perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL DI SEKOLAH MENEGAH ATAS
( SMA) MUHAMMADIYAH PAKEM
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menempuh Ujian Tesis
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
Muhammad Syaifulloh
S 861008020
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Syaifulloh
Nim : S 861008020
Program Studi : Pendidikan Sejarah
Judul Tesis : Pembelajaran Sejarah Lokal di Sekolah Menengah Atas
( SMA ) Muhammadiyah Pakem
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya susun ini benar-benar
merupakan hasil karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan-ringkasan
yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya. Apabila di kemudian hari terbukti
atau dapat dibuktikan tesis ini hasil jiplakan atau karya orang lain, maka gelar dan
ijasah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan,
Muhammad Syaifulloh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya.
Kekuatan itu ada di aqidah dan jama’ah maka jangan disepelekan.
Saling nasehat menasehatilah dalam kebenaran dan kesabaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Ayah ibu dan keluarga saya yang ada di Yogyakarta yang telah menanamkan
jiwa seorang anak agar selalu ingat kepada Yang Maha segalanya.
Untuk my lovely wife yang telah dengan ikhlas terus-menerus memberikan
support.
Untuk teman-teman saya yang sangat baik dan tidak pernah bisa saya lupakan
yang telah memberikan kejernihan hati dikala kotor dan menampakkan
kebersihan kata dan sikap kepada saya. Khusus buat Renold Hasan, pak Bas,
Wayan, pak Yuver, bu Ani, bu Titi, Pak Agus ,Pak Heri, dan teman-teman 1
kelas pascasarjana UNS yang sangat saya cintai yang benarbenar membuat saya
sangat cinta kepada mereka.
Untuk semuanya yang tidak bisa saya sebut satu per satu dalam memberikan
nasehat dalam kebenaran dan kesabaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Disadari bahwa penulisan tesis sebagai satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setulusya atas bantuan dan bimbingan serta
perngorbanan kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
dan Dra. Sutiyah, M.Pd, M.Hum selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan
Sejarah yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan motivasi untuk
menyelesaikan studi di Pascasarjana ini.
4. Prof. Djoko Suryo selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan,
dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis
sampai terselesaikannya tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Dr. Budhi Setiawan, M.Pd selaku Pembimbing II yang dengan penuh
kesabarannya telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan
yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis ini.
6. Kedua orang tua pahlawanku Bapak Suwarno dan Ibu Sukatinem. adik-adiku
tercinta Rahma dan Arif yang penuh perhatian serta doa-doanya selalu
menjadi semangat dalam penyelesaian tesis menjadi lancar.
7. Teman-teman studi yang saling mendukung dalam suka maupun duka selama
bersama-sama menempuh studi, serta berbagai pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga bantuan dan dorongan semangat serta
amal baik dari semua pihak yang telah diberikan kepada peneliti dapat menjadi
amal ibadah dan amal kebaikan, serta mendapat imbalan pahala dari Tuhan Yang
Maha Kasih. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat banyak kekurangan
dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan penulis
terima dengan senang hati.
Surakarta,
Muhammad Syaifulloh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN TESIS .................................................................................. iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTO ............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
ABSTRAK ...................................................................................................... xv
ABSTRACT .................................................................................................... xvi
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR .......................... 5
A. Kajian Teori ........................................................................................ 5
1. Pembelajaran .................................................................................. 5
2. Pembelajaran Sejarah ..................................................................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3. Sejarah Lokal .................................................................................. 16
4. Pembelajaran Sejarah Lokal ........................................................... 19
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 23
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 24
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................... 27
A. Tempat dan Waktu Penelitan .............................................................. 27
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 28
C. Sumber Data ........................................................................................ 29
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 30
E. Teknik Cuplikan (sampling) ............................................................... 30
F. Validitas Data ...................................................................................... 31
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 32
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 34
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 34
1. Deskripsi Latar .............................................................................. 34
2. Profil Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem .. 37
B. Sajian Data .......................................................................................... 48
1. Materi Sejarah Lokal ..................................................................... 48
2. Pembelajaran Sejarah Lokal di SMA Muhammadiyah Pakem ..... 53
C. Pokok Temuan .................................................................................... 57
1. Materi Sejarah Lokal ..................................................................... 57
2. Pembelajaran Sejarah Lokal di SMA Muhammadiyah Pakem ...... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
D. Pembahasan ......................................................................................... 63
1. Materi Sejarah Lokal ...................................................................... 63
2. Pembelajaran Sejarah Lokal di SMA Muhammadiyah Pakem ...... 67
BAB V : PENUTUP ....................................................................................... 91
A. Simpulan ............................................................................................. 91
B. Implikasi .............................................................................................. 93
C. Saran .................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 96
LAMPIRAN .................................................................................................... 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
1. Table 1. Jadwal Penelitian ............................................................ 28
2. Profil 2. Siswa SMA Muhammadiyah Pakem ................................. 46
3. Table 3. Profil Guru SMA Muhammadiyah Pakem ……………….. 46
4. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Akhir Guru dan Staf Di SMA
Muhammadiyah Pakem …………………………………………….. 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Kerangka Berfikir …………………………………………… 26
2. Gambar Model Analisis Interaktif ………………………………….. 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ……………………… ................ 99
Lampiran 2 Jadwal Penelitian ...... .......…………………………………… 100
Lampiran 3 Pedoman Wawancara …………………………………… ...... 101
Lampiran 4 Daftar Informan ………………………………………… ....... 103
Lampiran 5 Catatan Lapangan ……………………………………… ........ 104
Lampiran 6 Foto Dokumentasi Pembelajaran Sejarah Lokal
Di SMA Muhammadiyah Pakem …………………… ............ 115
Lampran 7 Silabus ………………………………………………….......... 124
Lampiran 8 RPP ………………………………………………………… .. 141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
Muhammad Syaifulloh (2012). Pembelajaran Sejarah Lokal di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem. Tesis: Program Pascasarjana
Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan materi sejarah lokal di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem. (2) Mendeskripsikan
pembelajaran sejarah lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah
Pakem.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif studi
kasus tunggal bersifat terpancang, karena fokus penelitian ini telah dirumuskan
sebelum penelitian dilaksanakan dan variabel-variabelnya sudah ditentukan, sudah
terarah pada batasan dan fokusnya pada pembelajaran sejarah lokal.
Lokasi penelitian di Sekolah Menengah atas (SMA) Muhammadiyah
Pakem, sedangkan subyek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru sejarah, dan peserta didik. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan studi dokumen. Teknik cuplikan menggunakan purposive sampling.
Untuk menguji validitas data menggunakan trianggulasi sumber dan triangulasi
metode serta analisis data menggunakan analisis model interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Materi sejarah lokal di SMA
Muhammadiyah Pakem mengacu kepada kajian materi sejarah lokal dalam kerangka
pendidikan living history. (2) Pembelajaran sejarah lokal di SMA Muhammadiyah
Pakem berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
menitikberatkan pada otonomi dan kreatifitas guru dalam mengembangkan potensi
siswa melalui pendidikan berbasis masalah dan berbasis nilai dalam rangka
mewujudkan kesadaran sejarah.
Peneliti menyarankan perlunya perangkat pembelajaran sejarah lokal sendiri
sehingga sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kondisi sekolah. Guru sejarah
hendaknya dapat memilih dan memanfaatkan metode pembelajaran sejarah lokal
yang tepat sesuai dengan jenis materi atau bahan ajar sejarah. Selanjutnya diperlukan
kerjasama yang harmonis dan konsisten baik dari lembaga sekolah, para guru, para
siswa dan orang tua guna menanamkan adanya kesadaran sejarah lokal di sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
Muhammad Syaifulloh (2012). Learning Local History in Muhammadiyah
Pakem High School (SMA). Thesis: Graduate School of Education Studies Program
History March Eleven University of Surakarta.
The purpose of this study were: (1) Describe the materials of local history in
Muhammadiyah Pakem high school (SMA). (2) Describes the teaching of local
history in Muhammadiyah Pakem high school (SMA).
This study uses a descriptive qualitative research approach is rooted single
case study, because the focus of this study have been formulated before the research
is conducted and the variables have been determined, it is focused on the scope and
focus on learning the local history.
Research sites in Muhammadiyah Pakem High School (SMA), while the
study subjects were school principals, vice principals, teachers of history, and
learners. Data was collected through interviews, observation, and study the
document. Samples using a purposive sampling technique. To test the validity of
using triangulation of data sources and triangulation of methods and data analysis
using an interactive model analysis.
The results showed (1) local history material in SMA Muhammadiyah
Pakem refers to the study of local history materials in terms of living history
education. (2) Learning local history in SMA Muhammadiyah Pakem guided by the
Education Unit Level Curriculum that focuses on teacher autonomy and creativity in
developing students' potential through education-based and value-based issues in
order to realize a sense of history.
Researchers suggest the necessity of learning the local history of his own to
match the characteristics of learners and school conditions. History teachers should
be able to choose and use teaching methods appropriate to the local history with the
type of material or materials of history. Subsequently required a harmonious and
consistent cooperation from both schools, teachers, students and parents to instill an
awareness of local history in the vicinity.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar sejarah pada dasarnya adalah belajar tentang kehidupan
masyarakat. Berbagai aspek kehidupan dapat dipelajari dalam sejarah.
Pembelajaran sejarah di sekolah sebaiknya lebih mudah dipahami siswa. Dalam
pembelajaran sejarah hendaknya siswa dapat melihat langsung kehidupan yang
nyata. Sejarah lokal dalam konteks pembelajaran di sekolah tidak hanya sebatas
sejarah yang dibatasi oleh lingkup ruang yang bersifat administratif belaka,
seperti sejarah provinsi, sejarah kabupaten, sejarah kecamatan, dan sejarah desa.
Bertolak dari sejarah lokal inilah siswa dapat menyadari akan kekayaan tema
kehidupan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga siswa
akan lebih bisa memahami dan memaknai peristiwa sejarah.
Kehidupan manusia berdasarkan dimensi sejarah selalu berkaitan dengan
waktu masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Keadaan masa
sekarang adalah kenyataan hasil masa lampau untuk menentukan masa yang akan
datang. Kemampuan manusia untuk memainkan perannya pada masa kini dalam
rangka mewujudkan masa depan yang dicita-citakan sangat ditentukan
pemahaman jiwa dan semangat masa lampau dengan baik. Sukaryanto (2007: 5)
mengatakan sejarah merupakan peristiwa yang dilakukan manusia pada masa
lampau (the past human event), terjadi hanya sekali (einmalig) dan tidak terulang
kembali menjadi sejarah yang harus diketahui manusia pada masa berikutnya.
Oleh karena itu mempelajari sejarah menjadi penting agar dapat menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tindakan yang tepat guna melanjutkan masa depan yang sesuai dengan harapan
masa lampau.
Eksistensi bangsa termasuk bangsa Indonesia mutlak harus dipertahankan
dalam kehidupan masyarakat bangsa dunia. Pembangunan karakter bangsa
(national character building) menjadi alternatif dalam mewujudkan generasi
bangsa yang memahami jati diri bangsanya secara komprehensif. Salah satu upaya
pembangunan karakter bangsa dapat dilakukan melalui pendidikan sejarah yang
mulai diberikan sejak pendidikan dasar. Pendidikan sejarah lokal diharapkan
dapat memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai
periode dalam upaya pembentukan sikap dan perilaku siswa.
Pemahaman sejarah perlu dimiliki setiap orang sejak dini agar mengetahui
dan memahami makna dari peristiwa masa lampau sehingga dapat digunakan
sebagai landasan sikap dalam menghadapi kenyataan pada masa sekarang serta
menentukan masa yang akan datang. Artinya sejarah lokal perlu dipelajari sejak
dini oleh setiap individu, Keterkaitan individu dengan masyarakat atau bangsanya
memerlukan terbentuknya kesadaran pentingnya sejarah terhadap persoalan
kehidupan bersama seperti nasionalisme, persatuan, solidaritas dan integritas
nasional.
Terwujudnya cita-cita suatu masyarakat atau bangsa sangat ditentukan
oleh generasi penerus yang mampu memahami sejarah masyarakat atau
bangsanya. Pemahaman sejarah yang sangat penting ini sekarang ini banyak
diimplentasikan melalui jalur pendidikan yakni pendidikan sejarah, akan tetapi
dalam pelaksanaan pemebelajaran sejarah lokal memiliki beberapa kendala antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
lain; kurangnya buku pegangan atau sumber belajar bagi sebahagian besar
lingkungan sejarah lokal, bagi sejarah lokal lingkungan provinsi sebenarnya
cukup banyak namun mereka kurang terampil untuk mendesain dari beberapa
buku sumber, dan guru kurang percaya diri untuk merumuskan materi esensial
sejarah lokal.
Dari gambaran di atas, tidak mengherankan apabila sejarah perlu diberikan
kepada seluruh siswa di sekolah dalam bentuk mata pelajaran sejarah lokal.
Kedudukannya yang penting dan strategis dalam pembangunan watak bangsa
merupakan fungsi yang tidak bisa digantikan oleh mata pelajaran lainnya. Oleh
karena itu, sepanjang seluruh eksponen dan komponen bangsa masih
menginginkan eksistensi sebuah bangsa dan negaranya, upaya-upaya peningkatan
kualitas pembelajaran sejarah dalam hal ini guru menduduki posisi yang penting
dan strategis dalam peningkatan kualitas pembelajaran sejarah lokal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah materi sejarah lokal pada kurikulum di Sekolah Menengah
Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan materi sejarah lokal pada kurikulum di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
2. Untuk mendeskripsikan pembelajaran sejarah lokal di Sekolah Menengah
Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek yaitu
aspek praktis dan aspek teoritis.
1. Manfaat praktis,
Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang lebih bernilai
untuk pemerintah Sleman sebagai pembuat kebijakan dalam memecahkan
permasalahan tentang pembelajaran sejarah lokal itu sendiri.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengajar, khususnya dalam hal ini
guru sejarah agar dapat menjadikan sejarah lokal sebagai salah satu cara
menumbuhkan kesadaran siswa terhadap sejarah lokal yang ada di
Kabupaten Sleman.
b. Diharapkan hal ini dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang
lebih lanjut kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis
dengan menggunakan metode yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
yang berlangsung pada diri seseorang. Dalam hal ini, Woolfolk & Nicolich (1984:
159) menjelaskan bahwa “Learning is a change in a person that comes about as a
result of experience”. Belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri seseorang
sebagai hasil pengalaman. Perubahan sebagai hasil kegiatan pembelajaran dapat
mencakup perubahan pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya penerimaannya dan dan lain sebagainya.
Nana Sudjana (2007 : 29) menjelaskan bahwa mengajar merupakan suatu
proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga
dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan
demikian mengajar yang pada dasarnya merupakan suatu proses, yang meliputi
proses mengatur dan mengorganisir lingkungan belajar siswa untuk menumbuhkan
dan memotivasi siswa untuk belajar.
Menurut Winata Putera (1992 : 86), mengajar merupakan suatu aktivitas
profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan-keputusan. Keputusan-keputusan itu,
misalnya metode apakah yang perlu dipakai untuk mengajar mata pelajaran tertentu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
alat dan media apakah yang diperlukan untuk membantu peserta didik membuat suatu
catatan, melakukan praktikum, menyusun makalah diskusi, atau cukup hanya dengan
mendengar ceramah pengajar saja.
Sekolah sebagai sistem tersusun dari komponen konteks, input, proses, output,
dan outcome. Konteks berpengaruh pada input, input berpengaruh pada proses, proses
berpengaruh pada output, serta output berpengaruh pada outcome (Slamet, 2005: 13).
Dalam sebuah sistem, terbentuk sub-sub sistem yang secara sinergis saling
mendukung dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan program dalam hal ini adalah
program pendidikan sejarah.
Proses pembelajaran merupakan proses yang terpenting karena dari sinilah
terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik sehingga dapat dipastikan
bahwa hasil pendidikan sangat tergantung dari perilaku pendidik dan perilaku peserta
didik. Dengan demikian dapat diyakini bahwa perubahan hanya akan terjadi jika
terjadi perubahan perilaku pendidik dan peserta didik. Posisi pengajar dan peserta
didik memiliki posisi strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
(Surakhmad, 2000: 31).
Dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen pembelajaran yang
meliputi; komponen kurikulum, materi/bahan ajar, metode, media (alat
pembelajaran), evaluasi, anak didik/ siswa, dan adanya pendidik/guru. Pelaksanaan
pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak
lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan
pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum.
Menurut Rasyad (2003: 124-125), kegiatan belajar melibatkan beberapa
komponen atau unsur berikut; (1) Peserta didik yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang
dibutuhkannya untuk mencapai tujuan, (2) Guru yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang berprofesi pengolah kegiatan belajar-mengajar dan seperangkat peranan
lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif
melalui transformasi, (3) Tujuan adalah pernyataan tentang perubahan perilaku dan
tingkah laku yang diinginkan terjadi pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan
belajar-mengajar, (4) Isi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip,
konsep, dan pesan-pesan pendidikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, (5)
Metode/pendekatan belajar adalah berbagai cara yang teratur dan sistematis yang
dilakukan dan ditempuh guru dalam memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mendapat isi pelajaran yang mereka butuhkan, (6) Media adalah seperangkat
peralatan pendidikan dan pengajaran yang digunakan untuk membantu penyajian isi
dan materi pelajaran kepada peserta didik agar mereka dapat mencapai tujuan, (7)
Evaluasi adalah seperangkat alat penilaian yang digunakan untuk menilai proses
pembelajaran dan hasilnya.
Kurikulum sebagai salah satu komponen pembelajaran dan rancangan
pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum
tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan
Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses,
(3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan,
(5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
(7)standar penilaian pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada,
yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran
tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas
tidaknya sebuah subject matter), yaitu: (1) Menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, (2) Berorientasi pada hasil
belajar (learning outcomes) dan keberagaman, (3) Penyampaian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, (4) Sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif, (5)
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Sebagaimana kita ketahui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dikembangkan dengan mengacu kepada sejumlah aturan perundangan mulai dari UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi,
Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permendiknas No.
24/2006 dan No. 6/2007 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23/2006.
Sementara dilihat dari aspek politis, lahirnya KTSP didorong oleh adanya keinginan
untuk memberi kebebasan kepada masing-masing wilayah bahkan sekolah untuk
mengembangkan kurikulumnya sendiri yang sesuai (relevan) dengan potensi,
perkembangan, dan kebutuhan siswa dan lingkungannya.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan (PP No. 19/2005). Artinya KTSP yang disusun
oleh suatu sekolah bisa berbeda dengan KTSP sekolah lain, karena masing-masing
sekolah memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, KTSP bisa juga disebut
sebagai kurikulum lokal. Hal ini juga ditunjukkan oleh prinsip-prinsip yang
ditetapkan dalam pengembangan KTSP, yang diantaranya berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya; Beragam dan
terpadu; Relevan dengan kebutuhan kehidupan; dan Seimbang antara kepentingan
nasional dan kepentingan daerah. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu,
maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah
telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam
bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Kata kurikulum ini memiliki banyak definisi, mulai dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks; ada definisi yang merujuk pada sebuah
dokumen ada juga yang mengarah pada aktivitas. Pengertian senada disampaikan
oleh Robert Zais dalam Syaodih Sukmadinata Pengembangan Kurikulum ( 1997)
mengatakan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang
harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau untuk
memperoleh ijazah. Kedua definisi ini menekankan pada daftar mata pelajaran. Jadi
apa yang disebut dengan kurikulum itu adalah deretan nama mata pelajaran bagi
siswa kelas tertentu dan sekolah tertentu.
William B. Ragan, Beauchamp, dan Harold B. Alberti Cs dalam Syaodih
Sukmadinata Pengembangan Kurikulum ( 1997) mendefinisikan kurikulum
menekankan pada aspek pengalaman dan kegiatan belajar siswa. Jadi yang mereka
sebut kurikulum adalah semua pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan
oleh (guru) sekolah dan dialami siswa, baik itu yang dilaksanakan di kelas, di
halaman sekolah, bahkan di luar sekolah sekalipun. Bisa jadi pengalaman dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kegiatan belajar yang dialami siswa ini tidak secara langsung berhubungan dengan
suatu mata pelajaran tertentu, seperti kegiatan berkemah, pramuka, kelompok ilmiah
remaja, dll.
Dengan demikian kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu kurikulum
sebagai sebuah dokumen yang berisi rencana pengalaman-pengalaman belajar yang
akan dipelajari dan dikuasai oleh para siswa dalam rentang waktu tertentu atau
disebut dengan kurikulum tertulis (written curriculum), dan kurikulum sebagai
pengalaman dan kegiatan belajar yang dialami siswa secara nyata atau yang disebut
dengan kurikulum nyata (real curriculum). Untuk mengembangkan kurikulum nyata
diperlukan sejumlah faktor pendukung mulai dari bahan ajar, sarana prasarana,
media/sumber belajar, metode, dan sistem evaluasi.
Hal lain yang menjadi pokok dalam pembelajaran adalah materi pelajaran.
Materi merupakan salah satu komponen pembelajaran yang perlu diperhatikan secara
serius. Keseriusan dalam pemilihan dan penyusunan materi sangat menentukan dalam
keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi.
Mengenai seleksi materi, agar penjabaran dan penyesuian kemampuan dasar
tidak meluas dan melebar, maka perlu memperhatikan kriteria untuk menyeleksi
materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut menurut Rasyad (2003: 17), antara lain
; (1) Sahih (valid), materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar
telah teruji kebenarannya, (2) Tingkat kepentingan dalam memilih, yaitu sejauh mana
materi itu penting untuk dipelajari dan penting untuk siapa, dimana dan mengapa
penting, (3) Kebermanfatan dilihat dari semua sisi, baik sisi secara akademis maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa materi
yang di ajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang
akan di kembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan berikutnya. Sedangkan
bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarakan
dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari, (4) Layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitannya
(tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakan terhadap
pemanfatan bahan ajar dan kondisi setempat, (5) Menarik minat dan dapat
memotivasi siswa untuk memepelajarinya lebih lanjut,(6) Alokasi waktu, penentuan
besarnya alokasi waktu ini tergantung kepada keluasan dan kedalaman materi serta
tingkat kepentingannya dengan kedalaman dan kebutuhan setempat,(7) Sarana dan
sumber belajar.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang
akan diajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan tentangkompetensi dasar
yang harus dikuasai peserta didik. Dengan mangacu pada kompetensi dasar, sehingga
akan mengetahui apakah materi yang harus diajarkan berupa fakta, konsep, prinsip,
prosedur, aspek sikap, atau keterampilan motorik.
2. Pembelajaran Sejarah
Arti penting mempelajari sejarah adalah peristiwa sejarah menyimpan
pengalaman berharga yang dapat memberikan kearifan dengan mengambil hikmah
dari peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Mempelajari sejarah berarti melihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
gambaran nyata tentang perjalanan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun
kelompok dalam menunjukkan adanya suatu perubahan sebagai hasil aktivitas sosial,
politik, ekonomi dan kebudayaan (Isjoni, 2007: 32).
Menurut Bettelheim (Nash, 1996:2) mempelajari sejarah adalah “rich food for
their imagination, a sense of history, how the present situation come about”. Sejarah
akan memperluas pengalaman siswa, seperti dikatakan oleh Phenix (Nash, 1996:2) “a
sense of personal involvement in exemplary lives and significant events, an
appreciation of values and vision of greatness”. Sejarah menghubungkan siswa
dengan “akarnya”, dan mengembangkan rasa memiliki (a sense of personal
belonging). Agar dapat mencapai apa yang dikemukakan baik oleh Bettelheim
maupun Phenix, maka pembelajaran sejarah harus kaya dengan sumber/resource, agar
siswa dapat mengembangkan imajinasinya. Persoalan-persoalan yang muncul sebagai
akibat dari perbedaan persepsi antar penulis akan memaksa siswa untuk berpikir lebih
tajam, sensitif, dan berupaya mengembangkan kemampuan nalarnya.
Sebagaimana Tamburaka (1999: 25) menjelaskan manfaat mempelajari
sejarah ada 3 hal yaitu (1) Untuk memperoleh pengalaman peristiwa sejarah di masa
lampau baik dari sisi positif maupun negatif untuk dijadikan hikmah agar kesalahan
yang pernah terjadi tidak terulang kembali; (2) Untuk mengetahui hukum sejarah
yang berlaku agar menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya dalam mengatasi
persoalan masa kini dan masa yang datang; dan (3) Menumbuhkan sikap kedewasaan
berpikir, memiliki cara pandang lebih luas untuk bertindak lebih arif bijaksana dalam
mengambil keputusan. Generasi muda menjadi tumpuan bangsa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
mengembangkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mengembangkan
pengertian dan penghargaan tentang warisan dan tradisi sejarah yang telah ada
sebagai proses pembelajaran dan pemahaman sejarah bangsanya (Isjoni, 2009: 35).
Pembelajaran sejarah yang memuat pengetahuan tentang peristiwa perjuangan
bangsa di masa lampau merupakan cerminan penerapan nilai tauladan. Fungsi dan
guna pembelajaran sejarah bagi peserta didik adalah (1) Sejarah sebagai pegelaran
dari kehendak Tuhan yang mempunyai nilai vital bahwa orang akan yakin dan sadar
bahwa segala sesuatu pada hakekatnya ada pada-Nya; (2) Dari peristiwa sejarah
diperoleh suatu norma tentang baik dan buruk sehingga mempunyai teachability dan
impact bagi perkembangan jiwa anak untuk membentuk karakter/kepribadian; (3)
Sejarah memperkenalkan hidup nyata tentang nilai sosial, perilaku, sikap dan cita-cita
pelakunya; (4) Sejarah jiwa besar dan pahlawan menanamkan rasa nasionalisme dan
watak yang kuat; (5) Sejarah dalam lingkungan tata tertib intelektual dapat membuka
pintu kebijaksanaan; (6) Sejarah mengembangkan pengertian yang luas tentang
warisan budaya umat manusia; (7) Sejarah memberikan gambaran sosial, ekonomi,
politik dan kebudayaan dari berbagai bangsa di dunia; dan (8) Sejarah mempunyai
fungsi pedagogis sebagai alat atau pedoman yang dalam digunakan untuk
mewujudkan cita-cita pendidikan nasional.
Nilai praktis dan pragmatis dalam pembelajaran sejarah telah mengajarkan
bahwa pelajaran sejarah bukan hanya rentetan peristiwa yang kering tetapi
merupakan sebuah wacana intelektual yang kritis dan rasional. Hal ini mendorong
pembelajaran sejarah perlu ditekankan pada tiga tahapan yaitu: (1) Memupuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kesadaran atas lingkungan sosial, rasa keakraban (sense of intimacy); (2)
Memperkenalkan peserta didik pada makna dari dimensi waktu kehidupan (sense of
actuality) dan (3) Rasa hayat sejarah (sense of history). Hal ini mendorong
pemahaman bahwa pembelajaran sejarah tidak hanya didominasi perkembangan
sejarah politik tetapi juga mempelajari aspek sejarah sosial budaya yang dapat
menumbuhkan kreatifitas sejarah lokal (Isjoni, 2007: 43). Pembelajaran sejarah dapat
menumbuhkan peserta didik untuk belajar dan problem oriented yang merangsang
peserta didik untuk mengenali, mengkaji peristiwa sejarah secara utuh dengan jalan
mengumpulkan, mengorganisir dan mengklasifikasikan data yang luas tersebut dalam
suatu rekonstruksi dan rekstrukturisasi pengetahuan sejarah (Hariyono, 1995:25).
Tahap awal pembelajaran sejarah adalah mengetahui dan menguasai situasi
kondisi awal sebelum melakukan pembelajaran sejarah. Kondisi-kondisi awal dapat
disebutkan sebagai berikut: (1) Dalam teori conditioning mempelajari keadaan kelas;
(2) Menurut Rogers Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih
belajar secara terstruktur dan membuat kontrak belajar; (3) Menurut pendekatan
kontekstual Real world learning dan mengutamakan pengalaman nyata; (4) Menurut
Taksonomi Bloom menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia di
waktu lampau, baik dalam aspek eksternal maupun internal. Tahap akhir dalam
proses pembelajaran sejarah adalah sebuah perubahan yang lebih baik daripada
kondisi awal. Perubahan sebagai akibat dari proses pembelajaran sejarah dapat
disebutkan sebagai berikut: (1) Menurut Ernes ER. Hilgard menjadi berubah dengan
cara latihan-latihan, (2) Menurut Skinner agar peserta didik mempunyai respon yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
baik, (3) Menurut Gagne agar hasil belajar semakin meningkat, maka peserta didik
dikondisikan atau dibiasakan, (4) Menurut pendekatan kontekstual peserta didik
mampu memecahkan masalah sesuai dengan kondisi yang nyata, (5) Menurut
Taksonomi Bloom menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa
masa lampau bagi situasi masa kini dan dalam perspektifnya dengan situasi yang
akan datang.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah merupakan sebuah proses. Proses
tersebut harus dilakukan secara bertahap atau langkah demi langkah yang berurutan.
Jadi esensi dan substansi mendasar dalam pembelajaran sejarah adalah guru sebagai
fasilitator harus mampu mengembangkan ketrampilan sosial peserta didik secara
maksimal untuk mempelajari sejarah sesuai dengan nilai guna sejarah itu sendiri.
Kontribusi pengetahuan sejarah dalam membina sikap dan kepribadian peserta didik
diawali dengan proses keterlibatan total peserta didik dalam menggali peristiwa
sejarah yang diarahkan secara tepat.
3. Sejarah Lokal
Para ahli sejarah membagi pengertian sejarah atas sejarah sebagai peristiwa,
sebagai cerita, dan sebagai ilmu (Ismaun,1991:18). Sejarah sebagai peristiwa karena
mengungkapkan kehidupan masyarakat di masa lampau. Sesuai dengan konsep
“lokal” bahasanya membicarakan kehidupan masyarakat lokal/setempat masa
lampau. Dengan demikian uraian sejarah lokal mengandng konsep dasar waktu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ruang yaitu seperti lokal dan nasional, regional dan dunia. Disamping itu juga
memuat konsep-konsep lain seperti konsep kausalitas dan pengulangan. Sejarah lokal
adalah peristiwa kehidupan masyarakat manusia yang terjadi pada lokal geografi
tertentu (Ismaun,1991:20).
Menurut FA Sucipto (1973: 3 ) Sejarah lokal Adalah proses perkembangan
keaktifan kemanusiaan di daerah tertentu. Pengertian daerah disini adalah lingkungan
geografis tertentu, yang dari sudut arealnya dapat diperluas dan dipersempit. Dalam
pengertian Sejarah Indonesia, Sejarah lokal berarti sejarah daerah di Indonesia.
Batasan keluasan areal dari apa yang disebut Sejarah lokal adalah sulit ditentukan.
Sejarah Jawa, sejarah Kalimantan dapat disebut sejarah lokal (Ada juga yang
menyebut dengan Sejarah Regional). Jangkauan tersebut dapat dipersempit, misalnya
menjadi Sejarah Jawa Timur, Sejarah Kalimantan Barat, Sejarah Sumatera Barat dan
sebagainya sehingga materi dalam sejarah lokal lebih bersifat mikro historis
( Madjied, 2007:127).
Telah banyak batasan tentang rumusan sejarah lokal dilontarkan oleh para
ahli, tetapi belum diketemukan kesepakatan secara bulat/ memuaskan. Beberapa
definisi tersebut antara lain : Sejarah Lokal sebagai suatu bentuk penulisan sejarah
dalam lingkup yang terbatas, yang meliputi suatu lokalitas tertentu( pedoman
penulisan sejarah lokal). Wasino ( 2009:2 ) Sejarah lokal adalah kisah masa lampau
dari kelompok masyarakat tertentu yang berada pada geografis terbatas sehingga
sejarah lokal dikatakan sebagai suatu peristiwa yang hanya terjadi dalam lokasi yang
kecil, baik pada desa atau kota-kota tertentu. Senada juga diungkapkan oleh Jordan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dalam Widja ( 1985:12-13) Sejarah lokal adalah sejarah yang menyangkut sebuah
desa/beberapa desa, sebuah kota kecil/sedang (pelabuhan besar/ibu kota tidak
termasuk). Sebagaimana juga I Gede Widja (1989: 28 ) mengungkapkan Sejarah
lokal adalah studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu
lingkungan sekitar (neighnorhood) tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam
berbagai aspek kehidupan manusia.
Dari sejumlah rumusan tersebut dapat ditarik suatu ”benang merah” bahwa
yang menjadi pokok perhatian adalah ruang lingkup geografis/tempat/unit spatial
yang terbatas, meliputi suatu lokalitas tertentu beserta kehidupan masyarakat. Bahwa
lingkungan tersebut adalah suatu unit kesadaran historis, dalam artian bahwa daerah/
wilayah tertentu ini masing-masing pada dirinya dan pada bagiannya merupakan
pusat terjadinya sejarah. Setiap daerah etnis kultural memiliki kesatuan historis serta
konsep tentang kelampauan yang khas.
Lingkup terbatas yang dimaksudkan ini terutama dihubungkan dengan unsur
wilayah, dan komunitas yang ada di dalamnya, bukan kepada masalah waktu (lingkup
temporal) maupun peristiwa (tema) tertentu dari masa lampaunya. Selanjutnya yang
sangat menarik adalah apa yang diungkapkan dalam buku Sejarah lokal di Indonesia
karya Taufik Abdullah bahwa batasan tentang kelokalan adalah menurut kesepakatan
penulis dengan apa yang akan ditulisnya. Hal ini hendaknya dipandang sebagai satu
bentuk pertanggungjawaban secara akademik dari si penulis/peneliti itu sendiri.
Penulislah yang menentukan bahwa yang ditulis termasuk dalam studi sejarah lokal,
tanpa mengesampingkan berbagai definisi di atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dengan demikian ruang lingkup sejarah lokal adalah keseluruhan lingkungan
sekitar baik yang menyangkut kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan,kota kecil,
kabupaten atau kesatuan lokalitas lainnya beserta institusi sosial budaya yang berada
di dalamnya seperti keluarga, pola pemukiman, lembaga pemerintah setempat,
perkumpulan kesenian, dll. Oleh karenanya dalam kajian sejarah lokal berbagai aspek
dari kehidupan masa lampau masyarakat setempat dapat diselidiki apa itu aspek
politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Namun perlu digarisbawahi
kalau problem-problem pokok haruslah bertitik tolak dari realitas lokal itu sendiri. Ini
berarti seleksi peristiwa ditentukan oleh tingkat pentingnya dalam perkembangan
masyarakat setempat atau lingkungan yang dibicarakan, bukan dari kenyataan yang
berada di luarnya.( http:www.//file.upi.edu/Direktori/FPIPS/diunduh tanggal 12 mei
2011.)
4. Pembelajaran Sejarah Lokal
Pembelajaran sejarah di sekolah bertujuan membangun kepribadian dan
sikap mental peserta didik, membangkitkan keinsafan akan suatu dimensi
fundamental dalam eksistensi umat manusia (kontinuitas gerakan dan peralihan terus
menerus dari yang lalu kearah masa depan), mengantarkan manusia ke kejujuran dan
kebijaksanaan pada peserta didik, dan menanamkan cinta bangsa dan sikap
kemanusiaan (Meulen, 1987: 82-84). Arti terpenting pelajaran sejarah adalah dapat
memecahkan masalah masa kini dengan menggunakan masa lampau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Yang dimaksud dengan pembelajaran sejarah lokal ialah bagian dari proses
belajar di lingkungan pendidikan formal, sasaran utamanya tentunya adalah
keberhasilan proses itu sendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Berbeda dari studi sejarah lokal yang lebih ditekankan pada pencapaian
pengetahuan tentang peristiwa sejarah yang dijadikan sasaran studi yakni sejarah dari
suatu lokalitas tertentu. Untuk itu pembelajaran sejarah lokal di sekolah-sekolah
hendaknya dipandang sebagai salah satu alternatif yang mungkin dapat dipilih dan
diterapkan dengan membawa siswa pada apa yang sering disebut Living History,
yaitu sejarah dari lingkungan sekitar dirinya.
Dasar utama dari pilihan mengapa harus sejarah lokal sebagai alternatif ialah
kemungkinan pengembangan wawasan dalam pembelajaran sejarah. Diharapkan
murid bisa lebih bergairah dalam mengikuti pelajaran dan mendapatkan manfaat lebih
besar dari proses pembelajarannya. Pendekatan ataupun metode pembelajaran sangat
beragam dan masing-masing punya kelebihan sekaligus kelemahan, oleh karenanya
pilihan suatu pendekatan pembelajaran akan sangat tergantung pada tujuan atau
sasaran yang hendak dicapai.
Melalui pembelajaran sejarah lokal siswa diajak mendekatkan diri pada situasi
nyata dari lingkungan terdekatnya. Berikutnya membawa siswa secara langsung
mengenal serta mengayati lingkungan masyarakat, di mana mereka adalah merupakan
bagian dari padanya. Tidak salah bila dikatakan bahwa pembelajaran sejarah lokal
mampu menerobos batas antara ”dunia sekolah” dengan ”dunia nyata” di luar
sekolah. Dari pembelajaran sejarah lokal siswa akan mendapatkan banyak contoh-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
contoh dan pengalaman-pengalaman dari berbagai tingkat perkembangan lingkungan
masyarakatnya, termasuk situasi masa kininya. Mereka juga akan lebih terdorong
mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus seperti perihal observasi, teknik
bertanya atau melakukan wawancara, menyeleksi sumber, mencari fakta, dll. Selama
ini yang nyaring terdengar adalah pelajaran sejarah membosankan, penuh hafalan
fakta-fakta, sehingga tidak menarik. Di samping adanya anggapan yang menyebutkan
bahwa melalui pembelajaran sejarah siswa dipaksa untuk mengungkapkan masa lalu.
Padahal dengan belajar sejarah dapat diambil nilai-nilai kehidupan yang menuntun
orang untuk menjalani kehidupan masa kini dan masa datang menjadi lebih baik.
Kochar ( 2008:13 )
Meskipun pembelajaran sejarah lokal sangat mendukung usaha
pengembangan kurikulum muatan lokal yang mengakrabkan siswa dengan
lingkungan sekitarnya, sehingga juga tentunya akan mengakomodir kebutuhan
daerah, namun keunggulan/ kelebihan tersebut di atas bukannya tanpa kendala yang
sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan dari pendekatan pengajaran ini.
Beberapa hal yang perlu digaris bawahi antara lain pertama, adalah masalah sumber
sejarah lokal itu sendiri berikut kemampuan siswa dalam memberikan penilainnya
(analisis sumber). Kedua, adanya dilema antara memenuhi tuntutan kurikulum yang
alokasi waktunya sangat ketat/terbatas dengan proses penelitian hingga penulisan
dalam bentuk laporan yang tentunya membutuhkan waktu yang relatif lama. Seperti
diketahui kegiatan mengembangkan pengajaran sejarah lokal lebih banyak dilakukan
di lapangan (di luar sekolah). Berikutnya ketiga, apa yang sudah dicapai melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pengajaran sejarah lokal sering tidak sinkron ketika siswa menghadapi ujian yang
bersifat nasional, dan sederet kendala lainnya.
Menurut Kochar (2008:17) apa yang semestinya dilakukan oleh guru sebagai
seorang yang memegang kendali selama proses belajar-mengajar di sekolah?
Kemauan serta disiplin kerja yang tinggi dari guru termasuk juga siswanya itulah
kuncinya, jadi memang akhirnya bersumber pada guru itu sendiri. Ada bentuk
pengajaran yang dapat diterapkan dari yang paling mudah sampai paling sulit.
Termudah, guru cukup mengambil contoh-contoh dari kejadian lokal untuk memberi
penjelasan dari materi sejarah nasional yang sedang diajarkan. Cara yang lain dengan
mengajak siswa keluar sekolah melakukan penelitian dengan mengamati secara
langsung sumber-sumber sejarah serta mengumpulakn data sejarah (pergi ke
museum, situs-situs sejarah, atau bahkan wawancara). Terakhir, berupa studi kasus
yang perlu persiapan lebih lama dan bertahap (murid dilibatkan dalam memilih topik,
membuat perencaan kegiatan, melaksanakan rencana tersebut sejak heuristik hingga
tahap historiografi).
Dari ketiga bentuk pembelajaran sejarah lokal di sekolah, yang kedualah yang
relatif mendekati sasaran yakni tidak banyak memakan waktu, tetapi mengajak/
melibatkan siswa melakukan penelitian di luar sekolah meski dengan hal yang
sederhana. Adapun yang menjadi pilihannya proses disini lebih diutamakan daripada
hasil, dan tentunya adalah dalam memotivasi siswa mengembangkan keterampilan-
keterampilan tertentu yang diperlukan ketika melakukan studi lapangan, sehingga
belajar sejarah tidak membosankan lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
B. Penelitian yang Relevan
Pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah lokal merupakan sebuah
proses. Proses tersebut harus dilakukan secara bertahap atau langkah demi langkah
yang berurutan. Jadi esensi dan substansi mendasar dalam pembelajaran sejarah lokal
adalah guru sebagai fasilitator harus mampu mengembangkan ketrampilan sosial
peserta didik secara maksimal untuk mempelajari sejarah sesuai dengan nilai guna
sejarah lokal itu sendiri.
Adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan pembelajaran sejarah
lokal ini adalah tesis penelitian Syaiful Amin tahun 2010 tentang Pewarisan Nilai
Sejarah Lokal Melalui Pembelajaran Sejarah Jalur Formal dan Informal Pada Siswa
SMA di Kudus Kulon. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,
penelitianya menyimpulkan (1) Guru telah melakukan Pewarisan nilai dalam
pembelajaran sejarah formal melalui pemanfaatan bangunan bersejarah dan folklore
yang ada disekitar sekolah, namun hasil yang didapat belum maksimal karena
keterbatasan waktu belajar ; (2) Pewarisan nilai pada pembelajaran sejarah jalur
informal terjadi melalui cerita rakyat (folklore) yang diceritakan dalam keluarga dan
masyarakat saat acara ritual keagamaan (buka luhur); (3) Kesinambungan
pembelajaran sejarah jalur formal dan informal dalam upaya pewarisan nilai terjadi
karena adanya hubungan saling mengisi kelemahan dan saling menguatkan
(interdependency) yang membuat upaya pewarisan nilai sejarah lokal jadi maksimal.
Penelitian tersebut menyadari akan arti penting sejarah lokal dalam
pembelajaran sejarah, tetapi belum banyak kepedulian yang besar dari pihak terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dalam hal ini pemerintah, departemen/institusi dan dunia pendidikan perlu untuk
merancang sistem pembelajaran untuk mempertahankan nilai sejarah lokal itu sendiri.
Selanjutnya penelitian dari Suwarno dan Kartono ( FKIP Universitas
Muhammadiyah Purwokerto ) tahun 2008 yang berjudul Pengembangan
Kemampuan Siswa Meneliti Sejarah Lokal Melalui Model Inquiri dengan Studi
Kasus di SMA Negeri 5 Purwokerto, yang menyimpulkan bahwa dengan model
inquiri cukup efektif dalam mengembangkan kemampuan siswa meneliti sejarah lokal
dengan mengacu pada kosep belajar tuntas ( mastery learning).
Penelitian oleh Supardi (FIS Universitas Negeri Yogyakarta) tahun 2007
tentang Pendidikan Sejarah Lokal dalam Konteks Multikulturalisme yang
menyimpulkan bahwa multikulturalisme lebih bermakna jika diterapkan pada
pembelajaran sejarah lokal, dan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) semakin memberikan ruang pada guru untuk memasukkan kajian sejarah lokal
dalam mewujudkan perasaan dan kesadaran multikulturalisme.
C. Kerangka Berpikir
Sejarah Lokal sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang
terbatas, yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Sejarah lokal adalah kisahmasa
lampau dari kelompok masyarakat tertentu yang berada pada geografis terbatas.
Sejarah lokal dikatakan sebagai suatu peristiwa yang hanya terjadi dalam lokasi yang
kecil, baik pada desa atau kota-kotatertentu. Sejarah lokal adalah sejarah yang
menyangkut sebuah desa/ beberapa desa, sebuah kota kecil/ sedang (pelabuhan besar/
ibu kota tidak termasuk).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Sejarah sebagai disiplin ilmu yang didalamnya terdapat sejarah lokal
hendaknya dipahami oleh guru dalam mengkaji suatu tema, topik, atau permasalahan
agar tidak meninggalkan ciri khas dan tujuan dari belajar sejarah. Pembelajaran
sejarah lokal tentunya selaras dengan konsep perencanaan, pelaksanaan serta
penilaian yang mengacu kepada sistem pembelajaran dan tujuannya.
Pembelajaran sejarah lokal di setiap sekolah memiliki proporsi yang berbeda,
tetapi esensinya sama. Mengenalkan anak didik dengan sejarah yang ada di
sekitarnya. Proporsi pembelajaran sejarah lokal di sekolah bisa dikatakan dalam tiga
pertemuan dimmana hanya menggunakan satu pertemuan untuk menyisipkan sejarah
lokal dalam pelajarannya. Dari pembelajaran sejarah lokal siswa akan mendapatkan
banyak contoh-contoh dan pengalaman-pengalaman dari berbagai tingkat
perkembangan lingkungan masyarakatnya, termasuk situasi masa kininya. Mereka
siswa juga akan lebih terdorong mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus
seperti perihal observasi, teknik bertanya atau melakukan wawancara, menyeleksi
sumber, mencari fakta, dll.
Kerangka pikir yang telah diuraikan di atas dapat digambar dalam bentuk
diagram alir sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Pembelajaran
Sejarah Lokal
Guru Siswa
Penilaian
KTSP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penentuan lokasi dalam penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas
(SMA) Muhammadiyah Pakem didasarkan atas pertimbangan sebagia berikut:
1. Banyak sejarah lokal di Yogyakarta yang menjadi saksi perjuangan bangsa
yang mengandung nilai historis.
2. Masih banyak sejarah lokal yang ada di Yogyakarta yang belum
dimaksimalakan sebagai materi belajar oleh guru pada umumnya dan bagi
guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem pada
khususnya.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti memfokuskan penelitian
Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
2. Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan selama 6 bulan yang diawali dengan persiapan awal
sampai penyusunan laporan akhir, dan waktu penelitian yakni pada semester ganjil
tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan November
2011, dengan jadwal penelitian ditunjukkan pada table 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan
1 Tahap Persiapan Penelitian
a. Pengajuan Judul
b. Penyusunan Proposal Penelitian
c. Perijinan
Juni 2011
Juli 2011
Agustus 2011
2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Observasi
b. Pengumpulan Data
c. Wawancara
d. Pengambilan Data
Agustus 2011
Oktober 2011
Oktober 2011
November 2011
3 Tahap Penyelesaian
a. Analisis Data
b. Penyusunan Laporan
Desember 2011
Desember 2011
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang
membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara deskriptif analisis
kritis, dan penelitian ini bersifat naturalistic yang memfokuskan pada pengumpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
infomasi tentang keadaan atau realita yang sedang berlangsung dengan
menggambarkan sifat dari keadaan saat penelitian dilakukan, serta memeriksa dari
suatu gejala tertentu secara alamiah (William dan lexy Moleong, 2004: 16-17).
Peneliti menggunakan cara pendekatan pola pikir dan analisis keterkaitan
antar variabel pokok yang saling terkait dalam proses pembelajaran sejarah lokal
sebagai satu cara menumbuhkan pemahaman pada siswa diSekolah Menengah Atas
(SMA) Muhammadiyah Pakem. Tujuanya untuk mengetahui efektivitas pencapaian
tujuan, hasil, atau dampak suatu kegiatan mengenai proses pelaksanaan yang telah
direncanakan (Sutopo, 2006: 142).
Sedangkan strategi penelitiannya berupa studi kasus karena lokasi
penelitiannya hanya pada satu sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas ( SMA )
Muhammadiyah Pakem. Selain itu, karena permasalahan dan fokus penelitian sudah
ditentukan dalam proposal sebelum peneliti terjun dan menggali permasalahan di
lapangan, maka jenis strategi penelitian kasus ini secara lebih khusus bisa disebut
sebagai studi kasus terpancang ( embedded case study research ) (Yin, 2008: 33).
C. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Informan yaitu siswa, guru mata pelajaran sejarah dan seluruh elemen yang
ada di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
2. Tempat dan peristiwa pembelajaran sejarah lokal yaitu di dalam kelas dan di
luar lingkungan kelas yaitu tempat studi lapangan sejarah lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Dokumen berupa kurikulum, silabus, dan RPP yang berada di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan lebih menyerupai
suatu bentuk dialog antara peneliti dan narasumber dilakukan dalam suasana
santai. Agar wawancara mendalam lebih terarah maka dipersiapkan pedoman
wawancara (interview guide) yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang garis-
besar pemahaman sejarah lokal itu sendiri.
2. Mengkaji dokumen dan arsip (content analysis) tentang sejarah lokal yang
akan dijadikan materi pembelajaran sejarah lokal dalam penelitian.
3. Observasi langsung yang bersifat partisipasi pasif dimana peneliti dapat
mengamati narasumber khususnya guru dan siswa Sekolah Menengah Atas
(SMA) Muhammadiyah Pakem. Observasi ini dilakukan untuk mengamati
berbagai situasi guru dan siswa saat proses pembelajaran sejarah. (Sutopo,
2006: 66-83).
E. Teknik Cuplikan ( sampling )
Dalam penelitian kuailitatif, teknik cuplikan yang digunakan adalah teknik cuplikan
yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis
yang digunakan, keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empirisnya, dan lain-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
lain. Oleh karena itu cuplikan yang akan digunakan lebih bersifat purposive sampling,
atau lebih tepat disebut sebagai cuplikan dengan criterion-based selection ( Goetz &
LeCompte, 1984). Dalam hal ini peneliti memilih informan yang dipandang paling
tahu, sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data ( Patton, 1980). Cuplikan
semacam ini lebih cenderung sebagai internal sampling ( Bogdan & Biklen,1982)
yang memberi kesempatan bahwa keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai
suatu pikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa
akan bicara, kapan perlu melakukan observasi yang tepat (time sampling), dan juga
berapa jumlah serta macam dokumen yang perlu ditelaah.
F. Validitas Data
Validitas data yang dikembangkan dalam penelitian adalah teknik trianggulasi
sumber dan trianggulasi metode. Trianggulasi data (sumber) menjadi pilihan karena
dapat memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda, sedangkan trianggulasi metode
dilakukan untuk lebih memantapkan hasil pengumpulan data yang kemudian hasilnya
ditarik simpulan data yang lebih kuat validitasnya. Jadi antara trianggulasi data
(sumber) dengan trianggulasi metode nanti diharapkan ada kesesuaian dalam
perumusan analisis hasil interpretasi dan wawancara (Sutopo, 2006: 91-96).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
G. Teknik Analisis Data
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif-kualitatif dengan tehnik analisis
interaktif (Miles dan Huberman, 1984: 22-23). Adapun alasan penelitian kualitatif di
atas dimaksudkan untuk lebih mementingkan proses pengumpulan data beragam dan
disusun sebagai kekhususan untuk dikelompokkan bersama melalui proses
pengumpulan data secara teliti serta saling berkaitan (bottom up grounded theory)
(Sutopo, 2006: 41). Analisis ini dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan di
lapangan yang disusun secara lentur dan terbuka (Sutopo, 2006: 42)
Teknik analisis interaktif ini memiliki tiga komponen analisis yaitu reduksi
data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi yang digambarkan pada
gambar di bawah ini :
Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006: 120)
Selanjutnya analisis penelitian hanya bergerak di antara tiga komponen
analisis tersebut. Penyajian data sebagai alur penting dari kegiatan analisis interaktif
digunakan untuk melihat hasil data kuesioner sebagai langkah awal penelitian.
Pengumpulan Data
(1)
Reduksi data
(3)
Penarikan
Simpulan/Verifikasi
(2)
Sajian Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Sedangkan hasil observasi dan wawancara digunakan untuk menentukan proses
analisis pemahaman pembelajaran secara sistematis dan objektif didukung proses
analisis yang didapat dari sumber arsip dan dokumen yang didapat melalui metode
kritik sumber intern dan ekstern. Analisis ketiga yang penting adalah menarik
simpulan atau verifikasi. Peneliti memberi simpulan secara longgar, tetap terbuka dan
skeptis. Model analisis ini memiliki kekuatan pada proses analisisnya yang dilakukan
berulang- ulang, sehingga pada tahap ini diperoleh simpulan yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Latar
Pakem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Pakem berada di sebelah Utara dari
Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibu Kota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan
(Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 14 Km. Lokasi ibu kota kecamatan Pakem
berada di 77.66708„ LS dan 110.42011„ BT. Kecamatan Pakem mempunyai luas
wilayah 4.384,04 Ha. Alamat Kantor Kecamatan Pakem di Jl. Cangkringan No.3
Pakem, Sleman. Kecamatan Pakem dihuni oleh 8.926 KK. Jumlah keseluruhan
penduduk Kecamatan Pakem adalah 32.561 0rang dengan jumlah penduduk laki-
laki 15.847 orang dan penduduk perempuan 16.714 orang dengan kepadatan
penduduk mencapai 1.551 jiwa/Km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan
Pakem adalah Petani (data monografi kecamatan pakem 2010).
Kecamatan Pakem berada di dataran tinggi. Ibu kota Kecamatan berada
pada ketinggian 600 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Pakem beriklim
seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah tropis dengan cuaca sejuk sebagai
ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Pakem adalah 32 °C
dengan suhu terendah 18 °C. Bentangan wilayah di Kecamatan Pakem berupa
tanah yang berombak, perbukitan serta pegunungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Letak Kecamatan Pakem yang berada di lereng Gunung Merapi dan
memiliki obyek wisata Kaliurang membuat sektor perdagangan, jasa, hotel &
restoran menyumbang 40 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kecamatan Pakem. Sektor ini masih memungkinkan untuk dikembangkan dengan
mulai diperkenalkannya wisata alam jelajah merapi. Sektor lain yang menopang
pertumbuhan ekonomi Kecamatan Pakem adalah sektor Pertanian yang
menyumbang seperempat dari PDRB Kecamatan Pakem. Di samping itu juga
terdapat Rumah Sakit Jiwa Pakem yang sekarang berganti nama menjadi Rumah
Sakit Grhasia Yogyakarta. Oleh masyarakat Yogyakarta, terdapat anekdot
"Sekolah di Pakem" untuk menyebut seseorang yang gila.
Selanjutnya di kawasan ini juga dibuat terkejut dengan adanya penemuan
Candi Kimpulan (padahal lebih tepat Candi Kopatan) di Universitas Islam
Indonesia (UII) menambah bukti bahwa kota Jogja pernah menjadi bagian dari
kerajaan Mataram Kuno. Belum lagi diketahui bentuk utuh dan ukurannya, sejak
ditemukan pada tanggal 11 Desember 2009 lalu, candi ini terus menjadi daya tarik
wisatawan yang tengah berlibur di Jogja. Terutama bertepatan dengan momen
liburan natal 2009 dan tahun baru 2010.
Berikut ini keunikan Candi Kimpulan yang dikutip dari KOMPAS Online:
"Temuan ini mengejutkan para arkeolog karena Lingga-Yoni tak lazim
berada di candi perwara, biasanya hanya di candi induk. ”Terus terang
kami tercengang,” kata Budi Sancoyo, salah satu arkeolog Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta dalam eskavasi
tersebut.
Lingga-Yoni berdimensi 56 cm x 56 cm x 56 cm yang ada di candi
perwara berukuran 4 meter x 6 meter itu berdiri sejajar dengan dua buah
lapik (batu sesembahan), arca nandi (sapi tunggangan Wisnu), dan sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sumur batu. Sumur itu juga unik karena tidak lazim ditemukan dalam
bangunan candi.
Sebelumnya, ditemukan pula Lingga-Yoni bersama arca Ganesha dalam
candi induk. ”Tampaknya banyak aspek pembangunan candi ini yang
berbeda dari pakem candi-candi pada umumnya,” kata Budi.
Sebelumnya, candi yang diduga berasal dari masa Mataram Kuno abad ke-
9 atau ke-10 ini juga dinyatakan unik karena struktur bangunannya
merupakan kombinasi batu dan kayu. Desain arca Ganesha juga memiliki
desain berbeda dengan desain Ganesha di candi lain."
Selanjutnya di kawasan lereng gunung merapi ini juga terdapat desa-desa
wisata yang bertajuk budaya dan memiliki ciri khas sejarah yang masih
terpelihara dengan baik. Seperti hal nya desa Srowolan Purwobinangun Pakem ini
yang dahulunya memiliki sejarah tentang tempat pertemuan pejuang-pejuang
lokal yang menentang Belanda pada tahun 1948. Disekitar desa tersebut juga
adanya pasar tradisional yang notabenenya adalah sektor sentral perekonomian
pada waktu itu.
Dari gambaran di atas, kawasan yang terkenal dengan sebutan kawasan
asri di bawah gunung merapi ini memiliki kelokalan yang perlu untuk digali dan
dikembangkan serta diperkenalkan pada generasi selanjutnya guna pewarisan
lokal dan menumbuhkan kesadaran sejarah lokal yang akhir-akhir ini mulai
dipertanyakan. Salah satu wahana kesinambungan kelokalan tersebut adalah
melalui pembelajaran di Sekolah. Dengan demikian Sekolah mempunyai andil
besar dalam proses transfer of knowladge and value of local history pada generasi
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. Profil Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem
Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara diperoleh
gambaran SMA Muhammadiyah Pakem. Piagam Pendirian Sekolah, sekolah ini
berdiri tahun 1978-1979 dan mendapatkan piagamnya tahun 1988. Nomer Piagam
Pendirian Perguruan Muhammadiyah yakni 4379/II.193/DIY-78/1988 dari PP
Muhammadiyah Majlis Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 23 Rabiul
Akhir 1409 H atau tanggal 3 Desember 1988 M.
Awalnya tahun 1978-1979 masuk sore berlokasi di SPG Muhammadiyah
Pakem yang sekarang sudah tutup dan gedung sekolahnya dipakai SD
Muhammadiyah Pakem, di Tegalsari Pakembinangun. Mulai memiliki gedung
sendiri tahun 1985 berlokasi di Pakemtegal, lokasi yang digunakan sampai
sekarang. Bangunan yang dibuat mula-mula adalah Masjid Sekolah yang dananya
diusahakan oleh kepala sekolah yang pertama, diperjuangkan dan diurus sampai
ke Jakarta. Adapun visi dam misi SMA Muhammadiyah Pakem adalah sebagai
berikut :
Visi :
Visi SMA Muhammadiyah Pakem adalah terwujudnya lulusan yang
menguasai IPTEK dan IMTAK, berakhlak mulia, peduli terhadap keunggulan
local, dan mampu berperan sosial di masyarakat.
Misi :
Misi SMA Muhammadiyah Pakem adalah :
a. Menumbuhkan budaya hidup islami di SMA Muhammadiyah Pakem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b. Meningkatkan profesionalitas pendidik dan tenanga kependidikan di
sekolah guna menyiapkan lulusan yang berkualitas
c. Meningkatkan penguasaan IPTEK pada siswa, guru, dan karyawan dengan
memberdayakan fasilitas yang dimiliki.
d. Membekali pendidik berbasis keunggulan lokal ( PBKL ) bernuansa
keparawisataan kepada siswa melalui pengintegrasian pada mata pelajaran
terkait, muatan lokal, dan kegiatan pengembangan diri berupa kegiatan
corp dakwah pelajar, olah raga dan rekreasi, seni musik Islami, tata
busana, tata boga dan teknologi informasi dan komunikasi.
Struktur kurikulum SMA Muhammadiyah Pakem meliputi substansi
pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun
dimulai dari kelas X sampai dengan kelas XII yang disusun berdasarkan standar
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. SMA Muhammadiyah
Pakem terdapat pengorganisasian kelas-kelas yang dibagi dalam dua kelompok
yakni pertama, kelas X merupakn program yang umum yang wajib diikuti oleh
seluruh peserta didik, kedua kelas XI dan XII merupakan program penjurusan
yang terdiri atas dua program yakni program Ilmu Pengetahuan Alam, dan
program Ilmu Pengetahuan Sosial.
Suatu lembaga dalam hal ini lembaga pendidikan seperti sekolah harus
mempunyai sistem organisasi dan penataan administrasi yang baik, agar lembaga
tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan digariskan. begitu pula
dengan SMA Muhammadiyah Pakem sebagai lembaga kependidikan, maka SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
ini mempunyai tatanan dan organisasi yang baik. Adapun susunan organisasi
SMA Muhammadiyah Pakem dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah
Kepala Sekolah saat ini dijabat oleh Dra Siwi Indrawati . Kepala Sekolah
di SMA Muhammadiyah Pakem ini merupakan puncak pimpinan yang
bertanggung jawab atas kelancaran administrasi sekolah serta kebijakan kerja
berdasarkan musyawarah dan mufakat bersama. Adapun tugas kepala sekolah
adalah sebagai berikut:
a) Menyusun program kerja sekolah.
b) Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah.
c) Mengevaluasi program tahunan, program semester, dan satuan pengajaran
secara berkesinambungan.
d) Melaksanakan rapat atau diskusi mengenai permasalahan sekolah.
e) Mengevaluasi administrasi ketatausahaan.
f) Mengatur pembagian tugas guru.
g) Mengatur pembagian tugas tata usaha atau karyawan (pegawai).
h) Mengevaluasi pelaksanaan UAS/UAN.
i) Menetapkan kelulusan dalam UAS/UAN dan kenaikan kelas.
j) Menetapkan kebijakan untuk meningkatkan pendidikan terutama dalam
proses belajar mengajar.
2) Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah di SMA Muhammadiyah Pakem terdapat 4 bidang,
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a) Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum yang mempunyai tugas diantaranya;
menyusun kegiatan pelaksanaan Program Tahunan, menyusun jadwal pelajaran
dan kalender pendidikan, menyusun pembagian tugas guru dan wali kelas, dan
menyusun laporan pembagian tugas dan laporan pelaksanaan pelajaran secara
berkala kepada Kepala Sekolah.
b) Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan Prasarana yang mempunyai tugas
diantaranya; menyusun program tahunan tentang kebutuhan sarana dan
prasarana, menginventarisir perlengkapan setiap ruangan yang ada di sekolah,
merencanakan rehabilitas dan penyempurnaan gedung, sarana dan prasarana,
perlengkapan penunjang kegiatan proses belajar mengajar, dan mempersiapkan
perlengkapan administrasi sekolah.
c) Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan yang mempunyai tugas diantaranya;
menyusun program OSIS dan mengkoordinasikan kegiatanOSIS, memberikan
pengarahan dan petunjuk serta pengendalian siswa dalam rangka berorganisasi,
memberikan pengarahan dan petunjuk serta pengendalian siswa dalam rangka
menegakkan tata tertib dan menyeleksi calon penerima bea siswa yang
berprestasi, serta mengurus administrasi penerimaan siswa baru, data siswa dan
mutasi siswa, serta mengidentifikasi kebutuhan dan pengelompokkan siswa.
d) Wakil Kepala Sekolah Hubungan Kemasyarakatan (Humas) yang mempunyai
tugas diantaranya; mengadakan kerja sama dengan masyarakat, lingkungan
sekolah, instansi lain, orang tua siswa dan BP3, dan mengkoordinasi
silaturahmi, rapat orang tua siswa, guru dan karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3) Staf Tata Usaha
Staf Tata Usaha di SMA Muhammadiyah Pakem ini terdiri dari 5 orang,
yang terdiri dari 1 orang kepala TU dan 4 anggota. Staf Tata Usaha bertugas
untuk:
a) Membantu kepala sekolah dalam menyelesaikan administrasi yang
diperlukan untuk aktivitas pembelajaran di sekolah.
b) Menyelesaikan adminitrasi-administrasi yang telah menjadi bagian
tugasnya.
4) Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling menangani hal-hal sebagai berikut:
a) Kenakalan remaja.
b) Kasus di luar sekolah (konflik keluarga).
c) Pergaulan remaja (konflik sosial).
d) Karier (penjurusan / SPMB / PMDK).
e) Hubungan pribadi.
f) Norma dan moral, dsb.
Dari sekian banyak permasalahan diatas, kasus yang sering muncul adalah
mengenai pelanggaran tata tertib sekolah dan konflik sosial atau keluarga. Adapun
sistem dan cara penyelesaian kasus di atas adalah dengan cara sebagai berikut;
konseling, bimbingan kelompok, dan bimbingan pribadi.
Prosedur dari sistem dan cara penyelesaian kasus tersebut biasanya
diselesaikan terlebih dahulu oleh wali kelas, panggilan dari BK dan konferensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kasus antar guru BK, WALI kelas, unsur kesiswaan, unsur kurikulum dan unsure
humas.
5) Tenaga pengajar
Tenaga pengajar yang bertugas di SMA Muhammadiyah Pakem
berdasarkan statusnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a) Tenaga pengajar yang berstatus guru tetap dan pegawai swasta berjumlah
38 orang yang terdiri dari 37 orang lulusan S 1, 2 orang lulusan S 2
b) Karyawan tetap yang berjumlah 5 orang lulusan S1.
6) Wali Kelas dan Guru-guru bidang studi
Guru yang diberi tugas sebagai Wali Kelas, harus membimbing siswa
dalam mewujudkan disiplin serta membangkitkan gairah belajar guna
meningkatkan prestasi siswa. Adapun tugas dan kewajiban guru wali kelas di
SMA Muhammadiyah Pakem sebagai berikut:
Umum
a) Mengenal keadaan kelasnya, mengetahui jumlah serta nama semua siswa
di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
b) Memberikan stimulus kepada siswa untuk belajar sungguh-sungguh baik
di dalam maupun di luar kelas.
c) Memantapkan siswa kelasnya dalam hal melaksanakan tata tertib, tata
krama dan kebijakan-kebijakan sekolah. Menangani usulan-usulan dalam
mengatasi hambatan yang menggangu kelancaran persekolahan baik
individu maupun klasikal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
d) Mengarahkan siswa kelasnya ketempat ketempat upacara yang
dilaksanakan sekolah atau yang mengikutsertakan sekolah.
e) Membimbing siswa kelasnya dalam hal penyelenggaraan segala kegiatan,
misalnya peran serta dalam pengajuan pengurus OSIS, memilih KM dan
sebagainya.
f) Melakukan kunjungan rumah pada waktu yang diperlukan.
g) Mengisi dan membagikan buku raport, surat undangan, angket dan lin-lain
yang harus disampaikan kepada siswa atau orang tua siswa.
h) Mengajukan saran secara lisan atau tertulis kepada kepala sekolah
mengenai siswa kelasnya.
i) Merekap poin pelanggaran Tata Tertib Siswa.
Khusus
a) Hadir pada pembinaan siswa di kelas binaannya masing-masing, setiap
minggu ke 2 dan ke 4.
b) Membantu kelancaran pembayaran keuangan bulanan dan DSP pada kelas
binaan.
c) Memantau kegiatan kebersihan kelas pada setiap hari Sabtu.
d) Bertanggung jawab terhadap kondisi keamanan dan ketertiban kelas
binaannya.
Adapun tugas dari guru bidang studi adalah memberikan pengarahan dan
pengajaran bagi para siswanya selain itu juga mereka bertugas untuk membuat
soal ujian. Pengadaan kesejahteraan personal merupakan satu usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan di SMA Muhammadiyah Pakem. Pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kesejahteraan telah berjalan dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
pembayaran berupa uang yang diberikan pada guru dan karyawan.
Secara umum setiap guru yang bertugas di SMA Muhammadiyah Pakem
ini memperoleh fasilitas yang memadai, misalnya masing-masing guru disediakan
meja dan kursi serta loker untuk penyimpanan arsip penting. Begitupun fasilitas
yang diberikan kepada siswa cukup baik seperti bangku yang lengkap, alat tulis,
kantin sekolah, mesjid, sarana olah raga dan kamar mandi. Selain itu siswa
mendapatkan fasilitas laboratorium komputer. Dengan lingkungan dan sarana
prasarana sekolah yang menunjang kependidikan, diharapkan siswa dapat dengan
nyaman belajar di sekolah. Bagi karyawan yang bertugas sebagai Tata Usaha,
disediakan sebuah ruangan khusus TU. Setiap petugas TU memperoleh meja
kerja, satu buah komputer lengkap dengan printernya, selain itu juga disediakan
beberapa buah mesin ketik.
Kelengkapan lingkungan dalam proses pembelajaran di SMA
Muhammadiyah Pakem ini terdiri dari :
1. Lapangan Olahraga
Selain lapangan upacara bendera, di SMA Muhammadiyah Pakem ini
terdapat beberapa lapangan olah raga diantaranya:
a. Lapangan Basket
b. Lapangan Volli
2. Pelayanan Perpustakaan
Fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan yaitu terdapat beberapa judul
buku, diantaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a. Ilmu Pengetahuan, berupa buku paket yang didisbrusikan oleh pemerintah.
b. Fiksi, berupa ceritera sastra dan majalah.
c. Referensi, berupa kamus Bahasa Inggris dan Indonesia, Al-Qur‟an dan
ensiklopedia.
Guru-guru SMA Muhammadiyah Pakem pada umumnya berasal dari
wilayah Jogyakarta dan sekitarnya, namun pada tahun-tahun terakhir banyak
guru-guru yang berasal dari luar daerah yang mengabdikan dirinya di sekolah
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menambah wawasan dan mengembangkan
SMA Muhammadiyah Pakem menjadi sekolah yang dipercaya untuk mendidik
dan membimbing siswa-siswanya menjadi insan muslim yang beriman, berilmu,
dan beramal. SMA Muhammadiyah Pakem telah berhasil meluluskan siswanya
secara signifikan dan tidak sedikit pula mereka yang berhasil dalam pekerjaannya
yakni suksesmenjadi sarjana, ABRI, PNS, guru, karyawan instansi pemerintah
dan swasta. Mereka setidaknya telah berhasil mengemban amanah sekolah untuk
mengamalkan disiplin ilmunya.
Untuk meningkatkan mutu, maka SMA Muhammadiyah Pakem terus
berusaha menambah sarana dan prasarana pendidikan, antara lain menambah alat-
alat laboratorium IPA, buku-buku perpustakaan, alat keterampilan, komputer, dan
lainlain. Dengan harapan agar setelah lulus siswa dapat mandiri dengan bekal
yang telah diterimanya dimasa sekolah, apabila mereka tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi. Di samping itu, juga terus diupayakan peningkatan pelayanan
administrasi. Langkah yang ditempuh seperti mengirimkan karyawan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mengikuti penataran antara lain penataran perpustakaan dan laboran yang
diselanggarakan oleh Kanwil Depdikbud Propinsi DIY maupun instansi lainnya.
Table 2. Profil Siswa SMA Muhammadiyah Pakem
No Jenis Kelamin Jumlah Keterangan
1 Laki-laki 57 orang -
2 Perempuan 109 orang -
Total 166 orang -
( Sumber hasil olahan dan observasi )
Dari gambaran tabel 1 di atas tentang profil siswa di SMA
Muhammadiyah Pakem dapat kita lihat bahwa prosentase siswa perempuan yang
lebih dominan dibandingan dengan jumlah siswa yang laki-laki, dimana siswa
perempuan berjumlah 109 orang dan siswa laki-laki berjumlah 57 orang dengan
jumlah total siswa keseluruhan berjumlah 166 orang.
Adapun profil Guru di SMA Muhammadiyah Pakem dapat kita lihat pada
tabel 2 berikut :
Table 3. Profil Guru SMA Muhammadiyah Pakem
No Jenis Kelamin Jumlah Keterangan
1 Laki-laki 23
2 Perempuan 15
Total 38
( Sumber : Data Pokok Pendidikan Wilayah Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kab. Sleman Periode 2011 / 2012 )
Keterangan * Total = jumlah siswa/guru aktif ditambah jumlah siswa/guru yang
sedang dalam proses mutasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dari penjelasan tabel 2 di atas tentang profil Guru di SMA
Muhammadiyah Pakem dapat kita lihat bahwa prosentase Guru perempuan yang
lebih dominan dibandingan dengan jumlah Guru yang laki-laki, dimana Guru
perempuan berjumlah 23 orang dan Guru laki-laki berjumlah 15 orang dengan
jumlah total Guru keseluruhan berjumlah 38 orang.
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Akhir Guru dan Staf di SMA Muhammadiyah Pakem
No Pendidikan Akhir Jumlah
1 SLTP /Sederajat -
2 SLTA /Sederajat -
4 Akademi /Diploma III /Sarjana Muda -
5 Strata I 36
6 Strata II 2
7 Strata III -
Jumlah 38 orang
Sumber : Data olahan dari Observasi
Kondisi guru di SMA Muhammadiyah Pakem dapat digolongkan menjadi
dua golongan, yakni golongan strata I dengan jumlah 36 orang dan golongan
strata II dengan jumlah 2, akan tetapi walaupun terdapat perbedaan yang cukup
jauh kerja sama diantara para guru tetap terjaga dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
B. Sajian Data
1. Materi Sejarah Lokal
Materi bagi seorang guru ibarat suatu bahan makanan yang harus dimasak
dan disajikan sebagai makanan yang enak disantap. Enak atau tidaknya materi
tersebut sangat tergantung pada kemampuan guru untuk mengemasnya. Begitu
pula halnya dalam pelajaran sejarah, materi sangat penting untuk disajikan oleh
guru menjadi materi yang menarik bagi siswa. Banyak cara yang dapat dilakukan
oleh guru untuk mengemas materi, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru
sejarah dalam mengemas materi yaitu dengan menetapkan tema. Dalam mengolah
materi menjadi tema yang menarik sangat ditentukan kemampuan guru dalam
memahami esensi dari materi tersebut. Guru harus dapat menentukan dan memilih
urgensi dari tema yang ditetapkan.
Materi yang tercantum dalam Standar Isi (Standar Kompetensi/SK dan
Kompetensi Dasar/KD) bahkan materi yang diuraikan dalam buku teks pada
dasarnya masih merupakan bahan yang mentah. Apabila guru menyampaikan
bahan materi pelajaran apa adanya seperti yang tercantum dalam SK dan KD dan
buku teks, akan menjadi sebuah sajian yang masih mentah. Implikasinya tidak
akan menarik bagi siswa, karena menyampaikan bahan-bahan yang kering.
Adapun deskripsi singkat dari hasil observasi tentang sejarah lokal di
pakem yang dijadikan materi pembelajaran sejarah lokal di SMA Muhammadiyah
Pakem adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1) Sejarah Desa Purwobinangun Pakem
Sejarah diberikan nama Purwobinangun adalah karena daerah ini
merupakan pertama kali pemerintahan kecamatan Pakem dibentuk yang
merupakan penggabungan 4 (empat) kelurahan lama yaitu: Giriharjo,
Tawangharjo, Cepet, dan Sembung. Purwobinangun berarti pertama kalinya
membentuk pmerintahan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
( Pemkab Sleman Data monografi keamatan Pakem semester 1 tahun 2011).
2) Sejarah Desa Candibinangun Pakem
Sejarah diberikan nama Candibinangun adalah karena daerah ini pada
jaman dahulu banyak ditemukan bangunan menyerupai candi sehingga dinamakan
Candi, bahkan akhir-akhir ini di lingkungan Universitas Islam Indonesia ( UII )
juga telah menemukan bangunan candi dan patung ganesha yang diperkirakan
dibangun pada abad 8 M. Sedangkan binangun yang artinya membangun
masyarakat menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera ( Pemkab Sleman
Data monografi keamatan Pakem semester 1 tahun 2011).
3) Sejarah Desa Pakembinangun Pakem
Sejarah diberikan nama Pakembinangun adalah karena daerah ini
merupakan terbentuknya kelurahan lama gabungan pada waktu setelah indonesia
merdeka. Kelurahan lama tersebut meliputi kelurahan Padasan dan kelurahan
lama Pakem sehingga bergabung menjadi satu dengan nama Pakembinangun
( Pemkab Sleman Data monografi keamatan Pakem semester 1 tahun 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4) Sejarah Desa Harjobinangun Pakem
Sejarah diberikan nama Harjobinangun adalah karena daerah ini
merupakan penggabungan 3 (tiga) kelurahan Mangunan, Dero, dan Turgo yang
terjadi pada tahun 1946. Harjo berarti ramai, giat, gumregut, dan binangun artinya
membangun, sehingga dapat diartikan bahwa semua warga masyarakat bersama-
sama bahu-membahu membangun desa untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur ( Pemkab Sleman Data monografi keamatan Pakem semester 1 tahun
2011).
5) Sejarah Desa Hargobinangun Pakem
Sejarah diberikan nama Harjobinangun adalah karena daerah ini
merupakan daerah lereng kaki gunung Merapi yang siap membangun menuju
masyarakat adil dan makmur. Hal ini ditandai dengan penggabungan kelurahan
lama yaitu: Kelurahan Kaliurang, Klurahan Purworejo, dan kelurahan Pandanpuro
( Pemkab Sleman Data monografi keamatan Pakem semester 1 tahun 2011).
6) Sejarah Desa Wisata Srowolan Purwobinangun Pakem Sleman Yogyakarta
Desa Wisata Pasar Perjuangan Srowolan merupakan gabungan dari
Pedukuhan Srowolan Gatep, Pedukuhan Karanggeneng dan Pedukuhan Gandok
Kadilobo, Desa Purwobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Dengan
batas dusun sebelah utara Dusun Beneran Desa Purwobinangun, sebelah selatan
Dusun Ngepas Desa Donoharjo Kecamatan Ngaglik, sebelah barat Dusun
Gabugan Donokerto, Kecamatan Turi dan sebelah timur Dusun Bunder
Purwobinangun Pakem, Sleman, Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Dalam bidang kepariwisataan masyarakat Srowolan mempunyai gagasan
ingin mengangkat nilai-nilai sejarah perjuangan pasar Srowolan sebagai icon
kepariwisataan karena pasar ini selain merupakan pasar kuno juga jadi saksi bisu
perjuangan masyarakat melawan tentara Belanda pada saat clas ke II tahun 1948.
Pasar kuno yang pernah dipugar oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII
pada tahun 1921 dahulu merupakan pasar yang ramai. Selain sebagai pasar
tradisional juga sebagai tempat pertemuan para gerilyawan untuk berkomunikasi
dengan sesama pejuang untuk mengatur siasat melawan Belanda sekaligus belanja
untuk keperluan logistik. Para pejuang ada yang menyamar sebagai pedagang dan
tukang cukur. Keadaan pasar Srowolan seluas 50 x 70 m saat ini kurang terawat.
Hanya 1 kali dalam sepekan (wage) terjadi transaksi jual beli, itupun sepi
pengunjung karena kalah persaingan dengan pasar tradisional lain yang letaknya
lebih strategis dan dilalui angkutan umum seperti Pasar Pakem, Pasar Turi dan
Pasar Sleman. Bangunan tua ( Gudang Garam ) yang dahulu sebagai tempat
penyimpanan garam pada waktu jaman Belanda masih berdiri kokoh sebagai saksi
bisu, berada di sebelah utara Pasar Srowolan.
7) Sejarah Desa Wisata Sambi Pakembinangun Pakem Sleman Yogyakarta
Desa wisata Sambi terletak di pedukuhan Dusun Sambi, Desa Pakem
Binangun, Kecamatan Pakem, kabupaten Sleman Jln. Kaliurang Km 19,5 arah
utara Yogyakarta menuju obyek wisata Kaliurang luas wilayah 25,4 ha. Dapat
ditempuh dengan kendaraan bermotor lebih kurang 30 menit dari pusat kota.
Desa ini merupakan kawasan yang masih berdekatan dengan Gunung Merapi,
kondisi alamnya merupakan dataran lereng Merapi dan dengan terdapatnya aliran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Sungai Kuning dengan sumber mata air pegunungan, sehingga Dusun Sambi
masih terasa berhawa sejuk.
Dusun Sambi terletak pada jalur strategis menuju obyek wisata unggulan
yaitu Kaliurang, jalur menuju desa wisata Sambi dari arah kota melewati kampus
UII terpadu yang cukup dikenal dikalangan masyarakat serta beberapa rumah
makan dengan berbagai menu masakan. Ada Potensi wisata alam antara lain: (1)
Panorama alam Kali Kuning dan Gunung Merapi, Panorama Kali Kuning yang
masih alami serta keindahan dan kemegahan Merapi yang dapat dilihat secara
jelas pada saat cuaca cerah terutama dipagi hari. Pada malam hari ketika aktifitas
merapi meningkat, bunga-bunga kembang api dan lelehan lava pijar akan
menambah suasana kekaguman alam, (2) Wisata trakking di lembah Kali Kuning
serta tempat kegiatan outbound yang memadai yang terletak di sebelah timur
Dusun Sambi.
Keadaan alam lembah Kali Kuning yang bersebelahan dengan dusun
merupakan aset wisata yang dapat digunakan untuk kegiatan berupa paket wisata
antara lain : (a) Wisata jalan-jalan menelusuri pinggiran sungai dan menikmati
pemandangan Kali Kuning (b) Mandi dikali dan main keceh atau ciblon, (c)
Panjat tebing dan turun tebing sebagai sarana kegiatan outbound, camping
keluarga dan camping masa, (d) Belajar mengolah sawah atau bercocok tanam, (e)
Tersedianya rumah joglo dan sinom sebagai tempat pertemuan, rapat, diklat, (f)
Sanggar seni lukis, tempat latihan tari dan latihan karawitan/kesenian jawa,dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Pembelajaran Sejarah Lokal
Kebijakan kepala sekolah terkait dengan pengembangan nilai-nilai lokal
yang ada di kawasan sekitar menjadi acuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran sejarah lokal. Pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal yang ada di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem diadakan pada setiap
kelas, mulai dari kelas X sampai kelas XII di semua jurusan, baik jurusan IPA
maupun jurusan IPS. Pada kelas X pelajaran sejarah diajarkan selama satu jam
pelajaran dalam satu minggu, untuk kelas XI dan XII jurusan IPS pelajaran
sejarah mendapat alokasi tiga jam per minggu, jurusan IPA pelajaran sejarah
mendapat alokasi satu jam pelajaran. Pembagian jam pelajaran sejarah ini sesuai
dengan kerangka dasar dan struktur kurikulum dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Pelaksanaan kurikulum di SMA Muhammadiyah Pakem mengatur
kegiatan operasional dan hubungan kerja personil sekolah dalam upaya melayani
siswa mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Dengan adanya perubahan
kurikulum tersebut, sangat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Di mana
seorang guru harus bisa merencanakan, melaksanakan dan membuat penilaian
hasil belajar siswa. Perubahan kurikulum juga menuntut guru untuk kreatif dalam
menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam proses
pembelajaran.
Proses pembelajaran sejarah lokal yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran sejarah SMA Muhammadiyah Pakem di dalam kelas adalah dengan
mengunakan metode ceramah bervariasi, diselingi tanya jawab. Tujuan utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
yang hendak dicapai adalah tersampaikanya semua materi yang sudah di susun
dalam silabus dan RPP, namun ketika membahas sejarah lokal guru lebih senang
untuk mengeksplorasi karena pengetahuan yang dimiliki. Pada waktu tertentu
sering memberikan penugasan yang berkaitan dengan sejarah lokal dengan
mengaplikasikan yang ada di silabus maupun RPP yaitu yang disebut Pendidikan
Berbasis Keunggulam Lokal (PBKL).
Hal ini mengacu pada Standar Kompetensi (SK) ”Memahami prinsip dasar
ilmu sejarah dengan Kompetensi Dasar” (KD) “Menerapkan prinsip-prinsip
penelitian sejarah”. Materi pelajaran “Langkah-langkah penelitian sejarah lokal”,
kegiatan pembelajaran (1) mengidentifikasi macam-macam penelitian sejarah, (2)
mendiskripsikan dan membandingkan antara penelitian sejarah dengan penelitian
sejarah lokal, (3) melaksanakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL).
Selanjutnya sesuai dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
(KD), dan materi tersebut siswa diberikan tugas untuk membuat makalah dan atau
laporan observasi sederhana tentang Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
(PBKL) yang berkaitan dengan sejarah lokal di lingkungan sekitar Kecamatan
Pakem sebagai lokal atau tempat penelitian. Tugas dari siswa tersebut biasanya
hanya langsung diberi penilaian, namun beberapa hasil tugas siswa yang dianggap
menarik akan di bahas sebentar di dalam kelas. Pemberian tugas ini efektif untuk
menyiasati keterbatasan waktu pelajaran yang hanya dibatasi satu jam pelajaran
selama satu minggu.
Sejarah lokal memiliki arti khusus yaitu sejarah dengan lingkup spasial “
di bawah ” sejarah nasional, misalnya sejarah Nasional Indonesia. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
hierarki ini, maka sejarah lokal barulah ada setelah adanya kesadaran adanya
sejarah nasional. Meskipun adanya hierarki demikian bukan berarti semua sejarah
lokal harus memiliki keterkaitan dengan sejarah nasional. Sejarah lokal bisa
mencakup peristiwa-peristiwa yang memiliki kaitan dengan sejarah nasional dan
peristiwa-peristiwa khas lokal yang tidak ada kaitannya dengan peristiwa yang
lebih luas seperti nasional, regional, atau internasional. Pendek kata sejarah lokal
berkaitan dengan aspek geografis di bawah lingkup nasional seperti propinsi,
kabupaten, kota dan seterusnya ( pedoman penulisan sejarah lokal ed taufik
abdullah dan susanto zuhdi hal 16).
Di kecamatan Pakem memiliki sejarah lokal yang luas dan banyak yang
belum banyak dikaji oleh orang kebanyakan, lebih-lebih pada person yang
„‟mencintai” sejarahnya sendiri. Hal ini menandakan kurang perhatiannya kepada
sejarah lokal dan juga belum dikembangkan juga oleh sekolah-sekolah yang
notabene „‟cinta daerah sendiri”, yang demikian itu terbukti dengan sedikit
gambaran dan deskripsi pemanfaatan sejarah lokal sebagai materi pembelajaran.
Pembelajaran sejarah lokal yang diterapkan di Sekolah Menengah Atas
(SMA) Muhammadiyah Pakem adalah tindak lanjut dari program Pendidikan
Berbasis Kelas (PBKL) yang telah dianjurkan dan dipelopori oleh dinas
kabupaten Sleman sebagai alat bantu proses pendidikan dan mengaktualisasi
betapa pentingnya pendidikan sejarah lokal. Dalam hal ini pembelajaran sejarah
lokal, pihak sekolah telah melakukan hal yang optimal. Bentuk optimalisasi
tersebut terlihat dari upaya guru sejarah dalam memanfaatkan sejarah lokal yang
ada di lingkungan sekitar pada umumnya dan kecamatan Pakem pada khususnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Hal tersebut bisa dilakukan karena dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) pelajaran sejarah yang dalam beberapa Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) terdapat materi yang bisa di hubungkan dengan sejarah
lokal di Kecamatan Pakem. Meskipun demikian, posisi pelajaran sejarah yang
sering di nomerduakan karena sering tergeser oleh pelajaran UAN membuat guru-
guru kesulitan untuk memasukan lebih banyak sejarah lokal dan nilai-nilai yang
ada karena mereka sudah terbebani dengan banyaknya materi serta harus
melakukan evalusi secara berkala. Untuk menyiasati keterbatasan waktu dan
banyaknya materi guru sering memberikan penugasan untuk mengidentifikasi
sejarah lokal yang ada di lingkungan siswa. Hal-hal yang dilakukan guru tersebut
bisa dipandang sebagai usaha yang optimal meskipun hasil yang didapat belum
maksimal.
Pembelajaran sejarah lokal di setiap sekolah memiliki proporsi yang
berbeda, tetapi esensinya sama. Mengenalkan anak didik dengan sejarah yang ada
di sekitarnya. Menurut salah satu guru sejarah di SMA Muhammadiyah Pakem
yang kami wawancarai tentang proporsi pembelajaran sejarah lokal di SMA
Muhammadiyah Pakem, bisa dikatakan dalam tiga pertemuan, beliau
menggunakan satu pertemuan untuk menyisipkan sejarah lokal dalam
pelajarannya. Walaupun memang, pembelajaran sejarah lokal lebih mengasyikan
bila metode pembelajarannya tepat. Tidak seperti sejarah nasional yang hanya
dengan diskusi dan ceramah saja sudah cukup sebagai metode yang digunakan
guru. Berdasarkan narasumbertesebut jika, proporsi sejarah lokal dengan sejarah
nasional dapat dikatakan 70 : 30. Maksudnya, 70% adalah materi sejarah nasional,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
sedangkan 30% adalah materi sejarah lokal. Hal ini dilakukan agar siswa dapat
memahami dan mengerti akan kekayaan sejarah lokal yang ada di daerahnya tanpa
melupakan sejarah nasional sebagai pijakan akan materi pembahasan dalam
kurikulum.
C. Pokok-pokok Temuan
1. Materi Sejarah Lokal
Materi sejarah yang menjadi pilihan utama guru dalam pembelajaran
sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem adalah
mengacu pada Permen Diknas no 22 tahun 2006 yaitu:
a. Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan,
patriotisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
b. Memuat khasanah mengenai peradapan bangsa-bangsa, termasuk
peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan
pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan
peradaban bangsa Indonesia di masa depan.
c. Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas
untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi
bangsa.
d. Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi
krisis multi dimensional yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e. Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung
jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkunan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Ilmu sejarah pada dasarnya berbicara mengenai kehidupan manusia.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupan manusia memiliki berbagai
aspek, baik ekonomi, politik, sosial, budaya dan lain-lain. Oleh sebab itu dalam
menetapkan tema, guru sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Muhammadiyah PAkem merujuk pada aspek-aspek tersebut. Materi yang ada
dalam SK dan KD dapat dikatagorikan temanya berdasarkan aspek-aspek
kehidupan tersebut, misalnya aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan,
dan sebagainya.
Kemudian dalam penyusunan materi ajar dikembangkan dan
menggunakan cara texs transformation, yaitu dengan memanfaatkan informasi-
informasi yang telah ada baik dari buku teks, internet, jurnal dan lainya.
Kemudian di kumpulkan dan dipilih berdasarkan kebutuhan yang digunakan
sesuai dengan tujuan instruksional dan rencana kegiatan belajar mengajar.
Kemudian memberikan berupa perubahan pada materi untuk melengkapi materi
yang sudah ada.
Dalam pelajaran sejarah tersebut, implikasi dari pendekatan multikultural
adalah lahirnya sejarah lokal, yang harus mengembangkan materi yang berbasis
pada kedaerahan. Materi sejarah lokal dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa
lokal yang terjadi di suatu daerah. Eksplorasi materi sejarah lokal dapat bersumber
dari peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di daerah tersebut, penulisannya
berdasarkan tema-tema tertentu. Selain itu, materi sejarah lokal yang ditampilkan
dapat dilihat dari dinamika lokal yang terjadi dalam konteks sejarah nasional dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
dunia atau dinamika sejarah nasional dan dunia yang berdampak pada sejarah
lokal.
Selanjutnya pendekatan penyajian materi sejarah dilakukan secara
kontekstual. Artinya sajian materi sejarah dikaitkan dengan peristiwa atau
fenomena yang terjadi pada saat ini. Dengan pendekatan materi seperti ini
diharapkan siswa mampu membangun daya nalar dan tidak bersifat indoktrinasi.
Kemudian yang terakhir adalah materi pembelajaran sejarah harus memiliki misi
pembentukan karakter bangsa (nation building). Hal ini dilakukan dengan tujuan
materi sejarah mampu membangun jati diri bangsa. Nilai-nilai yang
dikembangkan dari peristiwa sejarah harus dapat tertanam dalam diri siswa.
2. Pembelajaran Sejarah Lokal
Studi mengenai sejarah lokal sangat penting digalakkan sejak dini guna
memperkaya kajian sejarah lokal yang mengarah pada adanya kesadaran sejarah
lokal. Penulisan sejarah lokal (Taufik Abdullah, 1978:15) sebagai bahan
pelengkap dari apa yang untuk mudahnya sebagai sejarah nasional. Untuk itu
pembelajaran sejarah lokal di sekolah-sekolah hendaknya dipandang sebagai
salah satu alternatif yang mungkin dapat dipilih dan diterapkan dengan membawa
peserta didik pada apa yang sering disebut living history, yaitu sejarah dari
lingkungan sekitar dirinya. Sejarah lokal menjadi alternatif dalam pembelajaran
sejarah karena kemungkinan pengembangan wawasan sejarah.
Dalam proses pembelajaran sejarah lokal di Sekolah Menengah Atas
(SMA) Muhammadiyah Pakem dapat dikategorikan menjadi 3 langkah pokok
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a. Perencanaan
1) Penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
didasarkan atas kurikulum tingkat satuan pendidikaan yang disusun oleh
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sejarah, dan dikembangkan
oleh guru masing-masing mata pelajaran sesuai dengan karakteristiknya.
2) Silabus dan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun oleh guru setiap
awal semester dengan format yang telah disediakan pihak sekolah.
3) Silabus dan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh
guru telah mengintegrasikan sejarah lokal di kecamatan Pakem ke dalam
pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah
Pakem.
4) Dalam penyusunan silabus dan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru
sejarah telah memasukan pendidikan karakter yang akan dicapai dalam
pembelajaran. Unsur pendidikan karakter menjadi sangat penting karena
dalam rangka membentuk karakter bangsa (nation character). Terkait
dengan pembelajaran sejarah lokal, tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dapat dilihat dari unsur pendidikan karakter.
b. Pelaksanaan
Pengajaran sejarah lokal mempunyai peran besar dalam upaya
menghadirkan peristiwa kesejarahan yang dekat pada siswa. Elastisitas sejarah
lokal mampu menghadirkan berbagai fenomena, baik berkaitan mulai dari latar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
belakang keluarga (family history), sejarah sosial dalam lingkup lokal, peranan
pahlawan lokal dalam perjuangan lokal maupun nasional, kebudayaan lokal, asal-
usul suatu etnis, dan berbagai peristiwa yang terjadi pada tingkat lokal. Siswa
akan diajak memahami realitas sejarah mulai dari yang terkecil, hingga dalam
bingkai nasional, dan global.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran tersebut guru mula-mula
menjelaskan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dalam silabus dan RPP
yang akan memberi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal.
Tujuan adalah sesuatau yang ingin dicapai siswa dalam pembelajaran sejarah
lokal. Hal ini akan sangat berguna sekali dalam penentuan kecapaian kompetensi
siswa.
Guru memegang kendali penting dalam mengatur dan membimbing siswa.
Di dalam kelas guru menjelaskan teori tentang sejarah lokal sebagai tema pokok
sesuai dengan SK dan KD yang telah direncanakan. Teori-teori tersebut
bersumber pada buku teks dan sumber belajar lainya yang terkait dengan tema
pembelajaran. Karena sejarah lokal adalah materi pengembangan sehingga
menjadikan perhatian dan kekhususan tersendiri.
Sejarah lokal merupakan penjelmaan livings history yang dikembangkan
oleh guru yang berarti mengenal sejarah di lingkungan sekitarnya. Dalam
menjelaskan materi tersebut guru melakukan bermacam-macam metode yang
dianggap sesuai dan tepat antara lain metode inquiri, kontekstual, diskusi
kelompok dan studi lapangan. Hal ini berarti lokasi pembelajaran tidak
sepenuhnya berada di dalam kelas dan menuntut pembelajaran di luar kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Puncak dari pembelajaran sejarah lokal adalah praktek studi lapangan
sebagai kerja lapangan setelah melakukan pengkajian teorotis di dalam kelas. Hal
ini dimaksudkan agar terjadi peyempurnaan pembelajaran yang berpedoman
kontekstual dan inquiri. Dengan demikian pembelajaran sejarah lokal akan lebih
bermakna.
c. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk mendapatkan
informasi tentang hasil pembelajaran. Dengan demikian fokus evaluasi
pembelajaran adalah pada hasil, baik hasil yang berupa proses maupun produk.
Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan hasil
pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika hasil nyata pembelajaran sesuai dengan
hasil yang ditetapkan, maka pembelajaran dapat dikatakan efektif. Sebaliknya,
jika hasil nyata pembelajaran tidak sesuai dengan hasil pembelajaran yang
ditetapkan, maka pembelajaran dikatakan kurang efektif. Pendidik menggunakan
berbagai alat evaluasi sesuai karakteristik kompetensi yang harus dicapai oleh
siswa (Slamet, 2005: 15; Zainul, 2004: 77), baik yang menyangkut ranah
kognitif, apektif, maupun psikomotor.
Guru melakukan evaluasi dengan cara penilaian berbasis kelas dan
penilaian portofolio yang tercantum dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP ). Penilaian berbasis kelas adalah proses pengumpulan dan
penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar
siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil
kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kurikulum. Sedangkan Penilaian portofolio merupakan satu metode penilaian
berkesinambungan, dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik
atas hasil pekerjaan seseorang. Seluruh hasil belajar peserta didik (hasil tes, hasil
tugas perorangan, hasil praktikum atau hasil pekerjaan rumah) dicatat dan
diorganisir secara sistematik.
D. Pembahasan
1. Materi Sejarah Lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Muhammadiyah Pakem
Dari hasil wawancara baik dengan guru sejarah maupun dengan siswa dan
siswi, peneliti dapat menggambarkan bahwa peserta didik tersebut dapat merasa
senang dengan adanya materi muatan lokalnya yang selama ini mereka belajar.
Materi sejarah yang berkaitan dengan sejarah lokal mampu membangkitkan
semangat dan motivasi mereka untuk lebih mendalami materi sejarah tersebut .
Sejarah lokal membicarakan masa lalu suatu masyarakat, antara lain
struktur serta proses dan tindakan manusia agar memahami terhadap fenomena-
fenomena tertentu dengan melihatnya dari konteks sosio-kultural. Berbeda halnya
dengan sejarah nasional yang sangat cenderung pada sifatnya politis, yang
menekankan pada suatu konsensus guna memenuhi tuntutan-tuntutan ideologis
kesatuan nasional.
Materi sejarah lokal mendapat responsif dari para siswa serta dapat
memahami terhadap sejarah lokal. Hal ini diindikasikan dengan keaktifan siswa
mengikuti pembelajaran sejarah lokal. Pendalaman materi-materi yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
oleh guru perlu dilakukan, sehingga siswa memiliki pemahaman dan pengenalan
yang sangat serius terhadap sejarah lokal yang selama ini mereka pelajari.
Informasi lain bahwa beberapa tahun yang lalu memang kita tidak
mengenal yang disebut dengan sejarah lokal, hanya sejarah nasional saja dalam
kurikulum. Kemudian muncul istilah lokal dan guru harus terampil
mengidentifikasi materi sejarah lokal, namun setelah mereka mendapat pelatihan-
pelatihan yang dilakukan, mereka langsung mengerti untuk memasukkan materi
sejarah lokal ke dalam sejarah nasional. Dengan diberikan otonomi sekolah
sehinga sudah mendapat kesempatan dalam merancang kurikulum yang berkenaan
dengan local historis, tentunya dikaitkan secara perlahan-lahan dan berdasarkan
kebutuhan sekolah yang kemudian materi-materi itu dikaitkan dengan sejarah
nasional.
Hasil penelitian bahwa, kemampuan guru sejarah dalam mengaitkan kedua
materi sejarah tersebut yaitu sejarah lokal dan nasional sudah baik, hal tersebut
berpengaruh pada siswa dalam mengaitkan antara sejarah lokal dengan sejarah
nasional, akhirnya mereka bisa menghargai jasa pejuang lokal bahkan nasional.
Guru harus terlebih dahulu menjelaskan secara rinci yang menyangkut
dengan sejarah nasional, kemudian baru dimasukkan sejarah lokal sehingga
pemahaman terhadap sejarah lokal semakin meningkat, berbagai informasi yang
menyangkut dengan kelokalannya akhirnya menjadi kebanggaan tersendiri bagi
siswanya. Sebenarnya ini menjadi hal penting bagi guru sejarah untuk menjadi
acuan dan pedoman dalam perluasan wawasan, sehingga mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
mengintegrasikan kedalam sejarah nasional. Sehingga mampu meningkatkan
semangat dan integrasi bangsa pada diri siswa.
Salah satu usaha untuk pengintegrasian pembelajaran sejarah lokal
kedalam sejarah nasional. Dalam hal ini Douch (Widja,1991:112) mengemukakan
tiga bentuk/metode, yaitu:
a. Dapat mengambil dari contoh-contoh lingkungan dari uraian sejarah nasional
maupun sejarah dunia yang sedang diajarkan. Tidak mempunyai alokasi
waktu secara khusus dan juga tidak ada kegiatan diluar kelas yang harus
dilakukan guru dan murid. Tekanan utamanya adalah dalam pengajaran ini
tetap mengacu pada sejarah makro (sejarah nasional serta sejarah dunia).
b. Dengan kegiatan penjelajahan berupa lingkungan, disini tentunya dapat
memberikan porsi yang lebih nyata dari kegiatan belajar siswa dengan
aktifitas kesejarahan yang dilakukan di luar kelas. Artinya disamping belajar
di dalam kelas juga siswa diajak kelingkungan sekitar guna mengamati
langsung yang berkenaan dengan sumber-sumber sejarah serta
mengumpulkan data sejarah.
c. Berupa studi khusus dan cukup mendalam terhadap berbagai faktor
kesejarahan di lingkungan siswa. Ini dapat diorganisir dan juga dilaksanakan
dengan cara-cara seperti sejarah profesional. Maka siswa diharapkan dapat
mengikuti prosedur seperti yang dilakukan para peneliti profesional, mulai
dari pemilihan topik, membuat perencanaan dalam kegiatan, cara
menganalisis sampai pada penyusunan laporan. Itu dengan sendirinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
memerlukan dalam pengolakasian waktu yang lebih khusus terhadap kegiatan
yang berbentuk persiapan dan kegiatan lapangan.
Selanjutnya yang menjadi pokok perhatian adalah materi sejarah lokal
yang diambil dari sejarah lingkungan sekitar. Semua yang berada di sekitar pasti
mempunyai sejarahnya sendiri-sendiri dan hanya penulis sejarah lokal sendirilah
yang akan memilihnya sebagai local historisnya. Begitupun yang berada di
kecamatan Pakem, bahwa guru menanamkan kepada siswa agar menjadi
sejarawan lokal yang mampu menulis sejarah daerahnya sendiri.
Banyaknya kajian sejarah lokal di kecamatan Pakem menjadikan
pendorong guru sejarah di SMA Muhammadiyah Pakem untuk memanfaatkan
pengajaran sejarah yang berbasis living historis dan berbasis keunggulan lokal.
Hal ini tertera dalam silabus dan RPP pada perencanaan guru sejarah di SMA
Muhammadiyah Pakem. Dengan demikian pembelajaran sejarah lokal dapat
mengantarkan pada pemahaman dan kesadaran akan sejarahnya sendiri.
Hal ini senada dengan hasil penelitian peneliti bahwa materi sejarah lokal
yang terjadi di SMA Muhammadiyah Pakem dapat dikategorikan menjadi:
1) Materi tentang sejarah tempat (desa, kecamatan, pasar tradisional dan lain-
lain).
2) Materi tentang fosil (fosil kayu, fosil candi dan lain-lain).
3) Materi tentang keunggulan lokal (sejarah salak pondoh, sejarah dampak kali
kuning, dan lain-lain).
Ketiga kelompok materi tersebut sangat sesuai dengan pembelajaran
sejarah lokal dan pengembangannya. Pembelajaran sejarah lokal yang mengacu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pada sejarah kelokalannya dapat memberi inspirasi positif bagi anak didik.
Demikian juga dalam hal pengembangannya, guru dituntut agar lebih kreatif dan
inovatif metode pengajarannya dan luas cakrawalanya. Hal ini senada dengan
ungkapan S K Kochar dalam bukunya Teaching Of Historis (2008:14) bahwa
guru adalah pengendali utama dalam pembelajaran.
Kalau dilihat secara seksama, materi-materi tersebut di atas sangat banyak
dan pasti membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini dapat disiasati dengan
perencanaan yang lebih sistematis misalnya tahap awal dimulai dengan
pengenalan sejarah lokal beserta prinsip dasar penelitian sejarah lokal, lalu
dilanjutkan dengan pematangan teori tentang sejarah lokal yaitu mampu dalam
hal membedakannya dengan sejarah pada umumnya. Tahap terakhir adalah
penerjunan ke lapangan dalam hal praktek kerja lapangan guna membuktikan dan
mengembangkan kajian teori yang telah dipelajari siswa.
2. Pembelajaran Sejarah Lokal Sekolah Menengah Atas (SMA)
Muhammadiyah Pakem
Dalam pembelajaran sejarah hendaknya siswa dapat melihat langsung
kehidupan yang nyata. Sejarah lokal dalam konteks pembelajaran di sekolah tidak
hanya sebatas sejarah yang dibatasi oleh lingkup ruang yang bersifat administratif
belaka, seperti sejarah provinsi, sejarah kabupaten, sejarah kecamatan, dan sejarah
desa. Bertolak dari sejarah lokal inilah siswa dapat menyadari akan kekayaan
tema kehidupan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga
siswa akan lebih bisa memahami dan memaknai peristiwa sejarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dalam pembelajaran tersebut faktor kurikulum menjadi kunci dalam
merencanakan, mengatur dan menggambarkan wujudnya tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Perencanaan melalui silabus dan RPP yang merupakan bagian
dari kurikulum merupakan langkah taktis yang sangat penting. Walaupun
demikian pelaksanaannya juga harus diselaraskan dengan pedoman-pedoman
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang berada di SMA Muhammadiyah
Pakem.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar tuntas).
Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan
berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama,
sosialemosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap
memasuki pendidikan dasar.
Kurikulum sejarah merupakan suatu konsep atau kontrak yang
merencanakan pendidikan sejarah bagi sekelompok penduduk usia muda tertentu
yang mengikuti jenjang pendidikan tertentu. Tujuan dari lembaga pendidikan pada
jenjang pendidikan tertentu menentukan konsep pendidikan sejarah yang harus
dikembangkan bagi peserta didik lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena itu
kurikulum pendidikan sejarah digambarkan dalam bentuk tujuan, materi/pokok
bahasan, cara belajar peserta didik, dan asessmen hasil belajar baik dalam bentuk
perencanaan tertulis maupun imlementasinya. Untuk kemudian dilakukan evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
kurikulum untuk mengetahui keberhasilan atau kagagalan kurikulum dalam
mencapai tujuan (Hasan dalam Nursam, dkk. (ed)., 2008:421).
Kebijakan kepala sekolah terkait dengan pengembangan nilai-nilai lokal
yang ada di kawasan sekitar menjadi acuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran sejarah lokal. Pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal yang ada di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem diadakan pada setiap
kelas, mulai dari kelas X sampai kelas XII di semua jurusan, baik jurusan IPA
maupun jurusan IPS. Pada kelas X pelajaran sejarah diajarkan selama satu jam
pelajaran dalam satu minggu, untuk kelas XI dan XII jurusan IPS pelajaran
sejarah mendapat alokasi tiga jam per minggu, jurusan IPA pelajaran sejarah
mendapat alokasi satu jam pelajaran. Pembagian jam pelajaran sejarah ini sesuai
dengan kerangka dasar dan struktur kurikulum dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Menurut Ibu Muryanti (wawancara 1-10-2011), waktu satu jam pelajaran
hanya cukup untuk menjelaskan konsep umum saja seperti menerangkan konsep
tentang prinsip-prinsip penelitian sejarah, agar siswa lebih paham maka perlu
observasi langsung dan melakukan praktek bagaimana tahap-tahap melakukan
penelitian sejarah. Dari penugasan tersebut banyak hasil karya siswa yang menulis
tentang sejarah lokal seperti penemuan fosil yang berada di dusun Balong
Pakembinangun Pakem Sleman Yogyakarta, sejarah sungai Kuning dan
sekitarnya , dan sejarah pembudidayaan salak pondoh di dusun Demen
Pakembinangun Pakem Sleman Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Terkait dengan perangkat pembelajaran yang digunakan, menurut Ibu
Muryantinah (wawancara, pada 25-10-2011) menjelaskan bahwa perangkat
pembelajaran seperti silabus dan RPP jarang dijadikan sebagai acuan utama dalam
proses pembelajaran yang dilakukan. Pengalaman mengajar lama lebih dari 15
tahun dianggap sudah cukup untuk dijadikan pegangan dalam mengajar dalam
kelas. Ada kesan bahwa perangkat pembelajaran hanya merupakan syarat
administrasi, untuk aplikasi di kelas pengalaman yang lebih utama, namun
meskipun demikian perangkat pembelajaran berguna untuk mengontrol pemberian
materi dan evaluasi pada siswa.
Karena pembelajaran sejarah lokal telah masuk dalam Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) maupun materinya, sehingga perlu juga adanya
tes atau ujian untuk menguji kemampuan siswa baik koqnitif, afektif maupun
psikomotor. Hal ini dilakukan sangat penting untuk dapat mengevaluasi kegiatan
pembelajaran maupun hasil yag ingin diharapkan adanya pembelajaran sejarah
lokal tersebut.
Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses
penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran,
sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan. Implementasi KTSP juga dapat diartikan sebagai
aktualisasi kurikulum operasional dalam bentuk pembelajaran. Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya tidak semua guru mampu untuk menerima perubahan itu. Ini
dapat diketahui dari pelaksanaan pembelajaran yang cenderung kaku dan kurang
memperhatikan kondisi peserta didik. Ternyata, kondisi ini juga terjadi di SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Muhammadiyah Pakem, dimana tidak semua guru mampu memahami hakikat
pembelajaran berdasarkan KTSP. Sehingga dalam pembelajaran, guru cenderung
memberikan pelajaran berdasarkan pada buku yang telah ada dan tidak
memperhatikan kesempurnaan pembelajaran.
SMA Muhammadiyah Pakem merupakan salah satu amal usaha
Muhammadiyah di bidang pendidikan. Letaknya sangat strategis dan mudah
dijangkau oleh kendaraan umum. Proses pembelajaran yang berlangsung, guru
berpedoman pada silabus yang telah dibuat oleh guru, dan guru bidang studi
menjabarkannya dalam Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Akan tetapi,
dalam pelaksanaannya, guru jarang membuat RPP secara lengkap karena belum
paham tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP. Guru sulit menjabarkan
KTSP dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang disampaikan guru juga
belum menggunakan strategi yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Mereka
cenderung menggunakan pembelajaran dengan menggunakan ceramah yang
membosankan. Akibatnya, anak kurang minat untuk belajar dan anak sering
melakukan aktivitas sendiri saat guru menerangkan. Evaluasi yang digunakan pun
belum variatif, hanya sekedar evaluasi dalam bentuk tes tertulis melalui ulangan.
Kondisi ini berlangsung cukup lama sehingga menjadi suatu kebiasaan dan sulit
untuk diubah.
Selama penelitian ditemukan fakta bahwa pengerjaan silabus dan RPP
selaras dengan berjalannya waktu dan kegiatan pembelajaran. Dalam pengerjaan
silabus dan RPP tersebut, guru telah berusaha semampu mungkin untuk
menghasilkan yang terbaik. Sejarah lokal dianggap hal yang penting bagi guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
tersebut untuk lebih menekankan pembelajaran sejarah lokal di sekitar lingkungan
SMA Muhammadiyah Pakem. Hal ini ditandai dengan praktek Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) yang dimasukkan dalam Standar Kompetensi
(SK) maupun Kompetensi Dasar (KD) pada materi pelajaran sejarah.
Penerapan kurikulum baru pada masa awal sering mengalami
permasalahan yang dapat menyebabkan munculnya berbagai kendala. Demikian
juga pelaksanaan KTSP di SMA Muhammadiyah Pakem ternyata mengalami
kendala. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Muriyantina (25-10-
2011), kendala yang dialami guru sejarah dalam menerapkan mata pelajaran
sejarah lokal dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Materi mata pelajaran sejarah lokal merupakan materi baru khususnya
tentang sejarah lokal daerah pakem yang sumbernya sangat terbatas.
2. Keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana terutama media pembelajaran
dan sumber belajar.
3. Belum siapnya seluruh komponen sekolah sebagai pendukung pelaksanaan
kurikulum, seperti sarana sumber belajar yang mutlak ada, karena adanya
materi baru. Media yang terbatas terutama media elektronik (laptop, LCD)
yang penggunaannya harus digilir untuk satu guru 2 kali dalam satu
semester.
4. Dalam penyusunan silabus dan RPP dibuat secara bersama melalui
pertemuan MGMP sejarah, karena membuat silabus dan RPP sendiri
memerlukan waktu yang lama apalagi kalau mengajar kelas yang
programnya berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
5. Materi mata pelajaran sejarah lokal ada yang merupakan materi baru
khususnya tentang sejarah lokal Pakem Sleman Yogyakarta yang
sumbernya sangat terbatas.
6. Terbatasnya media pembelajaran seperti laptop dan LCD yang jumlahnya
terbatas.
7. Tugas dan beban kerja yang semakin banyak. Guru harus membuat
perangkat pembelajaran dan media pembelajaran yang berbeda-beda untuk
tiap kelas yang berbeda. Pekerjaan peserta didik yang harus dikoreksi dan
dinilai oleh guru juga lebih banyak dan lebih rumit penilaiannya. Banyaknya
tugas tersebut menjadi beban tersendiri bagi guru seperti diungkapkan oleh
Muriyantina ”Tugas guru sekarang banyak sekali. Perangkat pembelajaran
harus dibuat sendiri-sendiri untuk tiap kelas, jadi kalau mengajar sejarah di
kelas beberapa kelas harus membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan
jumlah kelas yang diajar. Tugas mengoreksi pekerjaan peserta didik juga
semakin banyak dan berat.
8. Perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar menyediakan buku sejarah
lokal yang jumlahnya sangat terbatas dan bahkan tidak ada sama sekali.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh SMA Muhammadiyah Pakem
mengatasi kendala dalam pelaksanaan KTSP mata pelajaran sejarah dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
1. Menurut Kepala Sekolah dari hasil wawancara 5 Oktober 2011:
a) Sekolah berusaha melengkapi sarana dan prasarana terutama sumber
pembelajaran dan media pembelajaran dengan alokasi dana dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pemerintah melalui dana Bantuan Imbal Swadaya (BIS), bantuan dan
bantuan dari pemerintah daerah berupa buku-buku sumber pembelajaran
sesuai dengan KTSP.
b) Memberikan motivasi guru pada saat pembinaan untuk menggunakan
sarana internet yang telah diupayakan sekolah guna menambah wawasan,
dan guru dianjurkan menggunakan media elektronik sebagai media
pembelajaran agar hasil pembelajaran lebih optimal dengan cara
memberikan fasilitas komputer untuk ruang kepala sekolah 1 unit, ruang
wakasek 1 unit, ruang guru 2 unit, ruang tata usaha 2 unit komputer.
c) Mengaktifkan MGMP sekolah untuk membuat perangkat pembelajaran
secara bersama yang dimulai dengan pembuatan RPP mata pelajaran
sejarah.
2. Upaya yang dilakukan guru ( wawancara Muriyantinah : 25-10-2011)
a) Mencari sumber belajar dari materi baru tentang sejarah lokal pada buku
sejarah yang mendapat sertifikat ISBN.
b) Membuat perangkat pembelajaran secara bersama-sama dengan guru yang
lain.
c) Membahas dan mendiskusikan materi baru yaitu materi sejarah lokal
bersama dengan guru-guru sejarah. Guru yang memiliki pengetahuan atau
wawasan lebih luas tentang materi sejarah lokal mengajarkan kepada siswa
yang masih belum paham atau belum menguasai materi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
d) Membuat media pembelajaran dengan media elektronik meskipun dua kali
dalam satu semester ataupun dengan membuat bagan sederhana materi
pembelajaran sejarah lokal.
e) Memberikan motivasi pada peserta didik dengan keterbatasan sumber
belajar dan media pembelajaran untuk mencari sumber belajar di
perpustakaan dan internet. Peserta didik secara berkelompok mencari data
atau artikel di internet yang berhubungan dengan materi sejarah lokal dan
dikumpulkan pada guru sejarah.
f) Membentuk kelompok belajar.
g) Membuat media pembelajaran yang kreatif dengan memanfaatkan
berbagai media yang sudah ada seperti koran dan internet.
h) Memberikan motivasi pada peserta didik untuk aktif mencari sumber
belajar selain dari informasi guru.
Secara umum hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa
peserta didik cukup aktif dalam proses pembelajaran sejarah lokal. Metode diskusi
dan penugasan yang digunakan oleh guru memberikan kesempatan lebih banyak
kepada peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sejarah
lokal. Metode diskusi yang dilaksanakan dapat memberdayakan peserta didik
terlihat dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik antusias untuk bertanya,
berargumentasi dan menanggapi permasalahan yang ada dalam diskusi.
Namun demikian, seringkali pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal
dengan diskusi tersebut hanya melibatkan sebagian peserta didik. Guru tidak
memberikan tindakan yang dapat mengaktifkan semua peserta didik. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
demikian hanya sebagian peserta didik yang aktif, sedangkan sebagian peserta
didik yang lain kurang aktif, atau hanya aktif jika kelompok mereka bertugas
mempresentasikan hasil diskusinya.
Pada waktu berlangsungnya diskusi, guru hanya berperan sebagai
pengawas yang akan menjelaskan satu hal atau materi jika peserta didik bertanya.
Idealnya, pada waktu pelaksanaan diskusi guru dapat mengaktifkan semua peserta
didik, baik yang pintar maupun yang kurang pintar, maka guru dapat bertindak
pula sebagai motivator dan kadang-kadang juga dapat bertindak sebagai advisor
sehingga diskusi dapat berlangsung lebih hidup, tidak kaku, dan melibatkan
semua ketrampilan peserta didik.
Metode yang sering digunakan oleh guru untuk materi sejarah lokal adalah
ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Pada satu sisi metode yang digunakan oleh
guru sejarah sudah cukup bervariasi. Pada bagian awal guru menjelaskan materi
dengan metode ceramah, selanjutnya peserta didik mendiskusikan materi secara
berkelompok. Guru juga memakai metode tanya jawab ataupun metode penugasan
kepada peserta didik. Peserta didik diminta menulis laporan tentang deskripsi dan
nilai yang terkandung pada setiap pokok bahasan yang membahas tentang sejarah
lokal yang ada di daerah Pakem Sleman Yogyakarta.
Idealnya pembelajaran sejarah selalu berangkat dari masalah dan
fenomena lokal. Agar anak didik mempunyai perasaan memiliki dan
membutuhkan terhadap pelajaran yang disampaikan. Materi tentang sejarah
Pakem misalnya akan mempunyai daya tarik tersendiri bagi anak didik di Pakem
itu sendiri . Tentunya sangat berbeda bila dibandingkan dengan mempelajari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
sejarah di daerah lainnya. Bukan berarti sejarah di tempat lain itu tidak perlu
dipelajari. Akan tetapi sejarah lokal menjadi suatu dasar bagi siswa untuk
mempelajari sejarah tentang daerah lainnya. Jadi memasukan sejarah lokal
sebagai suatu kurikulum di sekolah memegang peranan yang sangat urgen untuk
membangkitkan kecintaan pelajar kepada daerahnya.
Namun demikian, pemakaian metode pembelajaran tersebut tergolong
masih sangat monoton. Hasil wawancara dan observasi mengungkapkan bahwa
pemakaian metode pembelajaran tersebut disebabkan karena metode pembelajaran
tersebut cukup mudah diterapkan dan tidak memakan waktu. Selain itu, menurut
mereka, peserta didik tidak begitu terpengaruh dengan pemakaian metode
pembelajaran. Nilai ulangan atau prestasi belajar peserta didik sudah bagus
meskipun guru hanya memakai metode ceramah dan diskusi atau tanya jawab.
Guru masih belum memanfaatkan berbagai metode pembelajaran lain yang
variatif dan bersifat mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Senada dengan Haryati M (2007 : 10-11) menyatakan bahwa seorang guru perlu
terlebih dahulu mengidentifikasi materi yang diajarkan sehingga guru akan
mendapat kemudahan dalam tata cara mengajarkan materi ajar kepada peserta
didik. Setiap jenis materi ajar memerlukan strategi pembelajaran yang berbeda-
beda. Pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang tepat akan mempermudah
guru dalam menyampaikan materi.
Peserta didik di SMA Muhammadiyah Pakem merupakan peserta didik
dengan tingkat intelegensia yang relatif baik, sehingga metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil belajar atau nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
sejarah peserta didik. Namun demikian, hal tersebut seyogyanya tidak dijadikan
satu pembenar bagi guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang bersifat
monoton. Guru perlu memperhatikan berbagai aspek lain selain aspek kognitif,
misalnya kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah, kemampuan
bekerjasama dengan teman, dan berbagai aspek afektif lain.
Proses pembelajaran dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran
yang bervariasi selain dapat meningkatkan hasil belajar dalam aspek kognitif, juga
diharapkan dapat meningkatkan aspek afektif peserta didik. Penerapan metode
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
bekerjasama dan menghargai orang lain. Penerapan metode pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
masalah. Demikian halnya dengan berbagai metode pembelajaran yang lain.
Masing-masing memiliki keunggulan-keunggulannya sesuai dengan materi yang
hendak diajarkan kepada peserta didik. Oleh karena itu, dianjurkan bagi guru
sejarah untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi. Selain
itu, proses pembelajaran yang monoton dapat mengurangi motivasi belajar peserta
didik sehingga apabila berlanjut secara terus menerus dapat mengurangi antusias
mereka dalam mempelajari sejarah.
Menurut Ibu Muryantinah dalam mempermudah proses pembelajaran
dilakukan pembagian kelompok guna melakukan kegiatan lapangan untuk
mempraktekkan penelitian sejarah lokal di daerah sekitar. Akhirnya guru tersebut
membagi 3 kelompok yang terdiri dari grup fosil ( yang nantinya akan meneliti
tentang fosil), grup kali kuning ( yang akan meneliti tentang sejarah kali kuning
dan dampaknya), dan grup salak (yang akan meneliti sejarah salak yang menjadi
icon kabupaten sleman). Lalu guru memberikan waktu pada para siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
membentuk panitia kecil dan persipan ke lapangan sampai waktu pelajaran selesai
(wawancara 4-11-2011).
Makna mengajar sekarang ini bukan lagi mentransfer ilmu pengetahuan
kepada peserta didik, tetapi mengajar berarti membantu peserta didik memperoleh
infomasi dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Hal ini seperti diungkapkan
oleh Joyce dan Weil dalam Sugiyanto (2007 : 3) yang menyatakan bahwa belajar
adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai,
cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar
bagimana belajar.
Pengertian mengajar tersebut memberikan implikasi bahwa peserta didik
adalah subjek dan pusat dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu guru sejarah
lebih berperan sebagai fasilitator, mediator, dan motivator. Berkaitan dengan hal
tersebut, guru sejarah dituntut untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang
lebih berpusat pada peserta didik, lebih mengaktifkan peserta didik, dan
mendorong peserta didik untuk bagaimana dapat belajar dengan baik. Dengan
demikian, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru harus disesuaikan
dengan paradigma mengajar tersebut.
Pembelajaran dengan metode ceramah, di mana guru lebih dominan dan
menjadi pusat pembelajaran harus dikurangi, digantikan dengan metode
pembelajaran yang lebih mengaktifkan peserta didik. Sebenarnya, terdapat banyak
metode pembelajaran yang bersifat mengaktifkan peserta didik sehingga
pemakaiannya secara bergantian dapat mengurangi kejenuhan peserta didik dan
lebih meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar. Selain itu, pemakaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
metode diskusi dan tanya jawab secara terus menerus dikhawatirkan kurang sesuai
dengan materi tertentu, sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyanto (2007 : 4) bahwa tidak semua strategi
dan metode pembelajaran cocok untuk semua materi atau topic yang dipelajari,
sehingga guru perlu mempertimbangkan berbagai aspek terlebih dahulu sebelum
memutuskan untuk menerapkan metode tertentu.
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode
pembelajaran adalah: (a) tujuan pembelajaran, (b) bahan ajar atau materi ajar, (c)
kondisi peserta didik, dan (4) ketersediaan sarana dan prasarana belajar
(Sugiyanto, 2007 : 4). Metode diskusi dan tanya jawab dapat digunakan untuk
hampir semua materi sejarah jika dilihat dari tujuan pembelajaran, tetapi guru juga
harus mempertimbangkan sifat bahan atau materi ajar dan kondisi peserta didik.
Materi ajar tertentu yang bersifat konsep, pengertian-pengertian misalnya akan
lebih sesuai apabila dipelajari dengan mempergunakan metode peta konsep,
materi yang berupa fakta khusus, misalnya materi sejarah lokaldan kebudayaan
lokal Pakem misalnya akan lebih sesuai dan lebih menarik apabila diajarkan
dengan mempergunakan metode pembelajaran kontekstual atau discovery inquiry.
Kondisi peserta didik juga harus diperhatikan oleh guru dalam memilih
metode pembelajaran. Peserta didik SMA Muhammadiyah Pakem merupakan
peserta didik yang berkualitas. Metode apapun yang digunakan tidak akan
berpengaruh terhadap nilai prestasi belajar mereka. Hal ini dibuktikan dengan
nilai yang selalu baik (Wawancara Muryantinah, 25-10-2011). Namun demikian,
hendaknya guru memperhatikan aspek lain selain aspek kognitif. Guru berperan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
penting dalam merubah sikap negatif peserta didik menjadi sikap positif, dan
mengembangkan sikap-sikap positif yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
Idealnya, guru dapat melakukannya dengan menerapakan berbagai metode dan
strategi pembelajaran yang sesuai.
Penguasaan materi pembelajaran merupakan salah satu kompetensi
profesional yang harus dimiliki oleh setiap guru. Moh Uzer Usman (2005 : 50)
menyatakan bahwa penguasaan materi bagi guru merupakan hal yang sangat
menentukan, khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan guru
mata pelajaran. Materi yang dikuasai oleh guru hanya terbatas pada materi faktual
dan tidak atau kurang didukung oleh wawasan guru mengenai peristiwa atau
fakta-fakta yang menjadi latar belakang terciptanya karya sastra tersebut. Oleh
karena itu penjelasan mengenai materi karya sastra masih kurang dan cenderung
seadanya, kurang mendalam, dan terbatas pada fakta yang kurang menarik bagi
peserta didik. Pengetahuan dan wawasan guru yang luas bukan hanya dapat
menarik perhatian peserta didik, tetapi juga dapat mendorong mereka untuk
berfikir lebih kritis dalam menyikapi karya-karya sastra yang ada pada jamannya.
Oleh karena itu guru dituntut untuk secara terus menerus mengembangkan dan
memperluas pengetahuannya tentang materi yang diajarkan untuk mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran.
Lebih lanjut Muryantinah (wawancara 7-11-2011) menyatakan bahwa
tidak tepat jika dalam proses pembelajaran, materi yang diajarkan hanya
tergantung kepada buku teks dan dianggap sebagai satu-satunya sumber bahan
ajar. Guru harus secara kreatif menentukan sumber atau referensi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
menyusun bahan ajar, dengan cara mencari informasi dari setiap standar
kompetensi dan kompetensi yang telah ditentukan misalnya dari laporan hasil
penelitian, jurnal, majalah ilmiah, media massa, internet dan berbagai sumber
lainnya. Lebih lanjut Muryantina menyatakan menyatakan bahwa penilaian hasil
belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses,
kemajuan, dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi
yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat
menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran. Penilaian
tersebut dalam KTSP mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek
psikomotorik, dan aspek afektif.
Selama ini Dinas Pendidikan dan sekolah lebih mengutamakan mata
pelajaran yang diuji secara nasional dan kurang memperhatikan mata pelajaran
lain, termasuk mata pelajaran sejarah. Kelengkapan sarana dan prasarana untuk
mata pelajaran sejarah juga kurang mendapatkan perhatian, sehingga media dan
sumber belajar untuk mata pelajaran sejarah masih menggunakan media dan
sumber belajar yang lama, tidak sesuai lagi dengan KTSP. Keterbatasan sarana
dan prasarana pembelajaran tersebut memang menghambat pelaksanaan
pembelajaran, karena keberadaan sarana dan prasarana merupakan faktor penting
yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran.
Selain beban tugas yang bertambah banyak, perubahan kurikulum juga
menimbulkan masalah bagi guru, Dimyati dan Mudjiono (2002 : 254) menyatakan
bahwa guru perlu mengadakan perubahan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus
menghindarkan diri dari kebiasaan pembelajaran yang lama dan mengubahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
dengan yang baru sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Bagi peserta didik,
pemberlakuan KTSP juga memberikan beban bagi peserta didik baik dari jumlah
tugas, waktu pengerjaan, dan juga dari segi biaya. Pada satu sisi, pemberlakuan
KTSP memberikan implikasi pada proses pembelajaran yang lebih menarik dan
menyenangkan bagi peserta didik, karena peserta didik diberikan andil yang
cukup besar dalam pelaksanaannya dan juga suasana kelas menjadi tidak
membosankan. Namun demikian, pada sisi yang lain, guru memberikan banyak
tugas kepada peserta didik. Tugas membuat laporan, mencari bahan dari internet,
mencari bahan diskusi, PR, pembuatan portofolio, dan lain sebagainya.
Pengerjaan tugas tersebut membutuhkan waktu dan biaya. Selain mengurangi
waktu untuk bermain, pengerjaan tugas juga membutuhkan biaya, misalnya biaya
foto copy bahan maupun biaya internet, karena jumlah komputer di sekolah
terbatas.
Guru di SMA Muhammadiyah Pakem bebas menentukan batasan
penulisannya. Apakah dengan wilayah kajian Sejarah lokal bersifat elastis. Bisa
bicara tentang suatu desa, kecamatan, kabupaten, tempat tinggal suatu etnis, dan
suku bangsa yang ada dalam suatu daerah atau beberapa daerah. Selama ini
sejarah yang diajarkan di sekolah kurang bermakna bagi siswa. Ironis sekali siswa
diajak untuk mempelajari asal-usul daerah lain. Namun, tidak memahami asal usul
daerahnya sendiri. Guru sebagai ujung tombak dalam pembelajaran sejarah juga
tidak memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan materi dan
metode pembelajaran. Karena, guru kurang memiliki pemahaman teori dan
metodologi sejarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Disinilah persoalan pembelajaran sejarah menjadi semakin rumit. Siswa
sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran juga merasa bosan
karena belajar sejarah hanya menghafalkan nama-nama tokoh, angka-angka tahun,
dan benda-benda peninggalan yang kusam. Oleh karena itu perlu sekali mengubah
paradigma dalam pembelajaran sejarah yang cukup memberikan stimulus siswa
untuk mempelajari sejarah,diantaranya siswa diajak untuk mampu memparalelkan
sejarah dunia dengan sejarah nasional dan sejarah lokal dengan metode yang
inovatif.
Pembelajaran sejarah lokal di daerah tertentu pada gilirannya akan mampu
mengantarkan siswa untuk mencintai daerahnya. Kecintaan siswa pada daerahnya
akan mewujudkan ketahanan daerah. Ketahanan daerah adalah kemampuan suatu
daerah yang ditunjukkan oleh kemampuan warganya untuk menata diri sesuai
dengan konsep yang diyakini kebenarannya dengan jiwa yang tangguh, semangat
yang tinggi, serta dengan cara memanfaatkan alam secara bijaksana.
Pada saat ini semangat yang terkandung dalam diberlakukannya Otonomi
Daerah sudah semestinya mengacu kepada kemandirian. Masyarakat secara sadar
membangun dirinya menjadi manusia yang amanah dan mampu memanfaatkan
sumber daya. Baik manusia dan alam untuk kemaslahatan masyarakat. Dalam
konteks tersebut di atas pembelajaran sejarah khususnya sejarah lokal menjadi
relevan.
Anak bangsa di negeri ini sudah sewajarnya diperkenalkan dengan
lingkungan yang paling dekat yaitu desanya, kemudian kecamatan, dan
kabupaten, baru tingkat nasional, dan internasional. Apabila mereka mencintai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
sejarah di daerahnya maka secara otomatis anak didik akan mengetahui tentang
kearifan lokal tentang kebudayaan di daerahnya. Sejarah lokal mempunyai arti
sangat penting bagi anak didik kita. Dengan mempelajari sejarah lokal anak didik
kita akan memahami perjuangan nenek moyangnya dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan.
Pemahaman siswa adalah proses, perbuatan, cara memahami sesuatu. Dan
belajar adalah upaya memperoleh pemahaman, hakekat belajar itu sendiri adalah
usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian .Berkaitan dengan hal ini J.
Murshell mengatakan: “Isi pelajaran yang bermakna bagi anak dapat dicapai bila
pengajaran mengutamakan pemahaman, wawasan (insight) bukan hafalan dan
latihan. Definisi di atas, tidak bersifat operasional, sebab tidak memperlihatkan
perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami. Maka arti
pemahaman yang bersifat operasional adalah:
1. Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan Pemahaman disini
mengandung arti dari definisi yang pertama, yakni pemahaman diartikan
mempunyai ide tentang persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta
mengenai persoalan itu dikumpulkan.
2. Pemahaman diartikan sebagai suatu alat menggunakan fakta Pemahaman ini
lebih dekat pada definisi yang kedua, yakni pemahaman tumbuh dari
pengalaman, disamping berbuat, seseorang juga menyimpan hal-hal yang
baik dari perbuatannya itu. Melalui pengalaman terjadilah pengembangan
lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat secara intelegen melalui
peramalan kejadian. Dalam pengertian disini kita dapat mengatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
seseorang memahami suatu obyek, proses, ide, fakta jika ia dapat melihat
bagaimana menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan.
3. Pemahaman diartikan sebagai melihat penggunaan sesuatu secara produktif
Dalam hal ini pemahaman diartikan bilamana seseorang tersebut dapat
mengimplikasikan dengan suatu prinsip yang nanti akan diingat dan dapat
digunakannya pada situasi yang lain. Pencapaian pemahaman siswa dapat
dilihat pada waktu proses belajar mengajar.
Sebagaimana kegiatan-kegiatan yang lainnya, kegiatan belajar mengajar
berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) siswa dalam
mencapai tujuan yang diterapkan maka evaluasi hasil belajar memiliki saran
berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi
tiga macam yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah
kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan
ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan
keterampilan intelektual, menurut taksonomi (penggolongan) ranah kognitif ada
enam tingkat, yaitu:
1. Pengetahuan, merupakan tingkat terendah dari ranah kognitif berupa
pengenalan dan pengingat kembali terhadap pengetahuan tentang fakta,
istilah dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari.
2. Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya berupa kemampuan memantau
mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu
menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. c. Penggunaan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau
abstraksi yang sesuai dengan situasi yang kongkret dan situasi baru.
3. Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke dalam
struktur yang baru.
4. Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke
dalam struktur yang baru.
5. Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu
maksud atau tujuan tertentu. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang
terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan interaksi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan perseprual,
keharmonisan (ketepatan), gerakan keterampilan kompleks, gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Pemahaman adalah hasil belajar, misalnya anak didik dapat menjelaskan
dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya,
memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru atau menggunakan
petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga
kategori:
1. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan mulai dari terjemahan
dalam arti yang sebenarnya, misalnya: dari bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian.
3. Tingkat ketiga (tingkat tertinggi) adalah pemahaman ekstrapolasi tertulis
dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam
arti waktu, dimensi, kasus atau masalahnya.
Pengertian tentang sejarah lokal yang ternyata dapat membuka cakrawala
pengetahuan siswa di SMA Muhammadiyah Pakem. Selama ini siswa memahami
sejarah lokal masih bersifat umum. Pengetahuan ini didasarkan pada pemanfaatan
sejarah lokal sebagai materi pembelajaran sejarah masih terfokus pada peristiwa
peninggalan sejarah yang ada di luar Pakem, sedangkan sejarah lokal yang ada di
Pakem belum sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik.
Berdasarkan penelitian diperoleh pemahaman siswa tentang sejarah lokal
sudah dikenal dengan baik. Pemahaman ini berkaitan dengan pemahaman bahwa
prosentase siswa yang ada di SMA Muhammadiyah Pakem secara keseluruhan
berasal dari wilayah Pakem . Sedangkan Melalui tes yang diperoleh dari Guru
dan informasi dari siswa bahwa secara keseluruhan masih ada siswa yang belum
mengetahui secara mendetail tentang sejarah lokal yang ada di Pakem. Perbedaan
tingkat pemahaman akan nilai-nilai sejarah lokal di wilayah Pakem ternyata
memerlukan perhatian untuk dikenalkan lebih lanjut, khususnya terkait dengan
deskripsi sejarah lokal menyangkut pengetahuan dan pemahaman nilai yang
terkandung pada setiap peristiwa sejarah lokal yang ada di wilayah Pakem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran sejarah lokal di SMA
Muhammadiyah Pakem, sejarah lokal ditanggapi dengan berbagai sikap sedikit
respek ke pelajaran yang mengutamakan penghapalan. Satu contoh waktu kami
berbincang tentang materi pembelajaran sejarah lokal di kelas, berbeda dengan
siswa yang lain yang sibuk dengan dirinya sendiri dan tak fokus. Beberapa kali
guru juga mengingatkan siswa-siswinya untuk diam dan fokus. Saat pelajaran
sejarah lokal, hanya sedikit siswa yang masih mau mendengarkan cerita dari sang
guru, salah satunya siswa yang diwawancarai. “Sebenarnya banyak siswa yang
suka dengan sejarah, cuman gurunya saja yang kadang kurang bisa
menyampaikannya dengan menarik,” katanya.
Dalam pembelajaran sejarah lokal di kelasnya, awalnya mereka antusias,
apalagi objek cerita ada di sekitar mereka. Tapi berhubung guru tak memiliki
metode yang praktis dan menarik, siswa bukan hanya acuh, tapi juga ingin cepat-
cepat pelajaran itu selesai. Contoh saat menceritakan tentang sejarah Sungai
Kuning. Namun, tak sedikit juga yang memiliki tingkat keingintahuan yang
bagus, dengan bekal cerita dari gurunya, dan beberapa temannya menvari sumber-
sumber tulisan yang berkaitan dengan itu. Meskipun tidak ada tugas dari guru
untuk mencari referensi lain tentang sejarah lokal tersebut.
Minimnya informasi tentang sejarah lokal mendorong masyarakat umum
khususnya guru dan siswa juga kurang mengetahui bagaimana menggali informasi
nilai sejarah yang terkandung pada masing-masing peristiwa sejarah lokal yang
ada di wilayah Pakem tersebut. Tetapi secara umum, siswa sudah mengetahui
beberapa peristiwa sejarah yang ada di wilayah Pakem. Namun, peristiwa dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
nilai historis yang terkandung dari masing-masing deskripsi tersebut tidak semua
siswa mengetahui dan paham.
Siswa SMA Muhammadiyah Pakem sebagai bagian dari masyarakat
merupakan penerus tongkat estafet perjuangan di masa yang akan datang.
Pemanfaatan sejarah lokal sebagai materi pembelajaran sejarah menjadi salah satu
langkah awal untuk melestarikan pengetahuan akan nilai-nilai kearifan lokal
Pakem pada generasi berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa :
1. Materi sejarah lokal di SMA Muhammadiyah Pakem mengacu kepada
kajian materi sejarah lokal dalam kerangka pendidikan living history. Materi
pembelajaran tersebut dapat menjadi petunjuk bagi peserta didik tentang
kehidupan masyarakat masa lampau di sekitarnya yang begitu kompleks,
sehingga sangat tepat sebagai bahan kajian kritis selama proses
pembelajaran berlangsung. Pembelajaran sejarah lokal di memberi peluang
kepada guru sejarah untuk mengembangkan pembelajaran sejarah yang
bersumber pada lingkungan lokal. Pengintegrasian sejarah lokal pada materi
sejarah umum juga menjadi alternatif guru dalam mengembangkan materi
sejarah lokal yang lebih nyata sehingga pembelajaran sejarah yang
berorientasi pada masalah lokal tersebut mampu merangsang proses berpikir
peserta didik. Materi sejarah yang diteliti penuh dengan nilai yang berkaitan
dengan identitas diri, keagamaan, integrasi sosial, solidaritas sosial, dan etos
kerja. Dalam proses pembelajaran sejarah, nilai-nilai tersebut sangat penting
untuk dipahami dan dikritisi dalam rangka memperoleh keteladanan untuk
membangkitkan keteladanan dan semangat hidup generasi terdahulu,
sehingga dapat memberi kesan kebanggaan kepada peserta didik sebagai
generasi penerus. Pembelajaran sejarah yang berorientasi pada nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
merupakan cara yang sangat strategis untuk membangun karakter peserta
didik, sehingga mereka dapat menempatkan diri sebagai warga masyarakat
yang berbudi luhur, berkepribadian kuat, dan mampu menjalin hubungan
yang harmonis dengan lingkungan sekitarnya.
2. Pembelajaran sejarah lokal di SMA Muhammadiyah Pakem berpedoman
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Muhammadiyah Pakem.
Pelaksanaanya dikembangkan oleh guru sejarah melalui langkah-langkah
yang telah direncanakan dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Pembelajaran sejarah lokal berlangsung di dalam kelas
dan di luar kelas. Di dalam kelas, pembelajaran tersebut diawali dengan
penjelasan dan pengkajian teori tentang sejarah lokal dan prinsip dasar
penelitian sejarah lokal. Selanjutnya di luar kelas, teori yang telah dikaji
melalui metode ceramah dan diskusi tersebut kemudian dipraktekkan dalam
studi lapangan. Pembelajaran ini sangat menarik siswa karena dapat
mendapatkan pemahaman, kebermaknaan dan kesadaran sejarah di
lingkungan sekitarnya. Pembelajaran berbasis masalah dan berbasis nilai
menjadi pilihan utama dalam membentuk siswa yang cerdas, berkarakter
dan berjiwa besar. Namun demikian faktor kreativitas guru dan
ketersediaanya dana dan sarana merupakan faktor penentu dalam
keberhasilan pembelajaran sejarah lokal tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
B. IMPLIKASI
Dari penelitian ini terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran sejarah di
dalam kelas belum mantap, karena metode pembelajaran yang digunakan masih
monoton, yaitu ceramah dan diskusi kelompok. Hal ini menunjukkan guru kurang
memiliki ketrampilan dalam mempergunakan metode pembelajaran. Guru juga
kurang mampu mengaktifkan peserta didik, karena meskipun metode yang
digunakan adalah metode diskusi, tetapi pada kenyataannya hanya sebagian
peserta didik yang aktif sementara yang lain tidak aktif. Semestinya guru tidak
monoton dalam mempergunakan metode ceramah dan diskusi. Penggunaan
metode pembelajaran yang lain perlu dipertimbangkan dengan melihat materi
sejarah lokal yang diajarkan, alokasi waktu, dan karakteristik peserta didik.
Metode diskusi yang dilakukan terus menerus selain akan membuat jenuh peserta
didik juga akan menghabiskan waktu.
Pemahaman siswa tentang sejarah lokal di wilayah Pakem sudah dikenal
dengan baik. Pemahaman ini berkaitan dengan pemahaman bahwa prosentase
siswa yang ada di SMA Muhammadiyah Pakem secara keseluruhan berasal dari
wilayah Pakem, akan tetapi pemahaman masih sebatas deskripsi sejarah lokal
secara umum sedangkan pemahaman nilai-nilai yang terkandung pada sejarah
lokal itun sendiri masih kurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diajukan beberapa saran sebagai
berikut.
1. Kepada Guru sejarah
a. Dapat menyusun perangkat pembelajaran sejarah lokal sendiri sehingga
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kondisi sekolah.
b. Dapat memilih dan memanfaatkan metode pembelajaran sejarah lokal
yang tepat sesuai dengan jenis materi atau bahan ajar sejarah.
c. Dapat memilih media pembelajaran sejarah lokal yang sesuai dengan
materi dan kondisi sekolah.
d. Lebih konsisten dalam melaksanakan pembelajaran sejarah lokal sesuai
dengan silabus dan RPP yang sudah dibuat.
e. Memanfaatkan MGMP untuk menambah pengetahuan dan wawasan
terutama untuk memperdalam materi perkembangan sejarah lokal
f. Mempertajam penilaian yang dilakukan sehingga mencakup aspek kognitif
dan aspek afektif.
2. Kepada Peserta didik
a. Lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah lokal.
b. Membentuk dan melaksanakan belajar kelompok untuk meringankan
beban dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
3. Kepada kepala sekolah
a. Mengaktifkan MGMP sejarah di sekolah untuk membantu guru sejarah
memperdalam pengetahuan mereka terutama dalam materi sejarah lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
b. Mengadakan monitoring pelaksanaan KTSP dalam proses pembelajaran
sejarah lokal melalui supervisi di kelas.
c. Memberikan bimbingan dan motivasi kepada guru untuk menambah
wawasan tentang KTSP melalui penataran dan sosialisasi tentang sejarah
lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning
(CTL)). Jakarta: Depdiknas.
_________. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Menunjang Kecakapan
Hidup Siswa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
_________. 2004. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah
SMA. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
_________. 2006. a. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
di Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
_________. 2006. b. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model
Silabus. Jakarta: dirjen Dikdasmen
Bogdan, C.R & Biklen (1982). Qualitative research for education: An
introduction to theory and methods. Boston: Ally and Bacon Inc.
Doll. Ronald C. 1978. Curriculum Improvement Decision Making and Process.
Boston: Allyn and Bacon.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Douch, R. (1970). “Local History”, dalam New Movement in the Study and
Teaching of History (M. Ballard ed.). London : Temple Smith.
FA Sucipto Jakarta : Panitia Buku Standard Sejarah Indonesia, 1973.
Goetz, J.P. & LeCompte, M.D. 1984. Ethnography and Qualitative Design in.
Educational Research. San Diego: Academic Press. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Haryati, M. 2007. Model dan teknikPeniliaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Gaung Perkasa Press.
Hariyono (1995). Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya
Hasan, Hamid S. 2007. „Kurikulum Pendidikan Sejarah Berbasis Kompetensi’.
Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan
Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri
Semarang, Semarang, 16 April 2007
Http://www1.kompas.com/read/xml/2010/01/05/07555289/perpustakaan.uii.berda
mpingan.dengan.candi diunduh tanggal 5 september 2011
I Gede Widja . 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah.
Jakarta: Depdikbud,Dirjen Dikti,Proyek PengembanganLemba Pendidikan
Tenaga Kependidikan
Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Ismaun.1991. Karakteristik Ilmu Sejarah Dan Implikasinya. Pendidikan. Jurusan
Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran. Bandung.
Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. (2000). Model of Teaching. London: Allyn and
Bacon.
Jurusan Sejarah.2009. sejarah lokal ( http:www.//file.upi.edu/Direktori/FPIPS/).
diunduh tanggal 12 mei 2011.
Kartodirdjo, A. Sartono. 1970. Beberapa Masalah Teori dan Metodologi Sedjarah
Indonesia. Lembaran Sejarah, 23-35.
Kasijanto.Wasino.Didik Pradjoko.Purnawan Basundoro.Restu Gunawan ed.
Taufiq Abdullah dan Susanto Zuhdi dalam Pedoman Penulisan Sejarah
Lokal. Jakarta.
Kochhar, S.K. 2008.Pembelajaran Sejarah: Teaching of History.Jakarta:
Grasindo.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana
Madjied. sejarah sosial intelektual Islam di Indonesia, Ar-Ruzz Media, 2007
Meike Imbar. 1997.Kontribusi Minat Belajar dan Pembelajaran Sejarah terhadap
Sikap Melestarikan Benda Cagar Budaya pada Mahamahasiswa Jurusan
Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis, tidak dipublikasikan.
Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1984). Qualitative data analysis: An expanded
sourcebook. New York: SAGE Publications.
Mulyana, Agus & Gunawan, Restu (Eds). 2007. Sejarah Lokal: Penulisan dan
Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Salamina Press.
Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J & William. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Munir. 2008.Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
Penerbit Alfabeto.
N. Driyarkara. 1980. Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai.2007. Tehnologi Pengajaran.Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Nash, G. B., et al.. 1996. National Standards for History: Basic Edition. Los
Angeles: National Center for History in the Schools.
Nursam, M. dkk (ed). 2008. Sejarah yang Memihak : Mengenang Sartono
Kartodirdjo. Yogyakarta : Ombak
Patton, M.Q. (1980). Utilization-focused evaluation. Beverly Hills: Sage
Publications
Rasyad, A. (2003). Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Rustam E. Tamburaka .1999. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah
Sejarah Filsafat dan Ipte. Jakarta: Rineka Cipta.
Slamet Suyanto. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidiikan Tenaga Kependidikan dan Ketegagaan
Perguruan Tinggi.
Sugiyanto. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung: alfabeta.
Supardi. 2007. Pendidikan Sejarah Lokal dalam Konteks Multikulturalisme. FIS
Universitas Negeri Yogyakarta
Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Dasar dan
Teknik Pengajaran. Bandung. Tarsito.
Sutopo,HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan
Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Suwarno dan Kartono. 2008. Pengembangan Kemampuan Siswa Meneliti Sejarah
Lokal Melalui Model Inquiri dengan Studi Kasus di SMA Negeri 5
Purwokerto. FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Syaiful Amin. 2010. Pewarisan Nilai Sejarah Lokal Melalui Pembelajaran
Sejarah Jalur Formal dan Informal Pada Siswa SMA di Kudus Kulon.
Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Syaodih Sukmadinata, Nana. 1997. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Taufik. Abdullah, 2005. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press
Wasino.liku-liku hubungan sosial antara etnis Tionghoa dengan Jawa di Solo
tahun 1911-1998. Unnes Press, 2006 - 104 halaman
Winata Putera (1992), Model-model Pembelajaran, Jakarta: Depdikbud. Hlm. 86.
Woolfolk & Nicolich. 1984. Educational Psychology for Teachers. Englewood.
Cliffs, New Jersey:Prentice-Hall.
Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus : Desain dan Metode. Jakarta : Rajawali Pers.
Zainul. A & Nasution. N .2004. Penilian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud.