diagnosis penyakit jantung bawaan asianotik
TRANSCRIPT
DIAGNOSIS PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ASIANOTIK
PEMERIKSAAN DEFEK SEPTUM VENTRIKEL DEFEK SEPTUM ATRIUM PATENT DUCTUS ARTERIOSUS
ANAMNESIS Pada defek yang kecil bias bersifat asimptomatik.
Riwayat sesak nafas waktu makan atau minum saat bayi(menetek terputus-putus).
Riwayat infeksi saluran pernafasan berulang.
Gangguan pertumbuhan, berat badan sulit naik.
Tanda-tanda gagal jantung: Nafas cepat dan sesak Toleransi latihan menurun Gangguan pertumbuhan
hingga gagal tumbuh.
Gejala kelelahan dan sesak nafas ringan cenderung dirasakan pada akhir usia belasan dan awal usia dua puluhan, dan paling tidak tiga-perempat dari individu-individu ini akan ber gejala setelah dewasa.
Terjadinya gagal jantung kongestif jarang terjadi di masa kanak-kanak, namun pada sebagian kecil kasus mungkin terjadi gagal jantung pada tahun pertama kehidupan.
Dari anamnesis didapatkan keluhan kesulitan minum pasa bayi
Toleransi latihan berkurang bila anak sudah semakin besar.
Berat badan sulit naik Sering mengalami infeksi
saluran pernafasan akut. Gejala gagal jantung
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: Tampak kurus (akibat
gangguan pertumbuhan) Dyspnea, takipnea
Dada tampak menonjol pada pasien yang besar
Auskltasi : Bunyi jantung I dan II
normal Bising pansistolik dengan
PM di sela iga III-IV garis parasternal kiri dijalarkan ke precordium.
Diastolic rumble di apex menunjukkan adanya L to R shunt yang besar.
Bila terjadi Pulmonal Hypertention dapat terjadi pengerasan komponen
Umumnya ditemui penonjolan pada dinding depan dada kiri dan mudah dirasakan dinamika sistolik ventrikel kanan.
Suara jantung pertama terdengar lebih keras di daerah kiri bawah perbatasan sternum.
Terjadi pemisahan dua komponen bunyi jantung kedua yang intervalnya tidak dipengaruhi ekspirasi ataupun valsava maneuver.
Komponen paru bunyi jantung kedua dapat mengeras walaupun tanpa adanya PAH. Dengan meningkatnya tekanan arteri paru dan resistensi, interval antara komponen aorta dan pulmonal bunyi jantung kedua menyempit
Nadi teraba keras (bounding pulse) di keempat ekstremitas.
Tekanan darah menunjukkan pulsus seller yaitu terdapat selisih tekanan sistolik dan diastolic yang lebar.
Pada pemeriksaan dada didapatkan peningkatan aktivitas ventrikel kiri yang ditandai dengan iktus jantung yang melebar dan kuat angkat.
Thrill dapat teraba pada lokasi bising, menandakan bising yang keras.
Pada auskultasi jantung: bunyi jantung 1 dan 2 normal. Namun, bila sudah terjadi hipertensi pulmonal, pemeriksaan bunyi jantung 1
pulmonal. dan komponen paru menjadi lebih keras, tetapi kurangnya pengaruh pernafasan pada interval antara dua komponen tetap.
Bising Midsistolik crescendo-decrescendo grade 2-3 intensitas terdengar di perbatasan sternum kiri atas, mencerminkan meningkatnya stroke volume ventrikel kanan dan relatif pulmonal stenosis.
terdengar normal sedangkan bunyi jantung 1 akan terdengar keras dengan split yang sempit.
Murmur kontinyu (machinery) derajat 1 sampai 4/6 terdengar dengan jelas pada ULSB atau daerah infraklavikula kiri yang merupakan petanda khas kelainan ini.
Apabila terjadi hipertensi pulmonal, maka akan terdengar bising sistolik saja.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran EKG: small VSD gambaran bisa
normal. Moderat VSD: LVH, LAH. Large VSD: biventrikular
hypertrophy, LAH, PVOD, atau RVH
Rontgen Thorax: Kardiomegali Pembesaran LA, LV dan
kemungkinan RV. Konus pulmonalis
menonjol. Peningkatan vaskularisasi
paru, pembesaran pembuluh darah di hillus.
Apabila terjadi hipertensi pulmonal maka akan didapatkan gambaran pruning.
Echocardiografi: memberikan gambaran
ukuran dan lokasi VSD.
Foto Thorax: Terlihat pembesaran jantung
ringan sampai sedang dan penonjolan arteri pulmonal maupun cabangnya.
Elektrokardiografi: Pola rsR+ pada prekordium
kanan menunjukkan adanya perlambatan ringan konduksi ventrikel atau pembesaran ventrikel kanan yang ringan, namun bukan sesuatu yang khas pada ASD tipe sekundum.
Pola qR menunjukkan hipertrofi vetrikel kanan berkaitan dengan muatan berlebihan ventrikel kanan.
Aksis QRS pada bidang frontal pada sudut 90 derajat pada lebih dari 60% penderita.
Aksis bergeser kekiri umumnya pada ASD tipe primum. Aksis kiri pada
Foto Thorax: Tampak kardiomegali
akibat pembesaran atrium dan ventrikel kiri.
Aorta membesar dan arteri pulmonalis menonjol.
Corakan vaskuler meningkat.
Apabila terjadi hipertensi pulmonal maka didapatkan gambaran corakan berkurang didaerah perifer (pruned tree).
Elektrokardiografi: Hipertrofi ventrikel dan
atrium kiri. Bila terjadi hipertensi
pulmonal maka terlihat juha hipertrofi ventrikel kanan.
Ekokardiografi: Pada M-Mode adanya
Dengan teknik Doppler dapat dipastikan arah pirau serta diperkirakan secara kasar tekanan sistolik ventrikel kanan, serta rasio aliran paru dan sistemik.
Pada echo M-Mode didapatkan gambaran pelebaran ventrikel kiri dan/ atrium kiri.
gelombang P yang tidak normal umumnya dapat terlihat pada ASD tipe sinus venosus.
Ekokardiografi Pemeriksaan menunjukkan
peningkatan beban muatan volume dari sisi kanan jantung disertai peningkatan dimensi atrium kanan dan ventrikel kanan dan tampak gerakan paradox pada septum ventrikel.
Pemeriksaan ekokardiografi 2-dimensi dan Doppler dengan pemetaan warna dapat memperjelas penampakan dari ASD sekundum, kanal AV dan defek sinus venosus.
Terbaru adalah pemeriksaan ekokardiografi 3 dimensi yang akan memberikan gambaran defek septum atrium lebih jelas
Kateterisasi Jantung Terdapat peningkatan yang
signifikan saturasi oksigen dalam sampel darah diambil dari atrium kanan, ventrikel kanan, dan arteri paru dibandingkan dengan yang diperoleh dari v. kava superior atau inferior.
Tekanan arteri pulmonal dan tekanan sistolik ventrikel kanan seringkali normal atau hanya sedikit lebih tinggi.
dilatasi atrium dan ventrikel kiri serta gambaran ventrikel kiri yang hiperdinamik.
Pada ekokardigram 2 dimensi penampang sumbu panjang parasternal letak tinggi atau suprasternal dapat terlihat PDA
Dengan Doppler berwarna dapat dilihat aliran PDA.
Terdapat perbedaan tekanan sistolik hingga 20 mmHg di saluran keluar ventrikel kanan diterima sebagai aliran sekunder daripada obstruksi anatomis.
Rata-rata tekanan di atrium kiri dan kanan dapat diketahui, dengan sedikit peningkatan hasil diatas normal (rata-rata perbedaan tekanan > 3 mmHg).
PENATALAKSANAAN NON OPERATIF
Penatalaksanaan CHF dengan digitalis dan diuretik.
Profilaksis tehadap infektif endocarditis.
Penutupan defek secara kateterisasi dapat dilakukan pada defek yang jauh dari struktur penting misalnya aorta.
Defek septum muscular khususnya multiple merupakan kandidat ditutup dengan teknik kateterisasi mrnggunakan occlude.
Penutupan ASD secara transcatheter pada ASD tipe sekundum terutama pada bayi-bayi yang lebih tua, anak-anak dan dewasa menggunakan alat-alat yang bervariasi dapat merupakan pilihan lain selain operasi
Penutupan dengan kateterisasi invasive dengan memasukkan occlude berbentuk payung ganda dari atrium kanan ke atrium kiri.
Dapat dilakukan pada defek kurang dari 25 mm.
Tatalaksana medikamentosa: indometasin atau ibuprofen dapat diberikan untuk menutup defek pada bayi preterm.
Pada bayi aterm dan anakyang lebih besar, terapi medikamentosa untuk mengatasi gagal jantung dengan menggunakan obat-obatan yang menurunkan preload (diuretic), afterload (ace-inhibitor), dan apabila benar-benar diperlukan inotropic.
Tidakan penutupan dapat berupa kateterisasi intervensi dengan pemasangan alat berupa paying (umbrella duct occlude device)
PENATALAKSANAAN OPERATIF
Penutupan defek secara langsung dapat dilakukan dengan mesin cardiopulmonary bypass dan atau deep hipotermi. Dilakukan bila
Pengobatan definitive DSA sekundum adalah operatif.
Indikasi operasi apabila Qp/Qs >2:1, harus ditutup pada usia 4-5
Tindakan operasi berupa ligase atau pemotongan PDA.
terdapat L to R shunt yang signifikan dengan Qp/Qs lebih dari 2:1.
Tidak dianjurkan untuk melakukan penutupan secara surgery bila VSD kecil dengan Qp/Qs kurang dari 1,5:1.
tahun. Apabila ditunda dapat terjadi
hipertensi pulmonal. Tidak diperlukan profilaksis
endocarditis pasca operasi.