fenomena deiksis pada rubrik tajuk di harian

244
FENOMENA DEIKSIS PADA RUBRIK TAJUK DI HARIAN REPUBLIKA EDISI SEPTEMBERDESEMBER 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Elisabet Ani Ayu Senjaya NIM: 121224061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: khangminh22

Post on 22-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FENOMENA DEIKSIS PADA RUBRIK TAJUK

DI HARIAN REPUBLIKA

EDISI SEPTEMBER—DESEMBER 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Elisabet Ani Ayu Senjaya

NIM: 121224061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i

FENOMENA DEIKSIS PADA RUBRIK TAJUK

DI HARIAN REPUBLIKA

EDISI SEPTEMBER—DESEMBER 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Elisabet Ani Ayu Senjaya

NIM: 121224061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

MOTO

Sejatinya, tidak akan ada halaman ke seribu jika bukan kamu sendiri yang

mengawali halaman pertama.

(Elisabet Ani Ayu Senjaya)

You can do all things.

(Philipppians 4: 13)

Jangan mencari ketakutanmu melainkan carilah harapan dan mimpimu. Jangan

berpikir tentang frustrasimu, tapi tentang potensi yang belum terpenuhi.

Perhatikan dirimu bukan dengan apa yang telah kamu coba dan gagal, tapi

dengan apa yang masih mungkin bagimu untuk melakukan sesuatu.

(Paus Yohanes XXIII)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberi berkat-Nya.

2. Ayahku, Alm. Augustinus Mardio yang selalu mendoakan putrimu ini dari

surga.

3. Ibu Florentina Sulistiyani yang tak pernah lelah berjuang demi memberi

dorongan moral maupun materiil sampai saat ini dengan penuh cinta kasih.

4. Kakakku Yohanes Chrisostomus Adi Darma Senjaya yang selalu memberi

semangat dan doa.

5. Fransiska Xaveria Sukirah, nenekku yang selalu memberi motivasi dan doa

demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Para sahabatku yang saling memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Mei 2016

Penulis

Elisabet Ani Ayu Senjaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Elisabet Ani Ayu Senjaya

Nomor Induk Mahasiswa : 121224061

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

FENOMENA DEIKSIS PADA RUBRIK TAJUK

DI HARIAN REPUBLIKA

EDISI SEPTEMBER—DESEMBER 2015

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 24 Mei 2016

Elisabet Ani Ayu Senjaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

Senjaya, Elisabet Ani Ayu. 2016. Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk

di Harian Republika Edisi September–Desember 2015. Skripsi.

Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas deiksis pada rubrik tajuk di harian Republika

edisi September–Desember 2015. Tujuan penelitian ini adalah: 1)

mendeskripsikan wujud fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika edisi

September–Desember 2015, dan 2) mendeskripsikan maksud fenomena deiksis

pada rubrik tajuk Republika edisi September–Desember 2015. Teori-teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori deiksis yang dikemukakan oleh Purwo

(1984), yakni deiksis eksofora dan endofora.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data

penelitian ini adalah tajuk pada Harian Republika edisi September–Desember

2015. Data penelitian ini berupa kalimat tertulis yang terdapat dalam tajuk

Republika yang muncul setiap hari Senin–Sabtu pada kalimat yang mengandung

deiksis. Peneliti menggunakan metode simak dengan teknik sadap, simak bebas

libat cakap, dan catat. Penelitian ini dianalisis menggunakan metode padan.

Hasil penelitian ini adalah pertama, wujud deiksis dari data tajuk

Republika edisi September–Desember 2015. Peneliti menemukan dua wujud

utama deiksis, yaitu deiksis eksofora dan deiksis endofora. Ditemukan 175

kemunculan deiksis yang terdiri dari 88 deiksis eksofora dan 87 deiksis endofora.

Deiksis eksofora; 1) 25 deiksis persona, 2) 13 deiksis ruang, dan 3) 50 deiksis

waktu. Deiksis endofora meliputi, 1) 67 deiksis anafora dan 2) 20 deiksis katafora.

Kedua, peneliti menemukan enam belas maksud deiksis, yaitu rujukan di luar teks

(eksofora) dan rujukan dalam teks (endofora). Maksud deiksis eksofora terdiri

dari, 1) rujukan persona pertama, 2) rujukan persona kedua tunggal, 3) rujukan

persona ketiga, 4) rujukan persona jamak eksklusif, 5) rujukan persona jamak

inklusif, 6) rujukan ruang demonstratif, 7) rujukan ruang lokatif, 8) waktu rujukan

hari, 9) waktu rujukan minggu, 10) waktu rujukan bulan, 11) waktu rujukan tahun,

12) waktu rujukan suatu masa. Maksud deiksis endofora meliputi, 1) rujukan

anafora persona, 2) rujukan anafora bukan persona, 3) rujukan katafora persona,

dan 4) rujukan katafora bukan persona.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRACT

Senjaya, Elisabet Ani Ayu. 2016. The Phenomenon of Deixis in the Editorial

Rubric of The Republika Newspaper on September—December 2015

Edition. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma

University.

This research discusses deixis of editorial rubric in Republika newspaper

on September—December 2015 edition. The objectives of this study are: 1)

describing the deixis phenomenon form of editorial rubric in Republika newspaper

on September—December 2015, and 2) describing the purpose of deixis

phenomenon of editorial rubric in Republika newspaper on September—

December 2015 edition. The teory which is explained by Purwo (1984) including

exophora and endophora deixis.

This study is a qualitative descriptive study. The data source of this study

is the editorial rubric of Republika Newspaper on September—December 2015.

The data of this study is written sentences found in the editorial rubric of

Republika every Monday to Saturday in sentences which consist of deixis. The

researcher user a method of simak with sadap, simak bebas libat cakap, and catat

technique. This study is analyzed using padan method.

The result of this study are: first, the deixis form of editorial rubric in

Republika newspaper on September—December 2015 edition. Researcher found

two deixis main forms of deixis, which are exophora and endophora deixis. There

are 175 deixis appearances consisting of 88 exophora deixis and 87 endophora

deixis. Exophora deixis includes 25 personal deixis, 13 spatial deixis, and 50

temporal deixis. Endofora deixis includes 67 anaphora deixis and 20 cataphora

deixis. Second, researcher finds sixteen purposes of deixis, namely reference from

out of the text (exophoric) and reference inside the text (endophoric). The

purposes exophora deixis are listed as, 1) first person reference, 2) second singular

person reference, 3) third person references, 4) exclusive plural person references,

5) inclusive plural person references, 6) demonstrative space reference, 7) locative

space reference, 8) day of time reference, 9) week of time reference, 10) month of

time reference, 11) year of time reference, 12) period of time reference. The

purposes endophora deixis consist of, 1) personal anaphoric reference, 2) non-

personal anaphoric reference, 3) personal cataphoric reference, and 4) non-

personal cataphoric reference.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

sehingga dengan berkat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi

September–Desember 2015 ini dengan baik. Sebagaimana disyaratkan dalam

Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD)

Yogyakarta, penyelesaian skirpsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia.

Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi

ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma dan

selaku dosen pembimbing yang dengan perhatian dan kesabaran,

membimbing, memotivasi, dan memberi berbagai masukan yang sangat

berharga bagi penulis mulai dari awal hingga akhirnya penulis

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Drs. St. Kartono, M.Hum., selaku triangulator yang bersedia meluangkan

waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang

dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan,

bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah

sampai selesai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

6. Bapak Robertus Marsidiq sebagai karyawan sekretariat PBSI yang selalu

sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam

menyelesaikan kuliah di PBSI sampai penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tua, Alm. Bapak Augustinus Mardio dan Ibu Florentina

Sulistiyani yang telah memberi cinta, doa, dan dukungan baik secara moral

maupun material bagi penulis selama menjalani masa kuliah sampai

selesai ini.

8. Kakakku, Yohanes Chrisostomus Adi Darma Senjaya yang sudah

memberikan dukungan, doa, dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi

ini.

9. Didi Setiadi, Yuhacim Titto Setyo Budiharjo, Teresia Noberti, dan Reni

Damayanti teman ‘sepayung’ dan seperjuangan yang sudah bersama-sama

berjuang untuk menyelesaikan skirpsi ini.

10. Teman-teman Kapoer Toelis, khususnya Hendra Sigalingging, Vivi

Damayanti, Viviyanti Dyah Pangesti, Fhaustina Siti Kotijah, Maria Ani

Marini, Wilvridus Yolesa Rosando, Fajar Nurrahman, Yohanes Krista,

Maria Rezti Dafrida yang selalu menemani, memberikan semangat, doa,

bimbingan, dan inspirasi kepada penulis untuk terus mengerjakan skripsi

ini hingga selesai.

11. Melyda Agustini Rahman, Dominico Sarwijaya Saputra, Marta Susanti,

Clara Violeta Levinia Stara, Agnes Dwi Kurnia Sari, Ambrosius Cahya,

Winda Tri Utami, Aprilia Dini Pratiwi, Lucia Winda Cesari, Meilinda

Ayu Dewantari, Mas Agus, dan Haniah Hamidah yang selalu memberikan

doa, semangat, bantuan, dan perhatian kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI)

angkatan 2012 kelas A–C yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Terima kasih atas dinamika belajar yang pernah kita lalui mulai dari awal

perkuliahan sampai penulis selesai menyelesaikan tugas akhir ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

Penulis menyadari bahwa ada banyak pihak lainnya yang dengan berbagai

cara telah membantu dan mendukung penulis dalam keseluruhan proses

pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini. Tanpa mengurangi rasa

hormat kepada berbagai pihak tersebut yang namanya tidak sempat disebutkan

satu per satu di dalam tulisan ini, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Walaupun demikian, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 24 Mei 2016

Penulis

Elisabet Ani Ayu Senjaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

HALAMAN MOTO ..................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi

LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK .................. vii

ABSTRAK .................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xiii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xvi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

1.5 Batasan Istilah ............................................................................... 7

1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 10

2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................ 10

2.2 Kajian Teori ................................................................................... 13

2.2.1 Pragmatik ....................................................................................... 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

2.2.2 Konteks .......................................................................................... 16

2.2.3 Fenomena Pragmatik ..................................................................... 17

2.2.3.1 Praanggapan................................................................................... 17

2.2.3.2 Implikatur Percakapan ................................................................... 19

2.2.3.3 Tindak Ujaran ................................................................................ 20

2.2.3.4 Deiksis ........................................................................................... 21

2.2.4 Deiksis sebagai Fenomena Pragmatik ........................................... 22

2.2.4.1 Deiksis Luar — Tuturan (Eksofora) .............................................. 25

2.2.4.1.1 Deiksis Persona ............................................................................. 25

2.2.4.1.2 Deiksis Ruang ................................................................................ 27

2.2.4.1.3 Deiksis Waktu ............................................................................... 28

2.2.4.2 Deiksis dalam — Tuturan (Endofora) .......................................... 29

2.2.5 Maksud dalam Pragmatik .............................................................. 31

2.2.6 Tajuk .............................................................................................. 32

2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 36

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 36

3.2 Data dan Sumber Data ................................................................... 37

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................ 37

3.4 Instrumen Penelitian ...................................................................... 39

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ................................................. 40

3.5 Triangulasi Hasil Analisis Data ..................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 42

4.1 Deskripsi Data ............................................................................... 42

4.2 Hasil Analisis Data ........................................................................ 46

4.2.1 Wujud Deiksis dalam Tajuk Republika ......................................... 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

4.2.1.1 Deiksis Luar Tuturan (Eksofora) ................................................... 47

4.2.1.1.1 Deiksis Persona ............................................................................. 48

4.2.1.1.2 Deiksis Ruang ................................................................................ 63

4.2.1.1.3 Deiksis Waktu ............................................................................... 72

4.2.1.2 Deiksis dalam Tuturan (Endofora) ................................................ 102

4.2.1.2.1 Deiksis Anafora ............................................................................. 102

4.2.1.2.2 Deiksis Katafora ............................................................................ 126

4.2.2 Maksud Deiksis dalam Tajuk Republika ...................................... 136

4.2.2.1 Maksud Deiksis Luar Tuturan (Eksofora) ..................................... 137

4.2.2.1.1 Deiksis Persona ............................................................................. 137

4.2.2.1.2 Deiksis Ruang atau Tempat ........................................................... 144

4.2.2.1.3 Deiksis Waktu ............................................................................... 147

4.2.2.2 Maksud Deiksis dalam Tuturan (Endofora) .................................. 154

4.2.2.2.1 Deiksis Anafora ............................................................................. 154

4.2.2.2.2 Deiksis Katafora ............................................................................ 156

4.3 Pembahasan ................................................................................... 160

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 180

5.1 Simpulan ........................................................................................ 180

5.2 Saran .............................................................................................. 181

5.2.1 Bagi Pelajar dan Mahasiswa .......................................................... 181

5.2.2 Bagi Guru/dosen ............................................................................ 182

5.2.3 Bagi Peneliti Lanjutan ................................................................... 182

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................. 183

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR BAGAN

Halaman.

Bagan 1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman.

Tabel 1 Jumlah Data Tuturan Berdasarkan Jenis-jenis Deiksis ....................... 43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

Peneliti menyampaikan hal-hal berikut dalam bab pendahuluan ini, antara

lain (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat

penelitian, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika penulisan. Uraian secara

lengkap bagian pendahuluan dipaparkan berikut ini.

1.1 Latar Belakang

Kridalaksana (1983) dalam (Chaer, 2012: 31–33) mendefinisikan bahwa

bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

mengidentifikasi diri. Sifat hakiki dari bahasa yaitu bahasa itu adalah sebuah

sistem, bahasa itu berwujud lambang, bahasa itu berupa bunyi, bahasa itu bersifat

arbitrer, bahasa itu bermakna, bahasa itu bersifat konvensional, bahasa itu bersifat

unik, bahasa itu bersifat universal, bahasa itu bersifat produktif, bahasa itu

bervariasi, bahasa itu bersifat dinamis, bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi

sosial, dan bahasa itu merupakan identitas penuturnya. Sebagai objek kajian

linguistik, parole merupakan objek konkret kajian bahasa yang dapat diobservasi

karena parole itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari

suatu masyarakat bahasa.

Cabang ilmu bahasa salah satunya adalah pragmatik. Pragmatik adalah

telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup di dalam teori semantik,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

maksudnya adalah pragmatik menelaah makna tuturan (utterance), sedangkan

semantik menelaah makna kalimat (sentence). Kalimat adalah maujud (entities)

abstrak seperti yang didefinisikan di dalam teori bahasa, dan tuturan adalah

pengujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya. Dengan demikian, semantik

menggeluti makna kata atau klausa, tetapi makna yang bebas konteks (context-

independent), makna yang stabil, sedangkan pragmatik menggumuli makna yang

terikat konteks (context-dependent). Upaya menyusun teori bahasa harus

mendasarkan konteks yang melingkupi penggunaan pada komunikasi interaksi

antara si pembicara dan si lawan bicara (Purwo, 1990: 16)

Bambang Kaswanti Purwo (1990: 17–20) menerangkan bahwa bidang

kajian ilmu pragmatik antara lain praanggapan, implikatur, tindak ujaran, dan

deiksis. Saat seseorang mengungkapkan gagasan atau argumennya terhadap

kejadian yang ada di masyarakat melalui tuturan, baik dalam tulisan maupun lisan

biasanya pada tulisan itu terdapat beberapa kata ganti yang bermacam-macam.

Kata ganti itu sebenarnya mempunyai acuan atau rujukkan yang berubah-ubah

sesuai situasi tuturan. Hal inilah yang dapat dikenal dengan fenomena deiksis.

Deiksis adalah hal atau fungsi menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata yang

mengacu kepada persona, waktu, dan tempat suatu tuturan (KBBI edisi ketiga,

2005: 245). Deiksis memiliki peranan sangat penting dalam menentukan variasi

kata ganti yang terdapat dalam suatu tulisan. Selain itu, deiksis ini penting untuk

dikaji karena tingkat keberhasilan suatu interaksi dalam masyarakat bahasa salah

satunya dipengaruhi pemahaman terhadap kata deiktis itu. Deiksis sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

dipengaruhi oleh konteks yang dapat membangun situasi dan kondisi antara

penutur dan lawan tuturnya.

Deiksis dalam bahasa Indonesia tidak hanya digunakan dalam kehidupan

sehari-hari oleh masyarakat umum ataupun ahli bahasa, tetapi deiksis dalam

bahasa Indonesia dapat ditemukan pada harian Republika khususnya pada bagian

tajuk. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan suatu penelitian dengan judul

“Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi September–

Desember 2015”. Penelitian fenomena deiksis pada tajuk harian Republika ini

sangat menarik karena tajuk merupakan sarana lembaga pers untuk

menyampaikan argumennya terhadap suatu permasalahan aktual. Peneliti memilih

objek penelitian di harian Republika karena harian Republika merupakan media

masa nasional. Surat kabar bertaraf nasional ini pasti pembacanya adalah seluruh

masyarakat Indonesia.

Republika adalah sebuah koran nasional yang lahir dari kalangan

komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Republika berdiri sejak 1992 dan

pertama kali menerbitkan koran pada 1993 oleh Yayasan Abdi Bangsa dan

didukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Kini harian

Republika diterbitkan oleh PT Republika Media Mandiri dan menjadi harian

umum. Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi presiden dan seiring dengan surutnya

kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada

akhir tahun 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka

Media. PT Abdi Bangsa kemudian menjadi perusahaan induk, dan Republika

berada di bawah bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

perusahaan PT Abdi Bangsa. Di bawah bendera Mahaka Media, kelompok ini

juga menerbitkan Majalah Golf Digest Indonesia, Majalah Parents Indonesia,

stasiun radio Jak FM, Gen FM, Delta FM, FeMale Radio, Prambors, Jak tv, dan

Alif TV. Meski berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi

maupun misi. Namun, ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya.

Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih kuat. Di samping itu,

Republika juga mempunyai portal berita yang diberi nama Republika Online

(ROL). ROL hadir sejak 17 Agustus 1995. ROL adalah portal berita yang

menyajikan informasi melalui teks, audio dan video berdasar teknologi

hipermedia dan hiperteks. ROL hadir dalam dua bahasa yakni Inggris dan

Indonesia. Pada harian Republika terdapat bagian tajuk yang penulisannya

menggunakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat secara umum. Salah satu

penggunaan bahasa yang digunakan adalah deiksis.

Contoh:

“Belitan masalah bangsa ini tengah begitu kuat (Republika, 8 Oktober

2015)”

Pada cuplikan kalimat tersebut konteksnya adalah harian Republika

merupakan media masa nasional Indonesia yang cakupan edarannya adalah

wilayah-wilayah di Indonesia. Tajuk tersebut sifatnya memberi interpretasi

terhadap berita kabinet kerja Jokowi. Kata “ini” pada cuplikan kalimat di atas

merupakan kata deiktis yang merujuk pada “Indonesia”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Peneliti mengambil topik fenomena deiksis pada surat kabar ini karena

penelitian yang berkaitan dengan deiksis masih belum banyak diteliti dalam kajian

pragmatik. Selain itu, deiksis penting digunakan dalam kaitannya dengan

penulisan pada surat kabar. Penulisan pada surat kabar biasanya menggunakan

deiksis supaya tulisan yang dihasilkan tidak monoton atau bervariasi. Tulisan

pada harian Republika khususnya pada bagian rubrik tajuk memuat banyak deiksis

yang dituliskan oleh penulis. Jadi, penggunaan deiksis dalam harian Republika

harus dipelajari dan dipahami agar penujukkan secara langsung mengenai suatu

obyek mampu dipahami dengan baik oleh pembaca meskipun referensinya

berubah-ubah. Pada harian Republika bagian rubrik tajuk, deiksis berkaitan

dengan bahasa khususnya pragmatik sehingga penelitian fenomena deiksis pada

rubrik tajuk harian Republika sebagai surat kabar nasional ini menarik untuk

diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, masalah umum penelitian ini

adalah bagaimanakah fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika edisi

September–Desember 2015? Masalah umum ini kemudian dirinci dalam dua sub

masalah berikut ini.

1) Apa sajakah wujud fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika

edisi September–Desember 2015?

2) Apa sajakah maksud fenomena deiksis pada rubrik tajuk di harian

Republika edisi September–Desember 2015?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan, tujuan penelitian

secara umum ini adalah mendeskripsikan tentang fenomena deiksis pada rubrik

tajuk di harian Republika edisi September–Desember 2015. Secara khusus, tujuan

penelitian ini dirinci sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan wujud fenomena deiksis pada rubrik tajuk di harian

Republika edisi September–Desember 2015.

2) Mendeskripsikan maksud fenomena deiksis pada rubrik tajuk di harian

Republika edisi September–Desember 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika edisi

September–Desember 2015 ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang

memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan

penelitian ini.

1) Manfaat Teoretis

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat

memperkaya kajian dan memperkaya khasanah teoretis tentang deiksis dalam

berbahasa Indonesia sebagai fenomena pragmatik yang baru khususnya pada tajuk

rencana sebuah surat kabar.

2) Manfaat Praktis

Penelitian deiksis berbahasa Indonesia ini juga diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi peneliti sendiri, bagi guru atau praktisi bidang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

pendidikan, dan bagi redaksional sebuah surat kabar. Bagi peneliti sendiri sebagai

penutur bahasa Indonesia, penelitian ini dapat membuat peneliti lebih jeli ketika

menggunakan kata deiktis supaya lawan tutur bisa memahami maksud penutur.

Selanjutnya bagi guru atau praktisi bidang pendidikan, diharapkan penelitian ini

dapat memberikan pemahaman baru kepada praktisi pendidikan untuk lebih

memerhatikan penjelasan maksud deiksis dalam sebuah tulisan terlebih pada surat

kabar ketika digunakan dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar dan

memberikan masukan untuk mengembangkan ilmu pragmatik dengan penelitian

yang berbeda. Bagi redaksional sebuah media masa terlebih media masa nasional,

penelitian ini dapat digunakan sebagai pemahaman baru untuk menuliskan kata

deiktis yang bervariasi dengan maksud yang jelas disesuaikan dengan konteks

supaya pembaca dapat memahami isi tulisan dalam media masa itu.

1.5 Batasan Istilah

Beberapa istilah yang perlu diberi batasan pada penelitian ini adalah:

1) Pragmatik

Pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan

konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga

tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya (Levinson, 1983: 9).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

2) Konteks

Konteks tuturan dapat diartikan sebagai latar belakang pengetahuan

(background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami

bersama oleh mitra tutur atas apa yang dimaksud oleh si penutur itu di dalam

keseluruhan proses bertutur (Rahardi, 2003: 20).

3) Deiksis

Deiksis adalah istilah yang berasal dari kata Yunani deiktikos yang berarti

“hal penunjukan secara langsung”. Sebuah kata dikatakan bersifat deiktis apabila

referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat

dituturkannya kata itu (Purwo, 1984: 1).

4) Maksud

Maksud dalam Pragmatik adalah makna yang bersifat triadik (triadic

meaning) yang perlu menyangkutkan dengan konteks situasi masyarakat dan

kebudayaan tertentu yang menjadi wadahnya (Rahardi, 2003: 16–17).

5) Tajuk

Tajuk rencana atau tajuk adalah opini redaksi berisi aspirasi, pendapat, dan

sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual, dan atau

kontroversial yang terdapat dalam masyarakat (Sumadiria, 2004: 83).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I akan

diuraikan tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penulisan.

Bab II berisi kajian pustaka yang terdiri dari penelitian yang relevan, landasan

teori, dan kerangka berpikir. Bab III berisi tentang metode penelitian, yang terdiri

dari jenis penelitian, sumber data dan data, metode dan teknik pengumpulan data,

metode dan teknik analisis data, dan triangulasi data. Bab IV berisi hasil

penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi data, analisis, dan

pembahasan. Bab V berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan beberapa hal, yakni 1) penelitian yang relevan,

2) kajian teori, dan 3) kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang

tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti yang lain.

Kajian teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis

dari penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, fenomena pragmatik,

deiksis sebagai ruang lingkup pragmatik, jenis-jenis deiksis, maksud dalam

pragmatik, dan tajuk. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang

berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab

rumusan masalah.

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang deiksis pada rubrik tajuk harian Republika sejauh yang

diketahui oleh penulis, belum pernah dilakukan. Dalam bagian ini akan diuraikan

dua penelitian terdahulu yang relevan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Erlina

Dwi Octavia Sari (2011) dan Yudia Siska Anggraini (2014).

Sari, Erlina Dwi Octavia (2011) dalam skripsinya yang berjudul Deiksis

Sosial dalam Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas Edisi Desember–

Januari 2010/2011. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mendeskripsikan

bentuk-bentuk deiksis sosial dalam Tajuk Rencana surat kabar harian Kompas

edisi Desember—Januari 2010/2011, 2) mendeskripsikan kategorisasi deiksis

sosial dalam Tajuk Rencana surat kabar harian Kompas edisi Desember–Januari

2010/2011. Jenis dan strategi penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah deiksis sosial yang terdapat dalam

Tajuk Rencana, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Tajuk Rencana surat

kabar harian Kompas edisi Desember–Januari 2010/2011. Sumber data dalam

penelitian ini adalah Tajuk Rencana dalam surat kabar harian Kompas edisi

Desember–Januari 2010/2011. Teknik instrumen dan pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan teknik simak, teknik simak bebas libat cakap, dan

teknik catat. Keabsahan data penelitian ini menggunakan validitas data jenis

triangulasi teoretis.

Hasil dari penelitian tersebut dapat disimpukan bahwa bentuk-bentuk

deiksis sosial dalam tajuk rencana surat kabar harian Kompas edisi Desember–

Januari 2010/2011, dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) bentuk honorifiks

(berupa jabatan: presiden, menteri, ketua, kepala badan, gubernur, dan direktur;

berupa gelar, berupa profesi, dan berupa julukan), (2) bentuk eufemisme (berupa

makna positif atau baik, dan makna negatif atau tidak baik), dan kategorisasi

deiksis sosial dalam Tajuk Rencana surat kabar Kompas edisi Desember–Januari

2010/2011, dibagi menjadi dua, yaitu katergorisasi deiksis sosial berupa kata, dan

kategorisasi deiksis sosial berupa frase.

Anggraini, Yudia Siska (2014) dengan skripsinya yang berjudul Deiksis

Dalam Rubrik Tajuk Surat Kabar Haluan. Tujuan dari penelitian ini adalah

mendeskripsikan macam-macam deiksis yang digunakan dalam rubrik tajuk surat

kabar Haluan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

menggunakan prosedur analisis statistik. Metode deskriptif bertujuan untuk

mendeskripsikan deiksis dan jenis-jenis dalam rubrik tajuk.

Hasil penelitiannya adalah deiksis orang yang ditemukan dalam rubrik

tajuk surat kabar Haluan yang terbit tanggal 11, 17, 19, 21, 24, 26, 28, 29 Oktober

dan 2 November 2013 tersebut beberapa di antaranya: Emma Yohanna, Wahyu

Iramana, Mahyeldi, Januardi Sumka, Ibrahim, Asnawi, Surya, Mawardi Nur,

Syamsuar, M. Ichlas El Qudsi, Yefri Hendri, Indra Dwipa, Emzalmi, Nardi

Gusman, James, Maigus, Kandris, Armalis, Desri Ayunda, dia, mereka, kita, SBY,

Megawati, Tubagus Chaeri Wardana, Susi, Atut, -nya, Anas, Andi, dan lain

sebagainya. Deiksis tempat yang ditemukan dalam rubrik tajuk surat kabar

Haluan yang terbit tanggal 11, 17, 19, 21, 24, 26, 28, 29 Oktober dan 2 November

2013 tersebut beberapa di antaranya: di Banten, di Jabar, pasar, sekolah, danau,

Sulawesi Selatan, Jakarta, Padang, pantai, universitas, di wilayah Sumatera

Barat, Pariaman, masjid, rumah, di daerah hulu, di kawasan bungus, di dalam

hidup ini, di daerah Air Putih, Riau, ke perkampungan, dan sebagainya. Deiksis

waktu yang ditemukan dalam rubrik tajuk surat kabar Haluan yang terbit tanggal

11, 17, 19, 21, 24, 26, 28, 29 Oktober, dan 2 November 2013 tersebut beberapa di

antaranya: pada Sabtu 19/10, sejak pertengahan bulan Oktober ini, saat itu, nanti,

kini, selama empat jam lebih, ketika, akhir tahun, Minggu, mulai tahun besok,

dulu, selama ini dan sebagainya. Deiksis wacana yang ditemukan dalam rubrik

tajuk surat kabar Haluan yang terbit tanggal 11, 17, 19, 21, 24, 26, 28, 29 Oktober

dan 2 November 2013 tersebut di antaranya: tersebut, ini, dia, mereka, -nya,

inilah, begitu dan beginilah. Deiksis sosial yang ditemukan dalam rubrik tajuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

surat kabar Haluan yang terbit tanggal 11, 17, 19, 21, 24, 26, 28, 29 Oktober dan

2 November 2013 tersebut beberapa di antaranya: presiden, menteri, gubernur,

bupati, pedagang, wisatawan, pengunjung, dosen, pemilih, suami, istri, adik,

kakak ipar, ibu tiri, dan sebagainya.

Berdasarkan kedua penelitian di atas, penelitian ini akan membedakan dari

segi subjek yaitu tajuk pada Harian Republika edisi September–Desember 2015.,

sedangkan objek penelitian ini adalah kalimat tertulis yang terdapat dalam tajuk

Republika yang muncul setiap hari Senin–Sabtu pada kalimat yang mengandung

deiksis. Peneliti akan melakukan penelitian pada rubrik tajuk di harian Republika

dengan judul penelitian Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk Harian Republika

edisi September—Desember 2015. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan

wujud fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika edisi September–

Desember 2015 dan mendeskripsikan maksud fenomena deiksis pada rubrik tajuk

Republika edisi September–Desember 2015. Oleh karena itu, penelitian deiksis

dalam harian Republika tersebut dapat digunakan sebagai acuan mengkaji

fenomena deiksis khususnya dalam tajuk rencana pada surat kabar.

2.2 Kajian Teori

Teori-teori yang dipaparkan dalam kajian teori ini berkaitan dengan

penelitian ini yaitu teori pragmatik, konteks, deiksis sebagai ruang lingkup

pragmatik, jenis-jenis deiksis. Berikut rincian teori-teori yang menjadi landasan

dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

2.2.1 Pragmatik

Pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan

konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga

tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya (Levinson, 1983: 9). Pragmatik

menelaah relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu

catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain: telaah mengenai

kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat

dan konteks-konteks secara tepat. Heatherington (1980: 155) dalam Tarigan

(1986: 34) menjelaskan bahwa ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus

dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang

merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa dapat memengaruhi

tafsiran atau interpretasi dalam pragmatik. Pragmatik menelaah bukan saja

pengaruh-pengaruh fonem suprasegmental, dialek, dan register, tetapi justru

memandang performansi ujaran pertama-tama sebagai suatu kegiatan sosial yang

ditata aneka ragam konvensi sosial.

Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup

di dalam teori semantik, maksudnya adalah pragmatik menelaah makna tuturan

(utterance), sedangkan semantik menelaah makna kalimat (sentence). Kalimat

adalah maujud (entities) abstrak seperti yang didefinisikan di dalam teori bahasa,

dan tuturan adalah pengujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya. Dengan

demikian, semantik menggeluti makna kata atau klausa, tetapi makna yang bebas

konteks (context-independent), makna yang stabil, sedangkan pragmatik

menggumuli makna yang terikat konteks (context-dependent). Upaya menyusun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

teori bahasa harus mendasarkan konteks yang melingkupi penggunaan pada

komunikasi interaksi antara si pembicara dan si lawan bicara (Purwo, 1990: 16).

Charles Morris (1938: 6) dalam Levinson (1983: 1) mengatakan bahwa pragmatik

adalah studi tentang hubungan tanda pada lawan tutur. Pragmatik dirujukan pada

aspek studi tentang makna yang tidak dibahas dalam semantik. Maka dari itu,

pragmatik (atau semantik behavioral) menelaah keseluruhan perilaku insan,

terutama sekali dalam hubungannya dengan tanda-tanda dan lambang-lambang-

lambang. Pragmatik memusatkan perhatian pada cara insan berperilaku dalam

keseluruhan situasi pemberian tanda dan penerimaan tanda (George, 1964: 31–38

dalam Tarigan 1986: 34). Seperti yang dikemukakan Levinson dalam Tarigan

(1986: 33) bahwa pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang

tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain:

memperbincangkan segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara

tuntas oleh referensi langsung kepada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang

diucapkan. Secara singkat dapat dirumuskan: pragmatik= makna – kondisi-

kondisi kebenaran.

Dengan demikian, sesuai dengan berbagai definisi atau pengertian

pragmatik dari beberapa ahli yang sudah tertulis di atas, penulis menyimpulkan

bahwa pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari penggunaan

bahasa dihubungkan dengan konteks atau situasi saat ujaran atau tulisan dibuat.

Kalimat yang terujar atau tertulis akan terpahami maksudnya pada pihak

pendengar atau pembaca ketika kalimat itu direlasikan dengan situasi khusus yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

ada, bukan hanya dari unsur intralingual bahasa yang hanya mengkaji bahasa dari

struktur pembentuk kalimatnya.

2.2.2 Konteks

Rahardi (2003: 78) mengungkapkan bahwa pragmatik merupakan cabang

ilmu bahasa yang mempelajari struktur eksternal bahasa. Struktur eksternal bahasa

yang dimaksud bisa dimungkinkan sebagai konteks. Leech (1983: 13) dalam

Nadar (2009: 6) mendefinisikan konteks sebagai latar belakang pemahaman yang

dimiliki oleh penutur maupun maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat

membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu

membuat tuturan tertentu. Konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan

fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-

sama dimiliiki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur

menafsirkan makna tuturan. Konteks memasukan semua situasi dan hal yang

berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam

bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan

sebagainya (Sobur, 2006: 56).

Istilah konteks dan situasi sering pula digunakan untuk menerangkan

peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti

bahasa. Situasi itu dapat formal dan informal dan di antara kedua titik itu dapat

pula diadakan gradasi. Pada dasarnya situasi formal menuntut digunakan ragam

bahasa yang formal dan situasi informal menuntut penggunaan ragam bahasa yang

juga informal. Mengenai bila situasi itu formal dan bila tidak, biasanya ditentukan

oleh para peserta bicara kadang-kadang secara diam-diam saja kadang-kadang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

secara eksplisit. Antara situasi formal dan penggunaan ragam bahasa formal itu

biasanya terdapat hubungan timbal balik. Penggunaan bahasa formal membawa

kepada keformalan situasi dan begitu pula sebaliknya. Konteks dari sebuah kata

atau bicara dapat meliputi seluruh latar belakang sosial budaya dari masyarakat

bahasa itu (Anwar, 1984: 44).

Dengan demikian, sesuai dengan pengertian konteks menurut para ahli di

atas, dapat dipahami bahwa konteks adalah situasi luar teks yang dapat

mendukung terpahaminya suatu interpretasi sebuah teks. Konteks ini penting

untuk dipahami terlebih dahulu sebelum mengkaji sebuah teks dalam kaitannya

dengan analisis Pragmatik. Konteks ini dapat berupa lingkungan fisik, sosial,

partisipan yang ada dalam suatu pemakai bahasa. Secara sederhana, konteks

adalah keadaan luar teks yang berhubungan dengan teks itu.

2.2.3 Fenomena Pragmatik

Dalam ilmu pragmatik terdapat empat fenomena pragmatik yang telah

disepakati, yaitu (1) praanggapan (presupposition), (2) implikatur percakapan

(conversational implicature), (3) tindak ujaran (speech acts), dan (4) deiksis,

(Purwo, 1990: 17–21). Fenomena-fenomena itu diuraikan satu per satu sebagai

berikut.

2.2.3.1 Praanggapan

Rahardi (2003: 42) memaparkan jika sebuah tuturan dapat dikatakan

mempraanggapkan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang

dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang

mempresuposisikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

tercantik di kelas itu pandai sekali, mempraanggapkan adanya seorang mahasiswi

yang berparas sangat cantik. Apabila pada kenyataanya memang ada seorang

mahasiswa yang berparas cantik di kelas itu, tuturan itu di atas dapat dinilai benar

atau salahnya.

Jika suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan

pengucapan kalimat itu, turut disertakan pula tambahan makna, yang tidak

dinyatakan, tetapi tersiratkan dari pengucapan kalimat itu. Seperti yang terjadi

pada konteks berikut. Saya menitipkan batang saya kepada seseorang (yang

tinggal di kota lain) untuk dijualkan, tetapi sudah lama sekali orang yang saya

titipi barang itu tidak juga memberi kabar dan mengirimkan uang hasil penjualan

barang saya itu. Amatilah kalimat yang saya ucapkan kepada orang itu pada

waktu saya menelponnya, berikut ini.

―Kalau barang saya itu sudah laku, uangnya jangan dikirimkan ke alamat

rumah, tetapi ke alamat kantor saja. Ini alamat kantor saya:

[...]‖

Yang dinyatakan (asserted) pada kalimat-kalimat itu adalah

pemberitahuan mengenai cara pengiriman uang dan alamat kantor, tetapi yang

dipranggapkan (presupposed) adalah bahwa orang yang ditelpon itu masih

memiliki tanggungan yang harus dibereskan pasa suatu waktu. Kalimat di atas

dapat pula dikatakan sebagai ―pengingatan‖ (terhadap kewajiban membayar) yang

terselubung (Purwo, 1990: 19).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

2.2.3.2 Implikatur Percakapan

Implikatur percakapan adalah adanya keterkaitan antara ujaran dari

seorang penutur dan lawan tuturnya (Chaer, 2010: 33). Namun, keterkaitan itu

tidak tampak secara literal; tetapi dapat dipahami secara tersirat. Menurut Mey

(1993: 99), implikatur ―implicature” berasal dari kata kerja to imply sedangkan

kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal dari bahasa latin plicare

yang berarti to fold ―melipat‖, sehingga untuk mengerti apa yang dilipat atau

disimpan tersebut haruslah dilakukan dengan cara membukanya. Dalam rangka

memahami apa yang dimaksud oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu

melakukan intepretasi pada tuturan-tuturannya. Levinson (1983: 97) menyebut

implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatik.

Salah satu alasan penting yang diberikannya adalah implikatur memberikan

penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih banyak

dari apa yang dituturkan. Misalnya dalam pertuturan ini:

Pak Gio : ―Bapak Sure tetangga kita yang baru itu mobilnya sering ganti-

ganti ya.‖

Pak Sure : ―Tentu saja karena dia bekerja di kantor pajak.‖

Bisakah kita pahami keterkaitan antara ―Sering ganti mobil dengan bekerja

di kantor pajak?‖, Secara literal tidak bisa dipahami karena tidak disebutkan

dalam pertuturan itu; tetapi secara tersirat bisa dipahami karena pada waktu

sekarang kita tahu keadaan ekonomi seorang pegawai kantor pajak memang jauh

lebih makmur dari pada orang yang tidak bekerja di kantor pajak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

2.2.3.3 Tindak ujaran

Yule (1996) mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan

melalui ujaran. Bambang Kaswanti Purwo (1990: 19) mengatakan bahwa di

dalam mengatakan suatu kalimat, seseorang tidak semata-mata mengatakan

sesuatu dengan pengucapan kalimat itu. Di dalam pengucapan kalimat, ia juga

―menindakkan‖ sesuatu. Dengan pengucapan kalimat Mau minum apa? Si

pembicara tidak semata-mata menanyakan atau meminta jawaban tertentu; ia juga

menindakkan sesuatu, yakni menawarkan minum. Hal-hal yang dapat ditindakkan

di dalam berbicara antara lain permintaan (requests), pemberian izin (permisions),

tawaran (offers), ajakan (invitation), penerimaan akan tawaran (acceptation of

offers). Tindak ujaran ada yang berupa langsung ada yang tak langsung. Seperti

contoh berikut.

(tindak ujaran langsung)

A: Minta uang untuk membeli gula!

B: Ini.

(tindak ujaran tak langsung)

A: Gulanya habis, nyah.

B: Ini uangnya. Beli sana!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

2.2.3.4 Deiksis

Kata deiksis berasal; dari kata Yunani deiktikos, yang berarti ‗hal

penunjukan secara langsung‘. Dalam linguistik sekarang kata itu dipakai untuk

menggambarkan fungsi kata ganti persona, kata ganti demonstratif, fungsi waktu,

dan bermacam-macam ciri gramatikal dan leksikal lainnya yang menghubungkan

ujaran dengan jalinan ruang dan waktu dalam tindak ujaran (Lyons, 1997: 636

dalam Purwo, 1984: 2). Sebuah kata dikatakan deiksis apabila referennya

berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si

pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu, misalnya

kata saya, sini, sekarang. Demi pengertian penuh istilah ―deiksis‖ itu, perlu

diperhatikan bahwa unsur-unsur yang mengandung arti (biasanya: leksem; tetapi

juga yang menggantikannya secara pronominal, baik itu berupa bentuk bebas

maupun bentuk terikat secara morfemis) dapat dibedakan antara referensial

(misalnya kata rumah, meja) dan yang tidak referensial (misalnya kata walaupun,

aduh). Misalnya dalam kalimat, ―sebagai saksi dia akan diperiksa besok”. Kata

besok pada kalimat tersebut adalah deiksis karena kalau sekarang hari Senin maka

besuk hari Rabu dan kalau sekarang hari Rabu maka besuk hari Kamis. Untuk

menghindarinya, maka kata besok, lebih untuk bahasa tulis, sebaiknya jangan

digunakan dan akan lebih tepat kalau menyebutkan nama hari dan tanggal.

Sesuai dengan penjabaran fenomena pragmatik di atas, deiksis merupakan

salah satu fenomena yang terdapat dalam bidang pragmatik yang berarti bahwa

fenomena deiksis ini adalah penggunaan kata rujukan yang digunakan untuk

menerangkan referen atau acuan yang bisa berpindah-pindah. Deiksis sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

mempengaruhi keberhasilan suatu interaksi antara penutur dan lawan tutur karena

dalam deiksis yang digunakan oleh penulis atau penutur mengandung makna yang

berbeda-beda tergantung konteks. Kata-kata yang mengandung rujukan itu disebut

dengan deiktis, sedangkan penggunaan kata-kata itu disebut dengan deiksis.

2.2.4 Deiksis sebagai Fenomena Pragmatik

Levinson (1983: 54) menyebutkan bahwa deiksis adalah fenomena

hubungan bahasa dengan konteks yang dicerminkan dalam struktur bahasa itu

sendiri. Deiksis mencakup jalan di mana bahasa-bahasa terkodifikasi atau fitur

yang tergramatikalisasi dari konteks ujaran atau tuturan. Deksis juga

mengupayakan pada proses interpretasi ujaran berdasarkan pada analisis konteks

dari ujaran tersebut. Dalam konteks yang lebih luas, apa yang dimaksudkan

dengan istilah ―deiksis‖ adalah semantik (di dalam tuturan tertentu) yang berakar

pada identitas penutur. Semantik itu dapat bersifat gramatikal, dapat pula bersifat

leksikal (Verhaar, 1996: 397).

Menurut Yule (2006: 13), deiksis adalah hal mendasar yang kita lakukan

dengan tuturan. Deiksis berarti ‗penunjukan‘ melalui bahasa. Bentuk linguistik

yang dipakai untuk menyelesaikan ‗penunjukan disebut ungkapan deiksis. Kata

deiksis dijelaskan sebagai pronomina yang referennya tergantung dari identitas

penutur. Sebuah kata dikatakan deiktis apabila referennya berpindah-pindah atau

berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung

pada saat dan tempat dituturkanya kata itu. misalnya kata saya, sini, sekarang.

Demi pengertian penuh istilah ‗deiksis‘ itu, perlu diperhatikan bahwa unsur-unsur

mengandung arti (biasanya: leksem; tetapi juga yang menggantikannya secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

pronominal, baik itu berupa bentuk bebas maupun bentuk yang terikat secara

morfemis) dapat dibedakan antara yang referensial (misalnya kata rumah, meja)

dan yang tidak referensial (misalnya kata rumah, meja) dan yang tidak referensial

(misalnya walaupun, aduh), (Purwo, 1984: 1).

Mey (1993: 89 dalam Nadar 2009: 55) memberikan contoh seorang tamu

hotel di negara asing yang berada di kamarnya. Tiba-tiba ada ketukan di pintu

kamarnya, dan dia bertanya ―Siapa di sana?‖, serta dijawab ―Ini aku‖. Bagi tamu

hotel tersebut kata aku tidak memperjelas siapa penuturnya, karena aku menunjuk

pada seseorang yang bagi tamu tersebut juga tidak jelas. Dengan demikian aku

adalah kata deiktis, dan menunjukkan pada diri orang yang mengucapkannya.

Kalau orangnya berubah, aku menunjuk pada orang yang berbeda pula. Seseorang

penutur yang berbicara dengan lawan tuturnya sering kali menggunakan kata-kata

yang menunjuk baik pada orang, waktu, maupun tempat. Kata-kata yang lazim

disebut dengan deiksis tersebut berfungsi menunjukkan sesuatu, sehingga

keberhasilan suatu interaksi antara penutur dan lawan tutur sedikit banyak akan

tergantung pada pemahaman deiksis yang dipergunakan oleh seorang penutur.

Rahardi (2003: 78) mengungkapkan deiksis dapat dipahami sebagai relasi

antara kata dengan makna yang disimbolkannya, tetapi makna yang muncul

tersebut berciri tidak tetap atau dapat berubah-ubah. Pada konteks tuturan yang

berbeda, kata yang sama dapat menunjuk pada makna yang berbeda. Kata-kata

yang memiliki potensi penyimbolan tidak sama dan selalu berubah-ubah sesuai

dengan konteksnya itu dinamakan kata-kata deiktis. Lalu, fenomena

kebahasaannya itu sendiri disebut deiksis. Lazimnya, kata-kata yang berpotensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

memiliki fenomena deiksis adalah kata ganti kata pronomina, kata penunjuk,

tempat, dan kata penunjuk waktu. Contohnya saja kata saya pada ‗Saya belum

makan‘ dan pada ‗saya juga belum‘. Saya pada tuturan pertama dan kedua

memiliki referen yang tidak sama. Sosok yang ditunjuk juga tidak sama. Kata

tertentu yang dapat memiliki referen makna berbeda pada konteks tuturan yang

tidak sama itu merupakan fenomena deiksis. Demikian pula kata sini pada ‗di

Jakarta sini hujan deras sekali‘ dan ‗di Bandung sini hujan juga deras sekali‘,

memiliki referen makna yang jelas sangat berbeda. Kata sini pada tuturan yang

satu menunjuk pada referen tempat di Bandung, sedangkan kata sini yang

satunya memiliki referen tempat Jakarta. Kata-kata sini yang bermakna berbeda

dalam konteks yang seperti ini dinamakan kata-kata deiktis, sedangkan gejala

kebahasaan yang mengenainya dinamakan deiksis. (Rahardi, 2003: 78–79)

Sesuai dengan penjelasan beberapa ahli di atas deiksis. Dapat diartikan

bahwa deiksis menjadi salah satu fenomena pragmatik yang berarti penggunaan

bahasa yang harus dihubungkan dengan konteks untuk dapat diinterpretasi pada

suatu ujaran. Deiksis bisa diartikan sebagai penunjukan melalui bahasa yang

referen atau acuannya bisa berubah-ubah atau berganti-ganti sesuai siapa

pembicara dan bagaimana situasi pertuturan itu. leksem yang mengandung

ungakapan deiksis bisa disebut dengan kata deiktis. Kata deiktis dapat

dicontohkan dengan ‘saya, sini, sekarang’, dan sebagainya. Selanjutnya, kata

deiktis biasanya berupa pronominal, kata keterangan tempat, dan kata keterangan

waktu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Bambang Kaswanti Purwo (1984) dalam bukunya yang berjudul Deiksis

dalam Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa deiksis dalam bahasa Indonesia

dibedakan menjadi deiksis eksofora dan deiksis endofora. Deiksis eksofora

mempermasalahkan pembahasan bidang semantik leksikal. Hal ini berbeda

dengan endofora yang terutama menyoroti masalah sintaksis. Leksem yang

menjadi bahan pembahasan dalam deiksis persona adalah bentuk-bentuk nominal

dan pronominal. Dalam deiksis ruang yang menjadi pembahasan adalah leksem

verbal dan adjektival, sedangkan dalam deiksis waktu leksem adverbial.

2.2.4.1 Deiksis Luar – Tuturan (Eksofora)

Bambang Kaswanti Purwo (1984: 19) menyatakan bahwa yang

dipersoalkan dalam pembicaraan tentang eksofora adalah bidang semantik

leksikal, meskipun bidang sintaksis tidak dapat dilepaskan sama sekali dari

pembahasan bidang semantis leksikal ini. Kerangka pembicaraan pada sub-bab ini

akan dibagi dalam tiga hal sesuai dengan kedudukan permasalahan masing-

masing dalam hirarki kedeiktisan, uraiannya adalah sebagai berikut.

2.2.4.1.1 Deiksis Persona

Purwo (1984: 19) menjelaskan bahwa leksem-leksem yang menjadi bahan

pembicaraan deiksis persona adalah bentuk-bentuk nominal dan pronominal.

Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep

atau pengertian (Alwi, 2003: 249). Pronomina adalah kategori yang berfungsi

untuk menggantikan nomina (Kridalaksana, 1994: 77).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Kata Latin persona ini merupakan terjemahan dari kata Yunani prosopon,

yang artinya ‗topeng‘, dan juga berarti peranan atau watak yang dibawakan oleh

pemain drama. Referen yang ditunjuk oleh kata ganti persona berganti-ganti

tergantung pada peranan yang dibawakan oleh peserta tindak ujaran. Orang yang

sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila dia

tidak berbicara lagi, dan kemudian menjadi pendengar, maka ia berganti memakai

‗topeng‘ yang disebut persona kedua. Orang yang tidak hadir dalam tempat

terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan), atau yang hadir dekat

dengan tempat pembicaraan (tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri

secara aktif) diberi ‗topeng‘ yang disebut persona ketiga (Purwo, 1984: 22).

Bentuk-bentuk kata ganti persona dalam bahasa Indonesia dapat

dijabarkan sebagai berikut. Ada dua bentuk kata ganti persona pertama: aku dan

saya, masing-masing memiliki perbedaan dalam pemakaian. Kata aku hanya

dapat dipakai dalam situasi informal, sedangkan kata saya dipakai dalam situasi

formal. Terdapat pula bentuk terikat kanan –ku dan ku- pada persona pertama ini.

Bentuk persona kedua engkau dan kamu hanya dapat digunakan di antara peserta

ujaran yang sudah akrab hubungannya, atau dipakai oleh orang yang mempunyai

status sosial lebih tinggi untuk menyapa lawan bicara yang berstatus sosial lebih

rendah. Pemilihan bentuk mana yang harus dipakai ditetukan oleh aspek

sosiolingual. Selain itu terdapat pula bentuk Anda dan dikau pada persona kedua.

Selanjutnya bentuk kalian digunakan untuk menyatakan bentuk jamak persona

kedua. Dalam bahasa Indonesia dibedakan antara bentuk persona ketiga (tunggal);

ia, dia, beliau, -nya dan bentuk persona ketiga jamak; mereka. Terdapat pula

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

bentuk yang dikenal dengan persona eksklusif, yaitu gabungan antara persona

pertama dan ketiga yang dinyatakan dalam bentuk kami. Bentuk inklusif

menyatakan gabungan antara persona pertama dan persona kedua yang mana

wujudnya adalah kita (Purwo, 1984: 21–24). Lihat contoh di bawah ini untuk

memperjelas pemahaman tentang deiksis eksofora persona:

―Saya pikir dia cantik‖

Pada kalimat di atas, kata dia merujuk pada luar bahasa, artinya kata

deiksis dia merupakan deiksis eksoforis.

2.2.4.1.2 Deiksis Ruang

Deiksis ruang berhubungan dengan pemahaman mengenai lokasi atau

tempat yang dipergunakan peserta pertuturan dalam situasi pertuturan. (Nadar,

2009: 55–56). Selanjutnya, Purwo (1984: 37–44) menyatakan bahwa tidak semua

leksem ruang dapat bersifat deiktis dan tidak ada leksem ruang yang berupa

nomina. Nomina baru dapat menjadi lokatif apabila dirangkaikan dengan

proposisi hal ruang. Leksem ruang dapat berupa adjektiva, adverbia atau verba.

Leksem yang tidak deiktis menjadi deiktis apabila dirangkai dengan leksem

persona. Contoh kalimat di bawah ini:

A: Di mana anjingnya?

B: Di atas.

Preposisi di atas bersifat deiktis karena untuk mengetahui tempat yang

dimaksud diperlukan pengertian di mana si pembicara itu (yaitu B) berdiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Apabila objek yang dituju oleh preposisi dasar adalah tempat persona itu berada,

maka tempat itu sendiri wajib disebutkan bersama dengan bentuk personanya.

Kata penunjuk tempat sini, situ, sana masing-masing dapat dirangkaikan dengan

preposisi di, ke, atau dari.

Purwo (1984: 43–45) menjelaskan bahwa deiksis ruang dapat dibedakan

menjadi dua jenis yakni deiksis ruang yang berupa leksem demonstratif dan

deiksis ruang yang berupa lokatif. Penunjuk demonstratif dapat dinyatakan

dengan bentuk ini dan itu. Selanjutnya penunjuk ruang atau tempat yang berupa

lokatif dapat berupa sini, situ, sana dan lainnya yang bisa juga mendapat kata

depan di-, ke-, dan dari-.

2.2.4.1.3 Deiksis Waktu

Traugott (1975) dalam Purwo (1984: 58) mengungkapkan bahwa dari

sejarah perkembangannya dapat dilihat bahwa preposisi yang dapat berisifat

lokatif dan temporal pada asal mulanya hanya bersifat lokatif, dan baru kemudian

dipergunakan pula secara temporal. Beberapa leksem waktu dibedakan sebagai

akibat perputaran bumi mengelilingi matahari yang menyebabkan keadaan gelap

dan terang: pagi, siang, sore (petang), malam. Batas waktu antara yang disebut

pagi, siang, sore, dan malam dalam setiap bahasa tidak senantiasa sama. Dalam

bahasa Indonesia, yang dikatakan pagi adalah waktu antara pukul tiga sebelum

matahari terbit sampai pukul sepuluh sesudah matahari terbit. Namun, pukul tiga

itu bukanlah batas yang jelas antara malam dan pagi. Tidak ada kesamaan

pendapat antara penutur bahasa Indonesia tentang penyebutan pukul tiga itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Lihatlah contoh berikut.

―Tadi malam, sekitar pukul tiga pagi ada orang yang mengetuk jendela

kamarku‖.

Kata siang dapat berarti waktu antara matahari terbit dan matahari

terbenam, merupakan lawan kata malam yang berarti waktu antara matahari

terbenam sampai matahari terbit. Contoh:

―Ia bekerja siang dan malam‖

Leksem waktu bersifat deiktis apabila yang menjadi patokan adalah si

pembicara. Kata sekarang bertitik labuh pada saat si pembicara mengucapkan kata

itu (dalam kalimat), atau yang disebut saat tuturan. Kata kemarin bertitik labuh

pada satu hari sebelum saat tuturan, dan kata besok bertitik labuh pada satu hari

sesudah saat tuturan. Poerwadarminta (1976) dalam Purwo (1984: 71)

menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia, ada kata yang menggambarkan

sampai dua hari sebelum dan empat hari sesudah saat tuturan. Untuk menyebutkan

satu hari sebelum kemarin dipergunakan frasa kemarin dulu, dan untuk

menyebutkan satu hari sesudah besok dipakai (hari) lusa, dua hari sesudah besok

kata tulat atau langkat, tiga hari sesudah besok kata tubin atau tungging.

2.2.4.2 Deiksis Dalam – Tuturan (Endofora)

Deiksis endofora ini akan menyoroti masalah sintaksis. Salah satu akibat

dari penyusunan konstituen-konstituen bahasa secara linear adalah kemungkinan

adanya konstituen tertentu yang sudah disebutkan sebelum disebut ulang pada

penyebutan selanjutnya, entah itu dengan bentuk pronominal entah tidak. Kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

konstituen itu karena kesamaannya lazim dikatakan sebagai dua konstituen yang

berkoreferensi (Purwo, 1984: 103). Di antara bentuk-bentuk persona, hanya

personal ketiga yang dapat menjadi pemarkah anafora dan katafora. Deiksis

persona ketiga meliputi ia, dia, beliau, mereka, -nya. Deiksis Ruang mencakup

kata ini, itu, begini, begitu yang tidak merujuk pada lokasi tertentu tetapi merujuk

pada konstituen kanan atau kiri juga termasuk dalam deiksis endofora (Purwo,

1984: 105 – 110). Seperti tampak pada kalimat di bawah ini:

―Dia memperkenalkanku pada ibunya‖

Kata –nya dalam kalimat di atas mengacu pada kata dia, hal ini menunjuk

pada orang tertentu yang sama-sama dimengerti baik oleh si pembicara maupun si

lawan bicara.

Dalam kerangka penelitian, kasus di atas dapat digolongkan dalam

anafora. Kata –nya mengacu pada konstituen di sebelah kirinya. Suatu bentuk

yang mengacu pada konstituen di sebelah kanannya disebut katafora (Purwo,

1984: 104). Dalam penelitian ini apa yang disebut anteseden itu diberi nama titik

tolak (dibedakan dengan titik labuh, yang bersifat eksoforis). Titik tolak berupa

kata atau frasa atau kalimat atau wacana berupa unsur dalam bahasa. Titik labuh

berupa unsur luar bahasa, dapat berwujud orang yang sedang berbicara, yang

diajak berbicara atau yang dibicarakan, dapat pula merupakan tempat si pembicara

berdiri, dan dapat pula merupakan tempat atau waktu yang ditunjuk oleh si

pembicara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

2.2.5 Maksud dalam Pragmatik

Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup

di dalam teori semantik, maksudnya adalah pragmatik menelaah makna tuturan

(utterance), sedangkan semantik menelaah makna kalimat (sentence). Kalimat

adalah maujud (entities) abstrak seperti yang didefinisikan di dalam teori bahasa,

dan tuturan adalah pengujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya. Dengan

demikian, semantik menggeluti makna kata atau klausa, tetapi makna yang bebas

konteks (context-independent), makna yang stabil, sedangkan pragmatik

menggumuli makna yang terikat konteks (context-dependent). Upaya menyusun

teori bahasa harus mendasarkan konteks yang melingkupi penggunaan pada

komunikasi interaksi antara si pembicara dan si lawan bicara (Purwo, 1990: 16).

Sejalan dengan pendapat dari Purwo tersebut, Rahardi (2003: 16–17)

mengemukakan bahwa dalam ilmu pragmatik, makna itu bersifat triadik (triadic

meaning). Pragmatik mengkaji bahasa untuk memahami maksud penutur,

semantik mempelajarinya untuk memahami makna sebuah satuan linguan an sich,

yang notabe tidak perlu disangkutpautkan dengan konteks situasi masyarakat dan

kebudayaan tertentu yang menjadi wadahnya. Leech (1993: 53) menjelaskan

bahwa makna dalam pragmatik yaitu penutur mempunyai suatu tujuan melalui

tuturannya. Maksud itu diketahui oleh mitra tutur.

Dengan demikian, maksud dalam pragmatik bisa diartikan sebagaimana

makna. Namun, terdapat perbedaan mendasar antara makna pada tataran

semantik, dan makna yang terdapat pada pragmatik. Makna pada pragmatik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

adalah kalimat yang tertulis atau terujar harus dihubungkan dengan konteks. Maka

dari itu bisa disebut bahwa pragmatik merupakan (context dependent).

2.2.6 Tajuk

Sumadiria (2004: 83) menyatakan bahwa secara teknik jurnalistik, tajuk

rencana diartikan sebagai opini redaksi berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi

media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual, dan atau kontroversial

yang terdapat dalam masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan

mewakili sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi pers yang

bersangkutan secara keseluruhan sebagai suatu lembaga penerbitan media berkala.

Suara tajuk rencana bukanlah suara perorangan atau pribadi-pribadi yang terdapat

di jajaran redaksi atau di bagian produksi dan sirkulasi, melainkan suara kolektif

seluruh wartawan dan karyawan dari suatu lembaga penerbitan pers. Karena

merupakan suara lembaga, maka tajuk rencana tidak ditulis dengan

mencantumkan nama penulisnya. Assegaaf (1983: 64) dalam Sumadiria (2004:

83) menyatakan bahwa penulis tajuk rencana umumnya adalah pemimpin redaksi

atau redaktur senior, harus orang yang terpercaya, dan mengetahui kebijakan

pemberitaan serta kebijakan surat kabar tempat dia bekerja.

Tajuk rencana juga dikenali lebih jauh berdasarkan jenis dan sifat yang

dimilikinya, yaitu 1) tajuk rencana yang bersifat memberikan informasi semata,

2) tajuk rencana yang bersifat menjelaskan, 3) tajuk rencana yang bersifat

memberikan argumentasi, 4) tajuk rencana yang bersifat menjuruskan timbulnya

aksi, 5) tajuk rencana yang bersifat jihad, 6) tajuk rencana yang bersifat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

membujuk, 7) tajuk rencana yang bersifat memuji, dan 8) tajuk rencana yang

bersifat menghibur.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa tajuk rencana atau yang biasa

dikenal sebagai tajuk, adalah sikap kritis dari media pers dalam menanggapi

permasalahan teraktual dalam bentuk tulisan dalam persnya. Tajuk ditulis

mewakili redaksi sehingga tidak pernah menyebutkan nama penulisnya.

2.3 Kerangka berpikir

Berdasarkan rincian teori di atas, peneliti menyusun kerangka berpikir

supaya memudahkan peneliti sendiri dalam proses menganalisis data deiksis pada

rubrik tajuk di harian Republika. Penelitian yang berjudul Fenomena Deiksis pada

Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi September–Desember 2015 ini

menggunakan teori pragmatik. Pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari

relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan

terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya seperti yang

diungkapkan Levinson (1983: 9). Selanjutnya peneliti memahami bahwa dalam

pragmatk terdapat ruang lingkup, sebagaimana penjelasan Purwo (1990: 17–20 )

bahwa dalam ilmu pragmatik terdapat empat fenomena pragmatik yang telah

disepakati, yaitu (1) praanggapan (presupposition), (2) implikatur percakapan

(conversational implicature), (3) tindak ujaran (speech acts), dan (4) deiksis.

Salah satu ruang lingkup yang menjadi fokus pada penelitain ini adalah deiksis.

Menurut Bambang Kaswanti Purwo (1984: 1), deiksis berarti ‗penunjukan‘

melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan ‗penunjukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

disebut ungkapan deiksis. Kata deiksis dijelaskan sebagai pronomina yang

referennya tergantung dari identitas penutur. Sebuah kata dikatakan deiktis

apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa

yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya

kata itu. misalnya kata saya, sini, sekarang.

Setelah memahami bahwa dalam pengertian deiksis seperti yang telah

dikemukakan oleh Purwo (1984: 19–103), terdapat dua jenis deiksis, yaitu deiksis

luar tuturan (eksofora) dan deiksis dalam tuturan (endofora). Dalam hal ini,

peneliti akan mengkaji dua rumusan masalah utama, yaitu wujud deksis dan

maksud deiksis. Jenis deiksis tersebut akan diteliti secara kualitatif pada rubrik

tajuk harian Republika edisi September–Desember 2015.

Untuk memperjelas kerangka berpikir tersebut, peneliti menggambarkan

bagan kerangka berpikir sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

BAGAN 1

Kerangka Berpikir

Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk di Harian Republika

Edisi September–Desember 2015

Teori Pragmatik

Fenomena Pragmatik

Deiksis

Eksofora Endofora

Wujud Maksud

Rubrik Tajuk Harian Republika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian metodologi ini dibahas tentang metode penelitian. Hal-hal

yang berkaitan dengan metode penelitian adalah: (1) jenis penelitian, (2) data dan

sumber data, (3) metode dan teknik pengumpulan data data, (4) instrumen

penelitian, (5) teknik analisis data, dan (6) triangulasi data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berisfat deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah

penggambaran secara menyeluruh tentang wujud dan maksud pada kata dan frasa

yang mengandung deiksis di tajuk harian Republika edisi September—Desember

2015. Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2006: 4) berpendapat bahwa

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Selanjutnya, Arikunto (2010: 234) menjelaskan bahwa di dalam penelitian

deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan.

Penelitain deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi

hanya menggambarkan ―apa adanya‖ tentang variabel, gejala atau keadaan. Maka,

penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena analisis data

berupa paparan deskriptif tentang kata-kata deiksis pada rubrik tajuk di harian

Republika tanpa adanya perhitungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

3.2 Data dan Sumber data

Data merupakan hasil pencatatan peneliti tentang objek penelitian. Hasil

pencatatan peneliti tersebut dapat berupa kata, dan dapat berupa angka (Soewandi,

2007: 16). Data penelitian ini berupa kata dan frasa yang mengandung ungkapan

deiksis yang terdapat dalam tajuk Republika yang muncul setiap hari Senin–Sabtu

pada edisi September–Desember 2015.

Arikunto (2010: 85) mengatakan bahwa sumber data adalah benda, hal

atau orang tempat penelitian mengamati, membaca, atau bertanya tentang data.

Secara umum sumber data dapat diklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu person

(orang), paper (kertas), place (tempat). Sumber data pada penelitian ini adalah

paper (kertas) yang berupa dokumen tempat peneliti membaca dan mempelajari

sesuatu yang berhubungan dengan data penelitian. Sumber data penelitian ini

adalah tajuk pada Harian Republika edisi September–Desember 2015.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak atau

penyimakan. Sudaryanto (2015: 203) yang mengatakan bahwa metode simak atau

penyimakan karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak

yaitu menyimak penggunaan bahasa. Sejalan dengan pendapat tersebut, Mahsun

(2005: 90) menyebutkan bahwa istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan

dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara

tertulis. Dalam hal ini, peneliti menyimak kalimat tertulis yang mengandung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

ungkaaan deiksis pada surat kabar Republika di rubrik tajuk edisi September—

Desember 2015.

Untuk melaksanakan metode simak tersebut, peneliti menerapkan

beberapa teknik yaitu, teknik sadap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik

catat (Sudaryanto, 2015: 203—206). Pada teknik sadap, untuk mendapatkan data,

peneliti menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. Berkaitan

dengan hal ini, peneliti menyadap penggunaan kalimat yang mengandung

ungkapan deiksis pada tajuk Republika edisi September—Desember 2015. Praktik

teknik sadap ini dikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas

libat cakap. Teknik simak bebas libat cakap, peneliti tidak dilibatkan langsung

untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya

sebagai pemerhati saja – pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan

muncul dari peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya (Sudaryanto, 2015:

204). Jadi, di sini peneliti tidak terlibat langsung dalam dialog. Setelah teknik

sadap dan teknik simak bebas libat cakap dilakukan, peneliti mencatat kalimat

yang mengandung ungkapan deiksis pada tajuk Republika edisi September—

Desember 2015.

Langkah-langkah yang dipakai dalam mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

a) Peneliti mengumpulkan tajuk Republika edisi September—Desember

2015.

b) Peneliti membaca tajuk Republika edisi September—Desember 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

c) Peneliti mencatat kata atau frasa yang mengandung ungkapan deiksis

pada kalimat di tajuk harian Republika edisi September—Desember

2015.

3.4 Instrumen Penelitian

Ghony dan Almansur (2014: 95) menyatakan bahwa instrumen dalam

penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri, yaitu peneliti.

Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka kunci,

menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib, dan leluasa,

bahkan ada yang menyebutnya sebagai key instrument. Selanjutnya, Moleong

(2011: 168) menyebutkan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif

merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis data, penafsir data, dan

pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya.

Oleh karena itu, instrumen penelitian yang berjudul Fenomena Deiksis

pada Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi September—Desember 2015 adalah

peneliti sendiri yang berbekal ilmu pengetahuan mengenai bidang kajian

penelitian ini. Dalam hal ini, peneliti memiliki peranan penting dalam penelitian

ini. Peneliti sendiri yang melakukan telaah atau melakukan eksplorasi terhadap

penelitian terkait deiksis ini yang menggunakan Harian Republika khususnya

pada rubrik tajuk sebagai sumber data. Untuk dapat melakukan perencanaan

sampai pelaporan data, peneliti harus memiliki bekal pengetahuan mengenai

pragmatik, konteks, deiksis, maksud, dan tajuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Dalam analisis data ini, peneliti menggunakan metode padan, yaitu alat

penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang

bersangkutan. Sudaryanto (2015: 16) berpendapat, dimungkinkan digunakannya

metode padan itu adalah di atas pengandaian bahwa bahasa yang diteliti memang

sudah memiliki hubungan dengan hal-hal di luar bahasa yang bersangkutan

bagaimanapun sifat hubungan itu. Adapun khusus mengenai penyebutan masing-

masing sub-jenis metode padan itu adalah sebagai berikut; referensial, fonetis

artikulatoris, translasional, ortografis, dan pragmatis. Jika dikategorikan ke dalam

sub-jenis metode padan di atas, penelitian ini menggunakan metode padan

pragmatis yakni alat penentunya adalah mitra wicara. Pada metode padan

pragmatis ini maksud ditentukan oleh mitra tutur. Dalam hal ini, yang menjadi

mitra wicara atau mitra tutur adalah peneliti sendiri. Jadi, maksud atau rujukan

dari deiksis yang ditemukan dalam tajuk Republika edisi September—Desember

2015 dapat ditentukan oleh peneliti bergantung pada konteks yang dipahami.

Analisis data yang dilakukan peneliti meliputi beberapa langkah berikut.

a) Peneliti mengklasifikasi data hasil temuan yang terdapat dalam tajuk di

harian Republika edisi September—Desember 2015 berdasarkan jenis

deiksis.

b) Peneliti mengidentifikasi data-data sesuai dengan konteksnya.

c) Peneliti memberikan pemaparan mengenai maksud sesuai analisis data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

d) Peneliti menyerahkan hasil analisis data yang ada pada tabulasi data

kepada triangulator untuk diuji keabsahannya.

e) Setelah mendapatkan justifikasi dari triangulator, peneliti menguraikan

hasil penelitian tentang deiksis di tajuk harian Republika edisi

September—Desember 2015 dengan mendeskripsikan pada uraian

pembahasan terkait wujud dan maksud deiksis.

f) Peneliti menuliskan simpulan hasil penelitian.

3.6 Triangulasi Hasil Analisis Data

Menurut Lexy J. Moleong (1989: 195), trangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data

untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Dalam penelitian ini,

peneliti membuat triangulasi dengan tujuan untuk melakukan pengecekan

terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan.

Terdapat empat macam trangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Denzin, 1978

dalam Moleong, 2006: 330). Dalam penelitian ini, sebagai tujuan untuk

melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan,

peneliti menggunakan triangulasi penyidik atau triangulasi yang memanfaatkan

peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali

keterpercayaan data. Dalam penelitian ini, peneliti lainnya yang melakukan

pengecekan dalam triangulasi adalah Drs. St. Kartono, M. Hum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tiga hal, yaitu (1) deskripsi data, (2) hasil analisis

data, dan (3) pembahasan temuan. Ketiga hal tersebut akan dibahas satu per satu

dalam sub bab yang ada di bawah ini.

4.1 Deskripsi Data

Data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data tertulis. Sumber data

penelitian ini adalah wacana tajuk pada Surat Kabar Harian Republika edisi

September–Desember 2015 dengan data terkumpul 175 deiksis. Wacana tajuk

ditulis oleh pimpinan redaksi Harian Republika. Redaksi menuliskan opininya

dalam rubrik tajuk yang berisikan interpretasi terhadap suatu berita atau kejadian

yang menonjol yang terjadi di masyarakat yang bersifat singkat, logis, dan

diisajikan secara menarik. Tajuk ini merupakan sebuah tulisan yang isinya

memberi interpretasi atau mengomentari terhadap suatu berita terbaru. Tulisan

yang dibuat berfungsi sebagai sebuah pengaruh pada pembaca, memberi

interpretasi terhadap berita yang paling menonjol, menyajikan sikap

kebijaksanaan redaksi terhadap suatu pemberitaan yang ada, dan menjelaskan

makna berita. Tajuk di Harian Republika terbit setiap hari Senin–Sabtu. Wacana

tersebut merupakan kolom khusus yang penulisannya terdapat pada rubrik opini.

Tajuk ini biasanya terdapat di halaman enam pada Rubrik Opini. Secara umum,

tipologi (struktur) wacananya berupa susunan paragraf tanpa kotak dengan judul

yang berbeda setiap harinya. Dalam sekali terbitan, lazimnya terdapat satu wacana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

tajuk yang memberikan interpretasi atau komentar terhadap suatu berita terbaru.

Tajuk di Harian Republika setiap harinya mempunyai jenis yang berbeda setiap

harinya, ada yang bersifat memberikan informasi, menegaskan suatu informasi,

memberikan argumentasi, menjurus supaya timbul suatu aksi, dan mengapresiasi.

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teori deiksis dari buku

Bambang Kaswanti Purwo yang berjudul Deiksis dalam bahasa Indonesia untuk

menemukan wujud deiksis yang muncul pada setiap tajuk di Harian Republika.

Selanjutnya, peneliti juga menggunakan teori Leech dari buku Prinsip-prinsip

Pragmatik untuk membantu menelaah konteks yang pada akhirnya menemukan

rujukan atau maksud daripada deiksis yang muncul. Deiksis tersebut berupa kata

atau frasa sesuai teori dalam buku Bambang Kaswanti Purwo. Peneliti

menemukan dua wujud utama deiksis. Oleh karena itu, peneliti menyebutnya

dengan deiksis eksofora yang dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu deiksis

eksofora persona, waktu, dan tempat, sedangkan deiksis endofora dibagi dalam

dua bagian utama, yaitu deiksis endofora anafora dan katafora. Berikut disajikan

data-data yang akan dianalisis dan dibahas pada penelitian ini.

Tabel 1: Jumlah Data Tuturan Berdasarkan Jenis-jenis Deiksis

No. Wujud Deiksis Jumlah Data

1 Deiksis Persona 25 deiksis

2 Deiksis Ruang 13 deiksis

3 Deiksis Waktu 50 deiksis

4 Deiksis Anafora 67 deiksis

5 Deiksis Katafora 20 deiksis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Berdasarkan tabel jumlah data penemuan deiksis eksofora pada penelitian

ini ditemukan 88 deiksis yang terdiri dari 25 deiksis persona, 13 deiksis ruang,

dan 50 deiksis waktu. Selanjutnya, deiksis endofora pada penelitian ini ditemukan

sejumlah 87 deiksis yang terdiri dari 67 deiksis anafora dan 20 deiksis katafora.

Data-data tersebut dapat disimak pada halaman lampiran penelitian ini. Berikut

peneliti akan memaparkan beberapa gambaran data terkait dengan penelitian ini:

(1) Dari sisi ini saja, sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat

tersebut.

(Republika, Sabtu, 5 September 2015)

Deiksis “kita” pada kalimat tersebut merupakan deiksis persona yang

merujuk pada redaksi Republika dan saya yang terlibat sebagai pembaca. Hal ini

dikarenakan konteks tuturannya adalah kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 5 September 2015 pada pembaca. Hal ini

berkaitan dengan wacana akan dibangunnya kereta super cepat (high speed train)

jarak Jakarta-Bandung. Penulis ingin menegaskan penolakan yang dilakukan

presiden terhadap proposal kegiatan pembangunan kereta tersebut. Bahwa

memang tidak bisa kereta berjalan dengan kecepatan maksimal sementara harus

transit di sejumlah stasiun.

(2) Jonan mungkin lupa, atau tidak tahu bahwa ojek aplikasi menjadi

salah satu solusi penanggulangan pengangguran saat negara ini

mengalami perlambatan ekonomi.

(Republika, Sabtu, 19 Desember 2015)

Deiksis “ini” pada kalimat di atas merupakan deiksis ruang atau tempat

yang merujuk pada negara Indonesia. Hal ini dikarenakan konteks tuturan berikut,

kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Desember 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan berita adanya penghentian

ojek aplikasi dalamSurat Pemberitahuan Nomor UM 3012/1/21/Phb/2015 yang

ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November

2015. Penulis mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi merupakan salah satu

solusi yang dapat menanggulangi perlambatan ekonomi di Indonesia sejak

September 2015.

(3) Hingga hari ini, asap kebakaran hutan semakin menyesakkan napas

sebagian saudara kita yang tinggal di Sumatera dan Kalimantan.

(Republika, Kamis, 8 Oktober 2015)

Deiksis “hari ini” merupakan contoh dari deiksis waktu yang merujuk pada

hari Kamis, 8 Oktober 2015. Hal ini dikarenakan konteks kalimat yaitu kalimat ini

disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada

pembaca. Hal ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah

Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015. Penulis menyampaikan,

sampai tulisan ini dibuat, kabut asap di wilayah tersebut belum reda.

(4)Mereka menolak batasan kenaikan upah minimum kebupaten/kota

(UMK) 2016 rata-rata sekitar 11,5 persen.

(Republika, Rabu, 25 November 2015)

Deiksis “mereka” pada pada kalimat di atas merupakan contoh dari deiksis

anafora karena rujukannya terletak pada konstituen sebelum kata itu muncul,

yakni buruh yang melakukan aksi mogok kerja pada 24 November 2015 di

Pulogadung, Bekasi, Batam, dan daerah lain. Hal ini dapat dilihat dengan konteks

kalimat, yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 25 November 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan berita adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

demonstrasi buruh pada 24 November 2015 di Pulogadung, Bekasi, Batam, dan

daerah lain. Para buruh melakukan aksi mogok kerja.

(5)Di sisi lain, anak keturunan para korban PKI juga menuntut, yakni

menuntut pemerintah meminta maaf kepada para korban PKI.

(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)

Deiksis “yakni” pada kalimat di atas merupakan contoh dari deiksis

katafora karena rujukannya terletak setelah kata deiktis muncul, yaitu tunturan

keturunan korban supaya pemerintah meminta maaf kepada para korban PKI.

4.2 Hasil Analisis Data

Wacana tajuk yang terdapat pada Surat Kabar Harian Republika berperan

penting dalam kehidupan, misalnya dalam mengawasi dan mengontrol jalannya

roda pemerintahan serta dapat menjadi jembatan suara masyarakat untuk

pemerintahan yang lebih baik. Dalam hal ini, media massa yang diwakili redaksi

bersifat korektif, yaitu dengan cara memberikan tanggapan kritis terhadap

peristiwa yang cukup menonjol di dalam maupun luar negeri.

Ada beberapa bentuk perujukan maksud deikisis yang peneliti temukan di

dalam wacana tajuk Harian Republika. Bentuk-bentuk tersebut memiliki fungsi

untuk menyampaikan informasi, menegaskan suatu informasi, memberikan

argumentasi, menjurus supaya timbul suatu aksi, dan mengapresiasi. Namun,

hanya cara penyampaiannya yang berbeda, yaitu menggunakan deiksis.

Analisis data dilakukan untuk menjawab dua rumusan masalah, yaitu (1)

wujud fenomena deiksis pada rubrik tajuk harian Republika edisi September–

Desember 2015 dan (2) maksud fenomena deiksis pada rubrik tajuk Republika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

edisi September–Desember 2015. Beberapa analisis data sebagai sampel

dipaparkan sebagai berikut.

4.2.1 Wujud Deiksis dalam Tajuk Republika

Berdasarkan data tajuk Republika yang telah terkumpul, peneliti

menemukan dua wujud utama deiksis. Kata itu bersifat deiksis apabila referennya

berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi penulis

dan tergantung pada saat dan tempat dituliskannya kata itu. Kedua wujud utama

deiksis tersebut yakni: deiksis eksofora dan deiksis endofora, sedangkan

bagiannya adalah deiksis eksofora persona, deiksis eksofora ruang atau tempat,

dan deiksis eksofora waktu, deiksis endofora anafora dan deiksis endofora

katafora. Deiksis anafora dibagi lagi dalam dua bagian, yaitu anafora persona dan

bukan persona. Begitu pula dengan deiksis endofora katafora juga dibagi dalam

deiksis katafora persona dan bukan persona. Di bawah ini akan diuraikan

mengenai wujud-wujud deiksis yang terdapat dalam tajuk Republika pada Surat

Kabar Harian Republika edisi September–Desember 2015.

4.2.1.1 Deiksis Luar Tuturan (Eksofora)

Tajuk di Harian Republika termasuk di dalamnya deiksis dalam bahasa

Indonesia, yaitu adanya kata atau frasa yang mempunyai rujukkan atau referensi

berbeda yang harus dikaitkan dengan konteks. Dalam data yang terkumpul,

peneliti menemukan wujud deiksis berupa deiksis eksofora. Sesuai dengan

sifatnya, eksofora mempermasalahkan pembahasan bidang semantik leksikal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Maka, deiksis eksofora adalah kata atau frasa yang rujukkan atau referensinya

berbeda-beda sesuai dengan konteks, yang mana terdapat di luar teks itu. Kata-

kata yang eksoforis ini menghubungkan hal-hal di dalam bahasa dengan yang di

luar bahasa.

Dari 175 kali kemunculan kata-kata deiksis yang ditemukan dalam tajuk di

Harian Republika edisi September–Desember 2015, 88 di antaranya adalah

eksofora. Kata-kata eksoforis tersebut mencakup deiksis persona sebanyak 25

kali, deiksis ruang sebanyak 13 kali, dan deiksis waktu sebanyak 50 kali. Di

bawah ini akan dijelaskan penjabaran temuan deiksis luar tuturan (eksofora).

4.2.1.1.1 Deiksis Persona

1) Persona Pertama

Kata ganti orang pertama, yaitu kata yang menggantikan diri orang yang

berbicara (Chaer, 2011: 91). Dalam hal ini, deiksis persona pertama menunjuk

pada orang yang menulis tajuk karena mendapatkan peranan utama dalam tulisan

itu. Peneliti menemukan dua kali kemunculan wujud deiksis persona pertama

pada penelitian ini. Perhatikan contoh data berikut yang menerangkan wujud

deiksis persona pertama.

(1) “Dalam rapat terbatas tadi siang, saya perintahkan impor ilegal, baik

produk baru maupun bekas, harus diberantas.”

(Republika, Kamis, 29 Oktober 2015)

(Konteks: Kalimat ini disampaikan oleh Presiden Jokowi di akun

facebooknya pada siang hari, 12 Oktober 2015. Kalimat ini terkait

dengan berita bahwa razia ramai dilakukan pemerintah terhadap

produk-produk impor ilegal. Kementerian Perdagangan (Kemendag)

melakukan razia ke sejumlah titik sentra perdagangan menyusul

perintah Presiden untuk memberantas barang impor ilegal. Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

mencuplik tulisan Presiden ke dalam tajuk Republika tanggal 29

Oktober 2015.)

(2) “Saya akan back-up penuh,” ujar Presiden menegaskan.

(Republika, Jumat, 27 November 2015)

(Konteks: Kalimat ini dikemukakan oleh Presiden Jokowi di hadapan

peserta Munas V Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia

(APPSI) di Makassar, 26 November 2015. Kalimat ini berkitan dengan

serapan ABPD (Anggaran Belanja Pemerintah Daerah) yang jauh dari

optimal.)

Kalimat pada data (1) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

persona. Kata “saya” pada data di atas dapat disebut sebagai kemunculan deiksis

karena rujukkan adalah persona pertama. Rujukan atau maksud dari deiktis “saya”

pada data di atas adalah Presiden Jokowi. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengerti bahwa kalimat ini disampaikan oleh Presiden Jokowi di akun

facebook-nya pada siang hari, 12 Oktober 2015. Situasi munculnya kalimat ini

terkait dengan berita bahwa razia ramai dilakukan pemerintah terhadap produk-

produk impor ilegal. Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan razia ke

sejumlah titik sentra perdagangan menyusul perintah Presiden untuk memberantas

barang impor ilegal. Penulis mencuplik tulisan Presiden ke dalam tajuk Republika

tanggal 29 Oktober 2015. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “saya” dapat

disebut dengan deiksis eksofora persona pertama.

Kalimat pada data (2) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

persona pertama. Kata “saya” pada data di atas dapat disebut sebagai kemunculan

deiksis karena rujukannya adalah persona pertama. Rujukan atau maksud dari

deiktis kata “saya” pada data di atas adalah Presiden Jokowi. Rujukan tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks kalimat ini, yakni

kalimat ini dikemukakan oleh Presiden Jokowi di hadapan peserta Munas V

Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Makassar, 26

November 2015. Kalimat ini berkaitan dengan serapan ABPD (Anggaran Belanja

Pemerintah Daerah) yang jauh dari optimal. Jadi, dengan adanya konteks tersebut,

kata “saya” dapat disebut dengan deiksis eksofora persona pertama.

Pada data (1) dan (2) telah dijelaskan bahwa kata “saya” memang

mempunyai rujukan yang sama, yaitu Presiden Jokowi. Konteks yang

melatarbelakangi munculnya kedua kalimat tersebut berbeda. Rujukan bisa

berbeda apabila suatu ketika ada tulisan dengan konteks kata “saya” yang menjadi

penutur adalah orang lain, maka rujukannya dapat membuktikan bahwa kata

“saya” belum tentu Presiden Jokowi. Kata “saya” pada kedua data di atas disebut

dengan deiksis eksofora persona pertama karena rujukannya adalah persona yang

berada di luar teks dimana persona tersebut menjadi penutur.

2) Persona Kedua Tunggal

Deksis persona kedua tunggal mengacu pada persona yang berjumlah satu.

Chaer (2011: 91) menjelaskan bahwa kata ganti orang kedua, yaitu kata yang

menggantikan diri orang yang diajak bicara. Dalam penelitian ini ditemukan

kemunculan deiksis persona kedua tunggal yakni kamu dan Anda.

a. Kamu

Bentuk kamu hanya dapat dipergunakan di antara peserta ujaran yang

sudah akrab hubungannya, atau dipakai oleh orang yang mempunyai status sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

lebih tinggi untuk menyapa lawan bicara yang berstatus sosial lebih rendah

(Purwo, 1984: 23). Deiksis persona bentuk ini merujuk pada orang yang

berjumlah satu yang berada di luar teks. Dalam penelitian ini ditemukan

kemunculan bentuk kamu sebanyak satu kali. Berikut akan peneliti jabarkan

dengan contoh deiksis kamu pada persona kedua tunggal.

(3) “...Jika kamu orang yang membawa kekerasan, kamu Islam, Yahudi,

kristen atau Hindu, akan tetap menjadi orang penuh dengan

kekerasan,” kata Aslan.

(Republika, Jumat, 16 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh akademisi Univesritas

California Reza Aslan pada bulan September 2015 mengenai

pertanyaan dan tuduhan bahwa Islam identik dengan kekerasan.

Kalimat ini terkait dengan peristiwa pengemboman yang terjadi di

Paris, Prancis pada Jumat, 13 November 2015 malam waktu setempat.

Diduga tersangka pengemboman adalah ISIS. Isis tersebut biasanya

membawa-bawa nama Islam, jadi orang-orang menilai bahwa Islam

identik dengan kekerasan.)

Kalimat pada data (3) di atas merupakan deiksis luat tuturan – eksofora

persona kedua tunggal. Kata “Anda” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena dengan konteks yang, rujukannya adalah persona

kedua tunggal. Rujukan atau maksud dari deiktis “Anda” pada data di atas adalah

saya sebagai pembaca. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti

konteks kalimat, yaitu kalimat ini disampaikan oleh akademisi Universitas

California Reza Aslan pada bulan September 2015 mengenai pertanyaan dan

tuduhan bahwa Islam identik dengan kekerasan. Situasi saat kalimat ini ditulis

bahwa adanya peristiwa pengemboman yang terjadi di Paris, Prancis pada Jumat,

13 November 2015 malam waktu setempat. Diduga tersangka pengemboman

adalah ISIS. Isis tersebut biasanya membawa-bawa nama Islam, jadi orang-orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

menilai bahwa Islam identik dengan kekerasan. Jadi, dengan adanya konteks

tersebut, kata “Anda” dapat disebut dengan deiskis eksofora persona kedua

tunggal.

Pada data (3) di atas telah dijelaskan bahwa bentuk “kamu” mempunyai

rujukan pada saya sebagai pembaca. Meskipun hanya ada satu deiksis, tetapi hal

ini dapat dibuktikan dengan adanya konteks. Apabila yang menjadi pembaca tajuk

ini adalah orang lain, pastilah rujukan dari kata “kamu” adalah orang lain itu.

Maka dengan rujukan yang dapat berubah-ubah ini, kata “kamu” tergolong dalam

bentuk deiktis. Kata “kamu” dapat disebut dengan deiksis eksofora persona kedua

tunggal, karena rujukannya hanya berjumlah satu orang dan berada di luar teks.

b. Anda

Chaer (2011: 96) menerangkan bahwa kata ganti Anda digunakan untuk

menyatakan diri kedua, atau orang yang diajak bicara, dapat digunakan kepada

orang lain yang belum dikenal atau dalam situasi yang resmi. Dalam penelitian ini

hanya ditemukan sekali kemunculan deiksis Anda. Peneliti akan menerangkan

dengan contoh wujud deiksis Anda yang mengacu pada persona kedua tunggal.

(4) “Bersediakan Anda membayar lebih tagihan listrik per bulan agar

saudara Anda di pedalaman Kalimantan atau Papua atau Lebak bisa

menikmati terangnya nyala lampu?”

(Republika, Selasa, 1 Desember 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan listrik 1.300 Volt

Ampere (VA) dan 2.200 VA yang dilakukan pemerintah lewat PLN

secara resmi pada hari Senin, 1 Desember 2015. Penulis

mengandaikan dengan pertanyaan supaya pembaca paham maksud

dari penaikan tarif listrik.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Kalimat pada data (4) di atas merupaka deiksis luar tuturan – eksofora

persona kedua tunggal. Kata “Anda” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona kedua tunggal. Rujukan

atau maksud dari diektis “Anda” pada data di atas adalah saya sebagai pembaca.

Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks

kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini ditulis adalah

adanya pemberitaan pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan listrik 1.300 Volt

Ampere (VA) dan 2.200 VA yang dilakukan pemerintah lewat PLN secara resmi

pada hari Senin, 1 Desember 2015. Penulis mengandaikan dengan pertanyaan

supaya pembaca paham maksud dari penaikan tarif listrik. Jadi, dengan adanya

konteks tersebut, kata “Anda” dapat disebut dengan eksofora persona kedua

tunggal.

Pada data (4) telah dijelaskan bahwa kata “Anda” mempunyai rujukan

yang berbeda tergantung konteks. Berkitan dengan hal ini, rujukan pada data di

atas adalah saya. Referen dapat berbeda ketika konteksnya yang menjadi pembaca

adalah orang lain (bukan saya). Kata “Anda” pada data di atas disebut dengan

deiksis eksofora persona kedua tunggal karena rujukannya berjumlah satu orang

dan berada di luar teks.

3) Persona Ketiga

Kata ganti orang ketiga, yaitu kata yang menggantikan diri orang yang

dibicarakan (Chaer, 2011: 92). Deiksis yang menjadi pemarkah persona ketiga ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

artinya rujukannya terletak di luar teks yang mengacu pada persona yang

berjumlah dari satu orang bisa juga lebih. Dalam penelitian ini ditemukan wujud

deiksis –nya sebanyak dua kali sebagai deiksis persona ketiga.

a. –nya

Bentuk lekat kanan –nya menyatakan diri orang ketiga atau yang

dibicarakan (Chaer: 2011: 97). Dalam penelitian ini, ditemukan kemunculan

deiksis lekat kanan –nya yang mengacu pada persona ketiga di luar teks sebanyak

dua kali. Perhatikan contoh data berikut yang dapat menerangkan deiksis persona

ketiga jamak.

(5) Memang kebijakan soal minuman keras dan peraturan pendirian

minimarket dibuat oleh menteri sebelumnya.

(Republika, Rabu, 23 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 23 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan kebijakan tentang aturan penjualan minuman keras dan

beralkohol yang diatur sejak jabatan Menteri Perdagangan Indonesia

sebelum Thomas Lembong, yaitu Rachmat Gobel.)

(6) Bahasa-bahasa daerah yang penuturnya banyak tentu ingin

menjadikan bahasanya sebagai bahasa nasional.

(Republika, Rabu, 28 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 28 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan peringatan sumpah pemuda tahun 2015. Penulis mengungkap

kembali bahwa di tahun 1928 dahulu, Indonesia memiliki lebih dari

300 kenis bahasa daerah. Tentunya penutur-penutur bahasa dari daerah

masing-masing di Indonesia menginginkan bahasa mereka menjadi

bahasa nasional. Karena berhasil dikompromikan, bahasa Indonesialah

yang menjadi bahasa nasional.)

Kalimat pada data (5) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

persona ketiga jamak. Bentuk lekat kanan “-nya” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga jamak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah Menteri

Perdagangan Indonesia sebelum Thomas Lembong, yaitu Rachmat Gobel.

Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks

kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 23 September 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini muncul bahwa

adanya kebijakan tentang aturan penjualan minuman keras dan beralkohol yang

diatur sejak jabatan Menteri Perdagangan Indonesia sebelum Thomas Lembong,

yaitu Rachmat Gobel. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “-nya” dapat

disebut dengan deiksis eksofora persona ketiga jamak.

Kalimat pada data (6) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

persona ketiga jamak. Bentuk lekat kanan “-nya” pada pada di atas dapat disbeut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga ketiga

jamak. Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah penutur-

penutur bahasa dari daerah masing-masing di Indonesia. Rujukan tersebut dapat

dipahami setelah dimengerti konteks kalimat, yakni kalimat ini disampaikan oleh

redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 28 Oktober 2015 pada pembaca. Situasi

saat kalimat ini ditulis yaitu adanya peringatan sumpah pemuda tahun 2015.

Penulis mengungkap kembali bahwa di tahun 1928 dahulu, Indonesia memiliki

lebih dari 300 kenis bahasa daerah. Tentunya penutur-penutur bahasa dari daerah

masing-masing di Indonesia menginginkan bahasa mereka menjadi bahasa

nasional. Karena berhasil dikompromikan, bahasa Indonesialah yang menjadi

bahasa nasional. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, bentuk lekat kanan “-nya”

dapat disebut deiksis eksfora persona ketiga jamak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Pada data (5) dan (6) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “-nya”

mempunyai rujukan atau referen yang berbeda karena mempunyai konteks yang

berbeda pula. Maka, dengan adnaya konteks yang berbeda dapat diasumsikan

bahwa kata “-nya” dapat disebut deiktis. Kata “-nya” pada kedua data di atas

disebut dnegan deiksis eksofora persona ketiga jamak karena rujukannya berada

di luar teks dan berjumlah satu atau lebih.

b. Mereka

Seperti yang dikatakan Chaer (2011: 98), bahwa kata ganti mereka

berguna untuk menyatakan diri orang ketiga atau yang dibicarakan, yang

jumlahnya lebih dari seorang, dapat digunakan terhadap siapa saja dan oleh siapa

saja. Dalam penelitian ini, ditemukan kemunculan deiksis mereka sebanyak tiga

kali. Berikut akan peneliti jabarkan contoh deiksis persona ketiga jamak mereka.

(7) Boro-boro pergi ke kantor untuk bekerja, hanya sekadar keluar rumah

saja mereka enggan.

(Republika, Jumat, 9 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 9 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan

Kalimantan sejak pertengah tahun 2015. Akibat dari bencana tersebut

selain pada sektor pendidikan, juga pada ekonomi. Warga di sekitar

wilayah yang terdampak kabut asap di Sumatera dan Kalimantan

bahkan merasa enggan untuk pergi keluar rumah untuk keperluan apa

pun.)

(8) Mereka memfasilitasi sarana pariwisata di negaranya sesuai prinsip

Islam: makanan halal, spa halal, penyediaan tempat shalat di ruang-

ruang publik, dan sebagainya

(Republika, Kamis, 22 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik

tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan peluang pasar Muslim begitu besar yang juga dilirik oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

negara Non-Muslim seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong

Kong, dan Australia. Penulis beranggapan bahwa Kementerian

Pariwisata di negara tersebut memfasilitasi sarana pariwisata sesuai

prinsip Islam supaya kunjungan wisatawan muslim semakin

meningkat.)

Kalimat pada data (8) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

persona ketiga jamak. Bentuk “mereka” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya bisa berubah sesuai konteks. Dalam hal

ini, deiksis tersebut merujuk pada persona ketiga jamak. Rujukan atau maksud

dari deiktis “mereka” pada data di atas adalah warga di sekitar wilayah yang

terdampak kabut asap di Sumatera dan Kalimantan. Rujukan tersebut dapat

dipahami setelah dimengerti bahwa ada konteks kalimat yakni kalimat ini

disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 9 Oktober 2015 pada

pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah

Sumatera dan Kalimantan sejak pertengah tahun 2015. Akibat dari bencana

tersebut selain pada sektor pendidikan, juga pada ekonomi. Warga di sekitar

wilayah yang terdampak kabut asap di Sumatera dan Kalimantan bahkan merasa

enggan untuk pergi keluar rumah untuk keperluan apa pun. Jadi, dengan adanya

konteks tersebut, kata “mereka” dapat disebut dengan deiksis eksofora persona

ketiga jamak.

Kalimat pada data (9) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

persona ketiga jamak. Bentuk “mereka” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya dapat berbeda sesuai konteks. Dalam hal

ini, deiksis tersebut merujuk pada persona ketiga jamak. Rujukan atau maksud

dari deiktis “mereka” pada data di atas adalah Kementerian Pariwisata di negara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Australia yang memfasilitasi

sarana pariwisata berbasis Muslim. Rujukan tersebut dapat dimengerti setelah

adanya konteks kalimat ini, yakni kalimat ini disampaikan oleh redaski Republika

di rubrik tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini

ditulis yaitu adanya berita peluang pasar Muslim yang begitu besar dilirik oleh

negara Non-Muslim seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan

Australia. Penulis beranggapan bahwa Kementerian Pariwisata di negara tersebut

memfasilitasi sarana pariwisata sesuai prinsip Islam supaya kunjungan wisatawan

muslim semakin meningkat. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “mereka”

dapat disebut dengan deiksis eksofora persona ketiga jamak.

Pada data (8) dan (9) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “mereka”

mempunyai rujukan atau referen orang ketiga yang dibicarakan yang berjumlah

lebih dari satu orang. Rujukannya bisa berbeda-beda sesuai konteks. Dengan

adanya konteks yang berbeda dapat mempengaruhi rujukannya yang berbeda, kata

“mereka” dapat disebut deiktis.

4) Persona Jamak Eksklusif

Bentuk deiksis eksklusif bisa diartikan sebagai deiksis yang merujuk pada

gabungan antara persona pertama dan ketiga. Bentuk eksklusif dalam bahasa

Indonesia adalah kami (Purwo, 1984: 24 ). Wujud kata ganti kami mengacu pada

orang yang menulis atas nama kelompok, tidak termasuk pembaca. Peneliti

menemukan tiga kali kemunculan deiksis kami dalam penelitian ini. Perhatikan

contoh data berikut yang menjabarkan deiksis persona jamak eksklusif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

(10) “Ya, kami sangat mencermati situasi krisis seperti ini.”

(Republika, Selasa, 29 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan Menkeu Amerika Serikat Hank

Paulson saat berbincang dengan Menkeu Prancis Christine Lagarde

pada saat krisis ekonomi tahun 2008. Kalimat ini berkaitan dengan

situasi ekonomi yang sedang krisis di Amerika Serikat tahun 2008,

tetapi Menkeu hanya terlihat acuh tak acuh.)

(11) Dalam kaitan tersebut, kami menyambut keputusannya MK yang

menyatakan penyelenggaraan ibadah haji perlu dikelola secara

profesional dan akuntabel.

(Republika, Rabu, 21 Oktober 2016)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan tanggapan redaksi terhadap keputusan MK (Mahkamah

Konstitusi) tentang pemerataan penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini

dikarenakan Kementerian Agama sebagai regulator dan operator haji

hendaknya berfokus pada perbaikan layanan haji.)

Kalimat pada data (10) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

persona ketiga jamak eksklusif. Kata “kami” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukkannya adalah persona jamak eksklusif.

Rujukan atau maksud dari deiktis “kami” pada data di atas adalah jajaran Menteri

Keuangan Amerika Serikat Hank Paulson tahun 2008. Rujukan tersebut dapat

dipahami setelah dimengerti bahwa kalimat ini disampaikan oleh Menkeu

Amerika Serikat Hank Paulson saat berbincang dengan Menkeu Prancis Christine

Lagarde pada saat krisis ekonomi tahun 2008. Situasi saat kalimat ini diujarkan

yaitu ekonomi di Amerika Serikat tahun 2008 sedang mengalami krisis ekonomi,

tetapi Menkeu hanya terlihat acuh tak acuh. Jadi, dengan adanya konteks tersebut,

kata “kami” dapat disebut dengan deiksis persona jamak eksklusif.

Kalimat pada data (11) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

persona persona ketiga jamak eksklusif. Kata “kami” pada data di atas dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukkannya adalah persona jamak

eksklusif. Rujukan atau maksud dari deiktis “kami” pada data di atas adalah

redaksi Republika yang menyambut adanya keputusan MK mengenai

penyelenggaraan haji. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa

adanya konteks kalimat bahwa tulisan ini disampaikan oleh redaksi Republika di

rubrik tajuk tanggal 21 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan

tanggapan redaksi terhadap keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) tentang

pemerataan penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini dikarenakan Kementerian

Agama sebagai regulator dan operator haji hendaknya berfokus pada perbaikan

layanan haji. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “kami” dapat disebut

dengan deiksis persona jamak eksklusif.

Pada data (10) dan (11) telah dijelaskan bahwa kata “kami” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa

kata “kami” disebut deiktis. Kata “kami” pada kedua data di atas disebut dengan

deiksis eksofora karena rujukkannya berada di luar teks, sedangkan disebut

sebagai deiksis persona jamak eksklusif karena kata “kami” merujuk pada orang

yang menulis atas nama kelompok, tidak termasuk pembaca.

5) Persona Jamak Inklusif

Bentuk persona ketiga jamak inklusif dapat diartikan dengan deiksis yang

merujuk pada gabungan antara persona pertama dan kedua. Bentuk inklusif dalam

bahasa Indonesia dikenal dengan kata kita (Purwo, 1984: 24). Dalam penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

ini, peneliti menemukan kemunculan bentuk kita sebanyak 13 kali. Perhatikan

contoh data berikut yang mengandung deiksis persona jamak inklusif.

(12) Kita berharap agar pimpinan baru KPK benar-benar dapat

mengkhidmatkan dirinya untuk menyelamatkan Indonesia dari

kejahatan korupsi.

(Republika, Senin, 21 Desember 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan terpilihnya lima pimpinan baru KPK (Komisi

Pemberantasan Korupsi) periode 2015 – 2019 oleh DPR. Lima

pimpinan baru tersebut adalah Agus Raharjo sebagai ketua, Basaria

Panjaitan, Alexander Marwata, Saut Situmorang, serta Laode

Muhammad Syarif. Penulis mengajak pembaca berharap bahwa

pimpinan baru KPK tersebut dapat mengatasi permasalah korupsi di

Indonesia, terlebih memenuhi tantangan di sektor penegakan

hukum.)

(13) Kita tidak memungkiri tanpa bebas visa pun, sudah ada turis istrael

yang melancong ke nusantara.

