ekonomi kreatif: rencana pengembangan televisi \u0026 radio nasional 2015-2019
TRANSCRIPT
17
RE
NC
AN
A P
EN
GE
MB
AN
GA
N T
V &
RA
DIO
NA
SIO
NA
L 2015
-2019
RENCANA PENGEMBANGAN
TV & RADIO NASIONAL
2015-2019
iv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Edwina Triwibowo
Wawan Dhewanto
PT. REPUBLIK SOLUSI
v
Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif:
PenasihatMari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RISapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Pengarah Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal KemenparekrafHarry Waluyo, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEKCokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan
Penanggung Jawab Poppy Safitri, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEKM. Iqbal Alamsjah, Direktur Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis MediaSagit Suwidhi, Kepala Seksi Karya Kreatif Audio
Tim Studi Edwina TriwibowoWawan Dhewanto
ISBN978-602-72387-5-6
Tim DesainRURU Corps (www.rurucorps.com)Rendi Iken Satriyana DharmaSari Kusmaranti SubagiyoYosifinah Rachman
PenerbitPT. Republik Solusi
Cetakan Pertama, Maret 2015Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan caraapapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
RENCANA PENGEMBANGANTELEVISI DAN RADIO NASIONAL 2015-2019
vi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Abie BesmanAgnes WidyantiArie Ardianto (DJ Arie)Bowo UsodoDadang Rahmat HidayatDanang SanggabuwanaDini Aryanti PutriErina HC TobingGantama F GandjarGebyar Ahadiakbar GGita AndrianiHarsya SubandrioHasudungan SilalahiHelmy YahyaIqbal RamadhanIrman MeilandiKalamullah RamliMarcellus ArdiwinataPrasetyo WibowoPrita PrawirohardjoRonni SuyantoSyaharuddinTheodora RosaWoro WidyastutiYogi Hartarto
Terima Kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD)
vii
Kata Pengantar
Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup.
Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial.
Televisi dan radio sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, dapat didefinisikan secara terpisah, yaitu televisi yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan, serta radio yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Saat ini masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan industri kuliner di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.
Dalam upaya melakukan pengembangan konten televisi dan radio di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap ekosistem televisi dan radio yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
viii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009, di mana televisi dan radio merupakan salah satu bagian dalam industri kreatif. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data, informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Discussion Group (FGD) dengan semua pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif, dan komunitas industri televisi dan radio secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci pemahaman mengenai konten televisi dan radio dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam percepatan pengembangan konten televisi dan radio lima tahun mendatang. Dengan demikian, masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan konten televisi dan radio selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, menciptakan konten televisi dan radio yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.
Salam Kreatif
Mari Elka Pangestu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
ix
Daftar Isi
Kata Pengantar vii
Daftar Isi xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Tabel xv
Ringkasan Eksekutif xvi
BAB 1 PERKEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO DI INDONESIA 1
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio 2
1.1.1 Definisi Televisi dan Radio 2
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Televisi dan Radio 4
1.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio 8
1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Dunia 8
1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Indonesia 14
BAB 2 EKOSISTEM & RUANG LINGKUP INDUSTRI TELEVISI DAN RADIO INDONESIA 25
2.1 Ekosistem Televisi dan Radio 26
2.1.1 Definisi Ekosistem Televisi dan Radio 26
2.1.2 Peta Ekosistem Televisi dan Radio 29
2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio 44
2.2.1 Peta IndustriTelevisi dan Radio 44
2.2.2 Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio 50
2.2.3 Model Bisnis di Industri Televisi dan Radio 52
BAB 3 KONDISI UMUM TELEVISI DAN RADIO DI INDONESIA 57
3.1 Kontribusi Ekonomi Televisi dan Radio 58
3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB) 60
3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan 61
x Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan 62
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga 63
3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor 64
3.2 Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio 66
3.3 Struktur Pasar Televisi dan Radio 68
3.3.1 Televisi 68
3.3.2 Radio 74
3.4 Daya Saing Televisi dan Radio 77
3.5 Potensi dan Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan Radio 77
BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO INDONESIA 81
4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019 82
4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio 83
4.2.1 Visi Pengembangan Televisi dan Radio 84
4.2.2 Misi Pengembangan Televisi dan Radio 84
4.2.3 Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio 85
4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Televisi dan Radio 85
4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio 87
4.4.1 Arah Kebijakan sumber daya manusia kreatif di industri Televisi dan Radio yang
mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing 88
4.4.2 Arah Kebijakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya
budaya bagi industri Televisi dan Radio Indonesia secara berkelanjutan 88
4.4.3 Arah Kebijakan industri Televisidan Radio yang berkualitas dan berdaya saing
secara berkelanjutan 88
4.4.4 Arah Kebijakan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif 88
4.4.5 Arah Kebijakan perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan
berkelanjutan 88
4.4.6 Arah Kebijakan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan
kompetitif 88
4.4.7 Arah Kebijakan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas
dalam pengembangan industri Televisi dan Radio Indonesia 89
4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Televisi dan Radio 89
xi
4.5.1 Mendorong dan memfasilitasi peningkatan jumlah lembaga pendidikan ilmu
komunikasi di setiap provinsi di Indonesia 89
4.5.2 Mendorong peningkatan standar mutu lembaga pendidikan ilmu komunikasi yang
sudah ada di Indonesia 89
4.5.3 Mendorong peningkatan jumlah sebaran lembaga sertifikasi media yang diakui
secara nasional/dan internasional di setiap provinsi di Indonesia 89
4.5.4 Menegaskan kewajiban penetapan kode etik profesi di tingkat nasional dan global
dalam dunia usaha 89
4.5.5 Memberikan jaminan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri
televisi dan radio 90
4.5.6 Memfasilitasi penelitian untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sumber daya
budaya lokal yang merupakan inspirasi dalam pengembangan konten kreatif televisi dan
radio 90
4.5.7 Mengembangkan sistem pengarsipan (fisik dan nonfisik) terkait penelitian dan
informasi sumber daya budaya Indonesia sebagai bahan sumber inspirasi konten lokal
televisi dan radio 90
4.5.8 Mendorong pengembangan tingkat profesionalisme wirausaha kreatif di bidang
Televisidan Radio 90
4.5.9 Mengembangkan ragam serta meningkatkan kualitas standar usaha kreatif nasional
di bidang Televisidan Radio 90
4.5.10 Mendorong pengembangan konten karya kreatif yang berkualitas dengan
menghadirkan unsur-unsur lokal Indonesia melalui ajang penghargaan bergengsi dan
festival 90
4.5.11 Memfasilitasi program pembiayaan untuk industri televisi dan radio pemula di
tingkat lokal 90
4.5.12 Mendukung pembentukan bank data konten kreatif televisi dan radio di Indonesia
yang dapat diakses secara global sebagai salah satu fungsi wadah pengarsipan 91
4.5.13 Memfasilitasi program Bimbingan Peningkatan Standar Mutu untuk skala Pasar
global 91
4.5.14 Memfasilitasi penyebaran konten kratif lokal melalui bursa konten acara
internasional 91
4.5.15 Mendorong usaha peningkatan jangkauan siaran televisi serta kualitas jaringan
penyiaran televisi dan radio di Indonesia 91
xii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
4.5.16 Mendukung adanya kebijakan subsidi kebutuhan fasilitas pengadaan penyiaran
dan pemrograman 91
4.5.17 Mendorong terjalinnya kerjasama antara industri Televisi dan radio dengan
pengembang perangkat lunak pemrograman dan penyiaran 91
4.5.18 Mendorong terciptanya penyempurnaan kebijakan terkait penyiaran yang bisa
mendukung iklim lingkungan bisnis televisi dan radio menjadi lebih kondusif 91
4.5.19 Memfasilitasi pembentukan lembaga milik pemerintah yang secara aktif
mendukung penciptaan konten Televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing 91
4.5.20 Mengaktifkan kembali dan memfasilitasi asosiasi keprofesian media untuk
berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun global 92
4.5.21 Memfasilitasi keikutsertaan konten kreatif Televisi dan Radio dengan memberikan
subsidi atau sponsorship bagi konten kreatif yang mampu ikut serta dalam festival dan
even internasional 92
4.5.22 Memberikan penghargaan bagi konten kreatif lokal maupun usaha kreatif secara
berkala 92
4.5.23 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif karya Indonesia 92
4.5.24 Memfasilitasi pengarsipan di bidang Televisi dan Radio yang dapat memperkaya
proses pengembangan konten acara kreatif 92
BAB 5 PENUTUP 95
5.1 Kesimpulan 96
5.2 Saran 97
LAMPIRAN 101
xiii
Daftar Gambar
Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup Konten Televisi dan Rating Penonton 7
Gambar 1 - 2 Ruang Lingkup Substansi Radiodan Rating Penonton 7
Gambar 1 - 3 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia 22
Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Televisi dan Radio 28
Gambar 2 - 2 Ruang Lingkup Televisi 29
Gambar 2 - 3 Ruang Lingkup Radio 29
Gambar 2 - 4 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio 30
Gambar 2 - 5 Rantai Nilai Produksi Subsektor Televisi dan Radio 32
Gambar 2 - 6 Rantai Nilai Distribusi Subsektor Televisi dan Radio 36
Gambar 2 - 7 Rantai Nilai Penyiaran Subsektor Televisi dan Radio 37
Gambar 2 - 8 Peta Pasar 38
Gambar 2 - 9 Peta Apresiasi Subsektor Konten Televisi dan Radio 39
Gambar 2 - 10 Peta Studi Subsektor Konten Televisi dan Radio 41
Gambar 2 - 11 Peta Pengarsipan Subsektor Konten Televisi dan Radio 43
Gambar 2 - 12 Peta Industri Subsektor Televisi 45
Gambar 2 - 13 Peta Industri Subsektor Radio 46
Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap Total Produk Domestik Bruto Industri Kreatif
(BPS, 2013) 60
Gambar 3 - 2 Kontribusi Terhadap Total Tenaga Kerja Industri Kreatif (BPS, 2013) 61
Gambar 3 - 3 Kontribusi Terhadap Total Unit Usaha Bruto Industri Kreatif (BPS, 2013) 62
Gambar 3 - 4 Kontribusi Terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga (BPS, 2013) 63
Gambar 3 - 5 Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio (BPS, 2013) 64
Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS,
2010-2013) 65
xiv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Gambar 3 - 7 Perkembangan Stasiun Televisi Nasional (Wikipedia, 2011) 68
Gambar 3 - 8 Radio Market Competitiveness dan Concentration (Nastiti, 2011) 75
Gambar 3 - 9 Proporsi Penikmat Media Elektronik dan Cetak (Menkominfo, 2011) 76
Gambar 3 - 10 Diagram Daya Saing Televisi dan Radio 77
Gambar 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Televisi dan Radio 2015-2019 83
xv
Daftar Tabel
Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Televisi dan Radio 2010-2013 58
Tabel 3 - 2 Tabel Kebijakan Subsektor Televisi dan Radio 66
Tabel 3 - 3 Daftar Stasiun Televisi Jaringan 69
Tabel 3 - 4 Daftar Stasiun Televisi Berlangganan 70
Tabel 3 - 5 Market Share Stasiun Televisi Jaringan 71
Tabel 3 - 6 Daftar 5 Acara dengan Rating Tertinggi 72
Tabel 3 - 7 Daftar Hak Siar Ekslusif Siaran Olahraga 73
Tabel 3 - 8 Market Share Industri Radio di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar 74
Tabel 3 - 9 Potensi Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan Radio 77
xvi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Pergeseran makna dari televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia. Pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan definisi dan ruang lingkupsebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas. Secara umum, cakupan definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan dengan konten acara televisi dan radio.
Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif, maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan radio terhadap kondisi ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari industri kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang sudah maju dan berdaya saing, dan kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi di Indonesia. Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan kondisi aktual dari subsektor televisi dan radio dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari industri kreatif subsektor televisi dan radio sehingga dapat berkembang dengan baik, dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi dalam mengembangkan industri kreatif subsektor televisi dan radio di Indonesia.
Ekosistem televisi dan radiomerupakan sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai tersebut. Peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk televisi dan radio.
Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi ekonomi televisi dan radio, nilai yang ada pada data BPS tersebut dihitung berdasarkan data Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009. Visi, misi, tujuan dan, sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan jangka menengahtelevisi dan radio pada periode 2015-2019. Poin-poin tersebut menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi atau lembaga terkait secara terarah dan terukur yang dijabarkan pada Bab 4 Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia.
Ringkasan Eksekutif
xvii
KEKUATAN BARU INDONESIA MENUJU 2025
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
AR
SIT
EK
TU
R 2
015-2
019
RENCANA AKSIJANGKA MENENGAH
ARSITEKTUR2015-2019
04 05
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
KE
RA
JIN
AN
2015
-2019
06
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
KU
LIN
ER
2015
-2019
14
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
SE
NI P
ER
TU
NJ
UK
AN
2015
-2019
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
SE
NI R
UP
A 2
015-2
019
15 16
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
TE
KN
OL
OG
I INF
OR
MA
SI 2
015-2
019
17
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
TV
& R
AD
IO 2
015-2
019
18
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
VID
EO
2015
-2019
12
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
PE
RIK
LA
NA
N 2
015-2
019
11
RENCANA AKSIJANGKA MENENGAH
PERFILMAN2015-2019
10
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
PE
NE
RB
ITAN
2015
-2019
09
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
PE
NE
LIT
IAN
& P
EN
GE
MB
AN
GA
N 2
015-2
019
08
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
MU
SIK
2015
-2019
C
M
Y
CM
MY
CY
CMY
K
COVER RPJP.pdf 1 9/12/14 1:56 PM
C
M
Y
CM
MY
CY
CMY
K
COVER RPJM.pdf 1 9/12/14 1:56 PM
““If you fail to plan, you are planning to fail.
Benjamin Franklin
2 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kegiatan kreatif televisi dan radio, maka perlu dipelajari definisi televisi dan radio menurut beberapa ahli di dunia serta bagaimana perkembangan dari definisi-definisi tersebut untuk melihat adanya perubahan makna baik menyempit maupun meluas. Pergeseran makna dari definisi televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia.
Pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan definisi dan ruang lingkupsebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas. Secara umum, cakupan definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan dengan konten acara televisi dan radio.
1.1.1 Definisi Televisi dan RadioTelevisi dan radio pada dasarnya merupakan kegiatan penyebaran informasi dan gagasan kepada publik yang dilakukan secara serentak. Akan tetapi, pada awal masa penemuannya, televisi dan radio memiliki tujuan yang berbeda. Radio dibuat sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan pemerintah dalam menyebarkan informasi secara serentak. Pada saat itu, fungsi utama radio adalah sebagai alat penyebar informasi semata.
Berbeda dengan radio yang pertama kali dibuat sebagai media penyebar informasi untuk publik, pada awal masa penemuannya, televisi dikenal sebagai media yang digunakan untuk menampilkan gambar bergerak yang disertai suara secara serentak kepada publik. Hal ini menjadikan fungsi utama televisi adalah sebagai salah satu sumber hiburan bagi publik.
Seiring dengan adanya perkembangan industri jurnalistik, pada awal tahun 1950–an, televisi mulai marak digunakan sebagai media penyampaian aspirasi rakyat secara luas. Definisi televisi pun mulai bergeser menjadi suatu media yang memfasilitasi kultur demokratis pertama bagi publik agar dapat menyuarakan pendapatnya tanpa terikat oleh peraturan pemerintah.1 Hal ini juga dipicu oleh semakin maraknya stasiun-stasiun televisi dan radio milik swasta yang menyiarkan beragam program acara yang tidak terkait dengan kepentingan pemerintah. Untuk mengontrol hal tersebut, pemerintah di berbagai negara mulai memberlakukan undang-undang yang terkait dengan peraturan penyiaran konten acara pada media elektronik.
Di Indonesia, definisi televisi dan radio secara umum selalu mengacu ke undang-undang yang diberlakukan pada masanya. Saat ini, undang-undang yang berlaku terkait dengan penyiaran adalah Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002. Dalam UU Penyiaran tersebut terdapat
(1) Harper Collins, 2012
3BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
beberapa istilah yang terkait dengan televisi dan radio, di antaranya adalah kata-kata “siaran” dan “penyiaran”.
Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sedangkan penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya, untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.
Selain istilah siaran dan penyiaran yang terkait dengan industri televisi dan radio, dalam UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 juga didefinisikan lebih jauh terkait dengan kegiatan penyiaran televisi dan radio, sebagai berikut ini:
Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat dilihat bahwa siaran dan penyiaran merupakan kegiatan atau proses penyebarluasan dari konten televisi dan radio kepada publik secara serentak. Dalam hal ini, unsur kretivitas itu sendiri tidak terlalu banyak dilibatkan secara langsung, sehingga kegiatan penyiaran dan siaran dalam subsektor televisi dan radio di ekonomi kreatif tidak akan terlalu difokuskan. Oleh karena itu, definisi televisi dan radio secara umum berdasarkan undang-undang perlu dilakukan penyesuaian lebih lanjut sehingga relevan dengan kontekstual pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Dengan mempertimbangkan empat fungsi utama media kepada publik, yaitu sebagai sumber informasi, fasilitas hiburan, memberikan pendidikan, serta memberikan unsur persuasi, maka definisi televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif sebaiknya mampu mencakup keempat fungsi tersebut, serta mampu menciptakan atau meningkatkan nilai tambah baik secara ekonomi maupun secara sosial kepada publik. Oleh karena itu, pengembangan televisi dan radio sangatlah terkait dengan pengembangan konten televisi dan radio yang terkait dengan pengelolaan gagasan dan informasi yang dikemas sehingga dapat menghasilkan konten yang menghibur, menginspirasi dan mendidik bagi para penikmatnya.
4 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Berdasarkan pemikiran di atas, maka televisi dalam industri kreatif dapat didefinisikan sebagai berikut:
Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan
Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Televisi dan Radio, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Mei—Juni 2014
Sedangkan definisi radio terkait dengan industri kreatif untuk adalah:
Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepadapenikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtualsecara teratur dan berkesinambungan.
Sumber: Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Televisi dan Radio, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, Mei—Juni 2014
Dalam definisi televisi dan radio di atas, terdapat beberapa kata kunci yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam menjelaskan definisi televisi dan radio secara lebih mendalam, yaitu:
1. Proses pengemasan yang dimaksud adalah kegiatan pemrograman informasi atau gagasan yang diajukan sebagai ide agar menjadikonten acara televisi dan radio. Pada proses pengemasan, unsur kreativitas dinilai memiliki pengaruh dan keterlibatan yang tinggi dalam upaya menghasilkan konten acara yang berdaya saing;
2. Gagasan yang dimaksud adalah rancangan yang tersusun di pikiran para pencetus ide kreasi konten acara yang kemudian dapat dituangkan dalam bentuk konsep akhir atau naskah;
3. Informasi yang dimaksud merupakan penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita terkait suatu kejadian yang nantinya akan dikemas menjadi suatu konten acara yang sifatnya informatif;
4. Berkualitas dalam hal ini merupakan konten acara yang memiliki standar estetika dan teknis yang baik dengan konten yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, baik sebagai sumber informasi, hiburan, pendidikan, serta unsur persuasi, sehingga dapat memberikan hiburan, pengetahuan, ataupun dampak sosial dan budaya yang positif bagi masyarakat.
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Televisi dan RadioMenurut Fred Wibowo, dalam bukunya yang berjudul Teknik Produksi Program Televisi (2007), ruang lingkup substansi dari konten televisi mencakup empat kategori besar, yaitu berita lunak, program hiburan, permainan, serta musik dan pertunjukan. Keempat kategori besar tersebut
5BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
terbagi lagi menjadi beberapa jenis subkategori sebagai berikut:1. Kategori Berita Lunak,yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi
beberapa subkategori, meliputi:a. Current Affair, merupakan konten acara berita yang membahas persoalan kekinian
yang terjadi dalam skala lokal, nasional, maupun internasional;b. Magazine, merupakan konten acara yang menyajikan berita dengan topik atau tema
yang serupa dengan konten yang seringkali juga ditemukan dalam media cetak majalah;c. Dokumenter, meliputi acara-acara yang menyuguhkan tayangan yang bersifat
nonfiksi, bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mengedukasi ataupun menghibur, menyediakan analisis yang cukup dalam dan tajam terhadap suatu subjek;
d. Talkshow, meliputi program acara yang menampilkan satu atau lebih orang untuk membahas topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara.
2. Kategori Hiburan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:a. Drama dan Komedi, merupakan konten acara yang meliputi cerita fiksi, termasuk
dramatisasi dari peristiwa yang sesungguhnya. Jenis tayangan drama dan komedi ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu drama berseri, sitcom berseri, seri spesial (mini seri atau drama yang dibuat khusus untuk televisi tertentu), film yang ditayangkan di televisi, animasi, stand-up comedy, komedi improvisasi, komedi lepas, dan sketsa komedi;
b. Variety Show, merupakan program acara yang sebagian besar kontennya adalah pertunjukan (tidak selalu musik atau komedi), yang terdiri dari beberapa kegiatan seni peran individu seperti menyanyi, menari, atraksi akrobat, sketsa komedi, pertunjukan monolog, atau sulap;
c. General Entertainment dan Human Interest, merupakan program acara yang membahas seputar dunia hiburan serta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Contoh paling populer dari program jenis ini adalah acara gosip selebriti dalam dan luar negeri, festival, acara penghargaan, atau peragaan busana.
3. Kategori Permainan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:a. Game Show, merupakan program acara yang memfasilitasi kemampuan unjuk bakat
atau perlombaan;b. Reality Show, merupakanprogram acara yang dibuat tanpa menggunakan skrip
drama atau situasi komedi. Program seperti ini menampilkan sepenuhnya kejadian yang sesungguhnya, dan biasanya melibatkan publik atau individu yang bukan berprofesi di industri televisi/radio/film.
4. Kategori Musik dan Pertunjukan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:a. Pertunjukan, merupakan jenis program acara yang menampilkan kemampuan
seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan ataupun di luar ruangan;
b. Klip Musik, adalah kategori konten acara yang menyiarkan beberapa kumpulan klip musik;
c. Program Klip Musik, merupakan program acara yang tidak hanya menyiarkan klip musik, tetapi juga memiliki segmen interaktif atau pemrograman.
6 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Gambar Sampul Buku Teknik Produksi Program Televisi
Sumber: siper.mmtc.ac.id
Fred Wibowo: Tokoh Media, Seni, dan KebudayaanFred Wibowo adalah seorang praktisi media yang juga berprofesi sebagai penulis berbagai macam buku yang cukup berperan dalam dunia penyiaran, seni, dan kebudayaan. Salah satu bukunya yang paling terkenal di Indonesia adalah Teknik Produksi Program Televisi yang diterbitkan pada tahun 2007 oleh PINUS Publisher. Buku ini kemudian dijadikan salah satu pedoman bagi para produser dan program creator televisi tentang bagaimana menciptakan program televisi yang baik, dengan seluruh latar belakang persiapannya. Fred saat ini aktif berpartisipasi dalam Rumah Produksi dan Pusat Pelatihan Audio Visual SAV Puskat di Yogyakarta. Selain itu, beliau juga sempat berperan dalam industri perfilman sebagai sutradara dan produser.
Adapun untuk konten radio, ruang lingkup dari materi yang disiarkannya sendiri dibedakan berdasarkan beberapa jenis kategori sebagai berikut ini:
1. Berita, yaitu konten-konten acara yang menyiarkan suatu kejadian atau situasi tertentu baik yang terjadi di wilayah lokal, nasional, maupun internasional;
2. Siaran lepas, yaitu konten acara yang dibawakan secara bebas oleh penyiar dengan satu tema tertentu yang telah ditentukan;
3. Siaran dengan naskah, yaitu konten acara yang sepenuhnya mengacu pada naskah yang telah disusun sebelumnya tanpa adanya improvisasi dialog oleh penyiar;
4. Musik, yaitu konten radio yang hanya terdiri dari beberapa kumpulan lagu tanpa adanya konten tambahan dari penyiar.
Sedangkan di Indonesia sendiri, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam keputusan KPI yang berlaku, yakni Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI, yakni Pasal 21 P3 dan Pasal 33 – 39 SPS, menyatakan bahwa konten penyiaran dapat diklasifikasikan berdasarkan penonton yang kemudian disebut sebagai rating penonton, sebagai berikut:
1. Kategori P (Pra-sekolah), untuk anak umur 2 hingga 6 tahun;2. Kategori A (anak-anak), untuk usia 7 hingga 12 tahun;3. Kategori R (remaja), untuk usia 13 hingga 17 tahun;4. Kategori D (dewasa), untuk usia di atas 18 tahun;5. Kategori SU (semua umur), untuk seluruh kelompok usia di atas 2 tahun.
7BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
Berdasarkan kategori-kategori pengelompokan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka ruang lingkup konten televisi dapat digambarkan seperti pada Gambar 1-1.
Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup Konten Televisi dan Rating Penonton
Sedangkan, kategori pengelompokan ruang lingkup konten radio sendiri dapat digambarkan seperti pada Gambar 1-2.
Gambar 1 - 2 Ruang Lingkup Substansi Radio dan Rating Penonton
8 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Berdasarkan ruang lingkup konten pada Gambar 1-1 dan Gambar 1-2, maka dapat dilihat bahwa untuk setiap jenis program akan memiliki sasaran segmen penikmat konten televisi dan radio yang dibedakan berdasarkan rentang umur, yang merupakan target pengembangan konten yang menjadi fokus pengembangan konten televisi dan radio dalam konteks pengembangan industri kreatif di Indonesia.
1.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio
1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio DuniaSebelum televisi dan radio ditemukan, proses pertukaran informasi dilakukan hanya sebatas dua arah melalui telegram yang ditemukan pada tahun 1837. Telegram merupakan satu-satunya bentuk komunikasi dua arah yang digunakan pada saat itu, dan cukup populer untuk menyampaikan berbagai informasi dan pesan baik yang bersifat kenegaraan maupun pribadi. Lama-kelamaan, berangkat dari adanya kebutuhan pemerintah untuk menyampaikan informasi secara serentak kepada publik dalam waktu yang singkat, telegram dinilai sudah tidak mampu lagi memfasilitasi hal tersebut, sehingga perlu untuk mencari solusi dari kendala yang dihadapi.
Kemudian pada tahun 1876, Alexander Graham Bell berhasil menemukan alat komunikasi media secara elektronik melalui telepon, yang pada saat itu merupakan terobosan baru media komunikasi, di mana jalur informasi bisa diberikan secara real time dalam dua arah. Telepon yang ditemukan oleh Bell, kemudian mengundang minat David Sarnoff, seorang manajer di perusahaan telegram, American Marconi, untuk mengadopsi teknologi nirkabel yang digunakan telepon pada telegram, sehingga informasi yang disebarkan dengan telegram dapat disiarkan secara cepat.
Jika dirunut berdasarkan waktu, maka perkembangan televisi dan radio ini dapat dilihat pada beberapa periodisasi, yaitu pada Era Pra Perang Dunia I; Era Perang Dunia I (1914–1918); Pasca Perang Dunia I; Era Perang Dunia II (1939–1945); Era Pasca Perang Dunia II;danEra Modern.
Era Pra Perang Dunia I. Sebelum Perang Dunia I terjadi, Reginald Fessenden dengan bantuan perusahaan General Electric Corporation Amerika, berhasil menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan tinggi yang dapat mengirim suara manusia dan juga musik. Sementara itu, tabung hampa udara yang ketika itu bernama audion berhasil pula diciptakan. Penemuan audion menjadikan penerimaan gelombang radio menjadi lebih mudah. Akan tetapi, pemerintah dan publik masih belum menilai radio sebagai suatu media yang cukup teruji dalam menyampaikan informasi dengan cepat dan akurat.
Kepopuleran dan pentingnya peran radio dalam menyampaikan pesan secara serentak kepada publik mulai diakui pada tahun 1909 ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Berdasarkan peristiwa tersebut, radio dinilai sebagai medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat, sehingga pemerintah pun mulai melirik radio.
Era Perang Dunia I (1914–1918). Pada masa Perang Dunia I, Sarnoff menerbitkan sebuah memoyang menyatakan bahwa radio music box mulai bisa dijual dan dimiliki secara pribadi oleh publik.Secara resmi, badan militer angkatan laut memiliki hak penuh untuk mengelola penyiaran
9BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
nirkabel. Pada masa tersebut, radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintah untuk kebutuhan penyampaian informasi dan berita internal saat Perang Dunia I berlangsung.
Foto Stasiun Radio pada Perang Dunia I
Sumber: Wikipedia
Ketika Amerika mulai terlibat ke dalam Perang Dunia I, stasiun radio milik swasta terpaksa dihentikan hak siarnya dan sebagian diambil alih kepemilikannya oleh pemerintah. Bahkan, pemerintah pun menetapkan bahwa selama perang dunia berlangsung, masyarakat dilarang memiliki stasiun radio pribadi ataupun receiver radio. Sehingga, pada saat Perang Dunia I berlangsung, radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasauntuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi dan politik secara umum di internal pemerintahan. Hingga setelah Perang Dunia I hampir usai, masyarakat mulai menuntut keterbukaan informasi terkait kondisi dan perkembangan Perang Dunia I dari pemerintah dan militer. Pada tahun 1919, pemerintah Amerika mulai mengumumkan status konflik Perang Dunia I yang telah berakhir, dan Marconi pun berhasil membuat negosiasi peraturan akan kebebasan publik untuk terlibat di dunia penyiaran, di bawah pengawasan pemerintah sebagai syarat utamanya.
Pasca Perang Dunia I. Stasiun radio yang pertama kali muncul di Amerika dan bahkan di dunia, adalah KDKA pada tahun 1920.2 Stasiun radio KDKA menjadi ikon pelopor stasiun radio swasta di dunia, hingga akhirnya stasiun radio milik pribadi lainnya mulai bermunculan. Hingga pada tahun 1926, sebuah perusahaan manufaktur radio berhasil mengembangkan teknologi yang membuat sistem instalasi radio menjadi lebih sederhana, sehingga dapat digunakan secara pribadi di rumah penduduk. Penemuan tersebut memiliki dampak signifikan pada kepopuleran radio sebagai alat media masa di era pasca Perang Dunia I. Hal ini ditunjukan dengan jumlah
(2) Suseno, Agi, “Sejarah Penyiaran Dunia”,[http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran-dunia/], April 2009
10 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
penjualan pesawat radio yang mencapai 17 juta unit pada periode 1925 hingga 1930.Saat itu pendengar radio mayoritas merupakan ibu rumah tangga yang memanfaatkan radio sebagai media hiburan yang menyiarkan berbagai macam lagu populer ataupun berita penting. Walaupun masih memiliki keterbatasan jangkauan penyiaran, akan tetapi radio mulai dinilai sebagai pesaing utama media cetak pada saat itu.
Adapun stasiun radio yang cukup popular di Inggris, yang hingga kini masih menguasai dunia penyiaran, mulai didirikan, yaitu British Broadcasting Company (BBC) oleh General Post Office (GPO) pada tahun 1922. Pembentukan BBC ini merupakan gabungan dari enam perusahaan telekomunikasi, di antaranya adalah Marconi (perusahaan komunikasi radio), Metropolitan Vickers (MetroVick), General Electric, Western Electric, dan British Thomson-Houston. pada saat itu, konten drama radio sangat populer, hingga di tahun 1929, BBC memperoleh 6000 naskah drama radio yang dikirimkan untuk disiarkan.3
Logo KDKA Radio
www.davey.com
KDKA Sebagai Pelopor Stasiun Radio di DuniaKDKA Sebagai Pelopor Stasiun Radio di Dunia KDKA merupakan stasiun radio tertua di Amerika dan di dunia. Banyak orang mempertanyakan apakah KDKA merupakan sebuah singkatan dan memiliki makna tertentu, tapi ternyata KDKA sendiri diambil dari sebuah daftar kode untuk kapal angkatan laut.Stasiun radio KDKA didirikan oleh seorang ahli teknik ternama, bernama Frank Conrad pada tahun 1920 di Pittsbrugh AS, yang secara tidak sengaja bereksperimen membangun sebuah pemancar radio di garasi rumahnya.4 Pada saat itu, Conrad menyiarkan lagu-lagu, hasil pertandingan olahraga, serta menyiarkan instrumen musik yang dimainkan oleh putranya sendiri. Kalimat yang pertama kali disiarkan adalah “This is KDKA, of the Westinghouse Electric and Manufacturing Company, in East Pittsburgh, Pennsylvania. We shall now broadcast the election returns”. Kalimat pembuka yang sangat ikonik tersebut disiarkan pertama kali oleh Leo Rosenburg pada 2 November 1920.5 Dalam waktu singkat, pendengar stasiun radio yang dibuat oleh Conrad pun meningkat dengan pesat, seiring dengan meningkatnya penjualan pesawat radio pada masa tersebut. Hingga saat ini KDKA masih aktif mengudara di jaringan 1020kHz dan menjadi stasiun radio pelopor yang kini dioperasikan di bawah manajemen CBS Radio.
(3) http://en.wikipedia.org/wiki/BBC, diakses pada 23 Juli 2014(4) Suseno, Agi, “Sejarah Penyiaran Dunia”,[http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran-dunia/], April 2009(5) Wikipedia, “KDKA (AM)”, [http://en.wikipedia.org/wiki/KDKA_(AM)]
11BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
Di era pasca Perang Dunia I, prinsip televisi yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan, Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884,akhirnya berhasil direalisasikan pada tahun 1928 oleh Vladimir Zworkyn di Amerika Serikat.Zworkyn menemukan tabung kamera atau iconoscopeyang mampu mengubah gambar dari bentuk gambar optis kedalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan dipancarkan kedalam gelombang radio. Dengan bantuan rekannya, Philo Farnsworth, Zworkyn berhasil menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan World’s Fair di tahun 1939. Tujuan dibuatnya televisi pada saat itu adalah sebagai alat penyedia hiburan berupa gambar bergerak kepada publik. Akan tetapi, respon publik terhadap penemuan televisi ini, sayangnya tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh harga pesawat televisi yang dinilai relatif masih sangat mahal bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini membuat orang-orang yang bekerja di industri televisi tidak yakin bahwa televisi akan mampu berkembang pesat di dunia media.
Era Perang Dunia II (1939–1945). Memasuki era Perang Dunia II, perkembangan sistem frekuensi radio sempat terhenti seiring dengan terhambatnya perkembangan teknologi. Sistem radio yang populer digunakan pada saat itu adalah frekuensi Amplitudo Modulasi (AM), di mana kualitas suara yang dimiliki masih terbatas jika dibandingkan dengan kualitas frekuensi radio FM saat ini. Baru pada pertengahan 1930–an, Edwin H. Amstrong berhasil menemukan radio yang menggunakan frekuensi FM. Akan tetapi, meletusnya Perang Dunia II menghambat pengembangan frekuensi radio FM untuk dipopulerkan kepada masyarakat. Faktor lain yang menghambat perkembangan radio FM pada saat itu adalah ketertarikan industri yang mulai berkurang terhadap radio yang disebabkan oleh mulai meningkatnya kepopuleran televisi.6 Industri-industri besar lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam pengembangan televisi di ranah publik.
Meskipun terhambat dan cenderung berlangsung sangat lambat, akan tetapi penyempurnaan teknologi baru pemrograman televisi dapat diselesaikan ketika Perang Dunia II telah berakhir. Hal ini tentunya berhasil mendorong kemajuan industri televisi dalam melakukan proses produksi konten acaranya. Kamera televisi yang baru dikembangkan tidak lagi membutuhkan banyak cahaya untuk dapat menangkap kualitas gambar yang baik, sehingga para pengisi acara di studio tidak lagi terganggu dengan alat pencahayaan yang berlebihan. Pengembangan lain yang ditemukan adalah ukuran layar televisi yang lebih besar, serta terdapat lebih banyak program yang tersedia dan sejumlah stasiun televisi lokal pun mulai membentuk jaringan.
Adapun stasiun televisi jaringan yang pertama kali dibuat adalah WRGB, sebuah stasiun televisi yang berlokasi di Albany, New York, USA. WRGB memulai percobaan penyiaran pertamanya dengan dukungan penuh oleh perusahaan General Electric pada awal tahun 1928.7 Hingga di akhir tahun 1928, program televisi harian pertama pun mulai disiarkan secara reguler oleh WRGB hingga sebelum Perang Dunia II berakhir. Kini, WRGB masih mengudara di bawah merek dagang CBS 6 dan mendominasi siaran berita televisi di Amerika dengan stasiun CBS 6 News andalannya. Sedangkan di Inggris, BBC sendiri memulai siaran percobaan untuk televisi pada tahun 1932, hingga akhirnya mulai menyiarkan programnya secara reguler pada tahun 1934. Namun sayangnya, pada 1939 hingga 1946, siaran televisi dihentikan karena adanya Perang Dunia II.
(6) http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran-dunia/(7) http://en.wikipedia.org/wiki/WRGB, July 2014
12 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Logo Stasiun TV Jaringan Pertama di Dunia
Sumber: Logopedia
Era Pasca Perang Dunia II. Mulai akhir tahun 1945, setelah Perang Dunia II berakhir dan kesejahteraan masyarakat mulai mengalami peningkatan, harga pesawat televisi pun mulai dirasa tidak terlalu tinggi. Masyarakat pun mulai beralih ke televisi sebagai media penyaji hiburan sehari-hari. Hal ini tentunya membuat jumlah stasiun televisi mengalami peningkatan yang cukup pesat, dan jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat televisi pribadi pun mencapai lebih dari 50% dari total jumlah rumah tangga.
Perkembangan industri televisi juga dipicu oleh industri televisi di AS yang mulai mengikuti model industri radio untuk membentuk jaringan. Stasiun televisi lokal selain menayangkan program lokal juga bekerjasama dengan tiga televisi jaringan yaitu CBS, NBC, dan ABC. Sebagaimana radio, ketiga televisi jaringan itu juga menjadi sumber program utama bagi stasiun afiliasinya.
Logo Stasiun Televisi Terpopuler di Amerika
Sumber: teamdoctorsblog.com
Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah stasiun radio dan televisi di dunia, maka kebutuhan bisnis dan komersil di industri televisi dan radio pun semakin tinggi. Hal ini kembali membuat makna kata televisi dan radio mengalami perluasan menjadi tidak hanya sebatas media penyebaran berita dan hiburan, tetapi juga informasi terkait kebutuhan komersil atau iklan.
13BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
Era Modern. Seiring dengan perkembangan teknologi dan penemuan internet pada akhir tahun 1980–an, cakupan industri sektor televisi dan radio semakin meluas.Penyiaran informasi dan hiburan mulai dilakukan tidak hanya melalui jaringan radio/satelit/kabel, tetapi juga melalui internet.Internet Protocol Television (IPTV) ditemukan pertama kalinya pada 1995 oleh Judith Estrin dan Bill Carrico. Terdapat tiga jenis klasifikasi IPTV yang ada hingga saat ini, yaitu Live Streaming, Time-Shifted TV, dan Video on Demand (VOD). Kemudian, perusahaan radio internet AudioNet untuk pertama kalinya menyiarkan secara langsung konten webcast dari WFAA-TV dan KCTU-LP pada tahun 1998.
Logo Web Streaming Media
Sumber: www.fxsound.com
Disamping perkembangan era multimedia yang semakin pesat, pada September 1997, National Geographic Channels mulai secara resmi diluncurkan di Inggris, Eropa, dan Amerika. Pada awal kemunculannya, National Geographic Channels dinilai berhasil mengangkat konten pendidikan dan ilmu pengetahuan sebagai tren yang berbeda di dunia penyiaran.8 Hingga dua
(8) http://en.wikipedia.org/wiki/National_Geographic_Channel, diakses pada 23 Juli 2014
14 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
tahun kemudian, pada 1999, BBC juga ikut meluncurkan program bertema pendidikan miliknya, BBC Learning yang kemudian kini dikenal sebagai BBC Knowledge. Dengan membidik pasar usia anak-anak hingga dewasa, BBC Knowledge mencoba membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Akan tetapi, sayangnya hal tersebut tidak berhasil. Hal ini ditandai dengan semakin rendahnya rating yang diperoleh BBC Knowledge. Hingga pada tahun 2001, BBC mencoba meluncurkan kembali BBC Knowledge dengan pengemasan yang berbeda. Namun, hal tersebut tetap tidak dapat mendongkrak rating yang rendah.9 Puncaknya pada 2002, BBC Knowledge terpaksa dihentikan.
Semakin pesatnya perkembangan teknologi media digital, hal ini tentunya membuat definisi televisi dan radio menjadi jauh lebih luas lagi. Titlaw (2012), seorang pakar media internasional,kemudian memaknai penyiaran televisi dan radio sebagai suatu kegiatan yang menyuguhkan informasi dan hiburan secara audio dan audio-visual kepada seluruh publik, terlepas dari jaringan distributor yang digunakannya. Salah satu contoh kesuksesan televisi berbasis web baru-baru ini adalah keberhasilan yang dicapai oleh Netflix pada tahun 2013,dengan menoreh sejarah sebagai stasiun televisi berbasis web pertama yang mampu meraih nominasi Primetime Emmy Award untuk drama seri House of Cards, Arrested Development, dan Hemlock Grove pada Primetime Emmy Awards ke-65.
1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio IndonesiaPerkembangan industri televisi dan radio di Indonesia dimulai ketika Angkatan Laut Kerajaan Belanda pertama kali mengoperasikan fasilitas radio komunikasi di Sabang pada tahun 1911. Pada saat itu, fasilitas radio digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengatur lalu lintas kapal laut yang melintas Selat Malaka, jalur perdagangan yang sangat padat pada masanya. Setelah Perang Dunia I usai, tepatnya pada tahun 1925, Batavia Radio Society atau Radio Batavia Vereniging (BRV) mulai didirikan di Jakarta. BRV merupakan sekelompok broadcaster yang mulai mengudarakan siaran tetap berupa pemutaran musik dari luar negeri. Lahirnya BRV inilah yang mulai mengawali keberadaan radio siaran di Hindia Belanda (Indonesia). Salah satu stasiun radio milik swasta yang paling popular di Hindia Belanda adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan oleh Bumi Putera di Solo pada tahun 1933.10
Pada 8 Maret 1942, saat Belanda menyerahkan diri kepada Jepang, radio siaran yang ada dihentikan sepenuhnya. Kemudian Jepang mendirikan lembaga penyiaran baru yang dinamakan Hoso Kanri Kyoko dengan cabang-cabangnya di Jakarta, Bandung, Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang. Kedelapan stasiun daerah inilah yang kemudian menjadi embrio pendirian Radio Republik Indonesia (RRI). Setelah masa ini, kemudian televisi dan radio di Indonesia berkembang dalam beberapa era, yaitu: Era Kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, 1945–1965); Orde Baru (1966–1998); Era Reformasi.
Era Kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, 1945–1965). Di awal masa kemerdekaan, RRI mulai didirikan oleh pemerintah Indonesia sebagai stasiun radio resmi pertama milik pemerintah pada 11 September 1945. Pada masa itu, RRI mempunyai peran penting dalam mengampanyekan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 kepada dunia. Berkat siaran
(9) http://en.wikipedia.org/wiki/BBC_Knowledge, diakses pada 23 Juli 2014(10) http://id.wikipedia.org/wiki/Nederlandsch-Indische_Radio_Omroep_Maatschappij, Februari 2014
15BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
radio inilah, dunia mengetahui informasi terkait proklamasi kemerdekaan Indonesia, sehingga dukungan dan rasa simpati pun serta merta mengalir dari negara-negara tetangga. Sejarah momen kemerdekaan ini diukir oleh para penyiar radio senior, Ronodipoero, beserta pemimpin redaksinya, Bachtiar Lubis, yang mengudarakan naskah proklamasi dan mempropagandakan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terus menerus dari waktu ke waktu, mulai dari pukul 19.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945.
Logo Radio Republik Indonesia (RRI)
Sumber: trisaktimarketingclub.com
Illustrasi
Moehamad Joesoef Ronodipoero
Sumber: LP3ES, 2012
Moehamad Joesoef RonodipoeroMoehamad Joesoef Ronodipoero atau Yusuf Ronodipuro, adalah seorang duta besar Indonesia yang awalnya dikenal sebagai seorang penyiar kemerdekaan Republik Indonesia berkat perannya dalam menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia melalui Radio Hoso K yoku. Saat itu, Ronodipoero tidak mengetahui akan serangan yang di-lakukan oleh tentara Amerika kepada Jepang. Tiba-tiba saja siaran Radio Hoso K yoku dihentikan tanpa alasan yang jelas. Baru setelah Mochtar Loebis, seorang sastrawan dan wartawan yang dipercaya untuk menangani pemberitaan mancanegara, memberikan kabar tersebut pada Ronodipoero, Ronodipoero pun berangkat ke markas Menteng 31 untuk mendiskusikan strategi perebutan Radio Hoso K yoku. Setelah sistem penyiaran dapat diambil alih sepenuhnya, Ronodipoero yang pada saat itu masih berusia 26 tahun pun mulai menyiarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam bahasa Inggris ke seluruh dunia. Berkat jasa Ronodipoero ini, seluruh dunia pun mengetahui peristiwa bersejarah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Tidak lama setelah peristiwa bersejarah tersebut, bersama dengan pimpinan-pimpinan radio daerah, Ronodipoero pun turut berperan sebagai salah seorang pendiri Radio Republik Indonesia pascamerdeka, hingga akhirnya merintis karir sebagai duta besar Indonesia untuk beberapa negara di Eropa.
16 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Sejarah sistem penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada 17 Agustus 1962. Pada saat itu, Televisi Republik Indonesia (TVRI) lahir dan untuk pertama kalinya mulai beroperasi. Siaran pertama dilakukan untuk menyiarkan peringatan hari ulang tahun ke-17 proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dari halaman Istana Merdeka Jakarta. Pada awalnya TVRI adalah proyek khusus untuk menyukseskan penyelenggaraan Asian Games IV di Jakarta. Siaran TVRI pada saat itu hanya terkait seputar Asian Games yang dikoordinir oleh Organizing Committee Asian Games IV, di bawah naungan Biro Radio dan Televisi Departemen Penerangan. Mulai 12 November 1962,TVRI mengudara secara reguler setiap hari dengan variasi konten yang berbeda. Pada 1 Maret 1963 TVRI mulai menayangkan iklan seiring dengan ditetapkannya TVRI sebagai televisi berbadan hukum yayasan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 215 Tahun 1963.
Orde Baru (1966–1998). Pergeseran kekuasaan politik ekonomi di Indonesia turut memengaruhi industri televisi dan radio di Indonesia. Pada masa pemerintahan orde baru, RRI sebagai satu-satunya radio siaran milik pemerintah, sempat mengalami konflik ketika RRI diperebutkan oleh Partai Komunis Indonesia(PKI) dan militer untuk menyiarkan propagandanya. Hingga akhirnya, RRI menjadi media utama yang digunakan untuk menyebarkan kepentingan-kepentingan politik pemerintah pusat dan daerah.
Mengacu pada UU No. 5 Tahun 1964, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970, tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Dalam peraturan tersebut, konten siaran radio non pemerintah diwajibkan memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidik, penerangan, hiburan, bukan alat untuk kegiatan politik.11 Akan tetapi, akomodasi yang diberikan oleh pemerintah ini sifatnya menjadi sangat terbatas, karena peran politis radio dan televisi swasta menjadi ditiadakan sama sekali. Siaran-siaran yang sifatnya politis hanya diberikan kepada RRI dan TVRI, yang selanjutnya di-relay oleh televisi dan radio swasta. Selain itu, sistem kepemilikan media hanya terkonsentrasi pada sejumlah golongan yang berpengaruh di masa pemerintahan Orde Baru. Hal ini ditunjukkan ketika anak pertama Presiden Soeharto, Siti Hardianti Rukmana yang ditunjuk sebagai ketua umum Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) yang bertugas mengelola penyiaran radio swasta di Indonesia.
Memasuki tahun 1988, industri televisi dan radio di Indonesia mulai mengalami perkembangan yang pesat ketika stasiun televisi dan radio milik swasta mulai berdiri. Pada saat itu, pemerintah mulai mengijinkan televisi swasta beroperasi di Indonesia. Stasiun televisi milik swasta yang pertama kali didirikan di Indonesia adalah RCTI.Tidak lama setelah RCTI didirikan, stasiun televisi swasta lainnya pun mulai bermunculan dalam waktu yang singkat, di antaranya adalah SCTV (1989), TPI (1990), ANTV (1993), INDOSIAR (1995),dan sebagainya.Untuk dapat mengimbangi persaingan dengan televisi swasta, TVRI pun mulai mencoba berinovasi dengan menghadirkan konten yang unik dan berbeda. Salah satu konten yang cukup ikonik pada saat itu adalah program Berpacu Dalam Melodi (BDM) yang diciptakan pada tahun 1988 oleh Ani Sumadi. Program BDM juga lah yang membawa nama Koes Hendratmo mulai populer di Indonesia. Adapun konten-konten unggulan yang sarat nilai pendidikan dan inspirasi pada saat itu adalah Aneka Ria Safari di tahun 1980–an, serta Titian Muhibah yang sarat nilai budaya di tahun 1990.
(11) Suranto dan Haryanto, 2007:14
17BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
Disamping tren perkembangan munculnya stasiun televisi swasta, televisi berlangganan pun sudah mulai disiarkan oleh PT Media Nusantara Citra (MNC) dengan mendirikan anak perusahaan Skyvision pada Agustus 1988. Akan tetapi, karena tarif berlangganan yang cukup tinggi, pelanggan Skyvision sendiri masih sangat minim, dan hanya digunakan oleh golongan menengah ke atas.12 Kemudian operator televisi berlangganan pertama kali, Indovision pun secara resmi diluncurkan oleh Skyvision di Indonesia pada tahun 1994, setelah melalui proses perijinan yang panjang. Lalu menyusul didirikannya televisi kabel yaitu Kabelvision di tahun 1994, persaingan di dunia televisi pun semakin ketat.
Foto Para Pemain Drama Seri Si Doel Anak Sekolahan
Sumber: soulovart.blogspot.com
(12) http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_berlangganan, diakses pada 23 Juli 2014
18 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Masing-masing stasiun televisi swasta kemudian berlomba-lomba untuk menyuguhkan acara yang menarik dan kreatif. Akan tetapi, RCTI tetap menjadi stasiun televisi pelopor yang merajai dunia pertelevisian swasta di Indonesia dengan program-program unggulannya yang kreatif dan menarik. Seputar Indonesia, Kuis Kotak Katik, tayangan-tayangan serial drama populer mancanegara, Si Doel Anak Sekolahan, dan Keluarga Cemara, merupakan beberapa program unggulan milik RCTI. Kesuksesan RCTI ini yang kemudian dicoba diikuti jejaknya oleh stasiun televisi swasta lainnya, dengan menghadirkan konten-konten yang relatif serupa untuk menyaingi konten-konten unggulan RCTI.
Hal ini tentunya membuat TVRI menjadi semakin tertekan dalam persaingan industri pertelevisian, ditambah lagi, pada tahun 1981, dengan berbagai alasan politis TVRI tidak diijinkan lagi menayangkan iklan. Seiring dengan perkembangan jumlah stasiun televisi swasta di Indonesia, pada tahun 1997 DPR-RI akhirnya menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Penyiaran yang kemudian disahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Penyiaran, pada tanggal 29 September 1997.
Ketatnya persaingan industri televisi swasta di Indonesia memicu para pelaku usaha untuk semakin kreatif menciptakan konten-konten yang menarik dan kompetitif. Pada masa inilah, penayangan hak siar konten acara luar negeri mulai gencar dilakukan dan meraih respon yang positif dari para pemirsa-nya. Saat itu, konten serial drama seperti telenovela yang dipopulerkan oleh SCTV, hingga serial drama produksi dalam negeri (sinetron) pun marak ditayangkan hampir di seluruh stasiun televisi pada jam tayang yang hampir bersamaan. Jenis penonton yang dibidik untuk segmen tayangan serial drama ini mayoritas adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan menghabiskan banyak waktunya di rumah. Tak heran apabila iklan-iklan yang disuguhkan di sela-sela program acara tidak luput dari produk-produk kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Era Reformasi. Masa reformasi yang diawali dengan demo dan kerusuhan besar-besaran di tahun 1998, merupakan salah satu titik di mana media juga ikut mulai menuntut kebebasan dalam berkarya. Berkembangnya ruang gerak media penyiaran pada masa reformasi tentunya memberikan pengaruh besar kepada peningkatan jumlah pemodal yang berinvestasi di industri tersebut. Pergerakan reformasi juga memicu pergeseran kepemilikan bisnis radio dan televisi di Indonesia yang ditunjukan dengan mulai maraknya para pengusaha yang terjun ke bidang media penyiaran.
Logo Stasiun Televisi Swasta Indonesia
Sumber: infoindonesiakita.com
19BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
Perubahan lain yang cukup terlihat adalah dengan direvisinya UU Penyiaran yang baru, UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002. Namun, hal tersebut tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap industri televisi di Indonesia. Pemilik stasiun televisi swasta masih didominasi oleh segelintir elit yang memiliki pengaruh cukup tinggi di pemerintahan. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan UU Penyiaran sebelumnya, revisi UU Penyiaran yang dilakukan dirasa jauh lebih demokratis. Hal ini terlihat dari diakuinya empat macam lembaga penyiaran, yaitu lembaga penyiaran publik, komunitas, swasta, dan berlangganan, serta didirikannya juga lembaga independen perwakilan publik yang bertindak sebagai regulator sistem penyiaran yang berlaku.
Tren konten acara yang disuguhkan oleh televisi swasta yang baru bermunculan pun mulai bergerak ke arah talk show dan variety show komedi. Acara variety show yang diadaptasi dari konten luar negeri pun mulai menjadi tren baru yang mendominasi sebagian besar stasiun televisi, seperti salah satu contoh program yang sangat populer pada saat itu adalah Ekstravaganza milik Trans TV. Bukan hanya variety show yang sifatnya lucu, tetapi beberapa rumah produksi mulai berani bereksperimen dengan memberikan tayangan reality show yang cukup kontroversial, seperti Dunia Lain, Akademi Fantasi Indosiar, dan Termehek-Mehek. Acara-acara yang dinilai kontroversial dan berani ini ternyata berhasil menjadi acara yang banyak diminati penonton pada saat itu.
Hal yang sama juga terjadi pada industri radio. Konten acara seperti dongeng cerita hantu serta reality show yang dinilai usil dengan mengerjai pendengarnya, secara spontan pun menjadi favorit sebagian stasiun radio. Di Bandung, cerita ber-genre horor, Nightmare Side, sempat menjadi acara primadona yang mampu meraup jumlah pendengar yang cukup tinggi. Hingga akhirnya beragam kritikan pedas muncul terkait acara-acara yang dinilai memberikan dampak buruk psikologis pada para pendengarnya serta penyalahgunaan informasi pribadi milik para pendengar, maka acara seperti ini mulai dikurangi.
Adapun pada era peralihan sinyal analog menjadi sinyal digital sudah mulai merambah dunia media Indonesia, Kabelvision pun mengeluarkan merek dagang baru dengan nama Digital1, yang menggunakan sinyal digital sebagai jaringan penyiarannya. Kemudian pada tahun 2007, Kabelvision bergabung dengan Digital1 di bawah nama First Media.
Logo First Media
Sumber: www.rizafirli.com
20 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Perkembangan teknologi internet yang sangat pesat menjadi suatu peluang sekaligus ancaman bagi industri televisi dan radio bila tidak dimanfaatkan secara optimal. Dengan pemanfaatan teknologi internet yang baik oleh industri media, maka proses penetrasi pasar media televisi dan radio untuk menembus pasar internasional pun akan menjadi lebih mudah.
Mulai bergesernya kanal televisi dan radio di Indonesia menjadi media multi-platform ditandai dengan meningkatnya pengguna layanan streaming seperti Youtube, Vimeo, Netf lix, serta webstreaming lainnya yang menyiarkan konten-konten acara televisi dan radio di Indonesia. Bahkan kini, sebagian besar situs resmi stasiun televisi dan radio telah menyediakan layanan streaming konten-konten acaranya. Adapun stasiun televisi swasta di Indonesia yang memanfaatkan media digital sebagai strategi utamanya dalam melakukan penetrasi dan perluasan pasar, adalah NET TV. Sebelum NET TV mulai mengudara sebagai salah satu stasiun televisi berjaringan, NET TV telah terlebih dahulu menjaring pasar global dengan memanfaatkan streaming platform melalui Youtube.
Sumber: televisiguide.co.id
Era media digital ini, tentunya akan jauh lebih terbuka, sehingga membuat peningkatan keragaman pasar semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Selain itu, digitalisasi media juga menimbulkan dinamika industri televisi dan radio menjadi lebih kompleks, membuat perkembangan tren konten acara yang diminati pun menjadi sangat cepat berubah.
Logo dan Acara Unggulan NET TELEVISI
21BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
Kini, konten acara yang diproduksi secara amatir oleh masyarakat sendiri pun dapat langsung disiarkan secara luas kepada publik melalui internet tanpa adanya proses pendistribusian atau pengemasan konten acara yang sistematis seperti pada stasiun televisi dan radio, ataupun rumah produksi profesional. Sayangnya, tidak semua konten yang dibuat memiliki dampak positif bagi sosial. Seperti salah satunya adalah acara musik yang populer sejak pertama kali tayang 2008, Dahsyat, menimbulkan pro dan kontra terkait kontennya yang dinilai oleh sebagain orang sebagai konten yang kreatif dan menghibur, akan tetapi sebagian orang lainnya berpendapat justru tayangan tersebut merupakan bentuk kreativitas yang bersifat destruktif. Hal serupa terkait pro dan kontra juga turut dialami oleh konten-konten acara hiburan populer lainnya, seperti acara Yuk Keep Smile (YKS), Pesbukers (ANTV), Film Televisi (FTV), serta acara-acara infotainment yang semakin menjamur.
Tidak hanya acara hiburan, konten berita di Indonesia pun apabila tidak dikelola dengan baik,secara tidak disadari justru dapat memprovokasi ataupun menimbulkan keresahan masyarakat. Hal ini terlihat dari konten berita-berita aktual yang menampilkan peristiwa kejahatan, kerusuhan, serta maraknya kasus korupsi. Konten-konten seperti itu apabila ditayangkan secara bebas, dinilai dapat menimbulkan efek negatif yang memengaruhi optimisme dan kepercayaan rakyat, terutama kaum muda. Selain itu, konten berita yang kini disuguhkan kepada masyarakat memiliki unsur independensi yang sangat rendah di dalamnya. Kepentingan politis yang kental di dunia media membuat laporan berita tidak lagi menjadi objektif dan independen, sehingga terjadi kesimpangsiuran fakta yang terjadi sesungguhnya. Konten-konten seperti inilah yang sangat sulit untuk dikendalikan oleh pemerintah secara teliti dan terus menerus. Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan lembaga pengawasan penyiaran yang bertugas untuk mengawasi konten kualitas penyiaran baik yang dihasilkan dari dalam negeri maupun konten dari luar negeri yang disiarkan di Indonesia.
22 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Gambar 1 - 3 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
Sebelum
Kemerdekaan
Stasiun radio pertama di Indonesia, Bataviase Radio Vereniging (BRV),
berdiri.
1925
1933 Stasiun radio pertama, Solosche
Radio Vereniging (SRV), didirikan oleh
BumiPutra.
1937 Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK)
berdiri.
Orde Lama
(1945 – 1965)
1945 RRI (Radio Republik Indonesia) didirikan.
1962
TVRI (Televisi Republik Indonesia) memulai siarannya dengan
menayangkan peringatan hari ulang
tahun Republik Indonesia XVII.
TVRI melakukan siaran langsung upacara pembukaan �sian
�ames IV dari �elora Bung Karno.
1963 Iklan diperkenalkan di TVRI bersamaan
dengan peningkatan �am siaran.
Orde re�ormasi
(199� – sekarang)
Siaran televisi ber�arna
diperkenalkan.
1979
Presiden Soeharto mengeluarkan
instruksi untuk menghilangkan iklan dari TVRI.
19��
Indovision sebagai TV berlangganan
pertama di Indonesia dengan menggunakan
satelit palapa ��2.
�cara Kuis Berpacu �alam �elodi pertama kali
ditayangkan di TVRI.
R�TI (Ra�a�ali �itra Televisi Indonesia)
pertama kali mengudara dan berdiri
sebagai stasiun televisi s�asta
pertama.
19��
1994 Sinetron Si �oel �nak Sekolahan mulai
ditayangkan di R�TI.
TV Kabel Kabelvision mulai beroperasi
sebagaitelevisi kabel pertama.
�et TV didirikan sebagai stasiun TV yang memba�a
revolusi media di era modern.
�cara TV �ahsyat mulai ditayangkan dan
men�adi salah satu acara TV terpopuler
hingga kini.
2���
�epartemen Penerangan dibubarkan.
2���
�cara �ightmare Side pertama kali
disiarkan di �rdan ��
�iterbitkan �ndang��ndang
Republik Indonesia �omor 32�2��2
tentang Penyiaran.
2��2
�cara The �endees yang diba�akan oleh dua penyiar
senior, Imam �arto dan �imas �anang mulai
disiarkan di Prambors ��.
2�1�
Orde baru
(1965 – 199�)
Sistem Komunikasi Satelit �omestik (SKS�) melalui satelit Palapa (satelit pertama milik
Indonesia) diluncurkan.
1976 2�13
26 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
2.1 Ekosistem Televisi dan Radio
2.1.1 Definisi Ekosistem Televisi dan RadioUntuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif, maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan radio terhadap kondisi ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari industri kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang sudah maju dan berdaya saing, dan kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi di negeri ini.
Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan kondisi aktualnya dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari sebsektor ini sehingga dapat berkembang dengan baik dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi.
Ekosistem subsektor televisi dan radio adalah sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan tersebut, dibuatlah sebuah peta ekosistem yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu:
1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain) adalah rangkaian proses penciptaan nilai kreatifdimana transaksi sosial, budaya, dan ekonomi terjadi didalamnya. Pada setiap proses, terdapat aktivitas utama, aktivitas pendukung, dan peran utama yang terkait dengan setiap proses yang terjadi. Pada subsektor televisi dan radio, proses yang terlibat dalam rantai nilai kreatif yang terjadi adalah kreasi–produksi–distribusi–komersialisasi.
Terdapat dua jenis industri yang terlibat pada rantai nilai kreatif (Creative value chain),yaitu industri utama yang merupakan penggerak dalam subsektor televisi dan radio, serta industri pendukung (backward-forward linkage industry) yang berfungsi untuk mendukung pengembangan industri kreatif utama.
2. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment) adalah lingkungan yang dapat menggerakkan dan meningkatkan kualitas proses penciptaan nilai kreatif dari konten acara yang dihasilkan, meliputipendidikan dan apresiasi.a. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang meliputi peningkatan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan perilaku yang sangat berpengaruh pada penciptaan orang kreatif. Kegiatan pendidikan ini meliputi: (1) pendidikan formal, yaitu pendidikan di sekolah yang di peroleh secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas; (2) nonformal, yaitu pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; dan (3) informal, yaitu pendidikan yang diperoleh dari keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
b. Apresiasi merupakan tanggapan terhadap karya, orang kreatif, serta proses penciptaan nilai kreatif yang menstimulasi peningkatan kualitas karya, orang, dan proses kreatif tersebut. Apresiasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu apresiasi oleh pasar
27BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
(konsumen, khalayak,dan customer) dan apresiasi terhadap orang, karya, dan proses kreatif. Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditunjukkan dari konsumsi serta tanggapan pasar terhadap karya, orang, dan proses kreatif,sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat berupa penghargaan, pemberian insentif, dan juga apresiasi terhadap HKI (Hak Kekayaan Intelektual).
Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditingkatkan melalui proses peningkatan literasi masyarakat terhadap kreativitas, sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat ditingkatkan dengan mengomunikasikan orang serta karya kreatif tersebut kepada masyarakat. Dengan adanya kegiatan apresiasi yang baik, maka orang-orang kreatif akan terdorong untuk terus berkreasi.
3. Pasar (Market) - Konsumen, Khalayak, dan Customer adalah pihak yang mengapresiasi karya kreatif dari subsektor televisi dan radio. Ketiga jenis pasar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Berikut penjelasannya.a. Konsumen adalah orang yang membeli karya kreatif berupa konten acara dari
industri subsektor televisi dan radio.b. Khalayak adalah orang yang menonton karya kreatif dari subsektor televisi dan radio,
yang dapat dibedakan menjadi dua: khalayak umum yang menikmati konten acara hanya dengan kepekaan indrawi, dan khalayak ahli yang menikmati konten acara dengan pengetahuan yang khusus. Khalayak ahli memiliki peran yang vital dalam pengembangan industri televisi dan radio karena mereka menciptakan wacana, kritik, dan kurasi yang dapat meningkatkan kualitas dari konten acara serta meningkatkan kualitas pemahaman dari pasar terhadap kreativitas.
c. Customer adalah pihak yang membeli menggunakan jasa dari subsektor televisi dan radio untuk meningkatkan kesejahteraan bisnisnya.
4. Pengarsipan (Archiving) adalah proses preservasi terhadap karya kreatif dan dokumentasi karya kreatif tersebut yang dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan (orang kreatif, pemerintah, lembaga pendidikan, pelaku bisnis, komunitas, dan intelektual) yang terlibat di dalam ekosistem televisi dan radio sebagai media pembelajaran dan literasi.
Proses pengarsipan pada umumnya dilakukan melalui tahapan pengumpulan-restorasi- penyimpanan-preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila dokumen atau hal yang perlu diarsipkan tersebut sudah mengalami kerusakan atau ketidaksesuaian sehingga perlu dilakukan proses perbaikan tanpa mengubah nilai atau makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi.
Keempat komponen ini dalam subsektor televisi dan radio mempunyai peran yang berbeda dan saling berinteraksi sehingga membentuk sebuah siklus dalam sebuah ekosistem subsektor televisi dan radio yang dapat menghasilkan rantai nilai kreatif secara berkelanjutan. Melalui ekosistem ini diharapkan proses penciptaan nilai kreatif, aktivitas,dan output dari setiap proses dan peran yang terlibat didalamnya dapat terpetakan dengan baik sehingga rencana pengembangan yang dibuat akan lebih sistematis dan tepat sasaran.
28 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Televisi dan Radio
PascaProduksi
Pra Produksi
Rumah Produksi
KonsultasiPenentuan
sasaran segmen audience
Observasi
Brainstorming
Finalisasi konsep
acara
CREATIVE VALUE CHAIN
Content Creator
Perhitungan rating dan jumlah penonton/pendengar,riset dan pengembangan konten acara
Manajemen lokasi & properti, manajemen pemasokperangkat teknis siaran, pembuatan musik pendukung
acara, pembuatan iklan
Editing konten acara, Pengemasan konten acara,Evaluasi konten acara
Pengelolaan kanal penyiaran, pengawasandan pembatasan konten acara yang disiarkan,
pengawasan plagiatisme konten acaraAsosiasi yang termasuk ke dalamMasyarakat Telematika Indonesia
Channel Operator
Free To Air
Kanal TV & Radio
Paid
KanalIP-Based
Tenagapendidik
Orang tua
Naskah dan pointer scriptKonten acara siaran langsung,Master copy konten acara siaran rekaman
Industri MediaCetak dan Digital
Pendidikan TeknisiPenyiaran
PendidikanSeni Peran
Pendidikan Penyiaran& Pemrograman
Manajemen bursakonten acara TV,
promosi program acara
Pelelangan kontenacara rekaman TV
DISTRIBUSIPENYIARAN
APRESIASI
PRODUKSI
Kebijakan KurikulumPendidikan Media
Kebijakan penyelenggaraanpenyiaran Kebijakan konten
penyiaran Kebijakan HKI
PENDIDIKAN
KREASI
Hak siarkonten acara
Bursa KontenAcara
Literasi umum:Kegiatan apresiasi
konten acara TV& Radio:
Literasi spesifik:
Konten Acara Langsung
Master Copy KontenAcara Rekaman
Pemberian ulasankonten acara
NURTURANCE ENVIRONMENT
Ulasan dan kritik
Pemberian kritikkonten acara
Formal:
Diploma
Sarjana
Pasca Sarjana
Doktor
Sertifikasi
Non formal:Kursus
Training
Workshop
Pengetahuan dan TeknologiBaru Penyiaran
Tenaga Ahli ProfesiTenaga Ahli ProfesiSistem
Klarifikasi Penonton
Penghargaandan Rating
Terintegrasi dalamKurikulum
Pendidikan Nasional
Rantai Nilai KreatifAktivitas Utama/JenisAktivitas PendukungPelaku UtamaAsosiasiOutput
Keterangan:
Nurturance Environment
Institusi Pendidikan Swasta & Negeri, Komunitas Media & Jurnalistik, Stasiun TV/Radio Swasta & Pemerintah, Rumah Produksi Independen, Penonton AhliAsosiasi Jurnalistik, Lembaga Survey, Institusi Pendidikan dan Pemerintah
Formal:
SekolahTinggi Ilmukomunikasi
Sekolahtinggi drama& seni peran
Agenpencari
bakat
Kompetisipencari
bakat
Non formal:Formal:Sekolah Tinggi Ilmu
komunikasiWorkshop Penyiaran
& JurnalismeSekolah Tinggi
Teknologi Informasi
Sekolah PerfilmanSekolah jurnalistik
bersertifikasi
Non formal:Pendidikan tingkat tinggi
Pendidikan tingkat lanjut
Pendidikan tingkat menengah
Pendidikan tingkat dasar
Pendidikan anak usia dini
PEMBINAAN
Akses Publik
Akses Publik
Akses Publik
APRESIASI
KONSUMSI
AUDIENCE & MARKET
MARKET
Penonton Umum
Penonton Ahli
Perusahaan Pengiklan
Pemberian penghargaanoleh media swasta
Pemberian penghargaanoleh pemerintah
Pemberian ratingprogram acara TV/radio
HKI konten acara
TELEVISIPembuatan storyboard, konstruksiset & lokasi, properti, kostum,prosescasting, budgeting, manajemen teknis
Syuting acara
Monitoring internal programsiaran langsung
RADIOPembuatan bumper, stinger,
jingle, rundown acara siaran
Menyiarkan konten acara
Monitoring internal siaran
TELEVISI
Stasiun TV & VOD
iTV, IPTV,web streaming
mobile app podcast
Web streaming,mobile app, podcast
RADIO
Stasiun Radio
Preservasi
PenyimpananRestorasi
PengumpulanARCHIVING
Stasiun TV/Radio, Pemerintah, Komunitas
Produksi
29BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
2.1.2 Peta Ekosistem Televisi dan RadioPeta ekosistem televisi dan radio dibentuk berdasarkan definisi dan ruang lingkup yang telah diidentifikasi secara spesifik berdasarkan fokus kebutuhan konteks ekonomi kreatif Indonesia. Dalam hal ini, cakupan ruang lingkup dari subsektor televisi dan radio yang akan dijadikan fokus untuk kebutuhan pengembangan ekonomi kreatif Indonesia berbeda satu sama lain. Untuk subsektor televisi, kategori ruang lingkup yang akan dijadikan fokus pengembangan adalah kategori berita lunak, hiburan, dan permainan. Sedangkan untuk subsektor radio, ruang lingkup yang akan dijadikan fokus dalam pemetaan ekosistem adalah kategori berita, siaran lepas, dan siaran naskah.
Gambar 2 - 2 Ruang Lingkup Televisi
Gambar 2 - 3 Ruang Lingkup Radio
Untuk setiap kategori fokus industri kreatif akan disegmentasi lagi sesuai dengan rating yang telah ditetapkan oleh KPU. Pada akhirnya akan diperoleh segmentasi konten sesuai dengan genre dan rating acaranya.
30 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
A. Rantai Nilai Kreatif
A.1 Proses KreasiProses kreasi pada subsektor televisi meliputi tahapan bagaimana proses pengemasan suatu ide konten acara yang dicetuskan agar menjadi bahan mentah atau konsep awal yang dapat diproduksi dalam pemrograman secara sistematis.
Gambar 2 - 2 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio Gambar 2 - 4 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio
Pada tahap kreasi, aktivitas utama yang dilakukan dapat terbagi menjadi tiga kegiatan yang bisa dilakukan baik secara paralel ataupun sekuensial. Ketiga kegiatan tersebut adalah konsultasi, penentuan sasaran segmen audience, dan observasi.
1. Konsultasi dilakukan oleh stasiun televisi ataupun radio yang menyerahkan studi atau riset terkait ide konten acaranya pada pihak ketiga sepenuhnya. Dalam hal ini pihak ketiga, yang biasanya merupakan konsultan program media, menjadi aktor utama dalam pencetusan ide konten acara yang akan dibuat. Mereka mencetuskan konsepnya murni berdasarkan pada hasil riset mengenai preferensi konten acara yang dimiliki oleh penonton atau pendengar di suatu segmen yang ditentukan.
2. Penentuan Sasaran Segmen Audience juga merupakan aktivitas awal yang lazim dilakukan untuk menentukan ide konten acara yang akan diproduksi. Dari setiap segmen audience,tentunya akan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga akan menghasilkan kebutuhan konten acara yang berbeda pula. Adapun segmen penonton atau pendengar
31BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
tersebut dikelompokan berdasarkan kategori rating yang telah ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
3. Observasi dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada keadaan lingkungan baik secara lokal maupun global. Keadaan lingkungan merupakan salah satu sumber inspirasi utama dari ide konten acara bagi sebagian besar content creator di berbagai stasiun televisi maupun radio. Peristiwa penting yang terjadi ataupun tren gaya hidup masyarakat saat ini bisa menjadi bahan konten acara yang akan digagas.
Selanjutnya, dari ketiga aktivitas tersebut, dilakukan brainstorming untuk mematangkan ide konten acara yang telah digagas oleh tim content creator untuk mendapat persetujuan dari program director ataupun pimpinan lain yang terlibat dalam penggagasan ide konten acara. Selanjutnya ide-ide yang diajukan akan dilakukan penyesuaian lebih lanjut untuk menghasilkan kesepakatan konsep acara. Konsep acara yang telah disetujui ini kemudian akandiselesaikan dengan cara menuangkannya dalam bentuk naskah sementara ataupun pointer script yang umumnya digunakan oleh penyiar radio.
Pelaku utama yang berperan dalam rantai nilai kreasi disebut sebagai tim content creator. Tim content creator dalam industri televisi terdiri dari sutradara, produser, program supervisor, dan program director. Sedangkan pada industri radio, ide konten acara dicetuskan sepenuhnya oleh produser yang didukung oleh masukan dari para penyiar, scriptwriter, program supervisor, program director, dan music director.
Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman, idealisme dari fungsi media tersebut di Indonesia sudah tidak dapat berjalan beriringan secara seimbang. Kepentingan bisnis serta politis dari para pejabat yang umumnya bertolak belakang dengan idealisme fungsi media menjadikan konten acara televisi dan radio di Indonesia menurun kualitasnya. Hal ini utamanya terjadi pada industri televisi.Rating acara dan jumlah penonton menjadi kejaran utama para pelaku bisnis industri televisi demi menarik parapengiklan.Adapun perhitungan rating tersebut termasuk dalam aktivitas pendukung utama yang dijadikan sebagai masukan ide konten yang akan diproduksi.
Selain aktivitas utama, terdapat juga beberapa aktivitas pendukung yang berfungsi sebagai sumber untuk ide-ide konten acara yang akan dibuat. Sumber utama yang menginspirasi sekaligus menjadi pertimbangan utama dalam mencari ide konten acara adalah observasi tren di lingkungan yang selanjutnya didukung oleh hasil riset dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya oleh pihak luar terkait dengan preferensi masyarakat akan konten media televisi dan radio. Riset dan pengembangan yang dilakukan dapat berupa kajian empiris terkait konten-konten kreatif dunia yang dinilai memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi. Adapun perhitungan rating dan jumlah penonton atau pendengar untuk suatu konten acara tertentu dilakukan oleh pihak ketiga sebagai aktivitas pendukung yang memiliki pengaruh sangat tinggi di proses kreasi.
Aktor pendukung dalam rantai nilai kreasi yang perannya tidak terlibat langsung dalam mencetuskan ide ataupun tidak selalu memberikan ide konten acara adalah lembaga survei, konsultan media serta pemerintah yang menjalin kerjasama dengan KPI.
1. Lembaga survei yang melakukan riset dan pengembangan dalam bidang televisi dan radio. Saat ini di Indonesia sendiri hanya terdapat satu lembaga survei yang melakukan perhitungan rating konten acara, yaitu Nielsen. Minimnya lembaga survei yang beroperasi
32 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
di Indonesia menjadikan para perusahaan pengiklan tidak memiliki pembanding lain dalam menilai tingkat ketertarikan masyarakat akan konten acara sehingga menurunkan tingkat objektivitas penilaian. Hal ini berimbas kepada ide yang digagas dalam pembuatan konten acara televisi dan radio itu sendiri. Keseragaman jenis acara antar stasiun televisi dan radio adalah salah satu dampak dari penitikberatan rating sebagai target pencapaian utama.
2. Lembaga yang dinilai sebagai pakar di bidang konten penyiaran yang dipercaya sebagai penasihat terkati tren konten penyiaran di masa mendatang. Akan tetapi, stasiun televisi dan radio yang menggunakan konsultan tidak lantas sepenuhnya memercayakan ide konten acara kepada pihak ketiga. Perlu dilakukan brainstorming serta persetujuan lebih lanjut dari program director serta pimpinan terkait untuk dapat menentukan konten apa yang akan diproduksi.
3. Pemerintah menjalin kerjasama dengan KPI. Peran pemerintah mulai terlibat ketika acara televisi atau radio yang akan dibuat bertujuan untuk digunakan sebagai salah satu media yang memfasilitasi isu yang diangkat oleh pemerintahan. Selain itu, pemerintah juga berperan dalam mengawasi konten acara televisi dan radio yang dinilai pantas untuk diproduksi oleh para tim produser. Hal tersebut dicerminkan dalam bentuk undang-undang dan peraturan resmi pemerintah lainnya terkait dengan kegiatan penyiaran dan pemrograman.
A.2 Proses ProduksiProses produksi dari subsektor televisi dan radio merupakan proses di mana naskah sementara yang telah disetujui akan diterjemahkan dalam bentuk konten audio visual ataupun audio.
Gambar 2 - 5 Rantai Nilai Produksi Subsektor Televisi dan Radio
33BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
Tahapan produksi suatu acara televisi dan radio terbagi menjadi tiga sub proses besar, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
PraproduksiProses praproduksi meliputi persiapan yang dilakukan sebelum proses produksi dilakukan. Pada industri televisi, praproduksi merupakan kegiatan yang meliputi pembuatan storyboard suatu konten acara apabila terdapat beberapa adegan yang sulit dijelaskan dalam naskah (contohnya konten animasi). Penyesuaian naskah, konstruksi set dan lokasi, properti, kostum, proses casting, budgeting serta manajemen teknis juga termasuk dalam proses praproduksi konten televisi.
Foto Radio Mixing Board
Sumber: http://cfcr.ca/join_us/become_a_host
Sedangkan pada industri radio, pra produksi itu sendiri meliputi pembuatan naskah atau panduan konten untuk penyiar, pemilihan penyiar, serta pembuatan bumper13, jingle14, stinger15, dan playlist.
ProduksiProses produksi dilakukan sebagai tahapan pembuatan konten acara televisi atau radio itu sendiri. Kegiatan utama yang dilakukan pada ini adalah syuting acara televisi ataupun melakukan siaran radio. Ada dua jenis keluaran pada proses produksi ini, diantaranya acara siaran langsung serta siaran rekaman. Untuk siaran langsung, selanjutnya tidak akan melalui tahapan rantai nilai distribusi, melainkan langsung memasuki tahapan rantai nilai presentasi kepada penonton ataupun pendengar. Sedangkan untuk konten acara rekaman dapat didistribusikan dalam bursa konten acara ataupun langsung disiarkan di stasiun televisi setelah melalui proses pasca produksi.
(13) Berdasarkan Wikipedia, bumper merupakan sebuah pengumuman singkat yang umumnya berdurasi tidak lebih dari 15 detik yang ditempatkan di antara jeda program dan iklan pada siaran radio(14) Berdasarkan Wikipedia, jingle merupakan musik pendek yang digunakan untuk membuat iklan ataupun tujuan komersil lainnya dalam industri radio(15) Berdasarkan artikel The Medialink Broadcasting Glossary, stinger merupakan musik singkat yang digunakan untuk memberikan jeda antara dua program yang berbeda dalam siaran radio
34 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
PascaproduksiKegiatan pascaproduksi merupakan kegiatan tambahan yang dilakukan setelah produksi khusus untuk acara siaran rekaman.Acara-acara yang sifatnya rekaman, sebelum dipresentasikan kepada publik, harus melalui proses editing dan penyuntingan akhir terlebih dahulu. Untuk acara rekaman yang diproduksi oleh rumah produksi independen, beberapa akan melalui proses distribusi berupa bursa konten acara. Sedangkan untuk acara siaran rekaman yang tidak ditayangkan secara langsung, hasil akhir yang berupa master copy acara rekaman akan disimpan untuk selanjutnya direstorasi kembali oleh operator saat jam tayang atau jam siaran acara tiba.
Pada rantai nilai produksi, terdapat perbedaan pada aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Aktor-aktor yang terlibat pada rantai nilai produksi di industri televisi itu sendiri meliputi tim produksi (sutradara, produser, scriptwriter, dan lain-lain), tim artistik, tim teknis, serta tim editor. Sedangkan pada industri radio, aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai produksi adalah:
• Sound designer.• Produser.• Program director.• Program supervisor.• Operator.
Idealnya, untuk seluruh draft naskah serta ide acara yang digagas pada tahapan kreasi merupakan ide-ide yang telah disetujui untuk masuk ke tahapan selanjutnya, yaitu produksi.Akan tetapi adanya konflik kepentingan dari pemilikdari segi bisnis dan politis yang bertentangan dengan ide kreatif, membuat hasil keluaran dari produksi tidak sesuai dengan konsep awal yang telah ditentukan. Hal ini diakibatkan oleh adanya penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan pada saat proses produksi dilakukan.
Kesulitan lain yang dihadapi sebagian besar pelaku industri televisi dan radio adalah peralatan penyiaran dan pemrograman yang memiliki harga cukup tinggi dan ketersediaannya yang sulit. Akibatnya pengadaan alat-alat keperluaran siaran harus dilakukan melalui distributor luar negeri.Hal ini berimbas pada pajak barang impor yang melambung tinggi karena alat-alat tersebut dikategorikan sebagai barang mewah. Bagi para pelaku industri lokal yang memiliki modal terbatas, tentunya hal ini menjadi persoalan yang serius.Solusi alternatif yang dapat dilakukan oleh beberapa stasiun televisi lokal adalah dengan membeli hak siar konten acara dari rumah produksi independen.
Rumah produksi independen pada rantai nilai produksi tentunya juga berperan sebagai aktor utama, selain daripada seluruh tim yang ada dalam stasiun televisi dan radio itu sendiri. Adapun beberapa contoh rumah produksi independen yang terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut:
• REVO Films (PT. Hadi Cinema Putra).• MD Entertainment. • NET Films. • Sinemart dan Lenza Film. • Rapi Films. • AVICOM.
• Bola Dunia.• Dwingkara Citra Suara (Elang Perkasa
Film).• Indika Era Mandiri. • Intercine Film. • Karnos Film. • Miles Production.
35BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
• Millenium Visitama Film.• Multivision Plus.• Pearson TELEVISI.• Persari Film.• Prima Entertainment.• Soraya Intercine Film.
• PT GMM Films Indonesia.• PT Visi Lintas Film.• PT Triwarsana.• PT Genta Buana Paramita.• PT Shandika Widya Cinema.
Lembaga pemerintahan yang berperan utama dalam rantai nilai produksi konten acara televisi dan radio ini bertugas mengawasi dan mengevaluasi jalannya proses produksi acara agar tetap sejalan dengan Undang-undang Penyiaran yang berlaku di Indonesia. Berikut ini jenis-jenis lembaga pemerintahan yang terlibat dalam rantai produksi subsektor televisi dan radio di Indonesia:
• Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.• Lembaga Sensor Film Indonesia.
Setiap stasiun televisi dan radio biasanya memiliki nilai proporsi tertentu akan jumlah acara in-house production dan acara-acara yang sudah dibeli hak siarnya. Hal ini disebabkan oleh jumlah dana yang dibutuhkan untuk produksi siaran in-house lebih tinggi jika dibandingkan dengan film atau serial dari rumah produksi lain. Sumber dana utama untuk proses produksi dan manajemen stasiun televisi dan radio itu sendiri adalah melalui iklan. Semakin tinggi jumlah penonton suatu acara, maka akan semakin banyak pula perusahaan yang tertarik untuk mengiklankan produknya di sela-sela acara tersebut. Untuk itu pada proses produksi, penentuan proporsi jumlah iklan serta urutannya juga ditentukan.
Adapun beberapa kegiatan pendukung pada proses produksi yang membantu kelancaran produksi acara hingga tahapan distribusi. Kegiatan-kegiatan pada aktivitas pendukung tersebut adalah manajemen lokasi danproperti, manajemen pemasok perangkat teknis siaran, pembuatan musik pendukung acara, serta pembuatan iklan.
1. Manajemen lokasi dan properti merupakan aktivitas pendukung yang meliputi pengelolaan lokasi yang akan digunakan untuk proses produksi, serta pengelolaan properti yang akan digunakan sebagai pendukung jalannya proses produksi.
2. Manajemen pemasok perangkat teknis siaran adalah aktivitas pendukung yang sangat penting dalam tahapan persiapan proses produksi. Perangkat teknis siaran yang digunakan diatur dalam Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 sehingga standar alat penyiaran yang digunakan oleh industri televisi maupun radio menjadi baik.
3. Pembuatan musik pendukung merupakan aktivitas yang meliputi proses rekaman musik dan pengemasannya yang digunakan sebagai pendukung pada satu adegan tertentu dalam sebuah program acara. Pembuatan musik pendukung ini tentunya erat kaitannya dengan industri musik.
4. Pembuatan iklan adalah proses pengemasan suatu bentuk komersil dari produk ataupun jasa tertentu hingga menjadi sebuah konten singkat yang bersifat persuasif bagi penonton ataupun pendengarnya. Iklan biasanya disisipkan di antara segmen atau adegan suatu program acara televisi maupun radio.
A.3 Proses DistribusiTahapan distribusi khusus dilakukan pada konten televisi baik yang sifatnya rekaman ataupun siaran langsung yang direkam. Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk memasarkan konten
36 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
acara yang dinilai memiliki daya saing yang cukup tinggi kepada pasar nasional maupun manca negara untuk ditayangkan di stasiun televisi di negara lain.
Gambar 2 - 6 Rantai Nilai Distribusi Subsektor Televisi dan Radio
Terdapat tiga jenis bentuk sindikasi program televisi dan radio16, diantaranya adalah:1. First-run syndication merupakan jenis sindikasi yang dilakukan untuk konten-konten yang
belum pernah disiarkan sebelumnya dan hanya diproduksi khusus untuk didistribusikan pada bursa konten acara.
2. Off-network syndication merupakan bentuk bursa konten acara yang ditujukan khusus untuk konten-konten acara yang sebelumnya pernah disiarkan sehingga bursa konten ditujukan sebagai bentuk penyiaran ulang dari konten acara tersebut.
3. Public broadcasting syndication merupakan bentuk bursa konten yang dilakukan untuk suatu segmen konten acara untuk dapat disiarkan di sebuah konten acara stasiun televisi atau radio lain.
Salah satu contoh lembaga yang sukses dalam memfasilitasi bentuk sindikasi konten acara televisi di Amerika adalah The Program Exchange yang dibentuk pertama kali dengan nama Program Syndication Services Inc. di tahun 1973.
Di Indonesia sendiri, kegiatan bursa konten acara televisi dan radio dinilai belum begitu marak perkembangannya. Rumah-rumah produksi independen yang menghasilkan konten acara lebih banyak menjual hak siarnya secara langsung kepada stasiun-stasiun televisi yang dirasa akan tertarik untuk menayangkan konten yang ditawarkannya. Hal ini tentunya membuat para rumah produksi independen berskala kecil menjadi kesulitan dalam menjalin koneksi untuk dapat memasarkan kontennya ke para pemain besar media di Indonesia. Akibatnya, konten yang dihasilkan hanya mampu menembus jaringan pasar lokal saja.
(16) http://en.wikipedia.org/wiki/Broadcast_syndication, diakses pada 21 Juli 2014
37BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
A.4 Proses PenyiaranTahapan akhir dalam rantai nilai utama sektor televisi dan radio adalah tahap penyiaran. Pada tahapan ini, seluruh program acara yang telah dibuat pada proses produksi disiarkan kepada publik melalui presenter. Pelaku utama yang berperan sebagai presenter adalah media penyiaran konten televisi dan radio.
Gambar 2 - 7 Rantai Nilai Penyiaran Subsektor Televisi dan Radio
Presenter pada proses penyiaran terbagi menjadi berbagai macam jenis sesuai dengan format distribusi ataupun format acara itu sendiri. Untuk acara siaran langsung yang telah selesai diproduksi, selanjutnyaakan dipresentasikan melalui stasiun televisi atau radio, serta IP based platform secara serentak. Sedangkan untuk acara rekaman akandisimpan terlebih dahulu pada
38 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
tempat pengarsipan acara rekaman untuk selanjutnya dipresentasikan oleh operator dengan merestorasi kembali konten acara.
Rantai nilai penyiaran merupakan bentuk penyajian stasiun televisi dan radio akan acara-acaranya sebagai salah satu usaha pembentukan citra produknya di mata masyarakat. Pada rantai nilai presentasi, aktor utama yang terlibat meliputi perusahaan televisi kabel, stasiun televisi dan radio, serta jaringan internet. Berikut ini daftar nama perusahaan televisi kabel yang menyiarkan acara dari stasiun-stasiun televisi lokal di Indonesia:
• PT. MNC Sky Vision (Indovision dan Top TV, Oke Vision), kabel dan satelit.• PT. Indosat Mega Media (IM2/IndosatM2 (IM2 PayTV)), kabel.• PT. Link Net (First Media), kabel dan satelit.• PT. Mentari Multimedia (M2V Mobile TV), terrestrial.• PT. Indonesia Media Televisi (BigTV), kabel dan satelit• PT. Indonusa Telemedia (TelkomVision), kabel dan satelit• PT. Indonusa Telemedia (Yes TV), satelit.• PT. Nusantara Vision (OkeVision), satelit.• PT. Karyamegah Adijaya (Aora), satelit.• PT. Cipta Skynindo (Skynindo), satelit.• PT. Telekomunikasi Indonesia (Groovia TV), IPTV.
Pada rantai nilai penyiaran, aktor dari bidang pemerintahan yang paling berperan dalam kegiatan penyiaran serta pengawasan acara-acara televisi dan radio tentunya adalah Komisi Penyiaran Indonesia. Untuk televisi, siaran acara dari beberapa stasiun televisi swasta dan milik pemerintah dapat dinikmati secara gratis dan serentak se-Indonesia. Sedangkan untuk acara radio, karena keterbatasan frekuensi siaran, masing-masing wilayah akan memiliki jenis siaran radio yang berbeda-beda.
B. PasarGambar 2 - 8 Peta Pasar
Konten acara yang dihasilkan oleh televisi dan radio kemudian disiarkan secara serentak kepada publik sebagai pemirsa dan pendengar konten acara di berbagai macam jangkauan. Para penikmat konten acara televisi dan radio dapat dikelompokkan menjadi penonton umum, penonton ahli, serta perusahaan pengiklan.
39BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
Penonton Umum terdiri dari masyarakat yang menikmati konten acara televisi dan radio semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan informasi. Jumlah penonton umum yang menikmati konten acara yang disuguhkan oleh stasiun televisi dan radio tertentu merupakan salah satu tolak ukur yang digunakan oleh perusahaan pengiklan untuk mengiklankan produknya di konten acara tersebut.
Penonton Ahli merupakan pihak-pihak yang memiliki keahlian yang diakui untuk memberikan penilaian kualitas dari konten sehingga mereka menikmati konten acara televisi atau radio sebagai bagian dari profesionalisme kerja. Contoh dari penonton ahli diantaranya adalah kritikus, penulis atau jurnalis, serta pakar media.
Perusahaan pengiklan merupakan salah satu target utama para pemilik media yang sekaligus mendasari ide pembuatan konten tersebut. Hal ini disebabkan oleh iklan yang menjadi satu-satunya sumber pendapatan stasiun televisi dan radio di Indonesia.
C. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment)
C.1 ApresiasiProses apresiasi karya seni dari televisi dan radio adalah salah satu rantai nilai pendukung dalam sektor tersebut. Tahapan apresiasi ini terbagi menjadi beberapa jenis seperti ditunjukkan pada Gambar 2-9.
Gambar 2 - 9 Peta Apresiasi Subsektor Konten Televisi dan Radio
40 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Acara-acara yang disiarkan selanjutnya akan diapresiasi dalam bentuk pemberian beragam penghargaan dan nominasi, kritik oleh para pakar film atau acara radio serta penonton.Bentuk apresiasi yang diberikan oleh asosiasi jurnalistik berupa penghargaan, sedangkan untuk apresiasi dari penonton dan kritikus adalah rating yang diberikan secara spesifik untuk satu acara tertentu.
Adapun bentuk apresiasi berupa literasi, yakni bentuk pengajaran akan konten-konten acara televisi dan radio yang direkomendasikan untuk dinikmati sesuai dengan segmen umur penikmatnya. Bentuk apresiasi dalam bentuk literasi ini diberikan oleh tenaga pendidik secara formal dan oleh orang tua secara nonformal.
Di Indonesia sendiri sudah terdapat banyak jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor penyiaran televisi dan radio. Berikut ini jenis-jenis bentuk penghargaan yang terdapat di Indonesia beserta aktor yang terlibat di dalamnya untuk subsektor penyiaran acara televisi:
• Panasonic Gobel Awards.• Musium Rekor Indonesia (MURI).• SCTV Awards.• Infotainment Awards.• Penghargaan Peabody.• KONI Awards.• Anugerah Jurnalistik Pertamina.• Muctar Lubis Award.• KPI Awards.• Citra Pariwara Awards.
