perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengaruh .../pengaruh... · perubahan gaya hidup menuju ke...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica) TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
YANG DIINDUKSI MAKANAN HIPERKOLESTEROLEMIK
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
EMYKE FITRIA AMBARWATI
G0008091
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Emyke Fitria Ambarwati, G0008091, 2011. Pengaruh Pemberian Infusa Buah Asam Jawa (Tamarindus indica) terhadap Kadar Kolesterol LDL Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Makanan Hiperkolesterolemik. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh infusa buah asam jawa (Tamarindus indica) terhadap kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi makanan hiperkolesterolemik, pengaruh penambahan dosis terhadap efek yang timbul, serta jumlah dosis optimal. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Desain penelitian menggunakan pre and post test with controlled group’s design. Sampel berjumlah 30 ekor tikus jantan strain Wistar dibagi secara random ke dalam 5 kelompok, masing-masing 6 ekor. Tikus kelompok kontrol (K1) tidak diberikan perlakuan, K2 diberi perlakuan infusa buah asam jawa dosis rendah 0,9 ml/200 gr BB, K3 diberi perlakuan infusa buah asam jawa dosis sedang 1,8 ml/200 gr BB, K4 diberi perlakuan infusa buah asam jawa dosis tinggi 3,6 ml/200 gr BB, kelompok kontrol positif diberi kolestiramin selama 14 hari berturut turut. Hasil kadar kolesterol LDL plasma pre test diperoleh setelah induksi makanan hiperkolesterolemik selama 14 hari pertama sedangkan hasil post test diperoleh setelah induksi makanan hiperkolesterolemik dan perlakuan infusa buah asam jawa pada kelompok II, III, dan IV serta kolestiramin pada kelompok V selama 14 hari terakhir. Selisih antara hasil pre test dan post test kadar kolesterol LDL plasma diuji menggunakan one way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Post hoc. Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata selisih kadar kolesterol LDL darah tikus putih pre test dan post test adalah, KI = 3,23 mg/dl, KII = 8,58 mg/dl, KIII = 8,47 mg/dl, KIV = 9,48 mg/dl, KV = 7,12mg/dl. Dari uji ANOVA didapatkan perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan yang diberi perlakuan dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05). Dari uji Post hoc tidak didapatkan suatu dose related response karena tidak didapatkan suatu hubungan positif bahwa dengan bertambahnya dosis maka akan meningkatkan respon. Respon tertinggi diduduki oleh kelompok III dan respon terendah diduduki oleh kelompok II. Kelompok yang responnya paling mendekati kontrol positif adalah kelompok II. Simpulan Penelitian: Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infusa buah asam jawa cukup efektif dalam menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih, namun tidak didapatkan korelasi positif antara jumlah dosis dan respon yang muncul, dosis optimal yang ditemukan adalah pada dosis sedang. __________________________________________________________________ Kata kunci: infusa buah asam jawa, kolesterol LDL, makanan
hiperkolesterolemik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Emyke Fitria Ambarwati, G0008091, 2011. Effect of Tamarindus indica Fruit Infusion on LDL Cholesterol Blood Level of Rattus norvegicus Induced by Hipercholesterolemic Food. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objectives: The aim of this research is to know the effect of Tamarindus indica fruit infusion on LDL Cholesterol blood level of Rattus norvegicus induced by hipercholesterolemic food, the effect of dose to the result, and optimum dose. Methods: This research was experimental laboratory using pre and post test with controlled group’s design. The number of samples are thirty were devided in random into five groups, each of them contain six rats. The negative control group (KI) was not given the treatment, KII was given by low doses Tamarindus indica fruit infusion 0,9 ml/200 g weight of rat, KIII was given by medium doses Tamarindus indica fruit infusion 1,8 ml/200 g weight of rat, KIV was given by high doses Tamarindus indica fruit infusion 3,6 ml/200 g weight of rat, positives control group (KV) was given by kolestiramin for 14 days in a row. The result of LDL Cholesterol blood level pre test was obtained after hipercholesterolemic food induction for the first 14 days while the result of post test was obtained after hipercholesterolemic food induction and treatment by Tamarindus indica fruit infusion on K2, K3, K4, and kolestiramin on K5 for the second 14 days. The differences between the result of pre test and post test LDL Cholesterol blood level were examined by one way ANOVA then continued by Post hoc test. Results : This research showed that the mean of differences between pre test and post test LDL Cholesterol blood level in a row KI = 3,23 mg/dl, KII = 8,58 mg/dl, KIII = 8,47 mg/dl, KIV = 9,48 mg/dl, KV = 7,12 mg/dl. From ANOVA test was obtained the significant differences between KI and other groups with p value = 0,001 (p < 0,05). From Post hoc test was not obtained dose related response because was not obtained positives correlation that by increased dose it can increased the result. The higher result was occupied by KIII and the lowest result was occupied by KII. The second group (KII) had been the most closed group to positive control (KV). Conclusions: Based on this research can be concluded that Tamarindus indica fruit infusion effectively decreases LDL Cholesterol blood level in Rattus norvegicus but is not followed by positives correlation between dose and response, optimum dose was obtained in medium dose. __________________________________________________________________ Keywords: Tamarindus indica fruit infusion, LDL Cholesterol,
hipercholesterolemic food
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aterosklerosis merupakan penyakit kronik kompleks yang ditandai
dengan terjadinya akumulasi lipid pada dinding arteri. Akumulasi tersebut
mengakibatkan pembentukan plak dan akhirnya menyebabkan
penyempitan, pengerasan, serta blokade pada arteri (Pearson et al., 2002).
Penyakit tersebut dipicu oleh adanya inflamasi, stres oksidatif, dan
resistensi insulin. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung,
ginjal, organ vital lainnya, lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi
di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka bisa
menyebabkan stroke sedangkan jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke
jantung (arteri koroner), bisa terjadi serangan jantung yang disebut dengan
penyakit jantung koroner (Libby et al., 2002).
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478.000 orang meninggal
karena Penyakit Jantung Koroner (PJK). Di Eropa diperhitungkan 20.000 -
40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung,
stroke, dan aterosklerosis merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh
dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah oleh karena pesatnya
perubahan gaya hidup menuju ke arah yang kurang sehat. Organisasi
Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia
(World Heart Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini,
sedikitnya 78 % kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada
kalangan masyarakat miskin dan menengah. Di negara berkembang dari
tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner
meningkat 137 % pada laki-laki dan 120 % pada wanita, sedangkan di
negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48 % pada laki-laki dan 29
% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler
menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Berdasarkan
prevalensi di atas, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian
dan kecacatan nomer satu di dunia (Himpunan Mahasiswa Epidemiologi
UNHAS, 2010). Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI
menyatakan bahwa prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat. Bahkan, sekarang dapat dipastikan jika kecenderungan
penyebab kematian di Indonesia mengalami pergeseran dari penyakit
infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan degeneratif
(Majid, 2008).
Salah satu penyebab penyakit kardiovaskuler adalah
hiperkolesterolemia (Anwar, 2004). Masyarakat dunia kini telah
memanfaatkan statin untuk mengatasi hiperkolesterolemia. Dalam
kerjanya, statin dapat menghambat enzim HMG Ko-A reductase yang
merupakan katalisator pembentukan kolesterol. Statin memiliki efek
antiaterosklerosis yang secara positif berkorelasi dengan penurunan
kolesterol LDL. Namun statin ini ternyata memiliki efek samping yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dapat menyebabkan toksisitas pada hepar dan otot (Stancu dan Sima,
2001). Toksisitas pada hepar ditandai dengan meningkatnya alanine
aminotransferase (ALT) dan aspartate amino transferase (AST)
sedangkan pada otot dapat diamati adanya peningkatan serum petanda
kerusakan pada otot seperti Creatine Kinase (CK), AST, dan aldolase
(Vasudevan et al., 2005).
Melihat beragamnya efek samping yang dapat timbul dari
penggunaan obat sintetik maka dapat dicari alternatif lain dengan
memanfaatkan tanaman obat tradisional. Indonesia kaya akan sumber
bahan obat alam dan obat tradisional yang telah dipergunakan secara turun
temurun. Keuntungan langsung yang bisa digunakan untuk masyarakat
adalah kemudahan untuk memperolehnya dan bahan bakunya dapat
ditanam di pekarangan sendiri, murah dan dapat diramu sendiri di rumah
(Zein, 2005).
Salah satu tanaman obat tradisional yang dapat dimanfaatkan adalah
tumbuhan asam jawa (Tamaridus indica). Sampai saat ini buah asam jawa
masih sedikit yang digunakan untuk obat tradisional. Buah asam jawa
banyak dimanfaatkan untuk jus, selai, sirup dan permen. Kandungan asam
dari buah tersebut digunakan sebagai komposisi masakan kuliner (Singh et
al., 2007).
Daging buah asam jawa mengandung komponen fitokimia berupa
serat terlarut (pektin) yang dapat menurunkan absorbsi kolesterol
(Fernandez et al., 1992) dan meningkatkan ekskresi asam empedu (Diez et
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
al., 1996). Teori penelitian lain yang mendukung di antaranya adalah
pemberian pektin kaktus berduri pada babi guinea dapat menurunkan level
LDL plasma, meningkatkan ekspresi reseptor apolipoprotein, dan
mempengaruhi homeostasis kolesterol (Gutierrez dan Miguel, 1998). Buah
apel yang mengandung pektin sekitar 10 - 20 % diketahui dapat
menurunkan kolesterol darah dengan cara meningkatkan ekskresi asam
empedu. Selain itu buah apel juga diketahui bisa menurunkan LDL, tingkat
inflamasi serta memperbaiki resistensi insulin (Salman et al., 2008).
Berdasarkan keterangan di atas didapatkan informasi bahwa pektin
yang terkandung dalam buah dapat menurunkan kadar LDL plasma.
Sejauh penulis tahu, sampai saat ini belum ada penelitian yang
menggambarkan tentang terjadinya peningkatan efek penurunan kadar
LDL plasma melalui peningkatan dosis. Untuk itu penulis mencoba
melakukan studi pada buah asam jawa yang mengandung pektin sebesar
5,6% (Morton et al., 1987). Dalam studi ini buah asam jawa diekstrak
menggunakan metode infusa oleh karena kandungan zat aktif pektin
terlarut dalam air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh infusa buah asam jawa (Tamarindus indica)
terhadap kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus)
yang diinduksi makanan hiperkolesterolemik?
2. Bagaimana pengaruh penambahan dosis terhadap efek yang timbul?
3. Berapa dosis optimal dalam penelitian ini?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh infusa buah asam jawa (Tamarindus
indica) terhadap kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus
norvegicus) yang diinduksi makanan hiperkolesterolemik.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan dosis terhadap efek yang
timbul.
3. Untuk mengetahui jumlah dosis optimal dalam penelitian.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai pengaruh infusa buah asam jawa (Tamarindus indica)
terhadap profil kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus).
2. Manfaat Terapan
Jika terbukti bahwa infusa buah asam jawa (Tamarindus indica)
menurunkan profil kolesterol LDL darah maka dengan penelitian lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
lanjut dapat digunakan sebagai terapi adjuvan pada kondisi
hiperkolesterolemia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
DASAR TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kolesterol
a. Definisi
Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal oleh
masyarakat. Senyawa kimia ini memiliki fungsi ganda yaitu di
satu sisi diperlukan dan di sisi lain dapat membahayakan
bergantung berapa banyak terdapat di dalam tubuh dan di
bagian mana. Jumlah kolesterol yang terlalu banyak di dalam
darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah
sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan
aterosklerosis (Almatsier, 2003).
Kolesterol tubuh berasal dari dua sumber utama yaitu
asupan makanan dan sintesis asetil Ko-A. Kolesterol yang
berasal dari asupan makanan atau dikenal sebagai kolesterol
eksogen menyumbang sekitar sepertiga jumlah kolesterol tubuh
sedangkan kolesterol yang berasal dari hasil sintesis asetil Ko-
A menyumbang dua pertiganya. Adapun tahap-tahap
pembentukan kolesterol yang berasal dari asetil Ko-A adalah
sebagai berikut:
1) Asetil Ko-A membentuk HMGKoA dan mevalonat
2) Mevalonat membentuk unit isoprenoid yang aktif
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3) Enam unit isoprenoid membentuk skualen
4) Skualen dikonversi menjadi lanosterol
5) Lanosterol dikonversi menjadi kolesterol (Murray et al.,
2003).
Struktur dasar kolesterol adalah inti sterol. Inti sterol
seluruhnya dibentuk dari molekul asetil-KoA. Selanjutnya inti
sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai rantai samping untuk
membentuk kolesterol, asam kolat yang merupakan dasar dari
asam empedu yang dibentuk di hati, serta beberapa hormon
steroid penting yang disekresi oleh korteks adrenal, ovarium,
dan testis (Guyton dan Hall, 2008a).
Kolesterol merupakan kompenen esensial membran
struktural semua sel dan merupakan komponen utama sel otak
dan saraf (Almatsier, 2003). Selain itu kolesterol merupakan
prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam tubuh,
seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin
D. Senyawa ini banyak terkandung pada makanan yang berasal
dari hewan seperti kuning telur, daging, hati, dan otak (Murray
et al., 2003).
Jumlah kolesterol dalam plasma ditentukan oleh jenis
dan jumlah lemak dalam makanan, obesitas, aktivitas fisik, dan
status penyakit. Kadar kolesterol dalam serum sangat
berhubungan dengan terjadinya risiko penyakit jantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
koroner. Kondisi hiperkolesterolemia yang menunjukkan
adanya kerusakan atau berkurangnya jumlah reseptor LDL
dapat menyebabkan penyakit jantung koroner tahap dini
(Crowther et al., 2005).
Kolesterol memiliki sifat tidak larut dalam darah. Agar
larut sehingga dapat dikirim ke seluruh tubuh maka kolesterol
perlu dikemas bersama protein menjadi lipoprotein.
Lipoprotein terbagi menjadi beberapa fraksi antara lain:
1) Kilomikron
Berdasarkan definisinya, kilomikron hanya ditemukan
pada kilus yang dibentuk hanya oleh sistem limfatik yang
mengalirkan cairan limfe ke usus. Kilomikron bertanggung
jawab atas pengangkutan semua lipid makanan ke dalam
sirkulasi darah (Murray et al., 2003). Kilomikron dibentuk
oleh trigliserida dan kolesterol di dinding usus. Trigliserida
ini kemudian dihidrolisis oleh lipoprotein lipase dan sisanya
disekresikan oleh hati (Tjay dan Rahardja, 2007).
2) VLDL
Lipoprotein ini terdiri dari 60 % trigliserida (endogen)
dan 10 - 15% kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk
mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. VLDL
dihidrolisis oleh lipoprotein lipase menghasilkan asam
lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan adiposa dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
bahan oksidasi di jantung serta otot skelet. Sebagian VLDL
akan diubah menjadi LDL, sehingga dapat terjadi
peningkatan kadar LDL serum mengikuti penurunan
hipertrigliserida (Suyatna, 2007).
3) LDL
LDL mengangkut sebagian besar kurang lebih 70 %
kolesterol darah dari hati yang memiliki reseptor-reseptor
LDL ke jaringan. Proses penarikan LDL dari plasma melalui
reseptor-reseptor ini merupakan mekanisme utama dalam
pengendalian level LDL. Dalam hal tertentu, oksi-LDL yaitu
kolesterol yang telah dioksidasi oleh radikal bebas dapat
mengendap pada dinding pembuluh dan mengakibatkan
aterosklerosis (Tjay dan Rahardja, 2007).
Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10 %
dan kolesterol 50 %. Jalur utama katabolisme LDL
berlangsung lewat endositosis yang dimediasi reseptor di
hati dan sel lain. Ester kolesterol dari inti LDL dihidrolisis
menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis sel membran
dan hormon steroid. Selain lewat proses endositosis, sel juga
mendapat kolesterol dari sintesis de novo lewat enzim HMG
CoA reduktase. Produksi enzim ini dan reseptor LDL diatur
lewat traskripsi genetik berdasarkan tinggi rendahnya kadar
kolesterol dalam sel (Suyatna, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan memicu
penimbunan kolesterol di sel, yang menyebabkan
munculnya aterosklerosis (pengerasan dinding pembuluh
darah arteri) dan penimbunan plak di dinding pembuluh
darah. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan risiko
penyakit akibat gangguan pembuluh darah misalnya,
penyakit jantung koroner, stroke, dan gangguan pembuluh
darah tepi (Libby dan Theroux, 2005).
4) HDL
HDL mengangkut kelebihan kolesterol dan asam
lemak yang tidak dapat digunakan oleh jaringan perifer
kembali ke hati untuk diubah menjadi asam empedu.
Dengan bantuan enzim Lecithine Cholesterol Acyl
Transferase (LCAT), oksi LDL yang telah terendap pada
dinding pembuluh akan dilarutkan dan diangkut pula ke hati.
HDL memiliki berat tertinggi (Tjay dan Rahardja, 2007).
Apolipoprotein (Apo) adalah komponen protein
penting dari berbagai lipoprotein di samping lima fraksi di
atas. Apo berfungsi antara lain sebagai ligand bagi
pengikatan pada reseptor LDL. Ada lima jenis yaitu Apo-A,
B, C, D dan E dengan subkelasnya. Selain fraksi-fraksi
lipida, juga apo-B dan apo-A (protein dalam masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
VLDL/LDL dan HDL) ternyata bersifat aterogen kuat (Tjay
dan Rahardja, 2007).
b. Transportasi kolesterol
Kolesterol diangkut di dalam lipoprotein pada plasma di
mana proporsi terbesar terdapat pada LDL. Senyawa kolesterol
yang berasal dari makanan dan hati akan bercampur di usus dan
kemudian disatukan ke dalam kilomikron. Dari kolesterol yang
diserap tubuh, 80 % - 90 % akan mengalami esterifikasi
dengan asam lemak rantai panjang di dalam mukosa usus
untuk membentuk ester kolesteril. Ketika kilomikron bereaksi
dengan lipoprotein lipase di jaringan ekstrahepatik untuk
membentuk sisa kilomikron, hanya sekitar 5 % ester kolesteril
yang hilang. Sisa ester kolesteril tersebut selanjutnya diambil
oleh hepar melalui reaksi dengan reseptor apo E dan apo B -
100, E. Selanjutnya akan dihidrolisis menjadi kolesterol bebas
di dalam hepar (Murray et al., 2003).
VLDL yang terbentuk dalam hepar akan mengangkut
kolesterol ke dalam plasma. Sebagian besar kolesterol dalam
VLDL tertahan di dalam sisa VLDL (IDL). Kemudian IDL
akan diambil oleh hepar dan diubah menjadi LDL. LDL
selanjutnya akan diambil oleh reseptor LDL hepar dan jaringan
ekstrahepatik. Asam empedu yang disintesis dari kolesterol di
dalam hepar akan disekresikan ke dalam lumen usus dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sekitar 98 - 99% akan mengalami siklus enterohepatik yang
akan kembali ke hepar (Murray et al., 2003).
c. Transpor Lipoprotein pada Tikus
1) Transportasi lipid eksogen
Makanan berlemak dan kolesterol diabsorbsi ke
dalam usus dan disekresi ke limpa sebagai partikel
lipoprotein besar yang disebut sebagai kilomikron.
Kilomikron merupakan senyawa yang kaya akan
trigliserida tetapi memiliki ester kolesterol pada intinya.
Kilomikron memasuki darah melalui saluran thoracic dan
akan berubah menjadi partikel-partikel sisa yang kaya
dengan ester kolesterol melalui aksi lipoprotein lipase.
Sisa-sisa kilomikron akan tertangkap oleh apoE yang
bertindak sebagai ligand reseptor LDL dan reseptor terkait
lainnya di hepar (Fox et al., 1984).
2) Transportasi lipid endogen
Trigliserid dan kolesterol yang dibuat oleh hepar
dalam bentuk paket akan disekresikan dalam bentuk VLDL.
Struktur protein dari partikel VLDL adalah apo B 100 pada
manusia dan apo B 100 serta apo B 48 pada tikus. Partikel
VLDL akan menjadi lebih kecil dan menjadi IDL dengan
aksi lipoprotein lipase. Hepar membersihkan beberapa IDL
melalui reseptornya yang berligand apoE. Lebih jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
lipolisis dari sisa IDL akan menghasilkan partikel LDL
yang dapat meningkatkan kolesterol. Partikel-partikel LDL
dapat diambil oleh jaringan perifer dan dapat dibersihkan
oleh hepar menggunakan reseptor LDL yang berligand apo
B 100. Sirkulasi partikel LDL meningkatkan pengambilan
oleh makrofag dan sel-sel vaskuler yang memicu
aterosklerosis (Fox et al., 1984).
Tikus putih relatif resisten terhadap infeksi dan
sangat cerdas. Tikus putih pada umumnya tenang dan
mudah ditangani. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobia
seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul
dengan sesamanya tidak begitu besar. Aktivitasnya tidak
terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Suhu tubuh
normal 37,5°C, laju respirasi normal 210 kali tiap menit.
Tikus putih bila diperlakukan kasar akan menjadi galak dan
sering menyerang si pemegang (Sugiyanto, 1995).
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Kolesterol
Plasma Tikus
1) Pakan tikus
Makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi dan
kolesterol dihubungkan dengan peningkatan level
kolesterol khususnya LDL. Seperti pada manusia, makanan
barat yang mengandung lemak jenuh tinggi dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menginduksi peningkatan LDL dan terjadinya
aterosklerosis pada tikus (Pellizzon, 2008). Diet lemak
yang sangat jenuh dapat meningkatkan konsentrasi
kolesterol darah 15 sampai 25 persen. Keadaan ini akibat
peningkatan penimbunan lemak dalam hati yang kemudian
menyebabkan peningkatan jumlah asetil-KoA di dalam sel
hati untuk menghasilkan kolesterol (Guyton dan Hall,
2008a).
2) Faktor genetik
Tidak semua tikus memiliki respon yang sama
dengan pemberian model makanan barat (purified Western-
type diets) oleh karena perbedaan genetik. Misalnya, tikus
tipe liar seperti C57BL/6 relatif resisten terhadap
aterosklerosis tetapi memiliki kapasitas untuk berkembang
menjadi aterosklerosis tingkat sedang di bawah kondisi
tertentu (Pellizzon, 2008). Faktor genetik tidak dapat
dikendalikan secara mutlak. Hal ini diatasi dengan
pemilihan subjek penelitian yang berasal dari galur yang
sama (strain Wistar).
3) Jenis Kelamin
Suatu penelitian menyatakan bahwa tikus betina lebih
rentan terhadap aterosklerosis dibandingkan tikus jantan
(Lie et al., 2006). Untuk menyeragamkan sampel maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dipilih jenis kelamin tikus yang sama yaitu tikus jantan
mengingat tikus yang betina lebih mudah mengalami
aterosklerosis dengan induksi makanan yang tinggi
kolesterol.
4) Umur
Kolesterol plasma meningkat pada proses penuaan
baik pada tikus maupun pada manusia. Hal ini dihubungkan
dengan pengurangan eliminasi kolesterol sebagai asam
empedu dan penurunan reseptor yang memediasi
pembersihan LDL plasma (Galman, 2007). Umur
merupakan variabel pengganggu yang dapat dikendalikan
dengan cara menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus)
berumur 3 bulan untuk membuat sampel homogen dan
menghindari peningkatan serum kolesterol karena faktor
umur. Tikus putih berumur 3 bulan memiliki kadar
kolesterol terendah sehingga diharapkan hasil perlakuan
terhindar dari variabel pengganggu.
5) Berat badan
Berat badan mempengaruhi dosis buah asam jawa
yang digunakan. Tikus yang dipilih adalah yang memiliki
berat badan 200 gram karena diharapkan memiliki profil
kolesterol yang cocok untuk diberikan perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
6) Stres
Kondisi stres akan merangsang saraf simpatis yang
mengakibatkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin oleh
medula adrenal. Pelepasan kedua hormon tersebut akan
mengaktifkan trigliserida lipase peka-hormon yang
terdapat dalam jumlah berlebihan dalam sel lemak dan
hormon ini menyebabkan pemecahan trigliserida yang
sangat cepat dan mobilisasi asam lemak (Guyton dan Hall,
2008a).
7) Penyakit hati
Dalam keadaan normal hati melepaskan kolesterol ke
darah sesuai kebutuhan (Tjay dan Rahardja, 2007). Bila
terjadi kondisi patologis pada hati maka pelepasan
kolesterol ke darah tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.
8) Propiltiourasil (PTU)
Tikus relatif resisten terhadap perubahan profil lipid
dikarenakan tikus cenderung hipertiroid (Murray et al.,
2003). Hormon tiroid mengaktifkan hormon sensitif lipase
sehingga proses katabolisme lipid dalam tubuh tikus
tinggi. Induksi hiperkolesterol dengan pakan
hiperkolesterolemik dipermudah dengan menurunkan
aktivitas hormon tiroid tikus putih (Marina, 1994).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Propoiltiourasil (PTU) merupakan antitiroid
golongan tionamida yang menghambat proses inkorporasi
yodium pada residu tirosil dari tiroglobulin, dan juga
menghambat penggabungan residu yodotirosil ini untuk
membentuk yodotironin. Kerjanya dengan menghambat
enzim peroksidase sehingga oksidasi ion yodida dan gugus
yodotirosil terganggu (Suherman dan Elysabeth, 2007).
9) Hormon insulin
Hormon insulin dapat menurunkan konsentrasi
kolesterol darah. Efek ini kemungkinan disebabkan
terutama oleh perubahan derajat aktivitas enzim-enzim
khusus yang bertanggung jawab terhadap metabolisme zat
lipid (Guyton dan Hall, 2008a).
2. Hubungan Kolesterol LDL dengan Aterosklerosis
LDL merupakan salah satu jenis lipoprotein yang mengangkut
kolesterol pada manusia. Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak
10 % dan kolesterol 50 %. Reseptor LDL diatur lewat transkripsi genetik
berdasarkan tinggi rendahnya kadar kolesterol dalam sel (Suyatna, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Tabel 1. Kadar Kolesterol LDL Menurut National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP III)
Kadar kolesterol LDL Interpretasi
< 100
100-129
130-159
160-189
≥ 190
Optimal
Mendekati optimal/ di atas optimal
Batas tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
(NHLBI, 2006)
Peningkatan kolesterol total dan LDL di dalam darah, atau
hiperkolesterolemia, merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya
penyakit jantung koroner (Anwar, 2004). Hiperkolesterolemia dapat
terjadi jika kolesterol total > 200 mg/dl, kolesterol LDL > 130 mg/dl,
kolesterol HDL < 35 mg/dl, dan trigliserida > 200 mg/dl (Arsana dkk,
2007).
LDL bisa teroksidasi dan termodifikasi oleh karena perubahan sel-
sel utama pada dinding arteri. Di tahap sangat dini, oksidasi ringan LDL
akan menghasilkan bentuk yang disebut Minimally Modified LDL (MM-
LDL) pada subendotel. MM-LDL ini sangat berbeda dari segi komposisi
dibandingkan LDL yang sudah teroksidasi dengan kuat. Kolesterol masih
menjadi sterol predominan, apoB dari MM-LDL masih berikatan dengan
reseptor LDL (LDL-R), dan inkubasi makrofag dengan MM-LDL tidak
menghasilkan bentuk sel bergelembung (foam-cell). Meski demikian,
proporsi rantai lemak tak jenuh dari ester kolesteril dan fosfolipid di MM-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
LDL secara signifikan telah teroksidasi menjadi hidroperoksida,
isoprostan, dan aldehid rantai pendek yang memiliki efek biologi cukup
kuat (Glass dan Witztum, 2001).
Oksidasi LDL yang ekstensif (Ox - LDL) tidak dikenali oleh
reseptor LDL tapi sangat disukai oleh reseptor di makrofag dan memicu
akumulasi ester kolesterol yang cukup besar dan terbentuk sel
bergelembung (foam - cell). Pada intinya, oksidasi LDL memiliki
beberapa efek biologi yang merugikan di antaranya pro-inflamasi,
menyebabkan penghambatan sintesa oksida nitrit di endotel (eNOS),
memicu vasokonstriksi dan adesi, menstimulasi sitokin seperti interleukin-
1 (IL-1), dan peningkatan agregasi platelet (Glass dan Witztum, 2001).
Oksidasi LDL akan melahirkan produk seperti sitoktoksik dan bisa
memicu apoptosis. Oksidasi LDL juga bisa membalikkan efek koagulasi
dengan menstimulasi jaringan faktor dan sintesis plasminogen activator
inhibitor-1. Properti aterogenik lain dari oksidasi LDL adalah
imunogenitas dan kemampuannya memicu retensi makrofag pada dinding
arteri dengan menghambat motilitas makrofag. Sebagai tambahan, LDL
teroksidasi akan menstimulasi proliferasi sel otot polos vaskular.
Sehingga, penebalan intima (lapisan pembuluh darah yang paling dalam)
akan mengurangi lumen pembuluh darah dan ke depan akan berpotensi
menyebabkan hipertensi dan aterosklerosis (Berliner dan Watson, 2005).
Aterosklerosis adalah suatu bentuk ateriosklerosis yang terutama
mengenai lapisan intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler ukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
besar dan sedang serta merupakan kelainan yang mendasari penyakit
jantung iskemik. Tahap-tahap terjadinya aterosklerosis:
a. Dimulai dengan menempelnya leukosit pada endotel yang
mengekspresikan adhesive proteins.
b. Leukosit kemudian melewati barrier endotel dan mulai berakumulasi.
c. Monosit di ruangan subendotel kemudian berkembang menjadi
aterosklerosis melalui pelepasan sitokin.
d. Secara klinis terlihat penyakit oleh karena terdapatnya akumulasi sel
busa.
e. Secara klinis lesi dicirikan oleh adanya penyempitan, banyaknya sel
busa, dan neovaskularisasi (Crowther et al. , 2005).
Lesi aterosklerosis diklasifikasikan atas 3 tahap secara morfologik
yaitu bercak perlemakan, plak fibrosa, dan lesi terkomplikasi. Sebelum
terjadinya bercak perlemakan sudah ada sel-sel busa. Bercak perlemakan
sudah bisa ditemukan pada usia 10 tahun dan meningkat kekerapannya
pada usia 30 tahun. Plak fibrosa adalah bentuk lesi yang khas untuk
aterosklerosis yang sudah berkembang. Lesi terkomplikasi adalah plak
fibrosa yang sudah mengalami perubahan oleh peningkatan nekrosis sel,
perdarahan, deposit kalsium atau deskuamasi permukaan endotel di
atasnya dan pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat
mengakibatkan gangguan aliran di lumen pembuluh darah. Faktor yang
bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding pembuluh darah
dan beberapa teori :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1) Adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel
2) Gangguan transpor lipoprotein transeluler (endositotoksik)
3) Gangguan degradasi oleh lisosom lipoprotein
4) Perubahan permeabilitas endotel (Anwar, 2004).
Perekrutan leukosit ke dalam dinding arteri merupakan kompenen
fundamental terjadinya aterogenesis. LDL yang teroksidasi mungkin
memainkan peran penting dalam patogenesis aterosklerosis. Ini
menyisakan suatu pemeriksaan apakah peningkatan sirkulasi LDL
teroksidasi oleh karena timbulnya LDL berdensitas kecil. Penelitian
sekarang mendemonstrasikan bahwa tingkat LDL berdensitas kecil atau
LDL berfenotipe B meningkatkan kurang lebih 2-3 kali risiko penyakit
arteri koroner. Peningkatan proporsi partikel LDL berdensitas kecil juga
dihubungkan dengan peningkatan trigliserid dan konsentrasi apoprotein B
dan pengurangan tingkat kolesterol HDL yang memainkan peran dalam
proses inflamasi pada lesi aterosklerosis. Akumulasi sel busa dalam ruang
subendotel memainkan peran dalam menginisiasi terjadinya aterosklerosis.
Suatu hubungan antara LDL teroksidasi dan aterogenesis ditunjukkan
pertama oleh percobaan yang menunjukkan LDL teroksidasi menyebabkan
perlukaan pada sel endotel, akumulasi sejumlah kecil lemak dapat
berkembang menjadi jumlah yang besar atau menjadi plak ateroma. LDL
teroksidasi mungkin juga terlibat dalam aterogenesis dengan menginduksi
proliferasi sel otot polos dan generasi sel-sel busa. Terdapat korelasi antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tingkat LDL teroksidasi dengan patogenesis acute myocardial infarc
(Fathoni, 2005).
Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap modifikasi
aterogenik LDL tidak diketahui tetapi dapat meliputi oksidasi yang
dimediasi oleh oleh myeloperoksidase, 15-lipoxygenase, dan Nitric Oxide
Synthase (NOS) (Glass dan Witztum, 2001). Nitric oxide adalah oksidan
potensial yang diproduksi oleh sel endotel dan makrofag yang terlihat
menggunakan efek protektif dan aterogenik tergantung pada sumber
produksi. NO yang diproduksi oleh endotel memiliki fungsi vasodilator
dan secara potensial ateroprotektif. Sebaliknya, NO yang diproduksi
melalui sejumlah besar kapasitas iNOS pada makrofag berfungsi sebagai
antimikroba berdasarkan pada potensi oksidatifnya yang merupakan
proaterogenik (Falk, 2005).
3. Asam jawa (Tamarindus indica )
a. Nama botani : Tamarindus indica L.
b. Nama lokal : asam Jawa (Indonesia), asem (Jawa), celangi, tangkal
asem (Sunda)
c. Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Tamarindus
Spesies : Tamarindus indica L. (Thomas, 1989).
d. Deskripsi Tumbuhan
Habitus dari tumbuhan asam jawa adalah pohonnya selalu hijau,
tinggi sampai 30 m dengan tajuk yang lebat dan menyebar, memiliki
cabang yang pendek (virgula atau virgula sucrescens). Percabangan
termasuk simpodial yaitu batang pokok sukar ditemukan karena dalam
perkembangan selanjutnya, menghentikan pertumbuhannya atau kalah
besar dan kalah cepat pertumbuhannya dengan cabangnya. Tumbuhan
ini merupakan sebuah kultivar di daerah tropis (Thomas, 1989).
Akarnya adalah tunggang (radix primaria) yang menembus ke
dalam tanah. Sedangkan batangnya berkayu, jelas, bulat dengan
diameter di pangkal hingga 2 m, kulit batang berwarna coklat keabu-
abuan, kasar dan memecah, beralur-alur vertikal (Hutapea, 1994).
Daunnya berupa majemuk, lonjong, berhadapan, dengan panjang
1 - 2,5 cm, lebar 0,5 - 1 cm, tepi rata, ujung tumpul, pangkal membulat,
pertulangan menyirip, halus, tangkai mamiliki panjang kurang lebih 0,2
cm dan berwarna hijau (Hutapea, 1994).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Bunga berbentuk tandan, berada di ketiak daun, majemuk,
tangkai mempunyai panjang kurang lebih 0,6 cm, berwarna kuning,
kelopak bentuk tabung dan berwarna hijau kecoklatan, benang sari
berjumlah banyak, putik berwarna putih, mahkota kecil dan berwarna
kuning (Hutapea, 1994).
Buah sejati tunggal (buah sungguh) dan kering, panjang 5 – 15
cm, buah rapuh, polong yang menggelembung, hampir silindris,
bengkok atau lurus, berbiji sampai 10 butir, sering dengan
penyempitan di antara dua biji, kulit buah (eksokarp) mengeras
berwarna kecoklatan atau kelabu bersisik, dengan urat-urat yang
mengeras dan liat serupa benang. Daging buah (mesokarp) putih
kehijauan ketika muda, menjadi merah kecoklatan sampai kehitaman
ketika sudah masak, asam manis dan melengket (Hutapea, 1994).
Biji kemerah-merahan, coklat tua, hitam berkilat atau coklat
kehitaman, mengkilap dan keras, agak persegi, panjang sampai 18
mm. Dalam satu kilogram terdapat 1.800 – 2.600 benih (Hutapea,
1994).
e. Kandungan kimia
Buah polong asam jawa mengandung senyawa kimia antara lain
asam sitrat, asam anggur, asam tartrat, asam suksinat, pektin dan gula
invert. Buah asam jawa yang masak di pohon di antaranya mengandung
nilai kalori sebesar 239 kal per 100 gram, protein 2,8 gram per 100
gram, lemak 0,6 gram per 100 gram, hidrat arang 62,5 gram per 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
gram, kalsium 74 miligram per 100 gram, fosfor 113 miligram per 100
gram, zat besi 0,6 miligram per 100 gram, vitamin A 30 SI per 100
gram, vitamin B1 0,34 miligram per 100 gram, vitamin C 2 miligram
per 100 gram (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2007).
Buah asam jawa mengandung moisture 20,9 %, protein 3,1 %, lemak
0,1 %, mineral 2,9 %, serat (pektin) 5,6 % dan karbohidrat 67,4 %.
Adapun yang terkandung dalam mineral antara lain kalsium, besi,
fosfor, sodium, potassium sedangkan untuk vitamin antara lain vitamin
A, thiamine, riboflavin, niacin, dan vitamin C (Morton et al., 1987).
Di Indonesia, tanaman tradisional asam jawa digunakan untuk
pengobatan bisul, jerawat, bintik-bintik merah gatal bergelembung air,
gatal pada bekas luka yang sudah kering, nyeri haid, haid yang berbau
anyir, batuk kering, sariawan, keputihan, campak, borok, asma, batuk
kering, serta demam (Agoes, 2010). Bagian buah dan khususnya daun
asam jawa ini dapat digunakan sebagai agen antifungi (Abubakar et al.,
2010). Melalui ekstraksi metanol, daun tanaman ini memiliki aktivitas
sebagai antibakteri dalam melawan melioidosis (Muthu et al., 2005).
Buah asam jawa juga digunakan sebagai obat tradisional secara
luas oleh bangsa Nigeria. Telah dilaporkan bahwa buahnya dapat
digunakan untuk perawatan masuk angin, panas, sakit perut, diare,
penyakit kuning dan juga sebagai pembersih kulit (Doughari, 2006).
Menurut penelitian Ukhwani et al. (2008) buah asam jawa juga dapat
digunakan sebagai agen antiobesitas. Efek antiobesitas ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dijelaskan melalui pengurangan asupan air dan makanan oleh karena
keterlibatan otak dalam mengatur rasa kenyang dan rasa lapar,
penghambatan enzim pencernaan, serta penurunan bioavailabilitas
nutrisi yang disebabkan oleh faktor antinutrisi di dalam ekstrak tanaman
(Latha et al., 2010).
f. Pektin
Pektin adalah komplek campuran dari polisakarida yang
membuat sekitar sepertiga substansi dinding sel dari tumbuhan tingkat
tinggi. Konsentrasi yang tinggi dapat ditemukan pada lamela tengah
dinding sel. Pektin adalah polisakarida linear yang terdiri dari unit asam
D-galacturonic (GalA) yang memiliki gugus karboksil, beberapa di
antaranya ada yang dalam bentuk metil ester, dan secara komersial ada
yang direaksikan dengan amonia membentuk gugus karboksamid
(Mukhiddinov et al., 2000). Pektin larut dalam air murni, garam-garam
kation monovalen dari pektin dan asam pektinat biasanya larut dalam
air sedangkan yang divalen dan trivalen lemah kelarutannya (Hercules
Incorporated, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Gambar 1.a) Gugus Molekul dan Fungsional Pektin; b) Gugus Karboksil; c) Gugus Ester; d) Amida dalam Pektin (Mukhiddinov et al., 2000).
Pektin dikenal sebagai serat terlarut yang terkandung di dalam
buah dan sayuran, selai, dan agar-agar. Di dalam usus, pektin dan
bentuk polisakarida lain akan meningkatkan viskositas dan
mempengaruhi proses pencernaan serta absorsi. Efek fisiologis pektin
meliputi pengurangan konsentrasi kolesterol plasma dan hati pada tikus
(Marounek et al., 2007). Di dalam dunia kedokteran, pektin
dimanfaatkan sebagai agen penurun kolesterol serta bahan baku industri
farmasi seperti keterlibatannya dalam pembuatan emolien (Endress,
1991). Pektin juga telah dilaporkan memiliki kemampuan dalam
mengurangi waktu transit di kolon yang berdampak pada penurunan
risiko tumor kolon (Ink dan Hurt, 1987).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pektin adalah serat makanan terlarut. Pektin memiliki banyak
efek pada kesehatan serta menyediakan banyak keuntungan pada
manusia di segala umur. Pektin dapat mengurangi kolesterol LDL pada
tubuh yang hasilnya dapat melebihi dari pembatasan asupan asam
lemak trans dan jenuh serta kolesterol. Selain itu pektin juga membantu
dalam mempertahankan kadar gula darah, memodulasi sistem imun,
antikanker, antioksidan, dan detoksifikasi racun (Salman et al., 2008).
g. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
dengan air pada suhu 90° selama 15 menit. Infudasi adalah proses
penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan
aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati (Dirjen POM, 1986).
Sari yang diperoleh memiliki daya tahan sekitar 48 jam (Tarmizi,
2009). Infus dibuat dengan cara :
1) Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan
untuk bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot
bahan.
2) Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit
pada suhu 90 - 98°C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan
10 bagian bahan. Pada simplisia tertentu tidak diambil 10 bagian.
Hal ini disebabkan karena kandungan simplisia kelarutannya
terbatas, disesuaikan dengan cara penggunaanya dalam pengobatan,
berlendir, dan daya kerjanya keras.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3) Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah
bahan kimia.
4) Penyarian dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan
yang mengandung bahan yang mudah menguap (Dirjen POM,
1986).
Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan
yang ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci.
Kemudian dipanaskan di dalam tangas air selama 15 menit, dihitung
mulai suhu di dalam panci mencapai 90°, sambil sekali-sekali diaduk.
Infus diserkai sewaktu masih panas melalui kain flanel. Untuk
mencukupi kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui
ampasnya. Infus simplisia asam jawa dan simplisia yang berlendir tidak
boleh diperas. Asam jawa sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum
direbus dibuat massa seperti bubur (Dirjen POM, 1986).
4. Hubungan Tamarindus indica dengan Kolesterol LDL
Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar
biasa yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar
1.300 di antaranya digunakan sebagai obat tradisional. Berdasarkan
potensi ini produk obat tradisional dapat dikembangkan secara luas
(Sapoetra, 1992). Salah satu tanaman tradisional yang bisa dimanfaatkan
adalah Tamarindus indica. Dari tanaman ini dapat diambil buahnya dan
dibuat infusa untuk mendapatkan serat terlarut pektin. Sebelum dibuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
infusa, bijinya dibuang dulu kemudian diremas dengan air hingga
diperoleh massa seperti bubur (Depkes RI, 1995). Kandungan pektin di
dalam buah asam jawa adalah 5,6 % (Morton et al., 1987).
Pektin diketahui dapat meningkatkan ekskresi asam empedu fekal
sebesar 168 % dengan cara mengikat asam empedu di lumen usus ileum
terminal. Selain itu pektin juga dapat meningkatkan ekskresi steroid netral
serta lemak yang dapat mengakibatkan hipokolesterolemia. Peningkatan
ekskresi zat-zat di atas juga disertai dengan peningkatan aktivitas
cholesterol 7α-hydroxylase hepar yang berfungsi untuk mengkonversi
kolesterol menjadi asam empedu (Diez et al., 1996). Melalui kerjanya,
pektin dapat menurunkan absorbsi kolesterol di usus sehingga terjadi
pengurangan masa kolesterol usus yang dikirimkan ke hepar melalui sisa
kilomikron. Hal tersebut akan menginduksi penambahan reseptor
apolipoprotein B/E di hepar yang berakibat pada terjadinya peningkatan
katabolisme LDL plasma sehingga LDL plasma akan menurun (Fernandez
et al., 1992).
Peningkatan konsentrasi LDL plasma dihubungkan dengan
konsumsi makanan berlemak dan minyak sayur jenuh. Konsumsi ini
mengakibatkan penurunan aktivitas reseptor LDL hepar. Aktivitas reseptor
LDL di hepar diatur oleh konsentrasi m-RNA dari reseptor LDL itu
sendiri. Penurunan reseptor LDL hepar oleh karena mengonsumsi
makanan yang mengandung lemak jenuh dipicu oleh penurunan aktivitas
sterol O-acyltransferase hepar. Aktivitas enzim yang turun tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
berakhir pada pengurangan simpanan ester kolesterol. Hal ini akan
menyebabkan produksi asam empedu menjadi turun. Asam laurat, asam
miristat, dan asam palmitat merupakan beberapa contoh dari asam lemak
jenuh. Ketiga asam lemak tersebut kurang lebih ekuivalen dalam
mengurangi aktivitas reseptor LDL hepar serta meningkatkan konsentrasi
LDL plasma melalui modulasi aktivitas sterol O-acyltransferase (Nicolosi,
1997).
5. Kolestiramin
Kolestiramin adalah garam klorida dari basic anion exchange resin
yang berbau dan berasa tidak enak. Kolestiramin bersifat hidrofilik, tetapi
tidak larut dalam air, tidak dicerna dan tidak diabsorbsi (Suyatna, 2007).
Obat ini berkhasiat menurunkan LDL dan kolesterol total melalui
pengikatan asam empedu dalam usus halus menjadi kompleks yang
dikeluarkan melalui tinja. Tanpa asam empedu, kolesterol tidak diserap
lagi. Penurunan kandungan asam empedu di plasma akan menstimulasi hati
untuk mengkonversi kolesterol menjadi asam empedu (Tjay dan Rahardja,
2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
B. Kerangka Pemikiran
Faktor lain tidak terkendali: Stres, penyakit hati, hormonal
Pektin
Infusa Buah Asam Jawa (Tamarindus indica)
Penurunkan absorbsi kolesterol
Penurunan masa kolesterol pada siklus enterohepatik
Faktor lain terkendali: Makanan, genetik, umur, jenis kelamin
Peningkatan cholesterol 7α-hydroxylase di hepar
Reseptor LDL hepar (apoB) meningkat
Peningkatan katabolisme LDL plasma
Penurunan LDL plasma
Peningkatkan ekskresi asam empedu
Peningkatan sintesis asam empedu di hepar
Peningkatan sintesis kolesterol di hepar
Peningkatan HMG-CoA reductase
Keterangan:
: mengandung
: memacu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Hipotesis
1. Infusa buah asam jawa (Tamarindus indica) menurunkan kadar
kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang
diinduksi makanan hiperkolesterolemik.
2. Penambahan dosis dapat meningkatkan efek dalam menurunkan
kolesterol LDL plasma.
3. Dosis optimal dalam penelitian ini adalah dosis sedang infusa buah
asam jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik
dengan desain penelitian the pre and post test with control group design.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian
Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) yang
diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan Universitas
Gadjah Mada. Dengan kriteria, jenis kelamin jantan, galur Wistar, berat
badan kurang lebih 200 gram, umur sekitar 3 bulan, dalam keadaan
sehat sebanyak 30 ekor.
Subjek penelitian yang lainnya adalah infusa buah asam jawa.
Buah asam jawa dibuat simplisia kemudian diolah menjadi infusa
dengan cara menggunakan air pada suhu 90º C selama 15 menit.
Pembuatan infusa dilakukan tiap dua hari sekali.
D. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus Federer (Hanifah,
1993), yaitu:
(k-1) (n-1) > 15
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
keterangan:
k : jumlah kelompok
n : jumlah sampel dalam kelompok
Dalam penelitian ini subjek dibagi 5 kelompok, sehingga
berdasarkan rumus Federer didapatkan jumlah subjek masing-masing
kelompok sebagai berikut:
(k-1) (n-1) >15
(5-1) (n-1) >15
4 (n-1) >15
4n-4 > 15
4n > 19
n > 5
Jadi jumlah sampel harus lebih besar dari 5 ekor tikus tiap
kelompok. Pada penelitian ini digunakan 6 ekor tikus setiap kelompok,
sehingga sudah memenuhi syarat dalam banyaknya sampel yang
digunakan.
E. Teknik sampling
Pengambilan sampel sebanyak 30 ekor dilakukan secara
purposive sampling, yaitu pemilihan subyek berdasarkan ciri-ciri yang
sudah diketahui sebelumnya (Taufiqqurahman, 2004). Hewan coba
dibagi dalam 5 kelompok secara random, setiap kelompok terdiri dari 6
ekor tikus. Kelompok II, III, dan IV sebagai kelompok perlakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dengan jumlah dosis yang berbeda, kelompok I sebagai kelompok
kontrol negatif dan kelompok V sebagai kelompok kontrol positif.
F. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : infusa buah asam jawa
2. Variabel Terikat : kadar kolesterol LDL darah tikus
putih
3. Variabel Luar
a. Dapat dikendalikan : varietas buah asam jawa, umur,
berat badan, makanan, jenis kelamin
b. Tidak dapat dikendalikan : stres, penyakit hati, hormonal
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Infusa Buah Asam Jawa
Infusa buah asam jawa adalah buah asam jawa yang
dikeringkan kemudian dihaluskan dengan derajat tertentu kemudian
diayak dan menjadi bentuk serbuk. Serbuk sebanyak 10 gram
ditambahkan air 100 ml, dipanaskan di atas api selama 15 menit
yang dimulai setelah suhu mencapai 90° C sambil sekali-sekali
diaduk. Kemudian disaring selagi panas melalui kain flanel. Jika
volume belum mencapai 100 ml maka ditambah air panas melalui
ampas sampai 100 ml (Depkes RI, 2001). Maka didapat larutan
stok infus 10 %. Dalam percobaan, pelarutan serbuk dilakukan
ketika akan memberi perlakuan mengingat sifat infusa yang tidak
tahan lama. Infusa diperoleh dari Fakultas Farmasi Universitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gadjah Mada. Infusa diberikan per oral dengan menggunakan
sonde lambung.
Skala variabel infusa buah asam jawa: skala ordinal
2. Kadar Kolesterol LDL Darah
LDL adalah salah satu jenis lipoprotein yang mengangkut
kolesterol pada manusia. Kadar kolesterol LDL dalam penelitian
ini didapat dengan cara mengukur kadarnya setelah induksi
makanan hiperkolesterolemik pada hari ke-14 dan setelah
perlakuan hari ke-14. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil
darah pada sinus orbitalis. Darah lalu ditampung dalam tabung
sentrifuge sekitar 2 ml. Darah dalam tabung sentrifuge dipusingkan
selama 15 - 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm maka akan
didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar kolesterol LDL.
Kolesterol LDL darah tikus diukur dengan alat spektrofotometer,
satuan hasil pengukurannya dinyatakan dalam mg/dl. Skala
variabel kolesterol LDL darah tikus putih: rasio.
3. Makanan
a. Makanan standar
Makanan standar dalam penelitian ini berupa pelet yang
diberikan ad libitum. Komposisi dari makanan standar berupa
dedak halus (bekatul), tepung ikan, bungkil kedelai, tepung
jagung, aquamik, vitamin C dan B kompleks. Makanan standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
diberikan saat proses adaptasi pada tikus putih selama 7 hari
sebelum dilakukan induksi makanan hiperkolesterolemik.
b. Makanan hiperkolesterolemik
Makanan adalah salah satu sumber kolesterol dalam tubuh
sehingga perubahan kadar kolesterol darah dapat dipengaruhi
oleh makanan. Pengurangan makanan yang mengandung lemak
jenuh dihubungkan dengan peningkatan reseptor LDL. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan kolesterol LDL serum.
Dengan kata lain bisa diartikan bahwa pemberian makanan yang
banyak mengandung asam lemak jenuh bisa menaikkan kadar
kolesterol LDL serum (Mustad et al., 1997). Pemberian
makanan hiperkolesterolemik dilakukan selama 28 hari setiap
pagi menggunakan sonde lambung. Pemberian makanan
hiperkolesterolemik setiap kelompok dibuat sama jenisnya yang
terdiri dari lemak babi 2 ml, kuning telur 2 ml, serbuk kolesterol
0,3 mg dan minyak goreng 1 ml (Sopia, 2009; Ariantari, 2010;
Adimunca dan Nainggolan, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
H. Rancangan Penelitian
Purposive sampling
Random sampling
Tikus jantan putih umur 3 bulan, berat badan 200 - 300 gram
Sampel 30 ekor
Adaptasi 7 hari
Kelompok 2: makanan hiperkolesterolemik+aquades (14 hari)
Kelompok 3: makanan hiperkolesterolemik+aquades (14 hari)
Kontrol positif: makanan hiperkolesterolemik+aquades (14 hari)
Kelompok 1: makanan hiperkolesterolemik+aquades (14 hari)
Ukur kadar LDL darah masing-masing kelompok (post test)
Analisis rerata kadar LDL setelah perlakuan
makanan hiperkolesterolemik+ aquades saja selama 14 hari
makanan hiperkolesterolemik+aquades+ Infusa buah asam jawa 3,6 ml selama 14 hari
makanan hiperkolesterolemik+aquades +Serbuk kolestiramin 0,288 gram selama 14 hari
Kontrol negatif: makanan hiperkolesterolemik+aquades (14 hari)
Ukur kadar LDL darah masing-masing kelompok (pre test)
makanan hiperkolesterolemik+aquades +Infusa buah asam jawa 0,9 ml selama 14 hari
makanan hiperkolesterolemik+aquades +Infusa buah asam jawa 1,8 ml selama 14 hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
I. Instrumentasi Penelitian
1. Alat-alat yang digunakan
a. Sonde lambung
b. Tabung sentrifuge
c. Sentrifuge
d. Pipet mikrohematokrit
e. Gelas ukur kecil
f. Rak tabung reaksi
g. Spuit 5 ml
h. Panci infusa
i. Pengaduk
j. Timbangan
k. Kandang hewan percobaan beserta kelengkapan pemberian
makanan
l. Spektrofotometer
2. Bahan-bahan yang digunakan
a. Infusa buah asam jawa 10 %
b. Makanan hiperkolesterolemik yang terdiri dari campuran lemak
babi 2 ml, kuning telur 2 ml, serbuk kolesterol 0,3 mg dan minyak
goreng 1 ml sedangkan makanan standarnya adalah pelet
c. Air minum yang diolah menggunakan alat reverse osmosis
d. Kolestiramin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
J. Cara Kerja
1. Memilih tikus putih dengan jenis kelamin jantan, berat badan 200 - 300
gram, berumur kurang lebih 3 bulan, dipilih yang normal melalui
purposive sampling.
2. Kandang tikus disiapkan. Semua subjek penelitian diadaptasikan dulu
selama 1 minggu di laboratorium dan diberi makanan standar secara ad
libitum yaitu pelet dan air. Untuk tikus dengan berat sekitar 200 gram
setiap harinya membutuhkan minum sebanyak 20 - 45 ml air (Smith,
1998).
3. Subjek penelitian dibagi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 6 ekor tikus. Kelompok II, III, dan IV sebagai kelompok perlakuan,
kelompok I sebagai kontrol negatif, dan kelompok V sebagai kontrol
positif.
4. Subjek penelitian diberi makan tinggi kolesterol selama 28 hari. Pada 14
hari terakhir makanan tinggi kolesterol diberikan bersamaan infusa buah
asam jawa dengan waktu yang tidak bersamaan. Induksi makanan
hiperkolesterolemik dilakukan pada pagi hari sedangkan pemberian
infusa buah asam jawa dilakukan pada sore hari. Induksi
hiperkolesterolemia dilakukan dengan mencampur lemak babi 2ml,
kuning telur 2 ml, serbuk kolesterol 0,3 mg dan minyak goreng 1 ml
sehingga didapatkan suatu campuran berbentuk cair. Pemberian pakan
hiperkolesterolemik diberikan secara oral menggunakan sonde lambung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Setelah 14 hari pertama induksi akan dilakukan pengukuran kadar LDL
darah tikus putih sebagai pre test.
5. Penimbangan berat badan tikus putih untuk penyesuaian dosis.
6. Pembuatan infusa buah asam jawa dilakukan setiap dua hari sebelum
dimulai perlakuan pada tikus putih. Setelah dikonversi, dosis yang
diberikan pada masing-masing kelompok perlakuan yaitu, untuk
kelompok II adalah 0,9 ml, kelompok III adalah 1,8 ml dan kelompok
IV adalah 3,6 ml tiap hari.
7. Pemberian perlakuan
Kelompok I : Sebagai kontrol negatif sehingga tidak diberi
perlakuan.
Kelompok II : Pemberian Infusa buah asam jawa 0,9 ml selama
14 hari.
Kelompok III : Pemberian Infusa buah asam jawa 1,8 ml selama
14 hari.
Kelompok IV : Pemberian Infusa buah asam jawa 3,6 ml selama
14 hari.
Kelompok V : Sebagai kontrol positif, diberikan serbuk
kolestiramin 0,288 gram selama 14 hari.
8. Pada hari ke-14 setelah perlakuan subjek penelitian dipuasakan selama
12 jam tetapi masih tetap diberi air minum aquades, kemudian diambil
darahnya pada sinus orbitalis dengan pipet hematokrit, lalu darahnya
ditampung dalam tabung sentrifuge. Darah dipusingkan selama 15 - 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga didapatkan serum darah
untuk diperiksa kadar kolesterol LDL serum dengan alat
spektrofotometer (post test).
9. Membandingkan kadar kolesterol LDL darah antara kelompok yang satu
dengan yang lain dengan uji-ANOVA dan mengolah data hasil
pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah tikus putih.
K. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari kelima kelompok dianalisis secara statistik
dengan One Way Anova dan uji Post Hoc. Uji One Way Anova digunakan
untuk membandingkan rerata lebih dari 2 kelompok, sedangkan uji Post
Hoc digunakan untuk mengetahui letak perbedaan terkecil antara kelima
kelompok dengan syarat memiliki sebaran normal dan kesamaan varian.
Untuk memudahkan analisis data tersebut digunakan program SPSS 16
for Windows.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus),
strain Wistar, jantan, berumur ± 3 bulan dengan berat badan antara 150 -
200 gram, terbagi dalam 5 kelompok masing-masing 6 ekor. Kelompok I
merupakan kelompok kontrol negatif, kelompok II merupakan kelompok
perlakuan asam jawa dosis rendah, kelompok III merupakan kelompok
perlakuan asam jawa dosis sedang, kelompok IV merupakan kelompok
perlakuan asam jawa dosis tinggi, dan kelompok V adalah kelompok
perlakuan kontrol positif. Perlakuan diberikan selama 28 hari.
Sebelumnya, semua tikus diadaptasikan dulu selama 7 hari dengan hanya
diberikan pakan standar pelet dan air ad libitum.
Pada hari ke-7 setelah adaptasi, setiap tikus dilakukan penimbangan
berat badan. Hasil penimbangan berat badan tikus putih dianalisis secara
statistik sehingga didapatkan rata-rata berat badan tikus putih yang dapat
dilihat pada tabel di bawah:
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 2. Berat Badan Tikus Putih (gram)
Kelompok (N=6) Rata-rata ± simpangan baku
I
II
III
IV
V
171,83 ± 6,86
179,33 ± 8,54
154,83 ± 10,62
168,83 ± 13,87
165,17 ± 18,73
Keterangan:
I = Kelompok kontrol negatif
II = Kelompok perlakuan infusa buah asam jawa 0,09 gram/200 gram BB/
hari
III = Kelompok perlakuan infusa buah asam jawa 0,18 gram/200 gram BB/
hari
IV = Kelompok perlakuan infusa buah asam jawa 0,36 gram/200 gram
BB/ hari
V = Kelompok perlakuan serbuk kolestiramin 0,288 gram/200 gram BB/
hari (kontrol positif)
N = Jumlah tikus (ekor)
Keseragaman berat badan tikus diuji dengan berbagai langkah.
Langkah awal adalah intepretasi uji normalitas yang menghasilkan nilai
signifikansi (p) > 0,05 lalu dilakukan uji varians data yang menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
nilai p = 0,55, hal tersebut mencerminkan bahwa berat badan tikus
homogen dan menyatakan bahwa syarat uji ANOVA terpenuhi. Uji
ANOVA terhadap data berat badan tikus tersebut menghasilkan nilai
probabilitas (p) : 0,057, dengan demikian Ho diterima yang berarti tidak
ada perbedaan antara berat badan tikus secara signifikan (lampiran 5).
Selama 14 hari pertama perlakuan, tikus diinduksi dengan makanan
hiperkolesterolemik yang dilanjutkan dengan pengukuran kadar kolesterol
LDL darah pertama kali (LDL pre test). Kemudian selama 14 hari terakhir
perlakuan, tikus tetap diinduksi dengan makanan hiperkolesterolemik pada
pagi harinya dan diberi infusa buah asam jawa pada sore harinya. Setelah
itu dilakukan pengukuran kadar LDL yang kedua kalinya (LDL post test)
(lampiran 8). Rerata hasil pengamatan untuk kadar LDL pre test dan post
test tikus putih disajikan dalam tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 3. Kadar Kolesterol LDL Darah Pre Test dan Post Test ( mg/dl)
Kelompok
(N=6)
Rerata ±
simpangan baku
pre test
Rerata ±
simpangan baku
post test
Rerata ±
simpangan baku
selisih pre test
dan post test
I
II
III
IV
V
20,63 ± 3,67
25 ± 2,38
23,02 ± 2,37
22,75 ± 3,87
22,02 ± 3,92
17,4 ± 3,84
16,42 ± 1,31
14,55 ± 1,46
13,27 ± 3,03
14,9 ± 3,33
3,23 ± 2,29
8,58 ± 3,04
8,47 ± 1,03
9,4 ± 3,27
7,12 ± 1,53
Keterangan:
I = Kelompok kontrol negatif
II = Kelompok perlakuan infusa buah asam jawa 0,09 gram/ 200 gram
BB/ hari
III = Kelompok perlakuan infusa buah asam jawa 0,18 gram/ 200 gram
BB/ hari
IV = Kelompok perlakuan infusa buah asam jawa 0,36 gram/ 200 gram
BB/ hari
V = Kelompok perlakuan serbuk kolestiramin 0,288 gram/ 200 gram BB/
hari (kontrol positif)
N = Jumlah tikus (ekor)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Hasil uji kadar kolesterol LDL plasma pre test menunjukkan nilai
normalitas yang tidak seragam di atas 0,05 pada masing-masing
kelompok. Dengan demikian uji yang dipakai bukan one-way ANOVA
melainkan uji Kruskal Wallis. Dari uji Kruskal Wallis, didapatkan nilai p
= 0,222 atau dengan kata lain p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara hasil kolesterol LDL
plasma pre test pada kelompok kontrol maupun perlakuan (lampiran 6).
Dari hasil kolesterol LDL pre test dan post test dicari selisih
nilainya. Nilai tersebut dilakukan uji normalitas dan didapatkan
probabilitas > 0,05 lalu dilanjutkan dengan uji varians data untuk mencari
homogenitas data tersebut. Interpretasi uji varians data menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan antara kelompok yang dapat dilihat dari nilai
signifikansi = 0,215 (lampiran 7). Langkah-langkah tersebut memenuhi
syarat untuk dilakukan uji ANOVA. Uji ANOVA digunakan untuk
mengetahui perbedaan rata-rata kadar kolesterol LDL kelima kelompok
perlakuan berbeda signifikan atau tidak. Setelah dilakukan uji ANOVA
dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Uji Post Hoc menggunakan uji LSD
bertujuan untuk mengetahui kekuatan efek dalam menurunkan kadar
kolesterol LDL pada masing-masing kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 2. Rerata Selisih Kolesterol LDL Darah Tikus Putih Pre Test dan Post Test
Dari uji ANOVA didapatkan nilai p < 0,05 sehingga Ho ditolak
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara kelompok yang
dilakukan perlakuan dengan yang tidak. Langkah selanjutnya adalah
dilakukan uji Post Hoc (Uji LSD) (lampiran 7). Hasil uji LSD kelima
kelompok dapat dilihat pada di bawah.
0123456789
10
I (N=6) II (N=6) III (N=6) IV (N=6) V (N=6)
Selis
ih k
oles
tero
l LD
L da
rah
pre
test
dan
pos
t tes
t (m
g/ d
l)
Kelompok Perlakuan (ekor)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 4. Hasil Uji LSD Kadar Kolesterol LDL Darah Tikus Putih
Kelompok Signifikansi (p) Keterangan
I
II
III
IV
V
II
III
IV
V
I
III
IV
V
I
II
IV
V
I
II
III
V
I
II
III
IV
0,001
0,001
0,000
0,009
0,001
0,933
0,520
0,298
0,001
0,933
0,468
0,337
0,000
0,520
0,468
0,098
0,009
0,298
0,337
0,098
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini tikus diinduksi dengan makanan
hiperkolesterolemik yang terdiri dari lemak babi 2 ml, kuning telur 2 ml,
serbuk kolesterol 0,3 mg dan minyak goreng 1 ml sampai didapatkan suatu
campuran berbentuk cair. Pemberian dilakukan selama 2 tahap. Tahap
pertama berlangsung selama 2 minggu yang dilanjutkan dengan
pengukuran kadar kolesterol LDL pertama pada masing-masing sampel
(pre test). Dalam penelitian acuan disebutkan bahwa injeksi adrenalin iv
0.006 mg pada hari pertama dilanjutkan dengan pemberian diet 10 gram
kuning telur secara intermitten pada hari kedua sampai keempat belas pada
tikus Wistar jantan dapat meningkatkan kadar kolesterol total, LDL,
trigliserida, jumlah sel busa dan ketebalan dinding aorta (Prasetyo dkk,
2003). Penelitian lain yang juga menjadi pedoman menyebutkan bahwa
tikus percobaan yang dicekok dengan minyak kelapa dan tiourasil selama
2 minggu akan dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol total,
trigiserida, kolesterol LDL dan menurunkan konsentrasi HDL kolesterol
(Adimunca dan Nainggolan, 2009).
Pemberian makanan hiperkolesterolemik tahap kedua dilakukan di
hari yang sama dengan pemberian infusa buah asam jawa yang
berlangsung selama 2 minggu juga. Pada tahap kedua, pemberian makanan
hiperkolesterolemik dengan infusa buah asam jawa tidak berlangsung
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dalam satu waktu. Makanan hiperkolesterolemik diberikan pada pagi hari
sedangkan infusa buah asam jawa diberikan pada sore hari. Setelah
perlakuan tahap kedua ini selesai, tahap selanjutnya adalah mengukur
kadar kolesterol LDL post test. Pada penelitian ini, jenis kolesterol yang
menjadi fokus bahasan adalah kolesterol eksogen. Kolesterol eksogen
dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL plasma melalui asupan
kolesterol dari luar. Apabila jumlah dari kolesterol makanan meningkat,
sintesis kolesterol oleh hati akan dihambat karena kolesterol dalam darah
secara langsung menghambat enzim hati yang penting untuk pembentukan
kolesterol (Sheerwood, 2001). Hal inilah yang menjadi dasar mengapa
dalam 14 hari terakhir makanan hiperkolestrolemik masih tetap diberikan
ke tikus putih yaitu dikhawatirkan sintesis dari kolesterol secara endogen
masih belum cukup untuk membuat tikus menjadi hiperkolesterolemik.
Di dalam buah asam jawa terkandung berbagai jenis metabolit
primer seperti air, protein, lemak, karbohidrat, serat, serta berbagai macam
mineral dan vitamin (El-Siddig et al., 2006). Jenis serat yang dikandung
buah tersebut adalah serat terlarut yang bernama pektin. Melalui metode
infusa, pektin akan mengalami proses penyarian karena metode ini
bertujuan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut di dalam air
(Dirjen POM, 1986).
Melalui mekanisme kerjanya, pektin dapat menurunkan absorbsi
kolesterol di usus yang berakibat pada pengurangan masa kolesterol usus
menuju ke hepar melalui sisa-sisa kilomikron. Hal tersebut akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
menginduksi peningkatan ekspresi reseptor apolipoprotein B/E di hepar
serta reseptor yang memediasi proses katabolisme LDL plasma (Fernandez
et al., 1992). Proses metabolisme yang terjadi memberikan pengaruh
terhadap konsentrasi LDL plasma. Peningkatan reseptor-reseptor tersebut
menyebabkan kadar kolesterol LDL plasma mengalami penurunan oleh
karena berpindah ke hepar untuk berinteraksi dengan reseptor-reseptornya.
Bila makanan hiperkolesterolemik hanya diberikan pada 14 hari pertama
perlakuan, tidak pada 14 hari terakhir, dikhawatirkan kerja dari pektin
tersebut kurang teramati secara optimal.
Peneliti lain menyebutkan bahwa pemberian pektin pada tikus dapat
meningkatkan ekskresi asam empedu fekal. Pemberian pektin pada tikus
tersebut akan menaikkan aktivitas cholesterol 7α-hydroxylase dan HMG-
CoA reductase. Peningkatan ekskresi asam empedu akan memicu
peningkatan biosintesis asam empedu hepar oleh cholesterol 7α-
hydroxylase. Hal tersebut secara langsung akan meningkatkan biosintesis
kolesterol hepar oleh HMG –CoA reductase dan menurunkan konsentrasi
kolesterol plasma (Diez et al., 1996). Seperti telah diketahui bahwa LDL
merupakan lipoprotein terbanyak pengangkut kolesterol sehingga kadar
LDL plasma pada peristiwa ini akan menurun.
Buah asam jawa mengandung vitamin C (asam askorbat) kurang
lebih 3 - 9% (El-Siddig et al., 2006). Dengan metode infusa yang
digunakan dalam penelitian ini, proses penyarian dengan air dilakukan
pada suhu 90º selama 15 menit, asam askorbat tidak mengalami kerusakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
secara keseluruhan. Jadi di dalam infusa buah asam jawa ini masih
mengandung zat kimia asam askorbat (lampiran 9). Asam askorbat
tersebut juga berkontribusi dalam menurunkan kadar kolesterol LDL
plasma. Pada penelitian terdahulu didapatkan hasil bahwa hipovitaminosis
C pada babi guinea diketahui dapat menurunkan kecepatan transformasi
kolesterol menjadi asam empedu di hepar. Hal tersebut akan menurunkan
ekskresi kolesterol dan meningkatkan konsentrasi LDL secara tidak
langsung melalui jalur transportasi lipid endogen. Pada penelitian tersebut
juga disebutkan bahwa asam empedu yang diekskresikan oleh babi guinea
hipovitaminosis C lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol (Ginter et
al., 1968). Peran vitamin C dalam mengintervensi kolesterol menjadi
asam empedu adalah pada proses perubahan kolesterol menjadi 7α-
hidroksikolesterol bukan pada perubahan 7α-hidroksikolesterol menjadi
asam empedu karena pada proses perubahan yang terakhir ini tidak
ditemukan efeknya (Kritchevsky et al., 1973).
Sebuah penelitian pada marmut menunjukkan bahwa defisiensi
vitamin C menyebabkan penurunan produksi garam empedu dan
peningkatan kadar kolesterol darah. Pemberian vitamin C dosis tinggi pada
marmut ini menyebabkan peningkatan pembentukan garam empedu dan
penurunan kadar LDL kolesterol plasma. Penurunan kadar LDL kolesterol
plasma pada tikus Wistar setelah pemberian vitamin C mungkin
disebabkan oleh peningkatan pembentukan garam empedu sehingga
kolesterol yang merupakan bahan utama pembentukan garam ini banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
diambil dari dalam darah (Combs, 1992). Ada indikasi kuat bahwa vitamin
C dalam dosis 500 - 1000 mg sehari pada manusia dapat menurunkan
kadar kolesterol darah yang tinggi. Diperkirakan bahwa dasarnya adalah
stimulasi transport kolesterol dari dinding pembuluh darah ke hati serta
peningkatan proses pengubahannya menjadi asam kolat dan kortikosteroid
(Tjay dan Rahardja, 2007). Dengan mengkonversi dosis yang dibutuhkan
manusia untuk berefek antilipemis pada tikus, serta mempertimbangkan
kuantitas dari buah asam jawa yang digunakan untuk perlakuan, maka
didapatkan hasil yang tidak menunjukkan undertreatment maupun
overtreatment dengan dosis yang digunakan dalam penelitian ini.
Sifat yang paling kuat dari buah asam jawa adalah rasa asam
manisnya yang disebabkan oleh keberadaan asam tartrat sekitar 8 - 18 %.
Kandungan asam ini tidak berubah selama perkembangan dari buah asam
jawa, berbeda dengan gula invert yang kadarnya meningkat seiring
bertambahnya proses masak buah. Jadi buah akan terasa tambah manis
ketika sudah masak tanpa meninggalkan rasa asamnya. Oleh proses
infundasi yang dilakukan dalam penelitian ini asam tartrat tidak akan
rusak, tetapi justru mudah dilakukan ekstraksi menggunakan air panas (El-
Siddig et al., 2006). Penelitian lain mengenai efek asam tartrat juga telah
dilaporkan (Spiller et al., 2003). Pada penelitian tersebut menyebutkan
bahwa asam tartrat pada kismis yang dikeringkan dapat menurunkan
waktu transit di usus dan meningkatkan berat fekal. Hal tersebut akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
mendukung hambatan absorbsi kolesterol lebih banyak sehingga secara
tidak langsung akan berpengaruh tehadap kadar LDL plasma.
Dalam penelitian ini tikus dibuat menjadi hiperkolesterolemik
melalui makanan. Makanan yang mengandung lemak jenuh serta
kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL plasma darah.
Penggunaan lemak jenuh dalam penelitian ini berupa lemak babi, kuning
telur, dan minyak goreng curah. Lemak jenuh dapat menurunkan aktivitas
reseptor LDL hepar yang diperantarai oleh enzim sterol O-acyltransferase
(Nicolosi, 1997). Diet lemak yang sangat jenuh meningkatkan konsentrasi
kolesterol darah 15 - 25 persen (Guyton dan Hall, 2008a). Sedangkan
konsumsi serbuk kolesterol dapat meningkatkan kadar LDL plasma oleh
karena fungsi LDL tersebut sebagai lipoprotein terbesar dalam
mengangkut kolesterol dalam tubuh (Murray et al., 2003). Pemberian
lemak jenuh dan serbuk kolesterol pada tikus putih dapat membuatnya
menjadi hiperkolesterolemia.
Dari tabel 2 didapatkan rerata hasil penimbangan berat badan untuk
kelompok I sebesar 171,83 gram, kelompok II sebesar 179,33 gram,
kelompok III sebesar 154,83 gram, kelompok IV sebesar 168,83 gram dan
kelompok V sebesar 165,17 gram. Setelah dilakukan uji homogenitas
diketahui bahwa berat badan tikus homogen sehingga subjek layak
diberikan perlakuan. Berat badan tikus perlu ditimbang untuk mengetahui
berapa dosis infusa buah asam jawa yang harus diberikan serta untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
mengevaluasi apakah terdapat faktor perancu berupa berat badan yang
dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode the pre and post control group
design yang terdiri dari 5 kelompok yaitu kelompok I (kontrol negatif),
kelompok II (infusa buah asam jawa dosis rendah), kelompok III (infusa
buah asam jawa dosis sedang), kelompok IV (infusa buah asam jawa dosis
tinggi), dan kelompok V (kontrol positif). Pemeriksaan kadar kolesterol
LDL darah dilakukan 12 jam setelah perlakuan terakhir dengan tujuan agar
tidak ada pengaruh makanan yang baru saja dimakan terhadap hasil
pengukuran.
Pada penelitian ini dilakukan penghitungan selisih hasil pre test
dengan post test untuk mengetahui adanya perbedaan antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan. Pada kelompok I didapatkan selisih
kadar kolesterol LDL pre test dengan post test sebesar 3,23 mg/dl,
kelompok II sebesar 8,58 mg/dl, kelompok III sebesar 8,47 mg/dl,
kelompok IV sebesar 9,48 mg/dl, dan kelompok V sebesar 7,12 mg/dl.
Hasil uji ANOVA dari kelima kelompok tersebut menunjukkan terdapat
perbedaan oleh karena pemberian infusa buah asam jawa (p = 0,001). Dari
uji homogenitas didapatkan kehomogenitasan hasil penelitian ini yang
dapat ditunjukkan dengan nilai p > 0,05. Kehomogenitasan hasil ini
menunjukkan bahwa data tersebut reliable yang berarti pada pengukuran
berulang didapatkan hasil yang tidak berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok-kelompok lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa pemberian infusa buah asam jawa mempengaruhi
kadar kolesterol LDL darah tikus putih dengan cara menurunkan kadarnya.
Sesuai dengan teori, pektin yang terkandung dalam buah asam jawa
memiliki peranan yang dominan dalam menimbulkan hal ini.
Pada tabel 4 dapat dilihat kekuatan perbedaan antarmasing-masing
kelompok. Uji Post Hoc menggunakan uji LSD menunjukkan bahwa
perbandingan antara kelompok I dan kelompok II, kelompok I dan
kelompok III kelompok I dan kelompok IV, kelompok I dan kelompok V
menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil tersebut dimanifestasikan
dengan selisih kadar kolesterol LDL darah antara pre test dan post test
pada kelompok I terlihat paling rendah terlihat di antara kelompok –
kelompok lainnya (gambar 2).
Dari uji LSD, antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok
perlakuan buah asam jawa dosis rendah menunjukkan angka signifikansi
0,001. Angka tersebut menggambarkan bahwa pada kedua kelompok
tersebut memiliki perbedaan yang bermakna karena p < 0,05. Terdapat
kemungkinan sebesar 0,1 % untuk memperoleh hipotesis nol atau untuk
memperoleh ketidakadaan hubungan antara kedua kelompok tersebut. Hal
yang sama juga didapat dari kelompok kontrol negatif dengan kelompok
perlakuan buah asam jawa dosis sedang. Antara kelompok kontrol negatif
dan kelompok perlakuan asam jawa dosis tinggi memiliki nilai p = 0,000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
sedangkan antara kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan
kolestiramin didapatkan nilai p = 0,009. Keempat nilai p yang ditunjukkan
oleh hubungan kelompok-kelompok di atas menggambarkan terdapatnya
perbedaan yang signifikan antara kelompok-kelompok tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa pemberian infusa buah asam jawa berpengaruh
terhadap masing-masing kelompok perlakuan dengan dosis yang
digunakan berturut-turut adalah 0,09 gram, 0,18 gram, dan 0,36 gram.
Dari uji LSD, antarkelompok perlakuan infusa buah asam jawa
(kelompok II dan III, II dan IV, III dan IV) menunjukkan hubungan yang
tidak signifikan yang berarti tidak didapatkan perbedaan yang bermakna.
Sedangkan antara kelompok perlakuan kolestiramin (kontrol positif)
dengan kelompok perlakuan asam jawa dosis rendah memiliki angka
signifikasi 0,298. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok
tersebut tidak memiliki hubungan yang bermakna karena nilai p > 0,05.
Hubungan yang tidak bermakna juga didapat antara kelompok kontrol
positif dengan asam jawa dosis sedang dan tinggi dengan nilai berturut
turut adalah p = 0,337 dan p = 0,098. Dari ketiga hubungan kelompok tadi,
nilai p yang tertinggi adalah antara kelompok kontrol positif dan
kelompok perlakuan asam jawa dosis sedang. Nilai p yang tertinggi
tersebut menunjukkan bahwa kelompok tersebut adalah kelompok yang
paling tidak memiliki hubungan bermakna dibandingkan kedua kelompok
lain di atas. Hal tersebut mencerminkan bahwa efek yang paling
mendekati kelompok kontrol positif adalah kelompok perlakuan infusa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
buah asam jawa dosis sedang. Jadi dosis pada kelompok perlakuan infusa
buah asam jawa dosis sedang adalah dosis yang optimal.
Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa jumlah dosis tidak
berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol LDL plasma atau
dengan kata lain tidak didapatkan suatu dose related response. Di antara
ketiga kelompok perlakuan tersebut, hasil yang paling mendekati kontrol
positif adalah milik kelompok 3. Sedangkan yang paling jauh dengan
kontrol positif adalah milik kelompok 4. Hasil tersebut menggambarkan
bahwa tidak didapatkan suatu korelasi antara jumlah dosis dengan derajat
penurunan kolesterol LDL plasma. Keadaan ini bisa terjadi karena
beberapa hal antara lain :
1. Adanya Faktor Genetik (Individual)
Terdapatnya karakteristik mekanisme genetik yang tidak sama pada
tiap-tiap tikus putih jantan bergalur Wistar seperti ekspresi dari faktor
transkripsi PPARα dan Sterol Regulatory Element-Binding Protein-1c
(SREBP-1c) yang berperan dalam mengatur metabolisme lipid (Ching
Hsu dan Jang Huang, 2006). Terdapatnya faktor-faktor transkripsi
tersebut setidaknya mempengaruhi proses metabolisme dari kolesterol
di dalam tubuh tikus. Penelitian yang dilakukan belum sampai menuju
ke tahap molekuler sehingga belum bisa mengendalikan faktor perancu
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2. Faktor Insulin
Hormon insulin dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL plasma.
Insulin dapat meningkatkan pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel
hati. Glukosa akan dipecah menjadi piruvat melalui jalur glikolisis,
dan piruvat ini selanjutnya diubah menjadi asetil-KoA. Molekul asetil
Ko-A dapat membentuk inti sterol yang menjadi struktur dasar
kolesterol (Guyton dan Hall, 2008b). Penelitian yang dilakukan belum
sampai mendeteksi kadar insulin yang berada di dalam plasma
sehingga belum bisa mengendalikan faktor perancu tersebut.
3. Faktor Psikologis
Faktor stres juga berpengaruh terhadap mobilisasi asam lemak dan
pemecahan trigliserida (Guyton dan Hall, 2008a). Walaupun tikus
putih telah diadaptasikan selama 7 hari tidak menutup kemungkinan
kalau tikus bisa saja mengalami kondisi stres oleh karena mekanisme
hormonal yang tidak bisa dikendalikan.
4. Pemakaian dosis antara perlakuan satu dengan perlakuan lainnya
berjarak terlalu sempit sehingga perbedaan dari hasil tiap-tiap
perlakuan menjadi kurang berarti.
5. Dalam infusa buah asam jawa tidak hanya mengandung satu jenis zat
saja, tetapi juga mengandung zat-zat lain yang mempengaruhi
potensinya dalam menghambat penurunan kadar kolesterol LDL
plasma seperti asam tartrat. Asam tartrat memiliki efek dalam
meningkatkan absorbsi kalsium dan besi. Penelitian yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
oleh Graham et al. (2010) menyatakan bahwa kumulasi besi di hati
dapat meningkatkan sintesis kolesterol hati dan berkontribusi terhadap
terjadinya lipotoksisitas.
Induksi makanan hiperkolesterolemik menggunakan makanan yang
mengandung lemak jenuh dan serbuk kolesterol dilakukan selama 28 hari
pada penelitian ini. Selama 28 hari tersebut, jumlah makanan
hiperkolesterolemik yang diinduksikan pada tiap-tiap tikus berjumlah
sama tanpa memandang berat badan tikus. Tingkat kehomogenitasan dari
makanan hiperkolesterolemik juga kurang peneliti perhatikan ketika
menginduksi tikus putih.
Minuman yang diberikan ke tikus putih berupa air mineral yang
didapat melalui alat reverse osmosis. Minuman yang diberikan tidak
ditambah dengan PTU (propiltiourasil) seperti penelitian lain sebelumnya
oleh karena penelitian yang terdahulu di LPPT UGM, menggunakan
propiltiourasil sebagai salah satu penginduksi hiperkolesterolemik, tikus
yang menjadi subjek penelitian banyak yang mati. Berdasarkan
pengalaman tersebut, maka pada penelitian ini tidak menggunakan
propiltiourasil.
Masalah-masalah di atas yang terjadi selama proses penelitian
dimungkinkan berkontribusi terhadap tidak ditemukannya fenomena dose
related response. Sedangkan hubungan yang tidak signifikan
antarkelompok pada hasil kolesterol LDL pre test (lampiran 7)
menunjukkan bahwa kadar LDL kolesterol plasma bukan merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
faktor perancu sehingga tidak berpengaruh terhadap tidak adanya
fenomena dose related response ini.
Dari hasil pengamatan tinja tikus didapatkan bahwa konsistensi tinja
pada kelompok I, II, III, IV, dan V tidak keras maupun encer,
konsistensinya relatif normal dan lunak. Konsistensinya yang lunak
tersebut disebabkan oleh kandungan serat terlarut pektin di dalam infusa
buah asam jawa. Dengan melihat konsistensi tinja tikus dapat disimpulkan
bahwa pemberian infusa buah asam jawa tidak memiliki efek buruk pada
saluran pencernaan dengan catatan pemberiannya berada dalam dosis yang
tidak berlebihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan, maka dapat diambil
simpulan bahwa
1. Pemberian infusa buah asam jawa dengan dosis 0,09 gram/hari, 0,18
gram/hari, dan 0,36 gram/hari selama 14 hari dapat menurunkan kadar
kolesterol LDL plasma tikus putih.
2. Tidak didapatkan suatu fenomena dose related response yaitu dengan
penambahan dosis akan terjadi peningkatan efek.
3. Dosis yang paling optimal adalah dosis infusa buah asam jawa dengan
dosis 0,18 gram/hari karena mendekati kontrol positif.
B. Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk benar-benar memastikan berapa
dosis optimal antara lain dengan mengukur kuantitas dari zat aktif serta
memperbesar selisih dosis yang digunakan antarmasing-masing
kelompok perlakuan.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pemeriksaan kadar hormon
tiroid dan hormon insulin sebelum percobaan untuk menghindari
faktor perancu.
3. Perlu penelitian efek samping penggunaan infusa buah asam jawa
terhadap berbagai organ tubuh.
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66