dhiya ul hafifah - 23010214090057
DESCRIPTION
kiTRANSCRIPT
-
i
PENCEMARAN AKIBAT LIMBAH PETERNAKAN DAN
PENANGANANNYA
Disusun Oleh :
NAMA : Dhiya Ul Hafifah
NIM : 23010214090057
KELAS : MUP B
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
-
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah Swt, Akhir nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul PENCEMARAN AKIBAT LIMBAH
PETERNAKAN DAN PENANGANANNYA dengan lancar. Dan terima kasih kepada:
1. Kepala Rektor Fakultas Peternakan dan pertanian karena telah
memberikan fasilitas kepada saya
2. Kepala dekan Manejemen Usaha Peternakan yang selalu memberikan
motifasi kepada setiap mahasiswa
3. Dosen wali saya yang telah menjadi orang tua kedua bagi saya
4. Dosen pengampu mata kuliah TIK yang telah membuat tugas ini.
5. Orang tua saya yang selalu menyemangati saya
6. Dan teman teman saya yang membantu saya dalam setiap duka maupun
lara
Akhir kata semoga makalah yang berjudul PENCEMARAN AKIBAT LIMBAH
PETERNAKAN DAN PENANGANANNYA ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir
kata kami sampaikan terimakasih.
Penyusun
-
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ...............................................................................2
1.3 Metode Penulisan ..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................6
2.1 Jenis limbah usaaha peternakan .......................................................6
2.2 dampak limbah peternkan .................................................................7
BAB III PENGENALAN LIMBAH PETERNAKAN
3.1 Pemanfaatan untuk pakan dan media laring tanah ............................9
3.2 pemanfaatan sebagai pupuk organik .................................................10
3.3 pemanfaatan untuk gas ......................................................................11
3.4 pemanfaatan lain ...............................................................................12
BAB III PENUTUP ...........................................................................................14
3.1 Kesimpulan .......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................15
LAMPIRAN GAMBAR....................................................................................16
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena
tingginya permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi
keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak
masyarakat di perdesaaan di Indonesia. Namun demikian, sebagaimana usaha
lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan limbah yang dapat menjadi sumber
pencemaran. Oleh karena itu, seiring dengan kebijakan otonomi, maka
pemgembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakan
perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga kenyamanan
permukiman masyarakatnya. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan
memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai tambah bagi
usaha tersebut.Kebijakan otonomi daerah perlu diantisipasi oleh aparat pemerintah
daerah, khususnya di kabupaten/kota yang menjadi ujung tombak pembangunan,
sehingga kabupaten/kota dapat berbenah diri dalam menggali segala potensi baik
potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusia. Dengan
demikian potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di daerah
tersebut dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan pembangunan
daerah dan kesejahteraan masyarakat.Kebanyakan masyarakat yang berada di
pedesaan semuanya menyatu dengan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya
dengan pertanian secara luas karena memang itulah keahlian mereka yang dapat
-
2
digunakan untuk mempertahankan kehidupannya. Tidak heran seorang petani
selain mengolah sawahnya, mereka juga memelihara ternak misalnya ternak
bebek, ayam kampung atau yang sering dikenal ayam buras, ada juga yang
memelihara domba, kambing, sapi ataupun kerbau.Dilain pihak krisis ekonomi
yang telah melanda bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah
memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua, dimana betapa
rapuhnya pondasi perekonomian yang tidak dilandasi oleh potensi sumber daya
lokal.Sejauh ini kebijakan pemerintah yang lebih berorentasi pada sistem
pertanian konvensional di mana banyak mengandalkan input produksi seperti
pupuk organik ataupun pestisida dalam jumlah tinggi untuk memacu target
produksi. Dalam kenyataan hal tersebut justru telah memberikan dampak negatif
terhadap ekosistem lahan pertanian yang ada sehingga lambat laun akan
menurunkan produktivitas pertanian dan akibatnya akan berdampak pada
pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun pada kenyataannya sektor pertanian
ternyata telah mampu menunjukan ketangguhannya dalam mengahadapi badai
krisis.Negara kita adalah negara agraris, di mana sebagian besar penduduknya
mengandalkan sektor pertanian, namun rata-rata kepemilikan penduduk atas lahan
pertanian kurang dari 0,3 hektar, terutama di pulau Jawa. Dari kondisi
kepemilikan lahan yang sempit ditambah dengan sistem pertanian yang masih
mengandalkan input produksi tinggi menyebabkan petani berada dalam lingkaran
kemiskinan yang tiada putus-putusnya. Petani dengan pendapatan rendah tidak
akan mampu menabung, meningkatkan pendidikan dan keterampilan apalagi
meningkatkan investasinya guna meningkatkan produksi.Dalam keterbatasan yang
-
3
dilematis tersebut diperlukan jalan keluar yang bijaksana dengan membangun
paradigma baru, yaitu sistem pertanian yang berwawasan ekologis, ekonomis dan
berkesinambungan, ini sering juga disebut sustainable mix farming atau mix
farming.
Sistem mix-Farming, ini diarahkan pada upaya memperpanjang siklus
biologis dengan mengoptimalkan pemanfaatan hasil samping pertanian dan
peternakan atau hasil ikutannya, dimana setiap mata rantai siklus menghasilkan
produk baru yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga dengan sistem ini
diharapkan pemberdayaan dan pemanfaatan lahan marginal di seluruh daerah
(kabupaten/kota) dapat lebih dioptimalkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk
mendukung kebijakan pemerintah dalam hal kecukupan pangan dengan cara
mengembangkan sistem pertanian yang terintegrasi misalnya tanaman pangan
pakan dan ternak, juga dapat memanfaatkan hasil samping atau hasil ikutan
peternakan seperti kompos (manure), dimana dapat digunakan sebagai bahan baku
pupuk organik dan limbah pertaniannya dapat dipakai sebagai pakan
ternak.Sehubungan hal tersebut di atas konsep pertanian masa depan harus
dirumuskan secara komprehenship, dimana dapat mengantisipasi berbagai
tantangan, seperti pasar global dan otonomi daerah, salah satu model yang dapat
mengantisipasi tantangan pasar global adalah pengembangan sistem pertanian
yang berkelanjutan (sustainable mixed farming) dengan berbagai industri
peternakan. Bagi masyarakat pedesaan ternak-ternak seperti kerbau, sapi potong,
sapi perah, kambing, domba, itik, bebek ataupun ayam buras memilki peranan
strategis karena ternak-ternak tersebut dapat digunakan sebagai tabungan hidup,
-
4
sumber tenaga kerja bagi ternak kerbau dan sapi potong. Ternak juga dapat
dipakai sebagai penghasil pupuk organik dimana sangat baik untuk meningkatkan
produksi pertanian, selain itu ternak juga dapat dijadikan dalam meningkatkan
status sosial.Dalam presfektif ekonomi makro, peternakan merupakan sumber
pangan yang berkualitas, misalnya daging ataupun susu merupakan bahan baku
industri pengolahan pangan, di mana dapat menghasilkan abon, dendeng, bakso,
sosis, keju, mentega ataupun krim dan juga dapat menghasilkan kerajinan-
kerajinan kulit tanduk ataupun tulang. Jadi dari semua kegiatan-kegiatan yang ada
kaitannya dengan pertanian dan peternakan dapat menciptakan lapangan kerja.
Pembangunan pertanian dalam konteks otonomi daerah yang disesuaikan dengan
permintaan pasar global sehingga pengembangan sistem pertanian terpadu
sangatlah menjanjikan, meskipun tetap harus memperhatikan aspek agro
ekosistem wilayah dan sosio kultur masyarakatnya (Sofyadi, 2005).Selama ini
banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan
karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan limbah dari usahanya,
bahkan ada yang membuang limbah usahanya ke sungai, sehingga terjadi
pencemaran lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas
peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan
kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga sekitar. Baik
berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan gatal-gatal ketika mandi
di sungai yang tercemar limbah peternakan.Berkenaan dengan hal tersebut, maka
upaya mengatasi limbah ternak yang selama ini dianggap mengganggu karena
menjadi sumber pencemaran lingkungan perlu ditangani dengan cara yang tepat
-
5
sehingga dapat memberi manfaat lain berupa keuntungan ekonomis dari
penanganan tersebut. Penanganan limbah ini diperlukan bukan saja karena
tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga karena pengembangan
peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan, sehingga keberadaannya
tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya.
1.2.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menelaah lebih jauh tentang
pencemaran yang diakibatkan oleh limbah usaha peternakan serta upaya
penanganan yang dapat dilakukan untukMengatasinya.
1.3.Metode Penulisan
Penulisan dilakukan secara diskriptif dengan mengambil bahan dari
pustakan maupun dari sumberlain yang berkaitan dengan judul makalah.
-
6
BAB II
PEMBAHASAN
LIMBAH TERNAK
2.1. Jenis Limbah Usaha Peternakan
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan
seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk
ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair
seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,
tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin
berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.
Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar
usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan
urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar
manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan
domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah
menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi
menghasilkan 25 kg feses(Sihombing,2000).Menurut Soehadji (1992), limbah
peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha
peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah
padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat
(kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah
cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni
atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua
-
7
limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.Pencemaran karena gas metan
menyebabkan bau yang tidak enak bagi lingkungan sekitar. Gas metan (CH4)
berasal dari proses pencernaan ternak ruminansia. Gas metan ini adalah salah satu
gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon,
dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat. Apalagi di Indonesia, emisi metan
per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan
yang diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah,
semakin tinggi produksi metan (Suryahadi dkk., 2002).
2.2. Dampak Limbah Peternakan
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial
untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran.
Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa
total sapi dengan berat badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya
dapat mencemari 9.084 x 10 7 m
3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering
mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang
biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang
paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara
kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur
lalat. Kehadiran limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan
pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan
penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu
pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang
-
8
dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3)Salah satu
akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya
kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang
spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan
kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan
konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam
air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air (Farida,1978).
Hasil penelitian dari limbah cair Rumah Pemotongan Hewan Cakung, Jakarta
yang dialirkan ke sungai Buaran mengakibatkan kualitas air menurun, yang
disebabkan oleh kandungan sulfida dan amoniak bebas di atas kadar maksimum
kriteria kualitas air. Selain itu adanya Salmonella spp. yang membahayakan
kesehatan manusia.Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana
penularan penyakit, misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang
terluka atau tergores. Spora anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang
belum dimasak yang mengandung spora. Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di
Bogor tahun 2001 dan juga pernah menyerang Sumba Timur tahun 1980 dan
burung unta di Purwakarta tahun 2000 (Soeharsono, 2002)
-
9
BAB III
PENANGANAN LIMBAH PETERNAKAN
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi
limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak
masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan.
Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat
yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk
bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media pelbagai tujuan
(Sihombing, 2002).
3.1. Pemanfaatan Untuk Pakan dan Media Cacing Tanah
Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein,
lemak BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan
sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses
mengandung 77 zat atau senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik
untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak
memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti
sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secara
anaerob.
Penggunaan feses sapi untuk media hidupnya cacing tanah, telah diteliti
menghasilkan biomassa tertinggi dibandingkan campuran feces yang ditambah
bahan organik lain, seperti feses 50% + jerami padi 50%, feses 50% + limbah
organik pasar 50%, maupun feses 50% + isi rumen 50% (Farida, 2000).
-
10
3.2. Pemanfaatan Sebagai Pupuk Organik
Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai
pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai
pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan
unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan
memperbaiki struktur tanah tersebut.
Kandungan Nitrogen, Posphat, dan Kalium sebagai unsur makro yang diperlukan
tanaman, tersaji dalam tabel berikut
Kadar N, P dan K dalam Pupuk Kandang dari Beberapa Jenis Ternak
Jenis Pupuk Kandang Kandungan (%)
N P2O5 K2O
Kotoran Sapi Kotoran Kuda
Kotoran Kambing
Kotoran Ayam
Kotoran Itik
0.6 0.4
0.5
1.6
1.0
0.3 0.3
0.3
0.5
1.4
0.1 0.3
0.2
0.2
0.6
Sumber : Nurhasanah, Widodo, Asari, dan Rahmarestia, 2006
-
11
Grafik .1 kandungan %
Kotoran ternak dapat juga dicampur dengan bahan organik lain untuk
mempercepat proses pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos
tersebut .
3.3. Pemanfaatan Untuk Gasbio
Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan
memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu
bentuk pengolahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut
sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar gasbio. Kotoran ternak
ruminansia sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas.
Ternak ruminansia mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan
mikroorganisme dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
kotoron sapi kotoran kuda
kotoran kambing kotoron ayam kotoran itik
K2O
P2o5
N
-
12
selulosa dan lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu pada
tinja ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang
cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa tinja sapi mengandung
22.59% sellulosa, 18.32% hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon
organik, 1.26% total nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K .
Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang
merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas
yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2) (Simamora,
1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700
kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m
3.
Produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak,
penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang
berjumlah lima orang perhari.Pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada
situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap
pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan
bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek
menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer.
Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk
pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam.
Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat,
propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida,
hidrogen dan amoniak.
-
13
Model pemroses gas bio yang banyak digunakan adalah model yang
dikenal sebagai fixed-dome. Model ini banyak digunakan karena usia pakainya
yang lama dan daya tampungnya yang cukup besar. Meskipun biaya
pembuatannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Untuk mengatasi mahalnya pembangunan pemroses biogas dengan model feixed-
dome, tersebut sebuah perusahaan di Jawa Tengah bekerja sama dengan Balai
Pengkajian dan Penerapan Teknolgi Ungaran mengembangkan model yang lebih
kecil untuk 4-5 ekor ternak, yang siap pakai, dan lebih murah karena berbahan
plastic yang dipendam di dalam tanah..
Di perdesaan, gasbio dapat digunakan untuk keperluan penerangan dan memasak
sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada minyak tanah ataupun listrik
dan kayu bakar. Bahkan jika dimodifikasi dengan peralatan yang memadai, biogas
juga dapat untuk menggerakkan mesin.
3.4. Pemanfaatan Lainnya
Selain dimanfaatkan untuk pupuk, bahan pakan, atau gasbio, kotoran
ternak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya
menjadi briket dan kemudian dijemur/dikeringkan. Briket ini telah dipraktekkan
di India dan dapat mengurangi kebutuhan akan kayu bakar.Pemanfaatan lain
adalah penggunaan urin dari ternak untuk campuran dalam pembuatan pupuk cair
maupun penggunaan lainnya
-
14
BAB IV
KESIMPULAN
Limbah usaha peternakan berpeluang mencemari lingkungan jika tidak
dimanfaatkan. Namun memperhatikan komposisinya, kotoran ternak masih dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pakan, media pertumbuhan cacing, pupuk organik,
gas bio, dan briket energi. Pemanfaatan limbah ternak akan mengurangi tingkat
pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah, maupun udara. Pemanfaatan
tersebut juga menghasilkan nilai tambah yang bernilai ekonomis.
-
15
DAFTAR PUSTAKA
Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik
Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah
Eisenia foetida savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB,
Bogor.
Sofyadi Cahyan, 2003. Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa
Depan. Badan Litbang Departemen Pertanian. Bogor.
Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha
Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut
Pertanian Bogor
Soehadji, 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan
Penanganan Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen
Pertanian. Jakarta.
-
16
DOMBA
-
17
KAMBING
-
18
AYAM
-
19
BEBEK
-
20
SAPI
-
21
-
22
KERBAU