perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user...

34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Ada banyak model atau strategi belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran dan dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar peserta didik. Diantaranya adalah model pembelajaran kontekstual atau yang sering disebut dengan istilah Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam uraian ini akan kita bahas dulu secara singkat tentang model Contextual Teaching and Learning atau sering disebut dengan model kontekstual. Model kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para peserta didik melihat makna didalm materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek- subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya. Untuk mencapai tujuan ini systemnya meliputi beberapa komponen sebagai berikut: (a) berpikir kritis dan kreatif, (b) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (c) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (d) membantu individu tumbuh dan berkembang, (e) melakukan kerja sama, (f) melakukan pekerjaan yang berarti, (g) mencapai standar yang tinggi, (h) dan menggunakan penilaian yang autentik (Elaine Johnson B, 2011: 67). 21

Upload: donhan

Post on 28-Apr-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran

Ada banyak model atau strategi belajar yang dapat digunakan

dalam pembelajaran dan dikembangkan oleh para ahli dalam usaha

mengoptimalkan hasil belajar peserta didik. Diantaranya adalah model

pembelajaran kontekstual atau yang sering disebut dengan istilah

Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam uraian ini akan kita

bahas dulu secara singkat tentang model Contextual Teaching and

Learning atau sering disebut dengan model kontekstual.

Model kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang

bertujuan untuk menolong para peserta didik melihat makna didalm materi

akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-

subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka

yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya. Untuk mencapai

tujuan ini systemnya meliputi beberapa komponen sebagai berikut: (a)

berpikir kritis dan kreatif, (b) membuat keterkaitan-keterkaitan yang

bermakna, (c) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (d) membantu

individu tumbuh dan berkembang, (e) melakukan kerja sama, (f)

melakukan pekerjaan yang berarti, (g) mencapai standar yang tinggi, (h)

dan menggunakan penilaian yang autentik (Elaine Johnson B, 2011: 67).

21

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah

merupakan suatu proses pembelajaran holistik untuk membelajarkan

peserta didik dalam memahami materi pelajaran secara bermakna yang

dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, berkaitan juga dengan

lingkungan pribadinya, agama, ekonomi, sosial, budaya/kultural. Sehingga

peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat

diaplikasikan dari satu konteks permasalahan ke permasalah yang lain

(Hanafiah, 2010:67). Dalam pendekatan kontekstual proses belajar

memiliki karakteristik antara lain: 1) belajar tidak akan menghafal, akan

tetapi mengalami dan harus mengkonstruksikan pengetahuan, 2) ilmu

pengetahuan merupakan kumpulan fakta-fakta atau proposisi yang integral

dan sekaligus dapat dijadikan keterampilan yang dapat diaplikasikan, 3)

peserta didik memiliki sikap yang berbeda dalam mengahdapi situasi baru

dan dibiasakan belajar menemukan sesuatu, memecahkan masalah dalam

kehidupan, 4) belajar secara kontinyu dapat membangun struktur otak

sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan keterampilan yang

diterima.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

kontekstual (Contextual Teaching dan Learning) merupakan konsep

belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan dunia nyata peserta didik. Dalam hal ini guru

mendorong siswa untuk menghubungkan antara ilmu pengetahuan yang

dimilikinya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. Dengan konsep

22

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

seperti itu hasil pembelajaran diharapkan akan dapat lebih bermakna bagi

peserta didik. Proses pembelajaran langsung secara alamiah, siswa bekerja

bukan saja sekedar mentransfer ilmu dari gurunya. Dalam hal ini strategi

pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil (Depdiknas, 2003:1).

Metode Inkuiri adalah metode yang berada dibawah naungan

model Contextual Teaching and Learning (CTL). Jadi pada prinsipnya

adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam

pembahasan metode inkuiri ini akan kita ketengahkan pengertian metode

inkuiri dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran dengan strategi inkuiri adalah pengajaran yang

menempatkan siswa kedalam situasi yang mana mereka harus serta dalam

operasi intelektual yang terdapat didalamnya. (Barry K. Beyer, 1999 : 6).

Selanjutnya menurut Nanang Hanafiah dalam bukunya konsep strategi

pembelajaran disebutkan macam-macam metode Inkuiri yaitu : 1)

Discovery dan Inkuiri terpimpin yaitu pelaksanaan Inkuiri dalaksanakan

atas petunjuk dari guru. Guru mengajukan berbagai pertanyaan yang

melacak dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ketitik

kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya siswa melakukan percobaan

untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya, 2) Discovery dan

Inkuiri bebas yaitu peserta didik melakukan penyelidikan bebas

sebagaimana seorang ilmuwan, antara lain masalah dirumuskan sendiri

dan kesimpulan diperoleh sendiri, 3) Discovery dan Inkuiri bebas yang

23

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dimodifikasi yaitu masalah diajukan guru didasarkan teori yang sudah

dipahami peserta didik, maksudnya untuk membuktikan kebenaran.

Inkuiri membantu siswa untuk melakukan observasi langsung

dalam rangka penemuan, mengajukan pertanyaan selama pengamatan,

mengajukan dengan dugaan atau hipotesa mencari data untuk

membuktikan dugaan tersebut dan menarik kesimpulan. Pembelajaran

dengan Inkuiri dapat menghubungkan dan mengaplikasikan pengetahuan

yang dimiliki sebelumnya dan dapat mengembangkan intelektual siswa

(Hasan dalam Heri Porda Nugraha, 2007:27).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode

inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang digunakan untuk mencari

dan menemukan sendiri permasalahan yang muncul. Pembelajaran

semacam ini ialah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau

student center yaitu peserta didik diberi peluang untuk belajar aktif dan

kreatif serta inovatif dalam proses pembelajaran (Cucu Suhana, 2010:63).

