2. tinjauan pustaka
TRANSCRIPT
3 Universitas Kristen Petra
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan Penyusun Campuran Aspal Emulsi Dingin
2.1.1. Agregat
Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras
dan padat. ASTM (1974) mendefinisikan agregat sebagai suatu bahan yang terdiri
dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun berupa fragmen-
fragmen. (Sukirman, 1992).
Sukirman (2003) menjelaskan bahwa, agregat merupakan komponen utama
dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90-95% agregat berdasarkan persentase berat
atau 75-85% agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas
perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat
dangan material lain. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material
perkerasan jalan adalah gradasi, kebersihan, kekerasan dan ketahanan agregat,
bentuk butir, tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat
jenis, dan daya pelekatan dengan aspal. Menurut penelitian dari Arifin et al.
(2007) karakteristik keausan agregat berpengaruh pada stabilitas dari campuran
aspal. Semakin besar nilai abrasi akan semakin menurun nilai stabilitasnya.
Menurut Sukirman (1999), jenis gradasi agregat dapat dibedakan menjadi
beberapa macam yaitu :
1. Gradasi seragam (uniform graded), adalah agregat dengan ukuran hampir
sama/sejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya
sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut
juga gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan
lapisan perkerasan deangan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang,
berat volume kecil.
2. Gradasi rapat (dense graded), merupakan campuran agregat kasar dan
agregat halus dengan porsi yang berimbang, sehingga dinamakan juga
agregat bergradasi baik (well graded). Agregat dengan gradasi rapat akan
menghasilkan lapisan perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap air,
berat volume besar.
4 Universitas Kristen Petra
3. Gradasi buruk/jelek (poorly graded), merupakan campuran agregat yang
tidak memenuhi tiga kategori diatas.
4. Gradasi senjang (gap graded), merupakan campuran agregat dengan satu
fraksi hilang atau satu fraksi sedikit sekali. Agregat dengan gradasi senjang
akan menghasilkan lapisan perkerasan yang mutunya terletak antara gradasi
seragam dan gradasi rapat diatas.
Terdapat dua tipe gradasi untuk CAED yaitu Open Graded Emulsion
Mixtures (OGEM) dan Dense Graded Emulsion Mixtures (DGEM) (SNI 03-2417-
1991, SNI 4798-2011). DGEM merupakan campuran antara agregat bergradasi
rapat dan aspal emulsi sebagai bahan pengikat, yang dicampur tanpa proses
pemanasan.
DGEM merupakan lapisan struktural yang berfungsi sebagai lapisan
subbase, base, maupun lapisan permukaan (aus) dan penambalan (patching).
Tabel 2.1. menunjukkan spesifikasi pemeriksaan karakteristik agregat.
Tabel 2.1. Pemeriksaan Karakteristik Agregat
A.
1 Analisa Saringan % SNI 03-1968-1990 Tabel 2.2
2 Berat jenis bulk - SNI 1969:2008 -
3 Berat jenis semu - SNI 1969:2008 -
4 Penyerapan Air % SNI 1969:2008 -
5 Keausan Agregat % SNI 2417:2008 Maks 40 %
6 Kelekatan Agregat Terhadap Aspal % SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
7 Partikel Lolos Ayakan No.200 % SNI 03-4428-1997 ≤ 1 %
8 Agregat yang tertahan Ayakan 4.75 mm % SNI 03-1975-1990 ≥ 65 %
B.
1 Berat jenis bulk - SNI 1969:2008 -
2 Berat jenis semu - SNI 1969:2008 -
3 Penyerapan Air % SNI 1969:2008 -
4 Partikel Lolos Ayakan No.200 % SNI 03-4428-1997 ≤ 8 %
No Pengujian Metode Pengujian SpesifikasiSatuan
Agregat Kasar (5-10mm, 10-15mm)
Agregat Halus (0-5 mm)
Sumber: Spesifikasi Umum Seksi 6.8 Direktorat Bina Marga 2010
5 Universitas Kristen Petra
Spesifikasi Dense Graded Emulsion Mixture (DGEM) dapat dilihat pada
Tabel 2.2. Penelitian ini menggunakan DGEM tipe V dan tipe VI dikarenakan
DGEM tipe V dan tipe VI digunakan untuk lapisan pondasi atas maupun lapis
permukaan.
Tabel 2.2. Spesifikasi Analisis Ayakan
Ukuran Ayakan Tipe DGEM
No mm I II III IV V VI
2" 50 100
1 1/2" 37.5 90-100 100
1" 25 90-100 100
3/4" 19 60-80 90-100 100
1/2" 12.5 60-80 90-100 100 100
3/8" 9.5 60-80 90-100
No.4 4.75 20-55 25-60 45-70 60-80 75-100
No.8 2.36 10-40 15-45 35-65 25-55 35-65
No.16 1.18 20-50
No.30 0.6
No.50 0.3 2-16 3-18 3-20 5-20 6-25 15-30
No.100 0.15
No.200 0.075 0-5 1-7 2-8 2-9 2-10 5-12
Sand
Equivalent 35 min 35 min 35 min 35 min 35 min 35 min
Los Angeles Test
@500 putaran 40 max 40 max 40 max 40 max 40 max
Bidang pecah
(%) 65 min 65 min 65 min 65 min 65 min
Sumber : Bina Marga Spesifikasi Khusus (1991)
2.1.2. Aspal Emulsi Dingin
Menurut SNI 4798:2011, definisi aspal emulsi adalah aspal berbentuk cair
yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau
sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi sehingga diperoleh partikel aspal
yang bermuatan listrik positif (kationik) atau negatif (anionik) atau tidak
bermuatan listrik (nonionik).
6 Universitas Kristen Petra
Aspal emulsi dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan muatan listrik
yaitu:
1. Aspal emulsi kationik, yaitu aspal cair yang dihasilkan dengan cara
mendispersikan aspal keras ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan
bahan pengemulsi jenis kationik sehingga partikel-partikel aspal bermuatan
ion positif.
2. Aspal emulsi anionik, aspal cair yang dihasilkan dengan cara
mendispersikan aspal keras ke dalam air atau sebaliknya dengan bahan
pengemulsi jenis anionik sehingga partikel-partikel aspal bermuatan negatif.
3. Aspal emulsi nonionik, aspal emulsi yang tidak mengalami proses ionisasi
sehingga tidak memiliki muatan listrik.
Berdasarkan waktu setting aspal emulsi dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Aspal emulsi kationik mengikat lambat (CSS)
Aspal emulsi bermuatan postitif yang aspalnya memisah dari air secara
lambat setelah kontak dengan agregat.
Meliputi :
CSS-1 (cationic slow setting-1) : Kationik mengikat lambat-1
CSS-1h (cationic slow setting-1 hard): Kationik mengikat lambat-1 keras
2. Aspal emulsi kationik mengikat sedang (CMS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara
sedang setelah kontak dengan agregat
Meliputi :
CMS-2 (cationic medium setting-2) : Kationik mengikat sedang-2
CMS-2h (cationic medium setting-2 hard) : Kationik mengikat sedang-2
keras
3. Aspal emulsi kationik mengikat cepat (CRS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara
cepat setelah kontak dengan agregat
Meliputi :
CRS-1 (cationic rapid setting-1) : Kationik mengikat cepat-1
CRS-2 (cationic rapid setting-2) : Kationik mengikat cepat-2
7 Universitas Kristen Petra
4. Aspal emulsi kationik mengikat lebih cepat (CQS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara
lebih cepat setelah kontak dengan agregat
Meliputi:
CQS-1h (cationic quick setting-1 hard) : Kationik mengikat cepat-1
keras
Aspal emulsi memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sesuai
dengan tipe aspal emulsi. Spesifikasi aspal emulsi dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tipe aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal emulsi kationik
mengikat lambat tipe CSS-1h (cationic slow setting-1 hard).
Tabel 2.3. Spesifikasi Aspal Emulsi
Sumber : SNI 4798 : 2011
Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks
4. Pemisahan; 35 ml; 0.8%
dioktyl sodium suffosucinat
%AASHT
O T-59
Butir 7
- - - - - - - - 40 - 40 - - -
5. Kemampuan penyelimutan &
ketahanan thd air-
Penyelimutan, agregat kering - - - - - - - - - - -
Penyelimutan, agregat kering,
setelah disemprot air- - - - - - - - - - -
Penyelimutan, agregat basah - - - - - - - - - - -
Penyelimutan, agregat basah,
setelah disemprot air- - - - - - - - - - -
6. Muatan partikel%
SNI 03-
3644
7. Analisis saringan%
SNI 03-
3643- 0.10 - 0.10 - 0.10 - 0.10 - 0.10 - 0.10 - 0.10
8. Uji campuran semen % SNI 03- - 2.0 - 2.0 - - - - - - - - - -
9. Penyulingan :
Destilasi minyak :
% vol
emulsi- - - - - 12 - 12 - 3 - 3 - -
Residu penyulingan; % % 57 - 57 - 65 - 65 - 60 - 65 - 57 -
B. Pengujian residu penyulingan
1. Penetrasi; 25° C; 100 gram;
5 detik
0.1
mm
SNI 06-
2456100 250 40 90 100 250 40 90 100 250 100 250 40 90
2. Daktilitas; 25° C; 5 cm/menitCm
SNI 06-
243240 - 40 - 40 - 40 - 40 - 40 - 40 -
3 kelarutan dalam % SNI 06- 97.5 - 97.5 - 97.5 - 97.5 - 97.5 - 97.5 - 97.5 -
Sedang Sedang
SNI 03-
3645
Positif Positif Positif Positif
SNI 03-
3642
Baik Baik
Sedang Sedang
Sedang Sedang
Jenis Pengujian SatuanMetode
Uji
Tipe
Mengikat Lambat Mengikat sedang Mengikat Cepat Mengikat
Kelas
CSS-1 CSS-1h CMS-2 CMS-2h CRS-1 CRS-2 CQS-1h
Positif Positif Positif
Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks
A. Aspal emulsi
1. Viskositas; Sayabolt furol;
25° Cdetik
SNI 03-
672120 100 20 100 - - - - - - - - 20 100
2. Viskositas; Sayabolt furol;
50° Cdetik
SNI 03-
6721- - - - 50 450 50 450 20 100 100 400 - -
3. Stabilitas penyimpanan 24
jam%
SNI 03-
6828- 1 - 1 - 1 - 1 - 1 - 1 - -
Jenis Pengujian SatuanMetode
Uji
Mengikat LambatMengikat
lebih cepatMengikat sedang Mengikat Cepat
CSS-1 CSS-1h CMS-2 CMS-2h
Tipe
Kelas
CRS-1 CRS-2 CQS-1h
8 Universitas Kristen Petra
Pada Tabel 2.4 menunjukkan persyaratan karakteristik campuran aspal
emulsi dingin yang digunakan sebagai acuan.
Tabel 2.4 Persyaratan Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Dingin DGEM
Sifat Campuran I II III IV V VI CRS-
A
CRS-
B CATB
Kadare Bitumen Efektif Minimum 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 7,5 7 6,4 5,7
Kadar Bitumen Terserap Maksimum 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
Kadar Bitumen Total
Minimum Ssungguhnya Minimum 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 8,0 7,5 6,9 6,2
(% berat total campuran)
Stabilitas Rendaman (kg) Minimum 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Stabilitas Sisa Minimum 50 50 50 50 50 50 50 50 50
(% Stabilitas kering semula
sesudah 48 jam pada
suhu ruang)
Kadar Rongga Minimum 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Potensial (% berat total
campuran padat) Maksimum 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Penyerapan Air Maksimum 4 4 4 4 4 4 4 4 4
(% berat total campuran padat)
Tebal Film Bitumen (mikron) Minimum 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Tingkat Penyelimutan Minimum 75 75 75 75 75 75 75 75 75
(% total permukaan agregat )
Tebal lapisan yang disyaratkan
Minimum 80 50 40 30 25 25 30 30 30
(mm) Maksimum 150 100 100 75 75 75 75 75 75
Sumber : DPU Binamarga Jatim (2018)
9 Universitas Kristen Petra
2.2 Campuran Aspal Panas
Campuran aspal panas adalah suatu campuran perkerasan yang terdiri dari
agregat kasar, agregat halus, filler, dan bahan pengikat aspal dengan
perbandingan-perbandingan tertentu dan dicampurkan dalam kondisi panas.
Campuran aspal panas secara luas digunakan sebagai lapisan permukaan
konstruksi jalan dengan lalu lintas berat, sedang, ringan, dan lapangan terbang,
dalam kondisi segala macam cuaca.
Beberapa jenis campuran aspal panas yang umum digunakan di Indonesia
antara lain :
a) Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet/SS) kelas A dan B, Lapis Tipis
Campuran Aspal-batu (Stone Sheet/STS), Lapis Tipis Campuran Aspal-
batu Kasar (STK).
Campuran ini ditujukan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin perkerasan
jalan, tambal lubang dan pelapisan ulang pada struktur yang mantap namun
tingkat kerataan permukaan perlu pembenahan.
b) Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet/HRS)
Lapis Tipis Aspal beton (Laston) yang selanjutnya di sebut HRS, terdiri
dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS-B) dan HRS Lapis Permukaan
(HRS-A).
c) Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete/AC) Permukaan dan Lapis Aspal
Beton Pondasi (Asphalt Treated Base/ATB)
Laston (Lapis Aspal Beton) dibedakan menjadi dua yaitu Laston
Permukaan dan Laston Pondasi.
10 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.5 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lapisan Aspal
Sumber : DPU Binamarga jatim (2018)
2.3 Pengujian Marshall
Kinerja dari suatu campuran aspal dapat diperiksa dengan bantuan Marshall
Test. Untuk ketentuan pengujian Marshall CAED digunakan 2 x 75 tumbukan
(Asphalt Institute, 1997).
Pada penelitian ini parameter yang diuji adalah stabilitas, flow, rongga
dalam campuran (Void In Mixture). Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran
aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan
dalam kilogram atau pound. Nilai stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan
langsung pada alat Marshall Test sewaktu melakukan pengujian.
11 Universitas Kristen Petra
Nilai yang terbaca tersebut kemudian dikoreksi dengan faktor koreksi
terhadap alat Marshall yang dipakai dan faktor koreksi benda uji. Stabilitas
rendam adalah nilai stabilitas yang didapatkan setelah merendam benda uji selama
60 menit di dalam air kemudian di tes menggunakan alat Marshall Test. Stabilitas
sisa adalah nilai stabilitas yang didapatkan setelah merendam benda uji selama 24
jam di dalam air kemudian di tes menggunakan alat Marshall Test. Flow /
kelelehan adalah deformasi vertikal terjadi pada saat beban diaplikasikan pada
benda uji mencapai nilai maksimum. Pembacaan nilai flow didapatkan dari alat
Marshall bersamaan dengan pembacaan nilai stabilitas. Flow diukur dalam satuan
0,25mm atau 0,01”. Void In Mixture (VIM) atau rongga di dalam campuran
adalah parameter yang menunjukkan volume rongga yang berisi udara didalam
campuran aspal, dinyatakan dalam % volume.
2.4 Penelitian Yang Relevan Tentang Campuran Aspal Emulsi
Berikut ini adalah penelitian yang sudah pernah dilakukan dalam
mencampurkan aspal emulsi dingin yang dapat dijadikan sebagai literatur,
Thanaya (2007) meneliti kinerja Campuran Aspal Emulsi Dingin
(CAED). CAED dimasukkan kedalam oven dengan suhu 40 °C. CAED apabila
dirancang dengan benar dan dengan masa curing yang tepat memiliki kekakuan
yang sebanding dengan campuran panas walaupun memiliki tingkat porositas
yang lebih tinggi.
Riyanto.A., Widodo. S (2009) meneliti tentang peningkatan stabilitas
Campuran Aspal Emulsi Dingin (CAED) menggunakan aspal emulsi tipe CSS-1,
agregat bergradasi rapat dan menggunakan filler semen 0% , 1.5%, 3%, 4.5%,
5.8%. CAED bergradasi rapat memiliki nilai stabilitas yang rendah dan memiliki
proses yang lama untuk mencapai nilai stabilitas maksimal dikarenakan
kandungan air pada aspal emulsi membutuhkan waktu yang lama untuk menguap.
Muliawan (2011) meneliti tentang karakteristik dan peningkatan
stabilitas Campuran Aspal Emulsi Dingin (CAED) menggunakan aspal emulsi
tipe CSS-1h, filler semen 2% dengan masa curing time 3 hari, 6 hari, 9 hari, dan
12 hari. Agregat yang digunakan adalah agregat gradasi rapat tipe V dengan
12 Universitas Kristen Petra
variasi kadar aspal residu 6.0%, 6.5%, 7.0%, 7.5%, dan 8%. Energi pemadatan
diperoleh 2x75 tumbukan, kadar air penyelimutan 5%. Kadar Aspal Emulsi
Residu Optimum sebesar 7% yang memberikan nilai stabilitas 446kg, Void In Mix
(VIM) 8.06%, penyerapan air 2.22%, Tebal Film Aspal (TFA) 19.87µm, Void in
Mineral Agreggate (VMA) 26.29%, Void Filled With Bitumen (VFB) 69.513%,
dan kelelehan 4.5mm.