Sayangnya, beberapa penghargaan besar yang diharapkan mampu menjadi pemicu untuk mengembangkan kreativitas dalam pemrograman konten, ternyata justru kurang mampu mendongkrak kualitas konten acara. Selain itu, stasiun-stasiun televisi lokal yang cenderung tidak memiliki ambisi untuk mengompetisikan kontennya dalam beberapa ajang penghargaan bergengsi secara nasional, membuat hasil kreativitas lokal yang berkualitas tidak dapat tertangkap dan mendapat apresiasi dari masyarakat. Hal ini tentunya membuat konten-konten acara lokal menjadi kurang menarik bagi para perusahaan pengiklan untuk berinvestasi di dalamnya.
Sedangkan jenis-jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor radio juga tidak kalah jumlahnya dengan industri televisi. Berikut ini beberapa penghargaan yang dianugerahkan untuk konten radio:
• Indonesian Radio Awards.• Penghargaan Peabody.• Apresiasi Jurnalistik Jakarta.• Anugerah Adinegoro.• MH Thamrin Award (PWI Award).• Jusuf Ronodipuro Award.
C.2 PendidikanDokumen acara dan apresiasi yang telah didapatkan selanjutnya dapat menjadi input pada tahapan studi. Tahapan ini merupakan proses jalannya kegiatan pembelajaran ilmu penyiaran televisi dan radio dilakukan.
41BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
Gambar 2 - 10 Peta Studi Subsektor Konten Televisi dan Radio
Proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara formal dan nonformal. Proses pembelajaran secara formal dilakukan oleh sekolah jurusan penyiaran dengan ijazah atau sertifikasi resmi yang diakui. Sedangkan pendidikan nonformal bisa diperoleh melalui komunitas-komunitas yang memberikan kuliah umum secara singkat terkait dalam bidang penyiaran televisi dan radio. Berbeda dengan pendidikan formal, pendidikan nonformal tidak disertai dengan ijazah, tetapi memiliki sertifikasi kompetensi. Proses dari kedua jenis pendidikan ini nantinya diharapkan akan menghasilkan tenaga ahli yang kemudian dapat berperan dalam memberikan ide-ide kreatif mengenai konsep awal penyiaran televisi dan radio.
Sekolah pendidikan ilmu penyiaran secara formal, baik televisi maupun radio, di Indonesia sudah mulai memiliki jumlah yang cukup banyak walaupun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar. Akan tetapi, pendidikan ilmu penyiaran tidak hanya dapat diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi juga pendidikan nonformal yang bersertifikasi ataupun tidak. Di Indonesia sendiri, fasilitas seperti ini biasanya disediakan oleh komunitas penyiaran televisi ataupun radio dalam bentuk seminar, workshop, dan festival.
Aktor-aktor di bidang akademisi yang berperan dalam rantai nilai studi adalah sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan formal terkait dengan ilmu penyiaran di Indonesia. Adapun sekolah-sekolah yang memiliki program pendidikan ilmu penyiaran dan jurnalistik tersebut adalah sebagai berikut:
• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bina Nusantara Medan.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan Medan.• Akademi Ilmu Komunikasi Padang.• Akademi Komunikasi Bina Ekatama.• Akademi Komunikasi Media Radio dan Televisi.
42 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
• Akademi Teknologi Komunikasi dan Informasi Indosiar.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang.• Akademi Komunikasi Indonesia “Yayasan Pendidikan Komunikasi”.• Akademi Komunikasi Yogyakarta.• Akademi Telekomunikasi Indonesia Yogyakarta.• UPN Veteran Yogyakarta.• Universitas Atmajaya Yogyakarta.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Mahkamah Samarinda.• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Fajar.• Multi Media Training Center “MMTC” Yogyakarta.
Adapun di bidang bisnis, aktor yang menyelenggarakan ilmu pendidikan terkait dengan industry penyiarantelevisi dan radio adalah lembaga-lembaga kursus penyiaran. Biasanya lembaga-lembaga kursus ini sebagian besar didirikan oleh stasiun radio ataupun televisi itu sendiri. Beberapa contoh stasiun televisi dan radio yang membuka kursus bidang jurnalistik dan penyiaran adalah sebagai berikut:
• MitraFM Bekasi.• 99ers Radio School.• DJ Arie Broadcasting School.• Shinta Broadcasting School.• Journalist Development Program (JDP) TVOne.• Broadcast Development Program (BDP) RCTI.• Production Development Program (PDP), Cameraman Development Program (CAMDP),
dan Technic Development Program (TDP) oleh Metro TV.
Dari lapisan yang berperan sebagai penyelenggara ilmu pendidikan di penyiaran adalah komunitas-komunitas film, jurnalistik, atau radio. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa lembaga komunitas terkait dengan bidang penyiaran seperti berikut ini:
• Komunitas Penyiar dan Pendengar Siaran Radio.• Jaringan Radio Komunitas.• Komunitas Televisi Indonesia (KOMTEVE).• Komunitas Presenter Indonesia.
C.3 PengarsipanProses pengarsipan pada industritelevisi dan radio terdiri dari beberapa aktivitas, yaitu pengumpulan-restorasi-penyimpanan-preservasi.
43BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
Gambar 2 - 11 Peta Pengarsipan Subsektor Konten Televisi dan Radio
Pada televisi dan radio, bentuk pengarsipan dapat dilakukan oleh beberapa pihak berikut ini:1. Stasiun Televisi dan Radio
Dokumentasi yang dilakukan oleh stasiun televisi dan radio biasanya meliputi pengarsipan konten-konten yang disiarkan oleh stasiun-stasiun tersebut. Konten yang direkam oleh stasiun televisi dan radio itu sendiri disimpan sebagai arsip yang akan digunakan baik untuk bahan evaluasi ataupun sebagai bahan masukan dalam riset dan pengembangan konten acara. Adapun untuk acara-acara yang bersifat rekaman secara in-house akan disimpan dalam ruang pengarsipan internal setelah proses produksinya selesai dan diputar pada saat jadwal tayang acara tersebut tiba. Sedangkan untuk acara siaran langsung akan disimpan sebagai database untuk keperluan studi lembaga-lembaga pendidikan, apresiasi, ataupun keperluan lainnya. Hal yang sama dilakukan untuk dokumentasi jumlah penonton dan pendengar setiap acara.
2. PemerintahPeran pemerintah dalam proses pengarsipan diantaranya adalah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) ataupun preservasi dalam bantuk museum yang dapat diakses oleh publik secara bebas, mudah, dan cepat. Di Indonesia sendiri, museum yang menyimpan arsip dokumentasi seputar kejadian-kejadian bersejarah di industri penyiaran di Indonesia adalah Museum Penerangan. Museum ini tidak hanya menyimpan dokumentasi peristiwa-peristiwa bersejarah terkait penyiaran, tetapi juga replika studio penyiaran yang dapat merefleksikan suasana saat proses penyiaran sedang berlangsung.
3. KomunitasPeran komunitas dalam proses pengarsipan cukup signifikan. Bahkan, beberapa dokumen daftar konten acara yang diarsipkan oleh komunitas terkadang memiliki kelengkapan serta aktualisasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan dokumen pemerintah. Terlebih lagi, untuk kemudahan akses publik, dokumen komunitas terkadang tidak memiliki birokrasi yang rumit sehingga mempercepat proses akses secara langsung.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya rantai nilai pengarsipan, meliputi proses pendokumentasian acara televisi dan radio yang telah disiarkan secara langsung sebagai database yang nantinya akan digunakan baik untuk proses studi, apresiasi, maupun pencarian ide dan inovasi. Proses pengarsipan yang bentuknya berupa bahan mentah dari acara televisi dan radio disimpan oleh stasiun-stasiun itu sendiri. Sedangkan untuk dokumen-dokumen yang terkait dengan database, seperti rating, jumlah penonton diarsipkan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dibidang statistik seperti badan penelitian statistik
44 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
atau lembaga survei seperti Nielsen. Sayangnya, di Indonesia sendiri, lembaga survei yang melakukan penelitian mengenai preferensi penonton televisi dan pendengar radio di Indonesia hingga saat ini hanyalah Nielsen. Sehingga tidak terdapat perbandinganyang bisa dijadikan bahan pertimbangan.
2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio
2.2.1 Peta Industri Televisi dan RadioPeta industri adalah peta yang menggambarkan hubungan antar pelaku dan entitas usaha yang membentuk industri utama, mulai dari proses kreasi hingga eksibisi atau presentasi; serta pelaku dan entitas pendukung yang memberikan suplai pada pelaku dan entitas usaha di industri utama (backward linkage) dan entitas pendukung yang memberikan permintaan (demand) kepada pelaku dan entitas usaha industri utama ( forward linkage).
Peta industri dibuat sebagai gambaran ruang lingkup aktor-aktor yang terlibat secara langsung serta seberapa banyak industri pendukung yang terlibat secara tidak langsung dalam menjalani proses bisnis industri yang terkait. Pada industri kreatif subsektor televisi dan radio, peta industri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu peta industri subsektor televisi dan subsektor radio.Hal ini disebabkan kedua industri memiliki perbedaan aktor dan industri pendukung yang cukup signifikan, sehingga tidak memungkinkan untuk digambarkan dalam satu bagan.
Pada industri kreatif subsektor televisi, tahapan kreasi dilakukan oleh tim content creator. Industri pendukung yang dapat dilibatkan setelah konsep awal dilahirkan adalah industri film dan percetakan. Hal ini disebabkan oleh hasil konsep yang digagas oleh sutradara dan produser dapat dibuat dalam versi film atau kemudian ditulis oleh penulis buku untuk selanjutnya diterbitkan dalam bentuk novel atau literatur. Selanjutnya tahapan produksi dilakukan oleh rumah produksi yang terlibat, baik dalam studio yang dimiliki oleh stasiun televisi tersebut, ataupun rumah produksi independen. Industri pendukung yang terlibat dalam proses produksi ini meliputi teknis serta artistik selama proses rekaman ataupun penyiaran berlangsung.
Berbeda dengan industri televisi, industri radio lebih banyak melibatkan industri musik yang mendukung dalam setiap tahapan rantai nilainya.Perbedaan juga teletak pada jenis-jenis aktor yang terlibat di dalamnya. Terlihat bahwa music director dan sound designer memegang peranan utama yang penting dalam tahapan kreasi dan produksi. Sedangkan indutri pendukung pada tahapan produksi tentunya adalah industri musik serta manajemen artis yang terkadang diperlukan dalam beberapa acara spesial.
Sebagaimana terlihat pada Gambar-11 dan Gambar-12, aktor utama yang terlibat dalam peta industri subsektor televisi dan radio ada tiga, yaitu industri televisi, industri radio, serta rumah produksi independen. Dari gambaran tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup industri yang relevan pada subsektor televisi dan radio merupakan industri-industri yang bergerak di ketiga bidang tersebut.
45Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 2015-2019
Gambar 2 - 12 Peta Industri Subsektor Televisi
46 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Gambar 2 - 13 Peta Industri Subsektor Radio
47BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
A. Pelaku Industri dalam Proses KreasiPada proses kreasi untuk industri televisi, terdapat beberapa pelaku utama yang berperan penting dalam pembuatan suatu ide konten acara, diantaranya adalah sutradara, produser, program supervisor, serta program director.
1. Sutradara dalam industri televisi memiliki beberapa peran gabungan, yakni memberikan pengarahan para pemain dan pengisi acara, bertanggung jawab dalam merumuskan ide serta menerjemahkan naskah konten acara ke dalam pesan audio visual, dan yang terakhir adalah memberikan pengarahan kepada tim operasional dan teknis terkait kebutuhan produksi. Pada proses kreasi, peran utama seorang sutradara konten televisi adalah memberikan masukan bagaimana sebaiknya mengemas ide-ide yang digagas oleh para anggota creative talent agar menjadi suatu konsep yang menarik dan kreatif.
2. Produser dalam proses kreasi berperan sebagai pencetus ide ataupun pengembang ide yang dicetuskan. Selain itu, seorang produser juga berperan penting dalam membantu penulis dalam menerjemahkan ide konten ke dalam bentuk naskah.
3. Program supervisor pada proses kreasi bertugas sebagai untuk mengawasi dan menyetujui proses perumusan ide konten acara yang diajukan. Akan tetapi seringkali program supervisor juga ikut mengajukan ide konten acara.
4. Program director pada proses kreasi bertanggung jawab untuk mengarahkan tim content creator agar ide-ide yang diajukan sesuai dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Adapun industri-industri yang mendukung proses kreasi pada konten televisi diantaranya adalah konsultan media, lembaga survei, asosiasi, serta pemerintah. Lembaga-lembaga tersebut mendukung proses kreasi konten televisi dalam hal memberikan masukan atau sebagai sumber inspirasi dari ide konten yang akan dibuat.
Keluaran dari proses kreasi konten televisi umumnya berupa naskah konten acara yang sudah disetujui dan siap untuk diproduksi. Naskah konten acara televisi tersebut, selain dikemas dalam proses produksi, dapat pula digunakan sebagai masukan untuk industri hiburan lainnya seperti industri perfilman, ataupun industri penerbitan buku.
Sedangkan pada industri radio, ide konten acara dicetuskan sepenuhnya oleh produser yang didukung oleh masukan dari para penyiar, scriptwriter, program supervisor, program director, dan music director.
1. Produser pada proses kreasi berperan aktif dalam perumusan ide konten acara siaran yang akan dibuat. Pada industri radio, peran produser menjadi sangat penting karena keterlibatannya di setiap proses dalam rantai nilai kreasi sangat besar.
2. Penyiar pada proses kreasi bertugas untuk memberikan masukan serta penyesuaian terhadap beberapa ide konten siaran yang akan difinalisasi.
3. Program supervisor pada proses kreasi kurang lebih memiliki peran yang hampir serupa dengan penyiar radio. Perbedaannya adalah, program supervisor memiliki tanggung jawab lebih dalam mengawasi kesesuaian proses perumusan ide dengan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.
4. Program director bertugas selain sebagai penanggung jawab, juga memiliki wewenang untuk menyetujui atau tidaknya suatu ide konten acara yang diajukan.
48 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
5. Music director bertugas untuk merancang daftar panduan yang berisi judul musik yang akan diputar pada saat siaran acara berlangsung. Daftar musik yang ditentukan dapat dibuat berdasarkan tema siaran acara, tren lagu terpopuler di dunia, ataupun ciri khas dari radio itu sendiri. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa lagu yang diputar dapat diubah sewaktu-waktu oleh penyiar.
Adapun industri-industri yang mendukung proses kreasi pada konten radio diantaranya adalah penulis buku, TELEVISI talent, media cetak, media elektronik, media digital, serta konsultan media. Lembaga-lembaga tersebut mendukung proses kreasi konten radio dalam hal memberikan masukan atau sebagai sumber inspirasi dari ide konten yang akan dibuat. Keluaran dari proses kreasi konten radio umumnya berupa naskah konten acara yang sudah disetujui dan siap untuk diproduksi. Naskah ataupun pointer script konten acara radio tersebut, selain dikemas dalam proses produksi, dapat pula digunakan sebagai masukan untuk industri perfilman, industri radio, industri penerbitan buku, ataupun industri musik.
B. Pelaku Industri dalam Proses ProduksiPada rantai nilai produksi, terdapat perbedaan pada aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Aktor-aktor yang terlibat pada rantai nilai produksi di industri televisi itu sendiri meliputi tim produksi (sutradara, produser, scriptwriter, dll), tim artistik, tim teknis, serta tim editor.
• Tim produksi merupakan orang-orang yang secara langsung terlibat secara substansial pada saat proses pengemasan suatu konten acara berlangsung. Dalam hal ini, aktor-aktor utama yang termasuk ke dalam tim produksi diantaranya adalah sutradara, produser, scriptwriter.
• Tim artistik merupakan orang-orang yang terlibat dalam penataan artistik yang mendukung nilai estetika dari suatu konten acara itu sendiri. Contoh tim artistik diantaranya adalah tim penataan properti panggung, tim penata rias, serta tim kostum.
• Tim teknis merupakan orang-orang yang terlibat dalam persiapan teknis untuk keperluan pengemasan konten acara. Proses pengelolaan alat-alat elektronik oleh para teknisi dan operator adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh tim teknis.
• Tim editor adalah orang-orang yang bekerja khusus untuk konten acara yang sifatnya rekaman atau siaran tidak langsung. Konten yang direkam perlu dilakukan penyuntingan lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas konten tersebut. Di sini lah tim editor berperan dalam memberikan penyuntingan akhir dari konten-konten acara rekaman.
Pada proses produksi industri televisi, terdapat industri pendukung yang memegang peranan penting, diantaranya adalah industriyang meliputi teknis serta artistik selama proses produksi rekaman ataupun penyiaran berlangsung.
Sedangkan pada industri radio, aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai produksi adalah sebagai berikut ini:
• Sound designer dalam proses produksi bertugas untuk membuat musik pendukung konten acara ketika penyiaran berlangsung. Pembuatan jingle, bumper, dan stinger merupakan beberapa contoh produk yang dihasilan oleh seorang sound designer dalam mendukung proses pengemasan konten siaran agar lebih atraktif dan menarik minat pendengarnya.
• Produser dalam proses produksi bertugas untuk mengawasi jalannya proses pengemasan konten siaran, ataupun jalannya proses penyiaran agar tetap berada dalam jalur yang telah
49BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
disepakati sebelumnya. Produser juga bisa melakukan beberapa penyesuaian lebih lanjut saat proses produksi berlangsung apabila dibutuhkan.
• Program director dan program supervisor dalam proses produksi bertugas untuk memonitor jalannya proses penyiaran acara siaran langsung agar tetap berada pada batasan norma serta aturan yang berlaku.
• Penyiar merupakan aktor terpenting dalam proses produksi konten acara radio. Sebagian besar konten siaran radio tidak dibawakan menggunakan naskah tertulis, melainkan sepenuhnya datang dari imajinasi dan kreativitas sang penyiar itu sendiri. Oleh sebab itu, citra sebuah stasiun radio akan sangat erat kaitannya dengan gaya siaran dari para penyiarnya itu sendiri.
• Operator bertugas untuk memastikan bahwa seluruh kebutuhan teknis penyiaran konten acara yang dibutuhkan telah terpenuhi dan dapat dijalankan dengan baik.
• Tim Editor dalam proses produksi konten radio bertugas untuk mengemas konten siaran yang sifatnya adalah rekaman. Biasanya, tim editor dalam industri radio juga banyak melibatkan produser, penyiar, dan sound designer di dalam proses penyuntingan akhir konten siaran rekaman.
Pada proses produksi konten radio, terdapat industri pendukung yang memegang peranan penting, diantaranya adalah industriyang meliputi manajemen artis yang bertugas mengelola bintang tamu yang didatangkan pada acara siaran, penyedia alat elektronik penyiaran, industri musik, serta rumah produksi pembuat iklan radio.
C. Pelaku Industri dalam Proses DistribusiProses distribusi hanya dilalui oleh konten acara rekaman televisi baik yang diproduksi oleh stasiun televsimaupun rumah produksi independen. Proses distribusi ini dilakukan agar konten acara yang diproduksi dapat disiarkan di stasiun televisilain sehingga mampu memperluas pasar dan jangkauan siarnya. Pelaku industri yang telibat dalam proses distribusi tentunya adalah organisasi burssa yang bertindak sebagai pihak ketiga dalam memasarkan konten acara televisi. Umumnya, konten acara televisi yang diikutsertakan dalam bursa konten acara adalah drama berseri serta kuis atau permainan.
D. Pelaku Industri dalam Proses PenyiaranPada proses penyiaran konten televisi, pelaku industri utama yang terlibat adalah stasiun televisi dan provider layanan kanal siaran lainnya, baik yang berbasis kabel, satelit, maupun internet. Tentunya, proses penyiaran memiliki keterkaitan yang erat dengan industri telekomunikasi penyedia jaringan kanal siaran, serta industri penyedia jasa listrik. Oleh sebab itu, hasil produksi dari kedua jenis industri tersebut merupakan input yang paling penting untuk digunakan oleh channel operator penyiaran konten televisi dan radio.
Adapun konten acara televisi dan radio yang disiarkan kepada publik akan digunakan sebagai bahan input bagi komisi penyiaran untuk memonitor konten siaran. tugas komisi penyiaran sendiri adalah memastikan bahwa konten yang disiarkan di televisi dan radio tetap sesuai dengan kebijakan dan norma yang berlaku, serta tidak menimbulkan dampak negatif bagipara penikmatnya. Apabila terdapat konten acara yang melanggar ketentuan-ketentuan tersebut, maka komisi penyiaran berhak memberikan peringatan atau bahkan menghentikan sementara penyiaran konten acara tersebut kepada publik.
50 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
2.2.2 Ruang Lingkup Industri Televisi dan RadioBerdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, ruang lingkup dari industry kreatif televisi dan radio dijabarkan sebagai kegiatan kreatif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut ini:
KODE 60 PENYIARAN DAN PEMROGRAMANGolongan pokok ini mencakup pembuatan muatan atau isi siaran atau perolehan hak untuk menyalurkannya dan kemudian menyiarkannya, seperti radio, televisi, dan program hiburan, berita, perbincangan dan sejenisnya. Juga termasuk penyiaran data, khususnya yang terintegrasi dengan penyiaran radioatau televisi. Penyiaran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yangberbeda, melalui udara, satelit, jaringan kabel atau melalui internet. Termasuk produksi dari program yang khususnya memberikan informasi dasar padakalangan tertentu dengan format yang terbatas, seperti program berita, olahraga, pendidikan dan program yang ditujukan untuk anak muda atas dasarberlangganan atau biaya, pada pihak ke tiga, untuk penyiaran berikutnya kemasyarakat. Tidak termasuk program berlangganan dengan atau tanpa kabel lainnya (Golongan Pokok 61).
KODE 601 PENYIARAN RADIOGolongan ini mencakup penyiaran sinyal suara melalui studio penyiaran radio dan fasilitas untuk transmisi program yang berhubungan dengan masyarakat, termasuk mengumpulkan dan menyalurkan program melalui kabel atau satelit,internet (stasiun radio internet), termasuk penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio.
KODE 6010 PENYIARAN RADIOSubgolongan ini mencakup:
• Penyiaran sinyal suara melalui studio penyiaran radio dan fasilitas untuk transmisi pemograman sinyal suara kepada masyarakat, untuk para pendengar.
• Kegiatan jaringan radio, yaitu mengumpulkan dan mengirimkan program sinyal suara untuk para pendengar lewat udara, kabel atau satelit.
• Kegiatan penyiaran radio lewat internet (stasiun radio internet).• Penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio.
Subgolongan ini tidak mencakup:• Produksi program siaran radio yang direkam, lihat 5920.
Kode 60101 Penyiaran Radio oleh PemerintahKelompok ini mencakup kegiatan pemerintah dalam usaha penyelenggaraan siaran radio, seperti penyiaran sinyal suara melalui studio penyiaran radio dan fasilitas untuk transmisi pemrograman sinyal suara kepada masyarakat atau pendengar; kegiatan jaringan radio, yaitu mengumpulkan dan mengirimkan program sinyal suara untuk para pendengar lewat udara, kabel atau satelit; kegiatan penyiaran radio lewat internet (stasiun radio internet); dan penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio. Termasuk juga station relai (pemancar kembali) siaran radio.
51BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
Kode 60102 Penyiaran Radio oleh SwastaKelompok ini mencakup kegiatan dalam usaha penyelenggaraan siaran radio yang dikelola oleh swasta, seperti penyiaran sinyal suara melalui studio dan fasilitas untuk transmisi pemograman sinyal suara kepada masyarakat atau pendengar; kegiatan jaringan radio, yaitu mengumpulkan dan mengirimkan program sinyal suara untuk para pendengar lewat udara, kabel, atau satelit; kegiatan penyiaran radio lewat internet (stasiun radio internet); dan penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio. Termasuk juga station relai (pemancar kembali) siaran radio.
KODE 602 PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN TELEVISIGolongan ini mencakup kegiatan pembuatan program saluran televisi lengkap, dari komponen program yang dibeli (misalnya film, dokumentasi dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (misalnya berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi dari hal tersebut.Program televisi lengkap ini dapat disiarkan baik melalui unit yang menghasilkan atau dihasilkan untuk transmisi melalui distributor pihak ketiga, seperti “Cable Companies” atau penyedia televisi satelit. Termasuk penyiaran data terintegrasi dengan penyiaran televisi.
KODE 6020 PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN TELEVISISubgolongan ini mencakup:
• Pembuatan program saluran televisi lengkap dari komponen program yang dibeli (seperti, film, dokumenter dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (seperti berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi keduanya.
Program televisi lengkap dapat disiarkan sendiri atau melalui distribusi pihak ketiga, seperti perusahaan kabel atau provider televisi satelit. Pemograman dapat bersifat umum atau khusus (misalnya format terbatas seperti program berita, olahraga, pendidikan atau program yang ditujukan untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat hanya tersedia atas dasar langganan.
• Pemograman dari saluran video atas dasar permintaan.• Penyiaran data yang diintegrasikan dengan siaran televisi.• Subgolongan ini tidak mencakup:• Produksi komponen program televisi (misalnya film, film dokumentasi,iklan), lihat 5911.• Penggabungan paket saluran dan distribusi dari paket tersebut melalui kabel atau satelit
ke penonton, lihat Golongan Pokok 61.
Kode 60201 Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh PemerintahKelompok ini mencakup kegiatan pemerintah dalam usaha penyelenggaraan siaran televisi, termasuk juga station relay (pemancar kembali) siaran televisi, seperti pembuatan program saluran televisi lengkap dari komponen program yang dibeli (seperti film, documenter, dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (seperti berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi keduanya; pemrograman dari saluran video atas dasar permintaan; dan penyiaran data yang diintegrasikan dengan siaran televisi. Program televisi lengkap dapat disiarkan sendiri atau melalui distribusi pihak ketiga, seperti perusahaan kabel atau provider televisi satelit.Pemrograman dapat bersifat umum atau khusus (misalnya format terbatas seperti program berita, olahraga, pendidikan atau program yang ditujukan
52 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat hanya tersedia atas dasar langganan.
Kode 60202 Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh SwastaKelompok ini mencakup kegiatan dalam usaha penyelenggaraan siaran televisi yang dikelola oleh swasta, termasuk juga station relay (pemancar kembali) siaran televisi, seperti pembuatan program saluran televisi lengkap dari komponen program yang dibeli (seperti film, dokumenter, dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (seperti berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi keduanya; pemrograman dari saluran video atas dasar permintaan; dan penyiaran data yang diintegrasikan dengan siaran televisi. Program televisi lengkap dapat disiarkan sendiri atau melalui distribusi pihak ketiga, seperti perusahaan kabel atau provider televisi satelit. Pemrograman dapat bersifat umum atau khusus (misalnya format terbatas seperti program berita, olahraga, pendidikan atau program yang ditujukan untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat hanya tersedia atas dasar langganan.
Berdasarkan KBLI 2009, maka terlihat bahwa ruang lingkup industri televisi dan radio mencakup penyelenggaraan penyiaran dan pemrograman yang dilakukan oleh stasiun televisi dan radio milik pemerintah dan swasta. Adapun sebaiknya ruang lingkup ini diperluas lagi dengan ikut melibatkan rumah produksi independen yang terbatas untuk menyiarkan produknya di stasiun televisi dan radio sebagai konten acara. Hal ini disebabkan oleh ruang lingkup industri kreatif subsektor televisi dan radio itu sendiri lebih menitikberatkan pada proses pemrograman, dimana unsur kreativitas di dalamnya sangatlah tinggi. Di sisi lain, proses pemrograman hiburan konten televisi itu sendiri sebagian besar dilakukan oleh rumah produksi independen yang kemudian dibeli hak siarnya oleh stasiun televisi pemerintah dan swasta.
2.2.3 Model Bisnis di Industri Televisi dan RadioIndustri televisi dan radio merupakan dua jenis industri media penyiaran elektronik yang memiliki proses bisnis yang hampir serupa. Keduanya sama-sama memiliki tujuan untuk menyebarkan informasi dan hiburan kepada publik secara serentak. Tentunya tidak mengherankan apabila kedua industri ini memiliki model bisnis yang juga mirip.
Ada beberapa jenis model bisnis yang dikenal secara umum yang diadaptasi oleh beragam pemain utama pada industritelevisi dan radio. Untuk setiap pemeran utama, tentunya akan memiliki model bisnis yang juga berbeda-beda, terganting dari proses bisnisnya. Berikut ini beberapa penjelasan model bisnis yang diadaptasi oleh masing-masing pemain utama pada industri televisi dan radio yang diklasifikasikan berdasarkan jenis pemain utamanya.
Jaringan Televisi Nasional dan Lokal (Free to Air)Stasiun penyiaran berjaringan nasional maupun lokal merupakan stasiun televisi ataupun radio yang disiarkan secara gratis pada publik melalui jaringan frekuensi satelit ataupun pemancar.Bentuk jaringan penyiaran seperti ini dapat diakses public secara gratis apabila jangkauan pemancar atau penerima satelit yang digunakan memadai di areanya. Ada beberapa stasiun televisi dan radio yang memiliki jenis jaringan penyiaran seperti ini di Indonesia. Akan tetapi, untuk radio, jangkauan penyiarannya tidak menggunakan satelit, sehingga terbatas dalam satu area yang jauh lebih kecil dari luas jangkauan jaringan televisi.
53BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
Sumber pendapatan utama yang diperoleh dari layanan jaringan penyiaran gratis ini adalah melalui iklan. Model bisnis dengan cara mendapatkan pendapatan melalui berbagai perusahaan lain dengan menyediakan satu jenis fasilitas yang mereka butuhkan, tetapi memberikan produknya secara gratis pada konsumen seperti ini disebut juga dengan model bisnis fee in, free out.
Setiap stasiun televisi dan radio seperti ini memiliki standar proporsi iklan yang berbeda-beda pada setiap programnya. Biasanya, semakin banyak peminat program acara, maka akan semakin banyak pula iklan yang ditayangkan oleh stasiun televisi atau radio tersebut. Jenis-jenis iklan yang ditayangkan biasanya juga memiliki target pasar yang disesuaikan dengan jenis program acara yang ditayangkan atau disiarkan. Kerjasama antara perusahaan yang ingin mengiklankan produknya dengan stasiun televisi atau radio biasanya terjadi dalam dua arah, baik klien yang mendatangi stasiun televisi atau radio, maupun stasiun televisi atau radio yang menawarkan fasilitas promosi pada program acara yang dimilikinya.
Agar tetap dapat mempertahankan bisnisnya, tentunya stasiun televisi mematok harga yang tidak sedikit bagi para kliennya untuk dapat memasang iklan pada jeda programnya. Beberapa stasiun televisi berjaringan nasional di Indonesia mengemukakan bahwa terkadang tarif untuk pemasangan iklan selama 30 detik pada program acara prime time bisa mencapai kisaran 350 juta rupiah hingga 750 juta rupiah dalam satu rentang waktu kontraknya. Apabila program acara yang ditayangkan pada saat peak time umumnya memiliki slot waktu sekitar 10 hingga 15 menit dalam satu kali jeda iklan, tentunya jumlah pendapatan yang diperoleh dari iklan menjadi sangat besar. Hal ini mengapa stasiun televisi berjaringan nasional masih tetap dapat bertahan kuat tanpa perlu menetapkan tariff berlangganan pada para penontonnya.
Perusahaan Jaringan Siaran BerbayarSelain jaringan penyedia siaran penyiaran secara gratis, adapun beberapa stasiun televisi yang berbayar. Di Indonesia sendiri, untuk siaran radio berbayar belum tersedia, sehingga siaran program berbayar hanya sebatas stasiun televisi saja. Biasanya stasiun-stasiun televisi berbayar ini merupakan stasiun televisi dari luar negeri yang menjalin kerjasama dengan perusahaan televisi kabel agar dapat disiarkan di Indonesia. Program-program acara yang ditayangkannya pun jauh lebih beragam dan memiliki porsi iklan yang lebih sedikit dibandingkan dengan stasiun televisi lokal.
Pendapatan utama pada perusahaan televisi kabel ini tentunya adalah dari jumlah pelanggan mereka di seluruh Indonesia. Setiap pelanggan yang memutuskan untuk berlangganan dapat memilih jenis-jenis paket yang disediakan dengan harga yang beragam. Terkadang, paket yang ditawarkan tidak hanya meliputi akses stasiun televisi luar negeri saja, tetapi juga paket penyedia jasa internet. Model bisnis seperti ini disebut sebagai model bisnis berlangganan (subscription business model).
Model bisnis berlangganan merupakan model bisnis yang mewajibkan para pelanggannya untuk membayar sejumlah harga berlangganan yang telah ditetapkan untuk dapat memiliki akses pada suatu produk atau jasa dalam periode waktu tertentu. Model ini pertama kali diprakarsai oleh industri media cetak, yaitu majalah dan koran.
Rumah Produksi IndependenRumah produksi independen merupakan industri yang menyediakan jasa berupa pembuatan konten program acara yang tidak dapat dibuat oleh studio televisi atau radio. Di indonesia,
54 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
rumah produksi independen lazim dijalankan untuk menghasilkan program acara serial televisi dibandingkan dengan acara siaran radio. Sumber pemasukan utama dari rumah produksi independen ini diperoleh dari biaya hak siar yang ditetapkan oleh rumah produksi independen untuk masing-masing program acaranya. Umumnya, proses jalinan kerjasama ini terjadi dengan cara menawarkan program acara yang dimiliki kepada beberapa stasiun televisi yang berminat. Model bisnis seperti ini dikenal juga dengan model bisnis penjualan langsung (direct selling business model).
Pada model bisnis penjualan langsung, rumah produksi independen bertugas sebagai pabrik pembuat program acara yang tidak dapat dilakukan oleh rumah produksi stasiun televisi. Pembuatan program acara serial di luar studio dapat memakan biaya dan sumber daya yang sangat tinggi, sehingga tidak dimungkinkan bagi stasiun televisi untuk melakukan produksi tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Kelebihan yang dimiliki oleh rumah produksi independen yang sudah besar adalah lokasi tetap serta fasilitas kelengkapan alat produksi yang telah disediakan secara tetap di beberapa lokasi tersebut, sehingga mobilisasi dan set up time bisa dieliminasi. Hal ini memudahkan rumah produksi independen untuk dapat memproduksi beragam jumlah program dalam waktu yang sangat singkat.
Internet Protocol Based ProviderSistem penyiaran program acara televisi ataupun siaran radio melalui jaringan internet kurang lebih memiliki prinsip yang sama seperti halnya dengan stasiun televisi dan radio lokal. Sistem ini menawarkan fasilitas web streaming gratis bagi para penonton dan pendengarnya, akan tetapi menyediakan fasilitas layanan iklan berbayar pada platform-nya. Untuk itu, bisa dikatakan bahwa model bisnis yang diadaptasi oleh siaran acara internet protocol (IP) based provider adalah fee in, free out.
Akan tetapi, beberapa siaran IP Based menyediakan pula layanan berlangganan berbayar untuk dapat mengakses siaran acaranya. Untuk jenis model bisnis seperti ini, IP based provider mengadaptasi model bisnis berlangganan, seperti yang dilakukan oleh perusahaan televisi kabel berbayar.
58 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
3.1 Kontribusi Ekonomi Televisi dan RadioPeranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta memajukan Indonesia. Bentuk nyata kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif, termasuk televisi dan radio.
Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi ekonomi televisi dan radio, nilai yang ada pada data BPS itu dihitung berdasarkan data Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009. Secara umum kontribusi ekonomi subsektor televisi dan radio dapat dilihat pada Tabel 3-1.
Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Televisi dan Radio 2010-2013
INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013RATA-RATA
1 BERBASIS PRODUK DOMESTIK BRUTO
a Nilai Tambah Subsektor (ADHB)*
Miliar Rupiah 13,288.48 15,664.90 17,518.58 20,340.49 16,703.11
b Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Ekonomi Kreatif (ADHB)*
Persen 2.81 2.97 3.03 3.17 2.99
c Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Total PDB (ADHB)*
Persen 0.21 0.21 0.21 0.22 0.21
d Pertumbuhan Nilai Tambah Subsektor (ADHK)**
Persen - 7.44 6.44 6.82 6.90
2 BERBASIS KETENAGAKERJAAN
a Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
Orang 123,051 125,392 127,189 128,061 125,923
b Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Sektor Ekonomi Kreatif
Persen 1.07 1.08 1.08 1.08 1.08
c Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Nasional
Persen 0.11 0.11 0.11 0.12 0.11
d Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
Persen - 1.90 1.43 0.69 1.34
59BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013RATA-RATA
e Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor
Ribu Rupiah/ Pekerja Pertahun
107,992 124,927 137,737 158,834 94,513.59
3 BERBASIS AKTIVITAS PERUSAHAAN
a Jumlah Perusahaan Subsektor
Perusahaan 11,508 12,004 12,418 12,481 12,103
b Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Jumlah Perusahaan Ekonomi Kreatif
Persen 0.22 0.23 0.23 0.23 0.23
c Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Total Usaha
Persen 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
d Pertumbuhan Jumlah Perusahaan
Persen - 4.31 3.45 0.51 2.76
e Nilai Ekspor Subsektor
Juta Rupiah 1,335,320.00 1,378,471.63 1,447,760.19 1,509,450.11 1,417,750.49
f Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Ekspor Sektor Ekonomi Kreatif
Persen 1.38 1.31 1.31 1.27 1.32
g Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Total Ekspor
Persen 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07
h Pertumbuhan Ekspor Subsektor
Persen - 3.23 5.03 4.26 4.17
4 BERBASIS KONSUMSI RUMAH TANGGA
a Nilai Konsumsi Rumah Tangga Subsektor
Juta Rupiah 1,833,789.00 2,087,838.92 2,461,253.45 2,840,633.73 2,305,878.77
b Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Subsektor terhadap Konsumsi Sektor Ekonomi Kreatif
Persen 0.29 0.30 0.31 0.33 0.31
c Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga
Persen 0.05 0.05 0.05 0.06 0.05
d Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga
Persen - 13.85 17.89 15.41 15.72
*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan
Sumber Data: Badan Pusat Statistik
60 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)Dalam kontribusi berbasis produk domestik bruto, subsektor televisi dan radio telah memberikan peran penting pada industri kreatif di Indonesia. Hal itu ditunjukan pada bagan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Televisi dan Radio berikut ini.
Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap Total Produk Domestik Bruto Industri Kreatif
Sumber Data: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan Gambar 3-1, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio menduduki peringkat ke-6 terbesar dalam kontribusi terhadap total PDB industri kreatif Indonesia. Persisnya, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi sebesar 3,17% dari total produk domestik bruto industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan NTB (Nilai Tambah Bruto) industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 5,2% dan 6,1%. NTB subsektor televisi dan radio pada 2013 sendiri sejumlah Rp20,340 triliun dengan rata-rata pertumbuhan NTB sebesar 6,9% untuk periode 2010-2013.
61BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
3.1.2 Berbasis KetenagakerjaanDalam kontribusi berbasis ketenagakerjaan, subsektor televisi dan radio telah memberikan peran cukup penting pada industri kreatif di Indonesia. Hal tersebut ditunjukan pada bagan kontribusi Ketenagakerjaan Subsektor Televisi dan Radio berikut ini.
Berdasarkan Gambar 3-2, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio menduduki peringkat ke-6 terbesar dalam kontribusi terhadap total tenaga kerja industri kreatif Indonesia. Kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio adalah 1,08% terhadap total tenaga kerja industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan tenaga kerja industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 1,09% dan 0,79%. Nilai tersebut didapatkan dari 128.061 tenaga kerja pada 2013 dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 1,34% untuk periode 2010–2013.
Gambar 3 - 2 Kontribusi Terhadap Total Tenaga Kerja Industri Kreatif
62 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
3.1.3 Berbasis Aktivitas PerusahaanDalam kontribusi berdasarkan aktivitas perusahaan, kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio belum begitu signifikan dalam industri kreatif di Indonesia. Hal itu ditunjukkan pada bagan perbandingan kontribusi Total Unit Usaha Subsektor Televisi dan Radio berikut ini.
Gambar 3 - 3 Kontribusi Terhadap Total Unit Usaha Bruto Industri Kreatif
Sumber Data: Badan Pusat Statistik
63BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
Berdasarkan Gambar 3-3, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi 0,23% terhadap total unit usaha industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan unit usaha industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 0,98% dan 1,05%. Nilai itu didapatkan dari 12.481 unit usaha pada 2013 dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 2,76% untuk periode 2010–2013. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah unit usaha subsektor televisi dan radio di Indonesia masih sangat minim, akibatnya informasi penting yang terkandung dalam konten acara televisi dan radio masih belum dapat tersampaikan dengan baik ke seluruh daerah di Indonesia.
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah TanggaDalam kontribusi berbasis konsumsi rumah tangga, kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio masih rendah jika dibandingkan dengan subsektor lain dalam industri kreatif di Indonesia. Hal tersebut ditunjukan pada bagan Total Konsumsi Rumah Tangga Subsektor Televisi dan Radio berikut ini.
Gambar 3 - 4 Kontribusi Terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga
Sumber Data: Badan PusatStatsitik
64 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Berdasarkan Gambar 3-4, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi 0,23% terhadap total konsumsi rumah tangga industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 10,5% dan 11,15%. Nilai konsumsi rumah tangga pada 2013 sendiri bernilai Rp2.840,6 miliar dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 15,72% untuk periode 2010-2013.v
3.1.5 Berbasis Nilai EksporDalam kontribusi berbasis konsumsi rumah tangga, kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio masih rendah jika dibandingkan dengan subsektor lain dalam industri kreatif di Indonesia. Kontribusi total nilai ekspor masih didominasi oleh subsektor mode. Hal itu tampak pada bagan Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio berikut ini.
Gambar 3 - 5 Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio
Sumber Data: Badan Pusat Statistik
65BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
Dari data ekspor dan impor dalam industri televisi dan radio di Indonesia, terlihat bahwa jumlah ekspor untuk industri televisi dan radio terus mengalami peningkatan. Rata-rata laju peningkatan ekspor subsektor televisi dan radio pada periode 2010–2013 mencapai 4,17%. Akan tetapi, laju peningkatan jumlah impor industri ini memiliki perbandingan yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan ekspornya. Rata-rata laju peningkatan impor untuk subsektor televisi dan radio pada periode 2010–2013 mencapai angka 18,47%.
Upaya peningkatan ekspor subsektor televisi dan radio bisa dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas dan daya saing konten yang diproduksi oleh televisi dan radio di Indonesia. Penetrasi pasar melalui media konten digital merupakan salah satu strategi efektif yang bisa dilakukan. Hal ini sebaiknya mendapat dukungan aktif dari pemerintah agar peningkatan daya saing konten produksi lokal dapat menembus pasar internasional lebih luas lagi.
Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS, 2010-2013)
Sumber Data: Badan Pusat Statistik
66 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
3.2 Kebijakan Pengembangan Televisi dan RadioKonten acara yang disiarkan oleh televisi ataupun radio tentunya telah dianggap lolos dan layak untuk ditayangkan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Adapun peraturan-peraturan yang berkaitan dengan konten siaran serta kegiatan penyiaran adalah sebagai berikut ini:
Tabel 3 - 2 Tabel Kebijakan Subsektor Televisi dan Radio
KELOMPOK PERATURAN
PERATURAN KETERANGAN
Undang-undang terkait penyiaran (KPI, 2013)
Undang-undang Dasar 1945 (Amandemen Keempat)
Undang-undang yang telah dibuat terkait dengan proses pelaksanaan kegiatan penyiaran dan pemrograman oleh beberapa pelaku bisnis dinilai telah ideal dan komprehensif. Akan tetapi pada pelaksanaannya perlu ketegasan dan batasan yang jelas dari pihak pemerintah sendiri. Resistensi terhadap regulasi yang berlaku menimbulkan dinamika yang bersifat destruktif terhadap ekosistem penyiaran itu sendiri.
Undang-undang No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman
Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
67BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
KELOMPOK PERATURAN
PERATURAN KETERANGAN
Peraturan KPI (KPI, 2013)
Keputusan KPI No. 45 Tahun 2014 Peraturan KPI menjabarkan terkait ketentuan-ketentuan program acara yang layak untuk disiarkan, serta wewenang KPI terhadap konten acara yang disiarkan.
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS)
Pedoman Rekrutmen Komisi Penyiaran Indonesia
MoU (KPI, 2013) Surat Keputusan Bersama BAWASLU, KPU, KPI dan KIP - 28 Februari 2014
MoU yang berlaku merupakan bentuk usaha dukungan KPI sebagai lembaga penyiaran untuk menghimbau keterlibatan masyarakat dalam isu-isu sosial yang sedang diusung oleh beberapa lembaga pemerintahan.
Keputusan Bersama KPU, KPI, dan Bawaslu - 18 Oktober 2013
Nota Kesepahaman KPI dan Bawaslu
Nota Kesepahaman KPI dan KPU
Nota Kesepahaman KPI dan Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia
Nota Kesepahaman KPI dan BkkbN
Nota Kesepahaman KPI dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nota Kesepahaman KPI dan LSF
Nota Kesepahaman KPI dan Lembaga Penyiaran Publlik Radio Republik Indonesia
Ditinjau dari dinamika yang terjadi pada setiap rantai nilai ekosistem subsektor televisi dan radio, maka perlu dilakukan beberapa penambahan usulan kebijakan yang diharapkan dapat membangun kondisi ekosistem agar lebih sehat secara berkesinambungan. Beberapa usulan kebijakan yang perlu ditindaklanjuti di antaranya adalah sebagai berikut:
• Kebijakan terkait subsidi pajak alat-alat penyiaran dan pemrograman konten televisi dan radio.
• Kebijakan yang mengatur proporsi kewajiban tayangan konten untuk setiap ketegori usia penonton televisi.
• Kebijakan terkait ketetapan upah para talent atau pekerja seni sementara (tidak tetap) di bidang industri penyiaran.
• Kebijakan terkait standar kompetensi pekerja industri penyiaran.
68 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
3.3 Struktur Pasar Televisi dan Radio
3.3.1 Televisi Pada saat tekonologi penyiaran televisi mulai masuk Indonesia, TVRI milik negara adalah satu-satunya stasiun televisi yang memiliki hak siar di Indonesia. Persaingan dalam industri televisi di Indonesia dimulai ketika badan stasiun televisi swasta didirikan. Stasiun televisi swasta yang pertama kali didirikan adalah RCTI. Tidak lama setelah RCTI didirikan, stasiun televisi swasta lainnya pun mulai bermunculan dalam waktu yang singkat. Masing-masing stasiun televisi itu berlomba-lomba untuk menyuguhkan acara yang menarik, kreatif, sampai yang kontroversial. Hal ini tentunya membuat TVRI menjadi semakin tertekan dalam persaingan industri pertelevisian.
Gambar 3 - 7 Perkembangan Stasiun Televisi Nasional
Sumber: Wikipedia, 2011
69BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
Berikut ini adalah daftar stasiun televisi yang ada di Indonesia yang dipisahkan berdasarkan jenis penyiarannya.
Tabel 3 - 3 Daftar Stasiun Televisi Jaringan
NO.STASIUN TELEVISI
TERESTRIALSTASIUN TELEVISI
BERJARINGANSTASIUN TELEVISI DENGAN
PARABOLA
1 Antv B-Channel Arjuna TV
2 Global TV Bali TV ASWAJA TV
3 Indosiar City TV Network Bloomberg TV Indonesia
4 MetroTV Indonesia Network DAAI TV
5 MNCTV JPMC DMC TV
6 RCTI Kompas TV Gogomall Homeshopping
7 SCTV SINDO TV HCBN Indonesia
8 Trans TV TempoTV Lejel Home Shopping
9 Trans7 Top TV Network LBS TV MIX
10 tvOne LBS TV K-Drama
11 TVRI LBS TV C-Drama
12 NET LBS TV In-Drama
13 LBS TV A-Movie
14 LBS TV Music
15 LBS TV On Life
16 Matrix TV
17 More 1
18 More 2
19 More Mall
20 Quran Takziah
21 Rodja TV
22 Shine Initiatives
70 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
NO.STASIUN TELEVISI
TERESTRIALSTASIUN TELEVISI
BERJARINGANSTASIUN TELEVISI DENGAN
PARABOLA
23 Spacetoon
24 TV Edukasi
25 TVMu
26 U-Channel
27 Ummat TV
Sumber: Dikutip dari berbagai sumber
Tabel 3 - 4 Daftar Stasiun Televisi Berlangganan (dikutip dari berbagai sumber)
STASIUN TELEVISI BERLANGGANAN
SALURAN TELEVISI LOKAL BERLANGGANAN
Aora TV Alif TV MNC Drama
Astro Nusantara (tidak beroperasi) Allegro MNC Entertainment
Big TV Ananda MNC Infotainment
Centrin TV (tidak beroperasi) Aora 9 MNC International
First Media Arena Channel MNC Fashion
Groovia TV BeritaSatu TV MNC Food dan Travel
IM2 PayTV Bioskop TelkomVision MNC Kids
Indovision Dangdut Channel MNC Lifestyle
K-Vision Dangdutz MNC Movies
M2V Mobile TV Festival Channel MNC Music
Max3 Haari TV MNC Muslim
Nexmedia Haari Kids MNC News
OkeVision Haari Drama MNC Shop
71BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
STASIUN TELEVISI BERLANGGANAN
SALURAN TELEVISI LOKAL BERLANGGANAN
OrangeTV Haari Movie MNC Sports 1
Skynindo Haari Music MNC Sports 2
TelkomVision Jowo Channel Reformed 21
Topas TV Kompas TV SFI
Top TV MIX SMI
USeeTV Mi! TV SINDO TV
Vivasky (segera beroperasi) MNC Business Top Hits
YesTv MNC Comedy Vision 2 Drama
Daftar stasiun televisi di atas tidak mencakup stasiun televisi lokal yang beroperasi secara lokal di setiap daerah. Banyaknya jumlah stasiun televisi di Indonesia membuat peluang untuk bersaing di pasar industri televisi semakin sulit. Preferensi masyarakat sendiri hingga saat ini masih cenderung dominan terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu peminat siaran televisi berjaringan serta peminat siaran televisi berbayar. Bentuk struktur pasar dari industri televisi dapat diidentifikasi secara kasar dari data pangsa pasar (market share) yang dihasilkan oleh lembaga survei. Data perhitungan jumlah pangsa pasar pada beberapa stasiun televisi nasional berjaringan dapat dilihat pada Tabel 3-5.
Tabel 3 - 5 Market Share Stasiun Televisi Jaringan
RANK STATION JAN 13 FEB 13 MAR 13 APR 13 MAY 13 JUN 13
1 RCTI 23.4 24.3 22.4 23.1 23.4 22.9
2 MNC TV 12.2 11.0 13.0 13.1 12.7 14.0
3 SCTV 16.6 14.2 13.0 11.6 11.6 13.5
4 Trans 7 12.1 12.6 13.8 13.7 13.5 12.3
5 IVM 7.4 7.3 7.7 9.0 9.2 10.1
6 Trans TV 10.7 11.0 9.8 10.1 9.2 8.1
7 Antv 5.9 6.7 6.6 6.0 6.6 6.4
8 GTV 4.6 6.1 6.4 6.5 6.3 5.8
72 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
RANK STATION JAN 13 FEB 13 MAR 13 APR 13 MAY 13 JUN 13
9 tvOne 3.8 3.7 4.1 4.0 4.3 3.7
10 MetroTV 2.1 1.9 1.9 1.8 1.9 2.0
Tabel 3 - 6 Daftar 5 Acara dengan Rating Tertinggi
NO PROGRAM NAME CHANNEL TELEVISIR SHARE
1 Tukang Bubur Naik Haji RCTI 6.3 25.5
2 Berkah RCTI 4.0 18.4
3 Raden Kian Santang MNC TV 3.7 15.2
4 Yang Muda Yang Bercinta RCTI 3.6 21.8
5 Cinta 7 Susun RCTI 3.6 17.0
Sumber: Nielsen,2014
Dari hasil perhitungan pangsa pasar tersebut, maka struktur pasar untuk industri televisi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu berdasarkan jumlah stasiun televisi, berdasarkan kepemilikan stasiun televisi, serta berdasarkan konten yang disiarkan. Ketiga sudut pandang tersebut menghasilkan tiga jenis analisis struktur pasar yang berbeda-beda.
Persaingan SempurnaDitinjau dari jumlah stasiun televisi nasional berjaringan di Indonesia yang tidak sedikit, proporsi pangsa pasar tiap stasiun televisi cenderung seimbang. Terlihat dari Tabel 3-5 bahwa tidak terdapat perbedaan angka pangsa pasar yang dominan secara signifikan antara satu stasiun televisi dan stasiun televisi lainnya. Maka, bentuk struktur pasar industri televisi menjadi persaingan sempurna. Secara teori, bentuk persaingan seperti ini memberi potensi besar kepada para pemain baru untuk bersaing dalam industri televisi, walaupun akan sangat sulit bagi mereka untuk dapat menyaingi pemain-pemain besar yang menjadi perintis stasiun televisi swasta.
Persaingan OligopoliApabila dilihat dari segi kepemilikan stasiun televisi di Indonesia, jumlah pangsa pasar yang ada pada Tabel 3-5 menjadi tidak relevan lagi. Terjadi dominasi jumlah pangsa pasar yang cukup signifikan oleh beberapa perusahaan pemilik stasiun televisi atas pemain lainnya yang hanya memiliki stasiun televisi tunggal. Hasilnya adalah struktur pasar kepemilikan stasiun televisi yang berbentuk oligopoli. Kondisi ini tentunya mempersulit para pemain baru yang mulai terjun merintis bisnisnya di dunia televisi Indonesia. Alternatifnya adalah dengan membidik pasar baru yang memiliki bentuk persaingan sempurna yang lebih mudah dipenetrasi, yaitu pasar media digital.
73BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
Persaingan MonopoliSelain bentuk persaingan sempurna dan oligopoli yang terjadi pada ruang lingkup industri televisi, ada pula bentuk persaingan monopoli yang terjadi akibat penayangan konten acara secara eksklusif. Biasanya, bentuk persaingan monopoli ini berlaku untuk jenis acara siaran olahraga, seperti sepak bola, balap motor, balap mobil, hingga tenis dan badminton. Pada Tabel 3-7 dijabarkan beberapa contoh hak siar eksklusif acara olahraga yang ada di Indonesia.
Tabel 3 - 7 Daftar Hak Siar Ekslusif Siaran Olahraga (diambil dari berbagai sumber)
NAMA ACARA STASIUN TELEVISI
Barclays Premier League (BPL)
SCTV (2 laga/pekan)
INDOSIAR (2 laga/pekan)
ORANGE TV (Full Match, 10 laga/pekan)
FIRSTTV (Full match, 10 laga/pekan)
NEXMEDIA (Full match, 10 laga/pekan)
BIG TV (Full Match, 10 laga/pekan)
La Liga (Liga BBVA)
Trans TV (4 laga/pekan)
Trans 7 (2 laga/pekan)
Serie A TVRI (4-6 laga/pekan)
Bundesliga INDOSIAR (4 laga/pekan)
UEFA Champions League dan UEFA Europe League
SCTV (Full Match)
FA Cup Trans TV (Full Match)
Copa Del Rey RCTI (Full Match)
League 1 Matrix Garuda
MotoGP Trans 7
Formula 1 Kompas TV
Sumber: Diambil dari berbagai sumber
74 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Adanya bentuk persaingan monopoli konten ini tentunya bisa memiliki pengaruh yang signifikan pada jumlah pangsa pasar yang dimiliki oleh stasiun televisi tertentu. Pada beberapa musim penayangan siaran ekslusif, tentunya monopoli hak siar dapat menjadi kekuatan utama stasiun televisi tersebut dalam meraup audiens. Tentunya akan sangat sulit bagi para pemain baru untuk menyaingi konten acara pada saat musim penayangan siaran ekslusif tersebut berlangsung.
3.3.2 RadioSama halnya dengan industri kreatif stasiun televisi, perkembangan industri kreatif subsektor radio mulai mengalami perkembangan pesat semenjak didirikannya stasiun radio swasta di Indonesia. Bentuk persaingan yang terjadi saat ini untuk stasiun-stasiun radio di Indonesia masih dibatasi oleh jarak tangkap siaran, sehingga persaingan tiap kota akan berbeda-beda.
Tabel 3 - 8 Market Share Industri Radio di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar (Nielsen 2005-2009,
dikutip dari Nastiti, 2011)
Pangsa Pendengar Radio di Jakarta (%) Pangsa Pendengar Radio di Makassar (%)
RADIO 2005 2006 2007 2008 2009
GEN FM - - - 13.0 12.8
Bens 18.3 20.9 16.7 13.7 11.6
Dangdut TPI N/A N/A 13.8 14.5 9.9
Megaswara 6.6 11.6 10.6 7.8 8.7
Erlangga 9.7 6.8 6.3 5.9 7.0
Elshinta 7.9 7.1 9.3 7.8 8.0
I-Radio 9.7 9.5 6.2 7.6 4.9
POP FM N/A 12.7 10.0 7.6 4.9
RKM 8.0 10.7 8.4 9.1 3.7
Lesmana 0.9 1.7 4.0 5.4 3.2
CR4 45.7 55.9 51.1 50.3 43
RADIO 2005 2006 2007 2008 2009
Gamasi 42.9 43.6 39.7 28.7 35.2
Venus 26.0 33.4 29.8 20.5 30.6
Telstar 30.8 21.8 27.4 18.3 21.0
Madama 14.5 17.9 16.6 13.5 19.9
Sonata 20.1 19.1 14.6 9.9 15.3
Prambors 17.4 14.6 13.4 9.9 14.2
Gama 4.8 13.5 10.6 10.4 11.6
Makassar FM N/A N/A N/A 8.1 11.6
Fajar 0.0 7.2 5.7 6.0 9.4
SP FM 14.4 7.2 10.3 3.3 6.6
CR4 76.4 70.8 78.8 56.8 60.4
RADIO 2005 2006 2007 2008 2009
MOST FM 16.0 21.6 24.7 14.2 18.4
Simponi 22.0 18.9 19.9 14.0 14.7
Sikamoni 19.0 16.4 16.1 11.9 14.2
Dangdut TPI 8.9 13.9 11.8 8.9 13.1
Suara Medan
12.1 12.8 16.5 13.0 11.7
Kardopa 8.8 12.7 12.7 14.6 11.4
KISS 19.4 11.6 14.9 10.2 10.4
RRI PRO 2 8.6 12.0 16.7 14.0 8.9
Citra 13.4 13.0 17.5 9.4 8.2
CR4 76.4 70.8 78.8 56.8 60.4
RADIO 2005 2006 2007 2008 2009
Suara Giri 43.0 37.0 27.8 22.3 21.9
Wijaya FM 34.4 30.8 26.3 22.4 15.1
Elvictor 7.0 7.0 9.5 9.2 9.4
EBS FM 6.5 8.7 13.7 10.4 8.5
Suzana 15.6 15.8 13.1 7.4 8.4
Merdeka 13.9 16.4 13.9 11.2 8.1
MTB FM 7.9 9.2 5.9 11.0 7.8
M Radio N/A N/A N/A 8.8 7.3
Suara SBY 11.0 9.6 8.4 8.2 6.6
Suara SBY 11.0 9.6 8.4 8.2 6.6
CR4 106.9 100 81.7 66.9 54.9
Pangsa Pendengar Radio di Surabaya (%) Pangsa Pendengar Radio di Medan (%)
75BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
Dilihat dari data pangsa pasar yang diperoleh dari Nielsen pada 2009, terlihat bentuk persaingan industri radio yang berbeda-beda di setiap kota. Di Jakarta, apabila dilihat sekilas, proporsi pangsa pasar yang dimiliki oleh beberapa stasiun radio terpopuler tidak memiliki perbedaan signifikan. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa industri radio di kota Jakarta memiliki bentuk persaingan pasar yang sempurna. Hal ini diperkuat dengan hasil perhitungan indeks Herfindahl yang ditunjukkan oleh Gambar 3-8.
Hasil perhitungan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kompetisi industri radio cenderung stabil dengan nilai HI (Herfindahl Index) yang rendah. hal ini menunjukkan bahwa bentuk persaingan industri radio di Jakarta adalah persaingan sempurna. Akan tetapi, lain halnya dengan Medan, Surabaya, dan Makassar yang memiliki nilai HI di antara 0.2 < HI < 0.7. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk persaingan pasar di kota-kota itu adalah persaingan oligopoli.
Gambar 3 - 8 Radio Market Competitiveness dan Concentration
76 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Persaingan Televisi dan Radio di Industri Media IndonesiaDengan populasi sebesar 237 juta, persaingan merupakan peluang yang perlu dimaksimalkan untuk kepentingan bisnis media. Media televisi memimpin dengan 97% pasar media, sedangkan radio saat ini berada pada urutan keempat setelah televisi, internet, dan surat kabar. Terjadi persaingan media yang sangat tinggi untuk memperebutkan pasar atau segmentasi khalayak.
Gambar 3 - 9 Proporsi Penikmat Media Elektronik dan Cetak
Sumber: Menkominfo, 2011
Pada Gambar 3-9 terlihat bahwa subsektor televisi tidak memiliki pesaing yang perlu diwaspadai karena posisinya sudah cukup aman dan sangat dominan jika dibandingkan dengan subsektor media lainnya. Berbeda halnya dengan subsektor radio yang menghadapi persaingan ketat dengan subsektor internet dan surat kabar. Hal ini terjadi karena televisi pada awal ditemukannya sudah dibentuk sebagai media yang menyajikan hiburan bagi masyarakat, sehingga mampu menarik perhatian lebih sejak awal kemunculannya. Konten acara dengan gambar yang interaktif dan menarik pun dinilai sukses mengikat masyarakat dari segala jenis lapisan ekonomi, umur, dan budaya. Sementara itu, radio masih kalah populer dengan surat kabar yang, walaupun memiliki keterbatasan audio, tetap mampu menampilkan visual yang menarik. Selain itu, keterbatasan jaringan yang dimiliki oleh radio menjadi salah satu penyebab utama mengapa radio masih kurang bersaing dengan media lainnya yang memiliki jangkauan siaran yang lebih luas.
Sumber: Nastiti, 2011
77BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
3.4 Daya Saing Televisi dan RadioDimensi infrastruktur dan teknologi merupakan aspek yang paling baik prestasinya (6,0 dari 10) dari 7 dimensi yang digunakan untuk mengukur daya saing industri televisi dan radio. Teknologi telah memudahkan akses data dan informasi. Perkembangan ini memungkinkan aspek konten berubah dengan landasan multiplatform lewat digitalisasi, sehingga dapat menekan biaya pemrograman. Kondisi ini juga didukung oleh infrastruktur pendukung, misalnya: telematika-jaringan internet, logistik, dan energi yang sudah cukup memadai, terutama di kota-kota besar. Namun, hal ini tidak terjadi di kota-kota kecil, sehingga persebaran siaran media televisi dan radio terhambat.
Banyaknya SDM kreatif dalam bidang televisi dan radio harus berhadapan dengan kondisi eksploitasi karena merasa terlalu dikuasai oleh medianya. Sumber daya kreatif memiliki skor sebesar 4,0. Rendahnya skor itu adalah akibat banyaknya pelaku industri SDM kreatif dalam bidang televisi dan radio tidak diimbangi dengan perbaikan terhadap kondisi yang eksploitatif itu. Kemudian, kurikulum yang tidak sesuai antara lembaga pendidikan dan industri kreatif televisi dan radio membuat lulusan lembaga itu dinilai belum dapat memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan, sehingga memerlukan masa pelatihan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Selain itu, jumlah lembaga pendidikan yang ada di subsektor ini belum tersebar secara merata, hanya terdapat di kota-kota besar dan belum mempunyai standar yang jelas. Dengan menggunakan tujuh aspek dalam penghitungan daya saing, maka diperoleh skor daya saing untuk subsektor televisi adalah rata-rata sebesar 4,5.
3.5 Potensi dan Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan RadioTabel 3 - 9 Potensi Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan Radio
NOPOTENSI
(PELUANG DAN KEKUATAN)
PERMASALAHAN (TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN,
ANCAMAN)
1 SUMBER DAYA KREATIF
1 Jumlah institusi pendidikan yang memadai di kota-kota besar
1 Institusi pendidikan media yang tidak merata
2 Adanya beberapa institusi pendidikan terakreditasi tinggi di kota-kota besar
2 Institusi pendidikan yang tidak terstandardisasi
3 Banyaknya sumber daya manusia yang kreatif
3 Keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja baru tidak dapat memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan (diperlukan masa training terlebih dahulu sebelum bekerja)
Gambar 3 - 10 Diagram Daya Saing Televisi dan Radio
78 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
NOPOTENSI
(PELUANG DAN KEKUATAN)
PERMASALAHAN (TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN,
ANCAMAN)
4 Kreatifitas radio yang cukup tinggi dan tidak terlalu terganggu
4 Sumber daya manusia yang terlalu dieksploitasi dan terlalu dikuasai oleh media
2 SUMBER DAYA PENDUKUNG
1 Sumber daya budaya yang sangat kaya dapat diberdayakan menjadi ide konten kreatif
1 Banyaknya konten acara yang melibatkan unsur budaya asing
3 INDUSTRI
1 Penyebaran dan jumlah stasiun radio di berbagai kota yang cukup tinggi
1 Kepemilikan media tv terlalu terpusat pada grup-grup besar
2 Terciptanya sindikasi stasiun-stasiun radio antar kota untuk menyebarkan konten acara yang kreatif
2 Rumah produksi yang dikontrol kontennya oleh stasiun TV
3 Banyaknya konten acara yang berkualitas untuk layak mendapatkan apresiasi
3 Popularitas konten kreatif yang berkualitas masih rendah
4 Konten kreatif yang mengedukasi dan menginspirasi penikmatnya
4 Rumah produksi dan pengiklan hanya berkiblat pada rating
4 PEMBIAYAAN
1 Ketersediaan perusahaan pengiklan yang cukup melimpah
1 Tidak adanya lembaga pembiayaan produk kreatifitas dari komunitas
5 PEMASARAN
1 Pasar yang luas dan selalu tersedia 1 Pasar produk penyiaran radio yang terbatas oleh jangkauan siaran
2 Kesulitan untuk menembus pasar internasional
6 INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI
1 Infrastruktur telematika-jaringan internet; dan infrastruktur logistik dan energi di kota-kota besar sudah cukup memadai
1 Pembangunan infrastruktur yang tidak merata di kota-kota kecil membuat pesebaran media terhambat
2 Perkembangan teknologi yang memudahkan akses data dan informasi sebagai input kreasi
3 Perkembangan teknologi yang memungkinkan konten menjadi multi-platform (digitalisasi)
4 Kemajuan teknologi yang memungkinkan pemrograman dengan biaya rendah
7 KELEMBAGAAN
1 Sudah ditetapkannya undang-undang yang dapat mendukung penciptaan iklim usaha yang kondusif untuk berkembang
1 Standard kurikulum yang masih belum seragam
2 Adanya apresiasi konten acara kreatif dari masyarakat
2 Resistensi media terhadap regulator
3 Tidak ada lembaga yang memfasilitasi pembiayaan indutri kreatif TV & Radio secara khusus
4 Pajak pengadaan peralatan penyiaran yang terlalu tinggi
79BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
NOPOTENSI
(PELUANG DAN KEKUATAN)
PERMASALAHAN (TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN,
ANCAMAN)
5 HKI belum bisa melindungi konten karya kreatif
6 Konten kreatif yang cenderung tidak mendapatkan apresiasi tinggi menyebabkan tidak adanya pengarusutamaan kreatifitas
7 Parameter apresiasi yang dipertanyakan validitasnya
8 Kurangnya edukasi market terkait konten yang dinilai kreatif dan mendidik
9 Apresiasi yang diberikan pada konten acara kreatif masih kurang
10 Market yang mengarahkan konten acara yang tidak mengedukasi
11 Konten penyiaran luar negeri yang mengancam market media lokal serta kultur bangsa
82 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019Arahan RPJPN 2005-2025, pembangunan nasional tahap ketiga (2015-2019) adalah ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.
Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan. Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable).
Tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif dan berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang, maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah:
1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi kemiskinan yang didukung oleh struktur dan ketahanan ekonomi yang kuat.
2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia di berbagai wilayah Indonesia secara adil dan merata.
3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan perusahaan yang benar dan baik.
4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari.
Dalam rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 terdapat enam agenda pembangunan nasional, yaitu: (1) Pembangunan Ekonomi; (2) Pembangunan Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana (3) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; (4) Pembangunan Kesejahteraan Rakyat; (5) Pembangunan Wilayah; dan (6) Pembangunan Kelautan.
Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Memantapkan pengembangan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah memperkuat landasan kelembagaan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan. Landasan yang kuat akan menjadi dasar untuk mewujudkan daya saing nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kreativitas serta kedinamisan masyarakat untuk berinovasi, dan menciptakan solusi atas permasalahan dan tantangan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan industri kreatif yang berdaya saing, beragam, dan berkelanjutan.
83BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia
Secara strategis pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal.
4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Televisi dan RadioVisi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan televisi dan radio pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah dan terukur. Secara umum, kerangka strategis pengembangan televisi dan radio pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Gambar 4-1 berikut ini.
Gambar 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Televisi dan Radio 2015-2019
VIS
I Terciptanya penyelenggaraan program tv & radio yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia
MIS
I
Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri TV & radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
Mengembangkan proses penyelenggaraan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
TU
JUA
N
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri televisi dan radio yang mampumenghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
3. Penciptaan industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
4. Pengadaan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif
5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan
2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagiindustri televisi dan radio Indonesia secara berkelanjutan
6. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
7. Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri televisi dan radio Indonesia
SA
SA
RA
N S
TR
AT
EGIS
1.1. Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang TV & Radio secara berkelanjutan
3.1. Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
4.1. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri TV & Radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif
5.1. Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar konten TV & Radio di dalam negeri dan luar negeri
6.1. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif
84 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N S
TR
AT
EGIS
1.2. Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang TV & Radio
3.2. Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang berdaya saing
6.2. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif
7.1. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri TV & Radio
7.2. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri TV & Radio secara berkualitas dan berkelanjutan
2.1. Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat
3.3. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten TV & Radio
7.3. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio baik itu di dalam dan luar negeri
7.4. Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal
4.2.1 Visi Pengembangan Televisi dan RadioBerdasarkan kondisi seni pertunjukan di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi, serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis pembangunan nasional dan juga pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi pengembangan seni pertunjukan selama periode 2015–2019 adalah:
Terciptanya penyelenggaraan program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia
Program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing yang dimaksud adalah industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten acara yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki nilai tambah berupa unsur informasi, mengandung ajakan yang sifatnya positif, serta bersifat mendidik. Konten yang dihasilkan juga diharapkan memiliki daya saing yang tinggi yang berarti dalam pengemasannya, konten televisi dan radio mampu menonjolkan unsur kreativitas tanpa memberikan efek negative pada penikmatnya.
4.2.2 Misi Pengembangan Televisi dan RadioVisi pengembangan televisi dan radio akan diwujudkan melalui 3 misi utama yang dijabarkan menjadi 7 tujuan utama dan 14 sasaran strategis. Tiga misi utama pengembangan televisi dan radio diantaranya, yaitu:
1. Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan.
2. Mengembangkan proses penyelenggaraan konten televisi dan radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan.
85BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia
3. Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten televisi dan radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
4.2.3 Tujuan Pengembangan Televisi dan RadioDalam pengembangan televisi dan radio terdapat tujuh tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tiga misi utama yang diemban untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing.
2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri televisi dan radio Indonesia secara berkelanjutan.
3. Penciptaan industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan.4. Pengadaan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif.5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan.6. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif.7. Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam
pengembangan industri televisi dan radio Indonesia.
4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Televisi dan RadioUntuk mencapai tujuan pengembangan televisi dan radio maka terdapat 14 sasaran strategis yang dapat diindikasikan oleh 40 indikasi strategis. Sasaran dan indikasi strategis pengembangan televisi dan radio meliputi:
1. Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang televisi dan radio secara berkelanjutan.a. Adanya metodologi pendidikan ilmu komunikasi yang mengutamakan kreativitas
dengan tetap menekankan pentingnya etika keprofesian.b. Adanya nomenklatur pendidikan ilmu komunikasi yang terbaru dan sesuai.c. Adanya institusi pendidikan tingkat tinggi di bidang ilmu komunikasi yang terakreditasi
dan bersertifikasi di setiap provinsi.d. Jumlah institusi ilmu komunikasi dengan ketersediaan fasilitas yang memenuhi
standar meningkat.e. Adanya lembaga sertifikasi yang diakui secara nasional dan atau internasional di
setiap provinsi di Indonesia.f. Pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di setiap provinsi di
Indonesia yang belum memilikinya.
2. Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang televisi dan radio.a. Adanya buku laporan hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio yang dapat
diakses oleh publik.b. Jumlah tenaga ahli dengan sertifikasi kompetensi di industri televisi dan radio
meningkat.
86 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
c. Adanya kebijakan bagi tenaga kerja asing media yang bekerja di Indonesia.d. Adanya kebijakan kewajiban penerapan kode etik profesi.e. Adanya kebijakan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi
dan radio.
3. Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat.a. Adanya laporan hasil pemetaan sumber daya alam dan budaya di setiap provinsi di
Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.b. Jumlah jurnal penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia
yang dapat digunakan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.c. Jumlah jurnal tingkat nasional maupun internasional terkait riset dan pengembangan
sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.
d. Adanya bank data pengetahuan sumber daya alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi konten lokal televisi dan radio.
4. Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio yang menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing.a. Adanya laporan hasil pemetaan unit usaha televisi dan radio di Indonesia.b. Adanya program bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio di Indonesia.
5. Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio yang berdaya sainga. Adanya laporan hasil analisis KBLI untuk industri televisi dan radio secara berkelanjutan
6. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten televisi dan radio.a. Adanya festival konten lokal kreatif skala nasional setiap tahun.b. Adanya kebijakan yang mengatur proporsi kewajiban jumlah konten lokal televisi
untuk setiap segmen usia.
7. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri televisi dan radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif.a. Penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi dan radio.
8. Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar konten televisi dan radio di dalam negeri dan luar negeri.a. Adanya alokasi dana sebagai dukungan bagi konten kreatif televisi dan radio untuk
mengikuti ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri.b. Adanya workshop bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan kualitas
produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.c. Jumlah konten televisidan radio yang disiarkan di luar negeri.
9. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif.a. Proporsi wilayah yang mendapat akses dan peningkatan kecepatan internet di
Indonesia meningkat.b. Proporsi wilayah kota yang memiliki daya tangkap siaran televisi dan radio yang
memadai di Indonesia meningkat.c. Jumlah gangguan infrastruktur pemancar siaran televisidan radio menurun.
87BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia
10. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif.a. Adanya program kerja sama dengan pengembang perangkat lunak pemrograman.b. Adanya perangkat lunak lokal yang dikembangkan khusus untuk memenuhi kebutuhan
standar perangkat lunak pemrograman.
11. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri televisi dan radio.a. Adanya kebijakan subsidi pajak fasilitas alat-alat penyiaran dan pemrograman.b. Adanya kebijakan transfer pengetahuan bagi industri televisi dan radio asing yang
melakukan proses pemrograman di Indonesia.
12. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri televisi dan radio secara berkualitas dan berkelanjutan.a. Adanya lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen.b. Meningkatnya jumlah asosiasi keprofesian media yang aktif dan berjalan dengan baik.c. Adanya kebijakan standar birokrasi yang memfasilitasi penyelenggaraan penyiaran
konten televisi dan radio agar lebih mudah dan cepat.d. Jumlah pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri televisi dan
radio yang diadakan dalam satu tahun.
13. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio baik itu di dalam dan luar negeri.a. Jumlah pelaku/karya/usaha kreatif televisi dan radio yang ikut serta dalam festival
dan event internasional.b. Adanya ajang penghargaan nasional di bidang media yang secara resmi diselenggarakan
oleh pemerintah.
14. Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal.a. Jumlah konten lokal maupun orang kreatif dalam televisi dan radio yang menerima
penghargaan berskala nasional.b. Jumlah penonton dan rating konten kreatif yang berkualitas mengalami peningkatan .c. Jumlah tulisan terkait konten televisi dan radio di media massa yang sukses
dipublikasikan meningkat.
4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Televisi dan RadioArah pengembangan ekonomi kreatif dijabarkan berdasarkan tujuan pengembangan ekonomi kreatif, meliputi 7 tujuan utama, yaitu: (1) terciptanya sumber daya manusia kreatif di industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing; (2) terwujudnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri televisi dan radio Indonesia secara berkelanjutan; (3) terciptanya industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan;(4) terciptanya pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif; (5) terciptanya perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan; (6) tersedianya infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif; dan (7) terciptanya kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri televisi dan radio Indonesia.
88 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
4.4.1 Arah Kebijakan Sumber Daya Manusia Kreatif di Industri Televisi dan Radio yang Mampu Menghasilkan Konten yang Berkualitas dan Berdaya Saing
1. Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan lembaga pendidikan (formal dan non-formal) oleh pemerintah dan swasta di daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif di bidang televisi dan radio.
2. Menyelaraskan antara tahapan pendidikan serta meningkatkan partisipasi dunia usaha dalam pendidikan.
3. Menciptakan orang kreatif yang dinamis dan profesional yang menjunjung tinggi kode etik profesi di tingkat nasional dan global.
4. Perlindungan kerja terhadap tenaga kerja kreatif Indonesia di dalam dan luar negeri.
4.4.2 Arah Kebijakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri Televisi dan Radio Indonesia secara berkelanjutanMengembangkan pusat pengetahuan budaya Indonesia yang akurat dan terpercaya yang dapat diakses dengan mudah dan cepat serta memiliki program distribusi pengetahuan budaya.
4.4.3 Arah Kebijakan Industri Televisi dan Radio yang Berkualitas dan Berdaya Saing Secara Berkelanjutan
1. Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan profesionalisme (skill-knowledge-attitude) wirausaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio.
2. Mengembangkan standar usaha kreatif nasional yang diakui secara global serta memfasilitasi usaha kreatif lokal untuk memenuhi standar industri kreatif nasional dan global.
3. Mengembangkan ide pengemasan konten karya kreatif baru di televisi dan radio yang memanfaatkan sumberdaya budaya lokal secara berkelanjutan.
4.4.4 Arah Kebijakan Pembiayaan yang Sesuai, Mudah Diakses, dan KompetitifMenciptakan dan mengembangkan lembaga pembiayaan yang mempercepat perkembangan industri kreatif.
4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar di dalam dan Luar Negeri yang Berkualitas dan Berkelanjutan
1. Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif di dalam negeri yang dapat diakses dengan mudah dan informasi didistribusikan dengan baik.
2. Meningkatkan kualitas branding, promosi, pameran, festival, misi dagang, BtoB networking di dalam dan luar negeri.
3. Memperluas jangkauan distribusi produk kreatif di dalam dan luar negeri.
4.4.6 Arah Kebijakan Infrastruktur dan Teknologi yang Tepat Guna, Mudah Diakses, dan Kompetitif
1. Menjamin ketersediaan, kesesuaian, jangkauan harga/biaya, sebaran/penetrasi, dan performansi, infrastruktur telematika-jaringan internet; dan infrastruktur logistik dan energi.
2. Memfasilitasi akses terhadap teknologi secara mudah dan kompetitif.3. Mendorong pengembangan basis-basis pengembangan teknologi lokal yang mendukung
pengembangan industri kreatif.
89BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia
4.4.7 Arah Kebijakan Kelembagaan yang Kondusif dan Mengarusutamakan Kreativitas dalam Pengembangan Industri Televisi dan Radio Indonesia
1. Memperbaiki dan membuat berbagai regulasi terkait penyiaran.2. Membentuk lembaga yang dapat mendukung pengembangan televisidan radio yang
sekaligus dapat menjadi penghubung antara pemangku kepentingan dalam industri televisidan radio.
3. Mengembangkan, memfasilitasi pembentukan dan peningkatan kualitas organisasi atau wadah yang dapat mempercepat pengembangan ekonomi kreatif.
4. Memfasilitasi dan memberikan penghargaan yang prestisius bagi orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di tingkat nasional dan internasional.
5. Meningkatkan komunikasi keberadaan orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal dan konsumsi karya kreatif lokal.
6. Meningkatkan apresiasi terhadap HKI.7. Meningkatkan akses dan distribusi terhadap informasi/pengetahuan terhadap sumber
daya alam dan sumber daya budaya lokal.
4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Televisi dan Radio
4.5.1 Mendorong dan Memfasilitasi Peningkatan Jumlah Lembaga Pendidikan Ilmu Komunikasi di Setiap Provinsi di Indonesia
1. Peningkatan jumlah institusi pendidikan tingkat tinggi di bidang ilmu komunikasi yang terakreditasi.
2. Pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di Indonesia di luar Pulau Jawa.
4.5.2 Mendorong Peningkatan Standar Mutu Lembaga Pendidikan Ilmu Komunikasi yang Sudah Ada di Indonesia
1. Perbaikan kurikulum pendidikan tingkat tinggi yang mengedepankan kreativitas yang beretika dalam ilmu komunikasi.
2. Perbaikan nomenklatur pendidikan ilmu komunikasi.3. Pembaruan dan penambahan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi di pendidikan tinggi.
4.5.3 Mendorong Peningkatan Jumlah Sebaran Lembaga Sertifikasi Media yang Diakui Secara Nasional dan Internasional di Setiap Provinsi di IndonesiaPembangunan lembaga sertifikasi ilmu komunikasi yang diakui oleh negara di setiap provinsi di Indonesia.
4.5.4 Menegaskan Kewajiban Penetapan Kode Etik Profesi di Tingkat Nasional dan Global Dalam Dunia Usaha
1. Penetapan standar sertifikasi kompetensi di bidang televisi dan radio.2. Penetapan kebijakan kewajiban penerapan kode etik profesi.
90 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
4.5.5 Memberikan Jaminan Perlindungan Kerja Terhadap Para Pelaku Kreatif di Industri Televisi dan Radio
1. Pemetaan dan publikasi hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio.2. Penyusunan kebijakan bagi tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia.3. Penyusunan kebijakan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi
dan radio.
4.5.6 Memfasilitasi Penelitian Untuk Mengidentifikasi dan Mengembangkan Sumber Daya Budaya Lokal yang Merupakan Inspirasi dalam Pengembangan Konten Kreatif Televisi dan Radio
1. Penyediaan fasilitas dan dana untuk penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.
2. Pembuatan jurnal tingkat nasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.
4.5.7 Mengembangkan Sistem Pengarsipan (Fisik dan Nonfisik) Terkait Penelitian dan Informasi Sumber Daya Budaya Indonesia Sebagai Bahan Sumber Inspirasi Konten Lokal Televisi dan Radio
1. Pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.
2. Pemberian fasilitas untuk pengembangan pusat data pengetahuan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi konten lokal televisi dan radio.
4.5.8 Mendorong Pengembangan Tingkat Profesionalisme Wirausaha Kreatif di Bidang Televisi dan Radio
1. Pemetaan unit usaha televisi dan radio di Indonesia.2. Pemberian bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio di Indonesia.
4.5.9 Mengembangkan Ragam Serta Meningkatkan Kualitas Standar Usaha Kreatif Nasional di Bidang Televisi dan RadioPerbaikan KBLI untuk industri televisi dan radio secara berkelanjutan.
4.5.10 Mendorong Pengembangan Konten Karya Kreatif yang Berkualitas Dengan Menghadirkan Unsur-Unsur Lokal Indonesia Melalui Ajang Penghargaan Bergengsi dan Festival
1. Penyelenggaraan festival konten lokal kreatif skala nasional.2. Penetapan kewajiban proporsi jumlah konten lokal untuk setiap segmen usia.
4.5.11 Memfasilitasi Program Pembiayaan Untuk Industri Televisi dan Radio Pemula di Tingkat LokalPenyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi dan radio.
91BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia
4.5.12 Mendukung Pembentukan Bank Data Konten Kreatif Televisi dan Radio di Indonesia yang Dapat Diakses Secara Global Sebagai Salah Satu Fungsi Wadah PengarsipanPemberian fasilitas pengarsipan konten kreatif karya industri televisidan radio sebagai bentuk publikasi global untuk membantu pemasaran karya.
4.5.13 Memfasilitasi Program Bimbingan Peningkatan Standar Mutu Untuk Skala Pasar GlobalPemberian bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.
4.5.14 Memfasilitasi Penyebaran Konten Kreatif Lokal Melalui Bursa Konten Acara InternasionalPemberian fasilitas dan dana bagi konten kreatif televisi dan radio untuk mengikuti bursa konten acara serta ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri.
4.5.15 Mendorong Usaha Peningkatan Jangkauan Siaran Televisi Serta Kualitas Jaringan Penyiaran Televisi dan Radio di Indonesia
1. Peningkatan persebaran akses dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap.2. Peningkatan daya tangkap siaran televisi dan radio di seluruh kota di Indonesia.3. Peningkatan kualitas infrastruktur pemancar siaran televisidan radio.
4.5.16 Mendukung Adanya Kebijakan Subsidi Kebutuhan Fasilitas Pengadaan Penyiaran dan PemrogramanPenetapan subsidi pajak fasilitas alat-alat penyiaran dan pemrograman.
4.5.17 Mendorong Terjalinnya Kerjasama Antara Industri Televisi dan Radio Dengan Pengembang Perangkat Lunak Pemrograman dan Penyiaran
1. Pemberian fasilitas untuk melakukan kerja sama dengan pengembang perangkat lunak pemrograman untuk memberikan harga khusus bagi perangkat lunak asli.
2. Pemberian fasilitas untuk pengembang perangkat lunak lokal untuk mengembangkan perangkat lunak pemrograman.
4.5.18 Mendorong Terciptanya Penyempurnaan Kebijakan Terkait Penyiaran yang Bisa Mendukung Iklim Lingkungan Bisnis Televisi dan Radio Menjadi Lebih KondusifPenyusunan kebijakan transfer pengetahuan bagi industri televisi dan radio asing yang melakukan proses pemrograman di Indonesia.
4.5.19 Memfasilitasi Pembentukan Lembaga Milik Pemerintah yang Secara Aktif Mendukung Penciptaan Konten Televisi dan Radio yang Berkualitas dan Berdaya Saing
1. Pembentukan lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independent.2. Penyusunan kebijakan birokrasi yang memfasilitasi penyelenggaraan penyiaran konten
Televisi dan Radio agar lebih mudah dan cepat.
92 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
4.5.20 Mengaktifkan Kembali dan Memfasilitasi Asosiasi Keprofesian Media Untuk Berjejaring di Tingkat Lokal, Nasional, Maupun Global
1. Pemberian fasilitas yang dibutuhkan asosiasi keprofesian media agar dapat aktif dan berjalan dengan baik.
2. Pembentukan pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri televisi dan radio.
4.5.21 Memfasilitasi Keikutsertaan Konten Kreatif Televisi dan Radio dengan Memberikan Subsidi atau Sponsorship bagi Konten Kreatif yang Mampu Ikut Serta Dalam Festival dan Event InternasionalPemberian fasilitas pembiayaan untuk subsidi pelaku/karya/usaha kreatif televisi dan radio yang mampu ikut serta dalam festival dan event internasional.
4.5.22 Memberikan Penghargaan Bagi Konten Kreatif Lokal Maupun Usaha Kreatif Secara Berkala
1. Penyelenggaraan ajang penghargaan nasional di bidang media yang secara resmi diselenggarakan oleh pemerintah.
2. Pemberian penghargaan bagi karya maupun usaha kreatif dalam bidang media yang berskala nasional.
4.5.23 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif karya IndonesiaPemberian fasilitas pada komunitas media untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif yang berkualitas.
4.5.24 Memfasilitasi Pengarsipan di Bidang Televisi dan Radio yang Dapat Memperkaya Proses Pengembangan Konten Acara KreatifPemberian fasilitas untuk publikasi tulisan terkait konten televisi dan radio di media massa.
96 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
5.1 KesimpulanDalam penyusunan Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019, televisi didefinisikan sebagai “Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secaraberkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan”, sedangkan radio di definisikan sebagai “Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan”. Definisi tersebut merupakan hasil elaborasi dari proses analisis yang meliputi kajian pustaka, wawancara mendalam, dan focus group discussion yang melibatkan para narasumber yang mewakili pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, pelaku industri, komunitas/asosiasi, dan kalangan intelektual.
Secara umum, ruang lingkup pengembangan televisi meliputi kategori berita lunak, kategori hiburan, kategori permainan, serta kategori musik dan pertunjukan. Kategori berita lunak dikelompokkan menjadi current affair, magazine, dokumenter, dan talkshow. Kategori hiburan dikelompokkan menjadi drama dan komedi, variety show, general entertainment dan human interest. Kategori permainan dikelompokkan menjadi game show dan reality show, sedangkan kategori musik dan pertunjukan dikelompokkan menjadi pertunjukan, klip musik, dan program klip musik. Radio memiliki ruang lingkup pengembangan yang berbeda, yang dikelompokkan menjadi berita, siaran lepas, siaran dengan naskah, dan musik.
Perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada era sebelum kemerdekaan dengan berdirinya stasiun radio pertama di Indonesia, Bataviase Radio Vereniging (BRV) pada tahun 1925. TVRI (Televisi Republik Indonesia) memulai siarannya dengan menayangkan peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia XVII pada tahun 1962, menandai dimulainya industri pertelevisian nasional. Maraknya perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada tahun 1988 pada saat Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), stasiun televisi swasta, mulai mengudara. Diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran membuka lembaran baru dunia pertelevisian dan radio di Indonesia.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem televisi dan radio yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan, pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif televisi dan radio terdiri dari proses kreasi, produksi, distribusi, dan penyiaran. Lingkungan pengembangan televisi dan radio meliputi kegiatan apresiasi dan pendidikan, sedangkan pasar di dalam subsektor televisi dan radio dikelompokkan menjadi penonton umum, penonton ahli, serta perusahaan pengiklan. Pengarsipan dalam subsektor televisi dan radio dilakukan dengan melalui proses pengumpulan, restorasi, penyimpanan, dan preservasi yang dilakukan baik oleh stasiun televisi dan radio, pemerintah, maupun komunitas.
Dampak ekonomi dari pengembangan subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari peta industri yang menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward linkage) dan ke arah hilir ( forward linkage). Backward linkage di dalam subsektor televisi dan radio diantaranya adalah konsultan konten media, jasa penyewaan lokasi, pembuat properti studio, manajemen artis, jasa tata rias dan rambut, jasa penyewaan kostum, industri musik, pemasok alat-alat penyuntingan, rumah produksi pembuatan iklan, dan lain-lain. Forward linkage di dalam subsektor televisi dan radio diantaranya adalah industri hiburan, industri penerbitan,
97BAB 5: Penutup
komisi penyiaran, dan lain-lain. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari subsektor televisi dan radio, rantai nilai kreatif juga digunakan dalam mengidentifikasi model bisnis yang umumnya terjadi di subsektor televisi dan radio, yaitu berupa Jaringan Televisi dan Radio Nasional dan Lokal (Free to Air), Perusahaan Jaringan Siaran Berbayar, Rumah Produksi Independen, dan Internet Protocol Based Provider.
Kontribusi ekonomi subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat di tahun 2013, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar 3,17% terhadap total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 6,9%. Dari sisi ketenagakerjaan, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi sebesar 1,08% terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 1,34%.
Berdasarkan kondisi televisi dan radio di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi, serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis pembangunan nasional serta pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi pengembangan televisi dan radio selama periode 2015–2019 adalah “Terciptanya penyelenggaraan program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.”
Program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing yang dimaksud adalah industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten acara yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki nilai tambah berupa unsur informasi, mengandung ajakan yang sifatnya positif, serta bersifat mendidik. Konten yang dihasilkan juga diharapkan memiliki daya saing yang tinggi yang berarti dalam pengemasannya, konten televisi dan radio mampu menonjolkan unsur kreativitas tanpa memberikan efek negatif pada penikmatnya.
5.2 SaranPengembangan subsektor televisi dan radio dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada:
• Mulai melakukan pembaruan dan penambahan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi di pendidikan tinggi.
• Mulai melakukan pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di Indonesia di luar Pulau Jawa.
• Mulai melakukan pemetaan dan publikasi hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio.• Melakukan pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat dimanfaatkan
untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.• Mulai menyediakan fasilitas dan dana untuk penelitian dan pengembangan sumber daya
alam dan budaya Indonesia untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.• Membuat jurnal tingkat nasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan
budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.• Memetakan unit usaha televisi dan radio di Indonesia.• Mulai menyelenggarakan festival konten lokal kreatif skala nasional.• Menetapkan kewajiban proporsi jumlah konten lokal untuk setiap segmen usia.• Mulai melakukan penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi
dan radio.
98 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
• Mulai memberikan bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.
• Mulai memberikan fasilitas pengarsipan konten kreatif karya industri televisi dan radio sebagai bentuk publikasi global untuk membantu pemasaran karya.
• Mulai meningkatkan persebaran akses dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap.• Mulai meningkatan daya tangkap siaran televisi dan radio di seluruh kota di Indonesia.• Mulai meningkatkan kualitas infrastruktur pemancar siaran televisi dan radio.• Pembentukan lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen.• Mulai memberikan fasilitas yang dibutuhkan asosiasi keprofesian media agar dapat aktif
dan berjalan dengan baik.• Mulai membentuk pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri
televisi dan radio.• Mulai memberikan fasilitas pada komunitas media untuk membantu meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif yang berkualitas.• Mulai memberikan fasilitas untuk publikasi tulisan terkait konten televisi dan radio di media masa.
Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan di subsektor televisi dan radio, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian/lembaga, dan memutakhirkan data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif.
