bab mediasi

21
1. Pendahuluan Penggunaaan mediasi sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa dengan damai ini dilatar belakangi oleh banyak faktor, seperti kecenderungan manusia untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara damai (win-win solution), proses berperkara di pengadilan yang lama dan biaya mahal, menumpuknya perkara di pengadilan, penyelesaian litigasi kadang menimbulkan masalah yang lebih panjang, dan lain sebagainya. Istilah mediasi ini baru populer di Indonesia pada tahun 2000-an. Jika melihat proses mediasi, penyelesaian sengketa melalui cara ini sudah dikenal jauh sebelum kemerdekaan, dimana seseorang yang terlibat dalam persengketaan, cara menyelesaikan perkara penyelesaiannya dilakukan dengan cara damai dan melibatkan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut biasanya adalah tokoh masyarakat, tokoh agama atau pimpinan adat. 1 Pada dasarnya munculnya mediasi secara resmi dilatarbelakangi adanya realitas sosial dimana 1 Sampai sekarang angka penyelesaian sengketa melalui mediasi di Indonesia masih rendah. Lebih lengkapnya baca diartikel “Penyelesaian Sengketa Dengan Mediasi di Indonesia Rendah” dalam http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=5170 diakses pada tanggal 25 Mei 2013. 1

Upload: independent

Post on 08-Jan-2023

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1. Pendahuluan

Penggunaaan mediasi sebagai salah satu cara

penyelesaian sengketa dengan damai ini dilatar

belakangi oleh banyak faktor, seperti kecenderungan

manusia untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara

damai (win-win solution), proses berperkara di

pengadilan yang lama dan biaya mahal, menumpuknya

perkara di pengadilan, penyelesaian litigasi kadang

menimbulkan masalah yang lebih panjang, dan lain

sebagainya. 

Istilah mediasi ini baru populer di Indonesia pada

tahun 2000-an. Jika melihat proses mediasi,

penyelesaian sengketa melalui cara ini sudah dikenal

jauh sebelum kemerdekaan, dimana seseorang yang

terlibat dalam persengketaan, cara menyelesaikan

perkara penyelesaiannya dilakukan dengan cara damai

dan melibatkan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut

biasanya adalah tokoh masyarakat, tokoh agama atau

pimpinan adat.1

Pada dasarnya munculnya mediasi secara resmi

dilatarbelakangi adanya realitas sosial dimana1 Sampai sekarang angka penyelesaian sengketa melalui mediasi diIndonesia masih rendah. Lebih lengkapnya baca diartikel“Penyelesaian Sengketa Dengan Mediasi di Indonesia Rendah” dalamhttp://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=5170 diakses pada tanggal 25Mei 2013.

1

pengadilan sebagai satu satu lembaga penyelesaian

perkara dipandang belum mampu menyelesaikan perkaranya

sesuai dengan harapan masyarakat. Kritik terhadap

lembaga peradilan disebabkan karena banyak faktor,

antara lain penyelesaian jalur litigasi pada umumnya

lamabat (waste of time), pemriksaan sangat formal

(folrmalistic), sangat teknis (technically), dan

perkara yang masuk pengadilan sudah overloaded.

Disamping itu keputusan pengadilan selalu diakhiri

dengan menang dan kalah, sehingga kepastian hukum

dipandang merugikan salah satu pihak berperkara. Hal

ini berbeda jika penyelesaian perkara melalui jalur

mediasi, dimana kemauan para pihak dapat terpenuhi

meskipun tidak sepenuhnya. Penyelesaian ini

mengkedepankan kepentingan dua pihak sehingga

keputusannya bersifat win-win solution.

2. Dasar-Dasar Teknik Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui

jalur2:

A. Litigasi

2 Banyak tipologi terkait penyelesaian sengketa internasional.Lebih lengkapnya dapat dilihat di “Cara Penyelesaian SengketaInternasional” dalamhttp://budisma.web.id/materi/sma/pkn/penyelesaian-sengketa-internasional/ diakses pada tanggal 25 Mei 2013.

