full page photo - stpmd apmd repository
TRANSCRIPT
iv
HALAMAN MOTO
“ORANG YANG MENABUR DENGAN MENCUCURKAN AIR MATA,
AKAN MENUAI DENGAN SORAK SORAI”
( Mazmur 126 : 5 )
GAMUTAUNYA LANGKAH NDA PANEWI WAIDA, GAMUTAUNA LANGKAH
NDA DAPA IHILIDA, GAMUTAUNYA LANGKAH NDA KANENARUDA
WAINGU MATA HAGABA GAMUTAUNYA, NDA DEDINA NA PADAUNGU.
( Ayah Handa- R.DJ.BOLU)
AKU HARUS PERCAYA PADA DIRI KU SENDIRI, PERCAYA BAHWA
AKU ADALAH ORANG YANG MEREKA PERCAYA
( Hengki Umbu Jaiwu Oga )
“KEBERPIHAKAN TERHADAP KEBENARAN TIDAK PERNAH
MENGGOYAHKAN PENDIRIANNYA TERHADAP MUSUH-MUSUH
REVOLUSI BAIK DALAM DAN LUAR NEGERI SEJARAH HIDUPNYA
MEMBUKTIKAN FAKTA TERSEBUT INGAT” GO TO HELL WITHYOUR
AID” KETIKA AKAN DIBELENGGU DENGAN CARA CARAPELURU
EMAS”
( Ir Soekarno )
“KAMU HARUS MENJADI DIRIMU SENDIRI DI DUNIA INI
TAK PERDULI APAPUN YANG TERJADI”
( Denzel Wasington )
“KITA TIDAK PERLU MELAKUKAN HAL BESAR,
HANYA HAL KECIL DENGAN CINTA YANG BESAR”
( Bunda Teresa )
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan Penuh ucapan syukur dan rasa limpah terimakasih, karya yang sederhana
ini saya persembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus yang sudah melindungi dan menyertai saya dalam setiap
nafas kehidupan. Puji Syukur hamba hanya Kepada Mu Ya Tuhan.
Orang tua Tercinta Bapak R.DJ.BOLU serta Ibunda tercinta L.PUGA adalah
sosok sangat-sangat penting bagi kehidupan saya. Berkat kedua orang Hebat
inilah saya ada didunia ini, bagi saya mereka berdua telah menjadi sosok yang
membuat saya kuat seperti sekarang ini. Saya menyadari bahwa Orang tua
adalah manusia pertama yang kita lihat, ketika baru pertama kali datang di
dunia, apalagi sosok ibu yang rela mengalami masa-masa sulit saat
mengandung 9 bulan lamanya dan mempertaruhkan nyawanya ketika saya
dilahirkan, terimakasih buat pengorbanan BAPA DAN MAMA Semoga
Skripsi Ini bisa buat bapak dan Mama Bangga Terhadap “ENGKI” kalian
berdua yang paling berarti dalam hidup ENGKI,
Makasih Bapak Dan Mama untuk support dan cinta kalian.
Kakak dan adik tersayang “ Yules Umbu Lagoru,” Merlina Rambu Karaji, Jois
Umbu Tonga, Dinarti Rambu Baja Oru, Pania Rambu Roku
Teruntuk Om tercinta “ ALEX BORA KAHOWI
Keluarga besar KABELA WUNTU dan KAMPUNG MAHU WANOKAKA
yang jauh disana
Kampus Tercinta Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat desa
“APMD”Yogyakarta yang telah menjadi tempat untuk saya mendapatkan
mata kuliah, serta tempat untuk saya berdialektika serta, mendapatkan
wawasan juga pengalaman yang baik. Terimakasih Untuk sebuah kesempatan
hebat dikampus Desa.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena penulis
merasa yang terjadi dalam kehidupan ini semua karena kekautan dari Tuhan,
segala berkat rahmat-Nya penulis biasa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
lancar hingga selesai.
Penulis meyakini bahwa sepenuh keberhasilan dalam proses penyusunan
skripisi ini karena bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya tidak lupa penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Sutoro Eko Yuliantoro M.S.i Selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “AMD” Yogyakarta.
2. Gregorius Sahdan, S.IP, M.A. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan
STPMD “APMD” Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE, M.Si sebagai dosen pembimbing
yang telah melungkan waktu dan pikiran untuk memberikan masukan, kritik
dan saran dalam proses penyusuan skripsi ini.
4. Bapak Ibu Dosen di program studi Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa”APMD”Yogyakarta
5. Semua Keluarga besar Kabela wuntu Anakalang dan Mahu Wanokaka, bapak
Lince, Mama lince, Bapa Yelsi dan Mama Yelsi, Bapak Besar Umbu Ledi,
serta kk mira, kk asri, kk yustin adik Dito Kahowi.
6. Terima kasih buat orang yang terkasih Rosa Delima Ramrome yang selalu
motivasi sekaligus pujaan hati.
vii
7. Teman Sekaligus Sahabat Seperjuangan di kota istimewa Yogyakarta I Putra
Chobas Plaikol yang punya alor, Hendra Rizal Rumodar, Irfanov Alil, Yasmin
yang punya seram bagian barat, Beny Eka yang punya kalimantan, Thomas
sangu yang punya kodi SBD. Frid Doru, Arwanto Umbu Maki Pawolung yang
punya KTS dan indra Lesmana Gala yang punya UKRIM Yogyakarta. Akwan
Boka Manu yang punya Biconang. Robinson Nono Yang punya Tuak
kalimantan, serta adik adik tercinta seperjuangan Melkianus Ngedu tiba yang
punya Novo PUBG, Lenny Sarassati yang punya hero Nana, Aryyanto jaiwu
wuda, Frengku Umbu Hina yang punya hero Tigrel, Nelson lawora selatan.
Dan krisna TKD pinokio jagonya AWM, TKD batalion (charera)ruser terbaik
sepanjang masa. semoga masih ada kata semangat dalam setiap perjuangan
kita entah dalam waktu dan kondisi apapun.
8) Semua pihak yang telah terlibat dalam bentuk moril maupun materil dalam
penulisan skripsi ini yang mana penulis tidak bisa menyebutkan satu-persatu.
Penulis merasa skripisi ini masih banyak kekurangan baik dalam isi
maupun teknik penyajian, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dan bermanfaat. Penulis berharap semoga karya ini dapat membawa
manfaat bagi semua pihak, baik untuk penulis sendiri maupun para pembaca
sekalian.
Yogyakarta 13 April 2020
Hormat saya,
HENGKI UMBU JAIWU OGA
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
LEMBARAN PERNYATAAN ..................................................................... iv
HALAMAN MOTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
INTISARI ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 10
E. Kerangka Pemikiran ............................................................... 11
1.1 Pengertian Dinamika ......................................................... 11
1.2 Pengertian Desa ................................................................ 15
1.3 Peraturan Desa Atau Dasar Pembuatan Peraturan
Panggungharjo Nomor 02 Tahun 2019 ............................... 17
1.4 Peraturan Desa Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 ............... 19
1.5 Mekanisme, Persiapan, Pembahasan, pengesahan, dan
Penetapan Peraturan Desa .................................................. 20
ix
1.6 Sidang/ Rapat Pembahasan dan Penetapan Peraturan Desa . 21
1.7 Peraturan Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon
Kabupaten Bantul Tentang Pembentukan Badan Usaha
Milik Desa (Bumdes) Panggungharjo Kecamatan Sewon
Kabupaten Bantul .............................................................. 24
1.8 Contoh Pembuatan Peraturan Desa Panggunharjo Tentang
Anggaran Pendapatandan Belanja Desa Tahun Anggaran
2019 ................................................................................... 27
F. Ruang Lingkup ........................................................................ 29
G. Metode Peneltian .................................................................... 30
1. Jenis Penelitian .................................................................. 30
2. Unit Analisis ...................................................................... 31
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 33
4. Teknik Analisis Data ......................................................... 34
BAB II PROFIL DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON
KABUPATEN BANTUL .............................................................. 36
A. Sejarah Desa Panggungharjo .................................................... 36
B. Keadaan Demografi Desa Panggungharjo ................................ 38
C. Keadaan Geografi Desa Panggungharjo ................................... 42
D. Visi dan Misi ........................................................................... 45
E. Struktur Pemerintah Desa Panggungharjo ............................... 46
F. Presentasi Desa Panggungharjo .................................................... 47
G. Peta Wilayah ........................................................................... 50
BAB III ANALISIS DATA ......................................................................... 51
A. Deskriptif Informan .................................................................. 51
x
B. Penyajian Data dan Analisis ...................................................... 52
BAB IV PENUTUP..................................................................................... 67
A. Kesimpulan............................................................................... 67
B. Saran ........................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Subyek Penelitian ............................................................................ 32
Tabel 2. Luas Wilayah Pedukuhan ................................................................ 44
Tabel 3.Struktur Pemerintahan Desa ............................................................. 46
xii
INTISARI
Dengan dikeluarkan UU Desa NO. 6 Tahun 2014 tentang Desa membuat
Desa kian menarik untuk diteliti dimana dalam lingkup Desa terjadi perubahan
perkembangan lokal berskala Desa artinya adalah dalamstruktur tatanan
masyarakat Desa itu sendiri terjadi perkembangan yang kian baik. Jika di lihat
dalam konteks partisipasi masyarakat juga berarti sebagai proses legislasi
pembuatan peraturan Desa yang merupakan aspek penting demi mengakomodasi
kepentingan masyarakat.Selain itu, partisipasi tersebut juga dianggap sebagai
cerminan keadilan. Dalam pembuatan peraturan Desa keterlibatan semua
steakholder masyarakat dalam menyampaikan ide, memberikan masukan, pikiran,
tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, saran dan pendapat, barang,
keterampilan, bahan dan jasa adalah bentuk sebuah partisipasi yang akan
mendukung sebuah pembagunan yang ada di Desa Panggungharjo. Skripsi ini
bertujuan untuk melihat sejauh mana‟‟Partisipasi Masyarakat Dalam Pembuatan
Peraturan Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provensi
D.I.Y. (studi partisipasi masyarakat )‟‟. oleh karena itu terdapat tiga persoalan
yang di hadapi dalam pembuatan peraturan Desa. Pertama, kurangnya partisipasi
masyarakat dalam pembuatan peraturan Desa, ke-dua, kurangnya keterbukaan
informasi publik kepada masyarakat Desa terkait pembuatan peraturan Desa, ke-
tiga, kurangnya keikutsertaan masyarakat dalam mengawasi dan menyuarakan
aspirasi dalam pembuatan peraturan Desa. Hal inilah yang menjadi alasan bagi
peneliti untuk mengambil judul skripsi “PARTISIPASI MASYARAAKAT
DALAM PEMBUATAN PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO
KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL.
