laporan praktikum line balancing pada risky jati furniture - jakarta timur
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan
terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan.
Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap suatu
produk. Kualitas juga merupakan faktor utama yang membawa
keberhasilan suatu perusahaan. Perencanaan produksi sangat
memegang peranan penting dalam membuat penjadwalan produksi
terutama dalam pengaturan operasi atau penugasan kerja yang
harus dilakukan. Jika pengaturan dan perencanaan yang
dilakukan kurang tepat maka akan dapat mengakibatkan stasiun
kerja dalam lintasan produksi mempunyai kecepatan produksi
yang berbeda. Hal ini mengakibatkan lintasan produksi menjadi
tidak efisien karena terjadi penumpukan material di antara
stasiun kerja yang tidak berimbang kecepatan produksinya.
Permasalahan keseimbangan lintasan produksi paling banyak
terjadi pada proses perakitan dibandingkan pada proses
pabrikasi. Pergerakan yang terus menerus kemungkinan besar
dicapai dengan operasi-operasi perakitan yang dibentuk secara
manual katika beberapa operasi dapat dibagi dengan durasi
waktu yang pendek. Semakin besar fleksibilitas dalam dalam
mengkombinasikan beberapa tugas, maka semakin tinggi pula
tingkat keseimbangan tingkat keseimbangan yang dapat dicapai,
hal ini akan membuat aliran yang muls dengan membuat utilisasi
tenaga kerja dan perakitan yang tinggi.
Peracangan Teknik Industri 1 1
Adanya kombinasi penugasan kerja terhadap operator atau
grup operator yang menempati stasiun kerja tertentu juga
merupakan awal masalah keseimbangan lintasan produksi, sebab
penugasan elemen kerja yang berbeda akan menimbulkan perbedaan
dalam jumlah waktu yang tidak produktif dan variasi jumlah
pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran produksi
tertentu dalam lintasan tersebut.
Masalah-masalah yang terjadi pada keseimbangan lintasan
dalam suatu lintasan produksi biasanya tampak adanya
penumpukan material, waktu tunggu yang tinggi dan operator
yang menganggur karena beban kerja yang tidak teratur. Untuk
memperbaiki kondisi tersebuut dengan keseimbangan lintasan
yaitu dengan menyeimbangkan stasiun kerja sesuai dengan
kecepatan produksi yang diinginkan.
Keseimbangan yang sempurna tercapai apabila ada persamaan
keluaran (output) dari setiap operasi dalam suatu runtutan
lini. Bila keluaran yang dihasilkan tidak sama, maka keluaran
maksimum mungkin tercapai untuk lini operasi yang paling
lambat. Operasi yang paling lambat menyebabkan
ketidakseimbangan dalam lintasan produksi. Keseimbangan pada
stasiun kerja berfungsi sebagai sistem keluaran yang efisien.
Hasil yang bisa diperoleh dari lintasan yang seimbang akan
membawa ke arah perhatian yang lebih serius terhdap metode dan
proses kerja. Keseimbangan lintasan juga memerlukan
keterampilan operator yang ditempatkan secara layak pada
stasiun-stasiun kerja yang ada. Keuntungan keseimbangan
lintasan adalah pembagian tugas secara merata sehingga
kemacetan bisa dihindari.
Peracangan Teknik Industri 1 2
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka, Perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah ;
1. Bagaimana cara melakukan perbaikan kerja dengan
memanfaatkan hasil pengukuran waktu kerja?
2. Bagaimana cara menghitung waktu siklus ?
3. Bagaimana cara menghitung effisiensi dalam suatu
stasiun kerja ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi Permasalahan yang timbul dalam stasiun
kerja dengan menggunakan teknik – teknik penyeimbangan
lintasan.
2. Menggunakan teknik – teknik penyeimbangan lintasan pada
stasiun kerja untuk keperluan perbaikan stasiun kerja
selanjutnya.
3. Menghitung Kecepatan lintasan untuk menentukan
kecepatan lintasan produksi yang diinginkan.
1.4 Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan perumusan masalah di atas maka,
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Data waktu yang diperoleh dan diteliti hanya pada waktu
dalam proses pembuatan lemari kayu jati.
2. Laporan praktikum ini hanya membahas mengenai
Penyeimbangan lintasan stasiun kerja.
Peracangan Teknik Industri 1 3
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Studi Pustaka
Metode ini digunakan untuk mendapatkan landasan teori
atau studi yang dipakai sebagai dasar untuk pembahasan
laporan pratikum penyeimbangan lintasan dan juga sebagai
dasar untuk membandingkan teori yang ada dengan kenyataan
yang dilaksanakan pada pengamatan tersebut. Bahan bacaan
yang digunakan dalam studi pustaka ini adalah catatan-
catatan kuliah, buku-buku kuliah, dan tulisan yang ada
hubungannya dengan objek penelitian, khusunya yang
berhubungan dengan bidang penyeimbangan lintasan.
1.5.2 Studi Lapangan
Metode ini dijalankan dengan melakukan pengumpulan data
yang diperoleh dari pengamatan atau peninjauan langsung
pada objek yang diamati agar dapat mengenal objek secara
langsung.
1.6 Sistematika Penulisan
Laporan ini terdiri dari 5 bab dan masing-masing bab
terbagi dalam subbab-subbab yang akan dirinci sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Peracangan Teknik Industri 1 4
Pada bab ini berisikan tentang hal-hal yang bersifat
umum dalam latar belakang masalah, maksud dan
tujuan, perumusan masalah, pembatasan masalah dan
metode penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan kerangka teoritik yang
relevan dan berfungsi sebagai instrumen pendukung
penelitian dan kajian yang merupakan mata rantai
yang menjembatani pengetahuan teoritik dan
permasalahan/kondisi faktual di lapangan yang akan
dikaji.
BAB III : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini berisikan tentang metode, instrumen,
dan cara pengumpulan data yang dilakukan, srta
pengolahan data yang dilakukan dengan lima metode
diantaranya metode coba-coba, metode bobot posisi,
metode pembebanan berurut, metode pembebanan
wilayah, dan metode large candidate rule.
BAB IV: ANALISA PERMASALAHAN
Pada bab ini berisikan tentang pembahasan dari
pengumpulan dan pengolahan data.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil analisis
dari berbagai temuan penelitian dan pembahasan
penelitian, implikasi, keterbatasan penelitian dan
saran-saran yang diberikan guna penyempurnaan
penelitian selanjutnya.
Peracangan Teknik Industri 1 5
2.1 Lini Produksi
Lini produksi adalah penempatan area-area kerja dimana
operasi-operasi diatur secara berturut-turut dan material
bergerak secara kontinu melalui operasi yang terangkai
seimbang. Menurut karakteristiknya proses produksinya, lini
produksi dibagi menjadi dua:
1. Lini fabrikasi, merupakan lintasan produksi yang terdiri
atas sejumlah operasi pekerjaan yang bersifat membentuk
atau mengubah bentuk benda kerja
2. Lini perakitan, merupakan lintasan produksi yang terdiri
atas sejumlah operasi perakitan yang dikerjakan pada
beberapa stasiun kerja dan digabungkan menjadi benda
assembly atau subassembly
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari perencanaan
lini produksi yang baik sebagai berikut:
1. Jarak perpindahan material yang minim diperoleh dengan
mengatur susunan dan tempat kerja
2. Aliran benda kerja(material), mencakup gerakan dari benda
kerja yang kontinu. Alirannya diukur dengan kecepatan
produksi dan bukan oleh jumlah spesifik
3. Pembagian tugas terbagi secara merata yang disesuaikan
dengan keahlian masing-masing pekerjaan sehingga
pemanfaatan tenaga kerja lebih efisiensi
4. Pengerjaan operasi yang serentak yaitu setiap operasi
dikerjakan pada saat yang sama di seluruh lintasan
produksi
5. Operasi unit
Peracangan Teknik Industri 1 7
6. Gerakan benda kerja tetap sesuai dengan set-up dari
lintasan dan bersifat tetap
7. Proses memerlukan waktu yang minimum
Persyaratan yang harus diperhatikan untuk menunjang
kelangsungan lintasan produksi antara lain:
1. Pemerataan distribusi kerja yang seimbang di setiap
stasiun kerja yang terdapat di dalam suatu lintasan
produksi fabrikasi atau lintasan perakitan yang bersifat
manual
2. Pergerakan aliran benda kerja yang kontinu pada kecepat
yang seragam. Alirannya tergantung pada waktu operasi
3. Arah aliran material harus tetap sehingga memperkecil
daerah penyebaran dan mencegah timbulnya atau setidak-
tidaknya mengurangi waktu menunggu karena keterlambatan
benda kerja
4. Produski yang kontinu guna menghindari adanya penumpukan
benda kerja di lain tempat sehingga diperlukan aliran
benda kerja pada lintasan produksi secara kontinu.
