1 kesetiaan dewi anggraini kepada prabu ekalaya
TRANSCRIPT
1
KESETIAAN DEWI ANGGRAINI KEPADA PRABU EKALAYA DENGAN TIPE
DRAMATIK DALAM KARYA TARI “KASETYAN JATI”
Nila Rahayu Ningsih
16020134038
Drs. Peni Puspito, M.Hum
S1 Pendidikan Sendratasik
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya
Abstrak
Fenomena pada karya tari Kasetyan Jati yaitu kesetiaan Dewi Anggraini kepada Prabu
Ekalaya. Keunikan dari fenomena ini adalah perilaku yang sangat terpuji, kesetiaan dalam
menjaga hatinya, menahan segala godaan yang ada pada dirinya untuk selalu setia kepada
suaminya. Hal ini menarik untuk dibuat sebuah sajian karya tari dengan mengambil makna dari
gejolak emosi yang muncul. Penting untuk disampaikan sebagai pesan kehidupan, memberikan
inspirasi perilaku yang baik dalam kehidupan masa kini, jangan hanya memandang orang dari
fisik dan juga hartanya, tetapi pandanglah orang dari dalam hatinya. terdapat dua variabel pada
fokus karya ini, variabel isi yaitu kesetiaan dan variabel bentuk yaitu tipe dramatik.
Pada penulisan serta penciptaan karya tari Kasetyan Jati menggunakan beberapa
penciptaan karya yang sudah ada sebagai relevansi terhadap karya tari. Selain menggunakan
karya yang relevan, penulis juga menggunakan landasan teori sebagai pacuan pada karya tari
Kasetyan Jati. Karya tari Kasetyan Jati menggunakan teori Konstruksi I oleh Jacquiline Smith,
teori Koreografi oleh Y.Sumadiyo Hadi, teori Tari Dramatik oleh Jacquiline Smith, teori
Kesetiaan oleh St Darmawijaya. Teori-teori tersebut digunakan penulis untuk pendekataan
penciptaan.
Pendekatan penciptaan pada karya tari Kasetyan Jati menggunakan metode Konstruksi I
oleh Jacquiline Smith. Setelah melakukan beberapa pendekatan, kemudian membuat rancangan
kekaryaa yaitu dengan menentukan tema lalu menentukan judul. Terdapat 5 adegan yaitu terdiri
dari introduksi, adegan satu, adegan dua, adegan tiga, dan adegan empat. Desain dramatik
menggunakan desain kerucut ganda. Pada karya tari ini menggunakan mode penyajian
representatif dan simbolis. Lalu dengan beberapa unsur pendukung lainnya seperti tata rias dan
busana, tempat pentas serta iringan musik.
Analisa dari hasil karya tari Kasetyan Jati yang pertama yaitu alur cerita dari introduksi
2
sampai adegan akhir memunculkan beberapa klimaks mulai dari kecil hingga besar. Pada karya
ini menggunakan rias cantik pendekatan pertunjukan tradisi. Busana yang digunakan yaitu
kemben, kain panjang sebagai sewek dan menggunakan sampur. Selain itu pada properti yaitu
menggunakan keris. Iringan musik dibuat dari software editing . Tempat pentas pada karya tari
ini di halaman belakang Candi Jawi. Serta pencahayaan pada karya tari ini menggunakan cahaya
matahari pada siang dan sore hari.
Kata kunci: kesetiaan, dramatik, karya tari kasetyan jati.
Abstract
The phenomenon in Kasetyan Jati’s work is the loyalty of goddess grapes to Prabu
Ekalaya. The uniqueness of this phenomenon is highly commendable behavior, humility in
guarding his heart, resisting any temptations he might have with himself to remain faithful. It is
of interest to her husband to ake a presentation of farm by taking on the meaning of an emerging
emotion, it is important to pass along asa message of life, inspiring good behavior in today’s
lives, not, just. To look at one’s physical as well as his possessions, but to look at the one in his
heart. The focus of the work is two variables, a variables isi which is loyalty and variavles
which is a type dramatic.
In writing and creation of the Kasetyan Jati dance work, a number are used. Creation of
an exsiting work as a relevance to dance in addition to using. Relebant work, the writer also
used the basis for theory asa race on the dance of Kasetyan Jati. Kasetyan Jati uses the
construction theory I by Jacquiline Smith, theory choreographed by Y.Sumandiyo Hadi, theory
dramatic by Jacquiline Smith, theory loyalty by St Darmawijaya. The autors used those theories
for the approach of creation.
The creation approach to the Kasetyan Jati work involves a method. Constructed I by
Jacquiline Smith, after several approaches, a design of the elements to define the theme and then
to define the title are 5 scenes that preceded introductory introduction, scene one, scene two,
scene three, and scene four. Dramatic design using a double cone design. Moderators
presentation mode. Then, with a few other elemental elements such as grammar and fashion, the
stage and the music.
The first analysis of the Kasetyan Jati story line for the intriduction to the final scene
has led to several climax from small to large. The grammar of this traditional show approach,
the dress used by kemben, the long cloth as quack and drape. Besides accompaniment made
from an software platform on this farm in backyard of the temple Jawi. And the lighting on this
dance woek uses sunlight during the day and evening.
Keywords: loyalty, dramatic, the dance work “kasetyan jati”
3
I. PENDAHULUAN
Menurut Pendit, Mahabharata merupakan
kisah epik yang terbagi menjadi delapan belas
kitab atau sering disebut Astadasaparwa.
Rangkaian kitab menceritakan kronologi
peristiwa dalam kisah Mahabharata, yakni
semenjak kisah para leluhur Pandawa dan
Korawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru,
Duswanta, Sakuntala, Bharata) sampai kisah
diterimanya Pandawa di surga
(Pendit,2005:18). Dalam cerita Mahabharata
ada tokoh Dewi Anggraini ia merupakan istri
dari Prabu Ekalaya alias Palgunadi, Raja
Paranggelung. Ia seorang Putri Apsari
(bidadari) Warsiki. Dewi Anggraini
mempunyai sifat setia, murah hati, baik budi,
sabar dan jatmika (selalu dengan sopan
santun), menarik hati dan sangat berbakti
terhadap suami. Sedangkan Prabu Ekalaya
adalah suami dari Dewi Anggraini, di dalam
bahasa Sansekerta, nama Ekalaya adalah
seseorang yang memusatkan pikirannya
kepada suatu ilmu. Prabu Ekalaya seorang
kaum Nishada dalam wiracarita Mahabharata.