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif menggunakan teknik porposive. Adapun teknik
pengumpulan data peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan
dokumentasi, yakni mengumpulkan dokumen yang relevan. Dalam melakukan
wawancara peneliti mengambil 10 orang informan yang terdiri dari kepala Desa,
sekrataris Desa, ketua BPD, kaur Umum, kaur Perencanaan, kaur Pembangunan,
Kepala Dukuh Glugo, Kepala Dukuh Geneng dan anggota masyarakat.
Adapun dari hasil penelitian ini yaitu pertama, partisipasi masyarakat
Desa Panggungharjo begitu baik dan berperan aktif dalam musyawarah Desa hal
ini dapat dilihat dari proses pemerintah Desa yang merangkul dan mengakomodir
semua kepentingan masyarakat Desanya. Kedua, masih minimnya pengatahuan
sebagian masyarakat Desa tentang teknologi yang tersedia di Panggungharjo.
Ketiga, masyarakat masih kurang optimal dalam menyuarakan aspirasinya.
Kata kunci: partisipasi masyarakat, pembuatan peraturan Desa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan dikeluarkan UU Desa NO. 6 Tahun 2014 tentang Desa
membuat Desa kian menarik untuk diteliti dimana dalam lingkup Desa terjadi
perubahan perkembangan lokal berskala Desa artinya adalah dalam struktur
tatanan masyarakat Desa itu sendiri terjadi perkembangan yang kian baik.
Melihat hal ini dalam pembuatan peraturan Desa terjadi sauatu partisipasi
masyarakat yang membuat elemen masyarakat kelas bawah yang
mempengaruhi keputusan ditingkat Desa baik lingkup dusun, RT dan RW. Hal
ini yang kemudian secara yuridis Desa bukan lagi dianggap sebagai obyek
seperti pada Orde baru yang sentralistik namun saat Desa dijadikan sebagai
subyek pembanguan dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan,
dalam artian luas bukan lagi Indonesia membangun dari Desa namun saat ini
dipakai para digma baru yaitu Desa Membangun Indonesia.
Asas pengaturan Desa menjadi “roh”dalam setiap pasal UU NO.6
tahun 2014.Subtansi regulasi seharusnya mencerminkan asas pengaturan yang
merupakan dasar berpijak dari pasal-pasal secara keseluruhan.berkaitan
dengan kejelasan kedudukan penguatan eksistensi Desa. Pengakuan terhadap
eksistensi Desa penting sebab dari sisi politis maupun strategis pengakuan
tersebut akan memberikan dampak secara signifikan bagi keberlanjutan Desa
dalam keleluasan akses sumber daya. Beberapa hal yang dapat diidentifikasi
2
berkaitan kejelasan kedudukan dan penguatan eksistensi Desa dalam Undang-
Undang NO.6 tahun 2014 ialah soal pendefinisian Desa. Menurut Pasal 1
dalam Undang –Undang No 6 tahun 2014, Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan hak tradisonal yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia.
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan juga menjadikan konsultasi
kepada masyarakat itu sebagai forum bagi warga masyarakat desa
menyampaikan hak-haknya. Berdasarkan Pasal 96 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
masukan masyarakat dapat dilakukan melalui: Rapat Dengar Pendapat Umum
(RDPU), kunjungan kerja, sosialisasi, dan beragam bentuk lain seperti
seminar, lokakarya, dan diskusi. Peraturan Desa mewajibkan suatu rancangan
Peraturan Desa dikonsultasikan kepada masyarakat desa. Konsultasi publik itu
adalah bagian dari asas partisipasi yang dianut Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan , yakni
masyarakat turut berperan aktif dalam suatu kegiatan pembentukan Peraturan
Desa tersebut.
Konsultasi publik itu sejalan dengan prinsip yang terkandung dalam
pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pasal 68 ayat (1) Undang-
3
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa huruf c menyatakan hak
masyarakat antara lain “Menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan
atau tertulis secara bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa”.
Disebutkan dalam Pasal 69 Ayat (9) Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa menyatakan “Rancangan Peraturan Desa wajib
dikonsultasikan kepada masyarakat Desa” dan ayat (10) yang berbunyi
“Masyarakat Desa berhak memberikan masukan terhadap Rancangan
Peraturan Desa”, yang dapat diartikan bahwa sebagai sebuah produk politik,
Peraturan Desa diproses secara demokratis dan partisipatif, yakni proses
penyusunannya mengikut sertakan partisipasi masyarakat desa. Masyarakat
desa mempunyai hak untuk mengusulkan atau memberikan masukan kepada
Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam proses penyusunan
Peraturan Desa”. Penjelasan Umum juga menegaskan “Masyarakat desa
mempunyai hak untuk mengusulkan atau memberikan masukan kepada
Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam proses penyusunan
Peraturan Desa”. Dalam pembentukan peraturan desa juga diperkuat dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014
tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa pada Pasal 6 ayat (2) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan di Desa menyatakan “Rancangan Peraturan Desa yang telah
disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa dan dapat
4
dikonsultasikan kepada camat untuk mendapatkan masukan.” Lalu dilanjutkan
pada Pasal 6 ayat (3) dan (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111
Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa yang menyatakan
“Rancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang
terkait langsung dengan substansi materi pengaturan” dan ayat (4) menyatakan
“Masukan dari masyarakat desa dan camat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) digunakan Pemerintah Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan
rancangan Peraturan Desa”.
Dilihat dari UU No.32 Tahun 2004, bahwa Desa merupakan wilayah
yang mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri berdasarkan atas otonomi dan tugas pembantuan. Ketentuan Desa
mempunyai kewenangan otonomi untuk mengurus rumah tangga sendiri,
maka pembuatan peraturan Desa yang melibatkan partisipasi masyarakat
merupakan implementasi dari pelaksanaan sistem pemerintahan yang
demokratis. Dalam perkembangan politik Indonesia, Desa selalu berada pada
tempat yang kurang menguntungkan, dari masa ke masa Desa selalu di
tempatkan sebagai subordinat dari kekuasaan dan kekuatan yang berada di
luar Desa sesungguhnya keadaan yang teradi dengan Desa sejak zaman
kolonialisme sampai sekarang menunjukan bahwa Desa pada hahekatnya
selalu berada di bawa kontrol negara, Desa digunakkan sebagai alat dari
kekuasaan negara untuk menjangkau dan menertibkan rakyat Desa.
5
Dalam kaitan dengan persoalan partisipasi masyarakat, peran lembagaa
lokal sangat dibutuhkan terutama dalam proses pembuatan peraturan Desa,
masyarakat sangat dibutuhkan pertisipasinya karena semua itu hanya untuk
kepentingan masyarakat. Apabila dalam pembuatan peraturan Desa
masyarakat tidak diikuti serta maka yang jelas kebijakan tersebut tidak akan
menyentuh sedikit kepentingan masyarakat, sementara itu kita tahu bahwa
tujuan peraturan yang dibuat gunanya untuk mengatur kehidupan masyarakat
untuk mencapai suatau tujjuan tertentu serta meningkatkan kemakmuran
masyarakat. Apabila dalam pembuatan peraturan Desa masyarakat tidak ikut
berpartisipasi yang jelas peraturan tersebut hanya akan menguntungkan para
elit Desa dan segelintir orang, tujuan dari mengikut sertakan masyarakat, agar
masyarakat bisa mengetahui peraturan yang akan dibuat oleh pemerintah
Desa, dan masyarakat bisa mengerti seperti apa peraturan yang di buat oleh
pemerintah, apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau menyeleweng
dari kehidupan masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat, mereka
bisa menyampaikan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang di perlukan dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dan dengan adanya partisipasi masyarakat
maka masyarakat dapat menyampaikan permasalahan-permasalahan apa yang
mereka alami agar pemerintah lebih memperhatikan dan peraturan Desa yang
di buat oleh pemerintah menjadi jalan keluar atas permasalahan masyarakat.
