diagnosa penyakit sistem refleks

Upload: nurayunie-abd-halim

Post on 11-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

neuro

TRANSCRIPT

Diagnosa penyakit sistem refleks dapat diperoleh dengan melakukan pemeriksaan refleks fisiologis dan patalogis yang biasanya dilakukan selama pemeriksaan fisis; sehingga pemeriksaan ini dilakukan secara terpisah, kecuali pada kasus-kasus tertentu yang membutuhkan pemeriksaan refleks fisiologis yang benar-benar akurat. Kasus-kasus tersebut biasanya berhubungan erat dengan keluhan-keluhan utama seperti berikut:kelelahan (mudah lelah), kesulitan berjalan, gangguan atau ketidakmampuan berjalan, paraesthesia, nyeri otot, nyeri ekstremitas, gangguan pertumbuhan otot, nyeri punggung, gangguan fungsi otonom (ereksi, sistem kemih, dan defekasi). Pada penderita penyakit syaraf tertentu dapat dibandingkan refleks patologis atau juga refleks primitif. Dari penilaian terhadap refleks fisiologis dan patologis ini kita dapat memperkirakan letak / jenis lesi.

Penilaian reflex meliputi reflex tendon dalam (deep tendon reflex), superficial dan reflex batang otak. Reflex tendon dalam mengevaluasi nervus spinalis dan termasuk reflex fisiologis biseps, brachioradialis, patella dan tendon Achilles. Refleks ini biarpun tidak dievaluasi secara rutin namun tetap harus dilakukan pada pasien dengan cedera tulang belakang atau simptom-simptom yang konsisten dengan masalah neurologik. Refleks superficial yang sering dilakukan adalah reflex plantaris yaitu reflex patalogis Babinski. Dorsofleksi atau ekstensi dari ibu jari dan pengembangan jari lain merupakan suatu abnormalita (Babinskis sign positif), kecuali pada anak usia 12-18 bulan. Adanya reflex Babinski dapat menjadi indikasi adanya lesi UMN atau otak yang menyebabkan kerusakan pada traktus corticospinalis. Refleks batang otak biasanya dievaluasi pada pasien stupor atau koma untuk menentukan samaada batang otak masih intak atau tidak. Refleks cahaya pupil dapat member informasi mengenai status dari otak, dan sistem nervus simpatik dan parasimpatik. Fungsi pupil ditentukan oleh otak tengah dan merupakan evaluasi dari nervus cranialis II dan III.

Hasil pemeriksaan refleks merupakan informasi penting yang sangat menentukan. Penilaian refleks selalu berarti penilaian secara banding antara sisi kiri dan sisi kanan. Respon terhadap suatu perangsangan tentu tergantung pada intensitas. Oleh karena itu refleks kedua belah tubuh yang dapat dibandingkan harus merupakan hasil perangsangan yang berintensitas sama.

Refleks-refleks fisiologis meliputi: Refleks pegangan otot yang muncul pada tendon, periosteum, tulang, persendian, fascia, atau aponeuresis. Refleks-refleks tersebut mungkin disalahartikan sebagai refleks tendon atau periosteum tetapi sebenarnya refleks tersebut muncul dengan adanya peregangan otot dan bukan oleh tendon. Tendon adalah area dimana stimulus mudah dikerjakan karena refleks bisa terjadi melalui organ sensorik (misalnya neuromuscular spindle), maka refleks seperti itu dinamakan refleks proprioseptik.

Prinsip-prinsip Dasar pada Pemeriksaan Refleks

Pemeriksaan refleks perlu dilakukan dengan menggunakan peralatan; peralatan yang biasa digunakan adalah reflex-hammer dan pen light; reflex-hammer yang paling baik adalah yang terbuat dari karet karena bahan dari karet ini tidak akan mengakibatkan nyeri. Nyeri harus dihindari pada pemeriksaan refleks karena akan mengakibatkan bias interpretasi. Pasien harus dalam keadaan rileks pada area yang akan diperiksa, dan area tersebut harus bebas sehingga dapat memberikan reaksi refleks yang maksimal. Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya. Stimulasi harus dilakukan dengan cepat dan secara langsung, ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.Intensitas harus dalam rentang normal, yaitu yang tidak mengakibatkan sakit atau nyeri. Reaksi yang terbentuk akan bergantung pada tonus otot, sehingga akan memerlukan 'kontraksi minimal' yang biasanya diperiksa. Jika pemeriksa ingin membandingkan sisi kanan dan kiri, posisi ekstremitas harus simetri kiri dan kanan. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.

Interpretasi:

Sebuah refleks dapat diinterpretasikan sebagai refleks menurun, normal, meningkat, atau hiperaktif. Berikut adalah kriteria secara kuantitatif:

0: Tidak berespon+1: Agak menurunm di bawah normal+2: Normal, rata-rata+3: lebih cepat dibanding normal; masih fisiologis (tidak perlu dianalisis & tindak lanjut)+4: Hiperaktif sangat cepat, biasanya disertai klonus, dan sering mengindikasikan adanya suatu penyakit

CARA KERJARefleks superficial

RefleksStimulusResponsAfferentEfferent

Refleks dinding perutGoresan dinding perut daerah, epigastrik, supraumbilical, infra Umbilical dari lateral ke medial.

kontraksi dinding perut n. intercostal T 5 7 ( epigastrik ) n. intercostal T 7 9 ( supra umbilical ) n. intercostal T 9 11 ( umbilical ) n. intercostals T 11 L 1 (infra umbilical) n. iliohypogastricus n. ilioinguinalis

idem

Refleks cremastergoresan pada kulit paha sebelah medial dari atas kebawahelevasi testis Ipsilateral n. ilioinguinal ( L 1-2 )

n. genitofemoralis

Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )

Refleks biseps ( B P R ) :

ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon. biseps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.

fleksi lengan pada sendi siku n. musculucutaneus ( c 5-6 )

idem

Refleks triceps ( T P R )ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi

extensi lengan bawah disendi siku n. radialis ( C 6-7-8 )

idem

Refleks patella ( K P R )ketukan pada tendon patellaekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps Femoris n. femoralis ( L 2-3-4 )

idem

Refleks achilles (APR))

ketukan pada tendon achillesplantar fleksi kaki karena kontraksi m.gastrocnemius

n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )

idem

Refleks patologis1. BabinskiStimulus : menggores bagian lateral telapak kaki mengarah kearah medialRespons: ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari jari kaki.2. ChaddockStimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolus lateralis dari posterior ke anterior.Respons : seperti babinski3. SchaefferStimulus : memencet tendon achilles secara kerasRespons: seperti babinski4. OppenheimStimulus : pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke distalRespons : seperti babinski5. GordonStimulus : penekanan betis secara kerasRespons : seperti babinski6. GondaStimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempatRespons: seperti babinski7. StranskyStimulus : penekukan ( lateral ) maksimal jari kaki kelimaRespons: seperti babinski8. RossolimoStimulus : pengetukan pada telapak kakiRespons: fleksi jari jari kaki pada sendi interphalangealnya9. Mendel - BechterewStimulus : pengetukan dorsum pedis pada daerah os cuboideumRespons : seperti rossolimo10. HoffmanStimulus : goresan pada kuku jari tengah pasienRespons : ibu jari, telunjuk dan jari jari lainnya berefleks

Referensi:RUBEN D. RESTREPO, Neurologic Assessmen, Chapter 6, B978-1-4160-5923-3.00006-7, 00006