1 kesetiaan dewi anggraini kepada prabu ekalaya

17
1 KESETIAAN DEWI ANGGRAINI KEPADA PRABU EKALAYA DENGAN TIPE DRAMATIK DALAM KARYA TARI “KASETYAN JATINila Rahayu Ningsih 16020134038 [email protected] Drs. Peni Puspito, M.Hum S1 Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya Abstrak Fenomena pada karya tari Kasetyan Jati yaitu kesetiaan Dewi Anggraini kepada Prabu Ekalaya. Keunikan dari fenomena ini adalah perilaku yang sangat terpuji, kesetiaan dalam menjaga hatinya, menahan segala godaan yang ada pada dirinya untuk selalu setia kepada suaminya. Hal ini menarik untuk dibuat sebuah sajian karya tari dengan mengambil makna dari gejolak emosi yang muncul. Penting untuk disampaikan sebagai pesan kehidupan, memberikan inspirasi perilaku yang baik dalam kehidupan masa kini, jangan hanya memandang orang dari fisik dan juga hartanya, tetapi pandanglah orang dari dalam hatinya. terdapat dua variabel pada fokus karya ini, variabel isi yaitu kesetiaan dan variabel bentuk yaitu tipe dramatik. Pada penulisan serta penciptaan karya tari Kasetyan Jati menggunakan beberapa penciptaan karya yang sudah ada sebagai relevansi terhadap karya tari. Selain menggunakan karya yang relevan, penulis juga menggunakan landasan teori sebagai pacuan pada karya tari Kasetyan Jati. Karya tari Kasetyan Jati menggunakan teori Konstruksi I oleh Jacquiline Smith, teori Koreografi oleh Y.Sumadiyo Hadi, teori Tari Dramatik oleh Jacquiline Smith, teori Kesetiaan oleh St Darmawijaya. Teori-teori tersebut digunakan penulis untuk pendekataan penciptaan. Pendekatan penciptaan pada karya tari Kasetyan Jati menggunakan metode Konstruksi I oleh Jacquiline Smith. Setelah melakukan beberapa pendekatan, kemudian membuat rancangan kekaryaa yaitu dengan menentukan tema lalu menentukan judul. Terdapat 5 adegan yaitu terdiri dari introduksi, adegan satu, adegan dua, adegan tiga, dan adegan empat. Desain dramatik menggunakan desain kerucut ganda. Pada karya tari ini menggunakan mode penyajian representatif dan simbolis. Lalu dengan beberapa unsur pendukung lainnya seperti tata rias dan busana, tempat pentas serta iringan musik. Analisa dari hasil karya tari Kasetyan Jati yang pertama yaitu alur cerita dari introduksi

Upload: khangminh22

Post on 22-Feb-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

KESETIAAN DEWI ANGGRAINI KEPADA PRABU EKALAYA DENGAN TIPE

DRAMATIK DALAM KARYA TARI “KASETYAN JATI”

Nila Rahayu Ningsih

16020134038

[email protected]

Drs. Peni Puspito, M.Hum

S1 Pendidikan Sendratasik

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Fenomena pada karya tari Kasetyan Jati yaitu kesetiaan Dewi Anggraini kepada Prabu

Ekalaya. Keunikan dari fenomena ini adalah perilaku yang sangat terpuji, kesetiaan dalam

menjaga hatinya, menahan segala godaan yang ada pada dirinya untuk selalu setia kepada

suaminya. Hal ini menarik untuk dibuat sebuah sajian karya tari dengan mengambil makna dari

gejolak emosi yang muncul. Penting untuk disampaikan sebagai pesan kehidupan, memberikan

inspirasi perilaku yang baik dalam kehidupan masa kini, jangan hanya memandang orang dari

fisik dan juga hartanya, tetapi pandanglah orang dari dalam hatinya. terdapat dua variabel pada

fokus karya ini, variabel isi yaitu kesetiaan dan variabel bentuk yaitu tipe dramatik.

Pada penulisan serta penciptaan karya tari Kasetyan Jati menggunakan beberapa

penciptaan karya yang sudah ada sebagai relevansi terhadap karya tari. Selain menggunakan

karya yang relevan, penulis juga menggunakan landasan teori sebagai pacuan pada karya tari

Kasetyan Jati. Karya tari Kasetyan Jati menggunakan teori Konstruksi I oleh Jacquiline Smith,

teori Koreografi oleh Y.Sumadiyo Hadi, teori Tari Dramatik oleh Jacquiline Smith, teori

Kesetiaan oleh St Darmawijaya. Teori-teori tersebut digunakan penulis untuk pendekataan

penciptaan.

Pendekatan penciptaan pada karya tari Kasetyan Jati menggunakan metode Konstruksi I

oleh Jacquiline Smith. Setelah melakukan beberapa pendekatan, kemudian membuat rancangan

kekaryaa yaitu dengan menentukan tema lalu menentukan judul. Terdapat 5 adegan yaitu terdiri

dari introduksi, adegan satu, adegan dua, adegan tiga, dan adegan empat. Desain dramatik

menggunakan desain kerucut ganda. Pada karya tari ini menggunakan mode penyajian

representatif dan simbolis. Lalu dengan beberapa unsur pendukung lainnya seperti tata rias dan

busana, tempat pentas serta iringan musik.

Analisa dari hasil karya tari Kasetyan Jati yang pertama yaitu alur cerita dari introduksi

2

sampai adegan akhir memunculkan beberapa klimaks mulai dari kecil hingga besar. Pada karya

ini menggunakan rias cantik pendekatan pertunjukan tradisi. Busana yang digunakan yaitu

kemben, kain panjang sebagai sewek dan menggunakan sampur. Selain itu pada properti yaitu

menggunakan keris. Iringan musik dibuat dari software editing . Tempat pentas pada karya tari

ini di halaman belakang Candi Jawi. Serta pencahayaan pada karya tari ini menggunakan cahaya

matahari pada siang dan sore hari.

Kata kunci: kesetiaan, dramatik, karya tari kasetyan jati.

Abstract

The phenomenon in Kasetyan Jati’s work is the loyalty of goddess grapes to Prabu

Ekalaya. The uniqueness of this phenomenon is highly commendable behavior, humility in

guarding his heart, resisting any temptations he might have with himself to remain faithful. It is

of interest to her husband to ake a presentation of farm by taking on the meaning of an emerging

emotion, it is important to pass along asa message of life, inspiring good behavior in today’s

lives, not, just. To look at one’s physical as well as his possessions, but to look at the one in his

heart. The focus of the work is two variables, a variables isi which is loyalty and variavles

which is a type dramatic.

In writing and creation of the Kasetyan Jati dance work, a number are used. Creation of

an exsiting work as a relevance to dance in addition to using. Relebant work, the writer also

used the basis for theory asa race on the dance of Kasetyan Jati. Kasetyan Jati uses the

construction theory I by Jacquiline Smith, theory choreographed by Y.Sumandiyo Hadi, theory

dramatic by Jacquiline Smith, theory loyalty by St Darmawijaya. The autors used those theories

for the approach of creation.

The creation approach to the Kasetyan Jati work involves a method. Constructed I by

Jacquiline Smith, after several approaches, a design of the elements to define the theme and then

to define the title are 5 scenes that preceded introductory introduction, scene one, scene two,

scene three, and scene four. Dramatic design using a double cone design. Moderators

presentation mode. Then, with a few other elemental elements such as grammar and fashion, the

stage and the music.

The first analysis of the Kasetyan Jati story line for the intriduction to the final scene

has led to several climax from small to large. The grammar of this traditional show approach,

the dress used by kemben, the long cloth as quack and drape. Besides accompaniment made

from an software platform on this farm in backyard of the temple Jawi. And the lighting on this

dance woek uses sunlight during the day and evening.

Keywords: loyalty, dramatic, the dance work “kasetyan jati”

3

I. PENDAHULUAN

Menurut Pendit, Mahabharata merupakan

kisah epik yang terbagi menjadi delapan belas

kitab atau sering disebut Astadasaparwa.

Rangkaian kitab menceritakan kronologi

peristiwa dalam kisah Mahabharata, yakni

semenjak kisah para leluhur Pandawa dan

Korawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru,

Duswanta, Sakuntala, Bharata) sampai kisah

diterimanya Pandawa di surga

(Pendit,2005:18). Dalam cerita Mahabharata

ada tokoh Dewi Anggraini ia merupakan istri

dari Prabu Ekalaya alias Palgunadi, Raja

Paranggelung. Ia seorang Putri Apsari

(bidadari) Warsiki. Dewi Anggraini

mempunyai sifat setia, murah hati, baik budi,

sabar dan jatmika (selalu dengan sopan

santun), menarik hati dan sangat berbakti

terhadap suami. Sedangkan Prabu Ekalaya

adalah suami dari Dewi Anggraini, di dalam

bahasa Sansekerta, nama Ekalaya adalah

seseorang yang memusatkan pikirannya

kepada suatu ilmu. Prabu Ekalaya seorang

kaum Nishada dalam wiracarita Mahabharata.

Kaum ini adalah persekutuan dari suku-suku

pemburu dan manusia hutan (adivasi). Ia

merupakan anak angkat dari Hiranyadanus

sekutu Jarasanda. Prabu Ekalaya mempunyai

cincin pusaka bernama Mustika Ampal yang

menyatu dengan ibu jari tangan kanannya.

Prabu Ekalaya memiliki watak jujur, setia,

tekun dan tabah, sangat mencintai istrinya. Ia

memiliki kemampuan yang setara dengan

Arjuna dalam ilmu memanah, bertekad ingin

menjadi pemanah terbaik di dunia. Dengan

keinginan yang kuat untuk menimba ilmu

panah, ia langsung datang ke Hastinapura

untuk berguru langsung pada Resi Drona,

guru Pandawa dan Kurawa, bangsawan Kuru.

Permohonannya ditolak karena Drona

khawatir, bahwa kemampuannya bisa

menandingi Arjuna. Penolakan Drona tidak

menghalangi niatnya untuk memperdalam

ilmu keprajuritan. Ia kemudian kembali

masuk ke hutan dan mulai belajar sendiri.

Sebagai motivasi dan inspirasi, ia membuat

patung yang berbentuk Drona dari tanah dan

lumpur bekas pijakan Drona, sehingga Prabu

Ekalaya berhasil menguasai ajian tersebut.

Istri Prabu Ekalaya sangat cantik sehingga

membuat Arjuna berhasrat padanya. Dewi

Anggraini mengadukan hal tersebut kepada

suamiya sehingga terjadi perselisihan dengan

Arjuna, sehingga Prabu Ekalaya mengajak

Arjuna untuk berperang. Pada saat

perselisihan tersebut, Prabu Ekalaya ditipu

oleh Resi Drona untuk memotong ibu jari

tangan kananya yang memakai cincin sakti

Mustika Ampal sehingga mengakibatkan

Prabu Ekalaya mati begitu saja. Sedangkan

Dewi Anggraini menunjukan kesetiaannya

sebagai istri sejati. Ia melakukan bela pati

(bunuh diri) untuk kehormatan suami dan

dirinya sendiri. Dewi Anggraini mati sebagai

lambang kesetiaan seorang istri terhadap

suaminya. Walaupun menghadapi godaan

yang berwujud keindahan dan kelebihan

orang lain, tetapi Dewi Anggraini tetap teguh

kesetiaanya kepada Prabu Ekalaya.

4

Pada konsep ini menggambarkan

bagaimana kesetiaan Dewi Anggraini kepada

Prabu Ekalaya melalui Tipe Dramatik. Daya

tarik koreografer dalam proses penciptaan

karya tari ini yaitu kehidupan Dewi Anggraini

dan Prabu Ekalaya yang tidak selalu berjalan

mulus. Ada hal positif yang diambil disini

yaitu Kesetiaan. Pada fenomena ini

keunikannya adalah Dewi Anggraini selalu

setia menemani kehidupan Prabu Ekalaya

walaupun suaminya hanya seorang pangeran

dari kaum Nishada dalam Wiracarita

Mahabharata, kesetiaan Dewi Anggraini ini

merupakan perilaku yang sangat terpuji,

karena dengan kesetiaannya itu ia dapat

menjaga hatinya, menahan segala godaan

yang ada pada dirinya untuk selalu setia

kepada Prabu Ekalaya. Selain itu menurut

koreografer ada hal yang menarik dalam cerita

ini yaitu ada beberapa Tokoh wanita yang

sangat mendamba-dambakan Arjuna, saat

digodanya ia langsung tersipu malu dan

merespon perlakuan Arjuna terhadapnya. Lain

hal nya dengan Dewi Anggraini, ia justru

menolak walaupun telah digoda dengan wujud

keindahan dan kelebihan akan Arjuna. Jika

dikaitkan dengan kehidupan masa kini, wanita

selalu memandang tampang dan juga harta,

tidak ada yang memiliki sifat seperti Dewi

Anggraini. Hal ini merupakan suatu alasan

yang menarik bagi koreografer, karena satu-

satunya tokoh wanita yang menolak Arjuna

adalah Dewi Anggraini. Urgensi pada topik

ini yaitu koreografer ingin memberikan

inspirasi perilaku yang baik dalam kehidupan

masa kini, jangan hanya memandang orang

dari fisik dan juga hartanya, tetapi pandanglah

orang dari dalam hatinya, tidak semua sesuatu

yang berkilau tampak terlihat indah. Pada

konsep ini menggunakan tipe tari Dramatik,

ketertarikan nya supaya audiens bisa

mengembangkan imajinasi. Menurut Suharto,

pada tipe dramatik lebih menekankan garapan

berkonsentrasi penggambaran suasana yang

tidak menggelarkan ceritera (1985:27)

II. METODE PENCIPTAAN

Di dalam karya tari ini koreografer

menggunakan metode kosntruksi 1 yang

ditulis oleh Jacqueline Smith pada buku

Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi

Guru pada tahun 1985. Metode konstruksi 1

dipilih karena pendekatan dalam menysusun

sebuah karya dirasa lebih tepat. Berikut

adalah struktur dari metode konstruksi 1 oleh

Jacquiline Smith:

a. Rangsang Awal

Menurut Smith, Suatu rangsang dapat

didefinisikan sebagai sesuatu yang

membangkitkan fikir, atau semangat atau

mendorong kegiatan. Rangsang tersebut

meliputi rangsang dengar, rangsang visual,

rangsang kinestetik, rangsang peraba,

rangsang gagasan idesional (1985:20).

Koreografer mendapat tiga rangsang yaitu

rangsang dengar, visual dan idesional. Pada

rangsang dengar yaitu koreografer mendengar

cerita dari beberapa seniman yang membahas

keunikan kesetiaan Dewi Anggraini karena

salah satu wanita yang menolak Arjuna adalah

Dewi Anggraini, kemudian pada rangsang

visual yaitu koreografer melihat pertunjukkan

Wayang Kulit berjudul “Palguna Palgunadi”

yang mengangkat cerita tokoh Permadi,

5

Drona dan Aswatama, lalu pada rangsang

idesional yaitu menemukan sebuah ide untuk

mengambil cerita dari kesetiaan Dewi

Anggraini kepada Prabu Ekalaya untuk

diusung dalam bentuk pertunjukan tari tipe

dramatik.

b. Tipe Tari

Meurut Jacquiline Smith, Tipe tari

Dramatik adalah suatu sajian yang

memusatkan perhatian pada suatu kejadian

dan suasana yang tidak menggelarkan cerita

(1985:23). Dalam pembentukkanya tersebut

dibutuhkannya elemen-elemen yang ada

dalam tipe dramatik yaitu dinamika, ritme,

tempo. Koreografer menggunakan tipe tari

dramatik dalam karya tari “Kasetyan Jati”

karena koreografer ingin membangun suasana

penggambaran Dewi Anggraini dari

kesetiaanya kepada Prabu Ekalaya. Menurut

Smith, Tipe tari dramatik mengandung arti

bahwa gagasan yang dikomunikasikan sangat

kuat dan penuh daya pikat, dinamis, dan

banyak ketegangan, dan dimungkinkan

melibatkan banyak konflik antara orang

seorang dalam dirinya atau dengan orang lain

(1985:27).

c.Mode Penyajian

Mode penyajian merupakan suatu hal

mengenai gerak yang diwujudkan melalui

simbol-simbol gerak dan memunculkan isi

gerak yang diharapkan. Mode penyajian yang

digunakan adalah representatif dan simbolis

yang artinya memakai simbol-simbol dan

menambahkan gambaran lain mengenai suatu

hal melalui gerak yang unik serta dapat

diimajinasikan oleh penonton. Pada karya tari

“Kasetyan Jati” koreografer menggunakan

gerak seperti kehidupan nyata seperti berjalan,

berlari dan melompat sebagai simbol untuk

penyampaian dan penguatan setiap adegan/

d. Improvisasi

Improvisasi merupakan penemuan gerak

secara tidak sengaja atau spontanitas.

Penemuan gerak tersebut merupakan suatu

kreasi untuk memilih motif yang cocok

dengan pikiran koreografer. Selain itu

improvisasi juga digunakan untuk

menemukan motif penggabung sebagai

penghalus perpindahan dari motif satu ke

motif lain. Menurut Turner, Selain

mengembangkan esensi spontanitas,

improvisasi memberikan kekayaan dan variasi

pengalaman gerak tanpa memerlukan banyak

waktu dari perencanaan gerak, serta

perbaiknnya yang dibutuhkan dalam

koreografi (2007:37).

Proses ini sangat beguna ketika

koreografer menentukan transisi, rasa, dan

ekspresi sehingga terbentuklah gerak yang

dinamis. Improvisasi yang dilakukan

koreografer melihat dari rangsang visual yaitu

perjalanan kehidupan kesetiaan Dewi

Anggraini kepada Prabu Ekalaya kemudian

berkesperimen melalui teba gerak untuk

memunculkan simbol gerak yang akan

diimajinasikan penonton.

6

e. Evaluasi dan Improvisasi

Evaluasi improvisasi digunakan sebagai

praduga pertimbangan pengetahuan, baik

materi maupun bentuk yang akan diperoleh

melalui pengalaman merasakan bukan hanya

mengetahui, serta memilih gerak melalui cara

intuitif (Smith, 1985:31). Hal ini digunakan

untuk penyesuaian imajinasi. Koreografer

melakukan evaluasi setelah mendapatkan

gerak yang muncul saat berimprovisas,

kemudian memulai untuk menyusun agar

mendapatkan suatu rangkaian gerak yang

estetik dan memiliki makna.

f. Seleksi dan Penghalusan

Seleksi merupakan memilah sesuatu

untuk mencapai keinginan dan tujuan.

Koreografer memilah gerak yang sudah

didapatkan dari tahap improvisasi untuk

mendapatkan gerak yang tepat dengan makna

yang diinginkan koreografer. Proses gerak

satu ke gerak berikutnya dibutuhkan

penghalusan, penghalusan tersebut bertujuan

agar gerak tidak terpotong dan

berkesinambungan.

g. Motif

Motif merupakan sebuah pola gerak yang

sederhana, namun didalamnya terdapat gerak

yang harus dikembangkan. Pola gerak ini

akan terbentuk dari proses eksplorasi dan

improvisasi. Koreografer menggabungkan

pola tersebut untuk membentuk suatu motif

yang bertujuan menggambarkan suatu

suasana, gerak dan dapat dipahami oleh

penonton.

h. Rancangan Kekaryaan

Rancangan merupakan rencana satau

desain dari sebuah ide. Kekaryaan merupakan

segala bentuk yang berhubungan dengan

sebuah karya. Sehingga rancangan kekaryaan

dapat diartikan sebagai rencana dari sebuah

karya seni. Dalam hal ini merupakan

rancangan kekaryaan dari karya tari

“Kasetyan Jati”

i. Tema

Menurut Sal Murgiyanto, Tema tari

lahir secara spontan dari pengalaman total

seorang penata tari yang kemudian harus

diteliti secara cermat. Kemungkinan-

kemungkinannya untuk dapat diungkapakan

dalam gerak dan kecocokannya dengan

keputusan. Tema akan memuat isi

penggarapan yang diharapkan dapat

membawa persepsi penoton pada suasana,

kondisi tertentu, dan karakteristik

penggarapan gerak dan perwujudannya.

Tema adalah ide, gagasan atau pokok

pikiran pada sebuah karya tari (1983:43).

Koreografer menggunakan tema

kesetiaan pada karya tari yang akan digarap.

Kesetiaan dapat diartikan sebagai proses

untuk bertahan dan berpegang teguh dalam

diri manusia terhadap sesuatu yang bisa saja

berupa cinta, kemurahan hati, rasa sayang

terhadap sesama, dan perasaan simpati telah

diakui sebagai kebajikan tertinggi dalam

7

seluruh sifat dasar dari jiwa manusia. Alasan

koreografer memilih tema tersebut karena

banyak pelajaran dalam suatu kehidupan.

Bahwa kesetiaan tidak selalu berjalan mulus,

setiap ada permasalahan yang harus

dihadapi mampu terselesaikan dengan

proses bertahan seseorang terhadap suatu

permasalahan. Dilihat dari tema, koreografer

mencoba membuat gerak-gerak sebagai

ungkapan kesetiaan Dewi Anggraini kepada

Prabu Ekalaya diwujudkan melalui simbol-

simbol gerak dan pola lantai penari serta

iringan sebagai penguat suasana yang ingin

dimunculkan

j. Judul

Judul merupakan identitas utama yang

akan dikenal oleh banyak orang. Pemilihan

judul yang unik dan menarik merupakan

daya tarik tersendiri untuk mengangkat

sebuah eksistensi dari karya yang akan

digarap. Menurut Sal murgiyanto,

Hendaknya bersifat umum karena dapat

memunculkan interprestasi yang beragam

(1983:93). Dalam karya tari ini koreografer

mengambil judul “Kasetyan Jati” yang

berasal dari bahasa Jawa. Dalam bahasa

Jawa “Kasetyan” berarti kesetiaan

sedangkan “Jati” berarti sejati, jadi

“Kasetyan Jati” memiliki arti kesetiaan

sejati. Karya tari ini menggambarkan

tentang kesetiaan yang dilakukan Dewi

Anggraini kepada Prabu Ekalaya, kehidupan

mereka yang tidak selalu mulus namun tak

lepas dari itu kesetiaan Dewi Anggraini

kepada Prabu Ekalaya tak akan pernah

pudar.

k. Sinopsis

Karya ini mengambil fenomena dari

salah satu cerita mahabharata yang

menggambarkan kesetiaan Dewi anggraini

kepada Prabu ekalaya.

“Perbuatan atau perilaku hati tidak bisa

menjebol benteng takdir, Manusia hanya

dapat mengikuti roda sesuai kodrat.

Jangankan getaran gempa, Walau terpaan

ombak samudra dan meletusnya gunug

berapi, Tak akan membuat berpaling dari

kiblat kesetiaanku”

Karya tari ini juga refleksi dari

kehidupan seorang manusia. Ketika

kesetiaan telah tertanam dalam hati dan

disimpan dengan sangat dalam, maka jika

ada godaan dalam wujud apapun tak akan

pernah tergoyahkan.

l. Skenario

N

o

Adeg

an

Motivasi Suas

ana

Dura

si

1. Intro

duksi

Penggambaran

Dewi Anggraini

menonjolkan

kecantikan yang

anggun dan

jogetan

Agun

g

Baha

gia

00.0

0 –

03.1

5

8

2. Adeg

an 1

Penggambaran

Dewi Anggraini

dengan Prabu

Ekalaya jogetan

Rom

antis

Baha

gia

03.1

5 -

05.4

5

3. Adeg

an 2

Penggambaran

Dewi Anggaraini

ditinggal pergi

oleh Prabu

Ekalaya

Sedi

h

Gelis

ah

05.4

5 –

06.4

0

4. Adeg

an 3

Penggambaran

kehadiran Arjuna

untuk menggoda

Dewi Anggraini,

Penolakan yang

simbolkan

melalui gerak dan

ekspresi

Terg

unca

ng

gund

ah

risih

06.4

0 –

08.4

0

5. Adeg

an 4

Penggambaran

Dewi Anggraini

yang merasa risih

digoda oleh

Arjuna sehingga

memutuskan

untuk bunuh diri

demi kehormatan

suami dan dirinya

Hanc

ur

haru

sedu

h

agun

g

08.

40 -

seles

ai

m. Tipe/ Jenis Karya

Tipe dalam karya tari “Kasetyan Jati” yaitu

menggunakan jenis tari dramatik. Koreografer

memilih tipe tersebut, karena dianggap sudah

sesuai dengan fokus utamanya. Artinya

penggarapan pada tipe tari ini memusatkan pada

suasana atau kejadian yang tidak perlu

menggelarkan cerita (Smith, 1985:27). Karya tari

ini hanya menggambarkan tokoh namun tidak

sepenuhnya menggunakan ceritra yang sudah

ada. Koreografer lebih memunculkan kesetiaan

Dewi Anggraini kepada Prabu Ekalaya dengan

menggunakan simbol-simbol sebagai penguatan

suasana pada karya tari ini.

n. Teknik

Menurut Sumandiyo, Teknik

merupakan cara mengerjakan seluruh proses fisik

dan mental yang memungkinkan penari

mengalami pengalaman estetis.(2014:49). Teknik

sangat berkesinambungan dengan pengalaman

tubuh dan kesadaran. Dalam sebuah pertunjukan

diperlukan sebuah komunikasi untuk mengatur

kesamaan prinsip gerak yang akan ditunjukkan

koreografer dalam menghasilkan sebuah susunan

tari.

Sebuah teknik yang didapatkan penata

yaitu suatu pengalaman menari dan melihat

karya-karya tari dengan garap penciptaan tari

tradisional. Koreografer menggunakan teknik

tradisional yang akan dikembangkan melalui

tahap ekplorasi dan improvisasi gerak. Maka dari

itu, teknik gerak penari juga bisa diperoleh dari

usaha dan hasil latihan intensif sehingga dapat

membentuk gerak sesuai apa yang diinginkan

koreografer.

o. Gaya

Menurut Soedarsono, Gaya merupakan ciri

khas yang ditimbulkan oleh karakter jati diri

seseorang. Suatu kualitas gerakan atau cara

9

mengekspresikan gerak dapat ditentukan oleh

beberapa faktor yang terkait pada kepribadian,

tipe tubuh, nilai, budaya, kebiasaan, geografis

dan lain sebagainya (2006: 85). Setiap

koreografer pasti mempunyai gaya masing-

masing dalam mencipta sajian tari. Gaya

senantiasa melekat dalam ungkapan penampilan

tari. Kemudian koreografer akan melakukan

eksplorasi gerak guna menemukan gaya yang

sudah diinginkan sesuai dengan konsep dan

pengalaman koreografer. Koreografer berusaha

memunculkan gerak gaya Jawa Mataraman dan

Malangan yang telah dikembangkan..

Koreografer mencoba mengeksplorasi gerak

sesuai dengan konsep yang akan dikemas

sehingga memunculkan ciri khas dari

koreografer. Pada karya ini gerak yang muncul

lebih kepada gerak yang pelan, tegas, dan cepat.

Gerak-gerak tersebut dimunculkan melalui

eksplorasi yang dilakukan koreografer sehingga

terdapat ciri khas yang nampak pada karya tari

ini.

p. Pemain dan Instrumen

Tingkat kemampuan yang baik harus

diperhatikan supaya pesan dalam karya tari

dapat tersampaikan secara jelas ke audiens. Pada

karya tari ini berjumlah 1 penari yaitu penari

putri. Penentuan jumlah penari dalam suatu

kelompok dapat diidentifikasi sebagai koreografi

atau komposisi kelompok kecil dan komposisi

kelompok besar (Hadi, 2007:35). Pemilihan

penari putri disesuaikan dengan ide garap yaitu

menggambarkan Dewi Anggaraini.

q. Tata Rias dan Busana

Salah satu sarana penunjang dalam sebuah

pertunjukan, baik untuk seni drama, seni tari,

kethoprak adalah tata rias dan busana. Dalam

seni pertunjukan, rias yang dipakai berbeda-beda

sesuai dengan kebutuhuan pertunjukan yang

diharapkan lewat perubahan wajah, maka pemain

akan mampu mendukung suasana peran yang

dilakukan diatas pentas (Nuraini, 2011:45).

Menurut Supriyono, Make up pada gaya

representasional simbolis yaitu gerak untuk

memperjelas karakter wajah yang ditentukan

dengan warna yang disesuaikan pada karakter

yang akan disampaikan dan tata rambut juga

lebih didekatkan pada keserasian busana yang

dipakai sebagai pendukung (2011:87).

r. Iringan Musik

Menurut La Meri, Proses koreografi yang

berakhir sebagai produk karya, biasanya

koreografer yang memilih untuk menentukan

penata iringan dan bentuik iringan yang

diinginkan, sehingga dalam prosesnya komposer

bertanggung jawab pada koreografer. Oleh

karena itu, mereka harus saling memahami

karakter pribadi masing-masing yang

berhubungan degan proses kreatif, terutama

saling memahami maksud dan tujuan koreografi

yang akan digarap. Setiap penari dalam

kelompok harus mengetahui musik (1986:22).

s. Proses Penciptaan

Dasar paling utama dalam pembuatan karya

seni yaitu rangsang awal. Fokus garap tari berada

10

pada titik saat koreografer menemukan dan

menentukan rangsang awal. Gagasan yang

dituangkan dalam bentuk karya tari akan sangat

berpengaruh pada sajian karya yang akan

digarap. Menurut Smith, Rangsang awal

merupakan membangkitkan fikir, semangat, atau

mendorong kegiatan (1985:20)

Koreografer mendapatkan rangsang awal

melalui pertunjukan wayang kulit yang

mengangkat cerita tentang Prabu Ekalaya dan

Arjuna, setelah melihat beberapa adegan muncul

ide untuk mengangkat kesetiaan Istri dari Prabu

Ekalaya yaitu Dewi Anggraini dengan sajian

pertunjukan tari. Membaca, mengamati,

berdiskusi pada orang yang memiliki

pengetahuan lebih tentang cerita tersebut, serta

lebih memperhatikan fenomena sesuai dengan

apa yang diinginan oleh koreografer. Setelah

dilakukannya, kedua metode tersebut akan

digabung untuk bisa mendapatkan fokus dan

tema yang tepat. Selanjutnya, proses konsep

inilah yang akhirnya digunakan sebagai titik

acuan dalam membuat suatu karya tari.

t. Eksplorasi dan Kerja Studio

Eksplorasi disebut juga penjelajahan,

pencarian adalah tindakan mencari atau

melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan

sesuatu. Tahapan awal ini yang digunakan

koreografer untuk bergerak sesuai dengan

konsep. Konsep pada karya tari ini yaitu

menggambarkan proses kehidupan Dewi

Anggraini yang setia kepada Prabu Ekalaya.

Mencari dan mengumpulkan berbagai data dan

narasumber, serta mengamati dan merefleksikan

pengalaman empiris merupakan hal yang

dilakukan koreografer dalam bereksplorasi.

u. Improvisasi

Motif-motif yang sudah ditemukan, maka

perlu adanya penggabungan motif tersebut

melalui pengembangan secara improvisasi.

Selain mengembangkan esensi spontanitas,

improvisasi akan memberikan kekayaan dan

variasi pengalaman gerak tanpa memerlukan

banyak waktu dari perencanaan gerak, serta

perbaikannya yang dibutuhkan dalam koreografi

(Turner, 2007:7). Improvisasi dilakukan sesuai

dengan kemampuan dari koreografer, sehingga

gerak- gerak yang telah dipadukan akan lebih

bervariasi dan tidak terkesan monoton. Proses ini

akan sangat berguna ketika koreografer

menentukan transisi, rasa,dan ekspresi sehingga

terbentuklah gerak yang dinamis.

v. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian untuk

menyeleksi bagian yang kurang atau lebih. Pada

karya tari ini evaluasi digunakan untuk

mengevaluasi gerak, musik, dan rias busana.

Evaluasi gerak dilakukan pada saat proses latihan

berlangsung, dengan tujuan agar koreografer

dapat mengetahui kurang lebihnya yang

kemudian dapat dievaluasi secara langsung.

Evaluasi juga bisa dilakukan sebelum proses

latihan dimulai, koreografer menyampaikan

beberapa hal yang perlu dievaluasi sehingga pada

saat proses latihan berlangsung, penari bisa

melakukan evaluasi yang sudah disampaikan

koreografer. Musik yang digarap harus sesuai

dengan suasana yang dibangun, sehingga

evaluasi musik juga bisa berlangsung agar

11

mendapatkan keharmonisan dari gerak dan

suasana. Evaluasi tata rias dan tata busana dinilai

dari kesesuaian karakter penari dengan tema.

Koreografer juga memastikan busana yang

digunakan penari tidak menganggu gerak. Pada

tahap ini koreografer akan mempresentasikan

hasil garapan didepan orang lain seperti hal nya

dosen pembimbing dan teman sebaya guna

memberikan kritik dan saran yang membangun

agar membuat karya ini menjadi lebih baik.

w. Teknik Penyampaian Materi

Metode Penyampaian Gagasan Pada tahap

proses penciptaan karya tari diperlukan adanya

kerja tim, di dalam kerja tim komunikasi

merupakan suatu hal yang sangat penting guna

mencapai tujuan untuk mewujudkan suatu

keberhasilan dalam proses kekaryaan yang di

dalamnya terdapat sifat ketergantungan antara

satu dengan yang lain. Penata menyampaikan

berbagai elemen yaitu latar belakang, tujuan

penciptaan, judul, tema, sinopsis, dan

sebagainya. Penyampaian tersebut betujuan

untuk memberi dan menyamakan pola pikir

tentang konsep isi dari karya yang akan dibuat

oleh penata dan penari.

Pada tahap akhir merupakan sebuah cara

lanjutan setelah metode demonstrasi telah

dilakukan. Penggunaan metode ini bertujuan

untuk memberikan penguatan terhadap gerak dan

kekuatan fisik yang dilakukan oleh penari,

sehingga dapat sesuai dengan apa yang dimaksud

koreografer. Gerak tari yang sudah diberikan

akan dilakukan secara berulang-ulang kali,

sehingga mampu membuat penari hafal serta

dapat membentuk kepenarian untuk menjadi

yang lebih baik dari segi teknik, ekspresi dan

pembawaan dalam sebuah sajian karya tari.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Deskripsi

Karya tari merupakan sebuah capaian dari

kegiatan berkesenian yang telah dilakukan oleh

manusia biasanya disebut dengan koreografer

melalui proses kreatif. Dilakukan dengan cara

mengolah gerak dalam perwujudan berbagai unsur

pendukung pada sebuah karya tari. Elemen dalam

karya tari berupa gerak, waktu dan tenaga serta

unsur pendukung tari terdapat tata rias dan

busana, tata pentas, iringan, tata cahaya, dan

properti. Karya tari “Kasetyan Jati” merupakan

tari kreasi baru yang berangkat dari kisah

Mahabharata yaitu Dewi Anggraiani dan Prabu

Ekalaya. Menceritakan tentang kesetiaan Dewi

Anggraini kepada Prabu Ekalaya dengan segala

godaan yang telah diberi oleh Arjuna, namun

Dewi Anggraini tetap mempertahankan

kesetiannya hingga rela bunuh diri demi

kehormatan suami dan dirinya. Berikut tabel alur

Karya tari “Kasetyan Jati” :

b. Alur Cerita

No Adeg

an

Motivasi Suas

ana

Dura

si

12

1. Intro

duksi

Penggambaran

Dewi Anggraini

menonjolkan

kecantikan yang

anggun dan

jogetan

Agun

g

Baha

gia

00.0

0 –

03.1

5

2. Adeg

an 1

Penggambaran

Dewi Anggraini

dengan Prabu

Ekalaya jogetan

Rom

antis

Baha

gia

03.1

5 -

05.4

5

3. Adeg

an 2

Penggambaran

Dewi Anggaraini

ditinggal pergi

oleh Prabu

Ekalaya

Sedi

h

Gelis

ah

05.4

5 –

06.4

0

4. Adeg

an 3

Penggambaran

kehadiran Arjuna

untuk menggoda

Dewi Anggraini,

Penolakan yang

simbolkan

melalui gerak dan

ekspresi

Terg

unca

ng

gund

ah

risih

06.4

0 –

08.4

0

5. Adeg

an 4

Penggambaran

Dewi Anggraini

yang merasa risih

digoda oleh

Arjuna sehingga

memutuskan

untuk bunuh diri

demi kehormatan

suami dan dirinya

Hanc

ur

haru

sedu

h

agun

g

08.

40 -

seles

ai

c. Pola lantai

Pola lantai adalah sebuah desain yang dilintasi

oleh gerak – gerak dari komposisi di atas lantai serta

dari ruang yang dilakukan penari. Beberapa macam

pola lantai yang disusun rapi akan memiliki berbagai

keragaman sehingga terlihat indah.

Pada karya tari Kasetyan Jati

menggunakan pola lantai yang disesuaikan

dengan halaman belakang Candi Jawi. Arah

menyudut ke belakang, ke depan, ke samping

kanan dan kiri, hingga di tengah merupakan cara

penari untuk menguasai tempat tersebut. Serta

adanya level akan memberikan kontras dinamika

pada karya tari Kasetyan Jati.

d. Tata Rias dan Busana

Pada tahap ini akan menjadi bagian yang

paling estetik dalam mendukung adanya

penampilan karya tari. Penggunaan tata rias dan

busana dapat membuat karya tari tampak lebih

hidup dan mewakili kepentingan estetik yang

telah ditonjolkan sebagai identitas tarian.

Kehadiran peran dalam pertunjukan seni dapat

menampilkan beberapa tokoh tertentu dengan

berbagai macam atribut yang mendasari

terwujudnya peran tokoh secara menyeluruh.

Dalam memadukan keduanya koreografer juga

harus cermat dan teliti hingga menghasilkan

visualisasi yang harmonis

13

Gambar 1: Tata Rias Karya Tari Kasetyan Jati

(Dok. Ilham 12 Agustus 2020)

Keterangan :

1. Alis coklat : agar terlihat lebih anggun dan

natural

2. Godheg : memberi kesan indah pada cambang

(rambut yang tumbuh dibagian pipi)

3. Lipstik Merah: untuk mempertegas garis bibir

4. Eye shadow coklat : Mempertegas garis

kelopak mata.

5. Blush on : menggunakan warna oranye agar

tidak terlalu tajam, karna hanya untuk

mempertegas tulang pipi.

e. Busana

Busana merupakan perlengkapan yang

digunakan penari untuk mendukung sebuah sajian

karya tari. Busana tari yang baik bukan sekedar

berguna sebagai penutup tubuh penari, tetapi

merupakan pendukung desain keruangan yang

melekat pada tubuh penari. Pada karya tari

Kasetyan Jati ini menggunakan busana

pendekatan pertunjukan tradisi. Busana yang

dikenakan menggambarkan sosok Dewi

Anggraini, sehingga dari segi aksesoris nya pun

juga harus berkesinabungan. Berikut busana dari

karya tari Kasetyan jati:

Gambar 2 : Tata Busana Karya Tari Kasetyan Jati

(Dok. Ilham 12 Agustus 2020)

f. Properti

Properti yang digunakan pada karya tari

Kasetyan Jati berupa keris. Pemilihan properti

keris disesuaikan dengan alur cerita yang diambil.

Keris digunakan pada saat adegan akhir, yang

merupakan adegan bela pati Dewi Anggraini

untuk menunjukan kesetiaan dan kehormatan

dirinya.

Gambar 3: Properti Karya Tari Kasetyan Jati

(Foto. Nila 12 Agustus 2020)

g. Iringan Tari

.Pada karya tari Kasetyan Jati ini koreografer

menggunakan musik rekaman yang sudah ada

dengan genre musik tradisional dan melalui proses

editing menggunakan software. Sebelum proses

editing koreografer telah meminta izin kepada

komposer musik yang akan digunakan untuk

memenuhi hak cipta.

14

Berikut ini beberapa musik yang digunakan dalam

karya tari Kasetan Jati:

Iringan dari karya Tari Penggayuh dengan

komposer Karvian Vega Alvian, S.Sn

Iringan dari karya Tari Roro Jonggrang dengan

komposer Catur Wiyogo, S.Sn

h. Pembahasan

Karya tari Kasetyan Jati merupakan karya tari

yang tidak dipertunjukkan secara langsung namun

melalui virtual, hal ini dilakukan untuk mematuhi

peraturan pemerintah dalam menghadapi pandemi

COVID 19. Pada karya tari Kasetyan Jati

terdapat pesan yang dapat diambil yaitu ingin

memberikan inspirasi perilaku yang baik dalam

kehidupan masa kini, jangan hanya memandang

orang dari fisik dan juga hartanya, tetapi

pandanglah orang dari dalam hatinya, tidak semua

sesuatu yang berkilau tampak terlihat indah.

Seperti yang dilakukan oleh Dewi Anggraini

dalam menghadapi godaan Arjuna. Kesetiaan

Dewi Anggraini ini merupakan perilaku yang

sangat terpuji, karena dengan kesetiaannya itu ia

dapat menjaga hatinya, menahan segala godaan

yang ada pada dirinya untuk selalu setia kepada

suaminya Prabu Ekalaya. Dalam proses ini akan

muncul banyak gejolak emosi, seperti rasa senang,

marah, kecewa, risih dan ikhlas. Perasaan ini yang

dirasakan oleh Dewi Anggraini saat melalui

proses bersama Prabu Ekalaya sampai digoda oleh

Arjuna sehingga ia melakukan bela pati demi

kehormatan suami dan dirinya.

Dalam penyajian karya tari Kasetyan Jati

memiliki struktur untuk menyusun atau merangkai

tata hubungan antar bagian dari keseluruhan

cerita. Struktur ini meliputi beberapa adegan yaitu

introduksi, adegan satu, adegan dua, adegan tiga

hingga adegan empat. Pertama adalah pada bagian

introduksi, pada bagian ini merupakan bagian

pembuka. Menggambarkan sosok Dewi Anggraini

yang memiliki kesetiaan, santun dan rendah hati.

Gerakan pembuka yang diawali dengan sembahan

dean iringan yang bertempo pelan merupakan

simbol bahwa Dewi Anggraini selalu santun

dalam melakukan setiap perbuatannya sehingga

dapat menguatkan suasana agung.

i. Analisis Karya

Pada adegan satu, pada adegan ini

menggambarkan Dewi Anggraini sedang bersama

Prabu Ekalaya. Walaupun tarian ini ditarikan oleh

penari tunggal, namun gerakan yang dilakukan

layaknya orang berpasangan. Diungkapkan

melalui ekspresi senang dan gerakan yang

bertempo sedang dapat menjolkan suasana

bahagia seperti pasangan yang sedang kasmaran.

Adegan dua menggambarkan Dewi

Anggarini ditinggal pergi oleh Prabu Ekalaya.

Gejolak rasa sedih gelisah yang bercampur aduk

karena merelakan kepergian Prabu Ekalaya

diwujudkan dengan gerakan dan ekspresi penari.

Pada adegan ini menggunakan gerakan bertempo

pelan karena iringan musik yang menggambarkan

kesedihan Dewi Anggraini saat ditinggal pergi

oleh Prabu Ekalaya.

Kemudian pada adegan tiga merupakan

penggambaran kehadiran Arjuna untuk menggoda

Dewi Anggraini. Arjuna yang sudah mengetahui

Dewi Anggraini ditinggal pergi oleh Prabu

Ekalaya, semakin berniat untuk menggoda nya.

15

Penolakan yang simbolkan melalui gerak yang

tegas sesekali mengibaskan sampur ke arah

Arjuna dan ekspresi marah akan menguatkan

suasana tegang dalam adegan ini. Gerak-gerak

yang digunakan mulai menggunakan tempo dari

rendah menjadi lebih tinggi merupakan bagian

dari rasa risih dan gundah saat digoda oleh

Arjuna. Hingga masuk pada adegan ke empat.

Adegan ini merupakan adegan akhir atau ending

yang menggambarkan perasaan risih menjadi

sedih saat digoda oleh Arjuna, sehingga Dewi

Anggraini memutuskan untuk bela pati demi

kehormatan suami dan dirinya. Ekspresi sedih dan

gerakan yang sudah menyurut dari tempo tinggi

ke rendah merupakan simbol keikhlasan Dewi

Anggraini untuk mengakhiri hidupnya. Saat

gerakan mengarah ke sudut belakang disitulah

Dewi Anggraini mengambil keris, beberapa

gerakan yang dilakukan dapat menyimbolkan

adegan bela pati sehingga dapat menguatkan

suasana sedih, haru dan agung.

IV. PENUTUP

a. Simpulan

Karya tari Kasetyan Jati adalah sebuah karya

tari yang didalamnya didapati dua variable yaitu

variabel isi dan variabel bentuk. Pada bagian

variabel isi terdapat tema utama kemudian dibagi

menjadi lima bagian adegan dengan berbagai

macam suasana. Pada bagian intro

menggambarkan sosok Dewi Anggraini,

kemudian masuk pada adegan satu

menggambarkan keromantisan pada saat jogetan,

adegan dua menggambarkan kesedihan saat

ditinggal pergi Prabu Ekalaya, pada adegan tiga

yaitu puncak klimaks menggambarkan rasa

tercengang risih pada saat digoda oleh Arjuna.

Untuk adegan akhir merupakan ending pada saat

Dewi Anggraini bela pati. Terlihat dari rangkaian

iringan musik serta ekspresi dari penari,

Rangkaian bagian adegan tersebut membentuk

sebuah varibel bentuk tipe tari dramatik.

Varibel bentuk pada karya ini yaitu

menggunakan tipe dramatik. Bentuk tari dramatik

akan menonjolkan sebuah kejadian yang tidak

menggelarkan cerita, namun menguatkan suasana.

Dalam karya tari “Kasetyan Jati” ini membentuk

suasana yang sesuai dengan tema yaitu kesetiaan

Dewi Anggraini kepada Prabu Ekalaya walaupun

telah digoda segala wujud akan keindahan arjuna

namun ia tetap setia kepada suaminya sehingga

membuat dirinya melakukan bela pati demi

kehormatan dirinya dan suaminya.

Dalam proses yang cukup panjang tersebut,

koreografer mendapatkan banyak hikmah yang

dapat ambil. Aspek yang didapat dari karya tari

Kasetyan Jati yaitu sebuah fenomena yang dapat

memberikan sebuah pesan bagi penonton agar

memberikan inspirasi perilaku yang baik dalam

kehidupan masa kini, jangan hanya memandang

orang dari fisik dan juga hartanya, tetapi

pandanglah orang dari dalam hatinya, tidak semua

sesuatu yang berkilau tampak terlihat indah.

Dengan adanya karya tari Kasetyan Jati ini

diharapkan agar dapat menginspirasi generasi

muda untuk berani membuat sebuah karya yang

kreatif. Sehingga generasi muda dapat tanggap

akan banyaknya fenomena untuk dijadikan sebuah

karya yang dapat dinikmati dan membawa sebuah

pesan bagi masyarakat sekitar.

16

b. Saran

Saran Koreografer untuk semua kalangan

pembaca, cerita apa saja dapat tertuangkan di

dalam bentuk lisan maupun tulisan. Hal tersebut

akan menjadi sebuah karya tari jika ditelusuri

lebih dalam lagi serta memilki dasar agar tidak

terjadi arah yang salah dalam proses penggarapan.

Sedangkan saran bagi seniman yaitu kegiatan

dalam berproses untuk menciptakan sebuah karya

tari sangatlah penting, supaya penyampaian topik

dapat tersampaikan dengan jelas. kemudian saran

bagi koreografer sendiri yakni masih memilki

kekurangan dalam ide penggarapan. Harapan

kedepanya semoga karya Kasetyan Jati di

kembangkan oleh generasi-genaerasi penerus.

Walaupun dalam kondisi pandemi seperti saat ini

tidak ada suatu halangan untuk tetap berkarya.

DAFTAR PUSTAKA

Chinn, P.L & Krammer, M.K. 1995. Theory and

Nursing: a Systematic Approach. St. Louis:

Mosby Company

Darmawijaya, St. 1989. Kesetiaan Suatu

Tantangan. Yogjakarta. Kanisius

Djelantik, M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu

Estetika Jilid I Estetika Instreumental.

Denpasar : Sekolah Tinggi Seni Indonesia

(STSI)

Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek-aspek Dasar

Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Elkaphi

. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks.

Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

. 2014. Koreografi Bentuk- Teknik- Isi.

Yogjakarta: Cipta Media Yogyakarta.42

Hawkins, Alma. 1990 .Mencipta Lewat Tari

(Creating Trough Dance). Yogyakarta:

Institut Kesenian Jakarta

Meri, La. 1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi

Tari. Yogyakarta: LAGALIGO

Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi (pengetahuan

dasar kompoisisi tari. Jakarta: Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan

Nuraini, Indah. 2011. Tata Rias dan Busana

Wayang Orang Gaya Surakarta.

Yogjakarta: Badan Penerbit ISI Yogjakarta

Pendit S, Nyoman. 2005. Mahabharata. Jakarta.

PT Gramedia Pustaka Utama

.......................... 1970 1980 Mahabharata

Sebuah Perang Dahsyat di Medan Kuruseta,

Jakarta, Pt. Bratara Karya Aksara

Smith. Jacquiline, Terj: Ben Suharto. 1985.

Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis

Bagi Guru, Yogjakarta : Ikalasti

Soedarsono. 2006. Tari-tarian Indonesia I.

Jakarta: Proyek Pengembangan Media

Kebudayaan, Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan

Supriyono. 2011. Tata Rias Panggung. Malang:

Bayumedia Publishing.

Turner, Margery J. 2007. New Dance:Pendekatan

Koreografi Nonliteral. Terjemahan Y.

Sumandiyo Hadi. Yogyakarta: Manthill

Yogyakarta.

17