format laporan kuliah lapangan geologi sumber daya mineral
TRANSCRIPT
LAPORAN KULIAH LAPANGAN GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL
KELAS A
Kelompok 1
Nama NpmRahmat Mulyana 270110120001
Guntara Denovan 270110120002
Siti Anita Mustika G 270110120003
Panji Hidayat 270110120004
Yudhistrian R 270110120005
David Andriano 270110120026
Pradana Putra Dharma 270110120027
Fathan Tri Arsyan 270110120028
Sofyan Isa Ansori 270110120029
Yusron Yazid 270110120030
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Teori Dasar
BAB III Metodelogi
BAB IV Hasil dan Pembahasan
BAB V Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
1.1 Latar BelakangPT ANTAM merupakan salah satu perusahaan yang melakukan
kegiatan eksplorasi dan penemuan deposit mineral, pengolahan
mineral dari beberapa mineral seperti nikel, emas, perak, dan
bauksit. Produksi utama emas dan perak ANTAM berasal dari tambang
bawah tanah Pongkor, Jawa Barat dan Cibaliung, Banten. Indikasi
adanya deposit emas di Pongkor ditemukan oleh Unit Geomin pada
tahun 1981 dan produksi dimulai pada tahun 1994 setelah ijin
diperoleh pada tahun 1992. Tambang Cibaliung diakuisisi dari
perusahaan Australia, Arc Exploration pada tahun 2009 dan mulai
beroperasi pada tahun 2010.
Tambang emas Pongkor memiliki tiga urat emas utama yakni
Ciguha, Kubang Cicau dan Ciurug. Metode penambangan menggunakan
conventional cut and fill stoping pada urat emas Ciguha dan
Kubang Cicau. Pada urat emas Ciurug ANTAM menggunakan metode
penambangan mechanised cut and fill dengan peralatan hydraulic
jumbo drill dan load haul dump (LHD) sejak tahun 2000. Penggunaan
metode mechanised cut and fill tidak hanya bertujuan untuk
meningkatkan produksi namun juga menurunkan biaya produksi untuk
meningkatkan efisiensi. Setelah bijih emas di Pongkor dan
Cibaliung ditambang, bijih emas kemudian diolah melalui beberapa
proses seperti crushing, milling, cyanidation, carbon leaching
dan stripping, electro winning dan casting untuk memproduksi
bullion/dore. Limbah dari pabrik diolah di pabrik detoksifikasi
untuk menurunkan kandungan sianida di tailing menjadi di bawah
batas 0,5 ppm. Setelah diolah, tailing kembali dimasukkan ke
tambang di dalam sistem total tailing backfill system dengan
kombinasi semen.
Cadangan dan sumber daya emas ANTAM per 31 Desember 2012
berjumlah 9 juta dmt dengan kandungan logam emas 1,6 juta ounces
emas. Emas adalah logam mulia yang selama berabad-abad digunakan
sebagai uang, nilai penyimpan dan perhiasan. Sifat emas yang
mudah dibentuk dan sangat tahan terhadap karat membuatnya banyak
diminati oleh banyak kalangan dan banyak digunakan sebagai
perhiasan maupun alat industry. Logam emas ini terdapat di alam
dalam bentuk bongkahan atau butiran di bebatuan, urat batu
(veins) di bawah tanah ataupun endapan.
Jenis endapan mineral emas yang banyak ditemukan di Indonesia
sebagian besar berbentuk endapan epitermal. Endapan emas
epitermal merupakan endapan mineral permukaan yang berada di
lapisan paling atas atau disebut low sulfidation. Proses
transportasi dari dapur magma yang menerobos melalui lapisan
porphyry, high sulfidation sampai low sulfidation merupakan
proses terpenting dimana emas dibawa oleh mineral-mineral lain
dalam zona alterasi.
Salah satu daerah tambang emas yang menjadi objek penelitian
di sini yaitu tambang Pongkor, Jawa Barat dengan tipe endapan
epitermal low sulphidation. Tipe endapan ini mempunyai sistem
urat (vein) yang terisi oleh mineral bijih dan gangue hasil dari
pengendapan larutan hidrotemal, yang umumnya dikontrol oleh
struktur akibat gaya tektonik. Pongkor merupakan endapan
epitermal dengan cadangan terbesar di Indonesia
1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah melihat secara langsung
kegiatan pertambangan mineral emas dan mineral lain yang
dilakukan di kawasan PT ANTAM Pongkor, Jawa Barat.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tipe endapan emas di daerah penelitian
2. Mengetahui proses pengolahan emas dan mineral lain hingga
menjadi dore/bullion
3. Mengetahui jenis batuan samping yang terdapat pada daerah
penelitian
4. Mengetahui jenis alterasi yang berkembang pada daerah
penelitian.
1.3 Lokasi PenelitianLokasi penelitian terletak di kecamatan Nanggung, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, berada di dalam KP PT ANTAM Tbk yang berada di
Gunung Pongkor. Lokasi penelitian dapat ditempuh dari Jatinangor
menuju Bogor selama 4 jam, kemudian dari Kabupaten Bogor menuju
Kecamatan Nanggung selama 2 jam perjalanan menggunakan mobil. .
Berdasarkan sistem koordinat UTM (Universal Traverse Mercator), ,
daerah penelitian berada pada koordinat X: 665755 – 676177 dan Y:
9256933 – 9269207. Wilayah ini termasuk dalam Peta Rupa Bumi
Digital BAKOSURTANAL, Lembar Cihiris (1209-134), dengan luas
daerah kurang lebih 6.000 Ha. Waktu penelitian dilakukan pada
tanggal 21 November 2014.
BAB II
2.1 Geologi Regional
2.1.1 GEOMORFOLOGI
Kondisi morfologi daerah ini terdiri dari beberapa gunung
yang terdapat zona bogor barat yang terbentang bagian tengah
Jawa Barat, diantara gunung Halimun ( 1929m dpl ), gunung
Salak ( 2212m dpl ) dan gunung Kandeng ( 1764m dpl ).
