determination of christian public holidays in …

143
Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 131 ABSTRACT Astronomically, Easter Sunday falls on the first Sunday after the first full moon, after the sun through the Vernal Equinox. If the full moon occurs on Sunday, Easter falls on the following Sunday. These holidays are determined by the Ministry of Religious Affairs (Kemenag) based on recommendation of Fellowship Church in Indonesia (PGI) and Indonesian Bishops Conference (KWI). In order to fulfill this aim, we make a simple time keeping program based on Meeus algorithm to calculate Christian public holidays in Indonesia on Gregorian Calendar, to evaluate previous Christian holidays data in Indonesia calendar from 1960 to 2015, and to predict future Christian holidays. Our result shows no difference with previous Indonesia calendar data. It proves that Christian holidays never encountered an error date. Therefore, this program can be recommended to be a Christian public holidays time keeping program in Indonesia for future. KEY WORDS: Christian public holidays, Meeus algorithm, Calendar PENENTUAN HARI LIBUR NASIONAL UMAT KRISTEN DI INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA ASTRONOMI MEEUS ABSTRAK Secara astronomis, perayaan Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama, setelah Matahari melalui Vernal Equinox. Di Indonesia tanggal libur keagamaan umat Kristen ditentukan oleh Kementerian Agama atas rekomendasi Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang bersumber dari kalender Kristen Internasional. Penulis bertujuan membuat program tanda waktu sederhana berdasarkan Algoritma Meeus untuk menentukan hari libur nasional umat Kristen di Indonesia pada kalender masehi, juga untuk evaluasi data hari libur umat Kristen dalam sejarah kalender Indonesia yang tercatat pada almanak BMKG dan almanak PGI 50 tahun ke belakang serta prediksi hari libur umat Kristen hingga 50 tahun ke depan. Hasil menunjukkan bahwa tidak ditemui perbedaan pada Kalender Indonesia. Ini membuktikan bahwa hari libur umat Kristen di Indonesia tidak pernah menyimpang dari ketentuan. Dengan ini maka program Algoritma Meeus dapat direkomendasikan sebagai program tanda waktu hari libur nasional umat Kristen di Indonesia. KATA KUNCI: Kalender, Algoritma Meeus, Hari Libur Kristen DETERMINATION OF CHRISTIAN PUBLIC HOLIDAYS IN INDONESIA USING MEEUS ASTRONOMICAL ALGORITHMS A D M I R A L M U S A J U L I U S, R U K M A N N U G R A H A, I P U T U P U D J A* A D M I R A L M U S A J U L I U S, R U K M A N N U G R A H A, I P U T U P U D J A *Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jl. Angkasa 1 No. 2, Kemayoran, Jakarta 10720. Email:[email protected]

Upload: others

Post on 28-Dec-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 131

ABSTRACT

Astronomically, Easter Sunday falls on the first Sunday after the first full moon, after the sun through theVernal Equinox. If the full moon occurs on Sunday, Easter falls on the following Sunday. These holidays aredetermined by the Ministry of Religious Affairs (Kemenag) based on recommendation of Fellowship Church inIndonesia (PGI) and Indonesian Bishops Conference (KWI). In order to fulfill this aim, we make a simple timekeeping program based on Meeus algorithm to calculate Christian public holidays in Indonesia on GregorianCalendar, to evaluate previous Christian holidays data in Indonesia calendar from 1960 to 2015, and to predictfuture Christian holidays. Our result shows no difference with previous Indonesia calendar data. It proves thatChristian holidays never encountered an error date. Therefore, this program can be recommended to be a Christianpublic holidays time keeping program in Indonesia for future.

KEY WORDS:Christian public holidays, Meeus algorithm, Calendar

PENENTUAN HARI LIBUR NASIONAL UMAT KRISTENDI INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA

ASTRONOMI MEEUS

ABSTRAK

Secara astronomis, perayaan Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnamapertama, setelah Matahari melalui Vernal Equinox. Di Indonesia tanggal libur keagamaan umatKristen ditentukan oleh Kementerian Agama atas rekomendasi Persekutuan Gereja di Indonesia(PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang bersumber dari kalender Kristen Internasional.Penulis bertujuan membuat program tanda waktu sederhana berdasarkan Algoritma Meeus untukmenentukan hari libur nasional umat Kristen di Indonesia pada kalender masehi, juga untuk evaluasidata hari libur umat Kristen dalam sejarah kalender Indonesia yang tercatat pada almanak BMKGdan almanak PGI 50 tahun ke belakang serta prediksi hari libur umat Kristen hingga 50 tahun kedepan. Hasil menunjukkan bahwa tidak ditemui perbedaan pada Kalender Indonesia. Inimembuktikan bahwa hari libur umat Kristen di Indonesia tidak pernah menyimpang dari ketentuan.Dengan ini maka program Algoritma Meeus dapat direkomendasikan sebagai program tanda waktuhari libur nasional umat Kristen di Indonesia.

KATA KUNCI:Kalender, Algoritma Meeus, Hari Libur Kristen

DETERMINATION OF CHRISTIAN PUBLIC HOLIDAYSIN INDONESIA USING MEEUS ASTRONOMICAL

ALGORITHMS

A D M I R A L M U S A J U L I U S, R U K M A N N U G R A H A, I P U T U P U D J A*

A D M I R A L M U S A J U L I U S, R U K M A N N U G R A H A, I P U T U P U D J A

*Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jl. Angkasa 1 No. 2, Kemayoran, Jakarta 10720.Email:[email protected]

132 Penentuan Hari Libur Nasional...

A. PENDAHULUAN

Hari libur nasional dalam kalender Indonesiadibuat untuk memperingati peristiwa sejarahkeagamaan, perjuangan kemerdekaan dan tahunbaru. Hari libur nasional umat Kristen diIndonesia diantaranya Natal untuk memperingatikelahiran Yesus Kristus, Jumat Agung untukmemperingati wafat Yesus Kristus, MingguPaskah atau dua hari setelah Jumat Agung untukmemperingati kebangkitan Yesus Kristus, sertaAsensi yang jatuh 39 hari setelah Minggu Paskahuntuk memperingati kenaikan Yesus Kristus keSurga. Adapun hari raya Pentakosta yang jatuh49 hari setelah Minggu Paskah tidak dijadikanlibur nasional dalam kalender Indonesia.

Dalam penentuan Natal dan Paskah sebagaidua hari raya utama umat Kristen, terdapatperbedaan metode dalam penentuannya.Penentuan hari Natal mengacu pada sistempenanggalan Matahari. Acuannya adalah waktuyang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingiMatahari satu putaran penuh. Adapun Paskahditentukan berdasar sistem penanggalan Bulan-Matahari, paduan sistem penanggalan Mataharidan penanggalan Bulan (Seidelmann, P. K., 1992).

Secara sederhana, Perayaan Paskah jatuhpada hari Minggu pertama setelah bulanpurnama pertama, setelah Matahari melintasiEkuinoks Vernal. Jika bulan purnama terjadi padahari minggu, Paskah jatuh pada Mingguberikutnya. Akibatnya tanggal Hari Raya Paskahselalu terjadi antara 21 Maret sampai dengan 25April. Hal ini berbeda dengan hari raya Natal,dirayakan setiap tanggal 25 Desember yanghanya mengacu pada sistem penanggalanMatahari (Seidelmann, P. K., 1992).

Di Indonesia sendiri tanggal libur keagamaanumat Kristen ditentukan oleh KementerianAgama atas rekomendasi Persekutuan Gereja diIndonesia (PGI) dan Konferensi WaligerejaIndonesia (KWI) yang bersumber dari kalenderKristen Internasional. Penentuan hari rayaPaskah oleh PGI ditentukan berdasarkankalender Kristen Internasional, bukanberdasarkan perhitungan astronomis oleh PGI(Rachman, R., 2012).

Berdasarkan fakta ini penulis merasaperlunya ada perhitungan astronomis mandiripenentuan hari raya umat Kristen asli Indonesiadengan harapan mengurangi ketergantunganPGI dan KWI terhadap kalender Internasional.

Melalui kajian ini penulis bertujuan membuatprogram tanda waktu sederhana penentuan harilibur umat Kristen di Indonesia pada kalendermasehi, evaluasi data hari libur umat Kristendalam sejarah kalender Indonesia yang tercatatpada almanak Badan Meteorologi Klimatologidan Geofisika (BMKG) dan almanak PGI 50 tahunke belakang dan prakiraan hari libur umatKristen hingga 50 tahun ke depan.

B. KAJIAN LITERATUR

Penulis menggunakan perhitunganalgoritma Jean Meeus karena perhitungannyayang sederhana, literatur mudah didapat danbanyak dijadikan dasar bagi para astronom.Penanggalan matahari dan bulan yang dimuatpada The Astronomical Almanac oleh Meeus(1991) menjadi dasar penulisan metode two bodyintegral yang dituliskan Milani dan Gronchi (2009)untuk menjelaskan mekanisme pengorbitansistem tata surya dan Seidelmann (1992) untukmenjelaskan mekanisme kalender dunia.

Julian DayJulian Day ( JD) didefinisikan sebagai

banyaknya hari yang telah dilalui sejak hari Senintanggal 1 Januari tahun 4713 SM (= - 4712) padapertengahan hari atau pukul 12:00:00 UT(Universal Time) atau GMT. Julian Daydigunakan untuk memudahkan perhitunganyang berkaitan dengan tanggal dan penentuanposisi benda langit (Bulan dan Matahari),kemiringan orbit rotasi bumi, menghitung waktuterjadinya ekuinoks dan solstice, dan sebagainya(Meeus, J., 1991).

Algoritma MeeusAlgoritma Astronomi merupakan panduan

bagi astronom yang hendak melakukanperhitungan dengan prosedur matematis,bilangan rasional dan rumus yang membantumemberikan solusi masalah.

Metode Algoritma Meeus penentuan Paskahsebelumnya pernah dimuat oleh Spencer Jonesdalam buku karangannya General Astronomyhalaman 73-74 edisi tahun 1924. Kemudiandipublikasikan lagi di Journal of the BritishAstronomical Association, Vol.88, halaman 91(Desember 1977) yang diterapkan dalam KalenderEkklesiastik Butcher. Tidak seperti rumus yangdiberikan Gauss, metode ini tidak ada

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 133

pengecualian dan berlaku sepanjang tahun dikalender gregorius (Meeus, J., 1991). Berikut iniprosedur penentuan tanggal paskah:

C. METODE PENELITIAN

Pengumpulan data hari libur Jumat Agung,Minggu Paskah dan Asensi tahun 1960-2015bersumber dari Almanak BMKG dan tahun 2002-2022 dari Buku Almanak Kristen Indonesia(BAKI) terbitan Persekutuan Gereja di Indonesia(PGI). Kementerian agama tidak membuat kataloghari libur sejak kalender resmi pertamaditerbitkan, sehingga penulis menggunakanAlmanak BMKG sejak tahun 1960 karenamengacu pada surat keputusan bersama MenteriAgama, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasidan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negarasetiap tahunnya. Alur kutipan hari raya Kristendi Indonesia sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Birokrasi Penetapan Hari Libur

Umat Kristen di Indonesia

Kajian diawali dengan membuat kurva datawaktu terbit bulan purnama setelah vernalequinox (FM-EV) dengan Minggu Paskah setiaptahunnya, menerapkan Algoritma Meeus dalamperhitungan hari raya Paskah, kemudianpengumpulan data hari libur Jumat Agung,Minggu Paskah dan Asensi tahun 1960-2015bersumber dari Almanak Tanda Waktu (BMKG,2014) dan tahun 2002-2022 dari BAKI (Rachman,R., 2012) untuk dibandingkan dengan hasilperhitungan Algoritma Meeus.

Dengan ditemukannya hari raya Paskah,Jumat Agung dapat ditentukan denganmengurangi 2 hari sebelum Paskah sedangkanAsensi ditentukan dengan menambah 39 harisetelah Paskah (Rachman, R., 2012). Hasilperhitungan tersebut dibandingkan dengan datahistoris untuk evaluasi sejarah penanggalan danprakiraan penanggalan tahun berikutnya.Berikut ini langkah penelitian yang disajikandalam flowchart.

Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan hingga

Analisis Data

Pada dasarnya kajian ini dapat dilakukanjuga dengan cara konvensional melaluiperhitungan yang tidak atau belum banyakmelakukan penyederhanaan. Untuk itu, kajianselanjutnya sangat direkomendasikan dilakukanstudi komparatif antara perhitungan modern dankonvensional.

D. HASIL

Kurva waktu terbit bulan purnama setelahvernal equinox (FM-EV) dengan Minggu PaskahPGI (2002-2022).

134 Penentuan Hari Libur Nasional...

Gambar 3. Kurva waktu terbit bulan purnama

setelah vernal equinox (FM-EV) dengan Minggu

Paskah

Sumber: Astronomical Society of South Australia

(2013)

Kurva waktu terbit bulan purnama setelahvernal equinox (FM-EV) dengan Minggu Paskahmenunjukkan bahwa minggu Paskah selaluberada setelah bulan purnama vernal equinoxsesuai dengan ketentuannya.

Dengan memasukkan tahun pada AlgoritmaMeeus dapat ditentukan hari Paskah tahun 1960-2060. Berikut ini merupakan kurva perbandinganantara hasil perhitungan Algoritma Meeusdengan Almanak Tanda Waktu (BMKG, 2014) danBAKI (Rachman, R., 2012).

1. Kurva Perbandingan ke Belakang (1960-2015)

Gambar 4. Kurva Perbandingan ke Belakang

2. Kurva Perbandingan ke Depan (2016-2022)

Gambar 5. Kurva Perbandingan ke Depan

Kurva Perbandingan menunjukkan bahwatidak ditemui perbedaan penentuan hari raya padaAlgoritma Meeus, BMKG dan PGI. Kesamaan inimenandakan bahwa metode penentuan hari rayaoleh ketiganya adalah sama. Evaluasi ini pentingdilakukan untuk membuktikan bahwa hari rayaumat Kristen yang selama ini dirayakan tidakpernah mengalami kesalahan tanggal.

Berikut ini merupakan kurva prakiraantanggal hari libur umat Kristen di Indonesiahingga tahun 2060 menggunakan AlgoritmaMeeus:

Gambar 6. Kurva prakiraan tanggal hari libur umat

Kristen di Indonesia tahun 2015-2060

Prakiraan hari raya umat Kristen di tahun-tahun mendatang menggunakan AlgoritmaMeeus dapat dipercaya karena kesesuaian dengandata historis. Perhitungan ini dapat diajukankepada PGI dan KWI sebagai perhitungan hariraya Kristen mandiri yang tidak bergantung padaacuan lain. Dengan ini maka program AlgoritmaMeeus dapat dijadikan program tanda waktu harilibur nasional umat Kristen di Indonesia.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 135

E. PENUTUP

Kesimpulana. Hasil perhitungan hari raya Kristen

menggunakan Algoritma Meeus sama dengandata Almanak BMKG dan BAKI PGI.

b. Belum ditemukan kesalahan prakiraanpenentuan hari raya Kristen di Indonesia.

c. Perhitungan Algoritma Meeus untukmenentukan hari raya Kristen dapat dijadikanprogram tanda waktu hari libur nasionalumat Kristen di Indonesia.

SaranProgram hari raya hasil kajian ini sebaiknya

dapat diujicoba untuk menjadi produk baruKementerian Agama RI, BMKG dan institusi lainyang berwenang.

D A F TA R P U S TA K A

Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu.Almanak 1960-2015. Jakarta: BadanMeteorologi Klimatologi dan Geofisika,1960-2015.

Djamaluddin, T., Muhammad Husni, andSunarjo. Hisab Rukyat di Indonesia sertaPermasalahannya. Jakarta: BMKG, 2010.

Meeus, Jean. Astronomical Algorithm. Virginia:Wilmann-Bell Inc, 1991.

Rachman, Rasid, et al. Buku Almanak KristenIndonesia 2013. Jakarta: PGI, 2012.

Rachman, Rasid. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPKGunung Mulia, 2011.

Rachman, Rasid. 2013 (Private Communication)

Seidelmann, P. K. Explanatory Supplement to TheAstronomical Almanac. Mill Valey: UniversityScience Books, 1992.

Tondering, C, Calendar. http://www.tondering.dk/claus/calendar.ht (accessed July, 2013).

Astronomical Society of South Australia. EasterDating Method. http://www.assa.org.au/edm.html (accessed August, 2013).

136 Penentuan Hari Libur Nasional...

1. Gambar tampilan perhitungan hari rayanasrani dengan Ms.Excel berbasis MeeusAlgorithm-Julian Day.

2. Tabel Fase Bulan Purnama setelah VernalEquinox tahun 2002-2022

Sumber : Astronomical Society of South

Australia, 2014

3. Tanggal Paskah dari berbagai Metode:

Keterangan: Paskah Yahudi dirayakan olehagama Yudaisme, Paskah Gregorian dirayakanoleh agama Kristen Ritus Barat, Paskah Juliandirayakan oleh agama Kristen Ritus Timur.

4. Gambar Keputusan Menteri Agama,Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, MenteriPemberdayaan Aparatur Negara tentang HariLibur Nasional dan Cuti Bersama tahun 2014

Sumber : Kementerian Agama Republik

Indonesia, 2013

Lampiran

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 137

5. Surat Pengajuan Hari Libur Nasional UmatKristen dan Cuti Bersama oleh Dirjen BimasKristen tahun 2016

Sumber: Kementerian Agama Republik

Indonesia, 2015

138 Penentuan Hari Libur Nasional...

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 139

ABSTRACT

The study aims to develop the concept of maqashid shariah (MS) as a reference to construct the objectives ofan Islamic bank as well as to develop its methodological measurement through relevant performance ratios. TheMS concept is derived from three main objectives to be achieved, namely (i) educating people (tahdhib al-fard), (ii)establishing justice (iqomah al-‘adl), and (iii) promoting welfare (jalb al-maslahah). These three main objectivesare then extracted into several relevant dimensions, elements and indicators for each Islamic bank. Employingindexing and weighting method for financial report in 2014, the study finds that there is no significant relationshipbetween number of Assets of an Islamic bank and its MS performance achieved. It is shown from that MandiriSyariah Bank as the largest of Islamic bank in Indonesia in terms of Asset size has lower MS performance.Otherwise, Maybank Syariah Bank and Panin Bank that has lower asset size are ranked as the higher MSperformance. Therefore, Islamic banks in Indonesia should refer to maqashid shariah concept in driving theirorganizational objectives and develop its methodological evaluation.

KEY WORDS:Maqashid shariah, financial performance, educating individual, justice, welfare and Islamic bank

PERINGKAT KINERJA LEMBAGA KEUANGANSYARIAH BERDASARKAN MAQASHID SYARIAH

H E R N I A L I HT dan A L I R A M A

ABSTRAK

Penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan konsep maqashid syariah sebagai basis penentuantujuan utama yang harus dicapai oleh bank syariah yang selanjutnya dikembangkan metodepengukurannya melalui rasio-rasio kinerja yang relevan. Konsep MS didasarkan pada tiga tujuanutama yang ingin dicapai, yaitu (i) pendidikan indvidu (tahdhib al-fard); (ii) penegakan keadilan(iqamah al-‘adl); dan (iii) mendorong kesejahteraan (jalb al-maslahah). Ketiga konsep itu selanjutnyaditurunkan menjadi dimensi, elemen dan indikator terukur pada masing-masing bank umum syariahdi Indonesia. Dengan menggunakan metode indeksasi dan pembobotan dengan data laporankeuangan tahun 2014, penelitian ini menemukan bahwa tidak ada korelasi antara jumlah aset banksyariah dengan kinerja MS-nya. Hal ini terlihat bank Mandiri Syariah sebagai BUS terbesar asetnyadi Indonesia justru memiliki kinerja MS yang rendah. Sebaliknya, bank Maybank Syariah dan PaninSyariah yang jumlah asetnya relatif jauh lebih kecil justru memiliki kinerja MS yang tinggi. Olehkarena itu, bank syariah di Indonesia harusmenjadikan maqashid shariah sebagai tujuan organisasidan mengembangkan metode evaluasinya.

KATA KUNCI:Maqashid syariah, kinerja keuangan, pendidikan individu, keadilan, kesejahteraan, bank syariah

THE PERFORMANCE RATIO OF SHARIAH FINANCINGINSTITUTION BASED ON MAQASHID SYARIAH

H E R N I A L I HT and A L I R A M A*

*Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Email: [email protected]. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UINSyarif Hidayatullah Jakarta. Email: [email protected]

140 Peringkat Kinerja Lembaga Keuangan Syariah ...

A. PENDAHULUAN

Sistem perbankan dalam perekonomianmemainkan peran yang sangat strategis, yaitusebagai lembaga intermediasi yangmempertemukan antara unit surplus (pihakkelebihan dana) dengan unit defisit (pihakkekurangan dana). Sistem perbankanmenciptakan efisiensi ekonomi dalam distribusipermodalan bagi sektor-sektor yangmembutuhkan untuk kegiatanproduktif.1Kehadiran perbankan syariahberdampingan dengan sistem konvensionalsejatinya memberikan peran dan fungsi yangsama bahkan lebih dibandingkan dengan sistemperbankan konvensional yang sudah ada dengankeunikan pada kepatuhan terhadap prinsip danaturan syariah.2 Perbankan syariah harusmenciptakan efisiensi dalam ditribusi modal dariunit surplus ke unit deficit. Kinerja intermediasiperbankan syariah semenjak didirikan diIndonesia pada tahun 1992 dengan berdirinyaBank Muamalat Indonesia sebagai bank Islampertama menunjukkan kinerja yang cukupmenjanjikan.3

Dengan berkembang pesatnya perbankansyariah di tanah air, terdapat pertanyaanya yangcukup menjanggal di tengah kritik yangberseliwurang tentang perbankan syariah.Beberapa kalangan mengangggap bahwa banksyariah tidak jauh beda dengan bankkonvensional, perbedaannya hanya terletak padaakad-akad saja, tapi secara substansi merekamenganggap sama saja. Sebagai respon atas kritiktersebut perlu dikaji kembali apa sebenarnyatujuan dari perbankan syariah? Berdasarkanpenelusuran kajian pustaka tidak ditemukansebuah usaha yang serius untuk menjawabpertanyaan tersebut. Kehadiran perbankansyariat, menurut Siddiqi,4 hanya sebagai bentukusaha untuk menghindari riba. Bahkanmenurutnya, riba hanya didefinisikan sebagai

bunga (interest). Oleh karena itu, menurutMustafa dan Razak5perlu ada usaha yang seriusuntuk menjelaskan tujuan bank syariahberdasarkan pandangan sarjana Muslim(ekonomi Muslim) dan teori-teori yang ada.

Ketiadaan studi komprehensif tentang tujuanpendirian bank syariah telah memberikan ruangbagi praktisi perbankan syariah untukmengadopsi pendekatan-pendekatan yang selamaini digunakan oleh perbankan konvensional.Penghitungan kinerja perbankan syariah,misalnya, selama ini yang digunakan lebihmenggunakan pendekatan bank konvensional.Indikator-indikator kesuksesan suatu banksyariah diukur melalui rasio keuangan yangumumnya lebih menekankan aspek maksimalisasikeuntungan.6Pertanyaannya adalah apakahmetode tersebut sudah tepat untukmerepresentasikan tujuan bank syariah itusendiri?

Berdasarkan pada hal tersebut, perludilakukan suatu pendekatan baru dalammengukur kinerja perbankan syariah yang sesuaidengan tujuan dari bank syariah itu sendiri. Olehkarena itu, penelitian ini bermaksud untukmengkonstruksi tujuan bank syariahberdasarkan pada teori maqashid syariah (MS).Tujuan tersebut selanjutnya dikembangkansebagai metode pengukuran kinerja bank syariah.Metode indeksasi dilakukan untuk merangkingkinerja bank syariah di Indonesia dalam halpencapaian tujuan bank syariah berdasarkanteori MS.

B. KAJIAN KONSEP MAQASID SYARIAH

Bagian ini akan melakukan studi pustakatentang konsep maqashid syariah(MS)danpenggunaan konsep tersebut sebagai alatpengukur kinerja ekonomi. Konsep MSbelakangan dikembangkan sebagai modelpengukur kinerja sebagai alternatif atas model-model kinerja yang selama ini digunakan.

1. KonsepMaqashid SyariahMenurut Wahbah Al-Zuhaili maqashid syariah

adalah: nilai-nilai dan sasaran syara’ yang tersiratdalam segenap atau bagian terbesar dari hukum-

1Lihat Ali Rama.”Perbankan Syariah dan PertumbuhanEkonomi Indonesia”. Signifikan, 2 (2013): 33–56.

2Ali Rama and Salina H Kassim. “Analyzing Determinants ofAssets and Liabilities in Islamic Banks: Evidence from Indonesia”.Review of Islamic Economics, Finance, and Banking, 1 (2013): 34–53.

3Lihat Ali Ramai. “Analisis Deskriptif PerkembanganPerbankan Syariah Di Asia Tenggara”. Journal of Tauhidinomics,1 (2015): 1–25.

4M. Nejatullah Siddiqi. “Islamic Banks: Concept, Preceptand Prospects”. Review of Islamic Economics, (2009): 21–35.

5Omar Mustafa and A. Dzuljastri Razak. “The PerformanceMeasures of Islamic Banking Based on the MaqashidFramework”. In IIUM International Accounting Conference, 2008.

6Ahmad Rodoni dan Herni HT Ali, Manajemen KeuanganModern (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014).

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 141

7 Faturrahman Djamil Djamil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1997).

8Lihat SatriaEfendi, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana, 2005).9Lihat Yusuf Qardhawi, Fiqh Maqashid Syariah (Jakarta: Pustaka

al-Kautsar, 2007)

hukum, nilai dan sasaran itu dipandang sebagaitujuan dan rahasia syariat yang ditetapkan olehsyari’ dalam setiap ketentuan hukum. Selanjutnya,Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikan maqashidsyariah sebagai suatu alat bantu untuk memahamiredaksi Al Qur’an dan Al Hadits, menyelesaikandalil-dalil yang bertentangan dan menetapkanhukum terhadap kasus yang tidak tertampungdalam Al Qur’an dan Al Hadits. Jadi, maqashidsyariah yaitu tujuan Allah dan Rasul-Nya dalammerumuskan hukum-hukum Islam. Maksudnyayaitu sesuatu yang menjadi sasaran (sesuatu yanghendak dicapai) atau alasan kenapa Allah danRasul-Nya merumuskan hukum-hukum Islam.7

Sementara itu, tujuan Allah mensyari’atkanhukum-hukum-NyA adalah untuk memeliharakemaslahatan manusia dan tujuan tersebuthendak dicapai melalui tuntutan (takhlif) yangpelaksanaanya tergantung pada pemahamansumber hukum yang utama yaitu al-Qur’an danhadits. Jadi tujuan Allah dalam mensyari’atkanhukumnya adalah untuk kemaslahatan umatmanusia sehingga dalam menjalanikehidupannya khususnya umat Islam tidakmelenceng dari apa yang diperintah dan apa-apayang dilarang oleh Allah.8

Qardhawai9 mendefinisikan maqashid al-syariah sebagai tujuan yang menjadi target teksdan hukum-hukum partikular untukdirealisasikan dalam kehidupan manusia. Baikberupa perintah, larangan, dan mubah. Untukindvidu, keluarga, jamaah, dan umat. Atau jugadisebut dengan hikmah-hikmah yang menjaditujuan ditetapkannya hukum, baik yangdiharuskan ataupun tidak. Karena setiap hukumyang disyariatkan kepada tiap hambanya pastiada kandungan hikmahnya, yaitu tujuan luhurdi balik kandungan hukum tersebut.

Imam Al Ghazali dan Al Shatibi merinci limaunsur pokok yang menjadi tujuan syariat yaitupemeliharaan agama (din), nyawa (nafs), akal(‘aql), keturunan (nasl) dan harta (mal).MenurutAl Ghazali, tujuan utama syariah adalah untukmelayani kepentingan manusia dan untukmenjaga mereka dari segala sesuatu yang

mengancam eksistensinya.10 Segala sesuatu yangmelindung lima unsur kepentingan publiktersebut maka dianjurkan dilakukan. dansebaliknya, segala sesuatu yang mengancamnyaadalah harus dihilangkan.11Al Ghazaliselanjutnya membagi tingkatan kebutuhanmanusia menjadi tiga tingkatan, yaitu dharuriyat,hajiyat dan tahsiniyat.

Berdasarkan pada definisi, jenis dantingkatan MSyang telah diuraikan sebelumnyayang menunjukkan bahwa ulama-ulama yangmemiliki perhatian terhadap MSmemilikipandangan yang beranekaragam tentang haltersebut. Meskipun terdapat perbedaan, namunpendapat ulama-ulama tersebut secara umummemiliki persamaan. Oleh karena itu,Zaharan12melakukan klasifikasi tujuan syariah(maqashid syariah) ke dalam tiga area utama, yaitu:(i) pendidikan indvidu (tahdhib al-fard), (ii)penegakan keadilan (iqamah al-‘adl), dan (iii)mendorong kesejahteraan (jalb al-maslahah).Tigaklasifikasi tersebut pada intinya merupakangabungan atau penyederhanaan dari pandangan-pandangan ulama terdahulu tentang maqashidshariah. Penelitian ini menggunakan klasifikasiZaharan (1958) dalam menemukan tujuan utamadari syariat (agama Islam) yang selanjutnyadikembangkan menjadi indeks maqashid syariahsebagai alap pengukuran kinerja.

2. Pengukuran Kinerja Bank SyariahPengukuran kinerja (performamce

measuremen), menurut Lynch,13 adalah suatubentuk feedback yang diterima oleh suatuorganisasi (perusahaan) dari aktivitas yang sudahdilakukannya. Kinerja dapat pula diartikansebagai sebuah proses yang menentukan apakahsebuah organisasi telah mencapai tujuannya.14

Dengan demikian, pengukuran kinerja atauindikator memiliki hubungan atau keterkaitandengan pencapain tujuan sebuah perusahaan.

10Umar Chapra, The Islamic Vision of Development in the Lightof Maqasid Al Shariah (IDB, 2008), 4.

11Ali Rama dan Makhlani. “Pembangunan Ekonomi DalamTinjauan Maqashid Syariah”. Dialog, 1 (2013): 31–46.

12Lihat M. Abu Zaharan, Ushulul Fiqh (Mesir: Dar el-Fikri alArabi, 1958).

13Lihat Richard Lynch, Corporate Strategy (London: PitmanPublishing, 1997).

14P. Rouse and M Putterill. “An Integral Framework forPerformamce Measurement”. Jurnal Management Decision, 41(2003): 791–805.

142 Peringkat Kinerja Lembaga Keuangan Syariah ...

15Lihat Asyraf Wajdi Dusuki and Abdullah NurdianawatiIrwani. “Maslahah and Corporate Social Responsibility”. TheAmerican Journal of Islamic Social Science, 24 (2005): 25–42.

16Omar Mustafa and A. Dzuljastri Razak. “The PerformanceMeasures of Islamic Banking Based on the MaqashidFramework’. Iin IIUM International Accounting Conference, 2008.

Saat ini yang terjadi, perbankan syariahmenggunakan alat-alat ukur kinerja perbankanpada umumnya untuk mengukur kinerja merekaterkait dalam pencapaian tujuannya. Haldemikian terjadi disebabkan belum adanya studikomprehensif tentang tujuan perbankan syariahyang selanjutnya diturunkan menjadi indikator-indikator terukur. Oleh karena itu perlu adaupaya serius untuk mengembangkan sistempengukuran kinerja perbankan syariah selain alat-alat ukur bersifat keuangan seperti yangdigunakan pada perbankan konvensional.

Dusuki dan Irwani15berusaha mengukurkinerja CSR (corporate social responsibility)perbankan syariah menggunakan pendekatanmaqashid syariah. Studi survei tersebutmenemukan bahwa nasabah, depositor,komunitas setempat, manajer, karyawan,regulator dan dewan pengawas syariah memilikipandangan positif tentang CSR.Hamed et al.(2005) mengembangkan suatu model untukmengukur kinerja perbankan syariah dengansebutan “Islamcity Disclosure Index”. Penelitianini berusaha membandingkan kinerja antar duabank syariah. Model indeks yang dibangun terdiridari indikator utama, yaitu kepatuhan syariah(shariah compliance), tata kelola perusahaan(corporate governance), dan lingkungan sosial (socialenvironment). Indikator-indikator tersebutselanjutnya direpresentasikan melalui tujuhkriteria utama, yaitu rasio bagi hasil, rasio kinerjazakat, rasio distribusi merata, rasio kesejahteraanpegawai, investasi syariah vs investasi nonsyariah, pendapatan halal vs pendapatan no-halaldan indeks AAOIFI. Studi ini cukup menarikdikarenakan mengembangkan suatu pendekatanbaru dalam menilai kinerja suatu bank syariahdengan tidak semata menggunakan alat ukurrasio keuangan yang digunakan di sistemkonvensional. Namun, studi tersebut tidak secaraspesifik mengembangkan modelnya denganmenggunakan kerangka maqashid syariah.

Mustafa dan Razak16mengembangkan suatumodel pengukuran kinerja bank syariahdidasarkan pada kerangka MS dengan studi

kasus bank syariah di Malaysia, Indonesia,Sudan, Bahrain, Jordan dan Bangladesh. ModelMSyang digunakan dalam penelitian tersebutadalah klasifikasi.17 Ketiga aspek dari tujuansyariah tersebut direpresentasikan dalamsejumlah rasio keuangan yang relevan danselanjutnya dilakukan perbandingan kinerjaantar satu bank syariah dengan bank syariahlainnya dalam rangka pencapaian tujuan syariahtersebut. Penelitian tersebut menemukan bahwaBank Islamic International Arab di Jordanmemiliki peringkat pencapaian tujuan syariahyang tertinggi dibandingkan dengan banksyariah di negara-negara lain. Hal yang menarikadalah Bank Mandiri Syariah yang ada diIndonesia dalam penelitian tersebut menempatiposisi ke-2 tertinggi dalam pencapaian kinerjaMS.Penelitian yang serupa juga dilakukan olehAfrinaldi18dalam mengukur kinerja bank syariahmenggunakan pendekatan MS 5 bank umumsyariah di Indonesia untuk periode keuangan2009-2011. Penelitian ini sepenuhnya mengadopsimodel indeks MS yang telah dikembangkanpeneliti terdahulu terutama Mustafa and Razak(2008). Penelitian tersebut menemukan bahwaBank Muamalat Indonesia menempati peringkattertinggi dalam pencapaian tujuan MS yangselanjutnya diikuti oleh Bank Syariah Mandiripada urutan kedua. Penelitian tersebutmengkonfirmasi bahwa ada korelasi antarapencapaian kinerja MSdengan jumlah aset bankyang dimiliki. Hal ini terlihat pada peringkatpertama dan kedua yang ditempati oleh BankMuamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandirisebagai peringkat tertinggi perolehan skor nilaidan sebagaimana diketahu bahwa kedua banktersebut adalah merupakan bank umum syariahterbesar di Indonesia dari segi kepemilikan aset.Kekurangan penelitian tersebut adalah hanyamemilih bank syariah beraset besar denganmengesampingkan bank syariah beraset kecil.

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Data PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis data

17M. Abu Zaharan, Ushulul Fiqh (Mesir: Dar el-Fikri al Arabi,1958).

18Afrinaldi. “Analisis Kinerja Perbankan Syariah Ditinjau DariMaqashid Shariah: Pendekatan Syariah Maqashid Indekx (SMI)Dan Profitabilitas Bank Syariah”. Dalam Forum Riset KeuanganDan Perbankan Syariah Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 143

kuantitatif yang bersumber dari data sekunder,yaitu data yang tersedia melalui laporankeuangan yang secara resmi dipublikasikan dimedia cetak ataupun diupload di masing-masingwebsite bank syariah yang menjadi objek daripenelitian ini. Data-data sekunder tersebutdikumpulkan dan diolah sesuai dengankepentingan dan tujuan dari penelitian ini. Tahundasar yang digunakan adalah tahun 2014. Tahunini dipilih didasarkan pada kelengkapan datauntuk masing-masing objek penelitian ini.

Objek penelitian adalah semua Bank UmumSyariah (BUS) yang jumlahnya mencapai 12bank. Data-data sekunder untuk mencapai tujuanpenelitian akan diambil dari masing-masing BUStersebut. Adapun nama-nama BUS yang menjadiobjek penelitian ini adalah sebagai berikut:BankSyariah Mandiri, Bank Mega Syariah, BankMuamalat Indonesia, Bank Victoria Syariah, BCASyariah, Bank Maybank Syariah, Panin BankSyariah, Bank Syariah Bukopin, Bank TabunganPensiun Nasional Syariah, BNI Syariah danBank Jawa Barat Syariah. Penelitian ini hanyamencakup 11 BUS minus BJB Syariahdikarenakan pertimbangan ketidaklengkapandata.

2. Metode Pengukuran Indeks MaqashidSyariah

Tujuan utama penelitian ini adalah untukmengukur kinerja perbankan syariah denganmenggunakan indeks MS melalui indikator-indikator terukur. Penelitian ini mengadopsikonsep MS yang dikembangkan oleh Mustafa &Razak(2008). Konsep MS diturunkan dari tigatujuan utama yang harus diprioritaskan olehbank syariah, yaitu (i) pendidikan indvidu(tahdhib al-fard); (ii) penegakan keadilan (iqamahal-‘adl); dan (iii) mendorong kesejahteraan (jalbal-maslahah). Operasionalisasi tiga tujuan utamatersebut ke dalam dimensi dan indikator-indikatorterukur didasarkan pada metode yangdikembangkan olehSekaran (2000), yaitu sebuahmodel operasionalisasi konsep ke dalam bentukbeberapa dimensi yang selanjutnya diderivasikanke dalam beberapa elemen yang terukur.

Detailnya, konsep MS diturunkan menjaditiga dimensi, yaitu (i) pendidikan indvidu (tahdhibal-fard); (ii) penegakan keadilan (iqamah al-‘adl);dan (iii) mendorong kesejahteraan (jalb al-maslahah). Selanjutnya, masing-masing dimensitersebut diderivasikan menjadi elemen-elemen

terukur dan terkecil. Setelah dilakukanoperasionalisasi konsep, selanjutnya dilakukanpembobotan untuk menemukan nilai kompositindeks untuk masing-masing dimensi dankategori.Operasionalisasi konsep MS ke dalamindikator-indikator terukur dalam konteksperbankan syariah dapat dilihat pada Tabel 1.Indikator-indikator tersebut dapat dijadikansebagai alat ukur penilaian kenerja perbankansyariah dalam pencapaian tujuan berdasarkanpada konsep MS.

Tabel 1: Operasional Indeks Maqashid Shariah

Perbankan Syariah

Sumber: Adaptasi Mustafa dan Razak(2008)

a. Pendidikan individu (tahdhib al-fard) – (T1)

Tujuan pertama dari syariah (maqashidsyariah) yang dikembangkan menjadi konseptujuan dalam penelitian ini adalah peningkatanpendidikan individu. Bank syariah memiliki misiuntuk selalu meningkatkan pendidikan individu(pegawai) begitupula dengan masyarakat secaraumum. Adapun dimensi, elemen serta indikatordari tujuan pertama (maqashid syariah) ini dalamkonteks pengukuran kinerja perbankan syariahadalah:

a) Peningkatan pengetahuan (D1,1

)Bank syariah sebagai lembaga keuangan

yang menawarkan produk dan layanan sesuaiprinsip syariah harus memiliki misi untukmengembangkan pengetahuan bagi parapegawainya begitupula dengan masyarakat secaraumum. Misi ini dapat diukur melalui dua elemen,yaitu seberapa besar biaya pendidikan (E

1,1,1) dan

biaya riset (E1,1,2

)yang dialokasikan oleh bank

144 Peringkat Kinerja Lembaga Keuangan Syariah ...

syariah. Indikator terukur dari elemen ini adalahrasio biaya pendidikan terhadap totalpengeluaran (I

1,1,1) dan rasio biaya riset terhadap

total pengeluaran (I1,1,2

). Dengan demikian,diasumsikan bahwa semakin tinggi rasioindikator maka bank syariah memiliki perhatianyang tinggi terhadap pengembanganpengetahuan.

b) Pengembangan skill baru dan perbaikan– (D

1,2)

Bank syariah memiliki kewajiban untukmenyediakan sejumlah alokasi anggaran demimengupgrade kemampuan maupun skill parapegawainya. Hal ini dapat terlihat pada sejumlahdana yang dialokasikan untuk mengikutkan parapegawainya dalam kegiatan pelatihan dantraining pegawai (E

1,2,1). Adapun indikator

terukur dari elemen ini adalah rasio biayapelatihan dan training terhadap totalpengeluaran (I

1,2,1). Dengan demikian diasumsikan

bahwa semakin besar rasio indikator makasemakin besar perhatian bank syariah terhadappeningkatan skill para pegawainya.

c) Meningkatkan kesadaran terhadapperbankan syariah – (D

1,3)

Salah satu misi yang harus diemban olehbank syariah adalah meningkatkan kesadarandan keberpihakan masyarakat kepada lembagakeuangan yang menawarkon produk danlayanan syariah. Sehingga masyarakat dapatberalih dari praktek keuangan konvensional kepraktek keuangan syariah. Salah satu buktiketerlibatan bank syariah dalam melakukansosialisasi dan publisitas tentang produk danlayanan perbankan syariah kepada masyarakatadalah alokasi biaya publikasi dan promisi (E

1,3,1).

Adapun indikator pengukurnya adalah rasiobiaya publikasi dan promosi terhadap total biayapengeluaran (I

1,3,1). Dengan demikian diasumsikan

bahwa semakin tinggi rasio indikator makasemakin besar perhatian bank syariah terhadappeningkatan kesadaran masyarakat terhadapproduk dan layanan yang sesuai dengan syariah

b. Penegakan keadilan (iqamah al-‘adl) – (T2)

Tujuan kedua dari syariah (maqashid syariah)yang dikembangkan menjadi tujuan konsepdalam penelitian ini adalah menegakkan keadilan(iqamah al-‘adl). Bank syariah memiliki tujuanuntuk menciptakan produk-produk keuanganyang terjangkau dan berbasiskan pada prinsipkeadilan. Bank syariah tidak boleh memiliki

produk yang didasarkan pada kontrak yangdapat merugikan salah satu pihak yang terlibatdalam kontrak. Dengan demikian bank syariahharus mengembangkan jenis produk yangdidasarkan pada kontrak berbasis keadilan kepadasemua pihak yang terlibat. Adapun dimensi,elemen dan indikator dari tujuan kedua (maqashidsyariah) dalam konteks pengukuran kinerja banksyariah adalah:

a) Keadilan dalam kontrak dan transaksi(D

2,1)Bank syariah sudah seharusnya melakukan

transaksi secara adil kepada nasabahnya. Olehkarena itu jenis kontrak yang dikembangkanuntuk mendukung transaksi keuangannya harusberdasarkan pada prinsip keadilan, tidak bolehada salah satu pihak yang diuntungkansementara pihak lainnya dirugikan. Jenis kontrakyang dianggap lebih adil dibandingkan dengankontrak yang berbasis utang-berbunga adalahkontrak bagi hasil. Jenis kontrak yang didasarkanpada prinsip bagi hasil adalah kontrak musyarakahdan mudharabah. Dengan demikian jumlahpembiayaan dalam bentuk kontrak musyarakahdan mudharabah menjadi indikasi ataskeberpihakan bank syariah terhadap tingkat bagihasil yang adil (E

2,1,1). Adapun indikator

pengukurnya adalah rasio pembiayaanmusyarakah dan mudharabah terhadap total danasyirkah (I

2,1,1). Semakin tinggi nilai rasio ini

menunjukkan bahwa bank syariah menawarkanskema transaksi mudharabah dan musyarakah yangtinggi sehingga menunjukkan bahwa banksyariah meningkatkan fungsinya untukmewujudkan keadilan ekonomi melalui transaksibagi hasil.

b) Produk dan layanan yang terjangkau(D

2,2)Bank syariah yang memiliki produk dan

layanan yang sesuai dengan prinsip syariahtentunya dituntut untuk menawarkan produk-produk yang terjangkau oleh para nasabah.Olehnya, harga produk bank syariah harusterjangkau (E

2,2,1). Adapun indikator yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rasiopembiayaan musyarakah dan mudharabah terhadaptotal pembiayaan yang diberikan oleh banksyariah. Apabilah rasio ini semakin meningkat,maka bank syariah memberikan pembiayaanyang tinggi kepada masyarakat dalam bentukakad berbasis bagi hasil yang dapat dijangkau

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 145

oleh masyarakat. Semakin banyak pembiayaanyang diberikan kepada nasabah (masyarakat)maka menunjukkan bahwa produk bank syariahdapat dijangkau oleh masyarakat.

c) Penghilangan produk dan transaksi yangtidak adil (D

2,3)

Praktek riba atau umumnya dikenal sebagaisuku bunga (interest rate) dalam transaksikeuangan di perbankan merupakan jenistransaksi yang tidak diperbolehkan pada banksyariah. Transaksi keuangan berbasis riba sudahmenjadi praktek umum yang jamak dilakukanpada bank konvensional. Bank syariah tidakboleh menawarkan produk keuanganberdasarkan pada prinsip riba atau bunga. Halini dikarenakan riba atau transaksi keuanganyang ada unsur ribanya memiliki dampak negatifpada perekonomian dan menciptakanketidakadilan dalam transaksi ekonomi. Sistemriba merupakan sistem yang memberikan peluangbagi para pemilik modal (orang kaya) untukdapat mengeksploitasi orang miskin demi untukmendapatkan untung yang besar ataskepemilikan dana yang besar. Oleh karena itubank syariah diharuskan untuk menjalankanaktivitas perbankannya khususnya pada saatmelakukan investasi dan pembiayaan tanpa adaunsur riba di dalamnya. Jika hal ini terwujudmaka bank syariah berkontribusi dalammengurangi tingkat kesenjangan pendapatandalam masyarakat melalui transaksi perbankanbebas bunga. Elemen dari penghilangan produkdan transaksi yang tidak adil pada bank syariahadalah produk perbankan tanpa bunga (E

2,3,1).

Adapun indikator terukurnya adalah rasiopendapatan non-bunga terhadap totalpendapatan bank syariah. Semakin tinggi nilairasio menunjukkan bank syariah memilikistruktur pendapatan yang didominasi daripendapatan non-bunga. Berarti bank syariahmemiliki komposisi pendapatan yang didominasidari pendapatan non-bunga.

c. Mendorong kesejahteraan (jalb al-maslahah) – (T

3)

Tujuan ketiga dari syariah (maqashid syariah)yang dikembangkan dalam penelitian ini adalahterciptanya kesejahteraan (jalb al-maslahah).Kehadiran bank syariah di tengah-tengahmasyarakat dimaksudkan untuk dapatberkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraanmasyarakat secara umum. Banyak teori yang

sudah membuktikan bahwa sektor perbankanberkontribusi dalam mendorong pertumbuhanekonomi dengan fungsi intermediasi yangdilakukannya, yaitu mobilisasi dana darimasyarakat (surplus unit) yang selanjutnyadialokasikan kepada sektor usaha yangmembutuhkan (deficit unit) demi melakukankegiatan produksi (Rama 2013). Bank syariahsebagai lembaga intermediasi tentunya harusmenjalankan fungsinya demi mendorongpeningkatan kesejahteraan masyarakat danpertumbuhan ekonomi. Semakin banyak banksyariah yang beroperasi dalam perekonomianseharusnya semakin meningkat kesejahteraanmasyarakat. Adapun dimensi, elemen danindikator terukur dari tujuan ketiga maqashidsyariah (T3) dalam konteks pengukuran kinerjabank syariah adalah

a) Keuntungan (D3,1

)Keuntungan yang besar menjadi indikasi

kesejahteraan yang semakin meningkat. Semakintinggi keuntungan perusahaan berarti semakinbanyak produksi yang dilakukan. Produksi yangbanyak berarti masyarakat menikmati hasilproduksi yang banyak dan beranekaragam. Disaat bersamaan, keuntungan yang tinggi akibatproduksi yang meningkat akan meningkatkanpendapatan rumah tangga sebagai pemilik faktorproduksi. Ilustrasi ini tidak jauh berbeda denganaktivitas perbankan. Semakin tinggi keuntunganbank maka semakin banyak dana yang diaksesoleh masyarakat dari perbankan begitupuladengan pendapatan para stakeholdernya. Dengandemikian bank syariah dituntut untukmeningkatkan keuntungannya demipeningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengandemikian rasio keuntungan (E

3,1,1) menjadi

indikator tingkat keuntungan bank syariah.Adapun indikator terukur dari keuntungan banksyariah adalah rasio keuntungan bersih terhadaptotal aset (I

3,1,1). Semakin tinggi nilai rasio,

semakin tinggi kesejahteraan para stakeholderbank syariah, seperti pemiliki, pegawai, nasabah,masyarakat, pemerintah dan pihak lainnya.

b) Distribusi pendapatan dan kekayaan(D

3,2)Fungsi utama perbankan baik syariah

maupun konvensional adalah intermediasikeuangan, yaitu mobilisasi dan alokasi dana.Fungsi ini berkontribusi dalam menciptakandistribusi dan penyebaran kekayaan kepada

146 Peringkat Kinerja Lembaga Keuangan Syariah ...

semua elemen masyarakat. Dengan demikian,bank syariah memiliki peran penting dalammenciptakan distribusi pendapatan dan kekayaanyang merata kepada semua golongan. Hal inidapat terlihat pada alokasi dana zakat yangdiberikan bank syariah kepada orang-orang yangmembutuhkan. Dana zakat yang didistribusikanmenjadi instrumen yang cukup efektif dalammenciptakan keseimbangan dan pemerataanekonomi. Tingkat Pendapatan bersih perusahaan(E

3,2,1) menjadi representasi dari dimensi. Adapun

indikator terukur yang dapat dilakukan untukmelihat tingkat kontribsui bank syariah padadistribusi pendapatan dan kekayaan adalahmelalui rasio jumlah zakat yang dikeluarkanterhadap pendapatan bersih bank syariah (I

3,2,1).

Semakin tinggi nilai rasio, semakin tinggi danazakat yang dikeluarkan oleh bank syariah. Rasioyang tinggi tersebut menunjukkan bahwa banksyariah berkontribusi dalam meningkatkanpendapatan orang-orang yang lemah sepertikaum fakir dan miskin. Sehingga kesejahteraanmereka juga menagalami peningkatan.

c) Investasi pada sektor strategis (D3,3

)Salah satu bentuk distingsi bank syariah

terhadap bank konvensional adalahkeberpihakannya terhadap sektor riil danstrategis yang menyangkut kehidupan banyak.Dalam artian bank syariah memiliki perhatianyang tinggi terhadap pembiayaan sektor riil danstrategis. Sektor ini menjadi perhatian utamadikarenakan sektor ini menjadi penggerak utamaperekonomian masyarakat dan tentunya jugamenjadi sektor yang terkait langsung dengankebutuhan dasar masyarakat. Sektor-sektor yangdimaksud, misalnya, adalah sektor pertanian, airdan listrik, konstruksi, pertambangan dan usahamikro. Untuk melihat seberapa besar partisipasibank syariah terhadap investasi sektor riildigunakan rasio invetasi sektor riil (E

3,3,1). Adapun

indikatornya adalah rasio investasi sektor rillterhadap total dana syirkah (I

3,3,1). Semakin tinggi

nilai rasio ini menunjukkan bahwa bank syariahmelakukan alokasi pembiayaan yang tinggiterhadap sektor riil dan strategis yang terkaitlangsung dengan kebutuhan masyarakat. Rasioyang semakin tinggi menunjukkan bahwa banksyariah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Setelah melakukan operasionalisasi konsep(maqashid syariah) ke dalam tujuan konsep,dimensi, elemen dan indikator terukur

selanjutnya dilakukan pembobotan di masing-masing tingkatan, yaitu tingkat tujuan konsep,dimensi dan elemen. Adapun pembobotan padasetiap kategori dilakukan pembobotan secaramerata. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwamasing-masing kategori memiliki nilai yang samajika dibandingkan dengan kategori yang lain.Adapun detail nilai bobot untuk masing-masingkategori di tiap tingkatan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2: Bobot Rata-Rata Tujuan dan DimensiMaqashid Syariah

Pembentukan model matematis dilakukansetelah melakukan pembobotan untuk masing-masing aspek pada tiap level. Hasil daripersamaan tersebut menghasilkan indeksMSsebagai model pengukuran kinerja perbankansyariah. Indeks MSadalah merupakan hasilkomposit indeks dari tujuan-tujuan konsep, yaitutiga tujuan utama syariah (pendidikan, keadilandan kesejahteraan). Adapun persamaanmatematikanya adalah:

Indeks maqashid syariah = (T1 x 1/3) + (T

2 x 1/

3) + (T3 x 1/3) ………………….. (1)

Model persamaan ini dapat disederhanakanmenjadi

Indeks maqashid shariah = 1/3(T

1+T

2+T

3)................................. (2)

Selanjutnya Tn yang merupakan simbol dari

tujuan konsep berasal dari nila total kompositdari dimensi (D) dengan model persamaan sebagaiberikut:

Tujuan pertama (tahdhib al-fard) T1 = 1/3 (D

1,1

+ D1,2

+ D1,3

) …………………... (3)Tujuan kedua (iqamah al-‘adl) T

2 = 1/3 (D

2,1 +

D2,2

+ D2,3

) ……………………... (4)Tujuan ketiga (jalb al-maslahah) T

3 = 1/3 (D

3,1

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 147

+ D3,2

+ D3,3

) …………………… (5)Sementara D

n diturunkan dari nilai komposit

indeks dari elemen-elemen (En) dengan model

persamaan matematika sebagai berikut:D

1,1 = 1/3 (E

1,1,1 + E

1,1,2 + E

1,1,3) ……………... (6)

D1,2

= 1/3 (E1,2,1

+ E1,2,2

+ E1,2,3

) ………….….. (7)D

1,3 = 1/3 (E

1,3,1 + E

1,3,2 + E

1,3,3) ……………... (8)

D2,1

= 1/3 (E2,1,1

+ E2,1,2

+ E2,1,3

) ………………. (9)D

2,2 = 1/3 (E

2,2,1 + E

2,2,2 + E

2,2,3) ………….… (10)

D2,3

= 1/3 (E2,3,1

+ E2,3,2

+ E2,3,3

) ……………. (11)D

3,1 = 1/3 (E

3,1,1 + E

3,1,2 + E

3,1,3) ……………. (12)

D3,2

= 1/3 (E3,2,1

+ E3,2,2

+ E3,2,3

) ……………. (13)D

3,3 = 1/3 (E

3,3,1 + E

3,3,2 + E

3,3,3) ……………. (14)

Adapun nilai En adalah merupakan nilai

indeks komposit dari indikator-indikator terukur(I

n) dengan model persamaan matematika sebagai

berikut:E

1,1 = 1/3 (I

1,1,1 + I

1,1,2 + I

1,1,3) ………………. (15)

E1,2

= 1/3 (I1,2,1

+ I1,2,2

+ I1,2,3

) ………………. (16)E

1,3 = 1/3 (I

1,3,1 + I

1,3,2 + I

1,3,3) ………………. (17)

E2,1

= 1/3 (I2,1,1

+ I2,1,2

+ I2,1,3

) ………………. (18)E

2,2 = 1/3 (I

2,2,1 + I

2,2,2 + I

2,2,3) ………………. (19)

E2,3

= 1/3 (I2,3,1

+ I2,3,2

+ I2,3,3

) ………………. (20)E

3,1 = 1/3 (I

3,1,1 + I

3,1,2 + I

3,1,3) ………………. (21)

E3,2

= 1/3 (I3,2,1

+ I3,2,2

+ I3,2,3

) ………………. (22)E

3,3 = 1/3 (I

3,3,1 + I

3,3,2 + I

3,3,3) ………………. (23)

Keterangan dari masing-masing simbol daripersamaan matematika di atas dapat merujukpada Tabel 1 dan penjelasannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwaindeks maqashid syariah yang dikembangkandalam penelitian sebagai alat ukur kinerjaperbankan syariah di Indonesia pada hakekatnyaadalah hasil komposit dari indeks tujuan, dimensidan elemen. Indeks ini diberikan bobot secaramerata pada masing-masing kategori.

3. Metode Analisis DataUntuk menghitung indeks masing-masing

kategori, penelitian ini menggunakan pendekatannilai minimum dan maksimum untuk masing-masing rasio keuangan. Nilai untuk masing-masing rasio dieksperesikan dengan skala nilai1-100 dengan menggunakan rumus sebagaiberikut:

Indeks = x 100

Berdasarkan pada formula tersebutditemukan nilai indeks masing-masing bank

syariah berdasarkan pada indikator-indikator(rasio keuangan) yang digunakan dalampenelitian ini. Setelah melakukan penghitunganskor indeks masing-masing bank syariahselanjutnya dilakukan peringkat skor indeks.

Berdasarkan pada hasil peringkat tersebut,selanjunya dilakukan analisis deskriptif atas nilaiindeks masing-masing bank syariah. Analisisdeskriptif dilakukan pada hasil indeksMSbegitupula dengan indeks masing-masingtujuan syariah. Dalam mengelola data sekunder,penelitian ini menggunakan alat bantuanMicrosoft Excel tahun 2010 untuk menghitungnilai indeks maqashid shariah masing-masing banksyariah.

Selain melakukan analisis deskriptif atas skorindeks, penelitian ini juga melakukan analisiskorelasi, yaitu analisis korelasi antara nilai indeksmaqashid shariah dengan tingkat profitabilitas danjumlah aset bank syariah. Untuk melakukananalisis korelasi, penelitian ini menggunakansofware eviews-6 sebagai alat bantuanalisis.Model korelasi yang digunakan adalahkoefisiensi korelasi pearson (pearson correlationcoefficient).

D. HASIL DAN ANALISIS

1. Deskripsi Jumlah Aset Bank UmumSyariah Indonesia

Pada akhir tahun 2014, jumlah aset seluruhbank umum syariah (BUS) tercatat sekitar Rp 198triliun. Jumlah aset untuk masing-masing BUSdi Indonesia memiliki perbedaan yang cukupsignifikan. Berdasarkan Grafik 1, Bank MandiriSyariah (BSM) dan Bank Muamalat Indonesia(BMI) adalah merupakan bank syariah terbesardi Indonesia jika dilihat dari segi jumlah asetyang dimilikinya, yaitu masing-masing Rp 66.94triliun dan Rp 62.41 triliun. Selain kedua BUStersebut, BRI syariah dan BNI syariah jugamemiliki jumlah aset yang cukup signifikandengan jumlah masing-masing adalah Rp 20.34triliun dan Rp 19.49 triliun.

Sementara BUS lainnya, seperti Bank MegaSyariah, Bank Panin Syariah, Bank BukopinSyariah, Maybank Syariah, BCA Syariah, BankVictoria Syariah dan BTPN Syariah memilikijumlah aset di bawah Rp 10 triliun. Bank victoriaSyariah dan Baybank Syariah adalah BUS yangmemiliki jumlah aset terendah, yaitu Rp 1.44triliun dan Rp 2.45 triliun.

148 Peringkat Kinerja Lembaga Keuangan Syariah ...

Grafik 1: Jumlah Aset Bank Umum SyariahTahun 2014 (Dalam Miliar Rp)

Sumber: Data diolah

2. Deskripsi Tingkat Profita3. bilitas Bank Umum Syariah IndonesiaTingkat profitabilitas BUS di Indonesia pada

tahun 2014 bervariasi. Tingkat profitabilitas yangdimaksud dalam penelitian ini direpresentasikanoleh rasio Return on Asset (ROA) dan Return onEquity (ROE). ROA merupakan rasio daripendapatan bersih bank syariah terhadap totalaset yang dimiliki. Sementara ROE merupakanrasio dari tingkat pendapatan bersih terhadapjumlah ekuitas (modal sendiri) yang dimiliki.Tingkat profitabilitas untuk masing-masing BUSdi Indonesia disajikan pada Grafik 2 dan Grafik3.

Grafik 2: ROA Bank Umum Syariah 2014

Sumber: Data diolah

Bank BTPN Syariah dan Maybank syariahmemiliki kinerja ROA tertinggi di antara BUSlainnya pada tahun 2014. Rasio ROA masing-

masing adalah 4.23% dan 3.61%. Rasio inimenunjukkan bahwa bank BTPN Syariah danMaybank Syariah mampu mengelola seluruh asetyang dimiliki untuk menghasilkan pendapatanbersih. Sementara bank BNI Syariah dan bankPanin Syariah hanya meraih 1.27% dan 1.99%rasio ROA. Bank umum syariah lainnya, sepertibank BCA Syariah, BSM, BMI dan lainnyamemiliki kinerja yang rendah jika dilihat dari segitingkat rasio ROA. Masing-masing BUS tersebutmemiliki tingkat ROA di bawah 1%. Bahkan bankVictoria Syariah pada tahun 2014 memiliki kinerjanegatif, yaitu dengan tingkat rasio minus sebesar1.87%. ini menunjukkan bahwa pada periodetersebut, bank Victoria Syariah mengalamikerugian, yaitu biaya yang dikeluarkan lebihbesar dibandingkan dengan pendapatan yangditerima.

Temuan ini secara keseluruhanmenunjukkan bahwa tidak terdapat korelasipositif bahwa tingkar aset yang besar akanmendorong tingkat profitabilitas (ROA) jugayang tinggi. Justru sebaliknya, BUS yang asetnyarelatif rendah justru memiliki kinerja ROA yanglebih tinggi. Hal ini dapat dilihat secara detailpada Grafik 1 dan Grafik 2.

Grafik 3: ROE Bank Umum Syariah 2014

Sumber: Data diolah

Kinerja profitabilitas yang direpresentasikanoleh rasio ROE menunjukkan hasil yang cukupberbeda. BNI Syariah dan BTPN Syariah memilikirasio ROE terbesar dibandingkan dengan BUSlainnya dengan nilai di atas 10%, yaitu masing-masing sebesar 13.98% dan 13.75%. Bank BukopinSyariah juga memiliki rasio ROE yang cukup

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 149

tinggi sebesar 9.65%, rasio ini jauh lebih tinggidibandingkan dengan rasio bank MandiriSyariah sebesar 4.82% dan bank MuamalatIndonesia sebesar 2.13% sebagai BUS dengantingkat aset terbesar di Indonesia (lihat Grafik 1).Sebaliknya, bank Victoria Syariah merupakanBUS satu-satunya yang mengalami kerugianoperasional pada tahun 2014 dengan tingkatrasio ROE sebesar -17.60%. Nilai negatif inidisebabkan bank mengalami laba negatif padaperiode tersebut.

4. Kinerja Dimensi Maqashid Syariah BankUmum Syariah Indonesia

Rasio kinerja MS setiap Bank Umum Syariah(BUS) merupakan ukuran yang digunakanuntuk melihat bagaimana suatu bank syariahmelaksanakan tujuan-tujuan syariah (maqashidsyariah) yang telah ditentukan. Tujuan-tujuansyariah yang digunakan dalam penelitian inimeliputi tiga (3) aspek utama, yaitu (1) pendidikanindividu (tahdhib al-fard); (2) menegakkankeadilan (iqamah al-‘adl); dan mendorongkesejahteraan (jalb al-maslahah). Ketiga aspektersebut dalam konteks pengukuran kinerja suatubank syariah direpresentasikan oleh rasio-rasiotertentu yang dikembangkan dalam penelitian ini.

Adapun hasil kinerja MS untuk masing-masing BUS di Indonesia berdasarkan ketigaaspek utamanya diuraikan sebagai berikut:

a. Tujuan Pertama: Pendidikan Individu(Tahdhib al-Fard)

Aspek pendidikan individu mencakup 3aspek yaitu peningkatan pengetuhuan,pengembangan skill baru dan perbaikan, danpenciptaan kesadaran terhadap perbankansyariah. Indeks pendidikan individu bank syariahmerupakan peringkat yang menunjukkan kinerjamasing-masing bank syariah di Indonesia dalampencapaian tujuan tersebut. Adapun indekspendidikan individu dapat dilihat pada Grafik 4.

Berdasarkan Grafik 4 menunjukkan bahwabank BTPN Syariah menjadi bank syariah diIndonesia yang memiliki peringkat tertinggi dalampencapaian kinerja pendidikan individu dengantingkat indeks mencapai 78 dari skala 1-100.Maybank Syariah, selanjutnya, menempatiperingkat kedua dengan nilai indeks 75. Banksyariah lainnya yang memiliki hasil indeks di atas50 adalah BNI Syariah sebesar 64 dan PaninSyariah sebesar 56. Hasil ini menunjukkanbahwa bank syariah tersebut memiliki rasio

pengeluaran untuk pendidikan dan pelatihan,penelitian dan riset, dan publikasi yang lebihtinggi dibandingkan dengan bank syariahlainnya.

Grafik 4: Indeks Kinerja PeningkatanIndividu

Sumber: Data diolah

Sementara bank syariah lainnya sepertiBukopin Syariah, BRI Syariah, BCA Syariah,Victoria Syariah, Muamalat, Mega Syariah danMandiri Syariah memiliki nilai indeks di bawah50. Bahkan bank Mandiri Syariah dan bankMuamalat sebagai bank syariah pemilik asetterbesar di Indonesia hanya memiliki nilai indeksdengan masing-masing sebesar 19 poin dan 16poin. Bank Muamalat menjadi bank syariahdengan kinerja terendah pada aspek ini.

b. Tujuan Kedua: Mewujudkan Keadilan(Iqamah al-‘Adl)

Tujuan kedua dari syariah yang digunakandalam penelitian ini adalah mewujudkankeadilan. Pencapaian tujuan ini pada suatu banksyariah diukur dalam bentuk rasio tertentu.Mewujudkan keadilan sebagai alat ukur kinerjameliputi 3 (tiga) aspek utama, yaitu keadilandalam transaksi/kontrak, produk dan layananyang terjangkau, dan penghilanganketidakadilan. Indeks kinerja atau peringkatmasing-masing bank syariah di Indonesia dalampencapaian tujuan tersebut diperlihatkan padaGrafik 5. Skala nilai indeks adalah 1-100.

Grafik 5 menunjukkan bahwa Bank PaninSyariah merupakan bank syariah di Indonesia

150 Peringkat Kinerja Lembaga Keuangan Syariah ...

yang memiliki peringkat tertinggi dalam mencapaitujuan kedua dari syariah dengan nilai indekssebesar 90 poin. Peringkat ini menunjukkanbahwa Panin Syariah memiliki rasio tertinggi darisegi tingkat bagi hasil yang adil, rasio produknon bunga dan rasio harga yang terjangkau.Bank umum syariah lainnya yang memiliki poindi atas 50 adalah Victoria Syariah sebesar 72 poin,BCA Syariah sebesar 55 poin, dan BRI Syariahsebesar 54 poin. Selanjutnya, BNI Syariah,Bukopin Syariah dan Maybank Syariah memilikikinerja indeks dengan poin masing-masingsebesar 39 poin, 45 poin, dan 46 poin. BankMandiri Syariah sebagai pemilik aset terbesar diIndonesia konsisten dalam peringkat terendahsama seperti tujuan pertama di urutan ketigaterakhir dengan nilai indeks sebesar 15 poin. Danbank Mega Syariah menjadi bank syariah dengannilai indeks kinerja terendah untuk tujuan keduaini dengan hanya memiliki 5 poin saja.

Grafik 5: Indeks Kinerja Dalam MewujudkanKeadilan

Sumber: Data diolah

c. Tujuan Ketiga: MendorongKesejahteraan (Jalb al-Maslahah)

Tujuan kedua syariah yang dikembangkandalam penelitian ini adalah mendorongkesejahteraan (jalb al-maslahah). Tujuan keduadari syariah ini diturunkan ke dalam 3 (dimensi)utama, yaitu penciptaan keuntungan, distribusipendapatan dan kekayaan dan investasi padasektor strategis. Dalam konteks pengukurankinerja perbankan syariah berbasis MSkhususnya pada pencapaian tujuan ketiga inimaka digunakan rasio-rasio representatif sepertirasio ROA dan investasi sektor strategis terhadaptotal investasi. Kinerja pencapaian tujuan ketiga

dari syariah dalam konteks perbankan syariahdi Indonesia yang dikur dalam bentuk peringkatindeks dengan skala nilai antara 1 sampai 100ditunjukkan dalam Grafik 6.

Grafik 6: Indeks Kinerja Dalam MendorongKesejahteraan

Sumber: Data diolah

Berdasarkan Grafik 6, bank Maybank Syariahdan bank Panin Syariah tercatat sebagai banksyariah di Indonesia dengan peringkat tertinggipencapaian skor indeks pada dimensi ini dengannilai masing-masing sebesar 61 poin dan 60 poin.Skor indeks ini menunjukkan bahwa kedua banktersebut memiliki rasio tertingi pada ROA daninvestasi sektor riil terhadap total investasi. BNISyariah, BTPN Syariah dan BRI Syariah memilikicapaian poin indeks di atas 40 poin denganrincian adalah 43 poin untuk masing-masingBTPN Syariah dan BRI Syariah, dan 45 poinuntuk BRI Syariah. Sementara bank syariahlainnya memiliki skor indeks di bawah 40 poindimana bank Mega Syariah menjadi bank syariahdengan nilai indeks terendah dengan hanyamendapat 12 poin.

5. Indeks Maqashis Syariah Bank UmumSyariah Indonesia

Indeks maqashid syariah mengukur semuakinerja pencapaian ketiga tujuan syariah padabank syariah berdasarkan pada pembagian bobotsecara merata pada ketiga dimensi yangdikembangkan dalam penelitian ini. Indeks MSpada penelitian ini didapatkan dari penjumlahandari ketiga dimensi tujuan syariah sebelumnyadengan nilai bobot masing-masing sebesar 1/3atau 0.33%. Skala indeks antara 1 sampai 100.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 151

Artinya, bank syariah yang memiliki nilai indekstertinggi berarti memiliki kinerja tertinggi dalamtotal pencapaian dimensi-dimensi MS. Grafik 7menyajikan nilai poin dari kinerja MS masing-masing BUS yang ada di Indonesia.

Grafik 7: Indeks Kinerja Maqashid SyariahBank Umum Syariah

Sumber: Data diolah

Berdasarkan Grafik 7 ditemukan bahwa bankMaybank Syariah memiliki nilai skor indeksterbesar dalam kinerja MSdibandingkan denganbank umum syariah lainnya yang ada diIndonesia. Adapun nilai indeks sebanyak 61 poin.Nilai skor ini lebih tinggi 1 poin dari indeks bankPanin Syariah dengan skor indeks sebesar 60poin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwakedua bank tersebut, yaitu bank Maybanksyariah dan bank Panin Syariah menjadiperingkat pertama dan kedua dalam pencapaiantujuan bank syariah berdasarkan pendekatanmaqashid syariah.

Jika dibandingkan dengan nilai indeks banksyariah lainnya, terdapat selisih sebesar 15 poindengan peringkat ketiga selanjutnya yangditempati oleh bank BRI Syariah dengan nilai skorsebanyak 45 poin. Sementara peringkatselanjutnya adalah bank BNI Syariah dan bankBTPN Syariah dengan nilai skor indeks yangrelatif sama, yaitu sebesar 43 poin untuk masing-masing. Adapun nilai skor indeks MS untukbank BCA Syariah, bank Bukopin Syariah, bankVictoria Syariah dan bank Mumalat berada di nilaiskor indeks antara 30-40 poin.

Temuan penelitian yang cukup mengagetkanadalah nilai skor indeks bank Mandiri Syariah

sebagai bank syariah terbesar di Indonesia darisegi ukuran kepemilikan aset (lihat Grafik 1).Hasil kinerja indeks MS bank Mandiri Syariahmenempati peringkat terendah kedua dengan nilai23 poin. Dengan demikian, dapat disimpulkanbahwa nilai aset yang besar yang dimiliki olehsuatu bank syariah tidak menjadi jaminan kinerjamaqashid syariah yang tinggi. Selanjutnya, bankMega Syariah menempati peringkat terendahdalam kinerja MS dengan nilai indeks hanya 12poin. Hasil ini menunjukkan bahwa bank MegaSyariah secara keseluruhan memeiliki nilaikinerja yang buruk dalam pencapaian ketigadimensi dari tujuan syariah, yaitu pendidikanindividu (tahdhib al-fard), mewujudkan keadilan(iqamah al-‘adl) dan mendorong kesejahteraan(jalb al-maslahah).

6. Kontribusi Dimensi Maqashid SyariahSetiap Bank Umum Syariah

Grafik 8 menunjukkan hasil kinerja masing-masing dimensi dari tujuan syariah atau maqashidsyariah yang dicapai oleh setiap bank syariah diIndonesia. Bank Maybank Syariah sebagai banksyariah peringkat pertama dalam kinerja MSpadapenelitian ini memiliki rata-rata skor indeks yangmerata di ketiga dimensi MS dimana dimensipendidikan individu (tahdhib al-fard) dankesejahteraan (jalb al-maslahah) sebagaikontributor terbesar dari indeks tersebut. Halyang sama juga terlihat pada bank Panin Syariahsebagai peringkat kedua tertinggi kinerja MS.Perbedaannya terlihat pada distribusi skor yangtidak terlalu merata. Indeks dimensi mewujudkankeadilan (iqamah al-‘adl) terlalu besardibandingkan dengan indeks dimensi mendorongkesejahteraan (jalb al-maslahah).

Sebaliknya, bank Mega Syariah sebagai banksyariah dengan nilai kinerja MS terendahdibandingkan semua bank umum syariah diIndonesia dikarenakan skor indek yang sangatrendah secara merata untuk masing-masingdimensi tujuan syariah (maqashid syariah). Nilaiterendah berada pada dimensi mewujudkankeadilan (iqamah al-‘adl) yang hanya mendapatnilai 5 poin dari skala 100. Hal yang sama pulaterjadi pada bank Mandiri Syariah sebagaiperingkat kedua terendah dalam pencapaiankinerja MS. Dimensi paling tertinggi hanya padakesejahteraan (jalb al-maslhaha) dengan nilaiindeks 34 poin. Sementara dimensi lainnya tidaklebih dari 20 poin.

152 Peringkat Kinerja Lembaga Keuangan Syariah ...

Hasil kinerja masing-masing indeks yangtidak terdistribusi secara merata terjadi pada bankBNI Syariah, bank Victoria Syariah, bank BTPNSyariah dan bank Muamalat. Masing-masingbank tersebut memiliki satu di antara tiga dimensiyang nilai skor indeksnya terlalu tinggi di sisilain, tapi sangat rendah pada dimensi lainnya.Bank BRI syariah memiliki nilai indeks yangcukup merata untulk ketiga dimensi MS dimanadimana kontribsui terbesar ada pada dimensimewujudkan keadilan (iaqamah al-adl) dengannilai 54 poin dan terendahnya pada dimensipendidikan individu (tahdhib al-fard) dengan nilai34 poin.

Grafik 8: Kinerja Dimensi Maqashid SyariahBank Umum Syariah

Sumber: Data diolah

7. Korelasi Indeks Maqashid Shariah denganAset dan Tingkat Profitabilitas

Tabel 3 menyajikan hasil korelasi antaraindeks kinerjaMS dari bank umum syariah diIndonesia dengan total aset dan tingkatprofitabilitasnya. Profitabilitas bank syariahdirepresentasikan oleh variabel rasio ROA danROE.

Tabel 3:Korelasi Indeks Maqashid Syariahdengan Tingkat Profitabilitas

Sumber: data dioleh

Berdasarkan Tabel 3 ditemukan bahwa tidakterdapat korelasi yang signifikan antara indekskinerjaMS bank syariah dengan jumlah aset danprofitabilitas yang dimiliknya. Nilai korelasidikatakan siginifikan jika nilai korelasinyamencapai 80%. Hanya rasio ROA yang memilikikorelasi cukup besar, yaitu 52% terhadap indekskinerja MS. Sementara ROE dan jumlah asethanya memiliki korelasi dengan nilai masing-masing sebesar 21% dan 12% terhadap indekskinerja MS. Hasil korelasi ini menunjukkanbahwa jumlah aset dan tingkat profitabilitas yangdimiliki oleh bank syariah tidak memiliki kolerasidengan kinerja indeks maqashid syariah--nya.Tentunya, hasil korelasi ini konsisten dengangrafik-grafik sebelumnya, yaitu bahwa bankyang memiliki jumlah aset yang besar seperti bankMandiri Syariah dan bank Muamalat justrumemiliki kinerja MS yang buruk. Sementarabank-bank yang relatif kecil ukuran asetnya,seperti bank Maybank Syariah dan bank PaninSyariah justru memiliki kinerja MS yang sangattinggi.

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian ini membangun sebuah modelpengukuran kinerja perbankan syariah yangtidak hanya fokus pada rasio-rasio keuanganyang berorientasi pada penciptaan keuntunganbagi pemilik perusahaan (shareholders) tetapi suatumodel yang diderivasikan dari konsep maqashidshariah, yaitu tujuan utama yang ingin dicapaioleh syariah. Adapun tujuan utama yang ingindicapai oleh syariah sebagaimana dikembangkandalam penelitian ini terdiri dari tiga aspek, yaitu(1) pendidikan individu (tahdhib al-fard),mewujudkan keadilan (iqamah al-‘adl), danmendorong kesejahteraan (jalb al-maslahah).Berdasarkan pada ketiga aspek tersebut,selanjutnya dioperasionalisasi menjadi dimensidan elemen. Masing-masing aspek tersebutselanjutnya direpresentasikan oleh indikator-indikator dalam bentuk rasio kinerja yang relevandengan konsep MS.

Model pengukuran kinerja tersebutselanjutnya digunakan untuk membandingkankinerja Bank Umum Syariah di Indonesia denganmenggunakan metode indeksasi dan pembobotan.Dengan menggunakan basis data laporankeuangan masing-masing BUS pada tahun 2014ditemukan bahwa bank Maybank Syariah dan

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 153

Panin Syariah menempati posisi skor kinerjaindeks tertinggi dengan nilai masing-masingsebesar 61 dan 60 poin. Sementara bank MegaSyariah dan Mandiri Syariah berada di posisiterbawa dengan nilai indeks masing-masingsebesar 12 dan 23 poin. Temuan ini menunjukkanbahwa suatu bank syariah yang memiliki asetyang besar tidak menjadi jaminan akan memilikinilai skor indeks dalam pencapaian tujuan syariahyang tinggi pula. Hal ini tercermin pada posisiranking bank Mandiri Syariah sebagai pemilikaset bank syariah terbesar di Indonesia denganjumlah aset mencapai hampir Rp 67 triliun beradapada posisi kedua terbawah dalam hal peringkatkinerja pencapaian tujuan syariah. Sementarabank Maybank Syariah yang hanya memilikijumlah aset Rp 2.4 triliun justru menempatiranking pertama. Dan secara keseluruhan, posisi-posisi teratas dalam skor indeks MS secara umumditempati oleh bank umum syariah yangkepemilikan asetnya relatif lebih rendah.

Hasil uji korelasi antara indeks kinerjaMSdengan jumlah aset hubungan korelasi yangrendah. Ini berarti bahwa tidak terdapat korelasiyang kuat antara jumlah aset bank syariahdengan kinerja indeks MS-nya.

Selanjutnya, berdasarkan pada tiga aspekMS, terlihat bahwa setiap bank syariah diIndonesia tidak memiliki skor indeks yang relatifmerata di masing-masing aspek tersebut. BNISyariah, misalnya, pada aspek pendidikanindividu (tahdhib al-fard) memiliki skor urutanketiga teratas dengan nilai skor 64 poin.Sebaliknya, pada aspek mewujudkan keadilan(iqamah al’adl), justru BNI Syariah menempatiposisi keempat terendah dengan nilai skor indekssebesar 39 poin.[]

154 Peringkat Kinerja Lembaga Keuangan Syariah ...

D A F TA R P U S TA K A

Afrinaldi.”Analisis Kinerja Perbankan SyariahDitinjau Dari Maqashid Shariah:Pendekatan Syariah Maqashid Indekx(SMI) Dan Profitabilitas Bank Syariah”.Dalam Forum Riset Keuangan Dan PerbankanSyariah Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2013.

Chapra, Umar. The Islamic Vision of Development inthe Light of Maqasid Al Shariah. IDB, 2008.

Djamil, Faturrahman. Filsafat Hukum Islam.Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Dusuki, Asyraf Wajdi, and AbdullahNurdianawati Irwani. “Maslahah andCorporate Social Responsibility”. TheAmerican Journal of Islamic Social Science, 24(2005): 25–42.

Efendi, Satria. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana, 2005.

Lynch, Richard. Corporate Strategy. London:Pitman Publishing, 1997.

Mustafa, Omar, and A. Dzuljastri Razak. “ThePerformance Measures of Islamic BankingBased on the Maqashid Framework”. InIIUM International Accounting Conference, 2008.

Qardhawi, Yusuf. Fiqh Maqashid Syariah. Jakarta:Pustaka al-Kautsar, 2007.

Rama, Ali. “Analisis Deskriptif PerkembanganPerbankan Syariah Di Asia Tenggara”.Journal of Tauhidinomics, 1 (2015): 1–25.

Rama, Ali. “Analisis Kerangka Regulasi ModelShariah Governance”. Journal of IslamicEconomics Lariba, 1.1 (2015): 1–18.

Rama, Ali. “Analisis Sistem Tata Kelola SyariahBagi Perbankan Syariah Di Indonesia DanMalaysia”. Jurnal Bimas Islam, 8.1 (2015): 87–120.

Rama, Ali. “Perbankan Syariah DanPertumbuhan Ekonomi Indonesia”.Signifikan, 2 (2013): 33–56.

Rama, Ali, and Makhlani. “PembangunanEkonomi Dalam Tinjauan MaqashidSyariah”. Dialog, 1 (2013): 31–46.

Rama, Ali, and Salina H Kassim. “Analyzing

Determinants of Assets and Liabilities inIslamic Banks: Evidence from Indonesia”.Review of Islamic Economics, Finance, andBanking, 1 (2013): 34–53.

Rama, Ali. Sistem Ekonomi Dan Keuangan Islam.Jakarta: Pusat Penelitian dan Penerbitan(Puslitpen) UIN Syarif HidayatullahJakarta, 2015.

Rodoni, Ahmad, and Herni HT Ali. ManajemenKeuangan Modern. Jakarta: Mitra WacanaMedia, 2014.

Rouse, P, and M Putterill. “An Integral Frameworkfor Performamce Measurement”. JurnalManagement Decision, 41 (2003): 791–805.

Sekaran, Uma. Research Methods for Business: A SkillBuilding Approach. New York: JohnWiley&Sons, 2000.

Siddiqi, Muhamad Nejatullah. “Islamic Banks:Concept, Precept and Prospects”. Review ofIslamic Economics, (2009): 21–35.

Zaharan, M. Abu. Ushulul Fiqh. Mesir: Dar el-Fikrial Arabi, 1958.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 155

ABSTRACT

In essence, this study aims to determine the factors that affect performance Religion Teacher at GovernmentElementary School by examining the Training Effect on Performance And Discipline Religious Teacher at GovernmentElementary School in South Tangerang City.The hypothesis tested were: 1) There is the influences of training on thePerformance of Religious Teacher at Government Elementary School. 2)There is the influence of education andtraining to work discipline religious teacher at Government Elementary School,3) There is the influence of workdiscipline to Performance Religious Teacher at Government Elementary School. 4) There is the influences of trainingand discipline together on the Performance of Religious Teacher at Government Elementary School. The study usedsurvey causal method. Population of the study was a population of Religious Teacher at Government ElementarySchool in South Tangerang City some 85 people. Relative sample of less than 100 people, the samples were usedas respondents in this study is the total sample (the whole population). Data was collected using: 1) Questionnaireto measure variables Religion Teacher Performance; 2) Questionnaire to measure variables Training; and 3)questionnaire to measure variables Discipline. Sequentially coefficient of reliability (alpha value) is 0.8074; 0.7126;and 0.7524. (1) = 0.8074; 2) = 0.7126; and 3) = 0.7524).The results showed: First, there is a direct and significanteffect of training on the performance of teachers of religious education, indicated by the value þ = 1.030 with aregression equation Y = 28.529 + 1,030X1, r1y correlation coefficient = 0.917, and the coefficient of determinationR square = 0.841, or 84 , 1%, which meant,the sense that the variations that occurred in the performance ofreligious teachers can be explained by education and training. Secondly,there is a positive and significant impact oftraining on work discipline religious teachers at Islamic Elementary School in South Tangerang City, proved byobtaining the value of the p-value = 0.00 <0.05 with a regression equation X2 = 6.214 + 0,733X2, koefosiencorrelation (r2. 1) = 0.928 and F count = 516.609, and the coefficient of determination R Square = 0.862, or 86.2%.This means that training is one of several factors that determine the discipline of teachers. Thus, the better thequality of the training the better work discipline teachers.Third, there is a direct and significant effectof workdiscipline on the performance religion teacher, which is indicated by the value þ = 0.839, the regression equation Y= 32.015 + 0,839X2, the correlation coefficient, r2.y = 0.946, and the coefficient of determination R square = 0.896,or 89.6%, proving that the variation occurs in religion teacher performance can be explained by the discipline ofwork, it’s means that the variation explained by the religious teacher performance work discipline teacher of 89.6%.In other words, the better work discipline teacher, then the religion teacher performance will be better too. Fourth,there is a direct influence of Training and work discipline teacher against teacher performance, the regressionequation Y = 30.070 + 0,313X1 + 0,610X2, Ry.12 correlation coefficient = 0.952, and the coefficient of determinationR square = 0.907, or 90.7%, it’s means that the variations that occur in the religion teacher performance isdescribed by the Training and work discipline together.Impilikasi of the above results is the religion teacher performancecan be improved by following the training and improving teachers’ working discipline Islamic Elementary Schoolin South Tangerang City.

KEY WORDS: Education and Training, Work Discipline, Religious Teacher Performance

THE INFLUENCES OF EDUCATION AND TRAININGAND WORK DISCIPLINE TEACHER TO RELIGION

TEACHER PERFORMANCE IN GOVERNMENTELEMENTARY SCHOOL IN SOUTH TANGERANG CITY

N E N E N G L M*

156 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan ...

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DANDISIPLIN KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU

AGAMA PADA MADRASAH IBTIDAIYAHDI KOTA TANGERANG SELATAN

N E N E N G L M

ABSTRAK

Pada intinya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhikinerja guru agama pada Madrasah Ibtidaiyah dengan meneliti pengaruh diklat dan disiplinkerjaterhadap kinerja guru agama pada Madrasah Ibtidaiyahdi Kota Tangerang Selatan. Hipotesisyang diuji adalah : 1) Terdapat pengaruh diklat terhadap kinerja guru agama pada MadrasahIbtidaiyah, 2) Terdapat pengaruh diklat terhadap disiplin kerja guru agama pada Madrasah Ibtidaiyah,3) Terdapat pengaruh disiplin kerja guru terhadap kinerja guru agama pada Madrasah Ibtidaiyah,4)Terdapat pengaruh diklat dan disiplin secara bersama-sama terhadap kinerja guru agama padaMadrasah Ibtidaiyah.Penelitian menggunakan metode survai kausal. Populasi penelitiannya adalahpopulasi guru agama pada Madrasah Ibtidaiyahdi Kota Tangerang Selatan sejumlah 85orang.Sehubungan sampelnya kurang dari 100 orang, maka sampel yang dijadikan sebagairesponden dalam penelitian ini adalah sampel total (seluruh populasi). Data dikumpulkan denganmenggunakan: 1) Kuesioner untuk mengukur variabel kinerja guru agama; 2) Kuesioner untukmengukur variabel diklat; dan 3) Kuesioner untuk mengukur variabel disiplin kerja. Secaraberurutan koefisien reliabilitasnya (nilai alpha) adalah 0,8074; 0,7126; dan 0,7524. ( 1) = 0,8074; 2) =0,7126; dan 3) = 0,7524).Hasil penelitian menunjukkan : Pertama, terdapat pengaruh langsung dansangat signifikan diklat terhadap kinerja guruagama, ditunjukkan oleh nilai þ= 1,030 denganpersamaan regresi v = 28,529 +1,030X

1 , koefisien korelasi r

1y = 0,917, dan koefisien determinasi R

square = 0,841, atau 84,1 %, yang memberi arti bahwa variasi yang terjadi pada kinerja guruagamadapat dijelaskan dengan diklat. Kedua,terdapat pengaruh positif dan signifikan diklat terhadap disiplinkerja guru agama pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Tangerang Selatan, dibuktikan dengandiperolehnya nilai dengan p-value = 0,00 < 0,05 dengan persamaan regresi X

2 = 6,214 + 0,733X

2,koefosien

korelasi (r2.1

) =0,928 dan Fhitung

= 516,609, dan koefisien determinasi R Square = 0,862, atau 86,2%. Halini bermakna bahwa diklat merupakan satu diantara beberapa faktor yang menentukan disiplinguru agama.Dengan demikian, semakin baik kualitas diklat semakin baik pula disiplin kerja guruagama.Ketiga, terdapat pengaruh langsung dan sangat signifikan disiplin terhadap kinerjaguruagama, yang ditunjukkan oleh nilai þ = 0,839, dengan persamaan regresi v = 32,015 +0,839X

2,

koefisien korelasi, r2.y

= 0,946, serta koefisien determinasi R square = 0,896, atau 89,6 %, membuktikanbahwa variasi yang terjadi pada kinerja guru agama dapat dijelaskan dengan disiplin kerja, artinyavariasi kinerja guru agama dijelaskan oleh disiplin kerja guru sebesar 89,6 %. Dengan perkataanlain, semakin baik disiplin kerja guru, maka kinerja guru agama semakin baik pula. Keempat, terdapatpengaruh langsung antara diklat dan disiplin kerja guru terhadap kinerja guru, dengan persamaanregresi Y = 30,070 + 0,313X

1 + 0,610X

2, koefisien korelasi R

y.12 = 0,952, dan koefisien determinasi R

square = 0,907 atau 90,7%, yang berarti bahwa variasi yang terjadi pada kinerja guruagama secarabersama-sama dijelaskan oleh diklat dan disiplin kerja. Impilikasi dari hasil penelitian di atas adalahkinerja guruagama dapat ditingkatkan dengan cara mengikuti diklat dan meningkatkan disiplinkerja guru Madrasah Ibtidaiyah di Kota Tangerang Selatan.

KATA KUNCI: Pendidikan dan Pelatihan, Disiplin Kerja, Kinerja Guru Agama

*Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Jl. Ir. H. Juanda Nomor 37 Ciputat, Tangerang Selatan. Email:[email protected]

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 157

A. PENDAHULUAN

Latar belakang yang mendorong saya untukmelakukan penelitian ini adalah disiplin gurumerupakan salah satu faktor yangmempengaruhi terhadap kinerja guru. Guruyang disiplin memberikan kontribusi positifterhadap proses pembelajaran siswa di kelas.Sementara diklat memiliki peran penting dalamdunia kerja karena dapat meningkatkan disiplinkerja dan keterampilan yang lebih baik sehinggaakan meningkatkan efisiensi dan efektivitaskinerja pegawai dan lembaga. Sebagai pendidik,guru seharusnya menjadi salah satu unsursumber daya yang sangat menentukankeberhasilan pendidikan di madrasah, karenaguru khususnya guru madrasah ibtidaiyahsangat dekat dengan siswa baik secara akademikmaupun psikologis.

Pada saat ini dan masa yang akan datangguru dituntut memiliki kemampuan akademik,sikap yang baik, dan keterampilan keguruanyang mendukung profesinya. Hal ini sesuaidengan pendapat yang diungkapkan oleh Taufik,yaitu ada dua faktor penting yang mempengaruhikinerja guru di madrasah yaitu faktor kualifikasistandar guru dan relevansi antara bidangkeahlian guru dengan tugas mengajar1. Untukitu, guru dituntut memiliki kemampuan yangsesuai dengan kebutuhan siswa, dan guru jugaperlu memikirkan cara-cara yang lebih efektif danefesien dalam membantu siswa memahami danmenghargai cara belajar secara individu, potensibelajar, dan kemampuan menguasai pelajaran,guru harus profesional dengan segalakompetensinya. Selain itu, guru juga memberikankesempatan kepada siswa mengalami suatukeberhasilan dengan memberikan tugas yanglebih mudah atau tugas yang sesuai dengankemampuan mereka. Hal ini penting gunamembantu siswa mengembangkan percaya diri,sikap positif dan minat yang kuat. Jadi, semuaupaya lembaga diklat dan guru tersebut bermuarakepada kinerja guru dalam kegiatanpembelajaran, terlebih untuk mata pelajaran-matapelajaran agama pada Madrasah Ibtidaiyah yanglebih banyak memerlukan penjelasan,pemahaman, dan praktik ajaran itu sendiri,sehingga menuntut kompetensi guru yang

memadai dalam rangka membantu keberhasilansiswa dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas,makapenulis tertarik untuk meneliti lebih jauhtentang “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihandan Disiplin Kerja Guru terhadap Kinerja GuruAgama Pada Madrasah Ibtidaiyah di KotaTangerang Selatan”

Rumusan masalah dalam penelitian iniadalah: 1) apakah terdapatpengaruh diklatterhadap kinerja guruagama pada MadrasahIbtidaiyahdi Kota Tangerang Selatan? 2) apakahterdapat pengaruh diklat terhadap disiplin kerjaguru agama pada Madrasah Ibtidaiyahdi KotaTangerang Selatan? 3) apakah terdapat pengaruhdisiplin terhadap kinerja guruagama padaMadrasah Ibtidaiyahdi Kota Tangerang Selatan?4) apakah terdapatpengaruh diklat dan disiplinguru secara bersama-sama terhadap kinerja gurupada Madrasah Ibtidaiyahdi Kota Selatan?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, makatujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiadakah pengaruh yang positif dan signifikanantara diklat dan disiplin terhadap kinerja guruagama pada Madrasah Ibtidaiyahdi KotaTangerang Selatan baik secara parsial maupunsecara bersama-sama.

Manfaat penelitian ini secarateoritisdiharapkan dapat memberikan sumbanganpemikiran dalam dunia pendidikandengan caramencermati fenomena yang ada pada suatuwilayah penelitian agar peneliti lain dapatmelakukan penelitian lanjutan, dan secara praktispenelitian ini diharapkan dapat: 1) menambahpengetahuan penulis tentang berbagaipermasalahan yang mempengaruhi kinerja guruagama di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah;2)memberikan informasi positif bagi pihaklembaga diklat untuk meningkatkanpenyelenggaraan diklat guru, yaitu informasitentang jenis-jenis diklat yang relevan bagipeningkatan didiplin kompetensi danprofesionalitas guru; 3) hasil penelitian juga dapatmenambah referensi untuk penelitian lebih lanjutbagi yang berminat mengembangkannya.

B. KAJIAN LITERATUR

1. Penelitian Terdahulu yang RelevanBeberapa penelitian yang relevan dengan

penelitian ini antara lain Syihabuddin, dalampenelitiannya tentang Pemantauan dan Evaluasi

1Abdul Hadis dan Nurhayati B., Manajemen Mutu Pendidikan(Bandung: Alfabeta, 2010), 9.

158 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan ...

Dampak Diklat Pusat Penelitian dan PelatihanPendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa(P4TK) Jakarta2, menyimpulkan bahwa evaluasidiklat berbeperan sebagai “budaya” dalam dauratau siklus pengembangan, yang dilakukansecara berkala untuk memperbaharui danmemutakhirkan data dan informasi dasar.

Adapun penelitian yang berhubungandengan disiplin kerja guru adalah sebagaiberikut: Anita, yang meneliti tentang PengaruhMotivasi Kerja Dan Kedisiplinan Guru TerhadapKinerja Guru di SMA Muhammadiyah 2Surakarta3, menyimpulkan bahwa terdapatpengaruh positif dan signifikan antaraKedisiplinan Guru Terhadap Kinerja Guru.

Kaliri, dalam penelitiannya tentangPengaruh Disiplin dan Motivasi Kerja TerhadapKinerja Guru pada SMA Negeri di KabupatenPemalang4, menyimpulkan bahwa Disiplin kerjaguru berpengaruh secara signifikan terhadapkinerja guru SMA Negeri di KabupatenPemalang.

Selanjutnya penelitian yang berhubungandengan kinerja guru adalah sebagai berikut:Turni Swastiati, yang meneliti tentangHubungan Antara Minat Siswa dan KemampuanMengajar Guru terhadap Prestasi Belajar BahasaInggris Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri11 Depok,5 menyimpulkan bahwa terdapathubungan positif yang signifikan antara minatsiswa dengan prestasi belajar Bahasa Inggrissiswa dengan keeratan hububungan antarakeduanya adalah 0,89. dan berdasarkan koefisiendeterminasi antara kedua variabel dapatdinyatakan bahwa minat siswa memberikankontribusi sebesar 73 % terhadap prestasi belajarBahasa Inggris.

AM Wibowo, yang meneliti tentang KinerjaGuru Madrasah Aliyah Fasca Diklat Fungsional

di Provinsi Nusa Tenggara Barat,6 menyatakanbahwa (1) Kinerja guru agama Madrasah Aliyahpasca mengikuti diklat fungsional dilihat darikompetensi pedagogis, kepribadian, sosial,profesional termasuk dalam kategori cukup.Namun dalam hal prestasi, guru agama MadrasahAliyah kurang memiliki prestasi yang menonjol.(2) Kinerja guru agama Madrasah Aliyah setelahmengikuti diklat fungsional berdampak baikterhadap prestasi belajar siswa. (3) Iklim akademissekolah berupa sarana pendukung, manajemen,program dan regulasi serta komitmen kepalamadrasah berdampak baik pada kinerja guruagama pasca diklat sedangkan fasilitas yangtersedia di madarasah tidak ikut mendukungdalam peningkatan kinerja guru agama. (4)Kinerja guru agama setelah mengikuti diklatberdampak positif terhadap kinerja guru yanglain.

Dari penelitian yang berhubungan dengankinerja tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwadiklat dan disiplin merupakan dua faktor diantarabeberapa faktor yang menentukan kinerja guruagama. Sehingga, semakin baik kualitas diklat dandisiplin kerja semakin baik pula kinerja guruagama Dan beberapa penelitian tersebut diatasdianggap relevan dan mendukung penelitian ini.

C. KAJIAN TEORI

a. Kinerja GuruKinerja merupakan kegiatan yang dijalankan

oleh tiap-tiap individu dalam kaitannya untukmencapai tujuan yang sudah direncanakan.Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapadefinisimengenai kinerja. Smith dalamMulyasa,menyatakanbahwa kinerja adalah “…..output drivefrom processes, human orotherwise”. Kinerjamerupakan hasil atau keluaran dari suatuproses.7Pendapat lain mengatakan kinerja(performance) dibentuk oleh disiplin (discipline) dankecakapan (ability). Rumusan tersebutmengisyaratkan bahwa tinggi rendahnya kinerjaseseorang akan ditentukan oleh tinggi rendahnyadisiplin dan kecakapan yang dimiliki untukmenjalankan tugasnya. Hal ini sesuai dengan

2 Syihabuddin, 2012. Pemantauan dan Evaluasi Dampak DiklatPusat Penelitian dan Pelatihan Pendidik dan Tenaga KependidikanBahasa (P4TK) Jakarta, Laporan Evaluasi Diklat.: PPPPK BahasaJakarta. hal. 15

3 Anita, 2010, Pengaruh Motivasi Kerja Dan Kedisiplinan GuruTerhadap Kinerja Guru di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta,Skipsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

4 Kaliri, 2008, Pengaruh Disiplin dan Motivasi Kerja TerhadapKinerja Guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pemalang, Tesis;UNES, Semarang, hal. 125

5 Turni Swastiati. 2006. Hubungan Antara Minat Siswa danKemampuan Mengajar Guru terhadap Prestasi Belajar BahasaInggris Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Depok. Tesis :UHAMKA Jakarta. hal. 93

6 A M Wibowo, 2013. Kinerja Guru Madrasah Aliyah FascaDiklat Fungsional di Provinsi Nusa Tenggara Barat,. Jurnal“Analisa”Volume 20 Nomor 02 Desember 2013, halaman 245-256

7Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: RemajaRosdakarya, 2005), 136.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 159

pendapat yang mengatakan bahwa pembentukankualitas kinerja individu dan kepuasandipengaruhi oleh disiplin.8Kusnadi mengartikankinerja sebagai gerakan, perbuatan, pelaksanaan,kegiatan atau tindakan sasar yang diarahkanuntuk mencapai tujuan atau target tertentu.9

Dari beberapa pengertian tentang kinerjatersebut di atas dapatdisimpulkan bahwa kinerjaadalah prestasi kerja yang telah dicapaiolehseseorang.Kinerja yang dimaksudkandiharapkan memiliki atau menghasilkan mutuyang baik dan tetap melihat jumlah yang akandiraihnya dan sesuai dengan yang direncanakan.

Kinerja guru mempunyai kriteria tertentu.Kinerja guru dapatdilihat dan diukurberdasarkan kriteria kompetensiyang harusdimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerjaguru,wujud perilaku yang dimaksud adalahkegiatan guru dalam proses pembelajaran.Kebermaknaan pembelajaran sangat ditentukanoleh pembelajar dalam hal ini guru. Meskipunpembelajar bukan satu-satunya sumber belajartetapi pembelajar merupakan variabel utamadalam menentukan kebermaknaan pembelajaran.

Seorang guru dituntut untuk dapatmengembangkan program pembelajaran yangoptimal sehingga terwujud proses belajar yangefektif dan efisien, hal ini didasarkan padakonsepsi bahwa seorang guru merupakan salahsatu komponen yang sangat berperan dalamproses pembelajaran dan secara langsungmempengaruhi peningkatan kualitas belajarsiswa. Di sisi lain guru juga harus memahamidengan baik tentang mekanisme prosespembelajaran yang menempatkan siswa sebagaipelaku belajar. Guru harus mengetahui bahwadalam proses pembelajaran, guru tidak mengajaritetapi kehadiran guru menyebabkan siswa belajar.Kinerja guru juga berarti bahwa seorang guruharus memiliki kompetensi yaitu kemampuanseorang guru dalam melaksanakan kewajibansecara bertanggung jawab dan layak.10

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkanyang dimaksud dengan kinerja guru adalahprestasi kerja yang telah dicapaioleh seorang guru

dalam menyusun perencanaan pembelajaran,melaksanakan proses pembelajaran,melaksanakan penilaian pembelajaran, danmelakukan tindak lanjut hasil penilaian.Adapunindicator kinerja guru dalam penelitian iniadalah:menyusun perencanaan pembelajaran,melaksanakan proses pembelajaran,melaksanakan penilaian pembelajaran, danmelakukan tindak lanjut hasil penilaian.

b. DiklatSecara garis besar, pendidikan dan pelatihan

(Diklat) dapat diartikan sebagai akuisisi daripengetahuan (knowledge), keterampilan (skills),dan sikap (attitudes) yang memampukan manusiauntuk mencapai tujuan individual dan organisasisaat ini dan di masa depan.11

Menurut terminologi lain, Diklat dipisahkansecara tegas, yakni Pendidikan dan Pelatihan.Pendidikan adalah segala usaha sadar untukmembina kepribadian, mengembangkanpengetahuan, dan kemampuan jasmaniah danrohaniah agar mampu melaksanakan tugas.Admodiwirio menyatakan bahwa pendidikanadalah usaha sadar untukmembina kepribadiandan mengembangkan kesempurnaan manusiaIndonesia, jasmani dan rohani yang berlangsungseumur hidup, baik di dalam maupun di luarsekolah dalam rangka pembangunan persatuanIndonesia dan masyarakat adil makmurberdasarkan Pancasila.12 Undang-undang Nomor20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional memberikan definisi pendidikanadalahusaha sadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajar dan prosespembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketermpilan yang diperlukan dirinya, masyarakatbangsa dan negara. Sedangkan pelatihan menurutHasibuan adalah suatu proses pendidikanterorganisir, sehingga karyawan belajarpengetahuan, teknik pengajaran, dan keahlianuntuk tujuan tetentu.13Raymond memberikandefinisi pelatihan adalah dikatakan bahwa

8Kusnadi, Masalah, kerja sama, konflik dan kinerja (Malang:Taroda, 2003), 27.

9 Kusnadi, Masalah, kerja sama, konflik dan kinerja (Malang:Taroda, 2003), 246.

10 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung:Rosdakarya, 2003), 14.

11Bambrough,J., Training Your Staff (Sterling Publishers, NewDelhi, 1998), . 1.

12 Soebagio Admodiwirio, Manajemen Training (Jakarta:Balai Pustaka, 1993), 3.

13 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 77.

160 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan ...

pelatihan adalah upaya yang direncanakanuntuk mempermudah pembelajaran parakaryawan tentang pengetahuan, keterampilandan prilaku yang berkaitan dengan pekerjaan.14

Dengan demikian pendidikan dan pelatihan(diklat) merupakan pembelajaran yang berkaitandengan usaha peningkatan pengetahuan,keterampilan, dan sikap dalam rangka pencapaiantujuan organisasi secaraefektif.Salah satu upayayang dilakukan adalah melalui pendidikan danpelatihan (diklat). Pada dunia pendidikan, istilahtersebut sekarang ini telah berkembang denganberbagai pengistilahan yang pada dasarnyamemiliki substansi yangsejenisdengan penataran,bimbingan teknis, advokasi, sosialisasi, ataupunworkshop yang kesemuanya bertujuanmeningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapatdisimpulkan bahwa diklat adalah merupakansalah satu praktik sumber daya manusia yangberfokus pada identifikasi, pengkajian sertamelalui proses belajar yang terencana berupayauntuk membantu mengembangkan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan agar individudapat melaksanakan pekerjaannya saat itumaupun di masa depan. Indikator diklat dalampenelitian ini yaitu: materi yang diajarkan, metodeyang digunakan, fasilitas pendukung,kemampuan narasumber, dan kemampuanpeserta.

c. Disiplin Kerja GuruDisiplin kerja merupakan salah satu faktor

yang penting dalam setiap kegiatan untukmencapai tujuan yang diinginkan. Denganadanya disiplin kerja, guru akandapatmempertahankan kinerjanya.

Ada beberapa pendapat dari para ahlimengenai disiplin kerja.Achmad Slametmenjelaskan bahwa disiplin berasal dari akar kata“disciple” yang berarti belajar. SelanjutnyaRobbins (dalam Achmad Slamet) menyatakan,disiplin adalah suatu sikap dan perilaku yangdilakukan secara sukarela dengan penuhkesadaran dan kesediaan mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasiatau atasan, baik tertulis maupun tidaktertulis.15Seiring dengan itu Semito menyatakan

“disiplin adalah sikap, tingkah laku danperbuatan yang sesuai dengan peraturan dariperusahaan baik tertulis maupun tidaktertulis”.16Ali Imron menegaskan bahwa disiplinitu sebagai suatu keadaan tertib dan teratur yangdimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpaada pelanggaran-pelanggaran yang merugikanbaik secara langsung maupun tidak langsungterhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadapsekolah secara keseluruhan.17SedangkanSiswanto Sastrohadiwiryo mendefinisikandisiplin kerja sebagai suatu sikap menghormati,menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulismaupun tidak tertulis serta sanggupmenjalankannya dan tidak mengelak untukmenerima sanksisanksinya apabila ia melanggartugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.18

Selanjutnya Anoraga berpendapat “disiplin kerjaadalah suatu sikap perbuatan untuk selalumenaati tata tertib”.19DanRaviantomengemukakan bahwa, “disiplin adalahmenaati atau taat pada ketentuan, peraturan,aturan main, kewajiban yang berkaitan denganpekerjaan yang ditekuninya”.20

Berdasarkan uraian diatas penulismenyimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatukeadaan setiap individu malaksanakan peraturanyang berlaku dengan semestinya serta tidakadanya pelanggaran terhadap peraturan tersebutbaik secara langsung maupun tidak langsung.Indikator disiplin kerja dalam penelitian iniadalah: tanggung jawab dalam pekerjaan dantugas, ketaatan terhadap peraturan yang telahditetapkan, dan penggunaan waktu secara efektif.

D. METODE PENELITIAN

Secara umum rancangan penelitian diartikansebagai cara ilmiah untuk mendapatkan datadengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untukmendapatkan data yang langsung valid dalam

14Raymond A. Noe, Jhon R Hollenbeck, Barry Gerhart danPatrick Wright, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta:Salemba Empat, terjemahan, 2010), 351.

15 Achmad Slamet, Manajemen Sumber Daya Manusia(Semarang: Unnes Press, 2007), 216.

16 Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia (Jakarta: Ghalia,Edisi Revisi, 1992), 184.

17Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia (Jakarta: PustakaJaya, 1995), 183.

18B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga KerjaIndonesia Pendekatan Administratif dan Operasional (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2005), 291.

19 Panj Anoragai, Psikologi Kerja (Jakarta: Penerbit PT. RinekaCipta,1992), 96.

20J. Ravianto, Produktivitas dan Mc Indo (Jakarta: LembagaSarana Info Usaha dan Produktivitas, 1990), 134.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 161

penelitian sering sulit dilakukan, oleh karena itudata yang telah terkumpul sebelum diketahuivaliditasnya, dapat di uji melalui pengujianreliabilitas dan obyeksitas.Rancanganpenelitiannyameliputi proses memilihpengukuran variabel, prosedur dan tekniksampling, instrumen, pengumpulan data, analisisdata yang terkumpul, dan pelaporan hasilpenelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian iniadalah penelitian survai kausal, dengan teknikanalisis regresi. Dalam hal ini, Singarimbunmengemukakan bahwa penelitian survai adalah:“Penelitian yang mengambil sampel dari satupopulasi dan menggunakan kuesioner sebagaialat pengumpulan data yang pokok”.21

Populasi atau universe, adalah jumlahkeseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinyaakan diduga.22. Populasi juga merupakanwilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dankarakteristik tertentu yang ditetapkan olehpeneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarikkesimpulannya23.Populasi dalam penelitian iniyaitu semua guru agama pada MadrasahIbtidaiyahdi Kota Tangerang Selatan. Jumlahpopulasi sebanyak 85orang guru yang tersebardi Madrasah Ibtidaiyah(negeri dan swasta) diKota Tangerang Selatan.

Menurut Marzuki, sampling adalah “carapengambilan sampel”24. Dalam penelitian inisampling adalah teknik yang dipergunakanuntuk mengambil, memilih atau menentukansampel penelitian. Sugiyono menyatakan bahwasample adalah bagian dari jumlah dankarakteristik yang dimiliki oleh populasitersebut.25 Bila populasi besar dan peniliti tidakmungkin mempelajari semua yang ada padapopulasi, misalnya karena keterbatasan dana,tenaga dan waktu, maka peniliti dapatmenggunakan sampel yang diambil dari populasiitu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untukpopulasi. Untuk itu sampel yang diambil daripopulasi harus betul-betul representatif(mewakili).

Sedangkan menurut Arikunto, sampeladalah “sebagian individu atau wakil populasiyang diteliti”.26Lebih lanjut Arikuntomenjelaskan bahwa: “Sebagai acuan apabilasubyek yang diteliti kurang dari 100, lebih baikdiambil semua sehingga penelitiannyamerupakan penelitian populasi, sedangkan jikalebih dari 100, maka lebih baik diambil antara10%, 15% ,atau 25% atau lebih”. Hal senadadikemukakan Sudman dalam Santosa jumlahsampel dalam penelitian korelasional minimum30. Dalam penelitian eksperimen masing-masingkelompok minimum berjumlah15 dan untukpenelitian survai sampelnya minimum 10027.

Atas dasar pemikiran tersebut di atas, danrealita populasi berjumlah kurang dari 100 orang,maka sampel yang dijadikan responden dalampenelitian ini adalah sampel total (seluruhpopulasi).Tempat atau lokasi penelitian ini adalahMadrasah Ibtidaiyah di Kota TangerangSelatan.Pengambilan datadilaksanakan daribulan Februari sampai dengan Juli 2016.

Dalam penelitian ini, instrumen yangdigunakan adalah berupa angket atau kuesioneryang berisi sejumlah pernyataan tertutup tentangoperasionalisasi dari pernyataan serta mengacupada skala likert untuk mengukur sikap,pendapat, dan persepsi responden yang berupapernyataan dengan klasifikasi tidak pernahdengan skor 1, jarang dengan skor 2, seringdengan skor 3, dan selalu dengan skor 4.

Prosedur kegiatan pengumpulan data dalampenelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitutahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahapmember check. Data yang telah terkumpul diolahdengan prosedur: Editing, Coding, Work sheet,analisis statistik, yaitu dengan analisis deskriptifdan analisis inferensial.

Adapun hipotesis yang hendak diujikebenarannya dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut: 1) terdapat pengaruh diklat terhadapkinerja guru agama pada Madrasah Ibtidaiyah

21 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES,1995), 3.

22 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES,1995), 152.

23 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung:Alfabeta, 2005), 90.

24 Marzuki, Metode Riset (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII,1986), 43.

25 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta,2005), 91.

26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), 117.

27 Santosa Murwani, dkk., Pedoman Tesis dan Disertasi (Jakarta;Program Pasca Sarjana UHAMKA, 2008), 22.

162 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan ...

di Kota Tangerang Selatan; 2) terdapat pengaruhdiklat terhadap disiplin kerjaguru agama padaMadrasah Ibtidaiyahdi Kota Tangerang Selatan;3) terdapat pengaruh disiplin kerja guru terhadapkinerja guru agama pada Madrasah Ibtidaiyahdi Kota Tangerang Selatan; dan 4) terdapatpengaruh diklat dan disiplin secara bersama-samaterhadap kinerja guru agama pada MadrasahIbtidaiyah di Kota Tangerang Selatan.

E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hipotesis dalam penelitian ini, yangpertama,kedua dan ketiga diuji dengan teknik analisis regresidan korelasi sederhana.Sedangkan hipotesiskeempat diuji dengan menggunakan analisisregresi dan korelasi ganda, yang kemudiandilanjutkan dengan korelasi parsial. Masing-masing pengujian hipotesis tersebut adalahsebagai berikut ini:

1. Pengaruh diklat terhadap kinerja guruagama

Hipotesis pertama yang diuji adalah untukmembuktikan bahwa terdapat pengaruhpositifdiklatterhadap kinerja guru agama padaMadrasah Ibtidaiyah. Dengan kata lain semakinbaik hasil diklat, maka akan semakin baik pulakinerja guru agama pada Madrasah Ibtidaiyahdalam melaksanakan tugas mengajar. Secarastatistik, hipotesis di atas dirumuskan sebagaiberikut :

H0

: = 0H

1: ‘“ 0

a. Persamaan RegresiBerdasarkan hasil analisis regresi linear

sederhana antara pasangan data diklat (X1)

dengan kinerja guru agamapada MadrasahIbtidaiyah (Y), diketahui bahwa nilai koefisienregresi b yang diperoleh adalah sebesar 1,030,dannilai konstanta a sebesar 28,529. Persamaanregresi dalam analisa ini adalah v = 28,529 +1,030X

1.

b. Uji sigifikansi Korelasi X1 dan Y

Uji signifikansi koefesien korelasi diperolehdari Model Summary. Terlihat pada baris pertamakoefosien korelasi (r

1.y) = 0,917 dan F

hitung = 439,240

dengan p-value = 0,00 < 0,05. Hal ini berarti H0

ditolak atau H1 diterima. Kesimpulan yang dapat

ditarik adalah terdapat pengaruh diklat terhadapkinerja guru agama MI.

Dengan demikian, koefisien korelasi variabeldiklat (X

1) dan koefisien korelasi variabel kinerja

guru agama(Y)adalah berarti atau signifikan.Sedangkan koefisien determinasi, yaitu R Square= 0,841, yang mengandung makna bahwa 84,1%variabelitas variabel kinerja guru agama MI dapatdipengaruhi oleh variabel diklat.

2. Pengaruh diklat terhadap disiplin kerjaHipotesis kedua yang diajukan adalah akan

membuktikan bahwa terdapat pengaruhpositifdiklat terhadap disiplin kerja guru. Dengan katalain semakin baikkualitas diklat, maka akansemakin baikdisiplin kerja guru dalammelaksanakan tugas.

Secara statistik, hipotesis di atas dirumuskansebagai berikut :

H0

: = 0H

1: ‘“ 0

a. Persamaan RegresiBerdasarkan hasil analisis regresi linear

sederhana antara pasangan data diklat (X1)

dengan disiplin kerja guru (X2), diketahui bahwa

nilai koefisien regresi b yang diperoleh adalahsebesar 0,733 dan nilai konstanta a sebesar6,214Persamaan regresi dalam analisa ini adalahX

2 =6,214 + 0,733X

2.

b. Uji sigifikansi Korelasi X1 dan X

2

Uji signifikansi koefesien korelasi diperolehdari Model Summary. Terlihat pada baris pertamakoefosien korelasi (r

2.1) = 0,928 dan F

hitung = 516,609

dengan p-value = 0,00< 0,05. Hal ini berarti H0

ditolak atau H1 diterima.Kesimpulan yang dapat

ditarik adalah terdapat pengaruh diklat terhadapdisiplin kerja guru.Dengan demikian, koefisienvariabel diklat (X

1) dan koefisien korelasi variabel

disiplin kerja guru (X2) adalah berarti atau

signifikan. Sedangkan koefisien determinasi yaituR Square = 0,862 yang mengandung makna bahwa86,2 % variabelitas variabel disiplin kerja gurudapat dipengaruhi oleh variabel diklat.

3. Pengaruh disiplin kerja terhadapkinerja guru agama

Hipotesis ketigayang diuji adalah terdapatpengaruh positif antara disiplin kerja dengankinerja guru agamapada Madrasah Ibtidaiyah.Dengan kata lain semakin baikdisiplin kerjaseorang guru, maka semakin baik pula kinerjaguru tersebut, sebaliknya semakin rendahdisiplin kerja pada seorang guru, maka semakinrendah pula kinerja guru tersebut.

Secara statistik, hipotesis di atas dapatdirumuskan sebagai berikut.

H0 : ñ

y2= 0

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 163

H1 : ñ

y2 ‘“ 0

a. Persamaan Regresi LinearBerdasarkan hasil analisis regresi linear

sederhana antara pasangan data disiplin kerja (X2)

dengan kinerja guru agama (Y), diketahui bahwanilai koefisien regresi b yang diperoleh adalahsebesar 0,839. Nilai konstanta a sebesar 32,015.Persamaan regresi dalam analisis ini adalah v =32,015 + 0,839X

2.

b. Uji sigifikansi Korelasi Disiplin Kerja (X2)

dan Kinerja Guru Agama (Y)Uji signifikansi koefesien korelasi diperoleh

dari Model Summary. Terlihat pada kolom ke-2koefosien korelasi (r

2.y) = 0,946 dan F

hitung= 713,215

dengan p-value = 0,00 < 0,05. Hal ini berarti H0

ditolak atau H1 diterima. Kesimpulannya adalah

terdapat pengaruh disiplin kerja guru terhadapkinerja guru agama pada Madrasah Ibtidaiyah.

Dengan demikian, koefisien korelasi X2 dan

Y adalah berarti atau signifikan. Sedangkankoefisien determinasi, yaitu R Square = 0,896, yangmengandung makna bahwa 89,6 % variabelitasvariabel kinerja guru agama dapat dipengaruhioleh variabel disiplin kerja guru.

4. Pengaruh diklat dan disiplin kerjasecara bersama-sama terhadap kinerja guruagama

Hipotesis keempatyang diajukan adalahterdapat pengaruh diklat dan disiplin kerja secarabersama-sama terhadap kinerja guru agama.Dengan kata lain makin baik kualitasdiklat danmakin baik disiplin kerjanya, makin baik pulakinerja guru tersebut, sebaliknya makin kurangkualitas diklat dan makin rendah disiplinkerjaguru, makin rendah pula kinerja gurutersebut. Secara statistik, hipotesis di atas dapatdirumuskan sebagai berikut:

H0 : ñy.

12= 0

H1 : ñ-y.

12 ‘“ 0

a. Persamaan Linear Ganda dan UjiSignifikansi

Dari tabel coefficient pada lampiran 15, padakolom b diperoleh konstanta b

0= 30,070; koefisien

regresi b1 = 0,313, dan b

2 =0,610. Sehingga

persamaan regresi linier ganda adalah Y = 30,070+ 0,313X

1 + 0,610X

2.

Dari hasil analisis pada tabel Coefficients,menunjukkan harga statistik untuk koefisienvariabel X

1, yaitu t

hitung = 3,073 dan p-value = 0,003/

2 = 0,0015 < 0,05 atau H0 ditolak, yang bermakna

Pendidikan dan Pelatihan berpengaruh positif

terhadap kinerja Guru. Selanjutnya hargastatistik untuk koefisien variabel X

2, yaitu t

hitung =

7,577 dan p-value = 0,000/2 = 0,000 < 0,05 atau H0

ditolak yang bermakna bahwa disiplinberpengaruh positif terhadap kinerja guru.

b. Uji Signifikansi Persamaan Regresi GandaUji signifikansi korelasi ganda (Variabel

Diklat dan Disiplin terhadap Kinerja Guru)diperoleh dari tabel Model Summary padalampiran 14 Terlihat pada baris kolom keduabahwa koefesien korelasi ganda (R

y.12) = 0,952

dan Fhitung

= 397,594, serta p-value = 0,000<0,05.Dengan demikian H

0 ditolak atau H

1 diterima.

Dengan demikian, koefesien korelasi ganda antaradiklat dan disiplin terhadap kinerja guru agamapada Madrasah Ibtidaiyah adalah berarti atausignifikan.

Sedangkan koefesien determinasiditunjukkan oleh R square = 0,907 yangmengandung makna bahwa 90,7 % variabelitasvariabel kinerja guru (Y) dapat dijelaskan olehDiklat (X

1) dan disiplin kerja (X

2), sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh diklat dandisiplin kerja secara bersama-sama terhadapkinerja guru sebesar 90,7 %.

Berdasarkan deskripsi data penelitiandiperoleh bahwa skor responden dari tiap variabelmenunjukkan dominan responden di bawah rata-rata. Untuk variabel pendidikan dan pelatihanyang di bawah harga rata-rata sebanyak 45responden (52,94%), dan variabel kinerja guruyang di bawah rata-rata sebanyak 56 responden(57,14 %). Kecuali variabel disiplin kerja yang dibawah rata-rata sebanyak 25 responden (29,41%).

Gambaran di atas menunjukkan bahwamasih lemahnya peran diklat dalam peningkatankompetensi guru agama Madrasah Ibtidaiyah dikota Tangerang Selatan, sehingga diklat yangdiselenggarakan oleh Pusdiklat Tenaga TeknisPendidikan dan Keagamaan masih perlupeningkatan, baik dari segi kuantitas, muatanatau kurikulum, proses pembelajaran selamadiklat maupun sarana pendukung kediklatan.Muatan kurikulum diklat hendaknya harusdisesuaikan dengan perkembangan kurikulum dimadrasah dan berorientasi ke perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi kekinian,keterampilan dan sikap serta sesuai dengankebutuhan guru di madrasah.

Sedangkan variabel kinerja guru juga masih

164 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan ...

perlu pembinaan dan pengawasan oleh kepalamadrasah, pengawas, maupum oleh Kepala SeksiPendidikan Madrasah Kantor KementerianAgama Kota Tangerang Selatan. Komponenkinerja guru Madrasah Ibtidaiyah yang perluditingkatkan adalah perencanaan/administrasiguru, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar(KBM), penilaian proses dan hasil belajar, dantindak lanjut setelah selesai proses pembelajaran.Sedangkan disiplin kerja guru tetap harusditingkatkan dan dipantau secara kontinyusehingga efektivitas dan efesien waktu selamapebelajaran dan pendidikan di madrasah dapatteraksana dengan baik.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,ternyata ke empat hipotesis yang diajukan dapatditerima. Uraian masing-masing penerimaanhipotesis yang dimaksud dapat dijelaskan sebagaiberikut: Pertama, Pengujian hipotesis pertamamenyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yangpositif dan signifikan diklat terhadap kinerjaguru yang ditunjukkan dibawahmemperlihatkan bahwa koefesien korelasi variabeldiklat dan kinerja guru sebesar 0,917. Sedangkankorelasi determinasi sebesar 0,841 atau sebanyak84,1%. Artinya, pengaruh diklat terhadap kinerjaguru Madrasah Ibtidaiyah di Kota TangerangSelatan sebanyak 84,1%.Meskipun secara statistikberhasil diuji dan mendapat kesimpulan bahwaterdapat pengaruh yang signifikan antara keduavariable tersebut, peneliti menyadari bahwa faktordiklat bukanlah satu-satunya faktor yangmenentukan tinggi rendahnya kinerja guru.Masih ada faktor lain yang mungkin berperanterhadap kinerja sepertiaktualisasi diri, promosijabatan, pengetahuan guru, keterampilan kerja,supervisi atasan, lingkungan kerja dan faktorlainnya yang tidak diteliti dalam penelitianini.Kedua, Pengujian hipotesis keduamenyimpulkan bahwa terdapatpengaruhyangpositif dan signifikan diklatterhadap disiplin kerja guru ditunjukkan dengankoefesien korelasi antara diklat dan disiplin kerjaguru sebanyak 0,928, dengan korelasi determinasisebanyak 0,862. Artinya pengaruh disiplinterhadap kinerja guru sebanyak 86,2 %.Hasilanalisis korelasi sederhana antara diklatdengandisiplin kerja guru memberikan pengertian bahwaketerkaitan antara diklatdan disiplin kerja gurukuat dan positif, artinya makin baik kualitasdiklat maka akan makin baik pula kinerja guru

tersebut. Demikan pula sebaliknya, makin rendahkualitas diklat, maka makin rendah pula disiplinkerja guru tersebut.Ketiga,Pengujian hipotesisketiga menyimpulkan bahwa terdapat pengaruhdisiplin kerja terhadap kinerja guru yangsignifikan dengan ditunjukkan oleh koefesienkorelasi antara disiplin dan kinerja sebanyak0,946, dengan korelasi determinasi sebanyak 0,896.Artinya pengaruh disiplin terhadap kinerja gurusebanyak 89,6%.Hasil analisis korelasi sederhanaantara disiplin kerja dengan kinerja gurumemberikan pengertian bahwa keterkaitanantara disiplin kerja dengan kinerja guru cukupdan positif, artinya makin tinggi disiplin kerjaguru Madarsah Ibtidaiyah di Kota TangerangSelatanmaka akan makin tinggi pula kinerja gurutersebut. Demikan pula sebaliknya, makin rendahdisiplin kerja pada seorang guru, maka makinrendah pula kinerja guru tersebut.Keempat,Hasilanalisis korelasi ganda antara diklat dan disiplinkerja dengan kinerja guru diperoleh nilaikoefisien korelasi ganda sebesar R

y.12 sebesar 0,952.

Hasil analisis data diperoleh juga koefesiendeterminasi sebesar 0,907 atau 90,7 %.Nilai inimenunjukkan bahwa keterkaitan antarapendidikan dan pelatihan dan disiplin kerja secarabersama-sama terhadap kinerja guru sangatpositif dan signifikan. Dengan demikian berartimakin baik kualitasdiklat dan disiplin kerja, makamakin baik pula kinerja guru tersebut. Sebaliknyasemakinrendahkualitas diklat dan disiplinkerjamaka akan rendah pula kinerja gurutersebut.Meskipun ada pengaruh yang positif,hasil analisis ini memperlihatkan bahwa banyakfaktor lain di luar diklat dandisiplin kerja yangmempengaruhi kinerja seorang guru. Faktor-faktor tersebut tidak dibahas dalam penelitian ini.

F. PENUTUP

Derdasarkan hasil analisis data terhadapvariabel-variabel dan pembahasan di atas dapatdisimpulkan sebagai berikut:1. Diklat berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja guru agama pada MadrasahIbtidaiyah di Kota Tangerang Selatan. Hal itudibuktikan dengan diperolehnya nilai denganp-value= 0,00< 0,05 dengan persamaan regresiv = 28,529 +1,030X

1,koefosien korelasi (r

1.y) =

0,917, dan koefisien determinasi R Square =0,841 atau 84,1 %. Hal ini menunjukkanbahwa diklat merupakan satu diantara

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 165

beberapa faktor yang menentukan kinerjaguru agama MI. Jadi,semakin baik kualitasdiklat semakin baik pula kinerja guru agama.

2. Diklat berpengaruh positif dan signifikanterhadap disiplin kerja guru agama padaMadrasah Ibtidaiyahdi Kota TangerangSelatan. Hal ini dibuktikan dengandiperolehnya nilai dengan p-value = 0,00< 0,05dengan persamaan regresi X

2 = 6,214 +

0,733X2,koefosien korelasi (r

2.1) =0,928 dan

Fhitung

= 516,609, dan koefisien determinasi RSquare = 0,862, atau 86,2%. Hal inimenunjukkan bahwa diklat merupakan satudiantara beberapa faktor yang menentukandisiplin guru agama. Dengan demikian,semakin baik kualitas diklat semakin baikpula disiplin kerja guru agama.

3. Disiplin kerja berpengaruh positif dansignifikan terhadap kinerja guru agama padaMadrasah Ibtidaiyah di Kota TangerangSelatan. Hal ini dibuktikan dengandiperolehnya nilai dengan p-value= 0,00< 0,05dengan persamaan regresi v = 32,015+0,839X

2,koefosien korelasi (r

2.y) = 0,946, F

hitung

= 713,215, dan koefisien determinasi R Square= 0,896, atau 89,6 %. Hal ini menunjukkanbahwa disiplin merupakan satu diantarabeberapa faktor yang menentukan kinerjaguru agama. Sehingga, semakin baik disiplinkerja semakin baik pula kinerja guru agama.

4. Diklat dan Disiplin kerja secara bersama-samaberpengaruh positif dan signifikaan terhadapkinerja guru agama pada MadrasahIbtidaiyahdi Kota Tangerang Selatan.Hal inidibuktikan dengan diperolehnya nilai denganp-value = 0,003/2 = 0,0015< 0,05 denganpersamaan regresi gandav = 30,070 + 0,313X

1

+ 0,610X2.,koefesien korelasi ganda (R

y.12) =0,952

dan Fhitung

= 397,594, dan koefisien determinasiR Square = 0,907, atau 90,7 %. Hal inimenunjukkan bahwa disiplin merupakansatu diantara beberapa faktor yangmenentukan kinerja guru agama. Jadi,semakin baikkualitas diklat dan disiplin kerjasemakin baik pula kinerja guru agama.Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada

beberapa rekomendasi yang dapat saya sampaikankepada:1. Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan

dan Keagamaan, dan Kepala Balai DiklatKeagamaan Jakarta, agar dapat

mengakomodir berbagai jenis diklat yangrelevan sebagai upaya peningkatan disiplindan kompetensi guru, terutama muatankurikulum yang sesuai dengan kebutuhanguru agama pada Madrasah Ibtidaiyah.Dengan terciptanya guru yang disiplin dankompeten, maka akan dapat meningkatkankinerja guru yang memiliki kapabilitas tugas.Adapun jenis-jenis diklat yang dianggaprelevan untuk diakomodir bagi guru agamapada madrasah adalah Diklat Implementasidan Pengembangan Kurikulum, DiklatSubstantif Guru Agama Islam, DiklatPenilaian Pembelajaran, Diklat PenyusunanBahan Ajar, Diklat Pengelolaan Pembelajaran,Diklat PKG-PKB, Diklat Model-modelPembelajaran, Diklat Integritas dan PotensiDiri, Diklat Karakter dan Jati Diri Bangsa,Diklat Revolusi Mental, dan Diklat BelaNegara.

2. Kepala Kantor Kementerian Agama KotaTangerang Selatan hendaknya mampumembina KKG-KKG agama pada MadrasahIbtidaiyahKota Tangerang Selatan secaramaksimal agar tercipta guru-guru agama padaMadrasah Ibtidaiyah yang professional danmengirimkan peserta diklat secaraproporsional.

3. Para Pengawas Pendidikan Agama Islam padaMadrasah Ibtidaiyah di Kota TangerangSelatan agar terus aktif memberikan supervisiakademik kepada guru-guru PendidikanAgama Islam pada Madrasah Ibtidaiyah secararutin dan berkala, agar tugas dan fungsi gurudapat tercapai sebagaimana harapan.

4. Kepala Madrasah Ibtidaiyah se-KotaTangerang Selatan yang tergabung dalamKKM 1 dan KKM 2 maupun K3M agar terussecara intensif melakukan pembinaanguruterutama dalam mensupport kegiatanKKG Agama pada Madrasah Ibtidaiyah,sehingga tugas dan fungsi guru dapatterlaksana secara maksimal untukmendapatkan hasil didik yang optimal.

5. Kepada para guru agama pada MadrasahIbtidaiyah dalam rangka menambahwawasan dan meningkatkan kompetensinya,selain mengikuti diklat reguler hendaklahdapat mengikuti Diklat Jarak Jauh (DJJ) yangdiselenggarakan lembaga diklat.

166 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan ...

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada akhir bahasanini, perkenankan sayamengucapkan terima kasih yang tulus kepadayang terhormat:Prof. H. Abd. Rahman, Ph. D.,Kepala Badan Litbang dan Diklat KementerianAgama beserta jajarannya, Dr. MachdumPriyatno, M. A., Ketua STIA LAN RI, Dr. H.Rohmat Mulyana Sapdi, M. A., sekertaris BadanLitbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Dr.H. Mahsusi, M. M., selaku Kepala PusdiklatTenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan BadanLitbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Dr.H. Muhbib Abdul Wahab, M. A., Dr. Hj. HindunAnwar, M.Pd., dan Drs. H. Ahmad Sodiqin, M.M., selaku pembimbing dan pembahas yangdengan sabar telah memberikan arahan danbimbingan kepada penulis hinggaterselesaikannya kaya tulis ilmiah ini, Drs. H.Ibnu Hasyir, M. M., Dr. H. Susari, M. A dan Dra.Hj. Nani Sutiati, M. M. Kepala Bidang I, II, dan

III Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan danKeagamaan Badan Litbang dan DiklatKementerian Agama, Kepala madrasah, guru-guru, dan pengawas Madrasah Ibtidaiyahse-KotaTangerang Selatan yang telah membantudalampenyelesaian karya tulis ilmiah ini, kepadasuami, anak-anak, serta keluarga yang senantiasamendukung, memotivasi, dan membantu, sampaiterselesaikannya karya tulis ilmiah ini, rekan-rekan widyaiswara dan seluruh fungsionalumum, atas semua bantuannya, dan semua pihakyang tidak dapat disebut satu-persatu, yang telahmembantu secara finansial dan spiritual,memberikan semangat serta dorongan kepadapenulissehingga karya tulis ilmiah ini dapatdiselesaikan dengan baik.

Demikian saya akhiri dengan ucapanalhamdulillah, kiranya bermanfaat dansemogaAllah SWT senantiasa meridhaikita semua. Amin.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 167

D A F TA R P U S TA K A

AA. Anwar Prabu Mangkunegara. ManajemenSumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Abdul Hadis dan Nurhayati B. Manajemen MutuPendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.

Achmad Slamet. Manajemen Sumber Daya Manusia,Semarang: Unnes Press, 2007.

Admodiwirio, Soebagio. Manajemen Training.Jakarta: Balai Pustaka, 1993.

Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta:Pustaka Jaya, 1995.

Alex S. Nitisemito. Manajemen Personalia. EdisiRevisi, Jakarta: Ghalia, 1992.

A M Wibowo, 2013. Kinerja Guru Madrasah AliyahFasca Diklat Fungsional di Provinsi NusaTenggara Barat,. Jurnal “Analisa”Volume 20Nomor 02 Desember 2013

Anita, 2010, Pengaruh Motivasi Kerja DanKedisiplinan Guru Terhadap Kinerja Guru diSMA Muhammadiyah 2 Surakarta, Skipsi:Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Alwi, Syafaruddin. Manajemen Sumber DayaManusia Strategi Keunggulan Kompetitif.Yogyakarta: BPFE, 2001.

Anne Anastasi dan S. Urbina. Psychoological Testing(7 th. Ed.). New Jersey; Prentice-Hall, Inc,1997.

Anoraga, Panji. Psikologi Kerja. Jakarta: PenerbitPT. Rineka Cipta, 1992.

Bambang Tri Cahyono. Manajemen Sumber DayaManusia. Jakarta: IPWI, 1996.

Bambrough,J. Training Your Staff, Sterling Publishers.New Delhi, 1998.

Diana, Anastasia, dan Fandy, Tjiptono. PenerapanSistem Kualitas Dalam Industri JasaBerdasarkan Konsep Total Quality Service.Manajemen Usahawan-LembagaManagement FE UI.Jakarta, 1998.

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.

Dirjen Dikdasmen. Pengelolaan Sekolah di Sekolah

Dasar. Jakarta: Depdikbud, 1996.

Handoko, T. H. Manajemen Personalia dan SumberDaya Manusia. Yogyakarta: Liberty, 1993.

Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber DayaManusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara,2011.

Hendri Simamora. Manajemen Sumber DayaManusia. Yogyakarta: STIE YPKN, 1995.

J. Ravianto, Produktivitas dan Mc Indo. Jakarta:Lembaga Sarana Info Usaha danProduktivitas, 1990.

Kaliri, 2008, Pengaruh Disiplin dan Motivasi KerjaTerhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri diKabupaten Pemalang, Tesis; UNES,Semarang,

Keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklattentang Kurikulum Diklat Teknis 2012, BabII Struktur kurikulum, 2012.

Kusnadi. Masalah, kerja sama, konflik dan kinerja.Malang: Taroda, 2003.

Lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016,tentang standar proses pendidikan dasardan menengah, 2016.

Lampiran Keputusan Kongres xxi PersatuanGuru Republik Indonesia Nomor: VI/Kongres/XXI/PGRI/2013 tentang Kode EtikGuru Indonesia, 2013.

Lubis, H.R., dkk., eds. Hipertensi dan Ginjal: DalamRangka Purna Bakti Prof. Dr. Harun RasyidLubis, Sp.PD-KGH. Medan: USU Press, 2008.

Marzuki. Metode Riset, Yogyakarta : FakultasEkonomi UII, 1986.

Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai.Jakarta: LP3ES, 1995.

Menpan. Pendidikan Nasional dan Angka Kredit BagiJabatan Guru, Bandung: SK No. 20 tahun1989.

Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003.

Muhibbin Syah. Dasar-dasar Psikologi Pendidikandengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja

168 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan ...

Rosda Karya, 2003.

Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005.

M. Saleh Marzuki. Strategi dan Model Pelatihan,Suatu Pengetahuan Dasar Bagi Instruktur DanPengelola Lembaga Latihan, Kursus danPenataran. IKIP Malang, 1992.

Nana Syaodih Sukmadinata. PengembanganKurikulum, Teori dan Praktek, Cetakan I,Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 tahun 2000tentang Pendidikan dan Pelatihan JabatanPegawai negeri Sipil, 2000.

Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010tentang Disiplin PNS, 2010.

Peraturan Menteri Pendayagunaan AparaturNegara. Pendidikan Nasional dan Angka KreditBagi Jabatan Guru, Bandung : SK No. 20tahun 1989.

Pedoman Diklat Teknis Fungsional PeningkatanKompetensi Guru Agama Muda MadrasahIbtidaiyah Pusdiklat Tenaga TeknisPendidikan dan Keagamaan Badan Litbangdan Diklat Kementerian Agama.

Raymond A. Noe, Jhon R Hollenbeck, BarryGerhart dan Patrick Wright. ManajemenSumber Daya Manusia. Jakarta: SalembaEmpat, terjemahan, 2010.

RobbinsStephen P. Dan Coulter, Mary.Manajemen. Jakarta: Erlangga, Edisi ke-10,2010.

Ruwaidah. “Pengaruh Pelatihan TerhadapProduktivitas Kerja Karyawan PT. WiraMustika Indah (Pabrik Paku dan KawatIndonesia)”. Jurnal Penelitian FakultasEkonomi Universitas Gunadarma, 2013.

R. Ibrahim dan Nana Syaodih Sukmadinata.Materi Pokok Pengembangan Inovasi DanKurikulum. Jakarta: Depdikbud, 1993.

Sardiman, AM. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2001.

Santosa Murwani. Pedoman Tesis dan Disertasi.Jakarta; Program Pasca Sarjana UHAMKA,2008.

Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. Manajemen TenagaKerja Indonesia PendekatanAdministratif danOperasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.

Siagian, Sondang P. Teori Pengembangan Organisasi.Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung:Alfabeta, 2005.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,1998.

Sutrisno, Edy. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: Prenada Media, 2014.

Syihabuddin, 2012. Pemantauan dan EvaluasiDampak Diklat Pusat Penelitian dan PelatihanPendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa(P4TK) Jakarta, Laporan Evaluasi Diklat.:PPPPK Bahasa Jakarta.

Turni Swastiati. 2006. Hubungan Antara MinatSiswa dan Kemampuan Mengajar Guru terhadapPrestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa SekolahMenengah Pertama Negeri 11 Depok. Tesis :UHAMKA Jakarta.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional, 2003.

Veithzal Rivai. Manajemen Sumber Daya Manusiauntuk Perusahaan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2009.

Veithzal Rivai. Performance Appraisal. Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2005.

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Motivasi. Jakarta:Ghalia, 1985.

William B. Werther, Jr dan Keith Davis. ManagingPersonalia. United States of Amerika : McGraw Hill Book Co.1993.

Wirawan. Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta:Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKAPress. 2004.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 169

ABSTRACT

The purpose of the study to see the work productivity of teachers Madrasah Tsanawiyah of pedagogicalcompetence and professional competence at the industrial parkin Kabupaten Bekasi. The study was conducted on10 Madrasah Tsanawiyahat the industrial parkin Kabupaten Bekasi with usinga questionnaire and interviews ofresearch method. Data were analyzed by content analysis. The results study of the work productivity MadrasahTsanawiyah teacher at 10 MTs, showing that some teacher for got pedagogic competence score below 60% is 48%(29 people) and for professional competence got score below 60% is 82% (49 people), that indicate teacher’sproductivity still very low.As well as the industrial park 100% have no effect on the discipline of work but the effecton work productivity of teachers. Based on the results of this study suggest should their performance evaluation ofteachers by the relevant authorities to identify the competency of teachers in the industrial park of KabupatenBekasi, the leadership of the madrasah should expand the activities of Self Development to improve the competenceof teachers and educational institutions and training multiply the program on mateari Pedagogic competence andprofessional competence of teachers

KEY WORDS: Work productivity teacher, industri park, madrasah tsanawiyah

PRODUKTIVITAS KERJA GURU MADRASAHDI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN BEKASI

D E R M A W A T I*

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melihat produktivitas kerja guru Madrasah Tsanawiyah dari kompetensipedagogik dan kompetensi profesional pada kawasan Industri Kabupaten Bekasi. Penelitian dilakukanpada 10 Madrasah Tsanawiyah di kawasan Industri Kabupaten Bekasi dengan sumber data penelitianadalah angket dan wawancara. Data dianalisis secara content analysis. Hasil penelitian pada 10 MadrasahTsanawiyah, produktivitas kerja guru Madrasah Tsanawiyah untuk kompetensi pedagogik yangmendapat nilai di bawah 60% sebanyak 48% (29 orang) dan untuk kompetensi profesionalisme yangmendapat nilai di bawah 60% sebanyak 82% (49 orang) masih sangat rendah, serta kawasan industri100% tidak berpengaruh pada disiplin kerja tapi berpengaruh pada produktivitas kerja guru.Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan adanya evaluasi kinerja guru oleh pihak yang terkaituntuk mengidentifikasi kompetensi guru di kawasan industri Kabupaten Bekasi. Pihak pimpinanmadrasah hendaknya memperbanyak kegiatan-kegiatan Pengembangan Diri untuk meningkatkankompetensi guru dan lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan serta memperbanyak programtentang materi kompetensi Pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru.

KATA KUNCI: Produktivitas kerja guru, kawasan industri, madrasah tsanawiyah

WORKS PRODUCTIVITY OF MADRASAHTSANAWIYAH TEACHERS AT THE INDUSTRIAL

PARKS IN KABUPATEN BEKASI

D E R M A W A T I*

*Pusdiklat tenaga teknis pendidikan dan keagamaan, jalan ir. h. juanda no. 37 ciputat tangerang selatan. email:[email protected]

170 Produktivitas Kerja Guru ...

A. PENDAHULUAN

Kemajuan dan keberhasilan pendidikan diIndonesia dipengaruhi oleh faktor internalmaupun eksternal. Secara implisit faktor internalmenyangkut faktor fisiologis atau jasmani danpsikologis atau adanya motivasi, seperti adanyarasa ingin tahu, ingin memperbaiki kegagalandan sebagainya. Sedangkan faktor eksternaldiantaranya datang dari orang tua, sekolah,masyarakat, lingkungan dan instrumen. Faktorinstrumen adalah faktor kurikulum, program,sarana dan fasilitas dan guru atau tenagapengajar.

Tujuan pembelajaran dapat tercapai denganmelihat proses pembelajaran, dimana prosespembelajaran merupakan seperangkat kegiatanbelajar yang dilakukan siswa (peserta didik).1

Kompetensi yang harus dimiliki seorangguru sebagai tenaga profesional meliputikompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dankompetensi profesional.2 Apabila seorang gurumemiliki kualitas kompetensi pedagogik,profesional, sosial dan kepribadian yang tinggimaka akan sangat mempengaruhi produktivitaskerjanya yaitu hubungan antara kualitas yangdihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukanuntuk mencapai suatu hasil.3

Selain proses pembelajaran yang baik, tujuanpembelajaran dapat dicapai melalui kompetensipedagogik yang dimiliki oleh guru yang meliputi:pemahaman terhadap peserta didik, perancangandan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasilbelajar dan pengembangan peserta didik untukmengaktualisasikan berbagai potensi yangdimiliki.4

Disamping kompetensi pedagogik,kompetensi professional harus dimiliki oleh guru.Kompetensi profesionalisme guru tugasutamanya adalah mendidik, mengajar,membimbing, mengarahkan melatih, menilai danmengevaluasi peserta didik pada pendidikan anakusia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.5

Dalam proses pembelajaran di kelas sangatlahdipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki olehguru. Kompetensi yang dimiliki oleh guru dalamhal ini antara lain kompetensi pedagogik dankompetensi professional akan menghasilkanproduktivitas kerja guru yang akan berdampakpada kualitas lulusan peserta didik.

Produktivitas kerja guru selain dipengaruhioleh kompetensi yang dimiliki juga sangatdidukung oleh lingkungan sekolah/madrasahyang merupakan kesatuan dengan semua halruang atau kesatuan makhluk hidup termasukmanusia dan semua perilaku oleh-matapencaharian dan kesejahteraan manusia danmakhluk hidup lain di sekitarnya lihat.

Lingkungan yang berada di sekitar madrasahberaneka ragam bentuknya. Salah satulingkungan yang ada di sekitar madrasah adalahkawasan industri. Kawasan industri adalahkawasan tempat pemusatan kegiatan industriyang dilengkapi dengan prasarana dan saranapenunjang yang dikembangkan dan dikelola olehPerusahaan Kawasan Industri yang telahmemiliki izin Usaha Kawasan Industri.6Kawasanindustri Kabupaten Bekasi banyak perusahaan-perusahaan yang berkembang pesat danbanyaknya masyarakat yang butuh pendidikanseperti Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah(MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah MenengahAtas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) danPerguruan Tinggi.

Dengan berkembangnya kawasan industridan masyarakat yang membutuhkan pendidikanserta perlunya kompetensi guru yang maksismal,mendorong peneliti untuk meneliti lebih jauhtentang keterkaitan produktivitas kerja dengankompetensi guru Madrasah-madrasahTsanawiyah yang berada di Kawasan IndustriKabupaten Bekasi. Apakah produktivitas kerjaguru Madrasah Tsanawiyah di kawasan industriKabupaten Bekasi ada kaitannya dengankompetensi pedagogik dan kompetensiprofessional masing-masing guru tersebut.

5 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen.

6 Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 41 Tahun 1996tentang Kawasan Industri.

1 Mukhtar & Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis TIK(Jakarta: Referensi, 2012), 26.

2 Kemendiknas, Buku Pedoman Penilaian Kinerja Guru (PKG)(Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik danTenaga Kependidikan, 2010).

3 Edward M Glaser, Productivity Gains Through WorklifeImprovement (New York: The Psycological Corporation, 1976),26.

4Asep Djihad Suyanto, Calon Guru dan Guru Profesiona(Yogyakarta: Multi Presindo, 2012), 49.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 171

B. KAJIAN LITERATUR

1. Produktivitas KerjaAntara motivasi dengan produktivitas guru

terdapat hubungan yang signifikan.7Dimanasemakin tinggi tingkat motivasi semakin tinggipula produktivitas guru di sekolah. Dalampemelitian yang dilakukan, terdapat hubunganyang positif dan signifikan antara iklim kerjadengan produktivitas guru SMK BidangTeknologi di Kota Manado. Penciptaan iklimkerja di sekolah sangatlah penting agar kepuasanguru senantiasa terjaga sehingga para guru dapatmenjalankan tugasnya dengan kinerja yangtinggi. Dan juga terdapat hubungan yang kuatantara motivasi dan iklim kerja denganproduktivitas guru. Dari hasil perhitungankompetensi motivasi, iklim kerja, memberikansumbangan (kontibusi) terhadap produktivitasguru sebesar 44,5%.

Guru sangat berperan dalam prosespembelajaran. Peran guru ini akan berpengaruhpada prestasi belajar siswa dan juga lingkungansekolah. Prestasi belajar siswa ini adalahmerupakan produktivitas kerja guru. Jadilingkungan sekolah dan peran guru akanberpengaruh bersama-sama terhadap prestasi

belajar siswa.8

2. Kompetensi PedagogikGuru dalam perencanaan pembelajaran

berpedoman pada kurikulum dan silabus.9 Dalamperencanaan pembelajaran tersebut memuatanalisis materi pembelajaran yang di dalamnyamemuat tentang standar kompetensi, kompetensidasar, indikator dan materi pokok. Kompetensipedagogik guru dalam proses pembelajaran diSMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar darisisi (a) penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik dilakukandengan cara mendalami masing-masing materipembelajaran secara konseptual melalui bacaan

buku-buku dan literatur tentang disiplin ilmumasing-masing, (b) pengembangan kurikulumyang terkait dengan mata pelajaran yang diampudilakukan dengan memantapkan sejumlah materipembelajaran kepada siswa secara baik dan benardan sesuai alokasi waktu pembelajaran yangdisediakan, (c) pengembangan potensi pesertadidik untuk mengaktualisasikan berbagai potensiyang dimiliki dilakukan dengan memberikansejumlah latihan dalam bentuk pekerjaan rumahyang berhubungan dengan materi pembelajaranyang sudah diajarkan, dan (d) memanfaatkanhasil penilaian dan evaluasi untuk kepentinganpembelajaran dilakukan dengan caramengidentifikasi perkembangan peserta didikmelalui kegiatan evaluasi pembelajaran danmenentukan beberapa tutor sebaya untukpengembangan materi ajar.

Kompetensi pedagogik guru dalammeningkatkan motivasi belajar siswa dilakukandengan berbagai cara, yaitu denganmemanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi, berkomunikasi secara efektif,empatik, dan santun dengan peserta didik danmelakukan tindakan reflektif untuk peningkatankualitas pembelajaran dilakukan dengan tesdiagnostik untuk setiap mata pelajaran yangsudah diajarkan.10

3. Kompetensi ProfesionalismeMenurut Dewi (2013)11, profesionalisme guru

berpengaruh dan signifikan terhadap kinerjaguru. Hal ini dapat diartikan bahwa semakinprofesional seorang guru dalam melakukanpekerjaannya maka kinerjanya akan semakinmeningkat pula berdasarkan hasil analisis datamenunjukkan secara parsial motivasi kerjaberpengaruh positif dan signifikan terhadapkinerja guru ekonomi Selanjutnya dinyatakanbahwa terdapat pengaruh yang positif dansignifikan antara motivasi kerja terhadap kinerjaguru ekonomi. Makin tinggi profesionalismeguru dan motivasi kerja guru maka makin baikkinerja guru. Guru yang profesional ditandai

7 Rio. M. Abast. “Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja denganProduktivitas Guru SMK di Kota Manado. ED Vokasi”. JurnalPendidikan Teknologi dan Kejuruan Volume 2, Nomor 2 (2011):71-82.

8 Galih Afrianta. “Pengaruh Lingkungan Sekolah dan PeranGuru terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS-1 SMA Negeri1 Pule Trenggalek. Skripsi. Inuversitas Nusantara PGRI Kediri.Simki.unpkediri.ac.id. (2014): 15

9Putri Balqis, Nasir Usman, Sakdiah Ibrahim. “KompetensiPedagogik Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar SiswaPada SMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar”. JurnalAdministrasi Pendidikan Pascasarjana Inuversitas Syiah Kuala,Volume 2 No. 1 (2014): 25-37.

10 Putri Balqis, Nasir Usman, Sakdiah Ibrahim. “KompetensiPedagogik Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar SiswaPada SMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar”. JurnalAdministrasi Pendidikan Pascasarjana Inuversitas Syiah Kuala,Volume 2 No. 1 (2014): 38.

11Tara Anggia Dewi. “Pengaruh Profesionalisme Guru danMotivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Ekonomi SMA se-KotaMalang”. Jurnal Promosi Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro,Volume 5 No. 1 (2013): 24-35.

172 Produktivitas Kerja Guru ...

dengan adanya penguasaan kemampuan/kompetensi yang dimiliki guru yang meliputikompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,kompetensi sosial dan kompetensi profesional.Seorang guru yang dapat menguasai materi sertakonsep-konsep mata pelajaran yang diampunya,akan dapat melakukan proses pembelajarandengan efektif.

4. Kawasan IndustriMenurut Teguh S. Pambudi, industri adalah

sekelompok perusahaan yang bisa menghasilkansebuah produk yang dapat saling menggantikanantara yang satu dengan yang lainnya. MenurutHinsa Sahaan, industri adalah bagian dari sebuahproses yang mengolah barang mentah menjadibarang jadi sehingga menjadi sebuah barang baruyang memiliki nilai lebih bagi kebutuhanmasyarakat.

Selanjutnya dengan dijadikannya wilayahkabupaten Bekasi sebagai kawasan industrimengakibatkan terjadinya pergeseran sektorusaha/mata pencaharian penduduk dari sektorpertanian ke sektor industri, perdagangan danjasa sehingga akan berpengaruh pada pendidikansecara umum.12

C. METODE PENELITIAN

1. Rancangan PenelitianPenelitian ini menggunakan metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitumendeskripsikan dan mengananalisisproduktivitas kerja guru-guru MadrasahTsanawiyah di Kawasan industri KabupatenBekasi. Pendekatan yang digunakan yaitupendekatan kualitatif, di mana data-data yangdikumpulkan dituangkan dalam bentuk uraian.

2. Sumber Dataa. Sumber data primerBerupa instrumen angket produktivitas kerja

guru yang diisi oleh guru responden. Guru-guruMTs yang dijadikan responden adalah guru yangberasal dari 10 MTs, masing-masing MTs akandiambil perwakilan masing-masing satu (1)orang guru IPA, IPS, Matematika, Bahasa(Inggris/Arab/Indonesia), PAI dan Seni dan

Budaya untuk mengisi angket produktivitaskerja guru. Jadi jumlah responden yang mengisiangket adalah 60 orang.

Selain data berupa hasil angket juga diambildata hasil wawancara yang diperoleh dariinforman Kepala Madrasah, Wakil Kepala BidangKurikulum, 1 orang guru perwakilan danPengawas Madrasah KKM MTsN Serang, KKMMTsN Cikarang, dan KKM MTsN Setu.Wawancara pada masing-masing MTs disaatpengambilan hasil isian angket.

b. Data sekunderSumber data sekunder adalah semua sumber

data yang berupa buku, jurnal dan data lainnyayang ada di perpustakaan.13

3. Tempat Dan WaktuPenelitian diadakan Madrasah Tsanawiyah

yang berada di kawasan Industri KabupatenBekasi yaitu 1)Madrasah Tsanawiyah pada KKMMadrasah Tsanawiyah Negeri Serang sejumlah5 madrasah yaitu MTs Negeri Serang, MTs SwastaAl-Husna, MTs Swasta Al-Barkah, MTs SwastaAl Ishlah, MTs Swasta Riyadlul Jannah;2)Madrasah Tsanawiyah pada KKM MadrasahTsanawiyah Negeri Setu ada 2 madrasah yaituMTs N Setu dan MTs Swasta Ar-Raudhah; dan3) Madrasah Tsanawiyah pada KKM MadrasahTsanawiyah Negeri Cikarang berjumlah 3madrasah yaitu MTs Swasta Muthmainnah, danMTs Swasta Al-Imaroh. WaktupenelitianPenelitian dilaksanakan dari bulanJanuari 2016 sampai dengan bulan Juli 2016.

4. Teknik Pengumpulan DataInstrumen yang digunakan dalam penelitian

ini berupa angket yang terdiri dari sejumlahpernyataan tertulis yang disediakan denganalternatif jawaban. Bentuk angket yangdigunakan adalah bentuk tertutup dengan 2alternatif jawaban (ya/tidak), dimana respondentinggal memilih salah satu jawaban yangmenurut responden jawaban tersebut sesuaidengan kondisi keadaan yang dihadapi ataudialami responden. Dan wawancara dilkukankepada informan untuk menjaring informasibagaimana produktivitas kerja berdasarkankompetensi pedagogik dan kompetensi

12 Jakaria M. Nur. Dampak Pembangunan Kawasan Industri diKabupaten Bekasi terhadap Alih Fungsi Lahan dan Mata PencaharianPenduduk. https://www.google.co.id/search?q=jurnal+ tentang+kawasan+industri&oq=jurnal+tentang+kawasan+industri&gs_(diakses9 Januari 2016).

13 Hal berkaitan dengan keberadaan penelitian yang lebihmenekankan aspek grounded research. Untuk keterangan lebihlanjut ada pada Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial:Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Tiara Wacana,2006), 184.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 173

profesional yang mereka miliki dilihat dari segilingkungan sekolah yang terletak di kawasanindustri.

5. Teknik Analisis DataUntuk memahami data primer dan sekunder

tersebut dapat digunakan teknik tertentu, yaituteknik yang paling umum digunakan adalahcontent analysis atau “kajian isi”yang dipahamidengan menggunakan pendekatan fenomenologi,dan langkah selanjutnya yang harus dilakukanpeneliti adalah membuat laporan etnografi.

Kompetensi pedagogik yang terdiri dari 7kompetensi dengan jumlah 165 indikator dankompetensi profesional yang terdiri dari 2kompetensi berjumlah 47 indikator. Skor rata-ratamasing-masing kompetensi dicantumkan dandijumlahkan dalam tabel untuk selanjutnyadikonversikan ke skala nilai 0 – 100, dan masing-masingnya dikonversi menjadi persentase (%).Nilai hasil 91%-100% disebut amat baik, 76%-90%disebut baik, 61%-75% disebut cukup, 51%-60%disebut sedang, dan d”50% disebut kurang.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data hasil penelitian yangdisajikan dalam bentuk tabel data berupa hasilisian angket. Adapun hasil pengumpulan dataisian instrumen angket untuk masing-masingmadrasah dibuat dalam bentuk tabel dan diagram.Penjelasan untuk hasil rekapitulasi dalam bentukpersentase dapat dijelaskan melalui digram dibawah ini.

1. Madrasah Tsanawiyah (MTs) NegeriSerang

Diagram 1. Rekapitulasi Persentase Produktivitas

Kerja Guru MTsN Serang

Dari data yang terdapat diagram1, dapatdianalisis bahwa rata-rata kompetensi pedagogikguru-guru yang jadi responden masih sangat

rendah. Hanya guru IPA yang mendapat nilaibaik yaitu 125 (76%) dan guru Matematikadengan nilai sedang yaitu 86 (52%), sedang guruIPS, Matematika, Bahasa, PAI dan Seni Budayaproduktivitas kerja mereka dari segi kompetensipedagogik mendapat nilai kurang yaitu d” 50%.Begitu juga dengan kompetensi profesionalismesemua guru nilai kurang yaitu d” 50%, palingtinggi guru IPA hanya mencapai nilai 15 (32%).

2. Madrasah Tsanawiyah Negeri SetuDiagram 2. Rekapitulasi Persentase Produktivitas

Kerja Guru MTsN Setu

Dari diagram 2. dapat dianalisis bahwa rata-rata kompetensi pedagogik guru-guru yang jadiresponden pada MTsN Setu sudah baik yaituguru IPA (81%), Guru IPS (89%), guruMatematika (81%) dan guru SBD (85%) dan guruRumpun Mata Pelajaran Bahasa mendapat nilaiamat baik yaitu 93 % kecuali guru mata pelajarandari rumpun PAI yang mendapat nilai kurang(25%). Dari kompetensi profesionalisme ada 3orang mendapat nilai sedang yaitu guru IPA, IPSdan rumpun Bahasa (51%) dan guru SBD (62%).Guru Matematika (19%) dan guru rumpun PAI(9%) mendapat nilai kurang.

3. Madrasah Tsanawiyah Swasta Al-BarkahDiagram 3. Rekapitulasi Persentase Produktivitas

Kerja Guru MTsN Al-Barkah

174 Produktivitas Kerja Guru ...

Diagram 3. untuk MTs Swasta Al-Barkahdapat dianalisis bahwa produktivitas kerja darisegi kompetensi pedagogik ada 2 guru yang jadiresponden mendapat nilai baik yaitu gururumpun Bahasa, dan Seni Budaya mendapat nilai76% dan 86%. 2 orang mendapat nilai cukup yaituguru IPA (73%) dan Matematika (72%).Sedangkan guru mata pelajaran IPS (45%) danGuru mata pelajaran rumpun PAI (48%)mendapat nilai kurang.

Untuk kompetensi profesionalisme guru IPAmendapat nilai 36%, guru IPS mendapat nilai 38%,guru matematika mendapat nilai 40%, gururumpun Bahasa mendapat nilai 45%, gururumpun PAI mendapat nilai 30 % dan guru SBDmendapat nilai 40%. Jadi semua guru masihmendapat nilai kurang (d” 50%).

4. Madrasah Tsanawiyah Swasta Al-IshlahDiagram 4. Rekapitulasi Persentase Produktivitas

Kerja Guru MTs. Al-Ishlah

Pada diagram 2.4, merupakan hasil angketdari responden guru MTs Swasta Al-Ishlahproduktivitas kerja guru yang jadi responden darikompetensi pedagogik guru IPA (68%) dan guruIPS (61%) mendapat nilai cukup. GuruMatematika (50%) mendapat nilai kurang danguru rumpun Bahasa (55%), guru rumpun PAI(53%), dan guru SBD (59%) mendapat nilaisedang.

Untuk kompetensi profesionalisme guru IPAmendapat nilai 53%, guru IPS mendapat nilai 51%,guru matematika mendapat nilai 43%, gururumpun Bahasa mendapat nilai 43%, gururumpun PAI mendapat nilai 43 % dan guru SBDmendapat nilai 4%. Jadi Guru IPA dan guru IPSmendapat nilai sedang, sedang guru yang lainnilainya d” 50% mendapat nilai kurang.

5. Madrasah Tsanawiyah Swasta Al-HusnaDiagram 5. Rekapitulasi Persentase Produktivitas

Kerja Guru MTs. Al-Husna

Pada diagram 5 diatas dapat dijelaskanbahwa dari segi kompetensi pedagogik guru IPAmendapat nilai 38%, guru IPS mendapat nilai 47%,guru matematika mendapat nilai 81%, gururumpun Bahasa mendapat nilai 34%, gururumpun PAI mendapat nilai 46 % dan guru SBDmendapat nilai 43%. Semua gurunya nilainyamasih sangat rendah. Nilai sedang didapatkanoleh guru matematika, Sedangkan guru lainnyamendapat nilai kurang (d”50%).

Untuk produktivitas kerja yang dilihat darisegi kompetensi profesionalisme, guru IPAmendapat nilai 31%, guru IPS mendapat nilai 31%,guru matematika mendapat nilai 53%, gururumpun Bahasa mendapat nilai 33%, gururumpun PAI mendapat nilai 29 % dan guru SBDmendapat nilai 27%. Hanya guru Matematikajuga mendapat nilai baik, sedangkan guru yanglain nilainya kurang yaitu berkisar antara 34%-47%, yang kalau dilihat masih jauh darikompetensi yang diinginkan.

6. Madrasah Tsanawiyah Swasta RiyadlulJannah

Diagram 6. Rekapitulasi Persentase Produktivitas

Kerja Guru MTs. Riyadlul Jannah

Dari data yang terdapat diagram 6, dapatdianalisis bahwa 2 orang guru mendapat nilaisangat baik yaitu guru IPS (91%) dan gururumpun bahasa (92%). Sedang guru IPA (87%),

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 175

Matematika (87%), rumpun PAI (89%), dan SBD(85) dikategorikan mendapat nilai baik.

Sedangkan untuk kompetensiprofesionalisme guru IPA mendapat nilai 47%,guru IPS mendapat nilai 26%, guru matematikamendapat nilai 32%, guru rumpun Bahasamendapat nilai 30%, guru rumpun PAI mendapatnilai 28 % dan guru SBD mendapat nilai 34%.Jadi semua gurunya mendapat nilai yang kurangdari 50%.

7. Madrasah Tsanawiyah Swasta MiftahulUlum

Diagram 7. Rekapitulasi Persentase Produktivitas

Kerja Guru MTs Miftahul Ulum

Pada diagram 7 dapat dilihat bahwa untukkompetensi pedagogik guru IPA mendapat nilai83%, guru IPS mendapat nilai 12%, gurumatematika mendapat nilai 27%, guru rumpunBahasa mendapat nilai 27%, guru rumpun PAImendapat nilai 26 % dan guru SBD mendapat nilai7%. Jadi yang mempunyai produktivitas kerjayang paling tinggi dari segi kompetensi pedagogikadalah guru IPA yang mendapat nilai 137 (83%)dengan kriteria nilai baik, sedangkan 5 orangguru lain yang menjadi responden semuamendapat nilai kurang.

Sedangkan Kompetensi profesionalisme guruIPA mendapat nilai 21%, guru IPS mendapat nilai21%, guru matematika mendapat nilai 21%, gururumpun Bahasa mendapat nilai 48%, gururumpun PAI mendapat nilai 21 % dan guru SBDmendapat nilai 21%, jadi semua guru jugamendapat kurang.

8. Madrasah Tsanawiyah Swasta Al-Muthmainnah

Diagram 8. Rekapitulasi Persentase Produktivitas

Kerja Guru MTs. Al-Muthmainnah

Diagram 8, hasil analisis peneliti untukkompetensi pedagogik, guru IPA mendapat nilai83%, guru IPS mendapat nilai 89%, gurumatematika mendapat nilai 88%, guru rumpunBahasa mendapat nilai 69%, guru rumpun PAImendapat nilai 84 % dan guru SBD mendapat nilai87%. Jadi 5 orang guru sudah mendapat nilai baikkecuali guru rumpun Bahasa mendapat nilaicukup (69%).

Untuk kompetensi profesionalisme guru IPAmendapat nilai 81%, guru IPS mendapat nilai 85%,guru matematika mendapat nilai 79%, gururumpun Bahasa mendapat nilai 40%, gururumpun PAI mendapat nilai 77 % dan guru SBDmendapat nilai 77%. Jadi 5 orang guru mendapatnilai baik kecuali guru rumpun Bahasa mendapatmendapat nilai kurang yaitu 40%.

9. Madrasah Tsanawiyah Swasta Ar-Raudhah

Diagram 9. Rekapitulasi Persentase Produktivitas

Kerja Guru MTs. Ar-Raudhah

Dilihat dari diagram 9, kompetensi pedagogikterlihat produktivitas kerja semua guru masihkurang yaitu nilai 45 (27%). Sedangkan untukkompetensi profesionalisme juga semua gurunya

176 Produktivitas Kerja Guru ...

mendapat nilai kurang yaitu guru IPA mendapatnilai 17%, guru IPS mendapat nilai 21%, gurumatematika mendapat nilai 19%, guru rumpunBahasa mendapat nilai 19%, guru rumpun PAImendapat nilai 19 % dan guru SBD mendapat nilai19%.

10. Madrasah Tsanawiyah Swasta Al-ImarohDiagram 10. Rekapitulasi Persentase

Produktivitas Kerja Guru MTs. Swasta Al-Imaroh

Pada hasil data yang terdapat diagram 10terlihat bahwa, produktivitas kerja guru MTsSwasta Al-Imaroh dari segi pedagogik guru danprofesionalisme sudah cukup baik. Untukkompetensi pedagogik guru IPA mendapat nilai90%, guru IPS mendapat nilai 82%, gurumatematika mendapat nilai 90%, guru rumpunBahasa mendapat nilai 98%, guru rumpun PAImendapat nilai 88 % dan guru SBD mendapat nilai85%. Hanya satu orang guru yang mempunyainilai amat baik yaitu guru rumpun (98%), sedang5 orang guru lainnya mendapat nilai baik (82%-90%).

Untuk kompetensi profesionalisme guruguru IPA mendapat nilai 51%, guru IPS mendapatnilai 70%, guru matematika mendapat nilai 64%,guru rumpun Bahasa mendapat nilai 94%, gururumpun PAI mendapat nilai 74 % dan guru SBDmendapat nilai 70%. Guru rumpun Bahasamendapat nilai amat baik (94%), 3 orang gurumendapat nilai baik yaitu guru IPS (70%), PAI(74%), dan SBD (70%) dan guru IPA (51%)mendapat nilai sedang.

Berdasarkan hasil pengumpulan data isianinstrumen ke-10 Madarasah Tsanawiyah di atas,maka dapat direkap dalam tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Produktivitas Kerja

Guru Madarasah Tsanawiyah (MTs.) di Kawasan

Industri Kabupaten Bekasi

Data yang terdapat pada tabel 11 di atas dapatdijelaskan bahwa untuk MTs Serang untukkompetensi pedagogik 1 orang guru mendapatnilai baik, 1 orang guru mendapat nilai sedangdan 4 orang guru mendapat nilai kurang, sedanguntuk kompetensi profesionalisme semuagurunya yaitu 6 orang mendapat nilai kurang.Pada MTs Setu untuk kompetensi pedagogik 1orang guru mendapat nilai amat baik, 4 orangguru mendapat nilai baik dan 1 orang gurumendapat nilai kurang, sedang untuk kompetensiprofesionalisme 3 orang guru mendapat nilaisedang dan 3 orang guru mendapat nilai kurang.MTs Al-Barkah untuk kompetensi pedagogik 2orang guru mendapat nilai baik, 2 orang gurumendapat nilai cukup dan 2 orang gurumendapat nilai kurang, sedang untuk kompetensiprofesionalisme semua 6 orang guru mendapatmendapat nilai kurang. Pada MTs Al-Ishlah untukkompetensi pedagogik 2 orang guru mendapatnilai cukup, dan 3 orang guru mendapat nilaisedang sedangkan untuk kompetensiprofesionalisme semua gurunya (6 orang)mendapat nilai kurang. Pada MTs Al-Husnauntuk kompetensi pedagogik 1 orang gurumendapat nilai sedang, dan 5 orang gurumendapat nilai kurang, sedang untuk kompetensiprofesionalisme 1 orang guru mendapat nilai baikdan 5 orang guru mendapat nilai kurang.Kompetensi pedagogik pada MTs Ryadlul Jannah2 orang guru mendapat nilai amat baik, 4 orangguru mendapat nilai baik, sedang untukkompetensi profesionalisme 6 orang gurumendapat nilai kurang. Untuk MTs Miftahul Ulumkompetensi pedagogik ada 1 orang gurumendapat nilai baik, 5 orang guru mendapat nilaikurang dan untuk kompetensi profesionalisme 6guru mendapat nilai kurang. MTs Muthmainnahuntuk kompetensi pedagogik 5 orang guru

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 177

mendapat nilai baik, 1 orang guru mendapatcukup dan untuk kompetensi profesionalisme 5orang guru mendapat nilai baik dan 1 orang gurumendapat nilai kurang. MTs Ar- Raudhah untukkompetensi pedagogik 6 orang guru mendapatnilai kurang dan kompetensi profesionalisme juga6 orang guru mendapat nilai kurang. Untuk MTsAl-Imron kompetensi pedagogik 1 orang gurumendapat nilai amat baik, 5 orang guru mendapatnilai baik sedangkan untuk kompetensiprofesionalisme 3 orang guru mendapat nilai amatbaik, 3 orang guru mendapat nilai baik, 1 orangguru mendapat nilai cukup, dan 1 orang gurumendapat nilai kurang.

Hasil keseluruhan dari data pada table 11dapat disimpulkan bahwa pada 10 MadrasahTsanawiyah, untuk kompetensi pedagogik yangmendapat nilai rata-rata baik ada 5 Madrasahyaitu MTs Setu, MTs Swasta Al-Barkah, MTsSwasta Riyadlul Jannah, MTs Swasta Muthmainnah,dan MTs Al-Imaroh. Dan untuk kompetensiprofesionalisme yang mendapat rata-rata nilaibaik ada 2 Madrasah Tsanawiyah yaitu MTsSwasta Muthmainnah dan MTs Swasta Al-Imaroh.

Hasil analisis terhadap data dari 10 Madrasahdiatas terlihat bahwa semua guru rata-rata masihkurang produktivitas kerja baik dari segikompetensi pedagogik maupun kompetensiprofesionalisme. Jumlah guru yang mempunyainilai cukup, baik dan amat baik untukkompetensi pedagogik berjumlah 31 orang (52%),jadi 29 orang (48%) guru masih mempunyai nilaidi bawah 60%. Sedangkan untuk kompetensiprofesionalisme jumlah guru yang mendapatnilai sedang dan kurang (di bawah 60%)berjumlah 49 orang (82%). Di lihat dari hasil inidisebabkan karena guru dalam melaksanakantugasnya sehari-hari hanya sekedar memenuhitanggung jawab kehadiran, tidak diiringi dengankriteria produktivitas kerja pegawai yangmeliputi: Efesiensi, Efektif dan Sikap Mental.14

Madrasah yang berada di kawasan industri,sudah pasti terpengaruh dalam melaksanakanaktivitas kerja sehari-hari walaupun gurumencoba mengantisipasi kondisi tersebut. Hal inidapat di lihat dari data angket yang di ambil dari10 Madrasah Tsanawiyah bahwa hanya ada 5

Madrasah Tsanawiyah yang kompetensipedagogiknya rata-rata baik dan untukkompetensi profesionalisme dari 10 MadrasahTsanawiyah hanya ada 2 Madarasah yangnilainya baik.

Dari hasil wawancara, guru mengatakanbahwa lingkungan kawasan industri tidakbermasalah bagi mereka dalam melakukankegiatan pembelajaran, karena mereka bisamengantisipasi kondisi tersebut. Tetapi akibatdari usaha antisipasi kendala yang yang merekalakukan, kondisi kawasan industri minimalnyamenguras tenaga, pikiran, waktu dan mungkinpengeluaran ekonomi yang lebih tinggi. Hal initentu berdampak pada usaha untukmeningkatkan produktivitas kerja dari segikompetensi pedagogik dan profesional, motivasikerja dan kemampuan untuk kearah peningkatankompetensi yang lebih berkualitas.

E. PENUTUP

1. Simpulana. Produktivitas kerja guru Madrasah

Tsanawiyah di kawasan Industri KabupatenBekasi dilihat dari kompetensi pedagogikmendapat nilai di bawah 60% sebanyak 48%(29 orang).

b. Produktivitas kerja guru MadrasahTsanawiyah di kawasan Industri KabupatenBekasi dilihat dari kompetensi profesionalmendapat nilai di bawah 60% sebanyak 82%(49 orang).

c. Kawasan industri 100% tidak berpengaruhpada disiplin kerja tetapi berpengaruh padaproduktivitas kerja guru.2. Rekomendasi

a. Hendaknya ada evaluasi produktivitas kerjaguru oleh Seksi Pendidikan Madrasah padaKantor Kementerian Agama KabupatenBekasi, Pengawas Madrasah pada lingkunganKelompok Kerja Madrasah masing-masing;Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri danMadrasah Tsanawiyah Swasta, KomiteMadrasah, dan peran guru Madrasah untukmembina guru dalam kualifikasinya sertakompetensi guru di Kawasan IndustriKabupaten Bekasi.

b. Pihak pimpinan madrasah hendaknyamemperbanyak kegiatan-kegiatanPengembangan Diri untuk meningkatkankompetensi guru.

14 Andi Rakhmah Hakim, Pengaruh Motivasi Dan Disiplin KerjaTerhadap Produktivitas Kerja Guru Di SMPN 2 Gresik KabupatenCirebon (Program Pascasarjana Universitas Swadaya GunungJati Cirebon, 2013)

178 Produktivitas Kerja Guru ...

c. Lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihanmemperbanyak program tentang materikompetensi pedagogik yang harus dipenuhioleh guru, dan sangat khusus untukkompetensi profesionalisme merupakanmasalah yang harus cepat ditanggulangi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan selesainya penelitian ini,perkenankan saya mengucapkan terima kasihyang tidak terhingga kepada Kepala BadanLitbang dan Diklat, Bapak Prof. Dr. AbdulRahman Mas’ud., Sekretaris Badan Litbang danDiklat, Bapak Dr. Rahmat Mulyana, dan KepalaPusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan danKeagamaan dan jajaran struktural di bawahnyayang telah memberikan petunjuk dan arahanpenulisan laporan penelitian ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih yang takterhingga saya sampaikan kepada ketiga timpembimbing yaitu: Prof. Muhaimin, AG, Dr. Hj.Hindun Anwar, M.Pd., Drs. H. Ahmad Sodiqin,M.M. Ketiga beliau telah mencurahkan pikirandan tenaganya dalam mengoreksi danmemperbaiki naskah laporan hasil penelitian inidari awal hingga selesai.

Saya sampaikan terima kasih pula kepadaKepala Kantor Kemenag Kabupaten Bekasi,Kepala Seksi Mapenda Kabupaten Bekasi, KepalaMTs Negeri maupun Swasta di Kawasan IndustriKabupaten Bekasi, Pengawas Madrasah, WakilKepala Madrasah dan Guru-guru MTs yang telahsangat membantu dalam penelitian ini. Parasahabat widyaiswara yang telah memberikansemangat untuk menulis dan berjuang dalamkancah widyaiswara. Terakhir kepada keluargasuami dan anak-anakku yang tercinta yang selalumemberi semangat untuk menyelesaikan naskahilmiah ini.[]

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 179

D A F TA R P U S TA K A

Abast, Rio. M. “Hubungan Motivasi dan IklimKerja dengan Produktivitas Guru SMK diKota Manado. ED Vokasi”. Jurnal PendidikanTeknologi dan Kejuruan, Volume 2 Nomor 2(2011).

Balqis, Putri, Nasir Usman, Sakdiah Ibrahim.“Kompetensi Pedagogik Guru dalamMeningkatkan Motivasi Belajar Siswa PadaSMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten AcehBesar”. Jurnal Administrasi PendidikanPascasarjana Inuversitas S yiah Kuala, Volume2 No. 1 (2014).

Dewi, Tara Anggia. “Pengaruh ProfesionalismeGuru dan Motivasi Kerja Terhadap KinerjaGuru Ekonomi SMA se-Kota Malang”.Jurnal Promosi Jurnal Pendidikan Ekonomi UMMetro, Volume 5 No. 1 (2013).

Glaser, Edward M. Productivity Gains ThroughWorklife Improvement. New York: ThePsycological Corporation, 1976.

Hakim, Andi Rakhmah. Pengaruh Motivasi DanDisiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja GuruDi SMPN 2 Gresik Kabupaten Cirebon.Program Pascasarjana UniversitasSwadaya Gunung Jati Cirebon, 2013.

Kemendiknas. Buku Pedoman Penilaian Kinerja Guru(PKG). Jakarta: Direktorat JenderalPeningkatan Mutu Pendidik dan TenagaKependidikan, 2010.

Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 41 Tahun1996 tentang Kawasan Industri.

Mukhtar & Iskandar. Desain Pembelajaran BerbasisTIK. Jakarta: Referensi, 2012.

Nur, Jakaria M. Dampak Pembangunan KawasanIndustri di Kabupaten Bekasi terhadap AlihFungsi Lahan dan Mata Pencaharian Penduduk.( h t t p s : / / w w w . g o o g l e . c o . i d /s e a r c h ? q = j u r n a l + t e n t a n g +kawasan+industri&oq=jurnal+tentang+kawasan+industri&gs_(diakses 9 Januari 2016).

Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial:Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif.Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.

Suyanto, Asep Djihad. Calon Guru dan GuruProfesional. Yogyakarta: Multi Presindo,2012.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentangGuru dan Dosen.

180 Produktivitas Kerja Guru ...

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 181

ABSTRACT

Implementation of the hajj pilgrimage became one of the main tasks of the Ministry of Religious Affairs. Inaddition to the Ministry of Religion, Law No. 13 of 2008 on the organization of the hajj pilgrimage organizingmandates include public participation. Organizing a special hajj pilgrimage to Hajj Lodging (PIHK) is one formof organization of the hajj as community participation. This study uses a case study design to examine themanagement of special pilgrimage in the city of Medan. The results of this study indicate that repeated violationsoccur in the process of organizing a special pilgrimage in the city of Medan. This happens because of weaksupervision by the Ministry of Religious Affairs as a result of regional offices of the provincial level did not havethe authority to conduct surveillance prior to imposing sanctions for the organizers of the hajj who commit violations.

KEY WORDS: Special hajj, PIHK, public service, Medan City

PELAYANAN HAJI KHUSUS PIHK AZIZI KENCANAWISATA KOTA MEDAN

M. A G U S N O O R B A N I

ABSTRAK

Penyelenggaraan ibadah haji menjadi salah satu tugas pokok Kementerian Agama. SelainKementerian Agama, Undang-undang No. 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah hajimengamanatkan penyelenggaraan ibadah haji menyertakan peran serta masyarakat. Penyelenggaraanhaji khusus oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) adalah salah satu bentukpenyelenggaraan ibadah haji sebagai peran serta masyarakat. Kajian ini menggunakan rancanganstudi kasus untuk menelaah manajemen penyelenggaraan haji khusus PIHK Azizi Kencana WisataKota Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi pelanggaran berulang pada prosespenyelenggaraan ibadah haji khusus di Kota Medan. Hal ini terjadi karena lemahnya pengawasanoleh pihak Kementerian Agama akibat kantor wilayah tingkat propinsi tidak memiliki kewenanganuntuk melakukan pengawasan terlebih hingga memberikan sanksi bagi penyelenggara haji yangmelakukan pelanggaran.

KATA KUNCI: Haji khusus, PIHK, pelayanan publik, Kota Medan

THE SERVICE OF SPECIAL HAJJ PIHK AZIZIKENCANA WISATA MEDAN CITY

M. A G U S N O O R B A N I*

*Peneliti Balai Litbang Agama Jakarta. Jl. Rawa Kuning No. 06 Cakung, Jakarta Timur. [email protected]

182 Pelayanan Haji Khusus di Kota Medan ...

A. PENDAHULUAN

Penyelenggaraan ibadah haji di Indonesiamenjadi hajatan nasional yang hampir selalumengundang riuh-rendah dari tahun ke tahun.Meski pemerintah telah mengeluarkan undang-undang khusus mengenai haji, yaitu UU Nomor13 tahun 2008 yang dilengkapi dengan PerpuNomor 2 tahun 2009 dan segenap peraturanpendukung yang berubah setiap tahunnya, tetapsaja permasalahan terkait penyelenggaraanibadah haji ini masih selalu muncul. Dan tidakjarang menjadi tajuk utama (headline) di mediamassa.

Ketidakseimbangan antara kuota tahunanyang tersedia dengan jumlah jamaah yanghendak berhaji, menjadi salah satu permasalahanyang kerap memunculkan keluhan darimasyarakat. Meski hampir tiap tahun kuotajamaah haji Indonesia ditingkatkan, namun tetapsaja pemerintah, dalam hal ini KementerianAgama, seakan kewalahan mengelola prosespenyelenggaraan ibadah haji. Salah satu upayamengatasi hal tersebut adalah membagiwewenang penyelenggaraan ibadah haji denganpihak swasta. Pihak swasta yang dimaksudadalah lembaga-lembaga yang memiliki izinmenyelenggarakan perjalanan ibadah haji.Penyelenggaraan perjalanan ibadah haji jenis inidikenal dengan istilah ibadah haji khusus, yangdahulu terkenal dengan sebutan ONH Plus.

Kajian ilmu administrasi dan kebijakanpublik memandang bahwa pembagianwewenang pelayanan publik antara pemerintahdengan pihak swasta menjadi salah satu alternatifsolusi atas buruknya pelayanan publik yangkerap terjadi. Gagasan pembagian wewenangpelayanan publik ini pertama kali dicetuskanDavid Osborne dan Ted Gaebler sebagai responatas buruk dan carut marutnya pelayanan publikdi Amerika Serikat. Salah satu poin penting darigagasan Osborne dan Gaebler adalah prinsippemerintahan yang kompetitif, yaitumenyuntikkan iklim persaingan ke dalampemberian pelayanan publik. Denganmenerapkan prinsip ini, bersama denganmelakukan sembilan prinsip lainnya, AmerikaSerikat secara perlahan berhasil membenahisistem pelayanan publiknya di bidang kesehatan,pendidikan, hingga rumah tahanan.1

Meski prinsip kompetisi seperti dikemukakanOsborne dan Gaebler diterapkan pada pelayananibadah haji khusus, namun sejumlahpelanggaran kerap terjadi terhadap jamaah hajikhusus ini, yang telah membayar lebih mahaldibanding dengan jamaah haji regular. PropinsiSumatera Utara menjadi daerah dengan kasuskejadian pelanggaran pelayanan terhadap jamaahhaji khususdengan frekuensi yang cukup tinggi.Tahun 2008 misalnya, sejumlah anggota jemaahhaji ONH plus yang diberangkatkan sebuah biroperjalanan haji dan umrah, setiba di tanah air,mengeluhkan pelayanan selama ibadah haji ditanah suci yang sangat buruk danmengecewakan. Menurut beberapa jamaah,pengalaman berhaji mereka tidak sesuai denganyang dijanjikan perusahaan biro perjalanan itu.Mulai dari jam makan yang tidak teratur,penginapan yang tidak sesuai dengan yangdijanjikan, dan penginapan yang berjarak kiloanmeter dari Masjidil Haram, dari semula dijanjikanhanya ratusan meter.

Pelayanan transportasi pun buruk sehinggapernah pada satu kesempatan ketika menujuperjalanan pulang dari Mina menuju Mekkahmereka harus berjalan sejauh empat kilometerkarena mobil yang ditumpangi rusak. Seorangjamaah bahkan mengaku sempat jatuh pingsantidak diberi makan selama 17 jam, disamping jugakarena kecapaian melakukan ibadah sertaminimnya layanan kesehatan.2

Tahun 2010, kejadian yang melibatkan biroperjalanan yang sama terjadi kembali. Kali inisebanyak 120 jamaah mengalami penelantaraansaat hendak berangkat ke Tanah Suci, sementararitual ibadah haji saat itu sudah mulaidilaksanakan. Padahal, menurut para jamaah,mereka sudah melunasi pembayara sebesar Rp.70juta rupiah sejak 2009 untuk keberangkatantahun 2010. Selain telah melunasi biaya perjalananibadah haji, mereka juga dimintai tambahansebesar Rp.3 juta hingga Rp.10 juta untukmemberangkatkan. Namun pihak biro perjalanantetap tidak bertanggung jawab memberangkatkanke-120 jamaah.3

Perspektif David Osborne dan Ted Gaebler”. Makalah tidakditerbitkan, 2008.

2Pelayanan ONH Plus Medan Mengecewakan. http://www.umrahhajiplus.com/baca.php?ArtID=1267 (diakses pada 6Mei 2012).

3Sulaiman Ahmad. 120 Jemaah ONH Plus Telantar di Medan.http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2010/11/12/7358/1Ahmad Zaenal Fanani. “Optimalisasi Pelayanan Publik;

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 183

Munculnya beberapa kasus pelanggaranpelayanan terhadap jamaah haji khusus di kotaMedan ini, melatarbelakangi ketertarikan untukmengkaji permasalahan ini lebih dalam. Penelitianini bertujuan menelaah mengapa kejadianpelanggaran terhadap hak jamaah haji khususberulang setiap tahunnya, bagaimana peranKementerian Agama tingkat propinsi dalammenangani hal ini, serta pandangan masyarakatpengguna jasa biro perjalanan haji terhadappelayanan ibadah haji khusus di Sumatera Utara.

Meski kerap terjadi pelanggaran pelayananibadah haji khusus di Kota Medan, namun belumbanyak kajian yang berusaha menelaah mengenaihal ini. Harahap misalnya, dalam kajiannya barumenelaah pandangan masyarakat terhadap perankelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) dalammembina jamaah haji. Hasil kajiannya mendapatibahwa masyarakat masih memandang peranpenting KBIH dalam membimbing mereka sebagaijamaah haji.4

Kajiannya yang hampir serupa jugadilakukan oleh Ilyas, yang menelaah kontribusiKBIH dan pelayanan petugas haji terhadapkelancaran ibadah haji masyarakat. Dalamkajiannya yang menggunakan rancangankuantitatif, Ilyas mandapati bahwa KBIH danpelayanan yang berkualitas berkontribusi positifterhadap pelaksanaan ibadah haji yangdilaksanakan oleh masyarakat. Semakin baikprogram dan semakin positif pelayanan yangdiberikan maka semakin memberikan dampakpositif bagi proses ibadah haji yang dijalanimasyarakat.5

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, beberapa permasalahan yang menjadi fokuspenelitian ini adalah;1. Apa peran Kanwil Kementerian Agama di

tingkat propinsi dalam mengatasipermasalahan pelayanan ibadah haji khusus

yang dihadapi masyarakat?2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap

pelayanan ibadah haji khusus di Kota Medan?Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah;1. Mengetahui peran Kanwil Kementerian

Agama di tingkat propinsi dalam mengatasipermasalahan pelayanan ibadah haji khusus.

2. Mengetahui pandangan masyarakat terhadappelayanan ibadah haji khusus di Kota Medan.

B. KAJIAN LITERATUR

Pelayanan secara bahasa6 adalah caramelayani, jasa, atau kemudahan yang diberikansehubungan dengan jual beli barang atau jasa.Secara istilah, seperti dijelaskan P. Kotler,7

pelayanan dapat didefinisikan sebagai aktivitasatau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihakkepada pihak lain yang pada dasarnya tidakberwujud dan tidak menghasilkan kepemilikanapa pun. Produk yang dihasilkan bisa terikatdalam bentuk fisik pun bisa bukan berupa fisik.Definisi lain menjelaskan bahwa pelayanan adalahproses penggunaan akal pikiran, panca indera,dan anggota badan dengan atau tanpamenggunakan alat bantu yang dilakukan olehseseorang untuk mendapatkan sesuatu yangdiinginkan baik dalam bentuk barang maupunjasa.8

Berdasarkan dua definisi di atas, dapatdisimpulkan bahwa pelayanan adalah kegiatanyang dilakukan untuk mencapai suatu tujuanyang sifat dasarnya tak teraba (intangible) dantidak menghasilkan kepemilikan apa pun atausesuatu. Pelayanan bisa berupa pelayanan fisikdan pelayanan administratif. Pelayanan fisik lebihbersifat pribadi sebagai manusia sementarapelayanan administratif adalah kegiatan yangdiberikan orang lain selaku anggota organisasi(besar maupun kecil).9

120_jemaah_onh_plus_telantar_di_medan/ (diakses pada 6 Mei2012).

4Abdur Rahman Harahap, Pandangan Masyarakat terhadapPeran dan Fungsi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dalamPembinaan Calon Jamaah Haji di Kota Medan (Medan: PorgramPasca Sarjana IAIN Sumatera Utara, Tesis tidak Diterbitkan, 2010),101.

5Ilyas, Kontribusi Program Kelompok Bimbingan Ibadah Haji(KBIH) dan Kualitas Pelayanan Petugas Haji terhadap KelancaranPelaksanaan Ibadah Haji Pada Jamaah Haji Kabupaten DeliSerdang (Medan: Program Pasca Sarjana IAIN Sumatera Utara,Tesis tidak Diterbikan, 2007). 100.

6Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus BesarBahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008).

7Giri Cahyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan dan HargaPelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat; Studi pada KantorUrusan Agama Kecamatan Serpong (Program Pasca SarjanaUniversitas Terbuka, Tesis tidak diterbitkan, 2008).

8Giri Cahyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan dan HargaPelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat; Studi pada KantorUrusan Agama Kecamatan Serpong (Program Pasca SarjanaUniversitas Terbuka, Tesis tidak diterbitkan, 2008).

9Giri Cahyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan dan HargaPelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat; Studi pada KantorUrusan Agama Kecamatan Serpong (Program Pasca SarjanaUniversitas Terbuka, Tesis tidak diterbitkan, 2008).

184 Pelayanan Haji Khusus di Kota Medan ...

Mengacu pada sejarah administrasi publik,pelayanan publik secara sederhana diartikansebagai pelayanan yang diselenggarakan olehpemerintah. Semua barang dan jasa yangdiselenggarakan oleh pemerintah kemudiandisebut sebagai pelayanan publik (whatevergovernment does is public service). Definisi yangterbatas ini wajar, sebab pada saat itupemerintahan suatu negara hanyamenyelenggarakan pelayanan yang menjadibarang publik atau pelayanan yang menurutkesepakatan politik dan pertimbangan moraldinilai penting bagi kehidupan warga negara.10

Seiring dengan perubahan peran negara ataupemerintah dan lembaga non-pemerintah dalammenyelenggarakan pelayanan yang menjadi hajathidup orang banyak, maka definisi di atas ditinjauulang. Gerakan New Public Management (NPM) dibanyak negara maju menjadi salah satu jawabanatas kelemahan pelayanan publik yang selama initerjadi. Keinginan mentransformasi nilai-nilaiyang ada di dunia usaha ke dalam sistempelayanan publik sektor pemerintah, mendorongmakin cepatnya perubahan sistem pelayanantersebut.

Kebijakan publik selalu dimulai dari isu-isuyang dirasakan oleh masyarakat luas di manaperlu dilakukan tindakan kebijakan olehpemerintah.11 Isu-isu ini biasanya dimulai dariadanya keluhan di masyarakat mengenai kualitaskebijakan yang diambil oleh negara yang tidakatau kurang memuaskan masyarakat. Atau bisajuga masukan yang diberikan oleh segolonganmasyarakat untuk yang tujuannya adalahmenciptakan tata pemerintahan atau sosial yanglebih baik. Tindakan kebijakan dimulai darimerumuskan kebijakan kemudian dilaksanakandalam implementasi kebijakan. Implementasikebijakan ini dievaluasi pelaksanaannyakemudian menjadi bahan masukan bagipelaksanaan kebijakan berikutnya. Nugroho12

menjelaskannya dalam model kebijakan publik

berikut;

Gambar 1.

Skema Kebijakan Publik

Kualitas pelayanan publik sendiri dapatdinilai dari sisi internal organisasi birokrasisebagai pemberi layanan dan sisi eksternalorganisasi yang berkenaan dengankebermanfaatan yang dirasakan oleh masyarakatpenggunan pelayanan publik. Islamy13

menjelaskan beberapa prinsip pokok yangdipahami aparat birokrasi publik mengenai aspekinternal organisasi pelayanan publik;1. Aksesibilitas, setiap jenis pelayanan harus

dapat dijangkau secara mudah oleh setiappengguna pelayanan.

2. Kontinuitas, pelayanan harus tersedia secaraterus menerus bagi masyarakat penggunaserta memiliki kepastian dan kejelasanketentuan atau hukum yang menjadilandasan bagi berjalannya proses pelayanan.

3. Teknikalitas, setiap jenis pelayanan dalamprosesnya harus ditangani oleh aparat yangbenar-benar memahami secara teknispelayanan tersebut berdasarkan kejelasan,ketepatan, kemantapan sistem, prosedur, daninstrumen pelayanan.

4. Profitabilitas, proses pelayanan padaakhirnya harus dapat dilaksanakan secaraefektif dan efisien dan memberikankeuntungan secara ekonomis dan terutamakeuntungan sosial jika terkait denganbirokrasi pemerintahan.

10Agus Dwiyanto, Manajemen Pelayanan Publik: Peduli,Inklusif, dan Kolaboratif (Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress, 2010).

11Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif; Komunikasi,Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya(Jakarta: Kencana Prenada, cet. Ke-3, 2008).

12Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif; Komunikasi,Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya(Jakarta: Kencana Prenada, cet. Ke-3, 2008).

13M. Irfan Islamy. “Reformasi Pelayanan Publik”. MakalahPelatihan Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia AparaturPemerintah Daerah dan Era Globalisasi di Kabupaten Dati IITrenggalek, 1999.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 185

5. Akuntabilitas, proses, produk, dan mutupelayanan yang telah diberikan harus dapatdipertanggungjawabkan kepada masyarakatkarena aparat pemerintah pada hakikatnyamemiliki tugas memberikan pelayanan yangsebaik-baiknya kepada masyarakat.

Kualitas pelayanan menurut Zeithaml danBitner14 dapat diukur dengan menimbang limafaktor; (1) Tangible atau sarana fisik; (2) Reliabilityatau keterandalan dalam menyediakan pelayanan;(3) Responsiveness yaitu kesanggupan memberikanpelayanan cepat dan tepat; (4) Assurance yaitukeramahan dan sopan santun yang meyakinkankepercayaan pelanggan, dan; (5) Empathy sikappenuh perhatian terhadap konsumen.

Pemerintah, melalui Keputusan Menpan No.63 tahun 2004, juga telah menjelaskan kualitaspelayanan publik yang pada hakikatnya adalahpemberian pelayanan prima kepada masyarakatyang merupakan perwujudan kewajibanaparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.Pelayanan prima ini memiliki landasan;1. Transparansi, terbuka2. Akuntabilitas, dapat dipertanggungjawabkan3. Kondisional, artinya sesuai dengan kondisi

untuk memenuhi prinsip efektivitas danefisiensi

4. Partsipatif, mendorong peran sertamasyarakat

5. Kesamaan hak atau tidak diskriminatif, dan6. Keseimbangan hak dan tanggung jawab

antara pihak pemberi dan penerima layanan.Selain peraturan di atas, birokrasi

pemerintahan yang bertugas memberikanpelayanan publik juga dibekali KeputusanMenteri PAN Nomor 81 tahun 1993 tentangPedoman Tatalaksana Pelayanan Umum yangharus dipegang. Dalam memberikan pelayanankepada masyarakat, maka prinsip-prinsip berikutharus dipegang; pertama, sederhana bahwaprosedur dan tata cara pelayanan harusditetapkan dan dilaksanakan secara mudah,lancar, cepat, tepat, tidak berberlit-belit, danmudah dipahami. Kedua, jelas dan pasti, bahwaprosedur dan tata cara pelayanan harus jelas dan

pasti. Persyaratan pelayanan, baik teknis maupunadministratif, unit kerja dan pejabat yangberwenang dan bertanggung jawab dalammemberikan pelayanan, rincian biaya atau tarifpelayanan dan tata cara pembayaran, dan jangkawaktu penyelesaian pelayanan harus dijelaskankepada publik sebagai penggunan pelayanan danmemiliki landasan hukum yang pasti.

Ketiga, aman yang menunjukkan bahwaproses dan produk hasil pelayanan memberikankeamanan dan kenyamanan. Keempat,keterbukaan yang berarti bahwa prosedur dantata cara pelayanan, persyaratan, unit kerja danpejabat yang bertanggung jawab memberilayanan, waktu perlaksanaan, rincian biaya atautarif, dan lain-lain hal yang berkenaan denganproses pelayanan wajib diinformasikan secaraterbuka agar mudah diketahui dan dipahami olehmasyarakat, baik diminta atau pun tidak diminta.Kelima, efisien yakni persyaratan pelayananhanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitanlangsung dengan pencapaian sasaran pelayanandengan tetap memerhatikan keterpaduan antarapersyaratan dengan produk pelayanan. Keenam,ekonomis bahwa pengenaan biaya atau tarifpelayanan harus ditetapkan secara wajar denganmempertimbangkan; nilai barang dan jasapelayanan, ketentuan perundang-undanganyang berlaku, dan kemampuan masyarakatuntuk membayar. Ketujuh, adil dan merata yangmenunjukkan jangkauan pelayanan diusahakanseluas mungkin dengan distribusi yang meratadan adil bagi seluruh lapisan masyarakat.Kedelapan, tepat waktu bahwa pelaksanaanpelayanan harus dapat diselesaikan tepat padawaktu yang telah ditentukan.

UU No. 25 tahun 2009 tentang PelayananPublik pada Pasal 1 menjelaskan pelayananpublik sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatandalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanansesuai dengan peraturan perundang-undanganbagi setiap warga negara dan penduduk atasbarang, jasa, dan/atau pelayanan administratifyang disediakan oleh penyelenggara pelayananpublik. Definisi pelayanan publik pada pasal 1 UUno. 25 tahun 2009 tersebut kemudian dipertegaspada pasal 2, bahwa penyelenggara pelayananpublik yang selanjutnya disebut Penyelenggaraadalah setiap institusi penyelenggara negara,korporasi, lembaga independen yang dibentukberdasarkan undang-undang untuk kegiatan

14Giri Cahyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan dan HargaPelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat; Studi pada KantorUrusan Agama Kecamatan Serpong (Program Pasca SarjanaUniversitas Terbuka, Tesis tidak diterbitkan, 2008).

186 Pelayanan Haji Khusus di Kota Medan ...

pelayanan publik, dan badan hukum lain yangdibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayananpublik.Berdasarkan definisi yang tertuang dalampasal 1 dan 2 undang-undang nomor 25 tahun2009 tersebut, maka penyelenggara pelayananpublik tidak hanya dilakukan pemerintah, namunjuga dapat dilakukan pihak swasta selamapembentukan lembaganya semata untukmelayani kepentingan publik.

David Osborne dan Ted Gaebler15 pernahmencetuskan gagasan Reinventing Governmentsebagai respon atas carut marutnya pelayananpublik di Amerika Serikat, yang meluluh-lantakkan berbagai sendi-sendi kebutuhanpenting masyarakat. Carut-marut pelayananpublik ini menyebabkan menurunnya kualitaspendidikan, sistem pemeliharaan kesehatan yangtak terkendali, hingga pengelolaan rumahtahanan yang membuat daya tampung menjadiberlebih sehingga menyebabkan para narapidanadapat melarikan diri. Kekacauan ini menyebabkankrisis keperayaan di masyarakat terhadap kinerjapemerintah.

Osborne & Gaebler16 mengajukan sepuluhprinsip Reinventing Government, yangtujuannya adalah mewirausahakan pelayananpublik dan birokrasi pemerintah. Kesepuluhprinsip tersebut adalah;1. Pemerintah lebih berperan untuk

mengarahkan ketimbang mengayuh sendirisistem pelayanan publik. Pemerintahan yangmenerapkan sistem kewirausahaan lebihberkonsentrasi dalam pembuatan kebijakan-kebijakan strategi dibanding sibuk denganurusan teknis pelayanan. Peran pemerintahanyang demikian tentu membutuhkan sumberdaya manusia yang mampu melihatkeseluruhan visi dan mampumenyeimbangkan berbagai tuntutanprodusen yang saling bersaing mendapatkansumber daya.

2. Pemerintah lebih memberi wewenangketimbang melayani. Pemerintah lebihmendorong masyarakat berpartisipasi aktif

dan memiliki inisiatif atas kebutuhan-kebutuhan mereka. Peran pemerintah sepertiini akan mendorong masyarakat untukmengontrol jalannya pemerintahan danmenumbuhkan kesadaran bahwapemerintahan adalah milik rakyat. Di sinipemerintah berfungsi sebagai pengawasbahwa kebutuhan-kebutuhan masyarakattelah terpenuhi.

3. Pemerintahan yang kompetitif,menyuntikkan iklim persaingan dalampemberian pelayanan. Dengan iklimkompetitif ini akan memaksa siapa pun yang‘menjual’ pelayanan publik, meresponkebutuhan pelanggan, meningkatkaninovasi.

4. Mengubah organisasi pemerintahan yangdigerakkan melulu oleh peraturan menjadiorganisasi yang bergerak demi mencapai misi.

5. Pemerintahan yang berorientasi padapencapaian kinerja. Pemerintahan yangmembiayai hasil kinerja pegawainyaberdasarkan kualitas hasil kerja bukanbergantung masa kerja dan tingkat otoritasakan meningkatkan kompetisi mencapai hasilkerja yang berkualitas baik.

6. Pemerintahan berorientasi pelanggan bukanbirokrasi. Mendudukkan kepercayaan dankepuasan rakyat yang menjadi pelanggansebagai prioritas.

7. Pemerintahan wirausaha, memproduksiketimbang membelanjakan. Mengelolapelayanan publik layaknya wirausaha harusmengatasi keterbatasan anggaran denganinovasi. Menetapkan biaya bagi pelayananpublik dapat menjadi alternatif, yangkeuntungannya dipergunakan bagipengembangan inovasi-inovasi pelayananpublik lainnya.

8. Berlaku antisipatif, menyediakan perangkat-perangkat atau tindakan pencegah dibandingmembangun sistem penanganan.

9. Desentralisasi kinerja, menghilangkan hirarkimenjadi kerja sama tim dan partisipatif.

10. Pemerintahan yang berorientasi melakukanperubahan melalui pasar.Penyelenggaraan ibadah haji khusus adalah

salah satu bentuk dari pembagian wewenangpelayanan publik, yaitu penyelenggaraan ibadahhaji, dari pemerintah kepada pihak swasta. Sebab,semua proses pelaksanaan penyelenggaraan

15Ahmad Zaenal Fanani. “Optimalisasi Pelayanan Publik;Perspektif David Osborne dan Ted Gaebler”. Makalah tidakditerbitkan, 2008.

16Ahmad Zaenal Fanani. “Optimalisasi Pelayanan Publik;Perspektif David Osborne dan Ted Gaebler”. Makalah tidakditerbitkan, 2008.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 187

ibadah haji khusus dilaksanakan oleh biropenyelenggara ibadah haji, sementara pemerintahhanya berperan sebagai regulator dan pengawaspenyelenggaraannya. Berbeda denganpenyelenggaraan haji regular di mana pemerintahberperan sangat besar dalam pelaksanaannya,mulai dari pendaftaran hingga pemulangankembali jamaah ke tanah air.

Pengertian mengenai ibadah haji khusussendiri tertuang dalam Undang-undang nomor13 tahun 2008 mengenai Penyelenggaraan IbadahHaji. Pada Pasal 1 ayat 14 dijelaskan secararingkas, bahwa Penyelenggaraan Ibadah HajiKhusus adalah Penyelenggaraan Ibadah Hajiyang pengelolaan, pembiayaan, danpelayanannya bersifat khusus. Sementara padaayat 15 dijelaskan Penyelenggara Ibadah HajiKhusus adalah pihak yang menyelenggarakanibadah haji yang pengelolaan, pembiayaan, danpelayanannya bersifat khusus. Penjelasan lebihlanjut mengenai ibadah haji khusus inidituangkan pada Pasal 38 ayat 1, yangmenjelaskan bahwa penyeleggaraan ibadah hajikhusus ini dilaksanakan bagi masyarakat yangmembutuhkan pelayanan khusus, yang karenakekhususannya ini maka pengelolaan danpembiayaannya pun bersifat khusus.

Meski pemerintah memberikan pelimpahanwewenang yang hampir menyeluruh kepadapihak swasta, namun tidak serta mertapemerintah lepas tangan. Pemerintah melaluiKementerian Agama memiliki wewenang untukmengeluarkan regulasi mengenai haji khususyang diselenggarakan oleh pihak swasta sertamelakukan pengawasan terhadap seluruhpenyelenggaraannya. Salah satu hal yangmenjadi wewenang pemerintah adalahmengeluarkan regulasi mengenai kualitaspelayanan penyelenggaraan ibadah haji khusus.

Mengacu pada pasal 38 ayat 1 UU nomor 13tahun 2008 di atas, pemerintah melaluiKementerian Agama kemudian mengeluarkanPeraturan Menteri Agama nomor 22 tahun 2011mengenai Standar Pelayanan MinimalPenyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. Dalampasal 3 PMA tersebut, disebutkan bahwa layananbagi jamaah haji khusus meliputi; pendaftaran,bimbingan ibadah jamaah haji khusus,transportasi jamaah haji khusus, akomodasi dankonsumsi di Arab Saudi, kesehatan jamaah hajikhusus, perlindungan jamaah haji khusus dan

petugas haji khusus, administrasi dan dokumenhaji.

Item-item pelayanan bagi jamaah haji khususdi atas tak jauh berbeda dengan item-itempelayanan yang juga diterima jamaah haji regular.Yang membedakan adalah pelayanan yangdiberikan memiliki kekhususan, berbeda dari yangditerima jamaah haji regular. Seperti saranatransportasi udara langsung atau paling banyakhanya melakukan satu kali transit, transportasidarat dengan menggunakan bus-bus syarikah danberpendingin udara, akomodasi penginapanyang tak lebih dari 500 meter dari Masjidil Haramdan Masjid Nabawi, konsumsi khusus, danpelayanan kesehatan khusus.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kota Medandengan menggunakan rancangan studi kasus.Karena bersifat kasus, maka sampel penelitian initidak mengandaikan sebagai gambaran kecil darikeseluruhan populasi penyelenggara ibadah hajikhusus (PIHK) yang ada di kota Medan. PIHKyang menjadi sampel penelitian ini adalah AziziKencana Wisata. Pemilihan PIHK Azizi KencanaWisata sebagai sampel didasarkan padapemberitaan media massa dan studi pendahuluan.Azizi Kencana merupakan salah satu PIHK yangtercantum dalam daftar PIHK resmi yangdikeluarkan oleh Kementerian Agama untukwilayah kota Medan. Pengumpulan datalapangan dilakukan selama 14 sejak 25 Junihingga 8 Juli 2012 di Kota Medan, Sumatera Utara.

Data penelitian dikumpulkan menggunakanteknik wawancara dan studi dokumentasi.17

Sumber data yang dituju dengan menggunakanteknik studi dokumentasi ini adalah pihakpenyelenggara ibadah haji khusus, KanwilKementerian Agama Propinsi, dan jamaah haji.Studi dokumentasi dilakukan terhadap hasilkajian-kajian yang pernah dilkukan olehakademisi maupun peneliti setempat.Wawancaratersutruktur dilakukan untuk memperdalam datahasil studi dokumentasi. Sumber data yang ditujudengan menggunakan teknik wawancara adalahpengelola PIHK Aziz Kencana Wisata, KanwilKementerian Agama Propinsi melalui BidangHaji, Zakat, dan Wakaf, dan terutama adalah

17Robert K. Yin, Studi Kasus; Desain dan Metode (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2002).

188 Pelayanan Haji Khusus di Kota Medan ...

jamaah haji pengguna jasa biro perjalanan hajidan umroh Azizi Kencana Wisata. Instrumenwawancara yang dipergunakan adalah daftarkisi-kisi pertanyaan wawancara dan recorder.

D. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada biro perjalananibadah haji khusus PT Azizi Kencana Wisata(selanjutnya disebut sebagai PIHK Azizi) yangberalamat di Jl. Sutomo Ujung nomor 102-BMedan, Sumatera Utara. Selain PIHK Azizi, dalamdaftar PIHK resmi yang dikeluarkan DirektoratJenderal Haji dan Umrah, di kota Medan terdapatsatu lagi PIHK yang beroperasi, yaitu PT ErniTours. Namun, PIHK ini memiliki jumlah jamaahyang masih sedikit dibanding dengan PIHK Azizi.

PIHK Azizi berdiri sejak 1996 dan barumendapat izin menyelenggarakan perjalananibadah haji khusus sejak 2002.Sebelum tahun 2002itu, PIHK Azizi hanya melaksanakan perjalananhaji dan umrah biasa.Jamaah PIHK Azizi tidaksaja berasal dari kota Medan atau PropinsiSumatera Utara, namun juga berasal dari daerahlain, seperti Aceh, Riau, Kalimantan, dan lainnya.PIHK Azizi selain memiliki kantor pusat diMedan, juga memiliki kantor perwakilan diJakarta.

PIHK Azizi menjadi sorotan di media massacetak lokal setidaknya sejak tahun 2008 karenakeluhan yang disampaikan beberapa jamaah hajikhusus usai melaksanakan ibadah haji. Sejaktahun 2008 hingga 2009, beberapa jamaahmengeluhkan pelayanan selama di tanah suciyang tidak sesuai dengan harga yang merekabayarkan.Kasus yang paling mencuat adalahpembatalan pemberangkatan 120 jamaah hajikhusus tahun 2010 yang kemudian berujungpada pelaporan para jamaah kepada PoldaSumatera Utara.

Seorang jamaah menyatakan bahwa alasanpembatalan pemberangkatan sampai saat ini puntidak diketahui. Informasi pemberangkatan yangdisampaikan pihak PIHK kepada jamaah saat itujuga tidak jelas dan berubah-ubah. Di tengahketidakpastian pemberangkatan tersebut, jamaahmasih dikenai biaya tambahan yang oleh pihakPIHK dikatakan sebagai biaya mengeluarkan visadari kedubes Arab Saudi. Pihak PIHK sepertimempermainkan perasaan jamaah, karena tidakmungkin jamaah yang sudah berada diembarkasi menolak, karena jika menolak dan

tidak jadi berngkat merupakan aib bagi jamaah.Meski sudah membayar, jamaah tetap tidak jadidiberangkatkan tahun itu.

Azizi Kencana Wisata menyatakan bahwapelayanan yang mereka berikan selama inisebenarnya sudah mengikuti aturan yang ada.Namun, banyak masyarakat yang menggunakanjasa calo untuk mendaftar keberangkatan haji danumrah mereka. Tak jarang, pihak jamaah danPIHK tak pernah sekalipun bertemu dan hanyabertemu pada saat hendak diberangkatkan.Banyak permasalahan yang dihadapi jamaahmenggunakan jasa PIHK Azizi Kencana Wisata,menurut pihak Azizi, juga karena banyakpermasalahan yang tak terduga saat di ArabSaudi. Seperti misalnya, hotel yang sudah dipesanbelum rapi saat jamaah tiba karena pengelolahotel yang sulit mengatur jamaah dari negaralain. PIHK Azizi juga berkilah kadang perubahannilai tukar dollar juga menjadi salah satupenyebab perubahan pelayanan yang dianggapjamaah sebagai ketidakjelasan pelayanan PIHK.

Meski Azizi Kencana Wisata bukan bagiandari aparatur pemerintah yang memberikanpelayanan publik atau pihak swasta, namunkegiatan pelayanan yang dijalani adalahpelimpahan sebagian wewenang KementerianAgama dalam memberikan pelayanan ibadahhaji. Sehingga Azizi Kencana Wisata juga harusmengikuti tatalaksana yang ditetapkan olehpemerintah dalam memberikan pelayanan publik.Hal ini seperti tertuang dalam Pasal 38 mengenaimandat penyelenggaraan haji khusus yangtertuang dalam Undang-undang No. 13 tahun2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

UU No. 25 tahun 2009 tentang PelayananPublik pada Pasal 1 juga menjelaskan, bahwapelayanan publik sebagai kegiatan atau rangkaiankegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhanpelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara danpenduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayananadministratif yang disediakan oleh penyelenggarapelayanan publik. Pasal 2 undang-undang yangsama menegaskan kemudian, bahwapenyelenggara pelayanan publik yangselanjutnya disebut Penyelenggara adalah setiapinstitusi penyelenggara negara, korporasi,lembaga independen yang dibentuk berdasarkanundang-undang untuk kegiatan pelayananpublik, dan badan hukum lain yang dibentuk

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 189

semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.Berdasarkan pasal 1 dan 2 Undang-undangnomor 25 tahun 2009 tersebut, makapenyelenggara pelayanan publik tidak hanyadilakukan pemerintah, namun juga dapatdilakukan pihak swasta selama pembentukanlembaganya semata untuk melayani kepentinganpublik.

Kanwil Kementerian Agama PropinsiSumatera Utara pun tidak mampu berbuat apapun untuk membela kepentingan jamaah. PihakKanwil Propinsi menyatakan bahwakewenangan penyelenggaraan haji khusus (saatitu) berada langsung di bawah Direktorat JenderalPenyelenggaraan Haji dan Umrah.Mulai daripendaftaran hingga pemulangan semuadilakukan oleh pihak PIHK di bawah koordinasidengan Ditjen PHU. Sementara Kanwil Propinsihanya berwenang memberi rekomendasi padasaat PIHK mengajukan izin perpanjangan izinpenyelenggaraan haji khusus.

Kasus pelayanan haji khusus di SumateraUtara, khususnya kota Medan ini, menjadianomali bagi konsep reinventing government yangdicetuskan Osborne dan Gaebler dan tentu sajamencederai semangat UU nomor 25 tahun 2009tentang Pelayanan Publik. Konsep yangmembagi kewenanangan pelayanan publikdengan pihak swasta agar terjadi kompetisipelayanan yang dapat memunculkan kualitaspelayanan terbaik justru terjadi sebaliknya. Kasuspelayanan haji khusus di Medan ini juga tidakmengikuti standar palayanan publik minimal,baik yang dikeluarkan Kementerian PANmaupun Kementerian Agama mengenai standarpelayanan minimal ibadah haji khusus.

Prinsip utama yang dilanggar, sepertitertuang dalam Keputusan Menpan No. 63 tahun2004, adalah transparansi dan akuntabilitas.Ketidakjelasan waktu pemberangkatan sertapenetapan biaya tambahan saat jamaah sudahberada di embarkasi keberangkatan adalahtindakan yang tidak transparan dan tidakbertanggung jawab. Pihak PIHK juga tidakmemiliki tanggung jawab atas kegagalanpemberangkatan jamaah.Meski pada akhirnyahak jamaah, seperti pengembalian uang ataupenundaan pemberangkatan hingga tahunberikutnya ditetapkan, namun ini semua setelahjamaah mengadukan pihak PIHK ke Polisi, bukanatas inisiatif dari PIHK sendiri.

Berulangnya pelanggaran oleh pihak PIHKyang sama terhadap jamaah haji khusus di kotaMedan juga mengindikasikan ketiadaanpengawasan, baik di tingkat propinsi maupunpusat. Kelemahan di tingkat propinsi tentu sajamasih dikeluarkannya rekomendasipenyelenggaraan haji khusus bagi PIHK kepadaKementerian di tingkat pusat. Penjelasan bahwapelaksanaan haji khusus menjadi wewenangKementerian tingkat pusat bukan pada kantorwilayah propinsi mengindikasikan adanyaketidakjelasan hirarki pelayanan di bidang hajikhusus ini. Pada akhirnya, Kementerian Agamatingkat propinsi pun kesulitan untuk mengaksesdata maupun pemeriksaan kepada PIHK.Dan initentu saja tidak sejalan dengan prinsip yangdikemukakan Osborne dan Gaebler, bahwa untukmenciptakan pelayanan publik yang bersifatkewirausahaan harus melakukan desentralisasihirarki kekuasaan.

Berulangnya pelanggaran jugamengindikasikan tidak adanya sistem hukumanbagi PIHK yang tidak melakukan pelayanansesuai dengan standar pelayanan minimal.Ketiadaan hukuman terhadap pelanggaran yangtelah berulang kali terjadi kemudianmemunculkan efek ketidakpedulian PIHKterhadap pelayanan yang berkualitas terhadapjamaah haji khusus. Tidak adanya pembedaanantara PIHK yang memberikan pelayanan primadengan yang memberikan pelayanan burukmenghambat pemberian informasi kepadamasyarakat mengenai PIHK yang berkualitas danyang tidak.

Kementerian Agama selaku pihak yangberwenang mengkoordinasi dan mengeluarkanregulasi mengenai pelaksanaan ibadah haji yangmendapat stigma buruk. Masyarakat semakinmenilai buruk terhadap pelayanan publik yangdiberikan oleh Kementerian Agama, meskipelaksana penyelenggaraan ibadah haji khususadalah PIHK.Masyarakat tidak pernah melihatapakah PIHK melayani penyelenggaraan ibadahhaji dengan baik atau tidak. Sebab, selaku pemberiizin bagi PIHK untuk menyelenggarakan hajikhusus, Kementerian Agama tidak memberisanksi bagi PIHK yang melanggar. Karena itu,sudah sebaiknya dilakukan perbaikan sistemyang menyeluruh dalam proses penyelenggaraanhaji, agar citra Kementerian Agama tidakmemburuk semakin dalam.

190 Pelayanan Haji Khusus di Kota Medan ...

E. PENUTUP

KesimpulanTerjadinya pelanggaran pelayanan jamaah

haji khusus yang berulang sejak tahun 2008 olehPIHK yang sama akibat tidak ada atau lemahnyapengawasan, baik dari pihak Kementerian Agamatingkat propinsi maupun pusat. Selain ketiadaandan lemahnya pengawasan, ketiadaan hukumanbagi PIHK yang tidak memberikan pelayanansesuai dengan standar pelayanan minimal yangtelah dikeluarkan oleh Kementerian PAN danKementerian Agama menjadi penyebab pentinglainnya.

Kementerian Agama tingkat propinsi tidakmemiliki wewenang untuk melakukanpengawasan terlebih memberikan sanksi bagiPIHK yang tidak memberikan pelayanan kepadajamaah haji. Selain itu, Kementerian Agama jugamengalami kesulitan untuk mengakses prosespelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji khususoleh PIHK sehingga rekomendasi yang diberikanuntuk memperpanjang perizinan seperti membericek kosong.

Masyarakat pengguna jasa biro perjalananhaji terhadap pelayanan ibadah haji khusus diSumatera Utara memandang bahwa kesalahantetap berada di pihak Kementerian Agama. SebabKementerian Agama yang memberikan izin danmemiliki wewenang untuk mengeluarkanregulasi demi perbaikan pelayananpenyelenggaraan ibadah haji. Meski jugamemandang bahwa pihak PIHK salah, namunmasyarakat tetap menggunakan jasa PIHKbermasalah karena tidak adanya informasimengenai PIHK yang memberikan pelayanan

yang baik maupun PIHK yang memberikanpelayanan berkualitas.

SaranBerdasarkan kesimpulan di atas, beberapa

rekomendasi yang dapat diberikan adalah;1. Memberikan kewenangan bagi Kementerian

Agama Propinsi untuk melakukanpengawasan terhadap PIHK yang beroperasidi wilayah kerja mereka.

2. Kementerian Agama melakukan revisi atasPeraturan Menteri Agama nomor 22 tahun2011 tentang Standar Pelayanan MinimalPenyelenggaraan Ibadah Haji Khususdengan menambahkan pasal-pasal yangmerinci mengenai hukuman yang diterimapihak PIHK jika tidak menyediakan pelayananminimal.

3. Hukuman yang dapat diberikan dapat berupapengurangan kuota bagi PIHK, pembatasanwilayah, hingga pencabutan izinpenyelenggaraan ibadah haji dan umrah.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasihkepada segenap pihak yang membantuterlaksananya penelitian ini. Terutama kepadapara jamaah yang bersedia menyempatkan waktuberdiskusi dengan penulis. Kepada pihakpenyelenggara ibadah haji khusus yang menjadiobjek penelitian. Dan terakhir kepada pihakKanwil Kementerian Agama Propinsi SumateraUtara yang telah menyediakan data awal untukkeperluan penelitian ini.[]

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 191

D A F TA R P U S TA K A

Ahmad, Sulaiman. 120 Jemaah ONH Plus Telantardi Medan. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2 0 1 0 / 1 1 / 1 2 / 7 3 5 8 /120_jemaah_onh_plus_telantar_di_medan/(diakses pada 6 Mei 2012).

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif;Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publikserta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:Kencana Prenada, Cet. Ke-3, 2008.

Fanani, Ahmad Zaenal.” Optimalisasi PelayananPublik; Perspektif David Osborne dan TedGaebler”. Makalah tidak diterbitkan, 2008.

Cahyono, Giri. Pengaruh Kualitas Pelayanan danHarga Pelayanan terhadap KepuasanMasyarakat; Studi pada Kantor Urusan AgamaKecamatan Serpong. Program Pasca SarjanaUniversitas Terbuka, Tesis tidakditerbitkan, 2008.

Dwiyanto, Agus. Manajemen Pelayanan Publik:Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2010.

Harahap, Abdur Rahma. Pandangan Masyarakatterhadap Peran dan Fungsi Kelompok BimbinganIbadah Haji (KBIH) dalam Pembinaan CalonJamaah Haji di Kota Medan. Medan: PorgramPasca Sarjana IAIN Sumatera Utara, Tesistidak diterbitkan, 2010.

Ilyas. Kontribusi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji(KBIH) dan Kualitas Pelayanan Petugas Hajiterhadap Kelancaran Pelaksanaan Ibadah Hajipada Jamaah Haji Kabupaten Deli Serdang.Medan: Program Pascasarjana IAINSumatera Utara, Tesis tidak diterbitkan,2007.

Islamy, M. Irfan. “Reformasi Pelayanan Publik”.Makalah Pelatihan Strategi PembangunanSumber Daya Manusia AparaturPemerintah Daerah dan Era Globalisasi diKabupaten Dati II Trenggalek, 1999.

Pelayanan ONH Plus Medan Mengecewakan. http://w w w . u m r a h h a j i p l u s . c o m /baca.php?ArtID=1267 (diakses pada 6 Mei2012).

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka, 2008.

Yin, Robert K. Studi Kasus; Desain dan Metode.Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.

192 Pelayanan Haji Khusus di Kota Medan ...

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 193

ABSTRACT

KEY WORDS:

RELASI KUASA DAN REPRODUKSI MAKNARELIGIUSITAS DALAM IKLAN-IKLAN ISLAMI

RAMADHAN

N U R U S S H A L I H I N

ABSTRAK

Tulisan ini mengetengahkan fenomena berbagai iklan yang menggunakan simbol-simbolkeislaman pada bulan ramadhan. Fokus tulisan ini pada bagaimana mekanisme konstruksi maknayang berlangsung dalam pesan iklan yang memanfaatkan simbol-simbol keislaman. Penekanan dalammelihat kontruksi makna pada iklan tersebut, diarhkan pada beberapa hal, pertama, terkait dengansimbol-simbol apa saja yang dipakai iklan untuk merepresentasikan keislaman. Kedua, hubungansimbol-simbol tersebut dengan produk yang diiklankan. Ketiga, dalam suasana dan gaya hidupseperti apa simbol-simbol tersebut direpresentasikan dalam iklan. Keempat, pesan apa yang ingindisampaikan iklan yang menggunakan simbol keislaman.

KATA KUNCI: Relasi Kuasa, Produksi Makna, Religiusitas, Iklan Islami

POWER RELATION AND THE REPRODUCTION OFRELIGIOUSITY MEANING IN RAMADHAN ISLAMIC

ADVERTISING

N U R U S S H A L I H I N*

*Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Imam Bonjol Padang, Jln. Mahmud Yunus No 1 Lubuk Lintah Padang, Sumbar. Kode Pos 25153.Email: [email protected]

194 Relasi Kuasa dan Reproduksi Makna ...

A. PENDAHULUAN

Apa pun penilaian orang, iklan sudah tidakbisa dihindarkan dari hidup kita. Iklanmerupakan salah satu fungsi kapitalisme untukmenyampaikan barang komoditi agar menjadiobjek of desire (objek hasrat) (Baudrillard, 1981:63& 90). Ini adalah gejala global yang muncul dariperkembangan industri media massa.Perkembangan ini ditopang dua hal: sistemekonomi kapitalistik dan sistem politikdemokratis. Kedua sistem ini berjalan di atas jaluryang sama, kebebasan: setiap orang/pihakmemiliki kesempatan dan kebebasan yang relatifsama untuk berusaha berdasarkan pendapatmasing-masing.

Tantangan bagi umat Muslim Indonesiaadalah apakah mereka mampu menyikapi gejalatersebut dengan baik? Jawabannya akanditentukan oleh sikap yang tidak jatuh padapilihan ekstrem, antara menampik semuakemajuan dengan risiko terisolasi dari pergaulanglobal atau menelan mentah-mentah apa yangditawarkan sehingga kehilangan nilai danidentitas islami yang substansial.

Dalam dunia periklanan mutakhir, bukanlagi keunggulan dan kelebihan produk,melainkan asosiasi suatu produk dengan hal-halyang secara awam sangat jauh kaitannya ataubahkan berlawanan. Tujuan asosiasi ini adalahuntuk melekatkan citra (image) pada produkselain citra kegunaan fungsionalnya. Perubahancara beriklan ini terjadi akibat perubahan polakonsumsi masyarakat: konsumen tidak lagi bisadipengaruhi pertama-tama karena keunggulanfungsional suatu produk, melainkan karenakeberbedaan citranya dari produk lain. MenurutBaudrillard (1981) yang akan ditanamkan kedalam ingatan calon konsumen bukan lagikegunaan, melainkan citra produk. Produk dinilaikonsumen tidak berdasarkan pertanyaan untukapa, melainkan melambangkan apa. Sebagaicontoh, iklan ricecooker merek Yong Ma sama sekalitidak memberitahukan keunggulan fungsionalproduk ini, melainkan hanya memperlihatkanseorang perempuan cantik bergaun malamberwarna merah. Gerak gemulai perempuan inidiselingi gambar ricecooker Yong Ma yang jugaberwarna merah. Dari sekian banyak makna yangbisa ditarik dari iklan ini, satu hal yang jelas,bahwa iklan ini ingin membujuk penontondengan mengedepankan nilai-nilai selain nilai

fungsional, misalnya nilai keanggunan,keindahan dan sebagainya yang berasosiasidengan keanggunan dan keindahan seorangperempuan bergaun malam. Dalam upayapencarian asosiasi-asosiasi inilah terdapatkesempatan untuk mengeksploitasi simbol-simbol Islami.

Beberapa tahun terakhir, terutama di bulanRamadhan, hari raya Idul Fitri, Idul Adha danhari-hari besar Islam lainnya, di antara iklantelevisi menampilkan simbol-simbol (gambar,warna, suara/bunyi, tulisan) yangmengasosiasikan keislaman. Iklan minumankesehatan Hemaviton Jreng, misalnya,mengasosiasikan diri dengan sarana menjagadaya tahan fisik dalam menjalankan ibadahpuasa. Atau iklan Bank BNI Syariah yang secaraeksplisit tidak membawa-bawa keislaman,melainkan hanya memperlihatkan adegan sebuahkeluarga besar (mulai dari kakek dan neneksampai cucu-cucu yang masih anak-anak)melakukan acara foto bersama. Mereka semuamemakai pakaian muslim seperti yang sedangtren saat ini dan berfoto bersama di depan rumahpanggung model lama. Adegan ini diiringi suaranarator yang berkata “Ada yang tak lekang olehjaman…Kebersamaan untuk berbagi…Bank BNISyariah.” Dalam iklan ini, Islam diasosiasikandengan kata “syariah” dan dengan pakaian-pakaian musim yang diperlihatkan para modeliklan.

Hal yang menggelisahkan dari fenomena iniadalah pengaruh pemakaian simbol-simbolkeislaman dalam iklan terhadap gaya hidupmasyarakat muslim, terutama yang berada dipedesaan yang kehidupannya “baru” mengenalsegala macam produk yang diiklankan. Gayahidup suatu masyarakat paling kentara terlihatdalam cara mereka mempresentasikan-diri (self-presentation), yakni bagaimana mereka ingindilihat, dinilai dan diakui. Sebenarnya yang ingindipresentasikan atau diperlihatkan di sini adalahidentitas, dan cara paling mudah untukmendapatkan identitas adalah dengan berusahasama dengan orang lain. Inilah yang disebutdengan proses identifikasi.

Melalui iklan masyarakat memperolehinformasi tentang hal-hal yang dapat merekajadikan sebagai objek identifikasi dalam rangkapengukuhan identitas agar diakui oleh pihak lain.Sebagai contoh, identitas keislaman secara

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 195

mencolok dapat diperlihatkan lewat pakaianmuslim: kerudung untuk perempuan dan kopiahbagi laki-laki. Lewat iklan, masyarakat muslimmemperoleh model untuk dijadikan acuanalternatif dalam mengidentifikasi diri sebagaiseorang muslim. Ini menjelaskan mengapa dipasar atau toko pakaian kita mengenal istilah“Kerudung Saskia Mecca” atau “Baju Koko UstadUje”. Dua jenis pakaian ini mengacu padakerudung yang dipakai Saskia Mecca yang tampildalam film Kiamat Sudah Dekat dan Baju KokoUstad Jerfry Al-Bukhori dalam iklan produkminuman kesehatan Extra Joss.

Gaya hidup juga dapat dilihat dari caraorang mengonsumsi suatu barang. Konsumsi disini tidak lagi pertama-tama didasarkan padamotif kegunaan, melainkan identifikasi diridengan nilai-nilai baru yang dipandang lebih danseolah-olah lekat pada barang itu. Dalam iklantelevisi minuman cereal merek Energen yangditampilkan di bulan puasa, adegan yangditampilkan hanya tulisan “Biasakan sahurdengan….” lalu muncul gambar cangkir merahbertuliskan logo “Energen” dan di bagianbawahnya tertera tulisan “Bergisi 4 sehat 5sempurna”. Adegan ini diiringi oleh nyanyianbernada membangunkan orang sahur namundengan lirik “Sahur… sahur… sahur… MinumanEnergen cereal bergizi, minuman keluarga bergizi.”Dalam budaya makan masyarakat muslimIndonesia secara umum, cereal relatif tidak dikenalkarena dia adalah makanan untuk sarapan pagiorang Barat, namun karena anggapan umummasyarakat muslim menganggap budaya Barat“lebih maju” –termasuk budaya makannya–maka mereka bisa saja dengan naif ingin majuseperti Barat dengan meniru gaya makan budayasana – mengonsumsi energen saat sahur sepertianjuran iklan Energen ini, misalnya.

Sikap yang tepat dan wajar dalammenghadapi gejala di atas dapat diperoleh antaralain dengan mengetahui mekanisme eksploitasi simbolkeislaman demi kepentingan kapitalistik di erakebebasan demokratis (Burton, 2002). Sebagaisebuah bentuk komunikasi, iklan mau tak maumelahirkan masalah-masalah seputar maknapesan. Makna ini jelas disengaja oleh pengirim(produsen iklan dan pemilik produk yangdiiklankan) dan dengan tujuan yang definitif:mempengaruhi penerima pesan untuk membeliproduk yang diiklankan. Persoalannya adalah

makna yang disengaja dan ditentukan olehpengirim ini tidak hanya mencapai tujuan yangdimaksud semula, melainkan melahirkandampak-dampak lain yang muncul dari kapasitaspersepsi dan resepsi penerima dalam melakukanpenafsiran.

B. MOTODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan pendekatantekstual di mana teks iklan yang dijadikan sampeluntuk dibaca secara semiotis. Teks dalam studiini adalah rekaman audio-visual iklan yang telahtampil di televisi. Kriteria sampel yang dipakaiadalah setiap simbol yang mengasosiasikankeislaman. Data tekstual berupa tanda-tandasemiotis dengan makna denotatif dan konotatifdilukiskan dan dianalisis melalui metode contentanalysis. Metode ini digunakan dalam studi inikarena memungkinkan pemaknaan atas segalajenis bahasa verbal dan non verbal yangditayangkan dalam iklan yang menggunakansimbol-simbol keislaman pada bulan Ramadhan.A. Micheal Huberman & Mattew B. Milles (2009)menjelaskan bahwa content analaysisberhubungan dengan berbagai macam hal; bisaberhubungan dengan naratif (alur), lingkungansemantik langsung, majas-majas atau gayabahasa. Content analaysis dalam konteks inidigunakan untuk memahami simbol-simbolverbal dan non verbal yang ada dalam iklanIslami pada bulan Ramadhan.

C. ASOSIASI SIMBOL ISLAM DAN

KONSUMERISME: PEMAKNAAN ATAS

ASOSIASI-SIMBOLIK DALAM IKLAN

RAMADHAN

Diskusi pada bagian ini difokuskan padabagaimana dan dalam konteks apa “simbol” dan“tanda-tanda” yang diproduksi dalam iklan-iklanRamadhan dimaknai? Memaknai sebuah tandaatau simbol sesungguhnya tidak hanya terkaitbagaimana tanda dikonstruksi dan diproduksioleh mesin-mesin tanda, melainkan juga eratkaitannya bagaimana tanda-tanda itu dimaknai.Menurut Theo Van Leeuwen (2005) memaknaibagaimana tanda-tanda digunakan dalamsejarah, kultur, dan konteks institusional yangkhusus, terkait bagaimana khalayakmembicarakan tanda-tanda tersebut dalamkonteks yang juga khusus—tujuan khalayak,tata moral, juga struktur kritik yang tersedia.

196 Relasi Kuasa dan Reproduksi Makna ...

Dalam konteks ini, memahami iklan-iklan IslamiRamadhan di Indonesia, selain erat kaitannyadengan proses bagaimana tanda-tanda dalamiklan itu diberi makna, juga sangat berhubungandengan bagaimana simbol-simbol Islam dankapitalisme yang berbaur dalam iklan dimaknai.

Setidaknya ada dua aksepsi terkait “tanda”/”sign”, pertama, sign-action, atau semiosis dankedua, sign-object atau representamen/ecoding(Deledalle, 2000). Semiosis merupakan the actionof the sign (simbol tindakan) dengan makna bahwasetiap tindakan sesungguhnya mengandungsimbo-simbol (representamen/ encoding)). Dari tanda-tanda itulah makna sebuah tindakan dapatdipahami, dimengerti, ataupun diberi makna olehpenafsir. Sedangkan sign-object atau encoding/”representamen” merupakan sebuah objek yangmerepresentasikan sesuatu terhadap pikiran (themind).

Ada tiga tindakan yang berbeda dalam prosesmerepresentasikan kognisi, pertama, tindakanyang merepresentasikan sebuah objek kepadapikiran. Kedua, representasi, atau representamen;dalam tahap ini ia bagaikan sebuah objek yangmemperlihatkan, menjelaskan, kepada nalar, danketiga tindakan yang merepresentasikan objeksecara cepat (Deledalle, 2000). Dalam kontekslainnya, Thomas A. Sebeok (1994) menjelaskanada enam faktor utama yang tidak bisa dipisahkandalam penelitian atas “tanda” atau “simbol-simbol”. Faktor tersebut adalah pesan (messages)dan kode (code), sumber (source) dan tujuan(destination), saluran (channel) dan konteks(context). Jika demikian, manakah dari faktortersebut yang dominan dalam iklan islamiramadhan?

Ada banyak pilihan domain dalammerepsentasikan sebuah tindakan atau maknalewat serangkaian simbol-simbol, namun variasidomain itu tergantung pada konteks, dandeterminasi para penerima “simbol-simbol”.Dalam studi ini penerima itu adalah kaum Muslimpedesaan dan perkotaan di Indonesia. Merekaadalah sasaran dan objek iklan-iklan IslamiRamadhan. Segala yang melekat secara budaya,psikologis, dan spritual pada diri kaum Muslim,direduksi ke dalam simbol-simbol dan kemudianditampilkan dalam iklan, setelah sebelumnyadimodifikasi sesuai dengan intensi, dankepentingan pengiklan (baca; kapitalisme)sehingga memungkinkan “penerimaan” dengan

cepat atas produk-produk yang diiklankan. Padakondisi ini simbol-simbol Islam dankonsumerisme dalam iklan Islami Ramadhantidak dapat diurai begitu saja karena keduanyamelekat dengan kuat; sehingga untuk memaknaiiklan tersebut diperlukan pemaknaan dua arah;terhadap simbol Islam satu sisi, dan simbolkonsumerisme di sisi yang lain. Bagi pengiklan,simbol-simbol ini dimodifikasi untuk satu tujuan,yaitu pengiringan konsumen agar terciptapossibility atau kemungkinan untukmembelanjakan harta, dan uang mereka padaproduk yang diiklankan.

Pada dasarnya setiap pengiklan, beranimengambil resiko mengeluarkan biaya produksiyang tinggi—membayar jasa pengiklananproduk— dilatari oleh adanya keyakinan bahwapada akhirnya dengan biaya iklan yang tinggiakan diperoleh total revenue yang lebih tinggiketimbang tidak melakukan promosi lewat prosespengiklanan produk di televisi. Untukmemperoleh total revenue yang menjanjikan tentusaja diperlukan corak, strategi dan momentumuntuk mengiklankan produk. Hanya iklanproduk yang baikah yang akan menghasilkantotal revenue yang juga baik. Dalam konteks inilah“simbol-simbol” diperlukan sebagai tanda maknadan menjadi wahana bagi konsumen untukmengasosiakan diri dengan produk yangdiiklankan. Setiap simbol dari sebuah tindakan,niscaya diasosiasikan dengan makna yanglainnya di luar tindakan tersebut. Dengan caraitulah setiap simbol mendapatkan maknanya. Inibermakna bahwa ada sesuatu “yang lain” yangberbeda dari tindakan di mana simbol itudilahirkan. Tidak berlebihan jika di kalanganpengkaji semiotika ada premis bahwa tidak akanada sebuah makna (meaning) tanpa adanyaperbedaan (Martin & Ringham, 2000). Jika premisini digunakan dalam memahami iklan Ramadhan,maka bagaimana sebuah simbol diasosiasikandengan “yang lain” dalam sebuah realitas?

Tanda-tanda atau “signs” adalah sebuah unityang memiliki otonomi dan terpisah dari sebuahtindakan. Walau demikian, simbol tatap sajamampu merepresentasikan tindakan dalambentuk makna yang berada di balik sebuahsimbol. Oleh karena simbol merupakan rumah,tempat berdiamnya makna, maka makna yangakan diproduksi dari “sign” sesungguhnyabanyak membutuhkan tempat seperti teks, suara,

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 197

warna, simbol-simbol budaya, warna kulit,etnisitas, pakaian, dan segala yang melekatdengan gaya hidup. Ada banyak pola bagi “sign”merepresentasikan dan berhubungan dengan “theothers”; menyerupai (icons); secara alami (indices);dan konvensi (symbols) ( Marrel, 1997)sebagaimana yang ditemukan dalam iklan-iklanIslami Ramadhan. Paling tidak ada dua sumber“signs” yang kerap dimainkan, dimodifikasi dandiproduksi dalam iklan-iklan Islami Ramadhan;keduanya adalah Islam dan Konsumerisme.Makna yang dituju oleh pengiklan relatifhomogen jika dilihat dari pola asosiasi yangdipilih dan ditetapkan dalam iklan IslamiRamadhan seperti iklan Coca-Cola “menyebarkankebahagiaan” dengan membagi-bagikan Coca-Cola.

Iklan Coca-Cola ini diawali oleh tiga orangremaja laki-laki; satu berpakaian muslim danduanya berpakaian trendy yang sedang trend dikalangan remaja dewasa ini. Menariknya iklanini juga menyertai alat-alat musik seperti drum,dan perkusi yang terbuat dari botol Coca-Cola.Iklan Coca Cola ini juga melibatkan banyak anak-anak remaja, baik laki-laki maupun perempuan.Terlihat jelas remaja-remaja itu adalah representasikekinian dari gaya, dan style yang dianut olehremaja di Indonesia belakangan ini. Simbol-simbol modernitas, sebagai representasi dari citrakonsumerisme dalam iklan Coca-Cola inidisamarkan dengan kombinasi simbol-simbolIslam, meskipun terbatas seperti pakaian muslim,gapura mesjid, beduk, dan kembang api. Terakhiriklan ini ditutup dengan kalimat “Segarkansemangatmu.”

Gambar 1.

Iklan Coca-Cola Ramadhan Penuh Warna

Sumber: www.youtube.com

Ditayangkan pada Ramadhan tahun 2011

Pada iklan ini ditemukan asosiasi yang unik,parsial dan tidak rasional. Asosiasi ini

mengingatkan pada asosiasi yang secara rutindapat ditemukan dalam keseharian manusiaseperti mengasosiasikan burung dengan gerakantangan.

Gambar 2.

Asosiasi Burung dengan Gerakan Tangan

Sumber: Per Aage Brand, What is Semiotics?

Gerakan tangan seperti yang tampakpada gambar di atas adalah sebuah proses asosiasidengan objek (burung). Asosiasi gerakan tangandengan burung, seutuhnya bersifat simbolik.Gerakan tangan adalah simbol dari burung, dania sama sekali berbeda dengan burung, tetapicukup merepresentasikan burung. Sehinggapembaca tanda mengerti bahwa makna yangdituju oleh pembuat “signs” adalah burung.Dalam konteks gambar di atas, bagi pembaca“tanda” atau “signs” tidak terlalu peduli denganparsialitas gerakan tangan sang pembuat “tanda”,dan baginya “makna” lebih diutamakanketimbang volume “representasi”. Berbedahalnya ketika asosiasi dalam iklan-iklan islamiramadhan melibatkan asosiasi parsial sehinggamemicu salah pemahaman terhadap simbol-simbol Islam yang dimainkan, bahkan boleh jadiditafsirkan sebagai sebuah eksploitasi simbolik dimata penafsir. Mengamati iklan-iklan yangmenggunakan simbol-simbol Islam, asosiasiparsial sangat kentara terlihat dan dapatdipahami secara mudah.

Jika sebelumnya, iklan Coca-Colamengasosiakan “menebarkan kebahagian”dengan membagikan Coca-Cola; sebuah asosiasiyang mengandalkan nilai-nilai moral dankegunaan produk, maka asosiasi yang sama dandalam bentuk lain pun juga ditemukan padaiklan kartu AS. Pada Ramadhan tahun 2012, adasisi lain yang ditayangkan dalam iklan. Jika pada

198 Relasi Kuasa dan Reproduksi Makna ...

tahun-tahun sebelum, tidak ada iklanmengilustrasikan setan, namun pada tahun 2012,kartu AS menampilkan dengan paradoksimajinasi setan. Kendati demikian, sisi promosiuntuk kepentingan konsumerisme lebihmenonjol. Dalam iklan ini, kartu AS dimodifikasisebagai media menghindari godaan setanmenggantikan membaca al-Qur’an dan ibadahlainnya. Iklan kartu AS diawali dengankeputusasaan keluarga setan, di mana bapaksetan dikerokin oleh istrinya, dan denganperasaan frustasi berkata kepada istrinya:“Beratnya hidup ini, bapak ngak sanggup lagi, ma!”Istri dari setan itu menjawab: “Sabarlah, pak!”Sambil menanggis meratapi kesulitan para setanuntuk mengoda manusia, si apak setanmengeluhkan “Mengapa manusia semangkin susahdigoda?”.

Gambar 3.

Iklan Kartu AS Ramadhan: Sule & Setan

Sumber: www.youtube.com

Ditayangkan pada Ramadhan Tahun 2012

Iklan ini dilanjutkan dengan aksi dari istrisetan, yang berupaya mengoda manusia. Iakeluar dari freezer pendinging minuman, sambilmenyodorkan dua kaleng minuman kepadaseorang remaja yang asyik berjalan; menundukmemainkan handphone-nya. Ketika melihat aksisetan, spontan laki-laki remaja itu menutup lemaripendingin itu dengan kuat. Setan betina itu,meraung kesakitan dan diikuti oleh ratapananaknya. Lalu muncul suara, atau audio iklan:“Tahan godaan dengan konten islami dan game seru diponsel kamu”. Iklan ini diakhiri denganmunculnya iklan kartu AS di sebuah billboardreklame, dan para keluarga setan menyaksikandengan ratapan yang menyedihkan. MaknanyaKartu AS dalam iklan ini dicitrakan sebagai salahsatu fasilitas yang menyelamatkan manusia,pemakai kartu AS dari godaan setan. Ini lahbentuk modifikasi

Gambar 4.

Iklan Kartu AS Ramadhan: Sule & Setan

Sumber: www.youtube.com

Ditayangkan pada Ramadhan Tahun 2012

Dalam “menahan godaan setan di bulanRamadhan” diasosiasikan dengan menggunakanfitur atau konten Islami yang ditawarkan olehkartu AS. Sementara itu setan yang selalumenganggu manusia diasosiasikan denganbentuk-bentuk yang menakutkan, bertanduk danmemiliki warna kulit aneh. Kondisi ini lebih tepatdikatakan sebagai “non-representational interaction;sebuah ketidakmiripan antara “ego” dan “theother (O’Neill, 2008). Di sini ada jarak antaraobjek (ego) dengan objek yang merepresentasikan“ego”. Jarak ini merupakan masalah tidakterpenuhinya volume representasi “ego”; atauterlalu jauh menyimpang ketikamerepresentasikannya. Ketidaksinkronan dandeviasi objek menjadi faktor mengapa terjadiketerjarakan antara “ego” dan perepsentasiannyasebagaimana iklan kartu AS. Dalam iklan ini,asosiasi “tahan” godaan setan dengan fitur Islamikartu AS merupakan hubungan yang tidaksinkron; deviasi; bahkan tidak cukuprepresentatif.

Asosiasi lainnya adalah “sikap blak-blakan”Joni yang diasosiasikan dengan “nikmatnyaibadah secara blak-blakan” dalam iklan kartuAXIS. Dalam konteks promosi, beribadah secara“blak-blakan” hanya bisa dilakukan dengankartu AXIS, meskipun istilah beribadah secara“blak-blakan” dalam tradisi Islam tidak pernahdikenal. Istilah “blak-blakan” pada produk kartuAXIS dengan segala fitur yang diasosiasikandengan “beribadah blak-blakan” adalah suatuproses yang dipilih pengiklan AXIS untukmembedakan diri dengan produk-produk lainyang sejenis.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 199

Gambar 5.

Iklan AXIS Ramadhan: Joni Blak-Blakan

Sumber: www.youtube.com

Ditayangkan pada Ramadhan Tahun 2011

Inilah bentuk “discourse” virtual dalammasyarakat kontemporer dewasa ini, di manasesungguhnya iklan adalah perang simbol danperang kata-kata antar sesama pesaing bisnis.Dalam konteks persaingan ini kemudian,pengiklan cenderung mengabaikan “makna”subtanstif dari sebuah kata atau kalimat yangditampilkan. Menurut Guy Cook (dalam Najafian& Dabaghi, 2011) iklan merupakan tipe wacanautama dan dominan dalam kebudayaan virtualmasyarakat kontemporer. Pengabaian makna kataatau kalimat menjadi ambigu telah menjadibagian dari strategi yang dipilih dalam perangiklan. Marcel Danesi (2002) menekankan bahwapesan-pesan iklan ada di mana-mana, dan telahmenjadi salah satu bentuk tekstualitas yang adadi manapun. Hal itu dapat diperhatikan daripesan-pesan iklan yang ditujukan untukmendekati konsumen, baik dalam bentuk verbal”ataupun “non-verbal. Dalam konteks inilah,iklan-iklan Islami Ramadhan dapat diamati secarajelas pola asosiasi iklan dengan simbol lainnya.Jika iklan non-Islam (iklan komersil) tanpamenggunakan simbol-simbol Islam, pesan iklanbiasa langsung, jelas, tidak klise, dan dengankarakter persuasif, maka pada iklan-iklan IslamiRamadhan; pesan iklan mayoritas disampaikandengan mengasosiasikan simbol-simbol Islam.Hal ini dilakukan karena Ramadhan adalah bulansuci yang sangat penting bagi kehidupankeagamaan dan spritualitas umat Islam. Tidakhanya sekedar bulan ibadah, Ramadhan jugadipersepsi sebagai bulan penghormatan terhadapsimbol-simbol keagamaan. Dalam konteks inipara pengiklan memanfaatkan momentummenyentuh sisi spritualitas umat Islam. Jika

demikian, lalu bagaimana hal ini ditafsirkan?Daniel Chadler (2002) telah menteorikan

fenomena itu dengan “iconic mode”. Teori inimengandung tiga makna yang ada kaitannyadengan semiotika; 1) menjadikan sesuatu bertipe“iconic”; seseorang (baca; pengiklan) harus pahamdan mampu membaca budaya-budaya partikularatau subkultur direpresentasikan dalam sebuah‘ikon’; 2) sebuah ikon betapapun kecilnya dalamsebuah layar memiliki fungsi yang berarti bagipengguna (the user); 3) ikon religious merupakanproyek seni visual yang mempresentasikan figur-figur suci yang dimuliakan sebagai kesan yangsuci oleh orang-orang yang mempercayainya.Ketiga makna di atas, tepat menjelaskan iklan-iklan Islami Ramadhan bahwa prosesmempresentasikan figur-figur suci atau Islamiseringkali diikuti oleh pola asosiasi yang jelasseperti asosiasi dalam iklan Sirup ABC. Iklan inimengasosiasikan berbuka puasa bersamakeluarga, sahabat, dan kerabat sebagaikebahagiaan dan berbagi keceriaan bersama lintasusia dan generasi. Asosiasi non-verbal dan verbaltampak sekaligus antara pesan iklan dan “objekasosiasi—berbuka puasa—memiliki kesamaan,yakni sisi bahagia dan suka rianya sebagaimanaiklan Matahari. Dalam iklan ini “kebahagian”berbelanja di Matahari diasosiasikan dengankebahagian di hari raya Idul Fitri, terutamadengan memakai pakaian serba baru.

Gambar 6.

Iklan Sirup ABC dan Matahari

Sumber: www.youtube.com

Ditayangkan pada Ramadhan Tahun 2011

Pada dasarnya iklan ditujukanmemperkenalkan produk dan berfungsimembujuk konsumen untuk membelanjakan

200 Relasi Kuasa dan Reproduksi Makna ...

uang mereka pada produk yang diiklankan.Dalam konteks ini, para pengiklan ingin iklanmereka ditampilkan dengan menarik, unik danefektif. Keinginan ini kemudian diusahakan olehpekerja kreatif iklan dengan menyusun konsepdan menyiapkan berbagai simbol-simbol yangpaling mudah dipahami, dan memiliki dayapersuasif yang kuat terhadap konsumen. Simbolatau tanda-tanda dalam berbagai realitas sosialtermasuk iklan berfungsi menjadi cermin (Merrell,1997), dalam arti simbol menjadi wahana untukberbagai asosiasi yang dibangun dalam iklan.Dalam konteks iklan-iklan Islami Ramadhan,berbagai asosiasi satu tanda dengan tandalainnya; antara simbol-simbol Islam dengansimbol-simbol konsumerisme; saling berbaur.Hadirnya asosiasi berbagai simbol tidak sajamemudahkan konsumen untuk menangkappesan iklan, tetapi sekaligus menjadi pendekatanpersuasif yang efektif terhadap konsumen.

Pembentukan asosiasi dalam iklandidasarkan atas tendensi baik tendensi terhadapbudaya, maupun tendensi terhadap kepentinganideologi. Selain iklan membentuk makna-maknapromosi, iklan juga ditujukan untuk membentukstruktur “self-referential”, di mana literatur, visual,dan seni audiovisual, dan media yang tumbuhbegitu massif menjadi pilar dari self-referential, self-reflexive, dan autotelik (Nöth, 2007). Dalam konteksini, self-referential dapat diartikan sebagai teks yangdiisi dan diasosiakan oleh berbagai “penanda”(signifier). Ini menegaskan bahwa teks, dalam halini adalah tanda-tanda dalam iklan bukanlah‘refleksi-diri’ (self-reference). Sederhananya, setiaptanda yang dihasilkan dan diasosiasikan dalamiklan ditujukan kepada konsumen. Fakta yangdapat diajukan adalah bahwa ada banyak iklanlayanan masyarakat yang ditayangkan padabulan Ramadhan. Iklan-iklan ini jika dipahamisecara mendalam akan memberikan pemahamanbahwa iklan layanan masyarakat; juga iklan-iklan komersial lainnya, menampilkan konsep“self-referential” yang jelas seperti iklan pertaminayang ditayangkan pada ramadhan tahun 2011.Iklan yang mengambil setting Minangkabau danbudayanya ini menegaskan bahwa simbol danberbagai penanda yang diciptakan dalam iklantidak hanya sebatas relasi-relasi internal berbagaisimbol, melainkan meliputi relasi-relasi eksternalantara simbol dalam iklan dan struktur sosial diluarnya.

Gambar 7.

Iklan Pertamina Ramadhan

Sumber: www.youtube.com

Ditayangkan pada Ramadhan Tahun 2011

Iklan pertamina ini menyampaikan pesanbahwa kekuatan memaafkan yang ditradisikanpada bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitriadalah pilar dari silaturahim yang kuat bagi umatIslam. Ada relasi simbolik antara kepentinganpengiklan (baca; kapitalisme) dengan budayaMinangkabau—merantau bagi anak laki-laki—dalam iklan ini.

Dalam konteks Ramadhan, relasi bolehdisebut dengan information linking;, sebuah istilahuntuk memahami asosiasi dalam iklan IslamiRamadhan. Theo van Leeuwen (2005)menjelaskan bahwa setiap informasi yangdiajukan melalui tanda, atau simbol-simbol dalamiklan selalu berhubungan dengan konteksnyaatau contextual information. Meskipun dengantendensi konsumerisme, relasi-relasi makna yangdibangun lewat asosiasi simbol produk-produkyang diiklankan dengan simbol-simbol Islam,terutama segala asosoris yang berhubungandengan Ramadhan, semakin menegaskan bahwaasosiasi tersebut selalu memperhatikan relasikontekstual antara kepentingan konsumerismedan primodialitas Islam. Tujuannya adalah untukmenyentuh atau menstimulan bahwa produkyang ditawarkan pada umat Islam mampumembantu mereka dalam menjalankan ibadah dibulan Ramadhan.

D. MODALITAS & RELASI KEKUASAAN:FUNGSI SIMBOL-SIMBOL ISLAM DALAM

IKLAN ISLAMI-RAMADHAN

Memahami makna simbol-simbol dalam iklanIslami Ramadhan, selain dapat diketahui melalui

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 201

pelacakan terjadap asosiasi yang dibangun, jugadapat dilahat melalui pemaknaan terhadap “sign-function” (baca; fungsi tanda) yang dibangundalam iklan-iklan tersebut. Sebab setiap tandaatau simbol-simbol yang dipilih sesungguhnyadifungsikan pada satu fungsi khusus. Jikademikian, dalam bentuk apa simbol-simbol Islamdifungsikan, dan apa hubungannya denganmodalitas terutama hubungannya dengan iklanIslami Ramadhan?

Merujuk Daniel Chandler (2002) tentang“reality has authors”, maka modalitas sejatinyamengacu pada status, otoritas, dan keterpecayaansebuah pesan, status ontologinya atau nilainyasebagai kebenaran atau fakta. Dalam konteks ini,modalitas dalam iklan-iklan Islami Ramadhanmengacu pada nilai-nilai atau fakta-fakta daritradisi umat Islam dalam beribadah; puasa, sholattarawih dan tadarus al-Qur ’an pada bulanRamadhan, dan merayakan hari raya Idul Fitri—tradisi maaf-maafan, kunjung-mengunjungi, danmerayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita.Modalitas ini kemudian direpresentasikan melaluisimbol-simbol Islam. Modalitas dalam iklan-iklanIslami Ramadhan adalah Islam dan segala asesorisyang melekat padanya. “Word”, “images”,“sounds”, “odours”, “flavours”, “acts”, “object”pada kenyataannya adalah “tanda” atau “sign”dengan berbagai bentuk yang merepresentasikanberbagai makna dan entitas realitas yangdikandung di dalamnya. Hal ini bisa dibaca dariiklan Matahari Dept. Store yangmerepresentasikan kecenderungan gaya atautradisi kaum muslim dalam merayakan Idul Fitriseperti busana muslim dan muslimah denganberbagai mode dan gaya. Makna yang diproduksiMatahari Dept. Store adalah berbelanja untukkeperluan lebaran di Matahari Dept. Store.

Kapitalisme iklan, termasuk iklan-iklanIslami Ramadhan secara intens memperhatikansisi-sisi tradisi, ritual dan hampir segala yangberhubungan dengan primodialitas Islam. Sisi-sisi Islam itu diproduksi kembali dalam bentuksimbol-simbol iklan. Dalam konteks ini ada duaistilah yang kerapkali dijadikan dasar analisisterhadap film termasuk iklan-iklan yangberbentuk audio-visual terutama yangmengandalkan drama pendek sebagai “plot”iklan, yakni representasi dan prototipe (Johansen& Larsen, 2002). Representasi adalah prosesmemproduksi makna atau mengisi “sign” dengan

realitas, dan tanda-tanda yang diproduksiberfungsi merepresentasikan realitas. Dari prosesinilah prototipe modalitas dapat dipahami sepertiritual umat Islam di bulan Ramadhan; ibadahpuasa, tarawih, zakat, sedekah, danmemperbanyak amalan-amalam sunat lainnya.

Makna atau pesan (meaning, message) dalamfilm, termasuk dalam iklan-iklan yang berbentukdrama pendek, dihasilkan oleh proses pengkodeanprototipe. Sebuah kode didefinisikan sebagaisistem diferensiasi dan korespondensi (Johansen& Larsen, 2002). Pada dasarnya kodelah yangmelahirkan pesan dalam sebuah narasi—iklan,ataupun film seperti iklan pertamina yangbergenre drama pendek. Diawali dengan seorangibu (di Gorontalo) yang ditinggal merantau olehanak perempuannya ke Kalimantan. Dipertengahan iklan, si ibu meluapkankekecewaannya dengan kalimat “kenapa kamu lebihmemilih kerja di Kalimantan, dan meninggalkan ibu diGorontalo.” Sang Ibu bersedih hati ketikateleponnya tidak dijawab oleh sang anak, lalu siibu spontan memeluk foto anaknya dengan hatiyang luluh lantak.

Gambar 8.Iklan Pertamina Ramadhan

Sumber: www.youtube.com

Ditayangkan pada Ramadhan Tahun 2012

Iklan ini memuat banyak kode dan jugasimbol-simbol Islam; mulai dari pakaian, ekspresiwajah, hingga bahasa-bahasa verbal yangmenyampaikan bahwa bersikap sabar lebih baik.Hal ini dibuktikan dengan kutipan salah satu ayatal-Qur’an yang ditayangkan di akhir iklan bahwasesungguhnya orang-orang yang sabar akandicukupkan dengan pahala tanpa batas (QS. 39:10). Meskipun iklan ini agak berbeda jika

202 Relasi Kuasa dan Reproduksi Makna ...

dibanding dengan iklan-iklan Islami lainnya yanglebih menonjolkan produk ketimbang kode dansimbol Islam, namun tetap saja bahwa tujuaniklan ini relatif sama yakni “kehadiran”.

Kehadiran adalah sebuah proses, di manaproduk yang ditawarkan segera hadir dalamingatan konsumen seperti halnya seseorangmembutuhkan minuman segar yang halal, ialangsung ingat pada Coca-Cola. Ini menandakanbahwa produk Coca-Cola telah mampu mencapaitingkat “kehadiran” yang intensif diingatankonsumen. Pada dasarnya tujuan utamapengiklan adalah mendapatkan posisi yang kuatdi memori konsumen. Inilah kemudian yangmendorong produsen memproduksi tanda danmengisinya dengan berbagai modalitasbertendensi Islam, mulai dari simbol-simbol Islamhingga tradisi kaum Muslim dalam merayakanramadhan, dan hari Raya Idul Fitri. Tujuannyaadalah agar konsumen Muslim mampu disugestiuntuk berbelanja produk yang diiklanakan.Mengapa para pengiklan berupaya memasukkanberbagai indentitas kaum Muslim dalam iklan danmemproduksi ulangnya dalam bentuk simbol?

Modalitas selalu mengacu pada “nilaikebenaran” atau statemen yang memilikikredibilitas tentang dunia. Dalam konteks ini,dunia yang dimaksud dalam iklan adalahfenomena yang melekat pada diri konsumen. Inipula yang menjadi faktor penyebab mengapasimbol-simbol Islam diproduksi dalam iklan-iklanyang ditayangkan pada bulan ramadhan. “Iklan-iklan mendadak Islam” adalah kalimat yang cocokuntuk menggambarkan fenomena iklan di bulanRamadhan. Iklan merepresentasikan entitas Islamlengkap dengan asesoris yang melekat padanya.Dengan pola ini kemudian para konsumenMuslim merasa nyaman kerena mengkonsumsiproduk yang mengiklankan simbol-simbol Islamlebih mendatangkan kenyamanan danperlindungan.

Iklan sebagai media promosi adalah prosesyang intens untuk mempengaruhi pikiran danpilihan konsumen. Tujuan utama iklan adalahpenjualan produk secara maksimal, danmemperkenalkan keunggulan produk padakonsumen, dan melalui iklan konsumen akanmemutuskan pilihan untuk membeli produktersebut. Inilah yang disebut oleh RobertGoldman (Najafian, 2011) sebagai commodityhegemony, dan commodity hegomony selalu

berhubungan dengan relasi kekuasaan dalamiklan. Oleh karena kekuasaan adalah kekuatansosial yang menggerakkan dan mengatur oranglain, maka iklan sebagai sebuah proses hegemoniadalah gerakan teratur, terencana, dan artistikuntuk mempengaruhi konsumen agar membelisebuah produk. Dalam konteks iklan, kekuasaanbukan bermakna dominatif, melainkankekuasaan hegemonik.

E. BEYOND TEXT: PARADOKS & IRONI

IKLAN-IKLAN ISLAM-RAMADHAN

Mengapa dengan menampilkan paradoksdan ironi, iklan baru dapat menyampaikan pesanatau makna pada konsumen; dan mengapa puladengan memperbanyak menggunakan metafora,iklan terlihat sangat artistik dan menarikperhatian konsumen? Setiap iklan mengandungtanda verbal dan tanda visual, di mana masing-masingnya memuat: a) signifier [penanda] dansignified [petanda], denotasi dan konotasi, b) ikon,indeks, dan simbol (Triandjojo: 2008). Dalamkonteks ini, iklan-iklan Islami Ramadhanmengandung masing-masing elemen tersebut;tanda verbal dan visual. Masing-masing tandaditayangkan dengan gaya yang khas, bahkancenderung terdiferensiasi dengan tegas antarasatu iklan dengan iklan lainnya. Dengan carainilah satu iklan dapat mengungguli iklan yanglainnya, sebab pada dasarnya iklan adalahsemacam perang slogan yang berupayamengungguli lawan atau kompetitor dengantanda-tanda verbal maupun visual.

Tanda-tanda verbal yang sering ditemukandalam iklan-iklan Islami Ramadhan adalah ajaranmoral sekaligus judul iklan yang biasanyalangsung mempromosikan produk-produk yangdiiklankan sebagaimana iklan Kartu AS. Iklan inidengan jelas menggunakan penanda verbal yangdikombinasikan dengan penanda audio, yaknikalimat yang ditayangkan dari layar sebuahponsel yang mempromosikan konten-konten; 1)Tuasiyah, 2) NSP Ramadhan, 3) Artis Ramadhan,4) Games. Bersamaan dengan itu tanda audio(non-verbal) juga diperdengarkan “Tahan Godaandengan Konten Islami dan Games Seru di Ponsel Kamu”.Hal yang sama juga dilakukan iklan kartu selulerlainnya seperti Axis. Iklan Axis jugamengandalkan tanda verbal, tetapi lebih besarporsinya menggunakan tanda-tanda non-verbal;audio-visual. Jika Kartu AS mengedepankan

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 203

tanda verbal; mengajak menahan godaan dengancara membeli kartu AS, maka kartu Axismenayangkan tanda audio-visual; mengajarkanuntuk selalu mengejar atau menangkap segalakebaikan dengan ikon HAP. Kata-kata “HAP”adalah satu bentuk bunyi yang seringdiperdengarkan di kalangan masyarakatIndonesia ketika menangkap sesuatu. Kendatiberbeda, tetapi pesan yang ingin disampaikankedua iklan ini tetaplah sama, yakni produk kartuseluler yang tepat untuk menemani kaumMuslimin dalam menjalani ibadah puasa.

Kombinasi atau kolaborasi untuk kemudiandisebut dengan asosiasi, seperti halnya dalamiklan Coca-Coca; Kartu AS; dan Kartu Axisditujukan untuk memudahkan konsumen agardapat memahami pesan. Di samping itu,pengiklan biasanya juga memperhatikan secaradetail; mulai dari pilihan asosiasi, audio, hinggahuruf verbal yang digunakan. Hal ini dilakukankarena menurut Tinarbuko (dalam Triandjojo,2008:79) bahwa ukuran salah satu faktor yangmempengaruhi mudah atau tidaknya sebuahpesan verbal untuk dicermati adalah penggunaanteks dengan huruf besar (merupakan teks utamadan ditonjolkan), sedangkan teks berhuruf kecilmenjadi pendukung atau penjelas.Memperhatikan detail iklan, terutama dalammemproduksi tanda, baik verbal dan non-verbalditujukan untuk menarik perhatian, danmemudahkan konsumen untuk memahami pesanserta “meningkatkan attitude” mereka terhadapproduk yang ditawarkan.

Setiap kata, bahkan suara yang ditayangkandalam sebuah iklan memiliki makna dan tujuanspesifik. Studi Indriani Triandjojo (2008)memperlihatkan bahwa kata dalam sebuah iklanmengandung arti yang khas. Frasa “Gaet MobilnyaGaet Cash Back-nya” dalam sebuah iklan mobilmemberi kelengkapan pada sebuah judul iklansehingga jelas apa yang akan didapat oleh pembeli,yaitu bukan saja mendapatkan mobil tetapi jugamendapatkan cash back. Dalam iklan-iklan IslamiRamadhan, pemilihan kalimat atau frasa jugaditentukan secara detail. Kecenderungan yangterjadi adalah pemilihan frasa dipengaruhi olehkeinginan dan daya tarik tertentu untukmemasukkan ajaran-ajaran akhlak.Kecenderungan untuk memasukkan ataumemproduksi ulang pesan-pesan akhlak dalamiklan kelihatan didorong oleh momentum

Ramadhan itu sendiri.Ramadhan bagi umat Islam adalah bulan

yang paling penting bagi kehidupan spritualmereka. Bulan ini diekspresikan dengan berbagaicara, terutama hal-hal positif yang mengandungintensi ibadah dan taqarub kepada Allah. Tidakberlebihan jika pada bulan ini banyak fenomenayang disebut dengan “mendadak religius”. Dalamartian bahwa umat Islam berlomba-lomba untukmelakukan kebaikan dengan harapanmendapatkan kebaikan. Semua asesorisspritualitas dan ibadah sangat mudah ditemukandi bulan ini; mulai dari sholat berjama’ah hinggabersedekah. Fenomena inilah yang kemudiandiproduksi ulang oleh pengiklan dalam iklan-iklan yang mendadak Islami pada bulanRamadhan yang erat kaitannya dengan asesorisdan primodialitas Islam yang kerapkaliditampilkan.

Dalam konteks ini, pemilihan frasa, audio,dan plot iklan menjadi penting, karena pemilihanini akan mengacu secara langsung pada efektifitasiklan dalam mempengaruhi konsumen yangmayoritas beragama Islam di Indonesia. Hal inidapat dibuktikan dengan iklan-iklan IslamiRamadhan seperti iklan kartu seluler XL denganfrasa “GRATIS ONLINE” dengan huruf besar dandiiringi oleh gambar kotak kartu XL, kemudiandiikuti dengan konten layanan “GRATISONLINE 10 MB”, “BANYAK GRATIS NELPONDAN SMS 24 JAM” dan “BONUS LANGSUNGKONTEN”. Huruf kapital yang digunakanadalah penekanan promosi, sementarapenampilan bintang iklan seperti ustad adalahasosiasi yang memanfaatkan modalitas Islam.Dengan cara ini, iklan kartu XL mampu menarikanimo konsumen Muslim untuk membeli kartuXL. Meskipun iklan-iklan Islami dengan kuatmenjadikan modalitas Islam sebagai basisproduksi simbol, namun konsumen Muslimmemiliki otoritas individual dalam memaknaitanda-tanda. Adakalanya mereka terkesan dantidak sedikit pula yang merasa “biasa-biasa saja”dan tidak terpengaruh. Hal ini didorong paradoksyang dibawa oleh setiap iklan dalammemproduksi tanda-tanda. Paradoks iklan-iklanIslami Ramadhan terletak pada representasi objeksemiotika, di mana adanya tumpang tindih antara“signifier”, dan “signfied”. Menurut Triandjojo(2008) simbol diartikan sebagai tanda mengacupada objek tertentu di luar tanda itu sendiri, dan

204 Relasi Kuasa dan Reproduksi Makna ...

hubungan antara simbol sebagai penanda denganpetanda (sesuatu yang ditandakan) bersifatkonvensional seperti simbol profesor, dokter,pengacara, bankir dari kesuksesan hidup.

Di dalam iklan-iklan Islami Ramadhanbanyak ditemukan hubungan konvensional yangparadoks antara penanda dan petanda. IklanKartu Axis yang yang tayang pada ramadhan2011 dengan simbol indahnya ibadah dengan“blak-blakan” seperti berkata apa adanya(mengatakan salah jika ia salah dan benar jika iabenar, dengan bonus “blak-blakan” yangditawarkan oleh kartu Axis). Hal yang sama—genre yang serupa—kembali diproduksi olehkartu seluler Axis yang ditayangkan padaRamadhan 2012. Iklan ini dibintangi oleh Hap,demikian Ustad Uje menyebut laki-laki tambunini. Iklan ini juga memperlihatkan hubungankonvensional antara menangkap segala kebaikanlewat kartu Axis.

Gambar 9.

Iklan Kartu AXIS Ramadhan HAP

Sumber: www.youtube.com

Ditayangkan pada Ramadhan Tahun 2012

Hubungan konvensional dalam iklan-iklanIslami Ramadhan juga dapat dilacak darihubungan analogi yang parsial antara penandadan yang ditandai; antara simbol dan objeksemiotika. Hubungan konvensional tersebutterkadang terasa paradoks, di mana terdapatbanyak hubungan parsial, dalam arti bahwarepresentasi Islam yang dihadirkan dalam iklansangat parsial. Iklan Djarum yang tayang padaRamadhan 2010, dapat dijadikan pembuktian adahubungan konvensional yang paradoks antaratanda dan petanda dalam iklan. Dikatakan

paradoks, hubungan itu dibangun secaraberlebihan; mengedepankan sisi idealnyaketimbang realitasnya. Iklan Djarum ini bertema“sabar ” yang dilakoni seorang pemudapengemudi motor yang dizalimi oleh pengemudimobil, baik ketika dalam perjalanan maupunketika tengah sholat di sebuah mushala. Merekamencuri kurma, bekal berbuka puasa pemuda itu,namun sang pemuda hanya ikhlas dan berlapangdada.

Gambar 10.

Iklan Djarum Ramadhan Sabar

Sumber: www.youtube.com

Ditayangkan pada Ramadhan Tahun 2010

Sisi paradoksnya adalah menampilkankarakter zalim dan sabar secara berbarengan.Makna paradoks dalam iklan juga ditafsirkansebagai sebuah pertentangan antara statemenverbal dengan realitas yang terjadi (Triandjojo,2008) sebagaimana iklan XL ampuh pembasmiserangga misalnya. Iklan yang ditayangkan padaRamadhan 2009 ini mengisahkan seeorangpengemis yang menggunakan kartu XL Ampuh.Tidak hanya dirinya, tetapi juga sahabat seprofesidengannya, juga menggunakan kartu XLAmpuh. Sehingga ketika ia dilecehkan olehseorang pemuda yang berprofesi sebagaipembasmi serangga, mereka membuktikan kalaupengemis juga “cangih”, “tidak kampungan”,atau “miskin” seperti dipersepsi oleh pemudapembasmi serangga. Bahkan pengemis itumembuktikan bahwa mereka punya hati danberjiwa penolong. Ketika mobil pemudapembasmi serangga itu terperosok, para pengemisbergotong-royong membantunya.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 205

Gambar 11.Iklan XL Ampuh

Sumber: www.youtube.com

Ditayangkan pada Ramadhan Tahun 2009

Paradoks iklan ini terletak pada tidakrealitisnya, di mana para pengemis menggunakankartu XL Ampuh secara total, dan menunjukkanidentitas mereka sebagai pengemis yang moderndan tidak miskin seperti yang ditampilkan dalamiklan tersebut. Lalu apa sesungguhnya tujuanpara pengiklan membangun hal paradoks, danmakna apa yang ingin disampaikan?

Setiap setting, model dan pola serta elemenyang ada dalam iklan memiliki tujuan khas danspesifik. Demikian juga halnya dengankesengajaan menciptakan paradoks dalam iklanseperti halnya iklan Xenia dengan ucapan SelamatIdul Fitri; “Mohon Maaf Lahir Batin, Lebaran ini Andasekeluarga belum dapat mudik dengan Xenia.”Menurut Triandjojo (2008) pengiklanmenggunakan ucapan selamat dan permohonanmaaf kepada pelanggan dikarenakan belum dapatpulang dengan Xenia. Maksudnya bukan karenaXenia belum diproduksi atau produksi menuruntetapi sebetulnya pengiklan ingin menyatakanbahwa penjualan Xenia sangat tinggi sehinggabanyak pelanggan yang harus antri untukmendapatkannya. Kenyataannya masyarakatIndonesia akan lebih tertantang membeli sebuahproduk ketika produk itu terbatas untuk dimiliki,baik karena “limited edition”, atau karena“banyaknya minat”. Seperti halnya iklan XLAmpuh yang tidak hanya untuk orang berduityang mampu membeli XL Ampuh, namunpengemis pun berminat untuk membelinya.Inilah paradoks yang sering ditemukan dalam

iklan-iklan Islami Ramadhan. Dan agaknya tidakberlebihan jika disimpulkan bahwa setiap elemen,pola dan simbol yang diproduksi dalam iklan-iklan Islami Ramadhan memiliki makna khas, dankhusus yang dikehendaki oleh pengiklan.

F. PENUTUP

Iklan-iklan Islami Ramadhan bertepatandengan momentum Ramadhan adalah hal yangdisengaja dan direncanakan oleh pengiklan.Sebab setiap aktivitas yang berhubungan denganbisnis dan kepentingan perusahaan; dalam halini adalah iklan ditujukan untuk“memaksimalkan penjualan”, dan pada akhirnyaberujung pada akumulasi kapital. Jay W. Richards(2009) menegaskan bahwa kapitalisme dengansegala kepentingannya mempengaruhikonstruksi sosial-ekonomi di dunia dewasa ini.Termasuk dalam produksi iklan-iklan, baik dinegara maju, maupun di negara berkembangyang mayoritas berpenduduk Muslim sepertiIndonesia. Jika demikian kenyataannya, apasesungguhnya yang dipengaruhi olehkapitalisme, lebih khususnya dalam hal iklan diIndonesia?

Max Weber (2006) mengutarakan bahwakapitalisme telah mendominasi kehidupanperekonomian, mendidik dan memilih insan-insan ekonomi yang dibutuhkannya melaluisuatu proses “survival of the fittest” dalam bidangekonomi. Apa yang lahir dari rahim kapitalismeadalah cita-cita untuk memakmurkan diri sendiri(baca; self-interest); menumpuk keuntungan yangsebesar-besarnya melalui kegiatan ekonomiterutama perdagangan dan koorporasi. Dalam halini, iklan dan segala fenomena yang terkaitdengannya seperti internalisasi simbol-simbolIslam dalam iklan seutuhnya tidak terlepas daricita-cita kapitalisme untuk mengakumulasikeuntungan lewat penciptaan secara massifbudaya konsumerisme. Ini yang menjadi faktorpenyebab mengapa iklan-iklan Islami Ramadhandengan intensifnya memproduksi ulang berbagaisimbol dan modalitas Islam dalam iklan.Tujuannya adalah untuk menciptakan budayakonsumerisme di kalangan umat Islam, dandengan sendirinya produk-produk yangdiiklankan mampu diserap pasar dengan cepat,sehingga produksi dan inovasi produk dengandrastis dapat ditingkatkan. Asosiasi, paradoks,hubungan konvensional “penanda” dan

206 Relasi Kuasa dan Reproduksi Makna ...

“petanda”, representasional, bahkan ironi sengajadibentuk dan direpresentasikan dalam iklan-iklanIslami Ramadhan. Semua elemen ini disatukandi bawah keinginan dan hasrat yang besar untukmengakumulasi keuntungan.

Konsumen dan pendapatan yang merekamiliki diposisikan sebagai object of desire; sebuahobjek hasrat dan sekaligus dijadikan sebagaisumber-sumber kekayaan kaum kapitalisme—industri-industri yang berskala besar. Iklan-iklan,termasuk iklan-iklan Islami Ramadhandisampaikan pada ruang publik kemudiandikonsumsi oleh konsumen-Muslim di berbagaitempat, telah mendorong apa yang diistilahkandengan “hasrat konsumsi”. Inilah yangdiinginkan oleh industri-industri besar yangmemesan iklan, dan menayangkannya di berbagaistasiun Televisi Swasta di Indonesia. Ini menurutStiglizt (2006) adalah efek dari tidak ada gagasanyang lebih kuat ketimbang teori invisible handa-

nya Adam Smith, di mana pasar bebas akanmembuahkan hasil-hasil yang efisien. Seolah-olah oleh suatu tangan tak telihat, dan bahwadalam mengejar kepentingannya sendiri setiaporang akan memajukan kepentingan umum. Jikaindividu saja dalam masyarakat kapitalisme lanjutmengejar kepentingan dan kemakmurannyasecara intensif, maka tidaklah aneh jika industri-industri besar juga disemangati oleh ajaran“maksimalisasi keuntungan dan utilitas”. Dansepertinya, iklan-iklan Islami Ramadhan memangsengaja dirancang sebagai penopang atas hasratmaksimaliasi keuntungan dan utilitas[]

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 207

D A F TA R P U S TA K A

Buckland, Warren. Cognitive Semiotics of Film. NewYork: Cambridge University Press, 2004.

Barthes, Roland. Element of Semiology. New York:Hill and Wang, 1981.

—————. Image, Music, Text. London: FontanaPress, 1977.

Baudrillard, Jean. For A Critique of The PoliticalEconomy of The Sign. St. Louis, MO: TelosPress, 1981.

Burton, Graeme. More Than Meets The Eye: AnIntroduction to Media Studies, Edisi Ketiga.New York: Oxford University Press, 2002.

Berger, Arthur Asa. The Object of Affection: Semioticsand Consumer Culture. New York: PalgraveMacMillan, 2010.

—————. Sign in Contemporary Culture: AnIntroduction to Semiotics, Terj. M. Dwi Satrio.Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010.

Brang, Per Aage, What Is Semiotics?, Retrieved athttp://www.hum.au.dk/semiotics/docs2/pdf/brandt_paab/whatissemiotics.pdf

Cobley, Paul (eds). Semiotics and Linguistics. NewYork: Routledge, 2001.

Chandler, Daniel., The Basic Semiotics. London &New York: Routledge, 2002.

Dines Johansen, Jørgen & Erik Larsen, Svend.,Signs in Use: An Introduction to Semiotics. NewYork: Routledge, 2002.

Daniel Bell, The Cultural Contradictions of Capitalism.New York: Basic Books, Inc., publisher,1958.

Deledalle, Gérard. Charles S. Peirce’s Philosophy ofSigns: Essays in Comparative Semiotics.Indianapolis: Indiana University Press,2000.

Danesi, Marcel. Understanding Media Semiotics.London: Arnold, 2002.

E. Stiglitz, Joseph. The Roaring Nineties: A NewHistory of the World’s Most Prosperous Decade,Terj. Aan Suhaeni. Tangerang: Marjin Kiri,2006.

Forcefille, Charles. Pictorial Metaphors in Advertising.London: Taylor and Francis 2002.

Goffman, Erving. The Presentation of Self in EverydayLife. Edinburg: University of Edinburg,1956.

Hall, Stuart et.al. Culture, Media, Language.London: Taylor-Francis e-Library, 2005.

Kasali, Renald. Manejemn Periklanan: Konsep danAplikasinya di Indonesia. Jakarta: Grafiti, 1995.

Leeuwen, Theo Van. Introducing Social Semiotics.New York: Routledge, 2005.

Madjadikara, Agus S. Bagaimana Biro IklanMemproduksi Iklan. Jakarta: Gramedia, 2004.

Martin, Bronwen & Ringham, Felizitas. Dictionaryof Semiotics. London and New York: Cassell,2000.

Merrel, Floyd. Peirce, Signs, and Meaning. Toronto:University of Toronto Press, 1997.

Nöth, Winfried & Bishara, Nina (eds). Self-Reference in the Media. New York: Moutonde Gruyter, 2007.

Najafian, Maryam. Advertising Social SemioticsRepresentation: A Critical Approach,“International Journal of IndustrialMarketing, Vol. 1, No. 1-2011.

Najafian, Maryam & Dabaghi, Azzizollah., HiddenLanguage of Advertising: A Semiotic Approach,(Proceeding of The InternationalConference: Doing Research in AppliedLinguistics).

O’Neill, Shaleph. Interactive Media: The Semiotics ofEmbodied Interaction. London: Springer, 2008.

Prihmantoro, Heru. “Iklan Kondom: SelainJualan, Masih Ada Persoalan Etika.” DalamMedia Indonesia, 6 April 1999.

Richards, Jay W. Money Greed and God: WhyCapitalism is The Solution and Not Problem.Australia: Harper Collins, 2009.

SE., Rita. “Multivitamin Mengapa DiiklankanObat Kuat?”. Dalam Media Indonesia, 10Desember 1998.

208 Relasi Kuasa dan Reproduksi Makna ...

Sebeok, Thomas A. An Introduction to Semiotics.Kanada: University of Toronto Press, 1994.

Thibault, Paul J. Social Semiotics as Praxis: Text,Social Meaning Making, and Nabokov’s Ada.Minneapolis: University of MinnesotaPress, 1991.

Triandjojo, Indriani. Semiotika Iklan Mobil di MediaCetak Indonesia, Thesis: PPS UniversitasDiponegoro, 2008.

Stam, Robert, Burgoyne, Robert & Flitterman-Lewis, Sandy. Vocabularies in Film Semiotics:Structuralism, Post-Structuralism and Beyond.London-New York: Routledge, 2005.

Weber, Max., The Protestant Ethic Spirit of Capitalism,Terj. TW. Utomo & Yusuf Priya Sudiarja.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Williams, Ederyn (ed.). Television, Technology, andCulture Form. London: Schocken Books,1975.

Website:

Iklan Matahari (Ramadhan tahun 2012).www.youtube.com (diakses pada 15 Agustus2012, Pukul 23:21 Wib).

Iklan Djarum. //http:www.youtube.comwatchv=hm3IUCK31vom(diakses 30 Juni 2012, Pukul 16: 05 wib).

Iklan Gudang Garam (2007). www.youtube.com(diakses pada 20 Juli 2012, pukul 11: 15 wib).

Iklan Axis. www.youtube.com Idi akses pada 20 Juli2012, pukul 11:15 wib).

Iklan Bank Mandiri. www.youtube.com (diaksespada 21 Juli 2012, pukul 13:18 wib).

Iklan Pertamina. www.youtube.com (diakses 22 Juli2012, Pukul 11:14 wib).

Iklan Djarum. //http.www.youtube.comwatchv=hm3IUCK31vo(diakses pada 22 Juli 2012, Pukul 17:19 wib).

Iklan Coca-Cola. www.youtube.com (diakses pada24 Juli 2012, Pukul 11:28 wib).

Iklan Mc. Donalds. www.youtube.com (diakses pada24 Juli 2012, Pukul 12:09 wib).

Iklan XL Ampuh. www.youtube.com (diakses pada24 Juli 2012, Pukul 12:00 wib).

Iklan Kartu AS. www.youtube.com (diakses pada

27 Agustus 2012, Pukul 11:51 wib).

Iklan Kartu Axis. www.youtube.com (diaksespada 27 Agustus 2012, Pukul 12:02 wib).

Iklan Kartu XL (2012). www.youtube.com(diakses pada 27 Agustus 2012, Pukul 16:15wib).

Iklan Kartu Axis (2011). www.youtube.com(diakses pada 27 Agustus 2012, pukul 20:28wib).

Iklan Kartu Axis (2012). www.youtube.com(diakses pada 27 Agustus 2012, pukul 20:28wib).

Iklan Djarum (2010). www.youtube.com (diaksespada 27 Agustus 2012, Pukul 20:51 wib).

Iklan XL Ampuh, www.youtube.com (diaksespada 28 Agustus 2012, pukul 8: 28 wib).

Iklan Mc. Donalds (Ramadhan tahun 2011).www.youtube.com (diakses pada 14/08/2012,Pukul. 17:28 wib).

Iklan AXIS. www.youtube (diakses pada 1 Juli2012, Pukul 12:29 wib).

Iklan Coca-Cola (2012). www.youtube.com(diakses pada 31 Juli 2012, Pukul 11:47 wib).

Http://www.hum.au.dk/semiotics/docs2/pdf/brandt_paab/whatissemiotics.pdf

Iklan Kartu AS 2012. www.youtube.com (diaksespada 31 Juli 2012, Pukul 22:15 wib).

Iklan Ale-Ale. www.youtube.com (diakses 26 Juli2012, Pukul 9:43 wib).

Iklan Kartu AS. www.youtube.com (diakses 27 Juli2012, Pukul 17:20 wib).

Iklan Djarum 2012. www.youtube.com (diakses pada28 Juli 2012, Pukul 10:30 wib).

Iklan teh Sariwangi 2012. www.youtube.com(diakses pada 28 Juli 2012, pukul 10:54 wib).

Iklan Indosat Ramadhan 2012. www.youtube.com(diakses 29 Juli 2012, Pukul 15:35 wib).

Iklan Coca-Cola 2012. www.youtube.com (diaksespada 29 Juli 2012, Pukul 22:12 wib).

Iklan XL sensasi 2012. www.youtube.com. (diaksespada 30 Juli 2012, Pukul 06:00 wib).

Iklan kartu AXIS 2012. www.youtube.com (diaksespada 30 Juli 2012, Pukul 11:30 wib).

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 209

ABSTRACT

This study aims to determine the implementation of character education through Religious Education in schoolsand to determine the factors supporting and inhibiting. The location of this research is the State High School 2Semarang. The study was conducted in April and September 2014. Data was collected through observation,interviews, review of documents, and questionnaires. The results showed that the implementation of charactereducation at this school integrated in the learning of all subjects, including Religious Education. Character educationis carried out through intracuriculer activities, extracurricular, and other forms of activities. Seven character educationalvalue in the school (the focus of this study) in the form of a religious attitude, honesty, tolerance, discipline, care forthe environment, social care and responsibility has been implemented in schools. Supporting factors include a lackof vision, mission, goals of the school, the curriculum and all elements of education that exists to support theimplementation of character education. Inhibiting factors include macro conditions surrounding the school werepartly incompatible with the values of the characters are developed. It is recommended that character educationthrough Religious Education in schools can be used as a development model of character education in other schools.

KEY WORDS: Character education, religious education implementation.

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKANAGAMA DI SMAN 2 SEMARANG

Q O W A I D

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Pendidikan Karakater melaluiPendidikan Agama di sekolah serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya.Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Semarang. Penelitian dilaksanakanpada bulan April dan September 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,wawancara, telaah dokumen, dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraanpendidikan karakter di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Semarang terintegrasi dalam pembelajaransemua mata pelajaran, termasuk pendidikan agama. Pendidikan karakter dilaksanakan melaluikegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan bentuk kegiatan lainnya. Tujuh nilai pendidikankarakater di sekolah (fokus penelitian ini) berupa sikap religius, jujur, toleransi, disiplin, pedulilingkungan, peduli sosial dan tanggug jawab telah diterapkan di sekolah. Faktor pendukungnyaantara lain adanya visi, misi, tujuan sekolah, kurikulum dan seluruh unsur kependidikan yang adamendukung terlaksananya pendidikan karakter. Faktor penghambat antara lain kondisi makrolingkungan di sekitar sekolah yang sebagiannya tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter yangdikembangkan. Disarankan agar pendidikan karakter melalui Pendidikan Agama di sekolah ini dapatdijadikan model pengembangan pendidikan karakter di sekolah lain.

KATA KUNCI: pendidikan karakter, pendidikan agama implementasi.

IMPLEMENTATION OF CHARACTER EDUCATIONTHROUGH RELIGIOUS EDUCATION IN STATE HIGH

SCHOOL 2 SEMARANG

Q O W A I D *

*Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan. Jl. M.H. Thamrin 6. Jakarta Pusat. Email: [email protected]

210 Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama ...

A. PENDAHULUAN

Pembangunan karakter bangsa merupakangagasan besar yang telah lama dicetuskan parapendiri bangsa. Sejak awal kemerdekaan sampaisaat ini pendidikan karakter tersebut terusdilaksanakan dengan nama dan bentuk yangberbeda-beda.

Hasil seminar dan lokakarya nasional“Bangsa Berkarakter Kunci Indonesia Bangkit”merumuskan bahwa penguatan karakter bangsadiyakini membawa Indonesia keluar dari berbagaipersoalan dan melesat maju. Syaratnya,keteladanan agar menyebar luas ke semua lapisanmasyarakat. Realitasnya, pembangunan karakterbangsa masih bermasalah antara keinginan dankenyataan.1

Walaupun pembangunan karakter bangsasudah diupayakan dengan berbagai bentuk,hingga saat ini masih belum dapat terlaksanadengan optimal. Hal itu antara lain tercerminadanya kesenjangan sosial-ekonomi-politik yangmasih besar, kerusakan lingkungan yang terjadidi berbagai pelosok negeri, ketidakadilan hukum,kekerasan dan kerusuhan, korupsi yangmerambah pada semua sektor kehidupanmasyarakat, dan lain sebagainya.

Di kalangan pelajar dan mahasiswa masihterdapat dekadensi moral yang memprihatinkan.Di antaranya adanya tawuran, aksi pornografidan porno aksi, kebiasaan mencontek, meminumminuman keras, dan tindakan kriminal lainnyayang meresahkan masyarakat. Kondisi yangdikenal dengan krisis multidimensi, demoralisasi,degradasi kehidupan masyarakat dan istilah lainyang semisal terdengar sejak beberapa tahunyang lalu.

Di samping karena adanya fenomena-fenomena sosial, urgensi pendidikan karakter disekolah juga dilandasi oleh sejumlah peraturanperundangan yang ada. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknasdisebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsimengembangkan kemampuan dan membentukwatak serta peradaban bangsa yang bermartabatdalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi pesertadidik agar menjadi manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggung jawab.

Maka perlu dicari jalan terbaik untukmembangun dan mengembangkan manusia danbangsa Indonesia dengan memiliki karakter yangbaik, unggul, dan mulia. Memperhatikan situasidan kondisi karakter bangsa yangmemprihatinkan tersebut, pemerintah mengambilinisiatif untuk memprioritaskan pembangunankarakter bangsa. Salah satu ruang lingkupsasaran pembangunan karakter bangsa adalahlingkup satuan pendidikan. Lingkup lainnyaadalah lingkup keluarga, pemerintahan, danmasyarakat lainnya seperti masyarakat politik,sipil, dunia usaha, media masa, dan lainsebagainya.2

Pendidikan memiliki peran penting dansentral dalam pengembangan potensi manusia,termasuk potensi mental peserta didik. Pendidikanjuga memegang peran strategis dan determinatifdalam pembangunan peradaban manusia.Melalui pendidikan diharapkan terjaditransformasi yang dapatmenumbuhkembangkan karakter posisitif, sertamengubah watak dari yang tidak baik menjadibaik.

Menurut Megawangi3, pendidikan karakterbukan saja dapat membuat seorang anakmempunyai akhlak yang mulia, tetapi juga dapatmeningkatkan keberhasilan akademik.Disamping itu pendidikan karakter juga dapatmeningkatkannya pro sosial dan dapatmeningkatkan kesehatan fisiknya karenamemiliki kematangan emosi dan spiritual yangtinggi. Karakter merupakan input penting dalampembangunan SDM.

Untuk mendukung keterlaksanaanpendidikan karakater di sekolah, telah disiapkansejumlah Peraturan mulai dari PeraturanPresiden, Peraturan Menteri, sampai Peraturandi bawahnya. Diantaranya telah dibuatKebijakan Nasional Pembangunan Budaya DanKarakter Bangsa, Desain Induk Pendidikan

1 “Karakter Membawa Indonesia Maju”, dalam Kompas, 30Mei 2011, h.1.

2 Kebijakan Nasional Pembangunan Budaya dan KarakterBangsa, http://gurupembaharu.com/home/ wp-content/uploads/downloads/2011/11/Kebijakan-Nasional-Pendikar.pdf. Diakses3 Maret 2014. h: 2 -7.

3 Megawangi, Ratna, Pendidikan Karakter, Solusi Yang TepatUntuk Membangun Bangsa. (Depok: Indonesian HeritageFoundation, 2004.), 38.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 211

Karakter Kementerian Pendidikan Nasional,Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, danbeberapa Pedoman pelaksanaan pendidikankarakter di berbagai jenjang pendidikan.

Berkenaan dengan itu, sekitar tahun 2010yang lalu, mulai dicanangkan PendidikanKarakater untuk dilaksanakan di sekolah secarabertahap, mulai dari sekolah dasar, sekolahmenengah pertama, sekolah menengah atas,sekolah menengah kejuruan.

Di tengah kegelisahan yang menghinggapiberbagai komponen bangsa, sesungguhnyaterdapat beberapa lembaga pendidikan atausekolah yang telah melaksanakan pendidikankarakter secara berhasil dengan model yangmereka kembangkan sendiri-sendiri. Merekainilah yang menjadi best practices dalampelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia.

Namun hal itu belum cukup karenadiperlukan keterlibatan sekolah yang lebihbanyak dan luas lagi dari yang telah ada. Sebagaitindak lanjutnya, berbagai upaya telah dan terusdilakukan agar tercapai peserta didik yang sesuaidengan fungsi pendidikan tersebut di atas.

Pemerintah melalui Kemendikbud padatahun ajaran 2016-2017 ini juga berrencanamenunjuk 542 sekolah sebagai rujukan programPenguatan Pendidikan Karakter (PPK) yangtersebar di 34 provinsi.4

Oleh karena itu, akan dilakukan penelitianterhadap penyelenggaraan pendidikan karakter,yang kali ini difokuskan kepada penyelenggaraanpendidikan karakter melalui pendidikan agamadi salah satu jenjang sekolah, yakni SekolahMenengah Atas Negeri, yakni SMAN 2 Semarang.

Rumusan masalah penelitian ini adalah:1. Seperti apakah implementasi

penyelenggaraan Pendidikan Karakatermelalui Pendidikan Agama di sekolah;

2. Seperti apakah faktor-faktor pendukung danpenghambat Pendidikan Karakter melaluiPendidikan Agama di Sekolah.

B. KAJIAN LITERATUR

Ada sejumlah penelitian tentang pendidikankarakter pada berbagai lembaga, jenis dantingkatan pendidikan serta berbagai sumber

lainnya. Berikut disajikan sebagiannya. Dengan judul “Penguatan Karakter

Melalui Pendidikan Islam Di TK Mawaddah KotaBanjarmasin”, Abd, Muin M menulis sejumlahhasil penelitiannya yang menggunakan metodekualitatif. Disimpulkan bahwa sejak berdiri, TKini konsisten menginternalisasikan nilai-nilaipendidikan Islam kepada anak didik sebagaipondasi penguatan pendidikan karakter.Internalisasi nilai-nilai Islam melalui pengenalan,pembiasaan dan keteladanan yang didukungkemampuan orangtua mendidik anak melaluikegiatan parenting class.5

Sementara itu, Novita Siswayanti menulistentang pendidikan karakter dalam Tafsir Al-Huda dengan metode penelitian analisis isi danpendekatan hermeunetika. Disimpulkan bahwaTafsir Al-Huda mentransformasikan nilai-nilaibudi pekerti Jawa yang merupakan akumulasidari cipta-rasa-karsa yang diaktualisasikan kedalam sikap, kata-kata, dan tingkah lakuseseorang. Pendidikan karakter dalam tafsir inidipandang sebagai aktualisasi iman yangmerepresentasikan tabiat, watak, akhlak, danmoral sekaligus mencerminkan sikap batin yangmelahirkan akhlak yang baik, rajin, jernih akalbudinya,dan banyak berbuat kebajikan.6

Sementara itu, Lisa’diyah M juga pernahmelakukan penelitian pendidikan karakter disalah satu sekolah menengah atas. Menurutnya,penanaman nilai-nilai karakter siswa dilakukandengan menyisipkan beberapa mata pelajarandalam bentuk hidden curriculum.7

C. KERANGKA TEORI

Menurut Aunillah,8 pendidikan karakteradalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yangmengandung komponen pengetahuan,kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan

4 “542 Sekolah Dirujuk Jadi Sekolahg Pendidikan Karakter.”Koran Sindo, tanggal 10 Oktober 2016, h. 5.

5 Abd.Muin M. “Penguatan Karakter Melalui PendidikanIslam Di TK Mawaddah Kota Banjarmasin”, dalam Edukasi, JurnalPenelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, 11, no 2, (Mei-Agusutus 2013): 199.

6 Novita Siswayanti. “Pendidikan Karakter Dalam Tafsir Al-Huda”. dalam Edukasi, Jurnal Penelitian Pendidikan Agama danKeagamaan 11, no 2, (Mei-Agustus 2013): 218.

7 Lisa’diyah Ma’rifatain. “Model Penanaman Nilai-NilaiKarakter Siswa SMA Berbasis Pendidikan”. Edukasi, JurnalPenelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan. 13, no.1. (April2015): 80.

8 Aunillah, Nurla Isna, Panduan Menerapkan PendidikanKarakter Di Sekolah (Yogyakarta: Laksana, 2011): 18.

212 Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama ...

dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai,baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa,sehingga akan terwujud insan kamil.

Dalam konteks Indonesia, pendidikankarakter adalah pendidikan nilai, yaknipenanaman nilai-nilai luhur yang digali daribudaya bangsa Indonesia. Karakter juga dapatdiartikan sebagai tabiat atau kebiasaan yangsecara konsisten melekat pada kepribadian yangditampakkan dalam tingkah laku sehari-hari.9

Menurut Lickona, sebagaimana dikutip olehWibowo10, karakter merupakan sifat alamisesorang dalam merespons situasi secarabermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalamtindakan nyata melalui tingkah laku yang baik,jujur, bertanggung jawab, menghormati oranglain dan karakter mulia lainnya.

Istilah karakter dihubungkan dandipertukarkan dengan istilah etika, akhlak, danatau nilai yang berkaitan dengan kekuatan moral,berkonotasi positif, bukan netral.

Pendidikan karakter bisa juga disebutpembentukan karakter. Berdasarkan PanduanPelaksanaan Pendidikan Karakter yangdikembangkan Kemendiknas11, secara psikologisdan sosial kultural pembentukan karakter dalamdiri individu merupakan fungsi dari seluruhpotensi individu manusia (kognitif, afektif,konatif, dan psikomotorik) dalam konteksinteraksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah,dan masyarakat) dan berlangsung sepanjanghayat.

Dalam pendidikan, pembentukan karakterdilakukan melalui rekayasa lingkungan yangmencakup di antaranya lingkungan fisik danbudaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum,pendidik, dan metode mengajar. Pembentukankarakter melalui rekayasa faktor lingkungandapat dilakukan melalui ; 1.keteladanan, 2.intervensi, 3. pembiasaan yang dilakukan secarakonsisten, 4. penguatan.

Dengan demikian, praktik pendidikan

karakter pada satuan pendidikan adalahtanggungjawab dan masuk dalam semua matapelajaran, bukan hanya tanggungjawab materiPendidikan Agama atau PendidikanKewarganegaraan.

Tujuan pendidikan karakter adalah untukmencapai tujuan pendidikan nasional yaituberkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis sertabertanggungjawab.12

Dalam rangka lebih memperkuatpelaksanaan pendidikan karakter pada satuanpendidikan telah diidentifikasi 18 nilai yangbersumber dari agama, Pancasila, budaya dantujuan pendidikan nasional, yaitu (1) religius, (2)jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras,(6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasaingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cintatanah air, (12) menghargai prestasi (13) bershabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemarmembaca, (16) peduli lingkungan, (17) pedulisosial, (18) tanggung jawab.13 Dalam penelitianini difokuskan pada tujuh nilai pendidikankarakter yakni: religius, jujur, toleransi, disiplin,peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggugjawab telah diterapkan di sekolah.

Untuk mendukung keterlaksanaanpendidikan karakater di sekolah,pembelajarannya dilakukan melalui berbagaikegiatan di kelas, di satuan pendidikan formal dannonformal, serta diluar satuan pendidikan.Pendidikan karakter juga diintegrasikan dalamsemua materi pembelajaran, yang dilakukandalam rangka mengembangkan kegiatanintervensi. Pendidikan karakter diintegrasikandalam kegiatan kokurikuler, ekstrakurikuler.Pengembangan karakter dilakukan melaluikegiatan belajar-mengajar, kegiatan kesehariandalam satuan pendidikan, kegiatan kokurikulerdan ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian dirumah dan masyarakat.

Keterlaksanaan pendidikan karakter danhasil-hasilnya merupakan tanggungjawab semua9 Nurhayati Djamas, Memfungsikan Pendidikan Agama

Sebagai Pendidikan Karakter Pada Anak.(Jakarta:Badan Litbangdan Diklat, 2013): 4.

10 Agus Wibowo, 2012. Pendidikan Karakter (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012): 32 – 33.

11 Kementarian Pendidikan Nasional. 2011. PanduanPelaksanaan Pendidikan Karakter (Jakarta: Pusat Kuriklum DanPerbukuan. Badan Penelitian Dan Pengembangan, 2011): 30.

12Kementerian Pendidikan Nasional, Desain Induk PendidikanKarakter (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2011): 5.

13 Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan Budayadan Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah (Jakarta: Puskurbuk, 2009):9 – 10.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 213

mata pelajaran di sekolah. Lebih-lebih PendidikanAgama di sekolah dan PendidikanKewarganegaraan. Inti dari Pendidikan Agamaadalah pengembangan nilai iman, takwa danakhlak mulia. Inti dari PendidikanKewarganegaraan adalah pengembangan akhlakberkewarganegaraan seperti tanggungjawab, danpartisipasi berwarganegara.

Adapun Pendidikan Agama di Sekolahadalah pendidikan yang memberikanpengetahuan dan membentuk sikap, kepribadiandan keterampilan peserta didik dalammengamalkan ajaran agama, yang dilaksanakansekurang-kurangnya melalui mata pelajaran padasemua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.14

Pendidikan Agama di sekolah merupakan bagiandari sistem pendidikan nasional yang telah dibuatsejumlah aturan mulai dari Undang-undang,Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri,sampai Peraturan di bawahnya.

Penelitian ditekankan pada pendekatankualitatif. Penelitian ini juga menggunakan datakuantitatif sebagai pendukung untukmempertajam analisis. Sesuai dengan jenispenelitian tersebut, maka metode pengumpulandata utama adalah dengan wawancara, FGD,observasi dan telaah dokumen. Untukmempertajam data yang diperlukan dilakukanpula pengisian angket siswa. Angket diberikankepada siswa kepada siswa kelas XI, masing-masing sebanyak 25 siswa.

Wawancara dilakukan dengan KepalaSekolah, Guru Pendidikan Agama, dan Siswa.Pengamatan dilakukan terhadap perilaku siswaselama di sekolah yang difokuskan kepada nilai-nilai proses pembelajaran (intra danekstrakurikuler) karakter yang dipilih. Telaahdokumen dilakukan terhadap buku-buku yangrelevan dengan pendidikan karakter, pedoman-pedoman tentang pendidikan karakter, danberbagai terbitan yang ada di sekolah sertarelevan dengan topik.

Analisis data kualitatif dimulai denganmendeskripsikan, mengkatagorikan, kemudianmenginterpretasikan penyelenggaraanpendidikan karakter melalui pendidikan agama.Pendeskripsiannya berdasar atas fenomena yangditemukan setelah dilakukan penelaahan seluruh

data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaituwawancara, pengamatan, kuesioner, FGD dancatatan atau dokumentasi lainnya yang relevandengan penyelenggraannya dan faktor-faktoryang turut berkontribusi terhadapnya.

D. PROFIL SEKOLAH MENENGAH ATAS 2SEMARANG

Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Semarangterletak di Jalan Sendangguwo Baru 1 Semarang.Sekolah ini berdiri pada tahun 1978. SebelumnyaSekolah ini termasuk RSBI. Namun sejalandengan penghapusan RSBI sekolah ini menjadisekolah biasa lagi, dengan tanpa mengurangikualitas sekolah, bahkan selalu berusaha untukmeningkatkannya. Nilai Akreditasi Sekolahini adalah 97,0. (Amat Baik).

SMAN 2 Semarang dipimpin oleh seorangKepala Sekolah, dibantu oleh 4 wakil kepalasekolah, yaitu Wakil Kepala Sekolah BidangAkademik, Bidang Kesiswaan, Bidang Sarana-Prasarana, dan Bidang Hubungan Masyarakat

Visi sekolah ini adalah “Unggul dalamPrestasi Berwawasan Iptek, Seni, dan Imtaq”.

Misi sekolah ini adalah:1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan

secara efektif, sehingga setiap siswa dapatberkembang secara optimal, sesuai potensiyang dimiliki.

2. Menumbuhkan semangat keunggulan secaraintensif kepada seluruh warga sekolah.

3. Mendorong dan membantu siswa untukmengenali potensi dirinya, sehingga dapatberkembang secara optimal.

4. Mendorong siswa untuk secara aktifberbahasa Inggris dalam rangka eraglobalisasi.

5. Menciptakan suasana belajar yang kondusif.6. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran

agama yang dianut dan juga budaya bangsasehingga tercipta iman dan taqwa dalambertindak.

7. Merupakan menejemen partisipatif denganmelibatkan seluruh warga sekolah baik guru,karyawan, siswa dan komite sekolah.Guru sekolah ini berjumlah 81 orang, terdiri

dari 77 (95 %) berstatus PNS, dan 4 berstatusGTT ( Guru Tidak Tetap). Dari 77 guru PNS,sebagian besar tamatan S1, yakni berjumlah 56(69 %) orang. Sebanyak 21 guru lainnya sudahmenyelesaikan pendidikan S2. Dari segi agama,

14 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentangPendidikan Agama dan Keagamaan, Pasal 1 ayat 1.

214 Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama ...

sebanyak 71 (87,65 %) guru beragama Islam,beragama sebanyak 4 guru Katolik, dan masing-masing seorang guru yang beragama Kristen danHindu.

Siswa sekolah saat ini berjumlah 1334 orang.Pemeluk Agama Islam 1239 (92,88%) siswa,pemeluk agama Kristen 59 (4,42 %) siswa, pemelukagama Katolik 42 (3,14 %) siswa, pemeluk agamaHindu satu orang, dan pemeluk agama Budha 2orang. Siswa kelas X berjumlah 454 orang, terdiridari siswa beragama Islam sebanyak 426 orang,Kristen 19 orang, Katolik 8 orang, dan Hindu 1orang. Siswa kelas XI berjumlah 463 orang, terdiridari siswa beragama Islam sebanyak 425 orang,Kristen 23 orang, Katolik 12 orang, dan Budha 2orang. Siswa kelas XII berjumlah 417 orang,terdiri dari siswa beragama Islam sebanyak 426orang, Kristen 17 orang, dan Katolik 12 orang.

Tenaga pendukung pembelajaran meliputistaf TU (tenaga keuangan, administrasi, satpam,pesuruh, dll.), laboran, pustakawan, teknisi(komputer, bahasa, multimedia) berjumlah 23orang. Umumnya tamatan SLTA sebanyak 17orang, tamatan D3 5 orang dan satu orangsarjana.

Jumlah ruang kelas yang ada di SMAN 2Semarang mencapai 42 ruang, yang terbagi atasmasing-masing 14 ruang untuk Kelas X, XI, danXII. Namun jumlah rombongan belajar (rombel)untuk masing-masing jurusan atau programstudi tidak sama. Di kelas X terdapat 11rombongan belajar untuk IPA dan 3 untuk IPS.Di kelas XI terdapat 11 rombongan belajar IPAdan 3 untuk IPS. Di kelas XII terdapat 10rombongan belajar untuk IPA dan 4 untuk IPS.

Di setiap ruang kelas dilengkapi denganfasilitas pendukung pembelajaran: meja dan kursisiswa, meja dan kursi guru, pendingin udara, ,LCD, pengeras suara, papan tulis putih atau whiteboard, papan tulis putih, almari kelas, fotoPresiden, Wakil Presiden, dan lambang negara,penghapus papan tulis.

Sarana dan prasarana lainnya yang ada disekolah cukup banyak. Antara lain ruang kelas,perpustakaan, Kepala Sekolah, Waka Sekolah,guru, TU, sumber belajar, OSIS, BP, UKS, kantin,lab bahasa, biologi, kimia, dan komputer.Kemudian ruang serbaguna, koperasi, KM/WCGuru dan murid, parkir, gudang, pos kemanan,foto copi, ekstrakurikuler, dan dapur.Berikutdisajikan dalam tabel.

SMA Negeri 2 memiliki banyak prestasiakademik dan nonakademik, baik di tingkat KotaSemarang, Karesidenan Semarang, ProvinsiJateng-DIY, maupun nasional. Prestasi yangdicapai siswa dan guru SMAN 2 Semarang dalamperiode Februari 2012 s.d 17 Februari 2014 cukupbanyak.

Pendidikan Karakter Melalui PendidikanAgama

Penanaman nilai-nilai karakter melaluiPendidikan Agama di SMAN 2 Semarangdilakukan melalui kegiatan pembelajaranintrakurikuler dan ekstrakurikuler, serta kegiatanlainnya yang menunjang terlaksananyapendidikan karakter. Pengembangannyadilakukan melalui dua proses pembelajaran yakniproses pembelajaran langsung dan prosespembelajaran tidak langsung. Baik pembelajaranlangsung maupun tidak langsung terjadi secaraterintegrasi dan tidak terpisah. Sebelumpembelajaran dilaksanakan, didahului denganadanya Silabus dan Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP).

IntrakurikulerPelaksanaan pendidikan karakter di SMAN

2 Semarang antara lain dilaksanakan melaluikegiatan intrakurikuler. Kegiatan intrakurikuleradalah kegiatan yang dilakukan melalui KBM(Kegiatan Belajar Mengajar) Pendidikan Agamadi kelas. Dalam hal ini, di SMAN 2 Semarangyang akan disajikan adalah KBM PendidikanAgama Islam, Pendidikan Agama Kristen, danPendidikan Agama Katolik. Penyelenggaraannyadimulai adanya silabus. Termasuk di dalamnyaadalah Silabus Pendidikan Agama Islam,Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan AgamaKatolik, mulai dari Kelas X, Kelas XI, sampai KelasXII. Implementasi Pendidikan Karakterdiintegrasikan dalam Mata Pelajaran, termasukPendidikan Agama di sekolah/SMA.

Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun2013 tentang Standar Proses Pendidikan DasarDan Menengah dinyatakan bahwa silabusmerupakan acuan penyusunan kerangkapembelajaran untuk setiap bahan kajian matapelajaran. Silabus tersebut dirinci dalamKompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).Kompetensi Inti dibagi dalam 4 ranah yakni KI 1(sikap spiritual) KI 2 (sikap sosial), KI 3

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 215

(pengetahuan) dan KI 4 (perilaku).Mata pelajaran Pendidikan Agama, dalam hal

ini Pendidikan Agama Islam, Pendidikan AgamaKristen, dan Pendidikan Agama Katolik telahdibuat silabus masing-masing. Sampai saatpenelitian ini dilaksanakan, Kurikulum 2013 yangbaru saja diterapkan dan Silabus dipelajari diSMAN 2 Semarang, adalah Kelas X.

Secara umum Silabus tersebut mencakupKompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Masing-masing kompetensi tersebut dirinci dalambeberapa nomor atau item. Sebagaimana disajikandi muka, nilai-nilai pendidikan karakter yangdikembangkan dan merupakan bagian darikurkulum sebelumnya (KTSP), difokuskan dalamnilai-nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, pedulilingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Secara spesifik, dalam Kurikulum 2013Pendidikan Agama Islam, nilai yang hampir samadengan nilai-nilai pendidikan karakter yangdikembangkan sebelumnya (KTSP) dantercantum dalam silabus Kurikulum 2013 adalahtercantum dalam Kompetensi Inti nomor 2, KelasX, yakni “Mengembangkan perilaku (jujur,disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramahlingkungan, gotong royong, kerjasama, cintadamai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukansikap sebagai bagian dari solusi atas berbagaipermasalahan bangsa dalam berinteraksi secaraefektif dengan lingkungan sosial dan alam sertadalam menempatkan diri sebagai cerminanbangsa dalam pergaulan dunia”.

Berdasar Silabus yang telah ditentukan,masing-masing Guru Pendidikan Agama diSMAN 2 telah menyiapkan RPP. Dalam hal ini,RPP Pendidikan Agama Islam, Pendidikan AgamaKristen, dan Pendidikan Agama Katolik. RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencanapembelajaran yang dikembangkan secara rincidari suatu materi pokok atau tema tertentu yangmengacu pada silabus. RPP mencakup datasekolah, matapelajaran, dan kelas/semester.Setelah itu dibuat/diisi materi pokok, alokasiwaktu, tujuan pembelajaran, KD dan indikatorpencapaian kompetensi, materi pembelajaran,metode pembelajaran, media, alat dan sumberbelajar, langkah-langkah kegiatan pembelajaran,dan penilaian15.

Sedangkan pelaksanaan pembelajaranmencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan intiyang mencakup pilihan model, metode, media,sumber belajar. Kegiatan selanjutnya adalahpenutup. Pada kegiatan ini bersisi refleksi danevaluasi.

EkstrakurikulerPendidikan karakter, yang merupakan

pengembangan potensi peserta didik sebagaimanatujuan pendidikan nasional, diimplementasikanpula dapat diwujudkan melalui kegiatanekstrakurikuler yang merupakan salah satukegiatan dalam program kurikuler. DalamPeraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanNomor 81A Tahun 2013 tentang ImplementasiKurikulum disebutkan bahwa kegiatanekstrakurikuler adalah program kurikuler yangalokasi waktunya tidak ditetapkan dalamkurikulum. Tepatnya, ekstrakurikuler adalahkegiatan pendidikan yang dilakukan oleh pesertadidik di luar jam belajar kurikulum standarsebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dandilakukan di bawah bimbingan sekolah dengantujuan untuk mengembangkan kepribadian,bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yanglebih luas atau di luar minat yang dikembangkankurikulum.

Kegiatan ekstrakurikuler pada satuanpendidikan mempunyai fungsi pengembangan,sosial, rekreatif, dan persiapan karir. Tujuanpelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler padasatuan pendidikan adalah harus meningkatkankemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorperserta didik dan dapat mengembangkan bakatdan minat peserta didik dalam upaya pembinaanpribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.16

Implementasi pendidikan karakter padaektrakurikuler terwujud dalam berbagai ragamkegiatan ekstrakurikuler, misalnya OSIS,Pramuka, Kerohanian Islam, Kerohanian Kristen,Kerohanian Katolik, dan lain-lain. Kegiatanekstrakurikuler menjembatani kebutuhanperkembangan peserta didik yang berbeda.

Pada SMA 2 Semarang, pendidikan karakteryang terwujud dalam kegiatan ekstrakurikulerdilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Adapunrinciannya sebagai berikut.

16 Lihat Lampiran III Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013tentang Implementasi Kurikulum, hal. 23 – 25.

15 Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI,Nomor 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, h.37.

216 Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama ...

a. Kegiatan Kepemimpinan dan Demokrasi.Kegiatan ini berupa kegiatan penanaman budipekerti yang berkaitan dengan nilai-nilaikepemimpinan, nasionalisme, demokrasi,kreatif, dan inovatif dilakukan antara lainmelalui organisasi OSIS, MPK, dan Pramuka.

b. Kegiatan Cinta Alam. Kegiatan yang berkaitandengan penanaman nilai cinta alam danpembiasaan hidup sehat dilaksanakan melaluiwadah ekstrakurikuler Pecinta Alam “SasmaDwipala” dan ekstrakuriler pengolahanlimbah dan cinta lingkungan “Pelangi”.

c. Kegiatan Kerohanian/Keagamaan. Kegiatanpenanaman karakter dilaksanakan melaluiberbagai organisasi kerohanian yaituKerohanian Islam, Kerohanian Kristen, danKerohanian Katolik. Nilai-nilai karakteruntuk siswa SMAN 2 Semarang telahdiberikan dalam berbagai kegiatanekstrakurikuler pendidikan agama,khususnya melalui kegiatan kerohanian baikIslam, Kristen maupun Protestan.Berikut diuraikan terlebih dahulu kegiatan

ekstrakurikuler Pendidikan Agama, khususnyamelalui kegiatan kerohanian Islam, Kristen,maupun Katolik.

Kerohanian IslamKegiatan ekstrakurikuler melaui Kerohanian

Islam (Rohis) dilakukan dengan berbagai cara.Diantaranya adalah peringatan hari besarkeagamaan Islam, Sholat Jumat di masjid sekolah,Sholat tarawih bersama guru dan siswa,Pembagian zakat fitrah, Pembagian dagingkurban, Pembacaan dan Penyimakan PembacaanAl Quran, Festival Seni Islam.

Peringatan hari besar keagamaan Islamdilaksanakan dalam memperingati Hari Raya IdulAdha, dan hari Raya Idul Fitri. Pada kegiatanyang terkait dengan Hari Raya Idhul Adha ini,dilakukan melalui salat Idul Adha danpenyembelihan hewan kurban sertapembagiannya. Pada kegiatan yang terkaitdengan hari Raya Idul Fitri, lebih banyakberkaitan dengan kegiatan di Bulan Romadhonserta pembagian zakat fitah dan zakat mal.

Pada hari Raya Idul Adha dilakukan berbagaikegiatan, di antaranya pengadaan hewankurban, salat Iedul Adha, penyembelihan danpembagian hewan kurban. Salat Idul Adhadilaksanakan di lapangan sekolah, diikuti oleh

siswa muslim dan tenaga pendidik serta tenagakependidikan sekolah ini.

Kegiatan membaca Al-Qur’an dimulai denganseleksi kemampuan membaca Al Qur’an bagisiswa yang baru masuk atau diterima di SMAN2 Semarang. Hasil seleksi dibagi dalam duakatagori, yakni siwa yang sudah lancar membacadan siswa yang belum lancar membaca. Siswayang belum lancar membaca dilatih atau diajarmembaca Al-Qur’an oleh Tutor yang berasal darisiswa yang sudah lanacar membacanya, baik dariTutor yang dudk di kelas X maupun yang diatasnya. Para Tutor tersebut sebelumnya dilatiholeh guru Pendidikan Agama Islam tentang tatacara menjadi Tutor yang baik. Kegiatan membacaAl-Qur’an tersebut dilaksanakan setiap hari Jumatsebelum salat Jumat selama antara setengahsampai satu jam. Buku yang diapakai adalahbuku Iqro’.

Siswa yang menjadi Tutorpun tetap terkenatugas untyuk memperdalam Al-Qur’an padakhususnya dan Islam pada umumnya. Merekadiberi tugas untuk melakukan pendalamanterhadap Al-Qur’an. Kegiatan ini dilaksanakansetiap hari Rabo, dimulai srekitar pukul 14.30sampe 15.30. pendalamannya biasanya diisidengan tafsir tematik, misalnya tema tentangaqidah, akhlak, kesehatan, lingkungan hidupdan laij sebagainya. Guru yang mengisis kegiatanini tidak mesti GPAI, akan tetapi guru yangmengajar mata pelajaran lain sepeti Biologi, Fisika,Bimbingan dan Penyuluhan dan lain sebagainya.

Perayaan Maulid Nabi juga diperingati olehsegenap siswa muslim melalui Rohis. Pada tahun2013 yang lalu, dalam memperingatinya diadakanberbagai kegiatan yakni Lomba Cerdas CermatTarikh Nabi Muhammad, Lomba Kaligrafi, danPengajian. Secara keseluruhan, kegiatan tersebutberlangsung mulai tanggal 21 sampai 22 Januari2013.

Training Leadership for Islamic Students jugasering diadakan. Kegiatannya diikuti olehPengurus Rohis, Pengurus OSIS, dan kadang-kadang mengundang Pengurus OSIS SMAlainnya dalam rangka menjalin hubungan antarPengururs OSIS. Kegiatan ini biasanyaberlangsung selama 3 hari. Pada tahun 2012 yanglalu, kegiatannya dilaksanakan di KabupatenKendal, dengan memakan biaya sebesar Rp.10.050.400,- Biaya tersebut berasal dari PengurusRohis, Kontribusi Peserta, dan OSIS.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 217

Acaranya antara lain Orientasi medan,Dinamika kelompok, Materi Dakwah, Marketingdakwah, Qiyamul lail, Kerelawanan, TafakurAlam, Membaca Al-Qur’an, Sambutan-sambutan,Ceramah Motivasi, dan Doa. Teamwork andLeadership, Plan of Actions Rohis.

Dzikir dan Doa Imtihan biasanyadilaksanakan menjelang pelaksanaan UjianSekolah dan Ujian Nasional. Pada tahun ini,kegiatan tersebut dialkasakan pada tanggal 15Februari 2014, mulai pukul 08.00 sampai 11.00siang. Kegiatannya mencakup Salat Dhuha, SalatHajat,

Di bulan Ramadhan dilakukan berbagaikegiatan, diantaranya salat tarwih, ceramahsingkat, membaca Al-Qur’an, mengumpulkandan membagikan zakat dan lain sebagainya. Padadasarnya setiap malam di bulan Ramadhan,kecuali malam Minggu dan malam Senin,dilakukan kegiatan tersebut. Namun kegiatanini dilakukan secara bergiliran bagi siswa maupunguru, mengingat keterbatasan tempat danpemberian variasi kegiatan siswa dan guru.Setiap malam diikuti oleh 9 rombongan belajar(rombel) siswa, sebanyak sekitar 300 siswa.

Bertindak sebagai imam tarwih adalahkadang-kadang guru dan kadang-kadang siswa.Setelah itu diadakan ceramah singkat atau yangdikenal dengan kultum. Materi kultumdiserahkan kepada penceramah masing-masing.Kemudian dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an 30 juz. Caranya adalah dari 9 rombeldengan sekitar 300 siswa tersebut, dibagi dalam30 kelompok. Sehinga setiap malam ditamatkanminimal 30 juz.

Di bulan Ramadhan juga dilakukanpengumpulan zakat mal dan zakat fitrah sertapakaian pantas pakai. Hasilnya dikumpulkan,dicatat, dan nantinya dibagikan kepada yangberhak. Sebagian uang zakat tersebut dibelikanberas, sehingga pembagiannya dilakukan dalambentuk beras.

Di luar Ramadhan, dilakukan berbagaikegiatan lainnya, antara lain pengumpulan infaksetiap hari Jumat. Hasilnya dikelola siswa yangdigunakan untuk kebutuhan kegiatan Rohis. Dikalangan internal pengurus Rohis juga diadakanpengajian rutin setiap bulan. Rohis juagmenerbitkan majalah dan jurnal.

Rohis juga mengadakan kegiatan AMT(achievment Motivation Training). Pada tahun 2014

ini dilakukan pada tanggal 24 sampai 25 Mei 2014,yang dilakukan di sekolah. Pesertanya sebanyak40 siswa, umumnya berasal dari siswa kelas X.Mereka menginap (mabit) semalam di sekolah.Pemberi materinya adalah para guru dan alumnisekolah ini. Anggarannya berasal dari infak yangberasal dari peserta dan sebagian lainnya berasaldari dana infak yang ada pada Rohis. Siswaditarik biaya sebesar Rp. 20.000,-.

Kerohanian KristenKegiatan ekstrakurikuler untuk siswa

beragama Kristen atau yang dikenal sebagaiwadah persekutuan Kristen di SMAN 2 Semarangdikenal dengan BeST, singkatan dari BerdoaUntuk Sekolah Tercinta. Kegiatan BeST antaralain membaca do’a, renungan kasih, pendalamankitab suci, kepemimpinan Kristen dan lainsebagainya.

Secara berurutan beberapa kegiatan tersebutdapat disajikan berikut ini. Pada bulan Januari,biasanya pada tanggal 2 Januari, dilakukan doaawal tahun. Di samping berdoa juga dilakukannasehat keagamaan tentang berbagai programsekolah dan kondisi aktual di masyarakat.Kegiatan ini dilaksanakan di kelas atau ruangaudio visual atau ruang serba guna yang berjalansekitar 30 menit. Pesertanya adalah semua siswaberagama Kristen.

Kegiatan lainnya dilaksanakan pada bulanApril. Kegiatan ini dilaksanakan dalammemperingati hari wafat dan kebangkitan Yesus.Dengan demikian dilakukan dua kali pada bulantersebut. Disamping diadakan renungan, doa, danceramah singkat, para siswa juga dianjurkanberpuasa selama tiga hari di bulan tersebut, mulaihari Jumat sampai Minggu. Ceramah disampingdilakukan oleh guru, juga salah satu kegiatantersebut dilakukan dengan mengundangpenceramah dari luar. Penceramah luardidatangkan biasanya dari organisasi PIJAR,singkatan dari Pembinaan Iman Pelajar. Merekaterkadang Pendeta atau terkadang Evangelis(Pemberita Injil yang tidak punya jemaat).

Pada tanggal 31 Maret 2014, Paskah yangdilaksanakan di Taman Bukit Doa Getsemani,Jalan Sindoro I no. 13, Bandarharjo, KabupatenSemarang tersebut, diikuti oleh sebanyak 58peserta. Biayanya mencapai Rp. 1.852.000,- yangberasal dari konstribusi peserta masing-masingsebanyak Rp. 25.000,- serta bantuan dari Kas BeSt

218 Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama ...

dan sumbangan lainnya.Adapun tujuan acara ini adalah untuk

mengubah kepribadian siswa ke arah yang lebihbaik, meninggalkan kehidupan lama danmembuka lembaran baru yang lebih baik.17

Acaranya adalah berdoa dan bernyanyi, ceramahdari Pendeta, Doa untuk kakak kelas yang akanujian, dan games (permainan).

Di bulan Desember ada kegiatan merayakanhari Natal. Karena menjelang dan pasca Nataldi bulan Desember tersebut biasanya bersamaandengan liburan sekolah, maka kegiatan perayaanNatal ini kadang-kadang dilakukan pada bulanJanuari. Biasanya kegiatan yang diiikuti olehsemua siswa Kristen tersebut berlangsung di luarsekolah, tepatnya di tempat tertentu yang adakaitannya dengan agama Kristen. Pada tahun2013 yang lalu misalnya diadakan di Bukit DoaTaman Getsemani di Kota Ungaran. Di komplekstersebut terdapat berbagai fasilitas seperti gereja,ruang pertemuan, tempat doa dan lainsebagainya. Di tempat tersebut di samping berdoadan renungan, juga mengundang penceramahdari luar, khususnya Pendeta. Acaranya satu hari,pagi berangkat dari sekolah, sorenya kembali kesekolah lagi.

Kerohanian KatolikKegiatan ekstrakurikuler kerohanian Katolik

dikenal dengan PIK, singkatan dariPendampingan Iman Katolik. PIK menjadi wadahbagi setiap siswa Katolik untuk berkumpul,sharing untuk mendalami iman danmerencanakan program kerja bagi perkembanganorganisasi. Kegiatan ini dijadikan wahanapenting untuk menanamkan nilai-nilai karakter,khususnya tujuh nilai karakter.

Sebagai sebuah organisasi kerohanian,Pendalaman Iman Katolik (PIK) telah melakukanberbagai kegiatan. Kegiatan ini antara laindilakukan melalui Misa, Gladi Rohani, RekoleksiBersama, Retreat, Ziarah, Kolekte setiap prosespembelajaran, latihan kepemimpinan dan lainsebagainya.

Misa rutin di sekolah dilakukan setiap Jumatpertama tiap bulannya, yang dimulai dari pukulsekitar 12.00 sampai 13.00 siang, bersamaandengan kegiatan salat Jumat bagi siswa muslim.

Kegiatan yang biasanya dilakukan di ruang audiovisual, atau ruang kelas, atau ruang serba gunaini, diikuti oleh semua siswa beragama Katolik,baik siswa kelas X, XI, maupun XII.

Gladi Rohani diikuti oleh semua siswasekolah ini. Kegiatannya dimulai dari awal tahunbaru sampai pertengahan semester II. Waktunyadilaksanakan hari Jumat sekitar jam 12.00 sampai13.00. Kalau kegiatannya bersamaan denganmisa maka gladi rohani dialaksanakan padaJumat berikutnya. Acara yang dipimpin olehguru agama Katolik ini berlangsung denganmembaca kitab suci serta renungan bersama.

Rekoleksi bersama yang diikuti oleh semuasiswa Katolik kadang-kadang dilakukan disekolah dan kadang-kadang dilakukan di luarsekolah. Biasanya, kegiatan di luar sekolahdilaksanakan di tempat penziarahan umatKatolik seperti Gua Maria yang dekat dengan kotaSemarang, yakni di Ambarawa atau Kopeng. Dilokasi tersebut dilakukan kegiatan ziarah, retreat,doa kerahiman dan doa rosario serta nasihat yangdiberikan dan dipimpin oleh seorang PasturParoki. Setelah evaluasi dan koreksi diri acaraditutup dengan misa syukur. Semuanyaberlangsung selama dua hari, yakni hari Sabtudan Minggu. Satu tahun dilaksanakan satu kali.Pada acara seperti ini dihadirkan seorang ImamKatolik untuk memimpin peribadatan ekaristisekaligus memberikan nasihat keagamaan.

Retreat bertujuan untukmenumbuhkembangkan iman dan kepercayaandalam siswa SMA 2. Kegiatan bersama retreatyang paling akhir dilaksanakan pada tanggal 1sampai 2 Agustus 2013 yang lalu. Kegiatan inidilaksanakan di Goa Maria Kerep Ambarawa,Kabupaten Semarang. Kegiatan ini diikuti olehsiswa-siswi beragama Katolik SMA 2, mulai dariKelas X sampai Kelas XII. Seluruhnya berjumlah32 orang.

Disamping untuk meningkatkan keimananpeserta, kegiatan ini juga dijadikan wahana untukmelatih peserta dalam hal kepemimpinan. Olehkarena itu acara yang disajikan juga berkaitandengan kepemimpinan dan peningkatankeimanan. Dalam kegiatan tersebut diadakanmisa, Jalan Salib, Renungan Malam yangberkaitan langsung dengan peningkatankeimanan. Disamping itu disajikan ceramah dandiskusi berkaitan dengan siapa diri kita, tata caramenjadi pemimpin. Makna kerjasama, outbond,

17 Best SMAN 2 Semarang. Laporan PertanggungjawabanKebaktian Padang (Semarang:Best, 2013): 118

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 219

dan pemilihan Pengurus PIK.Retreat juga diadakan pada tingkat yang

lebih luas lagi, bukan hanya diikuti oleh muridSMA 2 Semarang saja, akan tetapi juga diadakanretreat yang diikuti oleh beberapa SMA, termasukSMA 2 Semarang. Kegiatan yang diikuti oleh 60murid beberapa SMAN Semarang tersebut,diadakan di Rumah Retreat Angela PatrickBandungan Kabupaten Semarang. SMA 2Semarang mengirim sebanyak 12 utusan.

Tujuan kegiatan ini adalah agar siswamengerti pentingnya dan aplikasi karakter yangbaik, memiliki pengetahuan dan implementasikeimanan dan Nilai Kristiani, mempereratpersaudaraan, kerjasama, serta persatuan sesamasiswa keluarga Kristiani, serta semakin percayadiri dalam menghadapi Ujian sekolah dan UjianNasional secara jujur.18

Kegiatan ini menghabiskan biaya sebesar Rp.11.200.000,. Biaya tersebut berasal dari DitjenBimas Katolik sebesar Rp. 10.000.000,- dan iuransiswa sebesar Rp. 1.200.000,-. Dalam kegiatantersebut diisi berbagai acara antara lain eramahtentang Keimanan dan Motivasi, serta Doa danMisa.

Kegiatan lainnya adalah ziarah. Kegiatanpaling akhir dilaksanakan pada tanggal 27 Mei2014 yang lalu, yang dilaksanakan di Gua MariaSendangsono, Kulon Progo. Pesertanya adalahseluruh siswa beragama Katolik SMA 2Semarang, yang berjumlah 32 orang. Kegiatanutamanya adalah berdoa bersama di Gua BundaMaria tersebut.

Tujuannya adalah untukmenumbuhkembangkan iman dan kepercayaandan mempererat tali persaudaraan di antara guru,siswa, dan tenaga kependidikan lainnya yangseiman.

Kegaitan lainnya adalah kolekte, berupamengumpulkan sebagian uang jajan dari siswayang dilakukan secara suka rela. Biasanya uangtersebut berasal dari sebagian uang jajan mereka.Kegiatan ini dilaksanakan pada saat kegiatankeagamaan rutin mereka maupun secarainsidental karena keperluan tertentu. Pada tahun2013 yang lalu terkumpul uang sekitar Rp.1.200.000,-.

Sebagaimana disebutkan di muka, kegiatanekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yangdilakukan oleh peserta didik di luar jam belajarkurikulum standar sebagai perluasan darikegiatan kurikulum dan dilakukan di bawahbimbingan sekolah dengan tujuan untukmengembangkan kepribadian, bakat, minat, dankemampuan peserta didik yang lebih luas atau diluar minat yang dikembangkan kurikulum.

Kegiatan tersebut juga dilakukan melaluimemberlakukan tata tertib sekolah, pemasanganberbagai pamflet atau semacamnya, danketerlibatan seluruh warga sekolah.

Nilai-Nilai KarakterNilai-nilai karakter yang diuraikan dalam

tulisan ini difokuskan pada 7 nilai yakni religius,jujur, toleransi, disiplin, peduli lingkungan,peduli sosial, dan tanggungjawab. Nilai-nilaikarakter telah ditanamkan melalui kegiatan intradan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikulertersebut berupa proses belajar mengajar di kelas,berdasar silabus Pendidikan Agama dan dirincipada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)dan dilaksanakan melalui tahapan pendahuluan,kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Adapunnilai-nilai karakter yang dilaksanakan melaluikegiatan ekstrakurikuler diwujudkan melaluikegiatan kerohanian agama Islam, Kristen, danKatolik.

1. ReligiusReligius adalah sikap dan perilaku yang

patuh dalam melaksanakan ajaran agama yangdianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadahagama lain, dan hidup rukun dengan pemelukagama lain. Pada bagian ini, nilai religiusditekankan pada aspek sikap dan perilaku yangpatuh melaksanakan ajaran agamanya masing-masing. Untuk menanamkan nilai religiusmelalui kegiatan intrakurikuler dilakukandenganpembelajaran di kelas sesuai silabus dan dirincidalam rencana pelaksanaan pembelajaran yangsudah disiapkan sebelumnya. Untukmenanamkan nilai religius melalui kegiatanekstrakurikuler dilaksanakan melalui kegiatankerohanian, baik Islam (Rohis), Kristen (BeST),maupun Kerohanian Katolik (PIK).

Nilai religius yang ditanamakan melaluikerohanian Islam dilakukan dengan salat wajibseperti salat lohor secara berjamaah di masjid,salat sunat qobliyah dan bakdiyah, salat sunat

18 MGMP Pendidikan Agama Katolik SMA/SMK Semarang.

Laporan Pertanggungjawaban Kegiatan Retreat Siswa/Siswi SMANegeri Kota Semarang Tahun (Semarang: MGMP PendidikanAgama Katolik SMA/SMK Semarang, 2013): 2.

220 Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama ...

Idul Adha, puasa Romadhan, membayar zakat,berkurban setelah hari kurban, dan lainsebagainya. Berbagai kegiatan tersebut secararutin dilaksanakan oleh siswa dengan pembinaanguru dan Pimpinan sekolah.

Nilai religius yang dilakukan melaluikegiatan kerohanian Kristen (yang dilaksanakanoleh organisasi kerohanian BeST) antara lainmelalui kegiatan berdoa bersama, renungankasih, pendalaman kitab suci, kepemimpinanKristen. Semuanya difokuskan untuk hidupdengan mengutamakan Tuhan dan selaluintrospeksi diri. Berbagai kegiatan tersebutdilaksankan secara rutin

Nilai religius melalui kerohanian Katolikdilaksanakan melalui PIK atau PendampinganIman Katolik antara lain dilakukan dengan Misa,Gladi Rohani, Rekoleksi Bersama, Retreat, Ziarah,Kolekte.

2. JujurJujur adalah perilaku yang didasarkan pada

upaya menjadikan dirinya sebagai orang yangselalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,dan pekerjaan. Dalam rangka menanamkan nilaikejujuran melalui pendidikan agama, baik Islam,Kristen, maupun Katolik, antara lain dilakukandengan keterbukaan atau transparansi terhadapberbagai kegiatan yang telah dilaksanakan, danmengakui kesalahan yang telah diperbuat.Semuanya dimaksudkan agar siswa menjadimanusia yang dapat dipercaya.

Pada kegiatan Rohis, di antaranya dilakukandengan melaporkan semua pelaksanaan yangdiberikan kepada siswa dengan segala buktipengeluarannya. Semua itu dilaksanakan sebagaibagian dari membangun tingkat kepercayaanpara siswa sehingga mereka dipercaya dan yakinbahwa segala kegiatannya memang dimanfaatkansesuai kenyataan. Siswa melaporkan apa yangdilaksanakan apa adanya.

Dengan demikian mereka dapat dipercayaoleh orang lain, khususnya pimpinan sekolah,guru, dan sesama siswa. Contoh laporan kegiatanpengurus Rohis adalah kegiatan PeringatanMaulid Nabi, Training Leadership for Islamic Student,Kegiatan Hari Raya Idul Adha, dan lainsebagainya. Contoh pertanggungjawaban yangtelah dilakukan oleh siswa Kristen antara lainkegiatan pelaporan Kebaktian Paskah. Contohpertanggungjawaban yang telah dilakukan olehsiswa Katolik antara lain kegiatan pelaporan

kegiatan retreat, ziarah dan lain sebagainya.Kejujuran bukan hanya dipraktekkan

melalui pelaporan kegiatan secara transparan danapa adanya. Kejujuran juga dilakukan ketikasiswa melanggar tata tertib sekolah. Setiap awaltahun pelajaran SMAN 2 Semarang menetapkanSurat Keputusan tentang Tata Tertib Sekolah.Diantaranya adalah Surat Keputusan Kepala SMA2 Semarang Nomor 421.3/1152.A/VII/2013 tentangTata Tertib Didik SMA 2. Tata Tertib tersebutbukan sekedar kelengkapan sekolah, akan tetapimerupakan bagian dari kehidupan peserta didikdan merupakan kebutuhan peserta didik itusendiri.

Berkaitan dengan nilai kejujuran maka parasiswa dilihat tingkat kejujurannya ketika ijinuntuk tidak mengikuti kegiatan di sekolah atauketika melanggar tata tertib sekolah. Siswa selalumeminta ijin ketika ada kegiatan di luar sekolahatau tidak masuk sekolah karena alasan lain secaraapa adanya, seperti ketika sakit, ketika adakeperluan lain, bahkan ketika melanggar tatatertib. Dalam hal yang terakhir ini, siswa dimintauntuk memberikan pengakuan secara tertulis atassegala kesalahan yang telah dibuat disertaimaterai dan berjanji tidak akan melakukankembali. Pertanggungjawaban dan menjalani tatatertib tersebut berlaku untuk siswa Muslim,Kristen, dan Katolik.

Kejujuran juga diterapkan ketika siswa,semua agama, mengerjakan soal atau tes, atauujian. Dalam tata tertibnya siswa dilarangmenyontek. Apabila ketahuan menyontek makaharus jujur dia mengakui dan menerima sangsiyang diberikan.

Semuag guru agama dilibatkan secara aktifmemantau sikapkejujuran para siswa. Pelibatantersebut mulai dari persiapan, pelaksanaanmaupun pelaporan. Para guru agama sangatcocok untuk ikut aktif menanamkan nilai ini.

3. ToleransiToleransi adalah sikap dan tindakan yang

menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yangberbeda dengan dirinya. Dalam hal ini, toleransiberagama misalnya, di sekolah ini antara laindilakukan dengan adanya penghargaan pemelukagama satu dengan pemeluk agama lainnya, baikdalam hal memberikan kesempatan untukmenjalankan kegiatan keagamaan masing-masingmaupun dalam hal bantuan terhadap kegiatan

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 221

pemeluk agama lain.Ketika siswa yang beragama Islam sedang

menjalankan ibadah salat Jumat misalnya, makapemeluk agama lain juga melakukan kegiatanagama masing-masing dengan tempat yangberbeda. Mereka menjaga keharuan dankekhusyukan beribadah masing-masing agama.Kalau siswa muslim salat Jumat di masjid, makapemeluk agama lain menjalankan ibadah ditempat lain, misalnya di kelas, atau ruang audiovisual, atau ruang serba guna. Mereka tidaksaling mengganggu.

Toleransi beragama di kalangan siswa jugaditunjukkan melalui kerjasama sosial pemelukagama yang berbeda dan dalam bentuk bantuankelancaran pelaksanaan ibadah sosial keagamaan.Siswa nonmuslim dalam hal ini siswa yangberagama Katolik memberikan bantuan sosialkepada masyarakat tidak mampu yang berbedaagama. Ketika pelaksanaan penyembelihan danpembagian hewan kurban di Idul Adha, dibantuoleh siswa nonmuslim dalam menjaga keamanandan ketertiban di sekolah.

Toleransi beragama juga ditunjukkan dengansaling mengingatkan pemeluk agama berbedauntuk menjalankan ibadah sesuai dengan agamamasing-masing siswa, dan bahkan masing-masing guru. Terhadap guru yang berbedaagama pun para siswa juga menghormatisebagaimana mereka menghormati guru agamayang seagama dengan siswa.

4. DisiplinDisiplin adalah tindakan yang menunjukkan

perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuandan peraturan. Perilaku tertib dan patuh padaberbagai ketentuan dan peraturan ditanamkanmelalui ketepatan waktu dalam menjalankanibadah agama dan nasehat untuk menjalankantata tertib sekolah dan perilaku yangmencerminkannya. Hal ini dilaksanakan denganbaik oleh siswa berbagai agama di sekolah ini. Dikalangan siswa muslim misalnya selaludianjurkan dan dilaksanakan secara tepat waktudan tertib menjalankan ibadah salat secaraberjamaah di sekolah, puasa Romadhon,membayar zakat, berkurban di hari Raya IdulQurban dan lain sebagainya. Di sekolah inidiadakan salat lohor secara berjamaah di masjidAl Hidayah. Masjid yang terletak di komplekssekolah. Di bulan Romadhon para siswamenjalankan ibadah puasa sesuai ketentuan

ajaran Islam dan membayar zakat fitrah sertasedekah. Ketika Hari Raya Idul Qurban parasiswa juga menjalankan salat Id dan melakukankegiatan yang terkait dengan hari Raya Qurban.

Di kalangan siswa Kristen diperintahkanuntuk menjalankan ibadat tepat waktu. Misalnyaketika menjalankan misa atau peribadatanlainnya. Di kalangan siswa Katolik jugadiperintahkan untuk menjalankan misa secaratepat waktu.

Terkait dengan disiplin tersebut, baik melaluikegiatan intra maupun ekstrakurikulerpendidikan agama, para siswa diperintahkanuntuk menaati disiplin berdasarkan tata tertibsekolah yang telah dibuat. Di antaranya disiplinkehadiran dan kepulangan, berpakaian, tidakmasuk sekolah/kelas dan lain sebagainya. Disiplintersebut telah dilaksanakan sesuai denganketentuan yang ada

5. Peduli LingkunganPeduli lingkungan adalah sikap dan

tindakan yang selalu berupaya mencegahkerusakan pada lingkungan alam sekitarnya,mengembangkan upaya-upaya untukmemperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.Peduli lingkungan di kalangan siswa dilakukandengan berbagai cara. Di antaranya adalahdengan menunjukkan dan menerangkan ajaran-ajaran agama yang terkait dengan pedulilingkungan. Setelah itu dianjurkan untukmempraktekkannya. Ajaran agama banyak yangmemerintahkan penganutnya untuk pedulilingkungan. Peduli lingkungan di sekolah seringditerangkan contohnya dan diwujudkan melaluipraktek nyata.

Peduli lingkungan secara praktek dilakukanantara lain dengan penanaman pohon,pembuatan biosfori, menjaga kebersihanlingkungan sekolah, pelarangan merokok bagisiswa, penggunaan sepeda motor secara benar dikompleks sekolah dan lain sebagainya. Pedulilingkungan bukan saja dilakasanakan oleh siswaberbagai agama, tetapi juga dipraktekkan olehsegenap civitas academika sekolah ini. Jadi bukanhanya anjuran tetapi juga terdapat keteladanandari para tenaga kependidikan.

Lingkungan sekolah terlihat asri dan bersih.Pepohonan dan tanaman dipelihara secara baik.Di bawah pohon disapu dua kali sehari untukmenjaga agar kebersihan tetap terjaga. Di tempat-tempat tertentu juga dibuat biosfori utnuk

222 Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama ...

menjaga kelestarian lingkungan hidup.Tata tertib di sekolah juga mencamtumkan

bahwa merokok dilarang. Sepeda motor memangdiperbolehkan diparkir di dalam sekolah. Namundibuat sejumlah ketentuan. Antara lain parkirnyaharus di tempat yang telah ditentukan. Sepedamotor diparkir secara rapi. Sepeda motor yangdibawa siswa harus dalam keadaan sesuai standarperlengkapannya. Dalam menjaga kondisilingkungan yang tetap asri dan menyehatkantersebut maka bagi siswa yang melanggar akandikenai sangsi. Sangsi tersebut diperlakukantanpa pandang bulu. Para siswa diberitahubahwa menjaga lingkungan hidup adalahtanggungjawab siswa, bukan hanyatanggungjawab Pimpinan sekolah dan guru saja.

Para guru agama di Sekolah ini memberimotivasi bahwa ajaran agama sangatmenganjurkan untuk menjaga lingkungan yangasri, dengan berbagai bentuk dankonsekuensinya.

6. Peduli sosialPeduli sosial adalah sikap dan tindakan yang

selalu ingin memberi bantuan pada orang laindan masyarakat yang membutuhkan. Pedulisosial siswa dilakukan antara lain denganbantuan sosial terhadap masyarakat yang terkenabencana, bantuan sosial warga kurang mampu,dan lain sebagainya. Berbagai macam bantuantersebut dilakukan oleh siswa berbagai agama.Bantuan sosial tersebut dikordinir oleh PengurusKerohanian masing-masing agama dansebagiannya dikordinir oleh OSIS yang dibinaoleh, diantaranya, guru Pendidikan Agama.

Bantuan sosial terhadap warga yang terkenabencana antara lain diberikan terhadap wargayang terkena musibah letusan gunung Merapidi Kabupaten Magelang yang dilakukan olehsiswa muslim dari sekolah ini. Caranya adalahpara siswa diminta sumbangan sukarela untukkeperluan tersebut dalam waktu beberapa hari.Setelah terkumpul, uang tersebut dibawa kelokasi untuk disumbangkan.

Sumbangan tidak diberikan sendiri olehsiswa sekolah ini, akan tetapi pendistribusiannyajuga dilakukan dengan pihak lain, yakni bekerjasama dengan santri Pondok Pesantren PabelanMagelang. Hal ini dimaksudkan agar terjalinhubungan dengan lembaga yang lebih luas. Disamping itu, dengan mengajak lembaga lain,maka segala kebutuhan yang terkait dengan

bantuan dapat dibantu oleh lembaga yang diajakkerja sama tersebut.

Peduli sosial juga dilaksanakan oleh siswaberbagai agama yang dilakukan dalam rangkahari besar agama. Pada siswa muslim bantuantersebut diberikan ketika hari raya Idul Adha danIdul Fitri. Pada hari raya Idul Adha, para siswamuslim membagikan daging sapi kepadamasyarakat kurang mampu di sekitar komplekssekolah sebagai bagian dari kewajibanberkurban. Pada hari raya Idul Fitri merekamembagikan zakat fitrah, zakat mal, dan sedekahkepada umat muslim sekitarnya yang berhakmenerima. Termasuk masyarakat yang mendapatberbagai macam bantuan tersebut adalah pondokpesantren dan santri yang terletak di dekatsekolah ini. Pada siswa nonmuslim bantuantersebut diberikan ketika hari Raya Natal danPaskah. Bantuan diberikan kepada masyarakatyang membutuhkan seperti warga yang ada diPanti Asuhan dan Panti Jompo yang terletaktidak jauh dari sekolah ini.

7. TanggungjawabTanggungjawab adalah sikap dan perilaku

sesorang untuk melaksanakan tugas dankewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan(alam, sosial dan budaya), negara dan TuhanYang Maha Esa.

Sikap dan perilaku siswa untukmelaksanakan tugas dan kewajibannya terhadapdiri sendiri, masyarakat dan lingkungan, negaradan Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan dalambanyak aspek. Di antaranya adalah dalam halkewajiban keagamaan, kewajiban melaksanakantata tertib sekolah, kewajiban menjagalingkungannya, baik terhadap masyarakatmaupun terhadap lingkungan fisiknya,kewajiban melaporkan tugas khusus yangdibebankan kepada siswa dan lain sebagainya.Berbagai kewajiban siswa yang ditunjukkandalam sikap dan perilaku mereka tersebut salingberkaitan baik terhadap Tuhan yang Maha Esa,kepada diri sendiri, masyarakat maupunlingkungannya.

Para guru agama dalam berbagaikesempatan, khususnya dalam pembelajaranpendidikan agama dan dalam kegiatankerohanian keagamaan ikut menganjurkan danmelihat praktek siswa untuk bertanggungjawabterhadap segala sesuatu yang menjadi

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 223

kewajibannya. Di samping itu, setiap kegiatanyang ditugaskan kepada siswa atau sekelompoksiswa diharuskan membuat pertanggungjawabansetelah selesai melakukannya sesuai jadwal yangtelah dibuat.

Di antara tanggung jawab tersebut adalahtata tertib berpakaian, masuk dan pulang sekolah,penggunaan sepeda motor, dan lain sebagainya.Dalam berpakaian telah ditetapkan warna danbentuk atau potongannya. Hari Senin sampaiKamis memakai pakaian warna abu-abu. HariJumat memakai pakaian pramuka. Hari Sabtumemakai pakaian batik. Semuanya berlenganpendek. Perempuan memakai rok panjang.Sebagian besar siswa perempuan telah memakaijilbab. Masih ada sebagian kecil perempuanmuslimah yang belum memakai jilbab. Namunketika pelajaran Pendidikan Agama Islam semuawajib memakai pakaian muslim, termasukmemakai jilbab.

Sekolah mulai masuk pukul 07.00 wib pagi.Pintu sekolah telah dibuka sebelum itu. Padapukul 06.30, pintu utama dibuka. Saat itu sudahada guru piket yang menyalami setiap siswa yangdatang atau masuk ke kompleks sekolah. Sesekalisang guru juga bertanya keadaan dirinya ataukeluarganya sebagai tanda perhatian dankesantunan sesama keluarga besar sekolah.Ketika bersalaman, hampir semua siswa menciumtangan gurunya.

Para siswa diperkenankan membawa sepedamotor ketika bersekolah. Namun kepada merekajuga dikenakan ketentuan khusus. Dalam halpenggunaan sepeda motor ini, sebelumnya dibuatketentuan bahwa siswa tidak bolah membawaatau memarkir sepeda motor di dalam kompleks.Akan tetapi diperoleh keluhan warga adanyagangguan jalan di depan sekolah akibatbanyaknya motor yang parkir di pinggir jalantersebut. Akhirnya dibuat ketentuan baru, yangmewajibkan siswa pembawa sepeda motor untukmemarkir di dalam sekolah.

Setiap siswa yang meninggalkan sekolahselama masih terdapat pelajaran juga wajib ijinyang dibuktikan dengan kertas ijin yangblangkonya telah disiapkan oleh sekolah.

Siswa atau kelompok siswa yang mendapattugas khusus atau tersendiri, sebagai bagian darirasa tanggungjawab, juga membuat laporankegiatan di akhir kegiatan. Misalnya saja kegiatanyang dilaksanakan oleh Kerohanian Keagamaan,

Kerohanian Kristen, dan Kerohanian Katolik.Para guru agama terlibat aktif dalam menjaga

agar segala tanggungjawab siswa dapatdilaksanakan sesuai ketentuan.

E. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT

1. Faktor Pendukunga. Kurikulum. Pada Kurikulum 2006

ditentukan bahwa pendidikan karakterhanya terdapat pada materi-materi khususyang menjadi bagian dari pendidikankarakter. Sementara itu, Kurikulum 2013mengamanatkan bahwa pendidikan karaktermasuk dalam semua mata pelajaran dan padasetiap proses pembelajaran. Kondisi demikian,mendukung bahwa pendidikan karakterdapat diterapkan secara lebih baik.

b. Visi, Misi, Tenaga Pendidik dan Kependidikan.Visi, Misi yang telah dicanangkan, dan parapersonil di sekolah ini mendukungpelaksanaan pendidikan karakter. Mulai dariKepala Sekolah beserta para wakilnya, paraguru, dan para tenaga kependidikan lainnyaikut aktif menciptakan suasana yangmemungkinkan pelaksanaan pendidikankarakter dapat berjalan dengan baik.

c. Lingkungan Fisik Sekolah. Pelaksanaanpendidikan karakter memerlukan prasaranadan sarana yang memadai. SMAN 2 Semarangtelah mengupayakan tersedianya hal tersebut.Prasarana dan sarana antara lain berupalokasi sekolah yang mendukung, kondisikelas atau ruang belajar, kondisi lingkunganfifik dan nonfisik, pencahayaan dan ventilasi,tempat ibadah (masjid) dan ruang berdoa,ruang konseling, fasiltas olahraga dankesenian, perpustakaan, ruang UnitKesehatan Sekolah (UKS) dan lainsebagainya.2. Faktor PenghambatKondisi makro lingkungan. Kondisi makro

di sekitar sekolah ada yang tidak sesuai dengannilai-nilai karakter yang dikembangkan. Hal itudapat mempengaruhi peserta didik dalammenjalankan pendidikan karakter sesuai yangdiharapkan. Kadang-kadang siswa masihterpengaruh atau terganggu karena kondisi luaryang tidak mendukung. Kondisi luar tersebutdapat berupa orang tua, lingkungan tempattinggal, lingkungan lebih luas, kemajuanteknologi informasi dan komunikasi saat ini.

224 Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama ...

F. PENUTUP

1. Kesimpulana. Pendidikan karakter di SMAN 2 Semarang

terintegrasi melalui keseluruhanpembelajaran, baik yang intrakurikuler,ekstrakurikuler, maupun bentuk-bentuk lain,termasuk diselenggarakan melalui PendidikanAgama dan Budi Pekerti di sekolah.

b. Pembelajaran intrakurikuler berlandaskanpada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasaryang difokuskan pada sikap spiritual dansikap sosial Pendidikan Agama (Islam,Kristen, Katolik) dan Budi Pekerti. Padakegiatan ekstrakurikuler diwujudkan melaluiberbagai organisasi kerohanian yaituKerohanian Islam (Rohis), KerohanianKristen (BeST), dan Kerohanian Katolik (PIK).Diilakukan pula berbagai pembuatan tatatertib dan penciptaan lingkungan sekolahyang kondusif melalui berbagai pamflet dansuasana yang bersih, nyaman, danhubungan yang baik antar tenaga yang ada.

c. Nilai-nilai karakter religius, jujur toleran,disiplin, peduli lingkungan, peduli sosial, dantanggungjawab telah diterapkan di SMAN 2Semarang dan telah merupakan bagian darikebiasaan sehari-hari di sekolah.

d. Faktor Pendukung pendidikan ini antara lainKurikulum 2013 yang mengamanatkanbahwa pendidikan karakter masuk dalamsemua mata pelajaran dan pada setiap prosespembelajaran. Tenaga Pendidik danKependidikan serta lingkungan fisik jugamendukung suasana yang memungkinkanpelaksanaan pendidikan karakter dapatberjalan dengan baik.

e. Faktor penghambat antara lain kondisimakro lingkungan di sekitar sekolah yangtidak sesuai dengan nilai-nilai karakter yangdikembangkan dapat mempengaruhi pesertadidik dalam menjalankan pendidikan karaktersesuai diharapkan Kurikulum 2013.

2. Sarana. Model pendidikan karakter melalui

Pendidikan Agama di Sekolah ini telahdilaksanakan. Oleh karena itu berbagai polatersebut dapat disebarluaskan kepada berbagaisekolah lain yang memerlukan.

b. Pendidikan karkater yang telah dilaksanakantersebut tidak bisa lepas dari kekurangan,khususnya adanya faktor luar yang tidak

sesuai dengan nilai-nilai karkater yang baik.Oleh karena itu, perlu diciptakan model danmekanisme yang memungkinkan pesertadidik memiliki ketahanan yang kuat terhadapberbagai godaan dari luar.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepadaPuslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaanatas pemberian kesempatan kepada penulis untukmelaksanakan penelitian ini. Penulis jugamengucapkan terima kasih atas kritik, saran, danmasukan, yang dilakukan pada saat diseminarkandi hadapan akademisi, peneliti, guru pendidIkanagama, dan pejabat teknis bidang pendidikanagama.[]

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 225

D A F TA R P U S TA K A

Aunillah, Nurla Isna. Panduan MenerapkanPendidikan Karakter Di Sekolah. Yogyakarta:Laksana, 2011.

Best SMAN 2 Semarang. 2013.

Djamas, Nurhayati. Memfungsikan PendidikanAgama Sebagai Pendidikan Karakter Pada Anak.Jakarta: Badan Litbang dan Diklat, 2013.

Kementerian Pendidikan Nasional. Desain IndukPendidikan Karakter Kementerian PendidikanNasional. Jakarta: 2011.

Kementarian Pendidikan Nasional. PanduanPelaksanaan Pendidikan Karakter. PusatKuriklum Dan Perbukuan. Jakarta: BadanPenelitian Dan Pengembangan, 2011.

Kebijakan Nasional Pembangunan Budaya danKarakter Bangsa, http://gurupembaharu.com/ home/wp-content/uploads/downloads/2011/11/ Kebijakan-Nasional-Pendikar.pdf. (diakses 3 Maret2014).

Koran Sindo. 2016. “542 Sekolah Dirujuk JadiSekolah Pendidikan Karakter.” tanggal 10Oktober 2016.

Ma’rifatain Lisa’diyah. Model Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa SMA BerbasisPendidikan, dalam Edukasi. 13. No. (April2015): 80 – 97.

Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter, Solusi YangTepat Untuk Membangun Bangsa. Depok:Indonesian Heritage Foundation. 2004.

MGMP Pendidikan Agama katolik SMA/SMKSemarang. Laporan PertanggungjawabanKegiatan Retreat Siswa/Siswi SMA Negeri KotaSemarang Tahun 2013.

Muin, Abd. “Penguatan Karakter MelaluiPendidikan Islam Di TK Mawaddah KotaBanjarmasin”. Edukasi, Jurnal PenelitianPendidikan Agama dan Keagamaan, 11, no.2, (Mei-Agusutus 2013): 199 – 217.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007tentang Pendidikan Agama danKeagamaan, Pasal 1 ayat 1.

Pusat Kurikulum. Pengembangan dan PendidikanBudaya dan Karakter Bangsa, Jakarta:Pedoman Sekolah. 2009.

Salinan Peraturan Menteri Pendidikan danKebudayaan RI, Nomor 81 A tentangImplementasi Kurikulum .

Siswayanti Novita, “Pendidikan Karakter DalamTafsir Al-Huda”. Edukasi, JurnalPenelitianPendidikan Agama danKeagamaan 11, no. 2 ( Mei-Agustus 2013):218 – 230.

Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 2012.

226 Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama ...

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 227

ABSTRACT

This study tried to reveal how the culture of the wedding service personnel and analyze aspects of what prioritythe improvement in service wedding in Banyumas. The approach used in this study is quantitative. Testing thevalidity and reliability of the instrument shows 25 items of questions after the test entirely valid and reliable. Thenumber of samples involved in the study were 140 obtained with quota purposive random sampling method. Thestudy states: 1) Work Culture Index wedding service officer in Banyumas in the category amounted to 75.77 good;2) All aspects of the work culture studied integrity, professional, innovative, exemplary responsibility and no onehas been very good, meaning that all is still not appropriate expectations of society 3) The cultural aspect is thesmallest job integrity aspect 63.83 (unfavorable category) so that priority improvements in itegritas aspect, withoutneglecting the other aspect.

KEY WORDS: integrity, professional, innovative, responsibility, exemplary, wedding services

INDEKS BUDAYA KERJA DALAM PELAYANANPERNIKAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS

R O S I D I N

ABSTRAK

Penelitian ini berusaha mengungkapkan bagaimana budaya kerja petugas pelayanan pernikahandi Banyumas dan menganalisa aspek mana yang menjadi prioritas perbaikan dalam pelayananpernikahan di Banyumas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen menunjukkan 25 item pertanyaan setelah ujiseluruhnya valid dan reliabel. Jumlah sampel yang terlibat dalam penelitian adalah 140 yangdidapatkan dengan metode kuota purposive random sampling. Hasil penelitian menyatakan: 1)Indeks Budaya Kerja petugas pelayanan pernikahan di Banyumas sebesar 75,77 masuk kategoribaik; 2) Semua aspek budaya kerja yang diteliti integritas, profesional, inovatif, Tanggung jawabdan keteladanan belum ada yang sangat baik, artinya semua masih belum sesuai harapan masyarakat3) Aspek budaya kerja terkecil adalah aspek integritas 63,83 (kurang baik) sehingga prioritas perbaikanpada aspek itegritas, tanpa mengabaikan aspek lain

KATA KUNCI: integritas, profesional, inovatif, tanggung jawab, keteladanan, pelayanan

THE WORK CULTURAL INDEX IN THE SERVICE OFMARRIAGE IN BANYUMAS DISTRICT

R O S I D I N

*Peneliti pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Jl. Untung Suropati Kav. 70 Bambankerep, Ngaliyan,Semarang 50185. [email protected]

228 Indeks Budaya Kerja dalam Pelayanan ...

A. PENDAHULUAN

Pelayanan publik merupakan representasidan eksistensi dari birokrasi pemerintah yangmemangku fungsi sebagai pemberi layananterhadap masyarakat. Oleh karena itu, kualitaslayanan yang diberikan merupakan cerminandari kualitas birokrasi pemerintah1. Pelayananadalah segala bentuk kegiatan yang dilaksanakanoleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dandi lingkungan badan usaha milik negara/daerahdalam bentuk barang atau jasa dalam rangkapemenuhan kebutuhan masyarakat maupundalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturanperundang-undangan2. Selain itu, jugadisebutkan bahwa pelayanan adalah suatuproses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan danhubungan interpersonal agar terciptanyakepuasan dan keberhasilan3.

Salah satu jenis pelayanan negara kepadamasyarakat adalah pelayanan perkawinan.Pelayanan perkawinan sangat terkait dengantugas dan fungsi Kantor Urusan Agama (KUA),yang dalam hal Penataan Organisasi KantorUrusan Agama Kecamatan, tugas KUA adalahmelaksanakan sebagian tugas KantorKementerian Agama Kabupaten dan Kota dibidang Urusan Agama Islam dalam wilayahKecamatan4. Sehingga, KUA melaksanakan duafungsi : menyelenggarakan statsistik dandokumentasi, menyelenggarakan suratmenyurat, kearsipan, pengetikan, dan rumahtangga KUA Kecamatan; dan melaksanakanpencatatan nikah, rujuk, mengurus dan membinamasjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadahsosial, kependudukan dan pengembangankeluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaanyang ditetapkan oleh Dirjen Bimas Islamberdasarkan peraturan perundang-undanganyang berlaku5. Intinya, keberhasilan dan

permasalahan pelayanan Kementerian Agamadalam pelayanan perkawinan ada di pundak parapegawai KUA sebagai ujung tombaknya.

Salah satu kasus terkait pelayananperkawinan pernah muncul adanya Kepala KUAdi Kota Kediri yang dijebloskan ke penjara atasdugaan gratifikasi biaya perkawinan6. Selain itu,kasus perkawinan sejenis di Boyolali danWonosobo juga menjadi perhatian, meskipunpada akhirnya diketahui berawal dari masalahadministrasi yang bukan kewenanganKementerian Agama7. Kerja keras Kemenag untukmenegaskan KUA dengan citra barunya yangbersih melayani menjadi ruh terbitnya PP 48/2014tentang perubahan atas PP 47/2004 tentangPNBP8. PP ini diantaranya menjawabpermasalahan biaya nikah di luar KUA dan didalam KUA, yaitu Rp 0,- untuk nikah di kantorKUA pada jam kerja dan Rp 600.000,- apabilanikah di luar KUA atau di luar jam kerja.

Sejak reformasi bergulir masyarakat semakinkuat daya tawarnya dalam hal pelayanan publik.Kementerian Agama sudah sepakat bahwapelayanan publik merupakan tolak ukur kinerjapemerintah yang paling kasat mata. Misalnya,peningkatan layanan perkawinan pada KUA danlayanan haji9.

Kementerian Agama salah satupenyelenggara pelayanan publik di bidangkehidupan keagamaan yang salah satunya terkaitpelayanan perkawinan. Perkawinan ialah ikatanlahir bathin antara seorang pria dengan seorangwanita sebagai suami istri dengan tujuanmembentuk keluarga (rumah tangga) yangbahagia dan kekal yang berdasarkan KetuhananYang Maha Esa10.

Dalam upaya meningkatkan kinerja yangpada ujungnya meningkatkan pelayanan,kementerian menetapkan 5 Nilai Budaya kerja

1Eka Dewi. Nilai Budaya Layanan Publik. http://blogpelayanan publik.blogspot.co.id/2012/06/nilai-budaya-dalam-pelayanan-publik.html (diakses pada 10 Agustus 2016).

2Dokumen Keputusan Menteri Negara PemberdayaanAparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentangPedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

3 Boediono, Pelayanan Prima (Jakarta: Kawula Indonesia,1999), 60.

4Dokumen KMA No. 517 Tahun 2001 tentang PenataanOrganisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan.

5Dokumen KMA No. 517 Tahun 2001 tentang PenataanOrganisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan.

6Ahmad Rosidi (ed.), Kasus-kasus Aktual PelayananKeagamaan di Indonesia ( Jakarta: Puslitbang KehidupanKeagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, 2015), ix.

7Dahlan AR., Kasus Perkawinan Sejenis di Boyolali danWonosobo (Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan AgamaSemarang, 2015), 4.

8Dodo Murtado. “Lima Nilai dan Reformasi Birokrasi: PondasiPerubahan Kemenag”. Majalah Ikhlas Beramal, Edisi 96November-Desember (2015): 7.

9Dodo Murtado. “Lima Nilai dan Reformasi Birokrasi: PondasiPerubahan Kemenag”. Majalah Ikhlas Beramal, Edisi 96November-Desember (2015): 7.

10Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentangPerkawinan.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 229

yang terdiri dari Integritas, profesionalitas,Inovatif, tanggung jawab dan keteladan. Denganmemedomani 5 nilai budaya kerja tersebut, setiapaparatur Kementerian Agama diharapkan dapatmelaksanakan tugas dan fungsi dengan sebaik-baiknya, berkinerja tinggi, serta terhindar darisegala bentuk pelanggaran dan penyimpangan11.Pelayanan pernikahan merupakan satu sasarandari penerapan budaya kerja. Secara umum,Budaya kerja aparatur birokrasi (pegawai)diharapkan bermanfaat dalam mendukungaktifitas organisasi pemerintahan terutama dalamupaya membangun kembali citra positif aparatpemerintah.12

Tulisan ini mengungkapkan bagaimanaindeks budaya kerja dalam pelayanan pernikahandan bagaimana peran atribut budaya kerja dalampeningkatan pelayanan pernikahan diBanyumas?

B. KERANGKA KONSEPTUAL

Budaya Kerja dalam Pelayanan PublikPelayanan umum oleh Lembaga

Administrasi Negara (1998) diartikan sebagaisegala bentuk kegiatan pelayanan umum yangdilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat,di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha MilikNegara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa,baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhanmasyarakat maupun dalam rangka pelaksanaanketentuan peraturan perundang-undangan13.

Dalam Keputusan Menteri PendayagunaanAparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003bahwa Pelayanan publik adalah segala kegiatanpelayanan yang dilaksanakan olehpenyelenggara pelayanan publik sebagai upayapemenuhan kebutuhan penerima pelayananmaupun pelaksanaan ketentuan peraturanperundang-undangan. Dengan demikian,pelayanan publik adalah pemenuhan keinginandan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggaraNegara. Selanjutnya, Pelayanan publik menurutKeputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004 adalahSegala kegiatan pelayanan yang dilaksanakanoleh penyelenggara pelayanan publik sebagaiupaya pemenuhan kebutuhan penerimapelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaanketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan Pengertian Kualitas Pelayananmenurut Wyckup14 disebutkan KualitasPelayanan adalah tingkat kesempurnaan yangdiharapkan dan pengendalian ataskesempurnaan tersebut adalah untuk memenuhikeinginan atau harapan pelanggan. KualitasPelayanan adalah penyampaian pelayanan secaraexcellence atau superior dibandingkan denganharapan konsumen. Dapat disimpulkan bahwakualitas pelayanan merupakan cara penyampaianpelayanan yang dilakukan perusahaan supayadapat memenuhi harapan dari pelanggan.

Pelayanan PerkawinanPerkawinan merupakan salah satu tonggak

kehidupan yang sangat berpengaruh terhadaphidup seseorang, di mana seseorang telahdipandang dewasa untuk membangun komitmenbersama pasangannya guna melaksanakantanggung jawab membentuk suatu keluarga15.Sedangkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974tentang Perkawinan menyebutkan perkawinanadalah ikatan lahir batin antara seorang priadengan seorang wanita sebagai suami istridengan tujuan membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia dan kekal berdasarkanKetuhanan Yang Maha Esa. Merujuk pada KEP/25/M.PAN/2/2014, pengertian pelayananperkawinan adalah segala kegiatan pelayananyang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama mulaipra nikah, pelaksanaan dan pasca nikah sebagaiupaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Keberhasilan pelayanan sangat di dukungoleh berbagai pihak salah satunya para petugaspelayanan itu sendiri. Sementara itu, budayakerja petugas pelayanan akan sangat menentukankeberhasilan pelayanan termasuk pelayananpernikahan.

Budaya Kerja11Lukman Hakim Saefuddin, Nilai-nilai Budaya Kerja

Kementerian Agama (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2014), 3.12Abdul Rivai. “Budaya Kerja Birokrasi Pemerintah Dalam

Pelayanan Publik”. Jurnal Academica Fisip UNTAD Vol. 05 ,No. 01 Pebruari (2013): 949.

13Wahyu Kuncoro, Studi Evaluasi Pelayanan Publik dankualitas Pelayanan di Rumah Sakit Umum dr. Soetomo. (Semarang:Program Studi Magister Ilmu Politik Program PascasarjanaUniversitas Diponegoro Semarang, 2006), 4.

14 Wyckup, Kualitas Pelayanan (Jakarta, 2002), 59.15Joko T. Haryanto. “Fenomena Perkawinan di Bawah Umur

Studi Kasus pada Masyarakat Cempaka Banjarbaru KalimantanSelatan”. Jurnal Analisa Vol. 19, No. 01 Januari-Juni (2012): 2.

230 Indeks Budaya Kerja dalam Pelayanan ...

Budaya organisasi menurut Moelyono (2006)dapat dilihat dalam sikap dan perilaku organisasiyang diaktualisasikan oleh setiap anggotaorganisasi yang mencerminkan prinsip-prinsip :Integritas, yang artinya bertaqwa kepada TuhanYang Maha Kuasa, selalu menjaga nama baikorganisasi, memiliki komitmen yang tinggi dallampelaksanaan tugas; Profesionalisme, artinya dalammelaksanakan tugas senantiasa didasarkan padailmu pengetahuan dan tehnologi, per-UU-anyang berlaku, inovatif, bertanggungjawab,transparan, bersifat netral tidak memihak padakepentingan individu, golongan atau kelompoktertentu, serta senantiasa menjunjung nilai-nilaikepatutan yang bersifat universal, dalammelaksanakan tugas senantiasa berorientasi padakepentingan pelanggan secara adil, proporsionaltanpa ada pembedaan/diskriminasi; Keteladanan,artinya selalu menjunjung tinggi norma-normaetika yang tercermin dalam sikap perilakunya,selalu menghindari perbuatan yang tercela, selaludapat menjadi contoh yang baik bagillingkungannya; dan Prinsip Penghargaan padaSDM, artinya sesama anggota organisasi salingmenghormati, dan organisasi menerapkan sistemreward dan punishment yang adil, adanyapengakuan terhadap prestasi anggota organisasiserta pemberlakuan sanksi bagi yang melakukanpelanggaran16.

Budaya kerja dalam tulisan ini mengacu pada5 Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama yaituIntegrias, Profesional, Inovatif, Tanggung Jawabdan Keteladanan.

Kerangka pikirPengukuran budaya kerja dalam pelayanan

pernikahan dapat di gambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Pikir Nilai Budaya Kerja dalam

Pelayanan Pernikahan

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif. Penetapan sampel menggunakanmetode kuota purposive random sampling,dengan kriteria yaitu: Kabupaten Banyumasdipilih dengan alasan masuk urutan tinggipencatatan nikah dalam 1 tahun terakhir,penentuan wilayah berdasarkan KUA ibu kotakabupaten, KUA penyangga dan KUA kategorijauh dari ibu kota juga melakukan catatanpernikahan tertinggi dan sampel dipilih dengancara random pada masing-masing KUA yang 6bulan Januari – Juni 2016 melakukan pencatatanpenikahan.

Berdasarkan kriteria di atas, maka diperolehlokasi penelitian adalah KUA Teladan 2016 KUAKecamatan Purwokerto Timur dengan 119peristiwa Nikah, KUA Kecamatan Sokarajasejumlah 195 peristiwa nikah dan KUAKecamatan Cilongok dengan 343 peristiwa nikahdan terbesar di Banyumas.. Adapun data seluruhKUA di Banyumas berjumlah 4.750 peristiwanikah17.

Dengan rumus Slovin sampel minimal yangdiambil sebesar 100 responden. Akan tetapi,sampel yang dikumpulkan pada penelitian inisebanyak 140 artinya jumlah sampel sudahmelebihi ketentuan minimal.

Definisi operasional dan InstrumenPengumpulan Data

Budaya kerja merupakan suatu falsafat yangdidasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilaiyang menjadi sifat, kebiasaaan dan kekuatanpendorong, membudaya dalam kehidupan suatuorganisasi / kelompok masyarakat kemudiantercermin dalam sikap menjadi perilaku,kepercayaan, cita-cita dan pendapat yangterwujud sebagai kerja atau bekerja. Budaya kerjakantor Kementerian Agama dalam hal ini KUAdiukur melalui indikator Integritas,Profesionalitas, Inovatif, Tanggungjawab danKeteladanan. Pengumpulan data dilakukandengan kuesioner dari variabel Budaya Kerjamenurut pengguna layanan pernikahan.Adapun definisi operasional indikator budayakerja dan kisi-kisi pertanyaan sebagai berikut:

16Eldison. Budaya Kerja dan Pola Pikir PNS. http://b d k p a d a n g . k e m e n a g . g o . i d /index.php?option=com_content&view=article&id=667:edisonoktober&catid=41:top-headlines&itemid=158 (diakses pada 9 Agustus 2016).

17 Data SIMKAH, Dirjen Bimas Islam, Kemenag RI, Mei2016.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 231

Tabel 1Indikator dan Kisi-kisi Pertanyaan

Kisi-kisi tersebut dituangkan dalam item-itempertanyaan penelitian untuk dan disebarkankepada responden di lokasi penelitian.

Uji Validitas dan ReliabilitasValiditas dalam penelitian dijelaskan sebagai

salah satu derajat ketepatan pengukuran tentangisi dari pernyataan. Uji validitas digunakan untukkuesioner dengan skala pengukuran nominal(aspek sikap kognitif) digunakan teknik korelasipoint bisserial.

Menurut Sugiyono syarat minimum untukdianggap suatu butir instrument valid adalahnilai indeks validitasnya e” 0,3. Dengan demikian,

semua pernyataan yang memiliki tingkat korelasidibawah 0,3 harus diperbaiki atau diulang karenadianggap tidak valid23 .

Pengujian validitas dilakukan dengan metodekorelasi product moment dari pearson, pengujiandilakukan dengan melihat angka koefisienkorelasi (r

xy) yang menyatakan hubungan antara

skor pernyataan dengan skor total (item-totalcorrelation). Hasilnya dapat dibandingkan denganr tabel dimana df= n-2= 140-2= 138 dengan á = 5 %diperoleh r tabel 0.176. Jika r tabel < r hitung makaitem pertanyaan tersebut valid.

Hasil uji validitas menunjukkan semua item25 pertanyaan sudah valid karena sudah > r tabelsehingga uji validitas tidak diteruskan. Pada ujireabilitas menunjukkan bahwa angket dapatdigunakan dalam penelitian pada tingkatreliabilitas sebagai berikut :

Semua item pertanyaan sudah valid sehinggaseluruh item pertanyaan sudah dapat digunakandalam penelitian. Pada uji reliabilitas, Kaplan danSaccuzo (1993) menyatakan bahwa Instrumendapat digunakan apabila nilai alpha cronbach’ssama dengan atau di atas 0,70024. Sedangkan hasiluji reliabiltas menunjukkan dia atas 0,700 yaitu0,963 sehingga sudah reliabel.

Rekapitulasi Indeks Budaya KerjaKuesioner yang telah terisi kemudian

dikumpulkan dan diolah secara kuantitatifdengan menggunakan aplikasi Excel. Proses dananalisis data sesuai dengan petunjuk dalamKeputusan MENPAN Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004.

Penelitian ini menggunakan kuesionerdengan skala Likert 5, maka kategori budayakerja disesuaikan dengan tabel IndeksKepMenpan tersebut menjadi sebagaimana tabeldi bawah ini;

18Lukman Hakim Saefuddin, Nilai-nilai Budaya KerjaKementerian Agama (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2014), 7.

19Ibid, 9.20Ibid, 11.21Ibid, 13.22Ibid, 15.

23 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian (Bandung: CV. Alfabeta,2005), 143.

24Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Desain Opersional SurveyKerukunan Umat Beragama di Indonesia (Jakarta: PuslitbangKehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI,2015), 10.

232 Indeks Budaya Kerja dalam Pelayanan ...

Tabel 3

Konversi Kategori Indeks Budaya Kerja (IBK)

D. HASIL PEMBAHASAN

Responden yang terlibat merupakanmasyarakat pengguna layanan pernikahansejumlah 150 responden. Adapun kuesioner yangkembali sampai pengambilan data berakhir hanya140 angket masing-masing berasal dari KUAKecamatan Purwokerto Timur 43 angket, KUAKecamatan Sokaraja sejumlah 49 angket dan 48angket dari KUA Kecamatan Cilongok. Jumlahinilah yang diharapkan dapat menggambarkankondisi persepsi masyarakat terkait budaya kerjapetugas KUA dalam pelayanan pernikahan.

Deskripsi Profil Responden

Tabel 4

Sebaran Usia Responden

Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihatbahwa paling besar responden berusia 46 - 55tahun sebanyak 28,8%, selanjutnya urutan ke duaresponden dengan usia antara 36 – 45 tahunsebesar 20,7%, ketiga responden dengan rentangusia 56 – 65 tahun sebanyak 19,2%. Sementaraitu, jenis kelamin responden laki-laki sebanyak116 (82,8) % dan responden perempuan sebanyak24 (17,2) %. Khusus responden perempuan,semuanya adalah orang tua kandung.

Tabel 5

Jenis Pendidikan Responden

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwatingkat pendidikan responden terbanyak padalain-lain (lulusan SD/sederajat) sebanyak 63 (45%)dan urutan kedua responden dengan tingkatpendidikan SLTA/sederajat sebesar 37 (27 %) danSLTP/sederajat sebanyak 17,14%.

Tabel 6

Jenis Pekerjaan Responden

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa profilpekerjaan responden 52,9% di sektor lain-lain(sebagai buruh/petani), selanjutnya bekerja dsektor swasta sebanyak 27,8% dan wiraswastasebanyak 13,6%

Deskripsi Pengurusan Surat dan Prosesi NikahPengurusan pernikahan yang dilakukan

sebanyak 95 (67,8%) responden mengaku dalampengurusan pernikahan dilakukan oleh oranglain (pihak ke-3) dan hanya 19 responden (13,6%)yang melakukan pengurusan sendiri. Sedangkan26 responden (18,6%) tidak mengisi jawaban.

Responden yang melakukan prosesipernikahan (ijab khabul) di kantor KUA hanya28,6 % atau 40 sampel dan 100 responden atau71,6% diluar kantor KUA, yang bisa jadidilakukan di rumah tempat pernikahan.

Hasil penelitian Indeks budaya kerja dalampelayanan pernikahan di Banyumas meliputi 3KUA kecamatan sebagai cluster yang mewakilipengurusan pernikahan di KUA ibukotakabupaten (Purwokerto Timur), KUA penyangga(Sokaraja) dan KUA jauh dari ibukota (Cilongok)juga terbanyak peristiwa nikahnya sampai bulanMei 2016. Adapun hasil rekapitulasi Budaya kerjasebagai berikut;

Tabel 7

Aspek Integritas Budaya Kerja

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 233

Sumber : data primer, diolah

Berdasar tabel di atas, maka budaya kerja dariaspek Integritas dalam pelayanan pernikahan diBanyumas dengan 5 indikator secara umumdapat dijelaskan ;a. Budaya kerja dalam pelayanan pernikahan

pada aspek integritas termasuk kategori BAIK,dimana skor integritas menurut persepsipengguna jasa (responden) pada rentang 3,89sampai 4,13.

b. Kinerja Integritas budaya kerja tertinggibahwa petugas melayani masyarakat sesuaiperaturan yang berlaku dengan skor 4,13

c. Skor terendah pada indikator Petugas KUAmenolak pemberian imbalan baik uang ataubarang saat melayani masyarakat di kantoryaitu sebesar 3,89. Artinya integritas petugasKUA secara umum terkait imbalan masihbelum sesuai harapan masyarakat

d. Secara umum budaya kerja dari aspekintegritas dalam pelayanan pernikahan harusditingkatkan agar pelayanan yang di rasakanmasayarakat melebihi harapannya.Skor terendah di atas menunjukkan pula

masih ada petugas KUA yang menerimapemberian imbalan baik uang atau barang saatmelayani masyarakat. Peningkatan integritas inidibangun dari segi petugas sebagai pihak pelayandengan dukungan penuh dari masyarakatsebagai pihak yang di layani.

Tabel 8

Aspek Profesionalitas Budaya Kerja

Sumber : data primer, diolah

Berdasar tabel di atas, maka Budaya Kerjadalam pelayanan pernikahan di Banyumas dariaspek profesionalisme dengan 5 indikator dapatdijelaskan;a. Budaya Kerja pelayanan pernikahan

termasuk kategori BAIK, dimana skor yangdirasakan pengguna jasa (responden) padarentang 3,06 sampai 4,14.

b. Kinerja Profesionalisme budaya kerja tertinggiterdapat pada indikator bekerja dengan penuhdisiplin dan kesungguhan dalam pelayananpernikahan dengan skor 4,14

c. Skor terendah pada indikator Petugas KUAmenetapkan biaya setiap melakukan/melayanimasyarakat di luar standar yang ditetapkansebesar 3,06. Artinya masyarakat masihmerasakan ada biaya di luar informasi tarifyang diperoleh dalam pelayanan pernikahan.

d. Secara umum budaya kerja dari aspekprofesionalisme untuk pelayanan pernikahanharus ditingkatkan agar pelayanan yang dirasakan masayarakat melebihi harapannya.Pelayanan pernikahan melibatkan petugas

lintas sektoral mulai dari proses pengurusansurat-surat kelengkapan persyaratan sampaipelaksanaan pernikahan itu sendiri. Pengurusansurat-surat melibatkan pihak RT/RW, kelurahan/desa sampai kecamatan yang merupakankewenangan pemerintah kabupaten/kota.Kemudian setelah berkas masuk pendaftaran KUAbarulah kewenangan Kementerian Agama. Selainitu, kebiasaan masyarakat menggunakan jasapihak ketiga akan memunculkan biaya juga.Ketidaktahuan masyarakat terkait kewenanganmasing-masing pihak dalam pengurusan ini jugaakan memunculkan persepsi bahwa petugasmasih menetapkan biaya dalam melayanimasyarakat di luar standar yang ditetapkan.

234 Indeks Budaya Kerja dalam Pelayanan ...

Tabel 9

Aspek Inovatif Budaya Kerja

Sumber : Data primer, diolah

Berdasar tabel di atas, maka Budaya Kerja dariaspek Inovatif dalam pelayanan pernikahan diBanyumas dengan 5 indikator dapat dijelaskan ;a. Aspek Inovatif Budaya Kerja dalam pelayanan

pernikahan termasuk kategori BAIK, dimanaskor pelayanan yang dirasakan pengguna jasa(responden) pada rentang 3,46 sampai 3,99.

b. Kualitas Inovatif budaya kerja pelayanantertinggi terdapat pada indikator ada kotaksaran pengaduan bagi masyarakat denganskor 3,99

c. Skor terendah pada indikator Petugas KUAsenantiasa melakukan hal-hal baru dalammemberikan pelayanan kepada masyarakatsebesar 3,46. Artinya petugas KUA secaraumum monoton/kurang variasi dalammelayani masayarakat

d. Secara umum dari aspek inovatif budaya kerjadalam pelayanan pernikahan harus diperbaikiagar pelayanan yang di rasakan masyarakatmelebihi harapannya.Masyarakat masih menginginkan petugas

KUA lebih menemukan hal-hal baru dalammemberikan pelayanan. Petugas dituntut kreatifmenemukan inovasi baru demi peningkatanpelayanan sebagaimana harapan masyarakat.

Tabel 10

Aspek Tanggung Jawab Budaya Kerja

Sumber : Data primer, diolah

Berdasar tabel di atas, Budaya Kerjapelayanan dari aspek tanggung jawab dalampelayanan pernikahan di Banyumas dengan 5indikator dapat dijelaskan ;a. Kinerja tanggung jawab dalam budaya kerja

pelayanan termasuk kategori BAIK, dimanaskor pelayanan yang dirasakan pengguna jasa(responden) pada rentang 3,89 sampai 4,18.

b. Tanggung jawab budaya kerja pelayanantertinggi terdapat pada indikator ramah dalammemberikan pelayanan dari petugas KUAdengan skor 4,18

c. Skor terendah pada indikator berani berkatajujur tentang kesulitan yang dihadapi dalammemberikan pelayanan dari petugas KUAsebesar 3,89. Artinya petugas KUA secaraumum belum memberikan secara terbukaterkait alasan keterlambatan dan kesulitandalam pelayanan masayarakat.

d. Secara umum dari aspek tanggung jawabpelayanan pernikahan harus diperbaiki agarpelayanan yang di rasakan masayarakatmelebihi harapannya.Meskipun bernilai baik, keberanian petugas

KUA berkata jujur tentang kesulitan yangdihadapi dalam memberikan pelayanan masih dibawah harapan masyarakat.Ketidakterusterangan petugas ini mengakibatkankelambanan pelayanan yang pada akhirnyaberimbas pada masyarakat juga.

Tabel 11

Aspek Keteladanan Budaya Kerja

Sumber : Data primer, diolah

Berdasar tabel di atas, maka Budaya Kerjapelayanan dari aspek Keteladanan dalampelayanan pernikahan di Banyumas dengan 5indikator dapat dijelaskan ;a. Budaya Kerja pelayanan termasuk kategori

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 235

BAIK, dimana skor pelayanan yangdirasakan pengguna jasa (responden) padarentang 3,72 sampai 4,21

b. Keteladanan budaya kerja tertinggi terdapatpada indikator kepercayaan penggunalayanan bahwa petugas KUA mempunyaiakhlak yang baik dan patut dicontoh denganskor 4,21

c. Skor terendah pada indikator bahwa PetugasKUA tidak menerima pemberian uang ataupunbenda dari masyarakat sebesar 3,72. Artinyamenurut responden petugas KUA secaraumum masih menerima pemberian uangataupun benda dari masayarakat

d. Secara umum dari aspek keteladanan budayakerja dalam pelayanan pernikahan harusdiperbaiki agar pelayanan yang di rasakanmasayarakat melebihi harapannya.Masyarakat masih belum sepenuhnya yakin

bahwa petugas tidak menerima pemberian uangataupun benda dalam memberikan pelayanan.Komitmen kedua belah pihak baik petugas KUAmaupun masyarakat itu sendiri akanmeningkatkan pelayanan lebih meningkat sesuaiharapan bersama.

Indeks Budaya Kerja Pelayanan PernikahanIndeks Nilai Budaya Kerja dalam Pelayanan

Pernikahan di Kabupaten Banyumas seperti padatabel di bawah ini :

Tabel 12

Indeks Nilai Budaya Kerja dalam Pelayanan

Pernikahan

Sumber : data primer (diolah)

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukandi atas, maka Indeks Budaya Kerja petugasPelayanan Pernikahan di Banyumas sebesar 75,77point pada rentang 68,10-84,00 termasuk dalamkategori BAIK.

E. PENUTUP

Kesimpulan hasil penelitian berdasarkan data

di atas adalah : 1) Indeks Budaya kerja dalampelayanan pernikahan di Banyumas sebesar 75,77point, masuk dalam kriteria Budaya kerja BAIK;2) Aspek integritas budaya kerja pelayananpernikahan mempunyai skor paling rendah(63,83) sehingga menjadi prioritas peningkatantanpa mengabaikan aspek lainnya; dan 3)Tingginya responden yang mengurus pernikahanmelalui pihak ketiga (orang lain) berkontribusipada indeks budaya kerja pelayanan.

RekomendasiAdapun rekomendasi dalam membantu

meningkatkan budaya kerja dalam pelayananKUA kepada masyarakat, antara lain : 1) Perluupaya pelatihan terkait budaya kerja pelayananbagi pegawai KUA selaku penyelenggarapelayanan dalam melaksanakan kewajibannyasebagai penyedia layanan yang berkualitas; 2)Pengambil kebijakan pada berbagai level padaKementerian Agama hendaknya merespon danmemenuhi serta memperbaiki aspek-aspek budayakerja yang masih rendah dalam upayameningkatkan kualitas pelayanan pernikahansecara terprogram dan berkelanjutan; dan 3) Perlukoordinasi lintas instansi terkait pelayananpernikahan agar budaya kerja meningkat demipeningkatan kualitas pelayanan pernikahan.[]

236 Indeks Budaya Kerja dalam Pelayanan ...

D A F TA R P U S TA K A

AR, Dahlan. Kasus Perkawinan Sejenis di Boyolalidan Wonosobo. Semarang: Balai Penelitiandan Pengembangan Agama Semarang,2015.

Boediono. Pelayanan Prima. Jakarta: KawulaIndonesia, 1999.

Dewi, Eka. Nilai Budaya Layanan Publik. http://blogpelayananpublik.blogspot.co.id/2012/06 /n i la i -budaya-dalam-pelayanan-publik.html (diakses pada 10 Agustus2016).

Dirjen BIMAS ISLAM, Kementerian Agama RI,SIMKAH, Mei 2016.

Dokumen Keputusan Menteri NegaraPemberdayaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang PedomanUmum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Dokumen Kep. Men. Pan No. KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman UmumPenyusunan Indeks Kepuasan MasyarakatUnit Pelayanan Instansi Pemerintah.

Dokumen KMA No. 517 Tahun 2001 tentangPenataan Organisasi Kantor Urusan AgamaKecamatan.

Eldison. Budaya Kerja dan Pola Pikir PNS. http://b d k p a d a n g . k e m e n a g . g o . i d /index.php?option=com_content&view=article&id=667:edisonoktober&catid=41: top-headlines&itemid=158 (diakses pada 9Agustus 2016).

Hakim, Lukman Saefuddin. Nilai-nilai Budaya KerjaKementerian Agama. Jakarta: KementerianAgama RI, 2014.

Haryanto, Joko T., “Fenomena Perkawinan diBawah Umur Studi Kasus padaMasyarakat Cempaka BanjarbaruKalimantan Selatan”. Jurnal Analisa Vol. 19,No. 01 Januari-Juni (2012): 2.

Kuncoro, Wahyu. Studi Evaluasi Pelayanan PublikDan kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit umumdr. Soetomo. Semarang: Program StudiMagister Ilmu Politik Program PascasarjanaUniversitas Diponegoro Semarang, Tesis,2006.

Murtado, Dodo. “Lima Nilai dan ReformasiBirokrasi: Pondasi Perubahan Kemenag”.Majalah Ikhlas Beramal, Edisi 96 November-Desember (2015): 7.

Rivai, Abdul. “Budaya Kerja Birokrasi PemerintahDalam Pelayanan Publik”. Jurnal AcademicaFisip UNTAD Vol. 05 , No. 01 PebruariTahun (2013): 949.

Rosidi, Ahmad (ed.). Kasus-kasus Aktual PelayananKeagamaan di Indonesia. Jakarta: PuslitbangKehidupan Keagamaan, Badan Litbang danDiklat Kemenag RI, 2015, ix.

Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfabeta, 2005.

Puslitbang Kehidupan Keagamaan. DesainOpersional Survey Kerukunan Umat Beragamadi Indonesia. Jakarta: Puslitbang KehidupanKeagamaan Badan Litbang dan DiklatKemenag RI, 2015.

Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009tentang Pelayanan Publik.

Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentangPerkawinan.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 237

ABSTRACT

This study was aimed to scrutinize how and why personal transformation happened among criminals inIndonesia. This study used qualitative method with indepth interview and documents review including those ofsocial media as instrument for collecting data. Two former criminals was made as subjects and five people whohave close relationship with the subjects were asked to be informants. In order to validate study results, triangulationof data and sources was done, particularly those from social media such as youtube and other online sources thatpresented personal experiences of former criminals who personally transformed. Data were analyzed with thematicanalysis technique. Study results indicated that personal transformation has occurred through long time and notsuddenly in once time. It was found that evaluation of personal experinces and intensive contact with prominentulama in long time were push factors for personal transformation. Theoritical implications of the study wasdiscussed.

KEY WORDS: Personal, transformation, experiences, contact

TRANSFORMASI PERSONAL: DARI KEJAHATANMENUJU KESALEHAN

G A Z I S A L O O M

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa transformasi personal terjadipada mantan penjahat di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif denganwawancara mendalam dan telaah dokumen termasuk media sosial sebagai instrumen pengumpulandata. 2 orang mantan penjahat dijadikan sebagai subyek penelitian, sedangkan 5 orang lainnya darikalangan keluarga dan sahabat subyek dijadikan sebagai narasumber penelitian. Untuk memperkuathasil penelitian dilakukan triangulasi data dan sumber yaitu dengan menelaah data yang diperolehdari media sosial seperti youtube yang menampilkan pengalaman personal beberapa mantan penjahatdan preman yang telah mengalami perubahan diri. Data penelitian dianalisis dengan tehnik analisistematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses transformasi personal terjadi melalui tahapanyang panjang dan tidak terjadi secara mendadak. Ditemukan juga dalam penelitian ini bahwa faktorpersonal terutama penghayatan terhadap pengalaman personal dan faktor sosial terutama relasidengan orang lain yang menjadi tokoh agama secara intensif dalam waktu lama merupakanpendorong utama perubahan personal. Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini didiskusikan.

KATA KUNCI: Transformasi, personal, pengalaman, relasi

PERSONAL TRANSFORMATION: FROM CRIME TOPIETY

G A Z I S A L O O M*

*Fakultas Psikologi UIN Jakarta. [email protected]

238 Transformasi Personal ...

A. PENDAHULUAN

Mungkinkah seorang penjahat bertobat?Tentu jawabannya sangat mungkin, karenapenjahat juga manusia yang memiliki hati danperasaan. Terdapat banyak bukti dan faktaempirik tentang pertobatan penjahat dan menjadiorang baik bahkan orang alim dan terpandangdi masyarakat. Contohnya, Anton Medan yangsekarang ini dikenal sebagai ustad dan kyaipesantren. Pengalaman Anton Medan di duniakriminalitas sangat luar biasa sehingga iadipenjara di Nusakembangan. Jamak diketahuibahwa komplek penjara Nusakambangan adalahtempat khusus bagi para penjahat kambuhan danpelaku kriminalitas lainnya yang telah mencapailevel kambuhan dan susah untuk diubah.

Namun, Anton Medan kini bukanlahpenjahat yang ditakuti karena kejahatannyatetapi ia telah mengalami transformasi menjadiindividu yang disegani karena status dankeilmuannya di bidang Islam. Ia mendirikanPondok Pesantren khusus mantan narapidanyang diberi nama Pondok Pesantren At-Taibindi Cibinong Bogor. Di pesantren inilah iamenghabiskan waktu untuk membina danmendidik mantan narapidana agar menjadi orangyang baik, bisa kembali dan diterima olehmasyarakat.

Kisah tentang orang yang bertobat dankemudian menjadi tokoh terkenal telah banyaktertulis dalam berbagai literatur klasik. Salahsatunya adalah Umar bin Khattab, khalifahpengganti Rasulullah yang kedua. Dalamsejarahnya, beliau dikenal sebagai orang yangsangat kejam sebelum masuk Islam. Semua orangtakut kepada beliau karena tidak segan-seganmembunuh siapapun yang menentangnya.Bahkan, disebutkan beliau pernah membunuhanaknya yang perempuan semasa masih dalamjahiliyah sehingga membuatnya selalu menangisdan menyesali hal itu setiap kali mengingatnya.Sebelum masuk Islam, beliau dikenal sebagai figuryang sangat galak dan kasar terhadap semuaorang, setelah menjadi Muslim beliau mengalamitransformasi personal yang luar biasa. Beliauberubah menjadi pribadi yang mencintaikebenaran dan membela orang lain yang benardengan segenap jiwa dan raga.

Banyak ahli mengaitkan perubahan personaldengan perubahan sosial yang lebih luas.Mungkinkah? Sangat mungkin. Isu tentang

perubahan sosial adalah isu penting yang tidakpernah padam. Perubahan sosial sangat eratkaitannya dengan perubahan personal atauperubahan pada tingkat individu. Perubahanpersonal berperang penting dalam perubahansosial. Ha itu karena perubahan yang besar harusdimulai dari perubahan yang kecil, kemudianberlanjut menuju perubahan yang lebih besar.Hal ini sangat disadari oleh kaum agamawan danpara ahli di bidang kajian agama. Quraish Shihab,seorang ahli tafsir terkemuka Indonesiamenafsirkan ayat 11 dari Surat Ar-Raad bahwaperubahan dalam suatu bangsa tidak akan terjadimanakala perubahan personal tidak diupayakandengan baik1. Para psikolog seperti psikologterkemuka Indonesia Sarlito Wirawan Sarwonojuga sepakat bahwa perubahan individual adalahtahap awal menuju perubahan yang lebih besardi tingkat negara dan bangsa karena intipsikologi sebagai ilmu perilaku adalah perubahanperilaku yang disebut dengan konsep belajar2.

Belajar pada hakekatanya adalah perubahanperilaku dari buruk menjadi baik atau dari baikmenjadi lebih baik. Tentu saja perubahan perilakuyang dimaksudkan para psikolog adalahperubahan perilaku pada tingkat individu. Olehkarena itu, perubahan individu atau transformasipersonal adalah bagian penting yang harusdiperhatikan semua kalangan yangberkepentingan dengan kemajuan bangsa iniDengan demikian, pentingnya mengkajitransformasi personal tidak perlu diragukan lagi.

Apa yang dimaksudkan dengan transformasipersonal? Disebutkan oleh Garfinkel (2009)bahwa transformasi personal adalah perubahanindividual dari suatu kondisi pada satu sisiekstrim menuju sisi ekstrim yang lain danberlawanan dengan yang pertama. Misalnya, iamencontohkan salah satu bentuk transformasipersonal adalah perubahan seorang ulama yangradikal atau pendeta yang radikal dan penuhprasangka terhadap kelompok lain menjadipribadi yang moderat dan menerima keragaman.3

1 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan danKeserasian Al-Quran (Jakarta: Lentera Hati, 2003), 39.

2Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi sosial: individu dan teori-teori psikologi sosial, Cetakan III. (Jakarta: Penerbit Balai Pustaka,2002), 1-5.

3Renee Garfinkel, Personal transformations: moving fromviolence to peace (Washington DC: United States Institute of Peace,2007), 1-5.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 239

Pentingnya penelitian ini juga diilhami olehsuatu kenyataan bahwa banyak individu yangsemula berkutat di dunia hitam dan kejahatan,kini beralih menjadi orang baik bahkan menjadipengajar kebaikan, misalnya menjadi ustad ataupendeta. Kendati demikian, tidak banyakpenelitian yang secara khusus melihat fenomenatransformasi personal pada mantan penjahatyang kini menjadi guru umat. Padahalpengetahuan tentang proses transformasi dan apayang dilakukan setelah perubahan bisa menjadidasar untuk berbagai kebijakan dan intervensisosial. Menurut penulis, di sinilah letakpentingnya penelitian ini yaitu mengisikekosongan penelitian tentang perubahanpersonal pada penjahat menjadi orang baik yangmengajarkan kebaikan dengan ditinjau dariperspektif teori-teori psikologi.

Apa yang baru dari studi ini?Keseluruhan penelitian di atas menekankan

proses transformasi personal pada individu-individu dengan tindak kejahatan yangdipandang extra ordinary crime, dan belum banyak—untuk tidak mengatakan tidak ada samasekali—penelitian yang menelaah dan mengkajiproses transformasi personal pada bidang perilakudengan kejahatan biasa, seperti pada mantanperampok. Hemat penulis, hal inilah yang tidakdisentuh oleh para peneliti lain sehinggadirasakan perlu mengkajinya dari sudut pandangpsikologi.

Perlu juga dikemukakan bahwa penelitiantransformasi personal tidak banyak – untukmengatakan tidak ada—yang dilakukan diIndonesia sehingga penelitian dengan perspektifpsikologi sosial dan psikologi budaya berbasisindigineous atau lokal diharapkan akan bisamengisi kekosongan penelitian yang bertemakantransformasi personal.

Dalam perspektif psikologi pada umumnya,transformasi personal adalah suatu keniscayaankarena manusia adalah makhluk pembelajar.Orang yang mengalami transformasi personaladalah individu yang berhasil menghadapitantangan dan hambatan dalam perjalananhidupnya yang panjang. Jika transformasipersonal dialami oleh seseorang dari ranah yangnegatif menuju ranah yang positif maka besarkemungkinan orang itu akan meraihkeberhasilan-keberhasilan lainnya dalam hidup.

Hal itu diperkuat oleh hasil penelitian dalambidang psikologi positif, misalnya penelitianSaligmen yang menyimpulkan bahwakeberhasilan seseorang dalam bidang tertentuakan diikuti oleh keberhasilan lain dalam bidangyang berbeda. Itu terjadi karena keberhasilanawal yang diraih seseorang dalam hidupnya akanmelahirkan semangat dan optimisme yang optimaldi satu sisi dan di sisi lain bisa meningkatkanharga diri. Kombinasi antara semangat danoptimisme yang optimal di satu sisi danpeningkatan harga diri di sisi lain akanmelahirkan cara berpikir atau mindset yangpositif sehingga dengan kekuatan itu semuaharapan dan impian akan terwujud.

Setelah diberikan penjelasan tentangpentingnya transformasi personal dalam kontekstransformasi sosial dan bagaimana psikologimenempatkan transformasi personal sebagaisuatu konsep penting dalam kehidupan individudan sosial maka rasa ingin tahu berlanjut ke tahapberikutnya, yaitu menyangkut pertanyaan faktorapa saja yang mempengaruhi transformasipersonal dalam perspektif penelitian terdahulu?

Horgan (2009) menjelaskan bahwa ada duafaktor yang menyebabkan transformsi personalyaitu faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisikmenyangkut perubahan peran dan identitas,sedangkan faktor psikis menyangkut kekecewaanindividu terhadap pihak-pihak yang terkaitdengannya4. Penelitian ini terlalumenyederhanakan dan mereduksi persoalantranformasi personal ke faktor-faktor yangterbatas dan tidak menyangkut misalnya faktorekternal seperti pengaruh lingkungan sosial.Padahal hampir semua ahli sepakat, misalnyaMoghaddam (2009) bahwa faktor sosial tidak bisadinafikan sebagai faktor penting yang mengubahperilaku seseorang5.

Untuk menjawab hal itu, Bjorgo (2009)mengemukakan penjelasan lain yang lebihkomprehensif dengan menyebutkan bahwatransformasi personal terjadi karena ada faktorpenarik dan faktor pendorong. Faktor penarikadalah hal-hal yang menarik seseorang dari luar

4John Horgan, Walking away from terrorism: Accounts ofdisengagement from radical and extrimist movements (Oxon:Routledge, 2009), 1-15.

5Fathali M. Moghaddam, From the terrorists’ point of view: whatthey experience and why they come to destroy (London: PraegerSecurity International, 2006), 1-20 .

240 Transformasi Personal ...

dirinya dan lingkungannya sedangkan faktorpendorong adalah hal-hal yang mendorongseseorang dari dalam dirinya dan lingkungan.Faktor penarik umumnya bersifat positif danfaktor pendorong umumnya bersifat negatif dantidak mengenakkan6.

Hemat peneliti, model dari Bjorgo (2009)mengabaikan faktor yang ada di dalam diriseseorang terutama menyangkut ideologi ataugagasan yang ada di dalam pikiran atau kognisiseseorang. Padahal jamak diketahui bahwaperubahan personal tidak mungkin akan terjaditanpa dasar pikiran dari seseorang, sehingga bisadikatakan bahwa model ini belum lengkapmenjelaskan elemen-elemen penting yangmengubah perilaku manusia7.

Oleh karena itu, diperlukan penelitian yanglebih komprehensif dengan menggabungkanfaktor personal, faktor lingkungan sosial danfaktor kognitif untuk menjelaskan transformasipersonal pada manusia termasuk pada kalanganpenjahat yang berubah menjadi orang baik.Penelitian ini akan mengambil posisi dan peranitu, yaitu menggambungkan berbagaipendekatan sehingga semua faktor yangmungkin menjelaskan transformasi personalpada mantan penjahat akan digunakan sebagaipenjelasa

Rumusan masalah utama yang hendakdijawab dalam penelitian ini adalah dalam bentukpertanyaan yang berbunyi: Mengapa paramantan penjahat berubah menjadi orang baik?Masalah utama penelitian tersebut akan dirincike dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:1. Bagaimana personal transformasi terjadi pada

mantan preman dan penjahat?2. Bagaimana faktor psikologis dan faktor

lainnya mempengaruhi transformasi personalpada mantan preman dan penjahat?

3. Bagaimana para partisipan penelitianmenghadapi hambatan psikologis, sosial danbudaya dalam proses transformasi personal?

Transformasi PersonalTransformasi personal secara kebahasaan

bermakna perubahan individu. Dalam perspektifpsikologi, transformasi personal kerapkalidikaitkan dengan konsep belajar. Dalampengertian yang paling dasar, belajar bermaknaperubahan perilaku dari satu kutub menujukutub yang lain. Misalnya, perubahan dari tidakbisa menjadi bisa atau perubahan dari tidakmenjadi tahu dan lain sebagaimanya. Pengertiantentang belajar yang difahami sebagian besarorang saat ini hanyalah bagian kecil daripengertian belajar yang memiliki cakupan yangsangat luas8.

Bagi kaum agamawan dan filosof, perubahanadalah konsep penting yang selalu menjadi temapembicaraan dalam kehidupan relijius danspiritual sehari-hari. Sebagai agama yangprogresif dan berbasis visi masa depan, Islamsangat menekankan arti perubahan. Bahkan,ayat suci yang termaktub di dalam Al-Qur’ansecara khusus menegaskan bahwa Allah tidakakan memberikan kesempatan berubah kepadasuatu kaum jika mereka tidak melakukanperubahan apa yang ada di dalam dirinya. Ulamatafsir terkemuka Indonesia saat ini, Prof. Dr.Quraish Shihab memberikan penafsiran yangpenuh dengan dimensi psikologis yang kuat.Menurutnya, di dalam ayat itu Allah menegaskanbahwa kondisi suatu bangsa tidak akan pernahberubah manakala apa yang ada di dalam dirimereka tidak berubah menjadi lebih baik danberkualitas. Apa yang ada di dalam diri manusiamengandung tiga aspek yaitu aspek pikiran,perasaan dan tindakan.

Dalam kajian keislaman, transformasipersonal bisa dijelaskan juga dengan konsep tobat.Secara kebahasaan, tobat berasal dari kata bahasaArab, taaba-yatuubu-taubatan yang berartikembali. Orang-orang yang bertobat adalahorang-orang yang kembali ke jalan kebenaranatau ke jalan Allah setelah sebelumnyamenempuh perjalanan panjang di jalan kesesatanatau jalan setan. Dalam Islam, bertobat bisadilakukan dengan memohon ampunan secaralisan, menyesali kesalahan yang dilakukan dimasa lalu dengan hati yang penuh ikhlas dansecara perbuatan, tidak melakukan lagi kesalahandan kekhilafan di masa lalu dan melakukanperbuatan baik yang berlawanan dengan

6 Tore Bjorgo, “Processes of disengagement from violentgroups of the extreme right”. In Leaving Terrorism Behind, byTore Bjorgo and John Horgan (Oxon: Routledge, 2009), 30-48.

7Beberapa literatur yang ditulis Horgan cenderungmengabaikan hal-hal yang bersifat psikologis padahal hampirsebagian besar pilihan perilaku dipengaruhi oleh hal-hal yangpersonal.

8Rupert Brown and Sam Gaertner, Handbook of Psychology:Intergroup Processes (Malden MA: Blackwell Publishing, 2003),15-20.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 241

perbuatan buruk yang telah dilakukan di masalalu.

Penelitian tentang transformasi personaltelah dilakukan oleh banyak ahli, misalnyaGarfinkel (2009) yang meneliti tentang perubahansejumlah tokoh radikal keagamaan dari jalankekerasan menuju perdamaian. Penelitian inidilakukan di benua Afrika dengan partisipanpenelitian adalah para tokoh agama dari kalanganMuslim dan Kristen. Penelitian ini menyimpulkanbahwa konversi keagamaan, interaksi denganorang di luar kelompok, dan berpindah tempattinggal berpengaruh terhadap transformasipersonal9.

Penelitian Garfinkel (2009) ini memberikanpesan penting bahwa manusia pasti mengalamiperubahan termasuk kaum radikal sekalipun10.Hal ini juga diperkuat oleh kisah Ed Husein,seorang anak muda Muslim keturunan Pakistankelahiran Inggris. Sebagai anak muda iadibesarkan dalam dua tradisi sekaligus yaitutradisi Islam Pakistan yang ia peroleh darilingkungan keluarga dan tradisi Inggris atauEropa yang ia peroleh dari lingkungan pergaulandan lingkungan sekolah. Dalam dua situasi sepertiitu, satu kelompok gerakan Islam mengajaknyauntuk bergabung sebagai komunitas yangmemperjuangkan sistem kehidupan yang berbasiskhilafah. Tawaran HTI ini bertolak belakangdengan tradisi kehidupan keluarganya yangmoderat atau kehidupan Inggris yang agakliberal. Ia akhirnya terlibat dan aktif dalamberbagai aktivitas HTI selama beberapa tahunsampai akhirnya ia kembali menjadi Muslimmoderat sebagaimana pilihan keluarganya11.

Berkaitan dengan penelitian ini, bisakahsubstansi dan hasil dari penelitian Garfinkel inidigunakan untuk menganalisis transformasipersonal pada pelaku kejahatan biasa sepertiperampok? Hemat peneliti, selama masih dalamkonteks perubahan personal maka apapun bisadianalisis dengan alat analisis yang digunakanoleh Garfinkel (2009). Sebab, substansi daripenelitian ini sama dengan substansi penelitian

yang dilakukan Garfinkel, yaitu sama-samameneliti tentang perubahan personal. Padapenelitian Garfinkel, subjek atau informanpenelitian adalah orang-orang yang memilihjalan keras dan kemudian beralih memilih jalandamai, sedangkan penelitian menetapkan subyekatau informannya adalah orang-orang yangpernah terjerumus dalam dunia hitam kejahatandan kemudian memilih jalan kehidupan spritualdan keagamaan. Kedua-duanya berupayamenggambarkan proses perjalanan hidupmanusia dari titik ekstrim yang buruk dan kotormenuju titik esktrim yang baik dan bersih.Dengan kata lain, kedua penelitian inimenekankan pada sisi proses perjalanan hidupmanusia dan hasil dari proses itu.

Penelitian lain yang juga fokus menelaahproses perubahan personal adalah penelitian yangdilakukan oleh John Horgan, seorang penelitiyang mengkhususkan diri menelaah dan menelitidi bidang psikologi terorisme, terutama yangberkaitan dengan deradikalisasi dan disengagement.Penelitian Horgan (2009) dengan pendekatankualitatif pada sejumlah mantan ekstrimis radikalkeagamaan di Timur Tengah. Penelitian inimenyimpulkan bahwa perubahan dari carapandang radikal menuju cara pandangkeagamaan moderat dipengaruhi oleh sejumlahhal yang dikelompokkan ke dalam dua faktorpenting, yaitu faktor personal seperti disilusiideologi, stress dan bornout, serta faktor fisikseperti pemenjaraan dan perubahan peran danposisi dalam kelompok. Agaknya penelitianHorgan kurang memberikan perhatian padaaspek lingkungan sosial seperti tercermin daribuku-buku dan literatur yang ia tulis.

Beberapa buku dan literatur yang pernahditulis Horgan tidak banyak membahas tentangpengaruh lingkungan sosial terhadappertimbangan dan pilihan berubah secarapersonal. Dalam perspektif Horgan, faktor utamayang mendorong seseorang berubahan terutamadalam kasus pelaku teror adalah faktor personal,yaitu faktor yang menggambarkan hal-hal yangbersifat psikolgis pada manusia, walaupun iahanya membatasi pada konsep disilusi atau rasakecewa. Horgan tidak banyak mengeksplorasikonsep-konsep psikologi lainnya yang jugasangat penting bahkan lebih penting dari sekadarkonsep disilusi. Misalnya, disonansi, kecemasandan lain-lain sehingga dalam pandangan penulis,

9Renee Garfinkel, Personal transformations: moving fromviolence to peace (Washington DC: United States Institute of Peace,2007), 1-5.

10Renee Garfinkel, Personal transformations: moving fromviolence to peace (Washington DC: United States Institute of Peace,2007), 1-5.

11 Ed Husein, The Islamist (London: Penguin Books,2007),1-25.

242 Transformasi Personal ...

buku laporan penelitian Horgan tentangdisengagement sangat kering dan tidak banyakmenggambarkan dirinya sebagai ilmuwan dibidang psikologi.

Penelitian lain yang juga penting dan relevanadalah penelitan Bjorgo (2009) yang dilakukanterhadap kelompok sayap kanan Eropa dan gengjalanan. Penelitian Bjorgo menemukan modeltransformasi personal yang berbasis pada faktorpendorong dan faktor penarik. Faktor pendorongadalah semua hal yang membuat seseorangmerasa tidak nyaman dalam komunitas danlingkungan pergaulannya, sedangkan faktorpenarik adalah semua hal yang membuatseseorang tertarik untuk keluar dari keanggotaankelompok lama.

Penelitian Reiner (2011) juga meneliti tentangtransformasi personal pada anggota kelompokpemberontak ETA di Portugal. Penelitian inimenyebutkan bahwa transformasi personal darijiwa pemberontak dan ekstrimis kanan menjaditoleran dan menerima perbedaan dan keragamanterjadi karena tiga faktor yaitu faktor strukturalyang berkaitan dengan perubahan sosial-politik,faktor organisasi yang berkaitan denganhilangnya soliditas kelompok dan faktor personalyang berkaitan dengan masalah psikologis danhubungan interpersonal12.

Satu hal yang tidak disinggung oleh Reinaresadalah bagaimana faktor pergaulan sosialberpengaruh terhadap transformasi personal.Apakah hal ini memberikan kontribusi jugaterhadap transformasi personal? Secara logikasederhana berdasarkan telaah teoritis dan hasilpenelitian sebelumnya, faktor pergaulan sosialjuga turut memberikan sumbangan terhadaptransformasi personal yang dialami siapapuntermasuk tentu saja orang-orang yang dipandangsebagai penjahat tetapi kemudian bertobat.

Pertanyaan penting yang perlu diajukandalam hal ini, bisakah model transformasipersonal yang diterapkan pada kaumpemberontak dan pejuang kemerdekaan ini bisaditerapkan pada kasus lain seperti penjahat ataupreman? Menurut penulis bisa saja karena semuakonsep seh arusnya bisa digunakan pada semua

konteks dan situasi tentu dengan melakukanadaptasi dan penyesuaian konteks.

Bila merujuk kepada model yangdikembangkan Reinares maka situasi makroseperti kondisi sosial, ekonomi dan politikmemberikan sumbangan besar terhadapperubahan personal seseorang, misalnya dalamhal ini kejahatan. Jamak diketahui bahwameningkatnya angka kejahatan di antaranyadisebabkan oleh ketidakpastian ekonomi danpolitik yang terjadi dalam suatu negara. Contoh,jika harga meroket sementara daya beli masyarakatmenurun karena nilai rupiah yang terus-terusanmelemah di hadapan nilai mata uang lainnyaseperti dolar atau uero maka besar kemungkinanangka kejahatan semakin meningkat. Sebaliknya,jika sosial, ekonomi dan politik stabil makakemampuan masyarakat untuk memenuhikebutuhan sehari-hari juga cukup maka angkakejahatan juga menurun. Dengan demikian, padatingkat individu terjadi perubahan perilaku daridomain baik menuju domain buruk atausebaliknya.

Kemudian, bagaimana dengan pengaruhdinamika kelompok terhadap perubahan personaldi kalangan penjahat? Hal itu bisa dijelaskansecara gamblang. Secara umum, kejahatan ataupremanisme adalah perilaku manusia yangbersifat kolektif dan terorganisir dengan suatuperencanaan, baik sederhana maupun kompleks.Memang dalam situasi tertentu, bisa sajakejahatan terjadi secara individual tetapi biasanyakejahatan seperti itu tidak banyak mengalamisukses besar. Sebelum menikmati hasil kejahatan,polisi telah menangkapnya dengan cepat.

Dalam kasus kejahatan dengan kelompokyang tertata baik, hubungan interpersonal didalam kelompok atau biasa disebut dengan istilahdinamika kelompok memberikan sumbanganyang cukup besar terhadap perilaku individuanggota kelompok. Banyak penelitian yangmenunjukkan bahwa perilaku kelompokmemberikan warna yang kuat pada perilakuindividu. Semakin kompak atau kohesif suatukelompok maka semakin kuat pengaruhnyaterhadap perilaku individu. Sebaliknya, melemahkohesivitas kelompok maka semakin melemahkekuatan pengaruhnya terhadap perilakuindividu.

Penelitian Reinares (2011) jugamemperlihatkan bahwa pengalaman personal

12Fernando Reinares, “Exit from terrorism: A Qualitativeempirical study on disengagement and deradicalization amongmembers of ETA”. Jurnal Terrorism and Political Violence 23, (2011)DOI: 10.1080/09546553.2011.613307, 780-803.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 243

yang dirasakan seseorang berpengaruh jugaterhadap keputusan. Pengalaman yang bersifatpersonal dipersepsi atau ditafsirkan olehseseorang, lalu persepsi dan penafsiran itudirenungkan. Hasil persepsi dan penafsiran yangdirenungkan itu kemudian menjadi penggerakutama perubahan tingkah laku. Pengalamanpersonal yang menggerakkan seseorang untukberubah bisa saja berkaitan dengan dirinya sajaatau berkaitan juga dengan orang lain.Pengalaman itu menciptakan kesan, baik positifmaupun negatif. Kesan positif akan mengarahkanseseorang menuju tempat yang baik sedangkankesan negatif mengarahkannya menuju tempatyang buruk.

Penelitian Kruglanski dkk (2014)menyebutkan bahwa transformasi personaldipengaruhi oleh faktor motivasi yaitu doronganpsikologis untuk mencari kebermaknaan, faktorideologi yaitu daya tarik ideologis yang tidak lagimemukau dan faktor sosial yaitu dinamika danproses sosial yang dialami individu dengan oranglain dalam kehidupan sosial. Pencarian maknaterjadi karena seseorang telah mengalamikehilangan makna dalam hidupnya, oleh karenaitu, ia berupaya mencari cara atau penyaluranagar makna yang hilang dalam hidupnya bisakembali kepadanya13.

Jika seorang telah menemukan maknaapakah yang kemudian dia lakukan? Bertahandi dalam posisi dan situasi saat ini atau beralihke posisi dan situasi yang berbeda sama sekalidengan yang sekarang? Pertanyaan ini menjadipenting untuk dikemukakan karena model yangdikembangkan Kruglanski dkk lebihmenitikberatkan pada situasi “menjadi” bukanpada situasi telah menjadi. Hal itu karenapenelitian tentang proses menjadi atau radikalisasitelah dilakukan sementara penelitian tentangproses telah menjadi atau meninggalkan prosesbelum selesai dilakukan.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan wawancara mendalam dan

telaah dokumen termasuk media sosial sebagaiinstrumen pengumpulan data. 2 orang mantannarapidana kriminal umum di Mataram danTangerang Selatan dijadikan sebagai subyekpenelitian, sedangkan 5 orang lainnya darikalangan keluarga dan sahabat subyek dijadikansebagai narasumber penelitian. Untukmemperkuat hasil penelitian dilakukantriangulasi data dan sumber yaitu data yangdiperoleh media sosial seperti youtube yangmenampilkan pengalaman personal beberapamantan penjahat dan preman yang telahmengalami perubahan diri

Analisa data dilakukan dengan tehnikanalisis tematik yaitu pengkodean data sesuaidengan tema-tema yang telah ditentukanberdasarkan teori perubahan personal dariKruglanski dkk (2014). Data verbatim yangdiperoleh dari hasil wawancara dikodeberdasarkan tahapan pengkodean yangdigunakan dalam penelitian kualitatif dengantehnik analisis tematik, yaitu open coding, axialcoding dan selective coding.

C. TEMUAN PENELITIAN

Temuan penelitian dalam artikel ini disusunberdasarkan tema-tema tertentu sebagaimanadijelaskan di bawan ini:

Pengalaman hidupDalam perspektif ilmu psikologi, pengalaman

bisa menjadi sumber belajar karena ia merupakandasar utama dalam learning by doing atau experentiallearning. Pengalaman bukan hanya menyangkutapa yang kita lakukan tetapi juga menyangkutapa yang kita pikirkan dan kita rasakan. Maka,para ahli psikologi sepakat bahwa dimensi daripengalaman itu meliputi pengalamanmengerjakan, pengalaman memikirkan danpengalaman merasakan. Semua itu akan menjadisumber pembelajaran jika individu bisa menyerapinti dari pengalaman itu.

Dalam bahasa agama, pengalaman belajarbukan hanya berkaitan dengan penyampaianpesan agama secara verbal tetapi juga bagaimanapengiman atau penganut agama mengalami hal-hal yang bersifat non verbal melalui pengalamanmenghayati dan mengamalkan secara konsistendan konsekuen semua pengalaman hidupkeberagamaan. Disebutkan oleh Prof. Dr. ZakiahDarajat, bahwa pengalaman mengerjakan ritual-

13, Arie W Kruglanski, Michele J. Gelfand, Jocelyn J.Belanger, Anna Shaveland, Malkanthi Hetiarachchi, and RohanGunaratna. “The psychology of radicalization andderadicalization: How significance quest impacts violentextrimism.” Advance in Political Psychology Vol 35 (2014), Supp 1.doi: 10.1111/pops.12163 69-93 .

244 Transformasi Personal ...

ritual keagamaan di masa kecil dan masa remajaakan berpengaruh kuat terhadap relijiusitasdalam arti yang khusus bagi individu.Pengalaman semacam itu ternyata bukan hanyabepengaruh kuat terhadap hal-hal yang bersifatrelijiusitas tetapi juga berpengaruh terhadap carapandang dalam melihat hidup dan bagaimanabersimpati atau berempati terhadap orang lain.Demikian pula yang dialami oleh seorang mantanpenjahat di masa lalu.

Sturbuck yang pernah menulis bukupsikologi agama di penghujung abad ke-19 jugapernah menyinggung bagaimana pengalamankeagamaan di masa lalu yang dialami seseorangakan berpengaruh terhadap perjalanan hidupnyadan bagaimana ia meraih masa depan danbagaimana ia berinteraksi dengan orang lain.Begitu juga William James, Bapak PsikologiAgama, menyatakan bahwa pengalamankeagamaan yang dialami seseorang di masa laludapat menjadi dasar bagi perubahan perilakuseseorang di masa depan. Pernyataan yang lebihmutakhir berasal dari Garfinkel, seorang psikologklinis yang memperdalam psikologi agama, jugamenyebutkan bahwa pengalaman keberagamaanyang secara khusus ia sebutkan sebagai konversikeagamaan merupakan pengalaman personalyang berkaitan dengan transformasi personal.

Pengalaman hidup di penjara yang penuhdinamika memberikan pelajaran berharga bagisubyek. Interaksi dengan banyak orang denganragam karakter dan pengalaman membukapikirannya bahwa hidup harus terus berubahdan berkembang ke arah yang lebih baik. Darisekian banyak manusia yang ditemukan di dalampenjara, subyek menyimpulkan bahwa orangyang paling bahagia dan bermakna adalah yangbisa mengajarkan agama dan ketuhanan kepadadirinya. Dalam persepsi AS, orang yangmengajarkan agama dan ketuhanan adalah orangyang paling beruntung dan paling baik karenaberupaya menyelamatkan manusia dari alamkesesatan menuju alam kelurusan atau dari alamkegelapan menuju alam terang-benderang ataualam kebodohan eksistensial menuju alamkecerdasan eksistensial.

Agaknya, pengalaman dan ilmu agama dimasa kecil yang pernah diperoleh AS sedikitbanyak menjadi faktor penting yang mendorongperubahan personal pada dirinya. Apakah hal itubisa terjadi dan bagaimana bisa terjadi? Jika

merujuk kepada pandangan Kaum Neo-Freudianseperti Jung dan kawan-kawan maka diperolehinformasi bahwa sesungguhnya manusiamenyimpan arketif atau pengetahuan tentangkebenaran di dalam alam bawah sadarnya.Pengetahuan tentang kebenaran itu akan munculmanakala ada situasi pemicu yang memicukemunculan hal itu.

Berkaitan dengan penjelasan di atas, uraiantentang hati nurani dari Prof. Dr. NurkholisMajid sangat relevan dalam hal ini. MenurutNurkholis Majid, sesungguhnya di dalam diri tiaporang ada dhomir atau hati nurani yang selalujujur dan mengajak setiap orang kepadakebenaran. Nurkholis Majid mengutip hadistentang hati nurani yang mana Rasulullah selalumengingatkan para sahabat agar kembali kepadahati nurani jika tidak menemukan jawaban atasberbagai persoalan hidup di dalam Al-Quranmaupun hadis atau pendapat para sahabat.Rasulullah bersabda, “Tanyakan dhomirmu (hatinurani).” Dengan demikian, pengalaman hidupbila mengikutsertakan hati nurani maka dapatmengantarkan seseorang menuju perubahanpersonal ke arah yang lebih baik.

Penjara telah mengajarkan kepada dirisubyek bahwa kebermaknaan diri akan munculjika seseorang bisa memberikan manfaat bagiorang lain. Hal itu misalnya ia temukan padaindividu-individu tokoh agama yang selaludatang secara rutin ke penjara untuk memberikanpencerahanan kepada umat masing-masing.Subyek melihat bagaimana seorang pendeta dantimnya dengan penuh ketulusan memberikanpelayanan kepada umatnya dalam bentukpelayanan keagamaan dan pengajaran tentangtuhan dan kitab suci. Hal yang sama dilakukanoleh sejumlah ustad yang rutin memberikanceramah dan kajian agama kepada para wargabinaan penjara di masjid.

Menurut cerita subyek, ada perbedaan yangmenyolok antara tim pendeta atau pastur danpara ustad dalam memberikan pelayanankeagamaan dan spiritual kepada umat masing-masing. Tim pastur dan pendeta disokong olehdana yang kuat sementara tim ustad didukungoleh dana yang kecil. Hal itu terlihat misalnyabagaimana para pastur dan pendeta bisamemberikan konsumsi dan pemberian yangberkualitas kepada warga binaan penjara yangberagama Kristen atau Katolik pada hari natal.

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 245

Bahkan konsumsi dan pemberian atau hadiahbukan hanya diberikan kepada warga binaanyang Kristen atau Katolik tetapi juga diberikankepada warga binaan yang Muslim. Sebaliknya,saat perayaan hari-hari besar Islam seperti IdulFitri, tim ustad tidak bisa memberikan banyakhal kepada warga binaan yang Muslim. Perayaanhari besar Islam berlangsung ala kadar tanpa adasesuatu yang bisa diharapkan oleh warga binaanMuslim padahal itu yang diharapkan mereka didalam penjara.

“Terus terang, mereka hebat. Saat natal, merekabisa membahagiakan umatnya bahkan semua penghunipenjara lainnya karena dananya kuat. Mungkin. Tapikita yang orang Islam, para ustad itu kasihan, merekabergerak dengan dana terbatas. Itu kata mereka lho.”

Sebagai seorang Muslim, subyek merasa halitu amat memilukan dan membuatnya cukupbersedih. Walaupun perilaku atau perbuatannyabertentantangan dengan ajaran Islam tetapidalam situasi seperti itu identifikasi dirinya sebagaiMuslim menjadi semakin kuat. Kondisi psikologisseperti ini sama dengan yang saya temukan saatmelakukan penelitian di Bogor tentang psikologihubungan antarkelompok Muslim versusKristen. Dalam penelitian yang pernah dilakukansebelumnya, ditemukan bahwa seseorang yangsemula merasa tidak memiliki komitmen danidentifikasi keagamaan yang kuat dengan agama,seperti Islam, secara mendadak memperlihatkomitmen dan identifikasi yang kuat ketika Islamdipersepsikan dalam situasi terancam olehpenganut agama lain. Hal yang sama agaknyaterjadi juga pada subyek penelitian ini.

“Saya memang penjahat dan perbuatan sayaselama ini bertentangan dengan ajaran Islam yang sayaanut, tetapi di dalam diri saya yang paling dalam sayamasih merasa jiwa saya Muslim. Itu yang sayarasakan, apalagi saya dibesarkan dalam lingkunganIslam yang taat. Saya hanya salah memilih pergaulan.”

Pernyataan AS di atas menggambarkanbahwa identifikasi seseorang terhadap identitastertentu akan menguat manakala identitasnyaterancam. Kondisi ini yang disebut sebagaipersepsi akan keterancaman identitas yaitupikiran dan perasaan yang muncul ketikakeanggotaan seseorang dalam suatu kelompokterganggu karena mendapatkan ancaman darikelompok lain.

Rentetan pengalaman dan perjalanan hidupsemasa di penjara memberikannya suatu

pelajaran berharga bahwa beragama ataumendekatkan diri dengan Tuhan adalahkebutuhan individual dalam situasi yang penuhtekanan psikis dan tekanan sosial apalagi sepertisituasi penjara. Sebagai warga binaan dengankasus perampokan, AS hanya dijenguk oleh anakdan isterinya sementara keluarga besar dari pihakdirinya maupun pihak isterinya belum pernahmenjenguknya. Mungkin menurut AS karenajarak yang cukup jauh, selain kesibukan mereka.Kendati demikian, AS merasa yakin bahwakeluarganya pasti akan menerima dirinya ketikahabis masa tahanannya dan mengikuti programreintegrasi sosial.

Bagaimana AS memperlakukan pengalamanpersonal mengingatkan peneliti tentang modeltransformasi personal dari Reinares (2011) yangmenempatkan persepsi subyektif sebagai konstrukatau konsep penting yang menjelaskan pilihanindividu untuk berubah. Reinares (2011) apapunperistiwa hidup yang dialami individu akanberpengaruh terhadap perubahan perilaku tetapimelalui perantara konsep persepsi subyektifkarena setiap individu bersandar padapersepsinya terhadap suatu kondisi atau peristiwadalam mempertimbangkan apakah akan berubahatau tidak berubah.

Selain pengalaman pergaulan di dalampenjara, pengalaman berinteraksi dengan orang-orang tertentu di luar penjara setelah ASmenghirup udara bebas ternyata jugamemberikan kontribusi penting terhadapperubahan personal yang ia alami. Di antaraorang yang turut mengubah perjalananhidupnya adalah seorang ustad yang sekaligusmenjadi guru ngaji dan pembimbingspiritualnya.

Ustad AR, seorang tuan guru kelas kampungdan mantan penjudi yang bertobat telahmengilhami dirinya untuk berubah menjadiorang baik. AR bukan hanya mengubah AS tetapimengubah banyak orang yang memilikipengalaman yang sama sebagai pelakupelanggaran hukum di masa lalu. AS merasaditerima dalam komunitas pengajian yang dibinaAR karena mereka memilik pengalaman, perasaandan pikiran yang sama sebagai orang yangkembali kepada Tuhan.

“Saya bahagia bisa diterima sebagai bagian daripengajian Ustad AR. Sebab, di dalam pengajian itusaya bertemu dengan orang-orang yang bernasib sama

246 Transformasi Personal ...

dengan saya. Orang-orang yang memiliki pengalamankelam di masa lalu dan ingin kembali kepada Tuhan.”

Di dalam psikologi, perasaan diterima olehorang lain adalah kebutuhan dasar yang sangatpenting karena dapat meningkatkan self-esteemseseorang dalam kehidupan sosial. Bahkan Prof.Dr. Zakiah Darajat menganggapnya sebagaisyarat inti sehat mental pada seseorang. Dengankata lain, jika seseorang telah merasa diterima didalam kehidupan sosial yang nyata maka hargadirinya akan meningkat dan ia akan benar-benarmerasa ada atau eksis sebagai individu dan bagiandari kehidupan sosial.

Lebih jauh disebutkan bahwa perasaanditerima dan menerima orang lain adalah fondasidasar terciptanya suasana yang saling mencintaidan menyayangi karena tanpa merasa diterimaatau merasa menerima orang lain makakehidupan sosial tidak akan bisa meningkatmenuju tingkatan yang lebih tinggi.

Beda AS beda HA. Subyek kedua tidakpernah memiliki pengalaman dipenjara karenaHA tidak pernah melakukan pelanggaran hukumyang berimbas ke pasal hukum. HA hanyamemberikan pelayanan keamanan kepada parapedagang dari incaran tukang palak. HAmendapatkan upah atau honor dari pengelolapasar karena membantu mereka dalampengamanan pasar. Selain menjadi preman,sebenarnya HA juga berbisnis atau berdagangtepatnya sebagai pedagang sapi kadang menjadijagal sapi atau orang yang menyediakan dagingpara pedangan di pasar untuk dijual kepada parapembeli.

Menemukan kebermaknaan diriMotivasi terpenting transformasi personal

menurut Kruglanski dkk (2014) adalah penemuankebermaknaan diri. Hal itu pula yang dialami HAdalam penelitian ini. HA merasa menemukanmakna hidup ketika terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan pengajian dan keagamaan yangdilakukan di kampungnya.

“Saya merasa bahagia dengan mengikuti berbagaikegiatan keagamaan dan pengajian di sini. Saya sepertihidup kembali setelah lama mati sebagai manusiasampah yang tidak berguna. Allah MahaPengampun.”

HA ketika masih kecil dibesarkan dalamtradisi keagamaan yang kental walaupun orang

tuanya bukan ahli agama. Bagi anak kampungseperti HA kehidupan keagamaan tidak jauh darisantren (mushalla). Sebab, di kampungnyasantren adalah pusat kegiatan anak-anak kecildan remaja sepulang dari sekolah formal ataupekerjaan. Pergaulan dalam pesantren yangpenuh dengan nilai-nilai agama masih membekasdalam diri HA walaupun dalam beberapa tahunyang panjang nilai-nilai itu seolah-olah hilangtidak berbekas. Hal itu menurut pengakuan HAakibat dari salah pergaulan di tanah rantau saathendak mencari pengalaman hidup di usiamenjelang dewasa awal.

Kebermaknaan diri bagi sebagian ahli sepertiProf. Dr. Zakiah Darajat paralel dengan sehatmental. Menurut Zakiah Darajat, sehat mentalmeliputi empat faktor yaitu dimensi fisik, dimensipsikis, dimensi sosial dan dimensi agama. Dimensifisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan fisik-biologis manusia. Individu dikatakan sehatmental manakala ia terbebas dari segala penyakitberat yang membuatnya tidak mampumenjalankan fungsi sebagai individu dan bagiandari masyarakat. Sedangkan dimensi psikis adalahhal-hal yang berkaitan dengan kejiwaanmanusia. Individu dikatakan sehat mental secarapsikis manakala ia bebas dari gejala gangguanneurosis dan penyakit psikosis sehinggamembuatnya tidak normal dibandingkan rerataorang.

Dimensi sosial adalah dimensi yang berkaitandengan fungsi sosial manusia yaitu bagaimanaindividu bisa menyesuaikan diri denganlingkungan sosialnya. Penyesuaian diri seseorangtergantung konteks atau target penyesuaian diri,yaitu penyesuaian diri dengan diri sendiri,penyesuaian diri dengan orang lain danpenyesuaian diri dengan lingkungan fisik. Dandimensi sehat mental terakhir adalah dimensiagama. Individu dikatakan sehat mentalmanakala perilakunya sesuai dengan aturanagama yang dia yakini. Dalam bahasa Islam,ketaatan terhadap perintah agama adalah tandasehat mental sedangkan kemaksiatan danpelanggaran terhadap ajaran agama adalah tandatidak sehat mental. Semakin taat seseorangterhadap agama maka semakin terpenuhi tanda-tanda sehat mental pada dirinya.

Keinginan bermakna bagi umat dan bangsaKeinginan bermakna adalah dambaan setiap

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 247

orang. Sebagai makhluk sosial, manusia akanmerasa eksis jika ia bisa memberikan manfaatsebesar-besarnya bagi orang lain di lingkungansekitar. Hal itu dirasakan pula oleh HA selakuanggota masyarakat. HA menyadari bahwa diaadalah mantan pelaku kejahatan yang merugikanorang lain di masa lalu. Bahkan, dalampandangan agama HA adalah pelaku lalim yangberbuat zalim terhadap orang lain danmasyarakat. Dari pengajian yang kerapkali iaikuti bersama Tuan Guru AR ia tahu bahwa dosayang berkaitan dengan sesama manusia lebihsusah diampuni Allah dibandingkan dosa yangberkaitan dengan Allah. Sebab Islam mengajarkandengan tegas dan jelas bahwa hak Allahdiselesaikan dengan Allah dan hak manusia harusdiselesaikan dengan manusia sebelumdiselesaikan dengan Allah.

Dilema antara keinginan bermakna bagiorang lain dan pengalaman masa lalu yang kelammembuat HA susah untuk mengambilkeputusan bagaimana ia hendak mewujudkandiri sebagai manusia bermakna bagi orangbanyak. Adakah orang percaya bahwa mantanseorang penjahat akan berbuat baik kepada oranglain? Pertanyaan seperti itu kerapkalimengganggu pikiran dan perasaannya sehinggaia menjadi orang yang tidak berani berbuat apa-apa. Di satu sisi ia menyadari bahwa pengalamanmasa lalu dalam dunia hitam membuat banyakorang tidak mudah percaya kepada dirinya tetapidi sisi lain ia merasa harus berbuat sesuatu yangbermakna bagi orang banyak sebagai bayaranatau kompensasi atas kejahatannya di masa lalu.

“Saya ingin dikenang sebagai orang yang bertobatdan kembali menjadi orang baik walaupun masa lalupenuh kelam dan kejahatan. Saya ingin menghadapTuhan saya dengan kebajikan yang bisa saya lakukan.Sekecil apapun kebajikan itu...”

Mencari cara untuk menjadi lebih bermaknaSejak lama HA berupaya mencari cara

bagaimana menjadi orang yang bermanfaat bagiorang lain karena itulah cara yang tepat untukmenjadi lebih bermakna. Dalam setiap pengajianyang HA hadiri atau acara taklim di televisi iasering mendengar para pendakwah dan ustadmenjelaskan bahwa orang yang paling baik dimata Allah adalah orang yang paling bermanfaatbagi orang lain atau bagi banyak orang. Pelajarandan taklim yang diperoleh melalui pengajian

langsung atau melalui pengajian yang disiarkandi televisi menginspirasi HA untuk mencari tahucara menjadi lebih bermakna bagi dirinya sesuaikapasitasnya.

Tidak mudah memang menemukan hal itu.Bagi orang seperti dirinya, mantan pejahat dantidak memiliki ilmu agama yang luas danmemadai, mendapatkan kepercayaan darimasyarakat untuk mengajar ngaji termasukmengajar ngaji anak-anak bukanlah perkaramudah. HA bercerita bahwa suatu saat ia sedangmengajar ngaji anak-anak, tiba-tiba ada orangtua yang mendatangi kediaman tempat di manaia mengajar ngaji anak-anak dan memaksapulang anaknya. HA tidak bereaksi negatif atastindakan orang tua itu karena ia menyadariposisinya sebagai mantan kriminal yang tidakmudah dipercaya jika melakukan suatu kebaikan.HA bahkan membantu membujuk agar si anakmau pulang bersama orang tua.

“Saya mencoba mengajar ngaji anak-anak dikampung, tetapi ada saja tantangan danhambatan yang harus dihadapi. Yang paling sulitdari semua itu, penolakan orang tua anaknyadiajar oleh mantan penjahat. Itu yang palingberat buat saya.”

Cara untuk meraih kebermaknaanbermacam-macam, tergantung masing-masingorang dan situasi yang melingkupinya.Kebermaknaan tidak hadir di ruang hampa.Kebermaknaan bukan hanya menyangkutindividu dengan dirinya sendiri tetapi jugamenyangkut orang lain yang ada dalamkehidupannya, dan melalui proses yang panjang.Seorang yang potensial menjadi radikalumumnya adalah berasal dari orang-orang yangpunya masalah pribadi secara psikologis maupunsecara ekonomi, kemudian masalah itu bertemupada titik tertentu dengan masalah kelompoksehingga yang terjadi kemudian adalah prosespenyatuan dalam menyelesaikan masalah pribadidan masalah kelompok. Kerapkali individuberharap masalahnya akan bisa diselesaikandengan baik ketika bergabung dengan kelompokkarena salah satu fungsi kelompok di satu sisiadalah bagaimana membantu individu atauanggota kelompok menyelesaikan masalah yangtidak bisa diselesaikan secara individual. Di sisilain, individu berharap kelompok akan dapatmembantunya menyelesaikan masalah yang tidak

248 Transformasi Personal ...

bisa dihadapi. Pada titik ini terjadi proses timbal-balik manfaat antara pribadi dan kelompok atauantara pribadi dengan anggota kelompok lainnya.

Hal semacam itu terjadi pada kelompok-kelompok rentan dan unik seperti teroris dankelompoknya atau penjahat dan gangnya.Individu dan kelompok saling menguntungkansatu sama lain. Pada kasus terorisme,bergabungnya seseorang dalam suatu kelompokrahasia atau kelompok gerakan bawah tanahdidorong oleh suatu harapan, misalnyaterangkatnya identitas personal ke posisi yanglebih baik manakala identitas kelompok memilikiprestise dan marwah yang tinggi di hadapankelompok-kelompok yang ada atau di hadapanpublik.

Apa yang terjadi pada HA mencerminkanpertemuan kepentingan pribadi dan kepentinganbersama. HA sebagai pribadi mendapatkanmanfaat banyak dari bergabung ke dalamkelompok, begitu juga sebaliknya kelompokmendapatkan keuntungan yang besar karenabergabungnya seseorang ke dalam kelompok.Sebab dengan bergabungnya seseorang dalamsuatu kelompok maka berarti kelompokmendapatkan tambahan sumber daya manusiayang akan mempercepat tercapainya tujuankelompok.

Dakwah dan taklim atau menjadi anggotamasyarakat yang baik

Melalui perenungan yang mendalam dansholat istikharah akhirnya HA memutuskanuntuk tetap berada di jalan dakwah dan taklim.Dalam pandangan HA, dakwah dan taklimadalah cara paling tepat untuk melayanimasyarakat dan cara paling relevan untukmenebus segala kesalahan dan dosa yang pernahia lakukan di masa lalu.

HA sangat terkesan dengan hadis Nabi yangberbunyi, “Sampaikanlah ajaranku walaupun hanyasatu ayat.” Hadis itu dalam pemahaman HAmengandung pesan khusus kepada dirinya untukmenjadi muballigh dan penganjur kebaikan.Dilema yang HA hadapi antara berdakwah dilingkungan keluarga dan berdakwah dimasyarakat memaksanya harus berkonsultasdengan banyak pihak terutama para ustad senioratau tuan guru terkenal di daerahnya. Maka, HAakhirnya menemui sejumlah tuan guru yangterkenal dan umumnya memiliki pesantren besar

untuk meminta nasehat dan taushiyah seputardilema yang ia hadapi. HA mendapatkan jawabanyang memuaskan hatinya dari banyak ustad dantuan guru. Hampir sebagian besar usad dan tuanguru menasehatinya agar terus melaksanakandakwah di manapun sesuai kemampuan dankeahliannya. Sebab dakwah sebagaimanapenjelasan para ustad dan tuan guru yang HAtemui adalah aktivitas keagamaan yang harusterus dilakukan oleh siapapun, dalam waktu dantempat yang tidak terbatas.

Aktualisasi diri mantan penjahat di duniadakwah dan taklim bukan hanya dilakoni olehHA, tetapi juga oleh tokoh terkenal di Indonesiaseperti Anton Medan yang kini menjadi ustad danmenjadi kyai di sebuah pondok pesantren yangmenampung mantan para penjahat dannarapidana. Anton Medan bukan sekadarmengalami transformasi personal biasa tetapi iamengalami konversi keagamaan dari seorang nonMuslim menjadi seorang muallaf yang tumbuhdan berkembang seiring waktu menjadi tokohagama yang disegani di kalangan muallaf dannon muallaf terutama di kalangan MuslimTionghoa. Hal itu tidak lepas dari kiprahsosialnya menampung kaum pinggiran danorang-orang terbuang yang tidak lagi diterimamasyarakat.

Dengan penuh kesabaran, Anton Medanmendidik dan menggembleng mereka menjadipribadi yang tangguh dan memiliki keahlianhidup sehingga tidak menjadi beban keluarga danmasyarakat. Keberhasilan Anton Medan inimenjadi inspirasi bagi HA untuk mengabdiuntuk umat dan bangsa walaupun kerapkali iamengatakan bahwa perjalanan hidup seseorangtentu saja tidak sama dengan perjalanan hiduporang lain. Ini soal takdir Allah kepada setiapmanusia. Jika Allah berkenan maka menjadiapapun seseorang pasti bisa.

D. KESIMPULAN

Artikel ini menyimpulkan bahwa peristiwakeseharian dan pengalaman di dalam penjaramaupun di luar penjara menjadi pemicu pentingyang menggerakan subyek untuk berubah.Perubahan personal secara umum berkaitandengan perubahan orientasi dan tujuan hidupserta tidak sama sekali berkaitan denganperubahan karakter dan kepribadian.

Semua peristiwa dan pengalaman personal

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 249

bergantung pada persepsi subyektif individu. Jikapersepsi subyektif mempersepsi peristiwa danpengalaman hidup sebagai sesuatu yang positifdan menggerakkan perubahan maka subyek akanbergerak untuk meraih perubahan. Sebaliknyajika peristiwa dan pengalaman personal dipersepsinegatif dan tidak bisa menggerakaan individuuntuk berubah maka tidak akan pernah adaperubahan.

Perubahan personal yang dialami subyekmengikuti tahapan dan proses tertentu yangdiawali dari penemuan pengalaman unik atauinsight khusus dan diakhiri dengan penemuankebermaknaan.

RekomendasiBerdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan

yang diuraikan pada bagian terdahulu makaperlu dilakukan penelitian kuantitatif tentangtransformasi personal sebab penelitian kualitatifini perlu dikonfirmasi dengan penelitian yangmelibatkan banyak subyek. Transformasipersonal bukan hanya dialami oleh kalangan

terbatas seperti teroris atau penjahat tetapi jugadialami oleh orang biasa. Oleh karena itu, kedepan perlu dilakukan penelitian tentangtransformasi personal pada orang-orang biasaseperti mahasiswa, dosen, dokter, perawat danlain sebagainya. Itu adalah rekomendasi teoritis.

Sedangkan rekomendasi praktis, perludilakukan pembinaan intensif terhadap paranarapidana kriminal dengan kurikulum danmetode yang terstruktur sehingga meningkatkanmotivasi mereka untuk berubah dan menjadiorang yang bermanfaat di masyarakat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih ditujukan kepada PuslitpenLembaga Penelitian, Publikasi dan PengabdianMasyarakat UIN Jakarta yang telah memberikandana hibah untuk pelaksanaan penelitian inimelalui DIPA Tahun Anggaran 2015.[]

250 Transformasi Personal ...

D A F TA R P U S TA K A

Bjorgo, Tore. “How gangs fall apart: process oftransformation and disintegration ofgangs”. Paper presented at the 51st AnnualMeeting of the American Society ofCriminology, 17-20 November 1999. Di-dowload Januari 2012. Toronto Canada:American Society of Criminology.

Bjorgo, Tore. “Processes of disengagement fromviolent groups of the extreme right.” InLeaving Terrorism Behind, by Tore Bjorgo andJohn Horgan, Oxon: Routledge, 30-48,2009.

Bjorgo, Tore, and John Horgan. Leaving terrorismbehind: individual and collective disengagement.New York: Routledge, 2009.

Bjorgo, Tore, Jaap Van Danselaar, and SaraGrunenberg. “Exit from right-wingextrimist groups: lessons fromdisengagement program in Norway,Sweden and Germany.” In Leaving TerrorismBehind: Individual and Collective Disengagement,by Tore Bjorgo and John Horgan, Oxon :Routledge, 135-151, 2009.

Brown, Rupert, and Sam Gaertner. Handbook ofPsychology: Intergroup Processes. Malden MA:Blackwell Publishing, 2003.

Creswell, John W. Qualitative Inquiry & ResearchDesign: Choosing Among Five Approaches.Thousands Oaks California: SagePublication, 2007.

Demant, Froukje, Willem Wagenaar, and WillemWagenaar. Racism and Extrimism Monitor:Deradicalisation in practice, 2009.

Dovidio, John F., Samuel L. Gaertner, and KerryKawakami. “Intergroup contact: the past,present, and the future.” Group Process &Intergroup Relations, 5-20, 2003.

Garfinkel, Renee. Personal transformations: movingfrom violence to peace. Washington DC: UnitedStates Institute of Peace, 2007.

Gazi. Psikologi Agama: Memahami PerilakuKeagamaan. Jakarta: Lembaga PenelitianUIN Syarif Hidayatullah, 2011

Haslam, S.Alexander, Stephen D. Reicher, and

Katherine J. Reynolds. “Identity, influence,and change: Rediscovering John Turner’svision for social psychology.” British Journalof Social Psychology 51 (2012): 201-218.

Hogg, Michael A. “A social identity theory ofleadership.” Personality and Social PsychologyReview , Vol. 5, No. 3 (2001): 184–200.

Hogg, Michael A. “Social Categorization,Depersonalization, and Group Behavior.”In Blackwell Handbook of Social Psychology:Group Processes, by Michael A. Hogg and R.Scott Tindale, 56-85. Malden,Massachusetts: Blackwell Publishers Inc.,2001

Hogg, Michael A. “Uncertainty, social identity,and ideology.” In Social Identification in GroupsAdvances in Group Processes, Volume 22, byShane R. Thye and Edward J. Lawler, 2003-229. Oxford: Elsemier, 2005.

Hogg, Michael A., and Dominic Abrams. SocialIdentifications: A Social Psychology of IntergroupRelations and Group Processes. London:Routledge, 1998.

Hogg, Michael A., and Graham M. Vaughan.Essentials of social psychology. Eddinburg:Pearson Education Limited, 2010.

Hogg, Michael A., Dominic Abrams, Sabine Otten,and Steve Hankle. “The social identityperspective: Intergroup relations, self-conception, and small groups.” Small GroupResearch Vol. 35 No. 3 June (2004): 246-276.

Hogg, Michael A., Dominic Abrams, Sabine Otten,and Steve Hinkle. “The sosial identityPerspective: Intergroup relation, self-conception, and small groups.” Small GroupResearch Vol. 35 No. 3 June (2004): 246-276.

Homans, Krstin J., and Chris J. Boyatzis.“Religiosity, Sense of Meaning, and HealthBehavior in Older Adults.” The InternationalJournal for the Psychology of Religion, 20 (2010):173–18. DOI: 10.1080/10508619.2010.481225.

Horgan, John. “Understanding terroristmotivation: a socio-psychologicalperspective.” In Mapping Terrorism Research:

Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016 251

State of The Art and Future Direction, byMagnus Ranstorp, 106-126. Abingdon OX:Routledge, 2007.

—. Walking away from terrorism: Accounts ofdisengagement from radical and extrimistmovements. Oxon: Routledge, 2009.

Husein, Ed. The Islamist. London: Penguin Books,2007.

Kruglanski, Arie W., Michele J. Gelfand, JocelynJ. Belanger, Anna Shaveland, MalkanthiHetiarachchi, and Rohan Gunaratna. “Thepsychology of radicalization andderadicalization: How significance questimpacts violent extrimism.” Advance inPolitical Psychology Vol 35 (2014), Supp 1. doi:10.1111/pops.12163 69-93 .

Miles, Matthew B., A. Michael Huberman, andJohnny Saldana. Qualitative Data Analysis:A Methods Sourcebook. Los Angeles: Sage

Publication, 2014.

Moghaddam, Fathali M. From the terrorists’ point ofview: what they experience and why they come todestroy. London: Praeger SecurityInternational, 2006.

Reinares, Fernando. “Exit from terrorism: AQualitative empirical study ondisengagement and deradicalization amongmembers of ETA.” Terrorism and PoliticalViolence 23 (2011): 780-803 DOI: 10.1080/09546553.2011.613307.

Santrock, John W. Psychology: Essentials. NewYork: McGraw-Hill Company, 2003

Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi sosial: individudan teori-teori psikologi sosial, Cetakan III.Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 2002.

252 Transformasi Personal ...

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 253

Rihlah Peradaban, demikian judul bukuyang ditulis Laode M Kamaluddin dan AhmadMujib El Shirazy ini mengingatkan kita padasebuah karya fenomenal seorang petualangmuslim bernama Ibnu Bathutah. Petualang yanghidup pada abad ke -14 ini menjadi legenda,lantaran jejak perjalanannya yang sedemikianpanjang mengelilingi dunia. Konon jarak yangditempuhnya mencapai 120.000 kilometer, tiga kalilebih panjang dari jarak yang telah ditempuh olehMarcopolo. Jejak petualangan ibnu Bathuthah inidibadikannya dalam sebuah karya berjudul“Tuhfat al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa-’Aja’ibal-Asfar” atau lebih dikenal dengan “Rihlah IbnuBattuta”.

BOOK REVIEW

NEGERI PARA ULAMA

A H M A D M U J I B*)

Judul Buku:Rihlah Peradaban: SamarkandNegeri Ulama Seribu BidadariPenulis:Laode M Kamaluddin danA.Mujib El ShirazyPenerbit:Penerbit GunadarmaTahun:2015Tebal:

198 halaman

Entah karena kebetulan, atau memangdisengaja oleh penulisnya untuk menyandarkanpada karya masterpiece Ibnu Bathuthah yangterkenal itu. Namun yang jelas, antara bukuRihlah Ibnu Bathuta dan Rihah Peradaban karyaLaode M Kamaluddin dan A. Mujib El Shirazykeduanya sama-sama berbicara tentang sebuahkisah petualangan di Negeri Kaum Muslimin.Hanya saja jangkauan perjalanan tak sejauh apayang ditempuh oleh Ibnu Bathutah yangmenelisik hampir seluruh wilayah-wilayahmuslim. Buku Rihlah Peradaban hanya sebatasperjalanan kecil penulis di Negara Uzbekistan. Itupun hanya sebatas empat kota saja, yaitu Khiva,Bukhara, Samarkand dan Tashkent.

Membaca secara jeli pada kurikulum vitaesalah satu penulisnya, A. Mujib El Shirazy yangditulis di lembaran akhir buku ini. Kitamendapatkan informasi bahwa buku RihlahPeradaban. Samarkand Negeri Ulama seribuBidadari rupanya bukan satu satunya buku yangdikarang penulis berkenaan dengan petualangan.Sebelumnya penulis pernah mengarang sebua* Dosen Peradaban Islam, Universitas Sultan Agung

254 Sejarah Islam dari Sudut Pandang Baru ...

buku yang berjudul Rihlah Peradaban : MarokoBumi Kaum Sufi terbit tahun 2010

Apa sebenarnya yang menjadi tujuan daripenulisan buku ini? Dan mengapa kita perlumembacanya?

Jawaban atas pertanyaan ini bisa kitatemukan di catatan pengantar yang ditulis olehbapak Irman Gusman.

“Seperti halnya judul yang diberikan penulisdalam buku ini, yaitu Rihlah Peradaban. Bukuini seperti memberikan nasihat, setiap Perjalananyang dilakukan orang muslim semestinya tidaksemata berwisata, tapi perjalanan dalam rangkamenggali khasanah keilmuan orang-orangdahulu untuk menjadi inspirasi hari ini.

Lebih lanjut Irman mengatakan, “Perjalanansemacam ini memang dianjurkan oleh al-Qur’an.Berkali-kali al-Qur’an mendorong kita untukmengarungi dunia yang luas berkaca daripengalaman orang-orang Islam. Al-Qur ’ansendiri secara langsung mencontohkan denganmenghadirkan kisah-kisah masa silam yang saratdengan pelajaran hidup. Kisah Nabi Sulaiman,menjadi pelajaran yang baik bagi seorang rajauntuk menggunakan kekuasaan yang ia milikimenebar Risalah Tauhid. Kisah Yusuf menjadipelajaran manajemen untuk mengatasi krisismoneter.Kisah Nabi Ayub yang sangat sabarmenghadapi cobaan hidup yang luar biasa KisahNabi Musa bersama Khidir yang menjadipelajaran bagi ilmuan manapun bahwa di ataslangit ada langit.”

Irman menegaskan, bahwa di dalam bukuRihlah Peradaban yang ditulis Prof Laode MKamaluddin dan A Mujib El-Shirazy, terkandungpelajaran yang berharga yang dipetik dari kisahhidup ulama besar masa silam.

Dalam buku yang hanya setebal 198 ini,penulis buku ini tengah berupaya menggugahpembaca untuk kembali mengakarabi KhasanahPeradaban Islam di puncak kejayaan denganmengambil setting kota-kota di DaerahUzbeikistan, Di Asia Tengah. Sebuah negeri yangtidak menonjol hari ini sebagai representasi pusatperadaban Dunia Islam. Lebih-lebih negeri yangbeberapa waktu silam berada dalam jajahankomunis hampir dipastikan tidak terasa nafasislamnya disana. Tentu akan sangat berbedadibandingkan dengan nama-nama kota semacamBaghdad, Mesir, Mekah. Damaskus, Yang sangatkental dengan rasa Islam.

Maka tak berlebihan jika sebagai pembaca,terbit pula pertanyaan dalam diri kita mengapakota Usbezkistan yang dipilih untuk menjadi titikmasuk pembicaraan jejak peradaban Islam.

Penulis buku ini menjelaskan bahwadipilihnya kota Samarkand, sebagai judul besardalam buku rihlah ini. Lantaran banyaknyaulama, ahli ilmu, raja-raja besar yang mengisaisejarah Peradaban Islam rupanya berasal darinegeri Uzbeikistan.

Penulis menjelaskan, “Di negeri ini kamiberencana melakukan Rihlah Peradaban:Menyusuri kota-kota tua yang sangat masyhurdalam literatur Sejarah Peradaban Islam. Kota yangmenjadi saksi bagaimana cahaya tauhid menyalaterang dan ilmu pengetahuan tumbuh subur”.

Kota pertama yang akan kami kunjungiadalah Tashkent, Ibu Kota Negara Uzbekistanyang menyimpan mushaf Al-Qur’an pertamayang dibuat pada masa Khalifah Utsman.

Kota berikutnya adalah Samarkand, kotametropolis dunia di masa kekuasaan Amir Timur.Di kota ini berdiri tegak observatorium danmadrasah termegah di Asia Tengah peninggalanraja ilmuan Ulugh Bek. Kota ini juga menjaditempat persemayaman tokoh-tokoh besar, sepertiImam Bukhari. Amir Timur. Abu Laits AsSamarkandi dan Abu Mansur al Mathuridi.

Kota berikutnya adalah Bukhara. Kotakelahiran Imam Bukhari yang pernah menjadiibu kota pada masa pemerintahan dinastiSamaniah. Kota ini menjadi saksi bagaimana ilmupengetahuan tumbuh dengan suburnya. Kotayang menjadi tempat ilmuan-ilmuan besar, sepertiIbnu Sina, al Biruni, Abu Zakaria Ar Razi,melahirkan karya-karya mereka.

Dan terakhir adalah Khiva atau Khawarizmi.Kota ini merupakan tempat kelahiran ilmuanMuslim al-Khawarizmi. Dari kota ini pula ImamZamakhsari, pakar tafsir berasal dan PahlavonMahmud, seorang sufi pegulat yang menjadilegenda kearifan yang menjadi sumber nilai-nilaietika masyarakat Uzbekistan hingga hari iniberasal. (lihat hal : 10)

Buku yang ditulis dalam urutan perjalananini, dibagi dalam 14 bab. Dimana masing masingjudul bab justru bukan merujuk pada nama-nama kota atau tempat-tempat menarik di negarayang mereka kunjungi tersebut, melainkan padajejak peradaban yang tersimpan dalam kota-kotaitu. Beberapa judul dalam buku ini antaralain :

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 255

Cahaya Tauhid di Asia, The Code of Timur,Memory of The World : Mushaf Utsmani, ShakiZindah The Underground King, SoekarnoPenyelamat Makam Imam Bukhri, Yahudi dankutukan Abu Mansur al-Mathuridi, Ulugh Bek:Raja Pelindung Ilmu Pengetahuan, kebun Ruhanikaum Sufi. Membaca judul judul ini terlihat sekalibagaimana penulis hendak membawa pembacaberkelana pada kebesaran Islam di masa silam.

Menelusuri lembar demi lembar buku RihlahPeradaban kita seperti diajak memasuki lorongwaktu melakukan penjelajahan panjang sejarahIslam, mengunjungi kehidupan ulama-ulamabesar asal Uzbeikistan ini. Dengan piawainyasang penulis menghadirkan tokoh-tokoh itu disela-sela kunjungannya menelusuri kota-kota diUzbeikistan. Demi memikat pembaca, sangpenulis sengaja menghadirkan sisi lain dari potretpara tokoh tokoh besar itu.

Pada bab pertama, Cahaya Tauhid di AsiaTengah, penulis menyuguhkan sisi lain dariseorang Abu Zakaria ar-Razi. Sosok intelektualmuslim yang dikenal sebagai pakar kedokteranternyata pernah menolak mengobati sakit AmirMansur. Hanya karena untuk menuju istanaAmir Mansur, Ar-Razi harus terlebih dahulumenyeberang sungai Oxus yang besar denganperahu.

Alasannya ia tidak mau tidak memilikipengetahuan yang meyakinkan bahwa ketika ianaik perahu, ia akan berhasil menyeberangdengan selamat.Sebagai seorang intelektual,pantang baginya melakukan sebuah tindakantanpa ilmu pengetahuan. Karena itu merupakantindakan yang konyol.

Tentu saja penolakan Ar Razi, membuat AmirMansur geram. Maka diperintahkanlah prajurituntuk membawa paksa Ar-Razi ke Istana. Prajuritpun akhirnya mengikat tangan Ar-Razi danmenaikkan kedalam perahu. Dan lagi lagi Ar-Razimenunjukkan respond di luar dugaan. Bilasebelumnya Ar-Razi jelas-jelas menolak. Kini saatprajurit mengikatnya justru ar-Razi tidaklahmelawan. Ia malah menujukkan wajah gembira

Tentu saja, prilaku ganjil Ar-Razi inimembuat prajurit Al Mansur heran. Danterjadilah dialog antara Ar-Razi dan prajurit

“Tuan. Tadi waktu Kami membawa andadengan paksa menyeberangi sungai. Terus terangkami khawatir kalau-kalau tuan memusuhi kami,tapi tampaknya anda tidak demikian, kami tidak

pula melihat anda sakit hati. Sebaliknya kamimelihat tuan tampak gembira. Apa sebenarnyaterjadi pada tuan”

Sembari tersenyum Ar Razi menjawab, “Akutahu bahwa setiap tahun ribuan orangmenyeberangi sungai Oxus tanpa pernahtenggelam, dan boleh jadi aku juga tidak akantenggelam, tapi mungkin saja aku celaka, dan jikaini terjadi, sampai Hari Kiamat pun aka nadaorang yang mengatakan, Muhammad binZakaria adalah orang tolol lantaran, ataskemauannya sendiri, dia naik perahu dankemudian tenggelam. Itulah alasan kenapa darikemarin aku tidak bersedia ke Bukhara

Lalu kalian mengikatku, maka aku hanyamenurut saja. Karena jika sesuatu terjadi padaku,aku tidak akan dibodoh-bodohkan orang-orang.Sebaliknya, orang-orang akan mengasihaniku,mereka akan berkata, “Sungguh malang Ar Razi.Ia diikat dan dibawa naik perahu, lalu tenggelam”(Lihat hal : 19 )

Dalam bab ke-9, yang berjudul Yahudi danKutukan al-Mathuridhi, penulis menghadirkanrekam jejak ulama besar kalam pembela teologiahlu sunah wal jamaah Imam Mathuridhi. Lagilagi secara tak terduga, sang penulis memotretrealitas lain dari kehidupan Imam Mathuridhiyang rupanya sangat ditakuti oleh orang-orangYahudi karena kutukannya.

Semasa hidup Abu Mansur memilikikebiasaan. Setiap beliau bertemu dengan orangYahudi. Beliau senantiasa mengajak orangyahudi untuk masuk Islam. Beliau senantiasaberkata, “Kamu mau masuk Islam atau mau cepetmati”

Anehnya, setiap orang yahudi yang diajakal Mathuridi masuk Islam dan ia menolak ajakanal Mathuridi. Biasanya tidak lama dari itu, orangtersebut akan mati, seperti apa yang dikatakan alMathuridi. ada yang mati tertimpa pohon, adayang kesambar petir ada pula yang mati lantaranjatuh dari kuda.

Maka terkenalah Abu Mansur al Mathurididengan kutukannya. Orang-orang yahudi sangattakut sekaligus benci pada al-Mathuridi. Jika darikejauhan, ia melihat al-Mathuridi, biasanyamereka memilih menghindar. Bahkan ada yanglari. Mereka takut dikutuk.

Cerita tentang kutukan al-Mathuridirupanya terpelihara dikalangan yahudi dari satugenerasi ke generasi bahkan setelah al-Mathuridi

256 Sejarah Islam dari Sudut Pandang Baru ...

meninggal. Ketika pemerintah komunismemerintahkan orang-orang yahudi membuatpemukiman di area makam. Mereka tidak beranimengotak-atik nisan al-Mathuridi. Diantarapemukiman yahudi. Makam imam Mathurdiseorang dijaga sedemikian rupa oleh satukeluarga yahudi.

Maka paska kemerdekaan. Pemerintahmeminta orang-orang Yahudi pindah danmengembalikan area perkuburan para wali ini.Barulah diketahui bahwa makam Al Mathuridimasih utuh. Begitulah, makam al Mathuridiselamat karena kutukannya” (Lihat hal : 126)

Kisah tentang Imam Bukhari juga tak luputdari amatan penulis. Kisah ulama besar dibidanghadits yang berasal dari Bukhara ini ditulis dalamsatu bab khusus berjudul Soekarno penyelamatImam Bukhari. Dan seperti menjadi khas bukuini. Lagi-lagi sang penulis mengeksplore darisudut yang lain, yaitu cobaaan-cobaaan yangmendera ulama besar ini. Dalam buku inidikisahkan bagaimana imam Bukhari diujungusianya justru menjadi orang yang terusir darikota kelahirannya Bukhara.

Dikisahkan setelah berlangsungnya ujianatas Imam Bukhari yang dilakukan oleh ulamaulama Baghdad. Nama Imam Bukhari mashur diseluruh wilayah muslim. Maka tatkala beliaupulang kekampung halamanyaa. Semua orangmenyambut dengan gegap gempita. Orang-orangberduyung duyung ingin mendengarkanpengajian Imam Bukhari

Saat itulah, Khalid bin Ahmad al-Dzuhliyang menjadi penguasa bukaara berkeinginanuntuk mendapatkan kitab al jami’al-Shahih danal-Tarikh. Ia mengundang Imam Bukhari untuktinggal di istananya dan mengajarkan ilmunyauntuk kalangan istana

Tawaran itu ditolak oleh Imam al-Bukhari.Beliau berpikir kalau sebagai ulama ia hanya

mengajar dilingkup istana, maka itu artinya iamenutup rapat-rapat para pelajar yang darikaum jelata untuk berguru kepadanya. Padahalilmu hanyalah titipan dari Allah untukditeruskan kesemua manusia. selain itu,kedatangannya ke istana samasaja merendahkanilmu yang datangnya dari Allah dan ia tidak mau.

Kepada utusan Khalid al-Bukhari ImamBukhari mengatakan, “Aku tidak akanmerendahkan ilmu pengetahuan denganmembawanya ke Istana. jika hal ini tidak

berkenan di hati tuan, tuan adalah penguasa/sultan, oleh karena itu keluarkan larangan agarsaya tidak mengadakan majlis ta’lim. Denganbegitu, saya punya alasan di sisi Allah Swt., kelakdi hari kiamat, bahwa sesungguhnya saya tidakmenyembunyikan ilmu”.

Jawaban yang diberikan Imam Bukharimembuat penguasa Bukhara, Khalid bin Ahmadmarah besar. Ia kemudian membuat rencanayang dapat mengusir al-Bukhari dengan sah danalasan yang cukup. Rencana tersebut dan berhasildan al-Bukhari diusir dari negerinya sendiridengan tuduhan keresahan di masyarakat”

Imam al-Bukhari pun akhir keluar darinegeri Bukhara. Saat itulah pendudukSamarkahand yang empatik dengan ImamBukhari, merasa terpanggil untuk mengundangal-Bukhari untuk tinggal dan menetap di sanadengan damai. Pada mulanya, permintaanmasyarakat Smarkahand ditolak secara halusoelh imam al-Bukhari, namun setelah beberap kalidiyakinkan dengan kesungguhan hati, al-Bukhari akhirnya menyetuji permintaan mereka.

Sayang, Allah berkehendak lain. keingananmemenuhi undangan masyarakat Samarkahandtersebut tidak pernah terealisasi, dalam perjalananmenuju kesana, al-Bukhari terkena penyakit didesa Khartand, sebuah desa kecil diluarSamarkhand, lalu tepat pada malam idul fitritahun 256 H. (31 Agustus 870 M), hari sabtu,dalam usia 62 tahun kurang 13 hari al-Bukahrimengakhrir hidup panjangnya di dunia fana ini.(lihat hal : 113)

Selain kisah-kisah unik yang menjadi bumbu-bumbu cerita disela-sela potret perjalanan sangpenulis saat menyusuri kota-kota d Uzbeikistanini. Buku ini juga menghadirkan pandangan barutentang beberapa tokoh yang justru bertolakbelakang dari data-data yang mashur.

Tentang kisah Timur Lenk yang selama inidilukiskan sangat negative. Seorang raja besarsangat kejam yang tak segan-segan membunuhmusuh-musuhnya. Bahkan beberapa bukumenghadirkan kisah-kisah miris bagaimanaTimur Lenk membangun pirrmida dari tengkorakkepala manusia. maka dalam buku ini penulisberusaha meluruskan fakta sesungguhnya darisosok Timur lenk yang dilukiskan sebagai rajabijaksana dan salah satu raja besar yang berhasilmenghadirkan kemajuan peradaban Islam di AsiaTengah.

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 257

Dalam salah satu bab yang berjudul The Codeof Timur, penulis menunjukkan bukti sebaliknya,dimana Timur Lenk merupakan pemimpin yangmemiliki kepedulian lebih pada nasib rakyatnya.Bukti kuat tentang hal ini adalah beberapa aturanAmir Timur yang tersimpan di Musim Timur,antaralain:

“Di setiap kota besar, kota kecil, dan pedesaanaku mendirikan masjid, madrasah danpenginapan. Baitul mal untuk orang-orangmiskin dan rumah sakit untuk orang-orang kayadengan dokter-dokter untuk merawat mereka. Disetiap kota aku mendirikan istana pemerintah danpengadilan untuk menjaga keadilan denganbaik”.

“Aku telah memutuskan bahwa “pedagang-pedagang yang dirampas haknya harus diberiEmas dari khas bendaharaku untukmengembalikan modal mereka ke jumlah semula

“Aku melindungi musafir-musafir dari tiap-tiap Negara dan provinsi dan merekamenyampaikan padaku pesan dari tuan-tuannya.Dan aku mengutus pedagang-pedagang danromobongan kereta kuda untuk menjelajahi tiapkerajaaan dan Negara termasuk Cina, Khottan,India, Rum, Algeria, Perancis dan Mesir, tempatdimana mereka membawa sutra-sutra danhadiah” (lihat hal : 56)

Informasi yang jarang juga didapat dalambuku-buku literatur sejarah Islam yangberberadar di Indonesia adalah Sosok bernamaUlugh Beg.

Satu satunya-barangkali- intelektual muslimdi sepanjang sejarah yang juga merangkapsebagai seorang raja. Sebuah kisah yang tentusaja sangat inspiratif. Bagaimana tidak sebagaiseorang raja, Ulugh Beg, adalah seorangpenghafal al-Qur’an Qira’ah Sab’ah. Seorangpakar matematika dan astronomi. Yang karyanyamenjadi rujukan di dunia Islam dan juga Eropaselama berabad-abad.

Raja Ulugh Bek memprakarsai berdirinyaobservatorium untuk melakukan penelitian.Tepatnya pada tahun 1420 M. bersama dua ahliperbintang terkenal, Jamsyid al-Kasyi danMuinnuddin Al-Kasyi, Mirzo Ulugh Bekmembangun observatorium raksasa. MenurutKevin Krisciunas, seorang ahli astronomi Barat,observatorium Ulugh Bek merupakanobservatorium termegah yang pernah dibangunoleh ilmuwan muslim. (Lihat hal : 145)

Hal baru yang juga kita dapat dalam bukuini adalah jejak sejarah mushaf pertama dalamislam yang rupanya tersimpan rapi di kotaTashkent. Tentang hal ini, penulis membahassecara khusus dalam bab yang berjudul Memoryof The World : Mushaf Utsmani.

Dengan berlatar kunjungan kota Tashent,penulis menguak sebuah fakta sejarah perihalMushaf Utsmani yang diterbitkan pada masakhalifah Utsman yang rupanya masih tersimpandengan baik di Kota tashkent

Dikisahkan bahwa Mushaf yang tersimpandi kota Tashkent adalah satu diantara enameksemplar yang utuh berbentuk buku. Duludimasa khalifah Utsman. Dibuat mushaf inisejumlah enam buah. Lalu disebarkanlah mushaf-mushaf itu ke daerah-daerah Islam, bersamaandisebarkannya mushaf tersebut diutus pula ahliQiraah untuk mengajarkan kepada penduduk aslitentang cara membaca al-Qurán. Mushaf yangtersimpan di Tashkent adalah mushaf yangdikirimkan ke kota Basrah

Saat Amir Timur memerintah, mushaf inidibawanya dari kota basrah ke Uzbekistan. Danuntuk kesekian lama mushaf ini tersimpan diMadrasah Diwan Begi. Lalu, ketika penaklukkanRusia ke Asia Tengah. Jenderal Kaufmenmembawa mushaf ini ke St Patesburg.

Pada tahun 1905 dibuat copy oleh Rusiasebanyak lima puluh edisi. Kemudian, pada tahun1917 oleh lenin Mushaf ini dibawa ke Rusia dandiberikan kepada muslim Rusia di Uva. Padatahun 1924 majelis ulama Uzbekistan memintabeberapa kali kepada Lenin. Dan akhirnya Leninmengeluarkan perintah khusus untukmengembalikan kitab ini dari Uva ke Tashkent.

Mushaf ini kemudian di simpan di MuseumSejarah Uzbekistan. Pada tahun 1989 PresidenIslam Karimove memindahkan kitab ini darimuseum sejarah ke majelis ulama Uzbekistan.Pada tahun 1997, UNESCO memasukkan al-Qur’an mushaf Utsmani sebagai “The Memoryof The World” (lihat hal : 81)

Secara umum buku ini mengetengahkankisah-kisah tokoh-tokoh besar masa silam yangberasal dari Negara Uzbeikistan. Adapun Rihlahperjalanan menyusuri kota-kota Uzbekistanmenjadi model pengemasan narasi penceritaan.Dengan pola penyajian semacam ini, sang penulistelah berhasil menghadirkan kisah-kisah sejarahdalam kisah-kisah aktraktif, dimana lekak-lekuk

258 Sejarah Islam dari Sudut Pandang Baru ...

kota, tradisi dan adat istiadat orang-orangUzbekistan menjadi bumbu bumbu penyedapagar pembaca terhindar dari rasa bosan.Ditambah photo-photo yang bertaburan dalambuku tersebut, membuat buku ini terasa sebagaibuku non formal dan jauh dari kesan berat.

Seperti yang ditulis Prof Margianti daamcatatan endorsmen, “Buku yang dikemas secaraunik, mengajak kita berfantasi memasukikehidupan para ulama-ulama masa silamsekaligus mengambil keteladanan dari mereka.Buku yang dihadirkan dalam bahasa tutur, yangringan. Membacanya, Saya seperti didongengioleh pendongeng ulung”.

Begitu minimnya referensi tentang potretsejarah islam di daerah Asia Tengah, menjadikanbuku ini sangat berharga untuk membantu parasejahrawan mendapatkan gambaran awal jejaksejarah islam di Asia Tengah.

Namun demikian, Sebagai buku yangmenghadirkan fakta sejarah. Penyajian datasejarah yang hanya berupa fragmen-fragmenpendek yang berkelebatan. Terasa masih sangatdangkal untuk bisa memotret secara utuh tentangfakta-fakta sejarah Islam di asia Tengah

Pengambilan sumber data dari cerita-ceritaberedar di masyarakat tanpa penjelasanmetodologi. Membuat buku ini susah untukdipertanggungjawabkan secara intelektual.Meskipun pada data-data tertentu kerap kalipenulis juga menyandarkan pada rujukan buku-buku tertentu.

Karenanya, untuk itu pembaca semestinyamenjadikan buku ini bukan sebagai rujukankunci dalam sejarah Islam, tapi sematamenjadikan titik awal untuk masuk padapenelitian yang lebih mendalam tentangfenomena kebesaran dari Uzbeikistan

Dengan kemasan yang ringan, buku iniyang hakikatnya bercerita tentang sejarah cocokdibaca tidak hanya para praktisi sejarah, tapimasyarakat yang lebih luas. Bahkandirecomendasikan untuk dibaca anak anak muda,agar memiliki pijakan teladan hidup dari orang-orang mulia yang hidup di masa silam. Selamatmembaca !!!

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 259

K U M P U L A N A B S T R A K

DETERMINATION OF CHRISTIANPUBLIC HOLIDAYS IN INDONESIAUSING MEEUS ASTRONOMICAL

ALGORITHMS

ADMIRAL MUSA JULIUS, RUKMAN NUGRAHA, I PUTUPUDJA

ABSTRACT

Astronomically, Easter Sunday falls on thefirst Sunday after the first full moon, after thesun through the Vernal Equinox. If the full moonoccurs on Sunday, Easter falls on the followingSunday. These holidays are determined by theMinistry of Religious Affairs (Kemenag) based onrecommendation of Fellowship Church inIndonesia (PGI) and Indonesian BishopsConference (KWI). In order to fulfill this aim, wemake a simple time keeping program based onMeeus algorithm to calculate Christian publicholidays in Indonesia on Gregorian Calendar, toevaluate previous Christian holidays data inIndonesia calendar from 1960 to 2015, and topredict future Christian holidays. Our resultshows no difference with previous Indonesiacalendar data. It proves that Christian holidaysnever encountered an error date. Therefore, thisprogram can be recommended to be a Christianpublic holidays time keeping program inIndonesia for future.

KEY WORDS : Christian public holidays,Meeus algorithm, Calendar

PENENTUAN HARI LIBURNASIONAL UMAT KRISTEN DIINDONESIA MENGGUNAKAN

ALGORITMA ASTRONOMI MEEUS

ADMIRAL MUSA JULIUS, RUKMAN NUGRAHA, I PUTUPUDJA

ABSTRAK:Secara astronomis, perayaan Paskah jatuh

pada hari Minggu pertama setelah bulan

PERFORMANCE RATIO OFSHARIAH FINANCING INSTITUTION

BASED ON MAQASHID SYARIAH

HERNI ALI HT DAN ALI RAMA

ABSTRAK

The study aims to develop the concept ofmaqashid shariah (MS) as a reference to constructthe objectives of an Islamic bank as well as todevelop its methodological measurement throughrelevant performance ratios. The MS concept isderived from three main objectives to be achieved,namely (i) educating people (tahdhib al-fard), (ii)establishing justice (iqomah al-‘adl), and (iii)promoting welfare (jalb al-maslahah). These threemain objectives are then extracted into several

purnama pertama, setelah Matahari melaluiVernal Equinox. Di Indonesia tanggal liburkeagamaan umat Kristen ditentukan olehKementerian Agama atas rekomendasiPersekutuan Gereja di Indonesia (PGI) danKonferensi Waligereja Indonesia (KWI) yangbersumber dari kalender Kristen Internasional.Penulis bertujuan membuat program tandawaktu sederhana berdasarkan Algoritma Meeusuntuk menentukan hari libur nasional umatKristen di Indonesia pada kalender masehi, jugauntuk evaluasi data hari libur umat Kristen dalamsejarah kalender Indonesia yang tercatat padaalmanak BMKG dan almanak PGI 50 tahun kebelakang serta prediksi hari libur umat Kristenhingga 50 tahun ke depan. Hasil menunjukkanbahwa tidak ditemui perbedaan pada KalenderIndonesia. Ini membuktikan bahwa hari liburumat Kristen di Indonesia tidak pernahmenyimpang dari ketentuan. Dengan ini makaprogram Algoritma Meeus dapatdirekomendasikan sebagai program tanda waktuhari libur nasional umat Kristen di Indonesia.

KATA KUNCI : Kalender, Algoritma Meeus,Hari Libur Kristen

260 Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016

relevant dimensions, elements and indicators foreach Islamic bank. Employing indexing andweighting method for financial report in 2014,the study finds that there is no significantrelationship between number of Assets of anIslamic bank and its MS performance achieved. Itis shown from that Mandiri Syariah Bank as thelargest of Islamic bank in Indonesia in terms ofAsset size has lower MS performance. Otherwise,Maybank Syariah Bank and Panin Bank that haslower asset size are ranked as the higher MSperformance. Therefore, Islamic banks inIndonesia should refer to maqashid shariahconcept in driving their organizational objectivesand develop its methodological evaluation.

KEY WORDS: Maqashid shariah, financialperformance, educating individual, justice,welfare and Islamic bank.

PERINGKAT KINERJA LEMBAGAKEUANGAN SYARIAH

BERDASARKAN MAQASHID

SYARIAH

HERNI ALI HT DAN ALI RAMA

ABSTRAK

Penelitian ini bermaksud untukmengembangkan konsep maqashid syariah sebagaibasis penentuan tujuan utama yang harus dicapaioleh bank syariah yang selanjutnyadikembangkan metode pengukurannya melaluirasio-rasio kinerja yang relevan. Konsep MSdidasarkan pada tiga tujuan utama yang ingindicapai, yaitu (i) pendidikan indvidu (tahdhib al-fard); (ii) penegakan keadilan (iqamah al-‘adl); dan(iii) mendorong kesejahteraan (jalb al-maslahah).Ketiga konsep itu selanjutnya diturunkanmenjadi dimensi, elemen dan indikator terukurpada masing-masing bank umum syariah diIndonesia. Dengan menggunakan metodeindeksasi dan pembobotan dengan data laporankeuangan tahun 2014, penelitian ini menemukanbahwa tidak ada korelasi antara jumlah aset banksyariah dengan kinerja MS-nya. Hal ini terlihatbank Mandiri Syariah sebagai BUS terbesarasetnya di Indonesia justru memiliki kinerja MSyang rendah. Sebaliknya, bank Maybank Syariahdan Panin Syariah yang jumlah asetnya relatifjauh lebih kecil justru memiliki kinerja MS yang

THE INFLUENCES OF EDUCATIONAND TRAINING AND WORK

DISCIPLINE TEACHER TO RELIGIONTEACHER PERFORMANCE INGOVERNMENT ELEMENTARY

SCHOOL IN SOUTH TANGERANGCITY

NENENG LM

ABSTRACT

In essence, this study aims to determine thefactors that affect performance Religion Teacherat Government Elementary School by examiningthe Training Effect on Performance And DisciplineReligious Teacher at Government ElementarySchool in South Tangerang City.The hypothesistested were: 1) There is the influences of trainingon the Performance of Religious Teacher atGovernment Elementary School. 2)There is theinfluence of education and training to workdiscipline religious teacher at GovernmentElementary School,3) There is the influence ofwork discipline to Performance Religious Teacherat Government Elementary School. 4) There isthe influences of training and discipline togetheron the Performance of Religious Teacher atGovernment Elementary School. The study usedsurvey causal method. Population of the studywas a population of Religious Teacher atGovernment Elementary School in SouthTangerang City some 85 people. Relative sampleof less than 100 people, the samples were used asrespondents in this study is the total sample (thewhole population). Data was collected using: 1)Questionnaire to measure variables ReligionTeacher Performance; 2) Questionnaire to measurevariables Training; and 3) questionnaire tomeasure variables Discipline. Sequentiallycoefficient of reliability (alpha value) is 0.8074;

tinggi. Oleh karena itu, bank syariah di Indonesiaharusmenjadikan maqashid shariah sebagai tujuanorganisasi dan mengembangkan metodeevaluasinya.

KATA KUNCI: Maqashid syariah, kinerjakeuangan, pendidikan individu, keadilan,kesejahteraan, bank syariah.

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 261

0.7126; and 0.7524. (1) = 0.8074; 2) = 0.7126; and3) = 0.7524).The results showed: First, there is adirect and significant effect of training on theperformance of teachers of religious education,indicated by the value þ = 1.030 with a regressionequation Y = 28.529 + 1,030X1, r1y correlationcoefficient = 0.917, and the coefficient ofdetermination R square = 0.841, or 84 , 1%, whichmeant,the sense that the variations that occurredin the performance of religious teachers can beexplained by education and training.Secondly,there is a positive and significant impactof training on work discipline religious teachersat Islamic Elementary School in South TangerangCity, proved by obtaining the value of the p-value= 0.00 <0.05 with a regression equation X2 = 6.214+ 0,733X2, koefosien correlation (r2. 1) = 0.928 andF count = 516.609, and the coefficient ofdetermination R Square = 0.862, or 86.2%. Thismeans that training is one of several factors thatdetermine the discipline of teachers. Thus, thebetter the quality of the training the better workdiscipline teachers.Third, there is a direct andsignificant effectof work discipline on theperformance religion teacher, which is indicatedby the value þ = 0.839, the regression equation Y= 32.015 + 0,839X2, the correlation coefficient, r2.y= 0.946, and the coefficient of determination Rsquare = 0.896, or 89.6%, proving that thevariation occurs in religion teacher performancecan be explained by the discipline of work, it’smeans that the variation explained by thereligious teacher performance work disciplineteacher of 89.6%. In other words, the better workdiscipline teacher, then the religion teacherperformance will be better too. Fourth, there is adirect influence of Training and work disciplineteacher against teacher performance, theregression equation Y = 30.070 + 0,313X1 +0,610X2, Ry.12 correlation coefficient = 0.952, andthe coefficient of determination R square = 0.907,or 90.7%, it’s means that the variations that occurin the religion teacher performance is describedby the Training and work disciplinetogether.Impilikasi of the above results is thereligion teacher performance can be improved byfollowing the training and improving teachers’working discipline Islamic Elementary School inSouth Tangerang City.

KEY WORDS: Education and Training - WorkDiscipline - Religious Teacher Performance

PENGARUH PENDIDIKAN DANPELATIHAN DAN DISIPLIN KERJAGURU TERHADAP KINERJA GURU

AGAMA PADA MADRASAHIBTIDAIYAH DI KOTA TANGERANG

SELATAN

NENENG LM

ABSTRAK

Pada intinya Penelitian ini bertujuan untukmengetahui faktor-faktor yang mempengaruhikinerja guru agama pada Madrasah Ibtidaiyahdengan meneliti pengaruh diklat dan disiplinkerjaterhadap kinerja guru agama pada MadrasahIbtidaiyahdi Kota Tangerang Selatan. Hipotesisyang diuji adalah: 1) Terdapat pengaruh diklatterhadap kinerja guru agama pada MadrasahIbtidaiyah, 2) Terdapat pengaruh diklat terhadapdisiplin kerja guru agama pada MadrasahIbtidaiyah, 3) Terdapat pengaruh disiplin kerjaguru terhadap kinerja guru agama padaMadrasah Ibtidaiyah,4) Terdapat pengaruh diklatdan disiplin secara bersama-sama terhadap kinerjaguru agama pada Madrasah Ibtidaiyah.Penelitianmenggunakan metode survai kausal. Populasipenelitiannya adalah populasi guru agama padaMadrasah Ibtidaiyahdi Kota Tangerang Selatansejumlah 85 orang.Sehubungan sampelnyakurang dari 100 orang, maka sampel yangdijadikan sebagai responden dalam penelitian iniadalah sampel total (seluruh populasi). Datadikumpulkan dengan menggunakan: 1)Kuesioner untuk mengukur variabel kinerja guruagama; 2) Kuesioner untuk mengukur variabeldiklat; dan 3) Kuesioner untuk mengukurvariabel disiplin kerja. Secara berurutan koefisienreliabilitasnya (nilai alpha) adalah 0,8074; 0,7126;dan 0,7524. ( 1) = 0,8074; 2) = 0,7126; dan 3) =0,7524).Hasil penelitian menunjukkan : Pertama,terdapat pengaruh langsung dan sangatsignifikan diklat terhadap kinerja guruagama,ditunjukkan oleh nilai þ= 1,030 denganpersamaan regresi v = 28,529 +1,030X

1 , koefisien

korelasi r1y

= 0,917, dan koefisien determinasi Rsquare = 0,841, atau 84,1 %, yang memberi artibahwa variasi yang terjadi pada kinerjaguruagama dapat dijelaskan dengan diklat.Kedua,terdapat pengaruh positif dan signifikandiklat terhadap disiplin kerja guru agama padaMadrasah Ibtidaiyah di Kota Tangerang Selatan,

262 Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016

WORK PRODUCTIVITY OFMADRASAH TSANAWIYAH

TEACHERS AT THE INDUSTRIAL

PARKS IN KABUPATEN BEKASI

DERMAWATI

ABSTRACT

Pedagogical competence and professionalcompetence should be owned by teachers toachieve maximum work productivity which affectthe quality of graduate of student participants.Work productivity of teachers is also stronglysupported by school/madrasah as well asindustrial park. The purpose of the study to seethe work productivity of teachers MadrasahTsanawiyah of pedagogical competence andprofessional competence at the industrial parkinKabupaten Bekasi. The study was conducted on10 Madrasah Tsanawiyahat the industrial parkinKabupaten Bekasi with usinga questionnaire andinterviews of research method. Data wereanalyzed by content analysis. The results studyof the work productivity Madrasah Tsanawiyahteacher at 10 MTs, showing that some teacher forgot pedagogiccompetencescore below 60% is 48%(29 people) and for professional competence gotscore below 60% is 82% (49 people), that indicateteacher’s productivity still very low.As well as theindustrial park 100% have no effect on thediscipline of work but the effect on workproductivity of teachers. Based on the results ofthis study suggest should their performanceevaluation of teachers by the relevant authoritiesto identify the competency of teachers in theindustrial park of Kabupaten Bekasi, theleadership of the madrasah should expand theactivities of Self Development to improve thecompetence of teachers and educationalinstitutions and training multiply the programon mateari Pedagogic competence andprofessional competence of teachers

KEY WORDS: Work Productivity Teacher ,Industri Park, Madrasah Tsanawiyah

dibuktikan dengan diperolehnya nilai dengan p-value = 0,00 < 0,05 dengan persamaan regresi X

2 =

6,214 + 0,733X2,koefosien korelasi (r

2.1) =0,928 dan

Fhitung

= 516,609, dan koefisien determinasi RSquare = 0,862, atau 86,2%. Hal ini bermaknabahwa diklat merupakan satu diantara beberapafaktor yang menentukan disiplin guruagama.Dengan demikian, semakin baik kualitasdiklat semakin baik pula disiplin kerja guruagama.Ketiga, terdapat pengaruh langsung dansangat signifikan disiplin terhadap kinerjaguruagama, yang ditunjukkan oleh nilai þ =0,839, dengan persamaan regresi v = 32,015+0,839X

2, koefisien korelasi, r

2.y = 0,946, serta

koefisien determinasi R square = 0,896, atau 89,6%, membuktikan bahwa variasi yang terjadi padakinerja guru agama dapat dijelaskan dengandisiplin kerja, artinya variasi kinerja guru agamadijelaskan oleh disiplin kerja guru sebesar 89,6%. Dengan perkataan lain, semakin baik disiplinkerja guru, maka kinerja guru agama semakinbaik pula. Keempat, terdapat pengaruh langsungantara diklat dan disiplin kerja guru terhadapkinerja guru, dengan persamaan regresi Y = 30,070+ 0,313X

1 + 0,610X

2, koefisien korelasi R

y.12 = 0,952,

dan koefisien determinasi R square = 0,907 atau90,7%, yang berarti bahwa variasi yang terjadipada kinerja guruagama secara bersama-samadijelaskan oleh diklat dan disiplin kerja. Impilikasidari hasil penelitian di atas adalah kinerjaguruagama dapat ditingkatkan dengan caramengikuti diklat dan meningkatkan disiplin kerjaguru Madrasah Ibtidaiyah di Kota TangerangSelatan.

KATA KUNCI: Pendidikan dan Pelatihan –Disiplin Kerja – Kinerja Guru Agama

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 263

THE SERVICE OF SPECIAL HAJJ PIHKAZIZI KENCANA WISATA MEDAN

CITY

M. AGUS NOORBANI

ABSTRACT

Implementation of the hajj pilgrimage becameone of the main tasks of the Ministry of ReligiousAffairs. In addition to the Ministry of Religion,Law No. 13 of 2008 on the organization of thehajj pilgrimage organizing mandates includepublic participation. Organizing a special hajjpilgrimage to Hajj Lodging (PIHK) is one formof organization of the hajj as communityparticipation. This study uses a case study designto examine the management of special pilgrimagein the city of Medan. The results of this studyindicate that repeated violations occur in theprocess of organizing a special pilgrimage in thecity of Medan. This happens because of weaksupervision by the Ministry of Religious Affairsas a result of regional offices of the provincial leveldid not have the authority to conductsurveillance prior to imposing sanctions for theorganizers of the hajj who commit violations.

KEY WORDS; special hajj, PIHK, publicservice, Medan City

PELAYANAN HAJI KHUSUS PIHKAZIZI KENCANA WISATA KOTA

MEDAN

M. AGUS NOORBANI

ABSTRAK

Penyelenggaraan ibadah haji menjadi salahsatu tugas pokok Kementerian Agama. SelainKementerian Agama, Undang-undang No. 13tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah hajimengamanatkan penyelenggaraan ibadah hajimenyertakan peran serta masyarakat.Penyelenggaraan haji khusus olehPenyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK)adalah salah satu bentuk penyelenggaraanibadah haji sebagai peran serta masyarakat. Kajianini menggunakan rancangan studi kasus untukmenelaah manajemen penyelenggaraan hajikhusus di Kota Medan. Hasil penelitian ini

PRODUKTIVITAS KERJA GURUMADRASAH DI KAWASAN

INDUSTRI KABUPATEN BEKASI

DERMAWATI

ABSTRAK

Kompetensi pedagogik dan kompetensiprofesional harus dimiliki guru untuk mencapaiproduktivitas kerjanya maksimal yangberdampak kepada kualitas lulusan pesertadidiknya. Produktivitas kerja guru juga sangatdidukung oleh lingkungan sekolah/madrasahseperti Kawasan industri. Tujuan dari penelitianuntuk melihat produktivitas kerja guruMadrasah Tsanawiyah dari kompetensi pedagogikdan kompetensi profesional pada kawasanIndustri Kabupaten Bekasi. Penelitian dilakukanpada 10 Madrasah Tsanawiyah di kawasanIndustri Kabupaten Bekasi dengan sumber datapenelitian adalah angket dan wawancara. Datadianalisis secara content analysis. Hasil penelitianpada 10 Madrasah Tsanawiyah, produktivitaskerja guru Madrasah Tsanawiyah untukkompetensi pedagogik yang mendapat nilai dibawah 60% sebanyak 48% (29 orang) dan untukkompetensi profesionalisme yang mendapat nilaidi bawah 60% sebanyak 82% (49 orang) masihsangat rendah, serta kawasan industri 100% tidakberpengaruh pada disiplin kerja tapi berpengaruhpada produktivitas kerja guru. Berdasarkan hasilpenelitian ini di sarankan hendaknya adanyaevaluasi kinerja guru oleh pihak yang terkaituntuk mengidentifikasi kompetensi guru dikawasan industri Kabupaten Bekasi, pihakpimpinan madrasah hendaknya memperbanyakkegiatan-kegiatan Pengembangan Diri untukmeningkatkan kompetensi guru dan lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihanmemperbanyak program tentang matearikompetensi Pedagogik dan kompetensiprofesionalisme guru.

KATA KUNCI: Produktivitas Kerja Guru ,Kawasan Industri, Madrasah Tsanawiyah

264 Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016

POWER RELATION AND THEREPRODUCTION OF RELIGIOUSITYMEANING IN RAMADHAN ISLAMIC

ADVERTISING

NURUS SHALIHIN

ABSTRACT

KATA KUNCI:

RELASI KUASA DAN REPRODUKSIMAKNA RELIGIUSITAS DALAM

IKLAN-IKLAN ISLAMI RAMADHAN

NURUS SHALIHIN

ABSTRACT

Tulisan ini mengetengahkan fenomenaberbagai iklan yang menggunakan simbol-simbolkeislaman pada bulan ramadhan. Fokus tulisanini pada bagaimana mekanisme konstruksi maknayang berlangsung dalam pesan iklan yangmemanfaatkan simbol-simbol keislaman.Penekanan dalam melihat kontruksi makna padaiklan tersebut, diarhkan pada beberapa hal,pertama, terkait dengan simbol-simbol apa sajayang dipakai iklan untuk merepresentasikankeislaman. Kedua, hubungan simbol-simboltersebut dengan produk yang diiklankan. Ketiga,dalam suasana dan gaya hidup seperti apa simbol-simbol tersebut direpresentasikan dalam iklan.Keempat, pesan apa yang ingin disampaikan iklanyang menggunakan simbol keislaman.

KATA KUNCI: Relasi Kuasa, ProduksiMakna, ReligiusitaS, Iklan Islami

menunjukkan bahwa terjadi pelanggaranberulang pada proses penyelenggaraan ibadah hajikhusus di Kota Medan. Hal ini terjadi karenalemahnya pengawasan oleh pihak KementerianAgama akibat kantor wilayah tingkat propinsitidak memiliki kewenangan untuk melakukanpengawasan terlebih hingga memberikan sanksibagi penyelenggara haji yang melakukanpelanggaran.

KATA KUNCI : Haji khusus, PIHK,pelayanan publik, Kota Medan

IMPLEMENTATION OFCHARACTER EDUCATION

THROUGH RELIGIOUS EDUCATIONIN STATE HIGH SCHOOL 2

SEMARANG

QOWAID

ABSTRACT

This study aims to determine theimplementation of character education throughReligious Education in schools and to determinethe factors supporting and inhibiting. Thelocation of this research is the State High School2 Semarang. The study was conducted in Apriland September 2014. Data was collected throughobservation, interviews, review of documents,and questionnaires. The results showed that theimplementation of character education at thisschool integrated in the learning of all subjects,including Religious Education. Character

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 265

education is carried out through intracuriculeractivities, extracurricular, and other forms ofactivities. Seven character educational value in theschool (the focus of this study) in the form of areligious attitude, honesty, tolerance, discipline,care for the environment, social care andresponsibility has been implemented in schools.Supporting factors include a lack of vision,mission, goals of the school, the curriculum andall elements of education that exists to supportthe implementation of character education.Inhibiting factors include macro conditionssurrounding the school were partly incompatiblewith the values of the characters are developed.It is recommended that character educationthrough Religious Education in schools can beused as a development model of charactereducation in other schools. The Directorate ofIslamic Education in collaboration with theCentre for Research and Development of Religionand Religious Education can develop charactereducation model design implementation throughsystematic religious education and their successmeasurement instruments.

KEY WORDS: evaluation, implementation,Madrasah, Superiority

PENDIDIKAN KARAKTERMELALUI PENDIDIKAN AGAMA DI

SMAN 2 SEMARANG

QOWAID

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiimplementasi Pendidikan Karakater melaluiPendidikan Agama di sekolah serta untukmengetahui faktor pendukung danpenghambatnya. Lokasi penelitian ini adalahSekolah Menengah Atas Negeri 2 Semarang.Penelitian dilaksanakan pada bulan April danSeptember 2014. Pengumpulan data dilakukandengan cara observasi, wawancara, telaahdokumen, dan angket. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa penyelenggaraanpendidikan karakter di Sekolah Menengah AtasNegeri 2 Semarang terintegrasi dalampembelajaran semua mata pelajaran, termasukpendidikan agama. Pendidikan karakterdilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler,

THE WORK CULTURAL INDEX INTHE SERVICE OF MARRIAGE IN

BANYUMAS DISTRICT

ROSIDIN

ABSTRACT

This study tried to reveal how the culture ofthe wedding service personnel and analyze aspectsof what priority the improvement in servicewedding in Banyumas. The approach used in thisstudy is quantitative. Testing the validity andreliability of the instrument shows 25 items ofquestions after the test entirely valid and reliable.The number of samples involved in the study were140 obtained with quota purposive randomsampling method. The study states: 1) WorkCulture Index wedding service officer inBanyumas in the category amounted to 75.77good; 2) All aspects of the work culture studied

ekstrakurikuler, dan bentuk kegiatan lainnya.Tujuh nilai pendidikan karakater di sekolah(fokus penelitian ini) berupa sikap religius, jujur,toleransi, disiplin, peduli lingkungan, pedulisosial dan tanggug jawab telah diterapkan disekolah. Faktor pendukungnya antara lainadanya visi, misi, tujuan sekolah, kurikulum danseluruh unsur kependidikan yang adamendukung terlaksananya pendidikan karakter.Faktor penghambat antara lain kondisi makrolingkungan di sekitar sekolah yang sebagiannyatidak sesuai dengan nilai-nilai karakter yangdikembangkan. Disarankan agar pendidikankarakter melalui Pendidikan Agama di sekolahini dapat dijadikan model pengembanganpendidikan karakter di sekolah lain. DirektoratPendidikan Agama Islam bekerja sama denganPusat Penelitian dan Pengembangan PendidikanAgama dan Keagamaan dapat menyusun desainmodel penyelenggaraan pendidikan karaktermelalui pendidikan agama yang sistematik besertainstrumen pengukuran keberhasilannya.

KATA KUNCI: pendidikan karakter,pendidikan agama implementasi.

266 Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016

PERSONAL TRANSFORMATION:

FROM CRIME TO PIETY

GAZI SALOOM

ABSTRACT

This study was aimed to scrutinize how andwhy personal transformation happened amongcriminals in Indonesia. This study used qualitativemethod with indepth interview and documentsreview including those of social media asinstrument for collecting data. Two formercriminals was made as subjects and five peoplewho have close relationship with the subjectswere asked to be informants. In order to validatestudy results, triangulation of data and sourceswas done, particularly those from social mediasuch as youtube and other online sources thatpresented personal experiences of former criminalswho personally transformed. Data were analyzedwith thematic analysis technique. Study resultsindicated that personal transformation hasoccurred through long time and not suddenly inonce time. It was found that evaluation ofpersonal experinces and intensive contact withprominent ulama in long time were push factorsfor personal transformation. Theoriticalimplications of the study was discussed.

KEY WORDS: Personal, transformation,experiences, contact

TRANSFORMASI PERSONAL: DARI

KEJAHATAN MENUJU KESALEHAN

GAZI SALOOM

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuibagaimana dan mengapa transformasi personalterjadi pada mantan penjahat di Indonesia.Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan wawancara mendalam dantelaah dokumen termasuk media sosial sebagaiinstrumen pengumpulan data. 2 orang mantanpenjahat dijadikan sebagai subyek penelitian,sedangkan 5 orang lainnya dari kalangankeluarga dan sahabat subyek dijadikan sebagainarasumber penelitian. Untuk memperkuat hasilpenelitian dilakukan triangulasi data dan sumber

integrity, professional, innovative, exemplaryresponsibility and no one has been very good,meaning that all is still not appropriateexpectations of society 3) The cultural aspect isthe smallest job integrity aspect 63.83 (unfavorablecategory) so that priority improvements initegritas aspect, without neglecting the otheraspect.

KEY WORDS: integrity, professional,innovative, responsibility, exemplary, weddingservices

INDEKS BUDAYA KERJA DALAMPELAYANAN PERNIKAHAN

DI KABUPATEN BANYUMAS

ROSIDIN

ABSTRAK

Penelitian ini berusaha mengungkapkanbagaimana budaya kerja petugas pelayananpernikahan di Banyumas dan menganalisa aspekmana yang menjadi prioritas perbaikan dalampelayanan pernikahan di Banyumas. Pendekatanyang digunakan dalam penelitian ini adalahkuantitatif. Pengujian validitas dan reliabilitasinstrumen menunjukkan 25 item pertanyaansetelah uji seluruhnya valid dan reliabel. Jumlahsampel yang terlibat dalam penelitian adalah 140yang didapatkan dengan metode kuota purposiverandom sampling. Hasil penelitian menyatakan:1) Indeks Budaya Kerja petugas pelayananpernikahan di Banyumas sebesar 75,77 masukkategori baik; 2) Semua aspek budaya kerja yangditeliti integritas, profesional, inovatif, Tanggungjawab dan keteladanan belum ada yang sangatbaik, artinya semua masih belum sesuai harapanmasyarakat 3) Aspek budaya kerja terkecil adalahaspek integritas 63,83 (kurang baik) sehinggaprioritas perbaikan pada aspek itegritas, tanpamengabaikan aspek lain

KATA KUNCI: Integritas, profesional, inovatif,tanggung jawab, keteladanan, pelayananpernikahan

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 267

yaitu dengan menelaah data yang diperoleh darimedia sosial seperti youtube yang menampilkanpengalaman personal beberapa mantan penjahatdan preman yang telah mengalami perubahandiri. Data penelitian dianalisis dengan tehnikanalisis tematik. Hasil penelitian menunjukkanbahwa proses transformasi personal terjadimelalui tahapan yang panjang dan tidak terjadisecara mendadak. Ditemukan juga dalampenelitian ini bahwa faktor personal terutamapenghayatan terhadap pengalaman personal danfaktor sosial terutama relasi dengan orang lainyang menjadi tokoh agama secara intensif dalamwaktu lama merupakan pendorong utamaperubahan personal. Implikasi teoritis dari hasilpenelitian ini didiskusikan.

KATA KUNCI: Transformasi, personal,pengalaman, relasi

268 Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 269

I N D E K S P E N U L I S

A

Admiral Musa Julius, Rukman Nugraha, I Putu PudjaBadan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jl. Angkasa 1 No. 2, Kemayoran, Jakarta [email protected]“PENENTUAN HARI LIBUR NASIONAL UMAT KRISTEN DI INDONESIA MENGGUNAKANALGORITMA ASTRONOMI MEEUS”Jurnal Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016. hal: 131-138

Ahmad MujibProgram Sejarah Peradaban Islam, Universitas Sultan Agung Semarang, [email protected]“NEGERI PARA ULAMA”Jurnal Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016. hal: 243-248

DDermawatiPusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan Dan Keagamaan, Jalan Ir. H. Juanda No. 37 Ciputat,Tangerang Selatan. Email: [email protected]“PRODUKTIVITAS KERJA GURU MADRASAH DI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN BEKASI”Jurnal Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016. hal: 169-178

G

Gazi SaloomFakustas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta Indonesia; [email protected]“TRANSFORMASI PERSONAL: DARI KEJAHATAN MENUJU KESALEHAN”Jurnal Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016. hal: 227-242

HHerni Ali HT dan Ali RamaFakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email: [email protected]; dan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email: [email protected]

“PERINGKAT KINERJA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN MAQASHIDSYARIAH”Jurnal Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016. hal: 139-154

MM. Agus NoorbaniReseacher of Balai Litbang Agama Jakarta Jl. Rawa Kuning No. 06 Cakung, Jakarta [email protected]“PELAYANAN HAJI KHUSUS DI KOTA MEDAN”Jurnal Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016. hal: 179-190

N

270 Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016

Neneng LMPusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Jl. Ir. H. Juanda Nomor 37 Ciputat,Tangerang Selatan. Email: [email protected]“PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAN DISIPLIN KERJA GURU TERHADAPKINERJA GURU AGAMA PADA MADRASAH IBTIDAIYAH DI KOTA TANGERANGSELATAN”Jurnal Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016. hal: 155-168

Nurus ShalihinLecturer of Faculty of Syari’ah IAIN Imam Bonjol Padang, Jln. Mahmud Yunus No 1 LubukLintah Padang, Sumbar. Kode Pos 25153. Email: [email protected]“RELASI KUASA DAN REPRODUKSI MAKNA RELIGIUSITAS DALAM IKLAN-IKLANISLAMI RAMADHAN”Jurnal Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016. hal: 191-178

QQowaidPeneliti pada Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jl. MH. Thamrin Jakarta Pusat. 5Email: [email protected]

“PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN AGAMA DI SMAN 2 SEMARANG”Jurnal Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016. hal: 209-226

RRosidinPeneliti pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, Jl. Untung Suropati Kav. 70Bambankerep, Ngaliyan, Semarang 50185. [email protected]“INDEKS BUDAYA KERJA DALAM PELAYANAN PERNIKAHAN DI KABUPATENBANYUMAS”Jurnal Dialog Vol. 39, No.2, Desember 2016. hal: 217-226

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 271

KETENTUAN PENULISAN

1. Naskah yang dimuat dalam jurnal ini merupakan hasil penelitian dengan topik masalahsosial dan keagamaan.

2. Naskah belum pernah dimuat atau diterbitkan di media lain.3. Naskah ditulis dengan kaidah tata Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang baku dan

benar.4. Penulis membuat surat pernyataan bahwa naskah yang dikirim adalah asli dan memenuhi

persyaratan klirens etik dan etika publikasi ilmiah (bebas dari plagiarisme, fabrikasi, danfalsifikasi) berdasarkan Peraturan Kepala LIPI No. 8 Tahun 2013 dan No.5 Tahun 2014.

5. Apabila naskah ditulis dari hasil penelitian kelompok dan akan diterbitkan sendiri,diharuskan menyertakan surat pernyataan persetujuan tertulis dari anggota kelompokyang lain.

6. Naskah tulisan berisi sekitar 15-20 halaman dengan 1,5 (satu setengah) spasi, kertas kuarto(A 4).

7. Judul ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris maksimal 15 katamenggambarkan isi naskah secara keseluruhan.

8. Judul Bahasa Indonesia ditulis dengan huruf kapital, bold, center, sedangkan judul BahasaInggris ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, italic, bold dan center.

9. Nama penulis tanpa gelar akademik diletakkan di tengah (center). Nama instansi, alamatinstansi, dan email penulis diletakkan dalam satu baris dan di tengah (center).

10. Abstrak dan kata kunci dibuat dalam dwi bahasa (Inggris dan Indonesia). Abstrak ditulisdalam satu paragraph, diketik dengan 1 spasi, jenis huruf Palatino Linotype ukuran 11,jumlah kata 150-200 kata. Abstrak Bahasa Inggris diketik dengan menggunakan formatitalic.

11. Abstrak, berisi gambaran singkat keseluruhan naskah mengenai permasalahan, tujuan,metode, hasil, dan rekomendasi kebijakan.

12. Jenis huruf latin untuk penulisan teks adalah Palatino Linotype ukuran 12 dan ukuran10 untuk catatan kaki.

13. Jenis huruf Arab untuk penulisan teks adalah Arabic Transparent atau Traditional Arabicukuran 16 untuk teks dan ukuran 12 untuk catatan kaki.

14. Penulisan kutipan (footnote) dan bibliografi berpedoman pada Model ChicagoContoh:BukuFootnoteSatu PenulisAmanda Collingwood, Metaphysics and the Public (Detroit: Zane Press, 1993), 235-38.Dua PenulisJohn B. Christianse and Irene W. Leigh, Cochlear Implants in Children: Ethics and Choices

(Washington, D.C.: Gallaudet UP, 2002), 45-46.Artikel pada JurnalFootnoteTom Buchanan. “Between Marx and Coca-Cola: Youth Cultures in Changing European

Societies, 1960-1980”. Journal of Contemporary History 44, no. 2 (2009): 371-373.BibliografiBuku

Satu PenulisCollingwood, Amanda. Metaphysics and the Public. Detroit: Zane Press, 1993.

272 Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016

Dua Penulis

Christianse, John B., and Irene W. Leigh. Cochlear Implants in Children: Ethics and Choices.Washington, D.C.: Gallaudet UP, 2002.

Tiga Penulis

Venolia, Jean P., Georgio Cordini, and Joseph Hitchock. What Makes a Literary Masterpiece. Chicago:Hudson, 1995.

Banyak Penulis

Bailyn, Bernard, et al. The Great Republic. Lexington, MA: D.C. Heath, 1977.

Penulis Anonim

Beowulf: A New Prose Translation. Trans. E. Talbot Donaldson. New York: W.W. Norton, 1966.

Multi-Volume

Dorival, Bernard. Twentieth Century Painters. Vol 2. New York: Universe Books, 1958.

Hasil Produksi Editor

Guernsey, Otis L., Jr., and Jeffrey Sweet, eds. The Burns Mantle Theatre Yearbook of 1989-90. NewYork: Applause, 1990.

Artikel pada Jurnal

Buchanan, Tom. “Between Marx and Coca-Cola: Youth Cultures in Changing European Societies,1960-1980”. Journal of Contemporary History 44, no. 2 (2009): 371-373.

Artikel pada Prosiding/Conference Paper

Tidak diterbitkan

Boy, Justin A. “Rainwater Harvesting.” Paper presented at the 16th Annual Agricultur Conference,Pietersburg University, South Africa, April 8-11, 2003.

Diterbitkan dan diedit

Boy, Justin A. “Rainwater Harvesting.” In Proceedings of the 16th Annual Agricultural Conference, April8-11, 2003, Pietersburg University, South Africa. Edited by Jan Van Riebeek. Pietersburg,South Africa: Pietersburg University Press, 2004.

Diterbitkan tanpa pengeditan

Boy, Justin A. “Rainwater Harvesting.” In Agricultural in the North: Are We Making a Difference?Conference Proceeding, April 8-11, 2003. Pietersburg, South Africa: Pietersburg UniversityPress, 2004.

Sumber Online

Website

Tice-Deering, Beverly. English as a Second Language. http://www.seattlecentral.org/faculty/bticed(accessed July, 2005).

University of Chicago Dept. of Romance Languages and Literatures. Romance Languages andLiterature. http://humanities.uchicago.edu/romance (accessed July 27, 2009).

E-Book

Thornton, Chris. Truth from Trash: How Learning Makes Sense. Cambridge, MA: MIT Press, 2000.http://emedia.netlbrary.com.

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 273

E-Journal

Warr, Mark, and Christophers G. Ellison. “Rethinking Social Reaction to Crime: Personal andAltruistic Fear in Family Households.” American Journal of Sociology 106, no. 3 (2000):551-78. http://www.journals.uchicago.edu/AJS/journal/issues/v106n3/050125/050126.html.(accessed June 28, 2003),

15. Transliterasi berpedoman pada Pedoman Transliterasi Arab-Latin Keputusan Bersama MenteriAgama dan Menteri P dan K Nomor: 158 Tahun 1987 –Nomor: 0543 b/u/1987.

16. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama penulis, alamat instansi, email, abstrak, katakunci, dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dan sistematika serta persentase jumlah halamansebagai berikut:

a. Pendahuluan, menguraikan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuanpenelitian (10%)

b. Kajian literatur, menguraikan teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan(15%)

c. Metode penelitian, berisi rancangan/model, sampel dan data, tempat dan waktu,teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data (10%)

d. Hasil penelitian dan pembahasan (50%)e. Penutup yang berisi simpulan dan saran (15%)f. Ucapan terima kasihg. Daftar Pustaka. Jumlah sumber acuan dalam satu naskah paling sedikit 10 dan

80% di antaranya merupakan sumber acuan primer dan diterbitkan dalam lima tahunterakhir. Sumber acuan primer adalah sumber acuan yang langsung merujuk pada bidangilmiah tertentu, sesuai topik penelitian dapat berupa tulisan dalam makalah ilmiah dalamjurnal internasional maupun nasional terakreditasi, hasil penelitian di dalam disertasi,tesis maupun skripsi

17. Pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis/email. Naskah yangtidak dimuat tidak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.

Contact Person:Abas Jauhari, M.SosHP: 0856 8512504Naskah diemail ke:[email protected]