Oleh karenanya peneliti akan menguraikan beberapa hal pertama, kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan Desa. Kedua, kurangnya
keterbukaan informasi publik kepada masyarakat Desa terkait pembuatan
6
peraturan, ketiga, kurangnya keikutsertaan masyarakat dalam mengawasi dan
menyuarakan aspirasi dalam pembuatan peraturan Desa. Hal inilah yang
membuat peneliti ingin mencari tahu tentang partisipasi masyarakat dalam
pembuatan peraturan Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten
Bantul
Selanjutnya UU KIP, atau UU 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik sangat penting sebagai landasan hukum yang berkaitan
dengan pertama, hak setiap orang untuk memperoleh Informasi; kedua,
kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani permintaan Informasi
secara cepat, tepat waktu, biaya ringan / proporsional, dan cara sederhana;
ketiga, pengecualian bersifat ketat dan terbatas; keempat, kewajiban Badan
Publik untuk mernbenahi sistem dokumentasi dan pelayanan Informasi.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik menegaskan sebagaimana dalam Pasal 28 F Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa setiap
Orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh Informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan Informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik menggarisbawahi dengan tebal bahwa salah satu elemen penting dalam
mewujudkan penyelenggaraan negara yang terbuka adalah hak publik untuk
memperoleh Informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7
Selanjutnya Sebagai konsekuensi dari diberlakukannya UU Desa,
Pemerintah Desa kini dituntut untuk mempraktikkan keterbukaan informasi.
Sebab UU Desa mengkonstruksi desa sebagai komunitas yang
berpemerintahan sendiri (self governing community) yang berpegang pada
asas demokrasi, dimana warga desa juga diberikan hak untuk turut memegang
kendali atas penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Keterbukaan informasi
yang dipraktikkan oleh Pemerintah Desa dimaksudkan agar warga desa
mengetahui berbagai informasi tentang kebijakan dan praktik penyelenggaraan
pemerintahan yang dijalankan. Melalui mekanisme ini maka akan terbangun
akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Klausul yang mengatur keterbukaan informasi tersebar dalam beberapa
pasal dalam UU Desa. Yang pertama diatur dalam pasal 24, yang menyatakan
bahwa asas penyelenggaraan Pemerintahan Desa salah satunya adalah
keterbukaan. Selanjutnya dinyatakan pada bagian penjelasan bahwa yang
dimaksud dengan keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dengan tetap
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian pada
pasal 26 ayat (4) huruf (f) diatur bahwa dalam menjalankan tugasnya Kepala
Desa berkewajiban untuk melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang
akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari
kolusi, korupsi, dan nepotisme. Masih pada pasal dan ayat yang sama, pada
8
huruf (p) diatur bahwa Kepala Desa juga memiliki kewajiban untuk
memberikan informasi kepada masyarakat Desa.
Pada bagian lain, yakni pada pasal 27 huruf (d) diatur bahwa dalam
menjalankan hak, tugas, kewenangan, dan kewajiban Kepala Desa wajib
memberikan dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintahan
secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun anggaran. Pasal 68
ayat (1) huruf (a) dinyatakan bahwa masyarakat desa berhak meminta dan
mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Bagian
akhir yang mengatur tentang keterbukaan informasi pada UU Desa terdapat
pada pasal 86 ayat (1) dan ayat (5) yang menyatakan bahwa desa berhak
mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi desa yang
dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan sistem informasi
tersebut dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat
desa dan semua pemangku kepentingan.
Belakangan ini, sesungguhnya praktik keterbukaan informasi telah
dijalankan oleh beberapa desa. Yang paling sering muncul di berbagai media
sosial adalah bagaimana Pemerintah Desa memajang baliho tentang laporan
pertanggungjawaban APB Desa. Selain itu, banyak juga desa yang telah
memiliki website, yang memuat berbagai informasi tentang aktivitas yang
dilakukan.
9
Secara kontekstual Desa Panggungharjo merupakan Desa yang maju
hal itu bisa dilihat dari kapasitas pemerinah Desa dalam hal menggayomi
masyarakat secara bersaama-sama untuk menyampaikan gagasan dan aspirasi
masyaraakat terkait dalam pembuatan peraturan Desa.Pada sisi yang lain Desa
Panggungharjo jika dilihat secara geografis memang tidak memiliki
sumberdaya alam yang sangat banyak oleh karenanya, kepala Desa berserta
perangkat Desa mencoba membangun kultur tentang peningkatan kapasitas /
sumber daya manusia. Hal ini lah yang kemudian membuat Desa
Panggungarjo sebagai salah satu Desa terbaik yang ada di Indonesia,
masyarakat Desa Panggungharjo yang hampir sebagian bergelut di bidang
pertanian diajak untuk bersinergi dalam hal pembangunan Desa
Panggungharjo imbasnya adalah pertumbuhan ekonomi di masyarakat Desa
Panggungharjo lebih baik, akibat dari beberapa peraturan kepala Desa yang
secara adil berpihak pada masyarakat.
Jika dilihat narasi diatasbahwa partisipasi masyarakat Desa
Panggungharjo begitu di perlukan untuk membangun suatu peraturan Desa
sehingga perlu adanya masukan-masukan dan partisipasi dari masyarakat
untuk membuat suatu peraturan Desa melalui musyawara Desa. Dari
penjelasan diatas ini lah yang menjadi bagian penting mengapa peneliti
mengambil judul tentang partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan
desa.
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Partisipasi Masyarakat
Dalam Pembuatan Peraturan Desa ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk
menjelaskan tentang bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembuatan
peraturan Desa yang di laksanakan oleh Desa Panggungharjo, Kecematan
Sewon, Kabupaten Bantul.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
a. Manfaat teoritis.
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi
dunia pendiddikan dan juga bagi pemerintah Desa Panggungharjo
Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul dalam hal partisipasi masyarakat
dalam pembuatan peraturan Desa dimana masyarakat di harapkan benar-
benar ikut terlibat dalam pembuatan peraturan Desa yang sesuai dengan
amanat undang-undang.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi:
11
1) Bagi pemerintah Desa Panggungharjo Kecematan Sewon Kabupaten
Bantul.
Sebagai bahan evaluasi pemerintah Desa Panggungharjo
Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul
2) Bagi masyarakat.
Agar masyarakat memahami alur dan proses pembuatan peraturan
Desa.
E. Kerangka Konseptual
Kerangka Pemikiran ini akan di gunakan penulis sebagai kerangka
analisis untuk menjawab pertayaan penilitian “bagaimana Partisipasi
Maasyarakat Dalam Pembuatan Peraturan Desa, di Desa Panggungharjo
Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul. Oleh karenanya penulis menguraikan
beberapa hal:
1. Pengertiaan Partisipasi Masyarakat
Menurut Made Pidarta dalam Siti Irene Astuti D. (2009: 31-32),
partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu
kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi
sertafisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya
(berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung
pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan.
Selanjutnya partisipasi dalam memerima hasil pembangunan dan
menilai hasil partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007:27) adalah
12
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan
potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan
tentang alternative solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
mengatasi masalah, dan ketertiban masyarakat dalam proses mengevaluasi
perubahan yang terjadi. Usaha pemberdayaan masyarakat, dalam arti
pengelolaan pembangunan desa harus dibangun dengan berorientasi pada
potensi viskal, perlibatan masyarakat serta adanya usaha yang mengarah
pada kemandirian masyarakat desa. Keikutsertaan masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan secara aktif baik pada pembuatan rencana
pelaksanaan maupun penilaian pembangunan menjadi demikian penting
sebagai tolak ukur kemampuan masyarakat untuk berinisiatif dan
menikmati hasil pembangunan yang telah dilakukan. Dalam meningkatkan
dan mendorong munculnya sikap partisipasi, maka yang perlu dipahami
oleh pengembang masyarakat adalah kebutuhan-kebutuhan nyata yang
dirasakan oleh individu maupun masyarakat.
Kemudian partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut
Supriady (2005:16 ) diartikan sebagai ikut serta masyarakat yang efektif
membutuhkan kesepian dari partisipasi masyarakat.
Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok
masyarakatdalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan
maupun dalambentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga,
waktu, keahlian,modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan
menikmati hasil –hasilpembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010: 46).
13
Pengertian tentang partisipasi dikemukakan oleh Fasli Djalal dan
Dedi Supriadi,dalam Riyadi (2001: 201-202) dimana partisipasi dapat juga
berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat
ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang,
keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa
kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka,
membuat keputusan, danmemecahkan masalahnya.
H.A.R.Tilaar, (2009: 287) mengungkapkan partisipasi adalah
sebagaiwujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui
prosesdesentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan
daribawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam
prosesperencanaan dan pembangunan masyarakatnya.
Pendapat Suryono (2001:124) partisipasi merupakan ikut sertanya
masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan
ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Dalam pelaksanaan pembangunan harus ada sebuah rangsangan
dari pemerintah agar masyarakat dalam keikutsertaannya memiliki
motivasi. Menurut Simatupang (dalam Yuwono, 2001:124) memberikan
beberapa rincian tentang partisipasi sebagai berikut :
a. Partisipasi berarti apa yang kita jalankan adalah bagian dari usaha
bersama yang dijalankan bahu-membahu dengan saudara kita sebangsa
dan setanah air untuk membangun masa depan bersama.
