deinococcus makalah
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan terhadap energi listrik sebagai penggerak utama pembangunan terus
meningkat. Kebutuhan energi listrik Indonesia meningkat sebesar 18% rata-rata setiap
tahun. Namun, pasokan bahan bakar yang dapat menghasilkan energi listrik tidak sepadan
dengan peningkatan kebutuhan terhadap energi listrik saat ini. Banyak negara yang telah
memanfaatkan energi nuklir sebagai sumber pembangkit listrik. Berdasarkan penelitian,
energi nuklir dipercaya mampu menghasilkan energi sebesar 200 MeV sehingga nuklir
sangat efektif dalam menyelesaikan permasalahan krisis energi(Arthuria,2009).
Tetapi ada dampak negatif dari penggunaan nuklir yakni hasil pembuangannya
berupa limbah radioaktif. Munculnya efek radiasi nuklir yang membuat kepanikan bagi
negara-negara industri pengguna pembangkit listrik tenaga nuklir yang memberikan
dampak negatif untuk lngkungan (pencemaran lingkungan) baik unsur abiotik dan biotik
yang ada disekitar sumber nuklir. Pencemaran ini dinamakan pencemaran zat radioaktif.
Proses penyebaran partikel radioaktif terjadi bisa lewat udara, air dan tanah. Secara
umum jenis radiasi yang terpancar dari bahan radioaktif baik pada fasilitas PLTN atau
yang berhubungan dengan fasilitas nuklir lainnya dan keluar kelingkungan terdiri dua tipe,
paparan eksternal dan paparan internal. Tipe paparan radiasi yang pertama adalah paparan
luar (eksternal) atau paparan langsung yang terjadi melalui kontak dengan tubuh kita dari
luar tubuh. Tipe radiasi kedua adalah paparan dalam (internal) yaitu paparan yang terjadi
di dalam tubuh akibat zat atau partikel radioaktif terserap atau masuk kedalam tubuh baik
lewat aktifitas pernafasan, makan atau minum keluar dari reaktor(Mulhari,2011).
Peristiwa Chernobyl dan Fukushima yang menghasilkan radiasi radioaktif akibat
ledakan yang terjadi pada PLTN membuat keresahan yang terjadi di kalangan masyarakat
dunia. Melihat kondisi ini banyak peneliti dan ilmuwan yang mencari cara untuk
mengatasi radiasi radioaktif dari nuklir. Salah satunya melalui pemanfaatan agen biologis
seperti bakteri Deinococcus radiodurans yang resisten terhadap radiasi untuk
bioremediasi. Dengan pemanfaatan D.radiodurans negara pengguna PLTN sebagai
sumber listrik akan dibantu dalam penanganan pengurangan radiasi yang muncul. Selain
itu, lingkungan akan kembali sehat serta penyakit yang disebabkan radiasi nuklir akan
terminimalisir
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah dampak pencemaran lingkungan oleh radiasi radioaktif?
2. Bagaimanakah potensi bakteri Deinococcus radiodurans sebagai agen biologis dalam
upaya bioremediasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak pencemaran lingkungan oleh radiasi radioaktif
2. Untuk mengetahui potensi bakteri Deinococcus radiodurans sebagai agen biologis
dalam upaya bioremediasi.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengatahui dampak pencemaran lingkungan oleh radiasi radioaktif
2. Dapat mengetahui potensi bakteri Deinococcus radiodurans sebagai agen biologis
dalam upaya bioremediasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Radioaktif
Zat radio aktif adalah zat yang memancarkan radiasi pengion dengan aktivitas jenis
lebih besar daripada 70 kBq/kg atau 2 nCi/g (tujuh puluh kilobecquerel per kilogram atau
dua nanocurie per gram). Angka 70 kBq/kg (2 nCi/g) tersebut merupakan patokan dasar
untuk suatu zat dapat disebut zat radioaktif pada umum-nya yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency).
Pencemaran zat radioaktif adalah suatu pencemaran lingkungan yang disebabkan
oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom.
Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat
radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat
digunakan lagi (Mulhari, 2011).