Kata kunci dari metode inkuiri ini adalah peserta didik menemukan sendiri

permasalahan dalam proses pembelajaran.

2. Pembelajaran Sejarah

Dalam pembahasan akan diuraikan dulu tentang hakekat belajar yang

didalamnya diantaranya akan dibahas tentang pentingnya belajar serta

faktor-faktor yang mempengaruhinya, kemudian pengertian sejarah itu

sendiri, barulah tentang pembelajaran sejarah dan seberapa penting

pembelajaran sejarah.

24

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Hakekat belajar

Dalam buku belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

(Slameto, 1995:2) disebutkan bahwa belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan tingkah laku disini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

(a) perubahan terjadi secara sadar dikarenakan seseorang yang

belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-

kurangnya merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam

dirinya. Misalnya dia menyadari pengetahuannya bertambah,

kecakapannya juga bertambah. (b) perubahan dalam belajar

bersifat kontinyu dan fungsional adalah sebagai hasil belajar

perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara

berkesinambungan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi

kehidupan ataupun proses belajar selanjutnya. Misalnya seseorang

belajar mengenal huruf abjad, maka aka mengalami perubahan dari

tidak mengenal huruf abjad akan menjadi mengenal, dan perubahan

ini akan terjadi terus-menerus. (c) perubahan dalam belajar bersifat

positif dan aktif. Perubahan seperti ini senantiasa bertambah dan

tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya, makin banyak usaha belajar maka makin banyak pula

25

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perubahan yang didapatnya. Sedangkan perubahan yang bersifat

aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya

melainkan karena usaha dirinya sendiri. Misalnya perubahan

tingkah laku karena usaha orang yang bersangkutan. (d) perubahan

dalam belajar bukan perubahan yang sementara artinya perubahan

semacam ini yang terjadi dalam proses belajar bersifat menetap

atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam

memainkan gitar setelah belajar tidak akan hilang begitu saja

melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang

kalau terus dipergunakan atau dilatih terus. (e) perubahan dalam

belajar tertuju atau terarah yaitu perubahan tingkah laku karena ada

tujuan yang ingin dicapai misalnya seseorang yang belajar

mengetik sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin

dicapai dengan belajar mengetik atau tingkat kecakapan mana yang

aka dicapai, sehingga perbuatan belajar akan selalu terarah kepada

tingkah laku yang telah ditetapkan. (f) perubahan mencakup

seluruh aspek tingkah laku yaitu seseorang belajar sesuatu sebagai

hasilnya dia akan mengalami perubahan tingkah laku secara

menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan

sebagainya.

Sedangkan mengajar adalah membantu seseorang (siswa) untuk

belajar mengerjakan sesuatu, memberikan pengajaran,

membimbing pembelajaran, memberikan pengajaran agar

26

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengetahui atau memahami. Landasan filosofis pembelajaran

kontekstual adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang

menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi

merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan

keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proporsi yang mereka

alami dalam kehidupannya.

b. Pengertian sejarah

Kalau kita membicarakan tentang sejarah maka kita akan berbicara

tentang peristiwa yang berkaitan dengan manusia dan yang telah

terjadi pada masa lampau. Banyak sekali dari ahli-ahli sejarah yang

memberikan batasan tentang pengertian sejarah. Sedangkan

menurut kamus bahasa Indonesia kontemporer (1991:1351),

sejarah adalah:

1. Silsilah, Asal usul

2. Kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau

3. Pengetahuan yang mencatat dan menguraikan secara

kronologis peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang

benar-benar terjadi pada masa lampau. Menurut Kuntowijoyo

(2001:1) memberi batasan bahwa kata sejarah berasal dari

bahasa arab yaitu Syajara yang berarti terjadi, Syajarah yang

berarti pohon, syajarah anasah berarti pohon silsilah,

kemudian dalam bahasa inggrisnya history adalah cerita,

bahasa latin dan yunani historia yang berarti orang pandai.

27

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selanjutnya Kuntowijoyo (2001:18) mengatakan bahwa sejarah

adalah rekonstruksi masa lalu. Dalam pengertia lain sejarah

adalah sebagai kisah atau peristiwa masa lampau manusia.

Sejarah sebagai kisah atau cerita merupakan makna yang

subyektif, yakni peristiwa masa lampau yang telah menjadi

pengetahuan manusia, sedangkan peristiwa sejarah dikatakan

sebagai suatu kenyataan obyektif sebab masih diluar

pengetahuan manusia (Abdurrahman D,1999:1)

Sedangkan menurut JV Bryce dalam bukunya The Studi Of

America History menyatakan bahwa sejarah adalah it is the

record of what man has thought, said and done. Sejarah adalah

catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat

oleh manusia.

Dari berbagai pengertian atau definisi sejarah tersebut dapat

disimpulkan bahwa sejarah adalah segala sesuatu yang

menyangkut kehidupan manusia di masa lampau. Jadi kalu kita

sudah paham apa itu sejarah maka sebagai seorang guru sejarah

pandai-pandai berinovasi untuk bisa membawa masa lampau

kepada diri peserta didik dan itu sangat tidak mudah sehingga

harus dibutuhkan keterampilan khusus.

c. Hakekat pembelajaran sejarah

Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa bicara

tentang sejarah adalah tentang peristiwa yang berhubungan dengan

28

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

manusia dan yang telah terjadi pada masa lampau. Bagaimana

kaitannya dengan pembelajaran sejarah. Secara otomatis kita akan

membicarakan peristiwa masa lampau dan akan kita bawa kedalam

kelas kemudian untuk kita samapikan kepada peserta didik kita.

Karena peristiwa sejarah tidak bisa kita amati secara langsung

sehingga hal ini sangat tidak mudah dan membutuhkan

keterampilan khusus. Sedangkan pembelajaran sendiri pada

hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya sehingga terjadi perilaku kearah yang lebih baik (E

Mulyasa, 2007:255). Dalam tugas mengajar guru mempunyai tugas

utama yaitu mengkondisikan lingkungan agar menunjang

terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.

