anatomi & histologi jaringan periodontal normal fixed

10
1 BAB I PENDAHULUAN Jaringan periodontal terdiri atas jaringan yang meliputi dan mendukung gigi. geligi dalam rahang. Sesuai dengan artinya, periodontal terbagi menjadi dua bagian yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu pert” artinya sekitar dan “odontosberarti gigi. Jaringan pendukung tersebut terdiri dari: gingiva, sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar. Fungsi utama gingiva yaitu untuk melindungi jaringan di bawahnya, sedangkan attachment apparatus yang terdiri dari ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar memiliki fungsi, memberikan dukungan bagi serat-serat ligamen periodontal (Lindhe, dkk., 2003). Jaringan periodontal normal berperan sebagai penyedia dukungan yang sangat penting untuk dapat berlangsungnya fungsi mastikasi. Setiap bagian dari jaringan periodontal ini memiliki fungsi dan perannya masingmasing, akan tetapi pada dasarnya, keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan (Newman, dkk., 2012). Jaringan periodonsium dapat bervariasi secara morfologi dan fungsional seiring dengan perubahan umur dan keadaan patologis. Sehingga pengetahuan tentang anatomi, histologi, serta tampilan klinis dari jaringan periodontal yang normal penting dikuasai untuk memfasilitasi pemahaman mengenai kelainan patologis, keadaan fisiologis yang berlebihan, maupun respon terhadap keadaan inflamatif di jaringan periodontal beserta perawatannya. Pengetahuan tentang jaringan periodontal normal bermanfaat untuk memahami serta membedakan keadaan jaringan periodontal dalam keadaan normal dan kondisi patologis, sehingga dapat ditegakkan terapi yang optimal.

Upload: khangminh22

Post on 01-May-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

Jaringan periodontal terdiri atas jaringan yang meliputi dan mendukung gigi.

geligi dalam rahang. Sesuai dengan artinya, periodontal terbagi menjadi dua bagian

yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu “pert” artinya sekitar dan “odontos” berarti gigi.

Jaringan pendukung tersebut terdiri dari: gingiva, sementum, ligamen periodontal dan

tulang alveolar. Fungsi utama gingiva yaitu untuk melindungi jaringan di bawahnya,

sedangkan attachment apparatus yang terdiri dari ligamen periodontal, sementum dan

tulang alveolar memiliki fungsi, memberikan dukungan bagi serat-serat ligamen

periodontal (Lindhe, dkk., 2003).

Jaringan periodontal normal berperan sebagai penyedia dukungan yang sangat

penting untuk dapat berlangsungnya fungsi mastikasi. Setiap bagian dari jaringan

periodontal ini memiliki fungsi dan perannya masing–masing, akan tetapi pada

dasarnya, keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan (Newman,

dkk., 2012).

Jaringan periodonsium dapat bervariasi secara morfologi dan fungsional seiring

dengan perubahan umur dan keadaan patologis. Sehingga pengetahuan tentang anatomi,

histologi, serta tampilan klinis dari jaringan periodontal yang normal penting dikuasai

untuk memfasilitasi pemahaman mengenai kelainan patologis, keadaan fisiologis yang

berlebihan, maupun respon terhadap keadaan inflamatif di jaringan periodontal beserta

perawatannya. Pengetahuan tentang jaringan periodontal normal bermanfaat untuk

memahami serta membedakan keadaan jaringan periodontal dalam keadaan normal dan

kondisi patologis, sehingga dapat ditegakkan terapi yang optimal.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mukosa rongga mulut (mukosa oral) berbatasan dengan kulit, bibir dan

mukosa palatum lunak, serta faring. Mukosa rongga mulut terdiri atas:

1. Mukosa mastikasi (masticatory mucosa), termasuk gingiva dan bagian yang

menutupi palatum keras

2. Specialized mucosa, yang menutupi dorsum lidah

3. Oral mucous membrane lining yang berada di dalam rongga mulut

(Newman, dkk., 2012)

Gambar 1. Gingiva normal (Lindhe,

dkk., 2003)

Gambar 2. Gingiva normal bagian palatal

(Lindhe, dkk., 2003)

A. GINGIVA

Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi serviks gigi

dan menutupi tulang alveolar serta menutupi akar gigi sampai batas cementoenamel

junction. Gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal. Area gingiva

dimulai dari garis mukogingiva, menutupi tulang alveolar bagian koronal,

kemudian pada ujungnya mengelilingi serviks di setiap gigi. Pada bagian palatal,

tidak terdapat garis mukogingiva karena palatum keras dan tulang alveolar maksila

diliputi oleh mukosa mastikasi yang sama (Newman, dkk., 2012).

