perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id analisis ekonomi ... · pengertian yang sederhana. ......
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS EKONOMI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP)
DI KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN
T E S I S
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai Derajat Magister Konsentrasi
Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan
Oleh : RATIH TWIDARYATI
S4209030
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Ø Hari ini harus lebih baik dari pada kemarin dan esok harus lebih baik dari pada
hari ini (Hadist Nabi)
Ø Ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh (Hadist Nabi)
Ø Hidup dengan ilmu akan mudah, hidup dengan agama akan terarah dan hidup
dengan seni akan indah ( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHANKU
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. JJ. Sarungu, MS selaku Direktur Program Studi Magister Ekonomi dan
Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret beserta Staf Pengelola.
2. Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku Pembimbing I yang memberikan motivasi,
bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga Tesis ini dapat
diselesaikan.
3. Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Pembimbing II yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran senantiasa memberi dorongan serta meluangkan
waktu yang membimbing dan mengarahkan, sehingga Tesis ini dapat
diselesaikan.
4. Segenap Dosen Program Studi Magister dan Studi Pembangunan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
5. Segenap Karyawan dan Karyawati Program Studi Magister Ekonomi dan
Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Kepala Biro Pusat Statistik (BPS) KabupatenSragen beserta Staf.
7. Kepala Badan KB PMD Kabupaten Sragen.
8. Bapak Camat Tanon
9. Kepala Desa se Kecamatan Tanon
10. Suamiku tercinta Aiptu Mulyanto yang telah menyemangati, memberikan
perhatian dan kasih sayang yang tulus untuk penulis.
11. Anak-anakku tercinta Fatonaningtyas Wulandari dan Dwi Fitria Puspitasari
yang mendukung dengan doa.
12. Teman-teman MESP angkatan X/2009, terima kasih atas kerjasama yang baik
dalam meraih sukses bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
lagi Maha Pemurah atas rahmat dan anugrah yang penulis rasakan sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul :
ANALISIS EKONOMI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN
TANON KABUPATEN SRAGEN.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, terlebih
kebatasan penulis dalam wawasan dan pengalaman terkait obyek yang diteliti.
Namun demikian harapan kami semoga Tesis ini bermanfaat bagi pembaca yang
akan mengadakan penelitian lebih lanjut.
Dalam penyusunan Tesis ini berbagai kendala dihadapi penulis, namun
demikian rasanya menjadi ringan ketika ketulusan-ketulusan hadir dari berbagai
pihak yang mengulurkan bantuan kepada penulis. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. JJ. Sarungu, MS selaku Direktur Program Studi Magister Ekonomi dan
Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret beserta Staf Pengelola.
2. Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku Pembimbing I yang memberikan motivasi,
bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga Tesis ini dapat
diselesaikan.
3. Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Pembimbing II yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran senantiasa memberi dorongan serta meluangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
waktu yang membimbing dan mengarahkan, sehingga Tesis ini dapat
diselesaikan.
4. Segenap Dosen Program Studi Magister dan Studi Pembangunan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
5. Segenap Karyawan dan Karyawati Program Studi Magister Ekonomi dan
Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Kepala Biro Pusat Statistik (BPS) KabupatenSragen beserta Staf.
7. Kepala Badan KB PMD Kabupaten Sragen.
8. Bapak Camat Tanon
9. Kepala Desa se Kecamatan Tanon
10. Suamiku tercinta Aiptu Mulyanto yang telah menyemangati, memberikan
perhatian dan kasih sayang yang tulus untuk penulis.
11. Anak-anakku tercinta Fatonaningtyas Wulandari dan Dwi Fitria Puspitasari
yang mendukung dengan doa.
12. Teman-teman MESP angkatan X/2009, terima kasih atas kerjasama yang baik
dalam meraih sukses bersama.
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu, yang
telah membantu keberhasilan penyusunan Tesis ini.
Sragen, 27 September 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ....................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 12
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
B. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 14
1. Kesejahteraan Ekonomi ..................................................... 14
a. Pengertian kesejahteraan ekonomi ............................... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Kriteria Pareto (pareto criterion) ................................. 17
1) Kegunaan Kriteria Pareto ....................................... 17
2) Kriteria Pareto Menghasilkan Efisiensi ................. 18
c. Konsep kesejahteraan .................................................. 18
2. Konsep Pemberdayaan ....................................................... 21
1) Indikator Pemberdayaan ............................................... 25
2) Pendekatan Pemberdayaan ........................................... 28
3. Pandangan Teoritis Mengenai Kemiskinan ....................... 31
1) Pengertian Kemiskinan ................................................. 35
2) Dimensi Kemiskinan .................................................... 36
4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri
Perdesaan (PNPM-MP) ...................................................... 39
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberlanjutan
Pemanfaatan Dana PNPM .................................................. 43
a. Pemanfaatan Dana PNPM-MP..................................... 44
b. Besar Dana Yang Diterima .......................................... 51
c. Partisipasi Anggota Kelompok .................................... 52
d. Harapan Anggota Pokmas Pemanfaatan Dana PNPM-
MP ................................................................................ 54
e. Keuntungan yang diperoleh setelah mendapat dana .... 54
f. Pendampingan .............................................................. 55
C. Penelitian Terdahulu ................................................................. 56
D. Kerangka Penelitian ................................................................. 61
E. Hipotesis ................................................................................... 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
A. Data dan Sumber Data .............................................................. 62
B. Populasi dan Sampel................................................................. 62
C. Analisis Data ............................................................................ 63
D. Asumsi Penelitian ..................................................................... 64
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ...... 66
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data .......................................................... 67
B. Analisis Diskriptif .................................................................... 70
C. Analisis Data ............................................................................ 77
D. Pembahasan ............................................................................. 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................... 83
B. Saran ......................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 87
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of
Proferty) 33
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi asal desa kelompok sampel 69
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin 69
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur 70
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi jumlah tanggungan keluarga 71
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan
Terakhir 71
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis usaha 72
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi besarnya dana PNPM yang diterima 73
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi jumlah tenaga kerja sebelum menerima
Dana PNPM 74
Tabel 4.9 Distribusi frekuensi jumlah tenaga kerja setelah menerima
dana PNPM-MP 74
Tabel 4.10 Prosentase produktivitas setelah penerimaan dana PNPM 75
Tabel 4.11 Penghasilan per bulan anggota sebelum dan setelah adanya
PNPM-MP (satuan rupiah) 75
Tabel 4.12 Hasil uji beda rata-rata 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 KUESIONER 75
Lampiran 2 Data Hasil Penelitian 76
Lampiran 3 Distribusi Frequencies 80
Lampiran 4 T-Test 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAKSI
ANALISIS EKONOMI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN
Oleh :
RATIH TWIDARYATI S4209030
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui profile anggota
kelompok UPPKS sebelum dan sesudah menerima dana PNPM-MP, (2) untuk mengetahi dampak Program PNPM-MP terhadap anggota kelompok UPPKS, dan (3) untuk mengetahui pengaruh program PNPM-MP dalam meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok UPPKS. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini: (1) diduga program PNPM-MP meningkatkan produktivitas anggota PNPM-MP, (2) diduga progam PNPM-MP meningkatkan jumlah tenaga kerja, (3) diduga program PNPM-MP meningkatkan penghasilan anggota UPPKS dan (4) diduga program PNPM-MP dapat meningkatkan kesejahteraan anggota UUPKS.
Populasi penelitian adalah 240 anggota kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang menerima PNPM-MP di Kabupaten Sragen. Jumlah anggota kelompok UPPKS bervariasi 8-12 anggota. Tiap anggota kelompok mendapat dana antara Rp. 500.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00. sampel penelitian sebesar 10% dari populasi kelompok yaitu 12 kelompok, dengan masing-masing kelompok diambil 5 anggota, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 60 responden dengan teknik random sampling.
Hasil uji hipotesis ditemukan bahwa (1) terdapat perbedaan rata-rata jumlah produktivitas hipotesis 1 terbukti, (2) terdapat perbedaan rata-rata penghasilan perbulan yang positif secara signifikan antara sebelum dengan setelah adanya PNPM-MP, dengan demikian hipotesis 2 terbukti, dan (3) terdapat perbedaan rata-rata jumlah tenaga kerja yang positif secara signifikan antara sebelum dengan setelah addalnya PNPM, dengan demikian hipotesis 3 terbukti.
Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut (1) anggota kelompok UPPKS penerima dana PNPM-MP di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen mayoritas adalah perempuan dengan pendidikan yang masih rendah yaitu SLTP, (2) anggota kelompok UPPKS penerima dana PNPM-MP untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja, produktivitas dan penghasilan, (3) adanya perbedaan jumlah tenaga kerja, produktivitas dan penghasilan anggota kelompok UPPKS di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen sebelum dengan setelah adanya PNPM-MP. Kata Kunci : PNPM-MP, UPPKS, Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran,
kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan
alamiyah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan
pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi
angkatan di pedesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan
pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan
yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas
dan pendayagunaan.
Kemiskinan pada dasarnya merupakan kondisi tidak berdaya karena
terbatasnya kemampuan ekonomi sehingga kurang terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan
lapangan kerja. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang sulit dikenali
dan ditarik garis batas secara umum mengingat berbagai perbedaan yang
melatarbelakangi. Kemiskinan harus ditanggulangi, banyak teori ekonomi
yang tersedia di lembaga perguruan tinggi dan riset, namun tidak semua teori
itu bisa dijalankan atau dilaksanakan. Penanggulangan kemiskinan menjadi
tugas pemerintah seperti menyediakan lapangan pekerjaan, memberantas
korupsi, menerapkan sistem ekonomi, menyediakan infrastruktur dan
mengundang investor domestik maupun asing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Perubahan cara berfikir dan cara bertindak pada ukuran kecil orang per
orang atau keluarga bisa berkembang dan punya dampak pada penerapan
kebijakan umum yang dilakukan pemerintah. Ukuran kemiskinan bukan garis
kemiskinan atau upah minimum tetapi dari penghasilan yang diperoleh cukup
untuk biaya makan, kebutuhan listrik, air, transportasi, biaya sekolah,
menabung dan membayar asuransi kesehatan, kendaraan dan jiwa dalam
pengertian yang sederhana. Kalau kebutuhan sederhana tersebut belum mampu
untuk membayarnya kita masih dalam situasi yang bisa mengancam
kemiskinan. Krisis moneter yang terjadi sekitar Tahun 1997 telah menambah
jumlah masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga pada
Tahun 1998 Pemerintah mengucurkan dana Program Penanggulangan
Kemiskinan (PPK) Program ini masih berada dalam program jaring pengaman
sosial(sosial safety net) dengan menitik beratkan pada upaya pemberdayaan
komunitas (communiy empowerment) yang relatif berbeda dengan program
JPS lainnya.
Menurut Baswir, Revrisond, (1999) Pada dasarnya pembangunan adalah
proses perubahan yang terus menerus menuju kemajuan (progress) yang lebih
baik. Pembangunan tanpa mengikutsertakan faktor sosial kemasyarakatan akan
menjadi faktor penarik (pull) dan pendorong (push). Kedua faktor tersebut
akan menghambat keberlanjutan (continuity) dan keberlangsungan
(sustainability) pembangunan akan terganggu akibat faktor kemasyarakatan
yang kurang serius mendapatkan perhatian. Akibat yang ditimbulkan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
terjadi gejolak sosial dan pelbagai gerakan atau perubahan struktur masyarakat
serta mobilitas sosial yang bergerak berubah mengikuti perubahan jaman.
Baswir, Revrisond, (1999) dalam teori perubahan sosial, bahwa perubahan itu
mengarah kepada kemunduran (regress) dan kemajuan (progress). Apapun
arah perubahan sosial tersebut, fungsi waktu sangat menentukan apakah
perubahan sosial tersebut mengarah pada perubahan yang sangat cepat bahkan
sangat lambat. Disamping itu perubahan dapat juga mencakup aspek yang
sangat luas maupun aspek yang sangat sempit dan perubahan tergantung dari
cakupan ruang lingkup (scope) serta ruang perubahannya.
Alfian, (1980, : 121-123), Kemiskinan dan pengangguran merupakan
salah satu bentuk persoalan masyarakat yang disebabkan akibat
ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk, keterbatasan ketersediaan
lapangan kerja, kebutuhan akan cara kerja yang profesional serta pelbagai
tekanan yang ditimbulkan. Disamping itu faktor keterbatasan terhadap akses
informasi, akses perbankan, akses mendapatkan sumber-sumber pendapatan
juga menjadi penyebab utama kemiskinan.
Data kemiskinan Kecamatan Tanon status 30 Oktober 2009 yang
bersumber dari UPTB KB PMD Kec.Tanon dan sudah direvisi oleh BPS
terhadap jumlah rumah tangga PPLS 08 menurut klasifikasi kemiskinan
berjumlah 3.294 KK dengan jumlah anggota jiwa 11.754 yang berarti KK
Miskin Kecamatan Tanon 19,08 % dari jumlah 17.286 KK dengan jumlah
penduduk 59.793 jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Kondisi krisis ekonomi yang berkepanjangan dimana jumlah
masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan bertambah banyak, maka
sejak tahun 1999 pemerintah telah melakukan PPK singkatan dari
Pengentasan Kemiskinan Kecamatan. Program ini masih berada dalam
platform program jaring pengaman sosial (social safetynet) dengan menitik
beratkan pada upaya pemberdayaan komunitas (community empowerment)
yang relative berbeda dengan program JPS lainnya yang ditetapkan
sebelumnya. Pelaksanaan pengentasan masyarakat dari kemiskinan, PPK
meletakkan sasaran utamanya kepada Kelompok Swadaya Masyarakat.
(KSM) yang tergolong kalangan ekonomi lemah untuk ditumbuhkan
kemandiriannya.
Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama, oleh negara-negara yang
sedang berkembang memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan
masalah dalam pembangunan yag bersifat multidimensional, yang berkaitan
dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya (Sumodiningrat;
1998). Seringkali pemikiran mengenai kemiskinan lebih banyak menekankan
pada segi-sigi emosional atau perasaan yang diselimuti oleh aspek moral dan
kemanusiaan, ataupun masih bersifat partisan karena bersangkut paut dengan
alokasi sumberdaya, sehingga usaha memahami hakekat kemiskinan itu
sendiri menjadi kabur. Keadaan ini menjadikan usaha penanggulangan
kemiskinanh bersifat parsial, tidak komprehensif, serta hasil yang dicapai dari
segala upaya penanggulangan tersebut menjadi tidak tepat sasaran )Suparlan;
1993).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Menanggulangi masalah kemiskinan diperlukan upaya yang
memadukan berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tersebar di
berbagai sector. Kebijakan pengentasan atau penanggulangan kemiskinan
menurut Sumodiningrat (1998) dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu
kebijakan tidak langsung, dan kebijakan yang langsung. Kebijakantak
langsung meliputi (1) upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi
ekonomi, sosial dan politik; (2) mengendalikan jumlah penduduk; (3)
melestarikan lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok masyarakat miskin
melalui kegiatan pelatihan. Sedangkan kebijakan yang langsung mencakup :
(1) pengembangan data dasar (base data) dalam penentuan kelompok sasaran
(targeting); (2) penyediaan kebutuhan dasar ( pangan, sandang, papan,
kesehatan, dan pendidikan); (3) penciptaan kesempatan kerja; (4) program
pembangunan wilayah; dan (5) pelayanan perkreditan.
Pemilihan strategi dalam menanggulangi masalah kemiskinan harus
dapat memperkuat peran dan posisi perekonomian rakyat dalam perekonomian
nasional, sehingga terjadi perubahan struktural yang meliputi pengalokasian
sumber daya, penguatan kelembagaan, pemberdayaan sumber daya manusia
(Sumodiningrat, 1998). Program yang dipilih harus berpihak dan
memberdayakan masyarakat melalui pembangunan ekonomi dan peningkatan
perekonomian rakyat. Program ini harus diwujudkan dalam langkah-langkah
strategis yang diarahkan secara langsung pada perluasan akses masyarakat
miskin kepada sumber daya pembangunan dan menciptakan peluang bagi
masyarakat paling bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
sehingga mereka mampu mengatasi kondisi keterbelakangannya. Selain itu
upaya penanggulangan kemiskinan harus senantiasa didasarkan pada
penentuan garis kemiskinan yang tepat dan pada pemahaman yang jelas
mengenai sebab-sebab timbulnya persoalan itu. Setiap upaya penanggulangan
kemiskinan yang mengabaikan dua hal tersebut tidak hanya cenderung tidak
efektif, tetapi pada tempatnya dicurigai sebagai retorika belaka (Baswir,
1999).
Terdapat tiga pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat miskin.
Pertama, pendekatan yang terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus
terarah yakni berpihak kepada orang miskin. Kedua, pendekatan kelompok,
artinya secara bersama-sama untuk memudahkan pemecahan masalah yang
dihadapi. Ketiga, pendekatan pendampingan, artinya selama proses
pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu
didampingi pendamping yang professional sebagai fasilitator, komunikator,
dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya
kemandirian (Soegijoko dkk, 1997). Arah baru strategi pembangunan
diwujudkan dalam bentuk : (1) upaya pemihakan kepada yang lemah dan
pemberdayaan masyarakat, (2) pemantapan otonomi dan desentralisasi, dan
(3) modernisasi melalui penajaman arah struktur sosial ekonomi masyarakat
(Sumodiningrat, 1999). Untuk merealisir arah baru pembangunan tersebut,
maka pemerintah perlu lebih mempertajam fokus pelaksanaan strategi
pembangunan yaitu melalui penguatan kelembagaan pembangunan
masyarakat maupun birokrasi. Penguatan kelembagaan pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
masyarakat dilaksanakan dengan menggunakan model pembangunan
partisipatif yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas masyarakat dan
kemampuan aparat birokrasi dalam menjalankan fungsi lembaga pemerintahan
yang berorientasi pada kepentingan rakyat (good governance).
Pembangunan yang partisipatif mengutamakan pembangunan yang
dilakukan dan dikelola langsung oleh masyarakat lokal. Model yang demikian
itu menekankan pada upaya pengembangan kapasitas masyarakat dalam
bentuk pemberdayaan masyarakat (Sumodiningrat, 1999). Berdasarkan model
pembangunan tersebut, dapat dikemukakan bahwa suatu proyek atau program
dapat digolongkan kedalam model pembgangunan partisipatif apabila program
tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat yang bersangkutan, bukan oleh
aparat pemerintah. Pemberian kewenangan kepada masyarakat setempat yang
tidak hanya untuk menyelenggarakan proyek/program pembangunan, tetapi
juga untuk mengelola proyek tersebut akan mendorong masyarakat untuk
mengerahkan segala kemampuan dan potensinya demi keberhasilan
proyek/program tersebut. Pada gilirannya keberdayaan masyarakat setempat
menjadi baik sebagai akibat dari meningkatnya kemampuan dan kapasitas
masyarakat.
Penguatan kelembagaan disini tidak hanya berarti penguatan secara
fisik saja, seperti bangunan, struktur, atau hanya kelengkapan organisasi,
tetapi lebih pada penguatan fungsi dan perannya sebagai lembaga/organisasi
yang diserahi tugas dan wewenang melaksanakan, memantau, atau menjaga
program pembangunan di wilayahnya. Dengan menguatnya kelembagaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
setempat terutama berkaitan dengan fungsi dan peran sebagai lembaga
masyarakat yang diterima dan dipercaya oleh warga masyarakatnya, jika
program pembangunan diserahkan pelaksanaannya kepada lembaga tersebut,
maka partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program tersebut dijamin
tergolong tinggi. Partisipasi masyarakat akan terjadi apabila pelaku atau
pelaksana program pembangunan di daerahnya adalah orang-orang,
organisasi, atau lembaga yang telah mereka percaya integritasnya, serta
apabila program tersebut menyentuh inti masalah yang mereka rasakan dan
dapat memberikan manfaat terhadap kesejahteraannya.
Melalui kadar partisipasi dan peran masyarakat yang tinggi, penguatan
masyarakat sasaran program dapat terwujud. Menguatnya kemampuan rakyat
miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya, adalah hasil atau dampak dari
semua aktivitas program penanggulangan kemiskinan. Penguatan masyarakat
tersebut dapat dilihat dari : (1) dimensi pemberdayaan masyarakat miskin, (2)
dimensi terwujudnya kemandirian masyarakat miskin, dan (3) dimensi
perekonomian rakyat. Dimensi pemberdayaan masyarakat perlu diarahkan
terutama dalam rangka pengembangan kegiatan sosial ekonominya. Dimensi
kemandirian masyarakat dapat dicapai melaui asas gotong royong,
keswadayaan dan partisipasi. Sedang dimensi perekonomian rakyat apat
ditandai oleh tersedianya dana untuk modal usaha guna dikembangkan oleh
masyarakat miskin itu sendiri.
Berbagai upaya dan kebijakan pembangunan telah dilakukan
pemerintah selama ini terutama untuk memberikan peluang pada masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
miskin untuk meningkatkan kesejahteraan. Salah satu bentuk upaya tersebut
adalah melalui pendekatan pemberdayaan keluarga yang mengacu pada UU
No. 10 tahun 2002 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera yang pelaksanaannya diatur dalam Inpres nomor 3 tahun
1996 tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera dalam rangka Peningkatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Inpres Nomor 3 tahun 1996 tersebut menekankan perlunya usaha yang
terpadu dan menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan
keluarga untuk memberikan kemampuan kepada keluarga, terutama keluarga
yang masih dalam tahap Pra Sejahtera dan Sejahtera I, agar dapat
memanfaatkan berbagai peluang dan dukungan yang ada untuk mengangkat
dirinya dari ketertinggalan dalam bidang sosial dan ekonomi.
Program yang dilakukan bertujuan membantu keluarga terutama yang
masih berada dalam tahap Pra Sejahtera dan Sejahtera I agar memiliki
wawasan, sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang menjunjung tinggi sifat hemat,
perencanaan kedepan dan mampu mengumpulkan modal kerja secara mandiri
untuk mengembangkan usahanya. Orang miskin yang mempunyai usaha
ekonomi produktif bisa dipastikan skala usahanya adalah kecil atau mikro.
Menurut Ismawan (2003) bagi pengusaha mikro, persoalan permodalan
(aksesibilitas terhadap modal) ternyata merupakan masalah utama. Oleh
karena itu pemberian permodalan berupa kredit perlu diberikan. Pemberian
kredit pada orang miskin yang mempunyai usaha ekonomi produktif adalah
penting untuk membantu memanfaatkan tenaga, keterampilan dan waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
sehingga mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Penanganan masalah kemiskinan yang cukup kompleks di Indonesia
membutuhkan kerja sama semua pihak secara berama dan terkoordinasi.
Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan
lapangan kerja, pemerintah meluncurkan program penanggulangan
kemiskinan yang salah satunya merupakan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri. Dalam PNPM Mandiri dirumuskan kembali
upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi hingga pelestarian.
Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri terbuka bagi semua kegiatan
penangulangann kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat,
meliputi : penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan pemukiman,
sosial, peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kapasitas
masyarakat dan pemerintah lokal serta ekonomi, meliputi : penyediaan dana
bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi
masyarakat miskin yang dikelola di tingkat Kecamatan oleh lembaga Unit
Pengelolaan Kegiatan (UPK).
BKKBN melalui program Pembangunan Keluarga Sejahtera berupaya
untuk membantu keluarga miskin dalam mengembangkan keluarka miskin
dalam mengembangkan kegiatan kewirausahaan untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Dukungan yang diberikan diantaranya adalah pemberian
fasilitas kredit melalui bank dengan cara dan pprosedur yang mudah serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
bunga rendah lewat Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (Kukesra). Kredit ini
diberikan pada keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I alasan ekonomi yang
telah memiliki Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra) dan tergabung dalam
kelompok Usaha Peningkatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) agar mereka dapat
mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga. Yang menarik dari
program Kukesra ini adalah penerima atau pemakai kredit ini adalah para
perempuan.
Tujuan umum PNPM adalah untuk membantu keluarga Pra Sejahtera
dan Sejahtera I (alasan ekonomi) untuk meningkatkan tahapan keluarga sejah
tera melalui kegiatan ekonomi produktif dalam rangka peningkatan
penanggulangan kemiskinan, sedang tujuan khususnya adalah sebagai
berikut :
1. Membantu keluarga dalam mendapatkan modal usaha dengan syarat
ringan mudah dan cepat.
2. Merangsang kesadaran, motivasi dan semangat keluarga untuk
berwirausaha.
3. Membantu keluarga mengembangkan kegiatan kemitrausahaan dalam
bidang ekonomi. Meningkatkan pengenalan dan pemanfaatan jasa
perbankan dan pelayanan pos dalam keluarga.
Kredit Usaha Keluarga Sejahtera ini diberikan kepada anggota
kelompok Rp. 500.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00 tiap orang dengan jangka
waktu peminjaman 1 (satu) tahun. Dengan adanya kucuran dana PNPM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
diharapkan dapat menambah modal usaha sehingga dapat meningkatkan
pendapatan usaha para anggota kelompok UPPKS.
Data kemiskinan Kecamatan Tanon status 30 Oktober 2009 yang
bersumber dari UPTB KB PMD Kec.Tanon dan sudah direvisi oleh BPS
terhadap jumlah rumah tangga PPLS 08 menurut klasifikasi kemiskinan
berjumlah 3.294 KK dengan jumlah anggota 11.754 jiwa yang berarti KK
Miskin Kecamatan Tanon 19,08 % dari jumlah 17.286 KK dengan jumlah
penduduk 59.793 jiwa.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini antara lain :
1. Bagaimanakah profil penerima kredit PNPM-MP.
2. Bagaimana peran pendampingan dalam pelaksanaan Proram PNPM-MP.
3. Bagaimana dampak Program PNPM-MP terhadap peningkatan
produktivitas, peningkatan penyerapan tenaga kerja, peningkatan
penghasilan anggota kelompok PNPM-MP.
4. Apakah terdapat peningkatan kesejahteraan bagi anggota kelompok
PNPM-MP.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui profil penerima dana PNPM-MP.
2. Untuk mengetahui apakah peran pendampingan berfungsi efektif dalam
pelaksanaan PNPM-MP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat khususnya masyarakat miskin
dan kelompok perempuan.
4. Untuk mengetahui dampak terhadap peningkatan Produktifitas, tenaga
kerja dan penghasilan setalah mendapat dana PNPM-MP.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Pememerintah Daerah
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang profil masyarakat
Penerima dana PNPM-Mpserta untuk memberi informasi tentang
partisipasi masyarakat khususnya masyarakat miskin
2. Bagi pihak lain diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
sehingga dapat melakukan penelitian kwalitatif dan dapat menjelaskan
tentang prosesnya, hambatan-hambatannya,dan akhirnya mendapat solusi
yang baik dalam pelaksanaan program PNPM-MP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Kesejahteraan Ekonomi
a. Pengertian Kesejahteraan Ekonomi
Pendekatan economic welfare memiliki asumsi dasar bahwa
tujuan dari aktivitas ekonomi adalah meningkatkan kesejahteraan
individu-individu yang membentuk masyarakat. Setiap individu
tersebut merupakan penilai terbaik mengenasi seberapa jauh mereka
membaik dalam suatu kondisi. Kesejahteraan setiap individu tidak
hanya tergantung pada konsumsi barang dan jasa yang tersedia, namun
juga tergantung pada kuantitas dan kualitas dari barang dan jasa
nonmarket dari sistem SDA dan Lingkungan, misalnya kesehatan,
pemandangan yang indah dan rekreasi luar ruangan (Freeman, 1993).
Sen, (2002) mengatakan bahwa walfare economics merupakan
suatu proses rasional ke arah melepaskan masyarakat dari hambatan
untuk memperoleh kemajuan. Kesejahteraan sosial dapat diukur dari
ukuran-ukuran seperti tingkat kehidupan (levels of living), pemenuhan
kebutuhan pokok (basic needs fulfillment), kualitas hidup (quality of
life) dan pembangunan manusia (human development). Selanjutnya
Sen, (1992) lebih memilih capability approach didalam menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
standar hidup. Sen mengatakan : the freedom or ability to achieve
desirable “functionings” is more importance than actual outcomes.
Nicholson (1992), mengemukakan prinsipnya mengenai
kesejahteraan sosial; yaitu keadaan sejahtera sosial maksimum tercapai
bila tidak ada seorangpun yang dirugikan. Sementara itu Bornstein
dalam Swasono, mengajukan “performance criteria” untuk
kesejahteraan sosial dengan batasan-batasan meliputi : output,
growth, efficiency, stability, security, inequality, dan freedom, yang
harus dikaitkan dengan suatu social preference (Swasono, 2004).
