dbd buat latihan.doc

15
BAB I PENDAHULUAN 1. Gambaran Umum penyakit Demam Berdarah Dengue emam Berdarah Dengue muncul pertama kali pada tahun 1953 di Filipina dan selanjutnya mulai menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta dan sekarang seluruh wilayah Indonesia sudah terjangkit penyakit DBD. D Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di Indonesia jumlah kasus setiap tahun cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Pada umumnya yang terserang penyakit DBD adalah anak-anak, namun tidak tertutup kemungkinan menyerang pada orang dewasa. DBD ditandai dengan gejala awal demam yang mendadak serta timbulnya tanda dan gejala klinis yang tidak khas. Penyakit Demam berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah (Rejeki, 1998). Nyamuk ini tersebar luas didaerah tropis dan diketemukan hampir di semua daerah serta tersebar luas di rumah-rumah, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya seperti tempat ibadah, restoran, kantor, balai desa dan lain-lain sehingga setiap keluarga dan masyarakat mempunyai risiko untuk ketularan penyakit DBD. Namun pada umumnya Aedes aegypti terdapat pada ketinggian antara 0 s/d 1000 meter diatas permukaan laut. Penyakit ini juga penyebarannya berhubungan dengan pengembangan system penyediaaan air dan system transportasi Sampai saat ini obat untuk penyakit DBD belum ditemukan dan vaksin pencegahannya juga belum ada, sehingga satu-satunya 1 MAKALAH DBD

Upload: mali

Post on 13-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN1. Gambaran Umum penyakit Demam Berdarah DengueD

emam Berdarah Dengue muncul pertama kali pada tahun 1953 di Filipina dan selanjutnya mulai menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta dan sekarang seluruh wilayah Indonesia sudah terjangkit penyakit DBD.Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di Indonesia jumlah kasus setiap tahun cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Pada umumnya yang terserang penyakit DBD adalah anak-anak, namun tidak tertutup kemungkinan menyerang pada orang dewasa. DBD ditandai dengan gejala awal demam yang mendadak serta timbulnya tanda dan gejala klinis yang tidak khas.

Penyakit Demam berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah (Rejeki, 1998).

Nyamuk ini tersebar luas didaerah tropis dan diketemukan hampir di semua daerah serta tersebar luas di rumah-rumah, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya seperti tempat ibadah, restoran, kantor, balai desa dan lain-lain sehingga setiap keluarga dan masyarakat mempunyai risiko untuk ketularan penyakit DBD. Namun pada umumnya Aedes aegypti terdapat pada ketinggian antara 0 s/d 1000 meter diatas permukaan laut. Penyakit ini juga penyebarannya berhubungan dengan pengembangan system penyediaaan air dan system transportasi

Sampai saat ini obat untuk penyakit DBD belum ditemukan dan vaksin pencegahannya juga belum ada, sehingga satu-satunya cara untuk memberantas penyakit ini adalah dengan memberantas nyamuk Aedes aegypti.

Demam berdarah disebut juga sebagai penyakit serius atau semacam penyakit infeksi yang akut karena penyakit tersebut cepat berjangkit dan memburuk keadaannya dalam waktu yang relatif singkat.2. Diagnosa Demam Berdarah DengueDiagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria menurut badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu: Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2 7 hari.

Terdapat manifestasi perdarahan Pembesaran hati Syok yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, tekanan darah rendah, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.3. Tempat potensial bagi penularan penyakit DBD

Penularan demam berdarah dengue dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Oleh karena itu tempat yang potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah sebagai berikut:a. Wilayah yang banyak penderita DBD .

b. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya penularan cukup besar. Yang dimaksud Tempat-tempat umum itu antara lain:

a. Sekolah. - Anak atau murid sekolah yang berasal dari berbagai wilayah.

- Merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.

b. Rumah Sakit.

Rumah sakit atau Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. dimana pengunjung datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD, atau carier c. Pemukiman baru di pinggir kota.

