fenomena deiksis pada rubrik tajuk di harian
TRANSCRIPT
FENOMENA DEIKSIS PADA RUBRIK TAJUK
DI HARIAN REPUBLIKA
EDISI SEPTEMBER—DESEMBER 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Elisabet Ani Ayu Senjaya
NIM: 121224061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
FENOMENA DEIKSIS PADA RUBRIK TAJUK
DI HARIAN REPUBLIKA
EDISI SEPTEMBER—DESEMBER 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Elisabet Ani Ayu Senjaya
NIM: 121224061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTO
Sejatinya, tidak akan ada halaman ke seribu jika bukan kamu sendiri yang
mengawali halaman pertama.
(Elisabet Ani Ayu Senjaya)
You can do all things.
(Philipppians 4: 13)
Jangan mencari ketakutanmu melainkan carilah harapan dan mimpimu. Jangan
berpikir tentang frustrasimu, tapi tentang potensi yang belum terpenuhi.
Perhatikan dirimu bukan dengan apa yang telah kamu coba dan gagal, tapi
dengan apa yang masih mungkin bagimu untuk melakukan sesuatu.
(Paus Yohanes XXIII)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberi berkat-Nya.
2. Ayahku, Alm. Augustinus Mardio yang selalu mendoakan putrimu ini dari
surga.
3. Ibu Florentina Sulistiyani yang tak pernah lelah berjuang demi memberi
dorongan moral maupun materiil sampai saat ini dengan penuh cinta kasih.
4. Kakakku Yohanes Chrisostomus Adi Darma Senjaya yang selalu memberi
semangat dan doa.
5. Fransiska Xaveria Sukirah, nenekku yang selalu memberi motivasi dan doa
demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Para sahabatku yang saling memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Mei 2016
Penulis
Elisabet Ani Ayu Senjaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Elisabet Ani Ayu Senjaya
Nomor Induk Mahasiswa : 121224061
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
FENOMENA DEIKSIS PADA RUBRIK TAJUK
DI HARIAN REPUBLIKA
EDISI SEPTEMBER—DESEMBER 2015
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 24 Mei 2016
Elisabet Ani Ayu Senjaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Senjaya, Elisabet Ani Ayu. 2016. Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk
di Harian Republika Edisi September–Desember 2015. Skripsi.
Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini membahas deiksis pada rubrik tajuk di harian Republika
edisi September–Desember 2015. Tujuan penelitian ini adalah: 1)
mendeskripsikan wujud fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika edisi
September–Desember 2015, dan 2) mendeskripsikan maksud fenomena deiksis
pada rubrik tajuk Republika edisi September–Desember 2015. Teori-teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori deiksis yang dikemukakan oleh Purwo
(1984), yakni deiksis eksofora dan endofora.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data
penelitian ini adalah tajuk pada Harian Republika edisi September–Desember
2015. Data penelitian ini berupa kalimat tertulis yang terdapat dalam tajuk
Republika yang muncul setiap hari Senin–Sabtu pada kalimat yang mengandung
deiksis. Peneliti menggunakan metode simak dengan teknik sadap, simak bebas
libat cakap, dan catat. Penelitian ini dianalisis menggunakan metode padan.
Hasil penelitian ini adalah pertama, wujud deiksis dari data tajuk
Republika edisi September–Desember 2015. Peneliti menemukan dua wujud
utama deiksis, yaitu deiksis eksofora dan deiksis endofora. Ditemukan 175
kemunculan deiksis yang terdiri dari 88 deiksis eksofora dan 87 deiksis endofora.
Deiksis eksofora; 1) 25 deiksis persona, 2) 13 deiksis ruang, dan 3) 50 deiksis
waktu. Deiksis endofora meliputi, 1) 67 deiksis anafora dan 2) 20 deiksis katafora.
Kedua, peneliti menemukan enam belas maksud deiksis, yaitu rujukan di luar teks
(eksofora) dan rujukan dalam teks (endofora). Maksud deiksis eksofora terdiri
dari, 1) rujukan persona pertama, 2) rujukan persona kedua tunggal, 3) rujukan
persona ketiga, 4) rujukan persona jamak eksklusif, 5) rujukan persona jamak
inklusif, 6) rujukan ruang demonstratif, 7) rujukan ruang lokatif, 8) waktu rujukan
hari, 9) waktu rujukan minggu, 10) waktu rujukan bulan, 11) waktu rujukan tahun,
12) waktu rujukan suatu masa. Maksud deiksis endofora meliputi, 1) rujukan
anafora persona, 2) rujukan anafora bukan persona, 3) rujukan katafora persona,
dan 4) rujukan katafora bukan persona.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Senjaya, Elisabet Ani Ayu. 2016. The Phenomenon of Deixis in the Editorial
Rubric of The Republika Newspaper on September—December 2015
Edition. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma
University.
This research discusses deixis of editorial rubric in Republika newspaper
on September—December 2015 edition. The objectives of this study are: 1)
describing the deixis phenomenon form of editorial rubric in Republika newspaper
on September—December 2015, and 2) describing the purpose of deixis
phenomenon of editorial rubric in Republika newspaper on September—
December 2015 edition. The teory which is explained by Purwo (1984) including
exophora and endophora deixis.
This study is a qualitative descriptive study. The data source of this study
is the editorial rubric of Republika Newspaper on September—December 2015.
The data of this study is written sentences found in the editorial rubric of
Republika every Monday to Saturday in sentences which consist of deixis. The
researcher user a method of simak with sadap, simak bebas libat cakap, and catat
technique. This study is analyzed using padan method.
The result of this study are: first, the deixis form of editorial rubric in
Republika newspaper on September—December 2015 edition. Researcher found
two deixis main forms of deixis, which are exophora and endophora deixis. There
are 175 deixis appearances consisting of 88 exophora deixis and 87 endophora
deixis. Exophora deixis includes 25 personal deixis, 13 spatial deixis, and 50
temporal deixis. Endofora deixis includes 67 anaphora deixis and 20 cataphora
deixis. Second, researcher finds sixteen purposes of deixis, namely reference from
out of the text (exophoric) and reference inside the text (endophoric). The
purposes exophora deixis are listed as, 1) first person reference, 2) second singular
person reference, 3) third person references, 4) exclusive plural person references,
5) inclusive plural person references, 6) demonstrative space reference, 7) locative
space reference, 8) day of time reference, 9) week of time reference, 10) month of
time reference, 11) year of time reference, 12) period of time reference. The
purposes endophora deixis consist of, 1) personal anaphoric reference, 2) non-
personal anaphoric reference, 3) personal cataphoric reference, and 4) non-
personal cataphoric reference.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga dengan berkat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi
September–Desember 2015 ini dengan baik. Sebagaimana disyaratkan dalam
Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD)
Yogyakarta, penyelesaian skirpsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia.
Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi
ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma dan
selaku dosen pembimbing yang dengan perhatian dan kesabaran,
membimbing, memotivasi, dan memberi berbagai masukan yang sangat
berharga bagi penulis mulai dari awal hingga akhirnya penulis
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Drs. St. Kartono, M.Hum., selaku triangulator yang bersedia meluangkan
waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang
dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan,
bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah
sampai selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Bapak Robertus Marsidiq sebagai karyawan sekretariat PBSI yang selalu
sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam
menyelesaikan kuliah di PBSI sampai penyusunan skripsi ini.
7. Kedua orang tua, Alm. Bapak Augustinus Mardio dan Ibu Florentina
Sulistiyani yang telah memberi cinta, doa, dan dukungan baik secara moral
maupun material bagi penulis selama menjalani masa kuliah sampai
selesai ini.
8. Kakakku, Yohanes Chrisostomus Adi Darma Senjaya yang sudah
memberikan dukungan, doa, dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi
ini.
9. Didi Setiadi, Yuhacim Titto Setyo Budiharjo, Teresia Noberti, dan Reni
Damayanti teman ‘sepayung’ dan seperjuangan yang sudah bersama-sama
berjuang untuk menyelesaikan skirpsi ini.
10. Teman-teman Kapoer Toelis, khususnya Hendra Sigalingging, Vivi
Damayanti, Viviyanti Dyah Pangesti, Fhaustina Siti Kotijah, Maria Ani
Marini, Wilvridus Yolesa Rosando, Fajar Nurrahman, Yohanes Krista,
Maria Rezti Dafrida yang selalu menemani, memberikan semangat, doa,
bimbingan, dan inspirasi kepada penulis untuk terus mengerjakan skripsi
ini hingga selesai.
11. Melyda Agustini Rahman, Dominico Sarwijaya Saputra, Marta Susanti,
Clara Violeta Levinia Stara, Agnes Dwi Kurnia Sari, Ambrosius Cahya,
Winda Tri Utami, Aprilia Dini Pratiwi, Lucia Winda Cesari, Meilinda
Ayu Dewantari, Mas Agus, dan Haniah Hamidah yang selalu memberikan
doa, semangat, bantuan, dan perhatian kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI)
angkatan 2012 kelas A–C yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Terima kasih atas dinamika belajar yang pernah kita lalui mulai dari awal
perkuliahan sampai penulis selesai menyelesaikan tugas akhir ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Penulis menyadari bahwa ada banyak pihak lainnya yang dengan berbagai
cara telah membantu dan mendukung penulis dalam keseluruhan proses
pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini. Tanpa mengurangi rasa
hormat kepada berbagai pihak tersebut yang namanya tidak sempat disebutkan
satu per satu di dalam tulisan ini, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Walaupun demikian, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 24 Mei 2016
Penulis
Elisabet Ani Ayu Senjaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN MOTO ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi
LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK .................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xvi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
1.5 Batasan Istilah ............................................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 10
2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................ 10
2.2 Kajian Teori ................................................................................... 13
2.2.1 Pragmatik ....................................................................................... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2.2 Konteks .......................................................................................... 16
2.2.3 Fenomena Pragmatik ..................................................................... 17
2.2.3.1 Praanggapan................................................................................... 17
2.2.3.2 Implikatur Percakapan ................................................................... 19
2.2.3.3 Tindak Ujaran ................................................................................ 20
2.2.3.4 Deiksis ........................................................................................... 21
2.2.4 Deiksis sebagai Fenomena Pragmatik ........................................... 22
2.2.4.1 Deiksis Luar — Tuturan (Eksofora) .............................................. 25
2.2.4.1.1 Deiksis Persona ............................................................................. 25
2.2.4.1.2 Deiksis Ruang ................................................................................ 27
2.2.4.1.3 Deiksis Waktu ............................................................................... 28
2.2.4.2 Deiksis dalam — Tuturan (Endofora) .......................................... 29
2.2.5 Maksud dalam Pragmatik .............................................................. 31
2.2.6 Tajuk .............................................................................................. 32
2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 36
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 36
3.2 Data dan Sumber Data ................................................................... 37
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................ 37
3.4 Instrumen Penelitian ...................................................................... 39
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ................................................. 40
3.5 Triangulasi Hasil Analisis Data ..................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 42
4.1 Deskripsi Data ............................................................................... 42
4.2 Hasil Analisis Data ........................................................................ 46
4.2.1 Wujud Deiksis dalam Tajuk Republika ......................................... 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.2.1.1 Deiksis Luar Tuturan (Eksofora) ................................................... 47
4.2.1.1.1 Deiksis Persona ............................................................................. 48
4.2.1.1.2 Deiksis Ruang ................................................................................ 63
4.2.1.1.3 Deiksis Waktu ............................................................................... 72
4.2.1.2 Deiksis dalam Tuturan (Endofora) ................................................ 102
4.2.1.2.1 Deiksis Anafora ............................................................................. 102
4.2.1.2.2 Deiksis Katafora ............................................................................ 126
4.2.2 Maksud Deiksis dalam Tajuk Republika ...................................... 136
4.2.2.1 Maksud Deiksis Luar Tuturan (Eksofora) ..................................... 137
4.2.2.1.1 Deiksis Persona ............................................................................. 137
4.2.2.1.2 Deiksis Ruang atau Tempat ........................................................... 144
4.2.2.1.3 Deiksis Waktu ............................................................................... 147
4.2.2.2 Maksud Deiksis dalam Tuturan (Endofora) .................................. 154
4.2.2.2.1 Deiksis Anafora ............................................................................. 154
4.2.2.2.2 Deiksis Katafora ............................................................................ 156
4.3 Pembahasan ................................................................................... 160
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 180
5.1 Simpulan ........................................................................................ 180
5.2 Saran .............................................................................................. 181
5.2.1 Bagi Pelajar dan Mahasiswa .......................................................... 181
5.2.2 Bagi Guru/dosen ............................................................................ 182
5.2.3 Bagi Peneliti Lanjutan ................................................................... 182
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................. 183
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman.
Bagan 1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman.
Tabel 1 Jumlah Data Tuturan Berdasarkan Jenis-jenis Deiksis ....................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Peneliti menyampaikan hal-hal berikut dalam bab pendahuluan ini, antara
lain (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat
penelitian, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika penulisan. Uraian secara
lengkap bagian pendahuluan dipaparkan berikut ini.
1.1 Latar Belakang
Kridalaksana (1983) dalam (Chaer, 2012: 31–33) mendefinisikan bahwa
bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri. Sifat hakiki dari bahasa yaitu bahasa itu adalah sebuah
sistem, bahasa itu berwujud lambang, bahasa itu berupa bunyi, bahasa itu bersifat
arbitrer, bahasa itu bermakna, bahasa itu bersifat konvensional, bahasa itu bersifat
unik, bahasa itu bersifat universal, bahasa itu bersifat produktif, bahasa itu
bervariasi, bahasa itu bersifat dinamis, bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi
sosial, dan bahasa itu merupakan identitas penuturnya. Sebagai objek kajian
linguistik, parole merupakan objek konkret kajian bahasa yang dapat diobservasi
karena parole itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari
suatu masyarakat bahasa.
Cabang ilmu bahasa salah satunya adalah pragmatik. Pragmatik adalah
telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup di dalam teori semantik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
maksudnya adalah pragmatik menelaah makna tuturan (utterance), sedangkan
semantik menelaah makna kalimat (sentence). Kalimat adalah maujud (entities)
abstrak seperti yang didefinisikan di dalam teori bahasa, dan tuturan adalah
pengujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya. Dengan demikian, semantik
menggeluti makna kata atau klausa, tetapi makna yang bebas konteks (context-
independent), makna yang stabil, sedangkan pragmatik menggumuli makna yang
terikat konteks (context-dependent). Upaya menyusun teori bahasa harus
mendasarkan konteks yang melingkupi penggunaan pada komunikasi interaksi
antara si pembicara dan si lawan bicara (Purwo, 1990: 16)
Bambang Kaswanti Purwo (1990: 17–20) menerangkan bahwa bidang
kajian ilmu pragmatik antara lain praanggapan, implikatur, tindak ujaran, dan
deiksis. Saat seseorang mengungkapkan gagasan atau argumennya terhadap
kejadian yang ada di masyarakat melalui tuturan, baik dalam tulisan maupun lisan
biasanya pada tulisan itu terdapat beberapa kata ganti yang bermacam-macam.
Kata ganti itu sebenarnya mempunyai acuan atau rujukkan yang berubah-ubah
sesuai situasi tuturan. Hal inilah yang dapat dikenal dengan fenomena deiksis.
Deiksis adalah hal atau fungsi menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata yang
mengacu kepada persona, waktu, dan tempat suatu tuturan (KBBI edisi ketiga,
2005: 245). Deiksis memiliki peranan sangat penting dalam menentukan variasi
kata ganti yang terdapat dalam suatu tulisan. Selain itu, deiksis ini penting untuk
dikaji karena tingkat keberhasilan suatu interaksi dalam masyarakat bahasa salah
satunya dipengaruhi pemahaman terhadap kata deiktis itu. Deiksis sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dipengaruhi oleh konteks yang dapat membangun situasi dan kondisi antara
penutur dan lawan tuturnya.
Deiksis dalam bahasa Indonesia tidak hanya digunakan dalam kehidupan
sehari-hari oleh masyarakat umum ataupun ahli bahasa, tetapi deiksis dalam
bahasa Indonesia dapat ditemukan pada harian Republika khususnya pada bagian
tajuk. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan suatu penelitian dengan judul
“Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi September–
Desember 2015”. Penelitian fenomena deiksis pada tajuk harian Republika ini
sangat menarik karena tajuk merupakan sarana lembaga pers untuk
menyampaikan argumennya terhadap suatu permasalahan aktual. Peneliti memilih
objek penelitian di harian Republika karena harian Republika merupakan media
masa nasional. Surat kabar bertaraf nasional ini pasti pembacanya adalah seluruh
masyarakat Indonesia.
Republika adalah sebuah koran nasional yang lahir dari kalangan
komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Republika berdiri sejak 1992 dan
pertama kali menerbitkan koran pada 1993 oleh Yayasan Abdi Bangsa dan
didukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Kini harian
Republika diterbitkan oleh PT Republika Media Mandiri dan menjadi harian
umum. Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi presiden dan seiring dengan surutnya
kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada
akhir tahun 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka
Media. PT Abdi Bangsa kemudian menjadi perusahaan induk, dan Republika
berada di bawah bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
perusahaan PT Abdi Bangsa. Di bawah bendera Mahaka Media, kelompok ini
juga menerbitkan Majalah Golf Digest Indonesia, Majalah Parents Indonesia,
stasiun radio Jak FM, Gen FM, Delta FM, FeMale Radio, Prambors, Jak tv, dan
Alif TV. Meski berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi
maupun misi. Namun, ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya.
Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih kuat. Di samping itu,
Republika juga mempunyai portal berita yang diberi nama Republika Online
(ROL). ROL hadir sejak 17 Agustus 1995. ROL adalah portal berita yang
menyajikan informasi melalui teks, audio dan video berdasar teknologi
hipermedia dan hiperteks. ROL hadir dalam dua bahasa yakni Inggris dan
Indonesia. Pada harian Republika terdapat bagian tajuk yang penulisannya
menggunakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat secara umum. Salah satu
penggunaan bahasa yang digunakan adalah deiksis.
Contoh:
“Belitan masalah bangsa ini tengah begitu kuat (Republika, 8 Oktober
2015)”
Pada cuplikan kalimat tersebut konteksnya adalah harian Republika
merupakan media masa nasional Indonesia yang cakupan edarannya adalah
wilayah-wilayah di Indonesia. Tajuk tersebut sifatnya memberi interpretasi
terhadap berita kabinet kerja Jokowi. Kata “ini” pada cuplikan kalimat di atas
merupakan kata deiktis yang merujuk pada “Indonesia”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Peneliti mengambil topik fenomena deiksis pada surat kabar ini karena
penelitian yang berkaitan dengan deiksis masih belum banyak diteliti dalam kajian
pragmatik. Selain itu, deiksis penting digunakan dalam kaitannya dengan
penulisan pada surat kabar. Penulisan pada surat kabar biasanya menggunakan
deiksis supaya tulisan yang dihasilkan tidak monoton atau bervariasi. Tulisan
pada harian Republika khususnya pada bagian rubrik tajuk memuat banyak deiksis
yang dituliskan oleh penulis. Jadi, penggunaan deiksis dalam harian Republika
harus dipelajari dan dipahami agar penujukkan secara langsung mengenai suatu
obyek mampu dipahami dengan baik oleh pembaca meskipun referensinya
berubah-ubah. Pada harian Republika bagian rubrik tajuk, deiksis berkaitan
dengan bahasa khususnya pragmatik sehingga penelitian fenomena deiksis pada
rubrik tajuk harian Republika sebagai surat kabar nasional ini menarik untuk
diteliti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, masalah umum penelitian ini
adalah bagaimanakah fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika edisi
September–Desember 2015? Masalah umum ini kemudian dirinci dalam dua sub
masalah berikut ini.
1) Apa sajakah wujud fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika
edisi September–Desember 2015?
2) Apa sajakah maksud fenomena deiksis pada rubrik tajuk di harian
Republika edisi September–Desember 2015?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan, tujuan penelitian
secara umum ini adalah mendeskripsikan tentang fenomena deiksis pada rubrik
tajuk di harian Republika edisi September–Desember 2015. Secara khusus, tujuan
penelitian ini dirinci sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan wujud fenomena deiksis pada rubrik tajuk di harian
Republika edisi September–Desember 2015.
2) Mendeskripsikan maksud fenomena deiksis pada rubrik tajuk di harian
Republika edisi September–Desember 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika edisi
September–Desember 2015 ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang
memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan
penelitian ini.
1) Manfaat Teoretis
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya kajian dan memperkaya khasanah teoretis tentang deiksis dalam
berbahasa Indonesia sebagai fenomena pragmatik yang baru khususnya pada tajuk
rencana sebuah surat kabar.
2) Manfaat Praktis
Penelitian deiksis berbahasa Indonesia ini juga diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi peneliti sendiri, bagi guru atau praktisi bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pendidikan, dan bagi redaksional sebuah surat kabar. Bagi peneliti sendiri sebagai
penutur bahasa Indonesia, penelitian ini dapat membuat peneliti lebih jeli ketika
menggunakan kata deiktis supaya lawan tutur bisa memahami maksud penutur.
Selanjutnya bagi guru atau praktisi bidang pendidikan, diharapkan penelitian ini
dapat memberikan pemahaman baru kepada praktisi pendidikan untuk lebih
memerhatikan penjelasan maksud deiksis dalam sebuah tulisan terlebih pada surat
kabar ketika digunakan dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar dan
memberikan masukan untuk mengembangkan ilmu pragmatik dengan penelitian
yang berbeda. Bagi redaksional sebuah media masa terlebih media masa nasional,
penelitian ini dapat digunakan sebagai pemahaman baru untuk menuliskan kata
deiktis yang bervariasi dengan maksud yang jelas disesuaikan dengan konteks
supaya pembaca dapat memahami isi tulisan dalam media masa itu.
1.5 Batasan Istilah
Beberapa istilah yang perlu diberi batasan pada penelitian ini adalah:
1) Pragmatik
Pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan
konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga
tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya (Levinson, 1983: 9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2) Konteks
Konteks tuturan dapat diartikan sebagai latar belakang pengetahuan
(background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami
bersama oleh mitra tutur atas apa yang dimaksud oleh si penutur itu di dalam
keseluruhan proses bertutur (Rahardi, 2003: 20).
3) Deiksis
Deiksis adalah istilah yang berasal dari kata Yunani deiktikos yang berarti
“hal penunjukan secara langsung”. Sebuah kata dikatakan bersifat deiktis apabila
referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat
dituturkannya kata itu (Purwo, 1984: 1).
4) Maksud
Maksud dalam Pragmatik adalah makna yang bersifat triadik (triadic
meaning) yang perlu menyangkutkan dengan konteks situasi masyarakat dan
kebudayaan tertentu yang menjadi wadahnya (Rahardi, 2003: 16–17).
5) Tajuk
Tajuk rencana atau tajuk adalah opini redaksi berisi aspirasi, pendapat, dan
sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual, dan atau
kontroversial yang terdapat dalam masyarakat (Sumadiria, 2004: 83).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I akan
diuraikan tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penulisan.
Bab II berisi kajian pustaka yang terdiri dari penelitian yang relevan, landasan
teori, dan kerangka berpikir. Bab III berisi tentang metode penelitian, yang terdiri
dari jenis penelitian, sumber data dan data, metode dan teknik pengumpulan data,
metode dan teknik analisis data, dan triangulasi data. Bab IV berisi hasil
penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi data, analisis, dan
pembahasan. Bab V berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan beberapa hal, yakni 1) penelitian yang relevan,
2) kajian teori, dan 3) kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang
tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti yang lain.
Kajian teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis
dari penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, fenomena pragmatik,
deiksis sebagai ruang lingkup pragmatik, jenis-jenis deiksis, maksud dalam
pragmatik, dan tajuk. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang
berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab
rumusan masalah.
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang deiksis pada rubrik tajuk harian Republika sejauh yang
diketahui oleh penulis, belum pernah dilakukan. Dalam bagian ini akan diuraikan
dua penelitian terdahulu yang relevan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Erlina
Dwi Octavia Sari (2011) dan Yudia Siska Anggraini (2014).
Sari, Erlina Dwi Octavia (2011) dalam skripsinya yang berjudul Deiksis
Sosial dalam Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas Edisi Desember–
Januari 2010/2011. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mendeskripsikan
bentuk-bentuk deiksis sosial dalam Tajuk Rencana surat kabar harian Kompas
edisi Desember—Januari 2010/2011, 2) mendeskripsikan kategorisasi deiksis
sosial dalam Tajuk Rencana surat kabar harian Kompas edisi Desember–Januari
2010/2011. Jenis dan strategi penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah deiksis sosial yang terdapat dalam
Tajuk Rencana, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Tajuk Rencana surat
kabar harian Kompas edisi Desember–Januari 2010/2011. Sumber data dalam
penelitian ini adalah Tajuk Rencana dalam surat kabar harian Kompas edisi
Desember–Januari 2010/2011. Teknik instrumen dan pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik simak, teknik simak bebas libat cakap, dan
teknik catat. Keabsahan data penelitian ini menggunakan validitas data jenis
triangulasi teoretis.
Hasil dari penelitian tersebut dapat disimpukan bahwa bentuk-bentuk
deiksis sosial dalam tajuk rencana surat kabar harian Kompas edisi Desember–
Januari 2010/2011, dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) bentuk honorifiks
(berupa jabatan: presiden, menteri, ketua, kepala badan, gubernur, dan direktur;
berupa gelar, berupa profesi, dan berupa julukan), (2) bentuk eufemisme (berupa
makna positif atau baik, dan makna negatif atau tidak baik), dan kategorisasi
deiksis sosial dalam Tajuk Rencana surat kabar Kompas edisi Desember–Januari
2010/2011, dibagi menjadi dua, yaitu katergorisasi deiksis sosial berupa kata, dan
kategorisasi deiksis sosial berupa frase.
Anggraini, Yudia Siska (2014) dengan skripsinya yang berjudul Deiksis
Dalam Rubrik Tajuk Surat Kabar Haluan. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan macam-macam deiksis yang digunakan dalam rubrik tajuk surat
kabar Haluan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
menggunakan prosedur analisis statistik. Metode deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan deiksis dan jenis-jenis dalam rubrik tajuk.
Hasil penelitiannya adalah deiksis orang yang ditemukan dalam rubrik
tajuk surat kabar Haluan yang terbit tanggal 11, 17, 19, 21, 24, 26, 28, 29 Oktober
dan 2 November 2013 tersebut beberapa di antaranya: Emma Yohanna, Wahyu
Iramana, Mahyeldi, Januardi Sumka, Ibrahim, Asnawi, Surya, Mawardi Nur,
Syamsuar, M. Ichlas El Qudsi, Yefri Hendri, Indra Dwipa, Emzalmi, Nardi
Gusman, James, Maigus, Kandris, Armalis, Desri Ayunda, dia, mereka, kita, SBY,
Megawati, Tubagus Chaeri Wardana, Susi, Atut, -nya, Anas, Andi, dan lain
sebagainya. Deiksis tempat yang ditemukan dalam rubrik tajuk surat kabar
Haluan yang terbit tanggal 11, 17, 19, 21, 24, 26, 28, 29 Oktober dan 2 November
2013 tersebut beberapa di antaranya: di Banten, di Jabar, pasar, sekolah, danau,
Sulawesi Selatan, Jakarta, Padang, pantai, universitas, di wilayah Sumatera
Barat, Pariaman, masjid, rumah, di daerah hulu, di kawasan bungus, di dalam
hidup ini, di daerah Air Putih, Riau, ke perkampungan, dan sebagainya. Deiksis
waktu yang ditemukan dalam rubrik tajuk surat kabar Haluan yang terbit tanggal
11, 17, 19, 21, 24, 26, 28, 29 Oktober, dan 2 November 2013 tersebut beberapa di
antaranya: pada Sabtu 19/10, sejak pertengahan bulan Oktober ini, saat itu, nanti,
kini, selama empat jam lebih, ketika, akhir tahun, Minggu, mulai tahun besok,
dulu, selama ini dan sebagainya. Deiksis wacana yang ditemukan dalam rubrik
tajuk surat kabar Haluan yang terbit tanggal 11, 17, 19, 21, 24, 26, 28, 29 Oktober
dan 2 November 2013 tersebut di antaranya: tersebut, ini, dia, mereka, -nya,
inilah, begitu dan beginilah. Deiksis sosial yang ditemukan dalam rubrik tajuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
surat kabar Haluan yang terbit tanggal 11, 17, 19, 21, 24, 26, 28, 29 Oktober dan
2 November 2013 tersebut beberapa di antaranya: presiden, menteri, gubernur,
bupati, pedagang, wisatawan, pengunjung, dosen, pemilih, suami, istri, adik,
kakak ipar, ibu tiri, dan sebagainya.
Berdasarkan kedua penelitian di atas, penelitian ini akan membedakan dari
segi subjek yaitu tajuk pada Harian Republika edisi September–Desember 2015.,
sedangkan objek penelitian ini adalah kalimat tertulis yang terdapat dalam tajuk
Republika yang muncul setiap hari Senin–Sabtu pada kalimat yang mengandung
deiksis. Peneliti akan melakukan penelitian pada rubrik tajuk di harian Republika
dengan judul penelitian Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk Harian Republika
edisi September—Desember 2015. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan
wujud fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika edisi September–
Desember 2015 dan mendeskripsikan maksud fenomena deiksis pada rubrik tajuk
Republika edisi September–Desember 2015. Oleh karena itu, penelitian deiksis
dalam harian Republika tersebut dapat digunakan sebagai acuan mengkaji
fenomena deiksis khususnya dalam tajuk rencana pada surat kabar.
2.2 Kajian Teori
Teori-teori yang dipaparkan dalam kajian teori ini berkaitan dengan
penelitian ini yaitu teori pragmatik, konteks, deiksis sebagai ruang lingkup
pragmatik, jenis-jenis deiksis. Berikut rincian teori-teori yang menjadi landasan
dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.2.1 Pragmatik
Pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan
konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga
tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya (Levinson, 1983: 9). Pragmatik
menelaah relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu
catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain: telaah mengenai
kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat
dan konteks-konteks secara tepat. Heatherington (1980: 155) dalam Tarigan
(1986: 34) menjelaskan bahwa ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus
dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang
merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa dapat memengaruhi
tafsiran atau interpretasi dalam pragmatik. Pragmatik menelaah bukan saja
pengaruh-pengaruh fonem suprasegmental, dialek, dan register, tetapi justru
memandang performansi ujaran pertama-tama sebagai suatu kegiatan sosial yang
ditata aneka ragam konvensi sosial.
Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup
di dalam teori semantik, maksudnya adalah pragmatik menelaah makna tuturan
(utterance), sedangkan semantik menelaah makna kalimat (sentence). Kalimat
adalah maujud (entities) abstrak seperti yang didefinisikan di dalam teori bahasa,
dan tuturan adalah pengujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya. Dengan
demikian, semantik menggeluti makna kata atau klausa, tetapi makna yang bebas
konteks (context-independent), makna yang stabil, sedangkan pragmatik
menggumuli makna yang terikat konteks (context-dependent). Upaya menyusun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
teori bahasa harus mendasarkan konteks yang melingkupi penggunaan pada
komunikasi interaksi antara si pembicara dan si lawan bicara (Purwo, 1990: 16).
Charles Morris (1938: 6) dalam Levinson (1983: 1) mengatakan bahwa pragmatik
adalah studi tentang hubungan tanda pada lawan tutur. Pragmatik dirujukan pada
aspek studi tentang makna yang tidak dibahas dalam semantik. Maka dari itu,
pragmatik (atau semantik behavioral) menelaah keseluruhan perilaku insan,
terutama sekali dalam hubungannya dengan tanda-tanda dan lambang-lambang-
lambang. Pragmatik memusatkan perhatian pada cara insan berperilaku dalam
keseluruhan situasi pemberian tanda dan penerimaan tanda (George, 1964: 31–38
dalam Tarigan 1986: 34). Seperti yang dikemukakan Levinson dalam Tarigan
(1986: 33) bahwa pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang
tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain:
memperbincangkan segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara
tuntas oleh referensi langsung kepada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang
diucapkan. Secara singkat dapat dirumuskan: pragmatik= makna – kondisi-
kondisi kebenaran.
Dengan demikian, sesuai dengan berbagai definisi atau pengertian
pragmatik dari beberapa ahli yang sudah tertulis di atas, penulis menyimpulkan
bahwa pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari penggunaan
bahasa dihubungkan dengan konteks atau situasi saat ujaran atau tulisan dibuat.
Kalimat yang terujar atau tertulis akan terpahami maksudnya pada pihak
pendengar atau pembaca ketika kalimat itu direlasikan dengan situasi khusus yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
ada, bukan hanya dari unsur intralingual bahasa yang hanya mengkaji bahasa dari
struktur pembentuk kalimatnya.
2.2.2 Konteks
Rahardi (2003: 78) mengungkapkan bahwa pragmatik merupakan cabang
ilmu bahasa yang mempelajari struktur eksternal bahasa. Struktur eksternal bahasa
yang dimaksud bisa dimungkinkan sebagai konteks. Leech (1983: 13) dalam
Nadar (2009: 6) mendefinisikan konteks sebagai latar belakang pemahaman yang
dimiliki oleh penutur maupun maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat
membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu
membuat tuturan tertentu. Konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan
fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-
sama dimiliiki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur
menafsirkan makna tuturan. Konteks memasukan semua situasi dan hal yang
berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam
bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan
sebagainya (Sobur, 2006: 56).
Istilah konteks dan situasi sering pula digunakan untuk menerangkan
peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti
bahasa. Situasi itu dapat formal dan informal dan di antara kedua titik itu dapat
pula diadakan gradasi. Pada dasarnya situasi formal menuntut digunakan ragam
bahasa yang formal dan situasi informal menuntut penggunaan ragam bahasa yang
juga informal. Mengenai bila situasi itu formal dan bila tidak, biasanya ditentukan
oleh para peserta bicara kadang-kadang secara diam-diam saja kadang-kadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
secara eksplisit. Antara situasi formal dan penggunaan ragam bahasa formal itu
biasanya terdapat hubungan timbal balik. Penggunaan bahasa formal membawa
kepada keformalan situasi dan begitu pula sebaliknya. Konteks dari sebuah kata
atau bicara dapat meliputi seluruh latar belakang sosial budaya dari masyarakat
bahasa itu (Anwar, 1984: 44).
Dengan demikian, sesuai dengan pengertian konteks menurut para ahli di
atas, dapat dipahami bahwa konteks adalah situasi luar teks yang dapat
mendukung terpahaminya suatu interpretasi sebuah teks. Konteks ini penting
untuk dipahami terlebih dahulu sebelum mengkaji sebuah teks dalam kaitannya
dengan analisis Pragmatik. Konteks ini dapat berupa lingkungan fisik, sosial,
partisipan yang ada dalam suatu pemakai bahasa. Secara sederhana, konteks
adalah keadaan luar teks yang berhubungan dengan teks itu.
2.2.3 Fenomena Pragmatik
Dalam ilmu pragmatik terdapat empat fenomena pragmatik yang telah
disepakati, yaitu (1) praanggapan (presupposition), (2) implikatur percakapan
(conversational implicature), (3) tindak ujaran (speech acts), dan (4) deiksis,
(Purwo, 1990: 17–21). Fenomena-fenomena itu diuraikan satu per satu sebagai
berikut.
2.2.3.1 Praanggapan
Rahardi (2003: 42) memaparkan jika sebuah tuturan dapat dikatakan
mempraanggapkan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang
dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang
mempresuposisikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
tercantik di kelas itu pandai sekali, mempraanggapkan adanya seorang mahasiswi
yang berparas sangat cantik. Apabila pada kenyataanya memang ada seorang
mahasiswa yang berparas cantik di kelas itu, tuturan itu di atas dapat dinilai benar
atau salahnya.
Jika suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan
pengucapan kalimat itu, turut disertakan pula tambahan makna, yang tidak
dinyatakan, tetapi tersiratkan dari pengucapan kalimat itu. Seperti yang terjadi
pada konteks berikut. Saya menitipkan batang saya kepada seseorang (yang
tinggal di kota lain) untuk dijualkan, tetapi sudah lama sekali orang yang saya
titipi barang itu tidak juga memberi kabar dan mengirimkan uang hasil penjualan
barang saya itu. Amatilah kalimat yang saya ucapkan kepada orang itu pada
waktu saya menelponnya, berikut ini.
―Kalau barang saya itu sudah laku, uangnya jangan dikirimkan ke alamat
rumah, tetapi ke alamat kantor saja. Ini alamat kantor saya:
[...]‖
Yang dinyatakan (asserted) pada kalimat-kalimat itu adalah
pemberitahuan mengenai cara pengiriman uang dan alamat kantor, tetapi yang
dipranggapkan (presupposed) adalah bahwa orang yang ditelpon itu masih
memiliki tanggungan yang harus dibereskan pasa suatu waktu. Kalimat di atas
dapat pula dikatakan sebagai ―pengingatan‖ (terhadap kewajiban membayar) yang
terselubung (Purwo, 1990: 19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.2.3.2 Implikatur Percakapan
Implikatur percakapan adalah adanya keterkaitan antara ujaran dari
seorang penutur dan lawan tuturnya (Chaer, 2010: 33). Namun, keterkaitan itu
tidak tampak secara literal; tetapi dapat dipahami secara tersirat. Menurut Mey
(1993: 99), implikatur ―implicature” berasal dari kata kerja to imply sedangkan
kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal dari bahasa latin plicare
yang berarti to fold ―melipat‖, sehingga untuk mengerti apa yang dilipat atau
disimpan tersebut haruslah dilakukan dengan cara membukanya. Dalam rangka
memahami apa yang dimaksud oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu
melakukan intepretasi pada tuturan-tuturannya. Levinson (1983: 97) menyebut
implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatik.
Salah satu alasan penting yang diberikannya adalah implikatur memberikan
penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih banyak
dari apa yang dituturkan. Misalnya dalam pertuturan ini:
Pak Gio : ―Bapak Sure tetangga kita yang baru itu mobilnya sering ganti-
ganti ya.‖
Pak Sure : ―Tentu saja karena dia bekerja di kantor pajak.‖
Bisakah kita pahami keterkaitan antara ―Sering ganti mobil dengan bekerja
di kantor pajak?‖, Secara literal tidak bisa dipahami karena tidak disebutkan
dalam pertuturan itu; tetapi secara tersirat bisa dipahami karena pada waktu
sekarang kita tahu keadaan ekonomi seorang pegawai kantor pajak memang jauh
lebih makmur dari pada orang yang tidak bekerja di kantor pajak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.2.3.3 Tindak ujaran
Yule (1996) mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan
melalui ujaran. Bambang Kaswanti Purwo (1990: 19) mengatakan bahwa di
dalam mengatakan suatu kalimat, seseorang tidak semata-mata mengatakan
sesuatu dengan pengucapan kalimat itu. Di dalam pengucapan kalimat, ia juga
―menindakkan‖ sesuatu. Dengan pengucapan kalimat Mau minum apa? Si
pembicara tidak semata-mata menanyakan atau meminta jawaban tertentu; ia juga
menindakkan sesuatu, yakni menawarkan minum. Hal-hal yang dapat ditindakkan
di dalam berbicara antara lain permintaan (requests), pemberian izin (permisions),
tawaran (offers), ajakan (invitation), penerimaan akan tawaran (acceptation of
offers). Tindak ujaran ada yang berupa langsung ada yang tak langsung. Seperti
contoh berikut.
(tindak ujaran langsung)
A: Minta uang untuk membeli gula!
B: Ini.
(tindak ujaran tak langsung)
A: Gulanya habis, nyah.
B: Ini uangnya. Beli sana!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.2.3.4 Deiksis
Kata deiksis berasal; dari kata Yunani deiktikos, yang berarti ‗hal
penunjukan secara langsung‘. Dalam linguistik sekarang kata itu dipakai untuk
menggambarkan fungsi kata ganti persona, kata ganti demonstratif, fungsi waktu,
dan bermacam-macam ciri gramatikal dan leksikal lainnya yang menghubungkan
ujaran dengan jalinan ruang dan waktu dalam tindak ujaran (Lyons, 1997: 636
dalam Purwo, 1984: 2). Sebuah kata dikatakan deiksis apabila referennya
berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si
pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu, misalnya
kata saya, sini, sekarang. Demi pengertian penuh istilah ―deiksis‖ itu, perlu
diperhatikan bahwa unsur-unsur yang mengandung arti (biasanya: leksem; tetapi
juga yang menggantikannya secara pronominal, baik itu berupa bentuk bebas
maupun bentuk terikat secara morfemis) dapat dibedakan antara referensial
(misalnya kata rumah, meja) dan yang tidak referensial (misalnya kata walaupun,
aduh). Misalnya dalam kalimat, ―sebagai saksi dia akan diperiksa besok”. Kata
besok pada kalimat tersebut adalah deiksis karena kalau sekarang hari Senin maka
besuk hari Rabu dan kalau sekarang hari Rabu maka besuk hari Kamis. Untuk
menghindarinya, maka kata besok, lebih untuk bahasa tulis, sebaiknya jangan
digunakan dan akan lebih tepat kalau menyebutkan nama hari dan tanggal.
Sesuai dengan penjabaran fenomena pragmatik di atas, deiksis merupakan
salah satu fenomena yang terdapat dalam bidang pragmatik yang berarti bahwa
fenomena deiksis ini adalah penggunaan kata rujukan yang digunakan untuk
menerangkan referen atau acuan yang bisa berpindah-pindah. Deiksis sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mempengaruhi keberhasilan suatu interaksi antara penutur dan lawan tutur karena
dalam deiksis yang digunakan oleh penulis atau penutur mengandung makna yang
berbeda-beda tergantung konteks. Kata-kata yang mengandung rujukan itu disebut
dengan deiktis, sedangkan penggunaan kata-kata itu disebut dengan deiksis.
2.2.4 Deiksis sebagai Fenomena Pragmatik
Levinson (1983: 54) menyebutkan bahwa deiksis adalah fenomena
hubungan bahasa dengan konteks yang dicerminkan dalam struktur bahasa itu
sendiri. Deiksis mencakup jalan di mana bahasa-bahasa terkodifikasi atau fitur
yang tergramatikalisasi dari konteks ujaran atau tuturan. Deksis juga
mengupayakan pada proses interpretasi ujaran berdasarkan pada analisis konteks
dari ujaran tersebut. Dalam konteks yang lebih luas, apa yang dimaksudkan
dengan istilah ―deiksis‖ adalah semantik (di dalam tuturan tertentu) yang berakar
pada identitas penutur. Semantik itu dapat bersifat gramatikal, dapat pula bersifat
leksikal (Verhaar, 1996: 397).
Menurut Yule (2006: 13), deiksis adalah hal mendasar yang kita lakukan
dengan tuturan. Deiksis berarti ‗penunjukan‘ melalui bahasa. Bentuk linguistik
yang dipakai untuk menyelesaikan ‗penunjukan disebut ungkapan deiksis. Kata
deiksis dijelaskan sebagai pronomina yang referennya tergantung dari identitas
penutur. Sebuah kata dikatakan deiktis apabila referennya berpindah-pindah atau
berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung
pada saat dan tempat dituturkanya kata itu. misalnya kata saya, sini, sekarang.
Demi pengertian penuh istilah ‗deiksis‘ itu, perlu diperhatikan bahwa unsur-unsur
mengandung arti (biasanya: leksem; tetapi juga yang menggantikannya secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pronominal, baik itu berupa bentuk bebas maupun bentuk yang terikat secara
morfemis) dapat dibedakan antara yang referensial (misalnya kata rumah, meja)
dan yang tidak referensial (misalnya kata rumah, meja) dan yang tidak referensial
(misalnya walaupun, aduh), (Purwo, 1984: 1).
Mey (1993: 89 dalam Nadar 2009: 55) memberikan contoh seorang tamu
hotel di negara asing yang berada di kamarnya. Tiba-tiba ada ketukan di pintu
kamarnya, dan dia bertanya ―Siapa di sana?‖, serta dijawab ―Ini aku‖. Bagi tamu
hotel tersebut kata aku tidak memperjelas siapa penuturnya, karena aku menunjuk
pada seseorang yang bagi tamu tersebut juga tidak jelas. Dengan demikian aku
adalah kata deiktis, dan menunjukkan pada diri orang yang mengucapkannya.
Kalau orangnya berubah, aku menunjuk pada orang yang berbeda pula. Seseorang
penutur yang berbicara dengan lawan tuturnya sering kali menggunakan kata-kata
yang menunjuk baik pada orang, waktu, maupun tempat. Kata-kata yang lazim
disebut dengan deiksis tersebut berfungsi menunjukkan sesuatu, sehingga
keberhasilan suatu interaksi antara penutur dan lawan tutur sedikit banyak akan
tergantung pada pemahaman deiksis yang dipergunakan oleh seorang penutur.
Rahardi (2003: 78) mengungkapkan deiksis dapat dipahami sebagai relasi
antara kata dengan makna yang disimbolkannya, tetapi makna yang muncul
tersebut berciri tidak tetap atau dapat berubah-ubah. Pada konteks tuturan yang
berbeda, kata yang sama dapat menunjuk pada makna yang berbeda. Kata-kata
yang memiliki potensi penyimbolan tidak sama dan selalu berubah-ubah sesuai
dengan konteksnya itu dinamakan kata-kata deiktis. Lalu, fenomena
kebahasaannya itu sendiri disebut deiksis. Lazimnya, kata-kata yang berpotensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
memiliki fenomena deiksis adalah kata ganti kata pronomina, kata penunjuk,
tempat, dan kata penunjuk waktu. Contohnya saja kata saya pada ‗Saya belum
makan‘ dan pada ‗saya juga belum‘. Saya pada tuturan pertama dan kedua
memiliki referen yang tidak sama. Sosok yang ditunjuk juga tidak sama. Kata
tertentu yang dapat memiliki referen makna berbeda pada konteks tuturan yang
tidak sama itu merupakan fenomena deiksis. Demikian pula kata sini pada ‗di
Jakarta sini hujan deras sekali‘ dan ‗di Bandung sini hujan juga deras sekali‘,
memiliki referen makna yang jelas sangat berbeda. Kata sini pada tuturan yang
satu menunjuk pada referen tempat di Bandung, sedangkan kata sini yang
satunya memiliki referen tempat Jakarta. Kata-kata sini yang bermakna berbeda
dalam konteks yang seperti ini dinamakan kata-kata deiktis, sedangkan gejala
kebahasaan yang mengenainya dinamakan deiksis. (Rahardi, 2003: 78–79)
Sesuai dengan penjelasan beberapa ahli di atas deiksis. Dapat diartikan
bahwa deiksis menjadi salah satu fenomena pragmatik yang berarti penggunaan
bahasa yang harus dihubungkan dengan konteks untuk dapat diinterpretasi pada
suatu ujaran. Deiksis bisa diartikan sebagai penunjukan melalui bahasa yang
referen atau acuannya bisa berubah-ubah atau berganti-ganti sesuai siapa
pembicara dan bagaimana situasi pertuturan itu. leksem yang mengandung
ungakapan deiksis bisa disebut dengan kata deiktis. Kata deiktis dapat
dicontohkan dengan ‘saya, sini, sekarang’, dan sebagainya. Selanjutnya, kata
deiktis biasanya berupa pronominal, kata keterangan tempat, dan kata keterangan
waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Bambang Kaswanti Purwo (1984) dalam bukunya yang berjudul Deiksis
dalam Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa deiksis dalam bahasa Indonesia
dibedakan menjadi deiksis eksofora dan deiksis endofora. Deiksis eksofora
mempermasalahkan pembahasan bidang semantik leksikal. Hal ini berbeda
dengan endofora yang terutama menyoroti masalah sintaksis. Leksem yang
menjadi bahan pembahasan dalam deiksis persona adalah bentuk-bentuk nominal
dan pronominal. Dalam deiksis ruang yang menjadi pembahasan adalah leksem
verbal dan adjektival, sedangkan dalam deiksis waktu leksem adverbial.
2.2.4.1 Deiksis Luar – Tuturan (Eksofora)
Bambang Kaswanti Purwo (1984: 19) menyatakan bahwa yang
dipersoalkan dalam pembicaraan tentang eksofora adalah bidang semantik
leksikal, meskipun bidang sintaksis tidak dapat dilepaskan sama sekali dari
pembahasan bidang semantis leksikal ini. Kerangka pembicaraan pada sub-bab ini
akan dibagi dalam tiga hal sesuai dengan kedudukan permasalahan masing-
masing dalam hirarki kedeiktisan, uraiannya adalah sebagai berikut.
2.2.4.1.1 Deiksis Persona
Purwo (1984: 19) menjelaskan bahwa leksem-leksem yang menjadi bahan
pembicaraan deiksis persona adalah bentuk-bentuk nominal dan pronominal.
Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep
atau pengertian (Alwi, 2003: 249). Pronomina adalah kategori yang berfungsi
untuk menggantikan nomina (Kridalaksana, 1994: 77).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Kata Latin persona ini merupakan terjemahan dari kata Yunani prosopon,
yang artinya ‗topeng‘, dan juga berarti peranan atau watak yang dibawakan oleh
pemain drama. Referen yang ditunjuk oleh kata ganti persona berganti-ganti
tergantung pada peranan yang dibawakan oleh peserta tindak ujaran. Orang yang
sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila dia
tidak berbicara lagi, dan kemudian menjadi pendengar, maka ia berganti memakai
‗topeng‘ yang disebut persona kedua. Orang yang tidak hadir dalam tempat
terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan), atau yang hadir dekat
dengan tempat pembicaraan (tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri
secara aktif) diberi ‗topeng‘ yang disebut persona ketiga (Purwo, 1984: 22).
Bentuk-bentuk kata ganti persona dalam bahasa Indonesia dapat
dijabarkan sebagai berikut. Ada dua bentuk kata ganti persona pertama: aku dan
saya, masing-masing memiliki perbedaan dalam pemakaian. Kata aku hanya
dapat dipakai dalam situasi informal, sedangkan kata saya dipakai dalam situasi
formal. Terdapat pula bentuk terikat kanan –ku dan ku- pada persona pertama ini.
Bentuk persona kedua engkau dan kamu hanya dapat digunakan di antara peserta
ujaran yang sudah akrab hubungannya, atau dipakai oleh orang yang mempunyai
status sosial lebih tinggi untuk menyapa lawan bicara yang berstatus sosial lebih
rendah. Pemilihan bentuk mana yang harus dipakai ditetukan oleh aspek
sosiolingual. Selain itu terdapat pula bentuk Anda dan dikau pada persona kedua.
Selanjutnya bentuk kalian digunakan untuk menyatakan bentuk jamak persona
kedua. Dalam bahasa Indonesia dibedakan antara bentuk persona ketiga (tunggal);
ia, dia, beliau, -nya dan bentuk persona ketiga jamak; mereka. Terdapat pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
bentuk yang dikenal dengan persona eksklusif, yaitu gabungan antara persona
pertama dan ketiga yang dinyatakan dalam bentuk kami. Bentuk inklusif
menyatakan gabungan antara persona pertama dan persona kedua yang mana
wujudnya adalah kita (Purwo, 1984: 21–24). Lihat contoh di bawah ini untuk
memperjelas pemahaman tentang deiksis eksofora persona:
―Saya pikir dia cantik‖
Pada kalimat di atas, kata dia merujuk pada luar bahasa, artinya kata
deiksis dia merupakan deiksis eksoforis.