(Republika, Selasa, 22 Desember 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 22 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan putusan pemerintah bahwa Israel menjadi Negara penerima

bebas visa kunjungan ke Indonesia. Menko Kemaritiman dan

Sumber Daya Rizal Ramliu menjelaskan bahwa fasilitas bebas visa

kunjungan semata untuk tujuan bisnis. Padahal tidak dapat dipungkri

bahwa tanpa bebas visa pun, sudah ada turis Israel yang melancong

ke nusantara. Pernah ada yang mengabarkan ada rombongan turis

Israel pergi ke Tana Toraja dan ke Pantai Kuta, walaupun jumlah

turis ini tidak begitu banyak. Penulis menolak adanya program bebas

visa yang diberikan pemerintah Indonesia terhadap wisatawan Israel.

Kalimat pada data (12) di atas merupakan deiksis lura tuturan – eksofora

persona ketiga bentuk inklusif. Bentuk kata “kita” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona gabungan antara

persona pertama dan persona kedua. Rujukan atau maksud deiktis “kita” pada data

di atas adalah redaksi Republika yang menulis tajuk tanggal 21 Desember 2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

dan saya sebagai pembaca. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti

bahwa adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 21 Desember 2015 pada pembaca. Situasi saat

kalimat ini ditulis bahwa ada berita mengenai terpilihnya lima pimpinan baru

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) periode 2015 – 2019 oleh DPR. Lima

pimpinan baru tersebut adalah Agus Raharjo sebagai ketua, Basaria Panjaitan,

Alexander Marwata, Saut Situmorang, serta Laode Muhammad Syarif. Penulis

mengajak pembaca berharap bahwa pimpinan baru KPK tersebut dapat mengatasi

permasalah korupsi di Indonesia, terlebih memenuhi tantangan di sektor

penegakan hukum. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “kita” dapat disebut

dengan deiksis eksofora persona bentuk inklusif.

Kalimat pada data (13) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

persona ketiga bentuk inklusif. Wujud kata “kita” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona bentuk gabungan

antara persona pertama dan persona kedua. Rujukan atau maksud dari deiktis

“kita” pada data di atas adalah penulis tajuk Republika tanggal 22 Desember 2015

dan saya sebagai pembaca. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti

bahwa adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 22 Desember 2015 pada pembaca. Situasi saat

kalimat ini ditulis adalah adanya putusan pemerintah bahwa Israel menjadi Negara

penerima bebas visa kunjungan ke Indoneaia. Meko Kemaritiman dan Sumber

Daya Rizal Ramliu menjelaskan bahwa fasilitas bebas visa kunjungan semata

untuk tujuan bisnis. Padahal tidak dapat dipungkri bahwa tanpa bebas visa pun,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

sudah ada turis Israel yang melancong ke nusantara. Pernah ada yang

mengabarkan ada rombongan turis Israel pergi ke Tana Toraja dank e Pantai Kuta,

walaupun jumlah turis ini tidak begitu banyak. Penulis menolak adanya program

bebas visa yang diberikan pemerintah Indonesia terhadap wisatawan Israel. Jadi,

dengan adanya konteks tersebut, wujud “kita” dapat disebut dengan deiksis

eksofora persona jamak inklusif.

Pada data (12) dan (13) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “kita”

mempunyai rujukan atau referen berbeda yaitu orang yang menulis bersama

dengan orang lain termasuk yang diajak berkomunikasi, yaitu pembaca. Wujud

“kita” dapat dikatakan deiksis eksofora karena rujukannya berada di luar teks.

Selanjutnya, bisa tergolong dapat persona ketiga inklusif karena kita menunjuk

pada orang yang berbeda tergantung konteks kalimat.

4.2.1.1.2 Deiksis Ruang

1) Deiksis Ruang Demonstratif

Deiksis ruang demonstratif menunjuk pada sesuatu pada suatu pertuturan.

Deiksis jenis ini bersifat menunjuk secara langsung. Peneliti menemukan deiksis

ruang demonstratif sebanyak sembilan kali dalam penelitian ini. Berikut akan

peneliti jabarkan dengan contoh deiksis ruang demonstratif.

(14) Pemerintah yang mau membawa ke mana negeri ini?

(Republika, Rabu, 2 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan PHK di Indonesia tahun 2015 ini yang merugikan buruh

sebagai korban utama. Buruh sudah melakukan demo untuk menuntut

kinerja pemerintah. Penulis menggambarkan dengan kalimat tanya,

tetapi bernada protes untuk meminta ketegasan bahwa memang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

pemerintah yang harus mempunyai jalan yang jelas untuk mengatasi

PHK.)

(15) Koran ini pada akhir Januari 2015 memuji langkah Menteri

Perdagangan ketika itu, Rachmat Gobel.

(Republika, Selasa, 15 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk Republika tanggal 15 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini

berkaitan dengan aturan tegas yang diambil oleh Mendag Rachmat

Gobel tentang penjualan miras. Baru dua bulan menjabat, tetapi berani

membuat gebrakan bahwa toko kelontong dan minimarket tidak boleh

menjual miras secara bebas.)

Kalimat pada data (14) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

ruang dmeonstratif. Kata “ini” pada data di atas dapat disebut sebagai kemunculan

deiksis karena rujukkannya adalah demonstratif. Rujukkan atau maksud dari

deiktis “ini” pada data di atas adalah negeri yang sedang mengalami gelombang

PHK, yaitu Indonesia. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa

adanya konteks kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 2 September 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini diujarkan yaitu

PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di Indonesia tahun 2015 ini merugikan buruh

sebagai korban utama. Buruh sudah melakukan demo untuk menuntut kinerja

pemerintah. Penulis menggambarkan dengan kalimat tanya, tetapi bernada protes

untuk meminta ketegasan bahwa memang pemerintah yang harus mempunyai

jalan yang jelas untuk mengatasi PHK. Jadi, dengan adanya konteks tersebut,

bentuk “ini” dapat disebut dengan deiksis ruang demonstratif.

Kalimat pada data (15) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

ruang. Kata “ini” pada data di atas dapat disebut sebagai kemunculan deiksis

karena rujukkannya adalah demonstratif. Rujukkan atau maksud dari deiktis “ini”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

pada data di atas adalah koran Republika. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengerti bahwa adanya konteks kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika

di rubrik tajuk tanggal 15 September 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini

diujarkan yaitu ini berkaitan dengan aturan tegas yang diambil oleh Mendag

Rachmat Gobel tentang penjualan miras. Baru dua bulan menjabat, tetapi berani

membuat gebrakan bahwa toko kelontong dan minimarket tidak boleh menjual

miras secara bebas. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, bentuk “ini” dapat

disebut dengan deiksis ruang demonstratif.

Pada data (14) dan (15) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “ini”

mempunyai rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang

berbeda pula. Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat

diasumsikan bahwa wujud “ini” disebut deiktis. Kata “ini” pada kedua data di atas

disebut dengan deiksis luar tuturan – deiksis eksofora karena rujukkannya berada

di luar teks, sedangkan disebut sebagai deiksis ruang pronominal demonstratif

karena bentuk kata “ini” menunjuk pada sesuatu, yaitu dengan leksem verba.

2) Deiksis Ruang Lokatif

Deiksis ruang lokatif menunjuk makna tempat pada nomina atau

sejenisnya (KBBI). Artinya, wujud deiksis ini lebih mengacu pada suatu tempat

yang berhubungan dengan peristiwa yang dibicarakan. Dalam penelitian ini,

peneliti menemukan empat wujud deiksis ruang lokatif. Di antaranya adalah

bentuk di sana, di situ, di dalam, dan di belakang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

a. di sana

Kata penunjuk tempat, sini, situ, sana, masing-masing dapat dirangkaikan

dengan preposisi di, ke, atau dari (Purwo, 1984: 44). Wujud deiksis di sana dalam

penelitian ini hanya ditemukan kemunculannya hanya satu kali. Perhatikan contoh

berikut untuk melihat lebih jelas deiksis ruang demonstratif lokatif di sana.

(16) Aktivitas penambangan pasir itu juga menyebabkan sarana jalan di

sana rusak.

(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Oktober 2015 kepada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan peristiwa pembunuhan yang dilakukan para penambang pasir

terhadap aktivis lingkungan, Salim Kancil. Penulis menyampaikan

bahwa aktivitas penambangan pasir yang berlangsung di Desa Selok

Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten

Lumajang, Jawa Timur tidak hanya menjadikan bisnis haram. Akan

tetapi, mengakibatkan kerusakan lingkungan, yaitu rusaknya jalan di

sekitar daerah tersebut.)

Kalimat pada data (16) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

ruang lokatif. Wujud “di sana” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah suatu tempat. Rujukan atau maksud

dari deiktis “di sana” pada data di atas adalah jalan sekitar daerah Desa Selok

Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang,

Jawa Timur yang menjadi jalan hilir mudik truk pembawa pasir. Rujukan tersebut

dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks kalimat yakni kalimat

ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 1 Oktober 2015

kepada pembaca. Kalimat ini terkait dengan peristiwa pembunuhan yang

dilakukan para penambang pasir terhadap aktivis lingkungan, Salim Kancil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Penulis menyampaikan bahwa aktivitas penambangan pasir yang berlangsung di

Desa Selok Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten

Lumajang, Jawa Timur tidak hanya menjadikan bisnis haram. Akan tetapi,

mengakibatkan kerusakan lingkungan, yaitu rusaknya jalan di sekitar daerah

tersebut. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “di sana” dapat disebut

dengan deiksis eksofora ruang lokatif.

Pada data (16) telah dijelaskan bahwa bentuk “di sana” mempunyai

rujukan yang berbeda, apabila terdapat satu kalimat lagi yang mempunyai konteks

berbeda. Misalnya jika ada kalimat yang latar belakang peristiwanya di daerah A.

Maka, kata “di sana” pada pada kalimat itu bisa saja merujuk pada daerah A.

Dapat dikatakan deiksis eksofora ruang lokatif, karena rujukannya berada di luar

teks yang mengacu pada suatu tempat.

b. di situ

Kata penunjuk tempat, sini, situ, sana, masing-masing dapat dirangkaikan

dengan preposisi di, ke, atau dari (Purwo, 1984: 44). Wujud deiksis di situ dalam

penelitian ini hanya ditemukan kemunculannya hanya satu kali. Perhatikan contoh

berikut untuk melihat lebih jelas deiksis ruang demonstratif lokatif di situ.

(17) Sebab, cara evakuasi seperti ini lebih mudah diwujudkan dan

prosesnya pun bisa cepat dilakukan dibanding anak-anak dibawa ke

kapal laut beberapa pekan dan mereka beraktivitas di situ.

(Republika, Jumat, 23 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan cara evakuasi yang diusulkan oleh Menkes Nila F untuk

menanggulangi kabut asap di Sumatera dan Kalimantan yang belum

juga mereda. Penulis beranggapan bahwa usulan Menkes lebih

mudah diwujudkan karena menurutnya, di daerah asap harus ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

posko kesehatan 24 jam dengan fasilitas oksigen, AC, hingga

penjernihan udara. Bayi, balita, orang tua, dan penderita gangguan

kesehatan lebih diutamakan menjadi target evakuasi. Dari pada harus

bertahan selama beberapa pekan di kapal laut, dan hanya terombang-

ambing di lautan sekitar Sumatera dan Kalimantan yang terkena

asap.)

Kalimat pada data (17) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

ruang lokatif. Bentuk “di situ” pada data di atas dapat disebut sebagai kemunculan

deiksis karena rujukannya berbeda bergantung situasi. Rujukan atau maksud dari

diektis “di situ” pada data di atas adalah tempat berdirinya Fadli Zon saat

mendampingi Setya Novanto dan Donald Trump, yautu di belakang mereka.

Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks

kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan cara

evakuasi yang diusulkan oleh Menkes Nila F untuk menanggulangi kabut asap di

Sumatera dan Kalimantan yang belum juga mereda. Penulis beranggapan bahwa

usulan Menkes lebih mudah diwujudkan karena menurutnya, di daerah asap harus

ada posko kesehatan 24 jam dengan fasilitas oksigen, AC, hingga penjernihan

udara. Bayi, balita, orang tua, dan penderita gangguan kesehatan lebih diutamakan

menjadi target evakuasi. Dari pada harus bertahan selama beberapa pekan di kapal

laut, dan hanya terombang-ambing di lautan sekitar Sumatera dan Kalimantan

yang terkena asap. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “di situ” dapat

disebut dengan deiksis eksofora ruang lokatif.

Pada data (17) di atas telah dijelaskan bahwa bentuk kata “di situ” merujuk

ke suatu tempat. Hal ini dapat dilihat memiliki referen berbeda apabila ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

kalimat pembanding dengan dasar tempat yang melatarbelakangi kalimat juga

berbeda dengan yang dijelaskan di atas. Walaupun hanya nampak satu wujud,

namun kata “di situ” yang didasari konteks tertentu dapat dikatakan deiktis. Kata

“di situ” disebut sebagai deiksis eksofora ruang lokatif karena rujukannya berada

di luar teks dan mengacu pada suatu tempat.

c. di dalam

Wujud deiksis dalam yang dapat dirangkaikan dengan preposisi di. Bentuk

“di dalam” merujuk pada lingkungan sendiri atau tempat yang menjadi latar

tempat pertuturan itu. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan satu wujud

deiksis “di dalam”. Berikut akan peneliti paparkan dengan contoh data deiksis

yang menyatakan ruang lokatif.

(18) Tinggal sekarang bagaimana Indonesia memperkuat koordinasi di

dalam dengan melibatkan semua unsur yang terkait.

(Republika, Jumat, 13 November 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 13 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan kemitraan dagang yang dipilih oleh Indonesia yaitu TPP

(Trans Pacific Partnership) dengan Amerika Serikat pada 26 Oktober

2015. Hal ini dilakukan pemerintah Indonesia karena merespons era

globalisasi. Supaya jalur perdagangan dunia bisa meningkatkan

ekonomi di Indonesia. Penulis menganggap kalau tim kajian dan

negosiasi belum cermat menentukan pilihan blog dagang yang

diambil. TPP bersifat mengikat, padahal Indonesia tidak terlibat

sejak awal dalam membahas ayrat dan ketentuan TPP.)

Kalimat pada data (18) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

ruang lokatif. Wujud deiksis “di dalam” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya mengacu pada suatu tempat pertuturan

yang berada di luar teks. Rujukan atau maksud dari deiktis “di dalam” pada data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

di atas adalah koordinasi pada tim kajian dan negosiasi blok dagang Indonesia

dengan luar negeri. Rujukan tersebut dapat dimengerti setelah adanya konteks

kalimat yakni ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 13

November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan kemitraan dagang yang

dipilih oleh Indonesia yaitu TPP (Trans Pacific Partnership) dengan Amerika

Serikat pada 26 Oktober 2015. Hal ini dilakukan pemerintah Indonesia karena

merespons era globalisasi. Supaya jalur perdagangan dunia bisa meningkatkan

ekonomi di Indonesia. Penulis menganggap kalau tim kajian dan negosiasi belum

cermat menentukan pilihan blog dagang yang diambil. TPP bersifat mengikat,

padahal Indonesia tidak terlibat sejak awal dalam membahas ayrat dan ketentuan

TPP. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “di dalam” dapat disebut dengan

deiksis eksofora ruang lokatif.

`Pada data (18) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “di dalam” mempunai

rujukan tertentu. Hal ini dapat dilihat bahwa deiksis “di dalam” mempunyai

rujukan berbeda apabila ditemukan kalimat yang merujuk pada suatu tempat lain

dengan deiksis “di dalam”. Wujud “di dalam” dpaat disebut sebagai deiksis

eksofora ruang lokatif karena merujuk pada suatu tempat di luar teks.

d. di belakang

Kata penunjuk tempat belakang dapat dirangkai dengan preposisi di.

Wujud deiksis “di dalam” mengacu pada suatu tempat pertuturan yang

menyatakan arah atau bagian yang menjadi lawan muka (depan) (KBBI). Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

penelitian ini ditemukan satu wujud deiksis di dalam. Perhatikan contoh data

untuk memperkuat bukti adanya deiksis “di dalam”.

(19) Senyum Fadli Zon makin lebar di belakang.

(Republika, Kamis, 8 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan kehadiran ketua DPR RI Setya Novanto dan wakilnya Fadli

Zon dalam konferensi pers calon presiden AS, Donald Trump. Saat ini

Trump mengatakan bahwa Novanto, Trump, dan Fadli Zon tentunya

akan berbuat hal hebat untuk Amerika Serikat. Nampaknya Novanto

dan Fadli Zon menyetujui dengan ucapan “yes” dan senyumnya. Saat

itu Fadli zon berdiri di belakang Novanto dan Trump.)

Kalimat pada data (19) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

ruang lokatif. Wujud “di belakang” pada data di atas disebut sebagai kemunculan

deiksis karena rujukannya adalah suatu tempat. Rujukan atau maksud dari deiksis

“di belakang” pada data di atas adalah tempat berdirinya Fadli Zon saat

mendampingi Setya Novanto dan Donald Trump, yautu di belakang mereka.

Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni

kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 8

September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan kehadiran ketua DPR

RI Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon dalam konferensi pers calon presiden

AS, Donald Trump. Saat ini Trump mengatakan bahwa Novanto, Trump, dan

Fadli Zon tentunya akan berbuat hal hebat untuk Amerika Serikat. Nampaknya

Novanto dan Fadli Zon menyetujui dengan ucapan “yes” dan senyumnya. Saat itu

Fadli zon berdiri di belakang Novanto dan Trump. Jadi, dengan adanya konteks

tersebut, kata “di belakang” dapat disebut dengan deiksis eksofora ruang lokatif.

Pada data (19) di atas telah dijelaskan bahwa bentuk kata “di belakang”

mempunyai rujukan suatu tempat tertentu. Hal ini dapat dilihat mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

rujukan yang bereda ketika terdapat kalimat lain yang mana latar belakang

tempatnya tidak sama dengan data (19). Walaupun hanya nampak satu kalimat,

tetapi data ini sudah dapat membuktikan bahwa kata “di belakang” merupakan

deiktis.

4.2.1.1.3 Deiksis Waktu

1) Deiksis Waktu yang Merujuk pada Hari

a. Hari ini

Deiksis hari yang diimbuhi kata ini mengacu pada waktu berlangsungnya

pertuturan. Peneliti menemukan kemunculan wujud deiksis hari ini sebanyak tiga

kali. Perhatikan data berikut untuk memperjelas pemaparan deiksis waktu yang

merujuk hari.

(20) Mulai hari ini (28/9), jamaah haji Indonesia akan kembali ke Tanah

Air.

(Republika, Senin, 28 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 28 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan akan kembalinya jamaah haji asal Indonesia pada hari Senin,

28 September 2015.)

(21) Hingga hari ini, asap kebakaran hutan semakin menyesakkan napas

sebagian saudara kita yang tinggal di Sumatera dan Kalimantan.

(Republika, Kamis, 8 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan

Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015. Penulis menyampaikan,

sampai tulisan ini dibuat, kabut asap di wilayah tersebut belum reda.)

Kalimat pada data (20) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk hari. Wujud “hari ini” pada data di atas dapat disebut sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu yang berbeda-beda. Rujukan

atau maksud dari deiktis “hari ini” pada data di atas adalah hari Senin, 28

September 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa

adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di

rubrik tajuk tanggal 28 September 2015 pada pembaca. Ini berkaitan dengan akan

kembalinya jamaah haji asal Indonesia pada hari Senin, 28 September 2015.

Kalimat pada data (21) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk pada hari. Wujud “hari ini” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah rujukan waktu yang

berbeda-beda. Rujukan atau maksud dari kata deiktis “hari ini” pada kalimat di

atas adalah hari Kamis, 8 Oktober 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengertinya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini

berkaitan dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan

Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015. Penulis menyampaikan, sampai tulisan

ini dibuat, kabut asap di wilayah tersebut belum reda.

Pada data (20) dan (21) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “hari ini”

mempunyai rujukan atau referen yang berbeda-beda untuk menunjuk

berlangsungnya pertuturan. Selanjutnya, kedua kalimat di atas mempunyai

rujukan waktu di luar teks. Oleh karena itu, kedua kalimat tersebut dapat

dikatakan sebagai wujud deiksis eksofora yang merujuk pada hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

b. Kemarin

Kata kemarin bertitik labuh pada satu hari sebelum saat tuturan terjadi

(Purwo, 1984: 71). Peneliti menemukan tiga wujud deiksis kemarin pada

penelitian ini. Berikut akan peneliti jabarkan contoh data deiksis waktu kemarin.

(22) Ridwan Kamil bersama manajer Persib Bandung Umuh Muzhtar

kemarin mendatangi markas the Jackmania dan bertemu ketua

umumnya, Richard Ahmd Supriyanto.

(Republika, Sabtu, 17 Oktober, 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan pergelaran Final Piala Presiden yang akan digelar di Stadion

GBK pada 18 Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan Sriwijaya

FC. Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil memastika supaya

pertandingan akan berlangsung aman, mengingat Jakarta adalah

markas Jackmania, musuh bebuyutan Persib Bandung.)

(23) Kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat persiapan

Asian Games.

(Republika, Sabtu, 12 Desember 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 12 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan persiapan perhelatan Asian Games yang akan diselenggarakan

pada 18 Agustus – 2 September 2018 di Jakarta dan Palembang.

Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games ke-18. Presiden

Jokowi menggelar rapat persiapan Asian Games pada hari Jumat 11

Desember 2015.)

Kalimat pada data (22) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk pada hari. Kata “kemarin” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukkannya adalah waktu yaitu satu hari

sebelum saat tuturan. Rujukan atau maksud dari deiktis “kemarin” pada data di

atas adalah hari Jumat, 16 Oktober 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengerti bahwa adanya konteks kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika

di rubrik tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

diujarkan yaitu adanya pergelaran Final Piala Presiden yang akan digelar di

Stadion GBK pada 18 Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan Sriwijaya

FC. Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil memastika supaya pertandingan akan

berlangsung aman, mengingat Jakarta adalah markas Jackmania, musuh

bebuyutan Persib Bandung.

Kalimat pada data (23) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk hari. Kata “kemarin” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu, yaitu satu hari sebelum

waktu pertuturan. Rujukan atau maksud dari deiktis “kemarin” pada data di atas

adalah hari Jumat, 11 Desember 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengerti bahwa adanya konteks kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika

di rubrik tajuk tanggal 12 Desember 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini

ditulis yaitu terkait dengan persiapan perhelatan Asian Games yang akan

diselenggarakan pada 18 Agustus–2 September 2018 di Jakarta dan Palembang.

Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games ke-18. Presiden Jokowi

menggelar rapat persiapan Asian Games pada hari Jumat 11 Desember 2015.

Pada data (22) dan (23) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “kemarin”

mempunyai rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang

berbeda pula. Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat

diasumsikan bahwa wujud “kemarin” disebut deiktis. Kata “kemarin” pada kedua

data di atas disebut dengan deiksis luar tuturan – deiksis eksofora karena

rujukannya berada di luar teks, sedangkan disebut sebagai deiksis waktu dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

klasifikasi deiksis waktu yang merujuk hari karena bentuk kata “kemarin”

menunjuk pada sehari sebelum pertuturan itu, yaitu adanya leksem adverbial.

2) Deiksis Waktu yang Merujuk pada Minggu

a. Pekan depan

Deiksis pekan depan mempunyai titik labuh satu pekan atau satu minggu

setelah terjadinya pertuturan. Dalam kaitan ini, deiksis pekan depan harus

dihubungkan dengan konteks situasi waktu pertuturan. Peneliti menemukan dua

kali kemunculan deiksis pekan depan pada penelitian ini. Perhatikan contoh data

berikut sebagai wujud deiksis pekan depan.

(24) Fasilitas kredit tersebut menjadi salah satu isi kebijakan dalam paket

kebijakan jilid III yang akan diluncurkan pekan depan.

(Republika, Sabtu, 3 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan gelombang PHK yang semakin meningkat pada September

2015. Kemenko Perekonomian merencanakan menyediakan fasilitas

kredit bagi perusahaan yang terancam bangkrut untuk mengatasinya.)

(25) Negara penjajah Palestina tersebut masuk dalam 84 negara yang

mulai pekan depan bebas visa kunjungan ke Indonesia.

(Republika, Rabu, 23 Desember 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 23 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan adanya kebijakan pemerintah Indonesia untuk pemberian

bebas visa bagi wisatawan asing. Jumlah yang ditambahkan adalah 84

negara, menjadi 131 negara. Dalam hal ini, Israel termasuk negara

yang mendapat fasilitas kunjungan bebas visa tersebut mulai 30

Desember 2015. Penulis mengingatkan bahwa Israel merupakan

negara yang pernah menjajah Palestina.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Kalimat pada data (24) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk minggu. Bentuk “pekan depan” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu pertuturan.

Rujukan atau maksud dari deiktis “pekan depan” pada data di atas adalah satu

pekan setelah pertuturan, yaitu 10 Oktober 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami

setelah dimengerti bahwa adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan

oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 3 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan gelombang PHK yang semakin meningkat pada

September 2015. Kemenko Perekonomian merencanakan menyediakan fasilitas

kredit bagi perusahaan yang terancam bangkrut untuk mengatasinya.

Kalimat pada data (25) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk pada minggu. Bentuk “pekan depan” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu pertuturan

yang dihubungkan dengan konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “pekan

depan” pada data di atas adalah satu pekan setelah tulisan ini, yaitu 30 Desember

2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengertinya konteks kalimat

yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 23

Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan adanya kebijakan

pemerintah Indonesia untuk pemberian bebas visa bagi wisatawan asing. Jumlah

yang ditambahkan adalah 84 negara, menjadi 131 negara. Dalam hal ini, Israel

termasuk negara yang mendapat fasilitas kunjungan bebas visa tersebut mulai 30

Desember 2015. Penulis mengingatkan bahwa Israel merupakan negara yang

pernah menjajah Palestina.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Pada data (24) dan (25) telah dijelaskan bahwa bentuk “pekan depan”

mempunyai rujukan atau referen waktu yang berbeda karena konteksnya juga

berbeda. Kedua kalimat di atas mengacu pada satu pekan setelah adanya tulisan

tajuk ini. Karena merujuk pada waktu penyebutan minggu yang berada di luar

teks, maka kata “pekan depan” pada kalimat di atas dapat digolongkan dalam

wujud deiksis.

b. Pekan lalu

Kata pekan yang dirangkaian dengan lalu dpaat menjangkau satu pekan ke

belakang setelah pertuturan. Dalam penelitian ini ditemukan dua kali kemunculan

deiksis pekan lalu. Berikut akan peneliti jabarkan dengan contoh deiksis pekan

lalu.

(26) Bila kita mencermati angka ramalan yang disampaikan BPS dalam

jumpa pers pekan lalu, sebenarnya tidak ada yang keliru di situ.

(Republika, Jumat, 12 November 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS mengenai

kenaikan produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung

jawabkan. Pada 2 November 2015, BPS menggelar konferensi pers

terkait produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin

mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85

persen atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah kering giling.

Angka itu belum memperhitungkan El Nino di September–Oktober

2015 dan baru memperhitungkan Mei–Agustus 2015.)

(27) Pemeriksaan Luhut ini berbeda dengan pemeriksaan Ketua DPR,

Senin pekan lalu.

(Republika, Selasa, 15 Desember 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk 15 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan kasus pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf

Kalla akan perpanjangan kontrak Freeport oleh Ketua DPR Setya

Novanto. Penulis mengungkapkan bahwa pemeriksaan Menko

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan dilakukan secara terbuka pada

Senin 14 Desember 2015, Hal ini berbeda dengan pemeriksan yang

dilakukan terhadap ketua DPR Setya Novanto pada Senin, 7

Desember 2015 yang dilakukan secara tertutup.)

Kalimat pada data (26) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang yang merujuk minggu. Bentuk “pekan lalu” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu pertuturan.

Rujukan atau maksud dari deiktis “pekan lalu” pada data di atas adalah satu pekan

sebelum waktu pertuturan, yaitu 2 November 2015. Rujukan tersebut dapat

dipahami setelah dimengertinya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan

oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca.

Kalimat ini terkait dengan perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS

mengenai kenaikan produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung

jawabkan. Pada 2 November 2015, BPS menggelar konferensi pers terkait

produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin mengungkapkan,

produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85 persen atau 4,15 juta ton menjadi

74,99 juta ton gabah kering giling. Angka itu belum memperhitungkan El Nino di

September–Oktober 2015 dan baru memperhitungkan Mei–Agustus 2015.

Kalimat pada data (27) pada data di atas merupakan deiksis luar tuturan –

eksofora waktu yang merujuk pada minggu. Wujud “pekan lalu” pada data di atas

dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu

pertuturan. Rujukan atau maksud dari deiktis “pekan lalu” pada data di atas adalah

7 Desember 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya

konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

tajuk 15 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan kasus

pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla akan perpanjangan

kontrak Freeport oleh Ketua DPR Setya Novanto. Penulis mengungkapkan bahwa

pemeriksaan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan dilakukan secara terbuka

pada Senin 14 Desember 2015, Hal ini berbeda dengan pemeriksan yang

dilakukan terhadap ketua DPR Setya Novanto pada Senin, 7 Desember 2015

yang dilakukan secara tertutup.

Pada data (26) dan (27) telah dijelaskan bahwa bentuk “pekan lalu”

mempunyai rujukan atau referen waktu satu pekan ke belakang dari adanya

penulisan. Kedua kalimat di atas merujuk pada referen waktu yang berbeda di luar

teks. Oleh karena itu, bentuk “pekan lalu” dapat dikatakan sebagai wujud deiksis.

3) Deiksis Waktu yang Merujuk pada Bulan

a. Enam Bulan Lalu

Kata yang dirangkaian dengan kata bulan tanpa disebutkan nama

bulannya, kata lalu hanya dapat menjangkau satu bulan ke belakang (Purwo,

1984: 74). Dalam hal ini peneliti menemukan satu kali kemunculan deiksis bulan

yang sudah disebutkan jumlah hitungan bulan ke belakang. Berikut

penjelasannya.

(28) Jumlah tersebut naik 860 ribu orang bila dibandingkan enam bulan

lalu.

(Republika, Rabu, 16 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan jumlah orang miskin di Indonesia yang mencapai 860 ribu

orang. Angka ini terhitung naik apabila dibandingkan dengan bulan

Maret 2015.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Kalimat pada data (28) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk pada bulan. Wujud “enam bulan lalu” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya bisa berubah

tergantung konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “enam bulan lalu” pada

data di atas adalah bulan Maret 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengertinya konteks kalimat, yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini

berkaitan dengan jumlah orang miskin di Indonesia yang mencapai 860 ribu

orang. Angka ini terhitung naik apabila dibandingkan dengan bulan Maret 2015.

Meskipun hanya ada satu data (28) yang ditemukan, wujud “enam bulan

lalu” sudah dapat dikatakan deiktis karena rangkaian tersebut bisa mempunyai

rujukan yang berbeda. Misalnya, jika tajuk ini ditulis pada bulan Desember,

pastilah rujukan “enam bulan lalu” tidak akan sama dengan kalimat di atas.

Karena rujukannya mengacu pada waktu hitungan bulan yang berada di luar teks,

maka “enam bulan” lalu dapat disebut sebagai wujud deiksis.

4) Deiksis Waktu yang Merujuk pada Tahun

a. tahun depan

Deiksis tahun depan mempunyai titik labuh satu tahun atau satu tahun

setelah terjadinya pertuturan. Dalam kaitan ini, deiksis tahun depan harus

dihubungkan dengan konteks situasi waktu pertuturan. Peneliti menemukan dua

kali kemunculan deiksis tahun depan pada penelitian ini. Perhatikan contoh data

berikut sebagai wujud deiksis tahun depan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

(29) Raja Arab Saudi mengundang dua anggota keluarga korban untuk

berhaji tahun depan.

(Republika, Senin, 21 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

masalah yang dialami penyelenggaraan haji tahun 2015, mulai dari

keterlambatan visa, robohnya crane raksasa, sampai hujan badai dan

salju. Penulis menyampaikan bahwa sebagai bentuk pertanggung

jawaban pemerintah Arab, Raja Saudi mengundang dua anggota

keluarga korban untuk berhaji tahun 2016.)

(30) Dalam jangka menengah, pemerintah harus melakukan berbagai

cara agar kebakaran hutan tidak terulang pada tahun depan.

(Republika, Rabu, 7 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 7 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan masukkan yang diberikan penulis pada masalah bencana

kabut asap di Sumatera dan Kalimantan yang belum juga terhenti.

Pemrintah diharapkan mampu memberi sosialisasi dan pemahaman

bagi warga yang berpotensi menjadi pelaku pembakaran hutan agar

tidak menimbulkan bencana serupa pada tahun 2016.)

Kalimat pada data (29) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk tahun. Bentuk “tahun depan” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu yang harus

dihubungankan dengan konteks. Rujukan atau maksud deiktis “tahun depan” pada

data di atas adalah tahun 2016. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 21 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini

terkait masalah yang dialami penyelenggaraan haji tahun 2015, mulai dari

keterlambatan visa, robohnya crane raksasa, sampai hujan badai dan salju. Penulis

menyampaikan bahwa sebagai bentuk pertanggung jawaban pemerintah Arab,

Raja Saudi mengundang dua anggota keluarga korban untuk berhaji tahun 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Kalimat pada data (30) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk pada tahun. Bentuk “tahun depan” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berbeda

sesuai konteks. Rujukan dari kata deiktis “tahun depan” pada kalimat di atas

adalah tahun 2016. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya

konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 7 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan

masukkan yang diberikan penulis pada masalah bencana kabut asap di Sumatera

dan Kalimantan yang belum juga terhenti. Pemrintah diharapkan mampu memberi

sosialisasi dan pemahaman bagi warga yang berpotensi menjadi pelaku

pembakaran hutan agar tidak menimbulkan bencana serupa pada tahun 2016.

Pada data (29) dan (30) telah dijelaskan bahwa bentuk “tahun depan”

mempunyai rujukan atau referen sama karena konteks yang dibicarakan masih

seputar tahun 2015 dan rujukannya adalah satu tahun setelah waktu pertuturan.

Berbeda halnya jika salah satu kalimat adalah tajuk yang ditulis tahun 2014, jadi

rujukan “tahun depan” pun bisa berbeda. Karena rujukan waktu berada di luar teks

dan dapat berganti-ganti, maka “tahun depan” bisa disebut dengan deiksis.

b.tahun lalu

Kata tahun yang dirangkaian dengan lalu dpaat menjangkau satu tahun ke

belakang setelah pertuturan. Dalam penelitian ini ditemukan tiga kali kemunculan

deiksis tahun lalu. Berikut akan peneliti jabarkan dengan contoh deiksis tahun

lalu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

(31) Tahun lalu kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di

wilayah bencana asap efektif untuk memacu penanggulangan

masalah ini.

(Republika, Kamis, 3 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan

sejak pertengahan tahun 2015. Penulis menyindir bahwa

pemerintahan Jokowi belum bisa efektif menangani masalah kabut

asap dengan memberi pembandingan cara kerja Presiden SBY pada

tahun 2014.)

(32) Pengalaman buruk yang terjadi pada tahun lalu itu sudah

seharusnya tak boleh lagi terulang.

(Republika, Senin, 9 November 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 9 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan berita adanya kejadian longsor menurut catatan sepanjang

tahun 2014 terjadi 332 bencana longsor menewaskan 262 jiwa.

Bencana longsor tak hanya menelan korban, tetapi juga

mengakibatkan kerugian yang sangat besar.)

Kalimat pada data (31) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk tahun. Bentuk “tahun lalu” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya daat berubah-ubah.

Rujukan atau maksud dari deiktis “tahun lalu” pada data di atas adalah tahun

2014. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks

kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan bencana

kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun

2015. Penulis menyindir bahwa pemerintahan Jokowi belum bisa efektif

menangani masalah kabut asap dengan memberi pembandingan cara kerja

Presiden SBY pada tahun 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Kalimat pada data (32) di atas merupakan deikis luar tuturan – eksofora

yang merujuk pada tahun. Bentuk “tahun lalu”pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah-ubah sesuai

konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “tahun lalu” pada data di atas adalah

tahun 2014. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya konteks

kalimat, yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 9 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan berita adanya

kejadian longsor menurut catatan sepanjang tahun 2014 terjadi 332 bencana

longsor menewaskan 262 jiwa. Bencana longsor tak hanya menelan korban, tetapi

juga mengakibatkan kerugian yang sangat besar.

Pada data (31) dan (32) telah dijelaskan bahwa bentuk “tahun lalu”

mempunyai rujukan yang sama dengan dasar konteks yang sama. Berbeda halnya

jika salah satu kalimat di atas mempunyai konteks waktu tahun 2014, maka

rujukan dari “tahun lalu” akan nampak berbeda. Karena rujukan waktu yang

merujuk satu tahun sebelum waktu pertuturannya yang dapat berubah-ubah dan

berada di luar teks, maka bentuk “tahun lalu” dapat disebut sebagai wujud deiksis.

c. tahun ini

Deiskis tahun yang dirangkai dengan kata ini merujuk apda tahun saat

berlangsungnya tuturan atau peristiwa itu diangkat. Peneliti menemukan

kemunculan deiksis tahun ini sebanyak empat kali. Perhatikan contoh berikut.

(33) Perusahaan yang tahun sebelumnya memetik untung, tahun ini harus

mengalami kerugian.

(Republika, Rabu, 2 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

dengan kerugian yang dialami sejumlah perusahan hingga harus

memutus hubungan dengan karyawannya tahun 2015 ini, berbeda

dengan tahun 2014 yang mana perusahaan selalu mendapat untung.

Penulis ingin menginformasikan pada pembaca bahwa tahun 2015,

perusahaan sedang mengalami kerugian.)

(34) Kementerian Pariwisata menargetkan capaian pada tahun ini

meningkat dua kali lipat.

(Republika, Kamis, 22 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia sebanyak

8,8 juta orang dan 1,73 juta di antaranya adalah Muslim. Capaian

tersebut dibandingkan dengan Malaysia yang berjumlah 25,7 juta

setahun. Penulis menegaskan bahwa Kementerian Pariwisata akan

meningkatan capaian jumlah kunjungan pada tahun 2015 ini.)

Kalimat pada data (33) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk pada tahun. Bentuk “tahun ini” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah waktu yang dapat

berubah-ubah. Rujukan atau maksud dari deiktis “tahun ini” pada data di atas

adalah tahun 2015. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa

adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di

rubrik tajuk tanggal 2 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan kerugian yang dialami sejumlah perusahan hingga harus memutus

hubungan dengan karyawannya tahun 2015 ini, berbeda dengan tahun 2014 yang

mana perusahaan selalu mendapat untung. Penulis ingin menginformasikan pada

pembaca bahwa tahun 2015, perusahaan sedang mengalami kerugian.

Kalimat pada data (34) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang merujuk pada tahun. Bentuk “tahun ini” pada data di atas dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan bisa berubah-ubah tergantung

konteks. Rujukan dari kata deiktis “tahun ini” pada data di atas adalah tahun 2015.

Rujukan terssebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa adanya konteks

kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan kedatangan

wisatawan mancanegara ke Indonesia sebanyak 8,8 juta orang dan 1,73 juta di

antaranya adalah Muslim. Capaian tersebut dibandingkan dengan Malaysia yang

berjumlah 25,7 juta setahun. Penulis menegaskan bahwa Kementerian Pariwisata

akan meningkatan capaian jumlah kunjungan pada tahun 2015 ini.

Pada data (33) dan (34) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “tahun ini”

mempunyai rujukan yang sama karena konteksnya juga sama, yaitu adanya

penulisan tajuk dan peristiwa yang diangkat berlangsung pada tahun 2015.

Berbeda halnya ketika salah satu kalimat tersebut konteksnya berlangsung pada

tahun 2014, maka rujukannya juga akan mengacu pada tahun 2014. Karena

rujukannya berada di luar teks, dan mengacu pada tahun berlangsungnya tuturuan,

maka bentuk “tahun ini” dapat digolongkan dalam wujud deiksis eksofora waktu

yang merujuk pada tahun.

5) Deiskis Waktu yang Merujuk pada Suatu Masa

a. kini

Deiksis kini merujuk pada suatu masa saat pertuturan itu berlangsung

tanpa menyebutkan tanggal atau bulan yang pasti. Peneliti menemukan wujud

deiksis kini sebanyak enam kali. Perhatikan contoh data berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

(35) Hingga kini, polisi menyatakan bahwa tersangka adalah pelaku

tunggal dan motif tersangka melakukan teror adalah pemerasan.

(Republika, Sabtu, 31 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam Sutera, Tangerang, Banten

pada hari Rabu, 28 Oktober 2015 lalu. Tersangka LWK sudah

dirungkus oleh polisi. Penulis memberitahu pada pembaca bahwa

hingga tulisan ini dibuat, polisi menyatakan bahwa tersangka adalah

pelaku tunggal dan motif tersangka melakukan teror adalah

pemerasan.)

(36) Di Jakarta saja, lebih dari 20 ribu orang kini menggantungkan

hidupnya dengan mengemudi ojek aplikasi.

(Republika, Sabtu, 19 Desember 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 19 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan berita adanya penghentian ojek aplikasi dalamSurat

Pemberitahuan Nomor UM 3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani

oleh Menteri Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November

2015. Penulis mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi merupakan

salah satu solusi yang dapat menanggulangi perlambatan ekonomi di

Indonesia. Di daerah Jakarta, masyrakatnya mulai bekerja sebagai

pengemudi ojek aplikasi untuk mencari nafkah.)

Kalimat pada data (35) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “kini” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “kini” pada data di atas adalah

waktu ketika polisi menyatakan bahwa tersangka pengeboman Mal Alam Sutera,

Tangerang, Banten, yaitu LWK adalah pelaku tunggal dan motif tersangka

melakukan teror adalah pemerasan. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini

terkait dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam Sutera, Tangerang, Banten pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

hari Rabu, 28 Oktober 2015 lalu. Tersangka LWK sudah dirungkus oleh polisi.

Penulis memberitahu pada pembaca bahwa hingga tulisan ini dibuat, polisi

menyatakan bahwa tersangka adalah pelaku tunggal dan motif tersangka

melakukan teror adalah pemerasan.

Kalimat pada data (36) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “kini” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “kini” pada data di atas adalah

waktu ketika lebih dari 20 ribu orang di Jakarta menggantungkan hidupnya

dengan menjadi pengemudi ojek aplikasi. Rujukan tersebut dapat dipahami

setelah dimengerti adanya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh

redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 19 Desember 2015 pada pembaca.

Kalimat ini terkait dengan berita adanya penghentian ojek aplikasi dalam Surat

Pemberitahuan Nomor UM 3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani oleh

Menteri Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November 2015. Penulis

mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi merupakan salah satu solusi yang

dapat menanggulangi perlambatan ekonomi di Indonesia. Di daerah Jakarta,

masyrakatnya mulai bekerja sebagai pengemudi ojek aplikasi untuk mencari

nafkah.

Pada data (35) dan (36) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “kini”

mempunyai rujukan atau referen waktu yang berbeda karena konteks kalimatnya

juga berbeda. Kedua kalimat di atas merujuk pada suatu waktu saat pertuturan itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

yang tidak disebutkan kapan tepatnya. Karena rujukannya berada di luar teks dan

mengandung waktu yang berbeda, maka kata “kini” dapat disebut deiktis.

b. sekarang

Kata sekarang bertitik labuh pada saat di pembicara mengucapkan kata itu

(dalam kalimat) atau yang disebut saat tuturan (Purwo, 1984: 71). Peneliti

menemukan tiga kali kemunculan wujud deiksis sekarang. Berikut akan peneliti

jelaskan dengan contoh data yang mengandung deiksis sekarang.

(37) Namun, hal itu hendaknya bukan menjadi alasan bagi pemerintah

untuk mengabaikan langkah antisipasi sejak jauh hari dan mengambil

langkah supaya bencana yang awalnya kecil tidak sebesar sekarang.

(Republika, Jumat, 23 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan

tahun 2015 yang sudah dibilang parah. Bahkan merembet ke negara

tetangga Indonesia, seperti Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang

menjadi korban bencana tersebut. Penulis tidak menampik bahwa

bencana asap bukan hanya saja di era pemerintahan Jokowi. Tetapi

siapapun pemerintahnya, seharusnya ada alangkah untuk

mengantsipasi terjadinya musibah semacam ini.)

(38) Jawabannya memang belum bisa kita dapatkan sekarang.

(Republika, Senin, 2 November 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan akan segera diselenggarakannya ajang olahraga Internasional,

yaitu Olimpiade Brasil 2016 dan Asian Games 2018 di Indonesia.

Penulis mengajukan pertanyaan, apakah di bawah kepimpinan Erick

Thohir (pemimpin baru Komite Olimpiade Indonesia) bisa

memberikan prestasi bagi bangsa Indonesia? Jawaban dari pertanyaan

tersebut belum bisa didapatkan di masa kepemimpinan baru Erick

Thohir (pemimpin KOI) karena pertandingan olahraga Internasional

belum terselenggara.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Kalimat pada data (37) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “sekarang” pada data di atas

dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “sekarang” pada data di atas

adalah merujuk saat dimana bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan

Kalimantan tahun 2015 yang sudah dibilang parah. Bahkan merembet ke negara

tetangga Indonesia, seperti Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang menjadi

korban bencana tersebut.. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti

adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di

rubrik tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan

bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan tahun 2015 yang

sudah dibilang parah. Bahkan merembet ke negara tetangga Indonesia, seperti

Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang menjadi korban bencana tersebut.

Penulis tidak menampik bahwa bencana asap bukan hanya saja di era

pemerintahan Jokowi. Tetapi siapapun pemerintahnya, seharusnya ada alangkah

untuk mengantsipasi terjadinya musibah semacam ini.

Kalimat pada data (38) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “sekarang” pada data di atas

dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “sekarang” pada data di atas

adalah jawaban atas pertanyaan “apakah di bawah kepimpinan Erick Thohir

(pemimpin baru Komite Olimpiade Indonesia) bisa memberikan prestasi bagi

bangsa Indonesia?” belum bisa terjawab saat kepimpinan baru Komite Olimpiade

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Indonesia baru saja terpilih. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti

adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di

rubrik tajuk tanggal 2 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan akan segera diselenggarakannya ajang olahraga Internasional, yaitu

Olimpiade Brasil 2016 dan Asian Games 2018 di Indonesia. Penulis mengajukan

pertanyaan, apakah di bawah kepimpinan Erick Thohir (pemimpin baru Komite

Olimpiade Indonesia) bisa memberikan prestasi bagi bangsa Indonesia? Jawaban

dari pertanyaan tersebut belum bisa didapatkan di masa kepemimpinan baru Erick

Thohir (pemimpin KOI) karena pertandingan olahraga Internasional belum

terselenggara.

Pada data (37) dan (38) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “sekarang”

mempunyai rujukan atau referen waktu yang berbeda karena konteksnya juga

berbeda. Kedua kalimat di atas merujuk pada saat masalah yang diangkat

berlangsung, tetapi tidak menyebutkan waktu tepatnya. Karena rujukan waktunya

berada di luar teks dan mengacu pada waktu yang berbeda, maka kata “sekarang”

dapat digolongkan dalam deiksis eksofora waktu yang merujuk pada suatu masa.

c. nanti

Penentuan leksem deiktis nanti bersifat tidak tertentu dan relatif. Kata

nanti bertitik labuh pada waktu sesudah saat tuturan, menunjuk jauh ke depan

(Purwo, 1984: 71). Peneliti menemukan enam kali kemunculan deiksis nanti pada

penelitian ini. Berikut akan dijabarkan dengan contoh deiksis yang mengandung

kata nanti.

(39) Kematangan kita berdemokrasi diuji dalam pilkada serentak nanti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

(Republika, Sabtu, 28 November 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 28 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan penyelenggaran pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak

yang akan diselenggarakan 9 Desember 2015. Tercatat ada 269 daerah

terdiri atas 9 provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten yans serentak

memilih kepala daerah. Penulis secara tidak langsung mengharapkan

supaya masyarakat Indonesia berpartisipasi secara rukun ketika

dinamika demokrasi pilkada nanti.)

(40) Masa jabatan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

periode 2012 – 2015 akan segera berakhir media Desember nanti.

(Republika, Senin, 30 November 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 30 November 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan akan segera berakhirnya masa kepimpinan KPK periode 2012

– 2015 pada 16 Desember 2015. Menjelang waktu tersebut, Komisi III

DPR RI belum mempunyai calon pimpinan KPK yang baru. Penulis

menyampaikan bahwa kekosongan pemimpinan akan berdampak

buruk bagi pemberantasan korupsi di Indonesia.)

Kalimat pada data (39) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “sekarang” pada data di atas

dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “nanti” pada data di atas adalah

9 Desember 2015, saat pelaksanaan pilkada serentak. Rujukan tersebut dapat

dipahami setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini

disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 28 November 2015

pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan penyelenggaran pemilihan kepala

daerah (pilkada) serentak yang akan diselenggarakan 9 Desember 2015. Tercatat

ada 269 daerah terdiri atas 9 provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten yans serentak

memilih kepala daerah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Kalimat pada data (40) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “nanti” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “nanti” pada data di atas

merujuk pada 16 Desember 2015, saat Masa jabatan pimpinan Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2012–2015 berakhir. Rujukan tersebut

dapat dipahami setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini

disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 30 November 2015

pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan akan segera berakhirnya masa

kepimpinan KPK periode 2012–2015 pada 16 Desember 2015. Menjelang waktu

tersebut, Komisi III DPR RI belum mempunyai calon pimpinan KPK yang baru.

Pada data (39) dan (40) telah dijelaskan bahwa bentuk kata “nanti”

mempunyai rujukan atau referen waktu yang berbeda karena konteksnya juga

berbeda. Kedua kalimat di atas merujuk pada waktu setelah adanya tuturan.

Karena rujukannya berada di luar teks dan mengacu pada waktu yang berbeda,

maka kata “nanti” dapat digolongkan dalam wujud deiksis eksofora waktu yang

merujuk suatu masa.

d. saat ini

Leksem waktu yang dirangkaikan dengan kata ini menunjuk (secara luar

tuturan) pada waktu sekarang (Purwo, 1984: 81). Dalam penelitian ini, peneliti

menemukan enam wujud deiksis saat ini. Berikut penjabarannya.

(41) Rakyat saat ini membutuhkan langkah nyata dari pemerintah untuk

membawa ekonomi lebih bergerak yang pada akhirnya membawa

rakyat pada kesejahteraan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

(Republika, Rabu, 9 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 9 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan kondisi ekonomi bulan September melemah, nilai tukar rupiah

berada di atas Rp 14.250 per dolar AS. Belum lagi IHSG Bursa Efek

Indonesia juga terjun bebas. Penulis ingin menyampaikan harapannya

supaya pimpinan negara segera mengatasi masalah ini dengan langkah

nyata, bukan dengan beradu pendapat di depan publik.)

(42) Sampai saat ini jumlah korban masih belum pasti, termasuk korban

dari Indonesia.

(Republika, Sabtu, 26 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 26 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan peristiwa tabrakan yang terjadi di Jalan Arab 204 dan 223 saat

jamaah haji hendak melempar jumrah pada Kamis 24 September 2015

pukul 07.30 waktu setempat. Penulis ingin menyampaikan bahwa

sampai tulisan ini dibuat, belum ada kabar jumlah korban.)

