

dekat dan belajar terus

tentang stuasi nyata.

Menyediakan pengalaman

dengan membei kesempatan

untuk melihat,

berdiskusi, dn

membuktikan informasi

5. Suatu waktu umur mereka

tepat pada tingkat yang

disebut plaget sebagai

oprasional kngkret.

Anak-anak dapat

dikembangkan ke arah

susunan baru berupa

aturan pengelompokan.

Mereka tidak dapat

melihat seluruh objek

namun dapat memahami

hubungan diantaranya.

Dalam tabel di atas ada hal yang sangat menarik, yaitu

bahwa mereka senang menunjukkan kemampun, dalam bidang membaca

maupun menulis. Hal ini dapat kita manfaatkan untuk

meningkatkan keterampilan anak-anak dibidang membaca dan

menulis.

Perkembangan Pribadi

No. KARAKTERITIK IMPLIKASI

1. Usia enam tahun tidak

memiliki keseimbangan emosi

seperti usia lima tahun.

Mereka lebih tegang, bisa

jadi menyerang guru atau

orang tua

Bantu anak-anak

menemukan jalan yang

layak untuk mengatasi

ketegangan mereka. Baca

cerita untuk melukiskan

bagaimana anak lain

mengatasi keteganganya.

2. Anak-anak meminta kebebasan

tetapi juga memerlukan

ketenangan dan keamanan dari

orang tua

Menyediakan kesempatan

bagi mereka untuk

menunjukkan kebebasan,

beri mereka kesempatan

untuk memilih buku dan

kegiatan yang tersedia

Pada fase ini menuntut kita sangat berhati-hati dalam

memilih proses yang akan dijadikan bahan belajar. Jika kurang

hati-hati, malah bisa meningkatkan ketegangan dan kebebasan

yang kurang baik.

Perkembangan Sosial

No. KARAKTERISTIK IMPLIKASI

1. Anak-anak akan menentang

orang tua ketika berada di

bawah tekanan

Besarkan hati mereka agar

kesensitifannya tersalur

ke dalam kegiatan yang

lebih bermanfaat

2. Mereka igin bermain denagn

anak-anak lain seringkali,

tetapi menuntut

Besarkan anak dengan

memberi kesempatan untuk

berperan dalam memecahkan

masalah yang serupa.

3. Anak-anak merespon terhadap

bantuan atau pujian guru.

Mereka mencoba menyesuaikan

diri dan menyenangkan hati

guru

Izinkan mereka untuk

bekerja dan mendapat

pujian. Pujilah cara

mereka membaca dan

berilah buku-buku

4. Mereka menikmati tetap

duduk dan mendengarkan

cerita dibacakan disekolah,

di rumah, atau di

perpustakaan

Sering menyediakan waktu

untuk bercerita dan

membaca

5. Anak-anak memiliki pikiran

yang teguh tentang benar

Perkenalkan kepada mereka

nilai-nilai, kebiasaan,

dan salah dan standar tingkah laku

melalui orang tua mereka

6. Mereka ingin tahu tentang

perbedaan antara laki-laki

dan perempuan

Beri mereka buku yang

dapat membantu menjawab

pertanyaanya.

Dalam tabel-tabel ini dapat kita lihat, bahwa anak-anak

mempunyai potensi alamiah dalam hal belajar bahasa, kemampuan

kognitif, kepribadian, dan bersosialisasi. Potensi-potensi

tersebut akan berkembang lebih optimal dengan acar memberikan

bahan belajar yang sesuai untuk mereka. Dengan demikian,

tujuan yang telah kita tetapkan tercapai dengan baik, dan

kebutuhan anak terpenuhi.

3. Strategi

Memilih strategi, berarti membayangkan dan memikirkan proses

pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Akan dibuat

bagaimana yang telah kita pilih itu? Aktivitas apa yang akan

dilakukan guru, anak-anak di dalam kelas? Itulah pertanyaan

yang perlu di jawab pada saat memilih dan menetukan strategi

pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa.

Di dalam contoh di atas kita dapat melihat beberapa kegiatan

pembelajaran, seperti: mendengarkan cerita, tanya jawab,

menirukan, dan melanjutkan cerita. Kita dapat membuat berbagai

variasi strategi pembelajaran dari strategi-strategi yang

sudah kita ketahui.