Bagaiamana kaitannya dengan pembelajaran sejarah. Karena

suatu peristiwa perlu dipahami oleh peserta didik melalui

pendekatan analistis melalui pendekatan kausalitas ( Sartono

Kartodirjo, 1992:72). Peristiwa sejarah harus mengandung unsur 5

W dan 1 H, yaitu Why, What, When, Where, Who And How.

Rumusan Why adalah unsur yang melatih siswa atau peserta didik

untuk berpikir kritis dan analitis dari pada sekedar merumuskan

pertanyaan what, where,when dan pertanyaan how lebih melatih

keterampilan deskripif siswa/peserta didik. Dengan cara ini tujuan

untuk mengaktualisasikan proses belajar mengajar (learning)

penalaran (reasoning) dalam pengajaran sejarah akan terwujud.

29

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan singkat dikatakan bahwa guru sejarah dalam

menyampaikan pelajaran bersifat abstrak, oleh karena itu guru

sejarah perlu mengembangkan cara-cara pendekatan mengajar

yang bisa membantu peserta didik menagkap peristiwa sejarah

secara lebih bermakna (I Gde Widja, 1989:97). Guru sejarah

memang sudah seharusnya memandang peristiwa sejarah adalah

benar-benar terjadi dan pengajaran sejarah perlu ditekankan arti

serta makna edukatif dari sejarah yaitu usaha memproyeksikan

masa lampau kemasa kini, sebab dalam kemasakinianlah masa

lampau itu bisa menjadi masa lampau yang bermakna, sebagai

mana yang dikatakan oleh Roeslan Abdulgani dalam I Gde Widja

(1989: 99) bahwa hendaknya tugas setiap ahli sejarah jangan hanya

terkungkung oleh zaman lampau saja, melainkan menarik terus

garis zaman lampau itu sejauh mungkin kemasa depan,

pembelajaran sejarah sering dikonotasikan dengan cerita hafalan

karena apa yang akan disampaikan sudah terjadi sehingga ada cara

tersendiri untuk menyampaikan kepada peserta didik. Sejarah

merupakan produk inkuiri yang hanya dapat dimengerti dengan

menganalisis data/fakta yang ada, ditinjau dari berbagai dimensi

dan kemudian dirangkai dalam hubungan sebaab akibat. Jadi

peserta didik tidak cukup hanya diberi tahu “apa” tetapi lebih

mengacu kepada “mengapa” dan “bagaimana” (Mulyoto dalam

Dwijawarta, 1999:95), peserta didik akan mengerti secara

30

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mendalam jika sejarah dikaji lewat proses bertanya dan kemudian

mencari jawabannya sendiri.

3. Situs Sejarah

1) Pengertian Situs Sejarah

Berdasarkan UU no 11 tahun 2010 pasal 9 ayat 1 dan 2 situs

sejarah dalam kaitannya dengan peninggalan sejarah atau warisan

budaya yang disebut dengan situs cagar budaya adalah lokasi yang

mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau

struktur cagar budaya dan menyimpan informasi kegiatan manusia

pada masa lalu. Undang – undang Republik Indonesia no 5 tahun 1992

tentang cagar budaya menyebutkan :

a. Bahwa cagar budaya merupakan kekayaan bangsa yang

penting artinya bagi pemahaman dan pengembngan sejarah,

ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi

dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa

dan kepentingan nasional.

b. Bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya

diperlukan langkah pengaturan bagi penguasaan, pemilikan,

penemuan, pencarian, pengelolaan, pemanfaatan dan

pengawasan benda cagar budaya. Dari penjelasan tersebut

dengan jelas dilindungi secara hukum, artinya siapa yang

merusak, mengambil, menyimpan akan dikenai dengan

sanksi hukumnya.

31

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Undang-undang cagar budaya pasal 9 suatu tempat

dikatakan memiliki nilai sejarah antara lain : a). ditempat itu terdapat

benda atau peninggalan bersejarah, b). merupakan tempat kelahiran,

kemangkatan dan makam tokoh penting, atau c). merupakan ajang

dimana peristiwa penting tertentu terjadi (peristiwa sejarah), yang

dalam disiplin sejarah disebut dengan peristiwa pada masa lampau

yang memiliki signifikansi sosial.

Narasi sebuah situs sebagai narasi sejarah lokal mutlak dan

sangat diperlukan.Sebab, sejarah tidak hanya memiliki narasi besar

(mayor) yang berkisah tentang tokoh-tokoh dengan seluruh tindakan

historisnya. Sejarah juga mengandung banyak serpihan yang

mengandung narasi kecil (minor) tentang bangunan dengan seluruh

pernik-perniknya, kisah manusia di dalam kemelut persoalan politik,

sosial, budaya dan hal-hal lain yang layak diketahui sebagai referensi

bagi generasi muda bangsa ini. Dalam konteks tersebut, situs-situs

bersejarah merupakan tanda secara semiotik dan faktual dapat dibaca

untuk mengenali sosok sebuah kekuasaan dan tokohnya secara

komprehensif, (Tranggono,2008:38)

Situs-situs bersejarah yang mampu memberikan makna pada

kehidupan masa kini adalah situs sejarah yang lingkungan alamnya

dan benda-benda purbakalanya tetap berada dalam satu kawasan.

Keutuhan antara lingkungan alam dan benda-benda purbakala itulah

yang justru memungkinkan situs-situs bersejarah diserap oleh generasi

32

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masa kini sebagai sumber inspirasi demi mewujudkan peradaban baru

yang adiluhung (bermutu tinggi).

“Upaya pelestarian budaya sebagai aset jati diri dan identitas bagi

sebuah masyarakat di dalam sebuah komunitas budaya menjadi bagian

yang penting ketika mulai dirasakan semakin kuatnya arus globalisasi

yang berwajah modernisasi ini. Pembangunan sektor kebudayaan

selanjutnya juga akan menjadi bagian yang integral dengan sektor lain

untuk mewujudkan kondisi yang kondusif ditengah masyarakat”

(Joharnoto, 2005:1)

2) Jenis – jenis Situs

Menurut Ahfas Muntohar (2007:3) situs purbakala dapat terbagi

menjadi beberapa macam menurut periodesasi peninggalannya, antara

lain : (1) periodesasi masa pra sejarah terdiri dari situs peninggalan

paliolitik, mesolitik, neolitik, dan megalithic. (2) masa Hindu-Budha

(klasik) berupa bangunan candi, pura, gapura, benteng, lingga, yoni.

(3) periodesasi Islam (Indonesia Madya), (4) periodesasi Kolonial

(XVI-XIX) situs peninggalan dari zaman Belanda. (5) masa

kemerdekaan (1945-1949).

Sedangkan menurut Topo Triyoko (2010:1) dalam pengelolaan

benda cagar budaya di Indonesia, perlu di identifikasi jenis-jenis situs

berdasarkan masanya atau periode waktunya yang meliputi: (1) Situs

Prasejarah, (2) Situs Klasik (Hindu-Budha), (3) Situs Islam, (4) Situs

Kolonial.

33

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa situs

purbakala dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu berdasarkan

bentuk fisik bangunan dan bedasarkan periodesasi mulai dari zaman

prasejarah, Hindu-Budha, Islam, Kolonial, dan masa kemerdekaan RI.

3) Manfaat situs sejarah sebagai materi pembelajaran sejarah

Situs sejarah merupakan bagian dari budaya lokal perlu

dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah lokal dan IPS sejarah karena

pemanfaatan khasanah sumber daya budaya lokal dalam pembelajaran

disekolah dapat berfungsi sebagai titik tolak untuk upaya pembentukan

jati diri bangsa melalui kesadaran sejarah dan kesadaran budaya.

Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya budaya untuk

peningkatan kualitas pembelajaran sejarah lokal dan IPS sejarah para

guru dapat memanfaatkan sumber daya budaya melalui warisan

budaya yang antara lain dalam bentuk situs-situs dan peninggalan

sejarah. Para guru dapat memanfaatkan situs-situs sejarah sebagai

sumber belajar, buku-buku pelajaran sejarah lokal dan IPS sejarah

termasuk didalam yang tidak selalu dilengkapi dengan gambar-gambar

ilustrasi yang relevan dan ketiadaan alat peraga sebagai media

pembelajaran sejarah dan IPS disekolah sehingga mengakibatkan

peserta didik kurang mendapatkan gambaran yang jelas tentang materi

yang di ajarkan.

Menurut (Rohani, 2004:78) mengatakan situs sejarah merupakan

salah satu media atau sumber belajar sejarah lokal maupun IPS sejarah.

34

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sumber belajar yaitu segala sesuatu daya lingkungan atau pengalaman

yang dapat digunakan untuk mendukung proses atau kegiatan belajar

mengajar secara efektif dan efisien dan juga dapat memudahkan untuk

pencapaian tujuan belajar, baik yang langsung maupun tidak langsung

dan sumber belajar memiliki fungsi :

a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran

b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang bersifat

individual

c. Memberikan dasar yang ilmiah terhadap pembelajaran

dengan cara:

1. Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh

penelitian

2. Perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis

d. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas,

dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas

geografis.

Fungsi-fungsi diatas sekaligus menggambarkan tentang alasan

dan arti penting sumber atau media belajar untuk kepentingan proses

dan pencapaian hasil pembelajaran peserta didik, kunjungan ke

museum atau situs-situs peninggalan sejarah selain dapat membantu

untuk mendaptkan pemahaman yang lebih gamblang tentang materi

pembelajaran disekolah juga akan dapat menambah wawasan

kesejarahan dan wawasan budaya bagi peserta didik. Langkah ini perlu

35

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilakukan agar proses pembelajaran berlangsung tidak monoton atau

lebih bervariasi, selain itu untuk meningkatkan kualitas proses

pembelajaran. Peserta didik dapat diberikan tugas untuk menuliskan

salah satu aspek yang menjadi fokus perhatian atau ketertaikannya

ketika mengunjungi situs-situs peninggalan sejarah kemudian

mendiskusikannya di kelas, (Sedyawati, 2006:230-231). Dengan

demikian proses pembelajaran dikelas yang dialogis dan komunikatif

dapat tercipta. Secara garis besar terdapat dua jenis sumber atau media

pembelajaran yaitu:

a. Sumber atau media belajar yang dirancang (learning

resources by design), yakni sumber atau media belajar yang

secara khusus di rancang dan dikembangkan sebagai

komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas

belajar yang terarah dan bersifat formal.

b. Sumber atau media belajar yang dimanfaatkan (learning

resources by utilization), yaitu sumber atau media belajar

yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran

dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan

dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran, termasuk situs-

situs sejarah dalam jenis ini.

Dalam kaitannya dengan sumber atau media belajar lingkungan

merupakan sumber atau media belajar yang efektif dalam

pengembangan kompetensi sejarah bagi siswa atau peserta didik. Guru

36

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sejarah berada di bawah tekanan keras untuk membuat relevansi

tentang apa yang terjadi berabad-abad yang lalu. Guru harus

merekonstruksi masa lampau yang terselubung dalam ketidakjelasan.

Penjelasan-penjelasan lisan belaka tidak dapat membuat sejarah

menjadi hidup, gamblang dan relevan dengan kehidupan para pelajar

yang berorientasi masa kini atau masa depan.

Ada 2 macam cara menggunakan lingkungan sebagai sumber

atau media belajar yaitu:

a. Membawa siswa atau peserta didik dalam lingkungan atau

masyarakat untuk keperluan pelajaran (karyawisata, service

project, school camping, interview, survei).

b. Membawa sumber atau media dari masyarakat ke dalam kelas

untuk kepentingan pelajaran (resource persons, benda-benda,

seperti pameran atau koleksi).

Usaha lain yang dapat dilakukan untuk melaksanakan prinsip

lingkungan diantaranya adalah:

a. Memberi pengetahuan tentang lingkungan terhadap siswa

atau peserta didik

b. Mengusahakan agar alat yang digunakan berasal dari

lingkungan yang dikumpulkan baik oleh guru maupun peserta

didik

c. Memberi kesempatan kepada siswa atau peserta didik untuk

melaksanakan penyelidikan sesuai dengan kemampuannya

37

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

melalui bacaan-bacaan dan observasi, kemudian

mengekspresikan hasil penemuannya dalam bentuk

percakapan, karangan, gambar, pameran, perayaan dan

sebagainya, (Rohani, 2004:20).

4) Metode pembelajaran sejarah dalam memanfaatkan situs sejarah

Metode membentuk mata rantai yang paling penting di dalam

rantai belajar mengajar disatu sisi mempunyai tujuan dan sasaran, dan

disisi lain mempunyai hasil dan nilai. Metode adalah mata rantai

tengah yang menghubungkan tujuan dengan hasil atau nilai media

tersebut. medialah yang menentukan kualitas sebuah hasil. Guru

sejarah perlu memilih pengetahuan tentang jalan-jalan tersebut agar

dapat mengajarkan tentang kisah manusia kepada siswa secara efektif.

Metode pembelajaran sejarah yang baik menurut (Kochar, 2008:286)

memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Membangkitkan minat yang besar dalam diri siswa atau

peserta didik

b. Menanamkan nilai-nilai yang diperlukan, perilaku yang

pantas, dan kebiasaan kerja diantara para siswa atau peserta

didik

c. Mengubah penekanannya dari pembelajaran yang secara lisan

dan penghafalan ke pembelajaran melalui situasi yang

bertujuan kongkret dan nyata

38

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Mengembangkan eksperimen guru dalam situasi kelas yang

sesungguhnya

e. Memiliki keleluasaan untuk aktivitas dan partisipasi siswa

atau peserta didik

f. Menstimulasi keinginan untuk melakukan studi dan eksporasi

lebih lanjut

g. Membangkitkan minat tentang materi dan teknik yang

digunakan oleh para sejarawan agar siswa atau peserta didik

dapat memahami “bagaimana kami menulis sejarah”.

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam memanfaatkan

situs-situs sejarah, sama seperti metode dalam pembelajaran lainnya

antara lain:

a. Metode Buku Cetak

Buku cetak adalah buku ajar yang menjadi pegangan utama

dalam proses pembelajaran yang digunakan oleh para siswa

atau peserta didik, (Sjamsuddin, 2007: 195). Metode buku

cetak merupakan dasar yang paling sering digunakan untuk

mengajarkan sejarah dimasa sekarang. Sejarah sebagai mata

pelajaran disekolah begitu kaya isinya dan sangat luas

penerapannya juga memerlukan buku cetak untuk

mengarahkan guru secara berkala pada cakupan materi yang

telah ditentukan, (Kochar, 2008: 288-289).

39

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Metode Bercerita

Metode bercerita adalah cara mengajar dalam bentuk

menuturkan atau menyampaikan cerita atau memberikan

penerangan secara lisan. Tujuan dari metode bercerita yaitu

melatih daya tangkap dan daya konsentrasi siswa atau anak

didik, melatih daya pikir dan fantasi anak didik,

mengembangkan kemampuan berbahasa dan menambah

perbendaharaan kata kepada siswa atau peserta didik dan

menciptakan suasana senang dikelas, (Roqib, 2009: 115).

c. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah merupakan cara mengajar yang

paling tradisional dan telah lama dilaksanakan oleh guru.

Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai

metode belajar, merupakan suatu cara mengajar yang

digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi,

atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah

secara lisan, (Syaodah, 2003: 106).

d. Ekskursi dan Perjalanan

Ekskursi dan perjalanan dapat memberikan pengalaman

belajar yang tidak tersusun, terutama dalam pembelajaran

sejarah. Metode ini memberikan kesempatan untuk

melakukan observasi secara langsung dan mendapatkan

informasi baru yang memungkinkan para siswa atau peserta

40

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

didik bahwa sejarah bukan sekedar cerita. Metode ini dapat

menjadi bumbu dan menghilangkan kebosanan para peserta

didik dalam pembelajaran sejarah, cara ini sangat berguna

untuk membangun apresiasi mereka terhadap arsitektur, seni

pahat, lukisan, dan lain-lain. Melaui metode ini siswa atau

peserta didik diajak mengunjungi secara langsung tempat-

tempat bersejarah. Tempat-tempat yang akan dikunjungi dan

hal-hal yang perlu diamati telah direncanakan terlebih dahulu

dan setelah selesai melakukan kunjungan siswa atau peserta

didik diminta untuk membuat laporan dari hasil yang

dikunjungi pada tempat-tempat sejarah.

Selanjutnya situs purbakala memiliki manfaat bagi pembangunan

kebudayaan bangsa. Menurut Debdikbud (1993:58) pemanfaatan

benda cagar budaya yang terdapat pada situs dapat digunakan untuk

kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan,

dan atau kebudayaan dengan memperhatikan fungsi sosial dan

kelestarian benda cagar budaya.

Menurut Agus Wariyanto (2011:4) situs purbakala dapat

dimanfaatkan untuk berbagai segi kehidupan antara lain:

1) Keagamaan yaitu sebagai ritual keagamaan

2) Sosial kemasyarakatan, yaitu membina persatuan, kesatuan

dan kegotong royongan.

3) Pariwisata, yaitu untuk tempat wisata khususnya wisata religi

41

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Pendidikan, yaitu untuk media dan sumber pembelajaran

5) Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yaitu sebagai

sarana penelitian sejarah, Arkeologi, dan Antropologi.

6) Budaya, yaitu dimanfaatkan sebagai manifestasi budaya

masyarakat.

Belajar sejarah mempunyai manfaat yang sangat besar dalam

kehidupan suatu masyarakat atau bangsa. Salah satu yang dapat

dijadiakn sebagai sumber atau media pembelajaran sejarah adalah situs

sejarah (Badrika 2004:21).

Mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5

tahun 1992 tentang benda cagar budaya dan peraturan pemerintah

Nomor 10 tahun 1993 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 5

tahun 1992 tentang benda cagar budaya. Benda Cagar Budaya adalah:

1. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang

berupa kesatuan atau kelompok atau bagian-bagiannya atau

sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima

puluh tahun), atau mewakili gaya yang khas serta dianggap

mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan

kebudayaan.

2. Benda alam yang di anggap mempunyai nilai penting bagi

sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan

Menurut undang-undang nomor 5 tahun 1992 pasal 2

perlindungan Benda Cagar Budaya dan situs bertujuan melestarikan

42

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan memanfaatkannya untuk kemajuan kebudayaan nasional

Indonesia. Sedangkan manfaat situs sejarah adalah untuk kemajuan

kebudayaan nasional Indonesia, karena mempunyai nilai penting dan

tinggi bagi sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan, khususnya

untuk memupuk rasa kebanggaan nasional serta memperkokoh

kesadaran jati diri bangsa, oleh karena itu perlu dilestarikan. Situs yang

mengandung Benda Cagar Budaya yang tidak bergerak yng masih

digunakan atau dimanfaatkan sebagaimana fungsi semula disebut

living monument.

Menurut undang-undang nomor 5 tahun 1992 Bab VI pasal 19

ayat 1, Situs sejarah yang mengandung Benda Cagar Budaya dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan,

ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Akan tetapi terdapat beberapa

ketentuan dalam pemanfaatannya, yaitu (Indra, 2005):

a) Tidak bertentangan dengan upaya perlindungan

b) Mencari keuntungan pribadi atau golongan, maksudnya situs

dimanfaatkan untuk pendidikan, ilmu pengetahuan sehingga

situs di fungsikan sebagai media atau sumber belajar sejarah

c) Karena keadaannya yang tidak memungkinkan dimanfaatkan

maka situs benda cagar budaya tertentu tidak boleh

dimanfaatkan

d) Terhadap situs benda cagar budaya yang masih dimanfaatkan

untuk kepentingan agama.

43

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Situs purbakala dapat dimanfaatkan untuk ritual keagamaan,

sosial kemasyarakatan, pariwisata, pengembangan dunia pendidikan,

pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta pelestarian

budaya bangsa.

4. Pemahaman Sejarah Lokal

Berbicara tentang konsep kebudayaan bisa dikatakan setua sejarah

manusia itu sendiri, baik manusia sebagai makhluk individual dan sosial

sekaligus. Kesimpulan ini tidak lebih dari konsekuensi logis dari

kenyataan bahwa manusia sebagai makhluk individual sekaligus makhluk

sosial. Manusia adalah makhluk yang membudaya dalam kebersamaan. Ini

dapat disaksikan sejak kehidupan masyarakat manusia purba yang ditandai

oleh kebutuhan dasar yang didorong oleh nalurinya, sampai dengan

tahapan kehidupan yang ditandai fungsi nuraninya (Fuad Hassan,1991:13)

Selanjutnya sepanjang sejarah manusia terjadi pengejawantahan

perilaku dan karya yang menjadi sumbangan pada terjadinya pada cara

hidup yang khas. Kelestarian karya manusia sangat ditentukan oleh “

jalannya kehidupan dan kondisi lingkungan serta kesuburan daya fantasi

manusia, menciptakan sejumlah besar potensi budaya yang menjadi

pegangan masyarakat” (Beneditc, 1966:19).

Sampai denga tahun 1871, istilah yang digunakan untuk

kebudayaan adalah civilization. Baru setelah Edward B. Taylor untuk

pertama kali menggunakan cultur dalam bukunya Primitive Cultur (1871)

istilah kebudayaan semakin banyak digunakana oleh para ilmuwan.

44

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Secara etimologi istilah kebudayaan atau culture dalam bahasa

inggris, berasal dari kata kerja dalam bahasa latin colere yang berarti

bercocok tanam (cultivation). (Hari Poerwanto, 2000, 51) dalam bahasa

Sansekerta “kebudayaan berasal dari kata buddhayah yaitu bentuk jamak

dari Buddhi yang berarti “budi” atau “akal” (Koentjaraningrat,2000:9).

Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang

bersangkutan dengan akal sebagai perkembangan kebudayaan dapat

diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal sebagi suatu

perkembangan dari budi-daya yang berarti “daya dari budi” manusia, yang

menyangkut cipta, rasa dan karsa. Akal yang dimiliki dapat dijadikan alat

untuk mengembangkan diri dan lingkungan, bahkan dapat membentuk

corak kebudayaan sendiri.

Definisi kebudayaan yang agak rinci dikemukakan Kluckhohn,

dikutip (Geertz, 1975:1-5) yaitu: (1) keseluruhan cara hidup masyarakat,

(2) warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya, (3) suatu

cara berfikir, merasa dan percaya, (4) suatu abstraksi dari tingkah laku, (5)

suatu teori antropologi tentang cara kelompok masyarakat bertingkah laku,

(6) seperangkat teknik untuk menyesesuaikan baik dengan lingkungan luar

maupu dengan orang lain. Inti dari penjelasan Geertz adalah bahwa

kebudayaan merupakan hasil dari tingkah laku manusia sebagai anggota

masyarakat yang diperoleh melalui belajar dalam hidup bermasyarakat.

Koentjaraningrat (2000) melihat bahwa kebudayaan adalah

keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan

45

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya. Lebih lanjut

beliau mengatakan bahwa kebudayaan mempunyai unsur-unsur yang

universal Keontjaraningrat (2000:2) unsur-unsur kebudayaan adalah “ (1)

sistem religi dan upacara keagamaan, (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan, (3) sistem pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6)

sistem mata pencaharian hidup, (7) sistem teknologi dan peralatan.

Ketujuh unsur ini mencakup seluruh kebudayaan manusia dan

menunjukan ruang lingkup dari kebudayaan. Susunan dari unsur-unsur

kebudayaan diatas menggambarkan unsur mana yang paling sukar berubah

atau kena pengaruh budaya lain. Dengan demikian tata urut dari unsur-

unsur universal tercantum diatas menggambarkan continuum dari unsur-

unsur yang paling sukar berubah ke unsur-unsur yang lebih mudah

berubah” (Koentjaraningrat, 2000:3).

Usaha pembangunan bangsa Indonesia dihadapkan pada masalah

kebudayaan yang mana dalam proses pembaharuan kebudayaan untuk

menjawab tantangan kehidupan modern. Hal itu menimbulkan suatu

diskusi tentang perlunya mempertahankan kepribadian dalam

menghadapai perubahan-perubahan sosial, serta menhadapi pengaruh

kebudayaan dari luar dalam berbagai bentuk. Hal ini jualah kenapa peneliti

menggunakan situs-situs sejarah Bima sebagai materi pembelajaran

sejarah di MAN 2 Kota Bima untuk meningkatkan ketahanan budaya

lokal.

46

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Didalam masyarakat yang pluralistis seperti di Indonesia baik

dilihat dari suku bangsa , agama maupun daerah didalamnya terdapat

golongan-golongan yang ada tidak sama kemampuan untuk menyesuaikan

diri dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan baru. Bertitik tolak dari

keadaan seperti diatas itu diperlukan kreatifitas, karena kreatifitas

mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Melalui kreatifitas yang dimilikinya manusia memberikan bobot dan

makna terhadap kehidupan. Secara mikro, kreatifitas diwujudkan dalam

produk kreatif individu, dan secara makro, kreatifitas dimanifestasikan

dalam kebudayaan dan peradaban (Dedi Supriadi, 1998:62)

Modal dasar kebudayaan nasional adalah budaya yang terdapat di

daerah-daerah di Indonesia. Penyelidikan pembinaan dan pengembangan

dari berbagai nilai budaya yang ada dapat membantu memperkuat

kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri, serta memperkuat jiwa

kesatuan nasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kebudayaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu daerah baik

potensi budaya yang bersifat rekonstruksi maupun kemungkinan

menciptakan potensi kebudayaan baru dari anggota masyarakat untuk

meningkatkan ketahanan budaya baik bagi daerah maupun bagi nasional

(Nasikun, 2002:9). Dalam wilayah Kota/Kabupaten Bima Propinsi Nusa

Tenggara Barat, yang diharapkan akan menjadi sumbangan bagi

pengembangan pariwisata dan pengembangan materi pengajaran dan

pembelajaran sejarah.

47

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang berkaitan

dengan penggunaan metode pembelajaran sejarah adalah salah satu contoh

sebagai berikut:

1. Judul: Penerapan metode Inkuiri melalui pengamatan Situs sejarah di kota

Surakarta untuk meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkembangkan

kecintaan pada bangunan bersejarah (pada siswa kelas XI IPS SMA Batik

1 Surakarta). Tesis pengarang Eko Targiyatmi, penerbit program studi

pendidikan sejarah, program pascasarjana UNS Surakarta, 2013.

Kesimpulan dari penelitian diatas adalah proses pelaksanaan

pembelajaran dengan penerapan metode Inkuiri melalui pengamatan situs

sejarah di Kota Solo yaitu dalam pelaksanaannya dapat mengaktifkan dan

mengefektifkan belajar siswa. Hal ini ditandai dengan hasil pengamatan

aktifitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. Dan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam materi kerajaan-kerajaan

Islam.Serta dapat menumbuhkembangkan kecintaannya pada bangunan

bersejarah pada siswa dengan melihat hasil belajarnya.

2. Judul: Situs patiayam sebagai Alternatif sumber belajar sejarah bagi

peserta didik SMA (Studi kasus di SMA I Jekulo Kabupaten Kudus).

Tesis. Pengarang Sancaka Dwi Supani, Penerbit program studi pendidikan

sejarah, program pascasarjana UNS Surakarta,2009.

Kesimpulan dari penelitian tersebut diatas adalah bahwa pemanfaatan

lingkungan sekitar terutama Situs Sejarah sebagai Sumber Belajar, akan

48

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membawa dampak bagi proses pembelajaran. Disini dijelaskan

pemanfaatan situs patiayam sebagai alternatif sumber belajar dengan

lingkungannya dan menambah serta memperluas pemahaman ilmu

pengetahuan pada peserta didik.

3. Judul: Situs makam Kyai Ageng Pandanarang Sebagai sumber belajar

sejarah di Madrasah Aliyah Negeri Klaten. Tesis pengarang Siti

Komsiyatun, program studi pendidikan sejarah, program pascasarjana

UNS Surakarta,2011.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah dengan pemanfaatan situs

makam Kyia Ageng Pandanarang sebagai sumber belajar yaitu untuk

meningkatkan aktivitas belajar sejarah dan prestasi belajar sejarah serta

pemahaman sejarah kepada siswa Madrasah Aliyah Negeri Klaten dan

juga menanamkan nilai-nilai sejarah yang terkandung didalam Situs

Makam Kyia Ageng Pandanarang seperti nilai religi, nilai informatif, nilai

etika, nilai budaya, nilai nasionalisme, nilai kerja, nilai politik.

4. Fungsionalisasi Benda Cagar Budaya sebaagi sumber belajar dan

peningkatan kesatuan sejarah bangsa siswa sekolah menengah umum

kabupaten Boyolali, tesis oleh Neneng Dwi Setyowati. Program studi

pendidikan sejarah, program pascasarjana UNS Surakarta,2004.

Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah benda cagar

budaya sebagai sumber belajar dapat membantu meningkatkan kualitas

pembelajaran sejarah. Hasil penelitian fungsionalisasi benda cagar budaya

sebagai sumber belajar menghasilkan suatu kesimpulan bahwa benda

49

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cagar budaya dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah, dan

keanekaragaman peninggalan sejarah dan kebudayaan yang ada

dikabupaten Boyolali dapat dijadikan sebagai alat perekat persatuan dan

kesatuan bangsa. Hasil penelitian tersebut dapat menjadi bahan kajian

dalam memperbnayak kajian teori dan strategi pemanfaatan benda cagar

budaya dan/situs sebagai sumber pembelajaran sejarah.

C. Alur Penelitian dan Kerangka Pikir

Dari kondisi pembelajaran sejarah di kelas atau di Madrasah Aliyah

Negeri 2 Bima yang dilakukan selama ini membuat anak kurang bersemangat

bahkan cenderung bosan. Hal ini dikarenakan kurang aktifnya para

siswa/peserta didik. Pembelajaran sejarah selalu monoton karena sumber

belajar hanya sekitar guru dan buku teks mata pelajarannya saja. Akibatnya

dari proses pembelajaran yang demikian itu mengakibatkan hasil belajar

siswa/peserta didik rendah yang dibuktikan dengan setiap hasil ulangan selalu

dibawah standar ketuntasan

Dari kondisi tersebut guru berusaha mencari pemecahan sehingga

perlu diadakan suatu tindakan yaitu dengan pelaksanaan proses pembelajaran

yang tidak hanya dikelas saja akan tetapi akan memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber atau materi pelajaran. Guru mencari metode yang tepat untuk

menigkatkan semangat belajar siswa, dengan membiarkan anak mencari

jawaban sendiri dengan tahapan merumuskan permasalahan, membuat

hipotesis, mencari data disekitar Kota/Kabupaten Bima, mengolah data dan

50

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membuat kesimpulan. Dengan demikian pembelajaran tidak hanya monoton di

dalam kelas saja dan didominasi guru saja aka tetapi siswa aktif mencari dan

guru hanya sebagai fasilitator saja.

Dari pelaksanaan pembelajaran sejarah berbasis situs-situs sejarah

Bima tersebut diharapkan para siswa/peserta didik lebih bersemangat dan

tidak bosan lagi karena siswa/peserta didik terlibat aktif sehingga hasil belajar

meningkat karena siswa/peserta didik terlibat secara langsung, baik secara

fisik maupun emosional sehingga dampak yang lain diharapkan siswa MAN 2

Kota Bima semakin memahami dan mencintai peninggalan sejarah yang

berada dilingkungan daerahnya sendiri yaitu di Kota/Kabupaten Bima dan

dapat meningkatkan pemahaman sejarah lokal.

51

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Adapun alur penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan alur penelitia

Kondisi Proses Belajar Mengajar

Guru Siswa

Mengajar terlalu monoton (teacher

center)

Semangat belajar sejarah kurang

Hasil akhir rendah Dicari pemecahan

Tindakan: Pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah bima (PSBSSB)

Langkah-langkah (Sintak)

Perumusan Masalah

Hipotesis

Pencarian Data

Pengolahan Data

Kesimpulan

Hasil Akhir (Diduga)

Meningkatkan Pemahaman Sejarah Lokal

52

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Adapun alur kerangka berfikir penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Gambar 2. Bagan alur kerangka berpikir

Kondisi Awal Belum diterapkan model CTL dan metode Inkuiri dengan mengguanakan situs-situs sejarah Bima sebagai materi, sumber atau media pembelajaran sejarah

Hasil belajar dan minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah masih rendah

Tindakan Penerapan model CTL dan metode Inkuiri dengan menggunakan situs-situs sejarah Bima dalam pembelajaran sejarah

Siklus I melakukan diskusi kelompok dan presentase sesuai dengan sintak model CTL dan metode Inkuiri

Kondisi Akhir

Siklus berdaur ulang sampai berhasil dan hasil belajar diatas KKM serta siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya

Diduga dengan menggunakan model CTL dan metode Inkuiri pada pembelajaran sejarah berbasis situs-situs sejarah Bima dapat meningkatkan hasil belajar serta ketahanan budaya lokal daerah Bima pada siswa kelas XI IPS MAN 2 Kota bima

53

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah merupakan suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Hipotesis Tindakan

Berbagai tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan

dapat membawa perubahan kearah perbaikan dan kualitas pembelajaran

sejarah khususnya pada materi situs-situs sejarah bima sebagai

peninggalan pada masa Hindu-Budha dan masa Islam. Dari pendapat

tersebut diatas, peneliti dapat menyusun menjadi sebuah hipotesis tindakan

sebagai berikut:

1. Pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah bima dapat meningkatkan

hasilbelajar siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bima.

2. Pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah bima dapat meningkatkan

pemahaman dan kesadaran sejarah pada siswa Madrasah Aliyah

Negeri 2 Kota Bima di daerah sekitar lingkungan belajarnya.

3. Pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah bimadapat meningkatkan

ketahanan budaya lokal.

54