Karena di lokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal.

d. Tempat umum lainnya, seperti :

Hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah dan lain-lain.

BAB II. PENYEBAB DAN CARA PENULARAN

.

1. Penyebab

Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegyptiPenyakit Demam Berdarah Dengue ini ditularkan oleh orang yang dalam darahnya terdapat virus dengue. Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu jika mempunyai kekebalan tubuh yangcukup terhadap virus dengue. Jika orang digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang dihisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar diseluruh bagian tubuh nyamuk . Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo satu minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk ditularkan atau dipindahkan kepada orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (probosis) menentukan kapiler darah. Sebelum darah orang itu dihisap, terlebih dulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang dihisap tidak membeku Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain. Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue itu akan terserang penyakit demam berdarah. Orangyang mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue tidak akan terserang penyakit ini meskipun dalam darahnya terdapat virus itu. Sebaliknya pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, dia akan sakit demam ringan atau bahkan sakit berat yaitu demam tinggi disertai pendarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang dimilikinya .

2. Mekanisme penularan

Secara garis besar mekanisme penularan penyakit Demam BerdarahDengue (DBD) dapat juga sebagai berikut. Nyamuk Aedes aegypti betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut(). Setelah melalui periode inkubasi selama 8 sampai 10 hari, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 14 hari (rata-rata selama 4 6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak yang ditandai dengan demam, pusing, nyeri otot, hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala non spesifik seperti nausea (mual-mual), muntah dan rash (ruam pada kulit). Nyamuk betina yang terinfeksi juga dapat menurunkan virus ke generasi nyamuk dengan penularan transovarian, tetapi jarang terjadi dan kemungkinan tidak memperberat penularan yang signifikan pada manusia.

Sampai saat ini obat untuk penyakit Demam Berdarah Dengue belum ada, vaksin untuk pencegahannya juga belum ada, sehingga satu-satunya cara untuk memberantas penyakit ini adalah dengan memberantas nyamuk Aedes aegypti. Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya yaitu tempattempat penampungan air dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang di rumah-rumah dan tempat-tempat umum sekurang-kurangnya seminggu sekali, kegiatan ini dikenal dengan Pemberantasan sarang nyamuk

(PSN) DBD BAB III. LINGKUNGAN HIDUP NYAMUK1. Faktor lingkungan fisik .

Faktor lingkungan fisik terdiri atas :

a Jenis tempat penampungan air yang digunakan sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes, Jenis tempat perindukan ini dibedakan berdasarkan warna, bahan, volume, letak tempat penampungan di dalam atau di luar serta pencahayaan pada tempat penampungan air tersebut (terang atau gelap).

b Curah hujan, akan menambah kelembaban udara sedangkan kelembaban udara berpengaruh terhadap umur nyamuk (kelembaban udara bagi kehidupan nyamuk Aedes antara 70 90 %.

c Kecepatan angin, berpengaruh pada suhu udara.

d. Suhu udara mempengaruhi perkembangan kehidupan nyamuk (suhu udara bagi perkembangan nyamuk berkisar antara 25 27 C).

e Predator, seperti ikan ataupun serangga air jenis Mesocyclops\ mempengaruhi perkembangan nyamuk.2. Faktor lingkungan biologi.

Faktor lingkungan biologi yang mempengaruhi terhadap penyebaran penyakit DBD adalah banyaknya tanaman hias / tanaman pekarangan yang ada di sekitar rumah. Karena hal ini akan mempengaruhikelembaban udara, pencahayaan baik di dalam maupun di luar rumah.

3. Siklus Hidup

Nyamuk Aedes aegypti mempunyai tahapan metamorfosa yang sempurna, artinya dari telur menjadi larva (jentik) yang terdiri dari 4 instar, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi pupa (kepompong) dan dari pupa akan berkembang menjadi nyamuk dewasa (jantan dan betina). Telur, larva dan pupa hidup di air, sedangkan nyamuk dewasa hidup di luar air. Sedangkan untuk siklus hidup nyamuk Aedes aegypti secara sempurna melalui

empat stadium yaitu : telur, larva, pupa dan bentuk dewasa (Sumarmo, 1983).