Bentangalam daerah kegiatan umumnya terdiri daerah dari
pegunungan terjal, perbukitan bergelombang dan daerah
pedataran. Masing-masing daerah dibatasi oleh sungai sebagai
daerah cekungan yang mempunyai pola aliran sungan radier dan
denritik.
Sungai utama yang mengalir di daerah ini Sungai Cidurian
dengan cabang-cabang sungainya terdiri dari Sungai Cikian,
Sungai Cilutung, Sungai Cipangarus, Sungai Ciasahan, Sungai
Cikondang, Sungai Cicarong, Sungai Cikasungka dan Sungai
Cikadu. Bentang alam daerah perbukitan bergelombang ditempati
oleh satuan batuan hasil produk Gunung Halimun dan Gunungapi
Sanggabuana sebagai endapan gunungapi kwarter, serta sebagian
sebagai produk Gunungapi Endut. (Sujatmiko dan S. Santoso,
1992).
Komposisi dari daerah pertambangan emas disini adalah
sebagai berikut :
15% merupakan daerah relatif datar
60% merupakan daerah perbukitan
25% merupakan daerah pegunungan
Lokasi penambangan terletak pada ketinggian ±500m Di
Bawah Permukaan laut sampai ketinggian 700 di bawah permukaan
laut. Kemiringan lereng bervariasi antara 200-400. Secara umum
daerah ini pada kawasan hutan produksi seluas ±50 Ha dan ±80
Ha berada pada kawasan hutan lindung serta ±6Ha area cagar
alam.
2.1.2 KONDISI GEOLOGI
Kondisi geologi daerah pongkor dan sekitarnya tersusun
dari batuan gunung api piroklastik yang bersifat andesit
sampai dasitik di mana dapat di kelompokkan ke dalam tufa
breksi yang menyebar di bagian selatan terutama sepanjang
sungai cikaniki. Satuan batuan disusun oleh tufa, tufa lapili,
tufa breksi, dan lempung. Sisipan batuan Tufa lebih banyak di
temukan disebelah barat laut. Tufa breksi disusun oleh
komponen komponen andesit, batu lempung, tufa yang berbentuk
menyudut sampai membundar tanggung berukuran 2–3 cm, komponen
komponen terdapat dalam matriks yang disusun oleh mineral
batuan berukuran halus.
Geologi daerah penelitian terdiri dari tiga unit vulkanik
utama yang berumur Miosen-Pliosen (Marcoux dan Milesi, 1994).
Unit yang lebih bawah mempunyai karakteristik endapan andesit
kalk-alkalin bawah laut yang tergradasi secara lateral menjadi
endapan epiklastik. Unit tengah dicirikan oleh banyaknya
batuan vulkanik dasitik letusan subaerial yang disusun oleh
lapili tuff yang ditumpangi lapili, blok tuff, tuff
piroklastik berbutir halus dan batuan epiklastik. unit atas
terbentuk dari aliran lava andesit dengan struktur meniang
(columnar).
Pola struktur geologi yang berkembang di daerah pongkor
dan sekitarnya antara lain sesar - sesar seperti sesar normal
ciguha dan pola-pola kelurusan struktur yang berarah barat
laut - tenggara, yang dipengaruhi oleh sistem tegasan yang
bersifat ekstensional. Struktur geologi yang tampak terdiri
dari sesar dan kekar. Sesah dengan arah N1900E dan N2550E
dengan kemiringan tegak lurus dan telah berisi oleh kuarsa.
Sesar yang ditemukan dicirikan oleh adanya pergeseran antara
2–5 m kearah vertical pada lapisan batu lempung. Pola
penyebaran kekar memperhatikan arah umum sejajar dengan
penyebaran urat dan bidang perlapisan batuan, yang umumnya
terisi oleh kuarsa, lempung, manganis oksida dan pirit.
Mineralisasinya berupa urat kuarsa dengan tekstur umum
berupa banded, colloform, crustiform, dan cockade (endapan
epithermal). temperatur homogenitas dari analisa fi 103° -
390° c, dengan salinitas 0,78% NaCl. Mineralogi
alterasi endapan emas pongkor adalah low-sulphidation (adularia sericite
epithermal vein deposit).
Mineralisasi emas dan perak di gunung pongkor di temukan
dalam batuan gunung api yang disusun oleh aglomerat breksi
polemik, tufa breksi dan lava andesit. Anomali kadar emas di
temukan dalam urat kuarsa yang berada dalam suatu zona ubahan
hydrothermal yang meliputi daerah seluas 11 km x 6 km. Zona
ubahan ini ditemukan urat kuarsa yang berpola saling sejajar
dengan jurus umum barat laut tenggara.
Sumber:
http://www.academia.edu/7302607/Laporan_PKL_PT_Antam_UBPE_Pongkor_-
_Johan_Edwart
2.1.3 STRATIGRAFI
Pongkor adalah bagian dari busur kontinental Sunda-Banda
yang berumur Neogen yang berkembang di batas selatan dari
lempeng Eurasia yang menunjam ke arah utara dari lempeng
Hindia-Australia. Bagian barat dari Jawa merupakan host dari
endapan logam mulia epitermal yang berumur Kenozoik yang
berasosiasi dengan vulkanisme aktif kalk-alkalin. Endapan ini
terdiri dari 2 tipe utama yaitu endapan Au-(Sn) tipe Cirotan
dan endapan Au-(Mn) tipe Pongkor(Marcoux dan Milesi, 1994).
