a. faktor-faktor terjadinya perang ayn jaluth tahun 1260
TRANSCRIPT
41
BAB III
KONDISI DINASTI MAMLUK
MENJELANG PERANG AYN JALUTH
TAHUN 1260M/658H
A. Faktor-Faktor Terjadinya Perang Ayn Jaluth Tahun 1260
M/658 H.
Perang Ayn Jaluth adalah sebuah perang disebuah desa
kecil dilembah subur yang masuk wilayah Palestina, tepatnya
diantara Baisan dan Nablus. Nama Ayn Jaluth ada hubungannya
dengan mitos yang mengatakan bahwa Nabi Dawud berhasil
membunuh Jalut. Setelah berhasil menguasai Palestina orang-
orang Franka mengubah namanya menjadi tubanea.1
Faktor-faktor terjadinya perang Ayn Jaluth pada tahun
1260 M/658 H, tidak lepas dari Exvansi Bangsa Mongol.
Pemerintahan Tartar muncul sekitar tahun 603 /1206 M,
kemunculan pertama bangsa Tartar di Mongolia, wilayah Utara
Cina, pemimpin pertama bangsa Tartar adalah Jengis Khan.
1 Qasim Abduh Qasim, Saifuddin Quthuz sang Kesatria Perang Ain
Jalut (Solo: Al-Wafi Publishing, 2018), p. 138.
42
Jengis Khan berasal dari bahasa Mongolia yang berarti “Qahir
Al-Alam” (Penguasa Dunia), atau “Al-Qawi” (yang kuat). nama
asli Jengis Khan adalah Temujin, Jengis Khan dikenal sebagai
“Saffak Ad-Dima” (orang yang senang menumpahka darah),
nama Tartar begitu juga dengan Mongol dinisbatkan kepada
orang-orang yang hidup dan berkembang di bagian Utara China,
tempatnya di Gurun Gobi.2
Jengis Khan lahir di Mongolia pada tahun 549 H/1155 M
di wilayah Dolodin Polaq, yag terletak disisi kanan sungai Onon,
nama Temujinn atau Hulagu Khan diambil dari nama seorang
amir yang berhasil dikalahkan oleh ayahnya, Yesugeri Bahadur
pada detik-detik Temujin dilahirkan. Ayah Temujin Yesugeri
Bahadur, kepala atau Khan bagi kabilah Qiyat. Yesugeri Bahadur
meninggal pada tahun 561 H/167 M, saat Temujin berusia tiga
tahun, diusia tiga tahun Temujin memikul bbanyak tanggung
jawab, warisan yang ditingggalkan Yesugeri Bahadur tidak
sanggup dipikul oleh temujin atau Hulagu Khan karena uisanya
yang masih sangat belia, pada saat itu tidak sedikit kerabat dan
2 Raghib As Sirjani, Sejarah Bangsa Tartar (Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar, 2019), p. 19.
43
pengikutnya yang memberontak karena usianya yng masih
tebilang sangat muda untuk memimpin, Temujin tumbuh menjadi
laki-laki yang siap berkelahi, diusia remaja, Temujin adalah
sosok yang keras kepala, pada tahun 600 H/124 M, Jengis Khan
berperang melawan kabilah Naiman Mongolia, Jengis Khan
mengalahkan suku-suku Mongol yang tinggal diperatasan Tibet
dan perbatasan Timur Turkistan. Jengis Khan mulai memebenahi
persoalan internal bagi pemerintahannya yang baru berkemang,
Jengis Khan membentuk perlemen pertama, Qirlatai pada tahun
603 H/1206 M, setelah berhasil menyatukan seluruh Mololia
dibawah pimpinannya.3
Bangsa Mongol memegang dua senjata ampuh yaitu
kesabaran dan ketegangan, dari kesabaran dan ketegangan itulah
Bangsa Mongol mendapatkan mental seorang tukang perang
bukan hanya laki-laki saja, melainkan juga kaum wanita yang
juga berangkat ke medan perang dan kecenderungan ini sesuai
tuntutan tradisi mereka yang diwarisi turun temurun.4
3 Muhammad Abdul Azhim Abu An-Nashr, Islam di Asia Tengah,
Sejarah, Peradaban dan Kebudayaan (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar,
2017), p. 177-181. 4 Abu An-Nashr, Islam di Asia Tengah, p. 175.
