desy ratna sari n (10334027)
TRANSCRIPT
Thalasemia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. HematologiHematologi adalah spesialisasi medis yang berkenaan dengan studi
mengenai darah, jaringan yang menghasilkan darah, dan kelainan,
penyakit dan gangguan yang berkaitan dengan darah.
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan darah dan komponen – komponenya. Darah terdiri
dari bagian padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), trombosit dan bagian caitan yang bewarna kekuningan yang
disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin dapat menentukan kualitas
kesehatan.
1.2. DarahDarah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh
darah yang warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap
tergantung pada banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida
didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida warnanya
merah tua. Adanya oksigen dalam darah di ambil dengan cara bernapas,
dan zat tersebut sangat berguna pada peristiwa pembakaran/ metabolisme
di dalam tubuh. Vikositas/ kekentalan darah lebih kental dari pada air yang
mempunyai BJ 1,041-1,065, temperatur 38°C, dan pH 7,37-7,45.
Darah beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa
jantung. Selama darah beredar dalam pembuluh maka darah akan tetap
encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.
Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah
tersebut sedikit obat anti- pembekuan/ sitrus natrikus. Dan keadaan ini
akan sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi
darah.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak
kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah
tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung, atau pembuluh darah.
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 1
Thalasemia
1.2.1 Fungsi Darah
1. Sebagai alat pengangkut
a. Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.Mengangkut karbon dioksida
dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
b. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/ alat tubuh.
c. Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi/ zat–zat anti
racun.
3. Hemostatis (mengatur keseimbangan zat, pengatur PH tubuh)
4. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
1.2.2 Kandungan Darah
Kandungan dalam darah adalah sbb:
a. Air : 90%
b. Protein : 8% (albumin, globulin, protombin dan fibrinigen)
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,
magnesium, kalsium, dan zat besi).
d. Bahan organic : 1,1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin,
kolesterol, dan asam amino).
1.2.3 Bagian- Bagian Darah
Gambar 1. Bagian –Bagian Darah
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 2
Darah
Sel -sel darah
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Plasma Darah
Thalasemia
1.2.3.1 Sel darah merah (Eritrosit)
Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan
tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm),
tidak dapat bergerak. Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2
juta). Warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung
suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika
di dalamnya banyak mengandung oksigen. Fungsi sel darah merah adalah
mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru–paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida
ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen
yang disebut oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen
diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya
setelah tiba di jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan
seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut
karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon dioksida)
yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru.
Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang
merah, limpa dan hati. Proses pembentukannya dalam sumsum tulang
melalui beberapa tahap. Mula-mula besar dan berisi nukleus dan tidak
berisi hemoglobin kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya
kehilangan nukleusnya dan siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang
kemudian akan beredar di dalam tubuh selama kebih kurang 114 – 115
hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang
mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung Fe
yang berguna untuk membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu
zat yang terdapat didalam eritrosit yang berguna untuk mengikat oksigen
dan karbon dioksida.
Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 – 15 gram dalam
100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel
darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 3
Thalasemia
amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan gizi seimbang
zat besi.
Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang,
demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila
kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang
biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang melisis
eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.
1.2.3.2 Sel darah putih (Leukosit)
Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila
kita lihat di bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat
berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu
(pseudopodia), mempunyai bermacam- macam inti sel sehingga ia dapat
dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna),
banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-9000.
Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES
(sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan
kelenjar limfe; sebagai pengangkut yaitu mengangkut / membawa zat
lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.
Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga
terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit
disebabkan oleh masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang
ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan
sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang
beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3
disebut leukositosis dan kurang dari 6000 disebut leukopenia.
Macam- macam leukosit meliputi:
1. Agranulosit, Sel leukosit yang tidak mempunyai granula
didalamnya, yang terdiri dari:
a. Limposit, macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES
dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil, di
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 4
Thalasemia
dalam sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan intinya besar,
banyaknya kira- kira 20%-15% dan fungsinya membunuh dan
memakan bakteri yang masuk ke dalam jarigan tubuh.
b. Monosit. Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari
limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%. Di
bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warna
biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti
selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung muda.
2. Granulosit (Leukosit Granular) terdiri dari:
a. Neutrofil Atau disebut juga polimorfonuklear leukosit,
mempunyai inti sel yang kadang-kadang seperti terpisah-pisah,
protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / glandula,
banyaknya 60%-50%.
b. Eusinofil, Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil
tetapi granula dan sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-
kira 24%
c. Basofil, Sel ini kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang
bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-
granula besar. Banyaknya setengah bagian dari sumsum merah,
fungsinya tidak diketahui
1.2.3.3 Sel Pembeku (Trombosit)
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk
dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya
putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm3. Fungsinya
memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya
kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku
sehingga timbul perdarahan yang terus- menerus. Trombosit lebih dari
300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000
disebut trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang
turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan
fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. ketika
kita luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 5
Thalasemia
yang dinamakan trombokinase. Trombokinasi ini akan bertemu dengan
protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin
akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus,
bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel
darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin di buat
didalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan
demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah.
Gambar.2. Molekul Darah
1.2.3.4 Plasma Darah
Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat
badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang
membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan sel pembeku
darah juga sebagai media transportasi bahan organik dan anorganik
dari suatu jaringan atau organ. Pada penyakit ginjal plasma albumin
turun sehingga terdapat kebocoran albumin yang besar melalui
glomerulus ginjal. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, di
samping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya.
1.2.4 Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu
suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu
penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu
penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 6
Thalasemia
melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu
penyakit infeksi.
Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter
pemeriksaan, yaitu
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4. Trombosit (platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
10. Red Cell Distribution Width (RDW)
11. Sediaan Darah Hapus Tepi
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan untuk mendukung
diagnosis penyakit dan kelainan darah.
Metode : Automatic Analyzer (fotometer)
Peralatan : Cell DYN Emeral, Cell DYN 3200, ABX Pentra XL 180,
Roller mixer, dan tabung vacutainer
Sampel : Darah EDTA
Prinsip : Sampel darah dicampur antikoagulan EDTA kemudian
dilakukan perhitungan jumlah sel-sel darah, kadar hemoglobin, nilai
hematokrit, indeks eritrosit, hitung jenis leukosit dengan alat Pentra
XL 80, Cell DYN Emerald an Call DYN 3200
Prosedur
Pemeriksaan Darah Lengkap (DL) dengan menggunakan alat Cell
DYN Emerald.