4. Morfologia. Telur

Telur Aedes aegypti berbentuk bulat panjang (oval) menyerupai torpedo, mempunyai dinding yang bergaris-garis yang menyerupai sarang lebah. Telur yang baru di keluarkan berwarna putih, tetapi sesudah satu sampai dua jam berubah menjadi hitam. Telur diletakkan satu persatu terpisah di permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya.Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10 12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa menggigit/menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan.

Umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1 bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara sekelilingnya.

Dalam sekali bertelur nyamuk betina mengeluarkan kurang lebih 100 350 butir telur dengan rata-rata 150 butir. Frekuensi bertelur nyamuk betina 2 sampai 3 kali Telur nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan sampai berbulan-bulan dalam suhu 2 - 24 Celcius, namun akan menetas dalam waktu 1 2 hari pada kelembaban rendah Telur yang diletakkan di air akan menetas dalam waktu 1 3 hari pada suhu lingkungan 30

Celcius, tetapi membutuhkan waktu 7 hari pada suhu lingkungan 16 Celcius. Pada kondisi normal (25C 27C, 70% - 90%) telur Aedes aegypti yang direndam dalam air akan menetas sebanyak 80% pada hari pertama dan 95% pada hari kedua. Berdasarkan jenis kelamin, nyamuk jantan akan menetas dan berkembang menjadi nyamuk dewasa lebih cepat dibandingkan dengan nyamuk betina. Nyamuk Aedes aegypti betina cenderung bertelur di habitat dengan permukaan kasar dan berwarna kelabu/agak gelap dari pada tempat dengan permukaan yang licin dan berwarna terang.

Ada tidaknya telur nyamuk Aedes aegypti dalam container dipengaruhi oleh suhu udara, pencahayaan, jenis perindukan, makanan darah, predator, bahan dan warna kontainer, kondisi fisik dan kimia air.

b. Larva

Setelah menetas, telur akan berkembang menjadi jentik. Pada stadium ini kelangsungan hidup jentik dipengaruhi oleh suhu, PH air perindukan, ketersediaan makanan, cahaya, kepadatan jentik, lingkungan hidup serta adanya predator.

Larva Aedes aegypti mempunyai ukuran 0,5 0,1 cm, gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas,\ kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.

Perilaku larva Aedes aegypti biasa bergerak lincah dan aktif. Larva ini mengambil makanan di dasar kontainer, sehingga larva Aedes aegypti dikenal sebagai pemakan makanan di dasar.

c. Nyamuk Dewasa

Setelah keluar dari kepompong, nyamuk biasanya beristirahat di kulit kepompong untuk sementara waktu. Setelah sayap meregang menjadi kaku, kemudian nyamuk terbang untuk mencari mangsa/darah dan kawin.

Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari tumbuhan (nektar) untuk keperluan hidupnya, sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk betina lebih suka menghisap darah manusia dari pada binatang. Darah (proteinnya) diperlukan untuk perkembangan telur. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur, mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3 4 hari. Jangka waktu tersebut disebut satu siklus gonotropik.Nyamuk betina aktif mencari mangsa pada siang hari. Mulai pagi sampai petang hari, dengan puncak aktifitas antara pukul 09.00 10.00 dan 16.00 17.00. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kal dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Nyamuk Aedes aegypti betina sangat aktif sebagai penular penyakit.

Setelah menghisap darah, nyamuk Aedes aegypti hinggap(beristirahat) di dalam atau di luar rumah. Tempat hinggap yang disenangi ialah benda-benda yang tergantung, seperti pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan di dekat tempat perkembangbiakan, agak gelap dan lembab. Di sini nyamuk menunggu proses pematangan telur.