14
b. Partisipasi berarti pula sebagai kerja untuk mencapai tujuan bersama
diantara semua warga negara yang mempunyai latar belakang
kepercayaan yang beraneka ragam dalam negara pancasila kita, atau
dasar hak dan kewajiban yang sama untuk memberikan sumbangan
demi terbinanya masa depan yang baru dari bangsa kita.
c. Partisipasi tidak hanya berarti mengambil bagian dalam pelaksanaan-
pelaksanaan, perencanaan pembangunan. Partisipasi berarti
memberikan sumbangan agar dalam pengertian kita mengenai
pembangunan kita nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita mengenai
keadilan sosial tetap dijunjung tinggi.
d. Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong ke arah
pembangunan yang serasi dengan martabat manusia. Keadilan sosial
dan keadilan Nasional dan yang memelihara alam sebagai lingkungan
hidup manusia juga untuk generasi yang akan datang.
partisipasi adalah keikutsertaanmasyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, sampai evaluasi programpembangunan, tetapi makna
substantif yang terkandung dalam sekuen-sekuenpartisipasi adalah voice,
akses dan control Pengertian dari masing-masing sekuentersebut di atas
adalah:
1. Voice, maksudnya adalah hak dan tindakan warga masyarakat
dalammenyampaikan aspirasi, gagasan, kebutuhan, kepentingan dan
tuntutanterhadap komunitas terdekatnya maupun peraturan pemerintah.
15
2. .Akses, maksudnya adalah mempengaruhi dan menentukan peraturan
sertaterlibat aktif mengelola barang-barang publik, termasuk
didalamnyaakses warga terhadap pelayanan publik.
3. .Control,maksudnya adalah bagaimana masyarakat mau dan mampu
terlibatuntuk mengawasi jalannya tugas-tugas pemerintah. Sehingga
nantinyaakan terbentuk suatu pemerintahan yang transparan, akuntabel
dan responsif terhadap berbagai kebutuhan masyarakatnya.
Dari beberapa pengertian partisipasi masyarakat yang dapat di
uraikan di atas dapat di simpulkan bahwa partisipasi masyarakat
merupakan ke ikut sertaan dan keterlibataan dalam pengambilan keputusan
serta masyarakat ikut dalamperencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi
programpembangunan. Masyarakat juga di harapkan memberi masukan,
pikiran, tenaga, waktu, keahlian,modal dan atau materi,saran dan
pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa untuk mendukung sebuah
pembagunan yang ada di Desa Panggungharjo.
Berkait dengan itu peneliti ingin mencari tahu tentang bagaimana
partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan di Desa
Panggungharjo.
1.2 Pengertian Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
16
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dari situlah terbukti bahwa kesatuan masyarakat hukum, yakni
warga desa yang tinggal dalam suatu lokasi yang mana memiliki hak atau
wewenang untuk melakukan atau menjalankan pemerintahannya untuk
kepentingan warga yang tinggal dalam kawasan desa tersebut. Sehingga
pengertian desa menurut UU No 6 Tahun 2014 tersebut sesuai dengan hari
ini.
Dari defenisi tersebut, sebetulnya Desa merupakan bagian vital
bagi keberadaan bangsa Indonesia.Vital karena Desa merupakan satuan
terkecil dari bangsa ini yang menunjukkan keragaman Indonesia.Selama
ini terbukti keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong bagi
tegak dan eksisnya bangsa.Dengan demikian penguatan Desa menjadi hal
yang tak bisa ditawar dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa
ini secara menyeluruh.
Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama
Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Rancangan Peraturan Desa wajib
dikonsultasikan kepada masyarakat Desa dan masyarakat desa berhak
memberikan masukan terhadap Rancangan Peraturan Desa
17
1.3 Peraturan Desa Atau Dasar Pembuatan Peraturan Panggungharjo
Nomor 02 Tahun 2019
1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 TentangPembentukan Daerah-
daerah Kabupaten dalamLingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta
(BeritaNegara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun2014 Tentang
Desa (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 7,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentangPeraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2014 Nomor
123,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5539)
sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentangPerubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
43Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
18
6 Tahun 2014 tentang Desa(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
RepublikIndonesia Nomor 5717);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun2014 Tentang
Pedoman Teknis Peraturan di Desa(Berita Negara Republik Indoensia
Tahun 2014Nomor 2091);
6. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 1 Tahun2015 Tentang
Penetapan Desa (Lembaran DaerahKabupaten Bantul Tahun 2015
Nomor 1, TambahanLembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2015
Nomor44);tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa(Berita
Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2016 Nomor24);
7. Peraturan Bupati Bantul Nomor 42 Tahun 2016Tentang Susunan
Organisasi dan Tata KerjaPemerintah Desa (Berita Daerah Kabupaten
BantulTahun 2016 Nomor 42) sebagaimana telah diubahdengan
Peraturan Bupati Bantul Nomor 55 Tahun2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan BupatiBantul Nomor 42 Tahun 2016 tentang
SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa (BeritaDaerah
Kabupaten Bantul Tahun 2016 Nomor 55);
8. Peraturan Bupati Bantul Nomor 50 Tahun 2016Tentang Pedoman
Teknis Penyusunan Peraturan diDesa (Berita Daerah Kabupaten Bantul
Tahun 2016Nomor 50);
19
1.4 Peraturan Desa Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014
1. Peraturan Desa merupaka penjabaran lebih lanjut dalam pelaksanaan
UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan PP NO 43 Tahun 2015
tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang No 6 tahun Tahun
2014 adalah sebagai berikut:
2. Peraturan Desa tentang pembentukan dusun (atau sebutan lain) pasal ;
3. Peraturan Desa tentang susunan organisasi dalam tata kerja pemrintah
Desa pasal 12 ayat 5;
4. Peraturan Desa tentang anggaran pendapatan dan belanja Desa pasal
72 ayat 3;
5. Peraturan Desa tentang rencana pembanguna jangka mengenah Desa
(RPJMDesa) pasal 62 ayat 2;
6. Peraturan Desa tentang pengelolaan keuangan Desa pasal 76 ;
7. Peraturan Desa tentang pembentukan badan usaha milik Desa (pasal 78
ayat 2) apabila pemerintah Desa membentuk BUMDes
8. Peraturan Desa tentang tentang badan kerja sama pasal 82 ayat 2;
9. Peraturan Desa tentang pembentukan lembaga kemasyarakatan pasal
89 ayat 2;
Selain Peraturan Desa yang wajib dibentuk seperti tersebut diatas,
pemerintah Desa juga dapat membentuk peraturan Desa yang merupakan
pelaksanaan lebih lanjut dari pemerintah daerah dan peraturan
perundangan yang lain yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya
setempat antara lain:
20
1. Peraturan Desa tentang pembetukan panitia pencalonan dan pemeilihan
KepalaDesa;
2. Peraturan Desa tentang penetapan yang berhak yang menentukan hak
pilih dalam pencalonan KepalaDesa;
3. Peraturan Desa penentuan gambar pasang calon, pelaksanaan
kampanye, cara pemilihan dan dan biaya pelakasanaan pemiliha
KepalaDesa;
4. Peraturan Desa tentang pemberian penghargaan kepada mantan
KepalaDesa;
5. Peraturan Desa tentang penetapan dan pengeloaan dan pengaturan
pelimpahan / pengalihan fungsi sumber- sumber pendapatan dan
kekayaan Desa;
6. Peraturan Desa pungutan Desa;
1.5 Mekanisme, Persiapan, Pembahasan, pengesahan, dan Penetapan
Peraturan Desa.