44
Invansi bangsa Mongol terjadi pada masa pemerintahan
Iltutmish pada tahun 1221 M. Bangsa Mongol muncul untuk
pertama kalinya ditepi sungai Indus dibawah pimpinan Jengis
Khan, Jengis Khan menjadikan orang-orang Mongol sebagai
kekuatan politik dan Militer yang terbesar di Asia. Jengis Khan
menundukan negeri-negeri Asia Tengah dan Asia Barat dengan
cepat. Orang-orang Mongol menjarah Ind dan Pujab Barat, tetapi
terpukul mundur karena udara Punjab yang sangat panas, dan
Bangsa Mongol tidak maju ke jantung India, dengan demikian
India selamat dari bencana yang hebat.5
Jengis Khan berfikir bahwa stategi paling ideal untuk
menjatuhkan kekhalifahan Abbasiyah adalah membangun pusat-
pusat kekuatan di Afganistan dan Uzbekistan terlebih dahulu
karena jarak anatara Cina dengan Irak sangat jauh, Jengis Khan
melancarkan serangan bertubi-tubi di wilayah Timur yang
dikenal dengan Ad-Daulah Al-Khawarzmiyah (pemerintahan
Khwarizmi Syah), wilayah kekuasaan Dinasti Khwarizmi Syah
mencakup sejumlah daerah dan wilayah yagn vital seperti
5 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka
Setia, 2008), p. 180.
45
Afganistan, Uzbekistan, Turkmenistan, Kazakhtan, Tajikistan,
Pakistan, dan sejumlah wilayah Iran, pusat pemerin tahan Dinasti
Khawarizmi Syah ini berpusat di Urgandah (Al-Jurjaiyah,
Turkmenistan).6
Jatuhnya Ibu kota Abbasiyah pada tahun 1258 M yang
didirikan oleh Khalifah kedua Al-Manshur, pada masa Al-
Manshur terjadi setelah blockade kota, dinding-dinding Baghdad
yang kuat diserang oleh pasukan Hulagu Khan pada bulan Januari
1258, orang-orang Mongol tidak mau menerima syarat-syarat
yang diajukan oleh pihak Abbasiyah untuk menerima penyerahan
kota, bahkan tidak dapat menerima ancaman-ancaman yang
direkayasa dan dipercayai oleh penduduk Baghdad, seperti bila
Khalifah yang ada di Abbasiyah dibunuh, kesatuan alam akan
terganggu, matahari akan bersembunyi, hujan akan berhenti turun
dan tumbuh-tumbuhan tidak akan hidup lagi, Hulagu Khan tidak
mau menerima ancaman yang berbau gaib, Bangsa Mongol
menyerang kota Abbasiyah pada tanggal 10 Februari 1258.
khalifah Al-Manshur beserta 300 pejabat tinggi Negara menyerah
6 As Sirjani, Sejarah Bangsa Tartar, p. 28.
46
tanpa syarat. Sepuluh hari kemudian para petinggi Baghdad di
bunuh termasuk sebagian besar keluarga khalifah Al-Manshur
dan penduduk yang tidak bedosa. Akibat pembunuhan dan
kerusakan kota timbullah wabah penyakit pes. Hulagu Khan
mengenakan gelar II Khan dan menguasai wilayah lebih luas
hingga ke Siria Utara, seperti Allepo, Hama dan Harim.7
Pada tahun 1253 M, Hulagu Khan, cucu Jengis Khan
bergerak dari Mongol memimpin pasukan Bangsa Mongol yang
berkukuatan besar untuk membasmi kelompok pembunuh
(hasyasyin) dan menyerang kekhalifahan Abbasiyah,
penyerangan atas kekhalifahan Abbasiyah adalah gelombang
kedua yang dilakukan Bangsa Mongol, pasukan Bangsa Mongol
mengalahkan apa yang dilalui oleh pasukan Bangsa Mongol dan
menghadang perjalanan Dinasti Kecil yang berusaha tumbuh
diatas puing-puing Khawarizm Syah. Pada tahun 1256 M,
sejumlah besar benteng Hasyasyin, termasuk “puri induk” di
Alamut, telah direbut tanpa sedikitpun kesulitan. Pada bulan
September tahun 1257 M, Hulagu Khan mengirikan ultimentum
7 Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, p. 181.