2

Litigasi adalah proses penyelesaian sengketa

melalui jalur pengadilan. Jalur pengadilan

diharapkan menghasilkan hasil yang adil dan diterima

kedua pihak. Namun, dalam perkembangannya pengadilan

memiliki eberapa kelemahan, yaitu waktu prosesnya

lama, kurang jujur, mahal, kurang netral, hasilnya

pun banyak berujung pada pertikaiaan. Terutama dalam

dunia bisnis, prosses pengadilan dikritik karenaa

sikap peradilan yang tidak responsif dan kemampuan

hakim yang generalis.

B. Non-Litigasi (Alternative Dispute Resolution)3

Alternative Dispute Resolution (ADR) adalah proses

penyelesaian sengketa diluar jalur pengadilan.

Bentuk-bentuk Alternative Dispute Resolution (ADR), antara

lain: negosiasi, mediasi, konsolidasi, arbitase.

Dalam prakteknya, ADR lebih banyak dipilih dalam

penyelesaian sengketa karrena dinilia lebih cepat,

lebih luwes, murah, disesuaikan dengan kebutuhan para

pihak, mediatornya bersifat netral dan sukarela

berdaasarkan hubungan baik, dan dapat melakukannya

secara rahasia.

3 Lebih lengkapnya baca “Penyelesaian Sengketa Melalui JalurNon-Litigasi Mediasi” dalam http://fis.uii.ac.id/images/mahkamah-agung-2012-kamil-penyelesaian-sengketa-melalui-jalur-non-litigasi-mediasi.pdf diakses pada tanggal 25 Mei 2013.

3

3. Alternative Dispute Resolution (ADR)

Istilah mediasi (meditiation) pertama kali muncul di

Amerika pada tahun 1970-an. Menurut Robert D. Benjamin

(Direktor of Mediation and Conflict Management

Services in St. Louis, Missouri) bahwa mediasi baru

dikenal pada tahun 1970-an dan secara formal digunakan

dalam proses Alternative Dispute Resolution / ADR di

California, dan ia sendiri baru praktek menjadi

mediator pada tahun 1979. Chief Justice Warren Burger

pernah mengadakan konferensi yang mempertanyakan

efektifitas administrasi pengadilan di Saint Paul pada

1976. Pada tahun ini istilah ADR secara resmi

digunakan oleh American Bar Association (ABA) dengan cara

membentuk sebuah komisi khusus untuk menyelesaikan

sengketa. Dan pada perkembangan berikutnya pendidikan

tinggi hukum di Amerika Serikat memasukkan ADR dalam

kurikulum pendidikan, khususnya dalam bentuk mediasi

dan negoisasi.4

Cara penyelesaian sengketa dengan cara damai, kini

telah dilembagakan di Amerika sebagai salah satu

4 Penejlasan tentang Alternative Dispute Settlement dapatdilihat di “Alternative Dispute Resolution” dalamhttp://www.irs.gov/Individuals/Alternative-Dispute-Resolutiondiakses pada tanggal 25 Mei 2013.

4

alternatif dispute resolution. Di beberapa negara eropa,

mediasi ini tumbuh berkembang dengan pesat, dan

menjadi disiplin ilmu dalam perkuliahan. Di Indonesia

mediasi kini menjadi sesuatu yang baru dan secara

resmi digunakan dalam proses berperkara di Pengadilan

Negeri melalui Perma No. 2 tahun 2003 tentang Proses

Mediasi di Peradilan Mahkamah Agung Republik

Indonesia. 5

4. Mediasi

Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui proses

perundingan antara para pihak yang bersengketa dengan

dibantu oleh mediator. Mediator harus bersikap

impartial dan netral.

