contoh proposal dan skripsi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam pengertian agak luas pendidikan dapat
diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan.
Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan
suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam menguasai materi yang akan
disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang
harus dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi
secara profesional dan efektif. Menurut Zakiah
Darrajat, pada dasarnya ada tiga kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru yaitu kompetensi kepribadian,
1
kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam
cara-cara mengajar.
Ketiga kompetensi tersebut harus berkembang
secara selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian
guru. Sehingga diharapkan dengan memiliki tiga
kompetensi dasar tersebut seorang guru dapat
mengarahkan segala kemampuan dan keterampilannya dalam
mengajar secara profesional dan efektif. Mengenai
kompetensi dalam cara-cara mengajar, seorang guru
dituntut untuk mampu merencanakan atau mampu menyusun
setiap program satuan pelajaran, mempergunakan dan
mengembangkan media pendidikan serta mampu memilih
metode yang bervariatif dan efektif.
Sebagimana tujuan pendidikan nasional, yang
tercantum dalam Undang-Undang republik Indonesia No. 2
tahun 1989 tentang sisitem pendidikan nasional yaitu:
“mencerdaskan kehidupan bangsa danmengembangkan manusia seutuhnya, yaitumanusia yang beriman dan bertaqwakepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudipekerti yang luhur, memilikipengetahuan dan keterampilan, kesehatanjasmani dan rohani, kepribadian yang
2
mantap dan mandiri serta tanggung jawabkemasyarakatan dan kebangsaan.”1
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, harus ditempuh
melalui proses pendidikan dan pengajaran dalam
pendidikan formal, yaitu dengan mengikuti proses
interaksi belajar mengajar.
Menciptakan suatu pendidikan yang baik dan efektif
tidak akan terlepas dari kegiatan belajar mengajar yang
dirumuskan oleh guru untuk menyampaikan materi
pelajaran, dalam kegiatan belajar mengajar perlu
perhatikan tingakat keberhasilan (prestasi) peserta
didik dalam menangkap ilmu yang disampaikan oleh
pendidik agar sesuai dengan materi yang akan
disampaikan atau diberikan. Dengan demikian tujuan yang
akan dicapai atau diinginkan dalam pengajaran tersebut
mudah tercapai.
Selain itu perlu di perhatikan agar apa yang
didapatkan siswa dari hasil belajar lebih permanen atau
bertahan lama dalam ingatannya. Maksudnya, siswa tidak
1 Hasbullah, kapita selekta pendidikan Islam, Jakarta, 1996, hlm. 28
3
mudah melupakan apa yang diperolehnya sebagai hasil
belajar. Hal ini, sangat penting karena materi
pelajaran yang disusun berdasakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang sebelumnya telah dibuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah
tersusun dan sistematis.
Pendidkan terhadap anak dipandang sebagai salah
satu aspek yang memiliki peranan pokok sebagai
pembentukanmanusia menjadi insan yang sempurna (insan
kamil) atau memiliki keperibadian yang utama.
Berdasarkan asumsi tersebut maka diperlukan pendidikan
anak yang dapat membantu menyelesaikan problem yang
dihadapi masyarakat muslim dewasa ini. Semisal semakin
gencarnya pengaruh moderenisme yang menuntut lembaga
pendidikan formal untuk memberikan ilmu pengetahuan
umum dan keterampilan sebanyak-banyaknya kepada peserta
didik yang menyebabkan terdesaknya mereka (khususnya
umat Islam) untuk memperoleh bekal keagamaan yang cukup
memadai.
4
Maka dari itu, hendaknya pendidikan menyentuh
seluruh aspek yang bersingungan langsung dengan
kebutuhan perkembangan individu anak-anak baik itu dari
ilmu agama maupun ilmu umum agar mereka dapat hidup dan
berkembang sesuai dengan ajaran agama Islam yang
kaffah.
Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
proses belajar mengajar salah satu yang disoroti adalah
segi metode yang digunakan. Sukses tidaknya suatu
proses pembelajaran salah satunya tergantung pada
ketepatan metode yang digunakan. Demikian juga dengan
pembelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI) juga
membutuhkan metode yang tepat. Sebab metodelah yang
menentukan isi dan cara mempelajari sejarah kebudayaan
Islam tersebut dengan baik. Dengan demikian metode
merupakan alat yang sangat penting untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan dan direncanakan. Selain
itu ketepatan memilih metode dalam penerapanya juga
harus diperhatikan. Seperti halnya pengunaan metode
menghapal dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam.
5
Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara kesesuaian metode dengan perkembangan yang
terjadi. Diantaranya :
1. Kesesuaian antara metode pembelajaran dengan materi
ajar,dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik,
dengan budaya dan kondisi yang melingkari baik lokal,
maupun global dan tujuan yang akan dicapai.
2. Kesesuain dan kemampuan metode pembelajaran dengan
tumbuh kembangnya budaya dilingkungan sekolah.
3. Kesesuaian antara metode belajar dengan kemampuan
peserta didik dalam menyelesaikan studinya dengan
bagus.2
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa disekolah-
sekolah Islam, perhatian yang cukup besar diberikan
terhadap sejarah kebudayaan Islam mengingat betapa
pentingnya yaitu sebagai sumber ajaran serta ibrah dan
nilai bagi umat Islam. Dalam mempelajari sejarah
kebudayaan Islam tersebut tidak hanya memfokuskan pada
2 Mastuhu, menata ulang pemikiran system pendidikan Nasionaldalam abad 21(Yogyakarta:Safiria Insania Press,2004)Cet.2 hlm.108-109
6
membaca saja, akan tetapi melibatkan murid dalam
mencontoh atau mentauladani serta mengambil hikmah dari
pelajaran sejarah kebudayaan Islam itu sendiri.
Sebenarnya untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan
untuk menghapal nama-nama tokoh serta kejadian-kejadian
dalam pelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah mudah.
Akan tetapi mudah juga untuk lupa.oleh karna itu
ketekunan dan keuletan sangat diperlukan, hal ini
merupakan salah satu contoh kendala tersendiri yang
memerlukan penyelesaian yang tentunya tidak semudah
yang kita bayangkan. Sehinga inilah yang membuat
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam hal
ini lebih mempokuskan pada tingkat Madrasah Aliyah,
adapun pokok pembahasan mengenai: Penerapan Metode
Menghafal dan problematikanya dalam pembelajran Sejarah
Kebudayaan Islam pada siswa kelas X Madrasah Aliyah
Darul Amini NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014-2015.