2.2.4.1.2 Deiksis Ruang
Deiksis ruang berhubungan dengan pemahaman mengenai lokasi atau
tempat yang dipergunakan peserta pertuturan dalam situasi pertuturan. (Nadar,
2009: 55–56). Selanjutnya, Purwo (1984: 37–44) menyatakan bahwa tidak semua
leksem ruang dapat bersifat deiktis dan tidak ada leksem ruang yang berupa
nomina. Nomina baru dapat menjadi lokatif apabila dirangkaikan dengan
proposisi hal ruang. Leksem ruang dapat berupa adjektiva, adverbia atau verba.
Leksem yang tidak deiktis menjadi deiktis apabila dirangkai dengan leksem
persona. Contoh kalimat di bawah ini:
A: Di mana anjingnya?
B: Di atas.
Preposisi di atas bersifat deiktis karena untuk mengetahui tempat yang
dimaksud diperlukan pengertian di mana si pembicara itu (yaitu B) berdiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Apabila objek yang dituju oleh preposisi dasar adalah tempat persona itu berada,
maka tempat itu sendiri wajib disebutkan bersama dengan bentuk personanya.
Kata penunjuk tempat sini, situ, sana masing-masing dapat dirangkaikan dengan
preposisi di, ke, atau dari.
Purwo (1984: 43–45) menjelaskan bahwa deiksis ruang dapat dibedakan
menjadi dua jenis yakni deiksis ruang yang berupa leksem demonstratif dan
deiksis ruang yang berupa lokatif. Penunjuk demonstratif dapat dinyatakan
dengan bentuk ini dan itu. Selanjutnya penunjuk ruang atau tempat yang berupa
lokatif dapat berupa sini, situ, sana dan lainnya yang bisa juga mendapat kata
depan di-, ke-, dan dari-.
2.2.4.1.3 Deiksis Waktu
Traugott (1975) dalam Purwo (1984: 58) mengungkapkan bahwa dari
sejarah perkembangannya dapat dilihat bahwa preposisi yang dapat berisifat
lokatif dan temporal pada asal mulanya hanya bersifat lokatif, dan baru kemudian
dipergunakan pula secara temporal. Beberapa leksem waktu dibedakan sebagai
akibat perputaran bumi mengelilingi matahari yang menyebabkan keadaan gelap
dan terang: pagi, siang, sore (petang), malam. Batas waktu antara yang disebut
pagi, siang, sore, dan malam dalam setiap bahasa tidak senantiasa sama. Dalam
bahasa Indonesia, yang dikatakan pagi adalah waktu antara pukul tiga sebelum
matahari terbit sampai pukul sepuluh sesudah matahari terbit. Namun, pukul tiga
itu bukanlah batas yang jelas antara malam dan pagi. Tidak ada kesamaan
pendapat antara penutur bahasa Indonesia tentang penyebutan pukul tiga itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lihatlah contoh berikut.
―Tadi malam, sekitar pukul tiga pagi ada orang yang mengetuk jendela
kamarku‖.
Kata siang dapat berarti waktu antara matahari terbit dan matahari
terbenam, merupakan lawan kata malam yang berarti waktu antara matahari
terbenam sampai matahari terbit. Contoh:
―Ia bekerja siang dan malam‖
Leksem waktu bersifat deiktis apabila yang menjadi patokan adalah si
pembicara. Kata sekarang bertitik labuh pada saat si pembicara mengucapkan kata
itu (dalam kalimat), atau yang disebut saat tuturan. Kata kemarin bertitik labuh
pada satu hari sebelum saat tuturan, dan kata besok bertitik labuh pada satu hari
sesudah saat tuturan. Poerwadarminta (1976) dalam Purwo (1984: 71)
menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia, ada kata yang menggambarkan
sampai dua hari sebelum dan empat hari sesudah saat tuturan. Untuk menyebutkan
satu hari sebelum kemarin dipergunakan frasa kemarin dulu, dan untuk
menyebutkan satu hari sesudah besok dipakai (hari) lusa, dua hari sesudah besok
kata tulat atau langkat, tiga hari sesudah besok kata tubin atau tungging.
2.2.4.2 Deiksis Dalam – Tuturan (Endofora)
Deiksis endofora ini akan menyoroti masalah sintaksis. Salah satu akibat
dari penyusunan konstituen-konstituen bahasa secara linear adalah kemungkinan
adanya konstituen tertentu yang sudah disebutkan sebelum disebut ulang pada
penyebutan selanjutnya, entah itu dengan bentuk pronominal entah tidak. Kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
konstituen itu karena kesamaannya lazim dikatakan sebagai dua konstituen yang
berkoreferensi (Purwo, 1984: 103). Di antara bentuk-bentuk persona, hanya
personal ketiga yang dapat menjadi pemarkah anafora dan katafora. Deiksis
persona ketiga meliputi ia, dia, beliau, mereka, -nya. Deiksis Ruang mencakup
kata ini, itu, begini, begitu yang tidak merujuk pada lokasi tertentu tetapi merujuk
pada konstituen kanan atau kiri juga termasuk dalam deiksis endofora (Purwo,
1984: 105 – 110). Seperti tampak pada kalimat di bawah ini:
―Dia memperkenalkanku pada ibunya‖
Kata –nya dalam kalimat di atas mengacu pada kata dia, hal ini menunjuk
pada orang tertentu yang sama-sama dimengerti baik oleh si pembicara maupun si
lawan bicara.
Dalam kerangka penelitian, kasus di atas dapat digolongkan dalam
anafora. Kata –nya mengacu pada konstituen di sebelah kirinya. Suatu bentuk
yang mengacu pada konstituen di sebelah kanannya disebut katafora (Purwo,
1984: 104). Dalam penelitian ini apa yang disebut anteseden itu diberi nama titik
tolak (dibedakan dengan titik labuh, yang bersifat eksoforis). Titik tolak berupa
kata atau frasa atau kalimat atau wacana berupa unsur dalam bahasa. Titik labuh
berupa unsur luar bahasa, dapat berwujud orang yang sedang berbicara, yang
diajak berbicara atau yang dibicarakan, dapat pula merupakan tempat si pembicara
berdiri, dan dapat pula merupakan tempat atau waktu yang ditunjuk oleh si
pembicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2.2.5 Maksud dalam Pragmatik
Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup
di dalam teori semantik, maksudnya adalah pragmatik menelaah makna tuturan
(utterance), sedangkan semantik menelaah makna kalimat (sentence). Kalimat
adalah maujud (entities) abstrak seperti yang didefinisikan di dalam teori bahasa,
dan tuturan adalah pengujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya. Dengan
demikian, semantik menggeluti makna kata atau klausa, tetapi makna yang bebas
konteks (context-independent), makna yang stabil, sedangkan pragmatik
menggumuli makna yang terikat konteks (context-dependent). Upaya menyusun
teori bahasa harus mendasarkan konteks yang melingkupi penggunaan pada
komunikasi interaksi antara si pembicara dan si lawan bicara (Purwo, 1990: 16).
Sejalan dengan pendapat dari Purwo tersebut, Rahardi (2003: 16–17)
mengemukakan bahwa dalam ilmu pragmatik, makna itu bersifat triadik (triadic
meaning). Pragmatik mengkaji bahasa untuk memahami maksud penutur,
semantik mempelajarinya untuk memahami makna sebuah satuan linguan an sich,
yang notabe tidak perlu disangkutpautkan dengan konteks situasi masyarakat dan
kebudayaan tertentu yang menjadi wadahnya. Leech (1993: 53) menjelaskan
bahwa makna dalam pragmatik yaitu penutur mempunyai suatu tujuan melalui
tuturannya. Maksud itu diketahui oleh mitra tutur.
Dengan demikian, maksud dalam pragmatik bisa diartikan sebagaimana
makna. Namun, terdapat perbedaan mendasar antara makna pada tataran
semantik, dan makna yang terdapat pada pragmatik. Makna pada pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
adalah kalimat yang tertulis atau terujar harus dihubungkan dengan konteks. Maka
dari itu bisa disebut bahwa pragmatik merupakan (context dependent).
2.2.6 Tajuk
Sumadiria (2004: 83) menyatakan bahwa secara teknik jurnalistik, tajuk
rencana diartikan sebagai opini redaksi berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi
media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual, dan atau kontroversial
yang terdapat dalam masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan
mewakili sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi pers yang
bersangkutan secara keseluruhan sebagai suatu lembaga penerbitan media berkala.
Suara tajuk rencana bukanlah suara perorangan atau pribadi-pribadi yang terdapat
di jajaran redaksi atau di bagian produksi dan sirkulasi, melainkan suara kolektif
seluruh wartawan dan karyawan dari suatu lembaga penerbitan pers. Karena
merupakan suara lembaga, maka tajuk rencana tidak ditulis dengan
mencantumkan nama penulisnya. Assegaaf (1983: 64) dalam Sumadiria (2004:
83) menyatakan bahwa penulis tajuk rencana umumnya adalah pemimpin redaksi
atau redaktur senior, harus orang yang terpercaya, dan mengetahui kebijakan
pemberitaan serta kebijakan surat kabar tempat dia bekerja.
Tajuk rencana juga dikenali lebih jauh berdasarkan jenis dan sifat yang
dimilikinya, yaitu 1) tajuk rencana yang bersifat memberikan informasi semata,
2) tajuk rencana yang bersifat menjelaskan, 3) tajuk rencana yang bersifat
memberikan argumentasi, 4) tajuk rencana yang bersifat menjuruskan timbulnya
aksi, 5) tajuk rencana yang bersifat jihad, 6) tajuk rencana yang bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
membujuk, 7) tajuk rencana yang bersifat memuji, dan 8) tajuk rencana yang
bersifat menghibur.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa tajuk rencana atau yang biasa
dikenal sebagai tajuk, adalah sikap kritis dari media pers dalam menanggapi
permasalahan teraktual dalam bentuk tulisan dalam persnya. Tajuk ditulis
mewakili redaksi sehingga tidak pernah menyebutkan nama penulisnya.
2.3 Kerangka berpikir
Berdasarkan rincian teori di atas, peneliti menyusun kerangka berpikir
supaya memudahkan peneliti sendiri dalam proses menganalisis data deiksis pada
rubrik tajuk di harian Republika. Penelitian yang berjudul Fenomena Deiksis pada
Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi September–Desember 2015 ini
menggunakan teori pragmatik. Pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari
relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan
terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya seperti yang
diungkapkan Levinson (1983: 9). Selanjutnya peneliti memahami bahwa dalam
pragmatk terdapat ruang lingkup, sebagaimana penjelasan Purwo (1990: 17–20 )
bahwa dalam ilmu pragmatik terdapat empat fenomena pragmatik yang telah
disepakati, yaitu (1) praanggapan (presupposition), (2) implikatur percakapan
(conversational implicature), (3) tindak ujaran (speech acts), dan (4) deiksis.
Salah satu ruang lingkup yang menjadi fokus pada penelitain ini adalah deiksis.
Menurut Bambang Kaswanti Purwo (1984: 1), deiksis berarti ‗penunjukan‘
melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan ‗penunjukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
disebut ungkapan deiksis. Kata deiksis dijelaskan sebagai pronomina yang
referennya tergantung dari identitas penutur. Sebuah kata dikatakan deiktis
apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa
yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya
kata itu. misalnya kata saya, sini, sekarang.
Setelah memahami bahwa dalam pengertian deiksis seperti yang telah
dikemukakan oleh Purwo (1984: 19–103), terdapat dua jenis deiksis, yaitu deiksis
luar tuturan (eksofora) dan deiksis dalam tuturan (endofora). Dalam hal ini,
peneliti akan mengkaji dua rumusan masalah utama, yaitu wujud deksis dan
maksud deiksis. Jenis deiksis tersebut akan diteliti secara kualitatif pada rubrik
tajuk harian Republika edisi September–Desember 2015.
Untuk memperjelas kerangka berpikir tersebut, peneliti menggambarkan
bagan kerangka berpikir sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAGAN 1
Kerangka Berpikir
Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk di Harian Republika
Edisi September–Desember 2015
Teori Pragmatik
Fenomena Pragmatik
Deiksis
Eksofora Endofora
Wujud Maksud
Rubrik Tajuk Harian Republika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian metodologi ini dibahas tentang metode penelitian. Hal-hal
yang berkaitan dengan metode penelitian adalah: (1) jenis penelitian, (2) data dan
sumber data, (3) metode dan teknik pengumpulan data data, (4) instrumen
penelitian, (5) teknik analisis data, dan (6) triangulasi data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berisfat deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah
penggambaran secara menyeluruh tentang wujud dan maksud pada kata dan frasa
yang mengandung deiksis di tajuk harian Republika edisi September—Desember
2015. Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2006: 4) berpendapat bahwa
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Selanjutnya, Arikunto (2010: 234) menjelaskan bahwa di dalam penelitian
deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan.
Penelitain deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi
hanya menggambarkan ―apa adanya‖ tentang variabel, gejala atau keadaan. Maka,
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena analisis data
berupa paparan deskriptif tentang kata-kata deiksis pada rubrik tajuk di harian
Republika tanpa adanya perhitungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.2 Data dan Sumber data
Data merupakan hasil pencatatan peneliti tentang objek penelitian. Hasil
pencatatan peneliti tersebut dapat berupa kata, dan dapat berupa angka (Soewandi,
2007: 16). Data penelitian ini berupa kata dan frasa yang mengandung ungkapan
deiksis yang terdapat dalam tajuk Republika yang muncul setiap hari Senin–Sabtu
pada edisi September–Desember 2015.
Arikunto (2010: 85) mengatakan bahwa sumber data adalah benda, hal
atau orang tempat penelitian mengamati, membaca, atau bertanya tentang data.
Secara umum sumber data dapat diklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu person
(orang), paper (kertas), place (tempat). Sumber data pada penelitian ini adalah
paper (kertas) yang berupa dokumen tempat peneliti membaca dan mempelajari
sesuatu yang berhubungan dengan data penelitian. Sumber data penelitian ini
adalah tajuk pada Harian Republika edisi September–Desember 2015.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak atau
penyimakan. Sudaryanto (2015: 203) yang mengatakan bahwa metode simak atau
penyimakan karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak
yaitu menyimak penggunaan bahasa. Sejalan dengan pendapat tersebut, Mahsun
(2005: 90) menyebutkan bahwa istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan
dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara
tertulis. Dalam hal ini, peneliti menyimak kalimat tertulis yang mengandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
ungkaaan deiksis pada surat kabar Republika di rubrik tajuk edisi September—
Desember 2015.
Untuk melaksanakan metode simak tersebut, peneliti menerapkan
beberapa teknik yaitu, teknik sadap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik
catat (Sudaryanto, 2015: 203—206). Pada teknik sadap, untuk mendapatkan data,
peneliti menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. Berkaitan
dengan hal ini, peneliti menyadap penggunaan kalimat yang mengandung
ungkapan deiksis pada tajuk Republika edisi September—Desember 2015. Praktik
teknik sadap ini dikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas
libat cakap. Teknik simak bebas libat cakap, peneliti tidak dilibatkan langsung
untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya
sebagai pemerhati saja – pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan
muncul dari peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya (Sudaryanto, 2015:
204). Jadi, di sini peneliti tidak terlibat langsung dalam dialog. Setelah teknik
sadap dan teknik simak bebas libat cakap dilakukan, peneliti mencatat kalimat
yang mengandung ungkapan deiksis pada tajuk Republika edisi September—
Desember 2015.
Langkah-langkah yang dipakai dalam mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a) Peneliti mengumpulkan tajuk Republika edisi September—Desember
2015.
b) Peneliti membaca tajuk Republika edisi September—Desember 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
c) Peneliti mencatat kata atau frasa yang mengandung ungkapan deiksis
pada kalimat di tajuk harian Republika edisi September—Desember
2015.
3.4 Instrumen Penelitian
Ghony dan Almansur (2014: 95) menyatakan bahwa instrumen dalam
penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri, yaitu peneliti.
Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka kunci,
menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib, dan leluasa,
bahkan ada yang menyebutnya sebagai key instrument. Selanjutnya, Moleong
(2011: 168) menyebutkan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis data, penafsir data, dan
pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Oleh karena itu, instrumen penelitian yang berjudul Fenomena Deiksis
pada Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi September—Desember 2015 adalah
peneliti sendiri yang berbekal ilmu pengetahuan mengenai bidang kajian
penelitian ini. Dalam hal ini, peneliti memiliki peranan penting dalam penelitian
ini. Peneliti sendiri yang melakukan telaah atau melakukan eksplorasi terhadap
penelitian terkait deiksis ini yang menggunakan Harian Republika khususnya
pada rubrik tajuk sebagai sumber data. Untuk dapat melakukan perencanaan
sampai pelaporan data, peneliti harus memiliki bekal pengetahuan mengenai
pragmatik, konteks, deiksis, maksud, dan tajuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data
Dalam analisis data ini, peneliti menggunakan metode padan, yaitu alat
penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang
bersangkutan. Sudaryanto (2015: 16) berpendapat, dimungkinkan digunakannya
metode padan itu adalah di atas pengandaian bahwa bahasa yang diteliti memang
sudah memiliki hubungan dengan hal-hal di luar bahasa yang bersangkutan
bagaimanapun sifat hubungan itu. Adapun khusus mengenai penyebutan masing-
masing sub-jenis metode padan itu adalah sebagai berikut; referensial, fonetis
artikulatoris, translasional, ortografis, dan pragmatis. Jika dikategorikan ke dalam
sub-jenis metode padan di atas, penelitian ini menggunakan metode padan
pragmatis yakni alat penentunya adalah mitra wicara. Pada metode padan
pragmatis ini maksud ditentukan oleh mitra tutur. Dalam hal ini, yang menjadi
mitra wicara atau mitra tutur adalah peneliti sendiri. Jadi, maksud atau rujukan
dari deiksis yang ditemukan dalam tajuk Republika edisi September—Desember
2015 dapat ditentukan oleh peneliti bergantung pada konteks yang dipahami.
Analisis data yang dilakukan peneliti meliputi beberapa langkah berikut.
a) Peneliti mengklasifikasi data hasil temuan yang terdapat dalam tajuk di
harian Republika edisi September—Desember 2015 berdasarkan jenis
deiksis.
b) Peneliti mengidentifikasi data-data sesuai dengan konteksnya.
c) Peneliti memberikan pemaparan mengenai maksud sesuai analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
d) Peneliti menyerahkan hasil analisis data yang ada pada tabulasi data
kepada triangulator untuk diuji keabsahannya.
e) Setelah mendapatkan justifikasi dari triangulator, peneliti menguraikan
hasil penelitian tentang deiksis di tajuk harian Republika edisi
September—Desember 2015 dengan mendeskripsikan pada uraian
pembahasan terkait wujud dan maksud deiksis.
f) Peneliti menuliskan simpulan hasil penelitian.
3.6 Triangulasi Hasil Analisis Data
Menurut Lexy J. Moleong (1989: 195), trangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Dalam penelitian ini,
peneliti membuat triangulasi dengan tujuan untuk melakukan pengecekan
terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan.
Terdapat empat macam trangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Denzin, 1978
dalam Moleong, 2006: 330). Dalam penelitian ini, sebagai tujuan untuk
melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan,
peneliti menggunakan triangulasi penyidik atau triangulasi yang memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali
keterpercayaan data. Dalam penelitian ini, peneliti lainnya yang melakukan
pengecekan dalam triangulasi adalah Drs. St. Kartono, M. Hum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tiga hal, yaitu (1) deskripsi data, (2) hasil analisis
data, dan (3) pembahasan temuan. Ketiga hal tersebut akan dibahas satu per satu
dalam sub bab yang ada di bawah ini.
4.1 Deskripsi Data
Data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data tertulis. Sumber data
penelitian ini adalah wacana tajuk pada Surat Kabar Harian Republika edisi
September–Desember 2015 dengan data terkumpul 175 deiksis. Wacana tajuk
ditulis oleh pimpinan redaksi Harian Republika. Redaksi menuliskan opininya
dalam rubrik tajuk yang berisikan interpretasi terhadap suatu berita atau kejadian
yang menonjol yang terjadi di masyarakat yang bersifat singkat, logis, dan
diisajikan secara menarik. Tajuk ini merupakan sebuah tulisan yang isinya
memberi interpretasi atau mengomentari terhadap suatu berita terbaru. Tulisan
yang dibuat berfungsi sebagai sebuah pengaruh pada pembaca, memberi
interpretasi terhadap berita yang paling menonjol, menyajikan sikap
kebijaksanaan redaksi terhadap suatu pemberitaan yang ada, dan menjelaskan
makna berita. Tajuk di Harian Republika terbit setiap hari Senin–Sabtu. Wacana
tersebut merupakan kolom khusus yang penulisannya terdapat pada rubrik opini.
Tajuk ini biasanya terdapat di halaman enam pada Rubrik Opini. Secara umum,
tipologi (struktur) wacananya berupa susunan paragraf tanpa kotak dengan judul
yang berbeda setiap harinya. Dalam sekali terbitan, lazimnya terdapat satu wacana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tajuk yang memberikan interpretasi atau komentar terhadap suatu berita terbaru.
Tajuk di Harian Republika setiap harinya mempunyai jenis yang berbeda setiap
harinya, ada yang bersifat memberikan informasi, menegaskan suatu informasi,
memberikan argumentasi, menjurus supaya timbul suatu aksi, dan mengapresiasi.
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teori deiksis dari buku
Bambang Kaswanti Purwo yang berjudul Deiksis dalam bahasa Indonesia untuk
menemukan wujud deiksis yang muncul pada setiap tajuk di Harian Republika.
Selanjutnya, peneliti juga menggunakan teori Leech dari buku Prinsip-prinsip
Pragmatik untuk membantu menelaah konteks yang pada akhirnya menemukan
rujukan atau maksud daripada deiksis yang muncul. Deiksis tersebut berupa kata
atau frasa sesuai teori dalam buku Bambang Kaswanti Purwo. Peneliti
menemukan dua wujud utama deiksis. Oleh karena itu, peneliti menyebutnya
dengan deiksis eksofora yang dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu deiksis
eksofora persona, waktu, dan tempat, sedangkan deiksis endofora dibagi dalam
dua bagian utama, yaitu deiksis endofora anafora dan katafora. Berikut disajikan
data-data yang akan dianalisis dan dibahas pada penelitian ini.
Tabel 1: Jumlah Data Tuturan Berdasarkan Jenis-jenis Deiksis
No. Wujud Deiksis Jumlah Data
1 Deiksis Persona 25 deiksis
2 Deiksis Ruang 13 deiksis
3 Deiksis Waktu 50 deiksis
4 Deiksis Anafora 67 deiksis
5 Deiksis Katafora 20 deiksis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Berdasarkan tabel jumlah data penemuan deiksis eksofora pada penelitian
ini ditemukan 88 deiksis yang terdiri dari 25 deiksis persona, 13 deiksis ruang,
dan 50 deiksis waktu. Selanjutnya, deiksis endofora pada penelitian ini ditemukan
sejumlah 87 deiksis yang terdiri dari 67 deiksis anafora dan 20 deiksis katafora.
Data-data tersebut dapat disimak pada halaman lampiran penelitian ini. Berikut
peneliti akan memaparkan beberapa gambaran data terkait dengan penelitian ini:
(1) Dari sisi ini saja, sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat
tersebut.
(Republika, Sabtu, 5 September 2015)
Deiksis “kita” pada kalimat tersebut merupakan deiksis persona yang
merujuk pada redaksi Republika dan saya yang terlibat sebagai pembaca. Hal ini
dikarenakan konteks tuturannya adalah kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 5 September 2015 pada pembaca. Hal ini
berkaitan dengan wacana akan dibangunnya kereta super cepat (high speed train)
jarak Jakarta-Bandung. Penulis ingin menegaskan penolakan yang dilakukan
presiden terhadap proposal kegiatan pembangunan kereta tersebut. Bahwa
memang tidak bisa kereta berjalan dengan kecepatan maksimal sementara harus
transit di sejumlah stasiun.
(2) Jonan mungkin lupa, atau tidak tahu bahwa ojek aplikasi menjadi
salah satu solusi penanggulangan pengangguran saat negara ini
mengalami perlambatan ekonomi.
(Republika, Sabtu, 19 Desember 2015)
Deiksis “ini” pada kalimat di atas merupakan deiksis ruang atau tempat
yang merujuk pada negara Indonesia. Hal ini dikarenakan konteks tuturan berikut,
kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Desember 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan berita adanya penghentian
ojek aplikasi dalamSurat Pemberitahuan Nomor UM 3012/1/21/Phb/2015 yang
ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November
2015. Penulis mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi merupakan salah satu
solusi yang dapat menanggulangi perlambatan ekonomi di Indonesia sejak
September 2015.
(3) Hingga hari ini, asap kebakaran hutan semakin menyesakkan napas
sebagian saudara kita yang tinggal di Sumatera dan Kalimantan.
(Republika, Kamis, 8 Oktober 2015)
Deiksis “hari ini” merupakan contoh dari deiksis waktu yang merujuk pada
hari Kamis, 8 Oktober 2015. Hal ini dikarenakan konteks kalimat yaitu kalimat ini
disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada
pembaca. Hal ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah
Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015. Penulis menyampaikan,
sampai tulisan ini dibuat, kabut asap di wilayah tersebut belum reda.
(4)Mereka menolak batasan kenaikan upah minimum kebupaten/kota
(UMK) 2016 rata-rata sekitar 11,5 persen.
(Republika, Rabu, 25 November 2015)
Deiksis “mereka” pada pada kalimat di atas merupakan contoh dari deiksis
anafora karena rujukannya terletak pada konstituen sebelum kata itu muncul,
yakni buruh yang melakukan aksi mogok kerja pada 24 November 2015 di
Pulogadung, Bekasi, Batam, dan daerah lain. Hal ini dapat dilihat dengan konteks
kalimat, yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 25 November 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan berita adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
demonstrasi buruh pada 24 November 2015 di Pulogadung, Bekasi, Batam, dan
daerah lain. Para buruh melakukan aksi mogok kerja.
(5)Di sisi lain, anak keturunan para korban PKI juga menuntut, yakni
menuntut pemerintah meminta maaf kepada para korban PKI.
(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)
Deiksis “yakni” pada kalimat di atas merupakan contoh dari deiksis
katafora karena rujukannya terletak setelah kata deiktis muncul, yaitu tunturan
keturunan korban supaya pemerintah meminta maaf kepada para korban PKI.
4.2 Hasil Analisis Data
Wacana tajuk yang terdapat pada Surat Kabar Harian Republika berperan
penting dalam kehidupan, misalnya dalam mengawasi dan mengontrol jalannya
roda pemerintahan serta dapat menjadi jembatan suara masyarakat untuk
pemerintahan yang lebih baik. Dalam hal ini, media massa yang diwakili redaksi
bersifat korektif, yaitu dengan cara memberikan tanggapan kritis terhadap
peristiwa yang cukup menonjol di dalam maupun luar negeri.
Ada beberapa bentuk perujukan maksud deikisis yang peneliti temukan di
dalam wacana tajuk Harian Republika. Bentuk-bentuk tersebut memiliki fungsi
untuk menyampaikan informasi, menegaskan suatu informasi, memberikan
argumentasi, menjurus supaya timbul suatu aksi, dan mengapresiasi. Namun,
hanya cara penyampaiannya yang berbeda, yaitu menggunakan deiksis.
Analisis data dilakukan untuk menjawab dua rumusan masalah, yaitu (1)
wujud fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika edisi September–
Desember 2015 dan (2) maksud fenomena deiksis pada rubrik tajuk Republika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
edisi September–Desember 2015. Beberapa analisis data sebagai sampel
dipaparkan sebagai berikut.
4.2.1 Wujud Deiksis dalam Tajuk Republika
Berdasarkan data tajuk Republika yang telah terkumpul, peneliti
menemukan dua wujud utama deiksis. Kata itu bersifat deiksis apabila referennya
berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi penulis
dan tergantung pada saat dan tempat dituliskannya kata itu. Kedua wujud utama
deiksis tersebut yakni: deiksis eksofora dan deiksis endofora, sedangkan
bagiannya adalah deiksis eksofora persona, deiksis eksofora ruang atau tempat,
dan deiksis eksofora waktu, deiksis endofora anafora dan deiksis endofora
katafora. Deiksis anafora dibagi lagi dalam dua bagian, yaitu anafora persona dan
bukan persona. Begitu pula dengan deiksis endofora katafora juga dibagi dalam
deiksis katafora persona dan bukan persona. Di bawah ini akan diuraikan
mengenai wujud-wujud deiksis yang terdapat dalam tajuk Republika pada Surat
Kabar Harian Republika edisi September–Desember 2015.
4.2.1.1 Deiksis Luar Tuturan (Eksofora)
Tajuk di Harian Republika termasuk di dalamnya deiksis dalam bahasa
Indonesia, yaitu adanya kata atau frasa yang mempunyai rujukkan atau referensi
berbeda yang harus dikaitkan dengan konteks. Dalam data yang terkumpul,
peneliti menemukan wujud deiksis berupa deiksis eksofora. Sesuai dengan
sifatnya, eksofora mempermasalahkan pembahasan bidang semantik leksikal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Maka, deiksis eksofora adalah kata atau frasa yang rujukkan atau referensinya
berbeda-beda sesuai dengan konteks, yang mana terdapat di luar teks itu. Kata-
kata yang eksoforis ini menghubungkan hal-hal di dalam bahasa dengan yang di
luar bahasa.
Dari 175 kali kemunculan kata-kata deiksis yang ditemukan dalam tajuk di
Harian Republika edisi September–Desember 2015, 88 di antaranya adalah
eksofora. Kata-kata eksoforis tersebut mencakup deiksis persona sebanyak 25
kali, deiksis ruang sebanyak 13 kali, dan deiksis waktu sebanyak 50 kali. Di
bawah ini akan dijelaskan penjabaran temuan deiksis luar tuturan (eksofora).
4.2.1.1.1 Deiksis Persona
1) Persona Pertama
Kata ganti orang pertama, yaitu kata yang menggantikan diri orang yang
berbicara (Chaer, 2011: 91). Dalam hal ini, deiksis persona pertama menunjuk
pada orang yang menulis tajuk karena mendapatkan peranan utama dalam tulisan
itu. Peneliti menemukan dua kali kemunculan wujud deiksis persona pertama
pada penelitian ini. Perhatikan contoh data berikut yang menerangkan wujud
deiksis persona pertama.
(1) “Dalam rapat terbatas tadi siang, saya perintahkan impor ilegal, baik
produk baru maupun bekas, harus diberantas.”
(Republika, Kamis, 29 Oktober 2015)
(Konteks: Kalimat ini disampaikan oleh Presiden Jokowi di akun
facebooknya pada siang hari, 12 Oktober 2015. Kalimat ini terkait
dengan berita bahwa razia ramai dilakukan pemerintah terhadap
produk-produk impor ilegal. Kementerian Perdagangan (Kemendag)
melakukan razia ke sejumlah titik sentra perdagangan menyusul
perintah Presiden untuk memberantas barang impor ilegal. Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
mencuplik tulisan Presiden ke dalam tajuk Republika tanggal 29
Oktober 2015.)
(2) “Saya akan back-up penuh,” ujar Presiden menegaskan.
(Republika, Jumat, 27 November 2015)
(Konteks: Kalimat ini dikemukakan oleh Presiden Jokowi di hadapan
peserta Munas V Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia
(APPSI) di Makassar, 26 November 2015. Kalimat ini berkitan dengan
serapan ABPD (Anggaran Belanja Pemerintah Daerah) yang jauh dari
optimal.)
Kalimat pada data (1) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
persona. Kata “saya” pada data di atas dapat disebut sebagai kemunculan deiksis
karena rujukkan adalah persona pertama. Rujukan atau maksud dari deiktis “saya”
pada data di atas adalah Presiden Jokowi. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengerti bahwa kalimat ini disampaikan oleh Presiden Jokowi di akun
facebook-nya pada siang hari, 12 Oktober 2015. Situasi munculnya kalimat ini
terkait dengan berita bahwa razia ramai dilakukan pemerintah terhadap produk-
produk impor ilegal. Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan razia ke
sejumlah titik sentra perdagangan menyusul perintah Presiden untuk memberantas
barang impor ilegal. Penulis mencuplik tulisan Presiden ke dalam tajuk Republika
tanggal 29 Oktober 2015. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “saya” dapat
disebut dengan deiksis eksofora persona pertama.
Kalimat pada data (2) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
persona pertama. Kata “saya” pada data di atas dapat disebut sebagai kemunculan
deiksis karena rujukannya adalah persona pertama. Rujukan atau maksud dari
deiktis kata “saya” pada data di atas adalah Presiden Jokowi. Rujukan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks kalimat ini, yakni
kalimat ini dikemukakan oleh Presiden Jokowi di hadapan peserta Munas V
Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Makassar, 26
November 2015. Kalimat ini berkaitan dengan serapan ABPD (Anggaran Belanja
Pemerintah Daerah) yang jauh dari optimal. Jadi, dengan adanya konteks tersebut,
kata “saya” dapat disebut dengan deiksis eksofora persona pertama.
Pada data (1) dan (2) telah dijelaskan bahwa kata “saya” memang
mempunyai rujukan yang sama, yaitu Presiden Jokowi. Konteks yang
melatarbelakangi munculnya kedua kalimat tersebut berbeda. Rujukan bisa
berbeda apabila suatu ketika ada tulisan dengan konteks kata “saya” yang menjadi
penutur adalah orang lain, maka rujukannya dapat membuktikan bahwa kata
“saya” belum tentu Presiden Jokowi. Kata “saya” pada kedua data di atas disebut
dengan deiksis eksofora persona pertama karena rujukannya adalah persona yang
berada di luar teks dimana persona tersebut menjadi penutur.
2) Persona Kedua Tunggal
Deksis persona kedua tunggal mengacu pada persona yang berjumlah satu.
Chaer (2011: 91) menjelaskan bahwa kata ganti orang kedua, yaitu kata yang
menggantikan diri orang yang diajak bicara. Dalam penelitian ini ditemukan
kemunculan deiksis persona kedua tunggal yakni kamu dan Anda.
a. Kamu
Bentuk kamu hanya dapat dipergunakan di antara peserta ujaran yang
sudah akrab hubungannya, atau dipakai oleh orang yang mempunyai status sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
lebih tinggi untuk menyapa lawan bicara yang berstatus sosial lebih rendah
(Purwo, 1984: 23). Deiksis persona bentuk ini merujuk pada orang yang
berjumlah satu yang berada di luar teks. Dalam penelitian ini ditemukan
kemunculan bentuk kamu sebanyak satu kali. Berikut akan peneliti jabarkan
dengan contoh deiksis kamu pada persona kedua tunggal.
(3) “...Jika kamu orang yang membawa kekerasan, kamu Islam, Yahudi,
kristen atau Hindu, akan tetap menjadi orang penuh dengan
kekerasan,” kata Aslan.
(Republika, Jumat, 16 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh akademisi Univesritas
California Reza Aslan pada bulan September 2015 mengenai
pertanyaan dan tuduhan bahwa Islam identik dengan kekerasan.
Kalimat ini terkait dengan peristiwa pengemboman yang terjadi di
Paris, Prancis pada Jumat, 13 November 2015 malam waktu setempat.
Diduga tersangka pengemboman adalah ISIS. Isis tersebut biasanya
membawa-bawa nama Islam, jadi orang-orang menilai bahwa Islam
identik dengan kekerasan.)
Kalimat pada data (3) di atas merupakan deiksis luat tuturan – eksofora
persona kedua tunggal. Kata “Anda” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena dengan konteks yang, rujukannya adalah persona
kedua tunggal. Rujukan atau maksud dari deiktis “Anda” pada data di atas adalah
saya sebagai pembaca. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti
konteks kalimat, yaitu kalimat ini disampaikan oleh akademisi Universitas
California Reza Aslan pada bulan September 2015 mengenai pertanyaan dan
tuduhan bahwa Islam identik dengan kekerasan. Situasi saat kalimat ini ditulis
bahwa adanya peristiwa pengemboman yang terjadi di Paris, Prancis pada Jumat,
13 November 2015 malam waktu setempat. Diduga tersangka pengemboman
adalah ISIS. Isis tersebut biasanya membawa-bawa nama Islam, jadi orang-orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
menilai bahwa Islam identik dengan kekerasan. Jadi, dengan adanya konteks
tersebut, kata “Anda” dapat disebut dengan deiskis eksofora persona kedua
tunggal.
Pada data (3) di atas telah dijelaskan bahwa bentuk “kamu” mempunyai
rujukan pada saya sebagai pembaca. Meskipun hanya ada satu deiksis, tetapi hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya konteks. Apabila yang menjadi pembaca tajuk
ini adalah orang lain, pastilah rujukan dari kata “kamu” adalah orang lain itu.
Maka dengan rujukan yang dapat berubah-ubah ini, kata “kamu” tergolong dalam
bentuk deiktis. Kata “kamu” dapat disebut dengan deiksis eksofora persona kedua
tunggal, karena rujukannya hanya berjumlah satu orang dan berada di luar teks.
b. Anda
Chaer (2011: 96) menerangkan bahwa kata ganti Anda digunakan untuk
menyatakan diri kedua, atau orang yang diajak bicara, dapat digunakan kepada
orang lain yang belum dikenal atau dalam situasi yang resmi. Dalam penelitian ini
hanya ditemukan sekali kemunculan deiksis Anda. Peneliti akan menerangkan
dengan contoh wujud deiksis Anda yang mengacu pada persona kedua tunggal.
(4) “Bersediakan Anda membayar lebih tagihan listrik per bulan agar
saudara Anda di pedalaman Kalimantan atau Papua atau Lebak bisa
menikmati terangnya nyala lampu?”
(Republika, Selasa, 1 Desember 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan listrik 1.300 Volt
Ampere (VA) dan 2.200 VA yang dilakukan pemerintah lewat PLN
secara resmi pada hari Senin, 1 Desember 2015. Penulis
mengandaikan dengan pertanyaan supaya pembaca paham maksud
dari penaikan tarif listrik.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kalimat pada data (4) di atas merupaka deiksis luar tuturan – eksofora
persona kedua tunggal. Kata “Anda” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona kedua tunggal. Rujukan
atau maksud dari diektis “Anda” pada data di atas adalah saya sebagai pembaca.
Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks
kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini ditulis adalah
adanya pemberitaan pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan listrik 1.300 Volt
Ampere (VA) dan 2.200 VA yang dilakukan pemerintah lewat PLN secara resmi
pada hari Senin, 1 Desember 2015. Penulis mengandaikan dengan pertanyaan
supaya pembaca paham maksud dari penaikan tarif listrik. Jadi, dengan adanya
konteks tersebut, kata “Anda” dapat disebut dengan eksofora persona kedua
tunggal.
Pada data (4) telah dijelaskan bahwa kata “Anda” mempunyai rujukan
yang berbeda tergantung konteks. Berkitan dengan hal ini, rujukan pada data di
atas adalah saya. Referen dapat berbeda ketika konteksnya yang menjadi pembaca
adalah orang lain (bukan saya). Kata “Anda” pada data di atas disebut dengan
deiksis eksofora persona kedua tunggal karena rujukannya berjumlah satu orang
dan berada di luar teks.
3) Persona Ketiga
Kata ganti orang ketiga, yaitu kata yang menggantikan diri orang yang
dibicarakan (Chaer, 2011: 92). Deiksis yang menjadi pemarkah persona ketiga ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
artinya rujukannya terletak di luar teks yang mengacu pada persona yang
berjumlah dari satu orang bisa juga lebih. Dalam penelitian ini ditemukan wujud
deiksis –nya sebanyak dua kali sebagai deiksis persona ketiga.
a. –nya
Bentuk lekat kanan –nya menyatakan diri orang ketiga atau yang
dibicarakan (Chaer: 2011: 97). Dalam penelitian ini, ditemukan kemunculan
deiksis lekat kanan –nya yang mengacu pada persona ketiga di luar teks sebanyak
dua kali. Perhatikan contoh data berikut yang dapat menerangkan deiksis persona
ketiga jamak.
(5) Memang kebijakan soal minuman keras dan peraturan pendirian
minimarket dibuat oleh menteri sebelumnya.
(Republika, Rabu, 23 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 23 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan kebijakan tentang aturan penjualan minuman keras dan
beralkohol yang diatur sejak jabatan Menteri Perdagangan Indonesia
sebelum Thomas Lembong, yaitu Rachmat Gobel.)
(6) Bahasa-bahasa daerah yang penuturnya banyak tentu ingin
menjadikan bahasanya sebagai bahasa nasional.
(Republika, Rabu, 28 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 28 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan peringatan sumpah pemuda tahun 2015. Penulis mengungkap
kembali bahwa di tahun 1928 dahulu, Indonesia memiliki lebih dari
300 kenis bahasa daerah. Tentunya penutur-penutur bahasa dari daerah
masing-masing di Indonesia menginginkan bahasa mereka menjadi
bahasa nasional. Karena berhasil dikompromikan, bahasa Indonesialah
yang menjadi bahasa nasional.)
Kalimat pada data (5) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
persona ketiga jamak. Bentuk lekat kanan “-nya” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga jamak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah Menteri
Perdagangan Indonesia sebelum Thomas Lembong, yaitu Rachmat Gobel.
Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks
kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 23 September 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini muncul bahwa
adanya kebijakan tentang aturan penjualan minuman keras dan beralkohol yang
diatur sejak jabatan Menteri Perdagangan Indonesia sebelum Thomas Lembong,
yaitu Rachmat Gobel. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “-nya” dapat
disebut dengan deiksis eksofora persona ketiga jamak.
Kalimat pada data (6) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
persona ketiga jamak. Bentuk lekat kanan “-nya” pada pada di atas dapat disbeut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga ketiga
jamak. Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah penutur-
penutur bahasa dari daerah masing-masing di Indonesia. Rujukan tersebut dapat
dipahami setelah dimengerti konteks kalimat, yakni kalimat ini disampaikan oleh
redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 28 Oktober 2015 pada pembaca. Situasi
saat kalimat ini ditulis yaitu adanya peringatan sumpah pemuda tahun 2015.
Penulis mengungkap kembali bahwa di tahun 1928 dahulu, Indonesia memiliki
lebih dari 300 kenis bahasa daerah. Tentunya penutur-penutur bahasa dari daerah
masing-masing di Indonesia menginginkan bahasa mereka menjadi bahasa
nasional. Karena berhasil dikompromikan, bahasa Indonesialah yang menjadi
bahasa nasional. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, bentuk lekat kanan “-nya”
dapat disebut deiksis eksfora persona ketiga jamak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Pada data (5) dan (6) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “-nya”
mempunyai rujukan atau referen yang berbeda karena mempunyai konteks yang
berbeda pula. Maka, dengan adnaya konteks yang berbeda dapat diasumsikan
bahwa kata “-nya” dapat disebut deiktis. Kata “-nya” pada kedua data di atas
disebut dnegan deiksis eksofora persona ketiga jamak karena rujukannya berada
di luar teks dan berjumlah satu atau lebih.
b. Mereka
Seperti yang dikatakan Chaer (2011: 98), bahwa kata ganti mereka
berguna untuk menyatakan diri orang ketiga atau yang dibicarakan, yang
jumlahnya lebih dari seorang, dapat digunakan terhadap siapa saja dan oleh siapa
saja. Dalam penelitian ini, ditemukan kemunculan deiksis mereka sebanyak tiga
kali. Berikut akan peneliti jabarkan contoh deiksis persona ketiga jamak mereka.
(7) Boro-boro pergi ke kantor untuk bekerja, hanya sekadar keluar rumah
saja mereka enggan.
(Republika, Jumat, 9 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 9 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan
Kalimantan sejak pertengah tahun 2015. Akibat dari bencana tersebut
selain pada sektor pendidikan, juga pada ekonomi. Warga di sekitar
wilayah yang terdampak kabut asap di Sumatera dan Kalimantan
bahkan merasa enggan untuk pergi keluar rumah untuk keperluan apa
pun.)
(8) Mereka memfasilitasi sarana pariwisata di negaranya sesuai prinsip
Islam: makanan halal, spa halal, penyediaan tempat shalat di ruang-
ruang publik, dan sebagainya
(Republika, Kamis, 22 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik
tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan peluang pasar Muslim begitu besar yang juga dilirik oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
negara Non-Muslim seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong
Kong, dan Australia. Penulis beranggapan bahwa Kementerian
Pariwisata di negara tersebut memfasilitasi sarana pariwisata sesuai
prinsip Islam supaya kunjungan wisatawan muslim semakin
meningkat.)
Kalimat pada data (8) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
persona ketiga jamak. Bentuk “mereka” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya bisa berubah sesuai konteks. Dalam hal
ini, deiksis tersebut merujuk pada persona ketiga jamak. Rujukan atau maksud
dari deiktis “mereka” pada data di atas adalah warga di sekitar wilayah yang
terdampak kabut asap di Sumatera dan Kalimantan. Rujukan tersebut dapat
dipahami setelah dimengerti bahwa ada konteks kalimat yakni kalimat ini
disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 9 Oktober 2015 pada
pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah
Sumatera dan Kalimantan sejak pertengah tahun 2015. Akibat dari bencana
tersebut selain pada sektor pendidikan, juga pada ekonomi. Warga di sekitar
wilayah yang terdampak kabut asap di Sumatera dan Kalimantan bahkan merasa
enggan untuk pergi keluar rumah untuk keperluan apa pun. Jadi, dengan adanya
konteks tersebut, kata “mereka” dapat disebut dengan deiksis eksofora persona
ketiga jamak.
Kalimat pada data (9) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
persona ketiga jamak. Bentuk “mereka” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya dapat berbeda sesuai konteks. Dalam hal
ini, deiksis tersebut merujuk pada persona ketiga jamak. Rujukan atau maksud
dari deiktis “mereka” pada data di atas adalah Kementerian Pariwisata di negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Australia yang memfasilitasi
sarana pariwisata berbasis Muslim. Rujukan tersebut dapat dimengerti setelah
adanya konteks kalimat ini, yakni kalimat ini disampaikan oleh redaski Republika
di rubrik tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini
ditulis yaitu adanya berita peluang pasar Muslim yang begitu besar dilirik oleh
negara Non-Muslim seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan
Australia. Penulis beranggapan bahwa Kementerian Pariwisata di negara tersebut
memfasilitasi sarana pariwisata sesuai prinsip Islam supaya kunjungan wisatawan
muslim semakin meningkat. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “mereka”
dapat disebut dengan deiksis eksofora persona ketiga jamak.
Pada data (8) dan (9) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “mereka”
mempunyai rujukan atau referen orang ketiga yang dibicarakan yang berjumlah
lebih dari satu orang. Rujukannya bisa berbeda-beda sesuai konteks. Dengan
adanya konteks yang berbeda dapat mempengaruhi rujukannya yang berbeda, kata
“mereka” dapat disebut deiktis.
4) Persona Jamak Eksklusif
Bentuk deiksis eksklusif bisa diartikan sebagai deiksis yang merujuk pada
gabungan antara persona pertama dan ketiga. Bentuk eksklusif dalam bahasa
Indonesia adalah kami (Purwo, 1984: 24 ). Wujud kata ganti kami mengacu pada
orang yang menulis atas nama kelompok, tidak termasuk pembaca. Peneliti
menemukan tiga kali kemunculan deiksis kami dalam penelitian ini. Perhatikan
contoh data berikut yang menjabarkan deiksis persona jamak eksklusif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
(10) “Ya, kami sangat mencermati situasi krisis seperti ini.”
(Republika, Selasa, 29 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan Menkeu Amerika Serikat Hank
Paulson saat berbincang dengan Menkeu Prancis Christine Lagarde
pada saat krisis ekonomi tahun 2008. Kalimat ini berkaitan dengan
situasi ekonomi yang sedang krisis di Amerika Serikat tahun 2008,
tetapi Menkeu hanya terlihat acuh tak acuh.)
(11) Dalam kaitan tersebut, kami menyambut keputusannya MK yang
menyatakan penyelenggaraan ibadah haji perlu dikelola secara
profesional dan akuntabel.
(Republika, Rabu, 21 Oktober 2016)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan tanggapan redaksi terhadap keputusan MK (Mahkamah
Konstitusi) tentang pemerataan penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini
dikarenakan Kementerian Agama sebagai regulator dan operator haji
hendaknya berfokus pada perbaikan layanan haji.)
Kalimat pada data (10) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
persona ketiga jamak eksklusif. Kata “kami” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukkannya adalah persona jamak eksklusif.
Rujukan atau maksud dari deiktis “kami” pada data di atas adalah jajaran Menteri
Keuangan Amerika Serikat Hank Paulson tahun 2008. Rujukan tersebut dapat
dipahami setelah dimengerti bahwa kalimat ini disampaikan oleh Menkeu
Amerika Serikat Hank Paulson saat berbincang dengan Menkeu Prancis Christine
Lagarde pada saat krisis ekonomi tahun 2008. Situasi saat kalimat ini diujarkan
yaitu ekonomi di Amerika Serikat tahun 2008 sedang mengalami krisis ekonomi,
tetapi Menkeu hanya terlihat acuh tak acuh. Jadi, dengan adanya konteks tersebut,
kata “kami” dapat disebut dengan deiksis persona jamak eksklusif.
Kalimat pada data (11) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
persona persona ketiga jamak eksklusif. Kata “kami” pada data di atas dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukkannya adalah persona jamak
eksklusif. Rujukan atau maksud dari deiktis “kami” pada data di atas adalah
redaksi Republika yang menyambut adanya keputusan MK mengenai
penyelenggaraan haji. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa
adanya konteks kalimat bahwa tulisan ini disampaikan oleh redaksi Republika di
rubrik tajuk tanggal 21 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan
tanggapan redaksi terhadap keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) tentang
pemerataan penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini dikarenakan Kementerian
Agama sebagai regulator dan operator haji hendaknya berfokus pada perbaikan
layanan haji. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “kami” dapat disebut
dengan deiksis persona jamak eksklusif.
Pada data (10) dan (11) telah dijelaskan bahwa kata “kami” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa
kata “kami” disebut deiktis. Kata “kami” pada kedua data di atas disebut dengan
deiksis eksofora karena rujukkannya berada di luar teks, sedangkan disebut
sebagai deiksis persona jamak eksklusif karena kata “kami” merujuk pada orang
yang menulis atas nama kelompok, tidak termasuk pembaca.
5) Persona Jamak Inklusif
Bentuk persona ketiga jamak inklusif dapat diartikan dengan deiksis yang
merujuk pada gabungan antara persona pertama dan kedua. Bentuk inklusif dalam
bahasa Indonesia dikenal dengan kata kita (Purwo, 1984: 24). Dalam penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
ini, peneliti menemukan kemunculan bentuk kita sebanyak 13 kali. Perhatikan
contoh data berikut yang mengandung deiksis persona jamak inklusif.
(12) Kita berharap agar pimpinan baru KPK benar-benar dapat
mengkhidmatkan dirinya untuk menyelamatkan Indonesia dari
kejahatan korupsi.
(Republika, Senin, 21 Desember 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan terpilihnya lima pimpinan baru KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) periode 2015 – 2019 oleh DPR. Lima
pimpinan baru tersebut adalah Agus Raharjo sebagai ketua, Basaria
Panjaitan, Alexander Marwata, Saut Situmorang, serta Laode
Muhammad Syarif. Penulis mengajak pembaca berharap bahwa
pimpinan baru KPK tersebut dapat mengatasi permasalah korupsi di
Indonesia, terlebih memenuhi tantangan di sektor penegakan
hukum.)