102 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
MA
TRIK
S T
UJU
AN
, SA
SA
RA
N, A
RA
H K
EBIJ
AK
AN
DA
N S
TRA
TEG
I PEN
GEM
BA
NG
AN
TV
DA
N R
AD
IO 2
015-
2019
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NA
RA
H K
EB
IJA
KA
N
ST
RA
TE
GI
MIS
I 1: M
engo
ptim
alka
n pe
man
faat
an d
an m
enge
mba
ngka
n su
mbe
r da
ya lo
kal y
ang
berd
aya
sain
g, d
inam
is, d
an b
erke
lanj
utan
1. T
erci
ptan
ya s
umbe
r da
ya m
anus
ia k
reat
if d
i ind
ustr
i TV
& R
adio
yan
g m
ampu
men
ghas
ilka
n ko
nten
yan
g be
rkua
lita
s da
n be
rday
a sa
ing
1.1
Men
ingk
atny
a ku
alit
as p
endi
dika
n ya
ng
men
duku
ng p
enci
ptaa
n or
ang
krea
tif d
i bi
dang
TV
& R
adio
sec
ara
berk
elan
juta
n
aM
enge
mba
ngka
n da
n m
emfa
silit
asi
penc
ipta
an le
mba
ga p
endi
dika
n (f
orm
al
dan
non
-for
mal
) ole
h pe
mer
inta
h da
n sw
asta
di d
aera
h ya
ng m
emili
ki p
oten
si
ekon
omi k
reat
if d
i bid
ang
TV
& R
adio
1M
endo
rong
dan
mem
fasi
litas
i pen
ingk
atan
jum
lah
lem
baga
pe
ndid
ikan
ilm
u ko
mun
ikas
i di s
etia
p pr
ovin
si d
i Ind
ones
ia
2M
endo
rong
pen
ingk
atan
sta
ndar
mut
u le
mba
ga p
endi
dika
n ilm
u ko
mun
ikas
i yan
g su
dah
ada
di In
done
sia
bM
enye
lara
skan
ant
ara
taha
pan
pend
idik
an s
erta
men
ingk
atka
n pa
rtis
ipas
i dun
ia u
saha
dal
am p
endi
dika
n
1M
endo
rong
pen
ingk
atan
jum
lah
seba
ran
lem
baga
ser
tifi
kasi
m
edia
yan
g di
akui
sec
ara
nasi
onal
/dan
inte
rnas
iona
l di
seti
ap p
rovi
nsi d
i Ind
ones
ia
1.2
Men
ingk
atny
a ku
alit
as te
naga
ker
ja
krea
tif
(ora
ng k
reat
if) d
i bid
ang
TV
&
Rad
io
aM
enci
ptak
an o
rang
kre
atif
yan
g di
nam
is
dan
prof
esio
nal y
ang
men
junj
ung
ting
gi
kode
eti
k pr
ofes
i di t
ingk
at n
asio
nal d
an
glob
al
1M
eneg
aska
n ke
waj
iban
pen
etap
an k
ode
etik
pro
fesi
di
ting
kat n
asio
nal d
an g
loba
l dal
am d
unia
usa
ha
bP
erlin
dung
an k
erja
terh
adap
tena
ga k
erja
kr
eati
f Ind
ones
ia d
i dal
am d
an lu
ar n
eger
i1
Mem
beri
kan
jam
inan
per
lindu
ngan
ker
ja te
rhad
ap p
ara
pela
ku k
reat
if d
i ind
ustr
i tel
evis
i dan
rad
io
2. T
erw
ujud
nya
perl
indu
ngan
, pen
gem
bang
an, d
an p
eman
faat
an s
umbe
r da
ya a
lam
dan
sum
ber
daya
bud
aya
bagi
indu
stri
TV
& R
adio
Indo
nesi
a se
cara
be
rkel
anju
tan
2.1
Ter
cipt
anya
pus
at p
enge
tahu
an s
umbe
r da
ya a
lam
dan
bud
aya
loka
l yan
g ak
urat
da
n te
rper
caya
ser
ta d
apat
dia
kses
se
cara
mud
ah d
an c
epat
aM
enge
mba
ngka
n pu
sat p
enge
tahu
an
buda
ya In
done
sia
yang
aku
rat d
an
terp
erca
ya y
ang
dapa
t dia
kses
den
gan
mud
ah d
an c
epat
ser
ta m
emili
ki p
rogr
am
dist
ribu
si p
enge
tahu
an b
uday
a
1M
emfa
silit
asi p
enel
itia
n un
tuk
men
gide
ntifi
kasi
dan
m
enge
mba
ngka
n su
mbe
r da
ya b
uday
a lo
kal y
ang
mer
upak
an in
spir
asi d
alam
pen
gem
bang
an k
onte
n kr
eati
f te
levi
si d
an r
adio
2M
enge
mba
ngka
n si
stem
pen
gars
ipan
(fisi
k da
n no
nfisi
k)
terk
ait p
enel
itia
n da
n in
form
asi s
umbe
r da
ya b
uday
a In
done
sia
seba
gai b
ahan
sum
ber
insp
iras
i kon
ten
loka
l te
levi
si d
an r
adio
103Lampiran
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NA
RA
H K
EB
IJA
KA
NS
TR
AT
EG
I
MIS
I 2: M
enge
mba
ngka
n pr
oses
pen
yele
ngga
raan
kon
ten
TV
& R
adio
Indo
nesi
a ya
ng b
erku
alit
as d
an b
erda
ya s
aing
sec
ara
berk
elan
juta
n
3. T
erci
ptan
ya in
dust
ri T
V &
Rad
io y
ang
berk
uali
tas
dan
berd
aya
sain
g se
cara
ber
kela
njut
an
3.1
Men
ingk
atny
a w
irau
saha
kre
atif
loka
l di
bida
ng T
V &
Rad
io y
ang
men
ghas
ilkan
ko
nten
yan
g be
rkua
litas
dan
ber
daya
sa
ing
aM
emfa
silit
asi p
enci
ptaa
n da
n
peni
ngka
tan
prof
esio
nalis
me
(ski
ll-
know
ledg
e-at
titu
de) w
irau
saha
kre
atif
lo
kal d
i bid
ang
TV
& R
adio
1M
endo
rong
pen
gem
bang
an ti
ngka
t pro
fesi
onal
ism
e w
irau
saha
kre
atif
di b
idan
g T
V &
Rad
io
3.2
Men
ingk
atny
a us
aha
krea
tif l
okal
di
bida
ng T
V &
Rad
io y
ang
berd
aya
sain
gb
Men
gem
bang
kan
stan
dar
usah
a kr
eati
f na
sion
al y
ang
diak
ui s
ecar
a gl
obal
ser
ta
mem
fasi
litas
i us
aha
krea
tif l
okal
unt
uk
mem
enuh
i sta
ndar
indu
stri
kre
atif
na
sion
al d
an g
loba
l
1M
enge
mba
ngka
n ra
gam
ser
ta m
enin
gkat
kan
kual
itas
st
anda
r us
aha
krea
tif n
asio
nal d
i bid
ang
TV
& R
adio
3.3
Men
ingk
atny
a ke
raga
man
dan
kua
litas
ka
rya
krea
tif l
okal
di k
onte
n T
V &
Rad
ioc
Men
gem
bang
kan
ide
peng
emas
an k
onte
n ka
rya
krea
tif b
aru
di T
V &
Rad
io y
ang
mem
anfa
atka
n su
mbe
rday
a bu
daya
loka
l se
cara
ber
kela
njut
an
1M
endo
rong
pen
gem
bang
an k
onte
n ka
rya
krea
tif y
ang
berk
ualit
as d
enga
n m
engh
adir
kan
unsu
r-un
sur
loka
l In
done
sia
mel
alui
aja
ng p
engh
arga
an b
erge
ngsi
dan
fes
tiva
l
MIS
I 3: M
enge
mba
ngka
n li
ngku
ngan
yan
g ko
ndus
if y
ang
men
garu
suta
mak
an k
reat
ivit
as d
alam
men
ghas
ilka
n ko
nten
TV
& R
adio
Indo
nesi
a ya
ng b
erku
alit
as d
an
berd
aya
sain
g de
ngan
mel
ibat
kan
selu
ruh
pem
angk
u ke
pent
inga
n
4. T
erci
ptan
ya p
embi
ayaa
n ya
ng s
esua
i, m
udah
dia
kses
, dan
kom
peti
tif
4.1
Men
ingk
atny
a ke
ters
edia
an p
embi
ayaa
n ba
gi in
dust
ri T
V &
Rad
io lo
kal y
ang
sesu
ai,m
udah
dia
kses
, dan
kom
peti
tif
aM
enci
ptak
an d
an m
enge
mba
ngka
n le
mba
ga p
embi
ayaa
n ya
ng m
empe
rcep
at
perk
emba
ngan
indu
stri
kre
atif
1M
emfa
silit
asi p
rogr
am p
embi
ayaa
n un
tuk
indu
stri
tele
visi
da
n ra
dio
pem
ula
di ti
ngka
t lok
al
5. T
erci
ptan
ya p
erlu
asan
pas
ar d
i dal
am d
an lu
ar n
eger
i yan
g be
rkua
lita
s da
n be
rkel
anju
tan
5.1
Men
ingk
atny
a di
vers
ifika
si d
an
pene
tras
i pas
ar k
arya
TV
& R
adio
di
dala
m n
eger
i dan
luar
neg
eri
aM
enge
mba
ngka
n si
stem
info
rmas
i pas
ar
kary
a kr
eati
f di d
alam
neg
eri y
ang
dapa
t di
akse
s de
ngan
mud
ah d
an in
form
asi
didi
stri
busi
kan
deng
an b
aik
1M
endu
kung
pem
bent
ukan
ban
k da
ta k
onte
n kr
eati
f tel
evis
i da
n ra
dio
di In
done
sia
yang
dap
at d
iaks
es s
ecar
a gl
obal
se
baga
i sal
ah s
atu
fung
si w
adah
pen
gars
ipan
104 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NA
RA
H K
EB
IJA
KA
NS
TR
AT
EG
I
bM
enin
gkat
kan
kual
itas
bra
ndin
g, p
rom
osi,
pam
eran
, fes
tiva
l, M
ISI d
agan
g, B
toB
ne
twor
king
di d
alam
dan
luar
neg
eri
2M
emfa
silit
asi p
rogr
am b
imbi
ngan
pen
ingk
atan
sta
ndar
m
utu
untu
k sk
ala
glob
al
cM
empe
rlua
s ja
ngka
uan
dist
ribu
si p
rodu
k kr
eati
f di d
alam
dan
luar
neg
eri
3M
emfa
silit
asi p
enye
bara
n ko
nten
kra
tif l
okal
mel
alui
bur
sa
kont
en a
cara
inte
rnas
iona
l
6. T
erse
dian
ya in
fras
truk
tur
dan
tekn
olog
i yan
g te
pat g
una,
mud
ah d
iaks
es, d
an k
ompe
titi
f
6.1
Men
ingk
atny
a ke
ters
edia
an
infr
astr
uktu
r ya
ng m
emad
ai d
an
kom
peti
tif
aM
enja
min
ket
erse
diaa
n, k
eses
uaia
n,
jang
kaua
n ha
rga/
biay
a, s
ebar
an/
pene
tras
i, da
n pe
rfor
man
si, i
nfra
stru
ktur
te
lem
atik
a-ja
ring
an in
tern
et; d
an
infr
astr
uktu
r lo
gist
ik d
an e
nerg
i
1M
endo
rong
usa
ha p
enin
gkat
an ja
ngka
uan
siar
an te
levi
si
sert
a ku
alit
as ja
ring
an p
enyi
aran
tele
visi
dan
rad
io d
i In
done
sia
6.2
Men
ingk
atny
a ke
ters
edia
an te
knol
ogi
tepa
t gun
a ya
ng m
udah
dia
kses
dan
ko
mpe
titi
f
bM
emfa
silit
asi a
kses
terh
adap
tekn
olog
i se
cara
mud
ah d
an k
ompe
titi
f1
Men
duku
ng a
dany
a ke
bija
kan
subs
idi k
ebut
uhan
fas
ilita
s pe
ngad
aan
peny
iara
n da
n pe
mro
gram
an
cM
endo
rong
pen
gem
bang
an b
asis
-bas
is
peng
emba
ngan
tekn
olog
i lok
al y
ang
men
duku
ng p
enge
mba
ngan
indu
stri
kr
eati
f
2M
endo
rong
terj
alin
nya
kerj
asam
a an
tara
indu
stri
TV
& r
adio
de
ngan
pen
gem
bang
per
angk
at lu
nak
pem
rogr
aman
dan
pe
nyia
ran
7. T
erci
ptan
ya k
elem
baga
an y
ang
kond
usif
dan
men
garu
suta
mak
an k
reat
ivit
as d
alam
pen
gem
bang
an in
dust
ri T
V &
Rad
io In
done
sia
7.1
Terc
ipta
nya
regu
lasi
yan
g m
endu
kung
pe
ncip
taan
ikl
im y
ang
kond
usif
bag
i pe
ngem
bang
an in
dust
ri T
V &
Rad
io
aM
empe
rbai
ki d
an m
embu
at b
erba
gai
regu
lasi
terk
ait p
enyi
aran
1M
endo
rong
terc
ipta
nya
peny
empu
rnaa
n ke
bija
kan
terk
ait
peny
iara
n ya
ng b
isa
men
duku
ng ik
lim li
ngku
ngan
bis
nis
tele
visi
dan
rad
io m
enja
di le
bih
kond
usif
7.2
Men
ingk
atny
a pa
rtis
ipas
i akt
if
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
lam
pe
ngem
bang
an in
dust
ri T
V &
Rad
io
seca
ra b
erku
alit
as d
an b
erke
lanj
utan
aM
embe
ntuk
lem
baga
yan
g da
pat
men
duku
ng p
enge
mba
ngan
TV
&
radi
o ya
ng s
ekal
igus
dap
at m
enja
di
peng
hubu
ng a
ntar
a pe
man
gku
kepe
ntin
gan
dala
m in
dust
ri T
V &
rad
io
1M
emfa
silit
asi p
embe
ntuk
an le
mba
ga m
ilik
pem
erin
tah
yang
se
cara
akt
if m
endu
kung
pen
cipt
aan
kont
en T
V &
rad
io y
ang
berk
ualit
as d
an b
erda
ya s
aing
105Lampiran
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NA
RA
H K
EB
IJA
KA
NS
TR
AT
EG
I
bM
enge
mba
ngka
n, m
emfa
silit
asi
pem
bent
ukan
dan
pen
ingk
atan
kua
litas
or
gani
sasi
ata
u w
adah
yan
g da
pat
mem
perc
epat
pen
gem
bang
an e
kono
mi
krea
tif
2M
enga
ktif
kan
kem
bali
dan
mem
fasi
litas
i aso
sias
i ke
prof
esia
n m
edia
unt
uk b
erje
jari
ng d
i tin
gkat
loka
l, na
sion
al, m
aupu
n gl
obal
7.3
Men
ingk
atny
a ap
resi
asi k
epad
a or
ang/
kary
a/w
irau
saha
/usa
ha k
reat
if lo
kal d
i bi
dang
TV
& R
adio
bai
k it
u di
dal
am d
an
luar
neg
eri
aM
emfa
silit
asi d
an m
embe
rika
n pe
ngha
rgaa
n ya
ng p
rest
isiu
s ba
gi o
rang
/ka
rya/
wir
ausa
ha/u
saha
kre
atif
loka
l di
ting
kat n
asio
nal d
an in
tern
asio
nal
1M
emfa
silit
asi k
eiku
tser
taan
kon
ten
krea
tif T
V &
radi
o de
ngan
mem
beri
kan
subs
idi a
tau
spon
sors
hipb
agi k
onte
n kr
eati
f yan
g m
ampu
ikut
ser
ta d
alam
fes
tiva
l dan
eve
n in
tern
asio
nal
bM
enin
gkat
kan
kom
unik
asi k
eber
adaa
n or
ang/
kary
a/w
irau
saha
/usa
ha k
reat
if
loka
l dan
kon
sum
si k
arya
kre
atif
loka
l
2M
embe
rika
n pe
ngha
rgaa
n ba
gi k
onte
n kr
eati
f lok
al m
aupu
n us
aha
krea
tif s
ecar
a be
rkal
a
cM
enin
gkat
kan
apre
sias
i ter
hada
p H
KI
3M
enin
gkat
kan
kesa
dara
n m
asya
raka
t ter
hada
p ko
nten
kr
eati
f kar
ya In
done
sia
14M
enin
gkat
nya
ting
kat a
pres
iasi
m
asya
raka
t ter
hada
p ko
nten
loka
l yan
g m
engu
sung
keb
uday
aan
dan
SD
A lo
kal
aM
enin
gkat
kan
akse
s da
n di
stri
busi
te
rhad
ap in
form
asi/
peng
etah
uan
terh
adap
sum
ber
daya
ala
m d
an s
umbe
r da
ya b
uday
a lo
kal
1M
emfa
silit
asi p
enga
rsip
an d
i bid
ang
TV
& r
adio
yan
g da
pat
mem
perk
aya
pros
es p
enge
mba
ngan
kon
ten
acar
a kr
eati
f
106 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
MA
TRIK
S IN
DIK
AS
I STR
ATE
GIS
PEN
GEM
BA
NG
AN
TEL
EV
ISI D
AN
RA
DIO
201
5-20
19
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NIN
DIK
AS
I ST
RA
TE
GIS
MIS
I 1: M
engo
ptim
alka
n pe
man
faat
an d
an m
enge
mba
ngka
n su
mbe
r da
ya lo
kal y
ang
berd
aya
sain
g, d
inam
is, d
an b
erke
lanj
utan
1. T
erci
ptan
ya s
umbe
r da
ya m
anus
ia k
reat
if d
i ind
ustr
i TV
& R
adio
yan
g m
ampu
men
ghas
ilka
n ko
nten
yan
g m
enge
duka
si d
an m
engi
nspi
rasi
1.1
Men
ingk
atny
a ku
alit
as p
endi
dika
n ya
ng m
endu
kung
pe
ncip
taan
ora
ng k
reat
if d
i bid
ang
TV
& R
adio
sec
ara
berk
elan
juta
nM
enin
gkat
nya
kual
itas
pen
didi
kan
yang
men
duku
ng
penc
ipta
an o
rang
kre
atif
di b
idan
g T
V &
Rad
io s
ecar
a be
rkel
anju
tan
aA
dany
a m
etod
olog
i pen
didi
kan
ilmu
kom
unik
asi y
ang
men
guta
mak
an k
reat
ivit
as d
enga
n te
tap
men
ekan
kan
pent
ingn
ya e
tika
kep
rofe
sian
bA
dany
a no
men
klat
ur p
endi
dika
n ilm
u ko
mun
ikas
i yan
g te
rbar
u da
n se
suai
cA
dany
a in
stit
usi p
endi
dika
n ti
ngka
t tin
ggi d
i bid
ang
ilmu
kom
unik
asi y
ang
tera
kred
itas
i da
n be
rser
tifi
kasi
di s
etia
p pr
ovin
si
dJu
mla
h in
stit
usi i
lmu
kom
unik
asi d
enga
n ke
ters
edia
an f
asili
tas
yang
mem
enuh
i sta
ndar
m
enin
gkat
eA
dany
a le
mba
ga s
erti
fika
si y
ang
diak
ui s
ecar
a na
sion
al/d
an a
tau
inte
rnas
iona
l di s
etia
p pr
ovin
si d
i Ind
ones
ia
fP
emba
ngun
an in
stit
usi p
endi
dika
n ilm
u ko
mun
ikas
i bar
u di
set
iap
prov
insi
di I
ndon
esia
ya
ng b
elum
mem
iliki
nya
1.2
Men
ingk
atny
a ku
alit
as te
naga
ker
ja k
reat
if (
oran
g kr
eati
f) d
i bi
dang
TV
& R
adio
aA
dany
a bu
ku la
pora
n ha
sil p
emet
aan
tena
ga k
erja
TV
& R
adio
yan
g da
pat d
iaks
es o
leh
publ
ik
bJu
mla
h te
naga
ahl
i den
gan
sert
ifika
si k
ompe
tens
i di i
ndus
tri T
V &
Rad
io m
enin
gkat
cA
dany
a ke
bija
kan
bagi
tena
ga k
erja
asi
ng m
edia
yan
g be
kerj
a di
Indo
nesi
a
dA
dany
a ke
bija
kan
kew
ajib
an p
ener
apan
kod
e et
ik p
rofe
si
eA
dany
a ke
bija
kan
perl
indu
ngan
ker
ja t
erha
dap
para
pel
aku
krea
tif d
i ind
ustr
i tel
evis
i dan
ra
dio
107Lampiran
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NIN
DIK
AS
I ST
RA
TE
GIS
2. T
erw
ujud
nya
perl
indu
ngan
, pen
gem
bang
an, d
an p
eman
faat
an s
umbe
r da
ya a
lam
dan
sum
ber
daya
bud
aya
bagi
indu
stri
TV
& R
adio
Indo
nesi
a se
cara
be
rkel
anju
tan
2.1
Ter
cipt
anya
pus
at p
enge
tahu
an s
umbe
r da
ya a
lam
dan
bu
daya
loka
l yan
g ak
urat
dan
terp
erca
ya s
erta
dap
at d
iaks
es
seca
ra m
udah
dan
cep
at
aA
dany
a la
pora
n ha
sil p
emet
aan
sum
ber
daya
ala
m d
an b
uday
a di
set
iap
prov
insi
di
Indo
nesi
a ya
ng d
apat
dim
anfa
atka
n un
tuk
mem
perk
aya
kont
en lo
kal T
V &
Rad
io
bJu
mla
h ju
rnal
pen
elit
ian
dan
peng
emba
ngan
sum
ber
daya
ala
m d
an b
uday
a In
done
sia
yang
dap
at d
igun
akan
unt
uk m
empe
rkay
a ko
nten
loka
l TV
& R
adio
cJu
mla
h ju
rnal
ting
kat n
asio
nal m
aupu
n in
tern
asio
nal t
erka
it r
iset
dan
pen
gem
bang
an
sum
ber
daya
ala
m d
an b
uday
a un
tuk
men
ingk
atka
n ra
gam
dan
kua
litas
kon
ten
peny
iara
n
dA
dany
a ba
nk d
ata
peng
etah
uan
sum
ber
daya
ala
m d
an b
uday
a ya
ng d
apat
dim
anfa
atka
n se
baga
i sum
ber
insp
iras
i kon
ten
loka
l TV
& R
adio
MIS
I 2. M
enge
mba
ngka
n pr
oses
pen
yele
ngga
raan
kon
ten
TV
& R
adio
Indo
nesi
a ya
ng b
erku
alit
as d
an b
erda
ya s
aing
sec
ara
berk
elan
juta
n
3. T
erci
ptan
ya in
dust
ri T
V &
Rad
io y
ang
berk
uali
tas
dan
berd
aya
sain
g se
cara
ber
kela
njut
an
3.1
Men
ingk
atny
a w
irau
saha
kre
atif
loka
l di b
idan
g T
V &
R
adio
yan
g m
engh
asilk
an k
onte
n ya
ng m
enge
duka
si d
an
men
gins
pira
si
aA
dany
a la
pora
n ha
sil p
emet
aan
unit
usa
ha T
V &
Rad
io d
i Ind
ones
ia
bA
dany
a pr
ogra
m b
imbi
ngan
bag
i uni
t usa
ha T
V &
Rad
io d
i Ind
ones
ia
3.2
Men
ingk
atny
a us
aha
krea
tif l
okal
di b
idan
g T
V &
Rad
io y
ang
berd
aya
sain
gc
adan
ya la
pora
n ha
sil a
nalis
is K
BLI
unt
uk in
dust
ri T
V &
Rad
io s
ecar
a be
rkel
anju
tan
3.3
Men
ingk
atny
a ke
raga
man
dan
kua
litas
kar
ya k
reat
if lo
kal d
i ko
nten
TV
& R
adio
dA
dany
a fe
stiv
al k
onte
n lo
kal k
reat
if s
kala
nas
iona
l set
iap
tahu
n
eA
dany
a ke
bija
kan
yang
men
gatu
r pr
opor
si k
ewaj
iban
jum
lah
kont
en lo
kal T
V un
tuk
seti
ap
segm
en u
sia
MIS
I 3. M
enge
mba
ngka
n li
ngku
ngan
yan
g ko
ndus
if y
ang
men
garu
suta
mak
an k
reat
ivit
as d
alam
men
ghas
ilka
n ko
nten
TV
& R
adio
Indo
nesi
a ya
ng m
enge
duka
si d
an
men
gins
pira
si d
enga
n m
elib
atka
n se
luru
h pe
man
gku
kepe
ntin
gan
4. T
erci
ptan
ya p
embi
ayaa
n ya
ng s
esua
i, m
udah
dia
kses
, dan
kom
peti
tif
4.1
Men
ingk
atny
a ke
ters
edia
an p
embi
ayaa
n ba
gi in
dust
ri T
V &
R
adio
loka
l yan
g se
suai
,mud
ah d
iaks
es, d
an k
ompe
titi
fa
Pen
yusu
nan
skem
a pe
mbi
ayaa
n un
tuk
mod
al a
wal
indu
stri
TV
& R
adio
108 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NIN
DIK
AS
I ST
RA
TE
GIS
5. T
erci
ptan
ya p
erlu
asan
pas
ar d
i dal
am d
an lu
ar n
eger
i yan
g be
rkua
lita
s da
n be
rkel
anju
tan
5.1
Men
ingk
atny
a di
vers
ifika
si d
an p
enet
rasi
pas
ar k
arya
TV
&
Rad
io d
i dal
am n
eger
i dan
luar
neg
eri
aA
dany
a al
okas
i dan
a se
baga
i duk
unga
n ba
gi k
onte
n kr
eati
f TV
& R
adio
unt
uk m
engi
kuti
aj
ang
peng
harg
aan
di d
alam
mau
pun
luar
neg
eri
bA
dany
a w
orks
hop
bagi
uni
t usa
ha T
V &
Rad
io u
ntuk
men
ingk
atka
n ku
alit
as p
rodu
k ag
ar
sesu
ai d
enga
n st
anda
r pa
sar
inte
rnas
iona
l
cJu
mla
h ko
nten
TV
& r
adio
yan
g di
siar
kan
di lu
ar n
eger
i
6. T
erse
dian
ya in
fras
truk
tur
dan
tekn
olog
i yan
g te
pat g
una,
mud
ah d
iaks
es, d
an k
ompe
titi
f
6.1
Men
ingk
atny
a ke
ters
edia
an in
fras
truk
tur
yang
mem
adai
dan
ko
mpe
titi
fa
Pro
pors
i wila
yah
yang
men
dapa
t aks
es d
an p
enin
gkat
an k
ecep
atan
inte
rnet
di I
ndon
esia
m
enin
gkat
bP
ropo
rsi w
ilaya
h ko
ta y
ang
mem
iliki
day
a ta
ngka
p si
aran
TV
& R
adio
yan
g m
emad
ai d
i In
done
sia
men
ingk
at
cJu
mla
h ga
nggu
an in
fras
truk
tur
pem
anca
r si
aran
TV
& r
adio
men
urun
6.2
Men
ingk
atny
a ke
ters
edia
an te
knol
ogi t
epat
gun
a ya
ng m
udah
di
akse
s da
n ko
mpe
titi
fa
Ada
nya
prog
ram
ker
ja s
ama
deng
an p
enge
mba
ng p
eran
gkat
luna
k pe
mro
gram
an
bA
dany
a pe
rang
kat l
unak
loka
l yan
g di
kem
bang
kan
khus
us u
ntuk
mem
enuh
i keb
utuh
an
stan
dar
pera
ngka
t lun
ak p
emro
gram
an
7. T
erci
ptan
ya k
elem
baga
an y
ang
kond
usif
dan
men
garu
suta
mak
an k
reat
ivit
as d
alam
pen
gem
bang
an in
dust
ri T
V &
Rad
io In
done
sia
7.1
Terc
ipta
nya
regu
lasi
yan
g m
endu
kung
pen
cipt
aan
iklim
yan
g ko
ndus
if b
agi p
enge
mba
ngan
indu
stri
TV
& R
adio
aA
dany
a ke
bija
kan
subs
idi p
ajak
fas
ilita
s al
at-a
lat p
enyi
aran
dan
pem
rogr
aman
bA
dany
a ke
bija
kan
tran
sfer
pen
geta
huan
bag
i ind
ustr
i TV
& R
adio
asi
ng y
ang
mel
akuk
an
pros
es p
emro
gram
an d
i Ind
ones
ia
7.2
Men
ingk
atny
a pa
rtis
ipas
i akt
if p
eman
gku
kepe
ntin
gan
dala
m
peng
emba
ngan
indu
stri
TV
& R
adio
sec
ara
berk
ualit
as d
an
berk
elan
juta
n
aA
dany
a le
mba
ga s
urve
y ko
nten
pen
yiar
an m
ilik
pem
erin
tah
yang
inde
pend
en
bM
enin
gkat
nya
jum
lah
asos
iasi
kep
rofe
sian
med
ia y
ang
akti
f dan
ber
jala
n de
ngan
bai
k
cA
dany
a ke
bija
kan
stan
dar
biro
kras
i yan
g m
emfa
silit
asi p
enye
leng
gara
an p
enyi
aran
ko
nten
TV
& R
adio
aga
r le
bih
mud
ah d
an c
epat
109Lampiran
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NIN
DIK
AS
I ST
RA
TE
GIS
dJu
mla
h pe
rtem
uan
ruti
n an
tara
pih
ak p
emer
inta
h de
ngan
pih
ak in
dust
ri T
V &
Rad
io y
ang
diad
akan
dal
am s
atu
tahu
n
7.3
Men
ingk
atny
a ap
resi
asi k
epad
a or
ang/
kary
a/w
irau
saha
/us
aha
krea
tif l
okal
di b
idan
g T
V &
Rad
io b
aik
itu
di d
alam
dan
lu
ar n
eger
i
aJu
mla
h pe
laku
/kar
ya/u
saha
kre
atif
TV
& R
adio
yan
g ik
ut s
erta
dal
am f
esti
val d
an e
vent
in
tern
asio
nal
bA
dany
a aj
ang
peng
harg
aan
nasi
onal
di b
idan
g m
edia
yan
g se
cara
res
mi d
isel
engg
arak
an
oleh
pem
erin
tah
7.4
Men
ingk
atny
a ti
ngka
t apr
esia
si m
asya
raka
t ter
hada
p ko
nten
lo
kal y
ang
men
gusu
ng k
ebud
ayaa
n da
n S
DA
loka
la
Jum
lah
kont
en lo
kal m
aupu
n or
ang
krea
tif d
alam
TV
& R
adio
yan
g m
ener
ima
peng
harg
aan
bers
kala
nas
iona
l
bJu
mla
h pe
nont
on d
an r
atin
g ko
nten
kre
atif
yan
g be
rkua
litas
men
gala
mi p
enin
gkat
an
cJu
mla
h tu
lisan
terk
ait k
onte
n T
V da
n R
adio
di m
edia
mas
sa y
ang
suks
es d
ipub
likas
ikan
m
enin
gkat
110 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
MA
TRIK
S R
ENC
AN
A A
KS
I PEN
GEM
BA
NG
AN
TEL
EV
ISI D
AN
RA
DIO
201
5-20
19
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
SA
SA
RA
N 1
: Men
ingk
atny
a ku
alit
as p
endi
dika
n ya
ng m
endu
kung
pen
cipt
aan
oran
g kr
eati
f di b
idan
g T
V &
Rad
io s
ecar
a be
rkel
anju
tan
1P
erba
ikan
kur
ikul
um p
endi
dika
n ti
ngka
t ti
nggi
yan
g m
enge
depa
nkan
kre
ativ
itas
ya
ng b
eret
ika
dala
m il
mu
kom
unik
asi
Mem
asuk
kan
nila
i-ni
lai e
tika
ilm
u ko
mun
ikas
i da
lam
sof
t ski
ll d
an h
ard
skill
di d
alam
ra
ncan
gan
kuri
kulu
m p
endi
dika
n ti
ngka
t lan
jut
Men
teri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan;
A
sosi
asi k
epro
fesi
an;
Inst
itus
i pen
didi
kan
ting
gi
XX
XX
2P
erba
ikan
nom
enkl
atur
pen
didi
kan
ilmu
kom
unik
asi
Pen
inja
uan
dan
pera
ncan
gan
ulan
g ru
mpu
n ke
ilmua
n ilm
u ko
mun
ikas
i di l