Pongkor berlokasi di sayap timur laut dari kubah Bayah, 80km
barat daya Jakarta. Singkapan geologi seluas 40 x 80 km
terdiri dari serpih berumur Paleozoik akhir dan basement
batupasir yang ditumpangi oleh sentral sabuk vulkanik yang
berumur Oligosen-Miosen awal, berkomposisi batuan
vulkaniklastik berbutir kasar, dengan perselingan batugamping
dan batupasir. Batuan intrusi menerobos batuan berumur
Paleogen dan Miosen Awal (Basuki, 1994). Stratigrafi daerah
Pongkor dibagi menjadi :
Satuan batuan Breksi yang merupakan Formasi Andesit Tua
(Miosen Awal)
Satuan batuan Tufa yang merupakan Formasi Cimapag (Miosen
Bawah Bagian Atas)
Satuan batuan Andesit berumur Miosen Atas
Satuan batuan Breksi Tufa berumur Pliosen–Pleistosen
Aluvial
Daerah penelitian termasuk ke dalam Formasi Cimapag
berumur akhir Miosen Awal, merupakan breksi atau konglomerat,
terendapkan pada lingkungan laut–darat. Karakteristik
sedimentasi ini dicirikan oleh endapan aliran gravitasi,
dominan tersusun oleh fragmen batuan beku dan sedimen, seperti
andesit, basalt, tufa dan gamping. Ketebalan keseluruhan
secara pasti sulit ditentukan, tetapi diperkirakan lebih dari
7000 m (Martodjojo, 1994; dalam Prasetyo, 2010).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 HIDROTERMAL
Bateman (1956), menyatakan bahwa larutan hidrotermal
adalah suatu cairan atau fluida yang panas, kemudian bergerak
naik ke atas dengan membawa komponen-komponen mineral logam,
fluida ini merupakan larutan sisa yang dihasilkan pada proses
pembekuan magma. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal
dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang ( opening-opening )
yang sudah ada di dalam batuan.
2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada
dalam batuan dengan unsur-unsur baru dari larutan
hidrothermal.
Sistem hidrotermal didefinisikan sebagai sirkulasi fluida
panas ( 50° – >500°C ), secara lateral dan vertikal pada
temperatur dan tekanan yang bervariasi di bawah permukaan
bumi. Sistem ini mengandung dua komponen utama, yaitu sumber
panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal
menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak
stabil dan cenderung menyesuaikan kesetimbangan baru dengan
membentuk himpunan mineral yang sesuai dengan kondisi yang
baru, yang dikenal sebagai alterasi ( ubahan ) hidrotermal.
Endapan mineral hidrotermal dapat terbentuk karena sirkulasi
fluida hidrotermal yang melindi ( leaching ), mentranspor, dan
mengendapkan mineral-mineral baru sebagai respon terhadap
perubahan fisik maupun kimiawi ( Pirajno, 1992, dalam Sutarto,
2004 ).
Alterasi dan mineralisasi adalah suatu bentuk perubahan
komposisi pada batuan baik itu kimia, fisika ataupun
mineralogi sebagai akibat pengaruh cairan hidrotermal pada
batuan, perubahan yang terjadi dapat berupa rekristalisasi,
penambahan mineral baru, larutnya mineral yang telah ada,
penyusunan kembali komponen kimianya atau perubahan sifat
fisik seperti permeabilitas dan porositas batuan
( Pirajno,1992).
Berdasarkan jauh dekat terjadinya proses alterasi hidrotermal,
serta
temperatur dan tekanan pada saat terbentuknya mineral-mineral,
Lingrend (1983) dan Beteman (1962) membagi tiga golongan
alterasi hidrotermal, yaitu :
1. Endapan Hipotermal dengan ciri sebagai berikut :
a. Endapan berasosiasi dengan dike (korok) atau vein
(urat) dengan kedalaman yang besar.
b. “Wall Rock Alteration”, dicirikan oleh adanya
replacement yang kuat dengan asosiasi mineral : albit,
biotit, kalsit, pirit, kalkopirit, kasiterit, emas,
hornblende, plagioklas, dan kuarsa.
c. Asosiasi mineral sulfida dan oksida pada intrusi granit
sering diikuti pembentukan mineral logam, yaitu : Au,
Pb, Sn, dan Zn.
d. Tekanan dan temperatur relatif paling tinggi yaitu
500°C –600°C
e. Merupakan jebakan hidrotermal paling dalaM
2. Endapan mesotermal mempunyai ciri-ciri :
a. Endapan berupa “cavity filling” dan kadang-kadang
mengalami proses replacementdan pengkayaan.
b. Asosiasi mineral : klorit, emas, serisit, kalsit,
pirit, kuarsa.
c. Asosiasi mineral sulfida dan oksida batuan beku asam
dan batuan beku basa dekat dengan permukaan.
d. Tekanan dan temperatur medium, yaitu : 300°C –372°C.
e. Terletak di atas hipotermal.
3. Endapan epitermal mempunyai ciri–ciri :
a. Endapan dekat dengan permukaan dan replacement tidak
pernah dijumpai.
b. Asosiasi mineral : kalsit, klorit, kalkopirit,
dolomit, emas, kaolin, muskovit, zeolit, dan kuarsa.
c. Asosiasi mineral logam (Au dan Ag) dengan mineral
gangue
d. Tekanan dan temperatur rendah yaitu 50°C–300°C.
2.2.2 PROSES GRAVITY CONCENTRATE CIRCUIT
Salah satu proses penting dalam mengolah emas (Au) dan
perak (Ag) di PT Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor adalah proses Gravity Concentrate Circuit (GCC). GCC
adalah proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan berat
jenis. Produk GCC disebut dengan konsentrat yang kemudian akan
dilindih di dalam unit in line intensive leaching reactor (ILR).
Larutan kaya hasil proses intensive leaching menghasilkan
konsentrasi emas (Au) yang lebih tinggi dibandingkan hasil CIL
tetapi juga menghasilkan pengotor atau basemetal yang tinggi
pula. Adanya pengotor atau basemetal pada larutan kaya akan
ikut mengurangi efisiensi arus dan endapan akan menjadi kotor
pada proses elektrowinning.
Untuk itu dilakukan studi pendahuluan tentang pemurnian
larutan kaya hasil intensive leaching dengan metode resin in
column (RIC). Metode RIC menggunakan proses adsorpsi dan elusi
dengan variasi kondisi operasi. Pemurnian dengan metode RIC
ini bertujuan untuk mempelajari variasi kondisi operasi dan
mencari faktor dominan yang mempengaruhinya.Variasi proses
adsorpsi dalam penelitian adalah laju alir 20; 40; 60; 100
ml/menit dan konsentrasi emas (Au) dalam umpan wash; moderat;
pregnant solution. Sedangkan variasi proses elusi dalam
penelitian adalah suhu 60; 90; 95oC, konsentrasi kaustik 0,5;
1; 2%, konsentrasi sianida 2; 3; 4%, dan konsentrasi umpan low
dan high feed.