(13) Kita tidak memungkiri tanpa bebas visa pun, sudah ada turis istrael
yang melancong ke nusantara.
(Republika, Selasa, 22 Desember 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 22 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan putusan pemerintah bahwa Israel menjadi Negara penerima
bebas visa kunjungan ke Indonesia. Menko Kemaritiman dan
Sumber Daya Rizal Ramliu menjelaskan bahwa fasilitas bebas visa
kunjungan semata untuk tujuan bisnis. Padahal tidak dapat dipungkri
bahwa tanpa bebas visa pun, sudah ada turis Israel yang melancong
ke nusantara. Pernah ada yang mengabarkan ada rombongan turis
Israel pergi ke Tana Toraja dan ke Pantai Kuta, walaupun jumlah
turis ini tidak begitu banyak. Penulis menolak adanya program bebas
visa yang diberikan pemerintah Indonesia terhadap wisatawan Israel.
Kalimat pada data (12) di atas merupakan deiksis lura tuturan – eksofora
persona ketiga bentuk inklusif. Bentuk kata “kita” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona gabungan antara
persona pertama dan persona kedua. Rujukan atau maksud deiktis “kita” pada data
di atas adalah redaksi Republika yang menulis tajuk tanggal 21 Desember 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dan saya sebagai pembaca. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti
bahwa adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 21 Desember 2015 pada pembaca. Situasi saat
kalimat ini ditulis bahwa ada berita mengenai terpilihnya lima pimpinan baru
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) periode 2015 – 2019 oleh DPR. Lima
pimpinan baru tersebut adalah Agus Raharjo sebagai ketua, Basaria Panjaitan,
Alexander Marwata, Saut Situmorang, serta Laode Muhammad Syarif. Penulis
mengajak pembaca berharap bahwa pimpinan baru KPK tersebut dapat mengatasi
permasalah korupsi di Indonesia, terlebih memenuhi tantangan di sektor
penegakan hukum. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “kita” dapat disebut
dengan deiksis eksofora persona bentuk inklusif.
Kalimat pada data (13) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
persona ketiga bentuk inklusif. Wujud kata “kita” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona bentuk gabungan
antara persona pertama dan persona kedua. Rujukan atau maksud dari deiktis
“kita” pada data di atas adalah penulis tajuk Republika tanggal 22 Desember 2015
dan saya sebagai pembaca. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti
bahwa adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 22 Desember 2015 pada pembaca. Situasi saat
kalimat ini ditulis adalah adanya putusan pemerintah bahwa Israel menjadi Negara
penerima bebas visa kunjungan ke Indoneaia. Meko Kemaritiman dan Sumber
Daya Rizal Ramliu menjelaskan bahwa fasilitas bebas visa kunjungan semata
untuk tujuan bisnis. Padahal tidak dapat dipungkri bahwa tanpa bebas visa pun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sudah ada turis Israel yang melancong ke nusantara. Pernah ada yang
mengabarkan ada rombongan turis Israel pergi ke Tana Toraja dank e Pantai Kuta,
walaupun jumlah turis ini tidak begitu banyak. Penulis menolak adanya program
bebas visa yang diberikan pemerintah Indonesia terhadap wisatawan Israel. Jadi,
dengan adanya konteks tersebut, wujud “kita” dapat disebut dengan deiksis
eksofora persona jamak inklusif.
Pada data (12) dan (13) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “kita”
mempunyai rujukan atau referen berbeda yaitu orang yang menulis bersama
dengan orang lain termasuk yang diajak berkomunikasi, yaitu pembaca. Wujud
“kita” dapat dikatakan deiksis eksofora karena rujukannya berada di luar teks.
Selanjutnya, bisa tergolong dapat persona ketiga inklusif karena kita menunjuk
pada orang yang berbeda tergantung konteks kalimat.
4.2.1.1.2 Deiksis Ruang
1) Deiksis Ruang Demonstratif
Deiksis ruang demonstratif menunjuk pada sesuatu pada suatu pertuturan.
Deiksis jenis ini bersifat menunjuk secara langsung. Peneliti menemukan deiksis
ruang demonstratif sebanyak sembilan kali dalam penelitian ini. Berikut akan
peneliti jabarkan dengan contoh deiksis ruang demonstratif.
(14) Pemerintah yang mau membawa ke mana negeri ini?
(Republika, Rabu, 2 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan PHK di Indonesia tahun 2015 ini yang merugikan buruh
sebagai korban utama. Buruh sudah melakukan demo untuk menuntut
kinerja pemerintah. Penulis menggambarkan dengan kalimat tanya,
tetapi bernada protes untuk meminta ketegasan bahwa memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pemerintah yang harus mempunyai jalan yang jelas untuk mengatasi
PHK.)
(15) Koran ini pada akhir Januari 2015 memuji langkah Menteri
Perdagangan ketika itu, Rachmat Gobel.
(Republika, Selasa, 15 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk Republika tanggal 15 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini
berkaitan dengan aturan tegas yang diambil oleh Mendag Rachmat
Gobel tentang penjualan miras. Baru dua bulan menjabat, tetapi berani
membuat gebrakan bahwa toko kelontong dan minimarket tidak boleh
menjual miras secara bebas.)
Kalimat pada data (14) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
ruang dmeonstratif. Kata “ini” pada data di atas dapat disebut sebagai kemunculan
deiksis karena rujukkannya adalah demonstratif. Rujukkan atau maksud dari
deiktis “ini” pada data di atas adalah negeri yang sedang mengalami gelombang
PHK, yaitu Indonesia. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa
adanya konteks kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 2 September 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini diujarkan yaitu
PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di Indonesia tahun 2015 ini merugikan buruh
sebagai korban utama. Buruh sudah melakukan demo untuk menuntut kinerja
pemerintah. Penulis menggambarkan dengan kalimat tanya, tetapi bernada protes
untuk meminta ketegasan bahwa memang pemerintah yang harus mempunyai
jalan yang jelas untuk mengatasi PHK. Jadi, dengan adanya konteks tersebut,
bentuk “ini” dapat disebut dengan deiksis ruang demonstratif.
Kalimat pada data (15) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
ruang. Kata “ini” pada data di atas dapat disebut sebagai kemunculan deiksis
karena rujukkannya adalah demonstratif. Rujukkan atau maksud dari deiktis “ini”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
pada data di atas adalah koran Republika. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengerti bahwa adanya konteks kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika
di rubrik tajuk tanggal 15 September 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini
diujarkan yaitu ini berkaitan dengan aturan tegas yang diambil oleh Mendag
Rachmat Gobel tentang penjualan miras. Baru dua bulan menjabat, tetapi berani
membuat gebrakan bahwa toko kelontong dan minimarket tidak boleh menjual
miras secara bebas. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, bentuk “ini” dapat
disebut dengan deiksis ruang demonstratif.
Pada data (14) dan (15) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “ini”
mempunyai rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang
berbeda pula. Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat
diasumsikan bahwa wujud “ini” disebut deiktis. Kata “ini” pada kedua data di atas
disebut dengan deiksis luar tuturan – deiksis eksofora karena rujukkannya berada
di luar teks, sedangkan disebut sebagai deiksis ruang pronominal demonstratif
karena bentuk kata “ini” menunjuk pada sesuatu, yaitu dengan leksem verba.
2) Deiksis Ruang Lokatif
Deiksis ruang lokatif menunjuk makna tempat pada nomina atau
sejenisnya (KBBI). Artinya, wujud deiksis ini lebih mengacu pada suatu tempat
yang berhubungan dengan peristiwa yang dibicarakan. Dalam penelitian ini,
peneliti menemukan empat wujud deiksis ruang lokatif. Di antaranya adalah
bentuk di sana, di situ, di dalam, dan di belakang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
a. di sana
Kata penunjuk tempat, sini, situ, sana, masing-masing dapat dirangkaikan
dengan preposisi di, ke, atau dari (Purwo, 1984: 44). Wujud deiksis di sana dalam
penelitian ini hanya ditemukan kemunculannya hanya satu kali. Perhatikan contoh
berikut untuk melihat lebih jelas deiksis ruang demonstratif lokatif di sana.
(16) Aktivitas penambangan pasir itu juga menyebabkan sarana jalan di
sana rusak.
(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Oktober 2015 kepada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan peristiwa pembunuhan yang dilakukan para penambang pasir
terhadap aktivis lingkungan, Salim Kancil. Penulis menyampaikan
bahwa aktivitas penambangan pasir yang berlangsung di Desa Selok
Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur tidak hanya menjadikan bisnis haram. Akan
tetapi, mengakibatkan kerusakan lingkungan, yaitu rusaknya jalan di
sekitar daerah tersebut.)
Kalimat pada data (16) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
ruang lokatif. Wujud “di sana” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah suatu tempat. Rujukan atau maksud
dari deiktis “di sana” pada data di atas adalah jalan sekitar daerah Desa Selok
Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang,
Jawa Timur yang menjadi jalan hilir mudik truk pembawa pasir. Rujukan tersebut
dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks kalimat yakni kalimat
ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 1 Oktober 2015
kepada pembaca. Kalimat ini terkait dengan peristiwa pembunuhan yang
dilakukan para penambang pasir terhadap aktivis lingkungan, Salim Kancil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Penulis menyampaikan bahwa aktivitas penambangan pasir yang berlangsung di
Desa Selok Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur tidak hanya menjadikan bisnis haram. Akan tetapi,
mengakibatkan kerusakan lingkungan, yaitu rusaknya jalan di sekitar daerah
tersebut. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “di sana” dapat disebut
dengan deiksis eksofora ruang lokatif.
Pada data (16) telah dijelaskan bahwa bentuk “di sana” mempunyai
rujukan yang berbeda, apabila terdapat satu kalimat lagi yang mempunyai konteks
berbeda. Misalnya jika ada kalimat yang latar belakang peristiwanya di daerah A.
Maka, kata “di sana” pada pada kalimat itu bisa saja merujuk pada daerah A.
Dapat dikatakan deiksis eksofora ruang lokatif, karena rujukannya berada di luar
teks yang mengacu pada suatu tempat.
b. di situ
Kata penunjuk tempat, sini, situ, sana, masing-masing dapat dirangkaikan
dengan preposisi di, ke, atau dari (Purwo, 1984: 44). Wujud deiksis di situ dalam
penelitian ini hanya ditemukan kemunculannya hanya satu kali. Perhatikan contoh
berikut untuk melihat lebih jelas deiksis ruang demonstratif lokatif di situ.
(17) Sebab, cara evakuasi seperti ini lebih mudah diwujudkan dan
prosesnya pun bisa cepat dilakukan dibanding anak-anak dibawa ke
kapal laut beberapa pekan dan mereka beraktivitas di situ.
(Republika, Jumat, 23 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan cara evakuasi yang diusulkan oleh Menkes Nila F untuk
menanggulangi kabut asap di Sumatera dan Kalimantan yang belum
juga mereda. Penulis beranggapan bahwa usulan Menkes lebih
mudah diwujudkan karena menurutnya, di daerah asap harus ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
posko kesehatan 24 jam dengan fasilitas oksigen, AC, hingga
penjernihan udara. Bayi, balita, orang tua, dan penderita gangguan
kesehatan lebih diutamakan menjadi target evakuasi. Dari pada harus
bertahan selama beberapa pekan di kapal laut, dan hanya terombang-
ambing di lautan sekitar Sumatera dan Kalimantan yang terkena
asap.)
Kalimat pada data (17) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
ruang lokatif. Bentuk “di situ” pada data di atas dapat disebut sebagai kemunculan
deiksis karena rujukannya berbeda bergantung situasi. Rujukan atau maksud dari
diektis “di situ” pada data di atas adalah tempat berdirinya Fadli Zon saat
mendampingi Setya Novanto dan Donald Trump, yautu di belakang mereka.
Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks
kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan cara
evakuasi yang diusulkan oleh Menkes Nila F untuk menanggulangi kabut asap di
Sumatera dan Kalimantan yang belum juga mereda. Penulis beranggapan bahwa
usulan Menkes lebih mudah diwujudkan karena menurutnya, di daerah asap harus
ada posko kesehatan 24 jam dengan fasilitas oksigen, AC, hingga penjernihan
udara. Bayi, balita, orang tua, dan penderita gangguan kesehatan lebih diutamakan
menjadi target evakuasi. Dari pada harus bertahan selama beberapa pekan di kapal
laut, dan hanya terombang-ambing di lautan sekitar Sumatera dan Kalimantan
yang terkena asap. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “di situ” dapat
disebut dengan deiksis eksofora ruang lokatif.
Pada data (17) di atas telah dijelaskan bahwa bentuk kata “di situ” merujuk
ke suatu tempat. Hal ini dapat dilihat memiliki referen berbeda apabila ditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
kalimat pembanding dengan dasar tempat yang melatarbelakangi kalimat juga
berbeda dengan yang dijelaskan di atas. Walaupun hanya nampak satu wujud,
namun kata “di situ” yang didasari konteks tertentu dapat dikatakan deiktis. Kata
“di situ” disebut sebagai deiksis eksofora ruang lokatif karena rujukannya berada
di luar teks dan mengacu pada suatu tempat.
c. di dalam
Wujud deiksis dalam yang dapat dirangkaikan dengan preposisi di. Bentuk
“di dalam” merujuk pada lingkungan sendiri atau tempat yang menjadi latar
tempat pertuturan itu. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan satu wujud
deiksis “di dalam”. Berikut akan peneliti paparkan dengan contoh data deiksis
yang menyatakan ruang lokatif.
(18) Tinggal sekarang bagaimana Indonesia memperkuat koordinasi di
dalam dengan melibatkan semua unsur yang terkait.
(Republika, Jumat, 13 November 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 13 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan kemitraan dagang yang dipilih oleh Indonesia yaitu TPP
(Trans Pacific Partnership) dengan Amerika Serikat pada 26 Oktober
2015. Hal ini dilakukan pemerintah Indonesia karena merespons era
globalisasi. Supaya jalur perdagangan dunia bisa meningkatkan
ekonomi di Indonesia. Penulis menganggap kalau tim kajian dan
negosiasi belum cermat menentukan pilihan blog dagang yang
diambil. TPP bersifat mengikat, padahal Indonesia tidak terlibat
sejak awal dalam membahas ayrat dan ketentuan TPP.)
Kalimat pada data (18) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
ruang lokatif. Wujud deiksis “di dalam” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya mengacu pada suatu tempat pertuturan
yang berada di luar teks. Rujukan atau maksud dari deiktis “di dalam” pada data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
di atas adalah koordinasi pada tim kajian dan negosiasi blok dagang Indonesia
dengan luar negeri. Rujukan tersebut dapat dimengerti setelah adanya konteks
kalimat yakni ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 13
November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan kemitraan dagang yang
dipilih oleh Indonesia yaitu TPP (Trans Pacific Partnership) dengan Amerika
Serikat pada 26 Oktober 2015. Hal ini dilakukan pemerintah Indonesia karena
merespons era globalisasi. Supaya jalur perdagangan dunia bisa meningkatkan
ekonomi di Indonesia. Penulis menganggap kalau tim kajian dan negosiasi belum
cermat menentukan pilihan blog dagang yang diambil. TPP bersifat mengikat,
padahal Indonesia tidak terlibat sejak awal dalam membahas ayrat dan ketentuan
TPP. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “di dalam” dapat disebut dengan
deiksis eksofora ruang lokatif.
`Pada data (18) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “di dalam” mempunai
rujukan tertentu. Hal ini dapat dilihat bahwa deiksis “di dalam” mempunyai
rujukan berbeda apabila ditemukan kalimat yang merujuk pada suatu tempat lain
dengan deiksis “di dalam”. Wujud “di dalam” dpaat disebut sebagai deiksis
eksofora ruang lokatif karena merujuk pada suatu tempat di luar teks.
d. di belakang
Kata penunjuk tempat belakang dapat dirangkai dengan preposisi di.
Wujud deiksis “di dalam” mengacu pada suatu tempat pertuturan yang
menyatakan arah atau bagian yang menjadi lawan muka (depan) (KBBI). Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
penelitian ini ditemukan satu wujud deiksis di dalam. Perhatikan contoh data
untuk memperkuat bukti adanya deiksis “di dalam”.
(19) Senyum Fadli Zon makin lebar di belakang.
(Republika, Kamis, 8 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan kehadiran ketua DPR RI Setya Novanto dan wakilnya Fadli
Zon dalam konferensi pers calon presiden AS, Donald Trump. Saat ini
Trump mengatakan bahwa Novanto, Trump, dan Fadli Zon tentunya
akan berbuat hal hebat untuk Amerika Serikat. Nampaknya Novanto
dan Fadli Zon menyetujui dengan ucapan “yes” dan senyumnya. Saat
itu Fadli zon berdiri di belakang Novanto dan Trump.)
Kalimat pada data (19) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
ruang lokatif. Wujud “di belakang” pada data di atas disebut sebagai kemunculan
deiksis karena rujukannya adalah suatu tempat. Rujukan atau maksud dari deiksis
“di belakang” pada data di atas adalah tempat berdirinya Fadli Zon saat
mendampingi Setya Novanto dan Donald Trump, yautu di belakang mereka.
Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni
kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 8
September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan kehadiran ketua DPR
RI Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon dalam konferensi pers calon presiden
AS, Donald Trump. Saat ini Trump mengatakan bahwa Novanto, Trump, dan
Fadli Zon tentunya akan berbuat hal hebat untuk Amerika Serikat. Nampaknya
Novanto dan Fadli Zon menyetujui dengan ucapan “yes” dan senyumnya. Saat itu
Fadli zon berdiri di belakang Novanto dan Trump. Jadi, dengan adanya konteks
tersebut, kata “di belakang” dapat disebut dengan deiksis eksofora ruang lokatif.
Pada data (19) di atas telah dijelaskan bahwa bentuk kata “di belakang”
mempunyai rujukan suatu tempat tertentu. Hal ini dapat dilihat mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
rujukan yang bereda ketika terdapat kalimat lain yang mana latar belakang
tempatnya tidak sama dengan data (19). Walaupun hanya nampak satu kalimat,
tetapi data ini sudah dapat membuktikan bahwa kata “di belakang” merupakan
deiktis.
4.2.1.1.3 Deiksis Waktu
1) Deiksis Waktu yang Merujuk pada Hari
a. Hari ini
Deiksis hari yang diimbuhi kata ini mengacu pada waktu berlangsungnya
pertuturan. Peneliti menemukan kemunculan wujud deiksis hari ini sebanyak tiga
kali. Perhatikan data berikut untuk memperjelas pemaparan deiksis waktu yang
merujuk hari.
(20) Mulai hari ini (28/9), jamaah haji Indonesia akan kembali ke Tanah
Air.
(Republika, Senin, 28 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 28 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan akan kembalinya jamaah haji asal Indonesia pada hari Senin,
28 September 2015.)
(21) Hingga hari ini, asap kebakaran hutan semakin menyesakkan napas
sebagian saudara kita yang tinggal di Sumatera dan Kalimantan.
(Republika, Kamis, 8 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan
Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015. Penulis menyampaikan,
sampai tulisan ini dibuat, kabut asap di wilayah tersebut belum reda.)
Kalimat pada data (20) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk hari. Wujud “hari ini” pada data di atas dapat disebut sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu yang berbeda-beda. Rujukan
atau maksud dari deiktis “hari ini” pada data di atas adalah hari Senin, 28
September 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa
adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di
rubrik tajuk tanggal 28 September 2015 pada pembaca. Ini berkaitan dengan akan
kembalinya jamaah haji asal Indonesia pada hari Senin, 28 September 2015.
Kalimat pada data (21) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk pada hari. Wujud “hari ini” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah rujukan waktu yang
berbeda-beda. Rujukan atau maksud dari kata deiktis “hari ini” pada kalimat di
atas adalah hari Kamis, 8 Oktober 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengertinya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini
berkaitan dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan
Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015. Penulis menyampaikan, sampai tulisan
ini dibuat, kabut asap di wilayah tersebut belum reda.
Pada data (20) dan (21) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “hari ini”
mempunyai rujukan atau referen yang berbeda-beda untuk menunjuk
berlangsungnya pertuturan. Selanjutnya, kedua kalimat di atas mempunyai
rujukan waktu di luar teks. Oleh karena itu, kedua kalimat tersebut dapat
dikatakan sebagai wujud deiksis eksofora yang merujuk pada hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
b. Kemarin
Kata kemarin bertitik labuh pada satu hari sebelum saat tuturan terjadi
(Purwo, 1984: 71). Peneliti menemukan tiga wujud deiksis kemarin pada
penelitian ini. Berikut akan peneliti jabarkan contoh data deiksis waktu kemarin.
(22) Ridwan Kamil bersama manajer Persib Bandung Umuh Muzhtar
kemarin mendatangi markas the Jackmania dan bertemu ketua
umumnya, Richard Ahmd Supriyanto.
(Republika, Sabtu, 17 Oktober, 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan pergelaran Final Piala Presiden yang akan digelar di Stadion
GBK pada 18 Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan Sriwijaya
FC. Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil memastika supaya
pertandingan akan berlangsung aman, mengingat Jakarta adalah
markas Jackmania, musuh bebuyutan Persib Bandung.)
(23) Kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat persiapan
Asian Games.
(Republika, Sabtu, 12 Desember 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 12 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan persiapan perhelatan Asian Games yang akan diselenggarakan
pada 18 Agustus – 2 September 2018 di Jakarta dan Palembang.
Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games ke-18. Presiden
Jokowi menggelar rapat persiapan Asian Games pada hari Jumat 11
Desember 2015.)
Kalimat pada data (22) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk pada hari. Kata “kemarin” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukkannya adalah waktu yaitu satu hari
sebelum saat tuturan. Rujukan atau maksud dari deiktis “kemarin” pada data di
atas adalah hari Jumat, 16 Oktober 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengerti bahwa adanya konteks kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika
di rubrik tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
diujarkan yaitu adanya pergelaran Final Piala Presiden yang akan digelar di
Stadion GBK pada 18 Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan Sriwijaya
FC. Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil memastika supaya pertandingan akan
berlangsung aman, mengingat Jakarta adalah markas Jackmania, musuh
bebuyutan Persib Bandung.
Kalimat pada data (23) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk hari. Kata “kemarin” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu, yaitu satu hari sebelum
waktu pertuturan. Rujukan atau maksud dari deiktis “kemarin” pada data di atas
adalah hari Jumat, 11 Desember 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengerti bahwa adanya konteks kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika
di rubrik tajuk tanggal 12 Desember 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini
ditulis yaitu terkait dengan persiapan perhelatan Asian Games yang akan
diselenggarakan pada 18 Agustus–2 September 2018 di Jakarta dan Palembang.
Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games ke-18. Presiden Jokowi
menggelar rapat persiapan Asian Games pada hari Jumat 11 Desember 2015.
Pada data (22) dan (23) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “kemarin”
mempunyai rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang
berbeda pula. Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat
diasumsikan bahwa wujud “kemarin” disebut deiktis. Kata “kemarin” pada kedua
data di atas disebut dengan deiksis luar tuturan – deiksis eksofora karena
rujukannya berada di luar teks, sedangkan disebut sebagai deiksis waktu dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
klasifikasi deiksis waktu yang merujuk hari karena bentuk kata “kemarin”
menunjuk pada sehari sebelum pertuturan itu, yaitu adanya leksem adverbial.
2) Deiksis Waktu yang Merujuk pada Minggu
a. Pekan depan
Deiksis pekan depan mempunyai titik labuh satu pekan atau satu minggu
setelah terjadinya pertuturan. Dalam kaitan ini, deiksis pekan depan harus
dihubungkan dengan konteks situasi waktu pertuturan. Peneliti menemukan dua
kali kemunculan deiksis pekan depan pada penelitian ini. Perhatikan contoh data
berikut sebagai wujud deiksis pekan depan.
(24) Fasilitas kredit tersebut menjadi salah satu isi kebijakan dalam paket
kebijakan jilid III yang akan diluncurkan pekan depan.
(Republika, Sabtu, 3 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan gelombang PHK yang semakin meningkat pada September
2015. Kemenko Perekonomian merencanakan menyediakan fasilitas
kredit bagi perusahaan yang terancam bangkrut untuk mengatasinya.)
(25) Negara penjajah Palestina tersebut masuk dalam 84 negara yang
mulai pekan depan bebas visa kunjungan ke Indonesia.
(Republika, Rabu, 23 Desember 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 23 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan adanya kebijakan pemerintah Indonesia untuk pemberian
bebas visa bagi wisatawan asing. Jumlah yang ditambahkan adalah 84
negara, menjadi 131 negara. Dalam hal ini, Israel termasuk negara
yang mendapat fasilitas kunjungan bebas visa tersebut mulai 30
Desember 2015. Penulis mengingatkan bahwa Israel merupakan
negara yang pernah menjajah Palestina.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kalimat pada data (24) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk minggu. Bentuk “pekan depan” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu pertuturan.
Rujukan atau maksud dari deiktis “pekan depan” pada data di atas adalah satu
pekan setelah pertuturan, yaitu 10 Oktober 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami
setelah dimengerti bahwa adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan
oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 3 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan gelombang PHK yang semakin meningkat pada
September 2015. Kemenko Perekonomian merencanakan menyediakan fasilitas
kredit bagi perusahaan yang terancam bangkrut untuk mengatasinya.
Kalimat pada data (25) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk pada minggu. Bentuk “pekan depan” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu pertuturan
yang dihubungkan dengan konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “pekan
depan” pada data di atas adalah satu pekan setelah tulisan ini, yaitu 30 Desember
2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengertinya konteks kalimat
yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 23
Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan adanya kebijakan
pemerintah Indonesia untuk pemberian bebas visa bagi wisatawan asing. Jumlah
yang ditambahkan adalah 84 negara, menjadi 131 negara. Dalam hal ini, Israel
termasuk negara yang mendapat fasilitas kunjungan bebas visa tersebut mulai 30
Desember 2015. Penulis mengingatkan bahwa Israel merupakan negara yang
pernah menjajah Palestina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pada data (24) dan (25) telah dijelaskan bahwa bentuk “pekan depan”
mempunyai rujukan atau referen waktu yang berbeda karena konteksnya juga
berbeda. Kedua kalimat di atas mengacu pada satu pekan setelah adanya tulisan
tajuk ini. Karena merujuk pada waktu penyebutan minggu yang berada di luar
teks, maka kata “pekan depan” pada kalimat di atas dapat digolongkan dalam
wujud deiksis.
b. Pekan lalu
Kata pekan yang dirangkaian dengan lalu dpaat menjangkau satu pekan ke
belakang setelah pertuturan. Dalam penelitian ini ditemukan dua kali kemunculan
deiksis pekan lalu. Berikut akan peneliti jabarkan dengan contoh deiksis pekan
lalu.
(26) Bila kita mencermati angka ramalan yang disampaikan BPS dalam
jumpa pers pekan lalu, sebenarnya tidak ada yang keliru di situ.
(Republika, Jumat, 12 November 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS mengenai
kenaikan produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung
jawabkan. Pada 2 November 2015, BPS menggelar konferensi pers
terkait produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin
mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85
persen atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah kering giling.
Angka itu belum memperhitungkan El Nino di September–Oktober
2015 dan baru memperhitungkan Mei–Agustus 2015.)
(27) Pemeriksaan Luhut ini berbeda dengan pemeriksaan Ketua DPR,
Senin pekan lalu.
(Republika, Selasa, 15 Desember 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk 15 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan kasus pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf
Kalla akan perpanjangan kontrak Freeport oleh Ketua DPR Setya
Novanto. Penulis mengungkapkan bahwa pemeriksaan Menko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan dilakukan secara terbuka pada
Senin 14 Desember 2015, Hal ini berbeda dengan pemeriksan yang
dilakukan terhadap ketua DPR Setya Novanto pada Senin, 7
Desember 2015 yang dilakukan secara tertutup.)
Kalimat pada data (26) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang yang merujuk minggu. Bentuk “pekan lalu” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu pertuturan.
Rujukan atau maksud dari deiktis “pekan lalu” pada data di atas adalah satu pekan
sebelum waktu pertuturan, yaitu 2 November 2015. Rujukan tersebut dapat
dipahami setelah dimengertinya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan
oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca.
Kalimat ini terkait dengan perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS
mengenai kenaikan produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung
jawabkan. Pada 2 November 2015, BPS menggelar konferensi pers terkait
produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin mengungkapkan,
produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85 persen atau 4,15 juta ton menjadi
74,99 juta ton gabah kering giling. Angka itu belum memperhitungkan El Nino di
September–Oktober 2015 dan baru memperhitungkan Mei–Agustus 2015.
Kalimat pada data (27) pada data di atas merupakan deiksis luar tuturan –
eksofora waktu yang merujuk pada minggu. Wujud “pekan lalu” pada data di atas
dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu
pertuturan. Rujukan atau maksud dari deiktis “pekan lalu” pada data di atas adalah
7 Desember 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya
konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
tajuk 15 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan kasus
pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla akan perpanjangan
kontrak Freeport oleh Ketua DPR Setya Novanto. Penulis mengungkapkan bahwa
pemeriksaan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan dilakukan secara terbuka
pada Senin 14 Desember 2015, Hal ini berbeda dengan pemeriksan yang
dilakukan terhadap ketua DPR Setya Novanto pada Senin, 7 Desember 2015
yang dilakukan secara tertutup.
Pada data (26) dan (27) telah dijelaskan bahwa bentuk “pekan lalu”
mempunyai rujukan atau referen waktu satu pekan ke belakang dari adanya
penulisan. Kedua kalimat di atas merujuk pada referen waktu yang berbeda di luar
teks. Oleh karena itu, bentuk “pekan lalu” dapat dikatakan sebagai wujud deiksis.
3) Deiksis Waktu yang Merujuk pada Bulan
a. Enam Bulan Lalu
Kata yang dirangkaian dengan kata bulan tanpa disebutkan nama
bulannya, kata lalu hanya dapat menjangkau satu bulan ke belakang (Purwo,
1984: 74). Dalam hal ini peneliti menemukan satu kali kemunculan deiksis bulan
yang sudah disebutkan jumlah hitungan bulan ke belakang. Berikut
penjelasannya.
(28) Jumlah tersebut naik 860 ribu orang bila dibandingkan enam bulan
lalu.
(Republika, Rabu, 16 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan jumlah orang miskin di Indonesia yang mencapai 860 ribu
orang. Angka ini terhitung naik apabila dibandingkan dengan bulan
Maret 2015.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Kalimat pada data (28) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk pada bulan. Wujud “enam bulan lalu” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya bisa berubah
tergantung konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “enam bulan lalu” pada
data di atas adalah bulan Maret 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengertinya konteks kalimat, yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini
berkaitan dengan jumlah orang miskin di Indonesia yang mencapai 860 ribu
orang. Angka ini terhitung naik apabila dibandingkan dengan bulan Maret 2015.
Meskipun hanya ada satu data (28) yang ditemukan, wujud “enam bulan
lalu” sudah dapat dikatakan deiktis karena rangkaian tersebut bisa mempunyai
rujukan yang berbeda. Misalnya, jika tajuk ini ditulis pada bulan Desember,
pastilah rujukan “enam bulan lalu” tidak akan sama dengan kalimat di atas.
Karena rujukannya mengacu pada waktu hitungan bulan yang berada di luar teks,
maka “enam bulan” lalu dapat disebut sebagai wujud deiksis.
4) Deiksis Waktu yang Merujuk pada Tahun
a. tahun depan
Deiksis tahun depan mempunyai titik labuh satu tahun atau satu tahun
setelah terjadinya pertuturan. Dalam kaitan ini, deiksis tahun depan harus
dihubungkan dengan konteks situasi waktu pertuturan. Peneliti menemukan dua
kali kemunculan deiksis tahun depan pada penelitian ini. Perhatikan contoh data
berikut sebagai wujud deiksis tahun depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
(29) Raja Arab Saudi mengundang dua anggota keluarga korban untuk
berhaji tahun depan.
(Republika, Senin, 21 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
masalah yang dialami penyelenggaraan haji tahun 2015, mulai dari
keterlambatan visa, robohnya crane raksasa, sampai hujan badai dan
salju. Penulis menyampaikan bahwa sebagai bentuk pertanggung
jawaban pemerintah Arab, Raja Saudi mengundang dua anggota
keluarga korban untuk berhaji tahun 2016.)
(30) Dalam jangka menengah, pemerintah harus melakukan berbagai
cara agar kebakaran hutan tidak terulang pada tahun depan.
(Republika, Rabu, 7 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 7 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan masukkan yang diberikan penulis pada masalah bencana
kabut asap di Sumatera dan Kalimantan yang belum juga terhenti.
Pemrintah diharapkan mampu memberi sosialisasi dan pemahaman
bagi warga yang berpotensi menjadi pelaku pembakaran hutan agar
tidak menimbulkan bencana serupa pada tahun 2016.)
Kalimat pada data (29) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk tahun. Bentuk “tahun depan” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu yang harus
dihubungankan dengan konteks. Rujukan atau maksud deiktis “tahun depan” pada
data di atas adalah tahun 2016. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 21 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini
terkait masalah yang dialami penyelenggaraan haji tahun 2015, mulai dari
keterlambatan visa, robohnya crane raksasa, sampai hujan badai dan salju. Penulis
menyampaikan bahwa sebagai bentuk pertanggung jawaban pemerintah Arab,
Raja Saudi mengundang dua anggota keluarga korban untuk berhaji tahun 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Kalimat pada data (30) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk pada tahun. Bentuk “tahun depan” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berbeda
sesuai konteks. Rujukan dari kata deiktis “tahun depan” pada kalimat di atas
adalah tahun 2016. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya
konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 7 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan
masukkan yang diberikan penulis pada masalah bencana kabut asap di Sumatera
dan Kalimantan yang belum juga terhenti. Pemrintah diharapkan mampu memberi
sosialisasi dan pemahaman bagi warga yang berpotensi menjadi pelaku
pembakaran hutan agar tidak menimbulkan bencana serupa pada tahun 2016.
Pada data (29) dan (30) telah dijelaskan bahwa bentuk “tahun depan”
mempunyai rujukan atau referen sama karena konteks yang dibicarakan masih
seputar tahun 2015 dan rujukannya adalah satu tahun setelah waktu pertuturan.
Berbeda halnya jika salah satu kalimat adalah tajuk yang ditulis tahun 2014, jadi
rujukan “tahun depan” pun bisa berbeda. Karena rujukan waktu berada di luar teks
dan dapat berganti-ganti, maka “tahun depan” bisa disebut dengan deiksis.
b.tahun lalu
Kata tahun yang dirangkaian dengan lalu dpaat menjangkau satu tahun ke
belakang setelah pertuturan. Dalam penelitian ini ditemukan tiga kali kemunculan
deiksis tahun lalu. Berikut akan peneliti jabarkan dengan contoh deiksis tahun
lalu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
(31) Tahun lalu kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di
wilayah bencana asap efektif untuk memacu penanggulangan
masalah ini.
(Republika, Kamis, 3 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan
sejak pertengahan tahun 2015. Penulis menyindir bahwa
pemerintahan Jokowi belum bisa efektif menangani masalah kabut
asap dengan memberi pembandingan cara kerja Presiden SBY pada
tahun 2014.)
(32) Pengalaman buruk yang terjadi pada tahun lalu itu sudah
seharusnya tak boleh lagi terulang.
(Republika, Senin, 9 November 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 9 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan berita adanya kejadian longsor menurut catatan sepanjang
tahun 2014 terjadi 332 bencana longsor menewaskan 262 jiwa.
Bencana longsor tak hanya menelan korban, tetapi juga
mengakibatkan kerugian yang sangat besar.)
Kalimat pada data (31) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk tahun. Bentuk “tahun lalu” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya daat berubah-ubah.
Rujukan atau maksud dari deiktis “tahun lalu” pada data di atas adalah tahun
2014. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks
kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan bencana
kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun
2015. Penulis menyindir bahwa pemerintahan Jokowi belum bisa efektif
menangani masalah kabut asap dengan memberi pembandingan cara kerja
Presiden SBY pada tahun 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Kalimat pada data (32) di atas merupakan deikis luar tuturan – eksofora
yang merujuk pada tahun. Bentuk “tahun lalu”pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah-ubah sesuai
konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “tahun lalu” pada data di atas adalah
tahun 2014. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya konteks
kalimat, yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 9 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan berita adanya
kejadian longsor menurut catatan sepanjang tahun 2014 terjadi 332 bencana
longsor menewaskan 262 jiwa. Bencana longsor tak hanya menelan korban, tetapi
juga mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
Pada data (31) dan (32) telah dijelaskan bahwa bentuk “tahun lalu”
mempunyai rujukan yang sama dengan dasar konteks yang sama. Berbeda halnya
jika salah satu kalimat di atas mempunyai konteks waktu tahun 2014, maka
rujukan dari “tahun lalu” akan nampak berbeda. Karena rujukan waktu yang
merujuk satu tahun sebelum waktu pertuturannya yang dapat berubah-ubah dan
berada di luar teks, maka bentuk “tahun lalu” dapat disebut sebagai wujud deiksis.
c. tahun ini
Deiskis tahun yang dirangkai dengan kata ini merujuk apda tahun saat
berlangsungnya tuturan atau peristiwa itu diangkat. Peneliti menemukan
kemunculan deiksis tahun ini sebanyak empat kali. Perhatikan contoh berikut.
(33) Perusahaan yang tahun sebelumnya memetik untung, tahun ini harus
mengalami kerugian.
(Republika, Rabu, 2 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
dengan kerugian yang dialami sejumlah perusahan hingga harus
memutus hubungan dengan karyawannya tahun 2015 ini, berbeda
dengan tahun 2014 yang mana perusahaan selalu mendapat untung.
Penulis ingin menginformasikan pada pembaca bahwa tahun 2015,
perusahaan sedang mengalami kerugian.)
(34) Kementerian Pariwisata menargetkan capaian pada tahun ini
meningkat dua kali lipat.
(Republika, Kamis, 22 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia sebanyak
8,8 juta orang dan 1,73 juta di antaranya adalah Muslim. Capaian
tersebut dibandingkan dengan Malaysia yang berjumlah 25,7 juta
setahun. Penulis menegaskan bahwa Kementerian Pariwisata akan
meningkatan capaian jumlah kunjungan pada tahun 2015 ini.)
Kalimat pada data (33) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk pada tahun. Bentuk “tahun ini” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu yang dapat
berubah-ubah. Rujukan atau maksud dari deiktis “tahun ini” pada data di atas
adalah tahun 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa
adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di
rubrik tajuk tanggal 2 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan kerugian yang dialami sejumlah perusahan hingga harus memutus
hubungan dengan karyawannya tahun 2015 ini, berbeda dengan tahun 2014 yang
mana perusahaan selalu mendapat untung. Penulis ingin menginformasikan pada
pembaca bahwa tahun 2015, perusahaan sedang mengalami kerugian.
Kalimat pada data (34) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang merujuk pada tahun. Bentuk “tahun ini” pada data di atas dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan bisa berubah-ubah tergantung
konteks. Rujukan dari kata deiktis “tahun ini” pada data di atas adalah tahun 2015.
Rujukan terssebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks
kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan kedatangan
wisatawan mancanegara ke Indonesia sebanyak 8,8 juta orang dan 1,73 juta di
antaranya adalah Muslim. Capaian tersebut dibandingkan dengan Malaysia yang
berjumlah 25,7 juta setahun. Penulis menegaskan bahwa Kementerian Pariwisata
akan meningkatan capaian jumlah kunjungan pada tahun 2015 ini.
Pada data (33) dan (34) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “tahun ini”
mempunyai rujukan yang sama karena konteksnya juga sama, yaitu adanya
penulisan tajuk dan peristiwa yang diangkat berlangsung pada tahun 2015.
Berbeda halnya ketika salah satu kalimat tersebut konteksnya berlangsung pada
tahun 2014, maka rujukannya juga akan mengacu pada tahun 2014. Karena
rujukannya berada di luar teks, dan mengacu pada tahun berlangsungnya tuturuan,
maka bentuk “tahun ini” dapat digolongkan dalam wujud deiksis eksofora waktu
yang merujuk pada tahun.
5) Deiskis Waktu yang Merujuk pada Suatu Masa
a. kini
Deiksis kini merujuk pada suatu masa saat pertuturan itu berlangsung
tanpa menyebutkan tanggal atau bulan yang pasti. Peneliti menemukan wujud
deiksis kini sebanyak enam kali. Perhatikan contoh data berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
(35) Hingga kini, polisi menyatakan bahwa tersangka adalah pelaku
tunggal dan motif tersangka melakukan teror adalah pemerasan.
(Republika, Sabtu, 31 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam Sutera, Tangerang, Banten
pada hari Rabu, 28 Oktober 2015 lalu. Tersangka LWK sudah
dirungkus oleh polisi. Penulis memberitahu pada pembaca bahwa
hingga tulisan ini dibuat, polisi menyatakan bahwa tersangka adalah
pelaku tunggal dan motif tersangka melakukan teror adalah
pemerasan.)
(36) Di Jakarta saja, lebih dari 20 ribu orang kini menggantungkan
hidupnya dengan mengemudi ojek aplikasi.
(Republika, Sabtu, 19 Desember 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 19 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan berita adanya penghentian ojek aplikasi dalamSurat
Pemberitahuan Nomor UM 3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani
oleh Menteri Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November
2015. Penulis mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi merupakan
salah satu solusi yang dapat menanggulangi perlambatan ekonomi di
Indonesia. Di daerah Jakarta, masyrakatnya mulai bekerja sebagai
pengemudi ojek aplikasi untuk mencari nafkah.)
Kalimat pada data (35) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “kini” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “kini” pada data di atas adalah
waktu ketika polisi menyatakan bahwa tersangka pengeboman Mal Alam Sutera,
Tangerang, Banten, yaitu LWK adalah pelaku tunggal dan motif tersangka
melakukan teror adalah pemerasan. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini
terkait dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam Sutera, Tangerang, Banten pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
hari Rabu, 28 Oktober 2015 lalu. Tersangka LWK sudah dirungkus oleh polisi.
Penulis memberitahu pada pembaca bahwa hingga tulisan ini dibuat, polisi
menyatakan bahwa tersangka adalah pelaku tunggal dan motif tersangka
melakukan teror adalah pemerasan.
Kalimat pada data (36) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “kini” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “kini” pada data di atas adalah
waktu ketika lebih dari 20 ribu orang di Jakarta menggantungkan hidupnya
dengan menjadi pengemudi ojek aplikasi. Rujukan tersebut dapat dipahami
setelah dimengerti adanya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh
redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 19 Desember 2015 pada pembaca.
Kalimat ini terkait dengan berita adanya penghentian ojek aplikasi dalam Surat
Pemberitahuan Nomor UM 3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani oleh
Menteri Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November 2015. Penulis
mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi merupakan salah satu solusi yang
dapat menanggulangi perlambatan ekonomi di Indonesia. Di daerah Jakarta,
masyrakatnya mulai bekerja sebagai pengemudi ojek aplikasi untuk mencari
nafkah.
Pada data (35) dan (36) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “kini”
mempunyai rujukan atau referen waktu yang berbeda karena konteks kalimatnya
juga berbeda. Kedua kalimat di atas merujuk pada suatu waktu saat pertuturan itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
yang tidak disebutkan kapan tepatnya. Karena rujukannya berada di luar teks dan
mengandung waktu yang berbeda, maka kata “kini” dapat disebut deiktis.
b. sekarang
Kata sekarang bertitik labuh pada saat di pembicara mengucapkan kata itu
(dalam kalimat) atau yang disebut saat tuturan (Purwo, 1984: 71). Peneliti
menemukan tiga kali kemunculan wujud deiksis sekarang. Berikut akan peneliti
jelaskan dengan contoh data yang mengandung deiksis sekarang.
(37) Namun, hal itu hendaknya bukan menjadi alasan bagi pemerintah
untuk mengabaikan langkah antisipasi sejak jauh hari dan mengambil
langkah supaya bencana yang awalnya kecil tidak sebesar sekarang.
(Republika, Jumat, 23 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan
tahun 2015 yang sudah dibilang parah. Bahkan merembet ke negara
tetangga Indonesia, seperti Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang
menjadi korban bencana tersebut. Penulis tidak menampik bahwa
bencana asap bukan hanya saja di era pemerintahan Jokowi. Tetapi
siapapun pemerintahnya, seharusnya ada alangkah untuk
mengantsipasi terjadinya musibah semacam ini.)
(38) Jawabannya memang belum bisa kita dapatkan sekarang.
(Republika, Senin, 2 November 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan akan segera diselenggarakannya ajang olahraga Internasional,
yaitu Olimpiade Brasil 2016 dan Asian Games 2018 di Indonesia.
Penulis mengajukan pertanyaan, apakah di bawah kepimpinan Erick
Thohir (pemimpin baru Komite Olimpiade Indonesia) bisa
memberikan prestasi bagi bangsa Indonesia? Jawaban dari pertanyaan
tersebut belum bisa didapatkan di masa kepemimpinan baru Erick
Thohir (pemimpin KOI) karena pertandingan olahraga Internasional
belum terselenggara.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Kalimat pada data (37) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “sekarang” pada data di atas
dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “sekarang” pada data di atas
adalah merujuk saat dimana bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan
Kalimantan tahun 2015 yang sudah dibilang parah. Bahkan merembet ke negara
tetangga Indonesia, seperti Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang menjadi
korban bencana tersebut.. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti
adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di
rubrik tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan
bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan tahun 2015 yang
sudah dibilang parah. Bahkan merembet ke negara tetangga Indonesia, seperti
Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang menjadi korban bencana tersebut.
Penulis tidak menampik bahwa bencana asap bukan hanya saja di era
pemerintahan Jokowi. Tetapi siapapun pemerintahnya, seharusnya ada alangkah
untuk mengantsipasi terjadinya musibah semacam ini.
Kalimat pada data (38) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “sekarang” pada data di atas
dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “sekarang” pada data di atas
adalah jawaban atas pertanyaan “apakah di bawah kepimpinan Erick Thohir
(pemimpin baru Komite Olimpiade Indonesia) bisa memberikan prestasi bagi
bangsa Indonesia?” belum bisa terjawab saat kepimpinan baru Komite Olimpiade
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Indonesia baru saja terpilih. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti
adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di
rubrik tajuk tanggal 2 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan akan segera diselenggarakannya ajang olahraga Internasional, yaitu
Olimpiade Brasil 2016 dan Asian Games 2018 di Indonesia. Penulis mengajukan
pertanyaan, apakah di bawah kepimpinan Erick Thohir (pemimpin baru Komite
Olimpiade Indonesia) bisa memberikan prestasi bagi bangsa Indonesia? Jawaban
dari pertanyaan tersebut belum bisa didapatkan di masa kepemimpinan baru Erick
Thohir (pemimpin KOI) karena pertandingan olahraga Internasional belum
terselenggara.
Pada data (37) dan (38) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “sekarang”
mempunyai rujukan atau referen waktu yang berbeda karena konteksnya juga
berbeda. Kedua kalimat di atas merujuk pada saat masalah yang diangkat
berlangsung, tetapi tidak menyebutkan waktu tepatnya. Karena rujukan waktunya
berada di luar teks dan mengacu pada waktu yang berbeda, maka kata “sekarang”
dapat digolongkan dalam deiksis eksofora waktu yang merujuk pada suatu masa.
c. nanti
Penentuan leksem deiktis nanti bersifat tidak tertentu dan relatif. Kata
nanti bertitik labuh pada waktu sesudah saat tuturan, menunjuk jauh ke depan
(Purwo, 1984: 71). Peneliti menemukan enam kali kemunculan deiksis nanti pada
penelitian ini. Berikut akan dijabarkan dengan contoh deiksis yang mengandung
kata nanti.
(39) Kematangan kita berdemokrasi diuji dalam pilkada serentak nanti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
(Republika, Sabtu, 28 November 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 28 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan penyelenggaran pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak
yang akan diselenggarakan 9 Desember 2015. Tercatat ada 269 daerah
terdiri atas 9 provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten yans serentak
memilih kepala daerah. Penulis secara tidak langsung mengharapkan
supaya masyarakat Indonesia berpartisipasi secara rukun ketika
dinamika demokrasi pilkada nanti.)
(40) Masa jabatan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
periode 2012 – 2015 akan segera berakhir media Desember nanti.
(Republika, Senin, 30 November 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 30 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan akan segera berakhirnya masa kepimpinan KPK periode 2012
– 2015 pada 16 Desember 2015. Menjelang waktu tersebut, Komisi III
DPR RI belum mempunyai calon pimpinan KPK yang baru. Penulis
menyampaikan bahwa kekosongan pemimpinan akan berdampak
buruk bagi pemberantasan korupsi di Indonesia.)
Kalimat pada data (39) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “sekarang” pada data di atas
dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “nanti” pada data di atas adalah
9 Desember 2015, saat pelaksanaan pilkada serentak. Rujukan tersebut dapat
dipahami setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini
disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 28 November 2015
pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan penyelenggaran pemilihan kepala
daerah (pilkada) serentak yang akan diselenggarakan 9 Desember 2015. Tercatat
ada 269 daerah terdiri atas 9 provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten yans serentak
memilih kepala daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Kalimat pada data (40) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “nanti” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “nanti” pada data di atas
merujuk pada 16 Desember 2015, saat Masa jabatan pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2012–2015 berakhir. Rujukan tersebut
dapat dipahami setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini
disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 30 November 2015
pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan akan segera berakhirnya masa
kepimpinan KPK periode 2012–2015 pada 16 Desember 2015. Menjelang waktu
tersebut, Komisi III DPR RI belum mempunyai calon pimpinan KPK yang baru.
Pada data (39) dan (40) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “nanti”
mempunyai rujukan atau referen waktu yang berbeda karena konteksnya juga
berbeda. Kedua kalimat di atas merujuk pada waktu setelah adanya tuturan.
Karena rujukannya berada di luar teks dan mengacu pada waktu yang berbeda,
maka kata “nanti” dapat digolongkan dalam wujud deiksis eksofora waktu yang
merujuk suatu masa.
d. saat ini
Leksem waktu yang dirangkaikan dengan kata ini menunjuk (secara luar
tuturan) pada waktu sekarang (Purwo, 1984: 81). Dalam penelitian ini, peneliti
menemukan enam wujud deiksis saat ini. Berikut penjabarannya.
(41) Rakyat saat ini membutuhkan langkah nyata dari pemerintah untuk
membawa ekonomi lebih bergerak yang pada akhirnya membawa
rakyat pada kesejahteraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
(Republika, Rabu, 9 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 9 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan kondisi ekonomi bulan September melemah, nilai tukar rupiah
berada di atas Rp 14.250 per dolar AS. Belum lagi IHSG Bursa Efek
Indonesia juga terjun bebas. Penulis ingin menyampaikan harapannya
supaya pimpinan negara segera mengatasi masalah ini dengan langkah
nyata, bukan dengan beradu pendapat di depan publik.)
(42) Sampai saat ini jumlah korban masih belum pasti, termasuk korban
dari Indonesia.
(Republika, Sabtu, 26 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 26 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan peristiwa tabrakan yang terjadi di Jalan Arab 204 dan 223 saat
jamaah haji hendak melempar jumrah pada Kamis 24 September 2015
pukul 07.30 waktu setempat. Penulis ingin menyampaikan bahwa
sampai tulisan ini dibuat, belum ada kabar jumlah korban.)