Sampel dihomogenkan selama ± 5-10 menit dengan roller mixer.
Klik Ikon New Sampel, kemudian klik next sampel, kemudian
ketik nama pasien dan tempat dirawat. Klik OK.
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 7
Thalasemia
Tutup tabung sampel dibuka dan kemudian tabung diletakkan
dibawah jarum sampel (sampling nozzle) sampai ujung jarum
menyentuh dasar tabung.
Tombol counting ditekan, sehingga jarum sampel akan menyedot
sampel sampai jarum sampel akan tertarik kedalam instrument
dan sampel secara otomatis akan diproses oleh alat ini.
Ditunggu sampai hasil diprint otomatis oleh alat
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien
yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan
jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan
lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan
terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu
laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.
1.2.4.1 Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke
paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin
membuat darah berwarna merah. Molekul haemoglobin tersusun dari
haem dan globin. Haem terbentuk dari Fe dan protoporphyrin yang
terbentuk di mitokondria. Globin terbentuk dari rantai asam amino
dalam ribosom. Daya ikat Hb terhadap O2 menurun : mudah
melepaskan O2 terjadi dalam keadaan : Bila kadar 2,3 –DPG
menurun, Kadar H+ atau CO2 meningkat. Dalam menentukan normal
atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus memperhatikan
faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium
klinik, yaitu
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
Anak anak : 11-13 gram/dl
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 8
Thalasemia
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan
istilah anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling
sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang,
pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker, lupus,dll).
Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang
yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit
seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dll.
Manfaat pemeriksaan Hb:
1. Pemeriksaaan penyaring untuk tegakkan diagnosa
2. Pencerminan reaksi tubuh terhadap penyakit
3. Petunjuk kemajuan terapi.
Kadar Hb normal bervariasi tergantung :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Geografi ( tinggi rendahnya daerah ).
Kadar Hb menurun pada ANEMIA dan dapat dijumpai pada :
1. Thalasemia
2. Haemoglobinopathy
3. Perdarahan akut atau kronis
Pemeriksaam Kadar Hb
a. Metode Kalorimetri
1. Direct Matching
Warna drh dibandingkan dengan warna standar.
Cepat, sederhana, menyenangkan
Kesalahan besar, tidak tepat
2. Alkali Hematin
Darah + Na oH dididihkan Hb→ hijau biru dari larutan, alkali
hematin → Standar / Spectrophotometer
Akurat
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 9
Thalasemia
Tidak akurat untuk ukur Hb bayi
b. Metode Oxyhemoglobine
Darah + Na2 Co3 / NH4OH → Oxyhemoglobin →
Spectrophtometer
Cepat, akurat
Oxyhemoglobin + Cu → methemoglob shg hasil lebih rendah
c. Metode cyanmethemoglobine
Darah ( Hb ) + lar Drabkin K3Fe(CH)6→ MetHb
MetHb + KCN → CyanmetHb diperiksa dengan
Spectrophotometer 540 nm dibandingkan dengan standard.
Cepat, teliti kecuali Sulhemoglobine
Mengandung CN yg bersifat racun
d. Metode Asam Hametin ( Sahli)
Hb direaksikan dg Hcl → asam hematin (sempurna) →
diencerkan
Dibaca pada skala tabung sahli sesuaikan dengan standard
Cepat, sederhana, tidak mahal
Kurang teliti, kesalahan + 5 s/d 10 %
1.2.4.2 Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan
banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang
dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria
berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% -
44,3%. Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin
berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga peningkatan
dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-penyakit yang
sama.Hematokrit ( HCT ) = PCV ( Packed Cell Volume )
Prosentase volume sel darah merah thd vol darah seluruhnya
( Darah + anticoagulan → dipusingkan )
Normal : Dewasa Laki : 45 – 47 %, Dewasa Wnt : 40 – 42 %
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 10
Thalasemia
a. Hematocrit meningkat pada :
● Peningkatan Juml RBC : Policitemia
● Penurunan vol plasma
● Makrositosis
b. Hematocrit menurun pada :
● Anemi
● Micrositosis
● Dilusi = hidrasi
1.2.4.3 Trombosit (platelet)
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi
membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas
vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit antara lain
giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit
bergerombol). Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 -
400.000 sel/ul darah.
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian
orang biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut
trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah
(DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum
tulang, dll
Hitung Trombosit ( PLT = PLATELET )
Pada penderita dengan riwayat perdarahan atau purpura,
monitoring pada pemberian obat yang potensial atau diperkirakan
beracun pada sumsum tulang, monitoring terapi heparin,
monitoring setelah splenektomià jumlah trombosit harus dimonitor.
Jumlah NORMAL TROMBOSIT : 150.000 -400.000 /mm³
Perdarahan spontan terjadi pada Plt < 20.000/mm³ terjadi Pada :
Penurunan fungsi sumsum tulang.
Hipersplenisme
Infeksi
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 11
Thalasemia
Trombositosis mungkin terjadi pada : Leukemia, Lymphoma.
Penghitungan Jumlah trombosit dengan : Manual : Kamar
Hitung Improved Neubauer ( Lar Rees Ecker ).
1.2.4.4 Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah
yang paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa
oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan
membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai
normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah,
sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul
darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus
hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal
jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit
yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid,
penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll
1.2.4.5 Leukosit (White Blood Cell / WBC)
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam
memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun
proses metabolik toksin, dll. Nilai normal leukosit berkisar 4.000 -
10.000 sel/ul darah. Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada
kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll,
sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi
bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia,
gagal ginjal, dll
Gambar.3. Sel Darah Putih
Hitung Lekosit ( WBC = WHITE BLOOD CELL )
Dengan kamar penghitung IMPROVED NEUBAUER
Harga Normal : ± 4 – 10 x 109/ dl / cmm
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 12
Thalasemia
Laki –laki : 4,7 – 10,3 x 109/l
Wanita : 4,3 – 11,3 x 109 /l
Pemeriksaan Mikroskopis :
Manual
Kamar hitung Neubauer
Hemositometer
Alat yang dipakai : Mikroskop, Pipet Lekosit, Kamar hitung,
Larutan pengencer Leukosit ( Turk, asam aeetat )
Pemeriksaan Automatic : Elektronik
1.2.4.6 Hitung Eritrosit ( RBC = RED BLOOD CELL )
Pengukuran jumlah RBC. Saat lahir jumlah RBC paling
tinggi, berangsur turun saat dewasa.
