ekonomi kreatif: rencana pengembangan televisi \u0026 radio nasional 2015-2019

142
RENCANA PENGEMBANGAN TV & RADIO NASIONAL 2015-2019

Upload: unpad

Post on 09-Dec-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

17

RE

NC

AN

A P

EN

GE

MB

AN

GA

N T

V &

RA

DIO

NA

SIO

NA

L 2015

-2019

RENCANA PENGEMBANGAN

TV & RADIO NASIONAL

2015-2019

i

RENCANA PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO NASIONAL 2015-2019

iv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Edwina Triwibowo

Wawan Dhewanto

PT. REPUBLIK SOLUSI

v

Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif:

PenasihatMari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RISapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI

Pengarah Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal KemenparekrafHarry Waluyo, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEKCokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan

Penanggung Jawab Poppy Safitri, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEKM. Iqbal Alamsjah, Direktur Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis MediaSagit Suwidhi, Kepala Seksi Karya Kreatif Audio

Tim Studi Edwina TriwibowoWawan Dhewanto

ISBN978-602-72387-5-6

Tim DesainRURU Corps (www.rurucorps.com)Rendi Iken Satriyana DharmaSari Kusmaranti SubagiyoYosifinah Rachman

PenerbitPT. Republik Solusi

Cetakan Pertama, Maret 2015Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan caraapapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

RENCANA PENGEMBANGANTELEVISI DAN RADIO NASIONAL 2015-2019

vi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Abie BesmanAgnes WidyantiArie Ardianto (DJ Arie)Bowo UsodoDadang Rahmat HidayatDanang SanggabuwanaDini Aryanti PutriErina HC TobingGantama F GandjarGebyar Ahadiakbar GGita AndrianiHarsya SubandrioHasudungan SilalahiHelmy YahyaIqbal RamadhanIrman MeilandiKalamullah RamliMarcellus ArdiwinataPrasetyo WibowoPrita PrawirohardjoRonni SuyantoSyaharuddinTheodora RosaWoro WidyastutiYogi Hartarto

Terima Kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD)

vii

Kata Pengantar

Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup.

Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial.

Televisi dan radio sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, dapat didefinisikan secara terpisah, yaitu televisi yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan, serta radio yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Saat ini masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan industri kuliner di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.

Dalam upaya melakukan pengembangan konten televisi dan radio di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap ekosistem televisi dan radio yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

viii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009, di mana televisi dan radio merupakan salah satu bagian dalam industri kreatif. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data, informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Discussion Group (FGD) dengan semua pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif, dan komunitas industri televisi dan radio secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci pemahaman mengenai konten televisi dan radio dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam percepatan pengembangan konten televisi dan radio lima tahun mendatang. Dengan demikian, masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan konten televisi dan radio selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, menciptakan konten televisi dan radio yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.

Salam Kreatif

Mari Elka Pangestu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

ix

Daftar Isi

Kata Pengantar vii

Daftar Isi xi

Daftar Gambar xiii

Daftar Tabel xv

Ringkasan Eksekutif xvi

BAB 1 PERKEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO DI INDONESIA 1

1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio 2

1.1.1 Definisi Televisi dan Radio 2

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Televisi dan Radio 4

1.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio 8

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Dunia 8

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Indonesia 14

BAB 2 EKOSISTEM & RUANG LINGKUP INDUSTRI TELEVISI DAN RADIO INDONESIA 25

2.1 Ekosistem Televisi dan Radio 26

2.1.1 Definisi Ekosistem Televisi dan Radio 26

2.1.2 Peta Ekosistem Televisi dan Radio 29

2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio 44

2.2.1 Peta IndustriTelevisi dan Radio 44

2.2.2 Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio 50

2.2.3 Model Bisnis di Industri Televisi dan Radio 52

BAB 3 KONDISI UMUM TELEVISI DAN RADIO DI INDONESIA 57

3.1 Kontribusi Ekonomi Televisi dan Radio 58

3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB) 60

3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan 61

x Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan 62

3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga 63

3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor 64

3.2 Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio 66

3.3 Struktur Pasar Televisi dan Radio 68

3.3.1 Televisi 68

3.3.2 Radio 74

3.4 Daya Saing Televisi dan Radio 77

3.5 Potensi dan Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan Radio 77

BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO INDONESIA 81

4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019 82

4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio 83

4.2.1 Visi Pengembangan Televisi dan Radio 84

4.2.2 Misi Pengembangan Televisi dan Radio 84

4.2.3 Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio 85

4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Televisi dan Radio 85

4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio 87

4.4.1 Arah Kebijakan sumber daya manusia kreatif di industri Televisi dan Radio yang

mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing 88

4.4.2 Arah Kebijakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya

budaya bagi industri Televisi dan Radio Indonesia secara berkelanjutan 88

4.4.3 Arah Kebijakan industri Televisidan Radio yang berkualitas dan berdaya saing

secara berkelanjutan 88

4.4.4 Arah Kebijakan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif 88

4.4.5 Arah Kebijakan perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan

berkelanjutan 88

4.4.6 Arah Kebijakan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan

kompetitif 88

4.4.7 Arah Kebijakan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas

dalam pengembangan industri Televisi dan Radio Indonesia 89

4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Televisi dan Radio 89

xi

4.5.1 Mendorong dan memfasilitasi peningkatan jumlah lembaga pendidikan ilmu

komunikasi di setiap provinsi di Indonesia 89

4.5.2 Mendorong peningkatan standar mutu lembaga pendidikan ilmu komunikasi yang

sudah ada di Indonesia 89

4.5.3 Mendorong peningkatan jumlah sebaran lembaga sertifikasi media yang diakui

secara nasional/dan internasional di setiap provinsi di Indonesia 89

4.5.4 Menegaskan kewajiban penetapan kode etik profesi di tingkat nasional dan global

dalam dunia usaha 89

4.5.5 Memberikan jaminan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri

televisi dan radio 90

4.5.6 Memfasilitasi penelitian untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sumber daya

budaya lokal yang merupakan inspirasi dalam pengembangan konten kreatif televisi dan

radio 90

4.5.7 Mengembangkan sistem pengarsipan (fisik dan nonfisik) terkait penelitian dan

informasi sumber daya budaya Indonesia sebagai bahan sumber inspirasi konten lokal

televisi dan radio 90

4.5.8 Mendorong pengembangan tingkat profesionalisme wirausaha kreatif di bidang

Televisidan Radio 90

4.5.9 Mengembangkan ragam serta meningkatkan kualitas standar usaha kreatif nasional

di bidang Televisidan Radio 90

4.5.10 Mendorong pengembangan konten karya kreatif yang berkualitas dengan

menghadirkan unsur-unsur lokal Indonesia melalui ajang penghargaan bergengsi dan

festival 90

4.5.11 Memfasilitasi program pembiayaan untuk industri televisi dan radio pemula di

tingkat lokal 90

4.5.12 Mendukung pembentukan bank data konten kreatif televisi dan radio di Indonesia

yang dapat diakses secara global sebagai salah satu fungsi wadah pengarsipan 91

4.5.13 Memfasilitasi program Bimbingan Peningkatan Standar Mutu untuk skala Pasar

global 91

4.5.14 Memfasilitasi penyebaran konten kratif lokal melalui bursa konten acara

internasional 91

4.5.15 Mendorong usaha peningkatan jangkauan siaran televisi serta kualitas jaringan

penyiaran televisi dan radio di Indonesia 91

xii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

4.5.16 Mendukung adanya kebijakan subsidi kebutuhan fasilitas pengadaan penyiaran

dan pemrograman 91

4.5.17 Mendorong terjalinnya kerjasama antara industri Televisi dan radio dengan

pengembang perangkat lunak pemrograman dan penyiaran 91

4.5.18 Mendorong terciptanya penyempurnaan kebijakan terkait penyiaran yang bisa

mendukung iklim lingkungan bisnis televisi dan radio menjadi lebih kondusif 91

4.5.19 Memfasilitasi pembentukan lembaga milik pemerintah yang secara aktif

mendukung penciptaan konten Televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing 91

4.5.20 Mengaktifkan kembali dan memfasilitasi asosiasi keprofesian media untuk

berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun global 92

4.5.21 Memfasilitasi keikutsertaan konten kreatif Televisi dan Radio dengan memberikan

subsidi atau sponsorship bagi konten kreatif yang mampu ikut serta dalam festival dan

even internasional 92

4.5.22 Memberikan penghargaan bagi konten kreatif lokal maupun usaha kreatif secara

berkala 92

4.5.23 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif karya Indonesia 92

4.5.24 Memfasilitasi pengarsipan di bidang Televisi dan Radio yang dapat memperkaya

proses pengembangan konten acara kreatif 92

BAB 5 PENUTUP 95

5.1 Kesimpulan 96

5.2 Saran 97

LAMPIRAN 101

xiii

Daftar Gambar

Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup Konten Televisi dan Rating Penonton 7

Gambar 1 - 2 Ruang Lingkup Substansi Radiodan Rating Penonton 7

Gambar 1 - 3 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia 22

Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Televisi dan Radio 28

Gambar 2 - 2 Ruang Lingkup Televisi 29

Gambar 2 - 3 Ruang Lingkup Radio 29

Gambar 2 - 4 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio 30

Gambar 2 - 5 Rantai Nilai Produksi Subsektor Televisi dan Radio 32

Gambar 2 - 6 Rantai Nilai Distribusi Subsektor Televisi dan Radio 36

Gambar 2 - 7 Rantai Nilai Penyiaran Subsektor Televisi dan Radio 37

Gambar 2 - 8 Peta Pasar 38

Gambar 2 - 9 Peta Apresiasi Subsektor Konten Televisi dan Radio 39

Gambar 2 - 10 Peta Studi Subsektor Konten Televisi dan Radio 41

Gambar 2 - 11 Peta Pengarsipan Subsektor Konten Televisi dan Radio 43

Gambar 2 - 12 Peta Industri Subsektor Televisi 45

Gambar 2 - 13 Peta Industri Subsektor Radio 46

Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap Total Produk Domestik Bruto Industri Kreatif

(BPS, 2013) 60

Gambar 3 - 2 Kontribusi Terhadap Total Tenaga Kerja Industri Kreatif (BPS, 2013) 61

Gambar 3 - 3 Kontribusi Terhadap Total Unit Usaha Bruto Industri Kreatif (BPS, 2013) 62

Gambar 3 - 4 Kontribusi Terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga (BPS, 2013) 63

Gambar 3 - 5 Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio (BPS, 2013) 64

Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS,

2010-2013) 65

xiv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Gambar 3 - 7 Perkembangan Stasiun Televisi Nasional (Wikipedia, 2011) 68

Gambar 3 - 8 Radio Market Competitiveness dan Concentration (Nastiti, 2011) 75

Gambar 3 - 9 Proporsi Penikmat Media Elektronik dan Cetak (Menkominfo, 2011) 76

Gambar 3 - 10 Diagram Daya Saing Televisi dan Radio 77

Gambar 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Televisi dan Radio 2015-2019 83

xv

Daftar Tabel

Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Televisi dan Radio 2010-2013 58

Tabel 3 - 2 Tabel Kebijakan Subsektor Televisi dan Radio 66

Tabel 3 - 3 Daftar Stasiun Televisi Jaringan 69

Tabel 3 - 4 Daftar Stasiun Televisi Berlangganan 70

Tabel 3 - 5 Market Share Stasiun Televisi Jaringan 71

Tabel 3 - 6 Daftar 5 Acara dengan Rating Tertinggi 72

Tabel 3 - 7 Daftar Hak Siar Ekslusif Siaran Olahraga 73

Tabel 3 - 8 Market Share Industri Radio di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar 74

Tabel 3 - 9 Potensi Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan Radio 77

xvi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Pergeseran makna dari televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia. Pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan definisi dan ruang lingkupsebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas. Secara umum, cakupan definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan dengan konten acara televisi dan radio.

Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif, maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan radio terhadap kondisi ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari industri kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang sudah maju dan berdaya saing, dan kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi di Indonesia. Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan kondisi aktual dari subsektor televisi dan radio dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari industri kreatif subsektor televisi dan radio sehingga dapat berkembang dengan baik, dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi dalam mengembangkan industri kreatif subsektor televisi dan radio di Indonesia.

Ekosistem televisi dan radiomerupakan sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai tersebut. Peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk televisi dan radio.

Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi ekonomi televisi dan radio, nilai yang ada pada data BPS tersebut dihitung berdasarkan data Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009. Visi, misi, tujuan dan, sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan jangka menengahtelevisi dan radio pada periode 2015-2019. Poin-poin tersebut menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi atau lembaga terkait secara terarah dan terukur yang dijabarkan pada Bab 4 Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia.

Ringkasan Eksekutif

xvii

KEKUATAN BARU INDONESIA MENUJU 2025

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

AR

SIT

EK

TU

R 2

015-2

019

RENCANA AKSIJANGKA MENENGAH

ARSITEKTUR2015-2019

04 05

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

KE

RA

JIN

AN

2015

-2019

06

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

KU

LIN

ER

2015

-2019

14

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

SE

NI P

ER

TU

NJ

UK

AN

2015

-2019

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

SE

NI R

UP

A 2

015-2

019

15 16

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

TE

KN

OL

OG

I INF

OR

MA

SI 2

015-2

019

17

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

TV

& R

AD

IO 2

015-2

019

18

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

VID

EO

2015

-2019

12

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

PE

RIK

LA

NA

N 2

015-2

019

11

RENCANA AKSIJANGKA MENENGAH

PERFILMAN2015-2019

10

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

PE

NE

RB

ITAN

2015

-2019

09

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

PE

NE

LIT

IAN

& P

EN

GE

MB

AN

GA

N 2

015-2

019

08

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

MU

SIK

2015

-2019

C

M

Y

CM

MY

CY

CMY

K

COVER RPJP.pdf 1 9/12/14 1:56 PM

C

M

Y

CM

MY

CY

CMY

K

COVER RPJM.pdf 1 9/12/14 1:56 PM

““If you fail to plan, you are planning to fail.

Benjamin Franklin

BAB 1 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

2 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kegiatan kreatif televisi dan radio, maka perlu dipelajari definisi televisi dan radio menurut beberapa ahli di dunia serta bagaimana perkembangan dari definisi-definisi tersebut untuk melihat adanya perubahan makna baik menyempit maupun meluas. Pergeseran makna dari definisi televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia.

Pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan definisi dan ruang lingkupsebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas. Secara umum, cakupan definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan dengan konten acara televisi dan radio.

1.1.1 Definisi Televisi dan RadioTelevisi dan radio pada dasarnya merupakan kegiatan penyebaran informasi dan gagasan kepada publik yang dilakukan secara serentak. Akan tetapi, pada awal masa penemuannya, televisi dan radio memiliki tujuan yang berbeda. Radio dibuat sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan pemerintah dalam menyebarkan informasi secara serentak. Pada saat itu, fungsi utama radio adalah sebagai alat penyebar informasi semata.

Berbeda dengan radio yang pertama kali dibuat sebagai media penyebar informasi untuk publik, pada awal masa penemuannya, televisi dikenal sebagai media yang digunakan untuk menampilkan gambar bergerak yang disertai suara secara serentak kepada publik. Hal ini menjadikan fungsi utama televisi adalah sebagai salah satu sumber hiburan bagi publik.

Seiring dengan adanya perkembangan industri jurnalistik, pada awal tahun 1950–an, televisi mulai marak digunakan sebagai media penyampaian aspirasi rakyat secara luas. Definisi televisi pun mulai bergeser menjadi suatu media yang memfasilitasi kultur demokratis pertama bagi publik agar dapat menyuarakan pendapatnya tanpa terikat oleh peraturan pemerintah.1 Hal ini juga dipicu oleh semakin maraknya stasiun-stasiun televisi dan radio milik swasta yang menyiarkan beragam program acara yang tidak terkait dengan kepentingan pemerintah. Untuk mengontrol hal tersebut, pemerintah di berbagai negara mulai memberlakukan undang-undang yang terkait dengan peraturan penyiaran konten acara pada media elektronik.

Di Indonesia, definisi televisi dan radio secara umum selalu mengacu ke undang-undang yang diberlakukan pada masanya. Saat ini, undang-undang yang berlaku terkait dengan penyiaran adalah Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002. Dalam UU Penyiaran tersebut terdapat

(1) Harper Collins, 2012

3BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

beberapa istilah yang terkait dengan televisi dan radio, di antaranya adalah kata-kata “siaran” dan “penyiaran”.

Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sedangkan penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya, untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.

Selain istilah siaran dan penyiaran yang terkait dengan industri televisi dan radio, dalam UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 juga didefinisikan lebih jauh terkait dengan kegiatan penyiaran televisi dan radio, sebagai berikut ini:

Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat dilihat bahwa siaran dan penyiaran merupakan kegiatan atau proses penyebarluasan dari konten televisi dan radio kepada publik secara serentak. Dalam hal ini, unsur kretivitas itu sendiri tidak terlalu banyak dilibatkan secara langsung, sehingga kegiatan penyiaran dan siaran dalam subsektor televisi dan radio di ekonomi kreatif tidak akan terlalu difokuskan. Oleh karena itu, definisi televisi dan radio secara umum berdasarkan undang-undang perlu dilakukan penyesuaian lebih lanjut sehingga relevan dengan kontekstual pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.

Dengan mempertimbangkan empat fungsi utama media kepada publik, yaitu sebagai sumber informasi, fasilitas hiburan, memberikan pendidikan, serta memberikan unsur persuasi, maka definisi televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif sebaiknya mampu mencakup keempat fungsi tersebut, serta mampu menciptakan atau meningkatkan nilai tambah baik secara ekonomi maupun secara sosial kepada publik. Oleh karena itu, pengembangan televisi dan radio sangatlah terkait dengan pengembangan konten televisi dan radio yang terkait dengan pengelolaan gagasan dan informasi yang dikemas sehingga dapat menghasilkan konten yang menghibur, menginspirasi dan mendidik bagi para penikmatnya.

4 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Berdasarkan pemikiran di atas, maka televisi dalam industri kreatif dapat didefinisikan sebagai berikut:

Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan

Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Televisi dan Radio, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,

Mei—Juni 2014

Sedangkan definisi radio terkait dengan industri kreatif untuk adalah:

Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepadapenikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtualsecara teratur dan berkesinambungan.

Sumber: Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Televisi dan Radio, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif, Mei—Juni 2014

Dalam definisi televisi dan radio di atas, terdapat beberapa kata kunci yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam menjelaskan definisi televisi dan radio secara lebih mendalam, yaitu:

1. Proses pengemasan yang dimaksud adalah kegiatan pemrograman informasi atau gagasan yang diajukan sebagai ide agar menjadikonten acara televisi dan radio. Pada proses pengemasan, unsur kreativitas dinilai memiliki pengaruh dan keterlibatan yang tinggi dalam upaya menghasilkan konten acara yang berdaya saing;

2. Gagasan yang dimaksud adalah rancangan yang tersusun di pikiran para pencetus ide kreasi konten acara yang kemudian dapat dituangkan dalam bentuk konsep akhir atau naskah;

3. Informasi yang dimaksud merupakan penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita terkait suatu kejadian yang nantinya akan dikemas menjadi suatu konten acara yang sifatnya informatif;

4. Berkualitas dalam hal ini merupakan konten acara yang memiliki standar estetika dan teknis yang baik dengan konten yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, baik sebagai sumber informasi, hiburan, pendidikan, serta unsur persuasi, sehingga dapat memberikan hiburan, pengetahuan, ataupun dampak sosial dan budaya yang positif bagi masyarakat.

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Televisi dan RadioMenurut Fred Wibowo, dalam bukunya yang berjudul Teknik Produksi Program Televisi (2007), ruang lingkup substansi dari konten televisi mencakup empat kategori besar, yaitu berita lunak, program hiburan, permainan, serta musik dan pertunjukan. Keempat kategori besar tersebut

5BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

terbagi lagi menjadi beberapa jenis subkategori sebagai berikut:1. Kategori Berita Lunak,yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi

beberapa subkategori, meliputi:a. Current Affair, merupakan konten acara berita yang membahas persoalan kekinian

yang terjadi dalam skala lokal, nasional, maupun internasional;b. Magazine, merupakan konten acara yang menyajikan berita dengan topik atau tema

yang serupa dengan konten yang seringkali juga ditemukan dalam media cetak majalah;c. Dokumenter, meliputi acara-acara yang menyuguhkan tayangan yang bersifat

nonfiksi, bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mengedukasi ataupun menghibur, menyediakan analisis yang cukup dalam dan tajam terhadap suatu subjek;

d. Talkshow, meliputi program acara yang menampilkan satu atau lebih orang untuk membahas topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara.

2. Kategori Hiburan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:a. Drama dan Komedi, merupakan konten acara yang meliputi cerita fiksi, termasuk

dramatisasi dari peristiwa yang sesungguhnya. Jenis tayangan drama dan komedi ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu drama berseri, sitcom berseri, seri spesial (mini seri atau drama yang dibuat khusus untuk televisi tertentu), film yang ditayangkan di televisi, animasi, stand-up comedy, komedi improvisasi, komedi lepas, dan sketsa komedi;

b. Variety Show, merupakan program acara yang sebagian besar kontennya adalah pertunjukan (tidak selalu musik atau komedi), yang terdiri dari beberapa kegiatan seni peran individu seperti menyanyi, menari, atraksi akrobat, sketsa komedi, pertunjukan monolog, atau sulap;

c. General Entertainment dan Human Interest, merupakan program acara yang membahas seputar dunia hiburan serta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Contoh paling populer dari program jenis ini adalah acara gosip selebriti dalam dan luar negeri, festival, acara penghargaan, atau peragaan busana.

3. Kategori Permainan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:a. Game Show, merupakan program acara yang memfasilitasi kemampuan unjuk bakat

atau perlombaan;b. Reality Show, merupakanprogram acara yang dibuat tanpa menggunakan skrip

drama atau situasi komedi. Program seperti ini menampilkan sepenuhnya kejadian yang sesungguhnya, dan biasanya melibatkan publik atau individu yang bukan berprofesi di industri televisi/radio/film.

4. Kategori Musik dan Pertunjukan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:a. Pertunjukan, merupakan jenis program acara yang menampilkan kemampuan

seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan ataupun di luar ruangan;

b. Klip Musik, adalah kategori konten acara yang menyiarkan beberapa kumpulan klip musik;

c. Program Klip Musik, merupakan program acara yang tidak hanya menyiarkan klip musik, tetapi juga memiliki segmen interaktif atau pemrograman.

6 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Gambar Sampul Buku Teknik Produksi Program Televisi

Sumber: siper.mmtc.ac.id

Fred Wibowo: Tokoh Media, Seni, dan KebudayaanFred Wibowo adalah seorang praktisi media yang juga berprofesi sebagai penulis berbagai macam buku yang cukup berperan dalam dunia penyiaran, seni, dan kebudayaan. Salah satu bukunya yang paling terkenal di Indonesia adalah Teknik Produksi Program Televisi yang diterbitkan pada tahun 2007 oleh PINUS Publisher. Buku ini kemudian dijadikan salah satu pedoman bagi para produser dan program creator televisi tentang bagaimana menciptakan program televisi yang baik, dengan seluruh latar belakang persiapannya. Fred saat ini aktif berpartisipasi dalam Rumah Produksi dan Pusat Pelatihan Audio Visual SAV Puskat di Yogyakarta. Selain itu, beliau juga sempat berperan dalam industri perfilman sebagai sutradara dan produser.

Adapun untuk konten radio, ruang lingkup dari materi yang disiarkannya sendiri dibedakan berdasarkan beberapa jenis kategori sebagai berikut ini:

1. Berita, yaitu konten-konten acara yang menyiarkan suatu kejadian atau situasi tertentu baik yang terjadi di wilayah lokal, nasional, maupun internasional;

2. Siaran lepas, yaitu konten acara yang dibawakan secara bebas oleh penyiar dengan satu tema tertentu yang telah ditentukan;

3. Siaran dengan naskah, yaitu konten acara yang sepenuhnya mengacu pada naskah yang telah disusun sebelumnya tanpa adanya improvisasi dialog oleh penyiar;

4. Musik, yaitu konten radio yang hanya terdiri dari beberapa kumpulan lagu tanpa adanya konten tambahan dari penyiar.

Sedangkan di Indonesia sendiri, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam keputusan KPI yang berlaku, yakni Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI, yakni Pasal 21 P3 dan Pasal 33 – 39 SPS, menyatakan bahwa konten penyiaran dapat diklasifikasikan berdasarkan penonton yang kemudian disebut sebagai rating penonton, sebagai berikut:

1. Kategori P (Pra-sekolah), untuk anak umur 2 hingga 6 tahun;2. Kategori A (anak-anak), untuk usia 7 hingga 12 tahun;3. Kategori R (remaja), untuk usia 13 hingga 17 tahun;4. Kategori D (dewasa), untuk usia di atas 18 tahun;5. Kategori SU (semua umur), untuk seluruh kelompok usia di atas 2 tahun.

7BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

Berdasarkan kategori-kategori pengelompokan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka ruang lingkup konten televisi dapat digambarkan seperti pada Gambar 1-1.

Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup Konten Televisi dan Rating Penonton

Sedangkan, kategori pengelompokan ruang lingkup konten radio sendiri dapat digambarkan seperti pada Gambar 1-2.

Gambar 1 - 2 Ruang Lingkup Substansi Radio dan Rating Penonton

8 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Berdasarkan ruang lingkup konten pada Gambar 1-1 dan Gambar 1-2, maka dapat dilihat bahwa untuk setiap jenis program akan memiliki sasaran segmen penikmat konten televisi dan radio yang dibedakan berdasarkan rentang umur, yang merupakan target pengembangan konten yang menjadi fokus pengembangan konten televisi dan radio dalam konteks pengembangan industri kreatif di Indonesia.

1.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio DuniaSebelum televisi dan radio ditemukan, proses pertukaran informasi dilakukan hanya sebatas dua arah melalui telegram yang ditemukan pada tahun 1837. Telegram merupakan satu-satunya bentuk komunikasi dua arah yang digunakan pada saat itu, dan cukup populer untuk menyampaikan berbagai informasi dan pesan baik yang bersifat kenegaraan maupun pribadi. Lama-kelamaan, berangkat dari adanya kebutuhan pemerintah untuk menyampaikan informasi secara serentak kepada publik dalam waktu yang singkat, telegram dinilai sudah tidak mampu lagi memfasilitasi hal tersebut, sehingga perlu untuk mencari solusi dari kendala yang dihadapi.

Kemudian pada tahun 1876, Alexander Graham Bell berhasil menemukan alat komunikasi media secara elektronik melalui telepon, yang pada saat itu merupakan terobosan baru media komunikasi, di mana jalur informasi bisa diberikan secara real time dalam dua arah. Telepon yang ditemukan oleh Bell, kemudian mengundang minat David Sarnoff, seorang manajer di perusahaan telegram, American Marconi, untuk mengadopsi teknologi nirkabel yang digunakan telepon pada telegram, sehingga informasi yang disebarkan dengan telegram dapat disiarkan secara cepat.

Jika dirunut berdasarkan waktu, maka perkembangan televisi dan radio ini dapat dilihat pada beberapa periodisasi, yaitu pada Era Pra Perang Dunia I; Era Perang Dunia I (1914–1918); Pasca Perang Dunia I; Era Perang Dunia II (1939–1945); Era Pasca Perang Dunia II;danEra Modern.

Era Pra Perang Dunia I. Sebelum Perang Dunia I terjadi, Reginald Fessenden dengan bantuan perusahaan General Electric Corporation Amerika, berhasil menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan tinggi yang dapat mengirim suara manusia dan juga musik. Sementara itu, tabung hampa udara yang ketika itu bernama audion berhasil pula diciptakan. Penemuan audion menjadikan penerimaan gelombang radio menjadi lebih mudah. Akan tetapi, pemerintah dan publik masih belum menilai radio sebagai suatu media yang cukup teruji dalam menyampaikan informasi dengan cepat dan akurat.

Kepopuleran dan pentingnya peran radio dalam menyampaikan pesan secara serentak kepada publik mulai diakui pada tahun 1909 ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Berdasarkan peristiwa tersebut, radio dinilai sebagai medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat, sehingga pemerintah pun mulai melirik radio.

Era Perang Dunia I (1914–1918). Pada masa Perang Dunia I, Sarnoff menerbitkan sebuah memoyang menyatakan bahwa radio music box mulai bisa dijual dan dimiliki secara pribadi oleh publik.Secara resmi, badan militer angkatan laut memiliki hak penuh untuk mengelola penyiaran

9BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

nirkabel. Pada masa tersebut, radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintah untuk kebutuhan penyampaian informasi dan berita internal saat Perang Dunia I berlangsung.

Foto Stasiun Radio pada Perang Dunia I

Sumber: Wikipedia

Ketika Amerika mulai terlibat ke dalam Perang Dunia I, stasiun radio milik swasta terpaksa dihentikan hak siarnya dan sebagian diambil alih kepemilikannya oleh pemerintah. Bahkan, pemerintah pun menetapkan bahwa selama perang dunia berlangsung, masyarakat dilarang memiliki stasiun radio pribadi ataupun receiver radio. Sehingga, pada saat Perang Dunia I berlangsung, radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasauntuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi dan politik secara umum di internal pemerintahan. Hingga setelah Perang Dunia I hampir usai, masyarakat mulai menuntut keterbukaan informasi terkait kondisi dan perkembangan Perang Dunia I dari pemerintah dan militer. Pada tahun 1919, pemerintah Amerika mulai mengumumkan status konflik Perang Dunia I yang telah berakhir, dan Marconi pun berhasil membuat negosiasi peraturan akan kebebasan publik untuk terlibat di dunia penyiaran, di bawah pengawasan pemerintah sebagai syarat utamanya.

Pasca Perang Dunia I. Stasiun radio yang pertama kali muncul di Amerika dan bahkan di dunia, adalah KDKA pada tahun 1920.2 Stasiun radio KDKA menjadi ikon pelopor stasiun radio swasta di dunia, hingga akhirnya stasiun radio milik pribadi lainnya mulai bermunculan. Hingga pada tahun 1926, sebuah perusahaan manufaktur radio berhasil mengembangkan teknologi yang membuat sistem instalasi radio menjadi lebih sederhana, sehingga dapat digunakan secara pribadi di rumah penduduk. Penemuan tersebut memiliki dampak signifikan pada kepopuleran radio sebagai alat media masa di era pasca Perang Dunia I. Hal ini ditunjukan dengan jumlah

(2) Suseno, Agi, “Sejarah Penyiaran Dunia”,[http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran-dunia/], April 2009

10 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

penjualan pesawat radio yang mencapai 17 juta unit pada periode 1925 hingga 1930.Saat itu pendengar radio mayoritas merupakan ibu rumah tangga yang memanfaatkan radio sebagai media hiburan yang menyiarkan berbagai macam lagu populer ataupun berita penting. Walaupun masih memiliki keterbatasan jangkauan penyiaran, akan tetapi radio mulai dinilai sebagai pesaing utama media cetak pada saat itu.

