bromo trip

9
Berjemur di Bromo Komari dan rombongan yang saya lupa namanya berangkat dari Madiun berjam-jam lamanya, saya nunggu di Malang Square waktu itu kalau tidak salah. Sekitar pukul 10.00 malam kita bertemu disana. Masih dengan keadaan ngantuk kita ber-enam berangkat dan menemukan Pom bensin 24 jam untuk mengisi bahan bakar motor dan istirahat di Mushola. Waktu menunjukan pukul 02.00 pagi kami bangun dan melanjutkan perjalanan menuju penanjakan Gunung Bromo. Satu setengah jam kami tempuh sampai portal pintu masuk dan membayar tiket seharga 35 ribu per orang karena hari Minggu waktu itu sehingga ramai pengunjung. Berhenti sejenak di perapian dan sholat Shubuh di masjid. Suhu dingin waktu itu mencapai 1 derajat. Menyentuh air wudlu pun seperti tidak terasa kalau itu air sampai-sampai aku sholat sambil bergetar karena kedinginan. Menuju penanjakan sedikit lagi, melihat matahari terbit di penanjakan memang favorit para pengunjung sebelum menuju ke kawah Bromo. Karena sangat ramai, menuntut kami untuk turun ke sebuah lereng dekat penanjakan yang disitu juga ada orang yang camping. Pemandangan Gunung Bromo dan Gunung Batok juga terlihat jelas bukan gunung Botak ya. Kabut lembut menutupi padang pasir. Apalagi matahari terbit, walaupun sedikit tertutup pepohonan tinggi tak membuat kami risau akan hal itu.

Upload: independent

Post on 14-Mar-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Berjemur di Bromo

Komari dan rombongan yang saya lupa namanya berangkat dariMadiun berjam-jam lamanya, saya nunggu di Malang Square waktu itukalau tidak salah. Sekitar pukul 10.00 malam kita bertemu disana.Masih dengan keadaan ngantuk kita ber-enam berangkat danmenemukan Pom bensin 24 jam untuk mengisi bahan bakar motor danistirahat di Mushola. Waktu menunjukan pukul 02.00 pagi kamibangun dan melanjutkan perjalanan menuju penanjakan Gunung Bromo.Satu setengah jam kami tempuh sampai portal pintu masuk danmembayar tiket seharga 35 ribu per orang karena hari Minggu waktuitu sehingga ramai pengunjung.

Berhenti sejenak di perapian dan sholat Shubuh di masjid. Suhudingin waktu itu mencapai 1 derajat. Menyentuh air wudlu punseperti tidak terasa kalau itu air sampai-sampai aku sholatsambil bergetar karena kedinginan.

Menuju penanjakan sedikit lagi, melihat matahari terbit dipenanjakan memang favorit para pengunjung sebelum menuju ke kawahBromo. Karena sangat ramai, menuntut kami untuk turun ke sebuahlereng dekat penanjakan yang disitu juga ada orang yang camping.Pemandangan Gunung Bromo dan Gunung Batok juga terlihat jelasbukan gunung Botak ya. Kabut lembut menutupi padang pasir.Apalagi matahari terbit, walaupun sedikit tertutup pepohonantinggi tak membuat kami risau akan hal itu.

Matahari mulai meninggi kami pun segera menuju penanjakan yangsudah mulai berkurang para pengunjungnya dan berjemurlah kamidisana.

Matahari disana lumayan panas jika siang hari. Menuju ke padangpasir yang letaknya lumayan dekat dengan penanjakan dimana kita

harus turun. Isi perut isi bensin terlebih dahulu di warungpinggir padang pasir hitam.

Waktu itu masih musim kemarau sehingga pasir ketika dilewatikendaraan apapun pasti debunya akan terbang dan lumayan susahdilewati untuk kendaraan bermotor, yang harus hati-hati jugaprofessional dalam mengemudi. Tak jarang diantara kami yangjatuh. Masih jam 09.00 pagi itu panas matahari sudah menyengatapalagi nanti kalau sudah tengah hari.

Sampai di sini parkir motor, jalan kaki menuju kawah Bromo yangmenanjak penuh pasir dan melewati 350 anak tangga. Sebenarnya adakuda yang disewakan dengan tarif 35 ribu sekali jalan, tapi hematdan dilarang oleh Komari. Hehehe.

Sampai diatasnya Kawah Bromo yang bersandingan dengan GunungBatok bukan Botak. Kawah disini biasanya digunakan untuk upacaraadat suku Tengger dalam perayaan agama Hindu. Tak heran jika adabanyak bekas sesajen di dalam kawah. Pemandangan padang pasir,bukit-bukit termasuk penanjakan tadi dan Gunung Semeru berdiridengan gagahnya. Ada satu lagi yang tak kalah menarik disini,yaikni Candi yang berada di tengah padang pasir terlihat darisini. Bau belerang yang menusuk hidung juga panas mataharinya.Foto-foto adalah membuat dokumentasi untuk bercerita dankenangan.

Turun lagi melewati anak tangga tadi, berarti kita sudah berjalan700 langkah untuk tangga tersebut.

Karena saya kepanasan dan kurang kuat berjalan cepat sepertilainnya jalan paling akhir adalah konsekuensinya. Tiba-tiba ada

kuda yang menawari untuk menungganginya. Eh bukan, maksudnyapemilik kudanya yang menawari dengan harga “35 ribu mbak” kata sibapak, “Enggak pak”, “30 ribu mbak”, “ Enggak Pak”, “25 ribu?”,“Enggak deh pak”, “la maunya berapa mbak?” , “15 ribu” kata saya,“ ayo mbak naik”. Oh akhirnya naik kuda, ke Bromo tak naik kudarugi dong. Sampai tempat parkir, foto dulu sama si kuda.

Pulang-pulang, masih berjuang di pasir sampai jatuh bangun.Melewati Candi yang saya sebutkan tadi ternyata pengunjungdilarang masuk kecuali orang-orang tertentu. Kami lelah inginistirahat di Masjid rencananya dan juga mandi. Tapi kami belummenemukannya, sehingga harus melaju lebih jauh dan jauh darikawasan wisata Bromo. Tepatnya di dekat jalan raya menuju Malang.Berhenti di Pom bensin lagi sampai tidur-tiduran.

Sampai Malang lagi, saya diturunkan di Batu karena ada acara yangharus diselesaikan dan mereka pulang ke Madiun. Usai sudahperjalanan kami di Bromo waktu itu di hari Minggu tanggal 24Agustus 2014.

Penulis: Fadhiah Elbas/06 Maret 2015

Sumber Foto: Kamera punya Komari