Pengertian mediasi menurut Priatna Abdurrasyid yaitu

suatu proses damai dimana para pihak yang bersengketa

menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator

(seseorang yg mengatur pertemuan antara 2 pihak atau

lebih yg bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang

adil, tanpa biaya besar besar tetapi tetap efektif dan

diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang5 Pemebrdayaan Mediasi di Indoensia dapat dilihat di“Pemberdayaan Mediasi Sebagai Alternatif Peneyelesaian Sengketa diIndonesia” dalamhttp://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2006/ppgb_2006_runtung.pdfdiakses pada tanggal 25 Mei 2013.

5

bersengketa. Pihak ketiga (mediator) berperan sebagai

pendamping dan penasihat. Sebagai salah satu mekanisme

menyelesaikan sengketa, mediasi digunakan di banyak

masyarakat dan diterapkan kepada berbagai kasus

konflik.

Jika melihat proses mediasi, penyelesaian sengketa

melalui cara ini sudah dikenal jauh sebelum

kemerdekaan, dimana seseorang yang terlibat dalam

persengketaan, cara menyelesaikan perkara

penyelesaiannya dilakukan dengan cara damai dan

melibatkan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut

biasanya adalah tokoh masyarakat, tokoh agama atau

pimpinan adat.6

5. Pentingnya Mediasi

Proses mediasi semakin popular. Bagi pihak-pihak

yang berseteru, memecahkan isu dengan memperkarakannya

ke meja hijau dirasa kurang begitu efekktif. Dengan

menyetujui pemecahan konflik melaluui mediasi, phak-

pihal terkait telah mengurangi beban system peradilan

6 Diambil dari Abdurrasyid, Priyatna. 2002. “Arbitrase dan AlternatifPenyelesaian Sengketa Suatu Pengantar”. PT Fikahati Aneska dan BadanArbitrase Nasional Indonesia. Jakarta.

6

agar mengurusi masalah-masalah yang lebih penting.

Berikut keuntungan-keuntungan melakukan mediasi :

a) Para pihak yang bersengketa dapat tetap berhubungan

baik. Hal ini sangat baik bagi hubungan bisnis

karena pada dasarnya bertumpu pada good relationship dan

mutual trust

b) Lebih murah dan cepat

c) Bersifat rahasia (confidential), sengketa yang timbul

tidak sampai diketahui oleh pihak luar, penting

untuk menjaga reputasi pengusaha karena umumnya tabu

untuk terlibat sengketa

d) Hasil-hasil memuaskan semua pihak

e) Kesepakatan-kesepakatan lebih komrehensif

f) Kesepakatan yang dihasilkan dapat dilaksanakan

6. Mediasi di Pengadilan

Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 2 Tahun 2003

tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan memberikan

definisi sebagai penyelesaian sengketa melalui proses

perundingan para pihak dengan dibantu oleh mediator.

Mediasi dilaksanakan melalui suatu perundingan yang

melibatkan pihak ketiga yang bersikap netral (non

intervensi) dan tidak berpihak (impartial) kepada pihak-

7

pihak yang bersengketa serta diterima kehadirannya

oleh pihak-pihak yang bersengketa.

Pihak ketiga tersebut adalah “mediator” atau

“penengah” yang tugasnya hanya membantu pihak-pihak

yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya dan

tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan.

Dapat dikatakan seorang mediator hanya bertindak

sebagai fasilitator saja.

Melalui mediasi diharapkan dicapai titik temu

penyelesaian masalah atau sengketa yang dihadapi para

pihak, yang selanjutnya dituangkan sebagai kesepakatan

bersama. Pengambilan keputusan tidak berada di tangan

mediator, tetapi berada di tangan para pihak yang

bersengketa.7

7. Mediator

Unsur terpenting dalam mediasi adalah pihak ketiga

atau mediator. Adanya pihak ketiga yang bersifat

netral yang disebut sebagai mediator (penengah)

terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa

dalam perundingan itu.

7 Diambil dari “Mediasi Pengadilan dan Asas Peradilan Sederhana,Cepat, dan Biaya Ringan” dihttp://www.badilag.net/data/ARTIKEL/mediasi%20pengadilan%20dan%20asas%20peradilan.pdf diakses pada tanggal 25 Mei 2013.