Kalimat pada data (41) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “saat ini” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “saat ini” pada data di atas

merujuk pada saat dimana kondisi ekonomi Indonesia melemah. Dibuktikan

dengan nilai tukar rupiah berada di atas Rp 14.250 per dolar AS dan IHSG Bursa

Efek Indonesia juga terjun bebas.. Rujukan tersebut dapat dimengerti setelah

adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di

rubrik tajuk tanggal 9 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan kondisi ekonomi bulan September melemah, nilai tukar rupiah berada di

atas Rp 14.250 per dolar AS. Belum lagi IHSG Bursa Efek Indonesia juga terjun

bebas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Kalimat pada data (42) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “saat ini” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “saat ini” pada data di atas

merujuk pada waktu saat jumlah korban jamaah haji yang terkena dampak

peristiwa tabrakan yang terjadi di Jalan Arab 204 dan 223 saat jamaah haji hendak

melempar jumrah pada Kamis 24 September 2015 pukul 07.30 waktu setempat,

belum terinformasikan secara pasti. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 26 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini

terkait dengan peristiwa tabrakan yang terjadi di Jalan Arab 204 dan 223 saat

jamaah haji hendak melempar jumrah pada Kamis 24 September 2015 pukul

07.30 waktu setempat.

Pada data (41) dan (42) telah dijelaskan bahwa frasa “saat ini” mempunyai

rujukan atau referen masa waktu yang berbeda karena konteksnya juga berbeda.

Kedua kalimat di atas merujuk pada waktu saat pertuturan diangkat, tetapi tidak

disebutkan waktu tepatnya hanya suatu masa saja. Karena rujukannya berada di

luar teks dan mengacu pada suatu masa yang berbeda, maka frasa “saat ini” dapat

digolongkan dalam wujud deiksis eksofora waktu yang merujuk pada suatu masa.

e. kali ini

Leksem waktu yang dirangkaikan dengan kata ini menunjuk (secara luar

tuturan) pada waktu sekarang (Purwo, 1984: 81). Dalam penelitian ini, kata kali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

yang dirangkai dengan ini, ditemukan empat kali kemunculannya. Perhatikan

contoh data beirkut yang menerangkan deiksis kali ini.

(43) Perlambatan ekonomi kali ini lebih didorong oleh persoalan

psikologis.

(Republika, Kamis, 10 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 10 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan paket kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk

mengatasi kondisi ekonomi Indonesia yang sedang melemah,

khususnya bulan September 2015.)

(44) Setelah musibah robohnya crane di Masjidil Haram pada Jumat

(11/9) lalu akibat badai, kali ini musibah terjadi pada jamaah yang

hendak melaksanakan lontar jumrah di Mina.

(Republika, Jumat, 25 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 25 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan musibah yang menimpa jamaah haji, yaitu berhentinya tiba-

tiba seorang jamaah haji di Jalur Arab 204, kawasan Mina pada

Kamis, 24 September 2015 pukul 07.30 waktu setempat saat hendak

melontar jumrah. Akibatnya, banyak jamaah yang terinjak-injak

hingga banyak menimbulkan jamaah yang meninggal meninggal.)

Kalimat pada data (43) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “kali ini” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “kali ini” pada data di atas

adalah waktu di mana kondisi ekonomi Indonesia melemah, lalu pemerintah

mengeluarkan paket kebijakan. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 10 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini

berkaitan dengan paket kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

mengatasi kondisi ekonomi Indonesia yang sedang melemah, khususnya bulan

September 2015.

Kalimat pada data (44) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “sekarang” pada data di atas

dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “sekarang” pada data di atas

adalah waktu ketika jamaah haji yang melewati Jalur Arab 204 kawasan Mina ada

yang berhenti tiba-tiba hingga menimbulkan korban jiwa. Rujukan tersebut dapat

dipahami setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini

disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 25 September 2015

pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan musibah yang menimpa jamaah haji,

yaitu berhentinya tiba-tiba seorang jamaah haji di Jalur Arab 204, kawasan Mina

pada Kamis, 24 September 2015 pukul 07.30 waktu setempat saat hendak

melontar jumrah. Akibatnya, banyak jamaah yang terinjak-injak hingga banyak

menimbulkan jamaah yang meninggal meninggal.

Pada data (43) dan (44) telah dijelaskan bahwa frasa “kali ini” mempunyai

rujukan atau referen masa waktu yang berbeda karena konteksnya juga berbeda.

Kedua kalimat di atas merujuk pada waktu saat pertuturan diangkat, tetapi tidak

disebutkan waktu tepatnya hanya suatu masa saja. Kata “kali ini” pada kedua

kalimat di atas sebenarnya merujuk pada waktu pertuturan. Karena rujukannya

berada di luar teks dan mengacu pada suatu masa yang berbeda, maka frasa “kali

ini” dapat digolongkan dalam wujud deiksis eksofora waktu yang merujuk pada

suatu masa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

f. selama ini

Frasa selama ini menggambarkan suatu jangka waktu yang mulai pada

waktu lampau dan berlangsung terus sampai saat tuturan terjadi (Purwo, 1984:

82). Peneliti menemukan kemunculan deiksis selama ini sebanyak empat kali.

Penjelasannya adalah sebagai berikut ini.

(45) Selama ini pemerintah kita terlalu pelit memberikan insentif kepada

calon investor.

(Republika, Rabu, 30 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 30 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan kritikan penulis terhadap pemerintah yang sejak dulu

memberikan insentif yang kurang menarik, sehingga para investor

enggan menanamkan modalnya di Indonesia. Hal tersebut terus terjadi

sampai tulisan ini dibuat.)

(46) Kita juga berdoa agar warga yang terpapar kabut asap segera pulih

kesehatannya, bisa menghirup udara segar kembali, juga

menyaksikan terangnya sinar mentari yang selama ini tertutup kabut

asap.

(Republika, Sabtu, 24 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 24 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan bencana kabut asap di wilayah Sumatera dan Kalimantan

tahun 2015 ini merupakan kebakaran hutan dan lahan terburuk sejak

pertengahan tahun 2015 sampai tulisan ini dibuat, belum reda juga

asap di wilayah tersebut. Penulis mengajak pembaca berdoa supaya

korban kabut asap segera dipulihkan kesehatannya, dan asap mulai

reda sehingga benra-benar menikmati udara tanpa paparan asap.)

Kalimat pada data (45) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “selama ini” pada data di atas

dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “selama ini” pada data di atas

adalah waktu dimana pemerintah sejak dahulu kurang memberi insentif yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

layak bagi investor hingga tulisan ini dibuat. Jadi, investor enggan menanamkan

modal usahanya di Indonesia. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengertinya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 30 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini

terkait dengan kritikan penulis terhadap pemerintah yang sejak dulu memberikan

insentif yang kurang menarik, sehingga para investor enggan menanamkan

modalnya di Indonesia. Hal tersebut terus terjadi sampai tulisan ini dibuat.

Kalimat pada data (46) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “selama ini” pada data di atas

dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “selama ini” pada data di atas

adalah waktu sejak pertengahan tahun 2015 sampai tulisan ini dibuat, belum reda

juga asap di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Rujukan tersebut dapat dipahami

setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh

redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 24 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat

ini terkait dengan bencana kabut asap di wilayah Sumatera dan Kalimantan tahun

2015 ini merupakan kebakaran hutan dan lahan terburuk sejak pertengahan tahun

2015 sampai tulisan ini dibuat, belum reda juga asap di wilayah tersebut.

Pada data (45) dan (46) telah dijelaskan bahwa frasa “selama ini”

mempunyai rujukan atau referen masa waktu yang berbeda karena konteksnya

juga berbeda. Kedua kalimat di atas merujuk pada waktu mulainya peristiwa yang

mana hingga tulisan ini ada, peristiwa itu masih terjadi. Karena rujukannya berada

di luar teks dan mengacu pada suatu masa yang berbeda, maka frasa “selama ini”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

dapat digolongkan dalam wujud deiksis eksofora waktu yang merujuk pada suatu

masa.

g. saat itu

Leksem waktu yang dirangkaikan dengan kata itu menunjuk (secara luar

tuturan) pada waktu lampau (Purwo, 1984: 81). Dalam penelitian ini, peneliti

menemukan kemunculan wujud deiksis saat itu sebanyak satu kali. Berikut

penjelasannya.

(47) Saat itu, Jokowi menjanjikan setiap desa mendapat Rp 1 miliar.

(Republika, Jumat, 30 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 30 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan janji Jokowi – JK saat kampanye pilpres tahun 2014, bahwa

Jokowi menjanjikan setiap desa mendapat Rp 1 Miliar. Penulis

menunjukkan bukti bahwa alokasi dana desa sebesar Rp 47 triliun per

desa tidak sesuai dengan janjinya.)

Kalimat pada data (47) di atas merupakan deiksis luar tuturan – eksofora

waktu yang menunjuk pada suatu masa. Bentuk “saat itu” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukan waktunya dapat berubah

sesuai konteks. Rujukan atau maksud dari deiktis “saat itu” pada data di atas

adalah masa pilpres tahun 2014, ketika Jokowi menjanjikan setiap desa mendapat

Rp 1 Miliar. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya konteks

kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 30 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan janji Jokowi –

JK saat kampanye pilpres tahun 2014, bahwa Jokowi menjanjikan setiap desa

mendapat Rp 1 Miliar. Penulis menunjukkan bukti bahwa alokasi dana desa

sebesar Rp 47 triliun per desa tidak sesuai dengan janjinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Pada data (47), telah dijelaskan bahwa frasa “saat itu” merujuk pada suatu

masa lampau yang berada di luar tuturan. Hal ini tidak nampak perbedaan rujukan

karena hanya ditemukan satu kalimat. Jika ada kalimat A yang latar belakang

waktunya berbeda dengan rujukan di atas. Nantinya kata “saat itu” pada kalimat A

akan mengacu pada waktu lampau di konteks A. Walaupun hanya terdapat satu

contoh, bentuk “saat itu” dapat disebut deiktis wujud eksofora waktu yang

merujuk pada suatu masa.

4.2.1.2 Deiksis dalam Tuturan (Endofora)

4.2.1.2.1 Deiksis Anafora

1) Deiksis Anafora – Persona

Deiksis anafora – persona yang termasuk dalam klasifikasi deiksis dalam

tuturan – endofora ini berkaitan dengan rujukkan penyebutan yang mengacu pada

persona atau bentuk insan. Bambang Kaswanti Purwo (1984: 105) menerangkan

bahwa di antara bentuk-bentuk persona hanya kata ganti persona ketiga yang

dapat menjadi pemarkah anafora. Bentuk –nya dapat mengacu pada nomina insan

juga dapat mengacu pada nomina bukan insan. Dengan kata lain, bahwa referen

yang diacu oleh deiksis anafora persona dapat berupa persona ketiga tunggal

maupun jamak.

a. ia

Kata ganti ia digunakan untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang

yang dibicarakan digunakan terhadap orang yang sebaya, yang lebih muda, yang

lebih rendah status atau kedudukan sosialnya, atau yang tidak perlu secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

eksplisit dihormati (Chaer, 2011: 96). Peneliti menemukan empat kali

kemunculan deiksis ia pada penelitian ini. Penjabarannya adalah sebagai berikut.

(48) Ia melambaikan tangan.

(Republika, Selasa, 8 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan konferensi pers calon presiden AS, Donald Trump di Trump

Tower pada 3 September 2015. Trump turun dari podium sambil

melambaikan tangan.)

(49)“Lalu apa respons Paulson? Apa yang ia katakan?”

(Republika, Selasa, 29 September 2015)

(Konteks: kalimat ini dikemukakan oleh pewawancara Menteri

keuangan Prancis ketika krisis ekonomi 2008, Christine Lagarde.

Ungkapan ini terdapat dalam tajuk Republika tanggal 29 September

2015. Hal ini Ini berkaitan dengan tanggapan pewawancara terhadap

cerita yang diungkapkan Lagarde bahwa dulu Lagarde pernah berkata

dengan Menkeu Amerika Hank Paulson. „Hank kita menyakisikan

tsunami krisis keuangan ini menerjangm tetapi kamu malah sibuk

dengan baju renang apa yang harus kita pakai‟.)

Kalimat pada data (48) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora persona. Kata “ia” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukkan atau

maksud dari deiktis “ia” pada data di atas adalah calon Presiden Amerika Serikat,

Donald Trump. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa

kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 8

September 2015 pada pembaca. Situasi saat kalimat ini ditulis yaitu berlatar

belakang adanya konferensi pers calon presiden AS, Donald Trump di Trump

Tower pada 3 September 2015. Trump turun dari podium sambil melambaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

tangan. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “ia” dapat disebut dengan

deiksis anafora persona.

Kalimat pada data (49) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora persona. Kata “ia” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “ia” pada data di atas adalah Menteri Keuangan Amerika

Serikat Hank Paulson. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa

kalimat ini disampaikan oleh pewawancara Menteri keuangan Prancis ketika

krisis ekonomi 2008, Christine Lagarde. Ungkapan ini terdapat dalam tajuk

Republika tanggal 29 September 2015. Hal ini Ini berkaitan dengan tanggapan

pewawancara terhadap cerita yang diungkapkan Lagarde bahwa dulu Lagarde

pernah berkata dengan Menkeu Amerika Hank Paulson. „Hank kita menyakisikan

tsunami krisis keuangan ini menerjang, tetapi kamu malah sibuk dengan baju

renang apa yang harus kita pakai‟. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “ia”

dapat disebut dengan deiksis anafora persona.

Pada data (48) dan (49) telah dijelaskan bahwa kata “ia” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut, dapat diasumsikan bahwa

kata “ia” disebut deiktis. Kata “ia” pada kedua data di atas disebut deiksis

endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada dalam teks tersebut

yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan disebut sebagai deiksis

anafora persona karena, merujuk pada nomina manusia atau insan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

b. dia

Kata ganti dia berfungsi untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang

yang dibicarakan (Chaer, 2011: 97). Peneliti menemukan lima wujud deiksis dia

yang merujuk pada anafora persona. Perhatikan contoh data berikut sebagai

penjelasannya.

(50) Dia memilih untuk mundur dari jabatannya dengan alasan tidak bisa

memenuhi target penerimaan pajak negara.

(Republika, Kamis, 3 Desember 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 3 Desember 2015. Tulisan ini terkait dengan keputusan

mengejutkan yang diambil Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit

Priadi Pramudito bahwa dia memilih mundur dari jabatannya karena

merasa belum bisa memenuhi target penerimaan pajak negara. Sampai

pada November 2015, penerimaan pajak negara baru mencapai 65

persen.)

(51) Dia merasa tak ada gunanya memilih kepala daerah karena ujung-

ujungnya hanya untuk memperkaya diri pribadi, keluarga, atau

kelompoknya.

(Republika, Jumat, 11 Desember 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 11 Desember 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan penyelenggaraan pilkada pada 9 Desember 2015 yang digelar

serentak di 264 daerah depalan di antaranya adalah pikada din tingkat

provinsi, sisanya di kabupaten/kota. Namun, pilkada kali ini terasa tak

ada gegap gempitanya. Sebelum kalimat ini muncul, dicontohkan

bahwa seorang pedangang sayur di Pasar Petisah, Kota Medan,

Sumatera Utara, Cut Nirmala, mengungkapkan bahwa dia kurang

antusias mencoblos dalam pilkada ini. Penyebabnya adalah

kekecewaan pada sosok calon kepala daerah yang maju.)

Kalimat pada data (50) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora persona. Kata “dia” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “dia” pada data di atas adalah Direktur Jendral (Dirjen) Pajak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Sigit Priadi Pramudito. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti

konteks kalimat yakni Tuturan ini disampaikan redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 3 Desember 2015. Tulisan ini terkait dengan keputusan mengejutkan yang

diambil Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi Pramudito bahwa dia

memilih mundur dari jabatannya karena merasa belumbisa memenuhi target

penerimaan pajak negara. Sampai pada November 2015, penerimaan pajak negara

baru mencapai 65 persen.

Kalimat pada data (51) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora persona. Kata “dia” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “dia” pada data di atas adalah pedagang sayur di Pasar

Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara, Cut Nirmala. Rujukan tersebut dapat

dimengerti setelah paham adanya konteks kalimat yakni Tuturan ini disampaikan

oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 11 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan penyelenggaraan pilkada pada 9 Desember 2015 yang

digelar serentak di 264 daerah depalan di antaranya adalah pikada din tingkat

provinsi, sisanya di kabupaten/kota. Namun, pilkada kali ini terasa tak ada gegap

gempitanya. Sebelum kalimat ini muncul, dicontohkan bahwa seorang pedagang

sayur di Pasar Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara, Cut Nirmala,

mengungkapkan bahwa dia kurang antusias mencoblos dalam pilkada ini.

Penyebabnya adalah kekecewaan pada sosok calon kepala daerah yang maju.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Pada data (50) dan (51) telah dijelaskan bahwa kata “dia” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Dengan adanya konteks yang berbeda yang mempengaruhi rujukan “dia” pada

kedua kalimat di atas mengacu pada persona yang berbeda, dpaat diasumsikan

bahwa “dia” dapat disebut dengan wujud deiksis. Kata “dia” pada kedua kalimat

di atas disebut deiksis endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada

dalam teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan

disebut sebagai deiksis anafora persona karena, merujuk pada nomina manusia

atau insan.

c. –nya

Kata ganti –nya berfungsi untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang

yang dibicarakan (Chaer, 2011: 97). Peneliti menemukan kemunculan deiksis –

nya yang merujuk pada anafora persona sebanyak lima kali. Berikut akan peneliti

jabarkan dengan contoh data deiksis –nya.

(52) Kehadirannya dalam konferensi pers kandidat presiden dari Partai

Republik, Donald Trump, di Trump Tower, New York, Amerika

Serikat, Kamis (3/9), dinilai publik dan lawan politik sebagai tindakan

yang sangat tak etis dan merendahkan martabat bangsa.

(Republika, Senin, 7 September 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 7 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan

dengan berita bahwa ketua DPR RI Setya Novanto dan wakilnya Fadli

Zon hadir di konferensi pers calon presiden AS, Donald Trump pada 3

September 2015 di Amerika Serikat.)

(53) Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla beserta

jajaran menterinya mempunyai tugas utama bagaimana membawa

rakyat lebih sejahtera.

(Republika, Rabu, 16 September 2015)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan

dengan berita kemiskinan yang didapatkan dari data BPS bahwa orang

miskin di Indonesia per Maret 2015 mencapai 28,59 juta jiwa.)

Kalimat pada data (52) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora persona. Bentuk lekat kanan “-nya” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga

tunggal yang mana konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu

muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah

pimpinan DPR RI yang hadir pada konferensi pers Donald Trump, yaitu Setya

Novanto dan Fadli Zon. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti

konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 7 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan dengan

berita bahwa ketua DPR RI Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon hadir di

konferensi pers calon presiden AS, Donald Trump pada 3 September 2015 di

Amerika Serikat.

Kalimat pada data (53) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora persona. Kata “-nya” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah jajaran menteri Presiden

Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengerti adanya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

berkaitan dengan berita kemiskinan yang didapatkan dari data BPS bahwa orang

miskin di Indonesia per Maret 2015 mencapai 28,59 juta jiwa.

Pada data (52) dan (53) telah dijelaskan bahwa kata “-nya” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Dengan adanya konteks yang berbeda yang mempengaruhi rujukan “-nya” pada

kedua kalimat di atas mengacu pada persona yang berbeda, sehingga dapat

diasumsikan bahwa bentuk “-nya” dapat disebut dengan wujud deiksis. Kata “-

nya” pada kedua kalimat di atas disebut deiksis endofora anafora karena

konstituen rujukkan masih berada dalam teks tersebut yang disebutkan sebelum

deiktis itu muncul, sedangkan disebut sebagai deiksis anafora persona karena,

merujuk pada orang ketiga yang dibicarakan.

d. mereka

Kata ganti mereka digunakan untuk menyatakan diri orang ketiga atau

orang yang dibicarakan yang jumlahnya lebih dari satu orang, dapat digunakan

terhadao siapa saja dan oleh siapa saja (Chaer, 2011: 98). Peneliti menemukan

kemunculan wujud mereka yang merujuk pada anafora persona sebanyak sepuluh

kali. Contoh data berikut akan menjelaskan deiksis mereka.

(54) Tak hanya itu, mereka juga harus displin dan taat bila pemerintah

daerah merelokasi ke tempat yang lebih aman.

(Republika, Senin, 9 November 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 9 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan ancaman bencana longsor yang terjadi di awal musim

penghujan bulan November 2015 ini. Sejumlah daerah diharapkan

mempunyai alat deteksi dini, supaya meminimalisir korban akibat

bencana tersebut.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

(55) Mereka menolak batasan kenaikan upah minimum kebupaten/kota

(UMK) 2016 rata-rata sekitar 11,5 persen.

(Republika, Rabu, 25 November 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 25 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan berita adanya demonstrasi buruh pada 24 November 2015 di

Pulogadung, Bekasi, Batam, dan daerah lain. Para buruh melakukan

aksi mogok kerja. Peneliti akan menjabarkan data di bawah ini

sebagai contoh deiksis anafora persona.)

Kalimat pada data (54) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora persona. Kata “mereka” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga jamak yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “mereka” pada data di atas adalah masyarakat yang tinggal di

kawasan perbukitan dan sekitar aliran sungai yang menjadi terancam menjadi

korban bencana longsor. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti

adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di

rubrik tajuk tanggal 9 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan

ancaman bencana longsor yang terjadi di awal musim penghujan bulan November

2015 ini. Sejumlah daerah diharapkan mempunyai alat deteksi dini, supaya

meminimalisir korban akibat bencana tersebut.

Kalimat pada data (55) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora persona. Kata “mereka” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga jamak yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “mereka” pada data di atas adalah buruh yang melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

aksi mogok kerja pada 24 November 2015 di Pulogadung, Bekasi, Batam, dan

daerah lain. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya konteks

kalimat yakni ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 25

November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan berita adanya

demonstrasi buruh pada 24 November 2015 di Pulogadung, Bekasi, Batam, dan

daerah lain. Para buruh melakukan aksi mogok kerja.

Pada data (54) dan (55) telah dijelaskan bahwa kata “mereka” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Dengan adanya konteks yang berbeda yang mempengaruhi rujukan “mereka”

pada kedua kalimat di atas mengacu pada persona yang berbeda, sehingga dapat

diasumsikan bahwa “mereka” dapat disebut dengan wujud deiksis. Kata “mereka”

pada kedua kalimat di atas disebut deiksis endofora anafora karena konstituen

rujukan masih berada dalam teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu

muncul, sedangkan disebut sebagai deiksis anafora persona karena, merujuk pada

orang ketiga yang dibicarakan yang jumlahnya lebih dari satu orang.

2) Deiksis Anafora – Bukan Persona

Deiksis anafora – bukan persona yang termasuk dalam klasifikasi deiksis

dalam tuturan – endofora ini berkaitan dengan rujukkan penyebutan yang

mengacu pada nomina bukan persona atau bukan manusia. Bambang Kaswanti

Purwo (1984: 105) menerangkan bahwa di antara bentuk-bentuk persona hanya

kata ganti persona ketiga yang dapat menjadi pemarkah anafora. Salah satu

strategi yang dipakai dalam pemarkahan anafora yang bukan persona ialah

menyebut ulang bentuk formatif titik tolaknya. Dengan kata lain, bahwa referen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

yang diacu oleh deiksis anafora bukan persona salah satunya dapat berupa bentuk

demonstratif. Seperti bentuk itu menunjukkan bahwa informasi hanya diketahui

oleh si pembicara (si pembicara menganggap bahwa lawan bicaranya tidak tahu

tentang informasi tersebut). Kata ganti itu, dapat disandingkan dengan bentuk

tersebut yang mengacu pada titik tolak yang baru saja disebutkan sebelumnya.

a. –nya

Kata –nya yang dapat menunjuk pada bentuk nominal bukan insan. Dalam

penelitian ini, peneliti menemukan wujud deiksis –nya yang merujuk pada nomina

bukan insan sebanyak lima deiksis. Perhatikan contoh berikut yang menjelaskan

deiksis –nya dengan rujukan bukan persona.

(56) Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi kian terasa berat

dampaknya.

(Republika, Jumat, 4 September 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 4 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan

dengan kondisi Indonesia yang sedang mengalami laju pertumbuhan

ekonomi yang melambat sehingga banyak perusahaan yang terpaksa

mem-PHK karyawannya, dan menimbulkan banyak pengangguran.)

(57) Mereka memfasilitasi sarana pariwisata di negaranya sesuai prinsip

Islam: makanan halal, spa halal, penyediaan tempat shalat di ruang-

ruang publik, dan sebagainya.

(Republika, Kamis, 22 Oktober 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik

tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan peluang pasar Muslim begitu besar yang juga dilirik oleh

negara Non-Muslim seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong

Kong, dan Australia.)

Kalimat pada data (56) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora bukan persona. Bentuk lekat kanan “-nya” pada data di atas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina

bukan persona yang mana konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis

itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah

perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah

dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 4 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini

berkaitan dengan kondisi Indonesia yang sedang mengalami laju pertumbuhan

ekonomi yang melambat sehingga banyak perusahaan yang terpaksa mem-PHK

karyawannya, dan menimbulkan banyak pengangguran.

Kalimat pada data (57) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora bukan persona. Bentuk lekat kanan “-nya” pada data di atas

dapat disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina

bukan persona yang mana konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis

itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah

negara negara Non-Muslim seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong,

dan Australia. Rujukan tersebut dapat dipahami setelah dimengerti adanya

konteks kalimat yakni ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik tajuk

tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan peluang pasar

Muslim begitu besar yang juga dilirik oleh negara Non-Muslim seperti Jepang,

Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Australia.

Pada data (56) dan (57) telah dijelaskan bahwa kata lekat kanan “-nya”

mempunyai rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang

berbeda pula. Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

diasumsikan bahwa bentuk kata “-nya” disebut deiktis. Bentuk lekat kanan “-nya”

pada kedua data di atas disebut dengan deiksis endofora anafora karena konstituen

rujukkan masih berada dalam teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu

muncul, sedangkan disebut sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk

pada nomina bukan manusia atau bukan insan.

b. ini

Kata penunjuk ini mempunyai fungsi menjadi penunjuk hubungan dengan

benda yang terdekat yang telah disebutkan di dalam kalimat yang terdahulu,

digunakan pada kalimat berikutnya (Chaer, 2011: 111). Dalam penelitian ini,

peneliti menemukan 12 kali kemunculan deiksis yang mengandung kata ini.

Berikut contoh datanya.

(58) Dalam waktu yang relatif berdekatan, negara-negara ini terbelit

masalah yang cukup pelik.

(Republika, Selasa, 1 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 September 2015 kepada pembaca. ini berkaitan dengan

krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia Tenggara tahun 2015,

seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam. Penulis

ingin memberitahu pada pembaca terkait negara-negara yang terbelit

masalah ekonomi. Penulis menggunakan kalimat pernyataan karena

tujuannya menginformasikan.)

(59)Angka ini jauh di atas ambang bahaya, yakni 350.

(Republika, Kamis, 3 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan

dengan peristiwa kabut asap yang melanda Indonesia khususnya pulau

Sumatera dan Kalimantan. Sampai kalimat ini ditulis, kabut asap

belum reda juga. Penulis ingin menginformasikan bahwa kabut asap

sudah mencapai angka bahaya. Penulis menyindir pemerintah supaya

lekas mempunyai langkah tegas untuk menangani kasus ini.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Kalimat pada data (58) di atas merupakan deiksis dalam tuturan – endofora

anafora bukan persona. Kata “ini” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukkannya adalah demonstratif yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “ini” pada data di atas adalah negara yang terbelit masalah

ekonomi cukup pelik, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei

Darussalam. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa kalimat

ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 1 September 2015

kepada pembaca. Ini berkaitan dengan situasi krisis ekonomi yang melanda

kawasan Asia Tenggara tahun 2015, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan

Brunei Darussalam. Penulis ingin memberitahu pada pembaca terkait negara-

negara yang terbelit masalah ekonomi. Penulis menggunakan kalimat pernyataan

karena tujuannya menginformasikan. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata

“ini” dapat disebut dengan deiktis anafora bukan persona.

Kalimat pada data (59) di atas merupakan deiksis dalam tuturan – endofora

anafora bukan persona. Kata “ini” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukkannya adalah demonstratif yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “ini” pada data di atas adalah indeks kualitas udara di

Palangkaraya yang mencapai angka 628. Referen tersebut dapat dipahami sete;ah

dimengerti bahwa kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan dengan peristiwa

kabut asap yang melanda Indonesia khususnya pulau Sumatera dan Kalimantan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

Sampai kalimat ini ditulis, kabut asap belum reda juga. Penulis ingin

menginformasikan bahwa kabut asap sudah mencapai angka bahaya. Penulis

menyindir pemerintah supaya lekas mempunyai langkah tegas untuk menangani

kasus ini. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata “ini” dapat disebut dengan

deiksis anafora bukan persona.

Pada data (58) dan (59) telah dijelaskan bahwa kata “ini” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa

bentuk kata “ini” disebut deiktis. Kata “ini” pada kedua data di atas disebut

dengan deiksis endofora anafora karena konstituen rujukan masih berada dalam

teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan disebut

sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk pada nomina demonstratif

yang terdekat sebelum deiksis muncul.

c. itu

Kata penunjuk itu memiliki fungsi salah satunya menjadi penunjuk

hubungan dengan benda atau hal yang telah disebutkan lebih dahulu, digunakan

pada kalimat berikutnya (Chaer, 2011: 112). Peneliti menemukan wujud deiksis

ini yang anaforis dengan kemunculannya sebanyak 12 kali. Berikut contoh data

yang akan mewakili penjelasnnya.

(60) Klub kebanggan warga Jakarta itu gagal melenggang ke final,

sementara musuh bebuyutan mereka, Persib bandung, justru menapak

ke pertandingan puncak.

(Republika, Sabtu, 17 Oktober 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

dengan pergelaran Final Piala Presiden yang akan digelar di Stadion

GBK pada 18 Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan

Sriwijaya FC. Jakarta merupakan markas tim Jackmania, sebutan bagi

pendukung klub Persija Jakarta, yang juga menjadi musuh dari tim

Persib Bandung.)

(61) Kita menyambut baik langkah sigap polisi yang dengan cepat

meringkus tersangka yang telah melakukan aksi teror di tempat ramai

itu.

(Republika, Sabtu, 31 Oktober 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam Sutera, Tangerang, Banten

pada hari Rabu, 28 Oktober 2015 lalu. Tersangka LWK sudah

dirungkus oleh polisi.)

Kalimat pada data (60) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora bukan persona. Kata “itu” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah bentuk demonstratif yang

mana konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan

atau maksud dari deiktis “itu” pada data di atas adalah klub Persija Jakarta, atau

yang disebut dengan Jackmania. Rujukan tersebut dapat dimengerti setelah paham

adanya konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di

rubrik tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan dengan

pergelaran Final Piala Presiden yang akan digelar di Stadion GBK pada 18

Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan Sriwijaya FC. Jakarta merupakan

markas tim Jackmania, sebutan bagi pendukung klub Persija Jakarta, yang juga

menjadi musuh dari tim Persib Bandung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

Kalimat pada data (61) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora bukan persona. Kata “itu” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina demonstratif yang

mana konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan

atau maksud dari deiktis “itu” pada data di atas adalah Mal Alam Sutera,

Tangerang, Banten. Tempat kejadian pengemboman oleh LWK pada hari Rabu,

28 Oktober 2015. Rujukan tersebut dapat dimengerti setelah paham adanya

konteks kalimat yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan peritiwa

pengeboman di Mal Alam Sutera, Tangerang, Banten pada hari Rabu, 28 Oktober

2015 lalu. Tersangka LWK sudah dirungkus oleh polisi.

Pada data (60) dan (61) telah dijelaskan bahwa kata “itu” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa

bentuk kata “itu” disebut deiktis. Kata “itu” pada kedua data di atas disebut

dengan deiksis endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada dalam

teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan disebut

sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk pada nomina bukan

manusia atau bukan insan, yaitu nomina demonstratif.

d. tersebut

Kata tersebut memiliki arti sudah disebutkan (KBBI). Dalam hal ini,

deiksis tersebut memiliki rujukan yang sudah disebutkan sebelumnya. Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

menemukan kemunculan jenis deikisis ini sebanyak 8 kali. Berikut akan penliti

jabarkan dengan contoh data terkait deiksis yang mengandung kata tersebut.

(62) Pemerintah seharusnya mempunyai jalan keluar yang terbaik supaya

hal tersebut tidak terulang.

(Republika, Selasa, 3 November 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan adanya pemberitaan bahwa sebelum tahun 2015 pun,

masyarakat sudah mengeluhkan harga beras yang cenderung tinggi.)

(63) Hingga saat ini, bantahan yang disampaikan Menteri Luar Negeri

Republik Indonesia Retno LP Marsudi belum menjadi jawaban akhir

atas kontroversi tersebut.

(Republika, Rabu, 11 November 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 11 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan adanya kontroversi kehadiran lembaga lobi yang membantu

kunjungan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo ke Amerika

Serikat menurut undangan pada 10 November 2015.)

Kalimat pada data (62) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora bukan persona. Kata “tersebut” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “tersebut” pada data di atas adalah permasalahan masyarakat

sudah mengeluhkan harga beras yang cenderung tinggi dalam beberapa tahun

terakhir. Rujukan tersebut dapat diketahui setelah paham adanya konteks kalimat

yakni kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 3

November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan adanya pemberitaan

bahwa sebelum tahun 2015 pun, masyarakat sudah mengeluhkan harga beras yang

cenderung tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

Kalimat pada data (63) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora bukan persona. Kata “tersebut” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “tersebut” pada data di atas adalah kontroversi kehadiran

lembaga lobi yang membantu kunjungan Presiden Republik Indonesia Joko

Widodo ke Amerika Serikat menurut undangan pada 10 November 2015. Rujukan

tersebut dapat diketahui setelah dipahaminya konteks kalimat yakni kalimat ini

disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 11 November 2015

pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan adanya kontroversi kehadiran lembaga

lobi yang membantu kunjungan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo ke

Amerika Serikat menurut undangan pada 10 November 2015.

Pada data (62) dan (63) telah dijelaskan bahwa kata “tersebut” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa

bentuk kata “tersebut” disebut deiktis. Kata “tersebut” pada kedua data di atas

disebut dengan deiksis endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada

dalam teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan

disebut sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk pada nomina bukan

manusia atau bukan insan.

e. begitu

Kata begitu memiliki rujukan yang sudah disebutkan sebelumnya, bisa

mirip dengan frasa seperti itu. Peneliti menemukan kemunculan deiksis bgeitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

sebanyak empat kali. Perhatikan contoh data berikut yang menjelaskan adanya

deiksis begitu.

(64) Dengan begitu, mereka bisa memahami dan mengambil tindakan jika

terjadi kasus di lapangan.

(Republika, Sabtu, 7 November 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik

tajuk tanggal 7 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan keluarnya Surat Edaran Kapolri No SE/6/X/2015 tanggal 8

Oktober 2015 tentang Penanggungan Ujaran Kebencian. Kapolri

Jenderal Badrodin Haiti mengungkapkan bahwa jajaran Polri terutama

di bawah perlu punya panduan bagaimana menangani kasus ujaran

kebencian supaya Polri bisa paham dan mengambil tindakan yang

tepat jika ada kasus kebencian di lapangan.)

(65) Dengan begitu, pemerintah akan memperoleh pendapatan dari pajak

lain sejalan dengan tumbuhnya ekonomi.

(Republika, Rabu, 18 November 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 18 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan kebijakan pemangkasan pajak penghasilan (PPh) 21 yang akan

dikeluarkan pemerintah. Menko Perekonomian Perekonomian Darmin

Nasution, rencana pemangkasan PPh 21 merupakan bagian dari paket

kebijakan VII yang menyangkut insentif PPh 21 untuk karyawan,

pertanian, dan investasi.)

Kalimat pada data (64) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora bukan persona. Kata “begitu” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “begitu” pada data di atas adalah ungkapan Kapolri Jenderal

Badrodin Haiti bahwa jajaran Polri terutama di bawah perlu punya panduan

bagaimana menangani kasus ujaran kebencian. Rujukan tersebut dapat diketahui

setelah dimengertinya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaski

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Republika di rubrik tajuk tanggal 7 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini

terkait dengan keluarnya Surat Edaran Kapolri No SE/6/X/2015 tanggal 8 Oktober

2015 tentang Penanggungan Ujaran Kebencian. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti

mengungkapkan bahwa jajaran Polri terutama di bawah perlu punya panduan

bagaimana menangani kasus ujaran kebencian supaya Polri bisa paham dan

mengambil tindakan yang tepat jik ada kasus kebencian di lapangan.

Kalimat pada data (65) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora bukan persona. Kata “begitu” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “begitu” pada data di atas adalah kebijakan pemangkasan

pajak PPh 21 tersebut segera direalisasikan supaya daya beli masyarakat yang

baik akan membuat ekonomi bisa bergerak. Rujukan tersebut dapat diketahui

setelah dipahaminya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 18 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini

terkait dengan kebijakan pemangkasan pajak penghasilan (PPh) 21 yang akan

dikeluarkan pemerintah. Menko Perekonomian Perekonomian Darmin Nasution,

rencana pemangkasan PPh 21 merupakan bagian dari paket kebijakan VII yang

menyangkut insentif PPh 21 untuk karyawan, pertanian, dan investasi.

Pada data (64) dan (65) telah dijelaskan bahwa kata “begitu” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa

bentuk kata “begitu” disebut deiktis. Kata “begitu” pada kedua data di atas disebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

dengan deiksis endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada dalam

teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan disebut

sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk pada nomina bukan

manusia atau bukan insan.

f. di situ

Kata ganti ini sebenarnya menunjuk pada tempat, tetapi apabila sudah

terdapat konstituen yang disebutkan sebelumnya maka disebut anaforis. Peneliti

menemukan kemunculan wujud deiksis di situ sebanyak dua kali. Berikut akan

peneliti jabarkan dengan contoh data tentang deiksis di situ.

(66) Bila kita mencermati angka ramalan yang disampaikan BPS dalam

jumpa pers pekan lalu, sebenarnya tidak ada yang keliru di situ.

(Republika, Kamis, 12 November 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS mengenai

kenaikan produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung

jawabkan. Pada 2 November 2015, BPS menggelar konferensi pers

terkait produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin

mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85

persen atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah kering giling.

Angka itu belum memperhitungkan El Nino di September–Oktober

2015 dan baru memperhitungkan Mei–Agustus 2015.)

(67) Ada nama Ketua DPR Setya Novanto dan ada nama Menko

Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan di situ.

(Republika, Kamis, 19 November 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 19 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan kasus pencatutan nama Presiden Jokowi untuk meminta

bagian saham PT Freeport yang diduga tersangkut juga nama Ketua

DPR RI Setya Novanto dan Menko Polhukam Luhut Binsar

Pandjaitan. Menteri ESDM Sudirman Said telah menyerahkan

transkrip percakapan dan rekaman suara percakapan yang diduga

melibatkan nama-nama tersebut. Setelah itu giliran Majels

Kehormatan Dewan untuk mengecek semua bukti dengan objektif.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Kalimat pada data (66) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora bukan persona. Kata “di situ” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “di situ” pada data di atas adalah ungkapan Kepala BPS saat

konferensi pers 2 November 2015 di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin

mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85 persen atau 4,15

juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah kering giling. Angka itu belum

memperhitungkan El Nino di September–Oktober 2015 dan baru

memperhitungkan Mei–Agustus 2015. Rujukan tersebut dapat diketahui setelah

dimengerti adanya konteks kalimat yaitu kalimat ini disampaikan oleh redaksi

Republika di rubrik tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini

terkait dengan perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS mengenai

kenaikan produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung jawabkan. Pada

2 November 2015, BPS menggelar konferensi pers terkait produksi padi di kantor

BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin mengungkapkan, produksi padi tahun ini

diperkirakan naik 5,85 persen atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah

kering giling. Angka itu belum memperhitungkan El Nino di September–Oktober

2015 dan baru memperhitungkan Mei–Agustus 2015.

Kalimat pada data (67) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora anafora bukan persona. Kata “di situ” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah nomina yang mana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

konstituennya sudah disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “di situ” pada data di atas adalah kasus pencatutan nama

Presiden Jokowi untuk meminta bagian saham PT Freeport. Rujukan tersebut

dapat diketahui setelah dimengerti adanya konteks kalimat yaitu kalimat ini

disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 19 November 2015

pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan kasus pencatutan nama Presiden Jokowi

untuk meminta bagian saham PT Freeport yang diduga tersangkut juga nama

Ketua DPR RI Setya Novanto dan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan.

Menteri ESDM Sudirman Said telah menyerahkan transkrip percakapan dan

rekaman suara percakapan yang diduga melibatkan nama-nama tersebut. Setelah

itu giliran Majels Kehormatan Dewan untuk mengecek semua bukti dengan

objektif.

Pada data (66) dan (67) telah dijelaskan bahwa kata “di situ” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa

bentuk kata “di situ” disebut deiktis. Kata “di situ” pada kedua data di atas disebut

dengan deiksis endofora anafora karena konstituen rujukkan masih berada dalam

teks tersebut yang disebutkan sebelum deiktis itu muncul, sedangkan disebut

sebagai deiksis anafora bukan persona karena merujuk pada nomina bukan

manusia atau bukan insan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

4.2.1.2.2 Deiksis Katafora

1) Deiksis Katafora – Persona

Deiksis katafora – persona yang termasuk dalam klasifikasi deiksis dalam

tuturan – endofora ini berkaitan dengan rujukkan penyebutan yang mengacu pada

persona atau bentuk insan. Di antara bentuk-bentuk persona hanya kata ganti

persona ketiga yang dapat menjadi pemarkah katafora. Bentuk –nya dapat

mengacu pada nomina insan juga dapat mengacu pada nomina bukan insan.

Dengan kata lain, rujukan dari deiksis katafora persona berada di sebelah kanan

atau setelah kata itu muncul yang mempunyai acuan manusia atau insan.

a. –nya

Bentuk –nya dapat mengacu pada nomina insan dan nomina bukan insan

(Purwo, 2011: 108). Dalam kaitan ini, pemarkah –nya dapat mengacu pada

konstituen selanjutnya. Peneliti menemukan kemunculan deiksis –nya kataforis

sebanyak enam kali. Peneliti akan menjabarkan data di bawah ini sebagai contoh

deiksis katafora -nya.

(68) Negara Merlion ini juga harus kehilangan figur bapak bangsanya,

Lee Kuan Yew, yang wafat pertengahan Maret lalu.

(Republika, Selasa, 1 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 September 2015 kepada pembaca. Kalimat ini

berkaitan dengan permasalahan ekonomi yang dihadapi negara

Singapura. Selain itu, bapak bangsa, Lee Kuan Yew meninggal dunia

saat negara ini sedang dilanda permasalahan ekonomi. Penulis

menggunakan kalimat pernyataan karena tujuaan untuk

menginformasikan pada pembaca.)

(69)Remaja SMA McArthur, Irving itu sempat diborgol, tak boleh

menghubungi orang tuanya selama interogasi, dan berkali-kali pihak

penyidik menyindirnya dengan nama belakangnya: Mohamed.

(Republika, Jumat, 18 September 2015)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 18 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan berita tentang remaja SMA McArthur, Irving yang diduga

tersangka pembuat bom dengan jam rakitannya, padahal jam itu

bukanlah sebuah bom.)

Kalimat pada data (68) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora katafora persona. Bentuk kata lekat kanan “-nya” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga

tunggal yang mana konstituennya disebutkan setelah kata deiktis itu muncul.

Rujukan atau maksud dari deiktis “-nya” pada data di atas adalah bapak bangsa

negara Singapura, yaitu Lee Kuan Yew. Referen tersebut dapat dipahami setelah

dimengerti bahwa kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 1 September 2015 kepada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan situasi

permasalahan ekonomi yang dihadapi negara Singapura. Selain itu, bapak bangsa,

Lee Kuan Yew meninggal dunia saat negara ini sedang dilanda permasalahan

ekonomi. Penulis menggunakan kalimat pernyataan karena tujuaan untuk

menginformasikan pada pembaca. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, kata

lekat kanan “-nya” dapat disebut dengan deiksis katafora persona.

Kalimat pada data (69) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora katafora persona. Bentuk kata “-nya” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona ketiga tunggal

yang mana konstituennya sudah disebutkan setelah kata deiktis itu muncul.

Rujukan atau maksud dari diektis “-nya” pada data di atas adalah Mohamed.

Nama belakang Ahmed. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti

bahwa kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan situasi bahwa

adanya berita tentang remaja SMA McArthur, Irving yang diduga tersangka

pembuat bom dengan jam rakitannya, padahal jam itu bukanlah sebuah bom. Jadi,

dengan adanya konteks tersebut, wujud kata lekat kanan “-nya” dapat disebut

deiksis katafora persona.

Pada data (68) dan (69) telah dijelaskan bahwa kata “-nya‟ mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa

bentuk kata lekat kanan “-nya” disebut deiktis. Wujud kata “-nya” pada kedua

data di atas disebut dengan deiksis endofora katafora karena konstituen rujukkan

masih berada dalam teks tersebut yang disebutkan setelah deiktis itu muncul,

sedangkan disebut sebagai deiksis katafora persona karena merujuk pada orang

ketiga yang dibicarakan.

b. kami

Kata ganti kami berfungsi untuk menyatakan rujukan orang dimana orang

yang diajak bicara tidak termasuk menjadi rujukan (Chaer, 2011: 93). Peneliti

menemukan deiksis kami kataforis dengan kemunculannya sebanyak satu kali.

Perhatian contoh di bawah ini yang menerangkan deiksis kami kataforis.

(70) Pertama, “kami” (Trump, Novanto, dkk), “untuk AS”, dan bagian di

mana Novanto menjawab “Yes”.

(Republika, Selasa, 8 September 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan

dengan ungkapan Donald Trump, calon Presiden AS saat melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

konferensi pers di Amerika Serikat dengan dihadiri ketua DPR RI

Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon. Trump mengungkapkan

“Kami akan membuat banyak hal hebat untuk kejayaan Amerika

Serikat”.)

Kalimat pada data (70) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora katafora persona. Kata “kami” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah persona jamak yang mana

konstituennya sudah disebutkan setelah kata deiktis itu muncul. Rujukan atau

maksud dari deiktis “kami” pada data di atas adalah Trump, Novanto, dkk.

Rujukan tersebut dapat diketahui setelah dipahami adanya konteks kalimat yaitu

kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 8

September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan dengan ungkapan Donald

Trump, calon Presiden AS saat melakukan konferensi pers di Amerika Serikat

dengan dihadiri ketua DPR RI Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon. Trump

mengungkapkan “Kami akan membuat banyak hal hebat untuk kejayaan Amerika

Serikat”.

Pada data (70) di atas bisa digolongkan dalam kemunculan wujud deiksis

endofora katafora persona walaupun hanya terdapat satu data. Hal ini bisa

dibuktikan bila terdapat satu kalimat B yang memuat deiksis “kami” dengan

konteks B, maka rujukan dari deiskis “kami” pada kalimat tersebut pastilah akan

berbeda dengan rujukan dari data (70). Oleh karena rujukan yang dapat berubah-

ubah dan letaknya di sebelah kanan dari bentuk deiksis itu, bentuk “kami” bisa

disebut deiktis endoforis katafora.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

2) Deiksis Katafora – Bukan Persona

Deiksis katafora – bukan persona yang termasuk dalam klasifikasi deiksis

dalam tuturan – endofora ini berkaitan dengan rujukkan penyebutan yang

mengacu pada nomina bukan insan. Bambang Kaswanti Purwo (1984: 123)

menjelaskan bahwa yang dapat menjadi pemarkah katafora adalah kata itu, yakni,

dan yaitu. Dengan kata lain, rujukan dari deiksis katafora yang bukan persona

berada di sebelah kanan atau setelah kata itu muncul yang mempunyai acuan

bukan manusia atau insan.

a. itu

Kata penunjuk itu berfungsi memberi penekanan di belakang kalimat yang

ingin ditekankan (Chaer, 2011: 112). Peneliti menemukan kemunculan wujud itu

sebanyak satu kali. Perhatikan contoh data di bawah ini yang menerangkan deiksis

itu kataforis.

(71) Pekerja, baik itu buruh maupun pegawai profesional, menjadi korban

dari setiap perlambatan ekonomi.

(Republika, Rabu, 2 September 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 September 2015. Tulisan ini berkaitan dengan PHK

(Pemutusan Hubungan Kerja) yang sedang terjadi di Indonesia tahun

2015. Penulis ingin memberi penguatan terhadap berita yang demo

buruh pada tanggal 1 September 2015. Penulis ingin menyampaikan

pada pemerintah agar memanfaatkan pasar dalam negeri supaya buruh

tidak lagi kerap menjadi korban PHK.)

Kalimat pada data (71) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora katafora persona. Kata “itu” pada data di atas dapat disebut sebagai

kemunculan deiksis karena rujukannya adalah konstituennya sudah disebutkan

setelah kata deiktis itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “itu” pada data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

di atas adalah buruh maupun pegawai profesional. Rujukan tersebut dapat

diketahui setelah dimengerti adanya konteks kalimat yaitu kalimat ini

disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 2 September 2015.

Tulisan ini berkaitan dengan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang sedang

terjadi di Indonesia tahun 2015. Penulis ingin memberi penguatan terhadap berita

yang demo buruh pada tanggal 1 September 2015. Penulis ingin menyampaikan

pada pemerintah agar memanfaatkan pasar dalam negeri supaya buruh tidak lagi

kerap menjadi korban PHK.

Pada data (71) di atas mengandung wujud deiksis endofora katafora bukan

persona karena terdapat rujukan yang terletak di sebelah kanan setelah kata

deiksis muncul. Walaupun hanya terdapat satu data wujud deiksis tersebut, sudah

dapat mewakili kemunculan deiksis “itu” yang bersifat katafora bukan persona.

Apabila terdapat kalimat B dengan konteks B, maka rujukan dari kata “itu” akan

nampak berbeda dengan data (71).

b. yakni

Kata yakni digunakan untuk menjelaskan unsur kalimat (Chaer, 2011:

151). Peneliti menemukan kemunculan deiksis yakni sebanyak sembilan kali

dalam penelitian ini. Peneliti akan menjabarkan data di bawah ini sebagai contoh

deiksis katafora bukan persona yakni.

(72)Angka ini jauh di atas ambang bahaya, yakni 350.

(Republika, Kamis, 3 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan

dengan peristiwa kabut asap yang melanda Indonesia khususnya pulau

Sumatera dan Kalimantan. Sampai kalimat ini ditulis, kabut asap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

belum reda juga. Penulis ingin menginformasikan bahwa kabut asap

sudah mencapai angka bahaya. Penulis menyindir pemerintah supaya

lekas mempunyai langkah tegas untuk menangani kasus ini.)

(73)Di sisi lain, anak keturunan para korban PKI juga menuntut, yakni

menuntut pemerintah meminta maaf kepada para korban PKI.

(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Oktober 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan peringatan peristiwa G-30-S/PKI tahun 2015. Para keturunan

tokoh PKI menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab dan

meminta maaf kepada PKI atas peristiwa G-30-S/PKI. Penulis

menyampaikan aspirasi korban PKI supaya pemerintah meminta maaf

pada mereka.)

