dm laporan
DESCRIPTION
laporan ppk,kuliah, lapanganTRANSCRIPT
BAB I
KASUS
Anamnesis
Identitas
Nama : Ny. Zaenafsiyah sutoro
Umur : 56 th
Status : Janda, mempunyai anak tujuh
Alamat : Ngadiharjo
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
RPS
Pasien menderita diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Pada tahun- tahun awal,
pasien mengeluh lebih sering makan dan minum, namun kondisi badannya tetap lemah
dan berat badan cenderung menurun. Pasien mengaku aktifitasnya tidak terlalu
terganggu, masih kuat jalan jauh. Frekuensi buang air kecil meningkat 4-5 kali dari
biasanya, pasien juga mengeluh sering pusing dan kesemutan dibagian kaki kirinya.
Pasien juga sering mengeluh berdebar- debar.Pasien rutin kontrol pada awal- awal tahun
penyakitnya, namun mulai tahun ketiga sering lupa kontrol sejak di rujuk ke RST karena
jarak yang jauh, namun langsung membeli obat yang biasa di berikan dokter ke apotek
(metformin dan gilbenclamide), pasien juga rutin meminum rebusan-rebusan jamu
tradisional.
Pada saat ini, kondisi pasien lebih baik dari sebelumnya, keluhan- keluhan seperti pegal,
pusing- pusing, sudah tidak terlalu dirasakan. Hanya kesemutan dan kesulitan melihat
yang masih dirasakan terberat. Gula darah sewaktu 305 mg/dl. Gula darah puasa 160
mg/dl. Sedangkan gula darah post prandial 400 mg/dl. Setelah mengalami pengobatan
gula darah sewaktunya 200 mg/dl.
1
Anamnesis sistem
Cerebrospinal : demam(-), pusing(+)
Cardiovaskuler : berdebar-debar(+)
Respirasi : sesak nafas(-)
Digesti : nafsu makan (+), BAB normal dan tidak ada gangguan
Urogenital : BAK 4-5 kali, terus-terusan. Warna normal.
Muskoloskeletal : kesemutan(+) kesemutan terutama kaki kiri(+),nyeri kaki kiri(+)
Integumentum : (-)
RPD
Belum pernah mondok.
Riwayat DM disangkal
Pasien menderita hipertensi sejak awal DM.
RPK
Riwayat DM disangkal
Suami pasien meninggal karena decom. Kordis
Riwayat hipertensi disangkal.
LINGKUNGAN
Lingkungan rumah bersih, pasien sudah mulai mengurangi asupan gula. Porsi makan
setengah dari yang biasa, frekuensi makan tidak teratur. Pasien gemar mengkonsumsi
gudangan dan ketela. Pasien rutin menkonsumsi jamu- jamuan rebusan. Tetangga pasien
juga ada yang mengalami Diabetes Melitus yang berat sampai borok.
KESIMPULAN DD
Diagnosis differential untuk pasien sementara menderita DM, karena pada anamnesis
ditemukan trias klasik DM + BB yang cenderung turun.
2
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik.
Vital sign : - suhu : normal
- Pernapasan : 18x/menit
- Nadi : 98x/menit
- TD : 140/90 (155/85 dua bulan yang lalu)
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 157cm
Kepala : konjungtiva anemis, sklera ikterik. Tidak terlihat bayangan putih pada kornea,
ataupun mikro
Leher : tidak dilakukan
Thorax: tidak dilakukan
Abdomen: tidak dilakukan
Anggota gerak: tidak dialakukan
Kulit: tidak ada tanda2 edem pada kaki maupun luka yang lama sembuh.
DD
DM juga terjadi hipertensi.
Pemeriksaan lanjutan
GDS
GDP
GD2PP
Glukosa Urin
TTGO
DIAGNOSIS KERJA
Diabetes mellitus tipe 2
3
RENCANA TATA LAKSANAAN
1. Diet
3 kali makan besar disertai 2-3 kali camilan.
Makan- makanan dengan indeks diet yang mengenyangkan seperti sayuran, agar-
agar dan kolang kaling.
2. Olahraga
Teratur minimal 3 kali sehari dengan tidak melebihi 50 -60 % dari intensitas jantung
(220-usia)
Farmakologi
Metformin 2x500 mg sehari. Diberikan setelah makan atau bersamaan dengan makanan.
Glibenklamide 1x2,5-5 mg sehari
Neuralgin 3x1
4
BAB II
PEMBAHASAN
Interpretasi hasil anamnesis
Diabetes melitus adalah gangguan endokrin yang paling banyak dijumpai.
Diabetes Mellitus atau DM dibagi menjadi beberapa tipe menurut WHO.
Diabetes dibagi menjadi tiga tipe:
Tipe 1 diabetes atau insulin dependent.
Tipe 2 atau non insulin dependent
Tipe gestasional
Tipe lain: yaitu hiperglikemik yang terjadi selama kehamilan.
Insidensi terbanyak adalah pada DM type 2 (dynaweb). Faktor resiko DM type 2
umumnya terjadi pada pasien dengan usia diatas 45 tahun, menderita obesitas Pada
pasien dengan DM type 2 disebabkan karena kelainan sekresi insulin, baik pada resistensi
sel-sel sasaran terhadap insulin maupun gangguan pengikatan pada sel-sel sasaran.
Pada pasien DM biasanya terdapat trias klasik Diabetes mellitus yang meliputi polifagi,
polidipsi, dan poliuri. Yang juga ditemukan pada anamnesis dengan Ny.Z. Hal tersebut
5
disebabkan karena pada pasien DM yang notabene menyebabkan kekurangan maupun
defisiensi insulin pada pasien.
Skema1. defisiensi insulin
Defisiensi insulin menyebabkan menyebabkan pengeluaran glukosa oleh hati
meningkat, dan juga menyebabkan penyerapan glukosa pada sel menurun kedua hal itu
dapat menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan diuresis osmotik
kemudian glukosaria yang menyebabkan poliuri dan akhirnya menyebabkan dehidrasi.
Untuk mengatasi pengurangan cairan yang berlebihan dari tubuh, tubuh
mengkompensasinya dengan banyak minum atau polidipsi. Kemudian disatu sisi terjadi
kekurangan penyerapan glukosa oleh sel sendiri. Dan akhirnya terjadi defisiensi glukosa
intrasel yang menyebabkan polifagi. Pada anamnesis dengan Ny. Z, dirinya mengeluh
sering banyak makan tapi tidak menambah tenaganya atau seperti tidak berpengaruh. Hal
ini sesuai dengan teori polifagi, juga pada keluhan lain seperti dirinya mengeluh sering
buang air kecil dan sering banyak minum.
Pada Diabetes Mellitus tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan
reseptor. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada
membran sel yang selnya responsif terhadap insulin atau akibat ketidak normalan
reseptor insulin intrinsik. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara kompleks
reseptor insulin dengan sistem transport glukosa. Ketidaknormalan postreseptor dapat
menggangu kerja insulin. Pada akhirnya, timbul kegagalan sel beta dengan menurunnya
jumlah insulin yang beredar dan tidak lagi memungkinkan untuk mempertahankan
euglikemia. Sekitar 80% pasien diabetes tipe 2 mengalami obesitas, karena obesitas
berkaitan dengan resistensi insulin, maka akan timbul kegagalan toleransi glukosa.
Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas
insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
Interpretasi pemeriksaan
Dari pemeriksaan tekanan darah diketahui tekanan darah pasien adalah 140/90mmHg.
Dua bulan yang lalu diketahui tekanan darah Ny. Z 155/85mmHg.
6
Pertama kali pasien melakukan pemeriksaan kadar gula darah sekitar 305 mg/dl.
Kemudian dilakukan pemeriksaan gula darah puasa 160 mg/dl dan dilakukan
pemeriksaan gula darah puasa setelah makan 400 mg/dl. Setelah melakukan pemeriksaan
tersebut didapatkan bahwa pasien tersebut mengalami Diabetes Mellitus.
Alasan DD
Untuk pasien sementara menderita DM, karena pada anamnesis ditemukan trias klasik
DM yaitu poliuri, polidipsi dan polifagi. Serta didukung dengan hasil dari pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan.
Alasan diagnosis kerja
Karena pada pasien didapatkan Trias klasik khususnya pada Diabetes Mellitus, pasien
mudah lelah dan dari hasil pemeriksaan penunjang, mendukung adanya Diabetes Mellitus
tipe 2.
Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Tujuan : untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal.
Tujuan terapi jangka pendek untuk penderita diabetes melitus tipe 2 adalah
untuk mengurangi tanda dan gejala yang muncul, seperti poliuria (banyak buang air
kecil), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan) dan untuk
menormalkan kadar glukosa darah. Kira-kira 80% dari semua pasien tipe-2 adalah
terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi sampai 17-22 mmol/l, sehingga kadar gula
darah perlu dikontrol dengan nilai normal (4-7 mmol/l).
Tujuan terapi jangka panjang adalah memperlambat laju perkembangan
komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular seperti
retinopati (penyakit mata), neuropati (kerusakan pada saraf), nefropati (kerusakan
ginjal). Komplikasi makrovaskular adalah seperti penyakit kaki, keadaan ini
merupakan akibat penyakit pembuluh darah perifer (kaki yang dingin dan nyeri), dan
peningkatan kecenderungan untuk terinfeksi, sehingga terbentuk ulkus, gangren dan
kaki charcot (kaki hangat/panas dengan kerusakan sendi).
Untuk mencapai kedua tujuan ini adalah sangat penting mengusahakan
regulasi yang optimal. Regulasi yang optimal dimaksudkan bahwa sepanjang hari
7
kadar gula darah pada penderita diabetes sangat berfluktuasi, sehingga hendaknya
kadar gula darah dikendalikan dengan nilai normal (4-7 mmol/l). Kontrol glikemik
yang baik menghambat timbul dan berkembangnya semua penyakit mikrovaskular,
penyakit makrovaskular jarang terjadi pada pasien yang tekanan darahnya dapat
terkontrol dengan baik (<140/90 mmHg).
Biguanid
Metformid : Terdapat dalam konsentrasi yang tinggi didalam usus dan hati, tidak
dimetabolisme tetapi secara cepat dapat dikeluarkan melalui ginjal. Karena
cepatnya proses tersebut maka metformin biasanya diberikan 2-3x sehari.
Mekanisme kerja: Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya
terhadap kerja insulin pada tingkat selular, distal reseptor insulin dan menurunkan
produksi glukosa hati. Metformid meningkatkan pemakaian glukosa oles sel usus
sehingga menurunkan glukosa darah dan juga diduga menghambat absorpsi
glukosa di usus sesudah asupan makan. Setelah diberikan secara oral metformin
akan mencapai kadar tertinggi dalam darah setelah 2 jam dan diekresikan lewat
urin dalam keadaan utuh dengan waktu paruh 2-5 jam. Efek metformin diduga
terjadi melalui peningkatan penggunaan glukosa oleh jaringan perifer yang
dipengaruhi AMP acticated protein kinase (AMPK) yang merupakan regulator
selular utama bagi metabolisme lipid dan glukosa. Efek sampingnya: gangguan
saluran pencernaan dan asidosis laktat.
Sulfonilurea
Mekanisme kerja: Merangsang channel K yang tergantung pada ATP dari sel beta
penkreas. Bila sulfonilurea terikat pada reseptor (SUR) channel tersebut akan
terjadi penutupan. Keadaan ini menyebabkan terjadinya penurunan permeabilitas
K pada membran sel beta, terjadi depolarisasi membran dan membuka channel Ca
tergantung voltase dan menyebabkan peningkatan Ca intrasel. Ion Ca akan terikat
pada calmodulin dan menyebabkan eksositosis granul yang mengandung insulin.
Golongan obat ini bekerja dengan merangsang sel beta pankreas untuk
melepaskan insulin yang tersimpan. Efek sampingnya: peningkatan berat badan
dan hipoglikemik.
Inhibitor alpha glukosidase
8
Akarbosa menghambat pencernaan karbohidrat dan mengurangi absorpsi glukosa
di usus. Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alpha
glukosidase didalam saluran cerna sehingga dengan demikian menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia
Efek sampingnya: kembung dan diare.
Regulator glukosa setelah makan
Repaglinid, menstimulasi pelepasan insulin oleh sel beta pankreas. Efek
sampingnya: disfungsi hati.
Glitazone
Golongan obat yang juga mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan
sensivitas insulin. Monoterapi dengan glitazone dapat memperbaiki konsentrasi
glukosa darah puasa hingga 59-80 mg/dl dan A1C 1,4-2,6%
Mekanisme kerja: Merupakan agonist peroxisome priliferator activated receptor
gamma (PPAR) yang sangat selektif dan poten. Reseptor PPAR gamma terdapat
dijaringan target kerja insulin seperti jaringan adiposa, otot skelet dan hati, sedang
reseptor pada organ tersebut merupakan regulator homeostasis lipid, diferensiasi
adiposit dan kerja insulin.
Glitazone dapat merangsang ekspresi beberapa protein yang dapat memperbaiki
sensivitas insulin dan memperbaiki glikemia serta dapat mempengaruhi ekspresi
dan pelepasan mediator resistensi insulin seperti TNF alpha, leptin dan lain-lain.
Penatalaksanaan terapi untuk diabetes dibagi menjadi beberapa aspek dan tujuan,
daintaranya memelihara kadar atau konsentrasi glukosa darah dalam batas normal dan
untuk mencegah perkembangan komplikasi penyakit dalam jangka waktu lama.
Pengurangan BB, latihan dan modifikasi diet menurunkan rsistensi insulin dan
memperbaiki hiperglikemia diabetes type 2 pada beberapa penderita. Walaupun demikian
kebanyakan tergantung pada campur tangan obat hipoglikemik oral. Terapi insulin
mungkin diperlukan untuk mencapai kadar glukosa serum yang memuaskan.
9
Drugs of choice
Antidiabetika Oral Kombinasi Metformin dan Glibenklamid
Kombinasi ini sangat cocok digunakan untuk penderita diabetes melitus tipe 2
pada pasien yang hiperglikemianya tidak bisa dikontrol dengan single terapi (metformin
atau glibenklamid saja), diet, dan olahraga. Di samping itu, kombinasi ini saling
memperkuat kerja masing-masing obat, sehingga regulasi gula darah dapat terkontrol
dengan lebih baik. Kombinasi ini memiliki efek samping yang lebih sedikit, apabila
dibandingkan dengan efek samping apabila menggunakan monoterapi (metformin atau
glibenklamid saja). Metformin dapat menekan potensi glibenklamid dalam menaikkan
berat badan pada pasien diabetes melitus tipe 2, sehingga cocok untuk pasien diabetes
melitus tipe 2 yang mengalami kelebihan berat badan (80% dari semua pasien diabetes
melitus tipe 2 adalah terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi sampai 17-22 mmol/l).
METFORMIN HIDROKLORID
Indikasi : menekan nafsu
makan, tidak
meningkatkan berat
badan, indikasi lain
penggunaannya
dalam kombinasi
dengan sulfonilurea
adalah untuk pasien
diabetes melitus tipe
2 dengan hasil yang
tidak memadai hanya dengan pemberian terapi sulfonilurea.
10
Dosis : 3 kali sehari 500 mg, atau 2 kali sehari 850 mg, diminum yang diberikan pada
waktu makan. Bila perlu dosis dinaikkan dalam waktu 2 minggu sampai maksimal
3 kali sehari 1g.
Efek Samping : agak sering tejadi dan berupa gangguan lambung-usus, antara lain
anorexia (kehilangan nafsu makan), mual, muntah, keluhan abdominal, diare
terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Efek tersebut berhubungan dengan dosis
dan cenderung terjadi pada awal terapi dan bersifat sementara.
Kontraindikasi : kontraindikasi pada pasien yang menderita penyakit ginjal, alkoholisme,
penyakit hati.
Perhatian : Berhubung kekurangan data mengenai keamanannya, maka metformin tidak
dianjurkan selama kehamilan dan laktasi. Sebagai gantinya selalu disuntik dengan
insulin.
Sulfonilurea
Indukasi: merangsang pelepasan insulin dari sel Β-pankreas, mengurangi kadar glukagon
dalam serum, meningkatkan peningkatan jaringan target dan reseptor.
Sulfonilurea golongan I
Klorpropamid (Diabenese)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : diabetes juveil, NIDDM berat atau tidak stabil. Ketoasidosis,
pembedahan, infeksi berat, trauma, ggn fungsi hati, ginjal atau tiroid. Hamil.
Bentuk sediaan & dosis : tablet 100 mg ; tablet 250 mg dan pasien paruh baya 250
mg/hari, usia lebih tua 100-125 mg/hari. Aturan pakai 3 x sehari bersama
makanan.
11
Efek samping : ikterus kolestatik, reaksi seperti disulfiram, mual, muntah, diare,
anoreksia.
Resiko khusus : pada penderita gangguan fungsi ginjal dan wanita menyusui.
Sulfonilurea golongan II
Glipizid (Aldiab)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : DM ketoasidosis dengan atau tanpa koma, juvenile DM, ggn
fungsi ginjal, hati yang berat.
Bentuk sediaan & dosis : tab 5 mg dan dosis awal 15-30 mg 1x /hari sebelum
makan pagi, dosis ditambah 2,5-5 mg tergantung kadar gula
darah.
Efek samping : ggn GI, hipoglikemik, reaksi alergi kulit eritema, erupsi
makulopapular, urtikaria, pruritus, eksema, porfiria,
fotosensitifitas. Reaksi seperti disulfiram. Reaksi
hematologik:agranulositois, leukopenia, trombositopenia,
anemia plastesik, anemia hemolitik, pansetopenia, pusing,
mengantuk, sakit kepala. Peningkatan AST, LDH, alkaline
phosphatese, BUN & kreatinin.
Resiko khusus : penderita hati, ginjal dan wanita hamil.
Glimepirid (Amadiab)
Indikasi : DM tipe II (NIDDM)
Kontra-indikasi : DM tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma
diabetikum, hipersensitif terhadap glimepirid, hamil,
laktasi.
12
Bentuk sediaan & dosis : kapl 1 mg; 2 mg; 3 mg; 4 mg. Dosis 1 mg 1 x/hari dosis
dinaikkan selama 1-2 minggu.
Efek samping : hipoglikemik, ggn visual sementara, ggn GI, kerusakan hati.
Trombopenia, leukopenia.
Resiko khusus : hipersensitif & ggn fungsi hati.
Glibenklamid
Indikasi : digunakan untuk diabetes melitus tipe 2 dimana kadar gula darah tidak dapat
dikontrol hanya dengan diet saja.
Dosis : dosis awal 2,5 mg per hari atau kurang, rata-rata dosis pemeliharaan adalah 5-10
mg/hari, dapat diberikan sebagai dosis tunggal. Tidak dianjurkan memberikan
dosis pemeliharaan lebih dari 20mg/hari.
Efek samping : hipoglikemia yang dapat terjadi secara terselubung dan adakalanya tanpa
gejala yang khas, agak terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare),
sakit kepala, pusing, merasa tidak enak di mulut, gangguan kulit alergis.
Kontraindikasi : pasien usia lanjut, gangguan hati dan ginjal, wanita hamil dan menyusui.
Peringatan : dapat menimbulkan kenaikkan berat badan atau hipoglikemia.
13
RESEP
dr.Ani
sip :121281080
alamat: jalan kaliurang km14
no. Tlp (0274) 788999
Yogya, 21 jun. 09
R/ metformin 500mg
Tablet da no. XXX
S. 2 d.d 1 tablet (sebelum sarapan)
R/ glibenclamide 2,5mg
Tab. Da no XXX
S. d.d 1 tablet
Pro: Ny. Zaenafsyah
Umur: 56 tahun
14
2. Non farmakologis
Terapi non farmakologis untuk DM type 2
Pendidikan pada Pasien
Agar pengobatan diabetes mellitus dapat optimum pasien perlu diberikan pengetahuan
tentang segala hal yang berkaitan dengan diabetes mellitus. Tetapi tidak hanya untuk
pasien juga untuk keluarganya harus mendapat pengetahuan yang cukup mendalam
mengenai peyebab dan strategi terapi diabetes mellitus. Pengobatan akan diperudah bia
pasien mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam perawatan penyakitnya
sehari-hari.
Pemberian pengetahuan secara dini hendaklah menekankan pentingnya segi-segi praktis
pengobatan penyakit, yang meliputi perencanaan diet dan tekhnik pemantauan glukosa
dan keton-keton. Perlu disampaikan kepada pasien kaitan-kaitan yang ada antara diet,
aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.dukungan dari dokter (pemberi
diagnosis/sebagai pemberi instruksi), apoteker (pemberi obat dan informasi), dan ahli gizi
serta perawat (untuk membantu perawatan) merupakan hal penting dalam mencapai
sasaran pemberian pengetahuan. Pemberian pengetahuan dan pengobatan akan paling
efektif bila semua unsur profesional tersebut saling berkomunikasi mengenai pasiennya
secara perorangan.
Diet
Diet merupakan hal penting pada semua jenis diabetes mellitus dan juga bermanfaat bagi
pasien yang menderita gangguan toleransi glukosa. Tujuan terapi diet hendaknya
diberitahukan kepada pasien dan ahli gizi yang merawat dan sasaran pemberian diet
supaya ditelaah ulang secara teratur. Rencana makanan harus dibuat dengan
mempertimbangkan kesukaan, penghasilan dan kebutuhan masing-masing pasien.
bahan Makanan Yang Harus Di Batasi
Sumber hidrat arang kompleks seperti nasi, lontong, roti, ubi, singkong, mie, bihun,
macaroni dan makanan lain yang dibuat dari tepung-tepungan.
15
Bahan Makanan Yang Harus Di hindari
Gula murni dan makanan yang diolah dengan gula murni, seperti gula pasir, gula jawa,
gula-gula dodol, coklat, jam, madu, sirup, coca-cola, susu kental manis, es krim, kue-kue
manis, coke, tarcis, buah dalam kaleng, dendeng, abon, kecap, dan lain-lain
Perencanaan modifikasi diet mulai dari sasaran kalori, konsistensi, komposisi makanan
dengan karbohidrat 50-60%; protein 10-20%; lemak 25-30%; serat 25 g/1000 kkal;
pemanis buatan, dan penggunaan alkohol harus dibatasi. Makan 3 kali sehari dan camilan
3 kali sehari. Usahakan jam camilan diberi asupan makanan yang mengenyangkan,
seperti agar- agar atau rumput laut.
o Pengaturan makan atau diet bagi penderita DM merupakan salah satu upaya
terpenting dalam mempertahankan kadar glukosa darah, kami anjurkan Anda
konsultasi dengan dokter/ahli gizi tentang hal ini
o Gunakan daftar makanan penukar sehingga Anda dapat memilih bahan makanan
yang disukai dengan menu keluarga.
o Pada awal terapi atau kadar glukosa belum terkontrol dianjurkan menimbang
makanan sesuai petunjuk dokter/ahli gizi. Bila kadar glukosa sudah terkontrol,
Anda dapat makan dari menu keluarga, asal jumlah makanan ditakar
( menggunakan ukuran rumah tangga ).
o Gunakan prinsip 3 J
a. Tepat Jumlah bahan makanan
b. Tepat Jadwal Makan
c. Tepat Jenis bahan makanan
16
KANDUNGAN KOLESTEROL DARI PER 100 Gr MAKANAN
No Nama makanan per 100 gr Kolesterol
( mg )
Kategori
1 Putih telur ayam 0 Sehat
2 Teripang ( haisom ) 0 Sehat
3 Ubur-ubur 0 Sehat
4 Susu sapi non fat 0 Sehat
5 Daging ayam pilihan tanpa kulit 50 Sehat
6 Daging bebek pilihan tanpa kulit 50 Sehat
7 Ikan sungai biasa 55 Sehat
8 Daging sapi pilihan tanpa lemak 60 Sehat
9 Daging babi pilihan tanpa kulit 60 Sehat
10 Daging kelinci 65 Sehat
11 Daging kambing tanpa lemak 70 Sehat
12 Ikan ekor kuning 85 Sehat
13 Daging asap (ham) 98 Sekali-Sekali
14 Iga sapi 100 Sekali-sekali
15 Iga babi 105 Sekali-sekali
16 Daging sapi 105 Sekali-sekali
17 Burung dara 110 Sekali-sekali
18 Ikan bawal 120 Sekali-sekali
19 Daging sapi berlemak 125 Sekali-sekali
20 Gajih sapi 130 Hati-hati
21 Gajih kambing 130 Hati-hati
22 Daging babi berlemak 130 Hati-hati
23 Keju 140 Hati-hati
24 Sosis daging 150 Hati-hati
25 Kepiting 150 Hati-hati
26 Udang 160 Hati-hati
27 Kerang / seafood 160 Hati-hati
28 Belut 185 Hati-hati
29 Santan kelapa 185 Berbahaya
30 Gajih babi 200 Berbahaya
31 Susu sapi 250 Berbahaya
32 Susu sapi krim 280 Berbahaya
33 Coklat /cacao 290 Berbahaya
34 Mentega / margarine 300 Berbahaya
35 Jeroan sapi 380 Berbahaya
36 Jeroan babi 420 Berbahaya
37 Kerang putih / remis / tiram 450 Berbahaya
38 Telur ayam 500 Berbahaya
39 Jeroan kambing 610 Berbahaya
40 Cumi-cumi 1170 Pantang
17
41 Kuning telur ayam 2000 Pantang
42 Otak sapi 2300 Pantang
43 Otak babi 3100 Pantang
44 Telur burung puyuh 3640 Pantang
o Kolesterol normal dalam darah : 160 - 200 mg
o Kolesterol tinggi mengakibatkan penyakit mendadak seperti hipertensi, jantung,
stroke dan kematian.
Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar glukosa darah tetap
normal. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat tetapi olah raga ringan asal dilakukan
secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olah raga yang disarankan
adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance
Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-
umur). Disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Ctoh olah raga yang
disarankan seperti jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang dll.
18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Umumnya penyebab Dibetes Mellitus tipe 2 adalah karena gaya hidup atau
obesitas pada usia menengah dan manula yang diakibatkan karena resistensi terhadap
kerja insulin dijaringan perifer. Pada obesitas jumlah reseptoe insulin di dalam sel target
insulin diseluruh tubuh, membuat jumlah insulin yang ada kurang efektif dalam
meningkatkan metabolik insulin.
Penatalaksanaan dari Diabetes Mellitus adalah dengan diberikan obat golongan
Biguanid yang berguna untuk mengurangi retensi insulin dan glukoneogenisis di hati.
Serta diberikan obat golongan sulfonilurea yang dapat meningkatkan pelepasan insulin
dari sel beta pankreas dengan menutup salurak K+ yang akan menyebabkan depolarisasi
sel.
Saran
Pasien harus teratur meminum obat yang diberikan.
Kontrol kadar gula darah setiap bulan sekali.
Apabila obat yang diberikan sudah habis, pasien diharapkan untuk kembali lagi ke
dokter untuk di cek kembali.
Kurangi makan-makanan yang manis-manis.
Diet Sumber hidrat arang kompleks seperti nasi, lontong, roti, ubi, singkong, mie,
bihun, macaroni dan makanan lain yang dibuat dari tepung-tepungan.
19
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Tuomilehto J, Lindström J, Eriksson JG, et al. Prevention of type 2 diabetes mellitus by
changes in lifestyle among subjects with impaired glucose tolerance. N Engl J Med
2001;344:1343-50
Manson JE, Rimm EB, Stampfer MJ, et al. Physical activity and incidence of non-
insulin-dependent diabetes mellitus in women. Lancet 1991;338:774-8
Helmrich SP, Ragland DR, Leung RW, Paffenbarger RS Jr. Physical activity and
reduced occurrence of non-insulin-dependent diabetes mellitus. N Engl J Med
1991;325:147-52
Davey, Patrick. At a glance medicine. 2003. Penerbit Erlangga: Jakarta
Price,Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit.EGC: Jakarta
Soeparman.Waspadji.Sarwono.1994. Ilmu penyakit dalam.jilid 2.Jakarta:FK UI
Anonim., 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, DepKes RI.
http://dynaweb.ebscohost.com/Detail.aspx?id=113993&sid=a2f846b6-8304-4928-a7aa-
38c7e3a6c8f9@sessionmgr2#Intensive_insulin
Katzung, B.G, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8, buku 2, 693-705, Penerbit
Salemba Medika : Jakarta
Neal, M.J, 2006, At Glance Farmakologi Medis, ed.5, 78-79, Penerbit Erlangga:
Jakarta.
20
http://dynaweb.ebscohost.com//ShowEHostFT.aspx?
db=c8h&AN=2003155146&ftt=p&linktitle=Diabetes%20mellitus%20type
%202¤tchunkiid=113993
http://dynaweb.ebscohost.com//ShowEHostFT.aspx?
db=mnh&AN=12093202&ftt=t&linktitle=Diabetes%20mellitus%20type
%202¤tchunkiid=113993
21