depresi-1
TRANSCRIPT
DEPRESI
I. LATAR BELAKANG
Gangguan suasana perasaan (gangguan mood [afektif]) merupakan
sekelompok penyakit yang biasanya mengarah ke depresi atau elasi (suasana
perasaan yang meningkat).1 Pasien dengan mood yang meninggi menunjukkan
sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat, penurunan kebutuhan tidur,
peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood yang
terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, pikiran tentang kematian dan bunuh
diri.1
Secara sederhana, depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan
dan perasaan tidak ada harapan lagi. Pada saat ini, depresi menjadi gangguan
kejiwaan yang sangat mempengaruhi kehidupan, baik hubungan dengan orang
lain maupun dalam hal pekerjaan. WHO memprediksikan pada tahun 2020,
depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami
masyarakat dunia.2
Gangguan manik depresi atau yang lebih dikenal dengan gangguan
bipolar adalah gangguan mood yang mempengaruhi sekitar 5.700.000 orang
Amerika. Gangguan ini memiliki ciri episode depresi dan manik yang
bergantian. Gejala gangguan bipolar sangat bervariasi dan sering mempengaruhi
keseharian individu dan hubungan interpersonal. Gangguan bipolar memiliki
resiko bunuh diri yang besar.3
Hampir pada semua kasus, gangguan bipolar mengalami kekambuhan.
Terkadang perubahan suasana perasaan dari depresi ke mania atau sebaliknya
tanpa melalui periode suasana hati yang normal terlebih dahulu. Sekitar 15%
penderita, terutama wanita, mengalami empat episode atau lebih setiap
tahunnya. Penderita yang sering mengalami kekambuhan, lebih sulit untuk
diobati. Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah gangguan bipolar. Namun
dengan mendapatkan perawatan secara dini pada awal gangguan kesehatan
mental dapat membantu mencegah gangguan bipolar atau kondisi kesehatan
mental yang lebih buruk.3
Ganguan afektif juga bisa terjadi bersamaan skizofrenia yang dinamakan
gangguan skizoafektif, memiliki ciri baik skizofrenia dan gangguan afektif
(sekarang disebut gangguan mood). Kriteria diagnostik untuk gangguan
skizoafektif telah berubah seiring dengan berjalannya waktu, sebagian besar
karena perubahan kriteria untuk skizofrenia dan gangguan mood. Terlepas dari
sifat diagnosis yang dapat berubah, diagnosis ini tetap merupakan diagnosis
yang terbaik bagi pasien yang sindroma klinisnya akan terdistorsi jika hanya
dianggap skizofrenia atau hanya suatu gangguan mood saja.1
II. MANIFESTASI KLINIK DAN DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan depresi meliputi: 5
F32 EPISODE DEPRESIF
Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ):
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
Gejala lainnya :
(a) Kosentrasi dan perhatian berkurang
(b) Harga diri dan kepercayaan berkurang
(c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
(d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
(e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh
diri.
(f) Tidur terganggu
(g) Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1)
dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal
(yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan
di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-)
F32.0 Episode Depresif Ringan
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
tersebut diatas;
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a) sampai
dengan (g).
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
biasa dilakukannya.
Karakter kelima: F32.00 = Tanpa gejala somatik
F32.01 = Dengan gejala somatik
F32.1 Episode Depresif Sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
pada episode depresi ringan (F30.0);
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala
lainnya;
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Karakter kelima: F32.10 = Tanpa gejala somatik
F32.11 = Dengan gejala somatic
F32.2 Episode Depresif Berat Tanpa gejala Psikotik
Semua 3 gejala utama dari depresi harus ada.
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan diantaranya
harus berintensitas berat.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangnya 2 minggu,
akan tetapi jika gejala sangat berat dan beronset sangat cepat, maka
masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang
dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin bagi pasien meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
F32.3 Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik
Episode Depresi Berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2
tersebut diatas.
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab akan hal itu.
Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Reteardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai
serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).
F32.8 Episode Depresif Lainnya
F32.9 Episode Depresif YTT
F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG
Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :
episode depresif ringan (F32.0),
episode depresif sedang (F32.1),
episode depresif berat (F32.2 dan F32.3).
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan afektif
bipolar.
Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan
hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).
Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode
singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang
memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode
depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan
pengobatan depresi).
Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun
sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya
menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini
harus tetap digunakan).
Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan,
seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress dan
trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakan
diagnosis).
F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi
dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan (F32.0); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
Karakter kelima: F33.00 = Tanpa gejala somatik
F33.01 = Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi
dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan (F32.1); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
Karakter kelima: F33.10 = Tanpa gejala somatik
F33.11 = Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa Gejala
Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi
dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Dengan Gejala
Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi
dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini Dalam Remisi
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah
dipenuhi masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak
memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat
keparahan apa pun atau gangguan lain apa pun dalam F30-F39;
dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya
F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT
F20.4 Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
(a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria
diagnosis umum skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
(b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya); dan
(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi
paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam
kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi
episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol,
diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.
F25 GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini,
episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun
episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang
berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4
(Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami
episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun
depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain
mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip diantara
episode manik dan depresif (F30-F33).
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe
depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana
sebagian besar di dominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya 2 gejala
khas, baik depresif maupun kelainan prilaku terkait seperti
tercantum dalam uraian untuk episode depresif (F 32)
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau
lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana
ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-pedoman diagnostik (a) sampai
(d).
F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara
bersama-sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran
(F31.6)
F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya
F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu,
pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai
penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada
waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan
aktivitas (depresi).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi
cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan)
meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut.
Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup
yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial
untuk penegakan diagnosis).
Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif.
Tidak termasuk: gangguan bipolar, episode manik tunggal (F30).
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania
(F30.0); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala
Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala
Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
dengan gejala psikotik (F30.2); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau
Sedang
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa
Gejala Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan
Gejala Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomani, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan
cepat (gejala mania/ hipomania dan depresi sama-sama mencolok
selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan
telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Dalam Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-
kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran
dimasa lampau dan ditambah sekurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif atau campuran).
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT
F34 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD[AFEKTIF])
MENETAP
F34.0 Siklotimia
Ciri esensial adalah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana
perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania
ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama
untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar (F31.-) atau
gangguan depresif berulang (F33.-).
Setiap episode alunan afektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria
untuk mana pun yang disebut dalam episode manik (F30.-) atau
episode depresif (F32.-).
F34.1 Distimia
Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang
tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria
gangguan depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1).
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka
waktu tidak terbatas.
Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali
merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (F32) dan
berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain yang tampak
jelas.
F34.8 Gangguan Afektif Menetap Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup
parah atau tidak berlangsung cukup lama untuk memenuhi kriteria
siklotimia (F34.0) atau distimia (F34.1), namun secara klinis
bermakna.
F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT
F38 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD[AFEKTIF])
LAINNYA
F38.0 Gangguan Afektif Tunggal Lainnya
F38.00 = Episode afektif campuran
Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2
minggu yang bersifat campuran atau pergantian cepat (biasanya
dalam beberapa jam) antara gejala hipomanik, manik dan depresif.
F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya
F38.10 = Episode depresif singkat berulang
Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali
sebulan selama satu tahun yang lampau.
Semua episode depresif masing-masing berlangsung kurang dari 2
minggu (yang khas ialah 2-3 hari, dengan pemulihan sempurna)
tetapi memenuhi kriteria simtomatik untuk episode depresif ringan,
sedang atau berat (F32.0, F32.1, F32.2).
F38.8 Gangguan Afektif Lainnya YTT
Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak
memenuhi kriteria untuk kategori mana pun dari F30-F38.1 tersebut
diatas.
F38.9 Gangguan Afektif YTT
Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir jika tak ada istilah lain
yang dapat digunakan.
Termasuk : psikosis afektif YTT.
III.FAKTOR BIOLOGIS
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang
penting dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi
biokimiawi yaitu neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa pesan
komunikasi antar neuron di otak. Jika neurotransmiter ini berada pada tingkat
yang normal, otak akan bekerja secara harmonis. Berdasarkan riset, kekurangan
neurotransmiter serotonin, norepinefrin dan dopamin dapat menyebabkan
depresi. Di satu sisi, jika neurotransmiter ini berlebih dapat menjadi penyebab
gangguan manik. Selain itu antidepresan trisiklik dapat memicu mania.2
Serotonin adalah neurotransmiter aminergic yang paling sering
dihubungkan dengan depresi. Penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi.
Pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin
yang rendah di cairan serebrospinalnya. Pada penggunaan antidepresan jangka
panjang terjadi penurunan jumlah tempat ambilan kembali serotonin.1
Dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam menyebabkan
depresi. Data menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan
meningkat pada mania. Obat yang menurunkan kadar dopamin seperti reserpine
dan pada penyakit yang mengalami penurunan dopamin seperti Parkinson
disertai juga dengan gejala depresi. Obat-obat yang meningkatkan kadar
dopamin seperti tyrosine, amphetamine dan bupropion menurunkan gejala
depresi. Disfungsi jalur dopamin mesolimbik dan hipoaktivitas reseptor dopamin
tipe 1 (D1) terjadi pada depresi.1
Obat-obatan yang mempengaruhi sistem neurotransmiter seperti kokain
akan memperparah mania. Agen lain yang dapat memperburuk mania termasuk
L-dopa, yang berpengaruh pada reuptake dopamin dan serotonin. Calsium
channel blocker yang digunakan untuk mengobati mania dapat mengganggu
regulasi kalsium di neuron. Gangguan regulasi kalsium ini dapat menyebabkan
transmisi glutaminergik yang berlebihan dan iskemia pembuluh darah.5
Neurotransmiter lain seperti GABA dan peptida neuroaktif seperti
vasopresin dan opiat endogen juga berperan dalam patofisiologi gangguan
mood. Beberapa penelitian menyatakan bahwa sistem pembawa kedua (second
messenger) seperti adenylate cyclase, phosphatidylinositol dan regulasi kalsium
mungkin memiliki relevansi dengan penyebab gangguan mood.1
Regulasi abnormal pada sumbu neuroendokrin mungkin dikarenakan
fungsi abnormal neuron yang mengandung amine biogenik. Secara teoritis,
disregulasi pada sumbu neuroendokrin seperti sumbu tiroid dan adrenal terlibat
dalam gangguan mood. Pasien dengan gangguan mood mengalami penurunan
sekresi melatonin nokturnal, penurunan pelepasan prolaktin, penurunan kadar
FSH dan LH serta penurunan kadar testosteron pada laki-laki.1
Dexamethasone adalah analog sintetik dari kortisol. Pada
Dexamethasone Suppression Test, 50% dari pasien yang menderita depresi
memiliki respon yang abnormal terhadap dexamethasone dosis tunggal. Banyak
penelitian menemukan bahwa hiperkortisolemia dapat merusak neuron pada
hipokampus.1
Gangguan tiroid seringkali disertai dengan gejala afektif. Penelitian telah
mengambarkan adanya regulasi tiroid yang abnormal pada pasien dengan
gangguan mood. Sepertiga dari pasien dengan gangguan depresif berat memiliki
pelepasan tirotropin yang tumpul. Penelitian terakhir melaporkan kira-kira 10%
pasien dengan gangguan mood khususnya gangguan bipolar I memiliki antibodi
antitiroid yang dapat dideteksi.1
Beberapa penelitian menemukan terdapat perbedaan pengaturan
pelepasan hormon pertumbuhan antara pasien depresi dengan orang normal.
Penelitian juga telah menemukan bahwa pasien dengan depresi memiliki
penumpulan respon terhadap peningkatan sekresi hormon pertumbuhan yang
diinduksi clonidine.1
Gangguan tidur adalah gejala yang sering ditemukan pada pasien depresi.
Menurunnya kebutuhan tidur adalah gejala klasik dari mania. Penelitian telah
mengungkapkan bahwa elektroensefalogram (EEG) saat tidur pada orang yang
menderita depresi menunjukkan kelainan. Kelainan tersebut antara lain
perlambatan onset tidur, pemendekan latensi rapid eye movement (REM),
peningkatan panjang periode REM pertama dan tidur delta yang abnormal. Pada
depresi terjadi regulasi abnormal dari irama sirkadian. Beberapa penelitian pada
binatang menyatakan bahwa terapi antidepresan efektif untuk mengubah jam
biologis.1
Penelitian melaporkan adanya kelainan imunologis pada pasien depresi
dan pada orang yang berdukacita karena kehilangan sanak saudara, pasangan
atau teman dekat. Kemungkinan proses patofisiologi yang melibatkan sistem
imun menyebabkan gejala psikiatrik dan gangguan mood pada beberapa pasien.1
Pada pencitraan otak pasien dengan gangguan mood terdapat
sekumpulan pasien dengan gangguan bipolar I terutama pasien laki-laki
memiliki ventrikel serebral yang membesar. Pembesaran ventrikel lebih jarang
pada pasien dengan gangguan depresif berat. Pencitraan dengan MRI juga
menyatakan bahwa pasien dengan gangguan depresif berat memiliki nukleus
kaudatus yang lebih kecil dan lobus frontalis yang lebih kecil. Banyak literatur
menjelaskan penurunan aliran darah pada korteks serebral dan area korteks
frontalis pada pasien depresi berat.1
Hipotesis menyatakan gangguan mood melibatkan patologis pada sistem
limbik, ganglia basalis dan hipotalamus. Gangguan pada ganglia basalis dan
sistem limbik terutama pada hemisfer yang dominan dapat ditemukan bersamaan
dengan gejala depresif. Disfungsi pada hipotalamus dihubungkan dengan
perubahan pola tidur, nafsu makan dan perilaku seksual pada pasien dengan
depresi. Postur yang membungkuk, terbatasnya aktivitas motorik dan gangguan
kognitif minor adalah beberapa gejala depresi yang juga ditemukan pada
penderita dengan gangguan ganglia basalis seperti penyakit Parkinson dan
demensia subkortikal lainnya.1
IV. TERAPI
A)TERAPI PSIKOSOSIAL
Banyak penelitian menyatakan bahwa kombinasi psikoterapi dengan
farmakoterapi adalah terapi yang paling efektif untuk gangguan depresi berat.
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek seperti terapi kognitif, terapi interpersonal
dan terapi perilaku telah diteliti manfaatnya dalam terapi gangguan depresi
berat.1
Terapi kognitif awalnya dikembangkan oleh Aaron Back. Tujuan terapi
ini adalah menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurensinya dengan
membantu pasien mengidentifikasi uji kognitif negatif, mengembangkan cara
berfikir alternatif, fleksibel dan positif serta melatih respon kognitif dan perilaku
yang baru.1
Beberapa penelitian menyatakan bahwa kombinasi terapi kognitif dengan
farmakoterapi lebih manjur daripada terapi tersebut masing-masing. NIMH
Treatment of Depression Collaboration Research Program, menemukan bahwa
farmakoterapi, baik sendiri maupun dengan psikoterapi merupakan terapi
terpilih untuk pasien dengan gangguan depresif yang parah.1
Terapi interpersonal dikembangkan oleh Gerald Klerman. Terapi ini
memusatkan pada satu atau dua masalah interpersonal yang sekarang dialami
oleh pasien dengan anggapan bahwa masalah interpersonal sekarang ini
memiliki hubungan dengan awal yang disfungsional dan masalah interpersonal
sekarang mungkin terlibat dalam mencetuskan atau memperberat gejala depresi
sekarang. Beberapa percobaan menyatakan bahwa terapi interpersonal efektif
dalam pengobatan gangguan depresi berat. Program terapi interpersonal
biasanya terdiri dari 12 sampai 16 sesion.1
Terapi perilaku didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku
maladaptif menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif
dari masyarakat dan kemungkinan menerima penolakan. Dengan memusatkan
terapi pada perilaku maladaptif ini, pasien akan belajar untuk berfungsi dengan
cara tertentu sehingga mereka akan mendapat dorongan yang positif. Data saat
ini menyatakan terapi perilaku adalah modalitas pengobatan yang efektif untuk
gangguan depresif berat.1
Terapi berorientasi psikoanalitik bertujuan untuk mendapatkan
perubahan pada struktur atau karakter kepribadian dan bukan semata-mata untuk
menghilangkan gejala. Perbaikan dalam kepercayaan diri, mekanisme mengatasi
masalah, kapasitas untuk berdukacita, dan kemampuan untuk mengalami
berbagai macam emosi merupakan tujuan psikoanalisa.1
Terapi keluarga dapat membantu seorang pasien dengan gangguan mood
untuk menurunkan stress dan menerima stress serta menurunkan kemungkinan
relaps.1
Perawatan di rumah sakit diperlukan bila dibutuhkan prosedur diagnostik
lebih lanjut, resiko bunuh diri atau membunuh oaring lain dan penurunan
kemampuan pasien untuk merawat diri, memperoleh makanan, tempat
berlindung dan hancurnya sistem pendukung. Pasien dengan depresi ringan atau
hipomanik mengkin dapat diobati secara aman di tempat praktek dokter. Pasien
dengan gangguan mood yang berat seringkali tidak mau dirawat dirumah sakit
sehingga mereka perlu dibawa secara involunter.1
B) FARMAKOTERAPI
ANTIDEPRESAN
Antidepresan merupakan obat yang paling sesuai untuk pasien depresi
dengan gangguan vegetatif yang jelas, retardasi psikomotor, gangguan tidur,
nafsu makan menurun, penurunan berat badan, dan penurunan libido.
Mekanisme obat antidepresan adalah menghambat ambilan neurotransmiter
aminergic dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxydase
(MAO) sehingga terjadi peningkatan jumlah neurotransmiter aminergic pada
celah sinaps neuron yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.4
Sumber:B G Katzung, Basic Clinical Pharmacology 10th ed, 2006.
Gambar 1. Diagram skematis titik tangkap obat-obat antidepresan.
Obat antidepresan yang ideal harus memenuhi kriteria
berikut: (1) efektif pada berbagai gangguan depresi, (2) efektif dalam perawatan
jangka pendek dan jangka panjang, (3) efektif pada berbagai kelompok umur,
(4) memiliki onset cepat, (5) dosis sekali sehari, (6) biaya yang terjangkau, (7)
ditoleransi oleh tubuh dengan baik, (8) tidak mempengaruhi perilaku, (9)
toleransi terhadap berbagai penyakit fisik, (10) bebas dari interaksi dengan
makanan atau obat-obatan, (11) aman.6
Setiap pasien memiliki masalah yang berbeda-beda dan
penilaian klinis selalu diperlukan pada saat membuat keputusan dalam
menentukan pengobatan pasien. Untuk menemukan obat yang sesuai bagi
seseorang harus dilakukan secara empiris. Riwayat pengobataan di masa lalu
juga sangat penting sebagai pedoman penggunaaan obat selanjutnya. Selain efek
antidepresan, obat ini juga memiliki efek samping lainnya. Obat yang berefek
sedatif kuat lebih sesuai untuk keadaan gelisah dan agitasi sementara obat yang
memiliki efek sedasi yang rendah cocok untuk pasien yang mengalami
penghentian atau penurunan aktivitas psikomotor. Berikut adalah macam-macam
antidepresan yang banyak digunakan untuk kepentingan klinik.7
ANTIDEPRESAN TRISIKLIK (TRICYCLIC ANTIDEPRESSANT; TCA)
TCA sudah digunakan hampir selama empat dekade. Antidepresan ini disebut
trisiklik karena memiliki nukleus dengan tiga cincin. Obat yang termasuk
golongan ini adalah imipramine, desipramine, clomipramine, trimipramine,
amitriptyline, nortriptyline, doxepine, protriptyline. Semua TCA memiliki efek
terapi yang sama, pilihannya tergantung dari toleransi terhadap efek sampingnya
serta lama kerjanya.7
Farmakokinetik
TCA mudah diabsorbsi peroral dan bersifat lipofilik sehingga mudah masuk
SSP.9 TCA dosis tinggi dapat memperlambat aktivitas gastrointestinal dan
memperpanjang waktu pengosongan lambung sehingga penyerapan obat
menjadi lebih lama. Konsentrasi puncak dalam serum dicapai setelah beberapa
jam.10 Obat ini dimetabolisme di hati dan dikeluarkan sebagai metabolit non
aktif melalui ginjal.8
Farmakodinamik
Mekanisme kerja dari TCA adalah sebagai berikut.
Menghambat ambilan neurotransmiter
TCA menghambat ambilan neurotransmiter monoamine (norepinefrin atau
serotonin) ke terminal saraf prasinaptik yang menyebabkan peningkatan
konsentrasi neurotransmiter monoamine pada celah sinaptik sehingga
berefek antidepresan.
Penghambatan reseptor
TCA menghambat reseptor serotonin, α-adrenergik, histamin dan
muskarinik.8
Sumber: H Lullmann, Color Atlas of Pharmacology 2nd ed, 2000.
Gambar 2. Diagram skematis mekanisme kerja dari TCA.
Farmakologi Klinik
TCA meningkatkan aktifitas berfikir, memperbaiki kewaspadaan mental,
meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi gejala depresi pada 50-70% pasien.
Perbaikan alam pikiran memerlukan waktu dua minggu atau lebih.8 TCA banyak
digunakan untuk depresi sedang hingga berat terutama dengan gangguan
psikomotorik, insomnia atau nafsu makan yang buruk. Hal yang perlu
diperhatikan adalah efek terapi yang lambat sehingga pengobatan setidaknya
dilakukan 4-6 minggu sebelum menyimpulkan bahwa obat tersebut tidak efektif.
Jika muncul respon parsial, pengobatan harus dilanjutkan selama beberapa
minggu lagi sebelum meningkatkan dosis.10
Efek samping
Antimuskarinik: penghambatan reseptor asetilkolin menyebabkan
penglihatan kabur, mulut kering, retensi urin, konstipasi, memperberat
epilepsi dan glaukoma.
Kardiovaskuler: peningkatan aktivitas katekolamin menyebabkan stimulasi
jantung yang berlebihan, perlambatan konduksi atrioventrikular.
Penghambatan reseptor α-adrenergik menyebabkan hipotensi ortostatik dan
takikardi. Masalah ini harus diperhatikan terutama pada orang tua.
Sedasi: rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, aktivitas psikomotor
menurun, kemampuan kognitif menurun.
Neurotoksikosis: tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia.4,8
Sediaan dan Dosis
Amitriptyline (generik, Elvail)
Oral: 10; 25; 50; 75; 100; 150 mg tablet
Parenteral: 10 mg/mL IM injeksi
Dosis: 75-200 mg/hari
Clomipramine (generik, Anafranil)
Oral: 25; 50; 75 mg kapsul
Dosis: 75-300 mg/hari
Desipramine (generik, Norpramin, Pertofrane)
Oral; 10; 25; 50; 75; 100; 150 mg tablet
Dosis: 75-200 mg/hari
Doxepine (generik, Sinequan)
Oral: 10; 25; 50; 75; 100; 150 mg kapsul; 10 mg/mL konsentrat
Dosis: 75-300 mg/hari
Imipramine (generik, Tofranil)
Oral: 10; 25; 50 tablet (hidroklorida), 75; 100; 125; 150 mg kapsul (pamoat)
Parenteral: 25 mg/2mL IM injeksi
Dosis: 75-200 mg/hari
Nortriptyline (generik, Aventyl, Pamelor)
Oral: 10; 25; 50; 75 mg kapsul, 10 mg/5mL solution
Dosis: 75-150 mg/hari
Protriptyline (generik, vivactil)
Oral: 5; 10 mg tablet
Dosis: 20-40 mg/hari
Trimipramine (Surmontil)
Oral: 25; 50; 100 mg kapsul
Dosis: 75-200 mg/hari
HETEROSIKLIK
Antidepresan heterosiklik merupakan antidepresan turunan kedua dan ketiga.
Potensi obat heterosiklik tidak berbeda secara khusus dari agen-agen
sebelumnya. Yang termasuk antidepresan generasi kedua dalah amoxapine,
maprotiline, trazodone dan bupiropion. Generasi ketiga adalah mirtazapine,
venlafaxine dan nefazodone. Pada tahun 1990 diperkenalkan agen venlafaxine
yang banyak digunakan di Eropa.
Farmakokinetik, farmakodinamik dan efek samping obat ini hampir sama
dengan TCA. Trazodone dan venlafaxine memiliki waktu paruh yang pendek
sehingga perlu mengatur pembagian dosis pada awal pemberian terapi.7
Sediaan dan Dosis
Amoxapine (generik, Asendin)
Oral: 25; 50; 100; 150 mg tablet
Dosis: 150-300 mg/hari
Bupropion (Wellbutrin)
Oral: 75; 100 mg tablet, 100; 150 mg sustaines release tablet
Dosis: 200-400 mg/hari
Maprotiline (generik, Ludiomil)
Oral: 25; 50; 75 mg tablet
Dosis: 75-300 mg/hari
Mitrazapine (Remeron)
Oral: 15; 30; 45 mg tablet
Dosis: 15-60 mg/hari
Nefazodone (generik, Desyrel)
Oral: 50; 100; 150; 300 mg tablet
Dosis: 200-600 mg/hari
Venlafaxine (Effecxor)
Oral: 25; 37,5; 50; 75; 100 mg tablet, 37,5; 75; 150 mg extended release
tablet
Dosis: 75-225 mg/hari
INHIBITOR AMBILAN KEMBALI SEROTONIN SELEKTIF
(SELECTIVE SEROTONIN REUPTAKE INHIBITOR; SSRI)
SSRI merupakan antidepresan baru yang khas, menghambat ambilan serotonin
secara spesifik. Dibanding TCA, SSRI memiliki efek antikolinergik dan
kardiotoksisitas lebih rendah. Saat ini tersedia lima macam SSRI yaitu
fluoxetine, paroxetine, sertraline, fluvoxamine dan citalopram.7
Farmakokinetik
Fluoxetine dalam dosis oral mencapai konsentrasi plasma yang mantap dalam
beberapa minggu. Fluoxetine mengalami demetilasi menjadi metabolit aktif
norfluoksetine. Fluoxetine merupakan inhibitor kuat isoenzim sitokrom P-450 di
dalam hati yang berfungsi untuk eliminasi obat TCA, obat neuroleptik,
antiaritmia dan antagonis β-adrenergik.8
Farmakodinamik
SSRI merupakan golomgan obat yang secara spesifik meghambat ambilan
serotonin. Golongan ini kurang memperlihatkan pengaruh terhadap sistem
kolinergik, adrenergik ataupun histaminergik.7
Farmakologi Klinik
Fluoxetine sama manfaatnya dengan TCA dalam pengobataan depresi mayor
namun obat ini bebas dari efek samping yang sering ditimbulkan TCA seperti
efek antikolinergik, hipotensi ortostatik dan peningkatan berat badan. Dokter
lebih sering meresepkan fluoxetine dan sekarang di Amerika fluoxetine
merupakan obat antidepresan yang paling banyak diresepkan. Fluoxetine juga
digunakan untuk mengobati bulimia nervosa dan gangguan obsesif kompulsif.8
Efek samping
Efek samping fluoxetine seperti hilangnya libido, ejakulasi terlambat, anorgasme
dan mual.8
Sediaan dan Dosis
Citalopram (Celexa)
Oral: 20; 40 mg tablet
Dosis: 20-60 mg/hari
Fluoxetine (Prozac)
Oral: 10; 20 mg pulveres, 10 mg tablet, 20 mg/mL liquid
Dosis: 10-60 mg/hari
Fluvoxamine (Luvox)
Oral: 25; 50; 100 mg tablet
Dosis: 100-300 mg/hari
Paraxetine (Paxil)
Oral: 10; 20; 30; 40 mg tablet, 10 mg/mL suspensi, 12,5; 25 mg controlled
release tablet
Dosis: 20-50 mg/hari
Sertraline (Zoloft)
Oral: 25; 50; 100 mg tablet
Dosis: 50-200 mg/hari
INHIBITOR OKSIDASE MONOAMIN (MONOAMINE OXYDASE
INHIBITOR; MAOI)
Monoamine Oxidase (MAO) adalah enzim yang menonaktifkan neurotransmiter
yang berlebihan di celah sinaptik saat neuron istirahat. MAOI dapat
menonaktifkan enzim MAO secara reversible atau irreversibel. Neurotransmiter
tidak akan mengalami degradasi sehingga menumpuk dalam neuron presinaptik
dan masuk ke dalam ruang sinaptik yang menimbulkan aktivitas antidepresan.8
Farmakokinetik
Obat ini mudah diabsorbsi dalam bentuk oral. Efek anti depresan memerlukan
waktu 2-4 minggu. Regenerasi enzim yang dinonaktifkan secara irreversibel
biasanya terjadi beberapa minggu setelah penghentian pengobatan. Obat ini
dimetabolisme dan diekskresi dengan cepat melalui ginjal.8
Farmakodinamik
MAOI membentuk senyawa kompleks yang stabil dengan enzim dan
menyebabkan inaktivasi yang irreversibel. Hal ini meningkatkan depot
norepinefrin, serotonin dan dopamin dalam neuron dan selanjutnya
meningkatkan konsentrasi neurotransmiter di dalam ruang sinaptik.8
Farmakologi Klinik
Meskipun MAO dihambat setelah beberapa hari pengobatan, kerja antidepresan
terjadi setelah beberapa minggu. MAOI digunakan untuk pasien depresi yang
tidak responsif dan alergi terhadap TCA atau menderita ansietas hebat.8
Efek samping
Tiramin dalam makanan seperti keju, kerang, bir, hati ayam dan anggur merah
diinaktifkan oleh MAO di dalam usus. Orang yang menggunakan MAOI tidak
dapat menguraikan tiramin yang menyebabkan lepasnya katekolamin dalam
jumlah besar yang tersimpan pada ujung terminal saraf sehingga terjadi sakit
kepala, takikardi, mual, hipertensi, aritmia dan stroke. Oleh karena itu, pasien
disarankan untuk menghindari makanan yang mengandung tiramin. Efek
samping lainnya dari MAOI adalah mengantuk, hipotensi ortostatik, penglihatan
kabur, mulut kering, disuria dan konstipasi. MAOI dan SSRI jangan diberikan
bersamaan karena dapat terjadi bahaya sindrom serotonin yang dapat
mematikan. Diperlukan waktu enam minggu sebelum menggunakan obat yang
lain.8
Sediaan dan Dosis
Phenelzine (Nardil)
Oral: 15 mg tablet
Dosis: 47-75 mg/hari
Tranylcypromine (Parnate)
Oral: 10 mg tablet
Dosis: 10-30 mg/hari
Tabel 3. Efek-efek farmakologi dari obat-obat antidepresan
Obat SedasiAnti
muskarinik
Hipotensi
Ortostati
k
Penyakat pompa amine untuk
Serotonin Norepinefrin Dopamin
Amitriptyline +++ +++ +++ +++ ++ -
Amoxapine ++ ++ ++ + ++ +
Bupropion - - - +/- +/- ?
Citalopram - - +/- +++ - -
Clomipramin +++ ++ ++ +++ +++ -
e
Desipramine + + ++ - +++ -
Doxepine +++ +++ ++ ++ + -
Fluoxetine + + +/- +++ +/- +/-
Fluvoxamine - - +/- +++ - -
Imipramine ++ ++ ++ +++ ++ -
Maprotiline ++ ++ + - +++ -
Mirtazapine +++ - + - - -
Mianserin ++ + + - +++ -
Nortriptyline ++ ++ ++ +++ ++ -
Paroxetine + - +/- +++ ++ -
Protriptyline - ++ ++ ? +++ ?
Setraline + - +/- +++ - -
Trazodone +++ - + ++ - -
Venlafaxine - - - +++ ++ +/-
Keterangan:
+++ : Berat
++ : Sedang
+ : Ringan
+/- : Tidak ada/ minimal sekali
? : Tidak tentu
Sumber:B G Katzung, Basic Clinical Pharmacology 9th ed, 2009.
Pemilihan obat antidepresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek
samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit
fisik lainnya, jenis depresi.7
V. PROGNOSIS
Banyak penelitian mengenai perjalanan penyakit dan prognosis
gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) memberikan kesimpulan bahwa
penyakit ini memiliki perjalanan yang panjang dan pasien cenderung mengalami
kekambuhan.
Prognosa baik apabila:
Episodenya ringan, tidak ada gejala psikotik
Perawatan di rumah sakit hanya singkat, tidak lebih dari sekali perawatan
Selama masa remaja memuliki riwayat persahabatan yang erat dan baik
pasien mempunyai hubungan psikososial yang baik dan kokoh
Fungsi keluarga yang stabil dan baik
Tidak ada gangguan psikiatri komorbid
Tidak ada gangguan kepribadian.
Prognosa buruk apabila:
Adanya penyerta gangguan distimik
Penyalahgunaan alkohol dan zat-zat lainnya
Gejala gangguan kecemasan
Riwayat lebih dari satu episode depresif sebelumnya.
Laki-laki lebih sering menjadi kronis dan mengganggu dibandingkan
perempuan.1
Gangguan depersif berat bukan merupakan gangguan yang ringan.
Keadaan ini cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung
mengalami relaps. Pasien dengan gangguan bipolar memiliki prognosis yang
lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat. Sepertiga dari
semua pasien gangguan bipolar memiliki gejala kronis dan bukti-bukti
penurunan sosial yang bermakna.1
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif
mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan
skizofrenia dan pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien
dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis yang jauh lebih buruk
dibandingkan pasien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih
buruk dari pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih
baik daripada pasien dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung
oleh beberapa penelitian yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun
setelah episode yang ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan
juga perjalanan gangguan itu sendiri.1
Data menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe
bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan pasien dengan gangguan
bipolar I dan bahwa pasien dengan gangguan pramorbid yang buruk; onset yang
perlahan-perlahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala psikotik,
khususnya gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang
tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari
masing-masing karakteristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik.
Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Scheneider tampaknya
tidak meramalkan perjalanan penyakit.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis edisi 7. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997. p.
777-858
2. Lubis NL. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
2009. p. 61-85.
3. Soreff S, McInnes LA. Bipolar Affective Disorder. [Online]. 2010 Feb 9 [cited
2010 June 4]; Available from:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/286342-overview
4. Rusdi M. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi 3. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2007. p. 23-35.
5. Rusdi M. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001. p. 58-69.
6. Baldwin DS, Birtwistle J. An Atlas of Depression. New York: The Parthenon
Publishing Group. 2002.
7. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology 10th ed: Antipsychotic Agents
and Lithium, Antidepressant Agents. San Fransisco: McGraw-Hill. 2006.
8. Harvey RA, Champe PC. Lippincott’s Illustrated Reviews : Pharmacology. 4th
edition. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. 2009. p. 141-8
9. Brunton LL, Blumenthal DK, Parker KL, Buxton ILO. Goodman and Gilman's
Manual of Pharmalogical and Therapeutics: Drug Therapy of Depression and
Anxiety Disordes, Pharmacotherapy of Psychosis and Mania. San Francisco:
McGraw-Hill. 2008. p. 278-318.
10. Rang HP, Dale MM, Ritter JM, Flower RJ. Rang and Dale’s Pharmacology 6th
ed: Antidepressant Drugs. New York: Elsevier. 2007.