Keseimbangan lintasan, proses penyusunannya bersifat
teoritis. Dalam prktik persyaratan di atas mutlak untuk
dijadikan dasar pertimbangan.
2.2 Line Balancing ( Penyeimbangan Lintasan )
2.2.1 Definisi Line Balancing
Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah
pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling
Peracangan Teknik Industri 1 8
berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau lini
produksi sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu
yang tidak melebihi waktu siklus dari stasiun kerja
tersebut. Menurut Gasperz (2000), “Line Balancing merupakan
penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu
assembly line ke work stations untuk meminimumkan
banyaknya work station dan meminimumkan total harga idle
time pada semua stasiun untuk tingkat output tertentu,
yang dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu per
unit produk yang di spesifikasikan untuk setiap tugas dan
hubungan sekuensial harus dipertimbangkan.”
Selain itu dapat pula dikatakan bahwa Line Balancing
sebagai suatu teknik untuk menentukan product mix yang
dapat dijalankan oleh suatu assembly line untuk
memberikan fairly consistent flow of work melalui assembly line itu
pada tingkat yang direncanakan.
Assembly line itu sendiri adalah suatu pendekatan yang
menempatkan fabricated parts secara bersama pada
serangkaian workstations yang digunakan dalam lingkungan
repetitive manufacturing atau dengan pengertian yang lain
adalah sekelompok orang dan mesin yang melakukan tugas-
tugas sekuensial dalam merakit suatu produk. Sedangkan
idle time adalah waktu dimana operator/sumber-sumber daya
seperti mesin, tidak menghasilkan produk karena: setup,
perawatan (maintenance), kekurangan material, kekurangan
perawatan, atau tidak dijadwalkan.
Line Balancing juga merupakan metode untuk memecahkan
masalah penentuan jumlah orang dan/atau mesin beserta
Peracangan Teknik Industri 1 9
tugas-tugas yang diberikan dalam suatu lintasan
produksi.Definisi lain dari Line Balancing yaitu sekelompok
orang atau mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial
dalam merakit suatu produk yang diberikan kepada masing-
masing sumber daya secara seimbang dalam setiap lintasan
produksi, sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi
disetiap stasiun kerja. Fungsi dari Line Balancing adalah
membuat suatu lintasan yang seimbang. Tujuan pokok dari
penyeimbangan lintasan adalah memaksimalkan kecepatan
disetiap stasiun kerja, sehingga dicapai efisiensi kerja
yang tinggi di tiap stasiun kerja tersebut.
gambar 2.1 contoh Line Balancing
Manajemen industri dalam menyelesaikan masalah Line
Balancing harus mengetahui tentang metode kerja, peralatan-
peralatan, mesin-mesin, dan personil yang digunakan dalam
proses kerja. Data yang diperlukan adalah informasi
tentang waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan
precedence relationship. Di antara aktivitas-aktivitas yang
merupakan susunan dan urutan dari berbagai tugas yang
perlu dilakukan, manajemen industri perlu menetapkan
tingkat produksi per hari yang disesuaikan dengan tingkat
permintaan total, kemudian membaginya ke dalam waktu
produktif yang tersedia per hari. Hasil ini adalah cycle
Peracangan Teknik Industri 1 10
time, yang merupakan waktu dari produk yang tersedia pada
setiap stasiun kerja (work station).
2.2.2 Tujuan Line Balancing
Tujuan Line Balancing adalah untuk memperoleh suatu
arus produksi yang lancar dalam rangka memperoleh
utilisasi yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan
peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antar work
station, dimana setiap elemen tugas dalam suatu kegiatan
produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa
stasiun kerja yang telah ditentukan sehingga diperoleh
keseimbangan waktu kerja yang baik. Permulaan munculnya
persoalan Line Balancing berasal dari ketidak seimbangan
lintasan produksi yang berupa adanya work in process pada
beberapa workstation.
Persyaratan umum yang harus digunakan dalam suatu
keseimbangan lintasan produksi adalah dengan meminimumkan
waktu menganggur (idle time) dan meminimumkan pula
keseimbangan waktu senggang (balance delay). Sedangkan
tujuan dari lintasan produksi yang seimbang adalah
sebagai berikut:
1. Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada
setiap workstation sehingga setiap workstation selesai
pada waktu yang seimbang dan mencegah terjadinya
bottleneck. Bottleneck adalah suatu operasi yang membatasi
output dan frekuensi produksi.
2. Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancar.
3. Meningkatkan efisiensi atau produktifitas.
Peracangan Teknik Industri 1 11
2.2.3 Pemecahan Masalah Line Balancing
Dua permasalahan penting dalam penyeimbangan lini,
yaitu penyeimbangan antara stasiun kerja (work station) dan
menjaga kelangsungan produksi di dalam lini
perakitan.Adapun tanda-tanda ketidakseimbangan pada suatu
lintasan produksi, yaitu:
1. Stasiun kerja yang sibuk dan waktu menganggur yang
mencolok.
2. Adanya produk setengah jadi pada beberapa stasiun
kerja.
Terdapat 10 langkah pemecahan masalah Line
Balancing.Kesepuluh langkah pemecahan masalah Line Balancing
adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas
yang akan dilakukan.
2. Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
setiap tugas itu.
3. Menetapkan precedence constraints, jika ada yang berkaitan
dengan setiap tugas.
4. Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.
5. Menentukan waktu total yang tersedia untuk memproduksi
output.
6. Menghitung cycle time yang dibutuhkan, misalnya waktu
diantara penyelesaian produk yang dibutuhkan untuk
penyelesaian output yang diinginkan dalam batas
toleransi dari waktu (batas waktu yang diizinkan).
7. Memberikan tugas-tugas pada pekerja dan/ atau mesin.
Peracangan Teknik Industri 1 12
8. Menetapkan minimum banyaknya stasiun kerja (work
stations) yang dibutuhkan untuk memproduksi output yang
diinginkan.
9. Menilai efektivitas dan efisiensi dari solusi.
10.Mencari terobosan-terobosan untuk untuk perbaikan
proses terus-menerus (continuous process improvement ).
2.2.4 Metode-Metode Line Balancing
Permasalahan Line Balancing dapat diselesaikan dengan
beberapa metode. Metode-metode yang dapat digunakan untuk
pemecahan masalah dalam Line Balancing, yaitu:
1. Metode heuristik
Metode yang berdasarkan pengalaman, intuisi atau
aturan-aturan empiris untuk memperoleh solusi yang
lebih baik daripada solusi yang telah dicapai
sebelumnya. Metode-metode heuristik yang digunakan
untuk pemecahan masalah Line Balancing, yaitu:
a. Ranked Positional Weight atau Hegelson and Birine
Nama yang lebih popular ini adalah metode bobot
posisi (Pisitional-Weight Technique). Metode ini sesuai
dengan namanya dikemukakan oleh Helgeson dan Birnie.
Langkah-langkah dalam metode ini adalah sebagai
berikut :
1. Buat precedence diagram untuk setiap proses.
2. Tentukan bobot posisi untuk masing-masing elemen
kerja yang berkaitan dengan waktu operasi untuk
Peracangan Teknik Industri 1 13
waktu pengerjaan yang terpanjang dari mulai
operasi permulaan hingga sisa operasi sesudahnya.
3. Membuat rangking tiap elemen pengerjaan
berdasarkan bobot posisi di langkah 2. Pengerjaan
yang mempunyai bobot terbesar diletakkan pada
rangking pertama.
4. Tentukan waktu siklus (CT).
5. Pilih elemen operasi dengan bobot tertinggi,
alokasikan ke suatu stasiun kerja. Jika masih
layak (waktu stasiun < CT), alokasikan operasi
dengan bobot tertinggi berikutnya, namun lokasi
ini tidak boleh membuat waktu stasiun > CT.
6. Bila alokasi suatu elemen operasi membuat waktu
stasiun > CT, maka sisa waktu ini (CT – ST)
dipenuhi dengan alokasi elemen operasi dengan
bobot paling besar dan penambahannya tidak membuat
ST < CT.
7. Jika elemen operasi yang jika dialokasikan untuk
membuat ST < CT sudah tidak ada, kembali ke
langkah 5.
b. Kilbridge`s and Waste
Menurut Groover (2001, p536), metode ini merupakan
prosedur heuristic yang memilih task untuk ditugaskan ke
dalam WS berdasarkan posisinya pada precedence diagram.
Metode ini mengatasi salah satu kesulitan dalam
aturan Largest Candidate di mana task dipilih karena
Peracangan Teknik Industri 1 14
nilai Ti yang tinggi tapi posisinya di precedence
diagram kutang sesuai. Langkah-langkahnya adalah :
1. Buat precedence diagram.
2. Task-task dalam precedence diagram diatur ke dalam
kolom-kolom.
3. Task-task kemudian disusun ke dalam suatu daftar
berdasarkan kolomnya, di mana task-task pada
kolom pertama didaftar pertama.
4. Jika suatu task dapat ditempatkan pada lebih dari 1
kolom, maka daftarlah semua kolom untuk task
tersebut.
5. Task-task pada kolom yang sama diurutkan
berdasarkan nilai Ti terbesar seperti pada
aturan Largest Candidate. Hal ini akan membantu dalam
menugaskan task ke WS karena dapat memastikan bahwa
task terlama akan dipilih lebih dulu, jadi
meningkatkan kesempatan untuk membuat jumlah Ti
pada setiap WS mendekati batas waktu siklus / Cycle
Time (CT) yang diizinkan.
6. Tentukan waktu siklus (CT).
7. Tugaskan task pada pekerja di WS 1 dengan memulai
dari daftar paling atas dan memilih task pertama
yang memenuhi persyaratan presedens dan tidak
menyebabkan jumlah total Ti pada WS tersebut
melebihi CT yang diizinkan. Ketika task sudah
dipilih untuk ditugaskan pada WS, telusuri kembali
dari daftar paling atas untuk penugasan
selanjutnya.
Peracangan Teknik Industri 1 15
8. Ketika tidak ada lagi task yang dapat ditugaskan
tanpa melebihi CT, lanjutkan ke WS berikutnya.
9. Ulangi langkah 7 dan 8 untuk semua WS sampai semua
task telah ditugaskan.
c. Large Candidate Rule
Langkah-langkah penyeimbangan lini dengan
menggunakan metode Largest Candidate Rule (LCR) ini
adalah:
1. Mengurutkan semua elemen operasi dari yang
memiliki waktu paling besar hingga yang paling
kecil.
2. Elemen kerja pada stasiun kerja pertama diambil
dari urutan yang paling atas. Elemen kerja dapat
diganti atau dipindahkan ke stasiun kerja
berikutnya, apabila jumlah elemen kerja telah
melebihi waktu siklus.
3. Melanjutkan proses langkah kedua, hingga semua
elemen kerja telah berada dalam stasiun kerja dan
memenuhi/ lebih kecil sama dengan waktu siklus.
Dalam metode ini terdapat kelebihan serta
kekurangan yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan penulis. Kelebihan dalam penggunaan
metode ini adalah secara keseluruhan metode ini
memiliki tingkat kemudahan yang lebih tinggi
daripada metode Ranked Positional Weight (RPW), tetapi
hasil yang diperoleh masih harus saling
dipertukarkan dengan cara trial and error untuk
Peracangan Teknik Industri 1 16
mendapatkan penyusunan stasiun kerja yang lebih
akurat. Kelemahan dari metode ini adalah didapatkan
lebih banyak operasi seri yang digabungkan ke dalam
satu stasiun kerja.
d. Region Approach
Menurut Nasution (2003, p164), metode ini
dikembangkan oleh Bedworth untuk mengatasi kekurangan
metode RPW. Metode ini tetap tidak akan menghasilkan
solusi optimal, tetapi solusi yang dihasilkannya
sudah cukup baik dan mendekati optimal. Pada
prinsipnya metode ini berusaha membebankan terlebih
dulu pada operasi yang memiliki tanggung jawab
keterdahuluan yang besar. Bedworth menyebutkan bahwa
kegagalan metode RPW ialah mendahulukan operasi
dengan waktu terbesar daripada operasi dengan waktu
yang tidak terlalu besar tetapi diikuti oleh banyak
operasi lainnya. Langkah-langkah penyelesaian dengan
metode Region Approach adalah sebagai berikut :
1. Buat precedence diagram.
2. Bagi precedence diagram ke dalam wilayah-wilayah
dari kiri ke kanan.
3. Gambar ulang precedence diagram, tempatkan seluruh
task di daerah paling ujung sedapat-dapatnya.
4. Dalam tiap wilayah urutkan task mulai dari waktu
operasi terbesar sampai dengan waktu operasi
terkecil.
5. Tentukan waktu siklus (CT).
Peracangan Teknik Industri 1 17
6. Bebankan task dengan urutan sebagai
berikut (perhatikan pula untuk menyesuaikan
diri terhadap batas wilayah) :
Daerah paling kiri terlebih dahulu.
Dalam 1 wilayah, bebankan task dengan waktu
terbesar pertama kali.
7. Pada akhir tiap pembebanan stasiun kerja, tentukan
apakah utilisasi waktu tersebut telah dapat
diterima. Jika tidak, periksa seluruh task yang
memenuhi hubungan keterkaitan dengan operasi yang
telah dibebankan. Putuskan apakah pertukaran task-
task tersebut akan meningkatkan utilisasi waktu
stasiun kerja. Jika ya, lakukan perubahan tersebut
e. Metode Bobot posisi
(kecepatan lintasan actual = waktu operasi yang paling lambat)
Langkah-langkah penyelesaian dengan metode Region
Approach adalah sebagai berikut :
1. Menghitung kecepatan lintasan
Contoh :
Diketahui :
- Jumlah permintaan dalam 1 tahun = 4.000 unit
produk M
- Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 250 hari
kerja
- Jumlah jam kerja dalam 1 hari kerja = 8 jam
kerja
- Waktu operasi terpanjang 124’
Peracangan Teknik Industri 1 18
Sehingga kecepatn lintasn yang di inginkan adalh
sebagai berikut :
¿∑ Waktu¿
∑ Unit¿
=250harikerjax8jam60menit
4.000unit=120.000menit4.000unit
=30menit/unit
Terlihat bahwa kecepatan lintasan yang di inginkan
lebih kecil dari pada kecepatan operasi yang paling
lambat ( 30’ < 124’), sehingga untuk menentukan
kecepatan lintasan actual sebaiknyaharus dilakukan
analisis perbandingan terlebih dahulu, berdasarkan
alternatif kecepatan lintasan yang di ingginkan
(30’) atau waktu operasi yang paling lambat
( operasi 8 =124’ ).
Tetapi untuk contoh kasus dengan penyelesaian metode bobot posisi
ini alternatif yang di pilih adalah kecepatan lintasan actual = waktu
operasi yang paling lambat ( operasi 8 = 124’).
Dengan pilihan alternative ini,perkiraan jumlah
produksi per tahun
250harikerjax8jam60menit
124menit/unit=120.000menit124menit/unit
=967,74unit≈968unit
Beberapa yang harus dilakukan agar perkiraan junlah
produksi ini tercapai adalah harus ada 4 lintasan
produksi dengan waktu kerja 8 jam kerja atau 2
lintasan produksi dengan 2 shift kerja yang masing-
masing memiliki 8 jam kerja.
