dk 2 p 2

10
Jenis-jenis luka Berdasarkan derajat kontaminasi a. Luka bersih Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan orofaring,traktus respiratorius maupun traktus genitourinarius. Dengan demikian kondisi luka tetap dalam keadaan bersih. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%. b. Luka bersih terkontaminasi Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol. Proses penyembuhan luka akan lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan timbulnya infeksi luka sekitar 3% - 11%. c. Luka terkontaminasi Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih. Luka menunjukan tanda infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau kecelakaan (luka laserasi), fraktur terbuka maupun luka penetrasi. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%. d. Luka kotor Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi visera, abses dan trauma lama. Berdasarkan Penyebab

Upload: adams-westlifer-sophiano

Post on 28-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aaaa

TRANSCRIPT

Page 1: DK 2 P 2

Jenis-jenis luka

Berdasarkan derajat kontaminasia. Luka bersih

Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan orofaring,traktus respiratorius maupun traktus genitourinarius. Dengan demikian kondisi luka tetap dalam keadaan bersih. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

b. Luka bersih terkontaminasi Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran pernafasan, saluran

pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol. Proses penyembuhan luka akan lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan timbulnya infeksi luka sekitar 3% - 11%.

c. Luka terkontaminasi Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage saluran pernafasan,

saluran pencernaan dan saluran kemih. Luka menunjukan tanda infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau kecelakaan (luka laserasi), fraktur terbuka maupun luka penetrasi. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.

d. Luka kotor Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka

dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi visera, abses dan trauma lama.

Berdasarkan Penyebaba. luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan

benda berpermukaan kasar atau runcing.b. luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan beraturanc. luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan atau compang camping biasanya

karena tarikan atau goresan benda tumpul.d. luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang biasanya kedalaman luka lebih

dari pada lebarnya.e. luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan memiliki bentuk permukaan luka yang

mengikuti gigi hewan yang menggigit. Dengan kedalaman luka juga menyesuaikan gigitan hewan tersebut.

f. luka karena terbakar oleh api atau cairan panas maupun sengatan arus listrik. memiliki bentuk luka yang tidak beraturan dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam. Biasanya juga disertai bula karena kerusakan epitel kulit dan mukosa.

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka stadium I : luka superfisial

Page 2: DK 2 P 2

yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

Stadium II : luka partial thicknessYaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis, dan ada tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

Stadium III : luka full thicknessYaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan uang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis, dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

Stadium IV : luka full thickness Yaitu luka yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Menurut waktu penyembuhan luka dibagi menjadi1. Luka akut

Yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati

2. Luka kronisYaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan sndogen.

Sumber : http://repository.unand.ac.id/18915/4/skills%20lab%20blok%202.2.pdf

Proses penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini :

a. Fase inflamasiFase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator 1) yang juga dikeluarkaninflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF 1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesisoleh makrofag. Adanya TGF kolagen.

Page 3: DK 2 P 2

b. Fase proliferasi atau fibroplasiFase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya. Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi

c. Fase remodeling atau maturasi Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal.

Sumber: http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1705_ANATOMI%20FISIOLOGI%20KULIT%20DAN%20PENYEMBUHAN%20LUKA%20Agustus%202007.pdf

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

1. UsiaAnak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.

2. Nutrisi Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

3. Infeksi Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

4. Sirkulasi (hipovolemia) dan OksigenasiSejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume

Page 4: DK 2 P 2

darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

5. HematomaHematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

6. Benda asingBenda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).

7. IskemiaIskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

8. DiabetesHambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

9. Keadaan Luka Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

10. ObatObat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.

a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab

kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

Sumber : http://blog.umy.ac.id/topik/files/2011/12/Merawat-luka.pdf

Page 5: DK 2 P 2

Komplikasi penyembuhan luka1. Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Perdarahan Perdarahan dapat menunjukkan adanya pelepasan jahitan, darah sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Waspadai terjadinya perdarahan tersembunyi yang akan mengakibatkan hipovolemia. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan luka dan perawatan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan juga mungkin diperlukan.

3. Dehiscence dan Eviscerasi Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

Sumber : https://oshigita.files.wordpress.com/2013/05/perawatan-luka-bedah-kbdnn.pdf

Kandungan antiseptik dan jenis-jenis antiseptik

Adapun jenis larutan antiseptik seperti alkohol 60% - 90%, stremid atau klorheksidglukonat (savlon), klorheksidinglukonat 4% (hibiscrub, hibitane, hibiclens), heksalorofen 3% (phisohex), triklosan, paraklorometaksilenol (PCMX atau klorosilenol/ dettol), iodine 1 - 3% serta iodofor berbagai konsentrasi (betadine).

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38022/4/Chapter%20II.pdf

Page 6: DK 2 P 2

Perawatan luka bekas operasi

1. Menjaga kebersihan disekitar bekas jahitan.2. Tiga hari setelah operasi, perban biasanya diganti dengan perban yang tahan air

sehingga ibu dapat mandi. Sebelumnya, karena bekas jahitan tidak boleh kena air, biasanya cukup diseka saja badannya dengan air hangat.

3. Hindari melakukan aktivitas fisik yang terlalu berlebihan sebab jahitan di dalam belum kering sehingga masih terasa sakit (Cendika dan Indarwati, 2010).

Perawatan di Rumah Walaupun merasa lebih baik, tetapi sebenarnya tubuh belum pulih sepenuhnya. Beberapa hal yang dapat dilakukan di rumah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

1. Menjaga Kebersihan Diri Ibu tidak perlu khawatir terhadap luka bekas irisan yang terkena air karena akan aman selama luka ditutup kain kasa lembut yang diatasnya dilapisi plester kedap air. Memang dulu pasien tidak boleh mandi karena luka hanya ditutupi kain kasa. Namun sekarang dokter akan memakaikan plester kedap air di atas kain kasa untuk mencegah terjadinya infeksi karena terkena air.

2. Jangan Mengangkat Benda Berat Usahakan untuk tidak mengangkat benda-benda yang berat karena kegiatan ini bisa mengakibatkan tekanan pada bagian perut maupun pinggang sehingga merasa sakit.

3. Makan Makanan Bergizi Makanan bergizi yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan sangat dianjurkan. Misalnya untuk mencegah sembelit, makanlah vit C, banyak buah-buahan dan sayuran segar.

4. Merawat Bekas Sayatan Universitas Sumatera Utara Biasanya, benang operasi terserap secara otomatis. Beberapa cara merawat bekas sayatan operasi sebagai berikut :a. Bagi ibu yang sudah bisa mandi tanpa diseka, sebaiknya mandi dengan shower

atau bersiram.b. Setelah mandi, segera keringkan bekas sayatan tersebut dengan handuk yang

lembut, kertas tissu atau kapas. c. Jangan memakai celana dalam yang pendek (jenis bikini) karena karet celana

jenis ini akan menekan bekas sayatan sehingga akan terasa sakit. d. Kalau bekas sayatan menjadi bengkak kemerahan dan terasa sakit segera

periksakan kedokter karena tanda-tanda ini menunjukkan terjadinya infeksi

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27177/4/Chapter%20II.pdf

Pengaruh antiseptik terhadap luka

Beberapa ahli bedah melaporkan penggunaan antiseptik menurunkan infeksi selama tindakan operasi tetapi banyak ahli bedah tidak merasa yakin dengan efek larutan antiseptik dalam

Page 7: DK 2 P 2

menurunkan infeksi. menyebutkan bahwa berbagai larutan antiseptik menunjukkan efek antibakteri namun selain itu larutan antiseptik juga bersifat toksik terhadap sel host. Penelitian secara in vitro menunjukkan efek toksik pada sel host tetapi secara klinis tidak menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan kontrol. Sifat sitotoksik dari larutan antiseptik menjadi bahan pertimbangan dalam perawatan luka karena hal ini dapat menghambat proses penyembuhan. Kurangnya penelitian secara klinis menyebabkan belum ada standar aturan baku yang ditetapkan dalam penggunaan larutan antiseptik. yang membandingkan antara saline, povidone iodine dengan chlorhexidine sebagai bahan irigasi ternyata saline menunjukkan tingkat toksisitas yang paling rendah terhadap fibroblas, keratinosit, dan pada proses angiogenesis.

Sumber : file:///C:/Users/Administrator/Downloads/S2-2015-304515-chapter1.pdf