distop retinopati kel. g2
TRANSCRIPT
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 1/19
DISKUSI TOPIK
RETINOPATI
Disusun oleh :
Aprilia Dwi Iriani 110601709
A!elia Kar"i#a 110600$%&
'eu"hia Rana A!ira Pu"ri 11060(991(
'uha!!a) *ani+i
NARASU',ER
)r- An..un R-/- Sp'
'ODU PRAKTIK KINIK I'U KESE*ATAN 'ATA
2AKUTAS KEDOKTERAN UNI3ERSITAS INDONESIA
2E,RUARI &01%
1
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 2/19
RETINOPATI
A- ANATO'I DAN 2ISIOO4I RETINA
Retina merupakan lapisan internal mata yang mengandung reseptor, yang menerima
rangsangan cahaya. Retina terdiri dari dua lapisan utama yaitu lapisan dalam, retina neural
dan lapisan berpigmen. Pertemuan antara lapisan neural retina dengan bagian posterior
badan siliar disebut ora serrata. Dari posterior ke anterior, lapisan neural terdiri dari tiga tipe
neuron, yaitu fotoreseptor, sel bipolar, dan sel ganglion. Selain itu, terdapat juga sel
horizontal dan amakrin. Sinyal dari fotoreseptor disebarkan ke neuron bipolar , kemudian ke
sel ganglion, dimana potensial aksi dihasilkan. Akson sel ganglion meninggalkan mata,
melalui optic disc, di aspek posterior mata. optic disc disebut juga blind spot karena
mengandung sedikit fotoreseptor, sehingga cahaya yang difokuskan pada titik tersebut tidak
terlihat. Di sebelah lateral blind spot , tepat pada kutub posterior mata, terdapat regio oal
yang disebut macula lutea ! yellow spot " dengan celah kecil di tengahnya yang disebut foea
centralis. #oea hanya terdiri dari sel kerucut, sebagian besar makula tersusun dari sel
kerucut. Sel kerucut di foea centralis memiliki bentuk yang panjang dan ramping, berbeda
dengan sel kerucut di perifer. Semakin perifer dari makula, kepadatan sel kerucut semakin
berkurang.1
$erdapat dua tipe fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih
sensitif terhadap cahaya, namun tidak menghasilkan bayangan tajam dan penglihatan %arna,
serta berfungsi melihat dalam gelap. Sel kerucut berfungsi pada saat cahaya terang, dan
menghasilkan penglihatan ber%arna dan tajam. &ila seseorang berada pada tempat yang
terang untuk %aktu yang lama, banyak fotokimia%i yang terdapat di dalam sel batang dan
kerucut berkurang karena diubah menjadi retinal dan opsin. Selanjutnya, sebagian besar sel
retinal akan diubah menjadi itamin A. 'onsentrasi bahan kimia%i fotosensitif yang terdapat
di dalam sel batang dan kerucut akan berkurang sehingga sensitiitas mata terhadap cahaya
berkurang. &ila seseorang berada di tempat yang gelap untuk %aktu yang lama, retinal dan
opsin di dalam sel kerucut dan sel batang diubah kembali menjadi pigmen yang peka cahaya.
(alaupun adaptasi gelap sel kerucut berlangsung cepat, sel kerucut berhenti beradaptasi
setelah beberapa menit saja, sedangkan adaptasi oleh sel batang berlangsung terus selama
beberapa menit dan jam, sensitiitasnya meningkat hebat. Sel kerucut dapat semua gredasi
%arna bila cahaya monokromatik dari %arna merah, hijau, dan biru dipersatukan dalam
berbagai kombinasi.1,)
)
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 3/19
Sepertiga bagian luar lapisan neural retina menerima perdarahan dari koroid
!koriokapilaris". Dua pertiga bagian dalam lapisan neural retina diperdarahi oleh central
artery dan central vein, yang masuk dan keluar retina melalui pusat nerus optik. #oea
seluruhnya diperdarahi oleh koreokapilaris.1
*apisan pigmen luar adalah epitel yang berada pada membran &runch tepat di dalam
koroid. +pitel kuboid berpigmen ini juga melapisi badan siliar dan iris posterior, yang ikut
membentuk epitel ganda. *apisan ini menyerap cahaya dan mencegahnya menyebar. $anpa
pigmen ini, cahaya akan dipantulkan ke semua jurusan dalam bola mata, sehingga
merangsang banyak reseptor, dan tidak terbentuk bayangan yang tepat. Selselnya juga
berfungsi sebagai fagosit yang membersihkan sel fotoreseptor mati dan rusak, serta
menyimpan itamin A yang dibutuhkan sel fotoreseptor. *apisan berpigmen dan lapisan
neural retina terletak berdekatan, namun tidak menyatu. 1,)
-ambar 1. Anatomi mikroskopik retina1
,- PE'ERIKSAAN O2TA'OSKOPI
Pemeriksaan oftalmoskopi bertujuan menilai keadaan badan kaca dan retina. ntuk
memudahkan pemeriksaan, digunakan obat untuk melebarkan pupil yaitu tropicamide 1/.
'ontraindikasi obat pelebar pupil diantaranya pasien dengan kelainan neurologis yang refleks
pupilnya harus diobserasi, pasien dengan kedalaman bilik mata depan yang dangkal0sudut
bilik mata depan sempit, dan pascaekstraksi katarak dengan penanaman lensa intraokular.
*angkahlangkah untuk pemeriksaan oftalmoskopi yaitu sebagai berikut.
1. Pasien diminta untuk duduk, sebaiknya di ruang gelap, kemudian melihat suatu titik
lurus di dinding dan tidak menggerakkan matanya.
). #okus diatur sekitar nol, kemudian pilih besar serta lingkaran lampu.
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 4/19
. -unakan mata kanan dengan oftalmoskopi pada tangan kanan pemeriksa untuk
melihat mata kanan pada jarak 1 kaki. 2arilah refleks fundus. $angan pemeriksa
lainnya diletakkan pada bahu0 dahi pasien untuk mendapati keadaan yang stabil.
3. Dekati pasien secara perlahan dengan sudut 14 derajat temporal ke garis penglihatan
pasien. Pertahankan agar pupil selalu terlihat dalam pandangan . Putar roda pengatur
fokus untuk melihat fokus retina.
4. Apabila pembuluh darah retina sudah terlihat, ikuti sampai mencapai papil nerus
optik, yang berada di bagian nasal retina.
5. Periksa dan deskripsikan papil nerus optik, pembuluh darah retina, %arna lata
belakang retina dan makula.
Refleks fundus yang normal biasanya ber%arna merah muda dan terdapat bayangan
bayangan. Papil nerus optikus yang normal berbentuk oal dan ber%arna merah jambu,
berbatas tegas, dan tidak ada bercak darah. Perbandingan antara cupdisk mempunyai
nilai normal antara 6,)6,3. Diameter rasio yang normal antara ena dengan arteri adalah
7). Arteri biasanya ber%arna terang dibandingkan ena, dan mempunyai refleks cahaya
dari permukaannya. (arna dasar retina normal adalah merahoranye, yang disebabkan
pigmentasi dari lapisan epitel pigmen retina. Perlu diperhatikan ada tidaknya bintikblot
perdarahan !retinopati diabetik", perdarahan hebat !thunderstrom appearence7 oklusi ena
retina sentralis", terlihat adanya eksudat soft !lunak" dan hard !keras". 8akula normal
terlihat di sisi temporal dari papil nerus optikus, biasanya ber%arna lebih gelap
dibandingkan retina di sekitarnya, dikarenakan sel epitel pigmen di retina lebih banyak
mengandung pigmen. 8akula dapat ber%arna kuning disebabkan %arna pigmen 9antofil
yang ada pada retina. 2ekungan dari foea dapat menghasilkan refleks cahaya yang
dinamakan foveal reflex.
3
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 5/19
-ambar ). -ambaran fundus normal
5- RETINOPATI
1- RETINOPATI *IPERTENSI2
1-1 De+inisi
Retinopati hipertensif merupakan perubahanperubahan fundus yang terjadi pada pasien
dengan hipertensi sistemik.3 Perubahan patologis yang berkaitan dengan kerusakan
mikroaskular transien ataupun persisten akibat tekanan darah tinggi.
1-& Epi)e!iolo.i
&erdasarkan studi penelitian pada pasien hipertensi di :ran tahun )665, terhadap )1
didapatkan sebesar ;,/ menderita retinopati, dengan presentase %anita 34,5/. Prealensiretinopati pada pasien hipertensi ringan adalah )4,/, hipertensi sedang 3,4/ dan
hipertensi berat <3,5/. Dari pasien dengan retinopati tersebut, 3),/ pasien menderita
retinopati grade 1, )6/ grade 2 dan ).4/ grade 3. 4
1- Pa"o.enesis 3,5
1. =asokonstriksi
=asokonstriksi merupakan respon primer arteriol retina terhadap tekanan darah tinggi, dan berhubungan dengan tingkat keparahan hipertensi pasien. Pada tahap ini terjadi asospasme dan
peningkatan tonus arteriolar retina. Secara klinis, akan didapatkan penyempitan arteriol retina.
). Perubahan arteriosklerotik
Perubahan sklerotik terjadi ketika tekanan darah tinggi bersifat persisten. Pada tahap ini akan
terjadi penebalan dinding pembuluh darah yaitu penebalan lapisan intima, hiperplasia dari dinding
media, dan degenerasi hialin serta dapat bermanifestasi sebagai perubahan refleks arteriolar dan
arteriovenous nipping .
. Peningkatakan permeabilitas askuler
$ekanan darah tinggi yang persisten dapat menyebabkan hipoksia sehingga permeabilitas askular
akan meningkat. Peningkatakan permeabilitas askuler dapat mengakibatkan perdarahan, eksudat,
dan edema fokal pada retina. Selain itu, akibat hipoksia dapat terjadi nekrosis otot polos dan sel
endothelial serta iskemia retina.
1-( Klasi+i#asi Kei"he.ner
&erdasarkan karakteristik penemuan dari pemeriksaan optalmoskopi, retinopati hipertensif
dapat dikelompokkan ke dalam 3 grades, yaitu7 3,>
• Grade 1
4
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 6/19
$erdapat asokonstriksi arteriol ringan dan berliku, khususnya pada cabang kecil, dengan
perluasan refleks cahaya arteriol dan ena tersembunyi.
-ambar1. $emuan klinis pada Grade 1
• Grade 2
$erdapat penyempitan umum arteiol dan asokonstriksi fokal, k olum dari ena menjadi
sempit oleh karena arteriol yang sklerosis pada persimpangan arteriena yang berkaitan
dengan defleksi ena pada persimpangan arteriena (Salus sign!.
-ambar ). $emuan klinis pada Grade 2
•
Grade 3$erdapat penemuan pada grade ) disertai arteriol ber%arna seperti ka%at tembaga !copper"
wiring ", #onnet sign, Gunn sign dan Salus sign. $erdapat perdarahan, cotton"wool spots,
eksudat kasar dan edema retina. $otton wool spots merupakan daerah yang mengalami
gangguan perfusi pada retina akibat spasme arteriol atau perhimpitan arteriena.
5
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 7/19
-ambar . $emuan klinis pada Grade 3• Grade %
$erdapat penemuan pada grade disertai arteriol ber%arna seperti ka%at perak
! silver"wiring " dan papilledema.
-ambar 3. $emuan klinis pada Grade %
1-% 'ani+es"asi Klinis Pe!eri#saan )an Ta"ala#sana
Pasien hipertensi dapat mengalami nyeri kepala dan nyeri pada mata. Sedangkan padapasien
grade 3 dan grade % dapat terjadi gangguan penglihatan. Pemeriksaan yang dibutuhkan
adalah pemeriksaan optalmoskopi berkala untuk melihat tandatanda perubahan askularisasi
retina. $atalaksana utama yaitu mengobati hipertensi untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
sebab perubahan fundus akibat arteriosklerosis bersifat permanen dan tidak dapat diobati. 3,>
>
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 8/19
&- RETINOPATI *IPOTENSI
Pada penurunan tekanan darah, dapat terjadi kelainan retina berupa dilatasi
arteriol dan ena retina, iskemia saraf optik, retina, dan koroid akibat hipoperfusi.
Dapat juga terjadi neoaskularisasi, glaukoma, dan retinitis proliferan pada hipotensi
kronik.8
- RETINOPATI ANE'IA
Pada retinopati anemia, terjadi perubahan pembuluh darah bagian dalam dan
superfisial, termasuk terjadinya edema papil akibat anoksia berat pada anemia.
Anoksia akan menyebabkan infrak retina sehingga tidak jarang ditemukan bercak
eksudat kapas. 8akin berat anemia, maka semakin berat pula kelainan retina yang
terjadi.<
(- RETINOPATI PRE'ATURITAS
Retinopati permaturitas !R?P" merupakan jenis kelainan kongenital berupa
gagalnya perkembangan askularisasi normal pada retina dan biasanya terjadi pada
bayi yang lahir prematur.<
Retina merupakan jaringan yang unik karena perkembangan askularisasinya
baru terjadi pada bulan ke3 masa gestasi. Pada saat itu, kompleks askular akan
mulai berkembang dari arteri hyaloid yang terletak di dalam diskus optik dan
berkembang ke arah perifer. =askularisasi akan mencapai perifer di arah nasal pada
bulan ke< masa gestasi dan mencapai perifer di arah temporal pada bulan pertama
setelah kelahiran. Pembuluh darah retina bayi prematur yang belum sempurna
perkembangannya, rentan rusak jika terkena oksigen.9
Pada kasus retinopati prematuritas, terjadi penurunan =+-# karena hiperoksia
relatif sehingga migrasi pembuluh darah menjadi terganggu. Di sisi lain, kebutuhan
metabolik yang tinggi pada mata yang sedang berkembang menyebabkan adanya
produksi berlebih dari =+-# yang menyebabkan komplikasi neoaskular pada
retinopati prematuritas.9
Retinopati prematuritas digolongkan berdasarkan zona yang mengalami
askularisasi inkomplit, berpusat pada diskus optik dan berkembang kearah perifer.
8asingmasing zona adalah97
• @ona 17 meliputi daerah lingkaran dengan jarijari sepanjang dua kali jarak dari
diskus optic ke makula.
• @ona )7 meluas dari batas zona 1 dengan jarijari sepanjang jarak dari diskus optic
ke ora serata nasal
•@ona 7 meliputi daerah temporal yang tersisa, berbentuk bulan sabit.
<
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 9/19
Gambar 1. Penggolongan ROP berdasarkan lokasi yang terkena.9
Stadium R?P dibagi menjadi lima berdasarkan respon abnormal askular
antara askularisasi retina perifer dan bagian posterior retina yang telah
teraskularisasi. 'arena lebih dari satu stadium R?P dapat terjadi pada mata yang
sama, maka penentuan stadium berdasrkan menifestasi yang lebih dominan.;
• Stadium 17 terdapat garis batas %arna abuabu pada ora serata, lebih jelas pada
perifer bagian temporal, disertai dengan adanya percabangan abnormal pada
pembuluh darah.
• Stadium )7 ditemukan bubungan pada garis batas dengan tampilan mirip popcorn
akibat neoaskularisasi yang terisolasi.
• Stadium 7 ditemukan proliferasi fibroaskular ekstraretinal
• Stadium 37 ditemukan ablasio retina parsial
• Stadium 47 ditemukan ablasio retina total
;
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 10/19
Gambar 2. Stadium Retinopati Prematuritas.9
%- RETINOPATI EUKE'IA
Retinopati leukemia dapat ditemukan pada )0 penderita leukimia. *eukimia
merupakan keganasan leukosit yang dapat bersifat akut atau kronik. *eukimia sering
terjadi pada usia kurang dari 4 tahun atau di atas 46 tahun. *eukemia dapat mengenai
seluruh organ mata, seperti perdarahan pada konjungtia dan itreous humor, infiltrasi
pada konjungtia, koroid, sklera, dan mikroaneurisma.<
$anda yang ditemui pada retinopati leukemia antara lain dilatasi ena,
berkelokkelok, dan refleks yang mengkilat sehingga sulit membedakan arteri dan
ena. Selain itu, dapat ditemukan perdarahan yang tersebar dan berbintik putih akibat
akumulasi leukosit. Pada stadium lanjut ditemukan fundus yang ber%arna pucat dan
16
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 11/19
jingga. Pada retina juga dapat ditemui hard eksudat dan soft eksudat. &iasanya arteri
akan memberikan gambaran normal, sedangkan pada ena terlihat adanya
mikroaneurisma. Selanjutnya ditemukan juga adanya edema polus posterior yang
mengenai retina dan papil.<
6- RETINITIS PI4'ENTOSA
Retinitis pigmentosa merupakan kelainan degeneratif yang terutama terjadi
pada sel epitel retina, sel batang, dan atrofi saraf optik. 'elainan ini merupakan
kelainan genetik yang diturunkan secara autosomal resesif, autosomal dominan, atau
pun x"linked recessive.8
-ejala yang dapat terjadi antara lain nyctalopia atau buta senja yang
merupakan gejala a%al yang sering muncul, hilangnya lapang pandang perifer, dan pada kasus yang lebih parah dapat terjadi hilangnya lapang pandang sentral.16
&entuk kelainan yang terjadi antara lain penumpukan pigmen periaskular
pada bagian perifer dan ekuator retina serta arteri yang mengecil. Diagnosis banding
penyakit ini antara lain defisiensi itamin A, sifilis, rubella kongenital, resolusi
ablasio retina eksudatif, dan keracunan fenotiazin.8
7- RETINOPATI PURTS5*ER
Retinopati Purtscher disebabkan oleh kerusakan mikroaskular dengan oklusi
dan iskemia yang berhubungan dengan trauma berat, terutama pada kepala dan cedera
tekan dada. Penyebab lainnya adalah emboli !lemak, udara, atau cairan ketuban" dan
penyakit sistemik !pankreatitis akut, karsinoma pankreas, penyakit jaringan ikat,
limfoma, thrombositopeni purpura trombotik dan transplantasi sumsum tulang".9
$anda dan gejala dari retinopati Putscher antara lain kehilangan penglihatan
secara tibatiba, patch putih multiple pada permukaan retina unilateral atau bilateral,
menyerupai bintikbintik kapas besar, sering dikaitkan dengan pendarahan peripapilar.
Pengobatan yang dilakukan adalah mengobati penyebabnya. Pasien harus dijaga agar
terhindar dari kemungkinan terjadinya kerusakan saraf optik atau makula. anya
sebagian kecil pasien yang akan mendapatkan kembali penglihatan normal setelah
pengobatan.9
11
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 12/19
Gambar 3. Retinopati Purtscher9
$- RETINOPATI RADIASI
Retinopati radiasi dapat terjadi setelah terapi tumor intraokular atau radiasi
keganasan sinus, orbita atau nasofaring. 'elainan ini ditandai dengan perubahan
mikroaskular retina berupa hilangnya sel endotel, oklusi kapiler, dan pembentukanmikroaneurisma. Perkembangan retinopati radiasi dapat dipengaruhi kehamilan.
Pasien juga dapat mengalami katarak dan keratopati. Retinopati radiasi dapat bersifat
herediter. :nteral antara pajanan dan kelainan beragam, umumnya terjadi pada 5
bulan sampai tahun setelah pajanan. $atalaksananya adalah dengan fotokoagulasi
laser.9
9- RETINOPATI DIA,ETIK
Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes yang paling
berbahaya. Saat ini, retinopati diabetik merupakan penyebab utama kebutaan pada
pasien berusai )4 B >3 tahun.1,) Retinopati diabetik menjadi sangat merugikan karena
mempengaruhi suatu inidiidu pada masamasa paling produktif dalam hidupnya,
sekaligus mempengaruhi masyarakat secara luas. Di Amerika Serikat, retinopati
diabetik telah menyerang lebih dari >66.666 pasien dengan insidensi mencapai 54.666
per tahun. Retinopati diabetik diperkirakan memiliki prealensi mencapai )<,4/ pada
pasienpasien penderita diabetes usia lebih dari 36 tahun. Pasien dengan diabetes
seringkali memiliki komplikasi oftalmik seperti abnormalitas kornea, galukoma,
neoaskularisasi iris, katarak, neuropati, dan retinopati diabetik.
Pa"o+isiolo.i Re"inopa"i Dia8e"i#
8ekanisme pasti penyebab retinopati diabetik belum dapat dijelaskan secara
pasti. 8eski demikian, berbagai faktor telah diketahui berperan penting dalam
menjelaskan progresiitas dan perjalanan penyakit retinopati diabetik. #aktorfaktor
tersebut antara lain7
ormon Pertumbuhan
1)
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 13/19
ormon pertumbuhan ! growth hor&one" diduga merupakan faktor kausatif
dalam kemunculan retinopati diabetik. Retinopati diabetik diketahui bersifat
reversible pada %anita%anita dengan Sheehan syndro&e !kelainan kelenjar hipofisis".
8eski demikian mekanisme pasti bagaimana hormon pertumbuhan berperan dalam
retinopati diabetik belum diketahui secara pasti. Penelitian mengenai terapi hormon
pertumbuhan pada retinopati diabetik mulai berkurang sejak terapi tersebut diketahui
memiliki efek samping sistemik dan sejak ditemukannya terapi lain yang lebih efektif
dan lebih rendah risikonya.
=iskositas Darah dan Cumlah $rombosit
&erbagai kelainan hematologis dapat ditemukan pada pasien penderita
diabetes, misalnya peningkatan agregasi eritrosit serta peningkatan agregasi dan
adhesi platelet. 'elainan hematologis tersebut merupakan faktor predisposisi iskemia
retina. 'elainan pada sistem sirkulasi akan memicu kerusakan endotel dan
menyebabkan oklusi kapiler fokal yang pada akhirnya menyebabkan iskemia dan
meningkatkan progresiitas retinopati diabetik.
Aldolase dan #aktor =asoproliferatif
Pada pasien diabetes, peningkatan kadar gula darah secara kronik dapat
memicu kerusakan dan inkompetensi pembuluh darah mikro di retina. Peningkatan
kadar glukosa secara konsisten dalam jangka %aktu panjang akan mengaktifkan jalur
metabolism aldolase reductase yang akan mengubah kelebihan gula menjadi alkohol
!glukosa menjadi sorbitol dan galaktosa menjadi dulsitol". Peningkatan kadar alkohol
dalam darah ini akan mempengaruhi selsel perisit di bagian dalam pembuluh darah,
menyebabkan selsel tersebut kehilangan fungsinya. Salah satu fungsi terpenting yang
hilang yaitu autoregulasi kapiler retina. ilangnya funsi autoregulasi ini menyebabkan
pembentukan mikroaneurisma pada dinding kapiler. 8ikroaneurisma inilah yang
menjadi tanda a%al retinopati diabetik. 'erusakan pada perisit juga berakibat pada
peningkatan permeabilitas pembuluh darah mikro, yang pada akhirnya menyebabkan
kebocoran cairan dan plasma darah, yang akan secara klinis akan nampak sebagai
penebalan dan eksudasi retina. Apabila eksudasi yang terjadi meliputi daerah makula,
maka akan terjadi edema makula, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.
ipoksia
Dalam perjalanan penyakit retinopati diabetik, akan terjadi iskemia pada
jaringan retina yang pada akhirnya menyebabkan hipoksia. :nfark pada jaringan saraf
akan menyebabkan pembentukan cotton"wool spot dan gangguan transmisi dalam
1
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 14/19
akson selsel saraf. ipoksia yang lebih ekstensif dalam retina juga dapat memicu
aktiasi mekanisme kompensasi yang berfungsi untuk memberikan oksigen yang
cukup pada jaringan mata. 8ekanisme kompensasi tersebut dapat berupa
abnormalitas ena, pembentukan pembuluh darah baru !neoaskularisasi" dan
re&odelling pembuluh darah lama. eoaskularisasi dan re&odelling pembuluh darah
berperan sebagai jalur alternatif untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi kepada
jaringanjaringan yang mengalami hipoksia.
eoaskularisasi
:skemia kronis pada jaringan retina akan memicu produksi faktorfaktor
proliferatif yang menstimulasi pembentukan pembuluh darah baru. Sayangnya,
pembuluh darah yang beru terbentuk ini bersifat rapuh dan sangat per&eable.
Akibatnya, pembuluh darah ini sangat mudah rusak oleh traksi itreous dan
menyebabkan perdarahan.
Pada retinopati diabetik fase lanjut, pembuluh darah baru tersebut akan
mengalami regresi dan meninggalkan jaringan ikat aaskular yang melekat pada
retina dan hialoid posterior. Caringan ikat aaskular ini berpotensi menyebabkan
edema ketika itreous berkontraksi.
Ana!nesis )an Pe!eri#saan 2isi#
Pada fase a%al retinopati diabetik, pasien umumnya tidak merasakan gejala
apapun. amun pada retinopati diabetik fase lanjut, pasien akan merasakan
pandangan mata yang semakin buram, terdistorsi dan hilangnya ketajaman
penglihatan secara progresif.
Dalam penegakan diagnosis retinopati diabetik, pemeriksaan fisik yang paling
penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan mata lengkap yang disertai dengan
pemeriksaan retina. Dalam pemeriksaan fisik mata pasien yang mengalami retinopati
diabetik mungkin ditemukan7
• mikroaneurisma
• dot and blot he&orrhages
• fla&e"shaped he&orrhages
• cotton"wool spot
• venous loops dan venous beading
• abnormalitas pembuluh darah intraretinal
• edema macula
13
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 15/19
Dalam temuan pemeriksaan fisik, harus dapat ditentukan apakah pasien
mengalami retinopati diabetik tipe proliferatif ! proliferative diabetic retinopathyE
PDR" atau tipe nonproliferatif !non"proliferative diabetic retinopathyE PDR".
Retinopati diabetik proliferatif ditandai dengan adanya neoaskularisasi.
eoaskularisasi dapat ditemukan di dekat diskus !neovasculari'ation of the disk E
=D" atau dalam rentang kali diameter diskus dari pembuluh darah besar
!neovasculari'ation elsewhereE =+". Selain neoaskularisasi, proliferasi jaringan
fibroaskular juga seringkali nampak di sekitar area neoaskularisasi
4a!8ar 1. eovasculari'ation elsewhere dan proliferasi fibroaskular disekitar
diskus.3
Retinopati diabetik proliferatif dapat diklasifikasikan sebagai retinopati
diabetik proliferatif tahap a%al !early )*+" dan retinopati diabetik proliferatif risiko
tinggi !high risk )*+". Pada early )*+, ditemukan neoaskularisasi, namun
neoaskularisasi tersebut tidak dapat diklasifikasikan dalam high"risk )*+. Pada high
risk )*+, ditemukan salah satu dari kriteria diba%ah ini7
• Ditemukan =D dengan luas sepertiga atau lebih dari luas diskus
• Ditemukan =D dengan ukuran berapapun yang disertai dengan perdarahan
itreous atau perdarahan preretinal
• Ditemukan =+ dengan ukuran setengah atau lebih dari luas diskus yang
disertai dengan perdarahan itreous atau perdarahan preretinal
Sementara itu, PDR dapat diklasifikasikan sebagai PDR ringan, PDR
sedang dan PDR berat dengan kriteria sebagai berikut7
1. PDR ringan didefinisikan dengan keberadaan sedikitnya satumikroaneurisma.
14
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 16/19
). PDR sedang didefinisikan dengan keberadaan perdarahan, mikroaneurisma
dan eksudat keras
3. PDR berat didefinisikan dengan keberadaan perdarahan dan
mikroaneurisma di keempat kuadran dan ditemukannya enous beading di
sedikitnya dua kuadran dan ditemukannya abnormalitas pembuluh darah
mikro di dalam retina !intraretinal microascular abnormalities" di sedikitnya
satu kuadran.
Pe!eri#saan Penunan.
Aspekaspek penting dalam pemeriksaan penunjang pada retinopati diabetik
termasuk pemeriksaan gula darah puasa, pemeriksaan bA1c, fluorescinangiography, optical coherence to&ography dan #"scan ultrasonography.
-ula Darah Puasa dan bA1c
-ula darah puasa dan pemeriksaan bA1c adalah pemeriksaan laboratorium
penting dalam follow up jangka panjang bagi pasien dengan retinopati diabetik. Selain
itu, gula darah puasa dan pemeriksaan bA1c juga dapat digunakan untuk
memprediksi probabilitas pasien dengan diabetes untuk terkena retinopati diabetik.
Sebuah penelitian menunjukkan bah%a risiko terkena retinopati diabetik dalam 16
tahun lebih tinggi pada pasien dengan kadar gula darah puasa diatas 16< mg0d* dan
bA1c diatas 5/.4 8enurut studi lain, progresi retinopati diabetik dapat dikurangi
dengan pengontrolan ketat kadar gula darah.5
luorescin angiography
luorescin angiography merupakan pemeriksaan penunjang yang bermanfaat
untuk mendeteksi keberadaan mikroaneurisma dan karena itu, bermanfaat dalam
mendeteksi retinopati diabetik fase a%al. Disamping itu, fluorescin angiography juga
dapat membedakan mikroaneurisma dengan blot and dot he&orrhage. Dalam
fluorescin angiography, blot and dot he&orrhage akan tampak hypofluorescent
sementara mikroaneurisma akan nampak hiperfluorescent . luorescin angiography
juga dapat membedakan pembuluh darah baru !neoaskularisasi" dan pembuluh darah
lama. Pembuluh darah baru memiliki permeabilitas yang tinggi, sehingga pe%arna
fluorescence akan merembes keluar pembuluh darah.
15
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 17/19
-ambar ). Area neoaskularisasi dimana terdapat rembesan fluorescin dalam
pemeriksaan angiography.3
-ptical $oherence o&ography
-ptical $oherence o&ography !?2$" digunakan untuk menilai ketebalan
retina dan keberadaan edema pada retina. Secara spesifik, pemeriksaan ini digunakan
untuk menegakkan diagnosis edema makula akibat diabetes.
#"Scan /ltrasonography
#"Scan ultrasonography merupakan pemeriksaan yang menggunakan
gelombang ultrasonik untuk menghasilkan pantulan gelombang di permukaan yang
kemudian di isualisasi. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk diagnosis retinopati
diabetik pada mata dengan media yang opa0ue dan buram, terutama apabila terdapat
perdarahan itreous parah.
Terapi )an Ta"ala#sana
'ontrol -ula Darah
'ontrol gula darah merupakan tatalaksana jangka panjang bagi pasien dengan
retinopati diabetik. Penelitian he *iabetes $ontrol and $o&plications menunjukkan
bah%a kontrol glukosa secara agresif mengurangi progresi retinopati diabetik.>
Disamping itu, ADA merekomendasikan bah%a setiap pasien dengan diabetes
memiliki nilai bA1c F >/ untuk meminimalisir komplikasi jangka panjang D8.
aser )hotocoagulation
aser photocoagulation digunakan sebagai terapi edema makula dengan
tingkat keberhasilan tinggi dan risiko komplikasi yang rendah. aser
photocoagulation dilakukan dengan menembakkan energi cahaya untuk memicu
respon koagulasi pada jaringan target. Pada edema dimana aneurisma yang bocor
dapat diidentifikasi, pembuluh darah yang bocor langsung ditatalaksana dengan
1>
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 18/19
fotokoagulasi fokal. amun demikian, pada kasus dimana fokus kebocoran tidak
dapat ditemukan, pasien akan ditatalaksana dengan fotokoagulasi dengan pola jaring.<
DA2TAR PUSTAKA
1. 8arieb +, oehn '. uman anatomy and physiology. +disi ke>. SA7 Pearson
&enjamin 2ummingsE )66;.
). -uyton A2, all C+. #isiologi kedokteran. +disi ke11. Cakarta7 +-2E )665.
. Artini (, utauruk CA, Gudisianil. Pemeriksaan dasar mata. Cakarta7 &adan Penerbit
#':E )611.
3. 'hurana A'. 2omprehensie ?phthalmology. +disi ke3. e% Delhi7 e% Age
:nternationalE )66>.
4. &esharati 8R, Rastegar A, Shoja 8R, 8aybodi 8+. Prealence of retinopathy inhypertensie patient. Saudi 8edical Cournal. )6657 )>!11"7 1>)41>)<.
5. Porth 28, 8atfin -. Pathophysiology 2oncept of Altered ealth States. +disi ke<.
SA7 (olters 'lu%er ealth H *ippincott (illiams I (ilkinsE )66;.
>. (ong $G, 8itchell P. ypertensie Retinopathy. $he e% +ngland Cournal of 8edicine.
)663E 41!))"7 )16)1>.
<. :lyas S, Gulianti SR. :lmu penyakit mata. CakartaE &adan Penerbit #':7 )613. hal. ))1
6.
;. 'anski CC, &o%ling &. 2linical ophthalmology7 a systematic approach. +disi ke>.
Philadelphia7 Saunders +lseierE )611.
16. $elander D-. Retinitis pigmentosa. 8edscape. #ebruari )613E Jdikutip 1) Canuari )614K.
Diunduh dari7 http700emedicine.medscape.com0article01))>3<<oerie%
11.Frank RN. Etiologic mechanisms in diabetic retinopathy. In: Ryan S! ed.
Retina. "ol #. 199$:1#$3%&'.
1#.(ra)*ord +N! ,l*aro -" 3rd! errison /! ablon E0. -iabetic retinopathy and
angiogenesis. Curr Diabetes Rev . Feb #92415:8%13.
1. @hang L, Saaddine C&, 2hou 2#, 2otch 8#, 2heng GC, -eiss *S, et al. Prealence of
diabetic retinopathy in the nited States, )664)66<. 4. Aug 11 )616E63!5"753;45.
13. &hasar AR, Atebara , Drouilhet C, Pakalnis =A, *a% S', 2harles S, et al. Diabetic
Retinopathy. 4edscape Jserial onlineK. April 16, )613E accessed #ebruary , )614.Aailable at7 http700emedicine.medscape.com0article01))41))oerie%Ma6163.
1<
7/21/2019 Distop Retinopati Kel. G2
http://slidepdf.com/reader/full/distop-retinopati-kel-g2 19/19
14. 8assin P, *ange 2, $ichet C, =ol S, +rginay A, 2ailleau 8, et al. emoglobin A1c and
fasting plasma glucose leels as predictors of retinopathy at 16 years7 the #rench D+S:R
study. rch -phthal&ol . #eb )611E1);!)"71<<;4.
15. *ie% -, 8itchell P, (ong $G. Systemic management of diabetic retinopathy. #4 . #eb
1) )66;E<7b331.
1>. Rodriguez#ontal 8, 'errison C&, Alfaro D=, Cablon +P. 8etabolic control and diabetic
retinopathy. $urr *iabetes +ev. #eb )66;E4!1"7>.
1<. Diabetic Retinopathy 2linical Research et%ork. A randomized trial comparing
intraitreal triamcinolone acetonide and focal0grid photocoagulation for diabetic macular
edema. -phthal&ology. Sep )66<E114!;"7133>;, 133;.e116.
1;