dhf anak ade sucipta emal
DESCRIPTION
LP DHF fdddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUANDENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)
OLEH
ADE SUCIPTA EMAL144 2014 0016
CI LAHAN CI INSTITUSI
(SISILIA TANDIRAPAK, S.KEP) (A. INDRA MALLAPIANG, S.KEP, NS, M.KEP)
PROGRAM STUDI PROFESI NERSFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAMAKASSAR
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
DHF adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam dan
manifestasi perdarahan, serta bertendensi mengakibatkan renjatan yang
mengakibatkan kematian (Mansjoer, Arif. 2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
Demam dengue dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) Adalah penyakit infeksi yang disebabkan virus
dengue dengan penularan infeksi utama yaitu melalui gigitan Aedes
aegypti dan Aedes albopictus (Suhendro et al, 2007).
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai
empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,
tergantung dari serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)
Demam Dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue
haemorhagic fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limpadenopati, trombositopenia, dan
ditesis hemorajik (Nanda NIC NOC Jilid 1, 2013)
Jadi dapat disimpulkan deman dengue/DF/DHF (Dengue haemorhagic
fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
penularan infeksi utama yaitu melalui gigitan Aedes aegypti dan Aedes
albopictus dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limpadenopati, trombositopenia, dan
ditesis hemorajik.
B. ETIOLOGI
1. Virus dengue
Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui
gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty ). Virus
dengue ini termasuk dalam kelompok arbovirus golongan B tergolong
dalam family Flavividae berdiameter 40 nonometer dapat berkembang
biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang
berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990). Dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di
Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3
dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus
dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in
aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan
serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang
kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang
lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000). Nyamuk Aedes Aegypti
maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue
dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk
Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan
dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan
Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di
lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan
genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk
betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever
(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi
virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua
kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat
infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto,
1990).
C. PATOFISIOLOGI
Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes (
Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty ) masuk ke dalam tubuh ke dalam
peredaran darah. Kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan
terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi
sistem komplement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan
C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel
dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunya volume plasma,
terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis homoragik. Renjatan
terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma
klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia
jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
PATHWAYS (NANDA NIC NOC, 2013)
Arbovirus ( mll nyamuk aydes aegypty)
Hipertermi
PEG2, Hipothalamus
Beredar dlm aliran darah Infeksi Virus dengue
Membentuk & melepasakan zat C3a , C5a
Mengaktifkan sistem komplemen
Peningkatan reabsorbsi Na+ dan H2O
Permeabilitas membrane meningkat
Agregasi trombosit Risiko syok hipovolemikKerusakan endotel pembuluh darah
Trombositopeni
Merangsang dan aktifkan factor pembekuan
Rejatan hipovolemik dan hipotensi
DIC
Risiko perdarahan Perdarahan
Risiko perfusi jaringan tidak efektif
Hipoksia jaringanAsidosis Metabolik
Risiko syok hipovolemikKekurangan vol. cairan Ke ekstravaskuler
AbdomenHepar Paru – paru
Efusi pleura
Ketidakefektifan pola nafas
Hepatomegali Ascites
Mual, muntah
Tekanan intraabdomen
Nyeri akut
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
keb.tubuh
D. FASE PENYAKIT DHF
Fase 1 : hari ke-1 sampai ke-3
Pada fase ini terjadi demam akut yang semakin meninggi disertai gejala lain
berupa sakit kepala, badan ngilu, persendian nyeri, mual muntah, radang
tenggorok.
Fase 2 : hari ke-4 sampai ke-5
Demam mulai turun, yang sering salah dipersepsikan bahwa penyakit sudah
sembuh. Pada fase ini dapat timbul bintik merah di kulit yang jika ditekan
tidak hilang. Jika parah, dapat timbul perdarahan dari hidung atau mulut atau
gangguan kesadaran. Pada kasus yang fatal, pasien mengalami kegagalan
sirkulasi.
Fase 3 : hari ke-6 dan seterusnya
Jika penderita dapat melewati fase 2, kondisi pasien akan membaik ditandai
dengan nafsu makan pulih, kencing normal, gejala sakit kepala, badan tidak
nyaman serta mual muntah menghilang.
Sumber : http://www.reimie.com/2013/01/fase-fase-demam-berdarah.html
diakses tanggal 18 Februari 2015 Pukul 16.00 WITA
E. KLASIFIKASI PENYAKIT DHF
Menurut WHO tahun 1986, Demam berdarah dengue dikelompokkan
menjadi 4 tingkatan sebagai berikut :
1. Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestsi
perdarahan pada uji turniquet positif.
2. Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit dan
perdarahan lain.
3. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, serta gelisah.
4. Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah
yang tidak dapat diukur.
Menurut Hendarwanto (2004 ) klasifikasi penyakit DHF adalah :
1. Derajat I ( ringan ) : Demam mendadak 2 – 7 hari, uji tourniquet
positif, kepala pusing, badan mulai pegal –
pegal, batuk, muntah, suhu tubuh 38° – 39° C.
2. Derajat II ( sedang ) : Perdarahan gusi, hematemesis / melena, ujung
jari dan hidung teraba dingin, gelisah, muntah,
gangguan aliran darah perifer, ganguan rasa
aman dan nyaman.
3. Derajat III ( berat ) : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan
adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun ( kurang dari 20 mmHg )
atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan
lembab, gelisah.
4. Derajat IV ( syok ) : Anak syok dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat diukur.
F. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai
dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah
dengue sampai syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan
derajat Demam berdarah dengue.
a. Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise
muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
b. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin,
lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan
nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai,
ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada
tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular
mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer.
Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin
membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras agak nyeri.
Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang
nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus
berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa
sebab jelas).
b. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari
adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif,
ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit).
d. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
Sumber : http://www.riyawan.com/2013/06/asuhan-keperawatan-pada-
kasus-dhf-dbd.html. diakses pada tanggal 9 Juni 2014 Pukul 16.20 WITA
G. KOMPLIKASI
1. Sindrom Syok Dengue (SSD)
Seluruh kriteria Demam Berdarah Dengue (DBD) disertai kegagalan
sirkulasi dengan manifestasi :
a. Nadi yang cepat dan lemah
b. Tekanan darah turun (≤ 20 mmHg)
c. Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur)
d. Kulit dingin dan lembab
e. Gelisah
2. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD
yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia,
hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya
ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka
kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah –
otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang
menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar
darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan
dengan kegagalan hati akut.
3. Oedema paru
Oedema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai
akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit
ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan
menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi.
Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler,
apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat
penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit),
pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak
mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin
beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock
syndrome.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
Terjadi trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang) dan hemokonsentrasi
(hematocrit meningkat 20% atau lebih). Uji tourniquet yang positif. Pada
pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta
hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum dan pH darah mungkin meningkat,
sedangkan reserve alkali merendah.
2. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminaria ringan.
3. Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian pada hari ke 5 dengan
gangguan maturasi.
4. Serologi
a. Serum ganda : pada masa akut dan konvalesen. Kenaiakan antibody
antidengue sebanyak minimal 4 kali. Uji peningkatan komplemen (PK),
uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.
b. Serum tunggal : ada atau tidaknya atau titer tertentu antibody
antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig M antidengue.
5. Isolasi virus
Bahannya adalah darah pasien, jaringan – jaringan baik dari pasien hidup
melalui biopsi, dari pasien yang meninggal melalui otopsi
( Hendarwanto2004 ).
6. Rontgen Thorak
Efusi pleura
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan DHF tanpa penyakit :
a. Tirah baring
b. Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk
minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam ( susu, air dengan gula atau
sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat
diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinia atau
diperon dan jang diberikan asetosal karena bahaya pendarahan.
d. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi
sekunder.
2. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infuse dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah
renjatan diatasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan
tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 – 6 jam pada hari pertama selanjutnya
tiap 24 jam.
Pada pasien DSS (Dengue Syok Syndrome ) diberi cairan intravena
yang diberikan dengan diguyur, seperti Na Cl, laktat ringer yang
dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak
tampak pernaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau
dekstran atau preparat hemase, sejumlah 15 – 29 ml/kg berat beban dan
dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada
pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfuse
darah. ( Mansjoer, 2001 )
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Pentingnya mengetahui identitas pasien karena DHF merupakan penyakit
daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa
( Effendy, 1995).
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF adalah pasien mengeluh
panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun.
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit terdahulu untuk mengethaui penyakit
yang diderita secara specific.
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti
kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
3. Pengkajian Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Pernafasan
Frekuensi pernafasan meningkat
b. Nutrisi
Gn Pasien dengan DBD mengalami anoreksia, mual dan muntah
c. Eliminasi
BAK :Pada grade IV sering terjadi hemafuria
BAB : Pada grade III-IV sering terjadi melena.
d. Gerak dan aktivitas
Pergerakan yang berhubungan dengan sikap aktifitas pasien
terganggu. Nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktifitas bermain.
e. Istirahat dan Tidur
Pada tidur pasien mengalami perubahan karena hipertermia dan
pengaruh lingkungan rumah sakit. Dapat terganggu karena panas,
sakit kepala dan nyeri.
f. Kebersihan diri
Pemenuhan kebersihan dan kesehatan tubuh pasien dibantu.
g. Pengaturan Suhu Tubuh
Biasanya pasien mengalami hipertermi.
h. Rasa aman
Gejala sakit kepala mungkin akan memperburuk keadaan pasien
tampak terus terjaga, menangis/mengeluh.
i. Rasa Nyaman
Rasa nyeri yang timbul akibat penekanan intra abdomen pada
pasien hepatomegali
j. Sosialisasi dan komunikasi
k. Bekerja
l. Ibadah
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran :
Grade I : Compos mentis
Grade II : Compos mentis
Grade III : Apatis
Grade IV : Koma.
c. Tanda – tanda Vital :
TD : Menurun, Hipotensi
R : Meningkat
N : Nadi cepat dan lemah.
S : Meningkat (39,4 – 41,1 0C)
d. Pemeriksaan fisik (head to toe)
Wajah : Ekspresi wajah meringis
Kulit : Adanya peteki (bintik merah), turgor kulit
menurun, hematoma, ekimosit
Kepala : Terasa nyeri
Mata : Anemis
Hidung : Kadang mengalami perdarahan
Mulut : Mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan
nyeri tekan, lidah kotor
Dada : Bentuk simetis dan kadang-kadang sesak, ronchi,
nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering
berat.
Abdomen : Nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Anus & genetalia : Dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
Ekstremitas : Akral dingin, sering terjadi nyeri otot, sendi, dan
tulang, sianosis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah
2. Nyeri akut
3. Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue
4. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
5. Risiko syok (hipovolemik) b.d perdarahan yang berlebihan , pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan menurun
7. Risiko perdarahan b.d penurunan factor – factor pembekuan darah
(trombositopeni)
8. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme
otot – otot pernafasan ,nyeri, hipoventilasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Nyeri akut NOC :
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri.
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
NIC :
Pain Management:
- Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, dan faktor
presipitasi.
- Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Teknik komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui pengalaman
nyeri pasien.
- Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
- Kontrol faktor
lingkungan yang
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan.
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri.
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologis/non
farmakologis).
- Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri.
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
- Evaluasi tindakan
pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
- Kolaborasi dengan
dokter bila ada
komplain tentang
pemberian analgetik
tidak berhasil.
Administrasi analgetik :.
- Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis,
dan frekuensi.
- Cek riwayat alergi.
- Tentukan analgetik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.
- Monitor TV
- Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat
nyeri muncul.
- Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor peberimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administration :
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
- Cek alergi
- Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
Satu
- Tentukan pemilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya nyeri
- Berikan analgesic tepat
waktu terutam saat
nyeri hebat.
- Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan
gejala
Kekurangan Volume
Cairan
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional status: Food
and Fluid intake
Kriteria hasil:
Mempertahankan urine
output sesuai dengan
usia, BB, BJ urine
normal, HT normal
Tekanan darah, Nadi,
suhu tubuh dalam batas
normal
Tidak ada tanda
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik,
membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus berlebih
NIC:
Fluid management
- Timbang pembalut
jika diperlukan
- Pertahankan catatan
intake dan output
yang akurat
- Monitor status
hidrasi
( kelembaban
membrane mukosa,
nadi adekuat,
tekanan darah
ortostatik), jika
diperlukan
- Monitor vital sign
- Monitor masukan
makanan/ cairan dan
hitung intake kalori
harian
- Kolaborasi
pemberian cairan IV
- Monitor status
nutrisi
- Dorong masukan
oral
- Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
- Tawarkan makanan
ringan
- Kolaborasi dengan
dokter
- Atur kemingkinan
transfuse
- Persiapan untuk
transfuse
Hypopolemia Management:
- Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
- Monitor tingkat Hb
dan Ht
- Monitor tanda vital
sign
- Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
- Pemberian cairan IV
monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan
Monitor adanya tanda gagal
ginjal
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
NOC
Tissue perfusion : peripheal
Kriteria hasil :
- Menunjukkan
keseimbangan cairan
- Menunjukkkan integritas
jaringan: kulit dan
membran mukosa jaringan
- Menunjukkan perfusi
jaringan: perifer
NIC
Peripheral Sensation Management (manajemen Sensasi Perifer)
- Monitor adanya daerah
tertentu yang hanya
peka terhadap
panas/dingin/tajam/tum
pul
- Monitor adanya
paretese
- Instruksikan keluarga
buntuk mengobservasi
kulit jika ada isi atau
laserasi
- Gunakan sarung tangan
untuk proteksi
- Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
- Monitor kemampuan
BAB
- Kolaborasi pemberian
analgetik
- Monitor adanya
tromboplebitis
- Diskusi mengenai
penyebab perubahan
sensasi
Hipertermia NOC:
Thermoregulation
Kriteria Hasil
Suhu tubuh dalam rentang
normal
Nadi dan RR dalam
rentang normal
Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing
NIC:
Fever treatment:
- Monitor suhu sesering
mungkin
- Monitor IWL
- Monitor waarna dan
suhu kulit
- Monitor tekanan darah,
nadi dan RR
- Monitor penurunan
tingkat kesadaran
- Monitor WBC, Hb, dan
Hct
- Monitor intake dan
output
- Berikan antipiretik
- Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
- Selimuti pasien
- Lakukan tapid sponge
- Kolaborasi pemberian
intravena
- Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
- Tingkatkan sirkulasi
udara
- Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2013. Asuhan Keperawatan pada Kasus DHF.
http://www.riyawan.com/2013/06/asuhan-keperawatan-pada-kasus-dhf-dbd.html.
diakses pada tanggal 9 Juni 2014 Pukul 16.20 WITA
Anonym. 2013. Fase-fase Demam Berdarah. http://www.reimie.com/2013/01/fase-fase-
demam-berdarah.html diakses tanggal 9 Juni 2014 Pukul 16.00 WITA
Antoe. 2007. Delta Medika Seputar Layanan Kesehatan Indonesia. Diakses pada tanggal9
Juni 2014 Pukul 16.27 WITA
Effendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyaraka Edisi 2. EGC:
Jakarta
Hendarwanto.2004. Ilmu Penyakit Dalam jilid I edisi ketiga. FKUI ; Jakarta.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2001. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta : Media Aescullapius.
NANDA NIC-NOC. 2013 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta : Mediaction Publisher
Suhendro, Nainggolan L, Chen K, danPohan HT. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Cetakan ke-2.Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Sulianti, Saroso. 2007. Filariasis. http://www.infeksi.com. Diakses tanggal 9 Juni 2014
Pukul 16.28 WITA.
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto.
Jakarta.
WHO.1986. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. www. depkes. go. Id /773-
http://www.sehatgroup.web.id. kasus-demam-berdarah-dengue-diindonesia.html.
diakses pada tanggal 09 Juni 2014 pukul 16.10 WITA.