8

Mediator tersebut bertugas membantu para pihak yang

bersengketa untuk mencari penyelesaian atas masalah-

masalah sengketa. Mediator tidak mempunyai kewenangan

membuat keputusan-keputusan selama proses perundingan

berlangsung. Fungsi seorang mediator memiliki fungsi :

a. Sebagai katalisator (mendorong suasana yang

kondusif).

b. Sebagai pendidik (memahami kehendak, aspirasi,

prosedur kerja, dan kendala usaha para pihak).

c. Sebagai penerjemah (harus berusaha menyampaikan dan

merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak yang

lain).

d. Sebagai nara sumber (mendaya gunakan informasi).

e. Sebagai penyandang berita jelek (para pihak dapat

emosional).

f. Sebagai agen realitas (terus terang dijelaskan bahwa

sasarannya tidak mungkin dicapai melalui suatu

proses perundingan).

g. Sebagai kambing hitam (pihak yang dipersalahkan).

8. Proses Mediasi 8

8 Terdapat berbagai macam mekanisme negosiasi salah satunyadapat dilihat di buku Roger Dawson yang berjudul “Secrets of PowerNegotiating” yang diterbitkan oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,2003.

9

Setiap mediator akan melakukan proses mediasi

berbeda, itu semua tergantung pada mediator,

perselisihan dan pihak yang terlibat. Ada umumnya

beberapa tahapan penting yang membantu untuk

menetapkan struktur dasar dari proses mediasi. Seorang

mediator akan ditunjuk oleh kedua belah pihak yang

telah setuju pada pilihan, ini biasanya dilakukan baik

secara mandiri atau melalui penasihat Hukum pribadi

mereka.

Tanggal mediasi kemudian akan ditetapkan oleh kedua

belah pihak dengan tempat yang netral yang telah

disepakati untuk mediasi berlangsung. Tempat tersebut

harus memiliki setidaknya tiga ruang terpisah sehingga

diskusi pribadi dapat diselenggarakan, satu untuk

masing-masing pihak yang bersengketa dan satu kamar

yang digunakan untuk wajah untuk menghadapi negosiasi

antara para pihak. Berikut dijelaskan proses mediasi

secara singkat :

A. Pertemuan awal dan menciptakan forum :

Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1) Rapat gabungan.

2) Pernyataan pembukaan oleh mediator, dalam hal

ini yang dilakukan adalah:10

3) mendidik para pihak;

4) menentukan pokok-pokok aturan main;

5) membina hubungan dan kepercayaan.

6) Pernyataan para pihak, dalam hal ini yang

dilakukan adalah:

7) dengar pendapat (hearing);

8) menyampaikan dan klarifikasi informasi;

9) cara-cara interaksi.

B. Mengumpulkan dan membagi-bagi informasi :

Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan

dengan mengadakan rapat-rapat terpisah yang

bertujuan untuk:

1) Mengembangkan informasi selanjutnya;

2) Mengetahui lebih dalam keinginan para pihak ;

3) Membantu para pihak untuk dapat mengetahui

kepentingannya ;

4) Mendidik para pihak tentang cara tawar menawar

penyelesaian masalah.

C. Pemecahan masalah :

Dalam tahap ketiga yang dilakukan mediator

mengadakan rapat bersama atau lanjutan rapat

terpisah, dengan tujuan untuk:

1) Menetapkan agenda.

2) Kegiatan pemecahan masalah.11

3) Menfasilitasi kerja sama.

4) Identifikasi dan klarifikasi isu dan masalah.

5) Mengembangkan alternatif dan pilihan-pilihan.

6) Memperkenalkan pilihan-pilihan tersebut.

7) Membantu para pihak untuk mengajukan, menilai

dan memprioritaskan kepentingan-kepentingannya.

D. Pengambilan keputusan.

Dalam tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan

sebagai berikut:

1) Rapat-rapat bersama.

2) Melokalisasikan pemecahan masalah dan

mengevaluasi pemecahan masalah.

3) Membantu para pihak untuk memperkecil

perbedaan-perbedaan.

4) Mengkonfirmasi dan klarifikasi kontrak.

9. Perilaku mediator

Perilaku mediator9, yaitu taktik dan strategi apa

yang akan ia gunakan, ditentukan oleh konteks mediasi,

tujuan atau sasaran mediator, dan persepsi mediator.

Beberapa pilihan strategis bagi prilaku mediator

adalah: 9 Untuk lebih jauh dapat dilihat pada artikel berjudul “Mediasi”dalam www.diahkei.staff.ugm.ac.id/file/ Mediasi .rtf diakses pada tanggal 25 Mei2013.

12

1. Problem solving atau integrasi, yaitu usaha menemukan

jalan keluar “menang-menang” dan responsif terhadap

aspirasi pihak-pihak yang bertikai

2. Kompensasi atau usaha mengajak pihak-pihak yang

bertikai supaya membuat konsesi atau mencapai

kesepakatan dengan menjanjikan mereka imbalan atau

keuntungan.

3. Tekanan, yaitu tindakan memaksa pihak-pihak yang

bertikai supaya membuat konsesi atau sepakat dengan

memberikan hukuman atau ancaman hukuman.

4. Diam atau inaction, yaitu ketika mediator secara

sengaja membiarkan pihak-pihak yang bertikai

menangani konflik mereka sendiri. Mediator diduga

akan menggunakan strategi ini bila mereka memiliki

perhatian yang sedikit terhadap aspirasi pihak-pihak

yang bertikai dan menganggap bahwa kemungkinan

mencapai kesepakatan “menang-menang” tinggi.

10. Contoh Kasus

Kesuksesan Amerika Serikat sebagai Mediator di Camp

David, 197810

10 Bagian ini diambil dari studi kasus yang ditulis oleh JonathanOakman yang berjudul “The Camp David Accords: A Case Study on InternationalNegotiation” dalam

13

Presiden Carter berhasil melakukan mediasi terhadap

Israel dan Mesir di Camp David karena ia

dipresepsikan netral oeh kedua belah pihak. Butuh

waktu bertahun-tahun bagi AS untuk memposisikan

dirinya sebagai pihak yang dianggap netral oleh

Mesir.

Camp David Negotiation adalah salah satu contoh

dari negosiasi bilateral yang melibatkan pihak ketiga

untuk ikut membantu proses pelaksanaan negosiasi

dengan cara mediasi serta menggunakan sebuah teknik

negosiasi yang dikenal dengan Single Negotiating

Text. Perundingan Camp David ini melibatkan dua pihak

yaitu Anwar Sadat, Presiden Mesir dan Menachem Begin,

Perdana Menteri Israel serta Jimmy Carter, Presiden

Amerika Serikat yang berperan sebagai mediator.

Carter mengundang Sadat dan Begin ke Camp Daivid,

tempat peristirahatan presiden Amerika Serikat di

Frederick County, Maryland, pada bulan September

1979.11

http://wws.princeton.edu/research/cases/campdavid.pdf diakses padatanggal 25 Mei 2013.11 Peran Presiden Carter selama perundingan ini dapat dilihat di“Peace Talks at Camp David, September 1978” dalamhttp://www.pbs.org/wgbh/americanexperience/features/general-article/carter-peace/ diakses pada 25 Mei 2013.

14

Perjalanan menuju perundingan Camp David dimulai

sekitar awal tahun 1977. Langkah-langkah yang

dilakukan oleh Henry Kissinger dalam menyelesaikan

konflik Arab-Israel mulai ditinggalkan dan Presiden

Jimmy Carter dan sekretaris negara Cyrus Vance

memiliki cara baru. Beberapa perundingan sempat

dilakukan misalnya konferensi Jenewa yang dipimpin

oleh Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Dalam konferensi

tersebut, beberapa pihak yang berkepentingan tidak

hadir dalam konferensi tersebut, misalnya Syria

karena isu yang menimpa Palestina, Israel karena

tidak mau menyetujui PLO yang dianggap organisasi

teroris dan bukan representasi rakyat Palestina,

serta Mesir yang keberatan dengan peraturan yang

ditetapkan oleh Uni Soviet.

Presiden Mesir Anwar Sadat mengadakan kunjungan

ke Jerussalem dan berunding dengan Perdana Menteri

Israel Menachem Begin pada November 1977. Sadat,

dalam hal ini bertindak sebagai juru bicara untuk

semua kepentingan negara-negara Arab, meminta

pengembalian semua wilayah yang diduduki seperti

Semenanjung Sinai, tepi barat wilayah Jordan, Dataran

Tinggi Golan di Siria serta kembalinya Jerussalem

Timur sebagai ganti perdamaian dan normalisasi15

hubungan dengan Israel. Begitu pula dengan Begin, dia

tampak senang dengan prospek negosiasi yang dilakukan

Israel dengan Mesir, selama kedua belah pihak fokus

terhadap isu-isu bilateral yang terjadi.

Perdamaian yang akan tercapai dengan Mesir

memberikan keuntungan di bidang militer bagi Israel.

Israel dapat terhindar dari masalah keamanan dengan

kembalinya Dataran Tinggi Golan ke Siria dan tepi

barat ke Jordan. Namun, ada indikasi dengan

terjadinya perdamaian, Sadat akan berusaha untuk

mendapatkan sebuah perjanjian dari Israel yang isinya

memberikan hak otonomi kepada Palestina terhadap

jalur Gaza dan West Bank. Hak yang diberikan kepada

Palestina nantinya akan memperbesar kemungkinan

Palestina untuk bisa mengembangkan lebih jauh

mengenai kesepakatan tersebut. Untuk mempermudah

proses negosiasi yang sedang berlangsung,

Sadat dan Begin menyetujui diadakannya rapat

setingkat 2 menteri di Ismalia. Di ranah militer

telah disepakati adanya pengembalian tentara Israel

dari Sinai agar kesepakatan damai kedua negara dapat

tercapai. Di ranah politik telah disepakati adanya

pemberian otonomi kepada Palestina terhadap wilayah

tepi barat dan Jalur Gaza dan menginginkan adanya16

konstruksi dari Declaration of Principles supaya

terbentuk “framework” untuk tercapainya perundingan

perdamaian.

Peran Amerika Serikat terlihat dari teknik yang

dilakukannya dalam memediasi Sadat dan Begin. Mereka

menggunakan single negotiation text untuk menengahi

proses negosiasi kedua negara yang sangat alot.

Single text negotiation ini diusulkan oleh Roger

Fisher dari fakultas hukum univeritas Harvard yang

menempatkan mediator bagi pihak-pihak yang

bernegosiasi. Mediator bisa mengajukan usulan solusi

yang kemudia masih bisa diperiksa dan dikoreksi oleh

pihak-pihak yang bernegosiasi.

Perundingan Camp David yang terjadi pada 1979

antara Mesir dan Israel memiliki salah satu agenda

yang paling sulit yaitu saat membahas mengenai

semenanjung Sinai. Kedua belah pihak tidak mau

memberikan konsesi teritorial. Dengan kata lain, baik

Mesir maupun Israel sama-sama berkeinginan untuk

menguasai wilayah semenanjung Sinai. Perundingan

berlangsung alot dan hampir menemui jalan buntu.

Namun, setelah proses negosiasi yang panjang dan

berhari-hari, para mediator perundingan ini menemukan

bahwa meskipun Mesir dan Israel memiliki keinginan17

yang sama untuk menguasai semenanjung Sinai, tetapi

Mesir dan Israel memiliki kebutuhan yang berbeda.

Mesir menginginkan semenanjung Sinai karena kebutuhan

akan adanya pengakuan kedaulatan, sedangkan Israel

menginginkan Sinai karena membutuhkan jaminan

keamanan.

