file · web viewtentunya dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari segala...
TRANSCRIPT
Mata Kuliah : Kesehatan Lingkungan
Semester/ kelas : III / A
Dosen : Agust. A. Laya SKM, M.Kes
SANITASI AIRDISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK II:
NURHAYATI ABDUL 0901021
HARIS BUTULO 0901074
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH MANADO
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa oleh karena kasih dan
perlindungannya serta kekuatan yang diberikan sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tentunya dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari segala keterbatasn dan kekurangan
baik dalam hal pengumpulan bahan maupun dalam hal penulisan namun dengan dilandasi dengan
keinginan saya maka akhirnya penulisan makalah ini dapat terwujud.
PENYUSUN
KELOMPOK II
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………..……………
Daftar Isi………………………………………….........................................
BAB I : Pendahuluan………………………………………..………………..
a.Latar belakang………………………………………………………
b.Tujuan…………………………………………….………..……….
BAB II : Isi………………………………………………..………..………….
a. Air tawar……………………………………………………..
b. Sumur sanitasi……………………………………………….
c. Kesadahan pada air………………………………………….
d. Purifikasi air…………………………………………………..
e. Distribusi sumber air…………………………………………
BAB III: Penutup
a. Kesimpulan………………………………………………………
Daftar Pustaka………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per
empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari
4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga di pergunakan untuk memeasak, mencuci, mandi
dan memersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga di pergunakan untuk keperluan
industry, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain. Penyakit-
penyakit yang menyerang manusia dapat juga di tularkan dan di sebarkan melalui air. Kondisi
tersebut tentu dapat menimbulkan wabah penyakit di mana-mana.
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65%dari total berat badannya, dan volume
tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-
bagian tubuh seseorang. Bebrapa orang tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain,
otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7, otot 75,6%, dan darah 83%.
Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah di bersihkan oleh ginjal sekitar 2,3 liter di
produksi menjadi urine. Selebihnya di serap kembali masuk ke aliran darah. Dalam kehidupan
sehari-hari, air di pergunakan antara lain unutk kererluan minum, mandi, memasak, mencuci,
membersihkan rumah, melarut obat dan pembawah bahan ruangan industry.
Di tinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat penyediaan sumber air bersih harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat karena persedian air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit masyarakat. Volume rata-rata kebutuahn air individu perhari berkisar antara
150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan
iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Air Tawar
Air tawar terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Air Hujan
Air hujan merupakan jenis air yang paling murni. Namum perjalannya turun ke bumi, air
hujan akan melarutkan partikel-partikel debu dan gas yang terdapat dalam udara, misalnya gas
CO2, gas N2O3, dan gas S2O3 sehingga beberapa reaksi kima berikut dapt terjadi dalam udara.
Gas CO2 + air hujan asam kabonat
Gas S2O3 + air hujan asam sulfat
Gas N2O3 + air hujan asam nitrit
Dengan demikian, air hujan yang sampaidi permukaan bumi sudah tidak murni dan reaksi
di atsa dapat mengakibatkan keasaman pada air hujan sehingga akan terbentuk hujan asam (acid
rain).
b. Air Permukaan
Air pemukaan merupakan salaha satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-
faktor yang harus di perhatikan, antara lain :
Mutu atau kualitas baku
Jumlah atau kuantitas
Kontinuitasnya
Di bandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air yang paling
tercemar akibat kegiatan manusi, fauna, flora, dan zat-zat lain.
Sumber-sumber air permukaan, antara lain sungai, selokan, rawa, parit, bendungan,
danau, laut, dan air terjun. Air terjun dapat di pakai untuk sumber air di kota-kota besar karena
air tersebut sebelumnya sudah di bendung oleh alam dan jatuh secara gravitasi. Air ini tdak
tercemar sehingga tidak membutuhkan purifikasi bakterial.
Sumber air permukaan yang bersal dari sungai, selokan, dan parit mempunyai persamaan,
yaitu airnya mengalir dan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar. Sumber air permukaan
yang berasal dari rawa, bendungan dan danau memiliki air yang tidak mengalir, tersimpan dalam
waktu yang lama, dan mngandung sisa-sisa pembungkusan tumbuh-tumbuha, ganggang, fungi,
dan lain-lain. Air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar garam yang tinggi
sehingga jika akan di gunkan untuk air minum, air tersebut harus menjalani proses ion-exchange
c. Air Tanah
Air tanah merupakan sebaigan air hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap
kedalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan air tanah, air hujan akan
menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of
water). Kesadahan pada air menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi.
Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti Fe dan Mn.
Akibtnya, apabila kita menggunkan air sadah untuk mencuci, sabun yang kita gunkan tidak akan
berbusa dan bila di endapkan akan terbentuk endapan semacam kerak.
B. Sumur
Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di
daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis sumur dapat dibagi manjadi 2
jenis:
a. Sumur dangkal (shallow well)
Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan da atas
permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia
dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK)
sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu sekali di perhatikan.
b. Sumur dalam (deep well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujanoleh
lapisan kulit bumi manjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi
persyaratan sanitasi.
Perbedaan antara sumur dangkal dan sumur dalam.
Sumur dangkal Sumur dalam
Sumber air Air permukaan Air tanah
Kualitas air Kurang baik Baik
Kualitas bakteriologi Kontaminasi Tidak terkontaminasi
persediaan Kering pada musim kemarau Tetap ada sepanjang tahun
C. Sumur Sanitasis
Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan
terlindungi dari kontaminasi air kotor. Untuk membuat sumur sanitasi, persyaratan berikut ini
harus dipenuhi:
a. Lokasi
Langkah pertama adalah menentukan tempat yang tepat untuk membangun sumur. Sumur
harus berjarak minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti
kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya.
b. Dinding sumur
Dinding sumur harus di lapisi dengan batu yang di semen. Pelapisan dinding tersebut
paling tidak sedalam 6 meter dari permukaan tanah.
c. Dinding parapet
Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus di buat
setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan
dinding sumur.
d. Lanatai kaki lima
Lantai kaki lima harus terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang 1 meter keseluruh
jurusan melingkar sumur dengan kemiringan sekitar 10 derajat kearah tempat
pembuangan air (drainase).
e. Drainase
Drainase atau saluran pembuangan air harus di buat menyambung dengan parit agar tidak
terjadi genangan air di sekitar smur.
f. Tutup sumur
Sumur sebaiknya di tutup dengan penutup yang terbuat dari batu terutama pada sumur
umum. Tutup semacam itu dapat mencengah kontaminasi langsung pada sumur.
g. Pompa tangan/listrik
Sumur harus di lengkapi dengan pompa tangan/listrik. Pemakaian timba dapat
memperbesar terjadinya kontaminasi.
h. Tanggung jawab pemakai
Sumur harus di jaga kebersihannya bersama-sama oleh masyarakat karena kontaminasi
dapat terjadi setiap saat.
i. Kualitas
Kualitas air perlu di jaga terus melalui pelaksanaan pemeriksaan fisik, kimia maupun
pemeriksaan bakteriologi secara teratur, terutama pada saat terjadinya wabah muntaber
atau penyakit saluran pencernaan lainnya.
D. Kesadahan Air
Sifat sedahan sering kali di temukan pada air yang menjadi sumber baku air bersih yang
berasal dari tanah atau daerah yang tanahnya mangandung deposit garam mineral dan kapur. Air
semacam ini memerlukan penanganan khusus sehingga biaya furifikasi tentunya menjadi tinggi.
Kesadahan pada air ini dapat terjadi karena air mengandung :
a. Persenyaan dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat
b. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat, dan klorida
c. Garam-garam besi, zink, dan silika.
Kesadahan pad air ini dapat berlangsung sementara (temporary) maupun menetap
(permanent). Kesadahan air yang bersifat sementara disebabkan oleh adanya persenyawaan dari
kalsium dan magnesium dengan bikarbonat, sedangkan yang bersifat permanen terjadi bila
terdapat persenyawaan dari kasium dan magnesium dengan sulfat, nitrat, dan klorida.
Air untuk keperluan minum dan masak hanya di perbolehkan dengan batasan kesadahan
antara 1-3 Eq/1 (50-150 ppm). Konsumsi air yang batas kesadahannya lebih dari 3 mEq/1 (150
ppm) akan menimbulkan kerugian-kerugian sbagai berikut.
Kesadahan pada air dapat di hilangkan. Metode yang dapat di gunakan untuk
menghilangkan kesadahan tersebut, antra lain:
1) Pemasakan
Pemasakan air menyebabkan terlepas atau di keluarkannya CO2 dari dalam air dan
terbentuknya endapan CaCO3 yang tidak terlarut.
Ca (HCO3) CaCO3 + H2O + CO2
Cara ini sangat mahal jika di pergunakan untuk skala yang besar.
Metode untuk menghilakan kesadahan pada air
Kesadahan sementara kesadahan menetap
1. Pemasakan 1. Penambahan natrium karbonat
2. Penambahan kapur 2. Poses pertukaran basa
3. Penambahan natrium karbonat
4. Proses permutit
2) Penambahan kapur (Metode Clark)
Penambahan kapur pada air yang sifat kesadahannya sementara dapat mengabsorsi CO2
dan mengendapkan CaCO3 yang tidak terlarut. Caranya, kapur (quick lime) seberat 1 ons di
masukkan ke dalam setiap 700 galon air untuk setiap derajat kesadahan air (14,25 ppm).
Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 2CaCO3 + 2H2O
3) Penambahan natrium karbonat dapat menghilangkan kesadahan sementara atau
menetap
Reaksi berikut berlangsung di dalam penambahan natrium karbonat.
Na2CO3 + Ca (HCO3)2 2NaHCO3 + CaCO3
CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4
4) Proses pertukaran basa
Dalam melakukan pelunakan terhadap persediaan air ukuran besar. Digunakan proses
Permutit.natrium permutit merupakan persenyawaan kompleks dari natrium, alimunium, dan
silika (Na2Al,SiO,xH2O).
Pada proses permutit akan terjadi pertukaran kation Na dengan ion Ca dan Mg di dalam
air. Semua ion Na dan Mg akan di lepas melalui reaksi pertukaran basa (base axchange) dan
natrium permutit akhirnya akan menjadi kalsium dan magnesium permutit. Dengan demikian, air
dapat di lunakan sampai zero hardness (tingak kesadahan nol).
Air dengan tingkat kesadahan nol akan bersifat korosif. Dengan demikian harus di
perhatikan bahwa proses perlunkan air ini perlu di lakukan sampai batas agak keras 1-3 mEq/l.
E. Purifikasi Air
Purifikasi air merupakan salah satu cara untuk menjernikan atau memurnikan sumber air
baku guna mendapatkan air bersih. Proses ini dapat dilakukan dalam skala besar maupun skala
kecil disesuaikan dengan kebutuhannya.
A. Purifikasi air skala besar
Purifikasi air dalam skala besar dilakuakan di daerah perkotaan. Proses semacam ini
biasa dilakukan di instalasi penjernihan air bersih (PAM) melalui tahap berikut;
a) Penyimpanan (storage)
b) Penyaringan (filtration)
c) Klorinasi (chlorination)
Penyimpanan (storage)
Air baku diisap atau di alirkan dari sumber seperti sungai, kali, dan sebagainya, kedalam
bak penampungan alami atau bak buatan yang sudah di lindungi dari pencemaran. Air yang di
simpan dalam wadah penampungan tersebut akan mengalami proses purifikasi secara alami
berikut ini.
Proses fisik
Setelah melalui proses fisik ini, kualitas air sudah dapat di perbaiki sampai sekitar 90%.
Benda-benda yang terlarut dalam air akan mengendap dalam waktu 24 jam dan air akan
bertambah jerni. Proses filtarsi selanjutnya akan semakin mudah di lakukan.
Proses kimiawi
Selama masa penampungan juga berlangsung proses kimiawi. Dalam proses ini, bakteri
aerobik akan mengoksidasi bahan-bahan organik yang tepat terdapat dalam air dengan bantuan
oksigen bebas. Akibatnya, konsentrasi amonia bebas akan berkurang sementara konsentrasi nitrat
justru meningkat.
Proses biologis
Organisme patogen berangsur-anngsur akan mati. Kesadahan semacam ini dapat terlihat
jika air di simpan selama 5-7 hari. Dalam kondisi tersebut, jumlah bakteri dalam air akan
berkurang sampai 90%.
Batas waktu yang optimum unutk penampungan berkisar antara 10-14 hari. Bial lebih
lama akan berkembang tumbuh-tumbuhan air seperti alga yang dapat menimbulkan rasa dan bau
tidak enak dan perubahan warna pada air.
Penyaringan (filtration)
Proses penyaringan atau filtrasi merupakan tahap kedua dari proses purifikasi air. Proses
ini sangat penting karena mengurangi jumlah bakteri sampai sekitar 98-99% dalam air yang di
hasilkan. Proses filtrasi dapat di lakuakan melalui slow sand filter (filter biologis) dan rapid sand
filter (filter mekanis). Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Sampai saat ini, kedua metode tersebut masi di gunakan sebagai metode standar dalam
proses purifikasi air.
slow sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala kecil, sedangkan rapid
sand filter di pakai untuk proses purifikasi air dalam skala besar terutama untuk memenuhi
kebutuhan penduduk di kota besar.
Slow sand ( biological ) fiter
Pada tahun 1804, scotland dan london di inggris, merupakan kota yang pertama kali
mempergunakan metode slow sand filter untuk melakukan proses purifikasi pada air. Pada abad
ke 19, metode tersebut telah di pergunakan secara luas di seluruh penjuru dunia dan saat ini masi
di pergunakan sebagai metode standar untuk proses purifikasi air.
Komponen-komponen di dalam metode slow snad filter, antara lain :
1. Supernatant water
Supernatant air adalah air baku yang di tampung di atas lapisan pasir dengan ketinggian
bervariasi anatar 1 sampai 1,5 m. ketinggian permukaan air ini harus di pertahankan tetap
dalam keadaan konstan agar :
Tekanan yang ada dapat membuat air resap di sela-sela lapisan pasir.
Air yang akan di olah tetap tinggal selama 3 sampai 12 jam untuk menjalani
proses purifikasi parisal berupa sedimentasi dan oksidasi sehingga pertikel-
partikel padat dalam air akan mengendap dan berkumpul menjadi satu.
2. Sand bed
Sand bed adalah bagian ter4penting dari proses purifikasi dan berfungsi sebagai filter.
Proses purifikasi yang terjadi berupa penyaringan mekanis, sedimentasi, absorsi,
oksidasi, dan bacterial action. Pada sand bed yang bar di pakai hanya terjadi proses
filtrasi secara mekanis dan belum terjadi proses secara biologis setelah permukaan atas
lapisan pasir suatu lapisan tipis yang di sebut lapisan schmut zcke atau zoogleal. Lapisan
tipis dan bersifat gelatious ini terjadi atas anyaman alga dan beberapa mikroorganisme
seperti palankton, diatoms, dan bakteri. Lapisan tersebut merupakan lapisan vital sand
bed dan proses pembentukan lapisan vital yang berlangsung dengan semprna di sebut
sebagai proses pematangan filter. Lapisan vital ini merupakan jantung netode slow sand
filter yang berguna untuk meningkatkan bahan-bahan organik dan bakteri serta untuk
mengooksidasi amonium menjadi nitrat.
3. Under drainage system
Di bagian bawah dari filter box terdapat Under drainage system yang terdiri atas pipa-
pipa lubang yang berfungsi sebagai saluran keluar ( outlets ) air yang telah menjalani proses
filtrasi.
4. Sistem kontrol katub filter
Outlet di lengakapi dengan katub pengatur yang berfunsi sebagai alat pengatur yang
berfungsi sebagai alat pengatur dan ntuk mempertahankan kecepatan filtrasi. Resistensi dalam
filter box di ukur dengan venturimeter. Jika resintensi meningkat, katub mengatur secara
perlahan akan memebuka sehingga kecepatan filtrasi dapat dipertahankan antara 0,1-0.4 m-3/m2/jam.
Contoh sederhana slow sand filter dapat dilihat dalam gambar 3.3 yang menyajikan
sebuah drum bekas dengan kapasitas 200 liter.
Dalam keadaan normal, slow sand filter dapat di pakai terus selama beberpa minggu
bahkan samapai berbulan-bilan tanpa perlu di bersihkan. Pada kondisi saat resistensi filter box
terus meningkat sementara kecepatan filtrasi menurun walau katup pengatur telah di buka
sepenuhnya, bagian atas dari lapisan sand filter perlu di bersihkan dan di keruk smapai 1-2cm
pembersihan itu dilakukan dengan cara membuang airnya terlebih dahulu dan kemudian
mengganti pasir yang lama dengan yang baru
Dalam pembersihan slow sandfilter yang telah diopersikan sampai beberapa tahun atau
lebih, pengukuran yang dilakukan akan mengurangi ketebalan pada lapsan sand bed sekitar 0,5-
0,8 m. dengan demikian, lapisan pasir yang ada perlu di ganti dengan yang baru.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari penggunaan metode slow sand filter, anatar
lain :
1) Mudah dibua dan dioperasikan
2) Biaya pembuatanya lebih murah di bandingkan biaya pembuatan rapid sand filter.
3) Proses filtrasi baik fisik, kimiawi, maupun biologis yang terjadi cukup tinggi.
Pengurangan jumlah bakteri setelah proses filtrasi mencapai 99,9-99,999%, khusus E.
coli mencapai 99-99,9%.
Rapid sand filter
Amerika serikat pada tahun 1885 merupakan negara pertama yang menggunkan matode
rapid sand filter untuk proses purifikasi air. Saat ini terdapat 2 tipe rapid sand filter:
1) Garvity type (paterson’s filter)
2) Perssure type (candy’s filter)
Berikut tahapan di dalam proses purifikasi aiar yang menggunkan metode rapid sand
filter.
1) Koagulasi (coagulation)
Dalam proses koagulasi in, air sungai yang telah tersedot di beri zat koagulasi kimia,
misalnya alum (Al2[SO4]3), denga sulfat dosis bervariasi anatara 5-40 mg/l bergantung
pada turbiditas, warna, suhu, dan pH airnya.
2) Pencampuran (mixing)
Air yang telah di beri alum dimasukan dalam bak pencampuran dan diputar sedemikian
rupa selama beberapa menit sehingga terjadi diseminasi alum di dalam air.
3) Flokulasi (flocculation)
Didalam bak flokulasi, air yang telah tercampur dengan alum di putar pela-pelan selama
30 menit untuk mengendapkan aluminium hidroksida yang terbentuk benda berwarna
putih dalam air.
4) Sedimentasi (sedimentation)
Sedimentasi adalah pengendapan flokulat bersama zat yang terlarut dalam ar beserta
bakteri. Waktu yang diperlukan berkisar 2-6 jam dan paling tidak 95% flokulat itu harus
telah diendapkan sebelum air dilairkan kedalam bak rapid sand filter.
Setiap unit bak penyaringan (filter bed) memiliki permukaan seluas 80-90 m2 (900 kaki2).
Ukuran efektif butir pasir yang digunkan berkisar antara 0,6-2,0 mm. tinggi bak
penyaringan adalam 1 m dan dibawah lapisan pasir terdapat batu-batu koral berdiamater
30-40 cm yang berfungsi sebagai penyanggah lapisan pasir diatasnya. Dibagian dasar bak
penyaringan terdapat saluran pipa outlet yang berlubang-lubang. Ketinggian air di atas
lapisan pasir berkisar antara 0,1-1,5 m dan keepatan filtrasi antara 5 sampai 15
m3/m2/jam. Proses filtarsi yang berlangsung cukup tinggi dan dapat mengurangi jumah
bakteri sampai 98-99%.
5) Filtrasi (filtration)
Sisa-sisa flok alum yang tidak mengendap pada proses sedimentasi alan menutupi
permukaan lapisan pasir menyerupai lapisan zoogleal yang terbentuk pada metode slow
sand filter. Lapisan berfungsi untuk mengikat bakteri yang ada dalam air. Oksidasi zat
ammonia akan terjadi pada saat air melalui filter.
Back washing
Back washing merupakan metode pemberihan filter dengan cara mengalirkan air kembali
melalui lapisan sand bed. Proses ini memerlukan waktu yang relatif singkat, kurang lebih 15
menit. Pada beberpa tipe rapid sand filter, misalnya Candy’s filter, bak penyaring perlu diberi
tekanan udara agar proses back washing dapt dilaksanakan.
Klorinasi
Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin kedalam air yang telah menjalani
proses filtarsi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Klorin ini banyak
digunakan dalam pengolahan limbah industry, air kolam renang, dan air minum di Negara-
negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya relative murah, mudah, dan
efekti. Senyawa-senyawa klor yang umum digunkan dalam proses klorinasi, antara lain, gas
klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin.
Tabel 3.2 perbandingan antara slow sand filter dan rapid sand filter.
Spesifikasi Slow sand filter Rapid sand filter
1. Ruangan
2. Kecepatan filtrasi
3. Butir pasir efektif
4. Prelimanary treatment
5. Pemebersihan filter
6. Operasi
7. Efek turbiditas
8. Menghilangkan warna
9. Menghilangkan
bakteri
Perlu ruangan besar
0,1-0,4 m3/m2/jam
0,15-0,35 mm
Plain coagulation
Pengerukan lapisan atas
Sederhana
Baik
Sedang
99,9-99,99%
Perlu ruangan kecil
5-15 m3/m2/jam
0,6-2,0 mm
Koagulasi kimia
Back washing
Perlu tenaga terdidik
Baik
Baik
98-99,9%
Berikut beberapa kegunaan klorin:
a) Memiliki sifat bakterisidal dan germisidal
b) Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hydrogen sulfide.
c) Dapat menghilankan bau dan rasa tidak enak pada air.
d) Dapat mengontrol perkembangan alga dan ornagisme pembentuk lumut yang dapat
mengubah baud an rasa pada air.
e) Dapat membantu proses koagulasi.
Cara kerja klorin
Klorin dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian di netralisasi oleh
sifat basa dan air sehingga akan terurai menjadi ion hydrogen dan ion hipoklorit. Perhatikan
reaksi kimia berikut
H2O + Cl2 HCl +HOCl
HCOl H+ + OCl-
Klorin sebagai disenfektan terutama bekrja dalam bentuk asam hipoklorit (HOCl) dan
sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl-). Klorin dapat bekerja dengan efektif sehingga
desinfektan jika berada dalam air dengan pH sekitar 7. Jika nilai pH air lebih dari 8,5, maka 90%
dari asam hippokorit itu akan mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit. Dengan demikian,
khasiat desinfektan yang memiliki klorin menjadi lemah atau berkurang.
Prinsip-prinsip pemberian klorin
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika melakukan proses klorinasasi,
antara lain:
1. Air harus jerni dan tidak keruh karena kekeruhanpada air akan menghambat proses
klorinasi.
2. Kebutuhan klorin harus diperhitungkansecara cermatagar dapat dengan efektif
mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman pathogen dan
meninggalkan sisa klorin bebas dalam air.
3. Tujuan klorinasi pada air adalah unutk mempertahankan sisa klorin bebas sebesar 0,2
mg/l did lam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety (nilai batas keamanan) pada
air untuk membunuh kuman pathogen yang mengantominasi pada saat penyimpanan dan
pendistribusian air.
4. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat di pakai untuk
mebunuh kuman pathogen serta untuk mengoksidasi bahan organik dan untuk
mniggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l dalam air.
Metode klorinasi
Pemberian klorin pada disenfeksi pada air dapat diakaukan melalui beberapa cara yaitu
dengan pemberian :
a) Gas klorin.
b) Kloramin.
c) Perkloron
Gas klorin merupakan pilihan utama karena harganya murah, kerjanya cepat, efisien, dan
mudah digunakan. Gas klorin harus digunakan secara hati-hati karena ini beracun dan dapat
menimbulkan iritasi pada mata. Alat klorinasi berbahan gas klorin ini disebut sebagai
chloronome equipments. Alat yang sering dipakai adalah paterson’s chloronome yang berfungsi
untuk mengukur dan mengatur gas klorin pada persedian air.
Kloramin dapat juga dipakai dan merupakan prsenyawaan lemah dari klorindan anaomia.
Zat ini kurang memberikan rasa klorin pada air dan sisa klorin bebas di dalam air lebih persisten
walau kerjanya lambat dan tidak ssuai untuk klorinasi dalam skala besar.
Perkloron sering juga disebut sebagai high test hypochlorite. Zat ini merupakan
persenyawaan antara kalsium dan 65-75% klorin yang diepaskan didalam air.
Pemeriksaan konsentrasi klorin
Titk batas (break point) konsentrasi korin bebas dalam air kurang lebih 0,2 mg/l.
konsentrasi korin bebas tersebut diukur melalui pemeriksaan orthotolidine arsenite (OTA test).
Berikut beberapa pemeriksaan yang berkaitan dengan pemastian ada tidaknya klorin daam air.
1. Orthotolidine arsenite test
Orthotolidine arsenite test pertama kali dilakukan pada tahun 1918 untuk mengetahui
adanya klorin bebas di dalam air. Reagennya berupa bahan Analytical Grade Ortholidine
yang dilarutkan dalam 10% asam hipoklorit.
Cara pemeriksaannya adalah bahwa sebanyak 0,1 ml larutan OT dimasukan kedalam 1
ml sampel air dan diperhatikan reaksi yang terjadi. Jika mengandung klorin, sampel air
itu akan berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna itu kemudian di bandingkan
dengan warna standar yang tersedia. Kelamahan uji ini adalah bahwa warna kuning dapat
dihasilkan baik oleh sisa klorin bebas maupun oleh klorin yang terikat (combined
chlorine) sehingga pemeriksaan lebih lanjut perlu di lakukan.
2. Orthotolidine arsenite Test (OTA Test)
Pemeriksaan merupakan modifikasi dari OT Test diatas. Uji ini dpat memisahkan dan
bereaksi dengan klorin bebas. Hal yang paling penting adalah bahwa uji ini dapat
menentukan konsentrasi atau kadar klorin yang bebas I dalam air.
Dampak klorinasi air
Proses klorinasi yang dilakukan pada air yang mengandung bahan-bahan organic dengan
konsentrasi tinggi akan membentuk senyawa halogen organik yang mudah menguap (volatile
halogenated organics), biasadi singkat dengan VHO. Senyawa-senyawa VHO tersebut sebagian
besar di temukan dalam bentuk trihalomethane (THM).
Ttrihalomethane (THM) dapat di temukan pada jenis air yang berikut.
1. Air minum
Pada hasil pmeriksaan terhadap air minum yang mengalami proses klorinasi, baik dngan
gas klorin, natrium hipoklorin (NaClO), maupun dengan klodioksida (ClO2),
ditemukannya adanya senyawa TMH. Padahal, sebelum menjalani proses klorinasi,
kandungan bahan organik air tersebut telah dihilangkan dan hasil analisis sebelumnya
menujukan ketiadaan THM. Kadar THM maksimum yang trdeteksi adalah 41,8 ug/l.
2. Air kolam renang
Pada pemeriksaan terhadap air kolam renang yang telah menjalani desinfeksi, juga
didapat senyawa THM dengan kadar yang ternyata lebih tinggi dari pada kadar THm
dalam air minum. Kondisi tersebut akibat lebih besarnya kandungak bahan organic juga
didapat dari keringat dan urine yang berenang.
3. Air permkaan dan air tanah
Air tanah di beberapa wilayah mengandung baha organic dalm konsentrasi yang tinggi
yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam tubuh manusia lebih dari 50,6% THM akan
tumbuh menjadi CO2, tetapi kondisi ini tergantung pada kepekaan individu. Damapak
yang paling cepat pada kesehatan adalahhilangnya kesadaran, yang dapat diikuti dengan
keadaan koma dan kematian. Kadar total THM 30 ug/l dalam air minum telah
direkomendasikan dengan konsumsi rata-rata 2 liter/hari.
Seperti dikatakan diatas, oses klorinasi pada air yang mengandung bahan organic dapat
mengakibatkan terbentuknya Ttrihalomethane (THM) yang berbahaya bagi kesehatan. Untuk
menurunkan konsentrasi THM dalam air yang akan menjalani klorinasi harus dihilangkan dulu
penyebabnya, yaitu zat-zat organic. Selain itu dapat juga dilakukan penggantian desinfektan
yang tidak menyebabkan terbentuknya THM.
Berikut beberapa alternative yang dapat dilakukan ntuk menghilangkan penyebab
terbentuknya THM.
1. Memindahkan proses klorinasi kebagian paling akhir agar kandungan bahan organic
dalam air sudah hilang sebelum roses klorinasi.
2. Jika klorinasi dilakukan setelah proses koagasi dan pengendapan atau setelah pross
pelunakan dan pengendapan, proses-proses tersebut perlu di perbaiki untuk
mengoptimalkan penghilangan bahan –bahan organic.
3. Optimalisasi proses-prose pendahulan sebelum proses klorinasi untuk menghilangkan
bahan-bahan organik.
4. Penggunaan abdorsen (karbon aktif) untuk menghilangkan bahan-bahan organik sebelum
proses klorinasi.
5. Memperbaiki kualitas air baku atau memilih sunber alternative yang tidak mengandung
bahan organik dalam konsentrasi tinggi.
6. Penggunaan kombinasi cara-cara tersebut dan cara mereduksi dosis klorin, jika dapat,
sebaiknya dilakukan tanpa mempengaruhi efek desinfeksi.
Bergantian dengan jenis desinfektan, beberapa desinfektan laternatif berikut dapat
menghasilkan THM dalam konsentrasi yang sangat kecil atau bahakan tidak ada sama sekali.
1. Klorin bebas, korin dioksida
2. Kloramin
3. Ozon
Dalam keadaan darurat, untuk mengatasi masalah sumber air minum yang terkonsentarsi
THM, air tersebut harus direbus dahulu sebelum dipakai sebagai air minum. THM akan hilang
bila air direbus sampai mendidih selama 3-5 menit.
Ozon
Penggunaan ozom unutk proses purifikasi air telah dilakuakn oleh beberapa Negara.
Ozom memiliki kemampuan yang besar untuk mengoksidasi asam organik dalam skala yang luas
selain juga kemampuan untuk memecahkan dinding sel mikroorganisme. Kemampuannya yang
terakhir tentu menyebabkan penggunaan ozon sangat efektif untuk membunuh mikroorganisme
dalam air. Kemampuannya itu menyebabkan ozon banyak di manfaatkan dalam instalasi
pengolahan air.
Berikut beberapa keuntungan di dalam penggunaan ozon.
1. Sebagai disinfektan berspektrum luas
2. Menghilangkan bau, warna, dan rasa
3. Menambah kandungan oksigen dalam air
4. Proses desinfeksi cepat
5. Dalam konsentrasi rendah masih bisa berfungsi
6. Tidak membentuk senyawa beracun dalam air
7. Tidak menimbulkan masalah yang berhubungan dengan pengangkutan bahan bakunya
Adapun kerugian di dalam penggunaan ozon, antara lain :
1. Biaya tinggi, terutama pada penyediaan alatnya
2. Harus memiliki pembangkit ozon dengan sumber energy listrik yang besar
3. Perawatan dan operasional cukup rumit
4. Sisa ozon tidak dapat di pertahankan pada air untuk waktu lama
5. Lebih mahal di bandingkan dengan klorin
Purifikasi Air Skala Kecil
Uraian di bawah ini berkaitan dengan beberapa contoh yang lazim kita temukan dalam
purifikasi air skala kecil.
Purifikasi air di rumah
Ada tiga metode yang sering di pakai untuk melakukan purifikasi air di rumah ketiganya
dapat di gunakan seara sendiri atau kombinasi sebagai berikut.
1. Pemasakan
Memasaka air merupakan cara yang paling baik untuk melakukan proses purifikasi air di rumah .
agar lebih efektif, air di biarkan tetap mendidih antara 5 – 10 menit. Dalam kisaran waktu
tersebut, proses pendidihan di harapkan telah mematikan semua kuman, spora, kista, atau telur
sel lain menjadikan air bersifat steril. Di samping itu, proses pendidihan juga dapat mengurangi
kesadahan sementara ( temporary Hardness ) air karena penguapan CO2 dan pengendapan CaCO3
.
2. Desinfeksi kimia
a. Bubuk pemutih ( kaporit, CaOCl2 )
Bubuk pemutih ( bleaching powder ) merupakan bubuk berwarna putih dengan bau
seperti klorin dan harus di simpan di tempat gelap,kering, dan tertutup rapat .
wadahnya terbuat dari bahan anti karat. Pada air yang mengelami tingkat pencemaran
cukup parah dan berwarna keruh, pemberian klorin scara langsung kurang baik dan
tidak efektif
b. Larutan klorin
Larutan klorin dapat di buat dari bubuk pemutih denagancra sebagai berikut.sebanyak
4 kg bubuk kaporit yang mengandung 25% klorin di campur dengan 20 L air , yang
berarti terdapat 5 % klorin dalam larutan ini.seperti halnya bubk kaporit, larutan
klorin ini juga mudah rusak jika terkena sinar matahari dan tidak dapat di simpan
lama.
c. High test hypochlorite ( HTH )
High test hypochlorite juga di sebut sebagai perkloron yang merupakan persenyawaan
kalsium dengan kadar klorin 60 – 70%. zat ini lebih stabil dibandingkan dengan
bubuk kaporit dan mudah di simpan.
d. Tablet klorin
Tablet klorin dapat berupa tablet halazone, chlor de chlor, hydrochlonazone yang
banyak di jual di pasaran.tablet klorin cukup baik jika di pakai sebagai desinfektan air
dalam skala kecil.sebanyak 100mg klorin dapat di pakai untuk mendesinfeksi 2 galon
air yang memiliki turbiditas 500 ppm dan residua chlorine bebas dalam iar 2mg / L.
e. Iodine
Iodine merupakan desinfektan yang paling baik terutama utuk proses desinfeksi air
dalam skala kecil, tetapi harganya cukup mahal jika akan digunakan sebagai
desinfektan air dalam skala besar. Sebanyak 2 tetes 2%dalam larutan ethanol sudah
cukup untuk mendesinfektan yang efektif, perlu waktu sekitar 20-30 menit.
f. Kalium permanganat ( KMNO4)
Kalium permanganat adalah zat oksidan yang kuat tetapi tidak tetap jika dipakai
untuk mendesinfeksi air. Walau efektif terhadap vibrio cholarea, zat ini kurang efektif
terhadap mikrooragnisme lain disamping dapat menimbulkan perubahan waran, rasa,
dan bau pada air sehingga kurang di sukai untuk desinfeksi air.
3. Filtrasi
Air dalam skala kecil dapat di filtrasi dengan menggunkan ceramic filter semacam
Pasteur chamberland filter, dan katadyn filter. Chamberland filter memiliki suatu bagian
berbentuk lilin dan terbuat dari proselein, sementara berkefeld filter mamiliki suatu
bagain yang terbuat dari kieselgurf atau infusorial earth, sedangakn katadyn filter dilapisi
dengan silver catalyst. Filter-filter tersebut hanya dapat menyaring bakteri tetapi tidak
dapat menyaring virus.
Desinfeksi air sumur
Metode yang paling efektif dan murah untuk melakukan proses desinfeksi pada air sumur
adalaha dengan menggunakan bubuk pemutih (bleaching poedwr). Langka-langkan dalam
mendesinfeksi air sumur, antara lain :
1. Menetukan/ mengukur volume air yang terdapat di dalam sumur dengan :
a. Mengukur dalamnya permukaan air (h) meter
b. Mengukur penampangan sumur (d) meter
c. Substitusi hdan d dalam rumus :
Volume )liter) = 3,14 x d2 x h
2. Menetukan kadar kaporid yang di perlukan untuk mendesinfeksi sumur. Umumnya di
perlukan sekitar 2,5 g kaporit unutk mendesinfeksi 1000 liter air atau 0,7 mg klorin per
liter air.
3. Melarutkan kaporit di dalam air.
Sebanyak 100 g kaporit dimasukan ke dalam ember yang berisi air secukupnya dan
dibuat menjadi pasta tipis. Ke dalam campuran itu di tambahnkan air 3/4 ember dan di
aduk perlahan sampai rata. Biarkan selama 5-20 menit untuk mengendapkan zat kalsium
yang trdapat dalam kaporit. Air yang terdapat di atas endapan di pindahkan ke ember
lain, endapan kalsium yang ada bila di masukan ke dalam air sumur akan menimbulkan
kesadahan pada air.
4. Memasukkan larutan klorin ke dalam sumur.
Ember yang berisi larutan klorin di derek ke bawah sumur sampai berada jauh di bawah
permukaan air. Air sumur di aduk dengan menggerakan ember kearah vertikal dan lateral
beberapa kalai sampai larutan klorin bercampur rata dengan air sumur.
5. Periode kontak
Air sumur yang sudah menjalani proses klorinasi di biarkan sampai 30 menit atau lebih
sebelum air dapat di timba untuk dikonsumsi.
6. Orthotolidine arsenite test
Setelah 30 menit dari periode kontak, residual chlorine yang bebas dalam air dapat
diperiksa dengan menggunkan OTA test. Jika ternyata kadar klorin bebas kurang dari 2
mg/l, proses klorinasi perlu diulang kebali sebelum sumber air di pergunakan. Pada saat
terjadi epidemik kolera, sumur yang ada perlu di desinfeksi setiap hari.
Desinfeksi air sumur juga dapat dilakukan dengan metode double pot. Metode oubelpot
merupakan suatu cara desinfeksi yang sederhana dan efektif yang di pakai saat keadaan darurat
ketika diperlukan adanya dosis klorin yang mantap dalam air sumur untuk beberapa waktu 2-3
minggu. Metode ini banyak dipakai dan sukses di beberapa negara.
Berikut prosedur desinfeksi yang menggunkan metode double pot.
1. Buat campuran 1 kg kaporit dan 2 kg pasir kasar dengan penampangan efektif 2mm.
2. Masukan campuran itu kedalam pot kecil sampai pada batas 3 cm di bawah lubang,
kemudian masukan pot itu kedalam pot besar.
3. Tutup mult pot besar itu dengan polietilen foil dan hubungkan dengan tali.
4. Celupkan double pot itu kedalam air dengan kedalaman kurang dari 1 meter di bawah
permukaan air. Jaga agar pot tetap pada posisi tersebut dengan mengikat tali yang
tersambung padanya.
Metode ini terbukti sangat efektif selama 2-3 minggu unutk sumur keluarga kecil yang
mengandung air 4.500 liter dengan jumlah pemakaina antara 360-450 liter/hari.
Pemeriksaan air dan kriteria kesehatan persediaan air
Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air harus memenuhi standar air
minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Menurut WHO, standar-standar air minum
yang harus dipenuhi agar suatu persediaan air dapat dinyatakan layak sebagai air minum :
1. Memenuhi persyaratan fisik
2. Memenuhi persyaratan biologis
3. Mengadung zat-zat kimia
4. Mangandung radioaktif.
Negara maju lebih menekankan standar kimia, sedangkan negara berkembang lebih
menekankan standar biologis.
Berikut standar-standar unutk kelayakan air minum yang berlaku di indonesia, menurut
Permenkes RI No.01/birhubmas/I/1975.
1. Standar fisik : suhu, warna, rasa, bau, kekeruhan
2. Standar biologis : kuman parasit, patogen, bakteri golongan koli ( sebagai patokan adanya
pencermaran tinja )
3. Standar kimia : pH, jumlah zat padat, dan bahan kimia lain
4. Standar radioaktif : radioaktif yang mungkin ada dalam air.
Pemeriksaan air yang lengkap unutk memenuhi standar air minum yang sehat terdiri atas:
1. Survei saniter (sanitaty survey)
2. Pngambilan sampel (sampling)
a. Fisik
b. Kimia
c. Bakteriologis
d. Virologi
e. Biologis
f. Radiologis
Survei saniter
Srvei saniter (sanitary survey) merupakan pengumpulan data dari tempat dan sumber
persediaan air. Data yang di kumpulakan, antara lain, sumber pencemaran, cara distribusi air, dan
informasi lain yang ada kaitnya dengan kepentingan sanitasi.
Survei harus dilakukan oleh orang terlatih dan memiliki keahlian di bidang sanitasi.
Hasil-hasil pemeriksaan laboratorium harus di konfirmasi dengan data-dat dari hasil survei
sebelumnya sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sumber air yang telah di periksa
memang aman dan tidak berbahay bagi masyarakat.
Pengambilan sampel
Penagmbilan sampel (sempling)yang baik merupakan kegiatan yang penting. Sampel
yang di ambil harus refresentatif atau mewakili dari sumber air yang akan di periksa dan bebas
dari kontaminasi. Tehnik pengambilan sampel bergantung pada tujuan pemeriksaan, apakah
untuk pemriksaan bakteriologis atau kimia.
Pemeriksaan laboratorium
Seperti telah disebutkan, ada beberapa tip pemriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan
fisik, kimia, bakteriologis, virologis, biologis, dan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan fisik
Karakteristikfisik dari air minum dinyatakan dalam satuan yang absolut dan respon yang
subjektif. variabel-variabel yang di periksa di dalam pemeriksaan fisik ini, antara lain :
a. Turbiditas (kekeruhan)
Air minum harus bebas dan kekeruhan. Turbiditas dapat di ukur dengan alat yang di
sebut turbidimeter. Salah satu turbidimeter standar adalah Jackson Candle Turbidimeter.
Sementara batasan turbiditas yang di perbolehkan adalah kurang dari 5 nit.
b. Warna
Air yang bersih harus jernih atau tidak boleh berwarna,. Pemeriksaan warna dapat
dilakukan dengan kalorimeter. Batas yang di perbolehkanuntuk air minum adalah kurang
dari 15 unit.
c. Bau dan rasa
Air minum harus bebas dari bau dan rasa. Bau (odor) diukur secara subjektif terhadap air
yang telah menjalani pengenceran serial. Pemeriksaan juga dilakukan pada larutan yang
paling encer, yang masi terdeteksi baunya, jumlah pengenceran merupakan odor number
dari air yang di periksa.
Rasa dalah subjektivitas yang sulit dispesifikasikan. Respon terhadap rasa dan bau
bersifat subjektif dan becampur sehingga sulit dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif.
Nilai amabang bau (threshold odor number) adalah 3.
Periksaan kimia
Karakteristikkimia air minum di tentukan berdasrkan kandungan bahn-bahan kimia di
dalamnya. International standard of drinking water dan WHO membagi komponen bahan kimia
dalam air menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Bahan toksin
Batas maksimal (NAB) yang di perbolehkan (dalam satuan mg/l)
Arsenik 0,05
Kadium 0,005
Sianida 0,05
Timbal 0.05
Merkuri 0,001
Selenium 0,01
Adanya substansi yang di sebut di atas ini dengan konsentrasi melampaui batasan
maksimal yang diperbolehkan pada air minum tidak di perkenankan unutk di pergunkana
oleh masyarakat. Contohnya: penyakit minamata akibat keracunan Mercury di Jepang.
2. Substansi yang dapat menimbulkan bahaya unutk kesehatan.
a. Flourida
Dari zat-zat kimia yang mungki terkandung di dalam air minum, flurida (F)
merupakan zat kimia yang sifatnya unik karena memiliki dua konsentarsi batas
(konsentarsi atas dan konsentarsi bawah) yang dapat menimbulkan efek yang
merugikan dan menguntungkan terhadap gigi dan tulang. Konsentarsi flourida yang
berlebihan dalam air minum untuk masa waktu yang lama dapat menimbulkan
flourosis komulatif endemik, berupa kerusakn tulang rangka pada anak dan orang
dewasa. Bila konsentrasi flourida dalam air minum kurang dari 0,5 mg/l, dapat
penigkatan insidensi penyakit karies gigi pada anka-anak. Batasan yang aman untuk
flourida adalah 0,5-0,8 mg/l.
b. Nitrat
Nitrat dalam konsentarsi .45mg/l dapat membahayakan anak-anak dan menimbulkan
metahemoglobinemia infantile.
c. Plynuclear aromatic hydrocarbon
Zat ini dapat bersifat karsinogenik. Konsentarinya dalam air minum ,0,2 ug/l.
3. Bahan-bahan yang mempengaruhi potabilitas air
WHO membuat suatu criteria bahan-bahan yang dapat mempengaruhi potabilitas air,
yaitu, batasan maksimal yang diperolehkan:
a. Perubahan warna 5 unit
b. Perubahan bau (unojctionable)
c. Perubahan rasa (unobjectionable)
d. pH 7,0-8,5
e. total solid 500 mg/l
f. total hardness 2 mEq/l
g. besi 0,1 mg/l
h. mangaan 0,05 mg/l
i. tembaga 0,05 mg/l
j. zink 5,0 mg/l
k. kalsium 75 mg/l
l. magnesium 30 mg/l
m. sulfat (SO4) 200 g/l
n. klorida 200 mg/l
o. substansi phenolic 0,001 mg/l
4. bahan kimia sebagi indicator pencemaran
a. klorida
semua sember air yang ada, termaksud air hujan, mangandung zat klorida.kadar klorida
bervariaswi antar-tempat sementara di daerah dekat laut, kadar klorida cenderung tinggi.
Zak klorida dapat di gunakan sebagai indikator adanya pencemaran, yaitu dengan
mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada sumber air yang diperkirakan tidak
mengalami pencemaran di sekitar lokasi sumber air yang akan di periksa. Jika hasil
pemeriksaan menunjukan kadar klorida yang lebih tinggi di bandingkan kadar klorida
pada sumber air yang terdapat di sekitarnya, dapat di pastikan bahwa sumber tersebut
telah mengalami pencemran.
b. Anomia bebas (free and saline ammonia)
Ammonia bebas merupakan hasil proses dekomposisi benda-benda organik. Keberadaan
anomia bebas dalam sumber air menunjukan adanya pencemaran oleh kotoran binatang
atau manusia. Batas anomia bebas yang di pereolehkan <0,5 mg/l di dalam air minum.
c. Amonia albuminoid
Ammonia albuminoid merupakan bagian dari proses dekomposisi benda-benda organic
yang belum mengalami oksidasi. Sumber air tanah tidak boleh mengandung amonia
albuminoid. Jika terjadi hasil pemeriksaan menunjukan adanya perembesan dari limbah
kotoran manusia, batas yang di perbolehkan 0,1 mg/l.
d. Nitrit
Dalam keadaan normal, nirit tidak di temukan dalam air minum, kecuali dalam air yang
berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nitrat oleh garam besi. Apabila hasil
pemeriksaan menunjukan adanya nitrit (walau konsentrasinya rendah, perlu di curigai
adanya pencemaran.
e. Nitrat
Adanya nitra dalam sumber air minum menunjukan adanya bekas pencemaran yang lama
dan batasan yang di perolehkan tidak lebih dari 1 mg/l.
f. Oxygen adsorbed
Kadar oksigen yang diabsorpsi oleh air dapat di gunakan sebagai approximate test
terhadap kadar oksigen yang di absorpsi oleh bahan-bahan organic dalam air. Kadar
oksigen yang di absorpsi oleh air pada temperatur 37oC dalam waktu 3 jam tidak boleh
>1mg/l
g. Dissolved oxygen
h. Kadar oksigen yang di lepaskan oleh air tidak boleh <5 mg/l. pemeriksaan kimia
lengkaphanya dapat di lakukan pada pemeriksaan sumber air baru, sedangkan dalam
pemriksaan rutin selanjutnya dapat di lakukan uji-uji semacam pemeriksaan pH,
oxidizability, amonia, nitrit, nitrat, klorida, amonia albumniod, dan zat besi.
Pemeriksaan bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitive untuk
mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang sering di periksa
sebagai indicator pencemaran oleh feses, antara lain:
1. Organisme kolifrom
Organisme kolifrom merupakan organism nonspora yang motil dan nonmotil, berbentuk
batang, dan mampu memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada
temperatur 37oC da dalam waktu 48 jam. Contoh tipikal kolifrom tinja adalah E. coli dan
kolifrom nontinja adalah klebsiella aerogeus. Keberadaan E. coli dalam sumber air
merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi ti ja manusia. Ada beberapa alas an
mengapa organisme kolifrom di pilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja di
bandingkan kuman patogen lain yang terdapat di saluran pencernaan manusia, antara lain:
a. Jumlah organisme kolifrom cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-400
miliar organisme ini di keluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena jarang sekali di
temukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air member bukti kuat adanya
kontaminasi tinja manusia.
b. Organisme ini lebih mudah di deteksi melalui metode kultur (walaupun hany terdapat
1 kuman dalam 100 cc air) di bandingkan tipe kumanpatogen lainnya.
c. Organism ini lebih tahan hidup di bandingkan dengan kuman usus patogen lainnya.
d. Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila
colifrom organism ini di temukan dalam sampel air maka dapat di ambil suatu
kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga di temukan dalam
sempel air tersebut di atas walupun dalam jumlah yang kecil.
2. Streptokokus tinja
Organism ini biasaya di temukan dalam tinja bersam dengan E.coli. pada kasus-kasus
yang tidak jelas sterptokokus tinja ini di gunakan sebagai indikator untuk uji pembuktian
(compirmatory test) adanya konfirmasi tinja manusia.
3. Clostridium perfringens dan clostridium welchii
Organism ini dapat di temukan dalam feses manusia dalam jumlah kecil. Sporanya dapat
bertahan lama dalam air dan biasanya resiten terhadap dosis klorinasi normal.
Keberadaan Cl. Perfringens bersama E.coli dalam air menunjukan terjadinya kontaminasi
baru, sebaliknya jika yang di temukan hanya Cl. Perfringens, kontaminasi terjadi setelah
waktu berselang.
Pengujian yang biasa di lakukan pada pemriksaan bakteriologis air, antara lain:
1. Presumptive colifrom test
a. Multiple tube method
b. Membrane filtration method
c. Primary health care technique
2. Koliny count
3. Pemeriksaan streptokokus tinja dan Cl. Perfringens
Presumptive colifrom test
Pemeriksaan ini terbagi 3 tipe, antara lain:
a. Multiple tube method
Dasar dari pemeriksaan ini adalah estimasi jumlah paling memungkinkan (most propable
number, MPN)organism kolifrom di dalam 100 cc air.
Prosedur : sediakan satu sedi tabung yang mengandung media Mc conkey’s lactose bile
salt broth dan bromcresal purple sebagai indikator. Untuk setiap 5 tabung, masukan
sampel air yang akan di periksa masing-masing sebanyak 0,1 cc; 1cc; dan 10cc. sampai
tabung dalam inkobator selama 48 jam pada tempetarur 37oC. jika dalam sempel terdapat
kontaminasi tinja maka organisme kolifrom akan mempermentasi laktosa yang kemudian
menghasilkan asam dan gas di dalam tabung. Dari jumlah tabung positif dapat di
temukan MPN organism kolifrom dalam 100cc sampel air.
Konfirmasi hasil tes : tabung yang menunjukan hasil positif di ambil sampelnya dan di-
inokulasikan pada 2 tabung yanag berisi brilliant green bile lactose broth. Tabung
pertama di masukan dalam incubator selama 48 jam pada temperatur 37o C dan tabung
kedua di masukan dalam inkunator selama 48 jam pada temperatur 44oC. E.coli
merupakan satu-satunya oragisme kolifrom yang dapat membentuk gas dari lactose pada
temperatur 44oC.
b. Membrane filter technique
Teknik filter mebran ini di temukan oleh Goetz dari german pada tahun 1947. Teknik ini
telah di pakai oleh beberapa Negara sebagai standar di dalam melakukan pemeriksaan
terhadap organisme kolifrom.
Prosedur : sampel ini kurang lebih 500 cc di saring dengan membrane khusus yang
terbuat dari bahan cellulose ester. Semua bateri akn melekat dan tinggal di atas
permukaan mebran. Bakteri yang melekat itu kemudian di pindahkan ke atas lapisan
kapas atau tissue yang mengandung cairan endomedial/eosin methylene blue medium dan
di simpan dalam inkubator selama 20 jam pada temperature 37oC. bila terdapat organisme
kolifrom dalam sampel air maka akan terbentuk koloni-koloni bakteri berwarna merah
dan hitam mengkilap.
c. Primary health care technique
Prinsipnya hamper sama dengan membrane filter technique dan di gunakan di lapangan
saat terjadi wabah penyakit muntaber dan hanya dapat di pakai sebagai indikator untuk
uji pembuktian adanya kontaminasi tinja manusia.
Colony count
Penghitunga koloni hanya memberikan gambaran perkiraan secara umum terhadap
derajat pencemaran yang terjadi. Bila penghitungan koloni di lakukan hany 1 kali tidak akan
memberikan banyak arti, tetapi bila di lakukan bebrapa kali sumber yang sama dalam beberapa
interval waktu, hasilnya dapat di jadikan indikasi dini terjdi suatu pencemaran.
Contoh:
Penghitungan I 0 koloni
Penghitungan II 2 koloni
Penghitungan III 3 koloni
Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa telah menjadi suatu pencemaran oleh
organisme kolifrom pada sumber air yang ada.
Pemeriksaan sterptokokus tinja dan Cl. Perfringens
Apa bila hasil pemeriksaan sampel air tidak jelas, tetapi di temukan keberadaan
streptokokus tinja dan Cl. Perfringens dalam sampel itu, hasil tersebut dapat di pakai sebagai
indikasi yang kuat adanya kontaminasi sumber air oleh tinja manusia.
Berikut standar bakterilogis air minum yang tercantum dalam international standar for
drinking water (1971) dari WHO.
a. Kapan saja sepanjang tahun, 95% dari sampel air yang di periksa tidak boleh
mengandung organisme kolifrom per 100 ml.
b. Tidak satupun sampel air yang boleh mengandung E.coli per 100 ml.
c. Tidak ada dari sampel air yang boleh mengandung lebih 10 organisme kolifrom per 100
ml.
d. Dalam setiap sampel yang di ambil berturut-turut tidak boleh di temukan organisme
kolifrom per 100 ml.
Pemeriksaan virologist
Secara umum dapat di katakana bahwa air yang mangandung klorine bebas dapat di
nyatakan bebas dari virus apabila di dalam sampel air tersebut tidak terdapat sama sekali
mikroorganisme kolifrom. Sebaliknya, pada sumber air yang kaya bahan organic sementar
klorine bebas tidak dapat membebaskan diri, walau organisme kolifrom tidak di temukan sama
sekali, air yang ada tidak dapat di anggap bebas dari virus dan perlu di jui melalui pemeriksaan
virologist. Virus yang resisten terhadap dosis klorinasi adalah virus polio dan hepatitis.
Pemeriksaan biologis
Jasad renik termaksud alga, fungi, protozoa, udang cacing halus, dan lain-lain yang di
sebut sebagai plankton dapat menimbulkan rasa dan bau tidak enak pada air minum dan dapat
juga di pergunakan sebagai indeks pencemaran pada air.
Cara pemeriksaan ; ambil smapel air sebanyak 500-1.000 ml. tanpa bahan pengawet,
periksa langsung sampel tersebut di bawah mikroskop. Jika dari pembesaran mikroskop tampak
organisme uniselular dalam sampel air organisme itu selanjutnya akan di bedakan menjadi dua
kelompok, kelompok A (pembawa klorofil) dan kelompok B (nonpembawah klorofil).
Berikut rumus yang dapat di gunakan dalam penghitungan indeks biologis pencemaran
(biological index of pollution).
BIP = A X 100
A + B
Keterangan hasil perhitungan BIP :
0-8 : jerni
0-20 : agak teremar (slighty polluted)
20-60 : terecemar (polluted watrer)
60-100 : sangat recemar (grossly polluted)
BIP di prgunakan sebagi bahan perbandingan dari pemeriksaan bacteriologis dan kimia
dalam menetukan derajat pencemaran air.
Pemeriksaan radiologis
Pencemaran pada sumber air oleh bahan-bahan radiologis dapat di pastikan melalui
metode radio-chemical analysis. Batasan pencemaran yang di perolehkan oleh WHO (1971)
dalam international standar of drinking water, antara lain:
a. Gross alpha activity 3pci/l
b. Gross betha activity 30 pci/l
Distribusi sumber air
Ada 2 jenis system distribusi sumber air yang sering di lakukan, intermittent suplly dan
continous supply. Di antara ke dua system tersebut, system intermiten (tidak teratur) perlu
mendapat perhatian lebih besar karena banyaknya kerugian yang di timbulkan akibat penerapan
sisten ini. Kerugian tersebut, di antaranya :
a. Pipa-pipa dalam keadaan kosong pada saat darurat.
b. Penduduk terpaksa menyediakan tempat penampungan air yang terkadang dapat tercemar
jika cara penyimpanan kurang baik.
c. Pada keadaan pipa sedang kosong akan tejadi tekanan negatif yang disebut back
siphoning. Akibat tekanan ini, bakteri dan gas beracun dapat terisap ke dalam pipa-pipa
yang bocor yang selanjutnya akan menimbulkan wabah penyekit pada masyarakat.
WHO ExpretCommittee (1965) memberikan rekomendasi yang sangat kuat bahwa penerapan
sistem intermiten di dalam pendistribusian air dan low pressure service tidak baik untuk
kesehatan dan perlu di hindari.
Pemberian flourida pada air minum
Kekurangan dan kelebihan kadar flourida dlm air minum dpt menimbulkan bbrp masalah
kesehatan. Kekurangan flourida dlm air minum dpt menimbulkan karies pd gigi, smtara
kelebihan kadar flourida dpt mnimbulkan flourosis gigi dan tulang.
WHO (1969) merekomendasikan pemberian zat flourida (melaui proses flourisasi) pd
sumber air minum u/ masy. Dgn nilai asupan flourida berada di bawah atas optimal untuk
mencengah terjadinya karies gigi. Batas kadar flourida yg di perolehkn sekitar 0,5-0;8 ppm.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per
empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari
4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga di pergunakan untuk memeasak, mencuci, mandi
dan memersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga di pergunakan untuk keperluan
industry, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain. Penyakit-
penyakit yang menyerang manusia dapat juga di tularkan dan di sebarkan melalui air. Kondisi
tersebut tentu dapat menimbulkan wabah penyakit di mana-mana.
Di tinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat penyediaan sumber air bersih harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat karena persedian air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit masyarakat. Volume rata-rata kebutuahn air individu perhari berkisar antara
150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan
iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat.
B. Saran
Hirapakan agar kita selalu menjaga kebersihan air dan mengetahui purifikasi air baik
yang bisa di konsumsi setiap hari. Jangan menggunakan air yang sudah terkontaminasi untuk
mandi, mencuci, masak dan untuk kebersihan karena dapat menyebabkan penyakit. Penyakit-
penyakit yang menyerang manusia dapat juga di tularkan dan di sebarkan melalui air.
DAFTAR PUSTAKA
Dikutip dari buku kesehatan lingkungan Dr. Budiman, Chandra. 2007. Pengantar
Kesehatan Lingkungan. Cetakan I. EGC : Jakarta.