file · web viewmengimajinasikannya, sehingga materi gerak parabola bisa dikuasai dengan...
TRANSCRIPT
ALAT PERAGA KETAPEL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA
GERAK PARABOLA UNTUK SMP KELAS VII
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia SMP kelas VII merupakan perpindahan antara tahapan anak-
anak ke tahapan remaja. Pada masa-masa ini banyak sekali perubahan
yang dialami oleh seorang remaja. Tidak hanya perubahan secara fisik
tetapi juga perubahan intelegensi. Siswa SMP kelas VII mulai
diperkenalkan pelajaran yang abstrak, terutama dalam pelajaran Fisika.
Konsepnya yang abstrak membuat mata pelajaran Fisika menjadi
momok yang menakutkan bagi sebagian besar siswa SMP kelas VII.
Mereka mengalami kesulitan dalam memahami materi-materi pelajaran
ini. Selain itu, seorang siswa juga dituntut memilliki penalaran yang kuat
untuk memahami konsep-konsepnya yang abstrak. Siswa tidak dapat
memahami pelajaran Fisika hanya dengan membaca atau pun menghafal
rumus. Mereka juga harus memahami konsep-konsep yang mendasarinya.
Materi tentang gerak parabola merupakan salah satu materi
pelajaran Fisika yang cukup rumit serta membutuhkan penalaran dan
imajinasi yang kuat. Untuk mampu menyelesaikan persoalan dalam materi
gerak parabola ini, seorang siswa SMP kelas VII harus mampu
menggambarkan besaran-besaran vektor yang bekerja padanya. Mereka
harus mengimajinasikan seperti apa lintasan dan arah gerak itu. Hal ini
tentunya membuat siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi
gerak parabola.
Alat peraga sederhana dapat mempermudah siswa dalam
memahami materi gerak parabola. Dengan adanya alat peraga ini, seorang
siswa dapat lebih konkret dalam membayangkan bagaimana gerak
parabola itu. Mereka akan lebih memiliki bayangan untuk
mengimajinasikannya, sehingga materi gerak parabola bisa dikuasai
dengan baik oleh siswa SMP kelas VII.
Salah satu alat peraga sederhana yang menggunakan prinsip gerak
parabola adalah ketapel. Ketika sebuah ketapel yang sudah berisi kerikil
ditarik dan kemudian dilepas, kerikil dalam ketapel itu akan terlontar
dengan lintasan yang membentuk lintasan parabola.
Ketapel merupakan mainan tradisional yang sudah familier bagi
siswa SMP kelas VII. Sebagian besar siswa tersebut tentunya sudah
mengenal bahkan pernah menggunakan mainan tradisional ini, sehingga
penggunaan ketapel sebagai alat peraga sederhana akan mudah dipahami
dan dimengerti oleh siswa SMP kelas VII.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana dalam usianya yang menginjak remaja siswa SMP mampu
memahami materi gerak parabola yang abstrak?
2. Bagimana solusi bagi siswa SMP yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi Fisika gerak parabola?
3. Bagaimana keterkaitan antara alat peraga ketapel dengan gerak
parabola?
4. Bagaimana manfaaat alat peraga ketapel dalam meningkatkan
pemahaman siswa SMP kelas VII terhadap materi gerak parabola?
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterkaitan antara alat peraga ketapel dengan gerak
parabola?
2. Bagaimana manfaaat alat peraga ketapel dalam meningkatkan
pemahaman siswa SMP kelas VII terhadap materi gerak parabola?
D. Tujuan
1. Memahami keterkaitan antara alat peraga ketapel dengan gerak
parabola.
2. Mengetahui manfaat alat peraga ketapel dalam meningkatkan
pemahaman siswa SMP kelas VII terhadap materi gerak parabola.
II. KAJIAN TEORI
A. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa laatin medius yang secara harfiah
berarti `tengah`, `perantara` atau `pengantar`. Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara atau pengantara pesan dari pengirim kepada penerima
pesan. Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apbila dipahami
nsecara garis besar manusia , materi, atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuann,
keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan
lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, penngertian
media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alt
grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal (Azhar, 2009:3).
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut.
AECT (Association of Edukation and Communication Technology, 1977)
memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping
sebagai penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata
mediator menurut Fleming adalah penyebab atau alat yang turut campur
tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya (Azhar, 2009:3).
B. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat
digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk
mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran.
Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran adalah alat, metode,
dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam proses
pembelajaran di kelas (Sanaky, 2009:4).
C. Macam-macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran apabila dilihat dari sudut pandang yang luas,
tidak hanya terbatas pada alat-alat audio, visual, audio-visual saja.
Melainkan sampai pada kondisi pribadi pembelajar dan tingkah laku
pengajar. Maka media pembelajaran diklasifikasian sebagai berikut.
1. Bahan yang mengutamakan kegiatan membaca aatau dengan
menggunakan simbol-simbol kata dan visual (bahan-bahan cetakan
dan bacaan).
2. Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini,
adalah sebagai berikut.
a. Media proyeksi (slide, flime, dan LCD).
b. Media non-proyeksi (papan tulis, poster, papan tempel, kartun,
papan planel, komik, bagan, diagram, gambar, grafik).
c. Benda tiga dimensi antara lain benda tiruan, peta, globe, dan alat
peraga sederhana.
d. Kumpulan benda-benda (material collections), yaitu berupa
peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan yang memiliki
nilai sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri,
perbankan, perbankan, agama, kebudayaan, dan politik.
e. Contoh-contoh kelakuan / perilaku dari pengajar. Pengajar
memberi contoh perilaku atau suatu perbuatan. Misalnya,
mencontohkan suatu perbuatan dengan gerakan tangan dan kaki,
gerakan badan, mimik, dan lain-lain. Media pembelajaran jenis
ini sangat tergantung pada inistif dan kreasi pengajar dan jenis
media seperti ini, hanya dapat dilihat, dan ditirukan oleh
pembelajar (Sanaky, 2009:38).
D. Tujuan Media Pembelajaran
a. Mempermudah proses pembelajaran di kelas
b. Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran
c. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajaran
d. Membantu konsenterasi pembelajar dengan proses pembelajaran.
E. Manfaat Media Pembelajaran
1. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih
dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai
tujuan pengajaran dengan baik.
3. Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak
bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
4. Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya bahan yang mengutamakan mendengarkan penjelasan dari
pengajar saja, tetapai juga aktivitas lain yang dilakukan seperti,
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain
(Sanaky,2009:5).
F. Perkembangan Peserta Didik
Peserta didik SMP berada pada tahap periode perkembangan
Operasional formal (umur 11/12-18 tahun). Usia SMP merupakan tahapan
di mana seorang anak beralih ke tahapan remaja. Pada masa-masa ini
banyak sekali perubahan yang dialami oleh seorang remaja. Selain
perubahan secara fisik juga perkembangan emosi dan intelegensinya.
(Sontrok, 2009:107).
Sebagai manusia yang memiliki potensi kodrati, peserta didik
memungkinkan untuk bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok
makhluk yang sempurna (a fully functioning person). Istilah pertumbuhan
pada diri peserta didik lebih diartikan sebagai bertambahnya tinggi badan,
nerat badan, semakin efektifnya fungsi-fungsi otot tubuh dan panca indra
yang menyangkut aspek fisik. Perkembangan menurut Hurlock adalah
serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
pematangan dan pengalaman (Siswoyo, 2007:165).
G. Pengertian Gerak
Gerak adalah suatu perubahan tempat kedudukan pada suatu benda
dari titik keseimbangan awal. Sebuah benda dikatakan bergerak jika
benda itu berpindah kedudukan terhadap benda lainnya baik perubahan
kedudukan yang menjauhi maupun yang mendekati (Tripler,1998:2).
H. Macam-macam Gerak
1. Gerak dalam satu dimensi
Gerak ini terjadi apabila lintasan yang dilaluinya berbentuk garis
lurus. Gerak dalam satu dimensi ini dibedakan menjadi tiga, sebagai
berikut.
a. Gerak lurus beraturan.
b. Gerak lurus berubah beraturan (dipercepat/diperlambat).
c. Gerak lurus berubah tidak beraturan.
2. Gerak dalam dua dimensi
Gerak ini terjadi apabila lintasan yang dilaluinya berada dalam
sebuah bidang datar, sehingga ada dua arah. Gerak dalam dua dimensi
ini dibedakan menjadi dua.
a. Gerak melingkar
- Gerak melingkar beraturan (GMB)
- Gerak melingkar berubah beraturan (GMBB)
- Gerak melingkar tidak beraturan
b. Gerak parabola (gerak proyektil)
3. Gerak dalam tiga dimensi
Gerak ini terjadi apabila lintasan yang dilaluinya berada dalam
ruang (bukan pada garis atau bidang datar), sehingga ada tiga arah.
Sebagai contoh ialah gerak dalam lintasan yang berbentuk spiral
(Sarojo,2002:47).
I. Pengertian Gerak Parabola (Gerak Proyektil)
Gerak parabola adalah gerak sebuah benda titik yang dilemparkan
dengan arah yang tidak vertikal , sehingga geraknya hanya dipengaruhi
oleh percepatan gravitasi bumi dan membuat lintasan berbentuk parabola
(Sarojo,2002:47).
Apabila digambarkan, maka lintasannya adalah sebagai berikut.
Y
A vA=v0 X
v0Y v0
0 ᶿ B x
v0 X vB
Misalkan sebuah benda titik dilemparkan dari titik 0 dengan
kecepatan v0 pada arah Ѳ terhadap horizontal, maka lintasan benda akan
selalu berada dalam satu bidang datar vertikal dan berbentuk lengkungan
(bukan garis lurus). Hal ini menunjukkan bahwa benda akan mencapai titik
tertinggi di A dan mencapai titik terjauh di B terhadap titik pelemparan
(titik 0). Karena gerak ini berada pada bidang vertikal berarti merupakan
resultan dari dua gerak yaitu pada arah vertikal dan pada arah horizontal.
Jika bidang datar ini adalah bidang X0Y, maka arah horizontal adalah arah
X dan arah arah vertikal adalah arah Y. Dalam perjalanannya benda
tersebut hanya dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi yang arahnya
vertikal ke bawah, berarti berarti sejajar sumbu Y. Pada arah horizontal
gerak benda tidak mengalami percepatan. Jadi, pada arah vertikal gerak
benda mengalami percepatan, sedangkan pada arah horizontal gerak benda
tidak mengalami percepatan ( Sarojo,2002:48).
Secara sederhana dapat digambarkan bahwa benda mula-mula
bergerak dari titik 0, kemudian pada arah vertikal benda mendapatkan
perlambatan (karena arah percepatan dan kecepatan berlawanan). Pada
suatu titik jika vY = 0, pada arah Y benda akan berhenti bergerak dan
kemudian jatuh kembali dengan gerak dipercepat (karena arah percepatan
dan kecepatan searah). Komponen gerak pada arah Y adalah gerak lurus
diperlambat beraturan dengan kecepatan awal, sedangkan pada arah X
terdapat gerak lurus beraturan (Sarojo,2002:48).
J. Komponen yang Terkait dengan Gerak Parabola
1. Besaran
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung,
dinyatakan dengan angka dan mempunyai satuan. Dalam Fisika,
besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran saklar dan besaran
vektor.
a. Besaran saklar
Besaran saklar adalah besaran yang hanya memiliki besar
tetapi tidak memiliki arah, misalnya suhu dan waktu
(Tripler,1998:2).
b. Besaran vektor
Besaran vektor adalah besaran yang memiliki besar dan
arah, misalnya perpindahan, usaha, kecepatan, dan percepatan
(Tripler,1998:2).
Besaran yang terkait dengan gerak parabola adalah lintasan
(perpindahan), kecepatan dan percepatan, yang keduanya termasuk
ke dalam besaran vektor / memiliki arah (Sarojo,2002:36).
i. Lintasan
Lintasan ialah tempat kedudukan benda titik pada setiap saat
(Sarojo,2002:36).
ii. Kecepatan
Kecepatan ialah jarak yang ditempuh dalam satu satuan waktu
(Sutrisno,1981:3).
iii. Percepatan
Percepatan ialah perubahan kecepatan dalam setiap satu satuan
waktu (Soedojo,2000:7).
2. Satuan
Satuan didefinisikan sebagai pembanding dalam suatu pengukuran
besaran. Setiap besaran mempunyai satuan masing-masing, tidak
mungkin dalam 2 besaran yang berbeda mempunyai satuan yang sama
(Tripler,1998:2).
Dalam gerak parabola terdapat tiga macam satuan, yang masing-
masing terkait dengan besarannya. Hubungan besaran dan satuan
tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
Besaran Satuan
Lintasan (perpindahan) Meter
kecepatan Meter per detik
percepatan Meter per detik kuadrat
(Tripler,1998:2)
K. Hakikat Ketapel
Di Indonesia, ketapel sering disebut dengan plinthengan atau
blandring. Ketapel merupakan mainan tradisional yang berasal dari daerah
Jawa Barat (Wijayanti,2009:9).
Ketapel digunakan untuk berburu hewan kecil seperti burung kecil
atau capung, atau sekedar untuk bermain perang-perangan dengan teman
sebaya (Wijayanti,2009:9).
Ketapel dibuat dari bahan kayu dan karet. Karet yang digunakan
biasanya berasal dari ban bekas. Peluru yang digunakan biasanya batu
kecil, atau karet gelang yang dibentuk bulat-bulat sehingga tidak melukai
orang lain (Wijayanti,2009:9).
L. Bagian-bagian Ketapel
Ketapel terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut.
a. Bantalan ketapel
Bantalan ketapel biasanya terbuat ban dalam sepeda. Bantalan ini
berfungsi untuk meletakkan batu kerikil (Muflihah,2007).
b. Gagangan ketapel
Gagangan ketapel pada umumnya terbuat dari kayu yang dibuat
membentuk huruf Y. Gagangan ini berfungsi untuk mengaitkan tali
ketapel dan juga untuk memegang ketapel (Muflihah,2007).
c. Tali ketapel
Tali ketapel ini terbuat dari bahan yang elastis, misalnya karet
gelang atau karet pentil. Hal ini bertujuan supaya tali ketapel dapat
diregangkan (Muflihah,2007).
M. Prinsip Kerja Ketapel
a. Energi Potensial
Karet pada ketapel yang diregangkan memiliki energi potensial.
Ketika dilepas, karet yang diregangkan mampu melontarkan peluru
karena adanya energi potensial tersebut (Sutrisno,2007).
b. Gaya Pegas (elastisitas)
Karet pada ketapel merupakan bahan yang bersifat elastis (dapat
diregangkan dan kembali ke keadaan semula).
Semakin kuat tarikan ketapel, semakin besar pula gaya tarikan
yang bekerja. Dengan demikian, kerikil yang terlempar juga semakin
jauh (Sutrisno,2007).
c. Gerak Parabola
Gerak yang dihasilkan pada kerikil yang terlontar dari ketapel
bukanlah berupa lintasan lurus, tetapi membentuk lintasan yang
menyerupai parabola. Mula-mula kerikil mengalami perlambatan,
hingga saat mecapai titik tertinggi kerikil berhenti dan kembali
bergerak dengan kecepatan yang dipercepat (Sutrisno,2007).
III. PEMBAHASAN
A. Keterkaitan antara Alat Peraga Ketapel dengan Gerak Parabola
Ketapel terdiri atas beberapa bagian, yaitu bantalan ketapel,
gagangan ketapel dan tali ketapel (Muflihah,2007). Masing-masing
bagian dari ketapel ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Bantalan
ketapel berfungsi untuk meletakkan kerikil atau benda kecil lainnya yang
digunakan untuk pelempar. Gagangan ketapel (berbentuk Y) berfungsi
untuk mengikatkan tali ketapel sekaligus sebagai pegangan saat membidik
objek. Tali ketapel yang terbuat dari bahan elastis (karet) berfungsi dalam
memberikan gaya potensial pada ketapel, sehingga kerikil atau benda
kecil lainnya dapat terlempar mengenai objek.
Prinsip kerja dari ketapel adalah energi potensial, gaya pegas
(elastisitas), dan gerak parabola (gerak proyektil). Energi potensial ini
terjadi ketika tali ketapel yang terbuat dari bahan elastis diregangkan.
Ketika dilepas, karet yanng diregangkan mampu melontarkan peluru
karena adanya energi potensial tersebut.
Gaya pegas atau elastisitas terdapat pada tali ketapel yang terbuat
dari bahan karet. Tali ketapel ini dapat diregangkan dan jika dilepas tali ini
akan kembali ke keadaan semula (memendek), maka kerikil dalam
bantalan ketapel akan terlempar.
Gerak parabola (gerak proyektil) merupakan gerak kerikil atau
benda kecil lainnya yang terlempar dari bentalan ketapel. Mula-mula
kerikil mengalami perlambatan, hingga saat mecapai titik tertinggi kerikil
berhenti dan kembali bergerak dengan kecepatan yang dipercepat. Apabila
digambarkan, gerak dari kerikil yang terlempar ini akan membentuk
lintasan berbentuk parabola.
Gerak parabola terjadi apabila benda dilemparkan membentuk
sudut tertentu, sehingga benda akan bergerak membentuk lintasan yang
melengkung atau membentuk lintasan parabola.
Kerikil atau benda kecil lainnya dapat bergerak membentuk
lintasan parabola karena adanya percepatan gravitasi bumi yang arahnya
ke bawah. Percepatan gravitasi bumi ini menyebabkan kecepatan kerikil
berbeda dalam setiap kedudukan. Semakin tinggi kedudukan kerikil,
tentunya pengaruh percepatan gravitasi bumi semakin kecil sehingga
kecepatan kerikil juga semakin kecil (kecepatan berbanding lurus dengan
percepatan gravitasi bumi). Saat kerikil berada dalam kedudukan yang
rendah, maka kecepatannya juga akan semakin tinggi. Perbedaan
kedudukan kerikil dan kecepatannya inilah yang membuat lintasan kerikil
tidak berupa garis lurus tetapi membentuk lintasan melengkung (parabola).
Apabila digambarkan, lintasan dari kerikil yang terlempar dari
ketapel adalah sebagai berikut.
Y
A vA=v0 X
v0Y v0
0 ᶿ B x
v0 X vB
Ketika sebuah kerikil yang terlempar dari ketapel berrmula di titik
0 dengan kecepatan awal v0 membentuk sudut Ѳ terhadap arah horizontal,
maka lintasan kerikil akan selalu berada dalam satu bidang datar vertikal
dan berbentuk lengkungan (bukan garis lurus). Hal ini menunjukkan
bahwa kerikil akan mencapai titik tertinggi di A dan mencapai titik terjauh
di B terhadap titik pelemparan ( titik 0). Karena gerak ini berada pada
bidang vertikal berarti merupakan resultan dari dua gerak yaitu pada arah
vertikal dan pada arah horizontal. Jika bidang datar ini adalah bidang X0Y,
maka arah horizontal adalah arah X dan arah arah vertikal adalah arah Y.
Dalam perjalanannya kerikil tersebut hanya dipengaruhi oleh percepatan
gravitasi bumi yang arahnya vertikal ke bawah, berarti sejajar sumbu Y.
Pada arah horizontal tidak ada percepatan. Jadi, pada arah vertikal gerak
kerikil mengalami percepatan, sedangkan pada arah horizontal gerak
kerikil tidak mengalami percepatan ( Sarojo,2002:48).
Pada arah vertikal atau sejajar sumbu Y, gerak kerikil mengalami
perubahan kecepatan (mengalami percepatan). Saat kerikil bergerak naik,
kerikil tersebut mengalami perlambatan (percepatan negatif) karena
berlawanan arah dengan percepatan gravitasi bumi. Hingga saat kerikil
mencapai titik tertinggi, maka kecepatannya 0 (kerikil berhenti bergerak).
Kemudian kerikil bergerak ke bawah dengan kecepatan yang bertambah
(dipercepat) karena searah dengan percepatan gravitasi bumi. Gerak ini
disebut juga gerak lurus berubah beraturan.
Pada arah horizontal atau sejajar dengan sunbu X, gerak kerikil
tidak mengalami perubahan kecepatan (percepatannya 0). Gerak ini
disebut juga dengan gerak lurus beraturan.
Dapat dikatakan bahwa gerak parabola (gerak proyektil)
merupakan perpaduan antara gerak lurus berubah beraturan (pada arah
vertikal) dan gerak lurus beraturan (pada arah horizontal). Gerak yang
seperti ini digamabarkan dari gerak kerikil atau benda kecil lainnya yang
terlempar dari ketapel.
Jadi, antara ketapel dan gerak parabola terrdapat keterkaitan, yaitu
pada gerak kerikil yang terlempar dari ketapel membentuk gerak parabola.
Oleh sebab itu, ketapel dapat digunakan sebagai alat peraga sederhana
untuk menunjukkan gerak parabola (gerak proyektil).
B. Manfaat Alat Peraga Ketapel dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa
SMP Kelas VII terhadap Materi Gerak Parabola
Peserta didik SMP kelas VII berada pada tahap
periode perkembangan Operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
(Sontrok, 2009:107). Usia ini merupakan tahapan di mana seorang anak
beralih ke tahapan remaja. Pada masa-masa ini banyak sekali perubahan
yang dialami oleh seorang remaja. Selain perubahan secara fisik juga
perkembangan emosi dan intelegensinya. Pada tahapan ini juga terjadi
peralihan dari pemikiran seorang anak yang konkret ke pemikiran yang
abstrak.
Seorang siswa SMP kelas VII yang baru menginjak usia remaja ini
akan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran jika mereka
mempraktikkan atau mengalaminya sendiri. Pengalaman atau percobaan
yang mereka lakukan tersebut akan membuat materi pelajaran yang
dipelajari menjadi berkesan dan membekas di memori mereka. Selain itu,
mereka juga lebih mudah dalam membayangkan seperti apa materi yang
dipelajarinya, karena mereka mengalami sendiri dan tentunya ada objek
yang jelas.
Siswa SMP kelas VII tentunya mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran yang abstrak. Mereka belum sepenuhnya
memahami bagaimana cara berpikir dan melogika pelajaran yang abstrak
tersebut. Mereka harus memiliki penalaran dan logika yang kuat untuk
mampu memahami materi pelajaran yang abstrak. Mereka tidak cukup
belajar dengan cara membaca, tetapi mereka juga harus membayangkan
dan menganalisis konsep-konsep berpikirnya.
Materi tentang gerak parabola merupakan salah satu materi
pelajaran Fisika yang cukup rumit serta membutuhkan penalaran dan
imajinasi yang kuat. Untuk mampu menyelesaikan persoalan dalam
materi gerak parabola ini, seorang siswa SMP kelas VII harus mampu
menggambarkan besaran-besaran vektor yang bekerja padanya. Mereka
harus mengimajinasikan seperti apa lintasan dan arah gerak itu. Hal ini
tentunya membuat siswa SMP kelas VII mengalami kesulitan dalam
memahami materi gerak parabola.
Kesulitan yang dialami siswa SMP kelas VII dalam memahami
materi gerak parabola membuat materi gerak parabola ini ditakuti oleh
sebagian besar siswa SMP kelas VII. Ketakutan terhadap materi gerak
parabola ini membuat mereka semakin enggan dalam mempelajari materi
gerak parabola lebih lanjut.
Seorang guru harus kreatif dalam menyikapi perkembangan
intelegensi siswanya terhadap media pembelajaran yang akan digunakan
sebagai alat bantu dalam mengajar. Penggunaan media pembalajaran yang
tepat akan mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.
Di samping itu, penggunaan media pembelajaran juga akan membantu
siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan guru.
Alat peraga sederhana merupakan salah satu media pembelajaran
yang dapat digunakan oleh guru untuk mempermudah dalam menjelaskan
materi gerak parabola. Dengan adanya alat peraga ini, seorang guru secara
tidak langsung memberikan gambaran kepada siswanya tentang gerak
parabola. Dengan adanya gambaran tersebut, seorang siswa akan lebih
mudah menangkap dan memahami materi gerak parabola.
Salah satu alat peraga sederhana yang menggunakan prinsip gerak
parabola adalah ketapel. Ketika sebuah ketapel yang sudah berisi kerikil
ditarik dan kemudian dilepas, kerikil dalam ketapel itu akan terlontar
dengan lintasan yang membentuk lintasan parabola.
Ketapel merupakan mainan tradisional yang sudah familier bagi
siswa SMP kelas VII. Sebagian besar siswa ini tentunya sudah mengenal
bahkan pernah menggunakan mainan tradisional ketapel, sehingga
penggunaan ketapel sebagai alat peraga sederhana akan mudah dipahami
dan dimengerti oleh siswa SMP kelas VII.
Dengan menghadirkan ketapel sebagai alat peraga sederhana dalam
pembelajaran materi Fisika gerak parabola, tentunya akan sangat
membantu siswa dalam memahami materi yang abstrak ini. Mereka akan
memiliki bayangan yang lebih konkret tentang bagaimana gerak parabola
itu. Dengan adanya bayangan terhadap materi gerak parabola inilah,
seorang siswa SMP kelas VII mampu untuk memahami materi gerak
parabola.
Keberadaan ketapel sebagai alat peraga sederhana ini tentunya
sangat membantu pemahaman siswa terhadap materi Fisika gerak
parabola. Seorang guru SMP kelas VII dapat menjelaskan kepada
siswanya bahwa kerikil yang terlempar dari ketapel membentuk lintasan
parabola. Karena lintasannya parabola, maka pada saat tertentu kerikil
mencapai kedudukan tertinggi (pada puncak parabola) dan pada saat yang
lain kerikil juga mencapai kedudukan terendah (saat kerikil jatuh di tanah).
Jauh dekatnya serta tinggi rendahnya kerikil yang terlempar ini
ditentukan oleh kecepatan awal pelemparan kerikil dan sudut pelemparan
terhadap bidang horizontal. Jarak terjauh dicapai kerikil ketika sudut
pelemparan terhadap bidang horizontal membentuk sudut 45°, sedangkan
jarak tertinggi dicapai ketika sudut pelemparan terhadap bidang horizontal
membentuk sudut 90°.
Pengetahuan siswa SMP bahwa ketapel menggunakan prinsip
gerak parabola akan membuat mereka semakin tertantang dalam
mempelajari gerak parabola. Selain mereka bisa memahami materi di
sekolah, mereka juga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
ketika bermain ketapel. Mereka dapat membidik objek yang mereka incar
dengan ketapel secara tepat sasaran. Hal ini tentunya akan sangat
mengasikkan.
Siswa SMP kelas VII akan menyenangi materi Fisika gerak
parabola karena adanya alat peraga ketapel. Kesenangan ini tentunya akan
membuat mereka semangat uuntuk mempelajari materi gerak parabola,
dan pada akhirnya mereka mampu menguasai materi gerak parabola.
.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Cara kerja ketapel menggunakan prinsip gerak parabola. Kerikil yang
terlempar dari ketapel akan bergerak dengan bentuk lintasan yang
menyerupai parabola.
2. Alat peraga ketapel dapat memberikan gambaran kepada siswa SMP
kelas VII tentang gerak parabola, sehingga siswa tersebut akan lebih
mudah dalam memahami materi gerak parabola.
B. Saran
1. Seorang siswa tidak boleh menyerah dalam mempelajari sesulit apa
pun materi pelajaran yang dihadapi.
2. Seorang guru seharusnya bisa lebih kreatif dalam memanfaatkan
barang-barang disekitarnya sebagai media pembelajaran yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar.2009.Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Muflihah.2007.Permainan Ketapel Khas Jawa Barat. Diunduh darihttp://carapedia.com pada hari Minggu, 3 Juni 2012 pukul 16.30 WIB.
Sanaky, Hujair A.H.2009. Media Pembelajaran.Yogyakarta: Safiria Insani Press.
Santrock, John W.2009.Psikologi Pendidikan Jilid I.Jakarta :Salemba.
Sarojo, Ganijanti Aby,2002.Fisika Dasar Mekanika.Jakarta:Salemba Teknika
Siswoyo, Dwi dkk.2007.Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:UNY Press.
Soedojo, Peter.200.Azas-Azas Mekanika Analitik.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Sutrisno.1981.Fisika Dasar Mekanika.Bandunng:ITB Press.
Sutrisno, Leo.2007.Menyusuri Pembelajaran Sains.Diunduh darihttp://www.scribd.com pada hari Kamis, 7 Juni 2012 pukul 09.00 WIB.
Tippler, Paul.1998.Fisika Untuk Sains dan Teknik.Jakarta:Erlangga.
Wijayanti, Sularmi.2009.Gaya dan Gerak.Diunduh darihttp://www.scribd.com pada hari Minggu, 3 Juni 2012 pukul 16.00 WIB.