Kaum ini adalah persekutuan dari suku-suku
pemburu dan manusia hutan (adivasi). Ia
merupakan anak angkat dari Hiranyadanus
sekutu Jarasanda. Prabu Ekalaya mempunyai
cincin pusaka bernama Mustika Ampal yang
menyatu dengan ibu jari tangan kanannya.
Prabu Ekalaya memiliki watak jujur, setia,
tekun dan tabah, sangat mencintai istrinya. Ia
memiliki kemampuan yang setara dengan
Arjuna dalam ilmu memanah, bertekad ingin
menjadi pemanah terbaik di dunia. Dengan
keinginan yang kuat untuk menimba ilmu
panah, ia langsung datang ke Hastinapura
untuk berguru langsung pada Resi Drona,
guru Pandawa dan Kurawa, bangsawan Kuru.
Permohonannya ditolak karena Drona
khawatir, bahwa kemampuannya bisa
menandingi Arjuna. Penolakan Drona tidak
menghalangi niatnya untuk memperdalam
ilmu keprajuritan. Ia kemudian kembali
masuk ke hutan dan mulai belajar sendiri.
Sebagai motivasi dan inspirasi, ia membuat
patung yang berbentuk Drona dari tanah dan
lumpur bekas pijakan Drona, sehingga Prabu
Ekalaya berhasil menguasai ajian tersebut.
Istri Prabu Ekalaya sangat cantik sehingga
membuat Arjuna berhasrat padanya. Dewi
Anggraini mengadukan hal tersebut kepada
suamiya sehingga terjadi perselisihan dengan
Arjuna, sehingga Prabu Ekalaya mengajak
Arjuna untuk berperang. Pada saat
perselisihan tersebut, Prabu Ekalaya ditipu
oleh Resi Drona untuk memotong ibu jari
tangan kananya yang memakai cincin sakti
Mustika Ampal sehingga mengakibatkan
Prabu Ekalaya mati begitu saja. Sedangkan
Dewi Anggraini menunjukan kesetiaannya
sebagai istri sejati. Ia melakukan bela pati
(bunuh diri) untuk kehormatan suami dan
dirinya sendiri. Dewi Anggraini mati sebagai
lambang kesetiaan seorang istri terhadap
suaminya. Walaupun menghadapi godaan
yang berwujud keindahan dan kelebihan
orang lain, tetapi Dewi Anggraini tetap teguh
kesetiaanya kepada Prabu Ekalaya.
4
Pada konsep ini menggambarkan
bagaimana kesetiaan Dewi Anggraini kepada
Prabu Ekalaya melalui Tipe Dramatik. Daya
tarik koreografer dalam proses penciptaan
karya tari ini yaitu kehidupan Dewi Anggraini
dan Prabu Ekalaya yang tidak selalu berjalan
mulus. Ada hal positif yang diambil disini
yaitu Kesetiaan. Pada fenomena ini
keunikannya adalah Dewi Anggraini selalu
setia menemani kehidupan Prabu Ekalaya
walaupun suaminya hanya seorang pangeran
dari kaum Nishada dalam Wiracarita
Mahabharata, kesetiaan Dewi Anggraini ini
merupakan perilaku yang sangat terpuji,
karena dengan kesetiaannya itu ia dapat
menjaga hatinya, menahan segala godaan
yang ada pada dirinya untuk selalu setia
kepada Prabu Ekalaya. Selain itu menurut
koreografer ada hal yang menarik dalam cerita
ini yaitu ada beberapa Tokoh wanita yang
sangat mendamba-dambakan Arjuna, saat
digodanya ia langsung tersipu malu dan
merespon perlakuan Arjuna terhadapnya. Lain
hal nya dengan Dewi Anggraini, ia justru
menolak walaupun telah digoda dengan wujud
keindahan dan kelebihan akan Arjuna. Jika
dikaitkan dengan kehidupan masa kini, wanita
selalu memandang tampang dan juga harta,
tidak ada yang memiliki sifat seperti Dewi
Anggraini. Hal ini merupakan suatu alasan
yang menarik bagi koreografer, karena satu-
satunya tokoh wanita yang menolak Arjuna
adalah Dewi Anggraini. Urgensi pada topik
ini yaitu koreografer ingin memberikan
inspirasi perilaku yang baik dalam kehidupan
masa kini, jangan hanya memandang orang
dari fisik dan juga hartanya, tetapi pandanglah
orang dari dalam hatinya, tidak semua sesuatu
yang berkilau tampak terlihat indah. Pada
konsep ini menggunakan tipe tari Dramatik,
ketertarikan nya supaya audiens bisa
mengembangkan imajinasi. Menurut Suharto,
pada tipe dramatik lebih menekankan garapan
berkonsentrasi penggambaran suasana yang
tidak menggelarkan ceritera (1985:27)
II. METODE PENCIPTAAN
Di dalam karya tari ini koreografer
menggunakan metode kosntruksi 1 yang
ditulis oleh Jacqueline Smith pada buku
Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi
Guru pada tahun 1985. Metode konstruksi 1
dipilih karena pendekatan dalam menysusun
sebuah karya dirasa lebih tepat. Berikut
adalah struktur dari metode konstruksi 1 oleh
Jacquiline Smith:
a. Rangsang Awal
Menurut Smith, Suatu rangsang dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang
membangkitkan fikir, atau semangat atau
mendorong kegiatan. Rangsang tersebut
meliputi rangsang dengar, rangsang visual,
rangsang kinestetik, rangsang peraba,
rangsang gagasan idesional (1985:20).
Koreografer mendapat tiga rangsang yaitu
rangsang dengar, visual dan idesional. Pada
rangsang dengar yaitu koreografer mendengar
cerita dari beberapa seniman yang membahas
keunikan kesetiaan Dewi Anggraini karena
salah satu wanita yang menolak Arjuna adalah
Dewi Anggraini, kemudian pada rangsang
visual yaitu koreografer melihat pertunjukkan
Wayang Kulit berjudul “Palguna Palgunadi”
yang mengangkat cerita tokoh Permadi,
5
Drona dan Aswatama, lalu pada rangsang
idesional yaitu menemukan sebuah ide untuk
mengambil cerita dari kesetiaan Dewi
Anggraini kepada Prabu Ekalaya untuk
diusung dalam bentuk pertunjukan tari tipe
dramatik.
b. Tipe Tari
Meurut Jacquiline Smith, Tipe tari
Dramatik adalah suatu sajian yang
memusatkan perhatian pada suatu kejadian
dan suasana yang tidak menggelarkan cerita
(1985:23). Dalam pembentukkanya tersebut
dibutuhkannya elemen-elemen yang ada
dalam tipe dramatik yaitu dinamika, ritme,
tempo. Koreografer menggunakan tipe tari
dramatik dalam karya tari “Kasetyan Jati”
karena koreografer ingin membangun suasana
penggambaran Dewi Anggraini dari
kesetiaanya kepada Prabu Ekalaya. Menurut
Smith, Tipe tari dramatik mengandung arti
bahwa gagasan yang dikomunikasikan sangat
kuat dan penuh daya pikat, dinamis, dan
banyak ketegangan, dan dimungkinkan
melibatkan banyak konflik antara orang
seorang dalam dirinya atau dengan orang lain
(1985:27).
c.Mode Penyajian
Mode penyajian merupakan suatu hal
mengenai gerak yang diwujudkan melalui
simbol-simbol gerak dan memunculkan isi
gerak yang diharapkan. Mode penyajian yang
digunakan adalah representatif dan simbolis
yang artinya memakai simbol-simbol dan
menambahkan gambaran lain mengenai suatu
hal melalui gerak yang unik serta dapat
diimajinasikan oleh penonton. Pada karya tari
“Kasetyan Jati” koreografer menggunakan
gerak seperti kehidupan nyata seperti berjalan,
berlari dan melompat sebagai simbol untuk
penyampaian dan penguatan setiap adegan/
d. Improvisasi
Improvisasi merupakan penemuan gerak
secara tidak sengaja atau spontanitas.
Penemuan gerak tersebut merupakan suatu
kreasi untuk memilih motif yang cocok
dengan pikiran koreografer. Selain itu
improvisasi juga digunakan untuk
menemukan motif penggabung sebagai
penghalus perpindahan dari motif satu ke
motif lain. Menurut Turner, Selain
mengembangkan esensi spontanitas,
improvisasi memberikan kekayaan dan variasi
pengalaman gerak tanpa memerlukan banyak
waktu dari perencanaan gerak, serta
perbaiknnya yang dibutuhkan dalam
koreografi (2007:37).
Proses ini sangat beguna ketika
koreografer menentukan transisi, rasa, dan
ekspresi sehingga terbentuklah gerak yang
dinamis. Improvisasi yang dilakukan
koreografer melihat dari rangsang visual yaitu
perjalanan kehidupan kesetiaan Dewi
Anggraini kepada Prabu Ekalaya kemudian
berkesperimen melalui teba gerak untuk
memunculkan simbol gerak yang akan
diimajinasikan penonton.
6
e. Evaluasi dan Improvisasi
Evaluasi improvisasi digunakan sebagai
praduga pertimbangan pengetahuan, baik
materi maupun bentuk yang akan diperoleh
melalui pengalaman merasakan bukan hanya
mengetahui, serta memilih gerak melalui cara
intuitif (Smith, 1985:31). Hal ini digunakan
untuk penyesuaian imajinasi. Koreografer
melakukan evaluasi setelah mendapatkan
gerak yang muncul saat berimprovisas,
kemudian memulai untuk menyusun agar
mendapatkan suatu rangkaian gerak yang
estetik dan memiliki makna.
f. Seleksi dan Penghalusan
Seleksi merupakan memilah sesuatu
untuk mencapai keinginan dan tujuan.
Koreografer memilah gerak yang sudah
didapatkan dari tahap improvisasi untuk
mendapatkan gerak yang tepat dengan makna
yang diinginkan koreografer. Proses gerak
satu ke gerak berikutnya dibutuhkan
penghalusan, penghalusan tersebut bertujuan
agar gerak tidak terpotong dan
berkesinambungan.
g. Motif
Motif merupakan sebuah pola gerak yang
sederhana, namun didalamnya terdapat gerak
yang harus dikembangkan. Pola gerak ini
akan terbentuk dari proses eksplorasi dan
improvisasi. Koreografer menggabungkan
pola tersebut untuk membentuk suatu motif
yang bertujuan menggambarkan suatu
suasana, gerak dan dapat dipahami oleh
penonton.
h. Rancangan Kekaryaan
Rancangan merupakan rencana satau
desain dari sebuah ide. Kekaryaan merupakan
segala bentuk yang berhubungan dengan
sebuah karya. Sehingga rancangan kekaryaan
dapat diartikan sebagai rencana dari sebuah
karya seni. Dalam hal ini merupakan
rancangan kekaryaan dari karya tari
“Kasetyan Jati”
i. Tema
Menurut Sal Murgiyanto, Tema tari
lahir secara spontan dari pengalaman total
seorang penata tari yang kemudian harus
diteliti secara cermat. Kemungkinan-
kemungkinannya untuk dapat diungkapakan
dalam gerak dan kecocokannya dengan
keputusan. Tema akan memuat isi
penggarapan yang diharapkan dapat
membawa persepsi penoton pada suasana,
kondisi tertentu, dan karakteristik
penggarapan gerak dan perwujudannya.
Tema adalah ide, gagasan atau pokok
pikiran pada sebuah karya tari (1983:43).
Koreografer menggunakan tema
kesetiaan pada karya tari yang akan digarap.
Kesetiaan dapat diartikan sebagai proses
untuk bertahan dan berpegang teguh dalam
diri manusia terhadap sesuatu yang bisa saja
berupa cinta, kemurahan hati, rasa sayang
terhadap sesama, dan perasaan simpati telah
diakui sebagai kebajikan tertinggi dalam
7
seluruh sifat dasar dari jiwa manusia. Alasan
koreografer memilih tema tersebut karena
banyak pelajaran dalam suatu kehidupan.
Bahwa kesetiaan tidak selalu berjalan mulus,
setiap ada permasalahan yang harus
dihadapi mampu terselesaikan dengan
proses bertahan seseorang terhadap suatu
permasalahan. Dilihat dari tema, koreografer
mencoba membuat gerak-gerak sebagai
ungkapan kesetiaan Dewi Anggraini kepada
Prabu Ekalaya diwujudkan melalui simbol-
simbol gerak dan pola lantai penari serta
iringan sebagai penguat suasana yang ingin
dimunculkan
j. Judul
Judul merupakan identitas utama yang
akan dikenal oleh banyak orang. Pemilihan
judul yang unik dan menarik merupakan
daya tarik tersendiri untuk mengangkat
sebuah eksistensi dari karya yang akan
digarap. Menurut Sal murgiyanto,
Hendaknya bersifat umum karena dapat
memunculkan interprestasi yang beragam
(1983:93). Dalam karya tari ini koreografer
mengambil judul “Kasetyan Jati” yang
berasal dari bahasa Jawa. Dalam bahasa
Jawa “Kasetyan” berarti kesetiaan
sedangkan “Jati” berarti sejati, jadi
“Kasetyan Jati” memiliki arti kesetiaan
sejati. Karya tari ini menggambarkan
tentang kesetiaan yang dilakukan Dewi
Anggraini kepada Prabu Ekalaya, kehidupan
mereka yang tidak selalu mulus namun tak
lepas dari itu kesetiaan Dewi Anggraini
kepada Prabu Ekalaya tak akan pernah
pudar.
k. Sinopsis
Karya ini mengambil fenomena dari
salah satu cerita mahabharata yang
menggambarkan kesetiaan Dewi anggraini
kepada Prabu ekalaya.
“Perbuatan atau perilaku hati tidak bisa
menjebol benteng takdir, Manusia hanya
dapat mengikuti roda sesuai kodrat.
Jangankan getaran gempa, Walau terpaan
ombak samudra dan meletusnya gunug
berapi, Tak akan membuat berpaling dari
kiblat kesetiaanku”
Karya tari ini juga refleksi dari
kehidupan seorang manusia. Ketika
kesetiaan telah tertanam dalam hati dan
disimpan dengan sangat dalam, maka jika
ada godaan dalam wujud apapun tak akan
pernah tergoyahkan.
l. Skenario
N
o
Adeg
an
Motivasi Suas
ana
Dura
si
1. Intro
duksi
Penggambaran
Dewi Anggraini
menonjolkan
kecantikan yang
anggun dan
jogetan
Agun
g
Baha
gia
00.0
0 –
03.1
5
8
2. Adeg
an 1
Penggambaran
Dewi Anggraini
dengan Prabu
Ekalaya jogetan
Rom
antis
Baha
gia
03.1
5 -
05.4
5
3. Adeg
an 2
Penggambaran
Dewi Anggaraini
ditinggal pergi
oleh Prabu
Ekalaya
Sedi
h
Gelis
ah
05.4
5 –
06.4
0
4. Adeg
an 3
Penggambaran
kehadiran Arjuna
untuk menggoda
Dewi Anggraini,
Penolakan yang
simbolkan
melalui gerak dan
ekspresi
Terg
unca
ng
gund
ah
risih
06.4
0 –
08.4
0
5. Adeg
an 4
Penggambaran
Dewi Anggraini
yang merasa risih
digoda oleh
Arjuna sehingga
memutuskan
untuk bunuh diri
demi kehormatan
suami dan dirinya
Hanc
ur
haru
sedu
h
agun
g
08.
40 -
seles
ai
m. Tipe/ Jenis Karya
Tipe dalam karya tari “Kasetyan Jati” yaitu
menggunakan jenis tari dramatik. Koreografer
memilih tipe tersebut, karena dianggap sudah
sesuai dengan fokus utamanya. Artinya
penggarapan pada tipe tari ini memusatkan pada
suasana atau kejadian yang tidak perlu
menggelarkan cerita (Smith, 1985:27). Karya tari
ini hanya menggambarkan tokoh namun tidak
sepenuhnya menggunakan ceritra yang sudah
ada. Koreografer lebih memunculkan kesetiaan
Dewi Anggraini kepada Prabu Ekalaya dengan
menggunakan simbol-simbol sebagai penguatan
suasana pada karya tari ini.
n. Teknik
Menurut Sumandiyo, Teknik
merupakan cara mengerjakan seluruh proses fisik
dan mental yang memungkinkan penari
mengalami pengalaman estetis.(2014:49). Teknik
sangat berkesinambungan dengan pengalaman
tubuh dan kesadaran. Dalam sebuah pertunjukan
diperlukan sebuah komunikasi untuk mengatur
kesamaan prinsip gerak yang akan ditunjukkan
koreografer dalam menghasilkan sebuah susunan
tari.
Sebuah teknik yang didapatkan penata
yaitu suatu pengalaman menari dan melihat
karya-karya tari dengan garap penciptaan tari
tradisional. Koreografer menggunakan teknik
tradisional yang akan dikembangkan melalui
tahap ekplorasi dan improvisasi gerak. Maka dari
itu, teknik gerak penari juga bisa diperoleh dari
usaha dan hasil latihan intensif sehingga dapat
membentuk gerak sesuai apa yang diinginkan
koreografer.
o. Gaya
Menurut Soedarsono, Gaya merupakan ciri
khas yang ditimbulkan oleh karakter jati diri
seseorang. Suatu kualitas gerakan atau cara
9
mengekspresikan gerak dapat ditentukan oleh
beberapa faktor yang terkait pada kepribadian,
tipe tubuh, nilai, budaya, kebiasaan, geografis
dan lain sebagainya (2006: 85). Setiap
koreografer pasti mempunyai gaya masing-
masing dalam mencipta sajian tari. Gaya
senantiasa melekat dalam ungkapan penampilan
tari. Kemudian koreografer akan melakukan
eksplorasi gerak guna menemukan gaya yang
sudah diinginkan sesuai dengan konsep dan
pengalaman koreografer. Koreografer berusaha
memunculkan gerak gaya Jawa Mataraman dan
Malangan yang telah dikembangkan..
Koreografer mencoba mengeksplorasi gerak
sesuai dengan konsep yang akan dikemas
sehingga memunculkan ciri khas dari
koreografer. Pada karya ini gerak yang muncul
lebih kepada gerak yang pelan, tegas, dan cepat.
Gerak-gerak tersebut dimunculkan melalui
eksplorasi yang dilakukan koreografer sehingga
terdapat ciri khas yang nampak pada karya tari
ini.
p. Pemain dan Instrumen
Tingkat kemampuan yang baik harus
diperhatikan supaya pesan dalam karya tari
dapat tersampaikan secara jelas ke audiens. Pada
karya tari ini berjumlah 1 penari yaitu penari
putri. Penentuan jumlah penari dalam suatu
kelompok dapat diidentifikasi sebagai koreografi
atau komposisi kelompok kecil dan komposisi
kelompok besar (Hadi, 2007:35). Pemilihan
penari putri disesuaikan dengan ide garap yaitu
menggambarkan Dewi Anggaraini.
q. Tata Rias dan Busana
Salah satu sarana penunjang dalam sebuah
pertunjukan, baik untuk seni drama, seni tari,
kethoprak adalah tata rias dan busana. Dalam
seni pertunjukan, rias yang dipakai berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhuan pertunjukan yang
diharapkan lewat perubahan wajah, maka pemain
akan mampu mendukung suasana peran yang
dilakukan diatas pentas (Nuraini, 2011:45).
Menurut Supriyono, Make up pada gaya
representasional simbolis yaitu gerak untuk
memperjelas karakter wajah yang ditentukan
dengan warna yang disesuaikan pada karakter
yang akan disampaikan dan tata rambut juga
lebih didekatkan pada keserasian busana yang
dipakai sebagai pendukung (2011:87).
r. Iringan Musik
Menurut La Meri, Proses koreografi yang
berakhir sebagai produk karya, biasanya
koreografer yang memilih untuk menentukan
penata iringan dan bentuik iringan yang
diinginkan, sehingga dalam prosesnya komposer
bertanggung jawab pada koreografer. Oleh
karena itu, mereka harus saling memahami
karakter pribadi masing-masing yang
berhubungan degan proses kreatif, terutama
saling memahami maksud dan tujuan koreografi
yang akan digarap. Setiap penari dalam
kelompok harus mengetahui musik (1986:22).
s. Proses Penciptaan
Dasar paling utama dalam pembuatan karya
seni yaitu rangsang awal. Fokus garap tari berada
10
pada titik saat koreografer menemukan dan
menentukan rangsang awal. Gagasan yang
dituangkan dalam bentuk karya tari akan sangat
berpengaruh pada sajian karya yang akan
digarap. Menurut Smith, Rangsang awal
merupakan membangkitkan fikir, semangat, atau
mendorong kegiatan (1985:20)
Koreografer mendapatkan rangsang awal
melalui pertunjukan wayang kulit yang
mengangkat cerita tentang Prabu Ekalaya dan
Arjuna, setelah melihat beberapa adegan muncul
ide untuk mengangkat kesetiaan Istri dari Prabu
Ekalaya yaitu Dewi Anggraini dengan sajian
pertunjukan tari. Membaca, mengamati,
berdiskusi pada orang yang memiliki
pengetahuan lebih tentang cerita tersebut, serta
lebih memperhatikan fenomena sesuai dengan
apa yang diinginan oleh koreografer. Setelah
dilakukannya, kedua metode tersebut akan
digabung untuk bisa mendapatkan fokus dan
tema yang tepat. Selanjutnya, proses konsep
inilah yang akhirnya digunakan sebagai titik
acuan dalam membuat suatu karya tari.
t. Eksplorasi dan Kerja Studio
Eksplorasi disebut juga penjelajahan,
pencarian adalah tindakan mencari atau
melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan
sesuatu. Tahapan awal ini yang digunakan
koreografer untuk bergerak sesuai dengan
konsep. Konsep pada karya tari ini yaitu
menggambarkan proses kehidupan Dewi
Anggraini yang setia kepada Prabu Ekalaya.
Mencari dan mengumpulkan berbagai data dan
narasumber, serta mengamati dan merefleksikan
pengalaman empiris merupakan hal yang
dilakukan koreografer dalam bereksplorasi.
u. Improvisasi
Motif-motif yang sudah ditemukan, maka
perlu adanya penggabungan motif tersebut
melalui pengembangan secara improvisasi.
Selain mengembangkan esensi spontanitas,
improvisasi akan memberikan kekayaan dan
variasi pengalaman gerak tanpa memerlukan
banyak waktu dari perencanaan gerak, serta
perbaikannya yang dibutuhkan dalam koreografi
(Turner, 2007:7). Improvisasi dilakukan sesuai
dengan kemampuan dari koreografer, sehingga
gerak- gerak yang telah dipadukan akan lebih
bervariasi dan tidak terkesan monoton. Proses ini
akan sangat berguna ketika koreografer
menentukan transisi, rasa,dan ekspresi sehingga
terbentuklah gerak yang dinamis.
v. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian untuk
menyeleksi bagian yang kurang atau lebih. Pada
karya tari ini evaluasi digunakan untuk
mengevaluasi gerak, musik, dan rias busana.
Evaluasi gerak dilakukan pada saat proses latihan
berlangsung, dengan tujuan agar koreografer
dapat mengetahui kurang lebihnya yang
kemudian dapat dievaluasi secara langsung.
Evaluasi juga bisa dilakukan sebelum proses
latihan dimulai, koreografer menyampaikan
beberapa hal yang perlu dievaluasi sehingga pada
saat proses latihan berlangsung, penari bisa
melakukan evaluasi yang sudah disampaikan
koreografer. Musik yang digarap harus sesuai
dengan suasana yang dibangun, sehingga
evaluasi musik juga bisa berlangsung agar
11
mendapatkan keharmonisan dari gerak dan
suasana. Evaluasi tata rias dan tata busana dinilai
dari kesesuaian karakter penari dengan tema.
Koreografer juga memastikan busana yang
digunakan penari tidak menganggu gerak. Pada
tahap ini koreografer akan mempresentasikan
hasil garapan didepan orang lain seperti hal nya
dosen pembimbing dan teman sebaya guna
memberikan kritik dan saran yang membangun
agar membuat karya ini menjadi lebih baik.
w. Teknik Penyampaian Materi
Metode Penyampaian Gagasan Pada tahap
proses penciptaan karya tari diperlukan adanya
kerja tim, di dalam kerja tim komunikasi
merupakan suatu hal yang sangat penting guna
mencapai tujuan untuk mewujudkan suatu
keberhasilan dalam proses kekaryaan yang di
dalamnya terdapat sifat ketergantungan antara
satu dengan yang lain. Penata menyampaikan
berbagai elemen yaitu latar belakang, tujuan
penciptaan, judul, tema, sinopsis, dan
sebagainya. Penyampaian tersebut betujuan
untuk memberi dan menyamakan pola pikir
tentang konsep isi dari karya yang akan dibuat
oleh penata dan penari.
Pada tahap akhir merupakan sebuah cara
lanjutan setelah metode demonstrasi telah
dilakukan. Penggunaan metode ini bertujuan
untuk memberikan penguatan terhadap gerak dan
kekuatan fisik yang dilakukan oleh penari,
sehingga dapat sesuai dengan apa yang dimaksud
koreografer. Gerak tari yang sudah diberikan
akan dilakukan secara berulang-ulang kali,
sehingga mampu membuat penari hafal serta
dapat membentuk kepenarian untuk menjadi
yang lebih baik dari segi teknik, ekspresi dan
pembawaan dalam sebuah sajian karya tari.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Deskripsi
Karya tari merupakan sebuah capaian dari
kegiatan berkesenian yang telah dilakukan oleh
manusia biasanya disebut dengan koreografer
melalui proses kreatif. Dilakukan dengan cara
mengolah gerak dalam perwujudan berbagai unsur
pendukung pada sebuah karya tari. Elemen dalam
karya tari berupa gerak, waktu dan tenaga serta
unsur pendukung tari terdapat tata rias dan
busana, tata pentas, iringan, tata cahaya, dan
properti. Karya tari “Kasetyan Jati” merupakan
tari kreasi baru yang berangkat dari kisah
Mahabharata yaitu Dewi Anggraiani dan Prabu
Ekalaya. Menceritakan tentang kesetiaan Dewi
Anggraini kepada Prabu Ekalaya dengan segala
godaan yang telah diberi oleh Arjuna, namun
Dewi Anggraini tetap mempertahankan
kesetiannya hingga rela bunuh diri demi
kehormatan suami dan dirinya. Berikut tabel alur
Karya tari “Kasetyan Jati” :
b. Alur Cerita
No Adeg
an
Motivasi Suas
ana
Dura
si
12
1. Intro
duksi
Penggambaran
Dewi Anggraini
menonjolkan
kecantikan yang
anggun dan
jogetan
Agun
g
Baha
gia
00.0
0 –
03.1
5
2. Adeg
an 1
Penggambaran
Dewi Anggraini
dengan Prabu
Ekalaya jogetan
Rom
antis
Baha
gia
03.1
5 -
05.4
5
3. Adeg
an 2
Penggambaran
Dewi Anggaraini
ditinggal pergi
oleh Prabu
Ekalaya
Sedi
h
Gelis
ah
05.4
5 –
06.4
0
4. Adeg
an 3
Penggambaran
kehadiran Arjuna
untuk menggoda
Dewi Anggraini,
Penolakan yang
simbolkan
melalui gerak dan
ekspresi
Terg
unca
ng
gund
ah
risih
06.4
0 –
08.4
0
5. Adeg
an 4
Penggambaran
Dewi Anggraini
yang merasa risih
digoda oleh
Arjuna sehingga
memutuskan
untuk bunuh diri
demi kehormatan
suami dan dirinya
Hanc
ur
haru
sedu
h
agun
g
08.
40 -
seles
ai
c. Pola lantai
Pola lantai adalah sebuah desain yang dilintasi
oleh gerak – gerak dari komposisi di atas lantai serta
dari ruang yang dilakukan penari. Beberapa macam
pola lantai yang disusun rapi akan memiliki berbagai
keragaman sehingga terlihat indah.
Pada karya tari Kasetyan Jati
menggunakan pola lantai yang disesuaikan
dengan halaman belakang Candi Jawi. Arah
menyudut ke belakang, ke depan, ke samping
kanan dan kiri, hingga di tengah merupakan cara
penari untuk menguasai tempat tersebut. Serta
adanya level akan memberikan kontras dinamika
pada karya tari Kasetyan Jati.
d. Tata Rias dan Busana
Pada tahap ini akan menjadi bagian yang
paling estetik dalam mendukung adanya
penampilan karya tari. Penggunaan tata rias dan
busana dapat membuat karya tari tampak lebih
hidup dan mewakili kepentingan estetik yang
telah ditonjolkan sebagai identitas tarian.
Kehadiran peran dalam pertunjukan seni dapat
menampilkan beberapa tokoh tertentu dengan
berbagai macam atribut yang mendasari
terwujudnya peran tokoh secara menyeluruh.
Dalam memadukan keduanya koreografer juga
harus cermat dan teliti hingga menghasilkan
visualisasi yang harmonis
13
Gambar 1: Tata Rias Karya Tari Kasetyan Jati
(Dok. Ilham 12 Agustus 2020)
Keterangan :
1. Alis coklat : agar terlihat lebih anggun dan
natural
2. Godheg : memberi kesan indah pada cambang
(rambut yang tumbuh dibagian pipi)
3. Lipstik Merah: untuk mempertegas garis bibir
4. Eye shadow coklat : Mempertegas garis
kelopak mata.
5. Blush on : menggunakan warna oranye agar
tidak terlalu tajam, karna hanya untuk
mempertegas tulang pipi.
e. Busana
Busana merupakan perlengkapan yang
digunakan penari untuk mendukung sebuah sajian
karya tari. Busana tari yang baik bukan sekedar
berguna sebagai penutup tubuh penari, tetapi
merupakan pendukung desain keruangan yang
melekat pada tubuh penari. Pada karya tari
Kasetyan Jati ini menggunakan busana
pendekatan pertunjukan tradisi. Busana yang
dikenakan menggambarkan sosok Dewi
Anggraini, sehingga dari segi aksesoris nya pun
juga harus berkesinabungan. Berikut busana dari
karya tari Kasetyan jati:
Gambar 2 : Tata Busana Karya Tari Kasetyan Jati
(Dok. Ilham 12 Agustus 2020)
f. Properti
Properti yang digunakan pada karya tari
Kasetyan Jati berupa keris. Pemilihan properti
keris disesuaikan dengan alur cerita yang diambil.
Keris digunakan pada saat adegan akhir, yang
merupakan adegan bela pati Dewi Anggraini
untuk menunjukan kesetiaan dan kehormatan
dirinya.
Gambar 3: Properti Karya Tari Kasetyan Jati
(Foto. Nila 12 Agustus 2020)
g. Iringan Tari
.Pada karya tari Kasetyan Jati ini koreografer
menggunakan musik rekaman yang sudah ada
dengan genre musik tradisional dan melalui proses
editing menggunakan software. Sebelum proses
editing koreografer telah meminta izin kepada
komposer musik yang akan digunakan untuk
memenuhi hak cipta.
14
Berikut ini beberapa musik yang digunakan dalam
karya tari Kasetan Jati:
Iringan dari karya Tari Penggayuh dengan
komposer Karvian Vega Alvian, S.Sn
Iringan dari karya Tari Roro Jonggrang dengan
komposer Catur Wiyogo, S.Sn
h. Pembahasan
Karya tari Kasetyan Jati merupakan karya tari
yang tidak dipertunjukkan secara langsung namun
melalui virtual, hal ini dilakukan untuk mematuhi
peraturan pemerintah dalam menghadapi pandemi
COVID 19. Pada karya tari Kasetyan Jati
terdapat pesan yang dapat diambil yaitu ingin
memberikan inspirasi perilaku yang baik dalam
kehidupan masa kini, jangan hanya memandang
orang dari fisik dan juga hartanya, tetapi
pandanglah orang dari dalam hatinya, tidak semua
sesuatu yang berkilau tampak terlihat indah.
Seperti yang dilakukan oleh Dewi Anggraini
dalam menghadapi godaan Arjuna. Kesetiaan
Dewi Anggraini ini merupakan perilaku yang
sangat terpuji, karena dengan kesetiaannya itu ia
dapat menjaga hatinya, menahan segala godaan
yang ada pada dirinya untuk selalu setia kepada
suaminya Prabu Ekalaya. Dalam proses ini akan
muncul banyak gejolak emosi, seperti rasa senang,
marah, kecewa, risih dan ikhlas. Perasaan ini yang
dirasakan oleh Dewi Anggraini saat melalui
proses bersama Prabu Ekalaya sampai digoda oleh
Arjuna sehingga ia melakukan bela pati demi
kehormatan suami dan dirinya.
Dalam penyajian karya tari Kasetyan Jati
memiliki struktur untuk menyusun atau merangkai
tata hubungan antar bagian dari keseluruhan
cerita. Struktur ini meliputi beberapa adegan yaitu
introduksi, adegan satu, adegan dua, adegan tiga
hingga adegan empat. Pertama adalah pada bagian
introduksi, pada bagian ini merupakan bagian
pembuka. Menggambarkan sosok Dewi Anggraini
yang memiliki kesetiaan, santun dan rendah hati.
Gerakan pembuka yang diawali dengan sembahan
dean iringan yang bertempo pelan merupakan
simbol bahwa Dewi Anggraini selalu santun
dalam melakukan setiap perbuatannya sehingga
dapat menguatkan suasana agung.
i. Analisis Karya
Pada adegan satu, pada adegan ini
menggambarkan Dewi Anggraini sedang bersama
Prabu Ekalaya. Walaupun tarian ini ditarikan oleh
penari tunggal, namun gerakan yang dilakukan
layaknya orang berpasangan. Diungkapkan
melalui ekspresi senang dan gerakan yang
bertempo sedang dapat menjolkan suasana
bahagia seperti pasangan yang sedang kasmaran.
Adegan dua menggambarkan Dewi
Anggarini ditinggal pergi oleh Prabu Ekalaya.
Gejolak rasa sedih gelisah yang bercampur aduk
karena merelakan kepergian Prabu Ekalaya
diwujudkan dengan gerakan dan ekspresi penari.
Pada adegan ini menggunakan gerakan bertempo
pelan karena iringan musik yang menggambarkan
kesedihan Dewi Anggraini saat ditinggal pergi
oleh Prabu Ekalaya.
Kemudian pada adegan tiga merupakan
penggambaran kehadiran Arjuna untuk menggoda
Dewi Anggraini. Arjuna yang sudah mengetahui
Dewi Anggraini ditinggal pergi oleh Prabu
Ekalaya, semakin berniat untuk menggoda nya.
15
Penolakan yang simbolkan melalui gerak yang
tegas sesekali mengibaskan sampur ke arah
Arjuna dan ekspresi marah akan menguatkan
suasana tegang dalam adegan ini. Gerak-gerak
yang digunakan mulai menggunakan tempo dari
rendah menjadi lebih tinggi merupakan bagian
dari rasa risih dan gundah saat digoda oleh
Arjuna. Hingga masuk pada adegan ke empat.
Adegan ini merupakan adegan akhir atau ending
yang menggambarkan perasaan risih menjadi
sedih saat digoda oleh Arjuna, sehingga Dewi
Anggraini memutuskan untuk bela pati demi
kehormatan suami dan dirinya. Ekspresi sedih dan
gerakan yang sudah menyurut dari tempo tinggi
ke rendah merupakan simbol keikhlasan Dewi
Anggraini untuk mengakhiri hidupnya. Saat
gerakan mengarah ke sudut belakang disitulah
Dewi Anggraini mengambil keris, beberapa
gerakan yang dilakukan dapat menyimbolkan
adegan bela pati sehingga dapat menguatkan
suasana sedih, haru dan agung.
IV. PENUTUP
a. Simpulan
Karya tari Kasetyan Jati adalah sebuah karya
tari yang didalamnya didapati dua variable yaitu
variabel isi dan variabel bentuk. Pada bagian
variabel isi terdapat tema utama kemudian dibagi
menjadi lima bagian adegan dengan berbagai
macam suasana. Pada bagian intro
menggambarkan sosok Dewi Anggraini,
kemudian masuk pada adegan satu
menggambarkan keromantisan pada saat jogetan,
adegan dua menggambarkan kesedihan saat
ditinggal pergi Prabu Ekalaya, pada adegan tiga
yaitu puncak klimaks menggambarkan rasa
tercengang risih pada saat digoda oleh Arjuna.
Untuk adegan akhir merupakan ending pada saat
Dewi Anggraini bela pati. Terlihat dari rangkaian
iringan musik serta ekspresi dari penari,
Rangkaian bagian adegan tersebut membentuk
sebuah varibel bentuk tipe tari dramatik.
Varibel bentuk pada karya ini yaitu
menggunakan tipe dramatik. Bentuk tari dramatik
akan menonjolkan sebuah kejadian yang tidak
menggelarkan cerita, namun menguatkan suasana.
Dalam karya tari “Kasetyan Jati” ini membentuk
suasana yang sesuai dengan tema yaitu kesetiaan
Dewi Anggraini kepada Prabu Ekalaya walaupun
telah digoda segala wujud akan keindahan arjuna
namun ia tetap setia kepada suaminya sehingga
membuat dirinya melakukan bela pati demi
kehormatan dirinya dan suaminya.
Dalam proses yang cukup panjang tersebut,
koreografer mendapatkan banyak hikmah yang
dapat ambil. Aspek yang didapat dari karya tari
Kasetyan Jati yaitu sebuah fenomena yang dapat
memberikan sebuah pesan bagi penonton agar
memberikan inspirasi perilaku yang baik dalam
kehidupan masa kini, jangan hanya memandang
orang dari fisik dan juga hartanya, tetapi
pandanglah orang dari dalam hatinya, tidak semua
sesuatu yang berkilau tampak terlihat indah.
Dengan adanya karya tari Kasetyan Jati ini
diharapkan agar dapat menginspirasi generasi
muda untuk berani membuat sebuah karya yang
kreatif. Sehingga generasi muda dapat tanggap
akan banyaknya fenomena untuk dijadikan sebuah
karya yang dapat dinikmati dan membawa sebuah
pesan bagi masyarakat sekitar.
16
b. Saran
Saran Koreografer untuk semua kalangan
pembaca, cerita apa saja dapat tertuangkan di
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Hal tersebut
akan menjadi sebuah karya tari jika ditelusuri
lebih dalam lagi serta memilki dasar agar tidak
terjadi arah yang salah dalam proses penggarapan.
Sedangkan saran bagi seniman yaitu kegiatan
dalam berproses untuk menciptakan sebuah karya
tari sangatlah penting, supaya penyampaian topik
dapat tersampaikan dengan jelas. kemudian saran
bagi koreografer sendiri yakni masih memilki
kekurangan dalam ide penggarapan. Harapan
kedepanya semoga karya Kasetyan Jati di
kembangkan oleh generasi-genaerasi penerus.
Walaupun dalam kondisi pandemi seperti saat ini
tidak ada suatu halangan untuk tetap berkarya.
DAFTAR PUSTAKA
Chinn, P.L & Krammer, M.K. 1995. Theory and
Nursing: a Systematic Approach. St. Louis:
Mosby Company
Darmawijaya, St. 1989. Kesetiaan Suatu
Tantangan. Yogjakarta. Kanisius
Djelantik, M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu
Estetika Jilid I Estetika Instreumental.
Denpasar : Sekolah Tinggi Seni Indonesia
(STSI)
Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek-aspek Dasar
Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Elkaphi
. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks.
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
. 2014. Koreografi Bentuk- Teknik- Isi.
Yogjakarta: Cipta Media Yogyakarta.42
Hawkins, Alma. 1990 .Mencipta Lewat Tari
(Creating Trough Dance). Yogyakarta:
Institut Kesenian Jakarta
Meri, La. 1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi
Tari. Yogyakarta: LAGALIGO
Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi (pengetahuan
dasar kompoisisi tari. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan
Nuraini, Indah. 2011. Tata Rias dan Busana
Wayang Orang Gaya Surakarta.
Yogjakarta: Badan Penerbit ISI Yogjakarta
Pendit S, Nyoman. 2005. Mahabharata. Jakarta.
PT Gramedia Pustaka Utama
.......................... 1970 1980 Mahabharata
Sebuah Perang Dahsyat di Medan Kuruseta,
Jakarta, Pt. Bratara Karya Aksara
Smith. Jacquiline, Terj: Ben Suharto. 1985.
Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis
Bagi Guru, Yogjakarta : Ikalasti
Soedarsono. 2006. Tari-tarian Indonesia I.
Jakarta: Proyek Pengembangan Media
Kebudayaan, Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan
Supriyono. 2011. Tata Rias Panggung. Malang:
Bayumedia Publishing.
Turner, Margery J. 2007. New Dance:Pendekatan
Koreografi Nonliteral. Terjemahan Y.
Sumandiyo Hadi. Yogyakarta: Manthill
Yogyakarta.