emba
ga
pend
idik
an
Men
teri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan;
A
sosi
asi k
epro
fesi
an
X
3P
enin
gkat
an ju
mla
h in
stit
usi p
endi
dika
n ti
ngka
t tin
ggi d
i bid
ang
ilmu
kom
unik
asi
yang
tera
kred
itas
i
Stu
di d
an p
enge
mba
ngan
kur
ikul
um
pend
idik
an il
mu
kom
unik
asi y
ang
suda
h ad
a di
In
done
sia
Men
teri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan;
In
stit
usi p
endi
dika
n ti
nggi
XX
XX
4P
emba
ruan
dan
pen
amba
han
fasi
litas
pe
ndid
ikan
ilm
u ko
mun
ikas
i di p
endi
dika
n ti
nggi
Pen
data
an f
asili
tas
pend
idik
an il
mu
kom
unik
asi y
ang
dipe
rluk
an d
i pen
didi
kan
ting
gi; P
emba
ruan
dan
pen
amba
han
fasi
litas
pe
ndid
ikan
ilm
u ko
mun
ikas
i di p
endi
dika
n ti
nggi
Men
teri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan;
In
stit
usi p
endi
dika
n ti
nggi
XX
XX
X
5P
emba
ngun
an le
mba
ga s
erti
fika
si il
mu
kom
unik
asi y
ang
diak
ui o
leh
nega
ra d
i se
tiap
pro
vins
i di I
ndon
esia
Ana
lisis
keb
utuh
an le
mba
ga s
erti
fika
si il
mu
kom
unik
asi (
form
al m
aupu
n no
n-f
orm
al);
Pen
yusu
nan
prio
rita
s pe
mba
ngun
an le
mba
ga
sert
ifika
si il
mu
kom
unik
asi;
Pem
bang
unan
le
mba
ga s
erti
fika
si il
mu
kom
unik
asi;
Men
teri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan;
M
ente
ri P
ariw
isat
a da
n E
kono
mi K
reat
if;
Aso
sias
i kep
rofe
sian
XX
XX
111Lampiran
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
6P
emba
ngun
an in
stit
usi p
endi
dika
n ilm
u ko
mun
ikas
i bar
u di
Indo
nesi
a di
luar
Pul
au
Jaw
a
Ana
lisis
keb
utuh
an in
stit
usi p
endi
dika
n ilm
u ko
mun
ikas
i (fo
rmal
mau
pun
non
-for
mal
); P
enyu
suna
n pr
iori
tas
pem
bang
unan
inst
itus
i pe
ndid
ikan
ilm
u ko
mun
ikas
i; P
emba
ngun
an
inst
itus
i pen
didi
kan
ilmu
kom
unik
asi;
Men
teri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan;
M
ente
ri P
ariw
isat
a da
n E
kono
mi K
reat
if;
Kep
ala
daer
ah
XX
XX
X
SA
SA
RA
N 2
: Men
ingk
atny
a ku
alit
as te
naga
ker
ja k
reat
if (
oran
g kr
eati
f) d
i bid
ang
TV
& R
adio
1P
emet
aan
dan
publ
ikas
i has
il pe
met
aan
tena
ga k
erja
TV
& R
adio
Pem
etaa
n te
naga
ker
ja T
V &
Rad
io d
i sel
uruh
pr
ovin
si d
i Ind
ones
ia, m
ulai
dar
i ska
la U
KM
hi
ngga
per
usah
aan
inte
rnas
iona
l
Men
teri
Ten
aga
Ker
ja
dan
Tran
smig
rasi
; M
ente
ri K
oper
asi
dan
UK
M; M
ente
ri
Per
indu
stri
an;
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i Kre
atif
; B
adan
Pus
at S
tati
stik
; B
appe
nas;
Pim
pina
n da
erah
XX
2P
enet
apan
sta
ndar
ser
tifi
kasi
kom
pete
nsi
di b
idan
g T
V &
Rad
ioS
tudi
sta
ndar
kom
pete
nsi u
mum
dan
khu
sus
yang
ses
uai b
agi t
enag
a ke
rja
di In
dust
ri
TV
& R
adio
; Pen
yusu
nan
stan
dar
kuri
kulu
m
pela
tiha
n ilm
u ko
mun
ikas
i
Men
teri
Ten
aga
Ker
ja
dan
Tran
smig
rasi
; M
ente
ri K
omun
ikas
i da
n In
form
atik
a
XX
3P
enyu
suna
n ke
bija
kan
bagi
tena
ga k
erja
as
ing
yang
bek
erja
di I
ndon
esia
Stu
di d
an p
enyu
suna
n ke
bija
kan
bagi
tena
ga
kerj
a as
ing
yang
bek
erja
di I
ndon
esia
; S
osia
lisas
i keb
ijaka
n ba
gi te
naga
ker
ja a
sing
ya
ng b
eker
ja d
i Ind
ones
ia
Men
teri
Ten
aga
Ker
ja d
an
Tran
smig
rasi
; Men
teri
P
erda
gang
an; M
ente
ri
Per
indu
stri
an;
Men
teri
Huk
um
dan
HA
M; P
impi
nan
daer
ah
XX
112 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
4P
enet
apan
keb
ijaka
n ke
waj
iban
pen
erap
an
kode
eti
k pr
ofes
iS
tudi
dan
pen
yusu
nan
kebi
jaka
n ko
de e
tik
prof
esi d
i bid
ang
TV
& R
adio
; Mem
asuk
kan
kode
eti
k pr
ofes
i dal
am s
etia
p ku
riku
lum
pe
lati
han
Men
teri
Ten
aga
Ker
ja
dan
Tran
smig
rasi
; M
ente
ri K
omun
ikas
i da
n In
form
atik
a;
Men
teri
Huk
um d
an
HA
M
XX
5P
enyu
suna
n ke
bija
kan
perl
indu
ngan
ker
ja
terh
adap
par
a pe
laku
kre
atif
di i
ndus
tri
tele
visi
dan
rad
io
Stu
di d
an p
enyu
suna
n ke
bija
kan
perl
indu
ngan
ke
rja
di in
dust
ri T
V &
Rad
ioM
ente
ri T
enag
a K
erja
da
n Tr
ansm
igra
si;
Men
teri
Huk
um d
an
HA
M
XX
SA
SA
RA
N 3
: Te
rcip
tany
a pu
sat p
enge
tahu
an s
umbe
r da
ya a
lam
dan
bud
aya
loka
l yan
g ak
urat
dan
terp
erca
ya s
erta
dap
at d
iaks
es s
ecar
a m
udah
dan
cep
at
1P
emet
aan
sum
ber
daya
ala
m d
an b
uday
a In
done
sia
yang
dap
at d
iman
faat
kan
untu
k m
empe
rkay
a ko
nten
loka
l TV
& R
adio
Per
enca
naan
pem
etaa
n su
mbe
r da
ya a
lam
da
n bu
daya
Indo
nesi
a; P
emet
aan
sum
ber
daya
ala
m d
an b
uday
a In
done
sia;
Pub
likas
i ha
sil p
emet
aan
sum
ber
daya
ala
m d
an b
uday
a In
done
sia
yang
dap
at d
iman
faat
kan
indu
stri
T
V &
Rad
io m
elal
ui s
alur
an y
ang
dapa
t dia
kses
ol
eh b
anya
k pi
hak
Men
teri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan;
M
ente
ri P
ariw
isat
a da
n E
kono
mi K
reat
if;
Kep
ala
Dae
rah
X
2P
enye
diaa
n fa
silit
as d
an d
ana
untu
k pe
nelit
ian
dan
peng
emba
ngan
sum
ber
daya
ala
m d
an b
uday
a In
done
sia
untu
k m
empe
rkay
a ko
nten
loka
l TV
& R
adio
Ada
nya
inse
ntif
bag
i par
a pe
nelit
i di b
idan
g ilm
u ko
mun
ikas
i den
gan
tuju
an m
enam
bah
raga
m k
onte
n be
rbud
aya
Indo
nesi
a de
ngan
pe
man
faat
an s
umbe
r da
ya a
lam
dan
bud
aya
Men
teri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan;
M
ente
ri P
ariw
isat
a da
n E
kono
mi K
reat
if;
Men
teri
Ris
et d
an
Tekn
olog
i;
XX
XX
X
3P
embu
atan
jurn
al ti
ngka
t nas
iona
l ter
kait
ri
set d
an p
enge
mba
ngan
sum
ber
daya
al
am d
an b
uday
a un
tuk
men
ingk
atka
n ra
gam
dan
kua
litas
kon
ten
peny
iara
n
Men
doro
ng in
stit
usi p
endi
dika
n ya
ng m
emili
ki
faku
ltas
/pro
gram
stu
di/j
urus
an il
mu
kom
unik
asi u
ntuk
mem
buat
jurn
al te
rakr
edit
asi
di in
stit
usi m
asin
g-m
asin
g
Men
teri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan;
In
stit
usi p
endi
dika
n
X
113Lampiran
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
4P
embe
rian
fas
ilita
s un
tuk
peng
emba
ngan
pu
sat d
ata
peng
etah
uan
yang
dap
at
dim
anfa
atka
n se
baga
i sum
ber
insp
iras
i ko
nten
loka
l TV
& R
adio
Mem
fasi
litas
i pen
gem
bang
an p
usat
dat
a pe
nget
ahua
n ilm
u ko
mun
ikas
i sep
erti
m
enge
nai s
tudi
, has
il pe
met
aan,
dan
ju
rnal
den
gan
cara
: men
gum
pulk
an h
asil
stud
i; m
emba
ngun
sis
tem
pen
geta
huan
; m
enso
sial
isas
ikan
pus
at p
enge
tahu
an il
mu
kom
unik
asi;
dan
mem
onit
or d
an e
valu
asi
ting
kat p
engg
unaa
n pu
sat p
enge
tahu
an il
mu
kom
unik
asi
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i Kre
atif
; M
ente
ri P
endi
dika
n da
n K
ebud
ayaa
n;
Men
teri
Kom
unik
asi
dan
Info
rmat
ika
XX
XX
SA
SA
RA
N 4
: Men
ingk
atny
a w
irau
saha
kre
atif
loka
l di b
idan
g pe
nyel
engg
araa
n pr
ogra
m T
V &
Rad
io y
ang
men
ghas
ilka
n ko
nten
yan
g be
rkua
lita
s da
n be
rday
a sa
ing
1P
emet
aan
unit
usa
ha T
V &
Rad
io d
i In
done
sia
Per
enca
naan
pem
etaa
n un
it u
saha
TV
& R
adio
di
Indo
nesi
a; P
emet
aan
unit
usa
ha T
V &
Rad
io
di In
done
sia;
Pub
likas
i has
il pe
met
aan
unit
us
aha
TV
& R
adio
di I
ndon
esia
.
Men
teri
P
erin
dust
rian
; M
ente
ri K
oper
asi
dan
UK
M; M
ente
ri
Per
daga
ngan
; M
ente
ri P
ariw
isat
a da
n E
kono
mi K
reat
if;
Bap
pena
s; B
adan
P
usat
Sta
tist
ik
X
2P
embe
rian
bim
bing
an b
agi u
nit u
saha
TV
& R
adio
di I
ndon
esia
Pem
beri
an f
asili
tas
dan
dana
unt
uk m
endo
rong
pe
ning
kata
n ju
mla
h da
n pe
rseb
aran
uni
t usa
ha
TV
& R
adio
di I
ndon
esia
; Pem
beri
an f
asili
tas
inku
bato
r ba
gi u
nit u
saha
TV
& R
adio
yan
g m
emer
luka
n.
Men
teri
P
erin
dust
rian
; M
ente
ri K
oper
asi
dan
UK
M; M
ente
ri
Per
daga
ngan
; M
ente
ri P
ariw
isat
a da
n E
kono
mi K
reat
if;
Men
teri
Ten
aga
Ker
ja
dan
Tran
smig
rasi
; P
impi
nan
daer
ah
XX
XX
X
114 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
SA
SA
RA
N 5
: Men
ingk
atny
a us
aha
krea
tif l
okal
di b
idan
g T
V &
Rad
io y
ang
berd
aya
sain
g
1P
erba
ikan
KB
LI u
ntuk
indu
stri
TV
& R
adio
se
cara
ber
kela
njut
anA
nalis
is h
asil
prod
uk T
V &
Rad
io u
ntuk
pe
rbai
kan
KB
LI; P
erba
ikan
dan
pub
likas
i KB
LI
terb
aru
Men
teri
P
erin
dust
rian
; M
ente
ri P
erda
gang
an;
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i Kre
atif
; M
ente
ri T
enag
a K
erja
da
n Tr
ansm
igra
si;
Bap
pena
s; B
adan
P
usat
Sta
tist
ik
XX
SA
SA
RA
N 6
: Men
ingk
atny
a ke
raga
man
dan
kua
lita
s ka
rya
krea
tif l
okal
di k
onte
n T
V &
Rad
io
1P
enye
leng
gara
an f
esti
val k
onte
n lo
kal
krea
tif s
kala
nas
iona
lP
eren
cana
an d
an p
enye
leng
gara
an f
esti
val
kont
en lo
kal k
reat
if s
kala
nas
iona
l yan
g m
enge
depa
nkan
kre
ativ
itas
ser
ta k
ekay
aan
alam
dan
bud
aya
Indo
nesi
a
Men
teri
P
erin
dust
rian
; M
ente
ri P
erda
gang
an;
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i Kre
atif
;
XX
XX
X
2P
enet
apan
kew
ajib
an p
ropo
rsi j
umla
h ko
nten
loka
l unt
uk s
etia
p se
gmen
usi
aS
tudi
per
enca
naan
pro
pors
i kon
ten
loka
l TV
untu
k se
tiap
seg
men
usi
a; s
osia
lisas
i keb
ijaka
n pr
opor
si k
onte
n lo
kal
Men
teri
Kom
unik
asi
dan
Info
rmat
ika;
K
oMIS
I Pen
yiar
an
Indo
nesi
a
X
SA
SA
RA
N 7
: Men
ingk
atny
a ke
ters
edia
an p
embi
ayaa
n ba
gi in
dust
ri T
V &
Rad
io lo
kal y
ang
sesu
ai,m
udah
dia
kses
, dan
kom
peti
tif
1P
enyu
suna
n sk
ema
pem
biay
aan
untu
k m
odal
aw
al in
dust
ri T
V &
Rad
ioS
tudi
ske
ma
pem
biay
aan
untu
k m
odal
aw
al
wir
ausa
haw
an d
esai
n; P
enyu
suna
n sk
ema
pem
biay
aan
mod
al a
wal
wir
ausa
haw
an d
esai
n
Men
teri
P
erin
dust
rian
; M
ente
ri K
oper
asi
dan
UK
M; M
ente
ri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i Kre
atif
; M
ente
ri K
euan
gan;
B
ank
Indo
nesi
a
XX
XX
X
115Lampiran
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
SA
SA
RA
N 8
: Men
ingk
atny
a di
vers
ifika
si d
an p
enet
rasi
pas
ar k
arya
TV
& R
adio
di d
alam
neg
eri d
an lu
ar n
eger
i
1P
embe
rian
fas
ilita
s da
n da
na b
agi k
onte
n kr
eati
f TV
& R
adio
unt
uk m
engi
kuti
bur
sa
kont
en a
cara
ser
ta a
jang
pen
ghar
gaan
di
dala
m m
aupu
n lu
ar n
eger
i
Pem
beri
an f
asili
tas
dan
dana
unt
uk m
endo
rong
ke
ikut
sert
aan
kont
en k
reat
if T
V &
Rad
io
Indo
nesi
a ya
ng b
erku
alit
as u
ntuk
men
giku
ti
ajan
g pe
ngha
rgaa
n di
dal
am m
aupu
n lu
ar
nege
ri
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i K
reat
if; M
ente
ri
Per
indu
stri
an;
Men
teri
Kop
eras
i da
n U
KM
; Men
teri
P
erda
gang
an;
Kom
unit
as d
esai
n;
Aso
sias
i kep
rofe
sian
;
XX
XX
X
2P
embe
rian
bim
bing
an b
agi u
nit u
saha
T
V &
Rad
io u
ntuk
men
ingk
atka
n ku
alit
as
prod
uk a
gar
sesu
ai d
enga
n st
anda
r pa
sar
inte
rnas
iona
l
Pen
daft
aran
uni
t usa
ha, s
elek
si, p
embe
rian
bi
mbi
ngan
, lau
nchi
ng p
rodu
k, e
valu
asi,
dan
seba
gain
ya
Men
teri
P
erin
dust
rian
; M
ente
ri K
oper
asi
dan
UK
M; M
ente
ri
Per
daga
ngan
; Men
teri
P
ariw
isat
a da
n E
kono
mi K
reat
if;
XX
XX
X
3P
embe
rian
fas
ilita
s pe
ngar
sipa
n ko
nten
kr
eati
f kar
ya in
dust
ri T
V &
rad
io s
ebag
ai
bent
uk p
ublik
asi g
loba
l unt
uk m
emba
ntu
pem
asar
an k
arya
Pem
beri
an f
asili
tas
pem
bent
ukan
sis
tem
pe
ngar
sipa
n ko
nten
kre
atif
indu
stri
TV
&
Rad
io y
ang
dapa
t dia
kses
sec
ara
glob
al u
ntuk
m
emba
ntu
mem
asar
kan
kont
en k
reat
ifny
a di
da
lam
dan
luar
neg
eri
Men
teri
P
erin
dust
rian
; M
ente
ri K
oper
asi
dan
UK
M; M
ente
ri
Per
daga
ngan
; M
ente
ri P
ariw
isat
a da
n E
kono
mi K
reat
if;
Men
teri
Lua
r N
eger
i;
XX
XX
X
116 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
SA
SA
RA
N 9
: Men
ingk
atny
a ke
ters
edia
an in
fras
truk
tur
yang
mem
adai
dan
kom
peti
tif
1P
enin
gkat
an p
erse
bara
n ak
ses
dan
kece
pata
n in
tern
et d
i Ind
ones
ia s
ecar
a be
rtah
ap
Stu
di k
elay
akan
pen
ingk
atan
per
seba
ran
dan
kece
pata
n in
tern
et d
i Ind
ones
ia; P
enin
gkat
an
pers
ebar
an d
an k
ecep
atan
inte
rnet
di
Indo
nesi
a se
cara
ber
taha
p
Men
teri
Kom
unik
asi
dan
Info
rmat
ika;
M
ente
ri R
iset
da
n Te
knol
ogi;
Men
teri
Pek
erja
an
Um
um; M
ente
ri
Pem
bang
unan
D
aera
h Te
rtin
ggal
;
XX
XX
X
2P
enin
gkat
an d
aya
tang
kap
siar
an T
V &
R
adio
di s
elur
uh k
ota
di In
done
sia
Stu
di k
elay
akan
pen
ingk
atan
per
seba
ran
daya
ta
ngka
p si
aran
di s
etia
p ko
ta d
i Ind
ones
ia;
Pen
ingk
atan
per
seba
ran
daya
tan
gkap
sia
ran
TV
dan
radi
o se
cara
ber
taha
p
Men
teri
Kom
unik
asi
dan
Info
rmat
ika;
M
ente
ri R
iset
dan
Te
knol
ogi;
Men
teri
H
ukum
dan
HA
M;
XX
XX
X
3P
enin
gkat
an k
ualit
as in
fras
truk
tur
pem
anca
r si
aran
TV
& r
adio
Stu
di d
an e
valu
asi t
erha
dap
jum
lah
gang
guan
pa
da p
eman
car
siar
an t
v &
rad
io; P
erba
ikan
in
fras
truk
tur
pem
anca
r si
aran
tv
& r
adio
Men
teri
Kom
unik
asi
dan
Info
rmat
ika;
M
ente
ri R
iset
dan
Te
knol
ogi;
Men
teri
H
ukum
dan
HA
M;
XX
XX
X
SA
SA
RA
N 1
0: M
enin
gkat
nya
kete
rsed
iaan
tekn
olog
i tep
at g
una
yang
mud
ah d
iaks
es d
an k
ompe
titi
f
1P
embe
rian
fas
ilita
s un
tuk
mel
akuk
an
kerj
a sa
ma
deng
an p
enge
mba
ng
pera
ngka
t lun
ak p
emro
gram
an u
ntuk
m
embe
rika
n ha
rga
khus
us b
agi p
eran
gkat
lu
nak
asli
Ker
ja s
ama
deng
an p
enge
mba
ng p
eran
gkat
lu
nak
pem
rogr
aman
unt
uk m
embe
rika
n ha
rga
khus
us a
tau
mem
beri
kan
subs
idi
dari
pem
erin
tah
teru
tam
a un
tuk
inst
itus
i pe
ndid
ikan
; Pem
beri
an a
kses
pad
a un
iver
sita
s un
tuk
men
dapa
tkan
har
ga k
husu
s te
rseb
ut
Men
teri
P
erin
dust
rian
; M
ente
ri P
endi
dika
n da
n K
ebud
ayaa
n;
Men
teri
Ris
et d
an
Tekn
olog
i; M
ente
ri
Kop
eras
i dan
UK
M;
Men
teri
Per
daga
ngan
;
XX
X
117Lampiran
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
2P
embe
rian
fas
ilita
s un
tuk
peng
emba
ng
pera
ngka
t lun
ak lo
kal u
ntuk
m
enge
mba
ngka
n pe
rang
kat l
unak
pe
mro
gram
an
Pem
beri
an f
asili
tas
untu
k be
kerj
a sa
ma
deng
an p
ara
peng
emba
ng p
eran
gkat
luna
k lo
kal u
ntuk
men
gem
bang
kan
pera
ngka
t lun
ak
pem
rogr
aman
; Pub
likas
i per
angk
at lu
nak
pem
rogr
aman
Men
teri
P
erin
dust
rian
; M
ente
ri R
iset
dan
Te
knol
ogi;
Men
teri
K
oper
asi d
an U
KM
; M
ente
ri P
erda
gang
an;
XX
X
3P
enet
apan
sub
sidi
paj
ak f
asili
tas
alat
-ala
t pe
nyia
ran
dan
pem
rogr
aman
Per
enca
naan
ang
gara
n su
bsid
i paj
ak a
lat-
alat
pe
nyia
ran
TV
& R
adio
Men
teri
P
erin
dust
rian
; M
ente
ri K
oper
asi
dan
UK
M; M
ente
ri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i Kre
atif
; M
ente
ri K
euan
gan;
B
ank
Indo
nesi
a
XX
SA
SA
RA
N 1
1: T
erci
ptan
ya r
egul
asi y
ang
men
duku
ng p
enci
ptaa
n ik
lim
yan
g ko
ndus
if b
agi p
enge
mba
ngan
indu
stri
TV
& R
adio
1P
enge
mba
ngan
keb
ijaka
n ke
mit
raan
de
ngan
per
usah
aan
asin
g da
lam
pro
duks
i se
hing
ga te
rjad
i tr
ansf
er p
enge
tahu
an
dan
tekn
olog
i
Pen
yusu
nan
kebi
jaka
n tr
ansf
er p
enge
tahu
an
bagi
indu
stri
TV
& R
adio
asi
ng y
ang
mel
akuk
an
pros
es p
emro
gram
an d
i Ind
ones
ia; S
osia
lisas
i ke
bija
kan
tran
sfer
pen
geta
huan
bag
i ind
ustr
i T
V &
Rad
io a
sing
yan
g m
elak
ukan
pro
ses
pem
rogr
aman
di I
ndon
esia
Men
teri
Per
daga
ngan
; M
ente
ri
Per
indu
stri
an;
Men
teri
Ten
aga
Ker
ja
dan
Tran
smig
rasi
; M
ente
ri H
ukum
dan
H
AM
;
XX
118 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
SA
SA
RA
N 1
2: M
enin
gkat
nya
part
isip
asi a
ktif
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
lam
pen
gem
bang
an in
dust
ri T
V &
Rad
io s
ecar
a be
rkua
lita
s da
n be
rkel
anju
tan
1P
embe
ntuk
an le
mba
ga s
urve
y ko
nten
pe
nyia
ran
mili
k pe
mer
inta
h ya
ng
inde
pend
en
Kaj
ian
akad
emik
lem
baga
sur
vey
peny
iara
n na
sion
al, p
eren
cana
an, d
an p
enga
ngga
ran;
Sof
t la
unch
ing
lem
baga
sur
vey
peny
iara
n na
sion
al;
Gra
nd la
unch
ing
lem
baga
sur
vey
peny
iara
n na
sion
al; P
enge
mba
ngan
, net
wor
king
den
gan
lem
baga
sur
vey
peny
iara
n in
tern
asio
nal
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i K
reat
if; M
ente
ri
Per
indu
stri
an;
Men
teri
Kom
unik
asi
dan
Info
rmat
ika;
K
oMIS
I Pen
yiar
an
Indo
nesi
a; M
ente
ri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan;
In
stit
usi p
endi
dika
n;
Aso
sias
i kep
rofe
sian
; K
omun
itas
med
ia
XX
XX
X
2P
embe
rian
fas
ilita
s ya
ng d
ibut
uhka
n as
osia
si k
epro
fesi
an m
edia
aga
r da
pat
akti
f dan
ber
jala
n de
ngan
bai
k
Pen
daft
aran
aso
sias
i kep
rofe
sian
; Stu
di
kebu
tuha
n fa
silit
as b
agi a
sosi
asi k
epro
fesi
an;
Pem
beri
an f
asili
tas
yang
dib
utuh
kan
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i Kre
atif
; M
ente
ri K
omun
ikas
i da
n In
form
atik
a;
KoM
ISI P
enyi
aran
In
done
sia
XX
XX
X
3P
enyu
suna
n ke
bija
kan
biro
kras
i yan
g m
emfa
silit
asi p
enye
leng
gara
an p
enyi
aran
ko
nten
TV
& R
adio
aga
r le
bih
mud
ah d
an
cepa
t
Pen
yusu
nan
kebi
jaka
n bi
rokr
asi
peny
elen
ggar
aan
peny
iara
n ko
nten
TV
& R
adio
; Sos
ialis
asi k
ebija
kan
biro
kras
i pe
nyel
engg
araa
n pe
nyia
ran
kont
en T
V &
Rad
io
Men
teri
Kom
unik
asi
dan
Info
rmat
ika;
K
oMIS
I Pen
yiar
an
Indo
nesi
a
XX
4P
embe
ntuk
an p
erte
mua
n ru
tin
anta
ra
piha
k pe
mer
inta
h de
ngan
pih
ak in
dust
ri
TV
& R
adio
Pen
yusu
nan
agen
da p
erte
mua
n, e
valu
asi h
asil
pert
emua
n, ti
ndak
lanj
ut h
asil
pert
emua
n,
sert
a pu
blik
asi h
asil
pert
emua
n
Men
teri
Kom
unik
asi
dan
Info
rmat
ika;
K
oMIS
I Pen
yiar
an
Indo
nesi
a
XX
XX
X
119Lampiran
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
SA
SA
RA
N 1
3: M
enin
gkat
nya
apre
sias
i kep
ada
oran
g/ka
rya/
wir
ausa
ha/u
saha
kre
atif
loka
l di b
idan
g T
V &
Rad
io b
aik
itu
di d
alam
dan
luar
neg
eri
1P
embe
rian
fas
ilita
s pe
mbi
ayaa
n un
tuk
subs
idi p
elak
u/ka
rya/
usah
a kr
eati
f TV
& R
adio
yan
g m
ampu
ikut
ser
ta d
alam
fe
stiv
al d
an e
vent
inte
rnas
iona
l
Stu
di s
kem
a pe
mbi
ayaa
n un
tuk
subs
idi
pela
ku/k
arya
/usa
ha k
reat
if T
V &
Rad
io y
ang
mam
pu ik
ut s
erta
dal
am f
esti
val d
an e
ven
inte
rnas
iona
l; P
enyu
suna
n sk
ema
pem
biay
aan
subs
idi p
elak
u/ka
rya/
usah
a kr
eati
f TV
& R
adio
ya
ng m
ampu
ikut
ser
ta d
alam
fes
tiva
l dan
ev
ent i
nter
nasi
onal
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i K
reat
if; M
ente
ri
Per
indu
stri
an;
Men
teri
Per
daga
ngan
;
XX
XX
2P
enye
leng
gara
an a
jang
pen
ghar
gaan
na
sion
al d
i bid
ang
med
ia y
ang
seca
ra
resm
i dis
elen
ggar
akan
ole
h pe
mer
inta
h
Per
enca
naan
dan
pen
yele
ngga
raan
aja
ng
peng
harg
aan
kont
en lo
kal k
reat
if s
kala
na
sion
al y
ang
men
gede
pank
an k
reat
ivit
as y
ang
berk
ualit
as
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i K
reat
if; M
ente
ri
Per
indu
stri
an;
Men
teri
Kom
unik
asi
dan
Info
rmat
ika;
K
oMIS
I Pen
yiar
an
Indo
nesi
a; A
sosi
asi
kepr
ofes
ian
XX
XX
SA
SA
RA
N 1
4: M
enin
gkat
nya
ting
kat a
pres
iasi
mas
yara
kat t
erha
dap
kont
en lo
kal y
ang
men
gusu
ng k
ebud
ayaa
n da
n S
DA
loka
l
1P
embe
rian
pen
ghar
gaan
bag
i kar
ya
mau
pun
usah
a kr
eati
f dal
am b
idan
g m
edia
ya
ng b
ersk
ala
nasi
onal
Pen
daft
aran
dan
sos
ialis
asi p
engh
arga
an;
Pen
juri
an k
arya
kre
atif
; Pub
likas
i dan
keg
iata
n la
njut
an d
ari p
engh
arga
an s
eper
ti n
etw
orki
ng;
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i K
reat
if; M
ente
ri
Per
indu
stri
an;
Men
teri
Per
daga
ngan
;
XX
XX
2P
embe
rian
fas
ilita
s pa
da k
omun
itas
med
ia
untu
k m
emba
ntu
men
ingk
atka
n ke
sada
ran
mas
yara
kat t
erha
dap
kont
en k
reat
if y
ang
berk
ualit
as
Fasi
litas
yan
g da
pat d
iber
ikan
ant
ara
lain
ad
alah
rua
ng p
ublik
, sos
ialis
asi k
onte
n kr
eati
f ya
ng b
erku
alit
as, d
an s
ebag
ainy
a
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i Kre
atif
; P
impi
nan
daer
ah;
XX
XX
X
3P
embe
rian
fas
ilita
s un
tuk
publ
ikas
i tul
isan
te
rkai
t kon
ten
TV
dan
Rad
io d
i med
ia
mas
sa
Den
gan
mak
in b
anya
knya
tul
isan
men
gena
i ko
nten
kre
atif
TV
& R
adio
Indo
nesi
a di
med
ia
mas
sa n
asio
nal d
an in
tern
asio
nal,
diha
rapk
an
mas
yara
kat s
emak
in s
adar
aka
n ko
nten
aca
ra
TV
dan
Rad
io y
ang
dini
lai m
emili
ki k
reat
ivit
as
yang
ber
kual
itas
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i Kre
atif
;X
XX
XX
120 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019348 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah 2015-2019