1. Rancangan peraturan Desa diprakarsai dan dapat berasal dari usulan
BPD;
2. Masyarakat dan lembaga kemasyarakatan, berhak memberikan
masukan terhadap hal-hal yang brekaitan dengan materi Peraturan
Desa, baik secara tertulis maupun lisan terhadap Rancangan Peraturan
Desa dan dapat dilakukan proses penyusunan Rancangan Peraturan
Desa;
21
3. Rancangan Peraturan Desa dibahas bersama oleh pemeirntah Desa dan
BPD;
4. Rancangan peraturan Desa dibahas secara bersama oleh pemerintah
Desa dan BPD;
5. Rancangan peraturan Desa yang sudah disetujui bersama oleh
KepalaDesadan BPD selambat –lambat nya 7 hari sejak tanggal
persetujuan bersama, disampaikan oleh pimpinan BPD, disampaikan
oleh pimpinan BPD kepada KepalaDesauntuk menetapkan peraturan
Desa paling lambat 30 hari sejak diterima nya rancangan peraturan
Desa tersebut;
6. Peraturan Desa wajib mencantumkan batas waktu penetapan
pelaksanaan;
7. Peraturan Desa sejak ditetapkan, dinyatakan mulai berlaku dan
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, kecuali ditentukan lain
dalam peraturan Desa tersebut tidak boleh berlaku surut;
8. Peraturan Desa yang telah ditetapkan disampaikan KepalaDesakepada
camat sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 hari
setelah ditetapkan;
1.6 Sidang/ Rapat Pembahasan dan Penetapan Peraturan Desa
a. Naskah rancanga peraturan Desa yang berasal dari pemerintah Desa,
disampiakn kepada para angota BPD selambat lambat 3 hari atau 3 kali
24 jam sebelum rapat pembahasan;
22
b. Naskah rancangan peraturan Desa yang berasal dari BPD disampaikan
kepada pemerintah Desa selambat- lambat nya 3 hari atau 3 kali 24
jam sebelum rapat pembahasan berjalan;
c. Pemerintah Desa dan BPD pemerintah Desa dan BPD Mengadakan
rapat pembahasan yang harus dihadiri oleh sekurang –kurangnya 2/3
jumlah angota BPD dan rapat dianggap tidak sah apabila jumlah
angota BPD yang hadir kurang dari ketentuan tersebut;
d. Apabila rapat BPD dinyataka tidak sah, Kepala Desa dan ketua BPD
menentukan waktu untuk mengadakan rapat berikutnya denga meminta
persetujuan dari camat selambat - lambat nya 3 hari sebelum rapat
pembahasan;
e. Rapat pembahsan peraturan Desa dapat dihadiri oleh lembaga
kemasyarakatan dari pihak - pihak terkait sebagai peninjau;
f. Pengambilan keputusan dalam persetujuan rancangan peraturan Desa
dilaksanakan melalui musyawarah mufakat;
g. Apabila dalam musyawarah tidak mendapatkan kesepakatan yang bulat,
dapat diambil foting berdasarkan suara terbanyak;
h. Persetujuan terhadap rancangan peraturan Desa menjadi peraturan
Desa ditunagkan dalam berita acara rapat pembahasan rancangan
peraturan Desa;
i. Rancangan peraturan Desa yang telah disetujui bersama tersebut,
disampaikan kepada pimpina BPD, paling lambat 7 hari kepada
KepalaDesauntuk ditetapkan menjadi peratura Desa
23
j. Kepala Desa wajib menetapkan rancangan peraturan Desa tersebut,
dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu yang paling
lambat 30 hari sejak diterima nya rancangan peraturan Desa tersebut;
Proses jalan nya sidang rapat:
1. Sidang atau rapat dipimpin oleh ketua BPD dan menyatakan bahwa
rapat dibuka secara resmi dan terbuka untuk umum kemudian
membacakan daftar hadir (angota BPD wajib hadir 2/3 dari jumlah
angota) jika memenuhi forum rapat dapat dilanjutkan jika tidak ketua
BPD dan Kepala Desa menentukan hari pelaksanaan rapat berikut nya;
2. Ketua BPD menyilahkan KepalaDesaatau pejabat yang ditunjuk untuk
membacakan rancangan peraturan Desa;
3. Tanggapan dari peserta pembahasan;
4. Membentuk tim pengurus diberi waktu untuk membahas dan
merumuskan;
5. Pada hari berikut nya sidang atau rapat dibuka kembali mendengar
laporan dari tim pengurus dilanjutkan dengan tangapan-tanggapan;
6. Rancangan Peraturan Desa yang dibahas oleh peserta sidang atau rapat,
dibacakan kepada peserta untuk mendapatkan persetujuan;
7. Pembuatan berita acara rapat pembahasan rancangan peraturan Desa ;
menjadi peraturan Desa ditandatangi oleh KepalaDesa;
8. Pimpinan BPD menyampaikan rancangan peraturan Desa tersebut
kepada KepalaDesa;
9. KepalaDesa menandatangani rancangan peraturan Desa;
24
Sidang ditutup oleh Ketua BPD.
1.7 Peraturan Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul
Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)
Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintahan Desa adalah Pemerintah Desa Panggungharjo dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Panggungharjo.
2. Pemerintah Desa adalah Lurah Desa dan Pamong Desa.
3. Lurah Desa Panggungharjo adalah Lurah Pemerintah Desa yang dipilih
langsung oleh masyarakat melalui pemilihan Lurah Desa.
4. Badan Permusyawaratan Desa Panggungharjo, selanjutnya disingkat
BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa.
5. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Lurah Desa dan BPD.
6. Keputusan Lurah Desa adalah semua keputusan yang bersifat
mengatur dan merupakan pelaksanaan dari peraturan desa dan
kebijaksanaan Lurah Desa yang menyangkut pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan.
25
7. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUMDes adalah
usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa yang
kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah
desa dan masyarakat
BAB II
PEMBENTUKAN
Pasal 2
Dalam rangka meningkatkan pendapatan desa dan kesejahteraan
masyarakat, Pemerintah Desa Panggungharjo mendirikan BUMDes sesuai
dengan kebutuhan dan potensi desa Panggungharjo
BAB III
NAMA DAN KEDUDUKAN
Pasal 3
(1) Badan Usaha Milik Desa ini bernama Badan Usaha Milik Desa
„Panggung Lestari‟
(2) Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkedudukan di
Desa : Panggungharjo
Kecamatan : Sewon
Kabupaten : Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
26
BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 4
Maksud pembentukan BUMDes adalah untuk meningkatkan
kemampuan keuangan Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui
berbagai kegiatan ekonomi masyarakat.
Pasal 5
Tujuan pembentukan BUMDes adalah :
a. Memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam merencanakan dan mengelola pembangunan
perekonomian desa;
b. Mendukung kegiatan investasi lokal, penggalian potensi lokal serta
meningkatkan keterkaitan perekonomian perdesaan dan perkotaan
dengan membangun sarana dan parasarana perekonomian
perdesaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan produktivitas
usaha perdesaan;
c. Mewujudkan kelembagaan perekonomian masyarakat perdesaan
yang mandiri untuk memberikan pelayanan terhadap kebutuhan
masyarakat;
d. Mendorong perkembangan Perekonomian masyarakat desa.
e. Meningkatkan kreativitas dan peluang usaha ekonomi produktif
masyarakat desa yang berpenghasilan rendah.
27
f. Mendorong berkembangnya usaha mikro sektor informal.
g. Menciptakan kesempatan berusaha dan membuka lapangan kerja;
h. Meningkatkan pendapatan asli desa; dan
i. Mendorong pemerintah desa dalam upaya menanggulangi
kemiskinan.
1.8 Contoh Pembuatan Peraturan Desa Panggunharjo Tentang Anggaran
Pendapatandan Belanja Desa Tahun Anggaran 2019
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2019
dengan perincian sebagai berikut:
1. Pendapatan Desa Rp 4.592.950.760,-
2. Belanja Desa Rp 4.713.589.542,-
Surplus/Defisit Rp 120.638.782,-
3. Pembiayaan Desa
a. Penerimaan Pembiayaan Rp 204.155.259,-
b. Pengeluaran Pembiayaan Rp 0,-
Selisih Pembiayaan ( a – b ) Rp 204.155.259,-
Pasal 2
Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.
28
Pasal 3
Lurah Desa menetapkan Peraturan Lurah Desa tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagai landasan operasional
pelaksanaan APBDesa.
Pasal 4
(1) Pemerintah Desa dapat melaksanakan kegiatan untukpenanggulangan
bencana, keadaan darurat, dan mendesak.
(2) Pendanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan anggaran jenis belanja tidak terduga.
(3) Pemerintah Desa dapat melakukan kegiatan penanggulanganbencana,
keadaan darurat, dan mendesak yang belum tersediaanggarannya, yang
selanjutnya diusulkan dalam rancangan peraturanDesa tentang
perubahan APB Desa.
(4) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
kriteria:
a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah
Desadan tidak dapat diprediksi sebelumnya;
b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;
c. berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah Desa;
d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam
rangkapemulihan yang disebabkan oleh kejadian yang luar
biasadan/atau permasalahan sosial; dan
e. berskala lokal Desa.
29
Pasal 5
Dalam hal terjadi:
a. penambahan dan/atau pengurangan dalam pendapatan Desa padatahun
berjalan;
b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antarobjek
belanja; dan
c. kegiatan yang belum dilaksanakan tahun sebelumnya danmenyebabkan
SiLPA akan dilaksanakan dalam tahun berjalan.Lurah Desa dapat
mendahului perubahan APB Desa dengan melakukanperubahan
Peraturan Lurah Desa tentang Penjabaran APB Desa
danmemberitahukannya kepada BPD.
Pasal 6
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar
setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan
Desa ini dalam Lembaran Desa Panggungharjo.
F. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan dalam penelitian
terhadap permasalahanyang akan dibahas. Lingkup penelitian digunakan
untuk mencegah peneltian yang terlalu luas dan membias serta agar tidak
menyimpang dari rumusan masalah dalam penelitian. Adapun dalam
penelitian ini mengunakan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Voice
Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan peraturan Desa.
30
2. Akses
Keterlibatan masyarakat dalam mendapatkan informasi
publikdalampembuatan peraturan Desa,
3. Kontrol
keterlibatan masyarakat dalam mengkontroldan mmenyuarakan aspirasi
dalam pembuatan peraturan Desa ?
G. Metode Peneltian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai faktasifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Alasannya adalah untuk menemukan gambaran rinci terhadap
informasi yang telah digali dari beragam sumber untuk menjadi narasi
Diharapkan dari penelitian ini diperoleh data dari sumber informasi baik
lisan maupun tertulis yang akan dihimpun, ditranskrip, dideskripsikan dan
dianalisa dengan pendekatan kualitatif.
Selain itu, dengan metode ini peneliti akan lebih dekat dengan
orang- orang dan situasi yang diteliti. Melalui kedekatan antara peneliti
dan informan diharapkan informasi yang diperoleh terkait pengalaman,
opini, perasaan dan pengetahuan informan dapat tertangkap lebih baik dan
mendalam sehingga diperoleh pemahaman akan realitas dan hal-hal
terperinci tentang tema yang diteliti. Setelah melakukan penelitian
31
dilapangan dan memperoleh data dari informan yang telah ditemui, maka
selanjutnya peneliti melakukan analisis berdasarkan data yang telah
diperoleh dengan baik dari sumber data primer maupun data sekunder.