47
kepada Khalifah Abbasiyah agar menyerah dan mendesak agar
tembok kota sebelah luar Abbasiyah diruntuhkan akan tetapi
khalifah Abbasiyah tetap enggan memberi jawaban. Pada Januari
tahun 1258 M, anak buah Hulagu Khan bergerak untuk
meruntuhkan tembok ibukota Abbasiyah, usaha pasukan Mongol
untuk meruntuhkan tembok Abbasiyah membuahkan hasil
dengan runtuhnya salah satu menara benteng Ibu kota Abbasiyah,
Wazir Abbasiyah Ibn Al-Alqami ditemani seorang Khatolik
Gereja Nestor-Hulagu datang memohon tenggang waktu ke pada
Bangsa Mongol akan tetapi Hulagu Khan menolaknya.8
Hulagu Khan menggencarkan invansinya ke kota
Baghdad, Hulagu Khan langsung mengeluarkan intruksi agar
seluruh pasukan Bangsa Mongol bergerak kesegala penjuru
negeri Rum, melalui jalan Arbil dan Mosul, menuju Baghdad
untuk mengepung kota Baghdad dari sisi Barat, sementara itu
Kitbugha, panglima terbaik Hulagu Khan, mengambil sayap kiri
kota Baghdad melalui jalan Lorestan dan Khuzestan.9 Setelah
8 Phillip K Hitti, History Of The Arabs ( Jakarta: Palagrave
Macmillan, 2002), p. 619. 9Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Bangsa
Mongol (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), p. 318.
48
pelucutan senjata dari penduduk kota Baghdad dan setelah
pembantaian terhadap para ulama, Hulagu Khan memerintahkan
kepada pasukannya untuk segera menduduki kota Baghdad dan
meghabisi semua yang ada didalamnya.10
Ratusan ribu mayat tanpa kepala berserakan dan tumpang
tindih memenuhi jalan-jalan, parit-parit dan lapangan-lapangan.
Bangunan-bangunan megah dan indah yang ada di kota Baghdad
haya tinggal puing-puing bangunan, pasukan Bangsa Mongol dari
pangkat yang rendah hingga tertinggi sibuk memenggal kepala
ribuan manusia penduduk kota Baghdad. Sungai Dajlah atau
Tigris berubah menjadi hitam disebabkan tinta ribuan menuskrip
yang dilempar didalam sungai. Perpustakaan, rumah sakit,
masjid, madrasah, tempat pemandian, rumah para bangsawan,
toko dan rumah makan semuanya dihancurkan.11
Negeri menjadi berbau busuk karena mayat-mayat yang
mulai rusak dan hancur. Udara mengalami perubahan hingga
berhembus ke Negeri Syam. Banyak orang yang mati karena
10
Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya, p. 322. 11
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam (Medan: Perdana
Publishing, 2016), p. 168.
49
perubahan cuaca dan pencemaran udara. Lalu terjadilah lonjakan
harga, penyebaran wabah, meluasnya berbagai kerusakan, dan
banyaknya pembunuhan.12
Setelah kota Baghdad dihancurkan, Bangsa Mongol
kemudian keluar meningalkan kota Baghdad, setelah empat puluh
hari mereka melakukan pengrusakan, pembakaran, penjarahan
dan pembantaian manusia dikota Baghdad. Hulagu Khan menarik
mundur mayoritas pasukannya dari Baghdad ke Hamadzan
Persia, kemudian bergerak menuju benteng Syaha dipantai lautan
Ormenia, yang terletak dibagian Utara Iran. Setelah Hulagu Khan
menempatkan sejumlah pasukan keamanan yang dimiliki Hulagu
Khan disekitar kota Baghdad, Hulagu Khan mulai berfikir
melanjutkan misi berikutnya untuk menguasai Syiria (Syam),
Hulagu Khan mulai mempelajari beberapa kondisi yang ada di
kota Syam.13
Setelah mengkaji dan mengkomparasikan segala
kemungkinan, akhirnya Hulagu Khan memutuskan target
12
Ibnu Kastsir, Ringkasan Bidayah Wa Nihayah (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2013), p. 858. 13
As Sirjani, Sejarah Bangsa Tartar, p. 242.