3

Gambar 3 Anatomi gingiva (Rateitschak., 2004)

Gingiva tersusun dari jaringan ikat dan epitel berkeratin yang meluas dari tepi

gingiva ke pertemuan mukogingiva. Menurut Fedi, dkk.(2005) dan Newman, dkk.,

(2012), secara anatomis, gingiva terdiri atas gingiva bebas (margin gingiva/free

gingiva), gingiva cekat (attached gingiva), gingiva interdental (interdental gingiva).

1. Margin gingiva/ gingiva bebas merupakan bagian yang mengelilingi leher

gigi, tidak melekat secara langsung pada gigi dan membentuk dinding jaringan

lunak sulkus gingiva. Bagian gingiva ini meluas dari tepi gingiva hingga dasar

sulkus. Gingiva bebas adalah batas tepi gingiva yang mengelilingi gigi,

berbentuk seperti kerah baju. Gingiva bebas dipisahkan dari gingiva cekat oleh

depresi dangkal yang membentuk garis yang disebut groove gingiva bebas

(free gingival groove/marginal groove/ gingival groove). Lebar gingiva bebas

biasanya sekitar 1 mm (Newman, dkk., 2012).

Gambar 4 Gingival groove (GG) (Lindhe, dkk., 2003)

4

Gingiva bebas tidak melekat pada gigi, membentuk dinding jaringan

lunak dari sulkus gingiva serta dapat dipisahkan dari gigi dengan

menggunakan alat. Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang

sekeliling gigi yang dibatasi oleh permukaan gigi dan epitel gingiva bebas

(Fedi, dkk., 2000).

Sulkus gingiva merupakan parameter diagnosis yang sangat penting.

Pada kondisi normal, kedalaman sulkus gingiva adalah 0 mm. Kondisi

tersebut hanya dapat dijumpai secara eksperimental, pada hewan bebas

kuman atau setelah plak kontrol intensif berkepanjangan. Metode klinis

yang digunakan untuk mengukur kedalaman sulkus berupa instrument

logam yang dinamakan probe periodontal. Kedalaman histologis sulkus

tidak sama persis dengan kedalaman penetrasi probe. Oleh karena itu

dikenal kedalaman probing (probing depth) dari sulkus gingiva normal

yakni 2 - 3 mm (Newman, dkk., 2012).

Gambar 5. Pengukuran kedalaman probing (Lindhe, dkk., 2003)

2. Attached gingiva

Gingiva cekat adalah perluasan gingiva bebas. Gingiva cekat

konsistensinya tegas/ kaku, teksturnya stippling seperti kulit jeruk, kenyal dan

melekat erat pada tulang alveolar. Aspek fasial gingiva cekat meluas dari

groove gingiva sampai dengan mucogingival junction (Newman, dkk., 2012).

5

Gambar 6. Stippling pada gingiva cekat

Lebar gingiva cekat merupakan parameter klinis yang penting karena

merupakan jarak antara mucogingival junction dan proyeksi bagian luar dari

dasar sulkus atau poket periodontal. Lebar gingiva cekat pada aspek fasial

berbeda - beda pada setiap area. Umumnya gingiva cekat pada regio incisal

paling lebar ( 3,4 - 4,5 mm di maksila dan 3,3 - 3,9 mm di mandibula )

kemudian makin berkurang di segmen posterior, dengan lebar terkecil pada

premolar pertama (1,9 mm di maksila dan 1,8 mm di mandibula) (Newman,

dkk., 2012).