Kajian ini akan menjadi pertimbangan para pengajar
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya
bagi pengajar yang menerapkan metode menghafal.
7
B. Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang dan beberapa kerangka
pemikiran di atas, ada beberapa permasalahan yang
merupakan agenda penelitian yang akan dikaji yaitu:
1. Bagaimana penerapkan metode menghafal dalam
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa
kelas X di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual
Tahun Pelajaran 2014-2015?
2. Apa saja problematika dalam pembelajaran sejarah
kebudayaan Islam pada siswa kelas X di Madrasah
Aliyah Darul Aminin NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014-
2015?
3. Bagaimana solusi yang dilakukan dalam mengatasi
problematika dalam pembelajaran sejarah kebudayaan
Islam pada siswa kelas X di Madrasah Aliyah Darul
Aminin NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014-2015?
C. Tujuan penelitian
Dari permasalahan-permasalahan yang dipaparkan
di atas, maka tujuan penelitian adalah:
8
1. Untuk mengetahui penerapan metode menghafal dalam
pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada siswa
kelas X Madrasah Aliyah Darul Amini NW Aikmual Tahun
Pelajaran 2014-2015.
2. Untuk mengetahui problematika apa saja yang dihadapi
dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada
siswa kelas X Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual
Tahun Pelajaran 2014-2015 dengan mengunakan metode
menghafal.
3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan dalam
mengatasi problematika dalam Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam pada Siswa kelas X Madrasah Aliyah
Darul Aminin NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014-2015..
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah pustaka kependidikan atau
memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya
dapat memeberi motivasi penelitian khususnya yang
berkaitan dengan penerapan Metode menghafal dan
9
problematikanya dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Darul
Aminin NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014/2015.
Sebagai hasil pijakan bagi peneliti-peneliti yang
akan datang.
b. Manfaat Praktis
sebagai tanbahan refsensi bagi guru serta orang tua
siswa Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual
tentang penerapan metode menghafal dan
problematikanya dalam pembelajran Sejarah
Kebudayaan Islam.
dapat menjadi acuan bahan rujukan dan pertinbangan
bagi sekolah dan Madrasah Aliyah lainya.
c. Bagi Peneliti
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
atau sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
fakultas Tarbiyah di Institut Agama Islam
Hamzanwadi Pancor.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep penerapan Metode Menghafal dalam pengajaran
Sejarah Kebudayaan Islam
1. Teori Tentang Metode menghafal
Kata menghafal dapat disebut juga sebagai
memori, dimana apabila mempelajarinya maka membawa kita
11
pada psikologi kognitif, terutama pada model manusia
sebagai pengolah informasi.
Secara singkat memori melewati tiga prosesyaitu perekaman, penyimpanan danpemangilan. Perekaman (encoding) adalahpencatatan informasi melalui reseptor indradan saraf internal. Penyimpanan (strorage)yakni menentukan berapa lama informasi ituberada beserta kita baik dalam bentuk apadan dimana. Penyimpanan ini bisa aktif,bila kita menanbahkan informasi tanbahan.Mungkin secara pasif terjadi tanpapenambahan. Pemangilan (retrieval) dalambahasa sehari-hari mengingat lagi, adalahmengunakan informasi yang disimpan.3
Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa
ada beberapa proses yang dilalui seseorang dalam
menyimpan sesuatu diotaknya sehinga apa bila salah satu
alur proses tersebut kurang optimal maka akan
mempengaruhi tingkat hafalan seseorang.
Begitu pula dalam proses menghafal pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam dimana informasi yang baru
saja diterima melalui membaca ataupun teknik-teknik
dalam menghafal yang juga melalui tiga tahapan yaitu
Perekaman, perekaman ini saat siswa mencoba untuk3 Jalaludin rakhmat,psikologi komunikasi, Edisi Revisi,(Jakarta:Remaja Rosda Karya,2005),Cet.22, hal.63
12
menghafal tugas yang berupa nama tokoh, tempat kejadian
ataupun tahun terjadinya, yang dilakukan secara terus
menerus, sehinga akhirnya masuk dalam tahap penyimpanan
pada otak (memori) dalam jangka pendek dan jangka
panjang. Kemudian ketika fase pemangilan memori yang
telah tersinpan yaitu disaat tes evaluasi menghafal
dihadapan Guru.
Adapun teori yang membahas tentang bagaimana
sistem atau sistematiaka kerja memori salah satunya
adalah sebagai berikut:
Secara singkat, teori ini menyatakanbahwa informasi mula-mula disimpan padaSensory Storage (gudang indrawi), kemudianmasuk Short Term Memory (STM, memori jangkapendek) lalu dilupakan atau dikoding untukdimasukkan kedalam Long Term memory (LTM,memori jangka panjang) otak dianalogikandengan Komputer, sensory strorage lebihmerupakan proses perceptual dari padamemori. Ada dua macam memori , memoriikonis untuk materi yang kita perolehsecara Visual, dan memori ekosis untukmateri yang masuk secara auditif (melaluipendengaran). Penyinpanan disiniberlansung cepat, hanya berlansungsepersepuluh sampai seperempat detik.Sensory storage yang menyebabkan kitamelihat rangkaian gambar seperti bergerak,ketika kita menonton film. Supaya dapat
13
diingat informasi ini harus disandi(encoded) dan masuk pada short termmemory. Inipun berlansung singkat. Yangperlu diingat adalah bahwa tahapan memoryini adalah tidak terlepas dari sudutpandang piskologi, hal ini sesuai ungkapanHermann ebbinghaus yang dikutif oleh Donald JFos dalam bukunya berjudul Psycholinguistics:“The Study of memory has been area of active interest topsychology” belajar tentang memori sudahjadi bagian dan menarik perhatian parapsikologi. Bila informasi ini berhasildipertahankan STM, ia akan masuk LTM.Inilah yang umum kita kenal sebagaiIngatan.4 LTM meliputi periode penyimpananinformasi sejak semenit sampai seumurhidup. Kita dapat memasukkan informasidari STM ke LTM dengan(membagibeberapa”chunk”), rehearsals (mengaktifkanSTM untuk waktu yang lama denganmengulangnya), clustering (mengelompokkandalam konsep-konsep) atau method of loci(memvisualisasikan dalam benak kita materiyang harus kita ingat).5
“Long-term Memory (LTM) is memory that can last as little 30
second or as long as decades.6 Yang dimaksud memori jangka
panjang (LTM) adalah memori yang dapat bertahan paling
sedikit 30 detik atu bisa bertahan paling lama sampai
puluhan tahun. Berbeda dengan bentukdan fungsi dari
4 Donald J Fos dan David T. Hakes,Psycholinguistics An Introduction to The Psychology of Language,(Londen, Prentice Hall,1978),hal.1335 Jalaludin Rakhmat, Op. Cit, hal. 66-67.6 Wikipedia,Long Term Memory,http//www.audiblox2000.com/learning_disabilites/memory.htm
14
kerja memori biasa atau memori jangka pendek, yang
hanya menyimpan materi sekitar 30 detik.