50
pertamanya adalah menaklukan kota Allepo, dan membiarkan
anaknya Azymuth melakukan pengepungan terhadap
Mayyafariqin. Rombongan tentara Tartar dalam jumlah besar
dibawah pimpinan Hulag Khan, mulai bergerak meninggalkan
pusat pangkalan utamanya di Hamadzan menuju kearah Barat,
melintasi daerah pegunungan di Barat Iran, kemudian memasuki
wilayah perbatasan Irak dari Timur laut, melintasi kota Arbel,
lalu memasuki daerah yag tunduk ke Mosul dan melintasi sungai
Djalah. Hulagu Khan menundukan kota-kota di Selatan Turki
sebelum menyerang Allepo dari Utara, karena Hulagu Khan tidak
ingin mendapatkan gangguan serangan dari lumbung-lumbung
daerah Islam dari belakang, pada saat melancarkan seranga
terhadap Allepo. Hulagu Khan bersama pasukannya tiba di
Allepo pada tahun 658 Hijriyah, setelah menundukkan banyak
kota yang dikuasai kaum muslimin diberbagai penjuru, kecuali
Allepo yang menolak tunduk kepada Hulagu Khan.14
Disela-sela Allepo dalam pengepungan tentara Bangsa
Mongol yang dibawah komandan langsung jendral Hulagu Khan,
14
As Sirjani, Sejarah Bangsa Tartar, p. 267.
51
terjadi perisiwa memilukan dan menyakitkan. Mayyafariqin jatuh
ketangan Bangsa Mongol dan sekutunya, setelah bertahan
menghadapi pengepunngan ketat selama setahun lebih enam
bulan. Selama delapan belas bulan berturut-turut Al-Kamil
Muhammad Al-Ayyubi dan kaum muslimin Mayyafarqin
bertahan menghadapi pengepungan dan serangan alat berat,
memberikan perlawanan dan melakukan jihad. Kota
Mayyafariqin yang kuat sekarang tumbang dan jatuh bertekuk
lutut dibawah kaki Pasukan Bangsa Mongol. Serangan Bangsa
Mongol ke Allepo semakin gencar dan semakin beremangat,
terutama setelah pembunuhan Al-Kamil Muhammad Al-Ayyubi
dan penjajahan Mayafariqin.15
Sementara pada sisi lain, kekuatan pasukan Islam Allepo
terlihat semakin melemah, akibat serangan Pasukan Bangsa
Mogol yang silih berganti. Pengepungan perekutuan pasukan
Bangsa Mongol terhadap Allepo haya berlangsung tujuh hari,
kemudian pihak Bangsa Mongol mengumumkan kepada kaum
musimin Allepo, bahwa Bangsa Mongol akan memberi jaminan
15
As Sirjani, Sejarah Bangsa Tartar, p. 268.
52
keamanan kepada penduduk Allepo, apabila penduduk Allepo
membuka pintu-pintu benteng pertahanan Allepo tanpa
perlawanan. Rombongan Bangsa Mongol segera berhamburan
memasuki kota Allepo, namun sayang penduduk Allepo baru
menyadari keadaan pada saat Hulagu Khan dan bala tentaranya
telah masuk dan menguasai pusat pertahanan kota Allepo. Hulagu
Khan mengeluarkan perintah kepada pasukan Bangsa Mongol
agar membunuh semua umat Islam di Allepo.16
Kemudian
Bangsa Mongol ingin merebut Mesir akan tetapi pasukan
Mamluk lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan Bangsa
Mongol dapat dipukul di Ayn Jaluth Palestina pada tahun 1260.17
Lihat Peta 1.
B. Situasi Politik Dinasti Mamluk Menjelang Perang Ayn Jaluth
Tahun 658 H/1260 M
Sultan Al-Muzzhafar Saifuddin Qutuz berusaha untuk
memperkuat segala aspek dalam pemerintahannya dari
membenahi urusan internal sebelum Al-Muzzhafar Saifuddin
16
As Sirjani, Sejarah Bangsa Tartar, p. 271-272. 17
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, p. 182.
53
Qutuz menghadapi musuh dari luar. Sultan Saifuddin Qutuz
memulai birokrasinya dengan mencopot jabatan mentri Ibnu Binti
Al-A’az dan menyerahkannya kepada Zainuddin Ya’qub Abdur-
Rafi bin Yazid bin Zubair. Kemudian Saifuddin Qutuz harus
menghadapi protes sejumlah petinggi yang datang ke benteng
Jabal untuk menyatakan keberatannya atas penangkapan Al-
Malik Al-Manshur Nuruddin Ali oleh Saifuddin Qutuz dan
sekaligus pengangkatan Saifuddin Qutuz sebagai Sultan Mesir,
alasan yang dikemukakan Saifuddin Qutuz adalah rasa khawatir
terhadap pergerakan Bangsa Tartar yang akan mengarah ke
Negeri Mesir dan Syam. Para petinggi Mamalik menerima alasan
Saifuddin Qutuz dan Saifuddin Qutuz pun medapatkan legitimasi
dari semua orang di Negeri Mesir.18
Sebelum datang ke Mesir Hulagu Khan mengirimkan
surat kepada Sultan Saifuddin Qutuz yang isinya berupa ancaman
dan intimidasi, yang kemudian dijawab oleh Sultan Saifuddin
Qutuz dengan ikrar perang yaitu dengan cara melakukan
penangkapan terhadap utusan Hulagu Khan dan memenggal
18
Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya, p. 535.
54
kepala utusan Hulagu Khan didepan Kairo, kemudian
menggantungkan kepala-kepala utusan Hulagu didepan gerbang
Zuwailah. Setelah itu Saifuddin Qutuz langsung mempersiapkan
pasukannya untuk menghadapi pertempuran yang penting.
Dengan pesiapan yang matang Sultan Saifuddin Qutuz dan
Pasukan tentara Mamalik siap untuk melakukan perperangan
dengan Bangsa Mongol.19
Untuk memperkuat barisan Pasukan Mamluk Sultan
Saifuddin Qutuz mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Stabilitas Dalam Negeri dan Kemiliteran
Langkah pertama Sultan Saifuddin Qutuz melengserkan
beberapa mentri diantaranya Ibnu Binti Al-A’az, Zainuddin
Ya’qub Abdur-Rafi bin Zubair karena dikenal dengan loyalitas
yang luar biasa terhadap Syajarah Durr, dalam urusan bernegara
Sultan Saifuddin Qutuz ingin meraih kemenangan dengan
memilih orang-orang yang tepat sebagai pendampingnya. Untuk
jabatan panglima pasukan, Sultan Saifuddin Qutuz tetap
mempertahankan Farisuddin Aktay meskipun Farisuddin Aqtay
19
Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya, p. 12.
55
berasal dari Mamalik Bahriyah Shalihiyah, aka tetapi Sultan
Saifuddin Qutuz melihatnya dengan persyaratan utama untuk
menjadi komandan, yakni dalam bidang militer,
kepemimpinannya yang tegas, selalu memegang amanah dan
jujur. Selain itu Sultan Saifuddin Qutuz juga melakukan
penangkapan terhadap beberapa pemimpin pemberontakan yang
menebar fitnah dan mencoba untuk memisahkan diri dari
kekuasaan dan pemerintahannya, dengan begitu maka riak-rik
fanatisme kelompok juga sudah dapat diredam oleh Sultan
Saifuddin Qutuz.20
2. Memberikan Amesti
Sultan Saifuddin Qutuz memberikan pengampunan secara
masal (true amnesty) kepada seluruh Mamalik Bahriyah,
pertikaian yang dipimpin oleh Ruknuddin Baybars melarikan diri
dari Mesir ke berbagai kota Syam, pertikaian yang di pimpin oleh
Ruknuddin Baybarssudah sampai pada batas yang
membahayakan, karena itu ketika Sultan Saifuddin di angkat
menjadi Sultan Mesir, Sultan Saifuddin Qutuz mengeluarkan
20
Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya, p.576.