Adapun stasiun radio yang cukup popular di Inggris, yang hingga kini masih menguasai dunia penyiaran, mulai didirikan, yaitu British Broadcasting Company (BBC) oleh General Post Office (GPO) pada tahun 1922. Pembentukan BBC ini merupakan gabungan dari enam perusahaan telekomunikasi, di antaranya adalah Marconi (perusahaan komunikasi radio), Metropolitan Vickers (MetroVick), General Electric, Western Electric, dan British Thomson-Houston. pada saat itu, konten drama radio sangat populer, hingga di tahun 1929, BBC memperoleh 6000 naskah drama radio yang dikirimkan untuk disiarkan.3

Logo KDKA Radio

www.davey.com

KDKA Sebagai Pelopor Stasiun Radio di DuniaKDKA Sebagai Pelopor Stasiun Radio di Dunia KDKA merupakan stasiun radio tertua di Amerika dan di dunia. Banyak orang mempertanyakan apakah KDKA merupakan sebuah singkatan dan memiliki makna tertentu, tapi ternyata KDKA sendiri diambil dari sebuah daftar kode untuk kapal angkatan laut.Stasiun radio KDKA didirikan oleh seorang ahli teknik ternama, bernama Frank Conrad pada tahun 1920 di Pittsbrugh AS, yang secara tidak sengaja bereksperimen membangun sebuah pemancar radio di garasi rumahnya.4 Pada saat itu, Conrad menyiarkan lagu-lagu, hasil pertandingan olahraga, serta menyiarkan instrumen musik yang dimainkan oleh putranya sendiri. Kalimat yang pertama kali disiarkan adalah “This is KDKA, of the Westinghouse Electric and Manufacturing Company, in East Pittsburgh, Pennsylvania. We shall now broadcast the election returns”. Kalimat pembuka yang sangat ikonik tersebut disiarkan pertama kali oleh Leo Rosenburg pada 2 November 1920.5 Dalam waktu singkat, pendengar stasiun radio yang dibuat oleh Conrad pun meningkat dengan pesat, seiring dengan meningkatnya penjualan pesawat radio pada masa tersebut. Hingga saat ini KDKA masih aktif mengudara di jaringan 1020kHz dan menjadi stasiun radio pelopor yang kini dioperasikan di bawah manajemen CBS Radio.

(3) http://en.wikipedia.org/wiki/BBC, diakses pada 23 Juli 2014(4) Suseno, Agi, “Sejarah Penyiaran Dunia”,[http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran-dunia/], April 2009(5) Wikipedia, “KDKA (AM)”, [http://en.wikipedia.org/wiki/KDKA_(AM)]

11BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

Di era pasca Perang Dunia I, prinsip televisi yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan, Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884,akhirnya berhasil direalisasikan pada tahun 1928 oleh Vladimir Zworkyn di Amerika Serikat.Zworkyn menemukan tabung kamera atau iconoscopeyang mampu mengubah gambar dari bentuk gambar optis kedalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan dipancarkan kedalam gelombang radio. Dengan bantuan rekannya, Philo Farnsworth, Zworkyn berhasil menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan World’s Fair di tahun 1939. Tujuan dibuatnya televisi pada saat itu adalah sebagai alat penyedia hiburan berupa gambar bergerak kepada publik. Akan tetapi, respon publik terhadap penemuan televisi ini, sayangnya tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh harga pesawat televisi yang dinilai relatif masih sangat mahal bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini membuat orang-orang yang bekerja di industri televisi tidak yakin bahwa televisi akan mampu berkembang pesat di dunia media.

Era Perang Dunia II (1939–1945). Memasuki era Perang Dunia II, perkembangan sistem frekuensi radio sempat terhenti seiring dengan terhambatnya perkembangan teknologi. Sistem radio yang populer digunakan pada saat itu adalah frekuensi Amplitudo Modulasi (AM), di mana kualitas suara yang dimiliki masih terbatas jika dibandingkan dengan kualitas frekuensi radio FM saat ini. Baru pada pertengahan 1930–an, Edwin H. Amstrong berhasil menemukan radio yang menggunakan frekuensi FM. Akan tetapi, meletusnya Perang Dunia II menghambat pengembangan frekuensi radio FM untuk dipopulerkan kepada masyarakat. Faktor lain yang menghambat perkembangan radio FM pada saat itu adalah ketertarikan industri yang mulai berkurang terhadap radio yang disebabkan oleh mulai meningkatnya kepopuleran televisi.6 Industri-industri besar lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam pengembangan televisi di ranah publik.

Meskipun terhambat dan cenderung berlangsung sangat lambat, akan tetapi penyempurnaan teknologi baru pemrograman televisi dapat diselesaikan ketika Perang Dunia II telah berakhir. Hal ini tentunya berhasil mendorong kemajuan industri televisi dalam melakukan proses produksi konten acaranya. Kamera televisi yang baru dikembangkan tidak lagi membutuhkan banyak cahaya untuk dapat menangkap kualitas gambar yang baik, sehingga para pengisi acara di studio tidak lagi terganggu dengan alat pencahayaan yang berlebihan. Pengembangan lain yang ditemukan adalah ukuran layar televisi yang lebih besar, serta terdapat lebih banyak program yang tersedia dan sejumlah stasiun televisi lokal pun mulai membentuk jaringan.

Adapun stasiun televisi jaringan yang pertama kali dibuat adalah WRGB, sebuah stasiun televisi yang berlokasi di Albany, New York, USA. WRGB memulai percobaan penyiaran pertamanya dengan dukungan penuh oleh perusahaan General Electric pada awal tahun 1928.7 Hingga di akhir tahun 1928, program televisi harian pertama pun mulai disiarkan secara reguler oleh WRGB hingga sebelum Perang Dunia II berakhir. Kini, WRGB masih mengudara di bawah merek dagang CBS 6 dan mendominasi siaran berita televisi di Amerika dengan stasiun CBS 6 News andalannya. Sedangkan di Inggris, BBC sendiri memulai siaran percobaan untuk televisi pada tahun 1932, hingga akhirnya mulai menyiarkan programnya secara reguler pada tahun 1934. Namun sayangnya, pada 1939 hingga 1946, siaran televisi dihentikan karena adanya Perang Dunia II.

(6) http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran-dunia/(7) http://en.wikipedia.org/wiki/WRGB, July 2014

12 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Logo Stasiun TV Jaringan Pertama di Dunia

Sumber: Logopedia

Era Pasca Perang Dunia II. Mulai akhir tahun 1945, setelah Perang Dunia II berakhir dan kesejahteraan masyarakat mulai mengalami peningkatan, harga pesawat televisi pun mulai dirasa tidak terlalu tinggi. Masyarakat pun mulai beralih ke televisi sebagai media penyaji hiburan sehari-hari. Hal ini tentunya membuat jumlah stasiun televisi mengalami peningkatan yang cukup pesat, dan jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat televisi pribadi pun mencapai lebih dari 50% dari total jumlah rumah tangga.

Perkembangan industri televisi juga dipicu oleh industri televisi di AS yang mulai mengikuti model industri radio untuk membentuk jaringan. Stasiun televisi lokal selain menayangkan program lokal juga bekerjasama dengan tiga televisi jaringan yaitu CBS, NBC, dan ABC. Sebagaimana radio, ketiga televisi jaringan itu juga menjadi sumber program utama bagi stasiun afiliasinya.

Logo Stasiun Televisi Terpopuler di Amerika

Sumber: teamdoctorsblog.com

Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah stasiun radio dan televisi di dunia, maka kebutuhan bisnis dan komersil di industri televisi dan radio pun semakin tinggi. Hal ini kembali membuat makna kata televisi dan radio mengalami perluasan menjadi tidak hanya sebatas media penyebaran berita dan hiburan, tetapi juga informasi terkait kebutuhan komersil atau iklan.

13BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

Era Modern. Seiring dengan perkembangan teknologi dan penemuan internet pada akhir tahun 1980–an, cakupan industri sektor televisi dan radio semakin meluas.Penyiaran informasi dan hiburan mulai dilakukan tidak hanya melalui jaringan radio/satelit/kabel, tetapi juga melalui internet.Internet Protocol Television (IPTV) ditemukan pertama kalinya pada 1995 oleh Judith Estrin dan Bill Carrico. Terdapat tiga jenis klasifikasi IPTV yang ada hingga saat ini, yaitu Live Streaming, Time-Shifted TV, dan Video on Demand (VOD). Kemudian, perusahaan radio internet AudioNet untuk pertama kalinya menyiarkan secara langsung konten webcast dari WFAA-TV dan KCTU-LP pada tahun 1998.

Logo Web Streaming Media

Sumber: www.fxsound.com

Disamping perkembangan era multimedia yang semakin pesat, pada September 1997, National Geographic Channels mulai secara resmi diluncurkan di Inggris, Eropa, dan Amerika. Pada awal kemunculannya, National Geographic Channels dinilai berhasil mengangkat konten pendidikan dan ilmu pengetahuan sebagai tren yang berbeda di dunia penyiaran.8 Hingga dua

(8) http://en.wikipedia.org/wiki/National_Geographic_Channel, diakses pada 23 Juli 2014

14 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

tahun kemudian, pada 1999, BBC juga ikut meluncurkan program bertema pendidikan miliknya, BBC Learning yang kemudian kini dikenal sebagai BBC Knowledge. Dengan membidik pasar usia anak-anak hingga dewasa, BBC Knowledge mencoba membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Akan tetapi, sayangnya hal tersebut tidak berhasil. Hal ini ditandai dengan semakin rendahnya rating yang diperoleh BBC Knowledge. Hingga pada tahun 2001, BBC mencoba meluncurkan kembali BBC Knowledge dengan pengemasan yang berbeda. Namun, hal tersebut tetap tidak dapat mendongkrak rating yang rendah.9 Puncaknya pada 2002, BBC Knowledge terpaksa dihentikan.

Semakin pesatnya perkembangan teknologi media digital, hal ini tentunya membuat definisi televisi dan radio menjadi jauh lebih luas lagi. Titlaw (2012), seorang pakar media internasional,kemudian memaknai penyiaran televisi dan radio sebagai suatu kegiatan yang menyuguhkan informasi dan hiburan secara audio dan audio-visual kepada seluruh publik, terlepas dari jaringan distributor yang digunakannya. Salah satu contoh kesuksesan televisi berbasis web baru-baru ini adalah keberhasilan yang dicapai oleh Netflix pada tahun 2013,dengan menoreh sejarah sebagai stasiun televisi berbasis web pertama yang mampu meraih nominasi Primetime Emmy Award untuk drama seri House of Cards, Arrested Development, dan Hemlock Grove pada Primetime Emmy Awards ke-65.

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio IndonesiaPerkembangan industri televisi dan radio di Indonesia dimulai ketika Angkatan Laut Kerajaan Belanda pertama kali mengoperasikan fasilitas radio komunikasi di Sabang pada tahun 1911. Pada saat itu, fasilitas radio digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengatur lalu lintas kapal laut yang melintas Selat Malaka, jalur perdagangan yang sangat padat pada masanya. Setelah Perang Dunia I usai, tepatnya pada tahun 1925, Batavia Radio Society atau Radio Batavia Vereniging (BRV) mulai didirikan di Jakarta. BRV merupakan sekelompok broadcaster yang mulai mengudarakan siaran tetap berupa pemutaran musik dari luar negeri. Lahirnya BRV inilah yang mulai mengawali keberadaan radio siaran di Hindia Belanda (Indonesia). Salah satu stasiun radio milik swasta yang paling popular di Hindia Belanda adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan oleh Bumi Putera di Solo pada tahun 1933.10

Pada 8 Maret 1942, saat Belanda menyerahkan diri kepada Jepang, radio siaran yang ada dihentikan sepenuhnya. Kemudian Jepang mendirikan lembaga penyiaran baru yang dinamakan Hoso Kanri Kyoko dengan cabang-cabangnya di Jakarta, Bandung, Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang. Kedelapan stasiun daerah inilah yang kemudian menjadi embrio pendirian Radio Republik Indonesia (RRI). Setelah masa ini, kemudian televisi dan radio di Indonesia berkembang dalam beberapa era, yaitu: Era Kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, 1945–1965); Orde Baru (1966–1998); Era Reformasi.

Era Kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, 1945–1965). Di awal masa kemerdekaan, RRI mulai didirikan oleh pemerintah Indonesia sebagai stasiun radio resmi pertama milik pemerintah pada 11 September 1945. Pada masa itu, RRI mempunyai peran penting dalam mengampanyekan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 kepada dunia. Berkat siaran

(9) http://en.wikipedia.org/wiki/BBC_Knowledge, diakses pada 23 Juli 2014(10) http://id.wikipedia.org/wiki/Nederlandsch-Indische_Radio_Omroep_Maatschappij, Februari 2014

15BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

radio inilah, dunia mengetahui informasi terkait proklamasi kemerdekaan Indonesia, sehingga dukungan dan rasa simpati pun serta merta mengalir dari negara-negara tetangga. Sejarah momen kemerdekaan ini diukir oleh para penyiar radio senior, Ronodipoero, beserta pemimpin redaksinya, Bachtiar Lubis, yang mengudarakan naskah proklamasi dan mempropagandakan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terus menerus dari waktu ke waktu, mulai dari pukul 19.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945.

Logo Radio Republik Indonesia (RRI)

Sumber: trisaktimarketingclub.com

Illustrasi

Moehamad Joesoef Ronodipoero

Sumber: LP3ES, 2012

Moehamad Joesoef RonodipoeroMoehamad Joesoef Ronodipoero atau Yusuf Ronodipuro, adalah seorang duta besar Indonesia yang awalnya dikenal sebagai seorang penyiar kemerdekaan Republik Indonesia berkat perannya dalam menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia melalui Radio Hoso K yoku. Saat itu, Ronodipoero tidak mengetahui akan serangan yang di-lakukan oleh tentara Amerika kepada Jepang. Tiba-tiba saja siaran Radio Hoso K yoku dihentikan tanpa alasan yang jelas. Baru setelah Mochtar Loebis, seorang sastrawan dan wartawan yang dipercaya untuk menangani pemberitaan mancanegara, memberikan kabar tersebut pada Ronodipoero, Ronodipoero pun berangkat ke markas Menteng 31 untuk mendiskusikan strategi perebutan Radio Hoso K yoku. Setelah sistem penyiaran dapat diambil alih sepenuhnya, Ronodipoero yang pada saat itu masih berusia 26 tahun pun mulai menyiarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam bahasa Inggris ke seluruh dunia. Berkat jasa Ronodipoero ini, seluruh dunia pun mengetahui peristiwa bersejarah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Tidak lama setelah peristiwa bersejarah tersebut, bersama dengan pimpinan-pimpinan radio daerah, Ronodipoero pun turut berperan sebagai salah seorang pendiri Radio Republik Indonesia pascamerdeka, hingga akhirnya merintis karir sebagai duta besar Indonesia untuk beberapa negara di Eropa.

16 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Sejarah sistem penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada 17 Agustus 1962. Pada saat itu, Televisi Republik Indonesia (TVRI) lahir dan untuk pertama kalinya mulai beroperasi. Siaran pertama dilakukan untuk menyiarkan peringatan hari ulang tahun ke-17 proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dari halaman Istana Merdeka Jakarta. Pada awalnya TVRI adalah proyek khusus untuk menyukseskan penyelenggaraan Asian Games IV di Jakarta. Siaran TVRI pada saat itu hanya terkait seputar Asian Games yang dikoordinir oleh Organizing Committee Asian Games IV, di bawah naungan Biro Radio dan Televisi Departemen Penerangan. Mulai 12 November 1962,TVRI mengudara secara reguler setiap hari dengan variasi konten yang berbeda. Pada 1 Maret 1963 TVRI mulai menayangkan iklan seiring dengan ditetapkannya TVRI sebagai televisi berbadan hukum yayasan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 215 Tahun 1963.

Orde Baru (1966–1998). Pergeseran kekuasaan politik ekonomi di Indonesia turut memengaruhi industri televisi dan radio di Indonesia. Pada masa pemerintahan orde baru, RRI sebagai satu-satunya radio siaran milik pemerintah, sempat mengalami konflik ketika RRI diperebutkan oleh Partai Komunis Indonesia(PKI) dan militer untuk menyiarkan propagandanya. Hingga akhirnya, RRI menjadi media utama yang digunakan untuk menyebarkan kepentingan-kepentingan politik pemerintah pusat dan daerah.

Mengacu pada UU No. 5 Tahun 1964, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970, tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Dalam peraturan tersebut, konten siaran radio non pemerintah diwajibkan memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidik, penerangan, hiburan, bukan alat untuk kegiatan politik.11 Akan tetapi, akomodasi yang diberikan oleh pemerintah ini sifatnya menjadi sangat terbatas, karena peran politis radio dan televisi swasta menjadi ditiadakan sama sekali. Siaran-siaran yang sifatnya politis hanya diberikan kepada RRI dan TVRI, yang selanjutnya di-relay oleh televisi dan radio swasta. Selain itu, sistem kepemilikan media hanya terkonsentrasi pada sejumlah golongan yang berpengaruh di masa pemerintahan Orde Baru. Hal ini ditunjukkan ketika anak pertama Presiden Soeharto, Siti Hardianti Rukmana yang ditunjuk sebagai ketua umum Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) yang bertugas mengelola penyiaran radio swasta di Indonesia.

Memasuki tahun 1988, industri televisi dan radio di Indonesia mulai mengalami perkembangan yang pesat ketika stasiun televisi dan radio milik swasta mulai berdiri. Pada saat itu, pemerintah mulai mengijinkan televisi swasta beroperasi di Indonesia. Stasiun televisi milik swasta yang pertama kali didirikan di Indonesia adalah RCTI.Tidak lama setelah RCTI didirikan, stasiun televisi swasta lainnya pun mulai bermunculan dalam waktu yang singkat, di antaranya adalah SCTV (1989), TPI (1990), ANTV (1993), INDOSIAR (1995),dan sebagainya.Untuk dapat mengimbangi persaingan dengan televisi swasta, TVRI pun mulai mencoba berinovasi dengan menghadirkan konten yang unik dan berbeda. Salah satu konten yang cukup ikonik pada saat itu adalah program Berpacu Dalam Melodi (BDM) yang diciptakan pada tahun 1988 oleh Ani Sumadi. Program BDM juga lah yang membawa nama Koes Hendratmo mulai populer di Indonesia. Adapun konten-konten unggulan yang sarat nilai pendidikan dan inspirasi pada saat itu adalah Aneka Ria Safari di tahun 1980–an, serta Titian Muhibah yang sarat nilai budaya di tahun 1990.

(11) Suranto dan Haryanto, 2007:14

17BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

Disamping tren perkembangan munculnya stasiun televisi swasta, televisi berlangganan pun sudah mulai disiarkan oleh PT Media Nusantara Citra (MNC) dengan mendirikan anak perusahaan Skyvision pada Agustus 1988. Akan tetapi, karena tarif berlangganan yang cukup tinggi, pelanggan Skyvision sendiri masih sangat minim, dan hanya digunakan oleh golongan menengah ke atas.12 Kemudian operator televisi berlangganan pertama kali, Indovision pun secara resmi diluncurkan oleh Skyvision di Indonesia pada tahun 1994, setelah melalui proses perijinan yang panjang. Lalu menyusul didirikannya televisi kabel yaitu Kabelvision di tahun 1994, persaingan di dunia televisi pun semakin ketat.

Foto Para Pemain Drama Seri Si Doel Anak Sekolahan

Sumber: soulovart.blogspot.com

(12) http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_berlangganan, diakses pada 23 Juli 2014

18 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Masing-masing stasiun televisi swasta kemudian berlomba-lomba untuk menyuguhkan acara yang menarik dan kreatif. Akan tetapi, RCTI tetap menjadi stasiun televisi pelopor yang merajai dunia pertelevisian swasta di Indonesia dengan program-program unggulannya yang kreatif dan menarik. Seputar Indonesia, Kuis Kotak Katik, tayangan-tayangan serial drama populer mancanegara, Si Doel Anak Sekolahan, dan Keluarga Cemara, merupakan beberapa program unggulan milik RCTI. Kesuksesan RCTI ini yang kemudian dicoba diikuti jejaknya oleh stasiun televisi swasta lainnya, dengan menghadirkan konten-konten yang relatif serupa untuk menyaingi konten-konten unggulan RCTI.

Hal ini tentunya membuat TVRI menjadi semakin tertekan dalam persaingan industri pertelevisian, ditambah lagi, pada tahun 1981, dengan berbagai alasan politis TVRI tidak diijinkan lagi menayangkan iklan. Seiring dengan perkembangan jumlah stasiun televisi swasta di Indonesia, pada tahun 1997 DPR-RI akhirnya menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Penyiaran yang kemudian disahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Penyiaran, pada tanggal 29 September 1997.

Ketatnya persaingan industri televisi swasta di Indonesia memicu para pelaku usaha untuk semakin kreatif menciptakan konten-konten yang menarik dan kompetitif. Pada masa inilah, penayangan hak siar konten acara luar negeri mulai gencar dilakukan dan meraih respon yang positif dari para pemirsa-nya. Saat itu, konten serial drama seperti telenovela yang dipopulerkan oleh SCTV, hingga serial drama produksi dalam negeri (sinetron) pun marak ditayangkan hampir di seluruh stasiun televisi pada jam tayang yang hampir bersamaan. Jenis penonton yang dibidik untuk segmen tayangan serial drama ini mayoritas adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan menghabiskan banyak waktunya di rumah. Tak heran apabila iklan-iklan yang disuguhkan di sela-sela program acara tidak luput dari produk-produk kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

Era Reformasi. Masa reformasi yang diawali dengan demo dan kerusuhan besar-besaran di tahun 1998, merupakan salah satu titik di mana media juga ikut mulai menuntut kebebasan dalam berkarya. Berkembangnya ruang gerak media penyiaran pada masa reformasi tentunya memberikan pengaruh besar kepada peningkatan jumlah pemodal yang berinvestasi di industri tersebut. Pergerakan reformasi juga memicu pergeseran kepemilikan bisnis radio dan televisi di Indonesia yang ditunjukan dengan mulai maraknya para pengusaha yang terjun ke bidang media penyiaran.

Logo Stasiun Televisi Swasta Indonesia

Sumber: infoindonesiakita.com

19BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

Perubahan lain yang cukup terlihat adalah dengan direvisinya UU Penyiaran yang baru, UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002. Namun, hal tersebut tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap industri televisi di Indonesia. Pemilik stasiun televisi swasta masih didominasi oleh segelintir elit yang memiliki pengaruh cukup tinggi di pemerintahan. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan UU Penyiaran sebelumnya, revisi UU Penyiaran yang dilakukan dirasa jauh lebih demokratis. Hal ini terlihat dari diakuinya empat macam lembaga penyiaran, yaitu lembaga penyiaran publik, komunitas, swasta, dan berlangganan, serta didirikannya juga lembaga independen perwakilan publik yang bertindak sebagai regulator sistem penyiaran yang berlaku.

Tren konten acara yang disuguhkan oleh televisi swasta yang baru bermunculan pun mulai bergerak ke arah talk show dan variety show komedi. Acara variety show yang diadaptasi dari konten luar negeri pun mulai menjadi tren baru yang mendominasi sebagian besar stasiun televisi, seperti salah satu contoh program yang sangat populer pada saat itu adalah Ekstravaganza milik Trans TV. Bukan hanya variety show yang sifatnya lucu, tetapi beberapa rumah produksi mulai berani bereksperimen dengan memberikan tayangan reality show yang cukup kontroversial, seperti Dunia Lain, Akademi Fantasi Indosiar, dan Termehek-Mehek. Acara-acara yang dinilai kontroversial dan berani ini ternyata berhasil menjadi acara yang banyak diminati penonton pada saat itu.

Hal yang sama juga terjadi pada industri radio. Konten acara seperti dongeng cerita hantu serta reality show yang dinilai usil dengan mengerjai pendengarnya, secara spontan pun menjadi favorit sebagian stasiun radio. Di Bandung, cerita ber-genre horor, Nightmare Side, sempat menjadi acara primadona yang mampu meraup jumlah pendengar yang cukup tinggi. Hingga akhirnya beragam kritikan pedas muncul terkait acara-acara yang dinilai memberikan dampak buruk psikologis pada para pendengarnya serta penyalahgunaan informasi pribadi milik para pendengar, maka acara seperti ini mulai dikurangi.

Adapun pada era peralihan sinyal analog menjadi sinyal digital sudah mulai merambah dunia media Indonesia, Kabelvision pun mengeluarkan merek dagang baru dengan nama Digital1, yang menggunakan sinyal digital sebagai jaringan penyiarannya. Kemudian pada tahun 2007, Kabelvision bergabung dengan Digital1 di bawah nama First Media.

Logo First Media

Sumber: www.rizafirli.com

20 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Perkembangan teknologi internet yang sangat pesat menjadi suatu peluang sekaligus ancaman bagi industri televisi dan radio bila tidak dimanfaatkan secara optimal. Dengan pemanfaatan teknologi internet yang baik oleh industri media, maka proses penetrasi pasar media televisi dan radio untuk menembus pasar internasional pun akan menjadi lebih mudah.

Mulai bergesernya kanal televisi dan radio di Indonesia menjadi media multi-platform ditandai dengan meningkatnya pengguna layanan streaming seperti Youtube, Vimeo, Netf lix, serta webstreaming lainnya yang menyiarkan konten-konten acara televisi dan radio di Indonesia. Bahkan kini, sebagian besar situs resmi stasiun televisi dan radio telah menyediakan layanan streaming konten-konten acaranya. Adapun stasiun televisi swasta di Indonesia yang memanfaatkan media digital sebagai strategi utamanya dalam melakukan penetrasi dan perluasan pasar, adalah NET TV. Sebelum NET TV mulai mengudara sebagai salah satu stasiun televisi berjaringan, NET TV telah terlebih dahulu menjaring pasar global dengan memanfaatkan streaming platform melalui Youtube.

Sumber: televisiguide.co.id

Era media digital ini, tentunya akan jauh lebih terbuka, sehingga membuat peningkatan keragaman pasar semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Selain itu, digitalisasi media juga menimbulkan dinamika industri televisi dan radio menjadi lebih kompleks, membuat perkembangan tren konten acara yang diminati pun menjadi sangat cepat berubah.

Logo dan Acara Unggulan NET TELEVISI

21BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

Kini, konten acara yang diproduksi secara amatir oleh masyarakat sendiri pun dapat langsung disiarkan secara luas kepada publik melalui internet tanpa adanya proses pendistribusian atau pengemasan konten acara yang sistematis seperti pada stasiun televisi dan radio, ataupun rumah produksi profesional. Sayangnya, tidak semua konten yang dibuat memiliki dampak positif bagi sosial. Seperti salah satunya adalah acara musik yang populer sejak pertama kali tayang 2008, Dahsyat, menimbulkan pro dan kontra terkait kontennya yang dinilai oleh sebagain orang sebagai konten yang kreatif dan menghibur, akan tetapi sebagian orang lainnya berpendapat justru tayangan tersebut merupakan bentuk kreativitas yang bersifat destruktif. Hal serupa terkait pro dan kontra juga turut dialami oleh konten-konten acara hiburan populer lainnya, seperti acara Yuk Keep Smile (YKS), Pesbukers (ANTV), Film Televisi (FTV), serta acara-acara infotainment yang semakin menjamur.

Tidak hanya acara hiburan, konten berita di Indonesia pun apabila tidak dikelola dengan baik,secara tidak disadari justru dapat memprovokasi ataupun menimbulkan keresahan masyarakat. Hal ini terlihat dari konten berita-berita aktual yang menampilkan peristiwa kejahatan, kerusuhan, serta maraknya kasus korupsi. Konten-konten seperti itu apabila ditayangkan secara bebas, dinilai dapat menimbulkan efek negatif yang memengaruhi optimisme dan kepercayaan rakyat, terutama kaum muda. Selain itu, konten berita yang kini disuguhkan kepada masyarakat memiliki unsur independensi yang sangat rendah di dalamnya. Kepentingan politis yang kental di dunia media membuat laporan berita tidak lagi menjadi objektif dan independen, sehingga terjadi kesimpangsiuran fakta yang terjadi sesungguhnya. Konten-konten seperti inilah yang sangat sulit untuk dikendalikan oleh pemerintah secara teliti dan terus menerus. Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan lembaga pengawasan penyiaran yang bertugas untuk mengawasi konten kualitas penyiaran baik yang dihasilkan dari dalam negeri maupun konten dari luar negeri yang disiarkan di Indonesia.

22 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Gambar 1 - 3 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

Sebelum

Kemerdekaan

Stasiun radio pertama di Indonesia, Bataviase Radio Vereniging (BRV),

berdiri.

1925

1933 Stasiun radio pertama, Solosche

Radio Vereniging (SRV), didirikan oleh

BumiPutra.

1937 Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK)

berdiri.

Orde Lama

(1945 – 1965)

1945 RRI (Radio Republik Indonesia) didirikan.

1962

TVRI (Televisi Republik Indonesia) memulai siarannya dengan

menayangkan peringatan hari ulang

tahun Republik Indonesia XVII.

TVRI melakukan siaran langsung upacara pembukaan �sian

�ames IV dari �elora Bung Karno.

1963 Iklan diperkenalkan di TVRI bersamaan

dengan peningkatan �am siaran.

Orde re�ormasi

(199� – sekarang)

Siaran televisi ber�arna

diperkenalkan.

1979

Presiden Soeharto mengeluarkan

instruksi untuk menghilangkan iklan dari TVRI.

19��

Indovision sebagai TV berlangganan

pertama di Indonesia dengan menggunakan

satelit palapa ��2.

�cara Kuis Berpacu �alam �elodi pertama kali

ditayangkan di TVRI.

R�TI (Ra�a�ali �itra Televisi Indonesia)

pertama kali mengudara dan berdiri

sebagai stasiun televisi s�asta

pertama.

19��

1994 Sinetron Si �oel �nak Sekolahan mulai

ditayangkan di R�TI.

TV Kabel Kabelvision mulai beroperasi

sebagaitelevisi kabel pertama.

�et TV didirikan sebagai stasiun TV yang memba�a

revolusi media di era modern.

�cara TV �ahsyat mulai ditayangkan dan

men�adi salah satu acara TV terpopuler

hingga kini.

2���

�epartemen Penerangan dibubarkan.

2���

�cara �ightmare Side pertama kali

disiarkan di �rdan ��

�iterbitkan �ndang��ndang

Republik Indonesia �omor 32�2��2

tentang Penyiaran.

2��2

�cara The �endees yang diba�akan oleh dua penyiar

senior, Imam �arto dan �imas �anang mulai

disiarkan di Prambors ��.

2�1�

Orde baru

(1965 – 199�)

Sistem Komunikasi Satelit �omestik (SKS�) melalui satelit Palapa (satelit pertama milik

Indonesia) diluncurkan.

1976 2�13

BAB 2 Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

26 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

2.1 Ekosistem Televisi dan Radio

2.1.1 Definisi Ekosistem Televisi dan RadioUntuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif, maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan radio terhadap kondisi ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari industri kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang sudah maju dan berdaya saing, dan kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi di negeri ini.

Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan kondisi aktualnya dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari sebsektor ini sehingga dapat berkembang dengan baik dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi.

Ekosistem subsektor televisi dan radio adalah sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif.

Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan tersebut, dibuatlah sebuah peta ekosistem yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu:

1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain) adalah rangkaian proses penciptaan nilai kreatifdimana transaksi sosial, budaya, dan ekonomi terjadi didalamnya. Pada setiap proses, terdapat aktivitas utama, aktivitas pendukung, dan peran utama yang terkait dengan setiap proses yang terjadi. Pada subsektor televisi dan radio, proses yang terlibat dalam rantai nilai kreatif yang terjadi adalah kreasi–produksi–distribusi–komersialisasi.

Terdapat dua jenis industri yang terlibat pada rantai nilai kreatif (Creative value chain),yaitu industri utama yang merupakan penggerak dalam subsektor televisi dan radio, serta industri pendukung (backward-forward linkage industry) yang berfungsi untuk mendukung pengembangan industri kreatif utama.

2. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment) adalah lingkungan yang dapat menggerakkan dan meningkatkan kualitas proses penciptaan nilai kreatif dari konten acara yang dihasilkan, meliputipendidikan dan apresiasi.a. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang meliputi peningkatan pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan perilaku yang sangat berpengaruh pada penciptaan orang kreatif. Kegiatan pendidikan ini meliputi: (1) pendidikan formal, yaitu pendidikan di sekolah yang di peroleh secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas; (2) nonformal, yaitu pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; dan (3) informal, yaitu pendidikan yang diperoleh dari keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

b. Apresiasi merupakan tanggapan terhadap karya, orang kreatif, serta proses penciptaan nilai kreatif yang menstimulasi peningkatan kualitas karya, orang, dan proses kreatif tersebut. Apresiasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu apresiasi oleh pasar

27BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

(konsumen, khalayak,dan customer) dan apresiasi terhadap orang, karya, dan proses kreatif. Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditunjukkan dari konsumsi serta tanggapan pasar terhadap karya, orang, dan proses kreatif,sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat berupa penghargaan, pemberian insentif, dan juga apresiasi terhadap HKI (Hak Kekayaan Intelektual).

Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditingkatkan melalui proses peningkatan literasi masyarakat terhadap kreativitas, sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat ditingkatkan dengan mengomunikasikan orang serta karya kreatif tersebut kepada masyarakat. Dengan adanya kegiatan apresiasi yang baik, maka orang-orang kreatif akan terdorong untuk terus berkreasi.

3. Pasar (Market) - Konsumen, Khalayak, dan Customer adalah pihak yang mengapresiasi karya kreatif dari subsektor televisi dan radio. Ketiga jenis pasar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Berikut penjelasannya.a. Konsumen adalah orang yang membeli karya kreatif berupa konten acara dari

industri subsektor televisi dan radio.b. Khalayak adalah orang yang menonton karya kreatif dari subsektor televisi dan radio,

yang dapat dibedakan menjadi dua: khalayak umum yang menikmati konten acara hanya dengan kepekaan indrawi, dan khalayak ahli yang menikmati konten acara dengan pengetahuan yang khusus. Khalayak ahli memiliki peran yang vital dalam pengembangan industri televisi dan radio karena mereka menciptakan wacana, kritik, dan kurasi yang dapat meningkatkan kualitas dari konten acara serta meningkatkan kualitas pemahaman dari pasar terhadap kreativitas.

c. Customer adalah pihak yang membeli menggunakan jasa dari subsektor televisi dan radio untuk meningkatkan kesejahteraan bisnisnya.

4. Pengarsipan (Archiving) adalah proses preservasi terhadap karya kreatif dan dokumentasi karya kreatif tersebut yang dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan (orang kreatif, pemerintah, lembaga pendidikan, pelaku bisnis, komunitas, dan intelektual) yang terlibat di dalam ekosistem televisi dan radio sebagai media pembelajaran dan literasi.

Proses pengarsipan pada umumnya dilakukan melalui tahapan pengumpulan-restorasi- penyimpanan-preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila dokumen atau hal yang perlu diarsipkan tersebut sudah mengalami kerusakan atau ketidaksesuaian sehingga perlu dilakukan proses perbaikan tanpa mengubah nilai atau makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi.

Keempat komponen ini dalam subsektor televisi dan radio mempunyai peran yang berbeda dan saling berinteraksi sehingga membentuk sebuah siklus dalam sebuah ekosistem subsektor televisi dan radio yang dapat menghasilkan rantai nilai kreatif secara berkelanjutan. Melalui ekosistem ini diharapkan proses penciptaan nilai kreatif, aktivitas,dan output dari setiap proses dan peran yang terlibat didalamnya dapat terpetakan dengan baik sehingga rencana pengembangan yang dibuat akan lebih sistematis dan tepat sasaran.

28 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Televisi dan Radio

PascaProduksi

Pra Produksi

Rumah Produksi

KonsultasiPenentuan

sasaran segmen audience

Observasi

Brainstorming

Finalisasi konsep

acara

CREATIVE VALUE CHAIN

Content Creator

Perhitungan rating dan jumlah penonton/pendengar,riset dan pengembangan konten acara

Manajemen lokasi & properti, manajemen pemasokperangkat teknis siaran, pembuatan musik pendukung

acara, pembuatan iklan

Editing konten acara, Pengemasan konten acara,Evaluasi konten acara

Pengelolaan kanal penyiaran, pengawasandan pembatasan konten acara yang disiarkan,

pengawasan plagiatisme konten acaraAsosiasi yang termasuk ke dalamMasyarakat Telematika Indonesia

Channel Operator

Free To Air

Kanal TV & Radio

Paid

KanalIP-Based

Tenagapendidik

Orang tua

Naskah dan pointer scriptKonten acara siaran langsung,Master copy konten acara siaran rekaman

Industri MediaCetak dan Digital

Pendidikan TeknisiPenyiaran

PendidikanSeni Peran

Pendidikan Penyiaran& Pemrograman

Manajemen bursakonten acara TV,

promosi program acara

Pelelangan kontenacara rekaman TV

DISTRIBUSIPENYIARAN

APRESIASI

PRODUKSI

Kebijakan KurikulumPendidikan Media

Kebijakan penyelenggaraanpenyiaran Kebijakan konten

penyiaran Kebijakan HKI

PENDIDIKAN

KREASI

Hak siarkonten acara

Bursa KontenAcara

Literasi umum:Kegiatan apresiasi

konten acara TV& Radio:

Literasi spesifik:

Konten Acara Langsung

Master Copy KontenAcara Rekaman

Pemberian ulasankonten acara

NURTURANCE ENVIRONMENT

Ulasan dan kritik

Pemberian kritikkonten acara

Formal:

Diploma

Sarjana

Pasca Sarjana

Doktor

Sertifikasi

Non formal:Kursus

Training

Workshop

Pengetahuan dan TeknologiBaru Penyiaran

Tenaga Ahli ProfesiTenaga Ahli ProfesiSistem

Klarifikasi Penonton

Penghargaandan Rating

Terintegrasi dalamKurikulum

Pendidikan Nasional

Rantai Nilai KreatifAktivitas Utama/JenisAktivitas PendukungPelaku UtamaAsosiasiOutput

Keterangan:

Nurturance Environment

Institusi Pendidikan Swasta & Negeri, Komunitas Media & Jurnalistik, Stasiun TV/Radio Swasta & Pemerintah, Rumah Produksi Independen, Penonton AhliAsosiasi Jurnalistik, Lembaga Survey, Institusi Pendidikan dan Pemerintah

Formal:

SekolahTinggi Ilmukomunikasi

Sekolahtinggi drama& seni peran

Agenpencari

bakat

Kompetisipencari

bakat

Non formal:Formal:Sekolah Tinggi Ilmu

komunikasiWorkshop Penyiaran

& JurnalismeSekolah Tinggi

Teknologi Informasi

Sekolah PerfilmanSekolah jurnalistik

bersertifikasi

Non formal:Pendidikan tingkat tinggi

Pendidikan tingkat lanjut

Pendidikan tingkat menengah

Pendidikan tingkat dasar

Pendidikan anak usia dini

PEMBINAAN

Akses Publik

Akses Publik

Akses Publik

APRESIASI

KONSUMSI

AUDIENCE & MARKET

MARKET

Penonton Umum

Penonton Ahli

Perusahaan Pengiklan

Pemberian penghargaanoleh media swasta

Pemberian penghargaanoleh pemerintah

Pemberian ratingprogram acara TV/radio

HKI konten acara

TELEVISIPembuatan storyboard, konstruksiset & lokasi, properti, kostum,prosescasting, budgeting, manajemen teknis

Syuting acara

Monitoring internal programsiaran langsung

RADIOPembuatan bumper, stinger,

jingle, rundown acara siaran

Menyiarkan konten acara

Monitoring internal siaran

TELEVISI

Stasiun TV & VOD

iTV, IPTV,web streaming

mobile app podcast

Web streaming,mobile app, podcast

RADIO

Stasiun Radio

Preservasi

PenyimpananRestorasi

PengumpulanARCHIVING

Stasiun TV/Radio, Pemerintah, Komunitas

Produksi

29BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

2.1.2 Peta Ekosistem Televisi dan RadioPeta ekosistem televisi dan radio dibentuk berdasarkan definisi dan ruang lingkup yang telah diidentifikasi secara spesifik berdasarkan fokus kebutuhan konteks ekonomi kreatif Indonesia. Dalam hal ini, cakupan ruang lingkup dari subsektor televisi dan radio yang akan dijadikan fokus untuk kebutuhan pengembangan ekonomi kreatif Indonesia berbeda satu sama lain. Untuk subsektor televisi, kategori ruang lingkup yang akan dijadikan fokus pengembangan adalah kategori berita lunak, hiburan, dan permainan. Sedangkan untuk subsektor radio, ruang lingkup yang akan dijadikan fokus dalam pemetaan ekosistem adalah kategori berita, siaran lepas, dan siaran naskah.

Gambar 2 - 2 Ruang Lingkup Televisi

Gambar 2 - 3 Ruang Lingkup Radio

Untuk setiap kategori fokus industri kreatif akan disegmentasi lagi sesuai dengan rating yang telah ditetapkan oleh KPU. Pada akhirnya akan diperoleh segmentasi konten sesuai dengan genre dan rating acaranya.

30 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

A. Rantai Nilai Kreatif

A.1 Proses KreasiProses kreasi pada subsektor televisi meliputi tahapan bagaimana proses pengemasan suatu ide konten acara yang dicetuskan agar menjadi bahan mentah atau konsep awal yang dapat diproduksi dalam pemrograman secara sistematis.

Gambar 2 - 2 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio Gambar 2 - 4 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio

Pada tahap kreasi, aktivitas utama yang dilakukan dapat terbagi menjadi tiga kegiatan yang bisa dilakukan baik secara paralel ataupun sekuensial. Ketiga kegiatan tersebut adalah konsultasi, penentuan sasaran segmen audience, dan observasi.

1. Konsultasi dilakukan oleh stasiun televisi ataupun radio yang menyerahkan studi atau riset terkait ide konten acaranya pada pihak ketiga sepenuhnya. Dalam hal ini pihak ketiga, yang biasanya merupakan konsultan program media, menjadi aktor utama dalam pencetusan ide konten acara yang akan dibuat. Mereka mencetuskan konsepnya murni berdasarkan pada hasil riset mengenai preferensi konten acara yang dimiliki oleh penonton atau pendengar di suatu segmen yang ditentukan.

2. Penentuan Sasaran Segmen Audience juga merupakan aktivitas awal yang lazim dilakukan untuk menentukan ide konten acara yang akan diproduksi. Dari setiap segmen audience,tentunya akan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga akan menghasilkan kebutuhan konten acara yang berbeda pula. Adapun segmen penonton atau pendengar

31BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

tersebut dikelompokan berdasarkan kategori rating yang telah ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

3. Observasi dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada keadaan lingkungan baik secara lokal maupun global. Keadaan lingkungan merupakan salah satu sumber inspirasi utama dari ide konten acara bagi sebagian besar content creator di berbagai stasiun televisi maupun radio. Peristiwa penting yang terjadi ataupun tren gaya hidup masyarakat saat ini bisa menjadi bahan konten acara yang akan digagas.

Selanjutnya, dari ketiga aktivitas tersebut, dilakukan brainstorming untuk mematangkan ide konten acara yang telah digagas oleh tim content creator untuk mendapat persetujuan dari program director ataupun pimpinan lain yang terlibat dalam penggagasan ide konten acara. Selanjutnya ide-ide yang diajukan akan dilakukan penyesuaian lebih lanjut untuk menghasilkan kesepakatan konsep acara. Konsep acara yang telah disetujui ini kemudian akandiselesaikan dengan cara menuangkannya dalam bentuk naskah sementara ataupun pointer script yang umumnya digunakan oleh penyiar radio.

Pelaku utama yang berperan dalam rantai nilai kreasi disebut sebagai tim content creator. Tim content creator dalam industri televisi terdiri dari sutradara, produser, program supervisor, dan program director. Sedangkan pada industri radio, ide konten acara dicetuskan sepenuhnya oleh produser yang didukung oleh masukan dari para penyiar, scriptwriter, program supervisor, program director, dan music director.

Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman, idealisme dari fungsi media tersebut di Indonesia sudah tidak dapat berjalan beriringan secara seimbang. Kepentingan bisnis serta politis dari para pejabat yang umumnya bertolak belakang dengan idealisme fungsi media menjadikan konten acara televisi dan radio di Indonesia menurun kualitasnya. Hal ini utamanya terjadi pada industri televisi.Rating acara dan jumlah penonton menjadi kejaran utama para pelaku bisnis industri televisi demi menarik parapengiklan.Adapun perhitungan rating tersebut termasuk dalam aktivitas pendukung utama yang dijadikan sebagai masukan ide konten yang akan diproduksi.

Selain aktivitas utama, terdapat juga beberapa aktivitas pendukung yang berfungsi sebagai sumber untuk ide-ide konten acara yang akan dibuat. Sumber utama yang menginspirasi sekaligus menjadi pertimbangan utama dalam mencari ide konten acara adalah observasi tren di lingkungan yang selanjutnya didukung oleh hasil riset dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya oleh pihak luar terkait dengan preferensi masyarakat akan konten media televisi dan radio. Riset dan pengembangan yang dilakukan dapat berupa kajian empiris terkait konten-konten kreatif dunia yang dinilai memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi. Adapun perhitungan rating dan jumlah penonton atau pendengar untuk suatu konten acara tertentu dilakukan oleh pihak ketiga sebagai aktivitas pendukung yang memiliki pengaruh sangat tinggi di proses kreasi.

Aktor pendukung dalam rantai nilai kreasi yang perannya tidak terlibat langsung dalam mencetuskan ide ataupun tidak selalu memberikan ide konten acara adalah lembaga survei, konsultan media serta pemerintah yang menjalin kerjasama dengan KPI.

1. Lembaga survei yang melakukan riset dan pengembangan dalam bidang televisi dan radio. Saat ini di Indonesia sendiri hanya terdapat satu lembaga survei yang melakukan perhitungan rating konten acara, yaitu Nielsen. Minimnya lembaga survei yang beroperasi

32 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

di Indonesia menjadikan para perusahaan pengiklan tidak memiliki pembanding lain dalam menilai tingkat ketertarikan masyarakat akan konten acara sehingga menurunkan tingkat objektivitas penilaian. Hal ini berimbas kepada ide yang digagas dalam pembuatan konten acara televisi dan radio itu sendiri. Keseragaman jenis acara antar stasiun televisi dan radio adalah salah satu dampak dari penitikberatan rating sebagai target pencapaian utama.

2. Lembaga yang dinilai sebagai pakar di bidang konten penyiaran yang dipercaya sebagai penasihat terkati tren konten penyiaran di masa mendatang. Akan tetapi, stasiun televisi dan radio yang menggunakan konsultan tidak lantas sepenuhnya memercayakan ide konten acara kepada pihak ketiga. Perlu dilakukan brainstorming serta persetujuan lebih lanjut dari program director serta pimpinan terkait untuk dapat menentukan konten apa yang akan diproduksi.

3. Pemerintah menjalin kerjasama dengan KPI. Peran pemerintah mulai terlibat ketika acara televisi atau radio yang akan dibuat bertujuan untuk digunakan sebagai salah satu media yang memfasilitasi isu yang diangkat oleh pemerintahan. Selain itu, pemerintah juga berperan dalam mengawasi konten acara televisi dan radio yang dinilai pantas untuk diproduksi oleh para tim produser. Hal tersebut dicerminkan dalam bentuk undang-undang dan peraturan resmi pemerintah lainnya terkait dengan kegiatan penyiaran dan pemrograman.

A.2 Proses ProduksiProses produksi dari subsektor televisi dan radio merupakan proses di mana naskah sementara yang telah disetujui akan diterjemahkan dalam bentuk konten audio visual ataupun audio.

Gambar 2 - 5 Rantai Nilai Produksi Subsektor Televisi dan Radio

33BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

Tahapan produksi suatu acara televisi dan radio terbagi menjadi tiga sub proses besar, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi.

PraproduksiProses praproduksi meliputi persiapan yang dilakukan sebelum proses produksi dilakukan. Pada industri televisi, praproduksi merupakan kegiatan yang meliputi pembuatan storyboard suatu konten acara apabila terdapat beberapa adegan yang sulit dijelaskan dalam naskah (contohnya konten animasi). Penyesuaian naskah, konstruksi set dan lokasi, properti, kostum, proses casting, budgeting serta manajemen teknis juga termasuk dalam proses praproduksi konten televisi.

Foto Radio Mixing Board

Sumber: http://cfcr.ca/join_us/become_a_host

Sedangkan pada industri radio, pra produksi itu sendiri meliputi pembuatan naskah atau panduan konten untuk penyiar, pemilihan penyiar, serta pembuatan bumper13, jingle14, stinger15, dan playlist.

ProduksiProses produksi dilakukan sebagai tahapan pembuatan konten acara televisi atau radio itu sendiri. Kegiatan utama yang dilakukan pada ini adalah syuting acara televisi ataupun melakukan siaran radio. Ada dua jenis keluaran pada proses produksi ini, diantaranya acara siaran langsung serta siaran rekaman. Untuk siaran langsung, selanjutnya tidak akan melalui tahapan rantai nilai distribusi, melainkan langsung memasuki tahapan rantai nilai presentasi kepada penonton ataupun pendengar. Sedangkan untuk konten acara rekaman dapat didistribusikan dalam bursa konten acara ataupun langsung disiarkan di stasiun televisi setelah melalui proses pasca produksi.

(13) Berdasarkan Wikipedia, bumper merupakan sebuah pengumuman singkat yang umumnya berdurasi tidak lebih dari 15 detik yang ditempatkan di antara jeda program dan iklan pada siaran radio(14) Berdasarkan Wikipedia, jingle merupakan musik pendek yang digunakan untuk membuat iklan ataupun tujuan komersil lainnya dalam industri radio(15) Berdasarkan artikel The Medialink Broadcasting Glossary, stinger merupakan musik singkat yang digunakan untuk memberikan jeda antara dua program yang berbeda dalam siaran radio

34 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

PascaproduksiKegiatan pascaproduksi merupakan kegiatan tambahan yang dilakukan setelah produksi khusus untuk acara siaran rekaman.Acara-acara yang sifatnya rekaman, sebelum dipresentasikan kepada publik, harus melalui proses editing dan penyuntingan akhir terlebih dahulu. Untuk acara rekaman yang diproduksi oleh rumah produksi independen, beberapa akan melalui proses distribusi berupa bursa konten acara. Sedangkan untuk acara siaran rekaman yang tidak ditayangkan secara langsung, hasil akhir yang berupa master copy acara rekaman akan disimpan untuk selanjutnya direstorasi kembali oleh operator saat jam tayang atau jam siaran acara tiba.

Pada rantai nilai produksi, terdapat perbedaan pada aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Aktor-aktor yang terlibat pada rantai nilai produksi di industri televisi itu sendiri meliputi tim produksi (sutradara, produser, scriptwriter, dan lain-lain), tim artistik, tim teknis, serta tim editor. Sedangkan pada industri radio, aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai produksi adalah:

• Sound designer.• Produser.• Program director.• Program supervisor.• Operator.

Idealnya, untuk seluruh draft naskah serta ide acara yang digagas pada tahapan kreasi merupakan ide-ide yang telah disetujui untuk masuk ke tahapan selanjutnya, yaitu produksi.Akan tetapi adanya konflik kepentingan dari pemilikdari segi bisnis dan politis yang bertentangan dengan ide kreatif, membuat hasil keluaran dari produksi tidak sesuai dengan konsep awal yang telah ditentukan. Hal ini diakibatkan oleh adanya penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan pada saat proses produksi dilakukan.

Kesulitan lain yang dihadapi sebagian besar pelaku industri televisi dan radio adalah peralatan penyiaran dan pemrograman yang memiliki harga cukup tinggi dan ketersediaannya yang sulit. Akibatnya pengadaan alat-alat keperluaran siaran harus dilakukan melalui distributor luar negeri.Hal ini berimbas pada pajak barang impor yang melambung tinggi karena alat-alat tersebut dikategorikan sebagai barang mewah. Bagi para pelaku industri lokal yang memiliki modal terbatas, tentunya hal ini menjadi persoalan yang serius.Solusi alternatif yang dapat dilakukan oleh beberapa stasiun televisi lokal adalah dengan membeli hak siar konten acara dari rumah produksi independen.

Rumah produksi independen pada rantai nilai produksi tentunya juga berperan sebagai aktor utama, selain daripada seluruh tim yang ada dalam stasiun televisi dan radio itu sendiri. Adapun beberapa contoh rumah produksi independen yang terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut:

• REVO Films (PT. Hadi Cinema Putra).• MD Entertainment. • NET Films. • Sinemart dan Lenza Film. • Rapi Films. • AVICOM.

• Bola Dunia.• Dwingkara Citra Suara (Elang Perkasa

Film).• Indika Era Mandiri. • Intercine Film. • Karnos Film. • Miles Production.

35BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

• Millenium Visitama Film.• Multivision Plus.• Pearson TELEVISI.• Persari Film.• Prima Entertainment.• Soraya Intercine Film.

• PT GMM Films Indonesia.• PT Visi Lintas Film.• PT Triwarsana.• PT Genta Buana Paramita.• PT Shandika Widya Cinema.

Lembaga pemerintahan yang berperan utama dalam rantai nilai produksi konten acara televisi dan radio ini bertugas mengawasi dan mengevaluasi jalannya proses produksi acara agar tetap sejalan dengan Undang-undang Penyiaran yang berlaku di Indonesia. Berikut ini jenis-jenis lembaga pemerintahan yang terlibat dalam rantai produksi subsektor televisi dan radio di Indonesia:

• Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.• Lembaga Sensor Film Indonesia.

Setiap stasiun televisi dan radio biasanya memiliki nilai proporsi tertentu akan jumlah acara in-house production dan acara-acara yang sudah dibeli hak siarnya. Hal ini disebabkan oleh jumlah dana yang dibutuhkan untuk produksi siaran in-house lebih tinggi jika dibandingkan dengan film atau serial dari rumah produksi lain. Sumber dana utama untuk proses produksi dan manajemen stasiun televisi dan radio itu sendiri adalah melalui iklan. Semakin tinggi jumlah penonton suatu acara, maka akan semakin banyak pula perusahaan yang tertarik untuk mengiklankan produknya di sela-sela acara tersebut. Untuk itu pada proses produksi, penentuan proporsi jumlah iklan serta urutannya juga ditentukan.

Adapun beberapa kegiatan pendukung pada proses produksi yang membantu kelancaran produksi acara hingga tahapan distribusi. Kegiatan-kegiatan pada aktivitas pendukung tersebut adalah manajemen lokasi danproperti, manajemen pemasok perangkat teknis siaran, pembuatan musik pendukung acara, serta pembuatan iklan.

1. Manajemen lokasi dan properti merupakan aktivitas pendukung yang meliputi pengelolaan lokasi yang akan digunakan untuk proses produksi, serta pengelolaan properti yang akan digunakan sebagai pendukung jalannya proses produksi.

2. Manajemen pemasok perangkat teknis siaran adalah aktivitas pendukung yang sangat penting dalam tahapan persiapan proses produksi. Perangkat teknis siaran yang digunakan diatur dalam Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 sehingga standar alat penyiaran yang digunakan oleh industri televisi maupun radio menjadi baik.

3. Pembuatan musik pendukung merupakan aktivitas yang meliputi proses rekaman musik dan pengemasannya yang digunakan sebagai pendukung pada satu adegan tertentu dalam sebuah program acara. Pembuatan musik pendukung ini tentunya erat kaitannya dengan industri musik.

4. Pembuatan iklan adalah proses pengemasan suatu bentuk komersil dari produk ataupun jasa tertentu hingga menjadi sebuah konten singkat yang bersifat persuasif bagi penonton ataupun pendengarnya. Iklan biasanya disisipkan di antara segmen atau adegan suatu program acara televisi maupun radio.

A.3 Proses DistribusiTahapan distribusi khusus dilakukan pada konten televisi baik yang sifatnya rekaman ataupun siaran langsung yang direkam. Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk memasarkan konten

36 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

acara yang dinilai memiliki daya saing yang cukup tinggi kepada pasar nasional maupun manca negara untuk ditayangkan di stasiun televisi di negara lain.

Gambar 2 - 6 Rantai Nilai Distribusi Subsektor Televisi dan Radio

Terdapat tiga jenis bentuk sindikasi program televisi dan radio16, diantaranya adalah:1. First-run syndication merupakan jenis sindikasi yang dilakukan untuk konten-konten yang

belum pernah disiarkan sebelumnya dan hanya diproduksi khusus untuk didistribusikan pada bursa konten acara.

2. Off-network syndication merupakan bentuk bursa konten acara yang ditujukan khusus untuk konten-konten acara yang sebelumnya pernah disiarkan sehingga bursa konten ditujukan sebagai bentuk penyiaran ulang dari konten acara tersebut.

3. Public broadcasting syndication merupakan bentuk bursa konten yang dilakukan untuk suatu segmen konten acara untuk dapat disiarkan di sebuah konten acara stasiun televisi atau radio lain.

Salah satu contoh lembaga yang sukses dalam memfasilitasi bentuk sindikasi konten acara televisi di Amerika adalah The Program Exchange yang dibentuk pertama kali dengan nama Program Syndication Services Inc. di tahun 1973.

Di Indonesia sendiri, kegiatan bursa konten acara televisi dan radio dinilai belum begitu marak perkembangannya. Rumah-rumah produksi independen yang menghasilkan konten acara lebih banyak menjual hak siarnya secara langsung kepada stasiun-stasiun televisi yang dirasa akan tertarik untuk menayangkan konten yang ditawarkannya. Hal ini tentunya membuat para rumah produksi independen berskala kecil menjadi kesulitan dalam menjalin koneksi untuk dapat memasarkan kontennya ke para pemain besar media di Indonesia. Akibatnya, konten yang dihasilkan hanya mampu menembus jaringan pasar lokal saja.

(16) http://en.wikipedia.org/wiki/Broadcast_syndication, diakses pada 21 Juli 2014

37BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

A.4 Proses PenyiaranTahapan akhir dalam rantai nilai utama sektor televisi dan radio adalah tahap penyiaran. Pada tahapan ini, seluruh program acara yang telah dibuat pada proses produksi disiarkan kepada publik melalui presenter. Pelaku utama yang berperan sebagai presenter adalah media penyiaran konten televisi dan radio.

Gambar 2 - 7 Rantai Nilai Penyiaran Subsektor Televisi dan Radio

Presenter pada proses penyiaran terbagi menjadi berbagai macam jenis sesuai dengan format distribusi ataupun format acara itu sendiri. Untuk acara siaran langsung yang telah selesai diproduksi, selanjutnyaakan dipresentasikan melalui stasiun televisi atau radio, serta IP based platform secara serentak. Sedangkan untuk acara rekaman akandisimpan terlebih dahulu pada

38 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

tempat pengarsipan acara rekaman untuk selanjutnya dipresentasikan oleh operator dengan merestorasi kembali konten acara.

Rantai nilai penyiaran merupakan bentuk penyajian stasiun televisi dan radio akan acara-acaranya sebagai salah satu usaha pembentukan citra produknya di mata masyarakat. Pada rantai nilai presentasi, aktor utama yang terlibat meliputi perusahaan televisi kabel, stasiun televisi dan radio, serta jaringan internet. Berikut ini daftar nama perusahaan televisi kabel yang menyiarkan acara dari stasiun-stasiun televisi lokal di Indonesia:

• PT. MNC Sky Vision (Indovision dan Top TV, Oke Vision), kabel dan satelit.• PT. Indosat Mega Media (IM2/IndosatM2 (IM2 PayTV)), kabel.• PT. Link Net (First Media), kabel dan satelit.• PT. Mentari Multimedia (M2V Mobile TV), terrestrial.• PT. Indonesia Media Televisi (BigTV), kabel dan satelit• PT. Indonusa Telemedia (TelkomVision), kabel dan satelit• PT. Indonusa Telemedia (Yes TV), satelit.• PT. Nusantara Vision (OkeVision), satelit.• PT. Karyamegah Adijaya (Aora), satelit.• PT. Cipta Skynindo (Skynindo), satelit.• PT. Telekomunikasi Indonesia (Groovia TV), IPTV.

Pada rantai nilai penyiaran, aktor dari bidang pemerintahan yang paling berperan dalam kegiatan penyiaran serta pengawasan acara-acara televisi dan radio tentunya adalah Komisi Penyiaran Indonesia. Untuk televisi, siaran acara dari beberapa stasiun televisi swasta dan milik pemerintah dapat dinikmati secara gratis dan serentak se-Indonesia. Sedangkan untuk acara radio, karena keterbatasan frekuensi siaran, masing-masing wilayah akan memiliki jenis siaran radio yang berbeda-beda.

B. PasarGambar 2 - 8 Peta Pasar

Konten acara yang dihasilkan oleh televisi dan radio kemudian disiarkan secara serentak kepada publik sebagai pemirsa dan pendengar konten acara di berbagai macam jangkauan. Para penikmat konten acara televisi dan radio dapat dikelompokkan menjadi penonton umum, penonton ahli, serta perusahaan pengiklan.

39BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

Penonton Umum terdiri dari masyarakat yang menikmati konten acara televisi dan radio semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan informasi. Jumlah penonton umum yang menikmati konten acara yang disuguhkan oleh stasiun televisi dan radio tertentu merupakan salah satu tolak ukur yang digunakan oleh perusahaan pengiklan untuk mengiklankan produknya di konten acara tersebut.

Penonton Ahli merupakan pihak-pihak yang memiliki keahlian yang diakui untuk memberikan penilaian kualitas dari konten sehingga mereka menikmati konten acara televisi atau radio sebagai bagian dari profesionalisme kerja. Contoh dari penonton ahli diantaranya adalah kritikus, penulis atau jurnalis, serta pakar media.

Perusahaan pengiklan merupakan salah satu target utama para pemilik media yang sekaligus mendasari ide pembuatan konten tersebut. Hal ini disebabkan oleh iklan yang menjadi satu-satunya sumber pendapatan stasiun televisi dan radio di Indonesia.

C. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment)

C.1 ApresiasiProses apresiasi karya seni dari televisi dan radio adalah salah satu rantai nilai pendukung dalam sektor tersebut. Tahapan apresiasi ini terbagi menjadi beberapa jenis seperti ditunjukkan pada Gambar 2-9.

Gambar 2 - 9 Peta Apresiasi Subsektor Konten Televisi dan Radio

40 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Acara-acara yang disiarkan selanjutnya akan diapresiasi dalam bentuk pemberian beragam penghargaan dan nominasi, kritik oleh para pakar film atau acara radio serta penonton.Bentuk apresiasi yang diberikan oleh asosiasi jurnalistik berupa penghargaan, sedangkan untuk apresiasi dari penonton dan kritikus adalah rating yang diberikan secara spesifik untuk satu acara tertentu.

Adapun bentuk apresiasi berupa literasi, yakni bentuk pengajaran akan konten-konten acara televisi dan radio yang direkomendasikan untuk dinikmati sesuai dengan segmen umur penikmatnya. Bentuk apresiasi dalam bentuk literasi ini diberikan oleh tenaga pendidik secara formal dan oleh orang tua secara nonformal.

Di Indonesia sendiri sudah terdapat banyak jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor penyiaran televisi dan radio. Berikut ini jenis-jenis bentuk penghargaan yang terdapat di Indonesia beserta aktor yang terlibat di dalamnya untuk subsektor penyiaran acara televisi:

• Panasonic Gobel Awards.• Musium Rekor Indonesia (MURI).• SCTV Awards.• Infotainment Awards.• Penghargaan Peabody.• KONI Awards.• Anugerah Jurnalistik Pertamina.• Muctar Lubis Award.• KPI Awards.• Citra Pariwara Awards.

Sayangnya, beberapa penghargaan besar yang diharapkan mampu menjadi pemicu untuk mengembangkan kreativitas dalam pemrograman konten, ternyata justru kurang mampu mendongkrak kualitas konten acara. Selain itu, stasiun-stasiun televisi lokal yang cenderung tidak memiliki ambisi untuk mengompetisikan kontennya dalam beberapa ajang penghargaan bergengsi secara nasional, membuat hasil kreativitas lokal yang berkualitas tidak dapat tertangkap dan mendapat apresiasi dari masyarakat. Hal ini tentunya membuat konten-konten acara lokal menjadi kurang menarik bagi para perusahaan pengiklan untuk berinvestasi di dalamnya.

Sedangkan jenis-jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor radio juga tidak kalah jumlahnya dengan industri televisi. Berikut ini beberapa penghargaan yang dianugerahkan untuk konten radio:

• Indonesian Radio Awards.• Penghargaan Peabody.• Apresiasi Jurnalistik Jakarta.• Anugerah Adinegoro.• MH Thamrin Award (PWI Award).• Jusuf Ronodipuro Award.

C.2 PendidikanDokumen acara dan apresiasi yang telah didapatkan selanjutnya dapat menjadi input pada tahapan studi. Tahapan ini merupakan proses jalannya kegiatan pembelajaran ilmu penyiaran televisi dan radio dilakukan.

41BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

Gambar 2 - 10 Peta Studi Subsektor Konten Televisi dan Radio

Proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara formal dan nonformal. Proses pembelajaran secara formal dilakukan oleh sekolah jurusan penyiaran dengan ijazah atau sertifikasi resmi yang diakui. Sedangkan pendidikan nonformal bisa diperoleh melalui komunitas-komunitas yang memberikan kuliah umum secara singkat terkait dalam bidang penyiaran televisi dan radio. Berbeda dengan pendidikan formal, pendidikan nonformal tidak disertai dengan ijazah, tetapi memiliki sertifikasi kompetensi. Proses dari kedua jenis pendidikan ini nantinya diharapkan akan menghasilkan tenaga ahli yang kemudian dapat berperan dalam memberikan ide-ide kreatif mengenai konsep awal penyiaran televisi dan radio.

Sekolah pendidikan ilmu penyiaran secara formal, baik televisi maupun radio, di Indonesia sudah mulai memiliki jumlah yang cukup banyak walaupun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar. Akan tetapi, pendidikan ilmu penyiaran tidak hanya dapat diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi juga pendidikan nonformal yang bersertifikasi ataupun tidak. Di Indonesia sendiri, fasilitas seperti ini biasanya disediakan oleh komunitas penyiaran televisi ataupun radio dalam bentuk seminar, workshop, dan festival.

Aktor-aktor di bidang akademisi yang berperan dalam rantai nilai studi adalah sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan formal terkait dengan ilmu penyiaran di Indonesia. Adapun sekolah-sekolah yang memiliki program pendidikan ilmu penyiaran dan jurnalistik tersebut adalah sebagai berikut:

• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bina Nusantara Medan.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan Medan.• Akademi Ilmu Komunikasi Padang.• Akademi Komunikasi Bina Ekatama.• Akademi Komunikasi Media Radio dan Televisi.

42 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

• Akademi Teknologi Komunikasi dan Informasi Indosiar.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang.• Akademi Komunikasi Indonesia “Yayasan Pendidikan Komunikasi”.• Akademi Komunikasi Yogyakarta.• Akademi Telekomunikasi Indonesia Yogyakarta.• UPN Veteran Yogyakarta.• Universitas Atmajaya Yogyakarta.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Mahkamah Samarinda.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Fajar.• Multi Media Training Center “MMTC” Yogyakarta.

Adapun di bidang bisnis, aktor yang menyelenggarakan ilmu pendidikan terkait dengan industry penyiarantelevisi dan radio adalah lembaga-lembaga kursus penyiaran. Biasanya lembaga-lembaga kursus ini sebagian besar didirikan oleh stasiun radio ataupun televisi itu sendiri. Beberapa contoh stasiun televisi dan radio yang membuka kursus bidang jurnalistik dan penyiaran adalah sebagai berikut:

• MitraFM Bekasi.• 99ers Radio School.• DJ Arie Broadcasting School.• Shinta Broadcasting School.• Journalist Development Program (JDP) TVOne.• Broadcast Development Program (BDP) RCTI.• Production Development Program (PDP), Cameraman Development Program (CAMDP),

dan Technic Development Program (TDP) oleh Metro TV.

Dari lapisan yang berperan sebagai penyelenggara ilmu pendidikan di penyiaran adalah komunitas-komunitas film, jurnalistik, atau radio. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa lembaga komunitas terkait dengan bidang penyiaran seperti berikut ini:

• Komunitas Penyiar dan Pendengar Siaran Radio.• Jaringan Radio Komunitas.• Komunitas Televisi Indonesia (KOMTEVE).• Komunitas Presenter Indonesia.

C.3 PengarsipanProses pengarsipan pada industritelevisi dan radio terdiri dari beberapa aktivitas, yaitu pengumpulan-restorasi-penyimpanan-preservasi.

43BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

Gambar 2 - 11 Peta Pengarsipan Subsektor Konten Televisi dan Radio

Pada televisi dan radio, bentuk pengarsipan dapat dilakukan oleh beberapa pihak berikut ini:1. Stasiun Televisi dan Radio

Dokumentasi yang dilakukan oleh stasiun televisi dan radio biasanya meliputi pengarsipan konten-konten yang disiarkan oleh stasiun-stasiun tersebut. Konten yang direkam oleh stasiun televisi dan radio itu sendiri disimpan sebagai arsip yang akan digunakan baik untuk bahan evaluasi ataupun sebagai bahan masukan dalam riset dan pengembangan konten acara. Adapun untuk acara-acara yang bersifat rekaman secara in-house akan disimpan dalam ruang pengarsipan internal setelah proses produksinya selesai dan diputar pada saat jadwal tayang acara tersebut tiba. Sedangkan untuk acara siaran langsung akan disimpan sebagai database untuk keperluan studi lembaga-lembaga pendidikan, apresiasi, ataupun keperluan lainnya. Hal yang sama dilakukan untuk dokumentasi jumlah penonton dan pendengar setiap acara.

2. PemerintahPeran pemerintah dalam proses pengarsipan diantaranya adalah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) ataupun preservasi dalam bantuk museum yang dapat diakses oleh publik secara bebas, mudah, dan cepat. Di Indonesia sendiri, museum yang menyimpan arsip dokumentasi seputar kejadian-kejadian bersejarah di industri penyiaran di Indonesia adalah Museum Penerangan. Museum ini tidak hanya menyimpan dokumentasi peristiwa-peristiwa bersejarah terkait penyiaran, tetapi juga replika studio penyiaran yang dapat merefleksikan suasana saat proses penyiaran sedang berlangsung.

3. KomunitasPeran komunitas dalam proses pengarsipan cukup signifikan. Bahkan, beberapa dokumen daftar konten acara yang diarsipkan oleh komunitas terkadang memiliki kelengkapan serta aktualisasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan dokumen pemerintah. Terlebih lagi, untuk kemudahan akses publik, dokumen komunitas terkadang tidak memiliki birokrasi yang rumit sehingga mempercepat proses akses secara langsung.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya rantai nilai pengarsipan, meliputi proses pendokumentasian acara televisi dan radio yang telah disiarkan secara langsung sebagai database yang nantinya akan digunakan baik untuk proses studi, apresiasi, maupun pencarian ide dan inovasi. Proses pengarsipan yang bentuknya berupa bahan mentah dari acara televisi dan radio disimpan oleh stasiun-stasiun itu sendiri. Sedangkan untuk dokumen-dokumen yang terkait dengan database, seperti rating, jumlah penonton diarsipkan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dibidang statistik seperti badan penelitian statistik

44 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

atau lembaga survei seperti Nielsen. Sayangnya, di Indonesia sendiri, lembaga survei yang melakukan penelitian mengenai preferensi penonton televisi dan pendengar radio di Indonesia hingga saat ini hanyalah Nielsen. Sehingga tidak terdapat perbandinganyang bisa dijadikan bahan pertimbangan.

2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio

2.2.1 Peta Industri Televisi dan RadioPeta industri adalah peta yang menggambarkan hubungan antar pelaku dan entitas usaha yang membentuk industri utama, mulai dari proses kreasi hingga eksibisi atau presentasi; serta pelaku dan entitas pendukung yang memberikan suplai pada pelaku dan entitas usaha di industri utama (backward linkage) dan entitas pendukung yang memberikan permintaan (demand) kepada pelaku dan entitas usaha industri utama ( forward linkage).

Peta industri dibuat sebagai gambaran ruang lingkup aktor-aktor yang terlibat secara langsung serta seberapa banyak industri pendukung yang terlibat secara tidak langsung dalam menjalani proses bisnis industri yang terkait. Pada industri kreatif subsektor televisi dan radio, peta industri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu peta industri subsektor televisi dan subsektor radio.Hal ini disebabkan kedua industri memiliki perbedaan aktor dan industri pendukung yang cukup signifikan, sehingga tidak memungkinkan untuk digambarkan dalam satu bagan.

Pada industri kreatif subsektor televisi, tahapan kreasi dilakukan oleh tim content creator. Industri pendukung yang dapat dilibatkan setelah konsep awal dilahirkan adalah industri film dan percetakan. Hal ini disebabkan oleh hasil konsep yang digagas oleh sutradara dan produser dapat dibuat dalam versi film atau kemudian ditulis oleh penulis buku untuk selanjutnya diterbitkan dalam bentuk novel atau literatur. Selanjutnya tahapan produksi dilakukan oleh rumah produksi yang terlibat, baik dalam studio yang dimiliki oleh stasiun televisi tersebut, ataupun rumah produksi independen. Industri pendukung yang terlibat dalam proses produksi ini meliputi teknis serta artistik selama proses rekaman ataupun penyiaran berlangsung.

Berbeda dengan industri televisi, industri radio lebih banyak melibatkan industri musik yang mendukung dalam setiap tahapan rantai nilainya.Perbedaan juga teletak pada jenis-jenis aktor yang terlibat di dalamnya. Terlihat bahwa music director dan sound designer memegang peranan utama yang penting dalam tahapan kreasi dan produksi. Sedangkan indutri pendukung pada tahapan produksi tentunya adalah industri musik serta manajemen artis yang terkadang diperlukan dalam beberapa acara spesial.

Sebagaimana terlihat pada Gambar-11 dan Gambar-12, aktor utama yang terlibat dalam peta industri subsektor televisi dan radio ada tiga, yaitu industri televisi, industri radio, serta rumah produksi independen. Dari gambaran tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup industri yang relevan pada subsektor televisi dan radio merupakan industri-industri yang bergerak di ketiga bidang tersebut.

45Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 2015-2019

Gambar 2 - 12 Peta Industri Subsektor Televisi

46 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Gambar 2 - 13 Peta Industri Subsektor Radio

47BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

A. Pelaku Industri dalam Proses KreasiPada proses kreasi untuk industri televisi, terdapat beberapa pelaku utama yang berperan penting dalam pembuatan suatu ide konten acara, diantaranya adalah sutradara, produser, program supervisor, serta program director.

1. Sutradara dalam industri televisi memiliki beberapa peran gabungan, yakni memberikan pengarahan para pemain dan pengisi acara, bertanggung jawab dalam merumuskan ide serta menerjemahkan naskah konten acara ke dalam pesan audio visual, dan yang terakhir adalah memberikan pengarahan kepada tim operasional dan teknis terkait kebutuhan produksi. Pada proses kreasi, peran utama seorang sutradara konten televisi adalah memberikan masukan bagaimana sebaiknya mengemas ide-ide yang digagas oleh para anggota creative talent agar menjadi suatu konsep yang menarik dan kreatif.

2. Produser dalam proses kreasi berperan sebagai pencetus ide ataupun pengembang ide yang dicetuskan. Selain itu, seorang produser juga berperan penting dalam membantu penulis dalam menerjemahkan ide konten ke dalam bentuk naskah.

3. Program supervisor pada proses kreasi bertugas sebagai untuk mengawasi dan menyetujui proses perumusan ide konten acara yang diajukan. Akan tetapi seringkali program supervisor juga ikut mengajukan ide konten acara.

4. Program director pada proses kreasi bertanggung jawab untuk mengarahkan tim content creator agar ide-ide yang diajukan sesuai dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Adapun industri-industri yang mendukung proses kreasi pada konten televisi diantaranya adalah konsultan media, lembaga survei, asosiasi, serta pemerintah. Lembaga-lembaga tersebut mendukung proses kreasi konten televisi dalam hal memberikan masukan atau sebagai sumber inspirasi dari ide konten yang akan dibuat.

Keluaran dari proses kreasi konten televisi umumnya berupa naskah konten acara yang sudah disetujui dan siap untuk diproduksi. Naskah konten acara televisi tersebut, selain dikemas dalam proses produksi, dapat pula digunakan sebagai masukan untuk industri hiburan lainnya seperti industri perfilman, ataupun industri penerbitan buku.

Sedangkan pada industri radio, ide konten acara dicetuskan sepenuhnya oleh produser yang didukung oleh masukan dari para penyiar, scriptwriter, program supervisor, program director, dan music director.

1. Produser pada proses kreasi berperan aktif dalam perumusan ide konten acara siaran yang akan dibuat. Pada industri radio, peran produser menjadi sangat penting karena keterlibatannya di setiap proses dalam rantai nilai kreasi sangat besar.

2. Penyiar pada proses kreasi bertugas untuk memberikan masukan serta penyesuaian terhadap beberapa ide konten siaran yang akan difinalisasi.

3. Program supervisor pada proses kreasi kurang lebih memiliki peran yang hampir serupa dengan penyiar radio. Perbedaannya adalah, program supervisor memiliki tanggung jawab lebih dalam mengawasi kesesuaian proses perumusan ide dengan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.

4. Program director bertugas selain sebagai penanggung jawab, juga memiliki wewenang untuk menyetujui atau tidaknya suatu ide konten acara yang diajukan.

48 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

5. Music director bertugas untuk merancang daftar panduan yang berisi judul musik yang akan diputar pada saat siaran acara berlangsung. Daftar musik yang ditentukan dapat dibuat berdasarkan tema siaran acara, tren lagu terpopuler di dunia, ataupun ciri khas dari radio itu sendiri. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa lagu yang diputar dapat diubah sewaktu-waktu oleh penyiar.

Adapun industri-industri yang mendukung proses kreasi pada konten radio diantaranya adalah penulis buku, TELEVISI talent, media cetak, media elektronik, media digital, serta konsultan media. Lembaga-lembaga tersebut mendukung proses kreasi konten radio dalam hal memberikan masukan atau sebagai sumber inspirasi dari ide konten yang akan dibuat. Keluaran dari proses kreasi konten radio umumnya berupa naskah konten acara yang sudah disetujui dan siap untuk diproduksi. Naskah ataupun pointer script konten acara radio tersebut, selain dikemas dalam proses produksi, dapat pula digunakan sebagai masukan untuk industri perfilman, industri radio, industri penerbitan buku, ataupun industri musik.

B. Pelaku Industri dalam Proses ProduksiPada rantai nilai produksi, terdapat perbedaan pada aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Aktor-aktor yang terlibat pada rantai nilai produksi di industri televisi itu sendiri meliputi tim produksi (sutradara, produser, scriptwriter, dll), tim artistik, tim teknis, serta tim editor.

• Tim produksi merupakan orang-orang yang secara langsung terlibat secara substansial pada saat proses pengemasan suatu konten acara berlangsung. Dalam hal ini, aktor-aktor utama yang termasuk ke dalam tim produksi diantaranya adalah sutradara, produser, scriptwriter.

• Tim artistik merupakan orang-orang yang terlibat dalam penataan artistik yang mendukung nilai estetika dari suatu konten acara itu sendiri. Contoh tim artistik diantaranya adalah tim penataan properti panggung, tim penata rias, serta tim kostum.

• Tim teknis merupakan orang-orang yang terlibat dalam persiapan teknis untuk keperluan pengemasan konten acara. Proses pengelolaan alat-alat elektronik oleh para teknisi dan operator adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh tim teknis.

• Tim editor adalah orang-orang yang bekerja khusus untuk konten acara yang sifatnya rekaman atau siaran tidak langsung. Konten yang direkam perlu dilakukan penyuntingan lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas konten tersebut. Di sini lah tim editor berperan dalam memberikan penyuntingan akhir dari konten-konten acara rekaman.

Pada proses produksi industri televisi, terdapat industri pendukung yang memegang peranan penting, diantaranya adalah industriyang meliputi teknis serta artistik selama proses produksi rekaman ataupun penyiaran berlangsung.

Sedangkan pada industri radio, aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai produksi adalah sebagai berikut ini:

• Sound designer dalam proses produksi bertugas untuk membuat musik pendukung konten acara ketika penyiaran berlangsung. Pembuatan jingle, bumper, dan stinger merupakan beberapa contoh produk yang dihasilan oleh seorang sound designer dalam mendukung proses pengemasan konten siaran agar lebih atraktif dan menarik minat pendengarnya.

• Produser dalam proses produksi bertugas untuk mengawasi jalannya proses pengemasan konten siaran, ataupun jalannya proses penyiaran agar tetap berada dalam jalur yang telah

49BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

disepakati sebelumnya. Produser juga bisa melakukan beberapa penyesuaian lebih lanjut saat proses produksi berlangsung apabila dibutuhkan.

• Program director dan program supervisor dalam proses produksi bertugas untuk memonitor jalannya proses penyiaran acara siaran langsung agar tetap berada pada batasan norma serta aturan yang berlaku.

• Penyiar merupakan aktor terpenting dalam proses produksi konten acara radio. Sebagian besar konten siaran radio tidak dibawakan menggunakan naskah tertulis, melainkan sepenuhnya datang dari imajinasi dan kreativitas sang penyiar itu sendiri. Oleh sebab itu, citra sebuah stasiun radio akan sangat erat kaitannya dengan gaya siaran dari para penyiarnya itu sendiri.

• Operator bertugas untuk memastikan bahwa seluruh kebutuhan teknis penyiaran konten acara yang dibutuhkan telah terpenuhi dan dapat dijalankan dengan baik.

• Tim Editor dalam proses produksi konten radio bertugas untuk mengemas konten siaran yang sifatnya adalah rekaman. Biasanya, tim editor dalam industri radio juga banyak melibatkan produser, penyiar, dan sound designer di dalam proses penyuntingan akhir konten siaran rekaman.

Pada proses produksi konten radio, terdapat industri pendukung yang memegang peranan penting, diantaranya adalah industriyang meliputi manajemen artis yang bertugas mengelola bintang tamu yang didatangkan pada acara siaran, penyedia alat elektronik penyiaran, industri musik, serta rumah produksi pembuat iklan radio.

C. Pelaku Industri dalam Proses DistribusiProses distribusi hanya dilalui oleh konten acara rekaman televisi baik yang diproduksi oleh stasiun televsimaupun rumah produksi independen. Proses distribusi ini dilakukan agar konten acara yang diproduksi dapat disiarkan di stasiun televisilain sehingga mampu memperluas pasar dan jangkauan siarnya. Pelaku industri yang telibat dalam proses distribusi tentunya adalah organisasi burssa yang bertindak sebagai pihak ketiga dalam memasarkan konten acara televisi. Umumnya, konten acara televisi yang diikutsertakan dalam bursa konten acara adalah drama berseri serta kuis atau permainan.

D. Pelaku Industri dalam Proses PenyiaranPada proses penyiaran konten televisi, pelaku industri utama yang terlibat adalah stasiun televisi dan provider layanan kanal siaran lainnya, baik yang berbasis kabel, satelit, maupun internet. Tentunya, proses penyiaran memiliki keterkaitan yang erat dengan industri telekomunikasi penyedia jaringan kanal siaran, serta industri penyedia jasa listrik. Oleh sebab itu, hasil produksi dari kedua jenis industri tersebut merupakan input yang paling penting untuk digunakan oleh channel operator penyiaran konten televisi dan radio.

Adapun konten acara televisi dan radio yang disiarkan kepada publik akan digunakan sebagai bahan input bagi komisi penyiaran untuk memonitor konten siaran. tugas komisi penyiaran sendiri adalah memastikan bahwa konten yang disiarkan di televisi dan radio tetap sesuai dengan kebijakan dan norma yang berlaku, serta tidak menimbulkan dampak negatif bagipara penikmatnya. Apabila terdapat konten acara yang melanggar ketentuan-ketentuan tersebut, maka komisi penyiaran berhak memberikan peringatan atau bahkan menghentikan sementara penyiaran konten acara tersebut kepada publik.

50 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

2.2.2 Ruang Lingkup Industri Televisi dan RadioBerdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, ruang lingkup dari industry kreatif televisi dan radio dijabarkan sebagai kegiatan kreatif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut ini:

KODE 60 PENYIARAN DAN PEMROGRAMANGolongan pokok ini mencakup pembuatan muatan atau isi siaran atau perolehan hak untuk menyalurkannya dan kemudian menyiarkannya, seperti radio, televisi, dan program hiburan, berita, perbincangan dan sejenisnya. Juga termasuk penyiaran data, khususnya yang terintegrasi dengan penyiaran radioatau televisi. Penyiaran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yangberbeda, melalui udara, satelit, jaringan kabel atau melalui internet. Termasuk produksi dari program yang khususnya memberikan informasi dasar padakalangan tertentu dengan format yang terbatas, seperti program berita, olahraga, pendidikan dan program yang ditujukan untuk anak muda atas dasarberlangganan atau biaya, pada pihak ke tiga, untuk penyiaran berikutnya kemasyarakat. Tidak termasuk program berlangganan dengan atau tanpa kabel lainnya (Golongan Pokok 61).

KODE 601 PENYIARAN RADIOGolongan ini mencakup penyiaran sinyal suara melalui studio penyiaran radio dan fasilitas untuk transmisi program yang berhubungan dengan masyarakat, termasuk mengumpulkan dan menyalurkan program melalui kabel atau satelit,internet (stasiun radio internet), termasuk penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio.

KODE 6010 PENYIARAN RADIOSubgolongan ini mencakup:

• Penyiaran sinyal suara melalui studio penyiaran radio dan fasilitas untuk transmisi pemograman sinyal suara kepada masyarakat, untuk para pendengar.

• Kegiatan jaringan radio, yaitu mengumpulkan dan mengirimkan program sinyal suara untuk para pendengar lewat udara, kabel atau satelit.

• Kegiatan penyiaran radio lewat internet (stasiun radio internet).• Penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio.

Subgolongan ini tidak mencakup:• Produksi program siaran radio yang direkam, lihat 5920.

Kode 60101 Penyiaran Radio oleh PemerintahKelompok ini mencakup kegiatan pemerintah dalam usaha penyelenggaraan siaran radio, seperti penyiaran sinyal suara melalui studio penyiaran radio dan fasilitas untuk transmisi pemrograman sinyal suara kepada masyarakat atau pendengar; kegiatan jaringan radio, yaitu mengumpulkan dan mengirimkan program sinyal suara untuk para pendengar lewat udara, kabel atau satelit; kegiatan penyiaran radio lewat internet (stasiun radio internet); dan penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio. Termasuk juga station relai (pemancar kembali) siaran radio.

51BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

Kode 60102 Penyiaran Radio oleh SwastaKelompok ini mencakup kegiatan dalam usaha penyelenggaraan siaran radio yang dikelola oleh swasta, seperti penyiaran sinyal suara melalui studio dan fasilitas untuk transmisi pemograman sinyal suara kepada masyarakat atau pendengar; kegiatan jaringan radio, yaitu mengumpulkan dan mengirimkan program sinyal suara untuk para pendengar lewat udara, kabel, atau satelit; kegiatan penyiaran radio lewat internet (stasiun radio internet); dan penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio. Termasuk juga station relai (pemancar kembali) siaran radio.

KODE 602 PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN TELEVISIGolongan ini mencakup kegiatan pembuatan program saluran televisi lengkap, dari komponen program yang dibeli (misalnya film, dokumentasi dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (misalnya berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi dari hal tersebut.Program televisi lengkap ini dapat disiarkan baik melalui unit yang menghasilkan atau dihasilkan untuk transmisi melalui distributor pihak ketiga, seperti “Cable Companies” atau penyedia televisi satelit. Termasuk penyiaran data terintegrasi dengan penyiaran televisi.

KODE 6020 PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN TELEVISISubgolongan ini mencakup:

• Pembuatan program saluran televisi lengkap dari komponen program yang dibeli (seperti, film, dokumenter dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (seperti berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi keduanya.

Program televisi lengkap dapat disiarkan sendiri atau melalui distribusi pihak ketiga, seperti perusahaan kabel atau provider televisi satelit. Pemograman dapat bersifat umum atau khusus (misalnya format terbatas seperti program berita, olahraga, pendidikan atau program yang ditujukan untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat hanya tersedia atas dasar langganan.

• Pemograman dari saluran video atas dasar permintaan.• Penyiaran data yang diintegrasikan dengan siaran televisi.• Subgolongan ini tidak mencakup:• Produksi komponen program televisi (misalnya film, film dokumentasi,iklan), lihat 5911.• Penggabungan paket saluran dan distribusi dari paket tersebut melalui kabel atau satelit

ke penonton, lihat Golongan Pokok 61.

Kode 60201 Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh PemerintahKelompok ini mencakup kegiatan pemerintah dalam usaha penyelenggaraan siaran televisi, termasuk juga station relay (pemancar kembali) siaran televisi, seperti pembuatan program saluran televisi lengkap dari komponen program yang dibeli (seperti film, documenter, dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (seperti berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi keduanya; pemrograman dari saluran video atas dasar permintaan; dan penyiaran data yang diintegrasikan dengan siaran televisi. Program televisi lengkap dapat disiarkan sendiri atau melalui distribusi pihak ketiga, seperti perusahaan kabel atau provider televisi satelit.Pemrograman dapat bersifat umum atau khusus (misalnya format terbatas seperti program berita, olahraga, pendidikan atau program yang ditujukan

52 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat hanya tersedia atas dasar langganan.

Kode 60202 Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh SwastaKelompok ini mencakup kegiatan dalam usaha penyelenggaraan siaran televisi yang dikelola oleh swasta, termasuk juga station relay (pemancar kembali) siaran televisi, seperti pembuatan program saluran televisi lengkap dari komponen program yang dibeli (seperti film, dokumenter, dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (seperti berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi keduanya; pemrograman dari saluran video atas dasar permintaan; dan penyiaran data yang diintegrasikan dengan siaran televisi. Program televisi lengkap dapat disiarkan sendiri atau melalui distribusi pihak ketiga, seperti perusahaan kabel atau provider televisi satelit. Pemrograman dapat bersifat umum atau khusus (misalnya format terbatas seperti program berita, olahraga, pendidikan atau program yang ditujukan untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat hanya tersedia atas dasar langganan.

Berdasarkan KBLI 2009, maka terlihat bahwa ruang lingkup industri televisi dan radio mencakup penyelenggaraan penyiaran dan pemrograman yang dilakukan oleh stasiun televisi dan radio milik pemerintah dan swasta. Adapun sebaiknya ruang lingkup ini diperluas lagi dengan ikut melibatkan rumah produksi independen yang terbatas untuk menyiarkan produknya di stasiun televisi dan radio sebagai konten acara. Hal ini disebabkan oleh ruang lingkup industri kreatif subsektor televisi dan radio itu sendiri lebih menitikberatkan pada proses pemrograman, dimana unsur kreativitas di dalamnya sangatlah tinggi. Di sisi lain, proses pemrograman hiburan konten televisi itu sendiri sebagian besar dilakukan oleh rumah produksi independen yang kemudian dibeli hak siarnya oleh stasiun televisi pemerintah dan swasta.

2.2.3 Model Bisnis di Industri Televisi dan RadioIndustri televisi dan radio merupakan dua jenis industri media penyiaran elektronik yang memiliki proses bisnis yang hampir serupa. Keduanya sama-sama memiliki tujuan untuk menyebarkan informasi dan hiburan kepada publik secara serentak. Tentunya tidak mengherankan apabila kedua industri ini memiliki model bisnis yang juga mirip.

Ada beberapa jenis model bisnis yang dikenal secara umum yang diadaptasi oleh beragam pemain utama pada industritelevisi dan radio. Untuk setiap pemeran utama, tentunya akan memiliki model bisnis yang juga berbeda-beda, terganting dari proses bisnisnya. Berikut ini beberapa penjelasan model bisnis yang diadaptasi oleh masing-masing pemain utama pada industri televisi dan radio yang diklasifikasikan berdasarkan jenis pemain utamanya.

Jaringan Televisi Nasional dan Lokal (Free to Air)Stasiun penyiaran berjaringan nasional maupun lokal merupakan stasiun televisi ataupun radio yang disiarkan secara gratis pada publik melalui jaringan frekuensi satelit ataupun pemancar.Bentuk jaringan penyiaran seperti ini dapat diakses public secara gratis apabila jangkauan pemancar atau penerima satelit yang digunakan memadai di areanya. Ada beberapa stasiun televisi dan radio yang memiliki jenis jaringan penyiaran seperti ini di Indonesia. Akan tetapi, untuk radio, jangkauan penyiarannya tidak menggunakan satelit, sehingga terbatas dalam satu area yang jauh lebih kecil dari luas jangkauan jaringan televisi.

53BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia

Sumber pendapatan utama yang diperoleh dari layanan jaringan penyiaran gratis ini adalah melalui iklan. Model bisnis dengan cara mendapatkan pendapatan melalui berbagai perusahaan lain dengan menyediakan satu jenis fasilitas yang mereka butuhkan, tetapi memberikan produknya secara gratis pada konsumen seperti ini disebut juga dengan model bisnis fee in, free out.

Setiap stasiun televisi dan radio seperti ini memiliki standar proporsi iklan yang berbeda-beda pada setiap programnya. Biasanya, semakin banyak peminat program acara, maka akan semakin banyak pula iklan yang ditayangkan oleh stasiun televisi atau radio tersebut. Jenis-jenis iklan yang ditayangkan biasanya juga memiliki target pasar yang disesuaikan dengan jenis program acara yang ditayangkan atau disiarkan. Kerjasama antara perusahaan yang ingin mengiklankan produknya dengan stasiun televisi atau radio biasanya terjadi dalam dua arah, baik klien yang mendatangi stasiun televisi atau radio, maupun stasiun televisi atau radio yang menawarkan fasilitas promosi pada program acara yang dimilikinya.

Agar tetap dapat mempertahankan bisnisnya, tentunya stasiun televisi mematok harga yang tidak sedikit bagi para kliennya untuk dapat memasang iklan pada jeda programnya. Beberapa stasiun televisi berjaringan nasional di Indonesia mengemukakan bahwa terkadang tarif untuk pemasangan iklan selama 30 detik pada program acara prime time bisa mencapai kisaran 350 juta rupiah hingga 750 juta rupiah dalam satu rentang waktu kontraknya. Apabila program acara yang ditayangkan pada saat peak time umumnya memiliki slot waktu sekitar 10 hingga 15 menit dalam satu kali jeda iklan, tentunya jumlah pendapatan yang diperoleh dari iklan menjadi sangat besar. Hal ini mengapa stasiun televisi berjaringan nasional masih tetap dapat bertahan kuat tanpa perlu menetapkan tariff berlangganan pada para penontonnya.

Perusahaan Jaringan Siaran BerbayarSelain jaringan penyedia siaran penyiaran secara gratis, adapun beberapa stasiun televisi yang berbayar. Di Indonesia sendiri, untuk siaran radio berbayar belum tersedia, sehingga siaran program berbayar hanya sebatas stasiun televisi saja. Biasanya stasiun-stasiun televisi berbayar ini merupakan stasiun televisi dari luar negeri yang menjalin kerjasama dengan perusahaan televisi kabel agar dapat disiarkan di Indonesia. Program-program acara yang ditayangkannya pun jauh lebih beragam dan memiliki porsi iklan yang lebih sedikit dibandingkan dengan stasiun televisi lokal.

Pendapatan utama pada perusahaan televisi kabel ini tentunya adalah dari jumlah pelanggan mereka di seluruh Indonesia. Setiap pelanggan yang memutuskan untuk berlangganan dapat memilih jenis-jenis paket yang disediakan dengan harga yang beragam. Terkadang, paket yang ditawarkan tidak hanya meliputi akses stasiun televisi luar negeri saja, tetapi juga paket penyedia jasa internet. Model bisnis seperti ini disebut sebagai model bisnis berlangganan (subscription business model).

Model bisnis berlangganan merupakan model bisnis yang mewajibkan para pelanggannya untuk membayar sejumlah harga berlangganan yang telah ditetapkan untuk dapat memiliki akses pada suatu produk atau jasa dalam periode waktu tertentu. Model ini pertama kali diprakarsai oleh industri media cetak, yaitu majalah dan koran.

Rumah Produksi IndependenRumah produksi independen merupakan industri yang menyediakan jasa berupa pembuatan konten program acara yang tidak dapat dibuat oleh studio televisi atau radio. Di indonesia,

54 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

rumah produksi independen lazim dijalankan untuk menghasilkan program acara serial televisi dibandingkan dengan acara siaran radio. Sumber pemasukan utama dari rumah produksi independen ini diperoleh dari biaya hak siar yang ditetapkan oleh rumah produksi independen untuk masing-masing program acaranya. Umumnya, proses jalinan kerjasama ini terjadi dengan cara menawarkan program acara yang dimiliki kepada beberapa stasiun televisi yang berminat. Model bisnis seperti ini dikenal juga dengan model bisnis penjualan langsung (direct selling business model).

Pada model bisnis penjualan langsung, rumah produksi independen bertugas sebagai pabrik pembuat program acara yang tidak dapat dilakukan oleh rumah produksi stasiun televisi. Pembuatan program acara serial di luar studio dapat memakan biaya dan sumber daya yang sangat tinggi, sehingga tidak dimungkinkan bagi stasiun televisi untuk melakukan produksi tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Kelebihan yang dimiliki oleh rumah produksi independen yang sudah besar adalah lokasi tetap serta fasilitas kelengkapan alat produksi yang telah disediakan secara tetap di beberapa lokasi tersebut, sehingga mobilisasi dan set up time bisa dieliminasi. Hal ini memudahkan rumah produksi independen untuk dapat memproduksi beragam jumlah program dalam waktu yang sangat singkat.

Internet Protocol Based ProviderSistem penyiaran program acara televisi ataupun siaran radio melalui jaringan internet kurang lebih memiliki prinsip yang sama seperti halnya dengan stasiun televisi dan radio lokal. Sistem ini menawarkan fasilitas web streaming gratis bagi para penonton dan pendengarnya, akan tetapi menyediakan fasilitas layanan iklan berbayar pada platform-nya. Untuk itu, bisa dikatakan bahwa model bisnis yang diadaptasi oleh siaran acara internet protocol (IP) based provider adalah fee in, free out.

Akan tetapi, beberapa siaran IP Based menyediakan pula layanan berlangganan berbayar untuk dapat mengakses siaran acaranya. Untuk jenis model bisnis seperti ini, IP based provider mengadaptasi model bisnis berlangganan, seperti yang dilakukan oleh perusahaan televisi kabel berbayar.

BAB 3 Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

58 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

3.1 Kontribusi Ekonomi Televisi dan RadioPeranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta memajukan Indonesia. Bentuk nyata kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif, termasuk televisi dan radio.

Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi ekonomi televisi dan radio, nilai yang ada pada data BPS itu dihitung berdasarkan data Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009. Secara umum kontribusi ekonomi subsektor televisi dan radio dapat dilihat pada Tabel 3-1.

Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Televisi dan Radio 2010-2013

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013RATA-RATA

1 BERBASIS PRODUK DOMESTIK BRUTO

a Nilai Tambah Subsektor (ADHB)*

Miliar Rupiah 13,288.48 15,664.90 17,518.58 20,340.49 16,703.11

b Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Ekonomi Kreatif (ADHB)*

Persen 2.81 2.97 3.03 3.17 2.99

c Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Total PDB (ADHB)*

Persen 0.21 0.21 0.21 0.22 0.21

d Pertumbuhan Nilai Tambah Subsektor (ADHK)**

Persen - 7.44 6.44 6.82 6.90

2 BERBASIS KETENAGAKERJAAN

a Jumlah Tenaga Kerja Subsektor

Orang 123,051 125,392 127,189 128,061 125,923

b Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 1.07 1.08 1.08 1.08 1.08

c Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Nasional

Persen 0.11 0.11 0.11 0.12 0.11

d Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor

Persen - 1.90 1.43 0.69 1.34

59BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013RATA-RATA

e Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor

Ribu Rupiah/ Pekerja Pertahun

107,992 124,927 137,737 158,834 94,513.59

3 BERBASIS AKTIVITAS PERUSAHAAN

a Jumlah Perusahaan Subsektor

Perusahaan 11,508 12,004 12,418 12,481 12,103

b Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Jumlah Perusahaan Ekonomi Kreatif

Persen 0.22 0.23 0.23 0.23 0.23

c Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Total Usaha

Persen 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

d Pertumbuhan Jumlah Perusahaan

Persen - 4.31 3.45 0.51 2.76

e Nilai Ekspor Subsektor

Juta Rupiah 1,335,320.00 1,378,471.63 1,447,760.19 1,509,450.11 1,417,750.49

f Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Ekspor Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 1.38 1.31 1.31 1.27 1.32

g Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Total Ekspor

Persen 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07

h Pertumbuhan Ekspor Subsektor

Persen - 3.23 5.03 4.26 4.17

4 BERBASIS KONSUMSI RUMAH TANGGA

a Nilai Konsumsi Rumah Tangga Subsektor

Juta Rupiah 1,833,789.00 2,087,838.92 2,461,253.45 2,840,633.73 2,305,878.77

b Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Subsektor terhadap Konsumsi Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 0.29 0.30 0.31 0.33 0.31

c Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga

Persen 0.05 0.05 0.05 0.06 0.05

d Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

Persen - 13.85 17.89 15.41 15.72

*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan

Sumber Data: Badan Pusat Statistik

60 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)Dalam kontribusi berbasis produk domestik bruto, subsektor televisi dan radio telah memberikan peran penting pada industri kreatif di Indonesia. Hal itu ditunjukan pada bagan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Televisi dan Radio berikut ini.

Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap Total Produk Domestik Bruto Industri Kreatif

Sumber Data: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan Gambar 3-1, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio menduduki peringkat ke-6 terbesar dalam kontribusi terhadap total PDB industri kreatif Indonesia. Persisnya, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi sebesar 3,17% dari total produk domestik bruto industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan NTB (Nilai Tambah Bruto) industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 5,2% dan 6,1%. NTB subsektor televisi dan radio pada 2013 sendiri sejumlah Rp20,340 triliun dengan rata-rata pertumbuhan NTB sebesar 6,9% untuk periode 2010-2013.

61BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

3.1.2 Berbasis KetenagakerjaanDalam kontribusi berbasis ketenagakerjaan, subsektor televisi dan radio telah memberikan peran cukup penting pada industri kreatif di Indonesia. Hal tersebut ditunjukan pada bagan kontribusi Ketenagakerjaan Subsektor Televisi dan Radio berikut ini.

Berdasarkan Gambar 3-2, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio menduduki peringkat ke-6 terbesar dalam kontribusi terhadap total tenaga kerja industri kreatif Indonesia. Kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio adalah 1,08% terhadap total tenaga kerja industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan tenaga kerja industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 1,09% dan 0,79%. Nilai tersebut didapatkan dari 128.061 tenaga kerja pada 2013 dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 1,34% untuk periode 2010–2013.

Gambar 3 - 2 Kontribusi Terhadap Total Tenaga Kerja Industri Kreatif

62 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

3.1.3 Berbasis Aktivitas PerusahaanDalam kontribusi berdasarkan aktivitas perusahaan, kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio belum begitu signifikan dalam industri kreatif di Indonesia. Hal itu ditunjukkan pada bagan perbandingan kontribusi Total Unit Usaha Subsektor Televisi dan Radio berikut ini.

Gambar 3 - 3 Kontribusi Terhadap Total Unit Usaha Bruto Industri Kreatif

Sumber Data: Badan Pusat Statistik

63BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

Berdasarkan Gambar 3-3, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi 0,23% terhadap total unit usaha industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan unit usaha industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 0,98% dan 1,05%. Nilai itu didapatkan dari 12.481 unit usaha pada 2013 dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 2,76% untuk periode 2010–2013. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah unit usaha subsektor televisi dan radio di Indonesia masih sangat minim, akibatnya informasi penting yang terkandung dalam konten acara televisi dan radio masih belum dapat tersampaikan dengan baik ke seluruh daerah di Indonesia.

3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah TanggaDalam kontribusi berbasis konsumsi rumah tangga, kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio masih rendah jika dibandingkan dengan subsektor lain dalam industri kreatif di Indonesia. Hal tersebut ditunjukan pada bagan Total Konsumsi Rumah Tangga Subsektor Televisi dan Radio berikut ini.

Gambar 3 - 4 Kontribusi Terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga

Sumber Data: Badan PusatStatsitik

64 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Berdasarkan Gambar 3-4, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi 0,23% terhadap total konsumsi rumah tangga industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 10,5% dan 11,15%. Nilai konsumsi rumah tangga pada 2013 sendiri bernilai Rp2.840,6 miliar dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 15,72% untuk periode 2010-2013.v

3.1.5 Berbasis Nilai EksporDalam kontribusi berbasis konsumsi rumah tangga, kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio masih rendah jika dibandingkan dengan subsektor lain dalam industri kreatif di Indonesia. Kontribusi total nilai ekspor masih didominasi oleh subsektor mode. Hal itu tampak pada bagan Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio berikut ini.

Gambar 3 - 5 Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio

Sumber Data: Badan Pusat Statistik

65BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

Dari data ekspor dan impor dalam industri televisi dan radio di Indonesia, terlihat bahwa jumlah ekspor untuk industri televisi dan radio terus mengalami peningkatan. Rata-rata laju peningkatan ekspor subsektor televisi dan radio pada periode 2010–2013 mencapai 4,17%. Akan tetapi, laju peningkatan jumlah impor industri ini memiliki perbandingan yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan ekspornya. Rata-rata laju peningkatan impor untuk subsektor televisi dan radio pada periode 2010–2013 mencapai angka 18,47%.

Upaya peningkatan ekspor subsektor televisi dan radio bisa dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas dan daya saing konten yang diproduksi oleh televisi dan radio di Indonesia. Penetrasi pasar melalui media konten digital merupakan salah satu strategi efektif yang bisa dilakukan. Hal ini sebaiknya mendapat dukungan aktif dari pemerintah agar peningkatan daya saing konten produksi lokal dapat menembus pasar internasional lebih luas lagi.

Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS, 2010-2013)

Sumber Data: Badan Pusat Statistik

66 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

3.2 Kebijakan Pengembangan Televisi dan RadioKonten acara yang disiarkan oleh televisi ataupun radio tentunya telah dianggap lolos dan layak untuk ditayangkan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Adapun peraturan-peraturan yang berkaitan dengan konten siaran serta kegiatan penyiaran adalah sebagai berikut ini:

Tabel 3 - 2 Tabel Kebijakan Subsektor Televisi dan Radio

KELOMPOK PERATURAN

PERATURAN KETERANGAN

Undang-undang terkait penyiaran (KPI, 2013)

Undang-undang Dasar 1945 (Amandemen Keempat)

Undang-undang yang telah dibuat terkait dengan proses pelaksanaan kegiatan penyiaran dan pemrograman oleh beberapa pelaku bisnis dinilai telah ideal dan komprehensif. Akan tetapi pada pelaksanaannya perlu ketegasan dan batasan yang jelas dari pihak pemerintah sendiri. Resistensi terhadap regulasi yang berlaku menimbulkan dinamika yang bersifat destruktif terhadap ekosistem penyiaran itu sendiri.

Undang-undang No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman

Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat

Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers

Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

67BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

KELOMPOK PERATURAN

PERATURAN KETERANGAN

Peraturan KPI (KPI, 2013)

Keputusan KPI No. 45 Tahun 2014 Peraturan KPI menjabarkan terkait ketentuan-ketentuan program acara yang layak untuk disiarkan, serta wewenang KPI terhadap konten acara yang disiarkan.

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS)

Pedoman Rekrutmen Komisi Penyiaran Indonesia

MoU (KPI, 2013) Surat Keputusan Bersama BAWASLU, KPU, KPI dan KIP - 28 Februari 2014

MoU yang berlaku merupakan bentuk usaha dukungan KPI sebagai lembaga penyiaran untuk menghimbau keterlibatan masyarakat dalam isu-isu sosial yang sedang diusung oleh beberapa lembaga pemerintahan.

Keputusan Bersama KPU, KPI, dan Bawaslu - 18 Oktober 2013

Nota Kesepahaman KPI dan Bawaslu

Nota Kesepahaman KPI dan KPU

Nota Kesepahaman KPI dan Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia

Nota Kesepahaman KPI dan BkkbN

Nota Kesepahaman KPI dan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nota Kesepahaman KPI dan LSF

Nota Kesepahaman KPI dan Lembaga Penyiaran Publlik Radio Republik Indonesia

Ditinjau dari dinamika yang terjadi pada setiap rantai nilai ekosistem subsektor televisi dan radio, maka perlu dilakukan beberapa penambahan usulan kebijakan yang diharapkan dapat membangun kondisi ekosistem agar lebih sehat secara berkesinambungan. Beberapa usulan kebijakan yang perlu ditindaklanjuti di antaranya adalah sebagai berikut:

• Kebijakan terkait subsidi pajak alat-alat penyiaran dan pemrograman konten televisi dan radio.

• Kebijakan yang mengatur proporsi kewajiban tayangan konten untuk setiap ketegori usia penonton televisi.

• Kebijakan terkait ketetapan upah para talent atau pekerja seni sementara (tidak tetap) di bidang industri penyiaran.

• Kebijakan terkait standar kompetensi pekerja industri penyiaran.

68 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

3.3 Struktur Pasar Televisi dan Radio

3.3.1 Televisi Pada saat tekonologi penyiaran televisi mulai masuk Indonesia, TVRI milik negara adalah satu-satunya stasiun televisi yang memiliki hak siar di Indonesia. Persaingan dalam industri televisi di Indonesia dimulai ketika badan stasiun televisi swasta didirikan. Stasiun televisi swasta yang pertama kali didirikan adalah RCTI. Tidak lama setelah RCTI didirikan, stasiun televisi swasta lainnya pun mulai bermunculan dalam waktu yang singkat. Masing-masing stasiun televisi itu berlomba-lomba untuk menyuguhkan acara yang menarik, kreatif, sampai yang kontroversial. Hal ini tentunya membuat TVRI menjadi semakin tertekan dalam persaingan industri pertelevisian.

Gambar 3 - 7 Perkembangan Stasiun Televisi Nasional

Sumber: Wikipedia, 2011

69BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

Berikut ini adalah daftar stasiun televisi yang ada di Indonesia yang dipisahkan berdasarkan jenis penyiarannya.

Tabel 3 - 3 Daftar Stasiun Televisi Jaringan

NO.STASIUN TELEVISI

TERESTRIALSTASIUN TELEVISI

BERJARINGANSTASIUN TELEVISI DENGAN

PARABOLA

1 Antv B-Channel Arjuna TV

2 Global TV Bali TV ASWAJA TV

3 Indosiar City TV Network Bloomberg TV Indonesia

4 MetroTV Indonesia Network DAAI TV

5 MNCTV JPMC DMC TV

6 RCTI Kompas TV Gogomall Homeshopping

7 SCTV SINDO TV HCBN Indonesia

8 Trans TV TempoTV Lejel Home Shopping

9 Trans7 Top TV Network LBS TV MIX

10 tvOne   LBS TV K-Drama

11 TVRI   LBS TV C-Drama

12 NET   LBS TV In-Drama

13     LBS TV A-Movie

14     LBS TV Music

15     LBS TV On Life

16     Matrix TV

17     More 1

18     More 2

19     More Mall

20     Quran Takziah

21     Rodja TV

22     Shine Initiatives

70 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

NO.STASIUN TELEVISI

TERESTRIALSTASIUN TELEVISI

BERJARINGANSTASIUN TELEVISI DENGAN

PARABOLA

23     Spacetoon

24     TV Edukasi

25     TVMu

26     U-Channel

27     Ummat TV

Sumber: Dikutip dari berbagai sumber

Tabel 3 - 4 Daftar Stasiun Televisi Berlangganan (dikutip dari berbagai sumber)

STASIUN TELEVISI BERLANGGANAN

SALURAN TELEVISI LOKAL BERLANGGANAN

Aora TV Alif TV MNC Drama

Astro Nusantara (tidak beroperasi) Allegro MNC Entertainment

Big TV Ananda MNC Infotainment

Centrin TV (tidak beroperasi) Aora 9 MNC International

First Media Arena Channel MNC Fashion

Groovia TV BeritaSatu TV MNC Food dan Travel

IM2 PayTV Bioskop TelkomVision MNC Kids

Indovision Dangdut Channel MNC Lifestyle

K-Vision Dangdutz MNC Movies

M2V Mobile TV Festival Channel MNC Music

Max3 Haari TV MNC Muslim

Nexmedia Haari Kids MNC News

OkeVision Haari Drama MNC Shop

71BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

STASIUN TELEVISI BERLANGGANAN

SALURAN TELEVISI LOKAL BERLANGGANAN

OrangeTV Haari Movie MNC Sports 1

Skynindo Haari Music MNC Sports 2

TelkomVision Jowo Channel Reformed 21

Topas TV Kompas TV SFI

Top TV MIX SMI

USeeTV Mi! TV SINDO TV

Vivasky (segera beroperasi) MNC Business Top Hits

YesTv MNC Comedy Vision 2 Drama

Daftar stasiun televisi di atas tidak mencakup stasiun televisi lokal yang beroperasi secara lokal di setiap daerah. Banyaknya jumlah stasiun televisi di Indonesia membuat peluang untuk bersaing di pasar industri televisi semakin sulit. Preferensi masyarakat sendiri hingga saat ini masih cenderung dominan terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu peminat siaran televisi berjaringan serta peminat siaran televisi berbayar. Bentuk struktur pasar dari industri televisi dapat diidentifikasi secara kasar dari data pangsa pasar (market share) yang dihasilkan oleh lembaga survei. Data perhitungan jumlah pangsa pasar pada beberapa stasiun televisi nasional berjaringan dapat dilihat pada Tabel 3-5.

Tabel 3 - 5 Market Share Stasiun Televisi Jaringan

RANK STATION JAN 13 FEB 13 MAR 13 APR 13 MAY 13 JUN 13

1 RCTI 23.4 24.3 22.4 23.1 23.4 22.9

2 MNC TV 12.2 11.0 13.0 13.1 12.7 14.0

3 SCTV 16.6 14.2 13.0 11.6 11.6 13.5

4 Trans 7 12.1 12.6 13.8 13.7 13.5 12.3

5 IVM 7.4 7.3 7.7 9.0 9.2 10.1

6 Trans TV 10.7 11.0 9.8 10.1 9.2 8.1

7 Antv 5.9 6.7 6.6 6.0 6.6 6.4

8 GTV 4.6 6.1 6.4 6.5 6.3 5.8

72 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

RANK STATION JAN 13 FEB 13 MAR 13 APR 13 MAY 13 JUN 13

9 tvOne 3.8 3.7 4.1 4.0 4.3 3.7

10 MetroTV 2.1 1.9 1.9 1.8 1.9 2.0

Tabel 3 - 6 Daftar 5 Acara dengan Rating Tertinggi

NO PROGRAM NAME CHANNEL TELEVISIR SHARE

1 Tukang Bubur Naik Haji RCTI 6.3 25.5

2 Berkah RCTI 4.0 18.4

3 Raden Kian Santang MNC TV 3.7 15.2

4 Yang Muda Yang Bercinta RCTI 3.6 21.8

5 Cinta 7 Susun RCTI 3.6 17.0

Sumber: Nielsen,2014

Dari hasil perhitungan pangsa pasar tersebut, maka struktur pasar untuk industri televisi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu berdasarkan jumlah stasiun televisi, berdasarkan kepemilikan stasiun televisi, serta berdasarkan konten yang disiarkan. Ketiga sudut pandang tersebut menghasilkan tiga jenis analisis struktur pasar yang berbeda-beda.

Persaingan SempurnaDitinjau dari jumlah stasiun televisi nasional berjaringan di Indonesia yang tidak sedikit, proporsi pangsa pasar tiap stasiun televisi cenderung seimbang. Terlihat dari Tabel 3-5 bahwa tidak terdapat perbedaan angka pangsa pasar yang dominan secara signifikan antara satu stasiun televisi dan stasiun televisi lainnya. Maka, bentuk struktur pasar industri televisi menjadi persaingan sempurna. Secara teori, bentuk persaingan seperti ini memberi potensi besar kepada para pemain baru untuk bersaing dalam industri televisi, walaupun akan sangat sulit bagi mereka untuk dapat menyaingi pemain-pemain besar yang menjadi perintis stasiun televisi swasta.

Persaingan OligopoliApabila dilihat dari segi kepemilikan stasiun televisi di Indonesia, jumlah pangsa pasar yang ada pada Tabel 3-5 menjadi tidak relevan lagi. Terjadi dominasi jumlah pangsa pasar yang cukup signifikan oleh beberapa perusahaan pemilik stasiun televisi atas pemain lainnya yang hanya memiliki stasiun televisi tunggal. Hasilnya adalah struktur pasar kepemilikan stasiun televisi yang berbentuk oligopoli. Kondisi ini tentunya mempersulit para pemain baru yang mulai terjun merintis bisnisnya di dunia televisi Indonesia. Alternatifnya adalah dengan membidik pasar baru yang memiliki bentuk persaingan sempurna yang lebih mudah dipenetrasi, yaitu pasar media digital.

73BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

Persaingan MonopoliSelain bentuk persaingan sempurna dan oligopoli yang terjadi pada ruang lingkup industri televisi, ada pula bentuk persaingan monopoli yang terjadi akibat penayangan konten acara secara eksklusif. Biasanya, bentuk persaingan monopoli ini berlaku untuk jenis acara siaran olahraga, seperti sepak bola, balap motor, balap mobil, hingga tenis dan badminton. Pada Tabel 3-7 dijabarkan beberapa contoh hak siar eksklusif acara olahraga yang ada di Indonesia.

Tabel 3 - 7 Daftar Hak Siar Ekslusif Siaran Olahraga (diambil dari berbagai sumber)

NAMA ACARA STASIUN TELEVISI

Barclays Premier League (BPL)

SCTV (2 laga/pekan)

INDOSIAR (2 laga/pekan)

ORANGE TV (Full Match, 10 laga/pekan)

FIRSTTV (Full match, 10 laga/pekan)

NEXMEDIA (Full match, 10 laga/pekan)

BIG TV (Full Match, 10 laga/pekan)

La Liga (Liga BBVA)

Trans TV (4 laga/pekan)

Trans 7 (2 laga/pekan)

Serie A TVRI (4-6 laga/pekan)

Bundesliga INDOSIAR (4 laga/pekan)

UEFA Champions League dan UEFA Europe League

SCTV (Full Match)

FA Cup Trans TV (Full Match)

Copa Del Rey RCTI (Full Match)

League 1 Matrix Garuda

MotoGP Trans 7

Formula 1 Kompas TV

Sumber: Diambil dari berbagai sumber

74 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Adanya bentuk persaingan monopoli konten ini tentunya bisa memiliki pengaruh yang signifikan pada jumlah pangsa pasar yang dimiliki oleh stasiun televisi tertentu. Pada beberapa musim penayangan siaran ekslusif, tentunya monopoli hak siar dapat menjadi kekuatan utama stasiun televisi tersebut dalam meraup audiens. Tentunya akan sangat sulit bagi para pemain baru untuk menyaingi konten acara pada saat musim penayangan siaran ekslusif tersebut berlangsung.

3.3.2 RadioSama halnya dengan industri kreatif stasiun televisi, perkembangan industri kreatif subsektor radio mulai mengalami perkembangan pesat semenjak didirikannya stasiun radio swasta di Indonesia. Bentuk persaingan yang terjadi saat ini untuk stasiun-stasiun radio di Indonesia masih dibatasi oleh jarak tangkap siaran, sehingga persaingan tiap kota akan berbeda-beda.

Tabel 3 - 8 Market Share Industri Radio di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar (Nielsen 2005-2009,

dikutip dari Nastiti, 2011)

Pangsa Pendengar Radio di Jakarta (%) Pangsa Pendengar Radio di Makassar (%)

RADIO 2005 2006 2007 2008 2009

GEN FM - - - 13.0 12.8

Bens 18.3 20.9 16.7 13.7 11.6

Dangdut TPI N/A N/A 13.8 14.5 9.9

Megaswara 6.6 11.6 10.6 7.8 8.7

Erlangga 9.7 6.8 6.3 5.9 7.0

Elshinta 7.9 7.1 9.3 7.8 8.0

I-Radio 9.7 9.5 6.2 7.6 4.9

POP FM N/A 12.7 10.0 7.6 4.9

RKM 8.0 10.7 8.4 9.1 3.7

Lesmana 0.9 1.7 4.0 5.4 3.2

CR4 45.7 55.9 51.1 50.3 43

RADIO 2005 2006 2007 2008 2009

Gamasi 42.9 43.6 39.7 28.7 35.2

Venus 26.0 33.4 29.8 20.5 30.6

Telstar 30.8 21.8 27.4 18.3 21.0

Madama 14.5 17.9 16.6 13.5 19.9

Sonata 20.1 19.1 14.6 9.9 15.3

Prambors 17.4 14.6 13.4 9.9 14.2

Gama 4.8 13.5 10.6 10.4 11.6

Makassar FM N/A N/A N/A 8.1 11.6

Fajar 0.0 7.2 5.7 6.0 9.4

SP FM 14.4 7.2 10.3 3.3 6.6

CR4 76.4 70.8 78.8 56.8 60.4

RADIO 2005 2006 2007 2008 2009

MOST FM 16.0 21.6 24.7 14.2 18.4

Simponi 22.0 18.9 19.9 14.0 14.7

Sikamoni 19.0 16.4 16.1 11.9 14.2

Dangdut TPI 8.9 13.9 11.8 8.9 13.1

Suara Medan

12.1 12.8 16.5 13.0 11.7

Kardopa 8.8 12.7 12.7 14.6 11.4

KISS 19.4 11.6 14.9 10.2 10.4

RRI PRO 2 8.6 12.0 16.7 14.0 8.9

Citra 13.4 13.0 17.5 9.4 8.2

CR4 76.4 70.8 78.8 56.8 60.4

RADIO 2005 2006 2007 2008 2009

Suara Giri 43.0 37.0 27.8 22.3 21.9

Wijaya FM 34.4 30.8 26.3 22.4 15.1

Elvictor 7.0 7.0 9.5 9.2 9.4

EBS FM 6.5 8.7 13.7 10.4 8.5

Suzana 15.6 15.8 13.1 7.4 8.4

Merdeka 13.9 16.4 13.9 11.2 8.1

MTB FM 7.9 9.2 5.9 11.0 7.8

M Radio N/A N/A N/A 8.8 7.3

Suara SBY 11.0 9.6 8.4 8.2 6.6

Suara SBY 11.0 9.6 8.4 8.2 6.6

CR4 106.9 100 81.7 66.9 54.9

Pangsa Pendengar Radio di Surabaya (%) Pangsa Pendengar Radio di Medan (%)

75BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

Dilihat dari data pangsa pasar yang diperoleh dari Nielsen pada 2009, terlihat bentuk persaingan industri radio yang berbeda-beda di setiap kota. Di Jakarta, apabila dilihat sekilas, proporsi pangsa pasar yang dimiliki oleh beberapa stasiun radio terpopuler tidak memiliki perbedaan signifikan. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa industri radio di kota Jakarta memiliki bentuk persaingan pasar yang sempurna. Hal ini diperkuat dengan hasil perhitungan indeks Herfindahl yang ditunjukkan oleh Gambar 3-8.

Hasil perhitungan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kompetisi industri radio cenderung stabil dengan nilai HI (Herfindahl Index) yang rendah. hal ini menunjukkan bahwa bentuk persaingan industri radio di Jakarta adalah persaingan sempurna. Akan tetapi, lain halnya dengan Medan, Surabaya, dan Makassar yang memiliki nilai HI di antara 0.2 < HI < 0.7. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk persaingan pasar di kota-kota itu adalah persaingan oligopoli.

Gambar 3 - 8 Radio Market Competitiveness dan Concentration

76 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Persaingan Televisi dan Radio di Industri Media IndonesiaDengan populasi sebesar 237 juta, persaingan merupakan peluang yang perlu dimaksimalkan untuk kepentingan bisnis media. Media televisi memimpin dengan 97% pasar media, sedangkan radio saat ini berada pada urutan keempat setelah televisi, internet, dan surat kabar. Terjadi persaingan media yang sangat tinggi untuk memperebutkan pasar atau segmentasi khalayak.

Gambar 3 - 9 Proporsi Penikmat Media Elektronik dan Cetak

Sumber: Menkominfo, 2011

Pada Gambar 3-9 terlihat bahwa subsektor televisi tidak memiliki pesaing yang perlu diwaspadai karena posisinya sudah cukup aman dan sangat dominan jika dibandingkan dengan subsektor media lainnya. Berbeda halnya dengan subsektor radio yang menghadapi persaingan ketat dengan subsektor internet dan surat kabar. Hal ini terjadi karena televisi pada awal ditemukannya sudah dibentuk sebagai media yang menyajikan hiburan bagi masyarakat, sehingga mampu menarik perhatian lebih sejak awal kemunculannya. Konten acara dengan gambar yang interaktif dan menarik pun dinilai sukses mengikat masyarakat dari segala jenis lapisan ekonomi, umur, dan budaya. Sementara itu, radio masih kalah populer dengan surat kabar yang, walaupun memiliki keterbatasan audio, tetap mampu menampilkan visual yang menarik. Selain itu, keterbatasan jaringan yang dimiliki oleh radio menjadi salah satu penyebab utama mengapa radio masih kurang bersaing dengan media lainnya yang memiliki jangkauan siaran yang lebih luas.

Sumber: Nastiti, 2011

77BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

3.4 Daya Saing Televisi dan RadioDimensi infrastruktur dan teknologi merupakan aspek yang paling baik prestasinya (6,0 dari 10) dari 7 dimensi yang digunakan untuk mengukur daya saing industri televisi dan radio. Teknologi telah memudahkan akses data dan informasi. Perkembangan ini memungkinkan aspek konten berubah dengan landasan multiplatform lewat digitalisasi, sehingga dapat menekan biaya pemrograman. Kondisi ini juga didukung oleh infrastruktur pendukung, misalnya: telematika-jaringan internet, logistik, dan energi yang sudah cukup memadai, terutama di kota-kota besar. Namun, hal ini tidak terjadi di kota-kota kecil, sehingga persebaran siaran media televisi dan radio terhambat.

Banyaknya SDM kreatif dalam bidang televisi dan radio harus berhadapan dengan kondisi eksploitasi karena merasa terlalu dikuasai oleh medianya. Sumber daya kreatif memiliki skor sebesar 4,0. Rendahnya skor itu adalah akibat banyaknya pelaku industri SDM kreatif dalam bidang televisi dan radio tidak diimbangi dengan perbaikan terhadap kondisi yang eksploitatif itu. Kemudian, kurikulum yang tidak sesuai antara lembaga pendidikan dan industri kreatif televisi dan radio membuat lulusan lembaga itu dinilai belum dapat memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan, sehingga memerlukan masa pelatihan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Selain itu, jumlah lembaga pendidikan yang ada di subsektor ini belum tersebar secara merata, hanya terdapat di kota-kota besar dan belum mempunyai standar yang jelas. Dengan menggunakan tujuh aspek dalam penghitungan daya saing, maka diperoleh skor daya saing untuk subsektor televisi adalah rata-rata sebesar 4,5.

3.5 Potensi dan Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan RadioTabel 3 - 9 Potensi Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan Radio

NOPOTENSI

(PELUANG DAN KEKUATAN)

PERMASALAHAN (TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN,

ANCAMAN)

1 SUMBER DAYA KREATIF

1 Jumlah institusi pendidikan yang memadai di kota-kota besar

1 Institusi pendidikan media yang tidak merata

2 Adanya beberapa institusi pendidikan terakreditasi tinggi di kota-kota besar

2 Institusi pendidikan yang tidak terstandardisasi

3 Banyaknya sumber daya manusia yang kreatif

3 Keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja baru tidak dapat memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan (diperlukan masa training terlebih dahulu sebelum bekerja)

Gambar 3 - 10 Diagram Daya Saing Televisi dan Radio

78 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

NOPOTENSI

(PELUANG DAN KEKUATAN)

PERMASALAHAN (TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN,

ANCAMAN)

4 Kreatifitas radio yang cukup tinggi dan tidak terlalu terganggu

4 Sumber daya manusia yang terlalu dieksploitasi dan terlalu dikuasai oleh media

2 SUMBER DAYA PENDUKUNG

1 Sumber daya budaya yang sangat kaya dapat diberdayakan menjadi ide konten kreatif

1 Banyaknya konten acara yang melibatkan unsur budaya asing

3 INDUSTRI

1 Penyebaran dan jumlah stasiun radio di berbagai kota yang cukup tinggi

1 Kepemilikan media tv terlalu terpusat pada grup-grup besar

2 Terciptanya sindikasi stasiun-stasiun radio antar kota untuk menyebarkan konten acara yang kreatif

2 Rumah produksi yang dikontrol kontennya oleh stasiun TV

3 Banyaknya konten acara yang berkualitas untuk layak mendapatkan apresiasi

3 Popularitas konten kreatif yang berkualitas masih rendah

4 Konten kreatif yang mengedukasi dan menginspirasi penikmatnya

4 Rumah produksi dan pengiklan hanya berkiblat pada rating

4 PEMBIAYAAN

1 Ketersediaan perusahaan pengiklan yang cukup melimpah

1 Tidak adanya lembaga pembiayaan produk kreatifitas dari komunitas

5 PEMASARAN

1 Pasar yang luas dan selalu tersedia 1 Pasar produk penyiaran radio yang terbatas oleh jangkauan siaran

2 Kesulitan untuk menembus pasar internasional

6 INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI

1 Infrastruktur telematika-jaringan internet; dan infrastruktur logistik dan energi di kota-kota besar sudah cukup memadai

1 Pembangunan infrastruktur yang tidak merata di kota-kota kecil membuat pesebaran media terhambat

2 Perkembangan teknologi yang memudahkan akses data dan informasi sebagai input kreasi

3 Perkembangan teknologi yang memungkinkan konten menjadi multi-platform (digitalisasi)

4 Kemajuan teknologi yang memungkinkan pemrograman dengan biaya rendah

7 KELEMBAGAAN

1 Sudah ditetapkannya undang-undang yang dapat mendukung penciptaan iklim usaha yang kondusif untuk berkembang

1 Standard kurikulum yang masih belum seragam

2 Adanya apresiasi konten acara kreatif dari masyarakat

2 Resistensi media terhadap regulator

3 Tidak ada lembaga yang memfasilitasi pembiayaan indutri kreatif TV & Radio secara khusus

4 Pajak pengadaan peralatan penyiaran yang terlalu tinggi

79BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia

NOPOTENSI

(PELUANG DAN KEKUATAN)

PERMASALAHAN (TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN,

ANCAMAN)

5 HKI belum bisa melindungi konten karya kreatif

6 Konten kreatif yang cenderung tidak mendapatkan apresiasi tinggi menyebabkan tidak adanya pengarusutamaan kreatifitas

7 Parameter apresiasi yang dipertanyakan validitasnya

8 Kurangnya edukasi market terkait konten yang dinilai kreatif dan mendidik

9 Apresiasi yang diberikan pada konten acara kreatif masih kurang

10 Market yang mengarahkan konten acara yang tidak mengedukasi

11 Konten penyiaran luar negeri yang mengancam market media lokal serta kultur bangsa

BAB 4 Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia

82 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019Arahan RPJPN 2005-2025, pembangunan nasional tahap ketiga (2015-2019) adalah ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan. Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable).

Tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif dan berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang, maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah:

1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia  yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi kemiskinan yang didukung oleh struktur dan  ketahanan ekonomi yang kuat.

2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia  di berbagai wilayah Indonesia secara adil dan merata.

3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan perusahaan yang benar dan baik.

4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari.

Dalam rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 terdapat enam agenda pembangunan nasional, yaitu: (1) Pembangunan Ekonomi; (2) Pembangunan Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana (3) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; (4) Pembangunan Kesejahteraan Rakyat; (5) Pembangunan Wilayah; dan (6) Pembangunan Kelautan.

Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

Memantapkan pengembangan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah memperkuat landasan kelembagaan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan. Landasan yang kuat akan menjadi dasar untuk mewujudkan daya saing nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kreativitas serta kedinamisan masyarakat untuk berinovasi, dan menciptakan solusi atas permasalahan dan tantangan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan industri kreatif yang berdaya saing, beragam, dan berkelanjutan.

83BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia

Secara strategis  pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal.

4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Televisi dan RadioVisi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan televisi dan radio pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah dan terukur. Secara umum, kerangka strategis pengembangan televisi dan radio pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Gambar 4-1 berikut ini.

Gambar 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Televisi dan Radio 2015-2019

VIS

I Terciptanya penyelenggaraan program tv & radio yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia

MIS

I

Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri TV & radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan

Mengembangkan proses penyelenggaraan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan

Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan

TU

JUA

N

1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri televisi dan radio yang mampumenghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing

3. Penciptaan industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan

4. Pengadaan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif

5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan

2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagiindustri televisi dan radio Indonesia secara berkelanjutan

6. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif

7. Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri televisi dan radio Indonesia

SA

SA

RA

N S

TR

AT

EGIS

1.1. Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang TV & Radio secara berkelanjutan

3.1. Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing

4.1. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri TV & Radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif

5.1. Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar konten TV & Radio di dalam negeri dan luar negeri

6.1. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif

84 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N S

TR

AT

EGIS

1.2. Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang TV & Radio

3.2. Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang berdaya saing

6.2. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif

7.1. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri TV & Radio

7.2. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri TV & Radio secara berkualitas dan berkelanjutan

2.1. Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat

3.3. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten TV & Radio

7.3. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio baik itu di dalam dan luar negeri

7.4. Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal

4.2.1 Visi Pengembangan Televisi dan RadioBerdasarkan kondisi seni pertunjukan di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi, serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis pembangunan nasional dan juga pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi pengembangan seni pertunjukan selama periode 2015–2019 adalah:

Terciptanya penyelenggaraan program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia

Program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing yang dimaksud adalah industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten acara yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki nilai tambah berupa unsur informasi, mengandung ajakan yang sifatnya positif, serta bersifat mendidik. Konten yang dihasilkan juga diharapkan memiliki daya saing yang tinggi yang berarti dalam pengemasannya, konten televisi dan radio mampu menonjolkan unsur kreativitas tanpa memberikan efek negative pada penikmatnya.

4.2.2 Misi Pengembangan Televisi dan RadioVisi pengembangan televisi dan radio akan diwujudkan melalui 3 misi utama yang dijabarkan menjadi 7 tujuan utama dan 14 sasaran strategis. Tiga misi utama pengembangan televisi dan radio diantaranya, yaitu:

1. Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan.

2. Mengembangkan proses penyelenggaraan konten televisi dan radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan.

85BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia

3. Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten televisi dan radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

4.2.3 Tujuan Pengembangan Televisi dan RadioDalam pengembangan televisi dan radio terdapat tujuh tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tiga misi utama yang diemban untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing.

2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri televisi dan radio Indonesia secara berkelanjutan.

3. Penciptaan industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan.4. Pengadaan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif.5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan.6. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif.7. Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam

pengembangan industri televisi dan radio Indonesia.

4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Televisi dan RadioUntuk mencapai tujuan pengembangan televisi dan radio maka terdapat 14 sasaran strategis yang dapat diindikasikan oleh 40 indikasi strategis. Sasaran dan indikasi strategis pengembangan televisi dan radio meliputi:

1. Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang televisi dan radio secara berkelanjutan.a. Adanya metodologi pendidikan ilmu komunikasi yang mengutamakan kreativitas

dengan tetap menekankan pentingnya etika keprofesian.b. Adanya nomenklatur pendidikan ilmu komunikasi yang terbaru dan sesuai.c. Adanya institusi pendidikan tingkat tinggi di bidang ilmu komunikasi yang terakreditasi

dan bersertifikasi di setiap provinsi.d. Jumlah institusi ilmu komunikasi dengan ketersediaan fasilitas yang memenuhi

standar meningkat.e. Adanya lembaga sertifikasi yang diakui secara nasional dan atau internasional di

setiap provinsi di Indonesia.f. Pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di setiap provinsi di

Indonesia yang belum memilikinya.

2. Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang televisi dan radio.a. Adanya buku laporan hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio yang dapat

diakses oleh publik.b. Jumlah tenaga ahli dengan sertifikasi kompetensi di industri televisi dan radio

meningkat.

86 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

c. Adanya kebijakan bagi tenaga kerja asing media yang bekerja di Indonesia.d. Adanya kebijakan kewajiban penerapan kode etik profesi.e. Adanya kebijakan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi

dan radio.

3. Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat.a. Adanya laporan hasil pemetaan sumber daya alam dan budaya di setiap provinsi di

Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.b. Jumlah jurnal penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia

yang dapat digunakan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.c. Jumlah jurnal tingkat nasional maupun internasional terkait riset dan pengembangan

sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.

d. Adanya bank data pengetahuan sumber daya alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi konten lokal televisi dan radio.

4. Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio yang menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing.a. Adanya laporan hasil pemetaan unit usaha televisi dan radio di Indonesia.b. Adanya program bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio di Indonesia.

5. Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio yang berdaya sainga. Adanya laporan hasil analisis KBLI untuk industri televisi dan radio secara berkelanjutan

6. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten televisi dan radio.a. Adanya festival konten lokal kreatif skala nasional setiap tahun.b. Adanya kebijakan yang mengatur proporsi kewajiban jumlah konten lokal televisi

untuk setiap segmen usia.

7. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri televisi dan radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif.a. Penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi dan radio.

8. Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar konten televisi dan radio di dalam negeri dan luar negeri.a. Adanya alokasi dana sebagai dukungan bagi konten kreatif televisi dan radio untuk

mengikuti ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri.b. Adanya workshop bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan kualitas

produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.c. Jumlah konten televisidan radio yang disiarkan di luar negeri.

9. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif.a. Proporsi wilayah yang mendapat akses dan peningkatan kecepatan internet di

Indonesia meningkat.b. Proporsi wilayah kota yang memiliki daya tangkap siaran televisi dan radio yang

memadai di Indonesia meningkat.c. Jumlah gangguan infrastruktur pemancar siaran televisidan radio menurun.

87BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia

10. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif.a. Adanya program kerja sama dengan pengembang perangkat lunak pemrograman.b. Adanya perangkat lunak lokal yang dikembangkan khusus untuk memenuhi kebutuhan

standar perangkat lunak pemrograman.

11. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri televisi dan radio.a. Adanya kebijakan subsidi pajak fasilitas alat-alat penyiaran dan pemrograman.b. Adanya kebijakan transfer pengetahuan bagi industri televisi dan radio asing yang

melakukan proses pemrograman di Indonesia.

12. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri televisi dan radio secara berkualitas dan berkelanjutan.a. Adanya lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen.b. Meningkatnya jumlah asosiasi keprofesian media yang aktif dan berjalan dengan baik.c. Adanya kebijakan standar birokrasi yang memfasilitasi penyelenggaraan penyiaran

konten televisi dan radio agar lebih mudah dan cepat.d. Jumlah pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri televisi dan

radio yang diadakan dalam satu tahun.

13. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio baik itu di dalam dan luar negeri.a. Jumlah pelaku/karya/usaha kreatif televisi dan radio yang ikut serta dalam festival

dan event internasional.b. Adanya ajang penghargaan nasional di bidang media yang secara resmi diselenggarakan

oleh pemerintah.

14. Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal.a. Jumlah konten lokal maupun orang kreatif dalam televisi dan radio yang menerima

penghargaan berskala nasional.b. Jumlah penonton dan rating konten kreatif yang berkualitas mengalami peningkatan .c. Jumlah tulisan terkait konten televisi dan radio di media massa yang sukses

dipublikasikan meningkat.

4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Televisi dan RadioArah pengembangan ekonomi kreatif dijabarkan berdasarkan tujuan pengembangan ekonomi kreatif, meliputi 7 tujuan utama, yaitu: (1) terciptanya sumber daya manusia kreatif di industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing; (2) terwujudnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri televisi dan radio Indonesia secara berkelanjutan; (3) terciptanya industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan;(4) terciptanya pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif; (5) terciptanya perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan; (6) tersedianya infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif; dan (7) terciptanya kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri televisi dan radio Indonesia.

88 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

4.4.1 Arah Kebijakan Sumber Daya Manusia Kreatif di Industri Televisi dan Radio yang Mampu Menghasilkan Konten yang Berkualitas dan Berdaya Saing

1. Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan lembaga pendidikan (formal dan non-formal) oleh pemerintah dan swasta di daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif di bidang televisi dan radio.

2. Menyelaraskan antara tahapan pendidikan serta meningkatkan partisipasi dunia usaha dalam pendidikan.

3. Menciptakan orang kreatif yang dinamis dan profesional yang menjunjung tinggi kode etik profesi di tingkat nasional dan global.

4. Perlindungan kerja terhadap tenaga kerja kreatif Indonesia di dalam dan luar negeri.

4.4.2 Arah Kebijakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri Televisi dan Radio Indonesia secara berkelanjutanMengembangkan pusat pengetahuan budaya Indonesia yang akurat dan terpercaya yang dapat diakses dengan mudah dan cepat serta memiliki program distribusi pengetahuan budaya.

4.4.3 Arah Kebijakan Industri Televisi dan Radio yang Berkualitas dan Berdaya Saing Secara Berkelanjutan

1. Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan profesionalisme (skill-knowledge-attitude) wirausaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio.

2. Mengembangkan standar usaha kreatif nasional yang diakui secara global serta memfasilitasi usaha kreatif lokal untuk memenuhi standar industri kreatif nasional dan global.

3. Mengembangkan ide pengemasan konten karya kreatif baru di televisi dan radio yang memanfaatkan sumberdaya budaya lokal secara berkelanjutan.

4.4.4 Arah Kebijakan Pembiayaan yang Sesuai, Mudah Diakses, dan KompetitifMenciptakan dan mengembangkan lembaga pembiayaan yang mempercepat perkembangan industri kreatif.

4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar di dalam dan Luar Negeri yang Berkualitas dan Berkelanjutan

1. Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif di dalam negeri yang dapat diakses dengan mudah dan informasi didistribusikan dengan baik.

2. Meningkatkan kualitas branding, promosi, pameran, festival, misi dagang, BtoB networking di dalam dan luar negeri.

3. Memperluas jangkauan distribusi produk kreatif di dalam dan luar negeri.

4.4.6 Arah Kebijakan Infrastruktur dan Teknologi yang Tepat Guna, Mudah Diakses, dan Kompetitif

1. Menjamin ketersediaan, kesesuaian, jangkauan harga/biaya, sebaran/penetrasi, dan performansi, infrastruktur telematika-jaringan internet; dan infrastruktur logistik dan energi.

2. Memfasilitasi akses terhadap teknologi secara mudah dan kompetitif.3. Mendorong pengembangan basis-basis pengembangan teknologi lokal yang mendukung

pengembangan industri kreatif.

89BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia

4.4.7 Arah Kebijakan Kelembagaan yang Kondusif dan Mengarusutamakan Kreativitas dalam Pengembangan Industri Televisi dan Radio Indonesia

1. Memperbaiki dan membuat berbagai regulasi terkait penyiaran.2. Membentuk lembaga yang dapat mendukung pengembangan televisidan radio yang

sekaligus dapat menjadi penghubung antara pemangku kepentingan dalam industri televisidan radio.

3. Mengembangkan, memfasilitasi pembentukan dan peningkatan kualitas organisasi atau wadah yang dapat mempercepat pengembangan ekonomi kreatif.

4. Memfasilitasi dan memberikan penghargaan yang prestisius bagi orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di tingkat nasional dan internasional.

5. Meningkatkan komunikasi keberadaan orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal dan konsumsi karya kreatif lokal.

6. Meningkatkan apresiasi terhadap HKI.7. Meningkatkan akses dan distribusi terhadap informasi/pengetahuan terhadap sumber

daya alam dan sumber daya budaya lokal.

4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Televisi dan Radio

4.5.1 Mendorong dan Memfasilitasi Peningkatan Jumlah Lembaga Pendidikan Ilmu Komunikasi di Setiap Provinsi di Indonesia

1. Peningkatan jumlah institusi pendidikan tingkat tinggi di bidang ilmu komunikasi yang terakreditasi.

2. Pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di Indonesia di luar Pulau Jawa.

4.5.2 Mendorong Peningkatan Standar Mutu Lembaga Pendidikan Ilmu Komunikasi yang Sudah Ada di Indonesia

1. Perbaikan kurikulum pendidikan tingkat tinggi yang mengedepankan kreativitas yang beretika dalam ilmu komunikasi.

2. Perbaikan nomenklatur pendidikan ilmu komunikasi.3. Pembaruan dan penambahan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi di pendidikan tinggi.

4.5.3 Mendorong Peningkatan Jumlah Sebaran Lembaga Sertifikasi Media yang Diakui Secara Nasional dan Internasional di Setiap Provinsi di IndonesiaPembangunan lembaga sertifikasi ilmu komunikasi yang diakui oleh negara di setiap provinsi di Indonesia.

4.5.4 Menegaskan Kewajiban Penetapan Kode Etik Profesi di Tingkat Nasional dan Global Dalam Dunia Usaha

1. Penetapan standar sertifikasi kompetensi di bidang televisi dan radio.2. Penetapan kebijakan kewajiban penerapan kode etik profesi.

90 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

4.5.5 Memberikan Jaminan Perlindungan Kerja Terhadap Para Pelaku Kreatif di Industri Televisi dan Radio

1. Pemetaan dan publikasi hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio.2. Penyusunan kebijakan bagi tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia.3. Penyusunan kebijakan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi

dan radio.

4.5.6 Memfasilitasi Penelitian Untuk Mengidentifikasi dan Mengembangkan Sumber Daya Budaya Lokal yang Merupakan Inspirasi dalam Pengembangan Konten Kreatif Televisi dan Radio

1. Penyediaan fasilitas dan dana untuk penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.

2. Pembuatan jurnal tingkat nasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.

4.5.7 Mengembangkan Sistem Pengarsipan (Fisik dan Nonfisik) Terkait Penelitian dan Informasi Sumber Daya Budaya Indonesia Sebagai Bahan Sumber Inspirasi Konten Lokal Televisi dan Radio

1. Pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.

2. Pemberian fasilitas untuk pengembangan pusat data pengetahuan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi konten lokal televisi dan radio.

4.5.8 Mendorong Pengembangan Tingkat Profesionalisme Wirausaha Kreatif di Bidang Televisi dan Radio

1. Pemetaan unit usaha televisi dan radio di Indonesia.2. Pemberian bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio di Indonesia.

4.5.9 Mengembangkan Ragam Serta Meningkatkan Kualitas Standar Usaha Kreatif Nasional di Bidang Televisi dan RadioPerbaikan KBLI untuk industri televisi dan radio secara berkelanjutan.

4.5.10 Mendorong Pengembangan Konten Karya Kreatif yang Berkualitas Dengan Menghadirkan Unsur-Unsur Lokal Indonesia Melalui Ajang Penghargaan Bergengsi dan Festival

1. Penyelenggaraan festival konten lokal kreatif skala nasional.2. Penetapan kewajiban proporsi jumlah konten lokal untuk setiap segmen usia.

4.5.11 Memfasilitasi Program Pembiayaan Untuk Industri Televisi dan Radio Pemula di Tingkat LokalPenyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi dan radio.

91BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia

4.5.12 Mendukung Pembentukan Bank Data Konten Kreatif Televisi dan Radio di Indonesia yang Dapat Diakses Secara Global Sebagai Salah Satu Fungsi Wadah PengarsipanPemberian fasilitas pengarsipan konten kreatif karya industri televisidan radio sebagai bentuk publikasi global untuk membantu pemasaran karya.

4.5.13 Memfasilitasi Program Bimbingan Peningkatan Standar Mutu Untuk Skala Pasar GlobalPemberian bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.

4.5.14 Memfasilitasi Penyebaran Konten Kreatif Lokal Melalui Bursa Konten Acara InternasionalPemberian fasilitas dan dana bagi konten kreatif televisi dan radio untuk mengikuti bursa konten acara serta ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri.

4.5.15 Mendorong Usaha Peningkatan Jangkauan Siaran Televisi Serta Kualitas Jaringan Penyiaran Televisi dan Radio di Indonesia

1. Peningkatan persebaran akses dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap.2. Peningkatan daya tangkap siaran televisi dan radio di seluruh kota di Indonesia.3. Peningkatan kualitas infrastruktur pemancar siaran televisidan radio.

4.5.16 Mendukung Adanya Kebijakan Subsidi Kebutuhan Fasilitas Pengadaan Penyiaran dan PemrogramanPenetapan subsidi pajak fasilitas alat-alat penyiaran dan pemrograman.

4.5.17 Mendorong Terjalinnya Kerjasama Antara Industri Televisi dan Radio Dengan Pengembang Perangkat Lunak Pemrograman dan Penyiaran

1. Pemberian fasilitas untuk melakukan kerja sama dengan pengembang perangkat lunak pemrograman untuk memberikan harga khusus bagi perangkat lunak asli.

2. Pemberian fasilitas untuk pengembang perangkat lunak lokal untuk mengembangkan perangkat lunak pemrograman.

4.5.18 Mendorong Terciptanya Penyempurnaan Kebijakan Terkait Penyiaran yang Bisa Mendukung Iklim Lingkungan Bisnis Televisi dan Radio Menjadi Lebih KondusifPenyusunan kebijakan transfer pengetahuan bagi industri televisi dan radio asing yang melakukan proses pemrograman di Indonesia.

4.5.19 Memfasilitasi Pembentukan Lembaga Milik Pemerintah yang Secara Aktif Mendukung Penciptaan Konten Televisi dan Radio yang Berkualitas dan Berdaya Saing

1. Pembentukan lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independent.2. Penyusunan kebijakan birokrasi yang memfasilitasi penyelenggaraan penyiaran konten

Televisi dan Radio agar lebih mudah dan cepat.

92 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

4.5.20 Mengaktifkan Kembali dan Memfasilitasi Asosiasi Keprofesian Media Untuk Berjejaring di Tingkat Lokal, Nasional, Maupun Global

1. Pemberian fasilitas yang dibutuhkan asosiasi keprofesian media agar dapat aktif dan berjalan dengan baik.

2. Pembentukan pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri televisi dan radio.

4.5.21 Memfasilitasi Keikutsertaan Konten Kreatif Televisi dan Radio dengan Memberikan Subsidi atau Sponsorship bagi Konten Kreatif yang Mampu Ikut Serta Dalam Festival dan Event InternasionalPemberian fasilitas pembiayaan untuk subsidi pelaku/karya/usaha kreatif televisi dan radio yang mampu ikut serta dalam festival dan event internasional.

4.5.22 Memberikan Penghargaan Bagi Konten Kreatif Lokal Maupun Usaha Kreatif Secara Berkala

1. Penyelenggaraan ajang penghargaan nasional di bidang media yang secara resmi diselenggarakan oleh pemerintah.

2. Pemberian penghargaan bagi karya maupun usaha kreatif dalam bidang media yang berskala nasional.

4.5.23 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif karya IndonesiaPemberian fasilitas pada komunitas media untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif yang berkualitas.

4.5.24 Memfasilitasi Pengarsipan di Bidang Televisi dan Radio yang Dapat Memperkaya Proses Pengembangan Konten Acara KreatifPemberian fasilitas untuk publikasi tulisan terkait konten televisi dan radio di media massa.

BAB 5 Penutup

96 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

5.1 KesimpulanDalam penyusunan Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019, televisi didefinisikan sebagai “Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secaraberkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan”, sedangkan radio di definisikan sebagai “Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan”. Definisi tersebut merupakan hasil elaborasi dari proses analisis yang meliputi kajian pustaka, wawancara mendalam, dan focus group discussion yang melibatkan para narasumber yang mewakili pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, pelaku industri, komunitas/asosiasi, dan kalangan intelektual.

Secara umum, ruang lingkup pengembangan televisi meliputi kategori berita lunak, kategori hiburan, kategori permainan, serta kategori musik dan pertunjukan. Kategori berita lunak dikelompokkan menjadi current affair, magazine, dokumenter, dan talkshow. Kategori hiburan dikelompokkan menjadi drama dan komedi, variety show, general entertainment dan human interest. Kategori permainan dikelompokkan menjadi game show dan reality show, sedangkan kategori musik dan pertunjukan dikelompokkan menjadi pertunjukan, klip musik, dan program klip musik. Radio memiliki ruang lingkup pengembangan yang berbeda, yang dikelompokkan menjadi berita, siaran lepas, siaran dengan naskah, dan musik.

Perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada era sebelum kemerdekaan dengan berdirinya stasiun radio pertama di Indonesia, Bataviase Radio Vereniging (BRV) pada tahun 1925. TVRI (Televisi Republik Indonesia) memulai siarannya dengan menayangkan peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia XVII pada tahun 1962, menandai dimulainya industri pertelevisian nasional. Maraknya perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada tahun 1988 pada saat Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), stasiun televisi swasta, mulai mengudara. Diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran membuka lembaran baru dunia pertelevisian dan radio di Indonesia.

Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem televisi dan radio yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan, pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif televisi dan radio terdiri dari proses kreasi, produksi, distribusi, dan penyiaran. Lingkungan pengembangan televisi dan radio meliputi kegiatan apresiasi dan pendidikan, sedangkan pasar di dalam subsektor televisi dan radio dikelompokkan menjadi penonton umum, penonton ahli, serta perusahaan pengiklan. Pengarsipan dalam subsektor televisi dan radio dilakukan dengan melalui proses pengumpulan, restorasi, penyimpanan, dan preservasi yang dilakukan baik oleh stasiun televisi dan radio, pemerintah, maupun komunitas.

Dampak ekonomi dari pengembangan subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari peta industri yang menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward linkage) dan ke arah hilir ( forward linkage). Backward linkage di dalam subsektor televisi dan radio diantaranya adalah konsultan konten media, jasa penyewaan lokasi, pembuat properti studio, manajemen artis, jasa tata rias dan rambut, jasa penyewaan kostum, industri musik, pemasok alat-alat penyuntingan, rumah produksi pembuatan iklan, dan lain-lain. Forward linkage di dalam subsektor televisi dan radio diantaranya adalah industri hiburan, industri penerbitan,

97BAB 5: Penutup

komisi penyiaran, dan lain-lain. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari subsektor televisi dan radio, rantai nilai kreatif juga digunakan dalam mengidentifikasi model bisnis yang umumnya terjadi di subsektor televisi dan radio, yaitu berupa Jaringan Televisi dan Radio Nasional dan Lokal (Free to Air), Perusahaan Jaringan Siaran Berbayar, Rumah Produksi Independen, dan Internet Protocol Based Provider.

Kontribusi ekonomi subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat di tahun 2013, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar 3,17% terhadap total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 6,9%. Dari sisi ketenagakerjaan, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi sebesar 1,08% terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 1,34%.

Berdasarkan kondisi televisi dan radio di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi, serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis pembangunan nasional serta pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi pengembangan televisi dan radio selama periode 2015–2019 adalah “Terciptanya penyelenggaraan program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.”

Program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing yang dimaksud adalah industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten acara yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki nilai tambah berupa unsur informasi, mengandung ajakan yang sifatnya positif, serta bersifat mendidik. Konten yang dihasilkan juga diharapkan memiliki daya saing yang tinggi yang berarti dalam pengemasannya, konten televisi dan radio mampu menonjolkan unsur kreativitas tanpa memberikan efek negatif pada penikmatnya.

5.2 SaranPengembangan subsektor televisi dan radio dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada:

• Mulai melakukan pembaruan dan penambahan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi di pendidikan tinggi.

• Mulai melakukan pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di Indonesia di luar Pulau Jawa.

• Mulai melakukan pemetaan dan publikasi hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio.• Melakukan pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat dimanfaatkan

untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.• Mulai menyediakan fasilitas dan dana untuk penelitian dan pengembangan sumber daya

alam dan budaya Indonesia untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.• Membuat jurnal tingkat nasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan

budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.• Memetakan unit usaha televisi dan radio di Indonesia.• Mulai menyelenggarakan festival konten lokal kreatif skala nasional.• Menetapkan kewajiban proporsi jumlah konten lokal untuk setiap segmen usia.• Mulai melakukan penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi

dan radio.

98 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

• Mulai memberikan bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.

• Mulai memberikan fasilitas pengarsipan konten kreatif karya industri televisi dan radio sebagai bentuk publikasi global untuk membantu pemasaran karya.

• Mulai meningkatkan persebaran akses dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap.• Mulai meningkatan daya tangkap siaran televisi dan radio di seluruh kota di Indonesia.• Mulai meningkatkan kualitas infrastruktur pemancar siaran televisi dan radio.• Pembentukan lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen.• Mulai memberikan fasilitas yang dibutuhkan asosiasi keprofesian media agar dapat aktif

dan berjalan dengan baik.• Mulai membentuk pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri

televisi dan radio.• Mulai memberikan fasilitas pada komunitas media untuk membantu meningkatkan

kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif yang berkualitas.• Mulai memberikan fasilitas untuk publikasi tulisan terkait konten televisi dan radio di media masa.

Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan di subsektor televisi dan radio, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian/lembaga, dan memutakhirkan data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif.

LAMPIRAN

102 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

MA

TRIK

S T

UJU

AN

, SA

SA

RA

N, A

RA

H K

EBIJ

AK

AN

DA

N S

TRA

TEG

I PEN

GEM

BA

NG

AN

TV

DA

N R

AD

IO 2

015-

2019

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

N

ST

RA

TE

GI

MIS

I 1: M

engo

ptim

alka

n pe

man

faat

an d

an m

enge

mba

ngka

n su

mbe

r da

ya lo

kal y

ang

berd

aya

sain

g, d

inam

is, d

an b

erke

lanj

utan

1. T

erci

ptan

ya s

umbe

r da

ya m

anus

ia k

reat

if d

i ind

ustr

i TV

& R

adio

yan

g m

ampu

men

ghas

ilka

n ko

nten

yan

g be

rkua

lita

s da

n be

rday

a sa

ing

1.1

Men

ingk

atny

a ku

alit

as p

endi

dika

n ya

ng

men

duku

ng p

enci

ptaa

n or

ang

krea

tif d

i bi

dang

TV

& R

adio

sec

ara

berk

elan

juta

n

aM

enge

mba

ngka

n da

n m

emfa

silit

asi

penc

ipta

an le

mba

ga p

endi

dika

n (f

orm

al

dan

non

-for

mal

) ole

h pe

mer

inta

h da

n sw

asta

di d

aera

h ya

ng m

emili

ki p

oten

si

ekon

omi k

reat

if d

i bid

ang

TV

& R

adio

1M

endo

rong

dan

mem

fasi

litas

i pen

ingk

atan

jum

lah

lem

baga

pe

ndid

ikan

ilm

u ko

mun

ikas

i di s

etia

p pr

ovin

si d

i Ind

ones

ia

2M

endo

rong

pen

ingk

atan

sta

ndar

mut

u le

mba

ga p

endi

dika

n ilm

u ko

mun

ikas

i yan

g su

dah

ada

di In

done

sia

bM

enye

lara

skan

ant

ara

taha

pan

pend

idik

an s

erta

men

ingk

atka

n pa

rtis

ipas

i dun

ia u

saha

dal

am p

endi

dika

n

1M

endo

rong

pen

ingk

atan

jum

lah

seba

ran

lem

baga

ser

tifi

kasi

m

edia

yan

g di

akui

sec

ara

nasi

onal

/dan

inte

rnas

iona

l di

seti

ap p

rovi

nsi d

i Ind

ones

ia

1.2

Men

ingk

atny

a ku

alit

as te

naga

ker

ja

krea

tif

(ora

ng k

reat

if) d

i bid

ang

TV

&

Rad

io

aM

enci

ptak

an o

rang

kre

atif

yan

g di

nam

is

dan

prof

esio

nal y

ang

men

junj

ung

ting

gi

kode

eti

k pr

ofes

i di t

ingk

at n

asio

nal d

an

glob

al

1M

eneg

aska

n ke

waj

iban

pen

etap

an k

ode

etik

pro

fesi

di

ting

kat n

asio

nal d

an g

loba

l dal

am d

unia

usa

ha

bP

erlin

dung

an k

erja

terh

adap

tena

ga k

erja

kr

eati

f Ind

ones

ia d

i dal

am d

an lu

ar n

eger

i1

Mem

beri

kan

jam

inan

per

lindu

ngan

ker

ja te

rhad

ap p

ara

pela

ku k

reat

if d

i ind

ustr

i tel

evis

i dan

rad

io

2. T

erw

ujud

nya

perl

indu

ngan

, pen

gem

bang

an, d

an p

eman

faat

an s

umbe

r da

ya a

lam

dan

sum

ber

daya

bud

aya

bagi

indu

stri

TV

& R

adio

Indo

nesi

a se

cara

be

rkel

anju

tan

2.1

Ter

cipt

anya

pus

at p

enge

tahu

an s

umbe

r da

ya a

lam

dan

bud

aya

loka

l yan

g ak

urat

da

n te

rper

caya

ser

ta d

apat

dia

kses

se

cara

mud

ah d

an c

epat

aM

enge

mba

ngka

n pu

sat p

enge

tahu

an

buda

ya In

done

sia

yang

aku

rat d

an

terp

erca

ya y

ang

dapa

t dia

kses

den

gan

mud

ah d

an c

epat

ser

ta m

emili

ki p

rogr

am

dist

ribu

si p

enge

tahu

an b

uday

a

1M

emfa

silit

asi p

enel

itia

n un

tuk

men

gide

ntifi

kasi

dan

m

enge

mba

ngka

n su

mbe

r da

ya b

uday

a lo

kal y

ang

mer

upak

an in

spir

asi d

alam

pen

gem

bang

an k

onte

n kr

eati

f te

levi

si d

an r

adio

2M

enge

mba

ngka

n si

stem

pen

gars

ipan

(fisi

k da

n no

nfisi

k)

terk

ait p

enel

itia

n da

n in

form

asi s

umbe

r da

ya b

uday

a In

done

sia

seba

gai b

ahan

sum

ber

insp

iras

i kon

ten

loka

l te

levi

si d

an r

adio

103Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

MIS

I 2: M

enge

mba

ngka

n pr

oses

pen

yele

ngga

raan

kon

ten

TV

& R

adio

Indo

nesi

a ya

ng b

erku

alit

as d

an b

erda

ya s

aing

sec

ara

berk

elan

juta

n

3. T

erci

ptan

ya in

dust

ri T

V &

Rad

io y

ang

berk

uali

tas

dan

berd

aya

sain

g se

cara

ber

kela

njut

an

3.1

Men

ingk

atny

a w

irau

saha

kre

atif

loka

l di

bida

ng T

V &

Rad

io y

ang

men

ghas

ilkan

ko

nten

yan

g be

rkua

litas

dan

ber

daya

sa

ing

aM

emfa

silit

asi p

enci

ptaa

n da

n

peni

ngka

tan

prof

esio

nalis

me

(ski

ll-

know

ledg

e-at

titu

de) w

irau

saha

kre

atif

lo

kal d

i bid

ang

TV

& R

adio

1M

endo

rong

pen

gem

bang

an ti

ngka

t pro

fesi

onal

ism

e w

irau

saha

kre

atif

di b

idan

g T

V &

Rad

io

3.2

Men

ingk

atny

a us

aha

krea

tif l

okal

di

bida

ng T

V &

Rad

io y

ang

berd

aya

sain

gb

Men

gem

bang

kan

stan

dar

usah

a kr

eati

f na

sion

al y

ang

diak

ui s

ecar

a gl

obal

ser

ta

mem

fasi

litas

i us

aha

krea

tif l

okal

unt

uk

mem

enuh

i sta

ndar

indu

stri

kre

atif

na

sion

al d

an g

loba

l

1M

enge

mba

ngka

n ra

gam

ser

ta m

enin

gkat

kan

kual

itas

st

anda

r us

aha

krea

tif n

asio

nal d

i bid

ang

TV

& R

adio

3.3

Men

ingk

atny

a ke

raga

man

dan

kua

litas

ka

rya

krea

tif l

okal

di k

onte

n T

V &

Rad

ioc

Men

gem

bang

kan

ide

peng

emas

an k

onte

n ka

rya

krea

tif b

aru

di T

V &

Rad

io y

ang

mem

anfa

atka

n su

mbe

rday

a bu

daya

loka

l se

cara

ber

kela

njut

an

1M

endo

rong

pen

gem

bang

an k

onte

n ka

rya

krea

tif y

ang

berk

ualit

as d

enga

n m

engh

adir

kan

unsu

r-un

sur

loka

l In

done

sia

mel

alui

aja

ng p

engh

arga

an b

erge

ngsi

dan

fes

tiva

l

MIS

I 3: M

enge

mba

ngka

n li

ngku

ngan

yan

g ko

ndus

if y

ang

men

garu

suta

mak

an k

reat

ivit

as d

alam

men

ghas

ilka

n ko

nten

TV

& R

adio

Indo

nesi

a ya

ng b

erku

alit

as d

an

berd

aya

sain

g de

ngan

mel

ibat

kan

selu

ruh

pem

angk

u ke

pent

inga

n

4. T

erci

ptan

ya p

embi

ayaa

n ya

ng s

esua

i, m

udah

dia

kses

, dan

kom

peti

tif

4.1

Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an p

embi

ayaa

n ba

gi in

dust

ri T

V &

Rad

io lo

kal y

ang

sesu

ai,m

udah

dia

kses

, dan

kom

peti

tif

aM

enci

ptak

an d

an m

enge

mba

ngka

n le

mba

ga p

embi

ayaa

n ya

ng m

empe

rcep

at

perk

emba

ngan

indu

stri

kre

atif

1M

emfa

silit

asi p

rogr

am p

embi

ayaa

n un

tuk

indu

stri

tele

visi

da

n ra

dio

pem

ula

di ti

ngka

t lok

al

5. T

erci

ptan

ya p

erlu

asan

pas

ar d

i dal

am d

an lu

ar n

eger

i yan

g be

rkua

lita

s da

n be

rkel

anju

tan

5.1

Men

ingk

atny

a di

vers

ifika

si d

an

pene

tras

i pas

ar k

arya

TV

& R

adio

di

dala

m n

eger

i dan

luar

neg

eri

aM

enge

mba

ngka

n si

stem

info

rmas

i pas

ar

kary

a kr

eati

f di d

alam

neg

eri y

ang

dapa

t di

akse

s de

ngan

mud

ah d

an in

form

asi

didi

stri

busi

kan

deng

an b

aik

1M

endu

kung

pem

bent

ukan

ban

k da

ta k

onte

n kr

eati

f tel

evis

i da

n ra

dio

di In

done

sia

yang

dap

at d

iaks

es s

ecar

a gl

obal

se

baga

i sal

ah s

atu

fung

si w

adah

pen

gars

ipan

104 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

bM

enin

gkat

kan

kual

itas

bra

ndin

g, p

rom

osi,

pam

eran

, fes

tiva

l, M

ISI d

agan

g, B

toB

ne

twor

king

di d

alam

dan

luar

neg

eri

2M

emfa

silit

asi p

rogr

am b

imbi

ngan

pen

ingk

atan

sta

ndar

m

utu

untu

k sk

ala

glob

al

cM

empe

rlua

s ja

ngka

uan

dist

ribu

si p

rodu

k kr

eati

f di d

alam

dan

luar

neg

eri

3M

emfa

silit

asi p

enye

bara

n ko

nten

kra

tif l

okal

mel

alui

bur

sa

kont

en a

cara

inte

rnas

iona

l

6. T

erse

dian

ya in

fras

truk

tur

dan

tekn

olog

i yan

g te

pat g

una,

mud

ah d

iaks

es, d

an k

ompe

titi

f

6.1

Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an

infr

astr

uktu

r ya

ng m

emad

ai d

an

kom

peti

tif

aM

enja

min

ket

erse

diaa

n, k

eses

uaia

n,

jang

kaua

n ha

rga/

biay

a, s

ebar

an/

pene

tras

i, da

n pe

rfor

man

si, i

nfra

stru

ktur

te

lem

atik

a-ja

ring

an in

tern

et; d

an

infr

astr

uktu

r lo

gist

ik d

an e

nerg

i

1M

endo

rong

usa

ha p

enin

gkat

an ja

ngka

uan

siar

an te

levi

si

sert

a ku

alit

as ja

ring

an p

enyi

aran

tele

visi

dan

rad

io d

i In

done

sia

6.2

Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an te

knol

ogi

tepa

t gun

a ya

ng m

udah

dia

kses

dan

ko

mpe

titi

f

bM

emfa

silit

asi a

kses

terh

adap

tekn

olog

i se

cara

mud

ah d

an k

ompe

titi

f1

Men

duku

ng a

dany

a ke

bija

kan

subs

idi k

ebut

uhan

fas

ilita

s pe

ngad

aan

peny

iara

n da

n pe

mro

gram

an

cM

endo

rong

pen

gem

bang

an b

asis

-bas

is

peng

emba

ngan

tekn

olog

i lok

al y

ang

men

duku

ng p

enge

mba

ngan

indu

stri

kr

eati

f

2M

endo

rong

terj

alin

nya

kerj

asam

a an

tara

indu

stri

TV

& r

adio

de

ngan

pen

gem

bang

per

angk

at lu

nak

pem

rogr

aman

dan

pe

nyia

ran

7. T

erci

ptan

ya k

elem

baga

an y

ang

kond

usif

dan

men

garu

suta

mak

an k

reat

ivit

as d

alam

pen

gem

bang

an in

dust

ri T

V &

Rad

io In

done

sia

7.1

Terc

ipta

nya

regu

lasi

yan

g m

endu

kung

pe

ncip

taan

ikl

im y

ang

kond

usif

bag

i pe

ngem

bang

an in

dust

ri T

V &

Rad

io

aM

empe

rbai

ki d

an m

embu

at b

erba

gai

regu

lasi

terk

ait p

enyi

aran

1M

endo

rong

terc

ipta

nya

peny

empu

rnaa

n ke

bija

kan

terk

ait

peny

iara

n ya

ng b

isa

men

duku

ng ik

lim li

ngku

ngan

bis

nis

tele

visi

dan

rad

io m

enja

di le

bih

kond

usif

7.2

Men

ingk

atny

a pa

rtis

ipas

i akt

if

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

pe

ngem

bang

an in

dust

ri T

V &

Rad

io

seca

ra b

erku

alit

as d

an b

erke

lanj

utan

aM

embe

ntuk

lem

baga

yan

g da

pat

men

duku

ng p

enge

mba

ngan

TV

&

radi

o ya

ng s

ekal

igus

dap

at m

enja

di

peng

hubu

ng a

ntar

a pe

man

gku

kepe

ntin

gan

dala

m in

dust

ri T

V &

rad

io

1M

emfa

silit

asi p

embe

ntuk

an le

mba

ga m

ilik

pem

erin

tah

yang

se

cara

akt

if m

endu

kung

pen

cipt

aan

kont

en T

V &

rad

io y

ang

berk

ualit

as d

an b

erda

ya s

aing

105Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

bM

enge

mba

ngka

n, m

emfa

silit

asi

pem

bent

ukan

dan

pen

ingk

atan

kua

litas

or

gani

sasi

ata

u w

adah

yan

g da

pat

mem

perc

epat

pen

gem

bang

an e

kono

mi

krea

tif

2M

enga

ktif

kan

kem

bali

dan

mem

fasi

litas

i aso

sias

i ke

prof

esia

n m

edia

unt

uk b

erje

jari

ng d

i tin

gkat

loka

l, na

sion

al, m

aupu

n gl

obal

7.3

Men

ingk

atny

a ap

resi

asi k

epad

a or

ang/

kary

a/w

irau

saha

/usa

ha k

reat

if lo

kal d

i bi

dang

TV

& R

adio

bai

k it

u di

dal

am d

an

luar

neg

eri

aM

emfa

silit

asi d

an m

embe

rika

n pe

ngha

rgaa

n ya

ng p

rest

isiu

s ba

gi o

rang

/ka

rya/

wir

ausa

ha/u

saha

kre

atif

loka

l di

ting

kat n

asio

nal d

an in

tern

asio

nal

1M

emfa

silit

asi k

eiku

tser

taan

kon

ten

krea

tif T

V &

radi

o de

ngan

mem

beri

kan

subs

idi a

tau

spon

sors

hipb

agi k

onte

n kr

eati

f yan

g m

ampu

ikut

ser

ta d

alam

fes

tiva

l dan

eve

n in

tern

asio

nal

bM

enin

gkat

kan

kom

unik

asi k

eber

adaa

n or

ang/

kary

a/w

irau

saha

/usa

ha k

reat

if

loka

l dan

kon

sum

si k

arya

kre

atif

loka

l

2M

embe

rika

n pe

ngha

rgaa

n ba

gi k

onte

n kr

eati

f lok

al m

aupu

n us

aha

krea

tif s

ecar

a be

rkal

a

cM

enin

gkat

kan

apre

sias

i ter

hada

p H

KI

3M

enin

gkat

kan

kesa

dara

n m

asya

raka

t ter

hada

p ko

nten

kr

eati

f kar

ya In

done

sia

14M

enin

gkat

nya

ting

kat a

pres

iasi

m

asya

raka

t ter

hada

p ko

nten

loka

l yan

g m

engu

sung

keb

uday

aan

dan

SD

A lo

kal

aM

enin

gkat

kan

akse

s da

n di

stri

busi

te

rhad

ap in

form

asi/

peng

etah

uan

terh

adap

sum

ber

daya

ala

m d

an s

umbe

r da

ya b

uday

a lo

kal

1M

emfa

silit

asi p

enga

rsip

an d

i bid

ang

TV

& r

adio

yan

g da

pat

mem

perk

aya

pros

es p

enge

mba

ngan

kon

ten

acar

a kr

eati

f

106 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

MA

TRIK

S IN

DIK

AS

I STR

ATE

GIS

PEN

GEM

BA

NG

AN

TEL

EV

ISI D

AN

RA

DIO

201

5-20

19

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

MIS

I 1: M

engo

ptim

alka

n pe

man

faat

an d

an m

enge

mba

ngka

n su

mbe

r da

ya lo

kal y

ang

berd

aya

sain

g, d

inam

is, d

an b

erke

lanj

utan

1. T

erci

ptan

ya s

umbe

r da

ya m

anus

ia k

reat

if d

i ind

ustr

i TV

& R

adio

yan

g m

ampu

men

ghas

ilka

n ko

nten

yan

g m

enge

duka

si d

an m

engi

nspi

rasi

1.1

Men

ingk

atny

a ku

alit

as p

endi

dika

n ya

ng m

endu

kung

pe

ncip

taan

ora

ng k

reat

if d

i bid

ang

TV

& R

adio

sec

ara

berk

elan

juta

nM

enin

gkat

nya

kual

itas

pen

didi

kan

yang

men

duku

ng

penc

ipta

an o

rang

kre

atif

di b

idan

g T

V &

Rad

io s

ecar

a be

rkel

anju

tan

aA

dany

a m

etod

olog

i pen

didi

kan

ilmu

kom

unik

asi y

ang

men

guta

mak

an k

reat

ivit

as d

enga

n te

tap

men

ekan

kan

pent

ingn

ya e

tika

kep

rofe

sian

bA

dany

a no

men

klat

ur p

endi

dika

n ilm

u ko

mun

ikas

i yan

g te

rbar

u da

n se

suai

cA

dany

a in

stit

usi p

endi

dika

n ti

ngka

t tin

ggi d

i bid

ang

ilmu

kom

unik

asi y

ang

tera

kred

itas

i da

n be

rser

tifi

kasi

di s

etia

p pr

ovin

si

dJu

mla

h in

stit

usi i

lmu

kom

unik

asi d

enga

n ke

ters

edia

an f

asili

tas

yang

mem

enuh

i sta

ndar

m

enin

gkat

eA

dany

a le

mba

ga s

erti

fika

si y

ang

diak

ui s

ecar

a na

sion

al/d

an a

tau

inte

rnas

iona

l di s

etia

p pr

ovin

si d

i Ind

ones

ia

fP

emba

ngun

an in

stit

usi p

endi

dika

n ilm

u ko

mun

ikas

i bar

u di

set

iap

prov

insi

di I

ndon

esia

ya

ng b

elum

mem

iliki

nya

1.2

Men

ingk

atny

a ku

alit

as te

naga

ker

ja k

reat

if (

oran

g kr

eati

f) d

i bi

dang

TV

& R

adio

aA

dany

a bu

ku la

pora

n ha

sil p

emet

aan

tena

ga k

erja

TV

& R

adio

yan

g da

pat d

iaks

es o

leh

publ

ik

bJu

mla

h te

naga

ahl

i den

gan

sert

ifika

si k

ompe

tens

i di i

ndus

tri T

V &

Rad

io m

enin

gkat

cA

dany

a ke

bija

kan

bagi

tena

ga k

erja

asi

ng m

edia

yan

g be

kerj

a di

Indo

nesi

a

dA

dany

a ke

bija

kan

kew

ajib

an p

ener

apan

kod

e et

ik p

rofe

si

eA

dany

a ke

bija

kan

perl

indu

ngan

ker

ja t

erha

dap

para

pel

aku

krea

tif d

i ind

ustr

i tel

evis

i dan

ra

dio

107Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

2. T

erw

ujud

nya

perl

indu

ngan

, pen

gem

bang

an, d

an p

eman

faat

an s

umbe

r da

ya a

lam

dan

sum

ber

daya

bud

aya

bagi

indu

stri

TV

& R

adio

Indo

nesi

a se

cara

be

rkel

anju

tan

2.1

Ter

cipt

anya

pus

at p

enge

tahu

an s

umbe

r da

ya a

lam

dan

bu

daya

loka

l yan

g ak

urat

dan

terp

erca

ya s

erta

dap

at d

iaks

es

seca

ra m

udah

dan

cep

at

aA

dany

a la

pora

n ha

sil p

emet

aan

sum

ber

daya

ala

m d

an b

uday

a di

set

iap

prov

insi

di

Indo

nesi

a ya

ng d

apat

dim

anfa

atka

n un

tuk

mem

perk

aya

kont

en lo

kal T

V &

Rad

io

bJu

mla

h ju

rnal

pen

elit

ian

dan

peng

emba

ngan

sum

ber

daya

ala

m d

an b

uday

a In

done

sia

yang

dap

at d

igun

akan

unt

uk m

empe

rkay

a ko

nten

loka

l TV

& R

adio

cJu

mla

h ju

rnal

ting

kat n

asio

nal m

aupu

n in

tern

asio

nal t

erka

it r

iset

dan

pen

gem

bang

an

sum

ber

daya

ala

m d

an b

uday

a un

tuk

men

ingk

atka

n ra

gam

dan

kua

litas

kon

ten

peny

iara

n

dA

dany

a ba

nk d

ata

peng

etah

uan

sum

ber

daya

ala

m d

an b

uday

a ya

ng d

apat

dim

anfa

atka

n se

baga

i sum

ber

insp

iras

i kon

ten

loka

l TV

& R

adio

MIS

I 2. M

enge

mba

ngka

n pr

oses

pen

yele

ngga

raan

kon

ten

TV

& R

adio

Indo

nesi

a ya

ng b

erku

alit

as d

an b

erda

ya s

aing

sec

ara

berk

elan

juta

n

3. T

erci

ptan

ya in

dust

ri T

V &

Rad

io y

ang

berk

uali

tas

dan

berd

aya

sain

g se

cara

ber

kela

njut

an

3.1

Men

ingk

atny

a w

irau

saha

kre

atif

loka

l di b

idan

g T

V &

R

adio

yan

g m

engh

asilk

an k

onte

n ya

ng m

enge

duka

si d

an

men

gins

pira

si

aA

dany

a la

pora

n ha

sil p

emet

aan

unit

usa

ha T

V &

Rad

io d

i Ind

ones

ia

bA

dany

a pr

ogra

m b

imbi

ngan

bag

i uni

t usa

ha T

V &

Rad

io d

i Ind

ones

ia

3.2

Men

ingk

atny

a us

aha

krea

tif l

okal

di b

idan

g T

V &

Rad

io y

ang

berd

aya

sain

gc

adan

ya la

pora

n ha

sil a

nalis

is K

BLI

unt

uk in

dust

ri T

V &

Rad

io s

ecar

a be

rkel

anju

tan

3.3

Men

ingk

atny

a ke

raga

man

dan

kua

litas

kar

ya k

reat

if lo

kal d

i ko

nten

TV

& R

adio

dA

dany

a fe

stiv

al k

onte

n lo

kal k

reat

if s

kala

nas

iona

l set

iap

tahu

n

eA

dany

a ke

bija

kan

yang

men

gatu

r pr

opor

si k

ewaj

iban

jum

lah

kont

en lo

kal T

V un

tuk

seti

ap

segm

en u

sia

MIS

I 3. M

enge

mba

ngka

n li

ngku

ngan

yan

g ko

ndus

if y

ang

men

garu

suta

mak

an k

reat

ivit

as d

alam

men

ghas

ilka

n ko

nten

TV

& R

adio

Indo

nesi

a ya

ng m

enge

duka

si d

an

men

gins

pira

si d

enga

n m

elib

atka

n se

luru

h pe

man

gku

kepe

ntin

gan

4. T

erci

ptan

ya p

embi

ayaa

n ya

ng s

esua

i, m

udah

dia

kses

, dan

kom

peti

tif

4.1

Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an p

embi

ayaa

n ba

gi in

dust

ri T

V &

R

adio

loka

l yan

g se

suai

,mud

ah d

iaks

es, d

an k

ompe

titi

fa

Pen

yusu

nan

skem

a pe

mbi

ayaa

n un

tuk

mod

al a

wal

indu

stri

TV

& R

adio

108 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

5. T

erci

ptan

ya p

erlu

asan

pas

ar d

i dal

am d

an lu

ar n

eger

i yan

g be

rkua

lita

s da

n be

rkel

anju

tan

5.1

Men

ingk

atny

a di

vers

ifika

si d

an p

enet

rasi

pas

ar k

arya

TV

&

Rad

io d

i dal

am n

eger

i dan

luar

neg

eri

aA

dany

a al

okas

i dan

a se

baga

i duk

unga

n ba

gi k

onte

n kr

eati

f TV

& R

adio

unt

uk m

engi

kuti

aj

ang

peng

harg

aan

di d

alam

mau

pun

luar

neg

eri

bA

dany

a w

orks

hop

bagi

uni

t usa

ha T

V &

Rad

io u

ntuk

men

ingk

atka

n ku

alit

as p

rodu

k ag

ar

sesu

ai d

enga

n st

anda

r pa

sar

inte

rnas

iona

l

cJu

mla

h ko

nten

TV

& r

adio

yan

g di

siar

kan

di lu

ar n

eger

i

6. T

erse

dian

ya in

fras

truk

tur

dan

tekn

olog

i yan

g te

pat g

una,

mud

ah d

iaks

es, d

an k

ompe

titi

f

6.1

Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an in

fras

truk

tur

yang

mem

adai

dan

ko

mpe

titi

fa

Pro

pors

i wila

yah

yang

men

dapa

t aks

es d

an p

enin

gkat

an k

ecep

atan

inte

rnet

di I

ndon

esia

m

enin

gkat

bP

ropo

rsi w

ilaya

h ko

ta y

ang

mem

iliki

day

a ta

ngka

p si

aran

TV

& R

adio

yan

g m

emad

ai d

i In

done

sia

men

ingk

at

cJu

mla

h ga

nggu

an in

fras

truk

tur

pem

anca

r si

aran

TV

& r

adio

men

urun

6.2

Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an te

knol

ogi t

epat

gun

a ya

ng m

udah

di

akse

s da

n ko

mpe

titi

fa

Ada

nya

prog

ram

ker

ja s

ama

deng

an p

enge

mba

ng p

eran

gkat

luna

k pe

mro

gram

an

bA

dany

a pe

rang

kat l

unak

loka

l yan

g di

kem

bang

kan

khus

us u

ntuk

mem

enuh

i keb

utuh

an

stan

dar

pera

ngka

t lun

ak p

emro

gram

an

7. T

erci

ptan

ya k

elem

baga

an y

ang

kond

usif

dan

men

garu

suta

mak

an k

reat

ivit

as d

alam

pen

gem

bang

an in

dust

ri T

V &

Rad

io In

done

sia

7.1

Terc

ipta

nya

regu

lasi

yan

g m

endu

kung

pen

cipt

aan

iklim

yan

g ko

ndus

if b

agi p

enge

mba

ngan

indu

stri

TV

& R

adio

aA

dany

a ke

bija

kan

subs

idi p

ajak

fas

ilita

s al

at-a

lat p

enyi

aran

dan

pem

rogr

aman

bA

dany

a ke

bija

kan

tran

sfer

pen

geta

huan

bag

i ind

ustr

i TV

& R

adio

asi

ng y

ang

mel

akuk

an

pros

es p

emro

gram

an d

i Ind

ones

ia

7.2

Men

ingk

atny

a pa

rtis

ipas

i akt

if p

eman

gku

kepe

ntin

gan

dala

m

peng

emba

ngan

indu

stri

TV

& R

adio

sec

ara

berk

ualit

as d

an

berk

elan

juta

n

aA

dany

a le

mba

ga s

urve

y ko

nten

pen

yiar

an m

ilik

pem

erin

tah

yang

inde

pend

en

bM

enin

gkat

nya

jum

lah

asos

iasi

kep

rofe

sian

med

ia y

ang

akti

f dan

ber

jala

n de

ngan

bai

k

cA

dany

a ke

bija

kan

stan

dar

biro

kras

i yan

g m

emfa

silit

asi p

enye

leng

gara

an p

enyi

aran

ko

nten

TV

& R

adio

aga

r le

bih

mud

ah d

an c

epat

109Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

dJu

mla

h pe

rtem

uan

ruti

n an

tara

pih

ak p

emer

inta

h de

ngan

pih

ak in

dust

ri T

V &

Rad

io y

ang

diad

akan

dal

am s

atu

tahu

n

7.3

Men

ingk

atny

a ap

resi

asi k

epad

a or

ang/

kary

a/w

irau

saha

/us

aha

krea

tif l

okal

di b

idan

g T

V &

Rad

io b

aik

itu

di d

alam

dan

lu

ar n

eger

i

aJu

mla

h pe

laku

/kar

ya/u

saha

kre

atif

TV

& R

adio

yan

g ik

ut s

erta

dal

am f

esti

val d

an e

vent

in

tern

asio

nal

bA

dany

a aj

ang

peng

harg

aan

nasi

onal

di b

idan

g m

edia

yan

g se

cara

res

mi d

isel

engg

arak

an

oleh

pem

erin

tah

7.4

Men

ingk

atny

a ti

ngka

t apr

esia

si m

asya

raka

t ter

hada

p ko

nten

lo

kal y

ang

men

gusu

ng k

ebud

ayaa

n da

n S

DA

loka

la

Jum

lah

kont

en lo

kal m

aupu

n or

ang

krea

tif d

alam

TV

& R

adio

yan

g m

ener

ima

peng

harg

aan

bers

kala

nas

iona

l

bJu

mla

h pe

nont

on d

an r

atin

g ko

nten

kre

atif

yan

g be

rkua

litas

men

gala

mi p

enin

gkat

an

cJu

mla

h tu

lisan

terk

ait k

onte

n T

V da

n R

adio

di m

edia

mas

sa y

ang

suks

es d

ipub

likas

ikan

m

enin

gkat

110 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

MA

TRIK

S R

ENC

AN

A A

KS

I PEN

GEM

BA

NG

AN

TEL

EV

ISI D

AN

RA

DIO

201

5-20

19

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 1

: Men

ingk

atny

a ku

alit

as p

endi

dika

n ya

ng m

endu

kung

pen

cipt

aan

oran

g kr

eati

f di b

idan

g T

V &

Rad

io s

ecar

a be

rkel

anju

tan

1P

erba

ikan

kur

ikul

um p

endi

dika

n ti

ngka

t ti

nggi

yan

g m

enge

depa

nkan

kre

ativ

itas

ya

ng b

eret

ika

dala

m il

mu

kom

unik

asi

Mem

asuk

kan

nila

i-ni

lai e

tika

ilm

u ko

mun

ikas

i da

lam

sof

t ski

ll d

an h

ard

skill

di d

alam

ra

ncan

gan

kuri

kulu

m p

endi

dika

n ti

ngka

t lan

jut

Men

teri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan;

