4. pengolahan dan analisa data

20
13 Universitas Kristen Petra 4. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA Hal yang akan dibahas dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah membuat sistem penjadwalan kode pakan yang diproduksi untuk mengurangi waktu setup dan waktu penyelesaian produk di PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang. Pembahasan diawali dengan penjelasan singkat mengenai PT Charoen Pokphand Indonesia. 4.1 PT Charoen Pokphand Indonesia PT Charoen Pokphand Indonesia berpusat di Jakarta pada jalan Ancol VIII No. 1, Ancol Barat, Jakarta. PT Charoen Pokphand Indonesia memiliki beberapa cabang yang berada di Jawa Timur, Tanggerang, Medan, Semarang, Makassar, dan Lampung. Produk pakan ternak yang dihasilkan PT Charoen Pokphand Indonesia adalah pakan ayam (petelur, pedaging, dan anak ayam), babi, bebek, dan lain-lain. Salah satu cabang perusahaan PT Charoen Pokphand Indonesia di Jawa Timur berlokasi di Raya Surabaya-Mojoerto Km 19, Sepanjang. PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang merupakan cabang perusahaan pertama yang didirikan di Jawa Timur kemudian di Krian, Sidoarjo. Produk pakan ternak yang sering dihasilkan pada PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang adalah pakan ternak ayam. Produk pakan yang banyak diproduksi di PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang kebanyakan adalah produk integrasi atau produk pakan yang diperuntukan peternakan milik sendiri atau peternakan ayam yang dikontrak. PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang memproduksi pakan ternak integrasi sekitar 80% dan sisanya diproduksi untuk komersil atau dijual ke agen-agen. 4.2 Kode Pakan Kode pakan yang diproduksi di PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang dibedakan berdasarkan empat jenis yaitu integrasi (I), fast (F), regular (R), dan slow (S). Jenis kode pakan integrasi adalah kode pakan yang diperuntukan peternakan sendiri dan kemitraan baik dalam pulau maupun luar

Upload: khangminh22

Post on 19-Jan-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

13 Universitas Kristen Petra

4. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Hal yang akan dibahas dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah membuat

sistem penjadwalan kode pakan yang diproduksi untuk mengurangi waktu setup

dan waktu penyelesaian produk di PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang.

Pembahasan diawali dengan penjelasan singkat mengenai PT Charoen Pokphand

Indonesia.

4.1 PT Charoen Pokphand Indonesia

PT Charoen Pokphand Indonesia berpusat di Jakarta pada jalan Ancol

VIII No. 1, Ancol Barat, Jakarta. PT Charoen Pokphand Indonesia memiliki

beberapa cabang yang berada di Jawa Timur, Tanggerang, Medan, Semarang,

Makassar, dan Lampung. Produk pakan ternak yang dihasilkan PT Charoen

Pokphand Indonesia adalah pakan ayam (petelur, pedaging, dan anak ayam), babi,

bebek, dan lain-lain.

Salah satu cabang perusahaan PT Charoen Pokphand Indonesia di Jawa

Timur berlokasi di Raya Surabaya-Mojoerto Km 19, Sepanjang. PT Charoen

Pokphand Indonesia Sepanjang merupakan cabang perusahaan pertama yang

didirikan di Jawa Timur kemudian di Krian, Sidoarjo. Produk pakan ternak yang

sering dihasilkan pada PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang adalah pakan

ternak ayam. Produk pakan yang banyak diproduksi di PT Charoen Pokphand

Indonesia Sepanjang kebanyakan adalah produk integrasi atau produk pakan yang

diperuntukan peternakan milik sendiri atau peternakan ayam yang dikontrak. PT

Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang memproduksi pakan ternak integrasi

sekitar 80% dan sisanya diproduksi untuk komersil atau dijual ke agen-agen.

4.2 Kode Pakan

Kode pakan yang diproduksi di PT Charoen Pokphand Indonesia

Sepanjang dibedakan berdasarkan empat jenis yaitu integrasi (I), fast (F), regular

(R), dan slow (S). Jenis kode pakan integrasi adalah kode pakan yang

diperuntukan peternakan sendiri dan kemitraan baik dalam pulau maupun luar

14 Universitas Kristen Petra

pulau. Jenis kode pakan fast, regular, dan slow adalah kode pakan yang

diperuntukan untuk dijual ke agen-agen atau secara komersil. Jenis kode pakan

fast adalah kode pakan yang permintaannya lebih dari 300 ton per minggu dan

skala pengambilannya sering. Jenis kode pakan regular adalah kode pakan yang

permintaanya antara 50 hingga 300 ton per minggu dan skala pengambilan sering.

Jenis kode pakan slow adalah kode pakan yang permintaanya kurang dari 50 ton

per minggu dan skala pengambilanya jarang. Kode pakan yang termasuk pada

jenis integrasi, fast, regular, dan slow dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jenis Kode Pakan

Integrasi Fast Regular Slow

S00 SB11

BP11B 500

S11J SB12G 510

S11GJ SB20 BP24G

S11LGJ

SB11B

SB21 NP11B

S11Z20J SB22

SB10B

S10 SB11SP

S11 HG11B SL241

SB11B20

S12 SB11BG

4.3 Proses Produksi

Proses Produksi yang ada di PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang

dapat dilihat pada Gambar 4.1.

15 Universitas Kristen Petra

Bahan material datang

Pemeriksaan oleh QC

Penimbangan

1. Curah

(bulk)2. Karung 3. Jagung 4. Liquid

Material dalam bentuk

Memasukan bahan

melalui intake

Proses penimbangan

manualPenyaringan penyaringan

penyaringan

Masuk tong

material

Menghaluskan

material

penimbangan

Memerlukan proses

pengeringan

Proses pengeringan

penimbangan

Penyemprotan obat

Masuk silo

penimbangan

A

A

Proses hand

added

Masuk ke tong siap

pakai mixer

Proses pencampuran

material (mixing)

B

B

Proses pembentukan

pellet (pelleting)

Pendinginan

(cooling)

Pembentukan tekstur

(crumbling)Pengayakan

Masuk tong

hasilPenimbangan

Pengemasan

(packing)

Pengiriman

pakan

Material Kasar Material halus

Bukan Concentrate Concentrate

Jagung kering Jagung basah

Gambar 4.1 Alur Produksi Pakan PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang

16 Universitas Kristen Petra

4.3.1 Bahan material datang

Bahan material yang datang diperiksa terlebih dahulu oleh bagian QC

(quality control) untuk memastikan bahan material yang masuk memenuhi standar

kualitas yang ditetapkan. Bahan material yang telah selesai diperiksa dimasukkan

ke tempat penimbangan untuk mengetahui berat dari masing-masing material.

Bentuk material yang ditimbang dapat berupa bentuk curah, karung, jagung, dan

cairan (liquid). Material yang berbentuk curah dibawa ke warehouse, berbentuk

jagung dibawa masuk ke tempat pembongkaran jagung, berbentuk karung dibawa

ke warehouse, dan berbentuk liquid dibawa ke tangki.

4.3.2 Intake

Intake adalah divisi yang menjaga ketersediaan bahan material pada tong

material supaya proses produksi dapat berjalan. Proses masuknya bahan material

berbentuk curah dan karung ke tong material diatur oleh divisi intake. Bahan

material berbentuk curah dari warehouse dibawa ke tong material dengan

menggunakan chain conveyor. Bahan baku karung dibawa ke tong material

dengan cara manual oleh pekerja pada jalur intake. Bahan material berbentuk

curah dan karung yang dibawa ke tong material disaring terlebih dahulu dengan

magnet yang terdapat pada jalur intake. Tujuan penyaringan ini adalah untuk

menyaring benda-benda yang tercampur di dalam bahan material curah dan

karung seperti besi.

4.3.3 Hand Added

Bahan material berbentuk karung yang akan ditambahkan ke proses

mixing akan ditimbang terlebih dahulu agar sesuai dengan komposisi formula.

Bahan material ditimbang secara manual karena jumlah yang ditambahkan pada

proses mixing dalam skala yang kecil. Penimbangan dengan menggunakan mesin

hanya dapat dilakukan untuk penimbangan bahan material skala besar.

4.3.4 Silo

Bahan material yang berbentuk jagung akan dilakukan penyaringan

untuk memisahkan biji jagung dengan kotoran. Hasil dari penyaringan akan

17 Universitas Kristen Petra

ditimbang untuk mengetahui berat jagung. Pemeriksaan kadar air dari material

dilakukan dengan mengambil sample selama proses pemindahan dari proses

penyaringan. Jagung dengan kadar air >12 digolongkan jagung basah dan jagung

dengan kadar air < =12 digolongkan jagung kering. Jagung kering dapat langsung

disimpan di silo dan jagung basah akan diproses terlebih dahulu. Jagung yang

basah memerlukan proses pengeringan agar mencapai standar kadar air yang

ditetapkan. Kadar air jagung yang telah mencapai <=12 ditimbang kembali untuk

mengetahui selisih dari berat jagung sebelum proses dan setelah proses

pengeringan. Jagung yang telah selesai ditimbang dipindahkan ke silo. Proses

pemindahan dilakukan dengan menggunakan chain conveyor.

4.3.5 Proses Penghalusan

Bahan material curah yang kasar dan jagung dihaluskan terlebih dahulu

dengan hammer mill. Tujuan penghalusan ini agar bahan material yang akan

dicampur sesuai dengan standar perusahaan. Hasil dari hammer mill dibawa ke

tong siap pakai mixer.

4.3.6 Penyimpanan Material Liquid

Bahan material berbentuk liquid disimpan di tangki. Proses penyaringan

dilakukan selama proses pemindahan ke tangki. Proses penyaringan dilakukan

agar memisahkan bahan material dari kotoran..

4.3.7 Proses Mixing

Semua bahan material yang telah masuk di tong siap pakai dicampur

dengan menambahkan dengan hasil penimbangan hand added, dan liquid. Produk

yang diproduksi berupa concentrate. concentrate yang diproduksi mixer dapat

langsung dibawa ke tong hasil jika kode pakan yang ingin diproduksi berupa

tepung dan jika kode pakan yang ingin diproduksi berupa pellet atau crumble akan

dibawa ke mesin pellet.

18 Universitas Kristen Petra

4.3.8 Proses Pelleting

Proses pelleting diproses pada mesin pembuat pellet. Proses pelleting

adalah proses pembuatan pellet dengan cetakan. Hasil mixer menjadi input pada

mesin pellet. Hasil pencampuran pada proses mixer yang masuk ke mesin pellet

akan dicampur dengan diberi steam agar hasil pencampuran merata dan matang.

Hasil pencampuran yang telah merata dan matang akan dibentuk menjadi bentuk

pellet. PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang memiliki empat buah mesin

pellet. Mesin pellet satu dan dua adalah mesin CPM yang berasal dari Eropa.

Mesin pellet tiga dan empat adalah mesin IDAH yang berasal dari China. Mesin-

mesin tersebut memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Kapasitas dari masing-

masing mesin dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kapasitas Mesin

Mesin pellet Kapasitas mesin

1 (CPM) 13 ton/jam

2 (CPM) 18 ton/jam

3 (IDAH) 19 ton/jam

4 (IDAH) 19 ton/jam

4.3.9 Proses Cooling

Pellet hasil proses pelleting yang panas jika dibawa dengan chain

conveyor akan hancur sehingga dibutuhkan proses cooling (pendinginan). Tujuan

proses cooling adalah mendinginkan pellet supaya tidak hancur ketika dibawa

dengan chain conveyor. Pellet yang telah didinginkan akan turun ke proses

crumbling.

4.3.10 Proses Crumbling

Proses crumbling adalah proses pembentukan tekstur pakan. Hasil pakan

yang keluar dari mesin pellet berbentuk tabung. Pellet akan dibentuk menjadi

potongan pakan yang lebih kecil pada proses crumble. Hasil dari proses crumbling

diperuntukan untuk anak ayam dan ayam petelur.

19 Universitas Kristen Petra

4.3.11 Proses Pengayakan

Hasil proses crumbling dibawa dengan chain conveyor ke mesin

pengayakan. Proses pengayakan bertujuan untuk memisahkan pakan yang berupa

pellet, crumble, dan tepung. Mesin pengayakan yang dimiliki PT Charoen

Pokphand Indonesia Sepanjang memiliki dua jenis yaitu CPM dan IDAH. Pakan

yang telah diayak dibawa ke tong hasil.

4.3.12 Proses Packing

Proses packing adalah proses pengemasan pakan ternak baik dalam

bentuk pellet, crumble, dan tepung. Setiap kode pakan memiliki karung yang

berbeda-beda. Kode pakan akan dikemas dengan ukuran karung 60 kg atau 50 kg.

Mesin untuk proses packing ini terdiri dari dua bagian. Mesin bagian pertama

yaitu mesin untuk menurunkan pakan ke karung dan mesin bagian kedua yaitu

mesin untuk menjahit karung. Hasil pakan yang telah dikemas akan disimpan di

gudang.

4.3.13 Penimbangan dan Pengiriman

Pakan yang akan dikirim ke pembeli dinaikan kedalam truk. Truk yang

telah berisikan karung pakan ternak ditimbang terlebih dahulu. Tujuan

penimbangan adalah untuk memastikan pakan yang dibawa sesuai dengan

permintaan pembeli

4.4 Tahap-Tahap Penjadwalan

Tahap-tahap penjadwalan berperan penting dalam menentukan proses

produksi. Penjadwalan yang dibuat meliputi penjadwalan kode pakan, jumlah

yang akan diproduksi, dan penjadwalan mesin yang digunakan untuk

memproduksi kode pakan. Proses produksi akan berjalan dengan baik jika

penjadwalan yang dibuat juga baik. Tahap-tahap dalam menjadwalkan kode pakan

yang akan diproduksi dapat dilihat pada Gambar 4.2.

20 Universitas Kristen Petra

Mulai

Sales forecast

mingguan

Melihat

persediaan stok

digudang

Ketersediaan stok

= stok yang ada /

(sales forecast / 6)

Terdapat kode pakan

dengan ketersediaan

stok =0 ?

Melihat jenis

kode pakan Ya

Menentukan jumlah

yang harus

diproduksi

Jenis kode

pakan Slow?

Tidak dikerjakan

dahulu

Ya

Melihat jenis

kode pakan

yang lain

∑Produksi =

Sales forecast -

StokTidak

∑Produksi <=0 ?Tidak diproduksi

terkebih dahuluYa

Tidak

Menjadwalkan PO

yang akan diproduksi

dengan prioritas

I,F,R,S

selesai

Tidak

Menentukan

Jumlah I,F,R,S

yang akan

diproduksi

Jumlah PO yang

diproduksi <=50

Meletakan pada

mesin yang

memiliki

kecepatan tercepat

TidakMeletakan pada

mesin Pellet 1Ya

Mesin

tersedia?

Meletakan pada

mesin tersebut

Ya

Melihat mesin

dengan kecepatan

tercepat berikutnya

Tidak

Memberikan PO

ke lantai

produksi

PO diproduksi

Gambar 4.2 Tahap-Tahap Penjadwalan

Penjadwalan

Perusahaan

Usulan

Penjadwalan

21 Universitas Kristen Petra

Sales forecast yang dimiliki oleh Departemen Marketing terdiri dari sales

forecast mingguan. Data sales forecast mingguan dibagi menjadi sales forecast

harian untuk diproduksi. Data sales forecast dibagi menjadi data sales forecast

harian dengan melihat ketersediaan stok. Nilai ketersediaan stok dapat diperoleh

dengan menggunakan rumus pada persamaan (4.1).

Ketersediaan Stok =

(4.1)

Dimana:

Ketersediaan Stok = nilai stok cukup persediaan untuk berapa hari

Stok yang ada = persediaan stok kode pakan yang ada di gudang

Sales Forecast = data penjualan dalam seminggu

Ketersediaan stok menunjukan kondisi stok yang ada dapat digunakan

untuk berapa hari jika tidak dilakukan proses produksi untuk kode pakan tersebut.

Stok yang ada merupakan jumlah stok di gudang. Sales forecast yang digunakan

adalah data sales forecast mingguan yang diberikan Departemen Marketing. Sales

forecast dibagi 6 karena penjualan di PT Charoen Pokphand Indonesia Sepanjang

dilakukan pada hari senin hingga sabtu. Contoh persediaan stok kode pakan dapat

dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Persediaan Stok Pakan

Kode pakan Stok

(Kg)

Sales

forecast

(Kg)

Stok harian yang

dibutuhkan

Ketersediaan

stok (hari)

S11Z20J 705.060 1.300.000 216.667 3

HG11B 392.550 900.000 150.000 2

SB-21 50 20.000 3.333 0

SB11BG 92.950 80.450 13.408 7

Kode pakan S11Z20J dengan stok sebesar 705.060 Kg dapat mencukupi

penjualan tanpa melakukan produksi selama 3 hari. Kode pakan SB-21 dengan

stok 50 Kg harus dilakukan proses produksi karena stok yang tersedia dibawah

22 Universitas Kristen Petra

stok harian yang dibutuhkan. Perhitungan ketersediaan stok dengan menggunakan

rumus ketersediaan stok pada persamaan (4.1).

Ketersediaan Stok =

(4.1)

=

= 3,25 ≈ hari

∑Produksi dihitung setelah menghitung ketersediaan stok. Menghitung

∑Produksi bertujuan mengetahui kode pakan yang harus diproduksi jika terdapat

persediaan stok di gudang. Jumlah kode pakan yang harus diproduksi dapat

diperoleh dengan menggunakan rumus pada persamaan (4.2). Perhitungan

∑Produksi dapat dilihat Tabel 4.4.

∑Produksi = Sales Forecast – Stok (4.2)

Dimana:

∑Produksi = jumlah yang akan diproduksi untuk masing-masing

kode pakan

Tabel 4.4 Jumlah Produk yang akan Diproduksi

Kode pakan Jumlah sales forcecast (Kg) Stok tersedia (Kg) Produksi (Kg)

S11Z20J 1.300.000 705.060 594.940

HG11B 900.000 392.550 507.450

SB-21 20.000 50 19.950

SB11BG 80.450 92.950 -12.500

Jumlah kode pakan yang akan diproduksi pada Tabel 4.2 berbeda-beda

berdasarkan jumlah sales forecast dan stok yang tersedia di gudang. Jumlah yang

akan diproduksi untuk kode pakan SB11BG bernilai negatif. Hal ini menunjukkan

bahwa jumlah stok yang tersedia lebih besar dari sales forecast sehingga tidak

dilakukan proses produksi untuk kode pakan tersebut. Kode pakan S11Z20J

jumlah yang harus diproduksi sebesar 594.940 kg. Jumlah yang harus diproduksi

untuk kode pakan S11Z2 J diperoleh dengan menggunakan rumus ∑Produksi

pada persamaan (4.2).

23 Universitas Kristen Petra

∑Produksi =1.300.000 – 705.060 = 594.940

Hasil perhitungan ketersediaan stok digunakan untuk menentukan kode

pakan yang akan diproduksi. kode pakan yang bernilai = 0 (tidak untuk jenis kode

pakan slow) akan diproduksi terlebih dahulu kemudian melihat hasil perhitungan

∑Produksi. Stok kode pakan yang bernilai lebih dari akan diproduksi

berdasarkan jenis kode pakan yaitu integrasi, fast, regular dan terakhir slow.

Komposisi pembagian jumlah produksi pada hari pertama setiap minggu

untuk jenis kode pakan I adalah 500 ton dan 800 ton untuk jenis kode pakan F, R,

dan S. Hal ini bertujuan untuk menyelesaikan jenis kode pakan R dan S sehingga

dapat memproduksi kode pakan I dan F dalam skala yang besar. Jenis kode pakan

S baru akan diproduksi ketika produksi jenis kode pakan R telah memenuhi sales

forecast atau terdapat pesanan khusus. Komposisi pembagian setelah hari pertama

setiap minggu untuk jenis kode pakan I adalah 800 ton dan 500 ton untuk

memproduksi F, R, dan S. Produksi safety stok untuk kode pakan berjenis I, F,

dan R dapat dilakukan ketika sales forecast mingguan telah terpenuhi.

Pembagian PO untuk mesin-mesin pellet dilihat dari jumlah PO. PO

dengan permintaan produksi <=50 ton akan diletakan pada mesin pellet 1 karena

mesin pellet 1 memiliki kapasitas yang paling kecil dibandingkan dengan mesin

pellet yang lain. PO dengan permintaan >50 ton akan diletakan pada mesin yang

dapat mengerjakan kode pakan tersebut paling cepat. Kode pakan akan langsung

diproduksi apabila mesin yang akan digunakan dalam keadaan kosong. Kode

pakan akan diproduksi pada mesin dengan kecepatan tertinggi kedua apabila

mesin yang seharusnya digunakan tidak dalam keadaan kosong. Mesin pellet 1

baru akan digunakan ketika mesin pellet 2, mesin pellet 3, dan mesin pellet 4

sedang digunakan untuk memproduksi kode pakan. Mesin pellet jika semua

sedang digunakan maka akan menunggu mesin yang terlebih dahulu selesai

digunakan. PO produksi yang telah dijadwalkan akan diberikan ke lantai produksi

untuk memulai proses produksi.

24 Universitas Kristen Petra

4.4.1 Tahap-Tahap Menjadwalakan Kode Pakan pada Masing-Masing

Mesin Pellet

Tahap-tahap dalam menjadwalakan kode pakan pada mesin pellet

1. Melihat ketersediaan stok kode pakan:

Kode pakan bernilai 0 akan di produksi terlebih dahulu (tidak dilakukan untuk

jenis kode pakan slow) jika kode pakan bernilai lebih dari 0 melihat jenis kode

pakan I, F, R, dan S. Jenis kode pakan yang akan diproduksi sama maka yang

dipilih adalah nilai ketersediaan stok paling kecil.

2. Melihat jumlah produksi

Nilai ketersediaan stok dan jenis kode pakan yang akan diproduksi sama maka

yang dipilih adalah kode pakan dengan jumlah produksi lebih besar. Jumlah

yang diproduksi <=50 ton akan diletakan pada mesin pellet 1. Mesin pellet 3

lebih dikhususkan untuk pakan berbentuk pellet.

3. Melihat ketersediaan mesin

Kode pakan ditempatkan pada mesin dengan kecepatan tercepat. Kode pakan

ditempatkan pada mesin dengan kecepatan tercepat berikutnya jika mesin

sedang digunakan. Kode pakan hendak ditempatkan pada mesin tetapi semua

mesin sedang digunakan maka melihat waktu mesin yang lebih dahulu selesai

digunakan. Waktu penyelesaian tersingkat juga diperhitungkan dalam

penempatan kode pakan pada mesin.

4. Melihat total waktu pengerjaan

Waktu produksi <1440 menit (1 hari) maka akan dilakukan penambahan

jumlah produksi

Berikut ini adalah Contoh untuk mempermudah memahami tahap-tahap

penjadwalan pada masing-masing mesin. kode pakan, ketersediaan stok dan

jumlah yang harus diproduksi dapat dilihat pada Tabel 4.5. Kecepatan mesin

pellet memproduksi kode pakan dapat Tabel 4.6.

25 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.5 Contoh Kode Pakan yang Harus Dijadwalkan

Kode pakan Ketersediaan stok ∑Produksi

(ton)

S11G J (60kg) 2 200

S11LGJ (60kg) 3 200

HG11B 3 200

SB-11 3 150

SB-21 (50kg) 0 20

Tabel 4.6 Kecepatan Mesin Pellet

Kode Pakan Mesin Pellet 1 Mesin Pellet 2 Mesin Pellet 3 Mesin Pellet 4

S11GJ 11,069 - 15,428 16,167

S11LGJ 10,096 - 15,88 16,225

HG11B 9,264 15,088 - 15,856

SB11 9,603 13,953 - 14,0194

SB21 8,501 9,897 - 10,388

Langkah-langkah pengerjaan :

1. Melihat ketersediaan stok pada Tabel 4.3. Nilai ketersediaan stok kode pakan

SB-21 bernilai 0 maka dilakukan produksi terlebih dahulu

2. Melihat kecepatan mesin pellet 1 karena jumlah yang diproduksi <=50 ton

3. Melihat ketersediaan mesin

4. Mesin tersedia maka meletakan kode pakan SB-21 pada mesin pellet 1.

5. Selanjutnya melihat nilai ketersediaan stok untuk kode pakan yang lain, semua

bernilai > 0 maka melihat jenis kode pakan.

6. Kode pakan integrasi ketersediaan stok > 0 terdapat 2 kode pakan S11GJ dan

S11LGJ.

7. Melihat ketersediaan stok yang terkecil. Kode pakan S11GJ memiliki nilai

lebih kecil dibanding S11LGJ.

8. Melihat kecepatan mesin pellet tercepat untuk memproduksi kode pakan

S11GJ

9. Melihat ketersediaan mesin

10. Mesin tersedia maka meletakan kode pakan S11GJ pada mesin tercepat

26 Universitas Kristen Petra

11. Memproduksi S11LGJ.

12. Melihat kecepatan mesin pellet

13. Melihat Ketersediaan mesin

14. Melihat jenis kode pakan fast, ketersediaan stok kedua kode pakan fast

bernilai sama maka melihat jumlah yang harus diproduksi. kode pakan HG11B

lebih besar maka akan diproduksi terlebih dahulu

15. Melihat kecepatan mesin pellet tercepat

16. Melihat ketersediaan mesin pellet

17. Memproduksi SB11

18. Melihat kecepatan mesin pellet

19. Melihat ketersediaan mesin jika semua mesin sedang digunakan maka

menunggu mesin yang terlebih dahulu selesai.

20. waktu produksi setiap mesin dibawah 1440 menit sehingga dapat ditambahkan

jumlah yang diproduksi. Hasil yang telah selesai dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Penjadwalan dari Contoh Soal.

P1 SB21 SB11

waktu 141,156 937,135

akumulasi 141,156 1078,291

P2 HG11B

waktu 795,325

akumulasi 795,325

P3 S11LGJ

waktu 755,640

akumulasi 755,640

P4 S11GJ

waktu 742,219

akumulasi 742,219

4.5 Pengujian dan Pengolahan Data Waktu Kecepatan

Data kecepatan diperoleh berdasarkan data rekapan produksi pada

masing-masing mesin pellet. Data kecepatan diperoleh dengan membagi ton yang

diproduksi dengan lama waktu pengerjaan waktu dan dikali dengan 60 menit.

Rumus untuk menghitung kecepatan untuk seluruh kode pakan pada masing-

masing dapat dilihat pada persamaan 4.3.

27 Universitas Kristen Petra

Kecepatan =

x 60 menit (4.3)

Data kecepatan yang diperoleh dari rumus pada persamaan 4.3 dalam

satuan ton/jam. Data kecepatan hasil perhitungan dikelompokkan berdasarkan

kode pakan. Data kecepatan yang melebihi kapasitas dari mesin pellet akan

dihilangkan. Kapasitas masing-masing mesin dapat dilihat pada Tabel4.2. Data

kecepatan yang ada diasumsikan normal sehingga tidak perlu dilakukan pengujian

distribusi normal. Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian

keseragaman data. Hasil pengujian keseragaman data berupa batas kendali bawah

(BKB) dan batas kendali atas (BKA). Pengujian keseragaman data dilakukan

hingga tidak terdapat data yang diluar batas kendali. Hasil rata-rata pengujian

keseragaman digunakan sebagai data kecepatan setiap kode pakan untuk masing-

masing mesin.

4.6 Hasil Penjadwalan dengan Menggunakan Data Produksi Perusahaan

Jumlah yang diproduksi perusahaan pada minggu pertama pada bulan

April 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.8. Kecepatan kode pakan untuk masing-

masing mesin menggunakan data kecepatan yang dibuat.

Tabel 4.8 Kode Pakan dan Jumlah yang Diproduksi Perusahaan Minggu Pertama

pada Bulan April 2014

Kode pakan Jumlah yang diproduksi

(Kg) Kode pakan

Jumlah yang diproduksi

(Kg)

S11Z20J 1.345.000 SB21 BALI 20.000

S11GJ 1.000.000 SB22 105.000

S11LGJ 800.000 SB12G 24.5000

S00 140.000 SL241 25.000

S10 209.000 NP11B 70.000

S11 400.000 BP24G 15.000

S12 544.000 510 5.000

HG11B 1.300.000 SB11SP 30.000

SB11 150.000 SB11B20 10.0000

28 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.8 Kode Pakan dan Jumlah yang Diproduksi Perusahaan Minggu Pertama

pada Bulan April 2014 (lanjutan)

Kode pakan Jumlah yang diproduksi

(Kg) Kode pakan

Jumlah yang diproduksi

(Kg)

SB11B 165.000 S11GJ A1 70.000

SB20 40.000 S11GJ A3 70.000

SB21 55.000

Hasil penjadwalan perusahaan dengan data produksi minggu pertama

pada bulan April 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.9. Total waktu produksi untuk

mesin pellet 1 adalah 6.388 menit. Total waktu produksi untuk mesin pellet 2

adalah sebesar 8.074 menit. Total waktu produksi untuk mesin pellet 3 adalah

sebesar 7.327 menit dan total waktu produksi untuk mesin pellet 4 adalah 7.457

menit. Total waktu setup untuk mesin pellet 1 adalah 510 menit. Total waktu

setup untuk mesin pellet 2 adalah 420 menit. Total waktu setup untuk mesin pellet

3 adalah 270 menit dan total waktu setup untuk mesin pellet 4 adalah 480 menit.

Cmax dari hasil penjadwalan perusahaan untuk keempat mesin adalah 8.494

menit. Penjadwalan kode pakan pada masing-masing mesin pellet perusahaan

dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.9 Hasil Penjadwalan pada Masing-Masing Mesin Pellet Perusahaan

Mesin pellet Total waktu produksi

(menit)

Total waktu

setup (menit)

Total waktu produksi

+ setup (menit)

Mesin pellet 1 6.388 510 6.898

Mesin pellet 2 8.074 420 8.494

Mesin pellet 3 7.327 270 7.597

Mesin pellet 4 7.457 480 7.937

Tabel 4.10 Penjadwalan Kode Pakan pada Mesin Pellet Perusahaan

Jenis Mesin Pellet Penjadwalan Kode Pakan

Mesin Pellet 1

SB11-SB22Bali-SB21-SL241-510-SB20-SB21Bali-

BP24G-S11Z20J-S11GJ-S00-SB22-HG11B-SB22-SB21-

S00-S10

29 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.10 Penjadwalan Kode Pakan pada Mesin Pellet Perusahaan (lanjutan)

Jenis Mesin Pellet Penjadwalan Kode Pakan

Mesin Pellet 2 HG11B-NP11B-SB11B-S11Z20J-SB11B-S11Z20J-

SB11SP-S11Z20J-SB11-HG11B-SB11-S11-SB12G-S12

Mesin Pellet 3 S11GJ-S11LGJ-S11GJ-S11LGJ-S12-S11LGJ-S11GJ-

S11LGJ-S12

Mesin Pellet 4

HG11B-S11-SB12G-S11GJA1-S11GJA3-S11Z20J-

HG11B-NP11B-S11Z20J-SB11B20-S11Z20J-S11-SB11B-

S10-HG11B-S10

4.7 Hasil Penjadwalan dengan Menggunakan Metode LRPT Rule

Hasil produksi perusahaan dijadwalkan kembali dengan menggunakan

metode LRPT rule. Penjadwalan dengan menggunakan metode LRPT rule

dilakukan ketika terdapat jenis kode pakan dan ketersediaan pakan yang sama

maka melihat jumlah kode pakan yang harus diproduksi. Jumlah kode pakan yang

lebih banyak akan diproduksi terlebih dahulu. Hasil penjadwalan dengan metode

LRPT rule dapat dilihat pada Tabel 4.11. Total waktu produksi untuk mesin pellet

1 adalah 6.937 menit dan total waktu produksi untuk mesin pellet 2 adalah sebesar

7.810 menit. Total waktu produksi untuk mesin pellet 3 adalah sebesar 7.724

menit dan total waktu produksi untuk mesin pellet 4 adalah 7.265 menit. Total

waktu setup untuk mesin pellet 1 adalah 480 menit dan total waktu setup untuk

mesin pellet 2 adalah 270 menit. Total waktu setup untuk mesin pellet 3 adalah

330 menit dan total waktu setup untuk mesin pellet 4 adalah 240 menit.

Penjadwalan kode pakan pada masing-masing mesin pellet usulan dapat dilihat

pada Tabel 4.12.

Tabel 4.11 Hasil Penjadwalan pada Masing-Masing Mesin Pellet dengan Metode

LRPT Rule Usulan Penjadwalan

Mesin pellet Total waktu

produksi (menit)

Total waktu

setup (menit)

Total waktu produksi +

setup (menit)

Mesin pellet 1 6.937 480 7.417

30 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.11 Hasil Penjadwalan pada Masing-Masing Mesin Pellet dengan Metode

LRPT Usulan Penjadwalan (lanjutan)

Mesin pellet Total waktu

produksi (menit)

Total waktu

setup (menit)

Total waktu produksi +

setup (menit)

Mesin pellet 2 7.810 270 8.080

Mesin pellet 3 7.724 330 8.054

Mesin pellet 4 7.265 240 7.505

Tabel 4.12 Penjadwalan Kode Pakan pada Mesin Pellet Usulan

Jenis Mesin Pellet Penjadwalan Kode pakan

Mesin Pellet 1

SB21Bali-SB22Bali-S00-SB11B-SB20-SL241-SB21-S11-

SB11B20-510-S11LGJ-S11-SB11B-SB11SP-BP24G-

HG11B

Mesin Pellet 2 S11Z20J-HG11B-S00-HG11B-SB22-S10-HG11B-S11-

S11Z20J

Mesin Pellet 3 S11LGJ-SB12G-S11GJA1-S11GJA3-S11LGJ-S11GJ-

SB12G-S12-S11LGJ-S12-S10

Mesin Pellet 4 S11GJ-SB11-S11Z20J-NP11B-S11Z20J-SB21-S11Z20J-

S11GJ

4.8 Perbandingan Waktu Hasil Usulan Penjadwalan dengan Waktu

Hasil Penjadwalan Perusahaan

Penjadwalan yang dilakukan Perusahaan hanya menjadwalkan kode

pakan dan jumlah yang akan diproduksi. Produksi kode pakan pada mesin pellet

ditentukan oleh operator mixer. Usulan penjadwalan kode pakan yang diberikan

dengan menambahkan penjadwalan produksi kode pakan pada masing-masing

mesin pellet. Perbandingan hasil output usulan penjadwalan dengan output hasil

Penjadwalan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.13.

31 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.13 Perbandingan Waktu Hasil Usulan Penjadwalan dengan Waktu Hasil

Penjadwalan Perusahaan

Waktu Mesin Pellet Perusahaan

(menit) Usulan (menit)

Total waktu

produksi

Mesin Pellet 1 6.388 6.937

Mesin Pellet 2 8.074 7.810

Mesin Pellet 3 7.327 7.724

Mesin Pellet 4 7.457 7.265

Total waktu Setup

Mesin Pellet 1 510 480

Mesin Pellet 2 420 270

Mesin Pellet 3 270 330

Mesin Pellet 4 480 240

Total waktu

produksi + waktu

setup

Mesin Pellet 1 6.898 7.417

Mesin Pellet 2 8.494 8.080

Mesin Pellet 3 7.597 8.054

Mesin Pellet 4 7.937 7.505

Cmax 8.494 8.080

Tingginya waktu setup membersihkan mesin disebabkan oleh produksi

kode pakan tidak dijadwalkan pada masing-masing mesin pellet. Perbandingan

waktu hasil penjadwalan pada Tabel 4.13 terdapat perbedaan waktu produksi

untuk masing-masing mesin pellet. Mesin pellet 2 paling sering digunakan untuk

memproduksi kode pakan dilihat dari waktu produksi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan mesin pellet yang lain. Waktu produksi mesin pellet 2

adalah sebesat 8.074 menit. Mesin pellet 1 sering digunakan untuk memproduksi

jumlah kode pakan yang kecil. Hal ini disebabkan mesin pellet 1 memiliki

kapasitas paling kecil dibandingkan dengan mesin yang lain. Waktu produksi

pada mesin pellet 1 adalah yang terendah dengan waktu 6.388 menit. Usulan yang

diberikan dengan menjadwalkan kode pakan pada masing-masing mesin tertinggi

terdapat pada mesin pellet 2 dengan waktu produksi sebesar 7.810 menit berbeda

264 menit dari perusahaan.

32 Universitas Kristen Petra

Waktu proses produksi mesin pellet 1 dari usulan yang diberikan berbeda

549 menit lebih lama dari perusahaan. Waktu proses produksi pada mesin pellet 3

usulan berbeda 397 lebih lama dari perusahaan dan pada mesin pellet 4 usulan

berbeda 192 menit lebih cepat. Waktu setup usulan hanya pada mesin pellet 3

yang lebih besar dari hasil perusahaan dengan perbedaan waktu 60 menit lebih

lama. Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menyelesaikan jumlah yang

diproduksi pada Tabel 4.13 sebesar 8.494 menit dan waktu yang dibutuhkan

setelah dilakukan penjadwalan pada masing-masing mesin sebesar 8.080 menit.

Total waktu produksi ditambah dengan waktu setup dari usulan penjadwalan

dapat dilihat bahwa waktu mesin pellet 1 dan 3 mengalami peningkatan dan

waktu mesin pellet 2 dan 4 mengalami penurunan. Usulan penjadwalan yang

diberikan dapat meratakan pembagian PO pada masing-masing mesin pellet

dilihat dari waktu selesai mengerjakan PO pada setiap mesin pellet. Usulan yang

diberikan dapat mengurangi waktu penyelesaian kode pakan yang diproduksi pada

minggu pertama bulan April 2014 sebesar 414 menit. Perbedaan waktu antara

usulan dengan hasil perusahaan jika digunakan untuk memproduksi kode pakan

dapat memproduksi sebesar 124,2 ton.