Kalimat pada data (41) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “saat ini” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “saat ini” pada data di atas
merujuk pada saat dimana kondisi ekonomi Indonesia melemah. Dibuktikan
dengan nilai tukar rupiah berada di atas Rp 14.250 per dolar AS dan IHSG Bursa
Efek Indonesia juga terjun bebas.. Rujukan tersebut dapat dimengerti setelah
adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di
rubrik tajuk tanggal 9 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan kondisi ekonomi bulan September melemah, nilai tukar rupiah berada di
atas Rp 14.250 per dolar AS. Belum lagi IHSG Bursa Efek Indonesia juga terjun
bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Kalimat pada data (42) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “saat ini” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “saat ini” pada data di atas
merujuk pada waktu saat jumlah korban jamaah haji yang terkena dampak
peristiwa tabrakan yang terjadi di Jalan Arab 204 dan 223 saat jamaah haji hendak
melempar jumrah pada Kamis 24 September 2015 pukul 07.30 waktu setempat,
belum terinformasikan secara pasti. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 26 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini
terkait dengan peristiwa tabrakan yang terjadi di Jalan Arab 204 dan 223 saat
jamaah haji hendak melempar jumrah pada Kamis 24 September 2015 pukul
07.30 waktu setempat.
Pada data (41) dan (42) telah dijelaskan bahwa frasa “saat ini” mempunyai
rujukan atau referen masa waktu yang berbeda karena konteksnya juga berbeda.
Kedua kalimat di atas merujuk pada waktu saat pertuturan diangkat, tetapi tidak
disebutkan waktu tepatnya hanya suatu masa saja. Karena rujukannya berada di
luar teks dan mengacu pada suatu masa yang berbeda, maka frasa “saat ini” dapat
digolongkan dalam wujud deiksis eksofora waktu yang merujuk pada suatu masa.
e. kali ini
Leksem waktu yang dirangkaikan dengan kata ini menunjuk (secara luar
tuturan) pada waktu sekarang (Purwo, 1984: 81). Dalam penelitian ini, kata kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
yang dirangkai dengan ini, ditemukan empat kali kemunculannya. Perhatikan
contoh data beirkut yang menerangkan deiksis kali ini.
(43) Perlambatan ekonomi kali ini lebih didorong oleh persoalan
psikologis.
(Republika, Kamis, 10 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 10 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan paket kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
mengatasi kondisi ekonomi Indonesia yang sedang melemah,
khususnya bulan September 2015.)
(44) Setelah musibah robohnya crane di Masjidil Haram pada Jumat
(11/9) lalu akibat badai, kali ini musibah terjadi pada jamaah yang
hendak melaksanakan lontar jumrah di Mina.
(Republika, Jumat, 25 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 25 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan musibah yang menimpa jamaah haji, yaitu berhentinya tiba-
tiba seorang jamaah haji di Jalur Arab 204, kawasan Mina pada
Kamis, 24 September 2015 pukul 07.30 waktu setempat saat hendak
melontar jumrah. Akibatnya, banyak jamaah yang terinjak-injak
hingga banyak menimbulkan jamaah yang meninggal meninggal.)
Kalimat pada data (43) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “kali ini” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “kali ini” pada data di atas
adalah waktu di mana kondisi ekonomi Indonesia melemah, lalu pemerintah
mengeluarkan paket kebijakan. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 10 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini
berkaitan dengan paket kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
mengatasi kondisi ekonomi Indonesia yang sedang melemah, khususnya bulan
September 2015.
Kalimat pada data (44) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “sekarang” pada data di atas
dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “sekarang” pada data di atas
adalah waktu ketika jamaah haji yang melewati Jalur Arab 204 kawasan Mina ada
yang berhenti tiba-tiba hingga menimbulkan korban jiwa. Rujukan tersebut dapat
dipahami setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini
disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 25 September 2015
pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan musibah yang menimpa jamaah haji,
yaitu berhentinya tiba-tiba seorang jamaah haji di Jalur Arab 204, kawasan Mina
pada Kamis, 24 September 2015 pukul 07.30 waktu setempat saat hendak
melontar jumrah. Akibatnya, banyak jamaah yang terinjak-injak hingga banyak
menimbulkan jamaah yang meninggal meninggal.
Pada data (43) dan (44) telah dijelaskan bahwa frasa “kali ini” mempunyai
rujukan atau referen masa waktu yang berbeda karena konteksnya juga berbeda.
Kedua kalimat di atas merujuk pada waktu saat pertuturan diangkat, tetapi tidak
disebutkan waktu tepatnya hanya suatu masa saja. Kata “kali ini” pada kedua
kalimat di atas sebenarnya merujuk pada waktu pertuturan. Karena rujukannya
berada di luar teks dan mengacu pada suatu masa yang berbeda, maka frasa “kali
ini” dapat digolongkan dalam wujud deiksis eksofora waktu yang merujuk pada
suatu masa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
f. selama ini
Frasa selama ini menggambarkan suatu jangka waktu yang mulai pada
waktu lampau dan berlangsung terus sampai saat tuturan terjadi (Purwo, 1984:
82). Peneliti menemukan kemunculan deiksis selama ini sebanyak empat kali.
Penjelasannya adalah sebagai berikut ini.
(45) Selama ini pemerintah kita terlalu pelit memberikan insentif kepada
calon investor.
(Republika, Rabu, 30 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 30 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan kritikan penulis terhadap pemerintah yang sejak dulu
memberikan insentif yang kurang menarik, sehingga para investor
enggan menanamkan modalnya di Indonesia. Hal tersebut terus terjadi
sampai tulisan ini dibuat.)
(46) Kita juga berdoa agar warga yang terpapar kabut asap segera pulih
kesehatannya, bisa menghirup udara segar kembali, juga
menyaksikan terangnya sinar mentari yang selama ini tertutup kabut
asap.
(Republika, Sabtu, 24 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 24 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan bencana kabut asap di wilayah Sumatera dan Kalimantan
tahun 2015 ini merupakan kebakaran hutan dan lahan terburuk sejak
pertengahan tahun 2015 sampai tulisan ini dibuat, belum reda juga
asap di wilayah tersebut. Penulis mengajak pembaca berdoa supaya
korban kabut asap segera dipulihkan kesehatannya, dan asap mulai
reda sehingga benra-benar menikmati udara tanpa paparan asap.)
Kalimat pada data (45) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “selama ini” pada data di atas
dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “selama ini” pada data di atas
adalah waktu dimana pemerintah sejak dahulu kurang memberi insentif yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
layak bagi investor hingga tulisan ini dibuat. Jadi, investor enggan menanamkan
modal usahanya di Indonesia. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengertinya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 30 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini
terkait dengan kritikan penulis terhadap pemerintah yang sejak dulu memberikan
insentif yang kurang menarik, sehingga para investor enggan menanamkan
modalnya di Indonesia. Hal tersebut terus terjadi sampai tulisan ini dibuat.
Kalimat pada data (46) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “selama ini” pada data di atas
dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “selama ini” pada data di atas
adalah waktu sejak pertengahan tahun 2015 sampai tulisan ini dibuat, belum reda
juga asap di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Rujukan tersebut dapat dipahami
setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh
redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 24 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat
ini terkait dengan bencana kabut asap di wilayah Sumatera dan Kalimantan tahun
2015 ini merupakan kebakaran hutan dan lahan terburuk sejak pertengahan tahun
2015 sampai tulisan ini dibuat, belum reda juga asap di wilayah tersebut.
Pada data (45) dan (46) telah dijelaskan bahwa frasa “selama ini”
mempunyai rujukan atau referen masa waktu yang berbeda karena konteksnya
juga berbeda. Kedua kalimat di atas merujuk pada waktu mulainya peristiwa yang
mana hingga tulisan ini ada, peristiwa itu masih terjadi. Karena rujukannya berada
di luar teks dan mengacu pada suatu masa yang berbeda, maka frasa “selama ini”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dapat digolongkan dalam wujud deiksis eksofora waktu yang merujuk pada suatu
masa.
g. saat itu
Leksem waktu yang dirangkaikan dengan kata itu menunjuk (secara luar
tuturan) pada waktu lampau (Purwo, 1984: 81). Dalam penelitian ini, peneliti
menemukan kemunculan wujud deiksis saat itu sebanyak satu kali. Berikut
penjelasannya.
(47) Saat itu, Jokowi menjanjikan setiap desa mendapat Rp 1 miliar.
(Republika, Jumat, 30 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 30 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan janji Jokowi – JK saat kampanye pilpres tahun 2014, bahwa
Jokowi menjanjikan setiap desa mendapat Rp 1 Miliar. Penulis
menunjukkan bukti bahwa alokasi dana desa sebesar Rp 47 triliun per
desa tidak sesuai dengan janjinya.)
Kalimat pada data (47) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora
waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “saat itu” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah
sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “saat itu” pada data di atas
adalah masa pilpres tahun 2014, ketika Jokowi menjanjikan setiap desa mendapat
Rp 1 Miliar. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya konteks
kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 30 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan janji Jokowi –
JK saat kampanye pilpres tahun 2014, bahwa Jokowi menjanjikan setiap desa
mendapat Rp 1 Miliar. Penulis menunjukkan bukti bahwa alokasi dana desa
sebesar Rp 47 triliun per desa tidak sesuai dengan janjinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Pada data (47), telah dijelaskan bahwa frasa “saat itu” merujuk pada suatu
masa lampau yang berada di luar tuturan. Hal ini tidak nampak perbedaan rujukan
karena hanya ditemukan satu kalimat. Jika ada kalimat A yang latar belakang
waktunya berbeda dengan rujukan di atas. Nantinya kata “saat itu” pada kalimat A
akan mengacu pada waktu lampau di konteks A. Walaupun hanya terdapat satu
contoh, bentuk “saat itu” dapat disebut deiktis wujud eksofora waktu yang
merujuk pada suatu masa.
4.2.1.2 Deiksis dalam Tuturan (Endofora)
4.2.1.2.1 Deiksis Anafora
1) Deiksis Anafora – Persona
Deiksis anafora – persona yang termasuk dalam klasifikasi deiksis dalam
tuturan – endofora ini berkaitan dengan rujukkan penyebutan yang mengacu pada
persona atau bentuk insan. Bambang Kaswanti Purwo (1984: 105) menerangkan
bahwa di antara bentuk-bentuk persona hanya kata ganti persona ketiga yang
dapat menjadi pemarkah anafora. Bentuk –nya dapat mengacu pada nomina insan
juga dapat mengacu pada nomina bukan insan. Dengan kata lain, bahwa referen
yang diacu oleh deiksis anafora persona dapat berupa persona ketiga tunggal
maupun jamak.
a. ia
Kata ganti ia digunakan untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang
yang dibicarakan digunakan terhadap orang yang sebaya, yang lebih muda, yang
lebih rendah status atau kedudukan sosialnya, atau yang tidak perlu secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
eksplisit dihormati (Chaer, 2011: 96). Peneliti menemukan empat kali
kemunculan deiksis ia pada penelitian ini. Penjabarannya adalah sebagai berikut.
(48) Ia melambaikan tangan.
(Republika, Selasa, 8 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan konferensi pers calon presiden AS, Donald Trump di Trump
Tower pada 3 September 2015. Trump turun dari podium sambil
melambaikan tangan.)
(49)“Lalu apa respons Paulson? Apa yang ia katakan?”
(Republika, Selasa, 29 September 2015)
(Konteks: kalimat ini dikemukakan oleh pewawancara Menteri
keuangan Prancis ketika krisis ekonomi 2008, Christine Lagarde.
Ungkapan ini terdapat dalam tajuk Republika tanggal 29 September
2015. Hal ini Ini berkaitan dengan tanggapan pewawancara terhadap
cerita yang diungkapkan Lagarde bahwa dulu Lagarde pernah berkata
dengan Menkeu Amerika Hank Paulson. „Hank kita menyakisikan
tsunami krisis keuangan ini menerjangm tetapi kamu malah sibuk
dengan baju renang apa yang harus kita pakai‟.)
Kalimat pada data (48) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora persona. Kata “ia” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukkan atau
maksud dari deiktis “ia” pada data di atas adalah calon Presiden Amerika Serikat,
Donald Trump. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa
kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 8
September 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini ditulis yaitu berlatar
belakang adanya konferensi pers calon presiden AS, Donald Trump di Trump
Tower pada 3 September 2015. Trump turun dari podium sambil melambaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
tangan. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “ia” dapat disebut dengan
deiksis anafora persona.
Kalimat pada data (49) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora persona. Kata “ia” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “ia” pada data di atas adalah Menteri Keuangan Amerika
Serikat Hank Paulson. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa
kalimat ini disampaikan oleh pewawancara Menteri keuangan Prancis ketika
krisis ekonomi 2008, Christine Lagarde. Ungkapan ini terdapat dalam tajuk
Republika tanggal 29 September 2015. Hal ini Ini berkaitan dengan tanggapan
pewawancara terhadap cerita yang diungkapkan Lagarde bahwa dulu Lagarde
pernah berkata dengan Menkeu Amerika Hank Paulson. „Hank kita menyakisikan
tsunami krisis keuangan ini menerjang, tetapi kamu malah sibuk dengan baju
renang apa yang harus kita pakai‟. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “ia”
dapat disebut dengan deiksis anafora persona.
Pada data (48) dan (49) telah dijelaskan bahwa kata “ia” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut, dapat diasumsikan bahwa
kata “ia” disebut deiktis. Kata “ia” pada kedua data di atas disebut deiksis
endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada dalam teks tersebut
yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan disebut sebagai deiksis
anafora persona karena, merujuk pada nomina manusia atau insan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
b. dia
Kata ganti dia berfungsi untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang
yang dibicarakan (Chaer, 2011: 97). Peneliti menemukan lima wujud deiksis dia
yang merujuk pada anafora persona. Perhatikan contoh data berikut sebagai
penjelasannya.
(50) Dia memilih untuk mundur dari jabatannya dengan alasan tidak bisa
memenuhi target penerimaan pajak negara.
(Republika, Kamis, 3 Desember 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 3 Desember 2015. Tulisan ini terkait dengan keputusan
mengejutkan yang diambil Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit
Priadi Pramudito bahwa dia memilih mundur dari jabatannya karena
merasa belum bisa memenuhi target penerimaan pajak negara. Sampai
pada November 2015, penerimaan pajak negara baru mencapai 65
persen.)
(51) Dia merasa tak ada gunanya memilih kepala daerah karena ujung-
ujungnya hanya untuk memperkaya diri pribadi, keluarga, atau
kelompoknya.
(Republika, Jumat, 11 Desember 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 11 Desember 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan penyelenggaraan pilkada pada 9 Desember 2015 yang digelar
serentak di 264 daerah depalan di antaranya adalah pikada din tingkat
provinsi, sisanya di kabupaten/kota. Namun, pilkada kali ini terasa tak
ada gegap gempitanya. Sebelum kalimat ini muncul, dicontohkan
bahwa seorang pedangang sayur di Pasar Petisah, Kota Medan,
Sumatera Utara, Cut Nirmala, mengungkapkan bahwa dia kurang
antusias mencoblos dalam pilkada ini. Penyebabnya adalah
kekecewaan pada sosok calon kepala daerah yang maju.)
Kalimat pada data (50) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora persona. Kata “dia” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “dia” pada data di atas adalah Direktur Jendral (Dirjen) Pajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Sigit Priadi Pramudito. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti
konteks kalimat yakni Tuturan ini disampaikan redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 3 Desember 2015. Tulisan ini terkait dengan keputusan mengejutkan yang
diambil Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi Pramudito bahwa dia
memilih mundur dari jabatannya karena merasa belumbisa memenuhi target
penerimaan pajak negara. Sampai pada November 2015, penerimaan pajak negara
baru mencapai 65 persen.
Kalimat pada data (51) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora persona. Kata “dia” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “dia” pada data di atas adalah pedagang sayur di Pasar
Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara, Cut Nirmala. Rujukan tersebut dapat
dimengerti setelah paham adanya konteks kalimat yakni Tuturan ini disampaikan
oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 11 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan penyelenggaraan pilkada pada 9 Desember 2015 yang
digelar serentak di 264 daerah depalan di antaranya adalah pikada din tingkat
provinsi, sisanya di kabupaten/kota. Namun, pilkada kali ini terasa tak ada gegap
gempitanya. Sebelum kalimat ini muncul, dicontohkan bahwa seorang pedagang
sayur di Pasar Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara, Cut Nirmala,
mengungkapkan bahwa dia kurang antusias mencoblos dalam pilkada ini.
Penyebabnya adalah kekecewaan pada sosok calon kepala daerah yang maju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Pada data (50) dan (51) telah dijelaskan bahwa kata “dia” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Dengan adanya konteks yang berbeda yang mempengaruhi rujukan “dia” pada
kedua kalimat di atas mengacu pada persona yang berbeda, dpaat diasumsikan
bahwa “dia” dapat disebut dengan wujud deiksis. Kata “dia” pada kedua kalimat
di atas disebut deiksis endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada
dalam teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan
disebut sebagai deiksis anafora persona karena, merujuk pada nomina manusia
atau insan.
c. –nya
Kata ganti –nya berfungsi untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang
yang dibicarakan (Chaer, 2011: 97). Peneliti menemukan kemunculan deiksis –
nya yang merujuk pada anafora persona sebanyak lima kali. Berikut akan peneliti
jabarkan dengan contoh data deiksis –nya.
(52) Kehadirannya dalam konferensi pers kandidat presiden dari Partai
Republik, Donald Trump, di Trump Tower, New York, Amerika
Serikat, Kamis (3/9), dinilai publik dan lawan politik sebagai tindakan
yang sangat tak etis dan merendahkan martabat bangsa.
(Republika, Senin, 7 September 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 7 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan
dengan berita bahwa ketua DPR RI Setya Novanto dan wakilnya Fadli
Zon hadir di konferensi pers calon presiden AS, Donald Trump pada 3
September 2015 di Amerika Serikat.)
(53) Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla beserta
jajaran menterinya mempunyai tugas utama bagaimana membawa
rakyat lebih sejahtera.
(Republika, Rabu, 16 September 2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan
dengan berita kemiskinan yang didapatkan dari data BPS bahwa orang
miskin di Indonesia per Maret 2015 mencapai 28,59 juta jiwa.)
Kalimat pada data (52) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora persona. Bentuk lekat kanan “-nya” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga
tunggal yang mana konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu
muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah
pimpinan DPR RI yang hadir pada konferensi pers Donald Trump, yaitu Setya
Novanto dan Fadli Zon. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti
konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 7 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan dengan
berita bahwa ketua DPR RI Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon hadir di
konferensi pers calon presiden AS, Donald Trump pada 3 September 2015 di
Amerika Serikat.
Kalimat pada data (53) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora persona. Kata “-nya” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah jajaran menteri Presiden
Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengerti adanya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
berkaitan dengan berita kemiskinan yang didapatkan dari data BPS bahwa orang
miskin di Indonesia per Maret 2015 mencapai 28,59 juta jiwa.
Pada data (52) dan (53) telah dijelaskan bahwa kata “-nya” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Dengan adanya konteks yang berbeda yang mempengaruhi rujukan “-nya” pada
kedua kalimat di atas mengacu pada persona yang berbeda, sehingga dapat
diasumsikan bahwa bentuk “-nya” dapat disebut dengan wujud deiksis. Kata “-
nya” pada kedua kalimat di atas disebut deiksis endofora anafora karena
konstituen rujukkan masih berada dalam teks tersebut yang disebutkan sebelum
deiktis itu muncul, sedangkan disebut sebagai deiksis anafora persona karena,
merujuk pada orang ketiga yang dibicarakan.
d. mereka
Kata ganti mereka digunakan untuk menyatakan diri orang ketiga atau
orang yang dibicarakan yang jumlahnya lebih dari satu orang, dapat digunakan
terhadao siapa saja dan oleh siapa saja (Chaer, 2011: 98). Peneliti menemukan
kemunculan wujud mereka yang merujuk pada anafora persona sebanyak sepuluh
kali. Contoh data berikut akan menjelaskan deiksis mereka.
(54) Tak hanya itu, mereka juga harus displin dan taat bila pemerintah
daerah merelokasi ke tempat yang lebih aman.
(Republika, Senin, 9 November 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 9 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan ancaman bencana longsor yang terjadi di awal musim
penghujan bulan November 2015 ini. Sejumlah daerah diharapkan
mempunyai alat deteksi dini, supaya meminimalisir korban akibat
bencana tersebut.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
(55) Mereka menolak batasan kenaikan upah minimum kebupaten/kota
(UMK) 2016 rata-rata sekitar 11,5 persen.
(Republika, Rabu, 25 November 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 25 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan berita adanya demonstrasi buruh pada 24 November 2015 di
Pulogadung, Bekasi, Batam, dan daerah lain. Para buruh melakukan
aksi mogok kerja. Peneliti akan menjabarkan data di bawah ini
sebagai contoh deiksis anafora persona.)
Kalimat pada data (54) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora persona. Kata “mereka” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga jamak yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “mereka” pada data di atas adalah masyarakat yang tinggal di
kawasan perbukitan dan sekitar aliran sungai yang menjadi terancam menjadi
korban bencana longsor. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti
adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di
rubrik tajuk tanggal 9 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan
ancaman bencana longsor yang terjadi di awal musim penghujan bulan November
2015 ini. Sejumlah daerah diharapkan mempunyai alat deteksi dini, supaya
meminimalisir korban akibat bencana tersebut.
Kalimat pada data (55) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora persona. Kata “mereka” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga jamak yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “mereka” pada data di atas adalah buruh yang melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
aksi mogok kerja pada 24 November 2015 di Pulogadung, Bekasi, Batam, dan
daerah lain. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya konteks
kalimat yakni ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 25
November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan berita adanya
demonstrasi buruh pada 24 November 2015 di Pulogadung, Bekasi, Batam, dan
daerah lain. Para buruh melakukan aksi mogok kerja.
Pada data (54) dan (55) telah dijelaskan bahwa kata “mereka” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Dengan adanya konteks yang berbeda yang mempengaruhi rujukan “mereka”
pada kedua kalimat di atas mengacu pada persona yang berbeda, sehingga dapat
diasumsikan bahwa “mereka” dapat disebut dengan wujud deiksis. Kata “mereka”
pada kedua kalimat di atas disebut deiksis endofora anafora karena konstituen
rujukan masih berada dalam teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu
muncul, sedangkan disebut sebagai deiksis anafora persona karena, merujuk pada
orang ketiga yang dibicarakan yang jumlahnya lebih dari satu orang.
2) Deiksis Anafora – Bukan Persona
Deiksis anafora – bukan persona yang termasuk dalam klasifikasi deiksis
dalam tuturan – endofora ini berkaitan dengan rujukkan penyebutan yang
mengacu pada nomina bukan persona atau bukan manusia. Bambang Kaswanti
Purwo (1984: 105) menerangkan bahwa di antara bentuk-bentuk persona hanya
kata ganti persona ketiga yang dapat menjadi pemarkah anafora. Salah satu
strategi yang dipakai dalam pemarkahan anafora yang bukan persona ialah
menyebut ulang bentuk formatif titik tolaknya. Dengan kata lain, bahwa referen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
yang diacu oleh deiksis anafora bukan persona salah satunya dapat berupa bentuk
demonstratif. Seperti bentuk itu menunjukkan bahwa informasi hanya diketahui
oleh si pembicara (si pembicara menganggap bahwa lawan bicaranya tidak tahu
tentang informasi tersebut). Kata ganti itu, dapat disandingkan dengan bentuk
tersebut yang mengacu pada titik tolak yang baru saja disebutkan sebelumnya.
a. –nya
Kata –nya yang dapat menunjuk pada bentuk nominal bukan insan. Dalam
penelitian ini, peneliti menemukan wujud deiksis –nya yang merujuk pada nomina
bukan insan sebanyak lima deiksis. Perhatikan contoh berikut yang menjelaskan
deiksis –nya dengan rujukan bukan persona.
(56) Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi kian terasa berat
dampaknya.
(Republika, Jumat, 4 September 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 4 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan
dengan kondisi Indonesia yang sedang mengalami laju pertumbuhan
ekonomi yang melambat sehingga banyak perusahaan yang terpaksa
mem-PHK karyawannya, dan menimbulkan banyak pengangguran.)
(57) Mereka memfasilitasi sarana pariwisata di negaranya sesuai prinsip
Islam: makanan halal, spa halal, penyediaan tempat shalat di ruang-
ruang publik, dan sebagainya.
(Republika, Kamis, 22 Oktober 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik
tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan peluang pasar Muslim begitu besar yang juga dilirik oleh
negara Non-Muslim seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong
Kong, dan Australia.)
Kalimat pada data (56) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora bukan persona. Bentuk lekat kanan “-nya” pada data di atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina
bukan persona yang mana konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis
itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah
perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah
dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 4 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini
berkaitan dengan kondisi Indonesia yang sedang mengalami laju pertumbuhan
ekonomi yang melambat sehingga banyak perusahaan yang terpaksa mem-PHK
karyawannya, dan menimbulkan banyak pengangguran.
Kalimat pada data (57) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora bukan persona. Bentuk lekat kanan “-nya” pada data di atas
dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina
bukan persona yang mana konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis
itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah
negara negara Non-Muslim seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong,
dan Australia. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya
konteks kalimat yakni ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik tajuk
tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan peluang pasar
Muslim begitu besar yang juga dilirik oleh negara Non-Muslim seperti Jepang,
Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Australia.
Pada data (56) dan (57) telah dijelaskan bahwa kata lekat kanan “-nya”
mempunyai rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang
berbeda pula. Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
diasumsikan bahwa bentuk kata “-nya” disebut deiktis. Bentuk lekat kanan “-nya”
pada kedua data di atas disebut dengan deiksis endofora anafora karena konstituen
rujukkan masih berada dalam teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu
muncul, sedangkan disebut sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk
pada nomina bukan manusia atau bukan insan.
b. ini
Kata penunjuk ini mempunyai fungsi menjadi penunjuk hubungan dengan
benda yang terdekat yang telah disebutkan di dalam kalimat yang terdahulu,
digunakan pada kalimat berikutnya (Chaer, 2011: 111). Dalam penelitian ini,
peneliti menemukan 12 kali kemunculan deiksis yang mengandung kata ini.
Berikut contoh datanya.
(58) Dalam waktu yang relatif berdekatan, negara-negara ini terbelit
masalah yang cukup pelik.
(Republika, Selasa, 1 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 September 2015 kepada pembaca. ini berkaitan dengan
krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia Tenggara tahun 2015,
seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam. Penulis
ingin memberitahu pada pembaca terkait negara-negara yang terbelit
masalah ekonomi. Penulis menggunakan kalimat pernyataan karena
tujuannya menginformasikan.)
(59)Angka ini jauh di atas ambang bahaya, yakni 350.
(Republika, Kamis, 3 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan
dengan peristiwa kabut asap yang melanda Indonesia khususnya pulau
Sumatera dan Kalimantan. Sampai kalimat ini ditulis, kabut asap
belum reda juga. Penulis ingin menginformasikan bahwa kabut asap
sudah mencapai angka bahaya. Penulis menyindir pemerintah supaya
lekas mempunyai langkah tegas untuk menangani kasus ini.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Kalimat pada data (58) di atas merupakan deiksis dalam tuturan – endofora
anafora bukan persona. Kata “ini” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukkannya adalah demonstratif yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “ini” pada data di atas adalah negara yang terbelit masalah
ekonomi cukup pelik, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei
Darussalam. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa kalimat
ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 1 September 2015
kepada pembaca. Ini berkaitan dengan situasi krisis ekonomi yang melanda
kawasan Asia Tenggara tahun 2015, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan
Brunei Darussalam. Penulis ingin memberitahu pada pembaca terkait negara-
negara yang terbelit masalah ekonomi. Penulis menggunakan kalimat pernyataan
karena tujuannya menginformasikan. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata
“ini” dapat disebut dengan deiktis anafora bukan persona.
Kalimat pada data (59) di atas merupakan deiksis dalam tuturan – endofora
anafora bukan persona. Kata “ini” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukkannya adalah demonstratif yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “ini” pada data di atas adalah indeks kualitas udara di
Palangkaraya yang mencapai angka 628. Referen tersebut dapat dipahami sete;ah
dimengerti bahwa kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan dengan peristiwa
kabut asap yang melanda Indonesia khususnya pulau Sumatera dan Kalimantan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Sampai kalimat ini ditulis, kabut asap belum reda juga. Penulis ingin
menginformasikan bahwa kabut asap sudah mencapai angka bahaya. Penulis
menyindir pemerintah supaya lekas mempunyai langkah tegas untuk menangani
kasus ini. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “ini” dapat disebut dengan
deiksis anafora bukan persona.
Pada data (58) dan (59) telah dijelaskan bahwa kata “ini” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa
bentuk kata “ini” disebut deiktis. Kata “ini” pada kedua data di atas disebut
dengan deiksis endofora anafora karena konstituen rujukan masih berada dalam
teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan disebut
sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk pada nomina demonstratif
yang terdekat sebelum deiksis muncul.
c. itu
Kata penunjuk itu memiliki fungsi salah satunya menjadi penunjuk
hubungan dengan benda atau hal yang telah disebutkan lebih dahulu, digunakan
pada kalimat berikutnya (Chaer, 2011: 112). Peneliti menemukan wujud deiksis
ini yang anaforis dengan kemunculannya sebanyak 12 kali. Berikut contoh data
yang akan mewakili penjelasnnya.
(60) Klub kebanggan warga Jakarta itu gagal melenggang ke final,
sementara musuh bebuyutan mereka, Persib bandung, justru menapak
ke pertandingan puncak.
(Republika, Sabtu, 17 Oktober 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
dengan pergelaran Final Piala Presiden yang akan digelar di Stadion
GBK pada 18 Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan
Sriwijaya FC. Jakarta merupakan markas tim Jackmania, sebutan bagi
pendukung klub Persija Jakarta, yang juga menjadi musuh dari tim
Persib Bandung.)
(61) Kita menyambut baik langkah sigap polisi yang dengan cepat
meringkus tersangka yang telah melakukan aksi teror di tempat ramai
itu.
(Republika, Sabtu, 31 Oktober 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam Sutera, Tangerang, Banten
pada hari Rabu, 28 Oktober 2015 lalu. Tersangka LWK sudah
dirungkus oleh polisi.)
Kalimat pada data (60) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora bukan persona. Kata “itu” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah bentuk demonstratif yang
mana konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan
atau maksud dari deiktis “itu” pada data di atas adalah klub Persija Jakarta, atau
yang disebut dengan Jackmania. Rujukan tersebut dapat dimengerti setelah paham
adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di
rubrik tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan dengan
pergelaran Final Piala Presiden yang akan digelar di Stadion GBK pada 18
Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan Sriwijaya FC. Jakarta merupakan
markas tim Jackmania, sebutan bagi pendukung klub Persija Jakarta, yang juga
menjadi musuh dari tim Persib Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Kalimat pada data (61) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora bukan persona. Kata “itu” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina demonstratif yang
mana konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan
atau maksud dari deiktis “itu” pada data di atas adalah Mal Alam Sutera,
Tangerang, Banten. Tempat kejadian pengemboman oleh LWK pada hari Rabu,
28 Oktober 2015. Rujukan tersebut dapat dimengerti setelah paham adanya
konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan peritiwa
pengeboman di Mal Alam Sutera, Tangerang, Banten pada hari Rabu, 28 Oktober
2015 lalu. Tersangka LWK sudah dirungkus oleh polisi.
Pada data (60) dan (61) telah dijelaskan bahwa kata “itu” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa
bentuk kata “itu” disebut deiktis. Kata “itu” pada kedua data di atas disebut
dengan deiksis endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada dalam
teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan disebut
sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk pada nomina bukan
manusia atau bukan insan, yaitu nomina demonstratif.
d. tersebut
Kata tersebut memiliki arti sudah disebutkan (KBBI). Dalam hal ini,
deiksis tersebut memiliki rujukan yang sudah disebutkan sebelumnya. Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
menemukan kemunculan jenis deikisis ini sebanyak 8 kali. Berikut akan penliti
jabarkan dengan contoh data terkait deiksis yang mengandung kata tersebut.
(62) Pemerintah seharusnya mempunyai jalan keluar yang terbaik supaya
hal tersebut tidak terulang.
(Republika, Selasa, 3 November 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan adanya pemberitaan bahwa sebelum tahun 2015 pun,
masyarakat sudah mengeluhkan harga beras yang cenderung tinggi.)
(63) Hingga saat ini, bantahan yang disampaikan Menteri Luar Negeri
Republik Indonesia Retno LP Marsudi belum menjadi jawaban akhir
atas kontroversi tersebut.
(Republika, Rabu, 11 November 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 11 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan adanya kontroversi kehadiran lembaga lobi yang membantu
kunjungan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo ke Amerika
Serikat menurut undangan pada 10 November 2015.)
Kalimat pada data (62) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora bukan persona. Kata “tersebut” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “tersebut” pada data di atas adalah permasalahan masyarakat
sudah mengeluhkan harga beras yang cenderung tinggi dalam beberapa tahun
terakhir. Rujukan tersebut dapat diketahui setelah paham adanya konteks kalimat
yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 3
November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan adanya pemberitaan
bahwa sebelum tahun 2015 pun, masyarakat sudah mengeluhkan harga beras yang
cenderung tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Kalimat pada data (63) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora bukan persona. Kata “tersebut” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “tersebut” pada data di atas adalah kontroversi kehadiran
lembaga lobi yang membantu kunjungan Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo ke Amerika Serikat menurut undangan pada 10 November 2015. Rujukan
tersebut dapat diketahui setelah dipahaminya konteks kalimat yakni kalimat ini
disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 11 November 2015
pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan adanya kontroversi kehadiran lembaga
lobi yang membantu kunjungan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo ke
Amerika Serikat menurut undangan pada 10 November 2015.
Pada data (62) dan (63) telah dijelaskan bahwa kata “tersebut” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa
bentuk kata “tersebut” disebut deiktis. Kata “tersebut” pada kedua data di atas
disebut dengan deiksis endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada
dalam teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan
disebut sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk pada nomina bukan
manusia atau bukan insan.
e. begitu
Kata begitu memiliki rujukan yang sudah disebutkan sebelumnya, bisa
mirip dengan frasa seperti itu. Peneliti menemukan kemunculan deiksis bgeitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
sebanyak empat kali. Perhatikan contoh data berikut yang menjelaskan adanya
deiksis begitu.
(64) Dengan begitu, mereka bisa memahami dan mengambil tindakan jika
terjadi kasus di lapangan.
(Republika, Sabtu, 7 November 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik
tajuk tanggal 7 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan keluarnya Surat Edaran Kapolri No SE/6/X/2015 tanggal 8
Oktober 2015 tentang Penanggungan Ujaran Kebencian. Kapolri
Jenderal Badrodin Haiti mengungkapkan bahwa jajaran Polri terutama
di bawah perlu punya panduan bagaimana menangani kasus ujaran
kebencian supaya Polri bisa paham dan mengambil tindakan yang
tepat jika ada kasus kebencian di lapangan.)
(65) Dengan begitu, pemerintah akan memperoleh pendapatan dari pajak
lain sejalan dengan tumbuhnya ekonomi.
(Republika, Rabu, 18 November 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 18 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan kebijakan pemangkasan pajak penghasilan (PPh) 21 yang akan
dikeluarkan pemerintah. Menko Perekonomian Perekonomian Darmin
Nasution, rencana pemangkasan PPh 21 merupakan bagian dari paket
kebijakan VII yang menyangkut insentif PPh 21 untuk karyawan,
pertanian, dan investasi.)
Kalimat pada data (64) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora bukan persona. Kata “begitu” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “begitu” pada data di atas adalah ungkapan Kapolri Jenderal
Badrodin Haiti bahwa jajaran Polri terutama di bawah perlu punya panduan
bagaimana menangani kasus ujaran kebencian. Rujukan tersebut dapat diketahui
setelah dimengertinya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaski
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Republika di rubrik tajuk tanggal 7 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini
terkait dengan keluarnya Surat Edaran Kapolri No SE/6/X/2015 tanggal 8 Oktober
2015 tentang Penanggungan Ujaran Kebencian. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti
mengungkapkan bahwa jajaran Polri terutama di bawah perlu punya panduan
bagaimana menangani kasus ujaran kebencian supaya Polri bisa paham dan
mengambil tindakan yang tepat jik ada kasus kebencian di lapangan.
Kalimat pada data (65) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora bukan persona. Kata “begitu” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “begitu” pada data di atas adalah kebijakan pemangkasan
pajak PPh 21 tersebut segera direalisasikan supaya daya beli masyarakat yang
baik akan membuat ekonomi bisa bergerak. Rujukan tersebut dapat diketahui
setelah dipahaminya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 18 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini
terkait dengan kebijakan pemangkasan pajak penghasilan (PPh) 21 yang akan
dikeluarkan pemerintah. Menko Perekonomian Perekonomian Darmin Nasution,
rencana pemangkasan PPh 21 merupakan bagian dari paket kebijakan VII yang
menyangkut insentif PPh 21 untuk karyawan, pertanian, dan investasi.
Pada data (64) dan (65) telah dijelaskan bahwa kata “begitu” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa
bentuk kata “begitu” disebut deiktis. Kata “begitu” pada kedua data di atas disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
dengan deiksis endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada dalam
teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan disebut
sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk pada nomina bukan
manusia atau bukan insan.
f. di situ
Kata ganti ini sebenarnya menunjuk pada tempat, tetapi apabila sudah
terdapat konstituen yang disebutkan sebelumnya maka disebut anaforis. Peneliti
menemukan kemunculan wujud deiksis di situ sebanyak dua kali. Berikut akan
peneliti jabarkan dengan contoh data tentang deiksis di situ.
(66) Bila kita mencermati angka ramalan yang disampaikan BPS dalam
jumpa pers pekan lalu, sebenarnya tidak ada yang keliru di situ.
(Republika, Kamis, 12 November 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS mengenai
kenaikan produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung
jawabkan. Pada 2 November 2015, BPS menggelar konferensi pers
terkait produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin
mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85
persen atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah kering giling.
Angka itu belum memperhitungkan El Nino di September–Oktober
2015 dan baru memperhitungkan Mei–Agustus 2015.)
(67) Ada nama Ketua DPR Setya Novanto dan ada nama Menko
Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan di situ.
(Republika, Kamis, 19 November 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 19 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan kasus pencatutan nama Presiden Jokowi untuk meminta
bagian saham PT Freeport yang diduga tersangkut juga nama Ketua
DPR RI Setya Novanto dan Menko Polhukam Luhut Binsar
Pandjaitan. Menteri ESDM Sudirman Said telah menyerahkan
transkrip percakapan dan rekaman suara percakapan yang diduga
melibatkan nama-nama tersebut. Setelah itu giliran Majels
Kehormatan Dewan untuk mengecek semua bukti dengan objektif.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Kalimat pada data (66) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora bukan persona. Kata “di situ” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “di situ” pada data di atas adalah ungkapan Kepala BPS saat
konferensi pers 2 November 2015 di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin
mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85 persen atau 4,15
juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah kering giling. Angka itu belum
memperhitungkan El Nino di September–Oktober 2015 dan baru
memperhitungkan Mei–Agustus 2015. Rujukan tersebut dapat diketahui setelah
dimengerti adanya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaksi
Republika di rubrik tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini
terkait dengan perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS mengenai
kenaikan produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung jawabkan. Pada
2 November 2015, BPS menggelar konferensi pers terkait produksi padi di kantor
BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin mengungkapkan, produksi padi tahun ini
diperkirakan naik 5,85 persen atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah
kering giling. Angka itu belum memperhitungkan El Nino di September–Oktober
2015 dan baru memperhitungkan Mei–Agustus 2015.
Kalimat pada data (67) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora anafora bukan persona. Kata “di situ” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “di situ” pada data di atas adalah kasus pencatutan nama
Presiden Jokowi untuk meminta bagian saham PT Freeport. Rujukan tersebut
dapat diketahui setelah dimengerti adanya konteks kalimat yaitu kalimat ini
disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 19 November 2015
pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan kasus pencatutan nama Presiden Jokowi
untuk meminta bagian saham PT Freeport yang diduga tersangkut juga nama
Ketua DPR RI Setya Novanto dan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan.
Menteri ESDM Sudirman Said telah menyerahkan transkrip percakapan dan
rekaman suara percakapan yang diduga melibatkan nama-nama tersebut. Setelah
itu giliran Majels Kehormatan Dewan untuk mengecek semua bukti dengan
objektif.
Pada data (66) dan (67) telah dijelaskan bahwa kata “di situ” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa
bentuk kata “di situ” disebut deiktis. Kata “di situ” pada kedua data di atas disebut
dengan deiksis endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada dalam
teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan disebut
sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk pada nomina bukan
manusia atau bukan insan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
4.2.1.2.2 Deiksis Katafora
1) Deiksis Katafora – Persona
Deiksis katafora – persona yang termasuk dalam klasifikasi deiksis dalam
tuturan – endofora ini berkaitan dengan rujukkan penyebutan yang mengacu pada
persona atau bentuk insan. Di antara bentuk-bentuk persona hanya kata ganti
persona ketiga yang dapat menjadi pemarkah katafora. Bentuk –nya dapat
mengacu pada nomina insan juga dapat mengacu pada nomina bukan insan.
Dengan kata lain, rujukan dari deiksis katafora persona berada di sebelah kanan
atau setelah kata itu muncul yang mempunyai acuan manusia atau insan.
a. –nya
Bentuk –nya dapat mengacu pada nomina insan dan nomina bukan insan
(Purwo, 2011: 108). Dalam kaitan ini, pemarkah –nya dapat mengacu pada
konstituen selanjutnya. Peneliti menemukan kemunculan deiksis –nya kataforis
sebanyak enam kali. Peneliti akan menjabarkan data di bawah ini sebagai contoh
deiksis katafora -nya.
(68) Negara Merlion ini juga harus kehilangan figur bapak bangsanya,
Lee Kuan Yew, yang wafat pertengahan Maret lalu.
(Republika, Selasa, 1 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 September 2015 kepada pembaca. Kalimat ini
berkaitan dengan permasalahan ekonomi yang dihadapi negara
Singapura. Selain itu, bapak bangsa, Lee Kuan Yew meninggal dunia
saat negara ini sedang dilanda permasalahan ekonomi. Penulis
menggunakan kalimat pernyataan karena tujuaan untuk
menginformasikan pada pembaca.)
(69)Remaja SMA McArthur, Irving itu sempat diborgol, tak boleh
menghubungi orang tuanya selama interogasi, dan berkali-kali pihak
penyidik menyindirnya dengan nama belakangnya: Mohamed.
(Republika, Jumat, 18 September 2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 18 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan berita tentang remaja SMA McArthur, Irving yang diduga
tersangka pembuat bom dengan jam rakitannya, padahal jam itu
bukanlah sebuah bom.)
Kalimat pada data (68) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora katafora persona. Bentuk kata lekat kanan “-nya” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga
tunggal yang mana konstituennya disebutkan setelah kata deiktis itu muncul.
Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah bapak bangsa
negara Singapura, yaitu Lee Kuan Yew. Referen tersebut dapat dipahami setelah
dimengerti bahwa kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 1 September 2015 kepada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan situasi
permasalahan ekonomi yang dihadapi negara Singapura. Selain itu, bapak bangsa,
Lee Kuan Yew meninggal dunia saat negara ini sedang dilanda permasalahan
ekonomi. Penulis menggunakan kalimat pernyataan karena tujuaan untuk
menginformasikan pada pembaca. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata
lekat kanan “-nya” dapat disebut dengan deiksis katafora persona.
Kalimat pada data (69) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora katafora persona. Bentuk kata “-nya” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal
yang mana konstituennya sudah disebutkan setelah kata deiktis itu muncul.
Rujukan atau maksud dari diektis “-nya” pada data di atas adalah Mohamed.
Nama belakang Ahmed. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti
bahwa kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan situasi bahwa
adanya berita tentang remaja SMA McArthur, Irving yang diduga tersangka
pembuat bom dengan jam rakitannya, padahal jam itu bukanlah sebuah bom. Jadi,
dengan adanya konteks tersebut, wujud kata lekat kanan “-nya” dapat disebut
deiksis katafora persona.
Pada data (68) dan (69) telah dijelaskan bahwa kata “-nya‟ mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa
bentuk kata lekat kanan “-nya” disebut deiktis. Wujud kata “-nya” pada kedua
data di atas disebut dengan deiksis endofora katafora karena konstituen rujukkan
masih berada dalam teks tersebut yang disebutkan setelah deiktis itu muncul,
sedangkan disebut sebagai deiksis katafora persona karena merujuk pada orang
ketiga yang dibicarakan.
b. kami
Kata ganti kami berfungsi untuk menyatakan rujukan orang dimana orang
yang diajak bicara tidak termasuk menjadi rujukan (Chaer, 2011: 93). Peneliti
menemukan deiksis kami kataforis dengan kemunculannya sebanyak satu kali.
Perhatian contoh di bawah ini yang menerangkan deiksis kami kataforis.
(70) Pertama, “kami” (Trump, Novanto, dkk), “untuk AS”, dan bagian di
mana Novanto menjawab “Yes”.
(Republika, Selasa, 8 September 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan
dengan ungkapan Donald Trump, calon Presiden AS saat melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
konferensi pers di Amerika Serikat dengan dihadiri ketua DPR RI
Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon. Trump mengungkapkan
“Kami akan membuat banyak hal hebat untuk kejayaan Amerika
Serikat”.)
Kalimat pada data (70) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora katafora persona. Kata “kami” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona jamak yang mana
konstituennya sudah disebutkan setelah kata deiktis itu muncul. Rujukan atau
maksud dari deiktis “kami” pada data di atas adalah Trump, Novanto, dkk.
Rujukan tersebut dapat diketahui setelah dipahami adanya konteks kalimat yaitu
kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 8
September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan dengan ungkapan Donald
Trump, calon Presiden AS saat melakukan konferensi pers di Amerika Serikat
dengan dihadiri ketua DPR RI Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon. Trump
mengungkapkan “Kami akan membuat banyak hal hebat untuk kejayaan Amerika
Serikat”.
Pada data (70) di atas bisa digolongkan dalam kemunculan wujud deiksis
endofora katafora persona walaupun hanya terdapat satu data. Hal ini bisa
dibuktikan bila terdapat satu kalimat B yang memuat deiksis “kami” dengan
konteks B, maka rujukan dari deiskis “kami” pada kalimat tersebut pastilah akan
berbeda dengan rujukan dari data (70). Oleh karena rujukan yang dapat berubah-
ubah dan letaknya di sebelah kanan dari bentuk deiksis itu, bentuk “kami” bisa
disebut deiktis endoforis katafora.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
2) Deiksis Katafora – Bukan Persona
Deiksis katafora – bukan persona yang termasuk dalam klasifikasi deiksis
dalam tuturan – endofora ini berkaitan dengan rujukkan penyebutan yang
mengacu pada nomina bukan insan. Bambang Kaswanti Purwo (1984: 123)
menjelaskan bahwa yang dapat menjadi pemarkah katafora adalah kata itu, yakni,
dan yaitu. Dengan kata lain, rujukan dari deiksis katafora yang bukan persona
berada di sebelah kanan atau setelah kata itu muncul yang mempunyai acuan
bukan manusia atau insan.
a. itu
Kata penunjuk itu berfungsi memberi penekanan di belakang kalimat yang
ingin ditekankan (Chaer, 2011: 112). Peneliti menemukan kemunculan wujud itu
sebanyak satu kali. Perhatikan contoh data di bawah ini yang menerangkan deiksis
itu kataforis.
(71) Pekerja, baik itu buruh maupun pegawai profesional, menjadi korban
dari setiap perlambatan ekonomi.
(Republika, Rabu, 2 September 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 September 2015. Tulisan ini berkaitan dengan PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja) yang sedang terjadi di Indonesia tahun
2015. Penulis ingin memberi penguatan terhadap berita yang demo
buruh pada tanggal 1 September 2015. Penulis ingin menyampaikan
pada pemerintah agar memanfaatkan pasar dalam negeri supaya buruh
tidak lagi kerap menjadi korban PHK.)
Kalimat pada data (71) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora katafora persona. Kata “itu” pada data di atas dapat disebut sebagai
kemunculan deiksis karena rujukannya adalah konstituennya sudah disebutkan
setelah kata deiktis itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “itu” pada data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
di atas adalah buruh maupun pegawai profesional. Rujukan tersebut dapat
diketahui setelah dimengerti adanya konteks kalimat yaitu kalimat ini
disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 2 September 2015.
Tulisan ini berkaitan dengan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang sedang
terjadi di Indonesia tahun 2015. Penulis ingin memberi penguatan terhadap berita
yang demo buruh pada tanggal 1 September 2015. Penulis ingin menyampaikan
pada pemerintah agar memanfaatkan pasar dalam negeri supaya buruh tidak lagi
kerap menjadi korban PHK.
Pada data (71) di atas mengandung wujud deiksis endofora katafora bukan
persona karena terdapat rujukan yang terletak di sebelah kanan setelah kata
deiksis muncul. Walaupun hanya terdapat satu data wujud deiksis tersebut, sudah
dapat mewakili kemunculan deiksis “itu” yang bersifat katafora bukan persona.
Apabila terdapat kalimat B dengan konteks B, maka rujukan dari kata “itu” akan
nampak berbeda dengan data (71).
b. yakni
Kata yakni digunakan untuk menjelaskan unsur kalimat (Chaer, 2011:
151). Peneliti menemukan kemunculan deiksis yakni sebanyak sembilan kali
dalam penelitian ini. Peneliti akan menjabarkan data di bawah ini sebagai contoh
deiksis katafora bukan persona yakni.
(72)Angka ini jauh di atas ambang bahaya, yakni 350.
(Republika, Kamis, 3 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan
dengan peristiwa kabut asap yang melanda Indonesia khususnya pulau
Sumatera dan Kalimantan. Sampai kalimat ini ditulis, kabut asap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
belum reda juga. Penulis ingin menginformasikan bahwa kabut asap
sudah mencapai angka bahaya. Penulis menyindir pemerintah supaya
lekas mempunyai langkah tegas untuk menangani kasus ini.)
(73)Di sisi lain, anak keturunan para korban PKI juga menuntut, yakni
menuntut pemerintah meminta maaf kepada para korban PKI.
(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan peringatan peristiwa G-30-S/PKI tahun 2015. Para keturunan
tokoh PKI menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab dan
meminta maaf kepada PKI atas peristiwa G-30-S/PKI. Penulis
menyampaikan aspirasi korban PKI supaya pemerintah meminta maaf
pada mereka.)
Kalimat pada data (72) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora katafora bukan persona. Bentuk kata “yakni” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah konstituen setelah
kata deiktis itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “yakni” pada data di
atas adalah rentangan angka penunjukkan indeks kualitas udara, yaitu 350 di atas
ambang bahaya. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa
kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 3
September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan peristiwa kabut asap
yang melanda Indonesia khususnya pulau Sumatera dan Kalimantan. Sampai
kalimat ini ditulis, kabut asap belum reda juga. Penulis ingin menginformasikan
bahwa kabut asap sudah mencapai angka bahaya. Penulis menyindir pemerintah
supaya lekas mempunyai langkah tegas untuk menangani kasus ini. Jadi, dengan
adanya konteks tersebut, bentuk kata “yakni” dapat disebut dengan deiksis
katafora bukan persona.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Kalimat pada data (73) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora katafora bukan persona. Bentuk kata “yakni” pada data di atas dapat
disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah konstituen setelah
kata deiktis itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “yakni” pada data di
atas adalah tunturan keturunan korban supaya pemerintah meminta maaf kepada
para korban PKI. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa
kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 1 Oktober
2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan peringatan peristiwa G-30-S/PKI
tahun 2015. Para keturunan tokoh PKI menuntut pemerintah untuk bertanggung
jawab dan meminta maaf kepada PKI atas peristiwa G-30-S/PKI. Penulis
menyampaikan aspirasi korban PKI supaya pemerintah meminta maaf pada
mereka. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, bentuk kata “yakni” dapat disebut
dengan deiksis katafora bukan persona.