2.2 Dampak radiasi radioaktif
Ada beberapa dampak radioaktif terhadap kesehatan antara lain:
a. Rambut
Efek paparan radioaktif membuat rambut akan menghilang dengan cepat bila terkena
radiasi di 200 Rems atau lebih. Rems merupakan satuan dari kekuatan radioaktif.
b. Otak
Sel-sel otak tidak akan rusak secara langsung kecuali terkena radiasi berkekuatan 5000
Rems atau lebih. Seperti halnya jantung, radiasi membunuh sel-sel saraf dan pembuluh
darah dan dapat menyebabkan kejang dan kematian mendadak.
c. Kelenjar Gondok
Kelenjar tiroid sangat rentan terhadap yodium radioaktif. Dalam jumlah tertentu,
yodium radioaktif dapat menghancurkan sebagian atau seluruh bagian tiroid.
d. Sistim Peredaran Darah.
Ketika seseorang terkena radiasi sekitar 100 Rems, jumlah limfosit darah akan
berkurang, sehingga korban lebih rentan terhadap infeksi. Gejala awal mirip seperti
penyakit flu.enurut data saat terjadi ledakan Nagasaki dan Hiroshima, menunjukan
gejala dapat bertahan selama sepuluh tahun dan mungkin memiliki risiko jangka
panjang seperti leukimia dan limfoma.
e. Jantung
Jika seseorang terkena radiasi berkekuatan 1000 sampai 5000 Rems akan
mengakibatkan kerusakan langsung pada pembuluh darah dan dapat menyebabkan
gagal jantung dan kematian mendadak.
f. Saluran Pencernaan
Radiasi dengan kekuatan 200 Rems akan menyebabkan kerusakan pada lapisan
saluran usus dan dapat menyebabkan mual, muntah dan diare berdarah.
g. Saluran Reproduksi
Radiasi akan merusak saluran reproduksi cukup dengan kekuatan di bawah 200 Rems.
Dalam jangka panjang, korban radiasi akan mengalami kemandulan.
2.3 Sejarah dan klasifikasi bakteri Deinococcus radiodurans
D. radiodurans pertama kali dideteksi oleh Anderson et al. pada tahun 1956 di
dalam daging kalengan yang disterilisasi dengan radiasi sinar X dan yang tidak diradiasi.
Akan tetapi, meski telah disterilisasi tetapi tetap terjadi pembusukan pada daging sehingga
disimpulkan ada aktivitas mikroorganisme di dalamnya. D. radiodurans sebelumnya
dimasukan ke dalam genus Micrococcus kemudian Brooks et al. pada tahun 1980 berhasil
menunjukkan adanya perbedaan dengan genus Micrococcus berdasarkan uji terhadap
sekuen gen penyandi 16S rRNA( gambar.1) spesies tersebut yaitu Deinococcus memiliki
ketahanan terhadap panas dan radiasi, maka dimasukkan ke dalam filum Deinococcus-
Thermus. Deinococcus merupakan satu-satunya genus dalam ordo Deinococcales. Semua
spesies dalam genus ini memilki ketahanan terhadap radiasi. Selain sekuen gen, bukti
diperkuat dengan hasil analisis terhadap homologi DNA, komposisi asam lemak, dan
dinding sel beserta komposisinya. Pada tahun 1981, Brooks dan Murray mengajukan
penggantian nama spesies yang Micrococcus radiodurans menjadi Deinococcus
radiodurans. Berdasarkan etimologinya nama spesies D. radiodurans berasal dari bahasa
Latin. Deinos: aneh atau tidak biasa, coccus: semacam biji gandum atau buah beri,
radioatio: radiasi, dan durans: pertahanan sehingga Deinococcus berarti kokus yang tidak
biasa dan radiodurans berarti menahan radiasi. Brooks dalam jurnal International Journal
of Systematic Bacteriology mempertahankan nama penunjuk spesies radiodurans karena
tahan terhadap radiasi tinggi.
Gambar 1
Klasifikasi
Domain:
Bacteria
Filum: Deinococci
Ordo: Deinococcales
Famili: Deinococcuceae
Genus: Deinococcus
Spesies: D. radiodurans
Deinococcus radioduransBrooks & Murray, 1981
Gambar 2. Penampang
mikroskopis dari Deinococcus radiodurans R1. Yang diamati secara mikroskopis menggunakan:
(a), mikroskop electron (Elstov, at al., 2005)
(b) microskop fluorescence(Englander, at al., 2004)
(c) X – ray dengan skla nanometer(Giewekemeyer, at al., 2009)
(d) gambar di akses di webpage:
http://www.google.com/search?
q=deinococcus+radiodurans+images&hl=en&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univyzwTpQd
6s7YBa6E_YEC&sqi=2&ved=0CCUQsAQ&biw=1226&bih=698
Gamabar 3. Dendogram dari bakteri Deinococcus radiodurans
Karena ketahanannya terhadap radiasi, baketeri Deinococcus radiodurans disebut
“Conan the Bacterium” seperti nama tokoh “Conan the Barbarian”. Bakteri ini juga tercatat
dalam Guinness Book of World Records sebagai “the world’s toughest bacterium” atau bakteri
terkuat di dunia.
2.4 Morfologi dan Fisiologi Deinococcus radiodurans
Deinococcus radiodurans tergolong bakteri Gram positif berbentuk bulat dengan
diameter 1,5 sampai 3,5 µm dan umumya membentuk tetrad (lihat gambar.2). Bakteri ini
mudah berkembang dan tidak menimbulkan penyakit. Koloni berwarna merah bila
ditumbuhkan di media agar karena memiliki kandungan pigmen karotenoid. Koloni
berbentuk cembung dengan permukaan halus. D. radiodurans adalah bakteri aerob dengan
suhu optimum pertumbuhan 30 °C. Semua galur bakteri ini dapat tumbuh dengan
kadar garam 1% dan kebanyakan galur tumbuh pada kadar garam 5%. Berdasarkan
uji biokimia, D. radiodurans dapat memfermentasi glukosa dan fruktosa sehingga
menghasilkan asam, sedangkan gliserol dan manosa dapat digunakan akan tetapi tidak
menghasilkan asam (Elstov, 2005 ).
Deinococcus radiodurans tidak membentuk endospora dan nonmotil. Bakteri ini
adalah bakteri obligat aerobik kemoorganoheterotrof yang menggunakan energi dari zat
organic. Deinococcus radiodurans sangat resistan terhadap radiasi ion, sinar ultraviolet,
desikasi (pengawetan melalui proses pengeringan), oksidasi, dan agen elektrofilik.
Genomnya terdiri dari dua kromosom sirkuler; 2,65 juta pasang basa dan 412.000 pasang
basa yang disebut megaplasmid dari 177.000 pasang basa dan plasmid dari 46.000 pasang
basa. Bakteri ini memiliki 3.195 gen. Pada fase stasioner, tiap sel bakteri mengandung 4
duplikat genom yang akan berlipat ganda dengan cepat sehingga tiap bakteri nantinya
mengandung 8-10 duplikat genom (Misra, et al., 2013).
2.5 Struktur Genom
Bakteri D. radiodurans termasuk salah satu bakteri extremophiles dalam
kelompokThermus-Deinococcus. Genom D. radiodurans terdiri dari empat bagian utama.
Bakteri ini memiliki urutan lengkap dari strain R1 yang memiliki pasangan
basa 3.284.156 terdiri dari duakromosom melingkar (2.648.638 dan 412.348 pasang
basa) plasmid besar (177.466 pasang basa), dan sebuah plasmid kecil (45.704 pasang
basa). Beberapa salinan dari setiap gen yang ditemukan pada semua kromosom
dan plasmid, memberikan kontribusi dengan kemampuannya yang menakjubkan terhadap
resistensi radiasi (White, et al., 1999).
2.6 Struktur Sel dan Metabolisme Deinococcus radiodurans
D. radiodurans adalah bakteri gram positif yang biasanya berbentuk bulat
atau tetrad (Obiero, 2006). Struktur selnya terdiri dari plasma dan membran luar yang
dipisahkan oleh 14-20 nm lapisan peptidoglikan. D. radiodurans memiliki sel yang terdiri
dari enam lapis yaitu: membran plasma, lapisan berikutnya adalah sebuah sel yang
mengandung dinding peptidoglikan dan berlubang, dinding-dinding sel yang banyak,
membran luar, zona electrolucan yang berbeda-beda, dan sub unit protein yang teratur dan
berbentuk heksagonal(Thompson, at al., 1986).
Struktur kimia dari lapisan sel D. radiodurans yang telah diteliti menggunakan
spektrometri massa dimana diperoleh struktur dengan klasifikasi A3β. D.
radiodurans juga memiliki chemotype murein A3β dan peptidoglikan yang dibangun dari
sub unit monomer yang sama. Komposisi asam lemak D. radiodurans yang khas,
membran lipid terdiri dari 43% phosphoglycolipid berisi serangkaian akkylamin sebagai
komponen struktural yang berasal dari prekusor yang sama yakni
phosphatidylglycerolalkylamin dan terbentuk ketika prekusor dari galaktosa atau
glukosamin (Makarova, et al., 2001).
Aspek yang paling menarik tentang struktur sel D. radiodurans adalah bakteri ini
mampu membuat 4-10 salinan dari semua gennya tersebut pada waktu tertentu dari
pertumbuhannya. Hal ini dijadikan sebagai suatu alasan tentang kemampuan bakteri ini
tahan terhadap radiasi. Bila diamati dengan mikroskop elektron, dinding
sel ditemukan memiliki ketebalan yang tidak biasa sekitar 50-60 nm, dengan lapisan
bagian padat dari sekitar 14-20nm. Hal ini menciptakan dinding bagian
dalam berbentuk septa dan terkadang berbentuk lapisan fenestrated. Bentuk septum yang
tidak biasa, digambarkan sebagai sepasang gorden yang khas "iris-diaphram". Jalur
metabolisme dalam D.radiodurans terdiri dari beberapa bagian yakni:
a. Produksi dan konversi energy
Yang paling menarik dari bakteri D. radiodurans adalah tidak seperti kebanyakan
bakteri lainnya yang hidup bebas, bakteri ini menggunakan vacuolar ATP sintatse
proton. Vacuolar type H+-ATPase adalah ciri khas dari eukariota dan jenis archaea.
Semua archaea memiliki operon yang terdiri dari 8 gen encoding subunit ATPase.
Metabolisme karbohidrat
b. Gen D. radiodurans digunakan untuk mengkodekan jalur fungsional untuk glikolisis,
glukoneogenesis, pentosa fosphat shunt dan siklus asam trikarboksilat.
c. Metabolisme asam amino dan nukleotida
d. D. radiodurans tidak bisa menggunakan amonia sebagai sumber nitrogen. D
radiodurans dapat menggunakan asam amino secara efektif sebagai sumber nitrogen
namun tidak memerlukan lisin untuk pertumbuhannya. D radiodurans memiliki
sebagian besar gen untuk metabolisme nukleotida, diantaranya adalah adanya
nukleosida purin fosforilase.
e. Metabolisme lipid dan komponen dinding sel
Deinococcus radiodurans mampu mengkode beberapa salinan dari gen untuk
biosintesis asam lemak, struktur khusus yang dimiliki dari lapisan peptidoglikan
digunakan untuk metabolisme ornithine.
f. Metabolisme koenzim
Deinococcus radiodurans mampu untuk melakukan biosintesis de vivo dari semua
komponen koenzim kecuali asam nikotinat.
2.8 Habitat
Deinococcus radiodurans ini banyak ditemukan di berbagai macam lingkungan
hidup, sehingga sulit untuk menentukan dimana habitat aslinya. Para ilmuwan banyak
mengembangbiakkan bakteri ini di dalam laboratorium dengan media kotoran hewan,
contohnya kotoran gajah. Namun, para ilmuwan juga menemukan bakteri ini hidup
dengan baik di berbagai jenis tanah, termasuk di daerah batuan granite yang kering.
Karena banyak ditemukan di berbagai jenis tanah, para ilmuwan mengklasifikasikan
bakteri ini ke dalam bakteri tanah (Anderson, at al., 1956). Biasanya D.
radiodurans diisolasi secara selektif dari tanah, daging mentah, debu, dan udara yang
telah disaring. Teknik yang digunakan adalah dengan mengekspos sampel dengan radiasi
UV atau gamma lalu menumbuhkannya pada media yang kaya tripton dan ekstrak khamir
(Madigan, 2009).
2.9 Ketahanan Terhadap Radiasi
Bakteri D. radiodurans mempunyai beberapa karakteristik yang unik seperti
resisten terhadap genotoksik kimia, kerusakan oksidatif, dehidrasi, ionisasi tingkat tinggi
dan radiasi ultraviolet (Fredrickson, 2000). D. radiodurans masih hidup setelah terkena
radiasi sebesar 15.000 Grays (Gy) (1 Gy=100 rad) bahkan dapat terus tumbuh pada
kondisi radiasi 69 Gy/jam. Sebagai perbandingan, dosis 10 Gy dari radiasi pengion
mampu membunuh manusia dan dosis 60 Gy mampu membunuh semua sel bakteri E.
coli. Organisme ini lebih tahan terhadap radiasi daripada spora bakteri. Organisme ini juga
tahan terhadap banyak agen yang dapat menyebabkan mutasi pada DNA, seperti radiasi
ion, sinar ultraviolet (UV), hidrogen peroksida, dan banyak lainnya. Satu-satunya senyawa
mutagenik yang dapat menyerang D. radiodurans adalah nitrosoguanidin yang dapat
menginduksi delesi, yaitu penghilangan suatu fragmen atau nukleotida DNA. Delesi lebih
berpengaruh pada bakteri ini dibandingkan mutasi titik, yaitu mutasi hanya pada satu atau
beberapa nukleotida DNA. Hal ini karena mekanisme perbaikan terhadap delesi tidak
seefisien terhadap mutasi titik.
Kemampuan pertahanan diri dari D. radiodurans disebabkan oleh kekebalan sel
tersebut dengan jumlah mangan (II) ion didalam sel. Mangan mencegah kerusakan akibat
oksidasi dalam memperbaiki protein dan membiarkannya untuk melanjutkan ketahap
selanjutnya setelah radiasi menghancurkannya. jadi seberapa hancur DNA mikroba ini
karena radiasi, ia akan kembali kebentuknya yang semula (lihat gambar.4) (Daly, at al.,
2004).
Gambar 4. Potential contributions to the recovery from radiation damage in Deinococcus radiodurans
2.11 Mekanisme ketahanan radioaktif bakteri Deinococcus radiodurans
Ada dua jenis radiasi pengion, baik yang dihasilkan oleh peluruhan unsur
radioaktif: elektromagnetik (radiasi X dan γ- yang membentuk bagian dari
spektrum elektro magnetik yang mencakup cahaya tampak dan gelombang radio)
dan partikulat partikel α dan β (Michael, et al., 2005) .
Gambar 4. Synthesis-dependent strand annealing.
Deinococcus radiodurans dapat bertahan dalam 1,5 juta rads- ribuan kali lebih
kuat daripada semua makhluk hidup yang ada di bumi dan 300 kali lebih kuat daripada
ketahanan manusia. Bakteri ini memiliki ketahanan terhadap radiasi karena memiliki
salinan ganda dari genomnya dan mekanisme perbaikan DNA yang cepat. Tidak seperti
organisme lain yang kehilangan DNA karena radiasi, mikroba ini tidak kehilangan
informasi genetik karena fragmen-fragmen DNA yang terputus disimpan di dalam cincin
plasmid yang terkunci rapat. Fragmen-fragmen ini tersusun rapat, pada akhirnya tersusun
bersama menjadi tataan yang original dan benar. Bakteri ini biasanya memperbaiki
kerusakan kromosom dalam 12-24 jam melalui proses dua tahap, yakni:
1. Bakteri D. radiodurans menyambungkan ulang fragmen-fragmen kromosom melalui
proses yang disebut penempelan untai-tunggal( lihat gambar 4 ). DNA memperbaiki
diri di dalam cincin plasmid yang terkunci rapat. Bakteri kemudian melakukan aksi
yang sangat tidak umum. Bakteri ini terdiri dari empat kompartmen, masing-masing
mengandung satu salinan DNA. Ada dua jalan kecil diantara kompartmen. Setelah
sekitar satu setengah jam perbaikan di dalam cincin, DNA membuka lipatan dan
bermigrasi ke kompartmen yang berdekatan dimana terjadi saling baur dengan DNA
yang telah ada disana.
2. Protein memperbaiki kerusakan untai-ganda melalui rekombinasi homolog. Proses ini
tidak melibatkan mutasi apapun dari replikasi normal yang biasa. Mesin perbaikan
reguler, umum di manusia dan juga bakteri, melaksanakan tugasnya memperbaiki
enzim diantara dua salinan DNA, memakai templete untuk memperbaiki yang lain.
Dari empat salinan DNA, selalu ada dua atau tiga yang terkemas rapat di dalam
cincin sementara yang lain dapat bergerak bebas. Sehingga kapanpun, selalu ada salinan
DNA yang mengatur produksi produksi protein dan lain-lain yang tidak aktif namun
terlindungi terus menerus. Michael Daly mengusulkan bahwa bakteri ini menggunakan
mangan sebagai antioksidan untuk melindungi diri terhadap bahaya radiasi. Pada tahun
2004 timnya menunjukkan bahwa level mangan (II) intrasel yang tinggi pada D.
radiodurans melindungi protein dari oksidasi radiasi, dan mengemukakan ide bahwa
protein, bukan DNA, adalah target pelaku dari aksi biologis pada bakteri sensitif, dan
ketahanan ekstrim pada bakteri yang mengandung mangan didasar perlindungan
protein. Deinococcus radiodurans melindungi protein, bukan DNA, sehingga
memungkinkan untuk memperbaiki DNA yang rusak
2.12 Perbaikan DNA yang rusak oleh D. radiodurans
Hasil penelitian Michael et al (2005) mengungkapkan bahwa perbaikan substansial
kromosom terjadi selama 1,5 jam pertama setelah D. radiodurans mengalami
radiasi pengion dosis tinggi melalui proses perbaikan RecA-independen. D.
radiodurans memiliki mekanisme yang sangat efisien dalam memperbaiki DNA yang
rusak. Ada beberapa jenis enzim untuk perbaikan DNA di dalam sel organisme ini. Selain
enzim RecA, yang umum ada di organisme untuk perbaikan kerusakan DNA dalam
tingkat rendah, D. radiodurans juga memiliki beberapa RecA-independen sistem DNA
yang memungkinkan bakteri ini memperbaiki DNA, utas tunggal maupun utas ganda,
dengan sistem penghancuran DNA yang rusak disertai penggantian dengan DNA baru.
Sel D. radiodurans yang umumnya eksis dalam bentuk tetrad juga dianggap memberikan
kontribusi terhadap ketahannya terhadap radiasi dan senyawa mutagenik, karena DNA
yang rusak terkumpul rapi membentuk struktur cincin toroidal. Mekanisme perbaikan
kemudian difasilitasi oleh nukleoid dari bagian sel yang berdekatan, sehingga tetap
memungkinkan rekombinasi homolog. Rekombinasi homolog tersebut menyebabkan sel
yang kromosomnya sudah diperbaiki dapat kembali tumbuh dan membelah.
Gambar 5. RecA dan rekombinasi homolog
2.12 Aplikasi D. radiodurans Bakteri D. radiodurans digunakan untuk pengolahan limbah nuklir yang
mengandung senyawa radioaktif. Galur murni dari bakteri ini diketahui dapat
mengurangi uranium dengan adanya asam humat pada kondisi anaerob. D.
radiodurans R1 hasil rekayasa genetik telah digunakan untuk melaksanakan
aktivitas bioremediasi terhadap limbah radioaktif campuran, terutama untuk
detoksifikasi senyawa merkuri dan toluena di dalam limbah. Metode ini efektif dan
lebih murah untuk menangani limbah global akibat senjata nuklir (Apukuttan, 2006).
a. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang
tercemar.Di masa yang akan datang, mikroorganisme rekombinan dapat
menyediakan cara yang efektif untuk mengurangi senyawa-senyawa kimiawi yang
berbahaya di lingkungan kita. Bagaimanapun, pendekatan itu membutuhkan
penelitian yang hati-hati berkaitan dengan mikroorganisme rekombinan tersebut,
apakah efektif dalam mengurangi polutan, dan apakah aman saat mikroorganisme
itu dilepaskan ke lingkungan.
Skema
Keterangan:
1. D. radiodurans dimodifikasi secara genetik: gen merA dari bakteri Escherichia coli jenis BL308 disisipkan ke dalam materi genetik bakteri D. radiodurans.
2. Gen merA ini mengode 6 protein pada E. coli yang memberi bakteri tersebut resistensi terhadap Hg(II).
3. Mereduksi Hg2+ yang sangat beracun menjadi Hg0 yang mudah menguap (volatile) dan tidak beracun.
4. Memutus ikatan antara atom raksa (Hg) dan atom karbon (C) di dalam senyawa berbahaya yang mengandung Hg seperti metilmerkuri klorida.
5. Bakteri D. radiodurans akan memiliki resistensi terhadap Hg(II) juga jika disisipkan gen merA dari E. coli.
Langkah Pemanfaatan Deinococcus radiodurans dengan Sistem Bioreaktor Basah In Situ dan RBC (Reaktor Biologis Putar)
Biorekator Basah In Situ
Pembangunan bioreaktor difungsikan sebagai bejana bioremediasi. Konteks
bioreaktor dalam hal penangan limbah di dalam tanah dan air berhubungan dengan
sebuah bejana raksasa sebagai tempat pendegradasian limbah Sr90 yang sudah disolasi
dan dikontrol. Bioreaktor dalam hal ini akan memisahkan kontaminan berbahaya di
dalam tanah untuk dimasukkan ke dalam tangki penampungan tahap dua yang keadaan
lingkungannya yang bisa diawasi dan dikontrol keadaanya. Mekanisme perlakuan
yang paling penting dalam bioreaktor ini adalah degradasi alami dari populasi bakteri
Deinococcus radiodurans. Bioreaktor ini telah terbukti sangat efektif dalam
meremediasi limbah di dalam tanah, dan juga beberapa kasus limbah di dalam air.
Selain itu bioreaktor ini juga telah mampu menyelesaikan permasalahan polusi oleh
bahan bakar hidrokarbon (minyak, bensin, dan diesel) (Fall, 1996 dalam
Arthuria,2011).
Bioreaktor untuk penangan limbah cair ini biasanya berupa lapisan atau sebuah
bentukan dari endapan reaktor teraktivasi. Endapan reaktor teraktivasi merupakan
sebuah bejana yang akan menjadi tempat bercampurnya mikroba dan nutriennya
dengan limbah Sr90. Bioreaktor ini dapat dioperasikan dalam pada tempat yang
menjadi aliran dari limbah tersebut. Sistem bioreaktor dapat diamati pada gambar di
bawah ini,
Gambar 6 Sistem Bioreaktor Basah
Langkah pengaplikasian:
1. Absorsi limbah (kontaminasi) menuju permukaan melalui interceptor wall
2. Pengaliran limbah ke bejana Metan dan Air
3. Penguraian limbah oleh fermentor (Deinococcus radiodurans) (Tempat dibiaknya
bakteri)
4. Pengeluaran berupa senyawa-senyawa yang ramah lingkungan
RBC (Reaktor Biologis Putar)
Reaktor biologis putar ( rotating biological contractor ) merupakan teknologi
pengolahan air limbah yang mengandung polutan organic secara biologis dengan
sistem biakan melekat ( attached culture ). Prinsip kerja pengolahannya yakni air
limbah yang mengandung polutan organik (radioaktif) dikontakkan dengan
mikroorganisme (microbial film) yakni Deinococcus radiodurans yang melekat pada
media didalam suatu reaktor. Media tempat melekat berupa piringan (disk) dari bahan
polimer atau plastik yang ringan dan disusun berjajar-jajar pada suatu poros sehingga
membentuk suatu modul, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam
keadaan tercelup sebagian dalam kedalam air limbah yang mengalir kontinyu ke
dalam reaktor.
Pada saat biofilm melekat pada media berupa piringan yang tercelup kedalam
air limbah, Deinococcus radiodurans menyerap senyawa organik yang ada dalam air
limbah mengalir pada permukaan biofilm, dan pada saat biofilm berada diatas
permukaan air, bakteri tadi menyerap oksigen dari udara atau oksigen yang terlarut
dalam air untuk menguraikan senyawa organik. Energi hasil penguraian senyawa
organik digunakan bakteri untuk perkembangbiakan atau metabolisme.
Pertumbuhan bakteri tadi makin lama makin tebal, sampai akhirnya karena
gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air ke
lua. Selanjutnya mikroorganisme yang ada dimedium akan tumbuh lagi dengan
sendirinya hingga terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik
pada limbah. Berikut gambar proses penguraian limbah oleh D.radiodurans di dalam
RBC.
Gambar 7. Mekanisme Proses Penguraian Senyawa Organik oleh D.radiodurans dalam RBC
Langkah pengaplikasian:
1. Biakan D.radiodurans di media piringan (disk) sehingga terbentuk lapisan biofilm
2. Posisikan aliran air limbah sesuai gambar diatas
3. Putaran poros akan mempengaruhi kinerja bakteri D.radiodurans
4. D.radiodurans akan menguraikan senyawa-senyawa yang ada dalam limbah
5. Hasil penguraian dapat berupa gas dan endapan yang ramah lingkungan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1 Radiasi radioaktif merusak lingkungan dan keseimbangan ekosistem didalamnya serta
sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan mutasi.
2 Bakteri deinococcus radiodurans memiliki potensi yang besar sebagai agen biologis
dalam proses bioremediasi yang disebabkan oleh limbah radio aktif karena bakteri ini
memeliki kemampuan yang resisten terhadap radiasi hingga 15.000 Grays (Gy) (1
Gy=100 rad) bahakn dapat terus tumbuh samapi 69Gy/jam dimana bakteri lain seperti
E.coli semua selnya mati pada paparan radiasi 60 Gy dan manusia akan mati jika
terpapar radiasi sebesar 10 Gy, dan memiliki kemampuan merepair DNA dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, A. W., Nordan, H. C., Cain, R. F., Parrish, G. and Duggan, D., Studies on a radioresistant Micrococcus: isolation, morphology, cultural characteristics, and resistance to gamma radiation. Food Technol., 1956, 10, 575–577.
Arthuria,2009. Pemanfaatan bakteri Deinococcus radiodurans sebagai bioremediasi pencemaran limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.[ serial online] http://senyumarthuria.multiply.com/journal/item/4/Pemanfaatan_bakteri_Deinococcus_radiodurans_sebagai_bioremediasi_pencemaran_limbah_radioaktif_Pembangkit_Listrik_Tenaga_Nuklir_The_summary?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Brooks, B. W. and Murray, R. G. E., Nomenclature for Micrococcus radiodurans and other radiation-resistant cocci: Deinococcaceae fam. nov. and Deinococcus gen. nov., including five species. Int. J. Syst. Bacteriol., 1981, 31, 353–360.
Englander, J., Klein, E., Brumfeld, V., Sharma, A. K., Doherty, A. J. and Minsky, A., DNA toroids: framework for DNA repair in Deinococcus radiodurans and in germinating bacterial spores. J. Bacteriol., 2004, 186, 5973–5977.
Daly, M. J. et al., Accumulation of Mn(II) in Deinococcus radiodurans facilitates gamma-radiation resistance. Science, 2004, 306, 1025–1028.
Eltsov, M. and Dubochet, J., Fine structure of the Deinococcus radiodurans nucleoid revealed by cryoelectron microscopy of vitreous sections. J. Bacteriol., 2005, 187, 8047–8054.
Giewekemeyer, K., Thibault, P., Kalbfleisch, S., Beerlink, A., Kewish, C. M., Dierolf, M., Pfeiffer, F. and Salditt, T., Quantitative biological imaging by ptychographic X-ray diffraction microscopy. Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 2009, 107, 529–534.
Makarova, K. S., Aravind, L., Wolf, Y. I., Tatusov, R. L., Minton, K. W., Koonin, E. V. and Daly, M. J., Genome of the extremely radiation-resistant bacterium Deinococcus radiodurans viewed from the perspective of comparative genomics. Microbiol. Mol. Biol. Rev., 2001, 65, 44–79.
Mirsa, H. S., Y. S. Rajpurohit and Swathi Kota. Physiological and molecular basis of extremeradioresistance in Deinococcus radioduran. Current Science, vol. 104, no. 2, 25 January 2013, 196 – 197.
Mulhari, Abdul. 2011. Belajar Dari Bencana Jepang. Institute for Science and Technology Studies (ISTECS), AMSTEC-2011
Obiero J, Bonderoff SA, Goertzen MM, Sanders DA. Expression, purification, crystallization and preliminary X-ray crystallographic studies of Deinococcus radiodurans thioredoxin reductase. Acta Crystallographica, Section F Structural Biology Crystallization Communications. 2006 Aug 1;62(Pt 8):757-60.
Thompson, B. G. and Murray, R. G. E., The association of the surface array and the outer membrane of Deinococcus radiodurans. Can. J. Microbiol., 1982, 28, 1081–1088.
White, O. et al., Genome sequence of the radioresistant bacterium Deinococcus radiodurans R1. Science, 1999, 286, 1571–1577.