Lebar gingiva cekat bertambah sesuai umur dan juga pada gigi

supraerupsi. Perubahan lebar gingiva cekat disebabkan oleh modifikasi posisi

ujung bagian koronal. (Newman, dkk., 2013)

Pada aspek lingual mandibula, gingiva cekat dimulai dari pertemuan

mukosa lingual alveolar yang berlanjut pada membran mukosa yang melapisi

dasar mulut. Pada permukaan palatal gingiva cekat di maksila tidak dapat

diketahui batasnya dengan mukosa palatal yang memiliki konsistensi yang

sama. (Newman, dkk., 2013)

3. Interdental gingiva

Gingiva interdental adalah bagian gingiva yang mengisi embrasur gigi,

yakni pada daerah interproksimal di bawah kontak gigi. Gingiva interdental

dapat berbentuk piramida atau col (lembah) (Newman, dkk., 2012).

6

Gambar 7. Interdental gingiva

Perbedaan variasi anatomi interdental col pada gingiva normal (sisi

kiri) dan gingiva resesi (sisi kanan) tampak pada gambar 7A dan 7B regio

anterior madibula, sisi fasial dan bukolingual, serta gambar 7C dan 7D regio

posterior mandibula sisi fasial dan bukolingual. Bentuk gingiva interdental

bergantung pada titik kontak di antara dua gigi yang bersebelahan dan ada

tidaknya resesi. Apabila terdapat diastema diantara dua gigi yang bertetangga,

maka tidak dijumpai papila interdental. (Newman, dkk., 2012).

A.1. HISTOLOGI GINGIVA

A.1.a. Epitel gingiva

Epitel gingiva terdiri atas epitel gepeng berlapis (stratified squamous),

Fungsi utama epitel adalah melindungi struktur yang ada di bawahnya dan

memungkinkan terjadinya perubahan selektif pada lingkungan oral. secara

morfologis dan fungsional, dapat dibedakan menjadi epitel rongga mulut, epitel

sulkus dan epitel junctional (junctional epithelium). Tipe sel utamanya,

sebagaimana sel epitel gepeng berlapis lainnya, adalah berkeratin. Sel lain yang

ditemukan, ada juga yang tidak berkeratin yang mengandung sel Langerhans, sel

merkel dan melanosit (Newman, dkk., 2006).

A.1.b. Epitel oral

Epitel oral adalah adalah epitel yang melapisi lapisan luar margin

gingiva dan permukaan gingiva cekat. Rata-rata ketebalan epitel oral 0,2 hingga

0,3 mm. berkeratinisasi atau parakeratin, membalut permukaan vestibular dan

oral (Newman, dkk., 2006).

7

Gambar 8. A Berkeratin B. Tidak berkeratin C. Parakeratin (Lindhe, dkk., 2003)

Epitel oral yang berkeratin terdiri atas empat lapisan sel, yaitu :

1. Stratum basale bentuknya kuboid

2. Stratum spinosum bentuknya poligon

3. Stratum granulosum bentuknya pipih

4. Stratum korneum

Gambar 9. Lapisan-lapisan epitel oral (Newman, dkk., 2006).

A.1.c. Epitel Sulkular

Epitel sulkular membentuk dinding sulkus gingiva dan menghadap ke

permukaan gigi. Epitel ini merupakan epitel stratified squamous yang tipis, tidak

berkeratin dan tanpa rete peg, meluas dari batas koronal junctional epithelium

hingga krista tepi gingiva. Epitel ini penting sekali karena bertindak sebagai

membrane semipermeabel yang dapat dilewati oleh produk bakteri menuju

8

gingiva dan melalui cairan gingiva yang keluar ke sulkus gingiva (Newman,

dkk., 2006).

A.1.d. Junctional Epithelium

Junctional epithelium membentuk perlekatan antara gingiva dengan

permukaan gigi. Epitel ini merupakan epitel stratified squamous yang tidak

berkeratin. Pada usia muda junctional epithelium terdiri atas 3 - 4 lapis, namun

dengan pertambahan usia lapisan junctional epithelium bertambah menjadi 10

hingga 20 lapis. Junctional epithelium melekat pada permukaan gigi dengan

bantuan lamina basal.

Junctional epithelium melekat pada permukaan gigi melalui lamina basal

interna dan melekat pada jaringan ikat gingiva melalui lamina basal externa.

Lamina basal interna terdiri atas lamina densa (melekat pada enamel) dan lamina

lucida dimana hemidesmosome melekat. Hemidesmosome memiliki peran

penting dalam perlekatan epitel ke lamina basal pada struktur gigi (Newman,

dkk., 2006).