Pada data (72) dan (73) telah dijelaskan bahwa kata “yakni” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa
bentuk kata “yakni” disebut deiktis. Kata “yakni” pada kedua data di atas disebut
dengan deiksis endofora katafora karena konstituennya terletak setelah
penyebutan kata deiktis yang muncul yang masih berada dalam teks itu,
sedangkan disebut sebagai deiksis katafora bukan persona karena bentuk kata
“yakni” mengacu pada nomina bukan insan atau bukan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
c. yaitu
Kata yaitu merupakan salah satu varian dari kata yakni (Chaer, 2011: 151).
Di sini, deiksis yaitu berfungsi untuk menjelaskan konstituen yang berada di
sebelah kanannya. Peneliti menemukan kemunculan deiksis yakni sebanyak
sembilan kali dalam penelitian ini. Peneliti akan menjabarkan data di bawah ini
sebagai contoh deiksis katafora bukan persona yakni.
(74) Terakhir, nama PKS kembali dikaitkan dengan urusan hukum, yaitu
ketika kadernya, Gubernur Sumatera Utara Gatot PujoNugroho,
resmi dijadikan tersangka korupsi dana bantuan sosial oleh KPK.
(Republika, Senin, 14 September 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 14 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan munas ke-4 yang akan dijalankan PKS dari 14–15 September
2015. Penulis memberikan contoh pasang surut parta PKS, misal
dengan beberapa kadernya terjerat kasus korupsi.)
(75)Tolok ukurnya jelas, yaitu arus investasi dari AS ke Indonesia harus
bertambah besar, baik itu investasi riil maupun portofolio.
(Republika, Selasa, 27 Oktober 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 27 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika Serikat yang akan
diterima oleh Barack Obama di Gedung Putih pada Senin, 3
November 2015. Misi utama kunjungan tersebut adalah soal ekonomi,
yakni bagaimana memancing lebih banyak korporasi AS menanamkan
modalnya yang riil ke Indonesia.)
Kalimat pada data (74) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora katafora bukan persona. Kata “yaitu” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah konstituen yang sudah
disebutkan setelah kata deiktis itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis
“yaitu” pada data di atas adalah ketika kadernya, Gubernur Sumatera Utara Gatot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Pujo Nugroho, resmi dijadikan tersangka korupsi dana bantuan sosial oleh KPK.
Rujukan tersebut dapat diketahui setelah dimengerti konteks kalimat yaitu ini
disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 14 September 2015
pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan munas ke-4 yang akan dijalankan PKS
dari 14–15 September 2015. Penulis memberikan contoh pasang surut parta PKS,
misal dengan beberapa kadernya terjerat kasus korupsi.
Kalimat pada data (75) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –
endofora katafora bukan persona. Kata “yaitu” pada data di atas dapat disebut
sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah konstituen yang sudah
disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis
“yaitu” pada data di atas adalah kalimat „arus investasi dari AS ke Indonesia harus
bertambah besar, baik itu investasi riil maupun portofolio‟. Rujukan tersebut dapat
diketahui setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini
disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 27 Oktober 2015 pada
pembaca. Tulisan ini terkait dengan kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika
Serikat yang akan diterima oleh Barack Obama di Gedung Putih pada Senin, 3
November 2015. Misi utama kunjungan tersebut adalah soal ekonomi, yakni
bagaimana memancing lebih banyak korporasi AS menanamkan modalnya yang
riil ke Indonesia.
Pada data (74) dan (75) telah dijelaskan bahwa kata “yaitu” mempunyai
rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.
Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa
bentuk kata “yaitu” disebut deiktis. Kata “yaitu” pada kedua data di atas disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
dengan deiksis endofora katafora karena konstituennya terletak setelah
penyebutan kata deiktis yang muncul yang masih berada dalam teks itu,
sedangkan disebut sebagai deiksis katafora bukan persona karena bentuk kata
“yaitu” mengacu pada nomina bukan insan atau bukan manusia.
4.2.2 Maksud Deiksis dalam Tajuk Republika
Maksud dalam pragmatik yaitu „n bertujuan D melalui tuturanT‟, n =
penutur, D= daya, T= tuturan), merupakan suatu maksud tersebut diketahui mitra
tutur (Leech, 1993: 53). Dapat diartikan bahwa dalam pragmatik, penutur
mempunyai suatu tujuan dengan menyatakan tuturannya, tujuan itu bersifat
implisit. Makna pada pragmatik adalah kalimat yang tertulis atau terujar harus
dihubungkan dengan konteks. Maka dari itu bisa disebut bahwa pragmatik
merupakan (context dependent). Dalam hal ini, maksud dalam deiksis merupakan
rujukan atau referen yang bisa bersifat eksofora maupun endofora. Deiksis yang
bersifat eksofora dan endofora harus dikaitkan dengan konteks supaya dapat
dipahami rujukannya secara tepat. Leech (1993: 19–20) menerangkan bahwa
terdapat lima aspek situasi tuturan atau yang bisa disebut dengan aspek konteks
yang meliputi penyapa atau yang disapa, konteks sebuah tuturan yang di
dalamnya terdapat latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh mitra tutur,
tujuan sebuah tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar,
tuturan sebagai produk tindak verbal atau yang ditangkap sebagai maksud. Maka
dari itu, dalam hal ini peneliti sangat perlu mampu menangkap konteks kalimat
yang berhubungan dengan deiksis yang muncul. Maksud deiksis dalam penelitian
ini dibagi atas rujukan yang mengacu pada eksofora persona, waktu, dan tempat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
serta endofora anafora dan katafora. Penjabaran dari maksud deiksis akan
dijabarkan dengan data di bawah ini.
4.2.2.1 Maksud Deiksis Luar Tuturan (Eksofora)
4.2.2.1.1 Deiksis Persona
1) Maksud Deiksis yang Merujuk Persona Pertama
Orang yang menjadi pembicara atau mendapat peranan penuh dalam suatu
ujaran dapat disebut sebagai pihak orang pertama. Deiksis yang digunakan untuk
merujuk persona pertama dalam situasi resmi biasa menggunakan kata saya.
Berikut akan peneliti paparkan contoh deiksis yang merujuk pada persona
pertama.
(1) “Saya akan back-up penuh,” ujar Presiden menegaskan.
(Republika, Jumat, 27 November 2015)
(Konteks: Tuturan ini dikemukakan oleh Presiden Jokowi di hadapan
peserta Munas V Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia
(APPSI) di Makassar, 26 November 2015. Tuturan ini berkaitan
dengan serapan ABPD (Anggaran Belanja Pemerintah Daerah) yang
jauh dari optimal. Presiden Jokowi akan mendukung penuh kebijakan
pemerintah daerah dalam upaya membelanjakan anggaran negara.
Data ini diambil dari tajuk Republika, 27 November 2015.)
Penutur pada kalimat nomor (1) di atas adalah Presiden Joko Widodo.
Kalimat berwujud tuturan pernyataan ini ditujukan kepada peserta Munas V
Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Makasar pada tanggal
26 November 2015. Cuplikan tuturan ini ditulis dalam tajuk Republika pada hari
Jumat, 27 November 2015. Karena rujukan persona pertama adalah pembicara,
jadi dalam hal ini maksud dari deiktis saya pada data di atas adalah Presiden Joko
Widodo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Kalimat dalam data nomor (1) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada persona pertama atau mempunyai maksud yang merujuk pada Presiden Joko
Widodo. Kalimat ini dicuplik oleh redaksi Republika pada tanggal 27 November
2015. Di hadapan peserta Munas V Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh
Indonesia (APPSI) di Makasar pada tanggal 26 November 2015, Presiden Joko
Widodo mengutarakan akan memberi dukungan penuh supaya pemerintah daerah
segera membelanjakan anggarannya supaya ada penyerapan. Hal ini dilakukan
mengingat, sampai bulan November 2015 ini, serapan APBD (Anggaran Belanja
Pemerintah Daerah) masih jauh dari target. Pemerintah daerah enggan
membelanjakan anggarannya karena merasa malas apabila nantinya tersandung
kasus ketika dana yang dibelanjakan tidak sesuai anggaran.
2) Maksud Deiksis yang Merujuk Persona Kedua Tunggal
Orang yang menjadi pendengar atau pembaca mendapat peranan sebagai
orang kedua. Orang kedua tunggal merujuk pada persona yang jumlahnya hanya
satu. Berikut peneliti memaparkan contoh data terkait maksud deiksis persona
kedua tunggal.
(2) “Bersediakan Anda membayar lebih tagihan listrik per bulan agar
saudara Anda di pedalaman Kalimantan atau Papua atau Lebak bisa
menikmati terangnya nyala lampu?”
(Republika, Selasa, 1 Desember 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan listrik 1.300 Volt
Ampere (VA) dan 2.200 VA yang dilakukan pemerintah lewat PLN
secara resmi pada hari Senin, 1 Desember 2015.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Penutur pada kalimat nomor (2) di atas adalah redaksi Republika yang
menuliskannya dalam rubrik tanggal 1 Desember 2015. Kalimat berwujud
pertanyaan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal tersebut. Dalam
hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya. Oleh karena itu, kalimat
“Bersediakan Anda membayar lebih tagihan listrik per bulan agar saudara Anda
di pedalaman Kalimantan atau Papua atau Lebak bisa menikmati terangnya
nyala lampu?” mempunyai rujukaan atau maksud untuk memberi pertanyaan
pada saya sebagai pembaca tajuk tersebut. Penulis menanyakan kesediaan saya
untuk membayar tagihan listrik per bulan agar saudara di pedalaman Kalimantan
atau Papua atau Lebak bisa menikmati terangnya nyala lampu.
Kalimat dalam data nomor (2) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada persona kedua tunggal, yaitu saya sebagai pembaca. Kalimat ini ditulis oleh
redaksi Republika pada tanggal 1 Desember 2015 dengan untuk menanggapi
adanya pemberitaan bahwa pemerintah secara resmi telah mengumumkan
pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan listrik 1.300 Volt Ampere (VA) dan
2.200 VA pada hari Senin, 1 Desember 2015. Redaksi menegaskan bahwa
pencabutan tarif listrik bersubsidi bertujuan supaya pelanggan listrik 1.300 VA
dan 2.200 VA bersedia menyumbangkan sedikit dananya supaya di daerah
pedalaman Kalimantan atau Papua mendapat penerangan berupa lampu secara
merata. Wacana tajuk ini ditulis bertujuan mengetuk hati pembaca, selain
mencegah sikap protes pelanggan listrik 1.300 VA dan 2.200 VA karena
pemerintah telah mencabut tarif listrik pada daya teresebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
3) Maksud Deiksis yang Merujuk Persona Ketiga
Deiksis yang merujuk pada persona ketiga jamak bisa berwujud mereka.
Bentuk mereka merujuk pada orang ketiga yang dibicarakan yang jumlahnya lebih
dari satu. Berikut penjabaran contoh deiksis persona ketiga.
(3) Jangan biarkan mereka lebih lama lagi menderita.
(Republika, Kamis, 3 September 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan
dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan
Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015. Penulis ingin
menyampaikan harapan agar pemerintah segera menangani kabut asap
supaya warga di sekitar pulau tersebut tidak lama-lama menderita.)
Penutur pada kalimat nomor (3) di atas adalah redaksi Republika yang
menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 3 September 2015. Kalimat
berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika. Selain itu,
lebih khususnya, tulisan di tajuk ini ditujukan sebagai sindiran terhadap
pemerintah untuk segera menangani masalah kabut asap.
Kalimat dalam data nomor (3) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada persona ketiga jamak, yaitu masyarakat di sekitar wilayah Sumatera dan
Kalimantan yang terkena dampak bencana kabut asap. Kalimat yang ditulis
tanggal 3 September 2015 ini berfungsi untuk menyampaikan harapan penulis
karena keprihatinannya melihat bencana kabut asap yang melanda wilayah
Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015. Sampai tulisan ini
dibuat, bencana tersebut belum dapat teratasi oleh pemerintah. Padahal warga di
sana sudah cukup menderita dengan adnaya bencana tersebut. Mereka setiap hari
menghirup udara yang tercemar, sehingga sistem pernafasan mereka juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
terganggu. Banyak warga yang tidak berangkat ke kantor maupun ke sekolah
karena enggan terpapar oleh udara tidak sehat tersebut. Oleh karena itu, kalimat
Jangan biarkan mereka lebih lama lagi menderita mempunyai makna tersirat
bahwa penulis mengharapkan supaya pemerintah segera menangani masalah
kabut asap, supaya warga di sekitar wilayah Sumatera dan Kalimantan tidak
menahan derita dalam waktu yang lebih lama lagi.
4) Maksud Deiksis yang Merujuk Persona Jamak Eksklusif
Deiksis yang merujuk persona jamak yang mana unsurnya adalah
gabungan antara persona pertama dan ketiga adalah bentuk kami. Deiksis kami
merujuk pada orang yang berbicara yang pihak lain yang terlibat. Dalam hal ini
yang menjadi pembaca atau yang diajak bicara tidak menjadi rujukan. Berikut
akan peneliti jelaskan dengan contoh deikis yang merujuk pada persona jamak
eksklusif.
(4) “Ya, kami sangat mencermati situasi krisis seperti ini.”
(Republika, Selasa, 29 September 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan Menkeu Amerika Serikat Hank
Paulson saat berbincang dengan Menkeu Prancis Christine Lagarde
pada saat krisis ekonomi tahun 2008. Tulisan ini berkaitan dengan
situasi ekonomi yang sedang krisis di Amerika Serikat tahun 2008,
tetapi Menkeu hanya terlihat acuh tak acuh.)
Penutur pada kalimat nomor (4) di atas adalah Menkeu Amerika Serikta
Hank Paulson. Kalimat ini dicuplik dalam tajuk Republika pada tanggal 29
September 2015. Tuturan ini muncul sebagai jawaban atas perbicangan Hank
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Paulson dengan Menteri Keuangan Prancis Christine Lagarde pada saat krisis
ekonomi tahun 2008. Posisi Hank Paulson adalah menteri keuangan saat tahun
2008, maka yang dirujuk dari deiksis kami pada kalimat, “Ya, kami sangat
mencermati situasi krisis seperti ini”, adalah pihak kementerian keuangan
Amerika Serikat di bawah pimpinan Hank Paulson. Dalam hal ini, pembaca tidak
terlibat sebagai rujukan karena di sini pembaca perperan sebagai persona kedua.
Kalimat dalam data nomor (4) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada persona jamak eksklusif, yaitu gabungan antara persona pertama dan persona
ketiga. Kalimat ini dicuplik oleh redaksi Republika pada tanggal 29 September
2015 sebagai sarana ingatan bahwa tahun 2008, negara besar seperti Amerika
Serikat juga pernah mengalami krisis ekonomi. Seperti cuplikan perbincangan
antara Menkeu Prancis Christine Lagarde dengan Menkeu Amerika Serikat Hank
Paulson tahun 2008. Saat itu, Menkeu Prancis menanyakan tanggapan akan
masalah krisis ekonomi yang sedang dihadapi Amerika. Jawaban Hank Paulson
pun menyiratkan bahwa sebenarnya dia bersama jajaran kementeriannya cukup
mencermati situasi krisis tersebut. Namun, tampaknya Paulson acuh tak acuh dan
tak ada langkah lebih lanjut untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
5) Maksud Deiksis yang Merujuk Persona Jamak Inklusif
Deiksis yang merujuk pada persona jamak inklusif adalah gabungan antara
persona pertama dan persona kedua. Berarti yang menjadi rujukan adalah penutur
bersama pendengar atau pembaca. Bentuk kita adalah wujud dari deiksis yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
merujuk pada persona jamak inklusif. Berikut akan peneliti jabarkan dengan
contoh deiksis kita.
(5) Dari sisi ini saja, sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat
tersebut.
(Republika, Sabtu, 5 September 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 5 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan
dengan wacana akan dibangunnya kereta super cepat (high speed
train) jarak Jakarta-Bandung.)
Penutur pada kalimat nomor (5) di atas adalah redaksi Republika yang
menuliskannya dalam rubrik tajuk tanggal 5 September 2015. Kalimat berwujud
pernyataan ini ditujukan untuk pemberitahuan kepada pembaca. Dalam hal ini,
pembaca tajuk tersebut adalah saya. Oleh karena itu, kalimat Dari sisi ini saja,
sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat tersebut, memiliki wujud
deiksis kita yang merujuk pada redaksi Republika yang menulis tajuk pada
tanggal 5 September 2015 bersama saya sebagai pembaca. Hal ini dikarenakan
yang bertindak sebagai persona pertama adalah penulis tajuk Republika pada
tanggal tersebut. Selanjutnya, yang menjadi persona kedua adalah saya sebagai
pembaca.
Kalimat dalam data nomor (5) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada gabungan antara persona pertama dan persona kedua. Kalimat ini ditulis oleh
redaksi Republika pada tanggal 5 September 2015 untuk menegaskan bahwa
masyarakat Indonesia memang tidak membutuhkan pembangunan kereta super
cepat (high speed train) untuk Jakarta – Bandung. Penolakan pembangunan
tersebut dikarenakan memang tidak bisa kereta berjalan dengan kecepatan
maksimal sementara harus transit di sejumlah stasiun. Penulis memberikan tulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
lanjut bahwa sebaiknya pemerintah memperhatikan kelayakan transportasi masal
lainnya, daripada sibuk memikirkan pembangunan kereta super cepat tersebut.
4.2.2.1.2 Deiksis Ruang atau Tempat
1) Maksud Deiksis yang Merujuk Ruang Demonstratif
Perujukan yang menggunakan wujud demonstratif artinya deiksis ini
menunjuk tempat secara langsung sesuai konteks. Deiksis yang merujuk pada
bentuk ruang demonstratif bisa menggunakan kata ini, itu, dan begitu. Berikut
peneliti memaparkan contoh data terkait maksud deiksis ruang atau tempat dengan
bentuk demonstratif.
(6) Belitan masalah bangsa ini tengah begitu kuat.
(Republika, Kamis, 8 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan dengan
pemberitaan masalah yang akhir-akhir ini melanda bangsa Indonesia.
Seperti peristiwa pembunuhan Salim Kancil, pemubunuhan jenazah
dalam kardus, kasus PHK hingga kabut asap di Sumatera dan
Kalimantan.)
Penutur atau penulis pada kalimat (6) di atas adalah redaksi Republika
yang menuliskannya dalam rubrik tajuk tanggal 8 Oktober 2015. Kalimat
berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal
tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi
„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.
Kalimat dalam data nomor (6) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada kata ganti demonstratif, karena merujuk pada suatu bangsa yang dibicarakan
yaitu bangsa Indonesia. Kalimat “Belitan masalah bangsa ini tengah begitu
kuat”, ditulis oleh redaksi Republika pada tanggal 8 Oktober 2015 untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
menginformasikan bahwa Indonesia memang sedang dilanda berbagai masalah,
mulai dari pembunuhan aktivis lingkungan Salim Kancil di Lumajang Jawa Timur
yang menolak adanya eksploitasi tambang pasir secara berlebihan. Selanjutnya,
ada masalah pembunuhan keji yang dilakukan terhadap anak perempuan di
Jakarta yang jenazahnya dimasukkan dalam kardus. Kemudian Indonesia juga
sednag dilanda gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) akibat ekonomi
yang melemah hingga yang menjadi korban adalah para buruh. Dan yang belum
terselesaikan hingga kalimat itu tertulis adalah permasalahan kabut asap di
wilayah Sumatera dan Kalimantan. Penulis menunjukkan betapa banyaknya
belitan masalah yang melanda bangsa Indonesia. Secara implisit, redaksi berharap
supaya pemerintah bersama masyarakat Indonesia pada umumnya mau bekerja
sama untuk segera menyelesaikan berbagai permasalahan ini.
2) Maksud Deiksis yang Merujuk Ruang Lokatif
Deiskis yang merujuk pada bentuk ruang lokatif bisa diawali dengan
preposisi di-. Deiksis yang bermakna tempat pada nomina ini bisa berwujud di
sana, di situ, di dalam, dan di belakang. Berikut akan peneliti jabarkan dengan
contoh deiksis yang merujuk pada bentuk lokatif dengan preposisi di-.
(7) Aktivitas penambangan pasir itu juga menyebabkan sarana jalan di
sana rusak.
(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Oktober 2015 kepada pembaca. Kalimat ini terkait
dengan peristiwa pembunuhan yang dilakukan para penambang pasir
terhadap aktivis lingkungan, Salim Kancil.)
Penutur atau penulis kalimat nomor (7) di atas adalah redaksi Republika
yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 1 Oktober 2015. Kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal
tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka yang menjadi
pihak „yang disapa‟ adalah saya.
Kalimat dalam data nomor (7) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada kata ganti lokatif dengan diimbuhi preposisi. Bentuk di sana pada kalimat
Aktivitas penambangan pasir itu juga menyebabkan sarana jalan di sana rusak
merujuk pada jalan sekitar daerah Desa Selok Awar-awar, pesisir pantai selatan
Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang menjadi jalan hilir
mudik truk pembawa pasir. Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika pada
tanggal 1 Oktober 2015 untuk menginformasikan pada pembaca bahwa
pembunuhan yang dilakukan terhadap aktivis lingkungan Salim Kancil
merupakan perbuatan yang tidak memanusiakan manusia. Tindakan keji tersebut
pada dasarkan memang salah, karena para penambang pasir telah mengeksploitasi
wilayah di Desa Selok Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian,
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Tidak hanya bibir pantai yang pasirnya
digerus habis-habisnya, tetapi sarana jalan untuk menuju ke lokasi tersebut mulai
mengalami kerusakan parah karena dilewatinya jalan itu oleh kendaraan yang
mengusung pasir. Penulis menyampaikan bahwa aktivitas penambangan pasir
yang berlangsung di sana menjadi sebuah bisnis haram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
4.2.2.1.3 Deiksis Waktu
1) Maksud Deiksis Waktu yang Merujuk pada Hari
Deiksis waktu yang merujuk pada penyebutan hari dalam konteks ini
mempunyai rujukan waktu saat penulisan peristiwa yang diangkat. Wujud deiksis
hari dapat diikuti kata ini. Berikut peneliti akan memaparkan contoh data terkait
maksud deiksis waktu.
(8) Hingga hari ini, asap kebakaran hutan semakin menyesakkan napas
sebagian saudara kita yang tinggal di Sumatera dan Kalimantan.
(Republika, Kamis, 8 Oktober 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan
dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan
Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015.)
Penutur atau penulis pada kalimat nomor (8) di atas adalah redaksi
Republika yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 8 Oktober 2015.
Kalimat berwujud pernyataan ini ditujukan kepada pembaca harian Republika
tanggal tersebut. Pada kalimat Hingga hari ini, asap kebakaran hutan semakin
menyesakkan napas sebagian saudara kita yang tinggal di Sumatera dan
Kalimantan, deiksis hari ini merujuk pada saat penulisan tajuk tersebut. Oleh
karena itu, maksud atau rujukan deiskis tersebut adalah hari Kamis, 8 Oktober
2015.
Kalimat dalam data nomor (8) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada waktu dalam klasifikasi perujukan hari, yaitu hari Kamis, 8 Oktober 2015.
Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika sebagai bentuk keprihatinan akan
bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan sejak
pertengahan tahun 2015. Selain itu penulis menyampaikan bahwa sampai tulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
ini dibuat, bencana di sana belum juga reda. Ada harapan tersirat di balik tulisan
di tajuk ini sebagai masukan kepada pemerintah supaya lekas bekerja sama
dengan sejumlah elemen masyarakat untuk meredakan kabut di kedua pulau besar
di Indonesia tersebut.
2) Maksud Deiksis Waktu yang Merujuk pada Minggu
Deiksis waktu yang merujuk pada penyebutan suatu minggu maksudnya
adalah perujukannya bisa jadi satu pekan atau satu minggu sebelum maupun
sesudah pekan yang disebutkan. Deiskis pekan lalu merujuk pada satu pekan
sebelum hari penyebutan dalam kalimat, wujud pekan depan merujuk pada satu
pekan setelah hari penyebutan dalam kalimat. Berikut akan peneliti jelaskan
dengan contoh deiksis waktu yang merujuk pada suatu minggu.
(9) Bila kita mencermati angka ramalan yang disampaikan BPS dalam
jumpa pers pekan lalu, sebenarnya tidak ada yang keliru di situ.
(Republika, Kamis, 12 November 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait
dengan perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS mengenai
kenaikan produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung
jawabkan.)
Penutur atau penulis pada kalimat nomor (9) di atas adalah redaksi
Republika yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 12 November
2015. Kalimat berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika
tanggal tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya
menjadi pihak „yang disapa‟ dalam konteks tersebut. Waktu penulisan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
kalimat adalah tanggal 12 November 2015, satu pekan terkait peristiwa yang
dimaksud adalah tanggal 2 November 2015. Pada tanggal 2 November 2015 BPS
menggelar konferensi pers terkait produksi padi di kantor BPS di Jakarta. Jadi
hitungan deiksis pekan lalu tetap harus dihubungan dengan konteks kapan terjadi
peristiwa yang diangkat.
Kalimat dalam data nomor (9) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada waktu dalam klasifikasi minggu karena rujukannya adalah satu pekan
sebelum kalimat ada dalam teks. Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika
tanggal 12 November 2015 sebagai ungkapan bahwa yang diujarkan kepala BPS
tersebut sudah benar. Hal ini terkait dengan konferensi pers yang digelar oleh BPS
pada 2 November 2015 di kantor BPS di Jakarta. Kepala BPS, Suryamin
mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85 persen atau 4,15
juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah kering giling. Angka itu belum
memperhitungkan El Nino di September–Oktober 2015 dan baru
memperhitungkan Mei–Agustus 2015. Ujaran ini memperlihatkan bahwa
kenaikan produksi padi tahun 2015 baru diperhitungkan sampai bulan Agustus
2015. Ungkapan yang didebat oleh Wapres Jusuf Kalla ini dianggap tidak dapat
dipertanggung jawabkan. Padahal Wapres rupanya belum mencermati laporan
BPS secara mendetail.
3) Maksud Deiksis Waktu yang Merujuk pada Bulan
Deiksis waktu yang merujuk pada bulan berarti jangkauannya sejauh bulan
yang disebutkan pada wujud deiksis. Penyebutan bulan yang diikuti kata lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
merujuk pada hitungan bulan jauh ke belakang. Berikut akan peneliti jelaskan
dengan contoh data deiksis waktu yang merujuk pada suatu bulan.
(10) Jumlah tersebut naik 860 ribu orang bila dibandingkan enam bulan
lalu.
(Republika, Rabu, 16 September 2015)
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan
dengan jumlah orang miskin di Indonesia yang mencapai 860 ribu
orang. Angka ini terhitung naik apabila dibandingkan dengan bulan
Maret 2015.
Penutur atau penulis kalimat nomor (10) di atas adalah redaksi Republika
yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 16 September 2015. Kalimat
berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal
tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi
„yang disapa‟ dalam konteks tersebut. Pada kalimat Jumlah tersebut naik 860 ribu
orang bila dibandingkan enam bulan lalu, terdapat deiksis enam bulan lalu. Jadi,
enam bulan sebelum penyebutan adalah bulan Maret 2015. Oleh karena itu
rujukan daripada deiksis tersebut adalah bulan Maret 2015.
Kalimat dalam data nomor (10) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada waktu dalam klasifikasi bulan, yaitu merujuk pada enam bulan ke belakang
sebelum penyebutan (Maret 2015). Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika
tanggal 16 September 2015 sebagai penegasan bahwa jumlah orang miskin di
Indonesia naik 860 orang bila dibandingkan data yang didapat pada bulan Maret
2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
4) Maksud Deiksis Waktu yang Merujuk pada Tahun
Deiksis waktu yang merujuk pada penyebutan tahun bisa berwujud tahun
depan, tahun lalu, dan tahun ini. Bentuk tahun yang diikuti kata depan merujuk
pada satu tahun setelah waktu penulisan. Bentuk tahun yang diikuti kata lalu
merujuk pada satu tahun sebelum waktu penulisan. Serta, bentuk tahun yang
diikuti kata ini berarti adalah waktu sekarang. Berikut peneliti akan memaparkan
dengan contoh deiksis waktu yang merujuk pada penyebutan tahun.
(11) Raja Arab Saudi mengundang dua anggota keluarga korban untuk
berhaji tahun depan.
(Republika, Senin, 21 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 September 2015 pada pembaca. Hal ini terkait
masalah yang dialami penyelenggaraan haji tahun 2015, mulai dari
keterlambatan visa, robohnya crane raksasa, sampai hujan badai dan
salju.)
Penutur atau penulis pada kalimat nomor (11) di atas redaksi Republika
yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 21 September 2015. Kalimat
berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal
tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi
„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.
Kalimat dalam data nomor (11) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada waktu dalam klasifikasi tahun, yaitu tahun 2016. Kalimat ini ditulis oleh
redaksi Republika tanggal 21 September 2015 untuk memberi sedikit rasa
penghiburan untuk keluarga yang menjadi korban musim haji tahun 2015. Dengan
pemahaman peneliti bahwa musim haji yang diselenggarakan tahun 2015
mengalami berbagai permasalahan hingga menimbulkan sejumlah korban jiwa.
Dimulai dari keterlambatan visa hingga para jamaah harus tertunda sementara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
waktu untuk berangkat ke tanah suci. Setelah sampai di tanah suci, sebuah crane
berukuran raksasa roboh di Masjidil Haram hingga menimpa para jamaah yang
sedang beribadah di sana. Tak sampai di situ, musim haji tahun 2015 ini, rupanya
di Mekah sedang dilanda hujan badai dan salju. Karena mengalami berbagai
masalah hingga menimbulkan sekian korban jiwa, pemerintah Saudi merasa turut
bertanggung jawab pada keluarga korban dengan pemberian fasilitas untuk
menunaikan ibadah haji pada tahun 2016. Dengan adanya latar belakang
pengetahuan yang ada pada pembaca, dapat dipastikan bahwa rujukan dari kalimat
Raja Arab Saudi mengundang dua anggota keluarga korban untuk berhaji tahun
depan, yaitu merujuk pada tahun 2016. Satu tahun setelah penyebutan deiksis
“tahun depan”.
5) Maksud Deiksis Waktu yang Merujuk pada Suatu Masa
Deiksis waktu yang merujuk pada suatu masa merujuk pada suatu waktu
yang belum tentu disebutkan kapan pastinya, hanya penyebutan masa terjadinya
peristiwa yang diangkat. Deiksis jenis ini bisa berwujud kini, sekarang, nanti, saat
ini, kali ini, selama ini, dan saat itu. Berikut akan peneliti jelaskan dengan contoh
data deiskis yang waktu yang merujuk pada suatu masa.
(12) Peribahasa ini paling tepat menggambarkan kondisi keunagan
negara saat ini.
(Republika, Jumat, 6 November 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 6 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan
dengan adanya pemberitaan bahwa pemasukan pajak negara hingga 4
November 2015 mencapai Rp 774,4 triliun. Capaian ini setara dengan
59,84 persen dari target Rp 1.294 triliun yang ditetapkan di APBN
Perubahan 2015 hingga Desember 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Penutur atau penulis pada kalimat nomor (12) di atas adalah redaksi
Republika yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 6 November
2015. Kalimat berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika
tanggal tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya
menjadi „yang disapa‟ dalam konteks tersebut. „saat ini‟ pada kalimat Peribahasa
ini paling tepat menggambarkan kondisi keuangan negara saat ini, merujuk pada
kondisi ketika pemasukan pajak negara hingga 4 November 2015 mencapai Rp
774,4 triliun. Capaian ini setara dengan 59,84 persen dari target Rp 1.294 triliun
yang ditetapkan di APBN Perubahan 2015 hingga Desember 2015. Rujukan dari
deiksis tersebut tidak mengacu pada suatu tanggal, tetapi harus dijelaskan pada
masa kapan terjadinya kondisi keuangan negara yang diperibahasakan demikian.
Kalimat dalam data nomor (12) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada waktu dalam klasifikasi penyebutan suatu masa, yaitu kondisi ketika
pemasukan pajak negara hingga 4 November 2015 mencapai Rp 774,4 triliun.
Capaian ini setara dengan 59,84 persen dari target Rp 1.294 triliun yang
ditetapkan di APBN Perubahan 2015 hingga Desember 2015. Kalimat ini ditulis
oleh redaki Republika tanggal tersebut sebagai penyidiran terhadap kinerja
pemerintah dalam mengurus pemasukan pajak negara. Pemerintah belum
mempunyai upaya serius sehingga pemasukan pajak hingga bulan November
2015 belum mencapai 60 persen. Penulis mengandaikan dengan peribahasa “besar
pasak daripada tiang, lebih besar pengeluaran dari pada pemasukan”. Dengan
peribahasa ini, penulis menyindir pemerintah bahwa terlalu banyak uang negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
yang dihamburkan untuk pembangunan berbagai proyek, padahal pemasukan
uang pajak menjadi hal yang harus dicermati juga.
4.2.2.2 Maksud Deiksis Dalam Tuturan (Endofora)
4.2.2.2.1 Deiksis Anafora
1) Maksud Deiksis Anafora yang Merujuk Persona
Maksud deiksis anafora persona yang mengacu pada konstituen yang telah
disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul berupa nomina persona. Rujukkan
dari deiksis ini ditemukan dalam bentuk persona ketiga tunggal maupun jamak.
Berikut peneliti akan memaparkan contoh data terkait maksud deiksis anafora
persona.
(13)Dia memilih untuk mundur dari jabatannya dengan alasan tidak bisa
memenuhi target penerimaan pajak negara.
(Republika, Kamis, 3 Desember 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 3 Desember 2015. Hal ini terkait dengan keputusan
mengejutkan yang diambil Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit
Priadi Pramudito bahwa dia memilih mundur dari jabatannya karena
merasa belum bisa memenuhi target penerimaan pajak negara. Sampai
pada November 2015, penerimaan pajak negara baru mencapai 65
persen.)
Penutur atau penulis pada kalimat nomor (13) di atas redaksi Republika
yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 3 Desember 2015. Kalimat
berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal
tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi
„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.
Kalimat dalam data nomor (13) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada persona ketiga tunggal, yaitu Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Pramudito. Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika pada tanggal 3 Desember
2015 untuk mempertajam adanya pemberitaan bahwa Direktur Jenderal (Dirjen)
Pajak Sigit Priadi Pramudito mundur dari jabatannya dikarenakan belum bisa
memenuhi target penerimaan pajak negara sampai akhir tahun 2015. Bahkan,
sampai pada bulan November 2015, penerimaan pajak masih berada pada kisaran
65 persen. Sebelum kalimat “Dia memilih untuk mundur dari jabatannya dengan
alasan tidak bisa memenuhi target penerimaan pajak Negara”, telah disebutkan
nama Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi Pramudito. Karena
konstituennya terletak di sebelah kiri darikata deiktis tersebut, dan dengan
background knowledge yang dimiliki peneliti. Maka, rujukannya adalah Direktur
Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi Pramudito.
2) Maksud Deiksis Anafora yang Merujuk Bukan Persona
Maksud deiksis anafora bukan persona mengacu pada konstituen yang
disebutkan setelah kata deiktis muncul. Rujukan dari deiksis ini ditemukan dalam
bentuk pronomina ketiga –nya serta kata ganti demonstratif. Maksud dari deiksis
ini merupakan nomina bukan persona. Berikut peneliti akan memaparkan contoh
data terkait maksud deiksis anafora bukan persona.
(14)Dari sisi ini saja, sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat
tersebut.
(Republika, Sabtu, 5 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 5 September 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan
dengan wacana pembangunan kereta super cepat (high speed train)
oleh pemerintah. Namun, kereta harus transit di beberapa stasiun
hanya untuk jarak Jakarta – Bandung, kereta tak mungkin jalan dengan
kecepatan maksimal.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Penutur atau penulis pada kalimat nomor (14) di atas redaksi Republika
yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 5 September 2015. Kalimat
berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal
tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi
„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.
Kalimat dalam data nomor (14) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada objek nomina bukan persona yang mana konstituennya telah disebutkan
sebelum kata deiksis muncul, yaitu objek kereta supercepat (high speed train).
Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika pada tanggal 5 September 2015 untuk
menunjukkan sikap implisit berupa penolakan terhadap wacana akan dibangunnya
kereta super cepat (high speed train). Sebelum kata deiktis pada kalimat “Dari sisi
ini saja, sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat tersebut”, telah
dituliskan kereta cepat atau (high speed train). Penulis mengutarakan bahwa
kereta cepat tak mungkin berjalan dengan kecepatan maksimal karena harus
berhenti untuk transit di beberapa stasiun pada jarak Jakarta – Bandung, padahal
jarak itu tidak terlampau jauh tersebut. Melihat fakta tersebut, pada kalimat nomor
(14) di atas penulis memberi pengertian kepada pembaca jika pembangunan
kereta super cepat itu tidak diperlukan.
4.2.2.2.2 Deiksis Katafora
1) Maksud Deksis Katafora yang Merujuk Persona
Maksud deiksis katafora persona yang mengacu pada konstituen yang
disebutkan setelah kata deiktis itu muncul berupa nomina persona. Rujukkan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
deiksis ini ditemukan dalam bentuk persona ketiga jamak. Berikut peneliti akan
memaparkan contoh data terkait maksud deiksis katafora persona.
(15)Dalam kata sambutannya, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa
korupsi jelas merugikan keuangan negara.
(Republika, Jumat, 11 Desember 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 11 Desember 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan
penyelenggaraan pilkada pada 9 Desember 2015 yang digelar serentak
di 264 daerah depalan di antaranya adalah pikada din tingkat provinsi,
sisanya di kabupaten/kota. Sehari setelah gelaran pilkada, warga dunia
merayakan Hari Antikorupsi Internasional. Di Indonesia, peringatan
Hari Antikorupsi ini dipusatkan di Gedung Sabuga, Bandung, Jawa
Barat. Presiden Jokowi memberi sambutan dengan penyampaikan
bahwa korupsi adalah tindakan yang merugikan negara.)
Penutur atau penulis pada kalimat nomor (15) di atas redaksi Republika
yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 11 Desember 2015. Kalimat
berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal
tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi
„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.
Kalimat dalam data nomor (15) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada persona ketiga tunggal, yaitu Presiden Joko Widodo. Kalimat ini ditulis oleh
redaksi Republika pada tanggal 11 Desember 2015 untuk memberikan informasi
pada pembaca mengenai sambutan Presiden Joko Widodo dalam rangka
memperingati Hari Antikorupsi Internasional pada 10 Desember 2015.
Penyelenggaraan itu dilaksanakan di Gedung Sabuga, Bandung, Jawa Barat.
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan dengan menegaskan bahwa korupsi
adalah tindakan yang merugikan negara. Mengingat masih kerap terjadi kasus
korupsi yang dilakukan oleh petinggi negara. Secara tidak langsung, Presiden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
mengungkapkan ajakan untuk memberantas korupsi di Indonesia karena adanya
tindakan korupsi hanya merugikan keuangan negara. Setelah kata deiktis lekat
kanan “-nya” pada kalimat “Dalam kata sambutannya, Presiden Joko Widodo
menegaskan bahwa korupsi jelas merugikan keuangan Negara”, dijelaskan
bahwa persona yang memberi sambutan adalah Presiden Joko Widodo. Karena
konstituennya terletak di sebelah kanan dari kata deiktis tersebut, dan dengan
pemahaman yang dimiliki peneliti. Maka, rujukan deiktis “-nya” adalah Presiden
Joko Widodo.
2) Maksud Deiksis Katafora yang Merujuk Bukan Persona
Maksud deiksis katafora bukan persona mengacu pada konstituen yang
disebutkan setelah kata deiktis muncul. Rujukan dari deiksis ini ditemukan dalam
bentuk kata ganti demonstratif. Maksud dari deiksis ini merupakan nomina bukan
persona. Berikut peneliti akan memaparkan contoh data terkait maksud deiksis
katafora bukan persona.
(16)Hujan yang lama tidak turun juga menimbulkan ancaman lain, yakni
krisis pangan, terutama terkait dengan produksi beras.
(Republika, Selasa, 11 November 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 November 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan
musim panas yang berkepanjangan di Indonesia tahun 2015
mengakibatkan ancaman krisis pangan, yaitu padi yang tidak
membuahkan hasil dengan maksimal. Sehingga pemerintah harus
mengimpor beras dari Vietnam.)
Penutur atau penulis pada kalimat nomor (16) di atas redaksi Republika
yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 11 November 2015. Kalimat
berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi
„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.
Kalimat dalam data nomor (16) di atas merupakan deiksis yang merujuk
pada objek nomina bukan persona atau bukan manusia yang mana konstituennya
disebutkan setelah kata deiktis muncul, yaitu ancaman krisis pangan, terutama
dengan produksi beras. Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika pada tanggal 11
November 2015 untuk memberitahukan pada pembaca bahwa musim kemarau
berkepanjangan di Indonesia tahun 2015 menimbulkan ancaman seperti krisis
pangan, terlebih untuk produksi beras. Hal ini dapat dilihat bahwa hujan belum
terjadi secara merata di seluruh provinsi Indonesia sampai pertengahan bulan
November 2015. Khususnya di daerah yang seharusnya menjadi tempat produksi
beras, di sana hujan tidak turun sehingga sawah mengalami kekeringan dan padi
tidak bisa menghasilkan padi secara maksimal. Dalam kaitan ini, Indonesia harus
mengimpor beras dari Vietnam, seperti yang diberitakan dalam Saigon Times.
Kata deiktis “yakni” berfungsi untuk menjelaskan konstituen atau rujukan yang
terletak di sebelah kanan dari kata tersebut, sehingga pada kalimat “Hujan yang
lama tidak turun juga menimbulkan ancaman lain, yakni krisis pangan, terutama
terkait dengan produksi beras”, kata “yakni” berfungsi untuk menjelaskan
ancaman akibat hujan yang tidak turun, yaitu adanya krisis pangan, terutama
terkait dengan produksi beras.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
4.3 Pembahasan
Deiksis merupakan kata atau frasa yang mempunyai rujukan atau referen
yang berbeda-beda sesuai dengan konteks. Sejalan dengan teori deiksis yang
berasal dari kata Yunani deiktikos yang berarti “hal penunjukan secara langsung”.
Sebuah kata dikatakan bersifat deiktis apabila referennya berpindah-pindah atau
berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu (Purwo,
1984: 1). Penelitian ini memfokuskan deiksis yang ada pada rubrik tajuk di Harian
Republika edisi September–Desember 2015. Kata ganti yang referennya berbeda-
beda tersebut cukup banyak terdapat dalam rubrik tajuk. Peneliti mendeskripsikan
wujud dan maksud deiksis yang terdapat pada rubrik tajuk di edisi tersebut.
Tajuk sebagaimana diungkapkan oleh Sumadiria (2004: 83) bahwa secara
teknik jurnalistik, tajuk rencana diartikan sebagai opini redaksi berisi aspirasi,
pendapat, dan sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal,
aktual, dan atau kontroversial yang terdapat dalam masyarakat. Dengan kata lain,
tajuk dapat dipahami sebagai ulasan kritis dari pers untuk menanggapi peristiwa
teraktual yang menjadi sorotan publik. Masalah yang diangkat diharapkan dapat
menggerakan sejumlah pihak supaya peristiwa yang ada dihadapi secara
bijaksana. Tajuk di Harian Republika mengarah ke wacana kritis terhadap pokok
persoalan yang diangkat. Redaksi biasanya sering mengajak pembaca untuk lebih
kritis menghadapi suatu polemik yang terjadi, baik di dalam atau luar negeri.
Secara umum, struktur tajuk Republika ditulis dengan penyajian informasi singkat
dari pemberitaan yang ada atau penyajian fakta terlebih dahulu, setelah itu penulis
memberikan argumennya terhadap pemberitaan tersebut. Terkadang pemerintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
menyampaikan pesannya secara tersurat, tetapi kadang juga secara tersirat berupa
sindiran atau pertanyaan retoris. Penelitian di rubrik tajuk selama empat bulan ini
dapat memberi pemahaman bahwa redaksi Republika lebih menyuarakan aspirasi
masyarakat supaya pemerintah lebih bertindak secara bijaksana ketika
menjalankan tugas atau mengambil sebuah keputusan.
Untuk menganalisis wujud dan maksud deiksis pada tajuk di Harian
Republika ini, diperlukan landasan teori yang terpenting berupa konteks. Leech
(1983: 13) dalam Nadar (2009: 6) mendefinisikan konteks sebagai latar belakang
pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun maupun lawan tutur sehingga
lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur
pada waktu membuat tuturan tertentu. Fenomena pragmatik esensinya adalah
mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar (speech acts). Oleh
karena itu, terdapat lima aspek secara umum yang perlu diperhatikan untuk
menangkap maksud untuk suatu pertuturan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan
teori dari Leech (1993: 19–22) untuk membantu menganalsisi konteks tersebut.
Lima aspek yang perlu diperhatikan adalah 1) yang menyapa (penayapa) atau
yang disapa (pesapa), 2) konteks sebuah tuturan, 3) tujuan sebuah tuturan, 4)
tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar, 5) tuturan sebagai
produk tindak verbal. Namun, secara mayoritas, peneliti hanya mengambil dua
aspek secara umum untuk dapat mengerti rujukan atau maksud yang terdapat pada
setiap deiksis yang dianalisis. Pertama, peneliti harus menganalisis siapa penulis
dan pembaca tajuk Harian Republika pada tanggal itu. Kedua, peneliti
menginterpretasi latar belakang penulisan tajuk tersebut. Hal ini terkait dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
kesamaan latar belakang pengetauan penulis dan peneliti. Dengan adanya dua
aspek konteks yang digunakan sebagai landasan, peneliti dapat menemukan
rujukan atau maksud daripada deiksis yang ditemukan.
Pembahasan temuan dalam penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan
penemuan terkait dengan rumusan masalah peneliti, yaitu wujud fenomena deiksis
pada rubrik tajuk harian Republika edisi September–Desember 2015 dan maksud
fenomena deiksis pada rubrik tajuk Republika edisi September–Desember 2015.
Berdasarkan temuan dari hasil pengumpulan dan analisis data, peneliti
menemukan dua wujud deiksis berupa deiksis eksofora dan deiksis endofora.
Selain itu, deiksis yang ditemukan dapat merujuk pada persona, ruang atau
tempat, dan waktu, konstituen yang disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul
yang merujuk pada nomina persona (anafora persona), konstituen yang disebutkan
sebelum kata diektis itu muncul yang merujuk pada nomina bukan persona
(anafora bukan persona), konstituen yang disebutkan setelah kata deiktis itu
muncul yang merujuk pada nomina persona (katafora persona), dan konstituen
yang disebutkan setelah kata deiktis itu muncul yang merujuk pada nomina bukan
persona (katafora bukan persona).
Deiksis luar tuturan (eksofora) berkaitan dengan perujukan yang ada di
luar wacana yang tertulis. Dengan kata lain, peneliti harus mengetahui secara jelas
siapa penulis dan pembaca tajuk tersebut karena harus dihubungkan dengan
interperetasi di luar wacana itu. Selain itu peneliti juga harus memahami dalam
konteks apa wacana tersebut dituliskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Berkaitan dengan deiksis eksofora, di dalamnya terdapat deiksis persona
yang berhubungan dengan bentuk pronomina. Pronomina dipahami sebagai kata
ganti yang merujuk pada insan atau manusia. Oleh karena itu, menurut peneliti,
deiksis persona ini merupakan kata ganti orang yang merujuk pada persona
pertama, kedua, maupun ketiga.
Peneliti menemukan 25 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk persona.
25 wujud tersebut dibagi atas 1 deiksis “saya” yang merujuk pada persona
pertama tunggal, 1 deiksis “kamu” yang merujuk pada persona kedua tunggal, 1
deiksis “Anda” yang merujuk pada bentuk persona kedua tunggal, 2 deiksis “-
nya” yang merujuk pada bentuk persona ketiga tunggal, 3 deiksis “mereka” yang
merujuk pada bentuk persona ketiga jamak. Selanjutnya ditemukan 3 bentuk
deiksis “kami” yang merujuk pada persona jamak antara gabungan persona
pertama dan persona ketiga, dan yang paling banyak adalah bentuk deiksis “kita”
yang kemunculannya ditemukan sejumlah 13 kali yang merujuk pada persona
jamak antara gabungan persona pertama dan persona kedua.
Peneliti akan memberi contoh data (1) yang merupakan wujud dari deiksis
persona yang merujuk pada persona persona pertama.
(1)“Dalam rapat terbatas tadi siang, saya perintahkan impor ilegal, baik
produk baru maupun bekas, harus diberantas.”
(Republika, Kamis, 29 Oktober 2015).
(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh Presiden Jokowi di akun
facebooknya pada siang hari, 12 Oktober 2015. Hal ini terkait dengan
berita bahwa razia ramai dilakukan pemerintah terhadap produk-
produk impor ilegal. Kementerian Perdagangan (Kemendag)
melakukan razia ke sejumlah titik sentra perdagangan menyusul
perintah Presiden untuk memberantas barang impor ilegal. Penulis
mencuplik tulisan Presiden ke dalam tajuk Republika tanggal 29
Oktober 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Deiksis “saya”pada kalimat (1) merujuk pada Presiden Joko Widodo.
Selain itu, sebenarnya terdapat wujud deiksis persona yang merujuk pada persona
pertama tunggal, yaitu daku, kata lekat kanan ku-, dan kata lekat kiri –ku. Namun,
karena tajuk bersifat mewakili media pers tertentu, maka penggunaan pronomina
tersebut jarang dijumpai. Seperti contoh di atas juga merujuk pada “saya” bukan
penulis, tetapi persona lain.
Selanjutnya contoh data (2) berikut merupakan wujud dari deiksis persona
yang merujuk pada persona persona kedua.
(2)“...Jika kamu orang yang membawa kekerasan, kamu Islam, Yahudi,
kristen atau Hindu, akan tetap menjadi orang penuh dengan
kekerasan,” kata Aslan.
(Republika, Jumat, 16 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh akademisi Univesritas
California Reza Aslan pada bulan September 2015 mengenai
pertanyaan dan tuduhan bahwa Islam identik dengan kekerasan. Hal ini
terkait dengan peristiwa pengemboman yang terjadi di Paris, Prancis
pada Jumat, 13 November 2015 malam waktu setempat. Diduga
tersangka pengemboman adalah ISIS. Isis tersebut biasanya membawa-
bawa nama Islam, jadi orang-orang menilai bahwa Islam identik
dengan kekerasan.)
Deiksis “kamu” pada kalimat (2) merujuk pada saya sebagai pembaca.