5. Ciri-ciri umum Aedes aegypti adalah:a. Vena sayap tersebar di seluruh bagian dari sayap sampai ke ujungujungnya.

b. Bentuk antena adalah yang panjang dan langsing dengan 15 segmen. Nyamuk jantan mempunyai antena yang memiliki banyak bulu sedangkan nyamuk betina memiliki antena dengan sedikit bulu .

c. Mempunyai mata majemuk.d. Ukuran Aedes aegypti dewasa biasanya lebih kecil daripada jenis nyamuk lain.

e. Mempunyai warna belang-belang hitam, karena adanya bercak-bercak putih keperakan atau putih kekuningan pada tubuhnya yang berwarna hitam.

f. Di bagian dorsal thorak terdapat bentuk khas berupa dua garis sejajar di bagian tengah dan dua garis lengkung di bagian tepinya dengan bentuk gagah.

Adapun sifat-sifat nyamuk Aedes aegypti :

a. Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih pada seluruh tubuhnya.

b. Berkembang biak di tempat tergenang yang tidak langsung berhubungan dengan tanah,

misalnya: bak mandi/WC, tempayan, drum, tempat minumburung, vas bunga, pot tanaman air, kaleng, ban bekas, botol, plastik yang dibuang di sembarang tempat.

c. Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak di selokan/got atau kolam yang

airnya berhubungan dengan tanah.

d. Biasanya menggigit (menghisap darah) pada pagi hari sampai sore hari.

e. Mampu terbang sampai 100 meter.

6. Bionomik Aedes aegypti

Bionomik adalah kesenangan tempat perindukan, kesenangan menggigit dan kesenangan tempat istirahat

Masyarakat memerlukan air banyak untuk keperluan kehidupan, hal ini menyebabkan masyarakat memerlukan banyak tempat penampungan air, tempat penampungan air tersebut tak jarang dimanfaatkan sebagai tempat perindukan Aedes aegypti.

a. Tempat penampungan air atau Kontainer air

Adapun jenis kontainer tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dibedakan menjadi tiga yaitu : Tempat penampungan air yang bersifat tetap (TPA), penampungan ini biasanya dipakai untuk keperluan rumah tangga sehari-hari pada umumnya air jernih, tenang dan tidak mengalir seperti bak mandi, bak WC, drum/penyimpanan air dan lain-lain.

Bukan tempat penampungan air (non TPA), adalah kontainer atau wadah yang bisa menampung air, biasanya air hujan tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum hewan piaraan (ayam, burung, dan lain-lain), barang bekas (kaleng, ban. botol, pecahan gelas, dan lain-lain), vas atau pot kembang, perangkat semut dan lain-lain.

Tempat perindukan alami adalah bukan tempat penampungan air tetapi secara alami dapat menjadi tempat penampungan air misalnya potongan bambu, lubang pagar, pelepah daun berisi air, tempurung kelapa dan lain-lain.

Kontainer umumnya ditemukan di dalam rumah, sekitar rumah dan tidah jauh dari rumah. untuk meletakkan telurnya, nyamuk betina tertarik pada kontainer berair yang berwarna gelap, terbuka lebar dan terutama yang terletak di tempat-tempat terlindung dari sinar matahari.2. Kebiasaan hinggap. Aedes aegypti lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembabn, tempat bersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur. Tempat istirahat di dalam rumah adalah di bawah perabotan, benda- benda yang tergantung seperti baju, tirai dan dinding.3. Kebiasaan menghisap darah.

Sesaat setelah dewasa, nyamuk akan segera kawin dan nyamuk betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24 36 jam kemudian. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk pematangan telur.

Sebagai species yang aktif di siang hari, nyamuk betina mempunyai dua waktu aktifitas menggigit, yaitu beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktifitas menggigit tergantung pada lokasi dan musim. Apabila pada waktu menghisap darah terganggu,Aedes aegypti dapat menghisap darah lebih dari satu orang. Perilaku ini sangat meningkatkan efektifitas penularan pada masa KLB/wabah.