Disinilah letak kejelian mediator yang dalam

kasus ini diperankan oelh Amerika Serikat. Amerika

Serikat mencoba untuk mencari tahu apa yang menjadi

kebutuhan pihak-pihak yang terlibat dengan berbagai

proposal SNTnya. Perlu adanya sutau kepekaan dari

Amerika Serikat yang berperan sebagai mediator untuk

mengidentifiki perbedaan sehingga menciptakan SNT-5.

Kepekaan untuk mengidentifikasi perbedaan kebutuhan

itulah yang akhirnya menghasilkan terobosan

kesepakatan yang menarik : menciptakan zona

demiliterisasi yang berada di bawah naungan bendera

Mesir. Kedua negara itu puas dengan hasil kesepakatan

karena kebutuhannya sama-sama terpenuhi.

11. Penutup

Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan

melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak

memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu18

pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian

(solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak.

Mediasi disebut emergent mediation apabila

mediatornya merupakan anggota dari sistem sosial

pihak-pihak yang bertikai, memiliki hubungan lama

dengan pihak-pihak yang bertikai, berkepentingan

dengan hasil perundingan, atau ingin memberikan kesan

yang baik misalnya sebagai teman yang solider.

Pengertian mediasi menurut Priatna Abdurrasyid yaitu

suatu proses damai dimana para pihak yang bersengketa

menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator

(seseorang yg mengatur pertemuan antara 2 pihak atau

lebih yg bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang

adil, tanpa biaya besar besar tetapi tetap efektif dan

diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang

bersengketa. Pihak ketiga (mediator) berperan sebagai

pendamping dan penasihat. Sebagai salah satu mekanisme

menyelesaikan sengketa, mediasi digunakan di banyak

masyarakat dan diterapkan kepada berbagai kasus

konflik.

12. Referensi

19

Abdurrasyid, Priyatna. 2002. “Arbitrase dan AlternatifPenyelesaian Sengketa Suatu Pengantar”. PT Fikahati Aneskadan Badan Arbitrase Nasional Indonesia. Jakarta.

Dawson, Roger. 2003. “Secrets of Power Negotiating”. PenerbitPT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Oakman, Jonathan. 2002. “The Camp David Accords: A Case Studyon International Negotiation” dalamhttp://wws.princeton.edu/research/cases/campdavid.pdf diakses pada tanggal 25 Mei 2013.

Raiff, Howard. 2003. “The Art and Science of Negotiations”. TheBelknap Press of Harvard University Press.Cambridge.

“Alternative Dispute Resolution” dalamhttp://www.irs.gov/Individuals/Alternative-Dispute-Resolution diakses pada tanggal 25 Mei2013.

“Cara Penyelesaian Sengketa Internasional” dalamhttp://budisma.web.id/materi/sma/pkn/penyelesaian-sengketa-internasional/ diakses pada tanggal 25Mei 2013.

“Mediasi Pengadilan dan Asas Peradilan Sederhana,Cepat, dan Biaya Ringan” dalamhttp://www.badilag.net/data/ARTIKEL/mediasi%20pengadilan%20dan%20asas%20peradilan.pdfdiakses pada tanggal 25 Mei 2013.

“Mediasi” dalam www.diahkei.staff.ugm.ac.id/file/ Mediasi .rtf diakses pada tanggal 25 Mei 2013.

20

“Peace Talks at Camp David, September 1978” dalamhttp://www.pbs.org/wgbh/americanexperience/features/general-article/carter-peace/ diakses pada 25Mei 2013.

“Penyelesaian Sengketa Dengan Mediasi di IndonesiaRendah” dalam http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=5170 diakses pada tanggal 25 Mei 2013.

“Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur Non-LitigasiMediasi” dalamhttp://fis.uii.ac.id/images/mahkamah-agung-2012-kamil-penyelesaian-sengketa-melalui-jalur-non-litigasi-mediasi.pdf diakses pada tanggal 25 Mei2013.

21