Selain deiksis “kamu”, terdapat wujud deiksis persona yang merujuk pada persona
kedua, yaitu engkau, Anda, dan dikau. Namun, karena tajuk bersifat sikap resmi
dari media pers, jadi penggunaan kata ganti penunjuk lebih ke bahasa baku. Pada
kalimat (2) tidak menggunakan bahasa baku karena hanya bersifat cuplikan dari si
pembicara, bukan dari pihak redaksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Deiksis yang terdapat pada contoh (3) adalah wujud dari deiksis persona
yang merujuk pada bentuk persona ketiga.
(3)Jangan biarkan mereka lebih lama lagi menderita.
(Republika, Kamis, 3 September 2015)
(Konteks: ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan dengan
bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan
sejak pertengahan tahun 2015. Penulis ingin menyampaikan harapan
agar pemerintah segera menangani kabut asap supaya warga di sekitar
pulau tersebut tidak lama-lama menderita.)
Deiksis “mereka” pada kalimat (3) merujuk pada warga sekitar Sumatera
dan Kalimantan yang terkena kabut asap. Artinya, rujukan dari deiksis itu adalah
persona yang jumlahnya lebih dari satu. Selain deiksis “mereka”, sebenarnya
terdapat wujud deiksis persona yang merujuk pada persona ketiga, baik tunggal
maupun jamak, yaitu ia, dia, beliau, dan kata lekat kanan –nya. Akan tetapi,
karena bersifat eksoforis, kata ia, dia, beliau ternyata lebih bersifat endoforis
dengan bukti bahwa tidak ditemukannya deiksis tersebut pada tajuk yang menjadi
objek penelitian ini.
Selain itu, contoh pada data (4) akan memperlihatkan wujud deiksis
persona jamak eksklusif, yaitu antara gabungan persona pertama dan persona
ketiga.
(4) “Kami mencoba mendekati Cina. Kami ingin solusi di masa
mendatang melalui dialog atau kami bisa membawa masalah ini ke
Pengadilan Arbitrase Internasional,” ujar Luhut, Rabu (11/11).
(Republika, Selasa, 17 November 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh Menko Polhukam, Luhut
Pandjaitan pada 11 November 2015 di Ecopark, Ancol, Jakarta saat
jumpa pers pada wartawan. Hal ini terkait dengan persoalan
ketegangan batas wilayah di Laut Cina Selatan yang juga mengusik
Indonesia. Menko Polhukam Luhut Pandjaitan dan Juru Bicara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Kemenlu Arrmanatha Nasir turut mengeluarkan pernyataan cukup
keras soal batas wilayah ini.)
Deiksis “kami” pada kalimat (4) merujuk pada Menko Polhukam Luhut
Pandjaitan dan Juru Bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir. Pronomina kami merujuk
pada persona yang jumlahnya lebih dari satu, dimana lawan bicara atua dalam hal
ini pembaca tidak tutur menjadi rujukan karena tidak terlibat dalam pertuturan itu.
Peneliti hanya menemukan deiksis “kami” yang merujuk pada persona jamak
tersebut.
Terakhir, pada contoh data (5) dipaparkan wujud deiksis persona yang
merujuk pada persona jamak inklusif, yaitu gabungan antara persona pertama dan
persona kedua.
(5) Dari sisi ini saja, sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat
tersebut.
(Republika, Sabtu, 5 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 5 September 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan
dengan wacana akan dibangunnya kereta super cepat (high speed train)
jarak Jakarta-Bandung. Penulis ingin menegaskan penolakan yang
dilakukan presiden terhadap proposal kegiatan pembangunan kereta
tersebut. Bahwa memang tidak bisa kereta berjalan dengan kecepatan
maksimal sementara harus transit di sejumlah stasiun.)
Deiksis “kita” pada kalimat (5) merujuk pada redaksi Republika dan saya
yang terlibat sebagai pembaca. Persona ketiga tersebut merujuk pada persona
pertama yaitu yang menjadi penulis dan persona ketiga yaitu persona yang berada
di luar wacana, tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang menjadi pembaca.
Karena tajuk di Republika bersifat mengajak pembaca untuk mengkritisi bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
tentang permasalahan yang diangkat, maka mayoritas tajuk pada bagian
argumennya banyak menuliskan deiksis “kita‟.
Pada penelitian ini, peneliti tidak menemukan bentuk deiktis “kalian‟ yang
merujuk pada persona kedua jamak. Hal ini bisa jadi dikarenakan redaksi hanya
menggunakan ragam bahasa resmi untuk mengajak pembaca mengkritisi
permasalahan yang diangkat. Wujud “kalian” merupakan pronomina untuk
merujuk pada lawan bicara yang sudah akrab.
Setelah dipaparkan deiksis persona, peneliti akan menguraikan deiksis
ruang atau tempat yang berkaitan dengan lokasi yang menjadi tempat pertuturan.
Deiksis ruang ini dapat terbagi atas kata ganti demonstratif dan kata ganti lokatif
yang dibubuhi dengan preposisi. Oleh karena itu, deiksis ruang merupakan
rangkaian frasa yang dapat merujuk pada suatu tempat pertuturan sesuai konteks.
Peneliti menemukan 13 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk ruang
atau tempat. 13 wujud tersebut dibagi atas kemunculan 9 kali deiksis “ini” yang
merujuk pada tempat. Selanjutnya, ditemukan 1 kali kemunculan deiksis “di sini”,
“di situ”, “di dalam”, dan “di belakang”.
Peneliti akan memberi contoh data (6) yang merupakan wujud dari deiksis
ruang atau tempat dengan rujukan tempat dalam kaitannya dengan kata ganti
demonstratif.
(6) Jonan mungkin lupa, atau tidak tahu bahwa ojek aplikasi menjadi
salah satu solusi penanggulangan pengangguran saat negara ini
mengalami perlambatan ekonomi.
(Republika, Sabtu, 19 Desember 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 19 Desember 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan
berita adanya penghentian ojek aplikasi dalamSurat Pemberitahuan
Nomor UM 3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani oleh Menteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November 2015. Penulis
mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi merupakan salah satu
solusi yang dapat menanggulangi perlambatan ekonomi di Indonesia
sejak September 2015.)
Deiksis “ini” pada kalimat (6) merujuk pada negara Indonesia. Selain
deiksis “ini” yang telah dijelaskan, terdapat wujud deiksis ruang demonstratif
yang merujuk pada suatu tempat, yaitu itu, begini, dan begitu. Namun, karena
tajuk Republika ini adalah media pers nasional, jadi yang banyak disorot adalah
penyebutan negeri sendiri. Oleh karena itu, deiksis itu, begini, dan begitu tidak
ditemukan selama penelitian dalam edisi September–Desember 2015.
Selanjutnya, pada data (7) akan dipaparkan contoh wujud deiksis ruang
yang merujuk pada tempat dalam kaitannya dengan kata ganti lokatif dibubuhi
dengan preposisi.
(7) Aktivitas penambangan pasir itu juga menyebabkan sarana jalan di
sana rusak.
(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Oktober 2015 kepada pembaca. Hal ini terkait dengan
peristiwa pembunuhan yang dilakukan para penambang pasir terhadap
aktivis lingkungan, Salim Kancil. Penulis menyampaikan bahwa
aktivitas penambangan pasir yang berlangsung di Desa Selok Awar-
awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur tidak hanya menjadikan bisnis haram. Akan
tetapi, mengakibatkan kerusakan lingkungan, yaitu rusaknya jalan di
sekitar daerah tersebut.)
Deiksis “di sana” pada kalimat (7) merujuk pada jalan sekitar daerah Desa
Selok Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur yang menjadi jalan hilir mudik truk pembawa pasir. Selain
deiksis “di sana‟, sebenarnya terdapat wujud deiksis ruang lokatif yang merujuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
pada tempat yang dibicarakan dalam pertuturan, yaitu di sini, di sana, di situ, di
dalam, dan di belakang. Namun, peneliti tidak banyak menemukan jenis deiksis
tersebut dengan pemahaman bahwa redaksi tidak membuat pembaca harus
berpikir keras untuk memahami suatu tempat yang tidak disebutkan dalam
pembicaraan. Seperti deiksis “di sini” yang tidak ditemukan karena secara
pemahaman peneliti, deiksis tersebut merujuk pada suatu tempat yang dekat
dengan penutur.
Pada bagian yang ketiga dalam deiksis eksofora, terdapat deiksis waktu
berkaitan dengan bentuk adverbial. Kata keterangan waktu merujuk pada tempo
atau masa saat pertuturan atau masa yag dibicarakan dalam wacana. Peneliti
membahas deiksis waktu berdasarkan klasifikasi hari, minggu, bulan, tahun, dan
masa.
Peneliti menemukan 50 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk waktu.
50 wujud tersebut dibagi atas deiksis hari, yaitu bentuk “hari ini” sebanyak 3 kali
yang merujuk pada hari. Deiksis yang merujuk pada minggu ditemukan bentuk 2
kali deiksis “pekan depan” dan 2 kali kemunculan deiksis “pekan lalu”. Deiksis
yang merujuk pada bulan terdiri atas kemunculan 1 kali bentuk “enam bulan lalu”.
Kemudian, deiksis yang merujuk pada tahun terdiri atas 2 kali kemunculan deiksis
“tahun depan”, 3 kali wujud deiksis “tahun lalu”, dan 4 kali kemunculan deiksis
“tahun ini”. Selanjutnya, bentuk deiksis waktu yang merujuk pada suatu masa,
yaitu adanya kemunculan deiksis “kini” sebanyak 6 kali, wujud “sekarang” yang
muncul sejumlah 3 kali, bentuk “kemarin” yang muncul sebanyak 3 kali, wujud
kata “nanti” yang muncul sebanyak 6 kali, wujud “saat ini” yang muncul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
sebanyak 6 kali, “kali ini” muncul sejumlah 4 kali ini, bentuk “selama ini”
muncul sejumlah 4 kali, dan wujud “saat itu‟ yang muncul sebanyak 1 kali.
Peneliti akan memberi contoh data (8) yang merupakan wujud deiksis
waktu yang merujuk pada penyebutan hari.
(8) Hingga hari ini, asap kebakaran hutan semakin menyesakkan napas
sebagian saudara kita yang tinggal di Sumatera dan Kalimantan.
(Republika, Kamis, 8 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan dengan
bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan
sejak pertengahan tahun 2015. Penulis menyampaikan, sampai tulisan
ini dibuat, kabut asap di wilayah tersebut belum reda.)
Wujud deiksis waktu “hari ini” pada kalimat nomor (8) di atas merujuk
pada hari Kamis, 8 Oktober 2015. Redaksi tidak menyebutkan secara spesifik
penyebutan hari dikarenakan konteksnya, tulisan ini dibuat pada hari Kamis, 8
Oktober 2015. Oleh karena itu, deiksis “hari ini” sudah terpahami oleh pembaca.
Kemudian, pada contoh data (9) ini akan dipaparkan wujud deiksis waktu
yang merujuk pada penyebutan minggu atau hitungan pekan.
(9) Bila kita mencermati angka ramalan yang disampaikan BPS dalam
jumpa pers pekan lalu, sebenarnya tidak ada yang keliru di situ.
(Republika, Kamis, 12 November 2015)
(Konteks: ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 12 November 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan
perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS mengenai kenaikan
produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung jawabkan.
Pada 2 November 2015, BPS menggelar konferensi pers terkait
produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin
mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85 persen
atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah kering giling. Angka
itu belum memperhitungkan El Nino di September–Oktober 2015 dan
baru memperhitungkan Mei–Agustus 2015. Penulis mengganggap
bahwa ungkapan kepala BPS tersebut sudah benar.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Deiksis “pekan lalu” pada kalimat nomor (9) di atas merujuk pada 2
November 2015. Kata yang dikuti lalu merujuk pada masa lampau. Dalam hal ini
kata pekan yang diikuti kata lalu merujuk pada satu pekan setelah penyebutan
deiktis. Namun, karena peneliti menghubungkan dengan konteks, maka
rujukannya adalah 10 hari sebelum penyebutan deiktis. Redaksi tidak
menyebutkan lagi hari-nya, dikarenakan redaksi sudah mengganggap bahwa
pembaca masih teringat akan peristiwa yang terjadi.
Selain itu, contoh data nomor (10) ini akan dijelaskan wujud deiksis waktu
yang merujuk pada penyebutan bulan.
(10) Jumlah tersebut naik 860 ribu orang bila dibandingkan enam
bulan lalu.
(Republika, Rabu, 16 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan
dengan jumlah orang miskin di Indonesia yang mencapai 860 ribu
orang. Angka ini terhitung naik apabila dibandingkan dengan bulan
Maret 2015.)
Wujud deiksis “enam bulan lalu” pada kalimat nomor (10) di atas merujuk
pada bulan Maret 2015. Perhitungan rujukan deiksis tersebut dikarenakan terdapat
kata enam pada kata deiktis tersebut, sehingga peneliti dapat menentukan rujukan
dibantu dengan konteks kalimat. Penyebutan deiksis wkatu yang merujuk pada
„bulan‟ termasuk jarang ditemukan dalam tajuk.
Deiksis waktu yang merujuk pada penyebutan tahun juga akan dibahas
dengan contoh nomor (11).
(11) Dalam jangka menengah, pemerintah harus melakukan berbagai
cara agar kebakaran hutan tidak terulang pada tahun depan.
(Republika, Rabu, 7 Oktober 2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
(Konteks: ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 7 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan dengan
masukkan yang diberikan penulis pada masalah bencana kabut asap
di Sumatera dan Kalimantan yang belum juga terhenti. Pemrintah
diharapkan mampu memberi sosialisasi dan pemahaman bagi warga
yang berpotensi menjadi pelaku pembakaran hutan agar tidak
menimbulkan bencana serupa pada tahun 2016.)
Deiksis “tahun depan” pada kalimat (11) merujuk pada tahun 2016. Kata
keterangan waktu –depan mempunyai maksud untuk menjelaskan satu masa
setelah penyebutan kata depannya. Dalam hal ini adalah tahun, berarti rujukan
dari deiksis “tahun depan” merujuk pada satu tahun setelah kata deiksis, yaitu
tahun 2016. Di dalam tajuk, redaksi beberapa kali tidak menyebutkan secara
tersurat waktu tahun itu. Dengan anggapan bahwa pembaca sudah memahami
konteks penulisan berita, jadi sudah tahu dengan sendirinya rujukan itu.
Dalam deiksis waktu, wujud deiksis yang merujuk pada penjelasan tentang
suatu masa akan dijelaskan dengan contoh (12).
(12) Namun, hal itu hendaknya bukan menjadi alasan bagi pemerintah
untuk mengabaikan langkah antisipasi sejak jauh hari dan
mengambil langkah supaya bencana yang awalnya kecil tidak
sebesar sekarang.
(Republika, Jumat, 23 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan
dengan bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan
tahun 2015 yang sudah dibilang parah. Bahkan merembet ke negara
tetangga Indonesia, seperti Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang
menjadi korban bencana tersebut.)
Deiksis waktu “sekarang” pada kalimat (12) di atas merujuk pada saat
dimana bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan tahun 2015
yang sudah dibilang parah. Bahkan merembet ke negara tetangga Indonesia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
seperti Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang menjadi korban bencana tersebut.
Pada wujud deiksis waktu yang merujuk ke masa, memang rujukannya tidak
disebutkan secara spesifik untuk penyebutan waktu, melainkan hanya penjelasan
saat kapan terjadi pemberitaan itu. Dalam penelitian ini, tidak ditemukan bentuk
deiksis besok dan lusa.
Lebih lanjut pembahasan mengenai deiksis dalam tuturan – endofora.
Deiksis ini lebih menyoroti pada bidang sintaksis. Artinya rujukan dari wujud
deiksis masih berada dalam wacana tersebut. Deiksis yang rujukannya terletak di
sebelah kiri adalah deiksis anafora, sedangkan deiksis yang rujukannya terletak di
sebelah kanan adalah deiksis katafora.
Pertama, peneliti memaparkan deiksis anafora yang merujuk pada
persona. Jenis deiksis ini berkaitan dengan pronomina yang merujuk pada insan
atau manusia. Perujukan itu terletak di sebelah kiri dari kata deiktis. Hanya
persona ketiga yang dapat menjadi pemarkah anafora ini.
Peneliti menemukan 24 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk anafora
persona. 24 wujud tersebut dibagi atas bentuk persona tunggal “ia” yang mana
kemunculannya sebanyak 4 kali, bentuk “dia” ditemukan sebanyak 5 kali. Persona
ketiga tunggal lekat kanan “-nya” ditemukan sebanyak 5 kali. Persona ketiga
jamak “mereka” ditemukan sebanyak 10 kali.
Peneliti akan memberi contoh data (13) yang merupakan wujud dari
deiksis anafora yang merujuk pada persona.
(13) Mereka menolak batasan kenaikan upah minimum kebupaten/kota
(UMK) 2016 rata-rata sekitar 11,5 persen.
(Republika, Rabu, 25 November 2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 25 November 2015 pada pembaca. Hal ini terkait
dengan berita adanya demonstrasi buruh pada 24 November 2015 di
Pulogadung, Bekasi, Batam, dan daerah lain. Para buruh melakukan
aksi mogok kerja.)
Wujud deiksis “mereka” pada kalimat nomor (13) di atas merujuk pada
buruh yang melakukan aksi mogok kerja pada 24 November 2015 di Pulogadung,
Bekasi, Batam, dan daerah lain. Wujud yang merujuk pada persona ketiga jamak
ini banyak ditemui kemunculannya dalam tajuk karena esensinya, tajuk
mengomentari pemberitaan teraktual. Subjek yang dibicarakan dalam berita
biasanya terdiri lebih dari satu persona, sehingga redaksi deiksis “mereka” cukup
banyak ditemukan. Peneliti tidak menemukan wujud deiksis “beliau” pada tajuk
Republika edisi September–Desember 2015, mungkin bagi redaksi terkesan
sangat formal. Dengan adanya hal ini, menimbulkan pemahaman bahwa redaksi
tidak terlalu menggunakan pronomina yang takarannya sangat menghormati.
Kedua, peneliti memaparkan deiksis anafora yang merujuk pada
konstituen bukan persona atau bukan manusia. Perujukan itu terletak di sebelah
kiri dari kata deiktis. Bentuk lekat kanan “-nya” dapat menjadi pemarkah anafora
bukan persona. Selain kata ganti demonstratif dan lokatif juga dapat menjadi
pemarkah anafora bukan persona.
Peneliti menemukan 43 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk anafora
bukan persona. 43 wujud tersebut dibagi atas bentuk lekat kanan “-nya” sejumlah
5 kali, bentuk demonstratif “ini”dan “itu” ditemukan kemunculannya masing-
masing sebanyak 12 kali. Bentuk “tersebut” muncul sebanyak 8 kali. Kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
wujud “begitu” ditemukan kemunculannya sebanyak 4 kali. Kemudian wujud “di
situ” ditemukan sejumlah 2 kali.
Peneliti akan memberi contoh data (14) yang merupakan wujud dari
deiksis anafora yang rujukannya bukan persona.
(14) Klub kebanggan warga Jakarta itu gagal melenggang ke final,
sementara musuh bebuyutan mereka, Persib bandung, justru
menapak ke pertandingan puncak.
(Republika, Sabtu, 17 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan
dengan pergelaran Final Piala Presiden yang akan digelar di Stadion
GBK pada 18 Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan
Sriwijaya FC. Jakarta merupakan markas tim Jackmania, sebutan
bagi pendukung klub Persija Jakarta, yang juga menjadi musuh dari
tim Persib Bandung.)
Wujud deiksis “itu” pada kalimat (14) di atas merujuk pada klub Persija
Jakarta, atau yang disebut dengan Jackmania. Rujukan dari deiktis “itu” terletak di
sebelah kiri dari kata yang muncul. Wujud ini banyak ditemukan pada setiap tajuk
Republika yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti hanya mengambil sampel untuk
membedakan rujukan daripada kata deiktis “itu”. Bentuk lain yang rujukannya
hampir sama dengan hal di atas adalah bentuk demonstratif ini. Redaksi
menggunakan deiksis anafora dengan rujukan bukan persona karena secara
sintaksis, deiksis jenis ini dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.
Setelah diuraikan pembahasan mengenai deiksis anafora, berikut akan
peneliti jabarkan tentang deiksis katafora yang merujuk persona berkaitan dengan
pronomina yang merujuk pada insan atau manusia. Perujukan ini terletak di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
sebelah kanan dari kata deiktis. Bentuk kata lekat kanan “-nya” dapat menjadi
pemarkah katafora.
Peneliti menemukan tujuh wujud deiksis yang merujuka bentuk katafora
persona. Tujuh wujud tersebut dibagi atas kemunculan deiksis persona ketiga
tunggal lekat kanan “-nya” yang muncul sebanyak enam kali. Juga ditemukan
bentuk persona ketiga jamak, gabungan antara persona pertama dan persona
ketiga, yaitu “kami‟ yang muncul sebanyak satu kali.
Berikut peneliti akan memberi contoh data (15) yang merupakan wujud
dari deiksis katafora yang merujuk pada persona.
(15)Negara Merlion ini juga harus kehilangan figur bapak bangsanya,
Lee Kuan Yew, yang wafat pertengahan Maret lalu.
(Republika, Selasa, 1 September 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 September 2015 kepada pembaca. Hal ini berkaitan
dengan permasalahan ekonomi yang dihadapi negara Singapura. Selain
itu, bapak bangsa, Lee Kuan Yew meninggal dunia saat negara ini
sedang dilanda permasalahan ekonomi.)
Wujud deiksis lekat kanan “-nya” pada kalimat nomor (15) di atas
merujuk pada bapak bangsa negara Singapura, yaitu Lee Kuan Yew. Rujukan
nama tersebut sudah jelas tertulis di sebelah kanan dari kata deiktis yang muncul.
Deiksis katafora yang merujuk pada persona ini jarang ditemukan di tajuk
Republika dibuktikan dengan dengan kemunculannya yang hanya berjumlah tujuh
deiksis. Hal ini dimungkinkan secara sintaksis lebih mudah menuliskan deiksis
anafora daripada menuliskan perujukan yang mana konstituennya terletak di
sebelah kananya. Bentuk “mereka” tidak dapat menjadi pemarkah katafora yang
merujuk pada persona.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Pembahasan berikutnya mengenai deiksis katafora yang merujuk pada
bukan persona atau bukan manusia. Jenis deiksis ini rujukannya terletak di
sebelah kanan daripada kata deiktis itu. Perujukan ini dapat berupa bentuk
demonstratif. Deiksis jenis ini lebih banyak merujuk pada suatu kejadian.
Peneliti menemukan 13 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk katafora
bukan persona. 13 wujud tersebut dibagi atas kemunculan deiskis “itu” yang
kemunculannya sebanyak satu kali saja. Bentuk deiksis “yakni” muncul sebanyak
9 kali. Selanjutnya, wujud deiksis “yaitu” ditemukan sejumlah 3 kali.
Berikut akan peneliti paparkan dengan contoh pada data (16) yang
merupakan wujud dari deiksis katafora yang merujuk pada nomina bukan persona.
(16)Di sisi lain, anak keturunan para korban PKI juga menuntut, yakni
menuntut pemerintah meminta maaf kepada para korban PKI.
(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)
(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan
peringatan peristiwa G-30-S/PKI tahun 2015. Para keturunan tokoh
PKI menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab dan meminta maaf
kepada PKI atas peristiwa G-30-S/PKI. Penulis menyampaikan
aspirasi korban PKI supaya pemerintah meminta maaf pada mereka.)
Wujud deiksis “yakni” pada kalimat nomor (16) di atas merujuk pada
tunturan keturunan korban supaya pemerintah meminta maaf kepada para korban
PKI. Rujukan tersebut terletak di sebelah kanan dari kata deiktis seperti dapat
dilihat pada contoh. Bentuk katafora ini lebih banyak daripada bentuk yang lain.
Bisa diasumsikan demikian karena redaksi lebih mudah atau gaya penulisan yang
digunakan merasa lebih mudah perujukannya apabila menggunakan akata
“yakni”, dari pada penggunaan kata yaitu atau itu. Peneliti tidak menemukan
wujud deiksis katafora ini yang merujuk pada konstituen bukan persona.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Paparan di atas apabila dirangkum dapat dikatakan bahwa untuk dapat
memahami maksud rujukan atau referen sebuah deiksis haruslah dihubungkan
dengan konteksnya. Siapa penulis dan pembaca wacana, dengan latar belakang
apa penulis menuliskan argumennya. Dengan begitu, wacana yang dihasilkan
dapat dipahami secara utuh oleh pembaca.
Secara keseluruhan, mulai dari awal pembahasan mengenai wujud deiksis
pada rubrik tajuk di Harian Republika edisi September–Desember 2015 hingga
pembahasan maksud deiksis dengan berlandasan teori Bambang Kaswanti Purwo
dan Leech untuk menjawab rumusan masalah sudah dipaparkan secara jelas
seperti yang sudah ada di atas. Hasil analisis dan pembahasan di atas telah
memberikan hasil bahwa ditemukan 175 deiksis secara umum. 88 di antaranya
adalah wujud deiksis eksofora, dimana rujukannya terdapat di luar teks.
Kemudian, 87 merupakan deiksis endofora yang rujukannya terdapat di dalam
teks itu. Terdapat maksud atau rujukan dari deiksis yang dpaat merujuk pada
eksofora persona, eksofora ruang atau tempat, eksofora waktu. Selain itu maksud
pada deiksis endofora terdapat rujukan anafora persona dan bukan persona juga
katafora persona dan bukan persona. Sebagian deiksis yanga da dalam teori tidak
ditemukan oleh peneliti karena objeknya adalah wacana tajuk yang merupaka
tulisan resmi dari pihak media pers untuk mengomentari informasi teraktual yang
penting untuk diangkat supaya dapat dipahami bersama masyarakat. Hal ini telah
membuktikan bahwa redaksi lebih banyak menggunakan deiksis “kita” sebagai
pronomina untuk menunjuk penulis dan mengajak pembaca, serta wujud anafora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
“ini” dan “itu” juga banyak digunakan karena rujukannya dapat dengan mudah
ditemukan oleh pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan dua hal, yaitu 1) simpulan dan 2) saran.
Simpulan berisi rangkuman atas keseluruhan penelitian. Saran berisi hal-hal yang
perlu disampaikan demi perbaikan penelitian selanjutnya. Kedua hal ini akan
dipaparkan sebagai berikut.
5.1 Simpulan
Dalam penelitian ini, rumusan masalah mengenai fenomena deiksis pada
rubrik tajuk di harian Republika edisi September–Desember 2015 telah diuraikan
secara rinci pada bab yang telah disajikan sebelumnya. Oleh karena itu, diperoleh
dua hal utama yang dapat disimpulkan pada analisis ini. Secara rinci, dua hal
tersebut akan diuraikan di bawah ini.
1) Peneliti menemukan dua wujud utama deiksis, yaitu deiksis eksofora dan
deiksis endofora. Ditemukan 175 kemunculan deiksis yang terdiri dari 88
deiksis eksofora dan 87 deiksis endofora. Deiksis eksofora meliputi 1)
deiksis persona yang berjumlah 25, 2) deiksis ruang yang berjumlah 13,
dan 3) deiksis waktu yang berjumlah 50. Deiksis endofora meliputi, 1)
deiksis anafora yang berjumlah 67 dan 2) deiksis katafora yang berjumlah
20 deiksis.
2) Terdapat enam belas maksud deiksis yang ditemukan dalam penelitian ini,
yaitu rujukan di luar teks (eksofora) dan rujukan dalam teks (endofora).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Maksud deiksis eksofora terdiri dari, 1) rujukan persona pertama, 2)
rujukan persona kedua tunggal, 3) rujukan persona ketiga jamak, 4)
rujukan persona jamak eksklusif, 5) rujukan persona jamak inklusif, 6)
rujukan ruang demonstratif, 7) rujukan ruang lokatif, 8) waktu rujukan
hari, 9) waktu rujukan minggu, 10) waktu rujukan bulan, 11) waktu
rujukan tahun, 12) waktu rujukan suatu masa. Maksud deiksis endofora
meliputi, 1) rujukan anafora persona, 2) rujukan anafora bukan persona, 3)
rujukan katafora persona, dan 4) rujukan katafora bukan persona.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menyadari bahwa hasil
yang didapatkan belum sempurna. Masih terdapat hal lain yang dapat
ditambahkan. Oleh karena itu, peneliti memberikan saran kepada 1) pelajar dan
mahasiswa, 2) guru dan dosen, 3) peneliti lanjutan. Ketiga saran tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut.
5.2.1 Bagi pelajar dan mahasiswa
Para pelajar dan mahasiswa, khususnya mahasiswa bahasa dan sastra
Indonesia adalah insan terdidik secara akademik diharapkan dapat mengenal dan
memahami bermacam wujud deiksis. Pengenalan mengenai wujud deiksis dalam
penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para pelajar dan mahasiswa supaya
dapat memahami rujukan deiksis secara tepat dengan mengerti konteks tuturan.
Hal ini perlu dilakukan supaya proses komunikasi bisa berjalan dengan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
5.2.2 Bagi guru/dosen
Para guru maupun dosen dapat menjadikan contoh-contoh dalam
penelitian ini sebagai referensi dalam suatu pembelajaran mengenai deiksis yang
sesuai dengan materi pembelajaran di sekolah maupun di bangku perkuliahan.
Wacana ini dapat dijadikan contoh untuk menjelaskan kata rujukan yang
mempunyai referensi berbeda-beda tergantung konteks yang ada. Dengan begitu,
guru maupun dosen sekaligus dapat menjelaskan perujukan maksud deiksis
sebagai salah satu indikator pembelajaran.
5.2.3 Bagi peneliti lanjutan
Penelitian ini hanya memfokuskan pada analisis wujud dan maksud deiksis
di rubrik tajuk. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat merumuskan masalah
yang lebih luas, misalnya praanggapan, implikatur, atau tindak ujaran. Selain itu,
peneliti lanjutan juga dapat meneliti deiksis pada bagian rubrik opini serta kolom
maupun berita utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Yudia Siska. 2014. Deiksis dalam Rubrik Tajuk Surat Kabar Haluan.
Skripsi. Padang: PBSI, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
(STIKP) PGRI Sumatera Barat.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Anwar, Khaidir. 1984. Fungsi dan Peranan Bahasa Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Arikunto, Suharsini. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
__________. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
__________. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Ghony Djunaidi dan fauza Almanshur. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: AR-Ruzz Media
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. London: Cambridge University Press.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.
____________. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.
____________. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Cetakan
XXI. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nadar. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
_______________________. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Rahardi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia Dalam Problematika Kekinian.
Malang: Dioma.
______________. 2003. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Sari, Erlina Dwi Octavia. 2011. Deiksis Sosial Dalam Tajuk Rencana Surat Kabar
Harian Kompas Edisi Desember – Januari 2010/2011. Skripsi: Jurusan
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya
Soewandi, A.M. Slamet. 2007. Handout Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Yogyakarta: PBSID-FKIP Universitas Sanata Dharma.
Sudaryanto. 1990. Menguak Fungsi Hakiki Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
_________. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguis. Yogyakarta: Sanata
Dharma Univeristy Press.
Sumadiria, Haris. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis
Penulis dan Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Verhaar, J. W. M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
___________. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TABULASI DATA DAN TRIANGULASI
DATA FENOMENA DEIKSIS PADA RUBRIK TAJUK DI HARIAN REPUBLIKA EDISI SEPTEMBER – DESEMBER 2015
Berikut ini adalah hasil analisis data penelitian “Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi September – Desember 2015”. Triangulator diminta untuk memeriksa dan mengecek kembali
data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data. Triangulator yang dipercaya untuk memeriksa data peneliti adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang Pragmatik, yakni Drs. St. Kartono, M.
Hum.
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda centang (√) pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis fenomena deiksis pada harian Republika serta berilah catatan pada kolom
keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis fenomena deiksis di harian Republika.
1. DEIKSIS EKSOFORA
DEIKSIS EKSOFORA
Jenis Deiksis Wujud
Deiksis
Kode Data Data Deiksis Konteks Maksud Deiksis Justifikasi Triangulator
(S/T))
Keterangan
Setuju Tidak Setuju
Persona
Persona
pertama
Aku
Saya 29-10-2015 “Dalam rapat
terbatas tadi siang,
saya perintahkan
impor ilegal, baik
produk baru maupun
bekas, harus
diberantas.”
Tuturan ini disampaikan oleh Presiden Jokowi di akun
facebook-nya pada siang hari, 12 Oktober 2015.
Tulisan ini terkait dengan berita bahwa razia ramai dilakukan
pemerintah terhadap produk-produk impor ilegal. Kementerian
Perdagangan (Kemendag) melakukan razia ke sejumlah titik
sentra perdagangan menyusul perintah Presiden untuk
memberantas barang impor ilegal.
Penulis mencuplik tulisan Presiden ke dalam tajuk Republika
tanggal 29 Oktober 2015.
Apabila penutur kutipan tersebut bukan Jokowi, rujukan
persona akan menunjuk pada orang lain.
‘saya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Presiden Jokowi.
√
Saya 27-11-2015 “Saya akan back-up
penuh,” ujar
Presiden
menegaskan.
Tuturan ini dikemukakan oleh Presiden Jokowi di hadapan
peserta Munas V Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh
Indonesia (APPSI) di Makassar, 26 November 2015.
Tuturan ini berkitan dengan serapan ABPD (Anggaran Belanja
Pemerintah Daerah) yang jauh dari optimal.
Presiden Jokowi akan mendukung penuh kebijakan pemerintah
daerah dalam upaya membelanjakan anggaran negara.
‘saya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Presiden (Jokowi).
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data ini diambil dari tajuk Republika, 27 November 2015.
Apabila penutur kutipan tersebut bukan Jokowi, rujukan
persona akan menunjuk pada orang lain.
Daku
-ku
Ku-
Persona kedua
(tunggal)
Engkau
Kamu 16-10-2015 “...Jika kamu orang
yang membawa
kekerasan, kamu
Islam, Yahudi,
kristen atau Hindu,
akan tetap menjadi
orang penuh dengan
kekerasan,” kata
Aslan.
Tuturan ini disampaikan oleh akademisi Univesritas California
Reza Aslan pada bulan September 2015 mengenai pertanyaan
dan tuduhan bahwa Islam identik dengan kekerasan.
Kamu merujuk pada orang kedua yaitu pembaca. Pembaca
tajuk tersebut adalah saya (Ayu), maka kamu merujuk pada
saya (Ayu).
Tulisan ini terkait dengan peristiwa pengemboman yang terjadi
di Paris, Prancis pada Jumat, 13 November 2015 malam waktu
setempat. Diduga tersangka pengemboman adalah ISIS. Isis
tersebut biasanya membawa-bawa nama Islam, jadi orang-
orang menilai bahwa Islam identik dengan kekerasan.
‘kamu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
saya sebagai pembaca.
√
Anda 1-12-2015 “Bersediakah Anda
membayar lebih
tagihan listrik per
bulan agar saudara
Anda di pedalaman
Kalimantan atau
Papua atau Lebak
bisa menikmati
terangnya nyala
lampu?”
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca.
Kamu merujuk pada orang kedua yaitu pembaca. Pembaca
tajuk tersebut adalah saya (Ayu), maka kamu merujuk pada
saya (Ayu).
Tulisan ini terkait dengan pencabutan subsidi listrik bagi
pelanggan listrik 1.300 Volt Ampere (VA) dan 2.200 VA yang
dilakukan pemerintah lewat PLN secara resmi pada hari Senin,
1 Desember 2015.
Penulis mengandaikan dengan pertanyaan supaya pembaca
paham maksud dari penaikan tarif listrik.
‘Anda’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
saya sebagai pembaca.
√
Dikau
Persona kedua
(jamak)
Kalian
Persona ketiga
Ia
Dia
Beliau
-nya 23-09-2015 Memang kebijakan
soal minuman keras
dan peraturan
pendirian
minimarket dibuat
oleh menteri
sebelumnya.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 23 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kebijakan tentang aturan penjualan
minuman keras dan beralkohol yang diatur sejak jabatan
Menteri Perdagangan Indonesia sebelum Thomas Lembong,
yaitu Rachmat Gobel.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Menteri Perdagangan
Indonesia sebelum
Thomas Lembong,
yaitu Rachmat Gobel.
√
-nya 28-10-2015 Bahasa-bahasa
daerah yang Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 28 Oktober 2015 pada pembaca.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penuturnya banyak
tentu ingin
menjadikan
bahasanya sebagai
bahasa nasional.
Tulisan ini terkait dengan peringatan sumpah pemuda tahun
2015.
Penulis mengungkap kembali bahwa di tahun 1928 dahulu,
Indonesia memiliki lebih dari 300 kenis bahasa daerah.
Tentunya penutur-penutur bahasa dari daerah masing-masing
di Indonesia menginginkan bahasa mereka menjadi bahasa
nasional. Karena berhasil dikompromikan, bahasa Indonesialah
yang menjadi bahasa nasional.
penutur-penutur
bahasa dari daerah
masing-masing di
Indonesia.
Mereka 3-09-2015 Jangan biarkan
mereka lebih lama
lagi menderita.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 3 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang melanda
wilayah Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun
2015.
Penulis ingin menyampaikan harapan agar pemerintah segera
menangani kabut asap supaya warag di sekitar pulau tersebut
tidak lama-lama menderita.
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
warga sekitar
Sumatera dan
Kalimantan yang
terkena kabut asap.
√
Mereka 9-10-2015 Boro-boro pergi ke
kantor untuk
bekerja, hanya
sekadar keluar
rumah saja mereka
enggan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 9 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang melanda
wilayah Sumatera dan Kalimantan sejak pertengah tahun 2015.
Akibat dari bencana tersebut selain pada sektor pendidikan,
juga pada ekonomi. Warga di sekitar wilayah yang terdampak
kabut asap di Sumatera dan Kalimantan bahkan merasa enggan
untuk pergi keluar rumah untuk keperluan apa pun.
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
warga di sekitar
wilayah yang
terdampak kabut asap
di Sumatera dan
Kalimantan.
√
Mereka 22-10-2015 Mereka memfasilitasi sarana
pariwisata di
negaranya sesuai
prinsip Islam:
makanan halal, spa
halal, penyediaan
tempat shalat di
ruang-ruang publik,
dan sebagainya.
Tuturan ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik tajuk
tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peluang pasar Muslim begitu besar
yang juga dilirik oleh negara Non-Muslim seperti Jepang,
Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Australia.
Penulis beranggapan bahwa Kementerian Pariwisata di negara
tersebut memfasilitasi sarana pariwisata sesuai prinsip Islam
supaya kunjungan wisatawan muslim semakin meningkat.
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Kementerian
Pariwisata di negara
Jepang, Korea
Selatan, Taiwan,
Hong Kong, dan
Australia yang
memfasilitasi sarana
pariwisata berbasis
Muslim.
√
Persona
(jamak: P1 +
P3)
Kami 29-09-2015 “Ya, kami sangat
mencermati situasi
krisis seperti ini.”
Tuturan ini disampaikan Menkeu Amerika Serikat Hank
Paulson saat berbincang dengan Menkeu Prancis Christine
Lagarde pada saat krisis ekonomi tahun 2008.
Tulisan ini berkaitan dengan situasi ekonomi yang sedang
krisis di Amerika Serikat tahun 2008, tetapi Menkeu hanya
terlihat acuh tak acuh.
‘kami’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
jajaran Menteri
Keuangan Amerika
Serikat Hank Paulson
tahun 2008.
√
Kami 21-10-2015 Dalam kaitan
tersebut, kami
menyambut
keputusannya MK
yang menyatakan
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 21 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan tanggapan redaksi terhadap
keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) tentang pemerataan
penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini dikarenakan Kementerian
‘kami’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika
yang menyambut
adanya keputusan MK
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penyelenggaraan
ibadah haji perlu
dikelola secara
profesional dan
akuntabel.
Agama sebagai regulator dan operator haji hendaknya berfokus
pada perbaikan layanan haji.
mengenai
penyelenggaraan haji.
Kami 17-11-2015 “Kami mencoba
mendekati Cina.
Kami ingin solusi di
masa mendatang
melalui dialog atau
kami bisa membawa
masalah ini ke
Pengadilan Arbitrase
Internasional,” ujar
Luhut, Rabu (11/11).
Tuturan ini disampaikan oleh Menko Polhukam, Luhut
Pandjaitan pada 11 November 2015 di Ecopark, Ancol, Jakarta
saat jumpa pers pada wartawan.
Tulisan ini terkait dengan persoalan ketegangan batas wilayah
di Laut Cina Selatan yang juga mengusik Indonesia. Menko
Polhukam Luhut Pandjaitan dan Juru Bicara Kemenlu
Arrmanatha Nasir turut mengeluarkan pernyataan cukup keras
soal batas wilayah ini.
‘kami’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Menko Polhukam
Luhut Pandjaitan dan
Juru Bicara Kemenlu
Arrmanatha Nasir.
√
Persona
(jamak: P1 +
P2)
Kita 5-09-2015 Dari sisi ini saja,
sejatinya kita
memang tak
memerlukan kereta
cepat tersebut.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 5 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan wacana akan dibangunnya kereta
super cepat (high speed train) jarak Jakarta-Bandung.
Penulis ingin menegaskan penolakan yang dilakukan presiden
terhadap proposal kegiatan pembangunan kereta tersebut.
Bahwa memang tidak bisa kereta berjalan dengan kecepatan
maksimal sementara harus transit di sejumlah stasiun.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya yang terlibat
sebagai pembaca.
√
Kita 12-09-2015 Kita menilai ini
bukan penembakan
biasa.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 12 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan penembakan yang terjadi di ruangan
staf kementerian ESDM pada Kamis, 10 September 2015
siang.
Penulis ingin menyampaikan bahwa mungkin saja
penembakan ini bukan penembakan biasa karena dalam
sembilan bulan ini, Menteri Sudirman Said membuat
keputusan terkait aturan migas. Diperkirakan, para mafia
migas, tidak menyukai adanya keputusan itu.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya yang terlibat
sebagai pembaca.
√
Kita 17-10-2015 Namun, kita yakin
bahwa pertandingan
nanti akan
berlangsung dengan
lancar tanpa ada
gangguan berarti
dari para suporter.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan final Piala Presiden yang akan
digelar 18 Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan
Sriwijaya FC yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung
Karno, Jakarta.
Penulis menyakinkan pembaca bahwa pertandingan nanti akan
aman-aman saja, walaupun Jakarta adalah markas Jackmania,
musuh bebuyutan Persib Bandung yang biasanya membuat
kerusuhan ketika mendukung timnya.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya yang terlibat
sebagai pembaca.
√
Kita 24-10-2015 Kita juga berdoa
agar warga yang Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 24 Oktober 2015 pada pembaca.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terpapar kabut asap
segera pulih
kesehatannya, bisa
menghirup udara
segar kembali, juga
menyaksikan
terangnya sinar
mentari yang selama
ini tertutup kabut
asap.
Tulisan ini terkait dengan bencana kabut asap di wilayah
Sumatera dan Kalimantan tahun 2015 ini merupakan
kebakaran hutan dan lahan terburuk sejak pertengahan tahun
2015 sampai tulisan ini dibuat, belum reda juga asap di
wilayah tersebut.
Penulis mengajak pembaca berdoa supaya korban kabut asap
segera dipulihkan kesehatannya, dan asap mulai reda sehingga
benra-benar menikmati udara tanpa paparan asap.
redaksi Republika dan
saya yang terlibat
sebagai pembaca.
Kita 31-10-2015 Kita menyambut
baik langkah sigap
polisi yang dengan
cepat meringkus
tersangka yang telah
melakukan aksi teror
di tempat ramai itu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam
Sutera, Tangerang, Banten pada hari Rabu, 28 Oktober 2015
lalu. Tersangka LWK sudah dirungkus oleh polisi.
Penulis memberi apresiasi pada kinerja polisi yang dengan
cepat menangkap pelaku pengeboman.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya yang terlibat
sebagai pembaca.
√
Kita 2-11-2015 Dan kita harus
menggapai
kebanggaan itu
melalui dua ajang
Internasional yang
sudah ada di depan
mata.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 2 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan akan segera diselenggarakannya
ajang olahraga Internasional, yaitu Olimpiade Brasil 2016 dan
Asian Games 2018 di Indonesia. Pemimpin Komite Olimpiade
Indonesia (KOI) terbaru, Erick Thohir diharapkan dapat
bekerja sama dengan para altet supaya mendapatkan prestasi
dalam ajang tersebut.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya yang terlibat
sebagai pembaca.
√
Kita 18-11-2015 Kita berharap
kebijakan tersebut
benar-benar segera
direalisasikan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 18 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kebijakan pemangkasan pajak
penghasilan (PPh) 21 yang akan dikeluarkan pemerintah.
Menko Perekonomian Perekonomian Darmin Nasution,
rencana pemangkasan PPh 21 merupakan bagian dari paket
kebijakan VII yang menyangkut insentif PPh 21 untuk
karyawan, pertanian, dan investasi.
Penulis berharap supaya kebijakan tersebut segera
direalisasikan untuk mengatasi pelemahan ekonomi saat ini.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya sebagai pembaca.
√
Kita 24-11-2015 Secara subjektif kita
bisa merasakan lebih
banyak yang tidak
puas daripada yang
puas terhadap
kinerja para politisi
itu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 24 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan pembahasan MKD (Mahkamah
Kehormatan Dewan) belum menyinggung substansi laporan
Menteri ESDM dalam hal pencatutan nama Presiden dan
Wakil Presiden untuk perpanjangan kontrak PT Freeport.
Penulis menyampaikan kesubjektifannya jika merasa tidak
puas juga dengan kinerja pada politisi. Dalam hal ini, MKD
juga termasuk politisi karena anggotanya dipilih melalui
pemilihan wakil rakyat di DPR.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya yang terlibat
sebagai pembaca.
√
Kita 30-11-2015 Kita berharap Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk ‘kita’ pada kalimat √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
polemik pemilihan
calon pimpinan KPK
yang baru ini tak
menimbulkan
kegaduhan baru di
republik ini.
tanggal 30 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan akan segera berakhirnya masa
kepimpinan KPK periode 2012 – 2015 pada 16 Desember
2015. Menjelang waktu tersebut, Komisi III DPR RI belum
mempunyai calon pimpinan KPK yang baru. Padahal
kekosongan pemimpinan akan berdampak buruk bagi
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Penulis berharap supaya belum ada calon pimpinan yang tepat
tidak menimbulkan kegaduhan baru di Indonesia.
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya sebagai pembaca.
Kita 3-12-2015 Kita sangat
mengharapkan,
melalui langkahnya
ini, Sigit bisa
menyampaikan
pesan kuat bahwa
jabatan adalah
amanat yang harus
dijalankan penuh
tanggung jawab.
Tuturan ini disampaikan redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 3 Desember 2015.
Tulisan ini terkait dengan keputusan mengejutkan yang
diambil Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi
Pramudito bahwa dia memilih mundur dari jabatannya karena
merasa belumbisa memenuhi target penerimaan pajak negara.
Sampai pada November 2015, penerimaan pajak negara baru
mencapai 65 persen.
Penulis berharap supaya menteri lain yang tidak bisa
memenuhi tanggung jawabnya, mengambil langkah seperti
yang dilakukan oleh Sigit.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya sebagai pembaca.
√
Kita 5-12-2015 Kita menilai perlu
ada langkah-langkah
lebih konkret agar
pengemudi yang
melewati Tol Cipali
menyadari bahaya
yang akan
dihadapinya, yakni
medan yang lurus,
mulus, dan panjang.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 5 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kasus kecelakaan yang terjadi di
Jalan Tol Cikopo – Palimanan (Cipali) yang menimpa sebuah
mobil Elf di Km 137 Kabupaten Indramayu. Jalan tol Cipali
merupakan jalan tol terpanjang di Indonesia. Panjang Tol
Cipali mencapai 116,75 kilometer yang menghubungkan
daerah Cikopo, Purwakarta dengan Palimanan, Cirebon, Jawa
Barat.
Penulis menegaskan bahwa pemerintah perlu mengambil
langkah untuk meminimalisir kecelakaan di Tol Cipali ini.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya sebagai pembaca.
√
Kita 21-12-2015 Kita berharap agar
pimpinan baru KPK
benar-benar dapat
mengkhidmatkan
dirinya untuk
menyelamatkan
Indonesia dari
kejahatan korupsi.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 21 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan terpilihnya lima pimpinan baru
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) periode 2015 – 2019
oleh DPR. Lima pimpinan baru tersebut adalah Agus Raharjo
sebagai ketua, Basaria Panjaitan, Alexander Marwata, Saut
Situmorang, serta Laode Muhammad Syarif.
Penulis mengajak pembaca berharap bahwa pimpinan baru
KPK tersebut dapat mengatasi permasalah korupsi di
Indonesia, terlebih memenuhi tantangan di sektor penegakan
hukum.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya sebagai pembaca.
√
Kita 22-12-2015 Kita tidak
memungkiri tanpa
bebas visa pun,
sudah ada turis
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 22 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan putusan pemerintah bahwa Israel
menjadi Negara penerima bebas visa kunjungan ke Indoneaia.
‘kita’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
redaksi Republika dan
saya sebagai pembaca.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
istrael yang
melancong ke
nusantara.
Meko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramliu
menjelaskan bahwa fasilitas bebas visa kunjungan semata
untuk tujuan bisnis. Padahal tidak dapat dipungkri bahwa
tanpa bebas visa pun, sudah ada turis Israel yang melancong
ke nusantara. Pernah ada yang mengabarkan ada rombongan
turis Israel pergi ke Tana Toraja dank e Pantai Kuta, walaupun
jumlah turis ini tidak begitu banyak.
Penulis menolak adanya program bebas visa yang diberikan
pemerintah Indonesia terhadap wisatawan Israel.
Ruang
Demonstratif Ini 2-09-2015 Pemerintah yang
mau membawa ke
mana negeri ini?
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan PHK di Indonesia tahun 2015
ini yang merugikan buruh sebagai korban utama. Buruh
sudah melakukan demo untuk menuntut kinerja pemerintah.
Penulis menggambarkan dengan kalimat tanya, tetapi
bernada protes untuk meminta ketegasan bahwa memang
pemerintah yang harus mempunyai jalan yang jelas untuk
mengatasi PHK.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
negeri yang sedang
mengalami gelombang
PHK, yaitu Indonesia.
√
Ini 15-09-2015 Koran ini pada akhir
Januari 2015 memuji
langkah Menteri
Perdagangan ketika
itu, Rachmat Gobel.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 15 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan aturan tegas yang diambil oleh
Mendag Rachmat Gobel tentang penjualan miras. Baru dua
bulan menjabat, tetapi berai membuat gebrakan bahwa toko
kelontong dan minimarket tidak boleh menjual miras secara
bebas.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
koran Republika.
√
Ini 8-10-2015 Belitan masalah
bangsa ini tengah
begitu kuat.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan pemberitaan masalah yang
akhir-akhir ini melanda bangsa Indonesia. Seperti peristiwa
pembunuhan Salim Kancil, pemubunuhan jenazah dalam
kardus, kasus PHK hingga kabut asap di Sumatera dan
Kalimantan.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
bangsa Indonesia.
√
Ini 28-10-2015 Kesediaan untuk
melepaskan ego
demi persatuan
bangsa dan negara
ini bukanlah langkah
yang mudah
ditempuh.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 28 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peringatan sumpah pemuda tahun
2015.
Penulis mengungkap kembali bahwa di tahun 1928 dahulu,
Indonesia memiliki lebih dari 300 kenis bahasa daerah.