Sedangkan Etzioni, (1999), mengatakan bahwa privacy is a societal
licence, yang artinya privacy terikat oleh kaidah sosial. Dengan
demikian kedudukan individu sebagai makhluk sosial yang harus
ditonjolkan dalam ilmu ekonomi utamanya dalam pembangunan
ekonomi yang bertujuan menuju kesejahteraan masyarakat.
Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional), kesejahteraan keluarga digolongkan menjadi 4 golongan;
yaitu :
1) Keluarga Sejahtera Tahap I, dengan kriteria sebagai berikut :
a) Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama.
b) Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih
c) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda dirumah /
pergi/bekerja/ sekolah.
d) Bagian lantai terluas buakn dari tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e) Anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber KB
dibawa kesarana kesehatan.
2) Keluarga tahap II, meliputi :
a) Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur.
b) Paling kurang sekali seminggu lauk daging / ikan / telur.
c) Setahun terakhir anggota keluarga menerima satu stel pakaian
baru.
d) Luas lantai paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni.
e) Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan
dapat melaksanakan tugas.
f) Ada anggota keluarga berumur 15 tahun keatas berpenghasilan
tetap.
g) Anggota keluarga umur 10 – 60 tahun bisa baca tulis latin
h) Anak umur 7 – 15 tahun bersekolah.
i) PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai alat
kontrasepsi.
3) Keluarga Sejahtera Tahap III, meliputi :
a) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
b) Sebagian penghasilan keluarga ditabung.
c) Keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari untuk
berkomunikasi.
d) Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat dilingkungan
tempat tinggal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
e) Keluarga rekreasi bersama paling kurang sekali dalam enam
bulan.
f) Keluarga memperoleh berita dari surat kabar / majalah / TV /
radio.
g) Anggota keluarga menggunakan sarana transportasi aetempat
4) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus, meliputi :
a) Keluarga secara teratur memberikan sumbangan.
b) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus yayasan /
institusi masyarakat.
b. Kriteria Pareto
Menurut Sadono Sukirno, (1994), Makroekonomi, Grafindo
Jakarta bahwa kriteria pareto menilai keinginan relatif dari berbagai
penggunaan sumberdaya. Kriteria ini merumuskan bahwa keuntungan
masyarakat dan kesejahteraan sosial akan meningkat dengan adanya
realokasi sumber daya sehingga semua individu memperoleh
keuntungan atau paling tidak ada satu individu yang memperoleh
keuntungan dan tidak ada individu lain yang berkurang kepuasannya.
1) Kegunaan Kriteria Pareto
Kriteria pareto memberikan pedoman hanya jika tidak ada
kepuasan individual yang berkurang dengan adanya realokasi.
Pendekatan ini mempunyai keuntungan dan kerugian.
Keuntungannya adalah pemisahan perbandingan kepuasan antar
personal atau manfaat dan kerugian bagi orang-orang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
berbeda. Kriteria ini dikatakan cukup obyektif. Namun demikian,
banyak atau hampir semua kebijaksanaan selalu mengakibatkan
ada orang yang “beruntung” dan ada yang “merugi”. Oleh karena
itu, sangat perlu untuk mengembangkan kriteria tambahan untuk
mengevaluasi realokasi yang diajukan.
2) Kriteria Pareto Menghasilkan Efisiensi
Kriteria pareto merupakan dasar bagi suatu pengevaluasian
efisiensi penggunaan sumber daya. Suatu alokasi sumber daya
dikatakan efisien secara Pareto (pareto-optimal) jika dalam upaya
dalam upaya untuk menaikan kepuasan paling tidak bagi satu orang
anggota masyarakat akan memerlukan penurunan tingkat kepuasan
palint tidak untuk satu orang anggota masyarakat lain.
c. Konsep Kesejahteraan
Menurut Marshall, selain didefinisikan sebagai studi kekayaan.
Ekonomi sangat berkaitan erat dengan aktivitas manusia, sedangkan
pokok pikiran Marshall adalah:
1) Kesejahteraan manusia.
Marshall menggunakan kata ekonomi dalam politik
ekonomi untuk membuat ini lebih familiar daripada fisika.
Marshall berasumsi bahwa ekonomi harus suatu ilmu pengetahuan
meskipun hal yang dihadapkan mengubah kekuatan alami manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Hidup bisnis biasa
Istilah siklus bisnis biasa berhubungan dengan bagaimana
seseorang mendapat kekayaan dan bagaimana ia
membelanjakannya.
3) Kekayaan adalah kebutuhan
Marshall mendefinisikan kekayaan sebagai alat ke
kesejahteraan, sebagai sumber yang menyangkut perbaikan dari
hidup manusia.
d. Kritik Definisi Kesejahteraan
Definisi 'Kesejahteraan' menurut Marshall dikritik oleh
Prof.Lionel Robbins. Beberapa pendapat Marshall yang dikritik
adalah:
1) Ekonomi hanya suatu ilmu pengetahuan sosial
Marshall mengasumsikan ekonomi sebagai ilmu sosial
bukan sebagai ilmu pengetahuan manusia. Ilmu sosial mempelajari
aktivitas individu manusia yang merupakan anggota masyarakat.
Walaupun Marshall menggunakan kata ' tindakan sosial dan
individu' untuk mengukur aktivitas yang berhubungan dengan
uang, ia membatasi pokok materi perihal ekonomi kepada studi
para orang tinggal di masyarakat yang menggunakan beberapa
bentuk mata uang. Secara umum bisa dikatakan, hukum pokok
ekonomi berlaku bagi seluruh manusia. Oleh karena itu, ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
harus diperlakukan sebagai suatu ilmu pengetahuan manusia dan
bukan sebagai suatu ilmu sosial.
2) Klasifikasi
Menurut Marshall ada dua jenis manusia yaitu aktivitas
ekonomi dan aktivitas non-ekonomi. Aktivitas yang berhubungan
dengan kekayaan adalah kegiatan ekonomi dan yang tidak
berhubungan dengan kekayaan, seperti politis, sosial dan religius
adalah aktivitas non-ekonomi. Prof.Robbins menolak jenis
pembedaan ini. Menurut Prof.Robbins, suatu masalah ekonomi
akan muncul bila barang langka yang menyebabkan kepuasan
menjadi terbatas. Masalah seperti itu akan muncul di mana saja.
Oleh karena itu, ekonomi perlu dapat dipelajari di mana saja dan
kapan saja bila ditemukan masalah.
3) Kesejahteraan material
Menurut Marshall, hanya aktivitas yang berhubungan
dengan konsumsi dan produksi jasa dan barang-barang yang
mengarah menuju peningkatan kesejahteraan material berasal
dari bawah lingkup ekonomi. Sedangkan Prof.Robbins menunjuk
ke luar bahwa ada beberapa aktivitas yang berasal dari bawah
lapangan/bidang ekonomi, tetapi tidak terlalu berguna bagi
kesejahteraan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4) Ketidakmungkinan pengukuran kuantitatif
Lebih lanjut, kritikus menunjuk kesejahteraan itu tidak bisa
diukur secara kuantitatif, jika harga uang digunakan sebagai suatu
instrument untuk pengukuran kesejahteraan tetapi tidak digunakan
untuk ukuran kesejahteraan yang memuaskan. Sebagai contoh,
ketika dua para orang membayar harga yang sama untuk suatu
komoditas, hal itu tidak akan berarti bahwa kedua-duanya
mendapat kesejahteraan atau kepuasan yang sama. Kepuasan orang
miskin secara relatif akan jadi lebih dari yang lainnya
2. Konsep Pemberdayaan
Bayo mengembangkan konsep pemberdayaan dalam tiga hal yaitu
pertama tentang profil masyarakat penerima dana PNPM-MP, yang kedua
tetang pengunaan dana sesuaikah dengan pengajuan mayo
mengungkapkan dalam pelaksanaan kredit harus ada rasa keadilan
sehingga penerima dana tidak merasa dianak tirikan, sehingga dana yang
diharapkan sesuai dengan dana yang dibutuhkan, peran pendampingan
berjalan dengan efektif. Pemberdayaan masyarakat menyangkut dua
kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat yang belum berkembang
sebagai pihak yang harus diberdayakan, dan pihak yang menaruh
kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan (Sumodiningrrat, 1997).
Adimiharja dan Hikmat (2001) mengemukakan bahwa pemberdayaan
merupakan pelimpahan proses pengambilan keputusan dan tanggung
jawab secara penuh. Pemberdayaan bukan berarti melepaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pengendalian, tapi menyerahkan pengendalian. Dengan demikian
pemberdayaan bukanlah masalah hilangnya pengendalian atau hilangnya
hal-hal lain. Yang paling penting, pemberdayaqan memungkinkan
pemanfaatan kecakapan dan pengetahuan masyarakat seoptimal mungkin
untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.
Menurut Priyono dan Pranarka (1996) proses pemberdayaan
mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan dengan
kecenderungan primer menekan pada proses memberikan kekuasaan,
kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang
bersangkutan menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi dengan
upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan
kemandirian mereka melalui organisasi. Kedua, proses pemberdayaan
dengan kecenderungan sekunder menekankan proses menstimulasi,
mendorong, atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya
melalui proses dialog.
Sering kali kecenderungan primer terwujud dari kecenderungan
sekunder terlebih dahulu. Selanjutnya disebutkan bahwa proses pemecahan
masalah berbasiskan pemberdayaan masyarakat yang berdasarkan prinsip
berbeda bersama masyarakat menyadari bahwa masyarakat mempunyai
hak-hak yang harus dihargai, sehingga masyarakat lebih mampu
mengenali kebutuhannya dan dilatih untuk dapat merumuskan rencana
serta melaksanakan pembangunan secara mandiri dan swadaya. Dalam hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
ini, praktisi pembangunan berperan dalam memfasilitasi proses dialog,
diskusi, curah pendapat, dan mensosialisasikan tyemuan masyarakat.
Menurut moebyarto (1985), pemberdayaan masyarakat mengacu
kepada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan
akses dan kontrol atas sumberhidup yang penring. Proses pemberdayaan
merupakan wujud perubahan sosial yang menyangkut relasi antara lapisan
sosial sehingga kemampuan individu ;’senasib” untuk saling berkumpul
dalam suatu kelompok cenderung dinilai sebagai bentuk pemberdayaan
yang peling efektif.
Pemberdayaan secara teoritik dianggap sebagai pendekatan yang
situasional. Teori pemberdayaan telah berkembang dengan beraneka
ragam pijakan dalam 20 tahun terakhir ini. Pemberdayaan dapat berarti
sebagai suatu proses, suatu mekanisme dimana individu, organisasi dan
masyarakat menjadi ahli akan masalah yang mereka hadapi. Teori
pemberdayaan mengasumsikan bahwa (1) pemberdayaan akan berbeda
bentuk untuk orang yang berbeda; (2) pemberdayaan akan berbeda bentuk
untuk konteks yang berbeda; (3) pemberdayaan akan berfluktuasi atau
berubah sejalan dengan waktu. Seseorang dapat merasa terberdayakan
pada suatu saat dan tidak terberdayakan pada waktu yang lain, bergantung
pada kondisi yang mereka hadapi pada suatu waktu. Para akademisi teori
pemberdayaan mengatakan bahwa konsep pemberdayaan berlaku tidak
hanya bagi individu sebagai kelompok, organisasi dan masyarakat, namun
juga individu itu sendiri (Fred, 1998).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment) berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya, ide utama pemerdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai
kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk
membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa
kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini
mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesustu yang tidak berubah atau
tidak dapat dirubah.
Kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada pengertiuan diatas.
Kekuasaan tidak vakum atau terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam
konteks relasi sosial antar manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial.
Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Dengan
pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses
perubahan kemudian memiliki konsep bermakna. Dengan kata lain,
kemungkinan terjadinya proses pemberdayaansangat tergantung pada dua
hal :
a. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah,
pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
b. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada
pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1) Indikator Pemberdayaan
Pemberdayaan berguna untuk meningkatkan kekuasaan orang-
orang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995). Pemberdayaan menunjuk
pada upaya perngalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan
strukture sosial (Swift dan Levin, 1987). Pemberdayaan adalah suatu
cara dimana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu
menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rapaport, 1984).
Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana oarang orang
menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan
atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-
lembaga yang mempengaruhi ;kehidupannya. Pemberdayaan
menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan,
dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannhya dan
kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons, et al., 1994)
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap sumer-
sumber produktif yang memungkinksn mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang
mereka perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan
dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
Berdasarkan definisi-devinisi pemberdayaan diatas, dapat
dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk kepada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial;
yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial,
dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai
indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.
Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa
indikator pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai empowerment
index atau indeks pemberdayaan (Girvan, 2004) :
a) Kebebasan mobilitas : kemampuan individu untuk pergi keluar
rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti kepasar, fasilitas
medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat
mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian.
b) Kemampuan membeli komoditas ‘kecil’ : kemampuan individu
untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari
(beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu); kebutuhan dirinya
(minyak rambut, sabun mandi, rokok bedak sampo). Individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dianggap mampu melaksanakan kegiatan ini jika ia dapat membuat
keputusan sendiri tanpa meminta ijin kepada pasangannya, terlebih
jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan
uangnya sendiri.
c) Kemampuan membeli komoditas ‘besar’ : kemampuan individu
untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari
pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti
halnya indikator diatas, poin tinggi diberikan terhadap individu
yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin
pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut
dengan menggunakan uangnya sendiri.
d) Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga :
mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama
suami/istri mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya
mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak,
memperoleh kredit usaha.
e) Kebebasan relatif dari dominasi keluarga : responden ditanya
mengenai apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami,
istri, anak-anak, mertua) yang mengambil uang, tanah, perhiasan
dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau
melarang bekerja diluar rumah.
f) Kesadaran hukum dan politik : mengetahui nama salah seorang
pegawai pemerintah desa/kelurahan; seorang aqnggota DPRD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
setempat; nama presiden; mengetahui pentingnya mempunyai surat
nikah dan hukum-hukum waris.
g) Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes : seseorang
dianggap ‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau
bersama orang lain melakukan protes, misalnya, terhadap suami
yang memukul istri, istri yang megabaikan suami dan keluarganya,
gaji yang tak adil, penyalahgunaan bantuan sosial, atau
penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah.
h) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga : memiliki
rumah, tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang dianggap
memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara
sendiri atau terpisah dari pasangannya.
2) Pendekatan Pemberdayaan
Menurut Ife (1995), pemgberdayaan memuat dua pengertian
kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan disini
diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti
sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas :
a) Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup :
kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya
hidup, tempat tinggal, pekerjaan.
b) Pendefinisian kebutuhan : kemampuan menentukan kebutuhan
selaras dengan aspirasi dan keinginannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
c) Ide atau gagasan : kemampuan mengekspresikan dan
menyumbangkan suatu gagasan dalam suatu forum atau diskusi
secara bebas tanpa tekanan.
d) Lembaga-lembaga : kemampuan menjangkau, menggunakan atau
mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga
kesejahteraan sosial, pendidikan dan kesehatan.
e) Sumber-sumber : kemampuan memobilisasi sumber-sumber
formal, informal dan kemasyarakatan.
f) Aktifitas ekonomi : kemampuan memanfaatkan dan mengelola
mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.
g) Reproduksi : kemampuan dalam kaitannya proses kelahiran,
perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan diatas
dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan. Parsons, et al.,
(1994) menyatakan, bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan
secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan
bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara
pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan perseorangan.
Meskipun pemberdayaan ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan
kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi utama pemberdayaan.
Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat
dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi, strategi
pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektifitas, dalam
arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain diluar dirinya.
Karenanya, dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan : mikro, mezzo, dan makro.
(1) Pendekatan Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara
individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis
invention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien
dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering
disebut Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered
approach).
(2) Pendekatan Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok
klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok
sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika
kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan dan sikap-
sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan
yang dihadapinya.
(3) Pendekatan Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi
Sistem Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan
diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying,
pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa
strategi dalam pendekatan ini. Pendekatan ini memandang klien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-
situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan
strategi yang tepat untuk bertindak.
3. Pandangan Teoritis Mengenai Kemiskianan
Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama
diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan upaya penanganannya. Dalam Panduan Keluarga Sejahtera
(1996) kemiskinan adalah suatu keaaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimili8ki dan
juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam
memenuhi kebutuhannya. Dalam Panduan PNPM (1993) bahwa
kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena
dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari
denganh kekuatan yang ada padanya.
Kemiskinan yang ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang
menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin di
dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya
manusia, lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktifitas,
terbatasnya modal yang dimiliki untuk berpartisipasi dalam
pembangunan. Mengamati secara mendalam tentang kemiskinan dan
penyebabnya akan muncul berbagai tipologi dan dimensi kemiskinan dan
kemiskinan itu sendiri multikompleks, dinamis, dan berkaitan dengan
ruang, waktu serta tempat dimana kemiskinan itu dilihat ari berbagai sudut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pandang. Kemiskinan dibagi menjadi dua kriteria yaitu kemi9skinan
absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan adalah kemiskinan yang diukur dari tingkat
pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
sedangkan kemiskinan relatif adalah penduduk yang telah memiliki
pendapatan sudah mencapai kebutuhan dasar namun jauh lebih rendah
dibanding keadaan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan menurut tingkatan
kemiskinan adalah kemiskinan sementara dan kemiskinan kronis.
Kemiskinan sementara yaitu kemiskinan yang terjadi sebab adanya
bencana alam dan kemiskinan kronis yaitu kemiskinan yang terjadi pada
mereka yang kekurangan keterampilan, asset, dan stamina (Aisyah, 2001).
Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000) sebagai berikut :
a. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan
timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah
yang terbatas dan kualitasnya rendah.
b. Kemiskian muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia
karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas
juga rendah, upahnyapun rendah.
c. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.
Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran
setan kemiskinan (vicious circle of poverty) lihat gambar 2.1. adanya
keterbelakangan, ketidak sempurnaan pasar, kurangnya modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas
mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya
pendapatan yang mereka terima akan berimplikasi pada rendahnya
tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada
keterbelakangan dan seterusnya. Logika berpikir yang dikemukakan
Nurkse yang dikutip Kuncoro (2000) yang mengemukakan bahwa negara
miskin itu miskin karena dia miskin (a poor country is poor because it is
poor).
Gambar 2.1
Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Preferty)
Menurut Bayo (1996) yang mengutip pendapat Chambers bahwa
ada lima “ketidakberuntungan” yang melingkari orang atau keluarga
miskin yaitu sebagai berikut :
Kekurangan modal
Pendapatan rendah
Ketidak sempurnaan pasar Keterbelakangan Ketinggalan
Tabungan rendah
Produktivitas Rendah
Investasi rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
a. Kemiskinan (poverty) memiliki tanda-tanda sebagai berikut : rumah
mereka reot dan dibuat ari bahan bangunan yang bermutu rendah,
perlengkapan yang sangat minim, ekonomi keluarga ditandai dengan
ekonomi gali lubang tutup lubang serta pendapatan yang tidak
menentu,
b. Masalah kerentanan (vulnerability), kerentanan ini dapat dilihat dari
ketidak mampuan keluarga miskin menghadapi situasi darurat.
Perbaikan ekonomi yang dicapai dengan susah payah sewaktu-waktu
dapat lenyab ketika penyakit menghampiri keluarga mereka yang
membutuhkan biaya pengobatan dalam jumlah yang besar.
c. Masalah ketidak berdayaan. Bentuk ketidak berdayaan kelompok
miskin tercermin dalam ketidak mampuan mereka dalam menghadapi
elitan para birokrasi dalam menentukan keputusan yang menyangkut
nasibnya, tanpa memberi kesempatan untuk mengaktualisasi dirinya.
d. Lemahnya ketahanan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik
kualitas maupun kuantitas sehingga konsumsi gizi mereka sangat
rendah yang berakibat rendahnya produktivitas mereka.
e. Masalah keterisolasian. Keterisolasian fisik tercermin dari kantong-
kantong kemiskinan yang sulit dijangkau, sedang keterisolasian sosial
tercermin dari keter tutupan dalam integrasi masyarakat miskin dengan
masyarakat yang lebih luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1) Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidak mampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002),
jika pendapatan dibawah Rp.600.000,00 per bulan masuk kategori
keluarga miskin, penghasilan di atas Rp.1.200.000,- per bulan masuk
kategori sejahtera. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang
berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk
makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (proverty
line) atau batas kemiskinan (proverty threshold). Garis kemiskinan
adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk
dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang
per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan,
pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan
jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002).
Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan
dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non-
material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan
meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan
kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat (SMERU dalam Suharto dkk, 2004). Fakir miskin adalah
orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan dan orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi
kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan (Depsos, 2001)
Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk
mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial
meliputi : (a) modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat
produksi, kesehatan), (b) sumber keuangan (pekerjaan, kredit), (c)
organisasi sosial dan politik dan politik yang dapat digunakan untuk
mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi
sosial), (d) jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang dan
jasa, (e) pengetahuan dan keterampilan, dan (f) informasi yang berguna
untuk kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto, dkk.,2004)
2) Dimensi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan fenomena yang berwajah-wajah. David
(2004) membagi kemiskinan dalam beberapa dimensi :
a) Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi
menghasilkan pemenang dan pengalah. Pemenang umumnya
adalah negara-negara maju. Sedangkan negara-negara berkembang
seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas
yang merupakan prasyarat globalisasi.
b) Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan
subsistem (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan),
kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan
dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yang di akibatkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan
perkotaan).
c) Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan,
anak-anak dan kelompok minoritas.
d) Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat
kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar dari si
miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan
tingginya jumlah penduduk.
Menurut SMERU (2001), kemiskinan memiliki berbagai
dimensi :
a) Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan,
sandang, dan papan).
b) Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
c) Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
d) Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
massal.
e) Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber
alam.
f) Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat.
g) Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata p-encaharian
yang berkesinambungan.
h) Ketidak mampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun
mental.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
i) Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar,
wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin,
kelompok marjinal dan terpencil (Suharto, dkk, 2004).
BPS (2002) melakukan pendataan rumah tangga miskin dengan
menggunakan 14 variabel kemiskinan dimana variabel ini memiliki
hubungan yang sangat erat dengan kemampuan memenuhi kebutuhan
kalori dan kebutuhan dasar non makanan. Adapun variabel-variabel
yang dimaksud adalah :
a) Luas lantai bangunan tempat tinggal < 8m2 per orang.
b) Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu murahan.
c) Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu
berkualitas
d) Tidak mempunyai fasilitas buang air besar.
e) Penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
f) Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/
sungai/ air hujan.
g) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/
minyak tanah.
h) Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam satu
minggu.
i) Hanya membeli satu setel pakaian baru dalam satu satun.
j) Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
k) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/
Poliklinik.
l) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani : dengan
luas lahan < 0,5 ha, buruh tani, buruh bangunan, buruh perkebunan
atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp.
600.000,00 perbulan.
m) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/ tidak
tamat SD/ hanya SD.
n) Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai
minimal Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit/ non kredit),
emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
4. Program Nasional Pembedayaan Masyarakat – Mandiri Perdesaan
(PNPM - MP)
PNPM-MP merupakan program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat. Program ini berupaya untuk
menciptakan/ meningkatkan kualitas masyarat, baik secara individu
maupun kelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait pada
upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan
kesejahteraan.
PNPM-MP merupakan salah satu dari berbagai program
penanggulangan kemiskinan yang dirancang berdasarkan pembelajaran
terbaik pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat selama
ini. Selain program-program berbasis pemberdayaan, masih terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
program penganggulangan kemiskinan lainnya yang diperuntukkan
langsung bagi rumah tangga miskin, seperti Program Beras Miskin
(Raskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas), dan
Program Keluarga Harapan, serta program-program terkait penyediaan
mikro dan pembinaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan
(PNPM-MP) diluncurkan Pemerintah pada bulan Agustus 2006 dan
dilaksanakan di 70.000 desa selama tiga tahun, dari tahun 2007 sampai
2009. Pada tahun pertama PNPM dilaksanakan di hampir 2.000 kecamatan
perdesaan dan kemudian pada tahun 2008 di 3.600 kecamatan. Sedangkan
kecamatan-kecamatan sisanya dilaksanakan pada tahun 2009. Secara
umum PNPM-MP dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan melalui
peningkatan partisipasi masyarakat didalam program pembangunan,
peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam penyediaan layanan
umum, dan peniungkatan kapsasitas lembaga lokal yang berbasis
masyarakat. Selain itu, PNPM-MP diharapkan dapat meningkatkan sinergi
antara masyarakat dan pemerintah daerah dalam rangka lebih
mengefektifkan upaya-upaya pengurangan kemiskinan.
Secara khusus, PNPM-MP yang mempunyai target untuk
menurunkan jumlah serta meningkatkan partisipasi orang miskin tersebut
mempunyai tujuan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
a. Mengembangkan kapasitas masyarakat, terutama Rumah Tangga
Miskin (RTM) dengan penyediaan prasarana sarana sosial dasar dan
ekonomi, serta lapangan kerja.
b. Meningkatkan partisipasi masyarakat miskin dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian
kegiatan pembangunan.
c. Mengembangkan kapasitas pemerintah lokal dalam memfasilitasi
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
PNPM-MP telah dilaksanakan sejak tahun 2007, dimulai dengan
Program Penanggulangan Kemiskinan (PPK) sebagai dasar pengembangan
pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program pendukungnya
seperti PNPM Generasi; Program penanggulangan Kemiskinan di
Kecamatan (PPK) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan
masyarakat di perdesaan dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca
bencana, dan konflik.
Mulai tahun 2008 PNPM-MP diperluas dengan melibatkan
Program Pengembangan Infrastruktur Ekonomi Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW) untuk integrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan
daerah sekitarnya dan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
(PPIP). PNPM-MP juga diperkuat dengan berbagai program sektor dan
pemerintah daerah misalnya Program Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP),
Program Ekonomi masyarakat Pesisir (PEMP), dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Untuk program tersebut PNPM-MP mengalokasikan BLM melalui
skema pembiayaan bersama (cost sharing) antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Pemda). Besarnya cost sharing disesuaikan dengan
kapasitas fiskal masing-masing daerah, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan No. 73/PMK.02/ 2006 per 30 Agustus 2006.
Untuk itu, dibutuhkan komitmen dan keseriusan Pemda dan aparat di
daerah dalam menjalankan.
Dalam pelaksanaannya, PNPM-MP menggunakan pendekatan
PPK di mana Pemerintah menyediakan biaya tertentu berdasarkan besar
populasi dan tingkat kemiskinan. Pada saat yang sama Pemerintah Daerah
melalui alokasi APBD juga menyediakan dana pendampingan sesuai
dengan ketentuan yang ada. Desa-desa di kecamatan tersebut bersaing
untuk mendapatkan dana ini dengan cara melalui penyampaian proposal.
Masyarakat desa memilih fasilitator desa yang membantu proses
sosialisasi dan perencanaan, terutama dalam menentukan kebutuhan skala
prioritasnya. Kemudian mereka menentukan jenis poryek yang dibiayai
oleh dana ini dan menuangkannya dalam proposal. Jika proyek sudah
disetujui, maka PNPM-MP mengirim konsultan pendamping untuk
membantu masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan proyek.
Pada akhir program, PNPM-MP diproyeksikan dapat menyentuh
sekitar 16 juta orang miskin di seluruh Ind. Dengan jumlah dana hibah
sekitar 1,2 milyar rupiah per kecamatan, maka diproyeksikan antara 20-26
juga orang miskin mendapatkan pekerjaan dan sekaligus penghasilan. Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
bila hibah yang diapotak untuk tiap-tiap kecamatan sebesar Rp. 1,2 milyar,
maka orang miskin yang mendapat pekerjaan dan penghasilan berkisar
antara 10-16 juta orang pada akhir program (2009).
PNPM-MP “lahir” dari adanya kebutuhan untuk mengharmonisasi
program-program nasional penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. Sehingga PNPM-MP merupakan “nama
generik” atau “payung” bagi sejumlah program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang dimiliki oleh lebih
dari 19 departemen atau sektor.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan Dana
PNPM-MP.
Masalah keberlanjutan pemanfaatan program PNPM-MP di
Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut :
1) Faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan dana PNPM-
MP yang meliputi empat faktor atau variabel sebagai berikut :
a) Pemanfaatan dana PNPM-MP
b) Jenis usaha,
c) Besar dana yang diterima,
d) Partisipasi anggota pokmas,
e) Keuntungan yang diperoleh setelah mendapatkan aliran dana
PNPM-MP.
f) Peran Pendampingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Beberapa variabel yang mempengaruhi pelaksanaan program
PNPM-MP dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pemanfaatan Dana PNPM-MP
Dalam pelaksanaan program PNPM-MP terdapat beberapa
prinsip yang saling berkaitan untuk menjelaskan konsep
pemanfaatan dana bergulir PNPM-MP. Beberapa prinsip itu antara
lain sebagai berikut :
1) Prinsip Dana Bergulir
Dana yang disalurkan pemerintah kepada masyarakat
melalui program PNPM-MP sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun
1993 merupakan bantuan khusus bagi masyarakat miskin yang
berupa modal kerja sebagai hibah bergulir (Revolving Grant)
dengan bimbingan teknis pemerintah untuk pembinaan,
penyuluhan dan motivasi. Bantuan tersebut secara kulitatif
sangat memerlukan sistem dan mekanisme yang mudah, ringan
dan cepat dipahami agar dana di pedesaan tidak macet, dapat
berputar (revolving) secaraefisien efektif serta keberadaannya
abadi di masyarakat.
Berputar mengandung dua makna yaitu : a) dana
tersebut harus selalu berputar (tidak berhenti) dalam aktivitas
individu atau kelompok yang dapat memanfaatkan melalui
kegiatan yang bersifat produktif; b) Pengertian yang lebih luas
dana tersebut harus selalu berputar untuk dapat dimanfaatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
secara bergulir dari individu atau kelompok yang lain
(Suprapto, 1999).
Pada prinsipnya dana bergulir itu adalah sumber dana
yang disalurkan pemerintah kepada anggota pokmas di desa
tertinggal sebagai pinjaman untuk dipergunakan secara
produktif dan harus dikembalikan sesuai kesepakatan anggota
pokmas.
2) Prinsip Keberkelanjutan Pemanfaatan Dana PNPM-MP
Penanggulangan kemiskinan secara terencana dan
terkoordinir telah diupayakan pemerintah untuk dilaksanakan
melalui prinsip-prinsip pokok perencanaan kegiatan PNPM-MP
yang digunakan sebagai pegangan yaitu sebagai berikut :
a) Prinsip keterpaduan;
b) Prinsip kepercayaan;
c) Prinsip kebersamaan dan kegotongroyongan;
d) Prinsip kemandirian;
e) Prinsip ekonomi;
f) Prinsip keberlanjutan.
Mengenai prinsip keberlanjutan mengandung arti
bahwa kegiatan kelompok harus dapat meningkatkan
kesejahteraan yang berkelanjutan secar terus menerus,
berkesinambungan dalam kegiatan usaha tanpa batas waktu.
Dana program PNPM-MP diharapkan dapat dikembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
oleh masyarakat melalui pokmas sebagai dana abadi milik
masyarakat desa artinya pemerintah memberi kepercayaan
kepada orang miskin untuk merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi dan menjaga kelangsungan dana PNPM-MP
untuk menanggulangi kemiskinan di desanya. Pemberian
kepercayaan pada orang miskin itu dapat dilihat dalam
pengelolaan dana PNPM-MP yang dilakukan dari, oleh, dan
untuk pokmas miskin melalui usaha ekonomi produktif yang
dikembangkan secara berkesinambungan.
Menurut Suprapto (1999) ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kemacetan dana
yaitu sebagai berikut : a) Bagi pemakai dana berputar baik
individu maupun kelompok sebaiknya dikenai persyaratan
supaya ada motivasi berusaha dan sudah memulai aktivitas
produktif sehingga dana berputar tidak hanya dianggap sekedar
sebagai hadiah cuma-cuma melainkan sebagai kebutuhan yang
pemanfaatannya harus dipertanggungjawabkan; b) Lembaga
yang akan diserahi untuk mengelola dana yang akan berputar
harus betul-betul sudah siap karena lembaga ini yang nantinya
akan memantau pemanfaatannya dan mengatur penyebarannya
pada pemakai berikutnya; c) Perlu diciptakan mekanisme
kontrol dari masyarakat itu sendiri melalui penyebarluasan
penggunaan dana berputar kepada masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3) Kelompok masyarakat (Pokmas)
Kelompok sasaran program PNPM-MP adalah
kelompok masyarakat yang lebih dikenal dengan pokmas yaitu
penduduk miskin yang bermukim di Desa. Mereka merupakan
kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah, terbatas
kemampuan dan aksesnya dalam mendapatkan pelayanan,
prasarana, permodalan, untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
dalam menghadapi masalah khusus atau mendesak yang segera
memerlukan bantuan serta penanganan. Kelompok merupakan
kumpulan penduduk setempat yang menyatukan diri dalam
usaha dibidang sosial, ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan, keswadayaan dan kegotongroyongan mereka.
Kelompok maupun milik anggota yang dimaksudkan untuk
mengatasi masalah dan mengembangkan usaha bersama
anggota.
Dalam panduan PNPM-MP (2007) pembentukan
kelompok harus memperhatikan sebagai berikut : 1)
Didasarkan pada kebutuhan sasaran program PNPM-MP adalah
kelompok masyarakat yang lebih dikenal dengan pokmas yaitu
penduduk miskin yang bermukim di desa yang dikategorikan
tertinggal. Mereka merupakan kelompok masyarakat yang
berpenghasilan rendah, terbatas kemampuan dan aksesnya
dalam mendapatkan pelayanan, prasarana, permodalan, untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
memenuhi kebutuhan dasarnya dalam menghadapi masalah
khusus atau mendesak yang segera memerlukan bantuan serta
penanganan. Kelompok merupakan kumpulan penduduk
setempat yang menyatukan diri dalam usaha dibidang sosial,
ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan, keswadayaan dan
kegotongroyongan mereka. Kelompok maupun milik anggota
yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah dan
mengembangkan usaha bersama anggota.
Dalam panduan PNPM-MP (2007) pembentukan
kelompok harus memperhatikan sebagai berikut : 1)
Didasarkan pada kebutuhan keluarga miskin untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota; 2) Harus dihindari
pembentukan kelompok yang dipaksakan; 3) Dalam wadah
kelompok disiapkan wadah kegiatan sosial ekonomi yaitu
usaha produktif, pemupukan modal dan penghimpunan
tabungan sehingga memberikan manfaat secara ekonomi bagi
semua anggota kelompok secara lestari berkelanjutan; 4)
kelompok dapat merupakan kelompok yang sudah ada atau
dapat pula disiapkan, ditumbuhkan, dibina secara khusus oleh
aparat desa/ kelurahan serta masyarakat setempat.
4) Konsep Jenis Usaha
Jenis usaha ekonomi merupakan kegiatan produksi
barang atau jasa yang memberikan hasil atau keuntungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
anggota pokmas dan keluarganya. Bersumber pada Panduan
PNPM-MP (2007) jenis usaha yang dapat dibiayai dengan dana
program PNPM-MP adalah jenis usaha yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
a) Cepat menghasilkan, jarak waktu antara pengeluaran yang
harus dilakukan dengan penerimaan hasil kegiatan tidak terlalu
lama;
b) Mendayagunakan potensi yang ada dan dimiliki oleh desa;
c) Menghasilkan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar
atau dipasarkan sehingga memberikan nilai tambah;
d) Dapat memenuhi kebutuhan dasar yang sifatnya mendesak dan
melibatkan sebanyak-banyaknya penduduk miskin;
e) Memberi hasil dan dapat digulirkan pada seluruh kelompok;
f) Dapat dilakukan dengan cara-cara yang telah dikenal dan
dikuasai oleh masyarakat dengan memanfaatkan pengetahuan
asli yang telah ada yang secara teknis dapat serta mudah
dilaksanakan;
g) Disesuaikan dengan potensi dan kondisi ekologis setempat
sehingga tidak merusak kelestarian lingkungan;
h) Saling mendukung dan tidak bersaing dengan kegiatan lain
yang dilaksanakan melalui program pembangunan sektoral dan
regional;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
i) Secara sosial budaya dapat diterima oleh masyarakat.
Dana program PNPM-MP digunakan untuk pengembangan
usaha yang bersifat produktif dan tidak digunakan untuk
pembangunan prasarana fisik. Program pengembangan sarana fisik
diharapkan dari bantuan program lainnya sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan program PNPM-MP.
Contoh proyek/ kegiatan sarana usaha ekonomi produktif
terdapat dalam Buku Petunjuk pelaksanaan Inpres Bantuan
Pembangunan Desa (1995) berisi sebagai berikut :
a) Tanaman pekarangan seperti apotik hidup, jamur, pala, dan
lain-lain;
b) Tanaman pangan seperti buah-buahan, jagung dan lain-lain
sejenis;
c) Tanaman perkebunan seperti kopi, jambu, karet, kelapa,
sengon;
d) Peternakan unggas seperti puyuh, ayam, itik, angsa;
e) Peternakan kecil seperti kambing, domba;
f) Peternakan besar seperti sapi, kerbau, kuda;
g) Dan lain-lain yang bersifat ekonomis produktif.
Penggunaan dana sesuai dengan situasi dan kondisi yang
diprioritaskan desa sesuai dengan kehendak masyarakat desa
miskin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Besar Dana Yang Diterima
Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 1993 Tanggal 27
Desember 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan,
program PNPM merupakan bagian dari gerakan nasional
penanggulangan kemiskinan dengan menyediakan bantuan khusus
berupa modal kerja nimimal Rp.500.000,00 per orang yang
berkelompok kelompok penduduk miskin yang digunakan untuk
kegiatan usaha yang pemanfaatannya dapat dirasakan terutama
pemenuhan kebutuhan mendasar keluarga miskin. Falsafah yang
mendasari pendekatan program PNPM-MP adalah mempercayai
penduduk miskin apabila dibantu secara tepat mereka akan dapat
mengentaskan diri dari kemiskinan yang mereka alami.
Usaha dan kegiatan ekonomi keluarga miskin di desa
tertinggal yang dibiayai dengan dana bantuan khusus diatur
bersama melalui kelompok-kelompok masyarakat (pokmas).
Pembagian dana PNPM-MP sebagai modal kerja sangat ditentukan
oleh besarnya dana yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan
usaha ekonomi yang dipilih terutama bagi anggota pokmas yang
belum mempunyai kegiatan usaha akan sulit menentukan pilihan
pembiayaan usaha ekonomis dan efisien. Jumlah dana yang
dibutuhkan pokmas diputuskan oleh pengurus bersama anggota di
desa tersebut. Besarnya modal usaha berupa urang tunai yang
diberikan akan sangat ditentukan jenis usaha yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
anggota pokmas dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan
dalam pemanfaatan dana tersebut, serta kelayakan usaha yang
dibangun bukan pemerataan. Adapun yang berhak menerima dana
program PNPM-MP adalah seluruh anggota pokmas yang ada di
desa itu jika yang membutuhkan dana banyak sementara dana tidak
mencukupi maka pemberian dana diprioritaskan kepada anggota
pokmas yang miskin dan yang paling membutuhkan.
Dengan demikian jumlah dana yang diterima sebagai modal
usaha akan sangat mempengaruhi kegiatan usaha yang dilakukan
oleh pokmas karena modal kerja merupakan darah segar bagi
kegiatan operasional suatu perusahaan besar, menengah bahkan
sampai usaha kecil sekalipun.
c. Partisipasi Anggota Kelompok
Pelaksanaan program PNPM-MP sesuai dengan panduan
PNPM-MP bersifat terbuka dan berkesinambungan melalui
pendekatan sebagai berikut :
1) Keterpaduan yaitu mengarahkan kegiatan pembangunan secara
lintas sektoral dan lintas daerah serta meletakkan upaya
penanggulangan kemiskinan sebagai bagian dari proses
pembangunan yang menyeluruh dan terpadu.
2) Kegotongroyongan yaitu menumbuhkna rasa kebersamaan,
yang lebih kuat membantu yang lemah sehingga menciptakan
kesejahteraan bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3) Keswadayaan yaitu menitikberatkan pada usaha yang
berdasarkan kemandirian.
4) Partisipasi yaitu melibatkan warga masyarakat khususnya
kelompok sasaran dalam pengambilan keputusan sejak
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemerataan hasil
sesuai dengan nilai-nilai yang hidup berkembang di masyarakat
itu sendiri.
5) Terdesentralisasi yaitu menurunkan wewenang pembuatan
keputusan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kepada
aparat pemerintah yang terdekat dengan penduduk miskin.
Bentuk partisipasi dalam pelaksanaan program PNPM-MP
terutama menyusun, membuat perencanaan, pengambilan
keputusan, penerimaan hasil keputusan musyawarah kelompok,
menerima dengan syarat atau menolak sebagai perwujudan
jalannya demokrasi kelompok. Hasil keputusan kelompok yang
ditetapkan merupakan komitmen kelompok dalam pelaksanaan dan
menerima hasil yang telah dicapai.
Keberhasilan program PNPM-MP sangat ditentukan oleh
keterlibatan secara aktif anggota pokmas secara keseluruhan yang
berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk miskin di desa.
Penduduk miskin yang tergabung dalam pokmas PNPM-MP harus
memainkan peran aktif dalam kelompok usaha produktif yang
dikembangkan di desa. Peran aktif tersebut dapat berupa saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
memberi informasi tentang pasar, mematuhi kewajiban kelompok
yang telah disepakati bersama dan saling menguntungkan di antara
kelompok dan masyarakat pada umumnya.
d. Harapan Anggota Pokmas Pemanfaat Dana PNPM-MP
Anggota pokmas yang berhasil dalam usahanya akan tetap
berharap agar usahanya bertambah maju, kebutuhan modal kerja
dari dana bergulir semakin besar sehingga cita-cita keberlanjutan
pemanfaatan dana bergulir PNPM-MP sebagai dana abadi
masyarakat dapat berkembang.
Harapan untuk keberlanjutan pemanfaatan dana PNPM-MP
tidak hanya untuk jangka pendek atau kepentingan sesaat saja
karena PNPM-MP adalah program berkelanjutan sehingga
keberhasilannya diharapkan berjalan terus menerus dan dapat
menimbulkan rasa percaya diri bagi orang miskin bahwa mereka
mampu menolong diri sendiri dengan kerja keras untuk dapat
hidup mandiri.
e. Keuntungan yang diperoleh setelah mendapat aliran dana
PNPM- MP
Penilaian tingkat keberhasilan pelaksanaan program
PNPM-MP dapat menggunakan acuan sistem evaluasi yang telah
dikembangkan oleh BKKBN disesuaikan kondisi setempat antara
lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
1) Kurangnya jumlah penduduk yang termasuk dalam kategori
miskin;
2) Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan
oleh penduduk miskin dengan memanfaat sumber daya yang
tersedia.
3) Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya
peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.
4) Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan
makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok,
makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya
administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok
dengan kelompok lain dalam masyarakat.
Orang miskin berharap agar kebutuhan dasar akan sandang
pangan dapat dipenuhi sehingga mereka hidup layak sebagai
manusia. Harapan mereka tentunya tidak pasif tetapi selalu aktif
memanfaatkan bantuan yang diterima untuk kegiatan yang dapat
meningkatkan pendapatan, memberikan kesempatan untuk bekerja
yang menguntungkan sehingga mampu mencukupi rumah
tangganya.
f. Pendampingan
Pendampingan adalah tenaga pendamping yang memandu
masyarakat dari awal hingga akhir dari pelaksanaan program,
pendampingan dipilih dari masyarakat yang membantu fasilitator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Kecamatan untuk memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan
tahapan dan kegiatan PNPM-MP pada tahap Perencanaan,
Pelaksanaan dan Pelestarian. Peran pendampingan ditujukan bagi
penguatan atau peningkayan kapasitas masyarakat dalam
mengelola pembangunan secara mandiri di wilayahnya. Setiap
kecamatan hanya ada satu Pendamping Lokal, begitu pula di Unit
Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM-MP Kecamatan Tanon hanya
ada satu yang sangat dimanfaatkan oleh UPK PNPM-MP. Selain
Pendamping local juga ada Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
(KPMD) yang berfungsi sebagai fasilitator atau memandu
masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan-tahapan
PNPM-MP di desa dan kelompok-kelompok. Kualifikasi
keterlibatan kader adalah perempuan karena perwujudan kebijakan
untuk lebih berpihak, memberi peran dan akses dalam kegiatan
pembangunan untuk kaum perempuan. Di Kecamatan Tanon
KPMD sangat berperan aktif dalam memfasilitasi dan membantu
pelaksanaan tahapan demi tahapan kegiatan dan pemdampingan
masyarakat.
B. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Ullah, and Jayant K. (2007), yang menganalisis situasi
kemiskinan dan upaya pengentasan kemiskinan dari LSM di Bangladesh
dengan penekanan pada dua dampak program LSM di dua desa di distrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Barisal menemukan bahwa kondisi ekonomi masyarakat miskin di wilayah
studi belum membaikbanyak dilihat dari beberapa indikator yang dipilih, yaitu
pendapatan, makanan dan pengeluaran non-pangan, produktif dan non aset
produktif, ketahanan pangan, dan penciptaan lapangan kerja. The Foster Greer
Thorbecke indeks menunjukkan bahwa mayoritas LSM penerima manfaat
tetap di bawah garis kemiskinan dari segi pendapatan dan mayoritas dari
mereka tetap di bawah garis setengah pengangguran (kurang dari 260 hari
kerja dalam satu tahun). Analisis regresi menunjukkan bahwa pendapatan
rumah tangga ditentukan oleh ukuran pemilikan tanah, tenaga kerja keluarga,
jumlah pinjaman yang diambil dan kesempatan kereja.
Hasil penelitian Coate, handmere and Wei, (2006), yang
mengeksplorasi peranan LSM dalam memfasilitasi pemulihan ekonomi akibat
tsunami yang menghancurkan daerah-daerah di Selatan Thailand. Hal ini
termasuk LSM Internasional yang besar maupun kecil berbasis masyarakat
atau LSM lokal dan bagaimana organisasi-organisasi ini terlibat dengan satu
sama lain termasuk dengan pemerintah dengan tujuan untuk membantu
pemulihan masyarakat setempat. Secara khusus, fokus penelitian
dititikberatkan pada bagimana LSM dapat membantu penduduk setempat,
teruitama mereka yang terlibat dalam sektor informal dalam membangun
kembali mata pencaharian mereka di daerah yang telah hancur oleh bencana
alam.
Mengingat bahwa di Thailand hanya sekitar 70 persen dari penduduk
bekerja di ekonomi informal, salah satu penemuan yang paling penting adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
bahwa pusat pemulihan ekonomi adalah kebutuhan untuk mengarahkan para
pembuat kebijakan strategi pemulihan untuk mencerminkan langkah-langkah
yang secara luas mendukung sektor informal di berbagai industri termasuk
pariwisata dan perikanan, dan yang akan memberikan dasar mata pencaharian
ekonomi bagi sebagian besar penduduk Thailand yang terkena bencana. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pemulihan harus terlibat dengan
dan langsung melibatkan masyarakat untuk memastikan pemulihan ekonomi
jangka panjang yang mampu membangun ketahanan lokal dan menyediakan
dukungan mata pencaharian dasar bagi keberlanjutan masa.
Gehlich-Shillabeer (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa
selama beberapa tahun terakhir di Bangladesh penggunaan pencegahan dan
penanggulangan strategi kemiskinan telah menurun. Paling banyak alasan
untuk hal ini adalah kendala keuangan sebagai akibat penurunan pendapatan
ekonomi yang berbeda di masa lalu dan seharusnya secara signifikan
mempengaruhi prestasi ekonomi mereka di masa depan. Dengan
sosioekonomi yang berbeda-set-up politik Cina dan India mengikuti
pendekatan pembangunan yang berebeda sejauh ini. Tidak mungkin untuk
mengomentari keunggulan satu di atas yang lain, seperti latar belakang mereka
berbeda. Hal ini tentu menguntungkan bagi kedua ekonomi untuk bekerja
sama dari pada bersaing di pasar internasional. Dalam hal ini Cina dan India
mungkin akan membuat ekonomi, perdagangan dan potensi ekspor tetangga
mereka di Asia yang dapat menemukan kedua negara menjadi pasar
menguntungkan bukan saingan (Basu, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Hasil penelitiannya berdasarkan pengalaman pertumbuhan ekonomi
sejauh ini dengan direformasi dan perekonomian terbuka, Indonesia dapat
belajar beberapa hal dari Cina. Cina telah mencapai hasil yang lebih baik
berdasarkan investasi berbasis dalam jangka panjang. Sejauh ini mengabaikan
isu-isu sosial-politik, yang dapat memiliki konsekuensi yang sangat serius di
masa depan. Relatif lebih lambat pertumbuhan ekonomi di India didasarkan
pada yayasan sosio-ekonomi yang lebih kuat. Kerjasama ekonomi yang saling
menguntungkan antara kedua ekonomi dan meningkatnya saling
ketergantungan dengan kekuatan regional dan global harus menyediakan masa
depan yang lebih baik (basu, 2007).
Globalisasi ekonomi, Cina dan India yang menjadi mesin pertumbuhan
global baru pada abad ini. Saling menguntungkan kerjasama ekonomi antara
dua perekonomian dan meningkatnya saling ketergantungan dengan kekuatan
regional dan global akan memberikan masa depan yang lebih baik.
Meningkatnya raksasa di Asia mungkin tantangan dunia yang ada dominasi
oleh komunitas trans-Atlantik di tahun-tahun mendatang. Meskipun Cina dan
India dianggap sebagai produsen dan konsumen kebanyakan ekonomi,
masing-masing, keduanya mengembangkan daerah mereka kurang. Dengan
pasar domestik yang besar dan kelimpahan tenaga kerja terampil bangsa-
bangsa memilkiki potensi untuk menimbulkan tantangan serius bagi
perekonomian global. Tetapi mereka tidak perlu menimbulkan tantangan
serius bagi perekonomian global. Tapi mereka tidak perlu kerjasama dan
kompetisi di antara mereka sendiri. Yang akan memungkinkan mereka untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
bersaing lebih efektif dengan negara adikuasa yang ada. Setelah periode
panjang ketidakpedulian, awal positif telah dimulai oleh dua ekonomi baru-
baru ini untuk membuka bidang kerjasama ekonomi. Pengetahuan industri
berbasis muncul sebagai fokus bisnis dunia untuk abad ini, dan India dan Cina
dapat memiliki cakupan yang luar biasa saling mendukung satu sama lain
dalam bidang tertentu ini.
Pertumbuhan yang kuat di India kegiatan perangkat lunak dapat
menyesuaikan hardware sangat baik dengan fasilitas di Cina. Berdasarkan
pengalaman pertumbuhan ekonomi sejauh ini dapat direformasi dan
perekonomian terbuka, Indonesia dapat belajar beberapa hal dari Cina. Cina
sejauh ini telah berhasil perekonomian sangat baik dan dimanfaatkan sumber
daya dan keterampilan dengan cara terbaik. Ini telah mencapai hasil yang
lebih baik berdasarkan didorong investasi-kebijakan yang berorientasi ekspor
yang mungkin tdk berkelanjutan dalam jangka panjang. Tetapi telah
mengabaikan isu-isu sosial-politik dan yang dapat memiliki konsekuensi yang
sangat serius dalam proses perkembangan ekonomi di masa depan. India
memiliki kekuatan dalam bisang tertentu ini. Yang relatif lebih lambat laju
pertumbuhan kuata didasarkan pada yayasan sosial-ekonomi. Pada istilah
saling menguntungkan, pembangunan dapat diikatkan di kedua ekonomi dan
mereka dapat diikatkan di kedua ekonomi dan mereka dapat menjadi benar
powerhouses ekonomi dalam hal kapasitas manuaktur dan konsumsi Basu
(2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan Gambar 2.2.
Pada gambar 2.2. memperlihatkan (1) perbedaan rata-rata tingkat
produktivitas sebelum dan setelah adanya PNPM-MP (2) perbedaan rata-rata
penghasilan sebelum dan setelah adanya PNPM-MP dan (3) perbedaan rata-
rata jumlah tenaga kerja sebelum dan setelah adanya PNPM-MP
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini antara lain :
1. Diduga program PNPM-MP meningkatkan produktivitas anggota UPPKS.
2. Diduga program PNPM-MP meningkatkan jumlah tenaga kerja UPPKS
3. Diduga program PNPM-MP meningkatkan penghasilan anggota UPPKS
Sebelum PNPM
Uji beda rata-rata
Produktivitas
Penghasilan
Tenaga Kerja
Setelah PNPM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Data Dan Sumber Data
Data diperoleh dengan cara pengumpulan data primer dan data
sekunder. Data primer/lapangan diperoleh dari responden melalui wawancara
langsung dengan angket/kuisioner dan observasi sedangkan data sekunder
didapat dari laporan tertulis Badan KB PMD, UPTB KB PMD, administrasi
kelompok UPPKS, dan buku-buku penunjang.
B. Populasi Dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah 120 kelompok Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang menerima PNPM Kabupaten
Sragen. Jumlah anggota kelompok UPPKS bervariasi antara 5 hingga 10
anggota. Jumlah keseluruhan anggota sebanyak 1.125 orang. Tiap anggota
kelompok mendapatkan dana antara Rp. 500.000,00 sampai Rp.
2.000.000,00.
Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya dapat
diselidiki dan dianggap mampu mewakili keseluruhan populasi. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 10% dari populasi kelompok yaitu
12 (10% x 120) kelompok, dengan masing-masing kelompok diambil 5
anggota, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 60 (12 x 5)
responden. Alasan pengambilan sampel ini karena populasi dalam penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
ini diasumsikan homogeny, sehingga jumlah sampel tersebut dinilai telah
mewakili terhadap jumlah populasi penelitian (Singarimbun dkk,1995)
Pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik kuota
sampling, yaitu pengambilan sampel dari populasi berdasarkan jumlah dari
masing-masing populasi pada setiap wilayah (Jogiyanto, 2008).
C. Analisis Data
Uji Beda Mean Produktivitas, Tenaga Kerja dan Penghasilan
Uji beda mean digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata
produktifitas, tenaga kerja dan penghasilan yang diperoleh anggota kelompok
UPPKS sebelum dan setelah pelaksanaan program PNPM.
Statistic uji yang digunakan adalah uji Z dengan prosedur sebagai
berikut :
Zhitung=
Snn
XX
21
21
11+
-
Keterangan :
1x = rata-rata produktifitas, tenaga kerja dan penghasilan setelah
pelaksanaan program
1x = rata-rata produktifitas, tenaga kerja dan peghasilan sebelum
pelaksanaan program
n1 = banyaknya sampel kelompok setelah
n1 = banyak sampel kelompok sebelum
s
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
s = standar deviasi
Prosedur
a. Hipotesis
Ho : b1 = 0 : penghasilan sebelum dan sesudah PNPM-MP adalah
sama
H1 : b1 ≠ 0 : penghasilan sebelum dan sesudah PNPM-MP adalah
tidak sama
Tingkat Signifikasi : α=0,05
b. Kriteria Pengujian
Hasil perhitungsn Zhitung dibandingkan dengan Ztabel pada taraf
signifikansi 5%
d. Kriteria rumus : Zhitung=S
nn
XX
21
21
11+
-
e. Kesimpulan :
Ho diterima jika Zhitung ≤ Ztabel
Ho ditolak jika Zhitung > Ztabel
D. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian tersebut diatas adalah sebagai berikut :
-Z(½α,n-2) Z(½α,n-2)
S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
1. Jenis usaha yang dipilih sesuai dengan potensi desa dan sumber daya
manusia yang ada. Jalan pikiran terhadap konsumsi ini bahwa usaha
produktif yang dilakukan anggota pokmas tidak dipengaruhi oleh potensi
lain diluar desa yang menerima dana sebagai modal kerja.
2. Hanya besar uang tunai yang berasal dari dana PNPM-MP yang
digunakan sedangkan uang tunai yang berasal dari sumber lain adalah
konstan. Dari asumsi ini dapat dijelaskan bahwa uang tunai yang diterima
dan digunakan anggota pokmas dapat dipengaruhi oleh pinjaman-
pinjaman diluar dana PNPM-MP seperti dana subsidi BBM, dana bantuan
LSM, AKU dari BKKBN.
3. Setiap anggota pokmas memiliki kesempatan yang sama untuk menerima
bantuan uang tunai PNPM-MP dan digunakan secara optimal artinya
setiap anggota pokmas yang menerima bantuan PNPM-MP memiliki
kesempatan yang sama untuk mengelola dana tersebut secara maksimal
dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sehingga dapat
dikembangkan kembali sebagai modal bergulir dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi dianggap konstan.
4. Variabel partisipasi anggota pokmas yang mempengaruhi kemampuan
pengembangan dana PNPM-MP sebagai dana bergulir dianggap tidak
dipegaruhi oleh kekuatan lain diluar anggota pokmas. Keadaan anggota
pokmas dari aspek potensi sumber daya alam, potensi sumber daya
manusia, lingkungan fisik dan sosial budaya dianggap sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
1. Dana PNPM-MP
Dana yang dimaksud di sini adalah dana berupa kredit/pinjaman yang
berasal dari PNPM-MP yang dimaksudkan untuk modal usaha. Modal
usaha merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan usaha karena
tanpa modal usaha tidak akan dapat melakukan kegiatan usaha.
Pengukuran dengan satuan rupiah.
2. Produksi
Produksi yang dimaksud adalah banyaknya hasil produksi usaha yang
dilakukan. Satuan yang digunakan adalah prosentase (%) karena tiap jenis
usaha memiliki hasil yang berbeda.
3. Tenaga Kerja
Dalam menjalankan usaha membutuhkan tenaga kerja, baik yang terlibat
secara langsung maupun tidak langsung. Tenaga kerja dihitung dari
jumlah tenaga kerja yang ikut terlibat dalam proses kegiatan usahanya.
4. Penghasilan Usaha
Penghasilan usaha yang dimaksud adalah pendapatan bersih selama satu
bulan dan dihitung dalam satuan rupiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
1. Kondisi Geografis dan Demografi Kabupaten Sragen
Kabupaten Sragen merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi
Jawa Tengah, secara geografis Kabupaten Sragen berada di perbatasan
antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten
Sragen :
Sebelah Timur Kabupaten Ngawi
Sebelah Barat Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan Kabuptaen Karanganyar
Sebelah Utara Kabupaten Grobogan
Luas Wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam
20 Kecamatan, 8 kelurahan dan 200 Desa, secara fisiologis wilayah
Kabuten Sragen terbagi atas : 40.037,93 Ha (42,52%) lahan basah dan
lahan kering seluas 54.117,88 Ha (57,48%). Kabupaten Sragen terletak
pada 7°15 LS dan 7° 30 LS ; 110°45 BT dan 111°10 BT.
Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata-rata
109 M diatas permukaan laut. Sragen mempunyai iklim tropis dengan
suhu harian yang berkisar 19° - 31° C. Curah hujan rata-rata dibawah
3000mm/tahun dengan hari hujan dibawah 150 hari/tahun. Jumlah
penduduk Sragen berdasar data tahun 2009 sebanyak 875.463 jiwa, terdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dari laki-laki 432.983 jiwa dan perempuan sebanyak 442.480 jiwa.
Kepadatan penduduk 921 jiwa/km2.
Kabupaten Sragen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Sebelah Selatan Bengawan Solo ( 9 Kecamatan, 88 desa ) :
- Luas wilayah 32.760 ha (34,79%) dan luas sawah 40.129 ha
(54,85%)
b. Sebelah Utara Bengawan Solo ( 11 kecamatan, 120 desa) :
- Luas wilayah 61.395 ha (65,21%) dan luas sawah 18.102 ha
(45,15%)
Kabupaten terdiri dari atas 20 kecamatan yang di bagi lagi atas sejumlah
208 desa dan kelurahan. Pusat Pemerintahan berada di kecamatan Sragen
yaitu : Gemolong, Ngrampal, Plupuh, Sambirejo, Sambungmacan, Sragen,
Sidoharjo, Sukodono, Sumberlawang, Tangen, Tanon, Gesi, Gondang,
Jenar, Kalijambe, Karangmalang, Kedawung, Masaran, Miri dan
Mondokan. Keadaan alam di Kabupaten Sragen mempunyai relief yang
beraneka ragam ada daerah pegunungan kapur yang membentang dari
timur ke barat terletak di sebelah utara bengawan solo dan dataran rendah
yang tersebar di seluruh Kabupaten Sragen dengan jenis tanah glomusol,
alluvial regusol, latosol dan mediteran.
2. Kondisi Geografis dan Demografi Kecamatan Tanon Kab. Sragen
Luas wilayah Kecamatan Tanon adalah 51,00 ha terdiri dari 16
Desa dengan jumlah penduduk 54.797 jiwa dengan kepadatan penduduk
107,19/km2 yang terdiri laki-laki 27.119 dan perempuan sebanyak 27.678
jiwa. Bila melihat secara detail penduduk berdasarkan usia akan tampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sekali didominasi oleh penduduk usia produktif yang tentunya menjadi
modal yang baik bila dikelola namun bisa menjadi bumerang bila tidak ada
kesempatan kerja yang luas. Kecamatan Tanon terletak di sebelah barat
Ibukota Kabupaten Sragen yang berjarak 14 Km dan 34 Km dari kota Solo
dengan ketinggian 141 m diatas permukaan air laut.
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Tanon :
- sebelah Utara : Kecamatan Mondokan
- sebelah Timur : Kecamatan Sidoharjo
- sebelah Selatan : Kecamatan Plupuh
- sebelah Barat : Kecamatan Gemolong
Secara pemerintahan Kecamatan Tanon terbadi dalam 16 desa
dengan ibukota kecamatan terletak di Desa Gabugan yang juga merupakan
sental kegiatan ekonomi disamping tentunya kegiatan pemerintahan,
kesehatan dan pendidikan.
Dalam penelitian ini, populasi yang menjadi sampel atau obyek
penelitian adalah 120 kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS) yang menerima PNPM-MP Kabupaten Sragen. Jumlah
keseluruhan anggota 1.125 orang, tiap kelompok UPPKS anggotanya
bervariasi antara 8 hingga 12 orang.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 10% dari populasi
kelompok yaitu 12 (10%x120) kelompok, dengan masing-masing
kelompok diambil 5 (lima) orang, sehingga jumlah sampel dalam
penelitian ini sebesar 60 (12x5) responden. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik kuota sampling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
B. Analisis Diskriptif
Pada penelitian ini, data demografi sampel yang diukur adalah Asal
Desa Kelompok, jenis kelamin, usia, jumlah tanggung, pendidikan terakhir,
jenis usaha, keuntungan yang diperoleh sebelum dan sesudah mendapat aliran
dana PNPM-MP dan besarnya dana yang diterima apakah sesuai dengan
pengajuan kredit. Data-data tersebut diharapkan dapat menjadi informasi
mengenai karakteristik anggota kelompok UPPKS yang menerima PNPM-MP
di Kabupaten Sragen. Selain data demografi, data yang didapatkan pada
penelitian antara lain jumlah tenaga kerja, produktivitas, keuntungan yang
diperoleh sebelum dan setelah adanya PNPM-MP.
1. Asal Desa Kelompok
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan , dari 12 kelompok
terdistribusi pada 6 (enam) desa, yaitu Slogo (5 kelompok), Jono ( 2
kelompok, Gawan (3 kelompok), Kecik (2 kelompok), Padas (2
kelompok) dan Gabugan (2 kelompok). Tabel 4.1 menunjukkan distribusi
frekuensi asal desa kelompok yang menjadi sampel penelitian ini.
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi asal desa kelompok sampel
Desa Frekuensi Persen (%) Slogo Jono Gawan Kecik Padas Gabugan Jumlah
5 10 15 10 10 10 60
8,3 16,7 25,0 16,7 16,7 16,6
100,0 Sumber : Data primer diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2. Jenis Kelamin
Dari hasil pengumpulan kuisioner sebanyak 60 orang, distribusi
frekuensi responden ditunjukan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persen (%) Laki-laki Perempuan Total
16 44 60
26,7 73,3
100,0 Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 4.2 sebanyak 16 (26,7%) responden adalah laki-
laki dan 44 (73,3%) berjenis kelamin perempuan.
3. Umur
Distribusi responden menurut umur dibagi dalam klasifikasi dengan
range lima seperti ditunjukkan Tabel 4.3 dengan rata-rata umur responden
adalah 33 tahun.
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
umur Frekuensi Persen (%) 25 – 29 tahun 30 – 34 tahun 35 – 39 tahun 40 – 44 tahun ³ 45 tahun Total
21 13 11 8 7
60
35,0 21,7 18,3 13,3 11,7
100,0 Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sampel dalam
penelitian yang memiliki umur 25 – 29 tahun sebanyak 21(35,0%)
responden, umur 30 – 34 tahun sebanyak 13 (21,7%) responden, umur 35
– 40 tahun sebanyak 11 (18,3%) responden, umur 40 – 44 tahun sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
8 (13,3%) responden dan umur lebih besar sama dengan 45 tahun hanya
ada 7 (11,7%) responden. Hal ini berarti para aggota kelompok UPPKS
rata-rata berusia produktif dan diharapkan dana PNPM-MP dapat
berkembang dan bergulir dengan baik.
4. Jumlah Tanggungan
Distribusi responden menurut jumlah tanggungan keluarga
ditunjukkan Tabel 4.4, dengan rata-rata tanggungan keluarga adalah 3,3.
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi jumlah tanggungan keluarga
Jumlah tanggungan Frekuensi Persen (%) 1 orang 2 orang 3 orang 4 orang 5 orang Total
2 10 21 20 7
60
3,3 16,7 35,0 33,3 11,7
100,0 Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa sampel dalam penelitian
yang memiliki tanggungan sebanyak 1 orang sebanyak 2 (3,3%)
responden, tanggungan sebanyak 2 orang sebanyak 10 (16,7%) responden,
tanggungan sebanyak 3 orang sebanyak 21 (35,0%) responden,
tanggungan sebanyak 4 orang sebanyak 20 (33,3%) responden,
tanggungan sebanyak 5 orang sebanyak 7 (11,7%) responden. Hal ini
berarti para anggota kelompok UPPKS rata-rata memiliki beban
tanggungan keluarga yang tidak terlalu berat.
5. Pendidikan Terakhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, Tabel 4.5 menunjukkan
distribusi frekuensi tingkat pendidikan dari responden.
Table 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir
Pendidikan Frekuensi Persen (%) Tidak sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Total
2 17 34 7
60
3,3 28,3 56.7 11,7
100,0 Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa mayoritas responden 34
(56,7%) berpendidikan SLTP, 17 (28,3%) responden berpendidikan SD, 7
(11,7%) responden memiliki tingkat pendidikan SLTA dan 2 (3,3%)
responden tidak memiliki pendidikan sama sekali. Hal ini menunjukan
bahwa para anggota kelompok UPPKS penerima dana PNPM-MP
memiliki tingkat pendidikan yang sangat minim sekali.
6. Jenis Usaha
Berdasarkan jenis usaha yang dimiliki oleh anggota kelompok
UPPKS penerima dana PNPM ditunjukkan pada Tabel 4.6. Mayoritas
responden memanfaatkan dana PNPM untuk mengembangkan usaha
perdagangan seperti warung makan, toko kelontong, dagang keliling,
dagang pakaian dan lain-lainnya sebanyak 22 (36,67%) responden.
Respoinden yang memanfaatkan untuk mengembangkan usaha disektor
jasa seperti menjahit sebanyak 12 (20%) responden. Sedangkan industry
rumahtangga seperti membuat tahu, tempe, wingko, dan jajanan pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
sebanyak 22 (36,67%) responden serta hanya ada 4 (6,66%) responden
yang mengembangkan peternakan yaitu ternak kambing.
Table 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis usaha
Jenis usaha Frekuensi Persen (%) Jasa Perdagangan Peternakan Home Industri Total
12 22 4
22 60
20,0 36,67 6,66
36,67 100,0
Sumber : Data primer diolah
Hal ini menunjukkan bahwa semua responden anggota kelompok
UPPKS penerima dana PNPM benar-benar memanfaatkan dana pinjaman
dari program PNPM dengan baik.
7. Besarnya Dana Yang Diterima
Distribusi responden menurut jumlah dana PNPM-MP yang
diterima ditunjukan Tabel 4.7, dengan rata-rata pinjaman dana sebesar
Rp. 1.233.333,33.
Table 4.7 Distribusi frekuensi besarnya dana PNPM yang diterima
Jumlah dana Frekuensi Persen (%) 500 ribu 1 juta 1,5 juta 2 juta Total
14 16 18 12 60
23,37 26,27
30,0 20,0 100,0
Sumber : Data primer diolah
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa anggota kelompok UPPKS
menerima pinjaman dana PNPM-MP sebesar Rp. 500.000,00 ada 14
(23,33%) responden, penerima pinjaman dana sebesar Rp. 1.000.000,00
ada 16 (26,67%) responden, penerima pinjaman dana PNPM-MP sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Rp. 1.500.000,00 ada 18 (30 %) responden, dan penerima pinjaman dana
PNPM-MP sebesar Rp. 2.000.000,00 ada 12 (20 %) responden.
8. Tenaga Kerja
Table 4.8 menunjukkan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam
melakukan usaha sebelum ada program PNPM-MP dan Tabel 4.9
menunjukkan jumalah tenaga kerja yang digunakan dalam melakukan
usaha sesudah ada program PNPM-MP Dari Tabel 4.8 dan Tabel 4.9
terlihat bahwa usaha anggota kelompok UPPKS mengalami peningkatan
sebelum dan sesudah asanya program PNPM-MP. Hal ini menunjukan
adanya penyerapan tenaga kerja baru.
Table 4.8 Distribusi frekuensi jumlah tenaga kerja
sebelum menerima dana PNPM-MP (satuan orang) Jumlah T.Kerja Frekuensi Persen (%)
1,00 2,00 3,00 5,00 Total
32 13 9 6
60
53,33 21,67
15,0 10,0
100,0
Sumber : Data primer diolah
Table 4.9 Distribusi frekuensi jumlah tenaga kerja
sesudah menerima dana PNPM (satuan orang) Jumlah tenagaKerja Frekuensi Persen (%)
1,00 2,00 5,00 Total
35 17 8
60
58,34 28,33 13,33 100,0
Sumber : Data primer diolah
9. Produktivitas
Produktivitas yang diukur adalah prosentase kenaikan produksi dari
sebelum penerimaan dana PNPM. Penggunakan prosentase kenaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
karena satuan yang digunakan sebagai ukuran peningkatan produksi untuk
tiap usaha adalah berbeda-beda. Hasil penghitungan prosentase kenaikan
produktivitas setelah penerimaan dana PNPM dintunjukkan Tabel 4.10.
Table 4.10 Prosentase produktivitas setelah penerimaan dana PNPM
Produktifitas Produksi Setelah Produksi Sebelum Responden Rata-rata Median Mode Std. Devisiasi Minimum Maximum Sum
60 1,7153 1,5500
1,50 0,48140
1,04 3,00
61,75
60 1,000 1,000 1,00
0,00000 1,00 1,00
36,00 Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa rata-rata produktivitas
usaha kelompok UPPKS mengalami kenaikan 71,53%
10. Penghasilan sebelum dan setelah menerima dana PNPM-MP
Table 4.11 menunjukkan hasil tiap bulan anggota kelompok UPPKS
sebelum adanya PNPM-MP dan setelah PNPM-MP
Table 4.11 Prosentase produktivitas setelah penerimaan dana PNPM
Produktifitas Produksi Setelah Produksi Sebelum Responden Rata-rata Median Mode Std. Devisiasi Minimum Maximum
60
1852222,222 2000000,000 3000000,00
978427,6340 180000,00
4000000,00
60
1118056 1100000 1200000 545782,9
300000,00 3000000
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dihitung kenaikan penghasilan rata-
rata tiap bulan sebesar Rp. 598.874 (67,6%). Hal ini menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dengan adanya PNPM penghasilan anggota perbulan anggota kelompok
UPPKS dapat meningkat.
11. Penghasilan lainnya setelah dan sebelum menerima PNPM-MP
Table 4.12 menunjukkan hasil tiap bulan anggota kelompok
UPPKS sebelum adanya PNPM-MP dan setelah PNPM-MP
Table 4.12 Prosentase penghasilan lainnya setelah menerima dana PNPM
Penghasilan Produksi Setelah Produksi Sebelum Responden Rata-rata Median Mode Std. Devisiaisi Minimum Maximum
8
1.187.500,00 296.875000
2.375.000,00 122.303,4542
500.000,00 2.000.000,00
8
750.000,00 187.500,00
1.500.000,00 545782,9
500.000,00 1.000.000,00
Sumber : Data primer diolah
C. Analisis Data
Untuk mengetahui dampak dari adanya program PNPM terhadap tenaga
kerja, produktivitas dan penghasilan usaha, digunakan uji beda rata-rata. Hasil
uji beda antara sebelum dengan setelah adanya PNPM ditunjukkan Tabel 4.13
Berdasarkan hasil uji beda rata-rata yang ditunjukkan pada Tabel 4.13
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Ada perbedaan rata-rata yang signifikan jumlah tenaga kerja pada usaha
anggota kelompok UPPKS sebelum dengan sesudah adanya PNPM,
dengan jumlah tenaga kerja setelah lebih besar dibandingkan sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
adanya PNPM. Hal ini ditunjukkan oleh Zhitung (2,223) > Ztabel (2,005) atau
nilai Signifikasinya (0,033) < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
Tabel 4.13
Hasil uji beda rata-rata
Variabel Rata-rata
Selisih Presentase kenaikan rata-rata
Uji beda sebelum dengan setelah adanya PNPM Kesimpulan
Sebelum Setelah Zhitung Signi-fikasi Tenaga Kerja 1,1667 1,3611 0,19440 16,66 2,223 0,033 Signifikan Produktivitas 1,0000 1,7153 0,7153 71,53 2,223 0,033 Signifikan Penghasilan 1.253.333 1.852.222 598.874 67,68 6,819 0,000 Signifikan
α = 5% Sumber : Data Primer Diolah
2. Ada perbedaan rata-rata yang signifikan produktivitas pada usaha anggota
kelompok UPPKS sebelum dengan setelah adanya PNPM, dengan
produktivitas setelah lebih besar disbanding sebelum adanya PNPM. Hal
ini ditunjukkan oleh nilai Zhitung (2,223) > Ztabel (2,005) atau nilai
Signifikasinya (0,033) < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
3. Ada perbedaan rata-rata yanhg signifikan penghasilan perbulan usaha
anggota kelompok UPPKS sebelum dengan setelah adanya PNPM, dengan
penghasilan perbulan setelah lebih besar dibandingkan sebelum adanya
PNPM. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Zhitung (6,819) > Ztabel (2,005) atau
nilai Signifikasinya 0,00 < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%
D. Pembahasan
1. Hasil Temuan Pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Berdasarkan analisis deskriptif diatas ditemukan :
a. Penelitian ini dilakukan terhadap 12 kelompok yang terdistribusi pada
6 (enam) Desa, yaitu slogo (1 kelompok), Jono (2 kelompok), Gawan
(3 kelompok), Kecik (3 kelompok), Padas (2 kelompok), Gabugan (2
kelompok).
b. Mayoritas anggota kelompok UPPKS yang memanfaatkan dana PNPM
adalah perempuan.
c. Umur anggota kelompok didominasi 25 – 29 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa anggota kelompok berada pada usia produktif.
d. Jumlah tanggungan anggota kelompok mayoritas 3 (tiga). Hal ini
menunjukkan bahwa tanggungan keluarga tidak cukup berat.
e. Pendidikan yang dimiliki anggota kelompok mayoritas berpendidikan
SLTP, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan anggota
kelompok masih sangat minim.
f. Jenis usaha yang dilakukan anggota kelompok mayoritas adalah
pedagang, hal ini menunjukan bahwa dana PNPM-MP yang diterim
anggota kelompok digunakan sebagai tambahan modal.
g. Besarnya dana PNPM-MP yang diterima anggota kelompok antara
Rp. 500.000,00 – Rp. 2.000.000,00 dengan rata-rata Rp1.233.333,33
h. Jumlah tenaga kerja kelompok masih banyak yang menggunakan 1
(satu) orang sebagai tenaga kerja, hal ini menunjukkan bahwa usaha
yang dilakukan anggota kelompok merupakan usaha yang dikelola
secara keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
i. Peningkatan hasil produksi yang dihasilkan anggota kelompok
menunjukkan bahwa dana PNPM-MP dapat digunakan sebagai
tambahan modal usaha.
j. Rata-rata penghasilan usaha anggota kelompok mengalami kenaikan
sebesar 67,68% dari sebelum adanya PNPM-MP sebesar Rp.
1.233.333,33 menjadi Rp. 1.822.222,00 setelah adanya PNPM-MP.
k. Rata-rata penghasilan usaha lainnya anggota kelompok mengalami
kenaikan sebesar 64,28% dari sebelum adanya PNPM-MP sebesar Rp.
6.300.000,00 menjadi Rp. 9.800.000,00 setelah adanya PNPM-MP.
l. Adanya Idol Money sebesar 1 M yang mengendap di perbankan
dengan alasan seluruh kepala desa tidak mau bertanggung jawab jika
ada kemacetan sehingga jasa dari uang yang mengendap dimasukkan
lagi ke kas untuk menambah modal.
m. Tingkat suku bunga di UPK PNPM-MP Kec.Tanon sebesar 20% per
tahun, suku bunga ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat suku
bunga di BKK Kec.Tanon yang pertahunnya hanya 9% namun
meskipun demikian masih banyak yang mengajukan kredit ke Unit
Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM-MP dengan alasan tanpa agunanpun
mereka sudah mendapatkan kredit.
n. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu “Sumarno,
SE, M.Si” tentang analisis pengaruh implementasi PNPM
o. Hasil penelitian dari 60 responden terdiri dari :
- 37 keluarga sejahtera (61,67%) yang menerima dana PNPM-MP
- 2 keluarga bukan miskin namun sejahtera (3,33%) yang menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dana PNPM-MP
- 21 keluarga miskin yang menerima dana PNPM-MP, dalam
analisis menjadi sejahtera 13 keluarga dan 8 keluarga miskin bisa
keluar dari kriteria miskin namun belum sejahtera.
Dari penelitian tersebut dengan adanya PNPM-MP maka sebanyak
37 keluarga tetap sejahtera sedangkan yang 23 keluarga dari keluarga
miskin bisa keluar dari kriteria miskin namun belum sejahtera.
Kesimpulan lain sasaran terdapat lebih dari 50 % adalah salah
sasaran, dari yang tepat sasaran yang berhasil meningkatkan tingkat
kesejahteraannya sebanyak 8 keluarga.
2. Hasil Temuan Kedua
Berdasarkan hasil uji beda rata-rata antara sebelum dan setelah
adanya PNPM pada anggota kelompok UPPKS yang menerima dana
PNPM didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Terdapat perbedaan rata-rata produktivitas yang signifikan antara
sebelum dan setelah adanya PNPM. Dengan prosentase kenaikan
produksi sebesar 71,53% setelah adanya PNPM. Hasil uji hipotesis
didapatkan nilai hitung Zhitung 2,223 > Ztabel (2,005) atau nilai
Signifikansinya (0,033) < dengan tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan tanda yang positif, menunjukkan bahwa produktifitas
meningkat setelah mendapatkan dana PNPM dibandingkan sebelum
mendapatkan dana PNPM. Dengan demikian hipotesis 1 terbukti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
b. Terdapat perbedaan rata-rata penghasilan perbulan yang signifikan
antara sebelum dengan setelah adanya PNPM dengan peningkatan
penghasilan rata-rata sebesar Rp. 734.66,00 (65,6%). Dari hasil uji
hipotesis diperoleh nilai Zhitung (6,819) > Ztabel (2,005) atau nilai
Signifikansinya 0,00 < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan tanda yang positif, menunjukkan bahwa penghasilan
perbulan setelah mendapatkan dana PNPM meningkat dibandingkan
sebelum mendapatkan dana PNPM. Dengan demikian hipotesis 2
terbukti.
c. Terdapat perbedaan rata-rata jumlah tenaga kerja yang signifikan
antara sebelum dengan setelah adanya PNPM dengan peningkatan
jumlah tenaga kerja rata-rata sebesar 0,194 (16,66%). Dari hasil uji
hipotesis diperoleh nilai Zhitung (2,223) > Ztabel (2,005) atau nilai
Signifikansinya 0,033 < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan tanda yang positif, menunjukkan bahwa jumlah tenaga
kerja meningkat setelah mendapatkan dana PNPM dibandingkan
sebelum mendapatkan dana PNPM. Dengan demikian hipotesis 3
terbukti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, beberapa kesimpulan
dalam penelitian ini antara lain :
1. Profil anggota kelompok UPPKS penerima dana PNPM - MP
a. Profil anggota kelompok UPPKS penerima dana PNPM - MP adalah
sebagai berikut :
1) Penelitian ini dilakukan terhadap 12 kelompok yang terdistribusi
pada 6 (enam) desa, yaitu Slogo (1 kelompok),Jono (2 kelompok),
Gawan (3 kelompok),Kecik (2 kelompok), Padas (2 kelompok),
Gabugan (2 kelompok).
2) Mayoritas anggota kelompok UPPKS yang memanfaatkan dana
PNPM adalah perempuan.
3) Umur anggota kelompok didominasi 25 – 29 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa anggota kelompok berada pada usia
produktif.
4) Jumlah tanggungan anggota kelompok mayoritas 3 (tiga). Hal ini
menunjukkan bahwa tanggungan keluarga tidak cukup berat.
5) Pendidikan yang dimiliki anggota kelompok mayoritas
berpendidikan SLTP, hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan anggota kelompok masih sangat minim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
6) Dana PNPM-MP yang diterima anggota kelompok sesuai dengan
pengajuan sehingga ada factor keadilan dalam penerimaan kredit
yang digunakan sebagai tambahan modal.
7) Besarnya dana PNPM yang diterima anggota kelompok
antara Rp. 500.000,00 - Rp. 2.000.000,00 dengan rata-rata
Rp. 1.233.333,33,-
8) Jumlah tenaga kerja kelompok masih banyak yang menggunakan
1 (satu) orang sebagai tenaga kerja, hal ini menunjukkan bahwa
usaha yang dilakukan anggota kelompok merupakan usaha yang
dikelola secara keluarga.
9) Peningkatan hasil produksi yang dihasilkan anggota kelompok
menunjukkan bahwa dana PNPM-MP dapat digunakan sebagai
tambahan modal usaha.
10) Adanya kenaikan sebesar 67,68% dari sebelum adanya PNPM
sebesar Rp. 1.233.333,33 menjadi Rp. 1.822.222,00 setelah
adanya PNPM-MP.
b. Anggota kelompok UPPKS penerima dana PNPM-MP di Kecamatan
Tanon Kabupaten Sragen, memanfaatkan dana PNPM-MP untuk
meningkatkan jumlah tenaga kerja, produktivitas, keuntungan dan
penghasilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
2. Dampak Program PNPM-MP
a. Adanya pinjaman dari PNPM-MP meningkatkan produktivitas usaha
anggota kelompok UPPKS sebesar 71,53%.
b. Adanya pinjaman dan PNPM-MP meningkatkan penghasilan anggota
kelompok UPPKS sebesar 67,68 %.
c. Adanya pinjaman dan PNPM-MP meningkatkan tenaga kerja usaha
anggota kelompok UPPKS sebesar 13,9%.
3. Terjadi peningkatan kesejahteraan setelah mendapat dana PNPM-MP
4. Terdapat pendampingan yang efektif dari awal hingga akhir
5. Kesimpulan lain bahwa prosedur PNPM-MP sudah benar namun
sasarannya yang salah.
B. Saran- saran
1. Saran terhadap anggota kelompok :
- Untuk ke depan bagi yang sudah menerima dana PNPM-MP harus
berhati-hati agar pinjaman berikutnya bisa ditambah/diperbesar
- Bagi kelompk karena tidak ada yang negatif mak kinerjanya bisa
ditingkatkan lagi agar menjadi percontohan bagi kelompok lain
2. Saran terhadap Pemerintah
- Untuk peningkatan perbaikan prosedur pengucuran dana PNPM-MP
agar keluarga miskin lebih banyak mendapatkan porsi
- Adanya peningkatan pelatihan-pelatihan yang lebih terencana terhadap
kelompok anggota pnerima dana PNPM-MP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
- Memberlakukan prinsip” reward and punishment” secara baik-baik
artinya bagi kelompok yang berhasil selayaknya diberi tambahan
modal, bagi yang salah harus dievaluasi kembali tentang
pendanaannya, bisa dihentikan atau bisa dikurangi.
- Memberikan persyaratan yang mudah bagi kelompok yang baru tanpa
meninggalkan aturan yang ada.
3. Bagi calon penerima dana PNPM-MP yang baru berdasarkan penelitian ini
maka segeralah untuk mempersiapkan diri untuk memenuhi kriteria yang
ditentukan agar segera mendapat dana PNPM-MP dengan membentuk
kelompok-kelompok.
4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian kwalitatif
agar keberhasilan Kabupaten Sragen daalam pengelolaan PNPM-MP
dapat dijelaskan dengan baik mengenai prosesnya, hambatan-hambatannya
dan akhirnya mendapat solusi yang baik dalam pemecahan
permasalasahan dan dalam pelaksanaan Program PNPM-MP.