concept note strategic business unit pesantren
TRANSCRIPT
FAST Spirit International
CONCEPT NOTES
FASILITASI KEMANDIRIAN PESANTREN MELALUI PENGEMBANGAN STRATEGI BUSINESS UNIT (SBU)
Bagian I : Gambaran Umum Program
Nama Program Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategic Business Unit (SBU)
Rencana Lokasi Program
.................. (Kabupaten yang mempunyai Pesantren berpotensi)
Tujuan : 01. Mengoptimalkan fungsi Pesantren sebagai pusat pengkaderan masyarakat yang religius, berkepribadian dan mandiri.
02. Mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki Pesantren untuk membangun kemandirian Pesantren secara umum.
03. Sebagai tempat belajar santri untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan, termasuk pengembangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan bisnis.
04. Turut serta membangun peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat sekitar Pesantren sebagai efek positif keberadaan usaha Pesantren (kemitraan mutualisme).
Ruang Lingkup Pekerjaan :
01. Melakukan survey dan penilaian yang detail tentang potensi-potensi Pesantren yang layak untuk menjadi pilot project.
02. Mendesain dan memfasilitasi proses pendirian Strategic Business Unit Pesantren.
03. Memfasilitasi penguatan kapasitas SDM dan kelembagaan SBU baik secara Konseptual, Manajerial dan Ketrampilan teknis termasuk penyusunan perencanaan usaha.
04. Memfasilitasi terjalinnya kemitraan strategis dengan stakeholders guna memperkuat usaha yang dijalankan.
05. Merencanakan, mengatur dan memfasilitasi sebuah pelatihan untuk pengelola SBU dari proses dasar sampai dengan Manajemen teknis pengelolaan SBU.
06. Menjalin Koordinasi dan komunikasi dengan Pemerintah (Badan Pesantren) termasuk DPRA untuk kepentingan konsultasi dan pelaporan.
Output: 01. Tersedianya informasi yang detail tentang potensi-potensi Pesantren yang layak untuk menjadi pilot project.
02. Terbentuknya Strategic Businees Unit (SBU) yang kuat, berkelanjutan dan berpengaruh positif bagi Pesantren dan masyarakat pada umumnya.
03 Standard kapasitas kemampuan SDM pengelola SBU dalam mengelola organisasi dan usaha lembaga.
05. Adanya perencanaan pengembangan usaha Pesantren
Durasi Program : 01. Persiapan Kegiatan dan koordinasi awal 1 Bulan
02. Survey Calon Pesantren Pilot Project 2 Bulan
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
2
2/15
03. Inisiasi dan Pembentukan SBU 3 Bulan
04. Pengurusan Izin Usaha SBU 1 Bulan
05. Pelatihan Bagi Pengelola SBU 15 Hari
06. Pendampingan Pengembangan SBU 5 Bulan
06. Fasilitasi Kemitraan SBU dan Stakeholders 3 Bulan
07. Monitoring dan Evaluasi Periodik
09. Pelaporan Akhir dan Rencana Tindak Lanjut 2 Minggu
Total Time 12 Bulan
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
3
3/15
Bagian II :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren sebagai lembaga yang telah berakar panjang dalam sejarah pertumbuhan bangsa
Indonesia. Sebagai lembaga keagamaan yang bergerak dalam mengembangkan dan menyebarkan agama
Islam, pondok pesantren, yang diperkirakan telah lahir pada abad ke 9 atau 10, telah dan tetap mampu
mempertahankan keberadaannya hingga saat ini. Catatan sejarah menunjukkan bahwa, pondok pesantren
merupakan suatu lembaga yang pada awalnya terintegrasi secara erat dengan masyarakat sekitarnya dan
bahkan merupakan bagian masyarakat yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
bukti keeratan hubungan antara pondok pesantren dengan masyarakat sekitar, tampak pada saat
pergerakan mengenyahkan penjajah. Pada saat tersebut, pondok pesantren dengan para ulama sebagai
pimpinannya mampu menggerakkan santri dan masyarakat sekitarnya untuk memanggul senjata, berjuang
dalam memperebutkan kemerdekaannya.