Kalimat pada data (72) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora katafora bukan persona. Bentuk kata “yakni” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah konstituen setelah

kata deiktis itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “yakni” pada data di

atas adalah rentangan angka penunjukkan indeks kualitas udara, yaitu 350 di atas

ambang bahaya. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa

kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 3

September 2015 pada pembaca. Kalimat ini berkaitan dengan peristiwa kabut asap

yang melanda Indonesia khususnya pulau Sumatera dan Kalimantan. Sampai

kalimat ini ditulis, kabut asap belum reda juga. Penulis ingin menginformasikan

bahwa kabut asap sudah mencapai angka bahaya. Penulis menyindir pemerintah

supaya lekas mempunyai langkah tegas untuk menangani kasus ini. Jadi, dengan

adanya konteks tersebut, bentuk kata “yakni” dapat disebut dengan deiksis

katafora bukan persona.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

Kalimat pada data (73) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora katafora bukan persona. Bentuk kata “yakni” pada data di atas dapat

disebut sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah konstituen setelah

kata deiktis itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis “yakni” pada data di

atas adalah tunturan keturunan korban supaya pemerintah meminta maaf kepada

para korban PKI. Referen tersebut dapat dipahami setelah dimengerti bahwa

kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 1 Oktober

2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait dengan peringatan peristiwa G-30-S/PKI

tahun 2015. Para keturunan tokoh PKI menuntut pemerintah untuk bertanggung

jawab dan meminta maaf kepada PKI atas peristiwa G-30-S/PKI. Penulis

menyampaikan aspirasi korban PKI supaya pemerintah meminta maaf pada

mereka. Jadi, dengan adanya konteks tersebut, bentuk kata “yakni” dapat disebut

dengan deiksis katafora bukan persona.

Pada data (72) dan (73) telah dijelaskan bahwa kata “yakni” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa

bentuk kata “yakni” disebut deiktis. Kata “yakni” pada kedua data di atas disebut

dengan deiksis endofora katafora karena konstituennya terletak setelah

penyebutan kata deiktis yang muncul yang masih berada dalam teks itu,

sedangkan disebut sebagai deiksis katafora bukan persona karena bentuk kata

“yakni” mengacu pada nomina bukan insan atau bukan manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

c. yaitu

Kata yaitu merupakan salah satu varian dari kata yakni (Chaer, 2011: 151).

Di sini, deiksis yaitu berfungsi untuk menjelaskan konstituen yang berada di

sebelah kanannya. Peneliti menemukan kemunculan deiksis yakni sebanyak

sembilan kali dalam penelitian ini. Peneliti akan menjabarkan data di bawah ini

sebagai contoh deiksis katafora bukan persona yakni.

(74) Terakhir, nama PKS kembali dikaitkan dengan urusan hukum, yaitu

ketika kadernya, Gubernur Sumatera Utara Gatot PujoNugroho,

resmi dijadikan tersangka korupsi dana bantuan sosial oleh KPK.

(Republika, Senin, 14 September 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 14 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan munas ke-4 yang akan dijalankan PKS dari 14–15 September

2015. Penulis memberikan contoh pasang surut parta PKS, misal

dengan beberapa kadernya terjerat kasus korupsi.)

(75)Tolok ukurnya jelas, yaitu arus investasi dari AS ke Indonesia harus

bertambah besar, baik itu investasi riil maupun portofolio.

(Republika, Selasa, 27 Oktober 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 27 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika Serikat yang akan

diterima oleh Barack Obama di Gedung Putih pada Senin, 3

November 2015. Misi utama kunjungan tersebut adalah soal ekonomi,

yakni bagaimana memancing lebih banyak korporasi AS menanamkan

modalnya yang riil ke Indonesia.)

Kalimat pada data (74) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora katafora bukan persona. Kata “yaitu” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah konstituen yang sudah

disebutkan setelah kata deiktis itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis

“yaitu” pada data di atas adalah ketika kadernya, Gubernur Sumatera Utara Gatot

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

Pujo Nugroho, resmi dijadikan tersangka korupsi dana bantuan sosial oleh KPK.

Rujukan tersebut dapat diketahui setelah dimengerti konteks kalimat yaitu ini

disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 14 September 2015

pada pembaca. Tulisan ini terkait dengan munas ke-4 yang akan dijalankan PKS

dari 14–15 September 2015. Penulis memberikan contoh pasang surut parta PKS,

misal dengan beberapa kadernya terjerat kasus korupsi.

Kalimat pada data (75) di atas merupakan deiksis dalam tuturan –

endofora katafora bukan persona. Kata “yaitu” pada data di atas dapat disebut

sebagai kemunculan deiksis karena rujukannya adalah konstituen yang sudah

disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul. Rujukan atau maksud dari deiktis

“yaitu” pada data di atas adalah kalimat „arus investasi dari AS ke Indonesia harus

bertambah besar, baik itu investasi riil maupun portofolio‟. Rujukan tersebut dapat

diketahui setelah dimengerti adanya konteks kalimat yakni kalimat ini

disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk tanggal 27 Oktober 2015 pada

pembaca. Tulisan ini terkait dengan kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika

Serikat yang akan diterima oleh Barack Obama di Gedung Putih pada Senin, 3

November 2015. Misi utama kunjungan tersebut adalah soal ekonomi, yakni

bagaimana memancing lebih banyak korporasi AS menanamkan modalnya yang

riil ke Indonesia.

Pada data (74) dan (75) telah dijelaskan bahwa kata “yaitu” mempunyai

rujukan atau referen berbeda karena mempunyai konteks yang berbeda pula.

Maka, dengan adanya konteks yang berbeda tersebut dapat diasumsikan bahwa

bentuk kata “yaitu” disebut deiktis. Kata “yaitu” pada kedua data di atas disebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

dengan deiksis endofora katafora karena konstituennya terletak setelah

penyebutan kata deiktis yang muncul yang masih berada dalam teks itu,

sedangkan disebut sebagai deiksis katafora bukan persona karena bentuk kata

“yaitu” mengacu pada nomina bukan insan atau bukan manusia.

4.2.2 Maksud Deiksis dalam Tajuk Republika

Maksud dalam pragmatik yaitu „n bertujuan D melalui tuturanT‟, n =

penutur, D= daya, T= tuturan), merupakan suatu maksud tersebut diketahui mitra

tutur (Leech, 1993: 53). Dapat diartikan bahwa dalam pragmatik, penutur

mempunyai suatu tujuan dengan menyatakan tuturannya, tujuan itu bersifat

implisit. Makna pada pragmatik adalah kalimat yang tertulis atau terujar harus

dihubungkan dengan konteks. Maka dari itu bisa disebut bahwa pragmatik

merupakan (context dependent). Dalam hal ini, maksud dalam deiksis merupakan

rujukan atau referen yang bisa bersifat eksofora maupun endofora. Deiksis yang

bersifat eksofora dan endofora harus dikaitkan dengan konteks supaya dapat

dipahami rujukannya secara tepat. Leech (1993: 19–20) menerangkan bahwa

terdapat lima aspek situasi tuturan atau yang bisa disebut dengan aspek konteks

yang meliputi penyapa atau yang disapa, konteks sebuah tuturan yang di

dalamnya terdapat latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh mitra tutur,

tujuan sebuah tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar,

tuturan sebagai produk tindak verbal atau yang ditangkap sebagai maksud. Maka

dari itu, dalam hal ini peneliti sangat perlu mampu menangkap konteks kalimat

yang berhubungan dengan deiksis yang muncul. Maksud deiksis dalam penelitian

ini dibagi atas rujukan yang mengacu pada eksofora persona, waktu, dan tempat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

serta endofora anafora dan katafora. Penjabaran dari maksud deiksis akan

dijabarkan dengan data di bawah ini.

4.2.2.1 Maksud Deiksis Luar Tuturan (Eksofora)

4.2.2.1.1 Deiksis Persona

1) Maksud Deiksis yang Merujuk Persona Pertama

Orang yang menjadi pembicara atau mendapat peranan penuh dalam suatu

ujaran dapat disebut sebagai pihak orang pertama. Deiksis yang digunakan untuk

merujuk persona pertama dalam situasi resmi biasa menggunakan kata saya.

Berikut akan peneliti paparkan contoh deiksis yang merujuk pada persona

pertama.

(1) “Saya akan back-up penuh,” ujar Presiden menegaskan.

(Republika, Jumat, 27 November 2015)

(Konteks: Tuturan ini dikemukakan oleh Presiden Jokowi di hadapan

peserta Munas V Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia

(APPSI) di Makassar, 26 November 2015. Tuturan ini berkaitan

dengan serapan ABPD (Anggaran Belanja Pemerintah Daerah) yang

jauh dari optimal. Presiden Jokowi akan mendukung penuh kebijakan

pemerintah daerah dalam upaya membelanjakan anggaran negara.

Data ini diambil dari tajuk Republika, 27 November 2015.)

Penutur pada kalimat nomor (1) di atas adalah Presiden Joko Widodo.

Kalimat berwujud tuturan pernyataan ini ditujukan kepada peserta Munas V

Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Makasar pada tanggal

26 November 2015. Cuplikan tuturan ini ditulis dalam tajuk Republika pada hari

Jumat, 27 November 2015. Karena rujukan persona pertama adalah pembicara,

jadi dalam hal ini maksud dari deiktis saya pada data di atas adalah Presiden Joko

Widodo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Kalimat dalam data nomor (1) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada persona pertama atau mempunyai maksud yang merujuk pada Presiden Joko

Widodo. Kalimat ini dicuplik oleh redaksi Republika pada tanggal 27 November

2015. Di hadapan peserta Munas V Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh

Indonesia (APPSI) di Makasar pada tanggal 26 November 2015, Presiden Joko

Widodo mengutarakan akan memberi dukungan penuh supaya pemerintah daerah

segera membelanjakan anggarannya supaya ada penyerapan. Hal ini dilakukan

mengingat, sampai bulan November 2015 ini, serapan APBD (Anggaran Belanja

Pemerintah Daerah) masih jauh dari target. Pemerintah daerah enggan

membelanjakan anggarannya karena merasa malas apabila nantinya tersandung

kasus ketika dana yang dibelanjakan tidak sesuai anggaran.

2) Maksud Deiksis yang Merujuk Persona Kedua Tunggal

Orang yang menjadi pendengar atau pembaca mendapat peranan sebagai

orang kedua. Orang kedua tunggal merujuk pada persona yang jumlahnya hanya

satu. Berikut peneliti memaparkan contoh data terkait maksud deiksis persona

kedua tunggal.

(2) “Bersediakan Anda membayar lebih tagihan listrik per bulan agar

saudara Anda di pedalaman Kalimantan atau Papua atau Lebak bisa

menikmati terangnya nyala lampu?”

(Republika, Selasa, 1 Desember 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan listrik 1.300 Volt

Ampere (VA) dan 2.200 VA yang dilakukan pemerintah lewat PLN

secara resmi pada hari Senin, 1 Desember 2015.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

Penutur pada kalimat nomor (2) di atas adalah redaksi Republika yang

menuliskannya dalam rubrik tanggal 1 Desember 2015. Kalimat berwujud

pertanyaan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal tersebut. Dalam

hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya. Oleh karena itu, kalimat

“Bersediakan Anda membayar lebih tagihan listrik per bulan agar saudara Anda

di pedalaman Kalimantan atau Papua atau Lebak bisa menikmati terangnya

nyala lampu?” mempunyai rujukaan atau maksud untuk memberi pertanyaan

pada saya sebagai pembaca tajuk tersebut. Penulis menanyakan kesediaan saya

untuk membayar tagihan listrik per bulan agar saudara di pedalaman Kalimantan

atau Papua atau Lebak bisa menikmati terangnya nyala lampu.

Kalimat dalam data nomor (2) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada persona kedua tunggal, yaitu saya sebagai pembaca. Kalimat ini ditulis oleh

redaksi Republika pada tanggal 1 Desember 2015 dengan untuk menanggapi

adanya pemberitaan bahwa pemerintah secara resmi telah mengumumkan

pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan listrik 1.300 Volt Ampere (VA) dan

2.200 VA pada hari Senin, 1 Desember 2015. Redaksi menegaskan bahwa

pencabutan tarif listrik bersubsidi bertujuan supaya pelanggan listrik 1.300 VA

dan 2.200 VA bersedia menyumbangkan sedikit dananya supaya di daerah

pedalaman Kalimantan atau Papua mendapat penerangan berupa lampu secara

merata. Wacana tajuk ini ditulis bertujuan mengetuk hati pembaca, selain

mencegah sikap protes pelanggan listrik 1.300 VA dan 2.200 VA karena

pemerintah telah mencabut tarif listrik pada daya teresebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

3) Maksud Deiksis yang Merujuk Persona Ketiga

Deiksis yang merujuk pada persona ketiga jamak bisa berwujud mereka.

Bentuk mereka merujuk pada orang ketiga yang dibicarakan yang jumlahnya lebih

dari satu. Berikut penjabaran contoh deiksis persona ketiga.

(3) Jangan biarkan mereka lebih lama lagi menderita.

(Republika, Kamis, 3 September 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan

dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan

Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015. Penulis ingin

menyampaikan harapan agar pemerintah segera menangani kabut asap

supaya warga di sekitar pulau tersebut tidak lama-lama menderita.)

Penutur pada kalimat nomor (3) di atas adalah redaksi Republika yang

menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 3 September 2015. Kalimat

berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika. Selain itu,

lebih khususnya, tulisan di tajuk ini ditujukan sebagai sindiran terhadap

pemerintah untuk segera menangani masalah kabut asap.

Kalimat dalam data nomor (3) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada persona ketiga jamak, yaitu masyarakat di sekitar wilayah Sumatera dan

Kalimantan yang terkena dampak bencana kabut asap. Kalimat yang ditulis

tanggal 3 September 2015 ini berfungsi untuk menyampaikan harapan penulis

karena keprihatinannya melihat bencana kabut asap yang melanda wilayah

Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015. Sampai tulisan ini

dibuat, bencana tersebut belum dapat teratasi oleh pemerintah. Padahal warga di

sana sudah cukup menderita dengan adnaya bencana tersebut. Mereka setiap hari

menghirup udara yang tercemar, sehingga sistem pernafasan mereka juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

terganggu. Banyak warga yang tidak berangkat ke kantor maupun ke sekolah

karena enggan terpapar oleh udara tidak sehat tersebut. Oleh karena itu, kalimat

Jangan biarkan mereka lebih lama lagi menderita mempunyai makna tersirat

bahwa penulis mengharapkan supaya pemerintah segera menangani masalah

kabut asap, supaya warga di sekitar wilayah Sumatera dan Kalimantan tidak

menahan derita dalam waktu yang lebih lama lagi.

4) Maksud Deiksis yang Merujuk Persona Jamak Eksklusif

Deiksis yang merujuk persona jamak yang mana unsurnya adalah

gabungan antara persona pertama dan ketiga adalah bentuk kami. Deiksis kami

merujuk pada orang yang berbicara yang pihak lain yang terlibat. Dalam hal ini

yang menjadi pembaca atau yang diajak bicara tidak menjadi rujukan. Berikut

akan peneliti jelaskan dengan contoh deikis yang merujuk pada persona jamak

eksklusif.

(4) “Ya, kami sangat mencermati situasi krisis seperti ini.”

(Republika, Selasa, 29 September 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan Menkeu Amerika Serikat Hank

Paulson saat berbincang dengan Menkeu Prancis Christine Lagarde

pada saat krisis ekonomi tahun 2008. Tulisan ini berkaitan dengan

situasi ekonomi yang sedang krisis di Amerika Serikat tahun 2008,

tetapi Menkeu hanya terlihat acuh tak acuh.)

Penutur pada kalimat nomor (4) di atas adalah Menkeu Amerika Serikta

Hank Paulson. Kalimat ini dicuplik dalam tajuk Republika pada tanggal 29

September 2015. Tuturan ini muncul sebagai jawaban atas perbicangan Hank

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Paulson dengan Menteri Keuangan Prancis Christine Lagarde pada saat krisis

ekonomi tahun 2008. Posisi Hank Paulson adalah menteri keuangan saat tahun

2008, maka yang dirujuk dari deiksis kami pada kalimat, “Ya, kami sangat

mencermati situasi krisis seperti ini”, adalah pihak kementerian keuangan

Amerika Serikat di bawah pimpinan Hank Paulson. Dalam hal ini, pembaca tidak

terlibat sebagai rujukan karena di sini pembaca perperan sebagai persona kedua.

Kalimat dalam data nomor (4) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada persona jamak eksklusif, yaitu gabungan antara persona pertama dan persona

ketiga. Kalimat ini dicuplik oleh redaksi Republika pada tanggal 29 September

2015 sebagai sarana ingatan bahwa tahun 2008, negara besar seperti Amerika

Serikat juga pernah mengalami krisis ekonomi. Seperti cuplikan perbincangan

antara Menkeu Prancis Christine Lagarde dengan Menkeu Amerika Serikat Hank

Paulson tahun 2008. Saat itu, Menkeu Prancis menanyakan tanggapan akan

masalah krisis ekonomi yang sedang dihadapi Amerika. Jawaban Hank Paulson

pun menyiratkan bahwa sebenarnya dia bersama jajaran kementeriannya cukup

mencermati situasi krisis tersebut. Namun, tampaknya Paulson acuh tak acuh dan

tak ada langkah lebih lanjut untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

5) Maksud Deiksis yang Merujuk Persona Jamak Inklusif

Deiksis yang merujuk pada persona jamak inklusif adalah gabungan antara

persona pertama dan persona kedua. Berarti yang menjadi rujukan adalah penutur

bersama pendengar atau pembaca. Bentuk kita adalah wujud dari deiksis yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

merujuk pada persona jamak inklusif. Berikut akan peneliti jabarkan dengan

contoh deiksis kita.

(5) Dari sisi ini saja, sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat

tersebut.

(Republika, Sabtu, 5 September 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 5 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan

dengan wacana akan dibangunnya kereta super cepat (high speed

train) jarak Jakarta-Bandung.)

Penutur pada kalimat nomor (5) di atas adalah redaksi Republika yang

menuliskannya dalam rubrik tajuk tanggal 5 September 2015. Kalimat berwujud

pernyataan ini ditujukan untuk pemberitahuan kepada pembaca. Dalam hal ini,

pembaca tajuk tersebut adalah saya. Oleh karena itu, kalimat Dari sisi ini saja,

sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat tersebut, memiliki wujud

deiksis kita yang merujuk pada redaksi Republika yang menulis tajuk pada

tanggal 5 September 2015 bersama saya sebagai pembaca. Hal ini dikarenakan

yang bertindak sebagai persona pertama adalah penulis tajuk Republika pada

tanggal tersebut. Selanjutnya, yang menjadi persona kedua adalah saya sebagai

pembaca.

Kalimat dalam data nomor (5) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada gabungan antara persona pertama dan persona kedua. Kalimat ini ditulis oleh

redaksi Republika pada tanggal 5 September 2015 untuk menegaskan bahwa

masyarakat Indonesia memang tidak membutuhkan pembangunan kereta super

cepat (high speed train) untuk Jakarta – Bandung. Penolakan pembangunan

tersebut dikarenakan memang tidak bisa kereta berjalan dengan kecepatan

maksimal sementara harus transit di sejumlah stasiun. Penulis memberikan tulisan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

lanjut bahwa sebaiknya pemerintah memperhatikan kelayakan transportasi masal

lainnya, daripada sibuk memikirkan pembangunan kereta super cepat tersebut.

4.2.2.1.2 Deiksis Ruang atau Tempat

1) Maksud Deiksis yang Merujuk Ruang Demonstratif

Perujukan yang menggunakan wujud demonstratif artinya deiksis ini

menunjuk tempat secara langsung sesuai konteks. Deiksis yang merujuk pada

bentuk ruang demonstratif bisa menggunakan kata ini, itu, dan begitu. Berikut

peneliti memaparkan contoh data terkait maksud deiksis ruang atau tempat dengan

bentuk demonstratif.

(6) Belitan masalah bangsa ini tengah begitu kuat.

(Republika, Kamis, 8 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan dengan

pemberitaan masalah yang akhir-akhir ini melanda bangsa Indonesia.

Seperti peristiwa pembunuhan Salim Kancil, pemubunuhan jenazah

dalam kardus, kasus PHK hingga kabut asap di Sumatera dan

Kalimantan.)

Penutur atau penulis pada kalimat (6) di atas adalah redaksi Republika

yang menuliskannya dalam rubrik tajuk tanggal 8 Oktober 2015. Kalimat

berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal

tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi

„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.

Kalimat dalam data nomor (6) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada kata ganti demonstratif, karena merujuk pada suatu bangsa yang dibicarakan

yaitu bangsa Indonesia. Kalimat “Belitan masalah bangsa ini tengah begitu

kuat”, ditulis oleh redaksi Republika pada tanggal 8 Oktober 2015 untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

menginformasikan bahwa Indonesia memang sedang dilanda berbagai masalah,

mulai dari pembunuhan aktivis lingkungan Salim Kancil di Lumajang Jawa Timur

yang menolak adanya eksploitasi tambang pasir secara berlebihan. Selanjutnya,

ada masalah pembunuhan keji yang dilakukan terhadap anak perempuan di

Jakarta yang jenazahnya dimasukkan dalam kardus. Kemudian Indonesia juga

sednag dilanda gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) akibat ekonomi

yang melemah hingga yang menjadi korban adalah para buruh. Dan yang belum

terselesaikan hingga kalimat itu tertulis adalah permasalahan kabut asap di

wilayah Sumatera dan Kalimantan. Penulis menunjukkan betapa banyaknya

belitan masalah yang melanda bangsa Indonesia. Secara implisit, redaksi berharap

supaya pemerintah bersama masyarakat Indonesia pada umumnya mau bekerja

sama untuk segera menyelesaikan berbagai permasalahan ini.

2) Maksud Deiksis yang Merujuk Ruang Lokatif

Deiskis yang merujuk pada bentuk ruang lokatif bisa diawali dengan

preposisi di-. Deiksis yang bermakna tempat pada nomina ini bisa berwujud di

sana, di situ, di dalam, dan di belakang. Berikut akan peneliti jabarkan dengan

contoh deiksis yang merujuk pada bentuk lokatif dengan preposisi di-.

(7) Aktivitas penambangan pasir itu juga menyebabkan sarana jalan di

sana rusak.

(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Oktober 2015 kepada pembaca. Kalimat ini terkait

dengan peristiwa pembunuhan yang dilakukan para penambang pasir

terhadap aktivis lingkungan, Salim Kancil.)

Penutur atau penulis kalimat nomor (7) di atas adalah redaksi Republika

yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 1 Oktober 2015. Kalimat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal

tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka yang menjadi

pihak „yang disapa‟ adalah saya.

Kalimat dalam data nomor (7) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada kata ganti lokatif dengan diimbuhi preposisi. Bentuk di sana pada kalimat

Aktivitas penambangan pasir itu juga menyebabkan sarana jalan di sana rusak

merujuk pada jalan sekitar daerah Desa Selok Awar-awar, pesisir pantai selatan

Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang menjadi jalan hilir

mudik truk pembawa pasir. Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika pada

tanggal 1 Oktober 2015 untuk menginformasikan pada pembaca bahwa

pembunuhan yang dilakukan terhadap aktivis lingkungan Salim Kancil

merupakan perbuatan yang tidak memanusiakan manusia. Tindakan keji tersebut

pada dasarkan memang salah, karena para penambang pasir telah mengeksploitasi

wilayah di Desa Selok Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian,

Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Tidak hanya bibir pantai yang pasirnya

digerus habis-habisnya, tetapi sarana jalan untuk menuju ke lokasi tersebut mulai

mengalami kerusakan parah karena dilewatinya jalan itu oleh kendaraan yang

mengusung pasir. Penulis menyampaikan bahwa aktivitas penambangan pasir

yang berlangsung di sana menjadi sebuah bisnis haram.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

4.2.2.1.3 Deiksis Waktu

1) Maksud Deiksis Waktu yang Merujuk pada Hari

Deiksis waktu yang merujuk pada penyebutan hari dalam konteks ini

mempunyai rujukan waktu saat penulisan peristiwa yang diangkat. Wujud deiksis

hari dapat diikuti kata ini. Berikut peneliti akan memaparkan contoh data terkait

maksud deiksis waktu.

(8) Hingga hari ini, asap kebakaran hutan semakin menyesakkan napas

sebagian saudara kita yang tinggal di Sumatera dan Kalimantan.

(Republika, Kamis, 8 Oktober 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan

dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan

Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015.)

Penutur atau penulis pada kalimat nomor (8) di atas adalah redaksi

Republika yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 8 Oktober 2015.

Kalimat berwujud pernyataan ini ditujukan kepada pembaca harian Republika

tanggal tersebut. Pada kalimat Hingga hari ini, asap kebakaran hutan semakin

menyesakkan napas sebagian saudara kita yang tinggal di Sumatera dan

Kalimantan, deiksis hari ini merujuk pada saat penulisan tajuk tersebut. Oleh

karena itu, maksud atau rujukan deiskis tersebut adalah hari Kamis, 8 Oktober

2015.

Kalimat dalam data nomor (8) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada waktu dalam klasifikasi perujukan hari, yaitu hari Kamis, 8 Oktober 2015.

Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika sebagai bentuk keprihatinan akan

bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan sejak

pertengahan tahun 2015. Selain itu penulis menyampaikan bahwa sampai tulisan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

ini dibuat, bencana di sana belum juga reda. Ada harapan tersirat di balik tulisan

di tajuk ini sebagai masukan kepada pemerintah supaya lekas bekerja sama

dengan sejumlah elemen masyarakat untuk meredakan kabut di kedua pulau besar

di Indonesia tersebut.

2) Maksud Deiksis Waktu yang Merujuk pada Minggu

Deiksis waktu yang merujuk pada penyebutan suatu minggu maksudnya

adalah perujukannya bisa jadi satu pekan atau satu minggu sebelum maupun

sesudah pekan yang disebutkan. Deiskis pekan lalu merujuk pada satu pekan

sebelum hari penyebutan dalam kalimat, wujud pekan depan merujuk pada satu

pekan setelah hari penyebutan dalam kalimat. Berikut akan peneliti jelaskan

dengan contoh deiksis waktu yang merujuk pada suatu minggu.

(9) Bila kita mencermati angka ramalan yang disampaikan BPS dalam

jumpa pers pekan lalu, sebenarnya tidak ada yang keliru di situ.

(Republika, Kamis, 12 November 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini terkait

dengan perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS mengenai

kenaikan produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung

jawabkan.)

Penutur atau penulis pada kalimat nomor (9) di atas adalah redaksi

Republika yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 12 November

2015. Kalimat berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika

tanggal tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya

menjadi pihak „yang disapa‟ dalam konteks tersebut. Waktu penulisan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

kalimat adalah tanggal 12 November 2015, satu pekan terkait peristiwa yang

dimaksud adalah tanggal 2 November 2015. Pada tanggal 2 November 2015 BPS

menggelar konferensi pers terkait produksi padi di kantor BPS di Jakarta. Jadi

hitungan deiksis pekan lalu tetap harus dihubungan dengan konteks kapan terjadi

peristiwa yang diangkat.

Kalimat dalam data nomor (9) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada waktu dalam klasifikasi minggu karena rujukannya adalah satu pekan

sebelum kalimat ada dalam teks. Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika

tanggal 12 November 2015 sebagai ungkapan bahwa yang diujarkan kepala BPS

tersebut sudah benar. Hal ini terkait dengan konferensi pers yang digelar oleh BPS

pada 2 November 2015 di kantor BPS di Jakarta. Kepala BPS, Suryamin

mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85 persen atau 4,15

juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah kering giling. Angka itu belum

memperhitungkan El Nino di September–Oktober 2015 dan baru

memperhitungkan Mei–Agustus 2015. Ujaran ini memperlihatkan bahwa

kenaikan produksi padi tahun 2015 baru diperhitungkan sampai bulan Agustus

2015. Ungkapan yang didebat oleh Wapres Jusuf Kalla ini dianggap tidak dapat

dipertanggung jawabkan. Padahal Wapres rupanya belum mencermati laporan

BPS secara mendetail.

3) Maksud Deiksis Waktu yang Merujuk pada Bulan

Deiksis waktu yang merujuk pada bulan berarti jangkauannya sejauh bulan

yang disebutkan pada wujud deiksis. Penyebutan bulan yang diikuti kata lalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

merujuk pada hitungan bulan jauh ke belakang. Berikut akan peneliti jelaskan

dengan contoh data deiksis waktu yang merujuk pada suatu bulan.

(10) Jumlah tersebut naik 860 ribu orang bila dibandingkan enam bulan

lalu.

(Republika, Rabu, 16 September 2015)

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan

dengan jumlah orang miskin di Indonesia yang mencapai 860 ribu

orang. Angka ini terhitung naik apabila dibandingkan dengan bulan

Maret 2015.

Penutur atau penulis kalimat nomor (10) di atas adalah redaksi Republika

yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 16 September 2015. Kalimat

berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal

tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi

„yang disapa‟ dalam konteks tersebut. Pada kalimat Jumlah tersebut naik 860 ribu

orang bila dibandingkan enam bulan lalu, terdapat deiksis enam bulan lalu. Jadi,

enam bulan sebelum penyebutan adalah bulan Maret 2015. Oleh karena itu

rujukan daripada deiksis tersebut adalah bulan Maret 2015.

Kalimat dalam data nomor (10) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada waktu dalam klasifikasi bulan, yaitu merujuk pada enam bulan ke belakang

sebelum penyebutan (Maret 2015). Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika

tanggal 16 September 2015 sebagai penegasan bahwa jumlah orang miskin di

Indonesia naik 860 orang bila dibandingkan data yang didapat pada bulan Maret

2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

4) Maksud Deiksis Waktu yang Merujuk pada Tahun

Deiksis waktu yang merujuk pada penyebutan tahun bisa berwujud tahun

depan, tahun lalu, dan tahun ini. Bentuk tahun yang diikuti kata depan merujuk

pada satu tahun setelah waktu penulisan. Bentuk tahun yang diikuti kata lalu

merujuk pada satu tahun sebelum waktu penulisan. Serta, bentuk tahun yang

diikuti kata ini berarti adalah waktu sekarang. Berikut peneliti akan memaparkan

dengan contoh deiksis waktu yang merujuk pada penyebutan tahun.

(11) Raja Arab Saudi mengundang dua anggota keluarga korban untuk

berhaji tahun depan.

(Republika, Senin, 21 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 September 2015 pada pembaca. Hal ini terkait

masalah yang dialami penyelenggaraan haji tahun 2015, mulai dari

keterlambatan visa, robohnya crane raksasa, sampai hujan badai dan

salju.)

Penutur atau penulis pada kalimat nomor (11) di atas redaksi Republika

yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 21 September 2015. Kalimat

berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal

tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi

„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.

Kalimat dalam data nomor (11) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada waktu dalam klasifikasi tahun, yaitu tahun 2016. Kalimat ini ditulis oleh

redaksi Republika tanggal 21 September 2015 untuk memberi sedikit rasa

penghiburan untuk keluarga yang menjadi korban musim haji tahun 2015. Dengan

pemahaman peneliti bahwa musim haji yang diselenggarakan tahun 2015

mengalami berbagai permasalahan hingga menimbulkan sejumlah korban jiwa.

Dimulai dari keterlambatan visa hingga para jamaah harus tertunda sementara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

waktu untuk berangkat ke tanah suci. Setelah sampai di tanah suci, sebuah crane

berukuran raksasa roboh di Masjidil Haram hingga menimpa para jamaah yang

sedang beribadah di sana. Tak sampai di situ, musim haji tahun 2015 ini, rupanya

di Mekah sedang dilanda hujan badai dan salju. Karena mengalami berbagai

masalah hingga menimbulkan sekian korban jiwa, pemerintah Saudi merasa turut

bertanggung jawab pada keluarga korban dengan pemberian fasilitas untuk

menunaikan ibadah haji pada tahun 2016. Dengan adanya latar belakang

pengetahuan yang ada pada pembaca, dapat dipastikan bahwa rujukan dari kalimat

Raja Arab Saudi mengundang dua anggota keluarga korban untuk berhaji tahun

depan, yaitu merujuk pada tahun 2016. Satu tahun setelah penyebutan deiksis

“tahun depan”.

5) Maksud Deiksis Waktu yang Merujuk pada Suatu Masa

Deiksis waktu yang merujuk pada suatu masa merujuk pada suatu waktu

yang belum tentu disebutkan kapan pastinya, hanya penyebutan masa terjadinya

peristiwa yang diangkat. Deiksis jenis ini bisa berwujud kini, sekarang, nanti, saat

ini, kali ini, selama ini, dan saat itu. Berikut akan peneliti jelaskan dengan contoh

data deiskis yang waktu yang merujuk pada suatu masa.

(12) Peribahasa ini paling tepat menggambarkan kondisi keunagan

negara saat ini.

(Republika, Jumat, 6 November 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 6 November 2015 pada pembaca. Tulisan ini berkaitan

dengan adanya pemberitaan bahwa pemasukan pajak negara hingga 4

November 2015 mencapai Rp 774,4 triliun. Capaian ini setara dengan

59,84 persen dari target Rp 1.294 triliun yang ditetapkan di APBN

Perubahan 2015 hingga Desember 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

Penutur atau penulis pada kalimat nomor (12) di atas adalah redaksi

Republika yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 6 November

2015. Kalimat berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika

tanggal tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya

menjadi „yang disapa‟ dalam konteks tersebut. „saat ini‟ pada kalimat Peribahasa

ini paling tepat menggambarkan kondisi keuangan negara saat ini, merujuk pada

kondisi ketika pemasukan pajak negara hingga 4 November 2015 mencapai Rp

774,4 triliun. Capaian ini setara dengan 59,84 persen dari target Rp 1.294 triliun

yang ditetapkan di APBN Perubahan 2015 hingga Desember 2015. Rujukan dari

deiksis tersebut tidak mengacu pada suatu tanggal, tetapi harus dijelaskan pada

masa kapan terjadinya kondisi keuangan negara yang diperibahasakan demikian.

Kalimat dalam data nomor (12) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada waktu dalam klasifikasi penyebutan suatu masa, yaitu kondisi ketika

pemasukan pajak negara hingga 4 November 2015 mencapai Rp 774,4 triliun.

Capaian ini setara dengan 59,84 persen dari target Rp 1.294 triliun yang

ditetapkan di APBN Perubahan 2015 hingga Desember 2015. Kalimat ini ditulis

oleh redaki Republika tanggal tersebut sebagai penyidiran terhadap kinerja

pemerintah dalam mengurus pemasukan pajak negara. Pemerintah belum

mempunyai upaya serius sehingga pemasukan pajak hingga bulan November

2015 belum mencapai 60 persen. Penulis mengandaikan dengan peribahasa “besar

pasak daripada tiang, lebih besar pengeluaran dari pada pemasukan”. Dengan

peribahasa ini, penulis menyindir pemerintah bahwa terlalu banyak uang negara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

yang dihamburkan untuk pembangunan berbagai proyek, padahal pemasukan

uang pajak menjadi hal yang harus dicermati juga.

4.2.2.2 Maksud Deiksis Dalam Tuturan (Endofora)

4.2.2.2.1 Deiksis Anafora

1) Maksud Deiksis Anafora yang Merujuk Persona

Maksud deiksis anafora persona yang mengacu pada konstituen yang telah

disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul berupa nomina persona. Rujukkan

dari deiksis ini ditemukan dalam bentuk persona ketiga tunggal maupun jamak.

Berikut peneliti akan memaparkan contoh data terkait maksud deiksis anafora

persona.

(13)Dia memilih untuk mundur dari jabatannya dengan alasan tidak bisa

memenuhi target penerimaan pajak negara.

(Republika, Kamis, 3 Desember 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 3 Desember 2015. Hal ini terkait dengan keputusan

mengejutkan yang diambil Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit

Priadi Pramudito bahwa dia memilih mundur dari jabatannya karena

merasa belum bisa memenuhi target penerimaan pajak negara. Sampai

pada November 2015, penerimaan pajak negara baru mencapai 65

persen.)

Penutur atau penulis pada kalimat nomor (13) di atas redaksi Republika

yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 3 Desember 2015. Kalimat

berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal

tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi

„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.

Kalimat dalam data nomor (13) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada persona ketiga tunggal, yaitu Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

Pramudito. Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika pada tanggal 3 Desember

2015 untuk mempertajam adanya pemberitaan bahwa Direktur Jenderal (Dirjen)

Pajak Sigit Priadi Pramudito mundur dari jabatannya dikarenakan belum bisa

memenuhi target penerimaan pajak negara sampai akhir tahun 2015. Bahkan,

sampai pada bulan November 2015, penerimaan pajak masih berada pada kisaran

65 persen. Sebelum kalimat “Dia memilih untuk mundur dari jabatannya dengan

alasan tidak bisa memenuhi target penerimaan pajak Negara”, telah disebutkan

nama Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi Pramudito. Karena

konstituennya terletak di sebelah kiri darikata deiktis tersebut, dan dengan

background knowledge yang dimiliki peneliti. Maka, rujukannya adalah Direktur

Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi Pramudito.

2) Maksud Deiksis Anafora yang Merujuk Bukan Persona

Maksud deiksis anafora bukan persona mengacu pada konstituen yang

disebutkan setelah kata deiktis muncul. Rujukan dari deiksis ini ditemukan dalam

bentuk pronomina ketiga –nya serta kata ganti demonstratif. Maksud dari deiksis

ini merupakan nomina bukan persona. Berikut peneliti akan memaparkan contoh

data terkait maksud deiksis anafora bukan persona.

(14)Dari sisi ini saja, sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat

tersebut.

(Republika, Sabtu, 5 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 5 September 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan

dengan wacana pembangunan kereta super cepat (high speed train)

oleh pemerintah. Namun, kereta harus transit di beberapa stasiun

hanya untuk jarak Jakarta – Bandung, kereta tak mungkin jalan dengan

kecepatan maksimal.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

Penutur atau penulis pada kalimat nomor (14) di atas redaksi Republika

yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 5 September 2015. Kalimat

berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal

tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi

„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.

Kalimat dalam data nomor (14) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada objek nomina bukan persona yang mana konstituennya telah disebutkan

sebelum kata deiksis muncul, yaitu objek kereta supercepat (high speed train).

Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika pada tanggal 5 September 2015 untuk

menunjukkan sikap implisit berupa penolakan terhadap wacana akan dibangunnya

kereta super cepat (high speed train). Sebelum kata deiktis pada kalimat “Dari sisi

ini saja, sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat tersebut”, telah

dituliskan kereta cepat atau (high speed train). Penulis mengutarakan bahwa

kereta cepat tak mungkin berjalan dengan kecepatan maksimal karena harus

berhenti untuk transit di beberapa stasiun pada jarak Jakarta – Bandung, padahal

jarak itu tidak terlampau jauh tersebut. Melihat fakta tersebut, pada kalimat nomor

(14) di atas penulis memberi pengertian kepada pembaca jika pembangunan

kereta super cepat itu tidak diperlukan.

4.2.2.2.2 Deiksis Katafora

1) Maksud Deksis Katafora yang Merujuk Persona

Maksud deiksis katafora persona yang mengacu pada konstituen yang

disebutkan setelah kata deiktis itu muncul berupa nomina persona. Rujukkan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

deiksis ini ditemukan dalam bentuk persona ketiga jamak. Berikut peneliti akan

memaparkan contoh data terkait maksud deiksis katafora persona.

(15)Dalam kata sambutannya, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa

korupsi jelas merugikan keuangan negara.

(Republika, Jumat, 11 Desember 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 11 Desember 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan

penyelenggaraan pilkada pada 9 Desember 2015 yang digelar serentak

di 264 daerah depalan di antaranya adalah pikada din tingkat provinsi,

sisanya di kabupaten/kota. Sehari setelah gelaran pilkada, warga dunia

merayakan Hari Antikorupsi Internasional. Di Indonesia, peringatan

Hari Antikorupsi ini dipusatkan di Gedung Sabuga, Bandung, Jawa

Barat. Presiden Jokowi memberi sambutan dengan penyampaikan

bahwa korupsi adalah tindakan yang merugikan negara.)

Penutur atau penulis pada kalimat nomor (15) di atas redaksi Republika

yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 11 Desember 2015. Kalimat

berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal

tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi

„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.

Kalimat dalam data nomor (15) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada persona ketiga tunggal, yaitu Presiden Joko Widodo. Kalimat ini ditulis oleh

redaksi Republika pada tanggal 11 Desember 2015 untuk memberikan informasi

pada pembaca mengenai sambutan Presiden Joko Widodo dalam rangka

memperingati Hari Antikorupsi Internasional pada 10 Desember 2015.

Penyelenggaraan itu dilaksanakan di Gedung Sabuga, Bandung, Jawa Barat.

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan dengan menegaskan bahwa korupsi

adalah tindakan yang merugikan negara. Mengingat masih kerap terjadi kasus

korupsi yang dilakukan oleh petinggi negara. Secara tidak langsung, Presiden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

mengungkapkan ajakan untuk memberantas korupsi di Indonesia karena adanya

tindakan korupsi hanya merugikan keuangan negara. Setelah kata deiktis lekat

kanan “-nya” pada kalimat “Dalam kata sambutannya, Presiden Joko Widodo

menegaskan bahwa korupsi jelas merugikan keuangan Negara”, dijelaskan

bahwa persona yang memberi sambutan adalah Presiden Joko Widodo. Karena

konstituennya terletak di sebelah kanan dari kata deiktis tersebut, dan dengan

pemahaman yang dimiliki peneliti. Maka, rujukan deiktis “-nya” adalah Presiden

Joko Widodo.

2) Maksud Deiksis Katafora yang Merujuk Bukan Persona

Maksud deiksis katafora bukan persona mengacu pada konstituen yang

disebutkan setelah kata deiktis muncul. Rujukan dari deiksis ini ditemukan dalam

bentuk kata ganti demonstratif. Maksud dari deiksis ini merupakan nomina bukan

persona. Berikut peneliti akan memaparkan contoh data terkait maksud deiksis

katafora bukan persona.

(16)Hujan yang lama tidak turun juga menimbulkan ancaman lain, yakni

krisis pangan, terutama terkait dengan produksi beras.

(Republika, Selasa, 11 November 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 November 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan

musim panas yang berkepanjangan di Indonesia tahun 2015

mengakibatkan ancaman krisis pangan, yaitu padi yang tidak

membuahkan hasil dengan maksimal. Sehingga pemerintah harus

mengimpor beras dari Vietnam.)

Penutur atau penulis pada kalimat nomor (16) di atas redaksi Republika

yang menuliskannya dalam rubrik tajuk pada tanggal 11 November 2015. Kalimat

berwujud pernyataan ini ditujukan pada pembaca harian Republika tanggal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

tersebut. Dalam hal ini, pembaca tajuk tersebut adalah saya, maka saya menjadi

„yang disapa‟ dalam konteks tersebut.

Kalimat dalam data nomor (16) di atas merupakan deiksis yang merujuk

pada objek nomina bukan persona atau bukan manusia yang mana konstituennya

disebutkan setelah kata deiktis muncul, yaitu ancaman krisis pangan, terutama

dengan produksi beras. Kalimat ini ditulis oleh redaksi Republika pada tanggal 11

November 2015 untuk memberitahukan pada pembaca bahwa musim kemarau

berkepanjangan di Indonesia tahun 2015 menimbulkan ancaman seperti krisis

pangan, terlebih untuk produksi beras. Hal ini dapat dilihat bahwa hujan belum

terjadi secara merata di seluruh provinsi Indonesia sampai pertengahan bulan

November 2015. Khususnya di daerah yang seharusnya menjadi tempat produksi

beras, di sana hujan tidak turun sehingga sawah mengalami kekeringan dan padi

tidak bisa menghasilkan padi secara maksimal. Dalam kaitan ini, Indonesia harus

mengimpor beras dari Vietnam, seperti yang diberitakan dalam Saigon Times.

Kata deiktis “yakni” berfungsi untuk menjelaskan konstituen atau rujukan yang

terletak di sebelah kanan dari kata tersebut, sehingga pada kalimat “Hujan yang

lama tidak turun juga menimbulkan ancaman lain, yakni krisis pangan, terutama

terkait dengan produksi beras”, kata “yakni” berfungsi untuk menjelaskan

ancaman akibat hujan yang tidak turun, yaitu adanya krisis pangan, terutama

terkait dengan produksi beras.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

4.3 Pembahasan

Deiksis merupakan kata atau frasa yang mempunyai rujukan atau referen

yang berbeda-beda sesuai dengan konteks. Sejalan dengan teori deiksis yang

berasal dari kata Yunani deiktikos yang berarti “hal penunjukan secara langsung”.

Sebuah kata dikatakan bersifat deiktis apabila referennya berpindah-pindah atau

berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu (Purwo,

1984: 1). Penelitian ini memfokuskan deiksis yang ada pada rubrik tajuk di Harian

Republika edisi September–Desember 2015. Kata ganti yang referennya berbeda-

beda tersebut cukup banyak terdapat dalam rubrik tajuk. Peneliti mendeskripsikan

wujud dan maksud deiksis yang terdapat pada rubrik tajuk di edisi tersebut.

Tajuk sebagaimana diungkapkan oleh Sumadiria (2004: 83) bahwa secara

teknik jurnalistik, tajuk rencana diartikan sebagai opini redaksi berisi aspirasi,

pendapat, dan sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal,

aktual, dan atau kontroversial yang terdapat dalam masyarakat. Dengan kata lain,

tajuk dapat dipahami sebagai ulasan kritis dari pers untuk menanggapi peristiwa

teraktual yang menjadi sorotan publik. Masalah yang diangkat diharapkan dapat

menggerakan sejumlah pihak supaya peristiwa yang ada dihadapi secara

bijaksana. Tajuk di Harian Republika mengarah ke wacana kritis terhadap pokok

persoalan yang diangkat. Redaksi biasanya sering mengajak pembaca untuk lebih

kritis menghadapi suatu polemik yang terjadi, baik di dalam atau luar negeri.

Secara umum, struktur tajuk Republika ditulis dengan penyajian informasi singkat

dari pemberitaan yang ada atau penyajian fakta terlebih dahulu, setelah itu penulis

memberikan argumennya terhadap pemberitaan tersebut. Terkadang pemerintah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

menyampaikan pesannya secara tersurat, tetapi kadang juga secara tersirat berupa

sindiran atau pertanyaan retoris. Penelitian di rubrik tajuk selama empat bulan ini

dapat memberi pemahaman bahwa redaksi Republika lebih menyuarakan aspirasi

masyarakat supaya pemerintah lebih bertindak secara bijaksana ketika

menjalankan tugas atau mengambil sebuah keputusan.

Untuk menganalisis wujud dan maksud deiksis pada tajuk di Harian

Republika ini, diperlukan landasan teori yang terpenting berupa konteks. Leech

(1983: 13) dalam Nadar (2009: 6) mendefinisikan konteks sebagai latar belakang

pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun maupun lawan tutur sehingga

lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur

pada waktu membuat tuturan tertentu. Fenomena pragmatik esensinya adalah

mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar (speech acts). Oleh

karena itu, terdapat lima aspek secara umum yang perlu diperhatikan untuk

menangkap maksud untuk suatu pertuturan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan

teori dari Leech (1993: 19–22) untuk membantu menganalsisi konteks tersebut.

Lima aspek yang perlu diperhatikan adalah 1) yang menyapa (penayapa) atau

yang disapa (pesapa), 2) konteks sebuah tuturan, 3) tujuan sebuah tuturan, 4)

tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar, 5) tuturan sebagai

produk tindak verbal. Namun, secara mayoritas, peneliti hanya mengambil dua

aspek secara umum untuk dapat mengerti rujukan atau maksud yang terdapat pada

setiap deiksis yang dianalisis. Pertama, peneliti harus menganalisis siapa penulis

dan pembaca tajuk Harian Republika pada tanggal itu. Kedua, peneliti

menginterpretasi latar belakang penulisan tajuk tersebut. Hal ini terkait dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

kesamaan latar belakang pengetauan penulis dan peneliti. Dengan adanya dua

aspek konteks yang digunakan sebagai landasan, peneliti dapat menemukan

rujukan atau maksud daripada deiksis yang ditemukan.

Pembahasan temuan dalam penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan

penemuan terkait dengan rumusan masalah peneliti, yaitu wujud fenomena deiksis

pada rubrik tajuk harian Republika edisi September–Desember 2015 dan maksud

fenomena deiksis pada rubrik tajuk Republika edisi September–Desember 2015.

Berdasarkan temuan dari hasil pengumpulan dan analisis data, peneliti

menemukan dua wujud deiksis berupa deiksis eksofora dan deiksis endofora.

Selain itu, deiksis yang ditemukan dapat merujuk pada persona, ruang atau

tempat, dan waktu, konstituen yang disebutkan sebelum kata deiktis itu muncul

yang merujuk pada nomina persona (anafora persona), konstituen yang disebutkan

sebelum kata diektis itu muncul yang merujuk pada nomina bukan persona

(anafora bukan persona), konstituen yang disebutkan setelah kata deiktis itu

muncul yang merujuk pada nomina persona (katafora persona), dan konstituen

yang disebutkan setelah kata deiktis itu muncul yang merujuk pada nomina bukan

persona (katafora bukan persona).

Deiksis luar tuturan (eksofora) berkaitan dengan perujukan yang ada di

luar wacana yang tertulis. Dengan kata lain, peneliti harus mengetahui secara jelas

siapa penulis dan pembaca tajuk tersebut karena harus dihubungkan dengan

interperetasi di luar wacana itu. Selain itu peneliti juga harus memahami dalam

konteks apa wacana tersebut dituliskan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

Berkaitan dengan deiksis eksofora, di dalamnya terdapat deiksis persona

yang berhubungan dengan bentuk pronomina. Pronomina dipahami sebagai kata

ganti yang merujuk pada insan atau manusia. Oleh karena itu, menurut peneliti,

deiksis persona ini merupakan kata ganti orang yang merujuk pada persona

pertama, kedua, maupun ketiga.

Peneliti menemukan 25 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk persona.

25 wujud tersebut dibagi atas 1 deiksis “saya” yang merujuk pada persona

pertama tunggal, 1 deiksis “kamu” yang merujuk pada persona kedua tunggal, 1

deiksis “Anda” yang merujuk pada bentuk persona kedua tunggal, 2 deiksis “-

nya” yang merujuk pada bentuk persona ketiga tunggal, 3 deiksis “mereka” yang

merujuk pada bentuk persona ketiga jamak. Selanjutnya ditemukan 3 bentuk

deiksis “kami” yang merujuk pada persona jamak antara gabungan persona

pertama dan persona ketiga, dan yang paling banyak adalah bentuk deiksis “kita”

yang kemunculannya ditemukan sejumlah 13 kali yang merujuk pada persona

jamak antara gabungan persona pertama dan persona kedua.

Peneliti akan memberi contoh data (1) yang merupakan wujud dari deiksis

persona yang merujuk pada persona persona pertama.

(1)“Dalam rapat terbatas tadi siang, saya perintahkan impor ilegal, baik

produk baru maupun bekas, harus diberantas.”

(Republika, Kamis, 29 Oktober 2015).

(Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh Presiden Jokowi di akun

facebooknya pada siang hari, 12 Oktober 2015. Hal ini terkait dengan

berita bahwa razia ramai dilakukan pemerintah terhadap produk-

produk impor ilegal. Kementerian Perdagangan (Kemendag)

melakukan razia ke sejumlah titik sentra perdagangan menyusul

perintah Presiden untuk memberantas barang impor ilegal. Penulis

mencuplik tulisan Presiden ke dalam tajuk Republika tanggal 29

Oktober 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

Deiksis “saya”pada kalimat (1) merujuk pada Presiden Joko Widodo.

Selain itu, sebenarnya terdapat wujud deiksis persona yang merujuk pada persona

pertama tunggal, yaitu daku, kata lekat kanan ku-, dan kata lekat kiri –ku. Namun,

karena tajuk bersifat mewakili media pers tertentu, maka penggunaan pronomina

tersebut jarang dijumpai. Seperti contoh di atas juga merujuk pada “saya” bukan

penulis, tetapi persona lain.

Selanjutnya contoh data (2) berikut merupakan wujud dari deiksis persona

yang merujuk pada persona persona kedua.

(2)“...Jika kamu orang yang membawa kekerasan, kamu Islam, Yahudi,

kristen atau Hindu, akan tetap menjadi orang penuh dengan

kekerasan,” kata Aslan.

(Republika, Jumat, 16 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh akademisi Univesritas

California Reza Aslan pada bulan September 2015 mengenai

pertanyaan dan tuduhan bahwa Islam identik dengan kekerasan. Hal ini

terkait dengan peristiwa pengemboman yang terjadi di Paris, Prancis

pada Jumat, 13 November 2015 malam waktu setempat. Diduga

tersangka pengemboman adalah ISIS. Isis tersebut biasanya membawa-

bawa nama Islam, jadi orang-orang menilai bahwa Islam identik

dengan kekerasan.)

Deiksis “kamu” pada kalimat (2) merujuk pada saya sebagai pembaca.

Selain deiksis “kamu”, terdapat wujud deiksis persona yang merujuk pada persona

kedua, yaitu engkau, Anda, dan dikau. Namun, karena tajuk bersifat sikap resmi

dari media pers, jadi penggunaan kata ganti penunjuk lebih ke bahasa baku. Pada

kalimat (2) tidak menggunakan bahasa baku karena hanya bersifat cuplikan dari si

pembicara, bukan dari pihak redaksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

Deiksis yang terdapat pada contoh (3) adalah wujud dari deiksis persona

yang merujuk pada bentuk persona ketiga.

(3)Jangan biarkan mereka lebih lama lagi menderita.

(Republika, Kamis, 3 September 2015)

(Konteks: ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 3 September 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan dengan

bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan

sejak pertengahan tahun 2015. Penulis ingin menyampaikan harapan

agar pemerintah segera menangani kabut asap supaya warga di sekitar

pulau tersebut tidak lama-lama menderita.)

Deiksis “mereka” pada kalimat (3) merujuk pada warga sekitar Sumatera

dan Kalimantan yang terkena kabut asap. Artinya, rujukan dari deiksis itu adalah

persona yang jumlahnya lebih dari satu. Selain deiksis “mereka”, sebenarnya

terdapat wujud deiksis persona yang merujuk pada persona ketiga, baik tunggal

maupun jamak, yaitu ia, dia, beliau, dan kata lekat kanan –nya. Akan tetapi,

karena bersifat eksoforis, kata ia, dia, beliau ternyata lebih bersifat endoforis

dengan bukti bahwa tidak ditemukannya deiksis tersebut pada tajuk yang menjadi

objek penelitian ini.

Selain itu, contoh pada data (4) akan memperlihatkan wujud deiksis

persona jamak eksklusif, yaitu antara gabungan persona pertama dan persona

ketiga.

(4) “Kami mencoba mendekati Cina. Kami ingin solusi di masa

mendatang melalui dialog atau kami bisa membawa masalah ini ke

Pengadilan Arbitrase Internasional,” ujar Luhut, Rabu (11/11).

(Republika, Selasa, 17 November 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh Menko Polhukam, Luhut

Pandjaitan pada 11 November 2015 di Ecopark, Ancol, Jakarta saat

jumpa pers pada wartawan. Hal ini terkait dengan persoalan

ketegangan batas wilayah di Laut Cina Selatan yang juga mengusik

Indonesia. Menko Polhukam Luhut Pandjaitan dan Juru Bicara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

Kemenlu Arrmanatha Nasir turut mengeluarkan pernyataan cukup

keras soal batas wilayah ini.)

Deiksis “kami” pada kalimat (4) merujuk pada Menko Polhukam Luhut

Pandjaitan dan Juru Bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir. Pronomina kami merujuk

pada persona yang jumlahnya lebih dari satu, dimana lawan bicara atua dalam hal

ini pembaca tidak tutur menjadi rujukan karena tidak terlibat dalam pertuturan itu.

Peneliti hanya menemukan deiksis “kami” yang merujuk pada persona jamak

tersebut.

Terakhir, pada contoh data (5) dipaparkan wujud deiksis persona yang

merujuk pada persona jamak inklusif, yaitu gabungan antara persona pertama dan

persona kedua.

(5) Dari sisi ini saja, sejatinya kita memang tak memerlukan kereta cepat

tersebut.

(Republika, Sabtu, 5 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 5 September 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan

dengan wacana akan dibangunnya kereta super cepat (high speed train)

jarak Jakarta-Bandung. Penulis ingin menegaskan penolakan yang

dilakukan presiden terhadap proposal kegiatan pembangunan kereta

tersebut. Bahwa memang tidak bisa kereta berjalan dengan kecepatan

maksimal sementara harus transit di sejumlah stasiun.)

Deiksis “kita” pada kalimat (5) merujuk pada redaksi Republika dan saya

yang terlibat sebagai pembaca. Persona ketiga tersebut merujuk pada persona

pertama yaitu yang menjadi penulis dan persona ketiga yaitu persona yang berada

di luar wacana, tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang menjadi pembaca.

Karena tajuk di Republika bersifat mengajak pembaca untuk mengkritisi bersama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

tentang permasalahan yang diangkat, maka mayoritas tajuk pada bagian

argumennya banyak menuliskan deiksis “kita‟.

Pada penelitian ini, peneliti tidak menemukan bentuk deiktis “kalian‟ yang

merujuk pada persona kedua jamak. Hal ini bisa jadi dikarenakan redaksi hanya

menggunakan ragam bahasa resmi untuk mengajak pembaca mengkritisi

permasalahan yang diangkat. Wujud “kalian” merupakan pronomina untuk

merujuk pada lawan bicara yang sudah akrab.

Setelah dipaparkan deiksis persona, peneliti akan menguraikan deiksis

ruang atau tempat yang berkaitan dengan lokasi yang menjadi tempat pertuturan.

Deiksis ruang ini dapat terbagi atas kata ganti demonstratif dan kata ganti lokatif

yang dibubuhi dengan preposisi. Oleh karena itu, deiksis ruang merupakan

rangkaian frasa yang dapat merujuk pada suatu tempat pertuturan sesuai konteks.

Peneliti menemukan 13 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk ruang

atau tempat. 13 wujud tersebut dibagi atas kemunculan 9 kali deiksis “ini” yang

merujuk pada tempat. Selanjutnya, ditemukan 1 kali kemunculan deiksis “di sini”,

“di situ”, “di dalam”, dan “di belakang”.

Peneliti akan memberi contoh data (6) yang merupakan wujud dari deiksis

ruang atau tempat dengan rujukan tempat dalam kaitannya dengan kata ganti

demonstratif.

(6) Jonan mungkin lupa, atau tidak tahu bahwa ojek aplikasi menjadi

salah satu solusi penanggulangan pengangguran saat negara ini

mengalami perlambatan ekonomi.

(Republika, Sabtu, 19 Desember 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 19 Desember 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan

berita adanya penghentian ojek aplikasi dalamSurat Pemberitahuan

Nomor UM 3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani oleh Menteri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November 2015. Penulis

mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi merupakan salah satu

solusi yang dapat menanggulangi perlambatan ekonomi di Indonesia

sejak September 2015.)

Deiksis “ini” pada kalimat (6) merujuk pada negara Indonesia. Selain

deiksis “ini” yang telah dijelaskan, terdapat wujud deiksis ruang demonstratif

yang merujuk pada suatu tempat, yaitu itu, begini, dan begitu. Namun, karena

tajuk Republika ini adalah media pers nasional, jadi yang banyak disorot adalah

penyebutan negeri sendiri. Oleh karena itu, deiksis itu, begini, dan begitu tidak

ditemukan selama penelitian dalam edisi September–Desember 2015.

Selanjutnya, pada data (7) akan dipaparkan contoh wujud deiksis ruang

yang merujuk pada tempat dalam kaitannya dengan kata ganti lokatif dibubuhi

dengan preposisi.

(7) Aktivitas penambangan pasir itu juga menyebabkan sarana jalan di

sana rusak.

(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Oktober 2015 kepada pembaca. Hal ini terkait dengan

peristiwa pembunuhan yang dilakukan para penambang pasir terhadap

aktivis lingkungan, Salim Kancil. Penulis menyampaikan bahwa

aktivitas penambangan pasir yang berlangsung di Desa Selok Awar-

awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten

Lumajang, Jawa Timur tidak hanya menjadikan bisnis haram. Akan

tetapi, mengakibatkan kerusakan lingkungan, yaitu rusaknya jalan di

sekitar daerah tersebut.)

Deiksis “di sana” pada kalimat (7) merujuk pada jalan sekitar daerah Desa

Selok Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten

Lumajang, Jawa Timur yang menjadi jalan hilir mudik truk pembawa pasir. Selain

deiksis “di sana‟, sebenarnya terdapat wujud deiksis ruang lokatif yang merujuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

pada tempat yang dibicarakan dalam pertuturan, yaitu di sini, di sana, di situ, di

dalam, dan di belakang. Namun, peneliti tidak banyak menemukan jenis deiksis

tersebut dengan pemahaman bahwa redaksi tidak membuat pembaca harus

berpikir keras untuk memahami suatu tempat yang tidak disebutkan dalam

pembicaraan. Seperti deiksis “di sini” yang tidak ditemukan karena secara

pemahaman peneliti, deiksis tersebut merujuk pada suatu tempat yang dekat

dengan penutur.

Pada bagian yang ketiga dalam deiksis eksofora, terdapat deiksis waktu

berkaitan dengan bentuk adverbial. Kata keterangan waktu merujuk pada tempo

atau masa saat pertuturan atau masa yag dibicarakan dalam wacana. Peneliti

membahas deiksis waktu berdasarkan klasifikasi hari, minggu, bulan, tahun, dan

masa.

Peneliti menemukan 50 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk waktu.

50 wujud tersebut dibagi atas deiksis hari, yaitu bentuk “hari ini” sebanyak 3 kali

yang merujuk pada hari. Deiksis yang merujuk pada minggu ditemukan bentuk 2

kali deiksis “pekan depan” dan 2 kali kemunculan deiksis “pekan lalu”. Deiksis

yang merujuk pada bulan terdiri atas kemunculan 1 kali bentuk “enam bulan lalu”.

Kemudian, deiksis yang merujuk pada tahun terdiri atas 2 kali kemunculan deiksis

“tahun depan”, 3 kali wujud deiksis “tahun lalu”, dan 4 kali kemunculan deiksis

“tahun ini”. Selanjutnya, bentuk deiksis waktu yang merujuk pada suatu masa,

yaitu adanya kemunculan deiksis “kini” sebanyak 6 kali, wujud “sekarang” yang

muncul sejumlah 3 kali, bentuk “kemarin” yang muncul sebanyak 3 kali, wujud

kata “nanti” yang muncul sebanyak 6 kali, wujud “saat ini” yang muncul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

sebanyak 6 kali, “kali ini” muncul sejumlah 4 kali ini, bentuk “selama ini”

muncul sejumlah 4 kali, dan wujud “saat itu‟ yang muncul sebanyak 1 kali.

Peneliti akan memberi contoh data (8) yang merupakan wujud deiksis

waktu yang merujuk pada penyebutan hari.

(8) Hingga hari ini, asap kebakaran hutan semakin menyesakkan napas

sebagian saudara kita yang tinggal di Sumatera dan Kalimantan.

(Republika, Kamis, 8 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan dengan

bencana kabut asap yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan

sejak pertengahan tahun 2015. Penulis menyampaikan, sampai tulisan

ini dibuat, kabut asap di wilayah tersebut belum reda.)

Wujud deiksis waktu “hari ini” pada kalimat nomor (8) di atas merujuk

pada hari Kamis, 8 Oktober 2015. Redaksi tidak menyebutkan secara spesifik

penyebutan hari dikarenakan konteksnya, tulisan ini dibuat pada hari Kamis, 8

Oktober 2015. Oleh karena itu, deiksis “hari ini” sudah terpahami oleh pembaca.

Kemudian, pada contoh data (9) ini akan dipaparkan wujud deiksis waktu

yang merujuk pada penyebutan minggu atau hitungan pekan.

(9) Bila kita mencermati angka ramalan yang disampaikan BPS dalam

jumpa pers pekan lalu, sebenarnya tidak ada yang keliru di situ.

(Republika, Kamis, 12 November 2015)

(Konteks: ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 12 November 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan

perdebatan antara Wapres Jusuf Kalla dengan BPS mengenai kenaikan

produksi padi tahun 2015 dianggap sulit dipertanggung jawabkan.

Pada 2 November 2015, BPS menggelar konferensi pers terkait

produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin

mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik 5,85 persen

atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah kering giling. Angka

itu belum memperhitungkan El Nino di September–Oktober 2015 dan

baru memperhitungkan Mei–Agustus 2015. Penulis mengganggap

bahwa ungkapan kepala BPS tersebut sudah benar.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

Deiksis “pekan lalu” pada kalimat nomor (9) di atas merujuk pada 2

November 2015. Kata yang dikuti lalu merujuk pada masa lampau. Dalam hal ini

kata pekan yang diikuti kata lalu merujuk pada satu pekan setelah penyebutan

deiktis. Namun, karena peneliti menghubungkan dengan konteks, maka

rujukannya adalah 10 hari sebelum penyebutan deiktis. Redaksi tidak

menyebutkan lagi hari-nya, dikarenakan redaksi sudah mengganggap bahwa

pembaca masih teringat akan peristiwa yang terjadi.

Selain itu, contoh data nomor (10) ini akan dijelaskan wujud deiksis waktu

yang merujuk pada penyebutan bulan.

(10) Jumlah tersebut naik 860 ribu orang bila dibandingkan enam

bulan lalu.

(Republika, Rabu, 16 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan

dengan jumlah orang miskin di Indonesia yang mencapai 860 ribu

orang. Angka ini terhitung naik apabila dibandingkan dengan bulan

Maret 2015.)

Wujud deiksis “enam bulan lalu” pada kalimat nomor (10) di atas merujuk

pada bulan Maret 2015. Perhitungan rujukan deiksis tersebut dikarenakan terdapat

kata enam pada kata deiktis tersebut, sehingga peneliti dapat menentukan rujukan

dibantu dengan konteks kalimat. Penyebutan deiksis wkatu yang merujuk pada

„bulan‟ termasuk jarang ditemukan dalam tajuk.

Deiksis waktu yang merujuk pada penyebutan tahun juga akan dibahas

dengan contoh nomor (11).

(11) Dalam jangka menengah, pemerintah harus melakukan berbagai

cara agar kebakaran hutan tidak terulang pada tahun depan.

(Republika, Rabu, 7 Oktober 2015)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

(Konteks: ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 7 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan dengan

masukkan yang diberikan penulis pada masalah bencana kabut asap

di Sumatera dan Kalimantan yang belum juga terhenti. Pemrintah

diharapkan mampu memberi sosialisasi dan pemahaman bagi warga

yang berpotensi menjadi pelaku pembakaran hutan agar tidak

menimbulkan bencana serupa pada tahun 2016.)

Deiksis “tahun depan” pada kalimat (11) merujuk pada tahun 2016. Kata

keterangan waktu –depan mempunyai maksud untuk menjelaskan satu masa

setelah penyebutan kata depannya. Dalam hal ini adalah tahun, berarti rujukan

dari deiksis “tahun depan” merujuk pada satu tahun setelah kata deiksis, yaitu

tahun 2016. Di dalam tajuk, redaksi beberapa kali tidak menyebutkan secara

tersurat waktu tahun itu. Dengan anggapan bahwa pembaca sudah memahami

konteks penulisan berita, jadi sudah tahu dengan sendirinya rujukan itu.

Dalam deiksis waktu, wujud deiksis yang merujuk pada penjelasan tentang

suatu masa akan dijelaskan dengan contoh (12).

(12) Namun, hal itu hendaknya bukan menjadi alasan bagi pemerintah

untuk mengabaikan langkah antisipasi sejak jauh hari dan

mengambil langkah supaya bencana yang awalnya kecil tidak

sebesar sekarang.

(Republika, Jumat, 23 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan

dengan bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan

tahun 2015 yang sudah dibilang parah. Bahkan merembet ke negara

tetangga Indonesia, seperti Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang

menjadi korban bencana tersebut.)

Deiksis waktu “sekarang” pada kalimat (12) di atas merujuk pada saat

dimana bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan tahun 2015

yang sudah dibilang parah. Bahkan merembet ke negara tetangga Indonesia,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

seperti Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang menjadi korban bencana tersebut.

Pada wujud deiksis waktu yang merujuk ke masa, memang rujukannya tidak

disebutkan secara spesifik untuk penyebutan waktu, melainkan hanya penjelasan

saat kapan terjadi pemberitaan itu. Dalam penelitian ini, tidak ditemukan bentuk

deiksis besok dan lusa.

Lebih lanjut pembahasan mengenai deiksis dalam tuturan – endofora.

Deiksis ini lebih menyoroti pada bidang sintaksis. Artinya rujukan dari wujud

deiksis masih berada dalam wacana tersebut. Deiksis yang rujukannya terletak di

sebelah kiri adalah deiksis anafora, sedangkan deiksis yang rujukannya terletak di

sebelah kanan adalah deiksis katafora.

Pertama, peneliti memaparkan deiksis anafora yang merujuk pada

persona. Jenis deiksis ini berkaitan dengan pronomina yang merujuk pada insan

atau manusia. Perujukan itu terletak di sebelah kiri dari kata deiktis. Hanya

persona ketiga yang dapat menjadi pemarkah anafora ini.

Peneliti menemukan 24 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk anafora

persona. 24 wujud tersebut dibagi atas bentuk persona tunggal “ia” yang mana

kemunculannya sebanyak 4 kali, bentuk “dia” ditemukan sebanyak 5 kali. Persona

ketiga tunggal lekat kanan “-nya” ditemukan sebanyak 5 kali. Persona ketiga

jamak “mereka” ditemukan sebanyak 10 kali.

Peneliti akan memberi contoh data (13) yang merupakan wujud dari

deiksis anafora yang merujuk pada persona.

(13) Mereka menolak batasan kenaikan upah minimum kebupaten/kota

(UMK) 2016 rata-rata sekitar 11,5 persen.

(Republika, Rabu, 25 November 2015)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 25 November 2015 pada pembaca. Hal ini terkait

dengan berita adanya demonstrasi buruh pada 24 November 2015 di

Pulogadung, Bekasi, Batam, dan daerah lain. Para buruh melakukan

aksi mogok kerja.)

Wujud deiksis “mereka” pada kalimat nomor (13) di atas merujuk pada

buruh yang melakukan aksi mogok kerja pada 24 November 2015 di Pulogadung,

Bekasi, Batam, dan daerah lain. Wujud yang merujuk pada persona ketiga jamak

ini banyak ditemui kemunculannya dalam tajuk karena esensinya, tajuk

mengomentari pemberitaan teraktual. Subjek yang dibicarakan dalam berita

biasanya terdiri lebih dari satu persona, sehingga redaksi deiksis “mereka” cukup

banyak ditemukan. Peneliti tidak menemukan wujud deiksis “beliau” pada tajuk

Republika edisi September–Desember 2015, mungkin bagi redaksi terkesan

sangat formal. Dengan adanya hal ini, menimbulkan pemahaman bahwa redaksi

tidak terlalu menggunakan pronomina yang takarannya sangat menghormati.

Kedua, peneliti memaparkan deiksis anafora yang merujuk pada

konstituen bukan persona atau bukan manusia. Perujukan itu terletak di sebelah

kiri dari kata deiktis. Bentuk lekat kanan “-nya” dapat menjadi pemarkah anafora

bukan persona. Selain kata ganti demonstratif dan lokatif juga dapat menjadi

pemarkah anafora bukan persona.

Peneliti menemukan 43 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk anafora

bukan persona. 43 wujud tersebut dibagi atas bentuk lekat kanan “-nya” sejumlah

5 kali, bentuk demonstratif “ini”dan “itu” ditemukan kemunculannya masing-

masing sebanyak 12 kali. Bentuk “tersebut” muncul sebanyak 8 kali. Kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

wujud “begitu” ditemukan kemunculannya sebanyak 4 kali. Kemudian wujud “di

situ” ditemukan sejumlah 2 kali.

Peneliti akan memberi contoh data (14) yang merupakan wujud dari

deiksis anafora yang rujukannya bukan persona.

(14) Klub kebanggan warga Jakarta itu gagal melenggang ke final,

sementara musuh bebuyutan mereka, Persib bandung, justru

menapak ke pertandingan puncak.

(Republika, Sabtu, 17 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini berkaitan

dengan pergelaran Final Piala Presiden yang akan digelar di Stadion

GBK pada 18 Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan

Sriwijaya FC. Jakarta merupakan markas tim Jackmania, sebutan

bagi pendukung klub Persija Jakarta, yang juga menjadi musuh dari

tim Persib Bandung.)

Wujud deiksis “itu” pada kalimat (14) di atas merujuk pada klub Persija

Jakarta, atau yang disebut dengan Jackmania. Rujukan dari deiktis “itu” terletak di

sebelah kiri dari kata yang muncul. Wujud ini banyak ditemukan pada setiap tajuk

Republika yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti hanya mengambil sampel untuk

membedakan rujukan daripada kata deiktis “itu”. Bentuk lain yang rujukannya

hampir sama dengan hal di atas adalah bentuk demonstratif ini. Redaksi

menggunakan deiksis anafora dengan rujukan bukan persona karena secara

sintaksis, deiksis jenis ini dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.

Setelah diuraikan pembahasan mengenai deiksis anafora, berikut akan

peneliti jabarkan tentang deiksis katafora yang merujuk persona berkaitan dengan

pronomina yang merujuk pada insan atau manusia. Perujukan ini terletak di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

sebelah kanan dari kata deiktis. Bentuk kata lekat kanan “-nya” dapat menjadi

pemarkah katafora.

Peneliti menemukan tujuh wujud deiksis yang merujuka bentuk katafora

persona. Tujuh wujud tersebut dibagi atas kemunculan deiksis persona ketiga

tunggal lekat kanan “-nya” yang muncul sebanyak enam kali. Juga ditemukan

bentuk persona ketiga jamak, gabungan antara persona pertama dan persona

ketiga, yaitu “kami‟ yang muncul sebanyak satu kali.

Berikut peneliti akan memberi contoh data (15) yang merupakan wujud

dari deiksis katafora yang merujuk pada persona.

(15)Negara Merlion ini juga harus kehilangan figur bapak bangsanya,

Lee Kuan Yew, yang wafat pertengahan Maret lalu.

(Republika, Selasa, 1 September 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 September 2015 kepada pembaca. Hal ini berkaitan

dengan permasalahan ekonomi yang dihadapi negara Singapura. Selain

itu, bapak bangsa, Lee Kuan Yew meninggal dunia saat negara ini

sedang dilanda permasalahan ekonomi.)

Wujud deiksis lekat kanan “-nya” pada kalimat nomor (15) di atas

merujuk pada bapak bangsa negara Singapura, yaitu Lee Kuan Yew. Rujukan

nama tersebut sudah jelas tertulis di sebelah kanan dari kata deiktis yang muncul.

Deiksis katafora yang merujuk pada persona ini jarang ditemukan di tajuk

Republika dibuktikan dengan dengan kemunculannya yang hanya berjumlah tujuh

deiksis. Hal ini dimungkinkan secara sintaksis lebih mudah menuliskan deiksis

anafora daripada menuliskan perujukan yang mana konstituennya terletak di

sebelah kananya. Bentuk “mereka” tidak dapat menjadi pemarkah katafora yang

merujuk pada persona.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177

Pembahasan berikutnya mengenai deiksis katafora yang merujuk pada

bukan persona atau bukan manusia. Jenis deiksis ini rujukannya terletak di

sebelah kanan daripada kata deiktis itu. Perujukan ini dapat berupa bentuk

demonstratif. Deiksis jenis ini lebih banyak merujuk pada suatu kejadian.

Peneliti menemukan 13 wujud deiksis yang merujuk pada bentuk katafora

bukan persona. 13 wujud tersebut dibagi atas kemunculan deiskis “itu” yang

kemunculannya sebanyak satu kali saja. Bentuk deiksis “yakni” muncul sebanyak

9 kali. Selanjutnya, wujud deiksis “yaitu” ditemukan sejumlah 3 kali.

Berikut akan peneliti paparkan dengan contoh pada data (16) yang

merupakan wujud dari deiksis katafora yang merujuk pada nomina bukan persona.

(16)Di sisi lain, anak keturunan para korban PKI juga menuntut, yakni

menuntut pemerintah meminta maaf kepada para korban PKI.

(Republika, Kamis, 1 Oktober 2015)

(Konteks: kalimat ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Oktober 2015 pada pembaca. Hal ini terkait dengan

peringatan peristiwa G-30-S/PKI tahun 2015. Para keturunan tokoh

PKI menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab dan meminta maaf

kepada PKI atas peristiwa G-30-S/PKI. Penulis menyampaikan

aspirasi korban PKI supaya pemerintah meminta maaf pada mereka.)

Wujud deiksis “yakni” pada kalimat nomor (16) di atas merujuk pada

tunturan keturunan korban supaya pemerintah meminta maaf kepada para korban

PKI. Rujukan tersebut terletak di sebelah kanan dari kata deiktis seperti dapat

dilihat pada contoh. Bentuk katafora ini lebih banyak daripada bentuk yang lain.

Bisa diasumsikan demikian karena redaksi lebih mudah atau gaya penulisan yang

digunakan merasa lebih mudah perujukannya apabila menggunakan akata

“yakni”, dari pada penggunaan kata yaitu atau itu. Peneliti tidak menemukan

wujud deiksis katafora ini yang merujuk pada konstituen bukan persona.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

178

Paparan di atas apabila dirangkum dapat dikatakan bahwa untuk dapat

memahami maksud rujukan atau referen sebuah deiksis haruslah dihubungkan

dengan konteksnya. Siapa penulis dan pembaca wacana, dengan latar belakang

apa penulis menuliskan argumennya. Dengan begitu, wacana yang dihasilkan

dapat dipahami secara utuh oleh pembaca.

Secara keseluruhan, mulai dari awal pembahasan mengenai wujud deiksis

pada rubrik tajuk di Harian Republika edisi September–Desember 2015 hingga

pembahasan maksud deiksis dengan berlandasan teori Bambang Kaswanti Purwo

dan Leech untuk menjawab rumusan masalah sudah dipaparkan secara jelas

seperti yang sudah ada di atas. Hasil analisis dan pembahasan di atas telah

memberikan hasil bahwa ditemukan 175 deiksis secara umum. 88 di antaranya

adalah wujud deiksis eksofora, dimana rujukannya terdapat di luar teks.

Kemudian, 87 merupakan deiksis endofora yang rujukannya terdapat di dalam

teks itu. Terdapat maksud atau rujukan dari deiksis yang dpaat merujuk pada

eksofora persona, eksofora ruang atau tempat, eksofora waktu. Selain itu maksud

pada deiksis endofora terdapat rujukan anafora persona dan bukan persona juga

katafora persona dan bukan persona. Sebagian deiksis yanga da dalam teori tidak

ditemukan oleh peneliti karena objeknya adalah wacana tajuk yang merupaka

tulisan resmi dari pihak media pers untuk mengomentari informasi teraktual yang

penting untuk diangkat supaya dapat dipahami bersama masyarakat. Hal ini telah

membuktikan bahwa redaksi lebih banyak menggunakan deiksis “kita” sebagai

pronomina untuk menunjuk penulis dan mengajak pembaca, serta wujud anafora

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

179

“ini” dan “itu” juga banyak digunakan karena rujukannya dapat dengan mudah

ditemukan oleh pembaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

180

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan dua hal, yaitu 1) simpulan dan 2) saran.

Simpulan berisi rangkuman atas keseluruhan penelitian. Saran berisi hal-hal yang

perlu disampaikan demi perbaikan penelitian selanjutnya. Kedua hal ini akan

dipaparkan sebagai berikut.

5.1 Simpulan

Dalam penelitian ini, rumusan masalah mengenai fenomena deiksis pada

rubrik tajuk di harian Republika edisi September–Desember 2015 telah diuraikan

secara rinci pada bab yang telah disajikan sebelumnya. Oleh karena itu, diperoleh

dua hal utama yang dapat disimpulkan pada analisis ini. Secara rinci, dua hal

tersebut akan diuraikan di bawah ini.

1) Peneliti menemukan dua wujud utama deiksis, yaitu deiksis eksofora dan

deiksis endofora. Ditemukan 175 kemunculan deiksis yang terdiri dari 88

deiksis eksofora dan 87 deiksis endofora. Deiksis eksofora meliputi 1)

deiksis persona yang berjumlah 25, 2) deiksis ruang yang berjumlah 13,

dan 3) deiksis waktu yang berjumlah 50. Deiksis endofora meliputi, 1)

deiksis anafora yang berjumlah 67 dan 2) deiksis katafora yang berjumlah

20 deiksis.

2) Terdapat enam belas maksud deiksis yang ditemukan dalam penelitian ini,

yaitu rujukan di luar teks (eksofora) dan rujukan dalam teks (endofora).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

181

Maksud deiksis eksofora terdiri dari, 1) rujukan persona pertama, 2)

rujukan persona kedua tunggal, 3) rujukan persona ketiga jamak, 4)

rujukan persona jamak eksklusif, 5) rujukan persona jamak inklusif, 6)

rujukan ruang demonstratif, 7) rujukan ruang lokatif, 8) waktu rujukan

hari, 9) waktu rujukan minggu, 10) waktu rujukan bulan, 11) waktu

rujukan tahun, 12) waktu rujukan suatu masa. Maksud deiksis endofora

meliputi, 1) rujukan anafora persona, 2) rujukan anafora bukan persona, 3)

rujukan katafora persona, dan 4) rujukan katafora bukan persona.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menyadari bahwa hasil

yang didapatkan belum sempurna. Masih terdapat hal lain yang dapat

ditambahkan. Oleh karena itu, peneliti memberikan saran kepada 1) pelajar dan

mahasiswa, 2) guru dan dosen, 3) peneliti lanjutan. Ketiga saran tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut.

5.2.1 Bagi pelajar dan mahasiswa

Para pelajar dan mahasiswa, khususnya mahasiswa bahasa dan sastra

Indonesia adalah insan terdidik secara akademik diharapkan dapat mengenal dan

memahami bermacam wujud deiksis. Pengenalan mengenai wujud deiksis dalam

penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para pelajar dan mahasiswa supaya

dapat memahami rujukan deiksis secara tepat dengan mengerti konteks tuturan.

Hal ini perlu dilakukan supaya proses komunikasi bisa berjalan dengan lancar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

182

5.2.2 Bagi guru/dosen

Para guru maupun dosen dapat menjadikan contoh-contoh dalam

penelitian ini sebagai referensi dalam suatu pembelajaran mengenai deiksis yang

sesuai dengan materi pembelajaran di sekolah maupun di bangku perkuliahan.

Wacana ini dapat dijadikan contoh untuk menjelaskan kata rujukan yang

mempunyai referensi berbeda-beda tergantung konteks yang ada. Dengan begitu,

guru maupun dosen sekaligus dapat menjelaskan perujukan maksud deiksis

sebagai salah satu indikator pembelajaran.

5.2.3 Bagi peneliti lanjutan

Penelitian ini hanya memfokuskan pada analisis wujud dan maksud deiksis

di rubrik tajuk. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat merumuskan masalah

yang lebih luas, misalnya praanggapan, implikatur, atau tindak ujaran. Selain itu,

peneliti lanjutan juga dapat meneliti deiksis pada bagian rubrik opini serta kolom

maupun berita utama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

183

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yudia Siska. 2014. Deiksis dalam Rubrik Tajuk Surat Kabar Haluan.

Skripsi. Padang: PBSI, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

(STIKP) PGRI Sumatera Barat.

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Anwar, Khaidir. 1984. Fungsi dan Peranan Bahasa Sebuah Pengantar.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Arikunto, Suharsini. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

__________. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

__________. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghony Djunaidi dan fauza Almanshur. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: AR-Ruzz Media

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia.

Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. London: Cambridge University Press.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

____________. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

____________. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Cetakan

XXI. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nadar. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

_______________________. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rahardi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia Dalam Problematika Kekinian.

Malang: Dioma.

______________. 2003. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

184

Sari, Erlina Dwi Octavia. 2011. Deiksis Sosial Dalam Tajuk Rencana Surat Kabar

Harian Kompas Edisi Desember – Januari 2010/2011. Skripsi: Jurusan

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya

Soewandi, A.M. Slamet. 2007. Handout Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Yogyakarta: PBSID-FKIP Universitas Sanata Dharma.

Sudaryanto. 1990. Menguak Fungsi Hakiki Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana

University Press.

_________. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguis. Yogyakarta: Sanata

Dharma Univeristy Press.

Sumadiria, Haris. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis

Penulis dan Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi

Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Verhaar, J. W. M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

___________. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TABULASI DATA DAN TRIANGULASI

DATA FENOMENA DEIKSIS PADA RUBRIK TAJUK DI HARIAN REPUBLIKA EDISI SEPTEMBER – DESEMBER 2015

Berikut ini adalah hasil analisis data penelitian “Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi September – Desember 2015”. Triangulator diminta untuk memeriksa dan mengecek kembali

data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data. Triangulator yang dipercaya untuk memeriksa data peneliti adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang Pragmatik, yakni Drs. St. Kartono, M.

Hum.

Petunjuk pengisian:

Berilah tanda centang (√) pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis fenomena deiksis pada harian Republika serta berilah catatan pada kolom

keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis fenomena deiksis di harian Republika.

1. DEIKSIS EKSOFORA

DEIKSIS EKSOFORA

Jenis Deiksis Wujud

Deiksis

Kode Data Data Deiksis Konteks Maksud Deiksis Justifikasi Triangulator

(S/T))

Keterangan

Setuju Tidak Setuju

Persona

Persona

pertama

Aku

Saya 29-10-2015 “Dalam rapat

terbatas tadi siang,

saya perintahkan

impor ilegal, baik

produk baru maupun

bekas, harus

diberantas.”

Tuturan ini disampaikan oleh Presiden Jokowi di akun

facebook-nya pada siang hari, 12 Oktober 2015.

Tulisan ini terkait dengan berita bahwa razia ramai dilakukan

pemerintah terhadap produk-produk impor ilegal. Kementerian

Perdagangan (Kemendag) melakukan razia ke sejumlah titik

sentra perdagangan menyusul perintah Presiden untuk

memberantas barang impor ilegal.

Penulis mencuplik tulisan Presiden ke dalam tajuk Republika

tanggal 29 Oktober 2015.

Apabila penutur kutipan tersebut bukan Jokowi, rujukan

persona akan menunjuk pada orang lain.

‘saya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Presiden Jokowi.

Saya 27-11-2015 “Saya akan back-up

penuh,” ujar

Presiden

menegaskan.

Tuturan ini dikemukakan oleh Presiden Jokowi di hadapan

peserta Munas V Asosiasi pemerintah Provinsi Seluruh

Indonesia (APPSI) di Makassar, 26 November 2015.

Tuturan ini berkitan dengan serapan ABPD (Anggaran Belanja

Pemerintah Daerah) yang jauh dari optimal.

Presiden Jokowi akan mendukung penuh kebijakan pemerintah

daerah dalam upaya membelanjakan anggaran negara.

‘saya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Presiden (Jokowi).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data ini diambil dari tajuk Republika, 27 November 2015.

Apabila penutur kutipan tersebut bukan Jokowi, rujukan

persona akan menunjuk pada orang lain.

Daku

-ku

Ku-

Persona kedua

(tunggal)

Engkau

Kamu 16-10-2015 “...Jika kamu orang

yang membawa

kekerasan, kamu

Islam, Yahudi,

kristen atau Hindu,

akan tetap menjadi

orang penuh dengan

kekerasan,” kata

Aslan.

Tuturan ini disampaikan oleh akademisi Univesritas California

Reza Aslan pada bulan September 2015 mengenai pertanyaan

dan tuduhan bahwa Islam identik dengan kekerasan.

Kamu merujuk pada orang kedua yaitu pembaca. Pembaca

tajuk tersebut adalah saya (Ayu), maka kamu merujuk pada

saya (Ayu).

Tulisan ini terkait dengan peristiwa pengemboman yang terjadi

di Paris, Prancis pada Jumat, 13 November 2015 malam waktu

setempat. Diduga tersangka pengemboman adalah ISIS. Isis

tersebut biasanya membawa-bawa nama Islam, jadi orang-

orang menilai bahwa Islam identik dengan kekerasan.

‘kamu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

saya sebagai pembaca.

Anda 1-12-2015 “Bersediakah Anda

membayar lebih

tagihan listrik per

bulan agar saudara

Anda di pedalaman

Kalimantan atau

Papua atau Lebak

bisa menikmati

terangnya nyala

lampu?”

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca.

Kamu merujuk pada orang kedua yaitu pembaca. Pembaca

tajuk tersebut adalah saya (Ayu), maka kamu merujuk pada

saya (Ayu).

Tulisan ini terkait dengan pencabutan subsidi listrik bagi

pelanggan listrik 1.300 Volt Ampere (VA) dan 2.200 VA yang

dilakukan pemerintah lewat PLN secara resmi pada hari Senin,

1 Desember 2015.

Penulis mengandaikan dengan pertanyaan supaya pembaca

paham maksud dari penaikan tarif listrik.

‘Anda’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

saya sebagai pembaca.

Dikau

Persona kedua

(jamak)

Kalian

Persona ketiga

Ia

Dia

Beliau

-nya 23-09-2015 Memang kebijakan

soal minuman keras

dan peraturan

pendirian

minimarket dibuat

oleh menteri

sebelumnya.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 23 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kebijakan tentang aturan penjualan

minuman keras dan beralkohol yang diatur sejak jabatan

Menteri Perdagangan Indonesia sebelum Thomas Lembong,

yaitu Rachmat Gobel.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Menteri Perdagangan

Indonesia sebelum

Thomas Lembong,

yaitu Rachmat Gobel.

-nya 28-10-2015 Bahasa-bahasa

daerah yang Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 28 Oktober 2015 pada pembaca.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penuturnya banyak

tentu ingin

menjadikan

bahasanya sebagai

bahasa nasional.

Tulisan ini terkait dengan peringatan sumpah pemuda tahun

2015.

Penulis mengungkap kembali bahwa di tahun 1928 dahulu,

Indonesia memiliki lebih dari 300 kenis bahasa daerah.

Tentunya penutur-penutur bahasa dari daerah masing-masing

di Indonesia menginginkan bahasa mereka menjadi bahasa

nasional. Karena berhasil dikompromikan, bahasa Indonesialah

yang menjadi bahasa nasional.

penutur-penutur

bahasa dari daerah

masing-masing di

Indonesia.

Mereka 3-09-2015 Jangan biarkan

mereka lebih lama

lagi menderita.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 3 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang melanda

wilayah Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun

2015.

Penulis ingin menyampaikan harapan agar pemerintah segera

menangani kabut asap supaya warag di sekitar pulau tersebut

tidak lama-lama menderita.

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

warga sekitar

Sumatera dan

Kalimantan yang

terkena kabut asap.

Mereka 9-10-2015 Boro-boro pergi ke

kantor untuk

bekerja, hanya

sekadar keluar

rumah saja mereka

enggan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 9 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang melanda

wilayah Sumatera dan Kalimantan sejak pertengah tahun 2015.

Akibat dari bencana tersebut selain pada sektor pendidikan,

juga pada ekonomi. Warga di sekitar wilayah yang terdampak

kabut asap di Sumatera dan Kalimantan bahkan merasa enggan

untuk pergi keluar rumah untuk keperluan apa pun.

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

warga di sekitar

wilayah yang

terdampak kabut asap

di Sumatera dan

Kalimantan.

Mereka 22-10-2015 Mereka memfasilitasi sarana

pariwisata di

negaranya sesuai

prinsip Islam:

makanan halal, spa

halal, penyediaan

tempat shalat di

ruang-ruang publik,

dan sebagainya.

Tuturan ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik tajuk

tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peluang pasar Muslim begitu besar

yang juga dilirik oleh negara Non-Muslim seperti Jepang,

Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Australia.

Penulis beranggapan bahwa Kementerian Pariwisata di negara

tersebut memfasilitasi sarana pariwisata sesuai prinsip Islam

supaya kunjungan wisatawan muslim semakin meningkat.

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Kementerian

Pariwisata di negara

Jepang, Korea

Selatan, Taiwan,

Hong Kong, dan

Australia yang

memfasilitasi sarana

pariwisata berbasis

Muslim.

Persona

(jamak: P1 +

P3)

Kami 29-09-2015 “Ya, kami sangat

mencermati situasi

krisis seperti ini.”

Tuturan ini disampaikan Menkeu Amerika Serikat Hank

Paulson saat berbincang dengan Menkeu Prancis Christine

Lagarde pada saat krisis ekonomi tahun 2008.

Tulisan ini berkaitan dengan situasi ekonomi yang sedang

krisis di Amerika Serikat tahun 2008, tetapi Menkeu hanya

terlihat acuh tak acuh.

‘kami’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

jajaran Menteri

Keuangan Amerika

Serikat Hank Paulson

tahun 2008.

Kami 21-10-2015 Dalam kaitan

tersebut, kami

menyambut

keputusannya MK

yang menyatakan

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 21 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan tanggapan redaksi terhadap

keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) tentang pemerataan

penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini dikarenakan Kementerian

‘kami’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika

yang menyambut

adanya keputusan MK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penyelenggaraan

ibadah haji perlu

dikelola secara

profesional dan

akuntabel.

Agama sebagai regulator dan operator haji hendaknya berfokus

pada perbaikan layanan haji.

mengenai

penyelenggaraan haji.

Kami 17-11-2015 “Kami mencoba

mendekati Cina.

Kami ingin solusi di

masa mendatang

melalui dialog atau

kami bisa membawa

masalah ini ke

Pengadilan Arbitrase

Internasional,” ujar

Luhut, Rabu (11/11).

Tuturan ini disampaikan oleh Menko Polhukam, Luhut

Pandjaitan pada 11 November 2015 di Ecopark, Ancol, Jakarta

saat jumpa pers pada wartawan.

Tulisan ini terkait dengan persoalan ketegangan batas wilayah

di Laut Cina Selatan yang juga mengusik Indonesia. Menko

Polhukam Luhut Pandjaitan dan Juru Bicara Kemenlu

Arrmanatha Nasir turut mengeluarkan pernyataan cukup keras

soal batas wilayah ini.

‘kami’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Menko Polhukam

Luhut Pandjaitan dan

Juru Bicara Kemenlu

Arrmanatha Nasir.

Persona

(jamak: P1 +

P2)

Kita 5-09-2015 Dari sisi ini saja,

sejatinya kita

memang tak

memerlukan kereta

cepat tersebut.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 5 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan wacana akan dibangunnya kereta

super cepat (high speed train) jarak Jakarta-Bandung.

Penulis ingin menegaskan penolakan yang dilakukan presiden

terhadap proposal kegiatan pembangunan kereta tersebut.

Bahwa memang tidak bisa kereta berjalan dengan kecepatan

maksimal sementara harus transit di sejumlah stasiun.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya yang terlibat

sebagai pembaca.

Kita 12-09-2015 Kita menilai ini

bukan penembakan

biasa.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 12 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan penembakan yang terjadi di ruangan

staf kementerian ESDM pada Kamis, 10 September 2015

siang.

Penulis ingin menyampaikan bahwa mungkin saja

penembakan ini bukan penembakan biasa karena dalam

sembilan bulan ini, Menteri Sudirman Said membuat

keputusan terkait aturan migas. Diperkirakan, para mafia

migas, tidak menyukai adanya keputusan itu.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya yang terlibat

sebagai pembaca.

Kita 17-10-2015 Namun, kita yakin

bahwa pertandingan

nanti akan

berlangsung dengan

lancar tanpa ada

gangguan berarti

dari para suporter.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan final Piala Presiden yang akan

digelar 18 Oktober 2015 antara Persib Bandung melawan

Sriwijaya FC yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung

Karno, Jakarta.

Penulis menyakinkan pembaca bahwa pertandingan nanti akan

aman-aman saja, walaupun Jakarta adalah markas Jackmania,

musuh bebuyutan Persib Bandung yang biasanya membuat

kerusuhan ketika mendukung timnya.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya yang terlibat

sebagai pembaca.

Kita 24-10-2015 Kita juga berdoa

agar warga yang Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 24 Oktober 2015 pada pembaca.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terpapar kabut asap

segera pulih

kesehatannya, bisa

menghirup udara

segar kembali, juga

menyaksikan

terangnya sinar

mentari yang selama

ini tertutup kabut

asap.

Tulisan ini terkait dengan bencana kabut asap di wilayah

Sumatera dan Kalimantan tahun 2015 ini merupakan

kebakaran hutan dan lahan terburuk sejak pertengahan tahun

2015 sampai tulisan ini dibuat, belum reda juga asap di

wilayah tersebut.

Penulis mengajak pembaca berdoa supaya korban kabut asap

segera dipulihkan kesehatannya, dan asap mulai reda sehingga

benra-benar menikmati udara tanpa paparan asap.

redaksi Republika dan

saya yang terlibat

sebagai pembaca.

Kita 31-10-2015 Kita menyambut

baik langkah sigap

polisi yang dengan

cepat meringkus

tersangka yang telah

melakukan aksi teror

di tempat ramai itu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam

Sutera, Tangerang, Banten pada hari Rabu, 28 Oktober 2015

lalu. Tersangka LWK sudah dirungkus oleh polisi.

Penulis memberi apresiasi pada kinerja polisi yang dengan

cepat menangkap pelaku pengeboman.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya yang terlibat

sebagai pembaca.

Kita 2-11-2015 Dan kita harus

menggapai

kebanggaan itu

melalui dua ajang

Internasional yang

sudah ada di depan

mata.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 2 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan akan segera diselenggarakannya

ajang olahraga Internasional, yaitu Olimpiade Brasil 2016 dan

Asian Games 2018 di Indonesia. Pemimpin Komite Olimpiade

Indonesia (KOI) terbaru, Erick Thohir diharapkan dapat

bekerja sama dengan para altet supaya mendapatkan prestasi

dalam ajang tersebut.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya yang terlibat

sebagai pembaca.

Kita 18-11-2015 Kita berharap

kebijakan tersebut

benar-benar segera

direalisasikan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 18 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kebijakan pemangkasan pajak

penghasilan (PPh) 21 yang akan dikeluarkan pemerintah.

Menko Perekonomian Perekonomian Darmin Nasution,

rencana pemangkasan PPh 21 merupakan bagian dari paket

kebijakan VII yang menyangkut insentif PPh 21 untuk

karyawan, pertanian, dan investasi.

Penulis berharap supaya kebijakan tersebut segera

direalisasikan untuk mengatasi pelemahan ekonomi saat ini.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya sebagai pembaca.

Kita 24-11-2015 Secara subjektif kita

bisa merasakan lebih

banyak yang tidak

puas daripada yang

puas terhadap

kinerja para politisi

itu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 24 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan pembahasan MKD (Mahkamah

Kehormatan Dewan) belum menyinggung substansi laporan

Menteri ESDM dalam hal pencatutan nama Presiden dan

Wakil Presiden untuk perpanjangan kontrak PT Freeport.

Penulis menyampaikan kesubjektifannya jika merasa tidak

puas juga dengan kinerja pada politisi. Dalam hal ini, MKD

juga termasuk politisi karena anggotanya dipilih melalui

pemilihan wakil rakyat di DPR.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya yang terlibat

sebagai pembaca.

Kita 30-11-2015 Kita berharap Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk ‘kita’ pada kalimat √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

polemik pemilihan

calon pimpinan KPK

yang baru ini tak

menimbulkan

kegaduhan baru di

republik ini.

tanggal 30 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan akan segera berakhirnya masa

kepimpinan KPK periode 2012 – 2015 pada 16 Desember

2015. Menjelang waktu tersebut, Komisi III DPR RI belum

mempunyai calon pimpinan KPK yang baru. Padahal

kekosongan pemimpinan akan berdampak buruk bagi

pemberantasan korupsi di Indonesia.

Penulis berharap supaya belum ada calon pimpinan yang tepat

tidak menimbulkan kegaduhan baru di Indonesia.

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya sebagai pembaca.

Kita 3-12-2015 Kita sangat

mengharapkan,

melalui langkahnya

ini, Sigit bisa

menyampaikan

pesan kuat bahwa

jabatan adalah

amanat yang harus

dijalankan penuh

tanggung jawab.

Tuturan ini disampaikan redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 3 Desember 2015.

Tulisan ini terkait dengan keputusan mengejutkan yang

diambil Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi

Pramudito bahwa dia memilih mundur dari jabatannya karena

merasa belumbisa memenuhi target penerimaan pajak negara.

Sampai pada November 2015, penerimaan pajak negara baru

mencapai 65 persen.

Penulis berharap supaya menteri lain yang tidak bisa

memenuhi tanggung jawabnya, mengambil langkah seperti

yang dilakukan oleh Sigit.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya sebagai pembaca.

Kita 5-12-2015 Kita menilai perlu

ada langkah-langkah

lebih konkret agar

pengemudi yang

melewati Tol Cipali

menyadari bahaya

yang akan

dihadapinya, yakni

medan yang lurus,

mulus, dan panjang.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 5 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kasus kecelakaan yang terjadi di

Jalan Tol Cikopo – Palimanan (Cipali) yang menimpa sebuah

mobil Elf di Km 137 Kabupaten Indramayu. Jalan tol Cipali

merupakan jalan tol terpanjang di Indonesia. Panjang Tol

Cipali mencapai 116,75 kilometer yang menghubungkan

daerah Cikopo, Purwakarta dengan Palimanan, Cirebon, Jawa

Barat.

Penulis menegaskan bahwa pemerintah perlu mengambil

langkah untuk meminimalisir kecelakaan di Tol Cipali ini.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya sebagai pembaca.

Kita 21-12-2015 Kita berharap agar

pimpinan baru KPK

benar-benar dapat

mengkhidmatkan

dirinya untuk

menyelamatkan

Indonesia dari

kejahatan korupsi.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 21 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan terpilihnya lima pimpinan baru

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) periode 2015 – 2019

oleh DPR. Lima pimpinan baru tersebut adalah Agus Raharjo

sebagai ketua, Basaria Panjaitan, Alexander Marwata, Saut

Situmorang, serta Laode Muhammad Syarif.

Penulis mengajak pembaca berharap bahwa pimpinan baru

KPK tersebut dapat mengatasi permasalah korupsi di

Indonesia, terlebih memenuhi tantangan di sektor penegakan

hukum.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya sebagai pembaca.

Kita 22-12-2015 Kita tidak

memungkiri tanpa

bebas visa pun,

sudah ada turis

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 22 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan putusan pemerintah bahwa Israel

menjadi Negara penerima bebas visa kunjungan ke Indoneaia.

‘kita’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

redaksi Republika dan

saya sebagai pembaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

istrael yang

melancong ke

nusantara.

Meko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramliu

menjelaskan bahwa fasilitas bebas visa kunjungan semata

untuk tujuan bisnis. Padahal tidak dapat dipungkri bahwa

tanpa bebas visa pun, sudah ada turis Israel yang melancong

ke nusantara. Pernah ada yang mengabarkan ada rombongan

turis Israel pergi ke Tana Toraja dank e Pantai Kuta, walaupun

jumlah turis ini tidak begitu banyak.

Penulis menolak adanya program bebas visa yang diberikan

pemerintah Indonesia terhadap wisatawan Israel.

Ruang

Demonstratif Ini 2-09-2015 Pemerintah yang

mau membawa ke

mana negeri ini?

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan PHK di Indonesia tahun 2015

ini yang merugikan buruh sebagai korban utama. Buruh

sudah melakukan demo untuk menuntut kinerja pemerintah.

Penulis menggambarkan dengan kalimat tanya, tetapi

bernada protes untuk meminta ketegasan bahwa memang

pemerintah yang harus mempunyai jalan yang jelas untuk

mengatasi PHK.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

negeri yang sedang

mengalami gelombang

PHK, yaitu Indonesia.

Ini 15-09-2015 Koran ini pada akhir

Januari 2015 memuji

langkah Menteri

Perdagangan ketika

itu, Rachmat Gobel.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 15 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan aturan tegas yang diambil oleh

Mendag Rachmat Gobel tentang penjualan miras. Baru dua

bulan menjabat, tetapi berai membuat gebrakan bahwa toko

kelontong dan minimarket tidak boleh menjual miras secara

bebas.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

koran Republika.