Selain itu, metode ini dianggap mampu mengungkap dan
memahami informasi seputar fenomena yang masih sangat sedikit
diketahui. Hanya orang tertentu yang akan menjadi informan mengingat
kadar informasi dari setiap orang bervariasi. Sifatnya yang dinamis
diharapkan mampu menjembatani perubahan fenomena masalah penelitian
yang masih tentatif setelah memasuki tahapan penelitian. Peneliti berupaya
melihat secara lebih seksama sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan
tanpa memaksakan apa yang telah dipikirkan sebelumnya.
2. Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi objek
penelitian yakni.(Sugiyono: 2010) peneliti dapat menganalisis interaksi
antara waktu, pelaku dan aktifitas sebagai objek dalam penelitian. Objek
penelitian kualitatif kadang-kadang disebut pula dengan sampel untuk
penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk
diberlakukan (generalisasi) untuk populasi meskipun dapat ditransfer pada
situasi sosial lain yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial yang
menjadi obyek penelitian.
Berdasarkan uraian unit analisis diatas makan peneliti maka
oraganiasi dalam penelitian adalah kantor pemerintah Desa Panggungharjo
Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta.
32
a. Obyek Penelitian
Adapun obyek dalam penelitian ini adalah Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembuatan Peraturan Desa Panggungharjo
Kecamatan Sewom Kabupaten Bantul.
b. Subyek Penelitian
Adapun subyek dalam penelitian ini peneliti mengambil 10
oramg informen yaitu , Kepala Desa dan Perangkat Desa, Ketua
BPD, dan Masyarakat, dari ke 10 informen peneliti mengunakan
teknik porposive, dimana peneliti secara acak menentukan
informen yang akan di wawancarai. Adapun teknik penggumpulan
data yang peneliti gunakan dengan Metode Deskriftif dengan
pendekatan Kualitatif, teknik Analisis Data yang peneliti gunakan
sessuai dengan Judul Partisipasi Masyarakat Dalam Pembuatan
Peraturan Desa Panggungharjo Kecamatan Sewom Kabupaten
Bantul.
Tabel 1. Subyek Penelitian
No Nama Jabatan Umur Pendidikan
1 Wahyudi Anggoro Fram Kepla Desa 42Tahun S-1
2 Yuli Trisniati SH Sekretaris Desa 46Tahun S-1
3 Ari Surianto SE Ketua BPD 43 Tahun S-1
4 Kuat Sejati Kaur Umum 54 Tahun SMA
5 Sunardiono S.p.d Kaur Perancanaan 54 Tahun S-1
6 Nuraharianto SH Kaur Pembangunan 51 Tahun S-1
7 Damamuri Kepala Dukuh Glugo 56 Tahun SLTA
8 Kerto Rejo Kepala Dukuh Geneng 61 Tahun SLTA
9 Ety Suwarningsih Masyarakat 43 Tahun SLTA
10 Joko Siswanto Masyarakat 52 Tahun SMP
( Sumber: Data informen Desa Panggungharjo)
33
c. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Desa Panggungharjo,
Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. Berdasarkan pertimbangan
bahwa peneliti sudah melakukan observasi sementara dan tertarik
untuk meneliti di Desa Panggunharjo;
3. Tekhnik pengumpulan data
Data adalah bagian yang paling terpenting bagi penelitian karena
dengan adanya data penliti akan mengetahui dan melihat permasalahan
yang benar-benar terjadi dilapangan seperti apa.
Adapun beberapa bentuk sisitim dan proses pengambilan data yang
akan dilakukan, maka untuk mendapatkan beberapa informasi atau data-
data yang relevan, maka peneliti melakukan dengan sisitim pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan Desa yang
dilaksanakan masyarakat Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon,
Kabupaten Bantul.
b. Wawancara dilakukan dengan menanyakan kepada informan
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tema penelitian.
c. Dokumentasi,yaitu dengan melakukan pengumpulan data berupa
dokumen-dokumen yang relevan untuk diteliti seperti dokumen
peraturan perundang-undangan, artikel, makalah, pemberitaan di media
massa dan dokumen lainnya yang terkait dengan konteks penelitian
34
dan dibutuhkan sebagai bahan dasar dan orientasi teori dalam
melakukan analisis data.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitiankualitatif merupakan proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui wawancara
yang mendalam, catatn lapangan, bahan-bahan lain, sehingga mudah
dipahami, hasil temuannya dapat disampaikan kepada orang lain
(Suhiyono, 2010:88). Definisi lain yang yang diberikan oleh Paton bahwa
analisis data merupakan proses mnegatur urutan data, mengorganisasikan
kedalam suatu pola, kategori dan satu ur araian dasar. Pathon memberikan
anaisis data dengan dengan penafsiran data merupakan proses meberikan
makna yang signifika terhadap analisis, menjelsakan pola uraiaan, dan
mencari hubungan di- antara dimensi-dimensi uraian. Definisi tersebut
lebih menitik beratkan pada pengorganisasian data penelitian.
Sedangkan Analisis data menurut Arikunto (2010: 278) adalah
upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil Observasi,
wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang
kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Berkaitan dengan penelitian ini analisis data menurut Miles dan Huberman
seperti dikutip Sugiyono (2010:91) mencakup proses reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan/verifikasi
merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang
diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan mudah difahami,
serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan mengenai
35
kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan dengan relevansi dan
konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada.
Dalam melakukan penelitin diperlukan pengecekan atau pembanding
terhadap data itu menggunakan Triangulasi dimana dengan
membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Adapun
langkah-langkah dalam menganalisis data menurut Lexy G Moleong
(Moleong 2001: 103) yaitu:
1) Mengumpulkan dan mengklasifikasikan data-data yang diperoleh.
2) Menyajikan dan menarasikan data.
3) Melakukan interpretasi data.
4) Membuat kesimpulan dari data-data yang diperoleh.
36
BAB II
PROFIL DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON
KABUPATEN BANTUL
A. Sejarah Desa Panggungharjo
Desa Panggungharjo merupakan gabungan dari tiga kelurahan yakni
Kelurahan Cabeyan, Kelurahan Prancak dan Kelurahan Krapyak.Keberadaan
Desa Panggungharjo tidak bisa dipisahkan dari keberadaan “Panggung
Krapyak” atau oleh masyarakat sekitar disebut sebagai “Kandang Menjangan”,
yang berada di Pedukuhan Krapyak Kulon, Desa Panggungharjo.
Sebagaimana diketahui, bahwa Panggung Krapyak merupakan salah
satu elemen dari „sumbu imajiner‟ yang membelah Kota Yogyakarta, yaitu
garis Gunung Merapi – Tugu Pal Putih – Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat
– Panggung Krapyak dan Parangkusumo yang berada di pantai selatan.
Sedangkan berdasarkan bukti sejarah, Desa Panggungharjo sendiri
dibentuk berdasarkan maklumat nomor 7, 14, 15, 16, 17 dan 18 monarki
Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata Kelurahan di kala itu. Dari
maklumat tersebut, kemudian ditetapkan tanggal hari jadi Desa Panggungharjo
yang jatuh pada 24 Desember tahun 1946. Setelah adanya maklumat tersebut,
kemudian dikuatkan kembali dengan Maklumat Nomor 5 Tahun 1948
Pemerintah Daerah Istimewa Negara Republik Indonesia Yogyakarta tentang
hal Perubahan Daerah-Daerah Kelurahan dan Nama-namanya.
37
Dalam salah satu isian maklumat tersebut menyatakan bahwa
dilakukan penggabungan dari tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Cabeyan,
Prancak dan Krapyak menjadi Kelurahan baru yang disebut Kelurahan
Panggungharjo. Sedangkan Hardjo Sumarto sendiri diangkat sebagai Lurah
Kelurahan Panggungharjo yang pertama melalui Keputusan Dewan
Pemerintah Daerah Yogyakarta Nomor 148/D.Pem.D/OP tertanggal 23
September 1947. Berdasarkan fakta dan bukti sejarah, akar budaya di Desa
Panggungharjo tumbuh dan berkembang berhubungan erat dan dipengaruhi
oleh komunitas dan intervensi budaya yang berkembang pada masanya, yaitu:
Pada abad ke 9-10 Desa Panggungharjo adalah merupakan kawasan agraris,
hal ini dibuktikan dengan adanya Situs Yoni Karang Gede di Pedukuhan
Ngireng-Ireng. Sehingga dari budaya agraris ini muncul budaya seperti: Gejok
Lesung, Thek-thek/Kothek-an, Upacara Merti Dusun, Upacara Wiwitan,
Tingkep Tandur, dan budaya-budaya lain yang sifatnya adalah merupakan
pengormatan kepada alam yang telah menumbuhkan makanan sehingga
bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia.
Pada abad ke 16 di wilayah Krapyak Kulon dan Glugo adalah
merupakan kawasan wisata berburu (Pangeran Sedo Krapyak – 1613),
sedangkan pada Abad ke 17 kawasan ini merupakan sebagai tempat olahraga
memanah kijang/menjangan dan sebagai tempat pertahanan (Sultan HB I –
Panggung Krapyak 1760). Budaya yang dibawa dari intervensi keberadaan
Kraton Mataram sebagai pusat budaya sehingga menumbuhkan budaya
adiluhung seperti: Panembromo, Karawitan, Mocopat, Wayang, Ketoprak,
38
Kerajinan Tatah Sungging, Kerajinan Blangkon, Kerajinan Tenun Lurik, Batik,
Industri Gamelan, Tari-tarian Klasik, dan lain-lain.