Pondok pesantren dengan berbagai harapan dan predikat yang dilekatkan padanya, sesungguhnya berujung
pada tiga fungsi utama yang senantiasa diemban, yaitu:
1. Sebagai pusat pengkaderan (Center of Excellence).
2. Pemikir-pemikir agama (Human Resource)
3. Sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pember dayaan pada masyarakat (Agent of
Development) proses perubahan sosial (Social Change)
Dalam keterlibatannya dengan peran, fungsi, dan perubahan yang dimaksud, Ponpes memegang peranan
kunci sebagi motivator, inovator, dan dinamisator masyarakat. Hubungan interaksionis-kultural antara
pesantren dengan masyarakat menjadikan keberadaan dan kehadiran institusi pesantren dalam perubahan
dan pemberdayaan masyarakat menjadi semakin kuat. Namun demikian harus diakui belum semua potensi
besar yang dimiliki Ponpes tersebut terkait dengan kontribusi pesantren dalam pemecahan masalah-
masalah sosial ekonomi umat.
Fungsi masyarakat sebagai pemberdayaan ekonomi santri dan warga sekitarnya sesungguhnya beruung
pada kemampuan pesantren bersama santri dan warga sekitar menuju kemandirian. Selama ini Ponpes
selalu dilabeli dengan nama lembaga pengedar proposal dana bantuan, baik pada institusi formal atau non
formal. itu tentunya tidak mengenakkan. Ponpes akan terbebas dari anggapan itu kalau Ponpes menjadi
lembaga yang kuat, terutama dalam sektor ekonomi. Dengan sendirinya, tidak setiap ada kegiatan, apakah
membangun gedung atau kegiatan lain, tidak selalu sibuk mengedarkan proposal kesana-kemari
Sementara itu, pada tahun 2000, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai angka yang sangat
mengkhawatirkan, sekitar 38,5 juta jiwa. Jumlah ini mengalami kenaikkan 1,1 juta jiwa bila dibanding tahun
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
4
4/15
1999. Salah satu penyebab utama meningkatnya jumlah pengangguran tersebut adalah terbatasnya
kemampuan sektor riil dalam menyerap jumlah tenaga kerja yang semakin membesar.
Bagaimana dengan SDM Ponpes? Tanpa bermaksud intervensi terhadap eksistensi Ponpes, secara objektif
harus diakui bahwa angka 38,5 juta jiwa pengangguran tersebut, sebagian di antaranya adalah komunitas
alumni Ponpes. Kondisi ini sudah barang tentu bukan semata kesalahan para santri, tetapi akan lebih baik
bila dilihatnya secara komprehensif, yakni dengan melihat bagaimana SDM pengelola lembaga-lembaga
Pendidikan yang ada di Pesantren. SDM di sini tentu saja tidak hanya meliputi kemampuan dasar akademis,
tetapi juga kemampuan skill individual-kolektif. Perpaduan antar-kemampuan akademis dan individual-
kolektif inilah yang pada saatnya sangat menentukan terhadap kualitas suatu produk. Dengan kata lain,
pesantren center of excellence, sebagai sebuah seharusnya melengkapi kurikulum dan metodologinya,
tidak hanya pada satu kemampuan, yaitu mencetak pemikir-pemikir agama, tetapi sekaligus praktisi-
praktisi sosial dengan basis agama. Untuk keperluan inilah berbagai ilmu dan kemampuan terapan sangat
dibutuhkan.
B. Harapan terhadap Pesantren
Keberadaan Pesantren di tengah-tengah masyarakat untuk sekarang -apalagi kedepan- memang tidak bisa
dikecilkan perannya. Meskipun pada beberapa hal, kritik dan pesimisme terhadap kredibilitas dan
performance Pesantren masih sering dilontarkan. Namun demikian, siapapun tentu akan sangat sulit
membantah betapa signifikannya peran Pesantren di tengah menurunnya moral bangsa.
Bagi FAST Spirit Int’l, adanya pandangan negatif dan pesimisme sebagian kalangan masyarakat seharusnya
menjadikan Pesantren lebih terlecut komitmen dan semangatnya untuk menjawab dengan kinerja yang
maksimal guna menghadirkan pelayanan yang prima bagi masyarakat. Tentu saja, jalan menuju perbaikan
harus benar-benar dilakukan dengan penuh perencanaan, keberanian mengoreksi diri, semangat
membangun kapasitas SDM dan institusi yang sehat, demi terbangunnya Pesantren yang kuat dan mandiri.
Proses perbaikan ini, tentu saja harus dimulai dari aspek internal Pesantren itu sendiri (khususnya kapasitas
SDM), sehingga jika sebuah institusi telah kokoh secara internal, maka kami yakin Pesantren dapat lebih
banyak ”berbicara” dan meyakinkan masyarakat luas guna lebih memperkuat kapasitas lembaga dari segala
sektor yang dibutuhkan.
C. Maksud dan Tujuan
Secara umum maksud program ini adalah untuk melakukan penguatan kapasitas dan membangun
kemandirian Pesantren untuk memenuhi kebutuhan ekonomi Pesantren dan masyarakat sekitarnya.
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
5
5/15
Tujuan Umum program adalah :
1. Mengoptimalkan fungsi Pesantren sebagai pusat pengkaderan masyarakat yang religius,
berkepribadian dan mandiri.
2. Mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki Pesantren untuk membangun kemandirian Pesantren
secara umum.
3. Sebagai tempat belajar santri untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan, termasuk pengembangan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan bisnis.
4. Turut serta membangun peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat sekitar Pesantren sebagai
efek positif keberadaan usaha Pesantren (kemitraan mutualisme).
Tujuan khusus program adalah :
Tujuan khusus program yaitu :
1. Memenuhi kebutuhan para anggotanya;
2. Menyediakan kesempatan kerja;
3. Meningkatkan pendapatan para anggotanya ;
4. Menghemat biaya pemasaran;
5. Media pendidikan untuk para anggotanya;
6. Mengurangi kerugian para anggota (efisien);
7. Mengembangkan cita cita para anggotanya;
8. Sebagai media pendidikan bagi para anggotanya dibidang usaha;
D. Keluaran (Output) :
Hasil yang diharapkan dari program ini adalah :
1. Tersedianya informasi yang detail tentang potensi-potensi Pesantren yang layak untuk menjadi pilot
project.
2. Terbentuknya Strategic Businees Unit (SBU) yang kuat, berkelanjutan dan berpengaruh positif bagi
Pesantren dan masyarakat pada umumnya.
3. Standard kapasitas kemampuan SDM pengelola SBU dalam mengelola organisasi dan usaha lembaga.
4. Adanya perencanaan pengembangan usaha Pesantren
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
6
6/15
Bagian III
Strategi Model Pemberdayaan Ekonomi Pesantren
A. Model – model pemberdayaan Pesantren
Secara umum ada beberapa model dan pendekatan yang kemungkinan dapat digunakan untuk
pengembangan ekonomi Pesantren, yaitu :
a. Usaha ekonomi yang berpusat pada kyai (Pimpinan Pesantren) sebagai orang yang paling
bertanggungjawab dalam mengembangkan pesantren.
b. Usaha ekonomi pesantren untuk memperkuat biaya operasional pesantren. Contohnya, pesantren
memiliki unit usaha produktif seperti menyewakan gedung pertemuan, rumah dsb. Dari keuntungan
usaha-usaha produktif ini pesantren mampu membiayai dirinya, sehingga seluruh biaya operasional
pesantren dapat ditalangi oleh usaha ekonomi ini.
c. Usaha ekonomi untuk santri dengan memberi ketrampilan dan kemampuan bagi santri agar kelak
ketrampilan itu dapat dimanfaatkan selepas keluar dari pesantren.
d. Usaha ekonomi bagi para alumni santri. Pengurus pesantren dengan melibatkan para alumni santri
menggalang sebuah usaha tertentu dengan tujuan untuk menggagas suatu usaha produktif bagi
individu alumni, syukur bagai nanti keuntungan selebihnya dapat digunakan untuk mengembangkan
pesantren. Prioritas utama tetap untuk pemberdayaan para alumni santri.
Berdasarkan model dan pendekataan pemberdayaan ekonomi di atas, setelah melakukan kajian
mendalam, di Indonesia model yang paling mungkin untuk dilakukan melalui model kombinasi dari
keempat model di atas, di mana semua unsur di dalam Pesantren terlibat aktif didalamnya dan
memberi kontribusi sama rata sesuai dengan kemampuan dan bidang tugas yang diembanya.
Model kombinasi tersebut, disebut dengan istilah STRATEGIC BUSINESS UNIT (SBU).
B. Mandiri Melalui Strategic Business Unit (SBU)
SBU merupakan salah satu gagasan yang dianggap tepat untuk konteks Indonesia. SBU merupakan tmpat
belajar (teori), praktek, latihan keterampilan usaha bagi para santri Pesantren. SBU merupakan salah satu
unit kerja Pesantren di bidang kewirausahaan (bisnis). Fungsi SBU secara umum bertujuan sebagai unit
bisnis Pesantren untuk membangun kemandirian Pesantren secara ekonomi dan upaya membangun
menempa keterampilan usaha santri yang dapat digunakan untuk menciptakan peluang pekerjaan
(vocational skill); di mana ketrampilan ini merupakan salah satu keterampilan yang diberikan sebagai bekal
kecakapan hidup (life skill) yang masih dirasakan kurang selama ini dalam pendidikan Pesantren, yaitu
vocational skill ;
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
7
7/15
Gambar 1 : Unsur –unsur kecakapan yang harus dikuasai santri
C. Kedudukan SBU Dalam Lembaga Pendidikan Pesantren
SBU merupakan Bagian organik dari Pesantren yang diharapkan dapat menunjang kebutuhan ekonomi
Pesantren sekaligus wahana mengembangkan potensi santri agar mempunyai bekal “kecakapan
hidup”(life skill) sebelum terjun ke masyarakat. SBU merupakan unit usaha strategis Pesantren yang kelak
berbentuk koperasi pondok pesantren (koppontren).
D. Struktur Organisasi dan Pengembangan SBU
SBU merupakan unit organik Pesantren yang bergerak khusus dalam bidang usaha yang kedudukannya
dibawah struktur Pengurus Pesantren.
Gambar 2 :
Life skill
Kecakapan Spritual
Kecakapan personal
Kecakapan sosial
Kecakapan akademik
Kecakapan Usaha
/vocational skill
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
8
8/15
Keterangan : 1. SBU merupakan salah satu unit kerja Pesantren yang menangani usaha Pesantren secara Profesional
2. Penanggung Jawab SBU adalah Kepala SBU. Kepala SBU bertanggung jawab kepada Pengurus
Pesantren.
3. Operasional SBU dilakukan secara profesional oleh Pengelola yang dikepalai oleh seorang Manajer
Umum. Manajer Umum tersebut dapat berasal dari alumni Pesantren atau dari luar Pesantren,
catatan pentingnya adalah orang yang benar-benar kompeten dan profesional.
4. Manajer Umum dibantu minimal oleh tiga (3) Manajer, yaitu Manajer Unit Internal dan Manajer atau
Eksternal diperkuat dengan Manajer Keuangan.
5. Manajer Unit dan Manajer Keuangan merupakan seorang profesional yang sangat dimungkinkan
berasal dari santri Pesantren.
6. Manajer Unit Internal bertanggungjawab secara profesional untuk memenuhi kebutuhan domestik
Pesantren (santri, ustadz, pengelola, dst), baik yang menyangkut kebutuhan pangan, sandang,
keuangan sampai dengan fasilitas belajar.
7. Manajer Unit Eksternal bertanggungjawab secara profesional untuk mengelola unit bisnis non
domestik yang berhungan dengan pengembangan potensi bisnis Pesantren dan lingkungan
Pesantren. Pengembangan usaha eksternal ini sangat menyesuaikan dengan potensi yang dimiliki
oleh lingkungan Pesantren dan Perencanaan bisnis yang dilakukan.
8. Para Manajer unit akan dibantu dengan karyawan-karyawan yang sebagian besar berasal dari santri
(bisa dinamakan : santri wirausaha). Sehingga para santri dapat belajar langsung kecakapan bisnis
sebagai salah satu wahana mengasah life skill sekaligus berhak mendapat imbalan sesuai dengan
ketentuan yang ada. Dengan demikian santri dapat mulai hidup mandiri dan siap ketika
meninggalkan Pesantren.
9. Santri Wirausaha direkruit secara khusus melalui seleksi yang dilakukan tim seleksi khusus secara
periodik.
E. Tahapan Pengembangan SBU
Dalam rangka menumbuh kembangkan SBU yang sesuai dengan harapan, maka proses penumbuhannya
pun tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Proses demi proses sebaiknya dilakanakan secara detail
dan tertib, tidak tergesa-gesa sehingga capaian pekerjaan pada setiap fasenya dapat berjalan sesuai
dengan harapan.
Untuk itulah, FAST Spirit Int’l berdasarkan pengalaman melakukan fasilitasi pemberdayaan masyarakat
dan kajian terhadap perkembangan Pesantren, tim FAST Spirit Int’l telah menyusun sebuah alur
sederhana pengembangan SBU pada Pesantren yang diharapkan dapat dilaksanakan oleh semua
stakeholder yang terlibat.
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
9
9/15
Gambar 3 : Alur Penumbuhan SBU Pesantren
Tahapan Pengembangan SBU
Idealitas pengembangan SBU ini seharusnya berbasis kepada komitmen Pesantren untuk melaksanakan setiap
tahapan pengembangan SBU ini sebaik mungkin. Oleh karena itu, konsep pengembangan SBU ini sifatnya
multi arah dimana pada tahap awal inisiasi dilakukan oleh Badan Pesantren akan tetap untuk proses
selanjutnya, justru komitmen Pesantrenlah yang akan menentukan keberhasilan konsep ini.
Berikut Tahapan Umum pelaksanaan pengembangan SBU :
No Kegiatan Teknis /Topik Pembahasan Pelaksana Waktu Keterangan
1 Survey dan
sosialisasi
program
kepada
Pesantren
1. Mengundang Pesantren
dalam forum sosialisasi
2. Informasi kepada Badan-
Badan persatuan Pesantren
3. Pengumuman pelaksanaan
Program melalui mass
media
1. Badan
Pembinaan dan
Pendidikan
Pesantren
2. Konsultan
2 bulan Waktu
sesuai
dengan alokasi
waktu program
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
10
10/15
2. Proses
registrasi dan
seleksi kandidat
Pesantren
1. Verifikasi permohonan dan
dokumen terkait
2. Wawancara Pengelola
Pesantren
3. Quick Survey potensi
Pesantren (Field Survey)
1. Badan
Pembinaan dan
Pendidikan
Pesantren
2. Konsultan
1 bulan
3. Keputusan
Pesantren yang
lolos seleksi
1. Pengumuman di mass
media ; Atau
2. Pemanggilan langsung
Badan Pesantren 15 hari
4. Rapat
persiapan/pra
pembentukan
Bahan pembahasan Rapat
pembentukan :
1. Permodalan
2. Sarana dan pra sarana
3. Pemilihan kepada SBU
4. Penyusunan Rencana
kerja program
1. Pengurus
Pesantren dan
pihak terkait
lainnya.
2. Badan
Pesantren
3. Konsultan
2 Hari Waktu dan
tempat
menyesuaikan
5. Persiapan dan
rekruitmen
calon pengelola
1. Realisasi permodalan
2. Pengadaan Sarana dan pra
sarana
3. Rekruitmen calon pengelola
1. Pesantren
2. Badan
Pesantren
3. Konsultan
3 bulan Waktu 3 bulan
ini adalah
waktu yang
standard
6. Pelatihan Tahap
pertama
Materi-materi dasar sebagai
bekal pengelolaan SBU :
1. Orientasi Sejarah dan arah
Pengembangan Pesantren
2. Orientasi Pemahaman SBU
3. Dasar –Dasar Manajemen
Usaha
4. Perencanaan Usaha
Konsultan 7 hari Waktu dan
tempat
menyesuaikan
7. Pendampingan
pasca pelatihan
dan persiapan
soft opening
1. Evaluasi implementasi hasil
pelatihan
2. Fasilitasi penyusunan
rencana usaha
Konsultan 3 bulan
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
11
11/15
3. Pendampingan teknis
pengelolaan usaha
8. Soft opening 1. Persiapan
2. Pembukaan perdana unit
usaha
1. Badan
Pesantren
2. Pengurus
Pesantren
3. Konsultan
4. Undangan
1 hari
9. Monitoring dan
Evaluasi
1. Evaluasi tahapan
pengembangan
2. Evaluasi kinerja pengelola
3. Persiapan izin usaha
1. Badan
Pesantren
2. Dpra
3. Konsultan
4. Pengurus
Pesantren dan
pengelola SBU
10 Grand
Launching
1. Penyusuna tahapan grand
launching
2. Persiapan
3. Undangan
4. Publikasi
1. Badan
Pesantren
2. DPRA
3. Konsultan
4. Pengurus
Pesantren dan
pengelola SBU
F. PERMODALAN
Sebagaimana disampaikan di depan, bahwa salah kunci utama dari keberhasilan SBU ini adalah komitmen
dan kerja keras dari Pesantren itu sendiri. Salah satu bentuk komitmen tersebut adalah bagaimana
Pesantren dapat mengupayakan permodalan utama dalam pengembangan SBU ini. Rasanya akan sangat
unik jika berbicara kemandirian, akan tetapi tidak ada keyakinan dan keberanian untuk menjemput
kemandirian tersebut. Dalam pengembangan SBU ini, diharapkan komposisi modal dapat dibagi sebagai
berikut :
1. Internal (modal utama)
Sifat : Komposisi Modal Utama (SBU sebagian besar didanai oleh Pesantren)
Sumber : 1. Keuangan Pesantren/Yayasan, 2. Iuran ustadz dan santri (Modal Investasi dan
Partisipasi), 3. Modal penyertaan Pengurus/Pembina/Alumni Pesantren
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
12
12/15
2. Eksternal
Sifat : Modal Penambah
Sumber : 1. Perbankan/Swasta , 2. Sumbangsih donatur
3. Pemerintah (Modal Pendukung)
Sifat : Stimulan
Fungsi : 1. Peningkatan Kapasitas Pengelola (Pelatihan dan Pendampingan), 2. Bantuan
Sarana prasarana usaha, 3. Dukungan operasional awal
Bagian IV
A. Pendekatan dan Strategi Umum
Pendekatan
Dalam melaksanakan pekerjaan ini, pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan integrative-
komprehensif dan partisipatif-aktif. Integrative-komprehensive artinya pelaksanaan intervensi terhadap
bersifat menyeluruh pada semua aspeknya, sehingga diharapkan hasil yang utuh dan tidak parsial. Dengan
demikian, keberhasilan pekerjaan akan terus berjalan sustainable karena segala aspek telah diperkuat
kapasitasnya.
Sedangkan partisipasi aktif sebuah pendekatan yang mengandaikan keterlibatan aktif semua pihak dari
proses perencanaan sampai dengan pengawasannya. Sehingga diharapkan langkah-langkah intervensi
yang dilakukan dapat tepat sasarn dan mendapat dukungan luas semua pihak.
Selain kedua pendekatan tersebut, pendekatan yang tidak boleh ditinggalkan adalah nilai kekhususan dan
kearifan pesantren sebagai lembaga keagamaan yang menyimpan nilai-nilai khusus, sehingga proses
pelaksanaan program sama sekali tidak boleh mengenyampingkan hal tersebut.
Strategi Umum
Dalam mendukung pelaksanaan proyek, strategi yang harus dilakukan adalah membangun kemitraan
strategis dengan stakeholder lainnya, seperti pengurus Pesantren, tokoh masyarakat, pemerintah local,
dan tentu mitra kerja FAST Spirit Int’l sendiri yaitu : Badan Pemberdayaan Pesantren dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Ace (DPRA). Dengan demikian, kolaborasi seperti ini nantinya dapat
menciptakan kemudahan dan efektifitas kerja yang sangat membantu pelaksanaan proyek. Di mana
masing-masing partner kerja tersebut, akan mempunyai bagian-bagian peran tersendiri yang saling
mendukung satu dengan yang lainnya.
B. Peran FAST Spirit Int’l Pelaksanaan Program
a) Peran FAST SPIRIT INT’L
Sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya, FAST SPIRIT INT’L dapat berperan dalam :
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
13
13/15
Perencanaan (Planning):
1) Perencanaan Mitigasi dan Sosialisasi program.
2) Perencanaan identifikasi & mapping calon peserta program.
3) Perencanaan identifikasi & mapping potensi lokal yang terkait dengan akses peluang kerja,
peluang usaha sendiri atau usaha kelompok.
4) Perencanaan identifikasi & mapping kebutuhan training/ pelatihan/ magang sesuai dengan
potensi dan kebutuhan lokal.
5) Perencanaan pengorganisasian kegiatan dan peserta program.
6) Perencanaan jadwal pelaksanaan kegiatan, kebutuhan kelengkapan kerja dan jumlah/
kapasitas personil pelaksana / fasilitator program.
7) Perencanaan jadwal, isi dan peralatan/ media monitoring, evaluasi dan supervisi.
8) Perencanaan jadwal, isi dan media koordinasi dengan Pemerintah Daerah maupun stakehoder
lainnya.
Peran FAST SPIRIT INT’L dalam Pengorganisasian (Organizing):
1) Pengorganisasian sekretariat/ POSKO Program pada kabupaten peserta program.
2) Pengorganisasian dalam mitigasi dan sosialisasi program.
3) Pengorganisasian dalam identifikasi dan mapping calon peserta program.
4) Pengorganisasian dalam identifikasi & mapping peluang kerja, usaha milik sendiri dan usaha
kelompok.
5) Pengorganisasian dalam identifikasi kebutuhan dan pelaksanaan pelatihan/ magang kerja.
6) Pengorganisasian dalam kegiatan pelaksanaan supervisi dan fasilitasi.
7) Pengorganisasian dalam koordinasi dengan Pemerintah Daerah maupun stakehoder lainnya.
Peran FAST SPIRIT INT’L dalam Pelaksanaan (Actuating):
1) Melaksanakan kegiatan identifikasi & mapping calon peserta program untuk akses peluang
kerja, usaha sendiri dan usaha kelompok.
2) Melaksanakan kegiatan sosialisasi program.
3) Melaksanakan kegiatan fasilitasi pelatihan dan magang kerja.
4) Melaksanakan kegiatan fasilitasi usulan usaha mikro yang berbasis pada potensi lokal.
5) Melaksanakan kegiatan pelaporan secara berkala setiap bulan terhadap pencapaian target
program.
6) Melaksanakan koordinasi secara berkala setiap bulan kepada Pemerintah Daerah maupun
stakehoder lainnya.
7) Melaksanakan fasilitasi lembaga ekonomi tingkat lokal sebagai wadah penggalangan potensi
ekonomi peserta program.
FAST SPIRIT INT’L
Fasilitasi Kemandirian Pesantren Melalui Pengembangan Strategi Business Unit
CONCEPT NOTES
[
14
14/15
Peran FAST SPIRIT INT’L dalam Monitoring dan Supervisi (Controlling):
1) Monitoring dan supervisi kesiapan dan operasional sekertariat/ POSKO program pada Tingkat
Kabupaten yang menjadi lokasi program.
2) Monitoring dan supervisi pasca pelatihan/ magang kerja.
3) Monitoring dan supervisi fasilitasi usulan usaha mikro.
4) Monitoring dan supervisi progress/ perkembangan hasil program setiap bulan.
Informasi lebih Lanjut Silahkan Menghubungi :