Secara ilmu Biologi memori jangka pendek adalah
suatu kemampuan penyimpanan sementara pada syraf otak
yang berhubungan, yang dapat menjadi memori jangka
panjang melalui proses latihan dan gabungan yang
berarti. Mekanesme yang diusulkan dalam proses
penyimpanan memori jangka pendek berpindah ke memori
jangka panjang yang penyimpananya melalui potensi
jangka panjang, yang meminpin ke arah fisik perubahan
dalam struktur neurons, khususnya, tingkat waktu yang
meliputi pada masing-masing tingkatan memori yang
memproses sisi di bawah pemeriksaan.
2. Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Pengertian metode menghafal Sejarah Kebudayaan
Islam
Sesuai dengan pemaparan dalam pendahuluan diatas
bawa dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar
bejalan secara efektif maka perlu menerapkan berbagai
metode mengajar sesuai dengan tujuan situasi dan
15
kondisi yang ada, guna meningkatkan pengajaran dengan
baik, karna berhasil tidaknya suatu proses belajar
mengajar ditentukan oleh metode pengajaran yang
merupakan bagian integral dalam sistem pengajaran.
Dari sinilah penulis akan mencoba menguraikan
beberapa pengertian tentang metode menghafal Sejarah
Kebudayaan Islam dengan beberapa pendapat para tokoh
yang bersangkutan, diantaranya:
Pengertian Metode Menghafal
Metode berasal dari kata method dalambahasa Inggris yang berarti cara.Metode adalah cara yang tepat dancepat dalam melakukan sesuatu.7
Selain itu Zuhairi juga mengungkapkanbahwa metode berasal dari kata yunani(Greeka) yaitu dari kata “metha” dan“hodos”. Metha berarti melalui ataumelewati, sedangkan kata hodosberarti jalan atau cara yang harusdilalui atau dilewati untuk mencapaisuatu tujuan tertentu.8
7 Ahmad Tafsir,Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1995)Cet.1,hlm.98 Zuhairi, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani,1993)hal.66.
16
Dari pendapat diatas dapat disimpulakn bahwa
metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat dan
cepat dalam menerapkan metode menghafal dalam
pengajaran, jadi faktor metode ini tidak boleh
diabaikan begitu saja, karna metode disini akan
berpengaruh pada tujuan pengajaran.
Sedangkan menghafal berasal darikata.........................................yang berarti menjaga, memelihara danmelindungi.9Didalam kamus yang samajuga mengungkapkan bahwa menghafaldituliskan dengan lafaz:yang diartikan menghafal al-Qur’an.10Adapun menghafal menurutkamus Bahasa Indonesia bahwamenghafal berasal dari kata dasarhafal yang artinya telah masuk dalamingatan tentang sesuatu, pelajaranatau dapat mengucapkan diluar kepalatanpa melihat buku atau catatanlainya. Kemudian mendapatkan awalanme menjadi menghafal yang artinyaadalah berusaha meresapkan kedalamfikiran agar selalu ingat.11 Selainitu menghafal juga dapat diartikandari kata memory yang artinya
9 Ahmad Warson Munawir, Kamus al Munawwir,(Surabaya: Pustaka Progresif,2002),Cet.25,hal.27910 Ibid.hlm. 29711 Hasan Alwi,Kamus besar Bahasa Indonesia,ed III,(Jakarta:Balai Pustaka,2003),Cet.3. hal.381
17
ingatan, daya ingatan, jugamengucapkan diluar kepala.12
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
arti dari metode menghafal adalah cara yang tepat dan
cepat dalam melakukan kegiatan belajar mengajar pada
bidang pelajran dengan menerapkan menghafal yakni
mengucapkan diluar kepala tanpa melihat buku atau
catatan lain dalam pengajaran tersebut.
Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Sejrah kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah
satu mata peljaran yang terhinpun dalam Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang diajarkan diberbagai jenjang
pendidikan yang bernafaskan islam. Sejarah memiliki
peranan penting dalam kehidupan. Dengan sejarah
seseorang dapat mengetahui keadaan masa lalu yang
mengandung banyak nilai dan pelajaran hidup bagi
seseorang. Sejarah tidak hanya sekedar untuk mengenang
masa lalu, sejarah diharapkan mampu memberikan
12 John M.Echols dan Hassan Shadli, Kamus Inggris Idonesia An English Indonesian Dicionary,(Jakarta:Gramedia,1992),Cet.20.hal.378
18
sumbangan yang besar terhadap realitas kehidupan
sekarang ini. Selain itu, diharapkan kehidupan yang
dijalani sekarang dan yang akan datang dapat berkaca
pada peristiwa masa lalu. Itulah yang disebut
rekonstruksi sejarah oleh Kuntowijoyo dalam bukunya
Metode Sejarah.13Dudung Abdurrahman dalam bukunya yang
berjudul Metodologi Penelitian Sejarah juga mengatakan hal
yang sama, yaitu:
“seiring perkembangan dan kemajuanIlmu pengetahuan, sejarah sebagaisebuah disiplin Ilmu lain bagikehidupan umat manusia kini dan masayang akan datang. Kecendrungandemikian akan semakin nyata apabilasejarah bukan hanya sebatas kisahbiasa, melainkan didalamya terkandungeksplanasi kritis dan kedalamanpengetahuan tentang “bagaimana”dan”mengapa” peristiwa-peristiwa masalampau terjadi”14
Dari uraian diatas jelaslah bahwa sejarah bukan
hanya semata mata kisah/dongeng dimasa lalu akan tetapi
sejarah penuh dengan ibrah atau contoh yang bisa kita
13 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah,(Yogyakarta:Yayasan Bintang Budaya,1995)hal.1714 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2007)hal.21
19
jadikan rujukan untuk kemajuan serta meningkatkan
keimanan kita.