Hingga kini, Desa Panggungharjo telah melalui enam masa
kepemimpinan oleh beberapa lurah, yaitu: Hardjo Sumarto, Pawiro Sudarmo,
R. Broto Asmoro, Siti Sremah Sri Jazuli, H. Samidjo dan saat ini Wahyudi
Anggoro Hadi, S. Farm., Apt.
B. Keadaan Demografi Desa Panggungharjo
1. Jumlah penduduk Desa Panggungharjo
(Sumber data profil Desa panggung harjo)
Berdasarkan data agregat kependudukan tahun 2018, jumlah
penduduk Desa Panggungharjo sebanyak 28.141 jiwa. Apabila dibandikan
dengan jumlah penduduk tahun 2017, terjadi pertumbuhan penduduk
39
sebanyak 1,89%. Adapun grafik jumlah pertumbuhan penduduk dapat
dilihat dalam grafik berikut:
2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Panggungharjo
(Sumber data profil Desa panggung harjo)
Keterangan
Laki-laki 14.140 jiwa
Perempuan 14.001 jiwa
Dari data tabel di atas dapat di simpulkan bahwa jumlah penduduk yang
ada di Desa Pangungharjo lebih di dominasi oleh laki-laki dengan
sebanyak 14.140 jiwa sedangangkan perempuan sebanyak 14.001 jiwa
40
3. Jumlah penduduk berdasarkan agama di Desa Panggungharjo
(Sumber data profil Desa panggung harjo)
Keterangan
a. Islam
b. Khatolik
c. Kristen
d. Hindu
e. budha
Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa jumlah agama yang ada
di Desa Panggungharjo lebih di dominasi oleh agama islam dengan jumlah
26.89 %, kemudian agama khatolik dengan jumlah 1.80 %, kemudian
agama kristen dengan jumlah 1.70%.
41
4. Jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi pendidikan di Desa
Panggungharjo
(Sumber data profil Desa panggung harjo)
Keterangan
a. SMA
b. Tidak Tamat Sekolah
c. Tamat SD
d. Tamat SMP
e. D3
f. D4/S1
g. S2
h. S3
42
Dari penjelasan diatas dapat di simplkan bahwa jumlah paling
tinggi adalah dengan pendidikan SMA, diikuti belum atau tidak
sekolah,tamat SD Sederajat, tamat SMP Sederajat, D4/S-1,D3,S2 dan S-3.
C. Letak Geografi Desa Panggunharjo
A. Luas Wilayah : 560.966,5 Ha
B. Berdasarkan Penggunaan :
1. Industri : 11.850 Ha
2. Pertokoan / Perdagangan : 9.250 Ha
3. Perkantoran : 1.565 Ha
4. Pasar Desa : -
5. Tanah Wakaf : 5.790,5
6. Tanah Sawah : a. Irigasi teknis
b. Irigasi setengah teknis
c. Irigasi sederhana
d. Irigasi tadah hujan
e. Sawah pasang surut
7. Tanah Kering : a. Pekarangan
b. Perladangan
c. Tegalan
d. Perkebunan negara
e. Perkebunan swasta
f. Perkebunan rakyat
g. Tempat rekreasi
C. Berdasarkan Peruntukan :
1. Jalan : 24.033,1 Ha
2. Sawah dan lading : 281.968 Ha
3. Bangunan umum : -
43
4. Empang : -
5. Pemukiman / Perumahan : 240.904 Ha
6. Jalur hijau : -
7. Pekuburan : 7.920 Ha
8. Lain-lain (sungai dan parit) : 6.140,9 Ha
1. Pembagian Wilayah Desa Panggungharjo
Adapun Pembagian wilayah Desa Panggungharjo berdasarkan sifat
atau karakteristiknya dibagi menjadi:
1. Kawasan Pertanian (Kring Selatan) Peruntukan lahan untuk kegiatan
pertanian meliputi Pedukuhan Garon, Cabeyan, Ngireng Ireng, Geneng
dan Jaranan. Kawasan ini merupakan penyangga produksi padi untuk
Desa Panggungharjo.
2. Kawasan Pusat Pemerintahan (Kring Tengah) Dimana Balai Desa
Panggungharjo berada dan merupakan pusat Pemerintahan Desa
meliputi Pedukuhan Pelemsewu, Kweni, Sawit, Glondong dan
Pedukuhan Pandes.
3. Kawasan Aglomerasi Perkotaan (Kring Utara) Yang sering disebut
kring utara (sebelah utara ring road) telah berkembang menjadi
aglomerasi perkotaan yang disebabkan alih fungsi tanah persawahan
ke pemukiman cukup tinggi meliputi Pedukuhan Krapyak Wetan,
Krapyak Kulon, Dongkelan dan Pedukuhan Glugo.
Secara administratif Desa Panggungharjo terdiri dari 14 Pedukuhan
yang terbagi menjadi 118 RT yang mendiami wilayah seluas 560,966,5
44
Ha. Tabel berikut ini adalah nama dan luas pedukuhan yang berada di desa
Panggungharjo.
Tabel 2. Luas Wilayah Pedukuhan Desa Panggungharjo
No. Nama Pedukuhan Jumlah
RT
Luas Wilayah
(Ha)
Persentase
(%)
1 Krapyak Wetan 12 26.045,0 4,93
2 Krapyak Kulon 12 35.960,0 6,81
3 Dongkelan 10 28.681,5 5,43
4 Glugo 12 41.155,0 7,79
5 Kweni 8 38.431,5 7,28
6 Pelemsewu 10 47.685,0 9,03
7 Sawit 5 50.340,5 9,53
8 Pandes 6 30.206,0 5,72
9 Glondong 8 58.767,5 11,13
10 Jaranan 6 32.955,0 6,24
11 Geneng 7 35.801,0 6,78
12 Ngireng – ireng 7 29.050,0 5,50
13 Cabeyan 9 37.061,0 7,02
14 Garon 7 35.967,5 6,81
TOTAL 119 560,966,5 100,0
(Sumber: profil desa panggung harjo 2019)
2. Batasan wilayah Desa Panggungharjo
Desa Panggungharjo merupakan salah satu desa di Kabupaten
Bantul yang secara langsung berbatasan dengan kota Yogyakarta yang
merupakan ibu kota D.I. Yogyakarta. Secara lebih lengkap batas-batas
desa Panggungharjo adalah sebagai berikut:
45
Sebelah utara : Kota Yogyakarta
Sebelah timur : Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon
Sebelah Selatan : Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon
Sebelah Barat : Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon dan
Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan
D. Visi dan Misi
Adapaun visi Desa panggunharjo adalah
a. Menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, transparan dan
bertanggungjawab untuk mewujudkan masyarakat desa Panggungharjo
yang demokratis, mandiri, dan sejahtera serta berkesadaran lingkungan.
Visi tersebut mengandung pengertian bahwa pemerintah desa
Panggungharjo berkeinginan mewujudkan kehidupan mandiri dan
berkesejahteraan dalam kehidupan yang demokratis dengan
menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggung
jawab.
b. Adapun yang menjadi Misi pemerintah desa Panggungharjo yang juga
merupakan pernyataan tentang tujuan operasional pemerintah desa yang
diwujudkan dalam kegiatan ataupun pelayanan dan merupakan penjabaran
dari visi yang telah ditetapkan. Pernyataan visi merupakan cerminan
tentang segala sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai gambaran
kedepan yang diinginkan. Misi Desa Panggungharjo adalah sebagai
berikut:
46
1) Meningkatkan kesejaterahan masyarakat melalui pembangunan
partisipatif.
2) Membangun budaya sosial yang harmonis dan damai
3) Meningkatkan potensi dan daya dukung lingkungan untuk
menciptakan peluang usaha
4) Meningkatkan dan meperluas jaringan kerja sama pemerintah dan non
pemerintah.