A

sosi

asi k

epro

fesi

an;

Inst

itus

i pen

didi

kan

ting

gi

XX

XX

2P

erba

ikan

nom

enkl

atur

pen

didi

kan

ilmu

kom

unik

asi

Pen

inja

uan

dan

pera

ncan

gan

ulan

g ru

mpu

n ke

ilmua

n ilm

u ko

mun

ikas

i di l

emba

ga

pend

idik

an

Men

teri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan;

A

sosi

asi k

epro

fesi

an

X

3P

enin

gkat

an ju

mla

h in

stit

usi p

endi

dika

n ti

ngka

t tin

ggi d

i bid

ang

ilmu

kom

unik

asi

yang

tera

kred

itas

i

Stu

di d

an p

enge

mba

ngan

kur

ikul

um

pend

idik

an il

mu

kom

unik

asi y

ang

suda

h ad

a di

In

done

sia

Men

teri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan;

In

stit

usi p

endi

dika

n ti

nggi

XX

XX

4P

emba

ruan

dan

pen

amba

han

fasi

litas

pe

ndid

ikan

ilm

u ko

mun

ikas

i di p

endi

dika

n ti

nggi

Pen

data

an f

asili

tas

pend

idik

an il

mu

kom

unik

asi y

ang

dipe

rluk

an d

i pen

didi

kan

ting

gi; P

emba

ruan

dan

pen

amba

han

fasi

litas

pe

ndid

ikan

ilm

u ko

mun

ikas

i di p

endi

dika

n ti

nggi

Men

teri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan;

In

stit

usi p

endi

dika

n ti

nggi

XX

XX

X

5P

emba

ngun

an le

mba

ga s

erti

fika

si il

mu

kom

unik

asi y

ang

diak

ui o

leh

nega

ra d

i se

tiap

pro

vins

i di I

ndon

esia

Ana

lisis

keb

utuh

an le

mba

ga s

erti

fika

si il

mu

kom

unik

asi (

form

al m

aupu

n no

n-f

orm

al);

Pen

yusu

nan

prio

rita

s pe

mba

ngun

an le

mba

ga

sert

ifika

si il

mu

kom

unik

asi;

Pem

bang

unan

le

mba

ga s

erti

fika

si il

mu

kom

unik

asi;

Men

teri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan;

M

ente

ri P

ariw

isat

a da

n E

kono

mi K

reat

if;

Aso

sias

i kep

rofe

sian

XX

XX

111Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

6P

emba

ngun

an in

stit

usi p

endi

dika

n ilm

u ko

mun

ikas

i bar

u di

Indo

nesi

a di

luar

Pul

au

Jaw

a

Ana

lisis

keb

utuh

an in

stit

usi p

endi

dika

n ilm

u ko

mun

ikas

i (fo

rmal

mau

pun

non

-for

mal

); P

enyu

suna

n pr

iori

tas

pem

bang

unan

inst

itus

i pe

ndid

ikan

ilm

u ko

mun

ikas

i; P

emba

ngun

an

inst

itus

i pen

didi

kan

ilmu

kom

unik

asi;

Men

teri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan;

M

ente

ri P

ariw

isat

a da

n E

kono

mi K

reat

if;

Kep

ala

daer

ah

XX

XX

X

SA

SA

RA

N 2

: Men

ingk

atny

a ku

alit

as te

naga

ker

ja k

reat

if (

oran

g kr

eati

f) d

i bid

ang

TV

& R

adio

1P

emet

aan

dan

publ

ikas

i has

il pe

met

aan

tena

ga k

erja

TV

& R

adio

Pem

etaa

n te

naga

ker

ja T

V &

Rad

io d

i sel

uruh

pr

ovin

si d

i Ind

ones

ia, m

ulai

dar

i ska

la U

KM

hi

ngga

per

usah

aan

inte

rnas

iona

l

Men

teri

Ten

aga

Ker

ja

dan

Tran

smig

rasi

; M

ente

ri K

oper

asi

dan

UK

M; M

ente

ri

Per

indu

stri

an;

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

; B

adan

Pus

at S

tati

stik

; B

appe

nas;

Pim

pina

n da

erah

XX

2P

enet

apan

sta

ndar

ser

tifi

kasi

kom

pete

nsi

di b

idan

g T

V &

Rad

ioS

tudi

sta

ndar

kom

pete

nsi u

mum

dan

khu

sus

yang

ses

uai b

agi t

enag

a ke

rja

di In

dust

ri

TV

& R

adio

; Pen

yusu

nan

stan

dar

kuri

kulu

m

pela

tiha

n ilm

u ko

mun

ikas

i

Men

teri

Ten

aga

Ker

ja

dan

Tran

smig

rasi

; M

ente

ri K

omun

ikas

i da

n In

form

atik

a

XX

3P

enyu

suna

n ke

bija

kan

bagi

tena

ga k

erja

as

ing

yang

bek

erja

di I

ndon

esia

Stu

di d

an p

enyu

suna

n ke

bija

kan

bagi

tena

ga

kerj

a as

ing

yang

bek

erja

di I

ndon

esia

; S

osia

lisas

i keb

ijaka

n ba

gi te

naga

ker

ja a

sing

ya

ng b

eker

ja d

i Ind

ones

ia

Men

teri

Ten

aga

Ker

ja d

an

Tran

smig

rasi

; Men

teri

P

erda

gang

an; M

ente

ri

Per

indu

stri

an;

Men

teri

Huk

um

dan

HA

M; P

impi

nan

daer

ah

XX

112 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

4P

enet

apan

keb

ijaka

n ke

waj

iban

pen

erap

an

kode

eti

k pr

ofes

iS

tudi

dan

pen

yusu

nan

kebi

jaka

n ko

de e

tik

prof

esi d

i bid

ang

TV

& R

adio

; Mem

asuk

kan

kode

eti

k pr

ofes

i dal

am s

etia

p ku

riku

lum

pe

lati

han

Men

teri

Ten

aga

Ker

ja

dan

Tran

smig

rasi

; M

ente

ri K

omun

ikas

i da

n In

form

atik

a;

Men

teri

Huk

um d

an

HA

M

XX

5P

enyu

suna

n ke

bija

kan

perl

indu

ngan

ker

ja

terh

adap

par

a pe

laku

kre

atif

di i

ndus

tri

tele

visi

dan

rad

io

Stu

di d

an p

enyu

suna

n ke

bija

kan

perl

indu

ngan

ke

rja

di in

dust

ri T

V &

Rad

ioM

ente

ri T

enag

a K

erja

da

n Tr

ansm

igra

si;

Men

teri

Huk

um d

an

HA

M

XX

SA

SA

RA

N 3

: Te

rcip

tany

a pu

sat p

enge

tahu

an s

umbe

r da

ya a

lam

dan

bud

aya

loka

l yan

g ak

urat

dan

terp

erca

ya s

erta

dap

at d

iaks

es s

ecar

a m

udah

dan

cep

at

1P

emet

aan

sum

ber

daya

ala

m d

an b

uday

a In

done

sia

yang

dap

at d

iman

faat

kan

untu

k m

empe

rkay

a ko

nten

loka

l TV

& R

adio

Per

enca

naan

pem

etaa

n su

mbe

r da

ya a

lam

da

n bu

daya

Indo

nesi

a; P

emet

aan

sum

ber

daya

ala

m d

an b

uday

a In

done

sia;

Pub

likas

i ha

sil p

emet

aan

sum

ber

daya

ala

m d

an b

uday

a In

done

sia

yang

dap

at d

iman

faat

kan

indu

stri

T

V &

Rad

io m

elal

ui s

alur

an y

ang

dapa

t dia

kses

ol

eh b

anya

k pi

hak

Men

teri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan;

M

ente

ri P

ariw

isat

a da

n E

kono

mi K

reat

if;

Kep

ala

Dae

rah

X

2P

enye

diaa

n fa

silit

as d

an d

ana

untu

k pe

nelit

ian

dan

peng

emba

ngan

sum

ber

daya

ala

m d

an b

uday

a In

done

sia

untu

k m

empe

rkay

a ko

nten

loka

l TV

& R

adio

Ada

nya

inse

ntif

bag

i par

a pe

nelit

i di b

idan

g ilm

u ko

mun

ikas

i den

gan

tuju

an m

enam

bah

raga

m k

onte

n be

rbud

aya

Indo

nesi

a de

ngan

pe

man

faat

an s

umbe

r da

ya a

lam

dan

bud

aya

Men

teri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan;

M

ente

ri P

ariw

isat

a da

n E

kono

mi K

reat

if;

Men

teri

Ris

et d

an

Tekn

olog

i;

XX

XX

X

3P

embu

atan

jurn

al ti

ngka

t nas

iona

l ter

kait

ri

set d

an p

enge

mba

ngan

sum

ber

daya

al

am d

an b

uday

a un

tuk

men

ingk

atka

n ra

gam

dan

kua

litas

kon

ten

peny

iara

n

Men

doro

ng in

stit

usi p

endi

dika

n ya

ng m

emili

ki

faku

ltas

/pro

gram

stu

di/j

urus

an il

mu

kom

unik

asi u

ntuk

mem

buat

jurn

al te

rakr

edit

asi

di in

stit

usi m

asin

g-m

asin

g

Men

teri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan;

In

stit

usi p

endi

dika

n

X

113Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

4P

embe

rian

fas

ilita

s un

tuk

peng

emba

ngan

pu

sat d

ata

peng

etah

uan

yang

dap

at

dim

anfa

atka

n se

baga

i sum

ber

insp

iras

i ko

nten

loka

l TV

& R

adio

Mem

fasi

litas

i pen

gem

bang

an p

usat

dat

a pe

nget

ahua

n ilm

u ko

mun

ikas

i sep

erti

m

enge

nai s

tudi

, has

il pe

met

aan,

dan

ju

rnal

den

gan

cara

: men

gum

pulk

an h

asil

stud

i; m

emba

ngun

sis

tem

pen

geta

huan

; m

enso

sial

isas

ikan

pus

at p

enge

tahu

an il

mu

kom

unik

asi;

dan

mem

onit

or d

an e

valu

asi

ting

kat p

engg

unaa

n pu

sat p

enge

tahu

an il

mu

kom

unik

asi

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

; M

ente

ri P

endi

dika

n da

n K

ebud

ayaa

n;

Men

teri

Kom

unik

asi

dan

Info

rmat

ika

XX

XX

SA

SA

RA

N 4

: Men

ingk

atny

a w

irau

saha

kre

atif

loka

l di b

idan

g pe

nyel

engg

araa

n pr

ogra

m T

V &

Rad

io y

ang

men

ghas

ilka

n ko

nten

yan

g be

rkua

lita

s da

n be

rday

a sa

ing

1P

emet

aan

unit

usa

ha T

V &

Rad

io d

i In

done

sia

Per

enca

naan

pem

etaa

n un

it u

saha

TV

& R

adio

di

Indo

nesi

a; P

emet

aan

unit

usa

ha T

V &

Rad

io

di In

done

sia;

Pub

likas

i has

il pe

met

aan

unit

us

aha

TV

& R

adio

di I

ndon

esia

.

Men

teri

P

erin

dust

rian

; M

ente

ri K

oper

asi

dan

UK

M; M

ente

ri

Per

daga

ngan

; M

ente

ri P

ariw

isat

a da

n E

kono

mi K

reat

if;

Bap

pena

s; B

adan

P

usat

Sta

tist

ik

X

2P

embe

rian

bim

bing

an b

agi u

nit u

saha

TV

& R

adio

di I

ndon

esia

Pem

beri

an f

asili

tas

dan

dana

unt

uk m

endo

rong

pe

ning

kata

n ju

mla

h da

n pe

rseb

aran

uni

t usa

ha

TV

& R

adio

di I

ndon

esia

; Pem

beri

an f

asili

tas

inku

bato

r ba

gi u

nit u

saha

TV

& R

adio

yan

g m

emer

luka

n.

Men

teri

P

erin

dust

rian

; M

ente

ri K

oper

asi

dan

UK

M; M

ente

ri

Per

daga

ngan

; M

ente

ri P

ariw

isat

a da

n E

kono

mi K

reat

if;

Men

teri

Ten

aga

Ker

ja

dan

Tran

smig

rasi

; P

impi

nan

daer

ah

XX

XX

X

114 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 5

: Men

ingk

atny

a us

aha

krea

tif l

okal

di b

idan

g T

V &

Rad

io y

ang

berd

aya

sain

g

1P

erba

ikan

KB

LI u

ntuk

indu

stri

TV

& R

adio

se

cara

ber

kela

njut

anA

nalis

is h

asil

prod

uk T

V &

Rad

io u

ntuk

pe

rbai

kan

KB

LI; P

erba

ikan

dan

pub

likas

i KB

LI

terb

aru

Men

teri

P

erin

dust

rian

; M

ente

ri P

erda

gang

an;

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

; M

ente

ri T

enag

a K

erja

da

n Tr

ansm

igra

si;

Bap

pena

s; B

adan

P

usat

Sta

tist

ik

XX

SA

SA

RA

N 6

: Men

ingk

atny

a ke

raga

man

dan

kua

lita

s ka

rya

krea

tif l

okal

di k

onte

n T

V &

Rad

io

1P

enye

leng

gara

an f

esti

val k

onte

n lo

kal

krea

tif s

kala

nas

iona

lP

eren

cana

an d

an p

enye

leng

gara

an f

esti

val

kont

en lo

kal k

reat

if s

kala

nas

iona

l yan

g m

enge

depa

nkan

kre

ativ

itas

ser

ta k

ekay

aan

alam

dan

bud

aya

Indo

nesi

a

Men

teri

P

erin

dust

rian

; M

ente

ri P

erda

gang

an;

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

;

XX

XX

X

2P

enet

apan

kew

ajib

an p

ropo

rsi j

umla

h ko

nten

loka

l unt

uk s

etia

p se

gmen

usi

aS

tudi

per

enca

naan

pro

pors

i kon

ten

loka

l TV

untu

k se

tiap

seg

men

usi

a; s

osia

lisas

i keb

ijaka

n pr

opor

si k

onte

n lo

kal

Men

teri

Kom

unik

asi

dan

Info

rmat

ika;

K

oMIS

I Pen

yiar

an

Indo

nesi

a

X

SA

SA

RA

N 7

: Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an p

embi

ayaa

n ba

gi in

dust

ri T

V &

Rad

io lo

kal y

ang

sesu

ai,m

udah

dia

kses

, dan

kom

peti

tif

1P

enyu

suna

n sk

ema

pem

biay

aan

untu

k m

odal

aw

al in

dust

ri T

V &

Rad

ioS

tudi

ske

ma

pem

biay

aan

untu

k m

odal

aw

al

wir

ausa

haw

an d

esai

n; P

enyu

suna

n sk

ema

pem

biay

aan

mod

al a

wal

wir

ausa

haw

an d

esai

n

Men

teri

P

erin

dust

rian

; M

ente

ri K

oper

asi

dan

UK

M; M

ente

ri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

; M

ente

ri K

euan

gan;

B

ank

Indo

nesi

a

XX

XX

X

115Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 8

: Men

ingk

atny

a di

vers

ifika

si d

an p

enet

rasi

pas

ar k

arya

TV

& R

adio

di d

alam

neg

eri d

an lu

ar n

eger

i

1P

embe

rian

fas

ilita

s da

n da

na b

agi k

onte

n kr

eati

f TV

& R

adio

unt

uk m

engi

kuti

bur

sa

kont

en a

cara

ser

ta a

jang

pen

ghar

gaan

di

dala

m m

aupu

n lu

ar n

eger

i

Pem

beri

an f

asili

tas

dan

dana

unt

uk m

endo

rong

ke

ikut

sert

aan

kont

en k

reat

if T

V &

Rad

io

Indo

nesi

a ya

ng b

erku

alit

as u

ntuk

men

giku

ti

ajan

g pe

ngha

rgaa

n di

dal

am m

aupu

n lu

ar

nege

ri

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i K

reat

if; M

ente

ri

Per

indu

stri

an;

Men

teri

Kop

eras

i da

n U

KM

; Men

teri

P

erda

gang

an;

Kom

unit

as d

esai

n;

Aso

sias

i kep

rofe

sian

;

XX

XX

X

2P

embe

rian

bim

bing

an b

agi u

nit u

saha

T

V &

Rad

io u

ntuk

men

ingk

atka

n ku

alit

as

prod

uk a

gar

sesu

ai d

enga

n st

anda

r pa

sar

inte

rnas

iona

l

Pen

daft

aran

uni

t usa

ha, s

elek

si, p

embe

rian

bi

mbi

ngan

, lau

nchi

ng p

rodu

k, e

valu

asi,

dan

seba

gain

ya

Men

teri

P

erin

dust

rian

; M

ente

ri K

oper

asi

dan

UK

M; M

ente

ri

Per

daga

ngan

; Men

teri

P

ariw

isat

a da

n E

kono

mi K

reat

if;

XX

XX

X

3P

embe

rian

fas

ilita

s pe

ngar

sipa

n ko

nten

kr

eati

f kar

ya in

dust

ri T

V &

rad

io s

ebag

ai

bent

uk p

ublik

asi g

loba

l unt

uk m

emba

ntu

pem

asar

an k

arya

Pem

beri

an f

asili

tas

pem

bent

ukan

sis

tem

pe

ngar

sipa

n ko

nten

kre

atif

indu

stri

TV

&

Rad

io y

ang

dapa

t dia

kses

sec

ara

glob

al u

ntuk

m

emba

ntu

mem

asar

kan

kont

en k

reat

ifny

a di

da

lam

dan

luar

neg

eri

Men

teri

P

erin

dust

rian

; M

ente

ri K

oper

asi

dan

UK

M; M

ente

ri

Per

daga

ngan

; M

ente

ri P

ariw

isat

a da

n E

kono

mi K

reat

if;

Men

teri

Lua

r N

eger

i;

XX

XX

X

116 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 9

: Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an in

fras

truk

tur

yang

mem

adai

dan

kom

peti

tif

1P

enin

gkat

an p

erse

bara

n ak

ses

dan

kece

pata

n in

tern

et d

i Ind

ones

ia s

ecar

a be

rtah

ap

Stu

di k

elay

akan

pen

ingk

atan

per

seba

ran

dan

kece

pata

n in

tern

et d

i Ind

ones

ia; P

enin

gkat

an

pers

ebar

an d

an k

ecep

atan

inte

rnet

di

Indo

nesi

a se

cara

ber

taha

p

Men

teri

Kom

unik

asi

dan

Info

rmat

ika;

M

ente

ri R

iset

da

n Te

knol

ogi;

Men

teri

Pek

erja

an

Um

um; M

ente

ri

Pem

bang

unan

D

aera

h Te

rtin

ggal

;

XX

XX

X

2P

enin

gkat

an d

aya

tang

kap

siar

an T

V &

R

adio

di s

elur

uh k

ota

di In

done

sia

Stu

di k

elay

akan

pen

ingk

atan

per

seba

ran

daya

ta

ngka

p si

aran

di s

etia

p ko

ta d

i Ind

ones

ia;

Pen

ingk

atan

per

seba

ran

daya

tan

gkap

sia

ran

TV

dan

radi

o se

cara

ber

taha

p

Men

teri

Kom

unik

asi

dan

Info

rmat

ika;

M

ente

ri R

iset

dan

Te

knol

ogi;

Men

teri

H

ukum

dan

HA

M;

XX

XX

X

3P

enin

gkat

an k

ualit

as in

fras

truk

tur

pem

anca

r si

aran

TV

& r

adio

Stu

di d

an e

valu

asi t

erha

dap

jum

lah

gang

guan

pa

da p

eman

car

siar

an t

v &

rad

io; P

erba

ikan

in

fras

truk

tur

pem

anca

r si

aran

tv

& r

adio

Men

teri

Kom

unik

asi

dan

Info

rmat

ika;

M

ente

ri R

iset

dan

Te

knol

ogi;

Men

teri

H

ukum

dan

HA

M;

XX

XX

X

SA

SA

RA

N 1

0: M

enin

gkat

nya

kete

rsed

iaan

tekn

olog

i tep

at g

una

yang

mud

ah d

iaks

es d

an k

ompe

titi

f

1P

embe

rian

fas

ilita

s un

tuk

mel

akuk

an

kerj

a sa

ma

deng

an p

enge

mba

ng

pera

ngka

t lun

ak p

emro

gram

an u

ntuk

m

embe

rika

n ha

rga

khus

us b

agi p

eran

gkat

lu

nak

asli

Ker

ja s

ama

deng

an p

enge

mba

ng p

eran

gkat

lu

nak

pem

rogr

aman

unt

uk m

embe

rika

n ha

rga

khus

us a

tau

mem

beri

kan

subs

idi

dari

pem

erin

tah

teru

tam

a un

tuk

inst

itus

i pe

ndid

ikan

; Pem

beri

an a

kses

pad

a un

iver

sita

s un

tuk

men

dapa

tkan

har

ga k

husu

s te

rseb

ut

Men

teri

P

erin

dust

rian

; M

ente

ri P

endi

dika

n da

n K

ebud

ayaa

n;

Men

teri

Ris

et d

an

Tekn

olog

i; M

ente

ri

Kop

eras

i dan

UK

M;

Men

teri

Per

daga

ngan

;

XX

X

117Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

2P

embe

rian

fas

ilita

s un

tuk

peng

emba

ng

pera

ngka

t lun

ak lo

kal u

ntuk

m

enge

mba

ngka

n pe

rang

kat l

unak

pe

mro

gram

an

Pem

beri

an f

asili

tas

untu

k be

kerj

a sa

ma

deng

an p

ara

peng

emba

ng p

eran

gkat

luna

k lo

kal u

ntuk

men

gem

bang

kan

pera

ngka

t lun

ak

pem

rogr

aman

; Pub

likas

i per

angk

at lu

nak

pem

rogr

aman

Men

teri

P

erin

dust

rian

; M

ente

ri R

iset

dan

Te

knol

ogi;

Men

teri

K

oper

asi d

an U

KM

; M

ente

ri P

erda

gang

an;

XX

X

3P

enet

apan

sub

sidi

paj

ak f

asili

tas

alat

-ala

t pe

nyia

ran

dan

pem

rogr

aman

Per

enca

naan

ang

gara

n su

bsid

i paj

ak a

lat-

alat

pe

nyia

ran

TV

& R

adio

Men

teri

P

erin

dust

rian

; M

ente

ri K

oper

asi

dan

UK

M; M

ente

ri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

; M

ente

ri K

euan

gan;

B

ank

Indo

nesi

a

XX

SA

SA

RA

N 1

1: T

erci

ptan

ya r

egul

asi y

ang

men

duku

ng p

enci

ptaa

n ik

lim

yan

g ko

ndus

if b

agi p

enge

mba

ngan

indu

stri

TV

& R

adio

1P

enge

mba

ngan

keb

ijaka

n ke

mit

raan

de

ngan

per

usah

aan

asin

g da

lam

pro

duks

i se

hing

ga te

rjad

i tr

ansf

er p

enge

tahu

an

dan

tekn

olog

i

Pen

yusu

nan

kebi

jaka

n tr

ansf

er p

enge

tahu

an

bagi

indu

stri

TV

& R

adio

asi

ng y

ang

mel

akuk

an

pros

es p

emro

gram

an d

i Ind

ones

ia; S

osia

lisas

i ke

bija

kan

tran

sfer

pen

geta

huan

bag

i ind

ustr

i T

V &

Rad

io a

sing

yan

g m

elak

ukan

pro

ses

pem

rogr

aman

di I

ndon

esia

Men

teri

Per

daga

ngan

; M

ente

ri

Per

indu

stri

an;

Men

teri

Ten

aga

Ker

ja

dan

Tran

smig

rasi

; M

ente

ri H

ukum

dan

H

AM

;

XX

118 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 1

2: M

enin

gkat

nya

part

isip

asi a

ktif

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

pen

gem

bang

an in

dust

ri T

V &

Rad

io s

ecar

a be

rkua

lita

s da

n be

rkel

anju

tan

1P

embe

ntuk

an le

mba

ga s

urve

y ko

nten

pe

nyia

ran

mili

k pe

mer

inta

h ya

ng

inde

pend

en

Kaj

ian

akad

emik

lem

baga

sur

vey

peny

iara

n na

sion

al, p

eren

cana

an, d

an p

enga

ngga

ran;

Sof

t la

unch

ing

lem

baga

sur

vey

peny

iara

n na

sion

al;

Gra

nd la

unch

ing

lem

baga

sur

vey

peny

iara

n na

sion

al; P

enge

mba

ngan

, net

wor

king

den

gan

lem

baga

sur

vey

peny

iara

n in

tern

asio

nal

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i K

reat

if; M

ente

ri

Per

indu

stri

an;

Men

teri

Kom

unik

asi

dan

Info

rmat

ika;

K

oMIS

I Pen

yiar

an

Indo

nesi

a; M

ente

ri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan;

In

stit

usi p

endi

dika

n;

Aso

sias

i kep

rofe

sian

; K

omun

itas

med

ia

XX

XX

X

2P

embe

rian

fas

ilita

s ya

ng d

ibut

uhka

n as

osia

si k

epro

fesi

an m

edia

aga

r da

pat

akti

f dan

ber

jala

n de

ngan

bai

k

Pen

daft

aran

aso

sias

i kep

rofe

sian

; Stu

di

kebu

tuha

n fa

silit

as b

agi a

sosi

asi k

epro

fesi

an;

Pem

beri

an f

asili

tas

yang

dib

utuh

kan

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

; M

ente

ri K

omun

ikas

i da

n In

form

atik

a;

KoM

ISI P

enyi

aran

In

done

sia

XX

XX

X

3P

enyu

suna

n ke

bija

kan

biro

kras

i yan

g m

emfa

silit

asi p

enye

leng

gara

an p

enyi

aran

ko

nten

TV

& R

adio

aga

r le

bih

mud

ah d

an

cepa

t

Pen

yusu

nan

kebi

jaka

n bi

rokr

asi

peny

elen

ggar

aan

peny

iara

n ko

nten

TV

& R

adio

; Sos

ialis

asi k

ebija

kan

biro

kras

i pe

nyel

engg

araa

n pe

nyia

ran

kont

en T

V &

Rad

io

Men

teri

Kom

unik

asi

dan

Info

rmat

ika;

K

oMIS

I Pen

yiar

an

Indo

nesi

a

XX

4P

embe

ntuk

an p

erte

mua

n ru

tin

anta

ra

piha

k pe

mer

inta

h de

ngan

pih

ak in

dust

ri

TV

& R

adio

Pen

yusu

nan

agen

da p

erte

mua

n, e

valu

asi h

asil

pert

emua

n, ti

ndak

lanj

ut h

asil

pert

emua

n,

sert

a pu

blik

asi h

asil

pert

emua

n

Men

teri

Kom

unik

asi

dan

Info

rmat

ika;

K

oMIS

I Pen

yiar

an

Indo

nesi

a

XX

XX

X

119Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 1

3: M

enin

gkat

nya

apre

sias

i kep

ada

oran

g/ka

rya/

wir

ausa

ha/u

saha

kre

atif

loka

l di b

idan

g T

V &

Rad

io b

aik

itu

di d

alam

dan

luar

neg

eri

1P

embe

rian

fas

ilita

s pe

mbi

ayaa

n un

tuk

subs

idi p

elak

u/ka

rya/

usah

a kr

eati

f TV

& R

adio

yan

g m

ampu

ikut

ser

ta d

alam

fe

stiv

al d

an e

vent

inte

rnas

iona

l

Stu

di s

kem

a pe

mbi

ayaa

n un

tuk

subs

idi

pela

ku/k

arya

/usa

ha k

reat

if T

V &

Rad

io y

ang

mam

pu ik

ut s

erta

dal

am f

esti

val d

an e

ven

inte

rnas

iona

l; P

enyu

suna

n sk

ema

pem

biay

aan

subs

idi p

elak

u/ka

rya/

usah

a kr

eati

f TV

& R

adio

ya

ng m

ampu

ikut

ser

ta d

alam

fes

tiva

l dan

ev

ent i

nter

nasi

onal

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i K

reat

if; M

ente

ri

Per

indu

stri

an;

Men

teri

Per

daga

ngan

;

XX

XX

2P

enye

leng

gara

an a

jang

pen

ghar

gaan

na

sion

al d

i bid

ang

med

ia y

ang

seca

ra

resm

i dis

elen

ggar

akan

ole

h pe

mer

inta

h

Per

enca

naan

dan

pen

yele

ngga

raan

aja

ng

peng

harg

aan

kont

en lo

kal k

reat

if s

kala

na

sion

al y

ang

men

gede

pank

an k

reat

ivit

as y

ang

berk

ualit

as

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i K

reat

if; M

ente

ri

Per

indu

stri

an;

Men

teri

Kom

unik

asi

dan

Info

rmat

ika;

K

oMIS

I Pen

yiar

an

Indo

nesi

a; A

sosi

asi

kepr

ofes

ian

XX

XX

SA

SA

RA

N 1

4: M

enin

gkat

nya

ting

kat a

pres

iasi

mas

yara

kat t

erha

dap

kont

en lo

kal y

ang

men

gusu

ng k

ebud

ayaa

n da

n S

DA

loka

l

1P

embe

rian

pen

ghar

gaan

bag

i kar

ya

mau

pun

usah

a kr

eati

f dal

am b

idan

g m

edia

ya

ng b

ersk

ala

nasi

onal

Pen

daft

aran

dan

sos

ialis

asi p

engh

arga

an;

Pen

juri

an k

arya

kre

atif

; Pub

likas

i dan

keg

iata

n la

njut

an d

ari p

engh

arga

an s

eper

ti n

etw

orki

ng;

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i K

reat

if; M

ente

ri

Per

indu

stri

an;

Men

teri

Per

daga

ngan

;

XX

XX

2P

embe

rian

fas

ilita

s pa

da k

omun

itas

med

ia

untu

k m

emba

ntu

men

ingk

atka

n ke

sada

ran

mas

yara

kat t

erha

dap

kont

en k

reat

if y

ang

berk

ualit

as

Fasi

litas

yan

g da

pat d

iber

ikan

ant

ara

lain

ad

alah

rua

ng p

ublik

, sos

ialis

asi k

onte

n kr

eati

f ya

ng b

erku

alit

as, d

an s

ebag

ainy

a

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

; P

impi

nan

daer

ah;

XX

XX

X

3P

embe

rian

fas

ilita

s un

tuk

publ

ikas

i tul

isan

te

rkai

t kon

ten

TV

dan

Rad

io d

i med

ia

mas

sa

Den

gan

mak

in b

anya

knya

tul

isan

men

gena

i ko

nten

kre

atif

TV

& R

adio

Indo

nesi

a di

med

ia

mas

sa n

asio

nal d

an in

tern

asio

nal,

diha

rapk

an

mas

yara

kat s

emak

in s

adar

aka

n ko

nten

aca

ra

TV

dan

Rad

io y

ang

dini

lai m

emili

ki k

reat

ivit

as

yang

ber

kual

itas

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

;X

XX

XX

120 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019348 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah 2015-2019

17

RE

NC

AN

A P

EN

GE

MB

AN

GA

N T

V &

RA

DIO

NA

SIO

NA

L 2015

-2019

RENCANA PENGEMBANGAN

TV & RADIO NASIONAL

2015-2019