BAB IV. PENGENDALIAN VEKTORTujuan pengendalian vektor utama adalah upaya untuk menurunkan kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti sampai serendah mungkin sehingga kemampuan sebagai vektor menghilang.

Secara garis besar ada 4 cara pengendalian vektor yaitu dengan cara: 1. Kimiawi

Pengendalian dengan cara kimiawi digunakan insektisida yang ditujukan terhadap nyamuk dewasa atau larva. Insektisida yang dapat digunakan terhadap nyamuk dewasa Aedes aegypti antara golongan lain dari golongan organochlorine, organophosphor, carbamate dan pyrethroid. Bahan-bahan insektisida tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan (spray) terhadap rumah-rumah penduduk. Insektisida yang dapat digunakan terhadap larva Aedes aegypti yaitu dari golongan organophosphor (Temephos) dalam bentuk send granules yang dilarutkan dalam air di tempat perindukannya (abatisasi).

2. Biologi

Pengendalian hayati atau sering disebut pengendalian biologis

Dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari golonganmikroorganisme, hewan invertebrata atau hewan vertebrata. Sebagaipengendalian hayati, dapat berperan sebagai patogen, parasit atau pemangsa/predator. Beberapa jenis ikan, seperti ikan kepala timah (Panchaxpanchax), ikan gabus (Gambusia affinis) adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk. Beberapa jenis golongan cacing Nematoda, seperti Romanomermis iyengari dan R. Culiciforax merupakan parasit pada larva nyamuk.

3. Radiasi

Dalam pengendalian dengan cara radiasi, nyamuk dewasa jantan diradiasi dengan bahan radioaktif dengan dosis tertentu sehingga menjadi mandul. Kemudian nyamuk jantan yang telah diradiasi ini dilepaskan ke alam bebas. Meskipun nantinya akan berpopulasi dengan nyamuk betina tapi nyamuk betina tidak akan dapat menghasilkan telur yang fertil.

4. Pengelolaan lingkungan

Disini dapat digunakan beberapa cara antara lain dengan mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu dengan memasang kawat kasa pada lubang ventilasi rumah, jendela, dan pintu. Dan sekarang digalakkan oleh pemerintah yaitu Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan gerakan gerakan 3M yaitu: 1) menguras tempat-tempat penampungan air dengan menyikat dinding bagian dalam dan dibilas paling sedikit seminggu sekali, 2) menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa, 3) menanam/menimbun dalam tanah barang-barang bekas atau sampah yang dapat menampung air hujan.

Pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak ditempat itu.

5 . Pemberantasan Sarang Nyamuk.

Tujuan dari Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah untuk mengurangi adanya tempat perindukan bagi nyamuk Aedes aegypti yang ada di sekitar tempat tinggal manusia. Hal ini karena nyamuk Aedes sangat suka bertelur di genangan air yang jernih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah, yang mana hal ini banyak terdapat di lingkungan manusia seperti pada tandon-tandon air, kaleng-kaleng bekas, air minum binatang piaraan.

Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara :

a. Biologi.

Menggunakan binatang sebagai sarana untuk membunuh jentikjentik nyamuk, seperti memelihara ikan kepala timah, mujair.

b. Kimia.

Menggunakan bubuk abate yang ditebarkan di tandon-tandon air agar jentik nyamuk mati.

c. Gerakan 3 M.

Melaksnakan gerakan 3 M yaitu menguras tempat perindukan nyamuk seminggu sekali seperti bak-bak mandi, tempat-tempat penampungan air. Menutup tempat-tempat penampungan air kemudian mengubur barang-barang bekas yang kemungkina dapat sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.DAFRTAR PUSTAKABambang Sutrisno, Pengantar Epidemiologi, FKM-UI, Jakarta: 1986Depkes RI, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Dengue Berdarah Dengue, Jakarta: 2003

James Chin, Control of Communicable Diseases Manual, diterjemahkan oleh I.Nyoman Kandun. Edisi 17 tahun 2000, Penerbit CV Indomedika, Jakarta: 2006

2MAKALAH DBD