Hasil proses pemurnian dengan metode RIC menunjukkan
bahwa pada proses adsorpsi laju alir sangat dominan
mempengaruhi proses. Karena laju alir yang kecil akan
menyebabkan waktu kontak resin dengan larutan kaya semakin
lama. Sedangkan pada proses elusi, konsentrasi sianida dan
kaustik sangat dominan mempengaruhi proses elusi, dengan
konsentrasi yang optimum maka reaksi pelepasan emas (Au)
dengan resin akan optimal. Selain itu suhu juga cukup
mempengaruhi proses elusi.
2.2.3 ELECTROWINNING
Electrowinning adalah proses elektrokimia dimana terjadi
proses pengendapan logam pada kutub katoda menggunakan arus
listrik yang mengalir melalui cairan elektrolit dengan hasil
berupa lumpur logam emas dan perak yang dapat langsung dilbur.
Pada dasarnya proses ini menggunakan prinsip elektrolisis
(reaksi redoks) dalam sebuah kompartmen.
Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut.
Anoda : 2OH- → O2 + H2O + 2e-
Kotoda : 2Au(CN)2- + 2e- → 2Au + 4CN-
Overall : 2Au(CN)2- + 2OH- → 2Au + O2 + H2O + 4CN-
Pada sel elektrolisis energi listrik menyebabkan
terjadinya reaksi kimia. Dalam larutan elektrolit, zat
terlarut mengalami ionisasi. Kation (ion positif) akan
bergerak ke katoda, dan anion (ion negatif) akan bergerak ke
anoda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang
dihubungkan dengan kutub negatif) dan anoda (elektroda yang
dihubungkan dengan kutub positif). Pada anoda terjadi reaksi
oksidasi, yaitu anion (ion negatif) ditarik oleh anoda dan
jumlah elektronnya berkurang sehingga bilangan oksidasinya
bertambah, sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi.
Pada elektrolisis, potensial sel ditentukan untuk
mengetahui elektroda mana yang akan berperan sebagai elektroda
positif dan negatif. Harga potensial oksidasi-reduksi biasanya
dinyatakan sebagai potensial reduksi standar, yaitu potensial
reduksi bila pereaksi dan hasil reaksi mempunyai aktivitas
satu (a=1) dan reaksinya reduksi. Jika potensial reduksi
positif berarti mudah tereduksi, tetapi jika negatif berarti
sukar tereduksi (mudah teroksidasi).
Jika diasumsikan efisiensi reaksi tersebut 100% maka hasil
produksi electrowinning bisa diperkirakan dengan berdasarkan
tabel di bawah ini.
Nama logam Valensi gram/ampere-jam
Tembaga (Copper) 2 1,185
1 2,371Emas (Gold) 3 2,449
2 3,6761 7,348
Nickel 2 1,095
Palladium 4 0,9929
2 1,985Platina (Platinum) 4 1,820
2 3,640Rhodium 4 0,9598
3 1,2802 1,920
Perak (Silver) 1 4,025
2.2.4 TAMBANG BAWAH TANAH
Tambang bawah tanah (tambang dalam) adalah metoda
penambangan yang segala kegiatan penambangan dilakukan di
bawah permukaan bumi / tidak berhubungan dengan udara luar.
Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan
mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi
mineral tersebut.
Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini
seperti emas, tembaga, seng, nikel, dan timbal. beberapa
metode penerapan aktifitas tambang bawah tanah antara lain:
a. Open stope methodes
Open Stope Methodes adalah sistem tambang bawah tanah dengan
ciri-ciri :Sedikit memakai penyangga, atau hampir tidak tidak
ada.Umumnya merupakan cara penambangan sederhana, atau
tradisional.
b. Supported stope methods
Supported Stope Methode adalah metode penambangan bawah tanah
yang menggunakan penyangga dalam proses penambangannya. Secara
umum ciri-ciri Supported Stope Methode antara lain:-Cocok
untuk endapan bijih serta batuan induk yang lunak.-Cara
penambangannya secara sistematis.Penyangga dalam tambang bawah
tanah dibedakan menjadi dua, antara lain:-Penyangga Alamiah
Penyangga alamiah adalah penyangga yang menggunakan material
yang berada atau dihasilkan dari proses penambangan itu
sendiri.
c. Shrink and Fill Stoping
Merupakan metode penambangan dengan cara membuat level-
level, dimana level-level tersebut merupakan endapan bijih
yang ditambang. Di dalam level-level tersebut dibuat Stope-
stope atau ruangan-ruangan. Setelah selesai menambang dalam
satu level, maka level tersebut diisi kembali dengan material
lalu dilanjutkan dengan membuat level baru. Arah tambang pada
metode ini relative horizontal.
d. Cut and Fill Stoping
Merupakan metode penambangan dengan cara memotong batuan
untuk membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang
dalam satu stope, maka stope tersebut diisi kembali tanpa
menunggu selesai dalam satu level. Ini yang membedakan dengan
Shrink and Fill Stoping.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem tambang bawah
tanah :
1. Panjang Tebal dan lebar cebakan
Berpengaruh utk menentuikan dimensi stope maksimum yaitu
yang dikenal sebagai minimum stoping width.
2. Kemiringan Cebakan
Menentukan kemungkinan memanfaatkan gravitasi dalam
operasinya.
3. Kedalaman Operasi
Rock Failure menjadi lebih memungkinkan pada kedalaman
yang besar.
4. Faktor waktu
Berpengaruh pada strenght stress ratio pada exposed rock.
Semakin lama waktu pilar berdiri maka sesar semakin
turun.
5. Kadar cebakan
Cebakan kadar rendah perlu met produksi besar yagn sering
melupakan persentase recovery, cebakan kadar tinggi
memerlukan met yg menjamin recovery tinggi.
6. Fasilitas lokal yang meliput buruh dan material.
Biaya buruh mahal maka memerlukan met yg mpy mekanisme
tinggi. Ketersediaan timber dan material filling juga
berpengaruh.
7. Modal yg tersedia.
Modal kerja awal besar maka biaya operasi rendah.
Perusahaan dengan modal kecil memerlukan development
yang murah dan metode yang cepat mendapatkan hasil.
8. Batas dengan badan bijih lain.
Tingkat tegangan yang tinggi mungkin timbul pada pilar di
permukaan kerja yang berdekatan maka diperlukan filling
pada stope bekas penambangan untuk mengurangi tegangan
yang tinggi.
9. Strength dan karakteristik phisik bijih dan batuan atau
material yang berada di atas bijih.
Berpengaruh pada kompetensi, amblesan, kemudahan
pemboran, karakteristik breaking, cara handling,
ventilasi dan pemompaan. Karakteristik-Karakteristik
tersebut termasuk :
Tipe batuan, tipe dan penyebaran alterasi, weaknesses
seperti (perlapisan schistocity belahan min patahan jointing
cavities dan spasi), weaknesses sepanjang ddg cebakan,
kecenderungan mineral berharga menghasilkan rich fines
atau mud, kecenderungan BO untuk memadat/menggumpal,
kecenderungan BO teroksidasi dan terbakar, Terjadinya
swelling pada lantai, Abrasiveness, terdapatnya air
porositas dan permeabilitas cebakan dan bat sekitarnya.
10. Biaya Penambangan
berkaitan dengan nilai bijih yang di Tambang, periode
modal kerja bisa diperoleh kembali, tipe keahlian buruh
yang tersedia.
11. Produktivitas Dinyatakan dalam ton per man shift
yaitu menyatakan kemampuan setiap tenaga kerja
menghasilkan BO setiap gilir kerja.
12. Masalah Lingkungan Keamblesan, berkurangnya hutan
lokal utk penyanggaan, kualitas dumpsite dll
BAB III
3.1 Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kulitatif
berbasis data hasil observasi di PT.Aneka Tambang Tbk. UBPE
Pongkor.Data utama yang diambil dalam kuliah lapangan Geologi
SumberDaya Mineral ini adalah mengenai endapan mineral yang
terdapat di daerah tersebut serta pengelolaan emas dari bjih
menjadi barang setengah jadi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21November 2014 PT.
Antam Tbk. UBPE Pongkor berlokasi di Jawa Barat, sekitar 150
km arah Barat Daya dari Ibu Kota Jakarta dan sekitar 54 km
dari Kota Bogor. Secara administratif terletak di wilayah Desa
Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi
Jawa Barat. Adapun timeline rincian kegiatan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
KegiatanWaktu (21 November
2014)
Kedatangan di UBPE Pongkor 08:30
Kuliahumum – OverviewPT.
AntamTbk.09:00-09:15
Kuliahumum – Genesa mineral 09:15-09:35
Kuliahumum – Proses
industri/penambangan09:35-10:10
Kuliahumum –
keselamatanpengunjung10:10-10:20
Kunjungan di underground mining 10:20-11:15
Kunjungan di
lokasipengolahanbijih11:15-12:30
3.3 Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data merupakan tahapan peneliti
mengumpulkan data-data dari beberapa sumber yang menjadi unsur
penyusunan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini
meliputi metode kepustakaan, metode menyimak, dan metode
observasi.
Metode kepustakaan merupakan metode yang digunakan dengan
mencatat pokok bahasan dari buku pustaka yang berkaitan dengan
obyek penelitian. Metode menyimak merupakan metode dengan cara
mengamati dan menyimak secara terperinci dari hal-hal yang
berhubungan dengan obyek penelitian. Metode observasi
merupakan metode pengamatan terhadap obyek penelitian yang
dilakukan secara analitis, jujur, dan obyektif.
3.4 Sumber Data
Berlatar belakang lingkup penelitian kualitatif, teknik
pengumpulan sampel data dari karya tulis ilmiah
inidigunakanteknikpurposive, yaitupeneliti menggukana sejumlah
pertimbangan yang mengacu pada konsep dasar (teori) yang
dipakai selama penelitian, serta pengetahuan penulis terhadap
karakteristik objek yang dikaji. Sumber data yang dipakai
adalah:
1.Informan yang ditentukan secarapurposive berdasarkanobjek
penelitian yang menguasai rumusan masalah dari objek yang
diteliti.
Informandalampenelitianiniadalahpembicaradaripihak PT.
AntamTbk.
1.Dokumen yang berguna untuk mendapatkan data yang berasal
dari bahan-bahan media cetak atau tertulis. Dokumen
umumnya berupa pemberitaan media masa, buku, maupun
dokumentasi berupa foto atau rekaman.
3.5 Tahap Hasil Analisis Data
Tahap hasil analisis data adalah tahap penyajian hasil
sintesis terhadap sumber-sumber data dalam karya ilmiah. Hasil
analisis data diperoleh dengan cara mengkomparasikan atau
dasar teori yang digunakan sebagai patokan pengambilan data
yang melatarbelakangi permasalahan dalam karya tulis ilmiah
ini, yaitu pendangkalan waduk di Indonesia. Hasil tahap
analisis data selanjutnya disajikan melalui metode
deskripitif, yaitu metode pemaparan hasil analisi data secara
rinci yang dalam bentuk kualitatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tambang bawah tanah (tambang dalam) adalah metoda
penambangan yang segala kegiatan penambangan dilakukan di
bawah permukaan bumi / tidak berhubungan dengan udara luar.
Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan
mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi
mineral tersebut.
Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini
seperti emas, tembaga, seng, nikel, dan timbal. beberapa
metode penerapan aktifitas tambang bawah tanah antara lain:
a. Open stope methodes
Open Stope Methodes adalah sistem tambang bawah tanah dengan
ciri-ciri :Sedikit memakai penyangga, atau hampir tidak tidak
ada.Umumnya merupakan cara penambangan sederhana, atau
tradisional.
b. Supported stope methods
Supported Stope Methode adalah metode penambangan bawah tanah
yang menggunakan penyangga dalam proses penambangannya. Secara
umum ciri-ciri Supported Stope Methode antara lain:-Cocok
untuk endapan bijih serta batuan induk yang lunak.-Cara
penambangannya secara sistematis.Penyangga dalam tambang bawah
tanah dibedakan menjadi dua, antara lain:-Penyangga Alamiah
Penyangga alamiah adalah penyangga yang menggunakan material
yang berada atau dihasilkan dari proses penambangan itu
sendiri.
c. Shrink and Fill Stoping
Merupakan metode penambangan dengan cara membuat level-
level, dimana level-level tersebut merupakan endapan bijih
yang ditambang. Di dalam level-level tersebut dibuat Stope-
stope atau ruangan-ruangan. Setelah selesai menambang dalam
satu level, maka level tersebut diisi kembali dengan material
lalu dilanjutkan dengan membuat level baru. Arah tambang pada
metode ini relative horizontal.
d. Cut and Fill Stoping
Merupakan metode penambangan dengan cara memotong batuan
untuk membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang
dalam satu stope, maka stope tersebut diisi kembali tanpa
menunggu selesai dalam satu level. Ini yang membedakan dengan
Shrink and Fill Stoping.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem tambang bawah
tanah :
1. Panjang Tebal dan lebar cebakan
Berpengaruh utk menentuikan dimensi stope maksimum yaitu
yang dikenal sebagai minimum stoping width.
2. Kemiringan Cebakan
Menentukan kemungkinan memanfaatkan gravitasi dalam
operasinya.
3. Kedalaman Operasi
Rock Failure menjadi lebih memungkinkan pada kedalaman
yang besar.
4. Faktor waktu
Berpengaruh pada strenght stress ratio pada exposed rock.
Semakin lama waktu pilar berdiri maka sesar semakin
turun.
5. Kadar cebakan
Cebakan kadar rendah perlu met produksi besar yagn sering
melupakan persentase recovery, cebakan kadar tinggi
memerlukan met yg menjamin recovery tinggi.
6. Fasilitas lokal yang meliput buruh dan material.
Biaya buruh mahal maka memerlukan met yg mpy mekanisme
tinggi. Ketersediaan timber dan material filling juga
berpengaruh.
7. Modal yg tersedia.
Modal kerja awal besar maka biaya operasi rendah.
Perusahaan dengan modal kecil memerlukan development
yang murah dan metode yang cepat mendapatkan hasil.
8. Batas dengan badan bijih lain.
Tingkat tegangan yang tinggi mungkin timbul pada pilar di
permukaan kerja yang berdekatan maka diperlukan filling
pada stope bekas penambangan untuk mengurangi tegangan
yang tinggi.
9. Strength dan karakteristik phisik bijih dan batuan atau
material yang berada di atas bijih.
Berpengaruh pada kompetensi, amblesan, kemudahan
pemboran, karakteristik breaking, cara handling,
ventilasi dan pemompaan. Karakteristik-Karakteristik
tersebut termasuk :
Tipe batuan, tipe dan penyebaran alterasi, weaknesses
seperti (perlapisan schistocity belahan min patahan jointing
cavities dan spasi), weaknesses sepanjang ddg cebakan,
kecenderungan mineral berharga menghasilkan rich fines
atau mud, kecenderungan BO untuk memadat/menggumpal,
kecenderungan BO teroksidasi dan terbakar, Terjadinya
swelling pada lantai, Abrasiveness, terdapatnya air
porositas dan permeabilitas cebakan dan bat sekitarnya.
10. Biaya Penambangan
berkaitan dengan nilai bijih yang di Tambang, periode
modal kerja bisa diperoleh kembali, tipe keahlian buruh
yang tersedia.
11. Produktivitas Dinyatakan dalam ton per man shift
yaitu menyatakan kemampuan setiap tenaga kerja
menghasilkan BO setiap gilir kerja.
12. Masalah Lingkungan Keamblesan, berkurangnya hutan
lokal utk penyanggaan, kualitas dumpsite dll
Proses Penambangan Bijih
Bijih adalah sejenis batu yang mengandung mineral
penting, baik itu logam maupun bukan logam. Bijih diekstraksi
melalui penambangan, kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk
mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis.Kandungan atau
kadar mineral, atau logam, juga bentuk keujudannya, secara
langsung akan memengaruhi ongkos pertambangan bijih. Ongkos
ekstraksi harus diberi pembobotan untuk dibandingkan dengan
nilai ekonomis logam yang terkandung untuk menentukan bijih
yang mana yang lebih menguntungkan dan bijih yang mana yang
kurang atau tidak menguntungkan. Bijih logam secara umum
merupakan persenyawaan oksida, sulfida, silikat, atau logam
"murni" (misalnya tembaga murni yang biasanya tidak terkumpul
di dalam kerak Bumi atau logam "mulia" (biasanya tidak
berbentuk persenyawaan) seperti emas. Bijih harus diolah untuk
mengekstraksi logam-logam dari "batuan sampah" dan dari
mineral bijih. Tubuh bijih dibentuk oleh berbagai macam proses
geologis. Di dalam bahasa Inggris, proses "pembentukan bijih"
disebut sebagai ore genesis.
Proses Pengolahan Bijih
Proses Pengolahan Bijih Besi
Bahan Baku utama adalah Bijih Besi (Iron Ore) atau Pasir Besi
(Iron Sand).Umumnya terdapat di alam Indonesia mempunyai kadar
besi (Fe) sekitar 35% – 40% berbentuk besi oksida hematit
(Fe2O3) dan bercampur dengan material ikutan seperti SIO2,
Al2O3, CaO, MgO, TiO2, Cr2O3, NiO2, P, S dan H2O Untuk
meningkatkan kadar besi (Fe) hingga 60-65% diperoleh melalui
tahapan proses:
1. Proses Penghancuran (Crushing)
Bahan baku dalam bentuk batuan atau pasir dihancurkan sampai
ukuran menjadi mesh 10. Dimaksudkan untuk memperbesar luas
permukaan dari material sehingga memudahkan untuk proses
selanjutnya.
2. Proses Penghalusan (Grinding)
Dimaksudkan agar butiran halus bijihbesi lebih banyak lagi
terpisah dengan kotoran atau mineral mineral ikutan yang tidak
diinginkan, proses ini sampai menhasilkan ukuran 120 mesh.