Karena berhasil dikompromikan, bahasa Indonesialah yang
menjadi bahasa nasional. Hal tersebut membutuhkan
melepaskan sifat egois di antara penutur-penutur bahasa
daerah yang berbeda-beda.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
negara Indonesia.
√
Ini 21-11-2015 Pernyataan Luhut
jelas menunjukkan
bahwa pemerintah
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berita bahwa adanya pendapat dari
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
bangsa Indonesia.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau paling tidak dia
pribadi, tidak paham
betapa merusaknya
narkoba bagi bangsa
ini.
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan yang menyatakan
‘wewenang untuk memutuskan apakah seorang terpidana
mati narkoba akan segera dieksekusi atau tidak’. Sebagai
pembantu Presiden, bisa saja dia memberi saran tersebut.
Penulis menganggap bahwa Luhut tidak paham akan bahaya
narkoba bagi bangsa Indonesia.
Ini 30-11-2015 Kita berharap
polemik pemilihan
calon pimpinan KPK
yang baru ini tak
menimbulkan
kegaduhan baru di
republik ini.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 30 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan akan segera berakhirnya masa
kepimpinan KPK periode 2012 – 2015 pada 16 Desember
2015. Menjelang waktu tersebut, Komisi III DPR RI belum
mempunyai calon pimpinan KPK yang baru. Padahal
kekosongan pemimpinan akan berdampak buruk bagi
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Penulis berharap supaya belum ada calon pimpinan yang
tepat tidak menimbulkan kegaduhan baru di Indonesia.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Republik Indonesia.
√
Ini 10-12-2015 Jika terus
dikecewakan, publik
akan menjadi
semakin apriori
terhadap segala
proses politik di
negeri ini.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 10 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan pilkada serentak di Indonesia yang
telah terlaksana pada 9 Desember 2015 yang sudah berjalan
secara damai.
Penulis menyampaikan pada pembaca bahwa kandidat yang
menjadi pemenang pilkada harus bisa memenuhi janji-
janjinya supaya tidak menimbulkan kekecewaan pada publik.
Karena menurut pengalaman, kandidat hanya menggembor-
gemborkan janjinya saat kampanya. Setelah sudah menjalani
pemerintahan, tidak menjalankan janjinya.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Indonesia.
√
Ini 19-12-2015 Jonan mungkin lupa,
atau tidak tahu
bahwa ojek aplikasi
menjadi salah satu
solusi
penanggulangan
pengangguran saat
negara ini
mengalami
perlambatan
ekonomi.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 19 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berita adanya penghentian ojek
aplikasi dalamSurat Pemberitahuan Nomor UM
3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani oleh Menteri
Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November 2015.
Penulis mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi
merupakan salah satu solusi yang dapat menanggulangi
perlambatan ekonomi di Indonesia sejak September 2015.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
negara Indonesia.
√
Ini 31-12-2015 Banyak pula
kejadian positif yang
membesarkan hati
bangsa ini pada
tahun tersebut.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 31 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan momen pergantian tahun 2015
menuju tahun 2016.
Penulis menyampaikan bahwa di tahun 2015 sudah banyak
kejadian positif yang membuat bangsa Indonesia cukup
berbangga, seperti padamnya kabut asap di Sumatera dan
Kalimantan, menteri yang dengan besar hati bersedia
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Indonesia.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengundurkan diri karena merasa tidak dapat memenuhi
tanggung jawabnya, dan lain-lain.
Itu
Begitu
Lokatif (+
preposisi)
Di sini
Di sana 1-10-2015 Aktivitas
penambangan pasir
itu juga
menyebabkan sarana
jalan di sana rusak.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Oktober 2015 kepada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peristiwa pembunuhan yang
dilakukan para penambang pasir terhadap aktivis lingkungan,
Salim Kancil.
Penulis menyampaikan bahwa aktivitas penambangan pasir
yang berlangsung di Desa Selok Awar-awar, pesisir pantai
selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa
Timur tidak hanya menjadikan bisnis haram. Akan tetapi,
mengakibatkan kerusakan lingkungan, yaitu rusaknya jalan di
sekitar daerah tersebut.
‘di sana’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
jalan sekitar daerah
Desa Selok Awar-awar,
pesisir pantai selatan
Kecamatan Pasirian,
Kabupaten Lumajang,
Jawa Timur yang
menjadi jalan hilir
mudik truk pembawa
pasir.
√
Di situ 23-10-2015 Sebab, cara evakuasi
seperti ini lebih
mudah diwujudkan
dan prosesnya pun
bisa cepat dilakukan
dibanding anak-anak
dibawa ke kapal laut
beberapa pekan dan
mereka beraktivitas
di situ.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan cara evakuasi yang diusulkan
oleh Menkes Nila F untuk menanggulangi kabut asap di
Sumatera dan Kalimantan yang belum juga mereda.
Penulis beranggapan bahwa usulan Menkes lebih mudah
diwujudkan karena menurutnya, di daerah asap harus ada
posko kesehatan 24 jam dengan fasilitas oksigen, AC, hingga
penjernihan udara. Bayi, balita, orang tua, dan penderita
gangguan kesehatan lebih diutamakan menjadi target
evakuasi. Dari pada harus bertahan selama beberapa pekan di
kapal laut, dan hanya terombang-ambing di lautan sekitar
Sumatera dan Kalimantan yang terkena asap.
‘di situ’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
di kapal laut sekitar
Sumatera dan
Kalimantan yang
terkena asap, tempat
yang menjadi evakuasi
korban asap menurut
usulan Menkopolhukam
Luhut Panjdjaitan.
√
Di dalam 13-11-2015 Tinggal sekarang
bagaimana Indonesia
memperkuat
koordinasi di dalam
dengan melibatkan
semua unsur yang
terkait.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 13 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kemitraan dagang yang dipilih oleh
Indonesia yaitu TPP (Trans Pacific Partnership) dengan
Amerika Serikat pada 26 Oktober 2015. Hal ini dilakukan
pemerintah Indonesia karena merespons era globalisasi.
Supaya jalur perdagangan dunia bisa meningkatkan ekonomi
di Indonesia.
Penulis menganggap kalau tim kajian dan negosiasi belum
cermat menentukan pilihan blog dagang yang diambil. TPP
bersifat mengikat, padahal Indonesia tidak terlibat sejak awal
dalam membahas ayrat dan ketentuan TPP.
‘di dalam’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
koordinasi pada tim
kajian dan negosiasi
blok dagang Indonesia
dengan luar negeri.
√
Di
belakang
8-09-2015 Senyum Fadli Zon
makin lebar di Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca.
‘di belakang’ pada
kalimat tersebut √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belakang. Tulisan ini terkait dengan kehadiran ketua DPR RI Setya
Novanto dan wakilnya Fadli Zon dalam konferensi pers calon
presiden AS, Donald Trump. Saat ini Trump mengatakan
bahwa Novanto, Trump, dan Fadli Zon tentunya akan berbuat
hal hebat untuk Amerika Serikat. Nampaknya Novanto dan
Fadli Zon menyetujui dengan ucapan “yes” dan senyumnya.
Saat itu Fadli zon berdiri di belakang Novanto dan Trump.
merujuk pada tempat
berdirinya Fadli Zon
saat mendampingi
Setya Novanto dan
Donald Trump, yautu di
belakang mereka.
Waktu
Hari Hari ini 28-09-2015 Mulai hari ini
(28/9), jamaah haji
Indonesia akan
kembali ke Tanah
Air.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 28 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan akan kembalinya jamaah haji
asal Indonesia pada hari Senin, 28 September 2015.
‘hari ini’pada kalimat
tersebut merujuk pada
hari Senin, 28
September 2015.
√
Hari ini 8-10-2015 Hingga hari ini,
asap kebakaran
hutan semakin
menyesakkan napas
sebagian saudara
kita yang tinggal di
Sumatera dan
Kalimantan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang
melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan sejak
pertengahan tahun 2015.
Penulis menyampaikan, sampai tulisan ini dibuat, kabut asap
di wilayah tersebut belum reda.
‘hari ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
hari Kamis, 8 Oktober
2015.
√
Hari ini 1-12-2015 Hari ini, Senin
(1/12), pemerintah
lewat PLN secara
resmi mencabut
subsidi listrik bagi
pelanggan listrik
1.300 Volt Ampere
(VA) dan 2.200 VA.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan pencabutan subsidi listrik bagi
pelanggan listrik 1.300 Volt Ampere (VA) dan 2.200 VA
yang dilakukan pemerintah lewat PLN secara resmi pada
hari Senin, 1 Desember 2015.
‘hari ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
hari Senin, 1 Desember
2015.
√
Kemarin 17-10-2015 Ridwan Kamil
bersama manajer
Persib Bandung
Umuh Muzhtar
kemarin
mendatangi markas
the Jackmania dan
bertemu ketua
umumnya, Richard
Ahmd Supriyanto.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan pergelaran Final Piala Presiden
yang akan digelar di Stadion GBK pada 18 Oktober 2015
antara Persib Bandung melawan Sriwijaya FC. Wali Kota
Bandung, Ridwan Kamil memastika supaya pertandingan
akan berlangsung aman, mengingat Jakarta adalah markas
Jackmania, musuh bebuyutan Persib Bandung.
‘kemarin’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
hari Jumat, 16 Oktober
2015.
√
Kemarin 26-11-2015 Tak ada peringatan
gegap gempita
dalam Hari Guru
Nasional yang jatuh
pada 25 November
kemarin.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 26 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan peringatan Hari Guru, 25
November 2015. Puncak acara peringatan tersebut
dilangsungkan di Istora Senayan Jakarta pada 24 November
2015 dan dihadiri Presiden Joko Widodo. Selain itu,
hanyalah ada upacara sederhana di sekolah-sekolah
‘kemarin’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
peringatan Hari Guru,
25 November 2015.
√
Kemarin 12-12-2015 Kemarin, Presiden Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik ‘kemarin’ pada kalimat √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Joko Widodo
(Jokowi) memimpin
rapat persiapan
Asian Games.
tajuk tanggal 12 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan persiapan perhelatan Asian Games
yang akan diselenggarakan pada 18 Agustus – 2 September
2018 di Jakarta dan Palembang. Indonesia akan menjadi tuan
rumah Asian Games ke-18. Presiden Jokowi menggelar rapat
persiapan Asian Games pada hari Jumat 11 Desember 2015.
tersebut merujuk pada
hari Jumat, 11
Desember 2015.
Besok - - - -
Lusa - - - -
Minggu Pekan
depan
3-10-2015 Fasilitas kredit
tersebut menjadi
salah satu isi
kebijakan dalam
paket kebijakan jilid
III yang akan
diluncurkan pekan
depan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan gelombang PHK yang semakin
meningkat pada September 2015. Kemenko Perekonomian
merencanakan menyediakan fasilitas kredit bagi perusahaan
yang terancam bangkrut untuk mengatasinya.
‘pekan depan’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada waktu
satu pekan setelah
tuturan ini, yaitu 10
Oktober 2015.
√
Pekan
depan
23-12-2015 Negara penjajah
Palestina tersebut
masuk dalam 84
negara yang mulai
pekan depan bebas
visa kunjungan ke
Indonesia.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 23 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan adanya kebijakan pemerintah
Indonesia untuk pemberian bebas visa bagi wisatawan asing.
Jumlah yang ditambahkan adalah 84 negara, menjadi 131
negara. Dalam hal ini, Israel termasuk negara yang mendapat
fasilitas kunjungan bebas visa tersebut mulai 30 Desember
2015.
Penulis mengingatkan bahwa Israel merupakan negara yang
pernah menjajah Palestina.
‘pekan depan’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada tanggal
30 Desember 2015.
√
Pekan lalu 12-11-2015 Bila kita mencermati
angka ramalan yang
disampaikan BPS
dalam jumpa pers
pekan lalu,
sebenarnya tidak ada
yang keliru di situ.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan perdebatan antara Wapres Jusuf
Kalla dengan BPS mengenai kenaikan produksi padi tahun
2015 dianggap sulit dipertanggung jawabkan. Pada 2
November 2015, BPS menggelar konferensi pers terkait
produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin
mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik
5,85 persen atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah
kering giling. Angka itu belum memperhitungkan El Nino di
September – Oktober 2015 dan baru memperhitungkan Mei –
Agustus 2015.
Penulis mengganggap bahwa ungkapan kepala BPS tersebut
sudah benar.
‘pekan lalu’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada 2
November 2015.
√
Pekan lalu 15-12-2015 Pemeriksaan Luhut
ini berbeda dengan
pemeriksaan Ketua
DPR, Senin pekan
lalu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk 15 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan kasus pencatutan nama Presiden
Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla akan perpanjangan kontrak
Freeport oleh Ketua DPR Setya Novanto.
Penulis mengungkapkan bahwa pemeriksaan Menko
‘pekan lalu’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada hari
Senin, 7 Desember
2015.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan dilakukan secara terbuka
pada Senin 14 Desember 2015, Hal ini berbeda dengan
pemeriksan yang dilakukan terhadap ketua DPR Setya
Novanto pada Senin, 7 Desember 2015 yang dilakukan
secara tertutup.
Bulan Enam
bulan lalu
16-09-2015 Jumlah tersebut naik
860 ribu orang bila
dibandingkan enam
bulan lalu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan jumlah orang miskin di
Indonesia yang mencapai 860 ribu orang. Angka ini terhitung
naik apabila dibandingkan dengan bulan Maret 2015.
‘enam bulan lalu’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada bulan
Maret 2015.
√
Tahun Tahun
depan
21-09-2015 Raja Arab Saudi
mengundang dua
anggota keluarga
korban untuk berhaji
tahun depan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait masalah yang dialami penyelenggaraan
haji tahun 2015, mulai dari keterlambatan visa, robohnya
crane raksasa, sampai hujan badai dan salju.
Penulis menyampaikan bahwa sebagai bentuk pertanggung
jawaban pemerintah Arab, Raja Saudi mengundang dua
anggota keluarga korban untuk berhaji tahun 2016.
‘tahun depan’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada tahun
2016.
√
Tahun
depan
7-10-2015 Dalam jangka
menengah,
pemerintah harus
melakukan berbagai
cara agar kebakaran
hutan tidak terulang
pada tahun depan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 7 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan masukkan yang diberikan
penulis pada masalah bencana kabut asap di Sumatera dan
Kalimantan yang belum juga terhenti. Pemrintah diharapkan
mampu memberi sosialisasi dan pemahaman bagi warga yang
berpotensi menjadi pelaku pembakaran hutan agar tidak
menimbulkan bencana serupa pada tahun 2016.
‘tahun depan’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada tahun
2016.
√
Tahun lalu 3-09-2015 Tahun lalu kehadiran Presiden
Susilo Bambang
Yudhoyono di
wilayah bencana
asap efektif untuk
memacu
penanggulangan
masalah ini.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan bencana kabut asap yang melanda
Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015.
Penulis menyindir bahwa pemerintahan Jokowi belum bisa
efektif menangani masalah kabut asap dengan memberi
pembandingan cara kerja Presiden SBY pada tahun 2014.
‘tahun lalu’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada masa
kehadiran Presiden
Susilo Bambang
Yudhoyono di wilayah
bencana asap tahun
2014.
√
Tahun lalu 27-10-2015 Inilah kunjungan
resmi pertama kali
Presiden Jokowi ke
Amerika Serikat
setelah ia dilantik
Oktober tahun lalu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 27 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kunjungan Presiden Jokowi ke
Amerika Serikat yang akan diterima oleh Barack Obama di
Gedung Putih pada Senin, 3 November 2015. Setelah dilantik
Oktober 2014 lalu, baru pertama kalinya Presiden berkunjung
dengan agenda resmi di AS.
‘tahun lalu’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada tahun
2014, saat pelantikan
Jokowi menjadi
presiden Indonesia.
√
Tahun lalu 9-11-2015 Pengalaman buruk
yang terjadi pada
tahun lalu itu sudah
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 9 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berita adanya kejadian longsor
‘tahun lalu’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada tahun
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seharusnya tak boleh
lagi terulang.
menurut catatan sepanjang tahun 2014 terjadi 332 bencana
longsor menewaskan 262 jiwa. Bencana longsor tak hanya
menelan korban, tetapi juga mengakibatkan kerugian yang
sangat besar.
2014.
Tahun ini 2-09-2015 Perusahaan yang
tahun sebelumnya
memetik untung,
tahun ini harus
mengalami kerugian.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan kerugian yang dialami sejumlah
perusahan hingga harus memutus hubungan dengan
karyawannya tahun 2015 ini, berbeda dengan tahun 2014
yang mana perusahaan selalu mendapat untung.
Penulis ingin menginformasikan pada pembaca bahwa tahun
2015, perusahaan sedang mengalami kerugian.
‘tahun ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
masa ketika gelombang
PHK terjadi hingga
perusahaan mengalami
kerugian, yaitu tahun
2015.
√
Tahun ini 22-10-2015 Kementerian
Pariwisata
menargetkan capaian
pada tahun ini
meningkat dua kali
lipat.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kedatangan wisatawan
mancanegara ke Indonesia sebanyak 8,8 juta orang dan 1,73
juta di antaranya adalah Muslim. Capaian tersebut
dibandingkan dengan Malaysia yang berjumlah 25,7 juta
setahun.
Penulis menegaskan bahwa Kementerian Pariwisata akan
meningkatan capaian jumlah kunjungan pada tahun 2015 ini.
‘tahun ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
tahun 2015, waktu
dimana Kementerian
Pariwisata menargetkan
capaian wisatawan
asing meningkat dua
kali lipat.
√
Tahun ini 5-11-2015 Tahun ini,
mayoritas jamaah
risti yang berangkat
adalah mereka yang
berusia di bawah 60
tahun dengan
mengidap penyakit
tertentu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 5 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan evaluasi pelaksaan haji 2015
mengenai jamaah haji yang memiliki risiko tinggi (risti).
Pada musim haji 2015, tercatat 95.210 jamaah risti yang
berangkat ke Tanah Suci. Angka tersebut setara dengan 60,90
persen dari total jamaah haji yang berangkat. Jamaah risti
yang diberangkatkan adalah yang berusia di bawah 60 tahun
dengan mengidap penyakit tertentu.
‘tahun ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
tahun 2015.
√
Tahun ini 26-12-2015 Namun, kejadian
tahun ini boleh
dibilang luar biasa.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 26 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peristiwa kemacetan yang terjadi
di sejumlah jalan sejak Rabu 23 Desember 2015 – Jumat 25
Desember 2015. Kemacetan mengular di berbagai titik
keluar Jakarta dan pintu masuk daerah-daerah tujuan wisata.
Mulai dari Pelabuhan Merak, Jalan Tol merak menuju
Jakarta, Jalan Tol Dalam Kota Jakarta, Jalan Tol Cikampek
hingga Jalan Tol Cipali mengalami kemacetan total.
Penulis mengungkapkan keironisannya ketika melihat situasi
kemacetan tersebut.
‘tahun ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
tahun 2015.
√
Masa Kini 17-09-2015 Di samping jaminan
dan pernyataan
tersebut, kini masih
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 17 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan pembakaran masjid di Tolikara
‘kini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu dimana masih
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ada satu ganjalan
yang perlu segera
dituntaskan untuk
membuat sendi-
sendi kerukunan
beragama di wilayah
tersebut kembali
terekat dengan kuat.
pada beberapa hari menjelang Idul Adha 2015 yang diduga
dilakukan oleh Umat Gereja GIDI. Namun, aparat keamanan
dan Menko Polhukam menjamin, wilayah Tolikara sudah
cukup kondusif.
Penulis ingin menyampaikan walaupun telah mendapat
jaminan itu, masih ada ganjalan yang harus segera
dituntaskan yaitu pemenuhan pemulihan nama baik Gereja
GIDI yang sudah diduga menjadi tersangka indisen tersebut.
ada ganjalan bagi warga
Tolikara yang harus
segera dituntaskan yaitu
pemenuhan pemulihan
nama baik Gereja GIDI
yang sudah diduga
menjadi tersangka
indisen pembakaran
masjid.
Kini 9-10-2015 Husein hanyalah
satu dari sekian
banyak bayi yang
menderita akibat
kabut asap yang tak
tertangani hingga
kini.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 9 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan pemberitaan bahwa ada bayi
bernama Muhammad Husein, lahir pada 12 September 2015
di daerah Kelurahan Enam Belas Ulu, Kecamatan Seberang
Ulu II, Palembang, Sumatera Selatan. Dia meninggal pada 6
Oktober 2015 karena terkena paparan asap di wilayahnya.
Penulis menyindir aparat pemerintah bahwa di luar sana,
banyak bayi yang juga menjadi korban bencana kabut asap.
Bencana tersebut belum tertangani hingga tulisan ini dibuat.
‘kini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
masa ketika sudah ada
banyak bayi yang
meninggal karena
paparan asap yang
belum tertangani hingga
tulisan ini dibuat.
√
Kini 31-10-2015 Hingga kini, polisi
menyatakan bahwa
tersangka adalah
pelaku tunggal dan
motif tersangka
melakukan teror
adalah pemerasan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam
Sutera, Tangerang, Banten pada hari Rabu, 28 Oktober 2015
lalu. Tersangka LWK sudah dirungkus oleh polisi.
Penulis memberitahu pada pembaca bahwa hingga tulisan ini
dibuat, polisi menyatakan bahwa tersangka adalah pelaku
tunggal dan motif tersangka melakukan teror adalah
pemerasan.
‘kini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu ketika polisi
menyatakan bahwa
tersangka pengeboman
Mal Alam Sutera,
Tangerang, Banten,
yaitu LWK adalah
pelaku tunggal dan
motif tersangka
melakukan teror adalah
pemerasan.
√
Kini 25-11-2015 Kini tak hanya soal
upah yang tak lagi
murah, para
pengusaha juga
dihadapkan pada
masalah buruh yang
bisa kapan saja
melakukan
demonstrasi dan
mogok kerja
sehingga
mengganggu
produksi.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 25 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berita adanya demonstrasi buruh
pada 24 November 2015 di Pulogadung, Bekasi, Batam, dan
daerah lain. Para buruh melakukan aksi mogok kerja.
Penulis menegaskan bahwa aksi buruh tersebut dipicu karena
upah buruh yang dianggap terlalu murah, yaitu Rp 2,7 juta
dengan kurs Rp 12 ribu per dolar AS.
‘kini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu ketika upah
buruh yang dianggap,
yaitu Rp 2,7 juta
dengan kurs Rp 12 ribu
per dolar AS.
√
Kini 19-12-2015 Di Jakarta saja, lebih
dari 20 ribu orang
kini
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 19 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berita adanya penghentian ojek
‘kini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu ketika lebih dari
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggantungkan
hidupnya dengan
mengemudi ojek
aplikasi.
aplikasi dalamSurat Pemberitahuan Nomor UM
3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani oleh Menteri
Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November 2015.
Penulis mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi
merupakan salah satu solusi yang dapat menanggulangi
perlambatan ekonomi di Indonesia. Di daerah Jakarta,
masyrakatnya mulai bekerja sebagai pengemudi ojek aplikasi
untuk mencari nafkah.
20 ribu orang di Jakarta
menggantungkan
hidupnya dengan
menjadi pengemudi
ojek aplikasi.
Sekarang 23-10-2015 Namun, hal itu
hendaknya bukan
menjadi alasan bagi
pemerintah untuk
mengabaikan
langkah antisipasi
sejak jauh hari dan
mengambil langkah
supaya bencana yang
awalnya kecil tidak
sebesar sekarang.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang
melanda Sumatera dan Kalimantan tahun 2015 yang sudah
dibilang parah. Bahkan merembet ke negara tetangga
Indonesia, seperti Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang
menjadi korban bencana tersebut.
Penulis tidak menampik bahwa bencana asap bukan hanya
saja di era pemerintahan Jokowi. Tetapi siapapun
pemerintahnya, seharusnya ada alangkah untuk
mengantsipasi terjadinya musibah semacam ini.
‘sekarang’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
saat dimana bencana
kabut asap yang
melanda Sumatera dan
Kalimantan tahun 2015
yang sudah dibilang
parah. Bahkan
merembet ke negara
tetangga Indonesia,
seperti Malaysia. Sudah
banyak anak kecil yang
menjadi korban
bencana tersebut.
√
Sekarang 2-11-2015 Jawabannya
memang belum bisa
kita dapatkan
sekarang.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan akan segera diselenggarakannya
ajang olahraga Internasional, yaitu Olimpiade Brasil 2016
dan Asian Games 2018 di Indonesia.
Penulis mengajukan pertanyaan, apakah di bawah
kepimpinan Erick Thohir (pemimpin baru Komite Olimpiade
Indonesia) bisa memberikan prestasi bagi bangsa Indonesia?
Jawaban dari pertanyaan tersebut belum bisa didapatkan di
masa kepemimpinan baru Erick Thohir (pemimpin KOI)
karena pertandingan olahraga Internasional belum
terselenggara.
‘sekarang’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
jawaban atas
pertanyaan “apakah di
bawah kepimpinan
Erick Thohir
(pemimpin baru Komite
Olimpiade Indonesia)
bisa memberikan
prestasi bagi bangsa
Indonesia?” belum bisa
terjawab saat
kepimpinan baru
Komite Olimpiade
Indonesia baru saja
terpilih.
√
Sekarang 13-11-2015 Tinggal sekarang
bagaimana Indonesia
memperkuat
koordinasi di dalam
dengan melibatkan
semua unsur yang
terkait.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 13 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kemitraan dagang yang dipilih oleh
Indonesia yaitu TPP (Trans Pacific Partnership) dengan
Amerika Serikat pada 26 Oktober 2015. Hal ini dilakukan
pemerintah Indonesia karena merespons era globalisasi.
Supaya jalur perdagangan dunia bisa meningkatkan ekonomi
di Indonesia.
Penulis menganggap kalau tim kajian dan negosiasi belum
‘sekarang’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu ketika tim kajian
dan negosiasi blok
dagang harus
memperkuat koordinasi
setelah diputuskannya
bergabung dengan TPP
(Trans Pacific
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cermat menentukan pilihan blog dagang yang diambil. TPP
bersifat mengikat, padahal Indonesia tidak terlibat sejak awal
dalam membahas ayrat dan ketentuan TPP.
Partnership).
Nanti 10-10-2015 Jangan sampai pula
reshuffle nanti
hanya jadi ajang
bagi-bagi kursi.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 10 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan evaluasi terhadap Kabinet Kerja
dari pemerintahan Jokowi-JK pada 20 Oktober 2015. Dengan
adanya evaluasi, Presiden akan me-reshuffle menteri-menteri
yang kinerjanya dianggap mengecewakan.
Penulis berharap agar perombakan menteri harus dilakukan
dengan teliti dan objektif, bukan karena kepentingan mencari
nama sebagai pejabat.
‘nanti’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu dimana presiden
akan me-reshuffle
menteri-menteri yang
kinerjanya dianggap
mengecewakan setelaj
evaluasi kabinet pada
20 Oktober 2015.
√
Nanti 14-11-2015 Kemenhan harus
membuka diri untuk
menerima masukan
dari masyarakat agar
hasil yang
dirumuskan nanti
benar-benar
memenuhi
kebutuhan
masyarakat dalam
rangka bela negara
itu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk pada tanggal 14 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan usulan Kementerian Pertahanan
(Kemenhan) tentang penerapan kurikulum bela negara yang
akan diajarkan mulai jenjang pendidikan taman kanak-kanak
hingga perguruan tinggi.
Penulis memberi saran pada Kemenhan supaya mau
menerima saran dari masyarakat dalam merancang
programnya supaya hasilnya sesuai kebutuhan masyarakat.
‘nanti’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu ketika kurikulum
bela negara sudah
berhasil dirumuskan
oleh Kemenhan.
√
Nanti 23-11-2015 Misalnya, nanti ada
fatwa atau ketentuan
yang menyatakan
peserta BPJS
Syariah tidak
dibolehkan
mendaftar hanya
ketika sakit.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 23 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan munculnya wacana mengenai
pengeluarkan produk BPJS Syariah.
Penulis menghubungkan dengan adanya BPJS kesehatan,
bahwa orang yang mendaftar menjadi peserta hanya ketika
sakit saja.
‘nanti’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu ketika ada fatwa
atau atau ketentuan
yang menyatakan
peserta BPJS Syariah
tidak dibolehkan
mendaftar hanya ketika
sakit.
√
Nanti 28-11-2015 Kematangan kita
berdemokrasi diuji
dalam pilkada
serentak nanti.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 28 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan penyelenggaran pemilihan kepala
daerah (pilkada) serentak yang akan diselenggarakan 9
Desember 2015. Tercatat ada 269 daerah terdiri atas 9
provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten yans serentak memilih
kepala daerah.
Penulis secara tidak langsung mengharapkan supaya
masyarakat Indonesia berpartisipasi secara rukun ketika
dinamika demokrasi pilkada nanti.
‘nanti’ pada kalimat
tersebut merujuk pada 9
Desember 2015, saat
pelaksanaan pilkada
serentak.
√
Nanti 30-11-2015 Masa jabatan
pimpinan Komisi
Pemberantasan
Korupsi (KPK)
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 30 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan akan segera berakhirnya masa
‘nanti’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
16 Desember 2015, saat
Masa jabatan pimpinan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
periode 2012 – 2015
akan segera berakhir
media Desember
nanti.
kepimpinan KPK periode 2012 – 2015 pada 16 Desember
2015. Menjelang waktu tersebut, Komisi III DPR RI belum
mempunyai calon pimpinan KPK yang baru.
Penulis menyampaikan bahwa kekosongan pemimpinan akan
berdampak buruk bagi pemberantasan korupsi di Indonesia.
Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) periode
2012 – 2015 berakhir.
Nanti 16-12-2015 Dalam kondisi
seperti ini, BI selalu
ada di pasar untuk
menjaga votalitas,
sehingga nanti
menjadi stabil
kembali.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 16 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan pernyataan Gubernur Bank
Indonesia Agus Martowardojo bahwa tekanan rupiah bukan
hanya soal FOMC, melainkan juga faktor utang luar negeri
yang belum dibayarkan.
Penulis menyampaikan bahwa Bank Indonesia selalu
memantau kondisi dolar di pasaran, supaya kurs dolar dalam
rupiah tetap stabil.
‘nanti’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu ketika tekanan
rupiah dalam keadaan
stabil.
√
Saat ini 9-09-2015 Rakyat saat ini
membutuhkan
langkah nyata dari
pemerintah untuk
membawa ekonomi
lebih bergerak yang
pada akhirnya
membawa rakyat
pada kesejahteraan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 9 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan kondisi ekonomi bulan
September melemah, nilai tukar rupiah berada di atas Rp
14.250 per dolar AS. Belum lagi IHSG Bursa Efek Indonesia
juga terjun bebas.
Penulis ingin menyampaikan harapannya supaya pimpinan
negara segera mengatasi masalah ini dengan langkah nyata,
bukan dengan beradu pendapat di depan publik.
‘saat ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
saat dimana kondisi
ekonomi Indonesia
melemah. Dibuktikan
dengan nilai tukar
rupiah berada di atas Rp
14.250 per dolar AS
dan IHSG Bursa Efek
Indonesia juga terjun
bebas.
√
Saat ini 26-09-2015 Sampai saat ini
jumlah korban masih
belum pasti,
termasuk korban dari
Indonesia.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 26 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peristiwa tabrakan yang terjadi di
Jalan Arab 204 dan 223 saat jamaah haji hendak melempar
jumrah pada Kamis 24 September 2015 pukul 07.30 waktu
setempat.
Penulis ingin menyampaikan bahwa sampai tulisan ini
dubuat, belum ada kabar jumlah korban.
‘saat ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu saat jumlah
korban jamaah haji
yang terkena dampak
peristiwa tabrakan yang
terjadi di Jalan Arab
204 dan 223 saat
jamaah haji hendak
melempar jumrah pada
Kamis 24 September
2015 pukul 07.30 waktu
setempat, belum
terinformasikan secara
pasti.
√
Saat ini 2-10-2015 Bisa dilihat betapa
bopeng-bopengnya
kawasan wisata di
pesisir selatan saat
ini dibanding
setahun lalu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berita pembunuhan para
penambang pasir terhadap aktivis lingkungan, Salim Kancil.
Peristiwa tersebut kejadiannya di Desa Selok Awar-awar,
pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten
‘saat ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu dimana kawasan
wisata pantai selatan di
Desa Selok Awar-awar,
Kecamatan Pasirian,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lumajang, Jawa Timur.
Penulis ingin memperlihatkan betapa buruknya kondisi di
daerah tersebut setelah maraknya aktivitas penambangan
pasir. Berbeda dengan tahun 2014 yang belum sampai
separah ini.
Kabupaten Lumajang,
Jawa Timur terlihat
banyak yang rusak
akibat penambangan
pasir.
Saat ini 6-11-2015 Peribahasa ini paling
tepat
menggambarkan
kondisi keunagan
negara saat ini.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 6 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan adanya pemberitaan bahwa
pemasukan pajak negara hingga 4 November 2015 mencapai
Rp 774,4 triliun. Capaian ini setara dengan 59,84 persen dari
target Rp 1.294 triliun yang ditetapkan di APBN Perubahan
2015 hingga Desember 2015.
Penulis mengandaikan dengan peribahasa “besar pasak
daripada tiang, lebih besar pengeluaran dari pada
pemasukan”.
‘saat ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
kondisi ketika
pemasukan pajak
negara hingga 4
November 2015
mencapai Rp 774,4
triliun. Capaian ini
setara dengan 59,84
persen dari target Rp
1.294 triliun yang
ditetapkan di APBN
Perubahan 2015 hingga
Desember 2015.
√
Saat ini 2-12-2015 Kita memang tidak
bisa menutup mata
bahwa inflasi yang
rendah itu menjadi
salah satu hasil kerja
pemerintah saat ini.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan laju inflasi bulan November 2015
menduduki angka 0,21 persen, merupakan angka terendah
dalam lima tahun terakhir dan inflasi tahun ke tahun terendah
sepanjang tahun 2015.
Penulis menegaskan bahwa pemerintah sudah bekerja keras
supaya inflasi di Indonesia bisa rendah.
‘saat ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
saat inflasi bulan
November 2015
menduduki angka 0,21
persen.
√
Saat ini 18-12-2015 Karena itu, tak
mengherankan bila
ada yang
mengistilahkan saat
ini merupakan
eranya Yellen.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 18 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berakhirnya rezim suku bunga nol
persen pada Rabu 16 Desember 2015, Bank Sentral Amerika
Serikat (the Fed) menaikkan suku bunga 25 basis poin
menjadi 0,5 persen setelah delapan tahun terakhir
bertahankan di level hampir nol persen. Janet Yellen yang
merupakan Gubernur perempuan pertama Bank Sentral AS
yang menorehkan rezim tersebut. Dan hingga akhir 2016,
Fed Fund Rate bisa berkahir di level dua persen.
Penulis memuji kemampuan Yellen dalam menaikkan suku
bunga the Fed.
‘saat ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu ketika rezim
suku bunga nol persen
pada Rabu 16
Desember 2015
berakhir, Bank Sentral
Amerika Serikat (the
Fed) menaikkan suku
bunga 25 basis poin
menjadi 0,5 persen.
Hingga akhir 2016, Fed
Fund Rate bisa berkahir
di level dua persen.
√
Kali ini 10-09-2015 Perlambatan
ekonomi kali ini
lebih didorong oleh
persoalan psikologis.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 10 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan paket kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatasi kondisi
ekonomi Indonesia yang sedang melemah, khususnya bulan
‘kali ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu dimana kondisi
ekonomi Indonesia
melemah, lalu
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
September 2015. pemerintah
mengeluarkan paket
kebijakan.
Kali ini 25-09-2015 Setelah musibah
robohnya crane di
Masjidil Haram pada
Jumat (11/9) lalu
akibat badai, kali ini
musibah terjadi pada
jamaah yang hendak
melaksanakan lontar
jumrah di Mina.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 25 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan musibah yang menimpa jamaah
haji, yaitu berhentinya tiba-tiba seorang jamaah haji di Jalur
Arab 204, kawasan Mina pada Kamis, 24 September 2015
pukul 07.30 waktu setempat saat hendak melontar jumrah.
Akibatnya, banyak jamaah yang terinjak-injak hingga banyak
menimbulkan jamaah yang meninggal meninggal.
‘kali ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
waktu ketika jamaah
haji yang melewati
Jalur Arab 204 kawasan
Mina ada yang berhenti
tiba-tiba hingga
menimbulkan korban
jiwa.
√
Kali ini 20-11-2015 Menteri Luar Negeri
Retno LP Marsudi
menambahkan
dalam forum APEC
kali ini Indonesia
memperjuangkan
kelapa sawit, karet
alam, rotan, kertas,
dan perikanan agar
masuk dalam
kategori
development
product.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 20 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan penyelenggaran APEC di Manila,
Filipna pada Rabu 18 November 2015 dan Kamis 19
November 2015. Pertemuan ini akan mempertemukan 22
pimpinan pemrintahan dan negara.
Penulis menegaskan pernyataan Menlu Retno LP Marsudi
bahwa dalam forum APEC ini, akan diusahakan development
product dengan tidak hanya memanfaatkan sektor komoditas.
‘kali ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
penyelenggaran APEC
di Manila, Filipna pada
Rabu 18 November
2015 dan Kamis 19
November 2015.
√
Kali ini 9-12-2015 Agenda pilkada kali
ini terbilang
istimewa.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 9 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan penyelenggaraan pilkada
serentak pada 9 Desember 2015. Tahapan pemilihan
bersamaan untuk 269 kepala daerah; 9 tingkat provinsi,30
tingkat kota, dan 224 tingkat kabupaten. Pemerintah, aparat
keamanan dan penyelenggara pilkada sangat optimis
peaksaan pilkada serentakakan berlangsung sesuai dengan
harapan karena berbagai persiapan sudah dilakukan sejak
lama.
Penulis menegaskan bahwa pascapilkada maish bisa saja
terjadi konflik karena pilkada memang bersifat kederahan.
‘kali ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
penyelenggaraan
pilkada serentak di
Indonesia 9 Desember
2015.
√
Selama ini 30-09-2015 Selama ini pemerintah kita
terlalu pelit
memberikan insentif
kepada calon
investor.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 30 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kritikan penulis terhadap
pemerintah yang sejak dulu memberikan insentif yang kurang
menarik, sehingga para investor enggan menanamkan
modalnya di Indonesia. Hal tersebut terus terjadi sampai
tulisan ini dibuat.
‘selama ini’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada waktu
dimana pemerintah
sejak dahulu kurang
memberi insentif yang
layak bagi investor
hingga tulisan ini
dibuat. Jadi. Investor
enggan menanamkan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
modal usahanya di
Indonesia.
Selama ini 24-10-2015 Kita juga berdoa
agar warga yang
terpapar kabut asap
segera pulih
kesehatannya, bisa
menghirup udara
segar kembali, juga
menyaksikan
terangnya sinar
mentari yang selama
ini tertutup kabut
asap.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 24 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan bencana kabut asap di wilayah
Sumatera dan Kalimantan tahun 2015 ini merupakan
kebakaran hutan dan lahan terburuk sejak pertengahan tahun
2015 sampai tulisan ini dibuat, belum reda juga asap di
wilayah tersebut.
Penulis mengajak pembaca berdoa supaya korban kabut asap
segera dipulihkan kesehatannya, dan asap mulai reda
sehingga benra-benar menikmati udara tanpa paparan asap.
‘selama ini’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada waktu
sejak pertengahan tahun
2015 sampai tulisan ini
dibuat, belum reda juga
asap di wilayah
Sumatera dan
Kalimantan.
√
Selama ini 21-11-2015 Australia selama ini
sering memprotes
pelaksanaan
eksekusi terhadap
terpidana mati
narkoba.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kehadiran Menko Polhukam Luhut
Pandjaitan di Australia pada Kamis, 19 November dalam
Forum Pemberantasan Pembiayaan Terorisme. Ternyata
Australia selama ini sering memprotes pelaksanaan eksekusi
terhadap terpidana mati narkoba.
Penulis menegaskan bahwa dari zaman dahulu hingga tulisan
ini dibuat, Australia menjadi salah satu negara yang
memprotes akan pelaksanaan eksekusi terhadap terpidana
mati narkoba.
‘selama ini’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada waktu
zaman dahulu hingga
tulisan ini dibuat,
Australia menjadi salah
satu negara yang
memprotes akan
pelaksanaan eksekusi
terhadap terpidana mati
narkoba.
√
Selama ini 5-12-2015 Selama ini,
kecelakaan yang
paling mendominasi
di Tol Cipali adalah
faktor kesalahan
manusia (human
eror) dikarenakan
jalan yang lurus dan
panjang sehingga
menyebabkan
pengemudi
mengantuk.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 5 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kasus kecelakaan yang terjadi di
Jalan Tol Cikopo – Palimanan (Cipali) yang menimpa
sebuah mobil Elf di Km 137 Kabupaten Indramayu. Jalan tol
Cipali merupakan jalan tol terpanjang di Indonesia. Panjang
Tol Cipali mencapai 116,75 kilometer yang menghubungkan
daerah Cikopo, Purwakarta dengan Palimanan, Cirebon,
Jawa Barat. Sejak diresmikan Presiden Jokowi 13 Juni 2015,
Tol Cipali menelan 30 kecelakaan, padahal baru10 hari
dioperasikan.
‘selama ini’ pada
kalimat tersebut
merujuk pada sejak
diresmikan Tol Cipali
oleh Presiden Jokowi
pada 13 Juni 2015
sampai tulisan ini
dibuat.
√
Saat itu 30-10-2015 Saat itu, Jokowi
menjanjikan setiap
desa mendapat Rp 1
miliar.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 30 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan janji Jokowi – JK saat kampanye
pilpres tahun 2014, bahwa Jokowi menjanjikan setiap desa
mendapat Rp 1 Miliar.
Penulis menunjukkan bukti bahwa alokasi dana desa sebesar
Rp 47 triliun per desa tidak sesuai dengan janjinya.
‘saat itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
masa pilpres tahun
2014, ketika Jokowi
menjanjikan setiap desa
mendapat Rp 1 Miliar.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. DEIKSIS ENDOFORA
DEIKSIS ENDOFORA
Jenis Deikis Wujud
Deiksis
Kode Data Data Deiksis Konteks Maksud Deiksis Justifikasi Triangulator
(S/TS)
Keterangan
Setuju Tidak Setuju
Anafora
Persona
Persona
pertama
Saya
Persona ketiga
(tunggal)
Ia 8-09-2015 Ia melambaikan
tangan. Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan konferensi pers calon presiden
AS, Donald Trump di Trump Tower pada 3 September 2015.
Trump turun dari podium sambil melambaikan tangan.
‘ia’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
calon Presiden AS,
Donald Trump.
√
Ia 29-09-2015 “Lalu apa respons
Paulson? Apa yang
ia katakan?”
Tuturan ini dikemukakan oleh pewawancara Menteri
keuangan Prancis ketika krisis ekonomi 2008, Christine
Lagarde. Ungkapan ini terdapat dalam tajuk Republika
tanggal 29 September 2015.
Ini berkaitan dengan tanggapan pewawancara terhadap cerita
yang diungkapkan Lagarde bahwa dulu Lagarde pernah
berkata dengan Menkeu Amerika Hank Paulson. ‘Hank kita
menyakisikan tsunami krisis keuangan ini menerjangm tetapi
kamu malah sibuk dengan baju renang apa yang harus kita
pakai’.
‘ia’ pada kalimat
merujuk pada Menteri
Keuangan Amerika
Serikat Hank Paulson.
√
Ia 6-10-2015 Ia bahkan
menantang pers
mendatangi
perusahaan yang
memutuskan kontrak
karyawannya.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 6 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan gelombang PHK yang semakin
meningkat pada bulan September 2015. Namun, sayangnya
Menteri Perindustrian Saleh Husin tidak percaya akan
kejadian itu. Dia bahkan menantang pers mendatangi
perusahaan yang mem-PHK karyawannya.
‘ia’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Menteri Perindustrian
Saleh Husin.
√
Ia 2-12-2015 Ia yakin laju inflasi
secara tahunan pada
2015 akan di bawah
empat persen atau
lebih baik dari target
pemerintah di
APBNP yang dijaga
maksimal sebesar
lima persen.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan laju inflasi bulan November 2015
menduduki angka 0,21 persen, merupakan angka terendah
dalam lima tahun terakhir dan inflasi tahun ke tahun terendah
sepanjang tahun 2015.Sebelum kalimat tersebut muncul,
terdapat klaimat “Menteri Koordinatoir Bidang
Perekonomian Darmin Nasution cukup sumringah dengan
angka inflasi tersebut.”
‘ia’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian
Darmin Nasution.
√
Dia 15-09-2015 Dia meneken
Peraturan Menteri
Perdagangan No
06/M-
DAG/PER/1/2015
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 15 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan aturan tegas yang diambil oleh
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel dalam meneken
penjualan minuman keras dan beralkohol.
‘dia’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Menteri Perdagangan
Rachmat Gobel.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tentang
Pengendalian dan
Pengawasan
terhadap Pengadaan,
Peredaran, dan
Penjualan Minuman
Beralkohol.
Dia 1-10-2015 Dia tegas-tegas
menyebutkan bahwa
isu yang menyebut
Presiden Joko
Widodo akan
meminta maaf
kepada PKI adalah
fitnah.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berita peringatan G-30-S/PKI
tahun 2015 yang mana keturunan korban PKI meminta
pertanggung jawaban dan permintamaafan pada korban PKI.
Isu yang beredar soal rencana Presiden Jokowi meminta maaf
kepada PKI telah dibantah oleh Sekretaris Kabinet Pramono
Anung.
‘dia’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Sekretaris Kabinet
Presiden Jokowi,
Pramono Anung.
√
Dia 30-11-2015 Menurut dia,
seorang pimpinan
KPK harus mampu
bertindak sebagai
komandan, manajer,
dan pelayan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 30 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan akan segera berakhirnya masa
kepimpinan KPK periode 2012 – 2015 pada 16 Desember
2015. Menjelang waktu tersebut, Komisi III DPR RI belum
mempunyai calon pimpinan KPK yang baru.
Penulis menegaskan ungakapan mantan penasihat KPK
Abdullah Hehamahua yang mengingatkan bahwa pimpinan
KPK tidak harus berasal dari instansi tertentu.
‘dia’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
mantan penasihat KPK
Abdullah Hehamahua.
√
Dia 3-12-2015 Dia memilih untuk
mundur dari
jabatannya dengan
alasan tidak bisa
memenuhi target
penerimaan pajak
negara.
Tuturan ini disampaikan redaksi Republika di rubrik tajuk
tanggal 3 Desember 2015.
Tulisan ini terkait dengan keputusan mengejutkan yang
diambil Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi
Pramudito bahwa dia memilih mundur dari jabatannya
karena merasa belumbisa memenuhi target penerimaan pajak
negara. Sampai pada November 2015, penerimaan pajak
negara baru mencapai 65 persen.
‘dia’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Direktur Jendral
(Dirjen) Pajak Sigit
Priadi Pramudito.
√
Dia 11-12-2015 Dia merasa tak ada
gunanya memilih
kepala daerah karena
ujung-ujungnya
hanya untuk
memperkaya diri
pribadi, keluarga,
atau kelompoknya.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 11 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan penyelenggaraan pilkada pada 9
Desember 2015 yang digelar serentak di 264 daerah depalan
di antaranya adalah pikada din tingkat provinsi, sisanya di
kabupaten/kota. Namun, pilkada kali ini terasa tak ada gegap
gempitanya.
Sebelum kalimat ini muncul, dicontohkan bahwa seorang
pedangang sayur di Pasar Petisah, Kota Medan, Sumatera
Utara, Cut Nirmala, mengungkapkan bahwa dia kurang
antusias mencoblos dalam pilkada ini. Penyebabnya adalah
kekecewaan pada sosok calon kepala daerah yang maju.
‘dia’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
pedagang sayur di Pasar
Petisah, Kota Medan,
Sumatera Utara, Cut
Nirmala.
√
Beliau
-nya 7-09-2015 Kehadirannya dalam Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik ‘nya’ pada kalimat √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konferensi pers
kandidat presiden
dari Partai Republik,
Donald Trump, di
Trump Tower, New
York, Amerika
Serikat, Kamis (3/9),
dinilai publik dan
lawan politik sebagai
tindakan yang sangat
tak etis dan
merendahkan
martabat bangsa.
tajuk tanggal 7 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan berita bahwa ketua DPR RI
Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon hadir di konferensi
pers calon presiden AS, Donald Trump pada 3 September
2015 di Amerika Serikat.
Penulis ingin menegaskan bahwa pimpinan DPR tersebut
bertindak di luar etika.
tersebut merujuk pada
pimpinan DPR RI yang
hadir pada konferensi
pers Donald Trump,
yaitu Setya Novanto
dan Fadli Zon.
-nya 16-09-2015 Presiden Joko
Widodo (Jokowi)
dan Wapres Jusuf
Kalla beserta jajaran
menterinya
mempunyai tugas
utama bagaimana
membawa rakyat
lebih sejahtera.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan berita kemiskinan yang
didapatkan dari data BPS bahwa orang miskin di Indonesia
per Maret 2015 mencapai 28,59 juta jiwa.
Penulis mengingatkan bahwa menjadi tugas pemerintah
untuk mengentaskan rakyat dari kemiskinan tersebut.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
jajaran menteri Presiden
Jokowi dan Wapres
Jusuf Kalla.
√
-nya 5-10-2015 Bahkan, hingga saat
ini masih ada jamaah
yang belum jelas
nasibnya.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 5 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan kritikan penulis terhadap
lambatnya sikap pemerintah terhadap bencana haji di Mina.
Sampai tulisan ini dibuat, jamaah yang menjadi korban
tragedi Mina ada yang belum dipastikan kondisinya.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
jamaah-jamaah yang
menjadi korban
bencana Mina.
√
-nya 21-10-2015 Keduanya
mengajukan
pengujian pasal yang
berkaitan degan
pembatasan
keberangkatan haji
satu kali seumur
hidup.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 Oktober 2015.
Tulisan ini berkaitan dengan dikeluarkannya putusan MK
(Mahkamah Konstitusi) akan gugatan terhadap pengujian
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji terhadap UUD 1945.
Keputusan MK dikeluarkan atas gugatan yang diajukan
Sumilatun dan JN Raisal.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Sumilatun dan JN
Raisal, orang yang
menggugat Undang-
Undang Nomor 13
tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan
Ibadah Haji terhadap
UUD 1945.
√
-nya 15-12-2015 Ikut diduga berperan
adalah pengusaha
Muhammad Riza
Chalid
yang hingga kini tak
jelas keberadannya.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk 15 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan kasus pencatutan nama Presiden
Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla akan perpanjangan kontrak
Freeport oleh Ketua DPR Setya Novanto. MKD (Mahkamah
Kehormatan Dewan) sudah memeriksa Menko Polhukam
Luhut Binsar Pandjaitan pada Senin (14/12). Pengusaha
Muhammad Riza Chalid turut menjadi terduga dalam kasus
tersebut.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
pengusaha Muhammad
Riza Chalid.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis menegaskan bahwa hingga tajuk ini ditulis,
keberadaan Riza belum diketahui.
Mereka 21-09-2015 Tentu banyak
pikiran yang
menggelayuti
kontemplasi
mereka.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan masalah yang menghampiri
penyelenggaran haji tahun 2015, mulai dari keterlambatan
visa, sampai hujan badai dan salju yang turun tidak pada
waktunya.
