diskusi dan pembahasan

6
Seorang perempuan berinisial I. berusia 59 tahun, datang dengan keluhan lemah pada kedua tungkai yang telah diderita sejak 2 bulan lalu, dimulai dengan perasaan kebas dari telapak kaki menjalar sampai ke lutut sebelah kanan yang terjadi sehabis bangun tidur, dan kemudian bila pasien berjalan agak pincang, selanjutnya satu minggu berikutnya keluhan menjalar ke tungkai sebelah kiri dengan cara yang sama dimulai dari telapak kaki naik sampai ke lutut, tetapi pasien masih sanggup berdiri. Satu minggu kemudian keluhan bertambah dengan kedua tungkai terasa berat bila melangkah sehingga perlu bantuan orang lain bila berjalan. Satu minggu kemudian pasien sudah tidak dapat berjalan lagi, dan sejak saat itu mengalami kesulitan dalam berkemih dengan sulit buang air besar, Setelah 1 bulan menderita penyakit tersebut. Riwayat trauma punggung dan kepala tidak ada, riwayat batuk lama tidak ada, riwayat demam 2 bulan yang lalu, riwayat vaksinasi sebelumnya tidak ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 36,4 0C. Kepala, mata, THT, jantung, paruparu, abdomen dalam batas normal. Ekstremitas paraparesis. Pada

Upload: wahyu-adi-kurniawan

Post on 08-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penting

TRANSCRIPT

Seorang perempuan berinisial I. berusia 59 tahun, datang dengan keluhan lemah pada kedua tungkai yang telah diderita sejak 2 bulan lalu, dimulai dengan perasaan kebas dari telapak kaki menjalar sampai ke lutut sebelah kanan yang terjadi sehabis bangun tidur, dan kemudian bila pasien berjalan agak pincang, selanjutnya satu minggu berikutnya keluhan menjalar ke tungkai sebelah kiri dengan cara yang sama dimulai dari telapak kaki naik sampai ke lutut, tetapi pasien masih sanggup berdiri. Satu minggu kemudian keluhan bertambah dengan kedua tungkai terasa berat bila melangkah sehingga perlu bantuan orang lain bila berjalan. Satu minggu kemudian pasien sudah tidak dapat berjalan lagi, dan sejak saat itu mengalami kesulitan dalam berkemih dengan sulit buang air besar, Setelah 1 bulan menderita penyakit tersebut. Riwayat trauma punggung dan kepala tidak ada, riwayat batuk lama tidak ada, riwayat demam 2 bulan yang lalu, riwayat vaksinasi sebelumnya tidak ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 36,4 0C. Kepala, mata, THT, jantung, paruparu, abdomen dalam batas normal. Ekstremitas paraparesis. Pada pemeriksaan perangsangan meningeal dan tanda peninggian TIK tidak dijumpai. Pada pemeriksaan nervi kranialis dalam batas normal. Sistem motorik dijumpai paraparesis tipe UMN dengan kekuatan motorik kanan 3 dan kiri 4, dengan sisi kanan lebih berat dibandingkan dengan sisi kiri. Pemeriksaan reflek fisologis dijumpai peningkatan reflek APR/KPR kanan. Pada pemeriksaann sensibilitas eksteroseptik didapatkan hipestesia setinggi Th 12 ke bawah dengan propioseptik terganggu. Koordinasi lenggang sulit dinilai. Fungsi luhur baik. Pemeriksaan penunjang darah lengkap, kadar gula darah sewaktu didapatkan hasil dalam batas normal, tes fungsi hati tidak dilakukan Foto rutin thorak dan foto vertebra thorak dalam batas normal. EKG tidak dilakukan. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis serta pemeriksaan penunjang ditegakkan suatu diagnosis Paraparesis tipe UMN + Hipestesi setinggi th 12 suspek Myelitis transversalis. Penderita diterapi dengan pemberian metil prednisolon injeksi intravena 4x1 ampul, ranitidin 2x1 (amp), Mecobalamin(B12) 500 mg 1x1 intravena, dan Amlodipin 1x10 mg secara oral. Klinis penderita membaik setelah pemberian terapi selama 3 hari dengan dapat digerakannya kedua tungkai penderita.Simptom myelitis transversalis berkembang cepat dari beberapa jam sampai beberapa minggu. Sekitar 45% pasien mengalami perburukan secara maksimal dalam 24 jam. Sesuai dengan kriteria diagnostik (Tabel dibawah ini), untuk menegakkan diaganostik pada penderita ini ditandai dengan karakteristik secara klinis berkembangnya tanda dan gejala dari disfungsi neurologi pada saraf motorik, sensoris dan otonom dan traktus saraf di medula spinalis baik akut maupun subakut. Inflamasi di dalam medula spinalis memutus jaras-jaras ini dan menyebabkan hadirnya simptom umum dari myelitis transversalis. Kelemahan digambarkan sebagai paraparesis yang berlangsung progresif cepat, dimulai dari kaki dan sebagai tambahan dapat juga diikuti keterlibatan tangan. Kelemahan mungkin yang pertama dicatat dengan adanya tanda gambaran keterlibatan traktus piramidal yang berlangsung perlahan-lahan pada minggu kedua setelah pasien sakit. Keterlibatan level sensoris dapat ditemukan hampir pada semua kasus. Nyeri dapat timbul pada punggung, ekstremitas atau perut. Parastesia merupakan tanda awal yang paling umum myelitis transversalis pada orang dewasa dan tidak pada anak-anak. Sensasi berkurang di bawah level keterlibatan medula spinalis pada sebagian besar pasien, begitu pula nyeri dan suhu. Pada pemeriksaan sensibilitas penderita pada kasus kali ini dijumpai hipoestesia setinggi th 12 kebawah. Simptom otonom bervariasi terdiri dari peningkatan urinary urgency, inkontinesia urin dan alvi kesulitan atau tak dapat buang air, pengosongan yang tidak sempurna atau konstipasi perut. Lebih dari 80% pasien mendapatkan tanda klinis pada tingkat yang paling parah dalam 10 hari sesudah onset dari simptom, walaupun perburukan fungsi neurologis bervariasi dan berlangsung progresif, biasanya berlangsung dalam 4-21 hari. Myelitis transversalis merupakan suatu myelitis non infeksius tipe inflamasi. Kategori ini diambil dari suatu bentuk leukomyelitis baik demyelinisasi atau nekrosis dari traktus di medula spinalis, dan di dalam patogenesisnya didapatkan gambaran penting proses respons imun terhadap suatu infeksi yang sering timbul setelah infeksi virus. Pada kasus myelitis transversalis post-infeksius, mekanisme sistem imun lebih memegang peranan penting dalam menimbulkan kerusakan medula spinalis. Pada penyakit autoimun, sistem imun yang seharusnya bertanggung jawab melindungi tubuh dari organisme asing, beraksi sebaliknya menyerang jaringan tubuhnya sendiri dan menyebabkan inflamasi dan menghancurkan myelin di dalam medula spinalis. Ketika myelitis transversalis tidak dijumpai penyakit yang mendasarinya maka disebut sebagai idiopatik. Penyebab myelitis transversalis idiopatik tidak diketahui, tetapi banyak bukti mendukung adanya suatu proses autoimun, artinya pasien yangmempunyai sistem imun yang abnormal menstimulasi adanya serangan terhadap medulla spinalis yang menimbulkan inflamasi dan kerusakan jaringan. Pemulihan dapat tidak terjadi, sebagian atau komplit dan secara umum dimulai dalam satu sampai tiga bulan. Dan pemulihan tampaknya tidak akan terjadi, jika tidak ada perkembangan dalam tiga bulan. Myelitis transversalis biasanya adalah penyakit monofasik dan jarang rekuren.

Diagnosis banding kasus ini adalah tumor medula spinalis, Guillain Barre Syndrome dan Spondilitis TB.