Oleh karna itu, Sejarah Kebudayaan Islam sangat
penting untuk diberikan dan diajarkan dengan baik
kepada setiap satuan pendidikan yang bernapaskan Islam
mulai dari Madrasah Ibtidakyah (MI) sampai perguruan
tingi dengan tujuan sejarah akan dapat direkonstruksi
oleh umat Islam pada Zaman modern ini.
Mata pelajaran Sejarah Peradaban Islam dirasakan
telah menjadi mata pelajaran yang dianaktirikan dari
pada mata pelajaran yang lainya sehinga dalam
kenyataanya dilapangan, banyak peserta didik yang
merasa pembelajaran Sejarah kebudayaan Islam yang
diajarkan guru hanya menjadi mata pelajaran yang
membosankan karna hanya dikemas dalam penyajian yang
kurang menarik. Dengan adanya KTSP yang lebih domonan
memberikan kebebasan kepada guru didalam menjabarkan
standar kompetisi dan kompetisi dasar,15maka seorang
15 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:sebuah panduan Praktis.hal.8
20
guru dituntut untuk dapat mengolah pembelajaran dengan
mengunakan metode dan media secara tepat, termasuk
dengan metode menghafal. Oleh karna itu diharapkan mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat dikemas
menjadi matapelajaran yang tidak monoton sehinga nilai
didalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat
direkonstruksi dengan baik didalam kehidupan Siswa.
Kita kembali sedikit didalam pendidikan dijaman
Rasullulah, dimana Rasullulah dalam mendidik para
sahabat-sahabat untuk mempelajari al-Qur’an Rasullulah
setiap setiap menrima wahyu, beliau menyarankan para
sahabat damengingatnya atau menghafalnya. Dan kita
ketahui juga didalam al-Qur’an banyak sekali terdapat
kisah-kisah atau sejarah dari para Nabi dan Orang-orang
terdahulu yang membutuhkan kemampuan untuk dihafalkan.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa metode menghafal
merupakan salah satu metode yang dipakai oleh
Rasullulah, tentunya juga akan relevan jika metode
21
tersebut digunakan pada saat ini, khususnya dalam
mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam.
Pada dasarnya pendidikan dan pengajaran yang
dilakukan melalui praktek atau amplikasi lansung, akan
membiasakan kesan khusus dalam diri anak didik sehinga
kekokohan Ilmu pengetahuan dalam jiwa anak didik akan
semakin terjamin.
3. Dasar dan tujuan metode menghafal dalam pengajaran
Sejarah Kebudayaan Islam
a. Dasar Metode Menghafal
Didalam menerapakan metode pada proses belajar
mengajar tentunya ada dasar atau sandaran yang menjadi
pinjakan dalam menerapkan metode tersebut,hal ini tidak
jauh berbeda dengan metode menghafal yang sudah barang
tentu memiliki dasar baik itu dalil-dalil al-Qur’an
maupun as-Sunah.
22
Adapun dasar yang dijadikan sebagai landasan
pengunaan metode menghafal mengacu pada nash dan Hadist
diantaranya:
1. Surat al Hijr ayat 9 yang berbunyi:
artinya: Sesunguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan
sesunguhnya kami benar-benar memelihara.(Q.S. al-
hijr:9)16
perlulah adanya pengkajian ulang bahwa dalam
menjaga al-Qur’an ini Allah mengunakan kata ganti
yang artinya kami, dengan keterwakilan orang
Banyak. Disinilah dalam menjaga al-Qur’an allah juga
melibatkan manusia. Perlibatan disini lebih dimaknai
untuk mempelajari, mempelajari al-Qur’an bisa dengan
jalan menghafal, membaca dan meresapi bacaan al-Qur’an.
16 Soenarjo,Al-Qur’an dan terjemahanya,(Semarang:Toha Putra, 1989),hal.391
23
2. Hadist Nabi Muhamad SAW
Di dalam kitab Irsadul Ibad yang
diriwayatkan oleh Imam ad-Dailami dipaparkan keutamaan
menghafal al-Qur’an yang berbunyi:
Artinya : dan Ad-Dailami meriwayatkan dari Abi Umamah:
“orang yang hafal al-Qur’an itu bagaikan memegang panji Islam dan
barang siapa memuliakan orang yang menghafal al-Qur’an maka Allah
akan memuliakannya dan barang siapa menghina orang yang hafal al-
Qur’an tersebut maka akan mendapatkan laknat dari Allah”
Dari sini dapatlah kita ketahui bahwa sesunguhnya
orang yang hafal al-Qur’an sangat dimuliakan Allah dan
mendapat posisi lebih, yakani bagaikan memegang panji
Islam. Dan sebaliknya orang yang menganiaya ataupun
menghina yang menghafal al-Qur’an akan mendapat laknat
dari Allah.
b. Tujuan metode menghafal
24
Rasulullah menerapkan metode menghafal dengan cara
menyimak ulang doa-doa dan ayat-ayat al-Quran yang
pernah diberikan kepada para sahabat. Darisini
bahwasanya metode yang dipakai Rasulullah juga tepat
digunakan pada proses belajar mengajar Sejarah
Kebudayaan Islam pada masa sekarang ini. Dalam
mengimplementasikan pada kurikulum, guru sebagai
salah satu komponen pelaksana kurikulum juga
memperhatikan siswa sebagai subyek pembelajaran yang
juga merupakan komponen pelaksanaan kurikulum
pendidikan. Abdurrahman Mas’ud juga menekankan bahwa
guruhendaknya memperlakukan siswa sebagai subyek dan
mitra belajar bukan obyek belajar.Bahwa pendidikan
orang dewasa adult education yang menekankan belajar
mandiri, kemampuan membaca, berfikir tertib perlu
ditingkatkan secara konsinsten dalam proses belajar
mengajar.17
17 Abdurrahman Mas’ud, Menganggas Format Pendidikan Non dikotomik, Humanisme relegius Sebagai paradigm Pendidikan Islam,(Yogyakarta: Gama Media.2002). hlm.203
25
Interaksi belajar mengajar akan lebih bermakna,
apabila pengajar menjadikan siswa sebagai subyek
belajar dalam melakukanya. Sebaiknya guru tidak
mendominasi kegiatan belajar tersebut akan tetapi lebih
diarahkan untuk memberi motivasi serta bimbingan kepada
siswa dengan tujuan lebih efektif dalam belajar.
