contoh proposal dan skripsi

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian agak luas pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menguasai materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi secara profesional dan efektif. Menurut Zakiah Darrajat, pada dasarnya ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi kepribadian, 1

Upload: xy-xy-xy

Post on 05-Feb-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan

tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Dalam pengertian agak luas pendidikan dapat

diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode

tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan

kebutuhan.

Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan

suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh

kemampuannya dalam menguasai materi yang akan

disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang

harus dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi

secara profesional dan efektif. Menurut Zakiah

Darrajat, pada dasarnya ada tiga kompetensi yang harus

dimiliki oleh guru yaitu kompetensi kepribadian,

1

kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam

cara-cara mengajar.

Ketiga kompetensi tersebut harus berkembang

secara selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian

guru. Sehingga diharapkan dengan memiliki tiga

kompetensi dasar tersebut seorang guru dapat

mengarahkan segala kemampuan dan keterampilannya dalam

mengajar secara profesional dan efektif. Mengenai

kompetensi dalam cara-cara mengajar, seorang guru

dituntut untuk mampu merencanakan atau mampu menyusun

setiap program satuan pelajaran, mempergunakan dan

mengembangkan media pendidikan serta mampu memilih

metode yang bervariatif dan efektif.

Sebagimana tujuan pendidikan nasional, yang

tercantum dalam Undang-Undang republik Indonesia No. 2

tahun 1989 tentang sisitem pendidikan nasional yaitu:

“mencerdaskan kehidupan bangsa danmengembangkan manusia seutuhnya, yaitumanusia yang beriman dan bertaqwakepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudipekerti yang luhur, memilikipengetahuan dan keterampilan, kesehatanjasmani dan rohani, kepribadian yang

2

mantap dan mandiri serta tanggung jawabkemasyarakatan dan kebangsaan.”1

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, harus ditempuh

melalui proses pendidikan dan pengajaran dalam

pendidikan formal, yaitu dengan mengikuti proses

interaksi belajar mengajar.

Menciptakan suatu pendidikan yang baik dan efektif

tidak akan terlepas dari kegiatan belajar mengajar yang

dirumuskan oleh guru untuk menyampaikan materi

pelajaran, dalam kegiatan belajar mengajar perlu

perhatikan tingakat keberhasilan (prestasi) peserta

didik dalam menangkap ilmu yang disampaikan oleh

pendidik agar sesuai dengan materi yang akan

disampaikan atau diberikan. Dengan demikian tujuan yang

akan dicapai atau diinginkan dalam pengajaran tersebut

mudah tercapai.

Selain itu perlu di perhatikan agar apa yang

didapatkan siswa dari hasil belajar lebih permanen atau

bertahan lama dalam ingatannya. Maksudnya, siswa tidak

1 Hasbullah, kapita selekta pendidikan Islam, Jakarta, 1996, hlm. 28

3

mudah melupakan apa yang diperolehnya sebagai hasil

belajar. Hal ini, sangat penting karena materi

pelajaran yang disusun berdasakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yang sebelumnya telah dibuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah

tersusun dan sistematis.

Pendidkan terhadap anak dipandang sebagai salah

satu aspek yang memiliki peranan pokok sebagai

pembentukanmanusia menjadi insan yang sempurna (insan

kamil) atau memiliki keperibadian yang utama.

Berdasarkan asumsi tersebut maka diperlukan pendidikan

anak yang dapat membantu menyelesaikan problem yang

dihadapi masyarakat muslim dewasa ini. Semisal semakin

gencarnya pengaruh moderenisme yang menuntut lembaga

pendidikan formal untuk memberikan ilmu pengetahuan

umum dan keterampilan sebanyak-banyaknya kepada peserta

didik yang menyebabkan terdesaknya mereka (khususnya

umat Islam) untuk memperoleh bekal keagamaan yang cukup

memadai.

4

Maka dari itu, hendaknya pendidikan menyentuh

seluruh aspek yang bersingungan langsung dengan

kebutuhan perkembangan individu anak-anak baik itu dari

ilmu agama maupun ilmu umum agar mereka dapat hidup dan

berkembang sesuai dengan ajaran agama Islam yang

kaffah.

Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

proses belajar mengajar salah satu yang disoroti adalah

segi metode yang digunakan. Sukses tidaknya suatu

proses pembelajaran salah satunya tergantung pada

ketepatan metode yang digunakan. Demikian juga dengan

pembelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI) juga

membutuhkan metode yang tepat. Sebab metodelah yang

menentukan isi dan cara mempelajari sejarah kebudayaan

Islam tersebut dengan baik. Dengan demikian metode

merupakan alat yang sangat penting untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan dan direncanakan. Selain

itu ketepatan memilih metode dalam penerapanya juga

harus diperhatikan. Seperti halnya pengunaan metode

menghapal dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam.

5

Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan

antara kesesuaian metode dengan perkembangan yang

terjadi. Diantaranya :

1. Kesesuaian antara metode pembelajaran dengan materi

ajar,dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik,

dengan budaya dan kondisi yang melingkari baik lokal,

maupun global dan tujuan yang akan dicapai.

2. Kesesuain dan kemampuan metode pembelajaran dengan

tumbuh kembangnya budaya dilingkungan sekolah.

3. Kesesuaian antara metode belajar dengan kemampuan

peserta didik dalam menyelesaikan studinya dengan

bagus.2

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa disekolah-

sekolah Islam, perhatian yang cukup besar diberikan

terhadap sejarah kebudayaan Islam mengingat betapa

pentingnya yaitu sebagai sumber ajaran serta ibrah dan

nilai bagi umat Islam. Dalam mempelajari sejarah

kebudayaan Islam tersebut tidak hanya memfokuskan pada

2 Mastuhu, menata ulang pemikiran system pendidikan Nasionaldalam abad 21(Yogyakarta:Safiria Insania Press,2004)Cet.2 hlm.108-109

6

membaca saja, akan tetapi melibatkan murid dalam

mencontoh atau mentauladani serta mengambil hikmah dari

pelajaran sejarah kebudayaan Islam itu sendiri.

Sebenarnya untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan

untuk menghapal nama-nama tokoh serta kejadian-kejadian

dalam pelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah mudah.

Akan tetapi mudah juga untuk lupa.oleh karna itu

ketekunan dan keuletan sangat diperlukan, hal ini

merupakan salah satu contoh kendala tersendiri yang

memerlukan penyelesaian yang tentunya tidak semudah

yang kita bayangkan. Sehinga inilah yang membuat

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam hal

ini lebih mempokuskan pada tingkat Madrasah Aliyah,

adapun pokok pembahasan mengenai: Penerapan Metode

Menghafal dan problematikanya dalam pembelajran Sejarah

Kebudayaan Islam pada siswa kelas X Madrasah Aliyah

Darul Amini NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014-2015.

Kajian ini akan menjadi pertimbangan para pengajar

dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya

bagi pengajar yang menerapkan metode menghafal.

7

B. Rumusan masalah

Dari uraian latar belakang dan beberapa kerangka

pemikiran di atas, ada beberapa permasalahan yang

merupakan agenda penelitian yang akan dikaji yaitu:

1. Bagaimana penerapkan metode menghafal dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa

kelas X di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual

Tahun Pelajaran 2014-2015?

2. Apa saja problematika dalam pembelajaran sejarah

kebudayaan Islam pada siswa kelas X di Madrasah

Aliyah Darul Aminin NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014-

2015?

3. Bagaimana solusi yang dilakukan dalam mengatasi

problematika dalam pembelajaran sejarah kebudayaan

Islam pada siswa kelas X di Madrasah Aliyah Darul

Aminin NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014-2015?

C. Tujuan penelitian

Dari permasalahan-permasalahan yang dipaparkan

di atas, maka tujuan penelitian adalah:

8

1. Untuk mengetahui penerapan metode menghafal dalam

pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada siswa

kelas X Madrasah Aliyah Darul Amini NW Aikmual Tahun

Pelajaran 2014-2015.

2. Untuk mengetahui problematika apa saja yang dihadapi

dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada

siswa kelas X Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual

Tahun Pelajaran 2014-2015 dengan mengunakan metode

menghafal.

3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan dalam

mengatasi problematika dalam Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam pada Siswa kelas X Madrasah Aliyah

Darul Aminin NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014-2015..

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah pustaka kependidikan atau

memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya

dapat memeberi motivasi penelitian khususnya yang

berkaitan dengan penerapan Metode menghafal dan

9

problematikanya dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Darul

Aminin NW Aikmual Tahun Pelajaran 2014/2015.

Sebagai hasil pijakan bagi peneliti-peneliti yang

akan datang.

b. Manfaat Praktis

sebagai tanbahan refsensi bagi guru serta orang tua

siswa Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual

tentang penerapan metode menghafal dan

problematikanya dalam pembelajran Sejarah

Kebudayaan Islam.

dapat menjadi acuan bahan rujukan dan pertinbangan

bagi sekolah dan Madrasah Aliyah lainya.

c. Bagi Peneliti

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

atau sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

fakultas Tarbiyah di Institut Agama Islam

Hamzanwadi Pancor.

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep penerapan Metode Menghafal dalam pengajaran

Sejarah Kebudayaan Islam

1. Teori Tentang Metode menghafal

Kata menghafal dapat disebut juga sebagai

memori, dimana apabila mempelajarinya maka membawa kita

11

pada psikologi kognitif, terutama pada model manusia

sebagai pengolah informasi.

Secara singkat memori melewati tiga prosesyaitu perekaman, penyimpanan danpemangilan. Perekaman (encoding) adalahpencatatan informasi melalui reseptor indradan saraf internal. Penyimpanan (strorage)yakni menentukan berapa lama informasi ituberada beserta kita baik dalam bentuk apadan dimana. Penyimpanan ini bisa aktif,bila kita menanbahkan informasi tanbahan.Mungkin secara pasif terjadi tanpapenambahan. Pemangilan (retrieval) dalambahasa sehari-hari mengingat lagi, adalahmengunakan informasi yang disimpan.3

Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa

ada beberapa proses yang dilalui seseorang dalam

menyimpan sesuatu diotaknya sehinga apa bila salah satu

alur proses tersebut kurang optimal maka akan

mempengaruhi tingkat hafalan seseorang.

Begitu pula dalam proses menghafal pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam dimana informasi yang baru

saja diterima melalui membaca ataupun teknik-teknik

dalam menghafal yang juga melalui tiga tahapan yaitu

Perekaman, perekaman ini saat siswa mencoba untuk3 Jalaludin rakhmat,psikologi komunikasi, Edisi Revisi,(Jakarta:Remaja Rosda Karya,2005),Cet.22, hal.63

12

menghafal tugas yang berupa nama tokoh, tempat kejadian

ataupun tahun terjadinya, yang dilakukan secara terus

menerus, sehinga akhirnya masuk dalam tahap penyimpanan

pada otak (memori) dalam jangka pendek dan jangka

panjang. Kemudian ketika fase pemangilan memori yang

telah tersinpan yaitu disaat tes evaluasi menghafal

dihadapan Guru.

Adapun teori yang membahas tentang bagaimana

sistem atau sistematiaka kerja memori salah satunya

adalah sebagai berikut:

Secara singkat, teori ini menyatakanbahwa informasi mula-mula disimpan padaSensory Storage (gudang indrawi), kemudianmasuk Short Term Memory (STM, memori jangkapendek) lalu dilupakan atau dikoding untukdimasukkan kedalam Long Term memory (LTM,memori jangka panjang) otak dianalogikandengan Komputer, sensory strorage lebihmerupakan proses perceptual dari padamemori. Ada dua macam memori , memoriikonis untuk materi yang kita perolehsecara Visual, dan memori ekosis untukmateri yang masuk secara auditif (melaluipendengaran). Penyinpanan disiniberlansung cepat, hanya berlansungsepersepuluh sampai seperempat detik.Sensory storage yang menyebabkan kitamelihat rangkaian gambar seperti bergerak,ketika kita menonton film. Supaya dapat

13

diingat informasi ini harus disandi(encoded) dan masuk pada short termmemory. Inipun berlansung singkat. Yangperlu diingat adalah bahwa tahapan memoryini adalah tidak terlepas dari sudutpandang piskologi, hal ini sesuai ungkapanHermann ebbinghaus yang dikutif oleh Donald JFos dalam bukunya berjudul Psycholinguistics:“The Study of memory has been area of active interest topsychology” belajar tentang memori sudahjadi bagian dan menarik perhatian parapsikologi. Bila informasi ini berhasildipertahankan STM, ia akan masuk LTM.Inilah yang umum kita kenal sebagaiIngatan.4 LTM meliputi periode penyimpananinformasi sejak semenit sampai seumurhidup. Kita dapat memasukkan informasidari STM ke LTM dengan(membagibeberapa”chunk”), rehearsals (mengaktifkanSTM untuk waktu yang lama denganmengulangnya), clustering (mengelompokkandalam konsep-konsep) atau method of loci(memvisualisasikan dalam benak kita materiyang harus kita ingat).5

“Long-term Memory (LTM) is memory that can last as little 30

second or as long as decades.6 Yang dimaksud memori jangka

panjang (LTM) adalah memori yang dapat bertahan paling

sedikit 30 detik atu bisa bertahan paling lama sampai

puluhan tahun. Berbeda dengan bentukdan fungsi dari

4 Donald J Fos dan David T. Hakes,Psycholinguistics An Introduction to The Psychology of Language,(Londen, Prentice Hall,1978),hal.1335 Jalaludin Rakhmat, Op. Cit, hal. 66-67.6 Wikipedia,Long Term Memory,http//www.audiblox2000.com/learning_disabilites/memory.htm

14

kerja memori biasa atau memori jangka pendek, yang

hanya menyimpan materi sekitar 30 detik.

Secara ilmu Biologi memori jangka pendek adalah

suatu kemampuan penyimpanan sementara pada syraf otak

yang berhubungan, yang dapat menjadi memori jangka

panjang melalui proses latihan dan gabungan yang

berarti. Mekanesme yang diusulkan dalam proses

penyimpanan memori jangka pendek berpindah ke memori

jangka panjang yang penyimpananya melalui potensi

jangka panjang, yang meminpin ke arah fisik perubahan

dalam struktur neurons, khususnya, tingkat waktu yang

meliputi pada masing-masing tingkatan memori yang

memproses sisi di bawah pemeriksaan.

2. Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pengertian metode menghafal Sejarah Kebudayaan

Islam

Sesuai dengan pemaparan dalam pendahuluan diatas

bawa dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar

bejalan secara efektif maka perlu menerapkan berbagai

metode mengajar sesuai dengan tujuan situasi dan

15

kondisi yang ada, guna meningkatkan pengajaran dengan

baik, karna berhasil tidaknya suatu proses belajar

mengajar ditentukan oleh metode pengajaran yang

merupakan bagian integral dalam sistem pengajaran.

Dari sinilah penulis akan mencoba menguraikan

beberapa pengertian tentang metode menghafal Sejarah

Kebudayaan Islam dengan beberapa pendapat para tokoh

yang bersangkutan, diantaranya:

Pengertian Metode Menghafal

Metode berasal dari kata method dalambahasa Inggris yang berarti cara.Metode adalah cara yang tepat dancepat dalam melakukan sesuatu.7

Selain itu Zuhairi juga mengungkapkanbahwa metode berasal dari kata yunani(Greeka) yaitu dari kata “metha” dan“hodos”. Metha berarti melalui ataumelewati, sedangkan kata hodosberarti jalan atau cara yang harusdilalui atau dilewati untuk mencapaisuatu tujuan tertentu.8

7 Ahmad Tafsir,Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1995)Cet.1,hlm.98 Zuhairi, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani,1993)hal.66.

16

Dari pendapat diatas dapat disimpulakn bahwa

metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat dan

cepat dalam menerapkan metode menghafal dalam

pengajaran, jadi faktor metode ini tidak boleh

diabaikan begitu saja, karna metode disini akan

berpengaruh pada tujuan pengajaran.

Sedangkan menghafal berasal darikata.........................................yang berarti menjaga, memelihara danmelindungi.9Didalam kamus yang samajuga mengungkapkan bahwa menghafaldituliskan dengan lafaz:yang diartikan menghafal al-Qur’an.10Adapun menghafal menurutkamus Bahasa Indonesia bahwamenghafal berasal dari kata dasarhafal yang artinya telah masuk dalamingatan tentang sesuatu, pelajaranatau dapat mengucapkan diluar kepalatanpa melihat buku atau catatanlainya. Kemudian mendapatkan awalanme menjadi menghafal yang artinyaadalah berusaha meresapkan kedalamfikiran agar selalu ingat.11 Selainitu menghafal juga dapat diartikandari kata memory yang artinya

9 Ahmad Warson Munawir, Kamus al Munawwir,(Surabaya: Pustaka Progresif,2002),Cet.25,hal.27910 Ibid.hlm. 29711 Hasan Alwi,Kamus besar Bahasa Indonesia,ed III,(Jakarta:Balai Pustaka,2003),Cet.3. hal.381

17

ingatan, daya ingatan, jugamengucapkan diluar kepala.12

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

arti dari metode menghafal adalah cara yang tepat dan

cepat dalam melakukan kegiatan belajar mengajar pada

bidang pelajran dengan menerapkan menghafal yakni

mengucapkan diluar kepala tanpa melihat buku atau

catatan lain dalam pengajaran tersebut.

Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Sejrah kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah

satu mata peljaran yang terhinpun dalam Pendidikan

Agama Islam (PAI) yang diajarkan diberbagai jenjang

pendidikan yang bernafaskan islam. Sejarah memiliki

peranan penting dalam kehidupan. Dengan sejarah

seseorang dapat mengetahui keadaan masa lalu yang

mengandung banyak nilai dan pelajaran hidup bagi

seseorang. Sejarah tidak hanya sekedar untuk mengenang

masa lalu, sejarah diharapkan mampu memberikan

12 John M.Echols dan Hassan Shadli, Kamus Inggris Idonesia An English Indonesian Dicionary,(Jakarta:Gramedia,1992),Cet.20.hal.378

18

sumbangan yang besar terhadap realitas kehidupan

sekarang ini. Selain itu, diharapkan kehidupan yang

dijalani sekarang dan yang akan datang dapat berkaca

pada peristiwa masa lalu. Itulah yang disebut

rekonstruksi sejarah oleh Kuntowijoyo dalam bukunya

Metode Sejarah.13Dudung Abdurrahman dalam bukunya yang

berjudul Metodologi Penelitian Sejarah juga mengatakan hal

yang sama, yaitu:

“seiring perkembangan dan kemajuanIlmu pengetahuan, sejarah sebagaisebuah disiplin Ilmu lain bagikehidupan umat manusia kini dan masayang akan datang. Kecendrungandemikian akan semakin nyata apabilasejarah bukan hanya sebatas kisahbiasa, melainkan didalamya terkandungeksplanasi kritis dan kedalamanpengetahuan tentang “bagaimana”dan”mengapa” peristiwa-peristiwa masalampau terjadi”14

Dari uraian diatas jelaslah bahwa sejarah bukan

hanya semata mata kisah/dongeng dimasa lalu akan tetapi

sejarah penuh dengan ibrah atau contoh yang bisa kita

13 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah,(Yogyakarta:Yayasan Bintang Budaya,1995)hal.1714 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2007)hal.21

19

jadikan rujukan untuk kemajuan serta meningkatkan

keimanan kita.

Oleh karna itu, Sejarah Kebudayaan Islam sangat

penting untuk diberikan dan diajarkan dengan baik

kepada setiap satuan pendidikan yang bernapaskan Islam

mulai dari Madrasah Ibtidakyah (MI) sampai perguruan

tingi dengan tujuan sejarah akan dapat direkonstruksi

oleh umat Islam pada Zaman modern ini.

Mata pelajaran Sejarah Peradaban Islam dirasakan

telah menjadi mata pelajaran yang dianaktirikan dari

pada mata pelajaran yang lainya sehinga dalam

kenyataanya dilapangan, banyak peserta didik yang

merasa pembelajaran Sejarah kebudayaan Islam yang

diajarkan guru hanya menjadi mata pelajaran yang

membosankan karna hanya dikemas dalam penyajian yang

kurang menarik. Dengan adanya KTSP yang lebih domonan

memberikan kebebasan kepada guru didalam menjabarkan

standar kompetisi dan kompetisi dasar,15maka seorang

15 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:sebuah panduan Praktis.hal.8

20

guru dituntut untuk dapat mengolah pembelajaran dengan

mengunakan metode dan media secara tepat, termasuk

dengan metode menghafal. Oleh karna itu diharapkan mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat dikemas

menjadi matapelajaran yang tidak monoton sehinga nilai

didalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat

direkonstruksi dengan baik didalam kehidupan Siswa.

Kita kembali sedikit didalam pendidikan dijaman

Rasullulah, dimana Rasullulah dalam mendidik para

sahabat-sahabat untuk mempelajari al-Qur’an Rasullulah

setiap setiap menrima wahyu, beliau menyarankan para

sahabat damengingatnya atau menghafalnya. Dan kita

ketahui juga didalam al-Qur’an banyak sekali terdapat

kisah-kisah atau sejarah dari para Nabi dan Orang-orang

terdahulu yang membutuhkan kemampuan untuk dihafalkan.

Dari sini dapat kita ketahui bahwa metode menghafal

merupakan salah satu metode yang dipakai oleh

Rasullulah, tentunya juga akan relevan jika metode

21

tersebut digunakan pada saat ini, khususnya dalam

mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam.

Pada dasarnya pendidikan dan pengajaran yang

dilakukan melalui praktek atau amplikasi lansung, akan

membiasakan kesan khusus dalam diri anak didik sehinga

kekokohan Ilmu pengetahuan dalam jiwa anak didik akan

semakin terjamin.

3. Dasar dan tujuan metode menghafal dalam pengajaran

Sejarah Kebudayaan Islam

a. Dasar Metode Menghafal

Didalam menerapakan metode pada proses belajar

mengajar tentunya ada dasar atau sandaran yang menjadi

pinjakan dalam menerapkan metode tersebut,hal ini tidak

jauh berbeda dengan metode menghafal yang sudah barang

tentu memiliki dasar baik itu dalil-dalil al-Qur’an

maupun as-Sunah.

22

Adapun dasar yang dijadikan sebagai landasan

pengunaan metode menghafal mengacu pada nash dan Hadist

diantaranya:

1. Surat al Hijr ayat 9 yang berbunyi:

artinya: Sesunguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan

sesunguhnya kami benar-benar memelihara.(Q.S. al-

hijr:9)16

perlulah adanya pengkajian ulang bahwa dalam

menjaga al-Qur’an ini Allah mengunakan kata ganti

yang artinya kami, dengan keterwakilan orang

Banyak. Disinilah dalam menjaga al-Qur’an allah juga

melibatkan manusia. Perlibatan disini lebih dimaknai

untuk mempelajari, mempelajari al-Qur’an bisa dengan

jalan menghafal, membaca dan meresapi bacaan al-Qur’an.

16 Soenarjo,Al-Qur’an dan terjemahanya,(Semarang:Toha Putra, 1989),hal.391

23

2. Hadist Nabi Muhamad SAW

Di dalam kitab Irsadul Ibad yang

diriwayatkan oleh Imam ad-Dailami dipaparkan keutamaan

menghafal al-Qur’an yang berbunyi:

Artinya : dan Ad-Dailami meriwayatkan dari Abi Umamah:

“orang yang hafal al-Qur’an itu bagaikan memegang panji Islam dan

barang siapa memuliakan orang yang menghafal al-Qur’an maka Allah

akan memuliakannya dan barang siapa menghina orang yang hafal al-

Qur’an tersebut maka akan mendapatkan laknat dari Allah”

Dari sini dapatlah kita ketahui bahwa sesunguhnya

orang yang hafal al-Qur’an sangat dimuliakan Allah dan

mendapat posisi lebih, yakani bagaikan memegang panji

Islam. Dan sebaliknya orang yang menganiaya ataupun

menghina yang menghafal al-Qur’an akan mendapat laknat

dari Allah.

b. Tujuan metode menghafal

24

Rasulullah menerapkan metode menghafal dengan cara

menyimak ulang doa-doa dan ayat-ayat al-Quran yang

pernah diberikan kepada para sahabat. Darisini

bahwasanya metode yang dipakai Rasulullah juga tepat

digunakan pada proses belajar mengajar Sejarah

Kebudayaan Islam pada masa sekarang ini. Dalam

mengimplementasikan pada kurikulum, guru sebagai

salah satu komponen pelaksana kurikulum juga

memperhatikan siswa sebagai subyek pembelajaran yang

juga merupakan komponen pelaksanaan kurikulum

pendidikan. Abdurrahman Mas’ud juga menekankan bahwa

guruhendaknya memperlakukan siswa sebagai subyek dan

mitra belajar bukan obyek belajar.Bahwa pendidikan

orang dewasa adult education yang menekankan belajar

mandiri, kemampuan membaca, berfikir tertib perlu

ditingkatkan secara konsinsten dalam proses belajar

mengajar.17

17 Abdurrahman Mas’ud, Menganggas Format Pendidikan Non dikotomik, Humanisme relegius Sebagai paradigm Pendidikan Islam,(Yogyakarta: Gama Media.2002). hlm.203

25

Interaksi belajar mengajar akan lebih bermakna,

apabila pengajar menjadikan siswa sebagai subyek

belajar dalam melakukanya. Sebaiknya guru tidak

mendominasi kegiatan belajar tersebut akan tetapi lebih

diarahkan untuk memberi motivasi serta bimbingan kepada

siswa dengan tujuan lebih efektif dalam belajar.

Adapun tujuan pengunaan metode menghafal dalam

pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah:

a. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan

tepat dan benar.

b. Kemampuan dalam mengimplestasikan serta mentauladani

sifat-sifat rasullulah dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mampu mengulang isi pelajaran tanpa melihat catatan

ataupun buku pelajaran.

d. Kemampuan memperbaiaki tingkah laku murid melalui

metode pengajaran yang tepat.

e. Menumbuhkan rasa cinta terhadap rasullulah dan para

sohabatnya.

26

f. Menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri bahwa

peradaban Islam dimasa lampau begitu kaya dan besar.

B. Problematika Metode Menghafal Dalam Pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam menerapkan metode menghafal tentunya akan

menemukan kendala atau problematika pada kegiatan

belajar mengajar, hal ini tentu saja tidak lepas dari

aspek kelebihan dan kekurangannya dari metode tersebut,

kedua aspek ini tentu saja sudah diperhitungkan sejak

awal oleh guru.

Kalau dilihat dari sifat maupun bentuknya metode

menghafal ini bias dikatagorikan sebagai pekerjaan

rumah yang sering disebut sebagai metode resitansi, hal

ini berdasarkan waktu pelaksanaan menghafal ini dimana

siswa menghafalkan diluar jam pengajaran Sejarah

Kebudayaan Islam.

Adapun kelebihan dari metode menghafal adalah:

1. Menumbuhkan minat baca siswa dan lebih giat dalam

belajar.

27

2. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tidak mudah

hilang karena sudah dihafalnya.

3. Siswa berkesempatan untuk memupuk perkembangan dan

keberanian, bertangung jawab serta mandiri.18

Sedangkan kekurangan metode ini adalah:

1. Menghafal yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan

mental

2. Kurang tepat atau membutuhkan perhatian yang lebih

bila diberikan kepada siswa yang mempunyai latar

belakang berbeda-beda.

Selain asfek kelebihan dan kekurangan di atas, ada

juga beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pengunaan metode menghafal yaitu:

a. Apa saja yang harus dihafal siswa sebaiknya terlebih

dahulu difahami betul oleh guru, jangan sampai siswa

menghafal yang belum jelas baginya. Dalam hal ini

banyak kesalahan yang dilakukan oleh guru.

18 Armei Arif, Pengaturan Ilmu Metodologi Pendidikan Islam,(Jakarta: Ciputat Press,2001).hlm.166

28

b. Menghafal harus diberi latar belakang yang cukup,

dengan demikian bahan tersebut akan lebih mudah

dihafal dan mudah diingat.

c. Memeriksa menghafal jangan sampai hanya menyuruh

siswa mengucapkan nya kembali.

d. Untuk menghafal sesuatu dibutuhkan perhatian dan

keinginan untuk mengingat sesuatu.

e. Metode manakah yang lebih efektiv? Metode

keseluruhan atau bagian.

f. Bahan pelajaran banyak yang dilupakan maka

diperlukan peninjauan kembali(active recall dan

review).19

Active recall maksudnya adalah menyatakan kembali

sesuatu yang baru saja dipelajari tanpa melihat buku.

Adapaun maksud dari review adalah untuk mengingat

kembali pelajaran-pelajaran yang lampau untuk mencegah

dilupakan pekerjaan itu. Review ini dapat dilakukan

pada waktu-waktu tertentu, selain itu sebaiknya pada

review ini diutamakan pokok-pokok dan buah-buah pikiran19 S.Nasution, Op.Cit,hlm.62.

29

yang penting serta sesuatu yang belum dipahami dapat

dibicarakan kembali.

Ada beberapa manfaat active recall dalam

pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam yakani

membangkitkan aktifitas dalam belajar, memberi latihan

untuk mengingatnya, merupakan tes untuk mengetahui

sampai mana bahan dikuasai, dan menunjukkan kelemahan

dan kekurangan agar nantinya diperbaiki.

C. Solusi Metode Menghafal

Ada beberapa solusi yang penulis angkat sebagai

rujukan baik itu rujukan dari hadist maupun rujukan

secara Umum. Dari hadist misalnya yang penulis kutip

dari Kitab Hosoisul Ummatil Muhamadiyah karangan (sayid

Muhamad bin Alawi bin Abbas al-Maliki, Hal. 138-140)20

yang diterjemahkan oleh TGH. Qomaruddin Hadi Mapong,

didalam kitab tersebut dijelaskan bahwa ketika

sayyidina Ali RA menghadap rasullulah mengeluhkan

20 Sayyid Muhamad, as-Shofwah. Hal,138-140

30

tentang hafalan al-Qur’an beliau yang kurang lama

bertahan maka rasullulah menyuruh sayyidina Ali untuk:

1. sholat sunat hajad empat rakaat di sepertiga malam

atau dipertengahan malam, ataupun diawal malam pada

malam Jum’at.

2. Setelah selesai dari sholat Membaca hamdalah, puji-

pujian kepada allah serta ber sholawat kepada Nabi

dan semua para Nabi serta memintakan ampunan bagi

Mukminin dan Mukminat, lalu ber do’a yang rasullulah

ajarkan kepada Sayyidina Ali ra.

3. Dikerjakan berturut-turut selama tiga kali atau lima

kali setiap malam Jum’at.

Sedangkan dalam proses belajar mengajar Sejarah

Kebudayaan Islam ada dua tahap yang biasanya dilakukan

oleh para guru yang mungkin cocok dalam pelaksanaan

metode menghafal tersebut, diantaranya:

1. Tahap Pra Instruksional

31

Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh guru

dalam tahap ini adalah:

a. Guru menanyakan siswa dan mencatat siapa yang tidak

hadir

b. Dengan cara memangil satu persatu dari awal hinga

akhir.

c. Langkah selanjutnya adalah guru bertanya kepada

siswa sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya

juga menanyakan apakah ada tugas menghafal.

d. Mengajukan pertanyaan pada siswa ataupun salah satu

perwakilan tentang bahan pelajaran yang disampaikan

pada pertemuan yang lalu.

e. Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang

bahan pelajaran yang disampaikan pada pertemuan

lalu yang belum dikuasai.

f. Mengulang kembali bahan pelajaranyang lalu secara

singkat tetapi mencakup semua aspek pembahasan

sebelumnya sehinga menjadi dasar bagi pelajaran

yang akan dibahas hari ini.

32

2. Tahap Instruksional

Dalam tahap ini yang sangat diperlukan adalahstrategi pengajaran diantaranya:

“Bahwasanya strategi belajarmengajar adalah pola umum perbuatanguru dan siswa didalam perwujudankegiatan belajar mengajar”21

Pengunaan metode menghafal iniprof. Dr, S Nasution mengungkapkanbahwa mungkin sekali belajarbersifat menghafal ini palingbanyak digunakan di senkolah, sebabtujuanya belajar adalah menempuhujian, untuk itu diperlukanpenguasaan sejumlah pengetahuansiap. Memang banyak hal yang harusdi hafal dan harus segera diketahuibila diperlukan salah satunyaseperti kata-kata. Tanpa sejumlahpengetahuan siap kita mungkin sukarmengatasi masalah-masalah dalamhidup kita.22

Kita tidak bisa memungkiri bahwa menghafal

merupakan suatu metode belajar yang hampir disetiap

mata pelajaran akan membutuhkan yang namanya menghafal.21 JJ.Hasibuan dan Mujdiono, Konsep Belajar Mengajar(Bandung: Remaja Rosda Karya,1995),hlm.322S.Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar,(Jakarta: Bumi Aksara,2000)Cet.2.hlm.61

33

Proses belajar mengajar Sejarah Peradaban Islam

dengan menerapkan metode menghafal mendorong siswa agar

dapat mengingat dengan baik juga dapat mengetahui

maksud dan tujuan yang terkandung didalam pelajaran

SKI. Selain itu alasan mengapa siswa lebih senang

belajar dengan cara menghafal ada beberapa hal,

diantaranya:

1. Karna belajar dengan cara menghafal adalah yang

paling sederhan dan mudah.

2. Karna adanya kecemasan /perasaan tidak mampu

menguasai bahan, sebagai pemecahanya maka bahan

dicoba dikuasai dengan menghafalkanya.

3. Karena ada tekanan pada jalanya pelajaran, untuk

menutupi kekurangan-kekurangan diatas dengan

menghafalkanya.

4. Karna pengalaman dan kebiasaan.

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

sampel atau lokasi penelitian di Madrasah Aliyah Darul

35

Aminin NW Aikmual karena disamping madrasah ini adalah

satu-satunya yang paling dekat dan paling mudah

mendapatkan informasi oleh peneliti dan madrasah ini

juga mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam.

B. Definisi Konsep

Agar memberikan pemahaman yang tepat serta

untuk menghindari keslahpahaman dalam

menginterpretasikan judul skripsi ini, maka perlu untuk

mempertegas istilah dalam judul tersbut, juga

memberikan batasan-batasan istilah. Adapun penjelasan

istilah tersebut ialah:

1. Penerapan

Penerapan berasal dari kata dasar “terap”

yang artinya berukir kemudian mendapat imbuhan pe-an.

Sehingga kata tersebut menjadi penerapan yang

berarti proses, cara atau perbuatan menerapkan.23

2. Metode

Metode berasal dari kata method dalam bahasa

Inggris yang berarti cara. Metode adalah cara yang23 Lukman Ali, Kamus bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka,1999),Cet.10.hlm.1044

36

tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Metode di

sini menurut peneliti diartikan sebagai cara yang

tepat dan cepat dalam melakukan metode menghafal

dalam pembelajaran Sejarah Kebudayan Islam.

3. Menghafal

Kata menghafal di sini berasal dari kata

yang berarti menjaga, memelihara, dan melindungi.24

Menghafal berasal dari hafal yang artinya telah

masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat

mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau

catatan lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi

menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke

dalam pikiran agar selalu ingat.25

4. Pemeblajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pembelajaran adalah operasionalisasi dari

kurikulum pembelajaran di sekolah terjadi apabila

terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan

24 Ahmad Tafsir,Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Bandung:Remaja Rosda Karya,1995,Cet.1.hlm.925 Hasan Alwi,Kamus besar Bahasa Indonesia edisi3,(Jakarta, Balai Pustaka,2003)cet,3.hlm.381

37

belajar yang diatur guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran.26

Sedangkan definisi Sejarah adalah segala

peristiwa yang telah lalu baik yang ditulis maupun

tidak, Sejarah juga sering dipakai sebagai rujukan

untuk masa kini dan akan datang.

Kebudayaan islam sering identik dengan

peradaban islam jadi kebudayaan Islam adalah termasuk

dari Peradaban Islam itu sendiri.

Selain itu Sejarah Kebudayaan Islam ini

merupakan salah satu mata pelajaran yang masuk dalam

kurikulum pembelajaran yang diajarkan dalam

madrasah. Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual

merupakan salah satu pendidikan formal yang

menerapkan metode menghafal dalam proses belajar

mengajar, maka dari itu peneliti menjadikannya

sebagai sumner data dan infromasi pelaksanaan

penerapan metode menghafal dalam pembelajaran,

khususnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.26 Nana sujana ,dasar-dasar proses belajar Mengajar,(Bandung,sinar Baru Algensindo,2000)cet,5.hlm.10

38

Jadi secara garis besar dapat ditegaskan

bahwa penerapan metode dalam pembelajaran yang akan

diangkat adalah berhubungan dengan penerapan metode

menghafal dan problematika yang dihadapi dalam

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mulai dari

perencanaan metode, pelaksanaan dan penilaian hasil di

Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

C. Jenis dan Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Setiap penelitian akan memerlukan suatu

pendekatan atau desain, yang menunjukkan cara

mengumpulkan dan enganalisa data, agar penelitian

dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, secara

serasi denga tujuan penelitian. Dalam melakukan

penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yang

bersifat kualitatif, karena data yang akan diperoleh

di lapangan lebih banyak yang bersifat informasi dan

keterangan-keterangan bukan dalam bentuk simbol atau

angka.

39

Adapun pendapat yang lain menyatakan bahwa

“penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.”27

Dengan demikian dalam menggunakan metode yang

bersifat kualitatif, peneliti hanya mengharapkan apa

adanya arti ucapan atau tulisan dari perilaku dan

orang-orang atau subjek yang diteliti. Dalam

memaparkan data dari temuan serta dalam membahas ini,

penulis mengemukakaknnya secara deskriptif, yaitu

mengggambarkan dengan kata-kata semua data yang

diperoleh serta diuraikan secara ilmiah (apa adanya).

Demikian juga analisanya menggunakan analisa data

secara induktif, sedangkan dalam proses pengumpulan

data peneliti lebih banyak berhubungan dengan

responden.

Adapun ciri-ciri penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

27 Meleong Lexi,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta,rineka Cipta.2001)hal.3

40

1. Melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada

konteks dari suatu keutuhan (entity).

2. Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat pengumpul data utama.

3. Menggunakan metode kualitatif.

4. Menggunakan analisis data secara induktif.

5. Lebih menghendaki arah bimbingan penyususnan teori

substantif yang berasal dari data

6. Deskriptif.

7. Lebih banyak mementingkan segi proses daripada

hasil.

8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus.

9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.

10. Desain yang bersifat sementara.

11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati

bersama.28

Berdasarkan ciri-ciri pendekatan kualitatif

di atas, maka dalam penelitian ini, penulis mengkaji

setiap peristiwa, aktifitas-aktifitas dan program-28 Meleong Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta:Renika Cipta2001)hal.4-8

41

program kerja maupun hal-hal lain yang berhubungan

dengan pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam

meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah Aliyah

Darul Aminin NW Aikmual .

2. Objek Penelitian dan Ruang Lingkup

a. Objek Penelitian

Dalam menentukan data apa saja yang

dibutuhksn dan objek penelitian dalam penelitian

ini, penulis mengacu pada point-point tujuan

penelitian.

Oleh karena objek penelitian ini adalah:

1. Keterangan tentang penerapan metode menghafal dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah

Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

2. Aktifitas guru dalam kegiatan belajar mengajar dalam

hal ini, kaintannya dengan penerapan metode

menghafal di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW

Aikmual .

42

3. Aktifitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar yakni kaitannya penggunaan metode menghafal

di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

4. Bagaimana cara dan bentuk belajar yang dilakukan

siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

dalam penggunaan metode menghafal di Madrasah

Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

b. Ruang Lingkup

Kajian tentang metode menghafal merupakan

obyek penelitian yang sangat luas, untuk memberikan

pemahaman yang mendalam peneliti menfokuskan pada

penerapan metode dan problematikanya. Dalam hal ini

peneliti mengambil kancah penelitian di Madrasah

Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

Menghafal ini menitikberatkan pada

pembelajaran yang diterapkan oleh guru kepada siswa di

sekolah. Selanjutnya pembahasan ini tentang

problematika yang dihadapi juga bagaimana mengatasi

problematika tersebut.

43

Adapun pendekatan yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah dengan pendekatan

kualitatif, dimana penelitian ini dimaksud untuk

eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena dan

kenyataan yang terjadi yaitu dengan jalan

mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan

masalah yang diteliti.29

Yakni mendeskripsikan tentang segala sesuatu

yang berkaitan kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakn metode menghafal dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam bagi siswa-siswi di Madrasah Aliyah

Darul Aminin NW Aikmual .

Sedangkan tujuan yang diinginkan yaitu siswa-

siswi mampu menghafalkan Nama-nama tokoh, Tempat serta

Tahun kejadian sesuai kurikulum yang dipakai dan materi

yang diajarkan.

Jadi pendekatan ini sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kat-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang yang bersangkutan29 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003)cet,VI,hlm.20

44

dan perilaku yang dapat diamati, diarahkan pada latar

alamiah dan individu tersebut secara holistik

(menyeluruh)

Penelitian deskriptif (descriptive research) ini

dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai

suatu fenomena dan kenyataan yang terjadi.

3. Metode Pengumpulan Data

Di dalam penelitian disamping perlu

menggunakan metode yang tepat juga perlu memilih tehnik

dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan

tehnik dan alat pengumpulan data yang relevan.

Penggunaan tehnik dan alat pengumpulan data yang tepat

memungkinkan diperolehnya data yang obyektif.

Sedangkan dalam penulisan skripsi ini

peneliti menggunakan beberapa metode diantaranya:

a. Metode observasi

Metode observasi adalah metode ilmiah yang

bisa diartikan sebagai pengamatan melalui pemutusan

45

perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan

sebuah alat indera.30

Observasi diartikan sebagai pengamat dan

pencatatan secara sistemik terhadap gejalla yang tampak

pada obyek penelitian, pengamatan dan pencatatan ini

yang dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau

berlangsunya peristiwa, sehingga berada besama obyek.31

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh

data bagaimana proses penerapan metode menghafal dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan

Islam di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

b. Metode interview

Interview merupakan alat untuk mengumpulkan

informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan

secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dimana

pencari informasi (interviewer) mengadakan kontak

30 20, Ibid, hlm,14631 S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta:Rineka Cipta,2003),cet,2.hlm.158-159.

46

langsung dan tatap muka langsung dengan sumber

infromasi (interview). 32

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh data tentang cara menerapkan metode

menghafal di Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual ,

baik itu guru maupun siswa. Selain itu dengan metode

ini pula peneliti akan menggali informasi tentang

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam dan problematika apa saja yang

dihadapi dalam proses belajar mengajar tersebut.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang

menggunakan bahan klasik untuk meneliti perkembangan

yang khusu yaitu untuk menjawab pertanyaan atau

persoalan-persoalan tentang apa, mengapa, kenapa, dan

bagaimana.33

Adapun menurut Suharsimi Arikunto bahwa

metode dokumentasi adalah cara mencari tentang hal-hal

32 Ibid, hlm.16533 Sutrisno Hadi,Metedologi Research I,(Yogyakarta:A

47

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, dan sebagainya.34

Metode dokumentasi ini peneliti gunakan

untuk memperoleh data mengenai metode menghafal yang

digunakan. Dengan metode ini peneliti akan menganalisa

hasil belajar berupa menghafal siswa yang sudah

diberikan oleh guru.

D. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini

berperan sebagai instrumen kunci yang langsung

melibatkan diri dalam kehidupan subyek, dalam semua

hal-hal yang berkaitan dengan subyek penelitian yang

telah ditetapkan atau yang telah ditentukan oleh

peneliti sendiri sesuai dengan jadwal penelitian. Dalam

hal ini kehadiran peneliti bukan ditunjukkan untuk

mempengaruhi subjek penelitian, tetapi untuk

mendapatkan data-data yang akurat dan sewajarnya dengan

34 Suharsimi Arikunto, Prosudur Penelitian:Suatu pendekatan Praktek(Jakarta: Renika Cipta, 1998)hlm.206

48

ikut terlibat langsung dalam aktivitas - aktivitas

mereka.

Untuk mendapatkan data-data yang akurat dan

sesuai dengan tujuan penelitian, maka hal-hal yang

perlu dilaksanakan oleh peneliti di lapangan penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Melakukan observasi yang sedalam-dalamnya tentang

objek penelitian.

2. Mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak-

pihak terkait, antara lain kepala sekola, guru-guru

serta masyarakat sekitar.

3. Disamping mengadakan observasi dan wawancara,

peneliti melakukan pencatatan data-data terutama

data yang berkaitan dengan fasilitas serta tentang

keadaan guru, siswa/siswi, dan keadaan lingkungan

sekitar Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual

Kecamatan Praya.

E. Lokasi Penelitian

49

Lokasi penelitian skripsi ini bertempat di

Madrasah Aliyah Darul Aminin NW Aikmual Kecamatan

Praya Kabupaten Lombok Tengah.

F. Jenis dan Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data ialah

subjek dimana data dapat diperoleh (Arikunto, 1998 : 114).

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode observasi, wawancara, dan

dokumentasi dalam pengumpulan data, maka yang menjadi

sumber data ialah:

1. Kepala Madrasah, untuk mendapatkan data tentang

kondisi riil madrasah dari berbagai aspeknya

terutama terutama dari segi kualitas

pembelajarannya.

2. Tokoh masyarakat, untuk mendapatkan data tentang

partisipasi masyarakat dan cara meningkatkan

pendidikan di madrasah tersebut.

50

3. Guru-guru, untuk mendapatkan data tentang bagaimana

sikap atau perilaku anak didik dalam mengikuti

pelajaran di kelas.

4. Siswa/siswi, untuk mendapatkan data tentang

bagaimana kualitas pengajaran pendidikan di Madrasah

Aliyah Darul Aminin NW Aikmual .

Seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Srikunto bahwa

sumber data dapat diklasifikan menjadi 3 yaitu:

1. Person, yaitu data yang biasa memberikan data berupa

jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban

tertulis melalui angket.

2. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan

berupa keadaan diam dan bergerak

3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda

berupa huruf, angkagambar, atau simbol-simbol lain

(Arikunto: 114-115)

G. Analisis Data

51

Analisis data adalah proses mengorganisasikan

dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh

data.35 Dari rumusan tersebut langkah awal dalam

analisa data adalah mengnorganisasikan data, yaitu

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan mengkode dan

mengkategorikan semua data yang sudah terkumpul.

Dalam penelitian ini akan dianalisa melalui dua

tahap yaitu:

a. Analisa data ketika peneliti masi di lapangan.

b. Analisa data ketika peneliti menyelasikan tugas

pendataan.36

Ketika peneliti masih pada masa-masa

pendataan, usaha penghalusan data telah diusahakan

melalui:37

1. Meringkas data kontak langsung dari orang, kejadian

dan lokasi penelitian.

35 Lexi J moleong, Op,cit.hlm.10336 Sudarwan Danim,menjadi Peneliti Kualitatif,(Bandung:Pustaka Setia,2002)hlm.21037 Neong Muhajir,Metodologi Penelitian kualitatif Edsi,III(Yogyakarta:Rake Sarasin,1996) cet.7.hlm.30-31

52

2. Memberi kode pada data yang diperoleh.

3. Membuat catatan obyektif yang berisi catatan,

klasifikasi, dan pengeditan jawaban sebagaimana

adanya.

4. Membuat catatan reflektif yaitu apa yang terangan

dan terpikirkan oleh penulis dalam sangkutpautnya

dengan catatan obyektif.

5. Menyiapkan data.

Ketika penulis sudah kembali ke lookasi

penelitian, tahap-tahap analisis nantinya adalah:

1. Membuat analisis secara keseluruhan dan secara

langsung ketika kembali dari lapangan.

2. Mengklasifikasikan semua data yang sudah terhimpun.

Sedangkan metode yang digunakan dalam

menganalisis adalah Metode Induktif.

Dari sekian macam teknik keabsahan data pada

metode indukatif, peneliti menggunakan empat cara

yang sesuai dengan fokus penelitian:

53

1. Triangulasi, penggunaan triangulasi ini yaitu dengan

berusaha menyeleksi keabsahan data yang diperoleh

peneliti di lokasi penelitian. Penggunaan teknik ini

pada fokus yang akan diteliti yaitu dengan

memperdalam obsservasi di lapangan khususnya yang

berhubungan dengan pelaksanaan pengajaran dalam

kaitannya dengan mutu pendidikan di Maddrasah Aliyah

Darul Aminin NW Aikmual.

2. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, bertujuan untuk

memperoleh kritikan pertanyaan yang dapat menguji

kebenaran peneliti, sehingga data-data yang

diperoleh benar-benar teruji keabsahannya. Disamping

itu juga penggunaan teknik ini untuk mencari

kelemahan yang kurang jelas pada data-data yang tela

terkukmpul untuk didiskusikan dengan pihak yang

memiliki keahlian yang relevan seperti pembimbing,

teman sejawat dan sebagainya yang menguasai masalah

ini untuk didiskusikan guna mendapatkan kebenaran

data yang diperoleh.

54

3. Kecukupan referensi,penggunaan teknik ini

dimaksudkan sebgai bahan pemeriksaan kebenaran data

atau informasi. Referensi yang dipakai seperti

catatan-catatan lapangan, surat-surat, arsip penting

yang adak kaitanyya dengan penelitian dan mendukung

terlaksananya penelitian.

4. Pengecekan anggota, pengecekan ini untuk

menginnformasikan kembali informasi penelitian

dengan memandang kembali subyek penelitian maupun

informasi.

55