4. Sumber Belajar

Pembelajaran bahasa melaui prosa dapat menggunakan berbagai

sumber belajar. Persiapkan semuanya dengan sebaik-baiknya,

sehingga proses pembelajaran yang kita sajikan menarik dan

efektif. Seperti apa yang dikatan Davis ( 1981:78 ) di dalam

bukunya yang berjudul instructional Techniqui bahwa guru yang efektif

itu mempersiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya sebelum

proses pembelajaran berlangsung. Namun persiapan itu jangan

sampai terlalu banyak dan kaku, karena jika demikian kita

akan kehilangan spontanitas sewaktu mengajar.

C. Pembelajaran Bahasa melalui Puisi dan Drama

A. Puisi

1. Pengertian

Norton (1983 : 321) dan Huck (1989 : 394) sama-sama

menyatakan bahwa puisi sulit untuk didefinisikan secara

tepat. Georgia di dalam Calkins (1989 : 297) menunjukkan

empat karakteristik puisi, yaitu:

a. Puisi menggunakan bahasa yang padat, setiap kata

penting;

b. Biasanya bahasa puisi bersifat figuratif: simile,

metafora, dan imajinasi;

c. Puisi bersifat ritmis;

Unit organisasinya: larik dan bait, sedangkan prosa unit

organisasinya kalimat dan paragraf.

Menurut Robert Fros puisi itu menyenangkan anak-anak, tetapi

juga membantu mereka dalam mengembangkan pengetahuan baru dan

cara baru untuk memahami dunianya. (dalam Huck, 1989 : 394).

Ciri-ciri sajak (puisi) yang lemah menurut sumardi, dkk.

(1985: 25-32)

a. Sajak yang mengandung kata-kata, ungkapan, atau

pernyataan yang berlebihan atau bombastis;

b. Menampilkan masalah atau tema yang terlalu kecil,

jika dibandingkan dengan alat ekspresinya yang kuat;

c. Mengandung kelemahan penalaran;

d. Mengandung sisipan objek sehingga penonjolan objek

utama dan keutuhan sajak terganggu;

e. Mengandung lebih dari satu sudut panjang;

f. Pemakaian suatu gaya pengucapan atau gaya bahasa

yang kurang tepat;

g. Mengandung kelemahan rima;

h. Bersifat prosais;

i. Bersifat mengekor.

2. Pembelajaran Puisi

Puisi yang wujudnya sudah digambarkan di atas, dapat

dijadikan bahan pembelajaran yang bervariasi, umpamanya:

a. Membaca nyaring tunggal;

b. Membaca nyaring bersama;

c. Membaca nyaring dengan musik atau tepukan;

d. Membaca nyaring dengan nyanyi atau senandung;

e. Membaca nyaring dengan dramatisasi;

f. Bermain kata atau sajak berantai.

Itulah model pembelajaran puisi di kelas rendah. Adapun

model pembelajaran puisi yang lain yaitu sebagai berikut:

a. Bermain kata atau sajak

Berbeda dengan model-model yang lainnya, bermain kata atausajak saat ini tidak menggunakan puisi. Walaupun begitu pembelajaran tetap berhubungan dengan puisi. Kepada anak-anak

diperkenalkan salah satu unsur puisi, yaitu rima atau sajak. Permainan ini bertujuan membina penguasaan kosa kata, selain tentu saja memahami rima.

Jalannya permainan1) Guru menjelaskan peraturan permainan.

2) Permainan dibagi menjadi tiga regu (A, B, C).

3) Guru menuliskan tiga buah kata di papan tulis.

4) Setiap anggota dari ketiga regu, satu persatu secara

bergantian maju ke depan untuk menuliskan kata-kata

yang bersajak dengan kata yang ditulis oleh guru di

papan tulis.

5) Permainan diakhiri setelah batas waktu yang

disediakan habis atau setelah para pemain tidak dapat

menambahkan kata-kata bersajak tersebut.

6) Regu yang dapat mengumpulkan kata paling banyak

dinyatakan sebagai pemenangnya.

b. Bahan pembelajaran puisi

Seperti halnya pembelajaran melalui prosa, pembelajaranmelalui puisi pun memerlukan bahan terpilih agar tujuantercapai, juga dapat memenuhi kebutuhan anak-anak dan prosespembelajaran berlangsung menyenangkan.

Sumardi, dkk (1985 : 20 - 23), memberikan rambu-rambuyang harus dipertimbangkan sewaktu memilih bahan pembelajaranpuisi. Berikut adalah rambu-rambu yang harus dipertimbangkansewaktu memilih bahan pembelajaran puisi sebagai berikut:

1) Sesuai dengan lingkungan anak didik

2) Sesuai dengan kelompok usia anak didik

3) Keragaman sajak

4) Kesesuaian sajak dengan siswa

Selain Sumardi, Norton (1983 : 323 - 324) yang menggelutisastra untuk anak-anak, mengemukakan kriteria pemilihan puisiuntuk anak-anak, sebagai berikut:

1) Puisi untuk anak-anak adalah puisi yang berisi

kegembiraan dan rima.

2) Puisi untuk anak-anak seharusnya mengutamakan bunyi

bahasa dan membangkitkan semangat bermain bahasa.

3) Puisi untuk anak seharusnya memperbaiki ketajaman

imajinasi visual dan kesegaran kata-kata yang digunakan

di dalam ragam novel, untuk memperluas imajinasi mereka,

dan melihat atau mendengar kata-kata dalam cara baru.

4) Puisi untuk anak seharusnya menyajikan cerita

sederhana dan memperkenalkan tindakan yang dilakukan.

5) Puisi untuk anak bukan yang ditulis dengan dugaan

rendah kepada anak-anak.

6) Puisi yang sangat efektif disajikan dengan suatu

ketidaksempurnaan informasi yang seksama. Jadi ada ruang

bagi anak untuk menafsirkan, dan memungut sesuatu dari

puisi sendiri.

7) Tema harus menyenangkan anak-anak, mengatakan

sesuatu pada anak-anak, menggelitik egonya, mengingatkan

kebahagiaan, menyentuh kejenakaannya, atau membangkitkan

semangat menggali.

8) Puisi seharusnya cukup baik dibaca ulang.

Menilai puisi dilakukan dengan cara mengajukan beberapapertanyaan sehubungan dengan puisi, menurut Huck ada sebelaspertanyaan untuk menilai puisi yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimana irama puisi memperkuat dan menciptakan

arti dalam puisi?

b. Bagaimana rima puisi, apakah bunyi terasa alamiah?

c. Bagaimana bunyi dalam puisi berkontribusi terhadap

arti? Apakah menggunakan aliterasi, onomatopia (bentuk

kata yang menirukan suara), atau repetisi?

d. Apakah puisi menyajikan imajinasi sensorik tentang

penglihatan, perabaan, penciuman, atau perasaan? Apakah

ini memberi kenikmatan kepada anak-anak, terutama

perasaan mereka?

e. Bagaimana kualitas imajinasi di dalam puisi? Apakah

membuat anak-anak melihat sesuatu dalam suatu cara yang

baru dan segar, ataukah dengan menggunakan cara yang

sudah usang atau klise?

f. Apakah figura bahasa penting untuk kehidupan anak-

anak? Apakah simile dan metafora membuat anak-anak

memahami dan mengapresiasi?

g. Bagaimana nada dalam puisi? Apakah mencerminkan masa

kanak-kanak? Apakah mendidik, mengkhotbahi, ataukah

menyajikan kenangan masa kanak-kanak dengan sentimentil?

h. Apakah puisi penting untuk anak-anak? Apakah mereka

menyukainya?

i. Bagaimana penyair menyajikan keintenan emosi dalam

puisi? Apakah setiap kata berfungsi meningkatkan

perangsangan perasaan?

j. Bagaimanakah tipografi puisi? Apakah penempatan kata

berkontribusi terhadap puisi?

k. Apakah tujuan puisi? Untuk bersenang-senang,

melukiskan sesuatu dengan cara yang segar, kritik

sosial, atau membuat kesejajaran dengan hidup? Seberapa

bagus penyair mencapai tujuan tersebut?

A. Drama

1. Pengertian

Hamzah (1985 : 145) menyatakan bahwa kegiatan drama bagi

anak-anak harus merupakan langkah rekreasi, senilai dengan

kegiatan bermain kelereng, layang-layang, sekolah-sekolahan,

rumah-rumahan, bermain boneka.

Jadi, drama itu tidak seperti yang dipentaskan orang dewasa.

Drama bagi mereka masih merupakan sarana untuk menarik minat,

melatih atau meletakkan dasar-dasar drama. Dengan demikian,

pembelajaran drama masih merupakan permainan.

2. Pembelajaran melalui Drama

Harymawan (1993) menyatakan bahwa seni teater memperoleh

dasar idenya atas kehendak manusia yang berwujud permainan dan

peniruan. Ini berarti bahwa dengan suka meniru, anak-anak

sudah memiliki naluri bermain drama. Pembelajaran drama yang

mencerminkan permainan antara lain dapat dilakukan dengan:

a. Pantomim

Sehubungan dengan pengertian pantomim, Hamzah (1985 : 51 -52) mengutip beberapa pendapat seperti ini:

1) Pantomim ialah seni menyatakan bermacam ide tanpa

media kata. Dan ini merupakan tahapan teknik paling

awal dalam kaitannya dengan latihan-latihan drama

(ommaney).

2) Pantomim adalah suatu pertunjukkan yang para

pemainnya mengekspresikan dirinya melalui isyarat

(American College Dictionary).

3) Pantomim ialah suatu cerita, suatu tema yang

diceritakan atau dikembangkan melalui gerak tubuh dan

wajah ekspresif (Groler Academic Encyclopedia)

Disekolah dasar kelas rendah, pantomim dapat dilakukan,misalnya sebagai berikut:

1) Meniru pantomim lain, dapat dilakukan apabila

sebelumnya kepada anak-anak diperlihatkan pantomim

yang dilakukan orang lain (contoh di bawa ke dalam

kelas).

2) Meniru perbuatan nyata, berbeda dengan meniru

pantomim lain. Meniru perbuatan nyata, tidak perlu

menghadirkan contoh ke dalam kelas.

b. Sosio Drama

Mirip dengan pantomim meniru perbuatan nyata, namun adahal yang berbeda. Dalam pantomim dilakukan tanpa kata-kata,sedangkan dalam sosio drama menggunakan kata-kata.

c. Berekspresi dengan topeng

Pembelajaran berekspresi dengan topeng dapat berlangsungsebagai berikut:1) Guru memperlihatkan satu atau beberapa topeng.

2) Anak-anak diminta mengamati topeng-topeng tersebut.

3) Guru bertanya tentang ekspresi topeng (sedih,

gembira, marah, dan sebagainya)

4) Anak-anak diajak untuk meniru ekspresi tersebut.

5) Guru meminta seorang atau dua orang anak untuk

mengenakan topeng tersebut dan melakukan gerakan dan

atau dialog yang sesuai dengan ekspresi topeng

tersebut.

Permainan ini, bisa jadi akan sangat menarik bagi anak-anak, termasuk anak yang pemalu. Karena dengan topeng wajahmereka tertutup, jadi anak akan merasa terhindar dari rasamalu.

d. Bermain boneka

Bermain boneka bukan permainan yang asing bagi anak-anak.Hanya wujud bonekanya saja, mungkin yang berbeda. Bisa bonekadari kayu, batang daun singkong, kain dan kapas, plastik,karet, dan sebagainya. Di dalam pembelajaran, dapat digunakanboneka macam manapun yang dapat dengan mudah ditemukan. Carapermainannya sebagai berikut:

1) Anak-anak mengamati boneka, lalu memberi peran

kepada boneka tersebut.

2)Bermain, mengucapkan dialog sesuai dengan peran tadi.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dengan adanya pembelajaran sastra anak akan merasa lebih

merasakan keingintahuan hidup, siswa diaajak untuk memiliki

kreatifitas tidak hanya dalam membuat memahami bagian dari

sastra saja seperti memahami puisi sederhana, isi dari cerita

atau cerpen, mengetahui watak dari tokoh dalam cerpen,

melainkan mereka dapat bereksplorasi sesuai keinginan mereka

seperti membuat puisi, membuat pantun, membuat cerita singkat

tentang keseharian mereka. Hingga akhirnya anak memiliki

talenta atau bakat dalam membuat karya sastra.

B.     Saran

Apabila guru telah merancang model pembelajaran seperti apa

yang akan di lakukan, langkah-langkah apa seperti apa yang

harus dilakukan serta perencanaan yang matang maka kemungkinan

besar proses kegiatan belajar akan berlangsung dengan baik.

Demikian halnya dengan pembelajaran sastra Indonesia, dengan

harapan dapat bermakna bagi siswa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan adanya pembelajaran sastra anak akan merasa lebih

merasakan keingintahuan hidup, siswa diaajak untuk memiliki

kreatifitas tidak hanya dalam membuat memahami bagian dari

sastra saja seperti memahami puisi sederhana, isi dari cerita

atau cerpen, mengetahui watak dari tokoh dalam cerpen,

melainkan mereka dapat bereksplorasi sesuai keinginan mereka

seperti membuat puisi, membuat pantun, membuat cerita singkat

tentang keseharian mereka. Hingga akhirnya anak memiliki

talenta atau bakat dalam membuat karya sastra.

B. Saran

Apabila guru telah merancang model pembelajaran seperti

apa yang akan di lakukan, langkah-langkah apa seperti apa yang

harus dilakukan serta perencanaan yang matang maka kemungkinan

besar proses kegiatan belajar akan berlangsung dengan baik.

Demikian halnya dengan pembelajaran sastra Indonesia, dengan

harapan dapat bermakna bagi siswa.