Adapun tujuan pengunaan metode menghafal dalam
pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah:
a. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan
tepat dan benar.
b. Kemampuan dalam mengimplestasikan serta mentauladani
sifat-sifat rasullulah dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mampu mengulang isi pelajaran tanpa melihat catatan
ataupun buku pelajaran.
d. Kemampuan memperbaiaki tingkah laku murid melalui
metode pengajaran yang tepat.
e. Menumbuhkan rasa cinta terhadap rasullulah dan para
sohabatnya.
26
f. Menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri bahwa
peradaban Islam dimasa lampau begitu kaya dan besar.
B. Problematika Metode Menghafal Dalam Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam
Dalam menerapkan metode menghafal tentunya akan
menemukan kendala atau problematika pada kegiatan
belajar mengajar, hal ini tentu saja tidak lepas dari
aspek kelebihan dan kekurangannya dari metode tersebut,
kedua aspek ini tentu saja sudah diperhitungkan sejak
awal oleh guru.
Kalau dilihat dari sifat maupun bentuknya metode
menghafal ini bias dikatagorikan sebagai pekerjaan
rumah yang sering disebut sebagai metode resitansi, hal
ini berdasarkan waktu pelaksanaan menghafal ini dimana
siswa menghafalkan diluar jam pengajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
Adapun kelebihan dari metode menghafal adalah:
1. Menumbuhkan minat baca siswa dan lebih giat dalam
belajar.
27
2. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tidak mudah
hilang karena sudah dihafalnya.
3. Siswa berkesempatan untuk memupuk perkembangan dan
keberanian, bertangung jawab serta mandiri.18
Sedangkan kekurangan metode ini adalah:
1. Menghafal yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan
mental
2. Kurang tepat atau membutuhkan perhatian yang lebih
bila diberikan kepada siswa yang mempunyai latar
belakang berbeda-beda.
Selain asfek kelebihan dan kekurangan di atas, ada
juga beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengunaan metode menghafal yaitu:
a. Apa saja yang harus dihafal siswa sebaiknya terlebih
dahulu difahami betul oleh guru, jangan sampai siswa
menghafal yang belum jelas baginya. Dalam hal ini
banyak kesalahan yang dilakukan oleh guru.
18 Armei Arif, Pengaturan Ilmu Metodologi Pendidikan Islam,(Jakarta: Ciputat Press,2001).hlm.166
28
b. Menghafal harus diberi latar belakang yang cukup,
dengan demikian bahan tersebut akan lebih mudah
dihafal dan mudah diingat.
c. Memeriksa menghafal jangan sampai hanya menyuruh
siswa mengucapkan nya kembali.
d. Untuk menghafal sesuatu dibutuhkan perhatian dan
keinginan untuk mengingat sesuatu.
e. Metode manakah yang lebih efektiv? Metode
keseluruhan atau bagian.
f. Bahan pelajaran banyak yang dilupakan maka
diperlukan peninjauan kembali(active recall dan
review).19
Active recall maksudnya adalah menyatakan kembali
sesuatu yang baru saja dipelajari tanpa melihat buku.
Adapaun maksud dari review adalah untuk mengingat
kembali pelajaran-pelajaran yang lampau untuk mencegah
dilupakan pekerjaan itu. Review ini dapat dilakukan
pada waktu-waktu tertentu, selain itu sebaiknya pada
review ini diutamakan pokok-pokok dan buah-buah pikiran19 S.Nasution, Op.Cit,hlm.62.
29
yang penting serta sesuatu yang belum dipahami dapat
dibicarakan kembali.
Ada beberapa manfaat active recall dalam
pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam yakani
membangkitkan aktifitas dalam belajar, memberi latihan
untuk mengingatnya, merupakan tes untuk mengetahui
sampai mana bahan dikuasai, dan menunjukkan kelemahan
dan kekurangan agar nantinya diperbaiki.
C. Solusi Metode Menghafal
Ada beberapa solusi yang penulis angkat sebagai
rujukan baik itu rujukan dari hadist maupun rujukan
secara Umum. Dari hadist misalnya yang penulis kutip
dari Kitab Hosoisul Ummatil Muhamadiyah karangan (sayid
Muhamad bin Alawi bin Abbas al-Maliki, Hal. 138-140)20
yang diterjemahkan oleh TGH. Qomaruddin Hadi Mapong,
didalam kitab tersebut dijelaskan bahwa ketika
sayyidina Ali RA menghadap rasullulah mengeluhkan
20 Sayyid Muhamad, as-Shofwah. Hal,138-140
30
tentang hafalan al-Qur’an beliau yang kurang lama
bertahan maka rasullulah menyuruh sayyidina Ali untuk:
1. sholat sunat hajad empat rakaat di sepertiga malam
atau dipertengahan malam, ataupun diawal malam pada
malam Jum’at.
2. Setelah selesai dari sholat Membaca hamdalah, puji-
pujian kepada allah serta ber sholawat kepada Nabi
dan semua para Nabi serta memintakan ampunan bagi
Mukminin dan Mukminat, lalu ber do’a yang rasullulah
ajarkan kepada Sayyidina Ali ra.
3. Dikerjakan berturut-turut selama tiga kali atau lima
kali setiap malam Jum’at.
Sedangkan dalam proses belajar mengajar Sejarah
Kebudayaan Islam ada dua tahap yang biasanya dilakukan
oleh para guru yang mungkin cocok dalam pelaksanaan
metode menghafal tersebut, diantaranya:
1. Tahap Pra Instruksional
31
Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh guru
dalam tahap ini adalah:
a. Guru menanyakan siswa dan mencatat siapa yang tidak
hadir
b. Dengan cara memangil satu persatu dari awal hinga
akhir.
c. Langkah selanjutnya adalah guru bertanya kepada
siswa sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya
juga menanyakan apakah ada tugas menghafal.
d. Mengajukan pertanyaan pada siswa ataupun salah satu
perwakilan tentang bahan pelajaran yang disampaikan
pada pertemuan yang lalu.
e. Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang
bahan pelajaran yang disampaikan pada pertemuan
lalu yang belum dikuasai.
f. Mengulang kembali bahan pelajaranyang lalu secara
singkat tetapi mencakup semua aspek pembahasan
sebelumnya sehinga menjadi dasar bagi pelajaran
yang akan dibahas hari ini.
32
2. Tahap Instruksional
Dalam tahap ini yang sangat diperlukan adalahstrategi pengajaran diantaranya:
“Bahwasanya strategi belajarmengajar adalah pola umum perbuatanguru dan siswa didalam perwujudankegiatan belajar mengajar”21
Pengunaan metode menghafal iniprof. Dr, S Nasution mengungkapkanbahwa mungkin sekali belajarbersifat menghafal ini palingbanyak digunakan di senkolah, sebabtujuanya belajar adalah menempuhujian, untuk itu diperlukanpenguasaan sejumlah pengetahuansiap. Memang banyak hal yang harusdi hafal dan harus segera diketahuibila diperlukan salah satunyaseperti kata-kata. Tanpa sejumlahpengetahuan siap kita mungkin sukarmengatasi masalah-masalah dalamhidup kita.22
Kita tidak bisa memungkiri bahwa menghafal
merupakan suatu metode belajar yang hampir disetiap
mata pelajaran akan membutuhkan yang namanya menghafal.21 JJ.Hasibuan dan Mujdiono, Konsep Belajar Mengajar(Bandung: Remaja Rosda Karya,1995),hlm.322S.Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar,(Jakarta: Bumi Aksara,2000)Cet.2.hlm.61
33
Proses belajar mengajar Sejarah Peradaban Islam
dengan menerapkan metode menghafal mendorong siswa agar
dapat mengingat dengan baik juga dapat mengetahui
maksud dan tujuan yang terkandung didalam pelajaran
SKI. Selain itu alasan mengapa siswa lebih senang
belajar dengan cara menghafal ada beberapa hal,
diantaranya:
1. Karna belajar dengan cara menghafal adalah yang
paling sederhan dan mudah.
2. Karna adanya kecemasan /perasaan tidak mampu
menguasai bahan, sebagai pemecahanya maka bahan
dicoba dikuasai dengan menghafalkanya.
3. Karena ada tekanan pada jalanya pelajaran, untuk
menutupi kekurangan-kekurangan diatas dengan
menghafalkanya.
4. Karna pengalaman dan kebiasaan.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
sampel atau lokasi penelitian di Madrasah Aliyah Darul
35
Aminin NW Aikmual karena disamping madrasah ini adalah
satu-satunya yang paling dekat dan paling mudah
mendapatkan informasi oleh peneliti dan madrasah ini
juga mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam.
B. Definisi Konsep
Agar memberikan pemahaman yang tepat serta
untuk menghindari keslahpahaman dalam
menginterpretasikan judul skripsi ini, maka perlu untuk
mempertegas istilah dalam judul tersbut, juga
memberikan batasan-batasan istilah. Adapun penjelasan
istilah tersebut ialah:
1. Penerapan
Penerapan berasal dari kata dasar “terap”
yang artinya berukir kemudian mendapat imbuhan pe-an.
Sehingga kata tersebut menjadi penerapan yang
berarti proses, cara atau perbuatan menerapkan.23
2. Metode
Metode berasal dari kata method dalam bahasa
Inggris yang berarti cara. Metode adalah cara yang23 Lukman Ali, Kamus bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka,1999),Cet.10.hlm.1044
36
tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Metode di
sini menurut peneliti diartikan sebagai cara yang
tepat dan cepat dalam melakukan metode menghafal
dalam pembelajaran Sejarah Kebudayan Islam.
3. Menghafal
Kata menghafal di sini berasal dari kata
yang berarti menjaga, memelihara, dan melindungi.24
Menghafal berasal dari hafal yang artinya telah
masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat
mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau
catatan lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi
menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke
dalam pikiran agar selalu ingat.25
4. Pemeblajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Pembelajaran adalah operasionalisasi dari
kurikulum pembelajaran di sekolah terjadi apabila
terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan
24 Ahmad Tafsir,Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Bandung:Remaja Rosda Karya,1995,Cet.1.hlm.925 Hasan Alwi,Kamus besar Bahasa Indonesia edisi3,(Jakarta, Balai Pustaka,2003)cet,3.hlm.381
37
belajar yang diatur guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran.26
Sedangkan definisi Sejarah adalah segala
peristiwa yang telah lalu baik yang ditulis maupun
tidak, Sejarah juga sering dipakai sebagai rujukan
untuk masa kini dan akan datang.
Kebudayaan islam sering identik dengan
peradaban islam jadi kebudayaan Islam adalah termasuk
dari Peradaban Islam itu sendiri.
Selain itu Sejarah Kebudayaan Islam ini
merupakan salah satu mata pelajaran yang masuk dalam
kurikulum pembelajaran yang diajarkan dalam
madrasah. Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual
merupakan salah satu pendidikan formal yang
menerapkan metode menghafal dalam proses belajar
mengajar, maka dari itu peneliti menjadikannya
sebagai sumner data dan infromasi pelaksanaan
penerapan metode menghafal dalam pembelajaran,
khususnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.26 Nana sujana ,dasar-dasar proses belajar Mengajar,(Bandung,sinar Baru Algensindo,2000)cet,5.hlm.10
38
Jadi secara garis besar dapat ditegaskan
bahwa penerapan metode dalam pembelajaran yang akan
diangkat adalah berhubungan dengan penerapan metode
menghafal dan problematika yang dihadapi dalam
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mulai dari
perencanaan metode, pelaksanaan dan penilaian hasil di
Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .
C. Jenis dan Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Setiap penelitian akan memerlukan suatu
pendekatan atau desain, yang menunjukkan cara
mengumpulkan dan enganalisa data, agar penelitian
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, secara
serasi denga tujuan penelitian. Dalam melakukan
penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yang
bersifat kualitatif, karena data yang akan diperoleh
di lapangan lebih banyak yang bersifat informasi dan
keterangan-keterangan bukan dalam bentuk simbol atau
angka.
39
Adapun pendapat yang lain menyatakan bahwa
“penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.”27
Dengan demikian dalam menggunakan metode yang
bersifat kualitatif, peneliti hanya mengharapkan apa
adanya arti ucapan atau tulisan dari perilaku dan
orang-orang atau subjek yang diteliti. Dalam
memaparkan data dari temuan serta dalam membahas ini,
penulis mengemukakaknnya secara deskriptif, yaitu
mengggambarkan dengan kata-kata semua data yang
diperoleh serta diuraikan secara ilmiah (apa adanya).
Demikian juga analisanya menggunakan analisa data
secara induktif, sedangkan dalam proses pengumpulan
data peneliti lebih banyak berhubungan dengan
responden.
Adapun ciri-ciri penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
27 Meleong Lexi,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta,rineka Cipta.2001)hal.3
40
1. Melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada
konteks dari suatu keutuhan (entity).
2. Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain
merupakan alat pengumpul data utama.
3. Menggunakan metode kualitatif.
4. Menggunakan analisis data secara induktif.
5. Lebih menghendaki arah bimbingan penyususnan teori
substantif yang berasal dari data
6. Deskriptif.
7. Lebih banyak mementingkan segi proses daripada
hasil.
8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus.
9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.
10. Desain yang bersifat sementara.
11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati
bersama.28
Berdasarkan ciri-ciri pendekatan kualitatif
di atas, maka dalam penelitian ini, penulis mengkaji
setiap peristiwa, aktifitas-aktifitas dan program-28 Meleong Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta:Renika Cipta2001)hal.4-8
41
program kerja maupun hal-hal lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah Aliyah
Darul Aminin NW Aikmual .
2. Objek Penelitian dan Ruang Lingkup
a. Objek Penelitian
Dalam menentukan data apa saja yang
dibutuhksn dan objek penelitian dalam penelitian
ini, penulis mengacu pada point-point tujuan
penelitian.
Oleh karena objek penelitian ini adalah:
1. Keterangan tentang penerapan metode menghafal dalam
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .
2. Aktifitas guru dalam kegiatan belajar mengajar dalam
hal ini, kaintannya dengan penerapan metode
menghafal di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW
Aikmual .
42
3. Aktifitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar yakni kaitannya penggunaan metode menghafal
di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .
4. Bagaimana cara dan bentuk belajar yang dilakukan
siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
dalam penggunaan metode menghafal di Madrasah
Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .
b. Ruang Lingkup
Kajian tentang metode menghafal merupakan
obyek penelitian yang sangat luas, untuk memberikan
pemahaman yang mendalam peneliti menfokuskan pada
penerapan metode dan problematikanya. Dalam hal ini
peneliti mengambil kancah penelitian di Madrasah
Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .
Menghafal ini menitikberatkan pada
pembelajaran yang diterapkan oleh guru kepada siswa di
sekolah. Selanjutnya pembahasan ini tentang
problematika yang dihadapi juga bagaimana mengatasi
problematika tersebut.
43
Adapun pendekatan yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah dengan pendekatan
kualitatif, dimana penelitian ini dimaksud untuk
eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena dan
kenyataan yang terjadi yaitu dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan
masalah yang diteliti.29
Yakni mendeskripsikan tentang segala sesuatu
yang berkaitan kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakn metode menghafal dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam bagi siswa-siswi di Madrasah Aliyah
Darul Aminin NW Aikmual .
Sedangkan tujuan yang diinginkan yaitu siswa-
siswi mampu menghafalkan Nama-nama tokoh, Tempat serta
Tahun kejadian sesuai kurikulum yang dipakai dan materi
yang diajarkan.
Jadi pendekatan ini sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kat-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang yang bersangkutan29 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003)cet,VI,hlm.20
44
dan perilaku yang dapat diamati, diarahkan pada latar
alamiah dan individu tersebut secara holistik
(menyeluruh)
Penelitian deskriptif (descriptive research) ini
dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai
suatu fenomena dan kenyataan yang terjadi.
3. Metode Pengumpulan Data
Di dalam penelitian disamping perlu
menggunakan metode yang tepat juga perlu memilih tehnik
dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan
tehnik dan alat pengumpulan data yang relevan.
Penggunaan tehnik dan alat pengumpulan data yang tepat
memungkinkan diperolehnya data yang obyektif.
Sedangkan dalam penulisan skripsi ini
peneliti menggunakan beberapa metode diantaranya:
a. Metode observasi
Metode observasi adalah metode ilmiah yang
bisa diartikan sebagai pengamatan melalui pemutusan
45
perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan
sebuah alat indera.30
Observasi diartikan sebagai pengamat dan
pencatatan secara sistemik terhadap gejalla yang tampak
pada obyek penelitian, pengamatan dan pencatatan ini
yang dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau
berlangsunya peristiwa, sehingga berada besama obyek.31
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh
data bagaimana proses penerapan metode menghafal dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan
Islam di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .
b. Metode interview
Interview merupakan alat untuk mengumpulkan
informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan
secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dimana
pencari informasi (interviewer) mengadakan kontak
30 20, Ibid, hlm,14631 S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta:Rineka Cipta,2003),cet,2.hlm.158-159.
46
langsung dan tatap muka langsung dengan sumber
infromasi (interview). 32
Metode ini digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data tentang cara menerapkan metode
menghafal di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual ,
baik itu guru maupun siswa. Selain itu dengan metode
ini pula peneliti akan menggali informasi tentang
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam dan problematika apa saja yang
dihadapi dalam proses belajar mengajar tersebut.
c. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang
menggunakan bahan klasik untuk meneliti perkembangan
yang khusu yaitu untuk menjawab pertanyaan atau
persoalan-persoalan tentang apa, mengapa, kenapa, dan
bagaimana.33
Adapun menurut Suharsimi Arikunto bahwa
metode dokumentasi adalah cara mencari tentang hal-hal
32 Ibid, hlm.16533 Sutrisno Hadi,Metedologi Research I,(Yogyakarta:A
47
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, dan sebagainya.34
Metode dokumentasi ini peneliti gunakan
untuk memperoleh data mengenai metode menghafal yang
digunakan. Dengan metode ini peneliti akan menganalisa
hasil belajar berupa menghafal siswa yang sudah
diberikan oleh guru.
D. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini
berperan sebagai instrumen kunci yang langsung
melibatkan diri dalam kehidupan subyek, dalam semua
hal-hal yang berkaitan dengan subyek penelitian yang
telah ditetapkan atau yang telah ditentukan oleh
peneliti sendiri sesuai dengan jadwal penelitian. Dalam
hal ini kehadiran peneliti bukan ditunjukkan untuk
mempengaruhi subjek penelitian, tetapi untuk
mendapatkan data-data yang akurat dan sewajarnya dengan
34 Suharsimi Arikunto, Prosudur Penelitian:Suatu pendekatan Praktek(Jakarta: Renika Cipta, 1998)hlm.206
48
ikut terlibat langsung dalam aktivitas - aktivitas
mereka.
Untuk mendapatkan data-data yang akurat dan
sesuai dengan tujuan penelitian, maka hal-hal yang
perlu dilaksanakan oleh peneliti di lapangan penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan observasi yang sedalam-dalamnya tentang
objek penelitian.
2. Mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak-
pihak terkait, antara lain kepala sekola, guru-guru
serta masyarakat sekitar.
3. Disamping mengadakan observasi dan wawancara,
peneliti melakukan pencatatan data-data terutama
data yang berkaitan dengan fasilitas serta tentang
keadaan guru, siswa/siswi, dan keadaan lingkungan
sekitar Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual
Kecamatan Praya.
E. Lokasi Penelitian
49
Lokasi penelitian skripsi ini bertempat di
Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual Kecamatan
Praya Kabupaten Lombok Tengah.
F. Jenis dan Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data ialah
subjek dimana data dapat diperoleh (Arikunto, 1998 : 114).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi dalam pengumpulan data, maka yang menjadi
sumber data ialah:
1. Kepala Madrasah, untuk mendapatkan data tentang
kondisi riil madrasah dari berbagai aspeknya
terutama terutama dari segi kualitas
pembelajarannya.
2. Tokoh masyarakat, untuk mendapatkan data tentang
partisipasi masyarakat dan cara meningkatkan
pendidikan di madrasah tersebut.
50
3. Guru-guru, untuk mendapatkan data tentang bagaimana
sikap atau perilaku anak didik dalam mengikuti
pelajaran di kelas.
4. Siswa/siswi, untuk mendapatkan data tentang
bagaimana kualitas pengajaran pendidikan di Madrasah
Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .
Seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Srikunto bahwa
sumber data dapat diklasifikan menjadi 3 yaitu:
1. Person, yaitu data yang biasa memberikan data berupa
jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban
tertulis melalui angket.
2. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan
berupa keadaan diam dan bergerak
3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda
berupa huruf, angkagambar, atau simbol-simbol lain
(Arikunto: 114-115)
G. Analisis Data
51
Analisis data adalah proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
data.35 Dari rumusan tersebut langkah awal dalam
analisa data adalah mengnorganisasikan data, yaitu
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan mengkode dan
mengkategorikan semua data yang sudah terkumpul.
Dalam penelitian ini akan dianalisa melalui dua
tahap yaitu:
a. Analisa data ketika peneliti masi di lapangan.
b. Analisa data ketika peneliti menyelasikan tugas
pendataan.36
Ketika peneliti masih pada masa-masa
pendataan, usaha penghalusan data telah diusahakan
melalui:37
1. Meringkas data kontak langsung dari orang, kejadian
dan lokasi penelitian.
35 Lexi J moleong, Op,cit.hlm.10336 Sudarwan Danim,menjadi Peneliti Kualitatif,(Bandung:Pustaka Setia,2002)hlm.21037 Neong Muhajir,Metodologi Penelitian kualitatif Edsi,III(Yogyakarta:Rake Sarasin,1996) cet.7.hlm.30-31
52
2. Memberi kode pada data yang diperoleh.
3. Membuat catatan obyektif yang berisi catatan,
klasifikasi, dan pengeditan jawaban sebagaimana
adanya.
4. Membuat catatan reflektif yaitu apa yang terangan
dan terpikirkan oleh penulis dalam sangkutpautnya
dengan catatan obyektif.
5. Menyiapkan data.
Ketika penulis sudah kembali ke lookasi
penelitian, tahap-tahap analisis nantinya adalah:
1. Membuat analisis secara keseluruhan dan secara
langsung ketika kembali dari lapangan.
2. Mengklasifikasikan semua data yang sudah terhimpun.
Sedangkan metode yang digunakan dalam
menganalisis adalah Metode Induktif.
Dari sekian macam teknik keabsahan data pada
metode indukatif, peneliti menggunakan empat cara
yang sesuai dengan fokus penelitian:
53
1. Triangulasi, penggunaan triangulasi ini yaitu dengan
berusaha menyeleksi keabsahan data yang diperoleh
peneliti di lokasi penelitian. Penggunaan teknik ini
pada fokus yang akan diteliti yaitu dengan
memperdalam obsservasi di lapangan khususnya yang
berhubungan dengan pelaksanaan pengajaran dalam
kaitannya dengan mutu pendidikan di Maddrasah Aliyah
Darul Aminin NW Aikmual.
2. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, bertujuan untuk
memperoleh kritikan pertanyaan yang dapat menguji
kebenaran peneliti, sehingga data-data yang
diperoleh benar-benar teruji keabsahannya. Disamping
itu juga penggunaan teknik ini untuk mencari
kelemahan yang kurang jelas pada data-data yang tela
terkukmpul untuk didiskusikan dengan pihak yang
memiliki keahlian yang relevan seperti pembimbing,
teman sejawat dan sebagainya yang menguasai masalah
ini untuk didiskusikan guna mendapatkan kebenaran
data yang diperoleh.
54
3. Kecukupan referensi,penggunaan teknik ini
dimaksudkan sebgai bahan pemeriksaan kebenaran data
atau informasi. Referensi yang dipakai seperti
catatan-catatan lapangan, surat-surat, arsip penting
yang adak kaitanyya dengan penelitian dan mendukung
terlaksananya penelitian.
4. Pengecekan anggota, pengecekan ini untuk
menginnformasikan kembali informasi penelitian
dengan memandang kembali subyek penelitian maupun
informasi.
55