digilib.uns.ac.id evaluasi · pdf filepengertian pajak ... evaluation of granting property tax...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EVALUASI TERHADAP PEMBERIAN PENGURANGAN PBB BAGI
WAJIB PAJAK YANG TIDAK MAMPU DI KPP PRATAMA
SURAKARTA
p
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli
Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh :
Amelia Dewi Permatasari
F3408001
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Hiduplah bagai seekor burung hantu yang bijaksana, semakin banyak
ia melihat, semakin sedikit ia berbicara. Semakin sedikit ia
berbicara, semakin banyak ia mendengar.(Edward Hersey Ricards)
–
Kasih Ibu itu seperti lingkaran, tak berawal dan tak berakhir. Kasih
Ibu itu selalu berputar dan senantiasa meluas, menyentuh setiap
orang yang ditemuinya. Melingkupinya seperti kabut pagi,
menghangatkannya seperti mentari siang dan menyelimutinya seperti
bintang malam. (Art Urban)
–
Langkah pertama yang sangat diperlukan untuk menentukan hal
yang kamu inginkan dalam hidup adalah : tentukan apa yang kamu
inginkan. (Ben Stein)
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pray, Love,
And. . Truth
PERSEMBAHAN
1. Allah SWT
2. Bapak dan Ibuku tersayang
3. Keluarga besar tercinta
4. Kekasih yang selama ini selalu
mendampingi
5. Seseorang yang telah Tuhan
persiapkan untukku
6. Momo-ku terkasih
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir berjudul
Evaluasi Terhadap Pemberian Pengurangan PBB Bagi Wajib Pajak yang Tidak
Mampu di KPP Pratama Surakarta ini dengan baik.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar
Ahli Madya pada Program Diploma III Program Studi Perpajakan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan tugas akhir ini :
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com.,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak, selaku Ketua Program Diploma III
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
3. Sri Suranta, SE, M.Si., Ak selaku Ketua Prodi Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Setianingtyas Honggowati, M.M., Ak selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan tugas akhir.
5. Bapak Usman selaku Kepala Bagian Umum KPP Pratama Surakarta, Mas
Aat, Bu Endang dan Pak Djun, serta pegawai KPP Pratama Surakarta yang
telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
magang kerja dan penelitian di KPP Pratama Surakarta
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Ibu dan Bapak yang telah memberikan dukungan yang tidak ternilai kepada
penulis baik moral maupun materiil
7. Sahabat-sahabatku: Mocil, Rindang, Gentong, Riu, dan teman-teman
seperjuangan magang serta Dila yang senantiasa memberikan doa dan
semangat kepada penulis
8. Teman-teman DIII Perpajakan ‘08
9. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
selama penyelesaian laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan tugas
akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Namun demikian, karya sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Mei 2011
Penulis
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
ABSTRACT........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi
KATA PENGANTAR........................................................................... vii
DAFTAR ISI.......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan................................................ 1
B. Latar Belakang Masalah ......................................................... 12
C. Rumusan Masalah ................................................................... 16
D. Tujuan Penelitian .................................................................... 16
E. Manfaat Penelitian .................................................................. 17
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 17
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pajak................................................................. 19
2. Pajak Bumi dan Bangunan ................................................ 21
3. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan ......................... 27
4. Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengurangan PBB .... 31
5. Tata Cara Penyelesaian Pengurangan PBB ...................... 32
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Mekanisme Pengajuan Pengurangan PBB di KPP
Pratama Surakarta ............................................................. 40
2. Mekanisme Penyelesaian Pengurangan PBB di KPP
Pratama Surakarta ............................................................. 46
3. Evaluasi Pemberian Pengurangan PBB ............................ 56
4. Hasil Pemberian Pengurangan PBB di KPP
Pratama Surakarta ............................................................. 57
III. TEMUAN
A. Kelebihan............................................................................ 60
B. Kelemahan .......................................................................... 61
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 62
B. Rekomendasi ...................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
I.1 Tabel Jabatan dan Nama Karyawan KPP Pratama
Surakarta ............................................................................... 7
II.1 Alasan Pengajuan Pengurangan PBB ................................. 41
II.2 Jumlah Penyelesaian Pengurangan PBB............................. 44
II.3 Jumlah Pajak Terutang yang Diajukan Pengurangan
PBB untuk WP OP ............................................................... 50
II.4 Jumlah Pajak Terutang yang Diajukan Pengurangan
PBB untuk WP Badan .......................................................... 51
II.5 Hasil Pemberian Pengurangan PBB di KPP Pratama
Surakarta Tahun 2010 .......................................................... 57
II.6 Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB dan BPHTB
Tahun 2008 s/d 2010 ............................................................ 59
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
I.1 Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Surakarta ................ 6
II.1 Bagan Arus Dokumen (Flowchart) Pengurangan PBB ............ 39
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Tugas Akhir
2. Permohonan Magang Kerja
3. Surat Jawaban Magang Kerja
4. Surat Keterangan Magang
5. Lembar Penilaian Magang
6. Tanda Terima Kuliah Magang Kerja
7. Undang-Undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994 Pasal
19
8. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.110/PMK.03/2009
tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
9. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.PER-46/PJ/2009 tentang Tata Cara
Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan PBB
10. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.SE-77/PJ/2009 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan Pengurangan PBB
11. Formulir Permohonan Pengurangan PBB
12. Surat Pernyataan Besar Penghasilan
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
EVALUASI TERHADAP PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN BAGI WAJIB PAJAK YANG TIDAK MAMPU DI KPP PRATAMA SURAKARTA
Amelia Dewi Permatasari
F3408001
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, apakah sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dan bagaimana hasil dari pengurangan tersebut. Metode dari penelitian ini yaitu dengan membandingkan peraturan yang berlaku dengan pelaksanaannya di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan telah sesuai dengan peraturan perpajakan. Wajib pajak yang menerima pengurangan cukup puas dengan keputusan yang diberikan, terbukti dengan tidak ada wajib pajak yang mengajukan pengurangan kembali untuk tahun pajak yang sama. Kesimpulannya, Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang merupakan salah satu bentuk keadilan pajak telah dilaksanakan dengan baik. Dari hasil penelitian ini, penulis mencoba untuk memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam keadilan pajak, standarisasi, transparansi dan kecepatan dalam menyelesaikan permohonan pengurangan.
Kata kunci: Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan, Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
EVALUATION OF GRANTING PROPERTY TAX REDUCTION FOR
TAX PAYER WHO CAN NOT AFFORD IN PRATAMA OFFICE SERVICE TAX OF SURAKARTA
Amelia Dewi Permatasari
F3408001
The purpose of this research is to evaluate the implementation of tax reduction, whether it was in accord with applicable tax regulations and how the proceeds of property tax after reduction. The method of this research is done by comparing between theory and implementation in the field. The result is the implementation of property tax reduction has been in accord with applicable tax regulations. Tax payer who have paid the tax reduction felt quite satisfied with the decision, as evidenced by no tax payer who filed return, they would have become due. In conclusion, property tax reduction which is one of tax justice has been done properly. From the results of this research, the author try to provide recommendation for improving the quality of service in presence of tax fairness, standarization, transparency and speed reduction request in progress.
Keywords : Tax, Property Tax, Property Tax Reduction
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Deskripsi Perusahaan
Modernisasi Direktorat Jenderal Pajak yang mulai diterapkan pada
tahun 2007, salah satunya dengan modernisasi KPP yang hingga saat ini
telah mencapai kemajuan yang signifikan. Hampir semua KPP di Jawa
saat ini telah menjadi KPP modern, dan hampir di setiap kabupaten telah
memiliki Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) adalah instansi vertikal Dirjen Pajak yang berada
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Wilayah, dan selanjutnya untuk KPP Pratama Surakarta bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Jawa Tengah II.
KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,
pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/ atau
Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya KPP
Pratama menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
§ Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan subjek dan
objek pajak, serta penilaian objek PBB.
§ Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
§ Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat
lainnya.
§ Penyuluhan perpajakan.
§ Pelaksanaan registrasi wajib pajak.
§ Pelaksanaan ekstensifikasi.
§ Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
§ Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
§ Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
§ Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
§ Pelaksanaan intensifikasi.
§ Pembetulan ketetapan pajak.
§ Pengurangan PBB serta BPHTB.
§ Pelaksanaan administrasi kantor.
2. Sejarah Perusahaan
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta telah ada sejak
dulu dengan berbagai nama. Sebelum tahun 1966, Kantor Pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pajak (KPP) Pratama Surakarta berstatus sebagai Kantor Dinas Luar
Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta dibawah wewenang wilayah kerja dari
Kantor Inspeksi Keuangan Yogyakarta.
Pada tahun 1966 dikarenakan semakin banyaknya jumlah wajib
pajak dan jumlah penerimaan pajak, Kantor Dinas Luar (KDL Tk. I)
Surakarta ditingkatkan menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK)
Surakarta yang membawahi diantaranya KDL Tk. I Klaten. Pada akhir
tahun 1966 semua istilah Kantor Inspeksi Pajak Surakarta A berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang Organisasi dan Tata
Kerja DJP, dengan wilayah kerja meliputi :
1. Kotamadya Surakarta,
2. Kabupaten Karanganyar,
3. Kabupaten Boyolali,
4. Kabupaten Sragen,
5. Kantor Penyuluhan Pajak (Kapenpa) Sragen yang berkedudukan di
Sragen.
Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak, KPP Pratama Surakarta telah berubah menjadi Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Surakarta.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang terletak di Jalan
K.H. Agus Salim No. 1 Surakarta dibentuk berdasarkan keputusan
Direktur Jenderal Pajak Kep-141/Pj/2007 yang ditetapkan tanggal 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai
Beroperasinya Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II dan Kantor
Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kantor
Wilayah DJP Jawa Tengah I Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II,
Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Surakarta mulai beroperasi pada 30 Oktober 2007.
Pembentukan KPP Pratama merupakan bagian dari program
reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah
berjalan sejak tahun 2002, ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah
(Kanwil) dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Pembentukan
KPP Pratama lanjutan dilandasi dengan terbitnya SE-19/PJ/2007 tanggal
13 April 2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
(DJP).
Pada umumnya perubahan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di
Seluruh Indonesia terjadi pada tahun 2007-2008. Perubahan yang
dilakukan meliputi struktur organisasi, proses bisnis, teknologi informasi
dan komunikasi, sarana dan prasarana serta manajemen sumber daya
manusia. Perbaikan dalam struktur DJP terefleksi pada karakter kantor
modern antara lain adanya account representative (AR) untuk pelayanan
kepada wajib pajak, penerapan kode etik pegawai yang diawasi oleh
komite kode etik pegawai dan sistem penggajian yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan tiga
jenis unit kantor yang berbeda yakni gabungan dari Kantor Pelayanan
Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan
Karikpa (Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak)
3. Visi dan Misi KPP Pratama Surakarta
a. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta :
Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem
administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya
masyarakat dengan integritas serta profesionalisme yang tinggi
b. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta :
Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan undang-
undang perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem
administrasi perpajakan yang efektif dan efisien
4. Wilayah Kerja KPP Pratama Surakarta
Sampai saat ini wilayah kerja KPP Pratama Surakarta meliputi lima
wilayah kecamatan :
1) Kecamatan Laweyan
2) Kecamatan Jebres
3) Kecamatan Serengan
4) Kecamatan Pasar Kliwon
5) Kecamatan Banjarsari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Dibawah ini merupakan tabel jabatan dan nama karyawan KPP Pratama
Surakarta.
Tabel 1.1 Tabel Jabatan dan Nama Karyawan
Jabatan Nama Karyawan Kepala Kantor A.Furkon
Sub Bagian Umum
Kassubag Umum : Usman Triatmoko Yusuf C Nova Ratnawati Hamidah Ambar Sarasti Sri Rahayuningsih Gunawan Metta Phana Adhani Sumiarsih Dedi Heri P
Seksi Pelayanan
Kasi: Hardati Suharyono Suseno Muh. Arsyad. Z Budi Santoso Afis Setyorini Swasti Kadarini Ully Rachmawati Ika Yuliestyani Endang Sri Badarti Agus Riyanto Chitra Hirdiani Retno Wulandari Sri Widayati Sapari Wakidi Kasiyanto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Seksi PDI
Kasi : Agung Sumaryawan Budi Sri A Tenan Marimin Muh Taufik H Krisriandi Muslih Sutowo Agung Margono Ali Mursidi Mujoko Evi Kusumastuti Dewi Setyawati
Seksi Ekstensifikasi
Kasi : M Muhtar Jamali Maryatin Syarif Thoyib Penilai PBB : Slamet Prasetio Yanuar Kurniawan
Seksi Waskon I
Kasi : Soelistijo Account Representative : Gregorius Yerussalem Atiek Yuni Indriani, S.E Antonius Winarno Endang Wijayanti Sigit Ihwan P Roni Risdiyanto Suharni Pelaksana : Soegiyanto
Seksi Waskon II
Kasi : Anggara Edi Pamungkas Account Representative : Andriani Retno K Junaedi Purnomo Husnul Chotimah, S.E Atin Dwijayanti Budi Arif F Pelaksana : Fajar Putra Hima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Seksi Waskon III
Kasi : Yusuf Sarnoto Account Representative: Urip Widodo Siti Handayani Rita Agustina SR Yuni Safitri, S.E Sri Rahayu, S.E Muh Nur Agus SH Umi Rahmawati Sardi Pelaksana: Aris Priyono
Seksi Waskon IV
Kasi : Yul Heriawan Paulus Surawan H Dewi Ekorini, S.E, Ak Agus Winarno Raden Bambang AS Indarjo Rustinah Farida Sekarning R D Pelaksana : Djoko Nugroho
Seksi Pemeriksaan Kasi : Sugijarto Tri Kristini Mulyo Wicaksono
Seksi Penagihan
Kasi : Bambang Pujadi Edi S Wisnu Cahyono Teguh Adi W Pudjianto Agung Suratman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
6. Deskripsi Jabatan:
a. Kepala Kantor
Kepala Kantor bertugas mengkoordinasi dan mengendalikan
kegiatan operasional berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
b. Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)
Secara umum memberikan pelayanan kepada wajib pajak yang
berupa penyuluhan. Selain itu tugas pengawasan yang berupa
kepatuhan pembayaran dan pelaporan, juga melakukan penggalian
potensi berdasar hasil pengawasan dan bimbingan. Seksi Waskon di
KPP Pratama Surakarta ini dibagi menjadi 4 bagian :
1. Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan
2. Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres
Kelompok Fungsional Pemeriksa
Supervisor : Drs. Hermawan S Gendut K Sois Sosiawan Respati Nugroho Markus Hastawa Ari P Stepanus Harsono Sri H Pandu Wibowo Susilo Purwanto H Daniswara Y Prihantoro P Ghozali H Ibnu Rusydi S Lina Nur A Fitra R Febriawan Adnan S Bayu Ismail Irkham Bambang I Agus K
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3. Waskon III untuk wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon
4. Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari
c. Seksi Pusat Data dan Informasi (PDI)
Melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data,
pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan,
perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis
komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling serta penyiapan
laporan kerja.
d. Seksi Pelayanan
Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat
lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak
serta melakukan kerjasama perpajakan.
e. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Merupakan peralihan dari Seksi Pendataan dan Penilaian pada
KPPBB serta menindaklanjuti data wajib pajak yang belum memiliki
NPWP untuk dihimbau agar segera memiliki NPWP.
f. Seksi Pemeriksaan
Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat
Perintah Pelaksana Pajak (SP3) serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
g. Seksi Penagihan
Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan
angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan
piutang pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
h. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Bagian Kepegawaian
Bertugas melaksanakan urusan kepegawaian antara lain menata
usahakan surat masuk dan surat keluar, pengetikan, penataan/
penyusunan arsip dan dokumen serta membantu urusan lapangan.
2) Bagian Keuangan
Bertugas melaksanakan urusan pelayanan keuangan dengan cara
menyusun rencana kerja keuangan atau menyusun Daftar Usulan
Kegiatan dan memproses surat permintaan pembayaran.
3) Bagian Rumah Tangga
Bertugas melaksanakan urusan rumah tangga dan perlengkapan
kantor dengan cara merencanakan kebutuhan, mengatur pengadaan
dan menyalurkan perlengkapan kantor serta memelihara barang
inventaris.
B. Latar Belakang Masalah
Setiap negara termasuk Indonesia membutuhkan dana untuk membiayai
seluruh pengeluaran. Pengeluaran negara tersebut dapat dibiayai dari
penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri. Penerimaan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
negeri dapat bersumber dari pajak dan penerimaan bukan pajak, misalnya
ekspor migas atau non migas. Penerimaan yang besar berarti sasaran utama
pembangunan jangka pendek dapat tercapai, salah satu sasaran pembangunan
jangka pendek adalah pembangunan sarana dan prasarana yang nantinya akan
bermanfaat untuk menunjang pembangunan jangka panjang, yaitu
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Pada masa orde baru, penerimaan dari sektor minyak dan gas bumi
merupakan sumber pembiayaan yang terbesar, namun untuk beberapa tahun
terakhir ini penerimaan negara terbesar adalah sektor pajak. Salah satu
penerimaan pajak berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). PBB
merupakan salah satu jenis pajak pusat yang sangat berperan dalam mengisi
kas negara. Dalam APBD penerimaan PBB dimasukkan ke dalam kelompok
penerimaan daerah dari bagi hasil pajak. Berdasar Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, PBB merupakan sumber pendapatan daerah dimana 90%
hasil penerimaan PBB akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah sebagai
dana pembangunan dan 10% diserahkan kepada Pemerintah Pusat yang
kemudian dialokasikan kembali untuk pembangunan daerah
KPP Pratama Surakarta sebagai salah satu instansi vertikal Dirjen Pajak
yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Wilayah Jawa Tengah II mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,
pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
termasuk di dalamnya memberikan pelayanan kepada wajib pajak yang ingin
mengajukan pengurangan atas pembebanan PBB serta Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan/ atau Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak khususnya Pajak Bumi
dan Bangunan hendaknya tetap berpegang pada asas keadilan sehingga tidak
menyengsarakan rakyat sebagai wajib pajak, terutama wajib pajak yang tidak
mampu secara finansial. Untuk memenuhi asas keadilan tersebut, maka salah
satu bentuk keadilan yang dapat diberikan kepada wajib pajak adalah
pemberian pengurangan atas Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang.
Berdasar Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak
Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan bahwa
Menteri Keuangan dapat memberikan pengurangan atas pajak yang terutang
kepada wajib pajak yang tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya.
Fasilitas pengurangan PBB tersebut diberikan kepada wajib pajak yang
memiliki keterbatasan finansial, misalnya: karena kondisi tertentu objek pajak
yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab
tertentu lainnya atau dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab
lain yang luar biasa.
Sebagai tindak lanjut peraturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 110/PMK.03/2009 tentang Pemberian Pengurangan Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Bumi dan Bangunan maka pada tanggal 24 Agustus 2009 Direktorat Jenderal
Pajak mengeluarkan peraturan tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian
Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, yaitu Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-46/PJ/2009, dalam peraturan tersebut
berlaku mekanisme pemberian pengurangan yang terorganisir yang mampu
bekerja secara efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada wajib
pajak, memberikan hasil keputusan yang optimal, memenuhi asas keadilan,
dan dapat mencapai target penerimaan PBB dengan mengacu pada peraturan
perpajakan yang berlaku.
Pokok bahasan dalam penulisan tugas akhir ini adalah pemberian
pengurangan PBB. Penulis berfokus pada pelaksanaan pemberian
pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta tahun 2008 sampai dengan
tahun 2010. Berdasar hal tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut mengenai mekanisme pengajuan dan penyelesaian PBB serta bentuk
keputusan pemberian pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta dengan
judul “EVALUASI TERHADAP PEMBERIAN PENGURANGAN PBB
BAGI WAJIB PAJAK YANG TIDAK MAMPU DI KPP PRATAMA
SURAKARTA”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
C. Rumusan Masalah
Masalah mengenai Evaluasi terhadap Pemberian Pengurangan PBB
Bagi Wajib Pajak yang Tidak Mampu di KPP Pratama Surakarta dapat
didefinisikan sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme pengajuan pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan di KPP Pratama Surakarta ?
2. Bagaimana penyelesaian permohonan pengurangan PBB di KPP Pratama
Surakarta ?
3. Apakah pelaksanaan pemberian pengurangan PBB di KPP Pratama
Surakarta sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku ?
4. Bagaimana hasil penerimaan PBB setelah wajib pajak mendapatkan
pengurangan PBB ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang diambil penulis, maka penelitian ini
mempunyai tujuan :
1. untuk mengetahui mekanisme pengajuan pengurangan PBB di KPP
Pratama Surakarta.
2. untuk mengetahui bagaimana penyelesaian permohonan pengurangan
PBB di KPP Pratama Surakarta.
3. untuk menilai apakah pelaksanaan pengurangan PBB di KPP Pratama
Surakarta sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. untuk mengetahui apakah wajib pajak yang memperoleh pengurangan
PBB memenuhi kewajiban perpajakannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hak wajib pajak
khususnya untuk Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Bagi KPP Pratama Surakarta
Diharapkan dari hasil tulisan ini dapat dijadikan salah satu sumber
informasi dan bahan masukan dalam meningkatkan kinerja KPP Pratama
Surakarta.
3. Bagi pihak lain
Dapat menjadi sumber informasi dan sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya.
F. Teknik Analisis Data
1. Objek Penelitian
Objek penelitian untuk penulisan tugas akhir ini adalah Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surakarta.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi atau objek
penelitian. Data ini meliputi gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surakarta yang berisi sejarah, lokasi, dan struktur organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang pengumpulannya bukan diusahakan
sendiri oleh penulis, melainkan sudah ada data jadi yang disediakan
oleh instansi atau pihak yang bersangkutan.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Melakukan pengamatan dan penelitian secara langsung di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
b. Metode Wawancara
Melakukan tanya jawab dengan karyawan KPP Pratama Surakarta.
c. Metode Dokumentasi
Dilakukan dengan mengumpulkan data, laporan dan tulisan dari KPP
Pratama Surakarta yang mendukung teori dan penelitian.
d. Metode Kepustakaan
Dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku referensi yang
berhubungan dengan penelitian dan penulisan tugas akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pajak
Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., dalam Hukum Pajak (Suandi,
2002:10) mengemukakan definisi pajak yaitu :
Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak merupakan kontribusi wajib pajak
kepada negara yang terutang untuk orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat.
a. Fungsi Pajak
1) Fungsi Budgetair/ Finansial
Yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas
negara, dengan tujuan membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
2) Fungsi Regulerend/ Fungsi Mengatur
Yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut (Mardiasmo, 2008:2):
1) Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan).
2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat
Yuridis).
3) Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis).
4) Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil).
5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
c. Pengelompokan Pajak
1) Menurut Golongannya
§ Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan pada orang lain. Contoh:
Pajak Penghasilan.
§ Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan
Nilai.
2) Menurut Sifatnya
§ Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal pada subjeknya,
dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh:
Pajak Penghasilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
§ Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: PPnBM.
3) Menurut Lembaga Pemungutnya
§ Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh:
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan
atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea
Materai.
§ Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak
Daerah terdiri dari:
a) Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
b) Pajak Kabupaten/ Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran
dan Pajak Hiburan.
2. Pajak Bumi dan Bangunan
a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan
dan besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu
bumi/ tanah dan/atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang
membayar) tidak ikut menentukan besar pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Dasar Hukum
Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Undang-
Undang No.12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No.12 Tahun 1994.
c. Pengertian-pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya.
2) Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah :
a) jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan,
seperti hotel, pabrik dan emplasemennya dan lain-lain yang
merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.
b) jalan tol.
c) kolam renang.
d) pagar mewah.
e) tempat olah raga.
f) galangan kapal dan dermaga.
g) taman mewah.
h) tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak.
i) fasilitas lain yang memberikan manfaat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak
terdapat transaksi jual beli Nilai Jual Objek Pajak ditentukan
melalui perbandingan harga dengan objek pajak yang lain yang
sejenis atau nilai perolehan baru atau Nilai Jual Objek Pajak
Pengganti.
Yang dimaksud dengan :
a) Perbandingan harga dengan objek lain sejenis adalah suatu
pendekatan atau metode penilaian nilai jual objek pajak dengan
cara membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis
yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah
diketahui harga jualnya.
b) Nilai perolehan baru adalah pendekatan atau metode penentuan
nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek pajak tersebut
pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan
penyusutan berdasarkan kondisi fisik pajak tersebut.
c) Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan atau metode
penentuan nilai jual objek pajak yang berdasarkan pada hasil
produksi objek pajak tersebut.
4) Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang
digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek menurut
ketentuan Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan
besarnya pajak terutang kepada wajib pajak. Direktorat Jenderal
Pajak menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP wajib pajak.
d. Subjek Pajak
Subjek pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi
atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi,
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki,
menguasai atas bangunan, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan.
e. Objek Pajak
Objek pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan/atau
bangunan.
Dikecualikan dari Objek Pajak
Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan
adalah objek pajak yang:
1) digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di
bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
2) digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis
dengan itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
Negara yang belum dibebani suatu hak.
4) digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik.
5) digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
f. Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak
Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5%
(lima per sepuluh persen). Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP). Cara menghitung PBB = 0,5% x persentase AV x
(NJOP-NJOPTKP)
g. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
Yang dimaksud Nilai Jual Kena Pajak adalah nilai jual yang
dipergunakan sebagai dasar penghitungan pajak, yaitu suatu
persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya.
Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang
ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari
Nilai Jual Objek Pajak.
Besarnya persentase NJKP ditetapkan dengan peraturan
pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 tentang Penetapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk Penghitungan Pajak Bumi dan
Bangunan, mengatur besarnya NJKP sebagai berikut :
1) besarnya (persentase) NJKP atau AV adalah 40% dari NJOP untuk
Objek Pajak Perkebunan, Objek Pajak Kehutanan, Objek Pajak
Lainnya yang memiliki NJOP Rp 1.000.000.000,00 (satu milliar
rupiah) atau lebih.
2) besarnya (persentase) NJKP atau AV adalah 20% dari NJOP untuk
Objek Pajak Pertambangan, Objek pajak lainnya yang memiliki
NJOP kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu milliar rupiah).
h. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).
Besarnya NJOPTKP ditetapkan setinggi-tingginya Rp
12.000.000,00 per wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak
mempunyai beberapa objek pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya
salah satu objek pajak yang nilainya terbesar, sedangkan objek pajak
lainnya tetap dikenakan pajak secara penuh tanpa dikurangi
NJOPTKP. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah kabupaten/kota
ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas
nama Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat
Pemerintah Daerah setempat.
i. Bagi Hasil Pusat dan Daerah
Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan
penerimaan negara yang dibagi untuk Pemerintah Pusat dan Daerah
dengan imbangan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Untuk pemerintah daerah adalah 90% dengan perincian: 64,8%
untuk kabupaten/ kota, 16,2% untuk daerah propinsi, 9,0% untuk
biaya pemungutan (untuk mendukung operasional pemungutan
PBB, peningkatan kualitas SDM, komputerisasi perpajakan dan
intensif atas prestasi kerja karyawan di lingkungan Dirjen Pajak).
2) Untuk pemerintah pusat adalah 10%.
Sebagai bentuk desentralisasi maka bagian pemerintah pusat
didistribusikan ke pemerintah daerah: 65% didistribusikan merata
ke seluruh daerah kabupaten/kota dan 35% dibagikan sebagai
insentif kepada Daerah Kabupaten/Kota yang realisasi penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan pada
tahun anggaran sebelumnya mencapai/melampaui rencana
penerimaan yang ditetapkan.
3. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
Berdasar Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak
Bumi dan Bangunan, Menteri Keuangan dapat memberikan pengurangan
pajak yang terutang karena:
1. kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungan dengan subjek pajak
dan atau karena sebab-sebab tertentu lainnya, yaitu:
a) lahan pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya
sangat terbatas yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) objek pajak yang nilai jualnya meningkat disebabkan karena adanya
pembangunan atau perkembangan lingkungan yang dimiliki/dikuasai
atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang
berpenghasilan rendah.
c) objek pajak yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari
pensiun, sehingga kewajiban Pajak Bumi dan Bangunannya sulit
dipenuhi.
d) objek pajak yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak Badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang
serius sepanjang tahun, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban
rutin perusahaan.
e) objek pajak yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh
masyarakat berpenghasilan rendah lainnya, sehingga kewajiban
Pajak Bumi dan Bangunannya sulit dipenuhi.
2. terkena bencana alam seperti gempa, banjir, tanah longsor.
3. terkena sebab-sebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, kekeringan
(puso), wabah penyakit dan hama tanaman.
a. Dasar Hukum Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1994.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
110/PMK.03/2009 tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan.
3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-46/PJ/2009 tentang
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan
Pajak Bumi dan Bangunan.
4) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-77/PJ/2009 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Bumi
dan Bangunan.
b. Ketentuan Pemberian Pengurangan PBB
Pengurangan dapat diberikan:
1) sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang terutang
dalam hal kondisi tertentu objek pajak yang wajib pajak-nya orang
pribadi veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela
kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/
dudanya;
2) sebesar paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang
terutang dalam hal kondisi tertentu wajib pajak orang pribadi
dengan:
o objek pajak berupa lahan pertanian/ perkebunan/ perikanan/
peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang wajib pajak-nya
orang pribadi yang berpenghasilan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
o objek pajak yang wajib pajak-nya orang pribadi yang
penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga
kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi.
o objek pajak yang wajib pajak-nya orang pribadi yang
berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit
dipenuhi, dan/ atau
o objek pajak yang wajib pajak-nya orang pribadi yang
berpenghasilan rendah yang Nilai Jual Objek Pajak per meter
perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak
positif pembangunan, dan/ atau
o Wajib Pajak Badan yang mengalami kerugian dan kesulitan
likuiditas pada tahun pajak sebelumnya sehingga tidak dapat
memenuhi kewajiban rutin.
3) sebesar paling tinggi 100% (seratus persen) dari PBB yang terutang
dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang
luar biasa.
c. Bentuk Keputusan
Keputusan atas permohonan pengurangan besarnya PBB yang
diajukan wajib pajak dapat berupa:
1. mengabulkan seluruh permohonan;
2. mengabulkan sebagian atau;
3. menolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Variabel Pertimbangan dalam Memberikan Besaran Pengurangan
yang Diberikan.
Variabel pertimbangan adalah variabel-variabel yang
diperhitungkan untuk menentukan besarnya pengurangan yang
diberikan, misalnya rasio listrik, kenaikan PBB yang harus dibayar,
stimulus, kondisi perawatan bangunan, bencana alam, koreksi/
pertimbangan lain.
4. Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengurangan PBB.
Berdasar Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-46/PJ/2009
Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan
Pajak Bumi dan Bangunan, pengajuan permohonan pengurangan PBB
adalah sebagai berikut:
a. Permohonan pengurangan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang
menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)/ Surat
Ketetapan Pajak (SKP) dengan menyebutkan persentase pengurangan
yang dimohonkan.
b. Pengajuan permohonan dilakukan dengan ketentuan :
1) Untuk wajib pajak orang pribadi harus diajukan dengan
melampirkan fotokopi SPPT/ SKP PBB Tahun Pajak yang
dimohonkan.
2) Untuk wajib pajak badan, melampirkan fotokopi :
- SPPT/ SKP PBB tahun yang dimohonkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- SPT PPh tahun terakhir beserta lampirannya.
- STTS tahun pajak terakhir atau struk ATM/ Counter Teller
pembayaran PBB.
- laporan keuangan perusahaan.
3) Untuk objek pajak yang terkena bencana alam, hama tanaman, dan
sebab lain yang luar biasa dan bersifat kolektif diajukan oleh Kepala
Desa/ Lurah dengan diketahui oleh Camat dengan mencantumkan
nama-nama wajib pajak yang dimohonkan pengurangannya dengan
menggunakan formulir yang telah ditentukan.
4) Permohonan diajukan selambat-lambatnya 3 bulan sejak SPPT/ SKP
diterima wajib pajak atau sejak terjadinya bencana alam atau sebab-
sebab lain yang luar biasa.
5) Pengurangan secara kolektif diajukan sebelum SPPT diterbitkan
selambat-lambatnya tanggal 10 Januari untuk tahun pajak yang
bersangkutan.
6) Apabila batas waktu pengajuan tersebut tidak dipenuhi, maka
permohonannya tidak diproses, dan Kepala Kantor KPP Pratama
yang bersangkutan harus memberitahukan secara tertulis kepada
wajib pajak/ Kepala Desa/ Lurah, disertai penjelasan seperlunya.
5. Tata Cara Penyelesaian Pengurangan PBB
Berdasar Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
77/PJ/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan
Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Penerimaan Berkas Permohonan Pengurangan dan Penelitian
Persyaratan
1) Permohonan pengurangan disampaikan ke KPP Pratama, baik secara
langsung atau melalui pos dengan bukti pengiriman surat.
2) Tanggal penerimaan surat permohonan pengurangan yang dijadikan
dasar untuk memproses permohonan pengurangan adalah tanggal
terima surat permohonan pengurangan, dalam hal disampaikan
secara langsung oleh wajib pajak atau kuasanya kepada Petugas
Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). Tanggal tanda pengiriman surat
permohonan pengurangan dalam hal disampaikan melalui pos
dengan bukti pengiriman surat.
3) KPP Pratama melaksanakan penelitian persyaratan terhadap
permohonan pengurangan dengan menggunakan lembar penelitian
persyaratan permohonan pengurangan.
4) Permohonan pengurangan yang tidak memenuhi persyaratan,
dianggap bukan sebagai permohonan sehingga tidak dapat
dipertimbangkan. Dalam hal permohonan pengurangan diajukan
secara kolektif dan terdapat sebagian permohonan pengurangan tidak
memenuhi persyaratan, maka atas sebagian permohonan
pengurangan yang tidak memenuhi persyaratan dimaksud tidak dapat
dipertimbangkan.
5) Dalam hal permohonan pengurangan tidak dapat dipertimbangkan,
Kepala KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hari kerja sejak tanggal penerimaan surat permohonan pengurangan
harus memberitahukan secara tertulis disertai alasan yang mendasari
kepada:
a) Wajib pajak atau kuasanya dalam hal permohonan pengurangan
diajukan secara perseorangan, atau
b) Pengurus LVRI/organisasi terkait atau Kepala Desa/ Lurah
setempat dalam hal permohonan pengurangan diajukan secara
kolektif.
b. Penanganan Berkas Permohonan Pengurangan yang Memenuhi
Persyaratan
1. KPP Pratama mengelompokkan berkas permohonan pengurangan
yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan arestasi kewenangan
penyelesaian permohonan, yaitu kewenangan pada Kepala KPP
Pratama, pada Kepala Kanwil DJP atau pada Direktur Jenderal
Pajak.
2. Dalam hal kewenangan penyelesaian berada pada Kepala Kanwil
DJP atau Direktur Jenderal Pajak, Kepala KPP Pratama meneruskan
berkas permohonan pengurangan kepada Kepala kanwil DJP atau
Direktur Jenderal Pajak, dengan dilampiri lembar penelitian
persyaratan permohonan pengurangan dan dilakukan paling lambat
10 (sepuluh) hari kerja sejak surat permohonan pengurangan
diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Kepala KPP Pratama atau pejabat serendah-rendahnya eselon III
pada Kanwil DJP atau unit eselon II Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Pajak yang menyelenggarakan fungsi pengurangan PBB,
menindaklanjuti dengan menerbitkan Surat Tugas kepada Petugas
Peneliti untuk melakukan penelitian.
4. Penerbitan Surat Tugas dilakukan dengan ketentuan:
a) dalam hal penelitian di kantor dilanjutkan dengan penelitian di
lapangan, surat tugas diterbitkan secara terpisah masing-masing
untuk penelitian di kantor dan penelitian di lapangan;
b) dalam hal jumlah permohonan pengurangan yang diajukan secara
perseorangan cukup banyak, bentuk surat tugas dapat disesuaikan
guna menampung beberapa permohonan sekaligus;
c) untuk permohonan yang diajukan secara kolektif, surat tugas
dibuat untuk satu surat permohonan.
5. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan ketentuan:
a) petugas peneliti melakukan penelitian di kantor terhadap berkas
permohonan pengurangan, dan apabila diperlukan petugas
peneliti dapat melakukan penelitian di lapangan,
b) dalam hal dilakukan penelitian di lapangan, Kepala KPP Pratama,
atau pejabat serendah-rendahnya eselon III pada Kanwil DJP atau
unit eselon II Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak yang
menyelenggarakan fungsi pengurangan PBB, harus terlebih
dahulu memberitahukan secara tertulis mengenai waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelaksanaan penelitian di lapangan kepada wajib pajak atau
kuasanya, atau pengurus LVRI/pengurus organisasi terkait
lainnya/ Kepala Desa/ Lurah untuk permohonan yang diajukan
secara kolektif,
c) hasil penelitian dituangkan dalam laporan hasil penelitian
pengurangan PBB.
6. Penerbitan Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang pengurangan
PBB dilakukan berdasarkan laporan hasil penelitian pengurangan
PBB.
7. Jangka waktu pelaksanaan penelitian dan penerbitan Surat
Keputusan Pengurangan PBB disesuaikan dengan jangka waktu
penyelesaian permohonan pengurangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
110/PMK.03/2009. Namun demikian dalam rangka meningkatkan
pelayanan kepada wajib pajak, penyelesaian permohonan
pengurangan tidak menunggu batas akhir waktu penyelesaian
permohonan.
Prosedur Pengurangan PBB menurut SOP (Standard Operating
Procedure):
1. Wajib pajak mengajukan surat permohonan pengurangan PBB secara
tertulis ke KPP Pratama.
2. Petugas TPT menerima permohonan pengurangan PBB kemudian
meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas permohonan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belum lengkap, akan dikembalikan kepada wajib pajak untuk
dilengkapi. Dalam hal berkas sudah lengkap, petugas TPT akan
mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan
Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada wajib pajak
sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan
pengurangan PBB dan kemudian diteruskan kepada Seksi Pengawasan
dan Konsultasi.
3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menugaskan dan memberi
disposisi kepada account representative (AR) untuk membuat uraian/
rekomendasi permohonan pengurangan PBB.
4. Account representative menyiapkan konsep uraian/ rekomendasi
permohonan pengurangan PBB kemudian menyerahkan kepada
Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menyetujui dan
memaraf konsep uraian/ rekomendasi permohonan pengurangan dan
menyerahkan kepada Kepala Kantor. Dalam hal Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi tidak menyetujui konsep uraian, maka
account representative harus memperbaiki konsep pengurangan PBB
tersebut.
6. Kepala Kantor mereview, menetapkan dan menandatangani uraian
permohonan pengurangan PBB, kemudian meneruskan kepada Kepala
Seksi Pelayanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Kepala Seksi Pelayanan menerima uraian pengurangan PBB dan
menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak konsep surat
pengantar permohonan pengurangan kepada Kepala Kantor Wilayah
DJP.
8. Pelaksanaan Seksi Pelayanan mencetak konsep surat pengantar
permohonan pengurangan dan meneruskan kepada Kepala Seksi
Pelayanan.
9. Kepala Seksi Pelayanan meneliti, menyetujui dan memaraf konsep
surat pengantar pemohonan, kemudian meneruskan kepada Kepala
Kantor. Dalam hal Kepala Seksi Pelayanan tidak menyetujui konsep
surat pengantar permohonan tersebut, Pelaksana Seksi Pelayanan
harus memperbaiki konsep surat tersebut.
10. Kepala Kantor mereview, menetapkan dan menandatangani surat
pengantar permohonan PBB. Dalam hal Kepala Kantor tidak
menyetujui konsep tersebut, Pelaksana Seksi Pelayanan harus
memperbaiki konsep surat tersebut.
11. Proses dilanjutkan ke SOP tentang Tata Cara Penatausahaan Dokumen
Wajib Pajak dan SOP tentang Tata Cara Penyampaian Dokumen.
12. Pemrosesan permohonan pengurangan PBB dilaksanakan di Kanwil
dengan SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengurangan PBB
Terutang.
13. Proses selesai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberikan pelayanan pengurangan PBB kepada wajib pajak yang
tidak mampu dalam rangka pemenuhan asas keadilan.
Tabel II.1 Alasan Pengajuan Permohonan Pengurangan PBB Tahun 2010
e
Rekapitulasi data pengurangan PBB tahun 2010 Seksi Pelayanan KPP
Pratama Surakarta
Tabel di atas menunjukkan alasan pengajuan pengurangan PBB di
KPP Pratama Surakarta sebagian besar berasal dari wajib pajak veteran
yaitu sebesar 174 wajib pajak.
Untuk wajib pajak baru yang ingin mengajukan pengurangan dapat
mendatangi KPP Pratama Surakarta khususnya petugas TPT, untuk
memperoleh informasi mengenai persyaratan yang harus dipenuhi.
No Alasan Pengajuan Jumlah Pengajuan
Persentase Pengurangan
(%) 1 Veteran 174 50-75
2 Pensiun 78 5-35
3 Janda 64 5-50
4 Tidak Mampu 104 5-50
5 Pegawai swasta 81 0-30
6 Wiraswasta/ dagang 67 0-35
7 PNS 44 0-25
8 RS swasta/PTS 5 50 9 PT/ CV 10 0-15
10 Yayasan 1 5
11 Lain-lain 9 0-30
Jumlah pengurangan pengajuan
637
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kemudian petugas TPT akan memberikan formulir permohonan
pengurangan PBB, surat pernyataan besar penghasilan, dan SPOP yang
masih harus dilengkapi oleh wajib pajak
Permohonan pengajuan pengurangan PBB untuk wajib pajak orang
pribadi dilampiri dengan:
1) Fotokopi SPPT/ SKP tahun pajak yang diajukan permohonan
pengurangan.
Untuk mengetahui apakah wajib pajak telah menerima SPPT/ SKP
dan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi objek pajak,
besarnya pajak yang terutang dan mencocokkan antara data yang
ada di KPP Pratama Surakarta dengan data wajib pajak.
2) Fotokopi STTS tahun pajak terakhir.
Bertujuan mengetahui apakah wajib pajak telah melunasi PBB
terutang tahun sebelumnya untuk objek pajak yang sama dan tidak
memiliki tunggakan pajak.
3) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga.
Kartu Tanda Penduduk untuk mengetahui domisili wajib pajak.
Dan Kartu Keluarga untuk mengetahui jumlah tanggungan
keluarga, alamat yang benar dan menghindari wajib pajak
mendapat dua kali pengurangan untuk objek pajak yang berbeda.
4) Fotokopi rekening listrik, air dan telepon 3 bulan terakhir.
Mengetahui seberapa besar konsumsi wajib pajak.
5) Surat pernyataan besarnya penghasilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk mengetahui besarnya penghasilan, sedangkan untuk anggota
veteran/pensiun harus melampirkan bukti penerimaan pensiun.
6) Surat ketetapan tidak mampu dari kelurahan.
Untuk mengetahui wajib pajak tersebut tidak mampu dan diketahui
oleh pemerintah setempat.
7) Surat Keputusan Pensiun dan Karip atau Surat Keputusan Veteran.
Bertujuan untuk mengetahui latar belakang wajib pajak dari
pensiunan departemen atau pensiunan veteran.
8) Fotokopi surat keputusan pemberian pengurangan tahun
sebelumnya.
Sebagai acuan bagi Kepala Kantor untuk memutuskan pengurangan
yang akan diberikan.
Permohonan dapat diajukan selambat-lambatnya tiga bulan sejak
tanggal diterimanya SPPT atau SKP atau sejak terjadinya bencana alam
atau sebab-sebab lain yang luar biasa. Namun KPP Pratama Surakarta
masih dapat menerima pengajuan permohonan yang telah melewati
batas waktu yang ditentukan dengan syarat wajib pajak dapat
memberikan alasan yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku.
Lihat tabel II.2, selama tahun 2010 wajib pajak yang mengajukan
pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta sebanyak 637 dan 39 dari
pengajuan tersebut ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel II.2 Jumlah Penyelesaian Pengurangan PBB
Tahun
Penyelesaian pengurangan
Jumlah Orang Pribadi Badan Ditolak
2008 647 12 117 776 2009 614 13 68 695 2010 583 15 39 637
Sumber : Seksi Pelayanan KPP Pratama Surakarta
Wajib pajak yang mengajukan permohonan akan diberikan tanda
terima yang berisi revisi nama pemohon, kelurahan, tanggal diterima,
tanggal penyelesaian pemberian keputusan pengurangan dihitung sejak
tanggal tanda terima surat permohonan, dalam hal surat permohonan
disampaikan secara langsung atau tanggal stempel pos apabila dikirim
melalui pos. Tanda terima ini harus dibawa pada saat pengambilan surat
keputusan pengurangan.
a. Mekanisme Pengajuan Pengurangan PBB untuk Wajib Pajak
Badan di KPP Pratama Surakarta.
Wajib pajak badan yang mengalami kesuliltan finansial sehingga
tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dapat mengajukan
permohonan pengurangan PBB dengan memenuhi syarat-syarat :
1) Fotokopi SPPT/ SKP tahun pajak yang diajukan permohonan
pengurangan PBB
Memberikan informasi kondisi objek pajak, besarnya pajak dan
dapat diketahui bahwa badan usaha tersebut telah menjadi wajib
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pajak. Digunakan juga untuk pemeriksaan lebih lanjut seperti
pencocokan data PBB dengan data di lapangan.
2) Fotokopi STTS tahun pajak terakhir.
Mengetahui wajib pajak telah melunasi pajak terutang tahun
sebelumnya dan tidak memiliki tunggakan pajak dengan objek pajak
yang sama dan hanya satu objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan
dimanfaatkan dalam satu wilayah Dati II yang diajukan
pengurangan.
3) Fotokopi SPT PPh Badan.
Sebagai bukti pendukung dalam pertimbangan pemberian keputusan.
Jika pengenaan pajak penghasilan badan adalah nihil, maka hal ini
menjelaskan bahwa perusahaaan yang bersangkutan dalam keadaan
rugi dan kesulitan finansial.
4) Laporan Keuangan Perusahaan.
Dapat diketahui rasio likuiditas dan solvabilitas perusahaan yang
menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian atau kesulitan
finansial dan dapat sebagai dasar penentuan besarnya pemberian
persen pengurangan PBB.
Pengajuan pengurangan dilakukan dengan mendatangi KPP
Pratama Surakarta di bagian TPT, dengan melengkapi persyaratan
pengajuan atau mengirimkannya melalui pos. Pada tabel II.2
menunjukkan bahwa selama tahun 2010 terdapat 15 wajib pajak badan
yang mengajukan pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penyelesaian pengajuan pengurangan wajib pajak badan
dengan pokok ketetapan lebih dari Rp 500.000.000,00 wewenang
pemberian keputusannya berada pada Kepala Kantor Wilayah DJP.
Selama tahun 2010 tidak terdapat pengajuan pengurangan dengan besar
pokok ketetapan lebih dari Rp 500.000.000,00 di KPP Pratama
Surakarta.
Pengajuan badan usaha yang tidak bersifat komersiil seperti
rumah sakit, perguruan tinggi swasta, selama tahun 2010, di KPP
Pratama Surakarta terdapat 5 pengajuan dari total pengajuan sebanyak
15 pengajuan. Besarnya pengurangan untuk rumah sakit diberikan
sebesar 50% sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
796/KMK.04/1993 tentang Pengenaan PBB atas Rumah Sakit,
sedangkan untuk Perguruan Tinggi Swasta diberikan pengurangan
sebesar 50% sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-
10/PJ.6/1995 tentang Pengenaan PBB atas Perguruan Tinggi Swasta.
Pengajuan pengurangan PBB untuk badan usaha tidak boleh melampaui
batas waktu tiga bulan terhitung sejak diterima SPPT/ SKP.
2. Mekanisme Penyelesaian Pengurangan PBB di KPP Pratama
Surakarta.
a. Mekanisme Penyelesaian Pengurangan PBB di KPP Pratama
Surakarta untuk Wajib Pajak Orang Pribadi.
Penyelesaian pengajuan wajib pajak orang pribadi dilakukan
dengan menganalisis data wajib pajak. KPP Pratama Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menetapkan bahwa hasil keputusan dapat diambil setelah 2 atau 3 bulan
sejak permohonan pengurangan PBB diajukan.
Prosedur Penyelesaian Pengurangan PBB untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi:
1. Wajib pajak orang pribadi datang ke KPP Pratama Surakarta
khususnya ke petugas TPT dengan membawa berkas yang sudah
dilengkapi. Petugas TPT melakukan pemeriksaan administratif
dengan memeriksa kelengkapan syarat-syarat berupa tanggal
terakhir pengajuan, ada tidaknya tunggakan pajak, pemeriksaan
persyaratan untuk wajib pajak orang pribadi telah terpenuhi atau
tidak. Apabila peryaratan tersebut sudah lengkap petugas TPT akan
mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan
Arus Dokumen (LPAD) serta memberikan tanda terima kepada
wajib pajak. Apabila masih terdapat persyaratan pengajuan yang
tidak lengkap maka pengajuan permohonan pengurangan tersebut
ditolak.
2. Berkas pengajuan pengurangan kemudian diagendakan dengan
memisahkan permohonan yang akan diselesaikan di KPP Pratama
Surakarta yaitu pengajuan pengurangan dengan ketetapan pokok
pajak kurang dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan
pengajuan yang akan diselesaikan di Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak untuk pokok ketetapan lebih dari Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah). Apabila terdapat pengajuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diselesaikan oleh kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak maka
berkas pengajuan dikirim paling lambat 14 hari sejak berkas
diterima. Selain itu juga memisahkan pengajuan pengurangan oleh
wajib pajak orang pribadi atau badan menurut wilayah kelurahan
masing-masing. Selanjutnya diserahkan kepada Seksi Waskon
untuk diproses.
3. Kepala Seksi Waskon menyerahkan berkas ke Account
Representative (AR), kemudian AR memeriksa kelengkapan
persyaratan termasuk memeriksa kembali tanggal pengajuan dan
ada tidaknya tunggakan pajak. Apabila terdapat persyaratan yang
kurang, AR akan memberitahu wajib pajak. Berkas persyaratan
yang kurang lengkap tidak akan diproses sampai wajib pajak
melengkapi.
4. Selanjutnya memisahkan pengajuan pengurangan yang selanjutnya
akan dilakukan pemeriksaan sederhana kantor, dan pengajuan yang
akan dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan.
5. Pemeriksaan sederhana kantor oleh account representative berdasar
surat tugas dari Kepala Kantor. Hasil dari pemeriksaan tersebut
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan sederhana kantor.
Kemudian account representative membuat draft hasil keputusan
serta lembar perhitungan, yang selanjutnya diserahkan ke Kepala
Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Pemeriksaan sederhana lapangan dilaksanakan oleh account
representative berdasar surat perintah dari kepala kantor. Hasil dari
pemeriksaan tersebut dituangkan dalam berita acara pemeriksaan
sederhana lapangan, kemudian account representative membuat
draft hasil keputusan serta lembar perhitungan yang selanjutnya
diserahkan ke Kepala Seksi Waskon.
7. Kepala Seksi Waskon meneliti uraian penelitian pengurangan PBB
dan lembar perhitungannya, apabila Kepala Seksi Waskon setuju
dan ditandatangani maka berkas tersebut selanjutnya diserahkan ke
Kepala Kantor.
8. Kepala Kantor akan memeriksa kembali berkas pengajuan dan
memberikan keputusan atas besarnya pengurangan. Berkas yang
telah disetujui diserahkan ke Kepala Seksi Waskon.
9. Kepala Seksi Waskon menerima draft yang telah ditandatangani
Kepala Kantor kemudian diserahkan ke Kepala Seksi Pelayanan.
10. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan kepada pelaksana pelayanan
untuk mencetak surat keputusan rangkap 3 dan ditandatangani
Kepala Kantor atas nama Menteri Keuangan.
11. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan seksi PDI untuk mencetak
STTS setelah diberikan pengurangan.
12. Hasil keputusan dipisahkan dengan salinannya berdasar masing-
masing kelurahan, kemudian diserahkan ke petugas TPT. Petugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelayanan akan membukukan hasil keputusan dalam buku agenda
pengajuan.
Penentuan Besarnya Persentase Pengurangan Wajib Pajak Orang
Pribadi.
Penentuan besarnya persentase pengurangan merupakan hal yang
paling penting karena harus mencerminkan asas keadilan baik dari sisi
wajib pajak maupun fiskus. Wajib pajak mendapat pengurangan sesuai
dengan kemampuan finansialnya dan pemberian pengurangan jangan
sampai menyebabkan target penerimanan tidak tercapai. Penentuan
persentase pengurangan dapat dilakukan dengan menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi kemampuan wajib pajak dan tidak hanya
berdasar penilaian subjektif.
Setiap daerah memiliki potensi dan keadaan yang tidak sama
dalam hal kemampuan perpajakannya sehingga penentuan persen
pengurangan diserahkan kepada kebijaksanaan Kepala KPP Pratama di
wilayah kerja masing-masing setinggi-tingginya 75%.
Tabel II.3 Jumlah Pajak Terutang Yang Diajukan Pengurangan PBB untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi
Tahun Pokok
Ketetapan
Pokok Ketetapan
Setelah Pengurangan
Selisih Persen
Pengurangan (%)
2008 829.269.153 686.922.784 142.346.369 17,17 2009 802.650.361 617.553.599 185.096.762 23,06 2010 763.934.426 566.759.075 197.175.351 25,81
Sumber : Seksi Pelayanan KPP Pratama Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel diatas menunjukkan perbandingan pengurangan PBB yang
diberikan dengan pokok ketetapan tahun 2009 sebesar 23,06%. Pada
tahun 2010 sebesar 25,81%. Hal tersebut berarti pengajuan
pengurangan pajak terutang dari wajib pajak orang pribadi banyak yang
dikabulkan, meskipun wajib pajak yang mengajukan pengurangan di
tahun 2010 tidak sebanyak di tahun 2009.
b. Mekanisme Penyelesaian Pengurangan PBB di KPP Pratama
Surakarta untuk Wajib Pajak Badan.
Wajib pajak badan yang mengajukan pengurangan dapat
mendatangi langsung KPP Pratama Surakarta di bagian TPT atau
mengirimkan lewat pos. Kepala seksi Waskon akan membuat surat
disposisi yang ditujukan kepada account representative. Selanjutnya
proses pemberian pengurangan berupa alur berkas untuk wajib pajak
badan sama dengan wajib pajak orang pribadi.
Tabel II.4 Jumlah Pajak Terutang yang Diajukan Pengurangan PBB Wajib Pajak
Badan
Tahun Pokok Ketetapan
Pokok Ketetapan
Setelah Pengurangan
Selisih Persen
Pengurangan (%)
2008 651.126.234 550.268.968 100.857.266 15,49 2009 609.390.775 510.474.952 98.915.823 16,23 2010 428.466.966 342.464.016 86.002.950 20,07
Tabel di atas menunjukkan perbandingan pengurangan yang
diberikan dengan pokok ketetapan tahun 2009 sebesar 16,23%. Pada
tahun 2010 sebesar 20,07%. Berarti pada tahun 2010 wajib pajak badan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang mengajukan pengurangan pajak terutang atas PBB mengalami
penurunan, namun tingkat penyelesaian pengajuan pengurangan
tersebut meningkat dibanding tahun 2009.
Penentuan Besarnya Persentase Pengurangan PBB untuk Wajib
Pajak Badan (PTS dan Rumah Sakit Swasta).
Menurut Surat Edaran DJP Nomor SE-10/PJ.6/1995 atas
Pengenaan PBB atas Perguruan Tinggi Swasta (PTS), SPPT PBB atas
PTS diterbitkan apabila:
a. Sumbangan pembinaan Pendidikan (SPP) dan pungutan lainnya
dengan nama apapun rata-rata > = Rp. 2.000.000,00 satu tahun.
b. Luas bangunan > = 2000 meter persegi.
c. Lantai/ tingkat bangunan > = 4 lantai.
d. Luas tanah > + 20.000 meter persegi.
e. Jumlah mahasiswa > = 3.000 mahasiswa.
Pengajuan permohonan oleh PTS akan diberikan pengurangan
sebesar 50% jika PTS tersebut dapat membuktikan kegiatannya tidak
memperoleh keuntungan. Keuntungan PTS merupakan selisih antara
besarnya penerimaan yang diperoleh dari: SPP, biaya seleksi masuk
PTS, sumbangan wajib pembangunan, hasil kontrak kerja yang sesuai
dengan peranan dan fungsi perguruan tinggi, penerimaan dari hasil
usaha sampingan dikurangi biaya-biaya rutin atau operasional.
Penyelesaian pengurangan PBB harus didukung dengan data yang
dapat dipertanggungjawabkan dan menunjukkan besarnya manfaat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diperoleh maupun beban yang ditanggung oleh subjek pajak
sehubungan dengan pengelolaan objek PBB misalnya :
1) laporan keuangan yang telah diaudit oleh aparat pengawasan
fungsional pemerintah dan/atau akuntan publik,
2) laporan penerimaan dan pengeluaran rutin,
3) data pendukung lain seperti SK Pendirian.
Menurut Keputusan Menteri keuangan RI No. 796/KMK.04/1993
tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan atas Rumah Sakit
Swasta. Rumah Sakit Swasta dikenakan PBB sebesar 50% dari jumlah
PBB yang seharusnya terutang atas bumi dan/atau bangunan yang
dikuasai/ dimiliki/ dimanfaatkan oleh Rumah Sakit Swasta apabila:
1) 25% dari jumlah tempat tidur digunakan oleh pasien yang tidak
mampu,
2) Sisa Hasil Usaha (SHU) digunakan untuk investasi Rumah Sakit
dan tidak digunakan untuk investasi di luar Rumah Sakit.
Pemeriksaan Sederhana Kantor di KPP Pratama Surakarta.
Pemeriksaan sederhana kantor adalah pemeriksaan administratif
dengan memeriksa data-data wajib pajak yang diajukan dalam berkas
pengurangan untuk mendapatkan gambaran riil wajib pajak.
Pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan apabila berkas pengajuan
pengurangan sudah memenuhi persyaratan menurut AR, dan biasanya
pemeriksaan ini diterapkan terhadap wajib pajak yang sudah pernah
mengajukan atau mendapatkan pengurangan PBB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pemeriksaan sederhana kantor dilakukan berdasar surat perintah
dari kepala kantor, kemudian dituangkan dalam lembar konsep usul
pengurangan yang berisi nama wajib pajak, NOP, kelurahan, status/
pekerjaan, penghasilan per bulan, rata-rata konsumsi wajib pajak per
bulan, ketetapan tahun lalu, pengurangan tahun lalu, ketetapan tahun
lalu setelah diberikan pengurangan ketetapan tahun sekarang, kondisi
objek pajak, usul pengurangan, catatan/ saran kasi, tanda tangan seksi
waskon dan persetujuan kepala kantor.
Pemeriksaan Sederhana Lapangan di KPP Pratama Surakarta.
Merupakan kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan data-
data wajib pajak dan objek pajak dengan turun langsung ke lapangan
untuk memperoleh gambaran riil sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan besarnya pengurangan. Pemeriksaan sederhana lapangan
dilaksanakan tergantung pada kondisi wajib pajak atau jika dirasa perlu
lebih banyak informasi dalam menyelesaikan permohonan
pengurangan.
Pemeriksaan sederhana lapangan dilakukan berdasar surat
perintah dari kepala kantor untuk melakukan verifikasi lapangan yang
dilakukan oleh account representative. Sebelum melakukan
pemeriksaan petugas akan memberitahu wajib pajak yang bersangkutan
dan diminta untuk bekerja sama dengan menyediakan data yang
dibutuhkan oleh petugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Di lapangan petugas memeriksa kondisi wajib pajak apakah
memang benar wajib pajak tersebut menempati objek pajak tersebut,
memeriksa faktor fisik maupun non-fisik objek pajak, serta faktor
lainnya yang dapat memberikan gambaran rinci wajib pajak dalam hal
wajib pajak orang pribadi. Untuk wajib pajak badan, account
representative akan meminta laporan keuangan perusahaan yang telah
diaudit oleh akuntan publik dan data-data pendukung lain yang
menjelaskan kondisi riil perusahaan. meneliti kondisi objek pajak
berupa lokasi, kondisi fisik tanah dan bangunan, gambaran kinerja
wajib pajak badan selama 3 tahun terakhir mengalami kerugian atau
tidak. Objek pajak difoto sebagai bukti riil objek pajak.
Hasil pemeriksaan dituangkan dalam berita acara dan diberi
nomor serta dilampirkan berkas pengajuan dan draft hasil keputusan
yang ditandatangani seksi waskon. Kemudian diserahkan kepada
Kepala Kantor.
Penyampaian Surat Keputusan Pemberian Pengurangan
Surat keputusan pemberian pengurangan PBB dicetak rangkap 3,
setelah ditandatangani kepala kantor dipisahkan yang asli untuk wajib
pajak, sedangkan salinannya untuk DPPKA dan arsip di KPP Pratama
Surakarta. Surat keputusan kemudian dibukukan dalam agenda
pengurangan PBB.
Penyampaian surat keputusan untuk wajib pajak orang pribadi
ataupun badan dilakukan melalui loket TPT. Bagi wajib pajak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengajukan pengurangan lewat pos, maka hasil keputusan akan
dikirimkan melalui pos.
3. Evaluasi Pemberian Pengurangan PBB.
Berdasarkan peraturan undang-undang yang berlaku dengan
pelaksanaan di KPP Pratama Surakarta dapat dilakukan evaluasi sebagai
berikut:
a. Mekanisme pengajuan dan penyelesaian pengurangan PBB telah sesuai
peraturan yang berlaku. Salah satunya dapat dilihat dengan adanya
pemberian persentase pengurangan untuk wajib pajak veteran sebesar
75% dan 50% untuk PTS dan Rumah Sakit Swasta.
b. Berdasar Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-77/PJ/2009
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan Pengurangan
Pajak Bumi dan Bangunan berkas pengajuan pengurangan harus
dikelompokkan sesuai arestasi kewenangan penyelesaian permohonan,
yaitu kewenangan pada Kepala KPP Pratama, kewenangan pada Kepala
Kanwil DJP atau kewenangan pada Direktur Jenderal Pajak.
Pelaksanaan di KPP Pratama Surakarta sudah sesuai dengan ketentuan
tersebut.
c. Mekanisme di KPP Pratama Surakarta untuk berkas pengajuan yang
wewenang penyelesaian pengurangannya di Kanwil DJP berkas
diteruskan paling lambat 14 hari kerja, hal tersebut tidak sesuai dengan
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-77/PJ/2009 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bumi dan Bangunan yang menyebutkan penerusan berkas ke Kanwil
DJP paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak surat permohonan
pengurangan diterima.
d. KPP Pratama Surakarta akan melaksanakan pemeriksaan lapangan
berdasar kondisi wajib pajak atau jika dianggap perlu. Hal tersebut
sudah sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
77/PJ/2009.
e. Pembuatan SK Keputusan Pengurangan di KPP Pratama Surakarta
hanya rangkap 3, menurut peraturan yang berlaku dibuat rangkap 6.
4. Hasil Pemberian Pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta.
Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan upaya
pemberian keringanan pajak terutang atas objek PBB bagi wajib pajak
yang tidak mampu, wajib pajak yang terkena bencana alam atau sebab-
sebab lain yang luar biasa serta wajib pajak badan yang mengalami
kerugian dan kesulitan likuiditas. Diharapkan dengan adanya pemberian
pengurangan wajib pajak mampu memenuhi kewajiban perpajakannya,
yaitu dengan membayar pajak terutang atas bumi dan bangunan.
Tabel II.5 Hasil Pemberian Pengurangan PBB di KPP Pratama Surakarta
Tahun 2010
NOP Ketetapan
Pajak % Ketetapan
Setelah Pengurangan
Tgl Bayar
Tempat Pembayaran
33.72.020.007.005.0113.0
2.084.036 20 1.667.229 30/10 Bank Mandiri
33.72.030.001.003.0091.0
5.549.024 75 4.439.219 09/06 BRI Semanggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33.72.010.011.004.0143.0
10.436.360 50 5.218.180 30/08
BRI KPP
33.72.010.007.002.0224.0
60.236.692 50 30.118.346 13/10
BRI KPP
33.72.040.008.005.0169.0
12.404.132 30 8.682.892 29/09
BRI KPP
Tabel di atas menunjukkan sampel dari beberapa wajib pajak yang
memperoleh pengurangan PBB, besarnya ketetapan pajak, persentase
pengurangan yang diberikan dan ketetapan pajak setelah diberikan
pengurangan. Tanggal dan tempat pembayaran menunjukkan adanya
pembayaran pajak oleh wajib pajak.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pegawai di KPP
Pratama Surakarta, wajib pajak yang memperoleh pengurangan
pengurangan PBB pasti akan melunasi pajak terutangnya. Dan wajib pajak
yang mengajukan pengurangan namun tidak dikabulkan tetap harus
melunasi pajak yang terutang sesuai yang tercantum dalam SPPT. Tabel
II.6 menunjukkan realisasi penerimaan PBB dari tahun 2008 sampai
dengan 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
TEMUAN
A. Kelebihan
Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama
Surakarta memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
1. Wajib pajak yang telah mendapat pengurangan tidak ada yang
mengajukan pengurangan kembali untuk tahun pajak yang sama, hal
tersebut berarti wajib pajak cukup puas dengan keputusan yang diberikan
KPP Pratama.
2. KPP Pratama Surakarta telah menyediakan formulir yang diperlukan
dalam mengajukan permohonan pengurangan, antara lain formulir
permohonan dan surat pernyataan besar penghasilan.
3. Diadakannya pemeriksaan lapangan terhadap wajib pajak yang dirasa
perlu akan dapat mengetahui kondisi wajib pajak dan objek pajak yang
sebenarnya, sehingga pemberian pengurangan dapat dilaksanakan sesuai
ketentuan yang berlaku.
4. KPP Pratama Surakarta tetap menerima berkas pengajuan permohonan
yang disampaikan melebihi batas waktu pengajuan, hal tersebut guna
meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak.
5. Penentuan besar persentase pengurangan untuk wajib pajak orang pribadi
telah menggunakan sistem komputerisasi yang dituangkan dalam lembar
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perhitungan, dimana telah tersedia rumus-rumus sesuai ketentuan yang
berlaku. Hal tersebut memudahkan pekerjaan account representative.
B. Kekurangan
Meskipun memiliki beberapa kelebihan, proses pemberian pengurangan
PBB di KPP Pratama Surakarta juga memiliki beberapa kekurangan, antara
lain:
1. Petugas TPT tetap menerima dan meneruskan berkas pengajuan yang
kurang lengkap ke account representative, sehingga account
representative harus memeriksa ulang berkas dan menghubungi wajib
pajak agar melengkapi berkas. Hal tersebut menghambat proses
penyelesaian pengajuan pengurangan.
2. Dalam memberikan persentase keputusan pengurangan antara account
representative yang satu dengan account representative yang lain
berbeda. KPP Pratama Surakarta memang telah memiliki variabel-
variabel untuk menentukan besar persentase pengurangan, namun
terkadang masih terdapat account representative yang menggunakan
range penghasilan untuk memberikan keputusan pengurangan.
3. Surat keputusan pengurangan hanya dicetak rangkap 3 (tiga), yaitu untuk
wajib pajak, DPPKA, dan arsip di KPP Pratama Surakarta. Seharusnya
dicetak rangkap 6 (enam) yaitu untuk wajib pajak, DPPKA, tempat
pembayaran, kelurahan, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, dan
sebagai arsip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan mengenai pemberian
pengurangan pajak bumi dan bangunan bagi wajib pajak yang tidak mampu di
KPP Pratama Surakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tujuan KPP Pratama Surakarta memberikan fasilitas pengurangan PBB
bagi wajib pajak yang tidak mampu adalah sebagai bentuk pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1984 sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 yang merupakan upaya
mewujudkan keadilan dalam perpajakan.
2. Proses pengajuan dan penyelesaian permohonan pengurangan pajak
terutang atas bumi dan bangunan di KPP Pratama Surakarta secara garis
besar telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
3. Wajib pajak baik orang pribadi maupun badan yang mengajukan
pengurangan pajak terutang atas bumi dan bangunan mengalami
penurunan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
4. Menurut Surat Edaran DJP No. SE-10/PJ.6/1995 dan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 796/KMK.04/1993, wajib pajak
badan yang bersifat tidak komersiil seperti Perguruan Tinggi Swasta dan
Rumah Sakit Swasta, apabila pengajuan pengurangannya memenuhi
persyaratan akan diberikan pengurangan sebesar 50%.
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rekomendasi
Agar peranan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta lebih baik
dalam memberikan fasilitas pengurangan pajak terutang atas bumi dan
bangunan, berikut ada beberapa rekomendasi yang ingin penulis sampaikan
antara lain:
1. KPP Pratama memberikan sosialisasi kepada wajib pajak tentang adanya
fasilitas pemberian pengurangan pajak yang terutang atas bumi dan
bangunan. Sehingga wajib pajak yang tidak mampu dapat memanfaatkan
fasilitas tersebut dan mengetahui persyaratan apa saja yang harus
dilengkapi agar tidak terjadi permasalahan berkas kurang lengkap.
2. Membuat peraturan yang tegas tentang variabel-variabel yang
dipergunakan untuk menentukan besar persentase, sehingga tidak ada
lagi account representative yang menggunakan range penghasilan.
3. Terus meningkatkan ketrampilan aparat pajaknya dalam memberikan
pelayanan pengurangan pajak sehingga tercipta suasana yang nyaman
dan memudahkan wajib pajak.
4. Meningkatkan mutu pelayanan dengan adanya keadilan pajak,
standarisasi, transparansi dan kecepatan dalam penyelesaian permohonan
pengurangan