desain struktur beton 2
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Fungsi
Struktur bangunan di dalam proyek ini adalah sebagai bangunan sekolah, terdiri dari 4 lantai,
dan pada perencanaannya bangunan sekolah ini akan direncanakan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
1.2 Denah
Gambar. Tampak Atas
Gambar. Tampak Depan
Gambar. Tampak Samping
1.3 Mutu Bahan
Mutu Beton
Mutu Beton menyatakan kekuatan tekan luas bidang permukaan.
Beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan minimum adalah 25 MPa pada umur
beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm. Mengacu
pada standar SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada ACI (American Concrete Institute).
1 MPa = 10 kg/cm2
Mutu Beton Karakteristik
Beton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 250
kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15 cm.
Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada standar eropa lama.
Perbandingan fc' dan K
Dengan perbandingan kuat tekan benda uji :
Kubus 15x15x15 cm = 1,00
Kubus 20x20x20 cm = 0,95
Silinder 15x30 cm = 0,83
Berbagai mutu beton, antara lain:
1. Mutu tinggi
fc'35 – fc'65 MPa setara K400 – K800 kg/cm2
Umumnya digunakan untuk beton prategang seperti tiang pancang beton prategang, gelagar
beton prategang, pelat beton prategang dan sejenisnya.
2. Mutu sedang
fc'20 – fc'35 MPa setara K250 – K400 ( kg/cm2 )
Umumnya digunakan untuk beton bertulang seperti pelat lantai jembatan, gelagar
betonbertulang, diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong beton bertulang, bangunan
bawah jembatan.
3. Mutu rendah
fc'15 – fc'20 MPa setara K175 – K250 kg/cm2
Umumya digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti beton siklop, trotoar dan
pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu.
fc'10 – fc'15 MPa setara K125 – K175 kg/cm2
Di gunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton
1.4 Bagian Struktur yang Didesain
Adapun bagian struktur yang akan didesain pada perencanaan ini adalah:
1. Merencanakan dimensi dan penulangan pelat
2. Merencanakan dimensi dan penulangan balok
3. Merencanakan dimensi dan penulangan kolom
4. Merencanakan dimensi dan penulangan pondasi
Garis besar perencanaan adalah sebagai berikut: Direncanakan suatu bangunan 4 lantai
yang berfungsi sebagai pusat sekolah dengan struktur bangunan terdiri dari pelat, balok, kolom
dan pondasi berada pada zona gempa II serta membuat gambar detailnya.
Adapun ketentuan-ketentuan yang lain untuk desain ini adalah:
Mutu beton (fc’) = 20 Mpa
Mutu tulangan (fy) = 340 Mpa
Mutu Sengkang (fys) = 320 Mpa
Daya dukung tanah = 200 kN/m2
Berat volume tanah = 14 kN/m2
Tanah keras pondasi pada kedalaman = -1,0 m
Beban hidup yang bekerja pada atap sebesar 100 kg/m2 dan pada setiap lantai disesuaikan
dengan fungsi bangunan.
1.5 Peraturan
Peraturan standar perencanaan struktur bangunan pada hakekatnya untuk kesejahteraan
dan berhubungan dengan segi keamanan manusia. Di Indonesia, peraturan atau pedoman
standar yang mengatur perencanaan dan pembangunan pelaksanaan beton bertulang telah
beberapa kali mengalami perubahan dan pembaharuan, sejak Peraturan Beton Indonesia 1971
(PBI 71) kemudian SK SNI T-15-1991-03 dan terakhir adalah standar tata cara perhitungan
struktur beton nomor : SNI 03-2847-2002. Pembaharuan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan dalam upaya mengimbangi pesat laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya yang berhubungan dengan beton.
Perhitungan struktur tersebut dengan memakai metode SNI 03-2847-2002 untuk
perencanan struktur beton bertulang dan referensi dari buku Desain struktur beton Gideon &
Vis, Desain Beton Bertulang Chu Kia Wang.
BAB II
PRELIMINARY DESIGN
2.1 Perencanaan Dimensi Balok
Syarat dimensi balok, menurut SNI 03-2847-2002
Untuk kondisi, ’Dua tumpuan’, tebal minimum balok (h) = l/16
Untuk kondisi, ’Satu ujung menerus’, (h) = l/18,5
Untuk kondisi, ’Kedua ujung menerus’, (h) = l/21
Untuk kondisi, ’Kantilever’, (h) = l/8
Dengan l = bentang terpanjang (mm), ketentuan ini berlaku untuk nilai fy = 400 Mpa sedangkan
untuk fy selain nilai tersebut dikalikan dengan (0.4 +fy/700). Untuk lebar balok, syaratnya : bw
= h/2 sampai dengan 2h/3.
Perhitungan:
Diketahui :
L = 6 m = 600 cm
maka :
untuk kondisi Satu ujung menerus h=600
18 .5=32 , 43 cm
untuk Kedua ujung menerus h =
60021
=28 ,57 cm
dipakai h = 400 mm = 40 cm
untuk lebar balok syaratnya h/2 ≤ bw ≤ 2h/3
bw = h/2 =
402
=20cm, tidak boleh lebih dari
bw = 2h/3 =
2 x 403
=26 ,67cm (dipakai bw = 25 cm)
maka dimensi balok awal
h = 40 cm
bw = 25 cm
25 cm
40 cm
Gambar 2.1 Perencanaan Awal Balok
2.2 Perencanaan Dimensi Kolom
Direncanakan kolom bujur sangkar dengan b = h dan untuk tiap lantai digunakan dimensi
yang sama.
Tebal pelat rencana (hf) = 12 cm
Tinggi balok (hw) = 40 cm
Lebar balok (bw) = 25 cm
Bentang balok (L) = 600 cm
Titik berat y1 = hw - ½ hf Titik berat y2 = (h –hf)/2
= 40 +1/2 (12) = 40/2
= 46 cm = 20 cm
Perencanaan lebar efektif flens (bf)
Menurut SNI 03-2847-2002, pasal 10.10 Butir 2.
Lebar pelat efektif sebagai bagian dari sayap balok –T tidak boleh melebihi seperempat bentang
balok (bf < ¼ l).
Lebar efektif sayap dari masing-masing sisi badan balok tidak boleh melebihi:
1. Delapan kali tebal pelat (8 hf), dan
2. setengah jarak bersih (1/2 ln)antara balok-balok yang bersebelahan.
Maka :
bf < ¼ l bf < ¼ (600)
bf < 150 cm
b1 < 8 hf b1 < 8 x 12
b1 < 96 cm
b1 < ½ ln b1 < ½ (l -2 (1/2 bw)
b1 < ½ (600-2(1/2 25))
b1 < 287,5 cm
maka dipakai b1 = 96 cm, maka bf = bw +2b1 =25+2(96) = 217 > 150 cm
dipakai bf = 150 cm
Penentuan titik berat (yb)
hf = 12 cm
bf = 150 cm
hw = 40 cm
bw = 25 cm
yb =
( A1 y1)+( A2 y2)( A1+ A2)
=
(bf . hf . y1 )+(bw .hw . y2 )(bf .hf )+(bw .hw )
=
(150 x12 x 46)+(25 x 40 x 20)(150 x 12)+(25 x 40 )
= 36,71 cm
Menghitung inersia
I b1 = (1/12 bf.hf3
) + (A1 .d12
)
= (1/12 x 150 x 123
) +(150 x 12 x (46-36,71)2
) = 176947,38 cm4
I b2 = (1/12 bw.hw3
) + (A2 .d22
)
= (1/12 x 25 x 403
) + (25 x 40 x (36.71 – 20)2
) = 412557,43 cm4
I b total = 589504,81 cm4
Kekakuan K =
Ibl
=589504 ,81600
=982 , 50 cm3
Menghitung Dimensi Kolom
Diketahui:
Tinggi kolom, T = 4 m = 400 cm ( kolom lantai 1)
Momen Inersia kolom Ik = 1/12 bh3
, b = h
= 1/12 b4
Kekakuan kolom K kolom =
I k
T
Kkolom > Kbalok→
I k
T > 982,50 cm3
+
→
( 112
b4 )
400 > 982,50 cm3
→ b4
> 982,50 x 400 x 12
→ b > 4√4716000
b > 46,60 cm
Digunakan kolom dengan ukuran 50 cm x 50 cm.
2.3 Perencanaan Dimensi Pelat
Perencanaan tebal pelat menurut SNI 03-2847-2002, pasal 11.5.3 Konstruksi 2 arah butir
ke 3:
Tebal pelat minimum dengan balok yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya harus
memenuhiketentuan sebagai berikut:
a) untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0.2 harus menggunakan pasal 11.5(3(2)).
b) untuk αm yang lebih besar dari 0.2 tapi tidak lebih dari 2, ketebalan pelat minimum harus
memenuhi
h =
λn(0,8+f y
1500 )36+5 β (αm−0,2 )
dan tidak boleh kurang dari 120mm.
c) untuk αm yang lebih besar dari 2 , ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari
h =
λn (0,8−f y
1500 )36−9 β dan tidak boleh kurang dari 90 mm.
d) pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan α tidak
kurang dari 0.8 atau sebagai alternatif ketebalan minimum yang ditentukan persamaan 16
atau persamaan 17 harus dinaikkan paling tidak 10% pada panel dengan tepi yang tidak
menerus.
αm = harga rata-rata dari semua α pada tepi pelat
α =
Ecb . I b
Ecs . I s
αm =
α1+α2+α3+α4
4
Perhitungan Tebal Pelat
Diketahui
Tebal pelat rencana, hf = 12 cm
Panjang bentang, l = 600 cm
Panjang bentang bersih, ln = l -2 (1/2 bw)
ln = 600 - 2(1/2 x 25) = 575 cm
Perbandingan bentang terpanjang dengan bentang terpendek,
β=600−30/200−30=3 . 35
Mutu baja yang digunakan fy = 340 Mpa
1
3
4
2
Menentukan α 1
Diketahui : bf = 300 cm hf = 12 cm
hw = 40 cm bw = 25 cm
y1 = 32 cm y2 = 6 cm
be = bw + 8hf be = bw + hw
= 25 + 8(12) = 25 + 40
= 121 cm = 65 cm
Note : nilai be diambil yang terkecil, jadi be = 65 cm
y =
(be . hf . y2)+(hw .bw . y1 )
((be .hf )+(bw .hw))
=
((65 x12 x6 )+(40 x25 x32 ))((65 x 12)+(25 x 40 ))
= 20.61 cm
Menghitung inersia
I bp = (1/12 bf.hf3
) + (A1 .d12
)
= (1/12 x 300x 123
) +(300 x 12 x (32-20.61)2
) = 510235.56 cm4
Ip = 1/12 bf hf3
= 1/12 x 300 x 123
= 43200 cm4
α1 =
Ecb . I bp
Ecp . I p untuk kontruksi monolit Ecb = Ecp
α1 =
IbpIp =
510235 .56 43200
=11. 81
Menentukan α 2
Diketahui : bf = 400 cm hf = 12 cm
hw = 45 cm bw = 25 cm
y1 = 34,5 cm y2 = 6 cm
be = bw + 8hf be = bw + 2.hw
= 25 + 8(12) = 25 + 2(45)
= 121 cm = 115 cm
Note : nilai be diambil yang terkecil, jadi be = 115 cm
y =
(be . hf . y2)+(hw .bw . y1 )
((be .hf )+(bw .hw))
=
((115 x 12x 6 )+(45 x 25x 34 , 5))((115 x12)+(25 x45 ))
= 18,79 cm
Menghitung inersia
Ibp = (1/12 bf.hf3
) + (A1 .d12
)
= (1/12 x 400x 123
) +(400 x 12 x (34.5-18.79)2
) = 1242259.68 cm4
Ip = 1/12 bf hf3
= 1/12 x 400 x 123
= 57600 cm4
α2 =
Ecb . I bp
Ecp . I p untuk kontruksi monolit Ecb = Ecp
α2 =
IbpIp =
1242259 .6857600
=21 .57
Menentukan α3
Diketahui : bf = 300 cm hf = 12 cm
hw = 45 cm bw = 25 cm
y1 = 34,5 cm y2 = 6 cm
be = bw + 8hf be = bw + hw
= 25 + 8(12) = 25 + 45
= 121 cm = 70 cm
Note : nilai be diambil yang terkecil, jadi be = 70 cm
y =
(be . hf . y2)+(hw . bw . y1 )
((be . hf )+(bw . hw))
=
((70 x12 x6 )+( 45 x25 x34 ,5 ))((70 x 12)+(25 x 45 ))
= 22.32 cm
Menghitung inersia
Ibp = (1/12 bf.hf3
) + (A1 .d12
)
= (1/12 x 300 x 123
) +(300 x 12 x (34.5-22.32)2
)
= 577268.64 cm4
Ip = 1/12 bf hf3
= 1/12 x 300 x 123
= 43200 cm4
α3 =
Ecb . I bp
Ecp . I p untuk kontruksi monolit Ecb = Ecp
α3 =
IbpIp =
577268 . 6443200
=13. 36
Menentukan α4
Diketahui : bf = 600 cm hf = 12 cm
hw = 50 cm bw = 25 cm
y1 = 37 cm y2 = 6 cm
be = bw + 8hf be = bw + hw
= 25 + 8(12) = 25 + 2(50)
= 121 cm = 125 cm
Note : nilai be diambil yang terkecil, jadi be = 121 cm
y =
(be . hf . y2)+(hw . bw . y1 )
((be . hf )+(bw . hw))
=
((121 x12 x6 )+(50 x25 x 37))((121 x12 )+(25 x50 ))
= 20.34 cm
Menghitung inersia
Ibp = (1/12 bf.hf3
) + (A1 .d12
)
= (1/12 x 600 x 123
) +(600 x 12 x (37-20.34)2
)
= 2084800.32 cm4
Ip = 1/12 bf hf3
= 1/12 x 600 x 123
= 86400 cm4
α4 =
Ecb . I bp
Ecp . I p untuk kontruksi monolit Ecb = Ecp
α4 =
IbpIp =
2084800 .3286400
=24 . 13
Maka : αm =
α1+α 2+α 3+α4
4
αm =
11. 81+21.57+13 . 36+24 . 134
=17 .72
untuk αm yang lebih besar dari 2 , ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari
h =
ln(0,8−f y
1500 )36−9 β dan tidak boleh kurang dari 90 mm.
maka :
h =
ln(0,8−f y
1500 )36−9 β
=
575(0,8+3401500 )
36+9 x 3 .35 = 8.92 cm
Maka tebal pelat yang digunakan adalah 12 cm.
BAB IIIANALISA PEMBEBANAN
3.1 Perhitungan Pembebanan
3.1.1 Pembebanan Pelat Atap
Analisa pembebanan berdasarkan peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung
- Tebal pelat atap : 12 cm
- Tebal Water Proofing (aspal) : 1 cm
- Berat sendiri beton bertulang : 2400 kg/m3
- Berat sendiri aspal : 14 kg/m2/cm tebal
- Berat plafond + eternit : 18 kg/m2
- Berat hidup pelat atap : 100 kg/m2
- Berat sendiri dinding : 250 kg/m2
a. Beban Mati
Berat sendiri pelat atap = tebal x bj beton
= 0,12 m x 2400 kg/m3
= 288 kg/m2
Berat Aspal = tebal x bj aspal
= 1 cm x 14 kg/m2/cm tebal = 14 kg/m2
Berat Plafond + eternit = 18 kg/m2
Berat Mati Total (Wd) = 320 kg/m2
b. Beban hidup (Wl)
Beban hidup pelat atap = 100 kg/m2
+
Berdasarkan SNI 03-2847-2002, agar struktur dan komponen struktur memenuhi syarat
kekuatan dan layak pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban , harus memenuhi
ketentuan dari faktor beban .
Kuat perlu (Wu) yang menahan beban mati Wd dan beban hidup (Wl) :
Wu = 1,2 Wd + 1,6 Wl
= 1,2 (320) + 1,6 (100)
= 544 kg/m2
3.1.2 Pembebanan Pelat Lantai
Analisa pembebanan berdasarkan PPIUG 1983 :
- Tebal pelat lantai = 0,16 m
- Tebal spesi = 1 cm
- Tebal ubin = 1 cm
- Bj beton = 2400 kg/m3
- Bj spesi = 21 kg/m2/cm tebal
- Bj Ubin = 24 kg/m2/cm tebal
- Berat plafond + eternit = 18 kg/m2
- Beban hidup = 250 kg/m2
(untuk bangunan sekolah)
a Beban Mati
Berat sendiri pelat atap = tebal x bj beton
= 0,16 m x 2400 kg/m3
= 384 kg/m2
Berat spesi = tebal x bj spesi
= 1 cm x 21 kg/m2/cm tebal = 21 kg/m2
Berat ubin = tebal x bj ubin
=1 cm x 24 kg/m2/cm tebal = 24 kg/m2
Berat Plafond + eternit = 18 kg/m2
Berat Mati Total (Wd) = 447 kg/m2
+
A A
A A
A A
A A
A A
A A
A A
B
B
B
B
B
B
B
a Beban hidup (Wl)
Beban hidup pelat atap = 250 kg/m2
Kuat perlu (Wu) yang menahan beban mati Wd dan beban hidup (Wl) :
Wu= 1,2 Wd + 1,6 Wl
= 1,2 (447) + 1,6 (250)
= 936,4 kg/m2
Gambar. Denah Pelat Atap
3.2 Perhitungan Gaya Dalam
Penyaluran beban berdasarkan metode amplop. Momen-momen ditentukan dengan tabel
4.2.b (grafik dan tabel perhitungan beton bertulang) menurut masing-masing tipe pelat.
A
Contoh perhitungan :
Wu = 544 Kg/m2
ly/lx = 6/6 = 1
Untuk perhitungan pelat atap A :
Tipe pelat di atas merupakan tipe III. Untuk nilai ly/lx = 1, maka diperoleh :
Mlx = 0.001Wulx2 x = 0,001 x 544 x 36 x 28 = 548.35 kgm
Mly = 0,001Wulx2x = 0,001 x 544 x 36 x 28 = 548.35 kgm
Mtx = -0,001Wulx2x = -0,001 x 544 x 36 x 68 = -1331.71 kgm
Mty = -0,001Wulx2x = -0,001 x 544 x 36 x 68 = -1331.71 kgm
Mtix = ½ Mlx = ½ x 548.35 = 274.18 kgm
Mtiy = ½ Mly = ½ x 548.35 = 274.18 kgm
Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut :
Dari excel
3.3 Penulangan Pelat
Data-data yang digunakan yaitu :
Mutu beton (f’c) = 20 MPa
Mutu tulangan lentur = 340 Mpa
Mutu tulangan geser = 340 Mpa
Tebal pelat = 12 cm = 120 mm
Penutup beton :
- 40 mm (untuk tulangan Ø< 16 , dimana beton langsung dicor diatas tanah dan
selalu berhubungan dengan tanah atau cuaca)
- 20 mm (untuk tulangan Ø< 16 , dimana beton tidak langsung berhubungan
dengan tanah atau cuaca)
3.3.1 Perhitungan penulangan pelat atap A
Diketahui Mlx = 548.35 kgm = 5483500 Nmm
Menentukan diameter tulangan dengan sistem coba-coba
ØD = 12 mm
Menentukan defektif
defektif=h−ρ−1/2 φD
= 120 – 20 – ½(12) = 94 mm
Menentukan Mn
Mn=Mφ
φ = faktor reduksi 0,8, berdasarkan SK SNI 03 - 2847 – 2002
Mn=Mφ
=54835000,8
=6854375 Nmm
Menentukan m
m=f y
0 ,85×f ' c=340
0 ,85×20=20
Menentukan Rn
Rn= Mn
b×d2=6854375
1000×942=0. 77
Menentukan ρB
ρB=0 ,85 β1 f ' c
f y(600600+ f y
)ρB = ratio tulangan yang memberi kondisi regangan seimbang
β = 0,85
ρB=0 , 85×0 , 85×20340 (600
600+340 )=0.027
Menentukan ratio tulangan tarik maksimum (ρmaks )
ρmaks=0 ,75 ρB=0 ,75×0 ,027=0 ,020
Menentukan ratio tulangan tarik minimum (ρmin )
ρmin=1,4f y
= 1,4340
=0 ,0041
Menentukan ρperlu
ρperlu=1m (1−√1−2 mRn
f y)= 1
20 (1−√1−2×20×0 .77340 )
ρperlu=1
20(0 ,046 )=0 ,0023
Penggunaan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Jika < min, digunakan min
- Jika min < < maks, digunakan
- Jika > maks, perhitungan harus diulangi
Karena ρperlu < ρmin , maka yang digunakan adalah ρmin = 0,0041
Menentukan luas tulangan tarik (As perlu)
As perlu = ρ.b.d = 0,0041 x 1000 x 94 = 385 mm2
Menentukan Luas tulangan (AsØD12)
Luas tulangan (AsØD12) = 1
4×π×D2
= 1
4×π×122
= 113,04 mm2
Menentukan jarak tulangan (S)
Jarak tulangan (S) ≤
0 ,25×π×D2×bAs
≤
0 ,25×π×122×1000385
=293 .61 mm
Menentukan jumlah tulangan
Jumlah tulangan (n) =
As perlu
AφD 12
= 385/ 113,04 = 3,40
Jadi yang digunakan 4 buah tulangan.
Kontrol kapasitas : Cc = Ts
a =
As φd×n×fy0 ,85×f c '×b
=
113 , 04×4×3400 ,85×20×1000
= 9.04 mm
Ts = (As¿ n¿ fy)
= 113,04¿ 4¿ 340
= 153734 N
Mntotal = Ts (d-(1/2¿ a))
= 153734 (94 – 4.52)
= 13.75¿ 106 Nmm
Mu = ф¿ Mn total
= 0,8 ¿ 13.75 ¿ 106
= 11¿ 106 N.mm
Syarat Mn > Mu : 13.75¿ 106 > 11¿ 106 aman!
Kontrol geser (dipakai hanya untuk momen lapangan)
Vn = ½ x 0,15 qu x L
= ½ x 0,15 x 8,212 x 6000
= 3695.4 N/mm
φ Vc=b×d6
√ f ' cx 0,6=1000 x946
√20 x 0,6=54271 N/mm
Syarat : φ Vc>Vn . .. . .. .. . .. .. . ..ok !!
Digunakan tulangan Ø12-300
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Dari excel
BAB IV
PERENCANAAN PORTAL