Ini 8-10-2015 Belitan masalah

bangsa ini tengah

begitu kuat.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan pemberitaan masalah yang

akhir-akhir ini melanda bangsa Indonesia. Seperti peristiwa

pembunuhan Salim Kancil, pemubunuhan jenazah dalam

kardus, kasus PHK hingga kabut asap di Sumatera dan

Kalimantan.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

bangsa Indonesia.

Ini 28-10-2015 Kesediaan untuk

melepaskan ego

demi persatuan

bangsa dan negara

ini bukanlah langkah

yang mudah

ditempuh.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 28 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peringatan sumpah pemuda tahun

2015.

Penulis mengungkap kembali bahwa di tahun 1928 dahulu,

Indonesia memiliki lebih dari 300 kenis bahasa daerah.

Karena berhasil dikompromikan, bahasa Indonesialah yang

menjadi bahasa nasional. Hal tersebut membutuhkan

melepaskan sifat egois di antara penutur-penutur bahasa

daerah yang berbeda-beda.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

negara Indonesia.

Ini 21-11-2015 Pernyataan Luhut

jelas menunjukkan

bahwa pemerintah

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berita bahwa adanya pendapat dari

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

bangsa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

atau paling tidak dia

pribadi, tidak paham

betapa merusaknya

narkoba bagi bangsa

ini.

Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan yang menyatakan

‘wewenang untuk memutuskan apakah seorang terpidana

mati narkoba akan segera dieksekusi atau tidak’. Sebagai

pembantu Presiden, bisa saja dia memberi saran tersebut.

Penulis menganggap bahwa Luhut tidak paham akan bahaya

narkoba bagi bangsa Indonesia.

Ini 30-11-2015 Kita berharap

polemik pemilihan

calon pimpinan KPK

yang baru ini tak

menimbulkan

kegaduhan baru di

republik ini.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 30 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan akan segera berakhirnya masa

kepimpinan KPK periode 2012 – 2015 pada 16 Desember

2015. Menjelang waktu tersebut, Komisi III DPR RI belum

mempunyai calon pimpinan KPK yang baru. Padahal

kekosongan pemimpinan akan berdampak buruk bagi

pemberantasan korupsi di Indonesia.

Penulis berharap supaya belum ada calon pimpinan yang

tepat tidak menimbulkan kegaduhan baru di Indonesia.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Republik Indonesia.

Ini 10-12-2015 Jika terus

dikecewakan, publik

akan menjadi

semakin apriori

terhadap segala

proses politik di

negeri ini.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 10 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan pilkada serentak di Indonesia yang

telah terlaksana pada 9 Desember 2015 yang sudah berjalan

secara damai.

Penulis menyampaikan pada pembaca bahwa kandidat yang

menjadi pemenang pilkada harus bisa memenuhi janji-

janjinya supaya tidak menimbulkan kekecewaan pada publik.

Karena menurut pengalaman, kandidat hanya menggembor-

gemborkan janjinya saat kampanya. Setelah sudah menjalani

pemerintahan, tidak menjalankan janjinya.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Indonesia.

Ini 19-12-2015 Jonan mungkin lupa,

atau tidak tahu

bahwa ojek aplikasi

menjadi salah satu

solusi

penanggulangan

pengangguran saat

negara ini

mengalami

perlambatan

ekonomi.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 19 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berita adanya penghentian ojek

aplikasi dalamSurat Pemberitahuan Nomor UM

3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani oleh Menteri

Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November 2015.

Penulis mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi

merupakan salah satu solusi yang dapat menanggulangi

perlambatan ekonomi di Indonesia sejak September 2015.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

negara Indonesia.

Ini 31-12-2015 Banyak pula

kejadian positif yang

membesarkan hati

bangsa ini pada

tahun tersebut.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 31 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan momen pergantian tahun 2015

menuju tahun 2016.

Penulis menyampaikan bahwa di tahun 2015 sudah banyak

kejadian positif yang membuat bangsa Indonesia cukup

berbangga, seperti padamnya kabut asap di Sumatera dan

Kalimantan, menteri yang dengan besar hati bersedia

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengundurkan diri karena merasa tidak dapat memenuhi

tanggung jawabnya, dan lain-lain.

Itu

Begitu

Lokatif (+

preposisi)

Di sini

Di sana 1-10-2015 Aktivitas

penambangan pasir

itu juga

menyebabkan sarana

jalan di sana rusak.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Oktober 2015 kepada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peristiwa pembunuhan yang

dilakukan para penambang pasir terhadap aktivis lingkungan,

Salim Kancil.

Penulis menyampaikan bahwa aktivitas penambangan pasir

yang berlangsung di Desa Selok Awar-awar, pesisir pantai

selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa

Timur tidak hanya menjadikan bisnis haram. Akan tetapi,

mengakibatkan kerusakan lingkungan, yaitu rusaknya jalan di

sekitar daerah tersebut.

‘di sana’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

jalan sekitar daerah

Desa Selok Awar-awar,

pesisir pantai selatan

Kecamatan Pasirian,

Kabupaten Lumajang,

Jawa Timur yang

menjadi jalan hilir

mudik truk pembawa

pasir.

Di situ 23-10-2015 Sebab, cara evakuasi

seperti ini lebih

mudah diwujudkan

dan prosesnya pun

bisa cepat dilakukan

dibanding anak-anak

dibawa ke kapal laut

beberapa pekan dan

mereka beraktivitas

di situ.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan cara evakuasi yang diusulkan

oleh Menkes Nila F untuk menanggulangi kabut asap di

Sumatera dan Kalimantan yang belum juga mereda.

Penulis beranggapan bahwa usulan Menkes lebih mudah

diwujudkan karena menurutnya, di daerah asap harus ada

posko kesehatan 24 jam dengan fasilitas oksigen, AC, hingga

penjernihan udara. Bayi, balita, orang tua, dan penderita

gangguan kesehatan lebih diutamakan menjadi target

evakuasi. Dari pada harus bertahan selama beberapa pekan di

kapal laut, dan hanya terombang-ambing di lautan sekitar

Sumatera dan Kalimantan yang terkena asap.

‘di situ’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

di kapal laut sekitar

Sumatera dan

Kalimantan yang

terkena asap, tempat

yang menjadi evakuasi

korban asap menurut

usulan Menkopolhukam

Luhut Panjdjaitan.

Di dalam 13-11-2015 Tinggal sekarang

bagaimana Indonesia

memperkuat

koordinasi di dalam

dengan melibatkan

semua unsur yang

terkait.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 13 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kemitraan dagang yang dipilih oleh

Indonesia yaitu TPP (Trans Pacific Partnership) dengan

Amerika Serikat pada 26 Oktober 2015. Hal ini dilakukan

pemerintah Indonesia karena merespons era globalisasi.

Supaya jalur perdagangan dunia bisa meningkatkan ekonomi

di Indonesia.

Penulis menganggap kalau tim kajian dan negosiasi belum

cermat menentukan pilihan blog dagang yang diambil. TPP

bersifat mengikat, padahal Indonesia tidak terlibat sejak awal

dalam membahas ayrat dan ketentuan TPP.

‘di dalam’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

koordinasi pada tim

kajian dan negosiasi

blok dagang Indonesia

dengan luar negeri.

Di

belakang

8-09-2015 Senyum Fadli Zon

makin lebar di Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca.

‘di belakang’ pada

kalimat tersebut √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

belakang. Tulisan ini terkait dengan kehadiran ketua DPR RI Setya

Novanto dan wakilnya Fadli Zon dalam konferensi pers calon

presiden AS, Donald Trump. Saat ini Trump mengatakan

bahwa Novanto, Trump, dan Fadli Zon tentunya akan berbuat

hal hebat untuk Amerika Serikat. Nampaknya Novanto dan

Fadli Zon menyetujui dengan ucapan “yes” dan senyumnya.

Saat itu Fadli zon berdiri di belakang Novanto dan Trump.

merujuk pada tempat

berdirinya Fadli Zon

saat mendampingi

Setya Novanto dan

Donald Trump, yautu di

belakang mereka.

Waktu

Hari Hari ini 28-09-2015 Mulai hari ini

(28/9), jamaah haji

Indonesia akan

kembali ke Tanah

Air.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 28 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan akan kembalinya jamaah haji

asal Indonesia pada hari Senin, 28 September 2015.

‘hari ini’pada kalimat

tersebut merujuk pada

hari Senin, 28

September 2015.

Hari ini 8-10-2015 Hingga hari ini,

asap kebakaran

hutan semakin

menyesakkan napas

sebagian saudara

kita yang tinggal di

Sumatera dan

Kalimantan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang

melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan sejak

pertengahan tahun 2015.

Penulis menyampaikan, sampai tulisan ini dibuat, kabut asap

di wilayah tersebut belum reda.

‘hari ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

hari Kamis, 8 Oktober

2015.

Hari ini 1-12-2015 Hari ini, Senin

(1/12), pemerintah

lewat PLN secara

resmi mencabut

subsidi listrik bagi

pelanggan listrik

1.300 Volt Ampere

(VA) dan 2.200 VA.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan pencabutan subsidi listrik bagi

pelanggan listrik 1.300 Volt Ampere (VA) dan 2.200 VA

yang dilakukan pemerintah lewat PLN secara resmi pada

hari Senin, 1 Desember 2015.

‘hari ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

hari Senin, 1 Desember

2015.

Kemarin 17-10-2015 Ridwan Kamil

bersama manajer

Persib Bandung

Umuh Muzhtar

kemarin

mendatangi markas

the Jackmania dan

bertemu ketua

umumnya, Richard

Ahmd Supriyanto.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan pergelaran Final Piala Presiden

yang akan digelar di Stadion GBK pada 18 Oktober 2015

antara Persib Bandung melawan Sriwijaya FC. Wali Kota

Bandung, Ridwan Kamil memastika supaya pertandingan

akan berlangsung aman, mengingat Jakarta adalah markas

Jackmania, musuh bebuyutan Persib Bandung.

‘kemarin’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

hari Jumat, 16 Oktober

2015.

Kemarin 26-11-2015 Tak ada peringatan

gegap gempita

dalam Hari Guru

Nasional yang jatuh

pada 25 November

kemarin.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 26 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan peringatan Hari Guru, 25

November 2015. Puncak acara peringatan tersebut

dilangsungkan di Istora Senayan Jakarta pada 24 November

2015 dan dihadiri Presiden Joko Widodo. Selain itu,

hanyalah ada upacara sederhana di sekolah-sekolah

‘kemarin’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

peringatan Hari Guru,

25 November 2015.

Kemarin 12-12-2015 Kemarin, Presiden Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik ‘kemarin’ pada kalimat √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Joko Widodo

(Jokowi) memimpin

rapat persiapan

Asian Games.

tajuk tanggal 12 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan persiapan perhelatan Asian Games

yang akan diselenggarakan pada 18 Agustus – 2 September

2018 di Jakarta dan Palembang. Indonesia akan menjadi tuan

rumah Asian Games ke-18. Presiden Jokowi menggelar rapat

persiapan Asian Games pada hari Jumat 11 Desember 2015.

tersebut merujuk pada

hari Jumat, 11

Desember 2015.

Besok - - - -

Lusa - - - -

Minggu Pekan

depan

3-10-2015 Fasilitas kredit

tersebut menjadi

salah satu isi

kebijakan dalam

paket kebijakan jilid

III yang akan

diluncurkan pekan

depan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan gelombang PHK yang semakin

meningkat pada September 2015. Kemenko Perekonomian

merencanakan menyediakan fasilitas kredit bagi perusahaan

yang terancam bangkrut untuk mengatasinya.

‘pekan depan’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada waktu

satu pekan setelah

tuturan ini, yaitu 10

Oktober 2015.

Pekan

depan

23-12-2015 Negara penjajah

Palestina tersebut

masuk dalam 84

negara yang mulai

pekan depan bebas

visa kunjungan ke

Indonesia.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 23 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan adanya kebijakan pemerintah

Indonesia untuk pemberian bebas visa bagi wisatawan asing.

Jumlah yang ditambahkan adalah 84 negara, menjadi 131

negara. Dalam hal ini, Israel termasuk negara yang mendapat

fasilitas kunjungan bebas visa tersebut mulai 30 Desember

2015.

Penulis mengingatkan bahwa Israel merupakan negara yang

pernah menjajah Palestina.

‘pekan depan’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada tanggal

30 Desember 2015.

Pekan lalu 12-11-2015 Bila kita mencermati

angka ramalan yang

disampaikan BPS

dalam jumpa pers

pekan lalu,

sebenarnya tidak ada

yang keliru di situ.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan perdebatan antara Wapres Jusuf

Kalla dengan BPS mengenai kenaikan produksi padi tahun

2015 dianggap sulit dipertanggung jawabkan. Pada 2

November 2015, BPS menggelar konferensi pers terkait

produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin

mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik

5,85 persen atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah

kering giling. Angka itu belum memperhitungkan El Nino di

September – Oktober 2015 dan baru memperhitungkan Mei –

Agustus 2015.

Penulis mengganggap bahwa ungkapan kepala BPS tersebut

sudah benar.

‘pekan lalu’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada 2

November 2015.

Pekan lalu 15-12-2015 Pemeriksaan Luhut

ini berbeda dengan

pemeriksaan Ketua

DPR, Senin pekan

lalu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk 15 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan kasus pencatutan nama Presiden

Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla akan perpanjangan kontrak

Freeport oleh Ketua DPR Setya Novanto.

Penulis mengungkapkan bahwa pemeriksaan Menko

‘pekan lalu’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada hari

Senin, 7 Desember

2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan dilakukan secara terbuka

pada Senin 14 Desember 2015, Hal ini berbeda dengan

pemeriksan yang dilakukan terhadap ketua DPR Setya

Novanto pada Senin, 7 Desember 2015 yang dilakukan

secara tertutup.

Bulan Enam

bulan lalu

16-09-2015 Jumlah tersebut naik

860 ribu orang bila

dibandingkan enam

bulan lalu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan jumlah orang miskin di

Indonesia yang mencapai 860 ribu orang. Angka ini terhitung

naik apabila dibandingkan dengan bulan Maret 2015.

‘enam bulan lalu’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada bulan

Maret 2015.

Tahun Tahun

depan

21-09-2015 Raja Arab Saudi

mengundang dua

anggota keluarga

korban untuk berhaji

tahun depan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait masalah yang dialami penyelenggaraan

haji tahun 2015, mulai dari keterlambatan visa, robohnya

crane raksasa, sampai hujan badai dan salju.

Penulis menyampaikan bahwa sebagai bentuk pertanggung

jawaban pemerintah Arab, Raja Saudi mengundang dua

anggota keluarga korban untuk berhaji tahun 2016.

‘tahun depan’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada tahun

2016.

Tahun

depan

7-10-2015 Dalam jangka

menengah,

pemerintah harus

melakukan berbagai

cara agar kebakaran

hutan tidak terulang

pada tahun depan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 7 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan masukkan yang diberikan

penulis pada masalah bencana kabut asap di Sumatera dan

Kalimantan yang belum juga terhenti. Pemrintah diharapkan

mampu memberi sosialisasi dan pemahaman bagi warga yang

berpotensi menjadi pelaku pembakaran hutan agar tidak

menimbulkan bencana serupa pada tahun 2016.

‘tahun depan’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada tahun

2016.

Tahun lalu 3-09-2015 Tahun lalu kehadiran Presiden

Susilo Bambang

Yudhoyono di

wilayah bencana

asap efektif untuk

memacu

penanggulangan

masalah ini.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan bencana kabut asap yang melanda

Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun 2015.

Penulis menyindir bahwa pemerintahan Jokowi belum bisa

efektif menangani masalah kabut asap dengan memberi

pembandingan cara kerja Presiden SBY pada tahun 2014.

‘tahun lalu’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada masa

kehadiran Presiden

Susilo Bambang

Yudhoyono di wilayah

bencana asap tahun

2014.

Tahun lalu 27-10-2015 Inilah kunjungan

resmi pertama kali

Presiden Jokowi ke

Amerika Serikat

setelah ia dilantik

Oktober tahun lalu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 27 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kunjungan Presiden Jokowi ke

Amerika Serikat yang akan diterima oleh Barack Obama di

Gedung Putih pada Senin, 3 November 2015. Setelah dilantik

Oktober 2014 lalu, baru pertama kalinya Presiden berkunjung

dengan agenda resmi di AS.

‘tahun lalu’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada tahun

2014, saat pelantikan

Jokowi menjadi

presiden Indonesia.

Tahun lalu 9-11-2015 Pengalaman buruk

yang terjadi pada

tahun lalu itu sudah

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 9 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berita adanya kejadian longsor

‘tahun lalu’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seharusnya tak boleh

lagi terulang.

menurut catatan sepanjang tahun 2014 terjadi 332 bencana

longsor menewaskan 262 jiwa. Bencana longsor tak hanya

menelan korban, tetapi juga mengakibatkan kerugian yang

sangat besar.

2014.

Tahun ini 2-09-2015 Perusahaan yang

tahun sebelumnya

memetik untung,

tahun ini harus

mengalami kerugian.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan kerugian yang dialami sejumlah

perusahan hingga harus memutus hubungan dengan

karyawannya tahun 2015 ini, berbeda dengan tahun 2014

yang mana perusahaan selalu mendapat untung.

Penulis ingin menginformasikan pada pembaca bahwa tahun

2015, perusahaan sedang mengalami kerugian.

‘tahun ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

masa ketika gelombang

PHK terjadi hingga

perusahaan mengalami

kerugian, yaitu tahun

2015.

Tahun ini 22-10-2015 Kementerian

Pariwisata

menargetkan capaian

pada tahun ini

meningkat dua kali

lipat.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kedatangan wisatawan

mancanegara ke Indonesia sebanyak 8,8 juta orang dan 1,73

juta di antaranya adalah Muslim. Capaian tersebut

dibandingkan dengan Malaysia yang berjumlah 25,7 juta

setahun.

Penulis menegaskan bahwa Kementerian Pariwisata akan

meningkatan capaian jumlah kunjungan pada tahun 2015 ini.

‘tahun ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

tahun 2015, waktu

dimana Kementerian

Pariwisata menargetkan

capaian wisatawan

asing meningkat dua

kali lipat.

Tahun ini 5-11-2015 Tahun ini,

mayoritas jamaah

risti yang berangkat

adalah mereka yang

berusia di bawah 60

tahun dengan

mengidap penyakit

tertentu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 5 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan evaluasi pelaksaan haji 2015

mengenai jamaah haji yang memiliki risiko tinggi (risti).

Pada musim haji 2015, tercatat 95.210 jamaah risti yang

berangkat ke Tanah Suci. Angka tersebut setara dengan 60,90

persen dari total jamaah haji yang berangkat. Jamaah risti

yang diberangkatkan adalah yang berusia di bawah 60 tahun

dengan mengidap penyakit tertentu.

‘tahun ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

tahun 2015.

Tahun ini 26-12-2015 Namun, kejadian

tahun ini boleh

dibilang luar biasa.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 26 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peristiwa kemacetan yang terjadi

di sejumlah jalan sejak Rabu 23 Desember 2015 – Jumat 25

Desember 2015. Kemacetan mengular di berbagai titik

keluar Jakarta dan pintu masuk daerah-daerah tujuan wisata.

Mulai dari Pelabuhan Merak, Jalan Tol merak menuju

Jakarta, Jalan Tol Dalam Kota Jakarta, Jalan Tol Cikampek

hingga Jalan Tol Cipali mengalami kemacetan total.

Penulis mengungkapkan keironisannya ketika melihat situasi

kemacetan tersebut.

‘tahun ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

tahun 2015.

Masa Kini 17-09-2015 Di samping jaminan

dan pernyataan

tersebut, kini masih

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 17 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan pembakaran masjid di Tolikara

‘kini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu dimana masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ada satu ganjalan

yang perlu segera

dituntaskan untuk

membuat sendi-

sendi kerukunan

beragama di wilayah

tersebut kembali

terekat dengan kuat.

pada beberapa hari menjelang Idul Adha 2015 yang diduga

dilakukan oleh Umat Gereja GIDI. Namun, aparat keamanan

dan Menko Polhukam menjamin, wilayah Tolikara sudah

cukup kondusif.

Penulis ingin menyampaikan walaupun telah mendapat

jaminan itu, masih ada ganjalan yang harus segera

dituntaskan yaitu pemenuhan pemulihan nama baik Gereja

GIDI yang sudah diduga menjadi tersangka indisen tersebut.

ada ganjalan bagi warga

Tolikara yang harus

segera dituntaskan yaitu

pemenuhan pemulihan

nama baik Gereja GIDI

yang sudah diduga

menjadi tersangka

indisen pembakaran

masjid.

Kini 9-10-2015 Husein hanyalah

satu dari sekian

banyak bayi yang

menderita akibat

kabut asap yang tak

tertangani hingga

kini.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 9 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan pemberitaan bahwa ada bayi

bernama Muhammad Husein, lahir pada 12 September 2015

di daerah Kelurahan Enam Belas Ulu, Kecamatan Seberang

Ulu II, Palembang, Sumatera Selatan. Dia meninggal pada 6

Oktober 2015 karena terkena paparan asap di wilayahnya.

Penulis menyindir aparat pemerintah bahwa di luar sana,

banyak bayi yang juga menjadi korban bencana kabut asap.

Bencana tersebut belum tertangani hingga tulisan ini dibuat.

‘kini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

masa ketika sudah ada

banyak bayi yang

meninggal karena

paparan asap yang

belum tertangani hingga

tulisan ini dibuat.

Kini 31-10-2015 Hingga kini, polisi

menyatakan bahwa

tersangka adalah

pelaku tunggal dan

motif tersangka

melakukan teror

adalah pemerasan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam

Sutera, Tangerang, Banten pada hari Rabu, 28 Oktober 2015

lalu. Tersangka LWK sudah dirungkus oleh polisi.

Penulis memberitahu pada pembaca bahwa hingga tulisan ini

dibuat, polisi menyatakan bahwa tersangka adalah pelaku

tunggal dan motif tersangka melakukan teror adalah

pemerasan.

‘kini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu ketika polisi

menyatakan bahwa

tersangka pengeboman

Mal Alam Sutera,

Tangerang, Banten,

yaitu LWK adalah

pelaku tunggal dan

motif tersangka

melakukan teror adalah

pemerasan.

Kini 25-11-2015 Kini tak hanya soal

upah yang tak lagi

murah, para

pengusaha juga

dihadapkan pada

masalah buruh yang

bisa kapan saja

melakukan

demonstrasi dan

mogok kerja

sehingga

mengganggu

produksi.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 25 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berita adanya demonstrasi buruh

pada 24 November 2015 di Pulogadung, Bekasi, Batam, dan

daerah lain. Para buruh melakukan aksi mogok kerja.

Penulis menegaskan bahwa aksi buruh tersebut dipicu karena

upah buruh yang dianggap terlalu murah, yaitu Rp 2,7 juta

dengan kurs Rp 12 ribu per dolar AS.

‘kini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu ketika upah

buruh yang dianggap,

yaitu Rp 2,7 juta

dengan kurs Rp 12 ribu

per dolar AS.

Kini 19-12-2015 Di Jakarta saja, lebih

dari 20 ribu orang

kini

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 19 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berita adanya penghentian ojek

‘kini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu ketika lebih dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menggantungkan

hidupnya dengan

mengemudi ojek

aplikasi.

aplikasi dalamSurat Pemberitahuan Nomor UM

3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani oleh Menteri

Perhubungan Ignatius Jonan tertanggal 9 November 2015.

Penulis mengingatkan pembaca bahwa ojek aplikasi

merupakan salah satu solusi yang dapat menanggulangi

perlambatan ekonomi di Indonesia. Di daerah Jakarta,

masyrakatnya mulai bekerja sebagai pengemudi ojek aplikasi

untuk mencari nafkah.

20 ribu orang di Jakarta

menggantungkan

hidupnya dengan

menjadi pengemudi

ojek aplikasi.

Sekarang 23-10-2015 Namun, hal itu

hendaknya bukan

menjadi alasan bagi

pemerintah untuk

mengabaikan

langkah antisipasi

sejak jauh hari dan

mengambil langkah

supaya bencana yang

awalnya kecil tidak

sebesar sekarang.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 23 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan bencana kabut asap yang

melanda Sumatera dan Kalimantan tahun 2015 yang sudah

dibilang parah. Bahkan merembet ke negara tetangga

Indonesia, seperti Malaysia. Sudah banyak anak kecil yang

menjadi korban bencana tersebut.

Penulis tidak menampik bahwa bencana asap bukan hanya

saja di era pemerintahan Jokowi. Tetapi siapapun

pemerintahnya, seharusnya ada alangkah untuk

mengantsipasi terjadinya musibah semacam ini.

‘sekarang’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

saat dimana bencana

kabut asap yang

melanda Sumatera dan

Kalimantan tahun 2015

yang sudah dibilang

parah. Bahkan

merembet ke negara

tetangga Indonesia,

seperti Malaysia. Sudah

banyak anak kecil yang

menjadi korban

bencana tersebut.

Sekarang 2-11-2015 Jawabannya

memang belum bisa

kita dapatkan

sekarang.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan akan segera diselenggarakannya

ajang olahraga Internasional, yaitu Olimpiade Brasil 2016

dan Asian Games 2018 di Indonesia.

Penulis mengajukan pertanyaan, apakah di bawah

kepimpinan Erick Thohir (pemimpin baru Komite Olimpiade

Indonesia) bisa memberikan prestasi bagi bangsa Indonesia?

Jawaban dari pertanyaan tersebut belum bisa didapatkan di

masa kepemimpinan baru Erick Thohir (pemimpin KOI)

karena pertandingan olahraga Internasional belum

terselenggara.

‘sekarang’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

jawaban atas

pertanyaan “apakah di

bawah kepimpinan

Erick Thohir

(pemimpin baru Komite

Olimpiade Indonesia)

bisa memberikan

prestasi bagi bangsa

Indonesia?” belum bisa

terjawab saat

kepimpinan baru

Komite Olimpiade

Indonesia baru saja

terpilih.

Sekarang 13-11-2015 Tinggal sekarang

bagaimana Indonesia

memperkuat

koordinasi di dalam

dengan melibatkan

semua unsur yang

terkait.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 13 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kemitraan dagang yang dipilih oleh

Indonesia yaitu TPP (Trans Pacific Partnership) dengan

Amerika Serikat pada 26 Oktober 2015. Hal ini dilakukan

pemerintah Indonesia karena merespons era globalisasi.

Supaya jalur perdagangan dunia bisa meningkatkan ekonomi

di Indonesia.

Penulis menganggap kalau tim kajian dan negosiasi belum

‘sekarang’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu ketika tim kajian

dan negosiasi blok

dagang harus

memperkuat koordinasi

setelah diputuskannya

bergabung dengan TPP

(Trans Pacific

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cermat menentukan pilihan blog dagang yang diambil. TPP

bersifat mengikat, padahal Indonesia tidak terlibat sejak awal

dalam membahas ayrat dan ketentuan TPP.

Partnership).

Nanti 10-10-2015 Jangan sampai pula

reshuffle nanti

hanya jadi ajang

bagi-bagi kursi.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 10 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan evaluasi terhadap Kabinet Kerja

dari pemerintahan Jokowi-JK pada 20 Oktober 2015. Dengan

adanya evaluasi, Presiden akan me-reshuffle menteri-menteri

yang kinerjanya dianggap mengecewakan.

Penulis berharap agar perombakan menteri harus dilakukan

dengan teliti dan objektif, bukan karena kepentingan mencari

nama sebagai pejabat.

‘nanti’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu dimana presiden

akan me-reshuffle

menteri-menteri yang

kinerjanya dianggap

mengecewakan setelaj

evaluasi kabinet pada

20 Oktober 2015.

Nanti 14-11-2015 Kemenhan harus

membuka diri untuk

menerima masukan

dari masyarakat agar

hasil yang

dirumuskan nanti

benar-benar

memenuhi

kebutuhan

masyarakat dalam

rangka bela negara

itu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk pada tanggal 14 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan usulan Kementerian Pertahanan

(Kemenhan) tentang penerapan kurikulum bela negara yang

akan diajarkan mulai jenjang pendidikan taman kanak-kanak

hingga perguruan tinggi.

Penulis memberi saran pada Kemenhan supaya mau

menerima saran dari masyarakat dalam merancang

programnya supaya hasilnya sesuai kebutuhan masyarakat.

‘nanti’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu ketika kurikulum

bela negara sudah

berhasil dirumuskan

oleh Kemenhan.

Nanti 23-11-2015 Misalnya, nanti ada

fatwa atau ketentuan

yang menyatakan

peserta BPJS

Syariah tidak

dibolehkan

mendaftar hanya

ketika sakit.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 23 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan munculnya wacana mengenai

pengeluarkan produk BPJS Syariah.

Penulis menghubungkan dengan adanya BPJS kesehatan,

bahwa orang yang mendaftar menjadi peserta hanya ketika

sakit saja.

‘nanti’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu ketika ada fatwa

atau atau ketentuan

yang menyatakan

peserta BPJS Syariah

tidak dibolehkan

mendaftar hanya ketika

sakit.

Nanti 28-11-2015 Kematangan kita

berdemokrasi diuji

dalam pilkada

serentak nanti.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 28 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan penyelenggaran pemilihan kepala

daerah (pilkada) serentak yang akan diselenggarakan 9

Desember 2015. Tercatat ada 269 daerah terdiri atas 9

provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten yans serentak memilih

kepala daerah.

Penulis secara tidak langsung mengharapkan supaya

masyarakat Indonesia berpartisipasi secara rukun ketika

dinamika demokrasi pilkada nanti.

‘nanti’ pada kalimat

tersebut merujuk pada 9

Desember 2015, saat

pelaksanaan pilkada

serentak.

Nanti 30-11-2015 Masa jabatan

pimpinan Komisi

Pemberantasan

Korupsi (KPK)

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 30 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan akan segera berakhirnya masa

‘nanti’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

16 Desember 2015, saat

Masa jabatan pimpinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

periode 2012 – 2015

akan segera berakhir

media Desember

nanti.

kepimpinan KPK periode 2012 – 2015 pada 16 Desember

2015. Menjelang waktu tersebut, Komisi III DPR RI belum

mempunyai calon pimpinan KPK yang baru.

Penulis menyampaikan bahwa kekosongan pemimpinan akan

berdampak buruk bagi pemberantasan korupsi di Indonesia.

Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) periode

2012 – 2015 berakhir.

Nanti 16-12-2015 Dalam kondisi

seperti ini, BI selalu

ada di pasar untuk

menjaga votalitas,

sehingga nanti

menjadi stabil

kembali.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 16 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan pernyataan Gubernur Bank

Indonesia Agus Martowardojo bahwa tekanan rupiah bukan

hanya soal FOMC, melainkan juga faktor utang luar negeri

yang belum dibayarkan.

Penulis menyampaikan bahwa Bank Indonesia selalu

memantau kondisi dolar di pasaran, supaya kurs dolar dalam

rupiah tetap stabil.

‘nanti’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu ketika tekanan

rupiah dalam keadaan

stabil.

Saat ini 9-09-2015 Rakyat saat ini

membutuhkan

langkah nyata dari

pemerintah untuk

membawa ekonomi

lebih bergerak yang

pada akhirnya

membawa rakyat

pada kesejahteraan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 9 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan kondisi ekonomi bulan

September melemah, nilai tukar rupiah berada di atas Rp

14.250 per dolar AS. Belum lagi IHSG Bursa Efek Indonesia

juga terjun bebas.

Penulis ingin menyampaikan harapannya supaya pimpinan

negara segera mengatasi masalah ini dengan langkah nyata,

bukan dengan beradu pendapat di depan publik.

‘saat ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

saat dimana kondisi

ekonomi Indonesia

melemah. Dibuktikan

dengan nilai tukar

rupiah berada di atas Rp

14.250 per dolar AS

dan IHSG Bursa Efek

Indonesia juga terjun

bebas.

Saat ini 26-09-2015 Sampai saat ini

jumlah korban masih

belum pasti,

termasuk korban dari

Indonesia.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 26 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peristiwa tabrakan yang terjadi di

Jalan Arab 204 dan 223 saat jamaah haji hendak melempar

jumrah pada Kamis 24 September 2015 pukul 07.30 waktu

setempat.

Penulis ingin menyampaikan bahwa sampai tulisan ini

dubuat, belum ada kabar jumlah korban.

‘saat ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu saat jumlah

korban jamaah haji

yang terkena dampak

peristiwa tabrakan yang

terjadi di Jalan Arab

204 dan 223 saat

jamaah haji hendak

melempar jumrah pada

Kamis 24 September

2015 pukul 07.30 waktu

setempat, belum

terinformasikan secara

pasti.

Saat ini 2-10-2015 Bisa dilihat betapa

bopeng-bopengnya

kawasan wisata di

pesisir selatan saat

ini dibanding

setahun lalu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berita pembunuhan para

penambang pasir terhadap aktivis lingkungan, Salim Kancil.

Peristiwa tersebut kejadiannya di Desa Selok Awar-awar,

pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian, Kabupaten

‘saat ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu dimana kawasan

wisata pantai selatan di

Desa Selok Awar-awar,

Kecamatan Pasirian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lumajang, Jawa Timur.

Penulis ingin memperlihatkan betapa buruknya kondisi di

daerah tersebut setelah maraknya aktivitas penambangan

pasir. Berbeda dengan tahun 2014 yang belum sampai

separah ini.

Kabupaten Lumajang,

Jawa Timur terlihat

banyak yang rusak

akibat penambangan

pasir.

Saat ini 6-11-2015 Peribahasa ini paling

tepat

menggambarkan

kondisi keunagan

negara saat ini.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 6 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan adanya pemberitaan bahwa

pemasukan pajak negara hingga 4 November 2015 mencapai

Rp 774,4 triliun. Capaian ini setara dengan 59,84 persen dari

target Rp 1.294 triliun yang ditetapkan di APBN Perubahan

2015 hingga Desember 2015.

Penulis mengandaikan dengan peribahasa “besar pasak

daripada tiang, lebih besar pengeluaran dari pada

pemasukan”.

‘saat ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

kondisi ketika

pemasukan pajak

negara hingga 4

November 2015

mencapai Rp 774,4

triliun. Capaian ini

setara dengan 59,84

persen dari target Rp

1.294 triliun yang

ditetapkan di APBN

Perubahan 2015 hingga

Desember 2015.

Saat ini 2-12-2015 Kita memang tidak

bisa menutup mata

bahwa inflasi yang

rendah itu menjadi

salah satu hasil kerja

pemerintah saat ini.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan laju inflasi bulan November 2015

menduduki angka 0,21 persen, merupakan angka terendah

dalam lima tahun terakhir dan inflasi tahun ke tahun terendah

sepanjang tahun 2015.

Penulis menegaskan bahwa pemerintah sudah bekerja keras

supaya inflasi di Indonesia bisa rendah.

‘saat ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

saat inflasi bulan

November 2015

menduduki angka 0,21

persen.

Saat ini 18-12-2015 Karena itu, tak

mengherankan bila

ada yang

mengistilahkan saat

ini merupakan

eranya Yellen.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 18 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berakhirnya rezim suku bunga nol

persen pada Rabu 16 Desember 2015, Bank Sentral Amerika

Serikat (the Fed) menaikkan suku bunga 25 basis poin

menjadi 0,5 persen setelah delapan tahun terakhir

bertahankan di level hampir nol persen. Janet Yellen yang

merupakan Gubernur perempuan pertama Bank Sentral AS

yang menorehkan rezim tersebut. Dan hingga akhir 2016,

Fed Fund Rate bisa berkahir di level dua persen.

Penulis memuji kemampuan Yellen dalam menaikkan suku

bunga the Fed.

‘saat ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu ketika rezim

suku bunga nol persen

pada Rabu 16

Desember 2015

berakhir, Bank Sentral

Amerika Serikat (the

Fed) menaikkan suku

bunga 25 basis poin

menjadi 0,5 persen.

Hingga akhir 2016, Fed

Fund Rate bisa berkahir

di level dua persen.

Kali ini 10-09-2015 Perlambatan

ekonomi kali ini

lebih didorong oleh

persoalan psikologis.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 10 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan paket kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatasi kondisi

ekonomi Indonesia yang sedang melemah, khususnya bulan

‘kali ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu dimana kondisi

ekonomi Indonesia

melemah, lalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

September 2015. pemerintah

mengeluarkan paket

kebijakan.

Kali ini 25-09-2015 Setelah musibah

robohnya crane di

Masjidil Haram pada

Jumat (11/9) lalu

akibat badai, kali ini

musibah terjadi pada

jamaah yang hendak

melaksanakan lontar

jumrah di Mina.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 25 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan musibah yang menimpa jamaah

haji, yaitu berhentinya tiba-tiba seorang jamaah haji di Jalur

Arab 204, kawasan Mina pada Kamis, 24 September 2015

pukul 07.30 waktu setempat saat hendak melontar jumrah.

Akibatnya, banyak jamaah yang terinjak-injak hingga banyak

menimbulkan jamaah yang meninggal meninggal.

‘kali ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

waktu ketika jamaah

haji yang melewati

Jalur Arab 204 kawasan

Mina ada yang berhenti

tiba-tiba hingga

menimbulkan korban

jiwa.

Kali ini 20-11-2015 Menteri Luar Negeri

Retno LP Marsudi

menambahkan

dalam forum APEC

kali ini Indonesia

memperjuangkan

kelapa sawit, karet

alam, rotan, kertas,

dan perikanan agar

masuk dalam

kategori

development

product.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 20 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan penyelenggaran APEC di Manila,

Filipna pada Rabu 18 November 2015 dan Kamis 19

November 2015. Pertemuan ini akan mempertemukan 22

pimpinan pemrintahan dan negara.

Penulis menegaskan pernyataan Menlu Retno LP Marsudi

bahwa dalam forum APEC ini, akan diusahakan development

product dengan tidak hanya memanfaatkan sektor komoditas.

‘kali ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

penyelenggaran APEC

di Manila, Filipna pada

Rabu 18 November

2015 dan Kamis 19

November 2015.

Kali ini 9-12-2015 Agenda pilkada kali

ini terbilang

istimewa.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 9 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan penyelenggaraan pilkada

serentak pada 9 Desember 2015. Tahapan pemilihan

bersamaan untuk 269 kepala daerah; 9 tingkat provinsi,30

tingkat kota, dan 224 tingkat kabupaten. Pemerintah, aparat

keamanan dan penyelenggara pilkada sangat optimis

peaksaan pilkada serentakakan berlangsung sesuai dengan

harapan karena berbagai persiapan sudah dilakukan sejak

lama.

Penulis menegaskan bahwa pascapilkada maish bisa saja

terjadi konflik karena pilkada memang bersifat kederahan.

‘kali ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

penyelenggaraan

pilkada serentak di

Indonesia 9 Desember

2015.

Selama ini 30-09-2015 Selama ini pemerintah kita

terlalu pelit

memberikan insentif

kepada calon

investor.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 30 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kritikan penulis terhadap

pemerintah yang sejak dulu memberikan insentif yang kurang

menarik, sehingga para investor enggan menanamkan

modalnya di Indonesia. Hal tersebut terus terjadi sampai

tulisan ini dibuat.

‘selama ini’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada waktu

dimana pemerintah

sejak dahulu kurang

memberi insentif yang

layak bagi investor

hingga tulisan ini

dibuat. Jadi. Investor

enggan menanamkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

modal usahanya di

Indonesia.

Selama ini 24-10-2015 Kita juga berdoa

agar warga yang

terpapar kabut asap

segera pulih

kesehatannya, bisa

menghirup udara

segar kembali, juga

menyaksikan

terangnya sinar

mentari yang selama

ini tertutup kabut

asap.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 24 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan bencana kabut asap di wilayah

Sumatera dan Kalimantan tahun 2015 ini merupakan

kebakaran hutan dan lahan terburuk sejak pertengahan tahun

2015 sampai tulisan ini dibuat, belum reda juga asap di

wilayah tersebut.

Penulis mengajak pembaca berdoa supaya korban kabut asap

segera dipulihkan kesehatannya, dan asap mulai reda

sehingga benra-benar menikmati udara tanpa paparan asap.

‘selama ini’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada waktu

sejak pertengahan tahun

2015 sampai tulisan ini

dibuat, belum reda juga

asap di wilayah

Sumatera dan

Kalimantan.

Selama ini 21-11-2015 Australia selama ini

sering memprotes

pelaksanaan

eksekusi terhadap

terpidana mati

narkoba.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kehadiran Menko Polhukam Luhut

Pandjaitan di Australia pada Kamis, 19 November dalam

Forum Pemberantasan Pembiayaan Terorisme. Ternyata

Australia selama ini sering memprotes pelaksanaan eksekusi

terhadap terpidana mati narkoba.

Penulis menegaskan bahwa dari zaman dahulu hingga tulisan

ini dibuat, Australia menjadi salah satu negara yang

memprotes akan pelaksanaan eksekusi terhadap terpidana

mati narkoba.

‘selama ini’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada waktu

zaman dahulu hingga

tulisan ini dibuat,

Australia menjadi salah

satu negara yang

memprotes akan

pelaksanaan eksekusi

terhadap terpidana mati

narkoba.

Selama ini 5-12-2015 Selama ini,

kecelakaan yang

paling mendominasi

di Tol Cipali adalah

faktor kesalahan

manusia (human

eror) dikarenakan

jalan yang lurus dan

panjang sehingga

menyebabkan

pengemudi

mengantuk.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 5 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kasus kecelakaan yang terjadi di

Jalan Tol Cikopo – Palimanan (Cipali) yang menimpa

sebuah mobil Elf di Km 137 Kabupaten Indramayu. Jalan tol

Cipali merupakan jalan tol terpanjang di Indonesia. Panjang

Tol Cipali mencapai 116,75 kilometer yang menghubungkan

daerah Cikopo, Purwakarta dengan Palimanan, Cirebon,

Jawa Barat. Sejak diresmikan Presiden Jokowi 13 Juni 2015,

Tol Cipali menelan 30 kecelakaan, padahal baru10 hari

dioperasikan.

‘selama ini’ pada

kalimat tersebut

merujuk pada sejak

diresmikan Tol Cipali

oleh Presiden Jokowi

pada 13 Juni 2015

sampai tulisan ini

dibuat.

Saat itu 30-10-2015 Saat itu, Jokowi

menjanjikan setiap

desa mendapat Rp 1

miliar.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 30 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan janji Jokowi – JK saat kampanye

pilpres tahun 2014, bahwa Jokowi menjanjikan setiap desa

mendapat Rp 1 Miliar.

Penulis menunjukkan bukti bahwa alokasi dana desa sebesar

Rp 47 triliun per desa tidak sesuai dengan janjinya.

‘saat itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

masa pilpres tahun

2014, ketika Jokowi

menjanjikan setiap desa

mendapat Rp 1 Miliar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. DEIKSIS ENDOFORA

DEIKSIS ENDOFORA

Jenis Deikis Wujud

Deiksis

Kode Data Data Deiksis Konteks Maksud Deiksis Justifikasi Triangulator

(S/TS)

Keterangan

Setuju Tidak Setuju

Anafora

Persona

Persona

pertama

Saya

Persona ketiga

(tunggal)

Ia 8-09-2015 Ia melambaikan

tangan. Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan konferensi pers calon presiden

AS, Donald Trump di Trump Tower pada 3 September 2015.

Trump turun dari podium sambil melambaikan tangan.

‘ia’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

calon Presiden AS,

Donald Trump.

Ia 29-09-2015 “Lalu apa respons

Paulson? Apa yang

ia katakan?”

Tuturan ini dikemukakan oleh pewawancara Menteri

keuangan Prancis ketika krisis ekonomi 2008, Christine

Lagarde. Ungkapan ini terdapat dalam tajuk Republika

tanggal 29 September 2015.

Ini berkaitan dengan tanggapan pewawancara terhadap cerita

yang diungkapkan Lagarde bahwa dulu Lagarde pernah

berkata dengan Menkeu Amerika Hank Paulson. ‘Hank kita

menyakisikan tsunami krisis keuangan ini menerjangm tetapi

kamu malah sibuk dengan baju renang apa yang harus kita

pakai’.

‘ia’ pada kalimat

merujuk pada Menteri

Keuangan Amerika

Serikat Hank Paulson.

Ia 6-10-2015 Ia bahkan

menantang pers

mendatangi

perusahaan yang

memutuskan kontrak

karyawannya.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 6 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan gelombang PHK yang semakin

meningkat pada bulan September 2015. Namun, sayangnya

Menteri Perindustrian Saleh Husin tidak percaya akan

kejadian itu. Dia bahkan menantang pers mendatangi

perusahaan yang mem-PHK karyawannya.

‘ia’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Menteri Perindustrian

Saleh Husin.

Ia 2-12-2015 Ia yakin laju inflasi

secara tahunan pada

2015 akan di bawah

empat persen atau

lebih baik dari target

pemerintah di

APBNP yang dijaga

maksimal sebesar

lima persen.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan laju inflasi bulan November 2015

menduduki angka 0,21 persen, merupakan angka terendah

dalam lima tahun terakhir dan inflasi tahun ke tahun terendah

sepanjang tahun 2015.Sebelum kalimat tersebut muncul,

terdapat klaimat “Menteri Koordinatoir Bidang

Perekonomian Darmin Nasution cukup sumringah dengan

angka inflasi tersebut.”

‘ia’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian

Darmin Nasution.

Dia 15-09-2015 Dia meneken

Peraturan Menteri

Perdagangan No

06/M-

DAG/PER/1/2015

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 15 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan aturan tegas yang diambil oleh

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel dalam meneken

penjualan minuman keras dan beralkohol.

‘dia’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Menteri Perdagangan

Rachmat Gobel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tentang

Pengendalian dan

Pengawasan

terhadap Pengadaan,

Peredaran, dan

Penjualan Minuman

Beralkohol.

Dia 1-10-2015 Dia tegas-tegas

menyebutkan bahwa

isu yang menyebut

Presiden Joko

Widodo akan

meminta maaf

kepada PKI adalah

fitnah.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berita peringatan G-30-S/PKI

tahun 2015 yang mana keturunan korban PKI meminta

pertanggung jawaban dan permintamaafan pada korban PKI.

Isu yang beredar soal rencana Presiden Jokowi meminta maaf

kepada PKI telah dibantah oleh Sekretaris Kabinet Pramono

Anung.

‘dia’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Sekretaris Kabinet

Presiden Jokowi,

Pramono Anung.

Dia 30-11-2015 Menurut dia,

seorang pimpinan

KPK harus mampu

bertindak sebagai

komandan, manajer,

dan pelayan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 30 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan akan segera berakhirnya masa

kepimpinan KPK periode 2012 – 2015 pada 16 Desember

2015. Menjelang waktu tersebut, Komisi III DPR RI belum

mempunyai calon pimpinan KPK yang baru.

Penulis menegaskan ungakapan mantan penasihat KPK

Abdullah Hehamahua yang mengingatkan bahwa pimpinan

KPK tidak harus berasal dari instansi tertentu.

‘dia’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

mantan penasihat KPK

Abdullah Hehamahua.

Dia 3-12-2015 Dia memilih untuk

mundur dari

jabatannya dengan

alasan tidak bisa

memenuhi target

penerimaan pajak

negara.

Tuturan ini disampaikan redaksi Republika di rubrik tajuk

tanggal 3 Desember 2015.

Tulisan ini terkait dengan keputusan mengejutkan yang

diambil Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi

Pramudito bahwa dia memilih mundur dari jabatannya

karena merasa belumbisa memenuhi target penerimaan pajak

negara. Sampai pada November 2015, penerimaan pajak

negara baru mencapai 65 persen.

‘dia’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Direktur Jendral

(Dirjen) Pajak Sigit

Priadi Pramudito.

Dia 11-12-2015 Dia merasa tak ada

gunanya memilih

kepala daerah karena

ujung-ujungnya

hanya untuk

memperkaya diri

pribadi, keluarga,

atau kelompoknya.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 11 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan penyelenggaraan pilkada pada 9

Desember 2015 yang digelar serentak di 264 daerah depalan

di antaranya adalah pikada din tingkat provinsi, sisanya di

kabupaten/kota. Namun, pilkada kali ini terasa tak ada gegap

gempitanya.

Sebelum kalimat ini muncul, dicontohkan bahwa seorang

pedangang sayur di Pasar Petisah, Kota Medan, Sumatera

Utara, Cut Nirmala, mengungkapkan bahwa dia kurang

antusias mencoblos dalam pilkada ini. Penyebabnya adalah

kekecewaan pada sosok calon kepala daerah yang maju.

‘dia’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

pedagang sayur di Pasar

Petisah, Kota Medan,

Sumatera Utara, Cut

Nirmala.

Beliau

-nya 7-09-2015 Kehadirannya dalam Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik ‘nya’ pada kalimat √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

konferensi pers

kandidat presiden

dari Partai Republik,

Donald Trump, di

Trump Tower, New

York, Amerika

Serikat, Kamis (3/9),

dinilai publik dan

lawan politik sebagai

tindakan yang sangat

tak etis dan

merendahkan

martabat bangsa.

tajuk tanggal 7 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan berita bahwa ketua DPR RI

Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon hadir di konferensi

pers calon presiden AS, Donald Trump pada 3 September

2015 di Amerika Serikat.

Penulis ingin menegaskan bahwa pimpinan DPR tersebut

bertindak di luar etika.

tersebut merujuk pada

pimpinan DPR RI yang

hadir pada konferensi

pers Donald Trump,

yaitu Setya Novanto

dan Fadli Zon.

-nya 16-09-2015 Presiden Joko

Widodo (Jokowi)

dan Wapres Jusuf

Kalla beserta jajaran

menterinya

mempunyai tugas

utama bagaimana

membawa rakyat

lebih sejahtera.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 16 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan berita kemiskinan yang

didapatkan dari data BPS bahwa orang miskin di Indonesia

per Maret 2015 mencapai 28,59 juta jiwa.

Penulis mengingatkan bahwa menjadi tugas pemerintah

untuk mengentaskan rakyat dari kemiskinan tersebut.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

jajaran menteri Presiden

Jokowi dan Wapres

Jusuf Kalla.

-nya 5-10-2015 Bahkan, hingga saat

ini masih ada jamaah

yang belum jelas

nasibnya.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 5 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan kritikan penulis terhadap

lambatnya sikap pemerintah terhadap bencana haji di Mina.

Sampai tulisan ini dibuat, jamaah yang menjadi korban

tragedi Mina ada yang belum dipastikan kondisinya.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

jamaah-jamaah yang

menjadi korban

bencana Mina.

-nya 21-10-2015 Keduanya

mengajukan

pengujian pasal yang

berkaitan degan

pembatasan

keberangkatan haji

satu kali seumur

hidup.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 Oktober 2015.

Tulisan ini berkaitan dengan dikeluarkannya putusan MK

(Mahkamah Konstitusi) akan gugatan terhadap pengujian

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji terhadap UUD 1945.

Keputusan MK dikeluarkan atas gugatan yang diajukan

Sumilatun dan JN Raisal.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Sumilatun dan JN

Raisal, orang yang

menggugat Undang-

Undang Nomor 13

tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan

Ibadah Haji terhadap

UUD 1945.

-nya 15-12-2015 Ikut diduga berperan

adalah pengusaha

Muhammad Riza

Chalid

yang hingga kini tak

jelas keberadannya.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk 15 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan kasus pencatutan nama Presiden

Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla akan perpanjangan kontrak

Freeport oleh Ketua DPR Setya Novanto. MKD (Mahkamah

Kehormatan Dewan) sudah memeriksa Menko Polhukam

Luhut Binsar Pandjaitan pada Senin (14/12). Pengusaha

Muhammad Riza Chalid turut menjadi terduga dalam kasus

tersebut.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

pengusaha Muhammad

Riza Chalid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penulis menegaskan bahwa hingga tajuk ini ditulis,

keberadaan Riza belum diketahui.

Mereka 21-09-2015 Tentu banyak

pikiran yang

menggelayuti

kontemplasi

mereka.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan masalah yang menghampiri

penyelenggaran haji tahun 2015, mulai dari keterlambatan

visa, sampai hujan badai dan salju yang turun tidak pada

waktunya.

Penulis menyampaikan bahwa peristiwa tersebut cukup

mengguncang keimanan jamaah haji maupun keluarga yang

terkena dampak “permasalahan luar biasa” di Tanah Suci.

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

jamaah haji atau

keluarga yang turut

terkena langsung

dampak dari “peristiwa-

peristiwa luar biasa” di

Tanah Suci pada

penyelenggaraan haji

tahun 2015.

Mereka 22-09-2015 Tahukah pemerintah

apa yang mereka

perbuat?

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 22 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kritika penulis terhadap langkah

yang diambil pemerintah dalam pelonggaran aturan

penjualan miras dan minuman beralkohol tahun 2015. Belum

lagi hal tersebut dimasukkan dalam deregulasi pemerintah.

‘mereka’ pada kalimat

tersebut pemerintah

yang tidak segan

melonggarkan aturan

penjualan miras di

Indonesia.

Mereka 2-10-2015 Mereka mengaku

punya izin, tetapi

bukan izin

menambang pasir,

melainkan izin

pariwisata.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan pembunuhan aktivis lingkungan

Salim Kancil, oleh para penambang pasir di Desa Selok

Awar-awar, pesisir pantai selatan Kecamatan Pasirian,

Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Penulis menyampaikan bahwa para penambang mengeruk

pasir di wilayah hutan lindung milik Perhutani. Ternyata tak

ada izin menambang pasir di sana.

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

para penambang pasir

yang mengeruk pasir di

hutan lindung milik

Perhutani di wilayah

Desa Selok Awar-awar,

pesisir pantai selatan

Kecamatan Pasirian,

Kabupaten Lumajang,

Jawa Timur.

Mereka 5-11-2015 Tahun ini, mayoritas

jamaah risti yang

berangkat adalah

mereka yang

berusia di bawah 60

tahun dengan

mengidap penyakit

tertentu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 5 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan evaluasi pelaksaan haji 2015

mengenai jamaah haji yang memiliki risiko tinggi (risti).

Pada musim haji 2015, tercatat 95.210 jamaah risti yang

berangkat ke Tanah Suci. Angka tersebut setara dengan 60,90

persen dari total jamaah haji yang berangkat. Jamaah risti

yang diberangkatkan adalah yang berusia di bawah 60 tahun

dengan mengidap penyakit tertentu.

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

mayoritas jamaah risti

(risiko tinggi)

Mereka 9-11-2015 Tak hanya itu,

mereka juga harus

displin dan taat bila

pemerintah daerah

merelokasi ke

tempat yang lebih

aman.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 9 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan ancaman bencana longsor yang

terjadi di awal musim penghujan bulan November 2015 ini.

Sejumlah daerah diharapkan mempunyai alat deteksi dini,

supaya meminimalisir korban akibat bencana tersebut.

Penulis menyampaikan pada masyarakat yang tinggal di

kawasan perbukitan dan sekitar aliran sungai perlu

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

masyarakat yang

tinggal di kawasan

perbukitan dan sekitar

aliran sungai yang

menjadi terancam

menjadi korban

bencana longsor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

meningkatkan kewaspadaan.

Mereka 25-11-2015 Mereka menolak

batasan kenaikan

upah minimum

kebupaten/kota

(UMK) 2016 rata-

rata sekitar 11,5

persen.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 25 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berita adanya demonstrasi buruh

pada 24 November 2015 di Pulogadung, Bekasi, Batam, dan

daerah lain. Para buruh melakukan aksi mogok kerja.

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

buruh yang melakukan

aksi mogok kerja pada

24 November 2015 di

Pulogadung, Bekasi,

Batam, dan daerah lain.

Mereka 1-12-2015 Selanjutnya, dalam

bahasa PLN,

mereka akan

menikmati listrik

sesuai “mekanisme

penyesuaian tarif”.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan pencabutan subsidi listrik bagi

pelanggan listrik 1.300 Volt Ampere (VA) dan 2.200 VA

yang dilakukan pemerintah lewat PLN secara resmi pada

hari Senin, 1 Desember 2015.

Sebelum kalimat tersebut muncul, telah dijelaskan bahwa

yang akan menikmati “penyesuasian tarif” adalah pelanggan

listrik .300 Volt Ampere (VA) dan 2.200 VA.

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

pelanggan listrik 1.300

Volt Ampere (VA) dan

2.200 VA.

Mereka 21-12-2015 Pimpinan baru KPK

harus membuktikan

mereka figur yang

berani memberantas

korupsi hingga ke

akar tanpa pandang

bulu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan terpilihnya lima pimpina baru

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) periode 2015 – 2019

oleh DPR. Lima pimpinan baru tersebut adalah Agus

Raharjo sebagai ketua, Basaria Panjaitan, Alexander

Marwata, Saut Situmorang, serta Laode Muhammad Syarif.

Namun, ICW (Indonesia Corruption Watch) menaruh

keraguan akan kinerja KPK jilid V ini kaena dinilkai hanya

melakukan pencegahan. Lalu, Lembaga Bantuan Hukujm

menantang agar KPK sanggup menangani kasus

megaskandal BLBI. KPK harus memprioritaskan

pemberantasan korupsi di sektor penegakan hukum.

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

pimpinan baru KPK

(Agus Raharjo sebagai

ketua, Basaria

Panjaitan, Alexander

Marwata, Saut

Situmorang, serta

Laode Muhammad

Syarif).

Mereka 22-12-2015 Namun, catatan

keberadaan mereka

masih amat minim.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 22 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan putusan pemerintah bahwa Israel

menjadi Negara penerima bebas visa kunjungan ke

Indoneaia. Meko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal

Ramliu menjelaskan bahwa fasilitas bebas visa kunjungan

semata untuk tujuan bisnis. Padahal tidak dapat dipungkri

bahwa tanpa bebas visa pun, sudah ada turis Israel yang

melancong ke nusantara. Pernah ada yang mengabarkan ada

rombongan turis Israel pergi ke Tana Toraja dank e Pantai

Kuta, walaupun jumlah turis ini tidak begitu banyak.

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

turis Israel yang

berkunjung ke

Indonesia.

Mereka 23-12-2015 Sebab, warga Israel

juga akan berpikir

ulang untuk

berkunjung ke satu

negara yang

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 23 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan putusan pemerintah untuk

pemberian bebas visa untuk kunjgan ke Negara Indonesia.

Salah satu dari 84 negara, adalah Negara Israel. Selama ini

‘mereka’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

warga Israel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebagian besar

warga negaranya

menolak kehadiran

mereka.

Israel mendapat kecaman dari mayoritas pendudk Indonesia

karena nasih menduduki wilayah Palestina. Demo-demo

akan banyak dilakukan untuk menolak kebijakan pemerintah

tersebut. Ketika demo-demo dilakukan, maka kunjungan

turis Isreael ke Indonesia pun tidak ada terwujud. Turis Israel

juga pasti akan berpikir kembali8 untuk mendatangi daerah

yang masyarakatnya menolak kehadiran itu.

Bukan Persona

-nya 4-09-2015 Perlambatan laju

pertumbuhan

ekonomi kian terasa

berat dampaknya.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 4 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan kondisi Indonesia yang sedang

mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang melambat

sehingga banyak perusahaan yang terpaksa mem-PHK

karyawannya, dan menimbulkan banyak pengangguran.

Penulis ingin menyampaikan pada pemerintah supaya lekas

mempunyai langkah tegas untuk mengatasi kondisi ini.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

perlambatan laju

pertumbuhan ekonomi.

-nya 22-10-2015 Mereka

memfasilitasi sarana

pariwisata di

negaranya sesuai

prinsip Islam:

makanan halal, spa

halal, penyediaan

tempat shalat di

ruang-ruang publik,

dan sebagainya.

Tuturan ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik

tajuk tanggal 22 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peluang pasar Muslim begitu besar

yang juga dilirik oleh negara Non-Muslim seperti Jepang,

Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Australia.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

negara negara Non-

Muslim seperti Jepang,

Korea Selatan, Taiwan,

Hong Kong, dan

Australia.

-nya 20-11-2015 Indonesia

merupakan salah

satu anggotanya.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 20 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan penyelenggaran APEC (Forum

Kerjasama Ekonomi Asia – Pasifik) di Manila, Filipna pada

Rabu 18 November 2015 dan Kamis 19 November 2015.

Pertemuan ini akan mempertemukan 22 pimpinan

pemrintahan dan negara.

Penulis memberi tahu pada pembaca bahwa anggota APEC

kebanyakan adalah negara yang memiliki garis pantai

Samudra Pasifik.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

APEC (Forum

Kerjasama Ekonomi

Asia – Pasifik).

-nya 26-11-2015 Puncak

peringatannya

dilangsungkan di

Istora pada 24

November dan

dihadiri Presiden

Joko Widodo.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 26 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan peringatan Hari Guru, 25

November 2015. Puncak acara peringatan tersebut

dilangsungkan di Istora Senayan Jakarta pada 24 November

2015 dan dihadiri Presiden Joko Widodo. Selain itu,

hanyalah ada upacara sederhana di sekolah-sekolah.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

peringatan Hari Guru,

25 November 2015.

-nya 9-12-2015 Karena berbagai

persiapan dari sisi

teknis, biaya, dan

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 9 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan penyelenggaraan pilkada

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

persiapan pemilihan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

alat untuk pemilihan

sudah dilakukan

sejak lama meski

hingga pekan lalu

masih ada satu atau

dua lokasi yang

persiapannya belum

100 persen.

serentak pada 9 Desember 2015. Tahapan pemilihan

bersamaan untuk 269 kepala daerah; 9 tingkat provinsi,30

tingkat kota, dan 224 tingkat kabupaten. Pemerintah, aparat

keamanan dan penyelenggara pilkada sangat optimis

peaksaan pilkada serentakakan berlangsung sesuai dengan

harapan kjarena berbagai persiapan sudah dilakukan sejak

lama. Terdapat satu dua lokasi yang tidak disebutkan dimana

persiapannya belum sampai 100% hingga satu pekan

sebelum pilkada berlangsung.

kepala daerah serentak.

Ini 1-09-2015 Dalam waktu yang

relatif berdekatan,

negara-negara ini

terbelit masalah

yang cukup pelik.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 September 2015 kepada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan krisis ekonomi yang melanda

kawasan Asia Tenggara tahun 2015, seperti Singapura,

Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam.

Penulis ingin memberitahu pada pembaca terkait negara-

negara yang terbelit masalah ekonomi.

Penulis menggunakan kalimat pernyataan karena tujuannya

menginformasikan.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

negara yang terbelit

masalah ekonomi cukup

pelik, yaitu Singapura,

Malaysia, Thailand, dan

Brunei Darussalam.

Ini 3-09-2015 Angka ini jauh di

atas ambang bahaya,

yakni 350.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan peristiwa kabut asap yang

melanda Indonesia khususnya pulau Sumatera dan

Kalimantan. Sampai tulisan ini dibuat, kabut asap belum reda

juga.

Penulis ingin menginformasikan bahwa kabut asap sudah

mencapai angka bahaya.

Penulis menyindir pemerintah supaya lekas mempunyai

langkah tegas untuk menangani kasus ini.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

indeks kualitas udara di

Palangkaraya yang

mencapai 628.

Ini 10-09-2015 Untuk mendukung

poin ini, peran

pemerintah daerah

akan diperkuat

supaya mampu

melakukan dan

mendukung

percepatan proyek-

proyek strategis.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 10 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan paket kebijakaan yang

dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka mengatasi

masalah ekonomi yang melemah. Pada poin kedua,

pemerintah akan mempercepat proyek strategis nasional

dengan menghilangkan berbagai hambatan, sumbatan, dalam

pelaksanaan serta penyelesaian proyek strategis nasional.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

poin kedua paket

kebijakan, yaitu

pemerintah akan

mempercepat proyek

strategis nasional

dengan menghilangkan

berbagai hambatan,

sumbatan, dalam

pelaksanaan serta

penyelesaian proyek

strategis nasional.

Ini 7-10-2015 Aparat pemerintah

juga terkesan

menggantungkan

masalah ini pada

alam dengan

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 7 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan bencana kabut asap yang melanda

Indonesia yang bahkan sudah merambah sampai Malaysia

semenjak pertengahan tahun 2015 yang belum terhenti

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

masalah kabut asap

yang melanda Indonesia

dan bahkan sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berharap hujan

segera turun

sehingga mampu

memadamkan titik

api.

sampai tulisan ini dibuat.

Penulis berharap pada aparat pemerintah supaya jangan

menggantungkan solusi masalah tersebut pada alam, segera

hentikan dengan cara apa pun.

merambah sampai

Malaysia yang belum

terhenti sampai tulisan

ini dibuat.

Ini 12-10-2015 Terlepas dari dua

musibah ini, jamaah

haji Indonesia yang

kini sudah pulang ke

Tanah Air sejatinya

adalah agen dakwah

di lingkungan

masing-masing.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 12 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kepulangan jamaah haji ke

Indonesia pada 12 Oktober 2015. Jamaah haji di Tanah Suci

sudah mengalami berbagai musibah besar.

Penulis menuliskan dua musibah utama yang dialami jamaah

haji, yaitu robohnya crane raksasa di Masjidil Haram dan

peristiwa Mina yang terjadi di Jalan 204 Arab, jamaah

terinjak-injak saat akan melontar jumrah.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

robohnya crane raksasa

di Masjidil Haram dan

peristiwa Mina yang

terjadi di Jalan 204

Arab, jamaah terinjak-

injak saat akan melontar

jumrah.

Ini 26-10-2015 Dengan kesepakatan

semacam ini, maka

menembus pasar

ekspor satu negara

akan lebih mudah.

Tuturan tersebut disampaikan oleh redaksi Republika di

rubrik tajuk tanggal 26 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan persaingan produk halal

Indonesia yang masih terbilang kalah dengan negara non-

Muslim seperti Jepang, Malaysia, dan Inggris.

Penulis mengingikan agar pemerintah harus meningkatkan

kesepakatan perdagangan bebas (FTA) dengan berbagai

negara supaya mudah menembus pasa ekspor.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

kalimat ‘pemerintah

harus meningkatkan

kesepakatan

perdagangan bebas

(FTA) dengan berbagai

negara supaya mudah

menembus pasa

ekspor’.

Ini 2-11-2015 Kedua ajang ini

tentu menjadi

pertaruhan bagi

bangsa Indonesia di

periode

kepemimpinan yang

baru.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan akan segera diselenggarakannya

ajang olahraga Internasional, yaitu Olimpiade Brasil 2016

dan Asian Games 2018 di Indonesia. Pemimpin baru Komite

Olimpiade Indonesia (KOI) baru saja terpilih untuk periode

2015 – 2019, Erick Thohir.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Olimpiade Brasil 2016

dan Asian Games 2018.

Ini 6-11-2015 Peribahasa ini paling

tepat

menggambarkan

kondisi keunagan

negara saat ini.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 6 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan adanya pemberitaan bahwa

pemasukan pajak negara hingga 4 November 2015 mencapai

Rp 774,4 triliun. Capaian ini setara dengan 59,84 persen dari

target Rp 1.294 triliun yang ditetapkan di APBN Perubahan

2015 hingga Desember 2015.

Penulis mengandaikan dengan peribahasa “besar pasak

daripada tiang, lebih besar pengeluaran dari pada

pemasukan”.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

peribahasa “besar pasak

daripada tiang, lebih

besar pengeluaran dari

pada pemasukan”.

Ini 28-11-2015 Ini adalah momen

bersejarah karea

untuk pertama

kalinya pilkada

dilakukan secara

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 28 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan penyelenggaran pemilihan kepala

daerah (pilkada) serentak yang akan diselenggarakan 9

Desember 2015. Tercatat ada 269 daerah terdiri atas 9

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

pemilihan kepala daerah

(pilkada) serentak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bersamaan di banyak

daerah pada 9

Desember nanti.

provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten yans serentak memilih

kepala daerah.

Penulis mengungkapkan bahwa baru pertama kalinya

Indonesia menggelar pilkada serentak.

Ini 8-12-2015 Kasus ini juga

bergulir di

Kejaksaan Agung.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 8 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kasus pencatutan nama Presiden

Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla untuk perpanjangan PT

Freeport, yang diduga dilakukan oleh Ketua DPR RI Setya

Novanto seorang politisi Golkar.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

kasus pencatutan nama

Presiden Jokowi dan

Wapres Jusuf Kalla

untuk perpanjangan PT

Freeport, yang diduga

dilakukan oleh Ketua

DPR RI Setya Novanto.

Ini 17-12-2015 Pesan ini seharusnya

menjadi model bagi

keseluruhan pejabat

publik di negeri ini.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 17 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan keputusan para anggota MKD

(Majelis Kehormatan Dewan) mengenai kasus Setya

Novanto sebagai Ketua DPR RI saat hadir dalam kasus

pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla

untuk memperpanjang kontrak PT Freeport di Indonesia.

MKD menyatakan bahwa tindakan Setya Novanto

merupakan tindakan yang salah.

Penulis menegaskan bahwa sanksi berat maupun sedang

yang dijatuhkan pada Novanto tetap memberikan pesan

bahwa pejabat publik tidak sepantasanya berhubungan

dengan korporasi yang bukan terkait kewenangan kerjanya.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

pesan MKD (Majelis

Kehormatan Dewan)

bahwa pejabat publik

tidak sepantasanya

berhubungan dengan

korporasi yang bukan

terkait kewenangan

kerjanya.

Ini 29-12-2015 Penurunan ini sudah

disampaikan

Kementerian ESDM

sejak medio

Desember.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 29 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan rencana pemerintah pada 5 Januari

2016 akan menurunkan harga Premium dan solar bersubsidi.

Harga premium yang tadinya Rp 7.300 per liter diturunkan

Rp 150 per liter menjadi Rp 7.150. Harga solar diturunkan

Rp 750 per liter dari Rp 6.700 per liter menjadi Rp 5.950.

Penulis menegaskan bahwa Kementerian ESDM sudah

mengumumkan pemberitahuan ini di medio sejak bulan

Desember 2015.

‘ini’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

rencana pemerintah

pada 5 Januari 2016

akan menurunkan harga

Premium dan solar

bersubsidi. Harga

premium yang tadinya

Rp 7.300 per liter

diturunkan Rp 150 per

liter menjadi Rp 7.150.

Harga solar diturunkan

Rp 750 per liter dari Rp

6.700 per liter menjadi

Rp 5.950.

Itu 11-09-2015 Karena itu, beresnya

pasokan listrik

berarti membantu

ekonomi tumbuh.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 11 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan ungkapan penulis sebelum kalimat

ini muncul, yaitu listrik menjadi komponen penting di zaman

milenium saat ini.

Penulis menggunakan kalimat pernyataan tersebut karena di

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

kalimat “listrik menjadi

komponen penting di

zaman milenium saat

ini”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Mentawai masih belum penun pasokkan listriknya, belum

lagi tempat transportasi lainnya.

Itu 14-09-2015 Selain itu, agenda

munas juga disebut

akan menentukan

arah kebijakan

politik partai selama

lima tahun ke depan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 14 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan munas ke-4 partai PKS yang

diselenggarakan 14 – 15 September 2015. Agendanya adalah

pengukuhan dan pelantikan pengurus DPP PKS, dan

menentukan arah kebijakan politik sampai tahun 2020.

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

agenda munas yang

sudah disebutkan sebelu

kalimat ini, yaitu

pengukuhan dan

pelantikan pengurus

DPP PKS.

Itu 18-09-2015 Mungkin,

kecerdasan dan

bakat Ahmed inilah

yang ditangkap

Obama, Zuckerberg,

maupun astronaut

Kanada itu sebagai

potensi.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 18 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan berita tentang Ahmed

Mohammed, remaja asal Amerika yang membuat jam dan

malah dikira sebagai bom hingga menarik perhatian sejumlah

orang penting di Amerika, yaitu Presiden Barack Obama,

pendiri Facebook Mark Zuckerberg, dan astroanut Kanada

Chris Hadfield. Mereka malah mengagumi kecerdasan yang

dimiliki oleh Ahmed.

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

astronaut Kanada yang

menangkap kecerdasan

Ahmed, yaitu Chris

Hadfield.

Itu 19-09-2015 Dan, itu tak boleh

berlama-lama. Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 19 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan bencana kabut asap yang melanda

wilayah Sumatera dan Kalimantan sejak pertengahan tahun

2015.

Penulis berharap agar pemerintah mau menerima bantuan

dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand untuk

membantu meredakan asap, supaya tidak semakin meluas

juga bencana ini.

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

bencana kabut asap di

wilayah Sumatera dan

Kalimantan yang

sampai 19 September

2015 belum juga reda.

Itu 26-09-2015 Raja Salman

memerintahkan

membentuk tim

investigasi untuk

menyelidiki lebih

dalam penyebab

peristiwa Mina itu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 26 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peristiwa yang terjadi di Mina,

yang tak kurang sebanyak 717 jamaah wafat dan 863 lainnya

terluka karena terinjak saat dua arus jamaah dari Jalan 204

dan 223 menuju Jamarat bertabrakan pada Kamis, 24

September 2015 pukul 07.30 waktu setempat.

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

peristiwa Mina, yang

tak kurang sebanyak

717 jamaah wafat dan

863 lainnya terluka

karena terinjak saat dua

arus jamaah dari Jalan

204 dan 223 menuju

Jamarat bertabrakan

pada Kamis, 24

September 2015 pukul

07.30 waktu setempat.

Itu 17-10-2015 Klub kebanggan

warga Jakarta itu

gagal melenggang ke

final, sementara

musuh bebuyutan

mereka, Persib

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 17 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan pergelaran Final Piala Presiden

yang akan digelar di Stadion GBK pada 18 Oktober 2015

antara Persib Bandung melawan Sriwijaya FC. Jakarta

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

klub Persija Jakarta,

atau yang disebut

dengan Jackmania.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bandung, justru

menapak ke

pertandingan

puncak.

merupakan markas tim Jackmania, sebutan bagi pendukung

klub Persija Jakarta, yang juga menjadi musuh dari tim

Persib Bandung.

Itu 31-10-2015 Kita menyambut

baik langkah sigap

polisi yang dengan

cepat meringkus

tersangka yang telah

melakukan aksi teror

di tempat ramai itu.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 31 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peritiwa pengeboman di Mal Alam

Sutera, Tangerang, Banten pada hari Rabu, 28 Oktober 2015

lalu. Tersangka LWK sudah dirungkus oleh polisi.

Penulis memberi apresiasi pada kinerja polisi yang dengan

cepat menangkap pelaku pengeboman.

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Mal Alam Sutera,

Tangerang, Banten.

Tempat kejadian

pengemboman oleh

LWK pada hari Rabu,

28 Oktober 2015

Itu 13-11-2015 Masalahnya, perang

ekonomi kedua

negara itu menyeret-

nyeret negara lain di

kawasan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk pada tanggal 13 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan pidato Gubernur Bank Sentral AS,

the Fed, Jannet Yellen pada 18 September 2015. Yellen

menyebut berulang kali kata “Cina”. Cina memang sedang

mengalami perlemahan ekonomi. Perekonomian Cina

menjadi pemikiran bagi dampaknya terhadap perekonomian

AS.

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

dua negara raksasa

yang sedang ‘perang’

ekonomi, yaitu AS dan

Cina.

Itu 21-11-2015 Dan kalaupun

pandangan itu

disampaikan kepada

Presiden, kita

berharap Jokowi tak

menanggapinya.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berita bahwa adanya pendapat dari

Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan yang menyatakan

‘wewenang untuk memutuskan apakah seorang terpidana

mati narkoba akan segera dieksekusi atau tidak’. Sebagai

pembantu Presiden, bisa saja dia memberi saran tersebut.

Penulis berharap supaya Presiden tak menanggapi saran dari

Luhut.

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

wewenang untuk

memutuskan apakah

seorang terpidana mati

narkoba akan segera

dieksekusi atau tidak’.

Sebagai pembantu

Presiden, bisa saja dia

memberi saran tersebut.

Itu 12-12-2015 Pesta olahraga

terbesar se-Asia itu

akan digelar pada 18

Agustus – 2

September 2018 di

dua kota, Jakarta dan

Palembang.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 12 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan persiapan perhelatan Asian Games

yang akan diselenggarakan pada 18 Agustus – 2 September

2018 di Jakarta dan Palembang. Indonesia akan menjadi tuan

rumah Asian Games ke-18.

Penulis menegaskan bahwa Asian Games akan digelar di

Jakarta dan Palembang.

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Asian Games yang akan

diselenggarakan pada

18 Agustus – 2

September 2018 di

Jakarta dan Palembang.

Itu 18-12-2015 Karena itu, tak

mengherankan bila

ada yang

mengistilahkan saat

ini merupakan

eranya Yellen.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 18 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berakhirnya rezim suku bunga nol

persen pada Rabu 16 Desember 2015, Bank Sentral Amerika

Serikat (the Fed) menaikkan suku bunga 25 basis poin

menjadi 0,5 persen setelah delapan tahun terakhir

bertahankan di level hampir nol persen. Janet Yellen yang

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

sejarah baru bagi Bank

Sentral Amerika Serikat

ketika rezim suku

bunga nol persen pada

Rabu 16 Desember

2015 berakhir, the Fed

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merupakan Gubernur perempuan pertama Bank Sentral AS

yang menorehkan rezim tersebut. Dan hingga akhir 2016,

Fed Fund Rate bisa berkahir di level dua persen.

Penulis memuji kemampuan Yellen dalam menaikkan suku

bunga the Fed. Karena hal ini merupakan sejarah baru bagi

Bank Sentral Amerika Serikat.

menaikkan suku bunga

25 basis poin menjadi

0,5 persen.

Itu 30-12-2015 Di sisi lain, sikap

masyarakat yang

tidak terprovokasi

oleh kejadian itu dan

melapor ke

kepolisian patut

diapresiasi.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 30 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan adanya kasus penggunaan

sampul Alquran sebagai bahan baku pembuatan terompet

tahun baru yang beredar di sejumlah toko modern di Kendal,

Blora, Klaten, Demak, Pekalongan, Batang, dan Wonogiri.

Kasus ini diketahui setelah seorang warag yang juga tokoh

agama di kawasan Kebondalem, Kabupaten Kendal,

melaporkan temuan adanya terompet yang terbuat dari

sampul Alquran di salah satu minimarket di Kebondalem

pada hari Minggu, 27 Desember 2015.

Penulis mengapresiasi sikap masyrakat yang melaporkan

kasus tersebut ke polisi, sehingga tidak menimbulkan

provokasi pada tidak adanya sikap toleransi antarumat

beragama.

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

kejadian penggunaan

sampul Alquran sebagai

bahan baku pembuatan

terompet tahun baru

yang beredar di

sejumlah toko modern

di Kendal, Blora,

Klaten, Demak,

Pekalongan, Batang,

dan Wonogiri.

Tersebut 5-09-2015 Dari sisi ini saja,

sejatinya kita

memang tak

memerlukan kereta

cepat tersebut.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 5 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan wacana pembangunan kereta

super cepat (high speed train) oleh pemerintah. Namun,

kereta harus transit di beberapa stasiun hanya untuk jarak

Jakarta – Bandung, kereta tak mungkin jalan dengan

kecepatan maksimal.

Penulis ingin menyampaikan bahwa rakyat Indonesia saat ini

belum membutuhkan transportasi jenis itu.

‘tersebut’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

kereta supercepat (high

speed train).

Tersebut 7-09-2015 Maka, sangat wajar

jika publik dan

pengamat

mengkritisi langkah

dan tindakan

pimpinan DPR

tersebut.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk pada pembaca tanggal 7 September 2015 pada

pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan kehadiran ketua DPR RI Setya

Novanto dan wakilnya Fadli Zon dalam konferensi pers calon

presiden AS, Donald Trump di Amerika Serikat tanggal 3

September 2015.

Penulis ingin menyampaikan bahwa hendaknya pimpinan

DPR mendengar suara rakyat yang mulai mengkritik

tindakannya yang tak etis itu.

‘tersebut’ merujuk pada

ketua DPR RI Setya

Novanto dan Ketua

DPR RI Fadli Zon yang

menghadiri konferensi

pers Donald Trump di

Amerika Serikat.

Tersebut 17-09-2015 Jaminan dari pihak

keamanan untuk

melindungi

pelaksanaan kurban

di wilayah tersebut

menjadi harapan

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 17 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan pembakaran masjid di Tolikara

membuat warga di sana merasa cemas untuk menjalani

ibadah Idul Adha.

Penulis menyampaikan harapannya supaya pihak keamanan

‘tersebut’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Tolikara, Papua, yang

mana daerah itu

terdapat masjid yang

diduga dibakar oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

besar untuk bisa

menjadi kenyataan.

benar-benar melindungi masyarakat di Tolikara dari bahaya

serupa.

umat gereja GIDI.

Tersebut 16-10-2015 Sektor-sektor pada

paket tersebut

disederhanakan dan

disesuaikan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 16 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan berita sampai bulan Oktober 2015 ini

sudah mengeluarkan empat paket kebijakan untuk perbaikan

ekonomi Indonesia. Paket I, merombak aturan deregulasi.

Paket II, langkah prioritas pemerintah untuk pebisnis. Pekat

III, untuk dukungan terhadap daya beli masyarakat dan

gairah sektor keuangan. Dan paket IV, tentang paket

kebijakan ekonomi.

Penulis menekankan bagian paket jilid II bahwa pemerintah

mulai mengambil langkah priorotas.

‘tersebut’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

paket yang dikeluarkan

pemerintah. Paket II,

langkah prioritas

pemerintah untuk

pebisnis.

Tersebut 3-11-2015 Pemerintah

seharusnya

mempunyai jalan

keluar yang terbaik

supaya hal tersebut

tidak terulang.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan adanya pemberitaan bahwa

sebelum tahun 2015 pun, masyarakat sudah mengeluhkan

harga beras yang cenderung tinggi.

Penulis memberi masukan pada pemerintah supaya memiliki

jalan keluar agar masalah tersebut tidak terjadi berlama-lama.

‘tersebut’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

permasalahan

masyarakat sudah

mengeluhkan harga

beras yang cenderung

tinggi dalam beberapa

tahun terakhir.

Tersebut 11-11-2015 Hingga saat ini,

bantahan yang

disampaikan Menteri

Luar Negeri

Republik Indonesia

Retno LP Marsudi

belum menjadi

jawaban akhir atas

kontroversi

tersebut.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 11 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan adanya kontroversi kehadiran

lembaga lobi yang membantu kunjungan Presiden Republik

Indonesia Joko Widodo ke Amerika Serikat menurut

undangan pada 10 November 2015.

Penulis menegaskan bahwa Menteri Luar Negeri Retno LP

sudah menerima undangan tersebut, namun tindak lanjutnya

tidak dengan meminta bantuan dari lembaga lobi.

‘tersebut’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

kontroversi kehadiran

lembaga lobi yang

membantu kunjungan

Presiden Republik

Indonesia Joko Widodo

ke Amerika Serikat

menurut undangan pada

10 November 2015.

Tersebut 16-10-2015 Tak mengherankan

jika akibat serangan

tersebut,

masyarakat Muslim

di Prancis kembali

ketakutan setelah

sebelumnya kerap

menjadi sasaran

kemarahan

masyarakat akibat

penyerangan

kelompok teroris

terhadap kantor

majalah Charlie

Hebdo dan

supermarket Yahudi

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 16 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peristiwa pengemboman yang

terjadi di Paris, Prancis pada Jumat, 13 November 2015

malam waktu setempat. Selama beberapa saat, terdengar

rentetan suara tembakan jenis AK-47 dan ledakan di enam

bagian kota, yaitu, Rue de Charonne, Bulecard Voltaire,

Bataclan Theater, Rue Fontaie du Roi, dan Le Petit

Cambodge. Ratusan orang luka dan tewas akibat kejadian itu.

Diduga tersangka pengemboman adalah ISIS. Isis tersebut

biasanya membawa-bawa nama Islam. Masyarakat menilai

bahwa kaum Islam yang turut bertanggung jawab atas setiap

aksi teror di Prancis. Sebelum peristiwa ini, telah terjadi teror

juga di kantor majalah Charlie Hebdo dan supermarket

Yahudi di Paris pada awal tahun 2015.

‘tersebut’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

peristiwa

pengemboman yang

terjadi di Paris, Prancis

pada Jumat, 13

November 2015 malam

waktu setempat. Selama

beberapa saat, terdengar

rentetan suara tembakan

jenis AK-47 dan

ledakan di enam bagian

kota, yaitu, Rue de

Charonne, Bulecard

Voltaire, Bataclan

Theater, Rue Fontaie du

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

di Paris, pada awal

tahun ini.

Roi, dan Le Petit

Cambodge.

Tersebut 31-12-2015 Banyak pula

kejadian positif yang

membesarkan hati

bangsa ini pada

tahun tersebut.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 31 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan momen pergantian tahun 2015

menuju tahun 2016.

Penulis menyampaikan bahwa di tahun 2015 sudah banyak

kejadian positif yang membuat bangsa Indonesia cukup

berbangga, seperti padamnya kabut asap di Sumatera dan

Kalimantan, menteri yang dengan besar hati bersedia

mengundurkan diri karena merasa tidak dapat memenuhi

tanggung jawabnya, dan lain-lain.

‘tersebut’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

tahun 2015.

Begitu 28-09-2015 Meski begitu, masih

ada tugas berat yang

harus dituntaskan

PPIH di Arab Saudi.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 28 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan apresiasi yang patut diberikan

kepada PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) yang telah

bersikeras melayani 155.200 jamaah haji. Bukan hal mudah

melayani jamaah sebanyak itu selama 40 hari.

‘begitu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

apresiasi yang patut

diberikan pada PPIH

(Panitia Penyelenggara

Ibadah Haji) yang telah

bersikeras melayani

155.200 jamaah haji.

Begitu 7-11-2015 Dengan begitu,

mereka bisa

memahami dan

mengambil tindakan

jika terjadi kasus di

lapangan.

Tuturan ini disampaikan oleh redaski Republika di rubrik

tajuk tanggal 7 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan keluarnya Surat Edaran Kapolri No

SE/6/X/2015 tanggal 8 Oktober 2015 tentang Penanggungan

Ujaran Kebencian. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti

mengungkapkan bahwa jajaran Polri terutama di bawah perlu

punya panduan bagaimana menangani kasus ujaran

kebencian supaya Polri bisa paham dan mengambil tindakan

yang tepat jik ada kasus kebencian di lapangan.

‘begitu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

ungkapan Kapolri

Jenderal Badrodin Haiti

bahwa jajaran Polri

terutama di bawah perlu

punya panduan

bagaimana menangani

kasus ujaran kebencian.

Begitu 18-11-2015 Dengan begitu,

pemerintah akan

memperoleh

pendapatan dari

pajak lain sejalan

dengan tumbuhnya

ekonomi.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 18 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kebijakan pemangkasan pajak

penghasilan (PPh) 21 yang akan dikeluarkan pemerintah.

Menko Perekonomian Perekonomian Darmin Nasution,

rencana pemangkasan PPh 21 merupakan bagian dari paket

kebijakan VII yang menyangkut insentif PPh 21 untuk

karyawan, pertanian, dan investasi.

Penulis berharap agar kebijakan tersebut segera

direalisasikan supaya daya beli masyarakat yang baik akan

membuat ekonomi bisa bergerak.

‘begitu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

kebijakan pemangkasan

pajak PPh 21 tersebut

segera direalisasikan

supaya daya beli

masyarakat yang baik

akan membuat ekonomi

bisa bergerak.

Begitu 4-12-2015 Kendati begitu,

pemerintah berupaya

keras untuk menekan

selisih antara

realisasi dan target

penerimaan pajak itu

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 4 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait prediksi pemerintah bahwa realisasi pajak

tahun 2015 mencapai 80 – 82 persen dari target. Maka, tren

shortfall yang terjadi sekitar Rp 224,04 triliun hingga 246,94

triliun.

‘begitu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

tren shortfall pajak

yang nampaknya akan

terus terjadi hingga

akhir tahun 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

agar tak kian

melebar. Penulis menegaskan bahwa pemerintah memprediksi jika

tren shortfall pajak yang nampaknya akan terus terjadi

hingga akhir tahun 2015.

Di situ 12-11-2015 Bila kita mencermati

angka ramalan yang

disampaikan BPS

dalam jumpa pers

pekan lalu,

sebenarnya tidak ada

yang keliru di situ.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 12 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan perdebatan antara Wapres Jusuf

Kalla dengan BPS mengenai kenaikan produksi padi tahun

2015 dianggap sulit dipertanggung jawabkan. Pada 2

November 2015, BPS menggelar konferensi pers terkait

produksi padi di kantor BPS, Jakarta. Kepala BPS, Suryamin

mengungkapkan, produksi padi tahun ini diperkirakan naik

5,85 persen atau 4,15 juta ton menjadi 74,99 juta ton gabah

kering giling. Angka itu belum memperhitungkan El Nino di

September – Oktober 2015 dan baru memperhitungkan Mei –

Agustus 2015.

Penulis mengganggap bahwa ungkapan kepala BPS tersebut

sudah benar.

‘di situ’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

ungkapan Kepala BPS

saat konferensi pers 2

November 2015 di

kantor BPS, Jakarta.

Kepala BPS, Suryamin

mengungkapkan,

produksi padi tahun ini

diperkirakan naik 5,85

persen atau 4,15 juta

ton menjadi 74,99 juta

ton gabah kering giling.

Angka itu belum

memperhitungkan El

Nino di September –

Oktober 2015 dan baru

memperhitungkan Mei

– Agustus 2015.

Di situ 19-11-2015 Ada nama Ketua

DPR Setya Novanto

dan ada nama

Menko Polhukam

Luhut Binsar

Pandjaitan di situ.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 19 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kasus pencatutan nama Presiden

Jokowi untuk meminta bagian saham PT Freeport yang

diduga tersangkut juga nama Ketua DPR RI Setya Novanto

dan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan. Menteri

ESDM Sudirman Said telah menyerahkan transkrip

percakapan dan rekaman suara percakapan yang diduga

melibatkan nama-nama tersebut. Setelah itu giliran Majels

Kehormatan Dewan untuk mengecek semua bukti dengan

objektif.

Penulis berharap supaya MKD dapat bekerja secara bersih

dari kepentingan politik walaupun kelembagaan MKD

sendiri dipilih melalui partai politik.

‘di situ’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

kasus pencatutan nama

Presiden Jokowi untuk

meminta bagian saham

PT Freeport.

Katafora

Persona -nya 1-09-2015 Negara Merlion ini

juga harus

kehilangan figur

bapak bangsanya,

Lee Kuan Yew, yang

wafat pertengahan

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 September 2015 kepada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan permasalahan ekonomi yang

dihadapi negara Singapura. Selain itu, bapak bangsa, Lee

Kuan Yew meninggal dunia saat negara ini sedang dilanda

permasalahan ekonomi.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

bapak bangsa negara

Singapura, yaitu Lee

Kuan Yew.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Maret lalu. Penulis menggunakan kalimat pernyataan karena tujuaan

untuk menginformasikan pada pembaca.

-nya 18-09-2015 Remaja SMA

McArthur, Irving itu

sempat diborgol, tak

boleh menghubungi

orang tuanya selama

interogasi, dan

berkali-kali pihak

penyidik

menyindirnya

dengan nama

belakangnya:

Mohamed.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 18 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan berita tentang remaja SMA

McArthur, Irving yang diduga tersangka pembuat bom

dengan jam rakitannya, padahal jam itu bukanlah sebuah

bom.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Mohamed. Nama

belakang Ahmed.

-nya 21-10-2015 Dalam kaitan

tersebut, kami

menyambut

keputusannya MK

yang menyatakan

penyelenggaraan

ibadah haji perlu

dikelola secara

profesional dan

akuntabel.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 21 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan sambutan yang diberikan oleh

redaksi Republika dengan adanya keputusan MK (Mahkamah

Konstitusi) tentang penyelenggaraan ibadah haji.

Penulis menyampaikan bahwa yang diperlu difokuskan dari

penyelenggaraan haji adalah manajemen yang profesional

dan akuntabel demi pelayaan terbaik.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

MK (Mahkamah

Konstitusi).

-nya 17-11-2015 Keduanya adalah

Menko Polhukam

Luhut Pandjaitan

dan Juru Bicara

Kemenlu

Arrmanatha Nasir.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 17 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan persoalan ketegangan batas

wilayah di Laut Cina Selatan yang juga mengusik Indonesia.

Menko Polhukam Luhut Pandjaitan dan Juru Bicara Kemenlu

Arrmanatha Nasir turut mengeluarkan pernyataan cukup

keras soal batas wilayah ini.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Menko Polhukam

Luhut Pandjaitan dan

Juru Bicara Kemenlu

Arrmanatha Nasir.

-nya 11-12-2015 Dalam kata

sambutannya,

Presiden Joko

Widodo menegaskan

bahwa korupsi jelas

merugikan keuangan

negara.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 11 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan penyelenggaraan pilkada pada 9

Desember 2015 yang digelar serentak di 264 daerah depalan

di antaranya adalah pikada din tingkat provinsi, sisanya di

kabupaten/kota. Sehari setelah gelaran pilkada, warga dunia

merayakan Hari Antikorupsi Internasional. Di Indonesia,

peringatan Hari Antikorupsi ini dipusatkan di Gedung

Sabuga, Bandung, Jawa Barat. Presiden Jokowi memberi

sambutan dengan penyampaikan bahwa korupsi adalah

tindakan yang merugikan negara.

‘-nya’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Presiden Joko Widodo.

Mereka

Persona ketiga Kami 8-09-2015 Pertama, “kami” Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik ‘kami’ pada kalimat √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(jamak: P1 +

P3)

(Trump, Novanto,

dkk), “untuk AS”,

dan bagian di mana

Novanto menjawab

“Yes”.

tajuk tanggal 8 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan ungkapan Donald Trump, calon

Presiden AS saat melakukan konferensi pers di Amerika

Serikat dengan dihadiri ketua DPR RI Setya Novanto dan

wakilnya Fadli Zon. Trump mengungkapkan “Kami akan

membuat banyak hal hebat untuk kejayaan Amerika Serikat”.

Penulis mencoba menegaskan arti kata “kami” dengan

membuat tulisan tersebut di tajuk.

tersebut merujuk pada

Trump, Novanto, dkk.

Bukan

Persona

Ini

Itu 2-09-2015 Pekerja, baik itu

buruh maupun

pegawai profesional,

menjadi korban dari

setiap perlambatan

ekonomi.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 September 2015.

Tulisan ini berkaitan dengan PHK (Pemutusan Hubungan

Kerja) yang sedang terjadi di Indonesia tahun 2015.

Penulis ingin memberi penguatan terhadap berita yang demo

buruh pada tanggal 1 September 2015.

Penulis ingin menyampaikan pada pemerintah agar

memanfaatkan pasar dalam negeri supaya buruh tidak lagi

kerap menjadi korban PHK.

‘itu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

buruh maupun pegawai

profesional.

Yakni 3-09-2015 Angka ini jauh di

atas ambang bahaya,

yakni 350.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan peristiwa kabut asap yang

melanda Indonesia khususnya pulau Sumatera dan

Kalimantan. Sampai tulisan ini dibuat, kabut asap belum reda

juga.

Penulis ingin menginformasikan bahwa kabut asap sudah

mencapai angka bahaya.

Penulis menyindir pemerintah supaya lekas mempunyai

langkah tegas untuk menangani kasus ini.

‘yakni’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

rentangan angka

penunjukkan indeks

kualitas udara, yaitu

350 di atas ambang

bahaya.

Yakni 1-10-2015 Di sisi lain, anak

keturunan para

korban PKI juga

menuntut, yakni

menuntut

pemerintah meminta

maaf kepada para

korban PKI.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 1 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan peringatan peristiwa G-30-S/PKI

tahun 2015. Para keturunan tokoh PKI menuntut pemerintah

untuk bertanggung jawab dan meminta maaf kepada PKI atas

peristiwa G-30-S/PKI.

Penulis menyampaikan aspirasi korban PKI supaya

pemerintah meminta maaf pada mereka.

‘yakni’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

tunturan keturunan

korban supaya

pemerintah meminta

maaf kepada para

korban PKI.

Yakni 15-10-2015 Hingga saat ini,

penggunaan

kalender Hijriyah

masih menyisakan

persoalan perbedaan

hari raya bagi umat

Islam, yakni Idul

Fitri dan Idul Adha.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 15 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan penentuan kalender Hijriyah

bagi umat muslim yang didasarkan pada hijrahnya Rasulullah

SAW dari Makkah ke Madinah. Selanjutnya perhitungan

waktu kalender Hijriah dilakukan dengan mengamati

perputaran bulan mengelilingi bumi. Di Indonesia, penentuan

tanggal hari raya Idul Fitri dan Idul Adha kerap mengalami

perbedaan.

‘yakni’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Idul Fitri dan Idul

Adha.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Yakni 19-10-2015 Menurut dia,

dampak menghriup

asap baru akan

terasa dalam jangka

panjang, yakni 5 –

10 tahun mendatang.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 19 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan ujaran Rektor Universitas

Pancasila Wahono Sumaryono, agar masyarakat yang

menjadi korban asap dari kebakaran hutan dan lahan di

Sumatera dan Kalimantan perlu diperiksa kesehatan secara

saksama karena asap tersebut bisa menjadi pemicu kanker.

Dampak pada kesehatan akan dirasa dalam jangka 5 – 10

tahun mendatang.

‘yakni’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

kalimat ‘5 – 10 tahun

mendatang’.

Yakni 2-11-2015 Sebagaimana pesan

yang disampaikan

ketua umum baru

seusai didaulat

memimpin KOI,

Erick Thohir

mengatakan, fokus

KOI harus segera

beralih ke persiapan

dua ajang besar

olahraga

internasional, yakni

Olimpiade Brasil

2016 dan Asian

Games 2018 di

Indonesia.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 2 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan akan segera diselenggarakannya

ajang olahraga Internasional, yaitu Olimpiade Brasil 2016

dan Asian Games 2018 di Indonesia. Pemimpin baru Komite

Olimpiade Indonesia (KOI) baru saja terpilih untuk periode

2015 – 2019, Erick Thohir.

‘yakni’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

Olimpiade Brasil 2016

dan Asian Games 2018

di Indonesia.

Yakni 3-11-2015 Hujan yang lama

tidak turun juga

menimbulkan

ancaman lain, yakni

krisis pangan,

terutama terkait

dengan produksi

beras.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 3 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan musim panas yang berkepanjangan

di Indonesia tahun 2015 mengakibatkan ancaman krisis

pangan, yaitu padi yang tidak membuahkan hasil dengan

maksimal. Sehingga pemerintah harus mengimpor beras dari

Vietnam.

‘yakni’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

ancaman krisis pangan,

terutama dengan

produksi beras.

Yakni 24-11-2015 Rapat belum berani

masuk ke substansi

laporan itu, yakni

dugaan pencatutan

nama Presiden Joko

Widodo dan Wapres

Jusuf Kalla untuk

perpanjangan

kontrak Freeport

Indonesia dan juga

dugaan meminta

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 24 November 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kasus pencatutan nama Presiden

dan Wakil Presiden untuk perpanjangan kontrak PT Freeport.

Penulis menegaskan bahwa hasil rapat pleno MKD belum

menghasilkan apa pun karena tak membahas bukti yang

diserahkan Kementerian ESDM terkait kasus tersebut.

‘yakni’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

dugaan pencatutan

nama Presiden Joko

Widodo dan Wapres

Jusuf Kalla untuk

perpanjangan kontrak

Freeport Indonesia dan

juga dugaan meminta

saham atas nama

keduanya oleh Ketua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

saham atas nama

keduanya oleh Ketua

DPR Setya Novanto.

DPR Setya Novanto.

Yakni 9-12-2015 Hanya dua provinsi

yang tak ikut serta

perhelatan yang

pertama kali

dilaksanakan ini,

yakni DKI Jakarta

dan Aceh.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 9 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini berkaitan dengan penyelenggaraan pilkada

serentak pada 9 Desember 2015. Tahapan pemilihan

bersamaan untuk 269 kepala daerah; 9 tingkat provinsi,30

tingkat kota, dan 224 tingkat kabupaten.

Penulis menegaskan bahwa terdapat dua provinsi yang tak

mengikuti pilkada serentak, yaitu DKI Jakarta dan Aceh.

‘yakni’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

DKI Jakarta dan Aceh

(dua provinsi yang

tidak mengikuti pilkada

serentak).

Yakni 14-12-2015 Berdasarkan hasil

penghitungan

sementara, empat

kandidat perempuan

dipastikan terpilih

dan akan duduk di

tiga dewan kota,

yakni dua orang di

Kegubernuran Ihsaa,

lalu masing-masing

satu orang di

Tobouk dan

Makkah.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 14 Desember 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan berakhirnya masa otoriter di Saudi

Arabia dengan diselenggarakannya pemilu legislatif tingkat

kota dengan mengikutsertakan pemilih dan kandidat

perempuan. Empat kandidat perempuan yang terpilih akan

menduduki jabatan di Kegubernuran Ihsaa dan lainnya akan

menduduki jabatan di Tobouk dan Makkah.

Penulis menyampaikan hasil perhitungan sementara

pemilihan legislatif di Saudi.

‘yakni’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

dua orang di

Kegubernuran Ihsaa,

lalu masing-masing satu

orang di Tobouk dan

Makkah.

Yaitu 14-09-2015 Terakhir, nama PKS

kembali dikaitkan

dengan urusan

hukum, yaitu ketika

kadernya, Gubernur

Sumatera Utara

Gatot PujoNugroho,

resmi dijadikan

tersangka korupsi

dana bantuan sosial

oleh KPK.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 14 September 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan munas ke-4 yang akan dijalankan

PKS dari 14 – 15 September 2015.

Penulis memberikan contoh pasang surut parta PKS, misal

dengan beberapa kadernya terjerat kasus korupsi.

‘yaitu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

ketika kadernya,

Gubernur Sumatera

Utara Gatot

PujoNugroho, resmi

dijadikan tersangka

korupsi dana bantuan

sosial oleh KPK.

Yaitu 27-10-2015 Tolok ukurnya jelas,

yaitu arus investasi

dari AS ke Indonesia

harus bertambah

besar, baik itu

investasi riil maupun

portofolio.

Tuturan ini disampaikan oleh redaksi Republika di rubrik

tajuk tanggal 27 Oktober 2015 pada pembaca.

Tulisan ini terkait dengan kunjungan Presiden Jokowi ke

Amerika Serikat yang akan diterima oleh Barack Obama di

Gedung Putih pada Senin, 3 November 2015. Misi utama

kunjungan tersebut adalah soal ekonomi, yakni bagaimana

memancing lebih banyak korporasi AS menanamkan

modalnya yang riil ke Indonesia.

‘yaitu’ pada kalimat

tersebut merujuk pada

kalimat ‘arus investasi

dari AS ke Indonesia

harus bertambah besar,

baik itu investasi riil

maupun portofolio’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Elisabet Ani Ayu Senjaya lahir di Bantul,

Yogyakarta, tanggal 9 Juli 1994. Dia mengawali

pendidikan formalnya di Taman Kanak-kanak

Indriasana, Bantul, Yogyakarta pada tahun 2000.

Kemudian dia melanjutkan pendidikan tingkat sekolah

dasar di SD Kanisius Pijenan pada tahun 2001—2007.

Setelah itu, dia melanjutkan studinya di SMP Negeri 1

Pandak, Bantul, Yogyakarta dan tamat pada tahun 2009. Pendidikan tingkat

menengah atas ditempuhnya di SMA Negeri 3 Bantul, Yogyakarta pada tahun

2010—2012. Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, dia

melanjutkan studinya di perguruan tinggi di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Masa

pendidikan S1 berakhir pada tahun 2016 dengan menyelesaikan skripsi yang

berjudul Fenomena Deiksis pada Rubrik Tajuk di Harian Republika Edisi

September—Desember 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI