perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id analisis sistem .../analisis... · analisis sistem...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS SISTEM PENILAIAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT PRODUKTIF
KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN (AP)
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta
Tahun Diklat 2011/2012)
SKRIPSI
Oleh :
M. AGUS SAPUTRA
K7408234
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ANALISIS SISTEM PENILAIAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT PRODUKTIF
KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN (AP)
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta
Tahun Diklat 2011/2012)
Oleh :
M. AGUS SAPUTRA
K7408234
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
M. Agus Saputra. ANALISIS SISTEM PENILAIAN HASIL
BELAJAR MATA DIKLAT PRODUKTIF KELAS XI PROGRAM
KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN (AP) (Studi Kasus di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta Tahun Diklat
2011/2012). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah, 1) untuk mengetahui pelaksanaan sistem
penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6
Surakarta. 2) Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem
penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6
Surakarta. 3) Untuk mengetahui usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala-
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar mata
diklat produktif kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sumber data
penelitian ini meliputi informan, tempat atau lokasi, dan dokumen dan arsip.
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling dan teknik
bola salju (snowball sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti adalah wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Validitas data yang
digunakan yaitu triangulasi data (sumber) dan triangulasi metode, sedangkan
teknik analisis data peneliti menggunakan analisis interaktif.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) pelaksanaan
penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran SMK N 6 Surakarta berdasarkan pada standar penilaian
dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan Kurikulum KTSP Spektrum
yang berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor:
251/C/KEP/MN/2008 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah
Kejuruan, dimana penilaian tersebut dilaksanakan per Kompetensi Dasar (KD).
Akan tetapi pelaksanaan penilaiannya tidak murni per KD melainkan
dikombinasikan dengan ujian mid dan akhir semester. Cara ini dipakai untuk
mensiasati pembayaran SPP yang dilakukan orang tua/wali murid pada
pelaksanaan ujian mid dan akhir semester. Mekanisme penilaian hasil belajar
mata diklat produktif kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP)
SMK N 6 Surakarta yaitu persiapan penilaian (menyusun kisi-kisi, persiapan soal,
menentukan unsur-unsur yang dinilai, menentukan teknik penilaian, menyusun
jobsheet dan lembar penilaian), pelaksanaan proses penilaian, pelaporan hasil
penilaian, dan remidiasi. (2) Hambatan/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
sistem penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta yaitu pembayaran SPP yang
kurang lancar, menghambat pelaksanaan sistem penilaian per KD, kurangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
pemahaman guru mengenai teknik penilaian hasil belajar, kebiasaan guru menilai
hanya dari aspek kognitif. (3) Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi
kendala/hambatan dalam pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar mata diklat
produktif kelas XI di Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6
Surakarta adalah dengan mengkombinasikan ujian mid dan akhir semester dengan
ujian KD, penggunaan 2 (dua) teknik penilaian dalam satu mata diklat/pelajaran,
mengadakan supervisi sekolah.
Kata kunci: sistem penilaian, hasil belajar, mata diklat produktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
M. Agus Saputra. AN ANALYSIS OF LEARNING EVALUATION
SYSTEM IN PRODUCTIVE EDUCATION AND TRAINING OF CLASS XI
OF THE OFFICE ADMINISTRATION SKILL PROGRAM ( A Case Study
at State Vocational High School 6 of Surakarta in the Education and
Training Year of 2011/2012). Skripsi: The Faculty of Teacher Training and
Education, Sebelas Maret University, Surakarta, July 2012.
The objectives of this research are to investigate: 1) the implementation of
the learning evaluation system in Productive Education and Training of Class XI
of the Office Administration Skill Program of State Vocational High School 6 of
Surakarta; 2) the constraints to the implementation of the learning evaluation
system; and 3) the efforts taken to deal with the constraints in the implementation
of the learning evaluation system.
This research used the qualitative research method. The samples of the
research were taken by using the purposive sampling and the snowball sampling
technique. The data sources included informants, sites or locations, and
documents/archives. The data were gathered through in-depth interview,
observation, and content analysis. They were validated by using data source and
method triangulations. They were then analyzed by using the interactive technique
of analysis.
Based on the results of the analysis, conclusions are drawn as follows:
1) the implementation of the learning evaluation system in Productive Education
and Training of Class XI of the Office Administration Skill Program of the school
has been based on the National Evaluation Standards issued by the Board of
National Standards of Education and the Spectrum School Curriculum, which has
been in effect as of the academic year of 2009/2010 based on the Decree of
Directorate General of Basic and Middle Education Management, Number:
251/C/KEP/MN/2008 on Skill Spectrum of Vocational Education in which the
evaluation is implemented on the basis of Basic Competency. However, its
implementation is not purely done on the basis of Basic Competency, but is
combined with mid-test and post-test. This is done so as to anticipate the school
fee payment by the students’ parents or guarantors who generally pay off their
school fee during the administration of mid-test or post-test. The mechanisms of
the evaluation include preparation of evaluation (arranging test blue-print,
preparing the test-items, determining the elements to be evaluated, determining
the evaluation technique, and arranging the job sheet and evaluation sheet),
implementation of evaluation technique, report of evaluation result and
remediation. 2) The constraints to the implementation of the learning evaluation
system include the unsmooth payment of school fees which inhibit the
implementation of evaluation system for Basic Competency base, the teachers’
lack of understanding on the learning result assessment technique, the teachers’
habit to assess the learning result from the cognitive aspect only. 3) The efforts
taken to deal such constraints are combining between the mid-test and pos-test to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
the Basic Competency test, using two evaluation techniques for one education and
training/learning unit, and conducting the school supervision.
Keywords: evaluation system, learning result, Productive education and training
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
MOTTO
Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan
samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 sen sehari. Bangsa yang
kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita
demi pembelian cita – cita.
(Ir. Soekarno/ Presiden Pertama RI)
Selama banteng – banteng indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat
membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan
kita mau menyerah kepada siapapun juga.
(Bung Tomo)
Ingatlah dua keuntungan dari kegagalan. Pertama, jika kita gagal, kegagalan
mengajarkan pada kita untuk menghindari apa-apa yang salah. Kedua, kegagalan
memberi kita kesempatan mencoba cara-cara baru.
(Roger Von Oech)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Bapak dan Ibu yang terkasih dan tersayang. Do’amu yang membuat anakmu
mampu menyelesaikan karya ini. Pengorbananmu yang mampu membakar
motivasi.
Kakakku yang selalu memberikan arahan.
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti hadurkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa telah
memberikan kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti ucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Ilmu Sosial yang telah
memberikan persetujuan skripsi.
3. Ketua dan Sekretaris BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran Program
Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan izin dalam penulisan
skripsi.
4. Dr. Wiedy Murtini, M.Pd selaku pembimbing I dan Tutik Susilowati,
S.Sos., M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan, pengetahuan dan dorongan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran Program
Studi Pendidikan Ekonomi yang telah mendidik dan memberikan bekal
ilmu selama peneliti dibangku kuliah.
6. Bapak dan Ibu Guru SMK N 6 Surakarta yang telah membantu dalam
memberikan informasi sehingga peneliti mendapatkan data yang
dibutuhkan.
7. Ibu dan Bapak yang telah medo’akan dan memberikan motivasi sehingga
skripsi dapat terselesaikan.
8. Kakakku yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi.
9. Teman-teman PAP angkatan 2008 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-
persatu yang memberikan warna selama menjadi mahasiswa.
10. Beni, Adul, Pandi, Naser, Nita, Endah yang membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
11. Semua pihak yang tidak sempat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dan ikut berpartisipasi dalam penelitian maupun penyusunan
skripsi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan karena
keterbatasan peneliti. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
peneliti harapkan. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Juli 2012
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................... x
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... xi
KATA PENGANTAR .................................................................................. xii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ................................................................................. 7
1. Tinjauan Sistem Penilaian Hasil Belajar ................................ 7
2. Tinjauan Mata Diklat Produktif ............................................. 23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 25
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ..................................... 30
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 31
C. Data dan Sumber Data ................................................................. 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
D. Teknik Sampling .......................................................................... 33
E. Pengumpulan Data ....................................................................... 34
F. Validitas Data ............................................................................... 36
G. Analisis Data ................................................................................ 38
H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 40
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian .............................................. 42
B. Deskripsi Temuan Penelitian ....................................................... 47
C. Pembahasan .................................................................................. 75
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................... 87
B. Implikasi ...................................................................................... 90
C. Saran ............................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 92
LAMPIRAN ................................................................................................... 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Elemen atau Komponen Sistem ............................................................. 8
2.2 Skema Kerangka Berpikir ...................................................................... 29
3.1 Skema Model Analisis Interaktif ........................................................... 39
3.2 Skema Prosedur Penelitian .................................................................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.2 Jumlah peserta didik SMK N 6 Surakarta tahun diklat 2011/2012 ....... 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara .............................................................................. 94
2. Hasil Wawancara (FIELD NOTE) .......................................................... 96
3. Jadwal Kegiatan Penelitian ..................................................................... 108
4. Bagan Struktur Organisasi SMK N 6 Surakarta beserta tugas
dan wewenangnya ................................................................................... 109
5. Daftar Guru dan Pegawai SMK N 6 Surakarta ....................................... 115
6. Daftar Wali Kelas dan Kepala Kompetensi Keahlian
SMK N 6 Surakarta ................................................................................. 117
7. Salinan Keputusan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Nomor: 251/C/KEP/MN/2008 tentang
Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan .............................. 119
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan ............... 127
9. Surat Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi ............................................. 147
10. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out ................................................ 149
11. Surat Keterangan Telah Melakukan Research
dari SMK N 6 Surakarta .......................................................................... 151
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar
peserta didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan
pendidikan harus diselenggarakan dengan sebaik mungkin agar tercipta proses
belajar mengajar yang aktif dan menyenangkan. Menurut UU No 23 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa:
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi yang kompleks yang
bertalian dengan sikap, nilai, ketrampilan, dan juga pemahaman anak didik.
Rangkaian perubahan dan pertumbuhan fungsi-fungsi jasmani, pertumbuhan
watak, pertumbuhan intelektual, dan pertumbuhan sosial, itu semua tercakup di
dalam peristiwa yang disebut proses belajar mengajar dan berintikan interaksi
belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tidak lepas dari adanya penilaian
hasil belajar. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilaksanakan secara
objektif berdasarkan kinerja peserta didik sebagai bukti penguasaan mereka
terhadap materi yang telah disampaikan oleh pendidik. Oleh karena itu, dalam
mendukung agar penilaian dilaksanakan secara objektif maka perlu adanya
standar ataupun sistem penilaian agar penilaian berjalan sesuai dengan alurnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI tentang Standar Pendidikan
Nasional No 19 Th 2005 dijelaskan bahwa “Penilaian adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik”
(pasal 1 butir 17). Dengan diadakannya penilaian maka peserta didik akan
mengetahui sejauh mana kemampuan dalam memahami materi yang disampaikan
oleh pendidik. Sedangkan bagi pendidik, dengan penilaian akan mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sejauh mana peserta didik yang berhak melanjutkan meteri pelajaran dan sebagai
alat ukur untuk mengetahui keberhasilan dalam pembelajaran. Untuk itu, perlu
adanya sistem penialaian dimana dapat menjawab dari permasalahan –
permasalahan penilaian yang sering terjadi dalam dunia pendidikan, yang paling
umum tentunya adalah penilaian berdasarkan subjektivitas dari pendidik.
Penyelenggaraan pendidikan dan proses belajar mengajar di SMK pada
dasarnya merupakan upaya untuk membekali peserta didik agar setelah lulus
dapat menangani pekerjaan – pekerjaan sesuai dengan kriteria yang diharapkan
oleh dunia industri dan dunia usaha. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
kejuruan, termasuk SMK dapat dilihat dari dua sisi, yaitu keberhasilan peserta
didik di sekolah dan keberhasilan lulusan di dunia kerja. Untuk dapat berhasil di
dunia kerja sudah tentu harus didukung dengan keberhasilan akademik di sekolah.
Keberhasilan akademik inilah yang sering disebut dengan istilah hasil belajar
yang akan menumbuhkan perilaku tertentu bagi peserta didik. Penilaian hasil
belajar peserta didik pada dasarnya merupakan bagian integral dari proses
pembelajaran. Tujuannya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan
menilai kinerja peserta didik. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan secara
langsung pada saat peserta didik melakukan aktivitas belajar, maupun secara tak
langsung melalui bukti hasil belajar. Dalam Kurikulum SMK 2004 atau yang
sering disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dijelaskan bahwa
penilaian hasil belajar peserta didik dapat dibagi menjadi dua, yaitu penilaian
berbasis kelas dan penilaian berkala. Penilaian berbasis kelas merupakan bagian
integral dari proses pembelajaran, dan penilaian berkala untuk mengukur tingkat
penguasaan suatu kompetensi yang saling melengkapi sebagai proses penilaian
berkelanjutan.
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilaksanakan di Sekolah
Menengah Kejuruan secara terpadu dalam proses kegiatan pembelajaran,
bertujuan untuk memantau kegiatan dan kemajuan hasil belajar peserta didik
sebagai bahan masukan untuk perbaikan pembelajaran lebih lanjut, dan
menetapkan tingkat keberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi yang
dipelajari. Sedangkan penilaian berkala adalah pengukuran dan penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ketuntasan pencapaian hasil belajar peserta didik setelah menyele saikan satu
satuan kompetensi. Tujuannya untuk menetapkan keberhasilan peserta didik
dalam menguasai satuan kompetensi, level kualifikasi tertentu yang berkaitan
dengan proses pemberian sertifikat kompetensi, dan penyelesaian akhir
pendidikan. Bentuk yang dapat digunakan dalam penilaian berbasis kelas ini an-
tara lain adalah: tes tertulis, tes penampilan (performance), penugasan atau
proyek, dan portofolio. Tes tertulis dapat berbentuk tes pilihan ganda atau tes
bentuk uraian (esai). Tes penampilan adalah penilaian yang menuntut peserta
didik melakukan tugas dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati oleh guru.
Penugasan atau proyek merupakan tugas yang harus dikerjakan yang memerlukan
waktu yang relatif lama dalam pengerjaannya. Penugasan ini dimaksudkan untuk
menggali kemampuan peserta didik dalam mengintegrasikan seluruh pengetahuan
yang telah diperoleh dalam bentuk laporan atau karya tulis. Portofolio dapat
diartikan sebagai bentuk benda fisik dan suatu proses sosial pedagogis. Sebagai
bentuk fisik, portofolio merupakan bundel, yaitu kumpulan atau dokumentasi hasil
pekerjaan peserta didik yang disimpan dalam suatu bundel. Sebagai suatu proses
pedagogis, portofolio merupakan kumpulan pengalaman belajar yang terdapat
dalam pikiran peserta didik berupa pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
peserta didik.
Penilaian menjadi pendorong motivasi siswa, bagian integral dari proses
pembelajaran dan merangsang siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
Namun demikian dalam segi teknologi dan budaya masih banyak menemui
kendala yang sangat perlu dicermati. Umumnya kebanyakan para guru memiliki
tingkat pengetahuan yang rendah tentang metode penilaian. Mereka memiliki
sedikit mengalami pelatihan tentang penilaian, sehingga masih asing terhadap
bentuk-bentuk penilaian. Sehingga banyak guru yang melakukan penilaian hasil
belajar dengan menyimpang dari sistem ataupun aturan yang telah ditetapkan.
Selain itu, banyak pula seorang guru yang melakukan penilaian dengan perspektif
subjektif mereka, jadi hal ini akan semakin jauh dari objektivitas penilaian.
Sebagai seorang pendidik, guru melakukan penilaian hasil belajar untuk
mengetahui seberapa tingkat ketuntasan siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dilihat dari nilai ujian mid semester, ujian semester ataupun dalam bentuk
portofolio. Apabila nilai siswa tidak mencapai batas tuntas maka diadakan
remidial. Kebanyakan guru belum mengetahui makna sesungguhnya dari remidial
itu sendiri. Banyak guru yang melakukan remidial dengan cara memberikan ujian
yang sama seperti yang dikerjakan siswa terdahulu. Selain itu remidial diadakan
secara dadakan ataupun satu hari setelah pengumuman nilai. Sehingga hal ini
tidak sesuai dengan arti remidial sebenarnya, dimana remidial itu dilakukan
pembelajaran ulang bukan hanya melakukan ujian ulang yang diadakan secara
dadakan yang dapat menimbulkan pemikiran kalau remidial itu hanya sebatas
pemberian rekayasa nilai kepada siswa yang tidak lulus ujian.
Peneliti telah memiliki pengalaman prapenelitian dalam program
pengalaman lapangan (PPL) yang dilakukan peneliti di SMK N 6 Surakarta yang
merupakan SMK terbaik di kawasan eks-karisidenan Surakarta untuk kelompok
bisnis dan manajemen. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut, peneliti dapat
mengetahui banyak hal diantaranya sistem penilaian di SMK Negeri 6 Surakarta
khusunya di Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP), dimana penilaian
hasil belajar yang semula berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran,
seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, penilaian hanya untuk
mencapai batas tuntas minimal atau kriteria ketuntasan minimal (KKM). Sehingga
banyak dari siswa yang mendapatkan rekayasa nilai dari guru meskipun nilai asli
kurang dari standar ketuntasan minimal atau KKM tersebut. Selain itu, pemberian
remidial yang mendadak dan rentan waktu pengumuman remidial dengan hasil
ujian yang singkat, seakan – akan membuat kegiatan remidial hanyalah formalitas
belaka.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang: ANALISIS SISTEM PENILAIAN HASIL BELAJAR MATA
DIKLAT PRODUKTIF KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI
PERKANTORAN (AP) (Studi Kasus di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 6 Surakarta Tahun Diklat 2011/2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Perumusan Masalah
Menurut Iskandar (2008) rumusan masalah adalah “…rumusan masalah
merupakan uraian dari masalah – masalah yang dimuculkan dalam latar belakang
yang dikemukakan diatas” (243).
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka
perumusan masalah penilitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar mata diklat
produktif kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta?
2. Kendala apa sajakah yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem penilaian
hasil belajar mata diklat produktif kelas XI Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 6 Surakarta?
3. Usaha apa sajakah yang dilakukan untuk mengatasi kendala – kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar?
C. Tujuan Penelitian
Menurut Iskandar (2008) tujuan penelitian yaitu “tujuan penelitian adalah
tujuan untuk menjawab pertanyaan yang diteliti secara spesifik, untuk mencapai
tujuan penelitian dengan penelitian yang dilakukan” (244).
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan mengenai analisa sistem
penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6
Surakarta tahun diklat 2011/2012 mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar mata diklat
produktif kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem
penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI Program Keahlian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 6 Surakarta.
3. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala –
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar
mata diklat produktif kelas XI Program Keahlian Administrasi
Perkantoran (AP) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting karena menghasilkan informasi rinci, akurat dan
aktual yang akan memberikan manfaat dalam menjawab masalah penelitian baik
secara teoritis maupun praktis. Penelitian ini diharapkan berguna:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu
pendidikan, khususnya penilaian hasil belajar di Sekolah di seluruh
Indonesia.
2. Manfaat praktis
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam penilaian hasil belajar untuk
ikut serta dalam mencerdaskan bangsa.
c. Hasil penelitian ini diharapakan menjadi salah satu prasyarat
mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran untuk memperoleh
gelar sarjana.
d. Menambah daftar kepustakaan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) serta diharapkan dapat memberikan gambaran bagi
peneliti lain yang akan mengadakan penelitian terhadap masalah yang
sejenis dengan yang penulis teliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Dalam suatu penelitian ilmiah, mengkaji teori merupakan langkah awal
dalam usaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari kajian tersebut,
akan diperoleh informasi atau keterangan yang bersangkutan dengan variabel
yang diteliti. Berpedoman pada teori informatif, peneliti dapat mencari data
lapangan yang tepat dan berdaya guna sehingga tujuan peneliti dapat tercapai
dengan baik. Telaah teori dari variabel yang hendak diteliti oleh peneliti
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kesimpulan akhir yang hendak
di capai.
1. Sistem Penilaian Hasil Belajar
a. Pengertian Sistem
Menurut Hamalik (2003) Istilah sistem dijelaskan bahwa ”...sistem
adalah seperangkat komponen atau unsur – unsur yang saling berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan” (hlm. 1). Sedangkan menurut McLeod, Jr,
yang diterjemahkan oleh Teguh (2001) merumuskan bahwa ”sistem adalah
sekelompok elemen – elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama
untuk mencapai suatu tujuan” (hlm. 9).
Suatu sistem dapat terbagi menjadi beberapa elemen atau
komponen sistem. Dimana bagian – bagian elemen dan subsistem dari
sebuah sistem tersebut saling terkait dan berkerjasama sehingga dapat
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Bagian – bagian elemen dan
subsistem tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Gambar 2.1 Sistem dapat Terdiri dari Subsistem dan Bagian – bagian
Elemen
(Sumber : McLeod, Jr, diterjemahkan oleh Teguh 2001: 11)
Jadi, sistem merupakan sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen
atau subsistem yang saling berhubungan atau yang dihubungkan dengan
cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan
suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan
dalam pelaksanaannya sebuah sistem haruslah didukung dengan prosedur
dan metode yang telah disepakati bersama demi kelancaran dalam
penggunaan sistem. Sehingga penggunaan sistem tidaklah menambah
kesulitan pengguna akan tetapi sistem berguna untuk mempermudah
dalam melaksanakan suatu kegiatan atau aktivitas tertentu.
Sistem
Subsistem
B Bagian
Elemen C
Sub – Subsistem
A – 2
Sub – Subsistem
B – 1
Sub – Subsistem
A – 1
Subsistem
A
Sub – Subsistem
B – 2
Sub – Subsistem
A – 3 Bagian Elemen
B – 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Pengertian Penilaian
Menurut Depdiknas dalam Rancangan Penilaian Hasil Belajar
(2008) mengemukakan bahwa “Penilaian merupakan rangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan
hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan” (hlm. 2). Lebih lanjut dalam lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan menyatakan “Penilaian pendidikan adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian
hasil belajar peserta didik” (hlm. 3).
Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses
menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai dari
sebuah objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk
dapat mengatakan baik ataupun buruk diperlukan adanya ukuran yang
jelas bilamana objek tersebut dikatakan baik dan bilaman objek tersebut
dikatakan buruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2005) dimana
“Penilaian merupakan pengambilan suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kualitatif” (hlm. 3).
Dari pengertian penilaian diatas, dapat diketahui bahwa penilaian
hasil belajar terdiri dari beberapa proses. Pertama, seorang pendidik harus
memperoleh sumber nilai yang berguna dalam penilaian. Selanjutnya,
pendidik menganalisis nilai yang telah diperoleh tersebut. Setelah pendidik
menganalisis nilai tersebut dengan sistematis dan berkesinambungan,
langkah selanjutnya yaitu pengambilan keputusan, dimana pendidik harus
mengambil keputusan dengan ukuran tertentu agar dapat menjadi sebuah
informasi yang bermanfaat dan berguna bagi pendidik sendiri, sekolah
maupun peserta didik yang bersangkutan. Dari uraian inilah dapat
diketahui, bahwa penilaian merupakan suatu proses yang
berkesinambungan yang harus dilakukan dengan teliti dan objektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Tujuan Penilaian
Cartono dan Utari dalam Penilaian Hasil Belajar Berbasis Standar
(2006) menjelaskan beberapa tujuan penilaian yaitu:
1) Mendiskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang
studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah
tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang
diharapkan.
3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan
pengajaran serta strategi pelaksanaannya.
4) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak
sekolah kepada pihak – pihak yang berkepentingan (hlm. 30).
Berdasarkan Buku Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Sekolah) yang diterbitkan oleh Tim Pustaka Yustisia menyatakan
bahwa:
Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh guru untuk
memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik
sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan
secara berkesinambungan. Penilaian juga dapat memberikan umpan
balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan
proses pembelajaran. (hlm. 355)
Sedangkan menurut Sudrajat (2008) dalam blognya yang berjudul
Tentang Pendidikan menyebutkan bahwa tujuan dari penilaian adalah
sebagai berikut:
1) Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau
membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan
dengan peserta didik lain.
2) Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara
peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak.
3) Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah
menguasai kompetensi.
4) Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil
belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik
memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan
kepribadian maupun untuk penjurusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
5) Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan
belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang
bisa dikembangkan.
6) Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik
pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang
sesuai.
Berdasarkan tujuan penilaian yang dikemukakan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa tujuan penilaian yaitu:
1) Mengatahui tingkat pencapaian kompetensi.
2) Mengukur pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk
mengatahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah.
3) Mengetahui hasil pembelajaran untuk menentukan tindak lanjut
penilaian.
4) Sebagai pertanggungjawaban guru dan peserta didik atas
terlaksananya pembelajaran.
d. Teknik Penilaian
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan :
Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik
penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau
kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Teknik tes berupa
tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Teknik observasi
atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau
di luar kegiatan pembelajaran. Teknik penugasan baik perseorangan
maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/ atau proyek
(hlm. 3)
Menurut Depdiknas (2008) tentang Rancangan Penilaian Hasil
Belajar menyatakan :
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara
komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang
dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes,
observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
antar teman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik (hlm. 4).
Adapun penjelasan mengenai teknik penilaian dapat penulis
uraikan sebagai berikut :
1) Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat
benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes
praktik atau tes kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut
peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau
isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda,
benarsalah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya
berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes
lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung
(tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan
jawaban diberikan secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes
yang meminta peserta didik melakukan perbuatan/
mendemonstasikan/ menampilkan keterampilan. Dalam rancangan
penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai
macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan
ujian sekolah.
2) Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan
terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau
di luar kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk
mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan
kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal
maupun informal. Penilaian observasi dilakukan antara lain sebagai
penilaian akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga, dan kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik
secara perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan
diberikan untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah,
portofolio, projek, dan/atau produk.
a) Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta
didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk
mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas
peserta didik. Bentuk ini cocok untuk mengetahui
perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai
bersama karyakarya atau tugastugas yang dikerjakannya.
Peserta didik dan pendidik perlu melakukan diskusi untuk
menentukan skor. Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat
menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan
penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Perkembangan
kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian
portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila
jumlah peserta didik yang dinilai sedikit.
b) Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam
kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian
melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data,
serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan
terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
c) Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta
didik menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk
dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan,
dan hasil.
4) Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis
yang dipakai untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi
peserta didik terhadap objek psikologis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
5) Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran
yang berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap
dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.
6) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal.
Dalam penilaian diri, setiap peserta didik harus mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.
7) Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan
temannya dalam berbagai hal secara jujur.
Dari beberapa sumber diatas, peneliti dapat mengetahui bahwa
teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal,
penilaian diri, dan penilaian antar teman. Akan tetapi dalam pelaksanaan
penilaian hasil belajar siswa, peneliti lebih condong menggunakan teknik
penilaian yang berupa tes, observasi dan penugasan. Teknik tes digunakan
untuk mengetahui dan mengasah keterampilan kognitif siswa. Dimana
keterampilan kognitif inilah yang paling menjadi acuan dalam proses
pembelajaran khususnya dalam hal hasil belajar siswa. Sedangkan teknik
penilaian observasi dan penugasan bermanfaat pada keterampilan afektif
dan psikomotorik siswa. Dalam teknik ini siswa diharapkan mampu
melaksanakan unjuk kerja yang sesuai dalam teori atau yang sering disebut
dengan praktik lapangan.
e. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan – kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia melaksanakan proses belajar mengajar. Haryati dalam
buku Model dan Teknik Penilaian (2008) menyatakan “Pada umumnya
hasil belajar dapat dikelompokan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif,
psikomotorik, dan afektif” (hlm. 22). Sedangkan menurut Sudjana (2008)
“Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik” (hlm. 3).
Sementara itu, menurut Hamalik (2003) menyatakan bahwa “Hasil
belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,
yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan
kertampilan” (hlm. 155).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, jelas bahwa suatu proses
belajar mengajar akan menghasilkan kemampuan siswa yang meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh oleh
seseorang setelah mengikuti kegiatan belajar yang meliputi ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
f. Penilaian Hasil Belajar
Menurut Haryati (2008) dalam buku Metode dan Penilaian pada
Tingkat Satuan Pendidikan mengemukakan:
Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain
untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar
peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus
sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan
perencanaan dan proses program pembelajaran” (hlm. 13).
Hal ini dipertegas oleh Penulisstoppp (2012) dalam blognya yang berjudul
Penilaian Pembelajaran bahwa penilaian hasil belajar merupakan sebuah
proses yang mencakup beberapa tahapan penilaian, antara lain:
1. Pretes (Tes awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan
pretes. Fungsi pretes ini antara lain untuk mempersiapkan peserta
didik dalam proses belajar, dan untuk mengetahui kemampuan
awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai bahan ajar yang
akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.
2. Penilaian proses
Penilaian proses dimaksud untuk menilai kualitas pembelajaran
dan
pembentukan kompetensi dasar pada peserta didik, termasuk
bagaimana tujuan-tujuan relajar direalisasikan.
3. Postes (Tes akhir)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan postes.
Postes juga memiliki banyak kegunaan, terutama dalam melihat
keberhasilan pembelajaran. Selain itu, postes berfungsi untuk
mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi dasar yang telah ditentukan, sehingga dapat diketahui
siswa yang akan mengikuti pembelajaran remedial.
Penilaian hasil belajar merupakan proses pemberian nilai yang
dilakukan oleh tenaga pendidik terhadap peserta didik sesuai dengan
kompetensi yang dicapainya. Menurut Sudajana (2008) “Penilaian hasil
belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang
dicapai siswa dengan kriteria tertentu” (hlm. 3).
Sedangkan dalam Permendiknas No. 20 Th 2007 (2007) tentang
standar penilaian pendidikan dijelaskan bahwa “penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta
didik pada semua mata pelajaran” (hlm. 13).
Jadi, hendaknya penilaian hasil belajar dilakukan oleh tenaga
pendidik sesuai dengan sistem yang telah ditentukan dan disetujui oleh
satuan pendidikan mengenai mata pelajaran dan kompetensi yang telah
diajarkan sebelumnya. Dimana penilaian hasil belajar siswa harus
mencakup beberapa tahap, yaitu pretes, penilaian proses dan postest.
Selain itu, dalam penilaian hasil belajar hendaknya memperhatikan pula
prinsip – prinsip penilaian sehingga hasil dari penilaian dapat dipercaya
dan dipertanggungjawabkan.
g. Prinsip Penilaian Hasil Belajar
Menurut Sudjana dalam penilaian hasil proses belajar mengajar
(2008) dijelaskan bahwa penilaian sangat menentukan kualitas pendidikan,
maka penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip penilaian
sebagai berikut:
1) Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa
sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat
penilaian dan interpretasi penilaian.
2) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari
proses belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3) Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian
menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana
adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan
sifatnya komprehensif.
4) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya.
(hlm. 8).
Sedangkan menurut Depdiknas (2008) tentang Rancangan
Penilaian Hasil Belajar dijelaskan Penilaian hasil belajar peserta didik
harus memperhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut:
1) Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
2) Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3) Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik, dan tidak membedakan latar belakang sosialekonomi,
budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan jender;
4) Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
5) Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan;
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta
didik;
7) Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkahlangkah yang baku;
8) Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan;
9) Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. (hlm. 5).
Selain prinsip penilaian diatas, Nurhadi (2004) merinci prinsip
penilaian menjadi sebagai berikut:
1) Menyeluruh
2) Berkesinambungan
3) Valid
4) Terbuka
5) Bermakna
6) Mendidik
7) Berorientasi pada kompetensi
8) Adil (hlm. 164)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Berdasarkan prinsip – prinsip yang dikemukakan diatas dapat
peneliti simpulkan bahwa dalam melakukan penilaian harus berpegang
pada sebagian prinsip – prinsip berikut:
1) Menyeluruh
Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai teknik termasuk
mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa. Penilaian
meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotorik (keterampilan).
2) Berkesinambungan
Pelaksanaan penilaian hasil belajar dilakukan dengan terncana,
bertahap dan terus – menerus untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan peserta didik.
3) Valid
Penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil
belajar siswa. Sehingga akan diketahui sumber nilai peserta didik
yang digunakan dalam penilaian hasil belajar.
4) Terbuka
Proses penilaian harus dilaksanakan dengan terbuka dan
transparan, sehingga diharapkan dapat diterima oleh siswa, guru,
wali murid, sekolah maupun masyarakat.
5) Mendidik
Hasil penilaian diharapkan mempu memberi motivasi atau
dorongan kepada siswa untuk meningkatkan kualitas hasil belajar.
6) Adil
Penilaian harus dilaksanakan dengan tidak membedakan latar
belakang siswa, baik ekonomi, sosial maupun budaya.
7) Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan dengan adil dan sesuai dengan
kemampuan peserta didik, menggunakan bahasa yang mampu
dipahami peserta didik dan penilaian dilaksanakan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menggunakan sistem yang telah ditentukan sebelumnya oleh pihak
sekolah.
h. Prosedur Penilaian Hasil Belajar
Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan dalam Depdiknas (2008) tentang Rancangan
Penilaian Hasil Belajar menyatakan bahwa penilaian pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh:
1) Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan
kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian ini dilaksanakan
dalam bentuk penugasan, ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
2) Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk
menilai pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata
pelajaran. Penilaian ini meliputi:
a) Penilaian akhir untuk semua mata pelajaran pada kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah
raga, dan kesehatan. Penilaian akhir digunakan sebagai salah
satu persyaratan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan dan harus mempertimbangkan hasil
penilaian peserta didik oleh pendidik.
b) Ujian Sekolah untuk semua mata pelajaran pada kelompok
ilmu pengetahuan dan teknologi (yang tidak dinilai melalui
Ujian Nasional) dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik
untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
Ujian Sekolah juga merupakan salah satu persyaratan untuk
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
3) Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah
Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional (UN).
Pemerintah menugaskan Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) untuk menyelenggarakan UN, dan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
penyelenggaraannya BSNP bekerja sama dengan instansi terkait di
lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan. (hlm. 18).
Jadi dapat penulis ketahui, bahwa prosedur penilaian hasil belajar
dilaksanakan dari penilaian hasil belajar oleh pendidik. Setelah itu,
penilaian hasil belajar dilaksanakan oleh satuan pendidikan dan
selanjutnya penilaian oleh pemerintah. Dengan adanya tingkatan –
tingkatan dalam penilaian hasil belajar, diharapkan siswa benar – benar
mampu dalam menguasai materi yang telah diajarkan oleh pendidik.
Karena masing – masing tingkatan hakikatnya sama – sama menilai dari
materi yang telah diajarkan oleh pendidik. Hanya saja waktu dan
prosedurnya yang membedakan antara penilaian oleh pendidik, satuan
pendidikan dan pemerintah.
i. Mekanisme Penilaian Penilaian Hasil Belajar
Berdasarkan Depdiknas (2008) tentang Rancangan Penilaian Hasil
Belajar dijelaskan bahwa Mekanisme penilaian hasil belajar peserta didik
digambarkan pada bagan berikut:
1) Perencanaan penilaian.
Perencanaan penilaian mencakup penyusunan kisi – kisi yang
memuat indikator dan strategi penilaian. Strategi penilaian meliputi
pemilihan metode dan teknik penilaian, serta pemilihan bentuk
instrumen penilaian.
2) Pelaksanaan penilaian.
Pelaksanaan penilaian adalah penyajian penilaian kepada peserta
didik. Penilaian dilaksanakan dalam suasana kondusif, tenang dan
nyaman dengan menerapkan prinsip valid, objektif, adil, terpadu,
terbuka, menyeluruh, menggunakan acuan criteria, dan akuntabel.
3) Analisis penilaian.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis adalah menganalisis
hasil penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu membandingkan
hasil penilaian masing – masing peserta didik dengan standar yang
telah ditetapkan.
4) Tindak lanjut hasil penilaian.
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu melaksanaan
program remedial untuk peserta didik yang belum tuntas (belum
mencapai KKM) untuk hasil ulangan harian dan memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kegiatan pengayaan bagi peserta didik yang telah tuntas dan
mempersiapkan administrasi penilaian berupa rapor peserta didik.
5) Pelaporan penilaian.
Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran dari setiap peserta didik
pada setiap akhir semester kepada pihak – pihak yang terkait. (hlm.
19).
Dari mekanisme penilaian hasil belajar mengajar diatas, dapat
diketahui bahwa dalam sistem penilaian hasil belajar mengajar terdapat
mekanisme penilaian, yaitu: perencanaan penilaian, pelaksanaan penilaian,
analisis penilaian, tindak lanjut hasil penilaian, dan pelaporan penilaian.
Hendakanya para pendidik melaksanakan mekanisme penilaian hasil
belajar mengajar sebagaimana mestinya. Agar hasil belajar siswa yang
berupa rapor tidak bersifat menipulatif, artinya nilai yang tercantum di
rapor siswa benar-benar nilai sesungguhnya yang berdasarkan kemampuan
dan kerja keras dari peserta didik.
j. Sistem Penilaian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2008) dijelaskan bahwa “Sistem Penilaian
adalah cara yang digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan hasil
penilaian sehingga kedudukan siswa dapat diketahui, apakah telah
menguasai tujuan intruksional ataukah belum” (hlm. 7). Dalam sistem
penilaian hasil belajar, seorang pendidik memiliki peran yang sangat
penting bukan hanya dalam hal proses pembelajarannya saja akan tetapi
juga dalam proses penilaian. Dimana seorang pendidik harus secara
objektif menentukan kriteria siswa dalam golongan yang berhasil, pandai,
baik, naik kelas, lulus atau tidak lulus.
Untuk menentukan kriteria golongan siswa berdasarkan nilai hasil
belajar maka diperlukan sistem penilaian. Menurut Sudjana (2008)
menyebutkan bahwa “sistem penilaian hasil belajar pada umumnya
dibedakan ke dalam dua cara atau dua sistem, yakni penilaian acuan norma
(PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)” (hlm. 7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Adapun penjelasan mengenai sistem penilaian hasil belajar dapat
penulis uraikan sebagai berikut :
1) Penilaian Acuan Patokan (PAP) bersifat tetap atau bahkan tidak
dapat ditawar. Dalam artian bahwa kriteria keberhasilan siswa itu
tidak dipengaruhi oleh prestasi suatu kelompok siswa. Apabila kita
menggunakan standar ini, maka keberhasilan atau kegagalan siswa
dalam mengikuti pelajaran ditentukan berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya (sebelum evaluasi dilaksanakan).
Keuntungan dari sistem ini yaitu dapat semakin meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa karena adanya tuntutan kriteria
kelulusan yang telah ditentukan. Sedangkan kelemahannya yaitu
adanya peluang kegagalan atau tidak lulus dari semua siswa karena
tidak dapat mencapai batas tuntas atau kriteria kelulusan yang telah
ditentukan sebelumnya.
2) Penilaian Acuan Norma (PAN) merupakan sistem penilaian
dimana keberhasilan siswa ditentukan oleh posisinya di antara
kelompok siswa yang mengikuti evaluasi. Dengan lain perkataan,
bahwa keberhasilan seseorang siswa dipengaruhi oleh tempat
relatifnya dibandingkan dengan prestasi rata-rata kelompok.
Keuntungan sistem ini adalah dapat diketahui prestasi kelas
sekaligus dapat diketahui keberhasilan pengajaran bagi semua
siswa. Sedangkan kelemahannya yaitu dapat menurunkan kualitas
hasil belajar.
Secara umum dapat peneliti ketahui bahwa sistem penilaian hasil belajar
merupakan proses untuk menentukan langkah tindak lanjut, berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program pengulangan (remedi)
bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) atau program pengulangan dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan
minimal. Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, pendidik dapat
menggunakan sistem penilaian hasil belajar berupa penilaian acuan norma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP). Dimana kedua sistem penilaian
tersbut memiliki keuntungan maupun kelemahan, sehingga diharapkan
pendidik mampu menggunakan sistem penilaian yang tepat dan sesuai
dengan keadaan sekolah.
2. Tinjauan Mata Diklat Produktif
a. Pengertian Mata Diklat Produktif
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh –
kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan
mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat
kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja.
Dalam Bimtek (2008) dijelaskan bahwa:
Di dalam penyusunan struktur kurikulum SMK, mata pelajaran dibagi
ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok program normatif, adaptif,
dan program produktif. Kelompok program normatif adalah mata
pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Kelompok
program adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris,
Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
Informasi, dan Kewirausahaan. Kelompok program produktif terdiri
atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar
Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Kelompok program
adaptif dan produktif adalah mata pelajaran yang alokasi waktunya
disesuaikan dengan kebutuhan Kompetensi Keahlian, dan dapat
diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain (hlm. 17)
Kelompok Mata Diklat Produktif kelas XI Program Keahlian
Administrasi Perkantoran terdiri dari beberapa kompetensi yaitu mengelola
dana kas kecil, menangani surat/dokumen, kantor, membuat dokumen/stenografi,
mengoperasikan aplikasi perangkat lunak, dan KKPI. Mata Diklat
Produktif berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi
standar atau kemampuan produktif pada suatu pekerjaan/keahlian tertentu
yang relevan dengan tuntutan dan permintaan pasar kerja. Jadi dalam mata
diklat produktif, siswa diharapkan mampu untuk menguasai teori bahkan
praktik bila diperlukan. Nilai mata diklat produktif sangat menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
bagi siswa untuk langsung terjun dalam dunia usaha maupun dunia
industri. Karena nilai mata diklat produktif menunjukkan penguasaan
materi maupun teori kejuruan yang di tempuh.
b. KKM Mata Diklat Produktif
KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar untuk setiap indikator
dalam suatu kompetensi dasar yang ditentukan oleh satuan pendidikan,
berkisar antara 0-100%. Dalam Bimtek (2008) dijelaskan bahwa:
KKM program produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan
kompetensi yang berlaku di dunia kerja yang bersangkutan. Kriteria
ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator pada KD program
produktif pada dasarnya adalah lulus/tidak lulus atau kompeten/tidak
kompeten. Peserta didik yang mencapai kompetensi minimal diberi
skor 70 atau 7,0. Penentuan nilai ketuntasan belajar program produktif
dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1) Tentukan proporsi pembobotan untuk pengetahuan, keterampilan
dan sikap sesuai dengan indikator/ kompetensi dasar/standar
kompetensi mengarah pada kebutuhan ranah taksonomi.
2) Tentukan batas kompeten untuk pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Batas kompeten adalah cerminan penguasaan indikator yang
dipersyaratkan pada setiap SK/KD/indikator yang merupakan
kemampuan minimal. Peserta didik dinyatakan kompeten jika
memenuhi persyaratan minimal berikut :
a) Pengetahuan : sesuai dengan kisi-kisi soal teori.
b) Keterampilan dan sikap : sesuai dengan indikator yang
dijabarkan menjadi aspek penilaian pada lembar observasi.
3) Menghitung perolehan nilai untuk setiap ranah dan
menggabungkannya sesuai dengan bobot yang telah ditentukan.
(hlm. 28).
Jadi, dari penjelasan diatas dapat diketahui apabila Peserta didik
yang telah mencapai standar minimal sesuai dengan indikator dinyatakan
kompeten dan memperoleh nilai konversi 70. Jika peserta didik memiliki
performansi/unjuk kerja melebihi standar minimal yang ditetapkan dalam
aspek penilaian seperti : Lebih cepat, lebih indah, lebih kreatif, lebih
bersih, dan lebih teliti, maka peserta didik dapat memperoleh nilai lebih
dari 70.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai penilaian hasil belajar sebelumnya pernah diteliti oleh
beberapa peneliti baik dari dalam negeri maapun dari luar negeri, antara lain:
1. Hartati Muchtar dalam Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-
9/Juni 2010 dengan judul “Penerapan Penilaian Autentik dalam Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan”. Permasalahan yang mendasari penelitian
tersebut yaitu adanya ketimpangan dalam pengertian dan cara mengukur
mutu pendidikan yang tepat dan dapat dipercaya. Hal ini disebabkan
karena Mutu pendidikan secara nasional pada hakikatnya merupakan
cerminan dari hasil belajar masing-masing peserta didik. Oleh karena itu
berbagai teknik dan bentuk penilaian dibuat untuk memperoleh hasil
belajar peserta didik yang dapat dipertanggungjawabkan serta benar –
benar dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara utuh. Dari
teknik-teknik yang ada, penilaian autentik dianggap dapat dipakai oleh
guru dan lembaga – pendidikan dalam memberikan gambaran mutu
pendidikan yang diperoleh peserta didik dan mutu pendidikan secara
nasional. Diantara hasil penelitian tersebut yaitu Dalam penerapan
penilaian autentik di sekolah ini dibutuhkan guru yang profesional yang
menguasai metode penilaian tersebut, menyadari pentingnya penilaian
autentik dan memiliki komitmen untuk memajukan pendidikan. Oleh
karena itu perlu peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan guru
untuk melaksanakan penilaian autentik dalam meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
2. Sarah Fazilla dalam Jurnal Penelitian Pendidikan ISSN 1412-565X dengan
judul “Penerapan Asesmen Portofolio dalam Penilaian Hasil Belajar Siswa
Sains SD”. Permasalahan yang mendasari dalam jurnal tersebut yaitu
meningkatkan kualitas pembelajaran dimana penilaian hasil belajar siswa
tidak hanya dilakukan dengan cara tes tertulis saja. Oleh karena itu,
penilaian hasil belajar harusnya menggunakan sistem penilaian yang
mengukur kemampuan siswa secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Penilitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan SAINS di Sekolah
Dasar. Penelitian ini menggunakan metode kulaitatif dan desain studi
kasus. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa secara konseptual
pemahaman guru terhadap asesmen portofolio sudah lebih baik, selain itu
dari hasil perencanaan yang dirancang oleh guru yaitu perangkat
pembelajaran berupa silabus dan sistem penilaian , RPP terlihat guru lebih
mampu mengembangkan asesmen portofolio dengan baik, namun
ditemukan guru masih mengalami kesulitan dalam merancang rubric
penilaian portofolio secara khusus, dari hasil observasi terhadap
pelaksanaan juga terlihat guru telah mampu melaksanakan penilaian
portofolio dengan baik.
3. Davis Gijbels, dkk., dalam jurnal Psikologi Pendidikan Eropa 2005 vol.
XX no. 4, 327 – 341 dengan judul “Hubungan antara Pendekatan
Pembelajaran Siswa dan Penilaian Hasil Belajar”. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam hubungan antara
pendekatan pembelajaran siswa dan hasil kuantitatif belajar siswa, sebagai
fungsi dari berbagai komponen pemecahan masalah yang diukur dalam
penilaian. Data diperoleh dari dua sumber: dua faktor penelitian revisi
proses kuesioner (R-SPQ-2F) dan skor siswa dalam ujian akhir mereka
pilihan ganda. Menggunakan model komponen kognitif pemecahan
masalah yang dispesifikasikan untuk penilaian, pertanyaan pilihan ganda
dibagi menjadi tiga kategori. Tiga aspek struktur pengetahuan yang dapat
ditargetkan oleh penilaian pemecahan masalah digunakan sebagai kategori
pembeda. Ini adalah: pemahaman konsep, pemahaman prinsip-prinsip
yang memiliki pranala konsep, dan menghubungkan konsep-konsep dan
prinsip untuk kondisi aplikasi dan prosedur. Para mahasiswa tahun kedua
133 sekolah hukum dalam sampel kami memiliki skor sedikit lebih tinggi
untuk pendekatan mendalam daripada pendekatan permukaan untuk
belajar. Pendekatan dalam merencanakan belajar siswa menunjukkan
bahwa banyak siswa memiliki skor rendah untuk pendekatan kedua
sewaktu dan pada awal belajar. Analisis korelasional menunjukkan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
ada hubungan antara pendekatan dalam belajar siswa dan komponen
pemecahan masalah yang diukur dalam penilaian pilihan ganda.
4. Marlies Baeten, dkk., dalam jurnal Instr Sci 2008 36:359374 DOI
10.1007/s11251-008-9060-y dengan judul “Pendekatan Mahasiswa dalam
Pembelajaran dan Penilaian Preferensi dalam Lingkungan Pembelajaran
Berbasis Portofolio”. Penelitian ini difokuskan pada hubungan antara
pengalaman dengan penilaian portofolio, pendekatan siswa untuk belajar
dan preferensi penilaian mereka melalui desain pra dan pasca tes dalam
suasana kelas yang otentik. Para peserta merupakan 138 siswa tahun
pertama gelar sarjana profesional dalam manajemen kantor. Mereka dinilai
melalui penilaian portofolio dalam kursus yang dikombinasikan prinsip
desain konstruktivis dan kuliah. Pendekatan untuk pembelajaran dan
penilaian preferensi diukur dengan cara Kuesioner Dua-Faktor Proses
Belajar Revisi dan Penilaian Persediaan Preferensi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa preferensi untuk partisipasi siswa dalam pemeriksaan
dan untuk evaluasi permanen menurun secara signifikan. Selain itu,
pendekatan yang mendalam tidak ditingkatkan. Sebaliknya, pembelajaran
permukaan meningkat secara signifikan. Meskipun, pendekatan
permukaan terbukti menjadi prediktor negatif yang signifikan dari skor
penilaian portofolio.
Dari penelitian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sistem
penilaian hasil belajar siswa haruslah dapat mengukur kemampuan siswa baik
secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dengan demikian nilai yang
dihasilkan dapat menunjukkan adanya kemampuan siswa dalam menyerap
ataupun memahami materi yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar.
Selanjutnya, dengan sistem penilaian yang baik akan meningkatkan mutu
pendidikan nasional yang berguna dalam membangun bangsa dan Negara
Republik Indonesia seutuhnya maupun seluruhnya. Hal tersebutlah yang menjadi
dasar peneliti dalam melaksanakan penelitian mengenai sistem penilaian hasil
belajar. Sedangkan kelemahan dari penelitian diatas adalah tidak semuanya
penelelitian yang peneliti gunakan membahas sistem penilaian hasil belajar mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
diklat produktif kelas XI di program keahlian administrasi perkantoran pada
sekolah menengah kejuruan (SMK).
C. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan proses belajar mengajar di SMK N 6 Surakarta diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan siswa – siswanya, baik kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Keberhasilan dari proses belajar mengajar dapat
diketahui dari adanya nilai hasil belajar siswa. Oleh karena itu, siswa dituntut aktif
dalam proses belajar mengajar, selain itu guru juga dituntut untuk melakukan
perubahan kearah yang lebih baik kepada siswanya dengan melakukan penilaian
hasil belajar yang objektif.
Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, tentunya seorang guru telah
dibekali adanya sistem ataupun aturan – aturan yang berkaitan dengan penilaian
hasil belajar. Dengan demikian diharapkan seorang guru mengetahui tata cara
maupun prosedur penilaian hasil belajar, sehingga penilaian akan berjalan dengan
lancar. Selanjutnya dalam penilaian seorang guru dapat melakukan penilaian
dengan cara tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok (proyek).
Agar penilaian berjalan dengan lancar dan objektif, guru harus memeperhatikan
prinsip – prinsip penilaian, yaitu sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka,
menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, menggunakan acuan kriteria,
akuntabel.
Selain sebagai pedoman oleh guru dalam menentukan berhasil tidaknya
sebuah pembelajaran yang telah dilakukannya, penilaian juga bermanfaat bagi
siswa, antara lain sebagai titik tolak pembelajaran siswa karena telah diketahui
hasil belajar yang ditunjukkan oleh adanya penilaian. Dengan demikian
diharapkan tidak akan timbul suatu masalah dalam proses penilaian hasil belajar
dan pembelajaran akan lebih baik dengan adanya penggunaan sistem penilaian
hasil belajar yang telah berjalan sesuai dengan prosedur yang ditentukan.
Adapun skema mengenai kerangka berpikir diatas adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir
Pelaksanaan Sistem Penilaian Hasil Belajar di SMK N 6 Surakarta
Prosedur Sistem Penilaian Hasil Belajar
Persiapan
Penilaian
Hasil
Belajar
Pelaksanaan
Proses
Penilaian
Pengumuman
/ Pelaporan
Hasil
Penilaian
Kendala yang dihadapi
Sistem Penilaian Hasil Belajar di SMK N 6
Surakarta
Program
Remidiasi
Solusi dan Pemecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan
obyek dalam memperoleh data yang berguna untuk mendukung tercapainya
tujuan penelitian. Tempat penelitian dilaksanakan di kelas XI Program
Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 6 Surakarta tahun diklat 2011/2012. Adapun yang menjadi alasan
peneliti tertarik untuk menetapkan tempat penelitian tersebut adalah:
a. Di kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta terdapat permasalahan
yang bisa ditelaah dan terkait dengan topik penelitian, yaitu adanya
prilaku guru yang memberikan nilai kepada siswa tidak sebagaimana
mestinya.
b. Di Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6
Surakarta terdapat data yang diperlukan oleh peneliti.
c. Di SMK N 6 Surakarta belum pernah terdapat penelitian yang sama
mengenai analisis sistem penilaian hasil belajar mata diklat produktif
kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksankan selama lima bulan yaitu terhitung mulai
bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Hal tersebut sudah
termasuk meliputi kegiatan observasi dan pengurusan izin, pengumpulan data,
analisis data dan penulisan laporan. Adapun jadwal/waktu penelitian peneliti
lampirkan pada halaman 108.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
B. Pendekatan dan Jenis Penilitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan salah satu faktor penting dalam
suatu penelitian, karena pendekatan penelitian merupakan kerangka kerja yang
berfungsi sebagai acuan dalam merancang dan mendesain serta melaksanakan
penelitian. Sesuai dengan permasalahan dan teori yang telah disusun dalam
penelitian ini peneliti memilih bentuk penelitian kualitatif. Peneliti memilih
penelitian kualitatif didasarkan bahwa penelitian ini lebih menekankan pada
sifat empirik dengan sasaran penelitiannya yang berupa beragam
permasalahan yang terjadi pada masa kini. Hal ini sesuai dengan pendapat
Maanen, 1994; Maanen, 1985 dalam Sutopo (2006) bahwa “penelitian
kualitatif mengarahkan kegiatannya secara dekat pada masalah kekinian.
Kepentingan pokoknya diletakkan pada peristiwa nyata dalam dunia aslinya,
bukan sekedar pada laporan yang ada” (hlm. 36). Selain itu, Moleong (2006)
juga menjelaskan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(hlm. 6).
Jadi dalam penelitian kualitatif sangat mengedapankan suatu proses
atau prosedur dalam menyelesaikan permasalahan. Dalam penelitian kualitatif
data yang diambil adalah berupa kata-kata tertulis atau lisan serta prilaku yang
diamati dari objek penelitian. Data yang dikumpulkan haruslah dapat
menggambarkan objek penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Data yang dikumpulkan berupa kalimat yang memiliki arti luas yang berasal
dari transkip wawancara lapangan maupun catatan – catatan resmi. Sehingga
dalam penelitian kualitatif sangatlah mementingkan kemampuan peneliti
dalam menerjemahkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi
dan studi kepustakaan guna menentukan hasil penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Jenis Penelitian
Untuk mengkaji permasalahan yang diteliti diperlukan suatu
pendekatan penelitian melalui pemilihan jenis penelitian yang tepat. Jenis
penelitian yang dipilih berguna dalam proses mengamati objek,
mengumpulkan informasi dan untuk menyajikan analisis hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus
(case study). Iskandar (2008) menjelaskan bahwa “penelitian studi kasus
bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, maknanya
peneliti mengadakan telaah secara mendalam tentang suatu kasus, kesimpulan
hanya berlaku atau terbatas pada kasus tertentu saja” (hlm. 207). Dalam hal
ini, peneliti hanya mengkaji suatu kasus tentang sistem penilaian hasil belajar
mata diklat produktif yang berada di kelas XI Program Keahlian Administrasi
Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena
ketepatan dalam memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan
ketepatan dan kekayaan data atau kedalaman informasi yang diperoleh. Menurut
Sutopo (2006) bahwa “jenis sumber data secara menyeluruh yang biasa digunakan
dalam penelitian kualitatif yaitu: manusia/informan (responden),
peristiwa/aktivitas dan tingkah laku, tempat atau lokasi, dokumen dan arsip serta
berbagai benda lainnya” (hlm. 56).
Informan adalah orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang
dikaji dalam penelitian dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti.
Dalam hal ini peneliti akan melakukan seleksi kepada informan dengan tujuan
untuk mendapatkan informasi yang benar – benar mengetahui permasalahan
sehingga akan diperoleh data yang objektif. Tempat dan peristiwa menjadi sumber
informasi karena dalam pengamatan harus sesuai dengan konteksnya dan situasi
sosial melibatkan tempat, perilaku dan aktivitasnya. Dokumen dan arsip
merupakan sumber data yang penting artinya, peneliti menggunakan sumber data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
berupa catatan – catatan tertulis, tergambar dan tercetak. Sehingga dari tiga unsur
diatas yaitu informan, tempat dan peristiwa serta dokumen dan arsip, peneliti
memeperoleh data yang diperlukan.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini didahului dengan penentuan
informan kunci yaitu informan yang dianggap mengetahui tentang
masalah yang sedang diteliti. Informan kunci dalam hal ini yaitu Ketua
Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP), Guru Program
Keahlian Administrasi Perkantoran (AP), serta beberapa pejabat
dilingkungan SMK N 6 Surakarta.
2. Tempat/lokasi
Lokasi yang dijadikan latar penelitian ini adalah Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 6 Surakarta.
3. Dokumen dan Arsip
Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang sangat penting artinya
dalam penelitian kualitatif, terutama apabila sasarannya terarah pada
latar belakang peristiwa masa lampau sangat berkaitan dengan kondisi
peristiwa masa kini yang sedang dipelajari. Sumber data yang berupa
dokumen dan arsip ini berhubungan dengan permasalahan penelitian, hal
ini dapat diambil dari arsip – arsip yang relevan tentang penilaian di
Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta. Adapun dokumen dan arsip
tersebut yaitu berupa pedoman penilaian yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan, RPP, dan daftar nilai siswa yang terkait.
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Dalam penelitian ini, peneliti tidak menentukan sejumlah sampel. Peneliti
hanya menentukan informan untuk diwawancarai guna memperoleh keterangan –
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
keterangan tentang permasalahan yang diteliti. Dalam menentukan informan
tersebut peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Goezt dan
Comte dalam Sutopo (2002) disebutkan bahwa “purposive sampling yaitu teknik
mendapatkan sampel dengan memilih individu-individu yang dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya
untuk menjadi sumber data”. (hlm. 185)
Peneliti juga menggunakan teknik bola salju (snowball sampling).
Menurut Sugiyono (2011) dijelaskan bahwa:
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula – mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama – lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama – tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa
lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua
orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin
banyak (hlm. 68).
Jadi dalam penarikan sampel bola salju ini peneliti memilih satu informan
kunci untuk diwawancarai. Informan kunci tersebut berperan sebagai titik awal
penarikan sampel. Selanjutnya, apabila data dari informan pertama masih kurang
lengkap, peneliti meminta informan pertama untuk menunjuk informan
selanjutnya yang dirasa lebih mengetahui tentang permasalahan yang sedang
diteliti. Kemudian peneliti mewawancarai informan tersebut dan demikian
selanjutnya sampai diperoleh data yang mendalam dan data yang dikumpulkan
benar – benar mendukung tercapainya tujuan penelitian.
E. Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang objektif perlu diperhatikan mengenai teknik
pengumpulan data yang dipergunakan sebagai alat pengumpul atau pengambil
data. Menurut Goetz & LeCompte (1984) dalam Sutopo (2006) bahwa:
Berbagai strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum
dapat dikelompokkan dalam dua jenis cara, yaitu metode atau teknik
pengumpulan data yang bersifat interaktif (wawancara mendalam dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
observasi berperan) dan noninteraktif (mencatat dokumen atau arsip dan
observasi tak berperan) (hlm. 66).
Sesuai dengan pendekatan penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang
dipergunakan peneliti meliputi:
1. Wawancara
Mulyana (2006) mengatakan bahwa “wawancara adalah bentuk
komunikasi dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh
informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan –
pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu” (hlm. 180). Dalam teknik ini,
peneliti mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada
informan, dimana pertanyaan – pertanyaan tersebut sudah dipersiapkan
dan dibuat kerangkanya secara sistematis sebelum berada di lokasi.
Dalam pelaksanaan wawancara dilakukan secara terbuka agar informan
dapat mengungkapkan informasi secara bebas tanpa adanya tekanan
namun masih mengacu pada pokok bahasan, sehingga informasi yang
diperoleh merupakan data yang objektif. Penggunaan teknik wawancara
ini sesuai dengan pendapat Iskandar (2008) bahwa:
Untuk memperoleh data yang memadai sebagai cross ceks, seorang
peneliti dapat menggunakan beberapa teknik wawancara yang sesuai
dengan situasi dan kondisi subjek yang terlibat dalam interaksi sosial
yang dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan
mengetahui informasi untuk mewakili informasi atau data yang
dibutuhkan untuk menjawab fokus penelitian (hlm. 217).
2. Observasi
Seorang pakar penelitian kualitaif yaitu Iskandar (2008) secara rinci
menjelaskan hal – hal yang harus dilakukan dalam kegiatan observasi
sebagai berikut:
Dalam melakukan observasi terhadap fenomena atau peristiwa yang
terjadi dalam situasi sosial, peneliti melakukan pencatatan data
menjadi database kualitatif. Dalam hal ini seorang dituntut untuk
sebanyak – banyaknya mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan fokus masalah yang diteliti (hlm. 217).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan pencatatan terhadap kegiatan –
kegiatan yang ada kaitannya dengan sistem penilaian hasil belajar siswa,
maupun kondisi latar penelitian baik kondisi fisik maupun kondisi sosial.
Pengamatan ini hanya dilakukan sekali, akan tetapi dilakukan berulang
kali dengan harapan data yang diperoleh akan lebih valid.
3. Analisis dokumen
Selain menggunakan wawancara dan observasi, pengumpulan data juga
dapat dilakukan dengan mencatat arsip atau dokumen yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian. Iskandar (2008) menjelaskan bahwa:
Analisis dokumen merupakan penelaahan terhadap referensi –
referensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian.
Dokumen – dokumen yang dimaksud adalah dokumen pribadi,
dokumen resmi, referensi – referensi, foto – foto, rekaman kaset.
Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji, menafsirkan
bahkan untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan
penelitian. Dalam penelitian kualitatif studi dokumentasi, peneliti
dapat mencari dan mengumpulkan data – data teks atau image
(hlm. 219).
F. Validitas Data
Untuk membuktikan keabsahan data, dalam penelitian diperlukan teknik
pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Menurut Moleong
(2006) bahwa:
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (tranferability), kebergantungan (depandability), dan
kepastian (confirmability) (hlm. 324).
Ada beberapa cara untuk memperdalam tingkat kepercayaan atau teknik
pemeriksaan keabsahan data, antara lain dengan triangulasi, memperpanjang masa
observasi, pengamatan secara terus – menerus dan mengadakan membercheck.
Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan untuk memperoleh
tingkat kepercayaan data. Menurut Sutopo (2006) bahwa “triangulasi merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya,
untuk menarik simpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang”
(hlm. 92). Hal tersebut diperkuat oleh Patton (1984) dalam Sutopo (2006)
menyatakan bahwa:
Ada empat macam triangulasi: 1. Data triangulation dimana dalam
pengumpulan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang
berbeda – beda yang tersedia, 2. Investigator triangulation yaitu hasil dari
penelitian baik data atau pun simpulan mengenai bagian tertentu atau
keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti yang lain, 3.
Methodological triangulation dimana peneliti mengumpulkan data yang
sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data
yang berbeda untuk menguji kemantapan informasinya, 4. Theoretical
triangulation dimana dalam penelitian peneliti menggunakan perspektif lebih
dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji (hlm. 93).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data (sumber),
sebagaimana dinyatakan oleh Patton (1987) dalam Moleong (2006) dijelaskan
bahwa “triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif” (hlm. 330). Dalam triangulasi data (sumber)
menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data dengan permasalahan
sama, artinya bahwa data yang ada dilapangan diambil dari sumber objek yang
berbeda – beda. Data yang diperoleh dari sumber, kemudian dilakukan uji
keabsahan melalui teknik triangulasi antar sumber. Hal ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil wawancara antar informan yang satu dengan informan yang
lainnya. Selain itu, peneliti juga menggunakan triangulasi metode, dimana peneliti
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda yaitu dengan wawancara, observasi dan analisis
dokumen untuk menguji kemantapan informasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
G. Analisis Data
Menurut Bogdan & Biklen (1982) dalam Moleong (2006) menjelaskan
bahwa:
Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah – milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain (hlm. 248).
Sedangkan model analisa data yang peneliti gunakan adalah model saling
terjalin dan interaktif. Sebagaimana dinyatakan oleh Miles & Huberman (1984)
dalam Sutopo (2006) ditegaskan bahwa “dalam proses analisis data kualitatif,
terdapat tiga komponen utama yang harus benar – benar dipahami oleh setiap
peneliti kualitatif. Tiga komponen utama analisis tersebut adalah (1) reduksi data,
(2) sajian data, dan (3) penarikan simpulan dan verifikasi” (hlm. 113). Untuk lebih
jelasnya mengenai analisis data tersebut, peneliti akan menguraikan sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul
dan catatan – catatan yang tertulis dilapangan. Selama pengumpulan data
berlangsung terjadilah proses reduksi yang kemudian membuat
ringkasan, mengkode, menelususri tema, memusatkan data yang
diperoleh dan menentukan batas – batas permasalahan. Proses ini
berlangsung terus – menerus sampai laporan penelitian selesai ditulis.
2. Sajian Data
Sajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dalam bentuk
narasi yang memberi kemungkinan terjadinya penarikan kesimpulan.
Data diambil dari data yang telah disederhanakan dalam reduksi data
dimana pada bagian ini harus ada gambaran secara menyeluruh
mengenai kesimpulan yang diambil. Dalam hal ini perolehan data sangat
membantu peneliti untuk memahami dan mempermudah dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
mengambil suatu kesimpulan. Semua itu dirancang dengan berbagai
jenis matriks, gambar, skema dan table sebagai pendukung narasinya.
Kemudian semua itu dirancang untuk menyusun informasi secara teratur
sehingga mudah dimengerti dan dipahami dalam bentuk yang kompak.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan suatu proses dimana suatu analisa
(reduksi data dan sajian data) yang dilakukan tampak semakin jelas.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menangkap berbagai hal yang
kuat, tetapi masih bersifat sementara. Oleh karena itu, kesimpulan harus
diverifikasi terlebih dahulu supaya mantap dan dapat
dipertanggungjawabkan. Salah satunya dengan cara melakukan aktivitas
pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali
dengan cepat yang timbul akibat pikiran kedua melintas pada peneliti
pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali catatan
lapangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
(1) (2)
(3)
Gambar 3.1 Skema Model Analisis Interaktif
(Sumber: Sutopo, 2006:120)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tahapan – tahapan yang ditempuh dalam suatu
penelitian yang dimulai dari awal sampai akhir penelitian. Menurut Moleong
(2000) mengatakan bahwa : “Prosedur penelitian meliputi empat tahap yaitu tahap
pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisa data dan tahap penulisan
laporan” (hlm. 85). Untuk lebih jelas mengenai prosedur penelitian tersebut,
peneliti akan menguraikan sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan
Merupakan tahap yang dilakukan dari studi pendahuluan
pembuatan proposal penelitian, sampai pengurusan ijin penelitian. Selain
itu seorang peneliti juga harus menjajaki dan menilai keadaan lapangan,
memilih dan memanfaatkan informasi serta menyiapkan perlengkapan
penelitian.
2. Tahap Penelitian Lapangan
pada tahap ini peneliti diharapkan mampu memahami latar
belakang penelitian untuk menggali dan mengumpulkan data-data yang
ada dilapangan dan selanjutnya akan dianalisa secara intensif.
3. Tahap Analisa Data
Setelah data yang terkumpul cukup, maka data tersebut di analisa
untuk mengetahui permasalahan yang diteliti ataupun adanya temuan
studi.
4. Tahap Penulisan Laporan
Setelah tahap penganalisaan data, maka langkah selanjutnya yang
akan diambil yaitu menarik suatu kesimpulan dari permasalahan yang
diteliti kemudian hasil dari penelitian ini nantinya ditulis laporan dalam
bentuk skripsi.
Berdasarkan uraian diatas, Prosedur penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 3. 2 Skema Prosedur Penelitian
(Sumber: Moleong, 2000:85)
Pengumpulan
Data
Pembuatan dan
Penggandaan
Laporan
Penarikan
Kesimpulan
Analisis Data
Akhir
Analisis Data
Awal
Pembuatan Proposal
Penelitian dan
Perijinan
Persiapan
Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian
1. Tinjauan Singkat SMK N 6 Surakarta
Pada mulanya SMK N 6 Surakarta bernama SMEA N 3 Surakarta yang
berdiri pada tahun 1966/1967 berdasarkan SK No. 103/UKK/3/1968 per
Januari 1968. SMEA N 3 Surakarta didirikan oleh Marwan yang kemudian
diangkat menjadi kepala sekolah pertama. SMEA N 3 Surakarta diubah
menjadi sekolah kejuruan negeri pada tanggal 1 Januari tahun 1960 yang
kemudian diberi nama SMEA Kotamadya Surakarta.
Sekolah tersebut kemudian mendapat status Negeri dari pemerintah
dan mendapat bantuan pinjaman berupa meja, kursi, gamelan, serta tanah
untuk pendirian sekolah. Sebelum di daerah Manahan, SMEA N 3 Surakarta
berdomisili di daerah Jebres. Selanjutnya lembaga ini berusaha mencari
bantuan dana guna perbaikan gedung. Pada akhirnya tahun 1967 pindah ke
SMP 13 atas perintah Kakanwil dengan latar belakang akan dijadikan
komplek lembaga pendidikan.
Pada tahun 1972 kepala SMEA N 3 Surakarta, Bapak Marwan
memasuki masa purna tugas, kemudian digantikan oleh Bapak Dr. Ramelan
yang berasal dari SMEA N 1 Surakarta. Setelah menduduki jabatan kepala
sekolah selama 2 tahun, Beliau meninggal dunia. Selanjutnya jabatan kepala
sekolah dilimpahkan kepada Bapak Mujud Soetomo selama 2 tahun
(Kakandip Boyolali) dan kemudian Bapak Mujud Soetomo meninggal dunia.
Jabatan kepala sekolah SMEA N 3 Surakarta untuk selanjutnya dipegang oleh
Bapak Slamet Efendi. Beliau memegang jabatan kepala sekolah selama 15
tahun berasal dari SMEA N Sukoharjo. Pada bulan Agustus, beliau diganti
oleh Drs. Indarto, di mana Beliau sebelumnya memegang jabatan kepala
SMEA N Banyudono. Kemudian bulan November 1992 SMEA N 3 Surakarta
dipegang oleh Drs. H. M. Walkam dari SMEA N Sukoharjo. Pada bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
November 1996 jabatan kepala sekolah dipegang oleh Bapak Moechtingudin,
Bsc. Pada bulan Juli 1997, SMEA N 3 Surakarta diubah menjadi SMK N 6
Surakarta.
Pada bulan Agustus 1999 terjadi pergantian kepala sekolah dari Bapak
Moechtingudin, Bsc digantikan oleh Drs. Sumarjata Naftali, yang menjabat
sampai tanggal 2 Juli. Kemudian jabatan kepala sekolah untuk sementara
dipegang oleh Dra. Agnes Sri Suharsimi, yang kemudian tanggal 1 Juli 2002
digantikan oleh Dra. Sri Supartini sampai sekarang.
Setelah adanya pergantian lokasi sekolah dan Kepala Sekolah,
sekarang SMK N 6 Surakarta berlamat di Jl. LU. Adisucipto No. 38 dengan
menempati tanah seluas 13. 499 m2
, di mana status pemakaian gedung adalah
sepenuhnya milik SMK N 6 Surakarta. Adapun denah dari gedung SMK N 6
Surakarta terlampir.
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK N 6 Surakarta
a. Visi
Terwujudnya sekolah bertaraf internasional dengan mengedepankan
penguatan kompetensi dan kemandirian lulusannya.
b. Misi :
1) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang terstandar dan
berwawasan mutu.
2) Menghasilkan lulusan yang berkepribadian unggul, berwawasan luas
dan terampil di bidangnya.
c. Tujuan :
1) Tujuan Umum :
a) Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan bertaraf internasional.
b) Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap professional.
c) Menyiapkan siswa memilih karir, mampu berkompetisi dan
mampu mengembangkan diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2) Tujuan Khusus :
a) Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan professional yang
memadai untuk berani bersaing global.
b) Memiliki kecerdasan dan karakter yang kuat dalam membangun
pribadi yang unggul.
c) Memiliki kemampuan, keberanian, keuletan untuk bergerak sendiri
dalam bisnis.
3. Sasaran Mutu SMK N 6 Surakarta
SMK N 6 bertekad menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan yang
berorientasi terhadap mutu dalam semua kegiatannya. Untuk mewujudkan
harapan tersebut dalam layanan jasa pendidikan dan pelatihan selalu
mengadakan peninjauan, melaksanakan penyempurnaan mutu secara terus
menerus dan dikomunikasikan agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan
atau stakeholders, sesuai standard SMM ISO 9001:2008. Adapun sasaran mutu
dari SMK N 6 Surakarta antara lain:
a. Minimal 40% tamatan semua program keahlian memperoleh nilai ujian
nasional matematika > 6,50.
b. Minimal 55% tamatan semua program keahlian memperoleh nilai ujian
nasional Bahasa Indonesia > 7,25.
c. 15% tamatan memperoleh skor TOEIC > 500 atau memperoleh nilai ujian
nasional Bahasa Inggris > 7,0.
d. Keterserapan lulusan di dunia kerja untuk semua kompetensi keahlian
minimal 60%.
e. Minimal 70% semua program keahlian memperoleh nilai ujian sekolah
kelompok normative dan adaptif, kecuali pendidikan jasmani 60% dan
kewirausahaan 65 % sebesar > 7,0.
f. Untuk semua program keahlian memperoleh nilai Ujian Kompetensi
Komperhensip (UKK) > 7,50.
g. Tingkat kelulusan 100%.
h. Pencapaian kepuasan pelanggan = 80%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
i. Penanganan keluhan pelanggan maksimal 5 hari.
j. Pelatihan bahasa inggris untuk guru jumlah 18 orang.
k. Pelatihan computer untuk guru sebanyak 20 orang.
Untuk mewujudkan sasaran mutu diatas, SMK N 6 Surakarta
melaksanakan Budaya Kerja yang dibangun yaitu “SEMANGAT”, dengan
rincian sebagai berikut:
a. Serasi , bersama-sama mencapai tujuan.
b. Eksis, bermartabat, sebagai individu maupun lembaga.
c. Manfaat, memberikan kontribusi bagi lembaga.
d. Aksi, bersedia berbuat prestasi.
e. Norma, patuh terhadap peraturan yang berlaku.
f. Giat, selalu meningkatkan kinerja.
g. Actual, selalu mengikuti perkembangan.
h. Tanggap, selalu melakukan perbaikan berlanjut.
Selain itu juga SMK N 6 Surakarta membangun Budaya Akademik yang
disebut dengan “SISTEM”. Adapun rinciannya sebagai berikut:
a. Standar, standarisasi tugas dan pekerjaan.
b. Ilmu, mengikuti perkembangan IPTEK.
c. Sikap, selalu berkelakukan baik dan professional.
d. Terampil, mampu menerapkan teknologi di bidangnya.
e. Etos kerja, punya semangat kerja tinggi.
f. Mandiri, kemampuan bekerja sendiri maupun kelompok.
4. Kurikulum SMK N 6 Surakarta
Mulai Tahun Diklat 2009/2010 SMK N 6 Surakarta menggunakan
Kurikulum KTSP Spektrum. Demi tercapainya Visi, Misi, dan Tujuan serta
Sasaran Mutu yang telah dirancang, maka dalam menyusun kurikulum
tersebut, SMK N 6 Surakarta memperhatikan beberapa aspek, antara lain:
a. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia.
b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
e. Tuntutan dunia kerja.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
g. Agama.
h. Dinamika perkembangan global.
i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
k. Kesetaraan jender.
l. Karakteristik satuan pendidikan.
5. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) meliputi peserta didik, tenaga pendidik
dan karyawan SMK N 6 Surakarta. Untuk tahun diklat 2011/2012, peserta
didik SMK N 6 Surakarta seluruhnya berjumlah 1.444 siswa. Adapun
perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 4.1 Jumlah peserta didik SMK N 6 Surakarta tahun diklat
2011/2012
No Program Keahlian Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
AP/Kesekretarisan
AK/Akuntansi
PM/Pemasaran
UPW/Pariwisata
MM/Multimedia
120
119
77
103
71
116
119
80
99
65
115
117
78
100
65
351
355
235
302
201
Jumlah 490 479 475 1444
(Sumber: Dokumen bagian Tata Usaha SMK N 6 Surakarta Tahun Diklat
2011/2012)
Sedangkan dari tenaga pendidik/guru yang berada di SMK N 6
Surakarta berjumlah 91 guru. Dengan perincian 82 guru tetap dan 9 guru tidak
tetap. Adapun daftar nama guru SMK N 6 Surakarta terlampir di halaman 115.
Selain peserta didik dan tenaga pendidik/guru, di SMK N 6 Surakarta juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
terdapat tenaga non kependidikan yang meliputi petugas administrasi dan
karyawan yang berjumlah 19 orang. Adapun daftar nama petugas administrasi
dan karyawan terlampir di halaman 116.
6. Struktur Organisasi SMK N 6 Surakarta
Struktur organisasi sekolah merupakan gambaran tentang garis
koordinasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Adapun struktur
organisasi di SMK N 6 Surakarta terdiri dari:
a. Kepala Sekolah yaitu Dra. Sri Supartini, M.M.
b. Wakil Manajemen/QMR (Quality Management Representatif) yaitu Rully
Trisno Umoro, S. Pd, M.Si.
c. Wakasek 1(Bidang Kurikulum) yaitu Drs. Sukarmanto.
d. Wakasek 2 (Bidang Kesiswaan) yaitu Drs. Hendri Maryanto.
e. Wakasek 3 (Bidang Tenaga Pendidik) yaitu Drs. Arif Suhardi, M.Pd.
f. Wakasek 4 (Bidang Kerjasama dengan Instansi) yaitu Sri Ekowati, S, ST.
g. Kepala Kompetensi Keahlian (K3) terlampir pada halaman 118.
h. Wali kelas terlampir pada halaman 117.
i. Guru terlampir pada halaman 115.
j. KTU yaitu Selamet Hutomo.
Adapun bagan dari struktur organisasi SMK N 6 Surakarta beserta
tugas dan wewenang peneliti lampirkan pada halaman 109.
B. Deskripsi Temuan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan mengenai pelaksanaan
sistem penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta Tahun Diklat 2011/2012.
Untuk mencapai tingkat akurasi dalam hal objektivitas dalam penilaian hasil
belajar siswa, maka guru dituntut untuk melaksanakan penilaian berdasarkan
sistem penilaian yang sudah ada dan berlaku di SMK N 6 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Sejalan dengan permasalahan yang diteliti, peneliti membahas mengenai
bagaimana pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas
XI di Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP), kendala apa saja yang
dihadapi dalam pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar, dan usaha apa saja
yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem
penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta Tahun Diklat 2011/2012.
1. Pelaksanaan Sistem Penilaian Hasil Belajar Mata Diklat Produktif Kelas
XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta
a. Dasar Penilaian Hasil Belajar Mata Diklat Produktif Kelas XI
Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dalam konteks kurikulum penilaian dapat berfungsi
untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau
belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan. Penilaian merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan
penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran, keberhasilan siswa, guru dan proses pembelajaran itu
sendiri. Adapun dasar yang digunakan dalam penilaian hasil belajar Mata
Diklat Produktif di Kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran
(AP) SMK N 6 Surakarta yaitu standar penilaian/BSNP (Badan Standar
Nasional Pendidikan), Kurikulum KTSP Spektrum. Hal ini diungkapkan
oleh Informan I dalam wawancara tanggal 12 Mei 2012 yang
mengungkapkan bahwa “Penilaiannya berdasarkan standar penilaian. Dari
standar penilaian itu kita jabarkan ke sekolah kita atau sekolah kami”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Pendapat ini diperkuat oleh Informan VI dalam wawancara tanggal 29 Mei
2012 yang mengatakan bahwa:
Kami menggunakan Kurikulum KTSP Spektrum mulai tahun ajaran
2009/2010 dengan dasar Keputusan Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor: 251/C/KEP/MN/2008
tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Sehingga
penilaiannya juga didasarkan pada aturan penilaian di kurikulum
KTSP. Selain itu kami juga menggunakan standar penilaian dari
BSNP.
Sedangkan dari analisis dokumen dan data, peneliti mengetahui
bahwa penggunaan Kurikulum KTSP Spektrum di SMK N 6 Surakarta
baru dimulai tahun ajaran 2009/2010 walaupun pada bulan Agustus Tahun
2008 Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
telah mengeluarkan keputusan tentang Spektrum Keahlian Pendidikan
Menengah Kejuruan. Hal ini terjadi karena pada bulan Agustus 2008,
tahun ajaran baru yakni 2008/2009 sudah dimulai sehingga tidak
dimungkinkan untuk mengubah kurikulum beserta sistem pembelajaran
dan sistem penilaian hasil belajar siswa.
Dari hasil data yang diperoleh diatas, dapat diketahui bahwa dasar
yang digunakan SMK N 6 Surakarta dalam menilai hasil belajar siswa
didasarkan pada Kurikulum KTSP Spektrum dan BSNP. Dimana
Kurikulum KTSP Spektrum berlaku pada tahun ajaran 2009/2010
berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Nomor: 251/C/KEP/MN/2008 tentang Spektrum Keahlian
Pendidikan Menengah Kejuruan.
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan. Di dalam Kurikulum KTSP Spektrum, pelaksanaan penilaian
didasarkan pada penilaian per Kompetensi Dasar (KD). Hal ini
diungkapkan oleh Informan II pada wawancara tanggal 22 Mei 2012
mengatakan bahwa ”Kalau untuk penilaiannya dilaksanakan per KD. Jadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
setiap selesai KD guru mengadakan ulangan”. Hal ini senada yang
diungkapkan oleh Informan VI pada wawancara tanggal 29 Mei 2012
mengatakan bahwa:
Penilaiannya kan ada yang dilakukan oleh sekolah ada yang dilakukan
oleh pihak DU/DI khususnya menyangkut masalah kejuruan. Untuk
penilaian yang dari kami dari sekolah itu dinilai per kompetensi dasar
atau KD setiap Standar Kompetensi kan ada beberapa KD, lha per KD
itu ada ulangan-ulangan. Dari ulangan-ulangan beberapa KD itu
menjadi nilai per Standar Kompetensi, ini khusus menyangkut masalah
kejuruan, lha nilai yang dimasukkan nanti ya nilai per Standar
Kompetensi itu. Per KD itu hanya untuk mensistem untuk ulangannya
saja, tapi nilainya nanti di gabung menjadi satu per standar
kompetensi.
Penilaian per KD bertujuan agar peserta didik dapat menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan dalam pembelajaran dengan maksimal.
Sistem penilaian berdasarkan per KD pada intinya memudahkan siswa
dalam menguasai materi, karena setelah selesai materi pada KD tertentu,
guru langsung mengadakan ulangan. Sehingga siswa hanya mempelajari
KD tertentu saja yang akan diujikan. Hal ini diungkapkan oleh Informan
III pada wawancara tanggal 25 Mei 2012 bahwa “Penilaian di sini itu
berdasarkan per KD, jadi ini memudahkan siswa sebenarnya. Misalnya
saja kalau remidi. Memang siswa harus mengikuti remidi sampai batas
tuntas KKM, tapi kan yang diremidikan itu hanya kompetensi yang belum
tuntas aja”. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Informan IV pada
wawancara 26 Mei 2012 bahwa “Untuk ulangan harian itu per KD, selesai
KD kemudian diadakan ulangan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan oleh Bapak/ibu guru dan selanjutnya diadakan remidi bagi yang
belum”.
Dalam keterangan lebih lanjut mengenai arti dari ulangan,
Informan I menjelaskan dalam wawancara tanggal 12 Mei 2012
mengatakan bahwa “Yang kami maksud disini ulangan itu ujian/tes harian
mas, bukan ulangan dalam arti remidi”. Hal yang sama juga disampaikan
oleh Informan IV dalam wawancara tanggal 29 Mei 2012 yang
menyatakan bahwa “Ulangan tadi itu maksudnya testing harian/KD, bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
juga ujian mid atau semesteran, kalau remidi kami sebutnya remidi bukan
ulangan”.
Berdasarkan Buku Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Sekolah) yang diterbitkan oleh Tim Pustaka Yustisia menyatakan
bahwa:
Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah
pembelajaran berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan
beberapa soal/tugas. Apabila nilai peserta didik untuk indikator
pencapaian sama atau lebih besar dari kriteria ketuntasan, dapat
dikatakan bahwa peserta didik itu telah menuntaskan indikator itu.
Apabila semua indikator telah tuntas, dapat dikatakan peserta didik
telah menguasai KD yang bersangkutan. Dengan demikian, peserta
didik dapat diinterprestasikan telah menguasai SK dan mata pelajaran.
Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas lebih dari
50%, peserta didik dapat mengikuti remedi untuk indikator yang belum
tuntas. (hlm. 475)
Jadi dalam penilaian hasil belajar berdasarkan Kurikulum KTSP
Spektrum menekankan siswa untuk lulus atau mempunyai nilai per KD
diatas KKM yang telah ditentukan. Oleh karena itu, siswa diharuskan
untuk tuntas belajar dan apabila belum tuntas maka siswa diperkenankan
untuk mengikuti program remidi agar siswa mempunyai kompetensi yang
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, masih banyaknya
penggunaan kata ulangan sebagai pengganti dari kata ujian KD, mid
bahkan ujian semester, sehingga sangat dimungkinkan terjadinya makna
ganda dalam pengartian kata tersebut.
Kelompok mata Diklat Produktif berfungsi membekali peserta
didik agar memiliki kompetensi atau kemampuan pada suatu
pekerjaan/keahlian tertentu yang relevan dengan tuntutan dan permintaan
pasar kerja. Dalam penilaian mata diklat produktif dengan sistem per KD
tersebut, terdapat nilai batas tuntas minimal atau sering disebut dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan sebagai pedoman
dalam kriteria kelulusan peserta didik. Dalam penentuan KKM tersebut
haruslah melalui program MGMP sekolah dan berpedoman terhadap tiga
faktor yaitu: kompleksitas indikator, daya dukung, dan intake siswa. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tersebut diungkapkan oleh Informan II pada wawancara tanggal 22 Mei
2012 bahwa:
Kita sudah ditentukan dengan sistem KKM, kalau KKM kan sudah ada
kriterianya yang dibagi menjadi 3 (tiga) bagian setiap bagian
mempunyai poin-poin sendiri. Penilaian KKM itu dasarnya: 1.
Kompleksitas indikator, berkaitan dengan sulit mudahnya materi 2.
Daya dukung, seperti sarana dan prasarana pendukung 3. Intake siswa,
kemampuan siswa menguasai materi dan daya tangkap materi.
Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Informan V pada
wawancara tanggal 28 Mei 2012 bahwa:
Jadi untuk SMK Negeri 6 itu kita diawal sebelum pemebelajaran itu
kita menentukan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), nah dari KKM
ini yang diambil dari 3 (tiga) unsur yaitu yang pertama Input siswa
kemudian Tingkat kesukaran beserta Sarana dan prasarana, setelah
ditentukan KKMnya baru bisa menentukan nilai penilaiannya.
Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD)
merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar
tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk
KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar
minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut.
Dalam wawancara peneliti menemukan bahwa tidak banyak guru yang
memahami langkah-langkah dalam menentukan besarnya nilai KKM, hal
ini bisa diketahui karena masih adanya guru yang tidak dapat
menyebutkan besarnya nilai KKM untuk mata diklat produktif.
Dari hasil data yang diperoleh tersebut, dapat diketahui bahwa
dalam menentukan nilai KKM haruslah melalui program MGMP sekolah
dan melalui 3 (tiga) dasar, yaitu kompleksitas indikator, daya dukung dan
intake siswa. Dari ketiga dasar tersebut, dapat dirumuskan nilai KKM
yang tidak membebani siswa dalam melakukan proses belajar mengajar.
KKM tersebut berfungsi sebagai alat untuk mengukur keberhasilan peserta
didik dalam memahami kompetensi yang telah diajarkan oleh guru.
Konsekuensi dari fungsi KKM tersebut, seorang pendidik haruslah
mengetahui nilai KKM yang telah ditentukan pada mata diklat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
diampu. Sehingga seorang pendidik dapat merumuskan penilaian hasil
hasil belajar peserta didik dengan benar.
b. Mekanisme Penilaian Hasil Belajar
Penilaian pada dasarnya merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk memantau kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik
berdasarkan potensi dan kemampuan secara berkesinambungan. Dalam
proses penilaian hasil belajar terdapat beberapa unsur yaitu persiapan
penilaian, pelaksanaan penilaian, pelaporan hasil penilaian dan remidiasi.
1) Persiapan Penilaian
Penilaian hasil belajar merupakan sebuah proses yang
kompleks, sehingga sangat dimungkinkan dalam pelaksanaan penilaian
hasil belajar memerlukan persiapan-persiapan agar penilaian dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Penilaian memerlukan persiapan baik
materi maupun fasilitas dalam penilaian. Adapun hal-hal yang terkait
dalam persiapan penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut:
a) Menyusun Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan sebuah panduan bagi siswa tentang
materi ujian yang nantinya dapat dipersiapkan siswa sebelum ujian
berlangsung. Sebelum melaksanakan penilaian hasil belajar,
seorang pendidik tentunya mempersiapkan kisi-kisi yang sesuai
dengan kompetensi dasar. Hal ini diungkapkan oleh Informan IV
dalam wawancara 26 Mei 2012 yang menyatakan bahwa “Kami
membuat kisi-kisi tentunya. Kisi-kisi itu sebagai persiapan materi
dipelajari untuk siswa jadi kami buat per sub bab tau kompetensi
dasar”. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Informan V dalam
tanggal 28 Mei 2012 yang mangungkapkan bahwa “Pembuatan
kisi-kisi itu wajib mas, kami membuatnya disesuaikan dengan
kompetensi pada materi yang akan diujikan”.
Penyusunan kisi-kisi sangat diperlukan dalam persiapan
penilaian hasil belajar, sehingga penilaian dapat berjalan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
lancar dan objektif. Selain itu, kisi-kisi juga berguna bagi peserta
didik dimana dengan adanya kisi-kisi peserta didik bisa
mempersiapkan materi yang akan diujikan dengan baik. Hal
tersebut diungkapkan oleh narasumber (Siswi I) pada wawancara
22 Mei 2012 yang menyatakan bahwa:
Kisi-kisi itu berguna banget bagi siswa, tapi tidak semuanya
soal yang keluar pas ujian itu sesuai dengan kisi-kisi, paling 50
persen yang keluar, itupun tidak semuanya guru itu
memberikan kisi-kisi, mayoritas tidak memberi kisi-kisi.
Biasanya kisi-kisi itu diberikan dalam bentuk materi dalam
lingkup bab.
Penggunaan kisi-kisi dalam persiapan penilaian hasil
belajar sangatlah berguna bagi pendidik dan peserta didik. Dengan
adanya kisi-kisi seorang pendidik akan mudah dalam menyusun
soal ulangan dan menilai hasil ujian ataupun ulangan siswa.
Sedangkan bagi peserta didik, kisi-kisi berguna untuk persiapan
materi ujian dalam mengahadapi ujian atau ulangan.
Dari hasil observasi peneliti, bahwa bentuk kisi-kisi
terdapat beberapa kolom antara lain kolom materi, kompetensi
dasar yang diujikan, indikator, bentuk soal, nomor soal dan aspek
kognitif. Dari bentuk kisi-kisi tersebut dapat diketahui bahwa
pembuatan kisi-kisi semestinya sudah direncanakan oleh guru
bersamaan dengan pembuatan RPP. Sehingga penilaian hasil
belajar siswa dapat dilaksanakan dengan maksimal. Akan tetapi,
kenyataannya sebagian guru hanya membuat kisi-kisi setelah
didesak oleh peserta didik untuk memberikan kisi-kisi sebelum
ujian, itupun hanya diberitahu lewat lisan dan dadakan. Hal ini
sangat memungkinkan adanya kstidaksesuaian antara soal dengan
kisi-kisi yang telah diberikan sebelumnya.
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
sebagian guru mempersiapkan kisi-kisi untuk disampaikan ke
peserta didik yang nantinya sebagai acuan peserta didik dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian yang diselenggarakan.
Akan tetapi hanya sebagian guru yang membuat kisi-kisi secara
terencana dan tersetruktur. Sedangkan sebagaian yang lain hanya
membuat kisi-kisi secara dadakan, sehingga mayoritas kisi-kisi
tersebut tidak keluar dalam soal ujian.
b) Persiapan Soal
Sebelum melaksanakan penilaian hasil belajar, seorang
pendidik haruslah membuat/mempersiapkan soal ujian. Dimana
soal ujian tersebut haruslah sesuai dengan kompetensi, agar soal
yang muncul pada ujian benar-benar merupakan materi yang telah
diterima oleh siswa. Pernyataan tersebut sebagaimana disampaikan
oleh Informan I dalam wawancara tanggal 12 Mei 2012
mengatakan bahwa:
Persiapannya pasti analisis soal, jadi soal itu dianalisis dahulu,
apakah soal itu sudah pas dengan siswa apa belum, kan soal
yang baik sebelum diberikan ke siswa kan dianalisis dulu.
Paling tidak soal itu sesuai dengan materi yang telah
disampaikan, jangan sampai yang namanya ulangan itu
mengulang, materi belum diberikan.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Informan III dalam wawancara
tanggal 25 Mei 2012 yang menyatakan sebagai berikut “Biasanya
setelah KD selesai dan sebelum ujian saya membuat soal. Soal saya
sesuaikan dengan KD yang telah dipelajari sebelumnya”. Hal yang
sama juga diungkapkan oleh Informan II dalam wawancara tanggal
22 Mei 2012 yang mengungkapkan bahwa “Tentunya sebelum
ujian yang perlu dipersiapkan ya soal ujian itu sendiri. Jangan
sampai anak sudah siap ujian kita malah belum siap di soalnya”.
Dari pengamatan peneliti ditemukan bahwa sebelum
melaksanakan penilaian, guru sudah mempersiapkan soal yang
terkait dengan materi yang telah diajarkan. Akan tetapi, ada juga
pihak guru yang memberikan soal ujian yang sama dengan tahun-
tahun sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dari hasil data diatas dapat diketahui bahwa persiapan soal
sebelum ujian sudah dilaksanakan oleh pihak guru di SMK N 6
Surakarta. Akan tetapi tidak semuanya guru menganalisis terlebih
dahulu soal yang akan diberikan kepada siswa. Sebagian guru
hanya memberikan soal ujian yang sama dengan tahun-tahun
sebelumnya.
c) Menentukan Unsur-unsur yang Dinilai
Dalam penilaian hasil belajar terdapat unsur-unsur atau
aspek yang dinilai. Akan tetapi tidak semua mata diklat
mempunyai unsur-unsur atau aspek yang sama. Hal ini
diungkapkan oleh Informan II dalam wawancara tanggal 12 Mei
2012 mengatakan bahwa “Aspek yang dinilai itu berbeda, praktek
dan teori, RPPnya aja sudah berbeda”. Sebelum melakukan
pembelajaran, guru menyusun silabus dan RPP termasuk
didalamnya terdapat unsur-unsur yang akan dinilai nantinya. Hal
tersebut berfungsi sebagai penentuan dan pertimbangan dalam
penilaian yang akan dilakukan.
Dalam melakukan penilaian hasil belajar, guru dapat
menilai dari beberapa unsur misalnya melalui ujian harian, mid
semester dan semester. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pernyataan Informan IV pada wawancara tanggal 26 Mei 2012
yang mengatakan bahwa “Di dalam penilaian itu ada nilai ulangan
harian (KD), mid semester dan semester, tapi prosentasenya
disesuaikan dengan mata diklatnya, praktek atau teori”. Sedangkan
menurut Informan I dalam wawancara tanggal 12 Mei 2012
mengatakan bahwa “Aspek yang dinilai itu afektif, psikomotorik
dan kognitif, tapi prosentasenya menyesuaikan dengan mata
diklatnya praktek atau teori, ini bisa dilihat di RPP”.
Penilaian hasil belajar siswa di SMK N 6 Surakarta
menggunakan beberapa unsur yaitu nilai dari ujian harian atau KD
dan nilai dari ujian akhir semester. Dari sinilah nantinya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
diperoleh nilai akhir hasil belajar siswa. Dalam penilaian tersebut
nilai mid semester dapat dimasukkan ke dalam nilai ujian harian
atau KD. Akan tetapi tidak semuanya guru menggunakan unsur-
unsur penilaian diatas secara keseluruhan.
Jadi, dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk
mengetahui tingkatan keberhasilan belajar siswa, maka harus ada
proses penilaian. Penilaian merupakan proses mengukur tingkat
kemampuan siswa dalam menguasai materi atau kompetensi dasar.
Dalam mengukur kompetensi siswa tersebut, maka haruslah jelas
mengenai hal-hal yang seharusnya dinilai. Kemampuan siswa tidak
hanya bisa diukur dari sisi penguasaan materi saja, akan tetapi
kemampuan siswa seharusnya dapat diukur melalui keaktifan dan
kemauan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Selain
itu, dalam penilaian hasil belajar terdapat aspek-aspek yang harus
dinilai, antara lain aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang
sudah ditetapkan sesuai kompetensi dasar yang tercantum dalam
RPP. Dalam penilaian hasil belajar ketiga aspek tersebut dapat
berupa keaktifan, ujian atau tugas.
d) Menentukan Teknik Penilaian
Penentuan teknik penilaian dalam proses pembelajaran
merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena masing-masing
mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda. Hal tersebut
sesuai diungkapkan oleh Informan I dalam wawancara pada
tanggal 12 Mei 2012 yang mengatakan bahwa “Jenis penilaian
yang sering saya gunakan yaitu unjuk kerja dan praktek, karena di
AP kebanyakan praktek”. Dalam menentukan jenis penilaian hasil
belajar siswa perlu disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran
dan kompetensi dasar beserta indikator-indikatornya.
Setiap teknik penilaian memiliki keunggulan dan
kelemahan. Seorang pendidik haruslah mampu dalam memilih
teknik penilaian yang tepat dan sesuai karakteristik pelajaran. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
ini dipertegas oleh Informan V dalam wawancara tanggal 28 Mei
2012 mengungkapkan bahwa:
Ya tentunya disesuaikan dengan materi, disesuaikan dengan
situasi kondisi misalnya juga waktu ya, mestinya ada kalanya
misalnya penilaian itu sebaiknya secara lisan pada materi
presentasi, di materi rapat, mesetinya kan praktek, Tetapi
karena situasi dan kondisi kadang jadi menggunakan tertulis,
gitu. Mestinya yang tepat kan kita sesuai dengan materi sesuai
dengan apa ya, tepatnya bagaimana, tapi kadang tidak sesuai
situasi dan kondisi, tetapi pengambilan nilai ditentuan dengan
materi, kalau praktek nilainya kita ambil praktek, kalau teori
nilai kita ambil teori.
Penilaian hasil belajar tidak hanya berdasar pada satu nilai,
penilaian dapat dilakukan dengan beberapa sumber dan dapat
dilakukan dengan beberapa teknik penilaian. Pernyataan tersebut
diungkapkan oleh Informan IV dalam wawancara tanggal 26 Mei
2012 mengatakan bahwa:
Mungkin sekali, itu tadi mungkin protofolio, mungkin juga
praktek, tertulis. Kita kadang melihat waktu. Inginnya
semuanya mas, tapi itu, kita terbatas waktu. Kalau misalnya
komputer pasti kan praktek. Tapi karena di ujian juga ada teori
kan kadang juga menggunakan test tertulis.
Penentuan teknik penilaian dalam pembelajaran untuk
mengukur tingkat pemahaman dan ketuntasan siswa dalam
pembelajaran dilakukan oleh guru dengan menggunakan beberapa
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut diantaranya
karakteristik dari mata pelajaran dan kompetensi yang diajarkan.
Guru tidak diharuskan menggunakan teknik penilaian yang sama
dengan guru yang lain dalam menilai, tetapi guru diberikan
kebebasan untuk menggunakan jenis penilaian yang dirasa tepat
dan dapat mengukur tingkat kemampuan siswa secara maksimal
dengan konsekuensi guru harus mempunyai pertimbangan-
pertimbangan dalam menentukan teknik penilaian.
Dari hasil data diatas dapat diketahui bahwa dalam
pembelajaran seorang pendidik menggunakan beberapa teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
penilaian hasil belajar. Penentuan teknik penilaian hasil belajar
siswa dapat didasarkan dari beberapa hal yaitu dari karakteristik
mata pelajaran maupun dari kompetensi dasar. Akan tetapi dalam
kenyataannya, penilaian tes tertulis merupakan jenis penilaian yang
paling sering dipakai oleh pendidik.
e) Menyusun Jobsheet dan Lembar Penilaian
Kelompok Mata Pelajaran produktif adalah kelompok mata
diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki
kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Sehingga dengan
adanya tuntutan tersebut mata pelajaran/diklat produktif mayoritas
berupa mata diklat praktek. Dalam pelaksanaan penilaian hasil
belajar seorang pendidik haruslah mempersiapkan jobsheet dan
lembar penilaian. Jobsheet merupakan petunjuk kerja dalam
pelaksanaan praktek pada mata pelajaran/diklat praktek. Sedangkan
lembar penilaian berupa daftar nilai peserta ujian yang diperinci
dalam poin-poin tertentu berdasarkan kompetensi materi yang
diujikan. Hal ini diungkapkan oleh Informan I dalam wawancara
tanggal 12 Mei 2012 yang mengatakan bahwa:
Karena saya mengajar praktek, jadi blanko portofolio penilaian
dan bobot penilaian, karena setiap siswa kan idealnya
mempunyai satu blangko portofolio ketercapaian, apakah dia
sudah mencapai nilai yang distandarkan atau tidak.
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Informan II dalam
wawancara tanggal 22 Mei 2012 sebagai berikut:
Karena kebetulan saya mengajar pelajaran praktek, jadi saya
membuat blanko yang berisi point-point materi beserta bobot
nilai sehingga nilai yang terkumpul akan berjumlah maksimal
100, ini kita sebut dengan jobsheet”.
Pendapat diatas diperkuat dari pendapat Informan VI dalam
wawancara tanggal 29 Mei 2012 yang mengungkapkan bahwa
“Lembar penilaian harus ada, karena tidak mungkin guru
melaksanakan penilaian tapi gak membuat lembar penilaian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
karena sebelumnya guru pasti sudah membuat kunci jawabannya
juga sehingga bisa membuat lembar penilaian.
Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa jobsheet, lembar
penilaian beserta kunci jawaban sudah tercantum dalam pembuatan
RPP mata diklat praktek. Jobsheet sendiri berfungsi sebagai
petunjuk kerja siswa dalam melaksanakan tugas. Sedangkan
lembar penilaian berupa unsur-unsur yang dinilai dalam mata
diklat tersebut yang di dasarkan pada soal dan kunci jawabannya.
Dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas
guru sudah membuat jobsheet dan lembar penilaian sebelum
pelaksanaan ujian/penilaian. Dengan adanya jobsheet dan lembar
penilaian diharapkan pelaksanaan penilaian hasil belajar dapat
berjalan sesuai dengan yang tertulis pada jobsheet dan proses
penilaiannya dapat berjalan optimal dan objektif.
2) Pelaksanaan Penilaian
Pelaksanaan penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan
guru setelah guru melakukan kegiatan proses belajar mengajar.
Biasanya pelaksanaan penilaian dilaksanakan setelah 1 (satu)
kompetensi dasar atau materi yang terkait selesai dipelajari oleh siswa.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Informan VI dalam wawancara
tanggal 29 Mei 2012 menyatakan bahwa “Awalnya pasti melakukan
kegiatan belajar mengajar dulu, setelah terlaksana satu KD untuk
kejuruan diadakan ulangan, untuk normatif adaptif penilaiannya per
SK”. Pernyataan yang sama juga dinyatakan oleh Informan III dalam
wawancara tanggal 25 Mei 2012 yang menyatakan bahwa “Dalam
kegiatan penilaian dilaksanakan per KD, dan guru awalanya harus
membuat silabus diteruskan dengan RPP. Nah, dengan dasar RPP itu
semua kegiatan yang terangkum dalam 1 semester atau 1 tahun
terangkum dalam RPP”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dalam pelaksanaan penilaian, seorang pendidik sangatlah
berperan penting baik dalam kelancaran penilaian, objektifitas
penilaian dan adil dalam penilaian. Sehingga nilai hasil belajar siswa
diharapkan sesuai dengan kemampuan siswa sesungguhnya. Hal ini
diungkapkan oleh Informan I dalam wawancara tanggal 12 Mei 2012
yang mengungkapkan bahwa “Dalam pelaksanaan penilaian, baik dari
ujian hingga menilai kami tetap berusaha objektif. Siswa yang
menyontek tetap kami tindak lanjuti dan berpengaruh juga pada nilai
ujiannya”. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Informan II dalam
wawancara tanggal 22 Mei 2012 yang mengatakan bahwa “Saya
mengampu pelajaran praktek mas, yaitu KKPI. Untuk pelaksanaan
penilaiannya itu mudah, karena setiap siswa disediakan 1 komputer
sebagai tempat mengerjakan soal, jadi untuk nyontek siswa itu sulit”.
Seorang narasumber (siswa II) dalam wawancara taggal 22 Mei
2012 mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
penilaian bahwa:
Penilaian yang dilakukan guru itu tidak semuanya objektif, masih
adanya rasa senang dan tidak senang kepada siswa. Bahkan soal
yang diberikan terkadang rancu, tidak sesuai dengan materi.
Terkadang juga jawaban yang diberikan oleh guru itu tidak sesuai
dengan jawaban yang semestinya.
Objektifitas penilaian sangatlah penting dalam pelaksanaan
penilaian. Karena kualitas siswa yang sebenarnya dapat diketahui
dengan penilaian yang objektif. Dalam pelaksanaan penilaian hasil
belajar mata diklat produktif di Program Keahlian Administrasi SMK
N 6 Surakarta peneliti melihat bahwa pelaksanaan penilaian belum bisa
dikatakan objektif. Misalnya saja dalam menjaga siswa pada saat ujian,
dimana masih terdapat guru yang mebiarkan siswanya menyontek.
Selain itu, masih ada sebagian guru yang masih subjektif dalam
menilai. Biasanya hal ini didasarkan pada keaktifan siswa dalam
mengikuti ekstra kurikuler bukan keaktifan dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Jadi dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan
penilaian hasil belajar dilaksanakan oleh pendidik setelah melakukan
kegiatan belajar mengajar minimal 1 (satu) KD. Dalam pelaksanaan
penilaian pendidik harus berpedoman dengan silabus dan RPP yang
telah dibuat sebelumnya. Dengan adanya pembuatan silabus dan RPP
diharapkan seorang pendidik sudah mempersiapkan instrumen yang
terkait dengan pelaksanaan penilaian secara matang. Sehingga proses
penilaian dapat berjalan dengan objektif dan benar-benar berdasarkan
kemampuan siswa.
3) Pelaporan Hasil Penilaian
a) Pengumuman Nilai Ujian
Pengumuman nilai hasil ujian siswa dilakukan setelah nilai
dikoreksi. Pelaporan nilai ini biasanya dilakukan kira-kira 1
minggu setelah ujian KD, sedangkan dalm ujian mid dan semester,
pengumuman nilai dilaksanakan setelah ujian berkahir dan
maksimal 1 minggu setelah ujian tersebut. Hal ini diungkapkan
oleh Informan III dalam wawancara tanggal 25 Mei 2012 yang
menyatakan bahwa “Pengumuman nilai dilaksanakan setelah ujian
selesai mas, dalam hal ini ujian mid dan semeseteran, kira-kira 1
minggu setelah ujian selesai. Kalau ujian KD sebenarnya sama,
tapi kadang kami yang molor karena ada tugas lain”.
Selain membimbing siswa, seorang guru dituntut juga
transparan dalam penilaian. Dalam hal ini, guru harus juga
mengumumkan nilai dari hasil ujian. Akan tetapi dalam
kenyataannya, masih terdapat guru yang tidak melaksanakan hal
tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Narasumber (Siswa VI) dalam
wawancara tanggal 29 Mei 2012 yang menyatakan bahwa “Ada
guru yang tidak ngasih tahu nilainya, tau-tau sudah muncul nilai
akhirnya, tapi ada juga sih yang dikasih tahu”. Hal ini sesuai
dengan pendapat narasumber (siswa I) dalam wawancara tanggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
22 Mei 2012 yang menyatakan bahwa “Ada beberapa guru yang
memberikan rincian nilai secara lengkap setelah ujian selesai, tapi
ada juga yang tidak pernah memberitahukan hasil nilai kepada
muridnya, tahunya nilai sudah ada di raport”.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,
bahwa pelaporan hasil penilaian untuk ujian harian atau KD
biasanya dilakukan 1 (satu) minggu setelah pelaksanaan ujian.
Dimana siswa yang tidak lulus langsung mengikuti remidi dengan
mengerjakan soal yang sama dalam waktu itu juga. Sedangkan
untuk pelaporan hasil ujian semester biasanya dilaksanakan setelah
pelaksanaan ujian semeseter berakhir, sedangkan remidiasi sudah
terjadwal. Akan tetapi ada juga guru yang langsung meminta siswa
untuk mengikuti remidi setelah pengumuman nilai diumumkan.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa selain
membimbing siswa seorang guru juga berkewajiban untuk
melaporkan nilai hasil belajar siswa. Sehingga siswa dapat
mengetahui kekurangan-kekurangan mereka selama mengkuti
pembelajaran. Selain melaporkan hasil belajar siswa dalam bentuk
raport, guru juga berkewajiban dalam mengumumkan nilai hasil
ujian baik yang ujian KD, mid maupun ujian semester dengan tepat
waktu, sehingga peserta didik yang nilainya kurang dari KKM
dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti remidiasi.
b) Pengumuman Nilai Rapor
Sebagai seorang pendidik, guru haruslah melaporkan nilai
hasil belajar siswa, sehingga mengetahui tingkat ketuntasan mereka
dalam mengikuti pembelajaran. Selain dilaporkan kepada siswa
yang bersangkutan, nilai hasil belajar siswa juga harus dilaporkan
ke orang tua siswa/wali murid. Pernyataan tersebut senada dengan
pernyataan Informan I dalam wawancara tanggal 12 Mei 2012
yang mengatakan bahwa “Tentu saja mas, nilai kami kasihkan ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
siswa sendiri, terus biar mereka yang ngasih tahu orang tuanya”.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Informan VI dalam
wawancara tanggal 29 Mei 2012 yang mengatakan bahwa “Nilai
(raport) dibagikan ke siswa dalam bentuk lembaran kertas, dan
supaya dapat di simpan dirumah masing-masing”.
Dalam pelaporan nilai rapor, guru harus menyampaikan
nilai siswa ke wali kelas masing-masing. Setelah nilai diterima dan
di olah/di input oleh wali kelas, selanjutnya rapor dibagikan kepada
siswa yang bersangkutan dan biasanya setelah 2 (dua) minggu
setelah ujian semester. Hal ini merupakan pernyataan dari
Informan IV dalam wawancara tanggal 26 Mei 2012 yang
mengungkapkan bahwa “Sebelumnya nilai akhir distorkan ke wali
kelas masing-masing, selanjutnya nanti wali kelas yang membuat
rapor dan biasanya diberikan setelah 2 minggu pelaksanaan ujian
semester”.
Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa untuk pelaporan
nilai akhir siswa (rapor) biasanya dilakukan setelah 2 (dua) minggu
pelaksanaan ujian semester berakhir. Dimana bentuk rapor yang
sekarang berlaku bukan berupa buku, akan tetapi berupa lembaran
kertas.
Dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan
dan pengumuman nilai rapor dilakukan oleh pihak wali kelas.
Dimana pengumuman nilai rapor biasanya dilaksanakan setelah 2
minggu terhitung dari berakhirnya ujian semester.
4) Remidiasi
Kurikulum KTSP Spektrum merupakan kurikulum yang
menekankan pada ketuntasan belajar peserta didik. Siswa yang
mendapatkan nilai di bawah KKM baik ujian harian (Kompetensi
Dasar) maupun mid semester dan semester maka diperkenankan untuk
mengikuti program remedial. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Informan I dalam wawancara tanggal 12 Mei 2012 yang mengatakan
bahwa:
Kalau pelajaran saya kan sudah ditentukan KKM, kalau siswa itu
ikut ulangan dan nilaianya dibawah KKM, maka untuk pertemuan
berikutnya saya akan memeberikan remidi pada siswa yang
ngulang, tapi karena waktunya yang terbatas saya barengkan
dengan pelajaran, yang lain saya beri pelajaran yang remidi saya
kasih soal remidi. Sedangkan untuk remidi yang ulangan umum itu
sudah dijadwal sama sekolahan, biasanya 3 (tiga) hari setelah
ulangan umum itu pun bagi siswa yang nilai akhirnya kurang
KKM.
Dalam Kurikulum KTSP Spektrum, Pelaksanaan remediasi
dilaksanakan untuk membimbing siswa dalam menguasai materi atau
kompetensi yang telah dipelajari. Remidiasi diberikan kepada peserta
didik yang belum mencapai KKM. Kegiatan remedial bisa berupa tatap
muka dengan guru atau diberi kesempatan untuk belajar sendiri,
kemudian dilakukan penilaian dengan cara menjawab pertanyaan,
membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas
mengumpulkan data.
Pelaksanaan remidiasi di SMK N 6 Surakarta dilakukan setelah
selesai ulangan harian (kompetensi dasar) dan setelah ulangan umum
baik mid semester maupun ulangan semester. Pelaksanaan remidiasi
dalam masing-masing ujian dilaksanakan maksimal 3 (tiga) kali.
Apabila setelah mengikuti program remidial sebanyak 3 (tiga) kali
belum mencapai KKM, maka nilai siswa yang bersangkutan ditulis apa
adanya. Hal ini disampaikan oleh Informan IV dalam wawancara
tanggal 26 Mei 2012 mengatakan bahwa “Remidi kalau yang tidak
memenuhi KKM kan harus di remidi, disini anak dikasih kesempatan
sampai 3 (tiga) kali remidi remidi”. Hal ini juga disampaikan oleh
Informan II dalam wawancara 22 Mei 2012 yang mengatakan bahwa:
Aturannya gini mas, anak yang nilainya belum memenuhi KKM itu
akan diremidi sampai 3 kali. Kalau belum memenuhi KKM juga,
ya ditulis apa adanya. Tapi kenyataannya apa kita tega mas, kalau
siswa yang remidi itu anak yang diam dan manut walaupun
kemampuannya kurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Sedangakan menurut seorang narasumber (Siswi III) dalam
wawancara tanggal 29 Mei 2012 mengungkapkan bahwa:
Dalam pelaksanaan remidi khusunya dalam mata pelajaran KKPI
dan Bahasa Inggris kadang bisa sampai 3 kali, karena gurunya
selektif. Sedangkan pelaksanaannya ada juga guru yang kurang
mengawasi dalam pelaksananaan ujian remidi di kelas. Sehingga
ada sebagian siswa yang bisa menyontek.
Menurut hasil observasi peneliti membuktikan bahwa
pelaksanaan remidiasi dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali. Untuk
pelaksanaan remidiasi ujian KD dilaksanakan setelah ada
pengumuman nilai hasil ujian atau setelah 1 (satu) minggu terhitung
dari pelaksanaan ujian KD tersebut. Pelaksanaan remidi dilaksanakan
di dalam kelas, dimana siswa yang remidi mengerjakan soal remidi
sedangkan siswa yang lain mengikuti pelajaran selanjutnya yang
dijelaskan oleh guru yang bersangkutan. Sedangkan untuk remidiasi
ujian mid dan akhir semester biasanya dilaksanakan 3 hari sampai satu
minggu setelah ujian mid dan akhir semester.
Berdasarkan dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan remidiasi hakekatnya bertujuan untuk mengantarkan
siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan sebelumnya.
Dalam prakteknya, kebanyakan guru tidak memahami arti sebenarnya
dari remidi. Kebanyakan guru menganggap bahwa remidi hanyalah
sekedar mengerjakan ujian kembali, bukan dimulai dari proses
pembelajaran ulang pada kompetensi yang belum tuntas. Pelaksanaan
remidiasi di SMK N 6 Surakarta dilaksankan sebanyak 3 (tiga) kali
setelah ujian harian (kompetensi dasar) maupun setelah ujian mid
semester dan ujian semester. Apabila siswa tersebut belum juga
memperoleh nilai diatas KKM yang telah ditentukan, maka nilai ditulis
apa adanya walaupun kurang dari KKM. Sehingga siswa
dimungkinkan untuk mengikuti remidiasi semester depan atau
remidiasi secara khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2. Kendala/hambatan yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Sistem Penilaian
Hasil Belajar Mata Diklat Produktif
Pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa merupakan kegiatan yang
membutuhkan waktu yang panjang dan tidak mudah. Penilaian hasil belajar
siswa harus melewati beberapa tahap antara lain: persiapan penilaian,
pelaksanaan proses, pelaporan hasil penilaian dan remidiasi. Dalam sistem
pelaksanaan penilaian tersebut, seorang pendidik pastinya mengharapkan agar
semua proses dilalui dengan lancar. Akan tetapi dalam pelaksanaannya
ditemukan beberapa kendala atau hambatan dalam penilaian. Adapun
hambatan-hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan sistem penilaian hasil
belajar Mata Diklat Produktif di Kelas XI Program Keahlian Administrasi
Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Pembayaran SPP yang Kurang Lancar, Menghambat Pelaksanaan
Sistem Penilaian Per KD
Dalam Kurikulum KTSP Spektrum sistem penilaian hasil belajar
mata diklat produktif didasarkan pada penilaian per Kompetensi Dasar
(KD). Hal ini mendeskripsikan bahwa penilaian dengan sistem ujian mid
dan akhir semester ditiadakan. Akan tetapi, kurang lancarnya siswa dalam
membayar SPP, maka cara yang diambil oleh SMK N 6 Surakarta yaitu
menggabungkan antara ujian per KD dengan ujian mid dan akhir semester.
Sistem tersebut dipakai dengan alasan untuk mengurangi beban
pembayaran SPP yang belum lunas. Hal ini senada dengan pendapat dari
Informan I dalam wawancara tanggal 12 Mei 2012 yang mengatakan
bahwa:
KTSP kan tidak ada sistem ujian mid dan semesteran adanya ujian per
Kompetensi Dasar. Tapi kalau sumber nilainya dari KD semua dan
tidak ada ujian bersama dalam hal ini mid dan semester, siswa dan wali
murid itu kelihatannya kurang mantep. Selain itu, banyak siswa yang
nunggak SPPnya, jadi kami berinisiatif menggunakan sistem ujian
semsteran juga. Sedangkan syarat untuk mengikuti ujian semesteran
diantaranya siswa harus melunasi SPP sampai dengan bulan tertentu.
Hal ini dipertegas oleh Informan IV dalam wawancara tanggal 26 Mei
2012 yang mengatakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Di SMK kan banyak yang dari golongan menengah kebawah dan SPP
sering nunggak. Jadi kalau kita hanya ujian per KD SPP lunasnya
kapan. Maka dari itu, kami adakan mid dan semester agar SPP bisa
lunas. Karena gini, ujian KD kan sifatnya pribadi guru dan misal di
berlakukan syarat lunas SPP itu tidak bisa, nanti jadinya malah
mengganggu wali kelas karena waktu ujian KD kan tidak sama. Kalau
ada ujian mid dan semester ujiannya kan bersama, biasanya mendekati
hari ujian wali murid berdatangan ke sekolah untuk melunasi SPP.
Sedangkan menurut Informan VI dalam wawancara tanggal 29 Mei 2012
menjelaskan bahwa “Sebetulnya di KTSP mata diklat produktif itu tidak
ada mid dan semesteran. Berhubung mata diklat adaptif dan normatif ada
mid dan semester, maka kami sesuaikan sekaligus”.
Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan menunjukkan
bahwa berdasarkan kurikulum KTSP Spektrum sistem penilaian hasil
belajar yang harus dipakai adalah sistem penilaian per KD. Akan tetapi,
kurang lancarnya siswa dalam membayar SPP, menyebabkan SMK N 6
Surakarta harus mengubah sistem penilaian tersebut yaitu menggabungkan
antara ujian per KD dengan ujian mid dan akhir semester. Selain itu, dari
sekolah berupaya untuk menyesuaikan agar ujian untuk mata diklat
produktif, adaptif dan normatif dilaksanakan bersama-sama, padahal jenis
penilaian dari mata diklat tersebut sudah berbeda. Selanjutnya, peneliti
juga menemukan hambatan lain yang menyebabkan SMK N 6 Surakarta
tidak bisa menjalankan sistem penilaian per KD secara utuh, dimana pada
hakekatnya guru menginginkan penghasilan tambahan sebagai panitia
pelaksana ujian mid dan akhir semester, maka dari itu diadakan ujian mid
dan akhir semester. Karena di dalam sistem ujian per KD, pelaksanaannya
cukup dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan saja.
Dari hasil data diatas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya
hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar
mata diklat produktif yaitu kurang lancarnya siswa dalam membayar SPP.
Hal ini menyebabkan SMK N 6 Surakarta harus mengubah sistem
penilaian tersebut yaitu menggabungkan antara ujian per KD dengan ujian
mid dan akhir semester. Selain itu, adanya perbedaan sistem penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
antara mata diklat produktif dengan mata diklat normatif dan adaptif,
dimana untuk mata diklat normatif dan adaptif mengenal adanya sistem
ujian mid dan akhir semester sedangkan untuk mata diklat produktif hanya
mengenal sistem ujian KD. Sedangkan dari observasi peneliti ditemukan
masalah/hambatan dalam sistem penilaian hasil belajar per KD yaitu
terdapat sebagian guru yang menginginkan penghasilan tambahan sebagai
panitia pelaksana ujian mid dan akhir semester.
b. Kurangnya Pemahaman Guru Mengenai Teknik Penilaian
Penentuan teknik penilaian hasil belajar tidaklah mudah, seorang
guru terlebih dahulu harus mengetahui indikator-indikator pada
kompetensi dasar sebelum menentukan teknik penilaian yang nantinya
akan dipakai/dipilih. Oleh karena itu, dalam pemilihan teknik penilaian
dibutuhkan petunjuk teknis yang diperuntukkan bagi pelaksanaan
penilaian hasil belajar peserta didik dan juga diperlukan pengarahan dari
kepala sekolah dan wakil kepala. Hal ini diungkapkan oleh Informan III
dalam wawancara tanggal 25 Mei 2012 yang menjelaskan bahwa
“Penentuan teknik penilaian itu tidak mudah, kita harus mengetahui sifat
pelajaran, isi KD. Selanjutnya baru bisa ditentukan tekniknya”. Hal yang
senada juga dikatakan oleh Informan V dalam wawancara tanggal 28 Mei
2012 yang mengatakan bahwa “Kami sebenarnya kesulitan dalam
menentukan teknik penilaian yang pelajarannya tidak bisa dinilai dengan
satu teknik. Harusnya kan sekolah, maksudnya kepala dan waka memberi
arahan, tapi seolah ini itu seperti masalah guru, bukan masalah bagi
sekolah”.
Sedangkan menurut Informan II dalam wawancara tanggal 22 Mei
2012 yang menyatakan bahwa “Penentuan teknik itu yang sulit. Dan
seharusnya sekolah memberi arahan kepada guru yang bersangkutan biar
tidak kesulitan menentukannya”. Dengan adanya arahan dari sekolah
dalam hal ini kepala sekolah dan wakilnya, maka guru akan lebih mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
untuk menentukan teknik penilaian dan tidak mengganggu pembelajaran,
karena tugas utama seorang guru adalah mengajar dan mendidik siswa.
Pelaksanaan penilaian hasil belajar akan berjalan dengan baik
apabila sesuai dengan alur pembelajaran yang ada pada perencanaan
pembelajaran. Dalam pembelajaran, seorang guru haruslah menetapkan
teknik penilaian pada mata pelajaran/diklat yang menjadi tanggung
jawabnya sebelum proses pembelajaran berlangsung. Proses penentuan
teknik penilaian tersebut tidaklah mudah, dibutuhkan pengetahuan dan
pengalaman sehingga seorang guru tidak mengalami kesulitan. Kurangnya
membaca dan rasa ingin tahu tentang pedoman dalam penentuan teknik
penilaian yang menyebabkan guru mengalami kesulitan. Hal tersebutlah
yang menjadi hambatan, dimana guru di Program Keahlian Administrasi
Perkantoran SMK N 6 Surakarta kurang memahami kriteria-kriteria yang
digunakan dalam menentukan teknik penilaian. Selain itu, kepala sekolah
dan wakil kepala sekolah juga tidak memberikan pengarahan bagi guru
yang mengalami kesulitan. Sehingga sebagian guru menilai menggunakan
rumus yang di modifikasi sendiri dari guru yang bersangkutan.
Dari hasil data yang diperoleh dapat diketahui bahwa dalam
menentukan teknik penilaian terdapat hambatan, selain dari faktor guru
yang kurang memahami dalam menentukan teknik penilaian yang
disebabkan kurang membaca dan tidak mempunyai buku pedoman
penilaian, hambatan juga timbul dari kepala sekolah dan wakilnya yang
kurang memberi pengarahan dan tanggapan kepada guru yang mengalami
kesulitan dalam menentukan teknik penilaian.
c. Kebiasaan Guru Menilai Hanya Dari Aspek Kognitif
Penilaian hasil belajar pada kurikulum KTSP di dasarkan pada
penilaian 3 (tiga) aspek, yaitu afektif, psikomotorik dan kognitif. Akan
tetapi karena kurang pemahaman mengenai hal tersebut, biasanya
penilaian dilakukan untuk menilai aspek kognitif saja. Hal ini disampaikan
oleh Informan I dalam wawancara tanggal 12 Mei 2012 yang menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
bahwa “Yang sering dilakukan oleh guru adalah menilai dari ranah
kognitif, kalau guru yang sudah tua mungkin sudah terbiasa dengan sistem
lama dan kurang paham dengan perkembangan tentang penilaian”.
Selain kurang memahami sistem penilaian pada Kurikulum KTSP,
ada faktor lain yang menyebabkan seorang guru masih menilai dengan
satu aspek yaitu sifat malas guru. Hal ini juga diungkapkan oleh Informan
II dalam wawancara tanggal 22 Mei 2012 yang menyatakan bahwa:
Kendalanya itu ada beberapa guru yang bisa dikatakan males.
Sebenarnya sistem penilaiannya sudah bagus, tapi orang yang
menjalankannya saja yang kurang bagus. Padahal sudah mengerti
aturannya bahwa penilaian itu harus terdiri dari ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Tapi yang sering malah yang kognitif. Jadi
kesimpulannya aturan sudah bagus tapi pelaksana yang kurang bagus.
Pada hakekatnya penilaian hasil belajar adalah mengukur semua
kemampuan peserta didik, baik dari aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Sehingga hasil penilaian merupakan kemampuan peserta
didik secara utuh. Hal ini diungkapkan oleh Informan III dalam
wawancara tanggal 25 Mei 2012 yang mengatakan bahwa “Kita
seharusnya mengikuti standar yang ada, itukan sudah ditentukan oleh
waka kurikulum. Tapi yang namanya guru pasti ada sebagian yang menilai
dari tes saja, itu kan menyalahi aturan. Tapi prosentasenya ya sedikit”.
Sedangkan dari hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa di
SMK N 6 Surakarta khusunya di Program Keahlian Perkantoran masih
banyak yang menilai hanya dari satu aspek kognitif saja. Hal ini dapat
diketahui sumber nilai peserta didik hanya berasal dari tes/ujian. Padahal
dalam Kurikulum KTSP menekankan adanya praktek sebagai standar
penguasaan kompetensi.
Dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan guru
yang menilai dari satu sisi yaitu dari ranah kognitif menghambat peserta
didik untuk mengetahui penguasaan kompetensi yang telah dipelajari.
Penilaian kognitif hanya menitikberatkan pada ujian tertulis saja dan tidak
bisa dijadikan acuan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam menguasai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
kompetensi. Dari data diatas pula dapat diketahui bahwa guru hanya
menggunakan penilaian postes saja. Sehingga guru tidak mengetahui
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala/hambatan
Dalam Pelaksanaan Sistem Penilaian Hasil Belajar Mata Diklat Produktif
Dalam sebuah organisasi/instansi yang baik, tentunya akan mencari
solusi yang terbaik untuk mengurangi intensitas dari hambatan/kendala yang
dapat mengganggu berjalannya sebuah proses. Begitu juga halnya di SMK N 6
Surakarta, untuk mengatasi hambatan/kendala yang terkait dengan
pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar maka ditempuh usaha-usaha yang
sesuai dengan permasalahannya.
a. Mengkombinasikan Ujian Mid dan Akhir Semester Dengan Ujian KD
Usaha yang dilakukan oleh pihak guru untuk mengatasi hambatan
kurang lancarnya siswa dalam membayar SPP, maka cara yang diambil
oleh SMK N 6 Surakarta yaitu menggabungkan antara ujian per KD
dengan ujian mid dan akhir semester. Sistem tersebut dipakai dengan
alasan untuk mengurangi beban pembayaran SPP yang belum lunas. Hal
ini diungkapkan oleh Informan I dalam wawancara tanggal 12 Mei 2012
yang mengungkapkan bahwa “Ya seperti itu tadi, solusinya kita
mengadakan ujian mid dan semesteran. Dan sebelum hari H ujian biasanya
wali murid datang ke sekolah untuk melunasi SPP, kalau nggak lunas
siswa tidak diperbolehkan ikut ujian mid dan semesteran.”. Hal ini
dipertegas oleh informan IV dalam wawancara tanggal 26 Mei 2012 yang
menyatakan bahwa “Solusinya dari sekolah mengadakan ujian KD dan
juga semesteran, menurut saya itu manjur. Dan disini itu sudah seperti
tradisi, menjelang ujian semesteran baru melunasi SPP yang belum lunas”.
Sedangkan dari hasil observasi peneliti, dapat diketahui bahwa
kurangnya sosialisasi sistem ujian KD, sekolah mengadakan ujian mid dan
akhir semester. Dengan adanya ujian mid dan akhir semester biasanya
pihak wali murid melunasi SPP yang masih menjadi tanggungan. Akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
tetapi dengan diadakannya ujian mid dan akhir semester menghambat
siswa dalam menerima pelajaran, karena jumlah jam tatap muka yang
berkurang akibat digunakan sebagai ujian.
Dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa usaha yang
ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
mengkombinasikan ujian mid dan akhir semester dengan ujian KD.
b. Penggunaan 2 (dua) Teknik Penilaian Dalam Satu Mata
Diklat/Pelajaran
Untuk mengatasi hambatan dalam pemilihan teknik penilaian maka
guru di Program Keahlian Administrasi Perkantoran biasanya
menggunakan 2 (dua) teknik penilaian. Hal ini diungkapkan oleh Informan
II dalam wawancara tanggal 22 Mei 2012 yang menyatakan bahwa:
Pemilihannya disesuaikan dengan materi dan dengan situasi dan
kondisi. Sebagai contoh, kalau KKPI kan pastinya jenis penilaiannya
parktek/unjuk kerja. Tapi karena di ujian juga ada teori maka
pengambilan penilaiannya ya tertulis juga. Sehingga dalam satu
pelajaran menggunakan dua teknik yang berbeda.
Hal ini diperkuat oleh Informan III dalam wawancara tanggal 25 Mei 2012
yang mengatakan bahwa “Daripada bingung karena dari pihak sekolah
juga tidak ada tanggapan, ya saya berisnisiatif menggunakan dua jenis
teknik yang berbeda”.
Sedangkan hal yang berbeda dikatakan oleh Informan V dalam
wawancara tanggal 28 Mei 2012 yang mengatakan bahwa:
Kalau dapat mata diklat yang dinilai dengan teknik satu tidak pas,
teknik dua tidak pas juga, ya terpaksa saya nilai dengan cara saya
sendiri. Kenapa saya begitu?karena dari sekolah tidak segera
menanggapi. Kalau saya nunggu terus, yang repot kan malah saya
sendiri nantinya, sudah waktunya penilaian sedangkan teknik belum
ada rumusannya. Tapi biasanya juga menggunakan teknik penilaian
yang terdahulu, itupun kalau belum ada perubahan.
Pemilihan atau penentuan teknik penilaian dilakukan untuk
mengumpulkan informasi kemajuan belajar peserta didik, baik yang
berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar, sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kompetensi yang harus dikuasai. Dalam menentukan teknik penilaian pada
mata diklat praktek guru Program Keahlian Administrasi Perkantoran
SMK N 6 Surakarta mayoritas menggunakan 2 (dua) teknik penilaian. Hal
ini dikarenakan dalam mata diklat tersebut pastilah terdapat ujian tertulis
yang menghendaki adanya teknik penilaian tertulis.
Dari hasil data diatas dapat diketahui bahwa solusi untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan menggunakan 2 (dua) teknik penilaian.
Sedangkan cara lain yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik
penilaian tahun-tahun sebelumnya apabila kompetensi tidak terlalu
berubah. Selain itu, guru juga membuat rumusan penilaian secara pribadi
sebagai langkah untuk mengatasi kesulitan dalam penentuan teknik
penilaian.
c. Mengadakan Supervisi Sekolah
Penilaian yang hanya menggunakan aspek kognitif dinilai tidak
wajar, karena aspek afektif dan psikomotorik juga menjadi dasar dalam
penilaian hasil belajar. Untuk pemecahannya, kepala sekolah mengadakan
kegiatan supervisi sekolah yang biasanya dilaksanakan diawal dan diakhir
semester. Hal ini diungkapkan oleh Informan I dalam wawancara tanggal
12 Mei 2012 yang mengatakan bahwa “Biasanya gini, untuk memantau
kinerja guru, kepala sekolah mengadakan evaluasi di akhir semester dan
meminta contoh silabus dan RPP diawal semester. Dan waka juga
mengamati berlangsungnya pembelajaran di kelas. Dari sinilah diketahui
kinerja guru selama satu semester”.
Selain mengadakan supervisi dengan mengevaluasi RPP dan
Silabus masing-masing guru, kepala sekolah juga mengutus sebagian guru
untuk mengikuti program PLPG. Hal ini senada dengan pendapat dari
Informan VI dalam wawancara tanggal 29 Mei 2012 yang menyatakan
bahwa “Tiap tahunnya kami menunjuk guru untuk ikut PLPG. Jadi gini, di
PLPG nanti guru dibimbing agar terus berkembang. Setelah lulus,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
diharapakan guru semakin professional. Dampaknya pada kualitas
pembelajaran”.
Dalam proses upaya peningkatan mutu pendidikan, guru
merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibimbing untuk
dikembangkan terus-menerus. Pembimbingan kedinasan yang sudah
berjalan demi pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program
pendidikan pra-jabatan serta program pembimbingan dalam jabatan. Ada
juga PLPG dalam sertifikasi, atau pembimbingan melalui penataran-
penataran peningkatan mutu guru. Sehingga guru akan lebih berkembang
dana dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi informasi
yang begitu cepat.
Dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa usaha untuk
mengatasi penilaian guru yang hanya mengacu pada aspek kognitif yaitu
dengan cara kepala sekolah mengadakan supervisi sekolah. Selain
memantau dan mengevaluasi kinerja guru, kegiatan ini juga dilaksanakan
dengan mengembangkan guru agar guru semakin professional.
C. Pembahasan
Dalam bagian ini, peneliti menganalisis data yang dikumpulkan di
lapangan sesuai dengan rumusan masalah yang selanjutnya dihubungkan dengan
teori yang sudah ada.
1. Pelaksanaan Sistem Penilaian Hasil Belajar Mata Diklat Produktif Kelas
XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta
a. Dasar Penilaian Hasil Belajar Mata Diklat Produktif Kelas XI
Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta
Dari penelitian yang telah peneliti lakukan diperoleh pemahaman
bahwa penilaian hasil belajar merupakan bagian dari kurikulum yang
berguna untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
pembelajaran, keberhasilan siswa dan guru sebegai pendidik. Dasar yang
digunakan dalam penilaian hasil belajar Mata Diklat Produktif Kelas XI
Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) di SMK N 6 Surakarta
adalah Standar Penilaian dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
dan Kurikulum KTSP Spektrum yang berlaku mulai tahun ajaran
2009/2010 berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor: 251/C/KEP/MN/2008 tentang
Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan.
Dalam Buku Panduan Lengkap KTSP mengaskan bahwa penilaian
hasil belajar berdasarkan Kurikulum KTSP Spektrum menekankan pada
ketuntasan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran tiap Kompetensi
Dasar (KD). Dengan kata lain apabila peserta didik tidak bisa mencapai
indikator tiap KD, maka peserta didik diwajibkan untuk mengikuti
program remidiasi. Apabila peserta didik sudah bisa mencapai batas
ketuntasan setiap indikator, maka dapat dikatakan peserta didik tersebut
telah menguasai KD yang bersangkutan dan berhak melanjutkan KD
selanjutnya.
Dalam prakteknya, guru di SMK N 6 Surakarta khususnya guru
mata diklat produktif program keahlian administrasi perkantoran
melaksanakan penilaian berdasarkan KD. Pelaksanaanya, setelah
pembelajaran pada KD tertentu sudah selesai maka pada pertemuan
selanjutnya akan diadakan ujian Kelompok Kompetensi Dasar (KKD).
Disamping itu dijelaskan pula bahwa siswa yang sudah mencapai sasaran
pembelajaran berdasarkan indikator KD, maka berhak melanjutkan KD
berikutnya. Sedangkan siswa yang belum mencapai sasaran pembelajaran
berdasarkan indikator KD maka harus mengikuti remidiasi.
Dalam penilaian mata diklat produktif, guru haruslah terlebih
dahulu menentukan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Fungsi dari
KKM ini adalah sebagai indikator dalam menentukan keberhasilan peserta
didik dalam memahami kompetensi yang telah diajarkan. Dalam
menentukan nilai KKM, guru Program Keahlian Administrasi Perkantoran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
(AP) diharuskan mengikuti program MGMP sekolah dengan melalui 3
(tiga) dasar, yaitu kompleksitas indikator, daya dukung dan intake siswa.
Dengan ketiga dasar tersebut guru Program Keahlian Administrasi
Perkantoran (AP) dapat menentukan nilai KKM sesuai dengan kapasitas
siswa dan tidak membebani siswa.
b. Mekanisme Penilaian Hasil Belajar
Berdasarkan Depdiknas (2008) tentang Rancangan Penilaian Hasil
belajar ditegaskan bahwa dalam penilaian haruslah melalui beberapa
mekanisme sebagai berikut yaitu: perencanaan penilaian, pelaksanaan
penilaian, analisis penilaian dan tindak lanjut penilaian serta pelaporan
penilaian. Sedangkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
mekanisme penilaian yang dilaksanakan di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran SMK N 6 Surakarta adalah sebagai berikut:
1) Persiapan Penilaian
Persiapan penilaian merupakan kegiatan yang harus
dilaksanakan sebelum mengadakan penilaian. Supaya penilaian
nantinya berjalan dengan lancar, maka seorang guru harus juga
mempersiapkan instrumen penilaian sebelum pelaksanaan penilaian.
Untuk itu, segala sesuatu yang terkait dalam penilaian antara lain kisi-
kisi, soal, jobsheet dan lembar penilaian beserta kunci jawaban
hendaknya dipersiapkan oleh guru sewaktu pembuatan Silabus dan
RPP di awal tahun pelajaran.
Dalam penelitian yang dilakukan di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) diperoleh pemahaman bahwa sebelum
melaksanakan penilaian, guru harus mempersiapkan soal, kisi-kisi,
jobsheet dan lembar penilaian beserta kunci jawaban.
a) Menyusun Kisi-kisi
Kisi-kisi harus dibuat oleh guru sebelum melaksanakan
proses penilaian/ujian. Dengan kisi-kisi maka guru akan semakin
mudah dalam menyusun soal ujian. Sedangkan bagi siswa, kisi-kisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
berfungsi sebagai acuan dalam persiapan materi yang akan
diujikan. Sebagaimana dengan soal, kisi-kisi haruslah dibuat sejauh
mungkin sebelum penilaian bahkan sebelum pembuatan soal ujian.
Pembuatan kisi-kisi biasanya dilaksanakan juga dalam waktu
pembuatan Silabus dan RPP diawal tahun pelajaran.
Dalam prakteknya tidak semuanya guru di Program
Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) membuat kisi-kisi dengan
terencana dan terstruktur. Sebagian dari guru hanya membuat kisi-
kisi secara dadakan, sehingga materi kisi-kisi tidak sesuai dengan
soal yang keluar.
b) Persiapan Soal
Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti memperoleh
keterangan bahwa sebelum melaksanakan penilaian hasil belajar,
guru harus mempersiapkan soal ujian. Pada mulanya, seorang guru
haruslah memberi pelajaran kepada siswa sesuai dengan
kompetensi. Siswa yang belum memahami kompetensi tersebut
haruslah dibimbing, agar dapat memahami dan mengikuti teman-
teman yang lainnya dan tidak tertinggal. Karena di SMK N 6
Surakarta terdapat penilaian per KD, maka setelah siswa selesai
mempelajari kompetensi tertenu, maka kewajiban guru adalah
menilai. Sebelum menilai guru haruslah membuat soal terlebih
dahulu. Soal yang baik haruslah dibuat sejauh mungkin sebelum
ujian/penilaian agar soal tersebut bisa diuji/analisis oleh guru
apakah sesuai dengan kompetensi yang diajarkan ataukah belum.
Sehingga diharapkan siswa tidak kesulitan dalam mengerjakannya.
Dalam prakteknya tidak semuanya guru di Program
Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta
membuat/mempersiapkan soal sebelumnya. Dari hasil penelitian
membuktikan bahwa terdapat sebagian guru yang memberikan soal
yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat
mempengaruhi kompetensi yang dicapai oleh peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
c) Menentukan Unsur-unsur yang Dinilai
Penilaian merupakan proses mengukur tingkat kemampuan
siswa dalam menguasai materi atau kompetensi dasar. Untuk
mengukur kompetensi siswanya, guru di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran SMK N 6 Surakarta tidak hanya menilai
dari sisi penguasaan materi saja, akan tetapi
kemampuan/kompetensi dapat juga dinilai melalui keaktifan dan
kemauan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Selain
itu, dalam penilaian hasil belajar terdapat aspek-aspek yang harus
dinilai, antara lain aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang
sudah ditetapkan sesuai kompetensi dasar yang tercantum dalam
RPP. Dalam penilaian hasil belajar, ketiga aspek tersebut dapat
berupa keaktifan, ujian atau tugas.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Haryati dalam buku
Model dan Teknik Penilaian (2008) yang menyatakan bahwa “Pada
umumnya hasil belajar dapat dikelompokan menjadi tiga aspek
yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif” (hlm. 22). Aspek
kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik untuk
menangkap pelajaran. Aspek afektif dapat diartikan sebagai
pengetahuan tentang kecerdasan emosianal yang mencakup sikap
dan nilai peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan
psikomotorik merupakan kemampuan siswa yang berkaitan dengan
keterampilan siswa.
d) Menentukan Teknik Penilaian
Di dalam Depdiknas (2008) tentang Rancangan Penilaian
Hasil Belajar dijelaskan bahwa terdapat beberapa teknik penilaian
antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal,
penilaian diri, dan penilaian antar teman yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
Sedangkan dalam penentuan teknik penilaian hasil belajar
siswa dapat didasarkan dari beberapa hal yaitu dari karakteristik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
mata pelajaran maupun dari kompetensi dasar. Kenyataannya,
teknik penilaian tes tertulis merupakan jenis penilaian yang paling
sering dipakai sebagian besar guru di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran SMK N 6 Surakarta. Tes tertulis biasa
digunakan karena pelaksanaannya mudah dan bisa dilaksanakan
dalam keadaan dadakan.
e) Menyusun Jobsheet dan Lembar Penilaian
Jobsheet merupakan petunjuk pelaksanaan kerja/praktek
dalam mata diklat praktek. Karena di dalam mata diklat produktif
pada umumnya adalah praktek, maka guru diaharuskan membuat
jobsheet yang dicantumkan dalam RPP. Selain jobsheet, hal yang
perlu dibuat oleh guru adalah lembar penilaian beserta kunci
jawaban.
Dalam pembuatan jobsheet, lembar penilaian beserta kunci
jawaban mayoritas guru di Program Keahlian Administrasi
Perkantoran (AP) telah membuatnya sebelum ujian berlangsung.
Tepatnya pada waktu pembuatan RPP yang biasa dikerjakan
diawal tahun pelajaran. Lembar penilaian tersebut terdiri dari
beberapa elemen penilaian antara lain persiapan, proses, hasil
kerja, sikap kerja dan waktu. Selanjutnya, guru akan mengetahui
nilai siswa setelah dilakukan penjumlahan dari masing-masing
elemen penilaian.
2) Pelaksanaan Penilaian
Pelaksanaan penilaian adalah penyajian penilaian kepada
peserta didik. Penilaian dilaksanakan seharusnya dilaksanakan dalam
suasana kondusif, tenang dan nyaman dengan menerapkan sehingga
siswa akan lebih mudah berkonsentrasi dalam mengikuti penilaian atau
ujian yang diadakan. Dalam pelaksanaan penilaian guru hendaknya
juga menerapkan prinsip valid, objektif, adil, terpadu, terbuka,
menyeluruh, menggunakan acuan kriteria, dan akuntabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Menurut Depdiknas (2008) dapat dijelaskan mengenai prinsip-
prinsip penilaian hasil belajar:
1) Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
2) Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3) Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik, dan tidak membedakan latar belakang
sosialekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan
jender;
4) Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
5) Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan;
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan
peserta didik;
7) Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkahlangkah yang baku;
8) Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan;
9) Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. (hlm. 5).
Di SMK N 6 Surakarta Pelaksanaan penilaian hasil belajar
dilaksanakan oleh pendidik setelah melakukan kegiatan belajar
mengajar minimal 1 (satu) KD yang didasarkan pada prinsip-prinsip
penilaian diatas walaupun penerapannya tidak jelas. Pelaksanaan
penilaian pendidik harus berpedoman dengan silabus dan RPP yang
telah dibuat sebelumnya. Dengan adanya pembuatan silabus dan RPP
diharapkan seorang pendidik sudah mempersiapkan segala sesuatu
yang terkait dengan pelaksanaan penilaian secara matang. Sehingga
proses penilaian dapat berjalan dengan objektif dan benar-benar
berdasarkan kemampuan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
3) Pelaporan Hasil Penilaian
a) Penyampaian Hasil Ujian
Selain membimbing siswa seorang guru juga berkewajiban
untuk menyampaikan nilai hasil belajar siswa. Sehingga siswa
dapat mengetahui kekurangan-kekurangan mereka selama
mengkuti pembelajaran. Selain menyampaikan hasil belajar siswa
dalam bentuk raport, guru juga berkewajiban dalam menyampaikan
nilai hasil ujian baik yang ujian KD, mid maupun ujian semester
dengan tepat waktu, sehingga peserta didik yang nilainya kurang
dari KKM dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti remidiasi.
Dalam kenyataannya, di Program Keahlian Administrasi
Perkantoran SMK N 6 Surakarta terdapat guru yang tidak
melaporkan/ menyampaikan nilai hasil ujian KD, mid maupun
ujian akhir semester. Sehingga siswa tidak bisa mengevaluasi diri
karena tidak mengatahui hasil nilai dari ujian yang diadakan.
b) Pengumuman Nilai Rapor
Tujuan dari Rapor adalah untuk melaporkan hasil penilaian
mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap
akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk
buku laporan pendidikan.
Di SMK N 6 Surakarta Penyusunan dan pengumuman nilai
rapor dilakukan oleh pihak wali kelas. Pelaporan nilai akhir siswa
(rapor) biasanya dilakukan setelah 2 (dua) minggu pelaksanaan
ujian semester berakhir. Dimana bentuk rapor yang sekarang
berlaku bukan berupa buku, akan tetapi berupa lembaran kertas.
Keuntungan dari model rapor tersebut yaitu mudah dalam
penyusunannya, karena sudah input nilai menggunakan komputer
dan penyimpanan arsip yang tidak membutuhkan ruang yang luas.
Sedangkan kelemahannya adalah model rapor tersebut mudah
rusak dan hilang karena berebentuk lembaran kertas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
4) Remidiasi
Pelaksanaan remidiasi hakekatnya bertujuan untuk
mengantarkan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan
sebelumnya. Pembelajaran remidiasi dapat dilaksanakan dengan
beberapa cara, yaitu: memberikan pembelajaran ulang, memberikan
tugas dengan bimbingan, pembelajaran tutor sebaya, melaksanakan
praktek ulang dengn bimbingan, dan memberi bimbingan secara
individual atau kelompok kecil.
Dalam prakteknya, mayoritas guru di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran SMK N 6 Surakarta tidak memahami arti
sebenarnya dari remidi. Kebanyakan guru menganggap bahwa remidi
hanyalah sekedar mengerjakan ujian kembali, bukan dimulai dari
proses pembelajaran ulang pada kompetensi yang belum tuntas.
Selanjutnya, Pelaksanaan remidiasi di SMK N 6 Surakarta
dilaksankan sebanyak 3 (tiga) kali setelah ujian harian (kompetensi
dasar) maupun setelah ujian mid semester dan ujian semester. Apabila
siswa tersebut belum juga memperoleh nilai diatas KKM yang telah
ditentukan, maka nilai ditulis apa adanya walaupun kurang dari KKM.
Sehingga siswa dimungkinkan untuk mengikuti remidiasi semester
depan atau remidiasi secara khusus.
2. Kendala/hambatan yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Sistem Penilaian
Hasil Belajar Mata Diklat Produktif
Adapun hambatan-hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan sistem
penilaian hasil belajar Mata Diklat Produktif di Kelas XI Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Pembayaran SPP yang Kurang Lancar, Menghambat Pelaksanaan
Sistem Penilaian Per KD
Hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan sistem penilaian hasil
belajar mata diklat produktif di Program Keahlian Administrasi
Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta yaitu kurang adanya keseriusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dari peserta didik untuk mengikuti ujian per KD. Selanjutnya
masalah/hambatan timbul pada segi non teknis, dimana sebagian siswa
belum melunasi SPP, sehingga pelaksanaan ujian mid dan akhir semester
digunakan untuk menarik siswa/wali murid untuk melunasi SPP. Selain
itu, adanya perbedaan sistem penilaian antara mata diklat produktif dengan
mata diklat normatif dan adaptif, dimana untuk mata diklat normatif dan
adaptif mengenal adanya sistem ujian mid dan akhir semester sedangkan
untuk mata diklat produktif hanya mengenal sistem ujian KD. Sedangkan
dari observasi peneliti ditemukan masalah/hambatan dalam sistem
penilaian hasil belajar per KD yaitu terdapat sebagian guru yang
menginginkan penghasilan tambahan sebagai panitia pelaksana ujian mid
dan akhir semester. Lebih jelasnya, sistem penilaian per KD akan
mengurangi kesejahteraan guru yang biasanya mendapatkan penghasilan
tambahan berupa honor sebagai panitia pelaksanaan ujian mid dan akhir
semester.
b. Kurangnya Pemahaman Guru Mengenai Teknik Penilaian Hasil
Belajar Mata Diklat Produktif
Proses penentuan teknik penilaian tidaklah mudah, dibutuhkan
pengetahuan dan pengalaman sehingga seorang guru tidak mengalami
kesulitan dalam menentukan teknik penilaian. Hal tersebutlah yang
menjadi hambatan, dimana guru kurang memahami kriteria-kriteria yang
digunakan dalam menentukan teknik penilaian. Selain dari faktor guru
yang kurang memahami dalam menentukan teknik penilaian, hambatan
juga timbul dari kepala sekolah dan wakilnya yang kurang memberi
pengarahan dan tanggapan kepada guru yang mengalami kesulitan dalam
menentukan teknik penilaian. Hal ini disebabkan jam pelajaran yang padat,
sehingga kepala sekolah dan wakilnya kesulitan dalam menentukan waktu
untuk memberikan pengarahan kepada para guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
c. Kebiasaan Guru Menilai dari Aspek Kognitif
Berbagai teknik penilaian dapat dilakukan untuk mengumpulkan
informasi kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan
proses belajar maupun hasil belajar, sesuai dengan kompetensi yang harus
dikuasai. Akan tetapi, kebiasaan guru yang menilai dari satu sisi yaitu dari
ranah kognitif menghambat peserta didik untuk mengetahui penguasaan
kompetensi yang telah dipelajari. Penilaian kognitif hanya menitikberatkan
pada ujian tertulis saja dan tidak bisa dijadikan acuan berhasil atau
tidaknya peserta didik dalam menguasai kompetensi. Hal inilah yang
mengahambat dalam pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar mata diklat
produktif di Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6
Surakarta dimana mayoritas guru hanya menggunakan satu teknik
penilaian, yaitu teknik ujian tertulis yang hanya dapat menilai kemampuan
siswa pada aspek kognitif.
3. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala/hambatan
Dalam Pelaksanaan Sistem Penilaian Hasil Belajar Mata Diklat Produktif
Untuk mengatasi hambatan/kendala yang terkait dengan pelaksanaan
sistem penilaian hasil belajar mata diklat produktif di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta maka ditempuh usaha-
usaha yang sesuai dengan permasalahannya sebagai berikut:
a. Mengkombinasikan Ujian Mid dan Akhir Semester Dengan Ujian KD
Untuk mengatasi hambatan dalam administrasi SPP yang tidak
lancar dan banyak yang belum melunasi SPP, dari pihak guru menyetujui
untuk diadakan ujian mid dan akhir semester. Hal ini terbukti efektif,
karena setiap H-1 sebelum pelaksanaan ujian mid dan akhir semester para
wali murid datang ke sekolah untuk melunasi SPP yang belum terbayar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
b. Penggunaan 2 (dua) Jenis Teknik Penilaian Dalam Satu Mata
Diklat/Pelajaran
Untuk mengatasi hambatan dalam pemilihan teknik penilaian maka
guru di Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK N 6 Surakarta
biasanya menggunakan dua jenis teknik penilaian. Sedangkan cara lain
yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik penilaian tahun-tahun
sebelumnya apabila kompetensi tidak terlalu berubah. Selain itu, guru juga
membuat rumusan penilaian secara pribadi sebagai langkah untuk
mengatasi kesulitan dalam penentuan teknik penilaian.
c. Mengadakan Supervisi Sekolah
Usaha untuk mengatasi penilaian guru yang hanya mengacu pada
aspek kognitif yaitu dengan cara kepala sekolah SMK N 6 Surakarta
mengadakan supervisi sekolah. Selain memantau dan mengevaluasi
kinerja guru, kegiatan ini juga dilaksanakan dengan mengembangkan guru
agar guru semakin berkembang dan profesional.
Supervisi sekolah merupakan tugas pokok dari kepala sekolah dan
harus dilaksanakan dengan benar dan berkelanjutan, sehingga mutu para
guru di SMK N 6 Surakarta akan terus berkembang dan professional.
Kegiatan supervisi ini bisa berupa PLPG dalam sertifikasi, atau
pembimbingan melalui penataran-penataran peningkatan mutu guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisis yang telah
dilakukan peneliti dapat mengambil kesimpulan dari masalah pelaksanaan sistem
penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta, sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI di
Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK N 6 Surakarta
berdasarkan pada Standar Penilaian dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) dan Kurikulum KTSP Spektrum yang berlaku mulai
tahun ajaran 2009/2010 berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor:
251/C/KEP/MN/2008 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah
Kejuruan, dimana penilaian tersebut dilaksanakan per Kompetensi Dasar
(KD). Akan tetapi pelaksanaan penilaiannya tidak murni per KD
melainkan dikombinasikan dengan ujian mid dan akhir semester. Cara ini
dipakai untuk mensiasati pembayaran SPP yang dilakukan orang tua/wali
murid pada pelaksanaan ujian mid dan akhir semester. Mekanisme
penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta adalah sebagai
berikut:
a. Persiapan Penilaian
Sebelum melaksanakan penilaian, guru di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta terlebih dahulu
mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
1) Menyusun Kisi-kisi
Kisi-kisi harus dibuat oleh guru sebelum melaksanakan proses
penilaian/ujian. Dalam prakteknya tidak semua guru di Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) membuat kisi-kisi dengan
terencana dan terstruktur. Sebagian dari guru hanya membuat kisi-
kisi secara dadakan, sehingga materi kisi-kisi tidak sesuai dengan
soal yang keluar.
2) Persiapan Soal
Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diketahui
bahwa tidak semua guru membuat/mempersiapkan soal
sebelumnya. Hal ini dapat diketahui dengan adanya sebagian guru
yang memberikan soal yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
3) Menentukan Unsur-unsur yang Dinilai
Aspek/unsur yang harus dinilai Penilaian hasil belajar antara lain
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kebanyakan dari guru di
Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK N 6 Surakarta
hanya menilai dari aspek kognitif saja.
4) Menentukan Teknik Penilaian
Penentuan teknik penilaian hasil belajar siswa dapat didasarkan
dari beberapa hal yaitu dari karakteristik mata pelajaran maupun
dari kompetensi dasar. Kenyataannya menunjukkan, mayoritas
guru di Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK N 6
Surakarta menggunakan teknik penilaian tes tertulis yang
merupakan jenis penilaian yang paling sering dipakai oleh pendidik
dalam dunia pendidikan.
5) Menyusun Jobsheet dan Lembar Penilaian.
Dalam pemnyusunan jobsheet, lembar penilaian beserta kunci
jawaban mayoritas guru di Program Keahlian Administrasi
Perkantoran (AP) telah membuatnya sebelum ujian berlangsung.
Tepatnya pada waktu pembuatan RPP yang biasa dikerjakan
diawal tahun pelajaran.
b. Pelaksanaan Penilaian
Dalam pelaksanaan penilaian pendidik harus berpedoman dengan
silabus dan RPP yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
hasil belajar didasarkan pada soal yang telah dibuat dan berpedoman
pada kisi-kisi pada kompetensi tertentu. Pelaksanaan penilaian hasil
belajar dilaksanakan oleh pendidik setelah melakukan kegiatan belajar
mengajar minimal 1 (satu) KD.
c. Pelaporan Hasil Penilaian
Pelaporan nilai ujian KD dan Mid Semester biasanya dilaksanakan
maksimal satu minggu setelah ujian berlangsung. Tidak semua guru di
Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK N 6 Surakarta tidak
menyampaikan hasil penilaian/ujian. Sedangkan untuk
pengumuman/pelaporan nilai ujian semester atau rapor dilaksanakan
setelah 2 (dua) minggu pelaksanaan ujian akhir semester selesai.
d. Remidiasi
Pelaksanaan pembelajaran remidi oleh guru di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran SMK N 6 Surakarta dilakukan dengan
memberi tugas atau ujian ulang kepada siswa yang belum tuntas tanpa
memberikan bimbingan sesuai dengan pedoman KTSP.
2. Hambatan/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem penilaian hasil
belajar mata diklat produktif kelas XI di Program Keahlian Administrasi
Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta.
a. Pembayaran SPP yang kurang lancar, menghambat pelaksanaan sistem
penilaian per KD
b. Kurangnya pemahaman guru mengenai teknik penilaian hasil belajar
c. Kebiasaan guru menilai hanya dari aspek kognitif
3. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala/hambatan dalam
pelaksanaan sistem penilaian hasil belajar mata diklat produktif kelas XI di
Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta.
a. Mengkombinasikan ujian mid dan akhir semester dengan ujian KD.
b. Penggunaan 2 (dua) teknik penilaian dalam satu mata diklat/pelajaran.
c. Mengadakan supervisi sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas serta berbagai fenomena yang ditemukan
berkaitan dengan penelitian mengenai “Analisis Sistem Penilaian Hasil Belajar
Mata Diklat Produktif Kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP)
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Surakarta Tahun
Diklat 2011/2012)”, dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut:
1. Penelitian ini bisa memperbaiki sistem penilaian hasil belajar siswa di
SMK N 6 Surakarta untuk waktu yang akan datang.
2. Dengan mengetahui segala hal yang berhubungan dengan sistem penilaian
hasil belajar, peneliti memperoleh pengetahuan menganai karakteristik dan
pelaksanaannya yang dapat bermanfaat dan menjadi bekal bagi peneliti
kelak menjadi guru.
3. Hasil penelitian ini bisa menjadi acuan bagi peneliti yang lain dengan
menggunakan metode penelitian yang berbeda.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, maka peneliti dapat
memberikan saran-saran yang diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan
pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan di Program Keahlian
Administrasi Perkantoran (AP) SMK N 6 Surakarta yaitu:
1. Kepada Kepala Sekolah SMK N 6 Surakarta
Perlu adanya tinjauan ulang mengenai sistem penilaian yang
mengkombinasikan antara penilaian per KD dengan ujian mid dan akhir
semester. Alangkah baiknya pelaksanaan sistem penilaian dilaksanakan
sesuai kurikulum KTSP yang penilaiannya berdasarkan per KD yang
biayanya jauh lebih murah dibandingkan dengan ujian mid dan akhir
semester. Sehingga biaya tersebut dapat dialokasikan untuk kepentingan
yang lain demi kemajuan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
2. Kepada Guru Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK N 6
Surakarta
Para guru hendaknya tidak menilai dari aspek kognitif saja. Sehingga
dapat diperoleh data pencapaian kompetensi siswa yang akurat dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sekolah.
3. Kepada Guru di SMK N 6 Surakarta
Dikarenakan beban tugas kepala sekolah yang banyak, guru SMK N 6
Surakarta hendaknya saling membantu kepada guru yang mengalami
kesulitan dalam hal penilaian. Sehingga guru yang bersangkutan akan
segera menemukan solusi dan tidak lagi menunggu keterangan dari kepala
sekolah.