56
keputusan yang bijaksana untuk mengampuni semua Mamalik
Bahriyah dan mengundang mereka untuk pulang lagi ke negara
tercinta Mesir. Sultan Saifuddin Qutuz menyadari pentingnya
mendapatkan Ruknuddin Baybars Al-Bunduqqari untuk berdiri
dibarisannya dalam menghadapi serangan Bangsa Mongol karena
kemampuan Ruknuddin Baybars Al-Bunduqqari dalam
bertempur sangat tinggi, ketajaman pemikiran Ruknuddin
Baybars Al-Bunduqqari akan dimanfaatkan oleh Sultan Saifddin
Qutuz untuk memfokuskan dirinya dalam peperangan melawan
pasukan Mongol, kepemimpinan Ruknuddin Baybars Al-
Bunduqqari atas Mamalik Bahriyah juga mempengaruhi
keputusan Sultan Saifuddin Qutuz karena jika Ruknuddin
Baybars masih berada diluar bukan tidak mungkin akan
menggulingkan Sultan Saifuddin Qutuz maka akan lebih tepat
untuk memasukan Ruknuddin Baybars dalam barisan politik
Sultan Saifuddin Qutuz.21
3. Mencairkan Hubungan dengan Bani Ayyubiyah
Sultan Saifuddin Qutuz beursaha melakukan kontak
dengan pemerintahan Ayyubiyah, karena sebelumnya hubungan
21
Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya, p. 576-577.
57
Mamalik dengan pemerintahan Ayyubiyah sering terjadi
ketegangan, bahkan An-Nashir Yusuf Al-Ayyubi sebagai
pemimpin Damaskus dan Allepo pernah meminta kepada bangsa
Mongol untuk menolong An-Nashir Yusuf Al-Ayyubi untuk
memerangi Mesir setelah runtuhnya kota Baghdad, karena itulah
Sultan Saifuddin Qutuz mencoba mencairkan ketegangan dan
perselisihan yang terjadi anatara para pemimpin Syam, bahkan
Sultan Saifuddin Qutuz berusaha untuk mempersatukan Mesir
dengan Syam, setidaknya untuk dapat menetralisir hubungan
antara dirinya dengan para pemimpin di Negeri Syam, agar tidak
terjadi penikaman dari belakang terkait perjuangan melawan
Bangsa Mongol.22
4. Memastikan Keberpihakan Pasukan Salib
Sulatan Saifuddin Qutuz ingin agar sebelum menghadapi
pasukan Bangsa Mongol Sultan Saifuddin Qutuz sudah dapat
mengetahui sikap pasukan salib dipesisir Sahel Negeri Syam
terhadap pertempuran yanng akan Sultan Saifuddin Qutuz dan
pasukan nya hadapi, karena Sultan Saifuddin Qutuz merasa
22
Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya, p. 578.
58
khawatir jika pasukan Salib tiba-tiba bergabung dengan pasukan
Bangsa Mongol untuk melawan kaum muslimin ketika
pertempuran sedang berlangsung, Sultan Saifuddin Qutuz sudah
mendapatkan izin bagi pasukannya untuk melintasi daerah-daerah
di Shael yang berada di bawah kekuasaan pasukan
salib.23
Pasukan Salib memandang Bangsa Mongol sebagai
Bangsa yang Barbar, Pasukan Salib menyadari bahwa Bangsa
Mongol tidak akan membiarkan Pasukan Salib membangun
keemiratan Salib independen, akan tetapi Bangsa Mongol pasti
menginginkan kaum Salibis menjadi pengikut Khan Agung
imperium Mongol. Oleh karena itu kaum Salibis lebih memilih
Muslimin dibandingkan Bangsa Mongol.24
5. Penetapan Hukum Syariat Terkait Dana Perang
Mesir dibawah kendali Sultan Saifuddin Qutuz, dan
peperangan Ayn Jaluth. Ketika jatuhnya Baghdad dan
Kekhalifahan, Sultan Saifuddin Qutuz selalu mengumpulkan para
ulama untuk membatu Sultan Saifuddin Qutuz dalam
23
Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya, p. 580. 24
Muhammad Suhail Thaqqus, Bangkit dan Runtuhnya Dinasti
Mamluk di Mesir dan Syam (Jakarta: Artawijaya, Al-Kautsar, 2008), p.95.
59
memecahkan suatu masalah yang Sultan Saifuddin Qutuz hadapi
dalam pencegahan invansi Bangsa Mongol.25
Sultan Saifuddin Qutuz menyerukan pergi berjihad, yang
kemudian diikuti dengan mobilisasi tentara dan pengumpulan
dana yang dibutuhkan, dengan cara memberlakukan pajak kepada
penduduk Mesir.26
Negara perlu dana cepat, Sultan Saifuddin
Qutuz mengumpulkan para ulama, panglima dan para petinggi
negeri untuk berkumpul di majelis permusyawaratan terutama
ulama paling senior yang ada di Mesir yakni Syekih Al-Izz bin
Abdussalam. Syekih Al-Izz bin Abdussalam menjelaskan, bahwa
penarikn pajak tidak diperbolehkan kecuali setelah para mentei
dan para petinggi negeri memiliki keadan keuangan dan
kepemilikian yang sama seperti msyarakat pada umumnya, para
pasukan di biyayai denga harta para pemimpin dan para mentri,
jika belum cukup maka barulah diperbolehkan mewajibkan pajak
kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka masing-
masing. Ketika semua harta dikumpulkan dan langsuung
dikeluarkan untuk belanja keperluan pasukan, ternyata masih ada
25
Ragheb Al-Sarjani, Tarikh Al-Islam (Al-Fustat: Pusat Peralatan As-
Salam Abdul Hamid Oman 2007), p. 478. 26
Tahaqqus, Bangkit dan Runtuhnya, p.96.
60
kekurangan maka Sultan Saifuddin Qutuz memutuskan untuk
mewajibkan infak satu dinar kepada setiap kepala dari seluruh
penduduk Mesir, dana yang sudah dikumpulkan akhirnya bisa
mencukupi semua kebutuhan pasukan, seluruh pasukan langsung
mempersiapkan diri, mengumpulkan senjata, mendirikan tenda
perkemahan untuk pelatihan militer dan seluruh negeri seakan
bergetar dengan sork-sorai dan gema takbir, bahkan setiap mulim
ketika itu sangat menginginkan untuk bisa ikut serta dalam
perperangan.27
C. Situasi Politik Bangsa Mongol Menjelang Perang Ayn Jaluth
Tahun 658 H/1260 M.
Bangsa Mongol adalah masyarakat badui yang terbagi
menjadi beberapa kelompok dan kabilah, Bangsa Mongol tinggal
di wilayah Mongoli, salah satu dari dataran tinggi Asia Tengah
dan Asia Timur.28
Jatuhnya kota Baghdad tahun 1258 M, yang bertepatan
dengan tahun 656 H secara teragis berakhir di tangan tentara
Bangsa Mongol begitu pula denagn Kekhalifahan Islam
27
Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya, p. 583. 28
Abu An-Nashr, Islam di Asia, p.160.
61
Abbasiyah telah berakhir di tangan Bangsa Mongol, Khalifah
terakhir Bani Abbasiyah Baghdad di bunuh secara teragis dan
kurang lebih satu juta peduduknya dibunuh tentara Bangsa
Mongol hingga bumi Baghdad penuh dengan darah dan jasad
yang membusuk, sehingga udara menjadi tercemar hingga
menyebabkan terjadinya perampokan dan pembunuhan serta
perampasan harta selama beberapa hari. Kemudian Hulagu Kan
dan para tentara Bangsa Mongol meninggalkan Baghdad karena
udaranya yang tidak sehat, kemudian singgah diperkampungan
terdekat bernama Waqf. Para pemimpin Turki di beberapa kota
yang terletak diperbatasan Syam segera menyatakan loyalitas dan
tunduk kepada Hulagu Khan, Hulagu Khan mulai menerapkan
startegi serangannya ke wilayah Syam lalu Mesir dengan
membagi tentara Bangsa Mongol dalam beberapa divisi pasukan
yang bergerak secara keseluruhan dalam waktu bersamaan ke
Syam dan Mesir.29
Setelah melancarkan perlawanan selama empat puluh hari,
benteng Allepo jatuh ketangan Bangsa Mongol, Hulagu Khan
29
Manshur Abdul Hakim, Syam Negeri Akhir Zaman (Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar, 2018), p. 215-216.
