diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar...

93
KONTRIBUSI SAYYID UTSMAN DALAM KEHIDUPAN KEAGAMAAN MASYARAKAT ISLAM BATAVIA (1862-1914) Tesis Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Humaniora (M. Hum) Disusun oleh: NURHASANAH 2112022100009 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA PRODI MAGISTER SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM KONSENTRASI SEJARAH ISLAM NUSANTARA UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Upload: lamkhue

Post on 19-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

KONTRIBUSI SAYYID UTSMAN DALAM KEHIDUPAN

KEAGAMAAN MASYARAKAT ISLAM BATAVIA (1862-1914)

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Magister Humaniora (M. Hum)

Disusun oleh:

NURHASANAH

2112022100009

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

PRODI MAGISTER SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

KONSENTRASI SEJARAH ISLAM NUSANTARA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 2: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

i

Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puja dan puji saya haturkan kepada Allah SWT, Tuhan

sekalian alam, yang telah memberikan kuasa-Nya untuk menggerakkan jiwa, raga

dan pikiran penulis agar senantiasa tidak melalaikan kewajiban agama, maupun

kewajiban sosial, serta kewajiban akademik. Shawalat serta salam, saya lantunkan

kepada penghulu para Nabi dan Rasul, Muhammad SAW, seorang yang gigih

menyebarkan agama cinta kasih, Islam, hingga sampai ke tanah Nusantara.

Tidak terasa, hampir berbilang tahun tugas akhir (tesis) ini selesai dirampungkan.

Berbagai macam pengalaman senang dan sedih, mudah dan susah sudah saya alami

dalam menyusun tesis ini. Menelisik kebesaran sejarah Jakarta memang amat

mengasyikkan, hingga lupa diri, bahwa masa studi ada batasnya. Inilah yang

kemudian, “memaksa” saya untuk segera memalingkan diri dari pekerjaan yang

lain, mengkhususkan waktu agar kewajiban intelektual ini bisa dipenuhi.

Saran serta kritik selalu saya nantikan, untuk menyempurkan kerja saya. Tidak bisa

dielakkan, dalam menyusun suatu bacaan yang bermutu akan selalu dihinggapi

oleh kesalahan ketikan, analisa serta pengambilan sumber yang kurang tepat. Oleh

sebab itu, setiap masukan yang membangun, akan menjadi bahan pertimbangan

saya, untuk selalu berhati-hati dalam menyajikan tulisan sejarah yang kronologis,

analitis dan representatif.

Dalam lembar ini, saya ingin mengucapkan terima kasih beberapa pihak, antara

lain:

1. Ucapan terimakasih saya tujukan kepada Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora, Prof. Dr. Sukron Kamil M. Ag, yang telah memberikan

nasehat-nasehat serta kiat-kiat bagaimana bisa menyelesaikan studi

magister dengan baik dan terukur. Beliau adalah pribadi yang begitu

mengesankan. Sosok yang begitu saya hormati. Beliau bisa menempatkan

posisi di mana mesti menjadi penunjuk arah dan kapan saatnya menjadi

kawan diskusi yang baik.

2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada jajaran pengurus

Program Magister Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab, terutama

kepada Dr. Abdullah M. Ag sebagai Direktur Program, serta Dr. M. Adib

Misbahul Islam M. Hum serta jajaran dosen-dosen Program Magister SKI

yang telah banyak membantu, membesarkan hati, serta menyemangati saya

untuk segera menyelesaikan tugas akhir.

Page 3: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

ii

3. Ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada ayahanda Dr. H. Abdul Chair,

Dr. H. M. Muslih Idris, MA, LC, dan Prof. DR. M. Dien Madjid, mereka

adalah tokoh yang berjasa besar dalam hidup saya dalam membuka mata

mengenal Nusantara, serta mengasihi dan menyayangi saya. Mereka adalah

sosok pemandu jalan saya tatkala berada dalam kegelapan hati dan pikiran,

serta sahabat yang berimbang dalam membahas pelbagai persoalan sejarah.

4. Kalimat terima kasih saya layangkan pula pada sahabat-sahabat

seperjuangan di Magister SKI, utamanya angkatan 2012. Kalian adalah

teman berbagi yang terbaik, tempat segala keluh kesah ketika saya susah,

dan rekan dialog yang membesarkan.

5. Terimakasih kepada saudara dan saudari kandung saya, yang selalu

mendoakan saya. Terima kasih atas masakan lezatnya, dan bermacam

nasehatnya yang memberikan keteduhan, ketentraman serta semangat untuk

menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Terimakasih pula kepada ayahanda tersayang almarhum H. Nurhasan, dan

ibunda tercinta, almarhumah Hj. Sawiyah, mereka adalah sosok besar dalam

kesederhanaan. Muara segala kebajikan serta mata air kasih sayang. Tidak

ada yang balasan pantas menandingi jiwa besarnya, dari anak manja ini.

7. Terakhir, terima kasih saya sampaikan pula bagi sejawat, kawan, serta

pihak-pihak lain yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

ini.

Tidak ada yang bisa membalas kebaikan serta kebajikan kalian semua, selain kuasa

dan anugerah dari Allah SWT. Semoga kalian semua mendapat kesenangan,

kemudahan dan kelapangan rezeki dalam setiap kesempatan dalam hidup ini.

Harapan saya, semoga tesis ini bisa menjadi bacaan yang baik, menjadi inspirasi

bagi kajian sejarah Islam Jakarta di masa depan.

Wasalam

Jakarta, 17 Desember 2016

Nurhasanah, S. Hum

Page 4: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurhasanah, S.Hum

NIM : 2112022100009

Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 20 April 1985

Jurusan : Sejarah Kebudayaan Islam

Fakultas : Adab dan Humaniora

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul “Kontribusi Sayyid

Utsman dalam Kehidupan Keagamaan Islam Masyarakat Batavia (1862-

1914)” adalah benar asli karya saya, kecuali kutipan – kutipan yang disebutkan

sumbernya. Apabila terdapat temuan, kesalahan dan kekeliruan didalamnya,

menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya.

Jakarta, 17 Desember 2016

Yang membuat pernyataan,

Nurhasanah, S. Hum

NIM. 2112022100009

Page 5: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Nurhasanah

NIM : 2112022100009

Program Studi : Sejarah dan Kebudayaan Islam

Fakultas : Adab dan Humaniora

Judul Tesis : Kontribusi Sayyid Utsman dalam Kehidupan Keagamaan

Masyarakat Islam Batavia (1862-1914)

Telah berhasil dipertahankan pada sidang munaqosah dan diterima sebagai

persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Humaniora (M.

Hum), Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam Konsentrasi Islam Nusantara

pada Program Magister Sejarah Kebudayaan Islam Konsentrasi Islam Nusantara

Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Panitia Sidang Munaqosah

Ketua Sidang

Dr. Abdullah, M.Ag

NIP: 19690415 199703 1 004

Sekretaris Sidang

Dr. M. Adib Misbahul Islam, M.Hum

NIP: 19730224 200801 1 009

Penguji I

Prof. Dr. M. Dien Madjid, MA

NIP: 19490706 197109 1 001

Tanggal : 26 Oktober 2016

Penguji II

Dr. Jajang Jahroni, MA

NIP: 196706121994031006

Tanggal : 26 Oktober 2016

Pembimbing I

Dr. H. Abdul Chair

NIP: 195412311983031030

Tanggal : 26 Oktober 2016

Pembimbing II

Dr. H. Muslih Idris, MA. LC

NIP: 195209031986031001

Tanggal : 26 Oktober 2016

Page 6: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

v

Pedoman Transliterasi

Huruf Arab Huruf Latin

tidak dilambangkan ا

b ة

t ت

ث

j ج

ح

Kh خ

d د

ذ

r ر

z ز

s س

sy ش

ص

ض

ط ظ

„ ع

g غ

f ف

q ق

k ك

l ل

m م

n ن

w و

h ه

ء

y ي

Page 7: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

vi

Vokal Pendek

_____ = a كتت kataba

_____ = i سئل su ila

_____ = u يذهت ya

Vokal Panjang

q قبل = ... ا

qila قيل i = اي

yaq lu = يقول

Diftong

ي ا = kaifa كيف

و ا = aula حول

Sumber : Keputusan Bersama Mentri Agama dan Mentri P dan K Nomor 158 tahun 1987-

Nomor: 0543 b/u/1987.

Page 8: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME............................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING DAN PENGUJI................

ABSTRAKSI.................................................................................................

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN..........................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

i

iii

iv

v

vi

viii

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN......................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................

B. Identifikasi Masalah..............................................................

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...........................................

E. Kerangka Teori......................................................................

F. Tinjauan Pustaka...................................................................

G. Metode Penelitian..................................................................

H. Sistematika Penulisan............................................................

DINAMIKA KEHIDUPAN MASYARAKAT ISLAM

BATAVIA..................................................................................

A. Letak Geografis Batavia.......................................................

B. Struktur Sosial Budaya Masyarakat Batavia.........................

C. Kehidupan Keagamaan Masyarakat Islam Batavia...............

D. Kondisi Pendidikan Maasyarakat Islam Batavia...................

SEJARAH HIDUP SAYYIDUTSMAN DAN KARYA-

KARYANYA..............................................................................

A. Biografi Sayyid Utsman........................................................

1

1

7

8

9

10

11

12

14

16

16

19

26

35

50

50

Page 9: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

viii

BAB IV

BAB V

B. Karya-karya Utsman bin Yahya............................................

C. Interaksi Sayyid Utsman dengan Pemerintahan Hindia

Belanda..................................................................................

D. Relasi Sayyid Utsman dengan Ulama dan Masyarakat

Islam Batavia.........................................................................

KONTRIBUSI SAYYID UTSMAN DALAM KEHIDUPAN

KEAGAMAAN MASYARAKAT ISLAM BATAVIA (1862-

1914)...................................................................................

A. Kontribusi Sayyid Utsman dalam Bidang

Keagamaan.....................................................................

B. Kontribusi Sayyid Utsman dalam Bidang Sosial-

Budaya..............................................................................

C. Kontribusi Sayyid Utsman dalam Bidang

Pendidikan....................................................................

D. Kontribusi Sayyid Utsman dalam Bidang

Dakwah..........................................................................

PENUTUP.............................................................................

A. Kesimpulan............................................................................

B. Saran .....................................................................................

57

65

67

71

71

77

79

80

81

81

82

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

Page 10: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

ix

Page 11: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah merupakan kejadian dan peristiwa yang benar-

benar terjadi. Dalam pengertian yang lebih komprehensif suatu

kejadian sejarah selalu dikaitkan dengan siapa pelaku

peristiwa tersebut, di mana, kapan, dan bagaimana serta

mengapa peristiwa itu terjadi.20

Sejarah Islam adalah peristiwa

yang berkaitan dengan agama Islam, baik ditinjau dari aspek

sejarah proses pertumbuhan, perkembangan dan

penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan

dan penyebaran agama Islam, termasuk sejarah kemajuan dan

kemunduran yang dicapai umat Islam dalam berbagai bidang.

Membincang sejarah Islam di Batavia, merupakan hal

yang masih dipenuhi dengan teka teki, di mana masih banyak

sejarah yang belum diungkapkan kebenarannya. Penulisan

sejarah di negeri ini memang mengalami telat waktu.

Penduduk negerinya sangat jarang yang berminat

mendokumentasikan sejarahnya sendiri sehingga tidak ada

jaminan kevalidan sebuah sejarah. Justru yang banyak menulis

sejarah negeri ini adalah sarjana-sarjana Barat yang dengan

kemungkinan besar banyak diselewengkan sesuai misi mereka.

Salah satunya adalah menghilangkan jejak peran para ulama

yang kontribusinya sangat mempengaruhi perkembangan

Islam di Batavia yang sekarang kita kenal dengan nama

Jakarta sampai masa kini.

Kehadiran dan penyebaran Islam di Batavia dapat

dibuktikan berdasarkan data arkeologis dan sumber-sumber

babad, hikayat, legenda, serta berita-berita asing.21

Kehadiran

Islam baik para pedagang maupun mubalig muslim telah ada

di kota-kota pesisir, yang saat itu sudah berfungsi sebagai

pelabuhan-pelabuhan di bawah kekuasaan kerajaan Hindu.

20 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan oleh Nugroho

Notosusanto dari Understanding History: a Primer of Hustorical Method,

(Jakarta: UI Press, 1986) hlm. 32 21

Buku-buku hasil karya Uka Candrasasmitha.

Page 12: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

2

Tekanan penguasa Belanda memunculkan kebencian pada

sebagian besar masyarakat Islam di Batavia, timbul sikap

permusuhan yang diperlihatkan dengan cara-cara kekerasan

yaitu dalam bentuk pemberontakan. Semangat Islam pada saat

itu semakin menggelora, agama menjadi label penting dalam

perlawanan masyarakat Islam terhadap Belanda. Kekuatan

perlawanan yang muncul terpusat dari golongan penganut

tarekat, dan lembaga pesantren yang berada di luar Batavia,

saat melakukan pemberontakan mereka memakai jubah putih,

mereka terinspirasi dengan perang Sabil yang mereka anggap

sebagai jalan berjihad.22

Melihat masyarakat Islam Batavia yang menjunjung tinggi

agama, pemerintah Hindia Belanda membiarkan masyarakat

Islam Batavia menunaikan ibadah haji. Awalnya pemerintah

Belanda menganggap bahwa kegiatan haji merupakan ibadah

yang tidak membahayakan bagi kelangsungan pemerintahan

Hindia Belanda. Namun setelah dibukanya Terusan Suez pada

tahun 1869, terjadi peningkatan jumlah jamaah haji, yang

kepulangannya ke tanah air disertai dengan pengaruh Pan

Islamisme, yakni paham yang bertujuan ingin memerdekakan

diri dari penjajahan. Melihat hal demikian, pemerintah Hindia

Belanda khawatir dan curiga akan munculnya suatu gerakan

penyatuan umat Islam yang bertujuan mendirikan kekhalifahan

baru.

Pemerintah mengamati bahwa pemberontakan-

pemberontakan melawan kolonial sebagian besar berasal dari

masyarakat yang telah menunaikan ibadah haji. Pemerintah

mulai menyikapi Islam dengan menganggap bahwa musuh

kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama, melainkan Islam

sebagai doktrin politik.23

Pemerintah kemudian membatasi

bahkan mempersulit keberangkatan calon jamaah haji, namun

masyarakat yang mengakui kedaulatan Belanda sebagai

22

Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah

Nasional Indonesia: Nusantara di Abad ke-18 dan ke-19. Jilid IV (Jakarta:

Balai Pustaka, 1992) 23

Snouck Hurgronje, Islam di Hindia Belanda (terj). ( Jakarta:

Bhratara, 1973) hlm. 45

Page 13: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

3

pemerintahannya yang sah, akan diberikan izin berhaji, namun

kepergian mereka disertai dengan pengawasan konsulat Belanda

di Jeddah. Tidak Cuma sampai di situ, pemerintah juga

mengawasi setiap gerakan masyarakat Islam di Batavia dalam

berbagai aspek, terutama di bidang pendidikan. Pemerintah

berusaha sekuat tenaga memarginalkan hukum Islam, dan

mengedepankan hukum adat (adat recht) dalam rangka

melepaskan masyarakat dari hukum Islam, dan membiarkannya

tenggelam dengan kebiasaan lama yang dipengaruhi ajaran-

ajaran Hindu dan animisme.

Dibukanya Terusan Suez juga mempengaruhi struktur

sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Batavia, yang awal

abad ke-18 belum banyak mengalami percampuran dengan

jenis-jenis suku dan budaya, baik dari etnis yang ada di

Nusantara maupun dari etnis asing lainnya. Namun lambat laun

keadaan Batavia berubah pada akhir abad ke-18 setelah

kehadiran para pedagang Arab yang kebanyakan berasal dari

Hadramaut. Awalnya mereka berdagang, lalu berasimilasi dan

menikahi wanita-wanita pribumi, kemudian mereka beranak

pinak, dan membentuk perkampungan yang dipenuhi oleh

peranakan Arab. Salah satunya adalah Pekojan yang menjadi

saksi bisu perkembangan Islam hingga sekarang.

Pekojan merupakan salah satu pemukiman yang memiliki

pengaruh dalam penyebaran Islam di Batavia, terdapat

pemukiman orang-orang Arab yang dipandang sangat penting,

mereka berdagang di siang hari dan mengajar agama di malam

hari. Mereka juga membangun masjid-masjid yang sampai

sekarang berdiri kokoh, salah satunya adalah masjid An-Nawier

yang dibangun pada tahun 1760. Berdasarkan status sosial,

komunitas Arab ini menduduki kelas di atas pribumi. Terlebih

lagi para kalangan Sayyid24

dari Hadramaut yang memiliki

prestige cukup tinggi, mereka lebih dihormati karena ilmu

agamanya, dibanding ulama pribumi.

24

Dalam hal ini Sayyid merupakan sebuah panggilan untuk seorang

laki-laki yang berasal dari keturunan cucu Rasul, yakni Husein bin Abi Thalib.

M. Hasyim Assegaf. Derita Putri-putri Nabi, Studi Historis Kafaah (Bandung:

Rosdakarya, 2000) Cet. I, hlm. 203.

Page 14: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

4

Sekitar tahun 1746, seorang ulama Arab bernama Husein

bin Abu Bakar Alaydrus (dikenal dengan Habib Husein Kramat

Luar Batang), hadir di Batavia saat usianya menginjak 20 tahun.

Kehadirannya tidak disukai oleh pemerintah Hindia Belanda

yang segera mengusirnya. Kemudian Haji Abdul Kadir selaku

penduduk Batavia menolong dan menampung untuk

menyembunyikan Habib Husein di rumahnya. Habib Husein

menjalankan dakwahnya kepada masyarakat setempat (kini

sekitar Pasar Ikan), sekaligus sebagai guru bagi Haji Abdul

Kadir. Mengetahui hal tersebut pemerintah mengejar dan

menciduk Habib Husein serta para pengikutnya, mereka

dipenjara, agar aktifitas dakwah dihentikan. Ini merupakan

bagian kecil dari ketidaksukaan pemerintah Hindia Belanda

terhadap kalangan ulama, bahkan ada pula yang diasingkan ke

daerah lain. Keberadaan mereka dianggap membawa masyarakat

kepada sifat fanatik terhadap agama, sehingga akan muncul

gerakan-gerakan untuk mendirikan Negara Islam, yang

membahayakan keberlangsungan kolonialisme.

Penekanan-penekanan pemerintah terhadap kalangan ulama

mengalami perubahan besar ketika Sayyid Utsman (seorang

keturunan Husein bin Ali bin Abi Thalib) menebarkan sayap

dakwahnya di Batavia. Beliau lahir di Pekojan pada 1822,

setelah menuntut ilmu ke Negara-negara di Timur Tengah, dan

kembali ke Batavia untuk mengamalkan ilmunya kepada

‘/masyarakat secara tatap muka di majelis-majelis taklim,

langgar, dan masjid. Kelihaiannya dalam menghadapi kondisi

sosio-keagamaan masyarakat, beliau jawab dengan menulis

kitab-kitab yang berkaitan dengan permasalahan tentang

syari'at Islam, lalu dicetak dengan mesin litografi pribadinya.25

Menurut pengamatannya Islam menjadi agama mayoritas di

Batavia, namun kehidupan keagamaan masyarakat saat itu masih

dipenuhi dengan unsur-unsur non-Islam seperti takhayul dan

mistik, masih adanya kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan

magis, dan pola-pola adat kebiasaan lama masyarakat yang

dipengaruhi oleh agama Hindu dan animisme. Hal demikian

25

Abdul Aziz, Peranan Islam Dalam Pembentukan ……… hlm. 60.

Page 15: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

5

dapat dibuktikan, dengan adanya pelaksanaan upacara sesajen,

penggunaan alat-alat yang dianggap kramat (seperti keris, dan

jimat), pengucapan jampe atau mantra, pemujaan makam tokoh-

tokoh kramat seperti para wali, mempercayai hikayat atau cerita-

cerita Hindu seperti Sri Rama, meletakkan bayi di bawah kolong

balai-balai guna menghindari gangguan setan, melakukan

pengobatan tradisional dengan kekuatan magis, melakukan

perhitungan hari dan waktu yang baik, dalam menentukan usaha

bisnis, pernikahan, ataupun suatu perjalanan.26

Penilaiannya tehadap para penghulu dan qhadi khususnya

di peradilan agama di Batavia saat itu sangat memprihatinkan,

para hakim agama dan penghulu memiliki pengetahuan

tentang kitab-kitab hukum Islam yang masih sangat terbatas,

mereka diangkat dengan surat keputusan Gubernur Jenderal

Hindia Belanda, dan menerima gaji dalam bentuk gulden.27

Keadaan ini mengakibatkan munculnya ketidakmesraan

hubungan antara qhadi dengan masyarakat Islam serta qhadi

dengan ulama-ulama lainnya. Ketidakmesraan ini diakibatkan

oleh ketidaksetujuan atas kerjasama yang dilakukan oleh umat

Islam dengan pemerintah yang kafir.

Strategi dakwahnya menjadikan beliau aktif dalam

administrasi kolonial Batavia, dengan jabatan sebagai

Penasehat Kehormatan (Honorair Adviseur) pada kantor

urusan Pribumi dan warga Arab (Kantor Voor Inlandsche

Zaken). Beliau diangkat menjadi mufti,28

oleh pemerintah

Hindia Belanda untuk periode 1899-1914. Di sana beliau

bertugas mencarikan data-data dalam membantu Snouck

Hurgronje dalam meneliti kehidupan umat Islam di Batavia.

Bantuan tersebut mengundang kesalahpahaman sebagian besar

26

Sayyid Utsman, Manhaj al-Istiqamah fi al-Din bi al-Salamah,

(Batavia: Thahiriyah, tt) hlm. 28-30. 27

Snouck Hurgronje, Petunjuk Sayyid Utsman, dalam Kumpulan

Karangan, Jilid VIII. hlm. 36 28

Mufti merupakan salah satu jabatan dalam struktur sebuah

landraad (pengadilan negeri) yang terdapat pada setiap afdeeling. Pada masa

Hindia Belanda mufti ditunjuk dan digaji oleh pemerintah kolonial. Zulkifli,

Muhammad Al-Bakri, Fatwa dan Mufti: Hukum, Etika dan Sejarah. (Negeri

Sembilan: Universiti Sains Islamic Malaysia, 2008) hlm. 5.

Page 16: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

6

ulama dan masyarakat Islam Batavia atas hubungan Sayyid

Utsman dengan Pemerintah Hindia Belanda.

Tanpa pandang bulu, Sayyid Utsman menerapkan agama

sesuai dengan syariat, terhadap umat Islam berbagai etnis dan

suku. Hal itu terbukti ketika beliau pernah meminta kepada

Pemerintah Belanda untuk mengembalikan seorang

berkebangsaan Arab, yang datang ke Batavia. Orang tersebut

berpakaian sufi dan mengaku mampu meramal nasib dan

jodoh dengan memberikan mantra atau jampe kepada

masyarakat Batavia.29

Beliau pun menilai bahwa orang

tersebut adalah sesat yang merusak syariat Islam, dan akhirnya

orang tersebut dikembalikan ke negera asalnya.

Ada beberapa fatwa Sayyid Utsman yang diamati oleh

sebagian ulama pada masa itu, yang dianggap sebagai upaya

untuk mencari perhatian kepada pemerintahan yang kafir. Di

antaranya fatwa pelarangan menganut tarekat bagi masyarakat

yang awam, fatwa pengecaman perbuatan jihad dan perang

sabil, khususnya mengenai huru-hara melawan Belanda.30

Hal

demikian juga memunculkan pertentangan dan perdebatan di

kalangan cendikiawan sampai hari ini. Perjalanan dakwahnya

mendapat kelancaran dari pemerintah Hindia Belanda,

sehingga muncul anggapan bahwa Sayyid Utsman adalah kaki

tangan Belanda.

Sejarah terus terukir mengikuti arus globalisasi dan

beragam budaya masyarakat pada zamannya, sehingga gejala-

gejala sosial, politik, ekonomi dan budaya yang terjadi dalam

masyarakat dapat diungkapkan dan ditumpahkan dalam suatu

historiografi. Sejarah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

sosial dan budaya masyarakat. Melalui sejarah kita dapat

mengetahui pandangan suatu masyarakat.

Penelitian ini merupakan alternatif untuk mengkaji sejarah

lokal dari segi aspek budaya tanpa melupakan aspek sosialnya.

Selanjutnya tesis ini dimaksudkan untuk mengungkapkan

29

Abdullah bin Utsman Yahya, Suluh Zaman, hlm. 9

30 Sayyid `Utsman bin `Aqil bin Yahya al-`Alawi, Arti Thariqat

dengan Pendek Bicaranya (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, 1889) hlm. 9.

Page 17: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

7

masalah-masalah kebudayaan masyarakat yang melahirkan

perbedaan pandangan di kalangan masyarakat itu sendiri. Hal

inilah yang mendorong semangat peneliti untuk menjadikan

masalah tersebut sebagai objek kajian ini, serta berusaha

mengetahui nilai-nilai kehidupan yang terkandung

didalamnya.

Penulisan tesis ini akan mengkaji kontribusi Sayyid Utsman

yang mampu menghadapi dan menjawab segudang masalah

yang terjadi dalam dinamika kehidupan masyarakat Batavia,

dalam bidang sosial budaya dan pendidikan. Sosok Sayyid

Utsman pernah dibahas dalam karya-karya para peneliti

terdahulu, namun pembahasan-pembahasannya lebih

mengedepankan aspek politik. Para peneliti kurang menyoroti

kehidupan Sayyid Utsman pada aspek keagamaan, sosial

budaya, dan pendidikan. Atas dasar alasan-alasan tersebut

dalam penelitian tesis ini penulis akan mengangkat judul

KONTRIBUSI SAYYID UTSMAN DALAM KEHIDUPAN

KEAGAMAAN MASYARAKAT ISLAM BATAVIA 1862-

1914.

B. Identifikasi Masalah

Berdasakan dari uraian yang terdapat dalam latar

belakang masalah, terlihat banyak permasalahan yang perlu

dikaji. Di antaranya mengenai keberadaan tarekat dan

perkembangannya di tengah masyarakat dalam

mempertahankan Islam untuk melawan pemerintah Hindia

Belanda. Kemudian pasang surut peraturan kolonial dalam

memandang dan memperlakukan masyarakat Islam baik

pribumi maupun peranakan Arab, khusunya kalangan

mubaligh Arab. Dinamika para jamaah haji yang menetap di

Mekah yang membentuk komunitas keilmuan dan juga politik

dalam pembaharuan Islam di tanah air. Ketidakmesraan

hubungan antara kalangan ulama dan masyarakat Islam

dengan para mubaligh, qhadi, serta mufti yang diangkat dan

digaji oleh pemerintah Hindia Belanda dalam peradilan agama.

Para pejabat agama tersebut kurang dihormati karena

bekerjasama dengan pemerintah kafir, sementara kalangan

ulama pribumi yang anti kolonial memandang sinis dan

Page 18: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

8

melakukan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Begitu juga dengan hubungan Sayyid Utsman dengan

Pemerintah Hindia Belanda, bukan pencekalan yang beliau

dapat, melainkan kelancaran perjalanan dakwahnya, yang

mendapat izin dari pemerintah. Kemulusan dakwah ini

mengundang pertanyaan dari sebagian besar kalangan ulama

dan masyaarakat Islam Batavia, yang menganggapnya sebagai

kaki tangan Belanda.

Dengan pemaparan permasalahan yang ada, namun tidak

semua permasalahan akan dibahas oleh penulis, hal-hal yang

penulis utamakan yakni menggali lebih dalam tentang

kontribusi Sayyid Utsman dalam kehidupan keagamaan

masyarakat Islam Batavia, baik dalam aspek sosial, budaya,

pendidikan, serta dakwah. Penulis akan mengkaji lebih dalam

tentang pemikiran dan relasi Sayyid Utsman terhadap kondisi

sosio-keagamaan masyarakat Islam Batavia. Hal-hal yang

wajib dikaji lebih lanjut adalah mengenai interaksi Sayyid

Utsman dengan Pemerintah Hindia Belanda, sehingga dakwah

yang dijalankan mendapat kelancara, dan masyarakat Batavia

mendapat manfaat dari kelancaran dakwah tersebut.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang telah

diuraikan memiliki wilayah pembahasan yang meluas, maka

penulis perlu melakukan pembatasan-pembatasan guna

menfokuskan pembahasan. Hal pertama yang diperhatikan

adalah batas waktu tema yang diteliti, yakni hanya berkutat

pada rentang tahun 1862 masa Sayyid Utsman mengibarkan

dakwahnya, hingga akhir hayatnya di tahun 1914. Mengenai

tempat, peneliti memilih Batavia sebagai pembahasannya. Mengingat pada masa tersebut merupakan zaman

penjajahan Belanda, peneliti akan menyinggung beberapa

bentuk interaksi antara Sayyid Utsman dengan pihak Belanda.

