diajukan kepada fakultas teknologi informasi untuk memperoleh...
TRANSCRIPT
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK TALK WRITE DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI GOOGLE
DRIVE UNTUK MININGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS XI IPS DI SMA N 1 KARANGGEDE
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Disusun oleh:
Sandi Utomo (702010029)
Elizabeth Sri Lestari, S.Pd., MLIS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
2
3
1
2
3
4
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK TALK WRITE DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI GOOGLE
DRIVE UNTUK MININGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS XI IPS DI SMA N 1 KARANGGEDE
1) Sandi utomo,
2) Elizabeth Sri Lestari, S.Pd., MLIS
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 1)
Abstract
The result of the observation and interview againts teacher and student in SMA N 1
Karanggede show that less interesting of conventional learning make student become less
active and their result of studies under KKM. This research was conducted applying the
learning model Think Talk Write using Google Drive to increase student’s result studies
toward TIK subject. This research is a research of quasi experiment with design of
Nonequivalent Control Group Design. This research was conducted in two times meeting.
Data collection using observation sheet and test. The result of this research show that the use
of learning model of Think Talk Write with Google Drive can increasing activity and
student’s result studies. The increasing activity in the first meeting of classes about 85% and
in second meeting of classes is about 91%. The incerase of student’s completeness on
experimental class of pretest gain the student’s completeness by 5 studentso and posttest gain
student’s completeness by 24 students. Thus, the activity and student’s result studies has
increased.
Keyword : Think Talk Write using Google Drive
Abstrak
Hasil observasi dan wawancara terhadap guru maupun siswa di SMA N 1 Karanggede
menunjukkan bahwa pembelajaran konvensional yang kurang menarik menyebabkan siswa
menjadi kurang aktif dan hasil belajarnya dibawah KKM. Penelitian ini dilakukan penerapan
model pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive untuk
meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran TIK. Penelitian ini merupakan
penelitian quasi eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Penelitian
dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan
tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model belajar Think Talk Write dengan
menggunakan Google Drive dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Peningkatan keaktifan pada pertemuan 1 52% dan pertemuan 2 55%. Peningkatan ketuntasan
siswa pada kelas eksperimen pretest memperoleh ketuntasan 5 siswa dan posttest
memperoleh ketuntasan 24 siswa. Dengan demikian, keaktifan dan hasil belajar siswa telah
mengalami peningkatan.
5
1. Pendahuluan
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar di atas nilai KKM yaitu 75
sesuai dengan ketentuan sekolah. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik
apabila pemilihan metode pembelajaran tepat dan materi pelajaran dapat bermakna
bagi siswa, karena dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat maka proses
pembelajaran dan penyampaian materi lebih mudah diterima siswa.
Namun pada kenyataanya setelah melakukan wawancara kepada siswa di SMA N
1 KARANGGEDE proses pembelajaran kurang maksimal dan menyebabkan hasil
belajar siswa kurang dari KKM. Hasil belajar di kategorikan rendah dan belum
mencapai keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan yaitu 75.
Hasil belajar yang kurang maksimal atau kurang dari KKM dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor tersebut adalah metode yang digunakan metode konvensional.
Dalam pembelajaran, metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi
dengan penjelasan [1]. Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan,
penggunaan metode konvensional cenderung mengakibatkan siswa menjadi kurang
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa didalam kelas kurang memiliki
kesempatan untuk mengungkapkan pendapat. Selain itu siswa juga kurang memiliki
kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri karena penggunaan metode
konvensional hanya guru yang berperan penuh dalam kelas.
Tidak hanya metode belajar saja yang menjadi faktor hasil belajar menjadi
rendah. Faktor lain yang menyebabkan adalah guru kurang memanfaatkan media
pembelajaran yang dapat membantu menyampaikan materi sehingga siswa mudah
dalam menerima materi dengan jelas. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu
yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, minat dan perasaan sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi [2]
Berdasarkan masalah dan beberapa faktor yang ada, diperlukan suatu metode
yang tepat untuk menggantikan metode konvensional guna meningkatkan hasil belajar
siswa. Metode yang tepat untuk menggantikan metode konvensional yang diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu metode belajar
Think Talk Write (TTW). Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin ini
pada dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan
6
strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir atau berdialog dengan
dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide
(sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika
dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa
diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi
ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Karena dengan
menggunakan metode ini siswa akan dengan mudah berinteraksi dan leluasa untuk
menemukan banyak ide – ide yang didapat dari beberapa sumber, melatih siswa untuk
berpikir kritis dan berinteraksi dengan baik antara teman sebaya [3].
Selain metode yang dirubah, perlu juga penambahan media yang dimanfaatkan
dalam pembelajaran. Media tersebut yaitu Google Drive yang berfungsi sebagai
media sharing guru siswa atau siswa ke siswa. Selain berfungsi sebagai media share
google drive juga dimanfaatkan guru sebagai media untuk penilaian pemahaman
siswa dan sebagai tempat penyimpanan materi baik dari guru maupun hasil diskusi
kelompok. Google Drive memberikan kapasitas penyimpanan secara cuma-cuma
kepada penggunanya sebesar 5 GB.
Berdasarkan uraian latar belakang maka dilakukan penelitian mengenai
“Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Dengan
Menggunakan Aplikasi Google Drive Untuk Miningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
Xi Ips Di Sma N 1 Karanggede”.