Penulis menyampaikan bahwa peristiwa tersebut cukup
mengguncang keimanan jamaah haji maupun keluarga yang
terkena dampak “permasalahan luar biasa” di Tanah Suci.
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
jamaah haji atau
keluarga yang turut
terkena langsung
dampak dari “peristiwa-
peristiwa luar biasa” di
Tanah Suci pada
penyelenggaraan haji
tahun 2015.
√
Mereka 22-09-2015 Tahukah pemerintah
apa yang mereka
perbuat?
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 22 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kritika penulis terhadap langkah
yang diambil pemerintah dalam pelonggaran aturan
penjualan miras dan minuman beralkohol tahun 2015. Belum
lagi hal tersebut dimasukkan dalam deregulasi pemerintah.
‘mereka’ pada kalimat
tersebut pemerintah
yang tidak segan
melonggarkan aturan
penjualan miras di
Indonesia.
√
Mereka 2-10-2015 Mereka mengaku
punya izin, tetapi
bukan izin
menambang pasir,
melainkan izin
pariwisata.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan pembunuhan aktivis lingkungan
Salim Kancil, oleh para penambang pasir di Desa Selok
Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian,
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Penulis menyampaikan bahwa para penambang mengeruk
pasir di wilayah hutan lindung milik Perhutani. Ternyata tak
ada izin menambang pasir di sana.
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
para penambang pasir
yang mengeruk pasir di
hutan lindung milik
Perhutani di wilayah
Desa Selok Awar-awar,
pesisir pantai selatan
Kecamatan Pasirian,
Kabupaten Lumajang,
Jawa Timur.
√
Mereka 5-11-2015 Tahun ini, mayoritas
jamaah risti yang
berangkat adalah
mereka yang
berusia di bawah 60
tahun dengan
mengidap penyakit
tertentu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 5 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan evaluasi pelaksaan haji 2015
mengenai jamaah haji yang memiliki risiko tinggi (risti).
Pada musim haji 2015, tercatat 95.210 jamaah risti yang
berangkat ke Tanah Suci. Angka tersebut setara dengan 60,90
persen dari total jamaah haji yang berangkat. Jamaah risti
yang diberangkatkan adalah yang berusia di bawah 60 tahun
dengan mengidap penyakit tertentu.
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
mayoritas jamaah risti
(risiko tinggi)
√
Mereka 9-11-2015 Tak hanya itu,
mereka juga harus
displin dan taat bila
pemerintah daerah
merelokasi ke
tempat yang lebih
aman.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 9 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan ancaman bencana longsor yang
terjadi di awal musim penghujan bulan November 2015 ini.
Sejumlah daerah diharapkan mempunyai alat deteksi dini,
supaya meminimalisir korban akibat bencana tersebut.
Penulis menyampaikan pada masyarakat yang tinggal di
kawasan perbukitan dan sekitar aliran sungai perlu
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
masyarakat yang
tinggal di kawasan
perbukitan dan sekitar
aliran sungai yang
menjadi terancam
menjadi korban
bencana longsor.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meningkatkan kewaspadaan.
Mereka 25-11-2015 Mereka menolak
batasan kenaikan
upah minimum
kebupaten/kota
(UMK) 2016 rata-
rata sekitar 11,5
persen.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 25 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berita adanya demonstrasi buruh
pada 24 November 2015 di Pulogadung, Bekasi, Batam, dan
daerah lain. Para buruh melakukan aksi mogok kerja.
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
buruh yang melakukan
aksi mogok kerja pada
24 November 2015 di
Pulogadung, Bekasi,
Batam, dan daerah lain.
√
Mereka 1-12-2015 Selanjutnya, dalam
bahasa PLN,
mereka akan
menikmati listrik
sesuai “mekanisme
penyesuaian tarif”.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan pencabutan subsidi listrik bagi
pelanggan listrik 1.300 Volt Ampere (VA) dan 2.200 VA
yang dilakukan pemerintah lewat PLN secara resmi pada
hari Senin, 1 Desember 2015.
Sebelum kalimat tersebut muncul, telah dijelaskan bahwa
yang akan menikmati “penyesuasian tarif” adalah pelanggan
listrik .300 Volt Ampere (VA) dan 2.200 VA.
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
pelanggan listrik 1.300
Volt Ampere (VA) dan
2.200 VA.
√
Mereka 21-12-2015 Pimpinan baru KPK
harus membuktikan
mereka figur yang
berani memberantas
korupsi hingga ke
akar tanpa pandang
bulu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan terpilihnya lima pimpina baru
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) periode 2015 – 2019
oleh DPR. Lima pimpinan baru tersebut adalah Agus
Raharjo sebagai ketua, Basaria Panjaitan, Alexander
Marwata, Saut Situmorang, serta Laode Muhammad Syarif.
Namun, ICW (Indonesia Corruption Watch) menaruh
keraguan akan kinerja KPK jilid V ini kaena dinilkai hanya
melakukan pencegahan. Lalu, Lembaga Bantuan Hukujm
menantang agar KPK sanggup menangani kasus
megaskandal BLBI. KPK harus memprioritaskan
pemberantasan korupsi di sektor penegakan hukum.
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
pimpinan baru KPK
(Agus Raharjo sebagai
ketua, Basaria
Panjaitan, Alexander
Marwata, Saut
Situmorang, serta
Laode Muhammad
Syarif).
√
Mereka 22-12-2015 Namun, catatan
keberadaan mereka
masih amat minim.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 22 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan putusan pemerintah bahwa Israel
menjadi Negara penerima bebas visa kunjungan ke
Indoneaia. Meko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal
Ramliu menjelaskan bahwa fasilitas bebas visa kunjungan
semata untuk tujuan bisnis. Padahal tidak dapat dipungkri
bahwa tanpa bebas visa pun, sudah ada turis Israel yang
melancong ke nusantara. Pernah ada yang mengabarkan ada
rombongan turis Israel pergi ke Tana Toraja dank e Pantai
Kuta, walaupun jumlah turis ini tidak begitu banyak.
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
turis Israel yang
berkunjung ke
Indonesia.
√
Mereka 23-12-2015 Sebab, warga Israel
juga akan berpikir
ulang untuk
berkunjung ke satu
negara yang
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 23 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan putusan pemerintah untuk
pemberian bebas visa untuk kunjgan ke Negara Indonesia.
Salah satu dari 84 negara, adalah Negara Israel. Selama ini
‘mereka’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
warga Israel.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebagian besar
warga negaranya
menolak kehadiran
mereka.
Israel mendapat kecaman dari mayoritas pendudk Indonesia
karena nasih menduduki wilayah Palestina. Demo-demo
akan banyak dilakukan untuk menolak kebijakan pemerintah
tersebut. Ketika demo-demo dilakukan, maka kunjungan
turis Isreael ke Indonesia pun tidak ada terwujud. Turis Israel
juga pasti akan berpikir kembali8 untuk mendatangi daerah
yang masyarakatnya menolak kehadiran itu.
Bukan Persona
-nya 4-09-2015 Perlambatan laju
pertumbuhan
ekonomi kian terasa
berat dampaknya.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 4 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan kondisi Indonesia yang sedang
mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang melambat
sehingga banyak perusahaan yang terpaksa mem-PHK
karyawannya, dan menimbulkan banyak pengangguran.
Penulis ingin menyampaikan pada pemerintah supaya lekas
mempunyai langkah tegas untuk mengatasi kondisi ini.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
perlambatan laju
pertumbuhan ekonomi.
√
-nya 22-10-2015 Mereka
memfasilitasi sarana
pariwisata di
negaranya sesuai
prinsip Islam:
makanan halal, spa
halal, penyediaan
tempat shalat di
ruang-ruang publik,
dan sebagainya.
Tuturan ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik
tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peluang pasar Muslim begitu besar
yang juga dilirik oleh negara Non-Muslim seperti Jepang,
Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Australia.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
negara negara Non-
Muslim seperti Jepang,
Korea Selatan, Taiwan,
Hong Kong, dan
Australia.
√
-nya 20-11-2015 Indonesia
merupakan salah
satu anggotanya.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 20 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan penyelenggaran APEC (Forum
Kerjasama Ekonomi Asia – Pasifik) di Manila, Filipna pada
Rabu 18 November 2015 dan Kamis 19 November 2015.
Pertemuan ini akan mempertemukan 22 pimpinan
pemrintahan dan negara.
Penulis memberi tahu pada pembaca bahwa anggota APEC
kebanyakan adalah negara yang memiliki garis pantai
Samudra Pasifik.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
APEC (Forum
Kerjasama Ekonomi
Asia – Pasifik).
√
-nya 26-11-2015 Puncak
peringatannya
dilangsungkan di
Istora pada 24
November dan
dihadiri Presiden
Joko Widodo.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 26 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan peringatan Hari Guru, 25
November 2015. Puncak acara peringatan tersebut
dilangsungkan di Istora Senayan Jakarta pada 24 November
2015 dan dihadiri Presiden Joko Widodo. Selain itu,
hanyalah ada upacara sederhana di sekolah-sekolah.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
peringatan Hari Guru,
25 November 2015.
√
-nya 9-12-2015 Karena berbagai
persiapan dari sisi
teknis, biaya, dan
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 9 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan penyelenggaraan pilkada
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
persiapan pemilihan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
alat untuk pemilihan
sudah dilakukan
sejak lama meski
hingga pekan lalu
masih ada satu atau
dua lokasi yang
persiapannya belum
100 persen.
serentak pada 9 Desember 2015. Tahapan pemilihan
bersamaan untuk 269 kepala daerah; 9 tingkat provinsi,30
tingkat kota, dan 224 tingkat kabupaten. Pemerintah, aparat
keamanan dan penyelenggara pilkada sangat optimis
peaksaan pilkada serentakakan berlangsung sesuai dengan
harapan kjarena berbagai persiapan sudah dilakukan sejak
lama. Terdapat satu dua lokasi yang tidak disebutkan dimana
persiapannya belum sampai 100% hingga satu pekan
sebelum pilkada berlangsung.
kepala daerah serentak.
Ini 1-09-2015 Dalam waktu yang
relatif berdekatan,
negara-negara ini
terbelit masalah
yang cukup pelik.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 September 2015 kepada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan krisis ekonomi yang melanda
kawasan Asia Tenggara tahun 2015, seperti Singapura,
Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam.
Penulis ingin memberitahu pada pembaca terkait negara-
negara yang terbelit masalah ekonomi.
Penulis menggunakan kalimat pernyataan karena tujuannya
menginformasikan.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
negara yang terbelit
masalah ekonomi cukup
pelik, yaitu Singapura,
Malaysia, Thailand, dan
Brunei Darussalam.
√
Ini 3-09-2015 Angka ini jauh di
atas ambang bahaya,
yakni 350.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan peristiwa kabut asap yang
melanda Indonesia khususnya pulau Sumatera dan
Kalimantan. Sampai tulisan ini dibuat, kabut asap belum reda
juga.
Penulis ingin menginformasikan bahwa kabut asap sudah
mencapai angka bahaya.
Penulis menyindir pemerintah supaya lekas mempunyai
langkah tegas untuk menangani kasus ini.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
indeks kualitas udara di
Palangkaraya yang
mencapai 628.
√
Ini 10-09-2015 Untuk mendukung
poin ini, peran
pemerintah daerah
akan diperkuat
supaya mampu
melakukan dan
mendukung
percepatan proyek-
proyek strategis.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 10 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan paket kebijakaan yang
dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka mengatasi
masalah ekonomi yang melemah. Pada poin kedua,
pemerintah akan mempercepat proyek strategis nasional
dengan menghilangkan berbagai hambatan, sumbatan, dalam
pelaksanaan serta penyelesaian proyek strategis nasional.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
poin kedua paket
kebijakan, yaitu
pemerintah akan
mempercepat proyek
strategis nasional
dengan menghilangkan
berbagai hambatan,
sumbatan, dalam
pelaksanaan serta
penyelesaian proyek
strategis nasional.
√
Ini 7-10-2015 Aparat pemerintah
juga terkesan
menggantungkan
masalah ini pada
alam dengan
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 7 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan bencana kabut asap yang melanda
Indonesia yang bahkan sudah merambah sampai Malaysia
semenjak pertengahan tahun 2015 yang belum terhenti
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
masalah kabut asap
yang melanda Indonesia
dan bahkan sudah
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berharap hujan
segera turun
sehingga mampu
memadamkan titik
api.
sampai tulisan ini dibuat.
Penulis berharap pada aparat pemerintah supaya jangan
menggantungkan solusi masalah tersebut pada alam, segera
hentikan dengan cara apa pun.
merambah sampai
Malaysia yang belum
terhenti sampai tulisan
ini dibuat.
Ini 12-10-2015 Terlepas dari dua
musibah ini, jamaah
haji Indonesia yang
kini sudah pulang ke
Tanah Air sejatinya
adalah agen dakwah
di lingkungan
masing-masing.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 12 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kepulangan jamaah haji ke
Indonesia pada 12 Oktober 2015. Jamaah haji di Tanah Suci
sudah mengalami berbagai musibah besar.
Penulis menuliskan dua musibah utama yang dialami jamaah
haji, yaitu robohnya crane raksasa di Masjidil Haram dan
peristiwa Mina yang terjadi di Jalan 204 Arab, jamaah
terinjak-injak saat akan melontar jumrah.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
robohnya crane raksasa
di Masjidil Haram dan
peristiwa Mina yang
terjadi di Jalan 204
Arab, jamaah terinjak-
injak saat akan melontar
jumrah.
√
Ini 26-10-2015 Dengan kesepakatan
semacam ini, maka
menembus pasar
ekspor satu negara
akan lebih mudah.
Tuturan tersebut disampaikan oleh redaksi Republika di
rubrik tajuk tanggal 26 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan persaingan produk halal
Indonesia yang masih terbilang kalah dengan negara non-
Muslim seperti Jepang, Malaysia, dan Inggris.
Penulis mengingikan agar pemerintah harus meningkatkan
kesepakatan perdagangan bebas (FTA) dengan berbagai
negara supaya mudah menembus pasa ekspor.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
kalimat ‘pemerintah
harus meningkatkan
kesepakatan
perdagangan bebas
(FTA) dengan berbagai
negara supaya mudah
menembus pasa
ekspor’.
√
Ini 2-11-2015 Kedua ajang ini
tentu menjadi
pertaruhan bagi
bangsa Indonesia di
periode
kepemimpinan yang
baru.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan akan segera diselenggarakannya
ajang olahraga Internasional, yaitu Olimpiade Brasil 2016
dan Asian Games 2018 di Indonesia. Pemimpin baru Komite
Olimpiade Indonesia (KOI) baru saja terpilih untuk periode
2015 – 2019, Erick Thohir.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Olimpiade Brasil 2016
dan Asian Games 2018.
√
Ini 6-11-2015 Peribahasa ini paling
tepat
menggambarkan
kondisi keunagan
negara saat ini.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 6 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan adanya pemberitaan bahwa
pemasukan pajak negara hingga 4 November 2015 mencapai
Rp 774,4 triliun. Capaian ini setara dengan 59,84 persen dari
target Rp 1.294 triliun yang ditetapkan di APBN Perubahan
2015 hingga Desember 2015.
Penulis mengandaikan dengan peribahasa “besar pasak
daripada tiang, lebih besar pengeluaran dari pada
pemasukan”.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
peribahasa “besar pasak
daripada tiang, lebih
besar pengeluaran dari
pada pemasukan”.
√
Ini 28-11-2015 Ini adalah momen
bersejarah karea
untuk pertama
kalinya pilkada
dilakukan secara
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 28 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan penyelenggaran pemilihan kepala
daerah (pilkada) serentak yang akan diselenggarakan 9
Desember 2015. Tercatat ada 269 daerah terdiri atas 9
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
pemilihan kepala daerah
(pilkada) serentak.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersamaan di banyak
daerah pada 9
Desember nanti.
provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten yans serentak memilih
kepala daerah.
Penulis mengungkapkan bahwa baru pertama kalinya
Indonesia menggelar pilkada serentak.
Ini 8-12-2015 Kasus ini juga
bergulir di
Kejaksaan Agung.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 8 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kasus pencatutan nama Presiden
Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla untuk perpanjangan PT
Freeport, yang diduga dilakukan oleh Ketua DPR RI Setya
Novanto seorang politisi Golkar.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
kasus pencatutan nama
Presiden Jokowi dan
Wapres Jusuf Kalla
untuk perpanjangan PT
Freeport, yang diduga
dilakukan oleh Ketua
DPR RI Setya Novanto.
√
Ini 17-12-2015 Pesan ini seharusnya
menjadi model bagi
keseluruhan pejabat
publik di negeri ini.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 17 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan keputusan para anggota MKD
(Majelis Kehormatan Dewan) mengenai kasus Setya
Novanto sebagai Ketua DPR RI saat hadir dalam kasus
pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla
untuk memperpanjang kontrak PT Freeport di Indonesia.
MKD menyatakan bahwa tindakan Setya Novanto
merupakan tindakan yang salah.
Penulis menegaskan bahwa sanksi berat maupun sedang
yang dijatuhkan pada Novanto tetap memberikan pesan
bahwa pejabat publik tidak sepantasanya berhubungan
dengan korporasi yang bukan terkait kewenangan kerjanya.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
pesan MKD (Majelis
Kehormatan Dewan)
bahwa pejabat publik
tidak sepantasanya
berhubungan dengan
korporasi yang bukan
terkait kewenangan
kerjanya.
√
Ini 29-12-2015 Penurunan ini sudah
disampaikan
Kementerian ESDM
sejak medio
Desember.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 29 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan rencana pemerintah pada 5 Januari
2016 akan menurunkan harga Premium dan solar bersubsidi.
Harga premium yang tadinya Rp 7.300 per liter diturunkan
Rp 150 per liter menjadi Rp 7.150. Harga solar diturunkan
Rp 750 per liter dari Rp 6.700 per liter menjadi Rp 5.950.
Penulis menegaskan bahwa Kementerian ESDM sudah
mengumumkan pemberitahuan ini di medio sejak bulan
Desember 2015.
‘ini’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
rencana pemerintah
pada 5 Januari 2016
akan menurunkan harga
Premium dan solar
bersubsidi. Harga
premium yang tadinya
Rp 7.300 per liter
diturunkan Rp 150 per
liter menjadi Rp 7.150.
Harga solar diturunkan
Rp 750 per liter dari Rp
6.700 per liter menjadi
Rp 5.950.
√
Itu 11-09-2015 Karena itu, beresnya
pasokan listrik
berarti membantu
ekonomi tumbuh.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 11 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan ungkapan penulis sebelum kalimat
ini muncul, yaitu listrik menjadi komponen penting di zaman
milenium saat ini.
Penulis menggunakan kalimat pernyataan tersebut karena di
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
kalimat “listrik menjadi
komponen penting di
zaman milenium saat
ini”.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mentawai masih belum penun pasokkan listriknya, belum
lagi tempat transportasi lainnya.
Itu 14-09-2015 Selain itu, agenda
munas juga disebut
akan menentukan
arah kebijakan
politik partai selama
lima tahun ke depan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 14 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan munas ke-4 partai PKS yang
diselenggarakan 14 – 15 September 2015. Agendanya adalah
pengukuhan dan pelantikan pengurus DPP PKS, dan
menentukan arah kebijakan politik sampai tahun 2020.
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
agenda munas yang
sudah disebutkan sebelu
kalimat ini, yaitu
pengukuhan dan
pelantikan pengurus
DPP PKS.
√
Itu 18-09-2015 Mungkin,
kecerdasan dan
bakat Ahmed inilah
yang ditangkap
Obama, Zuckerberg,
maupun astronaut
Kanada itu sebagai
potensi.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 18 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan berita tentang Ahmed
Mohammed, remaja asal Amerika yang membuat jam dan
malah dikira sebagai bom hingga menarik perhatian sejumlah
orang penting di Amerika, yaitu Presiden Barack Obama,
pendiri Facebook Mark Zuckerberg, dan astroanut Kanada
Chris Hadfield. Mereka malah mengagumi kecerdasan yang
dimiliki oleh Ahmed.
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
astronaut Kanada yang
menangkap kecerdasan
Ahmed, yaitu Chris
Hadfield.
√
Itu 19-09-2015 Dan, itu tak boleh
berlama-lama. Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 19 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan bencana kabut asap yang melanda
wilayah Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun
2015.
Penulis berharap agar pemerintah mau menerima bantuan
dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand untuk
membantu meredakan asap, supaya tidak semakin meluas
juga bencana ini.
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
bencana kabut asap di
wilayah Sumatera dan
Kalimantan yang
sampai 19 September
2015 belum juga reda.
√
Itu 26-09-2015 Raja Salman
memerintahkan
membentuk tim
investigasi untuk
menyelidiki lebih
dalam penyebab
peristiwa Mina itu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 26 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peristiwa yang terjadi di Mina,
yang tak kurang sebanyak 717 jamaah wafat dan 863 lainnya
terluka karena terinjak saat dua arus jamaah dari Jalan 204
dan 223 menuju Jamarat bertabrakan pada Kamis, 24
September 2015 pukul 07.30 waktu setempat.
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
peristiwa Mina, yang
tak kurang sebanyak
717 jamaah wafat dan
863 lainnya terluka
karena terinjak saat dua
arus jamaah dari Jalan
204 dan 223 menuju
Jamarat bertabrakan
pada Kamis, 24
September 2015 pukul
07.30 waktu setempat.
√
Itu 17-10-2015 Klub kebanggan
warga Jakarta itu
gagal melenggang ke
final, sementara
musuh bebuyutan
mereka, Persib
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan pergelaran Final Piala Presiden
yang akan digelar di Stadion GBK pada 18 Oktober 2015
antara Persib Bandung melawan Sriwijaya FC. Jakarta
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
klub Persija Jakarta,
atau yang disebut
dengan Jackmania.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bandung, justru
menapak ke
pertandingan
puncak.
merupakan markas tim Jackmania, sebutan bagi pendukung
klub Persija Jakarta, yang juga menjadi musuh dari tim
Persib Bandung.
Itu 31-10-2015 Kita menyambut
baik langkah sigap
polisi yang dengan
cepat meringkus
tersangka yang telah
melakukan aksi teror
di tempat ramai itu.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam
Sutera, Tangerang, Banten pada hari Rabu, 28 Oktober 2015
lalu. Tersangka LWK sudah dirungkus oleh polisi.
Penulis memberi apresiasi pada kinerja polisi yang dengan
cepat menangkap pelaku pengeboman.
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Mal Alam Sutera,
Tangerang, Banten.
Tempat kejadian
pengemboman oleh
LWK pada hari Rabu,
28 Oktober 2015
√
Itu 13-11-2015 Masalahnya, perang
ekonomi kedua
negara itu menyeret-
nyeret negara lain di
kawasan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk pada tanggal 13 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan pidato Gubernur Bank Sentral AS,
the Fed, Jannet Yellen pada 18 September 2015. Yellen
menyebut berulang kali kata “Cina”. Cina memang sedang
mengalami perlemahan ekonomi. Perekonomian Cina
menjadi pemikiran bagi dampaknya terhadap perekonomian
AS.
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
dua negara raksasa
yang sedang ‘perang’
ekonomi, yaitu AS dan
Cina.
√
Itu 21-11-2015 Dan kalaupun
pandangan itu
disampaikan kepada
Presiden, kita
berharap Jokowi tak
menanggapinya.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berita bahwa adanya pendapat dari
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan yang menyatakan
‘wewenang untuk memutuskan apakah seorang terpidana
mati narkoba akan segera dieksekusi atau tidak’. Sebagai
pembantu Presiden, bisa saja dia memberi saran tersebut.
Penulis berharap supaya Presiden tak menanggapi saran dari
Luhut.
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
wewenang untuk
memutuskan apakah
seorang terpidana mati
narkoba akan segera
dieksekusi atau tidak’.
Sebagai pembantu
Presiden, bisa saja dia
memberi saran tersebut.
√
Itu 12-12-2015 Pesta olahraga
terbesar se-Asia itu
akan digelar pada 18
Agustus – 2
September 2018 di
dua kota, Jakarta dan
Palembang.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 12 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan persiapan perhelatan Asian Games
yang akan diselenggarakan pada 18 Agustus – 2 September
2018 di Jakarta dan Palembang. Indonesia akan menjadi tuan
rumah Asian Games ke-18.
Penulis menegaskan bahwa Asian Games akan digelar di
Jakarta dan Palembang.
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Asian Games yang akan
diselenggarakan pada
18 Agustus – 2
September 2018 di
Jakarta dan Palembang.
√
Itu 18-12-2015 Karena itu, tak
mengherankan bila
ada yang
mengistilahkan saat
ini merupakan
eranya Yellen.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 18 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berakhirnya rezim suku bunga nol
persen pada Rabu 16 Desember 2015, Bank Sentral Amerika
Serikat (the Fed) menaikkan suku bunga 25 basis poin
menjadi 0,5 persen setelah delapan tahun terakhir
bertahankan di level hampir nol persen. Janet Yellen yang
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
sejarah baru bagi Bank
Sentral Amerika Serikat
ketika rezim suku
bunga nol persen pada
Rabu 16 Desember
2015 berakhir, the Fed
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan Gubernur perempuan pertama Bank Sentral AS
yang menorehkan rezim tersebut. Dan hingga akhir 2016,
Fed Fund Rate bisa berkahir di level dua persen.
Penulis memuji kemampuan Yellen dalam menaikkan suku
bunga the Fed. Karena hal ini merupakan sejarah baru bagi
Bank Sentral Amerika Serikat.
menaikkan suku bunga
25 basis poin menjadi
0,5 persen.
Itu 30-12-2015 Di sisi lain, sikap
masyarakat yang
tidak terprovokasi
oleh kejadian itu dan
melapor ke
kepolisian patut
diapresiasi.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 30 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan adanya kasus penggunaan
sampul Alquran sebagai bahan baku pembuatan terompet
tahun baru yang beredar di sejumlah toko modern di Kendal,
Blora, Klaten, Demak, Pekalongan, Batang, dan Wonogiri.
Kasus ini diketahui setelah seorang warag yang juga tokoh
agama di kawasan Kebondalem, Kabupaten Kendal,
melaporkan temuan adanya terompet yang terbuat dari
sampul Alquran di salah satu minimarket di Kebondalem
pada hari Minggu, 27 Desember 2015.
Penulis mengapresiasi sikap masyrakat yang melaporkan
kasus tersebut ke polisi, sehingga tidak menimbulkan
provokasi pada tidak adanya sikap toleransi antarumat
beragama.
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
kejadian penggunaan
sampul Alquran sebagai
bahan baku pembuatan
terompet tahun baru
yang beredar di
sejumlah toko modern
di Kendal, Blora,
Klaten, Demak,
Pekalongan, Batang,
dan Wonogiri.
√
Tersebut 5-09-2015 Dari sisi ini saja,
sejatinya kita
memang tak
memerlukan kereta
cepat tersebut.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 5 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan wacana pembangunan kereta
super cepat (high speed train) oleh pemerintah. Namun,
kereta harus transit di beberapa stasiun hanya untuk jarak
Jakarta – Bandung, kereta tak mungkin jalan dengan
kecepatan maksimal.
Penulis ingin menyampaikan bahwa rakyat Indonesia saat ini
belum membutuhkan transportasi jenis itu.
‘tersebut’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
kereta supercepat (high
speed train).
√
Tersebut 7-09-2015 Maka, sangat wajar
jika publik dan
pengamat
mengkritisi langkah
dan tindakan
pimpinan DPR
tersebut.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk pada pembaca tanggal 7 September 2015 pada
pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan kehadiran ketua DPR RI Setya
Novanto dan wakilnya Fadli Zon dalam konferensi pers calon
presiden AS, Donald Trump di Amerika Serikat tanggal 3
September 2015.
Penulis ingin menyampaikan bahwa hendaknya pimpinan
DPR mendengar suara rakyat yang mulai mengkritik
tindakannya yang tak etis itu.
‘tersebut’ merujuk pada
ketua DPR RI Setya
Novanto dan Ketua
DPR RI Fadli Zon yang
menghadiri konferensi
pers Donald Trump di
Amerika Serikat.
√
Tersebut 17-09-2015 Jaminan dari pihak
keamanan untuk
melindungi
pelaksanaan kurban
di wilayah tersebut
menjadi harapan
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 17 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan pembakaran masjid di Tolikara
membuat warga di sana merasa cemas untuk menjalani
ibadah Idul Adha.
Penulis menyampaikan harapannya supaya pihak keamanan
‘tersebut’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Tolikara, Papua, yang
mana daerah itu
terdapat masjid yang
diduga dibakar oleh
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
besar untuk bisa
menjadi kenyataan.
benar-benar melindungi masyarakat di Tolikara dari bahaya
serupa.
umat gereja GIDI.
Tersebut 16-10-2015 Sektor-sektor pada
paket tersebut
disederhanakan dan
disesuaikan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 16 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan berita sampai bulan Oktober 2015 ini
sudah mengeluarkan empat paket kebijakan untuk perbaikan
ekonomi Indonesia. Paket I, merombak aturan deregulasi.
Paket II, langkah prioritas pemerintah untuk pebisnis. Pekat
III, untuk dukungan terhadap daya beli masyarakat dan
gairah sektor keuangan. Dan paket IV, tentang paket
kebijakan ekonomi.
Penulis menekankan bagian paket jilid II bahwa pemerintah
mulai mengambil langkah priorotas.
‘tersebut’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
paket yang dikeluarkan
pemerintah. Paket II,
langkah prioritas
pemerintah untuk
pebisnis.
√
Tersebut 3-11-2015 Pemerintah
seharusnya
mempunyai jalan
keluar yang terbaik
supaya hal tersebut
tidak terulang.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan adanya pemberitaan bahwa
sebelum tahun 2015 pun, masyarakat sudah mengeluhkan
harga beras yang cenderung tinggi.
Penulis memberi masukan pada pemerintah supaya memiliki
jalan keluar agar masalah tersebut tidak terjadi berlama-lama.
‘tersebut’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
permasalahan
masyarakat sudah
mengeluhkan harga
beras yang cenderung
tinggi dalam beberapa
tahun terakhir.
√
Tersebut 11-11-2015 Hingga saat ini,
bantahan yang
disampaikan Menteri
Luar Negeri
Republik Indonesia
Retno LP Marsudi
belum menjadi
jawaban akhir atas
kontroversi
tersebut.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 11 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan adanya kontroversi kehadiran
lembaga lobi yang membantu kunjungan Presiden Republik
Indonesia Joko Widodo ke Amerika Serikat menurut
undangan pada 10 November 2015.
Penulis menegaskan bahwa Menteri Luar Negeri Retno LP
sudah menerima undangan tersebut, namun tindak lanjutnya
tidak dengan meminta bantuan dari lembaga lobi.
‘tersebut’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
kontroversi kehadiran
lembaga lobi yang
membantu kunjungan
Presiden Republik
Indonesia Joko Widodo
ke Amerika Serikat
menurut undangan pada
10 November 2015.
√
Tersebut 16-10-2015 Tak mengherankan
jika akibat serangan
tersebut,
masyarakat Muslim
di Prancis kembali
ketakutan setelah
sebelumnya kerap
menjadi sasaran
kemarahan
masyarakat akibat
penyerangan
kelompok teroris
terhadap kantor
majalah Charlie
Hebdo dan
supermarket Yahudi
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 16 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peristiwa pengemboman yang
terjadi di Paris, Prancis pada Jumat, 13 November 2015
malam waktu setempat. Selama beberapa saat, terdengar
rentetan suara tembakan jenis AK-47 dan ledakan di enam
bagian kota, yaitu, Rue de Charonne, Bulecard Voltaire,
Bataclan Theater, Rue Fontaie du Roi, dan Le Petit
Cambodge. Ratusan orang luka dan tewas akibat kejadian itu.
Diduga tersangka pengemboman adalah ISIS. Isis tersebut
biasanya membawa-bawa nama Islam. Masyarakat menilai
bahwa kaum Islam yang turut bertanggung jawab atas setiap
aksi teror di Prancis. Sebelum peristiwa ini, telah terjadi teror
juga di kantor majalah Charlie Hebdo dan supermarket
Yahudi di Paris pada awal tahun 2015.
‘tersebut’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
peristiwa
pengemboman yang
terjadi di Paris, Prancis
pada Jumat, 13
November 2015 malam
waktu setempat. Selama
beberapa saat, terdengar
rentetan suara tembakan
jenis AK-47 dan
ledakan di enam bagian
kota, yaitu, Rue de
Charonne, Bulecard
Voltaire, Bataclan
Theater, Rue Fontaie du
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di Paris, pada awal
tahun ini.
Roi, dan Le Petit
Cambodge.
Tersebut 31-12-2015 Banyak pula
kejadian positif yang
membesarkan hati
bangsa ini pada
tahun tersebut.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 31 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan momen pergantian tahun 2015
menuju tahun 2016.
Penulis menyampaikan bahwa di tahun 2015 sudah banyak
kejadian positif yang membuat bangsa Indonesia cukup
berbangga, seperti padamnya kabut asap di Sumatera dan
Kalimantan, menteri yang dengan besar hati bersedia
mengundurkan diri karena merasa tidak dapat memenuhi
tanggung jawabnya, dan lain-lain.
‘tersebut’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
tahun 2015.
√
Begitu 28-09-2015 Meski begitu, masih
ada tugas berat yang
harus dituntaskan
PPIH di Arab Saudi.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 28 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan apresiasi yang patut diberikan
kepada PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) yang telah
bersikeras melayani 155.200 jamaah haji. Bukan hal mudah
melayani jamaah sebanyak itu selama 40 hari.
‘begitu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
apresiasi yang patut
diberikan pada PPIH
(Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji) yang telah
bersikeras melayani
155.200 jamaah haji.
√
Begitu 7-11-2015 Dengan begitu,
mereka bisa
memahami dan
mengambil tindakan
jika terjadi kasus di
lapangan.
Tuturan ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik
tajuk tanggal 7 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan keluarnya Surat Edaran Kapolri No
SE/6/X/2015 tanggal 8 Oktober 2015 tentang Penanggungan
Ujaran Kebencian. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti
mengungkapkan bahwa jajaran Polri terutama di bawah perlu
punya panduan bagaimana menangani kasus ujaran
kebencian supaya Polri bisa paham dan mengambil tindakan
yang tepat jik ada kasus kebencian di lapangan.
‘begitu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
ungkapan Kapolri
Jenderal Badrodin Haiti
bahwa jajaran Polri
terutama di bawah perlu
punya panduan
bagaimana menangani
kasus ujaran kebencian.
√
Begitu 18-11-2015 Dengan begitu,
pemerintah akan
memperoleh
pendapatan dari
pajak lain sejalan
dengan tumbuhnya
ekonomi.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 18 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kebijakan pemangkasan pajak
penghasilan (PPh) 21 yang akan dikeluarkan pemerintah.
Menko Perekonomian Perekonomian Darmin Nasution,
rencana pemangkasan PPh 21 merupakan bagian dari paket
kebijakan VII yang menyangkut insentif PPh 21 untuk
karyawan, pertanian, dan investasi.
Penulis berharap agar kebijakan tersebut segera
direalisasikan supaya daya beli masyarakat yang baik akan
membuat ekonomi bisa bergerak.
‘begitu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
kebijakan pemangkasan
pajak PPh 21 tersebut
segera direalisasikan
supaya daya beli
masyarakat yang baik
akan membuat ekonomi
bisa bergerak.
√
Begitu 4-12-2015 Kendati begitu,
pemerintah berupaya
keras untuk menekan
selisih antara
realisasi dan target
penerimaan pajak itu
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 4 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait prediksi pemerintah bahwa realisasi pajak
tahun 2015 mencapai 80 – 82 persen dari target. Maka, tren
shortfall yang terjadi sekitar Rp 224,04 triliun hingga 246,94
triliun.
‘begitu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
tren shortfall pajak
yang nampaknya akan
terus terjadi hingga
akhir tahun 2015.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
agar tak kian
melebar. Penulis menegaskan bahwa pemerintah memprediksi jika
tren shortfall pajak yang nampaknya akan terus terjadi
hingga akhir tahun 2015.
Di situ 12-11-2015 Bila kita mencermati
angka ramalan yang
disampaikan BPS
dalam jumpa pers
pekan lalu,
sebenarnya tidak ada
yang keliru di situ.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan perdebatan antara Wapres Jusuf
Kalla dengan BPS mengenai kenaikan produksi padi tahun
2015 dianggap sulit dipertanggung jawabkan. Pada 2
November 2015, BPS menggelar konferensi pers terkait
produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin
mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik
5,85 persen atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah
kering giling. Angka itu belum memperhitungkan El Nino di
September – Oktober 2015 dan baru memperhitungkan Mei –
Agustus 2015.
Penulis mengganggap bahwa ungkapan kepala BPS tersebut
sudah benar.
‘di situ’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
ungkapan Kepala BPS
saat konferensi pers 2
November 2015 di
kantor BPS, Jakarta.
Kepala BPS, Suryamin
mengungkapkan,
produksi padi tahun ini
diperkirakan naik 5,85
persen atau 4,15 juta
ton menjadi 74,99 juta
ton gabah kering giling.
Angka itu belum
memperhitungkan El
Nino di September –
Oktober 2015 dan baru
memperhitungkan Mei
– Agustus 2015.
√
Di situ 19-11-2015 Ada nama Ketua
DPR Setya Novanto
dan ada nama
Menko Polhukam
Luhut Binsar
Pandjaitan di situ.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 19 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kasus pencatutan nama Presiden
Jokowi untuk meminta bagian saham PT Freeport yang
diduga tersangkut juga nama Ketua DPR RI Setya Novanto
dan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan. Menteri
ESDM Sudirman Said telah menyerahkan transkrip
percakapan dan rekaman suara percakapan yang diduga
melibatkan nama-nama tersebut. Setelah itu giliran Majels
Kehormatan Dewan untuk mengecek semua bukti dengan
objektif.
Penulis berharap supaya MKD dapat bekerja secara bersih
dari kepentingan politik walaupun kelembagaan MKD
sendiri dipilih melalui partai politik.
‘di situ’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
kasus pencatutan nama
Presiden Jokowi untuk
meminta bagian saham
PT Freeport.
√
Katafora
Persona -nya 1-09-2015 Negara Merlion ini
juga harus
kehilangan figur
bapak bangsanya,
Lee Kuan Yew, yang
wafat pertengahan
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 September 2015 kepada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan permasalahan ekonomi yang
dihadapi negara Singapura. Selain itu, bapak bangsa, Lee
Kuan Yew meninggal dunia saat negara ini sedang dilanda
permasalahan ekonomi.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
bapak bangsa negara
Singapura, yaitu Lee
Kuan Yew.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maret lalu. Penulis menggunakan kalimat pernyataan karena tujuaan
untuk menginformasikan pada pembaca.
-nya 18-09-2015 Remaja SMA
McArthur, Irving itu
sempat diborgol, tak
boleh menghubungi
orang tuanya selama
interogasi, dan
berkali-kali pihak
penyidik
menyindirnya
dengan nama
belakangnya:
Mohamed.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 18 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan berita tentang remaja SMA
McArthur, Irving yang diduga tersangka pembuat bom
dengan jam rakitannya, padahal jam itu bukanlah sebuah
bom.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Mohamed. Nama
belakang Ahmed.
√
-nya 21-10-2015 Dalam kaitan
tersebut, kami
menyambut
keputusannya MK
yang menyatakan
penyelenggaraan
ibadah haji perlu
dikelola secara
profesional dan
akuntabel.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 21 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan sambutan yang diberikan oleh
redaksi Republika dengan adanya keputusan MK (Mahkamah
Konstitusi) tentang penyelenggaraan ibadah haji.
Penulis menyampaikan bahwa yang diperlu difokuskan dari
penyelenggaraan haji adalah manajemen yang profesional
dan akuntabel demi pelayaan terbaik.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
MK (Mahkamah
Konstitusi).
√
-nya 17-11-2015 Keduanya adalah
Menko Polhukam
Luhut Pandjaitan
dan Juru Bicara
Kemenlu
Arrmanatha Nasir.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 17 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan persoalan ketegangan batas
wilayah di Laut Cina Selatan yang juga mengusik Indonesia.
Menko Polhukam Luhut Pandjaitan dan Juru Bicara Kemenlu
Arrmanatha Nasir turut mengeluarkan pernyataan cukup
keras soal batas wilayah ini.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Menko Polhukam
Luhut Pandjaitan dan
Juru Bicara Kemenlu
Arrmanatha Nasir.
√
-nya 11-12-2015 Dalam kata
sambutannya,
Presiden Joko
Widodo menegaskan
bahwa korupsi jelas
merugikan keuangan
negara.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 11 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan penyelenggaraan pilkada pada 9
Desember 2015 yang digelar serentak di 264 daerah depalan
di antaranya adalah pikada din tingkat provinsi, sisanya di
kabupaten/kota. Sehari setelah gelaran pilkada, warga dunia
merayakan Hari Antikorupsi Internasional. Di Indonesia,
peringatan Hari Antikorupsi ini dipusatkan di Gedung
Sabuga, Bandung, Jawa Barat. Presiden Jokowi memberi
sambutan dengan penyampaikan bahwa korupsi adalah
tindakan yang merugikan negara.
‘-nya’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Presiden Joko Widodo.
√
Mereka
Persona ketiga Kami 8-09-2015 Pertama, “kami” Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik ‘kami’ pada kalimat √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(jamak: P1 +
P3)
(Trump, Novanto,
dkk), “untuk AS”,
dan bagian di mana
Novanto menjawab
“Yes”.
tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan ungkapan Donald Trump, calon
Presiden AS saat melakukan konferensi pers di Amerika
Serikat dengan dihadiri ketua DPR RI Setya Novanto dan
wakilnya Fadli Zon. Trump mengungkapkan “Kami akan
membuat banyak hal hebat untuk kejayaan Amerika Serikat”.
Penulis mencoba menegaskan arti kata “kami” dengan
membuat tulisan tersebut di tajuk.
tersebut merujuk pada
Trump, Novanto, dkk.
Bukan
Persona
Ini
Itu 2-09-2015 Pekerja, baik itu
buruh maupun
pegawai profesional,
menjadi korban dari
setiap perlambatan
ekonomi.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 September 2015.
Tulisan ini berkaitan dengan PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja) yang sedang terjadi di Indonesia tahun 2015.
Penulis ingin memberi penguatan terhadap berita yang demo
buruh pada tanggal 1 September 2015.
Penulis ingin menyampaikan pada pemerintah agar
memanfaatkan pasar dalam negeri supaya buruh tidak lagi
kerap menjadi korban PHK.
‘itu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
buruh maupun pegawai
profesional.
√
Yakni 3-09-2015 Angka ini jauh di
atas ambang bahaya,
yakni 350.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan peristiwa kabut asap yang
melanda Indonesia khususnya pulau Sumatera dan
Kalimantan. Sampai tulisan ini dibuat, kabut asap belum reda
juga.
Penulis ingin menginformasikan bahwa kabut asap sudah
mencapai angka bahaya.
Penulis menyindir pemerintah supaya lekas mempunyai
langkah tegas untuk menangani kasus ini.
‘yakni’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
rentangan angka
penunjukkan indeks
kualitas udara, yaitu
350 di atas ambang
bahaya.
√
Yakni 1-10-2015 Di sisi lain, anak
keturunan para
korban PKI juga
menuntut, yakni
menuntut
pemerintah meminta
maaf kepada para
korban PKI.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 1 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan peringatan peristiwa G-30-S/PKI
tahun 2015. Para keturunan tokoh PKI menuntut pemerintah
untuk bertanggung jawab dan meminta maaf kepada PKI atas
peristiwa G-30-S/PKI.
Penulis menyampaikan aspirasi korban PKI supaya
pemerintah meminta maaf pada mereka.
‘yakni’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
tunturan keturunan
korban supaya
pemerintah meminta
maaf kepada para
korban PKI.
√
Yakni 15-10-2015 Hingga saat ini,
penggunaan
kalender Hijriyah
masih menyisakan
persoalan perbedaan
hari raya bagi umat
Islam, yakni Idul
Fitri dan Idul Adha.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 15 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan penentuan kalender Hijriyah
bagi umat muslim yang didasarkan pada hijrahnya Rasulullah
SAW dari Makkah ke Madinah. Selanjutnya perhitungan
waktu kalender Hijriah dilakukan dengan mengamati
perputaran bulan mengelilingi bumi. Di Indonesia, penentuan
tanggal hari raya Idul Fitri dan Idul Adha kerap mengalami
perbedaan.
‘yakni’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Idul Fitri dan Idul
Adha.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yakni 19-10-2015 Menurut dia,
dampak menghriup
asap baru akan
terasa dalam jangka
panjang, yakni 5 –
10 tahun mendatang.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 19 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan ujaran Rektor Universitas
Pancasila Wahono Sumaryono, agar masyarakat yang
menjadi korban asap dari kebakaran hutan dan lahan di
Sumatera dan Kalimantan perlu diperiksa kesehatan secara
saksama karena asap tersebut bisa menjadi pemicu kanker.
Dampak pada kesehatan akan dirasa dalam jangka 5 – 10
tahun mendatang.
‘yakni’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
kalimat ‘5 – 10 tahun
mendatang’.
√
Yakni 2-11-2015 Sebagaimana pesan
yang disampaikan
ketua umum baru
seusai didaulat
memimpin KOI,
Erick Thohir
mengatakan, fokus
KOI harus segera
beralih ke persiapan
dua ajang besar
olahraga
internasional, yakni
Olimpiade Brasil
2016 dan Asian
Games 2018 di
Indonesia.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 2 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan akan segera diselenggarakannya
ajang olahraga Internasional, yaitu Olimpiade Brasil 2016
dan Asian Games 2018 di Indonesia. Pemimpin baru Komite
Olimpiade Indonesia (KOI) baru saja terpilih untuk periode
2015 – 2019, Erick Thohir.
‘yakni’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
Olimpiade Brasil 2016
dan Asian Games 2018
di Indonesia.
√
Yakni 3-11-2015 Hujan yang lama
tidak turun juga
menimbulkan
ancaman lain, yakni
krisis pangan,
terutama terkait
dengan produksi
beras.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 3 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan musim panas yang berkepanjangan
di Indonesia tahun 2015 mengakibatkan ancaman krisis
pangan, yaitu padi yang tidak membuahkan hasil dengan
maksimal. Sehingga pemerintah harus mengimpor beras dari
Vietnam.
‘yakni’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
ancaman krisis pangan,
terutama dengan
produksi beras.
√
Yakni 24-11-2015 Rapat belum berani
masuk ke substansi
laporan itu, yakni
dugaan pencatutan
nama Presiden Joko
Widodo dan Wapres
Jusuf Kalla untuk
perpanjangan
kontrak Freeport
Indonesia dan juga
dugaan meminta
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 24 November 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kasus pencatutan nama Presiden
dan Wakil Presiden untuk perpanjangan kontrak PT Freeport.
Penulis menegaskan bahwa hasil rapat pleno MKD belum
menghasilkan apa pun karena tak membahas bukti yang
diserahkan Kementerian ESDM terkait kasus tersebut.
‘yakni’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
dugaan pencatutan
nama Presiden Joko
Widodo dan Wapres
Jusuf Kalla untuk
perpanjangan kontrak
Freeport Indonesia dan
juga dugaan meminta
saham atas nama
keduanya oleh Ketua
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saham atas nama
keduanya oleh Ketua
DPR Setya Novanto.
DPR Setya Novanto.
Yakni 9-12-2015 Hanya dua provinsi
yang tak ikut serta
perhelatan yang
pertama kali
dilaksanakan ini,
yakni DKI Jakarta
dan Aceh.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 9 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini berkaitan dengan penyelenggaraan pilkada
serentak pada 9 Desember 2015. Tahapan pemilihan
bersamaan untuk 269 kepala daerah; 9 tingkat provinsi,30
tingkat kota, dan 224 tingkat kabupaten.
Penulis menegaskan bahwa terdapat dua provinsi yang tak
mengikuti pilkada serentak, yaitu DKI Jakarta dan Aceh.
‘yakni’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
DKI Jakarta dan Aceh
(dua provinsi yang
tidak mengikuti pilkada
serentak).
√
Yakni 14-12-2015 Berdasarkan hasil
penghitungan
sementara, empat
kandidat perempuan
dipastikan terpilih
dan akan duduk di
tiga dewan kota,
yakni dua orang di
Kegubernuran Ihsaa,
lalu masing-masing
satu orang di
Tobouk dan
Makkah.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 14 Desember 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan berakhirnya masa otoriter di Saudi
Arabia dengan diselenggarakannya pemilu legislatif tingkat
kota dengan mengikutsertakan pemilih dan kandidat
perempuan. Empat kandidat perempuan yang terpilih akan
menduduki jabatan di Kegubernuran Ihsaa dan lainnya akan
menduduki jabatan di Tobouk dan Makkah.
Penulis menyampaikan hasil perhitungan sementara
pemilihan legislatif di Saudi.
‘yakni’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
dua orang di
Kegubernuran Ihsaa,
lalu masing-masing satu
orang di Tobouk dan
Makkah.
√
Yaitu 14-09-2015 Terakhir, nama PKS
kembali dikaitkan
dengan urusan
hukum, yaitu ketika
kadernya, Gubernur
Sumatera Utara
Gatot PujoNugroho,
resmi dijadikan
tersangka korupsi
dana bantuan sosial
oleh KPK.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 14 September 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan munas ke-4 yang akan dijalankan
PKS dari 14 – 15 September 2015.
Penulis memberikan contoh pasang surut parta PKS, misal
dengan beberapa kadernya terjerat kasus korupsi.
‘yaitu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
ketika kadernya,
Gubernur Sumatera
Utara Gatot
PujoNugroho, resmi
dijadikan tersangka
korupsi dana bantuan
sosial oleh KPK.
√
Yaitu 27-10-2015 Tolok ukurnya jelas,
yaitu arus investasi
dari AS ke Indonesia
harus bertambah
besar, baik itu
investasi riil maupun
portofolio.
Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik
tajuk tanggal 27 Oktober 2015 pada pembaca.
Tulisan ini terkait dengan kunjungan Presiden Jokowi ke
Amerika Serikat yang akan diterima oleh Barack Obama di
Gedung Putih pada Senin, 3 November 2015. Misi utama
kunjungan tersebut adalah soal ekonomi, yakni bagaimana
memancing lebih banyak korporasi AS menanamkan
modalnya yang riil ke Indonesia.
‘yaitu’ pada kalimat
tersebut merujuk pada
kalimat ‘arus investasi
dari AS ke Indonesia
harus bertambah besar,
baik itu investasi riil
maupun portofolio’.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Elisabet Ani Ayu Senjaya lahir di Bantul,
Yogyakarta, tanggal 9 Juli 1994. Dia mengawali
pendidikan formalnya di Taman Kanak-kanak
Indriasana, Bantul, Yogyakarta pada tahun 2000.
Kemudian dia melanjutkan pendidikan tingkat sekolah
dasar di SD Kanisius Pijenan pada tahun 2001—2007.
Setelah itu, dia melanjutkan studinya di SMP Negeri 1
Pandak, Bantul, Yogyakarta dan tamat pada tahun 2009. Pendidikan tingkat
menengah atas ditempuhnya di SMA Negeri 3 Bantul, Yogyakarta pada tahun
2010—2012. Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, dia
melanjutkan studinya di perguruan tinggi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Masa
pendidikan S1 berakhir pada tahun 2016 dengan menyelesaikan skripsi yang
berjudul Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi
September—Desember 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI