bab mediasi
TRANSCRIPT
1. Pendahuluan
Penggunaaan mediasi sebagai salah satu cara
penyelesaian sengketa dengan damai ini dilatar
belakangi oleh banyak faktor, seperti kecenderungan
manusia untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara
damai (win-win solution), proses berperkara di
pengadilan yang lama dan biaya mahal, menumpuknya
perkara di pengadilan, penyelesaian litigasi kadang
menimbulkan masalah yang lebih panjang, dan lain
sebagainya.
Istilah mediasi ini baru populer di Indonesia pada
tahun 2000-an. Jika melihat proses mediasi,
penyelesaian sengketa melalui cara ini sudah dikenal
jauh sebelum kemerdekaan, dimana seseorang yang
terlibat dalam persengketaan, cara menyelesaikan
perkara penyelesaiannya dilakukan dengan cara damai
dan melibatkan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut
biasanya adalah tokoh masyarakat, tokoh agama atau
pimpinan adat.1
Pada dasarnya munculnya mediasi secara resmi
dilatarbelakangi adanya realitas sosial dimana1 Sampai sekarang angka penyelesaian sengketa melalui mediasi diIndonesia masih rendah. Lebih lengkapnya baca diartikel“Penyelesaian Sengketa Dengan Mediasi di Indonesia Rendah” dalamhttp://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=5170 diakses pada tanggal 25Mei 2013.
1
pengadilan sebagai satu satu lembaga penyelesaian
perkara dipandang belum mampu menyelesaikan perkaranya
sesuai dengan harapan masyarakat. Kritik terhadap
lembaga peradilan disebabkan karena banyak faktor,
antara lain penyelesaian jalur litigasi pada umumnya
lamabat (waste of time), pemriksaan sangat formal
(folrmalistic), sangat teknis (technically), dan
perkara yang masuk pengadilan sudah overloaded.
Disamping itu keputusan pengadilan selalu diakhiri
dengan menang dan kalah, sehingga kepastian hukum
dipandang merugikan salah satu pihak berperkara. Hal
ini berbeda jika penyelesaian perkara melalui jalur
mediasi, dimana kemauan para pihak dapat terpenuhi
meskipun tidak sepenuhnya. Penyelesaian ini
mengkedepankan kepentingan dua pihak sehingga
keputusannya bersifat win-win solution.
2. Dasar-Dasar Teknik Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui
jalur2:
A. Litigasi
2 Banyak tipologi terkait penyelesaian sengketa internasional.Lebih lengkapnya dapat dilihat di “Cara Penyelesaian SengketaInternasional” dalamhttp://budisma.web.id/materi/sma/pkn/penyelesaian-sengketa-internasional/ diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
2
Litigasi adalah proses penyelesaian sengketa
melalui jalur pengadilan. Jalur pengadilan
diharapkan menghasilkan hasil yang adil dan diterima
kedua pihak. Namun, dalam perkembangannya pengadilan
memiliki eberapa kelemahan, yaitu waktu prosesnya
lama, kurang jujur, mahal, kurang netral, hasilnya
pun banyak berujung pada pertikaiaan. Terutama dalam
dunia bisnis, prosses pengadilan dikritik karenaa
sikap peradilan yang tidak responsif dan kemampuan
hakim yang generalis.
B. Non-Litigasi (Alternative Dispute Resolution)3
Alternative Dispute Resolution (ADR) adalah proses
penyelesaian sengketa diluar jalur pengadilan.
Bentuk-bentuk Alternative Dispute Resolution (ADR), antara
lain: negosiasi, mediasi, konsolidasi, arbitase.
Dalam prakteknya, ADR lebih banyak dipilih dalam
penyelesaian sengketa karrena dinilia lebih cepat,
lebih luwes, murah, disesuaikan dengan kebutuhan para
pihak, mediatornya bersifat netral dan sukarela
berdaasarkan hubungan baik, dan dapat melakukannya
secara rahasia.
3 Lebih lengkapnya baca “Penyelesaian Sengketa Melalui JalurNon-Litigasi Mediasi” dalam http://fis.uii.ac.id/images/mahkamah-agung-2012-kamil-penyelesaian-sengketa-melalui-jalur-non-litigasi-mediasi.pdf diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
3
3. Alternative Dispute Resolution (ADR)
Istilah mediasi (meditiation) pertama kali muncul di
Amerika pada tahun 1970-an. Menurut Robert D. Benjamin
(Direktor of Mediation and Conflict Management
Services in St. Louis, Missouri) bahwa mediasi baru
dikenal pada tahun 1970-an dan secara formal digunakan
dalam proses Alternative Dispute Resolution / ADR di
California, dan ia sendiri baru praktek menjadi
mediator pada tahun 1979. Chief Justice Warren Burger
pernah mengadakan konferensi yang mempertanyakan
efektifitas administrasi pengadilan di Saint Paul pada
1976. Pada tahun ini istilah ADR secara resmi
digunakan oleh American Bar Association (ABA) dengan cara
membentuk sebuah komisi khusus untuk menyelesaikan
sengketa. Dan pada perkembangan berikutnya pendidikan
tinggi hukum di Amerika Serikat memasukkan ADR dalam
kurikulum pendidikan, khususnya dalam bentuk mediasi
dan negoisasi.4
Cara penyelesaian sengketa dengan cara damai, kini
telah dilembagakan di Amerika sebagai salah satu
4 Penejlasan tentang Alternative Dispute Settlement dapatdilihat di “Alternative Dispute Resolution” dalamhttp://www.irs.gov/Individuals/Alternative-Dispute-Resolutiondiakses pada tanggal 25 Mei 2013.
4
alternatif dispute resolution. Di beberapa negara eropa,
mediasi ini tumbuh berkembang dengan pesat, dan
menjadi disiplin ilmu dalam perkuliahan. Di Indonesia
mediasi kini menjadi sesuatu yang baru dan secara
resmi digunakan dalam proses berperkara di Pengadilan
Negeri melalui Perma No. 2 tahun 2003 tentang Proses
Mediasi di Peradilan Mahkamah Agung Republik
Indonesia. 5
4. Mediasi
Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan antara para pihak yang bersengketa dengan
dibantu oleh mediator. Mediator harus bersikap
impartial dan netral.
Pengertian mediasi menurut Priatna Abdurrasyid yaitu
suatu proses damai dimana para pihak yang bersengketa
menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator
(seseorang yg mengatur pertemuan antara 2 pihak atau
lebih yg bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang
adil, tanpa biaya besar besar tetapi tetap efektif dan
diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang5 Pemebrdayaan Mediasi di Indoensia dapat dilihat di“Pemberdayaan Mediasi Sebagai Alternatif Peneyelesaian Sengketa diIndonesia” dalamhttp://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2006/ppgb_2006_runtung.pdfdiakses pada tanggal 25 Mei 2013.
5
bersengketa. Pihak ketiga (mediator) berperan sebagai
pendamping dan penasihat. Sebagai salah satu mekanisme
menyelesaikan sengketa, mediasi digunakan di banyak
masyarakat dan diterapkan kepada berbagai kasus
konflik.
Jika melihat proses mediasi, penyelesaian sengketa
melalui cara ini sudah dikenal jauh sebelum
kemerdekaan, dimana seseorang yang terlibat dalam
persengketaan, cara menyelesaikan perkara
penyelesaiannya dilakukan dengan cara damai dan
melibatkan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut
biasanya adalah tokoh masyarakat, tokoh agama atau
pimpinan adat.6
5. Pentingnya Mediasi
Proses mediasi semakin popular. Bagi pihak-pihak
yang berseteru, memecahkan isu dengan memperkarakannya
ke meja hijau dirasa kurang begitu efekktif. Dengan
menyetujui pemecahan konflik melaluui mediasi, phak-
pihal terkait telah mengurangi beban system peradilan
6 Diambil dari Abdurrasyid, Priyatna. 2002. “Arbitrase dan AlternatifPenyelesaian Sengketa Suatu Pengantar”. PT Fikahati Aneska dan BadanArbitrase Nasional Indonesia. Jakarta.
6
agar mengurusi masalah-masalah yang lebih penting.
Berikut keuntungan-keuntungan melakukan mediasi :
a) Para pihak yang bersengketa dapat tetap berhubungan
baik. Hal ini sangat baik bagi hubungan bisnis
karena pada dasarnya bertumpu pada good relationship dan
mutual trust
b) Lebih murah dan cepat
c) Bersifat rahasia (confidential), sengketa yang timbul
tidak sampai diketahui oleh pihak luar, penting
untuk menjaga reputasi pengusaha karena umumnya tabu
untuk terlibat sengketa
d) Hasil-hasil memuaskan semua pihak
e) Kesepakatan-kesepakatan lebih komrehensif
f) Kesepakatan yang dihasilkan dapat dilaksanakan
6. Mediasi di Pengadilan
Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 2 Tahun 2003
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan memberikan
definisi sebagai penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan para pihak dengan dibantu oleh mediator.
Mediasi dilaksanakan melalui suatu perundingan yang
melibatkan pihak ketiga yang bersikap netral (non
intervensi) dan tidak berpihak (impartial) kepada pihak-
7
pihak yang bersengketa serta diterima kehadirannya
oleh pihak-pihak yang bersengketa.
Pihak ketiga tersebut adalah “mediator” atau
“penengah” yang tugasnya hanya membantu pihak-pihak
yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya dan
tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan.
Dapat dikatakan seorang mediator hanya bertindak
sebagai fasilitator saja.
Melalui mediasi diharapkan dicapai titik temu
penyelesaian masalah atau sengketa yang dihadapi para
pihak, yang selanjutnya dituangkan sebagai kesepakatan
bersama. Pengambilan keputusan tidak berada di tangan
mediator, tetapi berada di tangan para pihak yang
bersengketa.7
7. Mediator
Unsur terpenting dalam mediasi adalah pihak ketiga
atau mediator. Adanya pihak ketiga yang bersifat
netral yang disebut sebagai mediator (penengah)
terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa
dalam perundingan itu.
7 Diambil dari “Mediasi Pengadilan dan Asas Peradilan Sederhana,Cepat, dan Biaya Ringan” dihttp://www.badilag.net/data/ARTIKEL/mediasi%20pengadilan%20dan%20asas%20peradilan.pdf diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
8
Mediator tersebut bertugas membantu para pihak yang
bersengketa untuk mencari penyelesaian atas masalah-
masalah sengketa. Mediator tidak mempunyai kewenangan
membuat keputusan-keputusan selama proses perundingan
berlangsung. Fungsi seorang mediator memiliki fungsi :
a. Sebagai katalisator (mendorong suasana yang
kondusif).
b. Sebagai pendidik (memahami kehendak, aspirasi,
prosedur kerja, dan kendala usaha para pihak).
c. Sebagai penerjemah (harus berusaha menyampaikan dan
merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak yang
lain).
d. Sebagai nara sumber (mendaya gunakan informasi).
e. Sebagai penyandang berita jelek (para pihak dapat
emosional).
f. Sebagai agen realitas (terus terang dijelaskan bahwa
sasarannya tidak mungkin dicapai melalui suatu
proses perundingan).
g. Sebagai kambing hitam (pihak yang dipersalahkan).
8. Proses Mediasi 8
8 Terdapat berbagai macam mekanisme negosiasi salah satunyadapat dilihat di buku Roger Dawson yang berjudul “Secrets of PowerNegotiating” yang diterbitkan oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,2003.
9
Setiap mediator akan melakukan proses mediasi
berbeda, itu semua tergantung pada mediator,
perselisihan dan pihak yang terlibat. Ada umumnya
beberapa tahapan penting yang membantu untuk
menetapkan struktur dasar dari proses mediasi. Seorang
mediator akan ditunjuk oleh kedua belah pihak yang
telah setuju pada pilihan, ini biasanya dilakukan baik
secara mandiri atau melalui penasihat Hukum pribadi
mereka.
Tanggal mediasi kemudian akan ditetapkan oleh kedua
belah pihak dengan tempat yang netral yang telah
disepakati untuk mediasi berlangsung. Tempat tersebut
harus memiliki setidaknya tiga ruang terpisah sehingga
diskusi pribadi dapat diselenggarakan, satu untuk
masing-masing pihak yang bersengketa dan satu kamar
yang digunakan untuk wajah untuk menghadapi negosiasi
antara para pihak. Berikut dijelaskan proses mediasi
secara singkat :
A. Pertemuan awal dan menciptakan forum :
Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Rapat gabungan.
2) Pernyataan pembukaan oleh mediator, dalam hal
ini yang dilakukan adalah:10
3) mendidik para pihak;
4) menentukan pokok-pokok aturan main;
5) membina hubungan dan kepercayaan.
6) Pernyataan para pihak, dalam hal ini yang
dilakukan adalah:
7) dengar pendapat (hearing);
8) menyampaikan dan klarifikasi informasi;
9) cara-cara interaksi.
B. Mengumpulkan dan membagi-bagi informasi :
Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dengan mengadakan rapat-rapat terpisah yang
bertujuan untuk:
1) Mengembangkan informasi selanjutnya;
2) Mengetahui lebih dalam keinginan para pihak ;
3) Membantu para pihak untuk dapat mengetahui
kepentingannya ;
4) Mendidik para pihak tentang cara tawar menawar
penyelesaian masalah.
C. Pemecahan masalah :
Dalam tahap ketiga yang dilakukan mediator
mengadakan rapat bersama atau lanjutan rapat
terpisah, dengan tujuan untuk:
1) Menetapkan agenda.
2) Kegiatan pemecahan masalah.11
3) Menfasilitasi kerja sama.
4) Identifikasi dan klarifikasi isu dan masalah.
5) Mengembangkan alternatif dan pilihan-pilihan.
6) Memperkenalkan pilihan-pilihan tersebut.
7) Membantu para pihak untuk mengajukan, menilai
dan memprioritaskan kepentingan-kepentingannya.
D. Pengambilan keputusan.
Dalam tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan
sebagai berikut:
1) Rapat-rapat bersama.
2) Melokalisasikan pemecahan masalah dan
mengevaluasi pemecahan masalah.
3) Membantu para pihak untuk memperkecil
perbedaan-perbedaan.
4) Mengkonfirmasi dan klarifikasi kontrak.
9. Perilaku mediator
Perilaku mediator9, yaitu taktik dan strategi apa
yang akan ia gunakan, ditentukan oleh konteks mediasi,
tujuan atau sasaran mediator, dan persepsi mediator.
Beberapa pilihan strategis bagi prilaku mediator
adalah: 9 Untuk lebih jauh dapat dilihat pada artikel berjudul “Mediasi”dalam www.diahkei.staff.ugm.ac.id/file/ Mediasi .rtf diakses pada tanggal 25 Mei2013.
12
1. Problem solving atau integrasi, yaitu usaha menemukan
jalan keluar “menang-menang” dan responsif terhadap
aspirasi pihak-pihak yang bertikai
2. Kompensasi atau usaha mengajak pihak-pihak yang
bertikai supaya membuat konsesi atau mencapai
kesepakatan dengan menjanjikan mereka imbalan atau
keuntungan.
3. Tekanan, yaitu tindakan memaksa pihak-pihak yang
bertikai supaya membuat konsesi atau sepakat dengan
memberikan hukuman atau ancaman hukuman.
4. Diam atau inaction, yaitu ketika mediator secara
sengaja membiarkan pihak-pihak yang bertikai
menangani konflik mereka sendiri. Mediator diduga
akan menggunakan strategi ini bila mereka memiliki
perhatian yang sedikit terhadap aspirasi pihak-pihak
yang bertikai dan menganggap bahwa kemungkinan
mencapai kesepakatan “menang-menang” tinggi.
10. Contoh Kasus
Kesuksesan Amerika Serikat sebagai Mediator di Camp
David, 197810
10 Bagian ini diambil dari studi kasus yang ditulis oleh JonathanOakman yang berjudul “The Camp David Accords: A Case Study on InternationalNegotiation” dalam
13
Presiden Carter berhasil melakukan mediasi terhadap
Israel dan Mesir di Camp David karena ia
dipresepsikan netral oeh kedua belah pihak. Butuh
waktu bertahun-tahun bagi AS untuk memposisikan
dirinya sebagai pihak yang dianggap netral oleh
Mesir.
Camp David Negotiation adalah salah satu contoh
dari negosiasi bilateral yang melibatkan pihak ketiga
untuk ikut membantu proses pelaksanaan negosiasi
dengan cara mediasi serta menggunakan sebuah teknik
negosiasi yang dikenal dengan Single Negotiating
Text. Perundingan Camp David ini melibatkan dua pihak
yaitu Anwar Sadat, Presiden Mesir dan Menachem Begin,
Perdana Menteri Israel serta Jimmy Carter, Presiden
Amerika Serikat yang berperan sebagai mediator.
Carter mengundang Sadat dan Begin ke Camp Daivid,
tempat peristirahatan presiden Amerika Serikat di
Frederick County, Maryland, pada bulan September
1979.11
http://wws.princeton.edu/research/cases/campdavid.pdf diakses padatanggal 25 Mei 2013.11 Peran Presiden Carter selama perundingan ini dapat dilihat di“Peace Talks at Camp David, September 1978” dalamhttp://www.pbs.org/wgbh/americanexperience/features/general-article/carter-peace/ diakses pada 25 Mei 2013.
14
Perjalanan menuju perundingan Camp David dimulai
sekitar awal tahun 1977. Langkah-langkah yang
dilakukan oleh Henry Kissinger dalam menyelesaikan
konflik Arab-Israel mulai ditinggalkan dan Presiden
Jimmy Carter dan sekretaris negara Cyrus Vance
memiliki cara baru. Beberapa perundingan sempat
dilakukan misalnya konferensi Jenewa yang dipimpin
oleh Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Dalam konferensi
tersebut, beberapa pihak yang berkepentingan tidak
hadir dalam konferensi tersebut, misalnya Syria
karena isu yang menimpa Palestina, Israel karena
tidak mau menyetujui PLO yang dianggap organisasi
teroris dan bukan representasi rakyat Palestina,
serta Mesir yang keberatan dengan peraturan yang
ditetapkan oleh Uni Soviet.
Presiden Mesir Anwar Sadat mengadakan kunjungan
ke Jerussalem dan berunding dengan Perdana Menteri
Israel Menachem Begin pada November 1977. Sadat,
dalam hal ini bertindak sebagai juru bicara untuk
semua kepentingan negara-negara Arab, meminta
pengembalian semua wilayah yang diduduki seperti
Semenanjung Sinai, tepi barat wilayah Jordan, Dataran
Tinggi Golan di Siria serta kembalinya Jerussalem
Timur sebagai ganti perdamaian dan normalisasi15
hubungan dengan Israel. Begitu pula dengan Begin, dia
tampak senang dengan prospek negosiasi yang dilakukan
Israel dengan Mesir, selama kedua belah pihak fokus
terhadap isu-isu bilateral yang terjadi.
Perdamaian yang akan tercapai dengan Mesir
memberikan keuntungan di bidang militer bagi Israel.
Israel dapat terhindar dari masalah keamanan dengan
kembalinya Dataran Tinggi Golan ke Siria dan tepi
barat ke Jordan. Namun, ada indikasi dengan
terjadinya perdamaian, Sadat akan berusaha untuk
mendapatkan sebuah perjanjian dari Israel yang isinya
memberikan hak otonomi kepada Palestina terhadap
jalur Gaza dan West Bank. Hak yang diberikan kepada
Palestina nantinya akan memperbesar kemungkinan
Palestina untuk bisa mengembangkan lebih jauh
mengenai kesepakatan tersebut. Untuk mempermudah
proses negosiasi yang sedang berlangsung,
Sadat dan Begin menyetujui diadakannya rapat
setingkat 2 menteri di Ismalia. Di ranah militer
telah disepakati adanya pengembalian tentara Israel
dari Sinai agar kesepakatan damai kedua negara dapat
tercapai. Di ranah politik telah disepakati adanya
pemberian otonomi kepada Palestina terhadap wilayah
tepi barat dan Jalur Gaza dan menginginkan adanya16
konstruksi dari Declaration of Principles supaya
terbentuk “framework” untuk tercapainya perundingan
perdamaian.
Peran Amerika Serikat terlihat dari teknik yang
dilakukannya dalam memediasi Sadat dan Begin. Mereka
menggunakan single negotiation text untuk menengahi
proses negosiasi kedua negara yang sangat alot.
Single text negotiation ini diusulkan oleh Roger
Fisher dari fakultas hukum univeritas Harvard yang
menempatkan mediator bagi pihak-pihak yang
bernegosiasi. Mediator bisa mengajukan usulan solusi
yang kemudia masih bisa diperiksa dan dikoreksi oleh
pihak-pihak yang bernegosiasi.
Perundingan Camp David yang terjadi pada 1979
antara Mesir dan Israel memiliki salah satu agenda
yang paling sulit yaitu saat membahas mengenai
semenanjung Sinai. Kedua belah pihak tidak mau
memberikan konsesi teritorial. Dengan kata lain, baik
Mesir maupun Israel sama-sama berkeinginan untuk
menguasai wilayah semenanjung Sinai. Perundingan
berlangsung alot dan hampir menemui jalan buntu.
Namun, setelah proses negosiasi yang panjang dan
berhari-hari, para mediator perundingan ini menemukan
bahwa meskipun Mesir dan Israel memiliki keinginan17
yang sama untuk menguasai semenanjung Sinai, tetapi
Mesir dan Israel memiliki kebutuhan yang berbeda.
Mesir menginginkan semenanjung Sinai karena kebutuhan
akan adanya pengakuan kedaulatan, sedangkan Israel
menginginkan Sinai karena membutuhkan jaminan
keamanan.
Disinilah letak kejelian mediator yang dalam
kasus ini diperankan oelh Amerika Serikat. Amerika
Serikat mencoba untuk mencari tahu apa yang menjadi
kebutuhan pihak-pihak yang terlibat dengan berbagai
proposal SNTnya. Perlu adanya sutau kepekaan dari
Amerika Serikat yang berperan sebagai mediator untuk
mengidentifiki perbedaan sehingga menciptakan SNT-5.
Kepekaan untuk mengidentifikasi perbedaan kebutuhan
itulah yang akhirnya menghasilkan terobosan
kesepakatan yang menarik : menciptakan zona
demiliterisasi yang berada di bawah naungan bendera
Mesir. Kedua negara itu puas dengan hasil kesepakatan
karena kebutuhannya sama-sama terpenuhi.
11. Penutup
Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan
melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak
memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu18
pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian
(solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak.
Mediasi disebut emergent mediation apabila
mediatornya merupakan anggota dari sistem sosial
pihak-pihak yang bertikai, memiliki hubungan lama
dengan pihak-pihak yang bertikai, berkepentingan
dengan hasil perundingan, atau ingin memberikan kesan
yang baik misalnya sebagai teman yang solider.
Pengertian mediasi menurut Priatna Abdurrasyid yaitu
suatu proses damai dimana para pihak yang bersengketa
menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator
(seseorang yg mengatur pertemuan antara 2 pihak atau
lebih yg bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang
adil, tanpa biaya besar besar tetapi tetap efektif dan
diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang
bersengketa. Pihak ketiga (mediator) berperan sebagai
pendamping dan penasihat. Sebagai salah satu mekanisme
menyelesaikan sengketa, mediasi digunakan di banyak
masyarakat dan diterapkan kepada berbagai kasus
konflik.
12. Referensi
19
Abdurrasyid, Priyatna. 2002. “Arbitrase dan AlternatifPenyelesaian Sengketa Suatu Pengantar”. PT Fikahati Aneskadan Badan Arbitrase Nasional Indonesia. Jakarta.
Dawson, Roger. 2003. “Secrets of Power Negotiating”. PenerbitPT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Oakman, Jonathan. 2002. “The Camp David Accords: A Case Studyon International Negotiation” dalamhttp://wws.princeton.edu/research/cases/campdavid.pdf diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
Raiff, Howard. 2003. “The Art and Science of Negotiations”. TheBelknap Press of Harvard University Press.Cambridge.
“Alternative Dispute Resolution” dalamhttp://www.irs.gov/Individuals/Alternative-Dispute-Resolution diakses pada tanggal 25 Mei2013.
“Cara Penyelesaian Sengketa Internasional” dalamhttp://budisma.web.id/materi/sma/pkn/penyelesaian-sengketa-internasional/ diakses pada tanggal 25Mei 2013.
“Mediasi Pengadilan dan Asas Peradilan Sederhana,Cepat, dan Biaya Ringan” dalamhttp://www.badilag.net/data/ARTIKEL/mediasi%20pengadilan%20dan%20asas%20peradilan.pdfdiakses pada tanggal 25 Mei 2013.
“Mediasi” dalam www.diahkei.staff.ugm.ac.id/file/ Mediasi .rtf diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
20
“Peace Talks at Camp David, September 1978” dalamhttp://www.pbs.org/wgbh/americanexperience/features/general-article/carter-peace/ diakses pada 25Mei 2013.
“Penyelesaian Sengketa Dengan Mediasi di IndonesiaRendah” dalam http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=5170 diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
“Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur Non-LitigasiMediasi” dalamhttp://fis.uii.ac.id/images/mahkamah-agung-2012-kamil-penyelesaian-sengketa-melalui-jalur-non-litigasi-mediasi.pdf diakses pada tanggal 25 Mei2013.
21