”.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang menggunakan model TTW ini sebelumnya sudah dilakukan
oleh Bidayatun Ni’ mah, yang berjudul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Melalui Strategi Think Talk Write Siswa Kelas 5 SDN Ngemplak
Kidul 03 PATI Semester Satu Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian ini
termasuk penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh kemmis dan Mc Taggart
yang terdiri dari beberapa komponen di setiap siklusnya dan dibantu dengan
menggunakan strategi Think Talk Write. Dapat dilihat hasil pada siklus satu yaitu
pertemuan pertama 80% dan pada pertemuan kedua sebesar 86%, sedangkan pada
siklus dua yaitu pertemuan pertama 92% dan pada pertemuan kedua sebesar 95%.
Meningkatnya aktivitas siswa menyebabkan meningkatkan hasil belajar siswa
7
meningkat dapat dilihat dari pra siklus yaitu 45,83% meningkat pada siklus pertama
menjadi 70,83% dan pada siklus kedua menjadi 90,61%. [4]
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh I Wayan Puspa Wiadnyana dengan judul
“ Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write Untuk
meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKN Siswa” penelitian ini termasuk
penelitian pembelajaran tindakan kelas dengan menerapkan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Think Talk Write, penelitian tindakan ini menggunakan rancangan
penelitian tindakan Kemmis-Taggart. Hal ini dapat dibuktikan dari siklus satu yaitu
mendapat rata- rata 76,50 sedangkan siklus dua mendapatkan hasil yaitu 86,65. [5]
Penelitian-penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan
penelitian ini. Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, terdapat persamaan
pada penelitian ini yaitu penerapan model belajar Think Talk Write. Namun terdapat
perbedaan yaitu (1) Penelitian yang dilakukan oleh Bidayatun Ni’ mah meneliti
peningkatan hasil belajar matematika dan I Wayan Puspa Wiadnyana meneliti
penerapan metode Think Talk Write untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar,
sedangkan penelitian ini meneliti hasil belajar pada mata pelajaran TIK, (2) Penelitian
yang dilakukan oleh dua sumber di atas tidak menggunakan aplikasi Google Drive
sebagai media penyimpanan yang permanen, sedangkan penelitian ini memanfaatkan
Google Drive sebagai media penyimpanan yang permanen serta tempat share bagi
siswa.
Huinker dan Laughin dalam Ansari, memperkenalkan teknik TTW yang pada
dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis [6].
Aktivitas berfikir (Think) dapat dilihat dari proses membaca siswa diberikan
beberapa masalah yang ada pada modul yang telah dibaca, kemudian membuat catatan
kecil apa yang telah dibacanya.
Setelah tahap “Think” selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “ Talk” yaitu
berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase
berkomunikasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara.
Menurut Huinker & Laughlin dalam Martinis, pada umunya berkomunikasi dapat
berlangsung alami, tetapi menulis tidak alami. Proses komunikasi dipelajari siswa
melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi
diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang diberikan.[6]
8
Diskusi pada fase Talk ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan
merefleksikan pikiran siswa. Pada tahap Talk, tugas guru adalah sebagai fasilitator
dan motivator. Sebagai fasilitator guru senantiasa harus memberi arahan dan
bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan terutama dalam hal materi.
Sebagai motivator, guru senantiasa memberi dorongan kepada siswa yang merasa
kurang percaya diri terhadap hasil pekerjaannya dan atau kelompok siswa yang
mendapatkan jalan buntu untuk menemukan suatu jawaban. Guru juga harus bisa
memotivasi siswa yang dalam kegiatan diskusi kurang aktif atau malah sangat pasif.
Guru harus memberikan semangat kepada siswa yang bersangkutan bahwa kegiatan
diskusi yang sedang berlangsung adalah penting untuk dijalani, supaya mereka dapat
memahami sendiri.
Fase ”Write” yaitu menuliskan hasil diskusi/pada lembar kerja. Aktivitas menulis
berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi antar teman dan kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam konteks matematik membantu
merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi
yang dipelajari.[7] Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat
hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.
Aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan
konsepsi siswa terhadap ide yang sama. Aktivitas siswa selama tahap (Write) ini
adalah:
1. menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan,
2. mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik
penyelesaiannya,
3. mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan yang
ketinggalan,
4. meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu legkap, mudah dibaca
dan terjamin keasliannya (Martinis Yamin, 2008: 87-88). [7]
Tahap terakhir dari strategi TTW adalah sebuah penyimpulan bersama tentang
materi yang dipelajari. Agar siswa dapat mudah mempelajari materi tersebut lagi
maka semua materi akan di share dan disimpan pada aplikasi Google Drive agar
siswa dengan mudah dapat membukanya lagi untuk di pelajari.
Dalam penelitian ini penggunaan Aplikasi cloud computing dari google yang
berfungsi sebagai penyimpanan data dalam jaringan di mana kita bisa mengakses,
membuat, menyimpan dan berbagi dokumen dengan pengguna lainnya. Dengan
9
kapasitas yang lumayan besar yaitu 5 GB kita bisa kapan saja dan di mana saja
mengakses data yang telah kita simpan.
Seiring kemajuan teknologi, kegiatan belajar mengajar kini dapat
mengaplikasikan teknologi Google Drive ini untuk para siswanya. Selain
mengurangi penggunaan kertas secara signifikan, banyak manfaat lain jika
menggunakan Google Drive sebagai media pembelajaran.
1. Dengan Google Drive, dapat membuat layanan spreadsheet yang disediakan
google drive untuk memantau dan merekam kehadiran serta nilai-nilai tugas.
2. Hal ini bisa dimanfaatkan pula untuk membuat tugas dan dibagikan ke semua
murid dalam fitur sharing. Lalu siswa meng-upload kembali hasil tugasnya dan
diserahkan kepada guru.
Fitur Google Drive
1. Fasilitas untuk membuat dokumen
Google Drive memungkinkan penggunanya untuk membuat dokumen dengan
pengolah kata,
2. Berbagi (sharing) dokumen
Dokumen yang sudah dibuat di Google Drive dapat di-share, sehingga
memungkinkan banyak orang dapat menggunakan secara bersamaan
3. Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian eksperimen, penelitian
eksperimen adalah suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna
membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian,
penelitian yang menggunakan rancangan percobaan dianggap sebagai jenis penelitian
yang paling diinginkan oleh seseorang peneliti, yang dimaksud dengan “percobaan”
ialah bagian penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian satu
kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada
suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan pembanding atau disebut kelompok
kontrol [8]. Sementara itu jenis eksperimen pada penelitian ini adalah quasi
experimental research. Quasi experimental research adalah penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendali [9]. Dengan desain penelitian yang digunakan adalah
Nonequivalent Control Group Design.
Tabel 1. Nonequivalent Control Group Design.
Group Pretest Variabel Terikat Posttest
Eksperimen Y1 X Y2
kontrol Y1 - Y2
10
Keterangan :
Y1 : Pelaksanaan Pretest Y2 : Pelaksanaan Posttest
X : Perlakuan menggunakan model belajar Think Talk Write dengan
menggunakan Google Drive.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Karanggede pada
kelas XI yang mengikuti mata pelajaran TIK. Sampel penelitian adalah 29 siswa
kelas XI IPAS II kontrol dan 29 siswa kelas XI IPS III eksperimen.
Untuk rencana penelitian dibuat rancangan tahapan penelitiannya supaya jalannya
penelitian bisa terstruktur dengan baik.
Gambar 1. Tahap Penelitian
Dari gambar 2 tahap pertama yang dilakukan adalah dengan pra penelitian. Pra
penelitian meliputi metode observasi, yaitu proses yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat keaktifan siswa dikelas, metode belajar yang dilakukan guru dan fasilitas lab
komputer yang dimanfaatkan. Observasi dilakukan kepada siswa kelas XI IPS II dan
XI IPS III. Dari hasil identifikasi disimpulkan keaktifan siswa didalam kelas
tergolong rendah yang berdampak pada hasil belajar siswa yang belum tuntas. Dari
penemuan masalah yang ada kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian metode
yang digunakan guru dan fasilitas yang dimiliki oleh sekolah. Berdasarkan hasil
identifikasi ditemukan bahwa fasilitas internet yang disediakan sekolah belum
sepenuhnya dimanfaatkan dengan maksimal oleh siswa, padahal setiap siswa sudah
diberikan fasilitas laboratorium komputer yang dilengkapi dengan fasilitas internet
dan wifi hotspot untuk menunjang proses pembelajaran. Dari hasil tersebut,
selanjutnya menentukan tujuan dari penelitian, studi dokumentasi kemudia menuju ke
tahap perencanaan dan mempersiapkan surat perizinan penelitian.
Pada tahap kedua yaitu perencanaan, disusun bersama dengan guru matapelajaran
TIK. perencanaan yang dilakukan guna menyiapkan perangkat pembelajaran seperti
rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) dan instrument penelitian yang dilakukan
selama proses pembelajaran.
Pada tahap ketiga adalah penerapan model Think Talk Write dengan
menggunakan Google Drive. Setelah guru menggunakan model Think Talk Write
dengan menggunakan Google Drive dalam perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar, kemudian dilakukan proses
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, hasil belajar berupa pretest dan
posttest. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut
rancangan proses pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perencanaan
Penerapan
Analisis Hasil Penelitian
Pra penelitian
11
Tabel 2. Rancangan proses pembelajaran.
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Minggu Pertama Penelitian
Pemberian Pretest Pemberian Pretest
Minggu Kedua Pertemuan 1
Kegiatan Guru Kegiatan siswa Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Fase Think Pendahuluan
Guru memberikan
lembar kerja siswa
(berisi permasalahan)
Siswa mempelajari
lembar kerja yang
diberikan guru.
Kelompok 1 :
Pengertian desain
grafis, fungsi,
aplikasi desain grafis,
penerepan dalam
kehidupan sehari-
hari.
Kelompok 2 :
pengertian unsur-
unsur dasar dari
desain grafis dan
penjelasan.
Kelompok 3 :
Pengertian bitmap,
kelebihan dan
kekurangan, contoh
file gambar bitmap
dan aplikasi desain
grafis bitmap.
Kelompok 4 :
Pengertian Vektor,
kelebihan dan
kekurangan, contoh
file gambar Vektor
dan aplikasi desain
grafis Vektor.
Kelompok 5 :
Mencari perbedaan
Vektor dan Bitmap.
Berdoa Bersama
Memberi Salam pada
siswa
Mengabsen Siswa
Menginformasikan
materi yang akan
disampaikan
Berdoa Bersama
Menjawab Salam
pada siswa
Menjawab Panggilan
Guru
Menyimak Informasi
materi yang akan
disampaikan
12
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Minggu Pertama Penelitian
Pemberian Pretest Pemberian Pretest
Minggu Kedua Pertemuan 1
Kegiatan Guru Kegiatan siswa Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Fase Talk Fase Elaborasi
Guru memberi waktu
siswa untuk
berdiskusi untuk
memecahkan masalah
yang ada pada lembar
kerja siswa
Siswa berdiskusi
dalam kelompok.
Siswa memecahkan
permasalahan yang
diberikan guru
Guru mengawasi
siswa berdiskusi Siswa membuat
catatan kecil. Siswa
menjelaskan hasil
diskusi untuk
pengecekan jawaban
benar atau salah
pada guru
Guru menyiapkan
kelompok yang akan
maju presentasi
didepan
Menyiapkan
presentasi Menjelaskan
perbedaan desain
grafis berbasis vector
dengan bitmap
Memperlihatkan
contoh hasil gambar
desain grafis berbasis
vector dan bitmap
Menyimak Materi
dari guru
Memahami gambar
yang diperlihatkan
Menunjuk kelompok
untuk berbicara
didepan kelompok
lain mengenai hasil
diskusi dan
pemecahan masalah
Kelompok yang
presentasi
menjelaskan materi
dan mempraktekan
apabila perlu untuk
dipraktekkan
Mengawasi Siswa Kelompok lain
memperhatikan dan
mengikuti instruksi
kelompok presentasi
13
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Minggu Pertama Penelitian
Pemberian Pretest Pemberian Pretest
Minggu Kedua Pertemuan 1
Kegiatan Guru Kegiatan siswa Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Fase Write Fase Eksplorasi
Guru meminta
perwakilan
kelompok agar
mengunggah hasil
diskusi siswa ke
Google Drive
Perwakilan
kelompok
mengunggah hasil
belajarnya ke
Google Drive
Membacakan materi
yang dicatat siswa
Menjawab
pertanyaan siswa
Siswa Mencatat
Materi yang
disampaikan
Siswa dipersilahkan
bertanya tentang
materi yang di
sampaikan Guru meminta
siswa kembali
ketempat duduk
masing-masing.
Siswa kembali ke
tempat duduk semula
Guru memberikan tes
kecil kepada siswa
Siswa mengerjakan
tes kecil
Memberi kesimpulan
materi yang telah
disampaikan setelah
seluruh siswa
mengumpulkan
simpulannya
Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru
yang menyampaikan
kesimpulan
Memberi motifasi
tentang manfaat
mempelajari materi
yang disampaikan
Siswa mendengarkan
penjelasan yang telah
disampaikan oleh
guru
14
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Minggu Pertama Penelitian
Pemberian Pretest Pemberian Pretest
Minggu Ketiga Penelitian Pertemuan II
Kegiatan Guru Kegiatan siswa Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pada pertemuan
kedua proses
pembelajaran tidak
berbeda jauh
dengan pertemuan
pertama, perbedaan
pada pertemuan
pertama yaitu
hanya pada materi
saja.
Guru memberikan
materi
pembelajaran yang
kedua yaitu menu
dan ikon pada
program desain
grafis Corel Draw
Siswa bergabung
dengan kelompok
yang sudah dibuat
pada pertemuan
pertama.
Kelompok 1 :
Menjelaskan menu
bar ( file, edit, view,
layout, arrange)
Kelompok 2 :
menjelaskan menu
bar (effect, bitmaps,
text, table, tool)
Kelompok 3 :
Menjelaskan Tool
box (pick tools,
shape tools, croop
tools dan zoom tools)
Kelompok 4 :
Menjelaskan tool box
(curve tools, smart
tools, retangle tools
dan ellipse tools)
Kelompok 5 :
Menjelaskan fungsi
property bar.
Pada pertemuan
kedua proses
pembelajaran tidak
berbeda jauh
dengan pertemuan
pertama, perbedaan
pada pertemuan
pertama terletek
pada materi
pembelajaran
Materi
pembelajaran yang
kedua adalah menu
dan ikon pada
program desain
grafis Corel Draw
Untuk tahap selanjutnya adalah dengan mengolah data yang telah diperoleh
selama penelitian berlangsung. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi
observasi, dokumentasi dan evaluasi. Lembar observasi berisi indikator-indikator
yang telah ditentukan. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan belajar
siswa menggunakan model belajar Think Talk Write dengan menggunakan Google
Drive selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut kisi-kisi keaktifan siswa
ditunjukan pada tabel 2.
Tabel 2. Kisi-kisi observasi kegiatan belajar siswa
no Kegiatan Aspek yang diamati
1 Fase Think Selama proses belajar, pada umumnya siswa mencari
materi ,
2 Fase Talk Siswa individu aktif berdiskusi kelompok, siswa pada
umumnya melakukan presentasi, siswa mengajukan
pertanyaan
3 Fase Write Siswa menguploud hasil diskusi yang sudah benar dan di
share kepada teman yang lain
Minggu Keempat
Pemberian Postest Pemberian Postest
15
Evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini tes pilihan ganda.Tes berupa pilihan
ganda dilaksanakan pada awal penelitian dan akhir penelitian. Data hasil belajar
dianalisa dengan rata-rata nilai maksimal-minimal, jumlah siswa yang tuntas maupun
tidak tuntas dan sebagai pendukung lain hasil belajar dianalisa dengan Uji –T dan Uji
Gain.
Dalam penelitian indikator keberhasilan merupakan ketentuan atau patokan suatu
penelitian dikatakan berhasil atau tidak. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator
keberhasilan setelah pelaksanaan tindakan adalah meningkatnya hasil belajar siswa
setelah pelaksanaan tindakan dilihat dari peningkatan hasil pretest ke postest. Kriteria
keberhasilan kegiatan siswa ditunjukan pada tabel 3.
Keaktifan belajar siswa diobservasi dengan lembar observasi keaktifan belajar siswa
yang berisi indikator keaktifan yang harus dicapai siswa. Penilaian pada lembar observasi
ini adalah dengan menentukan persentase keatifan setiap siswa. Persentase keaktifan
Siswa (PKS) diperoleh dengan rumus
𝑃𝐾𝑆=
𝑥 100% (Diadopsi dari Utami, 2011)
Tabel 3. Kriteria keberhasilan kegiatan siswa
Tingkat keberhasilan Kategori pencapaian
> 80% Sangat tinggi
>60% - 79% tinggi
>40% - 59% cukup
>20% - 39% rendah
< 20% Sangat rendah
Indikator keaktifan yang harus dicapai siswa adalah indikator yang telah
disebutkan dalam tabel 2.[10]
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Tahap pertama yaitu
dengan memberikan pretest pada kelas XI IPS II dan XI IPS III untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum diberikan treatment. Hasil pretest kemudian diolah
untuk mencari rata-rata yang digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Pada kelas kontrol dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan
menggunakan metode yang biasa digunakan yaitu konvensional atau ceramah.
Pertemuan pertama dilakukan di kelas kontrol pada tanggal 19 Mei 2015 jam 07.00 –
08.30 dan jumlah siswa yang hadir 29 siswa. Materi pembelajaran yaitu
mengidentifikasi perbedaan grafis berbasis vektor dan bitmap dilaksanakan
menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah). Selama 45 menit
pertama, pada pelaksanaannya guru menjelaskan materi di depan kelas dan siswa
mencatat apa yang dibacakan oleh guru dengan membawa buku dan sesekali
melakukan tanya jawab dengan siswa. Pada saat guru menjelaskan materi, siswa
16
terlihat pasif. Bahkan beberapa kurang memperhatikan guru pada saat menjelaskan
dan mengakibatkan kurang adanya interaksi antara siswa dan guru pada proses
pembelajaran. Sebagian besar interaksi yang terjadi adalah guru hanya menjelaskan
materi dan siswa hanya menyimak dan mencatat materi. Pada pertemuan kedua proses
kegiatan belajar tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama. Adapun perbedaan
hanya terletak pada materi pelajaran yaitu mengidentifikasi menu dan ikon pada
program desain grafis corel draw.
Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk mengamati
keaktifan siswa selama menggunakan model belajar konvensional. Hasil observasi
keaktifan ditunjukan pada gambar 2.
Gambar 2. Keaktifan siswa Kelas Kontrol
Dari gambar 2 menunjukan hasil indikator keaktifan pada kelas kontrol
dengan mengggunakan metode konvensional. Pada indikator keaktifan 1 yaitu selama
proses belajar, siswa membaca bahan dari guru, mengalami peningkatan tetapi dalam
kategori yang sama yaitu cukup, hal ini dikarenakan siswa cenderung pasif dalam
mengikuti pelajaran. Pada indikator keaktifan 2 yaitu siswa pada umumnya siswa
individu aktif berdiskusi kelompok, siswa mengalami peningkatan tetapi dalam
kategori yang sama yaitu cukup, hal ini dikarenakan siswa hanya mengikuti teman
yang aktif temannya. Pada indikator keaktifan 3 yaitu siswa melaksanakan presentasi,
indikator keaktifan 4 yaitu siswa mengajukan pertanyaan hal ini dikarenakan siswa
17
cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran dan indikator keaktifan 5 yaitu siswa
secara individu melaksanakan instruksi dari guru.
Pertemuan kedua pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 26 juni 2015
jam 07.00 – 08.30 dan jumlah siswa yang hadir sebanyak 29 siswa. Proses
pembelajaran tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama, adapun perbedaan pada
pertemuan pertama yaitu pada materi. Materi pada pertemuan kedua adalah
mengidentifikasi menu dan ikon pada program desain grafis corel draw.
Pada kelas eksperimen dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 26 juni 2015 jam 09.15 – 11.00 pada kelas XI IPS III
sebanyak 29 siswa menggunakan model belajar Think Talk Write dengan
menggunakan Google Drive. Siswa diberi penjelasan tentang model belajar Think
Talk Write dengan menggunakan Google Drive sebagai media penyimpanan. Metode
pembelajaran Think Talk Write dimulai dari fase pertama yaitu fase Think. Pada fase
Think dengan alokasi waktu 35 menit bertujuan untuk memberikan kesempatan siswa
untuk membaca materi atau klu yang diberikan serta mendapatkan lembar kerja siswa
yang berupa masalah. Dengan membagi siswa yang berjumlah 29 siswa menjadi 5
kelompok. Terdapat 2 kelompok beranggota 6 siswa dan 3 kelompok beranggota 5
siswa. Pembagian materi kelompok dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Pembagian Materi Kelompok Pertemuan Pertama
Daftar kelompok Materi
Kelompok 1
Pengertian desain grafis, fungsi, aplikasi
desain grafis, penerepan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kelompok 2 pengertian unsur-unsur dasar dari desain
grafis dan penjelasan.
Kelompok 3
Pengertian bitmap, kelebihan dan
kekurangan, contoh file gambar bitmap
dan aplikasi desain.
Kelompok 4
Pengertian Vektor, kelebihan dan
kekurangan, contoh file gambar Vektor
dan aplikasi desain grafis Vektor.
Kelompok 5 Mencari perbedaan Vektor dan Bitmap.
Fase kedua yaitu fase Talk pada fase ini setiap kelompok diberikan waktu
untuk berdikusi setelah selesai berdiskusi siswa ditunjuk secara berurutan untuk
mempresentasikan hasil diskusi, kelompok yang ditunjuk akan mempresentasikan
hasil diskusi didepan kelas serta mempraktekan agar kelompok lain bisa mengikuti
dan lebih jelas dalam pemahamanya.
Fase ketiga yaitu fase Write, pada fase ini setiap perwakilan kelompok
mengunggah hasil diskusi dengan akun kelompok masing – masing ke Google drive
tujuanya guru dapat menilai hasil kerja kelompok dan sebagai media penyimpanan
yang permanen dan aman.
18
Pada pelaksanaan treatment pertemuan pertama terdapat beberapa kendala selama
proses pembelajaran. Adapun kendala-kendala yang ditemui dapat dilihat pada tabel
5.
Tabel 5. kendala-kendala selama proses pembelajaran
No fase kendala perbaikan
1 Fase Think Masih ada siswa yang tidak
mengerti tentang lembar kerja
yang diberikan .
Guru memperjelas tentang lembar
kerja siswa dan tugas yang
diterima
2 Fase Talk Siswa masih ada yang tidak
memperhatikan pada saat
presentasi.
Guru memberikan arahan agar
siswa memperhatikan, agar siswa
mengerti tentang materi yang
sedang dijelaskan
3 Fase write Siswa masih ada yang tidak
mengikuti instruktur dari guru
Guru memberikan arahan agar
siswa mengikuti arahan dari guru
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 03 juli 2015 jam 09.15 – 11.00
dengan jumlah siswa sebanyak 29 yang mengikuti pelajaran. Sebelum treatment
dilakukan yaitu menyampaikan kendala yang terjadi dan memberikan pengarahan
untuk perbaikan pada pertemuan kedua.
Pada pertemuan kedua kegiatan proses pembelajaran tidak jauh berbeda dengan
pertemuan pertama. Adapun perbedaan proses pembelajaran terdapat pada pembagian
materi pada masing-masing kelompok. Pembagian materi kelompok pada pertemuan
kedua dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Pembagian Materi Kelompok
Daftar kelompok Materi
Kelompok 1 Menjelaskan menu bar ( file, edit, view, layout dan arrange).
Kelompok 2 Menjelaskan menu bar (effect, bitmaps, text, table dan tool).
Kelompok 3 Menjelaskan tool box (pick tools, shape tools, croop tools dan zoom
tools).
Kelompok 4 Menjelaskan tool box (curve tools, smart tools, retangle tools dan
ellipse tools).
Kelompok 5 Menjelaskan tool box (curve tools, smart tools, retangle tools dan
ellipse tools).
Pada pertemuan kedua pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model
Think Talk Write tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama. Adapun perbedaan
yaitu guru tidak lagi membentuk kelompok baru, tetapi guru menginstruksikan siswa
agar bergabung dengan kelompok yang telah dibuat pada pertemuan pertama. Fase
Think, fase talk, fase Write pada pertemuan kedua kegiatan proses pembelajaran sama
dengan proses pembelajaran pada pertemuan pertama.
Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk
mengamati keaktifan siswa selama menggunakan model belajar Think Talk Write
dengan menggunakan Google Drive. Hasil observasi keaktifan ditunjukan pada
gambar 3.
19
Gambar 3. Keaktifan siswa Kelas Eksperimen
Dari gambar 3 menunjukan bahwa masing-masing indikator yang diamati
mengalami peningkatan. Pada indikator keaktifan 1 yaitu selama proses belajar, siswa
membaca bahan dari guru mengalami peningkatan dari kategori cukup menjadi baik,
hal ini menunjukan perubahan yang positif pada siswa. Indikator keaktifan 2 yaitu
siswa individu aktif berdiskusi kelompok juga mengalami peningkatan dan berada
pada kategori yang sama yaitu baik, hal ini dikarenakan pada kegiatan belajar yang
sebelumnya siswa hanya terpaku pada guru yang menjelaskan sehingga siswa kurang
mengembangan kreatifitas dalam memecahkan masalah pada saat proses belajar
menggunakan model belajar Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive
siswa menjadi tertarik dalam belajar. Indikator keaktifan 3 siswa melakukan
presentasi mengalami peningkatan dan berada pada kategori yang sama yaitu baik, hal
ini dikarenakan siswa yang sebelumya hanya ikut – ikutan temanya mulai
mempresentasikan sendiri. Indikator keaktifan 4 yaitu siswa mengajukan pertanyaan
mengalami peningkatan dan berada pada peringkat yang sama yaitu kategori baik, hal
ini dikarenakan model belajar Think Talk Write memberikan kesempatan siswa untuk
lebih aktif dalam berinteraksi dengan guru. Indikator keaktifan 5 siswa secara
individu melaksanakan instruksi dari guru mengalami peningkatan dan berada pada
kategori yang sama yaitu baik, hal ini dikarenakan siswa dituntut untuk aktif dalam
mengikuti pembelajaran.
20
Treatment tersebut ternyata berpengaruh positif terhadap keaktifan siswa selama
proses pembelajaran yang menjadi menarik. Hasil observasi menunjukkan bahwa
selama proses belajar, pada umumnya siswa terlibat menjawab pertanyaan, siswa pada
umumnya mencari dan menggunakan sumber informasi, kerja sama dan interaksi
siswa dalam kelompok, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan
guru, siswa melakukan presentasi di depan kelas dan mengerjakan tugas dari guru.
Berdasarkan hasil ketuntasan KKM kelas eksperimen dapat dikatakan tercapai karena
lebih dari 75% dengan tingkat keberhasilan baik. Simpulan dari nilai ketuntasan siswa
yaitu siswa dapat menguasai materi dengan baik dengan kata lain hasil belajar siswa
meningkat. Wawancara juga menghasilkan simpulan bahwa pembelajaran Think Talk
Write sangat menarik dan menimbulkan antusias siswa pada saat proses pembelajaran.
Siswa juga mengaku bahwa pemahaman materi yang diterima sangat bermakna.
Metode Think Talk Write dengan menggunakan Google drive pada penerapannya
ternyata dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Berdasarkan dari hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen
diperoleh kesimpulan rata-rata kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan rata-rata
kelas kontrol, namun perbandingan rata-rata pada kedua kelas tidak terlalu jauh,
sehingga kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dikatakan memiliki kemampuan
awal yang sama. Kemudian kelas eksperimen diberikan tindakan menggunakan
metode pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google drive dan pada
kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Setelah pemberian tindakan pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian diberikan posttest untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa. Dapat disimpulkan pada hasil posttest, bahwa rata-
rata hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Perbedaan
hasil akhir rata-rata sangat signifikan sehingga terdapat perbedaan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berikut tabel hasil pretest dan postest pada kelas
kontrol dan eksperimen.
Tabel 7. Perbandingan Hasil Belajar Belajar Kontrol Dan Eksperimen
Kontrol Eksperimen
Pretest Postest Pretest Postest
Rata-rata 65,51 75,17 64,5 82,6
Nilai tuntas 10 19 5 24
Nilai tidak
tuntas 19 10 24 5
Nilai tertinggi 80 85 75 95
Nilai terendah 50 65 50 65
Berdasar tabel 7 pada kelas kontrol semula hasil pretest 65,51 menjadi 75,17
sementara pada kelas eksperimen hasil pretest 64,5menjadi 82,6. Pembelajaran
dengan metode Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive pada kelas
eksperimen jumlah nilai yang tuntas KKM ada 24 siswa dari 29 siswa. Dan
pembelajaran dengan metode konvensional pada kelas kontrol jumlah nilai yang
tuntas 19 siswa dari 29 siswa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa metode Think
Talk Write dengan menggunakan Google Drive terbukti meningkatkan hasil belajar
siswa.
21
Setelah mengolah hasil observasi dan hasil belajar siswa data pretes postes,
selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebelum dilakukkannya uji
hipotesis. Setelah data sudah normal dan homogen maka langkah selanjutnya
dilakukan uji kesamaan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen dan kontrol digunakan
statistik uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik Independent Sample T-Test
menggunakan equal variances assumed. Uji t (Independent Samples T Test)
dilakukan dengan bantuan program penghitung, dengan taraf signifikansi 5%. Teknik
analisis uji-t pretest bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada tahap
awal. Tabel 9 Uji Kesamaan Dua rata-rata Pretes
Kelas Df P ∝ thitung ttabel
Eksperimen 56 0,792 0,05 -2,56 2,003
Kontrol
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada skor posttest dapat
dilihat bahwa data tersebut menunjukkan normal dan homogen, sehingga untuk
menguji perbedaan dua rerata posttest digunakan uji statistik parametrik uji T
(Independent Samples T Test menggunakan equal variances assumed) dengan
bantuan program penghitung, dengan taraf signifikansi 5%. Hasil Uji perbedaan dua
rata-rata dari skor posttest dapat dilihat pada tabel dibawah.
Rumusan hipotesis yang akan diuji:
H0 : Penerapan model pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan
Google Drive sama dengan penggunaan model belajar konvensional dalam
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada
pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.
H1 : Penerapan model pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan
Google Drive lebih tinggi dari pada penggunaan model belajar konvensional dalam
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada
pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.
Tabel 10. Uji perbedaan dua rata-rata posttest
Kelas Df P ∝ thitung ttabel
Eksperimen 56 0,001 0,05 3,425 2,003
Kontrol
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah 0,001.
Karena signifikansi P (0.001) < ∝(0.05), atau thitung adalah 3,425 karena �ℎ �����
(3,425) > ������ (2,003), maka keputusan uji nilai Sig. < α atau thitung > ttabel
maka keputusannya adalah tolak H0 dengan kata lain H1 diterima. Dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google
Drive lebih tinggi dari pada penggunaan model belajar konvensional dalam
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada
pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.
Setelah melakukan Uji T maka dilakukan uji-Gain yang digunakan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Uji ini untuk
membandingkan hasil pretest-postest kelas kontrol dan pretest-postest kelas
eksperimen dengan digunakan perhitungan gain ternormalisasi. Nilai gain didapat dari
selisih nilai posstest dan pretest. Karena hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh
22
siswa setelah pembelajaran, maka hasil belajar yang dimaksud yaitu adanya
peningkatan yang dialami siswa. Hasil dari perhitungan gain ternormalisasi (g) dapat
dilihat pada tabel 4.4.4 Tabel 11. Hasil Perhitungan Gain
Kelas Pretest Posttest G g Keterangan
Eksperimen 65,51 82,58 18 0,50957207 Sedang
Kontrol 6,5 75,17 9,66 0,28008118 Rendah
Berdasarkan tabel 4.6 memperlihatkan bahwa nilai pretest dan posttest diperoleh
nilai gain ternormalisasi pada kelas eksperimen sebesar 0.57 yang diinterpretasikan ke
dalam kriterium nilai (g) tergolong sedang. Sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0.15
tergolong rendah. Jika dibandingkan nilai gain antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran TIK menggunakan metode
pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive di kelas
eksperimen lebih signifikan dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan media
pembelajaran konvensional.
5. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan.
Pembelajaran menggunakan model belajar Think Talk Write dapat meningkatkan
keaktifan siswa terbukti dengan rata rata hasil keaktifan pada pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 53,9% lebih tinggi dari rata – rata hasil keaktifan kelas kontrol
pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 37,8%. Selain itu keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran mempengaruhi hasil belajar terbukti dengan adanya perbedaan
rata-rata hasil belajar siswa antara hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google
Drive dengan kelas kontrol yang menggunakan metode belajar konvensional. Hasil
belajar kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi yaitu 82,58
dibandingkan kelas kontrol yaitu 75,17. Peningkatan hasil belajar yang menggunakan
Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive lebih signifikan dibanding kelas
kontrol yang menggunakan metode belajar konvensional.
Hambatan yang ditemui pada saat proses pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive yang pertama adalah
koneksi internet yang digunakan dalam proses upload hasil diskusi agak lama,
sehingga alokasi waktu pada fase Write melebihi batas waktu yang telah ditentukan.
Tetapi alokasi waktu pembelajaran bisa selesai sesuai dengan jam pelajaran.
Hambatan kedua yang ditemui adalah perangkat komputer yang digunakan di
laboratorium SMA N 1 Karanggede dengan spesifikasi yang rendah, sehingga dalam
proses pembelajaran penggunaan komputer untuk membuka aplikasi desain grafis
corel draw sering macet atau lamban. Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis
memberikan saran yang sangat bermanfaat dan dapat membantu proses pembelajaran
menggunakan metode belajar Think Talk Write dapat berjalan lancar yaitu dengan
memperbaiki fasilitas komputer agar pada saat penggunaan komputer untuk
menjalankan aplikasi corel draw tidak mengalami masalah dan perbaikan jaringan
internet untuk mempercepat dalam proses pencarian informasi sehingga waktu yang
dibutuhkan lebih maksimal. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu berdasarkan
penelitian ini pada pelajaran TIK yang berbasis teknologi penggunaan internet lebih
23
dimaksimalkan misal dalam penyimpanan materi disimpan dalam suatu tempat
penyimpanan online yang bisa diakses siswa kapan saja dan dimana saja. diharapkan
tidak hanya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar yang diteliti namun juga
meneliti seberapa efektifitas penggunaan model belajar Think Talk Write untuk
matapelajaran TIK.
24
Daftar Pustaka
[1] Reny Oktaviana. 2013. Studi Perbandingan Hasil Belajar Metode
Resitasi Dengan Metode Pembelajaran
Konvensional Siswa Kelas XII IPS. Universitas Tanjungpura
Pontianak (djamarah,2006:97)
[2] Sadiman, Arif dkk. 2002.
Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
[3] Agustin Patmaningrum. 2013. Penggunaan Metode Think Talk Write (TTW) pada
Mahasiswa STKIP PGRI nganjuk Mata Kuliah Progam linier. http://jurnal-
online.um.ac.id. (Huinker & Laughlin (1996: 82))
[4] Ni’mah, Bidayatun. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui
Strategi Think Talk Write Siswa Kelas 5 SDN Ngemplak Kidul 03 Pati Semester Satu
Tahun Pelajaran 2013/2014. Uksw
[5] Wiadnyana , I Wayan Puspa. 2013.
Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar.
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja
[6] Imama Wahidah. 2012. Penerapan Strategi Think talk Write(TTW) Untuk
meningkatkan Hasil Belajar matematika siswa Kelas VII SMP BRAWIJAYA SMART
SCHOOL (BSS). Universitas Negeri Malang. http://jurnal-online.um.ac.id/. (Ansari,
2003:36)
[7] Diah Ayu Kurniasih. 2010. Pengaruh Implementasi Strategi Pembelajaran Think Talk
Write Terhadap Prestasi Pembelajaran Matematika Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal cerita Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Pada Siswa Jurusan Bisnis
Manajemen kota madya Surakarta tahun Ajaran 2008/2009. Universitas Sebelas Maret
Surakarta. http://core.ac.uk/
[8] Drs. S. Margono. 2009. Metetodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
[9] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D, Bandung: Alfabeta.
[10] Sari, Denis, Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 SMA
Negeri 1 Turen pada Pokok Bahasan Turunan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe
teams Games Turnament (TGT)” Jurnal Pendidikan.