3. Proses Pemisahan (Magnetic Separator)
Untuk memisahkan material logam dan non logam dengan pencucian
dengan menggunakan air dalam mesin silender yang dilapisi
magnet apabila bijih besi tersebut banyak mengandung hematit
Fe2O3 atau magnetit (Fe3O4) akan terpisah sempurna sehingga
kemurnian dari oksida besi meningkat.
4. Proses Pemanggangan (Roasting)
Proses ini dilakukan material bijih besi banyak mengandung
bijih hematit (Fe2O3) diubah menjadi magnetit (Fe3O4) yang
mempunyai daya magnit lebih kuat sehingga terpisah antara
material yang non magnet dan dihasilkan kadar Fe sampai 65%.
5. Proses Kalsinasi (Rotary Dryer)
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam
material, material diumpankan ke silinder yang berputar dengan
arah yang berlawanan (counter current) Dihembuskan gas panas
dari burner (temp. 200-300 oC).
6. Proses Pembuatan Pellet (Pan Palletizer)
Sebelum masuk ke alat ini material bijih besi dicampur dalam
alat mixer agitator dengan komposisi tertentu ditambahkan
batubara dan binder bentonit dengan tujuan agar konsentrat
besi oksida halus dapat merekat membentuk gumpalan-gumpalan
(aglomerisasi yang disebut pellet basah (green pellet) yang
mempunyai kekuatan yang cukup kuat untuk dapat dibawa ke
proses selanjutnya, sedang batubara fungsinya untuk
meningkatkan kadar besi dengan cara proses reduksi dari
internal pada proses selanjutnya.
7. Proses Reduksi (Rotary Kiln)
Proses ini bertujuan untuk memurnikan kandungan besi oksida
menjadi besi murni dengan cara proses reduksi external dengan
gas alam (gas CO) dan reduksi Internal dari Batubara
8. Produksi Pig Iron
Hasil pellet (green pellet) yang dihasilkan dari proses
pelletizer dimasukkan dalam tungku (blast furnace) dimasukkan
larutan kapur, gas CO sebagai zat pereduksi dengan temperatur
tertentu, kemudian akan mengalami proses pelelehan (melting)
sehingga terpisah antara kandungan yang banyak mengandung
logam besi (Fe) dan akan terpisah karena perbedaan berat jenis
dari kotorannya (slag), kemudian kandungan besinya akan masuk
ke mesin casting (cetak) sesuai kebutuhan dengan kandungan Fe
total 95% dalam produk jadi Pig Iron.
Proses Pengolahan Bijih Emas dan Nikel
Proses pemisahan Emas dari konsentrat
Cara memisahkan konsentrat yang di dalamnya ada kandungan
Emas, Perak, Tembaga dll. Konsentrat ini wujudnya seperti
pasir.
Proses ini memakai 3 jenis furnace.
(1) Smelting Furnace,
(2) Slag cleaning Furnace,
(3) Converting Furnace, lalu masuk ke pembentuk anoda Cu
(diesbut anoda furnace) lalu dicetak bentuknya batangan anoda
Cu.
Proses pertama:
(1) Smelting Furnace, konsetrat yang dihasilkan oleh temen kita di
freeport akan dilebur, disini sudah ditambahkan flux SiO2 dan
dihembus udara (biasanya udara bebas dengan kompresor diatur
oksigennya 60%). Tujuannya untuk mengoksidasi unsur pengotor
utama berupa Fe (oksidasi jadi FeO, Fe3O4) dan mulai kurangi
sulfur dalam konsentrat (jadi SO2), lalu masuk furnace no (2)
(2) Slag Cleaning, sesuai namanya disini leburan Cu (masih
dibilang Matte) kerena Sulfur masih banyak akan dipisahkan
dengan terak/slag yang terbentuk dari proses (1). disini pakai
Electric arc furnace, jadi matte yang lebih berat akan dibawah
lalu terak/slag akan mengapung diatas sambil terus dipanaskan,
disini metal/slag sudah terpisah. Lanjut ke proses (3) untuk
menghilangkan Sulfur.
(3) Converting Furnace, disini matte diblowing udara lagi ces +
pakai flux batukapur (CaCO3), disini tujuan utamanya untuk
mengoksidasi Sulfur, memakai kapur untuk menjaga komposisi
slag (biar tidak kental, Fe3O4 solid tidak bisa diblowing).
Proses Pengolahan emas dengan Sianida
Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau
proses MacArthur-Forrest) adalah teknik metalurgi untuk
mengekstraksi emas dari bijih kadar rendah dengan mengubah
emas ke kompleks koordinasi yang larut dalam air. Ini adalah
proses yang paling umum digunakan untuk ekstraksi emas.
Produksi reagen untuk pengolahan mineral untuk memulihkan
emas, tembaga, seng dan perak mewakili sekitar 13% dari
konsumsi sianida secara global, dengan 87% sisa sianida yang
digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik,
perekat, dan pestisida. Karena sifat yang sangat beracun dari
sianida, proses ini kontroversial dan penggunaannya dilarang
di sejumlah negara dan wilayah.
PROSES PEMURNIAN (DARI BULLION)
Dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan
HNO3 kemudian tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak
sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan HNO3 selanjutnya
saring aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan
menggunakan larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam
larutan kemudian masukkan Bullion ke dalam larutan tersebut,
maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak akan larut
dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu
keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal
di dasar), lalu tinggal bakar aja masing - masing, jadi lah
logam murni.