RBC dibentuk dalam sumsum tulang pipih & proximal dari tulang
panjang. Umur RBC 120 hari dalam peredaran darah.
Harga NORMAL :
Laki 2 dws : 4,3 jt – 5,9 jt/mL
Wanita dws : 3,9 jt – 4,8 jt/mL
Bayi : 5,0 jt – 7.0 jt/mL
Anak 3 bl : 3,2 jt – 4,8 jt/mL
1 th : 3,6 jt – 5,2 jt/mL
10-12 th : 4,0 jt – 5,4 jt/mL
Untuk penghitungan jumlah RBC dapat dipakai :
Manual : Kamar Hitung Improved Neubauer setelah
diencerkan dgn larutan Hayem.
Elektrik
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis
penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel
darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 13
Thalasemia
MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit
Rata-rata (VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang
dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal = 82-92 fl
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin
Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per
eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)
atau Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu
kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan
persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai normal = 32-37 %
1.2.4.7 Laju Endap Darah
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate
(ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang
belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang
tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi
akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis),
penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress
fisiologis (misalnya kehamilan). International Commitee for
Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk
menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal
ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang
pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih
terdeteksi.
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 14
Thalasemia
Pengertian : Pemeriksaan laju endap darah digunakan untuk
pasien yang akan menjalani operasi
Metode :Westergren
Peralatan :Tabung Westergren, dan Rak Westergren
Reagen :NaCl 0,9%
Sampel :Darah yang ditambahkan EDTA
Prinsip
Sampel darah dibubuhi antikoagulan dan diisap kedalam pipet
westergren. Selanjutnya didiamkan dalam posisi tegak selama
1 jam, eritrosit akan mengendap dan lapisan plasma akan
berada diatasnya.
Prosedur
Perbandingan darah EDTA dengan NACL dibuat sebanyak 4:1
(larutan NaCl 50 skala tabung westergren ditambah dengan
darah EDTA sebanyak 200 skala tabung westergren)
a) Dicampur secara homogeny.
b) Disedot dengan pipet penyedot sampai skala tabung
westergren menunjukkan angka 0.
c) Rak Westergren dipasang selama 1 jam
d) Setelah 1 jam dibaca skala tabung Westergren yang
menunjukkan adanya batas lapisan antara endapaan sel
eritrosit dengan plasma.
Nilai normal LED
Nilai normal LED pada metode Westergreen :
Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam
Gambar.4. Pewarnaan Laju Endap Darah
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 15
Thalasemia
1.2.4.8 Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah
berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-
masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen.
Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil.
Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih
spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis
leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing
jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing
jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total dan
hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.Nilai normal : Eosinofil 1-
3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%
1.2.4.9 Platelet Disribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar
PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan
trombositosis, sedangkan kadar PDW yang rendah dapat
menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil. Red
Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien
variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat
mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya
ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan
defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang
rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi
yang kecil.
1.2.4.10 Sediaan Darah Apus Tepi (SDAT)
Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat
ini masih digunakan pada pemeriksaan di laboratorium. Prinsip
pemeriksaan sediaan apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu
dipaparkan di atas objek glass,kemudian dilakukan pengecatan dan
diperiksa dibawah mikroskop.
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 16
Thalasemia
Cara Kerja Pembuatan SADT:
1. Letakkan tetes kecil darah vena/kapiler pada kaca objek glass(sebaiknya
menggunakan pipet kapiler)
2. Dengan kaca objek yang lain/ spreader bentuklah sudut 30-45°,lalu geser
hingga menyentuh tetesan darah
3. Tunggu tetesan darah menyebar pada spreader
4. Dorong spreader ke depan yang akan menghasilkan lapisan tipis darah di
belakangnya
5. Sediaan darah hampir selesai. Kering anginkan preparat tersebut
6. Hasil akhir lapisan tipis pada kaca objek. Setelah dikeringkan selama
10menit, kemudian dapat di warnai dengan pengecatan yang sesuai.
Macam-macam Pengecatan Pada SADT:
1. Pengecatan Wright
Letakkan sediaan yang akan di cat pada rak pengecatan
Teteskan 20 tetes cat Wright, biarkan 2 menit
Teteskan 20 tetes buffer pH 6,4 biarkan 5-12
Cuci dengan air mengalir,kering anginkan.
2. Pengecatan Giemza
Letakkan sediaan yang akan di cat diatas rak pengecatan
Teteskan methanol diatas hingga memenuhi sediaan, biarkan 5 menit
Buang kelebihan methanol, teteskan giemza yang sudah diencerkan
selama 20 menit.
Cuci dengan air mengalir, kering anginkan.
3. Pengecatan Wright-Giemza
Letakkan sediaan yang akan di cat diatas rak pengecatan
Teteskan 20tetes cat Wright, biarkan 2 menit
Buang sisa larutan cat, cuci dengan air mengalir
Teteskan 20 tetes cat Giemza, biarkan 2 menit
Buang sisa cat, cuci dengan air mengalir, kering anginkan
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 17
Thalasemia
Ciri Sediaan Apusan yang Baik:
1. Sediaan tidak melebar sampai pinggir objek glass
2. Terdapat bagian tebal dan tipis
3. Pinggir sediaan rata, tidah berlubang-lubang
4. Penyebaran leukosit rata
5. Bentuk seperti peluru
Morfologi SADT
Dibedakan atas : kepala dan ekor
Bagian badan dibagi beberapa zona
Zona I : irregular, tidak teratur,berdesakan, 3%
Zona II : tipis,tidak rata,berdesakan, 14%
Zona III : tebal, bergerombol,rouleux, 45%
Zona IV: sama zona II,tipis, 18%
Zona V : even zona, tidak berdasarkan, tidak
bertumpukan,regular,rata,bentuk utuh,11%
Zona VI: sangat tipis, lebih longgar dan jarang, 9%
Cara melakukan perhitungan pada sediaan apusan:
1. Pilih bagian yang akan dipakai (zona dimana eritrosit tersebar)
2. Mulailah menghitung sel pada pinggir atas kebawah
3. Mulailah menghitung dari bagian ekor
Beradasarkan penjelasan tentang darah dan nilai interpretasi range dari
setiap sel-sel darah maka penyusun akan membahas satu penyakit tentang
penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah
rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal yaitu Thalasemia.
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 18
Thalasemia
BAB II
ISI
2.1. Thalasemia
Thalasemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut.
Yang dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit
ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama
sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas
B. Cooley pada tahun 1925. Beliau menjumpai anak-anak yang menderita
anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia satu tahun. Selanjutnya,
anemia ini dinamakan anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia
mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan nama penemunya.
Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan
akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam
amino yang membentuk hemoglobin (komponen darah).
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan
kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel
darah normal (120 hari).Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami
gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar
tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang.
Thalasemia, menurut pakar hematologi dari Rumah Sakit Leukas
Stauros, Yunani, dr Vasili Berdoukas, merupakan penyakit yang diakibatkan
oleh kerusakan DNA dan penyakit turunan. Penyakit ini muncul karena darah
kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin sehingga tubuh tidak
mampu memproduksi sel darah merah secara normal.
Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot) yang
telah agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa hambatan
pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kurang gizi, perut membuncit
akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang khas mongoloid, frontal
bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik, maloklusi gigi.
Thalassemia ternyata tidak saja terdapat di sekitar Laut Tengah, tetapi
juga di Asia Tenggara yang sering disebut sebagai sabuk thalassemia sebelum
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 19
Thalasemia
pertama sekali ditemui pada tahun 1925 . Di Indonesia banyak dijumpai kasus
thalassemia, hal ini disebabkan oleh karena migrasi penduduk dan
percampuran penduduk. Menurut hipotesis, migrasi penduduk tersebut
diperkirakan berasal dari Cina Selatan yang dikelompokkan dalam dua
periode. Kelompok migrasi pertama diduga memasuki Indonesia sekitar
3.500 tahun yang lalu dan disebut Protomelayu (Melayu awal) dan migrasi
kedua diduga 2.000 tahun yang lalu disebut Deutromelayu (Melayu akhir)
dengan fenotip Monggoloid yang kuat. Keseluruhan populasi ini menjadi
menjadi Hunian kepulauan Indonesia tersebar di Kalimantan, Sulawesi, pulau
Jawa, Sumatera, Nias, Sumba dan Flores.
2.2. Macam – Macam Thalasemia
2.2.1 Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :
7. Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)
Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam
(25% minimal membawa 1 gen). Sindrom thalassemia-α disebabkan oleh
delesi pada gen α globin pada kromosom 16 (terdapat 2 gen α globin pada
tiap kromosom 16) dan nondelesi seperti gangguan mRNA pada
penyambungan gen yang menyebabkan rantai menjadi lebih panjang dari
kondisi normal.
Faktor delesi terhadap empat gen α globin dapat dibagi menjadi
empat, yaitu:
a. Delesi pada satu rantai α (Silent Carrier/ α-Thalassemia Trait 2)
Gangguan pada satu rantai globin α sedangkan tiga lokus globin
yang ada masih bisa menjalankan fungsi normal sehingga tidak terlihat
gejala-gejala bila ia terkena thalassemia.
b. Delesi pada dua rantai α (α-Thalassemia Trait 1)
Pada tingkatan ini terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan
dari HbH dan terjadi manifestasi klinis ringan seperti anemia kronis
yang ringan dengan eritrosit hipokromik mikrositer dan MCV 60-75 fl.
c. Delesi pada tiga rantai α (HbH disease)
Delesi pada tiga rantai α ini disebut juga sebagai HbH disease
(β4) yang disertai anemia hipokromik mikrositer, basophylic stippling,
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 20
Thalasemia
heinz bodies, dan retikulositosis. HbH terbentuk dalam jumlah banyak
karena tidak terbentuknya rantai α sehingga rantai β tidak memiliki
pasangan dan kemudian membentuk tetramer dari rantai β sendiri (β4).
Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi
dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan.
Penderita dapat tumbuh sampai dewasa dengan anemia sedang (Hb 8-
10 g/dl) dan MCV 60-70 fl.
d. Delesi pada empat rantai α (Hidrops fetalis/Thalassemia major)
Delesi pada empat rantai α ini dikenal juga sebagai hydrops
fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts (γ4) yang disebabkan juga
karena tidak terbentuknya rantai α sehingga rantai γ membentuk
tetramer sendiri menjadi γ4.
Manifestasi klinis dapat berupa ikterus, hepatosplenomegali, dan
janin yang sangat anemis. Kadar Hb hanya 6 g/dl dan pada
elektroforesis Hb menunjukkan 80-90% Hb Barts, sedikit HbH, dan
tidak dijumpai HbA atau HbF. Biasanya bayi yang mengalami kelainan
ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya.
8. Beta – Thalasemia (melibatkan rantai beta)
Beta – Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia
Tenggara. Thalassemia-β disebabkan oleh mutasi pada gen β globin pada
sisi pendek kromosom 11.
a. Thalassemia βo
Pada thalassemia βo, tidak ada mRNA yang mengkode rantai β
sehingga tidak dihasilkan rantai β yang berfungsi dalam pembentukan
HbA. Bayi baru lahir dengan thalasemia β mayor tidak anemis.
Gejala awal pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih
berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi
dalam beberapa minggu setelah lahir. Bila penyakit ini tidak segera
ditangani dengan baik, tumbuh kembang anak akan terhambat. Anak
tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh, dan demam berulang
akibat infeksi. (Kapita selekta kedokteran)
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 21
Thalasemia
b. Thalassemia β+
Pada thalassemia β+, masih terdapat mRNA yang normal dan
fungsional namun hanya sedikit sehingga rantai β dapat dihasilkan dan
HbA dapat dibentuk walaupun hanya sedikit.
2.2.2 Secara klinis, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :
1. Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan.
Thalasemia mayor merupakan penyakit yang ditandai dengan
kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita
kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak
lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun
sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah
untuk memperpanjang hidupnya.
Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir,namun
di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu,
juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan
facies cooley.
Faies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang
hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang
yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.
Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih
khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani
transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang
baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-
8 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi
tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat
penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi
darah.
2. Thalasemia Minor
Individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu
hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau
thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan
thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 22
Thalasemia
mereka menderita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini
akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam
keluhan.Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering
mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan
akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan
transfusi darah di sepanjang hidupnya.
2.3. Patofisiologi
Gambar. Struktur Kimia Hemoglobin
Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, mengandung zat
besi (Fe). Kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia
mengakibatkan zat besi akan tertinggal di dalam tubuh. Pada manusia
normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan untuk membentuk
sel darah merah baru.
Pada penderita thalasemia, zat besi yang ditinggalkan sel darah
merah yang rusak itu menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati
(lever). Jumlah zat besi yang menumpuk dalam tubuh atau iron overload ini
akan mengganggu fungsi organ tubuh.Penumpukan zat besi terjadi karena
penderita thalasemia memperoleh suplai darah merah dari transfusi darah.
Penumpukan zat besi ini, bila tidak dikeluarkan, akan sangat
membahayakan karena dapat merusak jantung, hati, dan organ tubuh
lainnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada kematian.
Gejala yang didapat pada pasien berupa gejala umum anemia yaitu:
anemis, pucat, mudah capek, dan adanya penurunan kadar hemoglobin. Hal
ini disebabkan oleh penurunan fungsional hemoglobin dalam menyuplai
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 23
Thalasemia
atau membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh yang digunakan untuk
oksidasi sel. Sehingga oksigenasi ke jaringan berkurang. Selain sebagai
pembawa oksigen, hemoglobin juga sebagai pigmen merah eritrosit
sehingga apabila terjadi penurunan kadar hemoglobin ke jaringan maka
jaringan tersebut menjadi pucat.
Gambar. Bentuk Darah Normal Dan Thalasemia
Penurunan fungsional hemoglobin tersebut dapat disebabkan oleh
adanya kelainan pembentukan hemoglobin, penurunan besi sebagai pengikat
oksigen dalam hemoglobin. Kompensasi tubuh agar suplai oksigen ke
jaringan tetap terjaga maka jantung sebagai pemompa darah berdenyut lebih
keras dan sering yang disebut sebagai takikardia di mana hal ini juga terjadi
pada anak (denyut nadi 120 kali/menit, normal 60-100 kali.menit). Tetapi
frekuensi respirasi pasien dalam tahap normal 24 kali/menit (normal 16-24
kali/menit).
Lemas dan mudah capek disebabkan oleh karena suplai oksigen ke
jaringan untuk oksidasi sel sebagai proses penghasil energi berkurang.
Pasien mengalami penurunan kadar hemoglobin (4,8 g/dl) di mana nilai
rujukan normal untuk anak-anak sebesar 10-16 g/dl (Sutedjo, 2007).
Penurunan ini dapat disebabkan oleh adanya kelainan
produksi/pembentukan hemoglobin berupa kelainan susunan asam amino
dan kelainan kecepatan sintesis hemoglobin. Kelainan dua hal tersebut dapat
dikategorikan adanya hemoglobinopati. Kelainan pembentukan hemoglobin
tersebut dapat mengakibatkan adanya morfologi eritrosit abnormal
(mikrositik, Heinz bodies, sel target) sehingga dengan cepat akan
didestruksi oleh limpa dan hati. Peristiwa destruksi eritrosit secara cepat
kurang dari masa hidupnya (120 hari) disebut sebagai hemolisis.
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 24
Thalasemia
Adanya hemolisis menyebabkan proses perombakan eritrosit secara
cepat. Eritrosit abnormal cepat dihancurkan oleh limpa dan hati dengan
bantuan makrofag sehingga semakin banyak eritrosit abnormal maka kerja
limpa akan semakin berat. Hal inilah yang menyebabkan adanya
splenomegali.
Adanya hepatomegali dan splenomegali merupakan salah satu
tanda dari anemia hemolitik di mana disertai adanya penurunan kadar
hemoglobin. Pada pasien ditemukan splenomegali sebesar 1 shuffner
(satuan splenomegali yang diukur dengan membuat garis diagonal antara
arcus costarum dengan crista illiaca melewati umbulicus, lalu dari garis
tersebut dibagi menjadi delapan bagian. Satu bagian dinamakan satu
shuffner).
Splen atau limpa secara normal bertugas menghancurkan eritrosit
tua maupun abnormal sehingga dapat melepaskan hemoglobin yang akan
dimetabolisme menjadi biliribun di hati/hepar, menjadi reservoir cadangan
eritrosit, sintesis limfosit dan sel plasma dalam system imun, dan
membentuk eritrosit baru saat masa janin dan bayi baru lahir.
Selain destruksi eritrosit di limpa juga terdapat di hati. Selain itu
sebagai kompensasi atau umpan balik dari penurunan kadar hemoglobin
akibat oksigenasi ke jaringan kurang merangsang terjadinya eritropoesis 6-8
kali lipat oleh sumsum tulang. Untuk menunjang dan membantu kerja
sumsum tulang dalam eritropoesis sehingga terbentuk eritropoesis
ekstramedular pada limpa dan hati sehingga merupakan salah satu penyebab
hepatosplenomegali.
Penyebab lain hepatomegali pada pasien disebabkan oleh
pemberian obat penambah darah dan penyerapan besi meningkat akibat
peningkatan eritropoesis di mana mengandung preparat besi (sulfas
ferrosus) sehingga terjadi penimbunan cadangan besi berlebih. Padahal hati
secara normal berfungsi sebagai sintesis ferritin (simpanan besi) dan
transferin (protein pengikat besi) dan sebagai tempat penyimpanan terbesar
cadangan besi dalam bentuk ferritin dan hemosiderin.
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 25
Thalasemia
Adanya hepatomegali dan splenomegali pada pasien dapat
mengakibatkan penurunan imunitas tubuh sehingga tubuh rentan terhadap
infeksi mikroorganisme. Limpa sebagai tempat sintesis limfosit dan sel
plasma (bahan antibodi) merupakan salah satu pertahanan imunitas tubuh.
Hati sebagai tempat yang sering dilalui mikroorganisme patogenik yang
akan dihancurkan sebelum memasuki saluran gastrointestinal.Kemungkinan
pasien mengalami infeksi dimana terdapat tanda-tanda infeksi pada pasien,
yaitu : suhu (38,00C), panas, tonsil membesar dan kemerahan, dan faring
kemerahan. Infeksi ini bisa didapatkan dari mikroorganisme seperti:
malaria, hepatitis, haemophilus, streptococcus, pneumococcus, dll.
Gambar. Hepatomegali
Suhu tubuh meningkat dikarenakan adanya metabolisme organ
yang berlebihan terhadap infeksi. Tonsil merupakan salah satu jaringan
limfoid yang memproduksi limfosit untuk pertahanan imunitas tubuh dan
akan membesar apabila bekerja berlebihan terhadap suatu infeksi atau
penurunan imunitas lainnya. Infeksi mikroorganisme menyerang saluran
pencernaan salah satu faring sehingga membuat organ tersebut mengalami
kemerahan. Gejala infeksi lainnya pada pasien yaitu batuk pilek.
2.4. Patogenesis
patogenesis thalassemia secara umum dimulai dengan adanya mutasi
yang menyebabkan HbF tidak dapat berubah menjadi HbA, adanya
ineffective eritropoiesis, dan anemia hemolitik.
Tingginya kadar HbF yang memiliki afinitas O2 yang tinggi tidak
dapat melepaskan O2 ke dalam jaringan, sehingga jaringan mengalami
hipoksia.
Tingginya kadar rantai α-globin, menyebabkan rantai tersebut
membentuk suatu himpunan yang tak larut dan mengendap di dalam eritrosit.
Hal tersebut merusak selaput sel, mengurangi kelenturannya, dan
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 26
Thalasemia
menyebabkan sel darah merah yang peka terhadap fagositosis melalui system
fagosit mononuclear.
Tidak hanya eritrosit, tetapi juga sebagian besar eritroblas dalam
sumsum dirusak, akibat terdapatnya inklusi (eritropioesis tak efektif).
Eritropoiesis tak efektif dapat menyebabkan adanya hepatospleinomegali,
karena eritrosit pecah dalam waktu yang sangat singkat dan harus digantikan
oleh eritrosit yang baru (dimana waktunya lebih lama), sehingga tempat
pembentukan eritrosit (pada tulang-tulang pipa, hati dan limfe) harus bekerja
lebih keras. Hal tersebut menyebabkan adanya pembengkakan pada tulang
(dapat menimbulkan kerapuhan), hati, dan limfe.
1. Thalasemia-α
Pada homozigot thalassemia α yaitu hydrop fetalis, rantai α sama
sekali tidak diproduksi sehingga terjadi peningkatan Hb Bart’s dan Hb
embrionik. Meskipun kadar Hb-nya cukup, karena hampir semua
merupakan Hb Bart’s, fetus tersebut sangat hipoksik.
Sebagian besar pasien lahir mati dengan tanda-tanda hipoksia
intrauterin.
Sedangkan pada thalassemia heterozigot yaitu αo dan α+ menghasilkan
ketidakseimbangan jumlah rantai tetapi pasiennya mampu bertahan
dengan penyakit HbH. Kelainan ini ditandai dengan adanya anemia
hemolitik karena HbH tidak bisa berfungsi sebagai pembawa oksigen.
2. Thalasemia-β
Tidak dihasilkannya rantai β karena mutasi kedua alel β globin
pada thalassemia β menyebabkan kelebihan rantai α. Rantai α tersebut
tidak dapat membentuk tetramer sehingga kadar HbA menjadi turun,
sedangkan produksi HbA2 dan HbF tidak terganggu karena tidak
membutuhkan rantai β dan justru sebaliknya memproduksi lebih banyak
lagi sebagai usaha kompensasi.
Kelebihan rantai α tersebut akhirnya mengendap pada prekursor
eritrosit. Eritrosit yang mencapai darah tepi memiliki inclusion
bodies/heinz bodies yang menyebabkan pengrusakan di lien dan
oksidasi membran sel, akibat pelepasan heme dari denaturasi
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 27
Thalasemia
hemoglobin dan penumpukan besi pada eritrosit. Sehingga anemia pada
thalassemia β disebabkan oleh berkurangnya produksi dan pemendekan
umur eritrosit.
Pada hapusan darah, eritrosit terlihat hipokromik, mikrositik,
anisositosis, RBC terfragmentasi, polikromasia, RBC bernukleus, dan
kadang-kadang leukosit imatur
2.5. Mutasi Genetik
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang
diturunkan.Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua
orang tuanya.
Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi
pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
a. Beta thalasemia
Nama Deskripsi Alelβ talasemia minor (kadang-kadang disebut sifat talasemia β)
Jika hanya satu β globin beruang alel mutasi. Ini adalah ringan anemia mikrositik . Deteksi biasanya melibatkan mengukur nilai MCV (ukuran sel darah merah) dan melihat rata-rata volume menurun sedikit dari biasanya. Pasien akan memiliki fraksi peningkatan Hemoglobin A2 (> 3,5%) dan sebagian kecil penurunan Hemoglobin A (<97,5%).
β + / β atau β o / β
Thalassemia intermedia
Kondisi penengah antara bentuk utama dan minor. individu yang terkena sering dapat mengatur kehidupan normal, tetapi mungkin perlu sesekali transfusi misalnya pada saat sakit atau kehamilan, tergantung tingkat keparahan anemia mereka.
β + / + atau β o β / β +
β talasemia atau Cooley's anemia utama
Jika kedua alel memiliki mutasi talasemia. Ini adalah mikrositik parah, hipokrom anemia . Tidak diobati, hal itu menyebabkan anemia , splenomegali , dan kelainan bentuk tulang parah. Hal ini berlangsung sampai mati sebelum usia dua puluh. Pengobatan terdiri dari periodik transfusi darah ; splenektomi jika splenomegali hadir, dan perawatan transfusi kelebihan zat besi disebabkan. Cure ini dimungkinkan dengan transplantasi sumsum tulang . Cooley's anemia ini dinamai Thomas Cooley Benton . [2]
β + / β o atau β o / β o atau β + / β +
Perhatikan bahwa β 0 / β dapat dikaitkan dengan β talasemia β thalassemia
intermedia atau minor, dan β + / β + dengan besar atau thalassemia intermedia. Mutasi
genetik hadir dalam thalassemia β sangat beragam, dan sejumlah mutasi yang berbeda
dapat menyebabkan berkurang atau tidak ada sintesis globin β.
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 28
Thalasemia
Dua kelompok utama dari mutasi dapat dibedakan:
o Bentuk Nondeletion :cacat ini umumnya melibatkan substitusi basa tunggal
atau penghapusan kecil atau sisipan di dekat atau hulu dar gen globin β.
Umumnya, mutasi terjadi di daerah promotor sebelum gen beta-
globin.Kurang sering, varian sambatan abnormal dipercaya untuk
berkontribusipada penyakit.
o Penghapusan Bentuk :Penghapusan dengan ukuran yang berbeda yang
melibatkan gen globin β menghasilkan sindrom yang berbeda seperti
(βo)atau ketekunan turun-temurun dari hemoglobin janin sindrom.
b. Alpha Thalasemia
Alel terpengaruh
Deskripsi Genotip
Salah satu Ada efek minimal. Tiga α-globin alel cukup untuk memungkinkan produksi hemoglobin yang normal, dan tidak ada gejala klinis. Mereka telah disebut pembawa diam. Mereka mungkin memiliki sedikit berkurang nilai MCV dan MCH .
- / Α α / α
Dua Kondisi ini disebut sifat thalassemia alpha. Dua alel α izin mendekati normal eritropoiesis , tetapi ada ringan mikrositik hipokrom anemia . Penyakit dalam bentuk ini bisa keliru untuk anemia kekurangan zat besi dan diperlakukan tidak tepat dengan besi. sifat Thalassemia Alpha bisa eksis dalam dua bentuk:
alpha-thal-1 (- / - α / α), terkait dengan Asia, melibatkan penghapusan cis alpha kedua alel pada kromosom yang sama;
alpha-thal-2 (- / α - / α), terkait dengan Afrika-Amerika , melibatkan penghapusan trans dari alel alfa pada berbeda (homolog) kromosom.
- / - Α / α atau - / Α - / α
Tiga Kondisi ini disebut penyakit hemoglobin H. Dua hemoglobin tidak stabil yang hadir dalam darah: Hemoglobin Barts (tetrameric rantai γ ) dan Hemoglobin H (tetrameric rantai β ). Kedua hemoglobin tidak stabil memiliki afinitas yang lebih tinggi untuk oksigen dari hemoglobin normal, sehingga dalam pengiriman oksigen miskin untuk jaringan. Ada mikrositik hipokrom anemia dengan sel target dan badan Heinz (diendapkan HBH) pada apusan darah tepi , serta splenomegali . Penyakit ini pertama mungkin melihat di masa kecil atau dalam kehidupan dewasa awal, ketika anemia dan splenomegali dicatat.
- / - - / Α
Empat Para janin tidak bisa hidup sekali di luar rahim dan tidak dapat bertahan hidup kehamilan: kebanyakan bayi tersebut meninggal saat lahir dengan fetalis hidrops , dan mereka yang lahir hidup mati segera setelah lahir. Mereka adalah pembengkakan dan memiliki sedikit beredar hemoglobin, dan hemoglobin yang hadir adalah semua γ tetrameric rantai (Barts hemoglobin).
- / - - / -
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 29
Thalasemia
2.6. Gejala Klinis Thalasemia
a. Gejala klinis thalasemia mayor :
1. Tampak pucat dan lemah karena kebutuhan jaringan akan oksigen
tidak terpenuhi yang disebabkan hemoglobin pada thalasemia (HbF)
memiliki afinitas tinggi terhadap oksigen
2. Facies thalasemia yang disebabkan pembesaran tulang karena
hiperplasia sumsum hebat
3. Hepatosplenomegali yang disebakan oleh penghancuran sel darah
merah berlebihan, hemopoesis ekstramedular, dan kelebihan beban
besi.
4. Pemeriksaan radiologis tulang memperlihatkan medula yang lebar,
korteks tipis, dan trabekula kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan
diploe dan pada anak besar kadang-kandang terlihat brush
appereance.
5. Hemosiderosis yang terjadi pada kelenjar endokrin menyebabkan
keterlambatan menarse dan gangguan perkembangan sifat seks
sekunder. Selain itu juga menyebabkan diabetes, sirosis hati, aritmia
jantung, gagal jatung, dan perikarditis.
6. Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot)
yang telah agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik
berupa hambatan pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kurang
gizi, perut membuncit akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang
khas mongoloid, frontal bossing, mulut tongos (rodent like mouth),
bibir agak tertarik, maloklusi gigi
b. Gejala klinis Thalasemia minor
Penderita yang menderita thalasemia minor, hanya sebagai carrier
dan hanya menunjukkan gejala-gejala yang ringan.
Orang dengan anemia talasemia minor (paling banyak) ringan
(dengan sedikit menurunkan tingkat hemoglobin dalam darah).
Situasi ini dapat sangat erat menyerupai dengan anemia kekurangan
zat besi ringan. Namun, orang dengan talasemia minor memiliki tingkat
besi darah normal (kecuali mereka miliki adalah kekurangan zat besi
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 30
Thalasemia
karena alasan lain). Tidak ada perawatan yang diperlukan untuk
thalassemia minor. Secara khusus, besi tidak perlu dan tidak disarankan.
2.7. Diagnosis Thalasemia
1. Anamnesis
Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan,
gangguan tumbuh kembang dan perut membesar karena pembesaran lien
dan hati. Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan
2. Pemeriksaan fisik
Pucat
Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)
Dapat ditemukan ikterus
Gangguan pertumbuhan
Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar
Gambar. Anak Penderita Thalsemia
3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah tepi :
Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target,
anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit,
polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly,
poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.
Retikulosit meningkat
Gambar. Sel Darah Normal Dan Thalasemia
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 31
Thalasemia
b. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis)
Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari
jenis asidofil.
Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
c. Pemeriksaan khusus :
Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar HbF.
Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor
merupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb
total).
4. Pemeriksaan lain :
Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe
melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang
sehingga trabekula tampak jelas
5. Diagnosis banding
Thalasemia minor :
Anemia kurang besi
Anemia karena infeksi menahun
Anemia pada keracunan timah hitam (Pb)
Anemia sideroblastik
2.8. Pengobatan Dan Pencegahan
Pada thalaSemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan
pemberian tambahan asam folat.
Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari tambahan zat
besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat
besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan.
Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan
sumsum tulang.Terapi genetik masih dalam tahap penelitian.
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 32
Thalasemia
Pada pasien anak dapat diberikan terapi:
Transfusi : untuk mempertahankan kadar hb di atas 10 g/dl.
Sebelum melakukannya perlu dilakukan pemeriksaan genotif
pasien untuk mencegah terjadi antibody eritrosit. Transfusi PRC
(packed red cell)dengan dosis 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan
Hb 1 g/dl.
Antibiotik : untuk melawan mikroorganisme pada infeksi. Untuk
menentukan jenis antibiotic yang digunakan perlu dilakukan
anamnesis lebih lanjut pada pasien.
Khelasi Besi: untuk mengurangi penimbunan besi berlebihan akibat
transfusi. Khelasi besi dapat berupa: desferoksamin diberikan
injeksi subcutan, desferipone (oral), desferrithiochin (oral),
Pyridoxal isonicotinoyl hydrazone (PIH), dll.
Vitamin B12 dan asam folat : untuk meningkatkan efektivitas
fungsional eritropoesis.
Vitamin C : untuk meningkatkan ekskresi besi. Dosis 100-250
mg/hari selama pemberian kelasi besi
Vitamin E : untuk memperpanjang masa hidup eritrosit.Dosis 200-
400 IU setiap hari.
Imunisasi : untuk mencegah infeksi oleh mikroorganisme.
Splenektomi : limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak
penderita, menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan
bahaya terjadinya ruptur. Jika disetujui pasien hal ini sebaiknya
dilakukan setelah anak berumur di atas 5 tahun sehingga tidak
terjadi penurunan drastis imunitas tubuh akibat splenektomi.
Cangkok sumsum tulang (CST) adalah kuratif pada penderita ini
dan telah terbukti keberhasilan yang meningkat, meskipun pada
penderita yang telah menerima transfusi sangat banyak. Namun
prosedur ini membawa cukup resiko morbiditas dan mortalitas dan
biasanya hanya digunakan untuk penderita yang mempunyai
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 33
Thalasemia
saudara kandung yang sehat (yang tidak terkena) yang
histokompatibel.
Pencegahan thalassemia atau kasus pada pasien ini dapat dilakukan
dengan konsultasi pra nikah untuk mengetahui apakah diantara pasutri ada
pembawa gen thalassemia (trait), amniosentris melihat komposisi kromosom
atau analisis DNA untuk melihat abnormalitas pada rantai globin.
Pada keluarga dengan riwayat thalassemia perlu dilakukan
penyuluhan genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita
thalassemia.
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 34
Thalasemia
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Thalassemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal
resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit
thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan
(bentuk heterozigot) yang disebut thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier
= pengembang sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut
thalassemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya
yang mengidap penyakit thalassemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan
oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia.
Di negara-negara yang mempunyai frekuensi gen thalassemia yang tinggi
penyakit tersebut menimbulkan masalah kesehatan masyarakat (Public Health).
Pada umumnya anak dengan penyakit thalassemia mayor tidak akan mencapai
usia produktif bahkan mati di dalam kandungan atau mati setelah lahir seperti
pada thalassemia-α Hb bart’s hydrop fetalis. Keadaan ini sangat memperihatinkan
jika anak-anak yang lahir tidak akan mencapai usia dewasa, maka generasi
berikutnya akan semakin berkurang bahkan akan lenyap setelah beribu-ribu tahun.
Terapi yang diberikan untuk penderita thalasemia umumnya Transfusi PRC,
pemberian antibiotik dan vitamin (B12, C,E), khelat besi dan cangkok sumsum
tulang sebagai pengobatan kuratif.
3.2. Saran
Sebaiknya orang tua senantiasa memperhatikan kesehatan anaknya
Perlu dilakukannya penelusuran pedigree/garis keturunan untuk
mengetahui adanya sifat pembawa thalassemia pada keluarga penderita
thalasemia.
Sebaiknya calon pasutri sebelum menikah melakukan konsultasi untuk
menghindari adanya penyakit keturunan, seperti pada thalassemia.
Perlu dilakukannya upaya promotif dan preventif terhadap thalassemia
kepada masyarakat luas yang dilakukan oleh pelayan kesehatan.
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 35
Thalasemia
DAFTAR PUSTAKA
Ganie RA. Thalassemia : permasalahan dan penanganannya . dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Patologi pada Fakultas Kedokteran, Diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara .2005
Hoffbrand A.V. and Pettit J.E. (2001). Genetic Diorders of Haemoglobin. In: Hoffbrand AV and Pettit JE (eds) Color Atlas of Clinical Hematology. 3th ed. 5: 85-98. London: Mosby
Weatherall D.J. (1965). Historical Introduction. In: Weatherall DJ (ed). The Thalassaemia Syndromes. Blackwell Scientific Publ. Oxford. 1: 1-5.
Permono B, Ugrasena IDG , A Mia. Talasemia.Bag/ SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya www.Pediatrik.com [diakses 05 April 2014 ]
Mansjoer A, Triyanti K,Savitri R, Wahyu IW dan setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2 Edisi 3, Jakarta: Media aesculapius, 2001. 497-498
Darling D. THALASSEMIA. . United states of america www.daviddarling.info ( akses 05 April 2014 )
Hemoglobin: Structure & Function.2007.http–www_med-ed_virginia_edu-courses-path-innes-images-nhgifs-hemoglobin1_gif.htm ( akses 05 April 2014 )
About thalassemia. Sarawak Thalassaemia Society. 2000. www.thalassaemia.cdc.net.
Ananta Yovita. Terapi Kelasi Pada Thalassemia . Sari Pustaka. 2000 http://belibis-a17.com/2008/05/12/thalasemia/
Yunanda, Yuki. 2008. Thalasemia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2063/1/08E00848.pdf. (akses 04 april 2014)
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 36