A.2. JARINGAN IKAT GINGIVA

Komponen mayor jaringan ikat gingiva adalah serat kolagen (60%),

fibroblast (5%), pembuluh darah, saraf dan matriks (sekitar 35%). Jaringan ikat

gingiva dikenal juga dengan lamina propria dan terdiri atas 2 lapisan, yaitu:

lapisan papillari yang terletak di bawah epitel, yang terdiri atas proyeksi papillari

di antara retepeg epitel dan lapisan retikuler yang bersebelahan dengan

periosteum tulang alveolar di bawahnya (Newman, dkk., 2006).

Jaringan ikat memiliki kompartemen selular dan aselular terdiri dari serat

dan substansi dasar. Substansi dasar mengisi ruang antara serat dengan sel,

amorf, dan memiliki kandungan air yang tinggi, terdiri dari proteoglycans,

terutama asam hyaluronic dan kondroitin sulfat, dan glikoprotein, terutama

fibronectin (Newman, dkk., 2006). Serat jaringan gingiva terdiri atas tiga tipe,

serat kolagen, serta retikular, dan serat elastik. Kolagen tipe I membentuk inti

9

lamina propria dan memberikan tensile strength terhadap jaringan gingiva.

Kolagen tipe IV bercabang di antara bundel kolagen tipe I dan menyatu dengan

serat-serat membran basah dan dinding pembuluh darah. Sistem serat elastik

dibentuk oleh serat-serat oksitalan, eluanin dan elastin yang tersebar di antara

serat-serat kolagen (Newman, dkk., 2006).

A.2. 1. Serat-serat gingiva

Jaringan ikat gingiva bebas mengandung banyak kolagen Tipe 1

yang tersusun dalam sistem bundel serat, yang dinamakan serat - serat

gingiva. Serat - serat gingiva mempunyai fungsi :

1. Mendukung jaringan gingiva bebas, sehingga terikat ke permukaan

gigi

2. Menimbulkan kekakuan pada gingiva bebas, sehingga tidak terkuak

menjauhi gigi bila terkena tekanan pengunyahan

3. Menyatukan gingiva bebas dengan sementum akar gigi dan gingiva

cekat yang berbatasan.

Serat gingiva tersusun atas 3 kelompok:

1. Serat Gingivodental

Merupakan serat yang terdapat pada permukaan fasial, lingual dan

interproksimal, melekat pada sementum di bawah epitel pada dasar

sulkus gingiva. Pada pemukaan fasial dan lingual, serat ini memanjang

dari sementum dalam bentuk seperti kipas angin ke arah crest dan

permukaan luar gingiva bebas. Serat ini juga memanjang keluar menuju

periosteum pada permukaan fasial dan lingual tulang alveolar.

2. Serat Sirkular

Serat sirkular melewati jaringan ikat pada gingiva bebas dan interdental

dan melingkari gigi seperti cincin.

3. Serat Transeptal

10

Berlokasi di daerah interproksimal, serat transeptal membentuk ikatan

horisontal yang meluas di antara sementum pada aproksimal gigi.

(Newman, dkk., 2006)

Gambar 10. Serat – serat gingiva (1. Dentogingival koronal, horizontal, apikal, 2.Alveologingival,

3.Interpapilary 4..Transgingival, 5.Sirkular, semisirkular, 6.Dentoperiosteal, 7.Transeptal,

8.Periosteogingival 9.Intersirkular 10.Intergingival)

A.2.2 Elemen Seluler

Elemen seluler utama pada jaringan ikat gingiva adalah fibroblas

yang banyak dijumpai diantara bundel serat. Fibroblas berfungsi mensintesa

serat - serat kolagen dan serat - serat elastik glikoprotein dan

glikosaminoglikan pada substansi interseluler dan juga berperan dalam

pengaturan degradasi kolagen. Sel- sel inflamasi yang dijumpai pada

jaringan ikat gingiva mencakup leukosit, polimorfonukleus, limfosit dan sel

plasma. Dalam kondisi normal sel - sel ini dijumpai dalam jumlah yang

sedikit. Dalam keadaan terinflamasi, sel - sel inflamasi dijumpai dalam

jumlah yang banyak dalam bentuk agregrat seluler padat yang

menggantikan elemen fibrosa dalam jaringan ikat (Newman, dkk., 2006;

Newman, dkk., 2012).