Peneliti ingin mengungkapkan pengaruh baik dan buruk yang

diakibatkan oleh keberadaan penjajah di Batavia, terhadap

kehidupan keagamaan masyarakat. Dalam hal ini kehidupan

keagamaan yang penulis maksud adalah hal-hal yang

berhubungan dengan aspek sosial budaya, dan pendidikan. Di

Page 19: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

9

masa itu terjadi perubahan sosio-kultural yang sangat

fundamental dalam masyarakat Batavia. Adapun permasalahan pokok yang akan diulas dalam

penulisan tesis ini adalah:

1. Siapakah sosok Sayyid Utsman, dan bagaimana sejarah

perjalanan hidupnya?

2. Bagaimana pemikiran Sayyud Utsman terhadap kondisi

sosio-keagamaan masyarakat Islam Batavia yang

terkandung dalam karya-karya tulisnya?

3. Bagaimana hubungan Sayyid Utsman terhadap dengan

masyarakat Islam Batavia dan ulama-ulama Batavia

lainnya?

4. Bagimana hubungan Sayyid Utsman dengan pemerintah

Belanda, dalam hal ini Snouck Hurgronje?

5. Bagimana kontribusi Sayyid Utsman terhadap kehidupan

keagamaan masyarakat Islam Batavia?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian tesis ini bertujuan untuk:

1. Mengkaji lebih mendalam mengenai biografi Sayyid

Utsman, dan sejarah perjalanan hidupnya.

2. Menggali lebih mendalam tentang pemikiran Sayyid

Utsman terhadap kondisi sosio-keagamaan masyarakatnya

Islam Batavia yang terkandung dalam karya-karya tulisnya.

3. Mengkaji lebih mendalam tentang relasi Sayyid Utsman

dengan masyarakat Islam Batavia dan ulama-ulama lainnya.

4. Melacak lebih mendalam mengenai hubungan Sayyid

Utsman dengan pemerintah Hindia Belanda, dalam hal ini

Snouck Hurgronje .

5. Mengkaji lebih mendalam tentang kontribusi Sayyid

Utsman terhadap kehidupan keagamaan masyarakat Islam

Batavia.

Sedangkan kegunaan tesis ini adalah:

1. Menambah khazanah pengetahuan bagi para mahasiswa,

penulis, dan peneliti, tentang sejarah Islam Nusantara yang

berkaitan dengan Sayyid Utsman.

2. Menjadi inspirasi bagi para mahasiswa, penulis, dan

Page 20: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

10

peneliti Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang tertarik mengembangkan wacana

kesejarahan tentang Sayyid Utsman.

3. Menjadi bahan penelitian lanjutan bagi para mahasiswa,

penulis, dan peneliti tentang Sayyid Utsman di berbagai

institusi, baik negeri maupun swasta.

E. Kerangka Teori

Tesis ini mengulas tentang ulama Betawi dan

kontribusinya terhadap perkembangan Islam pada akhir abad

ke-19 dan awal abad ke-20. Tesis ini memperkuat teori

Azyumardi Azra yang mengungkapkan adanya keterkaitan

intelektual antara ulama Nusantara dengan ulama Timur

Tengah dan melakukan pembaharuan di tanah air. Tesis ini

menggunakan pendekatan sosial-intelektual historis untuk

menggali fenomena sejarah dengan metode deskriptif-

interpretatif analitis Penelitian tesis yang diangkat ini amat dekat kaitannya

dengan peran-peran antar subjek, maka tepat kiranya jika

menggunakan pendekatan ilmu sosial dalam analisanya.

Pendekatan ini menyinggung bagaimana kontribusi Sayyid

Utsman dalam membentuk kehidupan masyarakat Batavia

sesuai dengan nilai-nilai Islam berdasarkan Alqur’an dan

Hadits. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya,

bahwa pada masa Sayyid Utsman, telah terjadi penyimpangan-

penyimpang yang dilakukan oleh masyarakat Islam Batavia. Baik ulama maupun masyarakat memiliki keterkaitan

yang dapat dibahas melalui suatu pendekatan sosiologis, yakni

menggunakan konsep interaksi sosial. Interaksi sosial adalah

hubungan-hubungan sosial dinamis yang terkait pada relasi

antar perseorangan, individu dengan kelompok, kelompok satu

dengan kelompok lainnya. Interaksi sosial sendiri adalah kunci

bagi keberlangsungan aktivitas dalam kehidupan sosial. Secara

sederhana, interaksi sosial bisa terjadi apabila dua orang saling

bertemu, menegur, memperkenalkan diri, bahkan saling

Page 21: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

11

mempengaruhi.31

Pendekatan dengan penekanan interaksi

sosial dipandang baik guna mengungkap lebih jauh hal ihwal

komunikasi yang terjalin antara Sayyid Utsman sebagai ulama

dengan masyarakat Islam Batavia, dan kalangan ulama

lainnya, serta interaksi Sayyid Utsman dengan pemerintah

Hindia Belanda.

F. Tinjauan Pustaka

Penulis mendapat beberapa kajian tentang Sayyid Utsman

sebagai ulama Batavia pada akhir abad ke-19, yang ditulis oleh

penulis-penulis handal. Tidak banyak upaya yang dilakukan

untuk mengkaji secara kritis tetang sumber-sumber pemikiran

Sayyid Utsman, dan khususnya tentang bagaimana gagasan-

gagasan dan pemikiran Sayyid Utsman yang mempengaruhi

perjalanan historis Islam di Batavia. Kurangnya perhatian dari

para peneliti masa kini, untuk melakukan upaya pengkajian

terhadap sejarah sosial-intelektual, karena kebanyakan

perhatian mereka dicurahkan hanya untuk menyoroti persoalan

sejarah politik Islam. Sosok ulama Sayyid Utsman pernah ditulis sejarah

hidupnya oleh beberapa tokoh intelektual hebat, diantaranya;

Azyumardi Azra dalam Islam Nusantara. Azra membincang

tentang sosok Sayyid Utsman sebagai ulama penting di

Batavia yang anti bid’ah. Namun Azra menilai bahwa hingga

saat ini masih ada hal yang belum terjawab tentang Sayyid

Utsman, yakni mengenai motif fatwa-fatwa kontroversialnya.

Oleh karena itu, Azra mengharapkan harus diadakan penelitian

yang benar-benar lengkap mengenai Sayyid Utsman.32

Kemudian dalam karya yang berjudul Politik Belanda

terhadap Islam dan Keturunan Arab, Mr. Hamid Algadri

membicarakan asimilasi keturunan Arab yang dihalang-

halangi oleh pemerintah Hindia Belanda. Selain itu ada juga

pembahasan mengenai Sayyid Utsman, namun dalam

31 Yusron Razak, Sosiologi Pengantar (Ciputat: Laboratorium

Sosiologi Agama, 2008) hlm. 57. 32

Azyumardi Azra, Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal

(Jakarta: Prenada Media, 2002) hlm. 164.

Page 22: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

12

pembahasan yang dipaparkan Algadri kurang mengedepankan

aspek sosial, karya Algadri tersebut lebih mencondongkan

pembahasan pada aspek politik .33

Dalam riset Prof. Lodewijk Willem Cristian van den Berg,

diungkapkan bahwa keturunan Arab di Nusantara dapat cepat

membaur dengan masyarakat pribumi. Namun riset tersebut

hanya mengulas komunitas keturunan Arab di Nusantara

secara global, pembahasannya kurang memadai. Berg tidak

memaparkan keberadaan Sayyid Utsman dalam kehidupan

keagamaan masyarakat Islam Batavia.34

Begitu juga dalam karya yang berjudul Beberapa Aspek

Tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19, karangan Karel A.

Steenbrink,35

yang mengungkapkan bahwa Sayid Usman

adalah seorang pembaharu.36

Namun penulis menilai bahwa

pembahasan Steenbrink kurang memadai, kajiannya tidak

mengungkapkan tentang kontribusi Sayyid Utsman dalam

kehidupan keagamaan masyarakat Islam Batavia.

G. Metode Penelitian

Sebagai kajian historis maka metode penelitian yang

digunakan adalah metode sejarah. Dengan metode ini peneliti

melakukan pelacakan terhadap asal mula kehadiran dan

perkembangan Islam di Batavia. Hal ini dipandang penting,

sebagai upaya untuk melakukan penelitian terhadap

perkembangan yang terjadi di masyarakat Batavia. Metode sejarah meliputi empat tahap yakni: heuristik,

kritik, interpretasi, dan historiografi. Heuristik adalah tahap

33

Hamid Algadri, Politik Belanda terhadap Islam dan Keturunan

Arab (Jakarta: Sinar Harapan, 1984). hlm. 137 34

L. W. C. Van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara

(Jakarta: INIS, 1989) hlm. 95. 35

Nama lengkapnya Karel A. Steenbrink, lahir di Breda, Belanda

pada 16 Januari 1942. seorang Professor Emeritus Intercultural theology di

Universitas Utrecht dan sudah banyak menulis buku tentang sejarah Islam di

Indonesia. 36

Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia

Abad Ke-19 (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) hlm. 31

Page 23: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

13

mengumpulkan sumber sejarah secara sistematis dan effektif

dengan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah. Tahap kritik adalah

menilai sumber-sumber yang diperoleh secara kritis. Tahap

interpretasi adalah pemberian tafsir atau makna pada sumber

yang telah dikritik agar dapat ditemukan keterkaitan antara

sumber yang satu dan lainnya. Tahap historiografi adalah tahap

penulisan sejarah yakni menyajikan suatu gambaran yang utuh

tentang pokok permasalahan yang dikaji.

Desain penelitian yang dikembangkan adalah bentuk

eksploratif, artinya suatu penelusuran sumber-sumber arsip

dan kepustakaan yang memungkinkan ditemukannya data-data

historis baik yang bersifat primer, sekunder, maupun tersier.37

Dalam sumber primer, peneliti mempergunakan sekitar 2

manuskrip dan 45 kitab yang merupakan hasil karya Sayyid

Utsman, penulis juga menggunakan 3 manuskrip kumpulan

dari surat-surat dan karangan-karangan Snouck Hurgronje,

serta beberapa naskah koleksi Arsip Nasional Republik

Indonesia yang berkaitan dengan kajian tesis ini. Sementara

sumber sekunder yang digunakan penulis adalah karya-karya

para ilmuwan yang telah dicetak baik dari dalam maupun luar

negeri. Sedangkan sumber tersier yang penulis gunakan

berasal dari ensiklopedia dan beberapa buku teks.

Melalui pendekatan multidimensional maka pemahaman

terhadap sumber-sumber tersebut akan menggunakan berbagai

konsep ilmu sosial, khususnya antropologi dan sosiologi.

37

Sumber primer adalah bukti-bukti tertulis tangan pertama mengenai

sejarah yang dibuat satu zaman dengan waktu peristiwa yang terjadi, ditulis

oleh orang yang ada atau hadir pada peristiwa tersebut. Contohnya adalah

catatan harian, korespondensi, dan surat kabar. Jenis ini dapat pula mencakup

peninggalan atau naskah yang dibuat setelah kejadian oleh orang yang ada

pada peristiwa tersebut. Sementara sumber sekunder adalah istilah yang

digunakan dalam historiografi untuk merujuk pada karya-karya sejarah yang

ditulis berdasarkan pada sumber-sumber primer dan biasanya dengan merujuk

pula pada sumber-sumber sekunder lainnya. Sedangkan sumber tersier

adalah kompilasi berdasarkan sumber primer dan sekunder. Jenis ini sering

ditujukan untuk menampilkan informasi yang diketahui dengan cara nyaman

tanpa klaim mengenai orisinalitasnya. Contoh umum adalah ensiklopedia dan

buku teks. Allan, J. Lietman, and Vallerie French. Historians and The Living

Past (Illionist: Haarlan Davidson, 1978). hlm. 38

Page 24: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

14

Kerangka analisis yang dikembangkan sesuai dengan

pendekatan multidimensional, dengan demikian konsep-

konsep ilmu sosial akan banyak dilibatkan di dalamnya.

Berangkat dari pemikiran Weber bahwa perubahan yang

terjadi dalam berbagai aspek keagamaan berasal dari para

pemimpin agamanya,38

maka perkembangan masyarakat

sangat ditentukan oleh kharisma, otoritas dan status sosial

seorang ulama sebagai pemimpin kehidupan beragama.

H. Sistematika Penulisan

Penyajian tesis ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama

merupakan bab pendahuluan, sebagaimana yang telah

diuraikan di bab satu yang memaparkan beberapa pembahasan

pokok mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan. Penelitian kemudian disajikan dalam empat bab

berikutnya. Penjelasan bab per bab ditampilkan sebagai satu

kesatuan yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya. Bab dua

mengetengahkan pokok tinjauan terkait dengan Dinamika

Kehidupan Masyarakat Islam Batavia 1862-1914.

Permasalahan yang dibahas dalam bab ini terkait uraian

tentang letak geografis Batavia dan Sejarah Pemerintahan

Batavia, Struktur Sosial Budaya Masyarakat Batavia,

Kehidupan Keagamaan Masyarakat Islam Batavia, dan

Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam Batavia. Selanjutnya, pembahasan pada bab tiga, Sejarah Hidup

Dan Pemikiran Sayyid Utsman dalam Karya-Karyanya. Di

dalamnya membahas tentang sejarah hidup, pemikiran serta

karya-karya Sayyid Utsman. Kemudian akan dibahas pula

mengenai interaksi Sayyid Utsman dengan pemerintah Hindia

Belanda, dan relasi Sayyid Utsman dengan ulama-ulama dan

Masyarakat Islam Batavia.

38

Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu

Analisis karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber. terjemahan Soeheba

Kramadibrata (Jakarta: UI Press, 1985) hlm. 14.

Page 25: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

15

Kemudian, bab empat akan dijelaskan tentang Kontribusi

Sayyid Utsman dalam Kehidupan Masyarakat Islam di Batavia

1862-1914, dalam Bidang Keagamaan, Bidang Sosial Budaya,

Bidang Pendidikan dan dalam Bidang Dakwah.

Pada bagian terakhir, bab lima akan dibahas kesimpulan

kontribusi Sayyid Utsman terhadap kehidupan sosio-

keagamaan masyarakat Islam di Batavia dalam bidang

Keagamaan, Sosial Budaya, Pendidikan dan Dakwah. Bagian

ini dapat menarik benang merah dari paparan pada bab-bab

sebelumnya menjadi satu rumusan yang dipahami. Bab ini

sekaligus menjadi bab penutup.

Page 26: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

16

BAB II

DINAMIKA KEHIDUPAN

MASYARAKAT ISLAM BATAVIA

Dalam bab ini pembahasan yang akan dikaji mengenai letak

geografis Batavia pada tahun 1862-1914. Pembahasan

selanjutnya mengenai kondisi kehidupan keagamaan masyarakat

Islam Batavia yang masih dipenuhi dengan praktik-praktik tradisi

Hindu dan paganimisme, serta struktur sosial masyarakat Batavia

yang terbagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan agama, ras,

etnis, dan suku bangsa. Selanjutnya akan dikaji pula kondisi

pendidikan Islam masyarakat Islam Batavia sebelum maupun

sesudah kehadiran Sayyid Utsman, yang telah menumbuhkan

majelis-majelis taklim, sehingga melahirkan kader-kader dakwah

untuk generasi di masa berikutnya. Pemaparan tentang dinamika

masyarakat Islam Batavia akan penulis sajikan berdasarkan

beberapa bidang, di antaranya bidang politik, bidang sosial-

budaya, bidang keagamaan, dan bidang pendidikan.

A. Letak Geografis Batavia

Batavia merupakan nama sebuah kota yang sebelumnya

bernama Sunda kelapa yang pernah menjadi pelabuhan

sebagai basis kekuatan bagi Kesultanan Jayakarta pada

rentang waktu 1527. Letak Batavia saat itu merupakan daerah

yang sekarang kita kenal dengan nama Pasar Ikan dan Kota

Tua yang terdapat di Jakarta Utara. Di mana kedua tempat

tersebut menjadi pusat perdagangan terbesar di Nusantara.20

20

Willard A. Hanna, Hikayat Jakarta (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1998), hlm. 2.

Page 27: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

17

Para utusan Belanda datang membawa misi-misi tertentu,

mulai dari misi dagang, politik bahkan sampai misi kristenisasi

(Zending).

Kemudian Pemerintah Batavia saat itu memindahkan pusat

pemerintahan dari yang awalnya terletak di kawasan Kota Tua

dan Pasar Ikan, beralih ke daerah Menteng (dulu,

Weltevreden) tepat pada tahun 1809. Pemindahan pusat

pemerintahan ini dilatarbelakangi karena daerah Kota Tua

telah menjadi sarang penyakit malaria dan kolera.32

Ada pun

batas-batas Menteng, pada tahun 1862 adalah sebagai berikut: Sebelah Barat : Sungai Ciliwung

Sebelah Timur : Gunung Sahari- Pasar Senen (Grote

Zuideweg)

Sebelah Selatan : Kramat Raya sampai Prapatan

Sebelah Utara : Jalan Pos (Postweg) dan Jalan Dr. Sutomo

(Schoolweg)

Pemindahan pusat pemerintahan Batavia berada di sekitar

Lapangan Banteng (dulu Lapangan Singa), di seberangnya

dibangun sebuah istana yang megah untuk Gubernur Jenderal,

kemudian digunakan sebagai tempat penerima tamu penting

(kini berfungsi sebagai gedung Departemen Keuangan), dan

beberapa asrama dan mess militer di sekitar Lapangan

Banteng juga dibangun oleh Daendels sebagai pusat

pertahanan militer. Pembaharuan tersebut menjadikan kota ini

menjadi Batavia Baru (Nieuw Batavia) yang meluas ke

berbagai penjuru.

32

Alwi Shihab, Robinhood Betawi: Kisah Betawi Tempo Doeloe. hlm

50-51. Lihat juga A. R. T. Kemasang , The Dutch Role in the 1740 Chinese

Pogroms in Java, hlm. 3-26. Bisa juga ditelusuri dalam Leonard Blusse,

Batavia 1619-1740: The Rise and Fall of a Chinese Colonial City, hlm. 159-

178. Adanya pembantaian kurang lebih 10.000 orang Cina tewas, setelah

diserang oleh pasukan tentara Belanda. Mayat-mayat yang berserakan dengan

penuh darah membawa dampak buruk bagi kebersihan dan kesehatan

masyarakat daerah Pasar Ikan dan Kota Tua, di mana saat itu daerah tersebut

menjadi sarang penyakit malaria dan kolera.

Page 28: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

18

Pemerintahan ini mengalami perubahan setelah kehadiran

seorang ilmuwan Belanda Snouck Hurgronje 33

yang

memohon izin untuk mengadakan penelitian terhadap

studinya yang dianggap memberi keuntungan terhadap

pemerintah Hindia Belanda. Melalui lembaga Batavia untuk

Seni dan Ilmu Pengetahuan (Bataviaasch Genootschap van

Kunsten en Wetenschappen, yang telah didirikan oleh

Raffles), mendukung rencana Snouck tersebut.

Setelah mendarat di Batavia pada tanggal 11 Mei 1889,

Snouck bekerja sebagai pegawai pemerintah, dan dengan

mudah menjalin keakraban dengan pribumi Batavia, termasuk

ulama. Melihat kepintaran Snouck dalam mendekati

penduduk jajahan, Gubernur Jenderal Cornelis Pijnacker

Hordijk mengabulkan permohonan penelitian itu, dan

menunjuk beberapa orang untuk menjadi asisten Snouck,

salah satunya adalah Sayyid Utsman, ulama peranakan Arab

yang tinggal di Batavia. Snouck menduduki jabatan resmi sebagai penasihat resmi

bidang bahasa Timur dan hukum Islam (Kantoor Adviseur

voor Oostersche Talen en Mohammedaans Rechts). Pada 20

Juni 1889 Snouck menulis nasihat berjudul “Bedevaart en

Pelgrims” yang mengusulkan pada konsul Belanda di Jeddah

agar membatasi dan jangan mempermudah kepergian

penduduk Hindia Belanda ke Makkah. Snouck menyadari bahwa imigran Arab merupakan tokoh

yang berperan dalam kebangkitan perlawanan bangsa

Indonesia. Maka pada 22 Desember 1902 Snouck menentang

kebijakan “eijken en passentelsel” yang melonggarkan

masuknya imigran Arab dan mencabut pemisahan pemukiman

orang Arab di Nusantara. Snouck mengatakan:

“Adanya orang Hadramaut di negeri ini dipandang dari

sudut politik selalu merugikan dan menjadi suatu

bahaya. Jika batas yang sekarang berlaku bagi mereka

33

Snouck hurgronje seorang orientalis Belanda yang lahir di Tholen,

Oosterhout pada 8 Februari 1857 dan meninggal di Leiden pada 26 Juni 1936

pada umur 79 tahun.

Page 29: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

19

mengenai tempat tinggal dan kebebasan bepergian

dicabut, dan pulau Jawa terbuka bagi mereka, maka

jumlah mereka akan menjadi puluhan ribu dan tidak

mungkin lagi mengawasi mereka.” 34

B. Struktur Sosial Budaya Masyarakat Batavia Membincang masyarakat Batavia yang terdiri atas

berbagai bangsa, ras, etnis, suku, dan agama. Semua itu

merupakan hal penentu dalam struktur kehidupan sosial,

penempatan pekerjaan, alokasi tempat tinggal, dan berbagai

peluang bisnis lainnya.

Kehidupan masyarakat Batavia mendapat perlakuan yang

kurang menyenangkan dari Pemerintah Hindia Belanda kala

itu, yakni mengkotak-kotakan etnis-etnis berdasarkan tempat

tinggal di Batavia, seperti Kampung Pecinan untuk etnis Cina,

Pekojan untuk peranakan Arab, dan lain sebagainya. Dalam

lingkup pemukiman ini, pemerintah mengangkat seorang

kepala kampung, yang akan bertanggungjawab atas apa yang

dilakukan warganya. Mereka diwajibkan mematuhi aturan-

aturan yang telah dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda,

mulai dari pembayaran pajak, pemakaian busana, penampilan

fisik, menjaga perdamaian dengan etnis lain, dan harus

meminta izin kepada pemerintah jika meninggalkan kampung

untuk bepergian dalam beberapa waktu ke daerah lain. Mereka

yang meinggalkan kampung harus membekali diri dengan

passen stelsel (surat izin jalan, yang didapat dari pemerintah

Belanda, dengan sejumlah persyaratan).35

Berdasarkan Aturan Pemerintah (Regeering Reglement)

yang disingkat RR nomor 75, pemerintah Hindia Belanda

menggolongkan masyarakat yang berada di bawah

kekuasaannya menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok pertama terdiri dari orang-orang Eropa

34

Hamid Algadri, C. Snouck Hurgronje, Politik Belanda terhadap

Islam dan Keturunan Arab (Jakarta: Sinar Harapan, 1984) hlm. 85 35

Mona, Lohanda, Growing Paints, the Chinese and the Dutch in

Colonial Java 1890-1942 (Jakarta: Yayasan Loka Cipta Karya, 2002) hlm. 27.

Page 30: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

20

(Europeanen) meliputi bangsa Belanda, Portugis, Inggris,

Perancis, Jerman, baik warga yang aktif maupun non-aktif

dalam pemerintahan. Dalam Ketetapan Umum Perundang-

undangan (Algemeene Bepaling van Wetgeving) tahun 1894,

pemerintah menetapkan bahwa kedudukan pribumi yang

beragama Kristen, disamakan dengan orang-orang Eropa

menduduki kelas teratas.36

2. Kelompok kedua terdiri dari orang-orang dari Timur Asing

(Vreem de Oasterlingen) meliputi orang-orang China,

Jepang, Arab, Persia, India, Srilanka, Bangladesh, dan

Filipina. Orang-orang dalam kelompok ini dikenal dengan

sebutan Moor, biasanya orang-orang India mencari nafkah

sebagai pedagang tekstil dan barang-barang yang

didatangkan dari Bombay.37

Orang-orang Arab sangat

bergantung pada pembelian lada di Banten, mereka

bertanggung jawab untuk menyediakan rempah-rempah dari

Asia ke negara-negara di Timur Tengah.

3. Kelompok ketiga merupakan kaum pribumi yang beragama

Islam (Inheemsen, atau lebih populer dengan sebutan

Indische). Meliputi, orang-orang yang berasal dari Jawa,

Sumatra, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Sunda, Bali, dan

budak-budak belian yang didatangkan oleh Belanda dari

berbagai daerah dan negara.38

Perkawinan-perkawinan yang

terjadi antar suku dan antar bangsa tersebut menjadi cikal

bakal orang Betawi di kemudian hari. Penggolongan

36

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia ……… hlm. 9. 37

Tawalinuddin Harris, Kota dan Masyarakat Jakarta: Dari Kota

Tradisional ke Kota Kolonial Abad XVI-XVIII. 38

Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta:

Dian Rakyat, 1977) hlm. 182-183. Bisa ditelusuri dalam Lihat juga B. Ter

Haar, Adat Law in Indonesia (Jakarta: Bhratara, 1962) hlm. 151. Suku Betawi

sebenarnya terhitung pendatang baru, yang lahir dari perpaduan berbagai

kelompok etnis. Antropolog Univeristas Indonesia, Dr Yasmine Zaki Shahab

MA menaksir, etnis Betawi baru terbentuk sekitar tahun 1815-1893. Perkiraan

ini diperkuat oleh sejarawan Australia, Lance Casle. Di zaman kolonial

Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, di mana dikategorisasikan

berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk

Batavia tahun 1615 hingga 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan

etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi.

Page 31: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

21

kelompok-kelompok ini memberi tekanan kepada pribumi

Islam yang setiap gerak-geriknya mendapat pengawasan

pemerintah. Dalam kelompok pribumi itu, pemerintah

masih membedakan lagi ke dalam beberapa tingkatan,

yaitu:

a. Tingkat pribumi pertama, meliputi orang-orang yang

berasal dari keturunan kerajaan-kerajaan yang setia

kepada Belanda. Mereka diangkat dan diamanahi

jabatan-jabatan dalam pemerintahan di tingkat

kabupaten, tingkatan pribumi ini disebut Priyayi.39

Ciri

khas mereka berjalan sambil berjongkok dengan kedua

telapak tangan terkatup ketika melewati orang Eropa

seperti menghormati seorang ningrat Jawa. Bahkan,

priyayi yang bekerja sebagai pegawai kolonial meski

telah mengecap pendidikan Barat pun harus duduk di

lantai ketika memberikan laporan pada pegawai Belanda

muda.

b. Sementara tingkat pribumi kedua meliputi orang-orang

yang taat beragama Islam, kalangan ini dikenal dengan

Santri, gerak-gerik mereka selalu diawasi dan dicurigai

oleh pemerintah yang khawatir akan adanya pergerakan

mendirikan negara Islam.

c. Tingkatan pribumi terakhir disebut kaum Abangan, yang

merupakan keturunan dari kerajaan Majapahit yang

tunduk di bawah kerajaan Islam, mereka anti dan kontra

terhadap pemerintahan Belanda. Kaum Abangan ini

dicurigai akan merebut pemerintah dari Belanda, dan

menghidupkan lagi kerajaan Majapahit.40

39

Alfian, Islamic Modernism Indonesian Politics: The

Muhammadiyah Movement During The Dutch Colonial Period 1912-1942

(University of Wisconsin, Microfilms, 1969) hlm. 228. Dapat juga telusuri D.

M. G. Koch, Menuju Kemerdekaan Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia

Sampai 1942, terj. Abdoel Moeis (Jakarta: Yayasan Pembangunan, 1951) hlm.

8-9. 40

Deliar, Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942

(Jakarta: LP3ES, 1980) hlm. 28-34. Telusuri juga Chr. L. M. Penders,

Indonesia Selected Documents on Colonialism and Nationalism 1830-1942

(Queensland: Queensland University Press, 1977) hlm. 31-33`

Page 32: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

22

Selain itu pemerintah juga menerapkan aturan ketat

mengenai cara berpakaian masyarakat Batavia yang beraneka

ragam bangsa dan suku bangsa, di antaranya, pemerintah

memperbolehkan pribumi Kristiani memakai pakaian bergaya

Eropa. Bagi bangsa-bangsa Timur, diwajibkan memakai

pakaian berdasarkan budayanya masing-masing, sedangkan

pribumi Islam dianjurkan memakai pakaian sesuai adat daerah

asalnya. Kebaya dan kain sarung menjadi pakaian khas bagi

perempuan Batavia, dan sementara baju koko dan celana

panjang merupakan pakaian khas bagi pria Batavia.

Berdasarkan peraturan tersebut pemerintah akan memberi

sanksi kepada siapa saja yang meniru-niru atau meminjam

pakaian yang tidak sesuai dengan budaya dan bangsanya

sendiri.41

Masyarakat Batavia dikonsentrasikan pada

perkampungan-perkampungan yang namanya diambil

berdasarkan suku komunitas yang menempatinya, seperti

Pecinan tempat tinggal bagi masyarakat Cina, Kampung

Melayu bagi masyarakat yang berasal dari wilayah Melayu,

Kampung Ambon tempat tinggal masyarakat yang berasal dari

Ambon, Kampung Bali untuk masyarakat yang berasal dari

Bali, Kampung Bandan, Kampung Pekojan dan lain

sebagainya.

Beraneka ragam suku dan bangsa yang memiliki banyak

budaya, pastinya memiliki beraneka ragam bahasa. Bahasa-

bahasa daerah yang mereka miliki agak sukar diterapkan

dalam pergaulan di masyarakat Batavia, sehingga mereka

memilih bahasa Melayu sebagai alat komunikasi. Meskipun

jumlah masyarakat Jawa mendominasi kota Batavia, namun

masyarakat menganggap bahasa Melayu lebih mudah

diucapkan daripada bahasa Jawa dan Sunda,42

Hal ini

41

Kees van Dijk, Sarung, Jubah dan Celana: Penampilan Sebagai

Sarana Pembedaan dan Diskriminasi, dalam Henk Schulte Nordholt (ed.),

hlm. 66. 42

Muhammad Zafar Iqbal, Islam di Jakarta Studi Sejarah Islam dan

Budaya Betawi. Tesis Ph.D, (Jakarta: Sekolah Pascasarjana IAIN Syahid,

2002) hlm. 141.

Page 33: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

23

menyebabkan bahasa Betawi lebih bercorak Melayu. Di

samping itu keberadaan masyarakat Arab pun memberi

pengaruh terhadap bahasa Betawi hingga masa kini, terbukti

pada beberapa kosakata di antaranya ane, yang berasal dari

bahasa Arab ana, artinya saya, ente dari kata anta berarti

kamu, fulus dari kata fhulus berarti uang, masjid dari kata

masajid, kitab dari kata kitaabun, dan kosakata-kosakata

lainnya. Begitu juga dengan pengaruh bahasa yang dibawa

oleh orang Cina, pasti pembaca pernah mendengar kata pe-goh

yang berasal dari bahasa Cina yang berarti seratur lima puluh,

go-pe yang berarti lima ratus, dan masih banyak kosa kata

lainnya.

Pada akhir tahun 1869 Terusan Suez dibuka, ini

menguntungkan bagi perkembangan jaringan perhubungan dan

komunikasi antar benua Eropa dan Asia. Adanya beberapa

perkembangan teknologi, seperti penemuan kapal uap yang

manfaatnya sangat berperan bagi masyarakat Batavia dalam

menunaikan ibadah haji, sebelumnya mereka berangkat

menggunakan kapal laut yang menghabiskan waktu dalam

perjalanan berbulan-bulan lamanya. Pada tahun 1881 telah

dibangun jaringan kereta api Batavia–Buitenzorg (kini Bogor),

Kota–Tanjung Priok, dengan menggunakan tenaga uap,

kemudian diganti dengan tenaga listrik pada tahun 1897.

Kemajuan masyarakat Batavia terlihat pada tahun 1890,

dengan adanya penggunaan alat-alat teknologi seperti mesin

cetak litografi, percetakan foto, fonograf, kotak musik, dan

pengiriman suara, naskah, dan gambar melalui mesin cetak.

Sehingga terbit buku-buku yang mengandung cerita-cerita

tentang jagoan Betawi yang populer seperti Si Pitung, Si

Jampang Jago Betawi, Nyai Dasima, Tuan Tanah Kedaung,

Macan Kemayoran, dan Si Ayub dari Teluk Naga, sudah

dikenal melalui lenong, bahkan sudah dilayarlebarkan. Bahkan

kisah tragis Sara Specx bersama sang kekasih telah menjadi

cerita rakyat di Betawi secara turun-temurun. Kisah tersebut

diangkat ke dalam sebuah roman oleh Tio Ie Soei, seorang

sastrawan Melayu Tionghoa. Judulnya, Sara Specx: Satoe

Kedjadian jang betoel di Betawi di Djaman Pamerentahannja

Jan Pieterszoon Coen dalam tahun 1629 (Hiboerankoe,

Page 34: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

24

1926, dengan nama Tjoa Pit Bak). Selain itu mereka juga

sudah mulai mengenal berita harian Bintang Betawi. 43

Dalam penerbitan suatu karangan atau karya ilmiah,

pemerintah memberlakukan proses uji sensor terhadap semua

kalangan masyarakat Batavia, termasuk mengawasi isi dan

dampak karya ilmiah tersebut bagi kepentingan pemerintahan.

Hal itu terbukti dengan adanya pelarangan penerbitan Oud en

Nieuw Oost-Indien, karya Valentyn.44

Pencabutan hak terbit

Bataviasche Nouvelles,45

yang pernah beredar selama 16

bulan. Penentangan atas karya-karya ini diakibatkan oleh

ketidaksukaan pemerintah. Peredaran karya-karya tersebut

dianggap berbahaya bagi keberlangsungan kolonial Belanda,

dikhawatiran saingan-saingan VOC akan mendapat

keuntungan dari berita-berita tersebut.

Pada tahun 1899 pemerintah Hindia Belanda

menyuguhkan kepada masyarakat Batavia, pertunjukan musik,

festival populer, pesta anak-anak, kembang api, parade

militer, prosesi, dan tarian-tarian. Bahkan diadakan juga

sebuah resepsi di kediaman Gubernur Jenderal Carel Herman

Aart van der Wijck, yang mengundang sebagian penduduk

priyayi untuk berpartisipasi dalam acara tersebut.

Kegelamoran masyarakat elit Batavia tergambar pada tahun

43

Matthew Isaac, Cohen, Komedie Stamboel:Popular Theater in

Colonial Indonesia, 1891-1903. (Ohio University press, 2006) hlm. 7. 44

Nama lengkapnya Francois Valentine, seorang pendeta yang

berkelana ke Hindia Belanda, dan pernah menerjemahkan Alkitab ke dalam

bahasa Melayu. Dalam karyanya, ia menggambarkan flora-fauna, menjelaskan perkembangan, serta mengkritik

tingkah laku kehidupan para pejabat VOC atas penduduk jajahannya mengenai

politik, perang dan kontrak dagang. 45

Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnemente atau sering

disingkat sebagai Bataviasche Nouvelles adalah surat kabar modern pertama

yang terbit di Batavia pada 7 Agustus 1744, berbahasa Belanda, yang

bermaksud memuat kabar dalam negeri, berita kapal, serta kritik tentang pola

hidup pejabat VOC. Tahun 1776-1809 dapat terbit lagi dengan nama yang

berbeda, Het Vendu Nieuwus (Berita Lelang), tetapi surat kabar ini tidak

memuat keterangan dalam negeri, dan disensor sangat ketat. Izin penerbitan

diberikan kepada L. Dominicus, seorang juru cetak di Batavia, karena

diperlukan publikasi tentang pelelangan yang pernah diadakan VOC.

Page 35: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

25

1903 yang telah mengimport mobil dari negara-negara Eropa

dan Amerika, diperkirakan jumlah mobil mencapai tiga juta

unit sedangkan sepeda motor 5,5 juta unit.46

Keberadaan mobil

begitu cepat bertambah dan membuat Batavia menjadi sangat

ramai.

Nusantara yang sekarang menjadi bangsa Indonesia,

sumber daya alamnya dikeruk terus menerus oleh penjajah

Belanda. Sehingga keuntungan mengalir terus ke negeri

Belanda, sementara rakyat Indonesia tetap miskin. Keadaan ini

sangat menggelisahkan kaum Importir Belanda yang

membawa barang hasil industri dari Eropa ke Indonesia.

Importir Belanda tidak dapat menjual barangnya karena daya

beli masyarakat sangat rendah, sedangkan industri di negeri

Belanda sedang pesat. Mereka menginginkan agar Indonesia

yang banyak penduduknya itu menjadi pasar bagi industri

Belanda. Sedangkan para eksportir mendapat laba besar

dengan membawa barang mentah dari Indonesia. Untuk

memenuhi kaum importir tidak ada jalan lain yang harus

segera ditempuh selain memperbaiki dan membuat ekonomi

rakyat Indonesia yang sudah rusak.

Selain itu pada tahun 1899 terbit sebuah artikel oleh Van

Devender berjudul “Hutang Kehormatan” dalam majalah De

Gids. Di situ ia mengemukakan bahwa keuntungan yang

diperoleh oleh Indonesia selama ini hendaknya dibayar

kembali dari perbendaharaan Negara. Peristiwa itu dapat

dipandang sebagai ekspresi ide yang baru kemudian dikenal

dengan politik etika. Van Devender menganjurkan program ini

untuk memajukan kesejahteraan rakyat dengan memperbaiki

irigasi agar memprodusi pertanian, menganjurkan transmigrasi

dan perbaikan dalam bidang pendidikan. Ia juga

mengembangkan pengajaran bahasa Belanda secara kultural

yang lebih maju dan dapat menjadi pelopor bagi bangsanya.

46

JJ. de Vries, Batavia Sudah Dijejali Mobil dalam Batavia Digital

(Batavia: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 1925)

Page 36: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

26

Faktor lain yang menyebabkan berlangsungnya politik

etika ini ialah kebangkitan Nasional dengan berdirinya Budi

Utomo pada tahun 1908, berdirinya Sarikat Islam sebagai

partai politik pertama di Indonesia yang didasarkan atas

organisai Barat didirikan tahun 1919, adanya Volksraad tahun

1918 yang merupakan saluran bagi orang Indonesia untuk

menyatakan pendapatnya terhadap pemerintah Hindia Belanda.

C. Kehidupan Keagamaan Masyarakat Islam Batavia Pada tahun 1642 pemerintahan Hindia Belanda

mengumpulkan peraturan yang akan diberlakukan kepada

masyarakat Islam Batavia. Kumpulan peraturan tersebut

dikenal dengan nama Statuta Batavia atau Statuten van

Batavia.47

Kemudian pemerintah Hindia Belanda mengamati

bahwa jauh sebelum kedatangan Bangsa Eropa, Islam telah

mendapat tempat di hati masyarakat Batavia. Masyarakat

masa itu sudah menerima Islam dalam berbagai dimensi

kehidupan, baik pidana maupun perdata. Pemerintah Hindia

Belanda menyadari bahwa kondisi di daerah jajahannya telah

terlebih dahulu mengadopsi hukum Islam (Mohammedan

Recht) dan hukum pidana adat (Adat Recht) dalam

menyelesaikan suatu permasalahan dalam berbagai bidang.48

Melihat hal demikian, timbul keinginan VOC untuk

menandingi dan mengganti secara paksa dengan hukum

Belanda yang telah dibuat oleh VOC. Namun hal tersebut

mengalami perbenturan, karena terdapat perbedaan

pemahaman dalam hukum-hukum tersebut. Salah satunya

pemahaman mengenai kejahatan dan pelanggaran yakni,

“Suatu perbuatan yang menurut hukum pidana adat bukanlah

dianggap sebagai kejahatan,” namun menurut VOC

perbuatan tersebut dianggap kejahatan, sehingga perlu

47

Bernard, Hubertus Maria Vlekke, Nusantara: Sejarah Indonesia.

hlm. 504 48

Bustanul Arifin, Dimensi Hukum Islam dalam Hukum Nasional.

(Jakarta: Gema Insani Press, 1999) hlm. 33.

Page 37: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

27

dipidana dengan hukuman yang setimpal.49

Bentuk campur

tangan VOC dalam hukum pidana adat adalah pemaksaan

pemberlakuan hukum Belanda yang harus digunakan para

hakim pribumi kepada pelaku kejahatan, seperti dipenjara cap

bakar, dirantai, diasingkan ke suatu daerah, dan dihukum

pancung yang disaksikan masyarakat.

Pada mulanya pemerintah Hindia Belanda tidak

mempunyai keberanian untuk ikut campur dalam kehidupan

masyarakat Islam berada di bawah jajahannya, hal itu

disebabkan kurangnya pengetahuan pemerintah terhadap

agama Islam, belum adanya keahlian berbahasa Arab yang

memadai sehingga menimbulkan ketakutan adanya

pemberontakan orang-orang Islam fanatik, namun di lain sisi

Belanda juga optimis bahwa keberhasilan kristenisasi akan

segera menyelesaikan semua persoalan yang dihadapi

Belanda. Selain ketakutan yang dialami, Belanda juga belum

mengetahui sistem sosial kehidupan agama Islam yang

berlangsung di Batavia waktu itu, keengganan mencampuri

masalah Islam ini terdapat di Undang-undang pemerintah

Hindia Belanda yang berbunyi:

“Setiap warga negara bebas menganut pendapat

agamanya, tidak kehilangan perlindungan masyarakat

dan anggotanya atas pelanggaran peraturan umum

hukum agama”, akibatnya pada tahun 1865 pemerintah

Belanda tidak sudi memberikan bantuan bagi

pembangunan suatu masjid.”50

Berdasarkan data-data yang penulis dapat, sejak tahun

1862 hingga tahun 1914 menggambarkan bahwa Islam

merupakan agama mayoritas di Batavia, disusul Kristen,

49

Pemerintah Hindia Belanda berusaha mengganti Hukum Islam dan

hukum Pidana Adat (terutama yang tak sejalan dengan tujuan misi-misi

pemerintah Hindia Belanda). Namun peraturan-peraturan yang diterapkan oleh

pemerintah VOC seringkali berubah-ubah sesuai dengan kepentingan

pemerintah VOC yang seringkali merugikan rakyat. Hardy Haldi. Sejarah

Hukum Pidana di Indonesia (Sebuah artikel). 50

Pasal tersebut terdapat dalam undang-undang Hindia Belanda di

ayat 119 RR

Page 38: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

28

Budha, Hindu dan lain-lain. Pada masa itu bisa dikatakan

bahwa etnis Betawi serta pribumi yang berasal dari Jawa,

Sumatra, Sulawesi dan daerah lainnya, kebanyakan menganut

agama Islam. Khusus bagi etnis Betawi, keluar dari agama

Islam adalah suatu perbuatan tercela dan hina. Sedangkan

agama Kristen pada umumnya berasal dari keturunan atau

peranakan bangsa Eropa, seperti Belanda, Portugis, Inggris,

Jerman, dan bangsa lainnya. Untuk penganut agama Budha,

merupakan masyarakat dari keturunan etnis China. Begitu juga

dengan agama Hindu yang merupakan sisa-sisa keturunan dari

masyarakat Hindu Pajajaran, yang pada masa Kesultanan

Jayakarta tunduk sebagai penduduk Zimmy, serta orang-orang

pendatang dari India.51

Dalam aspek peribadatan, pemerintah

Hindia Belanda-Inggris memberikan kelonggaran dalam hal

praktik adat istiadat, tradisi, ritual dan kekerabatan di dalam

lingkup masyarakat Batavia, namun ketetapan pemerintah

Hindia Belanda seringkali tidak konsisten, terkadang banyak

peraturan yang telah dibuat namun tidak dijalani bahkan

dilanggar pula.

Pada era kekuasaan Raffles, hukum yang berlaku di Batavia

adalah hukum Islam dan Deandles yang menginspirasi Van den

Berg untuk melahirkan teori pengakuan pemerintah kolonial

terhadap berlakunya hukum Islam bagi masyarakat setempat.52

Van Der Berg, merumuskan pandangan tentang hukum Islam

(Mohammadansche Recht) yang berlaku bagi masyarakat

Islam, walaupun terdapat penyimpangan-penyimpangan.

Pandangan itu didukung oleh laporan-laporan Winter Solomon

Keyzer (1823-1868) dan diperkuat oleh data-data Carel

Frederik Winter (1799-1859), yang menyatakan bahwa hukum

Islam adalah hukum yang sebenar-benarnya berlaku bagi

masyarakat Islam saat itu. Dalam teorinya Berg menyatakan

bahwa:

“Bagi orang Islam yang berlaku penuh adalah hukum

Islam sebab dia telah memeluk Islam walaupun dalam

51

Badan Pusat Statistik. Agama Masyarakat Batavia Tahun 1862. 52

A. Rahmat Rosyadi, M. Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam di

Indonesia dalam Perspektif Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2006), hlm. 75

Page 39: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

29

pelaksanaannya masih terdapat penyimpangan-

penyimpangan. Ketaatan mereka masih terbatas pada

shalat lima waktu, zakat, puasa dan haji, sedangkan

ajaran Islam lainnya masih kurang diperhatikan

misalnya ajaran Islam tentang ekonomi dan

perbankan Islam. 53

Menurut Berg, karakteristik dari teori ini adalah: hukum

Islam dapat berlaku bagi pemeluknya, dan masyarakat Islam

harus mentaatinya, hukum Islam berlaku secara umum, baik

dalam bidang ekonomi, hukum pidana maupun hukum

perdata. Berg tidak segan-segan membuat pengakuan terhadap

kewenangan badan-badan peradilan agama untuk menjalankan

yurisdiksi hukumnya berdasarkan hukum Islam berdasarkan

staatsblaad 1882 No.152. Ia juga aktif melakukan pengkajian

dan pengumpulan beberapa bahan tertulis tentang asas-asas

hukum Islam (Mohammedaansche Recht, 1882) menurut

madzhab Syafi’i dan Hanafi, kajian tentang hukum keluarga

dan hukum waris Islam di Jawa dan Madura (1892) dan

menerjemahkan beberapa kitab fiqh berbahasa Arab seperti

Fath al-Qarib dan Minhaaj ath-Thalibin ke dalam bahasa

Prancis. Dengan karya-karya itu Berg mengupayakan agar

hukum Islam dijalankan oleh hakim-hakim dari Belanda

dengan bantuan penghulu atau qadhi-qadhi Islam. 54

Van Leur mencatat bahwa keberadaan hukum Islam lebih

banyak diperbincangkan pada masa pemerintahan Hindia

Belanda, yang termarjinalkan akibat dari pola politik kolonial

Belanda serta rekayasa ilmiah kaum intelektualnya. Hal itu

terbukti ketika teori receptio in complex ini menjadi acuan

dalam kebijakan-kebijakan pemerintah, dengan

53

Said Agil Husein Al-Munawwar, Islam dalam Pluralitas

Masyarakat Indonesia (Jakarta: Kaifa, 2004) hlm. 176. Sebelumnya teori ini

juga disebutkan oleh H.A.R. Gibb, Sajuti Thalib, Receptio A Contratrio,

Hubungan Hukum Adat dan Hukum Islam. (Jakarta: Bina Aksara, 1985), hlm.

5. Secara fakta teori Berg lebih rinci dibandingkan teori yang dikemukakan

H.A.R. Gibb, sebab prakteknya hingga sekarang umat Islam Batavia masih

banyak yang belum taat dalam menjalankan ajaran Islam. 54

Juhaya S. Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya, (Bandung: Pustaka

Setia, 2011) hlm. 81.

Page 40: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

30

dikeluarkannya peraturan sebagai berikut:

”Dalam hal terjadi perkara perdata antara sesama orang

pribumi atau dengan mereka yang dipersamakan dengan

mereka, maka mereka tunduk kepada hakim agama atau

kepala masyarakat mereka menurut undang-undang

agama (godsdienstige wetten) atau ketentuan-ketentuan

lama mereka”. 55

Begitu juga dengan permasalahan hukum, awalnya

pemerintah Belanda tidak ingin mencampuri organisasi

pengadilan Agama. Tetapi pada tahun 1882 dikeluarkan

penetapan Raja Belanda yang dimuat dalam Staatsblad 1882

nomor 152. Disebutkan bahwa di tempat-tempat di mana telah

dibentuk pengadilan pribumi (landraad) maka di sana

dibentuk pengadilan agama (raad). Ini merupakan bentuk

keikutcampuran pemerintah Hindia Belanda dalam urusan

hukum agama Islam.

Melihat umat Islam yang semakin besar jumlahnya,

pemerintah Hindia Belanda mencari jalan keluar untuk

mengimbangi dakwah para mubaligh, dengan mengeluarkan

receptie theorie, yang disusun oleh Snouck dan dipertajam

oleh van Vollenhoven. Teori baru tersebut telah memutar

balikan fakta, pasalnya teori itu menganggap hukum Islam

hanya berlaku ketika diterima oleh hukum adat, sehingga umat

Islam belum tentu tunduk pada hukum Islam tersebut.56

Kemudian terjadi perubahan politik hukum, pemerintah

Hindia Belanda merasa perlu memperlakukan hukum Barat

(Belanda) untuk semua penduduk jajahan, termasuk untuk

golongan pribumi, yang terkenal dengan teori unifikasi

hukum. Karena kebijakan ini dianggap Snouck kurang

strategis untuk menghentikan pemberlakuan hukum Islam,

maka unifikasi ini digagalkan olehnya.

55

Peraturan itu ditegaskan dalam RR tahun 1855, Staatblad 1855

Nomor 2. Bahkan dalam ayat 2 pasal 75 RR Bustanul Arifin, Dimensi Hukum

Islam dalam Hukum Nasional (Jakarta: Gema Insani Press, 1999) hlm. 33. 56

Erman, Rajagukguk, Ilmu Hukum Indonesia: Pluralisme, makalah

pada Diskusi Panel dalam rangka Dies Natalis IAIN Sunan Gunung Djati.

Bandung ke-37, 2 April 2005.

Page 41: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

31

Kemudian langkah yang diambil bukan memaksakan

hukum Belanda, tetapi yang utama adalah membentuk opini

serta mempengaruhi dan mengacaukan fikiran masyarakat

terlebih dahulu dengan melahirkan teori receptie yang sengaja

dihembuskan untuk mengacaukan sistem hukum yang telah

ditaati masyarakat ketika itu, yakni hukum Islam. Tujuan

utama mereka agar antara adat, hukum Islam, dan hukum

Belanda terjadi perbenturan. Jika pergumulan terjadi, maka

hukum Belanda yang telah didukung oleh kekuatan politik dan

sarjana hukum lulusan Belanda yang loyal terhadap produk

hukum Belanda menjadi menguat. Sementara hukum Islam

dengan sendirinya akan lemah. Usaha ini ternyata efektif dan

berhasil, sehingga sampai sekarang pun hukum Islam berada

dalam ketidakberuntungan di tanah air ini.

Setelah dibukanya Terusan Suez, yang memudahkan

komunikasi dalam berbagai bidang secara internasional, dalam

bidang pendidikan para siswa pribumi mampu menuntut ilmu ke

beberapa negara di Timur Tengah, begitu juga masyarakat Islam

yang berniat menunaikan ibadah haji, namun kepergian mereka

telah menimbulkan pengaruh Pan Islamisme yang cukup kuat

dari Turki, terutama dari para siswa pribumi dan jamaah haji

yang bermukim di tanah suci, sebagian mereka pulang ke

tanah air membawa kefanatikan dalam beragama.57

Hal demikian menimbulkan kekhawatiran bagi kolonialis

Belanda pada tanah jajahannya, kemudian mereka mencari

segala cara untuk menghentikan pengaruh Pan Islamisme yang

akan merugikan pemerintah Belanda. Christian Snouck

Hurgronje mengeluarkan kebijakan Islam Policy yang pada

intinya hukum Islam harus dijauhkan dari masyarakat Nusantara

khususnya Batavia, bagi Hurgronje Pan Islamisme adalah

tindakan yang berbahaya tapi sia-sia.58

Menurut Hurgronje lebih baik mencari jalan lain yang

57 Istilah Pan Islamisme sendiri diciptakan oleh Sultan Abdul Hamid

II untuk melawan kekuasaan barat. Anthony Reid, The Contest of North

Sumatra, Kuala Lumpur: University of Malaya Press, 1969, hlm. 3, 65, 66 dan

109. 58

Snouck Hurgronje, Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje jilid IX,

(Jakarta: INIS, 1994) hlm. 102

Page 42: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

32

lebih halus dari pada memaksakan hukum Belanda. Karena

politik seperti ini semakin membangun kebencian pribumi dan

dinilai kurang efektif. Mengamati umat Islam di Batavia yang

jumlahnya besar, serta segala permasalahan keagamaan yang

sering terjadi, pemerintah mengangkat seorang mufti, ahli fiqh.

Mufti bertugas di Landraad, yang merupakan cikal bakal

Departemen Agama yang kita kenal sekarang. Tugas mufti

mengurusi peribadatan, pernikahan, perceraian dan hukum

waris, serta permasalahan keagamaan masyarakat.

Hurgronje merumuskan dan mengkategorikan

permasalahan Islam menjadi tiga bagian yaitu; bidang agama

murni (ibadah), bidang sosial kemasyarakatan dan bidang

politik. Pembagian kategori pembidangan ini juga menjadi

landasan dari doktrin konsep Splitsingstheori.59

Pemerintah Hindia Belanda mengadakan program

pendidikan yang bercorak Barat dan pemanfaatan kebudayaan

Eropa diciptakan kaum pribumi yang lebih terasosiasi dengan

negeri dan budaya Eropa. Dengan demikian hilanglah

kekuatan cita-cita Pan Islamisme dan akan mempermudah

penyebaran agama Kristen. Dalam bidang politik haruslah

ditumpas bentuk-bentuk agitasi politik Islam yang akan

membawa rakyat kepada fanatisme dan Pan Islamisme,

penumpasan itu jika perlu dilakukan dengan kekerasan dan

kekuatan senjata. Setelah diperoleh ketenangan, pemerintah

kolonial harus menyediakan pendidikan, kesejahteraan dan

perekonomian, agar kaum pribumi mempercayai maksud baik

pemerintah kolonial dan akhirnya rela diperintah oleh orang-

orang Belanda.

Dalam bidang agama, menunaikan ibadah dengan secara

murni, sepanjang tidak mengganggu kekuasaan maka

pemerintah kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat

Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya. Pemerintah harus

memperlihatkan sikap seolah-olah memperhatikan agama

Islam dengan memperbaiki tempat peribadatan, serta

59

Pada hakikatnya, Islam tidak memisahkan ketiga bidang tersebut,

oleh Snouck diusahakan agar umat Islam pribumi berangsur-angsur

memisahkan agama dari segi sosial kemasyarakatan dan politik.

Page 43: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

33

memberikan kemudahan dalam melaksanakan ibadah haji.

Sedangkan di bidang sosial kemasyarakatan, pemerintah

kolonial memanfaatkan adat kebiasaan yang berlaku dan

membantu menggalakkan rakyat agar tetap berpegang pada

adat tersebut yang telah dipilih sesuai dengan tujuan

mendekatkan rakyat kepada budaya Eropa. Hurgronje

menganjurkan membatasi meluasnya pengaruh ajaran Islam,

terutama dalam hukum dan peraturan.

Di Batavia sudah berdiri masjid-masjid, namun pada masa

itu belum ada tempat khusus untuk jamaah wanita. Selain

masjid, sudah berdiri pula beberapa langgar, tempat sholat

yang ukurannya lebih kecil dari masjid. Wanita Islam lebih

sering masuk ke sebuah langgar daripada masuk ke masjid.

Pada umumnya masjid dikunjungi oleh jamaah pria yang

sholat lima waktu, sholat Jum’at, Idul Fitri dan Idul Adha.

Sedangkan wanita sholat dan mengaji di langgar dengan

jamaah wanita lainnya, apabila di sebuah langgar ada jamaah

pria, maka wanita dilarang bercampur dengan pria dalam satu

langgar tersebut, dengan alasan dikhawatirkan pria dan wanita

tersebut saling memandang dan menimbulkan dosa besar.60

Kekhawatiran ini membuat mufti Batavia menyarankan wanita

untuk shalat di rumah masing-masing.61

Terlebih lagi wanita

dilarang masuk masjid dan langgar dalam keadaan haid serta

nifas, tidak diperbolehkan shalat, puasa, membaca, menyentuh

dan membawa al-Qur’an, thawaf saat berhaji, dan berjimak.

Selain itu masjid juga merupakan tempat yang biasa

digunakan dalam setiap tanggal 27 Rajab, yang dikenal dengan

Isra Mi’raj. Dalam perayaan ini masyarakat berduyun-duyun

memasuki masjid untuk mendengarkan ceramah yang

disampaikan oleh ulama tentang Isra Mi’raj. Kegiatan tersebut

biasa terjadi di masjid Pekojan, dipimpin oleh ulama-ulama

keturunan Arab. Selain di masjid, terdapat pula kelompok-

60

Sayyid Utsman, bin Abdullah bin Aqil bin Yahya bin Al-Alawi,

Jam’al-Fawaid mimma Yataallaqu bi salat al-Jum’ah wal Masajid (Batavia:

cetakan baru, 1926) hlm. 82. 61

Sayyid Utsman, bin Abdullah bin Aqil bin Yahya bin Al-Alawi,

Perhiasan Bagus bagi Anak-anak Perempuan (Batavia: cetakan baru, 1927)

hlm. 12.

Page 44: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

34

kelompok kecil yang berkumpul di rumah-rumah, dan langgar

untuk memperingati peringatan Mi’raj yang besar-besaran.

Peringatan Mi’raj ini dijadikan sebagai hari yang luar biasa,

satu hari sebelumnya sebagian besar masyarakat Islam Batavia

menghentikan aktifitas sehari-harinya, para pedagang menutup

toko-toko dan tempat-tempat bisnis lainnya. Mereka

menyibukkan diri mengundang teman-temannya, untuk

berzikir bersama dan membaca saduran cerita Mi’raj, kitab al-

Zahr al-Basim. Dalam kitab tersebut, ada tata cara yang

tertulis dalam permulaan kitab, di antaranya: para jamaah tidak

diperbolehkan duduk di atas kursi, mereka diperkenankan

duduk di lantai, jamaah tidak diperbolehkan merokok, dengan

alasan malaikat membenci asap tembakau, mereka disarankan

untuk membakar kemenyan yang berbau harum seperti dupa.62

Membincang wanita Islam di Batavia, penulis akan

membahas perilaku wanita dalam kehidupan keagamaan.

Dalam perayaan Isra’Mi’raj wanita diperbolehkan untuk

mendengarkan ceramah di masjid, namun tidak diperbolehkan

masuk ke tempat pria, mereka harus terpisah. Hal demikian

merupakan satu bukti adanya pemisahan antara jamaah wanita

dan pria, yang mendapat pengaruh dari bangsa Arab. Dalam

mempelajari agama, mereka lebih menyukai guru sesama

wanita, sayangnya saat mengaji kebanyakan mereka tidak

memakai penutup kepala yang biasa disebut kudungan.

Berdasarkan data pengadilan agama Batavia, sekitar tahun

1900-an terdaftar beberapa wanita Arab dan pribumi yang

mengadukan tuntutan perceraian terhadap suami mereka.

Kepada penghulu setempat, mereka mengaku telah keluar dari

agama Islam (murtad), alasan ini merupakan cara pintas

mereka untuk mengakhiri pernikahan. Menghadapi kasus

demikian, para penghulu Batavia tidak bisa menentukan

keputusan terhadap tuntutan perceraian tersebut, karena

mereka belum dapat menemukan jalan keluarnya. Ini

membuktian bahwa pada masa itu para penghulu di Batavia

belum memiliki imu pengetahuan yang cukup.

62

Sayyid Utsman, bin Abdullah bin Aqil bin Yahya bin Al-Alawi, al-

Zahr al-Basim fi atwar Abi l-Qasim (Batavia: cetakan baru, 1924) hlm. 2-8.

Page 45: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

35

Namun di balik kecintaan masyarakat terhadap agama,

penulis akan menggambarkan bahwa masih ada masyarakat

saat itu yang hidup dengan unsur-unsur non-Islam seperti

mistik, kekuatan-kekuatan magis, dan pola-pola adat kebiasaan

lama yang diserap. Yang pada akhirnya unsur-unsur tersebut

memperlemah keagamaan masyarakat Batavia.63

Kehidupan masyarakat Islam Batavia sejak kecil dididik untuk

menghormati tiga kalangan elit masyarakat, di antaranya

1. Tokoh keturunan cucu Rasul, yang dikenal dengan sebutan

Sayyid atau habib. Mereka dihormati karena dianggap

mulia dan kuat beribadah.64

2. Guru agama, dalam hal ini guru yang mengajarkan

membaca Al-Qur’an (guru mengaji). Dalam kalangan ini,

masyarakat masih terdapat tingkatan-tingkatan berdasarkan

apa yang diajarkan guru tersebut. Semakin tinggi ilmu

pengetahuan yang diberikan, maka semakin tinggi pula

rasa hormat masyarakat terhadap guru tersebut. Sebagai

contoh, guru yang mengajar kitab Kuning dipandang lebih

terhormat bila dibandingkan dengan guru yang hanya

mengajar baca tulis Al-Qur’an.65

3. Tuan haji. Kalangan ini cukup dihormati oleh masyarakat

Islam, karena harta yang dimilikinya, tidak sedikit

kalangan ini mengamalkan hartanya untuk membangun

masjid atau langgar untuk kebutuhan masyarakat Islam.

D. Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam Batavia

Sebelum mendeskripsikan kondisi masyarakat Islam

Batavia, penulis akan membahas pendidikan yang pernah

beroperasi pada masa Sayyid Utsman semasih hidup. Karena

Sayyid Utsman hidup pada masa Pemerintah Hindia Belanda,

penulis juga akan menyinggung lembaga-lembaga pendidikan

yang pernah beroperasi.

63

Anwarudin Harapan, sejarah, sastra dan Budaya Betawi (Jakarta,

APPM, 2006) hlm. 7 64 Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi (Jakarta, Logos, 2002)

h. 38 65

Abdul Aziz, Peranan Islam…, hlm. 22

Page 46: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

36

Pada zaman pemerintah Belanda menyediakan sekolah

yang beraneka ragam bagi pribumi untuk memenuhi

kebutuhan berbagai lapisan masyarakat. Pendidikan bagi

pribumi awalnya terbatas pada pendidikan rendah, akan tetapi

kemudian berkembang secara vertikal sehingga masyarakat

pribumi yang sudah lulus dari pendidikan menengah dapat

mencapai pendidikan tinggi, sekalipun melalui jalan yang sulit.

Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat

dipetakan kedalam 2 (dua) periode besar, yaitu pada masa

VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa

pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie). Pada masa

VOC, yang merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang,

kondisi pendidikan di Nusantara dapat dikatakan tidak lepas

dari maksud dan kepentingan komersial.

Bangsa Belanda yang dimotori oleh VOC datang ke

Indonesia bukan untuk menjajah melainkan untuk berdagang.

Mereka dimotifasi oleh hasrat untuk mengeruk keuntungan

yang sebesar-besarnya, sekalipun harus mengarungi laut yang

berbahaya sejauh ribuan kilometer dalam kapal layar kecil

untuk mengambil rempah-rempah dari Indonesia. Namun para

pedagang itu merasa perlu memiliki tempat yang permanen di

daratan dari pada berdagang dari kapal yang berlabuh di laut.

Kantor dagang itu mereka perkuat dengan senjata, yang

kemudian menjadi benteng yang akhirnya menjadi landasan

untuk menguasai daerah di sekitarnya. Lambat laun kantor

dagang itu beralih dari pusat komersial menjadi basis politik

dan teritorial. Setelah peperangan kolonial yang banyak

akhirnya Indonesia jatuh di bawah pemerintahan Belanda.

Namun penguasaan daerah jajahan ini baru selesai pada

permulaan abad ke 20.

Metode kolonialisasi VOC sangat sederhana. Mereka

mempertahankan raja-raja lokal Indonesia yang berkuasa dan

tetap menjalankan pemerintahan. Tetapi VOC memberlakukan

monopoli hak berdagang dan eksploitasi sumber-sumber alam

terhadap raja-raja beserta rakyatnya. Adat istiadat dan

kebudayaan asli setempat dibiarkan tanpa perubahan

aristokrasi tradisional digunakan oleh Belanda untuk

memerintah negeri ini dengan cara efisien dan murah. Karena

Page 47: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

37

VOC tidak mencampuri kehidupan orang Indonesia secara

langsung, maka sangat sedikit VOC perbuat untuk pendidikan

bangsa. Kecuali usaha menyebarkan agama Kristen di

beberapa pulau di bagian timur, itu merupakan kegiatan

pendidikan pertama yang dilakukan VOC.

Pada permulaan abad ke 16 hampir seabad sebelum

kedatangan Belanda, pedagang Portugis menetap di bagian

timur Indonesia tempat rempah-rempah itu di hasilkan.

Biasanya mereka didampingi oleh misionaris yang

memasukkan penduduk kedalam agama katolik. Salah satu

misionaris yang paling berhasil diantara mereka adalah Ordo

Jesuit di bawah pimpinan Feranciscus Xaverius. Xaverius

memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk

penyebaran agama. Seminari dibuka di Ternate, kemudian di

solor dan pendidikan agama yang lebih tinggi dapat diperoleh

di Goa, India, pusat kekuasaan portugis saat itu. Bahasa

portugis hampir sama populernya dengan bahasa Melayu,

kedudukan yang tak kunjung di capai oleh bahasa Belanda

dalam waktu 350 tahun penjajahan kekuasaan Portugis

melemah akibat peperangan dengan raja-raja Nusantara, dan

akhirnya dilenyapkan oleh Belanda pada tahun 1605.

Setelah VOC dibubarkan, para Gubernur/ komisaris

jendral harus memulai system pendidikan dari dasarnya,

karena pendidikan zaman VOC berakhir dengan kegagalan

total. Pemerintahan baru yang diresapi oleh ide-ide liberal

aliran aufklarung atau Enlightenment menaruh kepercayaan

akan pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemajuan

ekonomi dan sosial. Pada tahun 1808 Deandels seorang

Gubernur Belanda mendapat perintah Raja Lodewijk untuk

meringankan nasib rakyat jelata dan orang-orang pribumi,

serta menghentikan perdagangan budak. Usaha Deandels

tersebut tidak berhasil, bahkan menambah penderitaan rakyat,

karena ia mengadakan dan mewajibkan kerja paksa (rodi).

Di bidang pendidikan Deandels memerintahkan kepada

Bupati-bupati di Pulau Jawa agar mendirikan sekolah atasa

usaha biaya sendiri untuk mendidik anak-anak mematuhi adat

dan kebiasaan sendiri. Kemudian Deandels mendirikan

sekolah Bidan di Batavia. Kemudian Pada masa Pemerintahan

Page 48: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

38

Inggris (1811-1816) tidak membawa perubahan dalam masalah

pendidikan walaupun Sir Stamford Raffles seorang ahli negara

yang cemerlang. Ia lebih memperhatikan perkembanagan ilmu

pengetahuan, sedangkan pengajaran rakyat dibiarkan sama

sekali, karyanya terkenal dengan judul History of Java.

Setelah ambruknya VOC tahun 1816 pemerintah

Belanda menggantikan kedudukan VOC. Statuta Hindia

Belanda tahun 1801 dengan terang-terangan menyatakan

bahwa tanah jajahan harus memberikan keuntungan yang

sebesar-besarnya kepada perdagangan dan kepada kekayaan

negeri Belanda. Pada tahun 1842 Markus, menteri jajahan,

memberikan perintah agar Gubernur Jendral berusaha dengan

segenap tenaga agar memperbesar keuntungan bagi negerinya.

Walaupun setiap Gubernur Jenderal pada penobatannya

berjanji dengan khidmat bahwa ia akan memajukan

kesejahteraan Hindia Belanda dengan segenap tenaga. Prinsip

yang masih dipertahankan pada tahun 1854 ialah bahwa

Hindia Belanda sebagai “negeri yang direbut harus terus

memberi keuntungan kepada negeri belanda sebagai tujuan

pendidikan itu. Sekolah pertama bagi anak Belanda dibuka di

Batavia pada tahun 1817. Prinsip yang dijadikan pegangan

tercantum di Statuta 1818 bahwa sekolah-sekolah harus dibuka

di setiap tempat bila diperlukan oleh penduduk Belanda dan

diizinkan oleh keadaan.

Gubernur Jendral Van der Capellen (1819-1823)

menganjurkan pendidikan rakyat dan pada tahun 1820 kembali

regen-regen diinstruksikan untuk menyediakan sekolah bagi

penduduk untuk mengajar anak-anak membaca dan menulis

serta mengenal budi pekerti yang baik. Anjuran Gubernur

Jendral itu tidak berhasil untuk mengembangkan pendidikan

oleh regen yang aktif.

Tahun 1826 bidang pendidikan dan pengajaran

terganggu oleh adanyan usaha-usaha penghematan. Sekolah-

sekolah yang ada hanya diperuntukkan bagi pribumi yang

memeluk agama Nasrani. Alasannya adalah karena adanya

kesulitan keuangan yang berat yang dihadapi pemerintah

Hindia Belanda sebagai akibat perang Diponegoro (1825-

Page 49: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

39

1830) yang mahal dan menelan banyak korban serta

peperangan antara Belanda dan Belgia (1830-1839).

Kesulitan keuangan ini menyebabkan raja Belanda

meninggalkan prinsip-prinsip liberal dan menerima rencana

yang dianjurkan Van den Bosch,66

untuk memanfaatkan

pekerjaan budak menjadi dasar eksploitasi kolonial. Ia

membawa ide penggunaan kerja paksa (rodi) sebagai cara

yang ampuh untuk memperoleh cara usaha maksimal, yang

kemudian terkenal dengan cultuur stelsel atau tanam paksa

yang memaksa penduduk pribumi untuk menghasilkan

tanaman yang diperlukan di pasaran Eropa.

Van den Bosch mengerti, bahwa untuk memperbaiki

stesel pembangunan ekonomi bagi pemerintah Hindia Belanda

dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang banyak. Setelah tahun

1848 dikeluarkan peraturan-peraturan pemerintah akan

tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan pribumi.

Terbongkarnya penyalahgunaan system tanam paksa

merupakan faktor dalam perbahan pandangan. Peraturan

pemerintah tahun 1854 menginstruksikan Gubernur Jenderal

untuk mendirikan sekolah dalam tiap kabupaten bagi

pendidikan pribumi. Peraturan tahun 1863 mewajibkan

Gubernur Jenderal untuk mengusahakan terciptanya situasi

yang memungkinkan penduduk pribumi menikmati pendidikan

secara merata.

Sistem tanam paksa dihapuskan tahun 1870 dan

digantikan dengan undang-undang Agraria 1870. Pada tahun

itu di Nusantara timbul masa baru dengan adanya undang-

undang Agraria dari De Waal, yang memberi kebebasan pada

pengusaha-pengusaha pertanian partikelir. Usaha-usaha

perekonomian semakin maju, masyarakat lebih banyak lagi

membutuhkan pegawai. Sekolah-sekolah yang ada dianggap

belum cukup memenuhi kebutuhan. Itulah sebabnya maka

usaha mencetak calon-calon pegawai makin dipergiat lagi.

Kini tugas departemen adalah memelihara sekolah-sekolah

yang ada dengan lebih baik dan mempergiat usaha-usaha

perluasan sekolah-sekolah baru. Pada tahun 1893 muncul

66

mantan Gubernur di Guyana, jajahan Belanda di Amerika selatan.

Page 50: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

40

perbedaan dalam pengajaran penduduk pribumi, hal ini

disebabkan:67

1. Hasil sekolah-sekolah pribumi kurang memuaskan

pemerintah kolonial. Hal ini terutama sekali disebabkan

karena isi rencana pelaksanaannya terlalu padat.

2. Di kalangan pemerintah mulai timbul perhatian pada

rakyat jelata. Mereka menyadari bahwa yang harus

mendapat pengajaran itu bukan hanya lapisan atas saja.

3. Adanya kenyataan bahwa masyarakat pribumi sangat

membutuhkan pendidikan baik lapisan atas maupun

lapisan bawah.

Untuk mengatur dasar-dasar baru bagi pengajaran

pribumi, dikeluarkanlah Indisch Staatsblad 1893 nomor 125

yang membagi sekolah bumi putra menjadi dua bagian:

a. Sekolah-sekolah kelas I untuk anak-anak priyai dan kaum

terkemuka.

b. Sekolah-sekolah kelas II untuk rakyat jelata.

Perbedaan sekolah kelas I dan kelas II antara lain:

Kelas I Tujuannya memenuhi kebutuhan pegawai pemerintah,

perdagangan dan perusahaan. Lama bersekolah 5 tahun. Mata

pelajaran yang diberikan membaca, menulis, berhitung, ilmu

bumi, sejarah, pengetahuan alam, menggambar, dan ilmu ukur.

Tenaga pendidik berasal dari lulusan Kweekschool. Bahasa

pengantar yang digunakan Bahasa Daerah/Melayu

Kelas II Tujuannya memenuhi kebutuhan pengajaran di kalangan

rakyat umum. Lama bersekolah 3 tahun

Mata pelajaran yang diberikan hanya membaca, menulis dan

berhitung. Tenaga pendidik berasal dari kalangan yang sudah

mampu membaca menulis dan berhitung, bukan dari lulusan

sekolah tinggi. Sehingga untuk menjadi guru di kelas II, lebih

67

Prof. Dr. H. Afifuddin, Sejarah Pendidikan, (Bandung: Prosfect,

2007), hlm. 36

Page 51: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

41

mudah dan besar peluangnya. Bahasa pengantar yang

digunakan Bahasa Daerah/Melayu

Kemudian pada tahun 1914 sekolah kelas I diubah mejadi

HIS (Hollands Inlandse School) dengan bahasa pengantar

bahasa Belanda. Sedangkan sekolah kelas II tetap

menggunakan Bahasa Daerah/Melayu, namun namanya

berubah menjadi sekolah Vervolg (sekolah sambungan) dan

merupakan sekolah lanjutan dari sekolah desa yang mulai

didirikan sejak tahun 1907.

Sejak dilaksanakannya politik etika tampak sekali

kemajuan dalam pendidikan dengan diperbanyaknya Sekolah

Rendah, sekolah yang berorientasi Barat untuk orang Cina dan

pribumi didirikan. Demikian juga pendidikan dikembangkan

secara vertical dengan didirikannya MULO dan AMS yang

terbuka bagi pribumi untuk melanjutkan ke tingkat universitas.

Dalam rangka memperbaiki pengajaran rendah bagi kaum

pribumi, maka pada tahun 1907 diambil dua tindakan penting

yaitu:

1. Memberi corak dan sifat kebelandaan-belandaan pada

sekolah kelas I, misalnya:

a. Bahasa Belanda dijadikan mata pelajaran sejak kelas 3

b. Di kelas 6 bahasa Belanda dijadikan bahasa pengantar

c. Lama belajar menjadi 7 tahun

d. Tahun 1914 dijadikan KIS dan menjadi bagian

pengajaran rendah barat

e. Murid-muridnya berasal dari anak-anak bangsawan dan

terkemuka

2. Mendirikan Sekolah Desa

Maksud pemerintah untuk memperhatikan kepentingan

rakyat Indonesia tidak tercapai, karena sekolah-sekolah

bumi putra kelas II merupakan lembaga yang mahal dan

memerlukan anggaran yang besar. Maka atas perintah

Gubernur Jendral Van Heutsz tahun 1907 didirikan sekolah-

sekolah desa. Bangunannya didirikan oleh desa dan guru-

gurunya juga diangkat oleh desa pula, jadi bukan pegawai

negeri. Jadi susunan pengajaran bagi anak-anak Indonesia

untuk sekolah rendah ada tiga, yaitu:

a. Sekolah Desa, bagi anak-anak biasa

Page 52: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

42

b. Sekolah kelas II, yang kemudian diubah menjadi Sekolah

Vervolg

c. Sekolah kelas I, yang sejak tahun 1914 dijadikan HIS

bagi anak-anak bangsawan dan aristocrat

Sistem sekolah pada zaman pemerintahan Hindia Belanda Secara umum sistem pendidikan khususnya system

persekolahan didasarkan kepada golongan penduduk menurut

keturunan atau lapisan (kelas) social yang ada dan menurut

golongan kebangsaan yang berlaku waktu itu.

1. Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs)

Pada hakikatnya pendidikan dasar untuk tingkatan sekolah

dasar mempergunakan system pokok yaitu:

a. Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.

b. Sekolah Rendah Eropa, yaitu ELS (Europese Lagere school),

yaitu sekolah rendah untuk anak-anak keturunan Eropa atau

anak-anak turunan Timur asing atau Bumi putra dari tokoh-

tokoh terkemuka. Lamanya sekolah tujuh tahun 1818.

c. Sekolah Cina Belanda, yaitu HCS (Hollands Chinese school),

suatu sekolah rendah untuk anak-anak keturunan tmur asing,

khususnya keturunan Cina. Pertama didirikan pada tahun 1908

lama sekolah tujuh tahun.

d. Sekolah Bumi Putra Belanda HIS (Hollands Inlandse school),

yaitu sekolah rendah untuk golongan penduduk Indonesia asli.

Pada umumnya disediakan untuk anak-anak golongan

bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka atau pegawai negeri.

Lamanya sekolah tujuh tahun dan pertama didirikan pada

tahun 1914.

e. Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa daerah, di

antaranya

1. Sekolah Bumi Putra kelas II (Tweede klasee). Sekolah ini

disediakan untuk golonagan bumi putra. Lamaya sekolah

tujuh tahun, pertama didirikan tahun 1892.

2. Sekolah Desa (Volksschool). Disediakan bagi anak-anak

golongan pribumi. Lamanya sekolah tiga tahun yang

pertama kali didirikan pada tahun 1907.

3. Sekolah Lanjutan (Vorvolgschool). Lamanya dua tahun

merupakn kelanjutan dari sekolah desa, juga diperuntukan

Page 53: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

43

bagi anak-anak golongan bumi putra. Pertama kali

didirikan pada tahun 1914.

4. Sekolah Peralihan (Schakelschool)

Merupakan sekolah peralihan dari sekolah desa (tiga

tahun) kesekolah dasar dengan bahasa pengantar bahasa

Belanda. Lama belajarnya lima tahun dan diperuntukan

bagi anak-anak golongan bumi putra. Disamping sekolah

dasar tersebut diatas masih terdapat sekolah khusus untuk

orang Ambon seperti Ambonsche Burgerschool yang pada

tahun 1922 dijadikan HIS. Untuk anak dari golongan

bangsawan disediakan sekolah dasar khusus yang disebut

sekolah Raja (Hoofdensschool). Sekolah ini mula-mula

didirikan di Tondano pada tahun 1865 dan 1872, tetapi

kemudian diintegrasi ke ELS atau HIS.

2. Pendidikan lanjutan (Pendidikan Menengah)

a. MULO (Meer Uit gebreid lager school)

MULO adalah kelanjutan dari sekolah dasar yang

berbahasa pengantar bahasa Belanda. Lama belajarnya tiga

sampai empat tahun. Yang pertama didirikan pada tahun

1914 dan diperuntukan bagi golongan pribumi dan Timur

Asing. Sejak zaman Jepang hingga sampai sekarang

bernama SMP. Sebenarnya sejak tahun 1903 telah didirikan

kursus MULO untuk anak-anak Belanda, lamanya dua

tahun.

b. AMS (Algemene Middelbare School)

Merupakan sekolah menengah umum kelanjutan dari

MULO, berbahasa Belanda dan diperuntukan golongan

pribumi dan Timur asing. Lama belajarnya tiga tahun dan

yang petama didirikan tahun 1915. AMS ini terdiri dari dua

jurusan (afdeling), yaitu Jurusan A (yang memperlajari

pengetahuan kebudayaan) dan Bagian B (yang

memperlajari pengetahuan alam) pada zaman Jepang

disebut sekolah menengah tinggi, dan sejak kemerdekaan

disebut SMA.

c. HBS (Hoobere Burger School)

Disebut juga sekolah warga Negara tinggi, HBS adalah

sekolah menengah kelanjutan dari ELS yang disediakan

untuk golongan Eropa, bangsawan golongan pribumi yang

Page 54: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

44

berasal dari tokoh-tokoh terkemuka. Bahasa pengantarnya

adalah bahasa Belanda dan berorientasi ke Eropa Barat,

khususnya Negara Belanda. Lama sekolahnya tiga tahun

dan lima tahun. Didirikan pada tahun 1860

3. Pendidikan Kejuruan (vokonderwijs )

Sebagai pelaksanaan politik etika pemerintah Belanda

banyak mencurahkan perhatian pada pendidikan kejuruan.

Jenis sekolah kejuruan yang ada adalah sebagai berikut:

a. Sekolah pertukangan (Amachts leergang)

Yaitu sekolah berbahasa daerah dan menerima sekolah

lulusan pribumi kelas III (lima tahun) atau sekolah

lanjutan (vervolgschool). Sekolah ini didirikan bertujuan

untuk mendidik tukang-tukang, didirikan pada tahun

1881

b. Sekolah pertukangan (Ambachtsschool)

Adalah sekolah pertukangan berbahasa pengantar

Belanda dan lamanya sekolah tiga tahun menerima

lulusan HIS, HCS atau schakel. Bertujuan untuk

mendidik dan mencetak mandor jurusanya antara lain

montir mobil, mesin, listrik, kayu dan pembuat batu

c. Sekolah teknik (Technish Onderwijs)

Adalah kelanjutan dari Ambachtsschool, berbahasa

Belanda, lamanya sekolah 3 tahun. Sekolah tersebut

bertujuan untuk mendidik tenaga-tenaga Indonesia

untuk menjadi pengawas, semacam tenaga teknik

menengah dibawah insinyur.

d. Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs).

Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan

Eropa yang berkembang dengan pesat.

e. Pendidikan pertanian (Landbouw Onderwijs)

Pada tahun 1903 didirikan sekolah pertanian yang

menerima lulusan sekolah dasar yang berbahasa

pengantar Belanda. Pada tahun 1911 mulai didirikan

sekolah pertanian (cultuurschool) yang terdiri dari dua

jurusan, pertanian dan kehutanan. Lama belajaranya

sekitar 3-4 tahun, dan bertujuan untuk menghasilkan

pengawas-pengawas pertanian dan kehutanan. Pada

tahun 1911 didirikan pula sekolah pertanian menengah

Page 55: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

45

atas (Middelbare Landbouwschool) yang menerima

lulusan MULO atau HBS yang lamanya belajar 3 tahun.

f. Pendidikan kejuruan kewanitaan (Meisjes

Vakonderwijs).

Pendidikan ini merupakan kejuruan yang termuda.

Kemudian sekolah yang sejenis yang didirikan oleh

swasta dinamakan Sekolah Rumah Tangga

(Huishoudschool). Lama belajarnya tiga tahun.

g. Pendidikan keguruan (Kweekschool).

Lembaga keguruan ini adalah lembaga yang tertua dan

sudah ada sejak permulaan abad ke-19. Pada abad ke-20

terdapat tiga macam pendidikan guru, yaitu:

1. Normalschool, sekolah guru dengan masa

pendidikan empat tahun dan menerima lulusan

sekolah dasar lima tahun, berbahasa pengantar

bahasa dearah.

2. Kweekschool, sekolah guru empat tahun yang

menerima lulusan berbahasa belanda.

3. Hollandschool, Indlandschool kweekschool, sekolah

guru 6 tahun berbahasa pengantar Belada dan

bertujuan menghasilkan guru HIS-HCS.

4. Pendidikan Tinggi (Hooger Onderwijs)

Karena terdesak oleh tenaga ahli, maka didirikanlah:

a. Sekolah Tehnik Tinggi (Technische Hoge School)

Sekolah Tehnik Tinggi ini yang disingkat THS

didirikan atas usaha yayasan pada tahun 1920 di

Bandung. THS adalah sekolah Tinggi yang

pertama di Indonesia, lama belajarnya lima tahun.

Sekolah ini kemudian menjelma menjadi ITB.

b. Sekolah Hakim Tinggi (Rechskundige Hoge

school)

RHS didirikan pada tahun 1924 di Batavia. Lama

belajarnya 5 tahun, yang tamat dari AMS dapat

diterima di RHS. Tamatan ini dijadikan jaksa atau

hakim pada pengadilan.

c. Pendidiakn tinggi kedokteran.

Lembaga ini di Indonesia di mulai dari sekolah

dasar lima tahun. Bahasa pengantarnya bahasa

Page 56: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

46

Melayu. Pada tahun 1902 sekolah dokter Jawa

diubah menjadi STOVIA (School Tot Opleiding

Voor Indische Artsen) yang menerima lulusan

ELS, dan berbahasa pengantar Belanda. Lama

belajarnya 7 tahun. Kemudian syarat

penerimaannya ditingkatkan menjadi lulusan

MULO. Pada tahun 1913 disamping STOVIA di

Batavia didirikan sekolah tinggi kedokteran

(Geneeskundige Hogeschool) Yang lama

belajaranya 6 tahun dan menerima lulusan AMS

dan HBS.

Hingga awal abad ke-20 sebagian besar masyarakat

pribumi Batavia dapat dikatakan masih buta aksara Latin.

Sementara kalangan priyayi yang bersekolah di lembaga

pemerintah Belanda dapat menulis dan membaca, baik dalam

bahasa Latin maupun bahasa Belanda. Namun bagi kalangan

Santri dan Abangan di Batavia, beberapa dari mereka mampu

membaca bahasa Arab, yang mereka pelajari di majelis-majelis

taklim, ada juga yang enggan bepergian, lalu mereka

memanggil guru untuk mengajar di rumah.

Sistem pendidikan majelis taklim dan madrasah yang ada

di tengah masyarakat Batavia hanya menyediakan barisan

ulama dan pejuang tangguh yang siap berjuang dan bertempur

di medan dakwah, namun hal tersebut tidak cukup banyak

menyediakan para politisi dan diplomat.

Masyarakat Batavia mengembangkan hukum Islam

melalui pendidikan, sebagai mata pelajaran penting di sekolah-

sekolah. Pendidikan agama berpusat pada pendidikan

membaca huruf Arab, dengan tujuan mampu membaca al-

Qur’an. Kemudian setelah mahir, mereka mempelajari Nahwu

dan Saraf.68

Sistem pengajarannya masih tradisional, pelajaran

disampaikan secara text book, terjemahan secara perkata,

68

Clifford, Geertz, Islam yang Saya Amati di Maroko dan Indonesia,

terj. Hasan Basri (Jakarta: Yayasan Ilmu Ilmu Sosial, 1982) hlm. 8152. C. A.

O. Van Nieuwenhuijze, Aspects of Islam in Post-Colonial Indonesia (The

Hague and Bandung: W. Van Hoeve LTD, 1958) hlm. 42-43. Telusuri juga

Deliar Noor, Gerakan ......... hlm. 52-53

Page 57: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

47

berdasarkan ucapan dan hafalan guru. Dalam penyampaian

sebuah ilmu, tidak ada penelitian secara mendalam untuk

mengkritisi kebenaran dalam suatu ajaran. Apa yang

disampaikan oleh guru, selalu dipatuhi murid-muridnya.69

Ilmu agama yang diajarkan di antaranya ilmu Tafsir, Hadits,

Fiqh, dan Kalam.70

Setiap murid tidak diperkenankan mengkritisi dan

menggali hukum untuk menyelesaikan permasalahan-

permasalahan baru, mereka dilarang menafsirkan al-Qur’an

terkecuali menyampaikan tafsir-tafsir yang terpakai, mereka

hanya diperbolehkan mencari persoalan-persoalan dalam kitab

fiqh yang bermazhab Syafii. Umat Islam pada masa itu

meyakini bahwa ijtihad tidak dibenarkan, bagi mereka

keterangan-keterangan tentang nabi dan sahabat telah

termaktub dalam kitab-kitab tafsir, hadits, dan fiqh. Hal

demikian melahirkan paham bahwa pintu ijtihad telah

tertutup.71

Para murid dipersiapkan untuk menjadi guru atau

ustadz agar dapat mengembangkan ilmu ke tempat tinggalnya,

ada juga yang dipersiapkan untuk menjadi qhadi.

Sekitar tahun 1906 pendidikan tradisional tersebut

mengalami perubahan, adanya penambahan mata pelajaran

umum di sekolah-sekolah Islam. Sistem pendidikan diubah

dari sistem halaqah menjadi berkelas-kelas sesuai dengan

kurikulum seimbang antara materi agama dan umum.72

Vlekke melaporkan bahwa sejak tahun 1900-an

pemerintah Hindia Belanda mulai memperluas pengetahuan

69

Robert, Herndon Fife, The Revolt of Martin Luther (New York:

Columbia University Press, 1957) hlm. 20. 70

Aboebakar, Sejarah al-Qur’an (Jakarta: Sinar Pujangga, 1952) hlm.

284. Telusuri juga Chr. L. M. Penders, Indonesia Selected Documents on

Colonialism and Nationalism 1830-1942 (Queensland: Queensland University

Press, 1977) hlm. 252-253. 71

Harun, Nasution, Pembaruan Dalam Islam (Jakarta: Bulan

Bintang, 1975) hlm. 78-81. Telusuri juga Snouck, Hurgronje, Mekka: in the

Latter Part of the 19th century: Daily Life, Customs and Learning of the

Moslems of the East-Indian-Archipelago, trans. J. H. Monahan. (Leiden: Brill,

1931) hlm. 268-284. 72

Ahmad Syafii, Maarif, Studi Tentang Percaturan dalam

Konstituante Islam dan Masalah Kenegaraan (Jakarta: LP3ES, 1985) hlm. 65

Page 58: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

48

pribumi dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk

mencerdaskan pribumi.73

Usaha ini merupakan salah satu

tujuan politik etis74

yang disuguhkan kepada penduduk

jajahannya dalam bidang pendidikan. Namun penulis menilai

usaha pendirian sekolah itu bermodus menandingi atau

menyaingi beberapa sekolah atau lembaga Islam, modus

tersebut bertujuan untuk mengimbangi dakwah yang dilakukan

oleh kalangan ulama, pemerintah menganggap semakin besar

pengetahuan agama, maka seorang muslim akan memiliki sifat

fanatik pada agamanya, dan berusaha mendirikan Negara

Islam, yang membahayakan keberlanjutan kolonialisme

Belanda.

Sekolah-sekolah Islam pada masa itu dikategorikan

sebagai sekolah liar. Pemerintah Hindia Belanda

mengeluarkan peraturan-peraturan yang membatasi dan

mematikan sekolah-sekolah tersebut. Pemerintah

mengeluarkan peraturan kepada guru ngaji, mewajibkan dan

menuntut badan hukum bagi pengurus-pengurus yang

mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam. Saat itu

pemerintah merasa berkepentingan untuk mengawasi

madrasah, majelis taklim, serta lembaga-lembaga Islam

lainnya. Peraturan tersebut dikenal dengan nama ordonansi

guru ngaji yang dibuat pada tahun 1905, yang menyebutkan

bahwa izin tertulis untuk mengajar harus diberlakukan kepada

lembaga-lembaga Islam, daftar mata pelajaran dan peserta

didik harus diketahui, serta metode pengawasan pemerintah

juga harus dibuat.75

Ordonansi tersebut dimaksudkan untuk

membatasi gerakan pendidik agama dan secara umum

dimaksudkan untuk menghambat kemajuan Islam.76

Penulis

menilai bahwa pemerintah kolonial bersikeras, melalui

73

Bernard, Hubertus Maria Vlekke, Nusantara ……… hlm. 386. 74

Pembayaran hutang budi atau ganti rugi atas eksploitasi yang telah

dilakukan pemerintah Hindia Belanda. 75

Syamsul Kurniawan, Pendidikan di Mata Soekarno: Modernisasi

Pendidikan Islam dalam Pemikiran Soekarno (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Group, 2009) hlm. 21. 76

H. A. R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta:

Rineka Cipta, 2000) hlm.169-170.

Page 59: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

49

berbagai kebijakannya menolak peranan Islam dalam

kehidupan publik. Akibat kebijakan diskriminatif tersebut,

pendidikan Islam menghadapi kesulitan-kesulitan dan bahkan

terisolasi dari arus modernisasi.

Lembaga-lembaga pendidikan di Hindia Belanda pada

waktu itu termasuk dalam pengurusan Onderwijis en

Eeredienst (sekarang menjadi Departemen Pendidikan

Nasional) yang tiap kabupaten ditunjuk satu orang untuk

bertanggung jawab. Pemerintah menyediakan Hollands

Indische School (HIS), sekolah khusus para qadhi, penghulu

atau hakim dididik di sana, setelah tamat mereka yang lulus

dengan baik diangkat menjadi naib pada tiap onderdistrik

(kecamatan). Nantinya tugas mereka hanya membuat

pencatatan pernikahan, perceraian, dan perujukan. Pada

tingkat desa, pemerintah menunjuk mudin, orang yang

bertindak sebagai pengantara dari masyarakat Batavia yang

akan melakukan pernikahan, perceraian, dan perujukan.77

Mudin bertanggung jawab mengurus, memandikan,

mengafani, menshalati, dan menguburkan jenazah secara

Islam, mudin juga bertugas sebagai imam shalat di masjid-

masjid di tingkat pedesaan.

77

B. Ter Haar, Adat Law in Indonesia, ......... hlm. 78-80

Page 60: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

84

BAB III

SEJARAH HIDUP SAYYID UTSMAN

DAN KARYA-KARYANYA

Pembahasan yang akan penulis sajikan dalam bab ini mengenai keberadaan

Sayyid Utsman, sebagai ulama yang berdakwah melalui lisan kepada masyarakat

Islam dengan berceramah di masjid, langgar, dan majelis taklim di Batavia.

Kemudian Sayyid Ustman juga menyampaikan dakwah melalui tulisan-tulisan

yang beliau tempelkan di dinding masjid dan diajarkan kepada masyarakat Islam

Batavia. Di dalam tulisan tersebut kita dapat mengetahui pemikiran-pemikiran

beliau dalam bidang keagamaan dan sosial budaya. Kemudian akan dikaji pula

interaksi Sayyid Utsman dengan pemerintah Hindia Belanda, yang telah menjalin

kerjasama dalam bidang keagamaan, kemudian diangkat sebagai mufti. Selain itu

akan dibahas pula relasi Sayyid Utsman dengan Masyarakat Batavia dan kalangan

ulama lainnya, baik pribumi maupun Arab. Banyak kalangan masyarakat yang

sangat menghomati dan berkeinginan menuntut ilmu kepada Sayyid Utsman,

namun tidak sedikit pula masyarakat dan kalangan ulama yang mengecam dan

mencibir atas fatwa-fatwa beliau yang dianggap memihak pemerintahan kafir.

A. Biografi Sayyid Utsman Sayyid Utsman lahir dari keluarga yang mencintai ilmu dan agama,

merupakan salah satu keturunan Nabi Muhammad saw85

dari pihak Fatimah

Azzahra86

yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Mereka memiliki putra

bernama Hussein87

yang anak cucunya tersebar ke beberapa kawasan, mulai

dari jazirah Arab berkembang ke Asia Selatan, India, lalu tersebar pula ke Asia

Tenggara, seperti Aceh, Surabaya, dan Batavia tepatnya di Pekojan. Pada awal

abad ke-19 pernah hadir seorang ulama bernama Sayyid Abdullah, yang

kemudian hari mempersunting Syeikah Aminah, putri dari seorang ulama

Mesir Syaikh Abdurrahman bin Ahmad Al-Misri.88

Dari pernikahan tersebut

lahir Sayyid Utsman, yang kemudian menjadi ulama terpenting di Batavia pada

akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

85

Muhammad bin Abdullah, lahir di Mekkah 20 April 570 dan wafat di Madinah, 8 Juni

632 M. di usia 62 tahun. 86

Fatimah putri Nabi Muhammad yang ke empat, lahir di Makkah pada hari Jum'at 20

Jumadi al-Tsani. Mendapat gelar Az-Zahra (wajah yg berseri-seri), wafat di usia 27 tahun, sekitar

bulan Desember 632 M. 87

Hussein bin Ali, putra kedua Fatimah binti Muhammad saw. lahir 3 Sya’ban 4 H /8

Januari 626, dan terbunuh sebagai syahid pada pertempuran Karbala 10 Muharram 61 H / 10

Oktober 680. 88

Syaikh Abdurrahman disebut-sebut sebagai salah satu dari empat murid yang belajar di

Mekah. Ketiga kawannya yang pulang bersamanya ke Nusantara adalah Syaikh Abdush Shamad

Al-Falimbani, Syaikh Arsyad Banjar, dan Syaikh Abdul Wahhab Bugis.

Page 61: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

85

Sayyid Abdullah memiliki kakek yang bernama Sayyid Umar, lahir di

Hadramaut tepatnya di Desa Qarah Asy Syaikh. Sayyid Umar kemudian hijrah

dan wafat di kota Madinah. Ayah Sayyid Abdullah yang bernama Sayyid Agil,

merupakan seorang yang cukup terhormat di Mekah, berkedudukan sebagai

pemimpin kaum Sayyid dan digelari Sayyid Syaikh As-Sadah yang

disandangnya selama 50 tahun. Ketokohan Sayyid Agil membuat sejumlah

individu keluarga Bin Yahya atau keturunannya, dinisbahkan nama belakang

”Bin Agil”. 89

Sayyid Utsman bernama lengkap Utsman bin Abdullah bin Agil bin Umar

bin Yahya al-Alawi al-Husseini, lahir di Batavia tepatnya kampung Pekojan

pada tanggal 17 Rabiul Awal 1238 H (2 Desember 1822 M). Sekitar tiga tahun

setelah kelahiran Sayyid Utsman, Sayyid Abdullah bertolak ke Mekah.90

Perjalanan jauh tersebut menunjukkan tradisi atau kebiasaan bangsa Arab

untuk berziarah ke berbagai tempat, berkelana ke berbagai negeri untuk

menyiarkan agama Islam. Kemudian Sayyid Utsman dirawat dan tumbuh dalam asuhan kakeknya

Syaikh Abdurrahman, yang mendidiknya dengan berbagai ilmu secara tidak

formal. Ilmu-ilmu yang diberikan di antaranya dasar-dasar ilmu agama,

membaca Al-Qur’an, akhlaq, ilmu tauhid, fiqh, tasawuf, nahwu, sharaf, tafsir,

hadits, dan ilmu falak. Selain berguru kepada kakeknya, Sayyid Utsman

dikabarkan sempat berguru pula kepada Syeikh Salim bin Sumair.91

Berikut ini

merupakan garis keturunan Sayyid Utsman:

89

Sayyid Utsman, “Aqd al-Jumaan fii Adaab Tilaawat al-Qur’an, (Batavia: Percetakan

Sayyid Utsman, t.t), hlm. 116. 90

Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19 (Jakarta:

Bulan Bintang, 1984) hlm.135. 91

Nama lengkapanya Syaikh Salim bin Abdullah bin Sa’ad bin Abdullah bin Sumair Al-

Hadhromi Asy-Syafi’i, dilahirkan di desa Dzi Ashbuh, desa dikawasan Hadhramaut, Yaman.

Pengarang kitab Safinah al-Najaah yang wafat di Batavia pada tahun 1271 H (1855 M).

Page 62: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

86

Silsilah Nasab Sayyid Utsman (1822-1914 M)92

92

Sumber diambil dari kitab Az-Zahrul Bhasim fi Athwar Abil Qasim dan wawancara

dengan Bapak Muhammad bin Salim bin Athos selaku pengelola Rabithah Alawiyah bagian nasab,

pada tanggal 28 May 2014 pukul 11.15.

Khadijah (565-570 / 619-623 M) Muhammad Saw (570-632 M)

Ali bin Abi Thalib (599-661 M) Fatimah Azzahra (w.11 H / 606-632 M)

Hussain (4-61 H / 626-680 M) Hasan (Lahir 3 H / 625-669 M)

Ali, Abu Muhammad Zainal Abidin (658-713 M)

Muhammad Al-Baqir (676-743 M)

Ja’far Shadiq (702-765 M)

Ali Al-Uraidhi (wafat 112 H) Muhammad Ad Dibaj

Ali

Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Shah (840-864 M)

Muhammad al-Naqib (wafat 334 H)

Isa Ar-Rumi (214-298 H)

Ahmad Al-Muhajir (820-924 M)

Abdullah/Ubaidillah (wafat 383 H)

Alwi Al Awwal (820-924 M)

Muhammad Sahibus Saumiah

Alwi Atsani

Ali Khali Qasam (523-529 H)

Muhammad Shahib Mirbath (wafat + 1161 M)

Ali

Muhammad Faqih Muqaddam

Alwi Alghoyyur

Ali

Muhammad Mawla al-Dawilah

Alwi

Ali

Hasan

Yahya

Ahmad (wafat 986 H)

Agil

Abdurrahman

Syaich

Umar (Wafat 1212)

Agil (Wafat 1242)

Abdullah (1209-1286 H)

Utsman ( 1248-1332 H / 1622-1914 M)

Sultan Perlak I, Aceh

Yusuf Al Mukhrowi

Abdul Wahhab

Muhammad Akbar Al Ansari

Abdul Muhyi Al Khoyri

Syekh Muhammad Al-Alsiy

Syekh Khaliqul Idrus

Muhammad Yunus

Abdul Qadir / Pati Unus Pangeran Sabrang Lor (w. 1521 M)

Page 63: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

87

Saat Sayyid Utsman berusia 18 tahun, Syaikh Abdurrahman wafat pada

tahun 1848. Di usia muda itu beliau memutuskan untuk bertolak ke Mekah

untuk menunaikan ibadah haji. Setelah berhaji, beliau menuntut ilmu agama

selama 7 tahun kepada mufti Mekah Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan93

yang

menganut mazhab Syafii.94

Pada tahun 1848 Sayyid Utsman meneruskan

perjalanan ke Hadramaut untuk melepas rindu kepada ayahnya serta

mempererat tali persaudaraan dengan keluarga besarnya (dari pihak ayah),95

lalu berkunjung ke beberapa makam para wali, dan memperdalam ilmu

Tasawuf kepada Sayyid Abdullah bin Husein Bin Thahir.96

Kemudian Sayyid Utsman menuju Madinah berguru kepada Syekh

Muhammad bin Al-‘Azab,97

Sayyid Umar bin Abdullah al-Jufri,98

Sayyid

Alwi,99

dan Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahar100

selama beberapa bulan.

Sayyid Utsman bertemu dan bergaul dengan para pelajar dan ulama

Nusantara,101

yang saat itu Arab Saudi berada di bawah jajahan Kerajaan

Inggris. Semangat yang besar dalam menjalin tali persaudaraan, membawa Sayyid

Utsman ke distrik Dimyath Mesir, untuk menemui sanak keluarga (dari pihak

ibu), dan bermukim selama delapan bulan untuk mengenyam berbagai disiplin

93

Sayyid Zaini lahir pada 1817 dan wafat pada 1886 M, seorang ulama besar di Mekkah

yang bergelar Bahrul Akmal (lautan kesempurnaan) karena keluasan ilmu yang dimilikinya

sebagai Pembela paham Ahlus Sunnah wal jama’ah dari serangan Paham Wahabi. 94

Syafi’i adalah mazhab fiqih yang dicetuskan oleh Muhammad bin Idris asy-Syafi'i atau

yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi'i, lahir di Ashkelon, Gaza, Palestina, 150 H / 767 M,

dan wafat di Fusthat, Mesir 204H / 819M. Dasar-dasar Mazhab Syafi'i adalah berpegang pada Al-

Qur’an, Sunnah/hadits, Ijma, dan Qiyas. Lihat Abu Zahrah, Muhammad, Imam Syafi'i: Biografi

dan Pemikirannya dalam Masalah Akidah, Politik & Fiqih, Penerjamah: Abdul Syukur dan

Ahmad Rivai Uthman (Jakarta: Lentera, 2005). Christian Snouck Hurgronje, Orientalist (Leiden:

Leiden University Library, 2007) hlm. 26. 95

Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19 (Jakarta:

Bulan Bintang, 1984) hlm. 135. 96

Sayyid Abdullah lahir di Tarim, Yaman Selatan pada tahun 1191 H. Menimba ilmu dari

ulama-ulama besar di Hadhramaut dan ulama-ulama besar dari Makkah dan Madinah. Seorang

ulama ahli tasawuf paling besar pada masanya. Wafat pada tahun 1272 H di usia 81 tahun. Karya-

karya (kitab) yang cukup fenomenal, antara lain Diwan (kumpulan syair), al-Washiah an-Nafi’ah

fi Kalimat Jami’ah, Dzikru al-Mu’minin bima Ba’atsa bihi Sayyidil Mursalin (berisi tentang

ajakan untuk mengerjakan amal salih), Silmu at-Taufiq (tentang fiqih), Miftahul I’rab (tentang

ilmu nahwu) dan Majmu’. 97

Nama lengkapnya Syekh Muhammad bin Muhammad bin Al-‘Azab Pengarang kitab

Maulid Al 'Azab. 98

Sayyid Umar bin Abdullah al-Jufri, guru besar tasawuf. 99

Nama lengkapnya Sayyid Alwi bin Saggaf Al-Jufri, guru besar tasawuf. 100

Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahar lahir di kota Kholi’ Rasyid (Houthoh) tahun 1191

H. Seorang guru besar tasawuf, wafat di Dzi Isbah pada 23 Dzul Qa’dah 1273 H. 101

Sayyid Utsman. Ilmu Kemestian di Perihal Kematian (tk, tc, tt). Pernah juga

dialihbahasakan ke dalam bahasa Sunda oleh Ali Zainal Abidin, anak dari Sayyid Hasan bin

Utsman Yahya dalam bahasa Sunda, Ilmu Kawajiban dina Perihal Kamautan.

Page 64: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

88

ilmu dari beberapa ulama ternama di negeri itu. Dari sana beliau mendapat

rekomendasi seorang guru besar, rekomendasi untuk mempersunting

Syarifah102

Khadijah. Tak lama kemudian, beliau mengunjungi Tunis, dan menjadi tamu

kehormatan seorang menteri Kerajaan Tunis. Di sana beliau berguru kepada

Syekh Muhammad bin Abdul Jawad dan Syekh Ahmad bin Manshur, dan

berguru dengan mufti Pasya selama lima bulan di distrik Qabis, kira-kira 5 mil

perjalanan dari ibukota Tunisia. Beliau rajin menjalin tali silaturahmi dengan

komunitas ulama di sana, khususnya dengan Mufti Tunis. Dari Tunis beliau bertolak ke Aljazair dan singgah di kota Fes untuk

menelisik ilmu-ilmu eksoterik baik zahir maupun batin. Lalu beliau beralih ke

Maroko, untuk memperdalam ilmu syari’at dan hakikat. Saat itu negara-negara

Afrika Utara yang Sayyid Utsman singgahi tersebut sedang berada di bawah

jajahan Perancis. Perancis, dan negara-negara Eropa lainnya sedang dalam

masa kuat dan memperlihatkan diri sebagai negara-negara penjajah. Sayyid

Utsman menyaksikan berbagai macam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh

umat Islam atas nama pan-Islamisme dan kelompok tarekat terutama

Qadiriyah103

dan Sanusiyah104

, yang memakai ideologi jihad dan istilah perang

Sabil.105

Umat Islam seringkali berada di pihak yang kalah dengan berjatuhan

korban jiwa baik anak-anak maupun dewasa. Kenyataan ini memperlihatkan

bahwa kekuatan umat Islam tidak akan mampu menandingi senjata yang

diproduksi oleh negara-negara penjajah tersebut, dan perlawanan-perlawanan

itu hanya akan membahayakan nyawa umat Islam.

Kemudian Sayyid Utsman menyeberangi Turki dan menetap selama tiga

bulan di Istambul, untuk bertemu dengan mufti, dan berguru pada Syaikh al-

Islam selama tiga bulan, dan menyampaikan surat dari Pasya Madinah kepada

salah satu menteri Sultan Turki. Kemudian Sayyid Utsman menuju Masjid al-

102

Syarifah adalah gelar kehormatan yang diberikan kepadaanak perempuan yang

merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau, Hasan dan Husain putra

Fatimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Pernikahan ini ditujukan untuk menjaga dan

meneruskan nasab atau darah keturunan Rasul. 103

Tarekat Qadiriyah didirikan oleh Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir

Jaelani Al Baghdadi, berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria kemudian diikuti oleh jutaan

umat muslim yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Tarekat Qodiriyah ini

dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syeikh, maka murid tidak mempunyai

suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasi

tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal itu seperti tampak pada ungkapan Abdul Qadir Jaelani

sendiri, "Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya, maka dia jadi mandiri sebagai

syeikh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya." 104

Tarekat Sanusiyah yang dipelopori oleh Syekh Muhammad Sanusi al Mahdi, yang

lahir pada 12 Rabiul Awal 1202 H / 22 Desember 1787 M di al-Wasitah, Mustaghanim, Algeria.

Syekh Sanusi bermazhab Maliki, menekankan untuk senantiasa berjihad fi Sabilillah menentang

penjajah, melakukan perang Sabil dan sebagainya. Tarekat ini terpengaruh dengan al-Imam Ahmad

bin Hanbal, Ibnu Taimiyah, dan Abu Hamid al-Ghazali. Syekh Sanusi wafat pada bulan Safar

tahun 1276H/1859M di al-Jaghbub, Libya. 105

Sayyid Utsman, Buku Kecil Buat Mengetahuikan Arti Tarekat dengan Pendek

Bicaranya, (Batavia, Percetakan Sayyid Utsman, 1889) hlm. 6.

Page 65: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

89

Aqsa, Palestina untuk berguru kepada Syaikh Abdul Qadir Al Jaziri, dan

melanjutkan perjalanan ke Suriah, Persia dan berakhir ke Hadramaut, beliau

pamit kepada keluarga untuk kembali ke tanah kelahirannya.106

Perjalanan

Sayyid Utsman dari negara ke negara lainnya menunjukkan ketidakpuasan

akan ilmu yang telah didapat, beliau dahaga akan ilmu, dan perjalanan tersebut

membuahkan pemahaman ilmu agama dan pengalaman serta pengetahuan atas

keadaan di berbagai negara Islam di Timur Tengah yang sangat luas. Sehingga

setelah pulang ke Batavia, Sayyid Utsman sudah terlebih dahulu mengerti

informasi dan perkembangan yang terjadi di Asia, Afrika dan Eropa. Beberapa

peneliti terdahulu menilai bahwa Sayyid Utsman memiliki gaya berbusana

perlente. Hal itu dilatarbelakangi atas kepandaian beliau menggauli masyarakat

dengan berbagai budaya dan suku bangsa di beberapa negara. Pada tahun 1862 M, setelah menetap beberapa bulan di Hadramaut beliau

transit di Singapura dan kembali ke Batavia, saat itu usia beliau menginjak

empat puluh tahun. Untuk mengetahui secara seksama, penulis menampilkan

peta perjalanan Sayyid Utsman menuntut ilmu, sebagai berikut:

106

Abdullah bin Utsman, Suluh Zaman (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, t.t) hlm. 5-

7.

Page 66: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

90

Peta Perjalanan Sayyid Utsman Menuntut Ilmu (1822-1914)

Sayyid Utsman

(1822-1914 M)

Syaikh Abdurrahman Al-Misri Kakek (dari Ibu)

Batavia Masa Belajar 1825-1840

Syaikh Salim bin Sumair Batavia

Sayyid Zaini Dahlan Mufti Mazhab Syafii

Mekah 1840-1848

Syaikh Ahmad Dimyathi

Mekah 1840-1848

Sayyid Abdullah (Ayah Sayyid Utsman)

Mekah 1840-1848

Sayyid Muhammad bin Husein Al-Habsyi

Mekah 1840-1848

Syd.Abdullah

Syihabuddin Hadramaut 1848-1856

Syd. Alwi b Sagaf AlJufri Hadramaut 1848-1856

Syd. Hasan b

Shaleh AlBahr Hadramaut 1848-1856

Syd Muhsin b As-Saqaf Hadramaut 1848-1856

Syd. Alwi b Zein Habsyi Hadramaut 1848-1856

Syd. Ahmad

Junaid Hadramaut 1848-1856

Syd. Abdullah

Husein b Taher Hadramaut 1848-1856

Syaikh. Muhammad

Al-‘Azab Madinah 1856

Sayyid Umar b

Abdullah Al-Jufri Madinah 1856

Beberapa Ulama di Mesir 1857

Syekh Muhammad

bin Abdul Jawad Tunis 1858

Syekh Ahmad bin

Manshur Tunis 1858

Mufti Pasya Tunis 1858

Beberapa ulama Fes, Maroko 1859

Syekhul Islam Istambul 1860 Selama 3 bulan

Syekh Abdul Qadir Al-Jaziri

Palestina 1861

Menetap di Hadramaut

Beberapa bulan

Kembali ke Batavia

1862

Page 67: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

91

Setiba di tanah air, beliau segera mengunjungi makam kakek dan ibunya di

Petamburan, serta makam Sayyid Hasyim (kakak sulungnya) di Surabaya.

Kemudian beliau beserta istri dan anak-anaknya pindah dan menetap ke Jati

Petamburan, Tanah Abang. Selama lima puluh dua tahun Sayyid Utsman berdakwah, dikabarkan beliau

sakit selama beberapa hari dan kemudian meninggal. Sebelumnya beliau

menitip pesan kepada keluarganya agar tidak dibuatkan kubah di pemakaman,

bahkan beliau menolak apabila diadakan haul untuk memperingati kematian

beliau.

Sayyid Utsman meninggalkan seorang istri dan 13 (tigabelas) anak, di

antaranya:

6 (enam) orang anak laku-laki, yakni: 1. Alwi bin Utsman, memiliki 10 orang anak

2. Aqil, memiliki 6 orang anak

3. Yahya, memiliki 12 orang anak

4. Abdullah, memiliki 4 orang anak

5. Hasan, memiliki 13 orang anak

6. Hamid, memiliki 8 orang anak

Sementara anak perempuan sebanyak 7 (tujuh) orang, yakni:

1. Fatimah, memiliki 1 orang anak

2. Roqiyah, memiliki 1 orang anak

3. Sayidah, memiliki 5 orang anak

4. Khodijah, memiliki 5 orang anak

5. Ummu Hany, memiliki 6 orang anak

6. Alwiyah, tidak memiliki anak

7. Nur, tidak memiliki anak.

Setelah beberapa tahun kemudian, tepatnya pada masa Gubernur DKI

Jakarta Ali Sadikin, pemerintah daerah melakukan penataan tata ruang kota

dengan mengadakan pembongkaran dan pemindahan pemakaman di

Petamburan. Terjadi keanehan dalam penggalian makam Sayyid Utsman yang

posisinya bersebelahan dengan Syekh Abdurrahman Al-Misri, setelah

penggalian tanah sedalam lebih dari enam meter, para penggali makam tidak

menemukan tubuh jenazah beserta kain kafan. Kemudian pihak keluarga

memutuskan untuk memindahkan tanah yang sudah digali tersebut ke

pemakaman yang beralamat ke Jalan Mesjid Abidin Pondok Bambu, Jakarta

Timur.

B. Pemikiran Sayyid Utsman dan Karya-karyanya Ada beberapa sejarawan yang berbeda pendapat dalam pelaporan jumlah

karya Sayyid Utsman. Di antaranya, Steenbrink mengungkapkan bahwa Sayyid

Utsman menulis lebih dari 50 karya,107

sementara Ricklefs108

dan Henri

107

Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19 (Jakarta:

Bulan Bintang, 1984) hlm. 135.

Page 68: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

92

Chambert Loir109

yang melaporkan bahwa ada lebih dari 100 karya Sayyid

Utsman. Di balik perbedaan pendapat tersebut, penulis bersependapat dengan

Prof. Dr. Dien Madjid M. A.110

yang mengatakan bahwa selama hidup Sayyid

Utsman telah menulis sebanyak 144 karya, baik yang tipis berkisar 20 puluh

halaman maupun yang tebal. Penulisan karya-karya tersebut dilatarbelakangi

oleh kondisi sosial keagamaan masyarakat Islam nusantara, yang kemudian

beliau terapkan dengan mengeluarkan fatwa-fatwa di Batavia. Di dalamnya

mengandung pemikiran-pemikiran Sayyid Utsman dalam menjawab

permasalahan atau perdebatan yang terjadi di masyarakat. Metode penulisan

Sayyid Utsman, di antaranya menulis dengan huruf Arab, ada juga yang

menggunakan bahasa Arab, dan sebagian besar berbahasa Melayu, cara

penyampaiannya mudah dipahami. Terdapat ciri khas pada cover setelah

tulisan judul, beliau selalu menuliskan identitas penulis, seperti berikut ini:

Karangan hamba yang dhaif (lemah) Utsman bin Abdullah bin Aqil bin

Yahya bin Alawi Al Huseini Gofarallah li Walidayni Amin.

Sementara di bagian akhir, beliau menyebutkan tempat dan waktu penulisan,

namun ada pula beberapa karya yang tidak dicantumkan keterangan tersebut.

Seperti pada contoh di bawah ini:

Telah diselesaikan kitab ini di Betawi pada akhir bulan Syawal 1310

Di bawah ini merupakan karya-karya Sayyid Utsman, yang telah penulis

peta-petakan sesuai bidangnya. Pemetaan ini bertujuan untuk mempermudah

pembahasan mengenai kontribusi Sayyid Utsman yang akan dibahas pada bab

empat. Pemetaan karya-karya tersebut di antaranya:

Karya-karya dalam bidang Keagamaan 1. Jawazu Ta'addudil Jum'atain, ditulis tahun 1286 H/1869 M. Kitab yang

berisi pedoman pendirian shalat Jum’at.

2. Tahrir Aqwa ‘Adillah. Dikarang pada tahun 1872 M, yang ditulis sebagai

pedoman untuk menetapkan arah kiblat.

3. Kitab Haji dan Umrah. Ditulis pada tahun 1873, sebagai pedoman tata

cara menunaikan ibadah haji dan umrah untuk bekal para calon jamaah

haji dan umrah.

4. Jam’ul Fawaid Mimma Yata allaqu bi Shodaqati Al-Jum’ati wa Al-

Masajid. Ditulis di pada akhir bulan Syawal 1310 H, terdiri dari 83

108

Nama lengkapnya Prof. Merle Calvin Ricklefs, Ph.D. Sejarawan kontemporer

Australia periode 1600-an hingga 1900-an. Lahir pada 1943, objek utama penelitiannya adalah

mengenai sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan pengaruhnya pada kerajaan-kerajaan lain di

Nusantara. Ia banyak mengungkap aspek pergulatan masyarakat Jawa dalam menghadapi

perubahan budaya pada masa 1600 hingga kini akibat masuknya pengaruh kebudayaan Islam dan

Barat. 109

Henri Chambert-Loir adalah peneliti sejarah asal Perancis, sejak 1971 ia telah

menerjemahkan enam karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Prancis, di antaranya Perjalanan

Penganten karya Ajip Rosidi dan Para Priyayi karya Umar Kayam. 110

Putra Aceh yang lahir pada , kini menjadi Guru Besar pada Fakultas Adab dan

Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 69: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

93

halaman. Kitab ini membahas keutamaan segala hal mengenai hari Jum’at,

mulai dari membaca surat Al-Kahfi, hukum, syarat dan sah shalat Jum’at,

rukun, dan syarat khutbah, serta syarat jamaah shalat Jum’at. Selain itu

dibahas pula mengenai masjid, mulai dari pahala mendirikan, syarat

mewaqafkan, dan menentukan kiblat.

5. Aslahul Halal bi Talibi Al-Halal. Terdiri dari 24 halaman, di dalamnya

tidak ada keterangan tempat dan waktu kitab ini ditulis. Kandungan kitab

ini mengenai keutamaan mencari kekayaan dengan pekerjaan seperti

menjahit, menanam pohon, dan pekerjaan lainnya yang mendapat pahala.

Sayyid Utsman menilai bahwa mencari kekayaan dengan cara meminta-

meminta kepada manusia bukanlah pekerjaan yang terpuji, haram dan dosa

hukumnya.111

6. Al Qawaninu Syar’iyah lil Mahkamah wal Iftaiyah. Ada juga yang

menyebutnya Al-Qawanin asy-Syar'iyah li Ahli al-Majalis al-Hukmiyah

wa al-Iftaiyah. Kitab ini dikarang pada tahun 1881 M/1317 H, yang

dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan agama khususnya ilmu fiqh,

di kalangan para penghulu saat itu. Kitab ini berisi lengkap menerangkan

soal-soal pernikahan, perceraian (thalak) dan menyambung pernikahan

kembali (rujuk) yang sangat berguna bagi Mahkamah-mahkamah

Syar’iyah yang menganut madzhab Syafi’i di Batavia.112

Alasan ditulisnya

kitab ini karena belum ada ulama-ulama Melayu terdahulu, yang mengkaji

pembahasan dalam perkara-perkara tersebut, sehingga kitab ini laris

terjual, dan harus dicetak ulang dengan mesin litografi ukuran kecil milik

pribadi Sayid Utsman.

7. Tawdhihu Al-Adillati ‘ala Syuruthi Syuhudi al-Ahillali. Latar belakang

ditulisnya kitab ini adalah karena pada tahun 1882 umat Islam di Batavia

terbagi dua dalam menentukan awal puasa Ramadhan. Sebagian

masyarakat mulai puasa Ramadhan pada hari Minggu dan sebagian

lainnya mulai puasa pada hari Senin. Kitab ini membahas dan memberikan

jalan keluar, mengenai perbedaan pendapat di kalangan masyarakat Islam

Batavia mengenai hari pertama bulan Ramadhan, menentukan hari raya

umat Islam.

8. An-Nasihah al-Aniqah li al-Mutalabbisin bi al-Thariqah (Nasihat yang

Elok kepada Orang-Orang yang Masuk Tarekat), dikarang pada tahun

1886 M.113 Kitab ini, dilatarbelakangi dengan maraknya penganutan tarekat

yang dilakukan oleh masyarakat Islam di luar Batavia, di antaranya

Banten, Cilegon, Padang, dan beberapa daerah lainnya di Nusantara.

Menurut Sayyid Utsman, masyarakat Islam Nusantara agaknya belum siap

untuk menganut tarekat, hal ini dikarenakan seorang yang hendak

111

Sayyid Utsman. Aslahul Halal bi Talibi Al-Halal (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman)

hlm. 20 112

Sayyid Utsman. Al-Qawanin asy-Syar'iyah (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman) hlm.

69-87. 113

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, An-Nasihah al-Aniqah li al-

Mutalabbisin bi al-Thariqah (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, 1886) hlm. 11-12

Page 70: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

94

bertarekat hendaknya menguasai tiga cabang ilmu Islam yakni ilmu

tauhid, fiqh, dan ilmu sifat hati (tasawuf) secara murni.

9. An-Nasihatu Al-Mardhiyyatu fi Ar-Raddi ‘ala al-Wasiyat al-

Manamiyah.114

Ditulisnya kitab ini dilatarbelakangi oleh peredaran surat

wasiat yang diterima oleh masyarakat Islam yang berisi tentang seseorang

yang mengaku bermimpi berjumpa dengan Rasul, dan mendapat saran

untuk melakukan amal-amal perbuatan agar mendapat keberkahan bahkan

menolak atau menghindari bencana (setelah membaca surat wasiat

tersebut). Di dalamnya, terdapat berita-berita tentang datangnya hari

kiamat. Dalam menghadapi permasalahan tersebut Sayyid Utsman menulis

kitab ini untuk menyelamatkan masyarakat untuk tidak mempercayai

berita-berita bohong dari surat wasiat tersebut. Kitab ini menegakkan

syariat dan menghimbau kepada masyarakat untuk selalu meggunakan

akal sehat dalam menerima surat wasiat tersebut.

10. Manhaj al-Istiqamah fi ad-Dini bi as-Salamah.115

Ketika menyelesaikan

kitab ini pada 5 Zulkaedah 1307 H/1890 M, Sayyid Utsman sudah

diangkat mejadi mufti Batavia, beliau berusaha menjembatani umat Islam

dengan pemerintah. Kandungan kitab ini mengenai keberadaan masyarakat

Islam yang berada di bawah penjajahan Belanda. Di dalamnya yang dapat

penulis simpulkan adalah:

a. Sayyid Utsman memandang bahwa keberadaan masyarakat Islam di

bawah penjajahan kaum kafir merupakan keburukan yang tak

terelakkan. Namun meskipun begitu, beliau menolak perlawanan

masyarakat Islam terhadap penjajah, dan beliau tidak akan melakukan

suatu keputusan yang berlawanan dengan syariah Islam, meskipun

dibujuk rayu oleh pemerintah sekalipun. Di dalamnya berisi kritik

terhadap pemberontakan petani Banten yang terjadi pada tahun 1888.

b. Sayyid Utsman dalam kitabnya memeri saran kepada masyarakat Islam

agar tetap menjalankan ibadah dan menghomati peratuan-peraturan

pemerintah Hindia Beanda, selama tidak melanggar syariat Islam. Ini

merupakan etika atau sikap masyarakat Islam yang diharapkan Sayyid

Utsman dalam menghadapi penjajahan. Jika semua dilaksanakan maka

masyarakat Islam akan hidup berdampingan saling menghomati

dengan kaum kafir.

Penulis menyimpulkan bahwa kitab Manhajul Istiqomah merupakan karya

Sayyid Utsman yang bertujuan untuk menyatakan kebenaran agama Islam,

menyampaikan kebajikan kepada saudara seagama Islam, dan

menyelamatkan umat Islam baik dunia maupun akhirat.

114

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya. An-Nasihatu Al-Mardhiyyatu fi Ar-

Raddi ‘ala al-Wasiyat al-Manamiyah (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, 1891), dan Sayyid

Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya. Al-I’lan bi al-nasihah al-Matlubah (Batavia: Percetakan

Sayyid Utsman, 1903) 115

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, Manhaj al-Istiqamah fi ad-Dini bi

as-Salamah. (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman) hlm. 15.

Page 71: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

95

11. Mazil al-Auham wa at-Taraddud fi Amri Shalah al-Jumu'ah Ta'addud,

ditulis tahun 1312 H.

12. Taftih al-Maqallatain wa Tabyin al-Mufsidin al-Makhba-ataini fi ar-

Risalah al-Ma'mati bi Shulhi al-Juma'ataini, ditulis tahun 1313 H.

13. Perhiasan Bagus. Sayyid Utsman menulis kitab ini dikhususkan untuk

anak perempuan agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang salah.

14. Risalah Sifat Duapuluh,116

merupakan sebuah kitab Usuluddin yang

mengandung ilmu Tauhid, berbahasa Melayu tulisan huruf Arab yang

mudah dipahami oleh masyarakat Batavia. Pemikiran Sayyid Utsman

dalam karya tersebut adalah, sebagai umat Islam yang baik, seharusnya

sebelum melakukan ibadah, wajib mengenal siapa tuhan (Allah) Yang

akan disembahnya beserta sifat-sifatNya. Dalam pengenalan tehadap Allah

ini mengalami perbedaan di kalangan ulama, ada yang mengatakan

pengenalan harus diajarkan secara rinci, dengan taklid yang disertai dalil,

dan adapula yang menganggap bahwa pengenalan tidak boleh diajarkan

secara rinci, dan lain sebagainya. Hal demikian melatarbelakangi Sayyid

Utsman untuk menulis karya ini, dengan tidak mencantumkan referensi

sumber buku-buku beserta para pengarangnya. Menurut beliau masyarakat

Islam Batavia merupakan masyarakat awam, maka dalam mengajarkan

pengenalan terhadap Allah tidak boleh secara rinci dan meskipun disertai

dengan dalil secara global namun pengajarannya tidak boleh berlebihan,

karena akan menimbulkan kebingungan, perselisihan dan perdebatan antar

masyarakat, yang membawa masyarakat kepada perbuatan dosa. Untuk

memperkuat pendapat tersebut Sayyid Utsman menyimpulkan, bahwa

diantara dosa besar adalah membawa masyarakat Batavia yang awam dan

tidak terbiasa dengan ilmu pemikiran tentang zat Allah dan sifat-Nya, serta

persoalan-persoalan yang belum sampai kepada akal masyarakat Batavia.

Ini adalah suatu kesesatan, karena nanti masyarakat Batavia akan menjadi

ragu dengan ilmu tersebut dalam masalah pokok agama. Bahkan mungkin

masyarakat akan menghayalkan Allah yang mustahil bagi-Nya.

Masyarakat akan menjadi kafir dan melakukan bid’ah, dan akan senang

dengan akal yang sedikit. Oleh karena itu pengajaran harus disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat, Sayyid Utsman membatasinya dengan hal-

hal yang memang wajib diketahui, seperti mengenal sifat-sifat Allah dan

RasulNya.117

Untuk memantapkan dan menguatkan iman dengan cara

membaca Al-Qur’an, mempelajari tafsir serta maknanya, dan melakukan

kewajiban-kewajiban beragama lainnya.118

Di antaranya memahami rukun

116

Sayyid Utsman. Risalah Sifat Duapuluh. (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman) hlm.

16. 117

Sayyid Utsman, Risalah Dua Ilmu, (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman) hlm. 17. 118

Sayyid Utsman, Saun al-Din ‘an Nazaghat al-Mudillin (Batavia: tanpa penerbit, 1312

H) hlm. 18.

Page 72: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

96

dan wajib shalat, puasa, zakat, berhaji, dan hal-hal yang berkaitan dengan

hukum halal dan haram suatu perbuatan.119

15. Samth asy-Syuzur wa al-Jawahir fi Hilli Takhshish an-Nuzur li as-Sadah.

16. Kitab al-Faraidh. Kitab ini berisi tentang pernikahan dan warisan

17. Saguna Sakaya. Pembahasan kitab ini sama dengan Kitab Faraidh.

18. Hadits Keluarga.

19. Maslakul Akhyar (Kumpulan Do’a).

20. Iqazhuniyan fimaa yat ‘alqu bilahillah was Shiyam. Kitab ini dikarang

pada tahun , yang dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan ulama

dalam menentukan waktu sholat, bulan Ramadhan, dan waktu-waktu lain

yang dijadikan waktu ibadah dalam kalangan para penghulu saat itu. Oleh

karena itu Sayyid Utsman mengarang kitab ini khusus untuk menerangkan

persoalan rnasuk bulan Ramadhan, Hilal dan puasa.

21. Al-Zharul Basim fi Athwar Abil Qasim. Kitab ini ditulis dengan bahasa

Melayu dan dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan agama, tentang

kisah suri tauladan Nabi Muhammad Saw. Dalam kitab ini, Sayyid Utsman

menerangkan kisah Maulud dan Mi’raj Nabi Muharnmad Saw. Kitab ini

selalu dibaca oleh mayarakat Batavia di setiap peringatan Mi’raj 27

Rajab.120

Di dalam terdapat peraturan-peraturan atau tata tertib yang ditulis

Sayyid Utsman dalam permulaan kitab untuk menghormati Nabi

Muhammad Saw. Masyarakat Batavia pun mentaati tata tertib tersebut,

yang berbunyi:

Dalam memperingati hari Mi’raj para jamaah tidak diperkenankan

duduk di atas kursi, melainkan duduk di lantai, tidak diperboleh

merokok, dengan alasan malaikat membenci asap tembakau,

mereka diperkenankan membakar kemenyan yang berbau harum

seperti dupa. Sedangkan bagi jamaah wanita diperbolehkan

mendengarkan ceramah Mi’raj di tempat yang terpisah dari tempat

pria, dan tidak diperbolehkan masuk ke tempat pria.121

22. I’anatut Mustarsyidin, Kitab ini dikarang pada tahun , yang

dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan agama, khususnya ilmu

fikih, di kalangan para penghulu saat itu. Berbahasa Arab, yaitu kitab

untuk penolak fatwa-fatwa Ibnu Taimiyah dan Muhamrnad Abduh.

23. Terjemah Rukun Islam atau Terjemah Hukum Islam.

24. Sa'adah al-Anam

25. Tamyiz al-Haq.

Menurut pemikiran Sayyid Utsman di kitab tersebut, bahwa kolonialisasi

di Indonesia merupakan hal yang buruk bagi masyarakat Islam, namun

sepanjang kolonialisasi tersebut tidak menghalangi masyarakat Islam

119

Sayyid Utsman, Adab al-Insan (Batavia: al-Maktabah al-Thahiriyah, tanpa tahun) hlm.

12. 120

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, al-Zahr al-Basim fi atwar Abi l-

Qasim. (Batavia: Cetakan Baru, 1924) hlm. 8. 121

Ibid hlm. 2-4.

Page 73: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

97

untuk melakukan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya, tidak perlu

melakukan perlawanan dengan mengatasnamakan jihad di jalan Allah.

Hidup di bawah penjajahan ini memang menyedihkan, namun ini lebih

baik daripada melakukan perlawanan

26. Perihal Hukum Azan.

27. Irsyad al-Anam. Merupakan kitab fiqh yang ditulis dalam bahasa Melayu

huruf Arab yang mudah dipahami oleh masyarakat. Sayyid Utsman

menyajikan pedoman pelaksanaan ibadah bagi masyarakat Islam secara

sederhana dan praktis. Sayyid Utsman menulis kitab ini sebagai pedoman

untuk mengatur tentang shalat, puasa, dan zakat.

28. Taftih al-'Uyun.

29. Miftah as-Sa'adah.

30. Tafsir Surah Kahfi.

31. As-Silsalah an-Nabawiyah.

32. Qamus Tiga Bahasa.

33. Qamus Kecil.

34. Hukum Gambar Mekah dan Madinah, Penerbitan peta buminya, yang

memuat sebuah peta besar dari tanah airnya, Hadramaut. Maksud utama

penerbitan itu ialah memperluas pengertian yang lebih baik tentang

keanehan, adat istiadat dan pekerjaan penduduk Arab Selatan, yang telah

mengirimkan kelebihan penduduknya ke negeri-negeri Islam lainnya sejak

berabad-abad lampau.

35. Atlas Arabi.

36. Hikam ar-Rahman.

37. Hadits Empat Puluh.

38. Bab al-Minan. Kandungan kitabnya sebagai berikut:

Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam, dan shalawat dan

sejahtera atas nabi Muhammad SAW dan keluarganya dan sahabatnya.

waba'du, kemudian daripada itu maka rukun Islam lima perkara : pertama

mengucap dua kalimat syahadat, kedua sembahyang lima waktu, ketiga

memberi zakat jka ada hartanya, ke empat puasa bulan Ramadhan, ke lima

pergi haji jika mampu pergi. Adapun artinya Islam ialah menerima segala

perintah Allah SWT dan menjauhkan segala larangan-Nya. Adapun yang

dikata orang-orang Islam itulah yang mengucap dua kalimat syahadat, dan

sembahyang puasa.

Adapun artinya iman yaitu percaya, dan rukun - rukunnya enam

perkara : pertama percaya pada Allah SWT bahwa Allah SWT Tuhan

yang mejadikan sekalian alam, kedua percaya kepada malaikat bahwa

mereka itu hamba Allah SWT yang mulia yang amat menuruti perintah

Allah SWT, ketiga percaya kepada sekalian kitab yang turun dari langit

kepada sekalian rasul, ke empat percaya pada sekalian rasul, kelima

percaya pada hari kiamat daripada sirat dan timbangan amal, dan surga,

dan neraka, dan syafaat nabi Muhammad SAW, ke enam percaya kepada

taqdir tuhan Allah SWT atas tiap - tiap sesuatu yang jadi atau yang tidak

jadi

Page 74: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

98

39. Toudjouh Faidah. Dalam kitab ini Sayyid Utsman menyampaikan penting

shalat berjamaah.

40. Khulasah al-Qaul al-Sadid fil Man ihdats Ta’addud al-Jum’at fi al-Masjid

al-Jadid. Dalam kitab ini Sayyid Utsman memaparkan bahwa menurut

mazhab Syafii, dalam satu jama’ah hanya boleh diadakan salat Jumat di

satu tempat saja. Bilamana peraturan ini dilanggar, maka kedua salat

Jum’at yang diadakan itu menjadi tidak sah.

41. Risalah Dua Ilmu,122

beliau membagi Ulama menjadi 2 macam yaitu

Ulama Dunia dan Ulama Akhirat. Ulama dunia itu tidak Ikhlas,

materialistis, berambisi dengan kedudukan, sombong dan angkuh,

sedangkan Ulama akhirat adalah orang yang ikhlas, tawadhu, yang

berjuang mengamalkan ilmunya tanpa pretensi apa-apa, lillahi ta’ala,

hanya mencari Ridho Allah semata.

42. Soal Jawab Agama.

43. Khutbah Nikah.

44. Al-Qu’an Wa Al-Dua.

45. Ringkasan seni membaca Al-Qur’an.

46. Atlas Arabi.

47. Ringkasan Seni Menentukan Waktu Sah Untuk Shalat.

48. Ilmu kalam.

49. Hukum Perkawinan.

50. Ringkasan Undang-Undang Saudara Susu.

51. Buku Pelajaran Bahasa dan Ukuran Buku. Vvew2

52. Cempaka Mulia. Berisi perihal penyelenggaraan jenazah

53. Kitab Al-Manasik dan Ilmu Falak.

54. Dan masih banyak kitab lainnya.

Karya-karya dalam bidang Sosial Budaya:

1. Adabul Insan.

2. Khawariq Al-Adat.

3. Ringkasan Ilmu Adat Istiadat.

4. Al-Silisilah Al-Nabawiyah.

5. Membahas Al-Qur’an dan Kesalahan Dalam Berdo’a.

6. Ringkasan Unsur-unsur Do’a.

7. Ringkasan Tata Bahasa Arab.

8. Mukhtashar al-Qamus.

9. Salam al-Muslimin.

10. Thariqussalamah minal Khusran wan Nadamah, berbentuk sya’ir dalam

bahasa Arab menolak Muhammad Abduh dan Jamaluddin al Afghani.

11. Ringkasan Hukum Pengunduran Diri Istri Secara Sah.

C. Interaksi Sayyid Utsman dengan Pemerintahan Hindia Belanda

122

Sayyid Utsman, Risalah Dua Ilmu, hlm. 17.

Page 75: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

99

Setelah menuntut ilmu di berbagai Negara di timur Tengah Sayyid Utsman

kembali ke Batavia dengan ilmunya yang mapan disertai pengalaman yang

luas, namun beliau tetap menghidupkan diri dan keluarganya dengan

berdagang. Di sela-sela berdagang, Sayyid Utsman mengisi waktu untuk

ceramah di masjid Pekojan dan masjid Petamburan, mulai sekitar tahun 1862-

1883 beliau menebarkan sayap dakwah secara lisan.

Kemudian Sayyid Utsman mendapat tawaran mengajar dari mufti Batavia

Syaikh Abdul Ghani Bima,123

yang telah lanjut usia. Sayyid Utsman menerima

tawaran tersebut, dan mengajar ilmu agama dengan mengkaji kitab-kitab salaf

setelah shalat Jum’at hingga waktu asar di masjid Pekojan. Sementara di

masjid Petamburan beliau mengadakan pengajian majelis taklim di hari Rabu.

Melihat kondisi keagamaan masyarakat Islam Batavia, sekitar akhir tahun

1884 Sayyid Utman mulai menumpahkan pemikirannya ke dalam tulisan yang

berisi tentang jawaban-jawaban dari permasalahan yang dihadapi oleh

masyarakat. Tulisan-tulisan yang beliau tuangkan di antaranya mengenai etika

Islam (akidah dan akhlak), doa-doa, nasihat-nasihat yang sumbernya diambil

dari hadits-hadits, dan hukum Islam (fiqh). Tulisan-tulisan tangan tersebut

beliau tempel di dinding masjid (seperti layaknya majalah dinding), yang

sengaja dipampang untuk dibaca oleh masyarakat Islam Batavia. Bila beliau

telah menyelesaikan tulisan lain, maka tulisan yang telah ditempel diganti

dengan tulisan yang baru.124

Di masa-masa itulah Sayyid Utsman mulai

menyampaikan dakwah melalui tulisan.

Selain berdakwah melalui tulisan, Sayyid Utsman juga telah

menyampaikan ilmu kesenian berupa gambar atau lukisan, di antaranya

gambar Peta Hadramaut, Atlas Arabi, yang mengandung informasi letak-letak

lokasi daerah tersebut, ini sangat bermanfaat bagi persiapan keberangkatan

calon jamaah haji. Ketajaman hafalan beliau mengenai keturunan-keturunan

Alawiyyin, dituangkannya dengan merangkai susunan gambar pohon.

Sekitar tahun 1881 an Sayyid Utsman sudah mulai berinteraksi dengan van

den Berg yang mengunjungi percetakan litografi, dan mencari keterangan

mengenai umat Islam yang termaktub dalam kitab-kitab beliau. Kemudian

Sayyid Utsman membantu Berg dengan memberikan data-data mengenai umat

Islam pada umumnya, bantuan tersebut bisa dikatakan sebagai kerjasama yang

tidak mengikat. Kerjasama ini menunjukkan bahwa Sayyid Utsman adalah

seorang peranakan Arab yang memiliki sifat terbuka kepada siapa saja (baik

penganut Islam maupun non Islam), sepanjang tidak bertentangan dengan

syariat agama.

Pada tahun 1889 Sayyid Utsman menjalin hubungan dengan Snouck

Hurgronje setelah menerima tawaran dalam memberikan bantuan informasi

tentang kehidupan umat Islam Nusantara, khususnya di Batavia untuk

memenuhi penelitian Snouck. Hubungan ini lambat laun menjadi persahabatan,

di mana Snouck merasa adanya sikap keterbukaan dari seorang peranakan Arab

123

Nama lengkapnya Syeikh Abdul Ghani Al-Bimawi Bin Subuh Bin Isma'il Bin Abdul

Karim Al-Bagdadi, lahir di paruh terakhir abad ke-18 kira-kira tahun 1780 di Bima. 124

Azyumardi Azra, Islam Nusantara (Bandung: Mizan, 2002) hlm. 143-144.

Page 76: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

100

yang sudi bekerjasama dengan pihak pemerintah Hindia Belanda. Sekitar tiga

tahun berikutnya pemerintah menilai sikap keterbukaan dan luasnya ilmu

pengetahuan yang dimiliki Sayyid Utsman, mengangkat beliau sebagai Mufti

Batavia pada tahun 1891.

Karya tulis Sayyid Utsman semakin subur setelah memiliki percetakan

mesin litografi. Setiap karya yang telah diselesaikan, beliau harus terlebih

dahulu menyerahkannya kepada pemerintah Hindia Belanda. Kemudian setelah

diperiksa oleh pemerintah, karya tersebut dizinkan untuk dicetak dan

disebarluaskan kepada masyarakat Islam.

Ada beberapa nasehat yang disampaikan oleh Sayyid Utsman kepada

Snouck, di antaranya:

1. Mengadakan pengangkatan penghulu dan hakim agama yang memiliki

ilmu pengetahuan Islam yang baik. Hal ini penting, mengingat kondisi

peradilan agama yang menjadi penentu dalam membuat keputusan suatu

perkara yang terjadi di masyarakat.

2. Memberikan sanksi kepada masyarakat yang menukar suku atau bangsa

orang lain, yang tidak sesuai dengan budaya dan bangsanya. Sanksi ini

diberikan kepada orang yang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan

budaya dan bangsanya. Misalnya, orang pribumi memakai pakaian orang

Eropa, atau bangsa lain.

3. Menyarankan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mewajibkan calon

jamaah haji agar memiliki tiket pulang, demi terhindar dari hutang. Hal ini

dilatarbelakangi dengan kasus-kasus yang menyulitkan jamaah haji,

misalnya kehabisan uang untuk membeli tiket pulang ke tanah air.

Menghadapi permasalahan tersebut, jamaah haji yang tidak memiliki tiket

pulang sering hidup bergelantungan di tanah suci, untuk mengumpulkan

ongkos pulang ke tanah air, mereka berjualan dan meminta-minta. Bahkan

ada pula yang dijadikan buruh perkebunan di Singapura oleh pemilik

maskapai, yang menganggap bahwa tenaga jamaah haji yang bekerja di

perkebunannya, sebagai ganti rugi untuk memenuhi ongkos pulang ke

tanah air.

4. Memberantas surat wasiat yang beredar di kalangan masyarakat, mengenai

hal-hal yang di luar akal sehat. Surat wasiat tersebut dibawa oleh jamaah-

jamaah haji yang menyebarkan ke masyarakat umum. Pemerintah Hindia

Belanda pun dibuat ketar-ketir atas surat wasiat tersebut, dan memberi

dukungan kepada Sayyid Utsman yang menentang surat wasiat tersebut.

D. Relasi Sayyid Utsman dengan Ulama dan Masyarakat Islam Batavia Dalam bab dua, telah penulis jelaskan bahwa kedudukan sosial imigran

Arab beserta keturunan-keturunannya di Batavia mendapat tingkat yang lebih

tinggi daripada kaum pribumi. Sekian banyak imigran asing yang tinggal di

Batavia dengan berbagai tujuan, imigran Arab terutama kalangan ulama

mendapat kedudukan istimewa di mata masyarakat Islam Batavia. Di mata

masyarakat Islam mereka tidak dianggap sebagai kaum penjajah, melainkan

Page 77: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

101

mereka dianggap sebagai sultan kaum pribumi125

yang menunjukkan arah

kebenaran melalui ilmu pengetahuan agamanya. Begitu juga dengan

keberadaan Sayyid Utsman, di mata masyarakat Islam Batavia dipandang

sebagai ulama yang tinggi ilmunya. Banyak yang berkeinginan menuntut ilmu

kepada beliau, namun tidak sedikit pula yang memandang beliau sebagai

mata-mata Belanda sehingga keinginan menuntut ilmu tersebut sirna.

Sepeninggal Abdurrahman Al-Misri, ketika Sayyid Utsman beranjak

remaja sudah mulai aktif mengurus masjid Pekojan. Ketika itu datang seorang

pemuda yang melaksanakan shalat di masjid Pekojan. Pemuda itu bernama

Syekh Nawawi Al-Bantani126

yang menyatakan bahwa tempat sholat imam

sebagai penunjuk arah kiblat masjid tersebut salah, dan harus segera

dibetulkan. Mendengar hal tersebut Sayyid Utsman tidak terima, dan tetap

mempertahankan pendapat bahwa posisi kiblat tersebut sudah benar dan tidak

perlu dirubah. Sementara Nawawi berusaha memperkuat pendapatnya, atas izin

dan karamah127

nur basyariyyah128

yang diberikan oleh Allah, Syekh Nawawi

mampu menggambar Ka’bah dengan jarinya dan menunjukkannya kepada

Sayyid Utsman. Mengetahui karamah tersebut Sayyid Utsman merasa takjub,

dan akhirnya dengan penuh hormat Sayyid Utsman segera mengikuti nasehat

Syekh Nawawi merubah tempat sholat imam masjid Pekojan dengan

menggeser ke kanan.129

Hingga kini, jika kita mengunjungi Masjid Pekojan

akan terlihat tempat sholat imam dipindah atau digeser, tidak sesuai dengan

tempat sholat imam yang sebelumnya. Menurut penulis, dari kasus di atas

menunjukkan bahwa seorang Sayyid merupakan manusia biasa yang tidak

luput dari kesalahan. Dan Sayyid Utsman seorang ulama yang menghargai dan

menghormati pendapat orang lain yang berbeda dengan pendiriannya.

Pendiriannya yang kuat mampu diredam atas dasar kebenaran cahaya Islam.

Sayyid Utsman merupakan ulama yang selalu menjaga komunikasi dengan

para ulama lainnya, baik dalam negeri maupun luar negeri. Komunikasi

tersebut biasanya mengenai permasalahan keagamaan yang dihadapinya.

Apabila menemukan suatu masalah dalam memutuskan sesuatu, Sayyid

125

Hamid, Algadri, C. Snouck Hurgronje, Politik Belanda terhadap Islam dan Keturunan

Arab (Jakarta: Sinar Harapan, 1984) hlm. 31 126

Nama lengkapnya Abu Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi, lebih

dikenal dengan Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani, lahir di Tanara, Serang pada 1813.

Seorang ulama yang memiliki lebih dari 115 kitab yang meliputi bidang fiqh, tauhid, tasawuf,

tafsir, dan hadis. Meninggal di Mekah pada 1897. 127

Karamah adalah hal/perkara atau suatu kejadian yang luar biasa di luar nalar dan

kemampuan manusia awam yang terjadi pada diri seorang wali Allah. 128

Sifat-sifat kemanusiaan yang baik seperti jiwa pemaaf, mau menolong, jujur,

mengikuti aturan. Bila semua terpenuhi maka akan muncul perbuatan-perbuatan mulia. Dengan

karamah tersebut Ka’bah akan terlihat di manapun Syekh Nawawi berada. 129

Nama asli Masjid Pekojan ini adalah Masjid Jami' Annawier yang dididirkan tahun

1760 M / 1180H, dibangun di atas lahan yang disumbangan oleh Syarifah Fatimah. Kemudian

masjid ini diperluas oleh Sayyid Abdullah Bin Hussein Alaydrus. Masjid tua ini kini masuk dalam

daftar bangunan bersejarah yang dilindungi dengan pengesahan berupa SK. Mendikbud R.I. No.

0128/M/1988.

Page 78: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

102

Utsman tidak segan-segan meminta pendapat kepada beberapa mufti di negara-

negara Timur Tengah. Komunikasi tersebut ditempuh dengan cara surat

menyurat untuk pembenaran dan memperkuat karya yang mengandung

pemikiran beliau, yang kemudian dijadikan sebagai fatwa-fatwa. Setelah fatwa-

fatwa Sayyid Utsman diperkuat dan disetujui serta didukung oleh mufti-mufti

yang mumpuni di Timur Tengah, maka beliau dengan percaya diri

mengeluarkan fatwa-fatwa tersebut. Yusuf an-Nabhani mufti Beirut,130

Syekh

Hussain al-Jisr di Syiria131

adalah ulama-ulama Timur Tengah yang dikabarkan

pernah dimintai pendapatnya oleh Sayyid Utsman.

Ketika menghadapi masyarakat Islam nusantara yang mulai

terkontaminasi dengan pemikiran-pemikiran Syekh Muhammad Abduh,132

dan

Sayyid Rasyid Ridha133

yang dibawa oleh pelajar-pelajar yang menuntut ilmu

di Mesir dan beberapa Negara Timur Tengah lainnya, Sayyid Utsman

menentang pemikiran-pemikiran kedua ulama pembaharu tersebut.

Penentangan ini mendapat dukungan dari Yusuf an-Nabhani134

mufti Beirut.

Dikabarkan bahwa keluasan ilmu dan pengalaman Sayyid Utsman

membuat masyarakat Batavia sangat menyegani beliau. Saat itu kaum pribumi

belum banyak yang berkecimpung sebagai ulama, di era tersebut ulama di

Batavia bisa dihitung sekitar belasan orang, mereka berasal dari kalangan Arab

(dalam hal ini para Sayyid atau Habib). Sementara kaum pribumi hanya

berusaha menuntut ilmu dari ulama-ulama tersebut, dan berusaha menjaga

silaturahmi dalam rangka menghormati ulama-ulama Arab di Batavia.

130

Nama lengkapnya Syekh Muhammad Taqiyyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin

Ismail bin Yusuf An Nabhani dilahirkan pada 1909 di daerah Ijzim. Ia adalah seorang qadi

(hakim), penyair, sastrawan, dan seorang ulama terkemuka di daerah Turki Utsmani 131

Syaikh Hussain Al Jisr, ulama yang mendirikan Sekolah Islam Nasional (Al Madrasah

Al Wataniyyah Al Islamiyyah) di Tripoli. Ia percaya bahwa kemajuan hanya akan mencapai

bangsa Muslim saat percaya dikombinasikan pendidikan agama dengan ilmu-ilmu modern 132

Syekh Muhammad Abduh lahir di Manhallat Nash, sebuah dusun di dekat sungai Nil,

propinsi Gharbiyyah Mesir pada tahun 1849 M. Ide yang di sebarkan yaitu mengobarkan semangat

ummat Islam untuk bangkit melawan kekuasaan Barat. Arbiyah Lubis. Pemikiran Muhammadiyah

dan Muhammad Abduh (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) hlm. 116. 133

Nama lengkapnya Muhammad Rasyid Ridha ibn Ali Rida ibn Muhammad

Syamsuddin ibn Baharuddin ibn Munla Ali Khalifah al-Baghdadi., yang dikenal dengan Sayyid

Rasyid Ridha. Lahir pada tahun 1865 di al-Qalamun, desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh

dari kota Tripoli (Suria). Ia adalah seorang keturunan Nabi, sekaligus murid terdekat Syekh

Muhammad Abduh, yang melanjutkan pemikiran-pemikiran gurunya dengan melahirkan karya-

karya yang menentang pemerintahan absolut kerajaan Utsmani dan menentang politik Inggris dan

Perancis. Wafat pada tahun 1935. Lihat Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah Pengantar Ilmu al-Quran

Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1994) hlm. 280. 134

Syeikh Yusuf bertentangan dengan pemikiran Muhammad Abduh dalam metode tafsir.

Muhammad Abduh menyerukan perlunya penakwilan nas atau ayat Alqur’an agar tafsir merujuk

pada tuntutan situasi dan waktu. Ia juga bertentangan dengan Jamaluddin al-Afghani, Muhammad

Abduh dan murid-muridnya yang sering menyerukan reformasi agama. Menurut dia, tuntutan

reformasi itu meniru Protestan, dalam Islam tidak ada reformasi agama (seperti dalam pemahaman

Protestan).

Page 79: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

103

Sayyid Utsman sangat disegani oleh ulama-ulama di Batavia karena

keluasan ilmu yang dimiliki setiap menjelang bulan Ramadhan beliau

mengumpulkan para ulama-ulama baik ulama-ulama Batavia maupun diluar

Batavia. Bertempat di Masjid keramat Luar batang di makam Waliyullah Habib

Husein bin abu bakar al Idrus. Forum silahturahim para ulama yang di gagas

oleh Sayyid Usman bin Yahya tersebut hingga saat ini masih tetap di lestarikan,

maka setiap akhir kamis di bulan Syaban para ulama dan masyarakat dari

berbagai daerah datang berkunjung keluar Batang. Kunjungan tersebut

dilaksanakan untuk bersilahturahim menyambut bulan Ramadhan dan

mengambil Tabaruk dari Shohibul makam dengan suguhan hidangan khas nasi

kebulinya. Karena biasanya para ulama selama bulan Ramadhan jarang keluar

rumah, mereka fokus beribadah di rumah.

Page 80: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

71

BAB IV

KONTRIBUSI SAYYID UTSMAN DALAM KEHIDUPAN KEAGAMAAN

MASYARAKAT ISLAM BATAVIA 1862-1914

Membincang kontribusi Sayyid Utsman, terlihat jelas dalam karya-karya

beliau yang telah penulis jabarkan sesuai dengan bidangnya pada bab tiga dalam

tesis ini. Sementara dalam bab empat ini, penulis akan membahas tentang

kontribusi Sayyid Utsman dalam kehidupan masyarakat Islam Batavia, di mana

penulis mempetakan kontribusi Sayyid Utsman ke dalam empat bidang.

Kontribusi yang pertama adalah di bidang kegamaan, dalam kontribusinya Sayyid

Utsman sangat keras dalam memberantas tradisi dan praktik-praktik yang tidak

sesuai dengan syariat Islam (bid’ah). Kemudian kontribusi yang kedua adalah di

bidang sosial budaya, Sayyid Utsman telah memberikan peraturan atau tata tertib

dalam berpakaian sesuai dengan suku, budaya, dan bangsa. Kemudian dalam

bidang pendidikan, kontribusi Sayyid Utsman yang memulai penyampaian ilmu-

ilmu agama melalui majelis-majelis taklim, yang hingga kini tumbuh subur dan

menjamur. Yang terakhir adalah kontribusi dalam bidang dakwah, keluasan ilmu

yang dimiliki Sayyid Utsman mendorong masyarakat Islam Batavia untuk berguru

atau menuntut ilmu kepada beliau. Sifat terbuka Sayyid Utsman dalam

memberikan ilmu kepada masyarakat Islam Batavia, telah melahirkan ulama-

ulama yang hingga kini menyambung estafet dakwah.

A. Kontribusi Sayyid Utsman di Bidang Keagamaan

Kontribusi Sayyid Utsman di bidang keagamaan dapat ditunjukkan dalam

beberapa karya beliau yang membahas permasalahan keagamaan, di antaranya

yang berkaitan dengan ketuhanan (tauhid). Di bidang keagamaan ini, Sayyid

Utsman dengan gigih berani mengembangkan Islam di tanah Batavia yang

berdasarkan syariat. Perjuangan Sayyid Utsman dalam bidang keagamaan

tertumpu ke arah pemartabatan syariah dan pengembangan mazhab Syafii,

serta penentangan terhadap khufarat dan hukum adat yang meyalahi syariat

Islam.

Di tengah-tengah masyarakat yang memiliki multi kultural, Sayyid

Utsman memandang bahwa masyarakat Islam Batavia masih ada saja yang

mempercayai cerita-cerita Hindu seperti Sri Rama dan jin Padjajaran. Oleh

karena itu perlu adanya pemahaman untuk memurnikan akidah masyarakat

Islam dari percampuran kepercayaan yang bukan Islam yang bisa

mengakibatkan syirik. Menurut Sayyid Utsman, cerita-cerita di atas

merupakan hikayat bohong yang berasal dari tradisi Hindu dan kepercayaan

Page 81: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

72

animisme Jawa.135

Oleh karena itu sebagai ulama yang ingin menyelamatkan

masyarakat Islam terhadap akidah yang tidak benar, Sayyid Utsman menulis

beberapa kitab untuk disuguhkan kepada masyarakat Islam yang berisi tentang

ajaran ketuhanan atau tauhid.

Sayyid Utsman sangat memahami tingkat kemampuan masyarakat Islam

Batavia dalam mencerna ilmu pengetahuan agama. Sebagai panduan praktis,

Sayyid Utsman menulis Risalah Sifat Duapuluh, sebagai bacaan yang mudah

dicerna untuk memahami tuhan yang disembah.136

Menurut Sayyid Utsman

masyarakat Islam Batavia adalah kumpulan orang-orang yang awam, maka

dalam mengajarkan pengenalan terhadap Allah sebaiknya tidak secara rinci

dan meskipun disertai dengan dalil secara global namun pengajarannya

sebaiknya tidak perlu berlebihan, karena akan menimbulkan kebingungan,

perselisihan dan perdebatan, yang membawa masyarakat kepada perbuatan

dosa. Untuk memperkuat pendapat tersebut Sayyid Utsman menyimpulkan,

bahwa di antara dosa besar adalah membawa masyarakat Batavia yang awam

dan tidak terbiasa dengan ilmu pemikiran tentang zat Allah dan sifat-Nya,

serta persoalan-persoalan yang belum sampai kepada akal masyarakat Batavia.

Di mana mereka terlahir di daerah koloni Hindia Belanda yang sebelumnya

pernah dikuasai oleh kerajaan Hindu Padjajaran.

Meskipun kerajaan Hindu Padjajaran telah ditaklukkan oleh kerajaan

Islam Demak pada tahun 1527, namun tidak mampu merubah kebiasaan sosial

dan budaya masyarakat Batavia dalam memaknai ibadah dalam kehidupan

beragama Islam. Sebagian besar masyarakat Batavia yang telah memeluk

agama Islam masih belum bisa melepaskan tradisi dan kebiasaan yang

dilakukan oleh orang tua mereka sebelumnya. Kebiasaan atau tradisi orang tua

sebelumnya seperti menyuguhkan sesajen untuk roh kepercayaan nenek

moyang mereka, menentukan hari baik untuk melakukan pembangunan

rumah, melakukan perjalanan jauh, melaksanakan pernikahan, dan tradisi-

tradisi lainnya.

Dalam pelaksanaan acara pernikahan, masyarakat Islam masih belum

melepaskan tradisi yang mengharuskan pengantin untuk menjalani ritual-ritual

adat seperti disabet, ditendang, dilempari butiran beras, disawer dengan uang

koin dan lain sebagainya. Tradisi ritual tersebut berlaku bagi pengantin yang

melangkahi saudara kandungnya yang lebih tua. Sayyid Utsman sangat

menentang masyarakat Islam yang masih mempercayai dukun yang mengaku

mampu meramal nasib seseorang. Dukun melarang seorang calon ayah

memotong-memotong binatang saat istrinya sedang mengandung janin

(hamil). Dukun menganjurkan bagi keluarga yang sedang hamil untuk

membuat rujak sebagai sesajen untuk roh nenek moyang. Selain itu ada juga

masyarakat Islam yang terbiasa mengubah redaksi dua kalimat syahadat,

dengan ucapan “Asyhadu Alla ila ha Illallah wa Asyahadu Anna Muhammad

135

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, Manhajul Istiqomah fi ad-Dini bi

as-Salamah. (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, 1890 M) hlm. 15

136 Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, Risalah Sifat Dua Puluh (Batavia:

Percetakan Sayyid Utsman) hlm. 16.

Page 82: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

73

Sabilullah.“ Bacaan ini dianjurkan oleh dukun kepada calon ibu yang akan

melahirkan. Setelah anak tersebut lahir ke dunia, dukun menganjurkan anak

tersebut diletakkan di kolong bale. Dan masih banyak lagi tradisi-tradisi yang

dilakukan masyarakat Islam Batavia yang dianjurkan oleh dukun.137

Menurut Sayyid Utsman, tradisi dan kebiasaan ritual yang dilakukan

masyarakat Islam tersebut tidak sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits. Oleh

karena itu dalam karyanya yang berjudul Manhajul Istiqomah, Sayyid Utsman

menegaskan bahwa semua hari adalah baik, dalam pernikahan dianjurkan hari

Jum’at di bulan Syawal. Mengenai pengantin yang melangkahi saudara

tuanya, tidak perlu melakukan ritual yang berakibat mubazir dengan

membuang bahan pokok makanan dan uang. Sebaiknya ritual tersebut

dihilangkan dan diganti dengan doa. Begitu juga dengan seorang calon ayah,

diperbolehkan memotong binatang dengan syarat membaca bismillah sebelum

memotongnya. Sementara calon ibu yang sedang akan melahirkan dilarang

mengubah redaksi dua kalimat syahadat. Menurut Sayyid Utsman perubahan

redaksi tersebut merupakan bid’ah keji, ini perbuatan yang sangat durhaka,

pelakunya bisa dikatakan kafir. Sayyid Utsman menyarankan agar calon ibu

membaca doa Karbi.138

Dan mengenai anak yang baru lahir ke dunia tidak

perlu diletakkan di bawah kolong-kolong balai, melainkan anak bayi tersebut

wajib dibacakan adzan ke telinga kanan dan dibacakan iqamah ke telinga kiri

bayi tersebut, dengan tujuan agar terhindar dari bisikan-bisikan dan gangguan

syetan.

Mengenai peribadatan, Sayyid Utsman memiliki kontribusi yang sangat

mempengaruhi masyarakat Islam Batavia, yakni mengutamakan sholat

berjamaah yang mana pahalanya jauh lebih besar daripada sholat seorang

diri.139

Hal tersebut terlihat pada masjid atau mushola di Batavia yang selalu

dibanjiri oleh masyarakat Islam. Begitu juga dengan karya yang berjudul

Jam’ul Fawaid, yang membahas tentang sholat Jum’at dan keutamaan masjid

mulai dari pahala mendirikan, syarat mewaqafkan, dan menentukan kiblat.140

Pada tahun 1882 masyarakat Islam di Batavia terbagi dua golongan dalam

menentukan awal puasa Ramadhan. Sebagian masyarakat mulai puasa

Ramadhan pada hari Minggu dan sebagian lainnya mulai puasa pada hari

Senin. Mengetahui kondisi demikian, Sayyid Utsman menulis Tawdhihu Al-

Adillati ‘ala Syuruthi Syuhudi al-Ahillali. Kitab ini membahas, dan

memberikan jalan keluar, mengenai perbedaan pendapat di kalangan

masyarakat Islam Batavia mengenai hari pertama bulan Ramadhan,

menentukan hari raya umat Islam. Sayyid Utsman juga telah merancang

137

Tradisi-tradisi bid’ah yang dilakukan masyarakat Islam Batavia tersebut dapat

ditelusuri dalam karya, Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, Manhajul Istiqomah fi

ad-Dini bi as-Salamah. (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, 1890 M) hlm. 29. 138

Doa Karbi adalah doa yang dianjurkan dibaca saat mengalami kesulitan. Doa ini

terdapat dalam karya. Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, Maslakul Akhyar

(Batavia: Percetakan Sayyid Utsman) hlm. 26. 139

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, Toudjouh Faidah. (Semarang:

Maktabah al-Munawar, tt), hlm. 8. 140

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, Jam’ul Fawaid. (Batavia:

Percetakan Sayyid Utsman) hlm. 6.

Page 83: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

74

almenak atau kalender untuk menentukan jadwal bulan Ramadhan, hari raya

Idul fitri, Idul Adha, dan hari-hari Islam lainnya.

Bagi calon jamaah haji yang akan berangkat ke Mekkah pada masa

pemerintahan Hindia Belanda, sangat mendapat kemudahan dalam tata cara

tentang syarat-syarat sholat Qasar, sholat jamak, aturan menghadap kiblat, doa

masuk tanah haram, doa melihat ka’bah, doa masuk masjidil haram, rukun

haji, doa dan sunah thowaf, doa meminum air zamzam, doa sa’i, doa melewati

lorong Mina, doa wukuf di Arofah, dan doa-doa lainnya yang berkaitan

dengan haji dan umrah.141

Kemudahan tersebut didapat karena para calon

jamaah sudah mampu membaca buku kecil yang berjudul Manasik Haji,

dimasukkan di saku baju. Buku kecil tersebut merupakan karya Sayyid

Utsman yang sengaja ditulis khusus untuk para calon jamaah yang pada masa

itu belum ada pelatihan-pelatihan manasik haji yang resmi di bawah

Pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu, Sayyid Utsman juga menggambar

peta Hadramaut yang digunakan Pemerintah Hindia Belanda sebagai peta

Arab yang disebarluaskan kepada calon jamaah haji yang dikhawatirkan

tersesat di tanah Arab.

Lebih dari itu, Sayyid Utsman juga telah berkontribusi sebagai ulama

pertama yang mencetuskan peraturan bahwa para calon jamaah haji wajib

memiliki karcis berangkat ke tanah Arab beserta kembali ke tanah air.

Peraturan ini diberlakukan demi kebaikan dan kelancaran para calon jamaah

haji agar tidak terlibat hutang dan mengalami kesulitan dalam keuangan untuk

biaya hidup saat berhaji hingga kepulangan mereka ke tanah air. Analisa yang

dimiliki Sayyid Utsman didapatnya dari fakta yang telah terjadi di tahun-tahun

sebelumnya, banyak terjadi jamaah haji yang tidak bisa kembali ke tanah air

dikarenakan tidak memiliki karcis kepulangan. Sebagian mereka terpaksa

berdagang di Negara Arab untuk mengumpulkan biaya pulang ke tanah air,

sebagian jamaah haji yang lainnya terpaksa membuat perjanjian hutang

kepada pihak agen atau perusahaan kapal laut Singapura yang bersedia

membawa mereka kembali ke tanah air dengan syarat-syarat yang telah

ditentukan. Salah satu syarat yang harus dilakukan jamaah haji tersebut adalah

bekerja tanpa mendapat upah di perkebunan milik perusahaan tersebut selama

beberapa tahun sampai hutang mereka lunas, hal ini sangat membebani

jamaah haji. Mengetahui analisa Sayyid Utsman sebagai penasehat kantor

agama pada masa itu, Pemerintah Hindia Belanda segera memberlakukan

peraturan memiliki karcis berangkat dan karcis kembali, dan memberi sanksi

bagi yang melanggarnya.

Di abad 19 setelah peraturan tersebut diberlakukan, para ulama pribumi

yang telah melaksanakan haji dan kembali ke tanah air, kebanyakan dari

mereka membawa ajaran yang berusaha untuk melepaskan diri dari

pemerintahan non-Islam dalam hal ini disebut dengan ajaran Pan Islamisme.

Di mana ajaran tersebut semakin berkembang setelah kembalinya para pelajar

pribumi yang menuntut ilmu di Mesir dan jazirah Arab lainnya, mereka

141

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, Manasik Haji, (Jakarta: Medan

Jaya) hlm. 1-48.

Page 84: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

75

terinspirasi dengan Jamaluddin Alafgani dan Muhammad Abduh yang

menyerukan perlawanan terhadap kaum colonial atas nama jihad di jalan

Allah. Menghadapi kondisi demikian, Sayyid Utsman sebagai mufti Batavia

mengeluarkan fatwa yang menolak pemikiran-pemikiran kedua tokoh.

Penolakan tersebut bukan semata-mata posisi Sayyid Utsman sebagai

mufti yang diangkat Pemerintah Hindia Belanda, melainkan ini kebaikan

untuk keberlajutan kehidupan masyarakat Islam di bawah kolonialisasi yang

sedang terjadi. Menurut pemikiran Sayyid Utsman kolonialisasi merupakan

hal yang buruk bagi masyarakat Islam, namun sepanjang kolonialisasi tersebut

tidak menghalangi masyarakat Islam untuk melakukan ibadah sesuai dengan

ajaran agamanya, tidak perlu melakukan perlawanan dengan

mengatasnamakan jihad di jalan Allah. Hidup di bawah penjajahan ini

memang menyedihkan, namun ini lebih baik daripada melakukan perlawanan

karena keberadaan masyarakat Islam saat itu tidak memiliki kekuatan yang

cukup dalam menghadapi kaum kolonial yang kekuatannya dilengkapi dengan

berbagai macam senjata dan meriam. Menurut Sayyid Utsman perlawanan

masyarakat Islam tersebut tidak dapat disebut sebagai jihad, apabila

perlawanan terhadap kaum kolonial tersebut dibiarkan, tidak menutup

kemungkinan masyarakat Islam akan banyak berjatuhan korban jiwa. Pada

akhirnya tidak ada lagi masyarakat Islam di tanah Batavia, ini sangat

merugikan masyarakat Islam.

Kepulangan para jamaah haji ke tanah air tidak hanya membawa

pemikiran-pemikiran yang telah diuraikan di atas, sekitar tahun 1884-1885

sebagian masyarakat yang telah menunaikan haji, dan telah kembali ke tanah

air ada yang membawa lembaran surat wasiat. Secara tidak sadar surat

tersebut diedarkan untuk mengecohkan pemikiran masyarakat Islam Batavia.

Surat wasiat itu berisi tentang seseorang yang mengaku bermimpi berjumpa

dengan Rasul, dan mendapat saran untuk melakukan amal-amal perbuatan

tertentu, yang wajib dilaksanakan agar mendapat keberkahan dan tertolak atau

terhindar dari suatu bencana. Di dalamnya, terdapat berita-berita tentang

datangnya hari kiamat, dan peristiwa-peristiwa yang jauh dari alam fikiran

masyarakat Islam Batavia. Dalam menghadapi edaran surat wasiat tersebut

Sayyid Utsman menulis kitab An-Nasihatu Al-Mardhiyyatu fi Ar-Raddi ‘ala

al-Wasiyat al-Manamiyah, dan Al-I’lan bi al-Nasihah al-Matlubah 142

untuk

menyelamatkan masyarakat agar tidak mempercayai berita-berita bohong dari

surat wasiat tersebut. Kitab ini menegakkan syariat dan menghimbau kepada

masyarakat untuk selalu menggunakan akal sehat dalam menerima surat

wasiat tersebut.

Sebagai mufti, Sayyid Utsman sungguh telah menjadi jembatan antara

Pemerintah Hindia Belanda dan masyarakat Islam. Beliau mampu memahami

kebutuhan masyarakat Islam terhadap ilmu pengetahuan agama, di mana pada

masa itu ulama nusantara kebanyakan menganut ajaran tarekat yang diikuti

142

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya. An-Nasihatu Al-Mardhiyyatu fi Ar-

Raddi ‘ala al-Wasiyat al-Manamiyah (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, 1891), dan Sayyid

Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya. Al-I’lan bi al-nasihah al-Matlubah (Batavia:

Percetakan Sayyid Utsman, 1903)

Page 85: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

76

oleh masyarakat Islam lain di luar tanah Batavia. Mengetahui hal itu, Sayyid

Utsman menulis kitab yang berjudul An-Nasihah al-Aniqah li al-Mutalabbisin

bi al-Thariqah (Nasihat yang Elok kepada Orang-Orang yang Masuk

Tarekat).143

Menurut Sayyid Utsman, masyarakat Islam Nusantara agaknya

belum siap untuk menganut tarekat, hal ini dikarenakan seorang yang hendak

bertarekat hendaknya menguasai tiga cabang ilmu Islam yakni ilmu tauhid,

fiqh, dan ilmu sifat hati (tasawuf) secara murni. Sementara pengetahuan

agama masyarakat Islam Batavia mengenai hal-hal terkecil saja masih belum

dapat dipahami dengan baik dan benar. Apalagi jika masyarakat harus

menelan mentah-mentah mengenai tiga cabang ilmu Islam tersebut.

Sayyid Utsman tidak semata-mata menolak keberadaan tarekat itu sendiri,

melainkan menolak tingkah laku yang dilakukan para ulama yang

mengajarkan ibadah sesuai tarekat yang dianutnya. Kebanyakan dari tingkah

laku atau praktek ibadah yang diajarakan mengandung unsur bid’ah dan

menyalahi aturan syariat agama Islam. Berkat nasihat yang ditulis tersebut,

Sayyid Utsman telah berkontribusi terhadap kehidupan masyarakat Islam

Batavia yang tidak menganut ajaran tarekat. Masyarakat Islam Batavia sedikit

demi sedikit mampu meninggalkan tradisi bid’ah, terutama setelah

mendengarkan ceramah-ceramah yang mempelajari karya Manhajul

Istiqomah. Karena tujuan Sayyid Utsman menulis Manhajul Istiqomah adalah

menyatakan kebenaran dalam beragama, menyampaikan kebajikan kepada

saudara seagama Islam, dan menyelamatkan umat Islam baik dunia maupun

akhirat. Hal demikian terbukti hingga kini belum ada penemuan tentang

keberadaan tarekat di Batavia.

Sayyid Utsman juga memiliki kontribusi perihal mengenai kematian, di

mana beliau telah menulis karya yang berjudul Ilmu Kemestian di Perihal

Kematian, yang berisi tentang tata cara mengurus jenazah mulai dari

memandikan, mengkafankan, menyolatkan, menguburkan, hingga

melaksanakan wasiat yang telah diberikan oleh jenazah tersebut kepada

keluarga yang ditinggalkannya. Hal ini sangat bermanfaat bagi amil-amil yang

bertugas sebagai penyelenggara pengurusan jenazah yang telah ditunjuk oleh

pemerintah setempat. Karena pada masa itu, belum dapat ditemukan

pelatihan-pelatihan resmi yang dikhususkan para amil, sehingga para amil di

Batavia masih sangat membutuhkan ilmu dan pengetahuan yang berkaitan

dengan tugas mereka.144

Melalui karya Ilmu Kemestian di Perihal Kematian

yang dicetak dan disebarkan kepada halayak umum, maka para amil dapat

mempelajarinya sendiri.

Sayyid Utsman menitikberatkan status bangsa dan berfikiran terbuka

untuk bekerjasama dengan kaum non-Islam, dalam hal ini Pemerintah Hindia

Belanda. Pelibatan diri dalam bekerjasama dengan pemerintahan Hindia

Belanda ini merupakan strategi Sayyid Utsman sebagai cara untuk tetap

143

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya. An-Nasihah al-Aniqah li al-

Mutalabbisin bi al-Thariqah (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, 1886) hlm. 11-12 144

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, Ilmu Kemestian di Perihal

Kematian (Surabaya: tt), hlm. 1-16.

Page 86: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

77

menghidupkan dakwah yang disampaikan kepada masyarakat Islam Batavia

yang masih membutuhkan ilmu-ilmu agama.

Melalui kerjasama tersebut Sayyid Utsman telah memiliki izin khusus dari

Pemerintah Hindia Belanda, di mana setiap tulisan atau karya beliau yang

berisi tentang keagamaan dapat dicetak dan disebarluaskan untuk menjadi

bacaan bagi masyarakat Islam Batavia saat itu. Padahal pada masa itu, tulisan

atau karya seseorang baik pribumi, bangsa Timur maupun bangsa Eropa

sekalipun, harus melewati pengawasan dari pihak Pemerintah Hindia Belanda.

Apabila tulisan atau karya tersebut lulus uji dari pengawasan pemerintah

Hindia Belanda, maka tulisan atau karya tersebut dapat dicetak. Dan

Pemerintah Hindia Belanda tidak segan-segan memberi sanksi atau hukuman

kepada setiap orang yang mencetak tulisan atau karya dan menyebarkannya

tanpa izin khusus dari pemerintah.

Dalam kondisi sulit tersebut Sayyid Utsman mampu memposisikan dirinya

sebagai ulama yang mampu berdakwah dalam masa penjajahan sekalipun,

meskipun ada cibiran-cibiran yang diarahkan kepada beliau, dikarenakan

bekerjasama dengan kaum kafir. Meskipun begitu, Sayyid Utsman tetap

melanjutkan tulisan atau karya yang menjadi rujukan bagi pihak-pihak yang

bekerja dalam bidang keagamaan. Di antaranya tulisan Sayyid Utsman yang

berjudul al-Qawanin al-Syar’iyyah li Ahli al-Majalis al-Hukmiyyah wa al-

Iftaiyyah, di dalamnya terdapat istilah-istilah tentang perkawinan dan

perceraian yang ditulis dalam bahasa Melayu. Karya tersebut sangat

bermanfaat bagi pegawai-pegawai pengadilan agama saat itu, di mana saat itu

karya sejenis tersebut masih sangat jarang ditemukan.

B. Kontribusi Sayyid Utsman di Bidang Sosial Budaya

Kontribusi Sayyid Utsman di bidang sosial budaya, tidak lepas dari ajaran

agama yang mempengaruhi tatanan etika dalam pergaulan masyarakat Batavia

yang terdiri atas berbagai bangsa, suku, agama, dan ras. Semua itu merupakan

hal penentu dalam struktur kehidupan sosial, penempatan pekerjaan, dan

penempatan tempat tinggal. Sayyid Utsman ikut terlibat dalam peraturan yang

mewajibkan seluruh masyarakat Batavia agar memakai pakaian sesuai dengan

bangsa, suku, agama, dan rasnya masing-masing.145

Sebagai penasehat kantor

agama, Sayyid Utsman menyampaikan peraturan ini kepada Pemerintah

Hindia Belanda yang bertujuan untuk mempermudah pengenalan atau

identitas kebangsaan suatu penduduk, dan Pemerintah akan memberi sanksi

kepada masyarakat yang melanggar peraturan tersebut. Bagi masyarakat

pribumi pakaiannya adalah baju kebaya dan stangen, sementara pakaian untuk

masyarakat Arab adalah gamis, jubah, kopiah atau sorban, sedangkan pakaian

masyarakat yang berkebangsaan Eropa adalah jas dan topi. Dan bagi seorang

yang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan budaya dan bangsanya

merupakan seorang yang telah menukar identitas kebangsaannya sendiri.

145

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, Ini Buku Kecil Buat Menyatakan

Pertengahan Hukum Adat Negeri Yang Bersamaan pada Pertengahan Hukum Agama Islam atas

Orang yang Menukarkan Pakaian Bangsanya dengan Memakai Pakaian Lain

Bangsanya.(Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, 1904) hlm. 6

Page 87: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

78

Peraturan yang digagas oleh Sayyid Utsman ini tidak semata-mata untuk

membantu Pemerintah Hindia Belanda dalam mengawasi masyarakat

jajahannya, melainkan peraturan ini diajukan dengan tujuan agar masyarakat

Batavia menjaga perilaku, etika, norma adat dan ketertiban hidup sesuai

dengan bangsa dan budayanya. Hingga kini peraturan tersebut menjadi

kebanggaan bagi masyarakat yang berbangsa dan berbudaya, baik di Batavia

maupun di daerah-daerah nusantara lainnya yang memiliki berbagai macam

budaya. Menurut penulis memakai pakaian sesuai dengan bangsa dan budaya

sendiri merupakan wujud dari cinta tanah air, cinta terhadap tanah air sendiri

merupakan bagian dari iman.

Mengenai kontribusi Sayyid Utsman dalam kehidupan sosial budaya, tidak

terlepas dari hubungan antar masyarakat. Masyarakat Islam Batavia hidup

bersosialisasi dengan bermacam-macam cara, melalui berdagang,

Karya Sayyid Utsman yang berjudul Irsyadul Anam telah memberi

pelajaran mengenai hal terkecil dalam kehidupan beragama yang baik, di

antaranya mendahulukan kaki kiri ketika memasuki toilet dan mendahulukan

kaki kanan ketika keluar dari toilet.146

Selain itu ada juga karya Sayyid

Utsman yang ditulis khusus anak perempuan, kitab itu berjudul Perhiasan

bagus untuk Anak Perempuan. Di dalamnya berisi tentang peraturan-peraturan

khusus anak perempuan. Begitu juga dengan Kitab semacam Tanya Jawab

permasalahan, ada karya Sayyid Utsman pada bab Sauwutun Sunduq yang

tidak memperbolehkan merekam suara nyanyian ke dalam piringan hitam.

Dalam karya Sayyid Utsman yang berjudul al-Zahr al-Basim fi Atwar Abi

al-Qasim, kita berbahasa Melayu yang di dalamnya terdapat peraturan-

peraturan memperingati hari Isra Mi’raj untuk memuliakan Nabi Muhammad.

Di antaranya jamaah diperintahkan duduk di lantai, tidak diperkenankan

duduk di atas kursi, jamaah tidak diperkenankan merokok, dengan alasan

malaikat membenci asap tembakau. Pembagian ruang untuk mendengarkan

ceramah Isra’ Mi’raj harus dipisah antara jamaah pria dan jamaah wanita.147

Pada awalnya masyarakat Batavia masih sangat jarang memeriahkan atau

memperingati Isra’ Mi’raj, dikarenakan tingkat perekonomian masyarakat

Islam Batavia saat itu masih rendah. Hanya masyarakat dari kalangan-

kalangan tertentu yang mampu memperingatinya. Setiap memperingatinya

masyarakat Islam Batavia selalu membaca karya Sayyid Utsman tersebut,

yang mengundang antusias masyarakat untuk memuliakan Rasul. Tujuh tahun

setelah wafatnya Sayyid Utsman Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan

kebijakan meliburkan lembaga pendidikan dalam memperingati hari raya Isra’

Mi’raj yang jatuh pada tanggal 27 Rajab.148

146

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, Irsyadul Anam (Jakarta: Sayyid Ali

al-Idrus, tt), hlm. 4 147

Sayyid Utsman bin Abdullah, bin Aqil bin Yahya, al-Zahr al-Basim fi Atwar Abi al-

Qasim. (Batavia: Cetakan Baru, 1924), hlm. 8 148

Staatsblaad 1922 No. 810, Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tertanggal 28

Desember 1922, No. 2.

Page 88: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

79

C. Kontribusi Sayyid Utsman di Bidang Pendidikan

Kehadiran Sayyid Utsman di tanah Batavia menumbuhkan majelis-majelis

taklim di kehidupan masyarakat Islam Batavia yang harus akan ilmu-ilmu

agama. Di mana cara penyampaian dalam pengajaran agama melalui ceramah-

ceramah di majelis taklim sangat disukai oleh masyarakat Islam Batavia pada

umumnya. Masyarakat Islam Batavia tidak perlu bermalam atau menginap

berhari-hari atau bertahun-bertahun di majelis taklim, seperti para santri yang

menuntut ilmu di pesantren di tanah Jawa. Karena jarak antara majelis taklim

dan rumah-rumah masyarakat Islam Batavia biasanya tidak terlalu jauh.

Masyarakat Islam Batavia hanya butuh waktu satu atau dua jam untuk

mendengarkan ceramah kegamaan di majelis taklim, setelah itu mereka dapat

kembali ke rumah masing-masing dan beraktivitas sesuai pekerjaannya.

Mengenai pendidikan Islam di Batavia, kita patut berterima kasih kepada

Sayyid Utsman yang telah memberi nasihat kepada Pemerintahan Hindia

Belanda agar tidak ikut mencampuri urusan kehidupan beragama, termasuk

tidak melarang masyarakat Islam untuk mengikuti pendidikan Islam yang

dikembangkan di majelis-majelis taklim di Batavia. Padahal banyak ulama di

daerah lain di luar Batavia yang menyebarkan pendidikan agama Islam selalu

diawasi dan dicurigai oleh Pemerintah Hindia Belanda, hal ini mengakibatkan

masyarakat Islam mengikuti pendidikan agama Islam secara sembunyi-

sembunyi, begitu juga dengan ulama yang mengajarkannya terkadang

ditangkap dan diasingkan ke dalam penjara yang jauh dari daerah asalnya.

Kondisi demikian terjadi karena disebabkan ajaran yang diberikan ulama

tersebut mengandung unsur-unsur politik, yakni adanya ajaran yang berusaha

untuk mengadakan perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda.

Berbeda dengan metode pengajaran yang dilakukan Sayyid Utsman,

pendidikan yang diberikan kepada masyarakat Islam Batavia sama sekali tidak

menyentuh unsur-unsur politik. Pendidikan yang diberikan Sayyid Utsman

murni ajaran agama yang disertai dengan etika atau norma adat yang harus

dipatuhi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Sehingga dengan

ceramah terbuka Sayyid Utsman mampu menyebarluaskan pendidikan ilmu

agama di majelis-majelis taklim Batavia, dan masyarakat Islam mampu

menikmati pendidikan agama Islam secara terang-terangan.

Hingga kini majelis-majelis taklim tumbuh subur dan menjamur di

Batavia, ini sangat membantu masyarakat Islam Batavia yang awalnya buta

huruf Arab kini mampu membaca dan menulis khususnya bahasa Arab

Melayu. Masyarakat Islam juga patut berterima kasih kepadaSayyid Utsman

yang telah mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk

tidak mencampuri urusan perkara agama termasuk di bidang pendidikan, yang

mana Batavia telah berdiri beberapa lembaga pendidikan Islam. Meskipun saat

itu lembaga pendidikan Islam tersebut mendapat pengawasan ketat terhadap

isi kurikulum materi yang diajarkan, namun hal itu hanya sebatas pengawasan

saja tidak ada campur aduk Pemerintah Hindia Belanda. Bahkan pemerintah

juga memberi gaji kepada guru-guru yang mengajar di lembaga pendidikan

Page 89: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

80

Islam di Batavia, hingga kini lembaga pendidikan Islam tumbuh subur di

Batavia.

Selain itu kontribusi Sayyid Utsman juga terlihat dalam karya tulisnya

yang membahas keutamaan mendirikan masjid, sehingga pemerintah Hindia

Belanda sudi membantu pembangunan masjid atau merenovasi masjid yang

ada di Batavia. Masjid di Batavia selain menjadi tempat sholat bagi

masyarakat Islam juga dapat digunakan sebagai tempat menimba ilmu, di

mana setiap setelah sholat Jum’at para ulama mensyiarkan ilmu pengetahuan

agama kepada masyarakat yang masih sangat membutuhkan ilmu agama.

D. Kontribusi Sayyid Utsman di Bidang Dakwah

Pada bab tiga sebelumnya, penulis telah menggambarkan jaringan dakwah

Sayyid Utsman yang telah melahirkan ulama-ulama yang hingga kini beranak

cucu dan menebarkan estafet dakwah di tanah Batavia. Sebagian catatan

sejarah mengungkapkan bahwa tidak banyak ulama Batavia yang menuntut

ilmu kepada Sayyid Utsman, hal demikian dilatarbelakangi oleh posisi Sayyid

Utsman sebagai penasehat Pemerintahan Hindia Belanda. Bagi kalangan

masyarakat Islam pribumi Batavia memiliki penilaian tersendiri dalam

memandang seorang ulama yang bekerja sama dengan Pemerintahan Hindia

Belanda. Walaupun ilmu seorang ulama luas dan posisinya hanya sebagai

penghulu, masyarakat Islam Batavia tidak akan memandangnya secara

hormat.149

Masyarakat Islam Batavia memandang sinis ulama yang bekerja

sama dengan Pemerintahan Hindia Belanda, mereka menganggap bahwa

ulama tersebut bermuka dua. Ini merupakan bukti kefanatikan masyarakat

Islam Batavia pada masa itu, yang secara tidak sadar telah menikmati jirih

payah Sayyid Utsman dalam mengembangkan dakwah melalui karya-karya

tulis Sayyid Utsman.

Menurut catatan yang penulis dapat, meskipun banyak yang memandang

sinis terhadap Sayyid Utsman namun pada masa itu kebanyakan masyarakat

sangat membutuhkan ilmu keagamaan, terutama menuntut ilmu agama kepada

Sayyid Utsman yang luas ilmunya. Ada beberapa catatan terdahulu

mengungkapkan bahwa beberapa ulama yang pernah menuntut ilmu kepada

Sayyid Utsman secara langsung ada tiga orang, di antaranya Sayyid Ali bin

Abdurrahman al-Habsyi (Sayyid Kwitang), Mutjaba bin Muhammad (seorang

penghulu dari Jatinegara), H. Mughni dari Kuningan (Rasuna Said).

Meskipun murid yang diketahui hanya tiga ulama di atas, namun ilmu

Sayyid Utsman telah mengalir deras secara tidak langsung kepada K. H.

Muhammad Manshur (Guru Mansur dari jembatan Lima), K. H Abdul Madjid

(Guru Madjid dari Pekojan), K. H. Ahmad Khalid (Guru Khalid dari

Gondangdia), K. H. Mahmud Romli (Guru Mahmud dari Menteng Dalam), K.

H. Ahmad Marzuki (dari Klender). Selain itu terdapat catatan juga bahwa K.

H. Thohir (ulama yang mendirikan majelis taklim Atthahiriyyah) pernah

berguru kepada Sayyid Utsman.

149

Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi, hlm. 61

Page 90: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

81

Penulis berkesempatan mengunjungi beberapa tokoh yang berkaitan

keberlangsungan dakwah Sayyid Utsman. Di Jakarta hingga sekarang, masih

ada beberapa majelis takim yang melanjutkan estafet dakwah Sayyid Utsman,

salah satunya Ustad Nurhadi. 150

Ustad Nurhadi melanjutkan penyampaian

dakwah di majelis taklim yang telah dibangun oleh leluhurnya H.

Abdurrahman.151

Penulis berkesempatan mengunjungi Majelis taklim yang

bernama Irsyadul Anam, nama tersebut diambil dari salah satu kitab Sayyid

Utsman. Majelis tersebut berlokasi di daerah Tebet Jakarta Selatan, yang tidak

jauh dari kediaman Ustad Nurhadi.

Di samping majelis taklim Irsyadul Anam terdapat sebuah masjid, yang

mengambil metode penyampaian suara adzannya berdasarkan nasihat atau

pembelajaran Islam dari Sayyid Utsman.152

Ketika penulis berkunjung ke

masjid tersebut, penulis menemukan beberapa perbedaan dengan masjid-

masjid lainnya di Jakarta. Perbedaan pertama, muadzin dari masjid tersebut

tidak menggunakan alat pengeras suara ketika mengumandangkan adzan

Zhuhur. Perbedaan kedua, tempat sholat wanita dipisahkan oleh tembok,

sehingga suara imam yang membaca takbiratul ihram atau bacaan sholat

lainnya sama sekali tidak bisa terdengar dengan jelas. Hal tersebut merupakan

metode-metode yang disampaikan dalam nasihat-nasihat Sayyid Utsman.

Selain itu penulis juga berkesempatan melihat koleksi-koleksi kitab Sayyid

Utsman yang dimiliki oleh Ustad Nurhadi. Penulis mendapat pencerahan atas

permasalahan tentang pelarangan merekam suara wanita ke dalam piringan

hitam. Permasalahan itu terjawab dalam kitab yang berjudul Jawab Soal

Masalah di bab Sawtun Sunduq, karya Sayyid Utsman. Pelarangan merekam

suara di piringan hitam ini dilatarbelakangi atas ketidaksesuaian dengan

budaya masyarakat Islam. Karena suara wanita adalah aurat yang tidak boleh

diumbar atau dipertunjukkan ke halayak ramai.

150

Ustad Nurhadi adalah generasi keempat dari H. Abdurrahman, seorang ulama di

Jakarta. Untuk mengetahui lebih lengkap tentang nasabnya, penulis sajikan sebagai berikut: Ustad

Nurhadi bin Abdurrahim bin H. Ma’ruf bin H. Abdurrahman bin Muhammad Jauhar. 151

H. Abdurrahman, wafat di Batavia pada tahun 1933. Merupakan seorang ulama dari

kampung Petunduan, yang pernah menuntut ilmu kepada Sayyid Utsman secara langsung. Ilmu-

ilmu yang didapatnya telah diturunkan kepada anak cucunya yang hingga kini dakwahnya masih

berjalan. 152

Hasil wawancara dengan Ustad Nurhadi di Tebet Jakarta Selatan, pada 2014, pukul

11.15.

Page 91: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

115

BAB V

PENUTUP

Bab penutup ini merupakan bab terakhir yang akan memberikan kesimpulan

dari penulisan bab satu hingga bab empat dalam tesis ini. Di bab ini akan

disimpulkan tentang kontribusi Sayyid Utsman dalam kehidupan Masyarakat

Islam Batavia pada tahun 1862 hingga akhir hayatnya pada tahun 1914.

Kontribusi tersebut telah penulis petakan berdasarkan beberapa bidang, yakni

bidang kegamaan, bidang sosial budaya, bidang pendidikan dan bidang dakwah.

A. Kesimpulan

Sayyid Utsman adalah sosok ulama dari keturunan Hadramaut yang lahir

pada 17 Rabiul Awal 1238 H (1822 M), dan tumbuh besar di Batavia. Saat

usia Sayyid Utsman 2 tahun, ayahnya Sayyid Abdullah kembali ke

Hadramaut. Kemudian Sayyid Utsman berguru kepada kakeknya dari pihak

ibu, Syaikh Abdurrahman al-Mishri. Setelah kakeknya meninggal, Sayyid

Utsman menyusul ayahnya dan mengunjungi pihak keluarga ayahnya ke

Hadramaut dan menjelajahi beberapa Negara Arab, Persia dan Negara

lainnya. Di sana Sayyid Utsman menuntut ilmu kepada berbagai ulama-

ulama, dan mengunjungi pemimpin-pemimpin Negara Islam. Sayyid Utsman

memiliki hubungan yang baik dalam pergaulan dengan ulama-ulama luar

negeri, hingga kepulangannya di nusantara beliau masih berkirim surat

kepada ulama-ulama atau pemimpin negera yang pernah ia sambangi.

Penyampaian Sayyid Utsman dalam mengedepankan nilai-nilai Islam,

kemanusiaan, etika, sopan santun, yang semua itu disampaikan melalui media

cetak sebagai wadah untuk menyampaikan pemikirannya, dan Sayyid Utsman

juga aktif dalam menyiarkan cahaya Islam melalui cara lisan dengan

berceramah di masjid-masjid dan beberapa majelis taklim di Batavia.

Kontribusi Sayyid Utsman terhadap kehidupan masyarakat Batavia 1862

hingga 1914 di antaranya adalah:

a. Kontribusi Sayyid Utsman di bidang Keagamaan

Sebagai ulama Sayyid Utsman telah memberikan pemahaman yang

baik serta melindungi keyakinan masyarakat Islam Batavia dari

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan beragama.

Setiap karya yang ditulis oleh Sayyid Utsman merupakan usaha untuk

menyatakan kebenaran dalam beragama, menyampaikan kebajikan kepada

saudara seagama Islam, dan menyelamatkan umat Islam baik dunia

maupun akhirat. Sayyid Utsman juga telah berhasil membuat Pemerintah

Hindia Belanda untuk tidak ikut mencampuri urusan tentang kehidupan

beragama di negeri jajahannya, serta tidak melarang masyarakat Islam

untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.

Page 92: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

116

Kitab-kitab Sayyid Utsman bertujuan mengenalkan kesucian Allah.

Sayyid Utsman tidak mentolerir sedikitpun pengajaran ilmu kalam yang

melebihi dari pembahasan ulama-ulama salaf. Sayyid Utsman juga

menganggap haram pengajaran akidah yang terlalu detail, apalagi jika

dilakukan oleh jamaah yang tidak memiliki dasar pengetahuan agama

yang memadai

b. Kontribusi Sayyid Utsman di bidang Sosial Budaya

Masyarakat Islam yang hidup di bawah Pemerintahan Hindia

Belanda, di mana gerak gerik kehidupan seseorang selalu diawasi. Setiap

orang dibedakan sesuai dengan kelas-kelas tertentu yang berdasarkan

etnis, suku, bangsa, agama dan pekerjaan. Kontribusi yang telah diberikan

Sayyid Utsman adalah memberi saran kepada pemerintah Hindia Belanda

agar memberlakukan peraturan atau Undang-undang yang bertujuan untuk

menciptakan ketertiban masyarakat dalam kehidupan berbangsa. Di mana

setiap masyarakat diharuskan berpakaian sesuai dengan bangsa dan

budayanya masing-masing. Ini merupakan usaha untuk menjaga perilaku

dan norma adat untuk menghormati budaya dan bangsa sendiri. Menurut

penulis ini merupakan strategi Sayyid Utsman dalam menjunjung

kecintaan terhadap tanah air bagi masyarakat yang berbangsa dan

berbudaya.

c. Kontribusi Sayyid Utsman di bidang Pendidikan

Mengenai pendidikan Islam di Batavia, kita patut berterima kasih

kepada Sayyid Utsman yang telah memberi nasihat kepada Pemerintahan

Hindia Belanda agar tidak ikut mencampuri urusan kehidupan beragama,

termasuk tidak melarang masyarakat Islam untuk mengikuti pendidikan

Islam yang dikembangkan di majelis-majelis taklim di Batavia. Padahal

banyak ulama di luar Batavia yang menyebarkan pendidikan agama Islam

selalu diawasi dan dicurigai oleh Pemerintah Hindia Belanda, hal ini

mengakibatkan masyarakat Islam mengikuti pendidikan agama Islam

secara sembunyi-sembunyi, begitu juga dengan ulama yang

mengajarkannya terkadang ditangkap dan diasingkan ke dalam penjara,

bahkan ada juga yang diasingkan ke tempat yang jauh dari daerah asalnya.

Kondisi demikian terjadi karena disebabkan ajaran yang diberikan ulama

tersebut mengandung unsur-unsur politik, yakni adanya ajaran yang

berusaha untuk mengadakan perlawanan terhadap Pemerintah Hindia

Belanda.

Metode pengajaran yang dilakukan Sayyid Utsman diberikan kepada

masyarakat Islam Batavia sama sekali tidak menyentuh unsur-unsur

politik. Pendidikan yang diberikan Sayyid Utsman murni ajaran agama

yang disertai dengan etika atau norma adat yang harus dipatuhi dalam

menjalankan kehidupan bermasyarakat. Sehingga dengan ceramah terbuka

Sayyid Utsman mampu menyebarluaskan pendidikan ilmu agama di

majelis-majelis taklim Batavia, dan masyarakat Islam mampu menikmati

pendidikan agama Islam secara terang-terangan.

Page 93: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36533/1/TESIS... · 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada

117

Hingga kini majelis-majelis taklim tumbuh subur dan menjamur di

Batavia, ini sangat membantu masyarakat Islam Batavia yang awalnya

buta huruf Arab kini mampu membaca dan menulis khususnya bahasa

Arab Melayu.

d. Kontribusi Sayyid Utsman di bidang Dakwah

Menurut catatan yang penulis dapat, meskipun banyak yang

memandang sinis terhadap Sayyid Utsman namun pada masa itu

kebanyakan masyarakat Islam Batavia sangat membutuhkan ilmu

keagamaan, terutama menuntut ilmu agama kepada Sayyid Utsman yang

luas ilmunya. Ada beberapa catatan terdahulu mengungkapkan bahwa

beberapa ulama yang pernah menuntut ilmu kepada Sayyid Utsman secara

langsung ada tiga orang, di antaranya Sayyid Ali bin Abdurrahman al-

Habsyi (Sayyid Kwitang), Mutjaba bin Muhammad (seorang penghulu

dari Jatinegara), H. Mughni dari Kuningan.

Meskipun murid yang diketahui hanya tiga ulama di atas, namun ilmu

Sayyid Utsman telah mengalir deras secara tidak langsung kepada K. H.

Muhammad Manshur (Guru Mansur dari jembatan Lima), K. H Abdul

Madjid (Guru Madjid dari Pekojan), K. H. Ahmad Khalid (Guru Khalid

dari Gondangdia), K. H. Mahmud Romli (Guru Mahmud dari Menteng

Dalam), K. H. Ahmad Marzuki (dari Klender). Selain itu terdapat catatan

juga bahwa K. H. Thohir (ulama yang mendirikan majelis taklim

Atthahiriyyah) pernah berguru kepada Sayyid Utsman.

Penulis berkesempatan mengunjungi beberapa tokoh yang berkaitan

keberangsungan dakwah Sayyid Utsman. Di Jakarta hingga sekarang,

masih ada beberapa majelis taklim yang melanjutkan estafet dakwah

Sayyid Utsman, salah satunya Ustad Nurhadi. Ustad Nurhadi merupakan

cucu dari seorang ulama yang bernama H. Ma’ruf bin H. Abdurrahman.

Ustad Nurhadi melanjutkan estafet dakwah dengan mempertahankan

majelis yang bernama Irsyadul Anam, yang mana nama tersebut

merupakan judul salah satu kitab Sayyid Utsman.

B. Saran

Terdapat dua saran yang bisa penulis sampaikan, yaitu:Pertama,

saran yang bisa diketengahkan adalah agar kajian kesejarahan ulama di

Indonesia khususnya Jakarta hendaknya terus dikembangkan. Kumpulan

memori masa lalu sejatinya merupakan cerminan agar munculnya para ulama

di negeri ini memiliki sejarah yang panjang.

Kedua, sebagai wujud aksiologis dari suatu pembahasan kesejarahan,

kajian Sayyid Utsman ini dapat dijadikan referensi bagi pemerintah maupun

umum untuk mengambil hikmah dari peristiwa masa lalu. Sejarah sejatinya

memiliki dimensi sangat luas, mencakup masa lalu, masa kini, masa

mendatang. Untuk itu kajian-kajian yang bertujuan sebagai penyelesaian

masalah sudah selayaknya diberi ruang untuk member asupan gagasan bagi

suatu kebijakan Negara atau setidaknya sikap untuk merespon suatu keadaan.