Dampaknya adalah akan ada penambahan biaya penarikan
( rekrut ) tenaga kerja dan peningkatan biaya tenaga
kerja untuk jam kerja biasa (regular time) karenaPeracangan Teknik Industri 1 19
bertambahnya tenaga kerja. Disamping itu juga akan
ada penambahan biaya investasi untuk mengadakan
mesin / peralatan baru sehubungan dengan adanya
penambahan lintasan dan / atau jumlah yang kerja.
2. Membuat jaringan kerja proses operasi (produksi)
dan membuat matriks keterdahuluan.
3. Membuat bobot posisi.
Bobot posisi adalah jumlah waktu operasi tersenut
dan operasi –operasi yang mengikutinya
4. Mengurutkan prioritas operasi berdasarkan bobot
posisi dari yang terbesar sampai dengan terkecil.
5. Menyusunan stasiun kerja (SK) dan menghitung
tingkat efisiensi rata-rata.
Kriterianya adalah kecepatan operasi tiap-tiap SK
yang disusun tidak melebihi kecepatan lintasn yang
sudah ditentukan (kecepatan lintasan actual).
Penyusunan SK akan di lakukan berdasarkan uritan
prioritas bobot posisi. Pembebanan operasi ked ala
suatu SK dimulai dari operasi dengan nilai bobot
posisi. yang terbesar sampai dengan operasi dengan
nilai bobot posisiyang terkecil.Suatu SK dapat
merupakan 1 operasi atau gabungan beberapa
operasi, asalkan jumlah waktu operasi, asalkan
jumlahwaktu oerasi gabungan tidak melebihi
kecepatan lintasan actual.
6. memperbaiki susunan stasiun kerja (SK) dengan
prosedur trial and error untuk mencari tingkat
efisiensi yang lebih tinggi.
Peracangan Teknik Industri 1 20
7. Menghitung total biaya tenaga kerja langsung dan
biaya menganggur.
2. Metode analitik atau matematis
Metode penggambaran dunia nyata melalui simbol-simbol
matematis berupa persamaan dan pertidaksamaan.
3. Metode simulasi
Metode simulasi merupakan metode yang meniru tingkah
laku sistem dengan mempelajari interaksi komponen-
komponennya karena tidak memerlukan fungsi-fungsi
matematis secara eksplisit untuk merelasikan variabel-
variabel sistem, maka model-model simulasi ini dapat
digunakan untuk memecahkan sistem kompleks yang tidak
dapat diselesaikan secara matematis. Metode-metode
simulasi yang digunakan untuk pemecahan masalah Line
Balancing, yaitu:
a. CALB (Computer Assembly Line Balancing or Computer Aided Line
Balancing)
b. ALPACA (Assembly Line Balancing and Control Activity)
c. COMSAL (Computer Method or Saumming Operation for
Assemble)
2.2.5 Istilah-Istilah dalam Line Balancing
Terdapat beberapa istilah yang biasa digunakan dalam
Line Balancing. Beberapa istilah dalam Line Balancing adalah
sebagai berikut.
a. Precedence diagram
Peracangan Teknik Industri 1 21
Precedence diagram merupakan gambaran secara grafis dari
urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi
kerja lainnya yang tujuannya mempermudahkan
pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di
dalamnya. Adapun tanda-tanda yang dipakai sebagai
berikut:
Symbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya
untuk mempermudah identifikasi dari suatu proses
operasi
Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan
proses operasi. Dalam hal ini, operasi yang berada
pada pangkal panah berarti mendahului operasi kerja
yang ada pada ujung anak panah
Angka di atas symbol lingkaran adalah waktu standar
yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap operasi
b. Work element
Work element atau elemen kerja merupakan bagian dari
seluruh proses perakitan yang dilakukan.
c. Waktu operasi
Waktu operasi adalah waktu standar untuk menyelesaikan
suatu operasi.
d. Cycle time
Merupakan waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit
produk satu stasiun. Apabila waktu produksi dan target
produksi telah ditentukan, maka waktu siklus dapat
diketahui dari hasil bagi waktu produksi dan target
produksi.
Peracangan Teknik Industri 1 22
Dalam mendesain keseimbangan lintasan produksi untuk
sejumlah produksi tertentu, waktu siklus harus sama
atau lebih besar dari waktu operasi terbesar yang
merupakan penyebab terjadinya bottle neck kemacetan)
dan waktu siklus juga harus sama atau lebih kecil dari
jam kerja efektif per hari dibagi dari jumlah produksi
per hari, yang secara matematis dinyatakan sebagi
berikut
timax≤CT≤ PQ
Di mana:
ti max : waktu operasi terbesar pada lintasan
CT: waktu siklus (cycle time)
P : jam kerja efektif per hari
Q : jumlah produksi per hari
e. Work station
Work station adalah tempat pada lini perakitan di mana
proses perakitan dilakukan. Setelah menentukan interval
waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja efisien dapat
ditetapkan dengan rumus berikut:
Kmin=∑i=1
nti
CDi mana:
Ti : waktu operasi/elemen ( I=1,2,3,…,n)
C :waktu siklus stasiun kerja
N : jumlah elemen
Kmin : jumlah stasiun kerja minimal
Peracangan Teknik Industri 1 23
f. Efisiensi work station
Efisiensi work station digunakan untuk mengetahui
persentase perbandingan antara total waktu dalam work
station dengan cycle time.
g. Station time dan idle time
Station time merupakan jumlah waktu dari elemen kerja yang
dilakukan pada suatu stasiun kerja yang sama, sedangkan
idle time merupakan selisih antara cycle time dengan station
time.
h. Line efficiency
Line efficiency adalah rasio dari total waktu di stasiun
kerja dibagi dengan waktu siklus dikalikan jumlah
stasiun kerja
¿=∑i=1
KSTi
(K )(CT)x100%
Dimana:
STi : waktu stasiun dari stasiun ke-1
K : jumlah(banyaknya) stasiun kerja
CT : waktu siklus
i. Balance delay
Sering disebut balancing loss, adalah ukuran dari
ketidakefisiensinan lintasan yang dihasilkan dari waktu
menganggur sebenarnya yang disebabkan karena
pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-
stasiun kerja. Balance delay ini dinyatakan dalam
persentase. Balance delay dapat dirumuskan:
Peracangan Teknik Industri 1 24
D=(nxC )–∑
i=1
nti
(nxC)x100 %
Di mana:
n : jumlah stasiun kerja
C : waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja
∑ti : jumlah waktu operasi dari semua operasi
ti : waktu operasi
D : balance delay (%)
j. Smoothness Index
Smoothness Index adalah suatu indeks yang menunjukkan
kelancaran relative dari penyeimbangan lini perakitan
tertentu
SI= √∑i=1
K(STimax−STi)2
Di mana:
St max : maksimum waktu di stasiun
Sti : waktu stasiun di stasiun kerja ke-i
k. Output production (Q)
Output production adalah jumlah waktu efektif yang
tersedia dalam suatu periode dibagi dengan cycle time
Q=TCT
Di mana:
T : jam kerja efektif penyelesaiaan produk
C : waktu siklus terbesar
Peracangan Teknik Industri 1 25
2.2.6 Masukan untuk Penyeimbangan Lintasan
Masukan-masukan untuk penyeimbangan lintasan
adalah :
Jaringan kerja yang menggambarkan urutan
perakitan
Data waktu standar pekerjaan tiap operasi
Kecepatan lintasan yang diinginkan
Contoh :
Diketahui data sebagai berikut :
Permintaan suatu produk = 1.500 unit/produk
250 hari kerja dalam 1 tahun
8 jam kerja dalam 1 hari kerja
Jadi :
Kecepatan lintasan = 8 jam kerja/ ( 1.500 unit/250
hari kerja)
= 8 jam kerja/ 6 unit/hari kerja
= 1 2/6 jam kerja per unit = 80 menit
Apabila dalam jaringan kerja terdapat waktu operasi
yang lebih besar dari pada kecepatan lintasan(misal,
waktu operasi = 100 menit), maka alternatif pilihan
kecepatan lintasan adalah sebagai berikut :
Alternatif 1 : kecepatan lintasan diturunkan
menjadi sama dengan waktu operasi
terpnjang, dalam hal ini = 100 menit.
Dampak Over Time Costs.
Alternatif 2 : mempercepat waktu operasi
terpanjang.
Peracangan Teknik Industri 1 26
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. Pengumpulan Data
3.1.1 Elemen Data
Dari hasil peta proses operasi menunjukan bahwa waktu
yang dibutukan untuk membuat lemari membutuhkan waktu
sebesar 4163 menit. Adapun data-data yang lain sebagai
berikut :
Jumlah permintaan Produk lemari dalam 1 tahun = 100 unit
pertahun
Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 250 hari kerja
Jumlah jam kerja dalam 1 hari kerja = 8 jam kerja
Adapun stasiun operasi kerjanya beserta waktu proses
pembuatan produk lemari kayu jati dapat dilihat pada tabel
3.1.
Tabel 3.1 stasiun operasi kerja
OPERAS
IURAIAN
Pendahu
luPengikut
Wakt
u
(men
it)1 Pengukuran - 2 3502 Pemotongan 1 3,4,5 70
Peracangan Teknik Industri 1 28
3 Penyerutan 2 6 994 Pembubutan 2 8 35 Penyeketan 2 7 10
6Pengeboran
Gantungan3 8 8
7 Pemahatan 5 8 208 Penghalusan 4,6,7 9 1759 Pengecatan 8 10 64010 Pengeringan 9 11 175011 Inspeksi I 10 12 45012 Assembly I 11 13 1613 Pengeboran Pintu 12 14 614 Assembly II 13 15 50615 Inspeksi II 14 - 60
Gambar aliran stasiun kerja proses pembuatan produk lemari
kayu jati dari awal sampai produk jadi dapat dilihat pada
gambar 3.1.
Gambar 3.1 Aliran stasiun kerja
Peracangan Teknik Industri 1 29
3.2. Pengolahan Data
3.2.1 Metode Coba-Coba
Diketahui :
Jumlah permintaan dalam 1 tahun = 36 unit produk
pertahun
Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 320 hari kerja
Jumlah jam kerja dalam 1 hari kerja = 8 jam kerja
Sehingga kecepatan lintasan yang diinginkan sebagai
berikut:
¿ ∑ Waktuyangtersedia∑ Unityangakandiproduksi
=250harix8jamx60menit
100
¿ 120000100
=1200menitunit
Dari hasil perhitungan diatas,maka dapat dilihat bahwa
kecepatan lintasan yang diinginkan atau waktu siklusnya
lebih kecil daripada waktu operasi terpanjang yang ada
pada stasiun kerja ( 1200 ¿1750¿, maka waktu yang
digunakan untuk menentukan kecepatan lintasan aktual
atau waktu siklus aktual yaitu dentgan menggunakan
waktu opersi terpanjang sebesar 1750 menit. Maka
Perkiraan jumlah produksi per tahun :
Peracangan Teknik Industri 1 30
Perkiraan jumlah produksi per tahun :
¿ 250harikerjax8jamx60menit
1750 menitunit
=68,57≅69unit
Gambar jaringan aliran kerja proses operasi pada metode
coba-coba dapat dilihat pada gambar 3.2
Gambar 3.2 Jaringan Kerja Proses pada Metode Coba-Coba
Dengan demikian effisiensi rata-rata aliran kerja
proses operasi dapat dilihat pada table 3.2
Tabel 3.2 effisiensi rata-rata
SK
Gabungan
Operasi
Kecepatan
SK
Waktu
Siklus
Efisi
ensi
I
1,2,3,4,5,6,7,8
,9 1375 1750
78,57
%II 10 1750 1750 100%III 11,12,13,14,15 1038 1750 59,31
Peracangan Teknik Industri 1 31
%
Jumlah
237.8
8%Rata-
rata
79.29
%
Smoothing indeks = √(1750−1375)2+(1750−1750)2+(1750−1038)2
= 804.72
Gambar stasiun kerja sebelum Try and Error metode coba-coba
dapat dilihat pada gambar 3.3
Gambar 3.3 Stasiun Kerja sebelum Try and Error pada Metode Coba-Coba
Hasil di atas memperlihatkan tingkat efisiensi yang
tinggi (79,29%). Dan proses stasiun kerja tertata secara
teratur. Dengan demikian effisiensi rata – rata Try and
Erorr dapat diliat pada tabel 3.3
Tabel 3.3 effisiensi rata-rata Try and Error
SK Gabungan Kecepatan Waktu Efisi
Peracangan Teknik Industri 1 32
Operasi SK Siklus ensi
I
1,2,3,4,5,6,7
,8,9 1375 1750
78,57
%II 10 1750 1750 100%
III
11,12,13,14,1
5 1038 1750
59,31
%
Jumlah
237.8
8%Rata-
rata
79.29
%
Smoothing indeks = √(1750−1375)2+(1750−1750)2+(1750−1038)2
= 804.72
Gambar stasiun kerja setelah Try and Error metode coba-
coba dapat dilihat pada gambar 3.4
Peracangan Teknik Industri 1 33
Gambar 3.4 stasiun kerja setelah Try and Error pada Metode Coba-Coba
Hasil di atas memperlihatkan tingkat efisiensi yang
tinggi (79,29%). Dan proses stasiun kerja tertata secara
teratur. Dan memperlihatkan tingkat efisiensi yang sama
dari sebelumnya. dengan demikian stasiun kerja pada
sebelumnya harus tetap dipertahankan agar tidak terjadi
arus stasiun kerja yang bolak balik yang nantinya akan
menimbulkan penambahan biaya.
3.2.2 Metode Bobot Posisi
Diketahui :
Jumlah permintaan dalam 1 tahun = 100 unit produk
pertahun
Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 250 hari kerja
Jumlah jam kerja dalam 1 hari kerja = 8 jam kerja
Waktu operasi terpanjang sebesar 1750 menit.
Sehingga kecepatan lintasan yang diinginkan sebagai
berikut:
Peracangan Teknik Industri 1 34
¿ ∑Waktuyangtersedia∑ Unityangakandiproduksi
=250harix8jamx60menit
100
¿ 120000100
=1200menitunit
Dari hasil perhitungan diatas,maka dapat dilihat bahwa
kecepatan lintasan yang diinginkan atau waktu siklusnya
lebih kecil daripada waktu operasi terpanjang yang ada
pada stasiun kerja ( 1200 ¿1750¿, maka waktu yang
digunakan untuk menentukan kecepatan lintasan aktual atau
waktu siklus aktual yaitu dentgan menggunakan waktu
opersi terpanjang sebesar 1750 menit. Maka Perkiraan
jumlah produksi per tahun :
Perkiraan jumlah produksi per tahun :
¿ 250harikerjax8jamx60menit
1750 menitunit
=68,57≅69unit
Gambar jaringan aliran kerja proses operasi metode bobot
posisi dapat dilihat pada gambar 3.5
Gambar 3.5 Jaringan Aliran Kerja Proses Operasi pada Metode Bobot Posisi
Peracangan Teknik Industri 1 35
Tahapan selanjunya adalah membuat tabel Matrix Pendahuluan,
dapat dilihat pada tabel 3.4
Gambar 3.4 Tabel Matrix Pendahuluan
Operasi
Pendahu
lu
Operasi Pengikut
1 2 3 4 5 6 7 8 91
0
1
1
1
2
1
3
1
415
1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 0 0 - 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 0 0 0 - 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15 0 0 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16 0 0 0 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 17 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 18 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 1 19 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 110 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 1 111 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 1 112 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 1 113 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 1 114 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 115 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
Tahapan selanjutnya adalah mengurutkan bobot operasi.
Perhitungan dan pengurutan bobot posisi dapat diliat pada
table 3.5 dan table 3.6Tabel 3.5 Penghitungan Bobot Posisi
Operasi
Pendahul
Waktu Operasi Pengikut Bobot1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Peracangan Teknik Industri 1 36
u Operasi Posisi1 350 - 70 99 3 10 8 20
17
5
64
0
175
0
45
016 6
50
660 4163
2 70 0 - 99 3 10 8 2017
5
64
0
175
0
45
016 6
50
660 3813
3 99 0 0 - 0 0 8 017
5
64
0
175
0
45
016 6
50
660 3710
4 3 0 0 0 - 0 0 017
5
64
0
175
0
45
016 6
50
660 3606
5 10 0 0 0 0 - 0 2017
5
64
0
175
0
45
016 6
50
660 3633
6 8 0 0 0 0 0 - 017
5
64
0
175
0
45
016 6
50
660 3611
7 20 0 0 0 0 0 0 -17
5
64
0
175
0
45
016 6
50
660 3623
8 175 0 0 0 0 0 0 0 -64
0
175
0
45
016 6
50
660 3603
9 640 0 0 0 0 0 0 0 0 -175
0
45
016 6
50
660 3428
10 1750 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -45
016 6
50
660 2788
11 450 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 16 650
660 1038
12 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 650
660 588
13 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -50
660 572
14 506 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 60 56615 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 60
Tabel 3.6 Pengurutan Bobot Posisi
Urutan Prioritas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1
5Operasi 1 2 3 5 7 6 4 8 9 10 11 12 13 14 1
Peracangan Teknik Industri 1 37
5
Waktu operasi
35
0 70 99 10 20 8 3
17
5
64
0
17
50
45
0 16 6
50
6
6
0
Bobot posisi
41
63
38
13
37
10
36
33
36
23
361
1
36
06
36
03
34
28
27
88
10
38
58
8
57
2
56
6
6
0
Jumlah stasiun kerja = ∑ WaktuyangtersediaWaktusiklus =
41631750 = 2,37
≅3stasiunkerja
Berdasarkan perhitungan di atas dengan metode bobot
posisi ini ada 3 Stasiun kerja, dimana kecepatan lintasan
aktualnya 1750 menit dengan tingkat efisiensi 100%.
Sehingga tabulasi hasil penyusunan Stasiun kerja dapat
dilihat pada table 3.7
Tabel 3.7 Tabulasi Hasil Penyusunan Stasiun Kerja
SK
Gabungan
Operasi
Kecepatan
SK Waktu Siklus
Efisi
ensi
I
1,2,3,5,7,6,4,
8,9 1375 1750
78,57
%
II 10 1750 1750 100%
III 11,12,13,14,15 1038 1750 59,31
Jumlah
237.8
8%
Rata-
rata
79,29
%
Smoothing indeks = √(1750−1375)2+(1750−1750)2+(1750−1038)2
= 804.72
Peracangan Teknik Industri 1 38
Gambar stasiun kerja sebelum Try and Error bobot posisi
dapat dlihat pada gambar 3.6
Gambar 3.6 Stasiun Kerja Sebelum Try and Error pada Bobot Posisi
Hasil di atas memperlihatkan tingkat efisiensi yang
tinggi ( 79,29%). Dan terjadi aliran bolak-balik yang
mungkin akan meningkatkan biaya transportasi atau
pemindahan bahan. Juga besar kemngkinan terjadi keruwetan
pemindahan bahan yang mengakibatkan tingkat persediaan
barang dalam proses (work in proses/WIP) menjadi tinggi.
Umumnya makin tinggi tingkat efisiensi maka makin besar
kemungkinan ditemukannya aliran bolak balik (flow
inefficiencies).
Dengan demikina effisiensi rata – rata Try and Erorr
dapat dilihat pada tabel 3.8
Tabel 3.8 Effisiensi Rata-Rata Try and Error
SK
Gabungan
Operasi
Kecepatan
SK
Waktu
Siklus
Efisi
ensiI 1,2,3,4,5,6,7 1375 1750 78,57
Peracangan Teknik Industri 1 39
,8,9 %II 10 1750 1750 100%
III
11,12,13,14,1
5 1038 1750
59,31
%
Jumlah
237.8
8%Rata-
rata
79.29
%
Smoothing indeks = √(1750−1375)2+(1750−1750)2+(1750−1038)2
= 804.72
Gambar stasiun kerja setelah Try and Error bobot posisi
dapat dlihat pada gambar 3.7
Gambar 3.7 Stasiun Kerja Setelah Try and Error pada Metode Bobot Posisi
Hasil di atas memperlihatkan tingkat efisiensi yang tinggi
dan sama dari sebelumnya (79,29%). Akan tetapi proses
stasiun kerja setelah di try and error tertata secara
teratur.
3.2.3 Metode Pembebanan Berurut
Peracangan Teknik Industri 1 40
Diketahui :
Jumlah permintaan dalam 1 tahun = 100 unit produk
pertahun
Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 250 hari kerja
Jumlah jam kerja dalam 1 hari kerja = 8 jam kerja
Waktu operasi terpanjang sebesar 1750 menit.
Sehingga kecepatan lintasan yang diinginkan sebagai
berikut:
¿ ∑ Waktuyangtersedia∑ Unityangakandiproduksi
=250harix8jamx60menit
100
¿ 120000100
=1200menitunit
Dari hasil perhitungan diatas,maka dapat dilihat bahwa
kecepatan lintasan yang diinginkan atau waktu siklusnya
lebih kecil daripada waktu operasi terpanjang yang ada
pada stasiun kerja ( 1200 ¿1750¿, maka waktu yang
digunakan untuk menentukan kecepatan lintasan aktual atau
waktu siklus aktual yaitu dentgan menggunakan waktu
opersi terpanjang sebesar 1750 menit. Maka Perkiraan
jumlah produksi per tahun :
Perkiraan jumlah produksi per tahun :
¿ 250harikerjax8jamx60menit
1750 menitunit
=68,57≅69unit
Gambar jaringan aliran kerja proses pada metode
pembebanan berurut dapat dilihat pada gambar 3.8
Peracangan Teknik Industri 1 41
Gambar 3.8 Jaringan Aliran Kerja Proses pada Metode Pembebanan Berurut
Tahapan selanjutnya adalah membuat Matrix Pendahulu,
dapat dilihat pada tabel 3.9
Tabel 3.9 Matrix Pendahulu
Opera
si
Waktu
(meni
t)
Matriks Operasi
Pendahulu
Matriks Operasi
Pengikut
1 350 0 0 0 2 0 02 70 1 0 0 3 4 53 99 2 0 0 6 0 04 3 2 0 0 8 0 05 10 2 0 0 7 0 06 8 3 0 0 8 0 07 20 5 0 0 8 0 08 175 4 6 7 9 0 09 640 8 0 0 10 0 010 1750 9 0 0 11 0 0
Peracangan Teknik Industri 1 42
11 450 10 0 0 12 0 012 16 11 0 0 13 0 013 6 12 0 0 14 0 014 506 13 0 0 15 0 015 60 14 0 0 0 0 0
Tahapan selanjutnya adalah mebuat menghitung Effisiensi
rata-rata yang dapa dilihat pada tabel 3.10
Tabel 3.10 Effisiensi Rata-Rata
SKGabungan
Operasi
Kecepatan
SK
Waktu
Siklus
Efisi
ensi
I1,2,3,4,5,6,7
,8,91375 1750
78,57
%
II 10 1750 1750 100%
III11,12,13,14,1
51038 1750 59,31
Jumlah237.8
8%
Rata-
rata
79,29
%
Smoothing indeks = √(1750−1375)2+(1750−1750)2+(1750−1038)2
= 804.72
Gambar stasiun kerja sebelum Try and Error Metode
Pembebanan Berurut dapat diliha pada gambar 3.9
Peracangan Teknik Industri 1 43
Gambar 3.9 Stasiun Kerja Sebelum Try and Error pada Metode Pembebanan Berurut
Hasil di atas memperlihatkan tingkat efisiensi yang
tinggi (79,29%). Dan terjadi aliran bolak-balik yang
mungkin akan meningkatkan biaya transportasi atau
pemindahan bahan. Juga besar kemngkinan terjadi keruwetan
pemindahan bahan yang mengakibatkan tingkat persediaan
barang dalam proses (work in proses/WIP) menjadi tinggi.
Umumnya makin tinggi tingkat efisiensi maka makin besar
kemungkinan ditemukannya aliran bolak balik (flow
inefficiencies).
Kemudian menghitung effisiensi rata – ratan Try and
Error, dapat dilihat pada table 3.11
Tabel 3.11 Effisien Rata-Rata Try and Error
SK Gabungan Operasi
Kecepatan
SK
Waktu
Siklus
Efisi
ensi
I 1,2,3,4,5,6,7,8,9 1375 1750
78,57
%II 10 1750 1750 100%III 11,12,13,14,15 1038 1750 59,31
Peracangan Teknik Industri 1 44
%
Jumlah
237.8
8%Rata-
rata
79.29
%
Smoothing indeks = √(1750−1375)2+(1750−1750)2+(1750−1038)2
= 804.72
Gambar stasiun kerja setelah Try and Error Metode
Pembebanan Berurut dapat dilihat pada gambar 3.10
Gambar 3.10 StasiunKerja Setela Ty and Error pada Metode Pembebanan Berurut
Hasil di atas memperlihatkan tingkat efisiensi yang tinggi
dan sama dari sebelumnya (79,29%). Akan tetapi proses
stasiun kerja setelah di try and error tertata secara
teratur.
3.2.4 Metode Pendekatan Wilayah
Peracangan Teknik Industri 1 45
Diketahui :
Jumlah permintaan dalam 1 tahun = 100 unit produk
pertahun
Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 250 hari kerja
Jumlah jam kerja dalam 1 hari kerja = 8 jam kerja
Waktu operasi terpanjang sebesar 1750 menit.
Sehingga kecepatan lintasan yang diinginkan sebagai
berikut:
¿ ∑ Waktuyangtersedia∑ Unityangakandiproduksi
=250harix8jamx60menit
100
¿ 120000100
=1200menitunit
Dari hasil perhitungan diatas,maka dapat dilihat bahwa
kecepatan lintasan yang diinginkan atau waktu siklusnya
lebih kecil daripada waktu operasi terpanjang yang ada
pada stasiun kerja ( 1200 ¿1750¿, maka waktu yang
digunakan untuk menentukan kecepatan lintasan aktual
atau waktu siklus aktual yaitu dentgan menggunakan
waktu opersi terpanjang sebesar 1750 menit. Maka
Perkiraan jumlah produksi per tahun :
Perkiraan jumlah produksi per tahun :
¿ 250harikerjax8jamx60menit
1750 menitunit
=68,57≅69unit
Peracangan Teknik Industri 1 46
Gambar jaringan aliran kerja proses operasi pada metode
pendekatan wilayah dapat dilihat pada gambar 3.11
Gambar 3.11 Jaringan Aliran Kerja Proses Operasi pada Metode Pendekatan Wilayah
Tahap selanjutnya adalah membuat prioritas pembebanan ditiap
wilayah berdasarkan waktu operasi, dapat dilihat pada table
3.12Tabel 3.12 Prioritas Pembebanan
Wilay
ahPrioritas Operasi
I 1II 2III 3,4,5IV 7,6V 8
VI 9
VII 10
VIII 11
IX 12
X 13
XI 14
Peracangan Teknik Industri 1 47
XII 15
Jumlah stasiun kerja = ∑ WaktuyangtersediaWaktusiklus =
41631750 = 2,37
≅3stasiunkerja
Kemudian membuat menghitung pembebanan operasi pada
stasiun kerja dapat dilihat pada table 3.13Tabel 3.13 Pembebanan Operasi pada Stasiun Kerja
SK Gabungan Operasi
Kecepatan
SK
Waktu
Siklus
Efisi
ensi
I 1,2,3,4,5,6,7,8,9 1375 1750
78,57
%II 10 1750 1750 100%
III 11,12,13,14,15 1038 1750
59,31
%
Jumlah
237.8
8%Rata-
rata
79.29
%
Smoothing indeks = √(1750−1375)2+(1750−1750)2+(1750−1038)2
= 804.72
Gambar stasiun kerja sebelum Try and Error metode
pendekatan wilayah dapat dilihat ada gambar 3.12
Peracangan Teknik Industri 1 48
Gambar 3.12 Stasiun Kerja Sebelum Try and Error Metode Pendekatan Wilayah
Hasil di atas memperlihatkan tingkat efisiensi yang
tinggi ( 79,29%). Dan proses stasiun kerja tertata secara
teratur.
Kemudian menghitung effisiensi rata – rata Try and Erorr
, dapat dilihat pada tabel 3.14
Tabel 3.14 Effisien Rata-Rata Try and Error
SK Gabungan Operasi
Kecepatan
SK
Waktu
Siklus
Efisi
ensi
I 1,2,3,4,5,6,7,8,9 1375 1750
78,57
%II 10 1750 1750 100%
III 11,12,13,14,15 1038 1750
59,31
%
Jumlah
237.8
8%Rata-
rata
79.29
%
Peracangan Teknik Industri 1 49
Smoothing indeks = √(1750−1375)2+(1750−1750)2+(1750−1038)2
= 804.72
Gambar stasiun kerja setelah Try and Error pada metode
pendekatan wilayah dapat dilihat pada gambar 3.13
Gambar 3.13 Stasiun Kerja Setelah Try and Error pada Metode Pendekatan Wilayah
Hasil di atas memperlihatkan tingkat efisiensi yang tinggi
( 79,29%). Dan proses stasiun kerja tertata secara
teratur. Dan memperlihatkan tingkat efisiensi yang sama
dari sebelumnya. dengan demikian stasiun kerja pada
sebelumnya harus tetap dipertahankan agar tidak terjadi
Peracangan Teknik Industri 1 50
arus stasiun kerja yang bolak balik yang nantinya akan
menimbulkan penambahan biaya.
3.2.5 Large Candidate Rule
Diketahui :
Jumlah permintaan dalam 1 tahun = 100 unit produk
pertahun
Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 250 hari kerja
Jumlah jam kerja dalam 1 hari kerja = 8 jam kerja
Waktu operasi terpanjang sebesar 1750 menit.
Sehingga kecepatan lintasan yang diinginkan sebagai
berikut:
¿ ∑ Waktuyangtersedia∑ Unityangakandiproduksi
=250harix8jamx60menit
100
¿ 120000100
=1200menitunit
Dari hasil perhitungan diatas,maka dapat dilihat bahwa
kecepatan lintasan yang diinginkan atau waktu siklusnya
lebih kecil daripada waktu operasi terpanjang yang ada
pada stasiun kerja ( 1200 ¿1750¿, maka waktu yang
digunakan untuk menentukan kecepatan lintasan aktual atau
waktu siklus aktual yaitu dentgan menggunakan waktu
opersi terpanjang sebesar 1750 menit. Maka Perkiraan
jumlah produksi per tahun :
Perkiraan jumlah produksi per tahun :
Peracangan Teknik Industri 1 51
¿ 250harikerjax8jamx60menit
1750 menitunit
=68,57≅69unit
Gambar jaringan aliran kerja proses operasi metode Large
Candidate Rule dapat dilihat pada gambar 3.14
Gambar 3.14 Gambar jaringan aliran kerja proses operasi metode Large Candidate Rule
Kemudian memuat matrix pendahulu, pada table 3.15Tabel 3.15 Matrix Pendahulu pada Metode Large Candidate Rule
Opera
si
Waktu
(meni
t)
Matriks Operasi
Pendahulu
10 1750 9 0 09 640 8 0 014 506 13 0 011 450 10 0 01 350 0 0 08 175 4 6 73 99 2 0 02 70 1 0 0
Peracangan Teknik Industri 1 52
15 60 14 0 07 20 5 0 012 16 11 0 05 10 2 0 06 8 3 0 013 6 12 0 04 3 2 0 0
Tahapan selanjutnya adalah menghitung Efisiensi rata-ratanya,
dapat diliha pada tael 3.16
Tabel 3.16 Effisiensi Rata – Rata
SKGabungan
Operasi
Kecepa
tan SK
Wakt
u
Sikl
us
Efisie
nsi
I 10 1750 1750100,00
%
II9,8,4,6,7,2,5,
14,12,3,151607 1750 91.83%
III 1,11,13 806 1750 46.06%Juml
ah
237.89
%Rata
-
rata
79.30%
Smoothing indeks = √(1750−1750)2+(1750−1607)2+(1750−806)2
Peracangan Teknik Industri 1 53
= 954,77
Gambar stasiun kerja sebelum Try and Error pada metode
Large Candidate Rule dapat dilihat pada gambar 3.15
Gambar 3.15 Stasiun Kerja Sebelum Try and Error pada Metode Large Candidate Rule
Hasil di atas memperlihatkan tingkat efisiensi yang
tinggi ( 79,30%). Dan terjadi aliran bolak-balik yang
mungkin akan meningkatkan biaya transportasi atau
pemindahan bahan. Juga besar kemngkinan terjadi keruwetan
pemindahan bahan yang mengakibatkan tingkat persediaan
barang dalam proses (work in proses/WIP) menjadi tinggi.
Umumnya makin tinggi tingkat efisiensi maka makin besar
kemungkinan ditemukannya aliran bolak balik (flow
inefficiencies).
Kemudian menghitung effisiensi rata – rata Try and Erorr dapat
dilihat pada table 3.17
Tabel 3.17 effisiensi rata – rata Try and Erorr
SK Gabungan Operasi
Kecepatan
SK
Waktu
Siklus
Efisi
ensi
Peracangan Teknik Industri 1 54
I 1,2,3,4,5,6,7,8,9 1375 1750
78,57
%II 10 1750 1750 100%
III 11,12,13,14,15 1038 1750
59,31
%
Jumlah
237.8
8%Rata-
rata
79.29
%
Smoothing indeks = √(1750−1375)2+(1750−1750)2+(1750−1038)2
= 804.72
Gambar stasiun kerja setelah Try and error pada Metode
Large Candidate Rule dapat dilihat pada gambar 3.16
Gambar 3.16 Stasiun Kerja Setelah Try and Error pada Metode Large Candidate Rule
Peracangan Teknik Industri 1 55
Hasil di atas memperlihatkan tingkat efisiensi yang lebih
rendah ( 79,29%) dari tingkat effisiensi sebelumnya yang
bernilai ( 79,30%). Akan tetapi proses stasiun kerja
tertata secara teratur. Dengan kata lain tidak adanya
proses bolak balik dalam stasiun kerja ini sehingga tidak
adanya penambahan biaya transportasi dan semacamnya yang
akan menambah biaya.
BAB IV
ANALISIS MASALAH
4.1 Analisis Stasiun Kerja Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Stasiun Kerja Dengan Menggunakan Try and Erorr
Peracangan Teknik Industri 1 56
Berdasarkan lima metode yang digunakan untuk
menyeimbangkan lintasan pada lini stasiun kerja yang
diantaranya menggunakan metode coba-coba, metode bobot posisi,
metode pembebanan berurut, metode pembebanan wilayah dan
metode large candidate rule bahwa pada setiap stasiun kerja
masih terdapat proses stasiun yang berjalan tidak beraturan.
Yang dikarenakan pada proses pemilihan suatu stasiun kerja
tidak disesuaikan dengan urutan proses operasi pembuatan
produk lemari kayu jati. Sehingga dalam hal ini akan berdampak
memungkinkan akan meningkatkan biaya transportasi atau
pemindahan bahan. Juga besar kemungkinan terjadi keruwetan
pemindahan bahan yang mengakibatkan tingkat persediaan barang
dalam proses (work in proses/WIP) menjadi tinggi.
Dengan banyaknya stasiun kerja yang banyak mengalami arus
bolak balik dan tak beraturan dalam stasiun kerja. Dalam hal
ini penggunaan Try and Error digunakan untuk kelima metode
dalam penyeimbangan lintasan sehingga dapat menata lintasan
yang awalnya masih mengalami arus bolak – balik dan tak
beraturan dalam stasiun kerja menjadi suatu arus lintasan
stasiun kerja yang tertata secara teratur. Namun sedikit
mengurangi effisieni dari awal semula sebelum perbaikan dari
effisiensi bernilai (79,30%) menjadi ( 79,29%). Umumnya makin
tinggi tingkat efisiensi maka makin besar kemungkinan
ditemukannya aliran arus bolak balik (flow inefficiencies) dan
ketidakteraturan dalam sebuah stasiun kerja.
4.2 Analisis Kecepatan Lintasan Terhadap Effisiensi Stasiun
Kerja
Peracangan Teknik Industri 1 57
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa waktu kecepatan
lintasan yang diperlukan sebesar 1200 menit. Namun dalam
kondisi ini kecepatan lintasan lebih kecil dari pada waktu
operasi terpanjang pada aliran proses produksi yang sebesar
1750. Sehingga yang dijadikan untuk kecepatan lintasan aktual
yaitu waktu proses operasi terpanjang. Dengan kata lain besar
kecilnya kecepatan lintasan akan mempengaruhi waktu pada
stasiun kerja dan waktu stasiun kerja akan membawa dampak yang
besar pada nilai effisiensi stasiun kerja.
Karena effisiensi stasiun kerja yang nantinya akan
berdampak pada besar kecilnya biaya yang dikeluarkan. Makin
besar effisiensi yang dihasilkan pada setiap setasiun kerja
maka makin kecil biaya yang akan dikeluarkan. Tetapi
sebaliknya semakin kecil effisiensi yang dihasilkan pada
stasiun kerja maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan.
Dalam hal ini effisiensi pada setiap metode hanya sedikit
pengaruhnya dikarenakan nilai kecepatan lintasan aktual yang
digunakan oleh kelima metode hanya menggunakan waktu 1750
dikarenakan semuanya lebih kecil dari nilai waktu terpanjang
proses operasi. Sehingga hanya mempunyai dampak yang tak
terlalu banyak terhadap perubahan effisiensi.
Peracangan Teknik Industri 1 58
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data serta
pembahasan di atas maka, kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil praktikum ini adalah:
1. Kecepatan lintasan aktual atau waktu siklus untuk
menentukan patokan waktu pada setiap stasiun kerja
sebesar 1750 menit dengan perkiraan jumlah produksi
sebesar 69 unit.
2. Usulan perbaikan menggunakan Try and Erorr dapat
mengurangi nilai effisiensi yang awalnya bernilai
79,30% menjadi 79,29 %. Namun mengurangi stasiun kerja
yang tak beraturan atau berarus bolak-balik sehingga
tidak akan adanya penambahan biaya – biaya seperti
biaya transportasi, bahan dan lain sebagainya.
3. Dari lima metode yang digunakan jumlah effisiensi
hampir rata sebesar 79,29 %. Tetapi dalam metode large
candidate rule mengalami peningkatan sedikit sebesar
79,30 %
5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan, ada beberapa saran
yang diberikan, yaitu:
a. Selama praktikum seharusnya praktikan melengkapi data
yang akan digunakan dalam pembuatan laporan, sehingga
pengerjaan laporan praktikum akan lebih mudah.
b. Dalam menyusun stasiun kerja, perlu memperhatikan urutan
arus proses oprasi mulai dari awal sampai akhir. Untuk
memungkinkan mendapatkan hasil urutan stasiun kerja yang
teratur dan nilai effisiensi yang tinggi.
Peracangan Teknik Industri 1 60
DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, Vincent, Production Planning and Inventory Control, Berasarkan
Pendekatan Sistem Teritegrsi MRP II da JIT Menuju Manufacturing 21, PT
Gramedia Pustaka Utama , Jakarta, 2002.
Heizer, R, Render, B, Operattions Managemen,Flexible Version, Seventh
Edition,Pearson Prentice Hall, New jersey, 2005.
Nahmias, S., Production and Operations Analysis, McGraw Hill, 2001
Peracangan Teknik Industri 1 61