E. Struktur Pemerintah Desa Panggungharjo
Tabel 3.Struktur Pemerintahan Desa
No Nama Jabatan
1. Wahyudi Anggoro Hadi, S Farm, Apt Lurah
2. Muhammad Ali Yahya, S.H Kasi pemerintahan
3. Hosni Bimo Wicaksono Kasi pelayanan
4. Nurharyanta, S.H Kasi Kesejajhteraan
5. Minarsih,S.p.d Kaur Keuangan.
6. Sunardiyono, S.p.d Kaur Perencanaan.
7. Kuat sejati. Kaur Umum.
8. Yuli Trisniati, S.H Carik desa
9. Anshyoriyah Staf
10. Retno setyowati Staf
11. Tana Kuswaya Staf
12. Sumini Staf
13. Sri Rejeki, A.Md Staf
14. Rubiyanto Staf
15. Tuminah Staf
16 Hermanu Staf
17 Purnomohadi Staf
18 Muhammad EkoTriadi Staf
19. Sri Estuningsih Staf
20. Rosda Roan Athariq,S.Pd. Dukuh Garon
21. Heru prasetya Dukuh Ngireng Ireng.
22. Slamet Dukuh Jarana
23. R. Jayeng widagdo. Dukuh Sawit
24. Waskito Dukuh Pelemsewu
25. Edi sarwono Dukuh Dongkelan
47
26. Subarjo Dukuh Krapyak wetan
28. Sri Hartuti, A.Md. Dukuh Cabeyan
29. Kertorejo Dukuh geneng
30. Sumiyati Dukuh glondong
31. Setyo Raharjo Dukuh pandes
32. Aris Arianta Dukuh kweni
33. Muhammad Damanuri Dukuh Glugo
34. Dukuh krapyak kulon
35. Aries Setyawan Staf Honorer
36. Wisnu Arif Wibowo Staf Honorer
37. Rafitri Andri Kusuma, S,Si Staf Honorer
38 Jumali Staf Honorer
39. Tiara yudisha Staf Honorer
40. Okta Dwi Lestari Staf Honorer
F. Presentasi Desa Panggungharjo
Sebelum Tahun 2013
1. Juara II Kabupaten, Lomba Kompetisi PERSIBA Divisi I Tahun 1992
2. Juara II Kabupaten, Lomba Desa Kantibmas HUT Bhayangkara Ke-57
Polda DIY Tahun 2003
3. Juara I Kabupaten, Lomba Evaluasi Pembangunan Desa Kabupaten Bantul
2005
4. Juara I Kabupaten, Lomba Paduan Suara Se-Kabupaten Bantul KGPH
Mangkubumi
Tahun 2013
1. JUARA I KABUPATEN, Lomba UP2K PKK 2013
2. JUARA I KABUPATEN, Lomba Gugus PAUD 2013
3. JUARA I KABUPATEN, Lomba HATINYA PKK 2013
4. JUARA I NASIONAL, Lomba Keterpaduan Posyandu-PAUD dan Bina
Keluarga Balita (BKB) 2013
48
5. JUARA II KABUPATEN, Lomba Desa Tingkat Kabupaten Bantul 2013
6. JUARA I KECAMATAN, Lomba Satuan Paud Sejenis (SPS) 2013
7. Proyek percontohan Desa Ramah Anak Tahun 2013 oleh BPPM DIY
8. JUARA HARAPAN II KABUPATEN, Lomba pemberdayaan RT (RT 12
Sorowajan Glugo ) 2013
9. JUARA II KABUPATEN, Lomba Masak PKK 2013
Tahun 2014
1. JUARA I NASIONAL, Lomba Desa Tingkat Nasional 2014
2. JUARA I KABUPATEN, Perlombaan PETANI BERPRESTASI 2014
3. JUARA I KABUPATEN, Lomba Desa Tingkat Kabupaten Bantul 2014
4. Lima Nominator penerima Eagle Award Tahun 2014 untuk Kampoeng
Dolanan
Tahun 2015
1. JUARA II KABUPATEN, Lomba P2WKSS 2015
2. JUARA III PROVINSI, Lomba Hatinya PKK 2015
Tahun 2016
1. JUARA 1 PROVINSI, Lomba UP2K PKK tingkat Propinsi DIY 2016
2. PELAKSANA TERBAIK, Monev 10 Program Pokok PKK tingkat
Kabupaten
3. DESA TERBAIK, Bidang Pendidikan versi Kemendesa
Tahun 2017
1. JUARA I NASIONAL, Lomba UP2K PKK tingkat Nasional 2017
2. JUARA II, Lomba Bina Keluarga Lansia 2017
49
3. JUARA II KABUPATEN, Lomba Desa Siaga tingkat Kabupaten Bantul
2017
4. JUARA I PROVINSI, Lomba HKG PKK KKBPK Kes tingkat Propinsi
DIY 2017
5. JUARA II PROVINSI, Lomba Tertib Administrasi PKK tingkat Propinsi
DIY 2017
6. JUARA III PROVINSI, Lomba PAAR tingkat Propinsi DIY 2017
7. JUARA V PROVINSI, Hatinya PKK tingkat Propinsi DIY 2017
8. Juara I Nasional, Lomba Unspoken Talent Night Festival Theater Inklusi
2017
9. Juara III Provinsi, Festival Upacara Adat Dinas Kebudayaan DIY Tahun
2017
10. Juara II, Lomba Dalam Rangka Dies Natalis Fakultas Kedokteran UGM
2017
11. Juara II, Lomba Kantibmas Tingkat POLWIL Yogyakarta 2017
Tahun 2018
1. JUARA I KABUPATEN, Lomba gapoktan berprestasi tingkat kabupaten
2. JUARA I PROVINSI, Lomba gapoktan berprestasi tingkat propinsi
3. JUARA I NASIONAL, Lomba gapoktan berprestasi tingkat nasional
4. DESA INSPIRATIF versi Kemendesa
71
DAFTAR PUSTAKA
D., Siti Irene. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011).
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi.2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks
Otonomi Daerah. Jakarta: Depdiknas Bapenas Adicitakaryanusa. Jakarta.
H.A.R. Tilaar. 2009. Kekuasaandan Pendidikan: Kajian Menejemen Pendidikan
Nasional dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rinika Cipta.
Isbandi Rukminto Adi. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset
Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan, Depok: FISIP IU Press
Pengertian tentang partisipasi dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi,
(2001: 201-202)
Sumaryadi, I Nyoman, 2010, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Citra Utama
Sugiyono, 2018, Metode Penelitiam Kualitatif, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suryono, Agus, 2001, “Teori dan Isu Pembangunan”, Universitas Malang Press,
Malang.
Yuwono, Teguh. 2001. Manajemen Otonomi Daerah, Pusat Kajian Otonomi
Daerah dan Kebijakan Publik (Puskodak). Semarang: UNDIP Semarang.
Refrensi lain
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-14-2008-keterbukaan-informasi-publik
http://www.panggungharjo.desa.id/perdes/#1551681023863-0b7ec774-e267
https://www.jogloabang.com/politik/pp-45-2017-partisipasi-masyarakat-
penyelenggaraan-pemerintahan-daerah
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-14-2008-keterbukaan-informasi-publik
http://kedesa.id/id_ID/keterbukaan-informasi-pemerintahan-desa/
72
Wawancara
Ari Surianto SE, wawancara tangal 5 maret 2020 di Kantor Bank BRI Kasihan
Damamuri, wawancara tangal 3 maret 2020 di Kantor Desa Panggungharjo
Ety Suwarningsih, wawancara tangal 6 maret 2020 di Lapak
Joko Siswanto, wawancara tangal 6 maret 2020 di Sawah
Kerto Rejo, wawancara tangal 3 maret 2020 di Kantor Desa Panggungharjo
Kuat Sejati, wawancara tangal 3 maret 2020 di Kantor Desa Panggungharjo
Nuraharianto SH, wawancara tangal 3 maret 2020 di Kantor Desa Panggungharjo
Sunardiono S.P.d, wawancara tangal 3 maret 2020 di Kantor Desa Panggungharjo
Wahyudi Anggoro Fram, wawancara tangal 4 maret 2020 di Gedung Pascaserjana
APMD
Yuli Trisniati SH, wawancara tangal 3 maret 2020 di Kantor Desa Panggungharjo
73
INTERVIEW GUIDE
A. Identitas Informan
Nama :………………………………………………………..
Jenis Kelamin :………………………………………………………..
Umur :………………………………………………………..
Pekerjaan :………………………………………………………..
Agama :………………………………………………………..
Alamat :………………………………………………………..
Pendidikan Terakhir :………………………………………………………..
Tanggal /Waktu :………………………………………………………..
B. Daftar Pertanyaan
1. Partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan Desa ?
a. Apakah masyarakat yang ada di Desa Panggungharjo aktif
berpartisipasi dalam pembuatan peraturan Desa ?
b. Bagaimana proses dan dinamika yang terjadi dalam proses pembuatan
peraturan Desa
c. Apakah masyarakat Desa dalam pembuatan peraturan Desa lebih
dominan jika dibandingkan Dengan pemerintah Desa?
d. Apa saja langkah yang dilakukan oleh pemerintah Desa jika
masyarakat kurang berpartisifasi dalam pembuatan peraturan Desa ?
74
e. Apakah selama ini pembuatan peraturan Desa sudah sesuai dengan
prosedur ?
f. Apakah dalam proses pembuatan peraturan pemerintah Desa khusunya
Kepala Desa mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat Desa
yakni dalam pembuatan peraturan Desa tentang APBDes ?
g. Apakah selama ini pembuatan keijakan Desa di dominasi oleh elit –
elit Desa ?
2. Keterbukaan informasi publik kepada masyaraat Desa dalam hal
pembuatan peraturan Desa ?
a. Bagiamana keterbukaan informasi publik yang diberikan pemerintah
Desa dalam hal pembuatan peraturan Desa kepada Masyarakat Desa
yang ada di Desa Panggungharjo ?
b. Bagaimana masyarakat Desa menagkap Informasi yang berkaitan
dengan pembuatan peraturan Desa ?
c. Bagaimana Proses lobby yang dilakukan oleh pemerintah Desa dalam
proses pembuatan peraturan Desa ?
3. keterlibatan masyarakat dalam mengkontrol dan mmenyuarakan aspirasi
dalam pembuatan peraturan Desa
a. Bagaimana proses aspirasi yang dilakukan oleh masyarakat Desa
terhadap pemerintah Desa dalam hal pembuatan peraturan Desa ?
b. Apakah aspirasi masyarakat Desa suda di penuhi oleh pemerintah Desa?
c. Bagaimana cara memenuhi aspirasi masyarakat dalam pembuatan
peraturan Desa ?