BAB V
KESIMPULAN
PT. Aneka Tambang adalah suatu perusahaan yang bergerak
dalam bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian terutama
emas dan perak, serta menjalankan usaha di bidang industri,
pengangkutan, jasa, dan pertanggung jawaban sosial terhadap
warga yang bermukim disekitar perusahaan ini. PT. Antam
memiliki Program Kerja memberi Pendidikan terhadap warga
sekitarnya, serta perusahaan yang berbasis Green, Geo-eco-
environment. Geologi daerah penelitian terdiri dari tiga unit
vulkanik utama yang berumur Miosen-Pliosen (Marcoux dan
Milesi, 1994). Unit yang lebih bawah mempunyai karakteristik
endapan andesit kalk-alkalin bawah laut yang tergradasi secara
lateral menjadi endapan epiklastik. Unit tengah dicirikan oleh
banyaknya batuan vulkanik dasitik letusan subaerial yang
disusun oleh lapili tuff yang ditumpangi lapili, blok tuff,
tuff piroklastik berbutir halus dan batuan epiklastik. Unit
atas terbentuk dari aliran lava andesit dengan struktur
meniang (columnar).Pola struktur Geologi yang berkembang di
daerah Pongkor dan sekitarnya antara lain Sesar - Sesar seperti
Sesar Normal Ciguha dan pola-pola kelurusan struktur yang berarah
Barat Laut - Tenggara, yang dipengaruhi oleh Sistem Tegasan yang
bersifat Ekstensional. Mineralisasinya berupa Urat Kuarsa dengan
tekstur umum berupa Banded, Colloform, Crustiform, dan Cockade
(Endapan Epithermal)
Memiliki 3 Vein utama yaitu Ciguha, Kubang Cicau (Kubang
Kicau) dan Ciurug . Endapan emas yang ditambang sendiri lebih
tepatnya berada di bawah permukaan Gunung Pongkor. Vein Ciguha
merupakan Vein Utama (15 ton Emas dan 190 ton Perak, rasio
rata-rata ag/au 12,39) yang saat ini ditambang dengan Stope di
level 500 – 550m.
Vein Ciurug merupakan daerah paling penting, tetapi hanya
bisa ditemukan melalui pemboran. Sangat sedikit tersingkap
dalam permukaan (hanya sekitar 500m), tetapi pemboran
menunjukkan bahwa Vein menyebar sepanjang lebih dari 980 m dan
kedalaman 300 m dan mengandung 60 ton Emas dan 560 ton Perak
dengan rasio rata-rata Ag/Au sekitar 9, merupakan yang
terendah dari Vein Pongkor. Ini dicapai pada Cross Cut pada
tahun 1996. Zona Mineral Subvertikal serupa dengan Vein
lainnya.Vein Kubang Cicau mengandung 25 ton Emas dan 228 ton
Perak, dengan rasio rata-rata Ag/Au adalah 9,20 dan hampir
serupa dengan vein ciguhaProses Pengolahan bijih besi
1. Proses Penghancuran (Crushing)2. Proses Penghalusan (Grinding)3. Proses Pemisahan (Magnetic Separator)4. Proses Pemanggangan (Roasting)5. Proses Kalsinasi (Rotary Dryer)6. Proses Pembuatan Pellet (Pan Palletizer)7. Proses Reduksi (Rotary Kiln)8. Produksi Pig Iron
Proses Pengolahan Bijih Emas dan Nikel
(1) Smelting Furnac(2) Slag Cleaning(3) Converting Furnace
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Sekilas ANTAM: Produk-Produk kami. Melalui
http://www.antam.com/index.php?%20option=%20com_content
%20&task=view&id=35&Itemid=41&lang=id. (diakses pada
tanggal 30 November 2014 pukul 12:30 WIB).
Anonim 1. Perbedaan Tipe Endapan Mineral. Melalui
http://suarageologi.blogspot.com/2013/%2012/perbedaan-
tipe-endapan-mineral.html. (diakses pada tanggal 30
November 2014 pukul 12:32 WIB).
Anonim 2. Kegiatan Kami: Penambangan Emas. Melalui
http://www.antam.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=19&Itemid=148.
(diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 12:35
WIB).
Anonim 3. 2013. Electrowinning (EW). Melalui
http://www.metalindoabadi.com/electrowinning/. (diakses
pada tanggal 30 November 2014 pukul 12:13 WIB).
Anonim 4. Tanpa tahun. Elektrowining. Melalui
http://jayamineral.com/?Elektrowining. (diakses pada
tanggal 30 November 2014 pukul 12:17 WIB).
Anonim 5. 2014. Electrowinning. Melalui
http://www.metalindoabadi.com/electrowinning/.
(diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 12:09
WIB).
Faeyumi, Muhammad. 2012. Sebaran Potensi Emas Epitermal di
Areal Eksploitasi PT ANTAM Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor. Melalui http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20304444-S42128-Muhammad%20Faeyumi.pdf.
(diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 12:27
WIB).
Febrianto, Rifki. 2011. Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal
Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu
Propinsi Sulawesi Selatan. Melalui
http://repository.upnyk.ac.id/880/1/GEOLOGI_DAN_STUDI_A
LTERASI_HIDROTERMAL_DAERAH_ANDULAN_KECAMATAN_WALENRANG_
UTARA_KABUPATEN_LUWU_PROPINSI_SULAWESI_SELATAN.pdf
(diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 12:34
WIB).
Hutabarat, J. 2013. Laporan Proposal Eksplorasi Emas di
Pongkor Bogor.
http://www.academia.edu/7302603/Laporan_Proposal_Eksplo
rasi_Emas_di_Pongkor_Bogor_-_Johan_Edwart (diakses pada
tanggal 30 November 2014 pukul 12:00 WIB).
Hutabarat, J. 2013. Laporan PKL PT Antam UBPE Pongkor.
http://www.academia.edu/7302607/Laporan_PKL_PT_Antam_UB
PE_Pongkor_-Johan_Edwart (diakses pada tanggal 30
November 2014 pukul 12:02 WIB).
Julianti,Ika dan Indra Kusuma.2012. Preliminary Study of
Pregnant Solution Purification Resulted from Intensive
Leaching by Resin In Column Method at PT Antam Tbk UBPE
Pongkor Tugas Akhir, 021 / 2012 / TKI.
http://digilib.polban.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=jbptppolban-gdl-ikajuliant-4016.
(diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 12:21
WIB).
Keilira, Savio. 2013. Study Skursi Tambang Bawah Tanah
Bogor_Pongkor.
http://websitpertambangan.blogspot.com/2013_03_18_archi
ve.html (diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul
12:05 WIB).