62
kemudian bergerak menuju benteng Harim dekat Antiokia dan
memblokadenya, kemenangan-kemenangan tentara Bangsa
Mongol berhasil satu demi satu dan menguasai semua yang ada
di Syam, beberapa kota Syamseperti Hama, Homs, dan Al-
Ma’arrah tanpa perang. Kota Damaskus juga jatuh ke tangan
Bangsa Mongol tanpa Peperangan. Bangsa Mongol
menyempurnakan serangannya ke Filistin dan berhasil menguasai
Samaria dan Nablus serta kota-kota lainnya, hingga ke Barat
Gaza tanpa perang.30
Pasukan Mongol terlalu lemah sehingga tidak akan
sanggup mengalahan tentara Mamalik, karena sebelum terjadinya
perang Ayn Jaluth Hulagu Khan telah memindahkan pasukannya
tatkala Hulagu Khan mengetahui kematian saudaranya Khan
Agung, Mongke Khan. Hulaqu Khan segera melakukan
perjalanan menuju ibu kota Karakorum untuk menghadiri
pertemuan Kurilai (Majelis Tertinggi Tartar) kemudian
memidahkan markasnya ke Tibriz. Hulagu Khan terpaksa
bergerak ketanah airnya dan menyerahkan kepemimpinan
30
Hakim, Syam Negeri Akhir Zaman,… p. 220.
63
tentaranya kepada komandan militer terbaiknya Kitbugha untuk
melanjutkan dan menyelesaikan tujuan-tujuan ekspansi Bangsa
Mongol dengan menyerang wilayah-wilayah Mesir.31
Sebuah kabar datang dari Hulagu Khan, Hulagu Khan
harus kehilangan kakaknya paling tua yang juga menjabat sebagai
kaisar Mongol, Mongke Khan. Selain kabar duka tersebut Hulagu
Khan juga harus menerima kenyataan bahwa kedua kakaknya
yakni Kubailai dan Ariq Boke, saling bersitegang untuk
memperebutkan kursi kekaisaran Mongol, perselisihan itu yang
membuat Hulagu Khan terpaksa memutuskan untuk kembali ke
kantor pusat di kota Maraga agar Hulagu Khan dapat lebih dekat
dari tempat perselisihan di Mongolia, dengan begitu Hulagu
Khan dapat dengan mudah datang ke Mongolia apabila sewaktu-
waktu diperlukan. Hulagu Khan merupakan anak ke empat dari
Touli Khan yang membuat Hulagu Khan memiliki hak untuk
bersaing dengan kedua kakanya untuk mendapatkan jabatan
tertinggi dikekaisaran Mongolia, akan tetapi Hulagu Khan tidak
memperdulikan dengan jabatan tertinggi itu karena Hulagu Khan
31
Qasim, Saifuddin Quthuz sang Kesatria, p. 134.
64
sudah mendapatkan kesuksesan dan kemenangan di berbgai
tempat yang membuatnya bahagia, diantaranya yakni Iran, Irak,
dan Negeri Syam. Hulagu Khan memutuskan untuk kembli ke ibu
kotanya di Timur, peristiwa yang tiba-tiba terjadi itu merupakan
penyimpangan dari arah kebijakan yang tiba-tiba membuat
Hulagu Khan kembali ke Persia tidak seorang diri, melainkan
bersama begitu besar pasukan yang menyertainya, konflik
Internal yang melanda keluarga istana kekaisaran Bangsa Mongol
turut berperan dalam keberhasilan kaum muslimin memenangkan
pertempurang di Ayn Jaluth.32
32
Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya, p. 666.